geopolitik dan peguasaan

19
GEOPOLITIK GLOBAL DAN PEREBUTAN DALAM PENGUASAAN SUMBER-SUMBER MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi dan Manajemen Kewirausahaan Oleh Sinta Dewi Yanti 270110120101 Geologi A PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

description

teknologi dan kemenejemen kewirausahaan

Transcript of geopolitik dan peguasaan

GEOPOLITIK GLOBAL DAN PEREBUTAN DALAM PENGUASAAN SUMBER-SUMBERMAKALAHDisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi dan Manajemen Kewirausahaan

Oleh Sinta Dewi Yanti270110120101Geologi A

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGIFAKULTAS TEKNIK GEOLOGIUNIVERSITAS PADJAJARAN2014BAB 1HASIL BACAAN

A. GEOPOLITIK GLOBALGeopolitik adalah suatu studi yang mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah dan ilmu sosial, dengan merujuk kepada percaturan politik internasional. Geopolitik mengkaji makna strategis dan politis suatu wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam wilayah tersebut. Geopolitik mempunyai 4 unsur pembangun, yaitu keadaan geografis, politik dan strategi, hubungan timbal balik antara geografi dan politik, serta unsur kebijaksanaan.Geopolitik, dibutuhkan oleh setiap negara di dunia, untuk memperkuat posisinya terhadap negara lain, untuk memperoleh kedudukan yang penting di antara masyarakat bangsa-bangsa, atau secara lebih tegas lagi, untuk menempatkan diri pada posisi yang sejajar di antara negara-negara raksasa.Keadaan geografi suatu negara sangat mempengaruhi berbagai aspek dalam penyelenggaraan negara yang bersangkutan, seperti pengambilan keputusan, kebijakan politik luar negeri, hubungan perdagangan dll. Maka dari itu, muncullah organisasi-organisasi internasional yang berdasarkan pada keberadaannya dalam suatu kawasan, seperti ASEAN, Masyarakat Ekonomi Eropa, The Shanghai Six dll. Komunitas-komunitas internasional ini berperan dalam hal kerjasama kawasan, penyelesaian masalah bersama, usaha penciptaan perdamaian dunia, dll.Hal ini berkaitan langsung dengan peranan-peranan geopolitik. Adapun peranan-peranan tersebut adalah: Berusaha menghubungkan kekuasaan negara dengan potensi alam yang tersedia; Menghubungkan kebijaksanaan suatu pemerintahan dengan situasi dan kondisi alam; Menentukan bentuk dan corak politik luar dan dalam negeri; Menggariskan pokok-pokok haluan negara, misalnya pembangunan; Berusaha untuk meningkatkan posisi dan kedudukan suatu negara berdasarkan teori negara sebagai organisme, dan teori-teori geopolitik lainnya; Membenarkan tindakan-tindakan ekspansi yang dijalankan oleh suatu negara.

B. PEREBUTAN SUMBER DAYA ENERGI SECARA GLOBAL GEOPOLITIKDulu masyarakat dunia pernah didera derita pedih akibat Perang Dunia I dan II. Lalu muncul lagi momok Perang Dingin, yang digebyarkan Amerika dan Uni Soviet, yang lambat-laun mencair dengan ambruknya Uni Soviet. Masih di era Perang Dingin, masyarakat dunia dicekam oleh ancaman "perang bintang". Senyampang itu, perang pun meletus di Vietnam, Amerika Latin, Semenanjung Balkan, dan Timur Tengah. Sedikit lega, perang akbar mulai reda, walaupun hingga detik ini ancaman perang masih bagai api dalam sekam. Korea Utara, yang memiliki nuklir dan masih keras kepala, bisa saja menyerang Korea Selatan, yang sudah pasti akan memantik Amerika Serikat untuk terjun ke medan laga.Sejak runtuhnya Uni Soviet dan berakhirnya Perang Dingin, kekuasaan dunia baru praktis dipegang oleh Amerika Serikat. Dengan kondisi seperti ini, mestinya dunia menjadi lebih tenteram. Namun, setelah Perang Dingin berakhir, ternyata perang dan konflik bersenjata masih muncul di mana-mana. Harapan akan terbentuknya dunia yang lebih kerto raharjo ternyata masih sulit diwujudkan. Dunia masih terus dilanda ketegangan bukan hanya oleh konflik bersenjata dan gelombang kekerasan atau terorisme yang merebak di mana-mana, tapi juga oleh ketimpangan sosial ekonomi, kemiskinan, pengangguran, dan krisis lingkungan hidup. Sementara ketegangan di era Perang Dingin lebih dipicu oleh pertarungan ideologis antara kapitalisme dan komunisme, saat ini ketegangan dunia disebabkan oleh masalah ketimpangan ekonomi dan tatanan dunia yang tidak adil.Dunia rasanya masih jauh dari mimpi indah tentang kedamaian. Tantangan mondial akan melaju terus membayang-bayang cemas dan berefek pada paranoid kehidupan bumi manusia. Fakta di depan mata, populasi penduduk yang makin padat atau stok pangan dunia, yang baru-baru ini diperingatkan oleh Bank Dunia, berada di posisi siaga akibat perubahan iklim. Ini mengingatkan kita pada tesis Thomas Robert Malthus pada 1798, yang meramalkan bahwa dunia akan menghadapi ancaman karena ketidakmampuan mengimbangi pertumbuhan jumlah penduduk dengan penyediaan pangan yang memadai. Dan tantangan mengerikan lainnya adalah perang, yang salah satunya digerakkan oleh perebutan akses sumber energi.Sudah sejak lama, sumber daya menjadi hal yang selalu diperebutkan, hingga pada akhirnya dapat menimbulkan peperangan. Kolonialisme dan imperialisme yang terjadi pada zaman dahulu merupakan salah satu bukti nyata terjadinya peperangan yang dilatarbelakangi perebutan kekuasaan atas sumber daya. Dalam konteks masa lalu tersebut, bangsa Eropa merintis perjalanan laut dengan memanfaatkan sea power. Perebutan dalam konteks tersebut telah menimbulkan persaingan geopolitikal-ekonomi atau Resource War. Kajian mengenai Resource War sendiri muncul pada sekitaran tahun 1980. Pada kala itu Amerika menyadari ancaman Soviet yang memiliki akses ke ladang minyak Timur Tengah dan mineral di Afrika. Tidak hanya menimbulkan persaingan dan kompetisi antar negara-negara besar yang terletak jauh dari tempat resource, perang juga dapat menimbulkan konflik internasl kawasan tempat resource tersebut ada.Persaingan yang terjadi diantara mereka dalam hal resource bertujuan untuk menjamin keberlangsungan pengembangan teknologinya. Tujuan daripada pengembangan teknologi itu sendiri tidak lain adalah untuk mempertahankan ataupun untuk mendapatkan power lebih. Sementara minyak, yang menjadi topik pembahasan dalam jurnal kali ini, memiliki tinngkat urgensi yang tinggi sebagai sumber energi internasoinal. Sehingga tidak salah jika minyak dijuluki sebagai salah satu resource yang dapat menimbulkan konflik dan perang. Pada akhir tahun 1900, banyak sekali perang yang berkecamuk, terutama di kawasan sekitar Timur Tengah, Asia Tengah, dan Afrika. Perang-perang yang terjadi itu dijuluki sebagai Resource War, dimana terjadi ketegangan bersenjata yang mempermasalahkan perjanjian dalam mengamankan tujuan dan posisi negara-negara besar terhadap material yang sangat penting itu. Negara-negara besar, utamanya, memerlukan suntikan bahan bakar minyak yang sangat besar untuk mengembangkan industri, teknologi, dan bahkan fisik mereka.Pada zaman imperialisme dan kolonialisme, konsepsi geopolitik dan juga geostrategi yang diterapkan oleh negara kebanyakan mengacu pada perdaganga, terutama rempah-rempah. Kemudian pada akhir abad ke delapan belas terjadi perlombaan teknologi. Kondisi tang demikian menginspirasi Mackinder yang munucl dengan teori heartland-nya. Fokus kemudian bergeser pada akhir tahun 1980-an menjadi persaingan terhadap penguasaan minyak. Bagaimanapun juga, sejak zaman dahulu hingga sekarang, fakta historis tersebut menunjukkan pergerakan aktor yang selalu didasari oleh kepentingan masing-masing. Sebut saja misalnya Perang Teluk yang terjadi pada sekitaran tahun 1980 hingga 1990-an, dimana Irak menginvasi Kuwait yang dipicu oleh produksi minyak berlebih Kuwait yang mengakibatkan harga minyak jatuh. Amerika Serikat sendiri, pada berbagai kebijakannya telah berupaya untuk dapat menguasai minyak di Timur Tengah. Dengan War on Terrorism sebagai alibinya, Amerika dengan begitu saja mengintervensi dan mengacak-acak kehidupan internal negara Timur Tengah yang dicurigai pihak Amerika sebagai dalang dari terorisme.Urgensi minyak sebagai sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan industri, berkembang seiring dengan pertumbuhan industri kendaraan bermotot pada awal tahun 1900-an. Memasuki era Perang Dunia pertama, penggunaan sumber energi yang dahulunya menggunakan batu bara beralih pada penggunaan minyak. Hal inilah yang menandai semakin dianggap pentingnya minyak.Energi menjadi sesuatu yang sangat vital. Semua aspek kehidupan di muka bumi memerlukan energi. Karena itu, energi menentukan survival, pertumbuhan, tata kehidupan, ekonomi, sosial, politik, lingkungan, dan negara. Semua negara berlomba mendapatkan sumber energi dengan segala cara.Tak mengherankan kalau sejumlah konflik di dunia berkaitan dengan masalah energi. Peta geopolitik sangat dipengaruhi oleh perebutan sumber dan pasokan energi. Mulai Aceh, Papua, Amerika Selatan, Timur Tengah, Georgia, Afganistan, hingga kawasan Asia Tengah. Ya, betapa energi menjadi isu utama negara-negara di dunia. Apa pun bisa dilakukan sebuah negara untuk mendapatkan energi. Energi sudah menjadi ideologi baru di dunia.Tata ekonomi global telah digerakkan oleh energi. Krisis ekonomi global yang terjadi pun kerap disebabkan oleh melonjaknya harga minyak dunia. Seiring dengan melonjaknya jumlah penduduk dunia, yang lebih dari 6 miliar, kebutuhan akan energi semakin besar. Sayang, warga dunia sangat bergantung pada energi fosil, yang tidak terbarukan. Dengan demikian, pasokan energi di seluruh negara tidak cukup memenuhi kebutuhan seluruh penduduk bumi.Bagaimana kondisi energi Indonesia saat ini? Ada warning bahwa akan terjadi krisis hebat di sektor energi jika masyarakat tidak melakukan efisiensi penggunaan energi dan BBM. Sebab, cadangan minyak Indonesia diperkirakan tinggal 18 tahun lagi. Sedangkan cadangan gas tinggal 16 tahun. Sementara itu, cadangan batu bara tinggal 100 tahun. Tapi itu dengan asumsi tidak ada eksplorasi baru. Dengan kondisi energi seperti itu, Indonesia tidak lagi menjadi negara pengekspor minyak, tapi sudah menjadi net importer. Senjata politik baruDi permukaan, kita kerap tercekat oleh munculnya slogan perang demi mewujudkan demokrasi dan kemanusiaan, seperti yang dikobarkan Amerika. Perang di Irak, Afganistan, atau Somalia menjadi arena "pengiklanan" bagi slogan tersebut.Tapi cobalah sejenak kita mengingat kembali pidato George W. Bush ketika akan menginvasi Irak, "Bila semua ambisi senjata pemusnah massal Saddam Hussein terealisasi, implikasinya sangat luar biasa bagi Timur Tengah dan Amerika Serikat. Dipersenjatai dengan senjata teror dan menguasai 10 persen cadangan minyak dunia, Saddam Hussein mungkin akan berupaya mendominasi seluruh Timur Tengah." Inilah yang membuat para pengamat di Negeri Abang Sam mudah "memaklumi" mengapa Presiden Amerika Serikat waktu itu bernafsu menginvasi Iran, negeri yang memiliki sumber daya minyak kedua terbesar di dunia, setelah Arab Saudi.Ketika pada 2001 harga minyak dunia masih US$ 30 per barel, soal ini belum menjadi kekhawatiran nyata. Namun, setelah harga minyak melewati US$ 70 per barel pada awal 2007, konstelasi politik global pun berubah.Kisah perseteruan antara Ukraina dan Rusia pun dipicu gara-gara soal pasokan gas. Kala itu para pemimpin negara-negara bekas Uni Soviet di Kiev, Ukraina, menuduh Rusia telah menggunakan minyak dan gas bumi untuk mengintimidasi para tetangganya. Rusia sempat menghentikan pasokan gas ke Ukraina ketika Kiev berkeras tak mau menerima kesepakatan harga baru.Perusahaan-perusahaan minyak Amerika Serikat dan Eropa pun kini mulai gencar berlomba beradu muslihat untuk merebut akses ke Libya. Kepentingan minyak AS di Timur Tengah ditahbiskan sebagai alasan hakulyakin untuk menjadi pertimbangan utama Washington berbaikan dengan Libya, terlebih dengan meningkatnya ketegangan politik dengan Iran, situasi yang tak stabil di Irak, dan kondisi memanas antara Israel dan Palestina.Apa pun langkah AS di masa depan yang bergandengan erat dengan kebutuhan energinya, itu akan berpengaruh terhadap kondisi global. Namun, jangan salah, bukan hanya AS yang sudah mengambil ancang-ancang, para pemimpin lain di dunia pun bersiap melakukan taktik yang sama dengan mengantisipasi bahwa minyak dan gas akan menjadi senjata politik ampuh di masa depan.Tak ayal, ketegangan dan potensi perang masih akan terus berdenyar-denyar. Perang karena ideologi, etnis, atau agama mungkin akan tinggal kenangan. Paling tidak, hanya menjadi "kembang-kembang" taktik politik dan peperangan. Daniel Bell pernah mengungkapkannya melalui tesisnya tentang the end of ideology. Di balik itu, ada "faktor fundamental" untuk meluapkan hasrat manusia paling primitif ini, yaitu sumber daya minyak bumi. Ya, senjata politik dan bahkan perang, yang mungkin bakal terjadi sudah sedemikian "pragmatis" dibelit oleh perburuan energi. There is no free lunch, tak ada yang gratis dalam hidup ini.Dewasa ini, seperti banyak pengamat menyebutkan bahwa latihan perang-perangan akan lebih banyak membahas anjloknya pasokan minyak dan naiknya harga minyak global daripada pengerahan tank-tank dan kendaraan lapis baja menuju perbatasan. Artinya, bersiaplah menyaksikan Perang Teluk III dari Iran setelah keluarnya Resolusi 1747 PBB akibat kegigihan Iran mempertahankan Program Nuklir Damainya. Dan bersiap menyambut spirit perang baru dari Amerika Latin dengan Revolusi Bolivarian-nya.Ungkapan Kolonel Potts pada 1888 bahwa, jika salah satu dari tiga sektor utama bisnis minyak, yaitu produksi, distribusi, dan pemasaran, dikuasai, dua sektor lain akan dikuasai pula. Ini yang kemudian menjadi sumber inspirasi bagi John D. Rockefeller dalam mengelola perusahaannya, Standard Oil, yang merajai bisnis perminyakan pada awal abad ke-20. Ya, berlakulah diktum: siapa yang menguasai minyak, dunia akan dikuasainya. Dan ini semua membuat dunia tidak kunjung bebas dari pergulatan antarbangsa sekarang maupun di dekade mendatang.

BAB 2RANGKUMAN

Geopolitik adalah suatu studi yang mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah dan ilmu sosial, dengan merujuk kepada percaturan politik internasional. Geopolitik mengkaji makna strategis dan politis suatu wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam wilayah tersebut. Geopolitik mempunyai 4 unsur pembangun, yaitu keadaan geografis, politik dan strategi, hubungan timbal balik antara geografi dan politik, serta unsur kebijaksanaanSumber daya energi menjadi hal yang pokok bagi setiap negara didunia. Setiap negara pasti memerlukan sumber daya energi bagi kelangsungan kehidupan bagi negara tersebut. Bila tidak ada energi yang dapat terpakai dalam satu hari saja, suatu negara dapat dipastikan segala kegiatan perekonomian, pemerintahan dan sebagainya akan terbengkalai atau tak dapat berjalan sama sekali.Tata ekonomi global telah digerakkan oleh energi. Krisis ekonomi global yang terjadi pun kerap disebabkan oleh melonjaknya harga minyak dunia. Seiring dengan melonjaknya jumlah penduduk dunia, yang lebih dari 6 miliar, kebutuhan akan energi semakin besar. Sayang, warga dunia sangat bergantung pada energi fosil, yang tidak terbarukan. Dengan demikian, pasokan energi di seluruh negara tidak cukup memenuhi kebutuhan seluruh penduduk bumi.Karena pentingnya sumber daya energi bagi seluaruh negara di penjuru dunia, terjadi perlombaan untuk menguasai sumber daya energi yang ada. Meskipun bukan pada negaranya sendiri. Tak heran, hanya karena sumber daya energi, dalam kasus ini banyaknya adalah minyak bumi, banyak negara berperang.Dari jaman dahulu hingga sekarang, sebenarnya peperangan dalam perebutan sumber daya energi sudah terjadi. Dari jaman perang dunia hingga kini, peperangann masih saja berlangsung. Apalagi yang dirasakan saat ini yaitu peperanga perebutan sumber energi minyak yang ada di Timur Tengah.Perusahaan-perusahaan minyak Amerika Serikat dan Eropa pun kini mulai gencar berlomba beradu muslihat untuk merebut akses ke Libya. Kepentingan minyak AS di Timur Tengah ditahbiskan sebagai alasan hakulyakin untuk menjadi pertimbangan utama Washington berbaikan dengan Libya, terlebih dengan meningkatnya ketegangan politik dengan Iran, situasi yang tak stabil di Irak, dan kondisi memanas antara Israel dan Palestina.Apa pun langkah AS di masa depan yang bergandengan erat dengan kebutuhan energinya, itu akan berpengaruh terhadap kondisi global. Namun, jangan salah, bukan hanya AS yang sudah mengambil ancang-ancang, para pemimpin lain di dunia pun bersiap melakukan taktik yang sama dengan mengantisipasi bahwa minyak dan gas akan menjadi senjata politik ampuh di masa depan.

DAFTAR PUSTAKAJafar, Marwan. 2010. Perang Demi Sumber Daya Energi?. Melalui: http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=12135&coid=4&caid=33&gid=3 ,diakses pada 11 Desember 2014 pukul 17:22Hikam. 2008. Geopolitik Global dan Ancaman Keamanan. melalui , http://www.mashikam.com/2008/06/geopolitik-global-dan-ancaman-keamanan.html ,diakses pada 11 Desember 2014 pukul 18:02Elokizra. 2010. Minyak dalam Kacamata Geopolitik. Melalui, http://elokizra-y-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-45132-Umum-Minyak%20dalam%20Kacamata%20Geopolitik.html ,diakses pada 11 Desember 2014 pukul 18:28Anonim. 2013. Perang Sumberdaya Alam (Earth Wars the Battle for Global Resources). Melalui, http://www.pedomannews.com/umum/20015-perang-sumberdaya-alam-earth-wars-the-battle-for-global-resources , diakses pada 11 Desember 2014 pukul 19:12Yozami, M. Agus, 2012. SBY Beberkan Tiga Masalah Energi Nasional. Melalui, http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4f578830b3688/sby-beberkan-tiga-masalah-energi-nasional ,diakses pada 11 Desember 2014 pukul 20:02