Gaya hidup pria dewasa di pedesaan dan … HIDUP PRIA DEWASA DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN BOGOR,...

79
GAYA HIDUP PRIA DEWASA DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN BOGOR, KAITANNYA DENGAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER Shinta Monica Permana PROGRAM STUD1 GlZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Transcript of Gaya hidup pria dewasa di pedesaan dan … HIDUP PRIA DEWASA DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN BOGOR,...

GAYA HIDUP PRIA DEWASA DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN BOGOR, KAITANNYA DENGAN FAKTOR RISIKO

PENYAKIT JANTUNG KORONER

Shinta Monica Permana

PROGRAM STUD1 GlZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

RINGKASAN

SHINTA MONICA PERMANA. Gaya Hidup Pria Dewasa di Pedesaan dan Perkotaan Bogor, Kaitannya dengan Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. Di bawah bimbingan SRI ANNA MARLIYATI.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji gaya hidup pria dewasa di pedesaan dan perkotaan Bogor, khususnya yang berkaitan dengan risiko penyakit jantung koroner. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk (I). Mengkaji karakteristik pria dewasa di pedesaan dan perkotaan Bogor, (2). Mengkaji gaya hidup (aktivitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan mengkonsumsi kopi dan alkohol) pria dewasa di pedesaan dan perkotaan Bogor serta menganalisis perbedaannya, (3). Menganalisis data profil lipid darah pria dewasa di pedesaan dan perkotaan Bogor serta menganalisis perbedaannya, (4). Menganalisis hubungan gaya hidup terhadap profil lipid darah pria dewasa di pedesaan dan perkotaan Bogor. Penelitian dilaksanakan di wilayah kodya Bogor (Bantar Kemang dan Riau kelurahan Baranang Siang) dan kabupaten Bogor (Desa Karehkel Kec.Leuwiliang dan Sirna Sari Kec. Darmaga), dari bulan Juni-Oktober 2005 dengan menggunakan desain Cro.rs Sectional Sludy. Populasi penelitian adalah pria dewasa yang berumur 25-39 tahun, tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan Bogor dengan pendapatan sebulan sebagai berikut : (1). Kelompok dengan pendapatan perkapita perbulan <Rp 500.000, yang selanjutnya dikatakan kelompok berpendapatan rendah dan (2). Kelompok dengan pendapatan perkapita perbulan ?Rp 500.000, yang selanjutnya dikatakan kelompok berpendapatan tinggi. Seluruh populasi yang memenuhi syarat, dipilih secara acak sebanyak 25 orang dari masing-masing wilayah dan tingkat pendapatan sebagai contoh.

Jenis data primer yang dikumpulkan adalah karakteristik contoh (suku, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, rata-rata pendapatan dan pengeluarankapitdbulan serta jumlah hari kerja) dan gaya hidup contoh (aktifitas fisik, kebiasaan merokok serta kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan kopi). Data yang diperoleh, diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer Microsofi Excel dan SPSS for windoivs versi 10.0. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis secara deskriptif serta analisis statistik.

Berdasarkan hasil penelitian, 100% contoh di wilayah pedesaan dan 76% contoh di wilayah perkotaan berpendapatan rendah berasal dari suku sunda. Sebagian besar contoh (56%) wilayah pedesaan dan 52% contoh wilayah perkotaan berpendapatan tinggi menempuh pendidikan hingga sarjana. Pada wilayah pedesaan berpendapatan tinggi, 52% contoh bekerja sebagai pegawai negeri, sedangkan pada wilayah perkotaan dengan pendapatan yang sama, 44% bekerja sebagai pegawai swasta. Jumlah anggota keluarga contoh umumnya berkisar 4-5 orang, hanya contoh wilayah kota berpendapatan tinggi sebagian besar (60%) memiliki jumlah anggota keluarga 5 3 orang: Rata-rata pendapatan dan pengeluaran contoh wilayah desa terbesar dimiliki contoh berpendapatan tinggi dengan rata-rata pendapatan 1.039.480,O dan pengeluaran 680.121.1, demikian pula untuk wilayah kota, pendapatan dan pengeluaran terbesar dimiliki contoh berpendapatan tinggi dengan rata-rata pendapatan 1.03 1.193,3 dan pengeluaran 678.773,8.

Contoh umumnya lebih banyak mengalokasikan waktu untuk aktivitas rileks (desa=57,18%; kota=55.24%). Sebesar 92% dan 72% contoh yang

berdomisili di desa dan kota memiliki kebiasaan berolahraga. Contoh yang memiliki kebiasaan merokok sebesar 96% berdomisili di desa dan 88% berdomisili di kota. Contoh yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi kopi, sebesar 96% berdomisili di desa dan 84% dari kota. Secara umum contoh yang berdomisili di daerah pedesaan (76%) dan perkotaan (92%) tidak memiliki kebiasaan mengkonsu~nsi alkohol.

Contoh umumnya memiliki kadar kolesterol. kadar trigliserida, dan kadar HDL yang normal, hanya contoh wilayah pedesaan dengan tingkat pendapatan rendah sebagian besar (64%) memiliki kadar trigliserida yang tidak normal. Sementara itu, untuk kadar LDL, contoh umumnya memiliki kadar yang tidak normal dan hanya contoh wilayah pedesaan dengan pendapatan rendah sebagian besar (68%) memiliki kadar LDL normal.

Hasil uj i T menunjukkan ada perbedaan yang nyata (p<0.05) antara contoh berpendapatan rendah dan tinggi di wilayah pedesaan. dalam ha1 aktivitas ringan, rileks, konsumsi kopi serta kadar HDL. selnentara untuk contoll wilayah perkotaan, uji T menghasilkan perbedaan antara contoh berpendapatan rendah dan tinggi dalam ha1 jutnlah rokok yang dihisap, kadar kolesterol. kadar HDL serta kadar LDL (p<O.Oj).

Hasil uj i T juga menunjukkan ada perbedaan yang nyata (p<O.Oj) antara contoh wilayah desa dan kota berpendapatan rendah dalatn ha1 kadar trigliserida, sementara untuk contoh dengan pendapatan tinggi, uji T menghasilkan perbedaan yang nyata (p<0.05) antara contoh wilayah desa dan kota dalam ha1 aktivitas berat, rileks, kadar HDL dan kadar LDL.

Pada contoh wilayah pedesaan dengan pendapatan rendali, analisis korelasi Pearson menghasilkan hubungan nyata positif antara aktivitas ringan, rileks dan jumlah rokok yang dihisap dengan kadar kolesterol, trigliserida dan kadar L D L serta berhubungan negatif dengan kadar HDL. sementara aktivitas sedang berhubungan negatif dengan kadar kolesterol dan trigliserida serta berhubungan positif dengan kadar HDL. Untuk contoh dengan pendapatan tinggi, analisis korelasi Pearson menunjukkan hubungan positif antara aktivitas ringan, rileks dan jumlah rokok yang dihisap dengan kadar kolesterol. trigliserida dan kadar LDL. Aktivitas berat, sedang dan frekuensi olahraga berhubungan negatif dengan kadar kolesterol dan LDL, sementara aktivitas ringan dan rileks berhubungan negatif dengan kadar HDL.

Pada contoh wilayah perkotaan dengan pendapatan rendah. analisis korelasi Pearson menghasilkan hubungan nyata positif antara aktivitas ringan, rileks serta jumlah rokok yang dihisap dengan kadar kolesterol, trigliserida dan kadar LDL, jumlah kopi yang dikonsumsi berhubungan nyata positif dengan kadar trigliserida, sementara aktivitas sedang berhubungan negatif dengan kadar kolesterol, trigliserida dan LDL. Untuk contoh dengan pendapatan tinggi, aktivitas ringan, rileks dan jumlah rokok yang dihisap berhubungan positif dengan kadar kolesterol dan kadar LDL, sementara aktivitas sedang dan frekuensi olahraga berhubungan negatif dengan kadar kolesterol dan LDL. Selain itu, jumlah rokok yang dihisap juga berhubungan positif dengan kadar trigliserida, sementara aktivitas sedang berhubungan negatif dengan kadar trigliserida.

GAYA HIDW PRIA DEWASA DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN BOGOR, KAITANNYA DENGAN FAKTOR RISIKO

PENYAKIT JANTUNG KORONER

Skripsi

Sehagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertnnian Bogor

Oleh :

Shinta Monica Permana

A54102010

PROGRAM STUD1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Nama

NRP

: GAYA HIDUP PRIA DEWASA DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN BOGOR, KAITANNYA DENGAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER

: Shinta Monica Permana

: A54102040

Menyetujui,

Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi NIP. 131 841 753

ultas Pertanian

Tanggal LUIUS : 0 51 JUN 2006

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha

Sempurna, Maha Tinggi dan Maha Mengetahui Segalanya yang telah

melimpahkan rahmat, berkah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul "Gaya Hidup Pria Dewasa di Pedesaan dan

Perkotaan Bogor, Kaitannya dengan Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner".

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1 . Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi selaku dosen pe~nbimbing skripsi atas

segala bimbingan dan arahan yang diberikan dalam penulisan skripsi ini.

2. Megawati Simanjuntak. SP yang telah memberikan bimbingan dan arahan

dalam penelitian dan proses pengolahan data.

3. Dr. Ir. Dadang Sukandar, MS selaku dosen pembimbing akademik yang

telah membimbing penulis selama perkuliahan.

4. dr. Vera Uripi selaku penguji atas saran-sarannya untuk keselnpurnaan

skripsi ini.

5. ibu Tri Rahayu dan lbu Enok Yuhaja, yang telah ineinbantu dala~n

pengambilan dan analisis darah.

6. Papa dan Mama tercinta yang tiada henti melnberikan kasih sayang, doa,

serta semangat kepada penulis. Kakak dan adiku yang telah memberikan

perhatian dan dukungannya. Ka Maemun atas segala spirit dan doanya.

7. Rekan-rekan Gamasaker 39 atas kerjasamanya. Aya atas kebersamaannya

selama perkuliahan, Meta dan Deni atas semua dukungan, semangat,

kerjasama dan kebersamaannya, Dhira dan Biwi atas segala bantuan,

dukungan dan semangat yang diberikan sehingga skiipsi ini dapat

terselesaikan.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak

memberikan bantuan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 19 Agustus 1983 sebagai

putri ketiga dari empat bersaudara pasangan bapak Barza Yani Permana dan ibu

Saryani.

Tahun 2002 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Bogor dan pada tahun yang

sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI). Penulis rnemilih Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya

Keluarga, Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas

Pertanian. Sela~na mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota "Bina Desa"

dan turut serta dalam berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan pihak kampus.