GBG. Sunda Land Arc

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan: batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Kata petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batu". Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik. Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus). Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan sedimen atau beku tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrim dari tekanan, suhu, atau keduanya). Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dan analisa kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli petrologi modern juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitan kecenderungan dan siklus geokimia dan penggunaan data termodinamika dan eksperimen untuk lebih mengerti asal batuan. Petrologi eksperimental menggunakan perlengkapan tekanan tinggi, suhu tinggi untuk menyelidiki geokimia dan hubungan fasa dari material alami dan sintetis pada tekanan dan suhu yang ditinggikan. Percobaan tersebut khususnya berguna utuk menyelidiki batuan pada kerak bagian atas dan mantel bagian atas yang jarang bertahan dalam perjalanan kepermukaan pada kondisi asli.

description

sundalan arc

Transcript of GBG. Sunda Land Arc

Page 1: GBG. Sunda Land Arc

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPetrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai

batuan dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan: batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Kata petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batu". Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku

(batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik.

 Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus).

Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan sedimen atau beku tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrim dari tekanan, suhu, atau keduanya).

Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dan analisa kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli petrologi modern juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitan kecenderungan dan siklus geokimia dan penggunaan data termodinamika dan eksperimen untuk lebih mengerti asal batuan. Petrologi eksperimental menggunakan perlengkapan tekanan tinggi, suhu tinggi untuk menyelidiki geokimia dan hubungan fasa dari material alami dan sintetis pada tekanan dan suhu yang ditinggikan. Percobaan tersebut khususnya berguna utuk menyelidiki batuan pada kerak bagian atas dan mantel bagian atas yang jarang bertahan dalam perjalanan kepermukaan pada kondisi asli.

1.2 Maksud dan Tujuan1.2.1 Maksud Pembuatan Masalah

Adapun maksud dari tugas ini diharapkan agar mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui tentang pembentukan mineral di Indonesia, Khususnya didaerah Sunda Banda Arc atau busur Sunda Banda .1.2.2 Tujuan Pembuatan Makalah

1) Agar mahasiswa dapat mengetahui dan mempresentasikan materi yang disampaikan

2) Agar mahasiswa dapat mengetahui pembentukan mineral di Indonesia.

Page 2: GBG. Sunda Land Arc

2

BAB IILANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sunda Banda ArcSeperti diketahui bahwa geologi kepulauan Indonesia ini terletak pada

daerah tumbukan tiga lempeng bumi, yaitu Lempeng Pasific, lempeng India-Australia dan Eurasia yang telah membentuk kerangka tektonik yang cukup rumit serta kondisi daerah yang cukup dinamis dan cocok bagi pengendapan berjenis-jenis mineral logam.

Paling tidak ada enam jalur busur magmatik di Indonesia yang merupakan tempat kedudukan utama mineralisasi logam (emas dan tembaga), salah satu di antaranya adalah Busur Sunda-Banda. Sejarah membuktikan bahwa kebanyakan tambang logam (emas) terletak di jalur magmatik ini.

Gambar 1

Pengenalan metalogenik di Busur Sunda-Banda akan sangat membantu untuk menentukan tempat kedudukan dan memperkirakan jenis/tipe mineralisasi yang terjadi.

Perbedaan geologi (lingkungan pengendapan, litologi dan tektonik) erat hubungannya dengan genesa pembentukan bahan galian mineral logam, maka daerah mineralisasi logam tertentu dapat dibedakan berdasarkan jenis/tipe endapan dan

karakteristik mineralisasinya. Proses geologi seperti magmatik, tektonik dan erosi-sedimentasi akan membentuk jenis-jenis endapan magmatik skarn dan greisen, endapan hidrotermal berkaitan dengan stockwork, urat, breksi pipa,

Page 3: GBG. Sunda Land Arc

3

endapan volkanogenik, sedangkan proses pengayaan membentuk endapan laterit, plaser , sedangkan proses rombakan menghasilkan endapan pasir pantai dll.

Berdasarkan proses geologi, tektonik dan fase mineralisasinya, maka secara sederhana di Ujung Barat dan sepanjang Busur Sunda-Banda tersebut terdapat beberapa perioda mineralisasi, diantaranya adalah:

2.2 Mineralisasi Logam pada perioda Karbon Akhir hingga Trias AkhirSalah satu proses metamorpik tertua akibat plutonisma di Jalur Busur

Sunda-Banda ditemukan di Way Pubian, Lampung, Sumatera Selatan. Granit berumur Trias Akhir hingga Kapur Awal mengintrusi batuan yang lebih tua berumur Paleozoik Awal berubah menjadi gneis-granit, dengan mineralisasi logam molibdenit berasosiasi dengan sedikit logam dasar terjadi pada aplit dan urat halus sebagai oksida dan sulfida dalam batuan gneis granit tersebut. Jenis mineralisasi ini mungkin terjadi akibat proses pneumatolitik atau metasomatik yang kemudian dikenai proses hidroterrmal.

2.3 Mineralisasi Logam pada perioda Trias Tengah hingga Kapur Akhir Mineralisasi kasiterit terjadi pada batuan sedimen dan volkanik Perem

Akhir-Mesozoik yang diintrusi batuan plutonik, terjadi proses pegmatitik, kontak metasomatik, alterasi hidrotermal dan mineralisasi logamtimah yang berasosiasi dengan logam jarang di pulau-pulau timah. Mineralisasi dalam jalur plutonik batuan granitik Asia Tenggara ini sangat karakteristik, yaitu terbentuknya kasiterit yang umumnya berasosiasi dengan scheelite, xenotime, columbite, monasit.

2.4 Mineralisasi Logam pada perioda Kapur Awal hingga Miosen TengahDi Pulau Sumatera dan Natuna, batuan granit dan granodiorit berumur

Kapur tersebut telah mengubah batuan sedimen menjadi metasedimen, serta aktivitas volkanisma terjadi bersamaan dengan terbentuknya batuan ofiolit di pulau-pulau sebelah barat Sumatera dan di Jawa bagian selatan. Mineralisasi logam yang terjadi adalah magnetit-hematit, molibdenit, pirhotit, kalkopirit, sfalerit galena. Emas dan logam dasar ditemukan juga berupa oksida dan sulfida dalam urat kwarsa epitermal dan tersebar dalam batuan intrusi di sepanjang zona kontak patahan Sumatera.

2.5 Mineralisasi Logam perioda antara Miosen Tengah hingga Pliosen

Mineralisasi logam perioda ini nampaknya berkaitan dengan aktifitas sub volkanik Miosen hingga Pliosen dalam batuan andesitik terubah berumur Miosen, seperti ditemui di Bukit Barisan, Pegunungan Selatan Jawa dan menerus sampai ke NusaTenggara Timur. Bagian pesisir barat Sumatera adalah daerah mineralisasi tipe urat kwarsa epitermal mengandung logam mulia berasosiasi dengan logam dasar, sedikit mangan, sedangkan Pegunungan selatan Jawa dengan karakteristik sering ditemukan logam mangan.

Page 4: GBG. Sunda Land Arc

4

2.6 Mineralisasi tipe metasomatik2.6.1 Mineralisasi Timah dan Logam Langka di daerah Sosortolong dan

sekitarnya, Tapanuli Utara Penentuan jenis batuan granit akan sangat membantu menuntun

eksplorasi jenis-jenis mineral logam yang akan ditemukan di daerah batuan granit,.

Indikasi mineralisasi timah di daerah Parmonangan/Sosortolong dan sekitarnya (Gambar 2a & 2b) ditunjukan oleh gejala greisenisasi dan kandungan Sn yang cukup tinggi pada conto batuan dan endapan sungai aktif. Sedangkan indikasi mineralisasi logam dasar (Cu, Pb, Zn) ditunjukkan oleh adanya mineral sulfida dan alterasi hidrotermal berupa propilitisasi, piritisasi dan urat kuarsa mengandung kasiterit (?) pada conto batuan dari daerah Sisonding. Daerah ini mungkin menjadi sumber mineralisasi primer logam timah.

Penerobosan masa batuan granit gneis pada Karbon Akhir sampai Perem Awal, menyebabkan mineralisasi metasomatik kontak. Sekitar Kapur Akhir, penerobosan granit yang lebih muda membentuk mineralisasi sulfida logam porfiri. Dengan demikian menunjukan adanya keterkaitan hubungan antara batuan granit dengan mineralisasi timah maupun logam dasar.

Pada jalur granit timah yang terbentang dari Thailand sampai ke pulau-pulau timah Bangka-Belitung ini batuan granit tenyata merupakan tempat kedudukan mineralisasi sulfida logam dasar maupun timah (Cobbing E. J and Mallick D.I.J.,1984).

2.6.2 Mineralisasi logam dasar, logam mulia dan logam Timah dan Logam

Langka di daerah Way Pubian. Granit Pubian tersingkap di daerah Way Samang-Way Pubian, Lampung

Tengah. Menurut beberapa penulis granit Pubian berumur Kapur. Secara fisik ada dua jenis granit dengan tekstur yang berbeda yaitu granit porfir dengan fenokris orthoklas kasar dan granit biotit.

Granit biotit di daerah ini menerobos batuan metasedimen yang lebih tua menyebabkan gejala greisen dengan kandungan mika yang melimpah di daerah Way Waya, dan mengandung kasiterit. Dari 2 (dua) conto batuan granit biotit pada lokasi yang berbeda, dari Way Pubian dan Way Kijang, menunjukkan karakteristik kelompok seri magnetit atau tipe-I, yang mempunyai kemungkinan yang kecil untuk ditemukannya mineral logam langka, namun justru dijumpai mineralisasi logam mulia dan logam dasar. Hal ini juga didukung oleh sedikitnya temuan mineral logam langka dari conto konsentrat dulang. Di daerah Way Gelinding indikasi mineralisasi logam langka seperti mineral monasit/xenotim dan kasiterit hanya ditemukan dalam konsentrat dulang.

Mineralisasi logam Timah di daerah Way Waya terdeteksi dari adanya singkapan batuan greisen yang mengandung kasiterit dan mineral kasiterit pada konsentrat dulang. Secara umum batuan granit di bagian utara daerah penyelidikan memiliki karakteristik granit seri magnetit, sedangkan batuan granit di daerah Way Waya kemungkinan dapat dikelompokkan ke dalam granit tipe-S. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa batuan granit di daerah penyelidikan kemungkinan berasal dari magma pada kedalaman yang berbeda. Sedangkan gejala mineralisasi logam dasar pada batuan granit porfir di Hulu Way Samang kemungkinan merupakan akibat proses hidrotermal berkaitan dengan retas andesit.

Page 5: GBG. Sunda Land Arc

5

Gambar 2

Gambar 3

Page 6: GBG. Sunda Land Arc

6

Gambar 4

Namun mineralisasi logam mulia dan logam dasar yang dijumpai di daerah G Dempu, umumnya tidak berkaitan dengan pembentukan batuan granit, kemungkinan berkaitan erat dengan aktivitas volkanik pada kala Pliosen. Mineralisasi logam mulia dan logam dasar di daerah G. Dempu merupakan daerah yang paling prospek dengan asosiasi mineral-mineral galena, sfalerit dan pirit pada urat kuarsa yang menembus batuan andesit, serta adanya beberapa elektrum dan kalkopirit dan sfalerit.

Analisa beberapa conto batuan dari daerah tersebut Sbb:

No DaerahAu ppb

Ag ppm

Cu ppm

Pb ppm

Zn ppm

Mn ppm

Ba ppm

Keterangan

1 Cisasah 1.100 6,4 96,2 594 562 10.000 3.400 Ser-klorit

2 Cikoplok - - - - 1,255 - - Ser-klorit

3 Cidadap 32 3,38 45.300 807 1.910 5.800 - Ser-klorit

4 Cibuniasih 190 64,6 522 30 10.00010.00

0Ser-klorit

5 Balekambang 500 145 >1.255 3.900 - Ser-klorit

2.7 Mineralisasi Tipe Volkanogenik2.7.1 Mineralisasi emas dan logam dasar di Daerah Cisasah-Cidadap-

Cibuniasih, Tasikmalaya SelatanPenyelidikan mineralisasi logam dasar di daerah ini merupakan

Kerjasama antara DSM-MMAJ/JICA th. 1994-1995, meliputi penyelidikan geologi, pencontoan geokimia, pengukuran geofisika dan pemboran uji geologi. Ada tiga daerah yang menarik untuk ditindak lanjuti (Gambar 6), yaitu :

Page 7: GBG. Sunda Land Arc

7

Blok Barat meliputi daerah Cisasah, Cikoplok-Panyairan, Garonggong, Cisodong dan Cidadap.

Blok Tengah adalah daerah Cisaura dan, Blok Timur meliputi daerah Ciguranteng, Cinampak, Cibuniasih dan

Balekambang Penyelidikan geofisika memakai metoda gaya berat dan IP. Pemboran uji geologi dilakukan 4 lokasi di daerah Cisasah-Cidadap dan 3 lokasi di daerah Cibuniasih. Dari hasil pemboran dapat disimpulkan bahwa ketebalan green tuff sekitar 300m dan membentuk struktur cekungan Cikalong selebar 10 km. Batuan tertua yang menempati daerah Cisasah-Cidadap-Cibuniasih adalah kelompok dari batuan Formasi Jampang yang berumur Oligo-Miosen Awal. Selaras di bagian atasnya terendapkan tufa dan lava andesit dan tufa-lava dasit yang biasa juga dinamakan green-tuff berumur Miosen awal hingga tengah. Batas paling atas Fm. Jampang disusun oleh batu lumpur, batu pasir dan batu lanau dengan lapisan rijang dengan lensa-lensa mangan.

Gambar 5

Page 8: GBG. Sunda Land Arc

8

Gambar 6

Mineralisasi logam dasar di daerah Cisasah – Cidadap - Cibuniasih merupakan tipe volkanogenik (VMS, terendapkan satuan batuan green tuff pada lingkungan pengendapan laut suatu struktur cekungan Cikalong, dengan karakteristik ditemukannya barit, urat gypsum, mangan bersama-sama dengan galena, spalerit kalkopirit da pirit masif. Salah satu conto bijih barit mengandung 2.17 ppm Au, 622 ppm Ag, 0.83 % Cu, 38.64% Pb, 16.94% Zn dan 16.29 % Ba. Beberapa lokasi tambang gypsum ditemukan di daerah ini

2.8 Mineralisasi tipe hidrotermal2.8.1 Mineralisasi Au-Logam dasar di Kubah Bayah/ G.Ciawitali.

G. Ciawitali terletak pada bagian utara sistim struktur apa yang dikenal sebagai Kubah Bayah. Daerah ini masih merupakan kawasan Hutan Cagar Alam G. Halimun. Indikasi mineralisasi emas teramati dari adanya butiran emas dalam conto konsentrat dulang yang diambil dari hampir semua sungai yang berhulu di G. Ciawitali (Gambar 5a dan 5b),

Secara regional, daerah G. Ciawitali terdiri dari satuan batuan volkanik piroklastik (Fm. Cimapag) berumur Oligo-Miosen yang diintrusi oleh korok andesit, tidak selaras diatasnya ditutupi oleh satuan batuan felsik-piroklastik. Mineralisasi emas di G.Ciawitali terjadi pada batuan andesit tua (Oligo-Miosen) terubah dan pada batuan tufa andesiti-dasitik terubah. Ada 2 jenis mineralisasi, yaitu tipe porfiri pada batuan tufa terkersikan-terkaolinkan dan tipe urat kuarsa mengandung emas epitermal berasosiasi dengan mangan oksida. Berbeda dengan mineralisasi emas di Cikotok dan Cirotan yang berasosiasi dengan logam dasar. Eksplorasi di G.Ciawitali merupakan Kerjasama antara DSM dan BRGM (Perancis) dalam Wilayah Penugasan Pertambangan (WPP) Jawa Barat.

Pengamatan di lapangan menemukan hubungan antara anomali emas dalam soil dengan adanya urat kuarsa pada horison dibawahnya. Pengambilan

Page 9: GBG. Sunda Land Arc

9

soil pada grid yang rapat dimaksudkan untuk mengatasi pengaruh dari ketebalan kebanyakan urat kuarsa ternyata < 1 cm. Pengukuran geofisika telah mendeteksi adanya zona mineralisasi sulfida dan tubuh batuan intrusi dikedalaman. Pemboran dilakukan di lima lubang, 3 lokasi untuk mengecek distribusi mineralisasi emas kearah kedalaman sedangkan 2 lokasi menemukan mineralisasi tipe porfiri. Mineralisasi emas G.Ciawitali adalah karakteristik untuk mineralisasi emas epitermal di Kubah Bayah, diperkirakan terjadi pada horizon atas suatu sistim mineralisasi emas epitermal.

Gambar 7

Page 10: GBG. Sunda Land Arc

10

2.8.2 Mineralisasi emas pada lingkungan batuan ultrabasa di daerah Kebutuh duwur, Kebumen , Jateng. Litologi di daerah ini yaitu : Satuan batuan ultrabasa, sekis, batuan

termalihkan, batulempung, breksi andesitik, breksi aneka bahan, batuan terobosan andesit dan satuan endapan undak.

Butiran emas ditemukan dari hasil pendulangan di lingkungan batuan ultrabasa dan termalihkan, yang terdisintregasi dari pengendapan larutan hidrotermal yang mengisi rekahan, berupa lensa-lensa urat kuarsa di sepanjang struktur, berasosiasi dengan pirit, arsenopirit, kalkopirit, pirotit dan malakit, hasil analisisnya menunjukkan kandungan 4.180 ppm Cu dan 1.330 ppm Mn. Urat kuarsa juga ditemukan pada batuan termalihkan, mengandung pirit, arsenopirit, kalkopirit, pirotit dan malakit, dengan kadar 2.130 ppm Cu. Ubahan serpentinisasi maupun karbonatisasi terjadi pada batuan ultrabasa. Analisa mineralogi bijih menunjukkan bahwa di dalam batuan samping gabro menunjukkan adanya mineralisasi pirit, kalkopirit, ilmenit dan oksida besi mengisi rekahan.

Hasil analisis kimia conto sedimen sungai menunjukkan ada 7 daerah anomali, yaitu :

Daerah Kebutuh Jurang - Kebutuh Duwur merupakan anomali kuat Au - Sb - As - Pb di dalam kelompok batuan termalihkan, sekis dan ultrabasa (Kompleks Lok Ulo), dengan kadungan Cu masing-masing 4.180 dan 2.130 ppm.

Daerah Candi - Sudimara merupakan anomali kuat Au - Cu. Daerah Kaliwadas merupakan anomali kuat Pb - Zn. Daerah Plumbangan merupakan anomali kuat Au. Daerah Sokajasa merupakan anomali kuat Au - Pb - Zn. Daerah Bongkelan merupakan anomali kuat Sb-Pb. Daerah G. Grenjeng merupakan anomali kuat Pb - Zn

Khususnya untuk mineral logam emas Kebutuh Jurang - Kebutuh Duwur merupakan daerah anomali Au - Sb - As - Pb dan daerah Candi - Sudimara merupakan daerah anomali Au - Cu.

Page 11: GBG. Sunda Land Arc

11

Gambar 8

Gambar 9

Page 12: GBG. Sunda Land Arc

12

Gambar 10

2.8.3 Mineralisasi Au dan Logam Dasar di JemberSecara geologi daerah ini terletak di bagian ujung timur jalur orogenesa

Pegunungan Selatan Jawa, yang juga dikenal sebagai tempat kedudukan mineralisasi logam mulia dan logam dasar. Berdasarkan pengamatan, geologi /batuan yang mempunyai hubungan erat dengan mineralisasi yaitu batuan induk (host rocks) berumur Oligo-Miosen, terdiri dari batuan "ignimbrite", mungkin serupa dengan batuan ignembrit yang terdapat dalam Formasi Ciletuh di daerah Jampang Selatan, Jawa Barat dan batuan gunungapi andesitik, terpiritkan dan terpropilitkan, yang dapat disetarakan dengan Formasi Meru Beriti (Tomm; Sapei T., dkk.,1992 ), dan secara umum dikenal sebagai Formasi Andesit Tua (Bemmelen, 1949). Sedangkan heat source-nya berupa batuan intrusi granodioritik-dioriti (Gambar 7a dan 7b).

Urat kuarsa gossan di daerah Dusun Baban Barat sampai Baban Timur mengandung emas dan logam dasar dengan mineral utama yang nampak adalah malakit, azurit dan limonit. Analisa conto urat pada beberapa tempat menunjukan kandungan 3.5-48.96 ppm Au, 15%-34% Cu dan 0.6%-13.6% Zn. Di sepanjang K.Sanen antara Dusun Baban Barat-Dusun Baban Timur ditemukan mineralisasi sulfida/pirit tersebar dengan ubahan propilitisasi lemah sampai kuat pada batuan dasitik, granodioritik, dan dioritik.

Page 13: GBG. Sunda Land Arc

13

Gambar 11

Gambar 12

Page 14: GBG. Sunda Land Arc

14

Di muara S. Mandilis terdapat terobosan batuan mikrodioritik yang memperlihatkan mineralisasi sulfida/pirit tersebar (tipe porfiri), sedangkan pada rekahan-rekahanya ditemukan pirit sekunder dan malakit. Di daerah Pagergunung, Glenmore, ditemukan gejala mineralisasi sulfida/pirit tersebar dan ubahan propilitisasi lemah hingga kuat pada batuan granodioritik dan dioritik. Urat-urat tipis epidot dan kuarsa dengan pola stockwork, dengan pirit tersebar, mengandung

0.9 ppm Au, 583 ppm Cu dan 538 ppm Zn. Pada aliran sungai di daerah ini ditemukanpula

bongkah (float) urat kuarsa dengan kalkopirit, pirit dan galena mengandung 118-1139 ppb Au, 0.2%-0.8% Cu dan 2.8% Zn.

Dalam konsentrat dulang didapatkan butir wolframit di hulu salah satu anak sungai K. Tajem di daerah Kampungbaru, Kec. Glenmore.

2.8.4 Mineralisasi daerah Wai Wajo, Kab. Sikka, Flores.Daerah Wai Wajo terletak 39 km sebelah tenggara Maumere, secara

administratif termasuk wilayah Kec. Paga dan Kec. Nita, Kab. Sikka, Flores - Prop. Nusa Tenggara Timur.

Geologi daerah ini tercakup dalam Peta Geologi Lembar Ende sekala 1:250.000 (N.Suwarna, 1990), termasuk bagian timur Busur Magmatik Sunda - Banda (J.C.Carlile dan A.H.G.Mitchelle 1994). Stratigrafi daerah penyelidikan disusun oleh satuan tufa andesitik, satuan tufa dasitik, terobosan granodiorit-diorit-retas andesit, satuan tufa pasiran, satuan breksi andesitik, satuan breksi aglomerat dan satuan aluvium (Gambar 10).

Mineralisasi yang ditemukan di daerah ini adalah tipe urat, pengisian rekahan dan tersebar, dengan mineral pirit, kalkosit, bornit, kalkopirit, bornit, kovelit, arsenopirit, galena, sfalerit, mengandung emas dan perak. Tempat kedudukan mineralisasi umumnya pada batuan terubah tufa andesitik (Fm. Kiro), tufa dasitik (Fm. Tanahau) berumur Miosen Awal dengan intrusi granodiorit berumur Miosen Tengah (N.Suwarna dkk, 1990), yang dikontrol oleh patahan Normal.

Dari analisa statistik asosiasi mineral daerah Wai Wajo adalah asosiasi As - Au - Ag - Cu - Co - Zn (Bijih Sulfida),asosiasi Zn,Cu t Cu - Pb - Zn atau asosiasi Cu - Zn - Pb (cebakan sulfida umum). Ubahan yang teramati di sekitar urat/kontak yaitu pilik dengan kelompok mineral ubahannya kuarsa - serisit - pirit, argilik dengan kelompok mineral ubahannya kaolinit - klorit dan propilitik dengan mineral ubahannya adalah klorit - epidot dan karbonat Hasil analisa geokimia conto batuan, menunjukan kandungan Cu: 10% dan Au tertinggi : 530 ppb,dan conto endapan sungai aktif dengan kandungan Cu: 46 ppm, dan Au : 9 ppb. Tidak ditemukan adanya logam dasar dan logam mulia dalam dulang.

Tiga daerah anomali yang menarik yaitu : 1. Lowo Mego, untuk Cu, Zn, Au dan Mn.

- Tipe mineralisasinya : urat dan tersebar - Jenis mineralnya : Tembaga, Seng, Emas dan Mangan - Kadar logam dalam batuan : Cu:98480 ppm; Pb:114ppm; Zn:18980 ppm; - Mn:2129 ppm; Au :530 ppb dan Ag: 12 ppm.

Page 15: GBG. Sunda Land Arc

15

2. Lowo Mera-Lowo Gera untuk Cu, Pb, Mn, Ag dan Au. -Tipe mineralisasinya : Urat, pengisian rekahan dan tersebar -Jenis mineralnya : Tembaga, Timbal, Mangan, Perak dan Emas -Kadar dalam batuan Cu: 20240 ppm; Pb: 1893 ppm; Zn: 3900 ppm; Mn: 2086 ppm; Au: 8 ppb dan Ag: 3 ppm

3. Lowo Soko-Lowo Pelongo untuk Cu, Mn, Au dan Ag. -Tipe mineralisasinya : tersebar -Jenis mineralnya : Tembaga, Mangan, Emas dan Perak -Kadar dalam batuan Cu: 200 ppm; Pb: 28 ppm; Zn: 67 ppm; Mn: 1618 ppm; Au: 15-19 ppb dan Ag: 3 ppm

Gambar 13

Page 16: GBG. Sunda Land Arc

16

BAB IIIKESIMPULAN

Metalogenik dan kerangka tektonik Busur Magmatik Sunda-Banda di Indonesia cukup mendukung sebagai tempat kedudukan bermacam-macam endapan logam primer.

Perbedaan geologi (lingkungan pengendapan, litologi dan tektonik) erat hubungannya dengan genesa pembentukan bahan galian mineral logam,

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa pada jalur magmatik Sunda-Banda dijumpai:

mineralisasi timah dan logam langka berkaitan dengan plutonisma granit berumur Akhir Paleozoik hingga Akhir Mesozoik, seperti pada proses greisenisasi. Mineralisasi logam dasar juga dapat terjadi pada perioda ini.

Tempat kedudukan mineralisasi emas epitermal adalah batuan andesit tua berumur Oligosen hingga Pliosen, di Sumatera berasosiasi dengan logam dasar, sedangkan di Jawa lebih banyak ditemukan bersama mangan. Tempat kedudukan ini masih berlanjut sampai ke bagian timur.Lingkungan pengendapan mineralisasi logam dapat terjadi dalam lingkungan darat (tipe urat kwarsa epitermal) maupun laut (endapan logam volkanogenik).

Tipe mineralisasi umumnya berupa tipe urat, sulfida masif dan porfiri. Hasil kegiatan eksplorasi bahan galian logam yang dilakukan oleh Subdit. Eksplorasi Mineral Logam, di sepanjang Busur Sunda-Banda sejak awal Pelita V tahun 1989 menunjukan temuan-temuan baru daerah mineralisasi logam emas, logam dasar dan indikasi timah yang patut mendapat perhatian untuk ditidak lanjuti. Kegiatan tersebut adalah meliputi, Proyek Kerjasama dengan BRGM, JICA/MMAJ dan KOREA/KMPC maupun Proyek Pembangunan. Walaupun tahap penyelidikannya kebanyakan masih pada tahan pendahuluan dan hanya pada beberapa daerah WPP yang dilakukan agak detail, akan tetapi data-data hasil eksplorasi tersebut dapat dipakai sebagai informasi awal dalam melaksanakan usaha tambang.