Gerakan Anti Otoritarian Dalam Melawan Neoliberalisme

10
Gerakan Anti Otoritarian Dalam Melawan Neoliberalisme Setiap alat adalah senjata jika kamu memegangnya secara benar. (Ani DiFranco) Sampai saat ini, khususnya di Indonesia, oposisi gerakan anti otoritarian terhadap neo liberalisme[1 ] (sistem ekonomi pasar bebas) belum banyak diketahui orang. Tapi kita juga harus melihat dari banyak hal, ide-ide anti otoritarian di Indonesia bisa dibilang relatif baru berkembang, dan literatur yang membahas tentang ide-ide anti otoritarian juga belumlah banyak bila dibanding dengan ide-ide yang berbasiskan tradisi marxis ortodok ataupun yang lain. Di sisi lain, seringkali juga, sebuah sejarah hilang tanpa menyisakan jejak. Seluruh sejarah adalah semacam batu tulis, bisa dihapus bersih dan ditulis lagi sesering yang dibutuhkan. Setiap detil dari apa yang telah ia sumbangkan ke dalam kehidupan manusia dihapus begitu saja, selayaknya secarik kertas syair yang terbakar. Dan selama ini gerakan-gerakan anti otoritarian dalam melawan globalisasi kapital[2 ] selalu tertutup oleh kalangan kiri ortodoks, seakan-akan selama ini, hanya mereka satu-satunya kelompok yang beroposisi terhadap sistem ekonomi kapitalisme. Dan terus menertawakan dan menganggap bahwa gerakan yang dilandasi ide-ide anti otoritarian adalah utopis. Namun ketika kita menelusuri lebih dalam, banyak ide-ide anti otoritarian (anarkis, marxis otonomis dan beberapa kecenderungan lainnya) menemukan kembali ruh dalam revolusi pasca modern melawan globalisasi kapital, yang menjadi kelanjutan sejarah dari keberhasilan terbesar dan terkuat Anarkisme di Spanyol[3 ] ataupun gerakan seniman radikal yang membentuk Situasionis Internasional (1957-1972) [4 ]. MELAWAN NEO LIBERALISME & KEDAULATAN NASIONAL Relasi-relasi ekonomi neo liberalisme telah menjadi lebih otonom dari kontrol politik, dan konsekuensinya kedaulatan politik telah menurun. Beberapa kalangan merayakan era baru ini sebagai pembebasan ekonomi kapitalis dari pembatasan-pembatasan dan distorsi-distorsi yang dipaksakan oleh kekuatan-kekuatan politik yang ada sebelumnya, dimana dalam tradisi Keynesian, Negara sebagai kontrol politik harus ikut

description

Umum

Transcript of Gerakan Anti Otoritarian Dalam Melawan Neoliberalisme

Gerakan Anti Otoritarian Dalam Melawan Neoliberalisme

Setiap alat adalah senjata jika kamu memegangnya secara benar. (Ani DiFranco)Sampai saat ini, khususnya di Indonesia, oposisi gerakan anti otoritarian terhadap neo liberalisme[1](sistem ekonomi pasar bebas) belum banyak diketahui orang. Tapi kita juga harus melihat dari banyak hal, ide-ide anti otoritarian di Indonesia bisa dibilang relatif baru berkembang, dan literatur yang membahas tentang ide-ide anti otoritarian juga belumlah banyak bila dibanding dengan ide-ide yang berbasiskan tradisi marxis ortodok ataupun yang lain. Di sisi lain, seringkali juga, sebuah sejarah hilang tanpa menyisakan jejak. Seluruh sejarah adalah semacam batu tulis, bisa dihapus bersih dan ditulis lagi sesering yang dibutuhkan. Setiap detil dari apa yang telah ia sumbangkan ke dalam kehidupan manusia dihapus begitu saja, selayaknya secarik kertas syair yang terbakar. Dan selama ini gerakan-gerakan anti otoritarian dalam melawan globalisasi kapital[2]selalu tertutup oleh kalangan kiri ortodoks, seakan-akan selama ini, hanya mereka satu-satunya kelompok yang beroposisi terhadap sistem ekonomi kapitalisme. Dan terus menertawakan dan menganggap bahwa gerakan yang dilandasi ide-ide anti otoritarian adalah utopis.Namun ketika kita menelusuri lebih dalam, banyak ide-ide anti otoritarian (anarkis, marxis otonomis dan beberapa kecenderungan lainnya) menemukan kembali ruh dalam revolusi pasca modern melawan globalisasi kapital, yang menjadi kelanjutan sejarah dari keberhasilan terbesar dan terkuat Anarkisme di Spanyol[3]ataupun gerakan seniman radikal yang membentuk Situasionis Internasional (1957-1972)[4].MELAWAN NEO LIBERALISME & KEDAULATAN NASIONALRelasi-relasi ekonomi neo liberalisme telah menjadi lebih otonom dari kontrol politik, dan konsekuensinya kedaulatan politik telah menurun. Beberapa kalangan merayakan era baru ini sebagai pembebasan ekonomi kapitalis dari pembatasan-pembatasan dan distorsi-distorsi yang dipaksakan oleh kekuatan-kekuatan politik yang ada sebelumnya, dimana dalam tradisi Keynesian, Negara sebagai kontrol politik harus ikut campur dalam mengatur mekanisme pasar. Beberapa kalangan lainnya mengeluhkan ini sebagai tertutupnya saluran-saluran institusional lewat mana para pekerja dan warga negara bisa mempengaruhi atau menandingi logika dingin laba kapitalis.Tentu saja benar bahwa, dalam proses-proses globalisasi, kedaulatan negara-negara bangsa, meski masih berlaku, telah menurun secara progresif. Faktor-faktor primer produksi dan pertukaranuang, teknologi, orang dan barangbergerak dengan kemudahan yang makin meningkat melintasi perbatasan-perbatasan nasional, karena itu, negara-bangsa makin lama makin tak memiliki kekuasaan untuk mengatur aliran-aliran ini dan memaksakan otoritasnya terhadap perekonomian. Bahkan negara-negara bangsa yang paling dominan sekalipun hendaknya tidak lagi dianggap sebagai otoritas yang tertinggi dan berdaulat, baik itu di luar ataupun di dalam batas-batasnya sendiri. Namun demikian, penurunan dalam kedaulatan negara-negara bangsa tidak berarti bahwa kedaulatan seperti itu memang telah menurun. Transformasi-transformasi kontemporer, kontrol-kontrol politik, fungsi-fungsi negara dan mekanisme-mekanisme pengaturan telah terus mengatur bidang produksi dan pertukaran ekonomi dan sosial. Michael Hardt dan Antonio Negri kemudian membuat hipotesis dasar bahwa kedaulatan telah mengambil suatu bentuk baru, yang tersusun atas serangkaian organisme nasional dan supranasional yang disatukan dalam sebuah logika tunggal. Bentuk kedaulatan global baru inilah yang Michael Hardt dan Antonio Negri sebut Imperium.Namun ada perbedaan politik yang mendasar, gerakan-gerakan yang berbasiskan anti otoritarian dengan tradisi yang dibangun oleh beberapa kalangan, khususnya marxis ortodoks, yaitu dalam hal menganalisa strategi perlawanan terhadap neo liberalisme, untuk kalangan pertama, orang bisa berjuang menuju sebuah alternatif non-nasional untuk mengupayakan terwujudnya hubugan global secara sederajat, kalangan ini bersikap menempatkan diri secara lebih tegas menentang modal itu sendiri, baik modal yang diatur oleh negara maupun yang tidak. Dan untuk kalangan kedua, orang bisa bekerja untuk memperkuat kedaultan negara-negara bangsa sebagai suatu perintang defensif terhadap kontrol modal asing dan modal global, mereka memposisikan neoliberalisme sebagai kategori analitis pokok, dengan memandang musuh ini sebagai aktivitas kapitalis global yang tak terbatas dengan kontrol negara yang lemah. Sikap pertama, sebaliknya, menentang solusi nasional apapun, dan sebagai gantinya, berupaya mewujudkan sebuah globalisasi yang demokratis, semangat internasionalisme. Sikap yang kedua, barangkali memang tepat disebut sebuah sikap anti-globalisasi, sejauh kedaulatan-kedaulatan nasional, kendatipun jika dihubungkan oleh solidaritas internasional, berfungsi untuk membatasi dan mengatur kekuatan-kekuatan globalisasi kapitalis. Dengan demikian, bagi sikap ini pembebasan nasional tetap merupakan tujuan akhir, seperti halnya bagi perjuangan-perjuangan anti-kolonial dan anti-imperialis yang lama.Perbedaan tersebut akan semakin kentara ketika kita melihat bagaimana kedua kalangan itu menjalankan operasinya. Kalangan pertama, yang terdiri dari berbagai gerakan-gerakan baru yang telah melakukan aksi-aksi protes dari Seattle, Praha, Genoa, mengorganisir dalam jaringan-jaringan horisontal, didasarkan pada prisnip-prinsip swa kelola, desentralis, demokrasi konsesus non-hirarkis. Kalangan kedua, biasanya akan dipenuhi partai-partai tradisional dan kampanye-kampanye tersentralisir. Dan lebih jauh lagi, di dalam organisasi-organisasi tradisional yang tersentralisir (struktur atas-bawah seperti negara atau perusahaan-perusahaan), jajaran puncaknya cenderung ke arah kedaulatan, sedangkan basisnya menjauh dari kedaulatan.Berangkat dari analisa tersebut, kalangan marxis ortodoks akan selalu menarik garis batas, menthok pada kepercayaan bahwa dengan merebut kekuasaan negara (dengan cara apapun, baik melalui jalur pemilu ataupun perjuangan bersenjata), kekuasaan neo liberalisme akan mampu dihadang. Ini adalah representasi dari pandangan untuk menguatkan kedaulatan nasional negara-negara bangsa. Bisa saja kalangan yang mendukung kedaulatan nasional negara-negara bangsa menuduh sikap yang mendukung alternatif non-nasional sebagai bermain-main ke dalam tangan neoliberalisme, merongrong kedaulatan negara, membuka jalan bagi globalisasi lebih jauh, mbalelo tidak mau tunduk pada kedisiplinan organisasi atau partai. Namun yang perlu diingat dan garis bawahi, bahwa rezim-rezim nasional serta bentuk-bentuk kedaulatan lainnya, yang seperti biasanya berwatak korup dan menindas, fakta sejarah telah membuktikan kegagalan-kegagalan dari rejim-rejim itu.Uni Soviet sebagai negara pertama yang mengembangkan sosialisme negara (etatisme), hal tersebut jauh dari demokrasi politik. Dan dizaman Stalin semakin mengukuhkan pandangan bahwa sosialisme negara hanyalah bentuk yang lain dari penindasan. Namun biasanya, para pendukung marxis ortodoks (di Indonesia cukup memiliki pendukung besar yang sampai sekarang belum pernah menyerah untuk mengembalikan puing-puing kemegahan istana Kremlin) akan selalu menjawab bahwa itu hanyalah kesalahan praktek pemimpinnya saja. Jadi untuk kedepannya, pemimpinnya harus benar-benar yang baik dan dikontrol dengan baik pula, jawaban yang sangat simpel. Sebuah jawaban yang lebih mencerminkan logika formal dibanding logika filsafat materialisme dialektik.Ada satu konsep kunci di dalam sejarah negara-negara yang berorientasi kekirian, dan konsep itu adalah pengkhianatan. Dari waktu ke waktu, para pemimpin selalu mengkhianati pergerakan, dan penyebabnya bukanlah karena mereka (para pemimpin tersebut) adalah orang-orang yang tidak baik, namun karena negara sebagai sebuah bentuk organisasi memisahkan para pemimpin dari pergerakan dan lebih jauh lagi, membawa mereka menuju sebuah proses rekonsiliasi dengan kapital. Dan yang tidak pernah disadari oleh kalangan Marxis ortodoks adalah, bahwa kapitalisme terus berevolusi demi melanggengkan penghisapannya. Borjuis sudah tidak hanya berbentuk fisik, melainkan berupa mentalitas psikologis yang terus diupayakan dan dikembangkan (ironisnya, bahkan termasuk ke dalam urat nadi para proletariat itu sendiri.) untuk menghancurkan mata rantai gerakan perlawanan proletariat. Pengkhianatan sudah menjadi sebuah prinsip organiasasi dari negara. Bisakah kita menolaknya? Ya, tentu saja kita bisa, dan ini adalah sesuatu yang selalu saja terjadi. Kita dapat menolak pemimpin-pemimpin atau perwakilan yang ditunjuk oleh negara untuk pergerakan, kita dapat menolak para delegasi untuk melakukan negosiasi secara tertutup dengan para perwakilan dari negara. Namun ini mengisyaratkan pemahaman bahwa bentuk organisasi kita sangatlah berbeda dengan yang ada pada negara, dan tidak ada kemiripan diantara keduanya. Negara adalah bentuk organisasi yang mewakilkan, dan apa yang kita inginkan adalah organisasi mandiri, sebuah organisasi yang mengizinkan kita untuk dapat mengartikulasikan apa yang kita inginkan, apa yang kita putuskan, apa yang kita pertimbangkan penting dan dihasratkan. Apa yang kita inginkan, dengan kata lain, adalah sebuah bentuk organisasi yang tidak memiliki orientasi untuk mengambil-alih negara.Untuk selanjutnya, mari kita jawab keragu-raguan orang yang berpendapat bahwa gerakan yang dilandasi ide-ide anti otoritarian adalah utopis.Ada banyak jalan menuju sebuah gunungTentara Pembebasan Nasional Zapatista (Ejrcito Zapatista de Liberacin Nacional, EZLN)Momen itu akhirnya datang, pada malam tahun baru 1 Januari 1994, perlawanan terhadap globalisasi neo liberal sudah dilakukan sejumlah petani di Chiapas, Meksiko, (negara bagian paling selatan di Meksiko yang paling kentara kesenjangan kelasnya dan menderita akibat kebijakan neo liberla pemerintah pusat). Mereka menyebut dirinya Ejrcito Zapatista de Liberacin Nacional, EZLN (Tentara Pembebasan Nasional Zapatista), yang mengangkat senjata melawan pemerintah Meksiko yang pro neo liberal. Pemberontakan tersebut pertama kalinya direpresentasikan sebagai bentuk gagasan perlawanan terhadap neo liberal atau ekonomi pasar bebas. Secara waktu, pemberontakan tersebut bertepatan waktunya dengan dimulainya Kesepakatan Perdagangan Bebas Amerika Utara atau NAFTA. Dalam waktu singkat, pejuang Zapatista[5]yang berjumlah kurang lebih 2.000 orang menduduki enam kotapraja (pemerintah kota/daerah setingkat propinsi) di Chiapas,. Sambil mencanangkan perang melawan pemerintah nasional, EZLN juga menyerukan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi masyarakat adat dan kaum tani di kawawasan Chiapas. Retorika sosialis mereka membuat pemerintah Meksiko mengolok-olok Zapatista sebagai gerombolan gerilyawan Marxis Amerika Tengah pada umumnya. Namun tak lama kemudian menjadi jelaslah bahwa pemberontakan Zapatista ini berbeda sama sekali.EZLN mengajukan program dalam sebelas tuntutan, yakni : pekerjaan, tanah, perumahan, makanan, perawatan kesehatan, pendidikan, kemerdekaan, kebebasan, demokrasi, keadilan dan perdamaian.[6]Terlebih lagi kaum Zapatista juga telah melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang mengenai masa depan masyarakat adat (indigeneous people) dihadapan globalisasi ekonomi dan budaya.[7]Zapatista adalah pemberontakan yang sangat baru, pemberontakan pertama pasca perang dingin, dan pemberontakan yang tak perlu mengaitkan diri dengan Marxisme gaya kuno. Mereka menyerukan agar seluruh rakyat Meksiko menggalang solidaritas untuk penduduk adat Chiapas, sambil menegaskan bahwa mereka tak punya agenda untuk menata ulang masyarakat dalam seturut langgam Marxisme dan tak ingin merebut kekuasaan. Zapatista menuai perhatian dunia karena daya inspirasinya yang mereka sebar sejak awal. Zapatista mengangkat senjata bukan untuk merebut kekuasaan, tapi untuk menciptakan sebuah ruang demokratis dimana pertentangan antar pandangan politik yang berbeda-beda (heterogen) bisa dibicarakan. Mereka ingin menunjukan kepada dunia bahwa cara lain untuk berpolitik itu sungguh ada, yang salah satunya bisa dilihat dari praktek kehidupan anti otoritarian (demokrasi partisipatoris). Bahkan EZLN mengundang pengamat dari seluruh dunia, mengundang berbagai kelompok untuk memantau pemberontakan mereka.Kelahiran mereka adalah buah dari sejarah perlawanan yang sudah muncul ratusan tahun silam. Semenjak perlawanan petani yang dimotori oleh Emiliano Zapata berakhir oleh penghancuran pemerintah Meksiko di tahun 1919. Di tahun 1969, Zapatista Baru dibentuk, basis anggota mereka sebagian besar adalah masyarakat adat, tapi mereka juga mempunyai pendukung dari wilayah perkotaan seperti halnya dukungan jaringan internasional. Cikal bakal revolusioner ELZN dimulai dengan model hirarkis ala gerilyawan Maois pada umunya. Dari hasil interaksi mereka dengan suku-suku Maya dan kolompok-kelompok etnis (atau masyarakat adat) di Chiapas, kelompok gerilyawan EZLN menghasilkan rumusan agenda revolusioner gaya baru. Agenda ini merombak total ide-ide Maois tentang perang gerilya pedesaan yang awalnya dianut oleh EZLN, struktur komando sentralis mereka mulai dipertanyakan dan dianggap tidak memadai. Pada saat pemberontakan 1994, EZLN telah berubah menjadi gerakan Zapatista. Tanpa pucuk pimpinan, tanpa badan ekskutif, tanpa markas besar. Bentuk seperti itu muncul dari kehidupan masyarakat adat, dan didasari pada gagasan tentang komunitas dan pengambilan keputusan secara komunal :Masyarakat adat tidak menganggap diri mereka sebagai pribadi yang berdiri sendiri-sendiri dalam masyarakat, namun sebagai anggota organik dari suatu komunitas. Mereka berdebat berjam-jam, semalam suntuk, bulan demi bulan, sebelum sampai pada apa yang mereka sebut mufakat. Begitu mencapai mufakat, mereka yang tak setuju tak punya pilihan lain : patuh seperti yang lain atau enyah dari komunitas.((Dias Tello, La Rebellion de las Canadas (Mexico City, 1995), dikutip dari David Ronfeld, John Arquilla, Graham E. Fuller dan Melissa Fuller, The Zapatista Social Netwar in Mexico (Sanata Monica, 1998), hal. 33.))Subcomandante Insurgente Marcos (pada awalnya adalah seorang Marxis, yang bergerak melampaui intepretasi ortodoksi Marxis), juru bicara dari kelompok pemberontak pada tahun 1995 bercerita bagaimana Zapatista sampai pada kesadaran bahwa langkah untuk mencapai hak penentuan nasib sendiri sudah tidak bisa lagi ditempuh lewat jalur kuno oposisi terhadap pemerintah nasional : Pada saat kami bangkit melawan pemerintah nasional, kami temukan bahwa pemerintah nasional itu tidak lagi eksis. Pada kenyataanya kami bangkit melawan modal finansial raksasa, melawan spekulasi dan investasi yang menentukan seluruh keputusan di Meksiko, sebagaimana di Eropa, Asia, Afrika, Oseania, benua Amerika disegala tempat.[8]Kesadaran ini disertai oleh penyelarasan kembali arah politik mereka, saat Zapatista terus mendorong reforma agraria radikal sembari meluaskan konstituennya dan mencari penyelesaian damai, menghaddapi masalah-masalah jender dan seksual, dan mendorong globalisasi dari bawah dengan bersikeras menerapkan bentuk pemerintahan desentralis.Perkembangan pemberontak Zapatista banyak dipengaruhi oleh dukungan yang mereka terima sepanjang dan sesudah 1994. Dukungan tersebut bukan dukungan militer (walaupun mereka menyerukan kelompok-kelompok adat lainnya unntuk berontak), tapi datang dalam wujud solidaritas dari beragam latar belakang. Mereka terkoneksi dengan internet, beberapa diantaranya juga berangkat ke Chiapas dan membentuk kelompok-kelompok dukungan dan mengadakan kegiatan-kegiatan ad hoc. Pada Agustus 1996 merek menggelar Pertemuan Internasional Demi Kemanusiaan dan Melawan Neo liberalisme. Acara ini dihadiri oleh 3.000 delegasi dari sedikitnya 50 negara dan melahirkan gerakan anti kapitalis global.Pemberontak Zapatista memberikan harapan baru bagi banyak gerakan sosial di masa depan dalam perjuangan anti kapitalisme di Meksiko maupun di tingkat internasional.Dunia lebih baik, lebih indah, lebih adil itu mungkin.Perjuangan terus berlanjut!Salam!Catatan :1. Sejarah yang terlupakan : OaxacaSejalan dengan maraknya pupularitas para politisi kiri di Amerika latin, ada sejarah yang terlupakan karena dikalahkan oleh popularitas para elit partai kiri. Sebuah pemberontakan terjadi di Oaxaca, negara bagian Meksiko. Pemberontakan yang berasal dari akar rumput dan terlepas dari bayang-bayang elit-elit partai. Terlepas dari apakah para pemberontak itu bisa dikategorikan sebagai para Marxis atau bukan, para penduduk Oaxaca telah mematerialkan tatanan masyarakat masa depan dengan menduduki kantor-kantor pemerintahan serta mengubah menjadi pusat-pusat layanan sosial, mengambil alih alat-alat produksi serta mengoperasikannya dibawah kontrol para pekerjanya sendiri. Ingat kediktatoran proletariat non leninis? Sejarah umat manusia adalah sejarah orang-orang besar, saat orang-orang besar melakukan aksinya semua mata memandang, tapi ketika kalangan akar rumput bergerak walaupun mereka sudah mampu menendang para birokrat, elit politik, reformis, nyaris semua orang tak perduli.2. Dengan caranya sendiri, sebuah kelompok anarkis di Kopenhagen Denmark memberi sumbangsih praktis pada apa yang masih menjadi tujuan jangka panjang Zapatista dan gerakan anti kapitalis pada umunya. Para anarkis di Kopenhagen mempraktekkan hidup anarkis komunis di Kota bebas Christiania (tebagi ke dalam 15 distrik dan telah menjadi tempat tinggal dan tempat kerja sekitar 650 sampai 1000 orang) yang telah berdiri lebih dari 30 tahun sampai sekarang. Dan karena resmi disebut sebagai eksperimen sosial, Christiania telah menjadi daya tarik utama pariwisata untuk para tursi yang ingin tahu prospek gaya hidup anarkis di jantung negara borjuis modern.Rekomendasi bacaan :1. Anarkisme, perjalanan sebuah gerakan perlawanan, Sean M. Shehaan2. Anarkisme, paham yang tak pernah padam, Dr. Mansour Fakih3. Empire, A. Negri dan M. Hardt4. Marxis otonomis5. Mengubah tanpa mengambil kekuassaan, John Holloway6. Porto Alegre : Bandung di masa kini?, Michael Hardt

Catatan KakiTerinspirasi dari ekonom Inggris, Adam Smith, yang menerbitkan bukunya The Wealth of Nations. Dia dianggap sebagai bapak kapitalisme pasar bebas (liberalisme klasik). Dalam bukunya, dia menganjurkan, bahwa untuk mencapai efesiensi maksimum, semua bentuk campur tangan pemerintah dalam masalah ekonomi sebaiknya ditanggalkan, dan seharusnya tak ada pembatasan atau tarif dalam manufaktur serta perdagangan satu bangsa agar bangsa tersebut bisa berkembang. Namun logika pasar bebas ini sempat mengalami krisis besar pada periode 1930-an, dan muncullah John Maynard Keynes yang menganjurkan regulasi dan campur tangan pemerintah sebenarnya dibutuhkan untuk mengatasi krisis kapitalisme. Namun, dengan alasan bahwa ide-ide Keynesian dianggap mengurangi keuntungan, ide-ide ekonomi liberal klasik mulai dibangkitkan lagi, dan muncullah terminologi baru neo liberalisme. Berawal dari Universitas Chichago, dengan filsuf ekonomnya, Friederich von Hayek dan muridnya, Milton Friedman, ideologi neo liberalisme disebar ke seluruh dunia. Dan doktrin-doktrin neo liberalisme semakin mantap di era Ronal Reagan dan Margareth Thatcher. [^]Globalisasi, dikarenakan penggunaannya yang didominasi untuk kepentingan-kepentingan kapitalis, sebagai terminology telah mejadi sedemikian rancu. Jika memaknai sesuai denagn kosa kata yang merunut pada kata global dan imbuhan isasi yang membuatnya menjadi kosa kata aktif. Globalisasi dapat dimaknai sebagai suatu fenomena ontologism (keterjadian) yang merujuk pada menjadinya tatanan masyarakat berdasarkan beragam hubungan timbale balik di antara subyek-subyek di berbagai penjuru dunia. Maka dari itu, selain dari globalisasi dalam pemaknaan globalisasi capital, kita juga mendapati beragam penggunaan lain dari terminology globalisasi, di antaranya adalah globalize justice (globalkan keadilan), globalize resistance (globalkan resistensi). [^]Momen-momen selama lima puluh enam tahun agitasi dan organisasi yang teguh memuncak menjadi gerakan revolusioner yang terbesar dan terluas di era moderndi tahun 1936 Federasi Anarkis Iberia (FAI) yang semi rahasia memiliki anggota sebanyak 30.000 aktifis dan badan Anarko-Sindikalis CNT memiliki anggota sebanyak 1.500.000 orang. [^]Mereka membangun sebuah pemahaman yang cukup rumit dan koheren mengenai masyarakat modern yang represif dan juga tujuan serta taktik untuk menekannya demi mencapai sebuah dunia baru dengan kebebasan yang absolut. Ide-ide dan metode mereka berada di jantung pemberontakan Mei 1968 di Perancis dan menginspirasikan kelompok-kelompok radikal dan yang serupanya di lusinan negara di seluruh dunia. Ide-ide situasionis internasional bisa ditemukan dibeberapa pamplet dan buku, yang paling terpenting adalahThe Revolution of Everday LifedanThe Book of Pleasuresyang ditulis oleh Raoul Vaneigem, danThe Society of Spectacleoleh Guy Debord. [^]Zapatista mengambil namanya dari pemberontak anarkis Meksiko Emiliano Zapata, lihat Marshall, Demanding the Impossibel, hal. 511-513. [^]Neil Harvey dan Chris Halverson, The Secret and the Promise : Womens Struggles in Chiapas, dalam David Howarth, Alleta. J. Norval, dan Yannis Stavrakakis, Discourse Theory and Political Analysis : Identities, Hegemonies and Social Change (Manchester ; Manchester University Press, 2000), hal. 151. [^]R. Burbach, Roots of Postmodern Rebellion in Chiapas, dalam New Left Review, No. 205 (1994), hal. 113-124. [^]Dikutip dalam Amory Starr, Naming the Enemy (London, 2000), hal. 104. [^]