GEJALA GANGGUAN JIWA

49
GEJALA GANGGUAN JIWA DAN KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA I. GEJALA GANGGUAN JIWA A. Pendahuluan Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara maju diantaranya penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan. Gejala-gejala gangguan jiwa merupakan hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatik, psikologik dan sosiobudaya. Gejala-gejala gangguan jiwa menandakan dekompensasi proses adaptasi terutama pada pemikiran, perasaan dan perilaku. Konsep gangguan jiwa memenuhi kriteria berikut: 1. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa: - Sindrom atau pola prilaku - Sindrom atau pola psikologik 2. Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan” (distress), antara lain dapat berupa rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tenteram, terganggu dan disfungsi organ tubuh. 3. Gejala klinis tersebut menimbulkan “disability” yaitu keterbatasan atau kekurangan kemampuan untuk melaksanakan suatu aktivitas pada tingkat personal, yaitu melakukan kegiatan hidup sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup seperti mandi, 1

Transcript of GEJALA GANGGUAN JIWA

Page 1: GEJALA GANGGUAN JIWA

GEJALA GANGGUAN JIWA

DAN KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA

I. GEJALA GANGGUAN JIWA

A. Pendahuluan

Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah

kesehatan utama di negara maju diantaranya penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa

dan kecelakaan.

Gejala-gejala gangguan jiwa merupakan hasil interaksi yang kompleks antara

unsur somatik, psikologik dan sosiobudaya. Gejala-gejala gangguan jiwa menandakan

dekompensasi proses adaptasi terutama pada pemikiran, perasaan dan perilaku.

Konsep gangguan jiwa memenuhi kriteria berikut:

1. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa:

- Sindrom atau pola prilaku

- Sindrom atau pola psikologik

2. Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan” (distress), antara lain dapat

berupa rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tenteram, terganggu dan disfungsi organ tubuh.

3. Gejala klinis tersebut menimbulkan “disability” yaitu keterbatasan atau

kekurangan kemampuan untuk melaksanakan suatu aktivitas pada tingkat personal,

yaitu melakukan kegiatan hidup sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk

perawatan diri dan kelangsungan hidup seperti mandi, berpakaian, makan, kebersihan

diri, buang air besar dan kecil.

Berdasarkan asal penyebabnya, gejala gangguan jiwa dibagi menjadi:

1. Organik

Gejala gangguan jiwa timbul akibat adanya perubahan pada jaringan atau fungsi otak.

Penyebab kelainan organik dapat berasal dari ekstrakranial seperti racun, infeksi dan

lainnya serta berasal dari intrakranial seperti tumor dan aterosklerosis.

2. Psikogenik

Gejala ditimbulkan karena adanya stres psikis yang tidak dapat ditanggulangi secara

baik oleh mekanisme mental.

1

Page 2: GEJALA GANGGUAN JIWA

Tanda (sign) adalah temuan objektif yang didapat oleh dokter, sedangkan gejala

(symptom) adalah pengalaman subjektif yang digambarkan oleh pasien. Sebagian besar

kondisi psikiatrik adalah sindroma yang merupakan kelompok tanda dan gejala yang

terjadi bersama-sama sebagai suatu kondisi yang dapat dikenali yang mungkin kurang

spesifik dibandingkan gangguan atau penyakit yang jelas.

B. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa

1. Kesadaran

Kesadaran merupakan kemampuan individu mengadakan hubungan dengan

lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca inderanya) dan mengadakan

pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri (melalui perhatian).

1.1 Gangguan Kesadaran

a. Pengaburan kesadaran : kejernihan ingatan yang tidak lengkap dengan

gangguan persepsi dan sikap.

b. Somnolen : keadaan mengantuk abnormal yang sering ditemukan pada proses

organik.

c. Stupor : hilangnya reaksi dan ketidaksadaran terhadap lingkungan sekeliling.

d. Delirium : gelisah, bingung, konfusi, reaksi disorientasi yang disertai dengan

halusinasi dan rasa takut.

e. Koma : derajat ketidaksadaran yang berat.

f. Koma vigil : koma dimana pasien tampak tidur tetapi dapat segera

dibangunkan.

g. Keadaan seperti mimpi (dreamlike state) : seringkali digunakan secara sinonim

dengan kejang parsial kompleks atau epilepsi psikomotor.

h. Keadaan temaram (twilight state) : gangguan kesadaran dengan halusinasi

i. Disorientasi : gangguan orientasi waktu, tempat dan orang.

1.2 Gangguan atensi

Atensi adalah jumlah usaha yang dilakukan untuk memusatkan pada bagian

tertentu dari pengalaman, kemampuan untuk mempertahankan perhatian pada satu

aktivitas, kemampuan untuk berkonsentrasi.

2

Page 3: GEJALA GANGGUAN JIWA

a. Distraktibilitas : ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian, penarikan atensi

kepada stimuli eksternal yang tidak penting atau tidak relevan.

b. Inatensi selektif : hambatan hanya pada hal – hal yang menimbulkan kecemasan.

c. Hipervigilensi : atensi dan pemusatan yang berlebihan pada semua stimuli internal

dan eksternal, biasanya sekunder dari keadaan delusional atau paranoid.

d. Keadaan tidak sadarkan diri (trance) : atensi yang terpusat dan kesadaran yang

berubah, biasanya terlihat pada hipnosis, gangguan disosiatif, dan pengalaman

religius yang luar biasa.

1.3 Gangguan sugestibilitas

Adalah kepatuhan dan respon yang tidak kritis terhadap gagasan atau pengaruh

a. Folie a deux / folie a trios : penyakit emosional yang berhubungan atara

dua atau tiga orang.

b. Hipnosis : modifikasi kesadaran yang diinduksi secara buatan yang

ditandai dengan penigkatan sugestibilitas.

2. Emosi

Suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik dan prilaku

yang berhubungan dengan afek dan mood.

2.1 Mood

Mood adalah suatu emosi yang meresap dan dipertahankan, yang dialami secara

subjektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain : contohnya elasi,

kemarahan, depresi.

a. Mood yang meluap-luap (expansive mood) : ekspresi perasaan seseorang tanpa

pembatasan

b. Mood eutimik : mood dalam rentang normal

c. Mood disforik : mood yang tidak menyenangkan

d. Mood yang meninggi (elevated mood) : suasana keyakinan dan kesayangan

e. Mood yang iritabel : dengan mudah diganggu atau diubah

f. Pergeseran mood (mood yang labil) : osilasi antara euforia dan depresi atau

kecemasan

g. Ektasi : perasaan kegairahan yang kuat

3

Page 4: GEJALA GANGGUAN JIWA

h. Euforia : elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran

i. Depresi : perasaan sedih yang psikopatologis

j. Dukacita atau berkabung : kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata

k. Aleksitimia : ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau

menyadari emosi atau mood seseorang

l. Anhedonia : hilangnya minat dan menarik diri dari semua aktivitas rutin dan

menyenangkan

2.2. Afek

Merupakan suatu ekspresi emosi yang terlihat, mungkin tidak konsisten dengan

emosi yang dikatakan pasien.

a. Afek yang sesuai (appropriate affect) : kondisi dimana irama emosional

harmonis dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertai.

b. Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect) : ketidakharmonisan antara

irama perasaan emosional dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan yang

menyertai.

c. Afek yang terbatas : penurunan intensitas irama perasaan yang kurang parah

daripada afek tumpul tetapi jelas menurun.

d. Afek yang labil : perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba yang

tidak berhubungan dengan stimuli eksternal.

e. Afek yang tumpul : gangguan pada afek yang dimanifestasikan oleh penurunan

berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan keluar.

f. Afek yang datar : tidak adanya atau hamper tidak ada tanda ekspresi afek, suara

yang monoton, wajah yang tidak bergerak.

2.3 Emosi yang lain

a. Ketakutan : kecemasan yang disebabkan oleh bahaya yang dikenali secara

sadar dan realistic.

b. Agitasi : kecemasan berat yang disertai dengan kegelisahan motorik.

c. Kecemasan yang mengambang bebas : rasa takut yang meresap dan tidak

terpusatkan yang tidak berhubungan dengan suatu gagasan.

d. Ketegangan (tension) : peningkatan aktivitas motorik dan psikologis yang

tidak menyenangkan.

4

Page 5: GEJALA GANGGUAN JIWA

e. Rasa malu : kegagalan membangun pengharapan diri.

f. Abreaksional : pelepasan emosional setelah mengingat pengalaman yang

menakutkan.

g. Panik : serangan kecamasan yang akut, episodic, dan kuat yang disertai

dengan perasaan ketakutan yang melanda dan pelepasan otonomik.

h. Apati : irama emosi yang tumpul disertai dengan pelepasan atau

ketidakacuhan.

i. Kecemasan : perasaan ketakutan yang disebabkan oleh dugaan bahaya, yang

mungkin berasal dari dalam atau luar.

j. Ambivalensi : terdapatnya secara bersama-sama dua impuls yang berlawanan

terhadap hal yang sama pada satu orang yang sama pada waktu yang sama

k. Rasa bersalah : emosi sekunder karena melakukan sesuatu yang dianggap

salah.

3. Perilaku motorik (Konasi)

a. Abullia : penurunan impuls untuk bertindak dan berfikir disertai dengan

ketidakacuhan tentang akibat tindakan, disertai dengan defisit neurologist

b. Negativisme : tahanan tanpa motivasi terhadap semua usaha untun

menggerakkan atau terhadap semua instruksi

c. Mannerisme : pergerakan yang tidak disadari yang mendarah daging dan

kebiasaan

d. Ekopraksia : peniruan pergerakan yang patologis seseorang pada orang lain

e. Katapleksi : hilangnya tonus otot dan kelemahan secara sementara yang

dicetuskan oleh berbagai keadaan emosional

f. Otomatisme : tindakan yang otomatis yang biasanya mewakili suatu aktivitas

simbolik yang tidak disadari

g. Hipoaktivitas (hipokinesis) : penurunan aktivitas motorik dan kognitif,

seperti pada retardasi psikomotor, perlambatan pikiran, bicara dan pergerakan

yang dapat terlihat

h. Mutisme : tidak bersuara tanpa kelainan struktural

i. Stereotipik : pola tindakan fisik atau bicara yang terfiksasi dan berulang

5

Page 6: GEJALA GANGGUAN JIWA

j. Memerankan : ekspresi langsung dari suatu harapan atau impuls yang

tidak disadari dalam bentuk gerakan

k. Mimikri ; aktivitas motorik tiruan dan sederhana pada anak

l. Otomatisme perintah : otomatisme mengikuti sugesti

m. Katatonia : kelainan motorik dalam gangguan nonorganik

- Cerea flexibilitas (fleksibilitas lilin) : seseorang dapat diatur dalam

suatu posisi yang kemudian dipertahankannya, jika pemeriksa

menggerakkan anggota tubuh pasien, anggota tubuh terasa seakan-

akan terbuat dari lilin.

- Posturing katatonik : penerimaan postur yang tidak sesuai atau kaku

yang disadari, biasanya dipertahankan dalam waktu yang lama. .

- Luapan katatonik : aktivitas motorik yang teragitasi, tidak bertujuan,

dan tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal.

- Stupor katatonik : penurunan aktivitas motorik yang nyata, seringkali

sampai tidak mobilitas dan tampaknya tidak menyadari sekeliling.

- Katalepsi : posisi yang tidak bergerak yang dipertahankan terus-

menerus.

- Rigiditas katatonik : penerimaan postur yang kaku yang disadari,

menentang usaha untuk digerakkan

n. Overaktivitas

- Agitasi psikomotor : averaktivitas motorik dan kognitif yang

berlebihan, biasanya tidak produktif dan sebagai respon dari

ketegangan.

- Hiperaktivitas (hiperkinesis) : kegelisahan, agresif, aktifitas destruktif,

seringkali disertai patologi otak dasar.

- Tidur berjalan : aktivitas motorik saat tidur.

- Tik : pergerakan motorik yang spasmodik dan tidak disadari.

- Ataksia: kegagalan koordinasi otot, irregularitas gerakan otot.

- Polifagia : makan berlebihan yang patologis.

- Akathisia : perasaan subjektif tentang tegangan motorik sekunder dari

medikasi antipsikotik atau medikasi lain yang dapat menyebabkan

6

Page 7: GEJALA GANGGUAN JIWA

kegelisahan, melangkah bolak-balik, duduk dan berdiri berulang-

ulang, dapat disalah artikan sebagai agitasi psikotik.

- Kompulsif : impuls tidak terkontrol untuk melakukan suatu tindakan

secara berulang.

i. Dipsomania : kompulsi untuk minum alkohol

ii. Kleptomania : kompulsi untuk mencuri

iii. Nimfomania : kebutuhan untuk koitus yang kuat dan kompulsif

pada seorang wanita

iv. Satiriasis : kebutuhan untuk koitus yang kuat dan kompulsif pada

seorang laki-laki

v. Trikotilomania : kompulsi untuk mencabut rambut

vi. Ritual : aktivitas kompulsif otomatis dalam sifat, menurunkan

kecemasan yang orisinil.

o. Agresi : tindakan yang kuat dan diarahkan dengan tujuan yang mungkin

verbal atau fisik; bagian motorik dari afek kekasaran, kemarahan atau

permusuhan.

4. Berfikir

Aliran gagasan, simbol dan asosiasi yang diarahkan oleh tujuan dimulai oleh

suatu tugas dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi kenyataan. Jika terjadi

urutan yang logis, berfikir adalah normal. Parapraksis (tergelincir dari logis yang

termotivasi secara tidak disadari juga disebut pelesetan menurut Freud) dianggap sebagai

bagian dari berfikir yang normal.

A. Gangguan umum dalam bentuk atau proses berfikir

1. Gangguan mental

Sindroma perilaku atau psikologis yang bermakna secara klinis, disertai dangan

penderitaan atau ketidakmampuan, tidak hanya suatu respon yang diperkirakan

dari peristiwa tertentu atau terbatas pada hubungan antara seseorang dan

masyarakat.

2. Psikosis

Ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi. Gangguan tes

realitas, dengan menciptakan realitas baru (berlawanan dengan neurosis :

7

Page 8: GEJALA GANGGUAN JIWA

gangguan mental dimana tes realitas adalah utuh, perilaku tidak jelas melanggar

norma-norma sosial, relatif bertahan lama atau rekuren tanpa pengobatan)

3. Tes realitas

Pemeriksaan dan pertimbangan objektif tentang dunia di luar diri

4. Gangguan pikiran formal

Gangguan dalam bentuk pikiran, malahan isi pikiran : berpikir ditandai dengan

kekenduran asosiasi, neologisme, dan konstruksi yang tidak logis; proses berpikir

mengalami gangguan, dan orang didefinisikan sebagai psikotik

5. Berpikir tidak logis

Berpikir mengandung kesimpulan yang salah atau kontradiksi internal; hal ini

adalah patologis jika nyata dan tidak disebabkan oleh kultural atau defisit

intelektual

6. Dereisme

Aktivitas mental yang tidak sesuai dengan logika atau pengalaman

7. Berpikir autistik

Preokupasi dengan dunia dalam dan pribadi

8. Berpikir magis

Suatu bentuk pikiran dereistik; berpikir adalah serupa dengan fase praopersional

pada masa anak-anak (Jean Piaget), dimana pikiran, kata-kata, atau tindakan

mempunyai kekuatan

9. Proses berpikir primer

Istilah umu untuk berpikir yang dereistik, tidak logis, magis. Normalnya

ditemukan dalam mimpi, abnormal pada psikosis

B. Gangguan spesifik pada bentuk pikiran

1. Neologisme

Kata baru yang diciptakan oleh pasien dengan mengkombinasikan suku kata dari

kata-kata lain, untuk alas an keanehan psikologis

2. World salad (gado-gado kata)

Campuran kata dan frasa yang membingungkan

8

Page 9: GEJALA GANGGUAN JIWA

3. Sirkumstansialitas

Bicara yang tidak langsung yang lambat dalam mencapai tujuan tetapi akhirnya

dari titik awal mencapai tujuan yang diharapkan; ditandai dengan pemasukan

perincian-perincian dan tanda-tanda kutip yang berlebihan

4. Tangensialitas

Ketidakmampuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang diarahkan oleh tujuan;

pasien tidak pernah berangkat dari titik awal menuju tujuan yang diinginkan

5. Inkoherensi (pembicaraan yang tidak logis)

Pikiran yang biasanya, tidak dapat dimengerti; berjalan bersama pikiran atau kata-

kata dengan hubungan yang tidak logis atau tanpa tata bahasa, yamg

menyebabkan disorganisasi

6. Perseverasi

Respon terhadap stimulus baru diberikan, sering disertai dengan gagguan kognitif

7. Verbigerasi

Pengulangan kata-kata atua frasa spesifik yang tidak mempunyai arti

8. Ekolalia

Pengulangan kata-kata atau frasa-frasa seseorang oleh seseorang lain secara

psikopatologis, cendrung berulang dan menetap, dapat diucapkan dengan

mengejek atau intonasi terputus-putus

9. Kondensasi

Penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep

10. Jawaban yang tidak relevan

Jawaban yang tidak harmonis dengan pertanyaan uang dipertanyakan (pasien

tampaknya mengabaikan atua tidak memperhatikan pertanyaan)

11. Pengenduran asosiasi

Aliran pikiran dimana gagasan-gagasan bergeser dari satu subjek ke subjek lain

dalam cara yang sama sekali tidak berhubungan; jika berat bicara mumngkin

membingungkan (inkoheheren)

12. Keluar dari jalur (derailment)

Penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa penghambatan

9

Page 10: GEJALA GANGGUAN JIWA

13. Flight of idea

Verbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus menerus yang

menghasilkan pergeseran terus menerus dari satu ide ke ide lain; ide-ide cendrung

dihubungkan, dan dalam bentuk yang kurang parah, pendengar mungkin mampu

untuk mengikutinya

14. Asosiasi bunyi (clang association)

Asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tetapi berbeda artinya; kata-kata yang

tidak mempunyai hubungan logis, dapat termasuk sajak dan permainan kata

15. Penghambatan (Blocking)

Terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau gagasan

diselesaikan

16. Glossolalia

Ekspresi pesan-pesan yang relevan melalui kata-kata yang tidak dipahami (jaga

dikenal sebagai bicara pada lidah)

C. Gangguan spesifik pada isi pikiran

1. Kemiskinan isi pikiran

Pikiran yang memberikan sedikit informasi karena tidak ada pengertian,

pengulangan kosong, atau frasa yang tidak jelas

2. Gagasan yang berlebihan

Keyakinan palsu yang dipertahankan dan tidak beralasan dipertahankan secara

kurang kuat dibandingkan dengan suatu waham

3. Waham

keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan

eksternal, tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar belakang kultural,

yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan

a. Waham yang kacau (bizarre delusion) : keyakinan palsu yang

aneh, mustahil, dan sama sekali tidak masuk akal.

b. Waham tersistematisasi : keyakinan yang palsu yang

digabungkan oleh suatu tema atau peristiwa tunggal.

c. Waham yang sejalan dengan mood : waham dengan isi yang

sesuai dengan mood

10

Page 11: GEJALA GANGGUAN JIWA

d. Waham yang tidak sejalan dengan mood : waham dengan isi

yang tidak mempunyai hubungan dengan mood atau merupakan mood-netral.

e. Waham nihilistik : perasaan palsu bahwa dirinya, orang lain, dan

dunia adalah ada atau berakhir.

f. Waham kemiskinan : keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan

atau akan terampas semua harta miliknya.

g. Waham somatik : keyakinan yang palsu menyangkut fungsi

tubuh pasien.

h. Waham paranoid : termasuk waham persekutorik dan waham

referensi, kontrol, dan kebesaran (dibedakan dari ide paranoid, dimana

kecurigaan adalah lebih kecil dari bagian waham)

Waham persekutorik : keyakinan palsu bahwa pasien

sedang diganggu, ditipu, atau disiksa.

Waham kebesaran : gambaran kepentingan, kekuatan, atau

identitas seseorang yang berlebihan.

Waham referensi : keyakinan palsu bahwa perilaku orang

lain ditujukan pada dirinya; bahwa peristiwa, benda-benda atau orang lain

mempunyai kepentingan tertentu dan tidak biasanya, umumnya dalam

bentuk negatif; diturunkan dari ide referensi, dimana seseorang secara

salah merasa bahwa ia sedang dibicarakan oleh orang lain.

i. Waham menyalahkan diri sendiri : keyakinan yang palsu tentang

penyesalan yang dalam dan bersalah

j. Waham pengendalian : perasan palsu bahwa kemauan, pikiran,

atau perasaan pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar

Penarikan pikiran (thought withdrawal) : waham bahwa

pikiran pasien dihilangkan dari ingatannya oleh orang lain atau tenaga

lain.

Penanaman pikiran (thought insertion) : waham bahwa

pikiran ditanam dalam pikiran pasien oleh orang lain atau tenaga lain.

Siar pikiran (thought broadcasting) : waham bahwa pikiran

pasien dapat didengar oleh lain.

11

Page 12: GEJALA GANGGUAN JIWA

Pengendalian pikiran (thought control) : waham bahwa

pikiran pasien dikendalikan oleh orang lain atau tenaga lain.

k. Waham ketidaksetiaan (waham cemburu) : keyakinan palsu yang

didapatkan dari kecemburuan patologis bahwa kekasih pasien adalah tidak

jujur

l. Erotomania : kayakinan waham, lebih sering pada wanita

dibandingkan dengan laki-laki, bahwa seseorang sangat mencintai dirinya

(dikenal sebagai kompleks Clerambault- Kandinsky)

m. Pseudologis phantastica : suatu jenis kebohongan, dimana

seseorang tampaknya percaya terhadap kenyataan fantasinya dan bertindak

atas kenyataan

4. Kecenderungan atau preokupasi pikiran

Pemusatan isi pikiran pada ide tertentu, disertai dengan irama afektif yang kuat,

seperti kecenderungan paranoid, atau preokupasi tentang bunuh diri atau

membunuh

5. Egomania

Egomania adalah preokupasi pada diri sendiri yang patologis

6. Monomania

Monomania adalah preokupasi dengan suatu objek tunggal

7. Hipokondria

Keprihatinan yang berlebihan tentang kesehatan pasien yang didasarkan bukan

pada patologi organik yang nyata, tetapi pada interprestasi yang realistik terhadap

tanda atau sensasi fisik yang sebagai abnormal

8. Obsesi

Ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat

ditentang, yang tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika, yang

disertai dengan kecemasan (juga dikenal sebagai renungan)

9. Kompulsi

Kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls yang jika ditahan

menyebabkan kecemasan

10. Koprolalia

12

Page 13: GEJALA GANGGUAN JIWA

Pengungkapan secara kompulsif dari kata-kata yang cabul

11. Fobia

Rasa takut patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu terjadi

terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu; menyebabkan keinginan yang

memaksa untuk menghindari stimulus yang ditakuti

Fobia sederhana : rasa takut yang jelas terhadap objek atau

situasi yang jelas (contohnya, takut terhadap laba-laba atau ular)

Fobia sosial : rasa takut akan keramaian masyarakat, seperti

takut berbicara dengan masyarakat, bekerja, atau makan dalam masyarakat

Akrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tinggi

Agrofobia : rasa takut terhadap tempat yang luas

Algofobia : rasa takut terhadap rasa nyeri

Ailurofobia : rasa takut terhadap kucing

Eritrofobia : rasa takut terhadap warna merah

Panfobia : rasa takut terhadap segala sesuatu

Klaustrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tertutup

Xenofobia : rasa takut terhadap orang asing

Zoofobia : rasa takut terhadap binatang

12. Noesis

Suatu wahyu dimana terjadi pencerahan yang besar sekali disertai dengan

perasaan bahwa pasien telah dipilih untuk memimpin dan memerintah

13. Unio mystica

Suatu perasaan yang meluap, pasien secara mistik bersatu dengan kekuatan yang

tidak terbatas

5. Bicara

Gagasan, pikiran, perasaan yang diekspresikan melalui bahasa; komunikasi

melalui penggunaan kata-kata dan bahasa.

A. Gangguan Bicara

13

Page 14: GEJALA GANGGUAN JIWA

1. Tekanan bicara : bicara cepat yaitu peningkatan jumlah dan kesulitan

untuk memutus pembicaraan

2. Kesukaan bicara (logorrhea) : bicara yang banyak sekali, bertalian, dan

logis

3. Kemiskinan bicara (poverty of speech) : pembatasan bicara yang

digunakan; jawaban hanya satu suku kata

4. Bicara yang tidak spontan : respon verbal yang diberikan hanya jika

ditanya atau dibicarakan langsung; tidak ada bicara yang dimulai dari diri sendiri

5. Kemiskinan isi bicara : bicara yang adekuat dalam jumlah tetapi

memberikan sedikit informasi karena ketidakjelasan, kekosongan atau frasa yang

stereotipik

6. Disprosodi : hilangnya irama bicara yang normal

7. Disartria : kesulitan dalam artikulasi, bukan dalam penemuan kata atau

tata bahasa

8. Bicara yang keras atau lemah secara berlebihan

9. Gagap : pengulangan atau perpanjangan suara atua suku kata yang sering,

menyebabkan gangguan kefasihan bicara yang jelas

10. Kekacauan : bicara yang aneh dan disritmik yang cepat dan menyentak

B. Gangguan Afasik : gangguan dalam pengeluaran bahasa

1. Afasia motorik : gangguan bicara yang disebabkan oleh gangguan kognitif

dimana pengertian adalah tetap tetapi kemampuan untuk bicara adalah sangat

terganggu (dikenal sebagai afasia Broca)

2. Afasia sensorik : kehilangan kemampuan organik untuk mengerti arti kata;

bicara lancar dan spontan, tetapi membingungkan dan yang bukan-bukan

3. Afasia nominal : kesulitan untuk menemukan nama yang tepat untuk suatu

benda (juga dikenal sebagai afasia anomia dan amnestik)

4. Afasia sintatikal : ketidakmampuan untuk menyusun kata-kata dalam

urutan yang tepat

5. Afasia logat khusus : kata-kata yang dihasilkan seluruhnya neologistik;

kata-kata yang bukan-bukan diulangi dengan berbagai intonasi dan nada suara

14

Page 15: GEJALA GANGGUAN JIWA

6. Afasia global : kombinasi afasia yang sangat tidak fasih dan afasia fasih

yamg berat

6. Persepsi

Persepsi adalah memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi psikologis, proses

mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran

6.1. Gangguan persepsi

Persepsi adalah proses memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi

psikologis; proses mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran.

1. Halusinasi : persepsi sensoris yang palsu yang tidak disertai dengan

stimuli eksternal yang nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi

waham tentang pengalaman halusinasi

a. Halusinasi hipnagogik : persepsi sensoris yang palsu yang terjadi

saat akan tertidur, biasanya dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis.

b. Halusinasi hipnopompik : persepsi palsu yang terjadi saat

terbangun dari tidur, biasanya dianggap tidak patologis.

c. Halusinasi dengar (auditoris) : persepsi bunyi palsu, biasanya

suara tetapi juga berupa bunyi-bunyi lain, seperti musik, dan merupakan

halusinasi yang paling sering pada gangguan psikiatrik.

d. Halusinasi visual : persepsi palsu tentang penglihatan yang

berupa citra yang berbentuk (contoh : orang) dan citra yang tidak berbentuk

(contoh : kilatan cahaya), paling sering pada gangguan organik.

e. Halusinasi cium (olfaktoris) : persepsi membau yang palsu,

paling sering pada gangguan organik.

f. Halusinasi kecap (gustatoris) : persepsi tentang rasa kecap yang

palsu, seperti rasa kecap yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh

kejang, paling sering pada ganggaun organik.

g. Halusinasi raba (taktil, haptic) : persepsi palsu tentang perabaan

atau sensasi permukaan, seperti dari tungkai yang teramputasi (phantom

limb), sensasi adanya gerakan pada atau di bawah kulit ( kesemutan).

15

Page 16: GEJALA GANGGUAN JIWA

h. Halusinasi somatik (halusinasi kenestetik) : sensasi palsu tentang

sesuatu hal yang terjadi di dalam atau terhadap tubuh, paling sering berasal

dari visceral.

i. Halusinasi liliput (mikropsia) : persepsi yang palsu dimana

benda-benda tampak lebih kecil ukurannya.

j. Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood-congruent

hallucination) : halusinasi dimana isi halusinasi adalah konsisten dengan

mood yang tertekan atau manik.

k. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood ( mood-incongruent

hallucination) : halusinasi dimana isinya tidak konsisten dengan mood yang

tertekan atau manik.

l. Halusinosis : halusinasi, paling sering adalah halusinasi dengar,

yang berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronis dan terjadi dalam

sensorium yag jernih.

m. Sinestesia : sensasi atau halusinasi yang disebabkan oleh sensasi

lain.

n. Trailing phenomenon : kelainan persepsi yang berhubungan

dengan obat-obat halusinogen dimana benda yang bergerak dilihat sebagai

sederetan citra yang terpisah dan tidak kontinu.

2. Ilusi : mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang

nyata

6.2. Gangguan yang berhubungan dengan gangguan kognitif

Agnosia yaitu ketidakmampuan untuk mengenaki dan menginterpretasikan

kepentingan kesan sensoris

1. Anosognosia : ketidaktahuan tentang penyakit, ketidakmampuan untuk

mengenali suatu defek neurologist yang terjadi pada dirinya

2. Somatopagnosia : ketidakmampuan untuk mengenali suatu bagian tubuh

sebagai milik dirinya sendiri

3. Agnosia visual : ketidakmampuan untuk mengenali benda-benda atau orang

4. Astereonosis : ketidakmampuan untuk mengenali benda melalui sentuhan

5. Prosopagnosia : ketidakmampuan untuk mengenali wajah

16

Page 17: GEJALA GANGGUAN JIWA

6. Apraksia : ketidakmampuan untuk melakukan tugas – tugas tertentu

7. Simutagnosia : ketidakmampuan untuk mengerti lebih dari satu elemen

pandangan visual pada suatu waktu untuk mengintegrasikanbagian-bagian

menjai keseluruhan

8. Adiasokokinesia : ketidakmampuan untuk melakukan pergerakan yang berubah

dengan cepat

6.3. Gangguan yang berhubungan dengan fenomena konversi dan disosiatif

Yaitu somatisasi material yang direpresi atau perkembangan gejala dan distorsi

fisik yang melibatkan otot volunteer atau organ sensoris bukan di bawah kontrol

volunteer dan bukan disebabkan oleh suatu gangguan fisik

1. Anastesia histerikal : hilangnya modalitas sensoris yang

disebabkan oleh konflik emosional

2. Makropsia : menyatakan benda-benda tampak lebih

besar dari sesungguhnya

3. Mikropsia : menyatakan benda-benda tampak lebih

kecil dari sesungguhnya

4. Depersonalisasi : peranan subjektif bahwa lingkungan

adalah aneh atau tidak nyata, suatu perasaan tentang perubahan realitas

5. Fatigue (fuga) : mengambil identitas baru pada amnesia

identitas yang lama, seringkali termasuk berjalan-jalan atau berkelana ke

lingkungan yang baru

6. Kepribadian ganda : satu orang yang tampak pada

waktu yang berbeda menjadi 2 atau lebih kepribadian

7. Derealisasi : perasaan subjektif bahwa lingkungan

adalah aneh atau tidak nyata, suatu perasaan tentang perubahan realitas

7. Daya ingat

Daya ingat adalah fungsi dimana informasi di simpan di otak dan selanjutnya

diingat kembali ke kesadaran.

I. Gangguan daya ingat

17

Page 18: GEJALA GANGGUAN JIWA

1. Amnesia : ketidakmampuan sebagian atau keseluruhan untuk mengingat

pengalaman masa lalu, mungkin berasal dari organik atau emosional.

a. Anterograd : amnesia untuk peristiwa yang terjadi setelah suatu

titik waktu.

b. Retrograd : amnesia sebelum suatu titik waktu.

2. Paramnesia : pemalsuan ingatan oleh distorsi pengingatan

a. Fausse reconnaissance : pengenalan yang palsu.

b. Pemalsuan retrospektif : ingatan secara tidak diharapkan (tidak

disadari) menjadi terdistorsi saat disaring melalui keadaan emosional,

kognitif, dan pengalaman pasien sekarang.

c. Konfabulasi : pengisian kekosongan ingatan secara tidak disadari

oleh pengalaman yang dibayangkan atau tidak nyata yang dipercaya pasien

tetapi tidak mempunyai dasar kenyataan, paling sering berhubungan dengan

patologi organik.

d. Déjà vu : ilusi pengenalan visual dimana situasi yang baru secara

keliru dianggap sebagai pengulangan ingatan sebelumnya.

e. Deja entendu : ilusi pengenalan auditoris

f. Deja pense : ilusi bahwa suatu pikiran baru dikenali sebagai

pikiran yang sebelumnya telah dirasakan atau diekspresikan.

g. Jamais vu : perasaan palsu tentang ketidakkenalan terhadap

situasi nyata yang telah dialami seseorang.

3. Hipermnesia : peningkatan derajat penyimpanan dan pengingatan

4. Eidetic image : ingatan visual tentang kejelasan halusinasi

5. Screen memory : ingatan yang dapat ditoleransi secara sadar menutupi

ingatan yang menyakitkan

6. Represi : suatu mekanisme pertahanan yang ditandai oleh pelupaan yang

tidak disadari terhadap gagasan atau impuls yang tidak dapat diterima

7. Letologika : ketidakmampuan sementara untuk mengingat suatu nama atau

suatu kata benda yang tepat

II. Tingkat daya ingat

18

Page 19: GEJALA GANGGUAN JIWA

1. Segara ( immediate) : reproduksi atau pengingatan hal- hal yang dirasakan

dalam beberapa detik sampai menit

2. Baru saja ( recent) : pengingatan peristiwa yang telah lewat beberapa hari

3. Agak lama (recent past) : pengingatan peristiwa yang telah lewat selama

beberapa bulan

4. Jauh (remote) : pengingatan peristiwa yang telah lama terjadi

8. Intelegensia

Intelegensia adalah kemampuan untuk mengerti, mengingat, menggerakkan dan

menyatukan secara konstruktif pelajaran sebelumnya dalam menghadapi situasi yang

baru.

I. Retardasi mental : kurangnya intelegensia sampai derajat

dimana terdapat gangguan pada kinerja sosial dan kejujuran.

II. Demensia : perburukan fungsi intelektual organik dan

global tanpa pengaburan kesadaran.

1. Diskalkulia (akalkulia) : hilngnya kemampuan untuk

melakukan perhitungan yang tidak disebabkan oleh kecemasan atau gangguan

konsentrasi.

2. Disgrafia (agrafia) : hilangnya kemampuan untuk

menulis dalam gaya yang kursif, hilangnya struktur kata.

3. Aleksia : hilangnya kemampuan membaca yang

sebelumnya dimiliki, tidak disebabkan oleh gangguan ketajaman penglihatan.

III. Pseudodemensia : gambaran klinis yang menyerupai

demensia yang tidak disebabkan oleh suatu kondisi organik, paling sering

disebabkan oleh depresi ( sindroma demensia dari depresi).

IV. Berpikir konkret : berpikir harafiah, penggunaan kiasan

yang terbatas tanpa pengertian nuansa arti, pikiran satu-dimensional.

V. Berpikir abstrak : kemampuan untuk mengerti nuansa

arti, berpikir multi dimensional dengan kemampuan menggunakan kiasan dan

hipotesis dengan tepat.

19

Page 20: GEJALA GANGGUAN JIWA

9. Tilikan (Insight)

Tilikan adalah kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti

dari suatu situasi (seperti sekumpulan gejala).

1 Penyangkalan penyakit sama sekali

2 Agak menyadari bahwa mereka adalah sakit dan membutuhkan bantuan tetapi

dalam waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya

3 Sadar bahwa mereka adalah sakit tapi melemparkan kesalahan pada orang lain,

pada faktor eksternal, atau pada faktor organic

4 Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada diri

pasien

5 Tilikan intelektual : mengerti kenyataan objektif tentang suatu keadaan tanpa

kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam cara yang berguna untuk

mengatasi situasi.

6 Tilikan emosional sesungguhnya : mengerti kenyataan objektif tentang suatu

situasi, disertai dengan daya pendorong (impetus) motivasi dan emosional untuk

mengatasi situasi.

10. Pertimbangan (Judgment)

Pertimbangan adalah kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan untuk

bertindak secara tepat di dalam situasi tersebut.

a. Pertimbangan kritis : kemampuan untuk menilai, melihat dan memilih

berbagai pilihan di dalam suatu situasi

b. Pertimbangan otomatis : kinerja refleks di dalam suatu tindakan.

c. Pertimbangan yang terganggu : menghilangnya kemampuan untuk mengerti

suatu situasi dengan benar dan bertindak secara tepat.

20

Page 21: GEJALA GANGGUAN JIWA

II. KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA (DAFTAR & KATEGORI DIAGNOSIS)

F00-09 Gangguan mental organik, termasuk gangguan mental simtomatik. Gambaran utama:

Gangguan fungsi kognitif: daya ingat, daya pikir, dan belajar Gangguan sensorium: gangguan kesadaran dan perhatian Sindrom dengan menifestasi yang jelas dalam bidang: persepsi(halusinasi), isi

pikiran (waham/delusi), suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira dan cemas)

Gangguan mental simptomatik

F00 Demensia pada penyakit alzheimerF00.0 Demensia pada penyakit alzheimer dengan onset diniF00.1 Demensia pada penyakit alzheimer dengan onset lambatF00.2 Demensia pada penyakit alzheimer, tipe tak khas atau tipe campuranF00.9 Demensia pada penyakit alzheimer YTT

F01 Demensia vaskularF01.0 Demensia vaskular onset akutF01.1 Demensia multi infarkF01.2 Demensia vaskular subkortical

21

Page 22: GEJALA GANGGUAN JIWA

F01.3 Demensia vaskular campuran kortikal dan subkortikalF01.8 Demensia vaskular lainnyaF01.9 Demensia vaskular YTT

F02 Demensia pada penyakit lain YDKF02.0 Demensia pada penyakit PickF02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt-jakobF02.2 Demensia pada penyakit HuntingtonF02.3 Demensia pada penyakit ParkinsonF02.4 Demensia pada penyakit Human Imunodeficiency Virus [HIV]F02.8 Demensia pada penyakit YDT YDK

F03 Demensia YTT

F04 Sindroma amnesia organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya

F05 Deliriun bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnyaF05.0 Delirium, tak bertumpangtindih dengan demensiaF05.1 Delirium, bertumpangtindih dengan demensiaF05.8 Delirium lainnyaF05.9 Delirium YTT

F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik F06.0 Halusinosis organikF06.1 Gangguan katatonik organikF06.2 Gangguan waham organik (lir-skizofrenia)F06.3 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) organikF06.4 Gangguan anxietas organikF06.5 Gangguan disosiatif organikF06.6 Gangguan astenik organikF06.7 Gangguan kognitif ringanF06.8 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit

fisik lain YDTF06.9 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit

fisik YTT

F07 Gangguan kepribadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otakF07.0 Gangguan kepribadian organikF07.1 Sindroma pasca-ensefalitisF07.2 Sindroma pasca-kontusioF07.8 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit,

kerusakan dan disfungsi otak lainnyaF07.9 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit,

kerusakan dan disfungsi otak YTT

F09 Gangguan mental organik atau simptomatik YTT

22

Page 23: GEJALA GANGGUAN JIWA

F10-19 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktifDasar diagnosa:

Adanya penggunaan zat psikoaktif (baik yang diresepkan maupun tidak) Adanya gejala psikotik maupun tidak ada

F10 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkoholF11 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioidaF12 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoidaF13 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotikaF14 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokainF15 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain termasuk

kafeinF16 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogenikaF17 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakauF18 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah

menguapF19 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan

penggunaan zat psikoaktif lainnya

F20-29 Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan wahamPedoman diagnosa :

Gejala yang timbul yaitu gejala psikotik, semua umur Non organik

F20 Skizofrenia Pedoman diagnosis:Gejala Mayor: (1 gejala yang jelas, 2 gejala yang kurang jelas)

Thought echo, though insertio, thought broadcasting Waham dikendalikan Halusinasi menetap Waham menetap

Gejala Minor: (paling sedikit 2) Halusinasi menetap Arus pikir yang terputus atau mengalami sisipan Perilaku katatonik Gejala negativistik Perubahan yang konsisten secara keseluruhan dari perilaku

Kurun waktu 1 bulan atu lebih

F20.0 Skizofrenia paranoidF20.1 Skizofrenia hebefrenikF20.2 Skizofrenia katatonikF20.3 Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)F20.4 Skizofrenia pasca-skizofreniaF20.5 Skizofrenia residual

23

Page 24: GEJALA GANGGUAN JIWA

F20.6 Skizofrenia simpleksF20.8 Skizofrenia lainnyaF20.9 Skizofrenia YTT

F21 Gangguan skizotipal

F22 Gangguan waham menetapF22.0 Gangguan wahamF22.8 Gangguan waham menetap lainnyaF22.9 Gangguan waham YTT

F23 Gangguan psikotik akut dan sementaraF23.0 Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofreniaF23.1 Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofreniaF23.2 Gangguan psikotik lir-skizofrenia akutF23.3 Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan wahamF23.8 Gangguan psikotik akut dan sementara lainnyaF23.9 Gangguan psikotik akut dan sementara YTT

F24 Gangguan waham terinduksi

F25 Gangguan skizoafektifF25.0 Gangguan skizoafektif tipe manikF25.1 Gangguan skizoafektif tipe depresifF25.2 Gangguan skizoafektif tipe campuranF25.8 Gangguan skizoafektif lainnyaF25.9 Gangguan skizoafenik YTT

F28 Gangguan psikotik non organik lainnyaF29 Psikosis non organik YTT

F30-39 Gangguan suasana perasaan (Mood [afektif])Pedoman diagnosis:

Perubahan suasana mood/ afek ( kearah depresi maupun elasi) Pada semua umut Perubahan semua tingkatan aktivitas (umumnya) Dapat disertai gejala psikotik maupun non psikotik

F30 Episode manikF30.0 HipomaniaF30.1 Mania tanpa gejala psikotikF30.2 Mania dengan gejala psikotikF30.8 Episode manik lainnyaF30.9 Episode manik YTT

F31 Gangguan afektif bipolar

24

Page 25: GEJALA GANGGUAN JIWA

F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanikF31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotikF31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotikF31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedangF31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala

psikotikF31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala

psikotikF31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuranF31.7 Gangguan afektif bipolar,kini dalam remisiF31.8 Gangguan afektif bipolar lainnyaF31.9 Gangguan afektif bipolar YTT

F32 Episode depresifF32.0 Episode depresif ringanF32.1 Episode depresif sedangF32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotikF32.3 Episode depresif berat dengan gejala psiotikF32.8 Episode depresif lainnyaF32.9 Episode depresif YTT

F33 Gangguan depresif berulangF33.0 Episode depresif berulang, episode kini ringanF33.1 Episode depresif berulang, episode kini sedangF33.2 Episode depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotikF33.3 Episode depresif berulang, episode kini berat dengan gejala psikotikF33.4 Episode depresif berulang, kini dalam remisiF33.8 Episode depresif berulang lainnyaF33.9 Episode depresif berulang YTT

F34 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) menetapF34.0 SiklotimiaF34.1 DistimiaF34.8 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) menetap lainnyaF34.9 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) menetap YTT

F38 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) lainnyaF38.0 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) tunggal lainnyaF38.1 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) berulang lainnyaF38.8 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) lainnya YDT

F39 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) YTT

F40-49 Gangguan Neurotik, gangguan somatoform dan gangguan yang berkaitan dengan stres

Gejala utama:

25

Page 26: GEJALA GANGGUAN JIWA

Neurotik, somatoform dan berkaitan dengan stress Non organik

F40 Gangguan anxietas fobik F40.0 Agorafobia F40.1 Fobia sosial F40.2 Fobia khas (terisolasi) F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya F40.9 Gangguan anxietas fobik lainnya

F41 Gangguan anxietas lainnya F41.0 Gangguan panik ( anxietas paroksismal episodik) F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya F41.8 Gangguan anxietas lainnya F41.9 Gangguan anxietas YTT

F42 Gangguan obsesif-kompulsif F42.0 Predominan pikiran obsesional atau pengulangan F42.1 Predominan tindakan kompulsif F42.2 campuran tindakan dan pikiran obsesional F42.8 Gangguan obsesif-kompulsif lainnya F42.9 Gangguan obsesif-kompulsif YTT

F43 Reaksi terhadap stres berat dan gangguan penyesuaian F43.0 Reaksi stress akut F43.1 Gangguan stress pasca trauma F43.2 Gangguan penyesuaian F43.8 Reaksi terhadap stres berat lainnya F43.9 Reaksi terhadap stress berat YTT

F44 Gangguan disosiatif [konversi] F44.0 Amnesia disosiatif F44.1 Fugue disosiatif F44.2 Stupor disosiatif F44.3 Gangguan trans dan kesurupan F44.4 Gangguan motorik disosiatif F44.5 Konvulsi disosiatif F44.6 Anestesia dan kehilangan sensorik disosiatif F44.7 Gangguan disosiatif [konversi] campuran F44.8 Gangguan disosiatif [konversi] lainnya F44.9 Gangguan disosiatif [konversi] YTT

F45 Gangguan somatoform F45.0 Gangguan somatisasi

26

Page 27: GEJALA GANGGUAN JIWA

F45.1 Gangguan somatoform tak terinci F45.2 Hipokondrik F45.3 Disfungsi otonomik somatoform F45.4 Gangguan nyeri somatoform menetap F45.8 Gangguan somatoform lainnya F45.9 Gangguan somatoform YTT

F48 Gangguan neurotik lainnya F48.0 Neurastenia F48.1 Sindroma depersonalisasi-derealisasi F48.8 Gangguan neurotik lainnya YDT F48.9 Gangguan neurotik YTT

F50-59 Sindroma perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik

Gejala khas: Disfungsi fisiologi Etiologi non organik

F50 Gangguan makan F50.0 Anoreksia nervosa F50.1 Anoreksia nervosa tak khas F50.2 Bulimia nervosa F50.3 Bulimia nervosa tak khas F50.4 Makan berlebih yang berhubungan dengan gangguan psikologis

lainnya F50.5 Muntah yang berhubungan dengan gangguan psikologis lainnya F50.8 Gangguan makan lainnya F50.9 Gangguan makan YTT

F51 Gangguan tidur nonorganik F51.0 Insomnia nonorganik F51.1 Hipersomnia nonorganik F51.2 Gangguan jadwal tidur nonorganik F51.3 Somnambulisme F51.4 Teror tidur F51.5 Mimpi buruk F51.8 Gangguan tidur nonorganik lainnya F51.9 Gangguan tidur nonorganik YTT

F52 Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik F52.0 Kurang atau hilangnya nafsu seksual

27

Page 28: GEJALA GANGGUAN JIWA

F52.1 Tidak menyukai dan tidak menikmati seks F52.2 Kegagalan dari respon genital F52.3 Disfungsi orgasme F52.4 Eyakulasi dini F52.5 Vaginismus nonorganik F52.6 Dispareunia nonorganik F52.7 Dorongan seksual berlebihan F52.8 Disfungsi seksual lainnya, bukan disebabkan olh gangguan atau

penyakit organik F52.9 Disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan oleh gangguan atau

penyakit organik

F53 Gangguan jiwa dan perilaku yang berhunungan dengan masa nifas YTK F53.0 Gangguan jiwa dan perilaku ringan yang berhubungan dengan masa

nifas YTK F53.1 Gangguan jiwa dan perilaku berat yang berhubungan dengan masa

nifas YTK F53.8 Gangguan jiwa dan perilaku lainnya yang berhubungan dengan masa

nifas YTK F53.9 Gangguan masa nifas YTT

F54 Faktor psikologi dan perilaku yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit YDK

F55 Penyalahgunaan zat yang tidak menyebabkan ketergantungan F55.0 Antidepresiva F55.1 Pencahar F55.2 Analgetika F55.3 Antasida F55.4 Vitamin F55.5 Stereoida atau hormon F55.6 Jamu atau obat tradisional F55.8 Zat lainnya yang tidak menyebabkan ketergantungan F55.9 YTT

F59 Sindroma perilaku YTT yang bverhubungan dengan gangguan fisiologi dan faktor fisik

F60-69 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa.Gajala khas

Gejala prilaku Non organik Dewasa

28

Page 29: GEJALA GANGGUAN JIWA

F60 gangguan kepribadian khas F60.0 Gangguan kepribadian paranoid F60.1 Gangguan kepribadian skizoid F60.2 Gangguan kepribadian dissosial F60.3 Gangguan kepribadian emosional tak stabil F60.4 Gangguan kepribadian histrionik F60.5 Gangguan kepribadian anankastik F60.6 Gangguan kepribadian cemas F60.7 Gangguan kepribadian dependen F60.8 Gangguan kepribadian khas lainnya F60.9 Gangguan kepribadian YTT

F61 Gangguan kepribadian campuran dan lainnya. F61.0 Gangguan kepribadian campuran F61.1 Perubahan kepribadian yang bermasalah

F62 Perilaku kepribadian yang berlangsung lama yang tidak diakibatkan okeh kerusakan atau penyakit otak.

F62.0 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katastrofa

F62.1 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama akibat penyakit psikiatri

F62.8 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama lainnya F62.9 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama YTT

F63 Gangguan kebiasaan dan impuls F63.0 Judi patologis F63.1 Bakar patologis F63.2 Curi patologis F63.3 Trikotilomania F63.8 Gangguan kebiasaan dan impuls lainnya F63.9 Gangguan kebiasaan dan impuls YTT

F64 Gangguan preferensi seksual F64.0 Transseksualisme F64.1 Transvestisme peran ganda F64.2 Gangguan identitas jenis kelamin masa kanak F64.8 Gangguan identitas jenis kelamin lainnya F64.9 Gangguan identitas jenis kelamin YTT

F65 Gangguan preferensi seksual F65.0 Fetishisme F65.1 Transvestisme fetishistik F65.2 Ekshibisionisme

29

Page 30: GEJALA GANGGUAN JIWA

F65.3 Voyeurisme F65.4 Pedofilia F65.5 Sadomasokisme F65.6 Gangguan preferensi seksual multipel F65.8 Gangguan preferensi seksual lainnya F65.9 Gangguan preferensi seksual YTT

F66 Gangguan psikologi dan perilaku yang berhubungan dengan perkembangan dan orientasi seksual

F66.0 Gangguan maturasi seksual F66.1 Orientasi seksual egodistonik F66.2 Gangguan hubungan seksual F66.8 Gangguan perkembangan psikoseksual lainnya F66.9 Gangguan perkembangan psikoseksual YTT

F68 Gangguan kepribadian dan perilaku dan perilaku masa dewasa F68.0 Elaborasi gejala fisik karena alasan psikologis F68.1 Kesengajaan atau berpura-pura membuat gejala atau disabilitas, baik

fisik maupun psikologi F68.8 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa lainnya YDT

F69 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa 105

F70-79 Retardasi MentalGejala khas:

Gejala perkembangan IQ Non organik

F70 Retardasi mental ringanF71 Retardasi mental sedangF72 Retardasi mental beratF73 Retardasi mental sangat berat.F78 Retardasi mental lainnyaF79 Retardasi mental YTT

F80-89 Gangguan perkembangan psikologisGejala khas:

Gejala perkembangan khusus Onset masa kanak

F80 Gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa F80.0 Gangguan artikulasi berbicara khas F80.1 Gangguan berbahasa ekspresif F80.2 Gangguan berbahasa reseptif F80.3 Afasia yang dapat didapat dengan epilepsi (sindr landau-kleffner) F80.8 Gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa lainnya

30

Page 31: GEJALA GANGGUAN JIWA

F80.9 Gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa YTT

F81 Gangguan perkembangan belajar khas F81.0 Gangguan mambaca khas F81.1 Gangguan mengeja khas F81.2 Gangguan berhitung khas F81.3 Gangguan belajar campuran F81.4 Gangguan perkembangan belajar lainnya F81.5 Gangguan perkembangan belajar YTT

F82 Gangguan perkembangan motorik khas

F83 Gangguan perkembangan khas campuran

F84 Gangguan perkembangan pervasif F84.0 Autisme masa kanak F84.1 Autisme tak khas F84.2 Sindroma Rett F84.3 Gangguan desintegratif masa kanak lainnya F84.4 Gangguan aktivitas berlebih yang berhubungan dengan retardasi

mental dan gerakan stereotipik F84.5 Sindroma Asperger F84.8 Gangguan perkembangan pervasif lainnya F84.9 Gangguan perkembangan pervasif YTT

F88 Gangguan perkembangan psikologis lainnya

F89 Gangguan perkembangan psikologis YTT

F90-99 Gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada kanak dan remaja

Gejala khas: Gejala prilaku/emosional Onset masa kanak

F90 Gangguan hiperkinetik F90.0 Gangguan aktivitas dan perhatian F90.1 Gangguan tingkah laku hiperkinetik F90.8 Gangguan hiperkinetik lainnya F90.9 Gangguan hiperkinetik YTT

F91 Gangguan tingkat laku F91.0 Gangguan tingkah laku yan berbatas pada lingkungan keluarga F91.1 Gangguan tingkah laku tak berkelompok F91.2 Gangguan tingkah laku berkelompok

31

Page 32: GEJALA GANGGUAN JIWA

F91.3 Gangguan sikap menentang F91.8 Gangguan tingkah laku lainnya F91.9 Gangguan tingkah laku YTT

F92 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi F92.0 Gangguan tingkah laku depresif F92.8 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi lainnya F92.9 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi YTT

F93 Gangguan emosional dengan onset khas pada masa kanak-kanak F93.0 Gangguan anxietas perpisahan masa kanak F93.1 Gangguan anxietas fobik masa kanan F93.2 Gangguan anxietas sosial masa kanak F93.3 Gangguan persaingan antar saudara F93.8 Gangguan emosional masa kanak lainnya F93.9 Gangguan emosional masa kanak YTT

F94 Gangguan fungsi sosialo dengan onset khas pada masa kanak-kanak dan remaja

F94.0 Mutisme elektif F94.1 Gangguan kelekatan reaktif masa kanak F94.2 Gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak lainnya F94.8 Gangguan fungsi sosial masa kanak lainnya F94.9 Gangguan fungsi sosial masa kanak YTT

F95 Gangguan ’tic’ F95.0 Gangguan ’tic’ sementara F95.1 Gangguan ’tic’ motorik atau vokal kronik F95.2 Gangguan campuran ’tic’ vokal dan motorik multiple F95.8 Gangguan ’tic’ lainnya F95.9 Gangguan ’tic’ lainnya

F98 Gangguan perilaku dan emosional lainnya dengan onset. Biasanya terjadi setelah meninggal

F98.0 Enuresis nonorganik F98.1 Enkoporesis nonorganik F98.2 Gangguan makan masa bayi dan kanak F98.3 Pika masa bayi dan kanak F98.4 Gangguan gerakan stereotipik F98.5 Gagap F98.6 ’Cluttering’ F98.8 Gangguan perilaku dan emosional lainnya YDT dengan onset

biasanya pada masa kanak dan remaja F98.9 Gangguan perilaku dan emosional lainnya YTT dengan onset

biasanya pada masa kanak dan remaja

32

Page 33: GEJALA GANGGUAN JIWA

F99 Gangguan jiwa YTT

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA. Pocket Handbook of Clinical Psichiatry. 4th Edition.

USA: Lippincott Williams & Wilkins, 2005. 21-34.

2. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University

Press, 2005. 91-4.

3. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI , 1993. 25-46.

33