gdlhub-gdl-s1-2013-utomodanan-26838-11.bab-2.pdf

download gdlhub-gdl-s1-2013-utomodanan-26838-11.bab-2.pdf

of 15

Transcript of gdlhub-gdl-s1-2013-utomodanan-26838-11.bab-2.pdf

  • 7/26/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-utomodanan-26838-11.bab-2.pdf

    1/15

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Fluor

    Fluorida adalah suatu elemen alami yang dapat ditemukan pada air minum

    dan di dalam tanah pada berbagai konsentrasi. Fluorida merupakan mineral yang

    sangat bermanfaat dan dapat di temui pada tubuh manusia. Dalam tubuh manusia,

    fluorida dapat ditemukan pada struktur yang terkalsifikasi seperti di tulang dan

    gigi. Konten fluorida pada tubuh tergantung oleh asupan makanan dan air yang

    dikonsumsi (Palmer 2007, p.158).

    Jumlah total asupan fluor orang dewasa biasanya berkisar antara 0,2-2,0

    mg fluor/hari. Konsentrasi fluor yang umum pada sumber air berkisar antara

  • 7/26/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-utomodanan-26838-11.bab-2.pdf

    2/15

    fluor yang berikatan dengan lithium, alumunium, stronikum, barium, magnesium,

    kalsium, dan manganese hanya sedikit yang larut. Campuran kovalen biasanya

    ditemukan dalam bentuk non-metal, seperti silicone tetra fluoride dan sulfur

    heksa fluoride(Fejerskov dkk, 1996).

    2.1.2 Metabolisme dan ekskresi fluor

    Ion-ion fluor 96% diabsorbsi melalui saluran pencernaan yakni pada

    lambung dan usus kecil. Setelah masuk pencernaan, fluor diabsorbsi selama 30-90

    menit, terutama melalui mukosa usus dan lambung. Absorbsi fluor berlangsung

    lebih cepat bila lambung kosong. Konsentrasi tinggi ion fluor yang keluar dari

    mukosa pada saluran sistem pencernaan akan melewati konsentrasi yang lebih

    rendah secara fisikokimiawi pada daerah sekitar mukosa intestinal dan sistem

    sirkulasi (Ferguson 2006, p.199-200).

    Distribusi fluor berlangsung cepat mengikuti dosis fluor dalam rongga

    mulut. Konsentrasi fluor dalam darah akan mencapai puncaknya sekitar satu jam

    setelah konsumsi fluor dan selanjutnya akan menurun. Empat jam kemudian

    konsentrasi fluor dalam plasma akan menjadi normal kembali, yakni sekitar 0,10

    sampai 0,15 ppm. Sekitar 75% fluor akan disimpan dalam plasma, dan

    keseimbangannya terdapat dalam sel darah merah. 90% fluor dalam plasma terikat

    dan bersifat non-exchangeable(Ferguson 2006, p.199-200).

    90-95% fluor dalam tubuh akan diekskresikan melalui urin. Selain itu

    sekitar 5-10% dapat diekskresikan juga melalui feses, keringat, kelenjar air susu,

    kelenjar saliva, dan cairan gingiva. Tetapi dalam jumlah yang sangat kecil.

    (Ferguson 2006, p.199-200).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KADAR FLUOR SALIVA ... DANANG PRIYO UTOMO

  • 7/26/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-utomodanan-26838-11.bab-2.pdf

    3/15

    Dalam struktur gigi, fluor terdeposit dalam enamel melalui jalur sistemik

    ketika gigi tumbuh dan dalam fase pematangan. Pada geligi dewasa, fluor yang

    ada di dalam lingkungan rongga mulut masuk melalui enamel dengan mekanisme

    fisikokimiawi. Konsentrasi fluor pada enamel individu yang secara rutin

    mengkonsumsi air minum dengan kadar fluor 1 ppm, dapat mencapai 800-900

    ppm pada permukaan luar. Fluor juga berpenetrasi pada bagian enamel ayng

    mengalami demineralisasi akibat terbentuknya lesi karies yang baru (Palmer 2007,

    p.159).

    2.1.3 Intake dan toksisitas fluor

    Secara optimal intake fluorida ditentukan antara 0,05 sampai 0,07 mg/kg

    berat badan per hari. Menurut Mc Clure, untuk anak anak usia 1-12 tahun, intake

    yang paling optimal adalah 0,05 mg/kg berat badan, sementara menurut Farkas,

    intake yang paling optimal untuk pencegahan karies tanpa menimbulkan fluorosis

    adalah 0,06 mg/kg berat badan untuk anak usia 1-12 tahun (Buzalaf 2011, p.2).

    Jaringan gigi biasanya menunjukkan tanda-tanda awal terjadinya

    toksisitas. Mottled enamel merupakan suatu manifestasi awal konsumsi fluor yang

    berlebihan. Paparan fluor dalam konsentrasi tinggi dan lama akan menyebabkan

    terjadinya destruksi gigi. Peningkatan di atas 1 mg fluor/Liter pada air minum

    akan menunjukkan tanda-tanda klinis terjadinya toksisitas. Pada penderita

    fluorosis, konsentrasi fluor dalam darah meningkat dari konsentrasi normal yakni

    0,04 g/ml menjadi 0,5-8,0 g/ml (Kidd 2005, p.110).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KADAR FLUOR SALIVA ... DANANG PRIYO UTOMO

  • 7/26/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-utomodanan-26838-11.bab-2.pdf

    4/15

    Tabel 2.1 : Tabel perbandingan indeks DMFT dan indeks fluorosis

    terhadap kandungan fluorida dalam saliva (Cameron 2003, p.41)

    Tanda-tanda awal asupan fluorida yang berlebihan adalah timbulnya

    belang belang pada enamel (fluoresed) saat masa erupsi gigi. Secara klinis timbul

    variasi berupa garis-garis putih yang halus pada enamel, kecoklatan, hingga

    berwarna kehitaman. Bahkan enamel juga bisa pecah ketika erupsi gigi sedang

    berlangsung. Tingkat keparahan fluorosis tergantung pada seberapa besar jumlah

    fluorida yang tertelan, waktu, dan kerentanan individu, misalkan berat badan

    penderita (Kidd 2005, p.113).

    2.1.4 Mekanisme kerja fluor dalam mencegah karies

    Terapi fluor dalam konsentrasi yang tepat dapat berperan dalam

    menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi enamel dan

    dentin, baik penggunaan secara topikal dalam bentuk obat kumur, varnish,

    maupun kegunaan lain seperti pasta gigi (Eakle et al. 2004, p.462).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KADAR FLUOR SALIVA ... DANANG PRIYO UTOMO

  • 7/26/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-utomodanan-26838-11.bab-2.pdf

    5/15

    Mineral enamel tersusun dari kristal apatit yang terdiri dari ion kalsium

    (Ca2+), fosfat (PO43-) dan hidroksil-apatit atau Ca10(PO4)6(OH)2-. Setiap gugus ion

    dapat disubtitusi oleh ion lain, dan bila ion fluor (F-) menggantikan gugus OH-

    akan membentuk fluorapatit atau Ca(PO4)6F2. Fluor dapat dijumpai pada jaringan

    keras karena afinitasnya yang besar terhadap jaringan tulang dan mineral gigi.

    Kekerasan dari tulang dan gigi disebabkan oleh kadar senyawa kalsiumfosfat yang

    tinggi dan diantara senyawa kalsiumfosfat, hidroksilapatit merupakan senyawa

    yang memegang peranan yang paling penting (Eakle et al.2004, p.462).

    Ketika fluor dikonsumsi dan melekat pada enamel, akan terjadi reaksi

    permulaan terbentuknya endapan kalsium fluorida di permukaan enamel yang

    jumlahnya lebih banyak daripada terbentuknya fluorapatit di reaksi yang kedua

    (Eakle et al.2004, p.462).

    Ca10(PO4)6(OH)2- + 20 F 10CaF2+ 6PO4+ 2OH

    Hidroksil-apatit Kalsium fluorida

    CaF2 tidak terikat kuat dan secara bertahap akan terlepas. Karena CaF2

    dapat larut sedikit demi sedikit di dalam air, kebanyakan zat ini akan larut dan

    hilang dalam beberapa jam setelah terapi, tetapi sebagian diikat oleh enamel.

    Selanjutnya reaksi kedua akan terbentuk sebagai berikut (Eakle et al. 2004,

    p.462).

    Ca10(PO4)6(OH)2- + 2F Ca10(PO4)6F2+ 2OH

    Hidroksil-apatit Fluorapatit

    Pada reaksi ini terjadi pertukaran langsung antara ion OH- dan ion F-,

    reaksi pertukaran ini tergantung dari pH, dimana pada pH 4 reaksi akan

    berlangsung lebih cepat dibandingkan reaksi pada pH 7 (Welbury et al., 2005

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KADAR FLUOR SALIVA ... DANANG PRIYO UTOMO

  • 7/26/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-utomodanan-26838-11.bab-2.pdf

    6/15

    p.133), karena pada pH rendah akan terbentuk hasil berupa ikatan kalsiumfosfat

    yang disebut dengan brushit (Eakle et al.2004, p.462).

    Efek fluor secara topikal dalam menghambat karies meliputi 3

    mekanisme. Mekanisme pertama, yaitu sifat antibakteri fluor yang bekerja pada

    plak dengan pH rendah dengan cara membentuk asam hidrofluorik yang akan

    mempengaruhi kerja enzim yang berhubungan dengan proses glikolisis.

    Mekanisme yang kedua yaitu fluor menghambat kelarutan kalsium dan fosfat

    pada permukaan enamel pada lesi karies dini pada waktu terjadi proses

    demineralisasi. Mekanisme yang ketiga, fluor menambah remineralisasi dengan

    cara pengendapan kalsium dan fosfat pada permukaan enamel agar terjadi re-

    kristalisasi sehingga lebih tahan terhadap asam (Jeevarathan 2007, p.4-6).

    Penelitian yang dilakukan oleh Puig-Silla dkk menunjukkan bahwa pemberian

    obat kumur pada kristal enamel secara in vitro menggunakan Sodium fluorida

    0,05% meningkatkan persentase remineralisasi sebesar 38,43% (Puig-Silla 2009,

    p.260).

    Peningkatan kadar fluorida diharapkan akan dapat mencegah terjadinya

    karies melalui tiga tahap, yaitu melalui efek antibakteri, peningkatan

    remineralisasi dan penurunan demineralisasi enamel. Fluor memiliki kemampuan

    dalam menghambat produksi polisakarida oleh bakteri kariogenik sehingga

    menurunkan perlekatan plak dan mengurangi koloni bakteri. Selain itu, fluor juga

    dapat menghambat metabolisme karbohidrat oleh bakteri sehingga hasil

    sampingan berupa asam dapat dikurangi. Ketika asam dihasilkan karena

    metabolisme karbohidrat, penurunan pH akan memicu reaksi fluor berlangsung

    lebih cepat (Welbury et al.2005, p.133). Semakin banyak kadar fluor yang ada,

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KADAR FLUOR SALIVA ... DANANG PRIYO UTOMO

  • 7/26/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-utomodanan-26838-11.bab-2.pdf

    7/15

    maka reaksi yang terjadi juga akan semakin banyak. Rilis fluor akan bereaksi

    dengan hidroksiapatit dan menghasilkan fluorapatit, suatu lapisan kristal enamel

    baru yang lebih kuat dan lebih tahan asam sehingga demineralisasi dapat

    dihambat. Proses terbentuknya kristal baru tersebut (remineralisasi) berlangsung

    terus menerus. Peningkatan kadar fluor dari aplikasi obat kumur yang

    mengandung fluorida diharapkan dapat meghambat aktivitas karies (Koplan 2001,

    p.4).

    Gambar2.1 : Mekanisme fluorida dalam mencegah karies (Koplan 2001, p.4)

    Fluor merupakan salah satu agen kariostat yang paling efektif dalam

    kedokteran gigi terutama kedokteran gigi anak. Berdasarkan penelitian yang

    dilakukan oleh Jeevarathan, aplikasi topikal fluorida dapat menurunkan koloni

    Streptococcus mutanspada plak setelah 24 jam secara signifikan. Fluor memiliki

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KADAR FLUOR SALIVA ... DANANG PRIYO UTOMO

  • 7/26/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-utomodanan-26838-11.bab-2.pdf

    8/15

    kemampuan mengurangi metabolisme karbohidrat dan menghambat produksi

    asam sehingga pertumbuhan plak akan melambat. (Jeevarathan 2007, p.4-6)

    2.1.5 Asupan fluor pada anak

    Banyak penelitian yang telah menunjukkan suplemen fluorida terhadap

    efektivitas antikariogenik. Jika anak-anak tidak mendapatkan fluoridasi air minum

    yang optimal, maka dosis suplemen fluorida harus ditentukan brdasarkan tabel di

    bawah ini.

    Tabel 2.2 . Dosis pemberian fluorida pada anak (McDonald 2004, p.231)

    Kandungan fluorida alami yang terdapat pada air minum harus segera

    ditentukan. Jika kandungan fluorida dalam air minum sebesar 0,06 ppm atau lebih

    tinggi, suplemen tidak boleh diberikan. Jika konten fluorida di bawah 0,06ppm,

    maka pemberian fluorida harus ditentukan berdasarkan tabel tersebut (McDonald

    2004, p.231).

    2.2 Saliva

    Saliva yang dihasilkan kelenjar saliva sangat berguna dalam rongga mulut.

    Kelenjar saliva dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu: kelenjar saliva mayor

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KADAR FLUOR SALIVA ... DANANG PRIYO UTOMO

  • 7/26/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-utomodanan-26838-11.bab-2.pdf

    9/15

    (parotis, submandibularis, dan lingualis) dan kelenjar saliva minor/kelenjar saliva

    aksesoris (labial, bukal, palatinal, lingual, glossopalatinal). Pada kelenjar saliva

    mayor, intensitas saliva yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan kelenjar

    minor. Menurut jumlahnya kelenjar saliva minor mencapai 450-750 buah.Setiap

    kelenjar saliva mempunyai ciri khas dan fungsi yang berbeda-beda tergantung dari

    tipe sekret yang dihasilkannya. sekret yang dapat kita temui didalam kelenjar

    saliva ini antara lain: mukous, serous, dan seromukous. (Guyton and Hall 2006,

    p.835).

    Saliva memegang peranan penting di dalam proses pelumasan sehingga

    kondisi rongga mulut tetap basah pada saat terjadi proses pengunyahan makanan

    dan mempermudah proses penelanan. Saliva juga berperan didalam pelarut

    makanan, pelembab pada bibir, mulut, lidah serta membantu berbicara. Didalam

    menjaga kebersihan rongga mulut, saliva merupakan salah satu cairan yang dapat

    menyingkirkan debris makanan sehingga berpengaruh terhadap angka karies.

    2.2.1 Fungsi saliva

    Bakteri patogen yang ditemukan dalam rongga mulut dapat

    mengakibatkan kerusakan jaringan dan juga menimbulkan karies gigi. Saliva

    membantu mencegah proses kerusakan tersebut dengan beberapa cara:

    1.

    Saliva membantu menurunkan akumulasi plak dengan mengurangi perlekatan

    bakteri patogen dan partikel-partikel makanan yang memberi dukungan

    metabolik bagi bakteri.

    2. Saliva mengandung beberapa faktor yang dapat menghancurkan bakteri.

    Salah satunya adalah ion tiosianat dan beberapa enzim proteolitik, terutama

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KADAR FLUOR SALIVA ... DANANG PRIYO UTOMO

  • 7/26/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-utomodanan-26838-11.bab-2.pdf

    10/15

    lisosim. Enzim ini bekerja dengan cara menyerang bakteri, membantu ion

    tiosianat memasuki bakteri, nantinya ion tiosianat ini akan bersifat

    bakterisidal. Selain itu enzim ini dapat mencerna partikel-partikel makanan,

    sehingga dapat membantu menghilangkan pendukung metabolisme bakteri

    lebih lanjut.

    3. Saliva mengandung sejumlah besar antibodi protein yang dapat

    menghancurkan bakteri rongga mulut, termasuk yang menyebabkan karies

    gigi.

    Selain itu masih terdapat fungsi lain dari saliva, di antaranya membasahi

    elemen-elemen gigi, yang akan mengurangi keausan oklusi yang disebabkan

    adanya daya pengunyahan, serta adanya sistem buffer, sehingga naik turunnya pH

    dapat ditekan dan dekalsifikasi elemen gigi dapat dihambat (Guyton and Hall

    2006, p.835).

    2.2.2 Sekresi saliva

    Cairan dalam rongga mulut tersusun atas cairan yang di sekresikan dari

    kelenjar saliva dan komponen-komponen serum melalui cairan krevikular. Secara

    kuantitatif, cairan rongga mulut terbesar berasal dari kelenjar-kelenjar saliva.

    Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis, submandibularis, dan

    sublingualis; selain itu juga ada beberapa kelenjar bukalis kecil. Sekresi saliva

    normal sehari-hari berkisar antara 800 sampai 1500 mililiter dengan pH antara

    6,0-7,4 yang berguna untuk kerja enzym ptialin (Guyton and Hall 2006, p.835).

    Saliva mengandung dua tipe sekresi protein yang utama:

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KADAR FLUOR SALIVA ... DANANG PRIYO UTOMO

  • 7/26/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-utomodanan-26838-11.bab-2.pdf

    11/15

    1. Sekresi serous yang mengandung ptialin yang merupakan enzim yang

    digunakan untuk mencerna karbohidrat

    2.

    Sekresi mucous yang mengandung mucin untuk tujuan pelumasan dan

    perlindungan mukosa rongga mulut.

    Kelenjar parotis mensekresi tipe mukous sedangkan kelenjar

    submandibularis dan sublingualis mensekresi tipe serous maupun mukous

    (Guyton and Hall 2006, p.835).

    Kelenjar saliva dapat dirangsang dengan berbagai cara, diantaranya:

    1. Mekanis, misalnya mengunyah makanan keras atau permen karet

    2. Kimiawi, oleh rangsangan rasa seperti rasa asam, asin, pahit, dan pedas

    3. Meuronal, melalui sistem saraf otonom, baik simpatis maupun parasimpatis

    4. Kondisi psikis, stres dapat menghambat sekresi saliva, sedangkan

    kemarahan dan ketegangan dapat bekerja sebagai stimulasi

    5.

    Rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang seperti gingivitis, dan

    pemakaian protesa dapat menstimulasi sekresi saliva.

    2.2.3 Kadar fluor dalam saliva

    Laju aliran saliva merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh

    dalam proses pencegahan karies karena kemampuannya dalam membersihkan gigi

    atauself cleansing(Clinch 2010, P.15). Kadar fluor dalam saliva dipengaruhi oleh

    konsentrasi fluor dalam air minum dan makanan yang dikonsumsi. Konsenrtrasi

    fluorida dalam saliva ketika disekresikan oleh kelenjara saliva sangat rendah,

    yaitu sekitar 0,016 ppm di daerah yang menggunakan fluoridasi air minum, dan

    hanya 0,006 ppm di daerah yang tidak menggunakan fluoridasi air minum. Jumlah

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KADAR FLUOR SALIVA ... DANANG PRIYO UTOMO

  • 7/26/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-utomodanan-26838-11.bab-2.pdf

    12/15

    fluor tersebut jelas merupakan angka yang sangat rendah dan hampir tidak

    memberikan efek anti karies, sehingga dibutuhkan tambahan asupan fluorida

    berupa fluoridasi air minum, menggosok gigi dengan pasta gigi, atau

    menggunakan produk fluorida lain sehingga dapat meningkatkan konsentrasi

    fluorida dalam saliva di mulut 100-1000 kali lebih banyak. Konsentrasi fluor

    tersebut akan menurun kembali seperti awal setelah 1-2 jam, akan tetapi selama

    rentang waktu tersebut, saliva memberikan peran yang penting sebagai sumber

    utama fluorida di plak untuk memacu remineralisasi sehingga menhambat proses

    karies (Koplan 2001, p.4).

    2.2.4 Aktivitas saliva dalam menghambat karies

    Secara teoritis, saliva dapat berperan dalam menghambat proses karies

    dalam berbagai cara, diantaranya: (Kidd 2005, p.135)

    Aliran saliva dapat mengurangi akumulasi plak pada permukaan gigi dan

    menjadiself cleansingkarbohidrat di dalam rongga mulut.

    Komponen saliva seperti kalsium, fosfat, hidroksil, dan ion fluorida dapat

    berdifusi ke dalam plak untuk mengurangi kelarutan enamel dan

    meningkatkan remineralisasi lesi karies dini.

    Sistem buffer dalam saliva yang diperankan oleh carbonic acid-bicarbonate,

    seperti amonia dan urea dapat menetralisasi pH saliva ketika bakteri

    memetabolisme karbohidrat. PH dan kapasitas buffer saliva sangat

    dipengaruhi oleh tingkat sekresi saliva. pH dari kelenjar parotis akan

    meningkat dari 5,5 hingga 7,4 ketika aliran saliva meningkat tinggi,

    sementara pH kelenjar submandibular akan meningkat dari 6,4-7,1.

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KADAR FLUOR SALIVA ... DANANG PRIYO UTOMO

  • 7/26/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-utomodanan-26838-11.bab-2.pdf

    13/15

    Peningkatan sekresi saliva juga akan berbanding lurus dengan semakin tinggi

    nya kemampuan buffer.

    Beberapa komponen non-imunologi dalam saliva seperti lysozime,

    lactoperoxidase, dan lactoferrin memiliki pangaruh langsung pada bakteri

    plak untuk mengurangi kemampuan bakteri tersebut dalam metabolisme

    sehingga tidak terlalu acidogenik.

    Protein yang terkandung dalam saliva dapat meningkatkan ketebalan dental

    pellicle sehingga dapat menghambat ion kalsium serta fosfat dari enamel

    terdemineralisasi (Kidd 2005, p.135).

    2.3 Obat kumur

    Obat kumur merupakan formula pembersih mulut yang paling sederhana,

    biasanya terbuat dari gabungan komponen aktif seperti air dan alkohol dengan

    tambahan berupa bahan perasa dan surfaktan. Sebagian besar agen antimikroba

    dapat dimasukkan dalam komponen aktif obat kumur (Nyvad dan Kidd 2008,

    p.135). Penggunaan obat kumur efektif untuk mencegah akumulasi plak gigi jika

    digunakan sebagai pelengkap kontrol mekanik terhadap plak gigi. Sebagian obat

    kumur mempunyai sifat bakteriostatik dan bakteriosid, sehingga memiliki daya

    bersih yang cukup kuat sebagai penghambat pembentukan plak gigi (Arinda et al.

    2010, p.22).

    Obat kumur biasanya bersifat antiseptik yang dapat membunuh kuman

    yang dapat menyebabkan timbulnya plak, radang gusi dan bau mulut. Beberapa

    obat kumur dibuat khusus untuk mengatasi plak gigi. Obat kumur juga dapat

    menjadi penyegar mulut atau mengurangi bau mulut seusai makan. Penggunaan

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KADAR FLUOR SALIVA ... DANANG PRIYO UTOMO

  • 7/26/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-utomodanan-26838-11.bab-2.pdf

    14/15

    obat kumur biasanya sekitar 20 ml setiap setelah menyikat gigi dua kali sehari.

    Obat kumur dikumur dalam mulut selama 30 detik kemudian dikeluarkan (Pratiwi

    2009, p. 77).

    2.3.1 Obat kumur yang mengandung sodium fluorida (NaF)

    Sodium fluorida merupakan bubuk brwarna putih, tidak berbau,

    mempunyai kelarutan dalam air 1:25, tidak larut dalam alkohol, tidak dapat

    bercampur dengan garam Ca dan Mg. Selain itu, memiliki sifat korosif dan bila

    diberikan dalam jumlah berlebihan akan menyebabkan hipersalivasi, nausea,

    vomity, epigastri paru, dan diare (Paramita 2008, p.19).

    Sodium fluorida (NaF) merupakan senyawa yang paling sering

    digunakan dalam obat kumur dan pasta gigi, hal ini dikarenakan sodium fluorida

    sangat berpengaruh dalam proses penghambatan karies. Berdasarkan sebuah studi,

    penggunaan obat kumur yang mengandung sodium fluorida yang terprogram

    dapat menghambat perkembangan karies sebesar 20-30% (Cameron 2003, p.45).

    Sementara berdasarkan penelitian lain, penggunaan obat kumur yang mengandung

    Sodium fluorida pada anak yang berusia 10- 12 tahun, akan menurunkan angka

    bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacilli secara signifikan pada saliva.

    Kedua bakteri tersebut merupakan mikroflora dalam rongga mulut yang dapat

    memicu terjadinya karies (Yoshihara et al. 2001, p.113), sedangkan Kulkarni dan

    Damle menemukan bahwa penggunaan obat kumur dengan sodium fluorida

    0,05% mampu menurunkan bakteri streptococcus mutans di saliva dari semula

    sebesar 2,340 CFU/ml menjadi 0,940 CFU/ml (Kulkarni dan Damle 2003, p.103).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI KADAR FLUOR SALIVA ... DANANG PRIYO UTOMO

  • 7/26/2019 gdlhub-gdl-s1-2013-utomodanan-26838-11.bab-2.pdf

    15/15

    Konsentrasi sodium fluorida dalam obat kumur yang paling sering

    digunakan adalah 0,05% atau 230ppm untuk penggunaan harian dan 0,2% atau

    900ppm untuk penggunaan mingguan. (McDonald 2004, p.229) karena

    konsentrasinya yang lebih rendah dari pada pasta gigi, penggunaan harian

    menggunakan obat kumur secara harian lebih aman digunakan pada anak-anak

    (Kidd 2005, p.120).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA