Geologi Lingkungan Candisari Semarang Bab II

55
10 BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian dan Konsep Geologi Lingkungan 2.1.1 Pengertian Geologi Lingkungan Geologi lingkungan bisa dikategorikan sebagai bagian dari ilmu lingkungan, karena ilmu lingkungan adalah dasar pemahaman mengenai bumi dan membahas interaksi manusia dengan seluruh aspek yang ada disekelilingnya, termasuk aspek geologis serta dampaknya bagi kehidupan manusia. Karena itu filosofi utama dari geologi lingkungan adalah konsep manajemen lingkungan yang didasarkan pada sistem geologi untuk pembangunan berkelanjutan dan bukan pada beban lingkungan yang tidak bisa diterima. Pada hakikatnya merupakan ilmu geologi terapan yang ditujukan sebagai upaya memanfaatkan sumber daya alam dan energi secara efisien dan efektif untuk memenuhi kebutuhan manusia masa kini dan masa mendatang dengan seminimal mungkin mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Dengan kata lain geologi lingkungan dapat diartikan sebagai penerapan informasi geologi dalam pembangunan terutama untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk meminimalkan degredasi lingkungan sebagai akibat perubahan- perubahan yang terjadi dari pemanfaatan sumber daya alam. 2.1.2 Konsep Geologi Lingkungan Dalam Ilmu Geologi Lingkungan tidak pernah terlepas dari pemahaman mengenai bumi beserta isi dan aktivitasnya. Terdapat 7 Konsep Geologi Lingkungan yang perlu dipahami oleh planner dalam perencanaan suatu wilayah. Secara umum konsepkonsep tersebut menjelaskan bahwa bumi pada dasarnya merupakan suatu sistem tertutup; bumi adalah satu- satunya tempat tinggal paling sesuai dengan kehidupan manusia, akan tetapi sumber daya alam yang dimiliki sangat terbatas. Banyak proses alam yang terjadi di bumi yang membahayakan umat manusia, bencana alam itu harus kita kenali dan kita hindari dengan merawat alam serta meminimalkan penggunaan sumber daya alam. Perencanaan penggunaan lahan dan air harus berusaha memperhatikan keseimbangan ekonomi dan estetis, dampak dari penggunaan lahan cenderung bertumpuk, serta komponen fundamental lingkungan merupakan faktor geologi

description

Tugas Geologi Lingkungan

Transcript of Geologi Lingkungan Candisari Semarang Bab II

  • 10

    BAB II KAJIAN LITERATUR

    2.1 Pengertian dan Konsep Geologi Lingkungan

    2.1.1 Pengertian Geologi Lingkungan

    Geologi lingkungan bisa dikategorikan sebagai bagian dari ilmu lingkungan, karena ilmu

    lingkungan adalah dasar pemahaman mengenai bumi dan membahas interaksi manusia

    dengan seluruh aspek yang ada disekelilingnya, termasuk aspek geologis serta dampaknya

    bagi kehidupan manusia. Karena itu filosofi utama dari geologi lingkungan adalah konsep

    manajemen lingkungan yang didasarkan pada sistem geologi untuk pembangunan

    berkelanjutan dan bukan pada beban lingkungan yang tidak bisa diterima.

    Pada hakikatnya merupakan ilmu geologi terapan yang ditujukan sebagai upaya

    memanfaatkan sumber daya alam dan energi secara efisien dan efektif untuk memenuhi

    kebutuhan manusia masa kini dan masa mendatang dengan seminimal mungkin mengurangi

    dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Dengan kata lain geologi lingkungan dapat diartikan

    sebagai penerapan informasi geologi dalam pembangunan terutama untuk meningkatkan

    kualitas lingkungan dan untuk meminimalkan degredasi lingkungan sebagai akibat perubahan-

    perubahan yang terjadi dari pemanfaatan sumber daya alam.

    2.1.2 Konsep Geologi Lingkungan

    Dalam Ilmu Geologi Lingkungan tidak pernah terlepas dari pemahaman mengenai bumi

    beserta isi dan aktivitasnya. Terdapat 7 Konsep Geologi Lingkungan yang perlu dipahami oleh

    planner dalam perencanaan suatu wilayah. Secara umum konsepkonsep tersebut

    menjelaskan bahwa bumi pada dasarnya merupakan suatu sistem tertutup; bumi adalah satu-

    satunya tempat tinggal paling sesuai dengan kehidupan manusia, akan tetapi sumber daya

    alam yang dimiliki sangat terbatas.

    Banyak proses alam yang terjadi di bumi yang membahayakan umat manusia, bencana

    alam itu harus kita kenali dan kita hindari dengan merawat alam serta meminimalkan

    penggunaan sumber daya alam. Perencanaan penggunaan lahan dan air harus berusaha

    memperhatikan keseimbangan ekonomi dan estetis, dampak dari penggunaan lahan

    cenderung bertumpuk, serta komponen fundamental lingkungan merupakan faktor geologi

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    11

    dan pemahaman tentang lingkungan memerlukan beberapa pendekatan melalui ilmuilmu

    kebumian dan disiplin ilmu yang lain yang berhubungan.

    a. Konsep pertama menjelaskan bahwa bumi pada dasarnya merupakan sistem tertutup.

    Pada dasarnya bumi merupakan sistem tertutup, di bumi terdapat berbagai macam

    peristiwa yang terjadi karena aktivitasaktivitas setiap bagian dari bumi. Bumi dikatakan

    sebagai sistem dengan empat buah bagian, yaitu atmosfer, hidrosfer, biosfer, dan

    litosfer. Di setiap bagian sistem itu terjadi berbagai macam aktivitas yang saling

    berkaitan maka dari itu mengapa bumi disebut sebagai suatu sistem tertutup.

    b. Konsep kedua menjelaskan bahwa bumi merupakan satusatunya tempat yang paling

    sesuai dengan kehidupan manusia, akan tetapi sumber daya yang dimiliki sangat

    terbatas.

    Menurut penulis senior dari The Earth and Human Affairs, Leo F. Laporte, dia

    mempercayai isi dari konsep kedua termasuk dua kebenaran pokok, pertama bahwa

    bumi ini tentu saja satu-satunya tempat tinggal yang bisa kita tempati. Kedua, sumber

    daya alam kita terbatas dan walaupun ada beberapa sumber daya alam yang bisa

    diperbarui, tetapi masih lebih banyak sumber daya alam yang tak bisa diperbarui.

    Tentunya akan diperlukan tindakan yang tepat untuk bisa memanfaatkannya dengan

    baik sekaligus melestarikanya.

    c. Konsep ketiga menjelaskan bahwa prosesproses fisik yang terjadi di bumi mengubah

    bentang alam yang kita miliki.

    Konsep ini memberikan kita suatu pengetahuan tentang sejarah geologi mengenai

    proses yang telah terbentuk pada masa lalu yang saat ini kita masih bisa lihat hasil dari

    prosesproses itu. Dengan kata lain, sekarang adalah kunci dari masa lalu, yang di

    ungkapkan oleh James Hutton (1785). Dengan mampu malihat semua keadaan bentang

    alam di bumi ini pada masa kini, kita bisa mengetahui prosesproses yang telah terjadi

    pada masa lalu.

    d. Konsep keempat menjelaskan tentang banyak proses alam yang terjadi di bumi yang

    membahayakan umat manusia.

    Sebagai contoh, aktivitas gunung berapi (meletus), tsunami, erosi, longsor, gempa

    bumi, dan lain sebagainya. Semua bencana itu merupakan dampak dari prosesproses

    yang terjadi di bumi, karena bumi merupakan suatu sistem yang terus bergerak. Kita

    sebagai manusia yang tinggal di bumi harus bisa mengenali bencana alam dan

    menghindarinya sebisa mungkin.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    12

    e. Konsep kelima menjelaskan tentang perencanaan penggunaan lahan dan pengairan.

    Perencanaan lahan dan pengairan memperhatikan keseimbangan antara

    pertimbangan segi ekonomi dan dari segi yang lain seperti estetika. Dewasa ini

    pertimbangan sumber daya alam dan evaluasi keindahan sebuah kawasan sebelum

    dilakukannya pembangunan menjadi bagian penting dalam teori Environmental impact

    atau dampak lingkungan.

    f. Konsep keenam menjelaskan tentang dampak dari penggunaan lahan.

    Tata guna lahan yang cenderung bertumpuk. Perencanaan tata guna lahan dan

    penggunaan air harus diusahakan untuk mendapatkan keseimbangan antara

    pertimbangan ekonomi dengan penilaian estetika.

    g. Konsep ketujuh menjelaskan tentang komponen fundamental lingkungan.

    Komponen fundamental lingkungan yang merupakan faktor geologi dan pemahaman

    tentang lingkungan memerlukan beberapa pendekatan melalui ilmuilmu kebumian dan

    disiplin ilmu yang lain yang berhubungan. Terdapat perbedaan dalam

    mempertimbangkan suatu pembangunan sebuah wilayah yang dapat digolongkan

    menjadi tiga kategori, yaitu fisik, biologis dan fungsi kedayagunaan. Faktor fisik yaitu

    pertimbangan keadaan geografis, proses geografis, proses hidrologi, tipe batuan dan

    tanah serta klimatologi. Faktor biologis yaitu, pertimbangan aktivitas mahluk hidup

    terutama tumbuhan dan hewan, perubahan keadaan biologis atau proses, spasial

    analisis terhadap informasi. Faktor fungsi kedayagunaan yaitu kegunaan lahan, estetika,

    keterkaitan antara aktivitas manusia dengan faktor fisik dan biologis serta peraturan

    yang mengatur lingkungan.

    2.2 Aspek-aspek Geologi Lingkungan

    Aspek-aspek geologi lingkungan terdiri dari 10 aspek, yaitu morfologi, litologi, topografi,

    klimatologi, stratigrafi, hidrologi, hidrogeologi, struktur geologi, bahaya geologi dan tata guna

    lahan.

    2.2.1 Morfologi

    Morfologi adalah ilmu yang membahas tentang roman muka bumi, dan aspek-aspek

    yang mempengaruhinya. Selain itu morfologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari

    bentukbentuk bentangan alam, bagaimana bentangan alam tersebut terbentuk secara

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    13

    kontruksional yang diakibatkan oleh gaya endongen atau bagaimana bentangan alam tersebut

    dipengaruhi oleh faktor luar berupa gaya eksogen.

    Bumi memiliki tenaga geologi yang dapat menyebabkan lekukan-lekukan permukaan

    bumi sehingga permukaan bumi menjadi tidak rata. Tenaga geologi terbagi menjadi dua, yaitu

    endogen (tenaga dari dalam) dan eksogen (tenaga dari luar).

    a. Tenaga Endogen

    Tenaga Endogen merupakan tenaga dari dalam bumi yang membentuk konfigurasi

    permukaan bumi. Tenaga endogen ini memberikan kekuatan konstruktif dari bumi dan

    sifatnya membentuk permukaan bumi menjadi tidak rata. Tenaga Endogen sering

    menekan di sekitar lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit bumi (litosfer). Mungkin saja

    disuatu daerah dulunya permukaan bumi rata (datar) tetapi akibat tenaga endogen ini

    berubah menjadi gunung, bukit atau pegunungan. Pada bagian lain permukaan bumi

    turun menjadikan adanya lembah atau jurang. Proses keberlangsungan tenaga endogen

    menyebabkan perubahan dari permukaan bumi. Proses-proses tenaga endogen sebagai

    berikut:

    1). Tektonik

    Tektonik adalah pergerakan lempeng bumi yang dapat menyebabkan perubahan

    letak atau pergeseran lapisan kulit bumi secara vertikal maupun horizontal yang

    menimbulkan lipatan atau patahan. Patahan tersebut berupa retakan pada tanah

    ataupun batuan, disertai pergeseran disepanjang bidang retakan tersebut,

    sedangkan lipatan berupa gerakan tekanan horizontal yang menyebabkan lapisan

    kulit bumi berkerut, melipat, dan menyebabkan relief muka bumi berbentuk

    pegunungan. Tenaga tektonik dapat dibedakan menjadi gerak orogenesa dan

    epirogenesa berdasarkan jenis gerakan dan luas wilayah yang mempengaruhinya

    (Anwas, 2006:5). Tektonisme merupakan tenaga endogen yang dapat

    menyebabkan perubahan letak atau pergeseran lapisan kulit bumi. Tenaga

    tektonisme ini dikelompokkan atas tektonik patahan (faulting process) dan

    tektonik lipatan (folded process).

    - Patahan

    Bentukan-bentukan alam di muka bumi sebagai akibat adanya proses

    pematahan (faulting process) pada lapisan batuan pembentuk kulit bumi

    (litosfera). Proses pematahan lapisan batuan pembentuk litosfera disebut

    sesar. Gerakan pada lapisan bumi yang sangat besar dan berlangsung dalam

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    14

    waktu yang sangat cepat akan menyebabkan lapisan kulit bumi retak atau

    patah. Hal ini juga dapat terjadi apabila ada tekanan horizontal sangat kuat,

    kulit buminya tidak elastis, dan disertai tekanan secara vertikal. Bagian muka

    bumi yang mengalami patahan adalah graben dan horst. Horst adalah patahan

    naik dan graben adalah patahan turun.

    Graben

    Patahan dengan arah vertikal, dimana posisi daerah tersebut lebih rendah

    dari daerah sekitarnya, dikarenakan patahan/ sesar yang mengalami

    penurunan.

    Sumber: earthquake.usgs.gov

    Gambar 2.1 Graben

    Horst

    Patahan dengan arah vertikal, dimana posisi daerah tersebut lebih tinggi dari

    daerah sekitarnya, dikarenakan patahan/ sesar yang mengalami kenaikan.

    Sumber: earthquake.usgs.gov

    Gambar 2.2 Graben

    Fleksur

    Patahan dengan arah vertikal, dimana posisi daerah tersebut mengalami

    penurunan atau kenaikan sebagian saja.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    15

    Dekstral

    Patahan dengan arah horizontal, dimana posisi tanah yang ada di depan kita

    bergeser kearah kanan.

    Sinistral

    Patahan dengan arah horizontal, dimana posisi tanah yang ada di depan kita

    bergeser ke arah kiri.

    (a) (b)

    (c)

    Sumber: earthquake.usgs.gov

    Gambar 2.3

    (a). Fleksur (b). Dekstral dan (c). Sinistral

    - Lipatan

    Apabila terjadi gerakan pada lapisan bumi yang tidak terlalu besar dan

    berlangsung dalam waktu lama akan menyebabkan lapisan kulit bumi berkerut

    atau melipat. Lipatan ini nantinya akan menjadi pegunungan. Punggung lipatan

    dinamakan antiklinal, daerah lembah (sinklinal) yang sangat luas dinamakan

    geosinklinal.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    16

    (a) (b)

    Sumber: earthquake.usgs.gov

    Gambar 2.4 (a). Sinklin dan (b). Antiklin

    Gerak orogenesa adalah gerakan tenaga endogen yang relatif cepat dan meliputi

    daerah yang relatif sempit, gerakan ini menyebabkan terbentuknya pegunungan.

    Sedangkan gerak epirogenesa adalah gerakan yang sangat lambat dan meliputi areal

    yang sangat luas. Epirogenesa terbagi menjadi dua, yaitu epirogenesa positif

    (permukaan bumi bergerak turun, sehingga permukaan laut seolah naik) dan

    epirogenesa negatif (permukaan bumi naik, sehingga permukaan laut seolah turun).

    (a) (b) Sumber : www.belajar.kemdiknas.go.id

    Gambar 2.5 (a). Gerak Epirogenesa Positif dan (b). Epirogenesa Negatif

    2). Vulkanik

    Vulkanisme adalah tenaga dari dalam bumi (endogen) yang dapat mempengaruhi

    pembentukan permukaan bumi yang berhubungan dengan fenomena

    pembentukan gunung berapi. Vulkanisme terjadi akibat adanya aktivitas magma di

    dalam litosfer, sampai keluar permukaan Bumi. Magma adalah bahan silikat cair

    pijar, terdiri atas bahan-bahan padat (batuan dan logam), cairan, dan gas, antara

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    17

    lain uap air (H2O), oksida belerang (SO2), asam khlorida (HCl), dan asam sulfat

    (H2SO4). Rata-rata suhu magma berkisar antara 900C1.200C. Berdasarkan

    kandungan silikanya, dikenal magma asam (granitis), intermediet (andesitis), dan

    basa (basaltis). Terdapat 2 kategori gempa vulkanik, yaitu:

    - Gempa vulkano-tektonik, yaitu gempa yang diakibatkan perubahan tekanan

    pada batuan akibat aktivitas magma, dan gempa ini bisa terjadi kapan saja.

    - Gempa periode panjang, yaitu gempa yang terjadi akibat penerobosan magma

    yang menembus batuan di sekitarnya sehingga menimbulkan getaran. Biasanya

    gempa ini menjadi pertanda gunung api akan meletus.

    Sumber : www.vsi.esdm.go.id

    Gambar 2.6 Vulkanisme

    b. Tenaga Eksogen

    Tenaga eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi yang berupa air, angin,

    glestser, pergeseran gelombang, hujan, dan sinar matahari. Proses-proses tenaga

    eksogen ini antara lain:

    1). Degradasi

    Degradasi adalah proses-proses yang menyebabkan penurunan permukaan

    daratan. Proses degradasi terdiri dari :

    - Proses Denudasi

    Meliputi pelapukan (weathering) dan erosi (pengikisan).

    - Transportasi

    Disebabkan oleh adanya perbedaan elevasi, membentuk lahan kontruksional

    dan distroksioanal.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    18

    - Sedimentasi

    Kelanjutan dari proses pelapukan serta pengikisan batuan, kemudian material

    batuan tersebut diangkut oleh aliran air, kemudian mengendap dan

    menghasilkan lahan delta.

    2). Agradasi

    Agradasi adalah proses penimbunan yang menghasilkan kenaikan permukaan.

    3). Bentangan Alam

    Bentangan alam terbagi menjadi enam bentang alam yaitu Bentang Alam Fluvial,

    Bentang Alam Denudasional, Bentang Alam Delta & Pantai, Bentang Alam Karst,

    Bentang Alam Eolian dan Bentang Alam Glasial . Macam-macam Bentangan alam :

    Bentang alam fluvial, merupakan satuan morfologi yang erat hubungannya

    dengan proses fluviatil. Proses fluviatil adalah semua proses yang terjadi di

    alam baik fisika, maupun kimia, yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk

    permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik air yang

    mengalir secara terpadu, maupun air yang tidak terkonsentrasi. Proses fluviatil

    dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu:

    Proses erosi: proses terkikisnya batuan karena air. Pengikisan ini dapat

    berupa abrasi, scouring, dan korosi.

    Abrasi yaitu Proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan

    arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi

    pantai. Scouring adalah suatu gejala alamiah yang diakibatkan oleh

    gerakan aliran air yang mengalami hambatan di suatu sungai.

    Kebanyakan bagian yang tergerus adalah material endapan, disamping

    juga batu-batu besar dan kecil.

    Korosi merupakan terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.

    Proses erosi terdiri atas tiga bagian, yaitu:

    pengelupasan (detachment),

    pengangkutan (transportation), dan

    pengendapan (sedimentation).

    Proses erosi oleh air merupakan kombinasi dua sub proses yaitu:

    Penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi

    tumbuk butir-butir hujan yang menimpa tanah dan perendaman oleh air

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    19

    yang tergenang, dan pemindahan (pengangkutan) butir-butir tanah oleh

    percikan hujan, dan

    Penghancuran struktur tanah diikuti pengangkutan butir-butir tanah

    tersebut oleh air yang mengalir dipermukaan tanah.

    Proses transportasi: proses terangkutnya material-material hasil erosi.

    Proses ini dapat menggelinding, meloncat, traksi, dan mengambang.

    Proses pengendapan: proses yang terjadi apabila tenaga angkut dari

    sungai berkurang sehingga beban yang lebih berat akan terendapkan di

    bawah material yang lebih ringan.

    Sumber : museum.bgl.esdm.go.id

    Gambar 2.7

    Proses Erosi, Transportasi dan Pengendapan

    Bentang Alam Denudasional merupakan bentang alam yang terbentuk dari

    kumpulan proses degradasi, pelapukan, dan pelepasan material permukaan

    bumi yang disebabkan oleh erosi dan pergerakan tanah.

    (a) (b) Sumber : portal.ristek.go.id

    Gambar 2.8 (a). Permukaan bumi disebabkan oleh erosi dan (b). pergerakan tanah

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    20

    Bentang alam Aktivitas Pesisir adalah suatu wilayah yang berada pada batas

    antara daratan dan lautan serta merupakan tempat pertemuan antara energi

    dinamis yang berasal dari daratan dan lautan.

    Sumber : museum.bgl.esdm.go.id

    Gambar 2.9 Delta

    Bentang Alam Karst adalah termasuk sebagai hasil dari proses erosi pada batu

    gamping. Sebuah topografi yang terbentuk pada daerah dengan litologi berupa

    batuan yang mudah larut, menunjukkan relief yang khas, penyaluran tidak

    teratur, aliran sungai secara tiba-tiba masuk ke dalam tanah serta

    meninggalkan lembah kering dan muncul kembali di tempat lain sebagai mata

    air yang besar.

    Sumber : biologi.lipi.go.id

    Gambar 2.10 Karst

    Bentang alam eolian merupakan satuan morfologi yang erat hubungannya

    dengan aktivitas angin. Bentang alam ini banyak dijumpai pada daerah gurun

    pasir. Gurun pasir sendiri lebih diakibatkan adanya pengaruh iklim. Gurun pasir

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    21

    diartikan sebagai daerah yang mempunyai curah hujan rata-rata kurang dari 26

    cm/tahun. Gurun pasir tropik terletak pada daerah antara 350 LU sampai 350

    LS, yaitu pada daerah yang mempunyai tekanan udara tinggi dengan udara

    yang sangat panas dan kering.

    Sumber :www.belajar.kemdiknas.go.id

    Gambar 2.11 Bentang Alam Eolian

    Bentang alam glasial adalah bentang alam yang berhubungan dengan proses

    glasial, dimana proses glasial itu tenaga yang berpengaruhnya adalah Gletser.

    Gletser adalah massa es dan tubuh es yang terbentuk karena rekristalisasi dari

    salju dan lelehan air yang secara keseluruhan atau sebagian teletak dalam suatu

    lahan dan memberikan kenampakan tersendiri, yaitu suatu bentukan gerakan.

    Ada dua tipe bentang alam glasial, diantaranya yaitu:

    Alpine Glaciation terbentuk pada daerah pegunungan.

    Continental Glaciation bila suatu wilayah yang luas tertutup gletser.

    Gletser terbentuk di daerah kutub yang tingkat peleburannya pada musim panas

    sangat kecil. Gletser terbentuk oleh akumulasi es dengan faktor-faktor pendukung

    sebagai berikut :

    Tingginya tingkat presipitasi

    Suhu lingkungan yang sangat rendah

    Pada musim dingin es terakumulasi dalam jumlah besar

    Pada musim panas tingkat peleburannya rendah

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    22

    (a) (b) Sumber : geology.upm.edu

    Gambar 2.12 (a) Alpine Glaciation dan (b) Continental Glaciation

    Bentang alam Vulkanik merupakan pembentukan bentang alam yang dikontrol

    oleh proses vulkanisme, yaitu proses keluarnya magma dari dalam bumi.

    Bentang alam vulkanik selalu dihubungkan dengan gerak-gerak tektonik.

    Sumber : www.belajar.kemdiknas.go.id

    Gambar 2.13 Gunung Api

    Bentang Alam Struktural adalah bentang alam yang proses pembentukannya

    dikontrol oleh gaya tektonik yang menghasilkan sturktur geologi (sesar, kekar,

    dan lipatan).

    2.2.2 Litologi

    Litologi merupakan ilmu tentang batu-batuan yang berkenaan dengan sifat fisik, kimia,

    dan strukturnya. Bagian dari bumi yang ikut dikaji dalam litologi adalah litosfer, yang tersusun

    atas lapisan kerak, lapisan mantel dan lapisan inti.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    23

    a. Batuan

    Batuan (Rocks) adalah bahan padat bentukan alam yang umumnya tersusun oleh

    kumpulan atau kombinasi dari satu macam mineral atau lebih. Batuan terbagi menjadi

    beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

    Tabel II.1

    Berbagai Jenis Batuan Penyusun Kerak Bumi

    No. Batuan Berat Jenis (gram/Cm3)

    1. Granit 2,5 2,7

    2. Andesit 1,6 2,6

    3. Diorit 2,8 2,9

    4. Gabro 3,0

    5. Peridotit 2,6 2,8

    6. Dunit 3,2 3,3

    7. Batu Pasir 2,2 2,8

    8. Batu Gamping 2,5 2,7

    9. Marmer 2,7

    10. Gneis 2,6 3,1 Sumber: Doddy, 1987: 1

    1). Batuan Beku

    Batuan beku merupakan hasil pendinginan dari magma pijar. Contoh batuan beku

    antara lain adalah andesit dan diorit. Struktur batuan beku :

    Masif atau pejal, umumnya terjadi pada batuan beku dalam. Pada batuan beku

    luar yang cukup tebal, bagian tengahnya juga dapat berstruktur masif.

    Berlapis, terjadi sebagai akibat pemilahan kristal (segregasi) yang berbeda pada

    saat pembekuan.

    Vesikuler, yaitu struktur lubang bekas keluarnya gas pada saat pendinginan.

    Struktur ini sangat khas terbentuk pada batuan beku luar. Namun pada batuan

    beku intrusi dekat permukaan struktur vesikuler ini kadang-kadang juga

    dijumpai. Bentuk lubang sangat beragam, ada yang berupa lingkaran atau

    membulat, elip, dan meruncing atau menyudut, demikian pula ukuran lubang

    tersebut.

    Struktur skoria (scoriaceous structure) adalah struktur vesikuler berbentuk

    membulat atau elip, rapat sekali sehingga berbentuk seperti rumah lebah.

    Struktur batuapung (pumiceous structure) adalah struktur vesikuler dimana di

    dalam lubang terdapat serat-serat kaca.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    24

    Struktur amigdaloid (amyangdaloidal structure) adalah struktur vesikuler yang

    telah terisi oleh mineral-mineral asing atau sekunder.

    Struktur aliran (flow structure), adalah struktur dimana kristal berbentuk

    prismatik panjang memperlihatkan penjajaran dan aliran.

    Struktur batuan beku tersebut di atas dapat diamati dari contoh setangan (hand

    specimen) di laboratorium. Sedangkan struktur batuan beku dalam lingkup lebih

    besar, yang dapat menunjukkan hubungan dengan batuan di sekitarnya, seperti dike

    (retas), sill, volcanic neck, kubah lava, aliran lava dan lain-lain hanya dapat diamati di

    lapangan.

    2). Batuan Sedimen

    Batuan sedimen terbentuk dari endapan material batuan beku yang terangkut

    oleh air, angin, atau es yang kemudian diendapkan disuatu tempat. Contohnya adalah

    batu breksi dan batu gamping.

    Berdasarkan cara pengendapannya, batuan sediment dapat dikelompokkan atas

    tiga macam, yaitu klastis, kimia, dan organik.

    Sedimen Klastis

    Jenis batuan endapan klastis sangat berbeda dengan batuan beku baik dalam

    bentuk maupun susunan butirannya. Pada pertikelpartikel batuan endapan

    terdapat adanya tanda-tanda goresan akibat berlangsungnya pengankutan.

    Batuan endapan klastis juga mengalami penyemenan sehingga terjadi pengikatan

    partikel partikel satu dengan yang lainnya. Ciri penting dari batuan endapan adalah

    kadang-kadang terbentuk dari bahan fosil. Batuan sediment klastis/ mekanis/fisik

    yaitu yang terangkut dalam bentuk padat/tidak larut kemudian diendapkan di

    tempat lain mengalami sementasi menjadi batuan sedimen.

    Sedimen Kimia

    Batuan sedimen kimiawi, yaitu yang terangkut dalam bentuk larutan kemudian

    diendapkan secara kimia ditempat lain. Sedimen kimiawi sulit digolongkan lebih

    lanjut karena butir-butirnya sangan kompleks. Contoh batuan sediment kimiawi

    sebagai berikut:

    Sedimen Organik

    Batuan Sedimen Organik/organogen, yaitu batuan sedimen yang dibentuk atau

    diendapkan oleh organisme. Contohnya adalah sebagai berikut.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    25

    Batu bara terbentuk dari timbunan sisa tumbuhan di dasar danau/rawa-

    rawa, berubah menjadi gambut selanjutnya menjadi batu bara muda/batu

    bara.

    Endapan diatomae/kerangka silica/kersik, kerangka tumbuhan bersel satu

    diatomeae yang bangkainya tertimbun didasar laut/danau membentuk

    batuan sedimen.

    Karang dibangun oleh organisme algae calcareous dank oral. Binatang

    koral biasanya hidup dilaut yang tidak dalam.

    3). Batuan Metamorf

    Batuan metamorf merupakan jenis batuan yang terbentuk akibat proses

    metamorfisme yang meliputi proses tekanan, temperatur, serta aktifitas dari cairan

    kimia. Contohnya adalah marmer dan kuarsit.

    Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi menjadi

    dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi. Struktur foliasi

    ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf,

    sedang struktur non-foliasi tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral-mineral

    penyusun batuan metamorf.

    Struktur Foliasi :

    Struktur Skistose, Struktur Gneisik, Struktur Slatycleavage, Struktur

    Phylitic (sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan

    kesejajarannya sudah mulai agak kasar).

    - Struktur Non Foliasi

    Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran

    mineral relatif seragam.

    Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya

    penghancuran terhadap batuan asal.

    Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya

    orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.

    Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan

    permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar

    dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.

    Struktur Flaser: sama dengan struktur kataklastik, namun struktur batuan

    asal berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    26

    Struktur Augen: sama dengan struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri

    dari butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.

    Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai

    ukuran beragam.

    Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang

    berbentuk jarus atau fibrous.

    Sumber : itc.gsw.edu

    Gambar 2.14 Jenis Batuan

    b. Tanah

    Tanah adalah lapisan batuan gembur yang terbentuk dari pelapukan batuan induk

    dan pembusukkan bahan organik. Tanah juga didefinisikan sebagai kumpulan benda

    alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, yang terdiri atas bahan

    mineral, bahan organik, air dan udara. Berikut merupakan jenis tanah:

    1). Tanah Humus

    Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan

    batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.

    2). Tanah Pasir

    Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk

    dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.

    3). Tanah Alluvial/ Tanah Endapan

    Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di

    dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan

    pertanian.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    27

    4). Tanah Podzolid

    Tanah podzolid adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan

    curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah/dingin.

    5). Tanah Vulkanis

    Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung

    berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat

    dijumpai disekitar lereng gunung berapi.

    6). Tanah Laterit

    Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur

    hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang

    tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung.

    7). Tanah Mediteran/ Tanah Kapur

    Tanah mediteran adalah tanah yang sifatnya tidak subur yang terbentuk dari

    pelapukan batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan

    Jawa Timur.

    8). Tanah Vertisol

    Tanah Vertisol adalah tanah yang umumnya berwarna hitam legam atau abu-abu

    kehitaman yang mempunyai ciri fisik mudah membentuk rekahan lebar dan ada pada

    musim kemarau dan mengalami pembalikan alami di musim hujan.

    Tabel II.2

    Jenis dan Karakteristik Tanah

    No. Jenis Tanah Terjadinya Sifatnya Persebarannya

    1. Tanah Podzolit merah kuning

    Terjadi dari pelapukan batuan yang mengandung kwarsa psa iklim basah dengan curah hujan 2500-3500 mm/tahun

    Basah jika terkena air

    Pegunungan di Nusa Tenggara

    2. Tanah Organosol Terjadi dari bahan indul organi seperti gambut dan rumput rawa pada iklim basah degan curah hujan lebih 2500 mm/th

    Tanah masih tertutup hutan rawa gambut dan rumput rawa

    Pasang surut tikur sumatra, pantai kalimantan bagian barat

    3. Tanah Aluvial Dari endapan lumpur yang dibawa melalui sungai-sungai

    Subur Sumatra bagian timur, jawa bagian utara, kalimantan bagian selatan

    4. .

    Tanah Kapur Dari batuan kapur yang umumnya terdapat di pegunungan kapur berumur tua

    Tidak subur Pegunungan kedung, blora, pegunungan sewu

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    28

    No. Jenis Tanah Terjadinya Sifatnya Persebarannya

    5. Tanah Vulkanis Dari pelapukan batu-batuan vulkanis baik dari lava/batu yang membeku maupun abu vulkanis yang membeku

    Sangat baik dan subur

    Jawa, Sumatra, bali, wilayah yang memiliki gunung berapi

    6. Tanah Pasir Dari batu pasir yang telah melapuk Kurang subur Pantai barat Sumatra Barat, Jawa Timur, Sulawesi, Yogyakarta

    7. Tanah Humus Tanah yang terjadi dari tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk

    Sangat subur Kawasan hutan Indonesia

    8. Tanah Laterit Tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium

    Tidak subur Jakarta, Banten, Kalimantan Barat, Pacitan

    Sumber : idkf.bogor.net

    2.2.3 Topografi

    Topografi adalah ilmu yang membahas tentang bentuk permukaan bumi. Umumnya

    topografi menunjukan relief permukaan dalam tiga dimensi serta identifikasi lahan. Bentuk

    yang dibahas memperlihatkan perbedaanperbedaan diantara wilayah-wilayah, misalnya

    wilyah yang relatif tinggi, dataran rendah, pegunungan, dan lain-lain. Bentang alam sebagai

    hasil pengukuran topografi menunjukkan dua unsur penting yaitu kemiringan (lereng) dan

    ketinggian.

    Kemiringan lereng merupakan ukuran kemiringan lahan relatif terhadap bidang datar

    yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat. Kecuraman lereng, panjang lereng

    dan bentuk lereng akan mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan.

    Tabel II.3

    Kelas kemiringan lereng dan nilai skor kemiringan lereng

    KELAS KEMIRINGAN ( % ) KLASIFIKASI

    I 0 8 Datar

    II > 8 15 Landai

    III >15 25 Agak Curam

    IV > 25 45 Curam

    V > 45 Sangat Curam

    Sumber : Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, 1986.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    29

    Bentuk kemiringan permukaan, bentuk topografi dibagi menjadi 3 kelas, yakni:

    a. Daerah Bertopografi Rata

    Merupakan daerah yang cenderung datar dan tidak banyak memiliki lekukan-lekukan

    pada permukaan bumi. Daerah bertopografi rata dibedakan lagi menjadi dataran rendah

    (dataran dengan ketinggian antara 0-200 meter dpl), dan dataran tinggi (dataran dengan

    ketinggian di atas 700 meter dpl).

    b. Daerah Bertopografi Kasar

    Merupakan daerah yang banyak memiliki lekukan-lekukan pada permukaan bumi

    seperti lembah, ngarai, jurang dan danau.

    Tabel II.4

    Klasifikasi Relief Bumi

    No. Beda Elevasi (m) Deskripsi

    1. < 25 Topografis rata hampir rata

    2. < 50 Sangat bergelombang

    3. 25 75 Sedikit bergelombang sangat bergelombang

    4. 50 150 Sangat bergelombang berbukit

    5. 100 200 Berbukit

    6. 200 500 Berbukit bergunung

    7. > 500 Pegunungan

    Sumber : Zuidam 1983

    2.2.4 Klimatologi

    Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan

    iklim seperti suhu, tekanan udara, kelembaban, angin dan curah hujan. Iklim adalah cuaca pada

    suatu daerah yang terjadi dalam jangka waktu yang lama. Iklim di dunia digolongkan menjadi 4,

    penggolongan iklim ini didasarkan pada letak suatu daerah menurut garis lintang dan suhu.

    Macammacam iklim dunia ada 4 jenis (Matthews,2005), yaitu :

    a. Iklim kutub;

    b. Iklim sedang;

    c. Iklim tropis;

    d. Iklim subtropis.

    Klasifikasi iklim dan curah hujan :

    a. Klasifikasin Iklim Menurut Matahari

    Sistem penggolongan iklim matahari didasarkan atas gerakan semu tahunan matahari

    antara lintang 23LU23LS. Daerah-daerah yang terletak di antara garis lintang

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    30

    tersebut menerima intensitas penyinaran matahari yang maksimal, sehingga rata-rata

    suhu udara harian dan tahunannya tinggi. Adapun wilayah-wilayah lainnya mendapat

    penyinaran matahari secara bervariasi. Oleh karena itu, dalam sistem klasifikasi iklim

    matahari, posisi lintang suatu tempat sangat menentukan tipe iklimnya.

    Iklim matahari disebut juga iklim pasti karena letak garis lintang sudah pasti tidak

    berubah-ubah. Iklim Matahari merupakan iklim yang penentuannya berdasarkan

    banyaknya sinar matahari yang diterima oleh bumi. Daerah yang paling banyak

    mendapatkan sinar panas Matahari adalah daerah yang terletak antara 023,5LU dan

    023,5LS. Dengan adanya gerak semu Matahari, daerah ini mendapat panas yang tinggi

    sepanjang tahun. Daerah yang letaknya semakin jauh dari khatulistiwa mendapatkan

    panas matahari yang semakin sedikit. Oleh karena itu, semakin tinggi garis lintang,

    daerah tersebut semakin dingin. Daerah iklim Matahari terbagi atas :

    1). iklim tropis (panas), antara 23,5LU23,5LS;

    2). iklim subtropis (daerah transisi), antara 23,5LU40LU dan 23,5LS40LS;

    3). iklim sedang, antara 40LU66,5LU dan 40LS66,5LS;

    4). iklim dingin (kutub), antara 66,5LU90LU dan 66,5LU90LU.

    Sumber: Meterologi dan Klimatologi, 1995

    Gambar 2.15 Pembagian Iklim Berdasarkan Iklim Matahari

    b. Klasifikasi Iklim Menurut Wladimir Koppen

    Seorang ahli klimatologi dari Universitas Graz Austria, Wladimir Koppen (1918)

    mencoba membuat sistem penggolongan iklim dunia berdasarkan unsur-unsur cuaca,

    meliputi intensitas, curah hujan, suhu, dan kelembapan. Klasifikasi iklim Koppen

    menggunakan sistem huruf. Huruf pertama dalam sistem klasifikasi iklim Koppen terdiri

    atas 5 huruf kapital yang menunjukkan karakter suhu atau curah hujan.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    31

    c. Klasifikasi Iklim Menurut Junghuhn

    Seperti halnya Schmidt dan Ferguson, untuk keperluan pola pembudidayaan tanaman

    perkebunan, seperti tanaman teh, kopi, dan kina, seorang ahli Botani dari Belanda

    bernama Junghuhn membuat penggolongan iklim khususnya di negara Indonesia

    terutama di Pulau Jawa berdasarkan pada garis ketinggian. Indikasi tipe iklim adalah

    jenis tumbuhan yang cocok hidup pada suatu kawasan. Junghuhn membagi lima wilayah

    iklim berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut sebagai berikut ini :

    1). Zone Iklim Panas, antara ketinggian 0700 mdpl, dengan suhu rata-rata tahunan di

    atas 22C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami padi, jagung, tebu, dan kelapa.

    2). Zone Iklim Sedang, antara ketinggian 7001.500 mdpl, dengan suhu rata-rata

    tahunan antara 15C22C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami komoditas

    perkebunan teh, karet, kopi, dan kina.

    3). Zone Iklim Sejuk, antara ketinggian 1.5002.500 mdpl, dengan suhu rata-rata

    tahunan antara 11C15C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami komoditas

    hortikultur seperti sayuran, bunga-bungaan, dan beberapa jenis buah-buahan.

    4). Zone Iklim Dingin, antara ketinggian 2.5004.000 mdpl, dengan suhu rata-rata

    tahunan kurang dari 11C. Tumbuhan yang masih mampu bertahan adalah lumut

    dan beberapa jenis rumput.

    5). Zone Iklim Salju Tropis, pada ketinggian lebih dari 4.000 mdpl.

    Klimatologi memperhatikan perubahan iklim masa lalu dan masa depan. Hal ini yang

    digunakan sebagai pertimbangan seorang perencana dalam membangun suatu daerah untuk

    memperkirakan perubahan iklim yang akan mempengaruhi struktur geologi daerah tersebut

    suatu saat nanti. Selanjutnya unsur-unsur cuaca dan iklim yaitu:

    a. Suhu Udara

    Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu

    udara atau derajat panas disebut termometer. Pengukuran biasa dinyatakan dalam skala

    Celsius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi dipermukaan bumi

    adalah didaerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub makin dingin. Sumber panas

    dari suhu berasal dari sinar matahari melalu peruses pemanasan udara.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu daerah:

    1). Lamanya penyinaran matahari;

    2). Relief permukaan bumi;

    3). Banyak sedikitnya awan;

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    32

    4). Perbedaan letak lintang;

    5). Sifat permukaan bumi.

    b. Suhu Tanah

    Suhu tanah dipengaruhi oleh jumlah serapan radiasi matahari oleh permukaan bumi.

    Pada siang hari suhu permukaan tanah akan lebih tinggi dibandingkan suhu pada lapisan

    tanah yang lebih dalam.

    c. Curah Hujan

    Curah hujan adalah kandungan titik air dalam awan yang semakin lama semakin

    tinggi. Apabila awan sudah tidak mampu lagi menampung titik-titik air karena sudah

    cukup banyak maka akan dijatuhkan kembali ke permukaan bumi dalam bentuk hujan

    atau prespitasi. Untuk mengukur intensitas curah hujan digunakan alat fluviograf atau

    rain gauge yang biasa menggunakan skala millimeter. Pada peta cuaca, daerah-daerah

    yang memiliki curah hujan dihubungkan dengan garis isohiet. Berdasarkan proses

    kejadiannya, kita mengenal tiga macam hujan yaitu, hujan orografis, hujan zenithal

    (konveksi), dan hujan frontal. Jumlah curah hujan di Indonesia tidak merata dan paling

    banyak terjadi selama angin muson bertiup.

    Menurut Schmdt dan Fergusson iklim dibagi menjadi delapan tipe dengan

    perhitungan Nilai Quantient (Q) dengan rumus:

    Perhitungan bulan kering dan basah menggunakan skala Mohr sebagai berikut:

    1). Bulan kering yaitu bulan yang curah hujannya < 60 mm.

    2). Bulan basah yaitu bulan yang curah hujannya > 100 mm.

    3). Bulan lembab yaitu bulan yang curah hujannya antara 60 100 mm.

    Klasifikasi nilai Q ditunjukkan dalam tabel berikut ini:

    Tabel II.5

    Data Pembagi Nilai Q menurut Schmidt - Fergusson

    Tipe Besar Nilai Q Ciri ciri

    A 0 - 14,3 Sangat basah, vegetasi hutan hujan tropis

    B 14,3 - 33,3 Basah, vegetasi hutan hujan tropis

    C 33,3 - 60 Agak basah, vegetasi hutan rimba, vegatasi meranggas

    D 60 - 100 Sedang, vegetasi hutan musim

    E 100 - 167 Agak kering, vegetasi hutan belantara (sabana)

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    33

    Tipe Besar Nilai Q Ciri ciri

    F 167 - 300 Kering, vegetasi sabana

    G 300 - 700 Sangat kering, vegetasi padang ilalang

    H > 700 Ekstrim kering, vegetasi padang ilalang Sumber : Data Klimatoogi BMG Kota Semarang, 2001

    Tabel II.6

    Intensitas Hujan Harian Rata Rata

    No. Kelas Interval (mm / hr) Deskripsi Skor

    1. I 0 13,6 Sangat rendah 10

    2. II 13,6 20,7 Rendah 20

    3. III 20,7 27,7 Sedang 30

    4. IV 27,7 34,8 Tinggi 40

    5. V > 34,8 Sangat Tinggi 50

    Sumber : SK Menteri Kehutanan No. 837 / KPTS / UM / II / 1980 dan No. 683 / KPTS / UM / VII / 1981

    Bulan kering terjadi ketika bulan itu mempunyai hari hujan yang sedikit dan curah

    hujannya rendah sedangkan untuk bulan basah terjadi ketika bulan tersebut mempunyai

    hari hujan yang banyak.

    2.2.5 Stratigrafi

    Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi

    perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari

    hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut

    studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif

    maupun absolutnya (kronostratigrafi). Stratigrafi dipelajari untuk mengetahui luas penyebaran

    lapisan batuan. Stratigrafi dalam arti sempit merupakan ilmu pemerian atau deskripsi lahan-

    lahan. Sedangkan dalam artian luas adalah ilmu yang membahas aturan hubungan dan

    kejadian macam-macam batuan di alam. Statigrafi menjelaskan hubungan geometris dan umur

    antara macam-macam lensa, dasar dan formasi dalam geologi sistem dari asal terjadinya

    sedimentasi. Stratigrafi digunakan untuk menentukan urutan cara terjadinya batuan, struktur

    geologi, fisiografis dan penilaian secara ekonomi pada suatu daerah peneliti.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    34

    Sumber : www.journalgeology.com

    Gambar 2.16 Stratigrafi

    Stratigrafi terdiri dari beberapa elemen penyusun, yaitu :

    a. Elemen Batuan, pada stratigrafi batuan yang lebih diperdalam untuk dipelajari adalah

    batuan sedimen, karena batuan ini memiliki perlapisan, terkadang batuan beku dan

    metamorf juga dipelajari dalam kapasitas yang sedikit.

    b. Unsur Perlapisan (Waktu), merupakan salah satu sifat batuan sedimen yang

    disebabkan oleh proses pengendapan sehingga menghasilkan bidang batas antara

    lapisan satu dengan yang lainnya yang merepresentasikan perbedaan waktu/periode

    pengendapan.

    Sumber :ubb.ac.id

    Gambar 2.17 Gambar Perlapisan

    Bidang perlapisan merupakan hasil dari suatu proses sedimentasi yang berupa:

    1). Berhentinya suatu pengendapan sedimen dan kemudian dilanjutkan oleh

    pengendapan sedimen yang lain.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    35

    2). Perubahan warna material batuan yang diendapkan.

    3). Perubahan tekstur batuan (misalnya perubahan ukuran dan bentuk butir).

    4). Perubahan struktur sedimen dari satu lapisan ke lapisan lainnya.

    5). Perubahan kandungan material dalam tiap lapisan (komposisi mineral, kandungan

    fosil, dll).

    Pada suatu bidang perlapisan, terdapat bidang batas antara satu lapisan dengan lapisan

    yang lain.Bidang batas itu disebut sebagai kontak antar lapisan. Terdapat dua macam kontak

    antar lapisan, yaitu :

    a. Kontak Tajam, yaitu kontak antara lapisan satu dengan lainnya yang menunjukkan

    perbedaan sifat fisik yang sangat mencolok sehingga dapat dengan mudah diamati

    perbedaannya antara satu lapisan dengan lapisan lain. Perbedaan mencolok tersebut

    salah satu contohnya berupa perubahan litologi.

    b. Kontak Berangsur, merupakan kontak lapisan yang perubahannya bergradasi

    sehingga batas kedua lapisan tidak jelas dan untuk menentukannya mempergunakan

    caracara tertentu. Terdapat dua jenis kontak berangsur, yaitu :

    1). Kontak Progradasi

    2). Kontak Interkalasi

    c. Kontak erosional, merupakan kontak antar lapisan dengan kenampakan bidang

    perlapisan yang tergerus/tererosi baik oleh arus maupun oleh material yang terbawa

    oleh arus.

    Untuk skala yang lebih luas, kontak antar formasi ataupun antar satuan batuan yang

    memiliki karakteristik yang sama, dikenal dengan istilah hubungan stratigrafi.

    Kontak/hubungan stratigrafi ini terdiri dari dua jenis, yaitu kontak selaras dan kontak tidak

    selaras.

    a. Kontak Selaras atau disebut Conformity yaitu kontak yang terjadi antara dua lapisan

    yang sejajar dengan volume interupsi pengendapan yang kecil atau tidak ada sama

    sekali. Jenis kontak ini terbagi dua, yaitu kontak tajam dan kontak berangsur.

    b. Kontak Lapisan Tidak Selaras atau disebut Unconformity yaitu merupakan suatu

    bidang ketidakselarasan antar lapisan. Terdapat empat macam bidang

    ketidakselarasan, yaitu:

    1). Angular Unconformity, disebut juga ketidakselarasan sudut, merupakan

    ketidakselarasan yang kenampakannya menunjukan suatu lapisan yang telah

    terlipatkan dan tererosi, kemudian di atas lapisan tersebut diendapkan lapisan lain.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    36

    2). Disconformity, kenampakannya berupa suatu lapisan yang telah tererosi dan di

    atas bidang erosi tersebut diendapkan lapisan lain.

    3). Paraconformity, disebut juga keselarasan semu, yang menunjukkan suatu lapisan

    di atas dan di bawahnya yang sejajar.

    4). Nonconformity, merupakan ketidakselarasan yang yang terjadi dimana terdapat

    kontak jelas antara batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.

    (a) (b)

    (c) (d)

    Sumber: geo.wvu.edu

    Gambar 2.18 (a). Angular Unconformity (b). Disconformity (c). Paraconformity (d). Nonconformity

    Untuk hubungan stratigrafi ini, sangat sulit untuk diobservasi dalam skala singkapan.

    Hubungan stratigrafi ini dapat diketahui dari rekonstruksi peta pola jurus. Elemen Struktur

    Sedimen, struktur sedimen ini merupakan suatu kenampakan yang terdapat pada batuan

    sedimen di mana kenampakannya itu disebabkan oleh proses sedimentasi pada batuan

    tersebut, seperti aliran air, deformasi, aktivitas biogenik (oleh hewan dan tumbuhan), serta

    aliran gravitasi sedimen. Struktur sedimen ini harus dianalisa langsung di lapangan, dengan

    tujuan untuk menentukan lingkungan pengendapan batuan serta untuk menentukan posisi

    atas dan bawah dari suatu lapisan.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    37

    Susunan stratigrafi menurut RE. Thden, dkk :1996 adalah sebagai berikut:

    a. Endapan Aluvium (Qa)

    Merupakan endapan yang terdiri dari endapan aluvium pantai, sungai dan danau.

    Endapan pantai sebagian besar litologinya terdiri dari lempung, lamau, pasir dan

    campuran diantaranya mencapai ketebalan 50 meter atau lebih. Sedangkan endapan

    sungai dan danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir, lanau yang memiliki ketebalan

    mencapai antara 1-3 meter, yang bongkahannya tersusun dari andesit, batu lempungan

    dan sedikit batu pasir, dan makin kearah pantai makin bersifat lempung.

    b. Batuan Gunungapi Gajah Mungkur (Qhg)

    Batuannya berupa lava andesit berwarna abu-abu kehitaman, berbutir halus,

    holokristalin, komposisi terdiri dari feldspar, hornblende, dan augit, bersifat keras dan

    kompak. Memperlihatkan struktur kekar berlembar (Sheeting Joint).

    c. Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk)

    Batuannya berupa lava basalt, berwarna abu-abu kehitaman, halus, komposisi mineral

    terdiri dari feldspar, olivine dan augit, sangat keras.

    d. Formasi Jongkong (Qpj)

    Breksi andesit hornblende dan aliran lava. Breksi andesit berwarna coklat kehitaman,

    komponen berukuran 1-50, porositas sedang, kompak, dan keras. Aliran lava berwarna

    abu-abu tua, berbutir halus dan memperlihatkan struktur vasikuler.

    e. Formasi Damar (QTd)

    Formasi ini dibagi lagi menjadi 3 macam yaitu formasi damar bagian bawah, bagian

    tengah, dan bagian atas. :

    1). Formasi Damar Bagian Bawah

    2). Formasi Damar Bagian Tengah

    3). Formasi Damar Bagian Atas

    f. Formasi Kaligetas (Qpkg)

    Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus sampai

    kasar, setempat dibawahnya ditemukan batu lempung mengandung oluska dan batu

    pasir tufaan.

    g. Formasi Kalibening (Tmkl)

    Batuan terdiri dari napal, batu pasir tufaan dan batuan gamping.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    38

    h. Formasi Kerek (Tmk)

    Perselingan batu gamping, napal, batu pasir, tufaan, konglomerat, breksi vulkanik

    dan batu lempung.

    2.2.6 Hidrologi

    Hidrologi Adalah suatu ilmu yang mempelajari air dibumi, kejadian, sirkulasi dan

    distribusi, sifat-sifat kimia, fisika dan reaksinya dengan lingkungan, termasuk hubungannya

    dengan mahkluk hidup. Domain hidrologi mencakup seluruh sejarah keberadaan air di bumi.

    Hidrologi disebut sebagai sain karena hidrologi ini diturunkan dari ilmu-ilmu dasar seperti

    matematika, fisika, meteorologi dan geologi.

    Siklus hidrologi adalah prinsip dasar yang paling utama dalam hidrologi. Siklus hidrologi

    ini digambarkan sebagai suatu rangkaian yang rumit dari peredaran air dalam berbagai wujud

    (cair dan uap air) pada permukaan, di bawah permukaan bumi dan di atmosfir, dimana hukum

    kekentalan massa ditampilkan sebagai azas yang paling mendasar. Siklus hidrologi merupakan

    rangkaian peristiwa yang terjadi mulai dari air saat jatuh ke bumi hingga menguap keudara

    hingga kemudian jatuh kembali kebumi. Siklusnya tidak berpangkal dan berakhir dari laut ke

    atmosfir terus kepermukaan tanah dan kembali kelaut, dalam pergerakannya untuk sementara

    air akan tertahan didanau, sungai, tanah, atau air tanah dan dapat dimamfaatkan oleh manusia,

    kemudian kembali ke atmosfir. Presipitasi merupakan semua bentuk curahan alat atmosfir

    yang jatuh kepermukaan bumi yang mana terdapat beberapa bentuk baik cair maupun padat

    seperti : curah hujan, sleet, embun, dan salju. Curah hujan adalah jumlah hujan yang jatuh yang

    ditangkap oleh alat pendeteksi hujan dalam mm. Kedalaman hujan yaitu banyaknya air atau

    jumlah air yang jatuh kepermukaan bumi dalam satuan mm. sedangkan intensitas hujan adalah

    lamanya curah hujan yang berlangsung pada saat tertentu satuannya mm / (menit atau jam).

    Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan

    kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air

    samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan

    secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju,

    hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    39

    Sumber : clasfaculty.ucdenver.edu

    Gambar 2.19 Siklus Hidrologi

    Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa) dan

    sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir

    ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi

    yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan

    relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.

    Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas

    atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah.

    Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang

    berbeda:

    a. Evaporasi / transpirasi Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb.

    kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan.

    Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya

    akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.

    b. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah

    dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi

    kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan

    tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.

    c. Air Permukaan Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan

    danau, makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan

    semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban.

    Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang

    membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    40

    2.2.7 Hidrogeologi

    Hidrogeologi merupakan perpaduan antara ilmu geologi dengan ilmu hidrolika yang

    kajiannya dititik beratkan pada gerakan air tanah delam secara hidrolik. Gabungan dua kata

    hidro dan geologi menunjukkan secara implisit pengertian geologi dan air, atau dengan kata

    lain adalah merupakan suatu studi tentang interaksi antara kerangka unsur batuan dengan air

    tanah. Dalam istilah hidrolika maka istilah gerakan dalam tanah dikenal dengan hidrolika dalam

    media porus, karena air tanah mengalir diantara sela-sela butiran tanah yang sekaligus sebagai

    media.

    Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah

    permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya

    terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit

    dilakukan.

    Pengetahuan tentang hidrogeologi ini penting bagi manusia, karena fungsi dan kegunaannya

    meliputi 3 aspek (Told daiam RJ Kodoatie, 1990) :

    a. Aspek sebagai sumber alam yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia.

    b. Aspek bagian hidrologi di dalam tanah yang mempengaruhi keseimbangan siklus

    global.

    c. Aspek anggota atau gen dari geologi.

    Beberapa istilah penting yang merupakan bagian dari hidrogeologi dijelaskan definisinya, yaitu:

    a. Aquifer

    Definisi aquifer ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi

    yang permeable baik yang terkonsolidasi (misalnya lempung) maupun yang tidak

    terkonsolidasi (pasir) dengan kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran

    konduktivitas hidraulik (K) sehingga dapat membawa air (atau air dapat diambil) dalam

    jumlah (kuantitas) yang ekonomis.

    Aquifer dengan Aliran Melalui Ruang Antar Butir ( Aquifers in which flow is intergranular):

    1). Aquifer produktif dengan penyebaran luas (extensive, productive aquifers)

    Aquifer terutama pasir, dengan keterusan sedang. Kedudukan muka air tanah

    bebas umumnya dekat permukaan sampai 5 meter dari muka air tanah tersebut.

    Debit mata air umumnya kurang dari 50 liter/detik. Debit sumur diperkirakan

    mencapai 10 liter/detik.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    41

    2). Aquifer produktivitas sedang, dengan penyebaran luas (extansive, moderately

    productive aquifers)

    Aquifer terutama pasir, dengan keterusan sedang sampai rendah. Kedudukan

    muka air tanah bebas umumnya dekat permukaan sampai 14 meter dari muka air

    tanah setempat. Debit mata air umumnya kurang dari 25 liter/detik. Debit sumur

    diperkirakan mencapai 5 liter/detik.

    3). Aquifer dengan produktivitas sedang (locally,moderately producive aquifers)

    Aquifer terutama pasir lempungan, tidak menerus, tipis dengan keterusan rendah.

    Kedudukan muka air tanah bebas umumnya dekat permukaan, kurang dari 10

    meter dari muka tanah setempat. Debit mata air umumnya kurang dari 10

    liter/detik. Debit sumur diperkirakan kurang dari 5 liter/detik.

    b. Aquiclude (impermeable layer)

    Definisinya ialah suatu lapisan lapisan, formasi, atau kelompok formasi suatu geologi

    yang impermable dengan nilai konduktivitas hidraulik yang sangat kecil sehingga tidak

    memungkinkan air melewatinya. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan pambatas atas

    dan bawah suatu confined aquifer.

    c. Aquitard (semi impervious layer)

    Definisinya ialah suatu lapisan lapisan, formasi, atau kelompok formasi suatu geologi

    yang permeable dengan nilai konduktivitas hidraulik yang kecil namun masih

    memungkinkan air melewati lapisan ini walaupun dengan gerakan yang lambat. Dapat

    dikatakan juga merupakan lapisan pambatas atas dan bawah suatu semi confined aquifer.

    d. Confined Aquifer

    Merupakan aquifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan bawahnya

    merupakan aquiclude dan tekanan airnya lebih besar dari tekanan atmosfir. Pada lapisan

    pembatasnya tidak ada air yang mengalir (no flux).

    e. Semi Confined (leaky) Aquifer

    Merupakan aquifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas berupa aquitard dan

    lapisan bawahnya merupakan aquiclude. Pada lapisan pembatas di bagian atasnya

    karena bersifat aquitard masih ada air yang mengalir ke aquifer tersebut (influx)

    walaupun hidraulik konduktivitasnya jauh lebih kecil dibandingkan hidraulik

    konduktivitas aquifer. Tekanan airnya pada aquifer lebih besar dari tekanan atmosfir.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    42

    f. Unconfined Aquifer

    Merupakan aquifer jenuh air (satured). Lapisan pembatasnya, yang merupakan

    aquitard, hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas aquitard dilapisan

    atasnya, batas di lapisan atas berupa muka air tanah. Dengan kata lain merupakan

    akuifer yang mempunyai muka air tanah.

    g. Semi Unconfined Aquifer

    Merupakan aquifer yang jenuh air (satured) yang dibatasi hanya lapisan bawahnya

    yang merupakan aquitard. Pada bagian atasnya ada pembatas yang mempunyai hidraulik

    konduktivitas lebih kecil daripada hidraulik konduktivitas dari aquifer. Aquifer ini juga

    mempunyai muka air tanah yang terletak pada lapisan pembatas tersebut.

    h. Artesian Aquifer

    Merupakan confined aquifer dimana ketinggian hidrauliknya (potentiometric surface)

    lebih tinggi daripada muka tanah. Oleh karena itu apabila pada akuifer ini dilakukan

    pengeboran maka akan timbul pancaran air (spring), karena air yang keluar dari

    pengeboran ini berusaha mencapai ketinggian hidraulik tersebut.

    2.2.8 Struktur Geologi

    Struktur Geologi adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan

    permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya. Struktur Geologi

    mencakup bentuk permukaan yang juga dibahas pada studi geomorfologi, metamorfisme dan

    geologi rekayasa. Dengan mempelajari struktur tiga dimensi batuan dan daerah, dapat dibuat

    kesimpulan mengenai sejarah tektonik, lingkungan geologi pada masa lampau dan kejadian

    deformasinya. Hal ini dapat dipadukan pada waktu dengan menggunakan kontrol stratigrafi

    maupun geokronologi, untuk menentukan waktu pembentukan struktur tersebut. Secara lebih

    formal dinyatakan sebagai cabang geologi yang berhubungan dengan proses geologi dimana

    suatu gaya telah menyebabkan transformasi bentuk, susunan, atau struktur internal batuan

    kedalam bentuk, susunan, atau susunan intenal yang lain. Strukrur geologi dibagi menjadi 3

    yaitu:

    a. Struktur Sesar

    Patahan atau sesar (fault) adalah satu bentuk rekahan pada lapisan batuan bumi

    menyebabkan satu blok batuan bergerak relatif terhadap blok yang lain. Pergerakan bisa

    relatif turun, relatif naik, ataupun bergerak relatif mendatar terhadap blok yang lain.

    Pergerakan yang tiba-tiba dari suatu patahan atau sesar bisa mengakibatkan gempa

    bumi. Sesar (fault) merupakan bidang rekahan atau zona rekahan pada batuan yang

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    43

    sudah mengalami pergeseran (Williams, 2004). Beberapa istilah yang dipakai dalam

    analisis sesar antara lain

    1). Jurus sesar (strike of fault) adalah arah garis perpotongan bidang sesar dengan

    bidang horisontal dan biasanya diukur dari arah utara.

    2). Kemiringan sesar (dip of fault) adalah sudut yang dibentuk antara bidang sesar

    dengan bidang horisontal, diukur tegak lurus strike.

    3). Net slip adalah pergeseran relatif suatu titik yang semula berimpit pada bidang

    sesar akibat adanya sesar.

    4). Rake adalah sudut yang dibentuk oleh net slip dengan strike slip (pergeseran

    horisontal searah jurus) pada bidang sesar.

    sumber: bmkg.stageoflampung.com

    Gambar 2.20 Bagian-bagian Sesar

    Secara garis besar, sesar dibagi menjadi dua, yaitu sesar tampak dan sesar buta (blind

    fault). Pengenalan sesar di lapangan biasanya cukup sulit. Beberapa kenampakan yang dapat

    digunakan sebagai penunjuk adanya sesar antara lain:

    a. Adanya struktur yang tidak menerus (lapisan terpotong dengan tiba-tiba);

    b. Adanya perulangan lapisan atau hilangnya lapisan batuan;

    c. Kenampakan khas pada bidang sesar, seperti cermin sesar, gores garis;

    d. Kenampakan khas pada zona sesar, seperti seretan (drag), breksi sesar, horses, atau

    lices, milonit;

    e. Petunjuk fisiografi, seperti gawir (scarp), scarplets (piedmont scarp), triangular facet,

    dan terpotongnya bagian depan rangkaian pegunungan struktural;

    f. Adanya boundins : lapisan batuan yang terpotong-potong akibat sesar.

    Klasifikasi sesar dapat dibedakan berdasarkan geometri dan genesanya:

    a. Klasifikasi geometris

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    44

    1). Berdasarkan rake dari net slip.

    strike slip fault (rake=0)

    diagonal slip fault (0 < rake

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    45

    b. Klasifikasi genetis

    Berdasarkan orientasi pola tegasan yang utama (Anderson, 1951) sesar dapat

    dibedakan menjadi :

    1). Sesar anjak (thrust fault) bila tegasan maksimum dan menengah mendatar.

    2). Sesar normal bila tegasan utama vertikal.

    3). Strike slip fault atau wrench fault (high dip, transverse to regional structure)

    Beberapa Jenis Sesar dan Penjelasannya

    a. Sesar Normal / Sesar Turun (Extention Faulth)

    Sesar normal dikenali juga sebagai sesar gravitasi, dengan gaya gravitasi sebagai

    gaya utama yang menggerakannya. Ia juga dikenali sebagai sesar ekstensi

    (Extention Faulth) sebab ia memanjangkan perlapisan, atau menipis kerak bumi.

    Sesar normal yang mempunyai salah yang menjadi datar di bagian dalam bumi

    dikenali sebagai sesar listrik. Sesar listrik ini juga dikaitkan dengan sesar tumbuh

    (growth fault), dengan pengendapan dan pergerakan sesar berlaku serentak. Satah

    sesar normal menjadi datar ke dalam bumi, sama seperti yang berlaku ke atas sesar

    sungkup. Pada permukaan bumi, sesar normal juga jarang sekali berlaku secara

    bersendirian, tetapi bercabang.

    Cabang sesar yang turun searah dengan sesar utama dikenali sebagai sesar

    sintetik, sementara sesar yang berlawanan arah dikenali sebagai sesar antitetik.

    Kedua cabang sesar ini bertemu dengan sesar utama di bagian dalam bumi. Sesar

    normal sering dikaitkan dengan perlipatan. Misalnya, sesar di bagian dalam bumi

    akan bertukar menjadi lipatan monoklin di permukaan.

    Hanging wall relatif turun terhadap foot wall, bidang sesarnya mempunyai

    kemiringan yang besar. Sesar ini biasanya disebut juga sesar turun.

    Sumber: geocaching.com

    Gambar 2.22 Extension Faulth

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    46

    Patahan atau sesar turun adalah satu bentuk rekahan pada lapisan bumi yang

    menyebabkan satu blok batuan bergerak relatif turun terhadap blok lainnya. Fault

    scarp adalah bidang miring imaginer tadi atau dalam kenyataannya adalah

    permukaan dari bidang sesar.

    b. Sesar naik (reverse fault / contraction faulth)

    Sesar naik (reverse fault) untuk sesar naik ini bagian hanging wall-nya relatif

    bergerak naik terhadap bagian foot wall. Salah satu ciri sesar naik adalah sudut

    kemiringan dari sesar itu termasuk kecil, berbeda dengn sesar turun yang punya

    sudut kemiringan bisa mendekati vertical. Nampak lapisan batuan yang berwarna

    lebih merah pada hanging wall berada pada posisi yang lebih atas dari lapisan

    batuan yang sama pada foot wall. Ini menandakan lapisan yang ada di hanging wall

    udah bergerak relatif naik terhadap foot wall-nya.

    Sumber: http://geoenviron.com

    Gambar 2.23 Reverse fault / contraction faulth

    c. Sesar mendatar (Strike slip fault / Transcurent fault / Wrench fault)

    Sesar mendatar (Strike slip fault / Transcurent fault / Wrench fault) adalah sesar

    yang pembentukannya dipengaruhi oleh tegasan kompresi. Posisi tegasan utama

    pembentuk sesar ini adalah horizontal, sama dengan posisi tegasan minimumnya,

    sedangkan posisi tegasan menengah adalah vertikal. Umumnya bidang sesar

    mendatar digambarkan sebagai bidang vertikal, sehingga istilah hanging wall dan

    foot wall tidak lazim digunakan di dalam sistem sesar ini. Berdasarkan gerak

    relatifnya, sesar ini dibedakan menjadi sinistral (mengiri) dan dekstral (menganan).

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    47

    Sumber: conrsv.ca.gov

    Gambar 2.24 Strike slip fault / Transcurent fault / Wrench fault

    b. Struktur Kekar

    Kekar merupakan salah satu struktur yang paling umum dijumpai pada batuan. Kekar

    atau joint adalah rekahan-rekahan pada batuan yang berbentuk lurus, planar dan tidak

    terjadi pergeseran. Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat

    suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara

    umum dicirikan oleh:

    1). Pemotongan bidang perlapisan batuan;

    2). Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb;

    3). Kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan

    karakter;

    4). retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.

    Perbedaan kekar dengan struktur retakan biasa adalah kekar terjadi dalam pola-pola

    yang teratur. Biasanya berupa garis lurus yang arahnya tegak lurus vektor tegasan

    (stress). Terkadang beberapa kekar saling berpotongan, membagi sebuah batuan besar

    menjadi balok-balok yang saling terpisah. Kekar terjadi pada lingkungan geologi yang

    bertekanan rendah. Kekar umumnya terdapat sebagai rekahan tensional dan tidak ada

    gerak sejajar bidangnya. Kekar membagi-bagi batuan yang tersingkap menjadi blok-blok

    yang besarnya bergantung pada kerapatan kekarnya juga merupakan bentuk rekahan

    paling sederhana yang dijumpai pada hampir semua batuan. Biasanya terdapat sebagai

    dua set rekahan, yang perpotongannya membentuk sudut berkisar antara 45 sampai 90

    derajat. Kekar merupakan jenis struktur batuan yang berbentuk bidang pecah. Sifat dari

    bidang ini memisahkan batuan menjadi bagian-bagian yang terpisah. Tetapi tidak

    mengalami perubahan posisinya. Sehingga menjadi jalan atau rongga atau kesarangan

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    48

    batuan yang dapat dilalui cairan dari luar beserta materi lain seperti air, gas dan unsur-

    unsur lain yang menyertainya.

    Klasifikasi kekar atau joint terdiri dari beberapa klasifikasi yaitu :

    a. Berdasrkan Cara Terbentuknya:

    1). Kekar Pengkerutan (Srinkage Joint)

    Srinkage Joint adalah kekar yang disebabkan karena gaya pengerutan yang timbul

    akibat pendinginan (kalau pada batuan beku terlihat dalam bentuk kekar

    tiang/kolom) atau akibat pengeringan (seperti pada batuan sedimen). Kekar ini

    biasanya berbentuk polyangonal yang memanjang.

    2). Kekar Lembar (Sheet Joint)

    Kekar Lembar yaitu sekumpulan kekar yang kira-kira sejajar dengan permukaan

    tanah. Sheet joint terbentuk akibat penghilangan beban batuan yang tererosi.

    Penghilangan beban pada sheet joint terjadi akibat:

    Batuan beku belum benar-benar membeku secara menyeluruh.

    Proses erosi yang dipecepat pada bagian atas batuan beku.

    Adanya peristiwa intrusi konkordan (sill) dangkal.

    b. Berdasarkan Bentuknya

    1). Kekar Sistematik: yaitu keakar dalam bentuk berpasangan arahnya sejajar satu

    dengan yang lainnya.

    2). Kekar Non Sistematik: yaitu kekar yang tidak teratur biasanya melengkung dapat

    saling bertemu atau bersilangan di antara kekar lainnya atau tidak memotong

    kekar lainnya dan berakhir pada bidang perlapisan.

    c. Kekar Berdasarkan Ganesanya

    1). Kekar Kolom

    Kekar Kolom umumnya terdapat pada batuan basalt, tetapi kadang juga terdapat

    pada batuan beku jenis lainnya. Kolom-kolom ini berkembang tegak lurus pada

    permukaan pendinginan, sehingga pada sill atau aliran tersebut akan berdiri

    vertikal sedangkan pada dike kurang lebih akan horizontal.

    2). Kekar Gerus

    Kekar Gerus (Shear Joint), yaitu kekar yang terjadi akibat stress yang cenderung

    mengelincirkan bidang satu sama lainnya yang berdekatan.

    Ciri-ciri sesar gerus di lapangan:

    Biasanya bidangnya licin.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    49

    Memotong seluruh batuan.

    Memotong komponen batuan.

    Biasanya ada gores garis.

    Adanya joint set berpola belah ketupat.

    3). Kekar Lembar

    Kekar lembar (sheet joint) adalah sekumpulan kekar yang kira-kira sejajar dengan

    permukaan tanah, terutama pada batuan beku. Terbentuknya kekar ini akibat

    penghilangan beban batuan yang tererosi. Penghilangan beban pada kekar ini

    terjadi akibat:

    Batuan beku belum benar-benar membeku secara menyeluruh

    Tiba-tiba diatasnya terjadi erosi yang dipercepat

    Sering terjadi pada sebuah intrusi konkordan (sill) dangkal

    4). Kekar Tarik (Esktension Joint dan Release Joint)

    Kekar Tarikan (Tensional Joint), yaitu kekar yang terbentuk dengan arah tegak

    lurus dari gaya yang cenderung untuk memindahkan batuan (gaya tension). Hal ini

    terjadi akibat dari stress yang cenderung untuk membelah dengan cara

    menekannya pada arah yang berlawanan, dan akhirnya kedua dindingnya akan

    saling menjauhi. Ciri-ciri dilapangan:

    Bidang kekar tidak rata.

    Selalu terbuka.

    Polanya sering tidak teratur, kalaupun teratur biasanya akan berpola kotak-

    kotak.

    Karena terbuka, maka dapat terisi mineral yangkemudian disebut vein.

    c. Struktur Lipatan (Fold/Folded/Folding)

    Lipatan adalah lekukan-lekukan di lapisan batuan dan terjadi atas bended, bawah,

    atau kekuatan tekanan samping adalah penyebab utama dari lipatan. Perubahan bentuk

    dan volume pada batuan yang ditunjukkan dengan lengkungan atau melipatnya batuan

    tersebut akibat pengaruh suatu tegangan (gaya) yang bekerja pada batuan tersebut.

    Jenis-jenis Lipatan:

    a. Antiklin

    Serangkaian lapisan atas melengkung dengan bagian sisi (kaki) mencelupkan ke arah

    yang berlawanan dari bagian tengah lipatan perpecahan dengan plane yang disebut

    bidang aksial dan diamati pada puncak (plan) pandangan sebagai sumbu lipatan

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    50

    permukaan yang tererosi ini menunjukkan batuan menjadi semakin muda jauh dari

    sumbu lipatan (fold axis).

    b. Sinklin

    Sinklin adalah serangkaian lapisan bawah melengkung dengan kaki mencelupkan ke

    dalam arah yang berlawanan terhadap sumbu lipatan permukaan yang tererosi ini

    menunjukan batuan menjadi semakin tua jauh dari sumbu lipatan.

    c. Kubah (Dome)

    Kubah adalah seri atas-melengkung dari lapisan dengan tempat di semua sisi dipping

    jauh dari pusat sepanjang 360 derajat, permukaan yang tererosi menunjukan batuan

    menjadi semakin muda jauh dari pusat struktur.

    d. Cekungan

    Serangkaian bawahmelengkung dari lapisan dengan tempat di semua sisi dalam

    dipping menuju pusat sepanjang 360 derajat - permukaan yang tererosi ini menunjukkan

    batuan menjadi semakin tua jauh dari pusat struktur

    e. Monoklin

    Sebuah tikungan di lapisan mengakibatkan lokal steepening di kemiringan lapisan

    yang hampir datar berbaring di kedua sisi.

    Sumber : http://museum.bgl.esdm.go.id

    Gambar 2.25 Anticline dan Syncline

    2.2.9 Bahaya Geologi

    Bahaya geologi adalah suatu kondisi secara alamiah maupun akibat ulah manusia yang

    berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia. Bahaya

    berpotensi menimbulkan bencana, tetapi tidak semua bahaya selalu menjadi bencana. Bahaya

    Geologi atau sering kita sebut bencana alam ada beberapa jenis diantaranya :

    a. Gempa bumi

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    51

    Gempa bumi (Earthquake) adalah getaran/goncangan/gerakan bergelombang yang

    dirasakan di permukaan bumi yang terjadi akibat perubahan mendadak lapisan kulit

    bumi karena pengaruh aktivitas tenaga asal dalam (endogen). Getaran tersebut dapat

    direkam oleh pencatat gempabumi (Seismograf).

    b. Jenis Gempa Bumi

    1). Gempabumi Tektonik, gempa yang terjadi karena adanya dislokasi/pergeseran

    lapisan kulit bumi akibat aktivitas tektonik berupa tenaga tarikan dan tekanan.

    2). Gempabumi Vulkanik, gempa yang terjadi akibat aktivitas gunungapi.

    3). Gempabumi Runtuhan, gempa yang terjadi akibat runtuhnya atap gua, tambang

    bawah tanah, amblesan, dsb.

    Sumber : http://museum.bgl.esdm.go.id

    Gambar 2.26 Retakan Gempa Bumi

    c. Tsunami

    Tsunami yang biasa disebut sebagai gelombang pasang, adalah suatu fenomena

    gelombang laut yang tinggi/besar dan berkekuatan, yang terjadi akibat adanya

    gangguan mendadak pada permukaan dasar laut yang secara vertikal mempengaruhi

    volume kolom air.

    Mekanisme terjadinya tsunami :

    1). Terjadi gempabumi tektonik akibat peristiwa tumbukan lempeng.

    2). Terjadi pengurangan volume air sehingga air laut menyusut sesaat.

    3). Terbentuklah gelombang laut yang semakin kuat ke arah pantai.

    4). Terjadilah gelombang tsunami yang tingginya sesuai perbedaan elevasi.

    5). Tsunami akan terpecah dan tertahan oleh tanggul pepohonan.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    52

    Sumber: news.nationalgeographic.com

    Gambar 2.27 Tsunami

    d. Gunung Api

    Gunungapi adalah bukit atau gunung yang mempunyai lubang kepundan sebagai

    tempat keluarnya magma dan atau gas ke permukaan bumi. Di seluruh wilayah Indonesia

    terdapat 129 gunungapi aktif (+ 13 % dari gunungapi aktif dunia). Semua gunung api

    tersebut berada pada jalur tektonik yang memanjang mulai dari Sumatera bagian utara

    menerus ke arah selatan melalui Jawa, Nusatenggara, sampai Laut Banda (sesuai dengan

    penyusupan Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia). Deretan ini dikenal

    sebagai jalur Mediteran. Kelompok gunungapi lainnya terdapat di Sulawesi Utara dan

    Maluku (penyusupan Lempeng Pasifik ke bawah Lempeng Eurasia). Deretan ini disebut

    jalur Lingkar Pasifik (Circum Pacific). Letusan gunungapi adalah suatu peristiwa alam

    yang terjadi akibat pembebasan energi yang terakumulasi di dalam sebuah gunungapi.

    Apabila magmanya bersifat basa (cair), maka letusannya hanya berupa leleran lava.

    Tetapi bila magmanya bersifat asam (kental), letusannya dapat berupa semburan bom,

    lapili, abu dan awan panas.

    Sifat Letusan Gunung Api :

    1). Efusif/Leleran/Lelehan (Effusions)

    Letusan yang bersifat leleran/lelehan lava melalui retakan yang terdapat pada

    tubuh gunungapi, karena magmanya encer dan tekanannya lemah.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    53

    Sumber: http://museum.bgl.esdm.go.id

    Gambar 2.28 Lelehan gunung merapi

    2). Eksplosif/Ledakan (Explosions)

    Letusan yang bersifat ledakan dengan menyemburkan material volkanik berupa

    bahan padat, cair dan gas, karena magmanya kental dan tekanannya tinggi.

    3). Campuran (Explosions-Effusions)

    Letusan yang bersifat perselingan antara efusif dan eksplosif, sehingga

    membentuk gunungapi strato yang terdiri atas perlapisan lava dan bahan-bahan

    lepas (piroklastik).

    Bahaya Gunung Api :

    a. Bahaya Langsung

    1). Aliran lava, suhu 800 1200C

    2). Awan panas, suhu 600C, kecepatan 200 km/jam

    3). Jatuhan piroklastik : bom, lapili, pasir, debu, abu/gas

    4). Lahar letusan (gunung berdanau kawah)

    5). Gas beracun : CO, CO2, HCN, H2S, SO2, dll.

    b. Bahaya Tidak Langsung

    1). Lahar hujan

    2). Banjir bandang

    3). Aliran lumpur

    4). Longsoran vulkanik

    e. Gerakan Tanah

    Gerakan tanah (Mass Movement) adalah perpindahan material pembentuk lereng

    berupa batuan, tanah, bahan rombakan atau material campuran, yang bergerak ke

    bawah sebagai longsoran, runtuhan, aliran atau rayapan. Jenis Gerakan Tanah :

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    54

    1). Longsoran Translasi (Translation Landslides)

    Bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau

    bergelombang landai. Longsoran jenis ini paling sering terjadi di Indonesia.

    Sumber : http://museum.bgl.esdm.go.id

    Gambar 2.29 Longsoran Translasi

    2). Longsoran Rotasi (Rotation Landslides)

    Bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.

    Longsoran jenis ini juga paling sering terjadi di Indonesia.

    Sumber : http://museum.bgl.esdm.go.id

    Gambar 2.30 Longsoran Rotasi

    3). Pergerakan Blok (Block Movements)

    Bergeraknya blok batuan pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini

    disebut juga longsoran translasi blok batu.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    55

    Sumber : http://museum.bgl.esdm.go.id

    Gambar 2.31 Pergerakan Blok

    4). Runtuhan Batu (Rock Falls)

    Runtuhnya sejumlah besar batuan atau material lain dengan cara jatuh bebas.

    Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga menggantung terutama di daerah

    pantai.

    Sumber : http://museum.bgl.esdm.go.id

    Gambar 2.32 Pergerakan Blok

    5). Rayapan Tanah (Land Creeping)

    Longsornya tanah berbutir kasar dan halus secara lambat dan hampir tidak dapat

    dikenali. Setelah waktu yang cukup lama, bisa menyebabkan tiang-tiang telepon,

    pohon, atau rumah menjadi miring.

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    56

    Sumber : http://museum.bgl.esdm.go.id

    Gambar 2.33 Rayapan Tanah

    6). Aliran Bahan Rombakan (Debris Flows)

    Bergeraknya massa tanah akibat dorongan aliran air. Kecepatan aliran

    tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, serta jenis

    materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai

    ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di

    daerah aliran sungai di sekitar gunungapi. Longsoran ini paling banyak menelan

    korban jiwa manusia.

    Sumber : http://museum.bgl.esdm.go.id

    Gambar 2.34 Aliran Bahan Rombakan

    2.3 Tata Guna Lahan

    2.3.1 Pengertian Tata Guna Lahan

    Tata Guna Lahan merupakan suatu upaya dalam merencanakan penggunaan lahan

    dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi

    tertentu, meliputi fungsi pemukiman, ruang terbuka hijau, perdagangan, industri, dll. Rencana

  • ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN CANDI, KELURAHAN WONOTINGAL, KELURAHAN JATINGALEH DAN KELURAHAN KALIWIRU KECAMATAN CANDISARI

    BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    57

    tata guna lahan merupakan kerangka kerja yang menetapkan keputusan-keputusan terkait

    tentang lokasi, kapasitas dan jadwal pembuatan jalan, saluran air bersih dan air limbah, gedung

    sekolah, pusat kesehatan, taman dan pusat-pusat pelayanan serta fasilitas umum lainnya.

    2.3.2 Tujuan dan Konsep Tata Guna Lahan

    Adanya tata guna lahan merupakan bagian dalam sistem perencanaan yang bertujuan

    untuk menciptanya suatu kawasan/lingkungan yang nyaman dan mampu memberikan

    kemakmuran untuk penduduk yang menempati kawasan tersebut.

    Konsep tata guna lahan antara lain:

    a. Mengusahakan agar tidak terjadi penggunaan lahan yang salah atau tidak pada

    tempatnya yang berarti setiap kegiatan yang memerlukan lahan harus diperhatikan

    mengenai data kemampuan fisik lahan untuk mengetahui sesuai atau tidaknya

    kemampuan tanah tersebut dengan kegiatan pembangunan yang dilakukan.

    b. Mengusahakan agar tidak terjadi penggunaan lahan yang tidak terurus, yang berarti

    setiap kegiatan penggunaan lahan harus melaksanakan kewajibannya untuk

    memelihara tanah yang dikuasainya.

    c. Mengusahakan adanya penggendalian terhadap perkembangan kebutuhan

    masyarakat a