Geologi Regional Formasi Tanjung

4
33 BAB IV GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN BARITO, KALIMANTAN SELATAN 4.1 Tektonisme Cekungan Barito Secara tektonik Cekungan Barito terletak pada batas bagian tenggara dari Schwanner Shield, Kalimantan Selatan. Cekungan ini dibatasi oleh Tinggian Meratus pada bagian Timur dan pada bagian Utara terpisah dengan Cekungan Kutai oleh pelenturan berupa Sesar Adang, ke Selatan masih membuka ke Laut Jawa, dan ke Barat dibatasi oleh Paparan Sunda. Cekungan Barito merupakan cekungan asimetrik, memiliki cekungan depan (foredeep) pada bagian paling Timur dan berupaplatform pada bagian Barat. Cekungan Barito mulai terbentuk pada Kapur Akhir, setelah tumbukan (collision) antara microcontinent Paternoster dan Baratdaya Kalimantan (Satyana, 1996). Pada Tersier Awal terjadi deformasi ekstensional sebagai dampak dari tektonik konvergen, dan menghasilkan polarifting Baratlaut Tenggara. Rifting ini kemudian menjadi tempat pengendapan sedimen lacustrine dan kipas aluvial (alluvial fan) dari Formasi Tanjung bagian bawah yang berasal dari wilayah horst dan mengisi bagian graben, kemudian diikuti oleh pengendapan Formasi Tanjung bagian atas dalam hubungan transgresi. Pada Awal Oligosen terjadi proses pengangkatan yang diikuti oleh pengendapan Formasi Berai bagian Bawah yang menutupi Formasi Tanjung bagian atas secara selaras dalam hubungan regresi. Pada Miosen Awal dikuti oleh pengendapan satuan batugamping masif Formasi Berai. Selama Miosen tengah terjadi proses pengangkatan kompleks Meratus yang mengakibatkan terjadinya siklus regresi bersamaan dengan diendapkannya Formasi Warukin bagian bawah, dan pada beberapa tempat menunjukkan adanya gejala

description

Geologi Regional Singkat Formasi Tanjung

Transcript of Geologi Regional Formasi Tanjung

  • 33

    BAB IV

    GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN BARITO, KALIMANTAN

    SELATAN

    4.1 Tektonisme Cekungan Barito

    Secara tektonik Cekungan Barito terletak pada batas bagian tenggara dari

    Schwanner Shield, Kalimantan Selatan. Cekungan ini dibatasi oleh Tinggian Meratus

    pada bagian Timur dan pada bagian Utara terpisah dengan Cekungan Kutai oleh

    pelenturan berupa Sesar Adang, ke Selatan masih membuka ke Laut Jawa, dan ke

    Barat dibatasi oleh Paparan Sunda.

    Cekungan Barito merupakan cekungan asimetrik, memiliki cekungan depan

    (foredeep) pada bagian paling Timur dan berupaplatform pada bagian Barat.

    Cekungan Barito mulai terbentuk pada Kapur Akhir, setelah tumbukan (collision)

    antara microcontinent Paternoster dan Baratdaya Kalimantan (Satyana, 1996).

    Pada Tersier Awal terjadi deformasi ekstensional sebagai dampak dari

    tektonik konvergen, dan menghasilkan polarifting Baratlaut Tenggara. Rifting ini

    kemudian menjadi tempat pengendapan sedimen lacustrine dan kipas aluvial (alluvial

    fan) dari Formasi Tanjung bagian bawah yang berasal dari wilayah horst dan mengisi

    bagian graben, kemudian diikuti oleh pengendapan Formasi Tanjung bagian atas

    dalam hubungan transgresi.

    Pada Awal Oligosen terjadi proses pengangkatan yang diikuti oleh

    pengendapan Formasi Berai bagian Bawah yang menutupi Formasi Tanjung bagian

    atas secara selaras dalam hubungan regresi. Pada Miosen Awal dikuti oleh

    pengendapan satuan batugamping masif Formasi Berai.

    Selama Miosen tengah terjadi proses pengangkatan kompleks Meratus yang

    mengakibatkan terjadinya siklus regresi bersamaan dengan diendapkannya Formasi

    Warukin bagian bawah, dan pada beberapa tempat menunjukkan adanya gejala

  • 34

    ketidakselarasan lokal (hiatus) antara Formasi Warukin bagian atas dan Formasi

    Warukin bagian bawah.

    Pengangkatan ini berlanjut hingga Akhir Miosen Tengah yang pada akhirnya

    mengakibatkan terjadinya ketidakselarasan regional antara Formasi Warukin atas

    dengan Formasi Dahor yang berumur Miosen Atas pliosen.

    Tektonik terakhir terjadi pada kala Plio-Pliestosen, seluruh wilayah terangkat,

    terlipat, dan terpatahkan. Sumbu struktur sejajar dengan Tinggian Meratus. Sesar-

    sesar naik terbentuk dengan kemiringan ke arah Timur, mematahkan batuan-batuan

    tersier, terutama daerah-daerah Tinggian Meratus.

    4.2 Statigrafi Cekungan Barito

    Gambar 4.1 Statigrafi Cekungan Barito (Satyana, 1995)

  • 35

    Urutan stratigrafi Cekungan Barito dari tua ke muda adalah :

    Formasi Tanjung (Eosen Oligosen Awal)

    Formasi ini disusun oleh perselingan batupasir kuarsa, batulempung, dan

    batulanau, bersisipan gamping dan konglomerat. Batupasir bersisipan serpih dan

    grewak, berbutir halus-kasar, terpilah baik, berlapis baik, tebal 2-100 cm,

    mengandung batubara dan pirit. Terendapkan dilingkungan litoral-rawa. Tebal

    diperkirakan 1000m.

    Formasi Berai (Oligosen Akhir Miosen Awal)

    Formasi Berai disusun oleh batugamping berselingan dengan batulempung /

    serpih di bagian bawah, di bagian tengah terdiri dari batugamping masif dan pada

    bagian atas kembali berulang menjadi perselingan batugamping, serpih, dan

    batupasir. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan lagoon-neritik tengah dan

    menutupi secara selaras Formasi Tanjung yang terletak di bagian bawahnya. Kedua

    Formasi Berai, dan Tanjung memiliki ketebalan 1100 m pada dekat Tanjung.

    Formasi Warukin (Miosen Bawah Miosen Tengah)

    Formasi Warukin diendapkan di atas Formasi Berai dan ditutupi secara tidak

    selaras oleh Formasi Dahor. Sebagian besar sudah tersingkap, terutama sepanjang

    bagian barat Tinggian Meratus, malahan di daerah Tanjung dan Kambitin telah

    tererosi. Hanya di sebelah selatan Tanjung yang masih dibawah permukaan.

    Formasi ini terbagi atas dua anggota, yaitu Warukin bagian bawah (anggota

    klastik), dan Warukin bagian atas (anggota batubara). Kedua anggota tersebut

    dibedakan berdasarkan susunan litologinya.

    Warukin bagian bawah (anggota klastik) berupa perselingan antara napal atau

    lempung gampingan dengan sisipan tipis batupasir, dan batugamping tipis di bagian

    bawah, sedangkan dibagian atas merupakan selang-seling batupasir, lempung, dan

  • 36

    batubara. Batubaranya mempunyai ketebalan tidak lebih dari 5 m., sedangkan

    batupasir bisa mencapai ketebalan lebih dari 30 m.

    Warukin bagian atas (anggota batubara) dengan ketebalan maksimum 500

    meter, berupa perselingan batupasir, dan batulempung dengan sisipan batubara. Tebal

    lapisan batubara mencapai lebih dari 40 m, sedangkan batupasir tidak begitu tebal,

    biasanya mengandung air tawar. Formasi Warukin diendapkan pada lingkungan

    neritik dalam (innerneritik) deltaik dan menunjukkan fasa regresi.

    Formasi Dahor (Miosen Atas Pliosen)

    Formasi ini terdiri atas batupasir kuarsa halus sampai kasar berwarna kelabu

    kebiruan dan konglomerat berlapis silangsiur dengan komponen batuan malihan dan

    batuan granitan bersisipan lapisan menganding lomonit. Lapisan batubara dengan

    tebal 0,3 3 meter terdapat didalam lapisan batupasir berbutir kasar. Terendapkan

    dalam lingkungan litoral supra litoral.