genvestment Jun 2021

4
Generali Investment Bulletin Vol VIII Juni 2021 Genvestment adalah e-bulletin yang berisi informasi terkait RoboARMS dan juga berita investasi terkini lainnya yang ditujukan untuk nasabah Generali yang sudah memiliki fitur RoboARMS. Fund jagoan Generali Indonesia unjuk gigi dan berada diatas rata-rata benchmark & IHSG periode 29/06/2020 – 28/06/2021! UPDATE SEKILAS INFO KATALIS POSITIF • Sesuai ekspektasi pasar, BI tahan suku bunga acuan di 3,5% • Terbaru! ini aturan super ketat PPKM Mikro • Covid menggila, BI masih pede ekonomi kuartal II capai 7% KATALIS NEGATIF Covid meledak - Taper Tantrum mendekat, Rupiah kudu hati-hati KOMPOSISI ROBO ARMS 28 Juni 2021 Bank Indonesia (BI) memutuskan tetap mempertahankan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang diadakan pada tanggal 16-17 Juni 2021. Sejak pandemi virus corona (Covid-19) menghantam Indonesia, BI bergerak cepat dengan memangkas suku bunga acuan habis-habisan. Pada awal 2020, BI 7 Day Reverse Repo Rate masih berada di 5% dan kini sudah 3,5%, terendah dalam sejarah suku bunga acuan Indonesia. Artinya, BI sudah memotong suku bunga acuan sebanyak 150 basis poin (bps). Selain penurunan suku bunga acuan, BI juga memberikan berbagai stimulus buat perekonomian nasional. Sejak awal tahun hingga 21 Mei 2021, BI telah menggelontorkan likuiditas (quantitative easing) sebesar Rp 88,91 triliun. Sepanjang 2020, nilai quantitative easing mencapai Rp 726,57 triliun. Plus, BI juga menambah likuiditas di perekonomian (sekaligus 1 Sesuai Ekspektasi Pasar, BI Tahan Suku Bunga Acuan di 3,5% Covid Menggila, BI Masih Pede Ekonomi Kuartal II Capai 7% AGGRESIVE EQ 90% - FI 9% - MM 1% MODERATE EQ 85% - FI 10% - MM 5% CONSERVATIVE EQ 75% - FI 11% - MM 14% EQ : Equity MM : Money Market FI : Fixed Income ikut berkontribusi dalam pendanaan anggaran negara) dalam bentuk pembelian obligasi pemerintah. Tahun lalu, nilai pembelian Surat Berharga Negara (SBN) oleh BI adalah Rp 473,42 triliun dan tahun ini hingga 8 Juni 2021 nilainya adalah Rp 15,87 triliun. BI juga melonggarkan ketentuan kredit buat rumah tangga. Fasilitas bebas uang muka untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) masih berlaku. Pemerintah semakin optimis ekonomi Indonesia pulih dari krisis pandemi Covid-19. Pada kuartal II-2021 diperkirakan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7-8%. Proyeksi tersebut mengacu pada data Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia yang mencapai 55,30, tertinggi sepanjang sejarah. Kemudian penjualan kendaraan bermotor yang naik pasca pemberlakuan stimulus pajak. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, juga menyebutkan kenaikan pada indeks keyakinan konsumen (IKK) yaitu berada di 104,4, naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 101,5 mendorong penjualan di sektor ritel sebesar 9,8% yoy meskipun beberapa perusahaan tutup. IKK adalah salah satu data berjenis kelamin leading indicator atau indikator mula. Indikator semacam ini memberi gambaran bagaimana

Transcript of genvestment Jun 2021

Page 1: genvestment Jun 2021

Generali Investment BulletinVol VIII Juni 2021

Genvestment adalah e-bulletin yang berisi informasi terkait RoboARMS dan juga berita investasi terkini lainnya yang ditujukan untuk nasabah Generali yang sudah memiliki �tur RoboARMS.

Fund jagoan Generali Indonesia unjuk gigi dan berada diatas rata-rata benchmark & IHSG periode 29/06/2020 – 28/06/2021!

UPDATE

SEKILAS INFO

KATALIS POSITIF• Sesuai ekspektasi pasar, BI tahan suku bunga acuan di 3,5%• Terbaru! ini aturan super ketat PPKM Mikro• Covid menggila, BI masih pede ekonomi kuartal II capai 7%

KATALIS NEGATIFCovid meledak - Taper Tantrum mendekat, Rupiah kudu hati-hati

KOMPOSISI ROBO ARMS 28 Juni 2021

Bank Indonesia (BI) memutuskan tetap mempertahankan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang diadakan pada tanggal 16-17 Juni 2021. Sejak pandemi virus corona (Covid-19) menghantam Indonesia, BI bergerak cepat dengan memangkas suku bunga acuan habis-habisan. Pada awal 2020, BI 7 Day Reverse Repo Rate masih berada di 5% dan kini sudah 3,5%, terendah dalam sejarah suku bunga acuan Indonesia. Artinya, BI sudah memotong suku bunga acuan sebanyak 150 basis poin (bps). Selain penurunan suku bunga acuan, BI juga memberikan berbagai stimulus buat perekonomian nasional. Sejak awal tahun hingga 21 Mei 2021, BI telah menggelontorkan likuiditas (quantitative easing) sebesar Rp 88,91 triliun. Sepanjang 2020, nilai quantitative easing mencapai Rp 726,57 triliun. Plus, BI juga menambah likuiditas di perekonomian (sekaligus

1

Sesuai Ekspektasi Pasar,BI Tahan Suku Bunga Acuandi 3,5%

Covid Menggila, BI Masih Pede Ekonomi Kuartal II Capai 7%

AGGRESIVEEQ 90% - FI 9% - MM 1%

MODERATEEQ 85% - FI 10% - MM 5%

CONSERVATIVEEQ 75% - FI 11% - MM 14%

EQ : EquityMM : Money MarketFI : Fixed Income

ikut berkontribusi dalam pendanaan anggaran negara) dalam bentuk pembelian obligasi pemerintah. Tahun lalu, nilai pembelian Surat Berharga Negara (SBN) oleh BI adalah Rp 473,42 triliun dan tahun ini hingga 8 Juni 2021 nilainya adalah Rp 15,87 triliun. BI juga melonggarkan ketentuan kredit buat rumah tangga. Fasilitas bebas uang muka untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) masih berlaku.

Pemerintah semakin optimis ekonomi Indonesia pulih dari krisis pandemi Covid-19. Pada kuartal II-2021 diperkirakan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7-8%. Proyeksi tersebut mengacu pada data Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia yang mencapai 55,30, tertinggi sepanjang sejarah. Kemudian penjualan kendaraan bermotor yang naik pasca pemberlakuan stimulus pajak. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, juga menyebutkan

kenaikan pada indeks keyakinan konsumen (IKK) yaitu berada di 104,4, naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 101,5 mendorong penjualan di sektor ritel sebesar 9,8% yoy meskipun beberapa perusahaan tutup. IKK adalah salah satu data berjenis kelamin leading indicator atau indikator mula. Indikator semacam ini memberi gambaran bagaimana

arah perekonomian ke depan. Melihat data IKK, sepertinya arah konsumsi masyarakat bakal ke utara alias naik. Ingat, konsumsi rumah tangga adalah kontributor utama dalam pembentukan PDB dari sisi pengeluaran. Kontribusinya lebih dari separuh. Oleh karena itu, ada tendensi konsumsi rumah tangga bakal tumbuh tinggi kalau melihat data IKK. Saat konsumsi melesat, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan bakal terangkat.

Program pemulihan ekonomi nasional, menurut Airlangga, berjalan baik dengan realisasi hampir 30% dari pagu. "Demikian kegiatan di sektor kesehatan sudah mencapai 18,8% realisasi, perlindungan sosial 39,2%. Kemudian prioritas 28%, dukungan korporasi 21%, dan insentif usaha 79,9%," terang Airlangga. Sekretaris Kemenko Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso menambahkan, hampir di semua sektor mengalami pertumbuhan yang signi�kan. Indikator lain juga tercermin dari konsumsi listrik, konsumsi rumah tangga, dan beberapa konsumsi bahan baku. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini akan bergantung pada data-data perekonomian pada kuartal kedua. Ditargetkan

pada kuartal II-2021, pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7%. Adapun pada tahun ini pemerintah mematok angka pertumbuhan ekonomi pada rentah 4,5% hingga 5,5%. Jika tidak mencapai angka pertumbuhan 7%, bukan tidak mungkin target pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun tidak tercapai. Di sisi lain, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan perekonomian Indonesia diprediksi akan mengalami beberapa gelombang ancaman di tahun depan. Salah satunya adalah fenomena Taper Tantrum, yang dikhawatirkan mulai terjadi seiring dengan rencana pengetatan kebijakan bank sentral. Oleh karenanya, beberapa instrumen sedang disiapkan pemerintah dalam mengantisipasi hal itu. "Kita pernah belajar dari fenomena terdahulu seperti taper tantrum di tahun 2013, di mana ekspektasi normalisasi kebijakan moneter AS dapat mendorong pembalikan arus modal dari negara berkembang," jelas Sri Mulyani. Hal senada juga diungkapkan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo juga mewaspadai adanya tapering off atau pengurangan stimulus berupa pembelian surat berharga di pasar surat utang yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika

Serikat atau The Fed. "Namun tahun depan, kita masih memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan bahwa The Fed akan mulai mengubah kebijakan moneternya, mulai mengurangi intervensi likuiditas bahkan melakukan lakukan pengetatan dan kenaikan suku bunga," kata Perry. Kendati demikian, sampai hari ini, BI masih optimistis kinerja ekonomi Kuartal II-2021 masih akan sesuai proyeksi dan masuk zona positif sekitar 7%. Perry merinci, mengacu data terkini, indikator konsumsi rumah tangga sudah meningkat, sesuai dengan pola musiman hari besar keagamaan nasional, seperti penjualan eceran terutama makanan, minuman, dan tembakau. Serta bahan bakar kendaraan bermotor. Kemudian peningkatan kinerja ekspor terus meningkat, khususnya pada komoditas batu bara, besi dan baja, serta kendaraan bermotor sejalan kenaikan permintaan mitra dagang utama. Ke depan, pemulihan ekonomi domestik didorong oleh akselerasi perekonomian global, kecepatan vaksinasi, dan penguatan sinergi kebijakan, meskipun dibayangi oleh peningkatan kasus Covid-19 yang muncul pada akhir kuartal II. Ekonomi Indonesia harus pulih lebih cepat agar terhindar dari risiko taper tantrum yang mungkin terjadi tahun depan.

Page 2: genvestment Jun 2021

Pemerintah semakin optimis ekonomi Indonesia pulih dari krisis pandemi Covid-19. Pada kuartal II-2021 diperkirakan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7-8%. Proyeksi tersebut mengacu pada data Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia yang mencapai 55,30, tertinggi sepanjang sejarah. Kemudian penjualan kendaraan bermotor yang naik pasca pemberlakuan stimulus pajak. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, juga menyebutkan

kenaikan pada indeks keyakinan konsumen (IKK) yaitu berada di 104,4, naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 101,5 mendorong penjualan di sektor ritel sebesar 9,8% yoy meskipun beberapa perusahaan tutup. IKK adalah salah satu data berjenis kelamin leading indicator atau indikator mula. Indikator semacam ini memberi gambaran bagaimana

arah perekonomian ke depan. Melihat data IKK, sepertinya arah konsumsi masyarakat bakal ke utara alias naik. Ingat, konsumsi rumah tangga adalah kontributor utama dalam pembentukan PDB dari sisi pengeluaran. Kontribusinya lebih dari separuh. Oleh karena itu, ada tendensi konsumsi rumah tangga bakal tumbuh tinggi kalau melihat data IKK. Saat konsumsi melesat, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan bakal terangkat.

Program pemulihan ekonomi nasional, menurut Airlangga, berjalan baik dengan realisasi hampir 30% dari pagu. "Demikian kegiatan di sektor kesehatan sudah mencapai 18,8% realisasi, perlindungan sosial 39,2%. Kemudian prioritas 28%, dukungan korporasi 21%, dan insentif usaha 79,9%," terang Airlangga. Sekretaris Kemenko Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso menambahkan, hampir di semua sektor mengalami pertumbuhan yang signi�kan. Indikator lain juga tercermin dari konsumsi listrik, konsumsi rumah tangga, dan beberapa konsumsi bahan baku. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini akan bergantung pada data-data perekonomian pada kuartal kedua. Ditargetkan

pada kuartal II-2021, pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7%. Adapun pada tahun ini pemerintah mematok angka pertumbuhan ekonomi pada rentah 4,5% hingga 5,5%. Jika tidak mencapai angka pertumbuhan 7%, bukan tidak mungkin target pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun tidak tercapai. Di sisi lain, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan perekonomian Indonesia diprediksi akan mengalami beberapa gelombang ancaman di tahun depan. Salah satunya adalah fenomena Taper Tantrum, yang dikhawatirkan mulai terjadi seiring dengan rencana pengetatan kebijakan bank sentral. Oleh karenanya, beberapa instrumen sedang disiapkan pemerintah dalam mengantisipasi hal itu. "Kita pernah belajar dari fenomena terdahulu seperti taper tantrum di tahun 2013, di mana ekspektasi normalisasi kebijakan moneter AS dapat mendorong pembalikan arus modal dari negara berkembang," jelas Sri Mulyani. Hal senada juga diungkapkan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo juga mewaspadai adanya tapering off atau pengurangan stimulus berupa pembelian surat berharga di pasar surat utang yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika

Serikat atau The Fed. "Namun tahun depan, kita masih memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan bahwa The Fed akan mulai mengubah kebijakan moneternya, mulai mengurangi intervensi likuiditas bahkan melakukan lakukan pengetatan dan kenaikan suku bunga," kata Perry. Kendati demikian, sampai hari ini, BI masih optimistis kinerja ekonomi Kuartal II-2021 masih akan sesuai proyeksi dan masuk zona positif sekitar 7%. Perry merinci, mengacu data terkini, indikator konsumsi rumah tangga sudah meningkat, sesuai dengan pola musiman hari besar keagamaan nasional, seperti penjualan eceran terutama makanan, minuman, dan tembakau. Serta bahan bakar kendaraan bermotor. Kemudian peningkatan kinerja ekspor terus meningkat, khususnya pada komoditas batu bara, besi dan baja, serta kendaraan bermotor sejalan kenaikan permintaan mitra dagang utama. Ke depan, pemulihan ekonomi domestik didorong oleh akselerasi perekonomian global, kecepatan vaksinasi, dan penguatan sinergi kebijakan, meskipun dibayangi oleh peningkatan kasus Covid-19 yang muncul pada akhir kuartal II. Ekonomi Indonesia harus pulih lebih cepat agar terhindar dari risiko taper tantrum yang mungkin terjadi tahun depan.

COVID MELEDAK! TAPER TANTRUM MENDEKAT, RUPIAH KUDU HATI-HATI

Bank sentral AS (The Fed) mengejutkan pasar dengan memproyeksikan suku bunga akan naik di tahun 2023 membuat rupiah terpukul. Isu tersebut masih akan mempengaruhi pergerakan pasar mata uang di pekan ini, ditambah dengan lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19), rupiah berisiko kembali merosot. The Fed saat mengumumkan kebijakan moneter pekan lalu mengindikasikan suku bunga bisa naik dua kali di tahun 2023, masing-masing sebesar 25 basis poin menjadi 0,75%. Proyeksi kenaikan suku bunga tersebut lebih cepat ketimbang perkiraan yang diberikan bulan Maret lalu, dimana mayoritas melihat suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2024. Tidak hanya itu, beberapa anggota The Fed juga melihat kemungkinan suku bunga bisa naik di tahun depan. Sementara itu kasus Covid-19 di Indonesia yang kembali menanjak dalam beberapa hari terakhir membuat pelaku pasar was-was. Pertambahan kasus Covid-19 di Indonesia semakin mengkhawatirkan karena secara angka telah menembus 20 ribu per hari. Lonjakan kasus dalam beberapa pekan terakhir tentunya membuat pelaku pasar cemas Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan

Masyarakat (PPKM) yang lebih ketat bisa kembali diterapkan. Apalagi provinsi DKI Jakarta mencatatkan kenaikan angka positif virus Corona sangat signi�kan, bahkan mencatat rekor tertinggi selama pandemi. Jika PPKM diketatkan, maka pemulihan ekonomi terancam tersendat lagi, yang tentunya dapat memukul rupiah,sementara itu dari luar negeri, perhatian tertuju ke testimoni ketua The Fed, Jerome Powell, akan menjadi perhatian pelaku pasar guna mencari kejelasan terkait tapering atau pengurangan nilai pembelian aset (quantitative easing/QE). Tetapi, jika suku bunga akan dinaikkan lebih cepat dari sebelumnya, artinya tapering juga kemungkinan besar akan lebih cepat, terjadi di semester II tahun ini. Apalagi The Fed juga menaikkan proyeksi in�asi tahun ini menjadi 3,4% dari sebelumnya 2,4%. Jika The Fed menaikkan suku bunga sebanyak 2 kali di tahun 2023, mereka harus mulai melakukan tapering lebih cepat untuk mencapai target tersebut. Tapering dalam laju yang moderat kemungkinan akan memerlukan waktu selama 10 bulan, sehingga perlu dilakukan di tahun ini, dan jika perekonomian menjadi sedikit panas, maka suku bunga bisa dinaikkan lebih cepat lagi. Jika Powell menyiratkan

tapering akan dilakukan di semester II tahun ini, tentunya lebih cepat dari spekulasi pasar sebelumnya di awal tahun depan, maka pasar �nansial berisiko mengalami gejolak lagi termasuk di Indonesia. Risiko taper tantrum pun semakin meningkat. Berbagai langkah kebijakan telah ditempuh pemerintah untuk mengeluarkan Indonesia dari jurang resesi. Mulai dari bantuan sosial tunai dan sembako bagi masyarakat miskin hingga insentif bagi pelaku usaha. Terbaru, kebijakan yang diberikan pemerintah adalah insentif perpajakan bagi sektor otomotif dan properti. Insentif sektor otomotif diberikan untuk pembelian mobil baru dengan diskon PPnBM 100% dan properti untuk pembelian rumah tapak baru diskon PPN 10%. Sejalan dengan perbaikan ekonomi, percepatan vaksinasi juga dilakukan pemerintah untuk mendukung pemulihan negeri dari Covid-19. Berbagai langkah ini diharapkan bisa membawa perekonomian di kuartal II-2021 melaju hingga 8% year on year (yoy). Namun, tampaknya perekonomian yang diramal bisa meroket di kuartal II ini harus pupus. Sebab, tidak didukung dari sisi kesehatan yakni penyelesaian pandemi Covid-19. Penyebaran kasus

Covid-19 sejak awal bulan lalu terus mengalami lonjakan dan mencatatkan rekor terbaru setiap harinya. Sektor kesehatan yang tak mendukung ini sangat mempengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II. Sebab, pengetatan mobilitas kembali

harus dilakukan pemerintah. Ini tentu akan menghambat proses pemulihan ekonomi yang sedang berjalan. Hambatan ini juga diakui oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dalam pemaparan kinerja APBN hingga akhir Mei, ia menyebutkan

perekonomian untuk bisa tumbuh 8% tak akan tercapai. "Bulan lalu proyeksi pada kuartal II adalah 7,1-8,3% dan seiring covid maka proyeksi lebih ke rentang batas bawah atau lebih rendah," ujarnya.

Page 3: genvestment Jun 2021

CariJANEaja!

Ciao!

+62 858-1315-0037

Whatsapp chat :

www.generali.co.id

Web chat :

Tanya seputar polis dan investasi Anda melalui Virtual Chat JANE di :

TERBARU! INI ATURAN 'SUPER KETAT' PPKM MIKRO

Bank sentral AS (The Fed) mengejutkan pasar dengan memproyeksikan suku bunga akan naik di tahun 2023 membuat rupiah terpukul. Isu tersebut masih akan mempengaruhi pergerakan pasar mata uang di pekan ini, ditambah dengan lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19), rupiah berisiko kembali merosot. The Fed saat mengumumkan kebijakan moneter pekan lalu mengindikasikan suku bunga bisa naik dua kali di tahun 2023, masing-masing sebesar 25 basis poin menjadi 0,75%. Proyeksi kenaikan suku bunga tersebut lebih cepat ketimbang perkiraan yang diberikan bulan Maret lalu, dimana mayoritas melihat suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2024. Tidak hanya itu, beberapa anggota The Fed juga melihat kemungkinan suku bunga bisa naik di tahun depan. Sementara itu kasus Covid-19 di Indonesia yang kembali menanjak dalam beberapa hari terakhir membuat pelaku pasar was-was. Pertambahan kasus Covid-19 di Indonesia semakin mengkhawatirkan karena secara angka telah menembus 20 ribu per hari. Lonjakan kasus dalam beberapa pekan terakhir tentunya membuat pelaku pasar cemas Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan

Masyarakat (PPKM) yang lebih ketat bisa kembali diterapkan. Apalagi provinsi DKI Jakarta mencatatkan kenaikan angka positif virus Corona sangat signi�kan, bahkan mencatat rekor tertinggi selama pandemi. Jika PPKM diketatkan, maka pemulihan ekonomi terancam tersendat lagi, yang tentunya dapat memukul rupiah,sementara itu dari luar negeri, perhatian tertuju ke testimoni ketua The Fed, Jerome Powell, akan menjadi perhatian pelaku pasar guna mencari kejelasan terkait tapering atau pengurangan nilai pembelian aset (quantitative easing/QE). Tetapi, jika suku bunga akan dinaikkan lebih cepat dari sebelumnya, artinya tapering juga kemungkinan besar akan lebih cepat, terjadi di semester II tahun ini. Apalagi The Fed juga menaikkan proyeksi in�asi tahun ini menjadi 3,4% dari sebelumnya 2,4%. Jika The Fed menaikkan suku bunga sebanyak 2 kali di tahun 2023, mereka harus mulai melakukan tapering lebih cepat untuk mencapai target tersebut. Tapering dalam laju yang moderat kemungkinan akan memerlukan waktu selama 10 bulan, sehingga perlu dilakukan di tahun ini, dan jika perekonomian menjadi sedikit panas, maka suku bunga bisa dinaikkan lebih cepat lagi. Jika Powell menyiratkan

tapering akan dilakukan di semester II tahun ini, tentunya lebih cepat dari spekulasi pasar sebelumnya di awal tahun depan, maka pasar �nansial berisiko mengalami gejolak lagi termasuk di Indonesia. Risiko taper tantrum pun semakin meningkat. Berbagai langkah kebijakan telah ditempuh pemerintah untuk mengeluarkan Indonesia dari jurang resesi. Mulai dari bantuan sosial tunai dan sembako bagi masyarakat miskin hingga insentif bagi pelaku usaha. Terbaru, kebijakan yang diberikan pemerintah adalah insentif perpajakan bagi sektor otomotif dan properti. Insentif sektor otomotif diberikan untuk pembelian mobil baru dengan diskon PPnBM 100% dan properti untuk pembelian rumah tapak baru diskon PPN 10%. Sejalan dengan perbaikan ekonomi, percepatan vaksinasi juga dilakukan pemerintah untuk mendukung pemulihan negeri dari Covid-19. Berbagai langkah ini diharapkan bisa membawa perekonomian di kuartal II-2021 melaju hingga 8% year on year (yoy). Namun, tampaknya perekonomian yang diramal bisa meroket di kuartal II ini harus pupus. Sebab, tidak didukung dari sisi kesehatan yakni penyelesaian pandemi Covid-19. Penyebaran kasus

Covid-19 sejak awal bulan lalu terus mengalami lonjakan dan mencatatkan rekor terbaru setiap harinya. Sektor kesehatan yang tak mendukung ini sangat mempengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II. Sebab, pengetatan mobilitas kembali

harus dilakukan pemerintah. Ini tentu akan menghambat proses pemulihan ekonomi yang sedang berjalan. Hambatan ini juga diakui oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dalam pemaparan kinerja APBN hingga akhir Mei, ia menyebutkan

perekonomian untuk bisa tumbuh 8% tak akan tercapai. "Bulan lalu proyeksi pada kuartal II adalah 7,1-8,3% dan seiring covid maka proyeksi lebih ke rentang batas bawah atau lebih rendah," ujarnya.

Presiden Joko Widodo mengatakan, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala Mikro dan lockdown memiliki esensi yang sama. Keduanya membatasi kegiatan masyarakat karenanya tidak perlu dipertentangkan. Saat memimpin rapat terbatas awal pekan ini, kepala negara lebih memilih untuk memperkuat kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro. Pengetatan dilakukan seiring dengan kenaikan kasus Covid-19 lima pekan pasca liburan Idul Fitri, terutama di beberapa daerah yang sudah masuk Zona Merah. Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KCP-PEN) Airlangga Hartarto mengatakan untuk menekan laju peningkatan kasus Covid-19, pemerintah melakukan tindakan yang cepat, dengan melakukan penguatan PPKM Mikro serta mendorong percepatan pelaksanaan vaksinasi. Aturan pengetatan PPKM Mikro ini pun mencakup beberapa poin diantaranya adalah wajib WFH 75% untuk zona merah dan 50% untuk di luar zona merah. Kemudian wajib belajar daring untuk zona merah dan daerah lainnya mengikuti aturan Kemendikbudristek dengan penerapan protokol kesehatan lebih ketat. Untuk kegiatan sektor esensial seperti pelayanan dasar publik, dan tempat kebutuhan pokok masyarakat bisa berjalan dengan kapasitas 100%. Proyek konstruksi dapat beroperasi

dengan protokol kesehatan. Selain itu, kegiatan di tempat ibadah di zona merah ditiadakan. Kegiatan Hari Raya Idul Adha akan dikeluarkan surat edaran tersendiri, termasuk kegiatan penyembelihan hewan qurban dan pembagiannya. Kegiatan seni budaya, sosial budaya yang berpotensi menimbulkan kerumunan di zona merah ditutup sementara. Zona lainnya maksimal 25%. Kegiatan hajatan paling banyak 25% dari kapasitas ruangan dan tidak ada makan di tempat dan makanan wajib dibawa pulang. Selama aturan tersebut, dilarang menggelar kegiatan rapat dan seminar secara of�ine atau luring di zona merah. Untuk zona lainnya paling banyak 25% dari kapasitas. Kemudian jam operasional transportasi umum diatur oleh pemda dengan protokol kesehatan ketat. Merujuk pada data Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), tingkat Kasus Aktif per 20 Juni 2021 adalah 7,17%, lebih tinggi daripada global yang sebesar 6,45%; Tingkat Kesembuhan sebesar 90,08%, lebih rendah dibandingkan Global yang 91,38%; dan Tingkat Kematian sebanyak 2,75% lebih tinggi daripada global yang sebesar 2,16%. Adapun per 28 Juni 2021, Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Ganip Warsito mengungkapkan rencana pemerintah merevisi aturan terkait pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berbasis mikro. Beliau mengatakan, untuk

sektor ekonomi seperti mal kegiatan operasionalnya akan dilaksanakan sampai pukul 17.00. Dan untuk restoran hanya diizinkan untuk take away dan dibatasi sampai pukul 20.00. Kemudian pembatasan aktivitas sosial, melakukan pembubaran kerumunan dengan tegas, meniadakan kegiatan sosial kemasyarakatan, ini juga harus ditegakkan dengan baik. Pelaksanaan revisi yang akan diberlakukan juga yakni mengenai work from home (WFH) di zona merah dan orange sebesar 75%, sisanya work from of�ce (WFO) 25%. Situasi ini lantas membuat sejumlah pihak mendesak pemerintah agar memberlakukan lockdown. Tak sedikit yang menganggap, bahwa lockdown merupakan cara paling ampuh menekan corona. Harus diakui, ada sejumlah negara tetangga yang sukses meredam penyebaran Covid-19 seperti Singapura maupun Malaysia. Nama terakhir, bahkan kini sudah mulai melonggarkan kebijakan lockdown-nya seiring dengan meredanya kasus Covid-19. Pada tahun lalu, Jokowi sempat mengutarakan estimasi biaya yang dibutuhkan jika satu wilayah memutuskan untuk lockdown. DKI Jakarta misalnya, biaya untuk mencukupi seluruh kebutuhan masyarakat Ibu Kota jika lockdown bisa mencapai Rp 550 miliar. Lockdown bisa saja menyelamatkan nyawa manusia, tapi harga yang dibayar sangat mahal karena mata pencahariaan jutaan rakyat Indonesia akan sirna begitu saja.

Page 4: genvestment Jun 2021

Pasar Modal Global Kembali Bullish, The Fed Fokus Pada Unemployment! Pasar �nansial global kembali pada mode risk-on setelah the Fed menegaskan bahwa kebijakan mereka didasari tidak hanya oleh in�asi tapi juga tingkat pengangguran dan lapangan kerja yang harus dipulihkan ke level sebelum COVID, ini menyebabkan pasar dunia kembali naik dan yield obligasi US turun.

Sebenarnya suatu kondisi yang ideal untuk kelas aset ekuitas. Namun secara domestik risiko sedikit naik dengan situasi COVID terkini dimana laju pertumbuhan yang kencang di kuartal 2 ini diperkirakan akan sedikit melambat di Q3. Namun ini bukanlah suatu hal yang mengejutkan, dan sebagaimana situasi yang sudah dilalui di September dan Januari. Pasar �nansial akan pulih ketika kasus berjalan sudah mulai melandai, dimana kali ini upaya vaksinasi juga

sudah dilaksanakan dengan target herd immunity di Indonesia tercapai setelah 185 Juta penduduk divaksinasi di Q4 2021. ROBO ARMS menggeser sedikit alokasi ekuitas ke �xed income untuk sedikit mengatur ulang toleransi risiko portfolio, namun mempertahankan view konstruktif untuk aset ekuitas di periode menengah seiring laju pertumbuhan yang kembali pulih diatas 5%.

PANDANGANKAMI

Dapatkan news update tentang kinerja investasi Robo ARMS Generali dan info terkini investasi global dan nasional di setiap awal bulan.

di Generali, Kami Mengutamakan Kamu

CariJANEaja!

Ciao!

+62 858-1315-0037

Whatsapp chat :

www.generali.co.id

Web chat :

Tanya seputar polis dan investasi Anda melalui Virtual Chat JANE di :