GEOSEJARAH

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian "kota"sebagaimana yang diterapkan diIndonesia mencakup pengertian "town" dan "city"dalam bahasa Inggris.Selain itu, terdapat pulakapitonim "Kota" yang merupakan satuan administrasi negara di bawah pr Artikel ini membahas "kota" dalam pengertian umum (nama jenis, common name ). Kota dibedakan secara kontras dari desa ataupun kampung berdasarkan u kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum. Desa atau kampung dido oleh lahan terbuka bukan pemukiman. Terdapat tiga teori pembentukan kota. Teori-teori tersebut yaitu teor teori surplus dan teori konflik/integrative. Teori efisiensi menyatakan ba kota terbentuk karena sifat kota yang efisien, banyak aktivitas yang dapat dalamnya. Teori surplus melihat bahwa surplus makanan merupakan fa dalam pembentukan kota. Sedangkan teori konflik dan integratif sama-sama m adanya peran penting lembaga politik kuno dalam perkembangan kota-kota. Na ketiga teori tersebut berbeda dalam menafsirkan peran lembaga politik ters Perubahan yang besar terjadi sekitar abad ke-17, yaitu setelah adanya Industri yang melahirkan sistem kapitalis-industrial di kot-kota. Sistem ini menyebabkan perkembangan kota lebih jauh lagi. Ekonmi kota berubah perekonomian pasar. Aturan dan norma sosial dalam masyarakat kota menjadi didasarkan oleh paham individualisme, kebebasan, dan rasionalitas. Fungsi kota menjadi semakin terspesialisasi dan organisasi sosial di kota dijalan yang mengedepankan prinsip-prinsip rasionalitas dan efesiensi. Di Indonesia, kota-kota yang berada di pedalaman juga terletak berdam dengan Keraton, tidak beda dengan yang ada di pesisir. Hal ini dengan kepentingan politik penjajah Belandauntuk mendekati raja-raja Jawa. Meskipun berdampingan, batas area kota kolonial dengan Keraton sangat jela menyebabkan terjadinya dua pemerintahan dalam satu wilayah. Desakan kota k terhadap keratonini berpengaruh pada kehidupansosialn, yang pada awal perkembangannya terjadi ketidak aturan pola kehidupan karena pengar maupun ketidak aturan tata kota.

Transcript of GEOSEJARAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian "kota" sebagaimana yang diterapkan di Indonesia mencakup pengertian "town" dan "city" dalam bahasa Inggris. Selain itu, terdapat

pulakapitonim "Kota" yang merupakan satuan administrasi negara di bawah provinsi. Artikel ini membahas "kota" dalam pengertian umum (nama jenis,common name). Kota dibedakan secara kontras dari desa ataupun kampung berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum. Desa atau kampung didominasi oleh lahan terbuka bukan pemukiman. Terdapat tiga teori pembentukan kota. Teori-teori tersebut yaitu teori efisiensi, teori surplus dan teori konflik/integrative. Teori efisiensi menyatakan bahwa sebuah kota terbentuk karena sifat kota yang efisien, banyak aktivitas yang dapat dilakukan dalamnya. Teori surplus melihat bahwa surplus makanan merupakan faktor utama dalam pembentukan kota. Sedangkan teori konflik dan integratif sama-sama melihat adanya peran penting lembaga politik kuno dalam perkembangan kota-kota. Namun ketiga teori tersebut berbeda dalam menafsirkan peran lembaga politik tersebut. Perubahan yang besar terjadi sekitar abad ke-17, yaitu setelah adanya Revolusi Industri yang melahirkan sistem kapitalis-industrial di kot-kota. Sistem ini menyebabkan perkembangan kota lebih jauh lagi. Ekonmi kota berubah menjadi perekonomian pasar. Aturan dan norma sosial dalam masyarakat kota menjadi lebih didasarkan oleh paham individualisme, kebebasan, dan rasionalitas. Fungsi Institusi kota menjadi semakin terspesialisasi dan organisasi sosial di kota dijalankan birokrasi yang mengedepankan prinsip-prinsip rasionalitas dan efesiensi. Di Indonesia, kota-kota yang berada di pedalaman juga terletak berdampingan dengan Keraton, tidak beda dengan yang ada di pesisir. Hal ini sangat berkaitan dengan kepentingan politik penjajah Belanda untuk mendekati raja-raja Jawa. Meskipun berdampingan, batas area kota kolonial dengan Keraton sangat jelas. Ini menyebabkan terjadinya dua pemerintahan dalam satu wilayah. Desakan kota kolonial terhadap keraton ini berpengaruh pada kehidupan sosialn, yang pada awal perkembangannya terjadi ketidak aturan pola kehidupan karena pengaruh Belanda maupun ketidak aturan tata kota.

BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Kota Asal muasal kota itu di Mesir dan Mesopotamia Kota berada di lembah sungai Nil, Tigris dan Eufrat, dan HuangHo. Kota berada dekat lahan pertanian dan peternakan. Kota juga timbul dimana ada banyak orang untuk mengerjakan waduk untuk menanggulangi musim kering. Orang berusaha untuk mengeringkan rawa-rawa yang ternyata merupakan lahan subur dan disitu di dirikan kota.Dengan adanya sungai yang dimanfaatkan sebagai sarana angkutan dimungkinkan timbulnya kota-kota sepanjang sungai. Pada periode elenistik muncul apa yang dikenal dengan negarakota (city-state). Negara kota Yunani (polis) dikuasai oleh warganya dan mendominasi kawasan perdesaan. Kota Koloni yang dikuasai Yunani muncul di Laut Tengah dengan majunya perdagangan. Dominasi negara Kota Yunani diakhiri dengan munculnya kerajaan Romawi yang menciptakan negara kota Romawi. Orang-orang Romawi ahli di dalam membuat waduk dan jalan yang dikeraskan agar aliran barang lancar. Suatu kota selalu dilindungi oleh Tembok Tinggi untuk mencegah gangguan dan pengacauan. Dengan jatuhnya Kerajaan Romawi karena migrasi muncul kota-kota merdeka seperti Venetia, Genoa dan Florence di Italia. Kota-kota tersebut mandiri/otonom dan swasembada. Eropa berkembang terus dan sesudah Abad Pertengahan kota menjadi basis ekspansi dan perdagangan kota kemudian dikuasai secara terpusat; muncul Negara bangsa (nation state). Revolusi Industri mengubah kehidupan kota. Produktivitas meningkat dan mi menimbulkan konsentrasi penduduk (urbanisasi). Hal mi terjadi pada abad 18 dan 19. Kota Pabrik (factory cities) muncul di Inggris, Barat Laut Eropa dan Timur Laut Amerika. Perubahan industri dan penduduk yang cepat menimbulkan masalah kekurangan permukiman, sanitasi, dan rekreasi, pabrik-pabrik mencemari udara dan air, migran dan perdesaan tak tertampung di kota dan pengangguran merajalela, Teknologi transportasi memungkinkan orang untuk bertempat tinggal di luar kota. Dengan hal demikian terjadilah suatu urbanisasi, demikian juga pekerjaan (pabrik dan kantor) pindah keluar kota, sehingga timbul ruang kosong (urban blight) yang mengharuskan pembaharuan kota (urban renewal).

B. Sejarah Perkembangan Kota di Indonesia Bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa Belanda dalam waktu yang sangat lama, yaitu 350 tahun. Penjajahan yang sangat panjang tersebut tentunya menyebabkan perubahan dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah terciptanya kota-kota kolonial di Indonesia. Pembentukan kota sebenarnya telah dimulai sejak jaman Pra-Sejarah khususnya setelah dikenal sistem becocok tanam( Food Gathering ). Munculnya budaya bercocok tanam ini sedikit demi sedikit memudarkan budaya nomaden (berpindah-pindah tempat tinggal), dari sinilah manusia mulai menetap. Bersamaan dengan ditemukannya system becocok tanam ini, muncul pula struktur sosial yang bisa disebut desa. Suatu wilayah dapat menghasilkan bahan pangan dengan jumlah dan komoditi yang berbeda dengan wilayah lainnya. Hal ini menyebabkan munculnya sistem perdagangan yang menjadi faktor perubahan dari sebuah village menjadi overgrown village, yang merupakan cikal bakal kota. Kota-kota tua di Indonesia ditemukan di wilayah pedalaman, dan di pesisir-pesisir pantai. Pada kota-kota pesisir inilah cikal bakal kota penting yang memegang peranan penting dalam perdagangan internasional. Kota-kota kolonial di pesisir ini memiliki karakteristik yang lebih kompleks, karena bergaul dengan budaya-budaya asing dibanding dengan kota-kota yang berada di pedalaman. Hal ini berkaitan erat dengan aktivitas sosial masyarakat pendukungnya, yang banyak berinteraksi dengan orang asing. Sangat banyak perpaduan-perpaduan budaya lokal dengan budaya asing, hal itu tampak pada jenis, bentuk, dan corak bangunan maupun sarana kehidupan lain. Bangunan-bangunan pada umumnya berupa pelabuhan dagang, dan bangunan lainnya yang mendukung aktivitas perdagangan terutama dengan bangsa asing. Keinginan orang-orang Belanda untuk membangun kota yang sama dengan yang ada di Negeri Belanda, oleh karena itu arsitektur bangunan di kota kolonial sangat mirip dengan konstruksi bangunan di Negeri Belanda. Bangsa Belanda sangat membutuhkan komoditikomoditi yang dihasilkan di Indonesia. Untuk mempertahankan dan melancarkan kehidupan sosial di kota maka dibangunlah sarana transportasi yang mencukupi. Sarana transportasi menjadi sangat penting ,khususnya Kereta Api, dalam proses kolonialisasi Belanda di Indonesia. Dengan cukupnya sarana transportasi, maka aktivitas di dalam kota maupun hubungan antar kota menjadi lancar. Hal ini menjadi salah satu ciri khas karakteristik kotakota kolonial di Indonesia. Jika kita menilik beberapa kota kolonial, dapat dijadikan contoh untuk melihat karakteristik kota kolonial. Sebagai contoh adalah kota kolonial Surabaya dan Pasuruan sebagai kota di pesisir, serta kota Blitar dan Malang sebagai kota di pedalaman. Dengan

perbandingan kota-kota tersebut dapat ditarik persamaan karakteristik kota kolonial, yaitu arah hadap bangunan pada umumnya, pola bujur Kereta Api, pola jari-jari jalan, dan arah perkembangan kota. Pada kota-kota kolonial juga terdapat benteng-benteng ,sebagai ciri lain kota kolonial, yang digunakan untuk mengantisipasi serangan-serangan dari pemberontak maupun dari bangsa lain yang ingin mengambil alih pemerintahan Belanda di Indonesia.

C. Letak Geografis Indonesia Kepulauan Indonesia yang terletak antara benua Asia dan Australia sering diumpamakan sebagai sebuah jembatan di antara kedua benua tersebut. Perumpamaan itu dibenarkan oleh hasil penelitian masa lampaunya. Hasil penelitian prasejarah menunjukkan bahwa di masa lampau berbagai suku bangsa telah memasuki kepulauan ini dari daratan Asia Tenggara. Mereka menyebrangi lautan yang memisahkan kepulauan Indonesia di daratan Asia. Ada yang datang dari daratan Indocina dan menyebar di Indonesia bagian barat dan ada pula yang melalui kepulauan Filipina menyebar di Indonesia bagian timur. Sebagian dari bangsa-bangsa itu kemudian menyebar di pulau-pulau di pasifik dan Australia. Sebagian lagi bertolak dari Indonesia bagian barat dan menyebrangi Samudra India hingga mencapai kepulauan Madagaskar. Kepulauan Indonesia terletak antara 5o54 LU dan 11o LS, serta 95o01 BT dan 141o02 BT. Oleh karena itu ia termasuk daerah khatulistiwa dan di daerah hembusan angin musim Indo-Australia. Ciri-ciri iklimnya ialah berhawa tropis dengan curah hujan yang tinggi pula. Keadaan iklim yang dipengaruhi oleh angin musim menyebabkan adanya musim kemarau dan penghujan. Panjang pendek musim-musim itu berbeda menurut letak daerahnya di kepulauan Indonesia. Selain itu, panjang pendek musim-musim itu tidak selalu sama setiap tahunnya. Adanya dua musim sebagai gejala tetap dalam iklim, berpengaruh pada berbagai aspek dalam kehidupan penduduk kepulauan Indonesia. Misalnya pada pola pertanian, pola pelayaran dan aspek-aspek lain yang dipengaruhi iklim. Angin musim jelas berpengaruh pada pola pelayaran. Pada gilirannya ia mempengaruhi berbagai kegiatan yang dilaksanakan dengan perahu. Misalnya penangkapan

ikan, dan ada yang lebih penting lagi perdagangan, termasuk pelayaran perdagangan dari dan ke Indonesia. Posisi geografis Indonesia sangat khusus karena sebagai negara kepulauan tidak ada bagian dari Indoensia yang secara langsung berhubungan dengan daratan benua ASIA. Keadaan yang khusus ini tentu memberikan kemungkinan-kemungkinan khusus pula bagi Indonesia dalam menerima pengaruh luar. Keadaan geografis kepulauan Indonesia menyebabkan satu-satunya alternatif yang sangat mudah diterima dan dapat dipahami bagi Indonesia dalam menerima pengaruh luar adalah melalui jalan hubungan laut. Jalan hubungan laut pada masa abad ke 6 sampai dengan abad ke 20 permulaan sangat didominasi oleh keperluan dagang. Pemakai jalan ini untuk keperluan lain adalah untuk perjalanan agama. Penziarah-penziarah budha dari Cina ke India mempergunakan jalan ini pula. Demikian pula halnya dengan proses masuknya agama islam ke Indonesia. D. Hubungan Indonesia Dengan India Dan Cina Untuk menjelaskan keadaan Indonesia yang mula-mula ditemui oleh para pedagang dari Luar Asia Tenggara, khususnya para pedagang India, beberapa ahli menekankan bahwa Indonesia pada saat itu telah berkembang masyarakat-masyarakat yang memiliki pranata yang memungkinkan masyarakat itu mendapat manfaat dari hubungan itu. J. C. Van Luer dan O.W. Wolters berpendapat bahwa hubungan dagang antara India dan Indonesia lebih dahulu berkembangan dari pada hubungan dagang antara Indonesia dan Cina. Ada pendapat bahwa perluasan perlayaran perdagangan ke arah timur India disebabkan karena diketahuinya angin musim yang baik untuk berlayar menyebrangi samudra hindia ke Timur dan sebaliknya. Dalam usaha mengungkapkan hubungan dagang antara Indonesia dan India di jaman kuno, kita berpangkal pada pengertian bahwa Indonesia merupakan bagian dari suatu kesatuan wilayah yaitu Asia Tenggara. Dalam kesatuan wilayah tersebut telah tumbuh suatu budaya yang jelas memperlihatkan ciri-ciri persamaan. Dan pertumbuhan budaya ini telah berlangsung sejak berabad-abad sebelum masa terjadinya hubungan dagang dengan India. Akibat hubungan yang ramai antara Indonesia dengan India menyebabkan bangsa Indonesia berkembang dan melahirkan kebudayaan baru yang disebut Indonesia Hindu.

Produk kebudayaan dan perkembagan budaya Indonesia-Hindu nampak dalam berbagai bidang antara lain keagamaan, kebudayaan, dan kenegaraan. a) Bidang keagamaan Sebelum pengaruh hindu masuk, orang-orang indonesia telah mengenal pemujaan arwah nenek moyang. Arwah atau roh nenek moyang itu merupakan penjaga atau penguasaan alam semesta. Mereka bertempat tinggal di berbagai tempat atau pada bagian-bagian alam semesta itu seperti pada batu besar, pohon besar, gunung atau tempat mata air, sungai dan sebagainya. Dengan demikian ketika hindu masuk, maka dewa-dewa hindu itu mudah diterima di indonesia, karena hal itu tidak jauh berbeda dengan kepercayaan sekeluarga. Roh-roh alam yang dikenal di indonesia hanya tinggal diganti dengan dewa-dewa hindu sesuai dengan kekuasaannya, misalnya: Roh hutan dinamai dengan nama hindu menjadi Banaspati Roh ksuburan dinamai Dewi Sri atau Nyi Atau Sari Pohaci Roh penguasa hutan dinamai dengan Indra Roh gunung atau api dinamai dewaBrama Roh laut dinamai dewa Waruna

b) Bidang Kebudayaan Dalam bidang kebudayaan masuknya pengaruh hindu ke indonesia banyak menimbulkan perubahan. Hal-hal yang baru sebagai hasil percampuran antara unsurunsur hindu dan unsur-unsur sebelumnya dapat dibuktikan seperti berikut: Candi Candi yaitu tempat pemujaan. Walaupun kepandaian membuat candi diperoleh dari pengaruh hindu, akan tetapi apabila kita bandingkan dengan kuil pemujaan (tempel) di india terdapat perbedaan, yaitu kuil di india merupakan tempat aatau rumah dewa, yaitu tempat peribadatan bersama. Candi di Indonesia hanya untuk menyimpan sajian di dalamnya dan tempat penyimpan arca pemujaan. Hasil kesusastraan Di dalam seni sastra banyak cerita dari berbagai macam bentuk. Dalam hal tersebut Kesusastraan jaman pengaruh hindu mengenal dua bentuk karangan, yaitu berbentuk puisi yang disebut tembang dan karangan berbentuk prosa yang disebut gancaran. Dalam perkembangannya yang subur itu, lahirlah apa yang dalam sastra

kuno disebut kakawin yaitu tembang jawa kuno. Beberapa contoh kakawin yang terkenal di zaman pengaruh hindu adalah: Arjunawiwaha karangan Mpu Kanwa yang ditulis kira-kira pada abad ke XI yaitu masa pemerintahan Raja Airlangga (1035-1047) Bharatayuddha karangan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh ditulis pada abad ke XII yaitu masa pemerintahan Raja Jayabaya (1135-1137) Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca ditulis pada abad ke XIV yaitu pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1334-1374) Hasil kesusastraan lain pada masa pengaruh hindu antara lain seni wayang yang mengambil babon cerita dari buku pahlawan (epos) Mahabarata dan Ramayana India, seni gamelan, seni keris serta senjata lainnya, seni hias, seni pakaian, seni perhiasan, seni tari, seni ukir, dan seni pahat. c) Bidang Kenegaraan 1. Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur Diketahui dari prasasti tertua abad ke-4 diketahui bahwa di Kutai berdiri sebuah kerajaan dengan rajanya bernama Mulawarman. Kerajaan Kutai (nama daerah sekarang) ini telah memperlihatkan adanya pengaruh kehinduan yang kuat. Di Sulawesi Selatan dan Kalimantan Timur ditemukan arca Budha yang terbuat dari perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan, maka untuk pertama kalinya kita mendapat bukti bahwa ada hubungan serta pengaruh tertua budaya India di Indonesia. Arca Sempaga berasal dari mazhab Amaravati yang dibawa ke Indonesia sebagai persembahan untuk vihara. Selain di Sempaga, arca-arca langgam amaguntang ini juga ditemukan di Jember dan bukit Seguntang, sementara di Kota Bangun (Kutai) ditemukan sejumlah arca budha yang memperlihatkan langgam seni arca Gandara. Disamping arca-arca Buddha, juga ditemukan arca yang bersifat kehinduan seperti di Sepauk yaitu mukhalinga, dan arca Ganesa yang ditemukan di Sarawak. Selain arca, ditemukan pula tiang batu atau Yupa di Kalimantan Timur. Ciri-ciri: Kehidupan sehari-hari keluarga Raja pada waktu itu terbatas pada keluarga kerajaan yang telah menyerap budaya India. Contohnya dipergunakan nama yang berbau India sebagai pengenal.

-

Kehidupan yang bersifat hindu sangat terikat pada peraturan yang disebut kasta Di Kutai Purba sudah ada golongan masyarakat yang menguasasi bahasa sansekerta dan huruf palawa Upacara penyucian diri yang disebut vratyastoma 1) Kehidupan Politik Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam prasasti Yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah Mulawarman, ia putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga. Dalam prasasti Yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai dewa Ansuman/dewa Matahari dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Hal ini berarti Asmawarman sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluarga atau dinasti dalam Agama Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat Kudungga masih nama Indonesia asli dan masih sebagai kepala suku, ia yang menurunkan raja-raja Kutai. Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang harmonis/ erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang dijelaskan dalam prasasti Yupa, bahwa raja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana di dalam tanah yang suci bernama Waprakeswara. Waprakeswara adalah tempat suci untuk memuja dewa Syiwa. Di pulau Jawa disebut Baprakewara. 2) Kehidupan Ekonomi Dalam kehidupan ekonomi, tidak diketahui secara pasti, kecuali disebutkan dalam salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas dan tidak menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan Brahmana. Tidak diketahui secara pasti asal emas dan sapi tersebut diperoleh, apabila emas dan sapi tersebut didatangkan dari tempat lain, bisa disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah melakukan kegiatan dagang. 3) Kehidupan Budaya

Dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama Hindu) atau disebut upacara Vratyastoma. Upacara Vratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman karena Kudungga masih mempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya sedangkan yang memimpin upacara tersebut, menurut para ahli dipastikan adalah para pendeta (Brahmana) dari India. Tetapi pada masa Mulawarman kemungkinan sekali upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh pendeta/kaum Brahmana dari orang Indonesia asli. Dengan adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya tinggi, terutama dalam hal penguasaan terhadap bahasa Sansekerta pada dasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, melainkan lebih merupakan bahasa resmi kaum Brahmana untuk masalah keagamaan.

Gambar 1. Peta Wilayah Kekuasaan Kesultanan Kutai Kartanegara

2. Kerajaan Tarumanegara di Jawa barat Pada abad ke 5 berdiri sebuah kerajaan yang mengandung pengaruh hindu. Hal tersebut didasarkan adanya prasasti ciaruteun. Selain itu ditemukan pula prasasti tugu di Tugu, Jakarta; prasasti cidinghiang / lebak di kampung Lebak Pandeglang, Banten (pinggir sungai Cidanghiang); prasasti kebantenan di Banten; prasasti kebon kopi di kampung Muara Hilir di Cibungbulang; pasir jambu. Berdasarkan itu pula diperkirakan luas meliputi daerah Jakarta, Bekasi (pusat kerajaan), Bogor dan Banten. Ciri-ciri:

-

Mata pencaharian penduduk berupa berburu, pertambangan, perikanan, dan perniagaan. Adanya penggolongan masyarakat berdasarkan: ekonomi, yaitu kaum petani, pemburu, pedagang, pelaut, penangkap ikan dan peternak. Budaya, yaitu golongan masyarakat yang berbudaya hindu (lingkungan keraton) dan berbudaya asli (masyarakat umum). Menurut dugaan, Raja Tarumanegara ini banyak mendapat pengaruh

Hindu. Wilayah Kerajaan Tarumanegara meliputi Banten, Jakarta sampai Cirebon. Sistem pemerintahannya sudah berjalan baik dan teratur, demikian pula kehidupan rakyatnya. Hal ini digambarkan dalam prasasti Tugu yang menceritakan pembangunan saluran air sepanjang 6.122 busur hanya selama 21 hari untuk pengairan dan pencegah banjir. Dari tulisan mengenai pembangunan saluran air yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat itu juga dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Tarumanegara di bawah pemerintahan Raja Purnawarman telah mengenal manajemen dan cara kerja yang rapi, serta pemimpin yang ditaati. Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berakhir abad ke-7 M. Karena sejak abad tersebut tidak ada lagi berita-berita yang dapat dihubungkan dengan nama rajanya. Menurut Ir. J.L. Moens dari Prasasti Kota Kapur 686 M di Pulau Bangka, runtuhnya Kerajaan Tarumanegara pada akhir abad tersebut disebabkan kekuasaan Sriwijaya. Mengenai letak ibukota Tarumanegara dengan keratonnya masih belum bisa dipastikan. Tetapi berdasarkan ilmu bahasa Prof Dr. Poerbatjaraka memperkirakan bahwa letak Keraton Taruma itu di daerah Bekasi, dengan alasan bahwa Sungai Chandrabhaga dalam ucapan orang menjadi Sasihbaga yang lambat laun berubah menjadi Baga Sasih dan akhirnya Bekasi. Di daerah Bekasi, sejak tahun-tahun yang lalu telah ditemukan alat-alat prasejarah seperti pahat dan kapak batu serta pecahan-pecahan periuk. Kecuali benda-benda prasejarah juga terdapat benda-benda yang sudah masuk masa-masa jauh setelah zaman Batu-Baru dan Perunggu Besi. Tidak jauh dari Bekasi yakni di Cibuaya, Rengasdengklok pada tahun 1952 pernah ditemukan area Wishnu yang usianya kurang lebih dari abad ke-7, dimungkinkan area tersebut berasal dari masa Tarumanegara.

Gambar 2. Peta Wilayah Kekuasaan Kerajaan Tarumanegara

3. Kerajaan Mataram dan Sailendra di Jawa Tengah Diketahui dari prasasti Kalasan tahun 700 saka (778 M) di Jawa dan dalam prasasti Ligor B, Nalanda dan Leyden platesn di luar Jawa. J.L. Moens, dalam salah satu karangannya mengemukakan pendapat bahwa wangsa Sailendra itu berasal dari India Selatan, yang semula berkuasa di sekitar Palembang, tetapi pada tahun 683 M melarikan diri ke Jawa karena serangan dari Sriwijaya dari Semenanjung Sriwijaya. Memiliki ciri, sebuah negara agraris yang mengutamakan pengamanan tata-pemerintahan dalam negeri. Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada abad ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa Majapahit. Asal-usulnya adalah suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang, berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasanya. Raja berdaulat pertama adalah Sutawijaya (Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng Pemanahan. Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya malah harus menerima bantuan VOC pada masa-masa akhir menjelang keruntuhannya. Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim. Ia meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini,

seperti kampung Matraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat, penggunaan hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta beberapa batas administrasi wilayah yang masih berlaku hingga sekarang.

Gambar 3. Peta Wilayah Kekuasaan Kerajaan Mataram

4. Kerajaan Sriwijaya Nama kerajaan Sriwijaya dalam berita Cina tersebut, disebut dengan Shih-lo-foshih atau Fo-shih, sedangkan dari berita Arab Sriwijaya disebut dengan Zabag/Zabay atau dengan sebutan Sribuza. Dari berita-berita Arab dijelaskan tentang kekuasaan dan kebesaran serta kekayaan Sriwijaya. Kata sriwijaya dijumpai pertama kali dalam prasasti Kota kapur di Pulau Bangka. Prasasti tertua ditemukan di daerah kedukan bukit di tepi sungai Tatang dekat Palembang pada 682 M. Sriwijaya telah meluaskan daerah kekuasaannya mulai dari daerah Malayu di sekitar jambi sampai kePulau Bangka dan daerah lampung Selatan, serta usaha menaklukan Pulau Jawa yang menjadi saingannya dalam bidang pelayaran dan perdagangan dengan luar negeri. Ciri-ciri: Sriwijaya mempunyai komoditi dagang terhadap luar negeri berupa penyu, gading, emas, perak, kemenyan, kapur barus, damar, dan lada. Barang tersebut ditukar dengan sutra, porselen dan kain katun.

-

Merupakan daerah maritim yang besar karena menyertai perdagangan internasional yang menghampiri daerahnya. Berhubungan dagang dengan Cina Bersifat lebih metropolitan karena dapat berdiplomasi (khususnya dalam perdagangan dengan Cina) Sriwijaya memiliki armada yang kuat

1) Kehidupan Politik Dalam kehidupan politik. Dapat diketahui bahwa raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga, dengan pusat kerajaannya ada 2 pendapat yaitu pendapat pertama yang menyebutkan pusat Sriwijaya di Palembang karena daerah tersebut banyak ditemukan prasasti Sriwijaya dan adanya sungai Musi yang strategis untuk perdagangan. Sedangkan pendapat kedua letak Sriwijaya di Minangatamwan yaitu daerah pertemuan sungai Kampar Kiri dan Kampar Kanan yang diperkirakan daerah Binaga yaitu terletak di Jambi yang juga strategis untuk perdagangan.Dari dua pendapat tersebut, maka oleh ahli menyimpulkan bahwa pada mulanya Sriwijaya berpusat di Palembang. Kemudian dipindahkan ke Minangatamwan. Sriwijaya mampu mengembangkan kerajaannya melalui keberhasilan politik ekspansi/perluasan wilayah ke daerah-daerah yang sangat penting artinya untuk perdagangan. Hal ini sesuai dengan prasasti yang ditemukan Lampung, Bangka, dan Ligor. Bahkan melalui benteng I-tshing bahwa Kedah di pulau Penang juga dikuasai Sriwijaya.Dengan demikian Sriwijaya bukan lagi sebagai negara senusa atau satu pulau, tetapi sudah merupakan negara antar nusa karena penguasaannya atas beberapa pulau. Bahkan ada yang berpendapat Sriwijaya adalah negara kesatuan pertama. Karena kekuasaannya luas dan berperan sebagai negara besar di Asia Tenggara.

Gambar 4. Peta Wilayah Kekuasaan Sriwijaya

2) Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya memiliki letak yang strategis di jalur pelayaran dan perdagangan Internasional Asia Tenggara. Dengan letak yang strategis tersebut maka Sriwijaya berkembang menjadi pusat perdagangan dan menjadi pelabuhan Transito sehingga dapat menimbun barang dari dalam maupun luar. Dengan demikian kedudukan Sriwijaya dalam perdagangan internasional sangat baik. Hal ini juga didukung oleh pemerintahan raja yang cakap dan bijaksana seperti Balaputradewa. Pada masanya Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat yang mampu menjamin keamanan di jalurjalur pelayaran yang menuju Sriwijaya, sehingga banyak pedagang dari luar yang singgah dan berdagang di wilayah kekuasaan Sriwijaya tersebut. Dengan adanya pedagang-pedagang dari luar yang singgah maka penghasilan Sriwijaya meningkat dengan pesat. Peningkatan diperoleh dari pembayaran upeti, pajak maupun keuntungan dari hasil perdagangan dengan demikian Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan yang besar dan makmur. Faktor lain yang menjadikan Sriwijaya menjadi kerajaan besar adalah kehidupan sosial masyarakatnya meningkat dengan pesat terutama dalam bidang pendidikan dan hasilnya Sriwijaya terbukti menjadi pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha di Asia Tenggara. Hal ini sesuai dengan berita I-Tshing

pada abad ke 8 bahwa di Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha di bawah bimbingan pendeta Budha terkenal yaitu Sakyakirti. Di samping itu juga pemuda-pemuda Sriwijaya juga mempelajari agama Budha dan ilmu lainnya di India, hal ini tertera dalam prasasti Nalanda. Dari prasasti ini diketahui pula raja Sriwijaya yaitu Balaputra Dewa mempunyai hubungan erat dengan raja Dewa Paladewa (India). Raja ini memberi sebidang tanah untuk asrama pelajar dari Sriwijaya. Sebagai penganut agama yang taat maka raja Sriwijaya juga memperhatikan kelestarian lingkungannya (seperti yang tertera dalam Prasasti Talang Tuo) dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya. Dengan demikian kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Sriwijaya sangat baik dan makmur, dalam hal ini tentunya juga diikuti oleh kemajuan dalam bidang kebudayaan. Kemajuan dalam bidang budaya sampai sekarang dapat diketahui melalui peninggalanpeninggalan suci seperti stupa, candi atau patung/arca Budha seperti ditemukan di Jambi, Muaratakus, dan Gunung Tua (Padang Lawas) serta di Bukit Siguntang (Palembang). 5. Kerajaan Majapahit Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari

tahun 1350 hingga 1389. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung

Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan. 1) Kehidupan Ekonomi Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja

pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk di Sidoarjo. Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit. Alasan penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistem mata uang Majapahit agar dapat digunakan dalam aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal. 2) Pembagian Wilayah Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan

kelanjutan Singhasari, terdiri atas beberapa kawasan tertentu di bagian timur dan bagian tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparaja yang disebut Paduka Bhattara yang bergelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini adalah gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin. Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut: 1. Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja 2. Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran atau bangsawan) 3. Watek: dikelola oleh wiyasa, 4. Kuwu: dikelola oleh lurah, 5. Wanua: dikelola oleh thani, 6. Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.

No Provinsi

Gelar

Penguasa

Hubungan dengan Raja

1

Kahuripan

(atau Janggala, Bhre Kahuripan

sekarang Surabaya)

Tribhuwanatunggadewi ibu suri

bibi 2 Daha (bekas ibukota dari Kediri) Bhre Daha Rajadewi Maharajasa sekaligus ibu mertua

3

Tumapel

(bekas

ibukota Bhre Tumapel

dari Singhasari)

Kertawardhana

ayah

4

Wengker (sekarang Ponorogo)

Bhre Wengker

paman Wijayarajasa sekaligus ayah mertua

5

Matahun (sekarang Bojonegoro)

Bhre Matahun

suami Rajasawardhana

dari

Putri Lasem, sepupu raja

6

Wirabhumi (Blambangan)

Bhre Wirabhumi

Bhre Wirabhumi1

anak

7

Paguhan

Bhre Paguhan

Singhawardhana

saudara lakilaki ipar

8

Kabalan

Bhre

Kusumawardhani2

anak

Kabalan

perempuan

9

Pawanuan

Bhre Pawanuan

Surawardhani

keponakan perempuan

10

Lasem Tengah)

(kota

pesisir

di Jawa

Bhre Lasem Rajasaduhita Indudewi

sepupu

11 Pajang (sekarang Surakarta)

Bhre Pajang

Rajasaduhita Iswari

saudara perempuan

12 Mataram (sekarang Yogyakarta)

Bhre Mataram

Wikramawardhana2

keponakan laku-laki

Catatan:1

Bhre Wirabhumi sebenarnya adalah gelar: Pangeran Wirabhumi (blambangan), nama

aslinya tidak diketahui dan sering disebut sebagai Bhre Wirabhumi dari Pararaton. Dia menikah2

dengan

Nagawardhani,

keponakan

perempuan

raja.

Kusumawardhani (putri raja) menikah dengan Wikramawardhana (keponakan laki-laki

raja), pasangan ini lalu menjadi pewaris tahta. Saat Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi saat pemerintahan Gajah Mada, beberapa negara bagian di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran pengaruh Majapahit, sebagai hasilnya, konsep teritorial yang lebih besar pun terbentuk:

Negara Agung, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit atau Majapahit Lama selama masa pembentukannya sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini adalah ibukota kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan pemerintahannya. Area ini meliputi setengah bagian timur Jawa, dengan semua provinsinya yang dikelola oleh paraBhre (bangsawan), yang merupakan kerabat dekat raja.

Mancanegara, area yang melingkupi Negara Agung. Area ini secara langsung dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut biasanya memiliki penguasa atau raja pribumi, yang kemungkinan membentuk persekutuan atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan mengatur kegiatan perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun mereka menikmati otonomi internal yang cukup besar. Wilayah Mancanegara termasuk didalamnya seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura, Bali, dan

juga Dharmasraya, Pagaruyung, Lampung dan Palembang di Sumatra.

Nusantara, adalah area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup luas dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting untuk menempatkan birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi keras. Termasuk dalam area ini adalah kerajaan kecil dan koloni di Maluku, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.

Gambar 5. Peta Wilayah Kekuasaan Kerajaan Majapahit

D. Wilayah Kota Di Indonesia yang Mengalami Perkembangan dari Zaman Kerajaan Hingga Beridirinya Sekarang 1. Wilayah kota yang dahulunya merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai Kartanegara namun saat ini mengalami perkembangan antara lain Kota Samarinda, Bontang, Tenggarong, Balikpapan. 2. Wilayah kota yang dahulunya merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara namun saat ini mengalami perkembangan antara lain sebagian besar Provinsi Banten, DKI Jakarta, dan Bogor. 3. Wilayah kota yang dahulunya merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram namun saat ini mengalami perkembangan antara lain meliputi sebagian besar kota-kota di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. 4. Wilayah kota yang dahulunya merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya namun saat ini mengalami perkembangan antara lain meliputi sebagian besar kota-kota di Sumatera Selatan (Jambi, Palembang) sebagai pusatnya, Kepulauan Bangka Belitung, hingga setengah wilayah pulau Jawa, khususnya kota-kota di Jawa Barat dan Jawa Tengah. 5. Majapahit merupakan Kerajaan dengan wilayah jajahannya hampir meliputi seluruh nusantara, sehingga seluruh kota pada umunya di Indonesia pernah mendapat pengaruh dari kejayaan Majapahit.

a. MALANG Daerah Malang merupakan peradaban tua yang tergolong pertama kali muncul dalam sejarah Indonesia yaitu sejak abad ke 7 Masehi. Peninggalan yang lebih tua seperti di Trinil (Homo Soloensis) dan Wajak Mojokerto (Homo Wajakensis) adalah bukti arkeologi fisik (fosil) yang tidak menunjukkan adanya suatu peradaban. Peninggalan purbakala disekitar wilayah Kota Malang seperti Prasasti Dinoyo (760 Masehi), Candi Badut, Besuki, Singosari, Jago, Kidal dan benda keagamaan berasal dari tahun 1414 di Desa Selabraja menunjukkan Malang merupakan pusat peradaban selama 7 abad secara kontinyu. Malang merupakan wilayah kekuasaan 5 dinasti yaitu Dewasimha / Gajayana (Kerajaan Kanjuruhan), Balitung / Daksa / Tulodong Wawa (Kerajaan Mataram Hindu), Sindok / Dharmawangsa / Airlangga / Kertajaya (Kerajaan Kediri), Ken Arok hingga Kertanegara (Kerajaan Singosari), Raden Wijaya hingga Bhre Tumapel 1447 1451 (Kerajaan Majapahit). Masa Kerajaan Kanjuruhan Kerajaan Kanjuruhan menurut para ahli purbakala berpusat dikawasan Dinoyo Kota Malang sekarang. Salah satu bukti keberadaan Kerajaan Kanjuruhan ini adalah Prasasti Dinoyo yang saat ini berada di Museum Jakarta. Prasasti Dinoyo ditemukan di Desa Merjosari (5 Km. sebelah Barat Kota Malang), di kawasan Kampus III Universitas Muhammadiyah saat ini. Prasasti Dinoyo merupakan peninggalan yang unik karena ditulis dalam huruf Jawa Kuno dan bukan huruf Pallawa sebagaimana prasasti sebelumnya. Keistimewaan lain adalah cara penulisan tahun berbentuk Condro Sangkala berbunyi Nayana Vasurasa (tahun 682 Saka) atau tahun 760 Masehi. Dalam Prasasti Dinoyo diceritakan masa keemasan Kerajaan Kanjuruhan sebagaimana berikut :

Ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Raja yang sakti dan bijaksana dengan nama Dewasimha Setelah Raja meninggal digantikan oleh puteranya yang bernama Sang Liswa Sang Liswa terkenal dengan gelar Gajayana dan menjaga Istana besar bernama Kanjuruhan Sang Liswa memiliki puteri yang disebut sebagai Sang Uttiyana Raja Gajayana dicintai para brahmana dan rakyatnya karena membawa ketentraman diseluruh negeri Raja dan rakyatnya menyembah kepada yang mulia Sang Agastya Bersama Raja dan para pembesar negeri Sang Agastya (disebut Maharesi) menghilangkan penyakit Raja melihat Arca Agastya dari kayu Cendana milik nenek moyangnya Maka raja memerintahkan membuat Arca Agastya dari batu hitam yang elok

Salah satu Arca Agastya ada di dalam kawasan Candi Besuki yang saat ini tinggal pondasinya saja. Bukti lain keberadaan Kerajaan Kanjuruhan adalah Candi Badut yang hingga kini masih cukup baik keadaannya serta telah mengalama renovasi dari Dinas Purbakala. Peninggalan lain adalah Patung Dewasimha yang berada di tengah Pasar Dinoyo saat ini.

Masa Kerajaan Mataram Hindu Keturunan Dewasimha dan Gajayana mundur sejalan dengan munculnya dinasti baru di daerah Kediri yaitu Balitung, Daksa, Tulodong dan Wawa yang merupakan keturunan Raja Mataram Hindu di Jawa Tengah. Balitung (898 910) adalah Raja Mataram pertama yang menguasai Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dinasti ini memusatkan kekuasaannya di daerah Kediri yang lebih dekat ke Jawa Tengah dibandingkan dengan bekas pusat kekuasaan Kerajaan Kanjuruhan di Malang. Pada masa ini Malang hanyalah sebuah wilayah yang tidak begitu penting kedudukannya. Masa Kerajaan Kediri, Daha Dan Jenggala Dinasti berikutnya yang menguasai Kediri setelah kemunduran Mataram Hindu adalah keturunan Sindok, Dharmawangsa, Airlangga dan terakhir Kertajaya (1216 1222). Pada masa ini pusat kekuasaan beralih ke Daha / Jenggala sedangkan daerah Malang menjadi sebuah wilayah setingkat Kadipaten yang maju dan besar terutama sebagai dalam bidang keagamaan dan perdagangan, dipimpin oleh seorang Akuwu. Masa Kerajaan Singosari Singosari dikenal sebagai salah satu kerajaan terbesar di tanah Jawa yang disegani diseluruh Nusantara dan manca negara. Singosari semula adalah sebuah Kadipaten dibawah kekuasaan Raja Kediri yaitu Kertajaya. Kadipaten tersebut bernama Tumapel dipimpin oleh Akuwu Tunggul Ametung yang kemudian direbut kedudukannya oleh Ken Arok. Ken Arok kemudian mengembalikan pusat kekuasaan ke daerah Malang setelah Kediri ditaklukkan. Selama 7 generasi Kerajaan Singosari berkembang pesat hingga menguasai sebagian besar wilayah Nusantara. Bahkan Raja terakhir yaitu Kertanegara mempermalukan utusan Maharaja Tiongkok Kubhilai Khan yang meminta Singosari menyerahkan kekuasaannya. Singosari jatuh ketangan Kediri ketika sebagian besar pasukan Kertanegara melakukan ekspedisi perang hingga ke Kerajaan Melayu dan Sriwijaya. Namun tidak lama kemudian pasukan Kediri berhasil dipukul mundur oleh keturunan Kertanegara yaitu Raden Wijaya yang kemudian dikenal sebagai pendiri Kerajaan Majapahit. Pada saat yang hampir bersamaan Raden Wijaya juga harus menghadapi serbuan dari armada Tiongkok yang menuntut balas atas perlakuan Raja Singosari sebelumnya (Kertanegara) terhadap utusannya. Armada Tiongkok inipun berhasil dikalahkan oleh Raden Wijaya berkat bantuan dari Penguasa Madura yaitu Arya Wiraraja. Masa Kerajaan Majapahit Kerajaan Majapahit mencapai masa keemasan ketika dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patihnya Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa. Majapahit menaklukkan hampir seluruh Nusantara dan melebarkan sayapnya hingga ke seluruh Asia Tenggara. Pada masa ini daerah Malang tidak lagi menjadi pusat kekuasaan karena diduga telah pindah ke daerah Nganjuk. Menurut para ahli di Malang ditempatkan seorang penguasa yang disebut Raja pula. Dalam Negara Kertagama dikisahkan Hayam Wuruk sebagai Raja Majapahit melakukan ziarah ke makam leluhurnya (yang berada disekitar daerah Malang), salah satunya di dekat makam Ken Arok. Ini menunjukkan bahwa walaupun bukan pusat pemerintahan namun Malang adalah kawasan yang disucikan karena merupakan tanah makam para leluhur yang dipuja sebagai Dewa. Beberapa prasasti dan arca peninggalan Majapahit dikawasan puncak Gunung Semeru (Telaga Ranu Gumbolo) dan juga di Gunung Arjuna menunjukkan bahwa kawasan Gunung Bromo Tengger Semeru serta Gunung Arjuna adalah tempat bersemayam para Dewa dan hanya keturunan Raja yang boleh menginjakkan kaki di wilayah

tersebut. Bisa disimpulkan bahwa berbagai peninggalan tersebut merupakan rangkaian yang saling berhubungan walaupun terpisah oleh masa yang berbeda sepanjang 7 abad.

b. PALEMBANG Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1382 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut Prasasti yang berangka tahun 16 Juni 682. Pada saat itu oleh penguasa Sriwijaya didirikan Wanua di daerah yang sekarang dikenal sebagai kota Palembang. Menurut topografinya, kota ini dikelilingi oleh air, bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga air hujan. Bahkan saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 % tanah yang yang tergenang oleh air (data Statistik 1990). Berkemungkinan karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang kota ini menamakan kota ini sebagai Pa-lembang dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan; sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa melayu-Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air. Kota Palembang adalah salah satu kota (dahulu daerah tingkat II berstatus kotamadya) sekaligus merupakanibu kota dari Provinsi Sumatra Selatan. Palembang adalah kota terbesar kedua di Sumatra setelah Medan. Kota ini dahulu pernah menjadi pusat KerajaanSriwijaya sebelum kemudian berpindah ke Jambi. Bukit Siguntang, di Palembang Barat, hingga sekarang masih dikeramatkan banyak orang dan dianggap sebagai bekas pusat kesucian di masa lalu. Sempat kehilangan fungsi sebagai pelabuhan besar, penduduk kota ini lalu mengadopsi budaya Melayupesisir, lalu Islam dr tanah Jawa. Sampai sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam budayanya. Salah satunya adalah bahasa. Kata-kata seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah satu contohnya. Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden Mas/Ayu. Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa. Kota ini memiliki komunitas Tionghoa yang besar. Makanan khas daerah ini adalah pempek Palembang,tekwan, model, celimpungan, kue maksuba, kue 8 jam,kue engkak, laksan, burgo, dll. Makanan seperti pempek atau tekwan mengesankan "Chinese" taste masyarakat Palembang. Palembang merupakan kota tertua di Indonesia, hal ini didasarkan pada prasasti Kedukan Bukit yang diketemukan di Bukit Siguntang, sebelah barat Kota Palembang, yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota yang merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 683 Masehi. Maka tanggal tersebut dijadikan patokan hari lahir Kota Palembang. Kota Palembang juga dipercayai oleh masyarakat melayu sebagai tanah leluhurnya. Karena di kota inilah tempat turunnya cikal bakal raja Melayu pertama yaituParameswara yang turun dari Bukit Siguntang. Kemudian Parameswa meninggalkan Palembang bersama Sang Nila Utama pergi ke Tumasik dan diberinyalah nama Singapurakepada Tumasik. Sewaktu

pasukan Majapahit dari Jawa akan menyerang Singapura, Parameswara bersama pengikutnya pindah ke Malaka disemenanjung Malaysia dan mendirikan Kerajaan Malaka. Beberapa keturunannya juga membuka negeri baru di daerah Pattani dan Narathiwat (sekarang wilayah Thailand bagian selatan). Setelah terjadinya kontak dengan para pedagang dan orang-orang Gujarat dan Persia di Malaka, maka Parameswara masuk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Iskandar Shah. Secara teratur, sebelum masa NKRI pertumbuhan Kota Palembang dapat dibagi menjadi beberapa fase utama: 1. Fase Sebelum Kerajaan Sriwijaya Merupakan zaman kegelapan, karena mengingat Palembang telah ada jauh sebelum bala tentara Sriwijaya membangun sebuah kota dan penduduk asli daerah ini seperti yang tertulis pada manuskrip lama di hulu Sungai Musi merupakan penduduk dari daerah hulu Sungai Komering. 2. Fase Sriwijaya Raya Palembang menjadi pusat dari kerajaan yang membentang mulai dari barat pulau jawa, sepanjang pulau sumatera, semenanjung malaka, bagian barat kalimantan sampai ke indochina. Runtuhnya Sriwijaya sendiri utamanya karena penyerbuan bangsa-bangsa pelaut yang tidak terdefinisikan, sebagian sejarahwan mengatakan bahwa mereka adalah pasukan barbar laut dari Srilanka (Ceylon). Akibat hancurnya kekuatan maritim mereka, Sriwijaya menjadi lemah dan persekutuan daerah-daerah kekuasaanya terlepas dan ketika datangnya Ekspedisi Pamalayu dari Jawa (majapahit) ke jambi dalam melakukan isolasi kepada Palembang, untuk mencegah Sriwijaya bangkit kembali. 3. Fase Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya Di sekitar Palembang dan sekitarnya kemudian bermunculan kekuatan-kekuatan lokal seperti Panglima Bagus Kuning di hilir Sungai Musi, Si Gentar Alam di daerah Perbukitan, Tuan Bosai dan Junjungan Kuat di daerah hulu Sungai Komering, Panglima Gumay di sepanjang Bukit Barisan dan sebagainya. Pada fase inilah Parameswara yang mendirikan Tumasik (Singapura) dan Kerajaan Malaka hidup, dan pada fase inilah juga terjadi kontak fisik secara langsung dengan para pengembara dari Arab dan Gujarat. 4. Fase Kesultanan Palembang Darussalam Hancurnya Majapahit di Jawa secara tidak langsung memberikan andil pada kekuatan lama hasil dari Ekspedisi Pamalayu di Sumatera. Beberapa tokoh penting di balik hancurnya Majapahit seperti Raden Patah, Ario Dillah (Ario Damar) dan Pati Unus merupakan tokoh-tokoh yang erat kaitanya dengan Palembang. Setelah Kesultanan Demak yang merupakan 'pengganti' dari Majapahit di Jawa berdiri, di Palembang tak lama kemudian berdiri pula 'Kesultanan Palembang Darussalam' dengan 'Susuhunan Abddurrahaman Khalifatul Mukmiminin Sayyidul Iman' sebagai raja pertamanya. Kerajaan ini mengawinkan dua kebudayaan, maritim peninggalan dari Sriwijaya dan agraris dari Majapahit dan menjadi pusat perdagangan yang paling besar di Semenanjung Malaka pada masanya. Salah satu raja yang paling terkenal pada masa ini adalah Sultan Mahmud Badaruddin II yang sempat menang tiga kali pada pertempuran melawan Eropa (Belanda dan Inggris). Penduduk Palembang merupakan cabang dari masyarakat melayu, dan menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa sehari-hari, namun para pendatang daerah seringkali menggunakan

bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari, seperti bahasa komering, rawas, lahat, dsb. Pendatang dari luar Sumatera Selatan terkadang juga menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari dalam keluarga atau komunitas kedaerahan, seperti pendatang dari Pulau Jawa dan daerah-daerah lain di Indonesia. Namun untuk berkomunikasi dengan warga Palembang lain, penduduk umumnya menggunakan Bahasa Palembang sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Selain penduduk Palembang asli, di Palembang terdapat pula warga pendatang dan warga keturunan, warga pendatang seperti dari Pulau Jawa, Madura, Sulawesi (Makassar dan Manado), Papua, Wilayah Sumatera Lainnya. Warga Keturunan terutama Tionghoa, Arab dan India. Kesenian yang terdapat di Palembang antara lain:

Kesenian Dul Muluk (semacam pentas drama) Tari-tarian seperti Gending Sriwijaya yang diadakan sebagai penyambutan kepada tamu-tamu, dan tari Tanggai yang diperagakan dalam resepsi pernikahan Lagu Daerah seperti Cuk Mak Ilang

Rumah Adat Palembang adalah Rumah Limas dan Rumah Rakit Kota Palembang mengadakan berbagai festival setiap tahunnya antara lain Festival Sriwijaya setiap bulan Juni memperingati Hari Jadi Kota Palembang, Festival Bidar dan Perahu Hias merayakan Hari Kemerdekaan. Serta berbagai festival memperingati Tahun Baru Hijriah, Bulan Ramadhan, Tahun Baru Masehi, dsb. Kota Palembang memiliki beberapa wilayah yang menjadi ciri khas dari suatu komunitas seperti Kampung Kapitan yang merupakan wilayah Komunitas Tionghoa dan Kampung Al Munawwar yang merupakan wilayah Komunitas Arab. c. SURABAYA Bukti sejarah menunjukkan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum zaman kolonial, seperti yang tercantum dalam prasasti Trowulan I, berangka 1358 M. Dalam prasati tersebut terungkap bahwa Surabaya (churabhaya) masih berupa desa ditepian sungai Brantas sebagai salah satu tempat penyeberangan penting sepanjang sungai Brantas. Surabaya (Surabhaya) juga tercantum dalam pujasastra Negara Kertagama yang ditulis oleh Prapanca tentang perjalanan pesiar baginda Hayam Wuruk pada tahun 1365 dalam pupuh XVII (bait ke-5, baris terakhir). Walaupun bukti tertulis tertua mencantumkan nama Surabaya berangka tahun 1358 M (prasasti Trowulan) & 1365 M (Negara Kertagama), para ahli menduga bahwa Surabaya sudah ada sebelum tahun-tahun tsb. Menurut hipotesis Von Faber, Surabaya didirikan tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara sebagai tempat pemukiman baru bagi prajuritnya yang berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan tahun 1270 M. Hipotesis yang lain mengatakan bahwa Surabaya dulu bernama Ujung Galuh. Versi lain mengatakan bahwa nama Surabaya berasal dari cerita tentang perkelahian hidup dan mati Adipati Jayengrono dan Sawunggaling. Konon setelah mengalahkan tentara Tartar, Raden Wijaya mendirikan sebuah kraton di Ujunggaluh, dan menempatkan Adipati

Jayengrono untuk memimpin daerah itu. Lama-lama karena menguasai ilmu Buaya, Jayengrono makin kuat dan mandiri sehingga mengancam kedaulatan Majapahit. Untuk menaklukkan Jayengrono diutuslah Sawunggaling yang menguasai ilmu Sura. Adu kesaktian dilakukan di pinggir Sungai Kalimas dekat Paneleh. Perkelahian adu kesaktian itu berlangsung selama tujuh hari tujuh malam dan berakhir dengan tragis, karena keduanya meninggal kehabisan tenaga. Menurut hipotesis Von Faber, Surabaya didirikan tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara sebagai tempat pemukiman baru bagi prajuritnya yang berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan tahun 1270 M. Hipotesis yang lain mengatakan bahwa Surabaya dulu bernama Ujung Galuh. Pada tanggal 31 Mei 1293 Raden Wijaya (Pendiri Kerajaan Majapahit) dengan keberanian dan semangat dan jiwa kepahlawanan berhasil menghancurkan dan mengusir tentara Tar-Tar, pasukan kaisar Mongolia dari bumi Majapahit. Tentara Tar-Tar meninggalkan Majapahit melalui Ujung galuh, sebuah desa yang terletak di ujung utara Utara Surabaya, di muara Kali Mas. Dalam prasasti Trowulan I, berangka 1358 M terungkap bahwa Surabaya (churabhaya) masih berupa desa ditepian sungai Brantas sebagai salah satu tempat penyeberangan penting sepanjang sungai Brantas. Dari tahun 1483-1542 Surabaya merupakan bagian dari wilayah kerajaan Demak. Sesudah itu kurang lebih 30 tahun Surabaya ada di bawah kekuasaan supremasi Madura. dan antara 1570 sampai 1587 Surabaya ada di bawah dinasti Pajang. Pada tahun 1596, orang Belanda pertama kali datang ke Jawa Timur di bawah pimpinan Cornelis Houtman.

PERKEMBANGAN DAN CIRI-CIRI KOTA SEBELUM TAHUN 1400Disusun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Geografi Sejarah

Disusun oleh: 1) Andika Putra 2) Fanni Dyah Anggraini 3) Firya Faturahman 4) Nomaridha Genissa 5) Rinita Farmalia 6) Tika Febri Lestiani 7) Tribuana Putra U. (4315 08 2107) (4315 08 2109) (4315 08 2093) (4315 08 2099) (4315 08 3299) (4315 08 2111) (4315 08 2098)

JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2012