Gender Wayang Style Kayumas

12
1 PRESENTASI HASIL PENELITIAN HIBAH I-MHERE BATCH III GENDER WAYANG STYLE KAYUMAS DENPASAR : ANALISIS STRUKTUR MUSIKAL Oleh : Ni Ketut Suryatini, SSKar., M.Sn Ni Putu Tisna Andayani, SS Dilaksanakan Atas Biaya I-MHERE Sub Componen B.1 Batch III Institut Seni Indonesia Denpasar Tahun Anggaran 2009 PROGRAM STUDI SENI KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2009

description

fl'slg'sr'g'wayang

Transcript of Gender Wayang Style Kayumas

Page 1: Gender Wayang Style Kayumas

1

PRESENTASI HASIL PENELITIAN

HIBAH I-MHERE BATCH III

GENDER WAYANG STYLE KAYUMAS DENPASAR :

ANALISIS STRUKTUR MUSIKAL

Oleh :

Ni Ketut Suryatini, SSKar., M.Sn

Ni Putu Tisna Andayani, SS

Dilaksanakan Atas Biaya I-MHERE Sub Componen B.1 Batch III

Institut Seni Indonesia Denpasar Tahun Anggaran 2009

PROGRAM STUDI SENI KARAWITAN

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

2009

Page 2: Gender Wayang Style Kayumas

2

ARTIKEL

Abstrak

Semakin berkembangnya minat masyarakat terhadap instrument musik gender wayang

ini, menjadi suatu tantangan bagi peneliti untuk lebih mendalami terutama dari aspek struktur

unsur-unsur musikalnya. Beberapa kalangan pemerhati seni karawitan beranggapan bahwa

instrumen Gender Wayang mememiliki tingkat kesulitan yang tinggi untuk mempelajarinya

terutama bagi pemuda. Dengan mengetahui gambaran yang lebih jelas unsur-unsur musikal yang

terdapat pada instrumen gender wayang, maka diharapkan instrumen ini akan lebih diperhatikan

baik oleh seniman praktisi ataupun dari sudut ilmiah.

Unsur musikal sering pula disebut asosiasi musikal (musical association) yaitu hal-hal

yang berhubungan langsung dengan unsur-unsur musik itu sendiri misalnya nada, ritme, tempo,

struktur, ornamentasi. Gender Wayang sebagai salah satu instrumen musik tentu dapat pula

dikaji melalui unsur-unsur musiknya, khususnya dalam hal ini gender wayang style Kayumas.

Kalau kita lihat lebih mendalam terdapat banyak keunikan yang kita jumpai pada unsur

musikal gender wayang terutama pada motif kotekan (interlocing figuration). Hal-hal inilah

yang ingin diungkap dalam penelitian ini.

Metode yang digunakan untuk menelusuri keunikan pada unsur musikal gender wayang

Kayumas yaitu melalui pemilihan sample-sample gending yang sering dimainkan oleh Bapak I

Wayan Konolan dalam mengiringi pertunjukan wayang kulit ataupun pada saat upacara agama.

Selain itu memakai pula sample gending gender wayang dari Sukawati sebagai alat pembanding.

Secara keseluruhan target jangka panjang yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu

menarik minat dari seniman musik baik lokal maupun mancanegara untuk lebih menekuni dan

mencintai gender wayang, sehingga bisa mendudukkan Gender Wayang sebagai alat musik yang

sejajar dengan alat musik seperti halnya piano, biola dan sebagainya. Hasil penelitian ini

diharapkan bisa memberi kontribusi yang bermanfaat sebagai bahan informasi, disamping dapat

menanamkan apresiasi budaya dikalangan masyarakat utamanya generasi muda sebagai generasi

penerus demi kelangsungan budaya bangsa.

Page 3: Gender Wayang Style Kayumas

3

ANALISA UNSUR MUSIKAL

Pengertian Unsur Musikal

Musikolog barat Ernst Kurt (Sejarah Musik, 1995) Mengatakan bahwa musik merupakan

kekuatan alam yang berada di dalam manusia. Namun kekuatan alam tersebut tidak

mencerminkan alam luar, walaupun dayanya di dalam manusia dan di alam luar sama saja maka

dari itu musik tidak merupakan semacam gambaran alam luar, yang ditonjolkan dengan bunyi-

bunyian adalah keinginan-keinginan manusia sendiri.

Berbeda dengan musik barat, menurut lontar Prakempa sebuah lontar mitologi gamelan Bali

yang diberikan empat aspek utama yaitu: tatwa (filsafat), susila (etika), lango (estetika) dan

gegebug (teknik). Bahwa cikal bakal suara yang dijadikan dasar dari nada gamelan Bali adalah

suara yang keluar dari Panca Maha Bhuta (alam).

1. Tatwa filsafat atau logika dalam gamelan Bali dimulai dengan terciptanya bunyi, suara,

nada dan ritme dan dilanjutkan dengan hubungan antara gamelan dan konsep

keseimbangan hidup orang Bali.

2. Etika atau susila menguraikan tentang bermacam-macam gamelan Bali berikut uraian

tentang peranan dan aspek ritual yang dimiliki oleh setiap jenis barungan itu.

3. Estetika atau lango membahas mengenai laras (tangga nada) gamelan, tabuh (struktur

komposisi lagu), laras dalam vokal dan patet.

4. Gegebug atau teknis permainan adalah berbagai jenis gegebug/pukulan dari berbagai

jenis gamelan Bali dibahas pada bagian ini. Ada bunyi yang diambil dari udara atau

angkasa, ada suara yang diambil dari air, ada suara yang diambil dari tanah dan

sebagainya. Jadi bunyi gamelan itu sesungguhnya merupakan kontruksi dari bunyi alam

(makrokosmos).

10 Nada Musik Gamelan Bali

Ada sepuluh nada yang menyusun musik gamelan Bali, yang menyebar ke seluruh penjuru

mata angin dalam wujud bunyi dang, ndang, ding, nding, dong, ndong, deng, ndeng, dung,

ndung.

Page 4: Gender Wayang Style Kayumas

4

Sebagaimana dinyatakan dalam lontar Prakempa.1

Ika rineka sinandyaken dasa swara lwirnya :

Panca suara patut pelog, mwang Panca Suara patut slendro, Panca Gni ngaran Panca tirta

paragening Smara, Panca Gni paragening Ratih. Marwannya Smararatih hana sapta swara ika

carining pecampuhaning Dasa Swara luirnya : ding, dong, deng, ndeung, dung, dang, ndaing.2

Artinya :

Itu dibentuk, digabungkan menjadi sepuluh suara yaitu Panca Swara patut pelog dan Panca

Swara patut slendro, Panca Gni namanya. Panca Tirta perwujudan smara, Panca Gni

perwujudan Ratih. Sebabnya ada Smara Ratih, ada tujuh suara yang merupakan inti sari dari

percampuran sepuluh suara yaitu : ding, dong, deng, ndeung, dung, dang, ndaing.

UNSUR-UNSUR MUSIK

Untuk dapat menganalisa suatu sajian musik, perlulah kita ketahui terlebih dahulu unsur

yang membentuk musik itu sendiri yaitu hal-hal yang berhubungan langsung dengan unsur-

unsur musik yaitu :

1. Nada

2. Ritme

3. Tempo

4. Struktur

5. Ornamentasi

1. Nada

Masing-masing instrumen dalam barungan gamelan Bali memiliki nada, nada pada

instrumen berbentuk bilah (segi empat panjang), berbentuk pencon (bulat), bersenar (tali)

dan sebagainya. Setiap nada yang dipakai dalam seni musik mempunyai 4 sifat tertentu

yaitu:

a. Tinggi rendah

Tinggi atau rendah suatu nada ditentukan oleh banyak sedikitnya getaran setiap delik.

Makin banyak getarannya makin tinggi nadanya.

b. Kuat lemahnya (keras, lebut, lirih)

1 Lontar Prakempa merupakan salah satu lontar gamelan Bali yang didalamnya memuat

beberapa unsur pokok diantaranya filsafat, etika, estetika, teknik gegebug dan bunyi dari catur

muni-muni.

2 I Made Bandem. 1988, Prakemba Sebuah Lontar Gamelan Bali. Denpasar : Sekolah Tinggi

Seni Indonesia Denpasar, P. 32 - 33.

Page 5: Gender Wayang Style Kayumas

5

Keras atau lembut suatu nada ditentukan oleh besar/kecilnya amplitudo (buka getaran).

Semakin besar amplitudonya semakin kuat/keras nadanya.

c. Panjang Pendek

Panjang atau pendeknya suatu nada ditentukan oleh waktu yang dipergunakan untuk

nada itu bergetar. Makin lama bergetar, makin panjang nadanya.

d. Timbre (warna nada)

Dalam praktek warna nada ini ditentukan oleh :

- Bahan sumbernya. Nada i (ndang) dari logam berbeda timbrenya dengan nada i

(ndang) dari suling bambu.

- Bentuk sumber

Nada barangan dari instrumen gong kebyar berbeda timbrenya dengan nada barangan

dari instrumen gong gede walaupun sama-sama jenis barangan, namun barangan

gong kebyar digantung, sedangkan barangan gong gede dipacek (dipaku).

- Alat-alat tambahan. Panggul (alat pemukul) gender dibaluti dengan karet atau kain

akan berbeda timbrenya dengan panggul (alat pemukul) tanpa dibaluti karet/kain.

- Cara memainkan. Kendang dimainkan dengan cara dipangku berbeda timbrenya

dengan posisi kendang berdiri di atas lantai.

Berdasarkan empat macam sifat nada tersebut di atas, membawa pengaruh terhadap

rangkaian melodi gending gender wayang gaya Kayumas dengan gaya Sukawati sebagai

pembanding karena dimasing-masing gaya mempunyai bentuk yang berbeda phisik dari

instrumennya.

2. Ritme

Ritme atau irama didalam musik adalah suatu sifat yang banyak berhubungan dengan

tekanan dan waktu berlangsungnya masing-masing nada. Di dalam segala bentuk seni musik

khususnya Gender Wayang, ritme adalah salah satu elemen dasar dalam penganalisaan unsur

struktur musikal. Gending-gending gender wayang pada umumnya mempunyai kesamaan

nama lagu di masing-masing daerah, tetapi berbeda dari segi irama dan interloking nadanya.

Di dalam segala bentuk kesenian, terutama musik khususnya Gender Wayang ritme

dipakai salah satu elemen dasar dalam penganalisaan struktur musikal. Gending-gending

Gender Wayang pada umumnya mempunyai kesamaan nama lagu dimasing-masing daerah,

tetapi berbeda dari segi irama, dan interloking nada. Karena Gender Wayang pun

Page 6: Gender Wayang Style Kayumas

6

mempunyai patutan yaitu : Segara Wera ; patutan yang terbesar, Pudak Setegal ; patutan

menengah, Sekar Komoning ; patutan terkecil.

3. Tempo

Tempo adalah waktu yang digunakan untuk proses perpindahan dari nada yang satu ke nada

yang lain. Cepat lambatnya suatu lagu. Pada gamelan gender wayang kemungkinan variasi

tempo akan lebih banyak karena penggunaan kedua tangan kanan dan kiri tidak memerlukan

volume yang besar untuk bergerak memainkan nada-nada. Tempo pelan, tempo sedang dan

tempo cepat. Agak sulit untuk mengukur tempo pada musik/karawitan Bali secara hitungan

dibandingkan dengan jenis tempo yang ada pada musik modern. Hal ini disebabkan oleh

permainan musik/karawitan Bali yang lebih menonjolkan pada “rasa”.

Seberapa rasa pelan, sedang dan cepat, misalnya teknik permainan Gender Wayang,

penggunaan tangan kiri dan kanan memainkan melodi yang berbeda yaitu tangan kiri

memainkan melodi sedangkan tangan kanan memainkan kotekan (interlocking figuration).

Teknik permainan seperti ini biasanya memainkan jenis-jenis lagu bertempo cepat. Contoh

lagu-lagunya jenis batel dan angkat-angkatan.

Teknik bermain lagu gender wayang dengan tempo pelan dengan pembagian tangan kiri dan

kanan pada dasarnya memainkan melodi yang sama dan lagu-lagu jenis ini meliputi lagu-

lagu tetangisan (sedih), alas-arum (lagu mengiringi pertemuan). Seperti Lagu ”Mesim”

(Sukawati)

4. Struktur

Struktur gending atau lagu akan erat sekali hubungannya dengan susunan gending itu disaat

menabuh/memainkan gamelan. Sesuai dengan penelitian yang saya peroleh disini adalah

gending Gender Wayang biasanya mempunyai susunan yang berbeda-beda, adapun gending-

gending Gender Wayang Kayumas yang mempunyai struktur yang sama adalah jenis

gending-gending petegak/penabuh. Struktur dari gending-gending ini meliputi gineman,

pengawak, pengiwa. Namun ada juga yang tidak memakai gineman. Struktur gending yang

akan saya ulas disini adalah gending Sekar Gendot Kayumas Kaja, Sekar Gendot Sukawati

sebagai pembanding.

Page 7: Gender Wayang Style Kayumas

7

5. Ornamentasi

Ornamentasi yang dimaksud memberikan hiasan-hiasan (pepayasan) terhadap sebuah lagu

sehingga karakter dan tempo lagu tersebut dapat memberikan hasil bagi pendengar maupun

pelaku gending tersebut. Misalnya dengan menambah jenis kotekan/interlocking figuration,

mengupayakan teknik-teknik pukulan, aksen, tempo, dan memposisikan bagian-bagian lagu,

sehingga tersusun komposisi yang apik dan bagus.

Struktur Musikal Gender Wayang Kayumas Kaja

• Colin Mc Phee, seorang komposer muda dari Canada mengunjungi Bali setelah beliau

mendengar rekaman-rekaman gamelan Bali. Tahun 1936 beliau berhasil mengarang

sebuah artikel dalam musik Bali yang berjudul ”The Balinese Wayang Kulit and Its

Music” yang artinya membahas tentang gender wayang secara terinci dan penemuannya

masih berlaku sampai sekarang. Disamping meneliti musik Bali, Colin Mc Phee juga

berhasil secara gemilang untuk menciptakan ”gender wayang two pianos”, dan

transkripsi ini akhirnya menyebar keseluruh dunia yang menyebabkan Gender Wayang

dikenal oleh masyarakat luas.

• Hasil pengamatan para ahli musikolog internasional, nasional maupun daerah,

berpendapat bahwa Gender Wayang mempunyai teknik permainan yang amat sulit. I

Gusti Putu Made Geria (almarhum), seorang komposer karawitan Bali dan seorang

pemain gender wayang yang terkemuka pada masanya, dan menemukan teknik

permainan gender wayang dan harmoni yang ditimbulkannya. Teknik permainan dalam

gender wayang itu disebutnya ”Kumbang Atarung” (kumbang berkelahi). Teknik ini

melukiskan berbagai kontrapunk yang terdapat didalamnya.

Dimana masing-masing pukulan diberi nama sesuai dengan fungsinya:

– Eka Sruti : Pukulan tunggal

– Paduarsa : Pukulan berjarak dua

– Dana Muka : Pukulan berjarak tiga

– Anerang Sasih : Pukulan berjarak empat

– Anerang Wisaya : Pukulan berjarak lima

– Gana Wedana : Pukulan berjarak enam

– Anglangkah Giri : Pukulan berjarak tujuh

– Candra Praba : Pukulan berjarak satu

– Asti Ataru : Pukulan berjarak delapan.

Page 8: Gender Wayang Style Kayumas

8

FUNGSI GENDER WAYANG

Dalam struktur musikal Gender Wayang Kayumas peneliti akan melihat dari segi

fungsinya di masyarakat :

1. Berfungsi menyajikan gending-gending petegak

2. Berfungsi sebagai pengiring wayang kulit Parwa Bali.

GENDING-GENDING GENDER WAYANG KAYUMAS

Gending-gending petegak gender wayang Kayumas dilihat dari struktur musikal yang

dimaksud adalah struktur gending yang terdiri dari 3 bagian :

a. Bagian awal

b. Bagian tengah

c. Bagian akhir

1. Gending petegak gender wayang Kayumas Kaja

Gending pagender wayang Kayumas Kaja Bagian awal yang disebut intro. Intro adalah

permainan melodi yang pendek untuk mengawali dengan menggunakan nada pada bagian akhir

nyambung dengan gending yang bersangkutan. Dan gineman adalah rangkaian melodi yang

dibuat lebih panjang dengan teknik permainan yang variatif yang menunjukkan kemampuan

teknik yang begitu tinggi lewat gineman. Sehingga gending petegak yang dipakai sebagai

gending pembuka dapat memakai dan dapat pula memanggil penonton untuk segera ke tempat

pertunjukan. Tetapi tidak semua gending Gender Wayang Kayumas Kaja menggunakan intro

dan gineman, kadang-kadang satu atau dua lebih jenis gineman yang dimilikinya dipakai untuk

mengawali dari gending petegak tersebut. Jadi maksudnya setiap gending tidak mempunyai

gineman yang mengkhusus untuk gending tersebut. Sebagai contoh Merak Ngelo, Silih Asih,

Katak Ngongkek, Sekar Taman, Sekar Sungsang, Sekar Gendot, Buris Rawa, Cangak

Merenyang dan lain-lain.

2. Struktur musikal gender wayang Kayumas sebagai pengiring wayang.

• Contoh gending-gending pengiring wayang adalah sebagai berikut:

- Gending Petangkilan

- Gending Pangkat

- Gending Pepepson

Page 9: Gender Wayang Style Kayumas

9

- Gending Tetangisan

- Gending Aras-arasan

- Gending Pesiat

- Gending Penguwud

- Gending Ngastawa

Tata Penyajian Gending Gender Wayang Kayumas Kaja

• Posisi instrumen gender sebagai penyajian musik instrumental, masing-masing letaknya

berhadap-hadapan satu sama lain dan dalam satu pasang terdiri dari pengumbang dan

pengisep (gender gede).

• Tempat penyajian biasanya disesuaikan serta erat kaitannya dengan pelaksanaan upacara

ritual keagamaan khususnya Agama Hindu.

• Contoh tempat penyajian:

- Sebagai pengiring dalam pertunjukan Gender Wayang maka gender wayang diletakkan di

belakang kelir atau di belakan dalang.

- Sebagai pengiring dalam upacara manusa Yadnya (potong gigi) biasanya ditempatkan

pada bangunan dimana upacara itu berlangsung.

- Sebagai pengiring dalam upacara Pitra Yadnya maka gender ditempatkan di Bade di

sisi/samping kanan atau kiri, dan sesampainya di kuburan pemain gender akan

diturunkan dan langsung ditempatkan di sebelah tempat pemujaan “ Pedanda “ (Orang

Suci yang mengantar upacara).

TEKNIK PERMAINAN GENDER WAYANG SUKAWATI

SEBAGAI SUATU PERBANDINGAN

Teknik gender wayang dimasing-masing daerah akan berbeda-beda begitu pula dengan analisa

teknik permainan Gender wayang Sukawati sebagai suatu perbandingan terhadap Gender

wayang Kayumas.

Pada penelitian kali akan difokuskan pada:

1. Nada

• Perbedan laras, Laras gender wayang disebut slendro. Secara toritis laras slendro

memiliki lima nada. Perbedaan laras gender wayang sukawati yang dilihat dari

perbedaan frekuensi, interval dan getarannyamenunjukan pada kita adanya sisem

Page 10: Gender Wayang Style Kayumas

10

diversivikasi dalam pembuatan gender wayang dan sistem ini menjadi lebih rumit jika

dikaitkan dengan aspek komposisi dan teknik permainan.

2. Ritme

• Ritme yang digunakan dalam teknik-teknik pukulan Gender Wayang Sukawati memiliki

berbagai macam teknik pukulan, diantaranya;Noret,Ubit-ubitan,Omang, Cecandetan,

Nyangsih & Gegedig polos.

• Dilihat dari jenis teknik pukulan diatas, gending-gending gender Sukawati dalam

repertoarnya sangat berbeda. Ada unsur-unsur kerumitan yang memerlukan kemampuan

teknik yang tinggi.

PERKEMBANGAN GENDER WAYANG KAYUMAS

Perkembangan Variasi, Komposisi

Gender Wayang tetap eksis di masyarakat karena keterkaitannya dengan upacara

Agama, dimana dewasa juga mendapat sentuhan variasi dari para seniman pendukungnya

terutama seniman akademis dan generasi muda pencinta seni tradisi Bali. Salah seorang seniman

dalam palegongan dan gender wayang “Wayan Lotring” sangat berjasa dalam transformasi

Gender Wayang ke Gong kebyar hal ini karena dipengaruhi oleh tradisi-tradisi Gender di

desanya, Kayumas Kaja Denpasar dan Sukawati.

Perkembangan Fungsi dan Peranan

Dewasa ini Gender Wayang tidak hanya dikenal sebagai alat pengiring pertunjukan Wayang

juga sebagai alat musik instrumental. Seperti contoh Mantram Tri Sandya gender wayang

mampu memberikan suasana ritual dengan alunan lagu “merak ngelo” gaya kayumas yang

ditayangkan setiap pagi, siang dan sore di radio maupun televisi. Gender Wayang juga sudah

mulai diminati oleh anak-anak dari tingkat TK hingga SMA yang juga didukung penuh oleh

peranan para orang tua dalam mengarahkan minat putra putrinya. Instansi pendidikan juga

sangat menekankan pada kesadaran akan nilai-nilai tradisional pada anak didiknya terutama

pada alat musik gamelan, kidung, kekawin, tari-tarian, dll.

Page 11: Gender Wayang Style Kayumas

11

DAFTAR PUSTAKA

Andrew Toth, 1987, Makalah : Gender Wayang, Tradisi Lama dan Perkembangan Baru.

Bandem, I Made, 1986, Prakempa Sebuah Lontar Gamelan Bali, Denpasar, Akademi Seni Tari

Indonesia.

Bandem, DR. I Made, Ensiklopedi Gamelan Bali, Proyek Penggalian Pembinaan Pengembangan

Seni Klasik Tradisional dan Kesenian Barat, Pemerintah Daerah Tingkat I Bali, Denpasar, 1983.

Dibia, I Wayan, 1978/1979 ”Pengantar Karawitan Bali, Denpasar : ASTI.

Dieter Mack, 1995, Sejarah Musik Jilid 3, Pusat Musik Liturgi, Yogyakarta.

Donder, I Ketut, 2005, Essensi Bunyi Gamelan dalam Prosesi Ritual Hindu, Paramita, Surabaya.

Gie, The Liang, 1996, Filsafat Kundakan, Yogyakarya : Pusat Belajar Ilmu Bangun.

Yayasan Pewayangan Daerah Bali, Aneka Pewayangan Bali, Denpasar : Percetakan Bali, 1978.

Yasa, I Ketut, 2005, Laporan Penelitian, Gender Wayang, Kajian Aspek Musikologi dan

Kultural Proyek Nasional Perlindungan Wayang Indonesia.

Kust Jaap, Hindu Javanese, Musical Instrument, The Hague : Martinus Nijhoff, 1968.

Mantra, Ida Bagoes, 2004, Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial, Pustaka Pelajar

Offiset.

Mariam, Allan, Antloropology of Music Nort Western University, Press, 1964.

Proyek Pengembangan Sarana Wisata Budaya Bali, Perkembangan Wayang Wong Sebagai Seni

Pertunjukan, Denpasar, 1975.

Proyek Pengembangan IKI Jakarta Sub/Bagian Proyek ASTI Denpasar, Hasil-hasil Seminar

Kesenian Tari, Karawitan dan Pedalangan, Denpasar : 1980.

Rai S, I Wayan, 2004, Pidato Orasi Ilmiah, Unsur Musikal dan Ekstra Musikal dalam Penciptaan

Gending Iringan Tari Bali, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.

Rota, Drs. Ketut, Pewayangan Bali Sebuah Pengantar Denpasar : Proyek

Peningkatan/Pengembangan ASTI Denpasar, 1977/1978.

Soedarsono, RM, 1996/1997, Beberapa Catatan Tentang Perkembangan Kesenian Kita, BP ISI

Yogyakarta.

Siswanto, 1983, Pengetahuan Karawitan Daerah Yogyakarta, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Suharto, Kamus Musik Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia, 1978.

Team Penyusun Monografi Daerah Bali, Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Direktorat

Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta, 1976.

Page 12: Gender Wayang Style Kayumas

12