GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20:...

104
GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: POETRI MARDIKA 1912-1919 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Disusun oleh: Restu Diniyanti 1112022000046 PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M / 1438 H

Transcript of GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20:...

Page 1: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: POETRI MARDIKA

1912-1919

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Disusun oleh:

Restu Diniyanti

1112022000046

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M / 1438 H

Page 2: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan
Page 3: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan
Page 4: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan
Page 5: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

i

ABSTRAK

Skripsi ini meneliti tentang organisasi Poetri Mardika di Batavia pada

periode 1912 sampai 1920, dengan melihat sejarah pembentukan serta peran

organisasi ini terhadap perkembangan ide-ide mengenai emansipasi terhadap

perempuan. Pembelajaran mengenai pentingnya pendidikan bagi kaum

perempuan, kemudaratan yang di munculkan oleh pernikahan usia dini,

poligami, dan bahkan pergundikan menjadi isu sentral organisasi ini.

Menariknya, kaum perempuan di Batavia mulai bergerak memperjuangkan hak-

hak mereka setelah organisasi ini berdiri. Pengarusutamaan perempuan dalam

berbagai sektor guna mencerdaskan, menterampilkan, dan membuat para

perempuan menjadi mandiri terus diupayakan oleh organisasi ini.

Kata Kunci: Gerakan Perempuan, Organisasi Perempuan, Poetri Mardika

Page 6: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

ii

KATA PENGANTAR

“Dari perempuanlah manusia pertama kali menerima pendidikan dan makin lama

makin jelas bagiku bahwa pendidikan yang pertama kali itu bukan tanpa arti bagi

seluruh kehidupan. Dan bagaimana ibu-ibu bumiputra mendidik anak-anaknya

jika mereka sendiri tidak berpendidikan? Bukan hanya untuk perempuan saja

tetapi untuk seluruh masyarakat Indonesia pengajaran kepada anak-anak

perempuan merupakan rahmat.”

(Kartini, 21 Januari 1901 dalam suratnya kepada Nyonya Abendanon)

Pertama-tama segala puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan pada junjungan baginda Nabi

Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya. Akhirnya

Skripsi ini selesai dengan tema tentang Gerakan Emansipasi Perempuan di Awal

Abad Ke-20: Poetri Mardika 1912-1920. Memang sangat jarang dan belum ada

yang menulis selama peneliti lihat dalam catatan Skripsi alumni Sejarah dan

Kebudayaan Islam di UIN Jakarta, inilah yang menjadi tantangan sendiri bagi

peneliti dengan rujukan berbahasa Indonesia yang tidak terlalu banyak, maka

harus sering bertemu dengan surat kabar berbahasa Melayu dan Belanda.

Tentunya dalam menyelesaikan skripsi ini saya tidak semata-mata berhasil

dengan tenaga dan upaya sendiri namun banyak pihak yang telah berpartisipasi

dalam penulisan skripsi ini, baik yang bersifat moril maupun materil, maka

dengan ini sepatutnya penulis menyampaikan terima kasih atas motivasinya.

Rasa terimakasih yang begitu tinggi saya sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Syukron Kamil, M.A selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. H.Nurhasan MA, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam

dan Shalikatus Sa’diyah M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan

Kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Teruntuk Amelia Fauzia P.hD selaku dosen Pembimbing Akademik

sekaligus dosen pembimbing skripsi yang banyak membantu dengan

sabar serta selalu memotivasi dalam mengarahkan proses penelitian ini.

Page 7: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

iii

Penulis merasa sangat beruntung karena telah di bimbing oleh beliau

selama masa kuliah hingga penulisan skripsi.

4. Terimakasih untuk para penguji bapak Dr. Sudarnoto Abdul Hakim M.A

dan ibu Imas Emalia M.Hum yang telah memberikan pengarahan dan

membimbing hinga skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Dosen-dosen di jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam dan dosen

jurusan lain yang memberikan sumbangsih moril, ilmu dan

pengalamannya.

6. Seluruh staff dan pegawai Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

7. Teruntuk kedua orangtua penulis yang memberikan do’a dan perhatian

yang luar biasa, sehingga penulis selalu dapat termotivasi dan dapat

menyelesaikan penelitian ini.

8. Terimakasih untuk Achmad Syahri yang selalu memberikan dukungan

dan meluangkan waktu untuk menemani penulis mengerjakan skripsi ini.

9. Penulis pun mengucapkan terimakasih secara khusus untuk Endi Aulia

Garadian S.Hum yang telah banyak membantu penulis dalam

mengerjakan skripsi ini hingga akhir.

10. Untuk kawan-kawan tersayang Muspiroh S.Hum, Ulfah Bughiah S.Hum,

Mardiyah S.Hum, Dwi Septiani yang selalu memberikan semangat untuk

penulis dan kawan-kawan angkatan 2012 Sejarah Kebudayaan Islam

yang berproses bersama di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kawan –

kawan SKI 2012 lainnya.

11. Terimakasih juga untuk The Chablaks Indri, Biydah, Mamu, Nida, Qibi,

Maki, Zaty, yang selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk terus

bersemangat dalam menulis skripsi.

Sekali lagi penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dan mendukung serta membimbing penulis hingga selesai.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini

bermanfaat untuk pembaca sekalian.

Page 8: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv

DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR ........................................................... vii

DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... viii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ....................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 6

D. Kerangka Teori ......................................................................... 7

E. Tinjauan Pustaka…....................................................................8

F. Metode Penelitian ..................................................................... 9

G. Sistematika Penulisan ............................................................... 12

BAB II KONDISI PEREMPUAN DI BATAVIA PADA MASA

PERGERAKAN NASIONAL

A. Gambaran Umum Kota Batavia ............................................... 13

B. Keadaan Sosial di Batavia pada Masa Kolonial ....................... 18

C. Kondisi Perempuan di Kota Batavia ........................................ 22

BAB III ORGANISASI POETRI MARDIKA: PEMBENTUKAN,

ANGGOTA DAN PROGRAM

A. Sejarah Singkat Organisasi Poetri Mardika 1912-1920 ........... 26

B. Anggota Organisasi Poetri Mardika ......................................... 31

C. Program Organisasi Poetri Mardika ......................................... 32

Page 9: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

v

BAB IV POETRI MARDIKA DAN GERAKAN EMANSIPASI

PEREMPUAN

A. Peran Organisasi Poetri Mardika .............................................. 40

B. Dampak Organisasi Poetri Mardika dalam Memperjuangkan

Emansipasi Perempuan ............................................................. 56

C. Hambatan Organisasi Poetri Mardika dalam Memperjuangkan

Emansipasi Perempuan ............................................................. 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 66

B. Saran ......................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 70

LAMPIRAN .................................................................................................... 73

Page 10: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

vi

DAFTAR TABEL

II.1. Komposisi Penduduk Batavia................................................................... 20

III.1. Surat Kabar Perempuan Sebelum Tahun 1928 ....................................... 29

III.2. Jenis Sekolah Pada Tahun 1900 .............................................................. 35

IV.1. Organisasi Perempuan yang Berdiri Sebelum Tahun1928 ..................... 41

IV.2. Daftar Jumlah Anak-anak yang diberikan Beasiswa .............................. 45

IV.3 Perhitungan Uang Kas Poetri Mardika Tahun 1915 ................................ 46

IV.4. Aktivitas Kongres Poetri Mardika…………..………………………….48

IV.5. Perhimpunan yang Bekerjasama dengan Poetri Mardika ....................... 50

IV.6. Laporan pemerintah tentang pendidikan pada tahun 1928 ..................... 58

Page 11: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

vii

DAFTAR GRAFIK

III.1. Grafik Anggota Periode 1914-1919 ........................................................ 31

DAFTAR GAMBAR

II.1. Jan Pieterzoon Coen Gubernur ke 4 dan 6 Di Batavia ............................ 14

IV.1. Perhitungan Uang Kas Poetri Mardika 1916 ......................................... 47

IV.2. Laporan Masuk Uang Kas Poetri Mardika Tahun 1916-1919 ................ 63

IV.3. Laporan Keluar Uang Kas Poetri Mardika Tahun 1916-1919 ................ 64

Page 12: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

viii

DAFTAR ISTILAH

R.A : Raden Adjeng sebutan untuk para perempuan ningrat

Batavia : Ibu kota Hindia Belanda yang dibangun sejak menjadi

lokasi markas besar perdagangan Vereenigde Oost-

Indische Compagnie (VOC) serta menjadi kota yang telah

berkembang pesat oleh J.P Coen tahun 1619.

Kweekschool : Adalah salah satu jenjang pendidikan resmi untuk menjadi

guru pada zaman Hindia Belanda

Verslag : Laporan

Verpleegsters : Perawat

Bestuur : Pengurus

Ommelanden : Lingkungan sekitar Batavia, wilayah antara perbatasan

Kota dan Kabupaten-kabupaten

Studiefonds : Dana untuk para pelajar/ dana untuk membantu para

pelajar yang pandai tetapi kurang mampu dalam hal

pembiayaan

Pensiunfonds : Dana pensiun yang diberikan untuk para janda-janda

Fonds : Dana

f : Satuan gulden mata uang belanda

Raad Agama : Penasehat Agama

Selir : Selir merupakan istri yang dinikahi tetapi kedudukannya

lebih rendah dari pada istri yang utama biasanya kegiatan

ini dilakukan oleh para bangsawan.

Nyai : Nyai adalah perempuan pribumi yang menjadi istri lelaki

bangsa asing tanpa diketahuinya kejelasan sah-nya atau

menjadi istri yang tanpa dinikahi. Kedudukan Nyai sangat

lemah dalam hukum, begitupula dengan anak-anaknya

para Nyai jika mereka di tinggalkan ayahnya ke tanah

airnya maka mereka tdak dapat menuntut apa-apa.

LosbanDigheid : Sesuatu hal yang menyimpang/ penyelewengan.

Contributie : Uang iuran

Page 13: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

ix

Derma : Uang donasi

Abonnement : Uang administrasi surat kabar

Page 14: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

x

DAFTAR SINGKATAN

VOC : Vereenigde Oost-Indische Compagnie

ELS : Europeesche Lagere School

HIS : Hollandsch Inlandsche School

HIK : Hollandsch Indissche Kweekschool

MULO : Meer Uitgebreid Lager Onderwijs

AMS : Algemence Middlebare School

HBS : Hogere BurgerSchool

THS : Technische Hoge School

RHS : Rechtskundige Hogeschool

NIAS : Nederlandsh Indishe Artsen School

INS : Indonesisch Nederlandsche School

NIOK : Nederlandsh Indisch Kongres Voor Opvoeding En

Onderwijs

Page 15: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Laki-laki dan perempoean haroes misti sama-sama madjoe”

(Anonim, dalam surat kabar Poetri Mardika 16 Januari 1917)

Perempuan Indonesia telah mengambil peran penting dalam perjuangan

perjalanan bangsa yang tidak dapat dilupakan begitu saja. Bila diperhatikan awal

tahun 1900- an merupakan sebuah tahun dimana semangat untuk memperbaiki

keadaan perempuan mulai bangkit. Dalam kutipan surat kabar Soenting Melajoe

yang di tulis oleh Hatidjah, ia menuliskan:

Zaman ini diseboet orang zaman kemadjoean; madjoe! madjoe! apakah jang madjoe?

dengan kata madjoe adalah soeatoe perkataan jang loeas ma’nanja. Madjoe dengan kata

ma’na jang pantaslah saja oeraikan disini: Ditanah Europa dan Amerika soedah lama

besar kemadjoean itoe hidoep hingga bertjabanglah di tanah Djepang dengan

toemboehnja amat soeboer; madjoe di tempat jang terseboet itoe boekannja madjoe orang

laki-laki sadja, tetapi sama sama madjoe dengan perempoean. Kita sama sama taoe bahwa

di tanah Inggeris perempoean soedah mintak dengan keras akan disamakan hak laki-laki

dengan hak perempoan.1

Di asumsikan dalam kutipan di atas bahwa kemajuan memang sudah

menjadi impian para perempuan. Keadaan perempuan ketika awal abad ke-20 itu

sangat terbatas ruang geraknya, sehingga memunculkan adanya gerakan

emansipasi yang mengidealkan kemajuan perempuan sama dengan laki-laki.

Seperti kutipan yang di tulis oleh anggota Poetri Mardika (anonim, M) ia

mengatakan bahwa“laki-laki dan perempoean haroes misti sama-sama madjoe”.

M mengambarkan dalam tulisannya bahwa kaum perempuan harus terus berjuang

untuk menjadi lebih maju. Seperti juga tercatat pada kutipan surat kabar yang

ditulis oleh anggota Poetri Mardika dibawah ini:

“…Sebab biarpun anak perempuan belum cukup kepandaiannya dan belum ada pikiran

berumah-rumah jika ia sudah berumur 12 tahun dianggaplah ia sudah sampai buat

berumah sendiri oleh orangtuanya, lantas si orang tua mencari satu lelaki yang ia anggap

pantas buat menjadi menantunya…”2

1 Hatidjah,” Geraknja Kaoem Moeda Perempoan”, dalam soerat kabar Soenting Melajoe,

Desember, 1913. No 51, (Tahun II). 2 M (Anonim),” Adat jang haroes kita lenjapkan”, dalam surat kabar Poetri Mardika,

Juli,1915. No 4, (Tahun II), h. 43.

Page 16: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

2

Kutipan tersebut menggambarkan sebuah kondisi perempuan pada masa

abad ke-20 yang kerap berkutat di rumah tangga saja, di mana perempuan

terbelenggu dari kungkungan adat istiadat. Oleh karena itu muncullah gerakan

yang ingin melakukan perubahan, dan salah satunya adalah gerakan emansipasi

perempuan. Emansipasi perempuan dapat diartikan sebagai usaha untuk

memperjuangkan kebebasan dan menuntut persamaan hak kaum perempuan

terhadap kaum laki-laki.3 Namun kebebasan di sini maksudnya bukan kebebasan

yang mutlak, melainkan menuntut kebebasan dalam berpendidikan dan kebebasan

dari praktik adat yang merugikan pihak perempuan seperti praktik pernikahan usia

dini, pergundikan dan sebagainya.

Gerakan emansipasi pada abad ke-20 merupakan sebuah aksi yang

dilakukan oleh perkumpulan perempuan Indonesia untuk mempertinggi

kedudukan sosial dari segi pendidikan maupun kehidupan dalam ruang publik.

Pada abad ke-20 ini tampaknya menjadi periode penanaman kesadaran akan

pentingnya kebangkitan dan masa ini pun menjadi masa di mana perempuan

Indonesia mulai terjun bersama dengan kaum laki-laki untuk mewujudkan

persatuan untuk meningkatkan derajat bangsa. Periode ini merupakan suatu masa

dimana bangsa Indonesia berjuang untuk melepas diri dari penjajah asing yang

tidak lagi mengandalkan pada kekuatan senjata, melainkan dengan menggunakan

suatu perkumpulan yang memiliki tujuan ataupun cita-cita yang sama: memajukan

kesejahteraan bangsa.4 Bekerjasama dalam meraih tujuan guna mencapai cita-cita

kemajuan diantaranya dengan membentuk sebuah organisasi.5 Organisasi

merupakan salah satu upaya untuk mencapai tujuan yang diharapkan lebih efisien,

dikarenakan dalam sebuah organisasi setiap masing-masing anggotanya memiliki

peran yang saling berkaitan dengan tujuannya. Kesadaran akan perlunya

membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan pula dalam

periode ini disebut masa kebangkitan. Sebab, kunci perkembangan pada masa

3 Fahmi Wahyuningsih, “Perjuangan Tokoh Emansipasi Perempuan Indonesia dan

Jerman”, Lentera Jurnal Studi Perempuan, Vol. 9. No. 1, Juni 2013, h. 52 4 Sukanti Suryochondro, Potret Pergerakan Wanita di Indonesia, (Jakarta: CV Rajawali,

1984), h. 84. 5 Sukanti Suryochondro, Potret Pergerakan…, h. 84.

Page 17: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

3

kebangkitan ini adalah dengan munculnya ide-ide baru mengenai organisasi dan

dikenalnya gagasan baru.6

Keterlibatan kaum perempuan pada abad ke-20 di mulai dengan berdirinya

organisasi perempuan. Organisasi perempuan pada masa tersebut memiliki

gagasan yang membuat kaum perempuan sadar bahwa peningkatan derajat untuk

kaum perempuan sangatlah penting. Corak dari perkumpulan gerakan perempuan

pada masa sebelum kemerdekaan bersifat fokus kepada perbaikan kedudukan

perempuan hingga berkembang untuk meningkatkan hak pendidikan terhadap

perempuan.7

Di Batavia tahun 1912 untuk pertama kalinya didirikan sebuah

perkumpulan perempuan yang bernama Poetri Mardika.8 Organisasi ini

mendapatkan dukungan serta bantuan dari Budi Utomo yang menekankan pada

bidang pendidikan serta kebudayaan.9

Tokoh Poetri Mardika di antaranya: R.A. Theresia Saburudin, R.K.

Rukmini, dan R.A. Sutinah Joyopranoto.10

Dalam majalah Poetri Mardika

disebutkan bahwa pada tahun 1915 Teongkoe11

Theresia Saburudin sebagai ketua,

R.Aj. S. Djajapranata sebagai wakil, Abdulrahman sebagai komisaris.12

Poetri

Mardika merupakan organisasi yang bertujuan memberikan motivasi kepada

perempuan pentingnya meningkatkan taraf hidup para perempuan baik dalam

pendidikan maupun dalam kehidupan sosial.13

Sesudah tahun 1912 jumlah

perkumpulan perempuan bertambah banyak dan organisasi perempuan semakin

luas orientasinya, terutama dalam menjangkau masyarakat bawah untuk

mendapatkan kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat. Organisasi-organisasi

besar pada masa itu juga mendirikan perkumpulan atau bagian khusus perempuan.

6 G.A.Ohorella, Peranan Wanita Indonesia dalam Pergerakan Nasional,

(Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992), h. 1. 7G.A.Ohorella, Peranan Wanita Indonesia dalam Pergerakan Nasional..., h. 2.

8 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia

V, (Jakarta: Balai Pustaka,1993), h. 243. 9 Cora Vreede-de stuers, Sejarah Perempuan Indonesia Gerakan & Pencapaian,

(Jakarta: Komunitas Bambu, 2008), h. 24. 10

Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional

Indonesia…, h. 243. 11

Di dalam majalah Poetri Mardika tertulis sebutan untuk Theresia Sabarudin adalah

Teongkoe, sedangkan dalam sumber buku lain sebutan untuk Theresia Saburudin adalah R.A. 12

S.Djojopranoto, “Verslag dalam boelan juli sampai September 1915.”Poetri Mardika.

November, 1915. No 6 (Tahun II), h. 79. 13

Sukanti Suryochondro, Potret Pergerakan…, h. 85.

Page 18: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

4

Misalnya, Sarikat Islam, Muhammadiyah, dan Sarekat Ambon yang juga

mempunyai kelompok pergerakan perempuan. Kelompok pergerakan perempuan

dari Sarekat Islam ialah Wanudiyo Utomo kemudian Sarekat Perempuan Islam

Indonesia (SPII), bagian perempuan dari Muhammadiyah adalah Aisyiyah, dan

perkumpulan perempuan dari Sarekat Ambon adalah Ina Tuni. Rata-rata

perkumpulan-perkumpulan perempuan di atas bermaksud untuk memberikan

kesempatan bagi perempuan memiliki kepandaian-kepandaian khusus, seperti

keterampilan menjahit, membatik, merenda dan sebagainya. Kegiatan ini

diajarkan kepada perempuan agar mereka mempunyai kemampuan bertahan hidup

tanpa selalu bergantung kepada laki-laki. Sukanti Suryochondoro menjelaskan

bahwa “pergerakan perempuan 25 tahun pertama itu bersifat memperjuangkan

nilai-nilai baru dalam hal pendidikan, kesusilaan, dan peri kemanusiaan, serta

menuju pada usaha meninggikan kedudukan perempuan dalam keluarga dan

masyarakat.14

Nampaknya hal ini sangat terkaitan dengan cita-cita organisasi

Poetri Mardika. Kelahiran Poetri Mardika ini bertujuan memajukan pengajaran

anak-anak perempuan, sekaligus memperjuangkan kemerdekaan untuk para

perempuan.

Lahirnya sebuah organisasi yang didorong oleh gagasan kemerdekaan

menimbulkan kesadaran butuhnya untuk menyebarkan suara mereka secara luas.

Media massa dianggap sebagai kebutuhan untuk menampung maksud tersebut.15

Menurut Myra M. Sidharta di dalam buku yang di tulis oleh Kurniawan Junaedhi

bahwa surat kabar perempuan pertama adalah Tiong Hwa Wi Sien Po yang di urus

oleh Lien Titie Nio dan surat kabar kedua adalah Poetri Hindia yang terbit pada

1908 yang di pimpin oleh RTA Tirtokoesomoe, dan pada tahun 1912 dari Sumatra

Barat menerbitkan surat kabar yang bernama Soenting Melajoe.16

Begitupun

dengan Poetri Mardika yang mengeluarkan surat kabar untuk menyebarluaskan

gagasan-gagasan mereka. Menurut Kurniawan Junaedhi bahwa surat kabar Poetri

Mardika di terbitkan mulai tahun 1915,17

dengan semboyan surat kabarnya yaitu

“soerat kabar memperhatikan keadaanja pihak perempoan boemi poetra di

14

Sukanti Suryochondro, Potret Pergerakan…, h. 87. 15

Kurniawan Junaedhi, Rahasia Dapur Majalah di Indonesia. (Jakarta: PT Gramedia

Utama, 1995) h. xix. 16

Kurniawan Junaedhi…, h. 69. 17

Kurniawan Junaedhi…, h, 68.

Page 19: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

5

Insulinde”, di dalam surat kabar tersebut berisikan pengajaran terhadap

perempuan serta gagasan-gagasan baru untuk para perempuan. Surat kabar Poetri

Mardika tercantum nama percetakannya yaitu NV. Drukkerij Boedi Oetomo

Surakarta.18

Surat kabar ini mengandalkan pembiayaanya dari pelanggannya, lihat

warta redactie dalam surat kabar Poetri Mardika berikut ini:

Dari sebab kekoerangan wang, maka soerat kabar Poetri Mardika ini tjoema di keloearkan

8 katja. Menoeroet perhitoengannja Administratie, maka soerat kabar Poetri Mardika bisa

djoega dikeloerkan 12 katja djikalaoe tida ada langganan jang menoenggak. Maka dari

itoe kami harap pertolongannja langganan-langganan, soepaja kami bisa mengeloerkan

soerat kabar Poetri Mardika sebagaimana biasa19

Media massa tentunya sangat berpengaruh terhadap organisasi Poetri

Mardika. Poetri Mardika berperan sebagai pewacana emansipasi perempuan

dengan memperkenalkan gagasannya melalui surat kabar misalnya, dalam

persoalan pendidikan untuk perempuan. Di dalam sebagian surat kabar secara

jelas dituliskan bahwa Poetri Mardika membantu meningkatkan pendidikan

perempuan dengan memberikan bantuan dana beasiswa pendidikan serta

memberikan pengajaran dan kesadaran akan pentingnya meraih kemajuan

terhadap perempuan terutama dalam bidang pendidikan. Tujuan utama Poetri

Mardika memberikan pengajaran kepada kalangan perempuan karena masih

sangat kurangnya sekolah-sekolah untuk perempuan pribumi, disamping itu adat

maupun kebiasaan yang dapat dikatakan menghambat kemajuan perempuan,

seperti praktik pernikahan usia dini, praktik kawin paksa dan lain-lain.

Meskipun organisasi ini tidak berdiri lama namun dampaknya sangat besar

dengan adanya berbagai perkumpulan perempuan lain, baik yang didukung oleh

organisasi-organisasi umum laki-laki, maupun yang terbentuk secara mandiri oleh

kaum perempuan itu sendiri. Kesediaan perempuan untuk terlibat dalam kegiatan

organisasi makin meningkat dan kecakapan berorganisasi pun bertambah maju.

Hal ini disebabkan karena kesempatan belajar makin meluas dan berkembang ke

lapisan bawah. Contoh peran nyata yang telah diupayakan oleh Poetri Mardika

tercantum dalam verslag Poetri Mardika No. 5 Agustus 1915 ditulis oleh

Sadikoen Toendoekoesomo mengatakan bahwa Poetri Mardika telah membiayai

18

Kurniawan Junaedhi…, h. 68. 19

Poetri Mardika, No.4, Juli 1915, h. 41

Page 20: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

6

dua anak perempuan di HBS, satu anak perempuan di sekolah Belanda, tiga anak

di Bataviasche Kartinischool, dan satu anak perempuan di sekolah swasta.

Penulis tertarik melakukan penelitian mengenai organisasi Poetri Mardika

yang dibentuk di Batavia dengan periode tahun 1912-1919, karena dalam periode

tersebut merupakan masa keaktifan Poetri Mardika mengkampanyekan serta

memberikan gagasan terbaru tentang hak-hak perempuan. Adapun di Indonesia

masih belum ada kesepakatan penggunaan kata yang ajeg mengenai perempuan

dan wanita dalam penggunaan istilah untuk memanggil kaum yang kerap

dipanggil kaum hawa itu. Sebagian ada yang menggunakan istilah “perempuan”

dan tak sedikit pula menggunakan istilah “wanita”. Dalam skripsi ini penulis

menggunakan istilah “perempuan” dengan merujuk perspektif feminis di

Indonesia yang kerap memilih menggunakan istilah “perempuan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Melihat latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya oleh penulis maka

penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang berdirinya organisasi Poetri Mardika?

2. Bagaimana peranan organisasi Poetri Mardika dalam mengangkat derajat

Perempuan?

3. Bagaimana pengaruh pembentukan organisasi Poetri Mardika terhadap

kondisi dan gerakan emansipasi perempuan?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian:

Ada tiga tujuan yang penulis ingin capai melalui penelitian ini, yaitu:

a. Mengungkapkan latar belakang berdirinya organisasi Poetri Mardika.

b. Mengungkapkan peran Poetri Mardika dalam memperjuangkan

perempuan.

c. Mengungkapkan pengaruh Poetri Mardika terhadap kondisi perempuan.

Page 21: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

7

2. Manfaat penelitian :

Penelitian ini akan bermanfaat bagi berbagai pihak yang ingin mengetahui dan

mempelajari tentang peranan organisasi Poetri Mardika di Batavia pada masa

Pergerakan Nasional

a. Tulisan ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan wawasan bagi

pembaca tentang latar belakang berdirinya organisasi Poetri Mardika.

b. Tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai pengaruh

aktifnya organisasi Poetri Mardika di Batavia

c. Tulisan ini diharapkan dapat menambah referensi untuk penulisan

selanjutnya.

D. Kerangka Teori

Teori di dalam penelitian di umpamakan sebagai pemandu dalam meneliti

sebuah penelitian. Maka teori yang digunakan oleh penulis untuk menyoroti

masalah yang diteliti yaitu:

Gerakan Perempuan

Gerakan perempuan dapat dilihat sebagai usaha dari perbuatan individu

ataupun organisasi yang berperhatian terhadap berkurangnya berbagai aspek

subordinasi gender yang dipandang sebagai berjalinan dengan penindasan lainnya,

seperti misalnya yang didasarkan atas kelas, ras, etnik, umur dan seks.20

Gerakan

perempuan yang terjadi pada akhir abad ke-18 sampai awal abad ke-20 banyak

memusatkan perhatiannya pada upaya memperoleh ruang publik. Kaum sosialis

memandang perlunya gerakan perempuan yang bukan bertujuan memusuhi laki-

laki, melainkan gerakan perempuan mesti lebih kritis memandang asal-usul

penindasan terhadap perempuan dan kaum tertindas lainnya. Di dalam teori

gerakan perempuan maka penulis mencoba untuk mengaplikasikan teori tersebut

dengan melihat kondisi gerakan emansipasi perempuan serta kondisi perempuan

pada tahun 1912-1919.

20

Saskia E. Wieringa, Penghancuran Gerakan Perempuan Politik Seksual di Indonesia

Pasca Kejatuhan PKI, (Yogyakarta: Galangpress, 2010), h. 75.

Page 22: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

8

E. Tinjauan Pustaka

Penyusunan karya ilmiah agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan,

tentu mempunyai dasar yang kuat yaitu dengan tinjauan kepustakaan. Setiap

penelitian ilmiah tidak dilakukan dengan cara sembarangan tanpa disertai dengan

literatur yang relevan. Oleh karena itu tinjauan pustaka yang dikemukakan di

bawah ini berdasarkan literatur dan dengan sendirinya disesuaikan dengan

tema/judul penelitian. Berdasarkan penelitian yang sudah ada, belum ditemukan

yang membahas judul ini secara terperinci.

Sejauh ini yang ditemukan oleh penulis hanyalah berupa ulasan-ulasan

yang sifatnya masih umum, sebagian diantaranya adalah sebagai berikut: Sukanti

Suryochondoro, Potret Pergerakan Wanita di Indonesia dalam bukunya

menjelaskan sejarah pergerakan perempuan di Indonesia, latar belakang dari

munculnya gerakan perempuan, serta menjelaskan kontribusi yang di berikan oleh

gerakan perempuan bagi pergerakan nasional di Indonesia. Dalam bukunya ini

pun menjelaskan sekilas tentang organisasi Poetri Mardika. Selain itu penulis juga

menggunakan buku tulisan A.K. Pringgodigdo yang berjudul Sejarah Pergerakan

Rakyat Indonesia. Buku ini banyak membahas mengenai pergerakan perempuan

masa pergerakan nasional yang terbagi menjadi tiga periode yakni sebelum tahun

1920, masa tahun 1920-1930 dan setelah 1930. Pergerakan perempuan pada

masing-masing periode memiliki ciri-ciri masing-masing sesuai zamannya.

Pergerakan perempuan sebelum tahun 1920 identik dengan pergerakan pada

wilayah sosial, tahun 1920-1930 mulai berorientasi politik dengan mendirikan

banyak perkumpulan sedangkan periode setelah 1930 semakin jelas orientasi

politiknya. Selanjutnya Winingsari Trimurti, dalam skripsinya yang berjudul

Perkembangan Kongres Perempuan Indonesia Pertama Tahun 1928 di

Yogyakarta, menjelaskan pergerakan perempuan Indonesia pada masa pergerakan

nasional, pelaksanaan Kongres Perempuan Indonesia Pertama,dan perkembangan

Kongres Perempuan Indonesia.

Berdasarkan tinjauan tersebut maka dapat dipahami bahwa sudah cukup

banyak penelitian yang dilakukan tentang gerakan perempuan. Namun belum ada

satu kajian khusus tentang organisasi Poetri Mardika secara detil. Hal yang

Page 23: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

9

membedakan penelitian ini dengan yang penelitian yang lain adalah, penelitian ini

menjelaskan secara terperinci bagaimana keadaan organisasi Poetri Mardika baik

dari segi internal maupun eksternal, dan peran organisasi ini dalam melakukan

perubahan kondisi perempuan serta gerakan emansipasi perempuan di Hindia

Belanda, khususnya di Batavia.

F. Metode Penelitian

Metode sejarah adalah suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis

terhadap rekaman dan peninggalan masa lampau berdasarkan data-data yang telah

diperoleh.21

Metode yang digunakan dalam studi ini ialah metode historis dengan

pendekatan sosiologi. Pendekatan sosiologi merupakan suatu pendekatan yang

bertujuan untuk mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat yang berkaitan

dengan adat istiadat, kebiasaan, kehidupan dan tingkah laku.22

Metode hitoris

adalah sebuah penelitian yang tujuannya mendeskripsikan dan menganalisis

peristiwa-peristiwa masa lampau yang bertumpu pada lima langkah menurut

Kuntowijoyo, yaitu:23

a. Pemilihan Topik

Tahap awal dalam melakukan penelitian maupun penulisan yaitu

menentukan topik. Penentuan topik menjadi penentu langkah apa yang akan

dilakukan selanjutnya agar penulis fokus dalam pencarian sumber. Penulis tertarik

untuk mengadakan penelitian mengenai Gerakan Emansipasi Perempuan Awal

Abad Ke-20: Poetri Mardika 1912-1920 sebagai judul skripsi tidak terlepas dari

faktor intelektual penulis sebagai seseorang yang memiliki ketertarikan terhadap

pergerakan perempuan.

21

Louis Gottshalck, Terj. Nugroho Susanto, Mengerti Sejarah, (Jakarta: Universitas

Indonesia Press,2008), h. 39. 22

Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2001). h.136 23

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2001), h. 91.

Page 24: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

10

b. Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Heuristik merupakan tahapan pertama, yaitu tahapan pengumpulan sumber.

Pengumpulan sumber yang dilakukan penulis melalui data tertulis berupa

dokumen, buku-buku, surat kabar. Untuk itu penulis dalam melakukan penelitian

ini menggunakan suatu alat pengumpulan data penelitian berupa:

Library Research (Penelusuran Kepustakaan) yang dimaksud di sini adalah

penulis mengadakan penelusuran terhadap data-data tertulis, berupa buku-buku,

surat kabar dan skripsi-skripsi yang berhubungan dengan tema skripsi, terkait

dengan pencarian sumber penulis mencarinya di perpustakaan utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, perpustakaan Adab dan Humaniora, Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia, Perpustakaan milik pribadi Dosen Adab ibu Amelia Fauzia

Ph.D Sumber-sumber yang diperoleh kemudian dikategorikan berdasarkan

sifatnya, yaitu:

1. Sumber primer

Sumber primer adalah suatu dokumen atu sumber informasi yang

berkaitan langsung dengan peristiwa yang akan di teliti. Adapun sumber primer

yang digunakan dalam penelitian ini berupa surat kabar Poetri Mardika yang

berada di gedung Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jl. Salemba Raya

No. 28A, Kenari Senen Jakarta Pusat, DKI Jakarta.

2. Sumber sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber pendukung yang dapat digunakan

penulis untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai tema yang diteliti.

Melalui penelusuran Kepustakaan Library Research yaitu berupa buku-buku dan

skripsi-skripsi yang terkait dengan tema yang serupa.

c. Verifikasi

Verifikasi ada dua macam yaitu autentisitas (keaslian sumber) atau kritik

eksteren, dan kredibilitas atau kritik intern.24

Kritik sumber merupakan tahap

setelah melakukan pengumpulan data. Dalam tahap ini penulis menganalisis dan

mengkritisi sumber-sumber yang didapat agar mendapatkan sumber yang valid

dan relevan dengan tema yang diteliti. Penulis berusaha mencari sumber-sumber

24

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2001), h. 101.

Page 25: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

11

yang dapat di pertanggung jawabkan kebenaranya, serta melakukan kritik sumber

dengan membandingkan berbagai macam sumber yang telah didapat baik itu

sumber tertulis maupun tidak tertulis. Penulis melakukan kritik sumber terhadap

sumber primer yang merupakan berasal dari surat kabar dan lainnya. Kritik

sumber dilakukan untuk mengetahui keaslian dokumen tersebut sehingga

kredibilitasnya tidak diragukan.

d. Interpretasi

Menguraikan informasi dari data-data dan sumber yang sudah diperoleh

serta sudah dipilih merupakan tahap dimana peneliti harus bisa berfikir logis dan

sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu sejarah. Setelah sumber-sumber yang di dapat

dianalisis tahapan selanjutnya yang dilakukan penulis mencoba menafsirkan

terhadap sumber yang ditemukan oleh penulis, sehingga dapat menemukan

pemecahan atas permasalahannya.

e. Penulisan Sejarah (Historiografi)

Tahap ini merupakan tahap akhir dari sebagai penulisan akhir yang berupa

skripsi sebagai tugas akhir dalam perkuliahan di Program studi Sejarah dan

Kebudayaan Islam.

Page 26: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

12

G. Sitematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab.

BAB I: Menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat

penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian, sistematika penulisan.

BAB II: Menjelaskan kondisi perempuan di Batavia pada masa pergerakan

Nasional. Oleh karenanya penting untuk menjelaskan sejarah Kota Batavia secara

umum dan konteks sosial Kota Batavia di era Kolonial Belanda tahun 1912-1928

pada khususnya. Lebih jauh karena fokus penelitian ini adalah perempuan maka

penting menjelaskan bagaimana kondisi perempuan di Kota Batavia pada masa

itu.

BAB III: Menjelaskan sejarah salah satu gerakan perempuan Poetri Mardika di

Batavia pada tahun 1912. Organisasi ini didirikan guna membebaskan perempuan

dari belenggu adat istiadat sebagaimana dijelaskan dalam bab ini. Bab ini juga

menjelaskan bagaimana cara kerja organisasi ini dalam memperjuangkan aspirasi

perempuan.

BAB IV: Sebagaimana dijelaskan peran Organisasi Poetri Mardika semakin

terlihat signifikan. Dampak Organisasi Poetri Mardika terhadap Perempuan pun

penulis jelaskan dalam bab ini. Kemudian tidak lupa penulis jelaskan apa saja

hambatan Organisasi Poetri Mardika dalam Memperjuagkan Perempuan.

BAB V: Berisi kesimpulan dari adanya organisasi Poetri Mardika serta

pengaruhnya terhadap perempuan di masa awal abad ke-20.

Page 27: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

13

BAB II

KONDISI PEREMPUAN DI BATAVIA PADA MASA PERGERAKAN

NASIONAL

Berbicara mengenai gerakan emansipasi perempuan awal abad ke-20,

berarti kita berbicara tentang upaya perubahan sosial, dan tentang masyarakat

serta kondisi lingkungan kota seperti apa yang menjadi katalisatornya. Organisasi

Poetri Mardika dilahirkan dan dibesarkan di Kota Batavia (Jakarta). Penting untuk

melihat secara detail Kota ini sehingga bisa mendorong perubahan dan menjadi

tempat kelahiran sebuah organisasi gerakan perempuan pertama di Hindia

Belanda. Bab ini memuat dua poin penting, pertama tentang perkembangan Kota

Batavia sehingga dapat berkontribusi memajukan pembentukan gerakan

perempuan Poetri Mardika dan poin kedua adalah memberikan gambaran umum

keadaan perempuan di Batavia pada masa awal abad ke-20 sehingga menjadi

pusat tujuan dibentuknya gerakan perempuan. Pada poin kedua penulis

menggambarkan kondisi sosial masyarakat dan keadaan perempuan pada masa

kolonial di Batavia. Selain perkembangan Kota Batavia penulis menjelaskan

keadaan masyarakat, sehingga menimbulkan adanya rasa nasionalisme dan

membuat strategi perlawanan diubah dari kekuatan fisik menjadi kekuatan

pikiran. Maka dalam poin di bawah ini penulis akan menjelaskan lebih lanjut

tentang keadaan sosial serta keadaan perempuan di Batavia.

A. Gambaran Umum Kota Batavia

Batavia (dahulu sunda kelapa) merupakan kota pelabuhan kosmopolit

semenjak masa kerajaan Hindu-Budha.1 Setelah orang-orang Portugis berhasil

diusir nama Sunda Kelapa kemudian diubah menjadi Jayakarta, yang berarti

“Kemenangan Besar”. Nama Djakarta juga termuat dalam cerita Melayu klasik,

Hang Tuah, bahwa “djaja” berarti unggul, menang, megah, gagah berani. Adapun

“Karta” memiliki makna makmur, sejahtera, raharja, mukti.2 Maka Djakarta kira-

1 Susan Blackburn, Terj Gatot Triwira, Jakarta Sejarah 400 Tahun, (Jakarta: Masup

Jakarta, 2012), h. 5. 2 Boejoeng Saleh,”Asal-usul Nama-nama Tempat di Ibu Kota Indonesia”, Jurnal

Kebudajaan, vol 10, Oktober 1953, h. 256

Page 28: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

14

kira bermakna makmur karena kejayaan. Pada 27 Juni 1527 tanggal tersebut

sampai saat ini selalu diperingati sebagai hari kelahiran Kota Jakarta.3

Wilayah Batavia memiliki pola kota seperti kerajaan Islam pesisir Jawa

yang terdapat alun-alun, masjid, serta pasar yang diperkuat pagar kayu sebagai

garis pertahanan kota.4 Sejarah Kota Batavia erat hubungannya dengan kota

pelabuhan karena tumbuhnya perdagangan di kepulauan Indonesia dan

sekitarnya.5 Gambaran letak secara astronomis dan geografis terletak pada antara

60-80 Lintang Selatan dan 1060-108

0 Bujur timur serta dengan luas pelabuhan ±

65 KM2.6

Batavia selama rentang waktu yang cukup panjang, telah mengalami

proses perkembangan dan perubahan pesat, terlebih karena posisinya sebagai kota

pelabuhan dan perdagangan paling ramai di Nusantara. Kota Batavia juga telah

mengalami beberapa kali pergantian nama seiring dengan terjadinya pergantian

kekuasaan disana. Pada tahun 1619 terjadi pertempuran antara orang Belanda

melawan orang Inggris. Gubernur Jenderal VOC pada saat itu, Jan Pieterzoon

Coen (J.P. Coen) merebut dan mendirikan kota Batavia, Betawi atau Jakarta.

GAMBAR. II.1

Jan Pieterzoon Coen salah satu Gubernur ke 4 dan 6

Di Batavia pada masa jabatan 1619-1623 dan 1627-1629

Sumber:

http://bataviadigital.pnri.go.id/tokoh/?box=detail&id_record=7&npage=1&search_key=&search_v

al=&status_key=&dpage=1

3 Purnawan Basundoro, Pengantar Sejarah Kota, (Yogyakarta: Ombak, 2012), h. 85-86.

4 Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, (Jakarta:Kepustakaan Populer

Gramedia, 2009), h. 142-143. 5 Desca Dwi Savolta, Arsitektur Indis Dalam Perkembangan Tata Kota Batavia Awal

Abad 20, Skripsi, (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2010), h. 18.

Page 29: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

15

Kemudian Benteng Jayakarta diubah namanya menjadi Benteng Batavia,

yang berasal dari kata Bataaf atau Batavier, sebagai penghormatan pada suku

bangsa leluhurnya. Pada 30 Mei 1619, J.P. Coen berhasil menakkukkan Jayakarta

dan dirubah menjadi Batavia.6 Lambang kota yang tertua adalah lambang Batavia.

Lambang tersebut ditetapkan pada 15 Agustus 1620, berupa sebuah perisai

berwarna orange, campuran merah-kuning (rood-geel), yang ditengahnya

tergambar sebilah pedang. Pedang ini dilingkari “krans” dedaunan berwarna

hijau-kecoklatan, yang dua sisinya bagian bawah dihiasi pita. Pita ini sebenarnya

baru muncul pada lambang Batavia yang tertera pada mata uang tahun 1643.

Lambang kota Batavia menggunakan dua semboyan dari J.P. Coen,

“Despereert Niet” yang berarti “jangan putus asa” dan “Daer can in Indien wat

groots verricht”, yang diterjemahkan “karena di Hindia dapat dilaksanakan hal-

hal yang besar”.7 Disebutkan bahwa Batavia merupakan kota kolonial pertama

yang ada di Indonesia, kemudian Batavia mulai berkembang degan dibangunnya

bangunan baru yang bergaya Belanda pada tahun 1619, dengan kebijakannya J.P.

Coen mendirikan kota Batavia sebagai kota yang berkembang, elit serta strategis

untuk perdagangan di Hindia Belanda dan dunia pada awal abad ke-20.8

Saat Batavia berkembang, kemudian Batavia terbagi ke dalam dua bagian

yakni, Oud Batavia (Batavia Lama) dan Nieuw Batavia (Batavia Baru):

1. Oud Batavia

Oud Batavia merupakan julukan untuk awalnya Kota Batavia didirikan.

Wilayah ini sendiri dibuat menyerupai kota-kota di Belanda khususnya

Amsterdam.9 Oud Batavia mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1700 karena

pada periode ini, pemerintah kolonial mampu memperoleh kekuasaan efektif yang

layak atas sebagian besar penguasa-penguasa lokal tanpa harus melalui misi invasi

yang mahal. Selain itu, adanya perluasan wilayah tersebut dimanfaatkan

pemerintah Batavia untuk membangun berbagai bangunan dan monumen

6 Hendrick Niemeijer, Batavia Masyarakat Kolonial Abad XVII, (Depok: Masup Jakarta,

2012), h. 14. 7 P. Swantoro, Dari Buku ke Buku: Sambung Menyambung Menjadi Satu, (Jakarta:

Kepustakaan Populer Gramedia, 2002), h. 7. 8 Yudi Prasetyo,” Dari Oud Batavia sampai Nieuwe Batavia: Sejarah Kota Batavia 1596-

1900”.http://lppm.stkippgri-sidoarjo.ac.id/files/Dari-Oud-Batavia-sampaiNieuwe-Batavia.Di akses

pada 15 Mei 2016. 13.03 WIB 9 Willard A. Hanna, Hikayat Jakarta, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1988), h. 48.

Page 30: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

16

penunjang fasilitas penduduk kota seperti kastil, balai kota, rumah sakit, gereja,

lembaga peradilan, rumah panti asuhan, hingga urusan taman kota. Pembangunan

Batavia berjalan sangat pesat. Dalam waktu delapan tahun saja luas kota ini sudah

membengkak sampai tiga kali lipat, seluruh pembangunannya sendiri baru selesai

pada tahun 1650.10 Penduduk Oud Batavia dibagi dalam beberapa kategori, yaitu

vrijburger atau bekas pegawai dan tentara VOC yang tidak kembali ketanah

airnya, mestizo atau orang yang berdarah campuran Belanda- Asia, mardijker atau

bekas budak yang telah di bebaskan orang-orang Asia (sebagai besar adalah orang

Cina) dan berbagai etnis lain di Nusantara.11

2. Nieuw Batavia

Nieuw Batavia merupakan Batavia baru dibangun pada masa Gubernur

Jenderal Herman Willem Daendels. Daendels memiliki rencana untuk mengubah

dan meningkatkan kesehatan Kota Batavia yang sebelumnya memburuk, salah

satunya dengan memindahkan pusat Kota Batavia ke daerah pedalaman yang

kemudian dia beri nama Weltevreden. Weltevreden merupakan pusat dari kota

Batavia baru yang mampu menarik minat masyarakat untuk datang kesana.

Berbagai tempat menarik menjadi tujuan baik itu masyarakat sekitar maupun

wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri. Weltevreden yaitu pemukiman

pinggiran kota yang mengelilingi Koningsplein. Wilayah yang dikelilingi oleh

garis pertahanan Van den Bosch pada 1835.12 Secara bertahap Weltevreden

menjadi semakin lengkap dengan hadirnya gereja-gereja baru, sekolah, klab dan

lain-lain yang semakin mempertegas ciri khas kota Eropa modern. Di daerah

pedalaman Batavia, terutama pegunungan Priangan, dibangun perkebunan-

perkebunan yang luas serta pesanggrahan indah tempat tinggal orang Eropa, yang

keindahannya melebihi hampir semua rumah di Nieuw Batavia. Di Nieuw

Batavia, orang membangun rumah-rumah dipinggir jalan dan dinaungi oleh

pohon-pohon yang rindang. Rumah-rumah yang dibangun itu tidak seperti di Oud

Batavia, dekat dengan jalan dan bertingkat dua, namun terlihat modern seperti di

Eropa dengan tingkat satunya yang luas dan sejuk.13 Kebijakan Daendels yang

10

Desca Dwi Savolta, Arsitektur Indis…, h. 25. 11

Lance Castles,“ The Ethnic Profile of Djakarta, Indonesia ”, vol.1,April 1967, h. 155. 12

Susan Blackburn, Jakarta Sejarah…, h. 73. 13

Willard A. Hanna, Hikayat Jakarta…, h. 191.

Page 31: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

17

pertama terhadap kota Batavia yaitu Daendels memuat rencana besar mengubah

Weltevreden menjadi Ibukota baru meskipun keadaan keuangan pada waktu itu

buruk.14 Sedangkan untuk di daerah pedalaman Batavia, dibangun perkebunan-

perkebunan yang luas serta pesanggrahan indah tempat tinggal juragannya, yang

keindahannya melebihi hampir semua rumah di Nieuw Batavia. Realitas tersebut

mengembalikan citra dan gelar “Ratu dari Timur” yang pernah disandang pada

masa Oud Batavia.15

Sejak tahun 1912, Weltevreden direncanakan oleh Kantor Pekerjaan

Umum (BOW) Batavia sebagai pusat pemukiman penduduk Hindia Belanda

keturunan Eropa. Secara bertahap Weltevreden menjadi semakin lengkap dengan

hadirnya gereja-gereja baru, sekolah, klab, dan lain-lain yang semakin

mempertegas ciri khas Kota Eropa modern. Pinggiran Kota Batavia makin meluas

Weltevreden, ke daerah yang bernama Gondangdia dan Menteng. Jalan raya yang

megah pada waktu itu ialah Oranje Nassau dan van Heutz, atau sekarang Jalan

Diponegoro, Imam Bonjol dan Tengku Umar. Di jalan ini, atau didekatnya,

dibagun rumah-rumah besar dan bagus oleh penduduk terkemuka yang

kebanyakan orang-orang Belanda, beberapa orang Cina, dan juga beberapa kaum

ningrat Indonesia.16

Perkantoran pemerintah dan perdagangan di Batavia masih tetap terpusat

di daerah khusus, yang satu di Batavia Centrum, atau Batavia lama yang

diperindah, dan yang lainya di sekitar Koningsplein atau sekarang taman Monas.

Di Batavia Centrum itu terdapat bukti nyata tentang kemajuan yang dicapai.

Dikatakan bahwa Nieuwe Batavia merupakan perubahan kota yang kosmopolitan

dengan aspek yang melingkupinya. Nieuw Batavia dapat disejajarkan dengan

kota-kota besar dunia seperti Paris dan London. Kota ini menjadi semacam

magnet dengan segala hal yang menjadi ciri kota urban tersedia di Batavia, mulai

dari pusat pemerintahan, pusat kebudayaan, peluang bisnis, pendidikan, hiburan

hingga sektor pariwisata.17

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan

kota Batavia yang semakin berkembang, berdampak pada kemajuan beragam

14

Desca Dwi Savolta, Arsitektur Indis…, h. 27. 15

Willard A. Hanna, Hikayat Jakarta…, h. 191. 16

Desca Dwi Savolta, Arsitektur Indis…, h.76. 17

Yudi Prasetyo, Dari Oud Batavia…, h. 15.

Page 32: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

18

aktivitas, terutama ekonomi, di dalam membantu memajukan kegiatan didalam

kota tersebut.

B. Keadaan Sosial di Batavia pada masa Kolonial

1. Penduduk Batavia pada Abad ke- 19

Batavia menjadi kota yang berkembang dengan jumlah populasi

penduduknya yang terus meningkat. Awal abad ke-19, Kota Batavia diwarnai oleh

kehadiran lima kelompok yaitu, Belanda, Indo-Eropa, Cina, Arab, serta Pribumi.

Maka dari itu timbul berbagai pemukiman penduduk yaitu, orang Eropa, orang

Timur Asing, dan juga berbagai suku bangsa di Indonesia. Hal ini adalah akibat

dari dihapuskannya perdagangan budak, sehingga Pulau Jawa menggantikan

pulau-pulau lain sebagai sumber imigran yang masuk ke Kota Batavia.18

Di

bawah ini terdapat beberapa kelompok yang hidup di Kota Batavia:

Golongan Warga Mardiker

Merupakan kelompok yang ada diwilayah Batavia. Mereka berasal dari

kelompok budak yang dibebaskan dan merupakan orang-orang dari Bengali,

Tamil, Malabar, Gujarat, dan Srilanka. Selain itu, warga mardiker ini menjadi

warga yang memilliki kekayaan yang lumayan cukup karena mereka berhasil

mengumpulkan kekayaan yang lumayan banyak dan mereka tinggal dirumah-

rumah besar yang ada kebunnya atau memiliki lahan di Ommelanden. Semua ini

munkin karena mereka mewarisi jiwa dagang orang India yang cenderung

membuat mereka lebih gesit dibandingkan dari warga etnis Asia lain.19

Golongan Kelompok Mestizo

Kelompok ini dapat dikatakan kelompok masyarakat inlander yang berdarah

campuran Eropa dan Asia. Adapaun pertumbuhan warga mestizo pada 1632

seluruh penduduk Batavia berjumlah sekitar 8.000 orang, pada 1650 jumlah itu

bertambah dua kali lipat hal itu dikarenakan pada tahun 1636 Pemerintah

melarang para budak dan perempuan pribumi asli yang sudah menikah dengan

orang Belanda untuk berimigrasi ke negeri Belanda. Maka dari itu kebanyakan

keluarga campuran memilih tinggal di dalam Kota Batavia sehingga dapat di

18

Lance Castles, Profil Etnik Jakarta…, h. 18. 19

Hendrick, Batavia Masyarakat…, h. 35.

Page 33: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

19

simpulkan bahwa keadaan tersebut bedampak positif bagi perkembangan

kelompok mestizo. Kemudian kelompok campuran para mestizo tidak memainkan

peran teramat penting dalam kehidupan masyarakat pendatang di Batavia ketika

itu.20

Golongan Timur Asing dan Tionghoa

Kehidupan golongan Timur Asing dan orang Tionghoa secara umumnya

bergerak di perdagangan dan menjadi orang yang kaya. Namun, ada pula yang

tetap menjadi kuli dan hidup dalam kemiskinan.21 Kehidupan masyarakat Eropa

menjadi patokan peradaban paling tinggi di Batavia dengan segala

kemewahannya. Kemajuan kebudayaan barat menjadi salah satu faktor

berkembangnya kehidupan masyarakat Eropa yang mewah.

Golongan Pribumi

Penduduk pribumi mendapatkan penghasilan berdagang dari hasil bumi.

Produksi kerajinan, dan pemberian pelayanan, seperti mengemudi kereta sado,

kuli, penjahit, tukang sepatu, tukang kayu, pembatu rumah tangga, binatu/tukang

cuci pakaian, pembuat pelana dan pedati, buruh diindustri rakyat, yaitu

memproduksi topi dan kaset. Diantara mereka ada juga yang menjadi pegawai

kantor rendahan, seperti pengatar surat dan pegawai kantor, sedangkan yang lain

melakukan usaha sendiri, seperti pedagang keliling. Mereka ini biasanya tinggal

dikampung yang berdekatan dengan daerah tempat tinggal orang Eropa.

Pendapatan kalangan bawah ini tidak tetap, kerena pekerjaan mereka serabutan

dan hanya cukup untuk makan.22

Selain itu penduduk pribumi mendapatkan

penghasilan dari menjual tanaman, sedikit produksi kerajinan tangan dan

memberikan jasa pelayanan seperti menjadi kusir sado atau gerobak lembu, serta

menjadi pencuci pakaian. Banyak diantaranya yang menanam sirih dan menjual

daunnya sebagai bahan untuk mengunyah sirih. Para lelaki mengumpulkan buah,

kayu bakar, rumput (untuk populasi kuda yang semakin banyak) dan sayuran

untuk dijual ke Kota. Industri rumahan juga menjadi aspek ekonomi yang penting

bagi masyarakat pribumi.

20

Hendrick, Batavia Masyarakat…,h. 37-41. 21

Susan Blackbrun, Jakarta Sejarah…, h. 93 22

Desca Dwi Savolta, Arsitektur Indis…, h. 38.

Page 34: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

20

Menurut laporan Meyer Ranneft Huender; diperhitungkan bahwa penghasilan

satu keluarga Pribumi untuk satu tahun f. 225, jadi dalam sebulan mereka

berpenghasilan f. 18, 75. Sebagian lagi berpenghasilan dalam satu tahun f. 45, jadi

dalam sebulan hanya berpenghasilan f. 3,75 belum termasuk potongan pajak

sebesar 10%, di dalamnya tidak dijelaskan pendapatan tersebut didapat dari

bekerja di sektor apa saja. Sedangkan seorang Belanda pendapatannya f. 9000 atau

lebih dari f. 10.000, tergantung dari posisi dan kedudukannya. Jika seorang

Belanda pendapatannya kecil maka presentase untuk pajak kecil dibawah 10%.

Sedangkan pendapatan Pribumi yang sudah kecil ini sendiri masih harus dikenai

pajak 10%, dan bagi golongan Belanda diberikan dispensasi oleh pemerintah

Hindia Belanda.23

2. Penduduk Batavia Abad ke- 20

Pada awal abad ke-20, penduduk Batavia meningkat pesat hingga 500.000

jiwa, terdiri dari 50.000 orang Belanda dan 200.000 orang Indo.24

Lihat tabel

penduduk Batavia dalam periode 1890-1920 dibawah ini:

TABEL II.1

Komposisi Penduduk Batavia 1890-1920

KOMPOSISI PENDUDUK BATAVIA

TAHUN EROPA DAN

YANG

DISAMAKAN

TIONGHOA ARAB TIMUR

ASING

LAIN

PRIBUMI TOTAL

1890 10.793 78.925 2.410 162 978.466 1.070.756

1900 13.653 89.064 3.062 252 1.831.974 1.938.006

1905 13.805 92.520 2.772 277 1.999.978 2.109.352

1920 37.128 - - 122.065 2.628.142 2.787.345

Sumber: Hanneke Lomerse, “Tabel Komposisi Penduduk Batavia”, dalam Gert Oostinde (ed.),

Dutch Colonialism, Migration, and Cultural Heritage (Leiden: KITLV Press) 2008, hlm. 322

Dalam tabel diatas menunjukan bahwa pada tahun 1900-an semakin

meningkat kepadatan penduduk di Batavia. Hal ini menjelaskan bahwa Batavia

semakin berkembang pesat dimulai pada tahun 1900-an. Selanjutnya pada awal

abad ke-20 kota-kota Batavia merupakan kota dengan aktivitas ekonomi yang

cukup tinggi. Hal ini menunjukan faktor pendorong majunya tingkat gaya hidup

23

Desca Dwi Savolta, Arsitektur Indis…, h. 40. 24

Yudi Prasetyo,”Dari Oud Batavia”…, h. 14.

Page 35: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

21

masyarakat perkotaan di kota-kota itu. Proses modernisasi ini dapat terjadi karena

diakibatkan oleh faktor-faktor pemicu antara lain, laju pertumbuhan penduduk

yang tinggi, berkembangnya sekolah-sekolah gaya Barat, liberalisasi

perekonomian yang meningkatkan arus migrasi penduduk asing dan arus investasi

modal asing, pesatnya industrialisasi, pesatnya pembangunan infrastruktur dan

sistem komunikasi modern, serta pembaharuan sistem administrasi dan birokrasi

pemerintahan kolonial Belanda.25

Modernisasi yang mulai terbangun serta dorongan kebangkitan semangat

kebebasan pada awal abad ke-20 agaknya telah merubah pola pikir masyarakat

Batavia untuk bisa berbaur, terlebih dengan adanya percampuran atau perkawinan

antar etnis yang secara terus-menerus berlangsung di Batavia. Kehidupan

masyarakat Eropa menjadi patokan peradaban paling tinggi di Batavia dengan

segala kemewahannya. Kemajuan kebudayaan barat menjadi salah satu faktor

berkembangnya kehidupan masyarakat Kemudian Batavia berkembang karena

didukung adanya mulai perubahan serta pembaruan dalam kota tersebut sehingga

memberikan perkembangan diantaranya sekolah-sekolah yang berkembang di

Batavia memunculkan generasi-generasi baru yang mneumbuhkan gagasan baru.

Selanjutnya membahas tentang gaya hidup masyarakat di Kota Batavia.

Batavia memiliki beragam etnis diantaranya, Orang Cina, Arab, dan pribumi.

Mereka memiliki gaya hidup yang berbeda dengan orang Eropa, karena kelas

sosial mereka yg berada dibawah orang Eropa. Identitas masyarakat di Kota

Batavia sendiri tergambarkan dari tata cara berbusana tiap golongan yang telah

terbagi tadi. Masyarakat Eropa sebagai strata sosial paling atas dalam Kota

Batavia, pada awal abad 20 terlihat sangat hedonis dengan gaya busana khasnya

yang sering disebut pakean Eropa.26

Model-model baju berkerah menjadi ciri

khas, serta jas yang menjadi pelengkap terlebih bagi orang Eropa yang bekerja di

dalam pemerintahan penggunaan jas menjadi sangat lah wajib. Gaun-gaun yang

berwarna cerah dengan hiasan topi kecil menjadi gaya busana bagi perempuan

berkebangsaan Eropa yang ada di Batavia. Hal ini disebabkan pada permulaan

25

Sartono Kartodirdjo, Perkembangan Peradaban Priyayi, (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1987), h.166. 26

Didi Kwartanada, Dua Abad Pakean Eropa di Indonesia, Simbol Pemberontakan

dan Modernitas, (Esquire: 2013), h. 91.

Page 36: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

22

abad ke- 20 mode pakaian barat mulai mengikuti tren yang terjadi di Paris.27

Lalu

ada etnis Tionghoa yang menjadi kelas masyarakat nomor dua setelah orang-

orang Eropa. Walaupun ada juga diantara mereka yang hidup dalam kelas elit

bangsawan. Orang Cina dalam kalangan kelas menengah kebawah umumnya

mempunyai ciri khas rambut yang di kepang panjang dengan baju bercirikan

orang Cina pada umumnya. Mereka biasanya bekerja secara serabutan seperti

memalu, mengergaji, mengecat, menjahit, dan membangun atau melakukan

kerjaan lainnya. Meski banyak yang menjadi kuli atau pedagang kaki lima dengan

penghasilan yang minim, namun tidak dapat di pungkiri banyak juga orang Cina

yang sukses di Batavia dan biasanya menjalankan hidup layaknya orang Eropa.

Sedangkan orang Arab yang kebanyakan hidup dengan cara berdagang

mempunyai ciri khas pakaian dengan gamis dan penutup kepala berupa kain

sorban, dengan jenggot yang menghiasi wajah mereka. Sedangkan pada golongan

bawah di huni oleh etnis pribumi dengan gaya busana yang menjadi ciri dari

identitas mereka ialah sarung dengan baju lengan pendek dan bahkan bertelanjang

dada kemudian kaum perempuan cenderung berbusana kebaya pada umumnya.

Orang pribumi kebanyakan hidup menjadi kuli dan pekerja kasar.28

C. Kondisi perempuan di Kota Batavia pada masa Kolonial

Tahun 1600-an kedatangan VOC di Nusantara sekitar menjadi awal di

mulainya pergundikan dan munculnya para nyai pada masa penjajahan.29

Pada

periode ini keadaan yang dialami oleh perempuan adalah pergundikan.

Pergundikan ini dimulai dari dipekerjakannya para perempuan pribumi untuk

mengurus rumah tangga para pegawai kulit putih, yang lambat laun tidak hanya

berkutat pada urusan dapur namun juga menemani majikannya tidur. Ketika itu

banyak dari laki-laki Eropa terlebih orang bangsawan memiliki dan memelihara

perempuan Pribumi untuk dijadikan nyai atau gundik yang diambil dari anak atau

27

Agung Wibowo, “Gaya Hidup Masyarakat Eropa di Batavia Pada Masa Depresi

Ekonomi (1930-1939)”, Skripsi, (Depok: Universitas Indonesia, 2012), h. 57. 28

Susan Blackburn, Jakarta Sejarah…, h.71. 29

Reggie Baay, Nyai dan Pergundikan di Hindia Belanda, (Depok: Komunitas

Bambu, 2010), h.1.

Page 37: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

23

istri pekerja perkebunan atau dari kampung orang Pribumi.30

Relasi kuasa antara

majikan dengan budak perempuannya ini membuat pergundikan menjadi sebuah

sistem yang sulit diberantas. Pergundikan terus berlanjut hingga bertahun-tahun

selama masa kolonial karena sistem ini juga kemudian diteruskan oleh

keturunannya atau orang-orang Indo.31

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) disebutkan bahwa gundik berarti istri tidak resmi, selir, atau perempuaan

piaraan. Pergundikan berarti suatu praktik dalam masyarakat yang berupa ikatan

hubungan di luar perkawinan antara seorang perempuan dengan seorang laki-laki

dengan alasan tertentu.32

Memasuki masa kolonialisme, pergundikan sebagai salah satu strategi dari

bangsa pendatang agar dapat diterima oleh penduduk asli dengan cara menikahi

perempuan pribumi. Selain itu para pendatang biasanya tidak membawa istri dari

negeri asalnya sehingga mengambil istri penduduk pribumi atau sekedar menjalin

hubungan tanpa status. Dalam abad ke-20 masih banyak orang Eropa

menggunakan sebutan untuk para nyai. Sebutan yang paling halus adalah inlandse

huishoudster yang berarti pembantu rumah tangga. Para nyai yang dipelihara di

dalam tangsi-tangsi tentara kolonial biasa disebut moentji. Istilah ini merupakan

pelesetan dari kata mondje yang berarti bermulut kecil. Sebutan ini merujuk pada

kenyataan bahwa para perempuan gundik merupakan perempuan penurut, tidak

banyak bicara, tidak protes, dan tunduk pada tuannya. Terkadang muncul pula

julukan snaar/snoer (senar atau dawai) yang digunakan untuk menyebut seorang

pelacur atau perempuan panggilan. Berbagai sebutan itu memiliki satu maksud

yaitu menegaskan bahwa meskipun mereka menjadi istri seorang majikan kulit

putih, namun kedudukan nyai tidak dianggap sederajat.33

30

Djoko Soekiman, Kebudayaan Indis, Dari Zaman Kompeni sampai Revolusi, (Jakarta:

Komunitas Bambu, 2011) , h.72. 31

Hendra Kurniawan,” Nyai Dalam Pergundikan: Pendorong Munculnya Kaum Indo

di Hindia Belanda”, dalam jurnal Historia Vitage seri pengetahuan dan pengajaran sejarah.

Vol 28, No 2, Universitas Sanata Dharma, 2014), h. 139. 32

Hendra Kurniawan, Nyai dalam Pergundikan…, h. 139. 33

Reggie Baay,”Nyai Dalam Pergundikan”…, h. 58-59.

Page 38: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

24

Masyarakat tradisional pada umumnya menganggap status perempuan

berada di bawah kaum laki-laki. Kaum perempuan tidak diberi kebebasan untuk

menentukan nasibnya sendiri. Perempuan tidak diberi kesempatan untuk maju,

karena adanya adat isiadat yang mengikat kebebasan bergerak para perempuan.

Kaum perempuan hanya dipersiapkan menjadi calon pelayan suami yang harus

bekerja di dalam rumah.34

Menurut Cora Vreede keadaan perempuan itu terbagi

dalam empat golongan yaitu:

- Golongan kelas pertama yaitu bangsawan, mereka mendapatkan

pendidikan hanya saja ketika mereka sudah beranjak umur 12 tahun maka

mereka akan menjalani masa pingitan dan kemudian dinikahkan dengan

pilihan orangtuanya.

- Golongan kelas menengah, perempuan golongan ini di berikan kebebasan

untuk melakukan kegiatan seperti bekerja di sawah, belajar menjahit dan

sebagainya, hanya saja mereka memang tidak dapat merasakan pendidikan

di sekolah. Mereka juga merasakan perjodohan seperti halnya kaum

perempuan bangsawan. Untuk perempuan kelas menengah ini mereka

dinikahkan pada umur 12-15 tahun.

- Golongan ketiga, golongan perempuan kelas bawah keadaanya hamper

sama dengan keadaan perempuan kelas menengah, hanya saja untuk

perempuan kelas rendah tidak disebutkan pada umur berapa mereka di

nikahkan.

- Golongan keempat adalah perempuan golongan santri, perempuan dalam

golongan ini memang tidak disekolahkan namun mereka mendapatkan

pendidikan agama dan di nikahkan pada umur 15 tahun. 35

34

Mayling Oey Gardine, Perempuan Indonesia Dulu dan Kini, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama,1996), h. 293. 35

Cora Vreede-de stuers, Sejarah Perempuan Indonesia Gerakan & Pencapaian..., h. 63-

64.

Page 39: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

25

Dapat disimpulkan bahwa keadaan perempuan pada masa tersebut tidak lepas

dari pernikahan usia dini dan hak (seperti mendapatkan kebebasan untuk meraih

pendidikan dan mendapatkan kebebasan untuk mengeskplor diri dalam ruang

publik) yang mereka dapati juga terbatas. Meskipun pada abad tersebut

kedudukan perempuan masih disepelekan dan selalu diberikan keterbatasan ruang

gerak ketika mereka beranjak dewasa dengan alasan untuk menjaga para

perempuan agar terhindar dari budaya Barat. Namun alasan tersebut di sanggah

oleh Sadikoen dalam surat kabar Poetri Mardika ia mengatakan bahwa untuk

menghindarkan perempuan dari budaya Barat itu berada dalam keyakinan dirinya

sendiri, maksudnya dengan ketetapan hati dalam mempertahankan kebudayaan

serta pikiran berada dalam diri mereka sendiri.36

36

Sadikoen Toendokoesomo. “Perobahan Alam Perempoewan’’, dalam surat kabar

Poetri Mardika, September, 1915. No 6, (Tahun II), h.58.

Page 40: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

26

BAB III

ORGANISASI POETRI MARDIKA: PEMBENTUKAN, ANGGOTA

DAN PROGRAM

Ketika berbicara mengenai organisasi tentu saja tidak akan lepas untuk

membicarakan latar belakang organisasi, misi organisasi, serta faktor pendorong

munculnya organisasi tersebut. Maka bab III ini ditulis guna menjelaskan

beberapa hal seputar Poetri Mardika. Baik dari sejarah, tujuan, hingga keadaan

anggota-anggotanya.

A. Sejarah Singkat Organisasi Poetri Mardika Tahun 1912-1919

Permulaan abad ke-20 merupakan masa kebangkitan di Indonesia karena

dampak kebijakan dari politik etis. Politik etis merupakan ide dari Van Deventer

yang berpendapat bahwa Indonesia telah berjasa membantu keungan pemerintah

Belanda. Oleh karena itu sudah sewajarnya kebaikan orang Indonesia dibayar

kembali dengan upaya melalui irigasi, edukasi, dan emigrasi.37

Salah satu upaya

dari politik etis ialah kaum pribumi di berikan kebijakan untuk belajar di sekolah

yang didirikan oleh pemerintah Belanda. Hasil dari pendidikan tersebut

menimbulkan kebangkitan pada masyarakat pribumi dengan munculnya ide-ide

mengenai organisasi.38

Berorganisasi merupakan cara mencapai tujuan yang

diharapkan bersama akan lebih mudah atau efisien. Sebab dalam sebuah

organisasi, setiap masing-masing anggotanya memiliki peran yang saling

berkaitan dengan tujuannya. Alasan umum perempuan merasa perlu membentuk

sebuah organisasi supaya kaum perempuan merasakan bahwa kedudukannya

masih jauh dari baik. Sepertinya masih banyak yang harus disempurnakan dalam

bermacam lapangan seperti dalam lapangan ekonomi (kurangnya jaminan hidup),

dalam bidang sosial (masih ada kepincangan-kepincangan pergaulan, kurang

sempurnanya pendidikan), dan lain-lainnya. Bila disadari bahwa organisasi-

organisasi itu menjadi alat perjuangan rakyat Indonesia menghadapi penjajah

Belanda karena tindakan-tindakan pemerintah Belanda, peraturan-peraturan

37

Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994) h.16-17 38

G.A.Ohorella, Peranan Wanita dalam Pergerakan Nasional. (Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1992), h. 1.

Page 41: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

27

negara yang dipergunakannya, cara-cara menyusun perekonomian masyarakat,

seluruhnya merugikan rakyat Indonesia.39

Faktor dari penderitaan akibat penjajahan menimbulkan rasa Nasionalisme

pada rakyat Indonesia. Rasa Nasionalisme mengubah strategi pelawanan dari

kekuatan fisik menjadi kekuatan pikiran, maka timbul golongan kaum terpelajar

mendirikan organisasi Budi Utomo yang memiliki pandangan terhadap

nasionalisme dan perempuan.40

Permulaan abad ke-20 muncullah organisasi

nasional perempuan pertama di Batavia “Poetri Mardika” (1912) yang di dukung

oleh organisasi Budi Utomo, dapat dikatakan bahwa Poetri Mardika merupakaan

organisasi keputrian dari Budi Utomo.41

Organisasi Poetri Mardika dapat

disimpulkan sebagai organisasi perempuan yang berideologi nasionalisme, hal ini

merujuk kutipan yang ditulis dalam majalah Poetri Mardika

“…apakah maksoed kita bergerak menoembohkan beberapa perkoempoelan? Tida lain

mendjoejoeng bangsa dan tanah: membangoenkan bangsa jang oetama. Maka dari itoe

haroeslah kita bersama-sama meoesahakan, selamanja pada kita sendiri, soepaja saudara

fehak perempoean menjadi iboe jang bijaksana: sebab tjoema iboe jang bijaksana bakal

bias menoeroenkan bangsa satria…42

Kemudian untuk kata mardika merupakan kata dari merdika atau merdeka, seperti

dari tulisan yang termuat dalam majalah Poetri Mardika

“…Kamardikaan: Jaitoe kamardikaan boeat berlakoe meneroet goemolongnja perasaan

kita dan boeat melakukan menoeroet djalanja angen-angen jang menontoen kita pada

tempat keoetamaan tadi goena njampoerken dengan perasaan kita: djadi goenanja

kemerdikaan tadi jaitoe boeat njampoernakan keadaan hidoep kita”...43

Tulisan yang tercantum di dalam majalah tersebut menunjukan, bahwa

Poetri Mardika menginginkan kemerdekaan serta kehidupan yang lebih baik.

Seperti yang dikatakan oleh Asiah (seorang ketua dari Poetri Mardika yang

menjabat pada tahun 1916), ia mengatakan bahwa;

39

Amini Sutari Abdul Gani, Perjuangan wanita Indonesia 10 windu setelah kartini

1904-1984, (Departemen Penerangan RI, 1984), h. 166. 40

Leiriza, R.Z, dkk, Sejarah Pemikiran tentang Sumpah Pemuda. (Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan

Dokumentasi Sejarah Nasional, 1989), h. 123. 41

Sukanti Suryochondro, Potret Pergerakan…, h. 85. 42

Koesoemo,”Keoentoengan Hindia.’’Poetri Mardika, Maret, 1916. No 3, (Tahun III),

h.32. 43

Sadikoen Tondokoesoemo.” Toedjoean dan sifatnja perobahan alam perempoean”

Poetri Madika, Desember, 1916. No 12, (Tahun III), h.122.

Page 42: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

28

“ a) memang soedah djadi maksoed kita oerang perempoean bebas dari koewasanja orang

lelaki: sebab seperti saudara soedah bilang maka kebanjakan orang lelaki meninggalkan

koewadjibannja atau istrinja: sepandjang pendapatan kami, maka kebanjakan orang lelaki

tida tjoema meninggalkan sadja, akan tetapi kebanjakan memang tida mengerti apa jang

mendjadi koewadjibannja soeami sabatoelnja atas isterinja, jaitoe koewadjiban mendjadi:

goeroe laik, artinja mendjadi pendidik, penoentoen dan panoetan (tjonto), b) memang

soedah djadi maksoed kita soepaja oerang perempoean meneria haknja sama dengan

lelaki, jaitoe ha katas pengetahoean dan koewadjiban manoesia dalam hidoep bersama-

sama”.44

Selanjutnya kutipan dalam verslag Poetri Mardika yang disampaikan oleh

R.Ng. Asiah45

menerangkan arti kata “Merdeka” dalam nama organisasi Poetri

Mardika yang berada di Batavia ini sebagai berikut:

“Merdeka dalam perhimpoenan P.M. itoe tidak boleh diartikan LOSRAN DIGREID,

tetapi arti jang berboenji dalam perkataan itoe ialah: LOEWES akan ketjakapan

perempoewan dalam koewadjibannja dan dapat toeloeng meneoloeng dengan pehak

lelaki”.46

Bahwasanya untuk kata merdeka dalam Poetri Mardika ini adalah

mengupayakan memperluas ruang gerak untuk para perempuan dan bukan lagi

terbelenggu dengan perkara adat istiadat yang membatasi para perempuan.

Lahirnya sebuah organisasi yang di dorong oleh gagasan kemerdekaan maka,

menimbulkan kesadaran akan butuhnya untuk menyebarkan suara mereka secara

luas. Media massa di anggap sebagai kebutuhan untuk menampung maksud

tersebut.47

Menurut Myra M. Sidharta di dalam buku yang di tulis oleh Kurniawan

Junaedhi bahwa surat kabar perempuan pertama adalah Tiong Hwa Wi Sien Po

yang di urus oleh Lien Titie Nio dan Surat Kabar kedua adalah Poetri Hindia yang

terbit pada 1908 yang di pimpin oleh RTA Tirtokoesomoe, dan pada tahun 1912

dari Sumatra Barat menerbitkan surat kabar yang bernama Soenting Melajoe.48

44

Asiah. “Poetri Mardika”, April, 1916. No. 4, (Tahun III), h.10. 45

Asiah merupakan seorang ketua organisasi Poetri Mardika pada masa kepemimpinan

tahun 1916-1919. 46

“Verslaag Algemenee Vergadering P.M. di gedoeng No. 41 KRAMAT (Weltevderen)

pada tanggal 19 Agustus 1917”. Poetri Mardika, Oktober, 1917. No 10, (Tahun IV), h.100. 47

Kurniawan Junaedhi, Rahasia Dapur Majalah di Indonesia. (Jakarta: PT Gramedia

Utama, 1995) h. xix. 48

Kurniawan Junaedhi, Rahasia Dapur Majalah di Indonesia…, h. 69.

Page 43: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

29

TABEL III.1

Surat Kabar Perempuan Sebelum Tahun 1928

NAMA SURAT KABAR TAHUN

1 Tiong Hwa Wi Sien Po 1906

2 Poetri Hindia 1908

3 Soenting Melajoe 1912

4 Wanita Sworo 1912

5 Sekar Setaman 1914

6 Poetri Mardika 1915

7 Hesti Oetama 1918

8 Perempoan Bergerak 1919

9 Doenia Istri 1922

10 Istri Soesilo 1924

Sumber: Kurniawan Junaedhie, Rahasia Dapur Majalah di Indonesia. (Jakarta: PT Gramedia

Utama, 1995)

Menurut Kurniawan Junaedhie bahwa majalah Poetri Mardika telah terbit

di tahun 1915 namun, di dalam surat kabar Soenting Melajoe pada tahun 1914

Poetri Mardika telah di sebutkan di dalam surat kabar Soenting Melajoe yang

berjudul “Satoe Karangan dalam Soerat Chabar” Poetri Mardika” di Betawi,

menghinakan Orang Alam Minangkabau”, dalam artikel Soenting Melajoe ini di

tulis oleh S. Maharadja Lelo yang mengkritik serta mengklarifikasi surat kabar

Poetri Mardika pada tahun 1914 yang membahas adat orang minangkabau bahwa

untuk laki-laki minang yang di lamar oleh perempuan dan di berikan uang

lamaran oleh pihak perempuan.49

Tulisan ini telah menunjukan bahwa Poetri

Mardika telah menerbitkan majalah di tahun 1914.

Poetri Mardika menerbitkan majalah karena memiliki gagasan baru untuk

meraih kemerdekaan, maka organisasi Poetri Mardika berupaya menerbitkan

majalah yang berfungsi sebagai penyebar gagasan kemajuan perempuan serta

sebagai sarana praktis pendidikan dan pengajaran. Penerbitan majalah ini juga

sebagai bentuk usaha organisasi-organisasi perempuan Indonesia untuk

49

S. Maharadja Lelo, “Satoe Karangan dalam Soerat Chabar” Poetri Mardika” di Betawi,

Menghinakan Orang Alam Minangkabau”. Soenting Melajoe, Juni, 1914. No 26. (Tahun III).

Page 44: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

30

memberikan pendidikan kepada kaum perempuan.50 Tjiptorahardjo mengatakan

dalam majalah Poetri Mardika bahwa tujuan Poetri Mardika sebagai berikut:

Soerat kabar P.M. goena terbatja sekalian orang, terlebih pada kaoem poetri, karena

soedara itoe joega toedjoennja, agar soepaja menambah pemandangan dan

pendengarannja, Olih karena itoe barang siapa mempoenjai soerat kabar P.M.

sosoedahnja terbatja soedah apalah kiranja memberikan handai dan taukanja, agar soepaja

lambat laoen sekalian orang mengetahoei toedjoeannja P.M. lebih tegas lagi.51

Media massa (surat kabar) merupakan salah satu media yang ampuh dan

sangat efektif untuk menyebarkan gagasan, ide dan cita- cita mereka. Surat kabar

berfungsi sebagai penyebar gagasan dan sebagai sarana pendidikan serta

pengajaran agar pemikiran kaum perempuan terbuka dengan tanggung jawab yang

semestinya.52

Adapun harga majalah Poetri Mardika pada tahun 1915 dikenakan

biaya sebesar f.1 (gulden), untuk berlangganan selama satu tahun dengan

pembayaran di awal terlebih dahulu. Dalam laporan surat kabar diberitahukan

bahwa terdapat adanya kenaikan harga seperti yang telah di paparkan oleh Asiah

dalam laporan administrasi.

Dari sebab hargannja kertas naik 100% maka terpaksalah kita menaikkan djoega

hargannja abonnement. Harganja langganan sekarang djadi f. 1, 50 boeat satoe tahoen.

Dari naik hargannja abonnement maka kita harap, soepaja ini tida mendjadi lantaran

boeat berhenti menjadi abonne. Dengan hormat kita minta pada langganan jang beloem

membajar, soedi apalah kiranja meloenaskan toenggakannja, soepaja soerat kabar dapat

teroes dikeloerkan tiap-tiap boelan dengan 12 katja.53

Maka dengan laporan ini harga surat kabar Poetri Mardika pada tahun

1916 naik menjadi f. 1,50 kemudian tahun 1920 naik menjadi f. 2,50. Dana hasil

dari pembelian surat kabar ini dimasukkan ke dalam dana kas Poetri Mardika dan

dialokaskan untuk dana keperluan anak tanggungan Poetri Mardika. Dana dari

pembayaran majalah tersebut dijadikan sebagai pemasukan uang kas organisasi

dan dana tersebut diperuntukkan untuk keperluan organisasi.54

50

Kongres wanita Indonesia, Sejarah Setengah Abad Kesatuan Pergerakan Wanita

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1986), h. 44. 51

Tjiptorahardjo, “Soerat Kabar”, Poetri Mardika, Juli, 1917. No 7. (Tahun IV), h.70. 52

Kongres Wanita Indonesia, Sejarah Setengah Abad…, h. 44. 53

Asiah,” Warta dari administratie ”, Poetri Mardika, april 1917. No 4. (Tahun III), h. 39. 54

Lihat pada tabel V dan gambar II pada bab IV.

Page 45: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

31

B. Anggota Organisasi Poetri Mardika

Dalam sebuah organisasi tentu saja terdapat struktur pengurus dan

keanggotaan. Poetri Mardika tahun 1915 di pimpin oleh R.A.Theresia

Sabaroedien dan pada tahun 1916 dipimpin oleh R. Nganten Asiah Koesrin.

Organisasi ini merupakan organisasi yang luas, karena memiliki anggota yang

berasal dari berbagai daerah.55

Hal ini menunjukan bahwa pada awal abad ke-20

sudah banyak masyarakat yang menginginkan kemajuan bagi perempuan. Lihat

perhitungan data anggota Poetri Mardika dalam periode tahun 1914-1919 dibawah

ini:

Grafik III.1

Perhitungan anggota periode 1914-1919

Sumber : di sarikan dari majalah Poetri Mardika tahun 1916-1919

Pada tahun 1914 Poetri Mardika mempunyai anggota sebanyak 159, pada

tahun 1915 sebanyak 161 orang, tahun 1917 sebanyak 179, tahun 1918 sebanyak

155 orang dan pada tahun 1919 sebanyak 123 orang. Dapat disimpulkan Poetri

Mardika mengalami peningkatan di tahun 1916.56

Dalam kolom tahun 1917

hingga 1919 mengalami penurunan di karenakan banyaknya anggota yang di

keluarkan dari Poetri Mardika lantaran tungakan – tunggakan uang iuran karena

tiap anggota Poetri Mardika di wajibkan untuk membayar iuran kas. Dalam

laporan Poetri Mardika dituliskan bahwa:

“…kebanjakan kloearnja anggota-anggota tadi tida dengan permintaannja sendiri, tetapi

di kloearkan lantaran dari banjaknja toenggakan contributie, meskipoen beberapa kali

diberi ingat dan kadang-kadang antjaman. Selainnja memang tida soeka membajar

oetangnja banjak djoega jang pindah tempat tida ketahoean kemana pindahnja…”57

Kutipan diatas menunjukan alasan menurunnya anggota Poetri Mardika

karena banyaknya anggota yang menunggak uang kontribusi dan ketidakjelasan

keadaan para anggota seperti yang telah dipaparkan dalam surat kabarnya.

55

Lihat pada lampiran VII 56

Verslag Poetri Mardika 1916-1919, h.4. 57

Lihat Pada Lampiran VI.

159 156 184 179 155 123

1914 1915 1916

1917 1918 1919

Page 46: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

32

Selanjutnya Poetri Mardika merupakan organisasi yang bisa di golongkan sebagai

organisasi nasional dengan merujuk kepada beragamnya asal anggota Poetri

Mardika (lihat lampiran VII), di antaranya berasal dari Purbolinggo, Bojonegoro,

Madiun, Borneo (Kalimantan), Buitenzorg (Bogor), Purworejo, Porong, Ternate

(Maluku), Madiun, dan lain-lain. Meskipun banyaknya anggota yang berasal dari

luar wilayah Batavia dalam data tersebut namun tetap saja para anggota yang

berasal dari Batavia mendominasi.58

Hal ini menunjukkan luasnya jaringan Poetri

Mardika dan luasnya perkembangan Poetri Mardika hingga ke seluruh wilayah

Indonesia. Salah satu aktivitas yang dilakukan oleh setiap pengurus maupun

anggota ialah menuliskan artikel untuk surat kabar Poetri Mardika yang berisi

gagasan, laporan organisasi ataupun pengajaran untuk para masyarakat terutama

untuk perempuan. Dalam rangka pencapaian atau usaha gerakan perempuan

Indonesia menuntut hak pendidikan tersebut, mereka juga menggunakan surat

kabar. Untuk para anggota yang berada di luar Batavia mengirimkan tulisannya

tersebut ke alamat “Batoetoelis 21 Weltevderen”.59

C. Program Organisasi Poetri Mardika 1912-1928.

Poetri Mardika merupakan organisasi utama yang bergerak dalam

menyebarkan emansipasi perempuan. Dalam perkumpulan Poetri Mardika ini

tentu saja ada sesuatu yang ingin dicapai. Hadirnya emansipasi berawal dari upaya

perorangan yang kemungkinan di munculkan dari R.A. Kartini serta Dewi Sartika.

Mereka merupakan sosok perempuan yang memperjuangkan perempuan

terkhusus dalam hal pendidikan. R.A. Kartini pada masanya memperjuangkan

perempuan untuk meraih pendidikan melalui gagasannya. Sebagai contoh lihat

dalam surat-suratnya R.A. Kartini yang mengkritik adat yang membatasi peranan

perempuan. Hal ini terlihat dalam suratnya kepada Nona Zeehandelaar pada

tanggal 25 mei 1899:

Kami, anak-anak perempuan yang masih terantai pada adat istiadat lama, hanya boleh

memanfaatkan sedikit saja dari kemajuan di bidang pengajaran itu. Bahwa sebagai anak

perempuan, setiap hari pergi meninggalkan rumah untuk belajar disekolah, sudah

58

Di dalam majalah tertulis secara terpisah antara Weltevderen dan Batavia hanya saja

penulis menggabungkan dengan alasan karena Weltevderen masih satu wilayah dengan Kota

Batavia. 59

Redacti Poetri Mardika,”Mohon Diperhatiken”, Mei, 1916, No.5, (Tahun III), h.56.

Page 47: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

33

merupakan pelanggaran besar terhadap adat kebiasaaan negeri kami.Ketahuilah, adat

negri kami melarang keras gadis-gadis keluar rumah. Pergi ke tempat lain kami tidak

boleh dan satu-satunya lembaga pendidikan yang ada di kota kecil kami hanyalah rendah

umum biasa untuk orang – orang Eropa.60

Tulisan R.A. Kartini menceritakan keadaan perempuan pada masanya,

terkhusus adalah perempuan ningrat yang setiap ruang geraknya dibatasi dengan

adat istiadat yang ada. Bahkan ketika itu posisi dan status perempuan diremehkan

sehingga perempuan tidak mendapatkan kesempatan untuk menikmati pendidikan

tinggi. Setelah R.A. Kartini, ada Dewi Sartika yang melanjutkan gerakan

pendidikan perempuan. Dewi Sartika mendirikan Sakola Istri pada 16 Januari

1904 di Paseban Kabupaten Bandung dengan murid berjumlah 20 dan guru

berjumlah tiga orang diantaranya; Dewi Sartika, Ibu Purma, dan Ibu Uwit.61

Sekolah ini memberikan pelajaran umum sekaligus pelajaran keterampilan

perempuan, seperti memasak, membatik, merenda, menyulam, dan lain-lain.62

Hal ini telah menunjukan dalam periode inilah mulai muncul upaya untuk

menyadarkan perempuan dalam mengekpresikan diri untuk mengeluarkan

gagasan mereka.

Corak tujuan utama Poetri Mardika hampir sama dengan pergerakan

perempuan pada masa abad ke-20 yaitu bertujuan meningkatkan taraf pendidikan

dan keterampilan.63

Lihat dalam kutipan surat kabar yang di tuliskan oleh Ratoe

Ita Soepono menjelaskan sedikit tentang tujuan dari Poetri Mardika sebagai

berikut:

Perempoean-perempoean tiada akan mendapat kemerdikaan djikalau mereka itoe beloem

mempoenyai kepandaian. Djadi pada timbangan hamba toentoenlah kami doeloe dari

doenia kegelapan (kebodohan) pada doenia keterangan (kepinteran) disitoelah baroe kami

bisa mendapat kemerdikaan. Dan kemerdikaannya itoe boekan pengasihnja dari lelaki

tapi kami tetap tahoe akan hak kami.64

Kutipan di atas menunjukan bahwa Poetri Mardika menginginkan

kemajuan para perempuan dengan memberikan kesadaran pentingnya kemajuan

dan mendapatkan pendidikan melalui gagasan yang mereka gulirkan melalui surat

60

Sulastin, Sutrisno, Surat-surat Kartini Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya,

(Jakarta: Djambatan, 1979), h. 2. 61

Rochiati Wiriaatmadja, Dewi Sartika. (Jakarta: Proyek IDSN,1980/1981), h. 84. 62

Rochiati Wiriatmadja, Dewi Sartika…, h. 84. 63

Amelia Fauzia, dkk, Tentang Perempuan Islam: Wacana dan Gerakan, (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama), 2004, h. 22. 64

Ratoe Ita Soepono, “Pertimbangan” dalam surat kabar Poetri Mardika. Maret, 1916,

No 3, (Tahun III), hlm 31.

Page 48: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

34

kabarnya. Kemudian penulis akan menjelaskan secara umum keadaan pendidikan

serta sekolah yang didirikan oleh pemerintah di tahun 1900-an. Pada tahun 1900

siswa pribumi yang bersekolah di ELS (Europesche Lagere School) sebanyak

1.545 di seluruh Indonesia, sedangkan jumlah murid Eropa 13.592 siswa. Anak

yang tamat dari ELS seharusnya dapat melanjutkan ke STOVIA atau HBS.

Namun pada kenyataannya untuk anak Pribumi hal ini hampir tidak mungkin

dilakukan karena hanya kurang dari 1% tamatan ELS (Europesche Lagere School)

yang bisa menikmati pendidikan 5 tahun HBS tersebut. Alasan yang cukup kuat

adalah karena persyaratan dan biaya yang sangat membenani.65

Pada tahun 1913

pemerintah Hindia Belanda telah menyediakan dana kurang dari satu setengah

juta gulden untuk pengembangan pendidikan.66

Pada 1924 pemerintah juga mulai

memperkenalkan sekolah-sekolah yang menghubungkan antara sekolah

Boemipoetra dengan sekolah Belanda. Hal ini memberikan peningkatan yang luar

biasa terhadap sekolah Belanda, karena pada 1910-1930 kenaikan yang dicapai

sekolah Belanda sekitar delapan kali lipat menjadi 43.411 siswa. Namun para

murid pribumi sulit mendapatkan ijazah dan diperkirakan hanya seperempat atau

25% saja dari mereka yang dapat menerima ijazah.

Pada 1910-1920 pendidikan mengalami perkembangan dilihat dari jumlah

murid yang memasuki sekolah di desa seluruh Hindia Belanda dari 71.239

menjadi 423.314 dan di tahun tersebut murid telah naik sampai 1.229.666 jiwa.67

Pendidikan di abad ke- 20 sekolah rendah berjumlah dalam keseluruhan terdapat

1.501 sekolah. Hal ini menunjukan peningkatan yang cukup besar.68

Berikut ini

adalah tabel yang menyebutkan bahwa adanya sekolah-sekolah yang berkembang

pada tahun 1900-an.

65

Nina Herlina Lubis, (Ed) Adrian B.Lapian,”Pendidikan, Mobilitas Sosial dan

Munculnya Elit Modern”, Indonesia dalam Arus Balik Sejarah Jilid 5, (Jakarta: PT Ichtiar Baru

Van Houve atas kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,

2011), h. 244. 66

CoraVreede-de stuers, Sejarah Perempuan…, h. 96. 67

Nina Herlina Lubis Pendidikan, “Mobilitas Sosial”…, h. 245-246. 68

Nina Herlina Lubis Pendidikan, “Mobilitas Sosial”…, h. 244.

Page 49: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

35

TABEL III.2

Beberapa Jenis Sekolah Pada Tahun 1900-an

SEKOLAH

BELANDA

SEKOLAH SWASTA

TAK BERSUBSIDI

PERGURUAN

TINGGI

ELS Taman Siswa THS

HIS Schakel School RHS

MULO Sekolah NIAS

AMS Muhammadiyah Landbouwkundige Faculteit

HBS INS

STOVIA Pondok Pesantren

AMBACHTSCHOOL

KWEEKSCHOOL

HIK

Sumber: editor Adrian B. Lapian. Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 5 “, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van

Houve atas kerjasama dengan Kementrian Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia), 2011.

Sekolah pada tahun 1900-an sudah mulai berkembang, namun sayangnya

aturan-aturan yang di bentuk oleh pemerintah kolonial salah satunya adalah

membedakan posisi kedudukan antara lapisan atas dan lapisan bawah. Hal ini di

buktikan dengan adanya sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial

untuk kaum elit dan kaum rendahan. Adapun latar belakang murid yang sekolah

pemerintah sebagai contoh adalah HIS, karena HIS dimaksudkan sebagai

standenschool atau sekolah yang berdasarkan status. Untuk menentukan status

seseorang dalam masyarakat kolonial pemerintah Belanda indikatornya adalah

penghasilan. Kelas terdiri dari kategori A, B dan C. Dalam kategori A termasuk

kaum bangsawan dan pejabat tinggi serta swasta kaya yang berpenghasilan bersih

lebih dari f. 75 sebulan. Sedangkan kategori B ialah orangtua yang tamatan

sekolah MULO dan Kweekschool ke atas. Kemudian kategori C merupakan

pegawai, pengusaha kecil, militer, petani, nelayan, dan orangtua murid yang

pernah mendapat pendidikan di HIS. Pada sekitar tahun 1912 tercatat sebanyak

4.259 atau 26,12% dari jumlah murid yang ada berasal dari golongan kelas

menengah, sedangkan dari kelas menengah bawah jumlahnya 4.005 murid atau

24,56%.69

Kemudian dalam pidatonya Abendanon pada tahun 1913 mengatakan

bahwa “hingga hari ini belum ada sekolah umum untuk perempuan dari rakyat

69

CoraVreede-de stuers, Sejarah Perempuan…, h. 255.

Page 50: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

36

biasa”.70

Hal tersebut telah menunjukan bahwa masih terbatasnya kebebasan

meraih pendidikan untuk kalangan perempuan dan sempitnya pendidikan yang di

perkenalkan oleh pemerintah terhadap pribumi terutama untuk perempuan, dan

faktor lain yang menjadi alasan sedikitnya para pribumi yang bersekolah karena

adanya kecurigaan yang telah menjadi sugesti mereka, bahwa sekolah yang

didirkan oleh pemerintah memberikan dampak yang dapat menasranikan anak

negri hal ini di sebabkan karena yang mendominasi adalah para orang Eropa baik

pengajar ataupun murid. Sehingga berdampak minimnya para pribumi

mendapatkan pendidikan karena dua faktor tersebut.71

Organisasi Poetri Mardika selain memiliki tujuan untuk memajukan

pendidikan terhadap perempuan orgnisasi ini memiliki tujuan lain, diantaranya

adalah memberikan pengajaran perihal kecakapan dalam mengatur rumah tangga

dengan cara memberikan informasi kepada perempuan-perempuan melalui

majalah yang mereka terbitkan secara berkala.72

SOVIA berdiri pada 19 Agustus

1912 yang di pimpin oleh Nona Charlotte Jacobs. Upaya yang dilakukan oleh

SOVIA diantaranya adalah: membantu perempuan bumiputra agar dapat belajar

ilmu kedokteran, mendirikan asrama untuk para pelajar dari negri lain, serta

mendirikan rumah pondokan untuk para pribumi yang belajar kebidanan dan

kedokteran.73

Dalam Soenting Melajoe di jelaskan juga bahwa di adakannya

perkumpulan SOVIA karena adanya rasa keprihatinan terhadap perempuan yang

pada saat itu dokter mayoritas adalah laki-laki, sehingga perempuan yang hendak

bersalin lebih memilih bersalin dengan dukun beranak ketimbang dengan dokter

laki-laki. Hal ini memberikan dampak berbahaya pada perempuan ketika bersalin

dengan dukun beranak, karena banyaknya perempuan yang meninggal saat

bersalin dan anak yang meninggal saat dilahirkan.74

Kemudian tujuan Poetri

Mardika bekerjasama dengan SOVIA adalah memberikan upaya terhadap para

70

CoraVreede-de stuers, Sejarah Perempuan…, h. 72. 71

CoraVreede-de stuers, Sejarah Perempuan…, h. 255. 72

Tj.H,”Perkoempoelan S.o.v.i.a”. Soenting Melajoe, September, 1914. No 35 (Tahun

III). 73

Mey C.Perk,“Pehimpunan Sovia”. Poetri Mardika, Agustus,1915. No 5, (Tahun II), h.

50. 74

Tj.H,”Perkoempoelan S.o.v.i.a”. Soenting Melajoe, September, 1914. No 35 (Tahun

III).

Page 51: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

37

perempuan dengan mengadakan pengajaran keterampilan kebidanan

(VroedVrouw):

“…Didalam tiga bulan yang lalu maka keadaanya P.M. tidak berubah tetap sebagai yang

sudah. Cuma saja dalam waktu itu bestuur P.M. ada bekerja bersama sama dengan Bestuur

perhimpunan S.O.V.I.A. akan mengadakan pengajaran untuk dukun beranak (Vroedvrouw)

yang tidak bersangkutan sama dengan pengajaran verpleegsters yang sudah diadakan oleh

pekumpulan S.O.V.I.A…”75

Alasan Poetri Mardika bekerjasama dengan SOVIA yaitu untuk mencetak

perempuan sebagai dokter terutama bidan, dengan memberikan pengajaran ilmu

kebidanan dan kedokteran kepada perempuan-perempuan eropa dan pribumi.

Ketika perempuan telah lulus dari SOVIA mereka tidak terikat terhadap

pemerintah atau tidak bekerja terhadap pemerintah sehingga dapat bekerja dengan

membuka praktik bidan.76

Karena dengan menjadi bidan perempuan dapat

membantu para perempuan untuk bersalin terkhusus untuk yang kurang mampu.

Kemudian dengan mengupayakan program yang dibuat tentu harus melalui proses

perkenalan kepada masyarakat. Poetri Mardika berusaha untuk memperkenalkan

gagasannya serta memberikan kesadaran kepada perempuan guna pentingnya

pendidikan melalui surat kabar yang di tuliskan oleh perempuan Eropa, terlihat

dalam kutipan dibawah ini:

Boeat orang perampoean adalah beberapa djenis pekerdjaan goena memadjoekan bangsa dan

tanah jang haroes dilakoekan olehnja sebagai iboe dari anak-anaknja sebagai pendidik adat

istiadatnja toeroenan kita. Maka perempoean penja hak boeat menerima kahormatan jang

sebesar-besarnja dari pehak laki-laki dan dibantoe olehnja dalam waktoe mentjahari

pengatahoean dan samanja kamanosiaan.77

Kutipan di atas menunjukan bahwa bukan hanya perempuan Indonesia

yang menginginkan sebuah keadilan dalam meraih pendidikan serta yang

menginginkan kebebasan. Bahkan perempuan Eropa mendukung kegiatan

tersebut. Perempuan merupakan pendidik awal dari generasi disetiap bangsanya.

Karena kelak jika menjadi seorang ibu yang tidak memiliki pengetahuan

bagaimana dapat memajukan bangsa? maka Poetri Mardika berusaha

memperjuangkan hak-hak para perempuan agar mendapatkan pengetahuan dan

75

Soetinah Djojopernoto dan Sadikoen, ”Verslag P.M. dalam Boelan Oetober t/m

December 1915”. Poetri Mardika, Februari 1916. No 2, (Tahun III), h. 16. 76

Soetinah Djojopernoto dan Sadikoen, ”Verslag P.M…, h. 6. 77

Een Europeesche vrouw, “ Kiriman (tersalin dalam bahasa belanda)”, dalam majalah

Poetri Mardika, Maret, 1916. No 3 (Tahun IV), h. 28.

Page 52: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

38

pendidikan yang lebih baik. Lihat juga kutipan surat kabar Poetri Mardika yang

menuliskan upaya-upaya yang mesti dilakukan serta di kembangkan oleh Poetri

Mardika sebagai berikut:

“…Maka Poetri Mardika satu vereeninging yang masih muda yang hendak bekerja untuk itu

hal jalan dengan fasal 2: memperhatikan keadaan perempuan dengan lantaran memuliakan

kesopanan dengan ketertipan, begitu juga melenyapkan segala adat istiadat yang melintangi

kemajuan kata pula. Fasal 3: buat mendapat hasil hasilnya dari yang tersebut tadi maka Poetri

Mardika berdaya upaya akan mendapat hasil pantas dengan tertimbang tenanganya dengan;

bab I: Membantu dengan derma Oewang kepada anak-anak perempuan yang miskin atau tidak

mampu belajar dan bab 2: memberi nasihat dari keterangan pada anak-anak perempuan yang

ingin belajar. Bab 3: membangunkan kesopanan perasaan dan ingatan dari pihak perempuan,

bab 4: memberi waktu pada orang perempuan buat melahirkan pikirannya dalam pandangan

agar supaya dapat melenyapkan berkecilan hati, dan bab 5: segala usaha yang dapat

menjadikan kesempurnaanya alam perempuan maksud-maksud bukannya mudah dilakukan

dan tidak dengan sebentaran tetapi volharding ocericint (Jikalau yakin akan perolehnya

kemenangan.78

Kutipan di atas telah menunjukkan bahwa tujuan utama Poetri Mardika

adalah meningkatkan taraf pendidikan dan keterampilan untuk perempuan dengan

tidak menghilangkan nilai kesopanan. Kemudian Poetri Mardika mencoba untuk

mengubah adat istiadat yang dapat menghambat perempuan untuk meraih

pendidikannya, karena sejak kecil anak-anak perempuan tidak diberikan

kesempatan untuk bersekolah tinggi, karena pemikiran masyarakat pada saat itu

kewajiban perempuan hanya untuk mengurusi kehidupan rumah tangga.

Perlakuan orang tua terhadap anak perempuan dan laki-laki tidaklah sama. Anak

perempuan dididik sebagai persiapan berumah tangga, sedang anak laki-laki

dikirim kesekolah sebagai persiapan memperoleh suatu profesi.79

Program organisasi Poetri Mardika selanjutnya yaitu mencoba

menghilangkan kebiasaan pernikahan dini, dalam salah satu artikel yang ditulis

Abdoerachman di surat kabar Poetri Mardika ia mengatakan bahwa:

Kami akan sangat gembira jika saja perempuan dibawah usia 18 tahun dilarang

menikah…jika perkumpulan kita dapat membantu mengakhiri semua ini, dan secepatnya,

suatu kebiasaan lama yang membawa para gadis yang baru saja meninggalkan masa

kanak-kanaknya untuk menikah dengan seorang lelaki yang tidak dikenalnya dan bahkan

tidak akan pernah dapat mencintainya.80

78

Sadikoen, “Pidatonja Presidente P.M. Th Sabaroedin”…, h. 46. 79

Hadriana Marhaeni Munthe, Perkembangan Status dan Peranan Wanita Indonesia,

(Universitas Sumatera Utara), 2003, h. 4. http://library.usu.ac.id/ 80

Abdoerachman,”Kinderhuwelijken (Pernikahan Dini)”. Poetri Mardika, Agustus 1917.

No 8,(Tahun IV), lihat juga Cora Vreede-De Stuers.”Sejarah Perempuan Indonesia Gerakan dan

Pencapaian”. (Jakarta: Komunitas Bambu, 2008), h. 85.

Page 53: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

39

Kebiasaan yang sering terjadi juga seperti pernikahan di usia dini dan

kawin paksa dalam surat kabar Poetri Mardika di tuliskan bahwa terjadinya kawin

paksa terhadap perempuan memang sudah menjadi adat serta kebiasaan yang

belum hilang.81

Praktik seperti ini berlaku di masyarakat terutama terhadap

masyarakat kelas atas yang menggunakan dasar kepentingan untuk diplomatik

yang menguntungkan bagi negrinya tersebut. Penjelasan di atas merupakan

beberapa tujuan serta kontribusi Poetri Mardika di Batavia dengan menggerakan

kesadaran para perempuan untuk mendapatkan hak mereka dalam kehidupannya.

Karena dengan bekal ilmu pendidikan adalah upaya untuk mengetahui

perkembangan suatu bangsa juga.

81

Bintang Pagi (Anonim),“Kawin Terpaksa”, dalam majalah Poetri Mardika, Agustus

1916. No 8, (Tahun III), h. 83.

Page 54: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

40

BAB IV

POETRI MARDIKA DAN GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN

Bab ini menjelaskan perkembangan organisasi Poetri Mardika yang di

dalamnya memperlihatkan dinamika organisasi serta gerakan emansipasi

perempuan yang di propagandakan. Bagian awal dalam bab ini berisi pembahasan

tentang peran serta kontribusi Poetri Mardika. Di lihat dari pergerakan perempuan

di Hindia Belanda pada awal abad ke-20. Bagian ini juga berisi naik turunnya

organisasi serta nilai-nilai yang diperjuangkan. Bagian kedua akan membahas

dampak yang telah di berikan oleh Poetri Mardika selaku organisasi pergerakan

perempuan terkemuka di Batavia. Bagian ketiga menjelaskan bagaimana

hambatan yang di hadapi oleh Poetri Mardika dalam memperjuangkan emansipasi

perempuan.

A. Peran Organisasi Poetri Mardika 1912-1919

Gerakan perempuan yang muncul di abad ke-20 bersifat mengutamakan

perubahan keadaan sosial. Secara umum, gerakan perempuan hadir di karenakan

adanya perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini di sebabkan

beberapa faktor, di antaranya adalah: adanya keinginan untuk melakukan

perubahan yang merupakan hasil gagasan para intelektual dalam masyarakat

dengan berstandar pada tujuan-tujuan dan kehendak-kehendak tertentu, sehingga

menimbulkan perubahan sosial yang salah satunya berdampak pada muncul di

antaranya gerakan perempuan.1 Pada abad ke-20 perempuan lebih banyak

berupaya dalam perbaikan kedudukan sosial, peningkatan kemampuan melalui

pendidikan serta mempertinggi keterampilan sebagai seorang ibu.2 Menurut

Pringdodigdo bahwa urusan politik belum menjadi konsentrasi utama dalam

gerakan perempuan pada awal ke-20 karena fokus tentang budi pekerti,

keagamaan serta adat, masih menjadi rintangan terbesar bagi perempuan untuk

1 Abdul Syani, Sosiologi dan Perubahan Masyarakat, (Unila Bandar lampung: Pustaka

Jaya ,1995), h. 90. 2 Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional: Dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908-

1945, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), h.102.

Page 55: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

41

dapat bertindak ke arah lebih jauh.3 Memang pada abad ke-20 sudah muncul

wacana untuk memberikan kesadaran akan pentingnya merubah taraf hidup

perempuan agar lebih baik. Memanglah pada abad ke-20 tersebut sudah mulai

terbentuknya organisasi-organisasi sebagai bentuk semangat kebangkitan

memperjuangkan kemerdekaan. Organisasi nasional perempuan pertama dapat

dikatakan adalah Poetri Mardika dengan merujuk pada tabel berikut:

TABEL IV.1

Organisasi yang Berdiri Sebelum Tahun 1928

Nama Organisasi Tempat Tahun Pembentukan

Poetri Mardika Jakarta 1912

Keoetamaan Istri Bandung 1913

Keradjinan Amai Setia Kota Gadang

Minangkabau

1914

Wanito Hadi Jepara 1915

Prawijatan Wanito Magelang 1915

Poerborini Tegal 1917

PIKAT (Pertjintaan Ibu

Kepada Anak Temoeroen)

Manado

1917

Wanito Soesilo Pemalang 1918

Wanodjo Oetomo Yogyakarta 1920

Gorontalische

Mohammedaanshe

Vrouwenbeweging

Gorontalo 1920

Sarekat Kaoem Iboe

Soematra

Bukittinggi 1920

Kamadjoean Isteri Jakarta dan Bogor 1926

Mardi Kamoeliaan Madiun 1927

Ina Toeni Ambon 1927

Poetri Setia Manado 1928

Wanita Sahati Jakarta 1928

Sumber: Susan Blackburn, Kongres Perempuan Pertama, h. xxvi.

Perkumpulan perempuan pertama yang berdiri di kota Batavia adalah

Poetri Mardika di Kota Batavia pada tahun 1912. Poetri Mardika mencita-citakan

kemajuan terhadap perempuan agar tidak lagi menjadi perempuan yang hanya

terpaku mengikuti adat istiadat saja, melainkan sebagai perempuan diharuskan

aktif dalam meningkatkkan derajat mereka. Berikut ini kutipan dalam surat kabar

yang ditulis oleh Rahardjo mengenai kemajuan yang dicita-citaka oleh Poetri

Mardika; “…Adapoen maksoed kemadjoewan itoe kalau tiada salah, jaitoe:

menoentoet segala kepandaian kala bisa menoentoet kepandaiannja lain bangsa,

3A.K. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta:Dian Rakyat, 1980),

h. 22.

Page 56: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

42

setidak-tidaknnja sendiri bisa sempoerna soedah baik dan bagoes”.4 Jelas sekali

bahwa Poetri Mardika memang memperjuangkan kemajuan untuk perempuan dan

meningkatkan kualitas diri para perempuan.

Poetri Mardika bukan organisasi perempuan yang berasaskan Islam,

organisasi ini terbuka untuk agama apapun karena tujuan dari organisasi ini

adalah kemajuan untuk seluruh para perempuan. Tertulis dalam surat kabar Poetri

Mardika sebagai berikut:

Njatalah bahwa kamardikaan tida tjoema kita jang mengharap tetapi djoega lain-lain orang.

Baik jang beragama Islam, baik jang beragama Christen, maoepoen jang memeloek agamanja

nabi Kong oe Tjoe, bagi saja terang sekali boleh kita pertjaja, jang kamardikaan itu boekan

sekali-sekali kehendaknja Agama, sebagaimana kebanjakan poenja kira kalau maonja agama

Christen, tetapi memang haknja manoesia boeat memegang tetap kemanoesiaanja. Jaitoe

kamardikaan menjadi sendjata, boeat menjampoernakan oetamanja hidoep penghidoepan kita.

Mardika lepas dari rintangan, baik rintangan lahir maopoen rintangan batin.5

Kutipan di atas menunjukan bahwa organisasi Poetri Mardika memang

bertujuan memajukan kaum perempuan tanpa melihat atau memandang agama,

karena bagi Poetri Mardika bahwa kemerdekaan adalah hak semua orang, seperti

penjelasan sebelumnya bahwa Poetri Mardika berdiri karena bertujuan untuk

meningkatkan kemajuan serta membebaskan diri dari adat istiadat yang

menghambat kemajuan bukan berarti untuk mencoba menghilangkan adat istiadat.

Lihat dalam kutipan surat kabar Poetri Mardika bahwa R.Ng Asiah (R.Ng. Asiah

adalah ketua organisasi Poetri Mardika pada masa kepemimpinan tahun 1916-

1919) mencoba untuk menerangkan maksud dari pembentukannya Poetri Mardika

agar masyarakat tidak salah paham ketika Poetri Mardika mengeluarkan

gagasnnya tentang kemerdekaan tersebut:

“…P.M. tidak sekali-kali berkehendak menghilangkan adat-istiadat, adat jang maka

kematiannja pehak perempoean kepada pehak lelaki dan pada maatschapphy, sebab adat

lembaga itoe MEMANG PERLOE dan kalau dihilangkan nistjaja membinasakan bangsa. Hal

perobahan adat istiadat itoe, tergantoeng atas keperloewannja (keboetoehanja). Djadi tidak

benar sekali kalau arti MERDEKA (jang berarti loewes) diartikan memboewang2

adat istiadat.

Pendek kata: MERDEKA, kalau diartikan LOSBANDIGHEID itoe salah jang besar, dan

besarnja mesti diartikan loewes.6

4 Rahardjo,” Wellevenbeid bagian I”, dalam majalah Poetri Mardika, Oktober, 1917. No

10, (Tahun IV), h. 103. 5 S.Koesoemo.” Perampoean Boemipoetra dibitjarakan”, dalam majalah Poetri

Mardika, Maret, 1917. No 3, (Tahun IV), h. 29. 6 Verslaag Algemenee Vergadering P.M. di gedoeng No. 41 KRAMAT (Weltevderen)

pada tanggal 19 Agustus 1917, dalam surat kabar Poetri Mardika, Oktober, 1917, No 10, (Tahun

IV), h.100.

Page 57: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

43

Kutipan di atas menunjukan bahwa Poetri Mardika mencoba untuk

membebaskan perempuan agar lebih terbuka ruang geraknya yang selama ini

terbelenggu oleh adat istiadat seperti pernikahan usia dini, larangan akan meraih

pendidikan di sekolah, dan sebagaimana yang telah di sebutkan pada bab

sebelumnya. Poetri Mardika hanya bermaksud untuk mencoba menghilangkan

adat istiadat yang di anggap perlu di hilangkan dan dapat menghambat kemajuan

perempuan dalam hal pendidikan, seperti pernikahan usia dini, pelarangan

perempuan untuk sekolah, dan tradisi pergundikan. Selanjutnya ketika menjadi

organisasi pertama tentu saja terdapat upaya yang mesti dilakukan oleh Poetri

Mardika beberapa diantaranya adalah:

Pertama, peran Poetri Mardika adalah memberikan wacana emansipasi

perempuan yang di gulirkan melalui surat kabar. Menerbitkan surat kabar yang

merupakan isi dari gagasan mereka adalah sebagai sarana untuk memberikan

pendidikan dan pengajaran. Dalam bab III telah di kemukakan bahwa surat kabar

berguna untuk memberikan wawasan serta memberikan pengajaran untuk para

pembacanya. Poetri Mardika mengeluarkan surat kabar yang berasal dari pikiran

atau persepsi para anggotanya, karena Poetri Mardika mewajibkan di setiap

anggota untuk menuangkan tulisan mereka yang berisi pikiran, perasaan ataupun

kegelisahan mereka. Alasan Poetri Mardika mewajibkan setiap anggota untuk

membuat artikel agar masing-masing dari anggota dapat menuangkan isi hati

mereka ataupun gagasan mereka, yang kemudian akan dirundingkan untuk

mencari solusi ataupun informasi bagi setiap orang.7 Tulisan yang tercantum

dalam surat kabar Poetri Mardika berisi pengajaran agar perempuan cakap dalam

mengurus rumah tangga, informasi tentang pendidikan serta memberikan

informasi kegiatan Poetri Mardika. Surat kabar Poetri Mardika juga banyak

memuat tulisan dari laki-laki yang mendukung wacana emansipasi terhadap

perempuan adalah surat kabar Poetri Mardika. Hal ini menunjukkan terhadap

pembacanya, sebagian laki-lak pun sudah berfikiran maju dan menginginkan

perempuan menjadi lebih baik meskipun sebagian besar masih banyak masyarakat

7 Sadikoen, “Perobahan Alam Perempoan”, dalam surat kabar Poetri Mardika,

September, 1915. No 6, (Tahun II), h. 63.

Page 58: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

44

melekat fikiran negatif bahwa jika perempuan telah pandai akan merasa tinggi dan

tidak hormat terhadap laki-laki.8

Kedua, peran Poetri Mardika selanjutnya adalah memberikan beasiswa. Poetri

Mardika merupakan gerakan perempuan yang berupaya untuk memperbaiki

keadaan pendidikan terhadap perempuan. Perjuangan organisasi ini sangat jelas,

yaitu memberikan beasiswa terhadap anak-anak yang kurang pendidikan

terkhususnya anak perempuan. Di gambarkan dalam kutipan mengenai pandangan

dari R.A. Kartini bahwa:

”…Pendidikan itu harusnya bersifat non- diskriminatif karena setiap orang berhak untuk

belajar mengembangkan diri mereka, selain itu juga pendidikan yang harus diberikan selain

dari pengetahuan dan keterampilan adalah pendidikan karakter karena dengan kepribadianlah

yang dapat menentukan kualitas suatu bangsa…”9

Pandangan R.A. Kartini telah menjadikan acuan visi dan misi organisasi

Poetri Mardika dalam hal pendidikan. Alasan perempuan menuntut hak untuk

mendapatkan pendidikan itu dikarenakan perempuan pada masa kolonial tidak

mendapatkan keadilan yang layak. Maka dari itu pendidikan merupakan salah satu

upaya untuk mengangkat derajat para perempuan dan melepaskan mereka dari

kegiataan adat- istiadat yang merugikan pihak perempuan. Maka Poetri Mardika

memperjuangkan pendidikan dengan memberikan bantuan dana kepada

perempuan agar dapat bersekolah.10

Lihat dalam tabel jumlah anak-anak yang

ditanggung oleh Poetri Mardika dibawah ini:

8 S. Koesomo,” Maksoed dan keandaanja Perobahan Alam Perempoan”, dalam

Majalah Poetri Mardika, Mei, 1916, No 5, (Tahun III), h. 54. 9 Ki Soeratman, Kartini dan Pendidikan: Satu Abad Kartini, (Jakarta: Sinar Harapan,

1979), h. 39. 10

Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan …,h. 84.

Page 59: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

45

TABEL IV.2

Daftar jumlah anak-anak yang diberikan beasiswa

JUMLAH ANAK-ANAK TANGGUNGAN POETRI MARDIKA

1915 1916 1917 1918 1919 Nama Sekolah

2 Orang Anak (HBS) 4 Anak 6 Anak 6 Anak 4 Anak (Kartini School)

1Orang Anak

(SekolahBelanda)

1Anak

1 Anak

1 Anak

-

(EurMeisejeschool)

3 Orang Anak

(BataviascheSchool)

1 Anak

1 Anak

1 Anak

1 Anak

(Ursulinenschool)

1 Anak

(SekolahPartikuler)

1 Anak

1 Anak

1 Anak

1 Anak

(HIS Kwitang)

Sumber: Di sarikan dari majalah Poetri Mardika.

Tabel di atas merupakan bagian bukti nyata bahwa Poetri Mardika

pendekatannya sangat kongkrit dengan mengupayakan memberikan bantuan

terhadap para anak perempuan. Dalam laporan tabel di atas bahwa pada tahun

1915 Poetri Mardika membiayai sekitar tujuh orang anak, 1916 terdapat tujuh

orang anak, 1917 terdapat sembilan orang anak, 1918 terdapat sembilan orang

anak dan pada tahun 1919 enam orang anak. Berkurangnya anak tanggungan

Poetri Mardika karena ada yang melanjutkan ke MULO secara gratis, ada yang

memutuskan untuk berhenti dan menikah.11

Poetri Mardika merupakan organisasi yang memiliki dana cukup besar,

karena setiap anggota Poetri Mardika di wajibkan untuk membayar iuran

perbulannya, hanya saja tidak disebutkan nominal dana iuran tersebut. Poetri

Mardika juga mendapatkan uang donasi, sehingga dapat memberikan beasiswa

kepada anak-anak terutama perempuan yang membutuhkan pendidikan. Lihat

dalam laporan perhitungan uang kas Poetri Mardika beberapa bulan ditahun 1915

yang di laporkan dalam surat kabar Poetri Mardika sebagai berikut:

11 Kadiroen, “Hal anak-anak jang menjadi tanggoengan P.M.“, Extra Nummer 1920, h. 7.

Page 60: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

46

TABEL IV.3

Perhitungan Uang Kas P.M. dalam bulan Oktober- Desember 1915

Sumber: Sadikoen, “Peritoengan wang kas P.M. dalem boelan October t/m December 1915”.

Poetri Mardika. Februari. 1916 h. 17.

Boelan Pendapetan Wang Boelan Kloewaran Wang

Oct

Saldo dari 3e kw;

f 93

54

Oct

Wang bantoean bajaran:

sekolah.

Adm: Soerat Kabar

Adm: Secretriaat

f 20

43

9

7

-

10

-

60

Nov

Contributie

id

darma

87

33

5

50

50

Nov

Bajaran sekolah

Adm: Soerat Kabar

Adm: Secretariaat

12

9

3

65

-

25

Dec

Contributie

Darma

66

10

25

Dec

1 Jan 16

Bajaran sekolah

Adm: Soerat kabar

Adm: Secretariaat

Saldo

13

9

6

162

-

-

45

f295 79 f295 79

Page 61: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

47

GAMBAR IV.1

Gambar 2: Perhitungan uang kas Poetri Mardika 1916

Sumber: Poetri Mardika Agustus 1916 No 8 Tahun III

Dari laporan uang kas diatas dapat disimpulkan bahwa pemasukan Poetri

Mardika lebih banyak berasal dari uang iuran para setiap (lid) anggotanya. Lihat

dalam laporan uang kas Poetri Mardika di atas ketika bulan Oktober-Desember

1915. Poetri Mardika mendapatkan telah mendapatkan dana iuran pada bulan

Oktober sebesar f. 87.50, selanjutnya pada bulan November sebesar f. 33,

sedangkan pada bulan Desember mendapatkan dana sebesar f. 66. Kemudian

untuk dana donasi Poetri Mardika hanya men dapatkan sebesar f. 5.25 dibulan

November dan Desember hanya mendapatkan f. 10. Selanjutnya, dalam laporan

uang kas pada tahun 1916 menunjukan dana iuran lebih besar dari dana donasi.

Page 62: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

48

Pada bulan April Poetri Mardika mendapatkan dana iuran sebesar f. 32.50, bulan

Mei mendapatkan sebesar f. 21.25, pada bulan Juni f. 93.25 dan dana abonnement

sebesar f. 55.50. Dana tersebut digunakan untuk biaya keperluan anak-anak

tanggungan Poetri Mardika dan untuk biaya operasional. Kemungkinan anggota

Poetri Mardika merupakan kumpulan dari golongan atas dengan merujuk

lampiran daftar nama-nama anggota Poetri Mardika yang menandakan nama-

nama para bangsawan. Dalam majalah Poetri Mardika terdapat laporan bahwa

mereka menerima dua anak murid kartini di Batavia Pada bulan juli 1915,12

kemudian pada bulan agustus tahun 1916 Poetri Mardika telah memberikan

beasiswa kepada dua anak perempuan disekolah H.B.S, satu anak di Semarang,

satu anak di Batavia, satu anak perempuan di sekolah belanda gouverment, tiga

anak perempuan di Bataviasche kartini school dan satu anak sekolah swasta.13

Poetri Mardika merupakan organisasi netral terhadap agama, namun

anggota Poetri Mardika realitanya mayoritas beragama Islam, dengan ini Poetri

Mardika mengupayakan untuk mengkampanyekan wacana untuk para siswa agar

memperoleh pendidikan Islam di sekolah. Hal ini merupakan upaya yang cukup

unik bagi penulis karena, organisasi ini tidak berasaskan Islam dan terbuka untuk

umum (tidak menutup diri dari perbedaan agama) namun, Poetri Mardika tetap

memperjuangkan Islam. Salah satu contoh di dalam surat kabar Poetri Mardika di

tuliskan bahwa, organisasi Poetri Mardika sangat mengharapkan pengadaan

pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah terutama di K.T.S (Kartini School)

serta menyediakan guru Agama Islam, karena pengajaran Agama Islam cukup

sulit bila diajarkan di luar sekolah. Hal ini disebabkan karena:

a)Oerang toeanja masih tiada sempat memberi pengadjaran, atau meskipoen sempat tiada

sampoerna hal itoe, b) di kampoeng djarang ada goeroe goeroe memberi pengadjaran, ja

ada joega akan tetapi hanja di adjar mendjadi Koran sadja lain lain tiada, c) oempama

meskipoen dikampoeng ada goeroe mengadjar Igama, toch misti mengeloearkan ongkos

lagi. Demikian joega berat jang akan beladjar, mana tempo goena belajar pagi, mana

tempo goena belajar Igama.14

12

S. Djojopranoto dan Sadikoen,” Verslag P.M. dalem boelan juli sampai September

1915” dalam surat kabar Poetri Mardika, November 1915. No 8, (Tahun II), h. 80. 13

Sadikoen,”Pidatonja Presidente P.M. Th”…, h. 46. 14

Tjipto, “K.T.S dan Agama Islam”, dalam Soerat Kabar Poetri Mardika. Oktober,

1916. No 10, (Tahun III), h. 108.

Page 63: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

49

Usaha ini telah menunjukan bahwa meskipun organisasi ini terbuka untuk

umum dan bukan organisasi Islam namun, organisasi Poetri Mardika tetap

memperjuangkan Islam.

Ketiga, organisasi Poetri Mardika merupakan penggerak utama organisasi

perempuan yang dapat menyebarkan pandangan progresif tentang emansisapasi

dan terbukti menjadi organisasi pertama karena telah memberikan wacana

emansipasi yang berdampak besar terhadap perempuan lainnya. Organisasi Poetri

Mardika dapat dikatakan cukup berperan penting karena Poetri Mardika menjadi

salah satu organisasi yang terkemuka dimasanya.

TABEL IV.4

Aktivitas Propaganda atau Kongres Poetri Mardika

Tanggal Tempat

11 Juli 1915 Madiun

18 Juli 1915 Surabaya

05 Maret 1916 Kantor Volkslectuur

06 Juni 1916 Bogor

Sumber: Poetri Mardika, 1915-1916

Poetri Mardika memiliki peran menjadi pemimpin saat diadakannya

propaganda pada 11 Juli 1915 di Madiun yang mana perkumpulan tersebut di

hadiri kurang lebih 175 orang perempuan dan laki-laki (dalam sumber tidak

dijelaskan secara rinci jumlah antara perempuan dan laki-laki). Kemudian juga

Poetri Mardika sudah dapat bekerjasama dengan perhimpunan yang lainnya,

dimulai pada tahun ke 1915, lihat dalam tabel berikut merupakan perhimpunan

yang berkerjasama dengan Poetri Mardika.

Page 64: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

50

TABEL IV.5

Perhimpunan yang bekerjasama dengan organisasi Poetri Mardika

Nama

Perhimpunan

Asal

Studiefounds Tot Opleiding van

vrouwelijke

Inlandsche artsen

Pengasah Boedi

Indisch Vereeniging

Vereeniging Tot bevordering der

Inlandsche Ziekenverpleging

De Dageraad

Bataviasche Kartini Vereeniging

Prinsenbond

Comite Indische Vrouwenraad

Betawi

Betawi

Bandoeng

Den Haag

Semarang

Soerabaja

Betawi

Djokjakarta

Betawi

Sumber: Disarikan dari verslag surat kabar Poetri Mardika 1915, h. 4.

Tabel diatas menunjukan bahwa Poetri Mardika merupakan organisasi

yang aktif dan maju pada masanya.15

Karena telah melakukan kerjasama dengan

perhimpunan yang berasal dari berbagai daerah. Poetri Mardika juga merupakan

organisasi yang dapat berkembang cepat di karenakan pergerakannya berada di

Batavia yang merupakan salah satu kota yang berkembang di Hindia Belanda, di

Batavia terdapat banyak sekolah, pusat kesehatan, dan pusat pemerintahan yang

didirikan di kota ini dan Batavia merupakan sebagai pusat pendidikan terbesar

karena banyaknya lembaga-lembaga pendidikan menengah dan tinggi.16

Poetri

Mardika organisasi yang cukup tinggi kepopularitasnya di karenakan Poetri

Mardika seringkali menyebarkan propaganda di berbagai daerah di Indonesia

terutama di Jawa. Poetri Mardika mengadakan propaganda (acara ini seperti acara

kongres) di wilayah Buitenzorg pada 06 Juni 1916 dengan bantuan dari

perhimpunan Harso Darsino.17

Poetri Mardika juga mengadakan acara

propaganda yang diadakan didaerah Madiun (11 Juli 1915) dan Surabaya (18 Juli

1915). Adapun tujuan kegiatan kegiatan propaganda ini semata-mata untuk

memperkuat serta memajukan perhimpunan perempuan agar memiliki banyak

relasi serta memberikan pengajaran melalui acara ini. Kegiatan propaganda ini

menghasilkan pengadaan kerja sama antara Poetri Mardika dengan para nyonya

15

Poetri Mardika” Verslag dalam tahoen 1915, 1915, h. 6. 16

Susan Blackburn, Terj Gatot Triwira. Jakarta Sejarah 400 Tahun, (Jakarta: Masup

Jakarta, 2012), h. 132. 17

Djojopernoto dan Sadikoen”, Verslag P.M. dalem boelan juli”…, h. 48.

Page 65: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

51

Belanda untuk mendirikan kongres perempuan hal ini berupaya untuk

menguatkan serta memperkenalkan perhimpunan Poetri Mardika ke berbagai

pelosok Indonesia.18

Kemudian dalam laporan surat kabar Poetri Mardika di

katakan bahwa Poetri Mardika telah masuk menjadi bagian dari anggota

Nederlandsh Indisch Kongres Voor Opvoeding En Onderwijs (NIOK):

Moelai dalam tahoen 1918 maka kita empoenja perhimpoenan masoek mendjadi anggota

dari Ned. Ind. Kongres v. Opvoending en Onderwijs. Kami merasa perloe dan faedah

tjampoernja Poetri-Merdika dengan perhimpoenan ini jang bermaksoed memperbaiki

adanja pengadjaran oentoek kita ampoenja anak-anak, karena kita sendiri menganggep

onderwijs soatoe alat jang teroetama goena mendjoendjoeng deradjatnja fehak

perempoean.19

Laporan diatas telah menunjukan bahwa Poetri Mardika memperkuat

organisasinya dengan cara bergabung dengan perhimpunan-perhimpunan yang

lain. Melihat upaya-upaya Poetri Mardika berjuang untuk meraih cita-citanya

tersebut, tidak heran sehingga Poetri Mardika menjadi organisasi yang terkemuka.

Dalam sebuah berita tentang kegiatan propaganda organisasi yang dilaporkan di

surat kabar Poetri Mardika, dikatakan bahwa organisasi Poetri Mardika telah

resmi mendirikan cabang di Cirebon pada tanggal 10 Desember 1917. Peresmian

cabang ini telah di hadiri sekitar 30 orang perempuan baik perempuan tua maupun

perempuan muda.20

Ketika pendirian cabang Poetri Mardika organisasi ini telah

memiliki 59 anggota, tertulis di dalam kutipan majalah Poetri Mardika:

“Sebagaimana jang telah pernah kami kabarkan, maka di cheribon soedah berdiri P.M.

dengan 59 leden jang doedoek dalam bestuur jaito: R.A. Soemardjo, M.A. Boedirahardjo,

R.A. Soekarmidjah, R.A. Soemadi, R.A. Notoprawra, R.A. Soerjorahardjo, M.A.

Ronosentiko”.21

Poetri Mardika di Cirebon ini telah melakukan upaya mendirikan rumah

pondok bagi anak-anak perempuan yang menuntut ilmu di Cirebon.22 Adanya

Cabang Poetri Mardika di Cirebon ini telah menunjukan keaktifan serta peran

penting Poetri Mardika yang mempengaruhi terhadap perkembangan gerakan

perempuan lainnya.

18

Djojopernoto dan Sadikoen, “Verslag P.M. dalem boelan juli”… , h. 48. 19

Kadiroen,“Nederlandsh Indisch Kongres Voor Opvoeding En Onderwijs”, Extra

Nummer 1920, h. 8. 20

Anonim .”Poetri Mardika di Cheribon”, dalam majalah Poetri Mardika, Februari,

1917. No 2, (Tahun IV), h. 18. 21

Anonim, ”Poetri Mardika di Cheribon”, dalam majalah Poetri Mardika, Juli,

1917. No 7, (Tahun IV), h. 72. (Lihat dalam lampiran II) 22

Anonim, ”Poetri Mardika di Cheribon”… hlm 72.

Page 66: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

52

Keempat, organisasi Poetri Mardika mempropagandakan dan mengupayakan agar

kaum perempuan mendapatkan hak serta kesejahteraan. Poetri Mardika melihat

kebiasaan yang sering dilakukan oleh masyarakat. Misalnya, melarang keras

perempuan untuk meraih pendidikan sebagai suatu masalah yang besar. Hal lain

yang menjadi sorotan oleh Poetri Mardika adalah tentang perkawinan dengan

sistem perjodohan dan kegiatan poligami, di mana praktik ini sudah menjadi

sorotan sebagian tokoh yang mendorong kemajuan perempuan. Di bawah ini

adalah upaya-upaya Poetri Mardika dalam memperjuangkan kesejahteraan

perempuan, diantaranya adalah:

Meminimalisir praktik kawin paksa

Tertulis dalam surat kabar Poetri Mardika tentang kawin paksa ialah; ”…

Kebanjakan bangsa kita Hindia ini kalau mempoenjai seorang anak perawan jang

soedah tjoekoep oemoernja lantas tidak tempo lagi boeroe-boeroe dia tjarikan

bakal lakinja, tidak dengan semoefakat dengan anaknja”.23

Dalam hal ini pula

Kartini mengemukakan dalam tulisannya tentang perkawinan dengan kegiatan

perjodohan“…Cinta, apakah yang kami ketahui tentang cinta disini? Bagaimana

kami mencintai seorang laki-laki dan seorang laki-laki mencintai kami, kalau

kami tidak saling mengenal, bahkan yang seseorang tidak boleh melihat yang lain

anak gadis dan anak muda dipisahkan sungguh-sungguh…”.24

Kedua kutipan

tersebut menunjukkan perempuan mengalami kekangan adat istiadat sehingga

perempuan tidak diberi kesempatan memilih pasangan yang dikehendakinya.

Keadaan seperti ini dilihat bahwa keadaan perempuan yang sangat terbatasi dalam

kehidupan mereka bahkan dalam memiliki pasangan hidup pun tak memiliki daya

upaya untuk memilih orang yang mereka cintai.

Meminimalisir praktik pernikahan dini.

Kegiatan pernikahan dini memanglah sering terjadi, seperti banyak

disebutkan dalam surat kabar Poetri Mardika bahwa terjadinya kawin paksa atau

pernikahan usia dini terhadap perempuan memang sudah menjadi adat serta

kebiasaan yang belum hilang. Pernikahan di umur muda dengan sistem

23

Bintang Pagi (Anonim), “Kawin Terpaksa”, dalam majalah Poetri Mardika. Agustus,

1916, No 8. (Tahun III), h. 83 24

Sulastin, Sutrisno, Surat-surat Kartini Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya,

(Jakarta: Djambatan, 1979), h. 4.

Page 67: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

53

perjodohan merupakan kebiasan yang dilakukan pada saat itu serta hal ini dapat

memicu adanya praktik poligami serta perceraian. Usaha yang juga dilakukan oleh

organisasi Poetri Mardika adalah mencoba menghilangkan kebiasaan pernikahan

dini dengan cara propaganda. Salah satu artikel yang di tulis Abdoerachman

dalam surat kabar Poetri Mardika dikatakan bahwa:

Kami akan sangat gembira jika saja perempuan dibawah usia 18 tahun dilarang

menikah… jika perkumpulan kita dapat membantu mengakhiri semua ini, dan

secepatnya, suatu kebiasaan lama yang membawa para gadis yang baru saja

meninggalkan masa kanak-kanaknya untuk menikah dengan seorang lelaki yang tidak

dikenalnya dan bahkan tidak akan pernah dapat mencintainya.25

Maka dari pada itu Poetri Mardika mengeluarkan gagasan syarat untuk menikah,

guna meminimalisir praktik pernikahan usia dini;

“… Orang menikah dan haroes diadakan wet negeri jang melarang perempoean dan lelaki

beloem oemor, menikah beloem baleg dari 15 tahoen kebawah pendek adakan burgelijke

wetboek, jang boenjinja sebagai maoenja syara’ atau mengoelajai syara’. Dengan pendek

demikian: 1e. pengoebe onder (district) diangkat sebagai abtenaar V.d burgerlijke stand

dengan mendapat gadjih atau toelage dari gouverment. Lihat voorstellen hal oeang

perkasak nikah. 2e. penganten lelaki dan perempoean mistilah baleg (meerderjarig, paling

rendah misti lebih dari 14 tahoen). 3e. lelaki dan perempoeannja misti sendiri di hanter

oleh walinja atau wakilnja, soepaja ambtenaar burgelijke stand sendiri menjakseni idinja

(toestemming) pengantin. 4e. diadakan perdjanjian boeat menohoni haknja perampoean

dan laki² (talek) jang di tetapkan dalam sjara’ (burgelijk wetboek) dan bikinnja

formuliernja dengan di tetapkan negeri. Kalau kedoea penganten soedah sanggoep di

bikinnja proces verbaal nikach sesoedahnja rampoeng baroe di nikachkannja”.26

Di maksudkan dalam kutipan tersebut bahwa distrik yang mengurusi

perkawinan di angkat menjadi Ambtenar Van de Burgelijke stand dengan

mendapatkan gaji. Pengantin laki-laki dan perempuan harus jelas identitasnya,

Diadakannya perjanjian untuk memenuhi hak perempuan dan laki-laki yang telah

ditetapkan dalam syara’ agama, Diadakan larangan perempuan dan laki-laki

menikah dibawah umur 15 tahun atau belum baligh. Peraturan yang dibuat ini

semata-mata untuk memperjelas status pernikahan dan mengurangi kegiatan

pernikahan usia dini.

25

Abdoerachman,”Kinderhuwelijken” (Pernikahan Dini), dalam surat kabar Putri

Mardika, Agustus 1917, No 8, (Tahun IV), lihat juga Cora Vreede-De Stuers.”Sejarah Perempuan

Indonesia Gerakan dan Pencapaian”. (Jakarta: Komunitas Bambu, 2008), h. 85. 26

Kijahi Achmad Arsjad,” Voorstel akan mengoerangkan banjaknja orang jang berbini

lebih dari seorang”, dalam majalah Poetri Mardika, April, 1917, No 4, (Tahun IV), h. 43.

Page 68: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

54

Menghilangkan tradisi pergundikan atau sistem nyai.

Poetri Mardika juga mempertanyakan atau mengkritik kegiatan perempuan

yang menjadikan diri mereka sebagai Nyai. Sebutan Nyai di gunakan untuk para

perempuan yang menjadi istri para bangsa berkulit putih tanpa memiliki ikatan

yang sah, yakni yang diketahui atau disahkan oleh penghulu. Status perempuan

dalam hal ini disebut gundik. Istilah nyai atau nyahi sebenarnya mengacu pada

bahasa Bali yang artinya adik perempuan atau perempuan muda. Sebutan nyai

juga digunakan dalam wilayah budaya Sunda yang berarti perempuan dewasa.

Pada masa Hindia Belanda saat praktik pergundikan semakin meluas, istilah nyai

memiliki konotasi lain. Nyai diartikan sebagai gundik, selir, atau perempuan

simpanan para pejabat dan serdadu Belanda.27 Poetri Mardika menyebutkan

bahwasanya nyai itu rata-rata dari golongan kaum yang tidak terpelajar, dan nyai

di kritik sebagai sosok perempuan yang gila harta. Dalam surat kabar Poetri

Mardika mereka sangat menentang kegiatan pergundikan karena berdampak

memperlambat kemajuan terhadap perempuan serta menurunkan derajat para

perempuan.28 Kemudian Poetri Mardika mengkritik serta memberikan nasehat

kepada pera perempuan yang pada masa itu banyak yang tidak ingin menikah

dengan laki-laki pribumi lantaran ketika perempuan yang berpendidikan merasa

derajatnya lebih tinggi dan tidak ingin menikah dengan laki laki yang tidak

berpendidikan. Poetri Mardika memberikan pandangan bahwa menikah itu

seharusnya dengan yang seagama dan jika tidak ingin menikah dengan

sebangsanya maka dianggap sama saja menghinakan bangsanya sendiri. Poetri

Mardika menganggap bahwa perempuan yang seperti itu tidak mencintai

agamanya, Bangsanya, serta lupa dengan tujuan untuk kemajuan.29

27

Hendra Kurniawan,” Nyai Dalam Pergundikan: Pendorong Munculnya Kaum Indo

di Hindia Belanda”, dalam jurnal Historia Vitage seri pengetahuan dan pengajaran sejarah. Vol

28 No.2. (Universitas Sanata Dharma, 2014), h. 142. 28

Tjiptorahardjo, “Pemandangan” dalam majalah Poetri Mardika, September, 1917.

No 9, (Tahun IV), h. 80-88. 29

Tjiptorahardjo, “Pemandangan” …, h. 80.

Page 69: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

55

Menentang tradisi poligami.

Upaya yang dilakukan oleh Poetri Mardika adalah meningkatkan kualitas

diri sebagai perempuan, dengan cara membebaskan para perempuan dari belenggu

adat-adat di masyarakat setempat. Poetri Mardika sangat menentang kegiataan

poligami yang telah di anggap biasa oleh sebagian masyarakat. Kegiatan

poligami, atau memiliki istri lebih dari satu, merupakan praktik yang sudah

menjadi kebiasaan yang turun temurun dalam beberapa generasi. Poetri Mardika

berupaya untuk mengkapampanyekan ketidaksetujuannya terhadap praktik

poligami. Dalam sebuah artikel yang di tulis oleh S. Koesoemo di surat kabar

Poetri Mardika, jelas sekali posisi organisasi ini menentang praktik poligami. S.

Koesoemo menuliskan, “…Derhalve is de mening dat polygamie niet van

regeringswege behoeft onderdrukter worden, (Oleh karena itu saya memiliki

fikiran bahwa poligami itu tidak resmi dan harus di tekan)…” 30 karena itu Poetri

Mardika bertujuan untuk menghilangkan praktik seperti ini. Dikarenakan hal ini

sering sekali terjadi dimana para laki-laki dianggap biasa jika memiliki istri lebih

dari satu dan kekuasaan laki-laki tidak terbatas dalam perkawinan (seorang laki-

laki dengan begitu saja sewaktu-waktu boleh menceraikan istrinya, tidak usah

mengatakan sebab-sebabnya dan tidak ada beban kewajiban untuk menyokong

istri yang diceraikan). Surat kabar Poetri mardika, juga memuat tulisan bahwa

perempuan Eropa juga mengkritik poligami dan menentangnya, karena hal itu

berakibat menyakiti hati para perempuan; ”…Haraplah orang lelaki memaloei

pada orang perempoean, dan haraplah jangan menjakitkan hatinja orang

perepoean lantaran madoe (piara bini lebih dari satoe)…”.31 Disebutkan bahwa

pada dasarnya tidak ada perempuan yang ingin di poligami, ada juga yang

merasakan senang ketika suaminya beristri lebih dari satu. Seorang tokoh

perempuan, Tien Sastrowirjo menyatakan:

Polygamie itoe tidak baik sekali. Polygamie itoe mendidik hati chawatir, dan

kedjadiannja orang-orang takakan bisa tjinta kepada tanah toempah darahnja, kepada

bangsanja. Boekan hanja plygamie jang terang sadja pengaroehnja sebesar ini, akan tetapi

polygamie jang tak terang (tidak mempakai idsinnja penghoeloe) begitoe djoega. Maka

dari itoe fikiran djelek jang masoek kesanoebari kita, jaitoe fikiran bahwa kaoem laki-laki

30

S.Koesoemo,” De Polygamie”, dalam majalah Poetri Mardika, Februari, 1916.

No 2 (Tahun III), h. 10. 31

Een Europeesche Vrouw, ” Kiriman”, (tersalin dalam bahasa belanda), dalam majalah

Poetri Mardika, Maret, 1916. No 3, (Tahun III), h. 28.

Page 70: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

56

itoe djempoelan, berani, hampir sama dengan Ardjoeno djika beristeri lebih seorang itoe

haroes dihapoeskan.32

Dalam kesimpulan diatas bahwasanya poligami akan berdampak kepada

perempuan, dimana perempuan tidak memiliki andil dalam perkawinan yang tidak

dapat dihindari dan jaminan yang tidak menentu untuk menjadi ibu. Poligami

menjadi perdebatan dari berbagai pelopor gerakan perempuan, mereka

menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap poligami maupun penyalahgunaan

poligami.33

Adapun beberapa usaha yang dilakukan oleh Poetri Mardika untuk

meminimalisir praktik poligami adalah sebagai berikut:

“… telah kita ketahoei bahwa pengoeloe itu sebenernja di atoer oleh negeri, sebagai

wakilnja wali, jang poenja hak boeat menetapkan jang djadi wakil wali dalam perkara

bigamie oempanja chakim Raad Igama jang koeasakan boeat menimbang dan

memoetoeskan (idin) boleh tidanja dengan mengingat hal sjareatnnja sjachnja hal

njandoeng menoeroet sjara:

1e oerang jang ingin mempoenjai isteri jang kedoea, ketiga, atau keempat haroes

mendapat poetoesan Raad Igama jang nanti memeriksa dengan titi apa oerang itu adil

boeat menohani hal kemistiannja lelaki njandoeng menoeroet sjara, 2e isteri jang toea

(jang pertama haroes menerangkan di moeka hakim, bahwa ia betoel mengidini lakinja

boeleh njandoeng begitoe djoega wali dan istri jang maoe “di tandoeng” haroes di bawa

mengadap, 3e candidat misti pandai menerangkan sendiri di moeka hakim kewadjibannja

oerang jang njandoeng menoeroet sjara dan sanggoep akan menohoni dengan perdjanjian

jang nanti disjahkan oleh civielerechter, 4e oleh negeri di tetapkan hak haknja oerang

jang mempoenjai bini doea djangan di pandang dan dibikin selir”. 34

Kutipan tersebut bermaksud bahwa Poetri Mardika dalam mengupayakan

meminimalisir praktik poligami dengan memberikan syarat bahwa laki-laki yang

ingin memiliki istri lebih dari satu diharusknanya mendapatkan persetujuan dari

Raad Agama. Istri pertama di haruskan menerangkan didepan hakim serta

meyakinkan hakim bahwa dirinya merelakan suaminya menikah lagi. Kandidat

mesti kuat menerangkan kepada hakim orang yang akan di madu menurut syara.

Ketika ditetapkan dan di izinkan oleh Negara untuk berpoligami maka ditetapkan

hak-haknya oleh Negara dan jangan menjadikan istri kedua sebagai selir. Hal ini

merupakan upaya meminimalisir kegiatan poligami yang telah menjadi adat

istiadat masyarakat. Ketika syarat berpoligami dikaitkan kepada Negara maka

akan terasa lebih sulit apalagi ketika diharuskannya meminta persetujuan dari istri

32

Susan Blackburn, Terj Koesalah Soebagyo Toer, Kongres Perempuan Pertama

Tinjauan Ulang, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia/ KITLV-Jakarta). 2007, h. 77-78. 33

CoraVreede-de stuers, Sejarah Perempuan …, h.158. 34

Kijahi Achmad Arsjad,” Voorstel aka mengoerangkan banjaknja orang jang berbini

lebih dari seorang”, dalam majalah Poetri Mardika. April, 1917. No 3, (Tahun IV), h. 43.

Page 71: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

57

pertama hal tersebut diharapkan akan berdampak pada penurunan dari praktik

poligami.

Memberikan Pensiunfonds

Poetri Mardika mengupayakan untuk mensejahterakan perempuan-

perempuan tua serta membantu para janda-janda. Hal ini terlihat seperti yang

dituliskan dalam verslag persidangan besar Poetri Mardika pada 05 maret 1916

dikantor Volkslectuur bahwa salah satu bestuur yakni R.M. Soenarjo

Djojopranoto meminta agar segera dilakukan permohonan untuk pemerintah agar

diadakannya Pensiunfonds untuk para janda dengan memotong gaji para priyai

gouvernement atau pegawai pemerintah.35

B. Dampak Organisasi Poetri Mardika Terhadap Kondisi Perempuan

Dampak dari perjuangan Poetri Mardika diantaranya adalah, mulai

terbukanya akses pendidikan bagi kaum perempuan. Akses pendidikan bagi kaum

perempuan dari tahun ke tahun telah memberikan bukti bahwa perempuan

Indonesia tidak hanya di jadikan dan di katakan sebagai kaum yang rendah saja,

namun perempuan juga mampu merubah kehidupannya menjadi lebih baik

dengan mendapatkan hak pendidikannya yang sama seperti dengan kaum laki-

laki. Pemerintah kolonial juga sudah banyak mendirikan sekolah-sekolah untuk

kaum perempuan Indonesia. Mereka sadar bahwa pendidikan juga perlu diberikan

kepada kaum perempuan. Sekolah-sekolah khusus bagi kaum perempuan secara

lambat laun bermunculan, salah satu contohnya adalah Kartini Fonds yang

didirikan pada tahun 1913 yang menjadikan perempuan mendapatkan pendidikan

dan menjadi lebih maju. Pada tahun 1918, pemerintah juga mendirikan sebuah

Sekolah Guru (Kweekschool) untuk guru-guru perempuan di Salatiga. Guru-guru

lulusan ini berhak untuk mengajar di HIS (Hollands Inlandse School) dan juga di

Kartini Fonds.36

Di bawah ini merupakan tabel laporan pemerintah tentang

pendidikan kejuruan di tahun 1928 semakin meningkat terutama perempuan.

35

Soetinah,” Verslag Persidangan Besar P.M. pada hari minggoe tanggal 5 Maret

1916 diroemah Kantoer Volkslectuur”, dalam majalah Poetri Mardika, April, 1916. No 4, (Tahun

III), h. 42. 36 Siwi Tyas Fheny Cahyani, Dkk,” Perjuangan Organisasi Perempuan Indonesia

Menuntut Hak Pendidikan Pada Masa Kolonial Belanda Tahun 1912-1928”, 2015. No I. h, 11.

Page 72: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

58

TABEL IV.6

Laporan Pemerintah tentang Pendidikan Kejuruan pada tahun 1928

Jenis Sekolah

Jumlah Murid Persentase

Lelaki Perempuan Lelaki Perempuan

Kursus untuk guru-guru (lelaki atau

perempuan) sekolah desa

5.394

332

94

6

Sekolah pelatihan 1.398 539 78 22

Sekolah pelatihan untuk sekolah

Belanda

690

144

83

17

Sekolah pelatihan tinggi 269 6 98 2

Sekolah pelatihan tinggi dengan

sertifikat yang setara dengan

standar belanda untuk

a. Asisten guru

b. Guru

39

85

182

293

18

22

82

78

Kursus untuk guru taman kanak-

kanak.

-

339 - 100

Sumber: Stuers, 2008 h. 97.

Laporan dinas pendidikan menyatakan bahwa 58 persen dari perempuan

Indonesia berhasil meraih ijazahnya pada 1928.37

Penulis hanya memberikan

gambaran bagaimana keadaan pendidikan yang di dapatkan oleh perempuan

setelah hadirnya organisasi Poetri Mardika, hal ini kemungkinan Poetri Mardika

telah memberikan pengaruh terhadap perempuan agar lebih mudah dalam

mengakses pendidikannya. Selanjutnya dampak dari perjuangan Poetri Mardika

ialah, munculnya perhimpunan-perhimpunan perempuan baru di daerah-daerah

lainnya dengan tujuan yang sama, seperti Kautaman Istri, Pengasah Budi,

Poernahma Sidhi yang mana juga memiliki tujuan untuk memperhatikan keadaan

perempuan.38 Hal ini dikarenakan Poetri Mardika selalu melakukan propaganda

ataupun kongres-kongres di berbagai daerah dengan tujuan memperkenalkan

perhimpunannya dan menguatkan relasinya dengan perhimpunan yang lain.

Terselenggaranya Kongres Perempuan Pertama di Yogyakarta Tahun 1928

kemungkinan besar pengaruh atau dampak dari munculnya organisasi Poetri

Mardika yang merupakan salah satu penggagas kemerdekaan perempuan. Pesan

dan keputusan Kongres itu pada dasarnya sama dengan yang diperjuangkan dan

dikampanyekan oleh Poetri Mardika sejak berdirinya di tahun 1912. Dalam acara

37

CoraVreede-de stuers, Sejarah Perempuan…, h. 98. 38

Sadikoen, “Perobahan Alam Perempoan”…, h. 63.

Page 73: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

59

kongres Perempuan yang pertama di selenggarakan memanglah tidak dijelaskan

bahwa Poetri Mardika mengikuti kongres tersebut, dari berbagai utusan organisasi

perempuan sekitar ada 22 organisasi perempuan. Adapun hasil lain dari adanya

kongres ini yakni diputuskan hendak mengadakan studiefonds (dana beasiswa)

untuk anak-anak gadis yang pandai tetapi tidak mampu. Selain itu kongres

berkeputusan untuk mencegah perkawinan anak-anak dengan cara tiap anggota

harus membuat propaganda tentang buruknya perkawinan anak-anak Kongres

juga mengirimkan pesan kepada Pemerintah Hindia Belanda agar secepatnya

diadakan tunjangan bagi janda dan anak-anak.39

Memang sulit diketahui dengan tepat berapa banyak organisasi perempuan

di Hindia-Belanda yang aktif pada saat itu dan organisasi mana yang tidak

terwakili dalam kongres. Walaupun dapat ditemukan data mengenai pembentukan

organisasi yang lumayan banyak di seluruh kepulauan Indonesia, namun

kebanyakan organisasi tersebut pendek umurnya dan sering kali tidak tercatat

kapan sebuah organisasi menghentikan kegiatannya atau bahkan bubar.40

Begitupun dengan Poetri Mardika, tidak adanya kejelasan organisasi Poetri

Mardika menghentikan kegiataannya.

Sesudah tahun 1920, jumlah organisasi perempuan bertambah banyak.

Kesediaan kaum perempuan untuk terlibat dalam kegiatan organisasi lebih

meningkat dan kecakapan bertindak dalam organisasi pun bertambah maju.

Hampir di semua tempat yang penting ada perkumpulan perempuan. Hal ini

disebabkan karena kesempatan belajar yang makin berkembang ke bawah,

sehingga jumlah perempuan yang mampu beraksi juga bertambah luas dan tidak

lagi terbatas pada lapisan atas saja.

39

Winingsari Trimurtini, Perkembangan Kongres Perempuan Indonesia Pertama

Tahun 1928 di Yogyakarta, Skripsi. (Yogyakarta: Universitas Negri Yogyakarta, 2015), h. 59. 40

Susan Blackburn, Terj Koesalah Soebagyo Toer, Kongres Perempuan Pertama

Tinjauan Ulang, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia/ KITLV-Jakarta, 2007), h. XXIV.

Page 74: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

60

C. Hambatan Poetri Mardika Dalam Memperjuangkan Emansipasi

Perempuan

Poetri Mardika sangat memahami bahwa melakukan proses gerakan

emansipasi tentu saja akan mengalami hambatan-hambatan yang tidak ringan.

Terkait hal ini S.Koesoemo menuliskan dalam surat kabar “Kita haroes piker

bahawa segala keadaan atau perobahan jang misih baroe itoe tentu soesah sekali

bisanja menoedjoe apa jang dimaksoedkan apa poela perobahan alam jang

berhoeboeng sama kamanosiaan”.41

Dalam proses perubahan tidak selamanya

hanya terdapat faktor pendorong saja, tetapi juga ada faktor penghambat

terjadinya proses perubahan tersebut.begitu pula dengan organisasi Poetri

Mardika yang memperjuangkan kemerdekaan bagi para perempuan meskipun

menjadi organisasi pelopor pada masanya namun Poetri Mardika juga mengalami

hambatan –hambatan. Faktor penghalang tersebut antara lain:

1. Adat atau kebiasaan

Biasanya pola perilaku yang sudah menjadi adat bagi suatu masyarakat

akan selalu dipatuhi dan dijalankan dengan baik. Apabila pola perilaku yang

sudah menjadi adat maka akan sulit untuk merubahnya, karena masyarakat

tersebut akan mempertahankan adat istiadat yang dianggapnya telah membawa

sesuatu yang baik bagi pendahulu-pendahulunya. Faktor-faktor yang menghalangi

terjadinya proses perubahan tersebut, secara umum memang akan merugikan

masyarakat itu sendiri. Karena setiap anggota dari suatu masyarakat umumnya

memiliki keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih daripada yang sudah

didapatnya. Hal tersebut tidak akan diperolehnya jika masyarakat tersebut tidak

mendapatkan adanya perubahan-perubahan dan hal-hal yang baru.

Orang perempoean (iboe kita) tida perloe berilmoe jang tinggi, tida perloe tjampoer

memperhatiken pergerakan bangsa dan kemadjoean tanah kelahiran, sebab semoa itoe

wadjibnja orang lelaki orang perempoan hanja berwadjib selainnja mendjaga keamanan

roemah tangga ialah mendjaga soeaminja baik tentang keadannja lahir maoepoen keadaanja

batin mendjaga adat istiadat dan djalanja ingean melakoekan kewadjiban lelaki.42

41

S.Koesoemo,” Pengharepan”, dalam majalah Poetri Mardika, Juli, 1916. No 7,(Tahun

II), h. 69. 42

S. Koesoemo,” Iboe”, dalam majalah Poetri Mardika, Maret, 1916. No 3, (Tahun III),

h. 27.

Page 75: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

61

Selain itu masih banyak pula para masyrakat yang menentang serta salah

persepsi terhadap tujuan Poetri Mardika, banyak yang mengartikan bahwa Poatri

Mardika berupaya untuk menyetarakan perempuan dan lelaki dengan kesetaraan

yang sama dalam seluruh hal yang bahwasanya perempuan dan lelaki tidak dapat

disamaratakan. Sedangkan tujuan Poetri Mardika adalah memerdekan para

perempuan dari praktik adat istiadat yang mengurung lingkup para perempuan itu

sendiri. Masyarakat yang masih berpegang teguh pada pemikiran seperti ini tentu

saja akan menghambat perubahan yang akan dilakukan Poetri Mardika dengan

cepat.

2. Menurunnya Kegiatan Anggota Poetri Mardika

Hambatan selanjutnya yang di alami oleh organisasi Poetri Mardika adalah

menurunnya kegiatan para anggota untuk menulis. Dalam verslag Poetri Mardika

dikatakan bahwa mulai menurunnya aktivitas menulis di mulai pada tahun 1916.43

Hal ini mulai terjadi dikarenakan adanya masalah internal dari para anggota Poetri

Mardika itu sendiri. Beberapa permasalahan internal Poetri Mardika di antanya

adalah: pada tahun 1916 saudara Abdulrachman yang mengendalikan administrasi

pada saat itu pindah rumah ke berbagai daerah dalam beberapa waktu, hal ini

menyulitkan Poetri Mardika dalam mengelola administrasi. Ketika di gantikan

dengan Mohammad yang posisinya pun berada di Loemadjang pun tidak

bertambah baik dan tidak kondusif. Hal ini membuat penurunan kegiatan Poetri

Mardika serta menurunnya jumlah penulisan artikel-artikel yang dibuat para

anggota lantaran sebab hal-hal pribadi.44

Selain itu pula banyak para anggota-

anggota yang keluar maupun dikeluarkan lantaran banyaknya tunggakan yang

dilakukan oleh para anggota yang tidak membayar dana kontribusi. Tunggakan ini

menghambat kegiatan Poetri Mardika seperti mencetak surat kabar ataupun

menanggung kegiatan-kegiatan organisasi.45

Kemudian Poetri Mardika juga sudah

jarang mengdakan propaganda ke daerah-daerah lainnya dikarenakan kurangnya

kesediaan anggota dan banyaknya yang terhalang oleh pekerjaan lainnya. Hal ini

karena pengurus (Bestuur) bukan hanya berfokus dengan Poetri Mardika saja tapi

43

Verslag Tahoen 1916-1919, Extra Nummer 1920. 44

Kadiroen, “Verslag Tahoen 1916-1919”, Extra Nummer, 1920, h. 2. 45

Kadiroen, “Verslag Tahoen 1916-1919”…, h. 4.

Page 76: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

62

mengurus hal lainnya.46

Permasalahan yang lainnya adalah karena adanya

tunggakan-tuggakan para anggota serta melemahnya uang derma yang didapatkan

oleh Poetri Mardika. Laporan uang kas pada tahun 1916-1919 disebutkanbahwa

Poetri Mardika mengalami kerugian pada periode waktu tersebut.

46

Kadiroen, “Verslag Tahoen 1916-1919”…, h. 3.

Page 77: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

63

GAMBAR IV.2

Laporan pemasukan uang kas Poetri Mardika tahun 1916-1919

Sumber: Kadiroen,”Verslag 1916-1919”, Poetri Mardika, Extra Numerik Tahun 1920, h. 5-6

Page 78: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

64

GAMBAR IV.3

Laporan keluarnya uang kas Poetri Mardika selama tahun 1916-1919

Sumber: Kadiroen,”Verslag 1916-1919”, dalam majalah Poetri Mardika, Extra Numerik

Tahun 1920, h. 5-6

Page 79: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

65

Pada tahun 1916 uang kas yang masuk secara keseluruhan sekitar f. 723.10 dan

uang yang keluar di tahun 1916 sebesar f. 710.33⅓. Pada tahun 1917 uang kas

yang masuk f. 567.55 dan uang yang keluar sebanyak f. 728.35, ditahun 1918

uang yang masuk f. 695.75 dan yang keluar sebanyak f. 745.28 kemudian yang

terakhir ditahun 1919 uang yang masuk f. 570.70 dan yang keluar f. 606.45. Dapat

dikatakan dalam laporan tersebut Poetri Mardika mengalami kemerosotan karna

sedikitnya pemasuakan namun uang yang harus dikeluarkan lebih besar, dan

akhirnya Poetri Mardika mengalami kerugian cukup besar pada tahun 1916-1919.

Pemaparan di atas menjelaskan yang ternyata masih banyak hambatan

bagi Poetri Mardika, baik yang berasal dari internal maupun eksternal, yang

menghalangi gerakan untuk memajukan organisasi. Selanjutnya dari seluruh

penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perjuangan pembebasan perempuan

atau gerakan emansipasi perempuan adalah perjuangan melawan penghambat-

penghambat kemajuan perempuan. Tanpa memenangkan perlawanan terhadap

penghambat-penghambat tersebut maka kaum perempuan tidak akan bisa

mengembangkan pengetahuannya serta kesadarannya.

Page 80: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

66

BAB V

KESIMPULAN

Poetri Mardika adalah organisasi perempuan yang berdiri pada tahun 1912

di Batavia yang bertujuan untuk memperjuangkan perempuan agar mendapatkan

hak-hak mereka meraih pendidikan serta meningkatkan kualitas perempuan dalam

perbaikan kehidupan berkeluarga, perkawinan, dan mempertinggi usaha-usaha

untuk mencapai kesejahteraan. Munculnya Poetri Mardika merupakan faktor dari

adanya pandangan baru atas kesadaran terhadap perempuan. Para anggota Poetri

Mardika yang aktif mayoritas dari golongan terpelajar ningrat. Organisasi ini

merupakan organisasi yang berpusat di kota Batavia yang dimana kota tersebut

telah menjadi pusat perkembangan kegiatan masyarakat. Apa yang dilakukan oleh

organisasi Poetri Mardika merupakan upaya gerakan emansipasi perempuan yang

bertujuan untuk mempertinggi nasib dan derajat para perempuan. Sisi lain

keunikan dari Poetri Mardika ialah organisasi yang meskipun bebas dan terbuka

untuk umum, namun organisasi ini tidak lupa memperjuangkan Islam dengan

mengkampanyekan bahwa pendidikan Agama Islam harus diadakan di sekolah-

sekolah. Adapun peran maupun kontribusi Poetri Mardika adalah sebagai berikut:

1. Poetri Mardika menjadi inisiator bagi organisasi perempuan lainnya yang

hadir setelah Poetri Mardika. Organisasi ini juga melakukan sosialisasi

dengan mengadakan kegiatan kongres-kongres di berbagai daerah

sehingga menjadikan Poetri Mardika semakin kuat jaringannya dengan

perhimpunan-perhimpunan lainnya.

2. Poetri Mardika berupaya memberikan pengajaran kepada masyarakat luas,

terutama perempuan, yang dapat membangkitkan semangat pembaruan,

keterbukaan, dan nasionalisme melalui surat kabar yang diterbitkannya.

Surat kabar ini berfungsi sebagai penyebar gagasan kemajuan perempuan

sekaligus menjadi sarana yang memudahkan para perempuan ataupun

masyarakat lainnya dalam mentransmisikan misi-misi Poetri Mardika.

Surat kabar yang terbit pada tahun 1900-an ini juga berperan aktif sebagai

media sosialisasi Poetri Mardika kepada masyarakat. Dalam surat kabar

tersebut, misalnya berisi salah satu bentuk dukungan bagi perempuan

untuk mendapatkan pendidikan serta pentingnya pendidikan bagi kaum

Page 81: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

67

perempuan, masalah pendidikan campuran antara laki-laki dan perempuan,

serta pemberian kelonggaran untuk bergerak bagi kaum perempuan di

tengah era Kolonialisme Belanda.

3. Poetri Mardika mencoba untuk menanamkan kesadaran terhadap

perempuan dalam meraih pendidikan contohnya adalah para anggota

Poetri Mardika itu sendiri yang kerapkali mendongkrak wacana akan

pentingnya pendidikan di tengah masyarakat. Alasan utama atau alasan

pokok kaum perempuan ingin mendapatkan pendidikan yang setara

dengan laki-laki tidak lain adalah kaum perempuan Indonesia pada masa

kolonial Belanda tidak diperlakukan adil untuk mengekspresikan diri

mereka dalam menerima pendidikan.

4. Poetri Mardika meningkatkan upaya penegakan keadilan serta hak asasi

perempuan dalam kehidupan. Hal ini dilakukan dengan cara membantu

para perempuan untuk keluar dari kungkungan adat seperti poligami,

pernikahan anak di bawah umur, sistem nyai, sistem selir, ataupun kawin

paksa. Kemudian Poetri Mardika mengupayakan pengadaan kegiatan dana

pensiun untuk para janda-janda. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa

Poetri Mardika berperan aktif terhadap perempuan dan kuat dengan

tujuannya yang ingin meningkatkan taraf hidup perempuan. Poetri

Mardika adalah organisasi yang terbuka untuk umum. Maksudnya

organisasi ini tidak menutup peluang bagi orang yang berbeda ras, suku,

agama serta negara. Namun demikian anggotanya adalah beragama Islam.

Kemudian hambatan yang dialami oleh organisasi Poetri Mardika dapat

terjadi dikarenakan kurangnya pemasukan dana serta merosotnya aktivitas-

aktivitas oragnisasi yang kerap kontributif untuk mengadakan kegiatan dan

menulis artikel . Hal ini disebabkan banyaknya kepentingan-kepentingan lainnya

disetiap urusan para anggota. Faktor lainnya yang menyebabkan organisasi ini

pudar cahayanya adalah masifnya resintesi-resintesi yang berasal dari masyarakat

yang menolak perubahan. Dapat dikatakan juga bahwa awal abad ke-20

merupakan abad fase dasar perjuangan hak-hak perempuan Indonesia. Kemudian

dampak yang terjadi terhadap perempuan dengan hadirnya Poetri Mardika adalah

membuka pikiran yang membelenggu akan adat isitiadat yang merugikan pihak

Page 82: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

68

kaum perempuan. Sekolah-sekolah bagi kaum perempuan secara bertahap telah

didirikan. Kaum perempuan sudah banyak yang bersekolah, mendapatkan

pendidikan yang selayaknya, perempuan menjadi lebih maju dan pendidikan

sudah dibuka bagi kaum perempuan. Selain itu secara lambat laun keadaan lekas

berubah menjadi lebih baik dari tahun ke tahun, misalnya poligami, kawin

paksaan, berlakunya kekuasaan suami yang tidak terbatas terhadap perceraian,

membiarkan gadis-gadis bodoh akibat larangan untuk bersekolah setelah mulai

dewasa, perkawinan anak-anak dan permasalahan perempuan lainnya sudah mulai

berkurang. Perempuan secara lambat laun telah mampu untuk bangkit dalam

menghilangkan kebijakan pemerintah kolonial yang telah membatasi akses

pendidikan bagi kaum perempuan dan kekangan adat istiadat, mereka berjuang

demi mendapatkan pendidikan agar tidak selalu dipandang lemah dalam segala

hal. Maka organisasi Poetri Mardika telah membuat perempuan Indonesia menjadi

maju serta mampu berperan aktif dalam pergaulan nasional bahkan Internasional

dengan segala upaya yang telah dilakukannya.

Page 83: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

69

SARAN

Di harapkan hasil penelitian sejarah gerakan emansipasi organisasi Poetri

Mardika pada masa kolonial ini dapat menambah penguasaan materi gerakan

perempuan. Kemudian saran untuk para penulis yang memang menggandrungi

masalah gerakan emansipasi perempuan atau ingin meneliti lebih lanjut tentang

Poetri Mardika alangkah baiknya lebih mendalami faktor hilangnya organisasi ini.

Karena jarang dan belum ditemui sampai saat ini faktor penyebab hilangnya

organisasi tersebut dengan jelas

Page 84: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

70

DAFTAR PUSTAKA

A. SUMBER SEJAMAN

Poetri Mardika, No.4/ II, Juli 1915.

Poetri Mardika, No 5/II, Agustus 1915.

Poetri Mardika, No 6/II, September 1915.

Poetri Mardika, No 6/II, November 1915.

Poetri Mardika. No 2/III, Februari 1916.

Poetri Mardika. No 3/III, Maret 1916.

Poetri Mardika. No 10/III, Oktober 1916.

Poetri Mardika. No 12/ III, Desember 1916.

Poetri Mardika. No 9/IV, September 1917.

Poetri Mardika. No 7/IV, Juli 1917.

Poetri Mardika. No 4/IV, April 1917

Poetri Mardika. Extra Nummer, 1920.

Soenting Melajoe, No 26/III, Juni 1914

Soenting Melajoe, No 25/III, September 1914

B. BUKU

Baay, Reggie. Nyai dan Pergundikan di Hindia Belanda. Depok: Komunitas

Bambu, 2010.

Basundoro, Purnawan. Pengantar Sejarah Kota.Yogyakarta: Ombak, 2012.

Blackburn, Susan. Kongres Perempuan Pertama Tinjauan Ulang, Terj Soebagyo

Toer, Koesalah.Jakarta: Yayasan Obor Jakarta/ Jakarta- KITLV, 2007.

Blackburn, Susan, (Terj) Triwira, Gatot. Jakarta Sejarah 400 Tahun. Jakarta:

Masup Jakarta, 2012.

Djoened, Marwati. Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai

Pustaka, 1993.

Fauzia, Amelia dkk. Tentang Perempuan Islam: Wacana dan Gerakan. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Gardine, Mayling Oey. Perempuan Indonesia Dulu dan Kini. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 1996.

Gottshalck, Louis. Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Susanto, Jakarta: Universitas

Page 85: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

71

Indonesia, Press, 2008.

Hanna, Willard A. Hikayat Jakarta. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1988.

Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metode Sejarah. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 1992.

Kartodirjo, Sartono. Sejak Indisch Sampai Indonesia. Jakarta: Kompas

Media Nusantara, 2005.

Kongres Wanita Indonesia. Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita

Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1978.

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2003.

Kwartanada, Didi. Dua Abad Pakean Eropa di Indonesia, Simbol Pemberontakan

dan Modernitas. Esquire, 2013.

Lapian, Adrian B. Indonesia dalam Arus Balik Sejarah. Jakarta: PT Ichtiar Baru

van Houve atas kerjasama dengan Kementrian Pendidikan dan kebudayaan

Republik Indonesia, 2011.

Niemeijer, Hendrick. Batavia Masyarakat Kolonial Abad XVII. Depok: Masup

Jakarta, 2012.

Ohorella, G.A. Dkk. Peranan Wanita Indonesia dalam pergerakan

Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992.

Pranoto, Suhartono W. Teori dan Metodologi Sejarah.Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2001.

Putra, Fadillah. Dkk. Gerakan Sosial. Malang: Averrors Press, 2006.

Pringgodigdo, A.K. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian

Rakyat, 1980.

Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 1995.

Sastroatmodjo, Suryanto Tragedi Kartini. Yogyakarya: Penerbit Narasi, 2005.

Sjamsuddin, Helius dan Ismaun. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta:

Depdikbud, 1996.

Soewondo, Nani. Kedudukan Wanita Indonesia Dalam Hukum Dan Masyarakat.

Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984.

Subhan, Zaitunah. Qodrat Perempuan Taqdir atau Mitos. Yogyakarta: Pustaka

Pesantren, 2004.

Page 86: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

72

Suhartono. Sejarah Pergerakan Nasional: Dari Budi Utomo sampai Proklamasi

1908 1945. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994.

Suparno, A. Suhaenah. Wanita dalam Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Sunan

Kalijaga Press, 2001.

Suryochondro. Sukanti. Potret Pergerakan Wanita di Indonesia. Jakarta: CV

Rajawali, 1984.

Sutrisno, Sulastin. Surat-surat Kartini Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya,

Jakarta: Djambatan, 1979.

Swantoro, P. Dari Buku ke Buku: Sambung Menyambung Menjadi Satu. Jakarta:

Kepustakaan Populer Gramedia, 2002.

Syani, Abdul. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. Unila Bandar lampung:

Pustaka Jaya, 1995.

Soekiman, Djoko. Kebudayaan Indis, Dari Zaman Kompeni sampai Revolusi,

Jakarta: Komunitas Bambu, 2011.

Tjandrasasmita, Uka. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer

Gramedia, 2009.

Wiriaatmadja, Rochiati. Dewi Sartika. Jakarta: Proyek IDSN, 1980/1981.

Vreede-de stuers, Cora. Sejarah Perempuan Indonesia Geakan & Pencapaian.

Jakarta: Komunitas Bambu, 2008.

C. ARTIKEL JURNAL

Darwin, Muhajir.”Gerakan Perempuan di Indonesia dari Masa ke Masa”. Jurnal

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol 7, 2004.

Boejoeng, Saleh.”Asal-usul Nama-Nama di Ibu Kota Indonesia”. Kebudajaan.

Vol 10, Oktober 1953.

Castles, Lance. “The Ethnic Profile of Djakarta, Indonesia”. Vol 1 April 1967.

Kurniawan, Hendra. “Nyai dalam Pergundikan: Pendorong Munculnya Kaum

Indo di Hindia Belanda”. Jurnal Historia Vitage seri pengetahuan dan

pengajaran sejarah. Vol 28 No. 2. Universitas Sanata Dharma, 2014.

Page 87: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

73

Page 88: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

LAMPIRAN 1

Salah satu artikel Poetri Mardika dalam memberikan gagasan pendidikan terhadap

perempuan

Sumber: Soematri, “Onderwijs voor Inlandsche meisjes”. Poetri Mardika, februari 1917. No 2/ IV

Februari 1917

Page 89: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

86

LAMPIRAN II

Laporan pendirian cabang Poetri Mardika di Cirebon

Sumber: Poetri Mardika, Februari, 1917. No 2/ IV, h. 18.

Page 90: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

87

LAMPIRAN III

Pengurus Poetri Mardika cabang Cirebon

Sumber: Anonim.” Poetri Mardika di Cheribon”. Poetri Mardika. Februari, 1917. No 2,

(Tahun IV), h.18

Page 91: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

88

LAMPIRAN IV

Artikel Poetri Mardika berisi gagasan perihal pernikahan usia dini

Sumber: Abdoerachman.” Kinderhuwelijken” (Pernikahan Anak-anak) Poetri Mardika, Agustus,

1917. No 8/IV, h. 75.

Page 92: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

89

LAMPIRAN V

SUSUNAN PENGURUS POETRI MARDIKA TAHUN 1915

Ketua : R.A. Theresia Sabaroedien

Wakil Ketua : R.Aj. S. Djajapranata sebagai wakil

Komisaris : Ng. Abdoerrachman

Sekertaris : Sadikoen

SUSUNAN PENGURUS POETRI MARDIKA PERIODE 1916-1919

Ketua : R. Nganten Asiah koesrin

Wakil Ketua : R. Aj Djojopranoto

Komisaris:

- R.A. Djatoen

- Abdoel rachman

- R.Tjokrodibroto

- M. Sastrodirono

Sekertaris I : Sadikoen Tondokoesoemo

Sekertaris II : R. Aj Noerbaiti Moehadjir

- M. Mohammad Penningmester

Sumber: Poetri Mardika tahun 1915-1919

Page 93: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

90

LAMPIRAN VI

DAFTAR PERHITUNGAN ANGGOTA POETRI MARDIKA TAHUN 1916-

1919

Anggota :

Pada akhir bulan juni 1914 : 159 Orang

Pada bulan September 1915 : 156 Orang

Akhir 1915 : 161 Orang

1916 : 184 Orang

1917 : 179 Orang

1918 : 155 Orang

1919 : 123 Orang

Sumber: Poetri Mardika 1916-1920

Page 94: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

91

LAMPIRAN VII

JUMLAH ANGGOTA POETRI MARDIKA 1916-1919

TAHUN 1916 1917 1918 1919

Anggota Baru 59 41 51 24

Anggota

Keluar

36

46

75

57

Sumber: “Verslag 1916-1919”. Poetri Mardika, extra nummer 1920, h.6.

Page 95: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

92

LAMPIRAN VIII

DAFTAR NAMA ANGGOTA POETRI MARDIKA YANG MASUK DAN

KELUAR PADA TAHUN 1915-1917

DAFTAR NAMA ANGGOTA YANG MASUK TAHUN 1915

NAMA BULAN ASAL

1. Redjokoesoemo

2. R. Diroatmodjo

3. M. Padmowerdojo

4. M. Djojowijoto

5. R. Pranoto

6. Mij W.I. Bosch

7. A. Veheur Jonquire

8. M.Ismail

9. M. Djajasoebrata

10. Karsono.M

11. Aminah

12. R. Tjitrodarsono

13. Njonja R. Wazar

14. Ghanij Aziz

15. Saijd Mohammad Al-Juneed

16. R, Soenardjo Djojopranoto

17. Ongko

18. M. Soeradi

19. B. Permansjah

20. Aroepalaka

21. R. Arismoenandar

22. RI. Dinardiningrat

23. Rd.Ajoe Soetidjah

24. M. Pardjo

Juni

Juni

Juni

Juni

Juni

Juli

Juli

Juli

Juli

Juli

Juli

Juli

Juli

Agustus

September

September

September

September

September

September

September

November

November

November

Probolinggo

Bodjoenegoro

H.I.S

Bodjoenegoro

Bodjoenegoro

Onderwijzer

weltevderen

Manggar

Batavia

Weltevderen

Weltevderen

Bandoeng

-

Batavia

Poewarkarta

-

Batavia

Weltevderen

Weltevderen

Sumber: Poetri Mardika 1915-1917

Page 96: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

93

DAFTAR NAMA ANGGOTA YANG KE LUAR TAHUN 1915

NAMA BULAN ASAL

1. R. Tjokrosoedhirdjo

2. M. Soeroesodigdo

3. Djantera

4. R.R. Astoet

5. M.Soedigdomarto

6. M.Moh.Hamid

7. M.A. Moh Hamid

8. Sahaboedin

9. S. Koesoemo

November

November

November

November

November

November

Oktober

-

-

LoeboekPakam

Tanjoengsaloer

Pacitan

Magetan

Buitenzorg

Buitenzorg

Buitenzorg

Sumber: Poetri Mardika 1915-1917

Page 97: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

94

DAFTAR NAMA ANGGOTA YANG MASUK 1916

1. Setijono

2. R. Kartadirejo

3. A.W. Karjoso

4. R.R. Jatti

5. R. Koesoen

6. R. Soedarmadi

7. R. Ng Asiah

8. Mohani

9. Soemantri

10. R.P. Sangidah

11. Mej. L. spit

12. Inah,G.Zecha

13. Kadiman

14. Soewando

15. Teek

16. S.Mangoenkoesomo

17. R.A. Soekandi

18. R.Soepono

19. R. Soehardipoetro

20. M.Roeslan

21. R.A.Soeratni

22. M.A. Soekarmi

23. M.A.Sar, Binti

M.Reksowardojo

24. R.Ajoe Sastrodirdjo

25. M.R.Soelastinah

26. R. Koesnden

Januari

Januari

Januari

Januari

Januari

Januari

Februari

Februari

Februari

Februari

Maret

Maret

Maret

Maret

Maret

Maret

April

April

April

April

Mei

Mei

Mei

Mei

Mei

Juni

Madioen

Weltevderen

Poerworedjo

Ngawi

Weltevderen

Madioen

Weltevderen

Soerabaja

Madioen

-

Batavia

Weltevderen

Madioen

Madioen

Weltevderen

Weltevderen

Tandjongpandan

Semarang

Weltevderen

Weltevderen

Weltevderen

Weltevderen

Ngandjoek

Weltevderen

Bandoeng

Moera

Page 98: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

95

27. Soegito

28. R.Roeslan

29. R.R. Rabingoe

30. R.Adjeng Arminatoer

31. R.Soemali

32. M.Soewarni

33. R.I.G. Tjiptorahardjo

34. Mohammad Anwari

35. R. Soewandi B

36. R. Santiko Lantjoer

37. R. Soeratman

38. M. Waskito

39. Mevr.E.H. Sonneborn. Geb.

40. R. Aj. Brotosoewarno

41. R.Mohammad

42. R.Adjeng Louise Harpini

43. R.Soeturdjo

44. R.Irawan B.

45. Toean Abdoel Kadir

Hadiwinoto

46. Soekartiko

47. K.Moeljadi Koesoemodikdo

48. J.C. Suedibjo

49. P.S. Moeljadi

Djojohadimoeljo

50. R. Tedjowinoto

51. R. Mohammad Saleh

52. R. Soerjo

53. R.Tajib

Juni

Juni

Juni

Juni

Juni

Agustus

Agustus

September

September

September

September

September

September

September

September

September

September

September

November

November

November

November

November

November

November

November

November

November

Soerabaja

Madioen

Semarang

Porong

Welterderen

Palembang

Welterderen

Madioen

Madioen

Madioen

Madioen

Madioen

Semarang

Djokja

Madioen

Soerabaja

Madioen

Madioen

Modjokerto

Poerworedjo

Blitar

Blitar

Blitar

Blitar

Welterden

Welterden

Madioen

Madioen

Page 99: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

96

54. Mevrouw S.Djajengmina November

Poerworedjo

Sumber: Poetri Mardika 1915-1917

Page 100: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

97

NAMA ANGGOTA YANG KE LUAR PADA TAHUN 1916

NAMA BULAN ASAL

1. R. Soekarman

2. R.Ng. Martodihardjo

3. C.Miga

4. Mevr. Th. Karssebom

5. Dr. Soewardjo

6. Soetah Mohd. Arifin

7. R. Padnowardojo

8. M.Djono

9. R.Kawadijo

10. D.J. Bekedam

11. R.A. Kastoeri

sastraatmadja

12. R. Soedarmo

13. R.A.Adjis

14. R.Aj.Dinardiningrat

15. M. Djaend Abidin

16. Mangoenpoerwoto

17. Saroedjo

18. R.Tjokrodiejo

19. R.A Harsini

20. M. Kiswari

21. Tangkoe Poean

Sabaroedin

22. Mej. Van Taalingen

23. M.Narmoedi

24. R. Adjeng Arminatien

Wilhelmina

25. Mej. M. W. Sikman

Januari

Januari

Januari

Februari

Februari

Februari

Februari

Februari

Maret

Maret

Maret

April

Mei

Mei

Juni

Juni

Juni

Juni

Juni

Juni

Juni

Agustus

Agustus

November

November

Magetan

Madioen

Batavia

-

Rangkasbetoeng

Batavia

Bodjonegoro

Magetan

Magetan

Djember

Tandjoengpandan

Batavia

Tg.Pandan

Batavia

Batavia

Tasik malaja

Welterderan

Patih Madioen

Mr. Cornelis

Welterderen

Medan

Semarang

Buitentorg

Porong

Welterden

Sumber: Poetri Mardika 1915-1917

Page 101: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

98

DAFTAR NAMA ANGGOTA YANG MASUK TAHUN 1917

NAMA BULAN ASAL

1. R.Aj.Soemarsono

2. R.M.Soetopo

3. M.Soemohardjo

4. M.Jasin

5. M. Kartowinoto

6. Mevr.Kartowidigdo

7. M.Iskak Prawiroatmodjo

8. R.Notoprodjo

9. M.Wirja

10. M.Soeparman

11. R.Soewito

12. R.Soeratkadarisman

13. Bb. Soediman

14. Sidikboediman

15. R.soewigno

16. R.R.Soertijah

17. Mej.Moorsini

18. Hr. Soeroegondo

19. Hr. Soemidi

20. R.R.Ngoemiati

21. R.soemano

22. R.Soewandi

23. R.Amin Kanapi

24. R.Soerosoegondo

25. Smeets, Z.O.

26. R.Oemar Slamet

27. M.Soemandi

28. R.Ng.Roekijah

29. Abdoelmadjid

30. Mas roro soetinah

31. Mas roro soemilah

32. Soedirdjo

33. R. nganten soenarmi

34. R. Krisman

35. Soengadji

Januari

Januari

Januari

Januari

Januari

Januari

Januari

Januari

Januari

Januari

Januari

Januari

Januari

Januari

Januari

Januari

Januari

Januari

Januari

Januari

Januari

Februari

Februari

Februari

Februari

Februari

Februari

Februari

April

April

April

April

April

Mei

Mei

Poerwoerojo

Soerabaja

Soerabaja

Semarang

Blitar

Salatiga

Poerworedjo

Ternate

Weltevderen

Poerwoeredjo

Madioen

Salatiga

Borneo

Madioen

Poeworedjo

Semarang

Soerabaja

Toeloengagoeng

Soerabaja

Djatibarat

Semarang

Koelon pasar madioen

Page 102: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

99

36. Rs. Dwidjadisastra

37. Rr. Soeminah

38. M.Sarwono

39. Siram martoadmodjo

40. Siti Mariah

September

Oktober

Oktober

Oktober

Oktober

Poerworedjo

Djokja

Buitenzorg

Semarang

Poeworedjo

Sumber: Poetri Mardika 1915-1917

Page 103: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

100

DAFTAR NAMA ANGGOTA YANG KE LUAR TAHUN 1917

NAMA BULAN ASAL

1. M.Djajasoebrata

2. R.Ngn.Soewarto

Mohammad Soepraptop

3. R.Koesoemasoedjan

4. M. RR.Moetiorowat

5. R. Aj. Soemarsono

6. R.M. Soetoepo

7. Soedarmo

8. Kartohatmodjo

9. R.M.Darmosoegondo

10. Soegito

11. Soerjo

12. Anwari

13. Soeratman

14. Mas parjo

15. S. Redjokoesoemo

16. R. Notoprodjo

17. M.R.Soemilah

18. Aminah

19. M.djono

20. Roekmini

21. Sjavioedin

22. M.A.Sar

23. Mevr. E.H.Sonnebor

24. M. Kartowinoto

Januari

Januari

Januari

Januari

Februari

Februari

April

April

April

April

April

April

April

April

Juli

Agustus

Agustus

Oktober

Oktober

Oktober

Oktober

Oktober

Oktober

Tjilegon

Semarang

Stovia

Cheribon

-

-

Soerabja

Tegal

Pekalongan

Sorabaja

Madioen

Weltevderen

Probolinggo

Poerwoeredjo

Toeloengagoeng

Onderwijs

Magetan

-

Weltevderen

-

Semarang

Poeweredjo

Page 104: GERAKAN EMANSIPASI PEREMPUAN DI AWAL ABAD KE-20: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36767/1/RESTU... · membentuk organisasi dalam mewujudkan cita-cita menyebabkan

101

25. M.Soeparman

26. R.Amin kanapi

27. M.Soewandi

28. M.Goenowardhojo

29. M.Atmowisastro

30. Soepi

31. M. nitwidjaja

32. R.R. Hartini

33. R.Djoowijoto

34. M.Basoeki

35. Ghani Aziz

36. Saijd Mohd Al-juneed

37. Ki Djojotenoto

38. R.Kartadirejo

39. R.P.Sangidah

40. M.Roeslan

41. M.A.Soekarmi

42. R.Rachmat Djojopespito

43. J.C.Soedibjo

44. M.Jasin

45. Moordjono

Darmopoespito.

Madioen

Weltevderen

Weltevderen

Weltevderen

Perboelinggo

Serang

Koeloenprogo

Probolinggo

Poeweredjo

Batavia

Weltevderen

Patjitan

Weltevderen

Poerworedjo

Weltevderen

Weltevderen

Blitar

Blitar

Poerworedjo

Semarang

Sumber: Poetri Mardika 1915-1917