GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

143
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan p-ISSN 2548 – 298X Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 e-ISSN 2548 – 5024 DOI: 10.24034/j25485024.y2017.v1.i1.2053 1 GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI PASAR DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KINERJA PDAM TIRTA KHATULISTIWA PONTIANAK KALIMANTAN BARAT Nur Afifah [email protected] Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura Pontianak ABSTRACT The public sector operates in an open system with a complex environment and turbulence as well as customers are increasingly demanding. Understanding customer needs and creating value for the customer is very important for the public sector organizations including for the PDAM. The leadership has an important role in determining the future of the organization and creating public value. Therefore, management must be able to develop a strategy based on the vision and mission as well as its implementation in order to achieve the objectives of the company. The purpose of this study is to explore the effect of transformational leadership style towards market orientation, service quality and its impact on the performance of PDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak. Total respondents are 100 employees represented by each department which corresponding to the tasks of customer service by using purposive sampling method. The analytical tool used is Structural Equation Modeling (SEM). The results showed that transformational leadership style affects the performance of PDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak, transformational leadership style effect on market orientation, but the leadership style has no effect on the service quality. Furthermore, market orientation has no effect on the service quality while market orientation has affects on the performance of PDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak. Then the service quality affects the performance of PDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak. Key words: transformational leadership style, market orientation, service quality, performance of PDAM. ABSTRAK Sektor publik beroperasi pada sistem yang terbuka dengan lingkungan yang komplek dan turbulence serta pelanggan yang semakin demanding. Memahami kebutuhan pelanggan dan menciptakan nilai bagi pelanggan sangat penting bagi organisasi sektor publik termasuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Kepemimpinan memiliki peran penting dalam menentukan masa depan organisasi dan menciptakan publik value, oleh karena itu pimpinan harus mampu mengembangkan strategi berdasarkan visi dan misi serta implementasinya untuk mencapai sasaran perusahaan. Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap orientasi pasar, kualitas pelayanan serta dampaknya terhadap kinerja PDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak. Jumlah responden 100 karyawan yang diwakili oleh masing-masing bagian yang berhubungan dengan tugas melayani pelanggan, dengan menggunakan metode purposive sampling. Alat analisis yang digunakan Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh pada kinerja PDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak, gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh pada orientasi pasar, akan tetapi gaya kepemimpinan tidak berpengaruh pada kualitas pelayanan. Selanjutnya orientasi pasar tidak berpengaruh pada kualitas pelayanan sedangkan orientasi pasar berpengaruh pada kinerja PDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak. Kemudian kualitas pelayanan berpengaruh pada kinerja PDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak. Kata kunci: gaya kepemimpinan transformasional, orientasi pasar, kualitas layanan dan kinerja PDAM.

Transcript of GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Page 1: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan p-ISSN 2548 – 298XAkreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 e-ISSN 2548 – 5024DOI: 10.24034/j25485024.y2017.v1.i1.2053

1

GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI PASAR DANKUALITAS PELAYANAN TERHADAP KINERJA PDAM

TIRTA KHATULISTIWA PONTIANAK KALIMANTAN BARAT

Nur [email protected]

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura Pontianak

ABSTRACT

The public sector operates in an open system with a complex environment and turbulence as well as customers areincreasingly demanding. Understanding customer needs and creating value for the customer is very importantfor the public sector organizations including for the PDAM. The leadership has an important role in determiningthe future of the organization and creating public value. Therefore, management must be able to develop a strategybased on the vision and mission as well as its implementation in order to achieve the objectives of the company.The purpose of this study is to explore the effect of transformational leadership style towards market orientation,service quality and its impact on the performance of PDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak. Total respondents are100 employees represented by each department which corresponding to the tasks of customer service by usingpurposive sampling method. The analytical tool used is Structural Equation Modeling (SEM). The results showedthat transformational leadership style affects the performance of PDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak,transformational leadership style effect on market orientation, but the leadership style has no effect on the servicequality. Furthermore, market orientation has no effect on the service quality while market orientation has affectson the performance of PDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak. Then the service quality affects the performance ofPDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak.

Key words: transformational leadership style, market orientation, service quality, performance of PDAM.

ABSTRAK

Sektor publik beroperasi pada sistem yang terbuka dengan lingkungan yang komplek dan turbulenceserta pelanggan yang semakin demanding. Memahami kebutuhan pelanggan dan menciptakan nilai bagipelanggan sangat penting bagi organisasi sektor publik termasuk Perusahaan Daerah Air Minum(PDAM). Kepemimpinan memiliki peran penting dalam menentukan masa depan organisasi danmenciptakan publik value, oleh karena itu pimpinan harus mampu mengembangkan strategiberdasarkan visi dan misi serta implementasinya untuk mencapai sasaran perusahaan. Tujuanpenelitian ini untuk mengeksplorasi pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadaporientasi pasar, kualitas pelayanan serta dampaknya terhadap kinerja PDAM Tirta KhatulistiwaPontianak. Jumlah responden 100 karyawan yang diwakili oleh masing-masing bagian yangberhubungan dengan tugas melayani pelanggan, dengan menggunakan metode purposive sampling.Alat analisis yang digunakan Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa,gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh pada kinerja PDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak,gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh pada orientasi pasar, akan tetapi gayakepemimpinan tidak berpengaruh pada kualitas pelayanan. Selanjutnya orientasi pasar tidakberpengaruh pada kualitas pelayanan sedangkan orientasi pasar berpengaruh pada kinerja PDAM TirtaKhatulistiwa Pontianak. Kemudian kualitas pelayanan berpengaruh pada kinerja PDAM TirtaKhatulistiwa Pontianak.

Kata kunci: gaya kepemimpinan transformasional, orientasi pasar, kualitas layanan dan kinerja PDAM.

Page 2: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

2 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 1 – 23

PENDAHULUANIndustri jasa memiliki peran yang sangat

penting dalam perekonomian di suatunegara (Lovelock, 2012), memberikan pe-layanan yang berkualitas dalam lingku-ngan global saat ini dianggap sebagaistrategi penting bagi keberhasilan dan ke-langsungan hidup suatu organisasi bisnis.Termasuk pada sektor publik, saat inimendapat tuntutan untuk meningkatkandan memberikan pelayanan yang ber-kualitas kepada masyarakat atau pelang-gannya (Munhurrun et al., 2010; Caemmererdan Wilson, 2011). Pemimpin pada sektorpublik dituntut untuk dapat melakukanperubahan-perubahan dalam organisasi danpelayanan publik (Piening, 2013; Voet et al.,2013), serta mengelola sektor public secaraefektif (Pandey 2010; Donald et al., 2014).Oleh karena itu orientasi pasar sangatdiperlukan dalam sektor publik karenadengan orientasi pasar yang kuat akanmenghasilkan nilai pelanggan yang unggulmelalui kualitas layanan yang disampaikankepada pelanggan sehingga berdampakpada kinerja perusahaan (Mahmoud et al.,2010; Gummerus, 2013: Rubina et al., 2016).

Perusahaan Daerah Air Minum (se-lanjutnya disebut dengan PDAM) merupa-kan Badan Usaha Milik Daerah yangdimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota/Kabupaten sebagai pemilik modalnya.Sebagai bagian dari organisasi sektorpublik, PDAM merupakan entitas bisnisyang memberikan pelayanan umum airbersih kepada pelanggannya. PDAM me-rupakan sektor publik yang berbentuk quasinon profit organization yang menghasilkanquasi private goods, yaitu menghasilkanbarang atau jasa kebutuhan masyarakatyang mana manfaat barang atau jasa tersebuthanya dinikmati secara individual yangmembelinya walaupun sebetulnya barangatau jasa tersebut dapat dinikmati semuamasyarakat (Fitriyani et al., 2015). Olehkarena itu memberikan pelayanan ber-kualitas sesuai dengan harapan pelanggandan berorientasi pada kepuasaan pelanggan

merupakan suatu keharusan, karena pe-langgan yang puas merupakan salah satubasis bagi kelangsungan hidup dan per-kembangan bisnis perusahaan itu sendiri.Dengan demikian tuntutan untuk terusberinovasi dan meningkatkan kerja samaantar bagian untuk dapat menghasilkankeunggulan yang berkelanjutan merupakansuatu keharusan (Beeta et al., 2015). Hal inidikarenakan semakin pentingnya sektorpublik dalam membangun perekonomianbangsa, sehingga dalam pengelolaan mana-jemen sektor publik tidak boleh hanyaberfokus pada apa yang baik dimasa laluatau bahkan pada apa yang baik hari ini tapiapa yang bisa dilakukan lebih baik di masadepan.

Membangun keunggulan yang ber-kelanjutan bukan pekerjaan mudah, jikatidak didukung adanya strategi yang jelasdan bisa dijalankan. Untuk itu, agar dapatmelaksanakan fungsinya sebagai organisasisektor publik dituntut untuk dapat meng-alokasikan sumber daya strategis yangdimiliki untuk menciptakan public value(Bekkers et al, 2013; Pee dan Kankanhalli.2015), sumber daya strategis perusahaanadalah teknologi, proses dan prosedur sertapegawai yang dimiliki perusahaan, olehkarena itu pimpinan organisasi harus mam-pu mengalokasikan sumber daya strategisyang dimilikinya, terutama pegawai layanan(people in services) yang merupakan bagiandari sumber daya yang dimiliki perusahaanuntuk langsung berinteraksi dengan pe-langgan dalam menyampaikan layananyang dapat meningkatkan kinerja perusaha-an (De Farrias, 2010; Asgari, 2014; Pahi danHamid, 2015).

PDAM Tirta Khatulistiwa, merupakansalah satu PDAM yang berada di PontianakKalimantan Barat yang memiliki kinerjacoorporate dalam kondisi sehat (PenilaianKinerja PDAM, 2015), walaupun demikianpihak manajemen dituntut untuk senantiasamelakukan perubahan dalam manajemenperusahaan, desain dan pelayanan publikagar dapat melaksanakan fungsi-fungsinya

Page 3: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Gaya Kepemimpinan Transformasional ...– Afifah 3

dengan baik dan dapat meningkatkankinerja perusahaan saat ini dan dimasa yangakan datang menjadi PDAM yang mandiridan berkelanjutan (Sustainable Local Enter-prise Performance). Meskipun dalam prosesperubahan merupakan tantangan besar bagiPDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak karenadalam pengambilan keputusan lebih sulitdikarenakan berhubungan dengan kepenti-ngan stakeholder dengan demikian mempe-ngaruhi kinerja organisasi (Isett et al., 2012;Fraczkiewicz dan Symaniec, 2013; Szyma-niec Mlicka, 2014).

Kepemimpinan memiliki peran pentingdalam menentukan masa depan bisnis.Penelitian tentang gaya kepemimpinan dandampaknya terhadap organisasi sangatmenarik untuk dilakukan terutama padaPDAM, dikarenakan PDAM berada padalingkungan dengan sistem terbuka yangkomplek dan turbulence serta pelangganyang semakin demanding. Oleh karena itudiperlukan suatu gaya kepemimpinan yangdapat menciptakan inspirasi kepadabawahannya. Gaya kepemimpinan transfor-masional memiliki kecenderungan untukmeningkatkan kinerja organisasi dikarenakan gaya kepemimpinan yang meng-inspirasi semua orang dalam organisasi,selalu menanamkan sikap positif dan meng-inspirasi pegawai sehingga kepemimpinantransformational memiliki dampak positifpada kinerja organisasi (Peris dan Namu-songe, 2012; Donald et al., 2014; Ozer danTinaztepe, 2014; Birasnav, 2014; Chiun et al.,2015), dengan demikian kinerja organisasitergantung pada pimpinan organisasi dalammenetapkan misi dan visi serta keberada-annya di pasar.

Untuk mengidentifikasi strategi yangtepat agar misi dan visi PDAM TirtaKhatulistiwa Pontianak dapat tercapai, salahsatu taktik yang harus dilakukan adalahorientasi pasar, dimana organisasi berusahauntuk mengidentifikasi dan memenuhikebutuhan pelanggan. Akan tetapi untuk itudiperlukan pimpinan yang berkaraktertransformasional. Beberapa hasil penelitian

menyatakan bahwa gaya kepemimpinantransformasional dapat mempengaruhiorientasi pasar (Theodosiou et al., 2012;Pinho et al, 2014; Chiun et al., 2015). Selainmempengaruhi orientasi pasar, pemimpintransformational dapat mempengaruhipegawai untuk menyampaikan pelayananterbaik kepada pelanggan (Rowold, 2011;Wright et al., 2012; Pahi dan Hamid, 2015).

Orientasi pasar adalah budaya organi-sasi yang menghasilkan perilaku yangdiperlukan untuk menciptakan value-in usekepada pelanggan dan peningkatan kinerja.Orientasi pasar pada sektor publik sangatpenting dikarenakan dengan orientasi pasar,PDAM akan dapat menciptakan danmemberikan pelayanan sesuai kebutuhanpelanggan. Menurut (Polat dan Mutlu, 2012),Orientasi pasar dipandang sebagai ke-mampuan perusahaan yang sangat ber-harga, langka, dan yang tidak dapat denganmudah ditiru, dengan penekanan me-nempatkan pelanggan di pusat strategi danoperasi perusahaan. Beberapa hasil pe-nelitian menyatakan bahwa orientasi pasardapat mempengaruhi kinerja perusahaan(Ahmad, 2011; Eris dan Ozmen, 2012;Wilson, et al., 2014; Shehu dan Mahmood,2014; Rubina et al., 2016; Zafar et al., 2016),sehingga perusahaan yang berorientasipasar akan lebih siap dalam memberikanpelayanan yang berkualitas dan bernilaiunggul karena dapat menciptakan kepuasanpelanggan dan orientasi pelanggan (Faryabiet al., 2011; Ramayah et al, 2011; Chin et al.,2013), oleh karena itu orientasi pasarberpengaruh positif terhadap kualitaspelayanan (Ramayah et al., 2011; Hojati et al.,2012; Chin et al., 2013, Pahi dan Hamid,2015).

Memberikan pelayanan yang berkua-litas adalah bagian dari strategi yang sangatpenting dalam era global karena dapatmeningkatkan keberhasilan dan kelangsu-ngan hidup organisasi termasuk sektorpublik, oleh karena itu memberikan pe-layanan yang berkualitas kepada masya-rakat atau pelanggan merupakan bagian dari

Page 4: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

4 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 1 – 23

tanggung jawab PDAM dalam menjalankanfungsi-fungsinya sebagai sektor publik.Beberapa hasil penelitian menyatakan bah-wa kualitas pelayanan dapat mempengaruhikinerja perusahaan (Lopez, 2010; Kerstendan Koch, 2010; Shekarchizadeh et al., 2011;Chiun et al., 2015).

Berdasarkan penjelasan dalam uraian diatas, maka dalam penelitian ini memilikibeberapa tujuan yaitu; untuk meng-eksplorasi pengaruh gaya kepemimpinantransformasional terhadap orientasi pasar,kualitas pelayanan serta dampaknya ter-hadap kinerja PDAM Tirta KhatulistiwaPontianak. Selain itu penelitian tentang gayakepemimpinan transformasional, oreintasipasar, kualitas pelayanan terhadap kinerjaPDAM masih sedikit dilakukan kajian.Beberapa penelitian yang sudah dilakukandalam sektor publik, diantaranya: penelitiantentang studi tentang kualitas pelayananpada sektor publik di Republik Turki SiprusUtara (Lyikal dan Celebi, 2016), studi padasektor publik jasa keuangan di Malaysia(Chiun et al., 2015), studi tentang orientasipasar pada sektor publik Departemen MiliterNegara Sao Paulo (Mainardes dan Cer-queira, 2014), studi tentang kepemimpinandalam sektor publik (Donald et al., 2014),studi yang berbeda di rumah sakit diPakistan (Irfan dan Ijaz 2011; Nisa et al.,2012), studi tentang gaya kepemimpinanpada sektor publik di Negara Kenya (Perisdan Namusonge, 2012), serta studi tentangkualitas pelayanan pada sektor publik(Munhurrun et al., 2010).

Penelitian ini sangat penting untukmengeksplor bagaimana pengaruh gayakepemimpinan transformasional terhadaporientasi pasar, kualitas pelayanan dandampaknya terhadap kinerja PDAM TirtaKhatulistiwa Pontianak Kalimantan Barat.Ada beberapa hal yang menjadi dasarpertimbangan diantaranya: Berdasarkanpenilaian kinerja yang diselenggarakan olehBPKP wilayah Kalimantan Barat tahun 2015,menunjukkan kinerja corporate mengalamiperkembangan yang semakin membaik

bahkan memiliki kinerja dalam kategori sehat,dengan capaian layanan pelanggan sebesar85% dari jumlah penduduk di wilayahPontianak, selain itu merupakan satu-satunya PDAM di wilayah Kalimantan Baratdengan kondisi sehat. Adanya capaian-capaian tersebut apakah PDAM TirtaKhatulistiwa sudah memberikan pelayananyang terbaik kepada pelanggannya danberorintasi pasar, selain itu karena PDAMmerupakan sektor publik yang mendapattuntutan untuk dapat melakukan perubahandalam organisasi dan pelayanan publik.

TINJAUAN TEORETISGaya Kepemimpinan Transformasional.

Pada saat ini, mayoritas organisasiberupaya untuk mencapai keunggulan yangberbeda dengan perusahaan lain yangsejenis, baik dalam hal sumber dayamanusia, teknologi dan proses organisasi.Hal ini dilakukan dalam rangka mencapaivisi dan misi organisasi. Selain itu terlepasdari pencapain visi dan misi, sebuahorganisasi harus memenuhi kewajibannyauntuk mengembalikan investasi yang diberikan oleh pemerintah atau pemilik modal,begitu juga dengan PDAM. Memilikituntutan untuk dapat mengembalikaninvestasi yang sudah diberikan oleh pe-merintah daerah maupun pemerintah pusatdengan cara memiliki kinerja yang unggul.

Studi tentang kepemimpinan merupa-kan suatu kerjasama antara atasan danbawahan dimana seorang pemimpin akanmemperhatikan masukan dan pendapat daribawahannya untuk mencapai tujuan organi-sasi (Yukl, 2010), oleh karena itu kepe-mimpinan merupakan elemen yang sangatpenting dalam memformulasikan valuemarket orientation pada suatu organisasidalam pelaksanaan sehari-hari. Pemimpinmenjadi salah satu faktor penentu dalammencapai visi dan misi perusahaan (Pandey,2010; Crook et al., 2011; Chiun et al., 2015),karena pemimpin menjadi unsur pentingdalam keberhasilan suatu organisasi. De-ngan demikian kinerja organisasi ter-

Page 5: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Gaya Kepemimpinan Transformasional ...– Afifah 5

gantung pada pemimpinnya dalam me-netapkan misi dan visi serta keberadaannyadi pasar.

Organisasi publik sering kali me-nerapkan perubahan-perubahan dalamorganisasi, desain dan pelayanan publik(Voet et al., 2013), dikarenakan sektor publikberoperasi pada sistem yang terbuka denganlingkungan yang komplek dan turbulenceserta pelanggan yang semakin demanding,oleh karena itu seorang pemimpin harusbenar-benar memahami berbagai perubahandalam lingkungan bisnis termasuk keingi-nan pelanggan yang kemudian memikirkanbagaimana perusahaan memenuhi keingi-nan pelanggan. Pelaksanaan perubahanorganisasi tersebut merupakan tantanganbesar bagi organisasi sektor publik (Piening,2013; Voet et al., 2013), oleh karena itu gayakepemimpinan merupakan bagian yangdapat menciptakan suatu kondisi yang adapada organisasi. Kondisi yang komplekseperti itu memerlukan gaya kepemimpinantransformasional (Garcia et al., 2012; Belle2012, Grant, 2012; Oberfield, 2012, Donald etal., 2014), dikarenakan gaya kepemimpinantransformasional dapat meningkatkan pro-duktivitas dan penilaian kinerja individu,dengan kata lain pemimpin transformasi-onal selalu berusaha untuk meningkatkanmotivasi, inovasi dan meningkatkan pres-tasi.

Gaya kepemimpinan transformasionalmemiliki kecenderungan untuk meningkat-kan kinerja organisasi dikarenakan gayakepemimpinan yang menginspirasi semuaorang dalam organisasi, selalu menanamkansikap positif dan menginspirasi pegawaisehingga kepemimpinan transformasionalmemiliki dampak positif pada kinerjaorganisasi (Peris dan Namusonge, 2012;Donald et al., 2014; Ozer dan Tinaztepe, 2014;Birasnav, 2014; Chiun et al., 2015).

Menurut Rowold (2011), gaya ke-pemimpinan transformasional merupakansalah satu gaya kepemimpinan yangpenting. Hal ini dikarenakan gaya ke-pemimpinan transformasional memiliki

kemampuan untuk mempengaruhi bawahanuntuk mencapai kinerja yang luar biasa.Dengan demikian kepemimpinan transfor-masional adalah kepemimpinan yang me-miliki visi ke depan dan mampu meng-identifikasi perubahan lingkungan sertamampu mentransformasikan perubahantersebut ke dalam organisasi, mempeloporiperubahan dan memberikan motivasi, inspi-rasi kepada individu-individu karyawanuntuk kreatif dan inovatif serta membangunteam work yang solid, membawa pem-baharuan dalam etos kerja dan kinerja yangoptimal, berani dan bertanggung jawabmemimpin dan mengendalikan organisasi(Schneider dan George, 2011; Moynihan etal., 2012; Belle 2012). Selain mempengaruhikinerja organisasi, beberapa hasil penelitianmenyatakan bahwa gaya kepemimpinantransformasional dapat mempengaruhiorientasi pasar (Theodosiou et al., 2012;Pinho et al, 2014; Chiun et al., Chiun et al.,2015), serta dapat mempengaruhi pegawaiuntuk menyampaikan pelayanan terbaikkepada pelanggan (Rowold, 2011; Wright etal., 2012; Pahi dan Hamid, 2015; Lyical danCelebi, 2016).

Meskipun ada beberapa perdebatantentang komponen yang mendasari gayakepemimpinan transformasional, tetapi adakesepakatan bersama bahwa gaya ke-pemimpinan transformasional adalah di-mana para pemimpin mampu mengubahsikap bawahannya dan memiliki komitmenuntuk melaksanakan misi organisasi secarakonsisten. Konsep kepemimpinan transfor-masional dikembangkan oleh Bass danAvolio, dengan empat dimensi diantaranya;(1) Inspirational motivation, (2) Idealizedinfluence, (3) Intellectual stimulation, dan (4)Individual consideration.

Variabel gaya kepemimpinan transfor-masional dalam penelitian ini menggunakanempat dimensi yang akan dijadikan indi-kator dalam studi ini (Oberfield 2012;Wright, 2012; Donald et al., 2014), di-antaranya: (1) idealized influence (Idealisasipengaruh), dimana pemimpin memiliki

Page 6: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

6 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 1 – 23

perilaku yang menghasilkan rasa hormat(respect) dan rasa percaya diri (trust) dariorang-orang yang dipimpinnya, (2) inspirasi-onal motivation (Motivasi inspirasional),dimana pemimpin meningkatkan kesadarandari para pegawai mengenai visi dan misiorganisasi serta mendorong untuk me-mahami dan komitmen terhadap visi adalahfase kunci dari gaya kepemimpinantransformasional, (3) intellectual stimulation(Stimulasi intelektual), dimana pemimpinmendemonstrasikan tipe kepimpinan yangsenantiasa menggali ide-ide baru dan solusiyang kreatif dari orang-orang yang di-pimpinnya dan (4) individual consideration(Konsiderasi pribadi), berkaitan denganperilaku kepemimpinan transformasionalyang fundamental dari memperlakukanindividu sebagai kontribusi penting ditempat kerja.

Adanya beberapa hasil penelitian yangdijelaskan diatas, maka dalam penelitian inidapat disusun hipotesa sebagai berikut:H1 : Gaya kepemimpinan transformasional

berpengaruh positif terhadap kinerjaPDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak.

H2 : Gaya kepemimpinan transformasionalberpengaruh positif terhadap orientasipasar.

H3 : Gaya kepemimpinan transformasionalberpengaruh positif terhadap kualitaspelayanan.

Orientasi Pasar.Orientasi pasar sangat diperlukan oleh

perusahaan agar dapat meningkatkan dayasaing dan daya jual suatu organisasi padapelanggan. Organisasi yang berorientasipasar akan mencari sumber informasi yangada di lingkungan eksternal untuk menjalinhubungan pelanggan dan memahami ke-butuhan dan keinginan pelanggan, sehinggadengan berorientasi pasar perusahaan akanselalu berusaha untuk meningkatkan ke-puasan pelanggan dengan memenuhiharapan-harapan pelanggan terhadap pro-duk yang dihasilkan oleh Perusahaan.Demikian juga dengan PDAM TirtaKhatulistiwa Pontianak.

Konsep orientasi pasar dikategorikanmenjadi dua pendekatan, yaitu pendekatanperilaku dan pendekatan budaya. Pen-dekatan perilaku mengatakan bahwa orien-tasi pasar merupakan serangkaian kegiatanyang diarahkan untuk membuat pelanggansenang (Zafar et al., 2016), sedangkan pen-dekatan budaya mengatakan bahwa orien-tasi pasar merupakan serangkaian kegiatanyang menekankan pada nilai-nilai bersamaperusahaan dan menganggap bahwa pe-langgan adalah prioritas pertama. Menurut(Polat dan Mutlu, 2012), orientasi pasardipandang sebagai kemampuan perusahaanyang sangat berharga, langka, dan yangtidak dapat dengan mudah ditiru, denganpenekanan menempatkan pelanggan dipusat strategi dan operasi perusahaan, olehkarena itu, orientasi pasar merupakan alatyang penting untuk mencapai keunggulankompetitif dan meningkatkan kinerja organi-sasi, sehingga studi tentang orientasi pasarsangat menarik untuk dilakukan.

Konsep orientasi pasar sangat pentingdilakukan oleh PDAM dalam rangka men-ciptakan public value kepada masayarakat,hal ini dikarenakan dengan orientasi pasarperusahaan akan melakukan penyesuaianterhadap sumber daya yang dimiliki danproses bisnisnya dalam rangka memenuhikebutuhan pelanggan serta membantu me-nilai kendala dan peluang yang diciptakanoleh lingkungan (Kumar et al., 2011), dengandemikian perhatian organisasi terpusat padakebutuhan pelanggan (Chung et al., 2011),sehingga dengan orientasi pasar yang kuatdapat berpengaruh terhadap kinerja per-usahaan. Beberapa hasil penelitian menyata-kan bahwa orientasi pasar dapat mempe-ngaruhi kinerja perusahaan (Mahmoud et al.,2010; Ahmad, 2011; Chin, 2013; Wilson et al.,2014; Shehu dan Mahmood, 2014).

Apalagi adanya pasar bebas mendorongperusahaan daerah untuk berorientasi pasar,selain membuat perusahaan daerah semakinkompetitif, orientasi pasar juga berperansebagai landasan pengembangan kualitaslayanan yang diberikan kepada pelanggan.Orientasi pasar yang kuat akan dapat

Page 7: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Gaya Kepemimpinan Transformasional ...– Afifah 7

menciptkan public value bagi sektor publik,dikarenakan dengan orientasi pasar akanmenyebabkan perusahaan dapat mencipta-kan nilai terbaik kepada pelanggan melaluiproduk dan layanannya, dengan demikianakan mengakibatkan kinerja organisasimenjadi lebih baik. Hal ini dikarenakanperusahaan yang berorientasi pasar akanlebih siap dalam memberikan pelayananyang berkualitas dan bernilai unggul karenadapat menciptakan kepuasan pelanggan danorientasi pelanggan (Faryabi et al., 2011;Ramayah et al, 2011; Chin et al., 2013), olehkarena itu orientasi pasar berpengaruhpositif terhadap kualitas pelayanan (Rama-yah et al., 2011; Hojati et al., 2012; Chin et al.,2013; Pahi dan Hamid, 2015).

Dalam penelitian ini menggunakaninstrumen pengukuran MARKOR yangdikembangkan oleh Kohli dan Jaworski,yang dimodifikasi sesuai dengan kontekssektor publik (Walker et al., 2011; Protco danDornberger 2014), diantaranya; intelligencedissemination, intelligence generation, andresponsiveness. Berdasarkan hal tersebut,maka dalam penelitian ini dapat disusunhipotesa sebagai berikut:H4 : Orientasi pasar berpengaruh positif

terhadap kinerja sektor publik (PDAMTirta Khatulistiwa Pontianak).

H5 : Orientasi pasar berpengaruh positifterhadap kualitas pelayanan.

Kualitas Layanan.Industri jasa memiliki peran yang

sangat penting dalam perekonomian disuatu negara (Lovelock, 2012). dalamlingkungan yang sangat kompetitif danglobal seperti saat ini, memberikan layananberkualitas dan kompetitif merupakanbagian dari strategi yang sangat pentinguntuk keberhasilan dan kelangsungan hidupperusahaan (Munhurrun et al., 2010). Begitujuga dengan sektor publik saat ini, di-tekankan untuk dapat memberikan layananyang berkualitas dan menciptakan publikvelue (Agbor, 2011; Lykal dan Celebi, 2016).

Kualitas layanan telah menarik banyakperhatian baik dari akademisi maupun dari

praktisi dikarenakan pengaruhnya terhadapbiaya, kinerja keuangan, kepuasan pelang-gan dan retensi pelanggan. Adanya kondisipersaingan yang sangat kompetitif saat ini,kualitas layanan (service quality) secara luasdiakui sebagai persyaratan penting darisuatu perusahaan (Voet et al., 2013) bahkankualitas layanan sebagai salah satu strategikompetitif yang sangat penting untukmeningkatkan profitabilitas perusahaan dankelangsungan hidup perusahaan.

Kualitas layanan lebih sulit dievaluasioleh pelanggan dari pada kualitas barang,dikarenakan penilaian terhadap kualitaslayanan tidak hanya didasarkan pada hasilkualitas dari teknik layanan saja tetapimelibatkan proses penyediaan layanan ataukualitas fungsional. Hal ini sejalan denganpendapat (Lovelock, 2012; Weerawit danVinai, 2014) yang menyatakan bahwa per-sepsi konsumen terhadap kualitas merupa-kan suatu hal yang sulit dipahami, bahkanpemahaman tentang kualitas sering disalahartikan sebagai sesuatu yang baik, ke-mewahan, keistimewaan atau sesuatu yangberbobot atau bernilai. Kesulitan dalammenilai kualitas dirasakan lebih berat,dikarenakan persepsi konsumen dalam me-nilai kualitas sifatnya sangat subyektif,meskipun, kualitas produk baik barang ataujasa akan memberikan kontribusi yang besarterhadap kepuasan pelanggan, pangsa pasardan return on investmen perusahaan melaluipenurunan biaya dan perbaikan produkti-vitas, serta berpengaruh terhadap loyalitaspelanggan.

Hal ini dikarenakan kualitas layananmerupakan suatu konstruk yang komplek,yang dikaji dalam disiplin pemasaran jasa(Kumasey, 2014). Kualitas layanan di-gambarkan secara general dan dievaluasisecara menyeluruh dalam jasa atau me-rupakan evaluasi konsumen dari sejumlahatribut yang terkait. Bahkan dikemukakanbahwa kualitas layanan telah dideskripsikansebagai multi dimensional konstruk yangdibangun melalui evaluasi terhadap kon-struk dari sejumlah atribut yang terkaitdengan jasa (Lovelock, 2012; Chang dan

Page 8: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

8 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 1 – 23

Horg, 2010; Greenwel et al., 2012). Sebagaikonstruk yang kompleks dan palingdiinvestigasi pada disiplin ilmu pemasaran,maka pemikiran tentang konsep kualitaslayanan terus mengalami perkembangan.Khususnya, kebutuhan terhadap modeluntuk menilai kualitas layanan yang di-berikan oleh perusahaan atau organisasi jasa.

Kualitas pelayanan pada dasarnyasangat penting bagi suatu perusahaan, di-karenakan kualitas pelayanan yang diberi-kan oleh perusahaan kepada pelanggandapat menciptakan keuggulan kompetitif.Hal ini dikarenakan kualitas pelayanan yangdiberikan oleh perusahaan dapat memenuhikebutuhan dan keinginan pelanggan. Olehkarena itu PDAM harus berupaya untukmemberikan kualitas pelayanan yang ter-baik bagi pelanggannya dikarenakan kuali-tas pelayanan merupakan persyaratan pen-ting bagi sektor publik untuk selalu me-ningkatkan pelayanannya kepada pe-langgan (Munhurrun, 2010), bahkan kualitaslayanan sebagai salah satu strategi kompe-titif yang sangat penting untuk meningkat-kan profitabilitas perusahaan dan kelangsu-ngan hidup perusahaan. Hasil penelitian(Chiun et al., 2015; Shekarchizadeh et al.,2011; Kersten dan Koch, 2010), menyatakanbahwa kualitas pelayanan dapat mempe-ngaruhi kinerja sektor publik.

Kualias pelayanan dalam penelitian ini,mengembangkan konsep kualitas pelayananyang dikemukakan oleh Brady dan Cronin(interaction quality, physical environmentquality dan outcome quality) serta dimensiSERVQUAL (reliable dan assurance). Hal inidikarenakan konsep kualitas pelayanantersebut sangat mendukung penelitian inikarena menggunakan pendekatan relasionalyang mewakili aspek operasional pelayanandari PDAM yaitu 3 K (kualitas, kuantitas dankualitas air), sehingga dalam operasionalPDAM pegawai layanan dituntut untuklebih interaktif serta mampu memberikanjaminan kepada pelanggan terhadap kualitasdari produksi air yang dihasilkan.

Indikator kualitas pelayanan dalampenelitian ini (Munhurrum, 2010; Foster

2010; Chang dan Horg, 2010; Greenwel et al.,2012; Afifah et al., 2015), diantaranya adalah;(1) interaction quality (Kualiatas interaksi)adalah kontak yang terjadi pada proses jasadisampaikan dalam pertemuan antara pe-nyedia jasa dan pelanggan, yang merupakankunci penentu evaluasi pelanggan terhadapkualitas layanan (Lovelock, 2012), (2) physicalenvironment quality (Kualitas lingkunganfisik), menurut (Chang dan Horg, 2010;Greenwel et al., 2012), yaitu sebuah kualitasyang ada di dalam lingkungan di manaproses pelayanan itu terjadi, lingkunganlayanan telah dikaitkan dengan lingkunganfisik dari pertemuan layanan atau apa yangtelah diperlakukan sebagai service scape, dan,(3) outcome quality (Kualitas hasil akhir)adalah apa yang didapatkan oleh pelanggan,ketika proses produksi jasa dan interaksi-interaksi antara pelanggan dengan penyedialayanan selesai diproduksi. Termasuk ke-tepatan/kecepatan waktu dalam penyam-paian jasa yang merupakan salah satu faktoratau faktor kegagalan jasa, dalam pelayananPDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak dalamhal ini adalah kecepatan proses pelayananterhadap pelanggan (Proses pemasangan SR,aktif/pasif pelanggan, dan lain-lain) sertakualitas, kuantitas dan kualitas air (3K) yangdisalurkan ke pelanggan. Berdasarkan haltersebut, maka dalam penelitian ini dapatdisusun hipotesa sebagai berikut:H6 : Kualitas pelayanan berpengaruh positif

terhadap kinerja sektor publik (PDAMTirta Khatulistiwa Pontianak).

Kinerja PDAM.Pengukuran kinerja perusahaan men-

jadi topik penting bagi para akademisi danpraktisi mulai tahun 1990. Kinerja organisasimeliputi tiga bidang diantaranya; (1) Kinerjakeuangan laba, returnonasset, returnoninvest-ment, dan lain-lain), (2) Kinerja produk pasar(penjualan, pangsa pasar, dan lain-lain), (3)Pemegang saham (jumlah pemegang saham,nilai tambah ekonomi, dan lain-lain),sedangkan (Ozer dan Tinaztepe, 2014), men-definisikan kinerja organisasi merupakansalah satu variabel yang digunakan untuk

Page 9: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Gaya Kepemimpinan Transformasional ...– Afifah 9

mengukur tingkat kinerja perusahaan dalammencapai tujuan organisasi diantaranyaefisiensi dan efektifitas. Akan tetapi indi-kator kinerja perusahaan yang seringdigunakan diantaranya adalah tingkatpertumbuhan laba, tingkat penjualan kem-bali, ROA dan kinerja secara keseluruhan(Zizlavsky, 2014), atau hanya dari sudutfinansial saja. Akan tetapi saat ini penilaiankinerja perusahaan tidak hanya melihat darisudut keuangan saja, melainkan dilihat darisudut non keuangan yaitu aspkek pelang-gan, aspek sumber daya manusia, aspekbisnis internal dan aspek pertumbuhanbisnis yang diperkenalkan oleh RobertKaplan dan David Norton yaitu pengukurankinerja perusahaan yang berbasis BalancedScorecard (BSC) pada Januari-Februari 1992.

Begitu juga dengan PDAM di Indonesia,berdasarkan Keputusan Menteri DalamNegeri No: 690-069 Tahun 1992, tentang PolaPetunjuk Teknis Pengelolaan PDAM di-tegaskan bahwa PDAM mempunyai tugaspokok pelayanan umum kepada masya-rakat, dimana dalam menjalankan fungsinyaPDAM diharapkan mampu membiayaidirinya sendiri (self financing) dan harusberusaha mengembangkan tingkat pe-layanannya, disamping itu PDAM diharap-kan memberikan sumbangan pembangunankepada PEMDA. Selanjutnya dalam ke-putusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47Tahun 1999 tentang pedoman penilaiankinerja PDAM dinyatakan bahwa tujuanpendirian PDAM untuk memenuhi pe-layanan dan kebutuhan air bersih bagimasyarakat serta sebagai salah satu sumberPAD. Selanjutnya berdasarkan PeraturanMenteri Pekerjaan Umum Pasal 59, Nomor18/PRT/M/2007 tentang PenyelenggaraanPengembangan SPAM (BPSPAM), mulaiTahun 2010 dilakukan penilaian kinerjaPDAM dengan menggunakan penilaianpada empat aspek diantaranya keuangan,pelayanan, operasional, dan sumber dayamanusia yang berbasis Balance Scorecard(BSC). Pelaksanaan penilaian oleh BPKP disetiap Propinsi dengan dilakukan audit

setiap tahunnya serta dipublikasi secaranasional dengan tiga peringkat kinerjaPDAM seluruh Indonesia, diantaranyakategori sehat, kurang sehat dan sakit. Tujuanpenilaian kinerja dilakukan agar sektorpublik dapat menjalankan fungsinya yaitudapat menciptakan public value bagi pe-langgan dan stakeholders, selain itu secarajangka panjang dapat menciptakan kinerjaPDAM yang mandiri dan berkelanjutan(sustainable local enterprise performance).

Indikator kinerja perusahaan daerahdalam hal ini PDAM, dalam penelitian inimengacu pada pendapat (Ozer danTinaztepe, 2014; Madsen dan Stenheim,2014) yang meliputi; pertumbuhan jumlahpelanggan, kemampuan pengembanganproduk/layanan, profitabiltas perusahaan,komitmen karyawan, dan kepuasan kerjakaryawan.

Rerangka Konseptual Penelitian.Gaya kepemimpinan transformasional

memiliki kecenderungan untuk meningkat-kan kinerja organisaisi dikarenakan gayakepemimpinan yang menginspirasi semuaorang dalam organisasi, selalu menanamkansikap positif dan menginspirasi pegawaisehingga kepemimpinan transformationalmemiliki dampak positif pada kinerjaorganisasi (Peris dan Namusonge, 2012;Donald et al., 2014; Ozer dan Tinaztepe, 2014;Birasnav, 2014; Chiun et al., 2015), dengandemikian kinerja organisasi tergantung padapimpinan organisasi dalam menetapkanmisi dan visi serta keberadaannya di pasar.Untuk itu diperlukan gaya kepemimpinantransformasional dalam pengelolaan PDAM.Beberapa hasil penelitian menyatakan bah-wa gaya kepemimpinan transformasionaldapat mempengaruhi orientasi pasar(Theodosiou et al., 2012; Pinho et al, 2014;Chiun et al., 2015). Beberapa hasil penelitianmenyatakan bahwa orientasi pasar dapatmempengaruhi kinerja perusahaan (Mah-moud et al., 2010; Ahmad, 2011; Chin, 2013;Wilson et al., 2014; Shehu dan Mahmood,2014), sehingga perusahaan yang ber-

Page 10: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

10 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 1 – 23

orientasi pasar akan lebih siap dalammemberikan pelayanan yang berkualitasdan bernilai unggul karena dapat men-ciptakan kepuasan pelanggan dan orientasipelanggan (Faryabi et al., 2011; Ramayah etal, 2011; Chin et al., 2013). Oleh karena ituorientasi pasar berpengaruh positif terhadapkualitas pelayanan (Ramayah et al., 2011;Hojati et al., 2012; Chin et al., 2013; Pahi danHamid, 2015).

Untuk dapat menciptakan public value,PDAM harus mampu memberikan kualitaspelayanan sesuai dengan harapan pelanggandikarenakan kualitas pelayanan dapat men-ciptakan kepuasan pelanggan, oleh karenaitu diperlukan pimpinan yang transfor-mational. Beberapa hasil studi menunjuk-kan bahwa pemimpin transformationaldapat meningkatkan pegawai untuk me-nyampaikan pelayanan terbaik kepadapelanggan (Rowold, 2011;Wright et al., 2012;Pahi dan Hamid, 2015; Lyical dan Celebi,

2016). Hal ini dikarenakan kualitas pe-layanan dapat mempengaruhi kinerjaperusahaan (Chiun et al., 2015; Kersten danKoch, 2010).

Rerangka konseptual ini secara ke-seluruhan menggambarkan pengaruh lang-sung antara variabel gaya kepemimpinantransformasional terhadap kinerja PDAMTirta Khatulistiwa Pontianak, gaya ke-pemimpinan transformasional terhadaporientasi pasar, gaya kepemimpinan trans-formasional terhadap kualitas pelayanan,selanjutnya orientasi pasar berpengaruhterhadap kinerja PDAM Tirta KhatulistiwaPontianak, orentasi pasar berpengaruhterhadap kinerja PDAM Tirta KhatulistiwaPontianak, selanjutnya kualitas layananberpengaruh pada kinerja PDAM TirtaKhatulistiwa Pontianak. Berdasarkan uraiantersebut, pengaruh antar variabel dalamstudi ini secara keseluruhan digambarkandalam Gambar 1.

Gambar 1Rerangka Konseptual Penelitian

METODE PENELITIANPenelitian ini dilakukan pada PDAM

Tirta hatulistiwa Pontianak di KalimantanBarat. Teknik pengambilan data dengan caramenyebarkan kuesioner untuk masing-masing bagian, dengan teknik pengambilansampel purposive sampling diambil sebanyak100 karyawan yang terdiri dari kepalabagian, kepala seksi dan karyawan pada

bagian yang berhubungan langsung denganpelayanan (Produksi, Distribusi, Pengen-dalian Kehilangan Air (PKA), dan KantorPelayanan). Dasar pertimbangan yang di-gunakan dalam pengambilan sampel se-banyak 100 karyawan (Hair et al., 2010),menyatakan bahwa jika sampel diatas 400akan mengakibatkan fit model (goodness-of-fit) tidak begitu baik, sehingga lebih di-

OrientasiPasar

Kinerja SektorPublik

GayaKepemimpinanTransformasion

alKualitas

Pelayanan

Page 11: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Gaya Kepemimpinan Transformasional ...– Afifah 11

sarankan penggunaan sampel pada selang100-400. Sehingga alat analisis yang di-gunakan dalam penelitian ini adalahStructural Equation Modeling (SEM).

Variabel gaya kepemimpinan transfor-masional dalam penelitian ini mengacu padakonsep Bass dan Avolio), yang dikembang-kan dalam sektor publik (Wright, 2012;Oberfield 2012; Donald et al., 2014.), yangmeliputi: idealized influence, inspirasionalmotivation, intellectual stimulation dan indi-vidual consideration, sedangkan variabelorientasi pasar menggunakan konsep peng-ukuran MARKOR yang dikemukanan olehKohli dan Jaworski, yang dimodifikasisesuai dengan konteks sektor publik denganmengacu pada (Walker et al., 2011; Protcodan Dornberger 2014), diantaranya; intelli-

gence dissemination, intelligence generation, danresponsiveness. Untuk variabel kualitaspelayanan mengacu pada konsep Brady danCronin, serta dimensi SERVQUAL yangdikembangkan sesuai dengan desain pe-nelitian (Munhurrum, 2010; Foster 2010: 257;Chang dan Horg, 2010; Greenwel et al., 2012;Afifah et al., 2015). Adapun variabel kinerjaPDAM dalam penelitian ini mengacu padapendapat (Ozer dan Tinaztepe, 2014;Madsen dan Stenheim, 2014) yang meliputi;pertumbuhan jumlah pelanggan, kemampu-an pengembangan produk/layanan, profita-biltas perusahaan, komitmen karyawan.

Untuk lebih jelasnya definisi operasi-onal variabel dalam penelitan ini dapatdilihat pada Tabel 1.

Tabel 1Dinisisi Operasional Variabel

Variabel Indikator SumberGayakepemimpinantransformasional

1. Idealized Influencea. Merasa nyaman bila pimpinan berada disekitar kita.b. Mempercayai kemampuan dan kapabilitas pimpinan

dalam menyelesaikan masalah.c. Sangat percaya sepenuhnya kepada pimpinan.

2. Inspirational Motivation.a. Pimpinan meningkatkan optimisme terhadap masa

depan perusahaan.b. Pimpinan mendorong untuk sukses dalam suatu

pekerjaan.c. Pimpinan membuat antusias dalam suatu pekerjaan.

3. Intelectual Stimulationa. Pimpinan memberikan cara baru dalam

menyelesaikan masalah.b. Pimpinan melihat permasalahan dengan berbagai

pandangan.c. Pimpinan mencari beberapa alternative ketika

memecahkan masalah.4. Individual Consideration

a. Pimpinan memberikan perhatian secara pribadib. Pimpinan memperhatikan secara individualc. Pimpinan siap memberi petunjuk apabila dibutuhkan.

Wright,2012;Oberfield2012;Donald etal., 2014.

Page 12: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

12 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 1 – 23

Orientasi pasar 1. Intelligence Disseminationa. Rapat antar bagian dilakukan seminggu sekalib. Komunikasi antar bagian mengenai kebutuhan

pelangganc. Menyediakan waktu untuk diskusi mengenai

kebutuhan pelanggan2. Intelligence Generation

a. Melakukan survey pelanggan setahun sekalib. Mencari informasi mengenai perubahan kebutuhan

pelangganc. Meninjau ulang pengaruh perubahan lingkungan

untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.3. Responsiveness.

a. Perhatian terhadap kebutuhan pelangganb. Usaha untuk memperbaiki produk/layanan sesuai

keinginan pelanggan.c. Perhatian terhadap keluhan pelanggan

Walker et al.,2011; ProtcodanDornberger2014.

Kualitaspelayanan

1. Interaction Qualitya. Sikap karyawanb. Perilaku dan ketrampilan karyawanc. Keahlian karyawan.

2. Physical Environment Qualitya. Lokasi PDAMb. Kenyamana tempat pelayananc. Fasilitas

3. Outcome Quality.a. Kecepatan prosesb. Jaminan 3 K (Kualitas, Kontinyuitas dan Kuantitas) air

PDAM

Munhurrum,2010; Foster2010: 257;Chang danHorg, 2010;Greenwel etal., 2012;Afifah et al.,2015

Kinerja PDAM. 1. Petumbuhan jumlah pelanggan2. Kemampuan pengembangan produk/layanan3. Profitabilitas perusahaan4. Komitmen karyawan5. Kepuasan kerja karyawan

Ozer danTinaztepe(2014);Madsen danStenheim,2014.

ANALISIS DAN PEMBAHASANUntuk mengetahui karakteristik pe-

gawai PDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak

yang dijadikan responden dalam penelitianini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2Karakteristik Responden

KarakteristikResponden

Keterangan Frekwensi Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki 67 67Perempuan 33 33

Masa Kerja 1-3 Tahun 6 63-4 Tahun 29 29Diatas 5 Tahun 65 65

Usia 20 – 24 Tahun 11 1125 -29 Tahun 23 23

Page 13: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Gaya Kepemimpinan Transformasional ...– Afifah 13

30 – 34 Tahun 29 2935 Ke atas 37 37

Pendidikan SMA 32 32D3 21 21S1 41 41S2 6 6

Untuk mengetahui deskripsi jawaban responden dalam penelitian ini, dapat dilihat padaTabel 3.

Tabel 3Deskripsi Jawaban Responden

Item Pertanyaan Rata-2 Max Min Standar DVariabel Gaya Kepemimpinan Transformasional1. Merasa nyaman bila pimpinan berada disekitar kita. 28 54 13 20,52. Mempercayai kemampuan dan kapabilitas pimpinan

dalam menyelesaikan masalah.30,333 62 7 27,6

3. Sangat percaya sepenuhnya kepada pimpinan 28,933 51 3 25,64. Pimpinan meningkatkan optimisme terhadap masa

depan perusahaan.31,933 79 9 17,6

5. Pimpinan mendorong untuk sukses dalam suatupekerjaan.

26,933 42 27 7,8

6. Pimpinan membuat antusias dalam suatu pekerjaan 27,267 50 9 17,77. Pimpinan memberikan cara baru dalam

menyelesaikan masalah.29,6 56 44 8,5

8. Pimpinan melihat permasalahan dengan berbagaipandangan.

24,866 40 5 16,1

9. Pimpinan mencari beberapa alternative ketikamemecahkan masalah

29,4 55 14 20,6

10. Pimpinan memberikan perhatian secara pribadi 30,866 63 37 18,411. Pimpinan memperhatikan secara individual 21,8 28 5 9,612. Pimpinan siap memberi petunjuk apabila

dibutuhkan27,867 41 23 9,3

Variabel Orientasi Pasar1. Rapat antar bagian dilakukan seminggu sekali 26,8 73 2 32,72.Komunikasi antar bagian mengenai kebutuhan

pelanggan24,2 35 8 11,9

3. Menyediakan waktu untuk diskusi mengenaikebutuhan pelanggan

26,13 39 9 12,5

4. Melakukan survey pelanggan setahun sekali 28,4 50 5 19,85. Mencari informasi mengenai perubahan kebutuhan

pelanggan21,13 27 9 7,4

6. Meninjau ulang pengaruh perubahan lingkunganuntuk memenuhi kebutuhan pelanggan

27,06 43 3 17,2

7. Perhatian terhadap kebutuhan pelanggan 27,46 42 8 17,98.Usaha untuk memperbaiki produk/layanan sesuai

keinginan pelanggan.24,86 40 14 10,98

9.Perhatian terhadap keluhan pelanggan 29,13 51 6 24,00Variabel Kualitas Pelayanan1. Sikap karyawan 25,266 38 17 9,272. Perilaku dan ketrampilan karyawan 27,133 39 5 15,123. Keahlian karyawan. 27,666 43 8 18,56

Page 14: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

14 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 1 – 23

4. Lokasi PDAM 25,533 39 7 13,85. Kenyamana tempat pelayanan 28,266 46 22 12,056. Fasilitas 26,93 59 5 22,097. Kecepatan proses 25,6 41 3 16,198. Jaminan 3 K (Kualitas, Kontinyuitas dan Kuantitas)

air PDAM25,066 32 5 13,07

Variabel Kinerja PDAM1. Petumbuhan jumlah pelanggan 29,266 51 12 19,72. Kemampuan pengembangan produk/layanan 24,4 34 11 9,893. Profitabilitas perusahaan 25,466 53 9 18,74. Komitmen karyawan 27,266 41 5 15,425. Kepuasan kerja karyawan 25,733 37 5 14,05

Untuk menjelaskan pengaruh antarvariabel, hipotesis dalam penelitian ini akanditerima apabila nilai α lebih kecil dari 0,05.

Hasil pengujian antar variabel dalampenelitian ini, secara rinci dapat dilihat padaTabel 4.

Tabel 4Hasil Pengujian Hipotesis

Variabel Koefi-sien

C.R. Prob. Keterangan

Gaya kepemimpinan transformasional Kinerja SektorPublik 0, 426 5,128 0,000 Signifikan

Gaya kepemimpinan transformasional Orientasipasar 0, 144 2,009 0,045 Signifikan

Gaya kepemimpinan transformational Kualitaspelayanan 0, 121 1,595 0,124 Tidak

Signifikan

Orientasi pasar Kualitas pelayanan 0, 324 1,578 0,115 TidakSignifikan

Orintasi pasar Kinerja Sektor Publik 0, 411 4,899 0,000 SignifikanKualitas pelayananKinerja Sektor Publik 0,315 2,835 0,004 Signifikan

Berdasarkan Tabel 4, interpretasi masing-masing koefisien jalur adalah sebagaiberikut:Hipotesis 1 : Gaya kepemimpinan transfor-

masional berpengaruh positifterhadap kinerja PDAM TirtaKhatulistiwa Pontianak.

Hasil pengujian koefisien jalur (Tabel 4)menunjukkan bahwa gaya kepemimpinantransformasional berpengaruh positif ter-hadap kinerja PDAM Tirta KhatulistiwaPontianak dengan arah positif sebesar 0,426dengan nilai C.R. sebesar 5,128 dan di-peroleh probabilitas signifikansi (p) sebesar0,000 yang lebih kecil dari taraf signifikansi() yang ditentukan sebesar 0,000. Hal iniberarti bahwa hipotesis pertama dalam studiini yang menyatakan bahwa gaya ke-

pemimpinan transformasional berpengaruhpositif terhadap kinerja PDAM TirtaKhatulistiwa Pontianak, terbukti kebenaran-nya.

Diterimanya Hipotesa 1, menunjukkanbahwa gaya kepemimpinan yang adadilingkungan PDAM Tirta KhatulistiwaPontianak dalam memimpin perusahaanadalah dengan menggunakan gaya ke-pemimpinan transformasional, sehinggamereka memiliki kemampuan untuk meng-inspirasi, memotivasi dan mempengaruhiseluruh pegawai di lingkungan PDAMuntuk mencapai visi dan misi organisasisehingga kinerja PDAM sebagai public valuesemakin membaik mulai dari tahun 2011sampai dengan saat ini, dimana kondisiPDAM mendapatkan penilaiain kinerja

Page 15: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Gaya Kepemimpinan Transformasional ...– Afifah 15

coorporate dengan kategori “sehat”. Penilaiandilakukan oleh BPKP Perwakilan yang adadi Propinsi Kalbar diantaranya kategorisehat, kurang sehat dan sakit. Hal ini me-nunjukkan Pimpinan PDAM Tirta Khatu-listiwa mampu mengoptimalkan sumberdaya manusia yang dimiliki untuk men-jalankan misi dan visi yang sudah di-tetapkan. Selain itu beberapa hasil diskripsijawaban responden dalam indikator idealizedinfluence menyatakan bahwa rata-rata sangatbaik, begitu juga dengan inspirational moti-vation, intellectual stimulation serta individualconsideration, rata-rata jawaban respondendalam penelitian ini menyatakan sangatbaik, dengan demikian bahwa gaya ke-pemimpinan transformasional sangat mem-pengaruhi pegawai dalam mencapai kinerjayang menjadi tanggung jawabnya.

Hasil penelitian ini sependapat denganhasil penelitian (Peris dan Namusonge, 2012;Donald et al., 2014; Ozer dan Tinaztepe, 2014;Birasnav, 2014; Chiun et al., 2015), yangmenyatakan bahwa gaya kepemimpinantransformasional berpengaruh pada kinerjaperusahaan.Hipotesis 2 : Gaya kepemimpinan transfor-

masional berpengaruh positifterhadap orientasi pasar.

Hasil pengujian koefisien jalur (Tabel 4)menunjukkan bahwa gaya kepemimpinanberpengaruh terhadap orientasi pasardengan arah positif. Hal ini terlihat dari jaluryang bertanda positif sebesar 0,144 dengannilai C.R. sebesar 2,009 dan diperolehprobabilitas signifikansi (p) sebesar 0,045yang lebih kecil dari taraf signifikansi ()yang ditentukan sebesar 0,05. Hal ini berartibahwa hipotesis ke dua dalam studi ini yangmenyatakan bahwa gaya kepemimpinantransformasional berpengaruh positif ter-hadap orientasi pasar, dalam hal ini adalahPDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak terbuktikebenarannya. Diterimanya H2, menunjukkanbahwa Pimpinan PDAM Tirta KhatulistiwaPontianak menetapkan misi dan visi PDAMyang berorientasi kepada pelanggan dikarenakan Pimpinan menyadari bahwa

PDAM merupakan sektor publik yang harusmenciptakan public value, dengan penekananpelanggan di pusat strategi dan operasiperusahaan selain itu terus berupaya untukmeningkatkan hubungan antar bagiandalam meningkatkan kinerja pelayanan. Halini dibuktikan pada saat ini PDAM TirtaKhatulistiwa untuk meningkatkan pe-layanan kepada masyarkat terus menerusdengan melakukan perbaikan terhadapkualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayan-an air kepada masyarakat sesuai denganperaturan Menkes yang mengacu padastandar air minum, sehingga selalu berusahauntuk memperbaiki produk/layanan yangada, selain itu untuk proses pengaduan sertapemasangan sambungan telah diberlakukanpelayanan on line yang bisa diakses olehpelanggan (Afifah dan Afandi, 2015: Afifahet al., 2015), dengan demikian orientasi pasaryang ditetapkan di PDAM Tirta Khatu-listiwa sudah di sesuaikan dengan pe-langgan PDAM Tirta Khatulistiwa Ponti-anak.

Berdasarkan hasil jawaban respondendari indikator oreintasi pasar, diantaranyaintelligance dissemination, intelligance gene-ration, serta responsiveness rata-rata penilaianresponden menyatakan baik. Hal ini me-nunjukkan bahwa oreintasi pasar yangdilakukan oleh PDAM Tirta Khatulistiwasudah sesuai dengan kebutuhan pelanggan,dimana setiap tahun dilakukan surveykepuasan pelanggan, selalu mencari infor-masi mengenai perubahan kebutuhan pe-langgan, selalu memperbaiki produk/layanan yang diberikan oleh PDAM dalamhal 3K (kualitas, kuantitas, kontinyuitas air),serta setiap minggu sekali pimpinan PDAMmelakukan komunikasi (rapat) antar bagiandalam rangka meningkatkan kinerja pe-layanan kepada pelanggan.

Diterimanya hipotesa ini, menjelaskanbahwa gaya kepemimpinan yang dilakukanoleh pimpinan PDAM Tirta Khatulistiwamampu menciptakan orientasi pasar yangkuat, dan ini sangat dibutuhkan dalammanajemen sektor publik dikarenakan

Page 16: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

16 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 1 – 23

berada pada lingkungan yang komplek danturbulence (Pandey 2010; Donald et al., 2014)dan yang berorientasi pasar (Mahmoud et al.,2010; Gummerus, 2013: Rubina et al., 2016),dikarenakan dengan oreintasi pasar, per-usahaan akan mencari sumber informasiyang ada di lingkungan eksternal untukmenjalin hubungan dengan pelanggan danmemahami kebutuhan dan keinginanpelanggan, sehingga dengan orientasi pasaryang kuat, PDAM dapat menciptakankualitas pelayanan kepada pelanggan.

Hasil penelitian ini sependapat dengan(Theodosiou et al., 2012; Pinho et al, 2014;Chiun et al., 2015), yang menyatakan bahwagaya kepemimpinan transformasional ber-pengaruh terhadap oreintasi pasar.Hipotesis 3 : Gaya kepemimpinan transfor-

masional berpengaruh positifterhadap kualitas layanan.

Hasil pengujian koefisien jalur (Tabel 4)menunjukkan bahwa gaya kepemimpinantidak berpengaruh positif terhadap kualitaspelayanan. Hal ini terlihat dari jalur yangbertanda positif sebesar 0,121 dengan nilaiC.R. sebesar 1,595 dan diperoleh probabilitassignifikansi (p) sebesar 0,124. Hal ini berartibahwa hipotesis ke tiga dalam studi ini yangmenyatakan bahwa gaya kepemimpinantransformasional berpengaruh positif ter-hadap kualitas layanan, dalam hal ini adalahPDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak tidakterbukti kebenarannya.

Kualitas layanan sebagai salah satustrategi kompetitif yang sangat pentinguntuk meningkatkan profitabilitas perusaha-an dan kelangsungan hidup perusahaan.Kualitas layanan lebih sulit dievaluasi olehpelanggan dari pada kualitas barang,dikarenakan penilaian terhadap kualitaslayanan tidak hanya didasarkan pada hasilkualitas dari teknik layanan saja tetapimelibatkan proses penyediaan layanan ataukualitas fungsional (Lovelock, 2012). Tidakberpengaruhnya gaya kepemimpinan transfor-masional terhadap kualitas pelayanan (Hipotesa3), hal ini dikarenakan konsep orientasipasar yang ada tidak dibarengi dengan

penyesuaian terhadap sumber daya yangdimiliki dan proses bisnis perusahaan,sehingga pegawai pelayanan PDAM belumsepenuhnya menghantarkan kualitas pe-layanan yang sudah ditetapkan dalamorientasi pasar, oleh karena itu, padatingkatan organisasi manajemen puncakharus selalu menekankan dan memberikanpelatihan kepada pegawai untuk memasti-kan bahwa pegawai selalu menempatkanpelanggan sebagai prioritas pertama danberusaha memenuhi kebutuhan pelanggandengan cara yang paling tepat.

Hasil penelitian ini tidak sependapatdengan (Rowold, 2011; Wright et al., 2012;Pahi dan Hamid, 2015; Lyical dan Celebi,2016), yang menyatakan bahwa pemimpintransformasional dapat meningkatkan pe-gawai untuk menyampaikan pelayananterbaik kepada pelanggan.Hipotesis 4 : Orientasi pasar berpengaruh

positif terhadap kualitaslayanan.

Hasil pengujian koefisien jalur (Tabel 4)menunjukkan bahwa orientasi pasar tidakberpengaruh terhadap kualitas pelayanan.Hal ini terlihat dari jalur yang bertandapositif sebesar 0,324 dengan nilai C.R.sebesar 1,658 dan diperoleh signifikansi (p)sebesar 0,155. Hal ini berarti bahwa hipotesiske empat dalam studi ini yang menyatakanbahwa orientasi pasar berpengaruh positifterhadap kualitas layanan, dalam hal iniadalah PDAM Tirta Khatulistiwa Pontianaktidak terbukti kebenarannya.

Tidak diterimanya H4, mengidentifikasi-kan bahwa kualitas layanan yang di-kembangkan dan dijalankan oleh PDAMbisa jadi tidak didasarkan pada konseporientasi pasar yang cukup kuat, dikarena-kan adanya kekurangan sumber daya yangada di PDAM Tirta Khatulistiwa PontianakKalimantan Barat, sehingga tidak berpe-ngaruhnya orientasi pasar terhadap kualitaspelayanan karena masih banyak pegawaiyang tidak memahami orientasi pasar danmerasa bahwa orientasi pasar adalahtanggung jawab organisasi secara ke-

Page 17: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Gaya Kepemimpinan Transformasional ...– Afifah 17

seluruhan, bukan merupakan proses terinte-grasi antar bagian dan jelas pengukurannya.Sehingga pegawai belum memiliki ke-sadaran secara keseluruhan terhadap pe-nyampaian layanan yang berkualitas sesuaidengan tanggung jawab sektor publik yaitumenciptakan public value kepada masyarakat(pelanggan).

Oleh karena itu agar konsep orientasipasar yang sudah ditetapkan oleh PDAMTirta Khatulistiwa Pontianak agar dapatmempengaruhi perilaku pegawai dalammemberikan pelayanan kepada pelanggan,maka diharapkan pimpinan PDAM TirtaKhatulistiwa mengaplikasikan oreintasipasar dalam dua pendekatan sekaligus, baikpendekatan budaya maupun perilaku.Konsep orientasi pasar dibedakan menjadidua, yaitu (1) Pendekatan budaya yangmenyatakan bahwa orientasi pasar merupa-kan serangkaian kegiatan yang menekankanpada nilai-nilai bersama perusahaan danmenganggap bahwa pelanggan adalahprioritas pertama, (2) Pendekatan perilakuyang menyatakan bahwa orientasi pasarmerupakan serangkaian kegiatan yang di-arahkan untuk membuat pelanggan senang(Zafar et al., 2016).

Hasil penelitian ini tidak sependapatdengan hasil penelitian (Ramayah et al., 2011;Hojati et al., 2012; Chin et al., 2013; Pahi danHamid, 2015), yang menyatakan bahwaorientasi pasar berpengaruh positif terhadapkualitas pelayanan.Hipotesis 5 : Orientasi pasar berpengaruh

positif terhadap kinerja PDAMTirta Khatulistiwa Pontianak.

Hasil pengujian koefisien jalur (Tabel 4)menunjukkan bahwa orientasi pasar ber-pengaruh terhadap kinerja PDAM TirtaKhatulistiwa Pontianak dengan arah positif.Hal ini terlihat dari jalur yang bertandapositif sebesar 0,411 dengan nilai C.R.sebesar 4,899 dan diperoleh signifikansi (p)sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa hipotesiske lima dalam studi ini yang menyatakanbahwa orientasi pasar berpengaruh positifterhadap kinerja perusahaan, dalam hal ini

adalah PDAM Tirta Khatulistiwa Pontianakterbukti kebenarannya.

Diterimanya H5, menunjukkan bahwaorientasi pasar yang semakin kuat akansemakin memahami akan kebutuhan pe-langgan. Hal ini dibuktikan dengan adanyaperbaikan secara terus menerus dilakukanoleh PDAM dalam hal penyampaian pro-duk/layanan kepada pelanggan dalam hal3K (kualitas, kuantitas dan kontinyuitas air),selain itu dalam hal proses pengaduan sertaproses-proses yang lainnya seperti prosespemasangan SR Baru, PDAM Tirta Khatu-listiwa memberikan pelayanan kepadapelanggan dengan menetapkan standarpelayanan yang cepat dan tepat serta bisalangsung di akses secara online, sehinggasecara keseluruhan pimpinan PDAM TirtaKhatulistiwa Pontianak telah menetapkanorientasi pasar yang tertuang dalam misi danvisi organisasi.

Hasil penelitian ini, sejalan denganbeberapa hasil penelitian yang dilakukanoleh (Mahmoud et al., 2010; Ahmad, 2011;Chin, 2013; Wilson et al., 2014; Shehu danMahmood, 2014).Hipotesis 6 : Kualitas pelayanan berpe-

ngaruh positif terhadapkinerja PDAM Tirta Khatu-listiwa Pontianak.

Hasil pengujian koefisien jalur (Tabel 4)menunjukkan bahwa kualitas pelayananberpengaruh terhadap kinerja PDAM TirtaKhatulistiwa Pontianak dengan arah positif.Hal ini terlihat dari jalur yang bertandapositif sebesar 0,315 dengan nilai C.R sebesar2,835 dan diperoleh signifikansi (p) sebesar0,004. Hal ini berarti bahwa hipotesis keenam dalam studi ini yang menyatakanbahwa kualitas pelayanan berpengaruhpositif terhadap kinerja sektor publik, dalamhal ini adalah PDAM Tirta KhatulistiwaPontianak terbukti kebenarannya.

Diterimanya H6, menunjukkan bahwakualitas pelayanan yang dilakukan olehpegawai PDAM Tirta Khatulistiwa Ponti-anak dalam hal ini diantaranya hubunganinteraksi antara pegawai dengan pelanggan

Page 18: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

18 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 1 – 23

sudah dilakukan dengan baik, pegawaimelakukan proses pelayanan sesuai denganharapan pelanggan sehingga hal ini men-jadikan kinerja perusahaan meningkat. Halini dibuktikan dengan jumlah pelangganyang semakin meningkat serta kinerjakeuangan yang semakin membaik. Hanyasaja dalam penelitian ini kualitas pelayananadalah bersifat internal bukan karena per-sepsi pelanggan, sehingga kinerja perusaha-an dalam hal ini adalah dilihat dari sudutinternal.

Hasil penelitian ini sependapat dengan(Kersten dan Koch, 2010; Shekarchizadeh etal., 2011; Chiun et al., 2015), yang menyata-kan bahwa kualitas pelayanan dapatmempengaruhi kinerja perusahaan.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Gaya kepemimpinan transformasionalberpengaruh signifikan terhadap kinerjasektor PDAM Tirta Khatulistiwa PontianakKalbar, dan berpengaruh signifikan ter-hadap orientasi pasar dengan arah hubu-ngan positif, akan tetapi tidak berpengaruhterhadap kualitas pelayanan. Dengan tidakberpengaruhnya gaya kepemimpina trans-formasional terhadap kualitas pelayanan,maka yang perlu diperhatikan dan di-laksanakan di PDAM Tirta Khatulistiwaadalah pimpinan harus mampu dan meng-optimalkan sumber strategis yang dimiliki(Bekkers et al, 2013; Pee dan Kankanhalli.2015), hal ini sesuai dengan Pendekatanresources base view (RBV) dikemukakan olehJay Barney, oleh karena itu kunci ke-berhasilan organisasi publik adalah mem-bangun strategi berbasis sumber daya(resources base view- RBV) yang dimiliki olehorganisasi untuk memenuhi kebutuhanpelanggan (orientasi pelanggan) dan pe-mangku kepentingan (stakeholder).

Orientasi pasar tidak berpengaruhsignifikan terhadap kualitas pelayanan akantetapi berpengaruh pada kinerja sektorpublik, sedangkan kualitas pelayanan ber-pengaruh terhadap kinerja sektor publik.Hal ini mengidentifikasikan bahwa kualitas

layanan yang dikembangkan dan dijalankanoleh PDAM Tirta Khatulistiwa PontianakKalbar bisa jadi tidak didasarkan padakonsep orientasi pasar yang cukup kuat,dikarenakan adanya kekurangan sumberdaya yang ada di PDAM Tirta KhatulistiwaPontianak Kalimantan Barat, oleh karena ituorientasi pasar sangat diperlukan dalamsektor publik karena dengan orientasi pasaryang kuat akan menghasilkan nilai pe-langgan yang unggul melalui kualitaslayanan yang disampaikan kepada pelang-gan sehingga berdampak pada kinerjaperusahaan (Mahmoud et al., 2010; Gum-merus, 2013: Rubina et al., 2016). Hal inidikarenakan perkembangan pesat terjadipada sektor jasa dalam beberapa dekadeterakhir di negara-negara maju dan juganegara-negara berkembang, baik pada jasaprofit maupun nonprofit berkembang sangatpesat bahkan menjadi sumber pendapatandomestik bruto bagi suatu negara (Lovelock,2012), dengan demikian yang perlu di-lakukan oleh PDAM Tirta KhatulistiwaPontianak dalam melakukan orientasi pasarharusnya dibarengi dengan penyesuaianterhadap sumber daya yang dimiliki danproses bisnis perusahaan, sehingga ber-dampak pada kualitas pelayanan.

Keterbatasan PenelitianPenelitian ini hanya menggunakan 100

pegawai sebagai sampel, selanjutnya tidakmempertimbangkan variabel orientasi pasardan kualitas pelayanan sebagai variabelmoderating, sehingga dalam penelitian inihanya ada pengaruh langsung dan tidak adapengaruh tidak langsung.

SaranModel teoritik yang dikembangkan

masih dapat diperluas dengan memasukkankontruk-konstruk lain seperti budaya kerja,komitmen pegawai, dan inovasi layanandengan demikian akan didapatkan suatumodel yang lebih komprehensif. Penelitianlebih lanjut tentang gaya kepemimpinantransformasional dan transaksional di segalatingkatan manajemen, hal ini dikarenakan

Page 19: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Gaya Kepemimpinan Transformasional ...– Afifah 19

gaya kepemimpinan transformational dantransaksionl mempengaruhi orientasi pasaryang memang diperlukan dalam sektorpublik dalam hal ini adalah PDAM. Selainitu perlu juga melakukan penelitian lebihlanjut tentang orientasi pasar yang di-hubungkan dengan budaya orgnisasikaitannya dengan kualitas layanan.

DAFTAR PUSTAKAAgbor M. J. 2011. The Relationship between

Customer Satisfaction and ServiceQuality: a study of three Service sectorsin Umea, Umea University.

Afifah, N. dan A. Asnan. 2015. The Impact ofCSR, Service Experience, and Inter-culture Competance on CustomerCompany Identification, CustomerSatisfaction on Customer Loyalty (CaseStudy: PDAM Tirta Khtulistiwa Ponti-anak). Procedia Sosial and BehaviouralSciences 211: 277-284.

Afifah, N. S. A. dan I. Daud. 2015. Perceptionon The Service Experience: AnExploration of Public Sector in PDAMTirta Khatulistiwa Pontianak WestKalimantan Using Reportary GridTechnique. Global Journal of Business andSosial Review 4(1): 80-88.

Ahmad, S. 2011. Market Orientation inPakistan Companies. Pakistan BusinessReview 106-131. Retrieved from http://www.iobm.edu.pk/PBR/PBR_1104/110407_106-126.pdf .

Asgari, M. R. 2014. The Effect of LeadershipStyles on Employees Commitment toServices Quality in Bank Melli Branchesof Isfahan. Kuwait chapter of the ArabianJournal of Business and ManagementReview 3(12): 113.

Babin, B. J. dan K. W. James. 2010. A BriefRetrospective and Introspective onValue. European Business Review 22(5):471–78.

Bekkers, V. J. J. M., L. G. Tummers., B. GStuijfzand, dan W. Voorberg. 2013.Social Innovation in the Public Sector:An integrative framework. LIPSE

Working papers 1 (Rotterdam: ErasmusUniversity Rotterdam).

Belle, N. 2013. Leading to Make a Difference:A Field Experiment on the PerformnaceEffect of Transformational Leadership,Perceived Social Impact and PublicService. Journal of Public AdministrationResearch and Theory. DOI: 10.1093/jopart/mut 003.

Birasnav, M. 2014. Knowledge Managementand Organizational Performance in TheService Industry: The Role of Transfor-mational Leadership Beyond The Effectsof Transactional Leadership. Journal ofBusiness Research 67(8): 1622–1629.http://dx.doi.org/10.1016/j.jbusres.2013.09.006. Diakses 12 September 2016.

BPPSPAM. 2015. Kinerja Penilain PDAM.Kementrian Pekerjaan Umum.

Caemmerer, B., A. Wilson. 2011. AnExploration of the Service OrientationDiscrepancy Phenomenon in a PublicSector Context. The Service IndustriesJournal 31(3): 355-370.

Changa, Y. T. dan C. S. Horng. 2010. Concep-tualizing and Measuring experiencequality: the customer’s perspective. TheService Industries Journal 30(14): 2401–2419.

Chiun, L. M., A. A. Mohamad., T. Ramayah.Dan W. Y. Chai. 2015. Examining theEffectsof Leadership, Market Orientati-onand Leader Member Exchange (LMX)on Organisational Performance. Inzi-nerine Ekonomika-Engineering Economics26(4): 409–421.

Chin, C. H., Lo May-Chiun dan T. Ramayat.2013. Market Orientation and Organi-zational Performance: The ModeratingRole of Service Quality. SAGE Article DOI:10. 1177.

Chung, J. E., Y. Huang., B. Jin dan B.Sternquist. 2011. The Impact of MarketOrientation on Chinese retailers'channel relationships. Journal of Busi-ness and Industrial Marketing, 26(1): 14–25. http://dx.doi.org/10.1108/ 088586.

Crook, T. R., S. Y. Todd., J. G. Combs., D.J. Woehr dan D. J. Ketchen Jr. 2011.

Page 20: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

20 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 1 – 23

Does Human Capital Matter? A Meta-analysis of the Rrelationship BetweenHuman Capital and Firm Perfor-mance. Journal of applied psychology 96(3):443. http://dx.doi.org/10.1037/a0022147.

De Farias, S. A. 2010. Internal Marketing(IM): a Literature Review and ResearchPropositions for Service Excellence.Brazilian Business Review 7(2): 99-115.

Donal, P. M., K. P. Sanjay dan E. W. Bradley.2014. Transformational Leadership inthe Public Sector: Empirical Evidence of itsEffects. https://www.researchgate.net/publication/277224792.

Eris, E. D., dan N. T. Ozmen. 2012. The Effectof Market Orientation, LearningOrientation and Innovativeness on FirmPerfor- mance: A Research from TurkishLogistics Sector. International Journal ofEconomics Sciences and Applied Research5: 77-108.

Faryabi, M., R. Tajvidi dan M. Tajvidi. 2011.Investigate the Rrelationship BbetweenMarket Orientation and CompetitiveAdvantage in the Iran Tractor Manu-facturing Industries. Iranian Journal ofFarasoye Modiriat 5(17): 131-160.

Fitriyani, D., W. Tiswiyanti dan E. Prasetyo.2015. Praktik Good Corporate Gover-nance dan Dampaknya TerhadapKinerja Berdasarkan Balances ScorecardPada Perusahaan Daerah Air Minum.Conference in Business, Accounting andManagement 2(1).

Frączkiwicz-Wronka A., K. Szymaniec. 2013.Zastosowanie koncepcji RBV do PragmatykiFunkcjonowania Szpitali Publicznych,Organizacjai Kierowanie”nr5.

Foster, S. T. 2013. Managing Quality:Integrating the Supply Chain. 5th ed.Edinburgh Gate, Harlow: PearsonEducation

Grant, A. M. 2012. Leading With Meaning:Eneficiary Contact, Prosocial Im-pactand the Performance Effect ofTransformational Leadership. Academyof Management Journal 55: 458-76.

Garcia-Morales, V. J., Jimenez-Barrionuevo,M. M., dan Gutierrez-Gutierrez, L. 2012.Transformational Leadership Influenceon Organizational PerformanceThrough Organizational Learning andInnovation. Journal of Business Research65: 1040–1050. http://dx.doi.org/10.1016/j.jbusres.2011.03.005

Greenwell, T., Christopher., S. Janet, Fink,dan L. P. Donna. 2012. Perceptions of theService Experience: Using Demographicand Psychographic Variables to IdentifyCustomer Segments. Sport MarketingQuarterly 11(4).

Gummerus, J. 2013. Value CreationProcesses and Value Outcomes inMarketing Theory: Strangers orSiblings? Marketing Theory 13(1): 19-46.

Hair, J. F. Anderson. 2010. Multivariate DataAnalysis. Pearson International Edition.

Hanzaee, K. H., S. Nayabzadeh dan M. Jalaly.2012. The Effect of Market Orientation,Innovation and Customer Loyalty ofFirm’s Performance: A Case Study ofIslamic Clothing Manufacturing Com-pany. Journal of Basic and Applied ScientificResearch 2: 3225-3234.

Hojati, E., A. Shahin dan H. Shirouyehzad.2012. Prioritization of Service QualityDimension and Performance IndicatorsUsing Analytic Network Process Withthe Approach of Balanced Score Card: ACase Study. Interdisciplinary Journal ofContemporary Research in Business 3:1190-1198.

Irfan, S. M., dan A. Ijaz. 2011. Comparisonof Service Quality Between Private andPublic Hospitals: Empirical EvidencesFrom Pakistan. Journal of Quality andTechnology Management 7(1):1-22.

Isett, K. R., S. A. M. Glied., M. S. Sparer danL. D. Brown. 2012. When ChangeBecomes Transformation: A Case Studyof Change Management in MedicaidOffices in New York City. PublicManagement Review 15(1): 1-17.

Kersten, W., dan J. Koch. 2010. The Effect ofQuality Management on The ServiceQuality and Business Success of

Page 21: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Gaya Kepemimpinan Transformasional ...– Afifah 21

Logisticsser Vice Providers. International Journal of Quality & ReliabilityManagement 27: 185-200.

Kumar, K., R. Subramanian dan K.Strandholm. 2011. Market Orientationand Performance: Does OrganizationalStrategy Matter?. Journal of AppliedBusiness Research 18(1): 37-49.

Kumasey A., S. 2014. Service Quality andCustomer Satisfaction: Empirical Evi-dence from the Ghanaian Public Service.European Journal of Business andManagement 6(6).

Lopez, M. B. 2010. Market Orientation,Service Quality and Business Per-formance of Hotels in Klang Valley ofMalaysia (Unpublished master’s thesis).Faculty of Hotel & Tourism Mana-gement, Universiti Teknologi Mara,Malaysia.

Lovelock. 2012. Market Orientation andBusiness Performance: a Framework forServices Organization. Thomson, South-Western.

Lyikal, O. C. dan A. Celebi. 2016. Investi-gating A Quality of Services in ThePublic Sector. Evidance From NorthingCyprus. Journal Economic and SocialDevelopment 3(2).

Madsen, D. Ø. dan T. Stenheim. 2014.Perceived Benefitr of Balanced Score-card Implementation: Some PreliminaryEvidance. Problems and Perspective inManagement 12(3).

Mahmoud, M. A., Kastner dan J. Yeboah.(2010). Antecedents, EnvironmentalModerators and Consequences of Mar-ket Orientation: a Study of Pharma-ceutical Firms in Ghana. Journal ofMedical Marketing 10(3): 231–244.

Mahmoud, M. A. 2011. Market Orientationand Business Performance AmongSMEs in Ghana. International BusinessResearch 4(1): 241-251.

Mainardes, E. W. dan Cerqueira Alexandredos Santos. 2014. Measuring TheInternal Market Orientation in ThePublic Sector. Original Scientific Article.

Munhurrun, P. R., S. D. L. Bhiwaje dan P.Naido. 2010. Service Quality in ThePublic Service. International Journal ofManagement and Marketing Research 3(1).

Nayebzadeh, S. 2013. Market Orientation: ANew Model. Journalof Basic and AppliedScientific Research 3: 472-483.

Nisa, M., R. Sadaf dan M. Zahid. 2012. PatientSatisfaction Survey in an Obstetric andAction Survey in an Obstetrics andGynecology Ward of a Tertiary Care Hospitaland of a Tertiary Care Hospital and of aTertiary Care Hospital.

Oberfield, Z. M. 2012. Public Managementin Time: A Longitudinal Examination ofthe Full Range of Leadership Theory.Journal of Public Administration Researchand Theory. Advance access. doi:10.1093/jopart/mus060.

Ozer, F. dan C. Tinaztepe. 2014. Effect ofSrategic Leadership Styles on FirmPerformance: A study in a Turkish SME.Procedia-Social and Behavioral Sciences150: 778–784.

Pandey, S. K. 2010. Cutback Managementand the Paradox of Public Adminis-tration. Review 70(4): 564-71.

Pahi, M. H. dan K. A. Hamid. 2015. TheExamination of the Influence ofTransformational Leadership OverCommitment to Service Quality: A Caseof Hospitals of Sindh, Pakistan. AsianSocial Science 11(26).

Pandey, S. K. 2010. Cutback Managementand the Paradox of Publiceness. PublicAdministration Review 50(4): 564 -71.

Pee, L. G dan Kankanhalli. 2015. Inter-actions Among Factors InfluencingKnowledge Management in PublicSector Organizations: A resource-Based View. Goverment InformationQuartely xxx-xxx.

Peris, M. K. dan G. S. Namusonge. 2012. TheEffect of Leadership Styles onOrganizational Performance at StateCorporations in Kenya. InternationalJournal of Business and Commerce 2(1): 01-12.

Page 22: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

22 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 1 – 23

Piening, E. P. 2013. Dynamic Capabilities inPublic Organizations: A LiteratureReview and Research Agenda. PublicManagement Review 15(2): 209-245.

Pinho, J. C., A. P. Rodrigues dan S. Dibb.2014. The role of Corporate Culture,Market Orientation and OrganisationalCommitment in Organisational Per-formance. The Case of Non-profitOrganizations. Journal of ManagementDevelopment 33(4): 374–398. http://dx.doi.org/10.1108/JMD-03-2013-0036.

Polat, I., dan M. H. Mutlu. 2012. The Impactof Market Orientation, EntrepreneurialOrientation, Environmental Uncertaintyand Internationalization Speed of FirmPerformance. European Researchers27(8/2): 1248-1254.

Protco, E. da D. Utz. 2014. The Impact ofMarket Orientation on Business Per-formance-the Case of Tatarstan Know-ledge-Intensive Companies (Rusia).Problem and Perspective in Management12(4).

Ramayah, T., N. Samat dan M. C. Lo. 2011.Market orientation, service quality andorganizational performance in serviceorganizations in Malaysia. Asia-PacificJournal of Business Administration 3: 8-27.

Rowold, J. 2011. Relationship BetweenLeadership Behaviors and Performance:The Moderating Role of Awork Team'sLevel of Age, Gender, and CulturalHeterogeneity. Leadership & OrganizationDevelopment Journal 32(6): 628–647.http://dx.doi.org/10.1108/01437731111161094.

Rubina, J., S. A. Mukhta dan M. Rosli. 2016.The Moderating Effect of Environmenton The Relationship Between MarketOrientation and Business Performance:A Quantitative Approach. IPBJ 8(1): 16-25.

Schneider, S. K., dan W. M. George. 2011.Servant Leadership Versus Transfor-mational Leadership in VoluntaryService Organizations. Leadership andOrganization Development Journal 32(1):60–77. http://dx.doi.org/10.1108/.Diakses tanggal 6 Oktober 2016.

Shehu, A. M. dan R. Mahmood. 2014. AnEmpirical Analysisi of Market Orien-tation and Business PerformanceRelationship in the Context ofDeveloping Economy. InternationalJournal of Academic Researc in BusinessSocial Sceince 4(9): 457-4.

Shekarchizadeh, A., A. Rasli dan H. H. Tat.2011. SERVQUAL in Malaysian Uni-versities: Perspectives of InternationalStudents. Business Process ManagementJournal 17: 67-81.

Szymaniec-Mlicka K. 2014. Charakter-ystyka Otoczenia Organizacji Public-znych, Artykuł po Otrzymaniu Pozyty-wnych Recenzji Oczekuje na Publikacjew Zeszytach Naukowych PolitechnikiŚląskiej.

Theodosiou, M., J. Kehagias dan E. Katsikea.2012. Strategic Orientations, MarketingCapabilities and Firm Performance: AnEmpirical Investigation in the Contextof Frontline Managers in S erviceOrganizations. Industrial MarketingManagement 41(7): 1058–1070. http://dx.doi.org/10.1016/j.indmarman01.001.

Voet, J. van der., B. S. Kuipers., S.Groeneveld. 2013. Implementing changein public organizations: The relationshipbetween ledhersip and affectivecommitment to change I a public sectorcontext. Paper presented at the 11th PublicManagement Research Conference, Madi-son, Wisconsin June 20-22.

Wijesekara, W. A. D. S., P. A. P. S. Kumara,dan T. S. L. W. Gunawardana. 2014.Impact of Market Orientation andEntrepreneurial Orientation on Perfor-mance: A Study of Small and MediumScale Garment Manufacturers in SriLanka. Paper Presented in Proceedings ofthe 3rd International Conference onManagement and Economics, Faculty ofManagement and Finance, University ofRuhuna, Sri Lanka. Retrieved fromhttp://www.mgt.ruh.ac.lk/ pubs/pdf/ICME2014_OP_p373.pdf. Diakses tang-gal 6 Oktober 2016

Page 23: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Gaya Kepemimpinan Transformasional ...– Afifah 23

Walker, R. M., G. A. Brewer., G. A. Boynedan C. N. Avellaneda. 2011. MarketOrientation and Public Service Per-formance: New Public ManagementGone Mad?”, Public AdministrationReview 71(5): 707-717.

Weerawit, L. dan P. Vinai. 2014. The AirlineService Quality Affecting Post PurchaseBehavioral Intention: Empirical Evi-dence from the Low Cost AirlineIndustry. International Journal of Trade,Economics and Finance 5(2).

Wilson, G. A., J. Perepkin., D. D. Zhang danM. Vachon. 2014. Market Orientation,Alliance Orientation, and the BusinessPerformance in the Biotechnology inIndustry. Journal of Commercial Biotechno-logy 20(2): 32-40.

Wright, B., P. M. Donald dan K. P. Sanjay.2012. Puing the Levers: Leadership,Public Service Motivation and MissionValance. Public Administration Review 72:201-15.

Yukl, G. 2010. Leadership in Organizations, 7thed. Prentice Hall. New Jersey.

Zafar, H., H. H. Mohammad dan N. Mohd.,S. Mohd. 2016. Relationship BetweenMarket Oreintation, OrganizationalLearning, Organizational Culture andOrganizational Performnance: Media-ting Impact of Innovation. South EastAsia Journal of Contemporary BusinessEconomics and Law 9(2): 2289–1560.

Zizlavsky, O. 2014. The Balanced Scorecard:Innovation Performance Measurementand Management Control System.Journal of Technology Management &Innovation 9(3).

Page 24: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan p-ISSN 2548 – 298XAkreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 e-ISSN 2548 – 5024DOI: 10.24034/j25485024.y2017.v1.i1.2051

104

PENGARUH KETAATAN PADA PRINSIP SYARI’AH (KPS) TERHADAPLOYALITAS NASABAH

Siti [email protected]

STIE Gempol Pasuruan

ABSTRACT

Adherence to theprinciple of Shariais the basis ofthe formation ofcustomer loyalty, butcustomerloyaltydoes notjustcome into beingcoupledwith thepositive effortsof a social naturesuch asCSR. Byimplementing CSR, the levelofloyaltyandconsumer confidencewill increase. This research is explanatory research (explanation), the researchwants to find an explanation in the form of cause and effect.This study aimed to analyze and test the effect ofadherence to Islamic principles on customer loyalty with CSR as a mediation on the BMT Sidogiri East Java.Thisstudy was conducted by distributing questionnaires to 136 customers loan recipient qardul hasan BMT Sidogirilocated in the branch Pasuruan, Malang, Surabaya and Mojokerto.Sampling was done by sampling purposive.Data analysis method used is the PLS method. The results of this study prove that Obedience On Sharia principlescan increase customer loyalty through CSR Sidogiri BMT as mediation.CSR significantly contribute to theimprovement of loyalty, not only regarding the fulfillment of the obligations legally, morally and governmentrules, but also as an application of morality and behavior as a Muslim.

Key words: Adherence to theprincipleof sharia, CSR, andcustomerloyalty.

ABSTRAK

Ketaatan pada Prinsip Syari’ah (KPS) merupakan dasar terbentuknya loyalitas nasabah, akan tetapiloyalitas nasabah tidak begitu saja terbentuk tanpa dibarengi dengan upaya-upaya positif yang bersifatsosial seperti CSR. Dengan menjalankan CSR, tingkat loyalitas konsumen akan meningkat. Jenispenelitian ini merupakan penelitian explanatory (penjelasan), yaitu penelitian yang ingin mencaripenjelasan dalam bentuk sebab akibat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengujipengaruh ketaatan pada prinsip syari’ahterhadap loyalitas nasabah dengan CSR sebagai mediasi padaBMT Sidogiri Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 136orang nasabah penerima pinjaman qardul hasan BMT Sidogiri yang berada di cabang Pasuruan, Malang,Surabaya dan Mojokerto. Pengambilan sampel dilakukan dengan sampling purposive. Metode analisisdata yang digunakan adalah metode PLS. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Ketaatan padaPrinsip Syari’ah dapat meningkatkan loyalitas nasabah BMT Sidogiri melalui CSR sebagai mediasi.CSR secara nyata memberikan kontribusi dalam peningkatan loyalitas, bukan hanya menyangkutpemenuhan kewajiban secara hukum, moral dan aturan pemerintah, tetapi juga sebagai aplikasi akhlaqdan perilaku sebagai seorang muslim.

Kata kunci: ketaatan pada prinsip syari’ah, CSR, dan loyalitas nasabah.

PENDAHULUANKeberadaan bank syari’ah yang semakin

hari semakin meningkat ini, masih belumbisa menyentuh masyarakat kecil ataupengusaha kecil yang tidak bankable, karenauntuk meminjam di bank syari’ah, nasabahterkendala oleh persyaratan administrasiyang diminta bank antara lain; harus

memiliki jaminan, SIUP maupun NPWP.Ketatnya persyaratan ketika meminjam dibank syari’ah inilah menyebabkan masya-rakat dan pengusaha kecil tidak terlayanioleh bank syari’ah. BMT yang merupakansalah satu LKMS dianggap lebih mengena dikalangan masyarakat dan pengusaha kecildaripada bank syari’ah karena lebih fleksibel

Page 25: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Pengaruh Ketaatan Pada Prinsip Syariah (KPS) ... – Asiyah 105

dalam persyaratan dan jumlah pinjamanmaupun keluwesan pada pencairan kredit(Hascaryani et al., 2011).

Ada beberapa faktor yang berpengaruhterhadap cerahnya prospek perkembanganperbankan syari’ah, dimana ini juga bisadibuat acuan oleh BMT, karena BMTmempunyai prinsip yang sama dengan banksyari’ah antara lain; (1) tingkat kesadaranumat Islam tentang bisnis syari’ah, (2) kua-litas SDM di bidang perbankan syari’ah, (3)minat para investor untuk membuka divisisyari’ah, (4) adanya payung hukum yangjelas dan (5) kondisi iklim perekonomianIndonesia. Pendapat ini sesuai dengan(Sjahdeini, 1999), yang mengatakan bahwatingginya respon terhadap bank Islam dipicuoleh ketidakpuasan terhadap konsep danoperasi bank konvensional. Perbedaanpandangan bahwa bunga bank itu riba jugamempengaruhi respon masyarakat terhadapLKMS (BMT). Pandangan ini sesuai denganhasil penelitian dari (Sejati, 2006) yangmenunjukkan, bahwa pandangan masya-rakat tentang bunga bank adalah haram atausyubhat berpengaruh positif dan signifikanterhadap probabilitas masyarakat untukmenabung pada bank syari’ah. Laranganriba ini, menjadikan kebutuhan masyarakatakan perbankan syari’ah atau lembagakeuangan mikro syari’ah (LKMS) sepertiBMT semakin tinggi. Realitas inilah yangmenjadikan bahwa perbankan syari’ah(BMT) harus ada.

Islam melarang umatnya meminjamkanuang dengan mengambil bunga, pengambil-an keuntungan hanya diperbolehkan dalamhal perdagangan (Rivai, 2012). Dasar per-timbangannya bahwa terhadap saudarayang miskin harus saling membantu danberbagi bukan malah merugikan, apalagimembebani pinjamannya dengan bunga,sungguh ini perbuatan dosa dan dilarangkeras oleh agama Islam. Hal ini sesuaidengan firman Allah yang termaktub dalamsurat al-Hadid ayat 11; yang menganjurkankepada umat Islam untuk selalu berbuatkebaikan, terutama ketika saudaranya mem-butuhkan yaitu dengan memberi pinjaman

tanpa bunga. Selanjutnya (Sadeq, 1992)mengatakan bahwa bunga merupakan suatubentuk ketidakadilan karena memberikandiskriminasi terhadap pembagian resikomaupun untung. Sistem bunga akan mem-batasi investasi, karena tingkat bunga ber-hubungan negatif dengan investasi.

Perkembangan BMT yang pesat akhir-akhir ini harus diikuti dengan layanan yangberbeda ala syari’ah; yaitu strategi yangtepat pada kesamaan jenis layanan yangditawarkan oleh suatu perusahaan adalahstrategi yang mempunyai keunggulankompetitif yang berkelanjutan, seperti usahayang sulit ditiru dan mempunyai keung-gulan yang tidak dimiliki oleh pesaingnya.Adapun pemasaran yang berorientasi padakonsumen, adalah pemasaran yang selalumemberikan sesuatu yang terbaik bagikonsumennya, seperti memberikan modalbagi pengusaha kecil yang menjadi tujuansosialnya. Harapan penganut Islam terhadaporganisasi yang mengaku Islam sudah jelas,bank Islam diharapkan mampu menjalankantanggung jawab lembaga terhadap masya-rakat (CSR) untuk mendapatkan legitimasiterhadap kelanjutan eksistensinya (Lewis,2001, dan Maali, 2003).

Dari hasil penelitian di atas, diketahuibahwa salah satu permasalahan yang adapada BMT pada rendahnya loyalitas nasa-bah. Permasalahan lain adalah kurangnyaprogram-program berbagi seperti CSR, danketaatan pada prinsip syari’ah yang masihtidak sesuai dengan harapan nasabah.Penggunaan responden pada nasabah pem-biayaan qardul hasan dalam penelitian inidirasa tepat, karena nasabah pembiayaanmerupakan orang yang telah menikmati“program-program CSR” dan dianggaplebih mengetahui seberapa jauh prinsipsyari’ah telah dijalankan secara benar dalamBMT Sidogiri dibanding dengan nasabahpendanaan.

Adapun permasalahan yang harusdijawab dalam penelitian ini adalah: Bagai-manakah pengaruh Ketaatan Pada prinsipSyari’ah (KPS) pada loyalitas nasabah BMTSidogiri di Jawa Timur dengan CSR sebagai

Page 26: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

106 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 104 – 121

mediasi dan bagaimana pula pengaruhlangsung CSR terhadap loyalitas nasabahBMT Sidogiri di Jawa Timur? Tujuan daripenelitian ini adalah untuk menganalisis danmenguji pengaruh ketaatan pada prinsipsyari’ah terhadap loyalitas nasabah denganCSR sebagai mediasi dan pengaruh langsungCSR terhadap loyalitas nasabah pada BMTSidogiri di Jawa Timur.

TINJAUAN TEORETISKetaatan Pada Prinsip Syari’ah (KPS)

Ketaatan pada prinsip syari’ah (KPS)merupakan suatu bentuk komitmen ataukepatuhan manusia kepada perintah-perintah atau larangan-larangan Allah yangdidasarkan pada Al-Qur’an dan Hadist.Ketaatan pada prinsip syari’ah (KPS) me-rupakan syarat mutlak yang harus dipenuhioleh lembaga keuangan yang menjalankanusahanya berdasarkan prinsip syari’ah,dikarenakan KPS merupakan perwujudandalam pemenuhan seluruh prinsip syari’ahpada semua aktivitas usaha suatu lembagakeuangan, sehingga dapat mencerminkankarakteristik dari lembaga itu sendiri,termasuk BMT. Semua hubungan, baikhubungan dengan Tuhannya maupundengan sesama manusia dalam Islam harusdidasarkan pada Al-Qur’an dan Hadist. Halini menyiratkan bahwa dalam setiap tinda-kan atau kegiatan yang dilakukan manusiadi bumi ini harus berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadist. Ajaran Islam tidak bolehhanya dipandang sebagai hal yang bersifatritual, tetapi harus diimplementasikan padasetiap kegiatan yang dilakukan oleh manu-sia. Demikian pula dengan urusan muamalahatau perekonomian, juga harus tunduk padaprinsip-prinsip syari’ah yang telah diaturberdasarkan Al-Qur’an dan Hadist.

Menurut Abdullah dan Chee (2012),suatu kegiatan muamalah yang berdasarkanprinsip syari’ah, yaitu kegiatan muamalahyang menghindari tiga larangan mendasardari keuangan syari’ah yaitu:a. Riba (bunga); Riba mencakup segala

imbal hasil uang atas uang, baik bunga itutetap atau mengambang, sederhana atau

majemuk, dan pada tingkat suku bungaberapapun.

b. Gharar (ketidakpastian); Yaitu transaksiyang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki,tidak diketahui keberadaannya, atautidak dapat diserahkan pada saattransaksi dilakukan kecuali diatur laindalam syari’ah.

c. Maisir (judi); bersifat spekulasi, dimanakedua belah pihak tidak mempunyaiinformasi yang jelas terhadap sesuatuyang diperdagangkan sehingga bisa me-rugikan salah satu pihak.

Dengan demikian, yang dimaksuddengan ketaatan pada prinsip syari’ah ada-lah ketaatan BMT menjalankan operasionalusahanya dengan tetap berpegang teguhpada prinsip-prinsip syari’ah seperti meng-hindari riba, gharar dan maisir, dimana im-plementasinya yaitu dengan jalan menerap-kan akad-akad sesuai dengan prinsipsyari’ah seperti; akad musyarakah danmudharabah, ijarah dan qardul hasan (pinjamankebajikan) dalam penyaluran dana.

Dengan melihat beberapa pendapat diatas, maka bisa ditarik suatu kesimpulanbahwa ketaatan pada prinsip syari’ah (KPS)adalah merupakan hal yang membedakanLKMS (BMT) dengan LKM konvensional.

Corporate Social Responsibility (CSR)(1) Konsep CSR

Secara konseptual, teori CSR yang di-gunakan dalam penelitian ini mengacu padakonsep sustainable development (pembangu-nan berkelanjutan) dengan menggunakanmetode triple bottom line yang dikembangkanoleh Elkington (1997) dalam bukunya ber-judul “Canibals with Forks, the Triple BottomLine of Twentieth Century Bussines.” Dalamkonsep Triple Bottom Line ditegaskan bahwaperusahaan yang ingin terus sustainabledalam kancah persaingan, perlu mem-pelajari dan memahami aspek 3P; yaituperusahaan tidak semata-mata memperhati-kan profit, tetapi perusahaan mempunyaikewajiban peduli dan aktif dalam member-dayakan masyarakat (people) sekitarnya sertaikut dalam pelestarian lingkungan (planet).

Page 27: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Pengaruh Ketaatan Pada Prinsip Syariah (KPS) ... – Asiyah 107

Dalam konsep 3 P ini, perusahaan tidakboleh hanya memikirkan perusahaan dariaspek keuangan saja tetapi harus me-nyeimbangkan faktor lain seperti planet danpeople untuk keberlanjutan kehidupan didunia. Konsep ini digambarkan melaluisegitiga dalam kehidupan stakeholders yangmesti diperhatikan perusahaan di tengahupayanya mencari profit (ekonomi), yaknilingkungan dan sosial.

Planet

Pro People

Gambar 1Konsep CSR (3P)

Sumber: Elkington dalam Suharto (2010)

Dengan demikian, perilaku atau caraperusahaan memperhatikan dan melibatkanshareholder, pekerja, pelanggan, pemasok,pemerintah, LSM, lembaga internasional danstakeholder lainnya merupakan konsep utamaCSR. Lebih jauh, CSR adalah operasi bisnisyang berkomitmen tidak hanya untukmeningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk pem-bangunan sosial-ekonomi secara holistik,melembaga, dan berkelanjutan.

Selanjutnya CSR merupakan investasibagi perusahaan untuk mendorong per-tumbuhan berkelanjutan. CSR bukan lagidilihat sebagai sentra biaya, melainkansebagai sentra laba dimasa yang akan datang(Alma; 2009). Menurut World BusinessCouncil for Sustainable Development dinyata-kan dalam buku CSR oleh Wibisono (2007);CSR merupakan suatu komitmen berke-lanjutan oleh dunia usaha untuk bertindaksecara etis dan memberikan kontribusikepada pengembangan ekonomi dari komu-nitas setempat ataupun masyarakat secaraluas, bersamaan dengan peningkatan tarafhidup pekerjanya beserta seluruh keluarga-nya. Schernerhorn dalam (Suharto; 2009),CSR adalah suatu kepedulian organisasi

bisnis untuk bertindak dengan cara-caramereka sendiri dalam melayani kepentinganorganisasi dari kepentingan public eksternal.Lebih jauh dikatakan bahwa, CSR merupa-kan cita-cita perwujudan tanggung jawabsosial perusahaan dalam bentuk tindakanyang berdasarkan etika dengan tujuan untukmeningkatkan ekonomi secara berkelanjutandisertai peningkatan kualitas hidup karya-wan beserta keluarganya sekaligus pening-katan kualitas hidup masyarakat ser danmasyarakat pada umumnya.

(2) CSR dalam Perspektif IslamCSR dalam pandangan Islam merupa-

kan sesuatu yang sudah seharusnya melekatpada LKM syari’ah (BMT), karena BMTmempunyai tujuan untuk kemaslahatan bagiorang banyak. Konsep CSR adalah konsepsaling berbagi, atau saling membantu antarsesama dengan harta atau profit yangdimiliki oleh perusahaan. Konsep ini sesuaidengan konsep BMT yang mempunyaitujuan untuk kemaslahatan orang banyak.BMT tidak hanya mempunyai tujuan eko-nomis tetapi juga mempunyai tujuan sosialyang salah satunya adalah berbagi yangdalam Islam biasa disebut dengan kewajibanmembayar zakat, sumbangan (waqof), sede-kah, pinjaman bebas bunga (qardul hasan)(Sadeghzadeh, 1995). Pendapat ini menegas-kan bahwa pemberian zakat, waqof, sedekahdan pinjaman kebajikan (pinjaman bebasbunga) termasuk dalam konsep CSR. Hal inisesuai dengan konsep berbagi dari CSR.

Larangan terhadap riba juga munculdari prinsip-prinsip keadilan sosio ekonomidalam Islam di mana tujuannya adalahmelarang beberapa distribusi kekayaan tidakadil melalui kerugian dipaksa pada satupihak atau keuntungan yang tidak dapatdiperoleh pada pihak lain (bunga tetap).Didasarkan pada latar belakang tersebutdapat disimpulkan bahwa norma dan nilaibisnis Islam konsisten dengan definisi CSR.Hal ini diperkuat dengan aturan yang adadalam Al-Qur’an yang memuat tentangamwaal (kepemilikan, kekayaan dan semuaharta benda dalam segala bentuknya). Ada-

Page 28: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

108 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 104 – 121

pun aturan-aturan yang menyangkut ten-tang kekayaan dapat dilihat dalam surat Al-Baqarah: 215. Ayat ini menjelaskan bahwaseseorang tidak boleh hanya memikirkandirinya sendiri, tetapi dia mempunyaikewajiban untuk membantu orang lain ter-utama orang miskin. Hal ini dikarenakan,sebagai manusia yang beriman, manusiamempunyai kewajiban membangun keadil-an sosial dan ekonomi agar terciptakeseimbangan hidup di dunia dan di akhirat,yang mana itu merupakan tujuan hidupseorang muslim. Dengan demikian, konsepCSR yang berbagi sudah seharusnya melekatpada BMT, yang dalam operasional usaha-nya berdasarkan pada nilai-nilai Islam(prinsip syari’ah).

CSR termasuk dalam permasalahanetika bisnis, ketika berbisnis haruslah diikutidengan tanggung jawab sosial kepada oranglain. Inilah pandangan Islam terhadap etikabisnis. Berkaitan dengan konsep tanggungjawab sosial juga, BMT berkewajiban mem-berdayakan masyarakat sekitar denganmemberikan pinjaman kebajikan (qardulhasan) kepada rakyat kecil atau pengusahakecil guna meningkatkan taraf hidup dankesejahteraan mereka. Pinjaman kebajikanini diberikan murni berdasar amal dansodaqah BMT kepada mereka yang mem-butuhkan, sehingga pemberian pinjamankebajikan ini bersifat produktif. Lebih jauhpinjaman ini tidak dikenai bunga (bebasbunga) sehingga peminjam hanya mengem-balikan sejumlah modal yang diterimanya,jadi tidak ada kelebihan/penambahan pem-bayaran. Inilah konsep hutang-piutang yangdiajarkan dalam Islam. Tambahan peng-hasilan (keuntungan) hanya diperkenankanmelalui perniagaan atau perdagangan,sedangkan dalam hal pemberian hutang,lebih mengedepankan aspek sosial.

Hal ini sesuiai dengan pendapat dariSuharto (2010), yang mengatakan bahwaCSR Islami pada hakekatnya mengedepan-kan pemberdayaan berbasis syari’ah. Ada-pun pendekatan yang bisa diterapkan dalamCSR Islami salah satunya adalah pemberian

qardul hasan, yakni program pemberianmodal yang diangsur tanpa penambahanapapun dan tujuannya untuk pemandirianusaha. CSR merupakan amal dari masya-rakat termasuk perusahaan yang benar-benar disisihkan dari keuntungan yangdidapatkan dan bukan dari menekan konsu-men, dimana hal itu untuk kemaslahatanorang banyak terutama orang tidak mampuatau miskin. Untuk lebih memperjelashubungan antara CSR dan pengembanganmasyarakat yang sesuai dengan perintahagama, maka bisa dilihat Gambar 2.

Loyalitas PelangganLembaga Keuangan Mikro Syari’ah

sebagai perusahaan yang bergerak di bidangjasa, sangat perlu meningkatkan loyalitasnasabah dengan memberikan sesuatu yangbisa menarik hati nasabah dengan cara yangtidak semata-mata untuk meningkatkanprofit, tetapi yang lebih bersifat tindakansosial seperti CSR dan ketaatan pada prinsip-prinsip syari’ah yang menjadi dasar operasi-onalnya. Keadaan ini menuntut BMT me-lakukan strategi yang tidak hanya bersifatekonomis, tetapi lebih dituntut bersifatsosial, karena nasabah sekarang lebih pintardan paham terhadap perilaku yang se-harusnya dilakukan oleh sebuah BMT.

Jadi, untuk meningkatkan loyalitas,maka BMT perlu menerapkan strategi yangbenar-benar bisa menyentuh hati nuranimasyarakat khususnya nasabah, yaitudengan memberikan zakat, amal, infaq danshodaqoh seperti yang diperintahkan dalamayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist. Lebih jauhIslam menjelaskan bahwa loyalitas berkaitanerat dengan halal-haramnya suatu produk/jasa yang ditawarkan, sehingga untuk kasuspemilihan lembaga keuangan tentunyakonsumen dalam memilih lembaga tersebutjuga akan mempertimbangkan hal tersebut.

Ini sesuai dengan anjuran dalam QS. Al-Maidah: 91 yang menjelaskan bahwa se-bagai umat Islam tidak boleh berjudi danminum-minuman keras karena akan men-jauhkan dalam mengingat Allah.

Page 29: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Pengaruh Ketaatan Pada Prinsip Syariah (KPS) ... – Asiyah 109

Gambar 2Hubungan antara CSR dan Pengembangan Masyarakat sesuai perintah agama

Sumber: Alma dan Soeharto (2009)

Demikian juga dalam hal perdaganganseharusnya menghindari hal-hal yang haramseperti riba, gharar dan maysir, karena itu bisamenimbulkan kemudharatan di dunia, se-perti yang telah dijelaskan pada uraian se-belumnya, oleh karena itu untuk me-ningkatkan loyalitas nasabah muslim, pe-laku bisnis perlu memahami syariat Islamatau larangan-larangan yang ada dalam Al-Qur’an. Dengan demikian produk atau jasayang ditawarkan dapat diterima olehkonsumen muslim.

Tjiptono (2000) juga menjelaskan be-berapa karakteristik dari pelanggan yangloyal, diantaranya 1) Melakukan pembelianulang yang konsisten; 2) Merekomendasikanproduk perusahaan kepada orang lain dan 3)Konsumen tidak mudah beralih padaproduk pesaing. Menurut Olson (1996),loyalitas pelanggan merupakan doronganperilaku untuk melakukan pembelian secaraberulang-ulang dan untuk membangunkesetiaan pelanggan terhadap suatu pro-duk/jasa yang dihasilkan oleh badan usahatersebut membutuhkan waktu yang lama

melalui suatu proses pembelian yangberulang-ulang tersebut.

Membangun loyalitas pelanggan me-rupakan kebijakan strategis bagi perusaha-an. Perusahaan memandang loyalitas pe-langgan merupakan bagian dari strategiperusahaan dalam menghadapi pesaing danmenghubungkan perusahaan dengan pasar(konsumen). Pfeifer dan Farris (2006) meng-identifikasikan loyalitas pelanggan sebagaijaminan keuntungan jangka pendek danjangka panjang bagi perusahaan.

Berdasarkan beberapa definisi dariloyalitas di atas, maka dalam penelitian inimenggunakan dimensi loyalitas berdasarkanTjiptono (2000) yang menjelaskan beberapakarakteristik dari pelanggan yang loyal,diantaranya adalah:1. Melakukan transaksi ulang yang konsisten

Pelanggan menggunakan kembali pro-duk/jasa yang sama yang ditawarkanperusahaan.

2. Merekomendasikan produk perusahaankepada orang lain. Pelanggan melakukankomunikasi dari mulut ke mulut

Buah pemahamandari Akidah, syari’ah,akhlaq, harta adalahmilik Allah

CSR

Amal

CSICorporateSocialInvestment

Pemberdayaan

PemberianPerusahaan

KedermawananSosial

Relasi Kemasyara-katan Perusahaan

PengembanganMasyarakat

Page 30: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

110 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 104 – 121

berkenaan dengan produk/jasa tersebutkepada orang lain.

3. Konsumen tidak mudah beralih padaproduk/jasa pesaing. Pelanggan tidaktertarik terhadap tawaran produk/jasasejenis dari pesaing dan akan senantiasamemakai produk/jasa tersebut.

Hasil Penelitian TerdahuluPenelitian dari Metawa dan Almossawi

(1997) mengindikasikan bahwa keputusanseleksi bank yang dibuat konsumen adalahdidominasi oleh pertimbangan religius.Kepatuhan terhadap prinsip Islam didapatisebagai kriteria seleksi yang paling penting,yang diikuti oleh tingkat return. Hal inilahyang menjadi dasar pada penelitian se-karang untuk menguji pengaruh variabelketaatan pada prinsip syari’ah terhadaployalitas nasabah bank.

Penelitian dari Omer (1992) terhadap300 muslim di Inggris menunjukkan, bahwaalasan agama merupakan motivasi utamabagi muslim di Inggris untuk memilihlembaga keuangan Islam. Lebih jauh pe-nelitian Hegazy (1995) menyimpulkan bah-wa kebanyakan nasabah bank Islam adalahMuslim yang memilih untuk mematuhihukum Islam.

Temuan penelitian ini menunjukkanbahwa sebagian besar dari konsumen men-jalin hubungan dengan bank Islam karenaalasan religius, yaitu karena bank Islammenjalankan prinsip-prinsip syari’ah. Bah-kan tiga alasan utama dari sebagian besarresponden bisa dipandang sebagai alasanreligius, karena bank Islam beroperasi sesuaidengan ajaran Islam, maka bank Islammemiliki reputasi yang baik dan menjagakeyakinan klien di dalam masalah operasidan pengungkapan informasi. Di sisi lain,alasan konvensional untuk menjalin hubu-ngan dengan sebuah bank, seperti laba, tidakbanyak mendapatkan dukungan dari pararesponden. Mereka yang menjalin hubungandengan bank Islam siap untuk menerimaberapapun return yang diberikan asalkanbank mematuhi prinsip-prinsip syari’ah danmereka mempercayai bank Islam untuk

mengelola dana mereka dan sekaligus men-jalankan ajaran agama.

Penelitian dari Fatmah (2009) menjelas-kan bahwa antara persepsi religiusitas dankepercayaan, persepsi religiusitas dan loya-litas serta kepercayaan dan loyalitas terbuktiterdapat hubungan positif dan signifikan.Berdasarkan hasil penelitian ini, makadalam penelitian ini menguji, hubunganantara ketaatan prinsip syari’ah denganloyalitas dengan menggunakan CSR sebagaimediasi. Dari hasil penelitian ini bisa di-jelaskan, bahwa untuk menghalangi ber-pindahnya nasabah ke bank (BMT) lainmaka bank (BMT) harus melakukan tinda-kan yang konkrit dalam meningkatkanloyalitas nasabah, misal dengan menjalan-kan program CSR yang bisa meningkatkanloyalitas nasabah terhadap BMT.

Hasil penelitian dari Poolthong et al.(2009), menunjukkan bahwa inisiatif CSRmempunyai peranan penting dalam perceivedservice quality, dimana pada gilirannyamempengaruhi trust dan brand effect dantemuan terakhir, CSR berpengaruh secaralangsung terhadap brand effect. Hal inimenunjukkan bahwa CSR memang bisadijadikan sebagai alat strategi pemasaranutamanya untuk meningkatkan persepsipositif nasabah terhadap sebuah bank (BMT)sebagai salah satu LKMS. Bila nasabah telahmempunyai persepsi positif pada bank(BMT), maka pada gilirannya akan semakinmeningkatkan loyalitas nasabah. Penelitianyang sedang dilakukan sekarang juga akanmenguji lebih dalam tentang hubunganantara KPS dan CSR terhadap loyalitasnasabah BMT.

Niatan pembelian ulang didapati me-miliki hubungan signifikan dan positifdengan persepsi kualitas layanan. Persepsikualitas layanan juga didapati memberikankontribusi bagi kesetiaan sikap. CSR terbuktimemiliki hubungan positif dan signifikandengan kesetiaan sikap dan persepsi kualitaslayanan. Inisiatif CSR tidak memiliki dam-pak langsung terhadap niatan pembelianulang pada bank-bank utama dari pararesponden, dan inisiatif CSR cenderung

Page 31: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Pengaruh Ketaatan Pada Prinsip Syariah (KPS) ... – Asiyah 111

untuk memiliki hubungan yang lebih kuatdengan peningkatan dalam persepsi kualitaslayanan dan kesetiaan sikap.

Hal ini menunjukkan bahwa CSR tidakbisa secara langsung mempengaruhi niatanuntuk membeli kembali, tetapi perlu di-mediasi oleh persepsi kualitas layanan, iniberarti bahwa CSR itu bersifat memberikanpenguatan terhadap persepsi dan sikapkonsumen yang nantinya bisa mendorongkepada kesetiaan sikap yang pada akhirnyaakan menciptakan keinginan untuk membelikembali, karena CSR dianggap mempunyainilai-nilai yang bisa membawa kebaikanterhadap konsumen dan masyarakat. Selainitu temuan ini juga mengindikasikan, bahwaCSR akan direspon positif oleh konsumenkalau kualitas pelayanan yang diberikanoleh BMT dianggap handal (memuaskan)atau sesuai dengan harapan yang diinginkanoleh konsumen. Berkaitan dengan hasilpenelitian tersebut, maka peneliti menilaibahwa loyalitas nasabah dapat ditingkatkandengan adanya KPS dan pelaksanaan CSRterhadap sebuah jasa keuangan. Dari duapenelitian yang telah dilakukan olehPoolthong et al. (2009 dan 2011), maka inimembuktikan bahwa KPS bisa meningkat-kan loyalitas dengan mediasi CSR.

Hipotesis PenelitianBagian ini menggambarkan model

hipotesis dari pengaruh ketaatan padaprinsip syari’ah terhadap loyalitas nasabahdengan CSR sebagai variabel mediasi.

Pengaruh KPS terhadap loyalitas nasabahdengan CSR sebagai mediasi

Penelitian dari Metawa dan Almossawi(1997) menunjukkan bahwa faktor yangmendapatkan peran penting terbesar dalamproses seleksi bank adalah faktor religius,yaitu kepatuhan terhadap prinsip Islam.Temuan ini mengindikasikan bahwa bank-bank Islam memiliki basis kekuasaan yangrelatif kuat di kalangan konsumen yangmementingkan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Islam di dalam institusi finansialyang mereka pilih.

Selanjutnya Naseret al. (1999) mengata-kan, bahwa 70 persen sepakat atau sangatsepakat dengan pendapat bahwa alasanreligius memiliki peran penting di dalammemilih bank Islam. Ini dilanjutkan dengan65 persen dari responden yang memilikihubungan dengan bank Islam karena bankIslam tidak hanya sekedar menyediakanlayanan perbankan konvensional tapimematuhi prinsip-prinsip syari’ah. Lebihjauh Ajmi (2009) menemukan bahwa:keyakinan agama Islam dan tanggung jawabsosial adalah dua faktor penting yangmenentukan pilihan bank.

Sejumlah ayat dalam Al-Qur'an danhadist nabi menetapkan apa yang harusdilakukan agar membangun keadilan sosioekonomi dengan bertanggung jawab secarasosial. Beberapa contohnya adalah kewaji-ban membayar zakat, sumbangan (waqof),sedekah, pinjaman bebas bunga (Sadegh-zadeh, 1995) dalam Farouk (2011).

Keberagaman (religiusitas) diwujudkandalam berbagai aspek kehidupan manusia.Aktifitas beragama tidak terjadi hanya ketikaseseorang melakukan perilaku ritual saja.Akan tetapi diapresiasikan ke dalam ke-hidupan sosial kemasyarakatan, termasukpraktek perbankan sebagai bagian darimuamalah ekonomi. Nasution (1973) dalamMuclis (2011), menyebutnya sebagai inter-nalisasi nilai-nilai ajaran agama yangdiyakini tidak mustahil dan tidak ber-tentangan dengan logika yang kemudiandiekspresikan dalam kehidupan sosial ke-masyarakatan. Dengan demikian religiusitasmencakup keadaan yang terdapat dalam diriseseorang yang mendorongnya berpikir,bersikap, bertingkah laku, dan bertindaksesuai dengan ajaran agamanya.

Didasarkan pada latar belakang tersebutdapat disimpulkan bahwa norma dan nilaibisnis Islam konsisten dengan definisi CSR.Selanjutnya, ajaran-ajaran agama yang telahdipahami dapat menjadi pendorong ke-hidupan individu dalam berinteraksidengan Tuhan dan sesama manusia, bahkandengan alam (Mehboob ul Hassan, 2007).Sifat kepatuhan terhadap prinsip-prinsip

Page 32: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

112 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 104 – 121

dan hukum Islam dari sudut pandang Islammemandang tidak saja sebagai jaminankepatuhan terhadap penerbitan laporansyari’ah, tetapi juga keterlibatan lebih besardalam aktivitas CSR termasuk peng-ungkapan CSR (Farook et al., 2011). Perananbank dalam menciptakan kesempatan kreditbagi seluruh entrepreneur kecil dipandangsebagai satu aspek penting dalam me-ngembangkan masyarakat.

Selanjutnya, dibuktikan oleh penelitianini bahwa jumlah bank di Timur Tengah danAsia Selatan telah menggunakan aspekpertanggungjawaban sosial dalam operasimereka sebagai aplikasi dari prinsip-prinsipIslam.

Komitmen kuat Islam terhadap keadilandan persaudaraan menuntut bahwa organi-sasi bisnis harus memperhatikan orang-orang yang membutuhkan. Amal dalamIslam adalah satu-satunya kebajikan yangsangat dihargai oleh umat manusia (Hassanet al., 2009). Maka;H1 : KPS berpengaruh positif terhadap

loyalitas nasabah dengan CSR sebagaimediasi dengan penjelasan sebagaiberikut:

H1a : KPS berpengaruh positif terhadaployalitas nasabah

H1b : KPS berpengaruh positif terhadap CSRH1c : CSR berpengaruh positif terhadap

loyalitas nasabah

Gambar 3Model Penelitian

METODE PENELITIANJenis penelitian ini merupakan pe-

nelitian explanatory (penjelasan), yaitu pe-nelitian yang bertujuan untuk menjelaskanhubungan sebab akibat antara beberapasituasi yang digambarkan dalam variabel,kemudian ditarik suatu kesimpulan umum.Penelitian ini merupakan penelitian kuanti-tatif yang bertujuan untuk mengembangkanpengetahuan melalui pengujian terhadaphipotesa yang diajukan, melakukan peng-ukuran dan observasi, serta menguji suatuteori. Penelitian ini menggunakan samplingpurposive yaitu teknik penentuan sampeldengan pertimbangan tertentu. Adanyaketerbatasan peneliti dalam meneliti semuacabang BMT Sidogiri berada, maka lokasi

dipilih mengacu pada keberadaan BankIndonesia yang ada wilayah Jawa Timur danberdasarkan pada cabang yang dapat mem-berikan pinjaman qardul hasan yang tinggimencapai Rp.2.000.000,- dan termasuk ca-bang yang jumlah nasabah qardul hasannyaterbanyak. Adapun urutan cabang BMTSidogiri yang mempunyai nasabah terbesaradalah cabang Pasuruan, Malang, Surabayadan Mojokerto (informasi bagian pemasa-ran).

Populasi sasaran dalam penelitian iniadalah seluruh nasabah pembiayaan qardulhasan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Sidogiriyang berada di Jawa Timur. Teknikpengambilan sampel dalam penelitian iniadalah non probability sampling dikarenakan

SR

KPS

Loyalitas

H1a

H1b

H1c

Page 33: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Pengaruh Ketaatan Pada Prinsip Syariah (KPS) ... – Asiyah 113

yang menjadi obyek penelitian ini adalahnasabah yang menerima pinjaman kebajikan(qardul hasan) dari BMT Sidogiri danjumlahnya tidak diketahui secara pastikarena bersifat rahasia, dan nasabah tidakmempunyai tabungan di lembaga keuanganyang lain.

Berdasarkan pertimbangan estimasikemungkinan maksimum, jumlah sampelsebesar 80 sudah dapat memberikan hasilyang valid, tetapi jumlah sampel sekecil initidak direkomendasikan dan ukuran sampelminimum yang tepat dalam penelitianadalah minimum 100 responden Hair et al.(1992). Berdasarkan pendapat tersebut, jum-lah sampel dalam penelitian ini ditetapkansebanyak 200 orang nasabah, untukmengantisipasi kuesioner tidak kembali atautidak layak untuk dilakukan pengujian lebihlanjut.

Kuesioner diisi oleh nasabah pem-biayaan qardul hasan BMT Sidogiri di JawaTimur yang berada di cabang Pasuruan,Malang, Surabaya dan Mojokerto. Dalammemilih nasabah yang menjadi sampeldilakukan dengan metode Judment sampling(pertimbangan tertentu) dengan kriteriasebagai berikut: (1) Nasabah yang menerimapinjaman kebajikan (qardul hasan) dariBMTSidogiri JawaTimur; (2) Minimal telahmenjadi nasabah BMT Sidogiri selama 1tahun; (3) Nasabah hanya mempunyaitabungan di BMT Sidogiri, ketika penelitianini dilakukan; (4) Ditemui di lokasipenelitian.

Alat pengumpulan data pada penelitianini adalah kuesioner yang akan diberikankepada responden. Kuesioner ini berisisejumlah daftar pertanyaan/pernyataantertulis dimana responden diminta untukmenjawab atau memberikan tanggapan atasapa yang telah mereka rasakan dan harap-kan sesuai dengan kenyataan yang ada.

Pengukuran skor untuk item-item per-tanyaan terhadap permasalahan yang ditelitimenggunakan skala Likert, satu sampaidengan lima tingkatan skala yang meng-hasilkan respon terhadap sebuah stimuliyang disajikan dalam bentuk kategori yang

menyatakan sebuah sikap atau keterangantertentu dari responden Ferdinand (2011).Kriteria pernyataan positif dalam variabelpenelitian adalah 1 = sangat tidak setuju, 2 =tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangatsetuju.

Definisi Operasional VariabelKetaatan pada prinsip syari’ah adalah

ketaatan pada aturan perjanjian berdasarkanhukum Islam antara BMT Sidogiri dengannasabah pembiayaan yang menerima pinja-man kebajikan, dimana pelaksanaannyaharus memenuhi prinsip-prinsip syari’ah,seperti tidak mengandung unsur Riba(bunga bank), Gharar (untung-untungan)dan Maysir (Judi) yang dilarang dalam akad-akad keuangan Islami.

Indikator ketaatan pada prinsip syari’ahadalah :1. Larangan Riba, yaitu larangan penam-

bahan pendapatan secara tidak sah antaralain dalam transaksi pertukaran barangsejenis yang tidak sama kualitas, kuan-titas, dan waktu penyerahan, atau dalamtransaksi pinjam-meminjam yang mem-persyaratkan nasabah penerima fasilitasmengembalikan dana yang diterima me-lebihi pokok pinjaman karena berjalannyawaktu;

2. Larangan Gharar, yaitu larangan transaksiyang obyeknya tidak jelas, tidak dimiliki,tidak diketahui keberadaannya, atautidak dapat diserahkan pada saat tran-saksi dilakukan kecuali diatur lain dalamsyari’ah;

3. Larangan Maysir, yaitu larangan transaksiyang digantungkan kepada suatu ke-adaan yang tidak pasti dan bersifatuntung-untungan. Atau, meminjam uanguntuk berspekulasi pada pergerakanmata uang.

Corporate Social Responsibility (CSR)Corporate Social Responsibility (CSR)

merupakan kegiatan BMT Sidogiri dalammemberikan kredit atau modal usaha dalambentuk pinjaman kebajikan (qardul hasan)

Page 34: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

114 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 104 – 121

untuk memberdayakan masyarakat kecil/tidak mampu serta membina hubungannyadengan nasabah. Indikator CSR adalah se-bagai berikut: Bravo, et al., 2009.1. Pinjaman kebajikan; pemberian kredit

tanpa bunga untuk tujuan produktif yangdiberikan BMT Sidogiri pada masyarakatyang membutuhkan seperti orang miskindan pengusaha kecil,

2. Hubungan dengan konsumen; usaha-usaha BMT Sidogiri dalam menjagahubungan baiknya dengan nasabah danhak-hak nasabahnya.

Loyalitas NasabahLoyalitas nasabah adalah sikap positif

dan komitmen nasabah terhadap BMTSidogiri, untuk tetap meneruskan hubungandan menggunakan jasanya di masa yangakan datang (adanya transaksi yang ber-ulang kali).

Indikator untuk mengukur loyalitasnasabah diadaptasi dari Peter dan Olson(1996) dan Tjiptono (2000) yaitu:1. Transaksi ulang yaitu keinginan nasabah

untuk tetap menggunakan dan menam-bah transaksi dengan BMT Sidogiri padawaktu yang lain.

2. Memberikan informasi pada orang lainyaitu rekomendasi dan promosi produkdari nasabah BMT kepada nasabahlainnya.

3. Ketahanan untuk tidak berpindah padabank lain, yaitu keinginan nasabah untuktetap setia menjadi nasabah BMT.

Uji Validitas dan ReliabilitasBerdasarkan uji validitas, seluruh item

penelitian diperoleh nilai probabilitas semuaitem kurang dari 0,05 dan seluruh nilaikorelasi (r hitung) lebih besar dari r tabel (rhitung > 0,355) sehingga disimpulkan bahwasemua pertanyaan pada masing-masingvariabel Ketaatan pada Prinsip Syari’ah, CSR,dan Loyalitas telah valid.

Hasil pengujian reliabilitas menunjuk-kan bahwa nilai koefisien reliabilitas masing-masing variabel Ketaatan pada PrinsipSyari’ah, CSR, dan Loyalitas lebih besar dari

0,6. Jadi, bisa disimpulkan bahwa pertanya-an pada masing-masing variabel Ketaatanpada Prinsip Syari’ah, CSR, dan Loyalitasdapat diandalkan (reliabel).

Teknik Analisis DataTeknik analisis data dalam penelitian ini

menggunakan Partial Least Square (PLS). PLSdigunakan, karena dalam penelitian inimenggunakan teori berdasar Al-Qur’anyang tidak bersifat universal, maksudnyakebenarannya hanya diakui oleh orang Islam(muslim) saja. Dengan demikian, pengguna-an PLS dirasa tepat. Alasan lain dari peng-gunaan teknik ini adalah, PLS tidak me-nganjurkan sampel besar maupun banyakasumsi, sehingga dipandang lebih ungguldibanding SEM. Selain itu PLS juga bisadigunakan pada variabel yang bersifatreflektif maupun formatif, sehingga PLS bisadikatakan lebih bagus daripada SEM. Danyang terakhir PLS mempunyai kegunaanuntuk eksplanasi, prediksi, konfirmasi mau-pun untuk mengembangkan teori.

ANALISIS DAN PEMBAHASANHasil Pengujian koefisien jalur danpengaruh langsung dapat dijelaskansebagai berikut:H1a : Terdapat hubungan langsung antara

KPS dengan loyalitas nasabahHasil pengujian pengaruh ketaatan

pada prinsip syari’ah terhadap loyalitasdapat dibuktikan dengan nilai estimatekoefisien jalur sebesar 0,173, dengan arahpositif. Koefisien jalur bertanda positif me-miliki arti hubungan antara ketaataan padaprinsip syari’ah dengan loyalitas nasabahadalah searah. Dengan menggunakan tarafsignifikansi 0,05 diperoleh t tabel sebesar1,96 dan ini menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar 1,551 lebih kecil dari pada ttabel. Analisis ini memberikan keputusanbahwa koefisien regresi tersebut adalahtidak signifikan. Hasil pengujian ini men-jelaskan bahwa semakin tinggi ketaatanBMT pada prinsip syari’ah, tidak secaraotomatis meningkatkan tingkat loyalitasnasabah. Artinya, ketaataan pada prinsip

Page 35: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Pengaruh Ketaatan Pada Prinsip Syariah (KPS) ... – Asiyah 115

syari’ah yang baik belum berpengaruh nyataterhadap tingginya loyalitas nasabah, dalamartian masih ada variabel lain selain ketaatanpada prinsip syari’ah yang dapat meningkat-kan loyalitas nasabah secara langsung atausecara cepat. Hasil penelitian ini tidakmendukung adanya pengaruh langsung dariketaatan pada prinsip syari’ah terhadaployalitas nasabah.H1b : Terdapat hubungan langsung antara

KPS dengan CSRBerdasarkan hasil analisis data diper-

oleh bahwa nilai estimasi koefisien jalurpengaruh langsung ketaataan pada prinsipsyari’ah terhadap CSR sebesar 0,543, denganarah positif. Koefisien jalur bertanda positifmemiliki arti hubungan antara ketaataanpada prinsip syari’ah dengan CSR adalahsearah. Hasil ini dapat pula dibuktikandengan nilai titik kritis sebesar 6,977. Denganmenggunakan taraf signifikansi 0,05 diper-oleh t tabel sebesar 1,96 dan ini menunjukkanbahwa nilai t hitung lebih besar dari pada ttabel. Analisis ini memberikan keputusanbahwa koefisien regresi tersebut adalahsignifikan. Hasil ini memberikan kesimpulanbahwa data hasil penelitian mendukungadanya pengaruh langsung dari ketaatanpada prinsip syari’ah terhadap CSR. Hasilpengujian membuktikan semakin tinggiketaatan BMT pada prinsip syari’ah,semakin besar/baik pula CSR yangdiberikan oleh BMT Sidogiri. Artinya,

ketaataan pada prin- sip syari’ah yang baikakan berpengaruh nyata terhadap besarnyaCSR yang diberi- kan oleh BMT, sehinggahasil ini didukung oleh fakta empiris padaobyek penelitian ini.H1c : Terdapat hubungan antara CSR dengan

loyalitas nasabahBerdasarkan hasil analisis data diper-

oleh bahwa nilai estimasi koefisien jalurpengaruh langsung CSR terhadap loyalitasnasabah sebesar 0,322 dengan arah positif.Koefisien jalur bertanda positif memiliki artihubungan antara CSR dengan loyalitasadalah searah. Hasil ini dapat pula dibukti-kan dengan nilai titik kritis sebesar 2,536.Dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05diperoleh t tabel sebesar 1,96 dan ini me-nunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besardari pada t tabel. Analisis ini memberikankeputusan bahwa koefisien regresi tersebutadalah signifikan. Hasil ini memberikankesimpulan bahwa data hasil penelitianmendukung adanya pengaruh langsung dariCSR terhadap loyalitas. Hasil pengujianmembuktikan semakin besar CSR yangdiberikan BMT, semakin tinggi pula loyalitasnasabah pada BMT Sidogiri. Artinya, sema-kin baik pelaksanaan CSR pada BMTSidogiri akan berpengaruh nyata terhadaptingginya loyalitas nasabah, sehingga hasilini didukung oleh fakta empiris pada obyekpenelitian ini.

Tabel 1Hasil Model PLS

Hasil Pengujian Pengaruh Langsung antar variabel

OriginalSampleEstimate

Mean ofsubsamples

Standarddeviation

t-statistic Ket

KPS -> Loyalitas 0.173 0.187 0.112 1.551 TidakSignifikan

CSR -> Loyalitas 0.322 0.308 0.127 2.536 SignifikanKPS -> CSR 0.543 0.555 .0078 6.977 Signifikan

Sumber: Hasil Olahan PLS, Tahun 2015

Page 36: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

116 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 104 – 121

Pengaruh Ketaatan pada prinsip syari’ah(KPS) terhadap loyalitas nasabah denganCSR sebagai mediasi

Pada penelitian ini, CSR merupakanvariabel penting sebagai mediasi pengaruhKPS terhadap loyalitas nasabah karena KPSyang tinggi akan dicerminkan oleh ke-mampuan KPS dalam meningkatkan CSR,misalnya semakin baik KPS yang dijalankanoleh BMT, tentunya akan semakin baguspelaksanaan CSR yang ada pada BMT ter-sebut. CSR yang berbentuk pinjaman ke-bajikan dan hubungan baik dengan konsu-men inilah yang mendorong nasabah untukberperilaku loyal terhadap BMT Sidogiri.Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil pe-nelitian dari (Sulayman, 1976); (Sadegh-zadeh, 1995); (Fatmah, 2009) dan (Farook,2011) yang mengatakan bahwa sifat ke-patuhan terhadap prinsip-prinsip dan hu-kum Islam dari sudut pandang Islam me-mandang tidak saja sebagai jaminan ke-patuhan terhadap penerbitan laporan syari-ah, tetapi juga keterlibatan lebih besar dalamaktivitas CSR termasuk pengungkapan CSR.Dalam Islam, amal adalah satu-satunyakebajikan yang sangat dihargai oleh umatmanusia. Allah akan mencabut berkah daririba, tetapi akan meningkatkan berkah dariamal (Hadist Muslem). Temuan ini sesuaidengan janji Allah SWT seperti yangdifirmankan dalam Al-Qur’an surat al-Hadad ayat 11:

“Barang siapa yang meminjami Allahpinjaman yang baik, Allah akan melipatgandakan baginya dan di sisi-Nyapahala berlimpah dan lebih mulia.”Dan ini menjelaskan bahwa amal baik

seperti memberikan hutang tanpa bungaakan mendapat keberkahan, dimana ke-berkahan yang dapat dirasakan oleh BMTSidogiri sekarang adalah loyalitas yangtinggi dari nasabahnya. Lebih jauh, aturan-aturan yang menyangkut tentang kekayaandapat dilihat dalam surat Al-Baqarah: 215:Ayat diatas membuktikan bahwa Al-Qur’anitu benar adanya karena Al-Qur’an merupa-kan pedoman hidup umat manusia khusus-nya umat Islam yang datang dari Allah,

sehingga siapapun yang berbuat baik akanmendapat ridho dari Allah SWT sesuaijanjinya dalam Al-Qur’an. BMT Sidogirimendapatkan keberkahan dari CSR yangdilakukannya dengan penuh keikhlasan dankerja keras tanpa mengenal lelah berupaloyalitas nasabah yang tinggi. Kalau hal inidihubungkan dengan penilaian respondenterhadap loyalitas nasabah BMT yangsebagian besar telah memberikan penilaianbaik khususnya indikator ketahanan untuktidak berpindah pada BMT lain dengan nilai4,07.

Demikian pula dengan nilai estimasiloading yang memiliki nilai tertinggi jugasama yaitu ketahanan untuk tidak berpindahpada BMT lain dengan nilai 0,818. Hal inimengindikasikan bahwa dalam pandanganresponden indikator ketahanan untuk tidakberpindah merupakan indikator dominandalam meningkatkan loyalitas, dan indikatorini sejalan dengan apa yang telah dilakukanoleh BMT Sidogiri dalam mempertahankanloyalitas nasabah, seperti tercermin padakesetiaan nasabah terhadap BMT, meskinisbah bagi hasil kecil dan kecintaan nasabahterhadap seluruh produk-produk BMT.

Dengan modal loyalitas dari nasabah,BMT Sidogiri menjadi BMT yang ber-kembang pesat sampai wilayah operasinyamencakup wilayah Jawa Timur. Prestasi initidak mudah diraih untuk ukuran lembagakeuangan kecil yang berbasis syari’ah sepertiBMT yang dalam operasionalnya memangmelayani masyarakat menengah bawah danusaha kecil. Akan tetapi kesuksesan initercapai berkat do’a dari para nasabah danorang-orang di sekitarnya yang telahmenikmati CSR, hasil penelitian ini sesuaidengan penelitian dari (Siswanto, 2013),yang menjelaskan bahwa CSR menghasilkando’a bagi perusahaan yang menjalankannyadengan kontinyu dan ikhlas. Hal ini terjadikarena pihak yang menerima CSR mem-punyai tanggung jawab moral untuk men-doakan perusahaan pemberi CSR agar dapatterus berkembang dan bertambah besar daninilah yang telah dilakukan oleh BMTSidogiri.

Page 37: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Pengaruh Ketaatan Pada Prinsip Syariah (KPS) ... – Asiyah 117

Gambar 4Hubungan Tidak Langsung Antara KPS terhadap Loyalitas dengan CSR sebagai mediasiSumber: Hasil Olahan, PLS 2015

Untuk mendukung peran CSR sebagaivariabel mediasi, maka bisa dilihat darihubungan langsung antara Ketaatan padaprinsip syari’ah (KPS) terhadap loyalitasnasabah yang terbukti tidak signifikan. Halini menjelaskan bahwasanya loyalitas nasa-bah terbentuk tidak hanya semata-matakarena BMT menerapkan prinsip syari’ahpada operasional kerjanya, tetapi nasabahjuga perlu “bukti” atau manfaat apa yangtelah diberikan oleh BMT dengan diber-lakukannya prinsip syari’ah pada nasabah-nya. Disini, BMT Sidogiri sebagai lembagakeuangan mikro syari’ah telah menerapkanCSR (pemberian pinjaman kebajikan dandukungan pada konsumen). CSR berupapinjaman kebajikan yang diberikan kepadanasabah kurang mampu inilah yang mem-punyai daya tarik tersendiri bagi nasabahdalam melakukan transaksi keuangan pada

BMT, sehingga nasabah merasa bahwa BMTSidogiri merupakan BMT yang layak untukdijadikan sebagai mitra atau tempat untukmelakukan transaksi keuangan dibandinglembaga keuangan lain. BMT Sidogiri di-anggap telah mengintegrasikan prinsipsyari’ah pada aspek bisnis yang telah di-jalankannya. Fenomena ini, kalau dihubung-kan dengan karakteristik responden yangsebagian besar berpenghasilan rendahantara 1–2 juta sebesar 44,1%, berpendidikanSD sebesar 47,8% dan pekerjaan wiraswatasebesar 45,6%, maka pemberian pinjamankebajikan yang diberikan oleh BMT Sidogirikepada nasabah ini sudah tepat sasaran dansesuai dengan prinsip pemberdayaanmasyarakat, yaitu memandirikan ekonomimasyarakat serta sesuai dengan tujuan BMT.Pemberian pinjaman kebajikan ini jugasesuai dengan yang disampaikan oleh Al-

Page 38: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

118 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 104 – 121

Zuhayli (2003) yang menegaskan prioritaspinjaman atas amal didasarkan pada hadistsahih dari Nabi Muhammad. Ini adalahriwayat pada otoritas 'Arras bahwa Rasulul-lah (saw) mengatakan:

"Pada hari sayanaik ke surga (Laylatul-qadr), aku melihat tulisan dipintu surgayang berbunyi: "Setiap amal dihargaisepuluhkali lipatdan setiap pinjamandihargai delapan belas kali'. Jadi, sayabertanya kepada malaikat, Jibril, me-ngapa pinjaman dihargai lebih dariamal? Malaikat itu menjawab, "Karenaseseorang mungkin bertanya untukamal ketika iatidak membutuhkannya,tetapi peminjam hanya meminjam padasaat membutuhkan.”Hal inilah yang menjadi dasar ter-

bentuknya loyalitas nasabah pada BMTSidogiri; yaitu melakukan suatu programyang sangat bermanfaat seperti CSR. Akantetapi, ke depan BMT harus memperbaikidan meningkatkan ketaatannya dalammenerapkan prinsip syari’ah, karena dalampelaksanaannya BMT masih mengutamakanpencegahan larangan riba daripada gharardan maysir seperti harapan nasabah. BMTSidogiri telah berusaha keras dalam menjagatransaksi keuangannya agar terhindar daririba, gharar maupun maysir. Adapun contohtindakan yang sudah dilakukan oleh BMTdalam menghindari gharar dan maysir adalahmemastikan bahwa uang pinjaman yang didapat dari BMT tidak diselewengkan ataubenar-benar digunakan sesuai dengan akadyang disepakati, juga memastikan barangyang diperjualbelikan oleh nasabah tidakmengandung unsur haram. Untuk meng-hindari uang pinjaman diselewengkannasabah, maka karyawan BMT rela setiaphari mengunjungi nasabah, sehingga kondisinasabah terkontrol, baik kemampuan dalammembayar maupun jenis usaha yang tengahdilakukan. Strategi-strategi yang telah di-lakukan ini jika dihubungkan dengankarakteristik responden yang sebagian besarkalangan bawah, bisa dikatakan berhasildengan baik dalam menjaga keberlanjutanCSR selama ini.

Lebih jauh bisa dikemukakan, bahwaketatnya BMT Sidogiri dalam menjalankanprinsip syari’ah terbukti dengan terjaganyapinjaman kebajikan untuk terhindar dariunsur-unsur riba, gharar, dan maysir terbilangcukup berhasil. Hal ini bisa dibuktikandengan indikator pertama dari CSR yaitupinjaman kebajikan; dimana tidak dikena-kannya tambahan jumlah pengembalianterhadap pinjaman kebajikan. Pinjamankebajikan dikembalikan hanya pokoknyasaja, pinjaman kebajikan hanya dikenai biayaadministrasi, yang besarnya tidak lebih dari1% dari jumlah pinjaman. Strategi ini mem-buat nasabah tidak mengalami kesulitanatau keberatan dalam mengembalikanpinjamannya. Dana yang telah dipinjam olehnasabah terhindar dari kredit macet yangbisa mengakibatkan turunnya jumlah danapinjaman kebajikan yang akan diberikankepada nasabah lain. Tidak adanya kreditmacet pada jenis pinjaman kebajikan,menjadikan dana pinjaman kebajikan lambatlaun akan berkembang dan besar jumlahnya.Semakin taat BMT Sidogiri dalam menerap-kan prinsip syari’ah dalam transaksi keua-ngannya, maka akan semakin besar puladana CSR yang dapat diberikan oleh BMTSidogiri terhadap nasabahnya.

Praktik pemberian pinjaman kebajikanini sudah sesuai dengan pendapat Qardawi(1998) terhadap hadist yang artinya: “Setiappinjaman yang mempunyai keuntungan adalahriba”. Beliau menyebutkan bahwa riba ada-lah hadiah atau keuntungan yang ditentu-kan sebagai syarat dalam perjanjian yangsudah disepakati sebelumnya. Dengan demi-kian, pinjaman qardul hasan yang dijalankanoleh BMT Sidogiri tidak termasuk riba,karena dalam pelaksanaannya tidak men-syaratkan imbalan tertentu dalam kesepakanawal, dan ini sudah sesuai dengan syariatIslam atau prinsip-prinsip syari’ah.

Selanjutnya indikator kedua dari CSRyaitu keharmonisan hubungan dengannasabah, dengan ketatnya BMT Sidogiridalam menjalankan prinsip syari’ah, makanasabah akan merasa dibina, dijaga dandiperhatikan dalam hal pelunasan pinjaman-

Page 39: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Pengaruh Ketaatan Pada Prinsip Syariah (KPS) ... – Asiyah 119

nya. Hal ini menyebabkan hubungan antaranasabah dengan BMT terjalin dengan baikkarena akan meminimalisir nasabah yangterlambat atau tidak bisa mengembalikanpinjamannya sesuai dengan akad yang telahdisepakati. Jadi dengan semakin tertibnyanasabah dalam melunasi hutangnya, makaakan semakin baik hubungannya denganBMT. Hasil penelitian ini memperkuatpenelitian terdahulu dari Awan dan Bukhari(2011), yang menemukan bahwa loyalitasterbentuk tidak hanya dari ketaatan bankterhadap prinsip syari’ah, akan tetapiloyalitas juga terbentuk karena adanyaalasan eko- nomi seperti kualitas jasa dannilai lebih produk yang di tawarkan olehbank. Pe- nelitian ini juga mendukungpenelitian El Junusi (2009), yangmenemukan bahwa komitmen agamaberpengaruh terhadap loyalitas, denganmelalui mediator kepuas- an. Hasilpenelitian ini juga sesuai dengan literaturdari Alma dan Priansa (2009) yangdimodifikasi oleh Suharto; dimana CSRterbentuk dari pengembangan pemahamanaqidah, syari’ah, akhlaq, dimana harta adalahmilik Allah SWT.

Menurut buku ini CSR terbentuk karenakeimanan manusia terhadap segala yangdiperintahkan oleh Allah (aqidah, syari’ah,akhlaq, harta adalah milik Allah), sehinggasegala bentuk tindakan yang dilakukan olehmanusia (organisasi) harus merujuk padaaturan-aturan yang telah dibuatNya. Di-jelaskan, bahwa organisasi (yang didalam-nya adalah manusia) harus menginte-grasikan aturan-aturan Allah itu dalamoperasi bisnisnya. Seperti kepedulian ter-hadap sesama yang merupakan perintahAllah sebagai orang yang beriman, makaharus mengimplementasikan keimanan(aqidah), syari’ah, akhlaq, tersebut dalam ke-hidupan sehari-hari baik dalam ritual ibadahmaupun bermuamalah seperti pada duniabisnis. Konsep ini biasa disebut dengancorporate social responsibility (CSR). Dengandemikian, BMT Sidogiri telah membuktikanbahwa dengan mengimplementasikan aqi-dah, syari’ah, dan akhlaq dalam kehidupan

bisnis mereka, BMT Sidogiri menjelma men-jadi BMT yang berkembang melebihiharapannya.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,dapat dikemukakan beberapa kesimpulansebagai berikut: (1) Temuan dari penelitianini membuktikan bahwa ketaatan padaprinsip syari’ah (KPS) dapat meningkatkanloyalitas nasabah BMT Sidogiri melalui CSRdan kepercayaan sebagai mediasi. Hal inimenjadi bukti barang siapa menjalankanperintah agama secara baik dan benar, makaAllah SWT memenuhi janjinya dengankeberkahan, dalam hal BMT Sidogiri men-dapatkan loyalitas yang tinggi dari nasabah-nya; (2) Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa CSR secara nyata memberikankontribusi dalam meningkatkan loyalitasnasabah. CSR bukan hanya menyangkutpemenuhan kewajiban secara hukum, moraldan aturan pemerintah, tetapi juga sebagaiaplikasi akhlak dan perilaku sebagai seorangmuslim sehingga CSR harus dipandangsebagai bentuk amal/sedekah yang harusselalu ditambah sebagai bentuk ketaatanmanusia kepada Allah SWT; (3) Kepercaya-an itu mempunyai peranan yang sangatpenting dalam membentuk loyalitas nasa-bah, sehingga BMT yang dikelola denganprinsip syari’ah harus berupaya meningkat-kan kepercayaan masyarakat dalam segalakeputusan dan strategi pengembanganusahanya. BMT harus menghindari riba,gharar dan maysir, selalu jujur dan menjagatransparansi dalam setiap transaksi keua-ngannya supaya kadar kepercayaan masya-rakat terus meningkat; (4) Temuan penelitianini membuktikan, baik CSR maupun trust itusangat penting artinya bagi loyalitas nasa-bah, karena dengan menjalankan CSR yangmerupakan simbol kedermawanan dan trustsebagai simbol kejujuran dan amanah, makaBMT mendapat kepercayaan dan loyalitasyang tinggi dari nasabahnya; (5) Hasilpenelitian ini memberikan bukti secaraempiris, bahwa loyalitas nasabah tidak

Page 40: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

120 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 104 – 121

hanya terbentuk dari aspek agama atauekonomi saja, melainkan juga terbentuk daritiga aspek yaitu agama, ekonomi dan sosial.

SaranBerdasarkan hasil dan simpulan pe-

nelitian, dapat dikemukakan beberapa saranyang dapat direkomendasikan dalampenelitian ini, adalah: (1) Disarankan kepadapihak pimpinan BMT Sidogiri Jawa Timuruntuk tetap menjalankan CSR seperti mem-pertahankan dan meningkatkan pemberianpinjaman kebajikan (qardul hasan) yang telahdilakukan selama ini, demikian pulahubungan dengan konsumen yang telahterjalin dengan baik selama ini juga perluditingkatkan. Ke depan, BMT Sidogiri perlumengembangkan program-program CSR kearah yang lebih baik lagi seperti memberikanpelatihan-pelatihan usaha berbasis syari’ahdan pendampingan terhadap pengusahamikro, sehingga pemberdayaan yang di-lakukan oleh BMT Sidogiri lebih bermanfaatbagi masyarakat banyak; (2) Untuk me-ningkatkan kepercayaan, pihak BMT Sido-giri disarankan untuk tetap menjaga danmeningkatkan perilaku ihsannya sertakredibilitasnya dimata nasabah, sehinggaloyalitas nasabah BMT Sidogiri bisadipertahankan dan ditingkatkan. Ke depan,BMT Sidogiri perlu meningkatkan kualitaspelayanan, integritas dan kinerjanya, agarBMT Sidogiri lebih berkembang lagi; (3)Hasil temuan ini memberikan masukan bagipihak pimpinan BMT, bahwa untuk me-ningkatkan loyalitas nasabah selain men-jalankan CSR dan menjaga kepercayaannasabah. BMT juga dituntut menjalankanprinsip syari’ah dengan baik dan benar,sehingga pelaksanaan CSR dan kepercayaannasabah tetap terjaga dengan baik, yangpada akhirnya bisa meningkatkan loyalitasnasabah.

DAFTAR PUSTAKAAbdullah, D. V. dan K. Chee. 2012. Keuangan

Syari’ah; Cara Mudah Memahami Prinsip,Praktik, Prospek, dan Keunggulan Keua-ngan Islam di Zaman Kita. Zaman. Jakarta.

Almossawi, M. 2009. Bank selection criteriaemployed by college students in Bah-rain: an empirical analysis. InternationalJournal of Bank Marketing 19(3): 115-25.

Awan, H. dan K. S. Bukhari. 2011.Customer's criteria for selecting anIslamic bank: evidence from Pakistan.Journal of Islamic Marketing.

Bravo, R. Teresa, M. and Pina, J. M. 2009. Therole of bank image for customers versusnon-customers. International Journal ofBank Marketing 27(4): 315-334

El-Junusi, R. 2009. Pengaruh Atribut ProdukIslam, Komitmen Agama, Kualitas Jasa,Dan Kepercayaan Terhadap KepuasanDan Loyalitas Nasabah Bank Syari’ah(Pada Bank Muamalat Semarang). the9th Annual Conference on Islamic Studies(ACIS).

Farook, S. Hassan, M.K. and Lanis, R. 2011.Determinants of corporate socialresponsibility disclosure: the case ofIslamic banks. Journal of Islamic Accoun-ting and Business Research 2(2): 114–141.

Fatmah. 2009. Perilaku Konsumen Muslim:Religious Motive dan Economic Motivedalam Proses Pengambilan Keputusan.Jurnal Fakultas Ekonomi UniversitasMuhammadiyah Surabaya.

Hassan dan S. A. Latiff. 2009. Corporatesocial responsibility of Islamic financialinstitutions and businesses: Optimizingcharity value. Humanomics 25(3): 177-188.

Hegazy, I. 1995. An Empirical ComparativeStudy between Islamic and CommercialBanks’ Selection Criteria in Egypt.International Journal of Commerce andmanagement 5(3): 46-61.

Hascaryani. 2011. Metafora risk and ReturnSebagai Dasar Pengembangan BaitulMaal Waat Tamwil (BMT) Yang Man-diri. Journal of Indonesian Applied Econo-mics 5(1): 93-109.

Jazim A. A. 2009. Client of conventional andIslamic banks in Bahrain: How theychoose which bank to patronize.

Lewis. 2001. Service Quality, an InternationalComparison Bank customer expec-

Page 41: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Pengaruh Ketaatan Pada Prinsip Syariah (KPS) ... – Asiyah 121

tations and perceptions. Journal ofMarketing Management 7: 47-62.

Maali, B. 2003. Social reporting by Islamicbanks. Discussion papers in accounting andfinance. University of Southampton,Southampton.

Hassan, M. 2007. People’s Perceptionstowards the Islamic Banking: A Field-work Study on Bank Account Holders’Behaviour in Pakistan. School of Econo-mics. Nagoya City University. Japan.

Muchlis. 2011. Perilaku Menabung di Per-bankan Syari’ah Jawa Tengah. Disertasi.Program Studi Doktor Ilmu EkonomiUNDIP. Semarang.

Naser, K. Jamal, A. and K. Al-Khatif. 1999.Islamic banking: a study of customersatisfaction and preferences in Jordan.International Journal of Bank Marketing17(3): 134-150.

Omer, H. S. H. 1992. The implications ofIslamic beliefs and practice on theIslamic financial institutions in the UK:case study of Albaraka InternationalBank UK. unpublished PhD thesis.Economics Department. LoughboroughUniversity. Loughborough.

Poolthong, Y. and R. Mandhachitara. 2009.Customer expectations of CSR, Per-ceived Service Quality and brand effectin Thai retail banking. InternationalJournal of Bank Marketing 27(2): 408-427.

Poolthong, Y. and R. Mandhachitara. 2011.A Model of Customer Loyalty andCorporate Social Responsibility. Journalof Service Marketing 25(2): 122-133.

Rivai, V. dan B. Alma. 2012. Islamic Bankingand Finance, Dari Teori ke Praktik. BPFE.Yogyakarta.

Saad, A. M. dan Almossawi, M. 1997.Banking behavior of Islamic bankcustomers: perspectives and impli-cations.

Sadeq, A. M. 2002. Islamic Ethics in HumanResource Management, Ethics inBusiness and Management: Islamic andMainstream Approaches, Asean Acade-mic Press, London. 285-302.

Ismoyo, S. 2006. Analisis ProbabilitasMasyarakat Muslim Menabung padaPerbankan Syari’ah di Kota Semarang.Thesis. Magister Ilmu Ekonomi danStudi Pembangunan. Program Pasca-sarjana Unversitas Diponegoro Sema-rang. Tidak dipublikasi.

Sjahdeini, M. N. 1999. Islamic banking: truemodes of financing. New Horizon 109:15-20.

Suharto, E. 2009. Pekerjaan Sosial di DuniaIndustri: Memperkuat TanggungjawabSosial Perusahaan (Corporate SocialResponsibility). Refika Aditama. Ban-dung.

Suharto, E. 2010. CSR dan Comdev, InvestasiKreatif Perusahaan Di Era Globalisasi.Alfabeta. Bandung.

Sulayman, A. H. 1976. The Economics ofTawhid and Brotherhood: Contem-porary Aspects of Economic Thinking inIslam. American Trust Publications.Indianapolis. IN.

Tjiptono, F. 2000. Manajemen Jasa. ANDI.Yogyakarta.

Page 42: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan p-ISSN 2548 – 298XAkreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 e-ISSN 2548 – 5024DOI: 10.24034/j25485024.y2017.v1.i1.2049

85

KEMAMPUAN FAKTOR AKUNTANSI DAN NON AKUNTANSI DALAMMEMPREDIKSI BOND RATING

[email protected]

WahidahwatiSekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

This research is meant to find out the ability of accounting and non-accounting factor in predicting the bondrating to the non-finance companies. The accounting factors consist of i.e.: productivity, profitability, solvability,and liquidity. The non accounting factor consists of bail bond, bond age, and auditor’s reputation. The samplesare non-finance companies which are listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) during 2010-2013 periods whichare rated by PT. Pefindo. The samples of the research have been selected by using purposive sampling method. 48samples of bonds with 192 pooling of 16 companies have been obtained. Hypothesis test has been done by usinglogistic regressions analysis to examine the influence of these seven independent variables to the bond rating hasbeen carried out by using the SPSS program. Based on the result of the logistic regressions analysis with itssignificance level is 5% has proven that: (1) Profitability, solvability, liquidity and bail bond have positive andsignificant influence to the bond rating, (2) Productivity, bond age and auditor’s reputation have insignificantinfluence to the bond rating.

Key words: bond rating, accounting factor, non-accounting factor, and logistic regressions.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan faktor akuntansi dan faktor non akuntansidalam memprediksi peringkat obligasi pada perusahaan non keuangan. Faktor akuntansi terdiri dariproduktivitas, profitabilitas, solvabilitas, dan likuiditas. Faktor non akuntansi terdiri dari jaminanobligasi, umur obligasi, dan reputasi auditor. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalahperusahaan non keuangan (Non-Finance Company) yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI)dengan rentang tahun 2010–2013 yang diperingkat oleh PT.Pefindo. Sampel penelitian diseleksimenggunakan metode purposive sampling. Diperoleh sebanyak 48 sampel obligasi dengan pooling 192sampel dari 16 perusahaan. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi logistik untuk mengujipengaruh dari ketujuh variabel independen terhadap peringkat obligasi dengan menggunakanprogram SPSS. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik dengan tingkat signifikansi 5%membuktikan bahwa: (1) Profitabilitas, solvabilitas, likuiditas dan jaminan obligasi berpengaruhpositif signifikan terhadap peringkat obligasi, (2) Produktivitas, umur obligasi dan reputasi auditorberpengaruh tidak signifikan terhadap peringkat obligasi.

Kata kunci : peringkat obligasi, faktor akuntansi, faktor non akuntansi, dan regresi logistik.

PENDAHULUANPasar modal di Indonesia memiliki

berbagai macam pilihan sekuritas, pemilikmodal diberi kesempatan untuk memilihdiantara berbagai sekuritas tersebut. Salahsatu sekuritas yang diperdagangkan dipasar modal adalah obligasi. Obligasi me-

rupakan surat pengakuan hutang yangdikeluarkan oleh pemerintah atau per-usahaan sebagai pihak yang berhutang.Investasi obligasi merupakan salah satuinvestasi yang banyak diminati oleh pe-modal. Hal ini dikarenakan obligasi me-milki pendapatan yang bersifat tetap yang

Page 43: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

86 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 85 – 103

diperoleh dari bunga yang akan diterimasecara periodik dan pokok obligasi padasaat jatuh tempo. Kelebihan investasi obli-gasi yang lain jika dibandingkan dengansaham yaitu dalam hal pembayaran return.Pendapatan yang diterima dari saham ber-asal dari deviden dan capital gain. Pem-bayaran deviden diberikan ketika pem-bayaran kupon obligasi telah dilakukan.Dibalik semua kelebihan tersebut obligasijuga memiliki risiko. Risiko terkait denganperilaku dan rasa tanggung jawab emiten(penerbit) obligasi. Dapat saja perusahaanpenerbit obligasi terlambat membayar bu-nga, wanprestasi (tidak dapat melaksana-kan kewajibannya kepada investor), ataupaling buruk, perusahaan tersebut dilikui-dasi. Pemegang obligasi juga menghadapirisiko callability. Callability adalah pe-lunasan sebelum jatuh tempo, oleh karenaitu sebelum ditawarkan, obligasi harusdiperingkatkan oleh suatu lembaga atauagen pemeringkat obligasi (Rating Agency).Agen pemeringkat obligasi adalah lembagaindependen yang memberikan informasipemeringkatan skala risiko, dimana salahsatunya adalah sekuritas obligasi sebagaipetunjuk sejauh mana keamanan suatuobligasi bagi investor. Keamanan tersebutditunjukkan oleh kemampuan suatu per-usahaan dalam membayar bunga dan me-lunasi pokok pinjaman. Peringkat obligasimerupakan skala resiko dari semua obligasiyang diperdagangkan. Skala tersebut me-nunjukkan tingkat keamanan suatu obligasi.Pernyataan yang informatif dan sinyal yangdiberikan tentang probabilitas kegagalanhutang perusahaan merupakan 2 hal pen-ting yang tercermin dalam peringkat obli-gasi (Altman and Nammacher dalamRaharja dan Sari, 2008b).

Dalam realitasnya peringkat obligasisuatu perusahaan tidak selamanya stabil.Sering terjadi fluktuatif atau kondisi naikturunnya peringkat obligasi yang disebab-kan oleh berbagai faktor baik akuntansimaupun non akuntansi. Menurut Brighamdan Houston (2009) faktor–faktor yangmempengaruhi peringkat obligasi yaitu ada

10 faktor. Berbagai macam rasio keuangan,jaminan aset obligasi, kedudukan obligasidengan jenis hutang yang lain, penjamin,adanya singking fund. Faktor berikutnyayaitu umur obligasi, stabilitas laba maupunpenjualan emiten, peraturan yang berkaitandengan industri emiten. Lingkungan sertatanggung jawab produk dan kebijakanakuntansi yang diterapkan oleh suatuperusahaan juga dipandang sebagai faktoryang mempengaruhi fluktuatifnya bondrating, sedangkan Kamstra, et al. (2001) jugamenyatakan bahwa, terdapat banyak faktoryang mempengaruhi peringkat obligasi baikdari faktor keuangan maupun non ke-uangan. Faktor keuangan meliputi rasiolikuiditas, rasio solvabilitas, rasio profita-bilitas, rasio leverage, dan pertumbuhanperusahaan. Faktor non keuangan meliputiukuran perusahaan, jaminan, reputasiauditor dan umur obligasi. Penelitian inimenggunakan beberapa variabel yang me-miliki pengaruh terhadap peringkat obligasiyaitu likuiditas, ukuran perusahaan, leveragedan jaminan.

Pada penelitian ini penulis mengguna-kan data peringkat obligasi yang dikeluar-kan oleh PT. Pefindo. Pada 28 Februari 2012Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) me-nurunkan peringkat obligasi I-2007 PTBakrie Telecom Tbk menjadi idBBB- darisebelumnya idBBB+. penurunan peringkatini lantaran melorotnya kinerja perusahaandan meningkatnya risiko pembiayaan kem-bali (refinancing risk) untuk obligasi yangakan jatuh tempo pada 4 September 2012.

Penelitian yang dilakukan oleh Magretadan Nurmayanti (2009) menyatakan bahwahasil uji hipotesis menunjukkan bahwaprofitabilitas dan produktivitas berpenga-ruh terhadap peringkat obligasi, namun,ukuran perusahaan (size), likuiditas, leve-rage tidak berpengaruh signifikan dalammemprediksi peringkat obligasi seluruhperusahaan yang terdaftar di Pefindo.Penelitian yang dilakukan oleh Susilowatidan Sumarto (2010) menunjukkan hasilpenelitian bahwa profitabilitas tidak ber-pengaruh signifikan terhadap peringkat

Page 44: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Kemampuan Faktor Akuntansi Dan Non Akuntansi ... – Rusfika, Wahidahwati 87

obligasi karena yang berpengaruh signi-fikan terhadap peringkat obligasi adalahlikuiditas.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas penelitian ini bertujuan untuk mengujikembali mengenai faktor–faktor yang mem-pengaruhi prediksi peringkat obligasi padaperusahaan non keuangan yang listing diBEI yang ditinjau dari faktor akuntansi dannon akuntansi. Perbedaan penelitian inidengan sebelumnya adalah menggunakanvariabel–variabel yang terbukti signifikanpada penelitian–penelitian sebelumnya.

TINJAUAN TEORETISTeori Sinyal

Teori sinyal menjelaskan mengapaperusahaan mempunyai dorongan untukmemberikan informasi laporan keuangankepada pihak eksternal. Alasannya adalahkarena terdapat asimetri informasi antaraperusahaan dan pihak luar. Asimetri infor-masi muncul karena adanya salah satupihak yang mempunyai informasi lebihbaik, misalnya seorang manajer yang me-ngetahui informasi mengenai prospek per-usahaan yang lebih baik dibandingkan parainvestornya. Kurangnya informasi pihakluar mengenai perusahaan menyebabkanmereka melindungi diri dengan memberi-kan harga yang rendah untuk perusahan.Perusahaan dapat meningkatkan nilai per-usahaan dengan mengurangi asimetri ter-sebut. Salah satu cara untuk mengurangiasimetri informasi adalah dengan memberi-kan sinyal kepada pihak luar.

Teori sinyal mengemukakan bagaimanaseharusnya sebuah perusahaan memberikansinyal kepada pengguna laporan keuangan.Sinyal ini berupa informasi mengenai apayang sudah dilakukan oleh manajemenuntuk merealisasikan keinginan pemilik.Sinyal yang diberikan dapat berupa promo-si atau informasi lain yang menyatakanbahwa perusahaan tersebut lebih baik dari-pada perusahaan lain. Contohnya sepertiinformasi terkait peringkat obligasi.

Manajemen perusahaan sebagai pihakpemberi sinyal, memberikan laporan keua-

ngan perusahaan dan informasi non ke-uangan kepada lembaga pemeringkat yangdipilih. Lembaga pemeringkat obligasikemudian melakukan proses pemeringkat-an sesuai dengan prosedur sehingga dapatmenerbitkan peringkat obligasi dan mem-publikasikannya. Peringkat obligasi inimemberikan sinyal tentang probabilitaskegagalan pembayaran utang sebuah per-usahaan (Estiyanti dan Yasa, 2012). Dimanainformasi tersebut sangat dibutuhkan olehpara kreditur untuk melindungi merekadari resiko–resiko yang mungkin terjaditerkait dengan obligasi yang dimiliki,karena setiap investor yang melakukaninvestasi tentunya berharap mendapatkanreturn yang maksimal. Waktu jatuh tempoobligasi bervariasi mulai dari 1-5 tahunbahkan ada yang lebih dari 5 tahun.

ObligasiObligasi (bond) adalah instrumen utang

jangka panjang dengan waktu jatuh tempoakhir umumnya 10 tahun atau lebih. Jikasekuritas tersebut memiliki waktu jatuhtempo kurang dari 10 tahun, biasanyadisebut wesel (note) (Van Horne, J danWachowisz, 2007). Menurut Bursa EfekIndonesai obligasi merupakan surat hutangjangka menegah panjang yang dapat di-pindah tangankan dan berisi janji dari pihakyang menerbitkan untuk membayar imbal-an berupa bunga pada periode tertentu danmelunasi pokok utang sesuai waktu yangtelah disepakati.

Menurut Brealey et al., (2007) obligasiadalah sekuritas yang mewajibkan penerbit-nya untuk melakukan pembayaran tertentupada pemegang obligasi. Ketika kita me-miliki obligasi, umumnya kita menerimapembayaran bunga tetap tiap tahun hinggaobligasi tersebut jatuh tempo. Pembayaranini dikenal dengan kupon.

Pada saat jatuh tempo, utang tersebutdilunasi, peminjam membayar pemegangobligasi nilai nominal/nilai muka obligasi(face value, atau nilai pokok pinjaman(principal) atau par value) (Brealey et al.,2007).

Page 45: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

88 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 85 – 103

Peringkat Obligasi (Bond Rating)Peringkat merupakan sebuah pernyata-

an tentang keadaan penghutang dan ke-mungkinan apa yang bisa dan akan di-lakukan sehubungan dengan hutang yangdimiliki. Dapat dikatakan bahwa peringkatmencoba mengukur risiko kegagalan, yaitupeluang emiten atau peminjam akan meng-alami kondisi tidak mampu memenuhikewajiban keuangan. Menurut Priyo et al.,(2000), peringkat obligasi dibuat untukmemberikan informasi kepada para investorapakah investasi mereka terutama dalambentuk obligasi merupakan investasi be-resiko atau tidak. Di Indonesia terdapat dualembaga pemeringkat obligasi yaitu PEFIN-DO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PTKasnic Credit Rating. Lembaga pemeringkatmemberikan peringkat obligasi setiap satutahun sekali selama obligasi tersebut belumlunas. Dalam penelitian ini menggunakandata bond rating yang dikeluarkan olehPefindo dikarenakan banyaknya perusaha-an yang menggunakan jasa pemeringkatdari perusahaan ini.

Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Pe-ringkat Obligas (Bond Rating)

Peringkat obligasi membantu investordalam penilaian hutang dan risiko ke-gagalan (default risk) dari obligasi. Dalamrealitasnya peringkat obligasi (bond rating)suatu perusahaan tidak selamanya stabil.Sering terjadi fluktuatif atau kondisi naikturunnya peringkat obligasi yang disebab-kan oleh berbagai faktor baik faktor akuntansi maupun non akuntansi.

Menurut Brigham dan Houston (2009)Faktor-faktor yang mempengaruhi pering-kat obligasi adalah sebagai berikut: (1)Berbagai macam rasio-rasio keuangan, ter-masuk debt ratio, current ratio, profitabilitydan fixed charge coverage ratio. Semakin baikrasio-rasio keuangan tersebut semakintinggi rating tersebut; (2) Jaminan aset untukobligasi yang diterbitkan (mortage provision).Apabila obligasi dijamin dengan aset yangbernilai tinggi, maka rating akan membaik;(3) Kedudukan obli- gasi dengan jenis utang

lain. Apabila kedudukan obligasi lebihrendah dari utang lainnya maka rating akanditetapkan satu tingkat lebih rendah dariyang seharusnya; (4) Penjamin. Emitenobligasi yang lemah namun dijamin olehperusahaan yang kuat maka emiten diberirating yang kuat; (5) Adanya singking fund(provisi bagi emiten untuk membayarpokok pinjaman sedikit demi sedikit setiaptahun); (6) Umur obli- gasi. Cateris Paribus,obligasi dengan umur yang lebih pendekmempunyai risiko yang lebih kecil; (7)Stabilitas laba dan penjualan emiten; (8)Peraturan yang berkaitan dengan industriemiten; (9) Faktor-faktor lingkungan dantanggung jawab produk; (10) Kebijakanakuntansi. Penerapan kebijakan akuntansiyang konservatif mengindikasikan laporankeuangan yang lebih berkualitas.

Perwakilan dari para agen pemeringkatini secara konsisten telah menyatakan bah-wa tidak ada rumus yang akurat yangdigunakan dalam menentukan peringkatsebuah perusahaan; seluruh faktor diatasdisusun, dengan ditambahkan beberapafaktor lain, untuk ikut diperhitungkan,tetapi tidak dalam suatu aturan yang tepatsecara sistematis, namun terdapat suatukorelasi yang kuat antara peringkat obligasidengan banyak rasio. Perusahaan-perusaha-an dengan rasio utang yang lebih rendah,rasio arus kas bebas terhadap utang yanglebih tinggi, tingkat pengembalian darimodal diinvestasikan yang lebih tinggi,rasio cakupan EBITDA yang lebih tinggi,dan rasio kelipatan pembayaran bunga(TIE) yang lebih tinggi umumnya akanmemiliki peringkat obligasi yang juga lebihtinggi.

Rasio KeuanganRasio Financial (Rasio Keuangan) me-

rupakan alat analisis perusahaan untukmenilai kinerja suatu perusahaan berdasar-kan perbandingan data keuangan yangterdapat pada laporan pos keuangan (nera-ca, laporan/laba rugi, laporan arus kas)Rasio ini memberikan informasi yangpenting dan strategis misalnya bagi kreditur

Page 46: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Kemampuan Faktor Akuntansi Dan Non Akuntansi ... – Rusfika, Wahidahwati 89

dan investor (Sumber Pendanaan) bagiManajemen (untuk menyusun strategibagaimana memaksimumkan keuntungan,bagaimana meningkatkan efisiensi penge-lolaan aset perusahaan), bagi vendor, untukmengetahui kemampuan likuiditas, risikokeuangan dan sebagainya (Noor, 2009).a. Produktivitas

Rasio produktivitas ini mengukur se-berapa efektif perusahaan memperguna-kan sumber daya yang dimiliki per-usahaan tersebut. Perusahaan yang ting-kat produktivitasnya tinggi cenderunglebih mampu menghasilkan laba yanglebih tinggi dibandingkan dengan per-usahaan yang tingkat produktivitasnyarendah. Hal ini juga menunjukkanperusahaan yang tingkat produktivitas-nya tinggi akan lebih mampu memenuhikewajibanya secara lebih baik. Rasio inisecara signifikan berpengaruh positifterhadap peringkat obligasi. MenurutHorrigan (1966 dalam Raharja dan Sari,2008) rasio produktivitas secara sigini-fikan berpengaruh positif terhadap creditrating. Semakin tinggi rasio produktivitasmaka semakin baik peringkat perusaha-an tersebut.

b. ProfitabilitasProfitabilitas adalah rasio untuk meng-ukur kemampuan perusahaan meng-hasilkan laba dalam hubungannya de-ngan tingkat penjualan, aset, maupunmodal saham sendiri (Sugiarso danWinarni, 2007 dalam Susilowati danSumarto, 2010). Rasio ini direpresentasi-kan oleh return on asset (ROA). Keuntu-ngan yang diperoleh perusahaan meng-indikasikan bahwa kondisi keuanganemiten baik. Tingkat profitabilitas yangtinggi dapat mengindikasikan kemampu-an perusahaan untuk going concern danpelunasan kewajiban (Linandarini, 2010).Sejati (2010) menyatakan bahwa ketikalaba perusahaan tinggi maka peringkatobligasi juga tinggi. Hal itu dikarenakanlaba perusahaan dapat digunakan untukmelunasi kewajiban perusahaan ter-

masuk obligasi. Dengan demikian ting-kat profitabilitas dapat digunakan se-bagai pengukur risiko default perusaha-an.

c. SolvabilitasSolvabilitas suatu perusahaan menunjuk-kan kemampuan perusahaan untukmemenuhi segala kewajiban finansialnyapada saat perusahaan itu dilikuidasi.Dengan demikian solvabilitas adalahkemampuan suatu perusahaan mem-bayar semua kewajiban atau utang-utangnya baik jangka pendek maupunjangka panjang. Penelitian Horrigan(1966 dalam Raharja dan Sari, 2008) me-nemukan bahwa rasio solvabilitas cen-derung signifikan berpengaruh positifterhadap peringkat obligasi. Semakinkecil angka rasio solvabilitas maka se-makin kecil angka fleksibilitas keuanganperusahaan serta semakin besar ke-mungkinan perusahaan menghadapimasalah keuangan dimasa yang datang.Semakin tinggi tingkat solvabilitas per-usahaan semakin baik peringkat per-usahaan tersebut.

d. LikuiditasRasio likuiditas merupakan rasio keua-ngan yang mengukur tingkat kemampu-an perusahaan dalam melunasi kewaji-ban jangka pendek. Tingkat likuiditasbiasa dilakukan dengan pengukuranCurrent ratio dan Quick ratio. MenurutArifin (2005 dalam Susilowati danSumarto, 2010) menyatakan bahwa ke-mampuan perusahaan untuk melunasikewajiban jangka pendek mengindikasi-kan bahwa perusahaan dalam keadaanlikuid. Hal tersebut dikarenakan aktivalancar yang dimiliki mampu melunasikewajiban jangka pendek perusahaan.Kemampuan pelunasan kewajiban jang-ka pendek perusahaan secara tidaklangsung berpengaruh pada kewajibanjangka panjang yang baik (pelunasanobligasi), oleh karena itu, tingkat likui-ditas yang tinggi berpengaruh padaperingkat obligasi yang baik.

27

Page 47: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

90 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 85 – 103

Faktor AkuntansiRasio Financial (Rasio Keuangan) me-

rupakan alat analisis perusahaan untukmenilai kinerja suatu perusahaan berdasar-kan perbandingan data keuangan yangterdapat pada laporan pos keuangan (ne-raca, laporan/laba rugi, laporan arus kas).Ada 4 rasio keuangan yang digunakansebagai variabel dalam penelitian ini di-antaranya produktivitas, profitabilitas,solvabilitas, dan likuiditas. Rasio produk-tivitas ini mengukur seberapa efektifperusahaan mempergunakan sumber dayayang dimiliki perusahaan tersebut. Per-usahaan yang tingkat produktivitasnyatinggi cenderung lebih mampu menghasil-kan laba yang lebih tinggi dibandingkandengan perusahaan yang tingkat produkti-vitasnya rendah. Menurut Horrigan (1966dalam Raharja dan Sari, 2008b) rasioproduktivitas secara siginifikan berpe-ngaruh positif terhadap credit rating.Semakin tinggi rasio produktivitas makasemakin baik peringkat perusahaan ter-sebut, sedangkan profitabilitas adalah rasiountuk mengukur kemampuan perusahaanmenghasilkan laba dalam hubungannyadengan tingkat penjualan, aset, maupunmodal saham sendiri (Sugiarso danWinarni, 2007 dalam Susilowati danSumarto, 2010). Tingkat profitabilitas yangtinggi dapat mengindikasikan kemampuanperusahaan untuk going concern danpelunasan kewajiban (Linandarini, 2010).Sejati (2010) menyatakan bahwa ketika labaperusahaan tinggi maka peringkat obligasijuga tinggi.

Variabel ketiga yaitu terkait solvabilitasyang menjadi cerminan kemampuan per-usahaan untuk memenuhi segala kewajibanfinansialnya pada saat perusahaan itu di-likuidasi. Penelitian Horrigan (1966 dalamRaharja dan Sari, 2008b) menemukan bahwarasio solvabilitas cenderung signifikan ber-pengaruh positif terhadap peringkat obli-gasi. Semakin kecil angka rasio solvabilitasmaka semakin kecil angka fleksibilitaskeuangan perusahaan serta semakin besarkemungkinan perusahaan menghadapi

masalah keuangan dimasa yang datang.Semakin tinggi tingkat solvabilitas per-usahaan semakin baik peringkat perusaha-an tersebut. Yang terakhir yaitu rasiolikuiditas dimana merupakan rasio keua-ngan yang mengukur tingkat kemampuanperusahaan dalam melunasi kewajibanjangka pendek. Menurut Arifin (2005 dalamSusilowati dan Sumarto, 2010) menyatakanbahwa kemampuan perusahaan untukmelunasi kewajiban jangka pendek meng-indikasikan bahwa perusahaan dalamkeadaan likuid. Hal tersebut dikarenakanaktiva lancar yang dimiliki mampu meluna-si kewajiban jangka pendek perusahaan.Penelitian yang dilakukan oleh Purwa-ningsih (2008), Magreta dan Nurmayanti(2009) serta Kilapong dan Setiawati (2012)menunjukkan bahwa likuiditas berpe-ngaruh negatif terhadap peringkat obligasi.Hasil tersebut tidak sesuai dengan hasilpenelitian yang dilakukan oleh Almilia danDevi (2007), Raharja dan Sari (2008),Manurung et al. (2009) serta Susilowati danSumarto (2010) menunjukkan bahwa likui-ditas berpengaruh positif terhadap pering-kat obligasi perusahaan.

Faktor Non AkuntansiFaktor non akuntansi yang turut di-

pertimbangkan hubungannya dengan pe-ringkat obligasi (bond rating) adalah terkaitdengan jaminan obligasi, umur obligasi,reputasi auditor. Berdasarkan jaminan,obligasi dikelompokkan menjadi obligasiyang dijamin dan obligasi yang tidakdijamin (debenture). Menurut Brister (1994dalam Andry, 2005) menyatakan bahwainvestor lebih menyukai obligasi yang amandibanding debenture. Terkait umur obligasiTanggal dimana pemegang obligasi akanmendapatkan pembayaran kembali pokokatau nilai nominal obligasi yang di-milikinya. Periode jatuh tempo obligasibervariasi mulai dari 1 tahun sampaidengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akanjatuh tempo dalam waktu 1 tahun akanlebih mudah untuk diprediksi, sehinggamemilki resiko yang lebih kecil dibanding-

Page 48: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Kemampuan Faktor Akuntansi Dan Non Akuntansi ... – Rusfika, Wahidahwati 91

kan dengan obligasi yang periode jatuhtemponya 5 tahun. Menurut Andry (2005),obligasi dengan umur obligasi yang lebihpendek mempunyai resiko yang lebih kecil.Berbeda halnya dengan reputasi auditor.Pendapat yang mendasari dipilihnya repu-tasi auditor adalah karena semakin tinggireputasi auditor maka semakin tinggi pulatingkat kepastian suatu perusahaan se-hingga semakin kecil kemungkinan per-usahaan mengalami kegagalan. Allen (1994)menyatakan bahwa pengguna informasikeuangan merasa bahwa auditor big eightmenyediakan kualitas kredit yang lebih baikuntuk perusahaan dan pemerintah daerah.Dengan reputasi auditor yang baik makadapat memberi hasil audit yang bisadipercaya.

Pengembangan dan Perumusan HipotesisPengaruh produktivitas terhadap bondrating non–finance company

Rasio produktivitas ini mengukur se-berapa efektif perusahaan mempergunakansumber daya yang dimiliki perusahaantersebut. Berdasarkan teori sinyal yangtelah dijelaskan diatas pihak manajemenperusahaan memberikan informasi melaluilaporan keuangannya dengan melihat nilaipenjualan dan total aset untuk mengurangiasimetri informasi yang mungkin terjadi.Apabila produktivitas tinggi kemungkinanbesar obligasi perusahaan tergolong dalaminvestment grade, karena dengan penjualanyang tinggi cenderung lebih mampumenghasilkan laba yang tinggi sehinggaperusahaan lebih mampu untuk memenuhisegala kewajibannya kepada para investorsecara lebih baik. Dengan pembayaranreturn yang tinggi dan tepat waktu. Hal inidapat memberikan daya tarik tersendiribagi investor untuk berinvestasi. Horrigan(1966, dalam Raharja dan Sari, 2008b) danMargreta (2009) menyimpulkan bahwa rasioproduktivitas secara signifikan berpengaruhpositif terhadap credit rating namun berbedahalnya dengan hasil penelitian Aprilia(2011) yang menyatakan bahwa rasio

produktivitas berpengaruh tidak signifikanterhadap peringkat obligasi.H1 : Produktivitas berpengaruh positif

terhadap bond rating non–financecompany

Pengaruh profitabilitas terhadap bondrating non–finance company

Profitabilitas perusahaan adalah ke-mampuan perusahaan untuk menghasilkanlaba yang tinggi dan juga untuk mengetahuiefektifitas perusahaan dalam mengelolasumber–sumber yang dimiliki. didasarkanpada teori sinyal diatas pihak manajemenperusahaan dapat memberikan informasimelalui laporan keuangannya dengan me-lihat dari laba yang tinggi dari perusahaantersebut dan nantinya dengan laba yangtinggi yang dimiliki perusahaan digunakanuntuk membayar dan melunasi kewajibanjangka panjang dan dapat digunakansebagai pengukur risiko default perusahaan.Kamstra et al., (2001) mengatakan bahwarasio profitabilitas yang diukur denganROA mempunyai pengaruh positif ter-hadap pertumbuhan laba, karena rasiomengukur kemampuan perusahaan dalammenghasilkan laba bersih berdasarkantingkat asset tertentu. Penelitian yangdilakukan oleh Magreta (2009), Raharja danSari (2008b) juga menghasilkan kesimpulanbahwa profitabilitas berpengaruh signifikanterhadap bond rating, namun hasil pe-nelitian tersebut bertentangan dengan hasilpenelitian yang dilakukan oleh Almilia danDevi (2007), Sejati (2010) yang menunjukkanbahwa profitabilitas tidak memberikanpengaruh terhadap peringkat obligasi.H2 : Profitabilitas berpengaruh positif

terhadap bond rating non–financecompany.

Pengaruh solvabilitas terhadap bondrating non–finance company

Apabila solvabilitas tinggi maka ke-mungkinan obligasi tersebut masuk padainvestment grade, karena dengan keadaantersebut perusahaan mempunyai kemam-puan untuk melunasi segala kewajibannya

Page 49: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

92 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 85 – 103

tepat pada waktunya. Menurut teori sinyalmanajemen perusahaan mensinyalkaninformasi kepada investor dari laporankeuangan dengan melihat nilai dari cashflow from operating, jika nilainya tinggi makakemampuan perusahaan untuk melunasikewajiban jangka panjang dan jangkapendeknya dapat dikatakan baik. Hal inisesuai dengan penelitian Horrigan (1996dalam Raharja dan Sari, 2008b) yangmenemukan bahwa rasio solvabilitas cen-derung signifikan berpengaruh positifterhadap peringkat obligasi. Hasil peneliti-an ini didukung oleh hasil penelitian Sari(2008), Amrullah (2007), Purwaningsih(2008), namun berseberangan dengan hasilpenelitian Widowati (2013) yang menemu-kan bahwa rasio solvabilitas berpengaruhnegatif terhadap peringkat obligasi.H3 : Solvabilitas berpengaruh positif

terhadap bond rating non–financecompany

Pengaruh likuiditas terhadap bond ratingnon–finance company

Likuiditas perusahaan adalah kemam-puan perusahaan untuk melunasi kewajibanjangka pendek, biasanya diukur dengancurrent ratio. Didasarkan pada teori sinyaldiatas pihak manajemen perusahaan mem-berikan informasi kepada calon investordari laporan keuangan perusahaan denganmelihat aktiva lancar perusahaan, jikaperusahaan memiliki aktiva lancar yangtinggi maka kemampuan perusahaan untukmelunasi kewajiban jangka pendek dikata-kan baik dan tepat waktu dan meng-indikasikan bahwa perusahaan dalamkeadaan likuid. Burton et al (2000) mengata-kan bahwa tingkat likuiditas yang tinggiakan menunjukkan kuatnya kondisi keua-ngan secara financial sehingga akanmempengaruhi peringkat obligasi. Dengankata lain bahwa likuiditas berpengaruhpositif terhadap peringkat obligasi per-usahaan Almilia dan Devi (2007), Raharjadan Sari (2008), Manurung et al. (2009) sertaSusilowati dan Sumarto (2010). Sebaliknyapenelitian yang dilakukan oleh Satoto

(2011), Purwaningsih (2008), Kilapong danSetiawati (2012) menunjukkan bahwa likui-ditas berpengaruh negatif terhadap pe-ringkat obligasi. Sedangkan penelitianMagreta dan Nurmayanti (2009), Sejati(2010) yang menunjukkan bahwa likuiditastidak memberikan pengaruh terhadap pe-ringkat obligasi. Berdasarkan uraian diatasmaka memunculkan hipotesis berikut.H4 : Likuiditas berpengaruh positif terhadap

bond rating non–finance company.

Pengaruh jaminan obligasi terhadap bondrating non–finance company

Berdasarkan jaminan, obligasi dapatdiklasifikasikan menjadi obligasi denganjaminan (secure) dan obligasi tanpa jaminan(debenture). Berdasarkan teori sinyal mana-jemen perusahaan memberikan informasikepada investor terkait jaminan atasobligasi yang sudah diterbitkan. Berdasar-kan hasil penelitian yang dilakukan olehMagreta dan P.Nurmayanti (2009) danRahmawati (2005) bahwa variabel secureatau jaminan obligasi berpengaruh signi-fikan terhadap peringkat obligasi, namunhasil penelitian tersebut bertentangandengan hasil yang diperoleh oleh Almiliadan Devi (2007), Maharti dan Daldjono(2011) yang menunjukkan bahwa jaminanobligasi tidak memiliki pengaruh signifikanterhadap peringkat obligasi.H5 : Jaminan Obligasi berpengaruh positif

terhadap bond rating non–financecompany.

Pengaruh umur obligasi terhadap bondrating non–finance company

Jatuh tempo (maturity) adalah tanggaldimana pemegang obligasi akan men-dapatkan pembayaran kembali pokok ataunilai nominal obligasi yang dimilikinya.Periode jatuh tempo obligasi bervariasimulai 1-5 tahun bahkan lebih dari 5 tahun.Berdasarkan teori sinyal yang dikemukakandiatas pihak manajemen perusahaan mem-berikan informasi kepada investor denganmenunjukkan umur obligasi dari per-usahaan tersebut. Umur obligasi yang

Page 50: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Kemampuan Faktor Akuntansi Dan Non Akuntansi ... – Rusfika, Wahidahwati 93

pendek dapat mengindikasikan kemampu-an perusahaan untuk melunasi pokokobligasi dikatakan baik dibandingkandengan perusahaan yang memiliki maturityobligasi yang panjang. Andry (2005), Adrian(2011) mengatakan bahwa umur obligasiberpengaruh dalam memprediksi peringkatobligasi. Hasil penelitian ini bertentangandengan hasil penelitian yang dilakukan olehEstiyanti dan Yasa (2012) dan juga Magretadan Nurmayanti (2009) yang menyatakanbahwa variabel umur obligasi tidak me-miliki pengaruh yang kuat terhadapprediksi peringkat obligasi.H6 : Umur Obligasi berpengaruh positif

terhadap bond rating non–financecompany.

Pengaruh reputasi auditor terhadap bondrating non–finance company

Berdasarkan pada teori sinyal yangtelah dipaparkan diatas, pihak manajemenperusahaan memberikan informasi kepadapihak eksternal perusahaan yang diauditoleh jasa audit big four, karena jika kinerjalaporan keuangan perusahaan diaudit olehbig four maka tingkat kebenaran dan ke-telitian dari laporan keuangan akan se-makin akurat dan terpercaya yang nantinyaakan mempengaruhi peringkat obligasi.Andry (2005) mengatakan bahwa semakintinggi reputasi auditor maka semakin tinggipula tingkat kepastian suatu perusahaansehingga semakin kecil kemungkinan per-usahaan mengalami kegagalan.

Pernyataan tersebut sejalan denganhasil penelitian Thamida dan Lukman(2013) yang menyimpulkan bahwa variabelreputasi auditor berpengaruh signifikanterhadap prediksi peringkat obligasi namunberseberangan dengan hasil penelitian Sejati(2010), Magreta dan Nurmayanti (2009)yang menemukan bahwa reputasi auditortidak memiliki pengaruh dalam mem-prediksi peringkat obligasi seluruh per-usahaan yang terdaftar di Pefindo.H7 : Reputasi Auditor berpengaruh positif

terhadap bond rating non–financecompany.

METODE PENELITIANPopulasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam pe-nelitian ini adalah Non-Finance Company(Perusahaan Non Keuangan) yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia periode 2010–2013.Pemilihan sampel dalam penelitian inimenggunakan metode purposive sampling.Kriteria yang ditetapkan agar perusahaandapat dijadikan sampel penelitian, yaitu: (1)Obligasi perusahaan diperingkat oleh PTPefindo, (2) Obligasi yang diterbitkan olehnon–finance company yang terdaftar di BEI,(3) Obligasi yang diterbitkan masih beredarselama periode pengamatan yaitu Januari2010 – Desember 2013. Dari kriteria diatasmaka didapatkan 48 Obligasi selama 4tahun sehingga jumlah pooling ada 192 dari16 perusahaan .

Definisi Operasional dan PengukuranVariabelVariabel DependenPeringkat Obligasi

Variabel ini dilihat berdasarkan pe-ringkat yang dikeluarkan oleh PEFINDOyang secara umum terbagi menjadi duayaitu investment grade (AAA, AA, A, BBB)dan non investment (BB, B,CCC, D). Variabelini mengukur tingkat peringkat obligasiperusahaan non keuangan dengan memberinilai pada masing-masing kategori pering-kat. Skala pengukurannya adalah skalanominal. Dengan skala ini pengukuran di-lakukan dengan memberikan nilai 1 untukobligasi yang tergolong investment grade dan0 untuk obligasi yang tergolong non invest-ment grade karena variabel dependennyamerupakan variabel dummy.

Variabel Independena. Produktivitas

Rasio Produktivitas menunjukkan sebe-rapa efektif perusahaan memperguna-kan sumber daya yang dimiliki per-usahaan tersebut. Menurut Horrigan(1996 dalam Purwaningsih, 2008), rasioproduktivitas secara signifikan berpe-ngaruh positif terhadap peringkat obli-

Page 51: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

94 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 85 – 103

gasi. Semakin tinggi rasio produktivitasmaka semakin baik peringkat per-usahaan tersebut. Menurut Blocher et al.(2000) produktivitas merupakan hubu-ngan antara output yang dihasilkan daninput yang dibutuhkan untuk mem-produksi output tersebut. Dan dapatdiukur dengan formulasi Sales To TotalAsset (STA):

SALESSTA =

Total Asetb. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuanperusahaan menghasilkan laba dalamhubungannya dengan penjualan, asetdan modal sendiri. Menurut Sutrisno(2009) Return on Assets juga disebutsebagai rentabilitas ekonomis merupa-kan ukuran kemampuan perusahaandengan menghasilkan laba dengansemua aktiva/aset yang dimiliki olehperusahaan. Rasio ini digunakan untukmengukur kemampuan manajemen per-usahaan dalam perusahaan dalammemperoleh laba secara keseluruhan.Kamstra (2001 dalam Sejati, 2010)menyatakan bahwa pengukuran ROAmemiliki pengaruh positif terhadappertumbuhan laba karena pengukuranROA berdasarkan pada tingkat assettertentu.

Laba BersihROA = --------------------------

Total Asetc. Solvabilitas

Mengukur kemampuan perusahaanuntuk melunasi kewajiban totalnyadalam satu tahun dari operasinya. Rasiosolvabilitas cenderung signifikan berpe-ngaruh positif terhadap peringkat obli-gasi (Horrigan, 1996 dalam Raharja danSari, 2008b). Raharja dan Sari (2008b)dalam hal ini rasio solvabilitas (CFOTL)menunjukkan adanya perbedaan antaraperusahaan yang obligasinya masukinvestment grade dan non investmentgrade. Aspek solvabilitas dari rasiokeuangan dapat diukur dengan proksi:

Cash Flow from OperatingCFOTL =

Total Liabilitiesd. Likuiditas

Likuiditas merupakan kemampuan per-usahaan dalam melunasi kewajibanjangka pendek perusahaan. Variabellikuiditas dalam penelitian ini diproksi-kan dengan current ratio (CR). MenurutAlmilia dan Devi (2007) perusahaanyang mampu melunasi kewajiban tepatwaktu adalah perusahaan yang likuiddan mempunyai aktiva lancar lebihbesar daripada utang lancar. MenurutSutrisno (2009) Current Ratio adalahrasio yang membandingkan antaraaktiva lancar yang dimiliki perusahaandengan hutang jangka pendek.

Aktiva LancarCR =

Utang Lancare. Jaminan Obligasi

Menurut Brister (1994 dalam Widya,2005) menyatakan bahwa investor lebihmenyukai obligasi yang aman diban-ding debenture. Investor lebih menyukaiobligasi dengan jaminan dikarenakanuntuk mengurangi risiko default obli-gasi. Giri (1997) dalam Almilia dan Devi(2007) berpendapat bahwa utang obli-gasi bisa merupakan obligasi denganjaminan atau obligasi tanpa jaminan.Obligasi dengan jaminan yaitu obligasiyang harus disertai dengan jaminanaktiva tertentu. Obligasi dengan jamin-an diberi kode 1 dan obligasi tanpajaminan diberi kode 0.

f. Umur ObligasiJatuh tempo adalah tanggal dimanapemegang obligasi akan mendapatkankembali nilai nominal obligasi yangdimilikinya. Menurut Andry (2005),obligasi dengan umur obligasi yanglebih pendek mempunyai resiko yanglebih kecil. Obligasi yang akan jatuhtempo dalam waktu 1 tahun akan lebihmudah untuk diprediksi, sehingga me-miliki risiko investasi yang lebih kecildibandingkan dengan obligasi yang

Page 52: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Kemampuan Faktor Akuntansi Dan Non Akuntansi ... – Rusfika, Wahidahwati 95

memiliki periode jatuh tempo di atas 5tahun (Magreta dan Nurmayanti, 2009).Skala pengukurannya menggunakanskala nominal karena merupakan varia-bel dummy. Nilai 1 diberikan untukobligasi yang memiliki umur 1–5 tahundan 0 untuk obligasi yang memilikiumur di atas 5 tahun.

g. Reputasi AuditorMenurut Hilmi dan Ali (2008) dalamIkhsan,Yahya dan Saidaturrahmi (2012)kantor akuntan besar disebutkan me-miliki akuntan yang berperilaku lebihetikal daripada akuntan di kantor kecilsehingga lebih memilki reputasi baikdalam opini publik. Jumlah KAP jugaterus meningkat dari hari ke hari, makaArens et al. (2012) menggunakan empatkategori ukuran untuk menge-lompokkan kantor akuntan publik yaituBig Four International Firm, National Firm,Regional and Large Local Firm, dan SmallLocal Firms. Dalam penelitian ini repu-tasi auditor diproksikan dengan The BigFour. Skala pengukurannya mengguna-kan skala nominal karena merupakandummy variabel. Nilai 1 diberikan jikadiaudit oleh KAP The Big Four dan 0 jikadiaudit oleh selain KAP The Big Fourtersebut.

Teknik Analisis DataMetode analisis data bertujuan untuk

mengetahui apakah variabel independendapat berpengaruh signifikan terhadapvariabel dependen. Metode analisis yangdigunakan dalam penelitian ini yaituanalisis regresi logistik. Menurut Ghozali(2005) metode ini cocok digunakan untukpenelitian yang variabel independennyabersifat kategorikal (nominal atau nonmetrik) dan variabel independennya kombi-nasi antara metrik dan non metrik. Modelregresi logistic adalah non linier makametode OLS tidak bisa digunakan. Estimasidilakukan dengan menggunakan metodemaximum likelihood (ML). Regresi logitumumnya dipakai jika asumsi multivariatenormal distribution tidak dipenuhi.

Formula dari model penelitian di atasadalah:

ln = β0 + β1 STA + β2 ROA + β3

CFOTL + β4 CR + β5 SCRE +β6 MTRTY + β7 RAUD

Keterangan:ln = Bond Rating

β0 = Konstantaβ1-7 = Koefisien regresiSTA = Sales To Total AssetROA = Return on AssetCFOTL = cash flow from operating to to-

tal liabilities ( CFOTL )CR = current ratioSCRE = Jaminan/Secure (merupakan

variabel dummy, adanya jami-nan = 1 dan tanpa jaminan =0)

MTRTY = Umur Obligasi/maturity (me-rupakan variabel dummy,umur 1–5 tahun = 1 dan umur5 tahun ke atas = 0)

RAUD = Reputasi Auditor (merupakanvariabel dummy, diaudit KAPBig Four = 1 dan bukan KAPBig Four = 0)

ANALISIS DAN PEMBAHASANStatistik Deskriptif

Tabel 1 menunjukkan statistik deskrip-tif variabel penelitian yaitu produktivitas,profitabilitas, solvabilitas dan likuiditas.Berdasarkan Tabel 1 STA (Sales To TotalAsset/Produktivitas) memiliki nilai rata-ratasebesar 0,4494 serta nilainya berkisar antara0,23–1,33. Nilai minimum STA sebesar 0,23yaitu oleh PT. Jasa Marga pada tahun 2009sedangkan nilai maximum STA sebesar 1,33yaitu oleh PT. Mitra Adiperkasa pada tahun2011. Berdasarkan Tabel 1 variabel ROA(Return On Asset/Profitabilitas) nilai rata-rata hitungnya sebesar 0,0094 serta nilainyaberkisar antara -0,71 sampai dengan 0,52.Nilai minimum ROA sebesar -0,71 yaituoleh PT. Berlian Laju Tanker pada tahun2011, sedangkan nilai maximum ROAsebesar 0,52 yaitu oleh PT. Matahari Putra

Page 53: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

96 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 85 – 103

Tabel 1Statistik Deskriptif

N Min Max Mean Std. DeviationSTA 192 .23 1.33 .54 .20ROA 192 -.71 .52 .01 .13CFOTL 192 -.10 .56 .12 .10CR 192 .19 5.88 1.05 .64Valid N (listwise)

N Min Max Mean Std. DeviationSTA 192 .23 1.33 .54 .20ROA 192 -.71 .52 .01 .13CFOTL 192 -.10 .56 .12 .10CR 192 .19 5.88 1.05 .64Valid N (listwise)

Sumber : Output SPSS 20

Prima 2010. Kamstra (2001 dalam Sejati,2010) menyatakan bahwa pengukuran ROAmemiliki pengaruh positif terhadap per-tumbuhan laba karena pengukuran ROAberdasarkan pada tingkat asset tertentu.

CFOTL (Cash Flow From Operating/Solvabilitas) memiliki nilai rata–rata 0,1243dengan nilai minimum dan maximumsebesar -0,10 dan 0,56. Nilai -0,10 dicapaioleh PT.Lontar Papyrus Pulp & Paper padatahun 2009 sedangkan nilai 0,56 dicapaioleh PT.Jasa Marga pada tahun 2010. CR(Current Ratio/Likuiditas) merupakan ke-mampuan perusahaan dalam melunasi ke-wajiban jangka pendek perusahaan. Me-milki nilai berkisar antara 0,19–5,88 dimananilai minimumnya yaitu oleh PT. LontarPapyrus Pulp & Paper pada tahun 2009

sedangkan nilai maximum 5,88 yaitu olehPT. Apexindo Pratama Duta pada tahun2012. Deviasi standar sebesar 0,63827 me-nunjukkan variasi yang terdapat dalamrasio likuiditas.

Uji HipotesisPengujian hipotesis dilakukan meng-

gunakan regresi logistik, selanjutnya modelregresi logistik dapat diukur dengan meng-gunakan metode sebagai berikut:1. Menilai keseluruhan model (Overall Fit

Model).Tabel 2 dan 3 menunjukkan perbandi-

ngan antara nilai -2LL blok awal dengan-2LL blok akhir. Dari hasil perhitungan nilai-2LL terlihat bahwa nilai blok awal adalah173,016 dan nilai -2LL pada blok akhir

Tabel 2Block 0 : Beginning Block

Iteration -2 Log Likelihood Coefficients Constant1 175.175 1.3332 173.029 1.5873 173.016 1.6094 173.016 1.609

a. Constant is included in the model.b. Initial -2 Log Likelihood: 173.016c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates

changed by less than .001.Sumber : Output SPSS 20

Page 54: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Kemampuan Faktor Akuntansi Dan Non Akuntansi ... – Rusfika, Wahidahwati 97

Tabel 3Block 1 : Method = Enter

Model Summary

Step Nagelkerke R -2 Log Likelihood Cox & SnellR Squqre Square

1 73.174a .405 .683

a. Estimation terminated at iteration number 9 because parameter estimateschanged by less than .001.Sumber: Output SPSS 20

Tabel 4Summary

StepNagelkerke R

-2 Loglikehood

Cox & SnellR Square Square

1 73.174a .405 .683b. Estimation terminated at iteration number 9, because parameter estimates

changed by less than .001Sumber: Output SPSS 20

adalah 73,174 hal ini menunjukkan bahwanilai -2LL mengalami penurunan sebesar99,842 yang mengindikasikan model regresiyang lebih baik.2. Menguji Koefisien Determinasi (Nagel-

kerke R Square).Untuk nilai Cox & Snell R Square (tabel

3) sebesar 0,405 dan nilai Nagelkerke’s RSquare sebesar 0,683. Hal ini menunjukkanbahwa model ini mempunyai kekuatanprediksi model sebesar 68,3% yang dijelas-kan oleh 3 variabel dari faktor akuntansiyaitu ROA (Profitabilitas), CFOTL (Solva-bilitas), CR (Likuiditas) dan 1 variabel nonakuntansi yaitu SCRE (Jaminan Obligasi)

sedangkan 31,7% dijelaskan oleh variabellainnya diluar model.3. Menilai Kelayakan Model Regresi

(Goodness of Fit Test).Jika nilai statistiknya lebih besar dari

5% maka hipotesis nol diterima dan berartimodel mampu memprediksi nilai observasiatau dapat dikatakan model dapat diterimakarena cocok dengan data observasinya.Pada tabel 5 tersebut nampak bahwabesarnya nilai statistik Hosmer and LemeshowGoodness of Fit sebesar 13,994 denganprobabilitas signifikansi 0,082 yang nilainyalebih besar dari 0,05 sehingga Ho diterima.Hal ini berarti model regresi layak dipakaiuntuk analisis selanjutnya.

Tabel 5Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df sig1 13.994 8 0.082

Sumber: Output SPSS 20

4. Menguji Koefisien RegresiDalam pengujian regresi logistik di-

gunakan statistik Uji Wald untuk melihat

probabilitas masing–masing variabel de-ngan kriteria nilai probabilitas lebih kecildari tingkat signifikan (p<0,05).

Page 55: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

98 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 85 – 103

Tabel 6Tabel Uji Koefisien Regresi

Variables in the Equation

Step a

B S.E Wald df SigSTA -1.867 1.682 1.231 1 .267ROA 6.300 1.312 5.405 1 .020CFOTL 1.976 8.948 12.770 1 .000CR 4.336 1.728 6.299 1 .012SCRE (1) 2.973 1.370 4.711 1 .030MTRTY (1) -1.474 .963 2.342 1 .126RAUD (1) -8.350 4.274 3.816 1 .051Constant -2.881 1.750 2.750 1 .100

a. Variable(s) entered on step 1: STA, ROA, CFOTL, CR, SCRE, MTRTY, RAUDSumber: Output SPSS 20

Berdasarkan tabel 6 diatas dapat diper-oleh persamaan regresi logistik sebagaiberikut: Bond Rating = -2,881 + 6,3 ROA +1,976 CFOTL + 4,336 CR + 2,973 SCRE

a. Produktivitas berpengaruh positif ter-hadap bond rating non-finance company

Produktivitas dari Hasil regresi logistikmenunjukkan nilai koefisien sebesar -1,867dengan probabilitas (sig) sebesar 0,267diatas tingkat signifikansi 5% yang artinyadapat disimpulkan bahwa H1 ditolak.Produktivitas tidak dapat dijadikan faktordalam memprediksi peringkat obligasikarena perbedaan sektor perusahaan yangdigunakan pada penelitian sehingga pe-nilaian tentang tinggi rendahnya produkti-vitas itu berbeda antara sektor satu denganyang lain, sehingga dimungkinkan terjadiketidak akuratan data yang diperoleh da-lam penelitian ini. Hasil penelitian inisejalan dengan Aprilia (2011) yang me-nemukan bahwa variabel produktivitastidak berpengaruh signifikan terhadap pe-ringkat obligasi, namun berseberangandengan hasil penelitian Horrigan (1966,dalam Raharja dan Sari, 2008b) dan Magretadan Nurmayanti (2009) yang menyatakanbahwa produktivitas cenderung berpe-ngaruh signifikan positif terhadap peringkat obligasi.

b. Profitabilitas berpengaruh positif ter-hadap bond rating non-finance company

Hipotesis kedua menyatakan bahwaReturn On Asset berpengaruh positif ter-hadap bond rating. Terlihat dalam tabel 5nilai probabilitas statistik Wald atas variabelReturn On Asset sebagai proksi dari rasioprofitabilitas sebesar 0,020 dengan nilaikoefisien sebesar 6,3. Karena nilai proba-bilitas lebih kecil dari α sebesar 5% maka H2

diterima. Kondisi ini menunjukkan bahwaReturn On Asset berpengaruh positif ter-hadap bond rating yang artinya jika nilaiROA naik maka nilai bond rating akan ikutnaik begitu juga sebaliknya. Dengan demi-kian hasil temuan penelitian ini selarasdengan hasil penelitian Magreta danNurmayanti (2009), Raharja dan Sari(2008b), namun hasil penelitian tersebutbertentangan dengan hasil penelitian yangdilakukan oleh Almilia dan Devi (2007),Sejati (2010) yang menunjukkan bahwaprofitabilitas tidak memberikan pengaruhterhadap peringkat obligasi.

c. Solvabilitas berpengaruh positif ter-hadap bond rating non-finance companyMenurut hasil pengujian CFOTL yang

terlihat pada tabel 5 dengan nilai signi-fikansi 0,000 (lebih kecil dari 0,05) dankoefisien sebesar 1,976 sehingga hipotesisH3 diterima. Kondisi ini menunjukkanbahwa CFOTL berpengaruh positif ter-hadap bond rating yang artinya semakinnaik nilai CFOTL maka nilai bond ratingakan ikut naik begitu juga sebaliknya. Hasil

Page 56: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Kemampuan Faktor Akuntansi Dan Non Akuntansi ... – Rusfika, Wahidahwati 99

ini konsisten dengan penelitian Amrullah(2007), Purwaningsih (2008), Raharja,Maylia (2007) dan Sari (2008b). Solvabilitasmerupakan kemampuan suatu perusahaanuntuk melunasi semua kewajibannya baikjangka pendek maupun jangka panjang.Semakin kecil angka rasio solvabilitas makasemakin kecil angka fleksibilitas keuanganperusahaan serta semakin besar kemung-kinan perusahaan menghadapi masalahkeuangan dimasa yang datang.

Semakin tinggi tingkat solvabilitasperusahaan semakin baik peringkat per-usahaan tersebut, namun hasil penelitian iniberseberangan dengan hasil penelitianWidowati (2013) yang menemukan bahwarasio solvabilitas berpengaruh negatif ter-hadap peringkat obligasi. Hasil ini jugabertentangan dengan Melani dan Paulus(2013), Estiyanti (2012) dan Hengki dan Eka(2015) yang menunjukkan hasil bahwaleverage berpengaruh positif tidak signifikanterhadap peringkat obligasi.

d. Likuiditas berpengaruh positif ter-hadap bond rating non-finance companyLikuiditas perusahaan menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk membayarkewajiban jangka pendek tepat padawaktunya. Dapat dilihat pada tabel 5 nilaisignifikansi untuk variabel CR adalahsebesar 0,012 dan memiliki nilai koefisiensebesar 4,336. Nilai ini lebih kecil dari α =5% sehingga hipotesis H4 tidak dapatditolak. Hasil ini selaras dengan penelitianyang dilakukan oleh Raharja dan Sari(2008), Satoto (2011), Purwaningsih (2008),namun hasil penelitian tersebut ber-tentangan dengan hasil penelitian yangdilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti(2009), Sejati (2010) yang menunjukkanbahwa likuiditas tidak memberikan pe-ngaruh terhadap peringkat obligasi. Selainitu juga bertentangan dengan hasil pe-nelitaian Manurung (2009) yang menemu-kan arah yang negative pada pengaruhlikwiditas terhadap pemeringkat obligasi.

Menurut Arifin (2005) dalam Susilowatidan Sumarto, 2010) menyatakan bahwa

kemampuan perusahaan untuk melunasikewajiban jangka pendek mengindikasikanbahwa perusahaan dalam keadaan likuid.

e. Jaminan obligasi berpengaruh positifterhadap bond rating non-financecompany

Tingkat risiko yang terkandung dalamsebuah obligasi dipengaruhi oleh jaminan.Hasil pengujian SCRE ( Jaminan Obligasi )memiliki pengaruh terhadap bond ratingdengan tingkat signifikansi sebesar 0,030(lebih kecil dari 0,05) yang tercermin padatabel 5. Hal ini menunjukkan bahwajaminan obligasi berpengaruh signifikanterhadap bond rating non–finance companydengan arah positif.

Menurut Rahardjo (2004) obligasi yangmemberikan jaminan berbentuk assetperusahaan akan lebih mempunyai dayatarik bagi calon pembeli obligasi tersebut.Investor lebih menyukai obligasi denganjaminan dikarenakan untuk mengurangirisiko default obligasi. Hasil ini selarasdengan hasil penelitian yang di- lakukanoleh Magreta dan Nurmayanti (2009) danRahmawati (2005), Sari, et al. (2011) yangmembuktikan bahwa jaminan obligasimemiliki pengaruh dalam memprediksiperingkat obligasi, namun hasil penelitiantersebut bertentangan dengan hasil yangdiperoleh oleh Almilia dan Devi (2007),yang menunjukkan bahwa jaminan obligasitidak memiliki pengaruh signifikan ter-hadap peringkat obligasi.

f. Umur obligasi berpengaruh positif ter-hadap bond rating non-finance company

Menurut Andry (2005), obligasi denganumur obligasi yang lebih pendek mem-punyai resiko yang lebih kecil, sehinggaperusahaan yang rating obligasinya tinggimempunyai umur obligasi yang lebihpendek daripada perusahaan yang mem-punyai umur obligasi lebih lama, namunhasil dari penelitian ini memberikansimpulan yang berbeda. Hasil regresilogistik menunjukkan nilai koefisien sebesar-1,474 dengan probabilitas (sig) sebesar

Page 57: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

100 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 85 – 103

0,126 diatas tingkat signifikansi 5% yangartinya dapat disimpulkan bahwa H6

ditolak. Dengan demikian tidak terbuktibahwa umur obligasi berpengaruh signi-fikan dalam memprediksi peringkat obli-gasi. Dalam penelitian ini sebagian besarperusahaan yang memiliki rating obligasitinggi memiliki umur obligasi di atas 5tahun. Hasil penelitian ini selaras denganhasil penelitian yang dilakukan olehEstiyanti dan Yasa (2012) dan juga Magretadan Nurmayanti (2009) yang menyatakanbahwa variabel umur obligasi tidak me-miliki pengaruh yang kuat terhadap pre-diksi peringkat obligasi, namun bertentangan dengan Andry (2005), Adrian (2011)yang mengatakan bahwa umur obligasi ber-pengaruh dalam memprediksi peringkatobligasi.

g. Reputasi auditor berpengaruh positifterhadap bond rating non-financecompany

Reputasi auditor dapat dipandangsebagai faktor yang dapat memprediksiperingkat obligasi suatu perusahaan karenamengandung jaminan keyakinan akankualitas dari laporan keuangan, namunmenurut hasil pengolahan data denganregresi logistik, diperoleh nilai signifikansisebesar 0,051 dan nilai koefisien sebesar -8,350 sehingga penelitian ini menyimpulkanbahwa reputasi auditor berpengaruh tidak

signifikan terhadap prediksi peringkatobigasi. Perusahaan yang diaudit oleh big 4maupun tidak diaudit oleh big 4 ternyatatidak mempunyai pengaruh terhadapprediksi peringkat obligasi, karena per-usahaan penerbit yang diaudit oleh big 4belum tentu obligasinya memiliki peringkatinvestment grade dan perusahaan yang tidakdiaudit oleh big 4 belum tentu obligasi yangditerbitkannya memperoleh peringkat non –investment grade. Hal ini sejalan dengan hasilpenelitian Sejati (2010), Magreta danNurmayanti (2009), namun tidak didukungoleh hasil penelitian Thamida dan Lukman(2013).

5. Keakuratan PrediksiTabel 7 menunjukkan tabel klasifikasi

yang menyajikan informasi mengenai ke-akuratan prediksi. Menurut prediksi, obli-gasi yang masuk dalam kategori noninvestment adalah sebanyak 32, namundalam hasil observasi hanya terdapat 21obligasi saja, sehingga ketepatan klasifikasi-nya adalah sebesar 65,6% (21/32), sedang-kan prediksi obligasi yang masuk dalamkategori investment adalah sebanyak 160,namun hasil observasi menunjukkan bahwahanya terdapat 158 obligasi saja, jadiketepatan klasifikasinya adalah sebsar98,8% (158/160). Secara keseluruhan ke-tepatan klasifikasinya adalah 93,2%.

Tabel 7Classification Tablea

Observed PredictedRating Percentage Correct

Non-Invest InvestStep 1 Rating Non-Invest 21 11 65.6

Invest 2 158 98.8Overall Percentage

a. The cut value is .500Sumber : Output SPSS 20

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Simpulan hasil penelitian ini dapatdikemukakan sebagai berikut: (1) Produkti-

vitas tidak berpengaruh signifikan terhadapprediksi bond rating, (2) Profitabilitas ber-pengaruh positif terhadap bond rating, (3)Solvabilitas berpengararuh positif terhadap

Page 58: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Kemampuan Faktor Akuntansi Dan Non Akuntansi ... – Rusfika, Wahidahwati 101

bond rating, (4) Likuiditas berpengaruhpositif terhadap bond rating, (5) Jaminanobligasi berpengaruh positif terhadap bondrating, (6) Umur obligasi tidak berpengaruhsignifikan terhadap bond rating, (7) Reputasiauditor tidak berpengaruh signifikan ter-hadap bond rating.

SaranUntuk menyempurnakan penelitian ini

maka berikut ini beberapa saran dari pe-neliti sebagai upaya perbaikan peningkatankualitas bagi penelitian selanjutnya, yaitu:(1) Jumlah sampel yang lebih representatifdengan periode penelitian yang lebihpanjang, (2) Untuk penelitian yang akandatang dapat menambahkan variabel lainseperti kebijakan akuntansi, faktor–faktorlingkungan dan tanggung jawab produk,peraturan yang berkaitan dengan industryemiten, juga risiko usaha, (3) Perlu di-lakukan pemisahan periode sebelum dansetelah terjadi krisis global agar dapatmelihat pergerakan peringkat untuk me-lakukan prediksi yang akurat, (4) Peringkatobligasi tidak hanya dikeluarkan olehPefindo saja, namun dapat menggunakanperingkat obligasi yang dikeluarkan olehlembaga pemeringkat obligasi lainnyaseperti ICRA Indonesia. Dengan demikiandapat dilakukan perbandingan antara dualembaga pemeringkat tersebut.

DAFTAR PUSTAKAAdams, M., B. Bruce dan H. Philip. 2000.

The Determinants of Credit Rating inUnited Kingdom Insurance Industry.Journal of Finance 28(1): 57–59.

Adrian. 2011. Analisis Faktor–Faktor yangMempengaruhi Peringkat ObligasiPada Perusahaan Manufaktur yang Ter-daftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi.Universitas Diponegoro. Semarang.

Andry, W. 2005. Analisis Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Prediksi Pe-ringkat Obligasi. Jurnal Buletin Ekonomidan Moneter dan Perbankan EdisiSeptember: 244-262.

Allen, A. C. 1994. The Effect of Large FirmAudit s on Municipal Bond RatingDescripsions. Journal of practice & theory13. Spring

Almilia, L. S. dan V. Devi. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PrediksiPeringkat Obligasi pada PerusahaanManufaktur yang Terdaftar di BursaEfek Indonesia. Proceeding SeminarNasional Manajemen SMART. UniversitasKristen Maranatha Bandung: 1–23.

Amrullah, K. 2007. Kemampuan Rasio Ke-uangan Sebagai Alat untuk Mem-prediksi Peringkat Obligasi PerusahaanManufaktur. Skripsi. Universitas NegeriSemarang.

Aprilia, S. 2011. Analisis Rasio KeuanganDalam Memprediksi Peringkat Obli-gasi. Skripsi. Universitas Negri SyarifHidayatullah. Jakarta.

Arens, A. A, R. J. Elder dan M. S. Beasley.2012. Auditing and Assurance Services:An Integrated Approach. FourteenthEdition. England: Pearson EducationLimited.

Blocher, E. J., K H. Chen, T W, Lin. 2000.Manajemen Biaya. Buku Satu. EdisiPertama. Terjemahan Susty Ambar-riani. Salemba Empat. Jakarta.

Brealey, M., Marcus. 2007. Dasar–DasarManajemen Keuangan Perusahaan. Jilid 1.Erlangga. Jakarta

Bursa Efek Indonesia. 2012. Obligasi.http://www.idx.co.id.

Estiyanti, N. M. dan M. Gerianta. Yasa.2012. Pengaruh Faktor Keuangan DanNon Keuangan Pada Peringkat ObligasiDi Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnisdan Ekonomi Universitas Udayana, 8(1):227-249.

F. Bringham, E dan F. Houston, Joel. 2009.Fundamentals of Financial Management,Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi10. Salemba Empat. Jakarta.

Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariatdengan Program SPSS. Badan PenerbitUniversitas Diponegoro. Semarang.

Hengki, J. S. dan Eka R. Nuraini. 2015.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Page 59: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

102 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 85 – 103

Peringkat Obligasi pada Perusahaanyang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akun-tansi 24(1): 95-116.

Ikhsan, A. E, M. N. Yahya dan Saidatur-rahmi. 2012. Peringkat Obligasi DanFaktor Yang Mempengaruhinya. PekbisJurnal 4(2): 115-123.

Kamstra, M., K. Peter and S. Teck-Kin. 2001.Combining Bond Rating ForecastsUsing Logit. Journal The Financial 36(2):75-96.

Kilapong, G. J. V. dan S. Lulu. 2012. TheEffect Of Accounting And Non Accoun-ting Information To The Rating OfCompany’s Bond. Journal AccountingDepartment: 1-7.

Linandarini, E. 2010. Kemampuan RasioKeuangan dalam Memprediksi Pe-ringkat Obligasi Perusahaan di Indo-nesia. Skripsi. Universitas Diponegoro.Semarang.

Magreta dan P. Nurmayanti. 2009. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi PeringkatObligasi Ditinjau dari Faktor Akuntansidan Non Akuntansi. Jurnal Bisnis danAkuntansi 11(3):143-154.

Manurung, A., S. Desmon., dan T, Wilson.2009. Hubungan Rasio-Rasio Keuangandengan Rating Obligasi”. Jurnal Finan-sial dan Bisnis. Februari 29, 2010.

Mark, K., Peter, K dan T. K. S. 2001.Combining Bond Ratting ForecastsUsing Logit. The Financial Review 75–96.

Maylia, P. S. 2007. Kemampuan RasioKeuangan Sebagai Alat Untuk Mem-prediksi Peringkat Obligasi (PT.PEFINDO). Jurnal Bisnis dan Ekonomi(JBE) 14(2): 172-182.

Melani, K. S. dan S. K. Paulus. 2013. AnalisisPengaruh Rasio Keuangan terhadapPeringkat Obligasi Perusahaan Manu-faktur yang Terdaftar di Bursa EfekIndonesia. Jurnal Ilmiah Manajemen 8(2):45-56.

Pefindo. 2013. Indonesia Rating Highlight.Pefindo Credit Rating. http://www.pefindo.com.

Priyo, P. E. dan U. Nugraha. 2000. ReksadanaSolusi Perencanaan Investasi di EraModern. Gramedia. Jakarta.

Purwaningsih, A. 2008. Pemilihan RasioKeuangan Terbaik Untuk MemprediksiPeringkat Obligasi di Indonesia: Studipada Perusahaan Manufaktur yangTerdaftar di BEJ. Kinerja 12(1): 85–99.

Raharja dan Sari. 2008b. Kemampuan RasioKeuangan dalam Memprediksi Pering-kat Obligasi (PT Kasnic Credit Rating).Jurnal Maksi 8(2): 212-232.

Rahardjo, S. 2004. Panduan Investasi Obligasi.Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.

Rahmawati, R. 2005. Manfaat Rasio Keua-ngan untuk Memprediksi RatingObligasi. Thesis. Universitas Indonesia.

Sari, W. P., T. Taufik. 2011. Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Prediksi Pering-kat Obligasi Pada Perusahaan Manu-faktur Yang Terdaftar Di Bursa EfekIndonesia. Jurnal Ekonomi 3(6): 22-43.

Satoto, S. H. 2011. Analisis Faktor–Faktoryang Mempengaruhi Bond Rating.Karisma 5(1): 104–115.

Sejati, G. P. 2010. Analisis Faktor Akuntansidan Non Akuntansi Dalam Mem-prediksi Peringkat Obligasi Perusahaanmanufaktur. Jurnal Ilmu Administrasidan Organisasi 17(1): 70-78.

Sundjaja, R. .S., B. Inge dan P. S. Dharma.2010. Manajemen Keuangan 2. LiteriaLintas Media. Bandung.

Susilowati, L dan Sumarto. 2010. Mem-prediksi Tingkat Obligasi PerusahaanManufaktur yang Listing di BEI. JurnalMitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis1(2): 163-175.

Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan TeoriKonsep dan Aplikasi. Cetakan Ketujuh.Ekoisia. Yogyakarta.

Thamida, N dan H. Lukman. 2013. AnalisisFaktor–Faktor yang Mempengaruhi Pe-ringkat Obligasi Pada Industri Per-bankan Yang Terdaftar di Bursa EfekIndonesia 2008–2012. Jurnal Akuntansi17(2): 198–211.

Page 60: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Kemampuan Faktor Akuntansi Dan Non Akuntansi ... – Rusfika, Wahidahwati 103

Van Horne, J dan Wachowisz. 2007.Fundamentals of Finance Managements 2,Prinsip–Prinsip Manajemen Keuangan.Edisi 12. Salemba 4. Jakarta.

Widowati, A. 2013. Analisis Fakt or Keua-ngan dan Non Keuangan yang Ber-pengaruh Pada Prediksi PeringkatObligasi di Indonesia. Jurnal Manajemen13(1): 35-53.

Wydia, A. 2005. Analisis Faktor-Faktor yangMempengaruhi Prediksi PeringkatObligasi. Jurnal Buletin Ekonomi danMoneter dan Perbankan 8(2).

Page 61: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan p-ISSN 2548 – 298XAkreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 e-ISSN 2548 – 5024DOI: 10.24034/j25485024.y2017.v1.i1.2048

66

DETERMINAN KINERJA AUDITOR INTERNAL PADAINSPEKTORAT SE-PULAU LOMBOK

Aluh [email protected]

Inspektorat Kabupaten Lombok TimurAgusdin

AlamsyahProgram Magister Akuntansi Universitas Mataram

ABSTRACT

This study aims to test and find empirical evidence of the influence of audit structure, leadership style, role conflict,the experience and the independence of the internal auditor performance. Samples were either internal auditorFunctional Auditor (JFA) and Control Officers (P2UPD) at Inspectorate Lombok Island in Nusa Tenggara BaratProvince. This study uses a quantitative approach to the entire population of Control Officers and the sample usedis 141 internal auditors. Sampling technique used is sensus and analysis method used is multiple linear regression.The results showed that the audit structure, experience and independence significant positive effect on theperformance of the internal auditor. The study also found evidence that the conflict can influence the role of internalauditors performance but with a negative direction. While the leadership style does not affect the performance ofauditors. The implication of this research is to give opportunity to the APIP on the Lombok island to give moreattention to the factors that can improve the performance of auditors as to how to resolve the conflict of roles, keepuse audit structure, enhance the experience and independence of the internal auditor.

Key words : leadership style, independence, role conflict, experince, audit structure

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menemukan bukti empiris pengaruh struktur audit, gayakepemimpinan, konflik peran, pengalaman dan independensi terhadap kinerja auditor internal. Sampelpenelitian ini adalah auditor internal baik Jabatan Fungsional Auditor (JFA) maupun PengawasPenyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah (P2UPD) pada Inspektorat se-Pulau Lombok diProvinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif denganpopulasi seluruh fungsional baik fungsional auditor (FA) dan fungsional pengawas penyelenggaraanurusan pemerintah di daerah (P2UPD) di Inspektorat se-pulau Lombok berjumlah 141 auditor internal.Teknik sampling yang digunakan adalah sensus dengan metode analisis regresi linier berganda. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa struktur audit, pengalaman dan independensi berpengaruh positifsignifikan terhadap kinerja auditor internal. Penelitian ini juga menemukan bukti bahwa konflik peranmampu mempengaruhi kinerja auditor internal tetapi dengan arah negatif, sedangkan gayakepemimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Implikasi dari penelitian ini yaitumemberikan kesempatan kepada APIP di pulau Lombok untuk lebih memberikan perhatian atasfaktor-faktor yang mampu meningkatkan kinerja auditor seperti dengan cara mengatasi terjadinyakonflik peran, mengefektipkan penggunaan struktur audit, meningkatkan pengalaman danindependensi auditor internal.

Kata kunci : gaya kepemimpinan, independensi, konflik peran, pengalaman, struktur audit

PENDAHULUANDalam era reformasi saat ini, per-

kembangan isu pelanggaran etika masih saja

sering terjadi. Permasalahan hukum ter-utama berkaitan dengan korupsi, kolusi, dannepotisme (KKN) dengan segala praktiknya

Page 62: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Determinan Kinerja Auditor Internal ... – Ruhbaniah, Agusdin, Alamsyah 67

seperti penyalahgunaan wewenang, pe-nyuapan, pemberian uang pelicin, pungutanliar, pemberian imbalan atas dasar kolusidan nepotisme serta penggunaan uangnegara untuk kepentingan pribadi telahmenjadi perhatian masyarakat dan dianggapsebagai suatu hal yang lazim terjadi dinegara ini.

Tuntutan masyarakat akan pelaksanaanpengawasan yang baik dan bebas KKNmenghendaki adanya pelaksanaan fungsipengawasan dan sistem pengendalian internyang baik atas pelaksanaan pemerintahandan pengelolaan keuangan negara untukmenjamin pelaksanaan kegiatan telah sesuaidengan kebijakan dan rencana yang telahditetapkan serta untuk menjamin bahwatujuan tercapai secara hemat, efisien danefektif. Sesuai dengan Peraturan PemerintahNo. 60 Tahun 2008 tentang sistem pengen-dalian intern pemerintah, pelaksanaanpengendalian intern dilaksanakan oleh Apa-rat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP),yaitu Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan (BPKP); Inspektorat Jenderal;Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabu-paten/Kota yang berfungsi sebagai penga-was atau auditor internal.

Akan tetapi tuntutan tersebut terbenturdengan rendahnya level kapabilitas pe-ngawasan APIP. Salah satu upaya untukmeningkatkan kinerja APIP yaitu denganmelakukan penilaian kapabilitas APIP, halini menjadi salah satu fokus pemerintahuntuk segera diatasi. Berdasarkan hasilpenilaian kapabilitas yang dilakukan BadanPengawasan Keuangan dan Pembangunan(BPKP) Perwakilan Provinsi NTB pada akhirtahun 2015 menunjukkan bahwa kapabilitaspengawasan Inspektorat di pulau Lombokberada pada level 2 kecuali Inspektorat KotaMataram masih berada pada level 1(Laporan BPKP cabang Provinsi NTB, 2016).

Oleh karena itu dengan level pe-ngawasan APIP di pulau Lombok yangsebagian besar berada pada level 1 dan 2maka APIP selaku garda terdepan sulitberbuat banyak dalam menjawab tuntutanmasyarakat. Hal ini juga mengindikasikan

bahwa APIP belum optimal dalam men-jalankan peran sebagaimana dimaksuddalam filosofi paradigma audit baru. Peranauditor dalam paradigma audit baruseharusnya tidak lagi sebagai watchdog(pengawas) namun berperan sebagai partnerauditi yaitu konsultan dan katalis. AparatPengawasan Intern Pemerintah (APIP)dituntut untuk mampu memberikan nilaitambah dan membantu auditi mengenaliresiko-resiko yang akan menghambat per-baikan kinerja audit.

Pelaksanaan audit sesuai paradigmaaudit baru bukanlah perkara mudah, auditorinternal yang bertahun-tahun terbiasa de-ngan paradigma audit lama tentu mem-butuhkan proses penyesuaian diri. Per-ubahan peran auditor internal dari watchdogmenjadi konsultan dan katalis yang di-perkuat dengan tuntutan penerapan auditkinerja membutuhkan perubahan metode,prosedur dan struktur audit yang diguna-kan. Hal ini tentu saja akan menambahbeban kerja kepada auditor internal sehinggaakan timbul konflik peran, selain itu me-nambah beban kerja atasan dan tentu sajaauditor internal juga harus meningkatkanpengalaman dan independensinya. Padasituasi seperti ini, dibutuhkan kerjasamaantara ketua tim dan anggota tim audit agarbisa menyelesaikan tugas audit yang di-jalankan sehingga menghasilkan kinerjaauditor yang baik.

Pada Provinsi Nusa Tenggara Barat(NTB) khususnya di Pulau Lombok, kasuspenyimpangan keuangan masih tinggi. Initerbukti dengan beberapa temuan BadanPemeriksa Keuangan (BPK) maupun Inspek-torat Daerah yang ditindaklanjuti olehAparat Penegak Hukum (APH) dan KomisiPemberantasan Korupsi (KPK), seperti kasuskorupsi Bupati Lombok Barat dimana KPKsejak 5 Desember 2014 menetapkannyasebagai tersangka,kasus lainnya yaitu pro-yek tambatan perahu di Gili Kondo Kabu-paten Lombok Timur, menetapkan pejabatdi Pemerintah kabupaten Lombok Timursebagai tersangka (Lombok Post, 2015).Kepala satuan tugas koordinasi supervisi

Page 63: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

68 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 66 – 84

penegakan Komisi Pemberantas Korupsi(KPK) Republik Indonesia juga menyatakanbahwa masih ada 18 kasus korupsi yangakan ditindak lanjuti di Pulau Lombok(Radar Lombok, 2015). Kasus-kasus itumerupakan akumulasi kasus dari tahun 2013sampai dengan tahun 2015.

Melihat kondisi tersebut di atas, sudahselayaknya menjadi perhatian yang seriusbagi penyelenggara pemerintah (agent) yangdiberikan amanah oleh rakyat (principal)untuk segera memperbaiki keadaan terkaitpenyimpangan tersebut terutama bagiauditor internal yang berfungsi memberikanquality assurance dan consulting bagi pe-merintah. Kondisi ini juga menjadi pekerjaanbesar bagi auditor internal terkait bagaimanamelakukan pembinaan dan pengawasanterhadap urusan pemerintah didaerah.

Pengujian atas pengaruh faktor strukturaudit dalam pelaksanaan audit cukuppenting dilakukan karena pada saat melaku-kan audit seorang auditor internal harusmempunyai struktur audit yang jelas danrinci. Pendekatan struktur audit adalahsebuah pendekatan sistematis terhadapaudit yang dikarakteristikkan oleh langkah-langkah penentuan audit, prosedur rangkai-an logis, keputusan, dokumentasi danmenggunakan sekumpulan alat-alat dankebijakan audit yang komprehensif danterintegrasi untuk membantu auditor me-lakukan audit (Bowrin, 1998). Penelitianyang menggunakan struktur audit sebagaivariabel independen telah dilakukan olehAfriana (2013) yang dilakukan di KantorAkuntan Publik Jawa Timur. Hasil peneliti-an tersebut menyimpulkan bahwa strukturaudit berpengaruh positif terhadap kinerjaauditor. Bertolak belakang dengan peneliti-an Ichwan (2012) menyatakan bahwastruktur audit tidak berpengaruh signifikanterhadap kinerja auditor.

Auditor internal dalam melakukan pe-meriksaan bekerja dalam sebuah tim yangdipimpin oleh seorang ketua tim. Gayakepemimpinan (leadership style) merupakancara pimpinan untuk mempengaruhi oranglain atau bawahannya sedemikian rupa

sehingga orang tersebut mampu melakukankehendak pimpinan untuk mencapai tujuanorganisasi meskipun secara pribadi haltersebut mungkin tidak disenangi. MenurutGibson (1996) gaya pemimpin ada dua yaituconsideration (konsiderasi) adalah gayakepemimpinan yang menggambarkan ke-dekatan hubungan antara atasan danbawahan, adanya saling percaya, kekeluar-gaan, menghargai gagasan bawahan danadanya komunikasi antara atasan danbawahan. Initiating structure (struktur ini-siatif) merupakan gaya kepemimpinan yangmenunjukkan bahwa pemimpin meng-organisasikan dan mendefinisikan hubu-ngan dalam kelompok, cenderung mem-bangun pola dan saluran komunikasi yangjelas, menjelaskan cara mengerjakan tugasyang benar. Penelitian Indah (2009) me-nyatakan gaya kepemimpinan berpengaruhpositif terhadap kinerja auditor pemerintah.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yangdilakukan Wati et al., (2010), Magda (2012),Kumala (2013) dan Akil (2016) yang me-nyatakan bahwa gaya kepemimpinan ber-pengaruh positif signifikan terhadap kinerjaauditor, namun tidak sesuai dengan apayang dihasilkan oleh Sea (1999) dan Gustia(2014) menunjukkan bahwa gaya kepe-mimpinan tidak berpengaruh terhadapkinerja auditor.

Dari segi kualitas, seorang auditor harusmemiliki pengalaman yang memadai. Akantetapi hal tersebut sering terbentur denganadanya mutasi staf yang telah memperolehpendidikan dan pelatihan terkait auditsehingga auditor yang memiliki kompetensidari sisi pengetahuan yang diperoleh daripendidikan formal dan pelatihan semakinberkurang. Selain itu banyak auditor yangbelum mengikuti pendidikan dan pelatihan(diklat) baik pembentukan auditor ahli,maupun diklat teknis lainnya. Minimnyapengembangan kompetensi professionalauditor berdampak pada sikap professionalauditor. Meskipun penjadwalan pendidikandan pelatihan pembentukan auditor telahdilakukan, namun sistem antrian panjangdan keterbatasan anggaran setiap Inspek-

Page 64: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Determinan Kinerja Auditor Internal ... – Ruhbaniah, Agusdin, Alamsyah 69

torat menjadi penghambat percepatanpeningkatan kompetensi profesional audi-tor. Faktor pengalaman memegang perananpenting agar auditor dapat mendeteksisetiap penyimpangan. Fatmawati et al.,(2010) menyatakan pengalaman berpe-ngaruh positif terhadap kinerja auditor, halini tidak sejalan dengan penelitian Suryono(2012) dan Rifan (2015).

Seorang auditor harus memiliki inde-pendensi dalam melakukan audit agar dapatmemberikan pendapat atau kesimpulanyang apa adanya tanpa ada pengaruh daripihak yang berkepentingan (BPKP, 1998).Hal ini juga dinyatakan dalam StandarPengelolaan Keuangan Negara (SPKN) yangmenyebutkan bahwa semua hal yangberkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan,seperti organisasi pemeriksa dan pemeriksaharus bebas dalam sikap mental dan gang-guan pribadi, baik ekstern dan organisasiyang dapat mempengaruhi independensi-nya. Wati et al., (2010) menyatakan inde-pendensi berpengaruh positif terhadapkinerja auditor, sejalan dengan hasil pe-nelitian Magda (2012), Putra W (2012)Fitriani dan Rizki (2014). Hal ini berten-tangan dengan hasil penelitian Gustia (2014)yang menyatakan independensi tidakberpengaruh terhadap kinerja auditor.

Menurut Dale dan Fox (2008) konflikperan merupakan derajat ketidaksesuaianantara tugas, sumberdaya, aturan ataukebijakan dan orang-orang lain. Dalamkondisi ini auditor mengalami suatu ke-adaan dengan dua atau lebih pengharapanperan yang saling berlawanan. Perilaku yangdiharapkan auditor tidak konsisten, akibat-nya akan meningkatkan ketegangan internaldan frustasi yang kemudian menyebabkanturunnya kepuasan kerja dan menurunnyakeefektifan organisasi (Rizzo et al., 1970).Penelitian Fannani (2008), Ichwan (2012) danAfriana (2013) menunjukkan bahwa konflikperan berpengaruh terhadap kinerja auditor.Namun kontradiksi dengan penelitianFogarty (2000) yang menemukan bahwakonflik peran tidak berpengaruh terhadapkinerja auditor yang disebabkan karena

auditor yang menerima penugasan di-dukung dengan tenaga kerja (sumber dayamanusia) yang cukup untuk melakukannya,auditor mampu memecahkan masalah yangtimbul karena konflik antar auditor, se-hingga dapat meningkatkan kinerja auditor.

Penelitian ini pada dasarnya merupakanpengembangan dari penelitian Handayani(2015) yang menguji pengaruh variabelkompetensi, independensi dan lingkungankerja terhadap kinerja Aparat PengawasInternal Pemerintah (APIP) di lingkunganInspektorat se-Pulau Lombok. Adapun yangmembedakan penelitian ini dengan pe-nelitian sebelumnya adalah variabel yangakan diuji, dimana penelitian ini akanmenggabungkan 3 (tiga) faktor yang mem-pengaruhi kinerja (Gibson, 1987) sepertifaktor individual yaitu pengalaman danindependensi, faktor organisasi yaitu struk-tur audit dan gaya kepemimpinan dan faktorpsikologi yaitu konflik peran. Alasanpemilihan variabel tersebut dikarenakanpada penelitian sebelumnya menunjukkanhasil yang tidak konsisten, perbedaanlainnya yaitu jumlah sampel yang lebih luasdan diharapkan hasilnya lebih refresentatif.

Penelitian ini perlu dilakukan untukmengetahui pengaruh antara struktur audit,gaya kepemimpinan, konflik peran, pe-ngalaman dan independensi terhadapkinerja auditor dengan menggunakan teorikeagenan dan teori peran. Dengan harapandapat membantu pimpinan dalam me-motivasi tim auditornya guna membentuktim audit yang solid sehingga mampumeningkatkan kinerja auditor internal.Kontribusi hasil penelitian ini diharapkandapat menambah literatur penelitian di-bidang perilaku auditor terkait kinerjaauditor dan juga diharapkan dapat men-dukung teori agensi terkait adanya asimetriinformasi yang menyebabkan muculnyamoral hazard dan adverse selection antaraprincipal dengan agent dan juga dapat men-dukung teori peran terkait adanya konflikpada tugas, aturan dan kebijakan yang tidaksesuai harapan sehingga terjadi asimetriinformasi antara auditor intern dan pe-

Page 65: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

70 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 66 – 84

merintah yang diwakili oleh lembaga pe-ngawasan (APIP) dalam pelaksanaan auditdan menyebabkan menurunnya kualitaskerja.

Hasil penelitian ini juga diharapkandapat memberi masukan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditorsehingga supervisor/pimpinan organisasidalam mengendalikan tim audit bisa lebihprofesional. Disamping itu bagi auditi dapatdigunakan sebagai dasar untuk perbaikandan pengambilan keputusan demi ter-capainya tujuan organsiasi dan terwujudnyaakuntabilitas publik demi penyelenggaraanpemerintah yang lebih baik. Kontribusi bagipengambil kebijakan untuk membuat ke-bijakan di bidang pengawasan khususnyatentang kebijakan mutasi bagi auditor yangsudah memperoleh pendidikan dan pe-latihan terkait audit, memberikan kesempat-an kepada auditor untuk meningkatkanpengalamannya melalui pendidikan danpelatihan dan juga penugasan-penugasanaudit yang berkesinambungan. dapat me-nyusun bentuk kebijakan tentang pe-ningkatan kepuasan kerja auditor sehinggamampu mempertahankan minat pegawaiuntuk tetap menjadi auditor intenal pe-merintah.

TINJAUAN TEORETISTeori Peran

Teori peran (role theory) adalah pe-nekanan dari sifat individu seseorangsebagai pelaku sosial yang mengimplemen-tasikan perilaku sesuai dengan posisi yangdijalankan baik di lingkungan kerja maupunmasyarakat (Kahn et al., 1964). Teori inimenekankan sifat individual sebagai pelakusosial yang mempelajari perilaku sesuaidengan posisi yang ditempatinya baik dilingkungan kerja maupun masyarakat. TeoriPeran mencoba untuk menjelaskan interaksiantar individu dalam organisasi, berfokuspada peran yang mereka mainkan. Peranperilaku dipengaruhi oleh harapan peranuntuk perilaku yang sesuai dalam posisi ini,dan perubahan perilaku peran terjadi me-

lalui proses yang berulang-ulang (Thomp-son, 2001).

Teori KeagenanJensen dan Meckling (1976) di dalam

teori agensi (agency theory) menggambarkanhubungan agensi sebagai suatu kontrak dibawah satu atau lebih principal yang me-libatkan agen untuk melaksanakan beberapalayanan bagi prinsipal dengan melakukanpendelegasian wewenang pengambilan ke-putusan kepada agen. Berdasarkan teoriagensi, Jensen dan Meckling (1976) me-nyatakan bahwa hubungan keagenan dapatterjadi pada semua entitas yang meng-andalkan pada kontrak, baik eksplisitmaupun implisit, sebagai acuan pranataperilaku partisipan, oleh karena itu dapatdikatakan bahwa hubungan keagenan ter-jadi pada setiap entitas.

Penerapan teori keagenan padaorganisasi sektor publik dapat terwujuddalam kontrak kerja yang akan mengaturproporsi hak dan kewajiban masing-masingpihak dengan tetap memperhitungkankemanfaatan secara keseluruhan. Organisasisektor publik melalui pemerintah daerahkhususnya lembaga APIP (Inspektorat) se-bagai stakeholder internal selalu berupayauntuk meningkatkan kepercayaan publik(masyarakat) dan auditi sebagai stakeholdereksternal melalui pelaksanaan fungsi pe-ngawasan intern yang berkualitas, sehinggaterwujud penyelenggaraan pemerintahanyang bersih, adil, transparan, dan akuntabel.

Ketidakseimbangan (asimetri) informasiyang dimiliki antara auditor intern danpemerintah yang diwakili oleh lembagapengawasan (APIP) dalam pelaksanaanaudit dapat menimbulkan permasalahan.Akibat adanya informasi yang tidak se-imbang (asimetri) tersebut, dapat menimbul-kan 2 (dua) permasalahan yang disebabkanadanya kesulitan prinsipal untuk memonitordan melakukan kontrol terhadap tindakan-tindakan agen. Jensen dan Meckling (1976)menyatakan permasalahan tersebut antaralain adalah: (a) Moral Hazard, yaitu per-

Page 66: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Determinan Kinerja Auditor Internal ... – Ruhbaniah, Agusdin, Alamsyah 71

masalahan yang muncul jika agen tidakmelaksanakan hal-hal yang telah disepakatibersama dalam kontrak kerja. (b) AdverseSelection, yaitu suatu keadaan dimanaprinsipal tidak dapat mengetahui apakahsuatu keputusan yang diambil oleh agenbenar-benar didasarkan atas informasi yangtelah diperolehnya, atau terjadi sebagaisebuah kelalaian dalam tugas.

Kinerja AuditorMangkunegara (2005) mengemuka- kan

bahwa kinerja berasal dari kata prestasi kerjayaitu hasil kerja secara kualitas maupunkuantitas yang dicapai oleh seorang pegawaidalam melaksanakan tugasnya sesuaidengan tanggung jawab yang diberikankepadannya, sedangkan Mahsun (2007)menyatakan bahwa kinerja (performance)adalah gambaran mengenai tingkat pen-capaian pelaksanaan suatu kegiatan/pro-gram/kebijakan dalam mewujudkan sasar-an, tujuan, misi dan visi organisasi yangtertuang dalam strategic planning suatuorganisasi.

Menurut Robbins (2007), kinerja me-rupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaanyang dilakukan oleh individu dibandingkandengan kriteria yang telah ditetapkanbersama, pengertian kinerja sebagai hasilkerja secara kualitas dan kuantitas yangdicapai individu dalam melaksanakantugasnya sesuai dengan tanggung jawabyang diberikan kepadanya.

Berdasarkan uraian tentang kinerjayang dikemukakan oleh para ahli tersebutbila dikaitkan dengan auditor internal, makadapat diperoleh gambaran secara umumbahwa kinerja auditor internal adalahprestasi kerja yaitu proses dan hasil kerjabaik secara kualitas maupun kuantitas yangdicapai oleh auditor internal dalam me-laksanakan tugas pengawasan.

Pengaruh Struktur Audit terhadap kinerjaauditor

Muslim A. Djalil (2002) menjelaskanbahwa struktur audit meliputi apa yangharus dilakukan, intruksi bagaimana pe-

kerjaan harus diselesaikan, alat untuk me-lakukan koordinasi, alat untuk pengawasandan pengendalian audit dan alat penilaikualitas kerja yang dilaksanakan. Strukturaudit harus menentukan secara rinciprosedur audit yang diperlukan untukmencapai tujuan audit. Fungsi struktur auditmeliputi petunjuk mengenai apa yang harusdilakukan dan instruksi bagaimana haltersebut harus diselesaikan, alat-alat untukmelakukan koordinasi, pengawasan, pe-ngendalian audit dan alat-alat untukpenilaian kualitas kerja yang dilaksanakan.

Teori agensi diharapkan mampu untukmemenuhi tuntutan informasi dan per-tanggungjawaban yang akuntabel danhandal dari para agent (auditor) yang telahdipercayakan oleh principal (PemerintahDaerah) melalui lembaga APIP. BerdasarkanStandar Pengelolaan Keuangan Negara(SPKN) tentang tanggung jawab pemeriksamenyatakan bahwa auditor wajib me-rencanakan dan melaksanakan pemeriksaan.Salah satu bentuk perencanaan yaitu adanyastruktur audit. Dalam melakukan auditseorang auditor harus menerapkan proseduraudit sesuai dengan standar yang diterimaoleh umum.

Untuk menetapkan standar, diperlukankonsep yang mendasarinya sehinggastandar tersebut dijabarkan dalam proseduryang digunakan pada audit. Struktur auditmembantu atasan dalam memberi tugaskepada staf auditnya mengenai pekerjaanyang harus dilaksanakan. Penggunaanstruktur audit juga akan memperjelas aruskerja dan koordinasi dalam tim serta mem-bantu auditor dalam mengambil keputusansehingga memudahkan tugas auditor. Peng-gunaan dan pemahaman struktur auditdapat membantu auditor dalam melaksanakan tugasnya agar menjadi lebih baik,sehingga dapat meningkatkan kinerja audi-tor. Hal ini disebabkan karena teknik danprosedur audit yang digunakan Inspektorattersebut akan menjadi lebih efektif danefisien.

Berdasarkan uraian tersebut, maka di-rumuskan hipotesis sebagai berikut:

Page 67: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

72 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 66 – 84

H1 : Struktur audit berpengaruh positifterhadap kinerja auditor

Pengaruh gaya kepemimpinan terhadapkinerja auditor

Kepemimpinan merupakan tindakanyang mempengaruhi perilaku orang lainbaik perorangan maupun organisasi. Me-nurut Rivai (2011) kepemimpinan secaraluas meliputi proses mempengaruhi dalammenentukan tujuan organisasi, memotivasiperilaku pengikut untuk mencapai tujuanorganisasi, memotivasi perilaku pengikutuntuk mencapai tujuan, mempengaruhiuntuk memperbaiki kelompok dan budaya-nya. Seorang pimpinan (principal) berke-wajiban memberikan motivasi kepadabawahan (agent) yang dibawahinya agarmereka tetap melaksanakan tugas denganbaik, memiliki dedikasi terhadap organisasidan tetap merasa berkewajiban untukmencapai tujuan organisasi (Wati et al.,2010), sehingga jika kepemimpinan tersebutterjadi pada suatu organisasi formal tertentu,dimana para manajer perlu mengembang-kan karyawan, membangun iklim motivasi,menjalankan fungsi-fungsi manajerial dalamrangka menghasilkan kinerja yang tinggidan meningkatkan kinerja perusahaan,maka manajer perlu menyesuaikan gayakepemimpinannya (Siagian, 2002). Kumala(2013) dan Gustia (2014) dalam penelitian-nya menyimpulkan bahwa gaya kepemimpi-nan berpengaruh signifikan positif terhadapkinerja auditor.

Berdasarkan teori dan penelitian ter-dahulu yang dibangun dalam rerangkakonsep penelitian sebelumnya, dapat di-simpulkan bahwa semakin cakapnya se-orang pemimpin dalam mengatur ataumempengaruhi bawahannya, maka bawa-hannya akan termotivasi dan bersemangatuntuk bekerja, sehingga kinerja bawahannyaakan semakin baik. Dari uraian diatas dapatdirumuskan hipotesis penelitian sebagaiberikut:

H2 : Gaya kepemimpinan berpengaruhpositif terhadap kinerja auditor

Pengaruh Konflik Peran terhadap kinerjaauditor

Teori peran menjelaskan bahwa inter-aksi antar individu dalam organisasi harusberfokus pada peran yang mereka mainkan.Konflik peran adalah suatu konflik yangtimbul karena mekanisme pengendalianbirokrasi organisasi tidak sesuai dengannorma, aturan, etika dan kemandirian pro-fesional. Kondisi tersebut biasanya terjadikarena adanya dua perintah yang berbedayang diterima secara bersamaan, dan pe-laksanaan salah satu perintah saja akanmengakibatkan terabaikannya perintah yanglain. Konflik peran dapat menimbulkan rasatidak nyaman dalam bekerja dan bisa me-nurunkan motivasi kerja karena mempunyaidampak negatif terhadap prilaku individuseperti timbulnya ketegangan kerja, banyakterjadi perpindahan pekerja, penurunankepuasan kerja sehingga bisa menurunkankinerja auditor secara keseluruhan. Pe-nelitian Fanani (2008) dan Afriana (2013)menyatakan konflik peran berpengaruh ter-hadap kinerja, semakin besar konflik peranyang dialami oleh auditor maka semakinrendah kinerja auditor tersebut. Berdasarkanuraian di atas dapat dirumuskan hipotesissebagai berikut:H3 : Konflik peran berpengaruh negative

terhadap kinerja auditor

Pengaruh pengalaman terhadap kinerjaauditor

Adanya asimetri informasi yang me-nyebabkan munculnya moral hazard antaraprincipal dengan agen menuntut adanyaakuntabilitas publik dalam penyelenggaraanpemerintahan demi terwujudnya peme-rintahan yang baik. Auditor internal pe-merintah di tuntut untuk lebih meningkat-kan pengalaman dalam bidang-bidangtertentu yang terkait dengan pengawasan.Permenpan No 4 tahun 2008 mengharuskanauditor internal memiliki pengalaman dalammelaksanakan tugas.

Fatmawati (2010) dalam penelitiannyamenyimpulkan bahwa pengalaman berpe-

Page 68: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Determinan Kinerja Auditor Internal ... – Ruhbaniah, Agusdin, Alamsyah 73

ngaruh terhadap kinerja auditor, semakintinggi pengalaman auditor maka semakintinggi kinerja auditor. Berdasarkan uraiandiatas dapat dirumuskan hipotesis sebagaiberikut:H4 : Pengalaman berpengaruh positif ter-

hadap kinerja auditor

Pengaruh independensi terhadap kinerjaauditor

Seorang auditor (agent) dalam me-lakukan pemeriksaan harus bebas daricampur tangan dan intervensi pimpinannya(principal). Apabila auditor kehilanganindependensinya, maka laporan audit yangdihasilkan akan tidak sesuai dengan ke-nyataan yang ada sehingga tidak dapatdigunakan sebagai dasar pengambilan ke-

putusan (Supriyono, 2000). Auditor internalseharusnya berada dalam posisi yang tidakmemihak siapapun karena auditor internalmelaksanakan pekerjaannya untuk kepenti-ngan umum. Dengan adanya sikap inde-pendensi dalam program audit, verifikasidan pelaporan pada diri seorang auditortersebut akan memiliki kepuasan kerja.Penelitian Magda (2012) dan Putra, W danAriyanto (2012) menyatakan independensiberpengaruh positif terhadap kinerja audi-tor. Semakin tinggi independensi dariseorang auditor maka kinerjanya akansemakin baik.

Berdasarkan uraian diatas dapat di-rumuskan hipotesis sebagai berikut:H5 : Independensi berpengaruh positif ter-

hadap kinerja auditor.

Tabel 1Klasifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi SumberKinerja Auditor (KA) Pandangan atau pendapat dari koordinator

tentang hasil dari pelaksanaan dan tang-gungjawab pekerjaan yang dilakukan auditoryang bersangkutan berdasarkan kemampuan,tanggungjawab dan keobyektifan dalam me-laksanakan pengauditan

Trisnaningsih(2007)

Struktur Audit (SA) Persepsi atau pendapat auditor internal suatupedoman berupa langkah-langkah sistematisdalam melaksanakan kegiatan pengauditanyang berguna dalam memudahkan auditordalam melaksanakan tugas yang harus dilaku-kan dalam proses pengauditan

Fanani et al.,(2008)

GayaKepemimpinan (GK)

Pendapat atau pandangan dari auditor internaltentang kepemimpinan dari ketua tim audit,dilihat dari dua dimensi yaitu konsiderasi danstruktur inisiatif

Trisnaningsih(2007)

Konflik Peran (KP) Pendapat auditor tentang bentuk ketidak-nyamanan dalam melakukan pekerjaannya(Agustina, 2009)

Agustina (2009)

Pengalaman (PN) Persepsi auditor internal tentang aktivitas nyatayang telah dilaksanakan dengan baik danprofesional oleh auditor dalam rangka pe-laksanaan pengawasan dan pemeriksaan

Simangunsong(2008)

Page 69: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

74 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 66 – 84

Independensi (I) Pendapat auditor internal tentang sikap seorangauditor yang harus bebas dari pengaruh, tidakdikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantungpada orang lain

Mulyadi danPuryadireja(2002)

METODE PENELITIANPopulasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini yaituseluruh auditor internal baik fungsionalauditor (FA) dan fungsional yang me-laksanakan pemeriksaan pada Inspektoratprovinsi/kabupaten/kota se-pulau Lombok,yaitu sebanyak 141 orang pemeriksa.Penentuan responden dengan menggunakansensus sehingga responden pada penelitianini yaitu semua populasi yaitu pejabatfungsional auditor dan pejabat fungsionalP2UPD (Pejabat Pengawas Urusan Peme-rintah Daerah) pada seluruh Inspektorat se-Pulau Lombok berjumlah 141 auditorinternal.

Teknik Pengumpulan DataData yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data primer. Data primer di-peroleh dan dikumpulkan dengan meng-gunakan kuisioner. Kuisioner penelitianberisi daftar pertanyaan yang disusun secaraterstruktur dan bersifat tertutup. Kuisionerdiserahkan langsung oleh peneliti kepadaresponden.

Model PenelitianPenelitian ini menggunakan uji regresi

linier berganda dengan model sebagaiberikut:KA = α + β SA + β GK − β KP + β PN + β I + eDimana:KA = Kinerja auditor

= Konstanta= Struktur Audit= Gaya Kepemimpinan= Konflik Peran= Pengalaman= Independensi= Koefisien regresi= Error

TeknikAnalisisPada penelitian ini alat analisis yang

digunakan adalah regresi linier berganda.Sebelum dilakukan uji statistik, terlebihdahulu dilakukan pengukuran kualitas datamelalui uji validitas dan reliabilitas serta ujiasumsi klasik, yang meliputi uji multi-kolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan ujinormalitas. Selanjutnya dilakukan pengujianhipotesis menggunakan uji signifikansi para-meter individual (uji t), koefisien determi-nasi (R ) dan uji signifikansi simultan(Uji F).

ANALISIS DAN PEMBAHASANGambaran Unit Observasi

Responden dalam penelitian ini adalahauditor internal yang berada pada Inspek-torat Provinsi NTB dan Inspektorat Kabu-paten/Kota yang berada di Pulau Lombokberjumlah 4 (empat) Kabupaten dan 1 (satu)Kota. Auditor yang dimaksud dalam pe-nelitian ini adalah auditor internal pe-merintah yang bertugas melakukan pem-binaan dan pengawasan atas penyeleng-garaan urusanpemerintahan di Daerah yangterdiri atas Jabatan Fungsional Auditor (JFA)dan Jabatan Fungsional Pengawas Pe-nyelenggara Urusan Pemerintahan diDaerah (JFP2UPD) berdasarkan standaraudit yang dikeluarkan oleh AAIPI.

Jumlah auditor yang dijadikan sebagaipopulasi dan sampel dalam penelitianadalah 141 orang. Berdasarkan hasil akhiratas pengembalian kuesioner, diperolehsebanyak 139 orang auditor yang bisadijadikan sebagai responden akhir dalampenelitian atau dengan kata lain tingkatpengembalian sebesar 98 persen. Adapun 2orang auditor (2 persen) yang tidak bisadijadikan sebagai responden akhir adalahkarena 1 (satu) orang menunaikan ibadahhaji dan satu orang auditor mutasi. Berikutinformasi data responden yang berhasil

Page 70: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Determinan Kinerja Auditor Internal ... – Ruhbaniah, Agusdin, Alamsyah 75

dikumpulkan berdasarkan tabulasi datayang diperoleh dari kuesioner.

Berdasarkan hasil penyebaran kuesi-oner yang dilakukan, berikut disajikan profilresponden berdasarkan pendidikan, lamamasa kerja dan jabatan. Berdasarkan pen-didikan, sebagian besar (80,58%) respondendalam penelitian ini berpendidikan S-1,sekitar 12,23% responden berpendidikan S-2,D-3 sekitar 6,47% dan sisanya sekitar 0, 71%responden berpendidikan SMA. Berdasar-kan lamanya bekerja di Inspektorat sebagaiauditor, sekitar 0,72% responden memiliki

masa kerja kurang dari 1 tahun, 36,69%responden memiliki masa kerja 1–5 tahun,masa kerja 6–10 tahun sekitar 38,13% dan24,46% responden yang memiliki masa kerjalebih dari 10 tahun.

Berdasarkan jabatan, auditor madyasekitar 4,84%, auditor muda 7,26%, auditorpenyelia 8,06%, auditor pertama 22,58%,auditor pelaksana 5,65% pengawas peme-rintah madya 17,74%, pengawas pemerintahmuda 27,42% dan 6,45% pengawas pe-merintahan pertama. Karakteristik respon-den dapat diringkas pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2Karakteristik Responden

No Uraian RespondenJumlah %

1 Pendidikana. Pasca Sarjana (S-2)b. Strata Satu (S-1)c. Diploma IIId. SMA

1711291

12,2380,586,470,72

2 Lama Bekerja di Inspektorata. Kurang dari 1 tahunb. 1 s/d 5 tahunc. 6 s/d 10 tahund. Lebih dari 10 tahun

1515334

0,7236,6938,1324,46

3 Jabatana. Auditor Madyab. Auditor Mudac. Auditor Penyeliad. Auditor Pertamae. Auditor Pelaksanaf. Pengawas Pemerintah Madyag. Pengawas Pemerintah Mudah. Pengawas pemerintah Pertama

691028722348

4,847,268,0622,585,6517,7427,426,45

Sumber: Data Penelitian (diolah)

Pengujian Validitas dan ReliabilitasValiditas diukur dengan menggunakan

uji korelasi Product Moment dari Karl Pearson,dengan criteria rhitung >rkritis 0,3 (Sugiyono,2014) sedangkan untuk mengukur relia-bilitas dengan uji statistic Cronbach Alpha (α)>0,60 (Ghozali, 2013). Hasil pengujianvaliditas dan reliabilitas untuk semuavariabel dirangkum pada Tabel 3.

Statistik DeskriptifAnalisa data didasarkan pada jawaban

responden yang terkumpul sebanyak 139responden. Dari data yang diperoleh makadapat diketahui statistik deskriptif sepertiyang tampak pada Tabel 4.

Dari tabel 4 dapat dilihat nilai rata-rataskor tanggapan responden mengenai kinerjaauditor (KA) sebesar 4,35 dengan standar

Page 71: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

76 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 66 – 84

deviasi sebesar 0,490 menunjukkan bahwajawaban responden untuk kinerja auditorberada pada jawaban kurang setuju sampaidengan sangat setuju. Nilai rata-rata strukturaudit (SA) sebesar 4,38 dengan standar

deviasi sebesar 0,597 menunjukkan bahwajawaban responden untuk variabel strukturaudit berada pada jawaban kurang setujusampai dengan sangat setuju.

Tabel 3Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas

No Variabel Validitas dan ReliabilitasKoefisien/ rhitung Cronbach’s Alpha

1 Struktur Audit 0,540-0,744 0,7482 Gaya Kepemimpinan 0,561-0.855 0,7803 Konflik Peran 0,517-0,877 0,7874 Pengalaman 0,496-0,891 0,7545 Independensi 0,502-0,867 0,778

Sumber: data hasil penelitian (diolah)

Tabel 4Statistik Deskriptif

Variabel N Mean Std. DevKinerja Auditor 139 4.35 .490Struktur Audit 139 4.38 .597Gaya Kepemimpinan 139 4.21 .541Konflik Peran 139 4.25 .773Pengalaman 139 4.21 .691Independensi 139 4.42 .541

Sumber: data hasil penelitian (diolah)

Nilai rata-rata skor tanggapan respon-den mengenai variabel gaya kepemimpinan(GA) sebesar 4,21 dengan standar deviasisebesar 0,541 menunjukkan bahwa jawabanresponden untuk gaya kepemimpinan ber-ada pada jawaban setuju sampai dengansangat setuju. Nilai rata-rata konflik peran(KP) sebesar 4,25 dengan standar deviasisebesar 0,773 menunjukkan bahwa jawabanresponden untuk variabel konflik peranberada pada jawaban setuju sampai dengansangat tidak setuju. Nilai rata-rata skortanggapan responden mengenai variabelpengalaman (PN) sebesar 4,21 dengan stan-dar deviasi sebesar 0,691 menunjukkanbahwa jawaban responden untuk pengala-man berada pada jawaban kurang setuju

sampai dengan sangat setuju. Nilai rata-rataindependensi (I) sebesar 4,42 dengan standardeviasi sebesar 0,541 menunjukkan bahwajawaban responden untuk variabel inde-pendensi berada pada jawaban kurangsetuju sampai dengan sangat setuju.

Pengujian Asumsi KlasikUji Normalitas Data

Uji normalitas data dalam penelitian inidilakukan dengan menggunakan uji Kolmo-gorov-Smirnov (K-S). Uji Kolmogorov-Smirnov(K-S) pada alpha sebesar 5%. Jika nilaisignifikansi dari pengujian Kolmogorov-Smirnov (K-S) lebih besar dari 0,05 berartidata berdistribusi normal. Ringkasan peng-ujian dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 72: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Determinan Kinerja Auditor Internal ... – Ruhbaniah, Agusdin, Alamsyah 77

Tabel 5Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)

Keterangan Unstandardized ResidualN 139

Kolmogorov-Smirnov Z .923Asymp. Sig. (2-tailed) .361

Sumber: data hasil penelitian (diolah)

Hasil perhitungannya menunjukkandistribusi yang normal pada model yangdigunakan dengan nilai probabilitas sebesar0,923 (0,923>0,10) dan signifikansi 0,361>0,05maka residual berdistribusi normal.

Uji MultikolinieritasUji multikolonieritas dilakukan dengan

melihat nilai tolerance dan lawannya VarianceInflation Factor (VIF) (Ghozali, 2006). Dalampenelitian ini, hasil perhitungan collinearity-coefficients statistik tidak ada variabel

independen yang memiliki nilai tolerancekurang dari 0,10 yang berarti tidak adakorelasi antar variabel independen yangnilainya lebih dari 95 persen. Hasil per-hitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF)juga menunjukkan hal yang sama, tidak adasatu variabel independen yang memilikinilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpul-kan bahwa tidak terjadi multikolinieritasantar variabel independen dalam modelregresi. Ringkasan hasil uji multikoliniea-ritas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6Hasil Uji Multikoliniearitas

ModelColienearity Statistics

Tolerance VIFStruktur Audit .971 1.030Gaya Kepemimpinan .968 1.033Konflik Peran .976 1.025Pengalaman .952 1.051Independensi .950 1.052

Sumber: data hasil penelitian (diolah)

Uji HeteroskedastisitasUji heteroskedastisitas dalam penelitian

ini dilakukan uji statistik yaitu uji glejser. Ujiglejser mengusulkan untuk meregresi nilai

absolute residual terhadap variabel inde-penden (Ghozali, 2013). Hasil uji glejserdapat dilihat pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7Hasil Uji Glejser

Variabel Signifikansi KesimpulanStruktur Audit 0,653 Tidak ada heteroskedastisitasGaya Kepemimpinan 0.061 Tidak ada heteroskedastisitasKonflik Peran 0.770 Tidak ada heteroskedastisitasPengalaman 0.130 Tidak ada heteroskedastisitasIndependensi 0.840 Tidak ada heteroskedastisitas

Sumber: data hasil penelitian (diolah)

Page 73: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

78 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 66 – 84

Tabel 7 menunjukkan bahwa tidak adasatupun variabel independen yang signi-fikan secara statistik mempengaruhi variabeldependen nilai absolut residual (Abresid),seperti terlihat dari nilai signifikansi yanglebih besar dari 0,05, hal tersebut berartibahwa model tidak mengandung heteros-kedastisitas.

Pengujian HipotesisUji F digunakan untuk mengetahui

apakah variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen(Ghozali, 2006). Berdasarkan hasil uji F atauuji ANOVA didapat nilai F signifikan pada0,000. Karena probabilitas signifikansi < 0,05maka model regresi dapat digunakan untukmemprediksi variabel kinerja auditor ataudapat dikatakan bahwa variabel struk- turaudit, gaya kepemimpinan, konflik peran,pengalaman dan independensi secarabersama-sama (simultan) berpengaruh ter-hadap variabel kinerja auditor. Hal inimenunjukkan bahwa secara bersama-sama,semua variabel independen yang terdiri atasstruktur audit, gaya kepemimpinan, konflikperan, pengalaman dan independensi audi-tor internal pada Inspektorat Provinsi NTBdan Kabupaten/Kota se-Pulau Lombokberpengaruh signifikan terhadap kinerjaauditor internal. Kondisi ini didukungdengan nilai F hitung yang lebih besar darinilai F Tabel pada df1= 5 dan df2= 133(31,774>2,663) dan tingkat signifikansi yangjauh lebih kecil dari derajat kepercayaan

yang telah ditentukan (0,000< 0,05).Koefisien determinasi (R²) mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalammenerangkan perubahan (variasi) variabeldependen. Koefisien determinasi bernilaiantara nol dan satu (Ghozali, 2006). Nilai

Adjusted R² (2

R ) sebesar 0,527, kondisi inimenunjukkan bahwa variasi variabel de-penden yaitu kinerja auditor dapat dijelas-kan oleh variabel independen yaitu strukturaudit, gaya kepemimpinan, konflik peran,pengalaman dan independensi auditor inter-nal pemerintah Provinsi NTB dan Kabu-paten/Kota se-Pulau Lombok dapat dijelas-kan sebesar 52,7 persen,sementara sisanyasebesar 47,3 persen dijelaskan oleh faktorlain yang tidak diikutkan dalam model.NilaiR mengukur besarnya hubungan keempatvariabel independen. Berdasarkan hasilpengujian hipotesis diperoleh nilai R sebesar0,738. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatanhubungan variabel struktur audit, gayakepemimpinan, konflik peran, pengalamandan independensi adalah sebesar 73,8persen.

Uji t menunjukkan seberapa jauhpengaruh satu variabel independen secaraindividual atau parsial dalam menerangkanvariasi variabel dependen (Ghozali, 2006).Hasil uji t menunjukkan bahwa semuavariabel signifikan karena nilai proba-bilitasnya berada dibawah 0,05.

Berikut adalah ringkasan hasil peng-ujian hipotesis dapat dilihat pada Tabel 8berikut ini.

Tabel 8Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Variabel Uji t (Parsial) Koefisiendeterminasi

Uji F(Simultan)

B Sig. Adjusted R Square Sig.Constanta 3.518 .241Struktur Audit .208 .001

.527 .000bGaya Kepemimpinan .026 .630Konflik Peran -.121 .001Pengalaman .442 .000Independensi .271 .000

Sumber: data hasil penelitian (diolah)

Page 74: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Determinan Kinerja Auditor Internal ... – Ruhbaniah, Agusdin, Alamsyah 79

Hasil uji hipotesis yang telah dilakukantersebut menghasilkan model regresi sebagaiberikut : = 3,518 + 0,280 + 0,026 −0,121 + 0,442 + 0,271 +

PembahasanHasil pengujian hipotesis dengan

menggunakan regresi berganda dapat di-lihat pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 9Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Kode Hipotesis Hasil PengujianH1 Struktur audit berpengaruh positif terhadap kinerja

auditorDiterima (signifikan)

H2 Gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadapkinerja auditor

Ditolak(tidak signifikan)

H3 Konflik peran berpengaruh negative terhadap konflikperan

Diterima(signifikan)

H4 Pengalaman berpengaruh positif terhadap kinerjaauditor

Diterima(signifikan)

H5 Independensi berpengaruh positif terhadap kinerjaauditor

Diterima(signifikan)

Berdasarkan Tabel 9 untuk analisis hasilpengujian terhadap lima hipotesis yang telahdiajukan dapat dijelaskan bahwa hipotesispertama (H1) menyatakan struktur audit(SA) berpengaruh positif terhadap kinerjaauditor (KA). Tabel 8 hasil uji nilai koefisienantara variabel struktur audit dan kinerjaauditor menunjukkan hubungan positifsebesar 0,208 dengan nilai t-statistik 3,406>1,656 (t-tabel) dan signifikan pada taraf 5%yang berarti bahwa kinerja auditor ber-pengaruh positif signifikan terhadap kinerjaauditor. Dengan demikian penelitian inimenerima H1.

Hasil analisis data membuktikan bahwapenggunaan struktur audit membantuauditor internal untuk penentuan langkah-langkah audit, memperjelas arus kerja dankoordinasi dalam tim audit. Auditor meng-gunakan struktur audit dalam pelaksanaantugasnya sehingga decision maker akan dapatlebih memfokuskan pada informasi yangrelevan dengan masalah audit. Selain itu,hasil penelitian ini menunjukkan buktibahwa semakin banyak pengetahuan audi-tor internal menggunakan struktur auditmaka semakin mudah auditor tersebutdalam menjalankan tugasnya. Walaupunfakta dilapangan pengendali mutu dan

pengendali teknis sebagian besar tugas danfungsinya dijalankan bukan berasal dariauditor internal ternyata hal tersebut tidakmengganggu kegiatan pengawasan akantetapi hal tersebut bertentangan denganPermenpan nomor 19 tahun 2009 tentangpedoman kendali mutu audit. Inti dariperaturan tersebut adalah jabatan pengen-dali mutu dan pengendali teknis merupakanjabatan yang dijalankan oleh auditor, olehkarena itu agar tidak terjadi asimetriinformasi yang timbul antara pemerintahdaerah (principal) dengan auditor (agent)melalui lembaga Aparat Pengawas InternalPemerintah (APIP) maka auditor harusmemenuhi tanggung jawabnya sebagaipemeriksa berdasarkan standar pengelolaankeuangan Negara (SPKN) yang menyatakanbahwa auditor wajib melakukan perencana-an dan melaksanakan pemeriksaan dimanasalah satu bentuk perencanaan yaitu struk-tur audit.

Hasil penelitian ini tidak sejalan denganpenelitian Alfianto dan Suryandari (2015)serta Ichwan (2012) yang menyimpulkanbahwa tidak terdapat pengaruh yang signi-fikan antara struktur audit terhadap kinerjaauditor, akan tetapi hasil penelitian inimendukung dan sejalan dengan penelitian

Page 75: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

80 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 66 – 84

Afriana (2013) dan Fanani (2008) yang me-nyatakan bahwa struktur audit berpengaruhpositif terhadap kinerja auditor. Hal inimengindikasikan bahwa penggunaan struk-tur audit sangat membantu auditor dalammelaksanakan tugasnya menjadi lebih baiksehingga dapat meningkatkan kinerja audi-tor internal.

Hipotesis kedua (H2) menyatakan bah-wa gaya kepemimpinan (GK) tidak ber-pengaruh terhadap kinerja auditor (KA).Hasil uji antara variabel gaya kepemimpinandan kinerja auditor menunjukkan hubunganpositif sebesar 0,26 dengan nilai t-statistik483< 1,656 dan signifikan pada taraf 5% yangberarti bahwa gaya kepemimpinan tidakberpengaruh signifikan terhadap kinerjaauditor (KA). Semakin baik gaya ke-pemimpinan yang diterapkan pimpinanmaka semakin rendah kinerja auditor untukmenyelesaikan tugas. Dengan demikian H2

pada penelitian ini ditolak.Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan

teori yang dikemukakan oleh Mahmudi(2007), yang menyatakan bahwa faktor yangdapat mempengaruhi kinerja salah satunyaadalah gaya kepemimpinan, namun padapenelitian ini gaya kepemimpinan tidakberpengaruh signifikan terhadap kinerjaauditor pada Inspektorat se-pulau Lombok.Baik tidaknya gaya kepemimpinan yangditerapkan di Inspektorat se-pulau Lomboktidak akan memberikan pengaruh yangsignifikan terhadap kinerja auditornya. Halini disebabkan karena komitmen yangdimiliki auditor Inspektorat se-pulau Lom-bok sudah baik. sehingga baik atau tidakgaya kepemimpinan yang diterapkankoordinator tidak berpengaruh lagi terhadapkinerja auditor. Sebagaimana teori yangdikemukakan Amstrong (1992) dalamNasution (2006) yang menyatakan bahwakualitas kepemimpinan merupakan salahsatu cara untuk meningkatkan keterkaitandan kegairahan seseorang terhadap pekerja-annya. Keterkaitan dan kegairahan terhadappekerjaan merupakan salah satu pilar darikomitmen seseorang terhadap organisasitempat mereka bekerja.

Dengan demikian hasil ini sejalandengan penelitian yang dilakukan Gustia(2014) serta Martani dan Marganingsih(2009) yang membuktikan bahwa gaya ke-pemimpinan tidak berpengaruh terhadapkinerja auditor. Namun, berbeda denganpenelitian yang dilakukan Watiet al. (2010)dan Trisnaningsih (2007) yang menemukanbahwa gaya kepemimpinan berpengaruhpositif terhadap kinerja auditor.

Hipotesis ketiga (H3) menyatakanbahwa konflik peran (KP) berpengaruhnegatif terhadap kinerja auditor (KA). Hasiluji antara variabel konflik peran dan kinerjaauditor menunjukkan hubungan negatifsebesar-0,121 dengan nilai t-statistik 3,414>1,665 dan signifikan pada taraf 5% yangberarti variabel konflik peran berpengaruhnegatif signifikan terhadap kinerja auditor.Dengan demikian H3 dalam penelitian iniditerima, dengan kata lain makin tinggikonflik peran yang terjadi maka akanmenurunkan kinerja auditor, begitu pulasebaliknya.

Hasil penelitian menyatakan konflikperan berpengaruh negatif terhadap kinerjaauditor, dengan kata lain auditor internalsering mengalami rasa tidak nyaman dalammenjalankan tugas yang disebabkan olehkompleksitas tugas, dua tuntutan pekerjaanyang saling berlawanan yang secara potensi-al menurunkan motivasi kerja sehinggamenurunkan kinerja auditor internal. Hal inidisebabkan juga karena auditor yang me-nerima penugasan tidak didukung dengantenaga kerja (sumber daya) yang cukupuntuk melakukan audit. Hasil penelitian inimendukung penelitian Fannani (2008),Ichwan (2012) dan Putra W (2012) dimanadalam penelitiannya menyatakan bahwakonflik peran berpengaruh negatif terhadapkinerja auditor.

Hipotesis keempat (H4) menyatakanbahwa pengalaman (P) berpengaruh positifterhadap kinerja auditor (KA). Hasil ujiantara variabel pengalaman dan kinerjaauditor menunjukkan hubungan positifsebesar 0,442 dengan nilai t-statistik 9,307>1,656 dan signifikan pada taraf 5% yang

Page 76: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Determinan Kinerja Auditor Internal ... – Ruhbaniah, Agusdin, Alamsyah 81

berarti bahwa pengalaman berpengaruhsignifikan positif terhadap kinerja auditor(KA). Semakin banyak pengalaman sese-orang menjadi auditor, maka akan semakinbaik dalam melaksanakan tugas pemeriksa-an. Dengan demikianpadapenelitian inimenerima H4.

Dalam melakukan pemeriksan pengala-man kerja dapat dianggap sebagai faktorpenting dalam memprediksi dan menilaikinerja auditor, hal ini diperkuat olehpernyataan Neni Meidawati (dalam Widag-do et al., 2002) yang menyatakan bahwaauditor yang tidak berpengalaman lebihbanyak membuat kesalahan daripada audi-tor yang berpengalaman. Menurut Lesgoldet al. (1988) dalam Herliansyah dan Ilyas(2006) seorang ahli yang berpengalamanmampu menemukan hal penting dalamkasus khusus dan mengurangi informasitidak relevan dalam pengambilan ke-putusannya.

Hasil penelitian ini mendukung pe-nelitian Fatmawati et al. (2010) dalampenelitiannya menyimpulkan ada pengaruhpositif antara pengalaman dengan kinerjaauditor artinya semakin tinggi pengalamanauditor maka pengaruhnya menjadikansemakin tingginya kinerja auditor. Demikianjuga dengan hasil penelitian Farmer et al,.(1987) mengemukakan bahwa auditor yangberpengalaman kurang menyetujui perlaku-an akuntansi yang diprefrensikan klien.Akan tetapi bertentangan dengan penelitianRifan (2015) yang menyatakan pengalamanauditor tidak berpengaruh terhadap kinerjaauditor, namun berbeda dengan penelitianyang dilakukan Fatmawati et al. (2010)menyimpulkan ada pengaruh positif antarapengalaman dengan kinerja auditor artinyasemakin banyak pengalaman auditor makapengaruhnya menjadikan meningkatnyakinerja dari auditor tersebut.

Hipotesis kelima (H5) menyatakan bah-wa independensi (I) berpengaruh positifterhadap kinerja auditor (KA). Hasil ujiantara variabel independensi dan kinerjaauditor menunjukkan hubungan positifsebesar 0,271 dengan nilai t-statistik 4,490>

1,656 dan signifikan pada taraf 5% yangberarti bahwa independensi berpengaruhsignifikan positif terhadap kinerja auditor(KA).

Hasil penelitian membuktikan bahwaindependensi berpengaruh positif terhadapkinerja auditor. Hal ini menunjukan bahwaindependensi yang tinggi dalam diri auditormaka kinerja auditor akan semakin baik.Seorang auditor yang independen dalammelakukan pekerjaannya tidak mudahdipengaruhi oleh pihak-pihak yang berasaldari luar dirinya sehingga akan bertindaksesuai bukti atau keadaan yang sebenarnya.Dengan demikian semakin independenseorang auditor maka akan semakin baikkinerjanya.

Hasil penelitian ini konsisten denganpenelitian yang dilakukan oleh Trianingsih(2007) dijelaskan bahwa auditor yangmemahami good governance tetapi dalampelaksanaan auditor yang tidak menegakkanindependensinya maka tidak akan ber-pengaruh signifikan terhadap kinerja audi-tor, Sedangkan menurut Wati et al. (2010)penelitian yang dilakukan menunjukkanbahwa variabel independensi berpengaruhpositif terhadap kinerja auditor pemerintah.Hal ini menunjukkan bahwa semakinindependensi seorang auditor maka akansemakin mempengaruhi kinerjanya. Demi-kian juga hasil penelitian Handayani (2015)menyatakan bahwa baik secara parsial dansimultan independensi berpengaruh ter-hadap kinerja auditor internal.

SIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang sudah diuraikan, dapatdisimpulkan bahwa: Pertama, Penelitian initidak menemukan bukti adanya pengaruhgaya kepemimpinan terhadap kinerjaauditor. Dengan kata lain, baik tidaknyagaya kepemimpinan yang diterapkan tidakakan mempengaruhi kinerja dari auditor.Hal ini mengindikasikan bahwa sebaikapapun gaya kepemimpinan yang terdapatpada Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kotadi pulau Lombok, jika tidak didukung oleh

Page 77: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

82 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 66 – 84

kerja keras serta usaha dari auditor itusendiri, kinerja yang memuaskan tidak akantercapai. Pemimpin yang terdapat padaInspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota dipulau Lombok hanya sebatas memberikankebijakan, panduan, arahan serta dorongandalam bekerja, namun keberhasilan darisuatu pekerjaan amat ditentukan olehpribadi auditor itu sendiri.

Kedua, penelitian ini telah berhasilmembuktikan adanya pengaruh positifstruktur audit terhadap kinerja auditor. Halini mengindikasikan semakin banyak penge-tahuan tentang struktur audit dan semakinsering auditor internal menggunakan struk-tur audit maka dalam melakukan audit akanlebih terarah, sehingga dapat meningkatkankinerja auditor. Auditor yang tidak menge-tahui struktur audit akan mengalami ke-sulitan dalam melakukan audit. InspektoratProvinsi/Kabupaten/Kota se-Pulau Lom-bok telah mempunyai prosedur atau aturandan petunjuk atau instruksi yang rincimengenai pelaksanaan audit, hal tersebutakan menunjang tugas auditor internal padasaat melakukan pengawasan dan juga agarlebih optimalnya koordinasi arus kerja danpengendalian audit.

Ketiga, penelitian ini berhasil mem-buktikan bahwa konflik peran berpengaruhnegatif terhadap kinerja auditor. Hal inimengindikasikan bahwa auditor internalsering mengalami arahan yang tidak jelasseperti sering menerima penugasan dari duaatau lebih koordinator yang saling ber-tentangan secara prinsip dan melakukanpenugasan yang mungkin ditolak oleh oranglain seperti penugasan tanpa didukungpengetahuan yang memadai tentang usahaklien. Auditor juga mengalami konflik ter-hadap kesesuaian kompetensi dan sumberdaya seperti menerima penugasan tanpadidukung material dan sumber daya yangcukup untuk melaksanakannya dan jugatanpa didukung sumberdaya manusia yangmemadai.

Keempat, Penelitian ini telah membukti-kan bahwa pengalaman berpengaruh positifterhadap kinerja auditor. Hal ini meng-

informasikan bahwa semakin banyak pe-ngalaman, baik dari segi penugasan danlama waktu penyelesaian penugasan akanmenambah pengalaman seorang auditorsehingga dapat meningkatkan kinerja. Selainitu, melakukan diskusi antar sesama APIPdan selalu mengikuti perkembangan per-aturan perundang-undangan untuk me-nentukan kriteria dari temuan juga dapatmembuat kinerja auditor akan semakin baik.

Terakhir, Penelitian ini juga telahberhasil membuktikan bahwa independensiyang dimiliki oleh auditor berpengaruhpositif terhadap kinerja auditor. Hal inimenunjukkan bahwa sikap atau prilakuauditor internal yang ditunjukkan denganintegritas dalam melaksanakan pekerja-annya tanpa dipengaruhi kepentinganpribadi maupun interensi pihak lain yangakhirnya akan meningkatkan kinerja auditorinternal.

Beberapa keterbatasan dan saran dalampenelitian ini dapat memberikan arah bagipenelitian yang akan datang. Pertama,penelitian ini hanya terbatas pada auditorinternal di Inspektorat provinsi/kabupaten/kota di pulau Lombok. penelitian selanjut-nya dapat menambah subjek/objek peneliti-an dengan menggunakan seluruh auditorinternal yang ada di Provinsi Nusa TenggaraBarat (NTB), agar hasil penelitian semakinbaik. Kedua, penelitian ini yang menjadiresponden hanya auditor internal sehinggamengindikasikan jawabannya tidak obyek-tif. Penelitian selanjutnya agar dapat me-libatkan auditi (obyek pemeriksaan) sebagairesponden agar hasilnya lebih obyektif.

Ketiga, penelitian ini telah mengguna-kan tiga faktor yang mempengaruhi kinerjaseperti faktor individual, faktor organisasi(eksternal) dan faktor psikologi. Penelitianselanjutnya diharapkan dapat mengembang-kan dan mencari referensi yang lebih banyakterkait instrumen penelitian terutama terkaitinstrumen variabel gaya kepemimpinan agartidak menimbulkan salah persepsi dalammenjawab item pertanyaan/pernyataan.Keempat, penelitian ini memiliki tingkatkoefisien determinasi yang masih kecil yang

Page 78: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Determinan Kinerja Auditor Internal ... – Ruhbaniah, Agusdin, Alamsyah 83

mengindikasikan masih adanya variabel lainyang berpengaruh terhadap kinerja auditor.Dengan demikian penelitian selanjutnyadapat menambahkan variabel lain sepertimotivasi, jangka waktu pemeriksaan daninisiatif. Kelima, penelitian ini hanya meng-gunakan agency theory dan role theory sebagairujukan teoritis, penelitian berikutnyaapabila mengambil topik yang sama, dapatmenambah atau menggunakan grand theoryyang lain yaitu teori stackholder dan teoriharapan.

DAFTAR PUSTAKAAgustina, L. 2009. Pengaruh Konflik Peran,

Ketidakjelasan Peran dan KelebihanPeran Terhadap Kepuasan Kerja danKinerja Auditor. Jurnal akuntansi 1(1):40-69.

Afriana. 2013. Pengaruh struktur audit,Konflik peran dan Ketidakjelasan peranterhadap Kinerja Auditor. Jurnal Eko-nomi 21(03): 101-125.

Alfianto dan Suryandari. 2015. PengaruhProfesionalisme, Komitmen OrganisasiDan Struktur Audit Terhadap KinerjaAuditor. Accounting Analysis Journal4(1): 01-23.

Akil, B. M. dan Ramlawati. 2016. “Linkingleadership Style, Organizational Cul-ture, Motivation and Competence onCivil Servants Performance. The Media-ting Role of Job Satisfaction”. InternationalJournal of Business and ManagementInvention 5(2): 44-55.

Dale, K, Fox. M. L. 2008. Leadhership styleand organizational commitment: Media-ting Effect of role Stress. Journal ofManagerial Issue. 20: 383-400.

Fatmawati, Z. 2010. Pengaruh Pengalamandan Komitmen Organisasi TerhadapKinerja Auditor (Studi pada KantorAkuntan Publik di Indonesia yangterdaftar di Directory 2010). JurnalArthavidya 16(2): 1-18.

Fogarty, T. J., J. Singh., G. K. Rhoads dan R.K. Moore. 2000. Antecedents and Conse-quences of Burnout in Accounting:

Beyond the Role Stress Model. BehavioralReasearch in Accounting 12(1): 31-67.

Fanani. Z. 2008. Pengaruh Struktur Audit,Konflik Peran dan Ketidakjelasan PeranTerhadap Kinerja Auditor. Jurnal Akun-tansi dan Keuangan Indonesia 5(2): 139-155.

Gibson, 1996. Organisasi, Prilaku, Struktur,Proses. Erlangga. Jakarta.

Gustia, N. 2014. Pengaruh Independensiauditor, Etika profesi, Komitmenorganisasi dan Gaya kepemimpinanterhadap Kinerja Auditor Pemerintah(Studi empiris pada Auditor Pemerintahdi BPKP Perwakilan Sumbar). Skripsi.Fakultas Ekonomi Universitas NegeriPadang. Sumatera Barat.

Ghozali, I. 2016. Aplikasi Analisis Multivariatedengan Program SPSS, IBM SPSS 23Update PLS Regresi. ISBN. Semarang.

Handayani. 2015. Pengaruh Kompetensi,Independensi dan Lingkungan KerjaTerhadap Kinerja Auditor Pemerintah.Tesis. Program Pasca Sarjana UniversitasMataram. Mataram.

Ichwan. 2012. Pengaruh Struktur Audit,Konflik Peran, Ketidakjelasan Peran danLocus Of Control TerhadapKinerjaAuditor (Studi empiris pada KantorAkuntan Publik di Pekanbaru danBatam). Tesis. Fakultas Ekonomi Uni-versitas Riau. Sumatera Tengah.

Jensen, M. C dan H. M. William. 1976.Theory of The Firm: Manajerial Beha-vior, Agency Cost and OwnershipStructure. Journal of Financial economics3(1): 305-360.

Kahn, R. L, D. M. Wolve, R. P Quin, J. D.Snoeck and R. A. Rosenthal. 1964.Organizational Stress: Studies in RoleConflict and Role Ambiguity. Wiley.

Mangkunegara, A. 2005. Evaluasi KinerjaSumber Daya Manusia. Cetakan Pertama.PT. Rafika Aditama, Bandung.

Marganingsih, A dan Martani. 2009. AnalisisVariabel Anteseden Perilaku AuditorInternal dan Konsekuensinya TerhadapKinerja; Studi Empiris Pada Auditor di

Page 79: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

84 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 66 – 84

Lingkungan Aparat Pengawasan InternPemerintah Lembaga Pemerintah NonDepartemen. Simposium Nasional Akun-tansi XII Palembang.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008tentang Sistem Pengendalian InternPemerintah.Jakarta.

Robbins. 2007. Perilaku Organisasi Edisi 12.Salemba Empat. Jakarta

Syamsul, H. A. dan Sudirman. 2015. “Roleconflict and role ambiguity in highereducation”. International Journal ofBusiness and Management Invention 4(1):01-07.

Trisnaningsih, S. 2007. Independensi Audi-tor dan Komitmen OrganisasiSebagaiMediasi Pengaruh Pemahaman GoodGovernance, GayaKepemimpinan danBudaya Organisasi Terhadap KinerjaAuditor.Prosiding Simposium NasionalAkuntansi X Makasar: 1-56.

Wati. L. dan A. Nila. 2010. Pengaruh Inde-pendensi, Gaya kepemimpinan, Komit-men organisasi dan Pemahaman GoodGovernance terhadap Kinerja AuditorPemerintah (Studi pada auditor pe-merintah di BPKP Perakilan Beng-kulu). Prosiding Simposium NasionalAkuntansi XIII Purwokerto: 1-25.

Page 80: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan p-ISSN 2548 – 298XAkreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 e-ISSN 2548 – 5024DOI: 10.24034/j25485024.y2017.v1.i1.1841

24

PENGARUH LINGKUNGAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAPPENGEMBANGAN WIRAUSAHA DI KABUPATEN SLEMAN

Sri [email protected]

Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN Yogyakarta

ABSTRACT

The emerge and growth of entrepreneurs are expected to reduce unemployment and increase the prosperity. Theresearch objective is to analyze the effect of entrepreneurial environment (government policies and procedures,socio-economic conditions, skill of entrepreneurial and business, financial assistance, and non-financial assistance)to the growth of entrepreneurship. Entrepreneurial environment conducive expected to bring new entrepreneursand develop existing entrepreneurs. Data were collected by a questionnaire distributed to 66 SMEs in Sleman.The sampling method using purposive sampling, while data analysis using SPSS 17.00. In this research, testinstruments include the validity and reliability test, the results show that the entire statement item valid andreliable. Normality test, multicollinearity, and heteroscedasticity showed normal distribution of data, betweenindependent variables does not occur multicollinearity problems, and found none problem heteroscedasticity. Itcan be concluded that the fators that affecting entrepreneurial growth in Sleman is socio-economic conditions,entrepreneurship and business skills, and financial assistance.

Key words: entrepreneur, entrepreneurial growth, entrepreneurial environment

ABSTRAK

Pertumbuhan dan perkembangan wirausaha diharapkan dapat mengurangi jumlah pengangguran danmeningkatkan kemakmuran. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh lingkungan kewira-usahaan (kebijakan dan prosedur pemerintah, kondisi sosial ekonomi, ketrampilan kewirausahaan danbisnis, bantuan keuangan, dan bantuan non keuangan) terhadap pertumbuhan wirausaha. Lingkungankewirausahaan yang kondusif diharapkan dapat melahirkan dan mengembangkan wirausaha. Datadikumpulkan dengan kuesioner yang disebarkan ke 66 pelaku UMKM di Kabupaten Sleman. Metodepengambilan sampel menggunakan purposive sampling, sedang analisis datanya menggunakanProgram SPSS 17.00. Dalam penelitian ini dilakukan uji instrumen yang meliputi uji validitas dan ujireliabilitas yang hasilnya menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan valid dan reliabel. Ujinormalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas menunjukkan data berdistribusi normal, antarvariabel independen tidak terjadi masalah multikolinearitas, dan tidak ditemukan masalahheteroskedastisitas. Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembanganwirausaha di Kabupaten Sleman adalah kondisi sosial ekonomi, ketrampilan kewirausahaan dan bisnis,dan bantuan keuangan.

Kata kunci : wirausaha, pertumbuhan wirausaha, lingkungan kewirausahaan

PENDAHULUANKabupaten Sleman mempunyai potensi

unggulan yang berupa komoditas pertani-an, yang utama yaitu salak pondok dengansentra di kecamatan Tempel, Turi, danPakem, mendong di kecamatan Minggir,

kerajinan bambu di kecamatan Mlati, dankambing PE di kecamatan Turi, Pakem danBerbah. Pengembangan potensi unggulan dikabupaten Sleman dimaksudkan untukmeningkatkan perekonomian masyarakatdan mengurangi angka pengangguran.

Page 81: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Pengaruh Lingkungan Kewirausahaan ...–Haryani 25

Upaya pengembangan potensi tersebutantara lain dilakukan dalam bentuk programpelatihan dan pendampingan bagi masya-rakat. Hadisoegondo (2006) menyatakanbahwa untuk menjadikan seseorang menjadiwirausaha mandiri tidak cukup dilakukandengan pelatihan dan pendampingan saja,harus diikuti dengan program untukmembangun suatu jaringan usaha, sehinggaterbentuk sekelompok usaha sejenis (sentra)dan dalam bentuk pengembangannya men-jadi jaringan kluster.

Untuk membentuk suatu sentra, pe-merintah perlu menyediakan lingkungankewirausahaan yang mendukung lahirnyawirausaha baru dan sekaligus dapat me-ngembangkan wirausaha yang ada. Secaraumum lingkungan merupakan segala se-suatu yang ada disekitar obyek dan dapatmempengaruhi maupun dipengaruhi su-byek tersebut. Dengan demikian lingkunganwirausaha merupakan segala sesuatu yangada di sekitar wirausaha dan dapat mem-pengaruhi dan dipengaruhi oleh wirausaha.Dalam konteks upaya untuk melahirkanwirausaha baru dan mengembangkan wira-usaha yang ada, yang dimaksud lingkunganadalah lingkungan eksternal yang terdiridari pelanggan, pemasok, pesaing, kreditor,ekonomi, sosial, politik, teknologi, danekologi, namun tidak semua lingkunganeksternal ini mempunyai signifikansi yangsama dalam mempengaruhi lahir danberkembangnya wirausaha.

Lahirnya usaha baru dimulai dariintensi atau minat seseorang untuk memulaiusaha. Ketika seseorang mempunyai intensiuntuk memulai usaha baru, perlu didukungdengan lingkungan yang dapat mendorongminat tersebut menjadi kenyataan. Dari ber-bagai lingkungan kewirausahaan di atas,tidak semua lingkungan memberikan duku-

ngan pada tingkat yang sama dalam me-wujudkan ide dan intensi berwirausahamenjadi kenyataan. Oleh karena itu perludilakukan analisis faktor-faktor lingkungankewirausahaan yang mendukung terhadappertumbuhan wirausaha, sehingga dapatdisusun kondisi lingkungan kewirausahaanyang optimal untuk mendukung per-tumbuhan wirausaha.

Penelitian dengan judul “PengaruhLingkungan Kewirausahaan Terhadap Pe-ngembangan Wirausaha Di Kabupaten Sle-man” dilakukan di Kabupaten Sleman”dengan tujuan untuk menganalisis lingku-ngan kewirausahaan seperti apa yang dapatmendukung pertumbuhan wirausaha. De-ngan diketahuinya lingkungan kewira-usahaan yang kondusif untuk pertumbuhanwirausaha diharapkan akan mempermudahpihak-pihak yang terkait dalam melahirkanwirausaha baru. Hasil penelitian ini di-harapkan dapat memberikan masukan bagipemerintah, lembaga keuangan, lembagasosial, dan dunia pendidikan dalam me-lahirkan wirausaha baru.

TINJAUAN TEORETISPertumbuhan Wirausaha

Pertama kali gagasan tentang kewira-usahaan dan pertumbuhan ekonomi me-miliki hubungan yang sangat erat dan positifdisampaikan oleh Schumpeter pada tahun1911, di mana peningkatan jumlah wira-usaha menyebabkan peningkatan per-tumbuhan ekonomi suatu negara (Bygrave,2004). Ada lima alasan yang melatar-belakangi gagasan Schumpeter ini, yakni: (1)wirausaha mengenalkan produk baru dankualitas baru dari suatu produk, (2) wira-usaha mengenalkan metode baru ber-produksi yang lebih komersial, baik ber-dasarkan pengalaman maupun hasil kajianilmiah dari suatu penelitian (3) wirausahamembuka pasar baru, baik dalam negeriataupun di negara yang sebelumnya belum

Page 82: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

26 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 24 – 43

ada pasar (4) wirausaha menggali sumberpasokan bahan baku baru bagi industrisetengah jadi atau industri akhir, dan (5)wirausaha menjalankan organisasi baru dariindustri apapun. Wirausaha mendorongpeningkatan produktivitas yang selanjutnyaakan mendorong pertumbuhan ekonominegara.

Pentingnya kewirausahaan mendorongnegara untuk merencanakan program ke-wirausahaan melalui amanat GBHN 1993Angka 8 butir f ”pembinaan usaha ekonomirakyat diutamakan pada pengembangankewirausahaan” yang selanjutnya diimple-mentasikan melalui INPRES No. 4 Tahun1995 Tentang Gerakan Nasional memasya-rakatkan dan membudayakan Kewira-usahaan. Dalam perkembangan terakhir ini,justifikasi perhatian pemerintah antara laindidasarkan pada data Kementrian Koperasidan UKM pada tahun 2013 jumlah ke-seluruhan unit usaha baik mikro, kecil, danmenengah maupun besar sebanyak57.900.787, mampu menyerap 117.681.244tenaga kerja, dan sumbangannya terhadapPDB sebesar 9.014.951,2.

Penelitian Haryani (2013) menunjukkanbahwa karakteristik personal (personalitycharacteristics) yang terdiri dari kebutuhanuntuk berprestasi (need for achievement) danefikasi diri (self efficacy) secara signifikanberpengaruh terhadap intensi wirausaha.Kebutuhan untuk berprestasi ini tercermindalam perilaku yang menunjukkan tang-gung jawab terhadap keputusan yangdiambil dan mengawal keputusan tersebutsampai pada pencapaian tujuan yangdiinginkan. Pada umumnya wirausaha yangsukses mempunyai kebutuhan untuk ber-prestasi pada tingkat yang tinggi. Seseorangdengan efikasi diri tinggi mempunyaikomitmen yang tinggi untuk menyelesaikanmasalah dan tidak mudah menyerah ketika

keputusan yang telah diambil tidak sepertiyang diharapkan. Marini dan Hamidah(2014) yang melakukan penelitian padasiswa SMK Boga di Yogyakarta menyimpul-kan adanya pengaruh efikasi diri lingkungankeluarga, dan lingkungan sekolah secaraparsial maupun simultan terhadap minatberwirausaha.

Seseorang dengan intensi untuk ber-wirausaha akan memiliki kesiapan dankemajuan yang lebih baik dalam usaha yangdijalankan dibandingkan seseorang tanpaintensi berwirausaha. Intensi kewirausahaandiyakini berkaitan dengan perilaku terbuktidapat menjadi cerminan dari perilaku yangsesungguhnya. Oleh karena itu pemahamantentang intensi seseorang untuk berwira-usaha (entrepreneurial intention) dapat men-cerminkan kecenderungan orang untukmendirikan usaha secara riil.

Bygrave (2004) menyebutkan bahwafaktor internal yang dapat memicu lahirnyawirausaha antara lain terdiri dari pen-capaian, lokus kendali (locus of cotrol),toleransi, pengambilan risiko, nilai-nilai pri-badi, pendidikan dan pengalaman. Lahirnyawirausaha juga dipicu oleh faktor faktoreksternal seperti peluang, adanya wirausahayang sukses/sebagai panutan, sumberdaya,inkubator, kebijakan pemerintah, pesaing,pelanggan, pemasok, dan investor/bank.

Selain menambah jumlah wirausaha,dalam pertumbuhan wirausaha ini peme-rintah juga bermaksud meningkatkan kelaswirausaha ke tingkat yang lebih tinggi.Berdasar data Kementrian Koperasi danUKM, pada tahun 2013 terdapat 53.504.416unit usaha mikro, 568.397 unit usaha kecil,42.008 unit usaha menengah, dan 5.150 unitusaha besar. Pemerintah bermaksud me-ningkatkan tingkatan wirausaha, sehinggaterjadi pergeseran proporsi dari unit usaha

Page 83: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Pengaruh Lingkungan Kewirausahaan ...–Haryani 27

mikro, ke unit usaha kecil, menengah, danbesar.

Seperti halnya benih yang disemaiditanah yang subur, maka kemungkinanbesar benih akan tumbuh dan berkembang.Demikian halnya dengan lingkungan bisnisyang kondusif, maka semakin besar ke-mungkinan bahwa bisnis baru akan lahirdan bisnis yang sudah ada akan ber-kembang. Orang akan lebih mungkin di-dorong dan merasa kompeten untuk me-mulai bisnis ketika lingkungan sosialmenghargai kewirausahaan, ketika berbagaipeluang tersedia bagi pengusaha, dan ketikamereka memiliki pengetahuan dan ke-terampilan yang dibutuhkan untuk memulaidan mengelola sebuah bisnis yang cukup.Kemauan dan kemampuan untuk memulaibisnis dapat lebih ditingkatkan jika peng-usaha potensial (calon pengusaha) tidakmenghadapi rintangan selama proses awalpendirian usahanya dan ketika mereka yakinbahwa tenaga ahli bisa diperoleh denganmudah bila diperlukan. Pemerintah baiksecara langsung maupun tidak langsungmempengaruhi perkembangan lingkunganyang dapat mendukung kewirausahaan.

Kebutuhan untuk pengembangan ling-kungan yang kondusif berbeda-beda, dinegara-negara berkembang kebutuhan akankewirausahaan lebih besar dari pada dinegara maju karena rendahnya tingkataktivitas kewirausahaan. Selain itu ke-butuhan untuk lingkungan yang kondusifakan lebih besar dalam kasus usaha kecil,karena usaha kecil memiliki sedikit kontrolatas lingkungan di mana mereka beroperasi.Perusahaan skala kecil mempunyai ke-kuatan menawar (bargaining power) yanglemah yang biasanya diperlukan untukmempengaruhi lingkungan suatu per-usahaan.

Lingkungan KewirausahaanKewirausahaan beroperasi dalam suatu

lingkungan yang dinamis, yang padaumumnya tidak dapat dikendalikan olehwirausaha itu sendiri. Lingkungan kewira-usahaan itu sendiri sangat luas, sehinggapenelitian yang dilakukan peneliti-penelititerdahulu juga bervariasi secara luas.Literatur-literatur lingkungan kewirausaha-an secara umum membahas lingkungankewirausahaan yang meliputi kerangkahukum dan kelembagaan, kehadiran peng-usaha berpengalaman, kehadiran tenagakerja terampil, aksesibilitas pemasok,aksesibilitas pelanggan atau pasar baru,tingkat kompetisi antar perusahaan, ke-bijakan pemerintah yang mendukung,penyediaan pelatihan dan dukungan layan-an, dan infrastruktur. Selain itu, karakteristikorang, keterampilan, pengalaman, danmotivasi, memainkan peran penting dalampenciptaan usaha baru. Gnyawali dan Fogel(1994) mengelompokkan lingkungan ke-wirausahaan menjadi lima (5) kelompokyaitu kebijakan dan prosedur pemerintah,kondisi sosial dan ekonomi, keterampilankewirausahaan dan bisnis, bantuan ke-uangan, dan bantuan non keuangan.

Penelitian yang dilakukan Supriyanto(2009) menunjukkan adanya faktor di luarekonomi, misalnya kultur di Indonesia yangmasih menganggap profesi wirausahasebagai profesi kurang terhormat, sehinggabanyak orang tua yang lebih menginginkananak-anaknya berprofesi sebagai PNS, ABRIatau Pegawai Swasta. Oleh karena itu dalambeberapa kasus ditemukan adanya orang tuayang kurang mendukung proses danperkembangan wirausaha.

Penelitian yang dilakukan Ayuningtiasdan Ekawati (2015) terhadap mahasiswaFakultas Ekonomi Universitas Taruma-nagara menunjukkan bahwa lingkungankeluarga, lingkangan kampus, kepribadian,dan motivasi baik secara parsial maupunsimultan berpengaruh terhadap minat

Page 84: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

28 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 24 – 43

berwirausaha. Penelitian Marini danHamidah (2014) menyimpulkan adanyapengaruh efikasi diri lingkungan keluarga,dan lingkungan sekolah secara parsialmaupun simultan terhadap minat berwi-rausaha. Lingkungan keluarga dapat men-jadi lingkungan yang kondusif untukmenumbuhkan minat berwirausaha dalambentuk dorongan kemandirian, prestasi, dantanggung jawab. Selain itu orang tua jugadapat memberikan dukungan moril dalambentuk kepercayaan dan pemberian ide/pe-mikiran serta dukungan materiil denganmemberikan modal, penyediaan alat/per-lengkapan usaha atau lokasi/tempat usaha.Sesuai dengan misi Sekolah MenengahKejuruan untuk mencetak lulusan yang siapberwirausaha, maka sekolah perlu men-transformasikan karakteristik wirausahakepada siswanya. Tansformasi tersebutdapat dilakukan melalui lingkungan sosialsekolah yang terdiri dari guru, tenagakependidikan, teman-teman sekolah, danbudaya sekolah serta lingkungan non sosialsekolah yang terdiri dari kurikulum,program, dan sarana prasarana.

Penelitian Wulandari (2009) menunjuk-kan lingkungan eksternal dan internal baiksecara memiliki pengaruh positif terhadaporientasi wirausaha. Lingkungan eksternaldiukur melalui perubahan lingkungan,sumber daya, peraturan, persaingan, inter-nasionalisasi, teknologi, dan karakteristikindustri sedang lingkungan internal diukurmelalui ukuran perusahaan, struktur organi-sasi, strategi perusahaan, proses pembuatanstrategi, sumber daya perusahaan, budayaperusahaan, dan karakteristik tim mana-jemen puncak. Sementara penelitian yangdilakukan Ferediouni (2010) menunjukkanbahwa lingkungan eksternal mempengaruhimotivasi masyarakat Iran untuk memulai

bisnis. Agar masyarakat termotivasi untukmemulai bisnis diperlukan kebijakanpemerintah dalam hal adanya perundangandan peraturan yang berpihak pada bisnis,penurunan pajak untuk usaha kecil,memberikan peluang usaha bagi usaha kecil,pemberian pinjaman, dan mempermudahperizininan untuk usaha baru.

Kajian teori dan beberapa penelitianterdahulu menunjukkan pentingnya lingku-ngan kewirausahaan dalam menumbuhkankewirausahaan di masyarakat. Meskipunteori dan penelitian-penelitian tentanglingkungan kewirausahaan di atas denganberbagai variasi namun intinya menyatakanbahwa lingkungan kewirausahaan baiklingkungan internal maupun eksternalberpengaruh terhadap pertumbuhan wira-usaha. Pengaruh tersebut dapat bersifatlangsung maupun tidak langsung. Dalampenelitian ini yang termasuk dalam ling-kungan kewirausahaan adalah kebijakandan prosedur pemerintah, kondisi sosialekonomi, kewirausahaan dan ketrampilan,bantuan keuangan, dan bantuan nonkeuangan.

Kebijakan dan Prosedur PemerintahDalam suatu sistem ekonomi yang

kompleks, diperlukan peran pemerintahsebagai regulator yang akan mengatursistem yang ada sehingga sistem dapatberjalan dan sesaui dengan realitas sosial.Fungsi regulatori tersebut antara lain di-wujudkan dalam bentuk peraturan per-undangan yang dimaksudkan untuk meng-atur sistem perekonomian. Beberapa per-aturan perundangan yang diharapkan dapatmendorong pertumbuhan wirausaha antaralain hukum kepailitan, dengan tujuan untukmelindungi kepentingan debitur maupunkrediturnya. Undang-undang yang me-

Page 85: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Pengaruh Lingkungan Kewirausahaan ...–Haryani 29

lindungi hak-hak kepemilikan (propertyright), yang mencakup hak individu dalambentuk Hak Cipta (UU No 9 tahun 2001)maupun hak industri dalam bentuk Paten(UU no 14 tahun 2001) dan Merek (UU no 15tahun 2001). UU No 5 tahun 1999 tentangLarangan Praktek Monopoli dan PersainganUsaha Tidak Sehat dengan tujuan untukmenjaga kepentingan umum dan me-ningkatkan efisiensi ekonomi nasional se-bagai salah satu upaya untuk meningkatkankesejahteraan rakyat dan mewujudkan iklimusaha yang kondusif melalui pengaturanpersaingan usaha yang sehat sehingga men-jamin adanya kepastian kesempatan ber-usaha yang sama bagi pelaku usaha besar,pelaku usaha menengah, dan pelaku usahakecil.

Pemerintah melakukan pembatasanimpor yang dikenal dengan pembatasankuota misalnya untuk produk buah-buahandan pakaian jadi guna melindungi per-usahaan di dalam negeri. Pembatasan eksporjuga dilakukan, dengan tujuan untuk me-menuhi kebutuhan di dalam negeri danuntuk meningkatkan nilai tambah bagiproduk yang akan diekspor. Selain itupembatasan impor juga dilakukan denganmengenakan tarif bea masuk yang relatiftinggi, sehingga harga produk impor ter-sebut sampai di tangan konsumen denganharga yang relatif mahal.

Kebijakan pemerintah yang berpihakpada wirausaha antara lain diwujudkandalam bentuk keringanan pajak, pemberiankredit dengan bunga murah, pendidikan,pelatihan, dan inkubator, serta bantuanpemasaran dan teknologi. Dengan adanyakebijakan pemerintah ini harga barangdalam negeri diharapkan menjadi murah,sehingga mampu bersaing dengan produk-produk impor. Apabila produk tersebut

akan di ekspor, dapat memenuhi ketentuanstandar yang berlaku dan mampu bersaingdengan produk negara lain.

Kemudahan persyaratan proseduraluntuk pengurusan berbagai perizinan usahayang meliputi Surat Izin Tempat Usaha(SITU), Surat Izin Usaha Perdagangan(SIUP), dan Tanda Daftar perusahaan (TDP)dilakukan oleh pemerintah tingkat kabu-paten/kota dengan menyusun pelayanansatu atap. Pelaku usaha yang melakukanpengurusan izin tidak perlu mendatangiberbagai kantor dan berbagai meja, sehinggamenghemat waktu, tenaga, dan biaya. Bagiperusahaan manfaktur yang izin usahanyaharus dilampiri dengan AMDAL, prosedurpengurusannya juga dipermudah.

Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT)yang berada di bawah Kementerian Kope-rasi dimaksudkan sebagai lembaga pen-damping bagi pelaku usaha. Para pelakuusaha dapat mengadukan masalahnya kePLUT, yang akan ditangani oleh konsultanbisnis yang ada di PLUT tersebut. Terhadappermasalahan pemasaran produk-produkUMKM yang sering dikeluhkan oleh pelakuusaha, saat ini kementerian bekerja samadengan Kadin menyusun e-commerce yaituukmmarket.co.id yang merupakan pusat jualbeli online untuk produk UKM Indonesia.

Semua upaya pemerintah di atas di-maksudkan untuk dapat meningkatkan per-tumbuhan dan perkembangan wirausaha.Penelitian yang dilakukan Setyawati et al.(2013) menyatakan bahwa pemerintah ber-peran dalam pertumbuhan usaha mebel dananyaman rotan di Kabupaten Hulu SungaiUtara, Kalimantan Selatan. Dari kajian teoridan penelitian terdahulu dapat disusunhipotesis pertama (H1): kebijakan danprosedur pemerintah (KPP) berpengaruhterhadap pertumbuhan wirausaha (PW).

Page 86: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

30 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 24 – 43

Kondisi Sosial dan EkonomiKondisi lingkungan menunjukkan ada-

nya hubungan antar individu di suatuwilayah atau daerah tertentu atau seringkalimerujuk pada kondisi masyarakat tertentu.Sikap yang positif dari masyarakat terhadapkewirausahaan dan dukungan masyarakatluas untuk kegiatan kewirausahaan akanmemotivasi orang untuk memulai usahabaru. Sebaliknya, sikap yang negatif ter-hadap kewirausahaan dapat menyebabkankewirausahaan tidak berhasil. Faktor-faktorpsikologis yang terlanjur terbentuk dimasyarakat yang bersifat negatif terhadapwirausaha antara lain pelit, egois, tidak jujur,agresif dan materialistik, sedangkan yangbersifat positif antara lain pandangan bahwawirausaha adalah inovator, kreatif, rajin,ulet, mempunyai motivasi tinggi, dan mem-punyai naluri untuk melihat peluang.

Peningkatan efektivitas program pe-ngembangan kewirausahaan memerlukandukungan yang luas dari seluruh strukturmasyarakat dan organisasi yang ada. Pe-nelitian Haryani (2013) menunjukkan bahwalingkungan berpengaruh positif terhadapintensi berwirausaha, di mana orang tua dankerabat dapat membantu calon pengusahadalam membangun jaringan, bantuan ke-uangan yang dibutuhkan, serta dukunganmoral. Demikian dengan penelitian Crissantidan Tjiptono (2012) menunjukkan bahwainstrumental readiness seperti akses ke sumbermodal, akses informasi, dan jaringan sosialberpengaruh positif terhadap intensi ber-wirausaha.

Perkembangan saat ini menunjukkanpeningkatan jumlah orang yang memilihuntuk memulai usaha sendiri. Data Ke-menterian Koperasi dan UKM menunjukkanbahwa pada tahun 2013 terdapat 57.895.721unit usaha mikro kecil dan menengah

(UMKM), dengan rata-rata pertumbuhanper tahun 4,23%. Bidang usaha UMKMbermacam-macam, meskipun demikianmayoritas UMKM bergerak di bidangperdagangan, industri rumah tangga, danberbagai jasa seperti cuci mobil, loundry,bengkel, tukang jahit, salon, rumah makan,dan transportasi.

Kesuksesan finansial yang dapat di-peroleh dari mereka yang membangunusaha sendiri jauh lebih banyak dibandingyang bekerja sebagai karyawan, PNS,maupun militer mendorong orang untukmemilih memulai usaha sendiri. Dari me-reka yang sukses menjadi wirausahatersebut, kemudian masyarakat mengana-lisis karakteristik wirausaha yang tidakdimiliki oleh bukan wirausaha antara lainberani mengambil risiko, kerja keras dandisiplin, mandiri dan realistik, berpikirpositif dan bertanggung jawab, dapat me-ngendalikan emosi, dan berusaha mencarijalan keluar dari setiap permasalahan. Darikarakteristik-karakteristik ini, kemudian se-seorang yang mempunyai intensi untukberwirausaha akan meniru karakeristiktersebut.

Bagi wirausaha yang sukses, peme-rintah menganugerahkan penghargaanUpakarti karena dedikasinya dalam me-ngembangkan industri kecil dan menengah.Penghargaan ini merupakan salah satubentuk pemenuhan kebutuhan untukberprestasi bagi wirausaha. Secara teoritiskebutuhan untuk berprestasi ini diyakinimenjadi faktor pendorong intensi ber-wirausaha, seperti hasil penelitian Winarno(2010) yang menyebutkan adanya hubunganpositif antara motivasi berprestasi dengansikap wirausaha. Namun dalam penelitianCrissanti dan Tjiptono (2012) kebutuhanuntuk berprestasi tidak berpengaruh ter-

Page 87: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Pengaruh Lingkungan Kewirausahaan ...–Haryani 31

hadap intensi berwirausaha mahasiswa diDIY. Hasil penelitian Janah dan Winarno(2015) juga menunjukkan bahwa motivasiberprestasi tidak berpengaruh secara signi-fikan terhadap intensi berwirausaha siswaSMK N I Banyuwangi.

Pertumbuhan ekonomi akan mem-pengaruhi lahir dan berkembangnya wira-usaha, karena dengan ekonomi yangberkembang maka kesempatan usaha jugaikut berkembang. Peningkatan Produk Do-mestik Bruto (PDB) sebagai salah satuindikator pertumbuhan ekonomi akanmenyebabkan peningkatan daya beli, se-hingga akan menyerap produk yang ada dipasar. Kebijakan mempermudah masuknyainvestasi asing ke Indonesia maupuninvestasi pemerintah akan menyebabkanpeningkatan barang dan jasa yang dihasil-kan yang selanjutnya akan menyebabkanpertumbuhan ekonomi.

Berdasar penelitian terdahulu danlandasan teori di atas disusun hipotesiskedua (H2): kondisi sosial ekonomi (KSE)berpengaruh terhadap pertumbuhan wira-usaha (PW).

Ketrampilan Kewirausahaan dan BisnisKetrampilan kewirausahaan dapat

diberikan secara formal melalui pendidikandan pelatihan yang diberikan oleh lembagapendidikan maupun lembaga pelatihan.Hasil penelitian Rosmiati et al. (2015)menunjukkan bahwa sikap dan motivasitidak berpengaruh terhadap minat maha-siswa untuk berwirausaha. Hal ini disebab-kan ketidakpahaman mahasiswa untukmenjalankan usaha, kurang menyukaitantangan, dan kurang berani mengambilrisiko. Memberikan wawasan, pelatihan,dan bimbingan wirausaha merupakan salahsatu pilihan untuk memupuk jiwa ke-wirausahaan dengan harapan dapat meng-ubah pendapat mahasiswa bahwa wira-

usaha menjanjikan kehidupan yang lebihbaik.

Melalui INPRES Nomor 4 Tahun 1995tentang Gerakan Nasional Memasyarakat-kan dan Membudayakan Kewirausahaan,pemerintah menetapkan bahwa konsepkewirausahaan harus menjadi materi resmidalam pendidikan di sekolah-sekolah me-nengah dan atas dan disebarluaskan bagisemua pihak, khususnya generasi muda.Manurung (2013) menyebutkan perlunyakewirausahaan sekolah untuk menciptakansesuatu yang baru, unik bermakna (bernilai),melalui pemikiran kreatif dan inovatif demiterciptanya peluang, ruang, dan uang.Dalam perkembangannya di beberapa Per-guruan Tinggi di Indonesia seperti di STIMYKPN Yogyakarta sudah di bentuk PusatWirausaha, dan bahkan Universitas Ciputramengkalim universitasnya sebagai “Entre-preneur University”. Selain itu beberapainstitusi juga berperan dalam pengemba-ngan kewirausahaan, salah satunya ProgramWirausaha Mandiri dari Bank Mandiri.

Program peningkatan ketrampilan ke-wirausahaan dan bisnis disesuaikan denganmasalah yang dihadapi wirausaha, sehinggadapat membantu menyelesaikan masalahyang dihadapi dan meningkatkan motivasibagi calon wirausaha untuk memulai usahabaru. Hasil penelitian Dian et al. (2014)menunjukkan bahwa pelatihan kewira-usahaan mampu meningkatkan kualitas jiwawirausaha yang dibuktikan dengan muncul-nya aspek kreativitas, inovasi, dan ke-beranian dalam mengambil risiko. Pelatihanpembukuan berjalan baik, terbukti denganmunculnya kemampuan UMKM dalammenentukan biaya produksi, catatan per-sediaan bahan baku dengan metode FIFO,dan pembuatan laporan keuangan denganaplikasi MYOB.

Selain menjadi modal utama pem-bangunan, wirausaha yang kuat dan handalmenjadi bearing dalam menghadapi gejolak

Page 88: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

32 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 24 – 43

ekonomi global, serta menghadapi era baruliberalisasi ASEAN Economic Community(Sijabat, 2012). Untuk itu wirausaha khusus-nya UMKM memerlukan peningkatankapasitas yang mencakup akses informasi,teknologi, pembiayaan, dan pasar.

Secara umum wirausaha pada skalakecil dan menengah menghadapi kendaladalam mengakses informasi, yang antaralain ditunjukkan dengan penggunaan jaring-an telepon, jaringan telepon bergerak, danpenggunaan website yang masih relatifrendah. Selain itu, bagi wirausaha yangsudah menggunakan jaringan telepon dantelepon bergerakpun proporsi pengguna-anya untuk mencari peluang usaha relatiflebih kecil dibanding untuk keperluankeluarga dan sosial. Pengembangan dalambidang desain dan teknologi sebagaimanadimaksud pada pasal 16 UU Nomor 20 tahun2008 dilakukan dengan cara (1) meningkat-kan kemampuan di bidang desain, teknologi,dan pengendalian mutu; (2) meningkatkankerja sama dan alih teknologi; (3) me-ningkatkan kemampuan UKM di bidangpenelitian untuk pengembangan desain danteknologi baru; 4) memberikan insentifkepada UMKM yang mengembangkanteknologi dan melestarikan lingkunganhidup; serta (5) mendorong sertifikasiUMKM unutk memperoleh sertifikat hakatas kekayaan intelektual.

Hasil kajian Kementerian Koperasi danUKM tahun 1999 menunjukkan adanyaketertinggalan UMKM di bidang teknologiyang disebabkan oleh (1) ketidakmampuanmembeli teknologi karena profit marginUMKM yang relatif rendah; (2) lemahnya selflearning dalam mengadaptasi teknologi baru;dan (3) akses informasi pasar input maupunoutput serta informasi teknologi yang masihkurang. Pusat Layanan Usaha Terpadu

(PLUT) yang merupakan lembaga yangmenyediakan jasa non finansial yang me-nyeluruh dan terintegrasi bagi koperasi danUKM juga menyediakan konsultan teknisuntuk membantu UMKM. Sementara itudalam beberapa kasus, bantuan teknologiyang berupa peralatan yang diberikanpemerintah tidak sesuai dengan kebutuhanUMKM, yang disebabkan pada prosespengadaannya tidak mengikutsertakanUMKM sebagai pihak yang akan meng-gunakan. Hipotesis ketiga yang disusunadalah: H3: ketrampilan kewirausahan danbisnis (KKB) berpengaruh terhadap per-tumbuhan wirausaha (PW).

Bantuan KeuanganKebijakan pemerintah melalui Bank

Indonesia dalam pengembangan UMKMuntuk menjembatani kesenjangan antaraUMKM dan perbankan dalam rangkameningkatkan akses keuangan dilakukandengan memperbaiki 3 kesenjangan yaitukesenjangan skala, formalitas, dan informasi(Wibowo dan Artati, 2012). Kesenjanganskala muncul karena adanya perbedaanantara jumlah kebutuhan dana UMKM yangumumnya relatif kecil sementara jumlahkredit yang diberikan perbankan relatifbesar. Kesenjangan formalitas disebabkanketidakmampuan UMKM dalam memenuhipersyarakat administrasi bank, khususnyadalam hal agunan, sedangkan kesenjanganinformasi muncul karena ketidaktahuanUMKM terhadap prosedur dan produkperbankan, serta ketidaktahuan perbankanmengenai UMKM yang dapat dibiayai.

Perusahaan modal ventura yang diawalidengan pembentukan PT Bahana PembinaanUsaha Indonesia (BPUI) dengan tujuanutama untuk berinvestasi pada perusahaanyang memiliki resiko tinggi sehingga tidakmemenuhi persyaratan standar sebagai per-usahaan terbuka ataupun tidak memenuhistandar untuk memperoleh modal pinjaman

Page 89: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Pengaruh Lingkungan Kewirausahaan ...–Haryani 33

dari perbankan (tidak bankable). Padaumumnya modal ventura disertakan padaperusahaan yang baru berdiri, sehinggabelum memiliki riwayat operasional yangdapat dijadikan pertimbangan dalamanalisis pemberian kredit bank. Meskipundemikian, operasionalisasi BPUI dalammembantu wirausaha mengakses danabelum optimal, karen PT BPUI yang dimilikipemerintah ini meskipun tidak murni ber-orientasi laba namun “tidak boleh mem-bebani anggaran negara”.

Kredit Untuk Rakyat (KUR) merupakankredit modal kerja dan/atau kredit investasiyang dibiayai sepenuhnya oleh danaperbankan, diberikan kepada koperasi danwirausaha dalam skala mikro, kecil, danmenengah yang produktif, serta secara bisnislayak tetapi dari sudut pandang perbankanbelum layak atau belum bankable. Besarannilai pinjaman dari KUR mikro maksimumRp 25 juta dan KUR ritel maksimum Rp 500juta, dengan suku bunga awal 9% kemudianditurunkan menjadi 7%. Penurunan sukubunga pinjaman ini dapat mengurangi bebanyang ditanggung wirausaha, namun denganmenggunakan bank sebagai lembaga pe-nyalurnya maka jumlah yang dapat meng-akses kredir KUR belum optimal. Karenamenurut UU Nomor 36 tahun 2013 dalammenyalurkan pinjaman, bank harus me-nerapkan prinsip kehati-hatian denganmenerapkan prinsip 5C sehingga wirausahaakan terkendala dengan persyaratan colla-teral/agunan.

Berbagai bantuan keuangan di atasdimaksudkan untuk dapat menumbuhkanwirausaha di Kabupaten Sleman. Hipotesiskeempat (H4) yaitu bantuan keuangan (BK)berpengaruh terhadap pertumbuhan wira-usaha. (PW)

Bantuan Non KeuanganTingkat ketrampilan kewirausahaan

dan bisnis para wirausaha berbeda-beda,sehingga tidak semua mampu mengatasimasalah yang mereka hadapi pada berbagaitahap perkembangan bisnis mereka. Ber-bagai jenis pelatihan dan pendampingandari pemerintah dan lembaga lain di-harapkan dapat mengatasi masalah mereka.Dian et al. (2014) menemukan bahwa pelakuUMKM kripik Salak di kabupaten Slemandalam proses produksinya belum meng-gunakan continuous sealler, kemasan tidaktertutup dengan sempurna sehingga kripikSalak cepat “mlempem”. UMKM tersebutkemudian mendapat hibah 1 unit mesincontinuous sealler dan pendampingan peng-operasian dan perawatan mesin. Untukmeningkatkan produktivitas, UMKM inijuga mendapat hibah 1 unit genset, yangdigunakan untuk menggerakkan mesinvacuum frying, apabila terjadi pemadalanlistrik. Sedang untuk masalah pemasaranproduk, UMKM ini difasilitasi untuk pem-buatan desain web untuk meningkatkanpemasarannya sehingga dapat melalui e-commerce. Perkembangan teknologi infor-masi dan transportasi diharapkan dapatmendekatkan wirausaha ke pasar lokal,nasional, maupun pasar luar negeri.

Untuk menanggulangi masalah per-syaratan agunan seperti diuraikan di atas,pemerintah menyusun beberapa programyang dimaksudkan dapat mengatasi masa-lah agunan antara lain dengan LembagaPengembangan Dana Bergulir (LPDB),Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jam-krindo), PT Permodalan Nasional Madani(PT Madan), dan Perusahan Penjamin KreditDaerah (PPKD) yang saat ini baru didirikandi Jawa Timur dan Bali. Wacana pem-

Page 90: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

34 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 24 – 43

bentukan lembaga penjamin modal yangsesuai dengan karakteristik wirausaha skalamikro dan kecil yaitu bahwa lembagatersebut dibentuk di kalangan merekasendiri sehingga sudah saling mengenal dansudah ada saling kepercayaan dan di-dasarkan prinsip tolong menolong dankesetiakawanan. Lembaga tersebut hendak-nya berbadan hukum, dengan bentuk yangdisepakati diantara mereka (Syarif, 2012).

Semua bisnis memerlukan dukunganjaringan, terlebih bagi bisnis yang baru sajaberdiri yang mempunyai keterbatasansumberdaya dan sumberdana. Arti pentingpembentukan jaringan bisnis semakin me-ningkat dengan diberlakukanya perdagang-an bebas dan MEA. Para pelaku usaha dalamskala apapun perlu bersinergi untukmenghadapi musuh bersama yaitu serbuanproduk dan perusahaan asing ke Indonesia.Bentuk-bentuk kegiatan jaringan kewira-usahaan antara lain dalam kegiatan promosi,pertukaran informasi, pembelian bahanbaku, kegiatan riset dan pengembangan,serta pengunaan fasilitas pendukung untukkegiatan bersama. Inkubator bisnis me-nyediakan fasilitas bagi percepatan pe-numbuhan wirausaha melalui fasilitas danlayanan, khususnya bagi bisnis yang barusaja berdiri.

Suatu perusahaan yang masih berada ditahap awal (early stage) dapat memanfaatkanfasilitas dan layanan yang disediakan olehinkubator, sehingga dapat mengatasi masa-lah yang dihadapi dalam menjalankanbisnisnya. Bagai perusahaan yang sudahmelewati tahap awal, adanya inkubatordiharapkan dapat mengembangkan danmemperkuat usaha yang dijalankannya.Pengusaha mikro dan kecil merupakanbagian terbesar dari pelaku bisnis diIndonesia, sehingga mempunyai peran yang

strategis dalam pengembangan ekonominasional.

Berbagai bantuan seperti adanyainkubator, kegiatan jaringan kewirausahaanantara lain dalam kegiatan promosi, per-tukaran informasi, pembelian bahan baku,kegiatan riset dan pengembangan, sertapengunaan fasilitas pendukung untukkegiatan bersama dimaksudkan untuk me-numbuhkan wirausaha. Hipotesis terakhir(H5) yaitu bantuan non keuangan (BNK)berpengaruh terhadap pertumbuhan wira-usaha (PW).

METODE PENELITIANPenelitian ini dilakukan di Kabupaten

Sleman, dengan populasi wirausaha diKabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogya-karta. Dalam penelitian akan dilakukananalisis multivariate (regresi linear berganda)maka jumlah anggota sampel minimal 10kali dari jumlah variabel yang diteliti(Wiyono, 2011). Sampel penelitian inimenggunakan 6 variabel, maka jumlahminimal responden 60. Metode pengambilansampel menggunakan Nonprobability Samp-ling, yaitu dengan Purposive Sampling, yaitusampel dipilih dari anggota populasi yangsudah menjalankan usahanya minimal 4tahun sehingga sampel memahami adanyakebijakan dan prosedur pemerintah yangberhubungan dengan wirausaha, sertaadanya bantaun keuangan dan non ke-uangan yang dapat membantu wirausahapada saat memulai maupun dalammengelola usahanya.

Pengumpulan data dengan kuesioner,sedang skala pengukuran dengan meng-gunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5,di mana skor 1 menunjukkan sangat tidaksetuju dan skor 5 menunjukkan sangat se-tuju dengan pertanyaan/pernyataan. Ana-lisis data dengan menggunakan bantuanProgram SPSS 17.00, yang meliputi ujiinstrumen, uji asumsi klasik, uji hipotesis,

Page 91: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Pengaruh Lingkungan Kewirausahaan ...–Haryani 35

dan analisis regresi linear berganda yangdimaksudkan untuk mengetahui hubunganfungsional dan kausal antara kebijakan danprosedur pemerintah, kondisi sosial eko-nomi, ketrampilan kewirausahan dan bisnis,bantuan keuangan, bantuan non keuanganterhadap pertumbuhan wirausaha.

ANALISIS DAN PEMBAHASANDeskripsi Responden

Tabel 1 menunjukkan deskripsi demo-grafi responden yang di survei. Temuanmenunjukkan bahwa sebagian besar (43,

94%) responden berusia antara 40 sampai 49tahun, kemudian disusul usia 30 sampai 39tahun. Jumlah responden perempuan sedikitlebih banyak dibanding laki-laki yaitusebesar 51,52%.

Lapangan usaha responden yang palingbanyak adalah industri (39,40%) yangmeliputi handycraft, herbal, konveksi, tahu,tempe, aneka makanan ringan (snack), danabon. Sementara itu untuk lama usaha, yangpaling banyak lama usahanya kurang dari 5tahun yaitu sebanyak 25,76%.

Tabel 1Profil Responden

Variabel Frekuensi Prosentase (%)1.Usia

Kurang dari 20tahun20 – 29 tahun30 - 39 tahun40 - 49 tahunLebih dari 50 tahun

2.Jenis KelaminLaki-lakiPerempuan

3.Lapangan UsahaJasaPerdaganganIndustri

4.Lama UsahaKurang dari 5 tahun5 –9 tahun10 - 14 tahun15 - 19 tahunLebih dari 20 tahun

07172913

3234

221826

171514911

010,6025,7643,9419,70

48,4851,52

33,3327,2739,40

25,7622,7321,2113,6316,67

Uji Validitas Dan Reliabilitas InstrumenPenelitian

Uji validitas pada penelitian inidilakukan dengan melihat nilai pearsoncorrelation dari setiap item pertanyaan-pernyataan yang diberikan kepada respon-den.

Uji validitas menunjukkan bahwasemua instrumen atau item pernyataan yangdigunakan untuk mengukur keenam varia-bel mempunyai nilai pearson correlation diatas r tabel (0,243). Dengan demikian ke-seluruhan dari item pernyataan dinyatakanvalid.

Page 92: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

36 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 24 – 43

Uji reliabilitas dengan menggunakanmetode Cronbach’s Alpha di mana pernyataandinilai reliabel apabila Cronbach’s Alpha>0,60. Hasil uji reliabilitas untuk semuavariabel mempunyai koefisien Alpha >0,60.Dapat dinyatakan bahwa semua itemvariabel penelitian adalah reliabel dan dapatdigunakan sebagai dasar pengumpulandata.

Uji Asumsi KlasikPersyaratan yang harus dipenuhi dalam

model regresi adalah data berdistribusi

normal. Pengujian normalitas dengan ujiOne Sampel Kolmogorof-Smirnov, data di-nyatakan berdistribusi normal jika signi-fikansi lebih besar dari 0,05 (Wiyono, 2011).Dengan menggunakan taraf signifikansi0,05, nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar0,768> dari 0,05. Dengan demikian datadinyatakan berdistribusi normal.

Persyaratan yang harus dipenuhi dalammodel regresi adalah tidak ada hubunganlinear antar variabel independen dalammodel regresi (tidak ada multikolinearitas).

Tabel 2Hasil Uji Normalitas

Standardized Residual

NNormal Parametersa Mean

StdDeviationKolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

650,0000000

0,960143220,6650,768

Pengujian multikolinearitas dengannilai varince inflation factor (VIF), apabila VIF< 5 maka antar variabel independen tidakterjadi masalah multikolinearitas (Wiyono,2011). Nilai variance inflation factor (VIF)variabel kebijakan dan prosedur pemerintahsebesar 1,686, variabel kondisi sosial ekono-mi sebesar 1,810 variabel kewirausahaan dan

ketrampilan sebesar 3,159 variabel bantuankeuangan sebesar 2,715 dan variabel bantuannon keuangan sebesar 3,676. Dari kelimavariabel tersebut masing-masing hasilnya<5, sehingga dapat disimpulkan antarvariabel independen tidak terjadi masalahmultikolinearitas.

Tabel 3Hasil Uji Multikolinearitas

ModelCollinearity Statictics

Tolerance VIF1 (Constant)

Kebijakan & Prosedur Pemerintah 0,593 1,686Kondisi Sosial Ekonomi 0,552 1,810Ketrampilan Kewirausahaan & Bisnis 0,317 3,159Bantuan Keuangan 0,368 2,715Bantuan Non Keuangan 0,272 3,676

Page 93: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Pengaruh Lingkungan Kewirausahaan ...–Haryani 37

Persyaratan yang harus dipenuhi dalammodel regresi adalah tidak adanya variandari residual untuk semua pengamatandalam model regresi (tidak ada heteros-kedastisitas). Pengujian heteroskedastisitasdengan uji park, yaitu meregresikan nilairesidual (Lnei2) dengan masing-masingvariabel independen. Apabila –t tabel ≤ thitung ≤ t tabel maka tidak terjadi masalahmultikolinearitas (Wiyono, 2011).

Hasil uji heteroskedastisitas menunjuk-kan nilai t hitung variabel kebijakan dan

prosedur pemerintah sebesar -0,317, variabelkondisi sosial ekonomi sebesar -1,144,variabel ketrampilan kewirausahaan danbisnis sebesar -0,272, variabel bantuanekonomi sebesar 0,273, dan variabel bantuannon ekonomi sebesar -0,744, sedangkan ttabel dengan df = n-2 atau 66-2 = 64, adalahsebesar 1,6690. Karena nilai t hitung beradapada –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka dapatdisimpulkan bahwa tidak ditemukanmasalah heteroskedastisitas pada modelregresi.

Tabel 4Hasil Uji Heterokedastisitas

ModelUnstandardized

CoefficientsStandardizedCoefficients T Sig.

Β Std. Error Beta1 (Constant) 3,383 0,880 3,843 0,000

Kebijakan & Prosedur Pemerintah -0,011 0,034 -0,050 -0,317 0,752Kondisi Sosial Ekonomi -0,030 0,026 -0,187 -1,144 0,257Ketrampilan Kewirausahaan & Bisnis -0,016 0,058 -0,059 -0,272 0,787Bantuan Keuangan 0,011 0,042 0,055 0,273 0,786Bantuan Non Keuangan -0,026 0,035 -0,173 -0,744 0,460

Regresi Linier BergandaAnalisis regresi linier berganda di-

gunakan untuk mengetahui bagaimana naikturunnya serta arah hubungan variabelindependen kebijakan dan prosedur pe-merintah (KPP), kondisi sosial ekonomi,ketrampilan kewirausahaan dan bisnis,bantuan keuangan, dan bantuan non ke-uangan terhadap variabel dependen per-tumbuhan wirausaha di Kabupaten Sleman.Dengan bantuan SPSS 17.00 diperolehpersamaan regresi linier berganda PW =5,152 – 0,094KPP + 0,142KSE + 0,218KKB +0,177BK + 0,058BNK + e. Nilai Adjusted Rsquare sebesar 0,653 atau 65,3% artinyabahwa 65,3% variabel pertumbuhan wira-usaha (PW) dapat dijelaskan oleh variabel

kebijakan dan prosedur pemerintah, kondisisosial ekonomi, ketrampilan kewirausahaandan bisnis, bantuan keuangan, dan bantuannon keuangan, sedangkan 34% dijelaskanoleh variabel lain.

Uji HipotesisHasil uji F menunjukkan nilai proba-

bilitas Pvalue (sig) sebesar 0,000 kurang dari0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0ditolak, artinya bahwa variabel bebas yangterdiri dari variabel kebijakan dan prosedurpemerintah, kondisi sosial ekonomi, ke-trampilan kewirausahaan dan bisnis, bantu-an keuangan, dan bantuan non keuangansecara simultan berpengaruh terhadap per-tumbuhan wirausaha di Kabupaten Sleman.

Page 94: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

38 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 24 – 43

Tabel 5Hasil Uji F

ANOVAb

ModelSum ofSquares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 298.385 5 39.277 25.122 .000a

Residual 139.215 59 2.360

Total 435.600 64

Uji t (signifikansi parsial) menunjukkansejauh mana pengaruh variabel bebas secaraindividual dalam menerangkan variasivariabel terikat (Wiyono, 2011). Dalampenelitian ini uji t untuk mengetahuipengaruh variabel kebijakan dan prosedur

pemerintah, kondisi sosial ekonomi, ke-trampilan kewirausahaan dan bisnis, bantu-an keuangan, dan bantuan non keuangansecara parsial terhadap pertumbuhan wira-usaha di Kabupaten Sleman.

Tabel 6Hasil Uji t dan Regresi

Coefficientsa

ModelUnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients T Sig.

Β Std. Error Beta1 (Constant) 5,152 1,488 3,463 0,001

Kebijakan & Prosedur Pemerintah (KPP) -0,094 0,057 -0,159 -1,663 0,102Kondisi Sosial Ekonomi (KSE) 0,142 0,044 0,323 3,262 0,002Ketrampilan Kewirausahaan & Bisnis (KKB) 0,218 0,099 0,288 2,205 0,031Bantuan Keuangan (BK) 0,177 0,071 0,303 2,498 0,015Bantuan Non Keuangan (BNK) 0,058 0,059 0,139 0,982 0,330

Hasil olah data dengan SPSS 17.00 me-nunjukkan nilai signifikansi variabel ke-bijakan dan prosedur pemerintah sebesar0,102, lebih besar dari nilai taraf signifikansi(0,05). Dengan demikian secara parsialvariabel kebijakan dan prosedur pemerintahtidak berpengaruh terhadap variabel per-tumbuhan wirausaha. Temuan ini sangatmengejutkan, karena pemerintah telah me-nyusun berbagai kebijakan dan proseduryang dimaksudkan untuk mendorong per-tumbuhan wirausaha, karena dari berbagaipenelitian terdahulu wirausaha dapat me-

ningkatkan perekonomian, mengurangipengangguran dan masalah sosial dimasyarakat. dengan menyusun programyang berhubungan dengan infrastrukturseperti fasilitas jalan, jembatan, listrik,pemasaran dan jaringan, serta pendidikandan pelatihan.

Untuk kondisi di kabupaten Sleman,infrastuktur jembatan dan jalan peng-hubung antar desa sudah ada dan bahkansebagian besar sudah beraspal, dan semuawilayah sudah ada jaringan listrik, olehkarena itu pembangunan jalan, jembatan,

Page 95: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Pengaruh Lingkungan Kewirausahaan ...–Haryani 39

dan jaringan listrik yang diharapkan danmemunculkan berbagai usaha seperti tokokelontong, rumah makan, bensin eceran danSPBU, tambal ban, dan bengkel ternyatatidak berhasil.

Selain itu juga dilakukan dengan me-nyusun program non infrastruktur sepertiperaturan perundangan dan lembaga yangdiperlukan untuk mendukung pember-dayaan UMKM. Pusat Layanan Terpadu(PLUT) yang dimaksudkan untuk mem-berikan bantuan pemasaran dan jaringanserta berbagai pelatihan sesuai yang di-butuhkan wirausaha tenyata tidak ber-pengaruh terhadap pertumbuhan wira-usaha. Adanya PLUT tidak mampu menarikseseorang untuk menjadi wirausaha, namunberfmanfaat bagi wirausaha yang sudah ada.Jika mereka mempunyai masalah dalampengelolaan usahanya, mereka dapat me-minta bantuan ke PLUT. Dalam prosespengumpulan data, sebagian besar respon-den menyatakan bahwa pemerintah telahberhasil melakukan pemangkasan perizinan,sehingga lebih mudah dan cepat.

Variabel bantuan non keuangan secaraparsial tidak berpengaruh terhadap per-tumbuhan wirausaha, yang ditunjukkandengan nilai signifikansi t 0,330> dari tarafsignifikansi 0,05. Berbagai program bantuannon keuangan dalam bentuk konseling baikmelalui PLUT maupun dengan dinas terkait,inkubator, penelitian dan pengembangan,jaringan informasi, serta transportasi dankomunikasi secara parsial tidak berpe-ngaruh terhadap pertumbuhan wirausaha.Dengan sampel penelitian semuanya adalahmasyarakat yang mempunyai unit usaha,mereka tetap dapat menjalankan aktivitasusaha meskipun tanpa adanya bantuan nonkeuangan ini. Meskipun demikian agarwirausaha yang sudah ada ini meningkat

kelasnya, maka bantuan non keuangan initetap diperlukan. Bantuan non keuangan initetap harus disediakan oleh pemerintah,sebagai buffer stock, jika sewaktu-waktudiperlukan oleh wirausaha.

Temuan ini berbeda dengan hasilpenelitian Obaji dan Olugu (2014) yangmenyatakan bahwa keberhasilan wirausahadi banyak negara banyak bergantung padakebijakan pemerintah di negara tersebut.Hasil penelitian Setyawati et al. (2013 me-nyatakan bahwa pemerintah berperan dalampertumbuhan usaha mebel dan anyamanrotan di Kabupaten Hulu Sungai Utara,Kalimantan Selatan. Dapat dijelaskan bahwakondisi lingkungan di Kabupaten SungaiUtara yang belum semaju KabupatenSleman, sehingga peran pemerintah baikdalam bidang infrastruktur maupun noninfrastruktur pengaruhnya akan lebih besar.

Hal lain yang dapat ditangkap padaproses pengumpulan data bahwa programkredit murah masih sulit untuk dapatdijangkau oleh wirausaha karena keter-batasan agunan. Modal Ventura meskipundemikian bagi wirausaha yang dapatmengakses kredit murah, mengakui adanyakeringanan beban bunga yang harus merekatanggung. Sementara untuk prosedur per-izinan wirausaha menilai sudah mengalamiperbaikan, baik dalam hal lamanya prosespengurusan maupun biaya yang lebihtransparan.

Nilai signifikansi t untuk variabelkondisi sosial ekonomi sebesar 0,002 lebihkecil dari nilai taraf signifikansi (0,05).Dengan demikian, artinya secara parsialterdapat pengaruh antara variabel keadaansosial ekonomi terhadap variabel per-tumbuhan wirausaha. Variabel sosial eko-nomi seperti sikap positif masyarakat ter-hadap wirausaha, adanya keluarga maupun

Page 96: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

40 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 24 – 43

contoh wirausaha sukses, berbagai bidangusaha yang dapat dilakukan oleh wirausaha,serta pertumbuhan ekonomi yang relatiftinggi mampu mendorong pertumbuhanwirausaha.

Upaya pemerintah untuk mewujudkankondisi sosial ekonomi yang mendukungwirausaha ini dapat dilakukan dalam bentukkampanye positif wirausaha, mengeksposdan memberikan penghargaan kepada wira-usaha yang sukses, serta mempertahankantingkat pertumbuhan ekonomi nasional.Lebih rinci lagi disebutkan oleh Lestari danWijaya (2012) bahwa untuk memunculkanwirausaha muda perempuan maka masya-rakat harus dapat menghilangkan pandang-an negatif terhadap wirausaha perempuan.

Nilai signifikansi t untuk variabelketrampilan kewirausahaan dan bisnis se-besar 0,031 lebih kecil dari nilai tarafsignifikansi (0,05). Dengan demikian, varia-bel kewirausahaan dan ketrampilan secaraparsial berpengaruh signifikan dalam me-ningkatkan petumbuhan wirausaha diKabupaten Sleman. Masyarakat yang mem-punyai ketrampilan, jiwa, dan semangatwirausaha lebih yakin dalam menentukanwirausaha sebagai jalan hidupnya. Modalketrampilan wirausaha dan bisnis membuatmereka yakin dengan pilihannya sebagaiwirausaha, yakin mampu mengelola usaha-nya, dan yakin akan meraih kesuksesandalam berwirausaha.

Keyakinan ini diperkuat dengan adanyasikap positif masyarakat terhadap wirausahadan adanya dukungan finansial maupunnon finansial dari pemerintah maupunlembaga lain. Temuan ini mendukung hasilspenelitian Lestari dan Wijaya (2012) yangmenyebutkan bahwa pendidikan kewira-usahaan berpengaruh signifikan terhadapminat berwirausaha. Mahasiswa yang

mendapat mata kuliah kewirausahaan lebihberminat untuk menjadi wirausaha di-banding mahasiswa yang tidak men-dapatkan mata kuliah ini.

Pada umumnya wirausaha mengem-bangkan sendiri teori manajemen danorganisasi yang ada, disesuaikan dengankondisi dan situasi yang dihadapi. Meng-ingat bahwa ketrampilan kewirausahaandan bisnis secara parsial berpengaruhterhadap pertumbuhan wirausaha, maka kedepan perlu kajian tentang praktek mana-jemen yang diaplikasikan oleh wirausaha.

Nilai signifikansi t untuk variabelbantuan keuangan sebesar 0,015 lebih kecildari nilai taraf signifikansi (0,05). Dengandemikian, variabel bantuan keuangan secaraparsial berpengaruh dalam meningkatkanpertumbuhan wirausaha. Upaya pemerintahuntuk meningkatkan jumlah wirausaha danmeningkatkan kelas wirausaha yang sudahada dilakukan dengan modal ventura, kredityang relatif murah, kesediaan lembagakeuangan termasuk perbankan dalammembiayai usaha kecil, dan adanya lembagapenjamin kredit.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Variabel kebijakan dan prosedur pe-merintah, kondisi sosial ekonomi, ketrampil-an kewirausahaan dan bisnis, bantuankeuangan, dan bantuan non keuanganberpengaruh terhadap pertumbuhan wira-usaha di kabupaten Sleman. Secara parsial,variabel kondisi sosial ekonomi, kewira-usahaan dan ketrampilan, dan bantuankeuangan berpengaruh terhadap pertumbu-han wirausaha, sedangkan variabel ke-bijakan dan prosedur pemerintah danbantuan non keuangan tidak berpengaruhterhadap pertumbuhan wirausaha.

Page 97: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Pengaruh Lingkungan Kewirausahaan ...–Haryani 41

Berdasar analisis regresi linear bergandamenunjukkan bahwa variabel kondisi sosialekonomi, ketrampilan kewirausahaan danbisnis, bantuan keuangan, dan bantuan nonkeuangan berpengaruh positif terhadappertumbuhan wirausaha, sedang kebijakandan prosedur pemerintah berpengaruhnegatif terhadap pertumbuhan wirausaha.Implikasinya, apabila pemerintah bermak-sud meningkatkan jumlah wirausaha, makadari kelima variabel tersebut variabel ke-trampilan dan kewirausahaan yang palingditekankan.

Variabel kebijakan dan prosedur peme-rintah, kondisi sosial ekonomi, ketrampilankewirausahaan dan bisnis, bantuan keua-ngan, dan bantuan non keuangan mampumenjelaskan variasi pertumbuhan wira-usaha di kabupaten Sleman.

SaranBerdasar hasil penelitian ini, per-

tumbuhan wirausaha di kabupaten Slemandapat ditingkatkan dengan menjaga kondisisosial ekonomi yang kondusif, meningkat-kan ketrampilan kewirausahaan dan bisnis,dan memberikan bantuan ekonomi kepadawirausaha. Variabel sosial ekonomi sepertisikap positif masyarakat terhadap wira-usaha, adanya keluarga maupun contohwirausaha sukses, berbagai bidang usahayang dapat dilakukan oleh wirausaha, sertapertumbuhan ekonomi yang relatif tinggimampu mendorong pertumbuhan wira-usaha. Modal ketrampilan wirausaha danbisnis membuat mereka yakin denganpilihannya sebagai wirausaha, yakin mampumengelola usahanya, dan yakin akan meraihkesuksesan dalam berwirausaha. Upayapemerintah untuk meningkatkan jumlahwirausaha dan meningkatkan kelas wira-usaha yang sudah ada dilakukan dengan

modal ventura, kredit yang relatif murah,kesediaan lembaga keuangan termasukperbankan dalam membiayai usaha kecil,dan adanya lembaga penjamin kredit.

Variabel kebijakan dan prosedur pe-merintah yang diharapkan berpengaruhpositif dan signifikan terhadap pertumbuh-an wirausaha, ternyata justru sebaliknya,oleh karena itu perlu dilakukan kajiankhusus tentang kebijakan dan prosedurpemerintah, sehingga kebijakan dan pro-sedur yang dibuat pemerintah benar-benarsesuai dengan kebutuhan wirausaha. Ke-bijakan kredit murah tanpa mengubahpersyaratan dalam akses dana tidak akanberdampak signifikan pada pertumbuhanwirausaha, karena adanya keterbatasanagunan. Kebijakan pemberian peralatanmenjadi tidak berdampak signifikan, karenatidak sesuai dengan kebutuhan wirausaha.Sementara kebijakan pemangkasan prosedurperizinan sudah dirasakan manfaatnya olehwirausaha.

Variabel bantuan non keuangan secaraparsial tidak berpengaruh terhadap per-tumbuhan kewirausahaan, namun sebaiknya pemerintah dan lembaga pendidikantetap menyelenggarakan bantuan non ke-uangan. Apabila dalam perjalannya ada-wirausaha yang membutuhkan bantuanmisalnya dalam bentuk pemasaran online,informasi pasar, dan jaringan kewira-usahaan bantuan tersebut siap diberikan.

DAFTAR PUSTAKAAnonymous. 2008. Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 20 tahun 2008 TentangUsaha Mikro Kecil dan Menengah(UMKM). Kementrain Koperasi danUKM. Jakarta.

Ayuningtias, H. A. dan S. Ekawati. 2015.Faktor-faktor yang MempengaruhiMinat Berwirausaha Pada Mahasiswa

Page 98: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

42 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 24 – 43

Fakultas Ekonomi Universitas Taruma-nagara. Jurnal Ekonomi XX(01): 49-71.

Bygrave, W. D. 2004. The Portable MBA inEntrepreneurship. Third Edition. JohnWilley & Sons Inc., New Jersey.

Chrissanti, M. A. dan F. Tjiptono. 2012.Faktor-faktor yang MemperngaruhiIntensi Berwirausaha di KalanganMahasiswa. Telaah Bisnis 13(1): 17-34.

Dian, R., R. I. Sundari, E. Riswanto, danParyanto. 2014. Peningkatan dan Pe-ngembangan Daya Saing bagi UMKMKripik Salak di Kabupaten Sleman.Telaah Bisnis 14(1): 30-40.

Fereidouni, H. G., T. A. Masron, D. Nikbin,and R. E. Amiri. 2010. Consequences ofExternal Environment on Entre-preneurial Motivation in Iran. AsianAcademy of Management Journal 15(2):175-196

Gyawali, D. R. and D. S. Fogel (1994).Environments for EntrepreneurshipDevelopment: Key Dimention andresearch Implications. Intrepreneurship:Theory and Practice 18: 43-62. http://www.researchgate. net/publication/263733348 diakses 5 September 2015.

Hadisoegondo, S. 2006. Upaya PenumbuhanWirausaha Baru: Masalah dan Pen-dekatannya. Jurnal INFOKOP 29: 48-62.

Haryani, S. 2013. The Analysis of Entre-preneurship Intention of Santri inPesantren (Islamic Boarding School) inYogyakarta Special Region. Proceeding ofThe 4th Global Islamic Marketing. Turkey:106-112.

Janah, W. O. dan A. Winarno. 2015.Pengalaman Praktik Kerja Industri,Motivasi Berprestasi, dan KeyakinanDiri Pengaruhnya Terhadap IntensiBerwirausaha Siswa SMK. Jurnal Pen-didikan Bisnis dan Manajemen 1(3): 214-221.

Lestari, R. B. dan T. Wijaya. 2012. PengaruhPendidikan Wirausaha Terhadap MinatBerwirausaha Mahasiswa di STIE MDP,STMIK MDP, dan STIE MUSI. JurnalForum Bisnis dan Kewirausahaan 1(2): 112-119.

Manurung, H. 2013. Peluang Kewirausaha-an Sekolah Melalui Kreativitas danInovasi. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan 1(1): 59-86.

Marini, C. K. dan S. Hamidah. 2014.Pengaruh Self-Efficacy, LingkunganKeluarga, Dan Lingkungan SekolahTerhadap Minat Berwirausaha SiswaSMK Jasa Boga. Jurnal Pendidikan Vokasi4(2): 195 – 207.

Obaji, N. O., and U. O. Mercy. 2014. The Roleof Government Policy in Entre-preneurship Development. ScienceJournal of Business and Management 2 (4):109-115.

Setyawati, E. C. N., Nugraha, H. Susanta,dan A. Ilham. 2013. KarakteristikKewirausahaan dan Lingkungan BisnisSebagai Faktor Penentu PertumbuhanUsaha: Studi IKM Sentra KerajinanRotan Amuntai kabupaten Hulu SungaiUtara, Provinsi Kalimantan Selatan.Jurnal Administrasi Bisnis 2 (1): 41-50.

Rosmiati, D. T. S. Junias, dan Munawar. 2015.Sikap, Motivasi, dan Minat Berwira-usaha Mahasiswa. Jurnal ManajemenDan Kewirausahaan 17(1): 21–30.

Sijabat, S. 2012. Pengembangan Teknologidan Pemasaran Produk KUKM MenujuMasyarakat Ekonomi ASEAN 2015.Jurnal INFOKOP 21: 94-130.

Supriyanto. 2009. Business Plan SebagaiLangkah Awal Memulai Usaha. JurnalEkonomi dan Pendidikan 6(1): 73-83.

Syarif, T. 2012. Dukungan InfrastrukturDalam Proses Pemberdayaan Koperasidan UMKM. Jurnal INFOKOP 21: 159-186.

Wibowo, Y. S. dan R. Artati. 2012. PenguatanInfrastruktur Keuangan Bagi UMKM:Menyingsing MEA 2015. JurnalINFOKOP 21: 36-52.

Winarno. 2010. Entrepreneurship Attitude.ENRICHMENT: Journal Of Management 1(1): 66-76.

Wiyono, G. 2011. Merancang Penelitian Bisnisdengan alat analisis SPSS 17.0 & SmartPLS2.0. UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Page 99: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Pengaruh Lingkungan Kewirausahaan ...–Haryani 43

Wulandari, A. 2009. Pengaruh Lingku- nganEksternal dan Lingkungan InternalTerhadap Orientasi Wirausaha DalamUpaya Meningkatkan Kinerja Per-usahaan. Jurnal Pengembangan Wirausaha11(2): 142-152.

Page 100: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan p-ISSN 2548 – 298XAkreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 e-ISSN 2548 – 5024DOI: 10.24034/j25485024.y2017.v1.i1.1824

44

SAK-ETAP SEBAGAI SOLUSI OVERLOAD STANDAR AKUNTANSI BAGIUSAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH, DAN KOPERASI

Niluh Putu Dian Rosalina Handayani [email protected]

IsnalitaProgram Studi Akuntansi, Universitas Airlangga

ABSTRACT

Small medium enterprises (SMEs) play strategic role as business entity in the economic development. GeneralSAK is overload and burdensome to be used as guidance for SMEs in performing their accounting activity. SMEsdemand a less complicated accounting standard than existing general SAK, yet fulfill the quality of financialreporting. Thus, it becomes a motivation to establish SAK ETAP. There are two purposes in this paper. Firstly,this paper is aimed to review how overload general SAK is and to understand the background of SAK ETAPestablishment as well. Secondly, this paper is aimed to completed the teoritical review with conducting research todisclose the extent of SAK ETAP implementation of cooperation and also to investigate wheter the differentperception is exist between cooperation actors and accountant academics. Using descriptive statistic analysis,result showed that the implementation level of SAK ETAP in East Java can be categorized as "low implemented".Further, using independent t-test as data analysis, result showed that there are differences in perception betweencooperation actors group and accountant academics group. Another empirical finding on SAK ETAP stated byother researchers have also been disclosed in this paper.

Key words: accounting standard overload, cooperation, perception, SAK ETAP, SMEs.

ABSTRAK

Usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi (UMKMK) merupakan pelaku bisnis yang memiliki peranstrategis dalam pembangunan ekonomi. SAK Umum telah dirasa overload (memberatkan) bagi parapelaku UMKMK untuk digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan akuntansinya. Kebutuhan akansuatu standar akuntansi keuangan yang lebih sederhana tetapi tetap memenuhi kaidah kualitaspelaporan keuangan telah menjadi motivasi utama atas diluncurkannya SAK-ETAP yang lebihsederhana dibandingkan dengan SAK Umum. Artikel ini memiliki dua tujuan. Tujuan pertama adalahuntuk menelaah overload standar akuntansi serta mengetahui bagaimana latar belakang munculnyaSAK-ETAP. Tujuan kedua adalah untuk melengkapi telaah teoretis dengan melakukan penelitian untukmengungkapkan sejauh mana tingkat keterterapan SAK-ETAP pada koperasi serta menyelidiki apakahterdapat perbedaan persepsi atas SAK-ETAP antara kelompok akuntan pendidik dengan pelakukoperasi. Dengan menggunakan analisis statistik deskriptif, hasil penelitian menunjukkan bahwatingkat keterterapan SAK-ETAP pada koperasi di Jawa Timur masuk pada kategori ‘KurangDiterapkan’. Selanjutnya dengan menggunakan analisis data berupa independent t-test ditemukanbahwa terdapat perbedaan persepsi antara kelompok pelaku koperasi dengan akuntan pendidik.Beberapa temuan riset empiris SAK-ETAP di Indonesia yang telah dilakukan oleh para peneliti lainnyajuga turut dipaparkan.

Kata kunci: koperasi, overload standar akuntansi, persepsi, SAK-ETAP, UMKM.

PENDAHULUANUsaha mikro, kecil, dan menengah

(UMKM) merupakan pelaku bisnis yang

memiliki peran strategis dalam pembangun-an ekonomi sebuah negara (Siam danRahahleh, 2010; Bohusova dan Blaskova,

Page 101: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

SAK-ETAP Sebagai Solusi Overload Standar Akuntansi ... – Narsa, Isnalita 45

2012). Berdasarkan data dari KementerianKoperasi dan UMKM (2014), tercatat bahwajumlah UMKM dalam kurun waktu tahun2006-2010 mengalami kenaikan sebesar 9,8%.Kemudian data tahun 2012, menunjukkanbahwa jumlah tersebut bertambah menjadi56,3 juta unit usaha. Rincian UMKM tersebutrata-rata didominasi oleh usaha mikrosebesar 98,8%, usaha kecil sebesar 1% dansisanya adalah usaha menengah. Selanjut-nya, berdasarkan data dari Badan PusatStatistik, diketahui bahwa jumlah koperasidi Jawa Timur per Desember 2012 telahmencapai 29.267 unit dan meningkat men-jadi 31.182 unit per Desember 2015, jumlahtersebut merupakan jumlah terbesar di-bandingkan jumlah koperasi pada provinsi-provinsi lainnya di Indonesia. Nilai kontri-busi koperasi dan UMKM mencapai 57%dari Produk Domestik Regional Bruto JawaTimur. Tidak mengherankan apabila selamaini koperasi dan UMKM disebut sebagaisubjek vital dalam pembangunan per-ekonomian bangsa khususnya dalam halpeningkatan total PDB dan penyerapantenaga kerja (Kementerian KUMKM, 2014).Koperasi merupakan bagian dari usaha kecildan menegah. Sesuai dengan undang-undang 17 tahun 2012 tentang perkope-rasian, koperasi merupakan “badan hukumyang didirikan oleh orang perseorangan ataubadan hukum koperasi, dengan pemisahankekayaan para anggotanya sebagai modaluntuk menjalankan usaha, yang memenuhiaspirasi dari kebutuhan bersama di bidangekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengannilai dan prinsip akuntansi”.

Bisnis dalam skala apapun, laporankeuangan berperan sangat penting di da-lamnya. Begitu pula dengan koperasi, seba-gai sebuah lembaga ekonomi, koperasi su-dah dipastikan akan berhubungan denganberbagai pihak yang memiliki kepentinganterhadap hasil kinerja mereka. PemerintahIndonesia memang belum mengatur secarakhusus kewajiban UMKM menyusun lapor-an keuangan, namun demikian Undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1995tentang Perseroan Terbatas secara tidak

langsung telah mengisyaratkannya melaluipasal 56 yang berbunyi “Dalam waktu 5bulan setelah tahun buku perseroan ditu-tup, Direksi menyusun laporan tahunanyang diajukan kepada Rapat Umum Peme-gang Saham.” (Sutarto et al., 2008). Dengandemikian, bagi suatu perusahaan yang ber-badan hukum Perseroan Terbatas, tidak ter-kecuali usaha kecil ataupun menengah, di-wajibkan menyusun laporan keuangan.

Standar akuntansi diperlukan sebagaipedoman atas penyusunan laporan keuang-an agar mudah untuk dipahami oleh parapengguna laporan keuangan. Kebutuhanakan suatu standar akuntansi keuanganyang lebih sederhana tetapi tetap meme-nuhi kaidah kualitas pelaporan keuanganbertujuan umum telah menjadi motivasiutama atas diluncurkannya SAK ETAP(IAPI, 2011). IAI merasa memiliki kewajibanuntuk menyusun sebuah standar akuntansikeuangan yang sesuai dengan karakteristikusaha skala kecil dan menengah agar benefityang dirasakan oleh pelaku UMKM dalammenerapkan standar lebih besar daripadacost yang dikeluarkan (DSAK IAI, 2013).Terlebih lagi, akibat dilakukannya konver-gensi IFRS terhadap standar akuntansi diIndonesia, maka PSAK nomor 27 tentangAkuntansi Perkoperasian yang selama inidigunakan koperasi sebagai pedoman da-lam kegiatan akuntansinya, tidak dapat lagidigunakan oleh koperasi.

Artikel ini memiliki dua tujuan. Tujuanpertama adalah untuk menelaah overloadstandar akuntansi dan mengetahui bagai-mana latar belakang munculnya SAK ETAP.Tujuan kedua dari artikel ini adalah untukmengungkapkan hasil riset yang dilakukanpenulis terkait implementasi SAK ETAPpada koperasi di Jawa Timur serta jugamenginvestigasi apakah terdapat perbedaanpersepsi terkait SAK ETAP antara kelompokpelaku koperasi dengan kelompok akuntanpendidik. Penelitian penerapan SAK ETAPpada entitas bisnis skala kecil dan mene-ngah, termasuk koperasi, di Indonesia sam-pai saat ini masih sangat terbatas danumumnya penelitian tersebut mengguna-

Page 102: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

46 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 44 – 65

kan pendekatan kualitatif yang hanya meli-hat pada satu entitas koperasi. Selanjutnya,membandingkan persepsi antara kedua ke-lompok tersebut menarik untuk dilakukan.Para pelaku koperasi merupakan salah satuaktor paling penting dalam proses imple-mentasi SAK-ETAP. Proses pengadopsianyang efektif akan memerlukan dukungandan komitmen dari mereka termasuk salahsatunya adalah persepsi yang baik atas SAKETAP. Terlebih, merekalah aktor yangmenggunakan SAK ETAP sehingga merekapaham dari sisi praktikal.

Sementara itu, di lain sisi pihakakademisi lebih paham dari sisi konseptual.Kalangan akademisi merupakan kalanganyang penting dan memiliki pengaruh yangkuat terhadap standar akuntansi (Baresford,1997; Jonas dan Young, 1998). Baresford(1997) serta Jonas dan Young (1998) meng-ungkapkan bahwa salah satu peran pentingpara akademisi adalah melakukan penelitianyang tepat dengan isu terkini sehinggapenelitian tesebut diharapkan dapat di-jadikan dasar yang relevan dalam pe-nyusunan standar baru. Dari pernyataantersebut dapat disimpulkan bahwa ka-langan akademisi diharuskan paham darisisi konseptual atau teoretikal.

Mengacu pada penjelasan singkat ter-sebut maka isu penerapan SAK ETAP padakoperasi merupakan hal yang menarik un-tuk diteliti. Rumusan masalah dalam pe-nelitian ini adalah (1) bagaimana tingkatketerterapan SAK-ETAP pada koperasi diJawa Timur?; dan (2) apakah terdapatperbedaan persepsi antara pelaku koperasidan akuntan pendidik terhadap penerapanSAK-ETAP?. Keterterapan yang ingin di-evaluasi pada penelitian ini adalah berda-sarkan prinsip-prinsip yang ada di SAK-ETAP dan tidak mendetail sesuai dengankejadian-kejadian maupun akun-akun khu-sus yang hanya muncul pada koperasi kare-na pada dasarnya SAK-ETAP adalah untukentitas apapun asal tidak memiliki akunta-bilitas publik sehingga penerapan secaralebih detailnya akan tergantung dari karak-teristik entitas bersangkutan.

TINJAUAN TEORETISRuang Lingkup dan Isi SAK ETAP

SAK ETAP ditujukan untuk entitas yang(a) tidak memiliki akuntabilitas publiksignifikan; dan (b) menerbitkan laporan ke-uangan untuk tujuan umum (general purposefinancial statement) bagi pengguna eksternal.Contoh pengguna eksternal adalah pemilikyang tidak terlibat langsung dalam penge-lolaan usaha, kreditur, dan lembaga peme-ringkat kredit.

Entitas dikatakan memiliki akuntabili-tas yang signifikan jika (1) telah atau dalamproses melakukan penerbitan efek di pasarmodal; (2) entitas menguasai aset dalamkapasitas sebagai fidusia untuk sekelompokbesar masyarakat. Institut Akuntan PublikIndonesia menyatakan bahwa SAK-ETAPdapat diterapkan untuk entitas yang tertu-tup baik yang berbentuk perseroan terbatas,koperasi, persekutuan komanditer, perseku-tuan perdata, bentuk usaha perorangan.Namun demikian entitas yang memilikiakuntabilitas publik signifikan tetap dapatmenggunakan SAK ETAP jika otoritas ber-wenang membuat regulasi mengijinkanpenggunaan standar tersebut, contohnyaadalah Bank Perkreditan Rakyat. Hal inidimungkinkan apabila misalnya pihak oto-ritas berwenang merasa ketentuan pelapor-an dengan menggunakan SAK Umum ter-lalu tinggi biayanya atau terlalu rumit un-tuk entitas yang mereka awasi (Wirahardjadan Wahyuni, 2009).

Bila dibandingkan dengan IFRS forSMEs, SAK-ETAP juga jauh lebih sederha-na. Banyak yang diatur dalam IFRS for SMEsnamun tidak diatur dalam SAK-ETAP. Halitu dilakukan karena terdapat beberapa halyang ada pada IFRS for SMEs tidak sesuaidengan karakteristik UMKM yang ada diIndonesia. Contohnya adalah tidak diatur-nya mengenai other comprehendsive income,business combination, hiperinflasi (Ram danNewberry, 2013). SAK ETAP, dalam be-berapa hal, memberi banyak kemudahanuntuk UMKM. Secara kasat mata bisa dilihatmelalui tebal halaman dari SAK ETAP yanghanya 100 halaman dengan terdiri dari 30

Page 103: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

SAK-ETAP Sebagai Solusi Overload Standar Akuntansi ... – Narsa, Isnalita 47

bab (Wirahardja dan Wahyuni, 2009). Tabel1 berikut ini menjelaskan tentang pokokbahasan per bab SAK-ETAP. Tabel 1menunjukkan bahwa SAK-ETAP adalahSAK Umum yang disederhanakan. Samahalnya dengan IFRS for SMEs yang jugamerupakan penyederhanaan dari IFRS.SAK-ETAP merupakan pilihan alternatifstandar akuntansi yang di dalamnya dila-kukan penyederhanaan pengakuan, pengu-kuran, dan proses penyusunan, adanya pe-

ngurangan tingkat pengungkapan, serta pe-ngaturan yang dilakukan di SAK Umumyang dianggap tidak relevan dengan kegiat-an usaha ETAP dapat diabaikan.

Karakter dari SAK ETAP adalah: (1)berdiri sendiri dan tidak mengacu pada SAKUmum, (2) sebagian besar pengukuranmenggunakan kos historis (3) hanyamengatur transaksi umum yang terjadi padaETAP, (4) tidak berubah dalam beberapatahun kedepan.

Tabel 1Pokok Bahasan Per Bab dalam SAK ETAP

Bab Pokok Bahasan Bab Pokok BahasanBab 1 Ruang Lingkup Bab 16 Aset Tidak BerwujudBab 2 Konsep dan Prinsip Pervasif Bab 17 SewaBab 3 Penyajian Laporan Keuangan Bab 18 Kewajiban Diestimasi dan

KontinjensiBab 4 Neraca Bab 19 EkuitasBab 5 Laporan Laba Rugi Bab 20 PendapatanBab 6 Laporan Perubahan Ekuitas dan

Laporan Laba Rugi dan SaldoLaba

Bab 21 Biaya Pinjaman

Bab 7 Laporan Arus Kas Bab 22 Penurunan Nilai AsetBab 8 Catatan atas Laporan Keuangan Bab 23 Imbalan Kerja

Bab 9 Kebijakan Akuntansi, Estimasi danKesalahan

Bab 24 Pajak Penghasilan

Bab 10 Investasi pada Efek Tertentu Bab 25 Mata Uang PelaporanBab 11 Persediaan Bab 26 Transaksi dalam Mata Uang

AsingBab 12 Investasi pada Entitas Asosiasi

dan Entitas AnakBab 27 Peristiwa setelah Akhir Periode

PelaporanBab 13 Investasi pada Joint Venture Bab 28 Pengungkapan Pihak-Pihak

yang Mempunyai HubunganIstimewa

Bab 14 Properti Investasi Bab 29 Ketentuan TransisiBab 15 Aset Tetap Bab 30 Tanggal Efektif

Sumber: DSAK-IAI. 2013. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Jakarta:Ikatan Akuntan Indonesia.

Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)dan Koperasi

Cukup banyak instansi, badan dan ataulembaga yang memformulasikan definisiUMKM di Indonesia. Belum ada pem-batasan atas definisi dan kriteria dari

UMKM, sehingga tidak ada keseragaman.Hal tersebut terjadi karena perbedaan pe-makaian kriteria dibuat sesuai kebutuhanlembaga atau instansinya masing-masing. Diseluruh dunia pun hampir bisa dipastikanbahwa masing-masing negara akan memiliki

Page 104: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

48 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 44 – 65

definisi dan kriteria UMKM yang berbeda-beda tergantung bagaimana kondisi masing-masing negara tersebut (Bunea et al., 2012).

Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2008tentang UMKM definisi dari Usaha Mikro,Kecil dan Menengah yang tertuang dalambagian I pasal 1 adalah sebagai berikut.Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalahusaha ekonomi produktif yang berdiri sen-diri, yang dilakukan oleh orang perorangan

atau badan usaha yang bukan merupakananak perusahaan atau bukan cabang peru-sahaan dan harus memenuhi kriteria UsahaKecil sebagaimana dimaksud dalam UU ter-sebut. Tabel 2 berikut ini adalah rangkumandari kriteria UMKM berdasarkan UU No. 8Tahun 2008 yang ada pada bagian IV pasal 6.Kriteria Aset dan Omzet tersebut cukupsalah satunya saja yang terpenuhi.

Tabel 2Kriteria Aset dan Omzet Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

No. Jenis Usaha Kriteria Aset Kriteria Omzet1. Mikro Maks. 50 juta Maks. 300 juta2. Kecil > 50 juta – 500 juta > 300 juta – 2,5 miliar3. Menengah > 500 juta – 10 miliar > 2,5 miliar – 50 miliar

Sumber: UU Nomor 8 Tahun 2008, bagian IV pasal 6.

Tabel 2 menunjukkan bahwa segala jenisusaha, berbentuk formal maupun non-formal, jika memenuhi salah satu dari kri-teria aset maupun kriteria omzet, maka usa-ha tersebut dapat disebut sebagai UMKM.Namun, terlepas dari definisi mengenaiUMKM sesuai UU tersebut, agaknya UMKMmemiliki karakteristik yang hampir seragam(Kuncoro, 2000).

Pertama, tidak adanya pembagian tu-gas yang jelas antara bidang administrasidan operasi. Mayoritas UMKM dikelola olehperorangan yang merangkap sebagai pe-milik sekaligus pengelola perusahaan, sertamemanfaatkan tenaga kerja dari keluargadan kerabat dekatnya. Kedua, akses UMKMterhadap lembaga-lembaga kredit formalmasih rendah. Akibatnya mereka cenderungmenggantungkan pembiayaan usahanyadari modal sendiri atau sumber-sumber lainseperti keluarga, kerabat, bahkan rentenir.Ketiga, mayoritas bentuk UMKM masihinformal, dalam arti mereka tidak mem-punyai status badan hukum bahkan tidakberakta notaris. Menurut catatan BPS tahun1995-an, dalam Kuncoro (2000) diketahuidari total perusahaan kecil sebanyak,124.990, ternyata 90,6 persen merupakanperusahaan perorangan yang tidak berakta

notaris; 4,7 persen tergolong perusahaanperorangan berakta notaris; dan hanya 1,7persen yang sudah mempunyai badanhukum (PT, CV, Firma, atau Koperasi).

Terkait Koperasi, seperti yang telahdijelaskan pada Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 17 Tahun 2012, yang di-maksud dengan koperasi adalah “badan hu-kum yang didirikan oleh orang perseorang-an atau badan hukum koperasi, dengan pe-misahan kekayaan para anggotanya sebagaimodal untuk menjalankan usaha, yang me-menuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuaidengan nilai dan prinsip koperasi” (Kemen-terian Negara Koperasi dan UMKM, 2014).Sebagai tambahan, karakteristik utama ko-perasi yang membedakannya dengan badanusaha lain adalah, anggota koperasi memi-liki identitas ganda yaitu anggota koperasiselain bertindak sebagai pemilik juga bertin-dak sebagai pengguna jasa koperasi (the dualidentity of the member) (Sutarto, et al., 2008).

Merujuk pada UU Nomor 17 Tahun2012 pasal 84 dijelaskan bahwa saat ini ter-dapat empat jenis Koperasi, yaitu: (1) Kope-rasi Konsumen; (2) Koperasi Produsen; (3)Koperasi Jasa; dan (4) Koperasi Simpan Pin-jam. Sesuai penjelasan pasal 84 ayat (4) di-

Page 105: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

SAK-ETAP Sebagai Solusi Overload Standar Akuntansi ... – Narsa, Isnalita 49

paparkan bahwa yang dimaksud denganKoperasi Simpan Pinjam adalah koperasiyang “menjalankan usaha simpan pinjamsebagai satu-satunya usaha yang melayanianggota”.

Koperasi jenis ini memberikan kesem-patan bagi para anggotanya untuk menda-patkan pinjaman uang dengan proseduryang mudah dengan tingkat bunga pinjam-an yang relatif lebih ringan dibandingkanyang berlaku di pasar. Koperasi simpan pin-jam menjadi alternatif pilihan yang jauhlebih baik bagi pihak-pihak yang membu-tuhkan pinjaman seperti masyarakat mene-ngah ke bawah dan pelaku UMKM sehing-ga diharapkan Koperasi Simpan Pinjamdapat mencegah para anggotanya maupunpihak lain untuk terlibat dalam jeratan kaumlintah darat. (Kementerian Negara Koperasidan UMKM, 2014).

Standar Akuntansi untuk KoperasiStandar akuntansi bagi Koperasi sebe-

lum SAK ETAP muncul adalah PSAKNomor 27 yakni tentang Akuntansi Perko-perasian. Namun karena terdapat konver-gensi dengan IFRS, PSAK tersebut tidakdigunakan lagi sebagai standar akuntansibagi Koperasi. Otorisasi pemberlakuan SAKETAP sebagai standar akuntansi bagiKoperasi tertuang pada dua jenis dokumen,yakni Surat Edaran Deputi KelembagaanKoperasi dan UKM Nomor: 200/SE/Dept.1/XII/2011 dan Peraturan Menteri Ne-gara Koperasi dan Usaha Kecil dan Mene-ngah Republik Indonesia Nomor 04/Per/M.KUKM/VII/2012 tentang PedomanUmum Akuntansi Koperasi.

Sesuai surat edaran Deputi Kelemba-gaan Koperasi dan UKM Nomor:200/SE/Dept.1/XII/2011 bahwa sehubung-an dengan perberlakuan IFRS maka tentitaskoperasi dalam penyusunan dan penyajianlaporan keuangannya mengacu pada SAKETAP. Sedangkan sesuai Permenkop Nomor04/Per/M.KUKM/VII/2012 pada Bab Ibagian Latar Belakang, otorisasi penetapanSAK ETAP pada Koperasi dijelaskan bahwa,standar akuntansi keuangan yang mengacu

pada IFRS dikelompokkan menjadi 2 (dua)yaitu SAK ETAP dan SAK Umum. Me-ngingat koperasi sejauh ini termasuk dalamentitas tanpa akuntabilitas publik, makamemberlakukan akuntansi koperasi denganSAK ETAP.

Penerapan SAK ETAP di IndonesiaKhafid (2010) menemukan bahwa ke-

patuhan KPRI (Koperasi Pegawai RepublikIndonesia) di Kota Semarang masuk dalamkategori cukup patuh, serta ditemukan pulabahwa penerapan PSAK No. 27 berpenga-ruh positif terhadap pertumbuhan sisa hasilusaha secara signifikan. Penelitian berikut-nya, Sutarto et al. (2008) menunjukkan bah-wa akuntabilitas dan kesulitan teknis berpe-ngaruh signifikan terhadap implementasiPSAK Nomor 27 sedangkan kesulitan pe-ngukuran tidak berpengaruh signifikan.Dapat disimpulkan bahwa terdapat bebe-rapa faktor yang memengaruhi penerapanPSAK Nomor 27 serta penerapannya dapatmembawa dampak positif bagi UMKM yangmenerapkannya.

Selanjutnya terkait SAK ETAP, berba-gai permasalahan dan kendala atas imple-mentasi SAK ETAP telah terungkap melaluiriset-riset empiris yang dilakukan diIndonesia. Rudiantoro dan Siregar (2011)menguji prospek SAK ETAP untuk mening-katkan kualitas laporan keuangan UMKM.Data penelitian tersebut diperoleh melaluipenyebaran kuesioner dengan responden 50pengusaha UMKM yang berada di wilayahJabodetabek. Ditemukan hasil empiris bah-wa prospek penerapan SAK ETAP untukmeningkatkan kualitas laporan keuanganmungkin akan terhalangi karena rendahnyapemahaman para pengusaha UMKM atasSAK ETAP padahal respoden UMKM da-lam penelitian ini memiliki persepsi bahwapembukuan dan pelaporan keuangan meru-pakan hal yang cukup penting dalam per-tumbuhan dan perkembangan usahanya.Dari total 50 responden, hanya 32% (16 res-ponden) yang mengaku pernah mengetahuiatau mendengar SAK ETAP tersebut. Ke-mudian hanya sekitar 11 responden saja

Page 106: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

50 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 44 – 65

yang pernah mendapatkan pelatihan terkaitSAK ETAP. Terkait pengeksplorasian faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadappemahaman pengusaha UMKM terhadapSAK ETAP, ditemukan bahwa jenjangpendidikan terakhir berpengaruh positifsignifikan, lama usaha berdiri berpengaruhnegatif signifikan, sedangkan latar belakangpendidikan dan ukuran usaha tidakberpengaruh signifikan.

Menindaklanjuti penelitian Rudiantorodan Siregar (2011) tersebut, Supriyati danWulanditya (2012) melakukan uji hubunganantara dampak dari faktor-faktor eksternaldan internal para pelaku UMKM terhadappemahaman atas SAK ETAP. Subyek risetdipilah menjadi beberapa grup, yaitu:UMKM bisnis individual, entitas UMKMyang telah memiliki status badan hukum,koperasi, dan Bank Perkreditan Rakyat(BPR). Sebagai catatan, BPR merupakansalah satu entitas tanpa akuntabilitas publikyang menerima otorisasi wajib untukmenggunakan SAK ETAP sebagai pedomandalam kegiatan akuntansinya. Hal tersebuttertuang pada Surat Edaran Bank IndonesiaNomor 11/37/DKBU (Rachmawati, 2011).

Tidak jauh berbeda dengan hasil yangdiperoleh Rudiantoro dan Siregar (2011),ditemukan bukti empiris bahwa faktorinternal (jenis kelamin, tingkat pendidikan,pengetahuan, pengalaman) lebih memilikidampak yang signifikan terhadap pe-mahaman pelaku UMKM atas SAK-ETAP.Ditemukan pula bahwa terdapat perbedaanpersepsi antara grup pelaku UMKM. Haltersebut disebabkan oleh beberapa faktor,yakni: legal policy dan dukungan dari pihakotoritas. Hanya BPR dan Koperasi yangmendapatkan mandatori untuk menerap-kan SAK ETAP terlebih kedua grup UMKMini berbadan formal. Selain itu BPR dankoperasi juga memperoleh dukungan daripihak otoritas, seperti rutin dilakukannyapelatihan untuk meningkatkan kualitaskegiatan akuntansi mereka.. Selanjutnya.faktor kedua adalah kondisi keuangan.UMKM yang memiliki omzet di bawah Rp200 juta per tahun merasa tidak perlu untuk

membuat laporan keuangan, alih-alih me-nerapkan SAK ETAP.

Berbeda dengan kedua penelitian di atasKurnianto et al. (2012) menggunakan metodein-depth interview untuk memahami kesiapanbeberapa pelaku UMKM dalam meng-implementasikan SAK ETAP. Ditemukanbahwa kendala UMKM adalah tidakmemiliki laporan keuangan sesuai denganSAK-ETAP. Lalu diketahui juga UMKMyang memiliki catatan keuangan yang baikmemiliki perkembangan yang lebih pesatdibanding UMKM lainnya meskipun usiapendiriannya sama. Selanjutnya, terdapatsatu responden UMKM yang memiliki ma-najemen keuangan yang baik serta laporankeuangan yang telah berhasil mendapatkankredit modal dari tiga bank sekaligus. Dapatdisimpulkan bahwa memiliki dokumentasikegiatan akuntansi yang baik, sepertidibuatnya laporan keuangan, dapat men-jadikan UMKM lebih berkembang.

Dari hasil temuan empiris beberapapenelitian di atas dapat disimpulkan bahwaSAK ETAP memiliki prospek yang bagusuntuk dapat digunakan oleh para pelakuUMKM sebagai panduan dalam menyusunlaporan kegiatan akuntansinya. Namundemikian tidak seluruh UMKM mampuuntuk mendokumentasikan kegiatan akun-tansinya dengan baik karena masih terdapatbeberapa halangan termasuk salah satunyaadalah karakteristik dari para pelakuUMKM yang umumya tidak terlalu memi-liki pengetahuan akuntansi yang memadai.Berbeda dari beberapa penelitian tersebut,penelitian ini mencoba untuk mengungkap-kan sejauh mana tingkat keterterapan kope-rasi, sebagai salah satu contoh UMKM, ter-hadap SAK-ETAP dengan menggunakanmetode survey.

Teori Lensa dan Persepsi Terhadap SAKETAP

Teori Model Lensa Brunswik (Brun-swik’sLens Model) menjelaskan suatu konsepbahwa proses penilaian (judgment) seseo-rang didasarkan pada suatu titik referensi(cues). Sebagian besar penilaian merupakan

Page 107: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

SAK-ETAP Sebagai Solusi Overload Standar Akuntansi ... – Narsa, Isnalita 51

hasil dari perbandingan dengan titik refe-rensi atau cues tersebut sehingga judgmentdihasilkan dari serangkaian operasi atas in-formasi yang berkaitan dengan item-iteminformasi atau kejadian (Burnswik, 1943).Teori ini umumnya digunakan untuk meni-lai sebuah keadaan yang memerlukan peni-laian yang mana penilaian itu sendiri dibuatberdasarkan sekumpulan petunjuk (cues)yang didapatkan dari lingkungan. Dalampenelitian ini, penerapan SAK-ETAP padakoperasi merupakan sesuatu hal yang tidakdapat diamati secara langsung. Dengan de-mikian para responden akan diminta untukmengamati dan memberikan persepsinyamelalui sekumpulan petunjuk (cues) yangdipecah menjadi tiga hal yakni pengetahuantentang SAK-ETAP, pandangan terkait le-galitas SAK-ETAP, dan pendapat mengenaipenerapan SAK-ETAP.

Persepsi merupakan suatu konseppenting untuk memahami perilaku seseo-rang karena perilaku itu sendiri didasarkanpada persepsi mereka terhadap suatu reali-ta, bukan hanya berdasarkan realita itu sen-diri (Spencer-Rodgers et al., 2007). Pemben-tukan persepsi dapat dikatakan merupakanlangkah awal proses interaksi antara manu-sia dan lingkungannya karena persepsi yangdimiliki akan membimbing sikap dantanggapan seseorang terhadap apa yang adadi lingkungannya (Chiaburu dan Harisson,2008). Umumnya terdapat tiga faktor utamayang dapat memunculkan perbedaan per-sepsi, yakni faktor internal (dalam pemer-sepsi), faktor eksternal (situasi atau lingku-ngan), dan faktor objek yang dipersepsikan(target). Diefendorff dan Greguras (2003)menyatakan bahwa berbagai karakteristikpribadi dari pemersepsi akan memengaruhibagaimana ia menginterpretasikan apa yangia lihat.

Beberapa penelitian di luar Indonesiatelah mengungkapkan bagaimana persepsipara pelaku SMEs terhadap IFRS for SMEs.Wyk dan Rossouw (2009) dengan menggu-nakan metoda survei menemukan bahwasebanyak 45% pelaku UMKM di AfrikaSelatan meyakini bahwa penerapan IFRS for

SMEs dapat mengurangi beban untuk me-nyiapkan pelapoan keuangan, namun sisa-nya mempersepsikan bahwa IFRS for SMEsmasih terlalu overload bagi para pelakuUMKM sehingga diperlukan upaya penye-derhanaan yang lebih lagi terkait aturanakuntansi bagi para pelaku UMKM disana.Selanjutnya di negara Turki Atik (2010) me-neliti mengenai persepsi para pelaku UMKM(pemilik, manager maupun akuntan dariUMKM bersangkutan) atas diadopsinyaIFRS for SMEs. Hasil penelitian menun-jukkan bahwa hanya 1,81% responden me-nyiapkan laporan keuangan berdasarkanIFRS for SMEs dan sebagian besar respon-den menyiapkan laporan keuangan berda-sarkan aturan pajak. Hal tersebut kemung-kinan disebabkan karena hanya 17,87% res-ponden yang telah mengetahui mengenaiIFRS for SMEs. Meski demikian 94,41%responden mendukung adanya pengadopsi-an standar tersebut dan 88,19% respondenmemiliki keinginan untuk menerapkannyanamun lebih memilih sifatnya sukarela(voluntary) dibandingkan sebuah kewajiban(mandatory).

Masih di negara yang sama, Kilic et al.(2014) dengan menggunakan survei via tele-pon, menemukan bahwa sebagian besar pa-ra profesional akuntansi (pelaku UMKM)sadar dan mengetahui adanya proses adop-si IFRS for SMEs di negara mereka; memilikitingkat informasi yang memadai mengenaiIFRS for SMEs; telah mengikuti pelatihantentang IFRS for SMEs. Selanjutnya Kilic et al.(2014) meneliti pula mengenai pengaruh daribeberapa faktor terhadap persepsi merekaatas IFRS for SMEs. Ditemukan bahwa se-dikitnya pelatihan serta besarnya biaya yangharus dikeluarkan merupakan hambatanutama dari implementasi IFRS for SMEskarena menyebabkan persepsi dari parapelaku UMKM atas IFRS for SMEs menjaditidak baik.

Berpindah ke negara lain, Othcere danAgbeibor (2012) menunjukkan bahwa parapelaku bisnis kecil di Ghana merasa tidakterlalu memiliki kebutuhan atas IFRS forSMEs. Hal itu disebabkan karena mereka

Page 108: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

52 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 44 – 65

jarang atau tidak memiliki struktur danaktivitas internasional sehingga tidak di-minta untuk menyiapkan laporan keuanganyang dapat diperbandingkan secara interna-sional. Kemudian ditemukan pula bahwabeberapa karakteristik perusahaan sepertiukuran perusahaan, bentuk hukum, danjumlah pemilik memiliki hubungan positifyang rendah terhadap kebutuhan bisnis ke-cil atas IFRS for SMEs. Di Indonesia terdapatsatu penelitian yang meskipun tidak mem-bahas persepsi terhadap SAK ETAP secaraeksplisit, namun cukup memberikan hasilyang memberikan gambaran tentang begitupentingnya UMKM memiliki laporan keua-ngan yang disusun dengan baik. Purwati etal., (2014) meneliti tentang pengaruh darikonten informasi akuntansi UMKM ter-hadap proses pengambilan keputusan bisnisdari Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Di-pilihnya subjek penelitian berupa BPR yaknidengan responden spesifik berupa paraanalis investasi dari BPR bersangkutanadalah bukan tanpa alasan karena BPR me-rupakan bank yang umumnya menyalurkandana bagi para pelaku UMKM. Denganmenggunakan metode survei, hasil peneliti-an menunjukkan bahwa segala informasiyang berkaitan dengan kondisi bisnis, ter-utama yang diperoleh dari laporan keua-ngan, akan menjadi pertimbangan bagi paraanalis investasi BPR untuk memutuskanpenerimaan atau penolakan dana paraUMKM. Selanjutnya ditemukan pula bahwapara analis investasi BPR masih memilikipandangan bahwa umumnya laporan ke-uangan yang disiapkan oleh para UMKMbelum sesuai dengan standar akuntansi yangberlaku, yakni SAK ETAP.

Terakhir, Astutie dan Fanani (2016)meneliti mengenai persepsi dari para pemi-lik UMKM di beberapa kota yang ada diJawa Tengah. Hasil menunjukkan bahwa in-tensi untuk mengadopsi SAK ETAP sangatdipengaruhi oleh usia dari UMKM bersang-kutan, namun demikian masih banyakUMKM yang masih belum memahami SAKETAP beserta pelaporan keuangan denganmenggunakan teknologi, terlepas dari be-

sarnya intensi mereka untuk mengadopsiSAK ETAP. Para responden UMKM memi-liki persepsi bahwa penerapan SAK ETAPserta pelaporan keuangan berbasis tekno-logi masih dipertimbangkan sebagai sesua-tu yang mahal. Mereka membutuhkan pela-tihan dari para pembuat kebijakan.

Selain penginvestigasian persepsi ter-hadap para pelaku UMKM itu sendiri,terdapat pula penelitian yang menginvesti-gasi bagaimana persepsi para akuntan ter-kait penerapan dari IFRS for SMEs. Di Roma,Bunea et al. (2012) menemukan bahwa daritotal sebanyak 190 akuntan Romanian,sebanyak 52,6% responden setuju untukdiadakannya sistem pelaporan keuanganyang lebih disederhanakan lagi bagi UKM.Namun hanya 4,2% responden setuju bahwaIFRS for SMEs cocok digunakan bagi UKM.

Perihal perbandingan persepsi antarapihak akademisi dan praktisi dalam halakuntansi telah banyak diinvestigasi. Misal-nya terhadap kemampuan menerima danmelakukan inovasi yang mana di dalamnyatermasuk mengakui bahwa terdapat prin-sip-prisip akuntansi yang berbeda untukbisnis skala besar dan kecil di Amerika(Bean, 1989); terhadap konvergensi standarakuntansi (Rezaee et al., 2010); terhadapakuntansi forensik (Rezaee dan Burton.,1997). Beberapa penelitian terdahulu terse-but memberikan hasil yang hampir seragambahwa ditemukannya perbedaan persepsi diantara kedua belah pihak yakni paraakademisi dan para praktisi.

Penelitian yang dilakukan oleh Bean(1989), misalnya, menemukan bahwa terda-pat persepsi yang berbeda antara pihakakademisi dan praktisi terkait inovasi untukmembedakan prinsip akuntansi untuk bisnisskala besar dan kecil. Diketahui bahwakontribusi terbesar yang menyebabkan per-bedaan tersebut adalah persepsi risiko danvariabel kepribadian. Terkait variabel ke-pribadian sebagai salah satu faktor yangmemengaruhi persepsi individu, di peneliti-an lain, Pinasti (2007) menemukan bahwalatar belakang pendidikan memengaruhipersepsi pemilik UMKM terhadap penye-

Page 109: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

SAK-ETAP Sebagai Solusi Overload Standar Akuntansi ... – Narsa, Isnalita 53

lenggaraan dan penggunaan informasiakuntansi. Sama halnya dengan temuan ter-sebut yang telah dijelaskan di atas bahwaRudiantoro dan Siregar (2011) menemukanbahwa tingkat pendidikan terakhir berpe-ngaruh terhadap pemahaman pengusahaUMKM terhadap SAK ETAP. Tanpa menco-ba melakukan uji hubungan untuk meng-eksplorasi suatu faktor terhadap persepsimengenai SAK ETAP, penelitian ini mela-kukan uji beda terkait persepsi kelompokakademisi dengan kelompok praktisi.

Berdasarkan teori dan hasil penelitianterdahulu, dapat dirumuskan hipotesistunggal dalam penelitian ini sebagai beri-kut:H1 : Terdapat perbedaan persepsi antara

kelompok akuntan pendidik dan pela-ku koperasi terkait penerapan SAK-ETAP.

METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan pende-

katan penelitian kuantitatif dengan teknikpengumpulan data menggunakan kuesio-ner. Data yang dikumpulkan merupakandata primer yang merupakan data subjektifmengenai tingkat keterterapan SAK ETAPpada Koperasi Simpan Pinjam di Jawa Timurserta pernyataan sikap, pemikiran, panda-ngan, dan pendapat berkaitan denganpenerapan SAK ETAP. Jenis kuesioner yangdiberikan adalah kuesioner tertutup, yaknijenis kuesioner di mana responden hanyatinggal memilih jawaban yang telah disedia-kan dalam kuesioner. Terdapat dua jeniskuesioner yaitu kuesioner keterterapan(untuk pelaku koperasi) dan kuesionerpersepsi (untuk pelaku koperasi danakuntan pendidik). Analisis data merupakangabungan antara statistik deskriptif dananalisis uji beda yang mana dilakukan ketikamenguji hipotesis mengenai perbedaanpersepsi antara pelaku koperasi dan akuntanpendidik.

Pengumpulan DataData dikumpulkan melalui penyebaran

kuesioner kepada para responden. Respon-

den dalam penelitian ini terbagi menjadi duakelompok, pertama adalah pelaku koperasi(koperasi wanita usaha simpan pinjam) diJawa Timur yang hadir pada acara sosialisasiyang diselenggarakan oleh Dinas Koperasidan UMKM Provinsi Jawa Timur di Sura-baya dan kedua adalah para akuntanpendidik yakni dosen akuntansi yang me-ngajar pada beberapa perguruan tinggi diSurabaya. Kuesioner disebarkan secararandom. Total kuesioner yang disebar ada-lah 150 buah, dengan rincian 50 buahkuesioner keterterapan dan 50 kuesionerpersepsi (diberikan kepada 50 pelakukoperasi yang sama) serta 50 kuesioner per-sepsi untuk akuntan pendidik.

Pengukuran VariabelTerdapat dua jenis variabel tunggal

dalam penelitian ini, yakni: (1) tingkatketerterapan SAK ETAP pada koperasi; dan(2) persepsi pelaku koperasi dan akuntanpendidik terhadap SAK ETAP. Yang dimak-sud dengan tingkat keterterapan pada pene-litian ini adalah ukuran besarnya intensitaskesesuaian tata cara dan sistematika pela-poran keuangan yang mengacu pada SAKETAP yang didasari pada empat prinsip.

Kuesioner keterterapan mengadopsidan memodifikasi dari penelitian milikPrayudi dan Narsa (2015). Kuesioner keter-terapan terdiri dari 50 item pertanyaan yangterbagi berdasarkan indikator treatmentprinsip pengakuan (35 item), pengukuran (2item), pengungkapan (4 item), dan penya-jian (9 item). Keseluruhan prinsip tersebuttelah disesuaikan dengan definisi dan ke-tentuan yang ada dalam SAK ETAP sertabuku Ilustrasi Laporan Keuangan berdasar-kan SAK ETAP (IAPI, 2011). Masing-masingitem pernyataan diukur dengan menggu-nakan skala Likert lima poin yang dimulaidari gradasi sangat negatif hingga sangatpositif (1-5). Variabel kedua adalah variabelpersepsi Yang dimaksud dengan persepsipada penelitian ini adalah suatu sikap, pan-dangan, dan penilaian terhadap isu pene-rapan SAK-ETAP. Terdapat tiga indikatorpada variabel persepsi ini, yaitu: pengeta-

Page 110: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

54 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 44 – 65

huan tentang SAK ETAP, pandangan terha-dap eksistensi dan legalitas SAK-ETAP, ser-ta pendapat tentang penerapan SAK ETAP.Masing-masing item pernyataan diukur de-ngan menggunakan skala Likert lima poinpula. Kuesioner mengenai persepsi inimengadopsi dan memodifikasi dari peneli-tian milik Navarro-Garcia dan Bastida(2010), Mullerova et al., (2010), dan Rezaee etal. (2010).

Teknik Analisis DataEksplorasi yang dilakukan terhadap

variabel tingkat keterterapan serta variabelpersepsi diawali dengan dilakukannyapenggunaan teknik statistika deskriptifyakni dengan menentukan nilai rata-ratadari jawaban tiap item pertanyaan. Skor

tendensi sentral tersebut dihitung denganmembagi nilai total skor variabel dari tiapresponden dengan jumlah skor ideal (skormaksimum yang dapat dicapai dalampengisian kuesioner) dan dijadikan dalambentuk persentase (Lihat Tabel 3). Persen-tase diperoleh tersebut kemudian diban-dingkan dengan kriteria dalam bentuk skorpersentase. Langkah selanjutnya dilakukanuji independent t-test untuk menguji hipotesisyang diajukan dalam penelitian ini yakniterkait uji beda atas persepsi dari kelompokakuntan pendidik dengan pelaku koperasi.Hipotesis dinyatakan terdukung apabiladidapatkan nilai signifikansi p<0,05. Se-belum uji hipotesis, dilakukan terlebihdahulu uji reliabilitas dengan menggunakankriteria skor alpha cronbach minimal 0,6.

Tabel 3Kriteria Keterterapan dan Kriteria Persepsi

Kriteria Variabel Keterterapan danVariabel Persepsi Interval Rata-rata Skor

Sangat Tidak Diterapkan/Sangat TidakSetuju

0% - 20%

Tidak Diterapkan/Tidak Setuju >20% - 40%Kurang Diterapkan/Kurang Setuju >40% - 60%Diterapkan/Setuju >60% - 80%Sangat Diterapkan/Sangat Setuju >80% - 100%

ANALISIS DAN PEMBAHASANStandar Akuntansi (Umum?) YangBerlebihan (Overload)

Standar akuntansi adalah standar yangmengatur penyajian informasi, pengukurantransaksi dalam laporan keuangan danpengungkapan laporan keuangan (Thomp-son dan Hurdman, 1983). Standar akuntansimerupakan masalah krusial dalam profesidan semua pemakai laporan yang memilikikepentingan terhadapnya.

Perkembangan lingkungan global dandunia usaha sangat berpengaruh terhadapperkembangan standar akuntansi. Semakinkompleks kegiatan usaha, maka standarakuntansi yang dikeluarkan juga akanmenjadi semakin kompleks (Schuetze, 1991).Thompson dan Hurdman (1983) me-

nambahkan beberapa faktor lain yang me-nyebabkan standar akuntansi menjadi ma-kin kompleks, yakni: (i) tuntutan dari parainvestor serta kreditor untuk memuaskankepentingan mereka agar tidak dirugikan,(ii) aktivitas pemerintahan yang berusahauntuk melindungi kepentingan publik de-ngan mengeluarkan beberapa regulasi, sertayang terakhir (iii) munculnya berbagai per-tanyaan tentang apa yang harus diungkap-kan dan apa yang tidak perlu diungkapkansehingga akuntan mengeluarkan terlalu ba-nyak standar yang cenderung mengabaikanpertimbangan dan mengurangi permasalah-an yang melibatkan prinsip akuntansi. Aki-batnya, beberapa pihak mengeluh bahwastandar akuntansi justru mendorong ber-tambah besarnya beban dalam penyajian

Page 111: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

SAK-ETAP Sebagai Solusi Overload Standar Akuntansi ... – Narsa, Isnalita 55

laporan keuangan, khususnya bagi perusa-haan kecil (Kelley, 1982; Hepp dan McRae,1983; Thompson dan Hurdman, 1983).

Menurut Hepp dan McRae (1982)kondisi-kondisi yang mencerminkan ada-nya overload standar antara lain: (1) standaryang terlalu banyak dan detail; (2) tidak adastandar yang tegas, membuat pemilihansuatu aplikasi menjadi sulit; (3) standar un-tuk tujuan umum tidak mampu mengatasiperbedaan-perbedaan yang terdapat dalamkebutuhan dari para pembuat, pengguna,dan akuntan publik; (4) standar untuk tu-juan umum tidak mampu mengatasi per-bedaan-perbedaan yang terdapat di antara:a. entitas publik dan nonpublik, b. laporankeuangan tahunan dan interim, c. perusa-haan-perusahaan besar dan kecil, d. laporankeuangan yang telah diaudit dan belumdiaudit; (5) pengungkapan yang berlebihan,pengukuran yang rumit, atau kedua-duanya. Fokus bahasan overload standarakuntansi yang dimaksud pada artikel iniadalah fenomena bahwa standar untuktujuan umum tidak mampu mengatasi per-bedaan-perbedaan yang terdapat antara en-titas publik dan nonpublik yang mana lebihrincinya adalah untuk perusahaan besar dankecil.

Isu tentang overload standar akuntansitelah lama diperdebatkan oleh berbagai grup(Thompson and Hurdman, 1983). AICPA(American Institute of Certified Public Accoun-tants) mulai menerima beberapa komplainbahwa standar akuntansi dirasa overload ditahun 1974 (Churchill dan Breda, 1984).

Puncaknya pada tahun 1978, yakni dipertemuan tahunan AICPA, saat itudikatakan bahwa meskipun FASB (FinancialAccounting Standard Board) telah memberi-kan pengecualian kepada beberapa perusa-haan terkait supplemental disclosure, banyakpihak merasa bahwa GAAP (General AcceptedAccounting Principles) tidak dapat diterapkansecara ekonomis pada jenis perusahaan yanglingkup usahanya mikro, kecil, dan me-nengah (Kelley, 1982; Thompson danHurdman, 1983). Overload standar akuntansimenempatkan UMKM pada posisi yang sulit

untuk berkompetensi (Kelley, 1982). Salahsatu contoh yang mencerminkan bagaimanausaha badan penyusun standar di Amerikauntuk memberikan bantuan dan kemudahanbagi perusahaan skala kecil dalam halpenerapan standar akuntansi adalah SFASnomor 33 (tahun 1978) tentang FinancialReporting and Changing Prices (Kilic et al.,2014).

Selanjutnya, pada musim semi di tahun1981, AICPA membentuk Special Committeeon Accounting Standards Overload. Komitetersebut pada tahun 1982 menghasilkanbeberapa rekomendasi dan simpulan ten-tatif. Salah satunya adalah bahwa komitemenginginkan FASB untuk melakukanpertimbangan ulang dan segera melakukanaksi terkait standar akuntansi tertentu yangseharusnya tidak perlu memberatkan dantidak mahal untuk diterapkan, termasuksalah satunya adalah bagi subjek per-usahaan yang lingkupnya masih kecil(Kelley, 1982). Hepp dan McRae (1983)berpendapat bahwa problem overload stan-dar akuntansi bagi SMEs harus diperha-tikan dan dibahas secara sendiri serta terpi-sah oleh problem-problem overload standarakuntansi yang lain untuk subjek perusa-haan besar (seperti akuntansi sewa).Menurut Wahdini dan Suhairi (2006);Coetzee (2007); Tudor dan Mutiu (2008);Thompson and Hurdman (1983), akibat yangditimbulkan dari adanya overload standarakuntansi tidak hanya berdampak padapihak yang harus membuat laporankeuangan sesuai standar akuntansi tersebut,namun juga pihak pengguna laporan ke-uangan seperti investor, manajer, dan akun-tan yang akan mengaudit.

Penjelasan atas dampak negatif yangditimbulkan dari overload standar akuntansiadalah sebagai berikut, (1) bagi para pelakuSMEs harus menanggung cost yang lebihbesar dari benefit atas penerapan standarakuntansi tersebut, (2) bagi para pemakai(misal pihak perbankan, investor) umum-nya akan bingung menghadapi banyaknyadan kompleksnya catatan yang diperlukanuntuk menjelaskan persyaratan sesuai yang

Page 112: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

56 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 44 – 65

disyaratkan oleh standar akuntansi yangberlaku padahal mungkin mereka hanyabutuh informasi spesifik atau tertentu sajamisal besarnya laba, (3) bagi para manajer,mereka mungkin akan cenderung untukmengubah praktik bisnis sedemikian rupa,yang akan menghasilkan efek yang lebihmenguntungkan bagi perusahaan, (4) ter-akhir bagi auditor, terdapat kemungkinanmereka akan kehilangan fokus dan akhir-nya cenderung melupakan prosedur audityang seharusnya dilakukan.

Tindakan-tindakan yang dapat dila-kukan untuk menjadi solusi atas permasa-lahan overload standar akuntansi, yang manatelah direkomendasikan oleh Komite Scottdalam Kelley (1982), adalah: (1) memper-tahankan status quo, (2) mengembangkandua jenis atau set dari standar akuntansiyang berlaku, (3) menyederhanakan standarakuntansi yang berlaku untuk seluruh enti-tas bisnis, (4) mengubah standar pelaporanauditor, (5) mengembangkan alternatif daristandar akuntansi yang berlaku.

Beberapa penelitian tentang overloadstandar akuntansi telah dilakukan olehbeberapa peneliti, antara lain yang dilaku-kan oleh Nair dan Rittenberg (1982) membe-rikan hasil bahwa para akuntan publik danmanajer perusahaan di Amerika percayaakan timbul biaya yang lebih besar bagiUMKM untuk mengikuti SAK Umum sertadiperlukannya SAK yang khusus bagiUMKM. Sedangkan penelitian yang dilaku-kan Knutson, Dennis, dan Wichman (1985)menyimpulkan bahwa standar pengungkap-an lebih penting bagi usaha besar daripadausaha skala kecil dan menengah. Dengandemikian, standar pengukuran dan peng-ungkapan yang sama tidak dapat diterapkanpada seluruh perusahaan, dan penerapanstandar pengukuran serta standar peng-ungkapan yang sama akan memberatkanbagi UMKM. Wahdini dan Suhairi (2006)meneliti tentang persepsi akuntan diIndonesia terhadap overload standar akun-tansi keuangan bagi usaha kecil danmenengah. Dengan menggunakan akuntanpajak dan akuntan bank, hasil penelitian

menunjukkan bahwa kedua kelompokakuntan tersebut memiliki persepsi yangsama bahwa SAK yang dijadikan pedomandalam penyusunan laporan keuangan diIndonesia memberatkan bagi UMKM. Man-faat penyusunan laporan keuangan jauhlebih dirasakan oleh usaha besar daripadaUMKM karena UMKM harus mengeluarkanbiaya yang lebih besar dibandingkan man-faat yang diperoleh dengan menyusunlaporan keuangan.

Latar Belakang Lahirnya SAK ETAPMenanggapi hasil dari diskusi yang

telah lama ramai dibicarakan terkait terja-dinya overload standar akuntansi serta ba-nyaknya keseragaman hasil penelitian ter-kait overload standar akuntansi bagi UMKM,IASC (International Accounting StandardCommittee) sebagai badan penyusun standarakuntansi Internasional sebelum IASB(International Accounting Standard Board)muncul, mulai mengembangkan sebuahstandar yang diharapkan dapat menjadisolusi atas hal tersebut. Tahun 2001 adalahtahun dimana IFRS for SMEs mulai dikem-bangkan. IFRS for SMEs disusun denganharapan dapat digunakan sebagai alternatifdari standar yang telah ada. Indonesia jugamenerbitkan standar serupa, yaitu SAK-ETAP. Sebelum SAK ETAP diterbitkan,UMKM di Indonesia menggunakan SAKUmum sebagai pedoman dalam menyusunlaporan keuangan. Di satu sisi merekamenginginkan laporan keuangan yang se-suai standar, namun di sisi lain merekamenghadapi hambatan dalam pengaplikasi-an SAK Umum terkait dengan kompleksi-tasnya sehingga menimbulkan cost yangbesar apabila tetap diterapkan (Bunea, et al.,2012; Tudor dan Mutiu, 2008; Wahdini danSuhairi, 2006). Alasan awal dari disusunnyaSAK-ETAP merupakan salah satu bentukrespon IAI atas diperlukannya suatu standarakuntansi keuangan yang lebih sederhanatetapi tetap memenuhi kaidah kualitaspelaporan keuangan yang bertujuan umum.Pada akhirnya pun penerbitan SAK-ETAPini merupakan salah satu bentuk program

Page 113: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

SAK-ETAP Sebagai Solusi Overload Standar Akuntansi ... – Narsa, Isnalita 57

konvergensi standar akuntansi di Indonesiadengan IFRS (Wirahardja dan Wahyuni,2009).

Keterterapan SAK ETAP Pada KoperasiPada bagian ini dipaparkan hasil

penelitian terkait keterterapan SAK ETAPpada koperasi serta persepsi para pelakukoperasi dan akademisi terhadap SAKETAP. Total kuesioner yang diolah lebihlanjut adalah 120 kuesioner dengan rincian40 kuesioner keterterapan serta 40 kuesionerpersepsi dari pelaku koperasi dan 40kuesioner persepsi dari akuntan pendidik.Dari 100 kuesioner (persepsi dan keter-terapan) yang disebarkan ke 50 respondenpelaku koperasi yang sama, 49 kuesionerkembali, namun hanya 40 yang dapat di-olah. Selanjutnya dari 50 kuesioner persepsiyang disebarkan ke 50 responden akuntanpendidik, 46 kuesioner kembali, dan hanya40 kuesioner yang dapat diolah.

Demografi terkait koperasi adalahberasal dari 18 kota/kabupaten yang terse-bar di Jawa Timur, lama berdiri koperasiminimal adalah dua tahun, paling lamaadalah lima tahun, dan mayoritas sebanyak27 koperasi (67,5%) telah berdiri selama tigatahun. Mayoritas koperasi responden pene-litian ini memiliki anggota sebanyak 50-79anggota yakni sebanyak 21 koperasi (52,5%).Berikutnya untuk kelompok akuntan pen-didik sebanyak 27 responden (67,5%) ber-jenis kelamin wanita dan sisanya adalahpria.

Mayoritas pengalaman mengajar res-ponden adalah 11-15 tahun yakni sebesar 13responden (32,5%), selanjutnya 1-5 tahunsebanyak 11 responden (27,5%), dan masing-masing 8 responden memiliki pengalamanmengajar selama 6-10 tahun dan lebih dari 15tahun. Selanjutnya demografi terkait pelakukoperasi akan disampaikan di bagian pen-jelasan berikut bersamaan dengan analisishasil yang diperoleh.

Tabel 4 berikut ini menjelaskan tentangtingkat keterterapan SAK-ETAP pada kope-rasi sesuai dengan hasil penelitian ini

berdasarkan empat prinsip yang menjadiindikator untuk variabel keterterapan.Pertama, untuk indikator prinsip pengaku-an, diperoleh interval skor 48,8% (‘KurangDiterapkan’). Analisis terhadap jawabanterkait prinsip keuangan diketahui bahwaberdasarkan SAK-ETAP, untuk laporanposisi keuangan disebutkan bahwa terdapatsepuluh akun minimal yang tercakup padalaporan tersebut, yaitu: (a) kas dan setarakas; (b) piutang usaha dan piutang lainnya;(c) persediaan; (d) investasi pada properti;(e) aset tetap; (f) aset tidak berwujud; (g)utang usaha dan utang lainnya; (h) aset dankewajiban pajak; (i) kewajiban diestimasi; (j)ekuitas.

Dari kesepuluh jenis akun ini ternyatahanya kas dan piutang yang dicatat denganbaik oleh koperasi, sedangkan untukdelapan akun lainnya yakni persediaan,investasi pada properti, aset tetap, aset tidakberwujud, utang usaha, aset dan kewajibanpajak, dan kewajiban diestimasi diketahuibahwa akun-akun tersebut tidak dicatat olehkoperasi. Untuk laporan laba rugi, ber-dasarkan SAK ETAP akun-akun yangminimal harus terdapat di dalamnya adalah:(a) pendapatan; (b) beban keuangan; (c)bagian laba atau rugi dari investasi yangmenggunakan metode ekuitas; (d) bebanpajak; (e) laba atau rugi neto.

Beban keuangan di sini dibagi menjadidua yaitu beban operasional dan beban nonoperasional. Diketahui bahwa dari lima jenisakun tersebut, hanya dua yang dicatatdengan baik, yaitu beban operasional danlaba atau rugi bersih, sedangkan sisanyahampir tidak pernah bahkan tidak pernahdicatat oleh sebagian besar responden. Halini konsisten dengan temuan yang ada padaakun-akun di laporan perubahan posisikeuangan yang mana diketahui bahwa akunaset dan kewajiban pajak serta aset tetaptidak pernah dicatat oleh koperasi yangmenjadi responden pada penelitian ini, makasudah pasti untuk akun beban pajak danbeban non-operasional (beban penyusutan)juga tidak pernah dicatat.

Page 114: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

58 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 44 – 65

Tabel 4Tingkat Keterterapan SAK ETAP Pada Koperasi

No. KeteranganSkor Jawaban Skor

NyataSkorIdeal Interval KategoriTP

(1)HTP(2)

K(3)

SR(4)

SL(5)

1. IndikatorPrinsipPengakuan

Frekuensi 742 51 178 101 328 14007000 0,488 Kurang

DiterapkanTotalSkor

742 102 534 404 1640 3422

2. IndikatorPrinsipPengukuran

Frekuensi 27 4 14 8 27 80400 0,610 DiterapkanTotal

Skor27 8 42 32 135 244

3. IndikatorPinsipPengungkapan

Frekuensi 21 11 38 39 51 160800 0,736 DiterapkanTotal

Skor42 22 114 156 255 589

4. InvikatorPrinsipPenyajian

Frekuensi 53 11 77 67 152 3601800 0,907 Sangat

DiterapkanTotalSkor

53 22 231 268 760 1634

5. VariabelKeterterapan

Frekuensi 843 77 307 215 558 200010000 0,556 Kurang

DiterapkanTotalSkor

843 154 921 860 2790 5568

Kemudian untuk akun maupun non akunyang ada di laporan perubahan ekuitas danlaporan arus kas yang dicatat dengan baikhanya: (1) distribusi ke pemilik ekuitas; (2)kas keluar yang dibayarkan untuk anggota;dan (3) kas masuk yang didapatkan daripinjaman selain pihak bank.

Pada indikator prinsip pengukuran, di-peroleh interval skor sebesar 61% (‘Di-terapkan’). Perolehan skor ini hampir men-dekati kriteria ‘Kurang Diterapkan’. Itempertanyaan yang terdapat pada indikator inihanya ada dua, yakni: (1) biaya historis; dan(2) nilai wajar. Pengukuran adalah prosespenetapan jumlah uang untuk mengakuidan memasukkan setiap unsur laporan ke-uangan ke dalam laporan posisi keuangan.Berdasarkan SAK ETAP, dasar pengukuranyang umum digunakan sebagian besaradalah biaya historis dan sebagian keciladalah nilai wajar. Pengukuran denganmenggunakan nilai wajar hanya diperuntuk-kan untuk akun-akun tertentu seperti inves-tasi, efek utang, efek ekuitas, dan sebagainyayang dimaksudkan untuk diperdagangkan.Oleh karena sebagian besar pelaku koperasiyang menjadi responden pada penelitian inimemiliki tingkat pendidikan terakhir SMA,tidak memiliki latar belakang akuntansi danbelum pernah mendapatkan pelatihan SAK

ETAP, maka dapat dipastikan mereka tidakmemiliki pemahaman mendasar tentangbiaya historis dan nilai wajar. Pemberianpenjelasan secara singkat pada kuesionertentang dua jenis pengukuran nampaknyatidak terlalu membantu karena diketahuibahwa responden (17 orang) lebih banyakmemilih kategori ‘Selalu’ untuk nilai wajardibandingkan biaya historis (10 orang),padahal kemungkinan besar koperasi yangmenjadi responden pada penelitian inidipastikan sangat jarang bahkan tidakpernah melakukan transaksi pembelian danpenjualan efek untuk diperdagangkan(trading securities).

Selanjutnya untuk indikator prinsippengungkapan, skor interval yang dipero-leh lebih tinggi dibandingkan dua prinsipindikator sebelumnya yaitu sebesar 73,6%(‘Diterapkan’). Syarat pengungkapan berda-sarkan SAK-ETAP setidaknya hanya meme-nuhi dua hal yakni: (1) menyajikan infor-masi tentang dasar penyusunan laporankeuangan dan kebijakan akuntansi tertentuyang digunakan serta kebijakan akuntansilain yang digunakan yang relevan untukmemahami laporan keuangan dan (2)mengungkapkan informasi yang disyarat-kan dalam SAK-ETAP dan juga informasitambahan tetapi tidak disajikan dalam la-

Page 115: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

SAK-ETAP Sebagai Solusi Overload Standar Akuntansi ... – Narsa, Isnalita 59

poran keuangan. Sebagian besar koperasiyang menjadi responden pada penelitian inidalam membuat catatan atas laporankeuangannya telah mengungkapkan de-ngan cukup baik sesuai dengan SAK ETAP.Dari empat butir pertanyaan yang ada padaindikator ini, pengungkapan yang palingbanyak dilakukan oleh sebagian besar res-ponden pelaku koperasi adalah peng-ungkapan informasi domisili dan bentukhukum. Sedangkan informasi tentang dasarpenyusunan laporan keuangan dan kebijak-an akuntansi tertentu serta informasi tam-bahan yang dipandang relevan, sebagianbesar responden memilih jawaban kadang-kadang.

Indikator terakhir yakni indikatorprinsip penyajian mendapatkan skor inter-val paling tinggi dibandingan indikator-indikator lainnya, yaitu sebesar 90,7%(‘Sangat Diterapkan’). Diketahui bahwa ha-nya dua jenis laporan keuangan yang rutindisajikan oleh sebagian besar koperasi, yak-ni laporan perubahan posisi keuangan(neraca) dan laporan laba rugi (jika padakoperasi disebut laporan sisa hasil usaha).Sesuai SAK-ETAP, penyajian laporan ke-uangan yang lengkap adalah terdiri darilima jenis laporan keuangan. Tiga laporankeuangan lain yang penyajiannya jarangdilakukan oleh sebagian besar koperasi ada-lah laporan arus kas, catatan atas laporankeuangan, dan laporan perubahan ekuitas.Laporan perubahan ekuitas diketahui meru-pakan jenis laporan keuangan yang palingjarang dibuat oleh responden koperasi padapenelitian ini. Selain itu didapatkan hasilpula bahwa: (1) penyajian pemisahan klasi-fikasi akun berdasarkan lancar atau tidak-nya; (2) penyajian laporan keuangan mini-mal satu tahun sekali; dan (3) penyajianlaporan keuangan komparatif dengan tahunsebelumnya, telah dilakukan dengan baikoleh sebagian besar koperasi. Hal ini me-nunjukkan bahwa sebagian besar koperasitelah memiliki pemahaman yang cukup me-madai tentang prinsip penyajian secara garisbesar.

Secara keseluruhan jika dilihat darivariabel keterterapan, hasil interval skoryang didapat adalah sebesar 55,8% yangmasuk pada kategori ‘Kurang Diterapkan’.Menengok pada pemaparan pada paragraf-paragraf sebelumnya, hasil ini menunjuk-kan bahwa sebagian besar koperasi cukupmenerapkan SAK-ETAP namun hanya padaprinsip penyajian dan prinsip pengung-kapan, sedangkan untuk prinsip pengakuandan pengukuran belum diterapkan denganbaik.

Alasan dari sedikitnya akun maupunnon-akun serta juga prinsip-prinsip yangditerapkan berdasarkan SAK ETAP adalahkarena jenis koperasi yang menjadi respon-den pada penelitian ini adalah koperasisimpan pinjam.

Hal penting lain yang ditemukan ada-lah sebagian besar koperasi yang menjadiresponden pada penelitian ini tidak pernahmencatat akun utang bank, maka hal terse-but menunjukkan bahwa sebagian besar ko-perasi tidak pernah memperoleh akses daripihak bank untuk dapat bantuan dana. Ter-akhir, dari data demografi diketahui seba-nyak 25 responden (62,5%) hanya berpen-didikan terakhir SMA dan sebanyak 19 res-ponden (47,5%) tidak memiliki latar bela-kang akuntansi. Selain itu separuh respon-den belum pernah mendapatkan pelatihantentang SAK-ETAP, sehingga kembali lagi,selain alasan yang telah disebutkan sebe-lumnya, terdapat kemungkinan pedomanSAK-ETAP masih memberatkan para pela-ku koperasi karena hambatan dari karak-teristik pelaku koperasi.

Persepsi Pelaku Koperasi dan AkuntanPendidik Terhadap Penerapan SAK ETAP

Tabel 5 dan 6 berikut ini memaparkanbagaimana persepsi pelaku koperasi danakuntan pendidik secara keseluruhan danberturut-turut untuk tiga indikator yang adapada variabel persepsi itu sendiri. IndikatorI adalah indikator pengetahuan, indikator IIadalah indikator pandangan terkait legalitasdan indikator III adalah indikator pendapat.

Page 116: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

60 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 44 – 65

Kelompok responden pelaku koperasi,seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5variabel persepsi masuk pada kategori‘Setuju’ dengan skor interval 0,726 sedang-kan untuk kelompok akuntan pendidik jugamasuk pada kategori ‘Setuju dengan skor

interval 0,754. Selanjutnya untuk kelompokpelaku koperasi, berturut-turut untukindikator I, II, dan III skor interval adalahsebesar 0,680; 0,706; 0,755 yang kesemuanyamasuk pada kategori ‘Setuju’.

Tabel 5Persepsi Pelaku Koperasi Terhadap Penerapan SAK ETAP

No. KeteranganSkor Jawaban

SkorNyata

SkorIdeal Interval Kategori

PersepsiSTS(1)

TS(2)

K(3)

S(4)

SS(5)

1. VariabelPersepsi

Frekuensi 1 68 126 306 59 5602800 0,726 SetujuTotal Skor 1 136 378 1224 295 2034

2. IndikatorI

Frekuensi 1 30 64 98 7 2001000 0,680 SetujuTotal Skor 1 60 192 392 35 680

3. IndikatorII

Frekuensi 0 19 29 61 11 120 600 0,706 SetujuTotal Skor 0 38 87 244 55 4244. Indikator

IIIFrekuensi 0 19 33 147 41 240

1200 0,775 SetujuTotal Skor 0 38 99 588 205 930

Tabel 6Persepsi Akuntan Pendidik Terhadap Penerapan SAK ETAP

No. KeteranganSkor Jawaban

Total SkorIdeal Interval Kategori

PersepsiSTS(1)

TS(2)

K(3)

S(4)

SS(5)

1. VariabelPersepsi

Frekuensi 0 64 117 263 116 5602800 0,754 Setuju

Total Skor 0 128 351 1052 580 21112. Indikator I Frekuensi 0 24 25 88 63 200

1000 0,790 SetujuTotal Skor 0 48 75 352 315 7903. Indikator

IIFrekuensi 0 21 59 28 12 120 600 0,651 Kurang

SetujuTotal Skor 0 42 177 112 60 3914. Indikator

IIIFrekuensi 0 2 30 128 80 240

1200 0,838 SetujuTotal Skor 0 4 90 512 400 1006

Kelompok akuntan pendidik, sesuaiyang ada pada Tabel 6, berturut-turut adalahsebesar 0,790; 0,651; 0,838 yang manaindikator I dan III masuk pada kategori‘Setuju’ namun ‘Kurang Setuju’ untukindikator II. Beberapa hasil menarik yangterungkap melalui eksplorasi statistik des-kriptif di antaranya adalah: (a) sebanyaktujuh (20%) pelaku koperasi tidak me-ngetahui bahwa terdapat standar akuntansisebagai pedoman bagi Koperasi sedangkanseluruh akuntan pendidik yakni sebanyak 40responden (100%) mengetahuinya; (b) seba-

nyak 23 (52,5%) responden akuntan pendi-dik tidak setuju bahwa SAK-ETAP merupa-kan sebuah pedoman yang baku dalampenyusunan laporan keuangan bagi kopera-si. Sebaliknya untuk kelompok pelaku ko-perasi, yang juga tidak setuju terhadap le-galitas jumlahnya lebih kecil dibandingkankelompok akuntan pendidik yakni seba-nyak 15 responden pelaku koperasi (38%); (c)kemampuan koperasi dalam melakukanpenilaian kinerja usaha serta dalam melaku-kan evaluasi untuk periode yang akan da-tang akan semakin meningkat, diketahui

Page 117: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

SAK-ETAP Sebagai Solusi Overload Standar Akuntansi ... – Narsa, Isnalita 61

bahwa jumlah responden pelaku koperasiyang tidak setuju akan hal tersebut adalah 10responden (25%) yang mana lebih banyakdibanding kelompok responden akuntanpendidik yang hanya 2 responden (5%).

Hasil Uji HipotesisDengan menggunakan independent t-test,

telah didapatkan hasil bahwa terdapatperbedaan persepsi antara kelompok pelakukoperasi dengan kelompok akuntan pendi-dik, sehingga hipotesis yang telah dirumus-kan tidak ditolak dengan tingkat keperca-

yaan 95%. Tabel 7 menyajian rincian atashasil signifikansi uji-t adalah sebagai berikut:(1) indikator pengetahuan terhadap SAKETAP diperoleh hasil p<0,000 (terdapatperbedaan), (2) indikator pandangan ter-hadap eksistensi dan legalitas SAK ETAPdiperoleh hasil p>0,102 (tidak terdapatperbedaan), (3) indikator pendapat terhadapSAK ETAP diperoleh hasil p<0,013 (terdapatperbedaan), (4) variabel persepsi diperolehhasil p<0,010 (terdapat perbedaan), sehinggadengan demikian hipotesis penelitian initerdukung.

Tabel 7Hasil Independent-Sample T-Test

No. Keterangan Kelompok Mean Std. Sig. Hasil1. Indikator Pengetahuan PK 3,400 0,597 0,000 Terdapat perbedaan

AP 3,950 0,4382. Indikator Legalitas PK 3,533 0,776 0,102 Tidak terdapat perbedaan

AP 3,258 0,7093. Indikator Pendapat PK 3,875 0,631 0,013 Terdapat perbedaan

AP 4,191 0,4684. Variabel Persepsi PK 3,632 0,542 0,010 Terdapat perbedaan

AP 3,906 0,357Keterangan: PK= Pelaku Koperasi; AP= Akuntan Pendidik

PembahasanBerdasarkan hasil penelitian ini dan

beberapa penelitian sebelumnya yang manatelah dibahas pada bagian telaah literatur,maka dapat disimpulkan bahwa SAK ETAPsebenarnya telah berhasil berperan sebagaialternatif standar yang lebih sederhana, na-mun hanya untuk jenis UMKM yang telahberbadan hukum, menerima mandatori un-tuk menggunakan SAK ETAP, serta seringmenerima pelatihan mengenai SAK ETAP.Harus disadari bahwa semua UMKM belummampu untuk menerapkannya. Bahkanpengetahuan terkait akuntansi dasar punmayoritas pelaku UMKM masih tidak me-milikinya.

Hal tersebut khususnya terjadi padaUMKM yang omzetnya masih di kisaranlingkup usaha mikro serta masih memilikiketerbatasan sumber daya manusia. Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa persepsipara pelaku koperasi pada umumnya sudah

menganggap bahwa laporan keuangan itupenting, namun karena masih sedikitnyapengetahuan akuntansi yang dimiliki, makamereka memiliki pemikiran yang kurangtepat mengenai catatan keuangan usaha,serta perlakuan yang tidak tepat antarapengeluaran dan harta pribadi dengan pe-ngeluaran dan harta usaha. Terdapat ke-mungkinan bahwa apabila mereka, minimalsaja, melakukan pencatatan akuntansi sajadengan baik, akan terbuka peluang bagimereka untuk dapat menerima dana kreditdari lembaga keuangan formal.

Adanya kecenderungan entitas bisnisskala kecil dan menengah tidak memilikilaporan yang formal dan sistematis ataskinerja perusahaan mereka, dapat disebab-kan karena entitas bisnis skala kecil dan me-nengah tidak memerlukan adanya penga-wasan yang ketat, dalam artian bahwamereka tidak memiliki akuntabilitas publikyang signifikan sehingga umumnya mereka

Page 118: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

62 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 44 – 65

baru akan membuat laporan keuangan yangbaku jika memang diperlukan dan diminta.Seperti misalnya untuk kasus pada kope-rasi, sebagai salah satu jenis entitas bisnisskala kecil dan menengah yang berbadanhukum, pembuatan laporan keuangan yangbaku umumnya baru akan dibuat saat me-minta akses pendanaan ke bank, saatdiminta pertanggungjawaban atas penge-lolaan dana atau hibah yang diberikan, dansaat laporan keuangan mendapat otorisasiuntuk diaudit. Terdukungnya hipotesispenelitian ini selaras dengan yang telahdisampaikan Robbins dan Judge (2007)mengenai persepsi. Mereka menyatakanbahwa persepsi masing-masing individuakan berbeda ketika menghadapi suatupermasalahan tertentu. Perbedaan persepsitersebut dapat disebabkan oleh berbagaifaktor, yakni faktor pada pemersepsi, faktordalam situasi, dan faktor pada target.

Penyebab adanya perbedaan persepsiini adalah lebih karena faktor pada pemer-sepsi atau karakteristik pribadi dari masing-masing kelompok responden. Berbagai ka-rakteristik pribadi dari pemersepsi akanmemengaruhi bagaimana ia menginterpre-tasikan apa yang ia lihat yang mana dalamhal ini adalah penerapan SAK ETAP.Diefendorff dan Greguras (2003) menyata-kan bahwa berbagai karakteristik pribadidari pemersepsi akan memengaruhi bagai-mana ia menginterpretasikan apa yang ialihat. Sehingga dengan demikian, inter-pretasi yang berbeda atas suatu hal yangsama dapat dihasilkan karena perbedaankarakteristik individual dalam proses pem-bentukan. Hasil ini senada dengan temuandari penelitian Pinasti (2007) yang menun-jukkan hasil bahwa latar belakang pendi-dikan dan adanya informasi mengenaiakuntansi memengaruhi persepsi subyekpenelitian terhadap penyelenggaraan danpenggunaan informasi akuntansi. PenelitianRudiantoro dan Siregar (2011) menunjuk-kan bahwa jenjang pendidikan terakhirberpengaruh signifikan terhadap pemaham-an responden terkait SAK ETAP. Penelitianini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden pelaku koperasi berpendidikanterakhir SMA (62,5%), tidak memiliki latarbelakang akuntansi (44,7%), serta belumpernah mendapatkan pelatihan SAK ETAP(50%) sehingga menyebabkan mereka tidakmengerti dengan benar bagaimana penera-pan SAK ETAP. Hal tersebut tentu berbedadengan karakteristik yang dimiliki olehakuntan pendidik. Kelompok akuntan pen-didik lebih paham dari segi konseptual,dalam arti mereka lebih paham secarateoritis tentang SAK-ETAP.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bah-wa: (a) tingkat keterterapan SAK ETAPmasuk pada kategori ‘Diterapkan’ untukprinsip pengungkapan dan penyajian. Un-tuk prinsip pengakuan dan pengukuran,meskipun hasilnya masuk pada kategoriKurang Diterapkan, hal itu lebih disebabkankarena banyak akun-akun khusus yang di-syaratkan minimal ada di laporan keuanganoleh SAK ETAP, tidak terjadi pada kegiatanakuntansi Koperasi; (b) ada perbedaan per-sepsi antara kelompok pelaku koperasidengan kelompok akuntan pendidik. Ke-lompok akuntan pendidik memiliki persep-si yang lebih tinggi (setuju) dibandingkankelompok pelaku koperasi dalam hal pene-rapan SAK ETAP. Namun demikian terkaitindikator legalitas, kelompok akuntan pen-didik memilik persepsi yang lebih rendah(kurang setuju) dibandingkan kelompok pe-laku koperasi.

SaranPenelitian ini memiliki beberapa ke-

terbatasan. Pertama, penggunaan kuesionersebagai metoda pengumpulan data untukmengungkapkan tingkat keterterapan terha-dap SAK ETAP rentan terhadap resikoberupa bias keinginan sosial, bias respon,bias motif konsistensi. Penelitian selanjut-nya dapat menggunakan atau melengkapiproses pengumpulan data dengan metodelain misal dengan dianalisisnya laporan ke-uangan satu persatu dan juga wawancara.

Page 119: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

SAK-ETAP Sebagai Solusi Overload Standar Akuntansi ... – Narsa, Isnalita 63

Kedua, tingkat keterterapan yang diungkappada penelitian ini bersifat deskriptif dantidak mencoba menguji secara empiris atashasil yang diperoleh. Berdasarkan prediksiyang diperoleh bahwa SAK ETAP kemung-kinan masih overload bagi beberapa jenisUMKM, maka penelitian selanjutnya dapatmencoba mengkaitkan tingkat keterterapanyang diperoleh dengan karakteristik UMKMitu sendiri. Ketiga, penelitian ini meng-gunakan subjek penelitian berupa koperasi.Diketahui bahwa UMKM itu sendiri me-miliki banyak jenis asal sesuai dengankarakteristik UMKM itu sendiri. Koperasihanya salah satunya, maka penelitian selan-jutnya dapat menggunakan subjek peneli-tian lain. Pengembangan penelitian selanjut-nya dapat dilakukan dengan mengaitkanatau melakukan uji hubungan antara per-sepsi dengan tingkat keterterapan.

DAFTAR PUSTAKAAstutie, Y. P. dan B. Fanani. 2016. Small to

Medium-Sized Enterprises and TheirFinancial Report Quality. InternationalJournal of Economics and Financial Issues6(S4): 36-45.

Atik, A. 2010. SME's Views on the Adoptionand Application of "IFRS for SMEs" inTurkey. European Research Studies XIII(4):19-31.

Bean, L. G. 1989. An Examination of Status-Risk and Personality Variables ofPracticing Public Accountants andAccounting Academicians as Expla-nations of Receptivity/Resistance toInnovations. Disertasi. Faculty ofEconomics University of Arkansas.Fayetteville.

Bohusova, H. dan V. Blaskova. 2012. In WhatWays are Countries Which HaveAlready Adopted IFRS for SMEsDifferent?. Acta Universitatis Agri-culturae et Silviculturae MendelianaeBrunensis, 60(2): 37-44

Brunswik, E. 1943. Organic Achievementand Environmental Probability. Psycho-logical Review 50: 255-272.

Bunea, S., M. Sacarin dan M. Minu. 2012.Romanian Professional AccountantsPerception on the Differential FinancialReporting For Small And Medium-SizedEnterprises. Accounting and ManagementInformation Systems 11(1): 27-43.

Chiaburu, D. S. dan D.A. Harisson. 2008. DoPeers Make the Place? ConceptualSynthesis and Meta-Analysis of Co-worker Effect on Perceptions, Atti-tudes,OCBs, and Performance. Journal ofApplied Psychology 93(5): 1082-1103.

Churchill, N. C. dan M.F. Van Breda. 1984.Standards Overload and DifferentialReporting. Working Papers. Paper 64.

Coetzee, S. 2007. IFRS for SMEs IS small,small ENOUGH? Accountancy SA (5): 32-38.

Diefendorff, J. M. dan G .J. Greguras. 2003.Antecendents and Consequences ofEmotional Display Rule Perceptions.Journal of Applied Psychology April (2003):284-294.

DSAK IAI. 2013. Standar Akuntansi KeuanganEntitas Tanpa Akuntabilitas Publik. IkatanAkuntan Indonesia. Jakarta.

Hepp, G. W. dan W. Thomas. 1983. Accoun-ting Standards Overload: Relief IsNeeded. Journal of Accountancy 5(153):52-58.

IAPI. 2011. Panduan Penyusunan Laporan Ke-uangan Berdasarkan Standar AkuntansiKeuangan Entitas Tanpa AkuntabilitasPublik: ILUSTRASI LAPORAN KEUA-NGAN PT ETAP INDONESIA. Jakarta:Institut Akuntan Publik Indonesia.

Jonas G. J. dan S. J. Young. 1998. Bridging theGap: Who Can Bring a User Focus toBusiness Reporting. Accounting Horizons12(2): 154-169.

Kelley, T. P. 1982. Accounting StandardsOverload–Time for Action?, The CPAJournal May(52): 10-17.

Kementerian Negara Koperasi dan UMKMRepublik Indonesia. 2014. LaporanKinerja Kementerian Koperasi dan UKMTahun 2014. Jakarta: KementerianNegara Koperasi dan UMKM RepublikIndonesia.

Page 120: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

64 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 44 – 65

Kilic, M., A. Uyar, dan B. Ataman. 2014.Preparedness For and Perception ofIFRS for SMEs: Evidence From Turkey.Accounting and Management InformationSystems 13(3): 492-519.

Khafid, M. 2010. Analisis PSAK No. 27Tentang Akuntansi Perkoperasian danPengaruhnya Terhadap KesehatanUsaha pada KPRI. Dinamika Akuntansi2(1): 37-45.

Knutson, D. L. dan H. Wichmann Jr. 1985.The Issue of Differential AccountingTreatment For American Small Busi-nesses, Management Forum 11(9): 1-101.

Kuncoro, M. 2000. Usaha Kecil di Indonesia:Profil, Masalah dan Strategi Pemberda-yaan. Paper dipresentasikan padaSeminar Strategi Pemberdayaan UsahaKecil di Indonesia, Yogyakarta.

Kurnianto, S., I. M. Narsa, dan A. W.Mardiyuwono. 2012. Mengungkap Ke-siapan UMKM dalam ImplementasiStandar Akuntansi Keuangan EntitasTanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)untuk Meningkatkan Akses ModalPerbankan. Jurnal Majalah EkonomiXXII(3): 204-214.

Mullerova, L., M. Pasekova dan E. Hyblova.2010. Harmonization of FinancialReporting of Small and Medium-SizedEnterprises in The Czech Republic.Journal of Modern Accounting andAuditing (6)(1): 55-64.

Nair, R. D. dan L. E. Rittenberg. 1982.Privately Held Businesses: Is There aStandards Overload, Journal of Accoun-tancy 155(2): 83.

Navarro-Garcia, J. C. dan F. Bastida. 2010. AnEmpirical Insight on Spanish ListedCompanies’ Perceptions of Internati-onal Financial Reporting Standards.Journal of International Accounting,Auditing and Taxation 19(2): 110-120.

Othcere, F. A. dan J. Agbeibor. 2012. TheInternational Financial Reporting Stan-dard for Small and Medium-sizedEntities (IFRS for SMES): Suitability forsmall businessess in Ghana. Journal of

Financial Reporting and Accounting 10(2):190-214.

Pinasti, M. 2007. Pengaruh Penyelenggaraandan Penggunaan Informasi AkuntansiTerhadap Persepsi Pemilik UKM AtasInformasi Akuntansi: Suatu Riset Ekspe-rimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia10(3): 321-331.

Prayudi, M. A. dan I. M. Narsa. 2015. Pene-rapan Standar Akuntansi Nasional PadaOrganisasi Nirlaba Bidang SosialKemanusiaan di Bali. Jurnal Akuntansi &Investasi 16(2): 110-120.

Purwati, A. S., I. Suparlinah, dan N. Putri.2014. The Use of Accounting Infor-mation in The Business Decision MakingProcess on Small and Medium Enter-prises in Banyumas Region, Indonesia.Economy Transdisciplinarity Cognition17(2): 63-75.

Rachmawati, R. 2011. Implementation ofIFRS FOR SME’s in Indonesia (CaseStudy on Rural Banks). GSTF BusinessReview (GBR) 1(2): 56-59.

Ram, R. dan S. Newberry. 2013. IFRS forSMEs: The IASB’s Due Process. Australi-an Accounting Review 23(1): 3-17.

Rezaee, Z. dan E. J. Burton. 1997. ForensicAccounting Education: Insights fromAcademicians and Certified FraudExaminer Practitioners. ManagerialAuditing Journal 12(9): 479-489.

_______, L. M. Smith, dan J. Z. Szendi. 2010.Convergence in Accounting Standards:Insights from Academicians andPractitioners. Advances in Accounting26(1): 142-154.

Rudiantoro, R. dan S. V. Siregar. 2012. Kuali-tas Laporan Keuangan UMKM SertaProspek Implementasi SAK ETAP.Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia9(1): 1-21

Schuetze, W. 1991. Keep It Simple. Account-ing Horizons 5(2): 113-117.

Siam, W. Z. dan M. Y. Rahahleh. 2010.Implications of Applying the Inter-national Financial Reporting Standards(IFRSs) for Small and Medium-SizedEnterprises on The Accounting Envi-

Page 121: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

SAK-ETAP Sebagai Solusi Overload Standar Akuntansi ... – Narsa, Isnalita 65

ronment in Jordan. Journal of Accoun-ting, Business and Management 17(2): 21-33.

Spencer-Rodgers, M. J., D. L. Williams, K.Hamilton, dan L. Wang. 2007. Cultureand Group Perception: Dispositionaland Stereotypic Inferences about Noveland National Groups. Journal of Persona-lity and Social Psychology 93(4): 525-543.

Supriyati dan P. Wulanditya. 2012. The SMEPerception towards the AccountingStandard without Public Accountability(SAK ETAP) and Self-AssessmentSystem for Increasing Voluntary TaxCompliance. IAMURE InternationalJournal of Business and Management 4(10):1-19.

Sutarto, I. dan Habbiburahman. 2008.Accountability Influence, TechnicalDifficulty, and Measurement DifficultyTowards The Implementation of Indo-nesian Standard Statement of FinancialAccounting (PSAK) No. 27 (Revised1998) about Cooperatives Accounting in

East Java. Majalah Ekonomi XVIII(2): 1-18.

Thompson, J. A. dan A. Hurdman. 1983.Accounting Standards Overload: SomeRecommendations. Journal of Accoun-tancy 7(156): 105-112.

Tudor, A. T. dan A. Mutiu. 2008. Pro andContra Opinions Regarding a SMEAccounting Standard. Journal of AnnalesUniversitatis Apulensis Series Oeconomica1(10): 1-12.

Wahdini, S. 2006. Persepsi Akuntan TerhadapOverload Standar Akuntansi Keuangan(SAK) Bagi Usaha Kecil dan Menengah.Paper dipresentasikan pada Simpo-siumNasional Akuntansi 9, Padang.

Wirahardja, R. I. dan E.T. Wahyuni. 2009.Perbedaan SAK ETAP dengan PSAK.Majalah Akuntan Indonesia, 19.

Wyk, HA. dan J. Rossouw. 2009. IFRS forSMEs in South Africa: A Giant Leap forAccounting, but Too Big For SmallerEntities in General. Mediatari Accoun-tancy Research 17(1): 99-116.

Page 122: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan p-ISSN 2548 – 298X Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 e-ISSN 2548 – 5024 DOI: 10.24034/j25485024.y2017.v1.i1.1819

122

SIMULASI VARIASI JUMLAH DAN PERIODE INVESTASI DALAM MODEL PROFIT-LOSS SHARING DENGAN DANA TABARRU’

Wahyuning Murniati [email protected]

Novriana Sumarti FMIPA Institut Teknologi Bandung

ABSTRACT

Profit and loss sharing model is one form of investment scheme is considerated Islamic finance. The borrower of the investment fund and investors should be in a fair sharing of both profit and losses earned in the investment process. The model used in this paper is the modification of previous research in which the investor gives an investment fund to some low-income traders in tradisional market. The traders will give back the fund with some portion of profit if the financial condition is good. That is the profit sharing scheme. In order to define loss sharing explicitly, in this paper we add tabarru’ fund in the model by applying the principle of net insurance premiums. Tabarru’ fund is collection funds of the trader and when loss occurs, the trader will get the fund back as a benefit. Futhermore, this model is implemented in the daily net profit of a tradisional market trader in Bandung on variation of capital and period investment. From the result, it can be concluded that the application of tabarru’ fund provide higher profit more than previous model. Key words: profit and loss sharing model, tabarru’ fund, syari’ah investment model, Islamic finance, insurance

ABSTRAK

Model profit and loss sharing merupakan salah satu bentuk sistem investasi yang diterapkan dalam keuangan Islam. Penerima investasi dan investor melakukan pembagian keuntungan dan kerugian secara adil. Model yang digunakan dalam jurnal ini merupakan modifikasi dari penelitian sebelumnya dimana investor memberikan modal kepada pedagang berpenghasilan rendah di pasar tradisional. Pedagang akan mengembalikan modal tersebut dengan tambahan bagi hasil ketika pedagang mengalami keuntungan. Dalam jurnal ini, dilakukan penambahan dana tabarru’ dalam model dengan menggunakan prinsip premi bersih dalam asuransi. Dana tabarru’ merupakan kumpulan dana yang berasal dari pedagang dimana jika terjadi kerugian maka pedagang akan mendapatkan dana itu kembali sebagai santunan. Selanjutnya, model ini diimplementasikan pada laba bersih harian pedagang di suatu pasar tradisional Bandung pada variasi jumlah dan periode investasi. Dari hasil yang didapat, disimpulkan bahwa penerapan dana tabarru’ memberikan keuntungan yang lebih besar daripada model investasi sebelumnya. Kata kunci: model bagi hasil, dana tabarru’, model investasi syari’ah, keuangan Islam, asuransi PENDAHULUAN

Pertumbuhan ekonomi berdampak pada semakin terpinggirnya keberadaan pasar tradisional seiring dengan berkem-bangnya pasar modern. Konsumen lebih memilih pasar modern yang memberikan jaminan kualitas produk tinggi dan pe- layanan konsumen yang lebih baik dari- pada pasar tradisional, oleh Karena itu,

pedagang pasar tradisional perlu melaku- kan inovasi untuk menarik lebih banyak konsumen sehingga membutuhkan modal tambahan. Disisi lain, bank konvensional di Indonesia telah meluncurkan berbagai program kredit untuk usaha kecil yang sebenarnya bisa dimanfaatkan oleh pe- dagang pasar tradisional, namun, pada praktek penyaluran dananya masih kurang

Page 123: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Simulasi Variasi Jumlah Dan Periode Investasi ... – Murniati, Sumarti 123

menyeluruh dan persyaratan yang harus dipenuhi tergolong rumit. Hal inilah yang membuat para pedagang pasar tradisional lebih memilih jasa rentenir untuk men- dapatkan modal tambahan dengan proses cepat dan mudah.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sistem investasi rentenir menetapkan suku bunga yang relatif tinggi tanpa mempe-dulikan keadaan pedagang, begitupun juga bank konvensional. Keadaaan untung mau- pun rugi yang didapatkan, pedagang me- miliki kewajiban untuk membayar angsuran pokok yang telah ditentukan dengan pem- berian denda untuk setiap keterlambatan. Hal ini tentu saja merugikan pihak pe- minjam dan menguntungkan pemberi pinja- man. Sesuai dengan konsep bagi hasil syari’ah dimana seharusnya ada keadilan dalam system investasi maka hal ini dilarang dalam Islam. Sebagaimana yang tertera dalam QS.ar-Rum: 39 yang berarti: “Apa-apa yang kamu berikan (berupa pinjaman) dalam bentuk riba agar harta manusia bertambah, maka hal itu tidak bertambah di sisi Allah”, oleh karena itu diperlukan suatu system investasi yang adil dan sesuai dengan syariat Islam.

Sekarang ini konsep keuangan berbasis syariat Islam telah tumbuh menjadi suatu trend pada perekonomian dunia, termasuk juga di Indonesia. Berdasarkan data per- bankan syari’ah Indonesia (Direktorat Per- bankan Syari’ah, 2011), pertumbuhan bank konvensional lebih kecil daripada bank syari’ah dimana bank syari’ah yang me- ngalami pertumbuhan relative sekitar 40% per tahun dalam sepuluh tahun terakhir sementara bank konvensional 20%. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa bank konvensional akan tergeser seiring ber- kembangnya pertumbuhan bank syari’ah begitu pula dengan rentenir.

Terdapat beberapa penelitian terkait profit-loss sharing yang telah dilakukan sebelumnya. Misalnya pada (Sugema et al., 2010) dimana makalah ini memaparkan perbandingan antara konsep bunga dan

profit-loss sharing. Pada proses disimpulkan bahwa profit-loss sharing merupakan satu-satunya konsep yang memberikan keadilan bagi semua pihak terkait. Keadilan yang dimaksud merupakan keadilan dalam hal pembagian keuntungan dan kerugian hasil proses investasi. Penelitian selanjutnya men- jelaskan tentang kelemahan profit-loss sharing pada prateknya. (Rahman et al, 2014) ini menjelaskan kekurangan dan kelebihan profit-loss sharing yang dievaluasi secara teoritik dengan mencari alasan mengapa terdapat kegagalan dalam praktek profit-loss sharing. Kesimpulan yang didapat adalah kekurangan profit-loss sharing dapat diatasi jika lembaga penyelenggaranya bertindak sebagai wiraswasta bukan sebagai perantara saja. Artinya diperlukan suatu lembaga yang berdiri sendiri untuk mengelola investasi menggunakan model ini. Berbeda dengan (Ascarya, 2009) menyatakan bahwa kegaga- lan profit-loss sharing pada prakteknya di- karenakan terletak pada manusia pelaksana- nya. Analisis pada makalah ini dilakukan menggunakan metodologi Analytic Network Process (ANP) pada permasalahan yang dihadapi oleh bank Islam di Indonesia. Seperti halnya pada (Dar dan Presley, 2000), menyatakan bahwa kegagalan konsep profit-loss sharing dikarenakan terdapat ketidak seimbangan antara proses pengelolahan dan pengendalian pada investasi yang dilakukan oleh manusia penyelenggaranya. Berdasar- kan penelitian-penelitian ini, penulis berpen- dapat bahwa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai konsep profit-loss sharing.

Pada penelitian ini, penulis berupaya mengkaji pembuatan model investasi syari’ah pada penelitian sebelumnya pada (Sumarti et al, 2014, 2015). Model investasi pada makalah ini berupa pemberian kredit mikro kepada pedagang kecil dengan me- nerapkan konsep profit-loss sharing dengan menggunakan prinsip musyarakah. Selan- jutnya, diterapkan penambahan dana tabar- ru’ sebagai perwujudan profit-loss sharing. Penerapan dana tabarru’ ini menggunakan

Page 124: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

124 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 122 – 143

prinsip premi bersih pada asuransi. Prinsip ini mengharapkan tidak ada kerugian dalam implementasi model pada laba bersih pedagang. Dengan kata lain, pembayaran dana atau premi sebanding dengan pem- berian santunan kepada pedagang.

Hasil penelitian ini diharapkan mem-berikan kontribusi positif bagi masyarakat, tidak hanya di wilayah Bandung tetapi juga seluruh Indonesia, dalam hal investasi. Masyarakat seharusnya lebih teliti dalam pengelolahan dana usaha sehingga dapat terhindar dari praktek riba yang merugikan banyak pihak dan dilarang oleh Islam. Selain itu, hasil kajian ini diharapkan dapat mengurangi keterlibatan masyarakat dalam praktek rentenir dan meningkatkan per- kembangan keuangan syari’ah di Indonesia yang memiliki penduduk mayoritas ber- agama Islam. TINJAUAN TEORETIS Prinsip Investasi Syari’ah

Investasi adalah suatu bentuk penana-man modal atau menempatan asset, baik berupa harta ataupun dana, pada sesuatu yang diharapkan dapat meningkatkan nilai- nya di masa depan. Menurut Iwan P. Pontjowinoto (2003) menyatakan bahwa terdapat beberapa prinsip investasi yang ditetapkan dalam Islam.

Prinsip-prinsip tersebut adalah: (1) Investasi Islam sebaiknya memberi manfaat finansial yang kompetitif dibandingkan investasi lainya; (2) Praktik investasi harus terhindar dari unsur riba, gharah, maysir dan haram. Riba secara umum berarti tambahan dana atas modal yang diproleh dengan cara yang tidah dibenarkan oleh syariat Islam. Penjelasan lebih detail me- ngenai riba akan diberikan pada uraian selanjutnya. Gharar dapat diartikan dengan sesuatu yang tidak diketahui antara ter- capainya dan tidaknya suatu tujuan atau muncul keraguan atas wujud fisik dari objek transaksi. Maysir adalah tempat untuk memudahkan sesuatu. Dikatakan demikian karena seseorang yang seharusnya me- nempuh jalan sulit, akan tetapi dengan cara

yang singkat dan mudah berharap men- dapatkan hasil yang diinginkan. Salah satu contoh maysir adalah segala bentuk per- judian, sedangkan yang dimaksud haram adalah sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT baik berupa zat maupun proses mendapatkanya; (3) Adanya etika perjanjian atau akad tertulis dalam melakukan tran- saksi; (4) Investasi Islam sebaiknya mem- berikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar; (5) Kesadaran akan adanya kehidupan yang kekal setelah dunia dapat dijadikan panduan dalam melakukan praktik investasi sehingga setiap usaha yang dilakukan hendaknya didasari atas ke- inginan untuk mencapai keridhoan Allah SWT.

Semua prinsip ini menjadi dasar pelaksaan investasi keuangan sesuai syariat Islam.

Konsep Riba

Riba adalah kelebihan yang dipungut bersama jumlah utang yang mengandung unsur penganiayaan dan penindasan, bu-kan sekedar kelebihan atau penambahan uang saja (Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral, 2012). Penganiayaan yang dimak- sud bisa berupa pelipatgandaan hutang atau lainnya. Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan dari harta pokok atau modal secara bathil. Dikatakan bathil karena pemilik dana mewajibkan peminjam untuk membayar lebih dari pinjaman tanpa memperhatikan apakan hal tersebut meng- untungkan atau merugikan peminjam.

Istilah riba dibagi menjadi dua, yaitu: riba an-nasi’ah dan riba al-fadl. Istilah nasi’ah berasal dari akar kata nasa’a yang berarti menunda, menangguhkan atau me- nunggu dan merujuk pada waktu yang diberikan kepada peminjam dengan imbal- an berupa premi. Riba ini dikatakan sama dengan bunga yang dikenakan kepada peminjam, sedangkan dikatakan riba al fadl apabila salah satu dari kedua pihak yang bertransaksi menerima suatu kelebihan. Contohnya adalah menukarkan barang sejenis yang tidak sama kualitas dan sengaja

Page 125: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Simulasi Variasi Jumlah Dan Periode Investasi ... – Murniati, Sumarti 125

melakukan kesalahan dalam menimbang barang yang diperjualbelikan.

Kerugian yang disebabkan oleh riba membuat riba tidak hanya dilarang dalam ajaran Islam, tetapi juga dilarang dalam ajaran agama lain. Misalkan dalam ajaran Yahudi dijelaskan pada Eksodus 22:25, Deutronomy 23:19, Levicitus 35:7 dan Lukas 6:34:35 dan ajaran Kristen yang dijelaskan pada pandang reformis Kristen pada abad XVI-1836 (Mardiyah, 2012). Alternatif yang ditawarkan Islam sebagai pengganti bunga atau riba adalah menerapkan bagi hasil dimana kedua belah pihak berbagi resiko dan keuntungan sesuai kesepakatan yang dibuat di awal transaksi. Hal ini dilakukan agar tidak ada pihak yang terdzalimi oleh pihak lain. Asuransi dalam Islam

Kata asuransi pada umumnya berasal dari dari Bahasa Inggris, yaitu insurance, yang dalam bahasa Indonesia mempunyai arti kata “pertanggungan”. Secara umum pengertian asuransi adalah salah satu cara atau metode untuk memelihara manusia dalam menghindari resiko atau ancaman bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam hidupnya (Sula, 2004).

Tujuan asuransi dalam Islam yang menjadi kebutuhan mendasar adalah al-Kidayah berarti kecukupan dan al-Amnu berarti keamanan, oleh karena itu Islam menyuruh kepada umatnya untuk mencari rasa aman baik untuk diri sendiri maupun keluarga di masa mendatang. Hal ini ter- sirat dalam QS. Al-Maidah: 2 yang berarti: “…dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.

Ayat ini memuat perintah untuk saling tolong-menolong dan bekerja sama antar manusia karena sebagai mahluk yang lemah, manusia harus senantiasa sadar bahwa keberadaanya tidak akan mampu hidup

sendiri tanpa bantuan orang lain atau sesamanya.

Jenis akad yang biasa digunakan dalam asuransi yaitu akad mudharabah dan wakalah bil ujrah. Mudharabah adalah suatu akad antara pemilik harta yang memberikan kepada mudharib, orang yang bekerja atau pengusaha, suatu harta supaya dia me- ngelolah dalam bisnis dan keuntungan dibagi antara kedua belah pihak. Penerapan akad mudharabah dalam bisnis asuransi syari’ah terwujud tatkala dana terkumpul dalam perusahaan asuransi diinvestasikan dalam wujud usaha yang diproyeksikan menghasilkan keuntungan di masa depan. Karena dalam akad mudharabah ini ter- dapat prinsip profit-loss sharing, maka jika dalam investasinya mendapatkan keuntu- ngan maka keuntungan tersebut dibagi bersama sesuai akad yang disepakati.

Sebaliknya jika dalam investasinya me- ngalami kerugian maka kerugian tersebut dipikul bersama antara peserta asuransi dan perusahaan. Sedangkan akad wakalah bil ujrah dalam asuransi syari’ah adalah suatu akad wakalah (pemberian kuasa) dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk mengelolah dana peserta dengan memper- oleh imbalan (ujrah/fee). Dana peserta ini disebut dana tabarru’. Pengelolahan dana tabarru’ dilakukan oleh perusahaan asuransi dengan akad yang telah disepekati sebelum- nya. Dalam dunia matematika aktuaria, konsep dana tabarru’ ini sama dengan konsep premi dalam bidang asuransi. Konsep Premi (𝑷𝑷𝑷𝑷) dalam Asuransi

Matematika aktuaria adalah salah satu disiplin ilmu yang menggabungkan mate-matika, statistika dan ekonomi yang ber-peran dalam menilai atau memperkirakan resiko terutama pada bidang asuransi dan keuangan perusahaan. Dalam ilmu ini dikenal istilah premi (Pr) yang merupakan sejumlah uang yang harus dibayarkan pada setiap periode waktu sebagai kewajiban dari tertanggung atas keikutsertaannya di asu- ransi. Besar premi yang harus dibayarkan

Page 126: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

126 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 122 – 143

[1]

ditentukan oleh perusahaan asuransi dengan memperhatikan keadaan-keadaan dari ter- tanggung. Menurut (Gerber, 1997) terdapat tiga bentuk pembayaran premi, antara lain: (1) Premi tunggal (one single premium), (2) Premi berkala dengan jumlah tetap (level premium), (3) Premi berkala dengan jumlah bervariasi

Misalkan 𝐿𝐿 adalah total kerugian atau loss yang merupakan selisih antara benefit dan pembayaran premi maka suatu premi dikatakan premi bersih jika memenuhi equivalence principle yaitu nilai ekspektasi dari kerugian bernilai 0. Equivalence princip- le memenuhi persamaan sebagai berikut: 𝐸𝐸[𝐿𝐿] = 0 𝐸𝐸[premi] − 𝐸𝐸[benefit] = 0 𝐸𝐸[premi] = 𝐸𝐸[benefit]

Algoritma Genetika

Algoritma genetika merupakan salah satu teknik pencarian heuristic yang di- dasarkan pada gagasan evolusi seleksi alam dan genetika (Suyanto, 2005). Algoritma ini ditemukan oleh John Holland pada tahun 1975 di Universitas Michigan melalui sebuah penelitian dan dipopulerkan oleh salah satu muridnya, David Goldberg. Konsep dasar algoritma genetika sebenarnya dirancang untuk menyimpulkan proses-proses dalam system alam yang diperlukan untuk proses evolusi, khususnya teori evolusi alam yang dicetuskan oleh Charles Darwin, yaitu survival of fittest. Menurut teori ini, di alam terjadi persaingan antara individu-individu untuk memperebutkan sumber daya alam yang langka sehingga individu yang kuat akan mendominasi individu yang lemah.

Berikut komponen utama dalam algo- ritma genetika. (1) Teknik encoding atau decoding gen dari individu. Encoding berguna untuk membuat kode dari nilai gen pem- bentuk individu dan decoding berguna untuk membuat kode dari gen pembentukan individu agar nilainya tidak melebihi range yang telah ditentukan dan sekaligus menjadi nilai variabel yang akan dicari solusi permasalahannya; (2) Pembangkitan popu- lasi awal secara acak; (3) Penentuan nilai

fitness yang merupakan nilai dari fungsi tujuan dimana tujuan dari algoritma gene- tika adalah memaksimalkan nilai fitness. Nilai fitness inilah yang digunakan sebagai ukuran baik tidaknya suatu solusi; (4) Elitisme adalah prosedur untuk mengcopy individu bernilai fitness sebanyak satu (jika jumlah individu dalam populasi adalah ganjil) atau dua (jika jumlah individu dalam suatu populasi adalah genap). Hal ini dilakukan agar individu tersebut tidak memiliki kerusakan, nilai fitness menurun selama proses pindah silang dan mutasi; (5) Seleksi digunakan untuk memilih dua buah individu yang akan dijadikan sebagai orang tua; (6) Pindah silang adalah tahapan yang melibatkan dua induk untuk menghasilkan keturunan yang baru; (7) Mutasi berperan untuk menggantikan gen yang hilang dari populasi akibat proses seleksi; (8) Peng- gantian populasi dimaksudkan bahwa semua individu awal dari satu generasi diganti dengan individu baru hasil proses pindah silang dan mutasi.

Dalam jurnal ini, algoritma genetika digunakan untuk menentukan nilai premi optimal pada model profit-loss sharing dengan penambahan dana tabarru’. METODE PENELITIAN Pembangkitan Laba Bersih Harian Peda-gang

Konsep dari tahapan ini menggunakan prinsip Probability Integral Transform (PIT) dimana suatu data dapat dibangkitkan dengan menggunakan distribusi kumula-tifnya. Oleh karena itu berdasarkan (Sumarti et al. 2014, 2015), data laba bersih yang didapat dari pemberian kredit mikro sejumlah Rp. 1.000.000 kepada 5 pedagang disalah satu pasar di Bandung ditentukan distribusinya sesuai kondisi yang diingin- kan. Penentuan ditribusi untuk setiap laba bersih pedagang dilakukan dengan meng- gunakan software easyfit. Software ini me- rupakan salah satu software aplikasi simu- lasi dan analisis data yang dapat mem- berikan gambaran distribusi sesuai dengan data yang diberikan (Mathwave, 2015).

Page 127: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Simulasi Variasi Jumlah Dan Periode Investasi ... – Murniati, Sumarti 127

[2]

[3]

[4]

Hasil yang didapat dari easyfit terdiri atas 3 bagian untuk setiap data, yaitu: graphs, summary dan goodness of fit. Graphs mem- berikan grafik data sesuai dengan distribusi yang memenuhi. Summary memberikan distribusi beserta parameter yang sesuai dengan data, sedangkan goodness of fit memberikan hasil pengujian berupa hasil numerik dan peringkat berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov, Anderson Darling dan Chi-Squares. Peringkat pada bagian inilah yang digunakan untuk memilih distribusi yang paling cocok dengan data asli.

Setelah menetapkan distribusi setiap data, dilakukan pembangkitan data meng- gunakan Matlab R 2009i. Pembangkitan di- sesuaikan dengan lama periode yang di- perlukan. Misalkan, jika distribusi dan para- meter didapat untuk data dengan lama periode 52 hari maka pembangkitan juga dilakukan untuk 52 hari. Selanjutnya di- lakukan pencocokan menggunakan data asli. Jika data bangkitan memiliki ukuran data untung dan rugi sama maka distribusi tersebut digunakan sebagai dasar pem-bangkitan data lebih lanjut. Model PLS dengan Penambahan Dana Tabarru’

Model investasi ini merupakan pe-ngembangan dari model investasi syari’ah pada (Sumarti et al. 2014). Berbeda dengan model sebelumnya, dalam artikel ini ditambahkan dana tabarru’ (𝑄𝑄(𝑡𝑡)) dalam proses pelunasan. Tujuan penambahan ini adalah untuk membantu pedagang dalam pelunasan iuran pokok yaitu sebesar 𝐼𝐼𝐼𝐼 = 𝐴𝐴

𝑇𝑇

pada hari ke-𝑡𝑡. Hal ini membuat pedagang tidak memiliki hutang maupun cicilan seperti model PLS sebelumnya. Aturan yang berlaku pada model ini, antara lain: (1) Model menetapkan 𝑄𝑄(𝑡𝑡) sebagai per- wujudan profit-loss sharing dengan pem bayarannya dilakukan setelah angsuran pokok 𝐼𝐼(𝑡𝑡) dan bagi hasil 𝐵𝐵(𝑡𝑡) dipenuhi, (2) Benefit atau santunan diberikan kepada pedagang jika 𝑤𝑤(𝑡𝑡) < 𝐼𝐼𝐼𝐼 dengan kata lain

pedagang tidak mampu melunasi angsuran pokok pada hari ke-𝑡𝑡.

Persamaan dana tabarru’ 𝑄𝑄(𝑡𝑡) pada hari ke-𝑡𝑡 diberikan sebagai berikut:

𝑄𝑄(𝑡𝑡) = �𝑃𝑃𝑃𝑃��� , 𝑤𝑤(𝑡𝑡) − 𝐼𝐼(𝑡𝑡) − 𝑃𝑃𝑃𝑃��� > 0 0 , 𝑤𝑤(𝑡𝑡) − 𝐼𝐼(𝑡𝑡) − 𝑃𝑃𝑃𝑃��� ≤ 0

Dengan 𝐼𝐼(𝑡𝑡) merupakan angsuran pada hari ke-𝑡𝑡. Besar 𝐼𝐼(𝑡𝑡) ditentukan berdasarkan besarnya 𝑤𝑤(𝑡𝑡). Jika 𝑤𝑤(𝑡𝑡) pada hari ke-𝑡𝑡 lebih besar daripada 𝐼𝐼𝐼𝐼 maka 𝐼𝐼(𝑡𝑡) = 𝐼𝐼𝐼𝐼 dan jika 0 < 𝑤𝑤(𝑡𝑡) < 𝐼𝐼𝐼𝐼 maka 𝐼𝐼(𝑡𝑡) = 𝑤𝑤(𝑡𝑡), sedangkan jika pedagang tidak dapat melunasi 𝐼𝐼𝐼𝐼 pada hari ke-𝑡𝑡 maka pedagang akan mendapatkan 𝑏𝑏(𝑡𝑡) sebesar kekurangan 𝐼𝐼𝐼𝐼 pada hari yang sama.

Total angsuran 𝑆𝑆(𝑡𝑡) pada model ini pada hari ke-𝑡𝑡 memenuhi persamaan: 𝑆𝑆(𝑡𝑡) = 𝐼𝐼(𝑡𝑡) + 𝐵𝐵(𝑡𝑡) + 𝑏𝑏(𝑡𝑡)

𝐵𝐵(𝑡𝑡) merupakan besarnya bagi hasil pada hari ke-𝑡𝑡 yang bergantung pada porsi bagi hasil 𝐼𝐼 yang harus ditentukan terlebih dahulu. Penentuan nilai 𝐼𝐼 yang optimal akan dibahas pada uraian selanjutnya. Persamaan 𝐵𝐵(𝑡𝑡) diberikan sebagai berikut:

𝐵𝐵(𝑡𝑡) = �𝐼𝐼 × �𝑤𝑤(𝑡𝑡) − 𝐼𝐼(𝑡𝑡)�, 𝑤𝑤(𝑡𝑡) − 𝐼𝐼(𝑡𝑡) > 0 0 , 𝑤𝑤(𝑡𝑡) − 𝐼𝐼(𝑡𝑡) ≤ 0

𝐵𝐵(𝑡𝑡) dibayarkan ketika laba bersih pe- dagang lebih besar daripada angsuran pada hari yang sama (𝑤𝑤(𝑡𝑡) − 𝐼𝐼(𝑡𝑡) > 0) dan jika kondisi tersebut tidak dipenuhi maka pedagang tidak harus membayar 𝐵𝐵(𝑡𝑡).

Tabel 1 merupakan ilustrasi yang untuk model 𝑃𝑃𝐿𝐿𝑆𝑆 dengan penambahan 𝑄𝑄(𝑡𝑡) de- ngan 𝐴𝐴 = 1.000.000 merupakan total inves- tasi dengan porsi bagi hasil yang dipilih 𝐼𝐼 =0,5, maka untuk 𝑇𝑇 = 20 hari dan 𝑃𝑃𝑃𝑃��� =15.000. Implementasi model pada ilustrasi dilakukan untuk setiap hari ke-𝑡𝑡. 𝑇𝑇𝑇𝑇(𝑡𝑡) merupakan banyaknya uang atau laba bersih yang dibawa pulang oleh pedagang pada hari ke-𝑡𝑡. Perhitungan 𝑇𝑇𝑇𝑇(𝑡𝑡) diperlukan pada analisis model 𝑃𝑃𝐿𝐿𝑆𝑆 selanjutnya.

Analisis model dilakukan dengan per-hitungan 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 dan 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 yang menunjukkan profit bagi kedua belah pihak terkait. Profit bagi pedagang pada model

Page 128: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

128 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 122 – 143

[7]

[5]

[6]

investasi ini disebut 𝐼𝐼𝑃𝑃𝑝𝑝𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 yang didapat dari pehitungan persamaan sebagai berikut:

𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 =∑ 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑇𝑇𝑇𝑇)𝑇𝑇

𝑖𝑖=1∑ 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑤𝑤)𝑇𝑇

𝑖𝑖=1

dengan 𝑇𝑇𝑇𝑇(𝑡𝑡) = 𝑤𝑤(𝑡𝑡) − 𝑆𝑆(𝑡𝑡) − 𝑄𝑄(𝑡𝑡)

Asumsi yang digunakan dalam perhitung- an ini adalah laba bersih yang didapat diletakkan di bank dengan menggunakan 𝑃𝑃𝐵𝐵𝐵𝐵 = 7,5% yang merupakan rate BI, sedangkan untuk 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 merupakan profit yang didapat oleh investor. Profit ini memenuhi persamaan sebagai berikut:

𝐴𝐴 = 𝑆𝑆(1)�1+𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡�

+ ⋯ + 𝑆𝑆(𝑇𝑇)

�1+𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡�𝑇𝑇

Penyelesaian persamaan 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 di- lakukan dengan simulasi metode numerik bagi dua menggunakan Matlab R 2009i. Berbeda dengan model sebelumnya, pada model ini tidak ditambahkan hutang ter- akhir karena hutang pedagang selalu terlunasi dengan penambahan 𝑄𝑄(𝑡𝑡).

Penentuan Porsi Bagi Hasil Optimal Porsi bagi hasil merupakan salah satu

komponen penting dalam model bagi hasil syari’ah. Penentuan porsi bagi hasil yang salah akan membuat model bagi hasil tidak mencapai tujuan memberikan keadilan bagi investor dan pedagang. Berikut ini me- rupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan porsi bagi hasil optimal: 1. Membangkitkan data laba bersih peda-

gang untuk periode investasi 𝑇𝑇. 2. Tentukan 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 dan 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 meng-

gunakan model angsuran rentenir. 3. Bangkitkan 500 nilai porsi bagi hasi pada

selang [0,001, 0,5] dengan sub selang 0,001.

4. Untuk setiap porsi bagi hasil ditentukan 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 dan 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 dengan menggunakan model profit-loss sharing.

5. Tentukan selang porsi nagi hasil yang memenuhi:

𝑃𝑃𝐵𝐵𝐵𝐵 < 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 < 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 < 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡

Tabel 1

Ilustrasi model investasi syari’ah dengan penambahan dana tabarru’

𝒕𝒕 𝒘𝒘(𝒕𝒕) 𝑰𝑰(𝒕𝒕) 𝑩𝑩(𝒕𝒕) 𝑸𝑸(𝒕𝒕) 𝒃𝒃(𝒕𝒕) 𝑺𝑺(𝒕𝒕) 𝑻𝑻𝑻𝑻(𝒕𝒕) 1 70000 50000 10000 0 0 60000 10000 2 -10000 0 0 0 50000 50000 -60000 3 30000 30000 0 0 20000 50000 -20000 4 150000 50000 50000 15000 0 100000 35000 ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮

20 Sumber: Hasil Implementasi Model 6. Selang porsi bagi hasil yang didapat

pada tahap sebelumnya digunakan untuk menentukan porsi bagi hasil opti mal menggunakan model keoptimalan. Terdapat beberapa model keoptimalan yang digunakan dalam artikel ini. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan simpulan tentang model keoptimalan yang opti- mal beserta sifat setiap model. Model ini dibangun berdasarkan model ke- optimalan pada (Mustika, 2013). Berikut

model keoptimalan porsi bagi hasil yang digunakan: Model Keoptimalan 1

max 𝐹𝐹(𝐼𝐼) = 𝛼𝛼 �𝑓𝑓(𝐼𝐼)𝑓𝑓𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚 �

2

+ (1 − 𝛼𝛼) �𝑔𝑔(𝐼𝐼)𝑔𝑔𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚 �

2

𝑓𝑓(𝐼𝐼) = 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡(𝐼𝐼) − 𝑃𝑃𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑔𝑔(𝐼𝐼) = 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡(𝐼𝐼) − 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 𝑓𝑓𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚 = max|𝑓𝑓(𝐼𝐼)| 𝑔𝑔𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚 = max|𝑔𝑔(𝐼𝐼)| 𝛼𝛼 = 0.1, … ,1 merupakan bobot yang me-nyatakan keterpihakan

Page 129: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Simulasi Variasi Jumlah Dan Periode Investasi ... – Murniati, Sumarti 129

[8]

[10]

Model Keoptimalan 2

max 𝐹𝐹(𝐼𝐼) = 𝛼𝛼 �𝑓𝑓(𝐼𝐼)𝑓𝑓𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚 �

2

+ (1 − 𝛼𝛼) �𝑔𝑔(𝐼𝐼)𝑔𝑔𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚 �

2

𝑓𝑓(𝐼𝐼) = 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡(𝐼𝐼) − 𝑃𝑃𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑔𝑔(𝐼𝐼) = 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡(𝐼𝐼) − 2𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 𝑓𝑓𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚 = max|𝑓𝑓(𝐼𝐼)| 𝑔𝑔𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚 = max|𝑔𝑔(𝐼𝐼)| 𝛼𝛼 = 0.1, … ,1 merupakan bobot yang me-nyatakan keterpihakan

Model keoptimalan 1 pada per- samaan [7] dan 2 pada persamaan [8] menggunakan fungsi objektif yang merupakan penjumlahan antara kua- drat 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 dan 𝑃𝑃𝐵𝐵𝐵𝐵 dibagi maksimum dari semua selisih dengan bobot 𝛼𝛼 dan hasil kuadrat selisih 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 dan 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 dibagi maksimum dari semua selisih dengan bobot 1 − 𝛼𝛼. Nilai 𝑓𝑓(𝐼𝐼) menyata- kan pay off yang akan diterima investor dengan penggunaan model profit-loss sharing. Dengan kata lain, pada 𝑓𝑓(𝐼𝐼) diharapkan bahwa 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 jaraknya sejauh mungkin dengan 𝑃𝑃𝐵𝐵𝐵𝐵 yang artinya menghasilkan profit yang besar untuk investor, sedangkan 𝑔𝑔(𝐼𝐼) menyatakan payoff yang akan diterima pedagang apabila menggunakan model ini. Pada model keoptimalan 2 didapat bahwa 𝑔𝑔(𝐼𝐼) akan menghasilkan nilai yang negative namun dengan pengkuadratan pada fungsi objektif maka akan meng- hasilkan nilai positif yang besar. Hal ini bertujuan agar didapat profit pedagang yang besar juga.

Memaksimalkan 𝐹𝐹(𝐼𝐼) merupakan memaksimalkan jarak antara 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 de-ngan 𝑃𝑃𝐵𝐵𝐵𝐵 dan 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 dengan 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 dengan 𝛼𝛼 merupakan suatu porsi keterpihakan. Semakin besar 𝛼𝛼 maka semakin besar keterpihakannya kepada investor dan sebaliknya se- makin 𝛼𝛼 semakin besar keterpihakan kepada pedagang.

Model Keoptimalan 3

min 𝐹𝐹(𝐼𝐼) = 𝛼𝛼 �𝑓𝑓(𝐼𝐼)𝑓𝑓𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚 �

2

+ (1 − 𝛼𝛼) �𝑔𝑔(𝐼𝐼)𝑔𝑔𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚 �

2

𝑓𝑓(𝐼𝐼) = 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡(𝐼𝐼) − 𝑘𝑘. 𝑃𝑃𝐵𝐵𝐵𝐵

𝑔𝑔(𝐼𝐼) = 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡(𝐼𝐼) − 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 𝑓𝑓𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚 = max|𝑓𝑓(𝐼𝐼)| 𝑔𝑔𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚 = max|𝑔𝑔(𝐼𝐼)| 𝛼𝛼 = 0.1, … ,1 merupakan bobot yang menyatakan keterpihakan Model Keoptimalan 4

min 𝐹𝐹(𝐼𝐼) = 𝛼𝛼 �𝑓𝑓(𝐼𝐼)𝑓𝑓𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚 �

2

+ (1 − 𝛼𝛼) �𝑔𝑔(𝐼𝐼)𝑔𝑔𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚 �

2

𝑓𝑓(𝐼𝐼) = 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡(𝐼𝐼) − 𝑘𝑘. 𝑃𝑃𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑔𝑔(𝐼𝐼) = 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡(𝐼𝐼) − 2𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 𝑓𝑓𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚 = max|𝑓𝑓(𝐼𝐼)| 𝑔𝑔𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚 = max|𝑔𝑔(𝐼𝐼)| 𝛼𝛼 = 0.1, … ,1 merupakan bobot yang menyatakan keterpihakan 𝑘𝑘 = pengali 𝑃𝑃𝐵𝐵𝐵𝐵

Model keoptimalan 3 pada per- samaan [9] dan 4 pada persamaan [10] menggunakan fungsi objektif yang me- rupakan penjumlahan antara kuadrat selisih 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 dan kelipatan 𝑃𝑃𝐵𝐵𝐵𝐵 dibagi maksimum dari semua selisih dengan bobot 𝛼𝛼 dan hasil kuadrat selisih 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 dan 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 dibagi maksi- mum dari semua selisih dengan bobot 1 − 𝛼𝛼. Pada 𝑓𝑓(𝐼𝐼) diharapkan bahwa 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 jaraknya sedekat mungkin dengan 𝑃𝑃𝐵𝐵𝐵𝐵 sedangkan 𝑔𝑔(𝐼𝐼) pada model keoptimal- an 4 dibuat sama dengan model ke- optimalan 2.

Meminimumkan 𝐹𝐹(𝐼𝐼) merupakan meminimumkan jarak antara 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 dengan kelipatan 𝑃𝑃𝐵𝐵𝐵𝐵 dan 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 dengan 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡. Pembagian fungsi objektif pada semua model keoptimalan dengan 𝑓𝑓𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚𝑠𝑠 dan 𝑔𝑔𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚𝑠𝑠 dilakukan agar 𝐹𝐹(𝐼𝐼) tidak memiliki dimensi dan agar bernilai maksimal 1.

7. Porsi bagi hasil optimal digunakan untuk proses implementasi selanjutnya.

Penentuan Premi Optimal Dalam jurnal ini, konsep premi berkala

dengan jumlah tetap digunakan sebagai dasar pembayaran Pr untuk setiap periode waktu. Berdasarkan persamaan equivalence principle didefinisikan persamaan sisa dana tabarru’ (𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇) sebagai berikut:

[9]

Page 130: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

130 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 122 – 143

[11]

[12]

𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 = � 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑃𝑃𝑃𝑃 ���(1 + 𝑃𝑃𝐵𝐵𝐼𝐼)𝑇𝑇−𝑖𝑖 − � 𝑏𝑏𝑖𝑖(1 + 𝑃𝑃𝐵𝐵𝐼𝐼)𝑇𝑇−𝑖𝑖

𝑇𝑇

𝑖𝑖=0

𝑇𝑇

𝑖𝑖=0

dengan, 𝑃𝑃𝑃𝑃��� = premi rata-rata 𝑎𝑎𝑖𝑖 = pengali premi = �1 , 𝑤𝑤(𝑡𝑡) ≥ 𝐼𝐼𝐼𝐼

0 , 𝑤𝑤(𝑡𝑡) < 0

𝑏𝑏(𝑡𝑡) = � 𝐼𝐼𝐼𝐼 , 𝑤𝑤(𝑡𝑡) ≥ 𝐼𝐼𝐼𝐼

𝐼𝐼𝐼𝐼 − 𝑤𝑤(𝑡𝑡) , 0 < 𝑤𝑤(𝑡𝑡) < 𝐼𝐼𝐼𝐼 0 , 𝑤𝑤(𝑡𝑡) ≤ 0

𝑤𝑤(𝑡𝑡) = laba bersih pada hari ke-𝑡𝑡 𝑃𝑃𝐵𝐵𝐵𝐵 = 7.5%

252 adalah BI rate harian

𝑇𝑇 = lama periode investasi Sesuai dengan konsep premi bersih

maka diharapkan 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 ≈ 0, namun dalam prakteknya, tidak selalu didapatkan 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 ≈0. Dalam menyelesaikan masalah optimasi ini digunakan algoritma genetika untuk mendapatkan 𝑎𝑎𝑖𝑖 yang optimal.

Tujuan awal penggunakan algoritma genetika dalam artikel ini adalah men- dapatkan 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 ≈ 0 sehingga fungsi objektif yang digunakan untuk permasalahan ini adalah: min

𝑎𝑎 𝐹𝐹(𝑎𝑎) = 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 + (𝜇𝜇 × 𝑇𝑇(𝑎𝑎) × |𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇|)

dengan, 𝜇𝜇 = 107 yang merupakan penalti/denda 𝑇𝑇(𝑎𝑎) = �1 , 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 < 0

0 , 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 ≥ 0

Cara kerja fungsi objektif ini adalah mencari minimum dari 𝐹𝐹(𝑎𝑎) dengan 𝑎𝑎 merupakan output yang diharapkan. Ken- dala dalam fungsi objektif ini bertujuan jika 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 < 0 maka didapat 𝑇𝑇(𝑎𝑎) = 1. Hal ini membuat fungsi objektif bernilai sangat besar karena menambahan penalty, se- hingga tidak akan menjadi pilihan solusi. Sedangkan jika 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 ≥ 0 maka 𝑇𝑇(𝑎𝑎) = 0 sehingga fungsi objektif bernilai 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇. Selanjutnya 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 > 0 dan minimum yang akan terpilih menjadi solusi optimal. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pembangkitan Data

Data yang digunakan merupakan data dari lima pedagang disalah satu pasar di Bandung. Data ini diperoleh dari pencatat-

an harian pedagang setelah menerima modal tambahan sebesar Rp. 1.000.000. Berdasar- kan lama periode yang telah ditentukan, yaitu 𝑇𝑇 = 30, 𝑇𝑇 = 52 dan 𝑇𝑇 = 90 hari, maka ditentukan distribusi untuk setiap data pedagang dan lama periode investasinya.

Tabel 3 merupakan hasil dari penentu-an distribusi dan parameter menggunakan easyfit. Pembangkitan dilakukan secara acak menggunakan MatlabR2099i sesuai dengan lama periode investasi. Data bangkitan inilah yang selanjutnya akan digunakan- dalam tahapan berikutnya, sedangkan Gam bar 1, 2 dan 3 merupakan histogram untuk setiap distribusi data pedagang. Histogram merupakan tampilan grafis dari tabulasi frekuensi yang digambarkan dengan grafis batangan sebagai manifestasi data binning.

Simulasi dan Implementasi Model

Langkah awal yang dilakukan adalah mencari rata-rata dari data laba bersih untuk setiap pedagang. Hal ini dilakukan karena investasi hanya diberikan kepada pedagang dengan rata-rata laba bersih lebih besar dari 0(𝑤𝑤(𝑡𝑡) > 0). Berdasarkan Tabel 2 didapat bahwa pedagang 3 dan 5 tidak dapat diterapkan untuk model investasi ini di- karenakan nilai negative pada rata-rata laba bersihnya yang menunjukkan bahwa pe- dagang selalu mengalami kerugian untuk semua lama periode, sehingga pedagang 1, 2 dan 4 akan digunakan untuk simulasi selanjutnya.

Tabel 2

Rata-rata laba bersih setiap pedagang dengan 𝑨𝑨 = 𝑹𝑹𝑹𝑹. 𝟏𝟏. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎

Ped 𝒘𝒘� 𝑻𝑻=𝟑𝟑𝟎𝟎 𝒘𝒘� 𝑻𝑻=𝟓𝟓𝟓𝟓 𝒘𝒘� 𝑻𝑻=𝟗𝟗𝟎𝟎 1 333436.43 363113.46 254989.27 2 57827.28 59655.02 67353.48 3 -112015.57 -115485.37 -89639.30 4 54102.64 54950.46 45271.08 5 -70258.19 -77918.71

Sumber: Hasil Simulasi Rata-rata Laba Bersih Data bangkitan untuk pedagang 1, 2 dan

4 diperoleh berdasarkan proses pem- bangkitan pada uraian sebelumnya. Setiap

Page 131: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Simulasi Variasi Jumlah Dan Periode Investasi ... – Murniati, Sumarti 131

data bangkitan diimplementasi pada model investasi. Proses ini diperlukan tahapan penentuan porsi bagi hasil optimal untuk model syari’ah. Sesuai kriteria keoptimalan model syari’ah, diperlukan implementasi data pada model angsuran rentenir.

Model rentenir yang digunakan me- rupakan hasil penelitian dari (Fitriani, 2014). Dalam model ini dijelaskan bahwa model menetapkan 30% sebagai bunga, 10% se- bagai biaya administrasi dan menetapkan denda untuk setiap keterlambatan.

Tabel 3

Distribusi data dengan lama periode berbeda dengan 𝑨𝑨 = 𝑹𝑹𝑹𝑹. 𝟏𝟏. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎

Pedagang Distribusi Parameter 𝑇𝑇 = 30

1 Weibull 3P 𝛼𝛼 = 2.2836 ; 𝛽𝛽 = 1.75𝑝𝑝 + 6 ; 𝛾𝛾 = −1.21𝑝𝑝 + 6 2 Gamma 𝛼𝛼 = 4.495 ; 𝛽𝛽 = 12710 3 Weibull 3P 𝛼𝛼 = 2.441𝑝𝑝 + 8 ; 𝛽𝛽 = 4.8278𝑝𝑝 + 13 ; 𝛾𝛾 = −4.8278𝑝𝑝 + 13 4 Weibull 𝛼𝛼 = 3.023 ; 𝛽𝛽 = 60201 5 Weibull 3P 𝛼𝛼 = 3.5552𝑝𝑝 + 8 ; 𝛽𝛽 = 4.6172𝑝𝑝 + 13 ; 𝛾𝛾 = −4.6172𝑝𝑝 + 13

𝑇𝑇 = 52 1 Weibull 3P 𝛼𝛼 = 2.2943 ; 𝛽𝛽 = 1.72𝑝𝑝 + 6 ; 𝛾𝛾 = −1.20𝑝𝑝 + 6 2 Gamma 𝛼𝛼 = 3.2459 ; 𝛽𝛽 = 18396 3 Weibull 3P 𝛼𝛼 = 4.66𝑝𝑝 + 8 ; 𝛽𝛽 = 9.32𝑝𝑝 + 13 ; 𝛾𝛾 = −9.32𝑝𝑝 + 13 4 Weibull 3P 𝛼𝛼 = 2.642 ; 𝛽𝛽 = 50132 ; 𝛾𝛾 = 13370 5 Weibull 3P 𝛼𝛼 = 76597 ; 𝛽𝛽 = 1.0676𝑝𝑝 + 10 ; 𝛾𝛾 = −1.0676𝑝𝑝 + 10

𝑇𝑇 = 90 1 Weibull 3P 𝛼𝛼 = 2.8877 ; 𝛽𝛽 = 2.09𝑝𝑝 + 6 ; 𝛾𝛾 = −1.61𝑝𝑝 + 6 2 Gamma 𝛼𝛼 = 1.4779 ; 𝛽𝛽 = 44772 3 Weibull 3P 𝛼𝛼 = 2.4878𝑝𝑝 + 8 ; 𝛽𝛽 = 3.786𝑝𝑝 + 13 ; 𝛾𝛾 = −3.786𝑝𝑝 + 13 4 Weibull 3P 𝛼𝛼 = 3.2316 ; 𝛽𝛽 = 80154 ; 𝛾𝛾 = −26500

Sumber: Hasil Simulasi Software Easyfit

(a)

Page 132: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

132 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 122 – 143

(c)

(b)

(d)

Page 133: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Simulasi Variasi Jumlah Dan Periode Investasi ... – Murniati, Sumarti 133

Sumber: Histogram Hasil Simulasi Software Easyfit

Gambar 1 Histogram untuk 𝑻𝑻 = 𝟑𝟑𝟎𝟎 dengan 𝑨𝑨 = 𝑹𝑹𝑹𝑹. 𝟏𝟏. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎

(e)

(b)

(a)

(e)

Page 134: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

134 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 122 – 143

Sumber: Histogram Hasil Simulasi Software Easyfit

Gambar 2 Histogram untuk 𝑻𝑻 = 𝟓𝟓𝟓𝟓 dengan 𝑨𝑨 = 𝑹𝑹𝑹𝑹. 𝟏𝟏. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎

(c)

(d)

(e)

Page 135: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Simulasi Variasi Jumlah Dan Periode Investasi ... – Murniati, Sumarti 135

(a)

(b)

(c)

Page 136: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

136 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 122 – 143

Sumber: Histogram Hasil Simulasi Software Easyfit

Gambar 3 Histogram untuk 𝑻𝑻 = 𝟗𝟗𝟎𝟎 dengan 𝑨𝑨 = 𝑹𝑹𝑹𝑹. 𝟏𝟏. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎

Tabel 4

Implementasi model rentenir dengan 𝑨𝑨 = 𝑹𝑹𝑹𝑹. 𝟏𝟏. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎

Ped 𝑹𝑹𝒑𝒑𝑷𝑷𝑹𝑹𝒑𝒑𝒅𝒅𝑷𝑷𝒑𝒑𝒓𝒓𝒕𝒕 𝑷𝑷𝑷𝑷𝒑𝒑𝒓𝒓𝒕𝒕 𝑇𝑇 = 30

1 0.8438 0.0055 2 0.2253 0.0058 4 0.1913 0.0057

𝑇𝑇 = 52 1 0.9132 0.0035 2 0.5822 0.0032 4 0.2161 0.0038

𝑇𝑇 = 90 1 0.9308 0.0023 2 0.7788 0.0019 4 0.6764 0.0019

Sumber: Hasil Implementasi Model Rentenir

Tabel 4 merupakan hasil implementasi untuk model rentenir. Hasil ini akan selanjutnya digunakan untuk penentuan porsi bagi hasil optimal untuk model syari’ah. Berdasarkan langkah-langkah yang dijelaskan untuk menentukan porsi bagi hasil optimal maka didapat sifat-sifat untuk setiap model keoptimalan sebagai berikut:

Model Keoptimalan 1 Untuk porsi bagi hasil yang sama

diketahui bahwa semakin besar 𝛼𝛼 maka nilai fungsi objektif semakin kecil, sedangkan untuk 𝛼𝛼 yang sama diketahui bahwa semakin besar porsi bagi hasil maka nilai fungsi objektif akan mengecil pada 𝛼𝛼 =0,1, … ,0.3 membentuk parabola pada 𝛼𝛼 =0,4, … ,0,5 dan akan membesar pada sisa 𝛼𝛼 selanjutnya. Model Keoptimalan 2

Untuk porsi bagi hasil yang sama diketahui bahwa semakin besar 𝛼𝛼 maka nilai fungsi objektif semakin kecil sedangkan untuk nilai 𝛼𝛼 yang sama diketahu bahwa semakin besar porsi bagi hasil maka nilai fungsi objektif akan membesar. Model Keoptimalan 3

Untuk porsi bagi hasil yang sama diketahui bahwa semakin besar 𝛼𝛼 maka nilai fungsi objektif semakin kecil dan nilai 𝑘𝑘 semakin besar sedangkan untuk 𝛼𝛼 yang sama diketahui bahwa semakin besar porsi bagi hasil maka nilai fungsi objektif mengecil pada 𝛼𝛼 = 0,1, . . ,0,9 dan fluktuatif pada 𝛼𝛼 = 1

(d)

Page 137: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Simulasi Variasi Jumlah Dan Periode Investasi ... – Murniati, Sumarti 137

Model Keoptimalan 4 Untuk porsi bagi hasil yang sama

diketahui bahwa semakin besar 𝛼𝛼 maka nilai fungsi objektif semakin mengecil dan nilai 𝑘𝑘 semakin besar sedangkan untuk 𝛼𝛼 yang sama diketahui bahwa semakin besar porsi bagi hasil maka nilai fungsi objektif membesar pada 𝛼𝛼 = 0,1, … ,0,9 dan fluktu- atif di 𝛼𝛼 = 0.

Disisi lain menurut (Rizal, 2013) me- nyatakan terdapat tiga jenis keoptimalan dalam laba bersih pedagang, yaitu tipe keoptimal stasioner, tipe keoptimalan di batas bawah dan tipe keoptimalan di batas atas. Berikut penjelasan singkat mengenai tipe keoptimalan ini: 1. Tipe keoptimalan di titik stasioner

Misalkan 𝐼𝐼𝑚𝑚𝑖𝑖𝑟𝑟 adalah batas bawah selang keoptimalan porsi bagi hasil dan 𝐼𝐼𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚 adalah batas atas selang ke- optimalan porsi bagi hasil. Tipe ke- optimalan ini memberikan porsi bagi hasil pada selang [𝐼𝐼𝑚𝑚𝑖𝑖𝑟𝑟, 𝐼𝐼𝑚𝑚𝑠𝑠𝑚𝑚]. Gambar 4 merupakan contoh hasil plot untuk tipe ini.

Sumber: Tesis Fitriani, 2014

Gambar 4 Plot 𝑭𝑭(𝑹𝑹) di Titik Stasioner

Tipe keoptimalan ini merupakan tipe

keoptimalan porsi bagi hasil yang paling ideal. Hal ini dikarenakan terdapat keseimbangan keuntungan antara pe- dagang dan investor.

2. Tipe keoptimalan di batas bawah Tipe ini memperlihatkan bahwa inves- tor tidak mendapatkan keuntungan lebih banyak karena maksimum 𝐹𝐹(𝐼𝐼) berada pada porsi bagi hasil yang kecil. Hal in berarti tidak ada keadilan dalam porsi bagi hasil yang dihasilkan sehingga tipe ini merupakan salah satu tipe yang dihindari dalam proses implementasi.

Sumber: Tesis Fitriani, 2014

Gambar 5 Plot 𝑭𝑭(𝑹𝑹) di Batas Bawah

3. Tipe keoptimalan di batas atas

Tipe ini sama dengan tipe sebelumnya. Pada tipe ini, porsi bagi hasil yang di- dapat membuat pedagang tidak men- dapat pembagian keuntungan yang adil.

Sumber: Tesis Fitriani, 2014

Gambar 6 Plot 𝑭𝑭(𝑹𝑹) di Batas Atas

Ketiga tipe keoptimalan di atas di-

temukan pada model keoptimalan 1 de- ngan persamaan [7]. Sesuai dengan sifat yang dimiliki maka dipilih 𝛼𝛼 = 0,4 meme-

Page 138: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

138 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 122 – 143

[13]

nuhi tipe keoptimalan di titik stasioner. Oleh karena itu dipilih model keoptimalan 1 sebagai model keoptimalan yang paling ideal untuk model profit-loss sharing pada jurnal ini yang memberi keoptimalan terhadap investor dan pedagang secara seimbang.

Tabel 5 memberikan hasil implement-tasi pada model PLS. Berdasarkan nilai 𝐼𝐼 yang didapat dari model keoptimalan 1, maka akan ditentukan 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 dan 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡. Penambahan 𝑄𝑄(𝑡𝑡) pada model PLS dimulai dengan menentukan 𝑃𝑃𝑃𝑃��� untuk setiap pedagang. Variabel 𝑃𝑃𝑃𝑃��� merupakan nilai rata-rata premi dari 1000 data bangkitan. Proses ini dilakukan dengan menggunakan persamaan sisa dana tabarru dimana untuk 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 = 0 maka 𝑃𝑃𝑃𝑃 memenuhi persamaan sebagai berikut:

𝑃𝑃𝑃𝑃 = ∑ 𝑠𝑠𝑖𝑖(1+𝑠𝑠𝐵𝐵𝐵𝐵)𝑇𝑇−𝑖𝑖𝑇𝑇𝑖𝑖=0

∑ 𝑡𝑡𝑖𝑖(1+𝑠𝑠𝐵𝐵𝐵𝐵)𝑇𝑇−𝑖𝑖𝑇𝑇𝑖𝑖=0

Dengan menggunakan 1000 simulasi data bangkitan maka dapat ditentukan 𝑃𝑃𝑃𝑃��� . Hasil simulasi diberikan pada Tabel 6.

Tabel 5

Implementasi model PLS dengan 𝑨𝑨 = 𝑹𝑹𝑹𝑹. 𝟏𝟏. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎

Ped 𝑹𝑹𝒑𝒑𝑷𝑷𝑹𝑹𝒑𝒑𝒅𝒅𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝑷𝑷 𝑷𝑷𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝑷𝑷 𝑹𝑹 𝑇𝑇 = 30

1 0.8832 0.0017 0.0026 2 0.4028 0.0019 0.0290 4 0.3723 0.0013 0.0251

𝑇𝑇 = 52 1 0.9479 0.0015 0.0017 2 0.6617 0.0017 0.0145 4 0.6588 0.0012 0.0134

𝑇𝑇 = 90 1 0.9516 0.0007 0.0011 2 0.8255 0.0008 0.0061 4 0.7448 0.0008 0.0092

Sumber: Hasil Implementasi Model PLS Premi pada hasil ini disebut premi

individu karena hanya berlaku pada masing-masing pedagang saja. Berdasarkan hasil ini, implementasi dilanjutkan pada

model PLS dengan penambahan dana tabarru’.

Tabel 6

𝑷𝑷𝑷𝑷���� dengan 𝑨𝑨 = 𝑹𝑹𝑹𝑹. 𝟏𝟏. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟎

Ped 𝑷𝑷𝑷𝑷����𝑻𝑻=𝟑𝟑𝟎𝟎 𝑷𝑷𝑷𝑷����𝑻𝑻=𝟓𝟓𝟓𝟓 𝑷𝑷𝑷𝑷����𝑻𝑻=𝟗𝟗𝟎𝟎 1 19402 11223 2582.40 2 1980 368.64 433.56 3 1642.7 6.02 628.29

Sumber: Hasil Simulasi Perhitungan 𝑷𝑷𝑷𝑷����

Sama dengan implemensi model PLS, penambahan 𝑄𝑄(𝑡𝑡) juga dilakukan pada variasi lama periode yang sama. Tabel 7 memberikan hasil implementasi model PLS dengan penambahan 𝑄𝑄(𝑡𝑡). Terlihat disini bahwa profit yang didapat untuk pedagang lebih besar daripada profit pada model sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan 𝑄𝑄(𝑡𝑡) memberikan pengaruh positif bagi model PLS.

Pada model ini, dilakukan perhitungan 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 dengan tujuan memdapatkan premi yang optimal. Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, pada artikel ini digunakan algoritma genetika dalam proses simu- lasinya. Hasil simulasi SDT diberikan pada Tabel 8.

Tabel 7

Implementasi model PLS dengan penambahan 𝑸𝑸(𝒕𝒕) pada 𝑨𝑨 = 𝑹𝑹𝑹𝑹. 𝟏𝟏. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎

Ped 𝑹𝑹𝒑𝒑𝑷𝑷𝑹𝑹𝒑𝒑𝒅𝒅𝑷𝑷𝒑𝒑𝒓𝒓𝒕𝒕 𝑷𝑷𝑷𝑷𝒑𝒑𝒓𝒓𝒕𝒕 𝑇𝑇 = 30

1 0.9025 0.0023 2 0.4196 0.0016 4 0.3232 0.0011

𝑇𝑇 = 52 1 0.9516 0.0017 2 0.6848 0.0012 4 0.6754 0.0011

𝑇𝑇 = 90 1 0.9666 0.0011 2 0.8381 0.0007 4 0.7779 0.0007

Sumber: Hasil Implementasi Model PLS dengan penambahan dana tabarru’

Page 139: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Simulasi Variasi Jumlah Dan Periode Investasi ... – Murniati, Sumarti 139

[14]

Tabel 8 Hasil simulasi 𝑺𝑺𝑺𝑺𝑻𝑻 dan 𝒔𝒔

dengan 𝑨𝑨 = 𝑹𝑹𝑹𝑹. 𝟏𝟏. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎

Ped 𝒔𝒔 𝑺𝑺𝑺𝑺𝑻𝑻 𝑇𝑇 = 30

1 2.4442 0.0220 2 0.5866 0.0124 4 1.9078 0.0437

𝑇𝑇 = 52 1 0.9615 0.0692 2 0 0 4 0 0

𝑇𝑇 = 90 1 2.4422 0.0097 2 1.5769 0.0326 4 1.3053 0.0109

Sumber: Hasil Simulasi Pehitungan 𝑺𝑺𝑺𝑺𝑻𝑻 Berdasarkan Tabel 8 dapat disimpulkan

premi optimal untuk setiap pedagang. Misalkan untuk periode investasi 𝑇𝑇 = 30 didapat bahwa pedagang 1 memiliki 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 =0,0220, yang artinya hubungan antara pembayaran 𝑃𝑃𝑃𝑃 dengan 𝑏𝑏 yang diberikan sudah seimbang, dengan pengali premi sebesar 𝑎𝑎 = 2,4442 .

Implementasi Variasi Jumlah Investasi

Diketahui sebelumnya bahwa variasi periode investasi memberikan profit yang optimal seiring dengan bertambahnya lama periode investasi 𝑇𝑇, sehingga akan dilakukan implementasi dengan variasi jumlah inves- tasi. Variasi jumlah investasi didasarkan pada 𝑤𝑤� untuk setiap pedagang. Dengan menggunakan hasil pada Tabel 2 maka didefinisikan 𝐴𝐴∗ yang merupakan jumlah investasi baru yang memenuhi persamaan sebagai berikut: 𝐴𝐴∗ = 𝑘𝑘 × 𝑤𝑤� × 𝑇𝑇 dengan 𝑘𝑘 = 1

4, 1

2, 3

4

Konstanta 𝑘𝑘 merupakan pengali pada 𝐴𝐴∗ yang dipilih sebelumnya dan 𝑇𝑇 merupakan lama periode untuk setiap investasi. Setelah mendapatkan 𝐴𝐴∗ selanjutnya dilakukan simulasi sesuai model investasi yang dikaji. Tabel 9 memberikan hasil dari implementasi variasi 𝐴𝐴∗ pada model investasi pada 𝑇𝑇 = 52.

Berdasarkan Tabel 9 disimpulkan bah- wa variasi jumlah investasi memberikan profit yang semakin kecil seiring dengan bertambanya jumlah investasi untuk lama periode yang sama. Hal ini dikarena me- ningkatnya angsuran pokok seiring dengan meningkatnya nilai 𝐴𝐴∗ sehingga pedagang akan merasa keberatan dalam proses pelunasan jika laba bersih yang didapat sama, oleh karena itu diperlukan modifikasi bangkitan sesuai dengan jumlah dan periode investasi. Modifikasi pembangkitan data laba bersih dimulai dengan melakukan pemahaman terhadap distribusi dan para- meter setiap data pedagang. Terdapat 2 distribusi dalam artikel ini, yaitu: distribusi Weibull dan gamma. Distribusi Weibull diperkenalkan oleh fisikawan Swedia, Waloddi Weibull, pada 1939 (Ronald Walpole, 1995).

Tabel 9

Hasil simulasi dengan variasi jumlah dan periode investasi pada 𝑻𝑻 = 𝟓𝟓𝟓𝟓

Pedagang 1 dengan 𝒘𝒘� = 𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟏𝟏𝟏𝟏𝟑𝟑. 𝟒𝟒𝟑𝟑 𝑘𝑘=0.25 𝑘𝑘=0.5 𝑘𝑘=0.75

𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.7633 0.5289 0.3072 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.0041 0.004 0.004

𝐼𝐼 0.013 0.033 0.073 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.8781 0.6158 0.4279

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.002 0.0019 0.0021 𝑃𝑃𝑃𝑃��� 51527 168620 242820

𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.7933 0.5543 0.4126 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.0132 0.0174 0.0138

𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 0.0013 0.0068 0.0073 𝑎𝑎 0.9427 0.7683 1.1159

Pedagang 2 dengan 𝒘𝒘� = 𝟓𝟓𝟗𝟗𝟑𝟑𝟓𝟓𝟓𝟓. 𝟎𝟎𝟓𝟓 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.675 0.35 0.025

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.0041 0.0041 0.0041 𝐼𝐼 0.018 0.054 0.162

𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.7365 0.473 0.2095 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.002 0.002 0.002

𝑃𝑃𝑃𝑃��� 136.05 1984.6 9455.6 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.7727 0.5102 0.2546

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.0024 0.0026 0.0014 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 0 0 0

𝑎𝑎 0 0 0

Page 140: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

140 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 122 – 143

[15]

Pedagang 4 dengan 𝒘𝒘� = 𝟓𝟓𝟒𝟒𝟗𝟗𝟓𝟓𝟎𝟎. 𝟒𝟒𝟑𝟑 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.6751 0.346 0.0499

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.0041 0.0043 0.0045 𝐼𝐼 0.01 0.051 0.16

𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.7425 0.4746 0.2086 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.0011 0.0018 0.002

𝑃𝑃𝑃𝑃��� 0 254.01 1669.2 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.7426 0.4726 0.2346

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.0011 0.0022 0.0034 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 0 0.0033 0.0048

𝑎𝑎 0 2.2730 2.312 Sumber: Hasil Implementasi Model PLS dengan penambahan dana tabarru’ pada variasi jumlah investasi

Parameter dalam distribusi ini antara

lain: 𝛼𝛼 adalah parameter bentuk, 𝛽𝛽 adalah parameter skala dan 𝛾𝛾 adalah parameter lokasi. Parameter 𝛾𝛾 menunjukkan lokasi kurva dimulai sehingga −∞ < 𝛾𝛾 < ∞, sedangkan untuk distibusi gamma me- rupakan distribusi yang didasari oleh fungsi gamma. Parameter dalam distribusi ini sama dengan parameter yang dimiliki distribusi Weibull. Kedua distribusi ini menggunakan parameter bentuk, skala dan lokasi maka modifikasi bangkitan dilakukan dengan memberikan pengali parameter 𝐼𝐼𝐼𝐼 pada parameter skala dan lokasi saja. Persamaan yang digunakan untuk 𝐼𝐼𝐼𝐼 adalah:

𝐼𝐼𝐼𝐼 =34

×𝐴𝐴∗

𝐴𝐴

dengan 𝐴𝐴 = 𝑅𝑅𝐼𝐼. 1.000.000

Konstanta 34 ditambahkan pada

persamaan di atas dengan asumsi bahwa perolehan 𝑤𝑤(𝑡𝑡) tidak bertambah sama persis dengan perolehan 𝐴𝐴∗. Misalkan 𝐴𝐴∗ dikalikan 2 maka 𝑤𝑤(𝑡𝑡) yang didapat tidak sama persis dengan 2𝑤𝑤(𝑡𝑡) yang didapat sebelumnya. Dengan kata lain, selalu ada factor yang mempengaruhi perolehan lama bersih pedagang setiap harinya.

Setelah melakukan modifikasi data bangkitan maka implementasi dilakukan yang selanjutnya dilakukan perhitungan profit untuk pedagang dan investor seperti model PLS sebelumnya. Tabel 10, 11 dan 12

memberikan hasil simulasi dengan variasi jumlah dan periode investasi. Dari ketiga tabel dapat terlihat hubungan antara data dengan variasi jumlah dan periode investasi.

Variasi jumlah investasi tidak mem-berikan perubahan profit yang signifikan untuk lama periode yang sama. Hal ini dikarenakan, seiring bertambahnya jumlah investasi maka bertambah pula kewajiban pedagang untuk melunasi iuran pokok pada periode tertentu yang tentu saja lebih memberatkan.

Secara umum benar jika semakin banyak modal tambahan maka pedagang dapat membeli barang lebih banyak untuk diperjualbelikan namun terdapat iuran pokok yang juga mempengaruhi besar profit yang diterima pedagang, sedangkan untuk variasi periode memberikan simpulan berbeda. Semakin bertambahnya periode investasi maka semakin menguntungkan bagi pedagang untuk jumlah periode yang sama.

Tabel 10 Hasil simulasi dengan variasi jumlah dan

periode investasi pedagang 1

𝑻𝑻 = 𝟑𝟑𝟎𝟎 𝑘𝑘=0.25 𝑘𝑘=0.5 𝑘𝑘=0.75

𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.8865 0.8827 0.8150 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.0053 0.0052 0.0052

𝐼𝐼 0.002 0.003 0.002 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.9106 0.9076 0.8538

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.0016 0.0016 0.0018 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.9098 0.9009 0.9284

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.0019 0.0019 0.0017 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 0.0054 0.0056 0.0059

𝑎𝑎 0.761 1.1433 1.4346 𝑻𝑻 = 𝟓𝟓𝟓𝟓

𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.8909 0.8996 0.9133 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.0031 0.0031 0.0031

𝐼𝐼 0.002 0.002 0.002 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.9135 0.9203 0.9309

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.0013 0.0012 0.0014 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.9319 0.9473 0.9376

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.0013 0.0015 0.0014 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 0.0089 0.0034 0.0087

𝑎𝑎 0.6817 1.0955 1.1504

Page 141: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Simulasi Variasi Jumlah Dan Periode Investasi ... – Murniati, Sumarti 141

𝑻𝑻 = 𝟗𝟗𝟎𝟎 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.9384 0.9289 0.9381

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.0019 0.0018 0.0018 𝐼𝐼 0.002 0.003 0.002

𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.9513 0.944 0.9509 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.0007 0.0006 0.0007

𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 1.0238 1.0229 1.0244 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 8.11e-6 6.9e-6 1.2e-5

𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 0.0018 0.006 0.002 𝑎𝑎 0.8594 1.2168 1.0113

Sumber: Hasil Implementasi Pedagang 1 pada Model PLS dengan Penambahan Dana Tabarru’ pada variasi jumlah dan periode investasi

Tabel 11 Hasil simulasi dengan variasi jumlah dan

periode investasi pedagang 2

𝑻𝑻 = 𝟑𝟑𝟎𝟎 𝑘𝑘=0.25 𝑘𝑘=0.5 𝑘𝑘=0.75

𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 -0.037 -0.044 -0.027 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.0071 0.0063 0.0058

𝐼𝐼 0.001 0.009 0.001 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.2317 0.2095 0.2160

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.0005 0.0004 0.0005 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.2957 0.2623 0.2651

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.0009 0.0009 0.0008 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 0.0082 0.0094 0.0031

𝑎𝑎 1.2535 0.59 1.6374 𝑻𝑻 = 𝟓𝟓𝟓𝟓

𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.4289 0.404 0.4571 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.0033 0.0033 0.0032

𝐼𝐼 0.023 0.025 0.021 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.5474 0.5276 0.569

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.0014 0.0014 0.0014 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.5621 0.6011 0.6080

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.0007 0.0008 0.0008 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 0.0023 0.0055 0.0048

𝑎𝑎 0.2931 0.9543 0.7559 𝑻𝑻 = 𝟗𝟗𝟎𝟎

𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.648 0.6631 0.7073 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.0021 0.0022 0.0021

𝐼𝐼 0.012 0.012 0.009 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.7209 0.7334 0.7684

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.0009 0.0009 0.0009 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.7964 0.8080 0.8049

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.0005 0.0006 0.0005 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 0.0048 9.0e-4 0.002

𝑎𝑎 0.9242 0.811 1.1095

Sumber: Hasil Implementasi Pedagang 2 pada Model PLS dengan Penambahan Dana Tabarru’ pada variasi jumlah dan periode investasi

Tabel 12 Hasil simulasi dengan variasi jumlah dan

periode investasi pedagang 4

𝑻𝑻 = 𝟑𝟑𝟎𝟎 𝑘𝑘=0.25 𝑘𝑘=0.5 𝑘𝑘=0.75

𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 -0.117 -0.072 -0.057 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.0076 0.0063 0.0057

𝐼𝐼 0.006 0.008 0.0011 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.1755 0.1892 0.2301

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.0003 0.0004 0.0005 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.1801 0.1828 0.2167

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.0004 0.0004 0.0005 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 0.0087 0.006 0.0072

𝑎𝑎 0.9602 1.087 0.7668 𝑻𝑻 = 𝟓𝟓𝟓𝟓

𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.4177 0.4259 0.4235 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.0032 0.0031 0.0031

𝐼𝐼 0.023 0.021 0.022 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.5379 0.5439 0.5419

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.0013 0.0013 0.0012 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.5673 0.5505 0.5579

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.0006 0.0006 0.0006 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 0.0013 0.0093 0.0052

𝑎𝑎 2.9935 0.7249 0.4535 𝑻𝑻 = 𝟗𝟗𝟎𝟎

𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.6167 0.6335 0.6126 𝑃𝑃𝑠𝑠𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡 0.0019 0.0019 0.0018

𝐼𝐼 0.012 0.01 0.011 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.695 0.7082 0.6915

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 0.0009 0.0008 0.0008 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑃𝑃𝐼𝐼𝑝𝑝𝑑𝑑𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.6872 0.7018 0.7117

𝑃𝑃𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠+𝑡𝑡𝑠𝑠𝑡𝑡 0.0004 0.0004 0.0005 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇 0.0066 0.0028 0.0016

𝑎𝑎 1.619 0.9996 1.2553 Sumber: Hasil Implementasi Pedagang 4 pada Model PLS dengan Penambahan Dana Tabarru’ pada variasi jumlah dan periode investasi SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Model PLS merupakan model investasi yang efektif dalam penyelesaian per- masalahan mengenai praktek riba dalam bidang keuangan masyarakat. Model ini dapat digunakan sebagai salah satu pilihan

Page 142: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

142 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 : 122 – 143

untuk melakukan transaksi keuangan yang sesuai dengan syariat Islam. Masyarakat khususnya pedagang kecil dapat memulai menggunakan model PLS dan meninggal- kan praktek rentenir.

Penambahan dana tabarru’ pada mo- del PLS, dengan memberikan modal tambahan pada pedagang di Pasar Balubur Bandung, memberikan profit yang lebih tinggi bagi investor dan pedagang untuk lama periode investasi yang sama. Variasi jumlah dan lama periode investasi ber- pengaruh pada profit yang didapat dari model ini. Jumlah investasi yang berbeda menghasilkan profit yang cenderung sama jika dilakukan pada lama periode yang sama, sedangkan, variasi lama periode menghasilkan profit pedagang yang se- makin besar seiring bertambahnya periode namun investor mendapatkan profit yang cenderung turun seiring bertambahnya lama periode.

Saran

Dalam penelitian ini terdapat beberapa kendala dalam prosesnya, antara lain; jumlah data untuk setiap pedagang yang cenderung sedikit sehingga distribusi yang dihasilkan cenderung tidak stabil dan akurat. Hal ini dikarenakan tidak semua pedagang kooperatif dalam proses peng- ambilan data selain itu penggunaan 5 pedagang dalam satu lokasi pasar dirasa belum cukup untuk mewakili seluruh pedagang di Indonesia. Berdasarkan pada kendala inilah, maka pada kajian berikut- nya diperlukan pengambilan data yang lebih banyak dan variatif sehingga sifat-sifat data akan lebih konsisten terbaca terutama dalam penentuan distribusi dalam proses pem- bangkitan. Selain itu guna hasil yang lebih optimal diperlukan simulasi dengan meng- gunakan variansi yang lebih beragam baik dalam hal jumlah maupun periode investasi. DAFTAR PUSTAKA Abdul-Rahman, A., R. L. Abdul dan A. M.

Azmi. 2014. Failure and Potential of Profit Loss Sharing Contracts: A

Perspective of New Institutional. Science Direct.

Ascarya. 2009. The Lack of Profit Loss Sharing in Indonesia’s Islamic Banks: revisited. Centre of Education and Central Banking Studies, Bank Indonesia.

Dar, H. A. and J. R. Presley. 2000. Lack of Profit Loss Sharing in Islamic Banking: Management and Control Imbalance. Economic Research Paper No. 00/24.

Direktorat Perbankan Syari’ah. 2011. Outlook Perbandan Syari’ah Indonesia. Bank Indonesia. Jakarta.

Fitriani. 2014. Simulasi Model Profit and Loss Sharing pada Investasi Syari’ah dengan Penambahan Dana Tabarru’ pada Prinsip Musyarakah. Tesis. Pro- gram Paska Sarjana Matematika ITB. Bandung.

Gerber, H. U. 1997. Life Insurance Mathematics third Edition. Springer. Berlin.

Fitriyani, M, V. 2012. Simulasi Model Bagi Hasil pada Investasi Syari’ah. Skripsi. ITB. Bandung.

Higham, D. J. 2004. An Intoduction to Finantial Option Valuation. Cambridge University Press. New York.

Muda, R. B., G. Ismail., G. Abdul dan S. Shahimi. 2011. Profit-Loss Sharing and Economic Value added in Islamic Banking Model. Working Paper in Islamic Economics and Finance No. 1105.

Mustika, T. 2013. Penentuan Fungsi Objektif pada Masalah Optimasi Porsi Bagi Hasil dalam Investasi Syari’ah. Skripsi. Bandung: ITB.

Pontjowinoto, I. P. 2003. Prinsip Syari’ah di Pasar Modal (Pandangan Praktisi). Modal Publications. Jakarta.

Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral. 2012. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia-Liabilitas dan Modal Pelaksanaan Prinsip Syari’ah dalam Kegiatan Penghimpunan dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Syari’ah, Produk Bank Syari’ah dan Unit Usaha Syari’ah. Bank Indonesia. Jakarta.

Rizal, A. 2013. Simulasi Data dan Pe- nentuan Besar Pinjaman dalam Model Investasi Pembiayaan Pedagang Kecil.

Page 143: GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, ORIENTASI …

Simulasi Variasi Jumlah Dan Periode Investasi ... – Murniati, Sumarti 143

Skripsi. ITB. Bandung. Samuelson, P. A. dan D. N. William D. 2004.

Ilmu Makroekonomi. Edisi Ketujuh- belas. PT. Media Global Edukasi. Jakarta.

Sugema, I., T. Bakhtiar dan J. Effendi. 2010. Interest Versus Profit-Loss Sharing Credit Contract: Efficiency and Walfare Implications. International Research Journal of Finance an Economics (45).

Sumarti, N., V. Fitriyani, dan M. Damayanti. 2014. A Mathematical Model of The Profit-Loss Sharing (PLS) Scheme. Science Direct Elsevier Ltd Procedia – Social and Behavioral Sciences 115: 131-137.

Sumarti, N. 2015. Some Problems on Making of Mathematical Modelling of Profit-

Loss Sharing Using Data Simulation. J. Math. Fund. Sci. 47(1): 1-11.

Suyanto. 2005. Algoritma Genetika dalam Matlab. ANDI Yogyakarta.

Syula, M. S. 2004. Asuransi Syari’ah (Life and General). Jakarta: Gema Insani Press.

Walpole, R. E. 1995. Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan. ITB. Bandung.

Scot, W. F. 1999. Life Assurance Mathematics. Institute of Actuaries. London.

www.mathwave.com. Diakses pada tanggal 31 januari 2015

www.mathwork.com. Diakses pada tanggal 22 Juni 2015

www.weibull.com. Diakses pada tanggal 9 Juli 2015.