geology made.doc

81
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK OLEH: NAMA : AHMAD MUHAEJIR STAMBUK : 13 31 1 136 KELAS : B KELOMPOK : VII LABORATORIUM GEOLOGI FISIK FAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA

Transcript of geology made.doc

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

OLEH:

NAMA

: AHMAD MUHAEJIRSTAMBUK: 13 31 1 136KELAS

: BKELOMPOK: VIILABORATORIUM GEOLOGI FISIKFAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA

MAKASSAR2014LEMBAR PENGESAHANDIBERIKAN KEPADA LABORATORIUM GEOLOGI FISIKFAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA

Sebagai syarat untuk mengikuti ujian praktikum, GEOLOGI FISIKDisetujui Oleh:NONAMA ASISTENPARAF

1HELMI AS, ST.

(Kordinator Asisten)

2I MADE MANIK SASTRAWAN, ST.

3DIAN TRI PUTRA

4MUHAMMAD IMAM SAFIY

5JUNIARTO KADANG

6SUPRIADI

7SWARMAN

8YUNDRIL RUBEN

9ANDI AWAL PRAMANA PUTRA

10AISYA INDRI MARESA

11ALFIENTA BENNY

12ARDHI BUDI W

13DWI YOLANDA SUMBUNG

14ICHWANUL FAJRI

15NURUL ILMI

16MUHAMMAD TRI ADITYA

17PATRI BANJAR SILAS

18PALIOMEN PAONGANAN

DOSEN PEMBIMBING

LAB. GEOLOGI FISIK

Ir. Hasanuddin , M.SiKATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan nikmat dan karunia-Nya, serta kesehatan dan kesempatan dari-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini yang menjadi salah satu syarat dalam mengikuti ujian praktikum Geologi fisik.

Dalam penyusunan laporan ini, saya mendapatkan bimbingan dan arahan. Untuk itu saya berterima kasih kepada bapak Ir. Hasanuddin, M.Si selaku dosen pengajar mata kuliah Geologi fisik, para Asisten Laboratorium Geologi fisik, dan teman-teman angkatan 2013 Fakultas Teknik jurusan pertambangan UVRI Makassar serta seluruh pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian Laporan Lengkap Geologi fisik ini.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun.

Akhir Kata, mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam laporan ini serta semoga Allah SWT selalu meridhoi usaha kita semua.

Makassar, Desember 2014

Penyusun

AHMAD MUHAEJIRDAFTAR ISI

SAMPULHALAMAN PENGESAHANKARTU KONTROL LABORATORIUMKARTU KONTROL ASISTENSIKATA PENGANTAR..DAFTAR ISI.DETERMINASI MINERALBAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangB. Maksud dan Tujuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengrtian Mineral...B. Sifat Fisik Mineral..............................................................................................BAB III LAPORAN LENGKAP DETERMINASI MINERAL

BAB IV PENUTUPA. KESIMPULAN..................................................................................................B. SARAN...............................................................................................................DETERMINASI BATUAN BEKU

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................................B. Maksud dan Tujuan.....................................................................................BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Terbentuknya Batuan beku....................................................................B. Struktur Batuan Beku......................................................................................C. Tekstur Batuan Beku...................................................................................D. Klasifikasi Batuan Beku.............................................................................BAB III LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN BEKU

BAB IV PENUTUPA. KESIMPULAN..................................................................................................B. SARAN...............................................................................................................DETERMINASI BATUAN SEDIMEN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................................B. Maksud dan Tujuan...........................................................................................BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Terbentuknya Batuan Sedimen..............................................................B. Struktur Batuan Sedimen..............................................................................C. Tekstur Batuan Sedimen....................................................................................D. Klasifikasi Batuan Sedimen.........................................................................BAB III LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN SEDIMEN

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN..................................................................................................B. SARAN...............................................................................................................DETERMINASI BATUAN METAMORF

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................B. Maksud dan Tujuan.....................................................................................BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Terbentuknya Batuan Metamorf.............................................................B. Struktur Batuan Metamorf...........................................................................C. Tekstur Batuan Metamorf................................................................................D. Klasifikasi Batuan Metamorf.........................................................................BAB III LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN METAMORF

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN..................................................................................................B. SARAN...............................................................................................................DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN I

Siklus Batuan...........................................................................................................LAMPIRAN II

Lampiran Asistensi

Laporan Sementara Geologi Fisik.......................................................................LAMPIRAN I

SIKLUS BATUAN

LAMPIRAN II

LAMPIRAN ASISTENSILAMPIRAN IILAPORAN SEMENTARA GEOLOGI FISIK BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangGeologi adalah ilmu yang mempelajari proses-proses yang terjadi baik dalam maupun dari atas permukaan bumi, beserta mineral-mineral penyusunnya..

Batuan adalah agresi atau kumpulan dari satu atau lebih mineral ( sejenis atau tidak sejenis),dalam suatu perbandingan tertentu, biasany tidak homogeny atau tidak pula mempunyai susunan kimia dan sifat-sifat fisika yang tetap dan terbentuk di alam.

Mineral adalah suatu benda padat yang homogen terdapat di alam, terbentuk secara anorganik mempunyai komposisi kimia pada batas batass tertentu mempunyai atom yang tersusun secara teratur .

Determinasi atau pengenalan mineral dapat didasarkan pada berbagai sifat dari mineral itu sendiri, antara lain sifat fisika dan bentuk kristal serta sifat optik.Namun dalam praktikum ini, kita hanya terbatas pada pengenalan sifat fisik dari mineral.Untuk menentukan nama mineral terlebih dahulu dilakukan determinasi sifat-sifat fisik mineral yang meliputi : warna, kilap,bentuk, kekerasan, berat jenis, belahan, pecahan dan cerat.

B. Maksud Dan Tujuan Adapun maksud diadakannya praktikum geologi ini agar praktikan dapat mengetahui bentuk dan jenis jenis mineral.

Sedangkan tujuan diadakannya praktikum adalah agar praktikan dapat mendeterminasi sifat sifat fisik mineral.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Mineral

Mineral adalah suatu benda padat yang homogen terrdapat di alam, terbentuk secara mempunyai komposisi kimia pada batas batass tertentu mempunyai atom yang tersusun secara teratur .

Mineral terbentuk di alam secara alami dari hasil kristalisasi magma pijar yang membeku. Pengenalan mineral atau determinasi mineral dapat didasarkan atas berbagai sifat mineral tersebut. Antara lain sifat fisika dan bentuk kristal mineral tersebut secara optik.

B. Sifat Fisik Mineral

Beberapa sifat fisika yang penting adalah sifat-sifat fisik mineral tersebut meliputi: warna (colour), kilap (luster), belahan (cleavage), pecahan (fracture), kekerasan (hardness), cerat/goresan (streak), Diaphaneti dan berat jenis.

a. Warna (colour)

Banyak mineral mempunyai warna yang khusus, seperti klorit yang berwarna hijau. Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna mineral dapat dibedakan menjadi 2 yaitu idiokromatik, bila warna mineral selalu tetap, umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya (opaque) seperti : galena, magnetit, pirit dan alokromatik. Bila warna mineral tidak tetap, tergantung dari mineral pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya (transparan) seperti kuarsa dan kalsit.

b. Kilap (luster)

Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya.Kilap mineral dapat dikelompokkan menjadi :

* Kilap logam (luster metallic) memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya.Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral yang mengandung logam atau mineral bijih, seperti emas, galena, pirit dan kalkopirit.

* Kilap setengah logam (sub metallic luster)

* Kilap bukan logam, tidak memberikan kesan seperti logam jika terkena cahaya.

Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi :

a. Kilap kaca (vitreous luster), memberikan kesan seperti kaca bila terkena cahaya, misalnya : kalsit, kuarsa, halit.

b. Kilap intan (adamantine/diamond luster), memberikan kesan cemerlang seperti intan, contohnya intan.

c. Kilap sutera (silky luster), memberikan kesan seperti sutera, pada umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat, seperti asbes, aktinolit, gypsum.

d. Kilap dammar (resinous luster), memberikan kesan seperti damar , contohnya : sfalerit dan resin

e. Kilap mutiara (perly luster), memberikan kesan seperti mutiara atau seperti bagian dalam dari kulit kerang misalnya talk, dolomite, muskovit dan tremolit.

f. Kilap lemak (greasy luster), menyerupai lemak atau sabun, contohnya : talk, serpentin.

g. Kilap tanah (earthy luster), kenampakannya buram seperti tanah, misalnya kaolin, limonit, bentonit.

h. Kilap lilin (waxy luster).

c. Belahan (cleavage)

Yaitu kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin.Bidang belahan umumnya sejajar dengan bidang tertentu dan mineral tersebut secara teratur. Belahan pada mineral terdiri dari :

Belahan 1 arah

Belahan 2 arah

Belahan 3 arah

Belahan 4 arah

Belahan 5 arah

Belahan 6 arah

d. Pecahan (fracture)

Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata dan tidak teratur. Secara umum pecahan dikenal dengan 3 istilah yaitu :

1.Pecahan Rata (Even) bila permukaannya rata dan cukup halus, contohnya : mineral lempung.

2.Pecahan Melengkung (Concoidal) bila memperlihatkan gelombang yang melengkung dipermukaan.

3.Pecahan Tidak Rata (Uneven) bila memperlihatkan permukaan yang tidak teratur dan kasar misalnya pada garnet.Selain itu dapat juga dikelompokkan menjadi :

Pecahan berserat/brus, bila menunjukkan kenampakan seperti serat,

contohnya : asbes, augit.

Pecahan runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar dan ujungnya runcing- runcing, contohnya : mineral kelompok logam murni.

Tanah, bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.

e. Kekerasan (hardness)

Kekerasan adalah ketahanan atau daya tahan mineral (resistensi mineral) terhadap suatu goresan (jika permukaannya digores). Secara relative sifat fisik ini ditentukan dengan menggunakan skal Mohs, yang dimulai dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling keras.

Berikut adalah urutan kekerasan mineral (Skala Mohs) :

TABEL KEKERASAN MINERAL (SKALA MOHS)Kekerasan(Hardness)Nama MineralRumus Kimia

1TalkMg3Si4O10(OH)2

2GypsumCaSO42H2O

3KalsitCaCO3

4FluoritCaF2

5ApatitCa5(PO4)3F

6OrtoklasKAlSi3O8

7KuarsaSiO2

8TopasAl2(SiO4)(F2OH)2

9KorondumAl2O3

10IntanC

Selain itu dapat pula digunakan perbandingan kekerasan relatif, yaitu : Kuku jari tangan = 2,5 ; kawat tembaga = 3,5 ; porselen = 5-5, 5 ; pisau lipat = 6 ; kikir baja = 6 ; kuarsa = 7.

f. Cerat/ Goresan (streak)

Cerat atau warna bubuk adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat sama atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna cerat tetap.g. Struktur/ Bentuk mineral

Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral terseburt mempunyai bidang Kristal yang jelas dan disebut amorf, bila tidak mempunyai batas-batas Kristal yang jelas. Mineral-mineral di alam jarang dijumpai dalam bentuk kristalin atau amorf yang ideal, karena kondisi pertumbuhannya yang biasanya terganggu oleh proses-proses yang lain.

Struktur mineral dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

1. Granular atau butiran : terdiri atas butiran-butiran mineral yang mempunyai dimensi yang sama, isometric.

2. Struktur kolom, biasanya terdiri dari prisma yang panjang dan bentuknya ramping. Bila prisma tersebut memanjang dan halus, maka dikatakan mempunyai struktur fibrus atau berserat.

3. Struktur lembaran atau lamellar, mempunyai kenampakan seperti lembaran. Struktur ini dibedakan menjadi tabular, konsentris dan foliasi.

4. Struktur imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain, seperti asikular, liformis, membilah, dll.

h. Berat Jenis

Berat relatif dari suatu mineral diukur terhadap berat dari air, atau berat relative dari suatu mineral diukur terhadap berat di udara, atau perbandingan antara berat mineral di uadara terhadap volumenya di dalam air

i. Sifat dalam

Yaitu merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya, seperti penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan, pemukulan atau penghancuran. Sifat dalam dibagi menjadi : rapuh (brittle), dapat diiris (sectile), dapat dipintal (ductile), dapat ditempa (malleable), kenyal/lentur (elastic) dan fleksibel (flexible).C. KLASIFIKASI DAN CONTOH MINERAL

Berikut adalah Klasifikasi mineral yang digunakan berdasarkan klasifikasi menurut James D.Dana (dalam Kraus, Hunt,dan Ramsdell, 1951) yang didasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristal, adalah sebagai berikut:

1. Kelompok Native Element (Unsur Murni)

Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika dilepaskan.Dibagi lagi dalam 3 kelas mineral yang berbeda , antara lain :a. Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya: emas (Au), perak (Ag), Platina (Pt) dan tembaga (Cu). sistem kristalnya adalahisometrik.

b. Semimetal (Semi logam). Contohnya: bismuth (Bi), arsenic (As), , yang keduanya memiliki sistem kristalnya adalah hexagonal.

c. Non metal (bukan logam). Contohnya intan, graphite dan sulfur. sistem kristalnya dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic, intan sistem kristalnya isometric, dan graphite sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6.

2. KELOMPOK SULFIDA

Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang) (S2-). Pada umumnya unsure utamanya adalah logam (metal).

Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan hidrotermal (air panas).

Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores). Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada industri logam, mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan unsur logam dari sulfurnya.

Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang bersifat logam.Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pirit (FeS2), Kalkosit (Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan Kalkopirit (CuFeS2) .Dan termasuk juga didalamnya selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides dan juga sulfosalt.

3. KELOMPOK OKSIDA DAN HIDROKSIDA

Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O2-) dan gugus hidroksil hidroksida (OH-).a.OKSIDAMineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah, korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).

b.HIDROKSIDASeperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH-). Reaksi pembentukannya dapat juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama seperti oksida, pada mineral hidroksida, unsur utamanya pada umumnya adalah unsur-unsur logam. Beberapa contoh mineral hidroksida adalah Manganite MnO(OH), Bauksit [FeO(OH)] dan limonite (Fe2O3.H2O).

4. KELOMPOK HALIDA

Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenelektronegatif, seperti: F-, Cl-, Br-, I-. Pada umumnya memiliki BJ yang rendah (< 5).Contoh mineralnya adalah: Halit (NaCl), Fluorit (CaF2), Silvit (KCl), dan Kriolit (Na3AlF6).

5. KELOMPOK KARBONAT

Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut karbonat, umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium karbonat, CaCO3 dikenal sebagai mineral kalsit. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan sedimen.Carbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonat juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua (caves), stalaktit, dan stalagmite. Dalam kelas carbonat ini juga termasuk nitrat (NO3) dan juga Borat (BO3).

Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah dolomite (CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan contoh mineral nitrat dan borat adalah niter (NaNO3) dan borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O).

6. KELOMPOK SULFAT

Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi logam dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.

Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan tungstat. Dan sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi logam dengan anion-anionnya masing-masing.

Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah barite (barium sulfate), celestite (strontium sulfate), anhydrite (calcium sulfate), angelsit dan gypsum (hydrated calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral chromate, molybdate, selenate, sulfite, tellurate serta mineral tungstate.

7. KELOMPOK PHOSPHAT

Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus PO43-, dan pada umumnya memiliki kilap kaca atau lemak, contoh mineral yaitu:Apatit (Ca,Sr, Pb,Na,K)5 (PO4)3(F,Cl,OH),Vanadine Pb5Cl(PO4)3,dan Turquoise CuAl6(PO4)4(OH)8 . 5H2O.

8.KELOMPOK SILIKAT

Silicat merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari mineral yang dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan (metamorf). Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.

1.Quartz (SiO2)2.Feldspar Alkali (KAlSi3O8)3.Feldspar Plagioklas ((Ca,Na)AlSi3O8)4.Mica Muscovit (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2)5.Mica Biotit (K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2)6.Amphibol Horblende ((Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH))7.Piroksin ((Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6)8.Olivin ((Mg,Fe)2SiO4)

Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan 5 hingga 8 adalah mineral ferromagnesium.BAB III

LAPORAN LENGKAP DETERMINASI MINERAL

OLEH :

NAMA

: AHMAD MUHAEJIR

STB

: 13 31 1 136

KELAS

: B

KELOMPOK

: VIILABORATORIUM GEOLOGI FISIKFAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA

MAKASSAR2014

BAB IV

PENUTUPA. KESIMPULAN

1. Mineral adalah suatu senyawa anorganik yang terbentuk di alam, bersifat homogen, dengan komposisi kimia terbatas dan sifat fisika tertentu.

2. Beberapa sifat fisik mineral adalah : warna, kilap, bentuk Kristal, belahan, kekerasan, berat jenis, pecahan dan cerat.

B. SARAN

Saran yang dapat saya sampaikan yaitu buku penuntun yang diberikan agar kiranya mempunyai materi yang lebih lengkap, sehingga memudahkan praktikan untuk mendeterminasi mineral.BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk oleh hasil pembekuan magma, yang tersusun oleh mineral atau kristal-kristal dalam bentuk agregasi yang kompak dan saling interlocking. Kompak disini dapat diartikan sbagai susunan mineral atau kristal-kristal yang saling tumbuh, sehingga tidak memperlihatkan adanya ruang atau pori diantara mineral atau kristal-kristal penyusun batuan. Kalaupun ditemukan pori-pori, itu hanya bekas-bekas gas yang keluar atau terjebak pada waktu pembekuan magma.Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah dan bersifat mobile. Temperatur yang tinggi dari magma (900-1600(C) memberikan suatu perkiraan bahwa magma berasal dari bagian yang dalam di kerak bumi. Suatu magma biasanya terdiri dari unsure O, Si, Al, Fe, Ca, Mg, Na, dan K tetapi juga mengandung senyawa H2O dan CO2 serta beberapa komponen gas H2S, HCl, CH4 dan CO.

Jenis-jenis batuan beku yang terbentuk, masing-masing dicirikan oleh komposisi mineral yang berbeda, sesuai dengan komposisi magma dan temperatur pembekuannya. Komposisi mineral yang terjadi pada setiap jenis batuan beku yang terbentuk bisa terdiri dari berbagai macam mineral logam maupun non logam. Komposisi asal dari pada larutan magma serta kondisi-kondisi tertentu yang mempengaruhi proses pendinginan magma dapatmenghasilkan jebakan endapan mineral yang ekonomis.

B. MAKSUD DAN TUJUANAdapun maksud daripada praktikum ini adalah untuk dapat mengamati dan mendeterminasi batuan beku berdasarkan warna, tekstur batuan, struktur batuan, dan komposisi/komponen penyusun.

Tujuan daripada praktikum ini adalah agar praktikan dapat :1. Mengetahui cara mendeterminasi batuan beku berdasarkan sifat fisikdan komponen penyusunnya.2. Menentukan jenis serta nama batuan berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusun yang telah diketahui.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Terbentuknya Batuan Beku

Batuan bekuatau batuan igneus (dariBahasa Latin:ignis, "api") adalah jenisbatuanyang terbentuk darimagmayang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proseskristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuanintrusif(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuanekstrusif(vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik dimantelataupunkerakbumi.

Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikantemperatur, penurunantekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerakbumi.

Magma dapat mendingin dan membeku di bawah atau di atas permukaan bumi. Bila membeku di bawah permukaan bumi, terbentuklah batuan yang dinamakan batuan beku dalam atau disebut juga batuan beku intrusive (sering juga dikatakan sebagai batuan beku plutonik). Sedangkan, bila magma dapat mencapai permukaan bumi kemudian membeku, terbentuklah batuan beku luar atau batuan beku ekstrusif.

Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.5002.5000C dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.

Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowens Reaction Series.

B. Struktur Batuan Beku

Struktur Batuan beku merupakan kenampakan/bentuk dari susunan batuan beku meliputi:

-Struktur Massive adalah susunan mineral-mineral yang tersusun secara kompak dalam suatu batuan, tidak menunjukkan adanya pori-pori penjajaran mineral atau bentuk aliran.

-Struktur akibat pelepasan bahan volatile,terdiri dari: a.Vesiculer ; Strukrur yang memperlihatkan adanya lubang-lubang akibat pelepasan gelembung-gelembung gas dari magna

b. Amygdaloid yaitu struktur vesiculer dimana lubang-lubang telah diisi oleh mineral-mineral sekunder.-Struktur permukaan dari fase larutan,meliputi:

a.Xenoli yaitu struktur yag memperlihatkan adanya batuan asing dalam suatu batuan.

b.Xenocrys yaitu kenempaka adaya mineral-mineral asing dalam suatu batuan.

c.Pillow yaitu kenampaka speroidal tipis tak menerus atau pengumpulan dati ellipsoidal- ellipsoidal seperti bantal.-Struktur permukaan meliputi:

a.Corona Structure disebut juga reaction rim:struktur yang terjadi karena adanya reaksi kimia pada sisi Kristal.

b.Flow Effecs meliputi ,Trachytoid,fluidakl,Schieren

c.Microlitic struktur yaitu kenampakan adanya lubang-lubang menyudut/runcing dalam ukuran kecil pada batuan phaneritik.-Struktur setelah terjadi pembentukan magma meliputi :

a.perlitik struktur.

b.spereulitic struktur.

c.Orbicular sturktur.

C. Klasifikasi Batuan Beku1. Klasifikasi Berdasarkan Tempat Terbentuknya

a.Batuan beku dalam (plutonik rocks)

Merupakan magma yang membeku didalam bumi sehingga membentuk batua beku intrusi atau batuan beku plutoik .

b.Batuan Beku Korok ( Plutonic Rocks )

Merupakan batuan beku yang membeku dekat dengan permukaan bumi

c.Batuan beku Lelehan ( Vulcanik Rocks )

Merupakan batuan beku yang tebentuk pada permukan bumi.2. Klasifikasi berdasarkan sifat kimia dan komposisi mineralnya: a. Batuan beku asam

b.Batuan beku intermediate

c. Batuan beku basa

d. Batuan beku ultrabasa1. Batuan Beku Asam Kenampakan dari batua ini memperlihatkan warna terang atau keputihan, kadang merah keabu-abuan atau abu-abu terang. Ukuran butir-butir kasar, bahkan dapat butiran yang sangat halus menyerupai kaca seperti opsidion, akibat pembekuan yang sngan lambat. Selain selain itu dpat juga ditemukan butiran yang sangat kasar seperti pegmatit. Batuan beku asam dapat di temukan dalam bentuk Batolith,Laccolit, Lapolith dan intrusi yang besar karena sifat kekentalan magmanya yang tinggi, sehingga tidak bisa melalui celah-celah yang sempit dalam bentuk dyke atau sill. Cirri khas dari batuan beku asam adalah kelimpahan dari potash feldspar disbanding jenis plagioklas. Temperatur pembekuan batuan beku asam sekitar 800 C. Kondisi ini kebanyakan tidak mampu melarutkan batuan sampingnya, sehingga tingkat proses asimilasi yang terjadi kecil. Sebaliknya banyak ditemmukan xenoliths terutama pada tepi tubub batuan beku luarnya. Yang termasuk batuan beku asam yaitu : Granit, Aplit,Pekmatit,Riolit ,Osidian, Pumis, Sienit, daan Trakit.

2. Batuan Beku Intermedit Batuan beku intermedit bewarna agak lebih gelap daripada batuan beku asam yaitu abu-abu hingga abu-abu kehitaman.Mempunyai ukuran butir halus sampai kasar. Bentuk intrusi dari abtuan beku intermedit ini kebanyakan termasuk Laccolith,Lapollith,Dyke dan sill.Bentuk bentk intrusi dikontrol oleh kekentalanmagmanya yang menengah. Sebagian dapat melalui cela-cela yang agak sempit dalam bentuk dyke atau sill.

Komposisi jenis-jenis feldspar sudah mulai adanya perimbangan antara potash feldspar dan plagioglas.Temperatur pembekuan sekitar 900 C, proses asimilasi mulai Nampak dan dapat ditemukan xenoliths-xenolith sifatnya basah pada tepi tubuh intrusi atau pada batuan beku luarnya.

Berdasaarkan perbandingan jenis-janis feldsparnya, maka batuan beku intermedit dibagi dalam 2 (dua) golongan yaitu :

1. Batuan dengan komposisi potash feldspar dan plagioklas hamper sama ; terdiri dari granodiorit andamelit-monzonit dan latit- dasti.

2.Batuan dengan komposisi plagioglas lebih dominan dari pada potash feldspar,terdiri dari : diorite-tonalit dan andesit-dasit.

Batuan beku intermedit paling banyak memperlihatkan pelapukan speroidal, karena banyak mengandung mineral feldspar . Lebih lagi apabila batuan ini telah mengalami kenaikan tekanan temperature. Mineral-mineral feldspar yang telah mengalami pelapukan tersebut dapat menjadi mineral mineral kaolin. Baik gejala speroidal maupun kaolinisasi dapat ditemukan pada batuan beku intermedit yang telah mengalami pensesaran.

3. Batuan Beku BasaBatuan beku basa memperlihatkan warna gelap hitam olwh mineral-mineral ferromagnesian dan mineral-mineral plagioglas basa. Ukuran butir dari batuan ini adalah halus hingga kasar.batuan basa dalam bentuk intrusi kebanyakan dyke,sill, apophyse dan lelehan. Bentuk intrusi tersebut berhubungan dengan sifat magmanya yang memiliki kekentalan rendah ( encer ) sehingga dapat memasuki celah celah sempit atau dapat berupa lelehan yang luas dipermukaan. Pada permukaan batuan beku luar dari batuan beku basa ini , kadang ditemukan vesiculasi- vesiculasi sebagai kesan bahan-bahan volatil. batuan beku basa sering pula memberikan bentuk permukaan seperti susunan balok atau pahoe-pahoe, yang terbentuk pada pembentukan magma yang encer. Sedangkan magma yang kental atau asam biasanya membentk seperti susunan tali atau ropy.

Temperatur pembekuan dari batuan beku basa sekitar 1000C, dimana dapat terjadi proses asimilasi dengan baik apabila batuaan sampingnya lebih asam.meskipun demikian, kadang masih dapat ditemukan xenolith dari batuan yang sama atau yang beku basa ( ultra mafic ). Disekitar penyebaran batuan beku basa, ditemukan di tempat-tempat batuan intermediate dengan penyebaran kecil sebagai akibat hasil asimilasi magma basa dengan batuan samping yang bersipat asam atau dapat pula terbentuk melalui proses differensiasi magma, biasanya dapat ditemukan pada bagian tepi dan atas tubuh intrusi batuan beku basa. Termasuk batuan beku basa adalah Gabro, Diabase, Basal dan Trachyte.

4. Batuan Beku UltrabasaBatuan beku ultra basa adalah batuan yang tersusunoleh mineral-mineral ferromagnesium sehingga kenampakannya sangat gelap atau hitam. Batuan ini mudah lapuk terhadap air hujan seperti halnya Batu gamping karena sifatnya yang tidak tahan terhadap kondisi asam. Kenampakannya hampir sama dengan permukaan batugamping dengan lubang-lubang atau torehan air hujan. Bentuk dan tipe dari tubuh batuan beku ultrabasa belum dapat diketahui dengan jelas karena batuan merupakan batuan dasar samudra yang umurnya lebih tua.

Kehadiran suatu singkapan ultrabasa didaerah kontinen sangat berkaitan erat dengan gerak gerak tektonik masa lampau didaerah tersebut dan biasanya batuan ini berasosiasi dengan batuan metamorf dan batuan sedimen tua. Kehadiran ultrabasa ini biasanya diakibatkan oleh obduksi, sehingga banyak memberikan batas litologi dan sona sesar naik. Sebagai aki bat aktivitas tektonik, batuan ultrabasa banyak mengalami penghancuran atau penggerusan, kekar-kekar dan metamorfisme dinamik yang disertai dengan proses kloritisasi, serpentinisasi, dan lain-lain.

Temperatur pembekuan batuan beku ultrabasa adalah diatas 1000C dan secara teoritis prosses asimilasi berjalan sempurna. Oleh karena kondisi pembekuan batuan beku ultrabasa paada kedalaman dan tekanan yang besar, serta urutan kristalisasi dari mineral penyusunnya yang mengkristal dengan tingkat kristalisasi yang relative sama sehingga bentuk Kristal dari baatuan beku ultrabasa adalah anhedral-subhedral. Pada batuan ini tidak ditemukan mineral feldspar lagi.Yang termasuk batuan beku ultrabasa adalah sebagai berikut :

Dunit, yaitu batuan beku plutonik dengan komposisi 90 % Olivin.

Peridotit, yaitu batuan beku plutonik dengan komposisi piroksin dan olivin ( 10 50 % ).

Piroksenit, yaitu batuan beku plutonik dengan komposisi 90 % pirokksin.

Limburgit, yaitu batuan beku lelehan dari batuan ultrabasa dengan tekstur afanitik.

BAB III

LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN BEKU

OLEH :

NAMA

: AHMAD MUHAEJIR

STB

: 13 31 1 136

KELAS

: B

KELOMPOK : VIILABORATORIUM GEOLOGI FISIKFAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA

MAKASSAR2014

BAB IVPENUTUPA. KESIMPULAN1. Mineral pembentuk batuan beku ditentukan oleh komposisi kimia yang pembentuknya seperti halnya batuan beku yang mempunyai variasi sangat besar.2. Faktor terpenting yang mempengaruhi tekstur batuan beku adalah tingkat kecepatan pembekuan magma.3. Sebagai panduan dalam mendeterminasi batuan beku harus di sesuaiakan dengan tabel klasifikasi menurut RUSSEL B. TRAVISB. SARANSaran saya adalah sangat diharapkan partisipasi baik dari asisten maupun praktikan agar lebih mampu mengutamakan kepentingan lab, demi kemajuan bersama.BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk melalui proses sedimentasi baik secara fisika maupun secara kimia dan organic. Pada sebagian sedimen organic dapat terbentuk melalui proses diagenesis langsung terhadap bahan-bahan organisme seperti pada pembentukan batugamping terumbu. Proses fisika yang berlangsung selama sedimentasi melalui proses perombakan batuan induk, transportasi, perubahan-perubahan sifat fisik material rombakan, pengendapan, kompaksi, dan untuk derajat litifikasi harus disertai dengan proses kimiawi, yaitu proses diagenesis dan sementasi. Poses kimiawi dapat berlangsung bersamaan dengan proses fisika dan dapat pula bekerja secara terpisah seperti pada pembentukan mineral-mineral dari hasil proses fisika dan dapat pula bekerja secara terpisah seperti pada pembentukan mineral-mineral dari hasil proses atau reaksi kimia yang menyusun batuan sedimen. Batuan sedimen yang terbentuk melalui proses sedimentasi mempunyai suatu kenampakan yang berbeda dengan batuan lainnya. Bentuk dan coraknya memberikan kenampakan pencerminan adanya kesan pengendapan selama pembentukannya. Pembentukannya secara pelan dan bertahap dengan urutan susunan yang teratur dapat memberikan suatu ciri yang khas dengan struktur perlapisan yang bervariasi.B. Maksud Dan TujuanAdapun maksud daripada praktikum ini adalah untuk mendeterminasi batuan sedimen berdasarkan tekstur, struktur, dan komposisi mineral penyusunnya.Tujuan praktikum ini adalah agar dapat : mendeterminasi batuan sedimen berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusunnya dan menentukan jenis serta nama batuan berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusunnya.BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Proses Terbentuknya

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari pecahan atau hasil abrasi dari sedimen, batuan beku, metamorf yang tertransport dan terendapkan kemudian terlithifikasi.

Ada dua tipe sedimen yaitu:detritusdankimiawi. Detritus terdiri dari partikel-2 padat hasil dari pelapukan mekanis. Sedimen kimiawi terdiri dari mineral sebagai hasil kristalisasi larutan dengan proses inorganik atau aktivitas organisme. Partikel sedimen diklasifikasikan menurut ukuran butir, gravel (termasuk bolder, cobble dan pebble), pasir, lanau, dan lempung. Transportasi dari sedimen menyebabkan pembundaran dengan cara abrasi dan pemilahan (sorting). Nilai kebundaran dan sorting sangat tergantung pada ukuran butir, jarak transportasi dan proses pengendapan. Proses litifikasi dari sedimen menjadi batuan sedimen terjadi melalui kompaksi dan sementasi.Batuan sedimen merupakan merupakan batuan yang terbentuk melalui proses sedimentasani baik secara fisik maupun secara kimia atau organic.pada sebagian sedimen organic seperti pada pembentukan batu gamoing tertumbu. Proses pisika berlang sung selama sedimentasi meliputi perombakan , penggndapan kompaksi dan selanjutnya diikuti oleh proses diagenesis dan sementasi.Batuan sedimen yang terbentuk melalui proses sedimentasi memilik kenampakan yang berbeda dengan batuan lainnya.Bentuk dan teksturnya mencerminkan adanya kesan pengendapan selama pembentukannya. Factor yang berperan dalam pembentukan batuan sedimen adalah aspen mekanik,kimiawi dan biologis.Dalam hal ini akan dibahas secara terpisah dalam dua kelompok, yaitu sumber material sedimen dan lingkunga pengendapan.Adapun sumber-sumber material sedimen adalah sebagai berikut :a. Aktifitas vulkanik,yaitu material klastik atau rombakan yang dikeluarkan oleh aktifitas vulkanisme sebagai bahan piroklastik berupa bomb,bloc,lapili da debu-debu vulkanik serta material piroklastik lainnya.b. Pelapukan mekanik, hasil perombakan melalui pelapukan mekanik terhadap singkapan suatu batuan akan mengalami transportasi kemudian terakumulasi pada suatu cekungan,kemudian terjadi kompaksi,diagenesis sementasi dan litifikasi.

c. Larutan - larutan dalam air, berupa garam-garaman yang hancur dan lapuk baik di darat mapun dilaut pada kondisi tertentu dapat terjadi reaksi kimia.\d. Material organic, yaitu sisa mahluk hhidup yang mati kemudian terendapkan dalam batuan.

SKALA WENWORTDiameter (mm)Partikel/FragmenMaterial LepasMaterial tersemen

>256

64 256

4 64

2 4Boulder/ Bongkah

Cobble

Pebbel

GranuleBoulder Gravel

Cobble Gravel

Pebbel Gravel

Granule GravelKonglomerat

Granule Konglomerat

1 2

0,5 1

0,25 0,5

0,125 0,25

0,0625 0,125Btr pasir sangat kasar

Btr pasir kasar

Btr pasir sedang

Btr pasir halus

Btr pasir sangat halusPasir sangat kasar

Pasir kasar

Pasir sedang

Pasir halus

Pasir sangat halusBatu pasir sangat kasar

Batu pasir kasar

Batu pasir sedang

Batu pasir halus

Batu pasir sangat halus

0,004 0,0625