Geomorfologi JAWA TENGAH

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi dan perubahan yang terjadi pada bumi itu sendiri. Dimana geomorfologi merupakan salah satu cabang ilmu geografi yang mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu kenampakan sebagai bentang alam sampai satuan terkecil sebagai bentuk lahan. Bentuk lahan terdiri dari sistem pegunungan, perbukitan, vulkanik, karst, alluvial, dataran sampai marine yang terbentuk oleh pengaruh batuan penyusunnya yang ada dibawah lapisan permukaan bumi. Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun kimiawi yang dialami permukaan bumi. Penyebab proses tersebut yaitu benda-benda alam yang kita kenal dengan nama geomorphic agent, berupa air dan angin. Keduanya merupakan penyebab yang dibantu dengan adanya gaya berat dan keseluruhannya bekerja sama dalam melakukan perubahan terhadap permukaan muka bumi. Bentukan lahan dalam proses geomorfologi adalah melalui proses struktural, proses vulkanis, proses fluvial, proses marine, proses solusional, proses eoline, proses denudesion, proses glasial, proses organis, dan proses protogenik.

description

tentang proses terjadinya provinsi jawa tengah dilihat dari bentukan lahan

Transcript of Geomorfologi JAWA TENGAH

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangGeomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi dan perubahan yang terjadi pada bumi itu sendiri. Dimana geomorfologi merupakan salah satu cabang ilmu geografi yang mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu kenampakan sebagai bentang alam sampai satuan terkecil sebagai bentuk lahan. Bentuk lahan terdiri dari sistem pegunungan, perbukitan, vulkanik, karst, alluvial, dataran sampai marine yang terbentuk oleh pengaruh batuan penyusunnya yang ada dibawah lapisan permukaan bumi.Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun kimiawi yang dialami permukaan bumi. Penyebab proses tersebut yaitu benda-benda alam yang kita kenal dengan nama geomorphic agent, berupa air dan angin. Keduanya merupakan penyebab yang dibantu dengan adanya gaya berat dan keseluruhannya bekerja sama dalam melakukan perubahan terhadap permukaan muka bumi. Bentukan lahan dalam proses geomorfologi adalah melalui proses struktural, proses vulkanis, proses fluvial, proses marine, proses solusional, proses eoline, proses denudesion, proses glasial, proses organis, dan proses protogenik.Pembentukan wilayah-wilayah di Indonesia ini tidak lepas dari proses geomorfologi, banyak diantara daerah-daerah di Indonesia yang memiliki bentukan khas hasil proses geomorfologi. Diantara banyak wilayah Indonesia tersebut, akan dibahas proses geomorfologi yang terjadi dalam pembentukkan wilayah Jawa Tengah. Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di tengah Pulau Jawa yang memiliki bentukan dan struktur geomorfologi terunik salah satu diantaranya adalah terdapat beberapa gunung berapi akhibat dari proses vulkanisme.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Bentuk lahan asal proses geomorfologiBentuk lahan asal proses geomorfologi merupakan bentukan lahan yang terjadi akibat dari proses-proses geomorfologi. Bentuklahan asal proses geomorfologi dibagi menjadi 10 proses, yakni sebagai berikut :1. Bentuk lahan asal proses strukuralDisebabkan oleh adanya tenaga endogen, akibat tekanan tersebut timbullah lipatan dan atau patahan pada kerak bumi. Lipatan terjadi apabila tenaga endogen tersebut tidak melebihi daya tanah material terhadap adanya tekanan sedangkan patahan terjadi apabila tenaga endogen tersebut melebihi besarnya daya tahan material tersebut.

2. Bentuk lahan asal proses vulkanisProses masuknya magma ke permukaan bumi, semua fenomena yang berkaitan dengan proses pergerakkan magma dari dalam bumi yang menghasilkan bentukan yang senderung positif. Gerakan magma ini dari pusat bumi naik mendesak kerak bagian atas, membentuk igir baik yang terjadi di daratan maupun di lautan. Karakteristiknya dicerminkan dari pola kontur dan pola aliran yang umumnya, berpola aliran radial sentrifugal ( menyebar dengan inti pusat ).

3. Bentuk lahan asal proses marrineDihasilkan oleh aktivitas laut yaitu karena adanya gelombang dan arus laut. Akibat keberadaan gelombang dan arus akan menghasilkan bentukan asal marin baik bentuka erosional maupun deposisional.

4. Bentuk lahan asal proses fluvialSemua bentuk lahan yang terjadi akibat adanya proses aliran baik yang terkonsentrasi yang berupa aliran atau yang tidak konsentrasi berupa limpasan permukaan. Akibat adanya aliran air tersebut maka akan terjadi mekanisme proses erosi, transportasi, dan sedimentasi.

5. Bentuk lahan asal proses solusionalTerbentuk akibat proses pelarutan batuan yang terjadi pada daerah berbatuan karbonat tertentu. Tidak semua batuan karbonat terbentuk tofografi kars. Faktor lain adalah terletak pada daerah tropis basaj dengan topografi tinggi, dan vegetasi penutup cukup rapat.

6. Bentuk lahan asal proses eolin.Dihasilkan oleh angin yang merupakan salah satu agen yang menyebabkan erosi setelah air, gelombang, dan es. Bentukan ini umumnya berkembang di daerah beriklim kering, angin hanya mengangkut material yang ringan dengan besar butiran paling kecil, sehingga bentuk lahan asal eolin ini tersusun atas materi lepas-lepas dengan tekstur halus.

7. Bentuk lahan asal proses denudesion.Mengakibakan terjadinya pengikisan permukaan bumi sehingga akan terjadi bentukan yang lebih rendah dan proses tersebut akan terhenti apabila permukaan bumi telah menapai level dasar yang sama dengan permukaan disekitarnya. Proses ni sangat terkait pada proses pelapukan, ersoi, dan gerak masa batuan. Betukan yang hasilkan berupa pegunungan denudasional terkikis, perbukitan terisolasi, peneplain, lereng koluvial, kerucut koluvial, dan lahan kritis.

8. Bentuk lahan asal proses glasialDihasilkan akibat adanya proses yang berasal dari aktivitas es, bentukan yang dihasilkan dapat berupa igir terkikis dan morain (sedimentasi es ). Bentukan ini berkembang pada daerah-daerah dengan suhu yang rendah, seperti wilayah puncak Jaya, Papua.

9. Bentuk lahan asal proses organisAkibat proses aktivitas mahkluk hidup maupun jasad-jasad renik lainnya. Bentukan ini terjadi di dalam linkungan laut oleh aktivitas organisme endapan batu gemping cangkang dengan struktur tegar yang tahan terhadap pengaruh gelombang laut pada eksosistem bahari.

10. Bentuk lahan asal proses antopogenikAntropogenik merupakan proses atau akibat yang berkaitan dengan dengan aktivitas manusia. Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat disebut sebagai bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas yang telah disengaja dan direncanakan untuk membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk lahan yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah merubah bentuk lahan yang telah ada. Bentuk lahan antropogenik dapat dibentuk dari bentuk-bentuk lahan yang telah ada.

2.2 Jawa TengahProvinsi Jawa Tengah secara geografis terletak antara 5o40 dan 8o30 Lintang Selatan dan antara 108o30 dan 111o30 Bujur Timur. Batas wilayah provinsi ini adalah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Selatan dengan Samudera Hindia dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sebelah Barat dengan Provinsi Jawa Barat dan sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur.

2.3 Geomorfologi Jawa TengahPada geomorfologi wilayah Jawa Tengah terdapat banyak pembagian zona-zona wilayah dengan proses pembentukan setiap zona berbeda proses geomorfologinya, diantaranya adalah sebegai berikut :

1. Bentang Lahan Zona Selatan Jawa Tengah Proses yang terjadi pada zona Jawa Tengah bagian selatan adalah patahan dan pengangkatan yang menghasilkan bentuklahan struktural patahan dan juga bentuklahan karst. Bentuklahan patahan dapat dilihat di perbukitan Baturagung, sedangkan bentuklahan karst dapat dilihat di kompleks Gunung Sewu, Gunungkidul. Berdasarkan genesisnya, zona selatan Jawa tengah dibagi menjadi tiga ekosistem bentang lahan asal proses yang diamati, meliputi struktural, solusional, dan antropogenik. Batuan di zona Jawa Tengah bagian Selatan terdiri dari batugamping dengan batuan volkanis sebagai alasnya. Sifat volkan tersebut berasal dari gunungapi yang berumur 65 juta s.d. 1,8 juta tahun lalu atau berumur tersier (Delinom, 2008 dalam National Geographic Indonesia, 2009) yang berada di dasar laut.a. Bentang lahan solusional dimiliki oleh kompleks Gunung sewu yang merupakan bentuklahan karst. Fenomena ini diamati di titik Karst Bedoyo, daerah Semanu & Ponjong, Gunungkidul. Bentuklahan asal proses solusional merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut, seperti batu gamping dan dolomite, karst menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa karst, dan logva, merupakan contoh-contoh bentuklahan ini (Verstappen, 1983).b. Bentang lahan struktural patahan terlihat di perbukitan Baturagung yang diamati di titik jalan Prambanan-Piyungan. Bentuklahan struktural adalah semua bentuklahan yang disebabkan oleh adanya tenaga endogen yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan adanya tekanan pada lempeng/kerak bumi. Akibat adanya tekanan pada kerak bumi tersebut akan menimbulkan adanya lipatan atau patahan. Patahan terjadi apabila tenaga endogen tersebut melebihi besarnya daya tahan material tersebut. (Tim Pengajar Geomorfologi). Basin Wonosari juga merupakan bagian dari zona selatan Jawa Tengah. Bentulahan ini merupakan dataran cekung diantara atau dikelilingi dua perbukitan. Yaitu perbukitan Baturagung (struktural) di sebelah utara dan perbukitan Gunungsewu (karst) di sebelah selatan. Proses pembentukan basin diawali oleh adanya pengangkatan di zona selatan Jawa (Gunungsewu). Demikian juga terjadi pengangkatan di sebelah utara basin ini (perbukitan Baturagung). Alhasil daerah ini seloah olah berupa cekungan seperti piring yang dikelilingi perbukitan.c. Bentang lahan antropogenik dapat dilihat di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Mengapa antropogenik? Karena waduk ini hasil dari buatan manusia, bukan merupakan bentukan alami alam. Bentuklahan asal antropogenik merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Waduk, kota, dan pelabuhan, merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan hasil proses antropogenik (Verstappen, 1983).

Antropogenik merupakan proses atau akibat yang berkaitan dengan dengan aktivitas manusia. Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat disebut sebagai bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas yang telah disengaja dan direncanakan untuk membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk lahan yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah merubah bentuk lahan yang telah ada. Bentuk lahan antropogenik dapat dibentuk dari bentuk-bentuk lahan yang telah ada.

2. Bentanglahan Transisi Zona Selatan dan Tengah Jawa Tengah Zona transisi selatan dan tengah Jawa Tengah ditandai dengan adanya intrusi diorit. Intrusi diorit ini merupakan hasil proses struktural dan vulkanis. Lokasi pengamatan berada di Gunung Tenong. Pada zona peralihan ini, karakteristik yang ada merupakan campuran dari dua bentuklahan tersebut, sehingga banyak dijumpai sebaran batu volkanis dan rombakannya. Perubahan morfologi yang kontras dari perbukitan curam dan dataran alluvial di bawahnya juga menjadi bukti bahwa di daerah ini dulunya juga merupakan daerah patahan. Intrusi dangkal Gunung Tenong terjadi saat tekanan di dalam magma yang membenuk lava mancur semakin lemah, maka magma akan mengalir ke luar membentuk aliran lava. Magma yang kental pada saat keluar ke permukaan hanya terakumulasi hingga membentuk kubah lava, artinya magma tidak membentuk aliran lava (Sutikno, 2001). Gunung Tenong merupakan bentangalam yang terbentuk dari proses tipikal dari dua zona. Singkapan batuan dengan kenampakkan berupa bukit kerucut terisolir ini bertekstur porfiritik terdiri atas fenokris berukuran kasar hingga sedang dan mengandung kuarsa (Sukaman, 2005). Bukit ini terbentuk dari bahan volkanik berumur Miosen bawah. Batuan penyusunnya tuff masam atau acid tuff yang mengkristal dengan ukuran besar. Kristal tersebut menunjukkan pengendapan dalam keadaan panas. Tuff ini mengandung calcium carbonate sekunder (Tim Fakultas Geografi UGM, 1996).

3. Bentanglahan Zona Tengah Jawa Tengah Zona tengah Jawa bagian tengah didominasi oleh bentang lahan vulkanis. Seperti di Jawa Timur zona ini ditempati oleh depresi yang diisi oleh endapan vulkanik muda. Sifat geologisnya hanya dapat dilihat dari Jawa Tengah dan Jawa Barat. Gerakan orogenesa miosen tengah dan miosen muda sangat kuat (terkuat) di zona ini dan sering menyebabkan lipatan menjungkir atau membentuk struktur yang menjorok. Proses vulkanik yang mendominasi dapat dibuktikan dengan adanya jajaran gunung api yang memanjang di seluruh pulau Jawa bagian tengah, antar lain Gunung Merapi, Merbabu, Slamet, Dieng, Sindoro, Sumbing, dan masih banyak lagi.Yang termasuk ke dalam bentang lahan Zona tengah Jawa Tengah adalah bentang lahan asal proses vulkanis, fluvial, dan juga antropogenik.a. Bentang lahan vulkanis yang diamati dimiliki oleh Gunung Ungaran, Rawa Pening, dan aliran lahar di Sungai Putih Bentang lahan vulkanik merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yangterjadi akibat aktivitas gunung api. Contoh bentuklahan ini antara lain: kerucut gunungapi, madan lava, kawah, dan kaldera (Verstappen, 1983). Vulkanisme adalah semua fenomena yang berkaitan dengan proses gerakan magma dari dalam bumi menuju ke permukaan bumi yang menghasilkan bentukan vulkanik. Proses vulkanisme tersebut dipengaruhi oleh keberadaan magma di dalam bumi yang bersifat dinamis, terus bergerak selama bumi masih berputar. Gerakan magma ini dari pusat bumi naik mendesak kerak bagian atas, membentuk igir baik yang terjadi di daratan maupun di lautan. Apabila proses terjadi di tengah laut maka akan membentuk igir tengah laut yang membentuk beberapa jalur gunung api di dasar laut seperti pada beberapa jalur gunung api di permukaan bumi (Tim Pengajar geomorfologi).b. Bentang lahan fluvial berada di Lembah Bengawan Solo, dan juga Lembah Sungai Progo.

Lembah Bengawan Solo PurbaBentuklahan asal fluvial, merupakan kelompok besar satuanbentuklahan yang terjadi akibat aktivitas sungai. Dataran banjir, rawabelakang, teras sungai, dan tanggul alam merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini (Verstappen, 1983). Menurut tim dosen pengajar Geomorfologi UGM, bentuklahan asal proses fluvial adalah semua bentuklahan yang terjadi akibat adanya proses aliran air baik yang terkonsentrasi yang berupa aliran sungai maupun yang tidak terkonsentrasi yang berupa limpasan permukaan. Akibat adanya aliran air tersebut maka akan terjadi mekanisme proses erosi, transportasi, dan sedimentasi.c. Ada juga, bentang lahan antropogenik di zona tengah, yaitu kawasan Industri Ungaran. Daerah ini sekarang sudah berkembang sebagai kawasan industri yang berada di kaki Gunung Ungaran. Ketersediaan air tanah yang berlimpah sangat mendukung perkembangan wilayah ini. Selain itu, kawasan industri Ungaran juga bebas dari ancaman banjir rob, yang sering terjadi di kawasan industri Semarang.

4. Bentanglahan Transisi Zona Tengah dan Utara Jawa Tengah Zona transisi tengah dan utara Jawa Tengah dicirikan oleh proses diapirisme. Proses diapirisme ialah proses lipatan dari dalam bumi yang local dan permukaannya bersifat plastis yang diakibatkan oleh tekanan topografi dari derah sekitranya. Menurut Lapan proses diapirisme adalah proses menerobosnya materi dari bagian kerak sebuah planet ke permukaannya, biasanya ini menghasilkan gejala gunung lumpur (mud volcano). Seperti itu jugalah yang terjadi di kubah sangiran. Sangiran terletak di utara Gunung Lawu dan di sebelah selatan Perbukitan Kendeng dan Rembang. Gunung lawu yang besar dan mempunyai masa yang besar memberikan tekanan yang kuat ke utara. Sedangkan pernbukitan Kendeng dan Rembang juga melakukan tekanan ke selatan. Dengan keadaan seperti itu, kedua tekanan tersebut bertemu pada satu titik dan melakukan dorongan ke atas. Tetapi karena material atasnya berupa tanah lempung, maka dorongan dari bawah tersebut hanya membentuk cembungan atau dome. Sehingga, saat ini banyak ditemui dome dome hasil proses tersebut di utara gunung Lawu, salah satunya Kubah sangiran ini. Kubah Sangiran tersusun atas beberapa formasi batuan, yaitu formasi kalibeng, formasi pucangan, formasi kabuh, formasi Notopuro, dan yang paling atas adalah Teras Solo.

5. Bentang Lahan Zona Utara Jawa Tengah Zona utara Jawa Tengah didominasi oleh proses struktural lipatan. Terdiri dari rangkaian gunung lipatan berupa bukit-bukit rendah atau pegunungan dan diselingi oleh beberapa gunung-gunung api. Dan ini biasanya berbatasan dengan dataran aluvial. Lipatan yang lebih tua terjadi sejak dari periode miosen atas. Lipatan ini nampak lebih jelas dari zona tengah tetapi juga dapat dilihat di zona utara dari Jawa tengah. Di lain tempat pengendapan bahkan mungkin berlangsung selama periode miosen tengah. Di sebelah utara igir Pegunungan Kendeng di Jawa Timur, terdapat jalur yang tidak mempunyai lanjutan di Jawa Tengah dan di Jawa Barat tetapi bagian ini memanjang ke timur ke Madura. Bagian yang terdapat di bagian sebelah utara igir Pegunungan Kendeng ini disebut Perbukitan Rembang. Di daerah ini lapisan neogen jauh lebih tipis daripada di Pegunungan Kendeng dan terdiri sebagian dari batuan kapur. Zona ini terletak di sebelah utara dari poros geosinklinal neogen, membentuk daerah peralihan antara masa dataran yang sekarang ditempati oleh Laut Jawa yang terjadi pada zaman miosen dengan poros Pegunungan Kendeng itu sendiri. Beberapa pengendapan berjalan terus selama periode atau bagian dari era pleistosen, selama mana gerakan lipatan sedikit mengakhiri pengendapan. Bentang lahan yang mendominasi di zona ini adalah bentang lahan asal proses struktural lipatan, proses marine, dan juga proses antropogenik.a. Bentang lahan asal proses struktural lipatan dapat dilihat di perbukitan antiklinal Gundih, di Lembah Jono yang mempuyai air tanah asin, dan juga di beldug Kuwu dengan fenomena semburan lumpurnya. Bentuklahan asal proses struktural, merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan, dan kubah, merupakan contoh-contoh untuk bentuklahan asal struktural. (Verstappen, 1983). Bentuklahan struktural adalah semua bentuklahan yang disebabkan oleh adanya tenaga endogen yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan adanya tekanan pada lempeng/kerak bumi. Akibat adanya tekanan pada kerak bumi tersebut akan menimbulkan adanya lipatan atau patahan. Lipatan terjadi apabila tenaga endogen tersebut tidak melebihi daya tahan material terhadap adanya tekanan (Tim Pengajar Geomorfologi). Namun, bentukan di lembah Jono dan Bledug Kuwu masih dipengaruhi oleh proses diapirisme.

Jika di Gundih merupakan bentukan antiklinal, maka Lembah Jono dan Bledug Kuwu merupakan bentukan sinklinal, sehingga biasa disebut Sinklinorium Randublatun.b. Bentang lahan asal proses marine dapat dilihat di Paleogeomorfologi selat Demak dan juga Banjir Kanal Timur, Semarang. Bentuklahan asal proses marine merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut.

Contoh satuan bentuklahan ini adalah: gisik pantai (beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach ridge). Karena kebanyakan sungai dapat dikatakan bermuara ke laut, maka seringkali terjadi bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan proses marine. Kombinasi ini disebut proses fluvio-marine. Contoh-contoh satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses fluvio marine ini antara lain delta dan estuary (Verstappen, 1983). Bentuklahan asal proses marin adalah semua bentuklahan yang dihasilkan oleh aktivitas laut yaitu oleh adanya gelombang dan arus laut. Bentukan bisa berupa bentukan erosional maupun deposisional. Bentukan erosional terjadi apabila aktivitas gelombang atau arus tersebut mampu mengikis dan mengangkut material tersebut dan jika terendapkan akan membentuk bentukan depoposional (Tim Pengajar Geomorfologi).c. Bentang lahan asal proses antropogenik dimiliki oleh pantai Marina. Pantai ini walaupun merupakan bentukan alam, namun sebagian besar prosesnya adalah rekayasa manusia. Pantai ini disebut sebagai pantai antropogenik karena pembuatan pantai ini tidak alami, yaitu dengan cara reklamasi atau penimbunan rawa. Proses reklamasi ini sangat mengganggu arus laut. Akibatnya erosi laut atau abrasi juga terjadi semakin intensif karena tanah yang menjorok ke laut tak terlindungi dari deburan ombak. Namun peranan dan fungsi reklamasi sebetulnya sangat banyak. Diantaranya, tanah hasil pengurukan dapat difungsikan sebagai kawasan perumahan maupun industri. Selain itu reklamasi di sebelah Barat pantai Marina menyebabkan arus yang sampai di bibir pantai tidak terlalu besar, air terlihat lebih tenang.

2.4 Fisiografi Regional Jawa Tengah

Van Bemmelen, 1949. Fisiografi regional Jawa TengahMenurut Van Bemmelen (1949), berdasarkan sifat fisiografinya, secara garis besar daerah Jawa Tengah dibagi menjadi enam bagian, yaitu :1. Endapan Vulkanik Kuarter,Jawa Tengah dan DIY terdiri atas Gunung Slamet, Gunung Sumbing, Gunung Sundoro, Gunung Merapi, Gunung Telomoyo, Gunung Merbabu, Gunung Ungaran, dan Gunung Muria2. Dataran Aluvium Jawa Utara,Pada dataran aluvial utara, Jawa Tengah meliputi wilayah dari Cirebon Pekalongan, Kendal Semarang, dan melebar di sekitar Gunung Muria3. Antiklinorium Bogor, Rangkaian Pegunungan Serayu Utara serta Kendeng,Jalur ini terbentang dari Bogor sampai 40 Km di perbatasan Banten sampai sungai Pemali dan Bumiayu di Jawa Tengah. Bagian baratnya membentang dari arah barat timur tetapi bagian timurnya arahnya agak barat laut tenggara, menunjukkan kerangka yang cembung ke arah utara. Bagian timur ditutupi oleh vulkan-vulkan muda.4. Zona Pusat Depresi Jawa Tengah,5. Kubah dan Pegunungan Pusat Depresi, Rangkaian Pegunungan Serayu Selatan,6. Pegunungan Selatan Jawa Barat dan Jawa Timur.

Menurutnya, pegunungan di Jawa Tengah terbentuk oleh 2 puncak geantiklin yaitu Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Serayu Selatan. Pegunungan Serayu Utara merupakan garis penghubung antara Zona Bogor di Jawa Barat dengan Pegunungan Kendeng di Jawa Timur. Sedangkan Pegunungan Serayu Selatan merupakan elemen yang muncul dari Zona Depresi Bandung yang membujur secara longitudinal di Jawa Barat dan terdiri atas bagian barat dan timur, yang keduanya dipisahkan oleh Lembah Jatilawang yang termasuk kedalam Zona Pusat Depresi Jawa Tengah dan bagian baratnya merupakan tinggian di dalam Zona Bandung di Jawa Tengah. Pegunungan ini merupakan antiklin yang sederhana dan sempit di bagian barat, yaitu di sekitar Ajibarang. Sedangkan di bagian timur Banyumas berkembang antiklinorium dengan lebar mencapai 30 kilometer yaitu di sekitar Lok Ulo. Bagian timur Pegunungan Serayu Selatan ini merupakan struktur dome sedangkan dekat Jatilawang terdapat suatu antiklin yang terpotong oleh Sungai Serayu.Antara Pegunungan Serayu Selatan dan Pegunungan Serayu Utara terdapat Zona Depresi Serayu, atau lebih dikenal dengan sebutan Zona Depresi Jawa Tengah. Depresi Jawa Tengah ini memanjang dari Majenang Ajibarang Purwokerto Jatilawang dan Wonosbo. Di antara Purwokerto dan Banjarnegara, lebar dari zona ini sekitar 15 kilometer, tetapi di sebelah timur Wonosobo semakin meluas dan secara setempat-setempat ditutupi oleh gunungapi muda, di antaranya G. Sundoro (3155 m) dan G. Sumbing (3317 m) dan ke arah timur Zona Depresi Jawa Tengah ini muncul kembali, yaitu di sekitar Datar Temanggung, Magelang.Sedangkan Pulau Nusakambangan merupakan kelanjutan Pegunungan Serayu Selatan yang terbentang luas di Jawa Barat. Pegunungan Karangbolong merupakan bagian dari lajur yang sama, tetapi terpisah baik dari yang terdapat di Jawa Barat maupun yang terbentang dari selatan Yogyakarta ke timur.

Gambar 2. Van Bemmelem, 1949. Peta fisiografi Jawa Tengah

Berdasarkan pembagian tersebut, daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Pegunungan Serayu Utara (gambar 2.), dan secara struktur termasuk ke dalam Besuki Majenang High. Secara regional, Zona Pegunungan Serayu Utara mempunyai relief yang agak menonjol membentuk jalur Pegunungan Slamet, dan menuju ke arah selatan semakin melandai membentuk Cekungan Serayu.