GDD

46
BAB I PENDAHULUAN Sampai saat ini diare juga sering disebut gastroenteritis, masih merupakan masalah masyarakat Indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas/ Balai Pengobatan, hampir selalu termasuk dalam 3 penyebab utama ke Puskesmas. 1 Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak dinegara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindroma malabsobsi. 2 Hippocrates mendefinisikan diare pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/ RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali. 3 1

description

GDD

Transcript of GDD

BAB IPENDAHULUAN

Sampai saat ini diare juga sering disebut gastroenteritis, masih merupakan masalah masyarakat Indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas/ Balai Pengobatan, hampir selalu termasuk dalam 3 penyebab utama ke Puskesmas.1Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak dinegara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindroma malabsobsi.2Hippocrates mendefinisikan diare pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/ RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali.3Di Indonesia, walaupun diare sudah dapat dikendalikan dengan adanya program pemberantasan penyakit diare oleh pemerintah tetapi masih sering menimbulkan keresahan bagi masyarakat terutama bila terjadi Kejadian Luar Biasa. Pada saat ini diperkirakan 200- 400 kejadian diare diantara 1000 penduduk per tahun. Sebagian besar dari penderita (60- 80%) adalah anak usia dibawah 5 tahun, dengan demikian terdapat sekitar 40 juta kejadian diare pada usia ini setiap tahunnya. Sebagian besar darinya (1-2%) akan jatuh kedalam dehidrasi. Sebanyak 50- 60% penderita ini akan meninggal bila tidak mendapat pertolongan.4

BAB IIDAFTAR PUSTAKA

DEFINISI Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan/ atau lendir dalam tinja.5 Sementara menurut definisi WHO, diare adalah frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam periode 24 jam. Diare dikatakan akut jika berlangsung selama 7 hari, sedangkan diare yang masih berlangsung terus hingga lebih dari 14 hari, dikatakan sebagai diare kronik (persisten).6

EPIDEMIOLOGI Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Negara berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salh satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama dibawah usia 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahunnya karena diare dan sebagian kejadian tersebut terjadi di Negara berkembang. Sebagai gambaran 17 % kematian anak di dunia disebabkan oleh diare sedangkan di Indonesia, hasil dari Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia 24%, untuk golongan 1- 4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2% dibanding pneumonia 15,5%.

BATASAN 1Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/ hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/ tanpa darah dan / atau lendir1. Diare akut : diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.2. Diare kronik : diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.ETIOLOGI 3Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :1. Infeksi a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, yaitu : Infeksi Virus : Rotavirus, Adenovirus, Kalsivirus, Koronavirus, Astrovirus, Virus Norwalk, Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, polimyelitis), dan sebagainya. Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya. Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Brokopneumonia, Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

2. Non infeksia. Malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa. Malabsorbsi lemak Malabsorbsi proteinb. Faktor makanan Alergi makanan Keracunan makanan Makanan basic. Faktor Psikologi : rasa takut dan cemasd. Kelainan anatomi : malrotasi, hirsprung

PATOGENESIS 3Patogenesis diare akut1. Masuknya jasad renik yang masih hidup kedalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multipikasi) didalam usus halus3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diargenik)4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Patogenesis diare kronikLebih kompleks dan faktor- faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, melabsorbsi, malnutrisi, dan lain- lain.

GEJALA KLINIS 2,3Mula- mula bayi menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau- hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktak, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.3Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam- basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun- ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. 3Mual dan muntah adalah simptom yang non spesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti : enteric virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin, Giardia, dan Cryptosporidium.2Muntah juga sering terjadi pada non inflamatory diare. Biasanya penderita tidak panas atau hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat, watery diare, menunjukan bahwa saluran bagian atas yang terkena. Oleh karena pasien immunocompromise memerlukan perhatian khusus, informasi tentang adanya imunodefisiensi atau penyakit kronis sangat penting. 2Tabel 1. Gejala Khas Diare Akut oleh berbagai penyebab 2Gejala KlinisRotavirusShigellaSalmonellaETECEIECKolera

Masa tunas12-17 jam24-48 jam6-72 jam6-72 jam6-72 jam48-72 jam

Panas++++++-++-

Mual&muntahSeringJarang Sering--Sering

Nyeri perutTenesmusTenesmus, kramTenesmus, kolik+Tenesmus, kramKram

Nyeri kepala-++---

Lama sakit5-7 hari> 7 hari3-7 hari2-3 hariVariasi3 hari

Sifat tinja :

- VolumeSedangSedikit Sedikit BanyakSedikitSangat banyak

- FrekuensiSampai 10 kali/hari> 10 kali/hariSeringSeringSeringTerus- menerus

- KonsistensiCairLembekLembekCairLembekCair

- Lendir/darah-SeringKadang- kadang -+-

- Bau-+/-Busuk +-Amis (khas)

- WarnaKuning- hijauMerah- hijauKehijauanTidak berwarnaMerah- hijauSeperti cucian beras

Leukosit -++-+-

Lain- lainAnoreksiaKejang +/-Sepsis +/-MeteorismusInfeksi sistemik+/-

Tabel 2. Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003 2PenilaianTanpa DehidrasiDehidrasi Ringan- Sedang (1 tanda* + 1 atau lebih tanda lain)Dehidrasi Berat (1 tanda* + 1 atau lebih tanda lain)

Keadaan umumBaik, sadar*Gelisah, rewel*Lesu, lunglai atau tidak sadar

MataNormalCekungSangat cekung dan kering

Air mataAdaTidak adaTidak ada

Mulut dabn lidahBasahKeringSangat kering

Rasa hausMinum biasa tidak haus*Haus, ingin minum banyak*Malas minum atau tidak bisa minum

Turgor kulitKembali cepat*Kembali Lambat*Kembali sangat lambat (> 2 detik)

NadiNormalNormal / cepatSangat cepat, lemah

PernapasanNormalLebih cepatSangat cepat dan dalam

Ubun- ubunNormalCekungSangat cekung

% kehilangan BB- < 5 %5- 10 %> 10 %

TerapiRencana terapi ARencana Terapi BRencana Terapi C

Tabel 3. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995 2

Tabel 5. Penentuan derajat dehidrasi menurut sistem pengangkaan Maurice King 1974 2

PEMERIKSAAN PENUNJANG 31. Pemeriksaan tinja a. Makroskopis dan mikroskopisb. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gulac. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi 2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam- basa dalam darah, dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan)3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor dalam serum.5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

PENATALAKSANAAN 2,3,5 Diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Tata laksana ini sudah mulai diterapkan di rumah sakit- rumah sakit. Rehidrasi bukan satu- satunya strategi dalam penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu, Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat dirumah maupun sedang dirawat dirumah sakit, yaitu : 21. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru2. Zink diberikan selama 10 hari berturut- turut3. ASI dan makanan tetap diteruskan4. Antibiotik selektif5. Nasihat kepada orang tuaRehidrasi dengan menggunakan oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah. 2 Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan yang terutama disebabkan karena disentri, yang menyebabkan berkurangnya lebih banyak eletrolit tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak terjadi akhir- akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih adalah disebabkan oleh karena virus. Diare karena virus tersebut tidak menyebabkan kekurangan elektrolit seberat pada disentri. Karena itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas larutan baru lebih mendekati osmolaritas plasma, sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya hipernatremia. 2Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah. Keamanan oralit ini sama dengan oralit yang selama ini digunakan, namun efektivitasnya lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit baru dengan low osmolaritas ini juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%. Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF untuk diare akut non kolera pada anak. 2Oralit Baru Osmolaritas RendahMmol/ Liter

Natrium75

Klorida65

Glucose, anhydrous75

Kalium20

Sitrat10

Total Osmolaritas245

Ketentuan pemberian oralit formula baru : 2 Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan 24 jam. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan sebagai berikut :Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50- 100 ml tiap kali BABUntuk anak 2 tahun atau lebih berikan 100- 200 ml tiap BAB Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus dibuang.Zink diberikan selama 10 hari berturut- turut 2Zink mengurangi lama dan beratnya diare. Zink juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Penggunaan zink ini memang populer beberapa tahun terakhir karena memiliki evidence based yang bagus. Beberapa penelitian telah membuktikannya. Pemberian zink yang dilakukan diawal masa diare selama 10 hari kedepan secara signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Lebih lanjut, ditemukan bahwa pemberian zink pada pasien anak penderita kolera dapat menurunkan durasi dan jumlah tinja/ cairan yang dikeluarkan. 2Zink termasuk mikronutrien yang mutlak untuk memelihara kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi fisiologis, zink berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti oksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan. Zink juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. 2Dosis zink untuk anak- anak : 2 Anak < 6 bulan : 10 mg ( tablet) per hari Anak > 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hariZink diberikan selama 10- 14 hari berturut- turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Untuk bayi, tablet zink dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit. Untuk anak- anak yang lebih besar, zink dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit. 2ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan umur yang sama pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang. Pada diare berdarah nafsu makan akan bekurang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan. 2Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik, serta menambah biaya pengobatan yang tidak perlu. 2 Nasihat kepada orang tua : kembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat kurus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari. 2Probiotik. Probiotik adalah bakteri hidup yang bila diberikan atau dikonsumsi dalam jumlah cukup, dapat memberikan efek menguntungkan bagi tubuh yaitu dengan menciptakan keseimbangan flora usus, sehingga dapat mencegah dan mengobati kondisi patologis usus. Bakteri yang mempunyai sifat probiotik adalah bakteri penghasil asam laktat seperti Bifidobacterium dan Lactobacillus. 6Prebiotik adalah substrat, umumnya karbohidrat, yang bila dikonsumsi akan merangsang pertumbuhan kuman probiotik karena prebiotik merupakan nutrisi yang diperlukan untuk metabolisme kuman probiotik. Substrat yang paling banyak digunakan adalah inulin, lactulosa, dan fruktooligosakarida (FOS).6

Pemberian cairan 31. Jenis cairan2. Jalan pemberian cairan3. Jumlah cairan4. Jadwal (kecepatan) pemberian cairanPemberian cairan pada diare dehidrasi murni 31. Jenis cairan a. Cairan rehidrasi oral (oral rehydration salts) 3 Formula lengkap mengandung NaCl, NaHCO3, KCL dan glukosa. Kadar natrium 90 mEq/L untuk kolera dan diare akut pada anak diatas 6 bulan dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi. Formula lengkap sering disebut oralit. Formula sederhana (tidak lengkap) hanya mengandung NaCl dan sukrosa atau karbohidrat lain, misalnya larutan gula garam, larutan air tajin garam, larutan tepung beras garam dan sebagainya untuk pengobatan pertama dirumah pada semua anak dengan diare akut baik sebelum ada dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi ringan. b. Cairan perenteral 3 RL g (1 bagian Ringer laktat + 1 bagian glukosa 5%) RL (Ringer Laktat) 3 Cairan (1 bagian NaCl 0,9 % + 1 bagian glukosa 5% + 1 bagian Na- Laktat 1/6 mol/L) RLg 1 : 3 ( 1 bagian Ringer laktat + 3 bagian glukosa 5- 10%) Cairan 4 : 1 ( 4 bagian glukosa 5- 10 % + 1 bagian NaHCO3 1 % atau 4 bagian glukosa 5- 10% 1 bagian NaCl 0,9%)

2. Jalan pemberian cairan 3a. Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran baik.b. Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak tidk mau minum, atau kesadaran menurun.c. Intravena untuk dehidrasi berat.d. Jumlah cairan (lihat tabel)

3. Jumlah Cairan 3, 5Jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak dibawah 2 tahun. 3,5Derajat dehidrasiPWL *NWL**CWL***Jumlah

RinganSedangBerat5075125100100100252525175200250

Jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak berumur 2- 5 tahun 3,5Derajat dehidrasiPWL*NWL**CWL***Jumlah

Ringan Sedang Berat 305080808080252525135155185

4. Jadwal (kecepatan) pemberian cairan 3a. Belum ada dehidrasi Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau satu gelas setiap kali buang air besar) Parenteral dibagi rata b. Dehidrasi ringan 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral atau intrgastrik Selanjutnya : 125ml/kgBB/hari atau (ad libitum)c. Dehidrasi sedang 1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB/oral atau intragastrik Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari atau ad libitumd. Dehidrasi beratUntuk anak 1 bulan sampai 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg. 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam atau = 10 tetes/kgBB/menit ( dengan infus berukuran 1 ml=15 tetes) atau = 13 tetes/kgBB/menit (dengan infus berukuran 1 ml=20 tetes) 7 jam kemudian : 12 ml/kgBB/jam atau = 3 tetes/kgBB/menit (dengan infus berukuran 1 ml=15 tetes ) atau = 4 tetes/kgBB/menit (dalam infus berukuran 1 ml =20 tetes)16 am berikutnya 125 ml/kgBB oralit/oral atau intragastrik.Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa IV 2 tetes/kgBB/menit (1 ml=15 tetes) atau 3 tetes /kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).Untuk anak lebih dari 5 -10 tahun dengan berat badan 15-25 kg.1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam = 5 tetes/kgBB/menit (1ml=15 tetes)atau = 7 tetes/kgBB/menit (1ml=20 tetes)7 jam kemudian : 10 ml/kgbb/jam atau = 2 tetes/kgBB/menit (1ml=15 tetes) atau = 3 tetes/kgBB/menit ( 1 ml=20 tetes)16 jam berikutnya : 105 ml/kgBB oralit/oral atau bila anak tidak mau minum dapat diberikan DG aa IV 1 tetes/kgBB/menit (1 ml=15 tetes) atau 1 tetes/kgBB/menit (1ml=20 tetes).Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-4 kg. Kebutuhan cairan =125 ml+ 100 ml + 25 ml = 250ml/kgBB/24 jam.Jenis cairan : cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5 % + 1 bagian NaHCO3 1 %) Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau = 6 tetes /kgBB/menit (1ml=15 tetes) atau = 8 tetes/kgBB/menit (1ml=20 tetes) 20 am berikutnya :150 ml/kgBB/20 jam atau = 2 tetes/kgBB/menit (1 ml =15 tetes) atau = 2 tetes/kgBB/menit (1ml=20 tetes)Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan < 2kg.Kebutuhan cairan = 250ml/kgBB/24 jamKecepatan: 4 jam pertama = 25 ml/kgBB/jam atau = 6 tetes/kgBB/menit (1 ml=15 tetes) = 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes)20 jam berikutnya : 150 ml/kgBB/20 jam atau = 2 tetes/kgBB/menit (1 ml=15 tetes) atau = 2 tetes/kgBB/menit (1ml=20 tetes)

PENCEGAHAN 2Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara :1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare.Kuman-kuman patogen umumnya disebarkan secara fekal dan oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran iniUpaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi :a. Pemberian asi yang benar b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASIc. Penggunaan air bersih yang cukup d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum makane. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga.f. Membuag tinja bayi yang benar.2. Memperbaiki daya tahan tubuh penjamu atau hostCara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat mengurangi resiko diare :a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahunb. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam jumlah cukup untuk memperbaiki status gizi anak.c. Imunisasi campak

KOMPLIKASI 2Beberapa masalah mungkin terjadi selama pengobatan rehidrasi. Beberapa diantaranya membutuhkan pengobatan khusus.

Gangguan elektrolit HipernatemiaPenderita diare dengan natrium >150 mmol/L memerlukan pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahay oleh karena dapat menimbulkan udem otak. HiponatremiaAnak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya mengandung sedikit garam, ddapat terjadi hiponatremia (Na < 130 mol/L). Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan udem.HiperkalemiaDisebut hiperkalemia jika K>5mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1ml/kgBB/IV pelan-pelan dalam 5-10 menit dengan monitor detak jantung.Hipokalemia Dikatakan hipokalemia bila K5 dan/atau 1 atau lebih neutrofi l berlobus >6. Adanya hipersegmentasi neutrofi l dengan gambaran makrositik berhubungan dengan gangguan sintesis DNA (defi siensi vitamin B12 dan asam folat).

Hitung retikulositRetikulosit adalah sel darah merah imatur. Hitung retikulosit dapat berupa persentasi dari sel darah merah, hitung retikulosit absolut, hitung retikulosit absolut terkoreksi, atau reticulocyte production index. Produksi sel darah merah efektif merupakan proses dinamik. Hitung retikulosit harus dibandingkan denganjumlah yang diproduksi pada penderita tanpa anemia. Rumus hitung retikulosit terkoreksi adalah:Hitung retikulosit = terkoreksi % retikulosit penderita x hematokrit 45

Faktor lain yang memengaruhi hitung retikulosit terkoreksi adalah adanya pelepasan retikulosit prematur di sirkulasi pada penderita anemia. Retikulosit biasanya berada di darah selama 24 jam sebelum mengeluarkan sisa RNA dan menjadi sel darah merah. Apabila retikulosit dilepaskan secara dini dari sumsum tulang, retikulosit imatur dapat berada di sirkulasi selama 2-3 hari. Hal ini terutama terjadi pada anemia berat yang menyebabkan peningkatan eritropoiesis. Perhitungan hitung retikulosit dengan koreksi untuk retikulosit imatur disebutreticulocyte production index (RPI).RPI = (%retikulosit x hematokrit penderita / 45)

24

leukopenia pada penderita anemia dapat disebabkan supresi atau infi ltrasi sum- sum tulang, hipersplenisme atau defi siensi B12 atau asam folat. Adanya leukositosis dapat menunjukkan adanya infeksi, infl amasi atau keganasan hematologiAdanya kelainan tertentu pada hitung jenis dapat memberikan petunjuk ke arah penyakit tertentu:_ Peningkatan hitung neutrofi absolut padainfeksi_ Peningkatan hitung monosit absolut pada mielodisplasia_ Peningkatan eosinofi labsolut pada infeksi tertentu_ Penurunan nilai neutrofil absolut setelah kemoterapi_ Penurunan nilai limfosit absolut pada infeksi HIV atau pemberian kortikosteroid_ Jumlah trombosit Abnormalitas jumlah trombosit memberikan informasi penting untuk diagnostik. Trombositopenia didapatkan pada beberapa keadaan yang berhubungan dengan anemia, misalnya hipersplenisme, keterlibatan keganasan pada sumsum tulang, destruksi trombosit autoimun (idiopatik atau karena obat), sepsis, defi siensi folat atau B12. Peningkatan jumlah trombosit dapat ditemukan pada penyakit mieloproliferatif, defi siensi Fe, infl amasi, infeksi atau keganasan. Perubahan morfologi trombosit (trombosit raksasa, trombosit degranulasi) dapat ditemukan pada penyakit mieloproliferatif atau mielodisplasia.

PansitopeniaPansitopenia merupakan kombinasi anemia,trombositopenia dan netropenia. Pansitopenia berat dapat ditemukan pada anemia aplastik, defi siensi folat, vitamin B12, atau keganasan hematologis (leukemia akut). Pansitopenia ringandapat ditemukan pada penderita dengan splenomegali dan splenic trapping sel-selhematologis.Indikasi pemeriksaan sumsum tulang pada penderita anemia7:1. Abnormalitas hitung sel darah dan/ataumorfologi darah tepi- Sitopenia dengan penyebab tidak diketahui- Leukositosis dengan penyebab tidak diketahui atau disertai leukosit abnormal- Sel teardrops atau leukoeritroblastosis- Rouleaux (gambar 6)- Tidak ada atau rendahnya respons retikulositterhadap anemia2. Evaluasi penyakit sistemik- Splenomegali, hepatomegali, limfadenopati yang tidak diketahui penyebabnya Staging tumor: limfoma, tumor solid- Pemantauan efek kemoterapi- Fever of unknown origin (dengan kultur sumsum tulang)- Evaluasi trabekular tulang pada penyakit metabolik.

PENATALAKSANAAN 7,8Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut ini:

a. Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan. b. Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien. Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah: a. Terapi gawat darurat Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung, maka harus segera diberikan terapi darurat dengan transfusi sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan payah jantung tersebut.

b. Terapi khas untuk masing-masing anemia Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya preparat besi untuk anemia defisiensi besi.

c. Terapi kausal Terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Misalnya, anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang harus diberikan obat anti-cacing tambang.

d. Terapi ex-juvantivus (empiris) Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat dipastikan, jika terapi ini berhasil, berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi hanya dilakukan jika tidak tersedia fasilitas diagnosis yang mencukupi. Pada pemberian terapi jenis ini, penderita harus diawasi dengan ketat. Jika terdapat respons yang baik, terapi diteruskan, tetapi jika tidak terdapat respons, maka harus dilakukan evaluasi kembali.

KOMPLIKASI 7,8Menurut Reksodiputro (2004) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010), komplikasi dari anemia yaitu: Gagal jantung kongesif; Parestesia; Konfusi kanker; Penyakit ginjal; Gondok; Gangguan pembentukan heme; Penyakit infeksi kuman; Thalasemia; Kelainan jantung; Rematoid; Meningitis; Gangguan sistem imun.

GLOBAL DEVELOPMENTAL DELAY

Definisi Keterlambatan perkembangan yang signifikan dimana terjadi keterlambatan pada 2 atau lebih lingkup perkembangan yaitu motorik kasar, motorik halus, kata-kata berbahasa, kognisi sosial dan aktivitas sehari-hari6.Penyakit ini merupakan manifestasi klinis yang disebabkan oleh berbagai macam penyebab dan berhubungan dengan penurunan fungsi adaptasi yang spesifik menurut umur tertentu dan juga berhubungan dengan kemampuan belajar6Istilah global development delay digunakan pada anak-anak yang berusia dibawah 5 tahun, sedangkan retardasi mental digunakan pada anak yang lebih tua dimana tes IQ sudah menjadi lebih valid dan reliabel6.

EpidemiologiPrevalensi GDD ini dikatakan sama dengan prevalensi penderita retardasi mental yaitu antara 1% sampai 3% dari populasi di dunia. Di USA sendiri sekitar 15% sampai 18% dari anak disana menderita GDD. Global development delay merupakan salah satu bentuk keterlambatan atau ketidakmampuan perkembangan anak, 25% dari kasus keterlambatan perkembangan anak adalah kasus GDD6

Etiologi1. Faktor non organik6 Kemiskinan Faktor sosiokultural Interaksi antara anak dan pengasuh yang tidak baik Penelantaran anak2. Faktor organik Genetik Cerebral disgenesis Hipoxic ischemic encepalopathy Infeksi kongenital Toksin Metabolic Neuromuskular Epilepsi

Diagnosis1. Anamnesis Anamnesis yang teliti untuk mengetahui penyebab kelainannya organik atau non organik, bisa diobati atau tidak, ada faktor genetik atau tidakRiwayat keluarga, Data sosiodemografi keluarga penderita, riwayat kehamilan dan riwayat apakah ibu penderita pernah mengalami keguguran, riwayat prenatal serta riwayat perkembangan penderita5,6.2. Pemeriksaan FisikPemeriksaan neurologis (tenaga, tonus, refleks patologis, refleks fisiologis, refleks primitif). Pemeriksaan adanya organomegali, penting untuk tahu kaitan kelainan metabolisme, parameter penilaian pertumbuhan dan lingkar kepala, observasi kebiasaan, identifikasi perubahan kulit5,63. Pemeriksaan penunjang Penapisan metabolik terutama asam amino dan asam organik, tes fungsi tiroid Pemeriksaan konsentrasi logam dalam darah Pemeriksaan EEG Pemeriksaan sitogenik dan kariotipe Tes mikrosatelit Pemeriksaan MRI Penapisan audiotorik dan oftalmologik Penapisan autism dan gangguan bahasa4. Pemeriksaan Penapisan Denver IIPenatalaksanaanDisesuaikan dengan ruang lingkup keterlambatan sang anak5.61. Penatalaksanaan gangguan bahasa2. Penatalaksaan gangguan motorik kasar dan halus3. Penatalaksaan gangguan personal sosialGangguan bahasa Telusuri apakah gangguan bahasa merupakan keterlambatan perkembangan atau akibat etiologi tertentu seperti gangguan neurologis dan adanya lesi anatomis Terapi ahli wicara : bahasa reseptif dan ekspresif Membantu anak memahami bahasa yang diucapkan orang lain dan membentuk cara anak berkomunikasi Orang tua bisa memberikan stimulasi dengan mengajak anak berbicara, bernyanyi, membaca, memberi penghargaan bila anak mulai mengucapkan sesuatu

Gangguan motorik kasar dan halusDitelusuri keterlambatan anak lalu diberikan fisioterapi untuk motorik kasar dan terapi okupasi untuk motorik halusGangguan personelsosialDimulai dari keluarga dengan memberi contoh pada anak dan apabila anak berhasil melakukannya diberi hadiah dan bila salah diberi hukuman. Selain itu juga perlu dilakukan kerja sama dengan psikiatri dan pemberian pelatihan kemampuan sosial.

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanGastroentritis adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan/ atau lendir dalam tinja. Sementara menurut definisi WHO, gastroentritis adalah frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam periode 24 jam. Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu ; Infeksi dan Non-infeksi. Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat dirumah maupun sedang dirawat dirumah sakit, yaitu ; Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru, Zink diberikan selama 10 hari berturut- turut, ASI dan makanan tetap diteruskan, Antibiotik selektif, dan Nasihat kepada orang tua. Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak. Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut : Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada, demam, Ronkhi basahhalus-sedang nyaring (crackles), Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat, Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3dengan limfosit predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3neutrofil yang predominan). Keterlambatan perkembangan yang signifikan dimana terjadi keterlambatan pada 2 atau lebih lingkup perkembangan yaitu motorik kasar, motorik halus, kata-kata berbahasa, kognisi sosial dan aktivitas sehari-hari.Penatalaksanaan disesuaikan dengan ruang lingkup keterlambatan sang anak

DAFTAR PUSTAKA

1. Suraatmaja, S. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung seto. Hal 1- 27.2. Juffrie, M, Mulyani Nenny Sri. 2012. Buku Ajar Gastroenterologi- Hepatologi Jilid 1. Jakarta : IDAI. Hal 87 136.3. Sataf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI. Hal 283- 312.4. Asidosis Metabolik : Salah Satu Penyakit Diare Akut pada Anak yang Seharusnya Dapat Dicegah. Available from : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/731/1/08E00129.pdf.5. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aescylapius FKUI. Hal 470- 478.6. Peran Probiotik Pada Diare Akut Anak. Available from : http://www.pediatrik.com/eeberpapyrus/12345678927/4/13307113123.pdf7. Tinjauan pustaka Pengertian Anemia. repository.usu.ac.id.pdf8. Pendekatan Klinis dan Diagnosa Anemia. IDAI.

32