GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

113
GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Tri Windusari NIM 1811013000015 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Transcript of GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

Page 1: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI

KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA

DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Tri Windusari NIM 1811013000015

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BUL, N JANIKARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRADI SEKOLAII MENENGAH PERTAMA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruanuntuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarj ana Pendidikan

Oleh

Tri WindusariNIM 1811013000015

NIP. 197601 18200912 1002

JURUSAN PENDIDIKAI\ BAIIASA DAN SASTRA INDOI\'ESIAF'AKULTAS ILMU TARBIYAH DAII KEGURUAI\

UNTVERSTTAS rSLAM r\-EGERT (UrN)SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA2014

bimbinsan

Page 3: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Gaya Bahasa Kumpulan Pruisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi

Djoko Damono dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah

Menengah Pertama disusun oleh Tri Windusari, NIM 1811013000015, Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan

dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang

munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, Desember 2014

Yang mengesahkan.

NIP. 197601 182009121002

Page 4: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Gaya Bahasa Kumpulan Puisi Huian Bulan tluni Karya Sapardi

Djoi<o Damono dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolalt

Nienengah Pertama disusun oleh Tri Windusari, NIM 1811013000015, diajukan

kepadaTurusan Peldidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ihnu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan

lulus dalam ujian munaqosah pada tanggal 29 Desember 2014 di hadapan dewan

penguji. Oleh sebab itu penulis berhak memperoleh gelar sa{ana Sl (S'Pd) dalam

bidang pendidikan bahasa Indonesia

Iakarta,5 Januari 2015

Panitia Uj ian Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal

Dra. Hindun. M.Pd.NIP 1 970 1 2 152009122001

Sekretaris ( Sekretaris JurusarVProgram Studi)

Dona Aii Karunia Putra. M.A.NIP 19840409201101101

Penguji I

Dra. Hindun. M.Pd.NrP 1 970 12 152009122001

Penguji II

Dra. Mahmudah FitriYah ZA.. M.Pd.NrP 1 96402121997 032001

n. 1anu,rfl zDt!

20t5

/2-/-a)K

Mengetahui,Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Nurlena Rifa/(, M.A-- Ih.D.NIP 1 959 [020] 986032001

Page 5: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama

Tempat/Tanggal lahir

NIM

Jurusan/Prod i

Judul Skripsi

Tri S/indusari

Jakafta, 2l September 1978

l8t 1013000015

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Ga1'a Bahasa Kumpulan puisi Hujan Bulan Juni

Karya Sapardi Djoko Damono dan Implikasinya

terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah

Menengah Pertama.

Ahmad Bahtiar. NI.Hurn.Dosen Pembimbing

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karyasendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya turis.Pernl'ataan ini dibuat sebagai sarah satu syarat menempuh ujian munaqosah.

Jakarta, Desember 2014

Tri Windusari181r01300001s

Page 6: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

DALAM DIRIKU

Because the sky is blue

It makes me cry

(The Beatles)

dalam diriku mengalir sungai panjang,

darah namanya;

dalam diriku menggenang telaga darah,

sukma namanya;

dalam diriku meriak gelombang sukma,

hidup namanya;

dan karena hidup itu indah,

aku menangis sepuas-puasnya

1980

(Dalam Hujan Bulan Juni-Sapardi Djoko Damono-)

Page 7: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

i

ABSTRAK

TRI WINDUSARI, 1811013000015, “Gaya Bahasa Kumpulan Puisi Hujan Bulan

Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra

di Sekolah Menengah Pertama”, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Dosen Pembimbing: Ahmad Bahtiar, M.Hum., Desember 2014.

Tujuan penelitian adalah untuk; 1) menganalisis gaya bahasa dalam

kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono; 2) mendeskripsikan

implikasi penggunaan gaya bahasa yang terdapat dalam kumpulan puisi Hujan Bulan

Juni karya Sapardi Djoko Damono terhadap pembelajaran sastra di sekolah

menengah pertama.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis melalui

pendekatan stilistika. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

teknik observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah model

analisis data mengalir.

Hasil penelitian menunjukkan gaya bahasa yang sering muncul dalam

kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono adalah gaya bahasa

perbandingan yang mencakup gaya bahasa personifikasi, metafora, dan alegori. Efek

yang ditimbulkan dari penggunaan gaya bahasa tersebut adalah membuat gagasan

dan emosi lebih nyata. Selanjutnya, gaya bahasa perulangan juga banyak ditemukan

yang meliputi gaya bahasa aliterasi, mesodiplosis, dan anafora. Secara keseluruhan

gaya bahasa yang digunakan sebanyak sembilan belas gaya bahasa, yaitu metafora,

personifikasi, alegori, hiperbola, litotes, paradoks, klimaks, antiklimaks, hipalase,

erotesis, elipsis, sinekdoke, aliterasi, asonansi, epizeukis, anafora, mesodiplosis, dan

epanalepsis. Implikasinya terhadap pembelajaran sastra di sekolah adalah membantu

siswa untuk mengerti dan memahami penggunaan gaya bahasa yang terdapat dalam

karya sastra khususnya puisi sehingga dapat memudahkan siswa untuk mampu

menganalisis struktur fisik maupun batin puisi dan mampu menulis puisi dengan

menggunakan pilihan kata yang tepat.

Kata Kunci: Hujan Bulan Juni, gaya bahasa, pembelajaran sastra

Page 8: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

ii

ABSTRACT

TRI WINDUSARI, 1811013000015, "Language Style set of rains in June Poetry

Works Sapardi Djoko Damono and Its Implications Of Learning Literature in

Secondary Schools", Education Department of Indonesian Language and

Literature, Faculty of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University Syarif

Hidayatullah Jakarta. Supervisor: Ahmad Bahtiar, M.Hum., December 2014 .

The purpose of the study is to; 1) analyze the language style of poetry Rain

In June works Sapardi Djoko Damono; 2) describe the implications of the use of a

style that is contained in a collection of poetry Rain In June Sapardi Djoko

Damono work towards learning literature in secondary schools.

Methods This study used a descriptive method of analysis through stilistika

approach. Data collection techniques in this study using observation and

documentation. Analysis of the data used is a model of data flow analysis.

The results showed a style that often appears in a collection of poetry Rain

In June works Sapardi Djoko Damono comparison is a style that includes style

personification , metaphors , and allegories. The effects of the use of the language

style is made more real ideas and emotions. Furthermore, looping style is also

found that the style of language includes alliteration, mesodiplosis , and anaphora.

Overall the style of language used as language style nineteen, namely metaphor,

personification, allegory, hyperbole, litotes, paradox, climax, anticlimax, hipalase,

erotesis, ellipsis, sinekdoke, alliteration, assonance, epizeukis, anaphora,

mesodiplosis, and epanalepsis. Implications for the learning of literature in school

is to help students to understand the language and understand the use of force

contained in the literature, especially poetry so as to facilitate the students to be

able to analyze the physical structure and inner poetry and be able to write poetry

with right diction .

Keywords : Rain In June , the style of language , learning literature

Page 9: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan

rahmatnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat

dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah

menjauhkan kita dari zaman kebodohan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana

pendidikan pada program Dual Mode System Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Tanpa bantuan dan peran

dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terwujud. Apresiasi dan terimakasih

penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam

penyusunan skripsi ini. Secara khusus, apresiasi dan terimakasih tersebut, penulis

sampaikan kepada,

1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan sehingga

memperlancar penyelesaian skripsi ini;

2. Dra. Hindun, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan perhatian, dan

dukungan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini;

3. Ahmad Bahtiar, M. Hum., dosen pembimbing skripsi yang sangat berpengaruh

dalam penyelesaian skripsi ini serta telah mengenalkan dan menumbuhkan

kecintaan penulis terhadap dunia sastra;

4. Dona Aji Karunia Putra, M.A., Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan

bantuan sehingga penulis mendapat kemudahan untuk menyelesaikan skripsi

ini;

5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu

pengetahuan;

Page 10: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

iv

6. Yayasan Pendidikan Islam Ar-Rasyidiyyah yang telah mendukung penulis

untuk dapat melanjutkan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

7. Seluruh keluarga untuk cinta dan kasih yang diberikan kepada penulis sehingga

penulis terus semangat untuk menyelesaikan skripsi ini;

8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa program Dual Mode System Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah berjuang bersama dan

saling menguatkan selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Allah merahmati dan mencatat semua bentuk bantuan yang diberikan

kepada penulis sebagai amal kebaikan. Aamiin.

Jakarta, Desember 2014

Tri Windusari

Page 11: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQOSAH

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK..............................................................................................................i

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI................................................................................................……..v

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1

B. Identifikasi Masalah...........................................................................................5

C. Pembatasan Masalah .........................................................................................5

D. Perumusan Masalah............................................................................................6

E. Tujuan Penelitian ...............................................................................................6

F. Manfaat Penelitian .............................................................................................6

BAB II KAJIAN TEORETIS..............................................................................7

A. Acuan Teori .......................................................................................................7

1. Hakikat Puisi ..................................................................…....……………...7

a. Pengertian Puisi..........................................................................................7

b. Jenis-jenis Puisi..........................................................................................8

2. Hakikat Gaya Bahasa...................................................................................16

a. Pengertian Gaya Bahasa...........................................................................16

b. Jenis-jenis Gaya Bahasa………………………………....………….......18

c. Manfaat Gaya Bahasa………………………………...................….…...25

3. Pengajaran Apresiasi Puisi di Sekolah…………...……….......……..….....26

B. Hasil Penelitian yang Relevan..........................................................................32

BAB III METODE PENELITIAN....................................................................34

A. Metode Penelitian ........................................................................................... 34

Page 12: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

vi

B. Sumber Data ....................................................................................................35

C. Teknik Pengambilan Sampel............................................................................36

D. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................................39

E. Teknik Analisis Data........................................................................................40

BAB IV PEMBAHASAN

A. Deskripsi Temuan Penelitian...........................................................................43

B. Hasil Analisis Data...........................................................................................55

C. Penafsiran dan Uraian Penelitian.....................................................................56

D. Implikasi terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah........................................64

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ..........................................................................................................67

B. Saran.................................................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR UJI REFERENSI

LAMPIRAN

Page 13: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

2. Lembar kerja siswa (LKS)

3. Surat bimbingan skripsi

4. Sampul buku kumpulan puisi Hujan Bulan Juni

5. 25 naskah puisi Hujan Bulan Juni

6. Riwayat hidup penulis

Page 14: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran sastra di sekolah merupakan satu kesatuan yang terintegrasi

dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Banyak manfaat yang dipetik dengan

mempelajari sastra, seperti yang dikatakan oleh Horatius ‘Dulce et Utile’.

Ungkapan yang berarti menyenangkan dan bermanfaat ini, berkaitan dengan

segala aspek hiburan yang diberikan dan segala pengalaman hidup yang

ditawarkan oleh sastra.

Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan–tangan kreatif yang merupakan

penjabaran kehidupan yang terjadi di muka bumi ini baik masa lalu maupun kini.

Karya sastra pada dasarnya adalah hasil renungan sastrawan untuk

mengungkapkan apa yang dilihat, dirasa, dipikirkan, didengar, disentuh ataupun

yang dicium secara imajinatif dengan menggunakan medium bahasa. Dalam

konteks ini sastra adalah hasil imajinatif kreatif yang tidak terlepas dari

kenyataan empirik pengarangnya.1

Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

segi kehidupannya tidak saja merupakan suatu media untuk menampung dan

menyampaikan ide, teori atau sistem berpikir, tetapi juga harus mampu

melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan

keindahan manusia. Di samping itu, sastra harus pula mampu menjadi wadah

penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang

kehidupan umat manusia.2

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa bahasa adalah media sastra.

Sebagai media, fungsi bahasa dalam sastra pun mengemban fungsi utamanya

yaitu fungsi komunikasi. Bahasa dalam seni sastra dapat disamakan dengan cat

dalam seni lukis. Keduanya merupakan unsur bahan, alat, sarana yang diolah

untuk dijadikan sebuah karya yang mengandung “nilai lebih” daripada bahasa,

1Ahmad Bahtiar, Metode Penelitian Sastra, (Jakarta: Pustaka Mandiri, 2011), h. 35.

2M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 8.

Page 15: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

2

deretan kata, namun unsur “kelebihan”nya itu pun hanya dapat diungkap dan

ditafsirkan melalui bahasa. Jika sastra dikatakan ingin menyampaikan sesuatu,

mendialogkan sesuatu, sesuatu tersebut hanya dapat dikomunikasikan lewat

sarana bahasa.3

Dasar penggunaan bahasa dalam sastra bukan sekedar paham, tetapi yang

lebih penting adalah keberdayaan pilihan kata itu mengusik dan meninggalkan

kesan kepada sensitifitas pembaca.4 Salah satu genre sastra yang sangat

menitikberatkan pada persoalan pilihan kata adalah puisi. Karya sastra puisi

merupakan ungkapan perasaan penyair yang diungkapkan dalam pilihan kata

yang cermat dan tepat sehingga bernilai estetis. Para penyair memilih kata-kata

yang bermakna kias atau menggunakan makna lambang. Kata-kata diberi makna

baru dan yang tidak bermakna diberi makna menurut kehendak penyair karena

itulah kata-kata dalam puisi seringkali mengandung makna lain dari makna

sebenarnya.

Dalam menulis puisi, penyair sangat cermat ketika memilih kata-kata sebab

kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam

rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan

kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.5 Oleh sebab itu, di samping memilih

kata yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan kata dan kekuatan yang

ditimbulkannya. Cara menyusun urutan kata-kata itu bersifat khas karena penyair

yang satu berbeda caranya dengan penyair yang lain. Kekhasan tersebut sangat

penting untuk kekuatan ekspresi juga menunjukkan ciri khas.

Masalah pemilihan kata dalam puisi tidak terlepas dari struktur kebahasaan

puisi yang memanfaatkan gaya bahasa untuk memperjelas apa yang ingin

dikemukakan. Penggunaan stile, (style, gaya bahasa, majas) dalam puisi akan

memengaruhi gaya dan keindahan bahasa karya tersebut. Majas secara tradisional

dapat disamakan dengan gaya bahasa. Sebaliknya, menurut teori sastra

3 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,

2005), h. 272.

4Semi, op. cit., h. 13.

5Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Erlangga, 1995), h. 72.

Page 16: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

3

kontemporer majas hanyalah sebagian kecil dari gaya bahasa.6 Dengan kalimat

lain dapat dikatakan bahwa gaya bahasa lebih luas dari majas. Penggunaan gaya

bahasa menyebabkan puisi menjadi prismatis yang artinya memancarkan banyak

makna. Selain itu, gaya bahasa juga digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu

dengan cara yang tidak biasa sehingga akan memberikan kesan kemurnian,

kelembutan, keindahan, kadang-kadang bahkan mengejutkan. Kesan yang

demikian, misalnya dapat kita rasakan ketika membaca kumpulan puisi Hujan

Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.

Hujan Bulan Juni pertama kali diterbitkan oleh Grasindo, tahun 1994, berisi

sepilihan sajak yang ditulis pada rentang waktu tahun 1964 sampai 1994. Sajak-

sajak itu berasal dari beberapa buku puisi, yakni Duka-Mu Abadi (1969), Mata

Pisau (1974), Akuarium (1974), dan Perahu Kertas (1984). Di samping itu ada

sejumlah sajak yang belum pernah dimuat dalam buku puisi Sapardi sebelumnya.

Hujan Bulan Juni sudah dicetak ulang beberapa kali, dan setiap kali cetak ulang

ada sedikit perubahan yang berupa koreksi, penambahan atau pengurangan sajak.

Buku cetakan kedua terbitan PT Gramedia ini pun mengalami perubahan,

terutama yang menyangkut jumlah dan waktu penulisannya. Secara keseluruhan,

kumpulan puisi ini berisi 102 judul puisi.

Membaca Hujan Bulan Juni tentu tidak terlepas dari pengarangnya, yaitu

Sapardi Djoko Damon. Sapardi dilahirkan di Solo sebagai anak pertama dari

pasangan Sadyoko dan Sapariah, 20 Maret 1940. Ia tinggal di Ngadijayan, kira-

kira 500 meter dari rumah Rendra.7 Pendidikan yang dijalaninya adalah SR

Kraton “Kasatriyan”, Baluwarti, Solo. Setelah tamat SR, Sapardi melanjutkan ke

SMPN II Solo. Kemudian lanjut ke SMA dan kuliah di Fakultas Sastra dan

Kebudayaan, UGM, Jurusan Sastra Inggris. Dia juga pernah memperdalam

pengetahuan tentang humanities di University of Hawaii tahun 1970-1971.8

6Nyoman Kutha Ratna, Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009), h. 164.

7 Bakdi Soemanto, Sapardi Djoko Damono Karya dan Dunianya, (Jakarta: PT Grasindo,

2006), h. 1.

8 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Ensiklopedi Sastra Indonesia Modern,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 225.

Page 17: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

4

Sapardi menulis puisi sejak tahun 1957 ketika masih menjadi murid SMA

tetapi baru menerbitkan buku puisi pertama, Duka-Mu Abadi, tahun 1969.

Beberapa buku puisinya yang kemudian terbit adalah Mata Pisau, Akuarium,

Perahu Kertas, Sihir Hujan, hujan Bulan Juni, Arloji, Ayat-ayat Api, Mata

Jendela, Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro?, Kolam, Namaku Sita, dan

Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita.

Buku fiksi yang telah dibukukan adalah Pengarang Telah Mati, Pengarang

Belum Mati, dan Pengarang Tak Pernah Mati; ketiga cerita itu kemudian

disatukan dalam Trilogi Soekram. Sejak tahun 1978 Sapardi telah menerbitkan

sejumlah buku nonfiksi. Sajak-sajaknya telah diterjemahkan ke dalam beberapa

bahasa. Sejumlah sajak dan esainya dibukukan dalam bahasa Jepang di Tokyo

tahun 1986. Pada 1998 sampai dengan 2012 terjemahan sejumlah sajaknya dalam

bahasa Inggris terbit.9 Sapardi juga menerjemahkan karya sastra dunia. Sejumlah

penghargaan telah diterima Sapardi, salah satunya adalah penghargaan dari

Akademi Jakarta untuk pencapaiannya di bidang kebudayaan pada tahun 2012.

Sapardi dikenal sebagai tokoh imajis dengan puisi-puisi naratif. Puisinya

menskemakan imaji-imaji manusia secara simbolis atau alegoris.10

Menikmati

puisi Sapardi akan membawa pembaca kepada pengalaman bertualang di dalam

jagat kata yang sulit dicarikan tandingannya.11

Terkait dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah

memahami gaya bahasa tidak hanya membuat siswa terampil berbahasa tetapi

juga dapat memudahkan siswa untuk memahami dan menghayati karya sastra,

khususnya puisi. Dengan demikian diharapkan siswa dapat lebih mengenal,

memeroleh kenikmatan menggauli puisi, bahkan memeroleh kesadaran yang

lebih baik terhadap diri sendiri, orang lain, serta kehidupan sebagai upaya

pembentukan watak baik. Namun kenyataannya, pembelajaran mengenai gaya

bahasa ini masih kurang mendapat perhatian, guru biasanya hanya menyisipkan

9 Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013), h.

119.

10

Riris K. Toha-Sarumpaet dan Melani Budianta (ed.). Membaca Sapardi, (Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia, 2010), h. 56.

11

Soemanto, op. cit., h.96.

Page 18: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

5

dan mengenalkan materi ini sekedarnya, tidak menjadikan pembelajaran ini

sebagai salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa, sementara itu dalam

kurikulum pembelajaran apresiasi puisi, siswa diminta untuk dapat menulis puisi

dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai dan dengan memerhatikan unsur

persajakan, mampu mengenali ciri-ciri umum puisi dari buku antologi puisi,

mampu menganalisis unsur-unsur syair dan mampu menjawab soal ujian nasional

yang terkait dengan gaya bahasa. Hasilnya, ketercapaian mereka dalam

pembelajaran apresiasi puisi kurang memuaskan karena kurangnya pengetahuan

dan pemahaman siswa tentang gaya bahasa.

Berdasarkan latar belakang itulah, penulis ingin mendeskripsikan gaya

bahasa yang terdapat dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi

Djoko Damono dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di sekolah.

B. Identifikasi Masalah

Mengacu pada latar belakang yang telah dituliskan, maka masalah penelitian

yang muncul sebagai berikut.

1. Lemahnya pengajaran puisi di sekolah terkait dengan gaya bahasa.

2. Kurangnya pengetahuan siswa tentang macam-macam gaya bahasa.

3. Kurangnya pemahaman siswa tentang gaya bahasa dalam puisi.

C. Pembatasan Masalah

Setelah mengidentifikasi masalah, penulis akan membatasi permasalahan

pada dua hal berikut.

1. Penelitian ini akan mendeskripsikan gaya bahasa yang terdapat dalam

kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.

2. Penelitian ini akan mendeskripsikan implikasi penggunaan gaya bahasa

yang terdapat dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi

Djoko Damono terhadap pembelajaran sastra di SMP.

Page 19: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

6

D. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalahnya sebagai berikut.

1. Bagaimana deskripsi gaya bahasa dalam kumpulan puisi Hujan Bulan

Juni karya Sapardi Djoko Damono?

2. Bagaimana implikasi penggunaan gaya bahasa yang terdapat dalam

kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono terhadap

pembelajaran sastra di SMP?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan gaya bahasa dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni

karya Sapardi Djoko Damono.

2. Mendeskripsikan implikasi penggunaan gaya bahasa yang terdapat dalam

kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono terhadap

pembelajaran sastra di SMP.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas khasanah ilmu

pengetahuan bidang bahasa dan sastra Indonesia sehingga dapat menjadi

acuan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk pembentukan karakter.

2. Manfaat praktis

Hasil analisis ini diharapkan berguna bagi.

a. Guru, sebagai bahan pengajaran puisi dan gaya bahasa.

b. Penulis, untuk menambah khasanah pengetahuan tentang puisi karya

Sapardi Djoko Damono dan gaya bahasa yang digunakannya.

Page 20: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

7

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Acuan Teori

1. Hakikat Puisi

a. Pengertian puisi

Poerwadarminta mengartikan puisi sebagai karangan kesusastraan

yang berbentuk sajak (syair, pantun, dsb).1 Damono dalam Soemanto

memberikan pandangan tentang puisi, yaitu “Puisi, bagi saya adalah hasil

upaya manusia untuk menciptakan dunia kecil dan sepele dalam kata, yang

bisa dimanfaatkan untuk membayangkan, memahami, dan menghayati

dunia yang lebih besar dan lebih dalam.”2

Mulyana dalam Semi menyatakan bahwa puisi adalah sintesis dari

pelbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan

pelbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamannya, tersusun

dengan sistem korespondensi dalam salah satu bentuk.3 Lain halnya dengan

Reeves dalam Waluyo memberikan batasan yang berhubungan dengan

struktur fisik puisi dengan menyatakan bahwa puisi adalah ekspresi bahasa

yang kaya dan penuh pikat.4

Tarigan dalam Djojosuroto memberikan definisi lain tentang puisi,

menurutnya puisi adalah hasil seni sastra yang kata-katanya disusun

menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dari kata-

kata.5 Kemudian dalam buku yang sama Dickenson mengatakan kalau aku

1W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h.

105.

2Bakdi Soemanto, Sapardi Djoko Damono Karya dan Dunianya, (Jakarta: PT Grasindo, 2006),

h. 50.

3M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 93.

4Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Erlangga, 1995), h. 72.

5Kinayati Djojosuroto dan Noldy Pelenkahu, Teori dan Pemahaman Apresiasi Puisi,

(Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009), h. 21.

Page 21: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

8

membaca sesuatu dan dia membuat tubuhku begitu sejuk, sehingga tiada

api yang bisa memanaskan aku, maka aku tahu bahwa itu adalah puisi.6

Pendapat lain dari Ralph Waldo Emerson mengatakan bahwa puisi

merupakan upaya abadi untuk mengekspresikan jiwa sesuatu, untuk

menggerakkan tubuh yang kasar dan mencari kehidupan dan alasan yang

menyebabkannya ada.7

Dari beberapa pengertian tersebut maka interpretasi penulis tentang

puisi adalah salah satu hasil seni sastra yang merupakan ekspresi jiwa

pengarangnya dengan menggunakan bahasa yang indah.

b. Jenis-jenis puisi

1) Berdasarkan periodisasi puisi, yaitu.8

a) Puisi Lama

Jenis-jenis puisi lama antara lain.

(1) Mantra

Mantra merupakan puisi tertua di Indonesia yang kata-

katanya mengandung kekuatan gaib. Hal ini dianggap dapat

mempermudah untuk berhubungan dengan Tuhan, dewa-dewi

ataupun penguasa alam. Mantra hanya boleh diucapkan oleh

orang tertentu, pada waktu dan tempat yang tertentu pula karena

mantra sering dianggap sakral.

Contoh.

Mantra yang diucapkan pada masa menabur benih.

Sri Dongamala, Sri Dongamala

Hendak kirim anak sembilan bulan,

Segala inang, segala pengasuh,

Jangan beri sakit, jangan beri demam,

Jangan beri ngilu dan pening

Kecil menjadi besar,

Tua menjadi muda

Yang tak kejap diperkejap

Yang tak sama dipersama

Yang tak hijau diperhijau

6Ibid., h. 22.

7Ibid.

8Ibid., h. 153.

Page 22: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

9

Yang tak tinggi dipertinggi,

Hijau seperti air laut,

Tinggi seperti bukit kap

(2) Bidal

Bidal adalah susunan kalimat puisi singkat yang

mengandung kiasan. Dipergunakan untuk menyatakan sesuatu

tidak secara berterus terang, melainkan melalui sindiran ataupun

perlambang. Jenis bidal mencakup peribahasa, pepatah, tamsil,

perumpamaan, ibarat, serta pemeo. Seluruh jenis tersebut

dinyatakan dalam kalimat-kalimat singkat.

Contoh bidal yang termasuk jenis tamsil.

Ada ubi ada talas, ada budi ada balas

(3) Pantun dan Karmina

Pantun memiliki syarat-syarat sebagai berikut, terdiri atas

8-12 suku kata, tiap bait terdiri atas 4 larik, 2 larik pertama

merupakan sampiran, sedangkan 2 larik berikutnya merupakan isi,

dan bersajak sengkelang a-b-a-b.

Contoh.

Lihatlah semut sedang berbaris

Mengangkat nasi bergotong-royong

Marilah adik jangan menangis

Mendekat sini abang’kan tolong

(4) Talibun

Talibun termasuk jenis pantun yang jumlah lariknya selalu

genap, dengan jumlah minimal 6 larik dalam 1 bait. Seperti

layaknya pantun, talibun juga terdiri atas sampiran dan isi yang

masing-masing setengah bagian. Apabila sebuah talibun terdiri

atas 6 larik, maka 3 larik pertama merupakan sampiran. Talibun

bersajak selang a-b-c-a-b-c atau a-b-c-d-a-b-c-d.

Page 23: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

10

Contoh.

Di kala katak tersepak pelita

Menarilah kuda di batu akik

Dikejar teledu terkena pahat

Jika hendak anak sempurna

Carilah di guru cerdik

Mengajar ilmu dunia akhirat

(5) Seloka

Seloka adalah puisi yang susunan kalimatnya berisi nasihat,

sindiran ataupun seloroh. Tiap bait seloka terdiri atas 4 larik.

Perbedaannya dengan pantun adalah seloka bersajak akhir sama a-

a-a-a. Ada sebagian pakar yang berpendapat bahwa seloka

merupakan pantun berkait.

Contoh.

Taman melatih di rumah-rumah

Ubur-ubur sampingan dua

Kalau mati kita bersama

Satu kubur kita berdua

Ubur-ubur sampingan dua

Taman melatih bersusun tangkai

Satu kubur kita berdua

Kalau boleh bersusun bangkai

(6) Gurindam

Gurindam adalah susunan kalimat yang berisi nasihat atau

petuah, yang setiap baitnya terdiri dari 2 larik. Larik pertama

merupakan sebab, sedangkan larik kedua merupakan akibat.

Biasanya gurindam terdiri dari kalimat majemuk yang kemudian

dibagi menjadi 2 larik bersajak induk kalimat dan anak kalimat.

Kebanyakan gurindam bersajak sempurna a-a, namun ada

pula yang bersajak paruh a-b. Penyair gurindam yang sangat

terkenal adalah Raja Ali Haji, dengan karyanya yang berjudul

Gurindam XII.

Page 24: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

11

Contoh.

Apabila terpelihara mata,

sedikitlah cita-cita.

(7) Syair

Syair adalah susunan kalimat yang dipergunakan untuk

melukiskan atau menceritakan sesuatu yang mengandung unsur

mitos ataupun sejarah. Ciri sebuah syair terdiri atas 4 larik, yang

setiap lariknya terdiri atas 8-12 suku kata. Bersajak sama a-a-a-a,

serta tidak memiliki sampiran. Keempat larik syair merupakan

suatu rangkaian cerita yang utuh yang menggambarkan isi.

Biasanya syair tidak hanya terdiri atas 1 bait karena syair

berbentuk cerita. Penggubah syair yang terkenal di Indonesia

diantaranya bernama Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dengan

Syair Perihal Singapura Dimakan Api dan Hamzah Fansuri dengan

Syair Perahu, dan Syair si Burung Pingai.

b) Puisi Baru

(1) Berdasarkan bentuk ada 8 jenis, yaitu.9

(a) Distichon, puisi yang terdiri atas 2 larik dalam 1 bait

atau sajak 2 seuntai.

Contoh.

Hang Tuah

Bay berpuput alun digulung

Banyu direbut buih dibubung

Selat Malaka ombaknya memecah

Pukul-pukul belah membelah

Dan seterusnya (Amir Hamzah)

9Ibid., h. 170.

Page 25: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

12

(b) Terzina, sajak 3 seuntai.

Contoh.

Di mana tempat cinta sejati....?

Bukan di rimba lebat dan sunyi

Bukan di puncak bukit yang tinggi

Bukan di pinggir samudera yang sepi

Jangan dicari di tempat memuja

Di kuil tempat membakar dupa

Di dalam gua tempat bertapa

(c) Quatrain, sajak 4 seuntai.

Contoh.

Kemuning

Kubuka jendela kutinjau ke luar

Hawa sejuk masuk ke dalam

Lega hatiku sukmaku segar

Menghirup udara merenung alam

Pohon kemuning sedang berkembang

Memutih bunganya bergerak di tanah,

Ada yang rontok ada yang kembang

Semerbak wangi mengharum tanah

Dan seterusnya (Karim Halim)

(d) Quint, sajak 5 seuntai.

Contoh.

Hanya Kepada Tuan

Satu-satunya perasaan

Yang saya rasakan

Hanya dapat saya katakana

Kepada Tuan

Yang pernah merasakan

Satu-satunya kegelisahan

Yang saya resahkan

Hanya dapat saya kisahkan Kepada Tuan,

Yang pernah diresah kegelisahan

Dan seterusnya (Omar Mandank)

Page 26: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

13

(e) Sextet, sajak 6 seuntai.

Contoh.

Tanah Air

Tersenyumlah Tuan tanah airku

Fajar tersingit di tepi langit

Alamat surya terang cuaca

Inilah kami bersusun bahu

Rela berjuang menempuh sulit

Menjunjung Tuan ke puncak jaya

(M.Moh. Yamin)

(f) Septima, sajak 7 seuntai.

Contoh.

Langit

Terang cuaca langit lazuardi

Biru jernih bagai tak berisi

Meninggi jauh, menurun dalam

Melawas melingkungi alam

Meskipun tak tampak, tahulah kita

Langit menyimpan bintang berjuta

Bergerak dinamis, getar senantiasa

(Intojo)

(g) Stanza, sajak 8 seuntai.

Contoh.

Pertanyaan anak kecil

Hai kayu-kayuan dan daun-daunan!

Mengapakah kamu bersenang-senang?

Tertawa-tawa bersuka-sukaan

Oleh angin dan terbang, senang

Adakah angin tertawa dengan kamu?

Bercerita bagus menyenangkan hati?

Aku tidak mengerti kesukaan kamu

Mengapa kamu tertawa-tawa?

(M.R. Dajoh)

Page 27: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

14

(h) Soneta, sajak 14 larik yang biasanya dibagi menjadi 4

bait.

Contoh.

Menyesal

Pagiku hilang sudah melayang

Hari mudaku sudah pergi

Sekarang petang datang membayang

Batang usiaku sudah tinggi

Aku lalai di hari pagi

Beta lengah di masa muda

Kini hidup meracun hati

Miskin ilmu, miskin harta

Ah, apa gunanya kusesalkan

Menyesal tua tiada berguna

Hanya menambah luka sukma

Kepada yang muda kuharapkan

Atur barisan dihari pagi

Menuju ke arah padang baktil

(Ali Hasymi)

(2) Berdasarkan ekspresi, antara lain.

(a) Puisi Naratif adalah puisi yang mengungkapkan cerita atau

penjelasan penyair.

(b) Puisi Lirik adalah puisi yang mengandung curahan rasa

dan suasana hati, sebagai cetusan isi hati penyairnya.

Puisi-puisi Sapardi Djoko Damono termasuk ke dalam

jenis puisi lirik.

(c) Puisi Deskriptif adalah puisi yang memaparkan suatu

keadaan atau peristiwa yang menarik minat penyair.

(d) Puisi Kamar adalah puisi yang cocok dibaca sendirian di

dalam kama r.

(e) Puisi Auditorium adalah puisi yang cocok dibaca di

pentas, memerlukan banyak orang pendengar.

(f) Puisi Epik adalah puisi yang mengandung unsur-unsur

epik, cerita kepahlawanan, legenda, dan sejarah.

Page 28: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

15

(3) Berdasarkan isi, antara lain.

(a) Balada adalah puisi cerita yang berakhir dengan

kesedihan.

(b) Romans adalah puisi romantik, percintaan.

(c) Elegi adalah puisi ratapan.

(d) Himne adalah puisi pujian untuk menghormati dewa,

Tuhan, pahlawan atau almamater.

(e) Ode adalah puisi yang mengandung pujian terhadap

seseorang atau sesuatu yang dianggap luhur.

(f) Satire adalah puisi yang mengandung sindiran tajam

terhadap situasi masyarakat.

(g) Serenada adalah puisi percintaan yang bisa

dinyanyikan.

(4) Puisi Kontemporer, yaitu.

(a) Puisi Mantra adalah puisi yang menggunakan unsur-

unsur pokok kekuatan mantra.. Puisi mantra bukanlah

mantra, namun puisi kontemporer yang mengambil

sifat-sifat mantra seperti pada puisi Sutardji Calzoum

Bachri.

(b) Puisi Mbeling adalah puisi yang berciri utama kelakar.

Tipografi sangat dimanfaatkan untuk mencapai suatu

efek yang diharapkan. Kebanyakan puisi mbeling

sekedar mengajak pembaca berkelakar. Ada pula yang

berisi kritik terhadap kehidupan masyarakat, tetapi

disampaikan dengan cara berkelakar pula.

(c) Puisi Konkret dinamai pula puisi gambar. Puisi

konkret menggunakan komunikasi nonverbal, tanpa

adanya usaha penyair agar pembaca atau penikmat

mampu memahaminya.

Page 29: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

16

2) Berdasarkan gaya penulisan, yaitu.

a) Puisi Diafan adalah puisi yang mudah ditangkap, mudah dicerna

maknanya.

b) Puisi Prismatis adalah puisi yang kelihatannya sulit dipahami

tapi setelah dibaca berulang-ulang, akhirnya bisa ditangkap

maknanya.

c) Puisi Hernetis adalah puisi yang sulit dipahami maknanya.

2. Hakikat Gaya Bahasa

a. Pengertian Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan

efek dengan jalan memperkenalkan atau membandingkan suatu benda atau

hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.10

Gaya bahasa

dalam sastra dapat disebut dengan istilah stilistika.11

Secara etimologis

stylistics berhubungan dengan kata style, artinya gaya, sedangkan stylistics

dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang gaya.12

Stilistika adalah ilmu

pemanfaatan bahasa dalam karya sastra.13

Gaya bahasa menurut Enkvist

dalam Endaswara memiliki enam pengertian, yaitu:

(a) Bungkus yang membungkus inti pemikiran atau pernyataan

yang telah ada sebelumnya, (b) pilihan di antara beragam pernyataan

yang mungkin, (c) sekumpulan ciri kolektif, (d) penyimpangan norma

atau kaidah, (e) sekumpulan cirri pribadi, dan (f) hubungan antara

satuan bahasa yang dinyatakan dalam teks yang lebih luas daripada

kalimat. Yang penting harus dipahami, gaya bahasa adalah sebuah

style as choise, style as meaning, and style as tension between meaning

and form.14

Gaya merupakan cara yang digunakan pengarang dalam memaparkan

gagasan sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapainya. Dalam

kreasi penulisan sastra, efek tersebut terkait dengan upaya pemerkayaan

10Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Gaya Bahasa, (Bandung: Angkasa Bandung, 2009), h. 4.

11

Atmazaki, Ilmu Sastra Teori dan Terapan, (Padang: Angkasa Raya, 1990), h. 93.

12

Suwardi Endaswara, Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi,

(Yogyakarta: MedPress, 2008), h. 71.

13

Ibid.

14

Ibid.

Page 30: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

17

makna, penggambaran objek dan peristiwa secara imajinatif, maupun

pemberian efek emotif tertentu bagi pembacanya.15

Hal senada

diungkapkan oleh Abrams dalam Nurgiyantoro bahwa stile, (style, gaya

bahasa) adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana

seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan.16

Secara ringkas Sukada dalam Djojosuroto telah merangkum sejumlah

pendapat dalam kaitannya dengan gaya bahasa. Di bawah ini dikemukakan

beberapa pendapat yang secara khas berkaitan dengan Stilistika.

Stilistika, dari stilus (Latin), secara leksikal berarti: a) suatu alat

berujung runcing untuk menulis di atas bidang atau kertas yang

berlapis lilin, b) hal-hal yang berkaitan dengan karang-mengarang, c)

karya sastra, d) gaya bahasa. Dalam perkembangan selanjutnya,

sebagai style, lebih banyak mengacu pada gaya sebagaimana

dimaksudkan dalam bidang linguistik, sedangkan stilistika diartikan

sebagai ilmu tentang gaya bahasa, yang secara khusus dikaitkan

dengan karya sastra. Melalui etimologi di atas timbul beberapa

definisi stilistika, yaitu: a) ilmu tentang gaya bahasa, b) ilmu

interdispliner antara linguistik dan kesusatraan, c) penerapan kaidah-

kaidah linguistik dalam penelitian gaya bahasa, d) ilmu yang

menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra, dan e) ilmu yang

menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra, dengan

mempertimbangkan aspek keindahannya. Dalam pembicaraan ini

pengertian dan definisi terakhirlah yang dianggap relevan sebab gaya

bahasa terutama dikaitkan dengan aspek keindahan yang terkandung

dalam karya sastra.17

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa gaya bahasa adalah

bahasa indah yang berjiwa yang digunakan pengarang untuk

mengungkapkan sesuatu dalam karyanya baik itu dalam prosa maupun

puisi dengan membandingkan sesuatu hal dengan sesuatu yang lain

sehingga menimbulkan atau meningkatkan efek tertentu.

15

Aminuddin, Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra, (Semarang: IKIP

Semarang Press, 1995), h. v.

16

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,

2005), h. 276.

17

Djojosuroto. op. cit., h. 310.

Page 31: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

18

b. Jenis-jenis Gaya Bahasa

Gaya bahasa dapat dikategorikan dalam berbagai cara. Lain penulis

lain pula klasifikasi yang dibuatnya. Tarigan membagi ragam gaya bahasa

menjadi empat kelompok yaitu gaya bahasa perbandingan, pertentangan,

pertautan, dan perulangan.18

Lain lagi dengan Fananie yang membagi gaya

bahasa dengan berdasarkan struktur kalimat, retoris, dan kiasan atau

perbandingan.19

Berikut adalah klasifikasi berdasarkan Tarigan.

1) Gaya Bahasa Perbandingan

Yang termasuk ke dalam gaya bahasa perbandingan antara lain.

a) Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada

hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama.

Contoh: Seperti air di daun keladi.

b) Metafora adalah pemakaian kata-kata bukan arti yang

sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan

persamaan atau perbandingan. Dalam metafora tidak dipakai

kata-kata seperti, bagai, dan laksana.

Contoh: Gadis itu adalah bunga yang sedang mekar.

c) Personifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat

insan kepada benda yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak.

Contoh: Pepohonan tersenyum riang.

d) Depersonifikasi adalah gaya bahasa yang membendakan manusia

dan biasanya terdapat dalam kalimat pengandaian yang secara

eksplisit memanfaatkan kata kalau dan sejenisnya sebagai

penjelas gagasan.

Contoh: Kalau dikau samudra, daku bahtera.

e) Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang;

merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan.

Fabel dan parabel merupakan alegori-alegori singkat.

Contoh: Kancil dengan kura-kura dan cerita Yusuf.

18Tarigan, op. cit., h. 6.

19Zainuddin Fananie, Telaah Sastra, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002), h. 29.

Page 32: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

19

f) Antitesis adalah gaya bahasa yang mengadakan komparasi antara

dua antonim yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik

yang bertentangan.

Contoh: Kecantikannyalah yang mencelakakannya.

g) Pleonasme atau Tautologi adalah pemakaian kata yang mubazir,

yang sebenarnya tidak perlu.

Contoh: Mereka mendengar fitnahan itu dengan telinga

mereka sendiri.

h) Koreksi atau Epanortosis adalah gaya bahasa yang berupa

penegasan sesuatu tapi kemudian diperbaiki atau dikoreksi.

Contoh: Kepala sekolah baru pulang dari Sulawesi Utara,

maaf bukan, dari Sumatera Utara.

2) Gaya Bahasa Pertentangan

a) Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan

yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya

dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau

situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan

pengaruhnya.

Contoh: Sempurna sekali, tiada kekurangan sesuatu apa pun buat

pengganti baik atau cantik.

b) Litotes adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang

dikurangi dari kenyataan yang sebenarnya, misalnya untuk

merendahkan diri.

Contoh: Anak itu sama sekali tidak bodoh.

c) Ironi adalah gaya bahasa yang mengimplikasikan sesuatu yang

nyata yang berbeda, bahkan seringkali yang bertentangan dengan

yang sebenarnya.

Contoh: Bagusnya rapot si Andi ini, banyak benar angka

merahnya.

d) Paronomasia adalah gaya bahasa yang berisi penjajaran kata-kata

yang berbunyi sama tetapi bermakna lain.

Page 33: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

20

Contoh: Oh adinda sayang, akan kutanam bunga tanjung di pantai

tanjung hatimu.

e) Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu.

Contoh: Fridolin Ukur “ cerita kosong”

f) Paradox adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang

nyata dengan fakta-fakta yang ada.

Contoh: Dia kedinginan di tengah kota Jakarta yang panas.

g) Klimaks adalah urutan pikiran yang semakin lama semakin

mengandung penekanan.

Contoh: Setiap guru yang berdiri di depan kelas harus mengetahui,

memahami, serta menguasai bahan yang diajarkannya.

h) Antiklimaks adalah gaya bahasa yang berisi gagasan-gagasan yang

diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang

kurang penting.

Contoh: Dia memang raja uang di daerah ini, seorang budak hawa

nafsu dan keserakahan.

i) Histeron proteron adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan

dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar.

Contoh: Dia membaca cerita itu dengan cepat dengan cara

mengejanya kata demi kata.

j) Hipalase adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari suatu

hubungan alamiah antara dua komponen gagasan.

Contoh: Ia duduk pada sebuah bangku yang gelisah (yang gelisah

adalah ia, bukan bangku).

k) Sinisme adalah gaya bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk

kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan

ketulusan hati.

Contoh: Tidak dapat disangkal lagi bahwa bapaklah orangnya,

sehingga keamanan dan ketentraman di daerah ini akan ludes

bersamamu.

l) Sarkasme adalah gaya bahasa yang mengandung olok-olok atau

Page 34: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

21

sindiran pedas dan menyakiti hati.

Contoh: Mulutmu harimaumu.

3) Gaya Bahasa Pertautan

a) Metonimia adalah gaya bahasa yang memakai nama ciri atau

nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang atau hal

sebagai penggantinya.

Contoh: Dalam pertandingan kemarin saya hanya mendapat

perunggu sedangkan teman saya emas.

b) Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama bagian

sebagai pengganti nama keseluruhan, hal ini disebut pars prototo,

atau menggunakan keseluruhan untuk sebagian, yang disebut

totem pro parte.

Contoh: Setiap tahun semakin banyak mulut yang harus diberi

makan di tanah air kita ini.

c) Eufimisme adalah gaya bahasa yang mengandung nama

seseorang yang begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu

sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu.

Contoh: Tuna aksara pengganti buta huruf.

d) Eponim adalah gaya bahasa yang mengandung nama seseorang

yang begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga

nama dipakai untuk menyatakan sifat itu.

Contoh: Hercules menyatakan kekuatan.

e) Epitet adalah gaya bahasa yang mengandung haluan yang

menyatakan suatu sifat atau ciri khas dari seseorang atau suatu hal.

Contoh: Lonceng pagi bersahut-sahutan di desa terpencil ini

menyongsong mentari bersinar menerangi alam. (lonceng pagi =

ayam jantan).

f) Antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan gelar resmi

atau jabatan sebagai pengganti nama diri.

Contoh: Rakyat mengharapkan agar Yang Mulia dapat menghadiri

upacara itu.

Page 35: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

22

g) Erotesis adalah gaya yang berupa pertanyaan yang dipergunakan

dalam tulisan atau pidato yang bertujuan untuk mencapai efek

yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar dan sama sekali

tidak menuntun suatu jawaban.

Contoh: Apakah sudah wajar bila kesalahan atau kegagalan itu

ditimpakan seluruhnya kepada guru.

h) Paralelism adalah gaya bahasa yang berusaha mencapai dalam

pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang

sama dalam bentuk gramatikal yang sama.

Contoh: Baik kaum pria maupun wanita mempunyai kewajiban

dan hak yang sama secara hukum.

i) Elipsis adalah gaya bahasa yang di dalamnya terjadi penghilangan

salah satu atau beberapa unsur penting dalam kontruksi sintaksis

yang lengkap.

Contoh: Mereka ke Jakarta minggu yang lalu (penghilangan

predikat: pergi atau berangkat).

j) Gradasi adalah gaya bahasa yang mengandung suatu rangkaian

atau urutan paling sedikit tiga kata atau istilah yang secara

sintaksis mempunyai suatu atau beberapa ciri semantik secara

umum dan yang diantaranya paling sedkit satu cari diulang-ulang

dengan perubahan-perubahan yang bersifat kuantiatif.

Contoh: Kami berjuang dengan tekad; tekad harus maju; maju

dalam kehidupan; kehidupan yang layak dan baik; baik secara

jasmani dan rohani; jasmani dan rohani yang diridhoi oleh Tuhan

Yang Maha Pengasih.

k) Asindeton adalah gaya bahasa yang berupa acuan dimana

beberapa kata, frase atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan

dengan kata sambung.

Page 36: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

23

Contoh: Hasil utama tanah karo adalah jeruk, nanas, kentang, kol,

tomat, bawang, sayur putih, jagung, padi. (seharusnya ada kata

dan sebelum kata padi).

l) Polisindeton adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari

asindeton yang berupa acuan dimana beberapa kata, frase atau

klausa yang berurutan dihubungkan sama lain dengan kata-kata

sambung.

Contoh: Harga padi dan jagung dan sayur-mayur sangat

menggembirakan para petani tahun lalu.

4) Gaya Bahasa Perulangan

a) Aliterasi adalah gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan

konsonan yang sama.

Contoh: Dara damba daku dan duka dua duka.

b) Asonansi adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berwujud

perulangan bunyi vokal yang sama.

Contoh: Tiada siaga tiada biasa.

c) Antanaklasis adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud

perulangan kata yang sama bunyi dengan makna yang berbeda.

Contoh: Karena buah penanya itu dia pun menjadi buah bibir

masyarakat.

d) Kiasmus adalah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan

sekaligus merupakan inverse antara dua kata dalam satu kalimat.

Contoh: Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang

miskin justru merasa dirinya kaya.

e) Epizeukis adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berupa

perulangan langsung atas kata yang dipentingkan beberapa kali

berturut-turut.

Contoh: Ingat, kamu harus bertobat, bertobat, sekali lagi bertobat

agar dosa-dosamu diampuni oleh Tuhan yang Maha Kuasa dan

Maha Pengasih.

Page 37: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

24

f) Tantoes adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan atas

sebuah kata dalam sebuah kontruksi.

Contoh: Aku menuduh kamu, kamu menuduh aku, aku dan kamu

saling menuduh, kamu dan aku berseteru.

g) Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata

pertama pada setiap baris atau setiap kalimat.

Contoh:

Tanpa iman yang teguh engkau akan mudah terperosok

kedalam jurang kenistaan. Tanpa iman yang teguh engkau akan

mudah tergoda wanita cantik di sekelilingmu. Tanpa iman yang

teguh engkau akan mudah tergoda oleh uang dan harta. Tanpa

iman yang teguh hidupmu tidak akan tentram dan damai lahir

batin.

h) Epistrofa adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berupa

perulangan kata atau frase pada akhir baris atau kalimat

berurutan.

Contoh:

Kemarin adalah hari ini

Besok adalah hari ini

Hidup adalah hari ini

Segala sesuatu buat hari ini

i) Simploke adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berupa

perulangan pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat

berurut urut.

Contoh: Kau katakan aku wanita pelacur. Aku katakan biarlah.

Kau katakan aku wanita mesum. Aku katakan biarlah Kau

katakan aku penuh dosa. Aku katakan biarlah.

j) Mesodilopsis adalah sejenis gaya bahasa repetesi yang berwujud

perulangan kata atau frase di tengah baris atau beberapa kalimat

beruntun.

Page 38: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

25

Contoh:

Para pendidik harus menigkatkan kecerdasan bangsa

Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat

Para petani harus meningkatkan hasil sawah lading

Polisi R.1 harus meningkatkan keamanan umum

Seluruh rakyat harus meningkatkan pembangunan di segala bidang

k) Epanalepsis adalah semacam gaya bahasa repitisi yang berupa

perulangan kata pertama menjadi terakhir dalam kluasa atau

kalimat.

Contoh: Saya akan tetap berusaha mencapai cita-cita saya.

l) Anadiplosis adalah sejenis gaya bahasa repitisi dimana kata atau

frase terakhir dari suatu kluasa atau kalimat menjadi frase pertama

dari kluasa atau kalimat berikutnya.

Contoh:

Dalam raga ada darah

Dalam darah ada tenaga

Dalam tenaga ada daya

Dalam daya ada segala

c. Manfaat Gaya Bahasa

Manfaat penggunaan bahasa figuratif (majas, gaya bahasa) dalam

puisi, antara lain.

(1) bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif; (2)

bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan

dalam puisi; (3) bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas

perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair;

(4) bahasa figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna

yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang

banyak dan luas dengan bahasa yang singkat.20

20Waluyo, op. cit., h. 83.

Page 39: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

26

3. Pengajaran Apresiasi Puisi di Sekolah

Apresiasi melibatkan 3 aspek, yaitu: (1) aspek kognitif, (2) aspek

emotif, serta (3) aspek evaluatif. Aspek kognitif berkaitan dengan

keterlibatan intelektual pembaca dalam upaya memahami unsur-unsur

sastra yang bersifat objektif. Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan

unsur emosi pembaca, dalam upaya memahami unsur-unsur keindahan

dalam teks sastra yang dibacanya, serta berperan memahami unsur-unsur

yang bersifat subjektif. Aspek evaluatif berkaitan dengan kegiatan

memberikan penilaian terhadap indah-tidak indah, baik-buruk, karya sastra

yang dibaca.21

Pada tingkat awal apresiasi puisi barulah berupa penikmatan, yang

hanya akan menghasilkan rasa senang. Misalnya, siswa baru mulai

menyenangi menonton atau mendengarkan pembacaan puisi. Itu sebabnya

kegiatan berpuisi di kelas VII diawali dengan mendengarkan pembacaan

puisi, kemudian siswa diminta untuk memahami puisi melalui identifikasi

unsur-unsur bentuk puisi dan mengungkapkan isi puisi yang didengarnya.

Berikut akan dibahas mengenai pengajaran apresiasi puisi di sekolah

mulai dari materi, proses sampai pada penilaian.

a. Materi

Cakupan materi atau kegiatan apresiasi puisi meliputi 3 kegiatan yaitu.

1) Kegiatan langsung, yang terdiri dari: menanggapi cara pembacaan

puisi (KD. 13.1), merefleksi isi puisi yang dibacakan (KD. 13.2),

membaca indah puisi (KD. 15.1), mengenali ciri-ciri umum puisi

dari buku antologi puisi (KD. 15. 2), dan menganalisis unsur-unsur

syair yang diperdengarkan (KD. 5.1)

2) Kegiatan yang tak langsung yaitu dengan mempelajari teori sastra.

3) Kegiatan kreatif meliputi: menulis pantun (KD. 8.1), puisi (KD.16.1)

dan musikalisasi puisi (KD. 6.2).

21 Tim Penyusun: Jurusan Bahasa Indonesia UNJ, Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Rayon 9 UNJ, (Jakarta: UNJ, 2011), h. 281.

Page 40: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

27

b. Proses Apresiasi Puisi

1) Kegiatan ekspresi lisan

a) Membaca puisi

Proses apresiasi diawali dengan membaca puisi. Pembacaan yang

dilakukan berulang kali, bertujuan agar dapat memahami isi puisi,

memang tidak semua puisi mudah dipahami. Dalam prosesnya di kelas

bila siswa mendapat kesulitan menangkap isi puisi, biasanya guru akan

memberi contoh pemaknaan dengan menerapkan parafrase pada puisi

tersebut. Parafrase adalah menyisipkan kata atau kelompok kata diantara

kata-kata yang telah ada, dengan tujuan mempermudah pemaknaan dan

untuk membedakan puisi asli dengan parafrase, maka parafrase

ditempatkan di dalam kurung, seperti contoh berikut.

Kemanakah (aku harus) pergi

(untuk) mencari (sirna) matahari

Ketika salju (mulai) turun

(sehingga) pepohonan (seperti) kehilangan daun (-daun)

Pendekatan parafrase ini memang merupakan cara termudah,

sehingga sering dipergunakan oleh guru sebagai alat bantu memahami

puisi. Cara lain untuk dapat memahami puisi dapat dijelaskan sebagai

berikut.

(1) Perhatikan judul puisi, pada banyak puisi, judul merupakan tema

sentral yang menggambarkan keseluruhan makna puisi tersebut.

Contohnya puisi PadaMu Jua karya Amir Hamzah, Dari Seorang

Guru kepada Murid-muridnya karya Hartoyo Andang Jaya, dan

Doa karya Chairil Anwar.

(2) Perhatikan kata yang berulang kali di munculkan pada puisi itu,

karena dapat membantu menggambarkan isi puisi.

(3) Berusaha mengetahui siapa akulirik dalam puisi tersebut.

(4) Berusaha mengetahui siapa yang dimaksud dengan kata ganti

orang yang ada di dalamnya.

Page 41: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

28

(5) Jangan memulai penafsiran isi puisi secara terpenggal-penggal

dahulu misalnya kata demi kata, larik demi larik, tetapi bacalah

secara utuh dan di tafsirkan, baru kemudian memahami perbait,

larik, bahkan mungkin kata demi kata.

(6) Mengetahui latar belakang kehidupan penyair sangat membantu

memahami puisi.

Untuk lebih memahami sebuah puisi agar dapat dibaca dengan

penuh penjiwaaan, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan antara

lain.

(1) Bacalah puisi berulang kali dengan bersuara. Pembacaan puisi

untuk dibacakan tentu berbeda dengan jika hanya untuk ditelaah.

(2) Berlatih membaca puisi tanpa suara atau membacanya dalam hati,

merupakan pekerjaan yang salah. Jika tempat dan situasi tidak

memungkinkan bersuara keras, bacalah minimal dengan

menggunakan bibir.

(3) Gunakan kamus untuk memahami kata sulit yang terdapat dalam

puisi.

(4) Lakukan pembacaan puisi pertama kali dengan nada mendatar,

tanpa tekanan, tanpa emosi. Sambil membaca dengarkan suara

anda sendiri, perhatikan sesuatu yang ingin disampaikan puisi

tersebut.

(5) Kenali peran pembaca dalam puisi tersebut.

(6) Bacalah kembali puisi dengan penuh perasaan dan takaran emosi

yang tepat. Puisi dibaca kata demi kata dengan perlahan agar dapat

melahirkan makna yang sarat.

Perlu diingat, tidak semua puisi dicipta untuk dibacakan. Puisi

kontemporer, terutama yang berbentuk puisi konkret, diciptakan untuk

dihayati pembaca bukan dibacakan di depan umum. Pada pembacaan

puisi kontemporer hendaknya dapat melihat sesuatu yang mengesankan,

mendengar suatu yang menarik, dan merasakan sesuatu ynag

menggelitik dalam proses membaca puisi tersebut.

Page 42: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

29

b) Berbalas Pantun

Kegiatan berpantun dapat dilakukan oleh satu orang saja atapun

oleh kelompok berupa berbalas pantun. Kegiatan berpantun yang

dilakukan secara perseorangan biasanya berupa pantun nasihat, pantun

adat, pantun agama, serta pantun dagang. Untuk kegiatan berbalas

pantun dapat menggunakan jenis pantun teka-teki, pantun muda-mudi,

dan lain-lain. Agar kreavitas siswa semakin tinggi, siswa dilatih untuk

sering berpantun secara spontanis. Yang harus mendapat perhatian

ialah perbedaan intonasi pada waktu membaca puisi dengan pada saat

berpantun

c) Musikalisasi Puisi

Untuk menjadi penikmat puisi, dapat dilakukan berbagai bentuk

ekspresi lisan misalnya: membacakan puisi, mendengar pembacaan

puisi, dramatisasi puisi, atau musikalisasi puisi. Musikalisasi

merupakan apresiasi sastra yang berawal dari puisi sebagai ekspresi

tulis, kemudian dibawakan dalam bentuk ekspresi lisan, berlagu pada

seluruh puisi atau hanya sebagian dari puisi tersebut yang dilagukan.

Faktor yang sangat berperan dalam memperindah penyampaian antara

seni musik dengan seni sastra, dalam hal ini puisi. Kelompok

musikalisasi puisi cenderung menggunakan alat musik petik dan

perkusi.

Kerja musikalisasi puisi berawal dari teks puisi, yang dicipta oleh

seorang penyair. Teks puisi tersebut berusaha dipahami hakikatnya,

yang terdiri dari tema, amanat, nada dan perasaan penyair. Setelah itu

barulah unsur musik dimasukkan dan dipadukan dengan puisi, agar

menimbulkan harmoni yang selaras. Unsur musik harus seperti ini

jangan dibalik, dengan lebih dahulu menciptakan nada dan irama

musik kemudian menggabungkannya dengan puisi. Musikalisasi puisi

merupakan kerja kolektif yang menghimpun banyak orang, terdiri dari

seorang atau beberaspa penyanyi, penggubah, pemusik, dan lain-lain.

Page 43: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

30

2) Kegiatan ekspresi tulis

Merupakan kegiatan mencipta ataupun berkreasi menghasilkan

sebuah karya kreatif berupa puisi, pantun ataupun syair.

a) Cipta pantun

Dalam mencipta pantun siswa diminta untuk menulis pantun

sesuai dengan syarat-syarat terbentuknya sebuah pantun. Pantun dibuat

berbait-bait yang setiap baitnya terdiri atas 4 larik. Setiap larik terdiri

atas 8 sampai 12 suku kata. Rima akhir sebait pantun berumus a-b-a-b

disebut bersajak sengekelang/sajak selang. Selain itu perlu

diperhatikan kedua larik pertama merupakan sampiran, sedangkan

kedua larik terakhir yaitu hari ke-3 dan ke-4 merupakan isi pantun.

Nah, syarat-syarat ini haruslah mendapat perhatian utama bagi

pencipta pantun.

Dalam pantun bagian sampiran dengan isi ada yang berhubungan

namun ada pula yang tidak berhubungan sama sekali. Yang

menghubungkan keempat larik tersebut justru terletak pada rima

akhirnya. Sampiran dibuat berdasarkan pengamatan pencipta pantun

terhadap kehidupan maupun keajaiban-keajaiban yang dilihat,

dirasakan, atau yang dihayatinya. Misalnya dalam kehidupan sehari-

hari siswa sering melihat barisan semut mengangkut sisa-sisa makanan

atau remah-remah yang mereka temukan, lalu siswa dapat menetapkan

objek sampiran ialah semut. Ciptakanlah larik pantun mulai dengan

sampiran, berdasarkan fenomena yang dilihat itu, misalnya sebagai

berikut:

Lihatlah semut sedang berbaris

Mengangkat nasi bergotong royong

Atau boleh juga dalam bentuk lain, seperti:

Barisan semut Nampak menjulur

Sedari pagi membawa remah

Kedua pantun yang masing-masing terdiri atas 2 larik merupakan

sampiran, sekarang siswa harus membuat 2 larik yang merupakan isi

pantun yang sesuai dengan jenis pantun yang akan dibuat.

Page 44: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

31

b) Cipta puisi

Pelajaran pertama untuk mencipta puisi adalah siswa diminta untuk

mengamati objek dan mendata objek yang akan dijadikan bahan menulis

puisi dari gambar peristiwa atau berdasarkan peristiwa yang pernah

dialaminya sendiri. Kemudian siswa mendeskripsikan objek dalam larik-

larik yang bersifat puitis dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.

Selanjutnya siswa diminta untuk menyunting sendiri puisi yang telah

dibuatnya.

c) Cipta Musikalisasi Puisi

Penciptaan musikalisasi puisi harus berawal dari puisi. tidak sama

halnya dengan lagu, yang dapat diciptakan musiknya dahulu baru kemudian

diisi dengan syairnya. Mencipta musikalisasi puisi dapat mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Tentukan puisi yang hendak dimusikalisasi.

(2) Bacalah puisi tersebut berulang kali, sebagai upaya memahami hakikat

dan makna puisi.

(3) Tafsirkan makna puisi tersebut secara utuh dahulu, jangan terpenggal-

penggal.

(4) Jangan ragu untuk membacanya berulang kali.

(5) Tentukan di mana puncak puisi, klimaks-klimaks kecil, klimaks puisi,

bagian yang hendak dibaca, serta bagian yang hendak dilagukan. Jika

ada yang perlu diperjelas atau ditekankan dapat dilakukan

pengulangan-pengulangan atau mengambil nada tinggi.

(6) Mulailah menetapkan irama atau notasi pada puisi.

(7) Lakukan pengisian vokal, bunyi, dan penyelarasan atau harmoni ke

semua bunyi tersebut.

c. Penilaian

Penilaian terhadap ekspresi lisan puisi mencakup penilaian terhadap

kegiatan membaca puisi, berbalas pantun, dan musikalisasi puisi. Beberapa

aspek yang dapat dijadikan pedoman bagi penilaian ketiga ekspresi lisan puisi

tersebut yakni sebagai berikut.

Page 45: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

32

1) Baca puisi

Upaya pembaca untuk memahami puisi serta menguasai teknik

pembacaannya harus terlebih dahulu dilakukan. Jika pembaca telah mengenal,

mengetahui, kemudian memahami makna puisi yang akan dibacanya, maka

dapat diharapkan pada saat pembacaan ia akan menjiwai isi puisi. Penilaian

terhadap baca puisi, memberi bobot yang besar pada unsur penjiwaan. Unsur

lain yang juga dapat dinilai yaitu vokal serta gerak penunjang.

2) Berbalas Pantun

Penilaian dalam berbalas pantun harus memperhitungkan aspek adanya

hubungan yang logis antara pantun yang dilemparkan oleh satu kelompok

dengan kelompok yang lain, ketangkasan dalam menjawab pantun, dan

adanya kerjasama kelompok.

3) Musikalisasi Puisi

Aspek yang dinilai mencakup: pemahaman isi puisi, penghayatan yang

menilai tentang penghayatan gerak dan ekspresi, penampilan, dan harmoni

yang mencakup keselarasan musik dan bunyi.

4) Cipta Puisi

Penilaian cipta puisi meliputi: kesesuaian tema dengan isi puisi,

kedalaman isi, ketepatan diksi, serta kesesuaian tipografi.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan topik yang penulis teliti antara lain

ditulis oleh beberapa orang sebagai berikut. Pertama, buku yang berjudul Sapardi

Djoko Damono Karya dan Dunianya yang ditulis oleh Bakdi Soemanto. Buku

tersebut berisi tentang fase perkembangan kepenyairan Sapardi, juga tentang

bagaimana cara menikmati karya-karyanya termasuk di dalamnya ada beberapa

penjelasan mengenai gaya bahasa yang digunakan oleh Sapardi dalam beberapa

karyanya. Di samping itu juga menjelaskan bahwa kekuatan kepenyairan Sapardi

adalah pada kepiawaiannya memainkan kata dan makna sehingga menjadi suatu

ungkapan yang-meminjam istilah Rendra-otentik, yakni khas Sapardi.

Kedua, penelitian yang berjudul Kajian Unsur Intrinsik Puisi dalam Antologi

Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono untuk dijadikan Bahan

Page 46: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

33

Musikalisasi Puisi yang ditulis oleh Usman Nurdiansyah. Penelitian tersebut

menganalisis puisi-puisi yang sudah dimusikalisasi. Kesimpulan yang bisa

diambil mengenai gaya bahasa yang banyak digunakan pada puisi Hujan Bulan

Juni adalah anafora. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian penulis

yaitu menggunakan sumber data primer yang sama yaitu kumpulan puisi Hujan

Bulan Juni dan juga mendeskripsikan gaya bahasa namun memiliki perbedaan

sampel dan tujuan.

Ketiga, skripsi yang berjudul Peristiwa Pembakaran 13-15 Mei 1998 dalam

Sajak Ayat-ayat Api Karya Sapardi Djoko Damono (Sebuah Pendekatan Semiotik)

yang ditulis oleh Tri Darmanto. Hasil penelitian sajak Ayat-ayat Api diperoleh

kesimpulan bahwa pembacaan semiotik terhadap sajak Ayat-ayat Api

menghasilkan tema mengenai peristiwa pembakaran pada tanggal 13-15 Mei 1998

terhadap kota Jakarta dan Surakarta. Adapun amanatnya adalah menjadi penguasa

harus amanah dan bermoral, menyelesaikan permasalahan dengan kejahatan

(membakar) tidak memberikan solusi agar masyarakat Indonesia memiliki

pendirian kuat dan tidak mudah terhasut dan segera mungkin bangkit untuk

memperbaiki semua yang hancur. Persamaan dengan penelitian penulis yaitu

terletak pada penyairnya saja, sedangkan perbedaan ada pada objek dan

pendekatan yang digunakan.

Page 47: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian kualitatif ini menggunakan metode deskriptif analisis. Metode ini

dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul

dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan.1

Meskipun demikian, analisis yang berasal dari bahasa Yunani, analyein

(‘ana’=atas, ‘lyein’=lepas,urai), telah diberikan arti tambahan, tidak semata-mata

menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan

secukupnya.2

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

stilistika dengan fokus hanya pada bahasa figuratif (gaya bahasa). Pada umumnya

pendekatan itu sendiri, disamakan dengan metode.3 Dalam pembicaraan ini

pendekatan didefinisikan sebagai cara-cara menghampiri objek, pendekatan lebih

dekat dengan bidang studi tertentu, sedangkan metode adalah cara-cara

mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan data.4 Metode digunakan untuk

efisiensi, dengan cara menyederhanakan sedangkan tujuan pendekatan adalah

pengakuan terhadap hakikat ilmiah objek ilmu pengetahuan itu sendiri.5

Pendekatan stilistika bertumpu dari asumsi dasar bahwa fungsi bahasa

berperan utama dalam mewujudkan keberadaan sebuah teks sastra. Sebagai media

utama, keberadaan bahasa tidak dapat direnggut dari teks sastra. Bahasa sastra

memiliki pesan keindahan dan sekaligus membawa makna. Tanpa keindahan

bahasa, karya sastra menjadi hambar. Keindahan karya sastra juga sekaligus akan

1Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme

Hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 53.

2Suwardi Endaswara, Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi,

(Yogyakarta: MedPress, 2008), h. 71.

3Ratna, op.cit., h.53.

4Ibid., h. 53-54.

5Ibid.

Page 48: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

35

memberikan bobot karya tersebut. Bahkan menurut Pradopo dalam Endaswara

bahwa nilai sastra ditentukan oleh gaya bahasanya.6

Berikut ini merupakan cakupan kriteria pendekatan stilistika.7

1. Pendekatan stilistika berpatokan bahwa kedigdayaan sastrawan

mengekspresikan pengolahan bahasa adalah sebuah prestasi kreativitas

yang agung. Oleh sebab itu, apresiasi yang paling mulia disandang

sastrawan yang mampu mengeksplorasi bahasa dengan gaya yang

memukau dan mencengangkan;

2. Dengan penitikberatan pada penelaahan aneka variasi penggunaan

bahasa dan gayanya dalam teks sastra;

3. Berbeda dengan penelaahan pendekatan struktural, pengkajian bahasa

lebih fokus dan mendalam sehingga mampu mengungkapkan simbol-

simbol, dasar-dasar pilihan kata, dan pencapaian kemungkinan aneka

penafsiran;

4. Juga penelaahan berfokus ke arah pembukaan tabir keabstrakan makna

yang tampak dalam teks sastra yang kabur, absurd, dan eksperimental.

Hal ini tentu saja akan memberikan manfaat yang besar untuk

membantu para pembaca dalam mengapresiasikan secara tepat teks

sastra;

5. Penelaahan dapat pula mengarah pada gaya khas bersifat individual

sastrawan berupa gaya bahasa yang betul-betul mencerminkan

keberadaan dirinya sendiri;

6. Penelaahan gaya bahasa pengarang tidak hanya menyangkut individual

pengarang, melainkan dapat juga penelaahan gaya kelompok

pengarang yang umum berlaku dalam periode tertentu seperti gaya

bahasa khas pada sastrawan Angkatan Pujangga Baru. Penelaahan

dapat pula mengacu kepada gejala pergeseran gaya bahasa yang terjadi

pada sosok pengarang tertentu karena proses pematangan diri atau

perubahan aliran sastra yang dianut;

7. Penelaahan juga dapat mengarah pada variasi penggunaan kata dalam

struktur kalimat, kalimat dalam paragraf, dan paragraf dalam wacana

yang semuanya itu terjalin dengan utuh sehingga mampu menggugah

dan memukau, dan;

8. Penelaahan stilistika dapat juga mengacu pada pemahaman para

pembaca terhadap teks sastra.

B. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan,

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.8 Penelitian ini

6Endaswara, op.cit., h. 72.

7Zulfa Hanum, Metode Penelitian Kesusastraan, (Tangerang: PT Pustaka Mandiri, 2012), h.

95-97.

Page 49: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

36

menggunakan dua sumber data, yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber

data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau

dokumen.9 Sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku kumpulan puisi

Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono cetakan kedua Oktober 2013

terbitan PT Gramedia. Adapun sumber data sekunder diperoleh dari buku

referensi, karya ilmiah, dan situs internet yang berkaitan dengan objek yang

diteliti.

Hujan Bulan Juni pertama kali diterbitkan oleh Grasindo, tahun 1994, berisi

sepilihan sajak yang ditulis pada rentang waktu tahun 1964 sampai 1994. Sajak-

sajak itu berasal dari beberapa buku puisi, yakni Duka-Mu Abadi (1969), Mata

Pisau (1974), Akuarium (1974), dan Perahu Kertas (1984). Di samping itu ada

sejumlah sajak yang belum pernah dimuat dalam buku puisi Sapardi sebelumnya.

Hujan Bulan Juni sudah dicetak ulang beberapa kali, dan setiap kali cetak ulang

ada sedikit perubahan yang berupa koreksi, penambahan atau pengurangan sajak.

Buku cetakan kedua terbitan PT Gramedia ini pun mengalami perubahan,

terutama yang menyangkut jumlah dan waktu penulisannya. Secara keseluruhan,

kumpulan puisi ini berisi 102 judul puisi.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Masalah pemilihan sampel dalam penelitian sastra dengan metode kualitatif

cenderung menggunakan istilah “theoritical sampling”. Karakteristik utama dalam

pengambilan sampel teoretis ini dikendalikan oleh pemahaman-pemahaman

teoretis yang muncul dan berkembang sejalan dengan pengambilan data itu

sendiri.10

Jumlah sampel dalam penelitian ini pun tidak dapat ditentukan secara

tegas sejak awal penelitian. Berikut adalah prosedur pengambilan sampel

menurut Sarantokos dalam Hanum.

8Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung:PT Remaja

Rosdakarya, 2010), h. 157.

9Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.

225.

10

Hanum, op.cit., h. 49.

Page 50: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

37

1. Tidak mengacu pada jumlah sampel yang banyak, melainkan

mengarahkan kepada kasus-kasus tipikal sesuai dengan kekhususan

masalah penelitian;

2. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi tergantung pada jumlah

dan karakteristik sampel sesuai dengan pemahaman konseptual

berkembang dalam penelitian; dan

3. Tidak diarahkan pada keterwakilan, melainkan pada kecocokan

konteks.11

Selain, menggunakan prosedur pengambilan sampel, penulis juga

menggunakan panduan teknik pengambilan sampel seperti berikut ini.

1. Pengambilan sampel ekstrim atau menyimpang. Teknik ini

memfokuskan pada kasus-kasus yang banyak mengandung informasi

berdasarkan keunikan dan penampilan karakteristik yang khas dalam

aspek-aspek tertentu.

2. Pengambilan sampel berfokus pada intensitas. Logika yang digunakan

dalam teknik ini sama dengan pengambilan sampel ekstrim, berupa data

yang berintensitas penuh dengan informasi yang berfokus pada

intensitas masalah penelitian.

3. Pengambilan sampel dengan variasi maksimum. Teknik ini berorientasi

pada sasaran penelitian yang menampilkan penuh aneka variasi dengan

tujuan untuk mengungkap tema sentral yang terungkap sebagai akibat

keluasan cakupan partisipan.

4. Pengambilan sampel homogen. Teknik ini mengacu kepada kasus yang

memiliki kesamaan fenomena.

5. Pengambilan sampel kasus tipikal. Teknik ini mengacu kepada kasus

yang mewakili individu/kelompok.

6. Pengambilan sampel yang terstratafikasi. Teknik ini mengacu kepada

kasus-kasus yang mampu mengungkap kondisi rata-rata sehingga

mampu membeberkan kondisi di atas atau di bawah rata-rata dari suatu

fenomena.

7. Pengambilan sampel secara kritikal. Teknik ini mengarah kepada

penyeleksian suatu individu/kelompok kritis yang mampu menjamin

pemerolehan data yang sesuai dengan topik penelitian.

8. Pengambilan sampel secara “snowball” atau berantai.Teknik ini

menggali informasi dari satu responden dan perolehan informasi itu

akan mengacu kepada responden lain serta berlanjut kepada responden

berikutnya sehingga mata rantainya semakin lama semakin panjang

bagaikan bola salju.

9. Pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Logika dasar yang

mendasari teknik ini adalah peneliti meninjau kembali dan mengkaji

ulang semua kasus yang memenuhi kriteria tertentu berdasarkan

penetapan sebelumnya.

11Ibid., h. 50.

Page 51: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

38

10. Pengambilan sampel berdasarkan “theory-based/operational construct

sampling”. Teknik ini mengacu kepada teori sesuai dengan penelitian

yang berlangsung sebelumnya.12

Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel dengan prosedur mengacu

kepada kasus yang memiliki kesamaan fenomena juga berdasarkan kriteria

tertentu. Berdasarkan sumber data yang diperoleh, penulis menemukan ada

beberapa kesamaan fenomena dalam buku kumpulan puisi Hujan Bulan Juni

terbitan PT Gramedia, di antaranya adalah hujan, matahari, pewayangan, cermin,

malam, bunga, dan lain-lain. Dari kesamaan fenomena tersebut kemudian penulis

menggunakan kriteria tertentu untuk menetapkan sampel. Dalam hal ini, kriteria

yang diambil adalah yang paling dominan, yaitu hujan. Hal ini sejalan dengan

pendapat Aspahani, dalam buku Membaca Sapardi, Aspahani mengatakan bahwa

Sapardi banyak menggunakan hujan sebagai objek puisinya. Berikut kutipannya.

Sapardi, bagi penikmat sajak dianggap sebagai “hantu” penggemar hujan.

Dalam buku pertamanya hanya ada lima sajak yang kebanyakan

menampilkan hujan hanya sebagai latar. Di buku keduanya, sebagaimana

kecenderungan sikapnya terhadap objek sajaknya, hujan digarap lebih

detail.13

Aspahani menghitung ada sepuluh sajak yang basah kuyup

kehujanan, di mana di sajak ini, hujan tak lagi hanya menjadi latar, tetapi

menjadi objek sajak, menjadi metafor utama.14

Dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni terbitan PT Gramedia, penulis

menghitung ada 25 puisi yang menjadikan hujan sebagai objek dan latar, yaitu

Sajak Desember; Sehabis Mengantar Jenazah; Hujan Turun Sepanjang Jalan;

Dalam Doa: I; Gerimis Kecil di Jalan Jakarta, Malang; Kupandang Kelam yang

Merapat Ke Sisi Kita; Pertemuan; Hujan dalam Komposisi, 1; Hujan dalam

komposisi, 2; Hujan dalam Komposisi, 3; Di Beranda Waktu Hujan; Kartu Pos

Bergambar: Jembatan Golden Gate, San Fransisco; Cahaya Bulan Tengah

Malam; Catatan Masa Kecil 2; Sajak, I; Percakapan Malam Hujan; Kuhentikan

Hujan; Sihir Hujan; Hujan Bulan Juni; Sepasang Sepatu Tua; Pada Suatu Pagi

12Ibid., h. 52.

13

Riris K. Toha-Sarumpaet dan Melani Budianta, Membaca sapardi, (Jakarta: Yayasan Pustaka

Obor Indonesia, 2010), h. 254-255.

14

Ibid.

Page 52: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

39

Hari: Puisi Cat Air untuk Rizki; Lirik untuk Lagu Pop; Dalam Doaku; Hujan,

Jalak, dan Daun Jambu.

Dengan demikian sampel penelitian ini difokuskan pada analisis gaya bahasa

yang terdapat pada 25 puisi tersebut.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan.15

Dalam penelitian kualitatif,

pengambilan data dan analisis data berdekatan satu dengan yang lainnya dan

bahkan saling bertumpuk atau mungkin saja berawal dari pengambilan data yang

sedang berlangsung dan disaat yang sama juga dilakukan analisis data, bahkan

mungkin juga terjadi pengambilan data lainnya.16

Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, interview,

dokumentasi, dan triangulasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Observasi dilakukan

dengan mengamati dan mencatat fenomena yang ada pada buku kumpulan puisi

Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono yang merupakan data primer

dalam penelitian ini. Dokumentasi digunakan karena data yang diperoleh berupa

teks atau karya seseorang. Teknik ini dilakukan dengan cara menelusuri

otobiografi, majalah, dan data-data lain yang mendukung penelitian.Berikut

adalah langkah-langkah dalam pengumpulan data.

1. Membaca buku kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko

Damono secara berulang.

2. Mempelajari kata-kata kunci dan berupaya menemukan tema-tema yang

berasal dari data. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah puisi-puisi

yang bicara tentang hujan.

15Sugiyono, op.cit., h. 224.

16

Hanum, loc.cit.

Page 53: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

40

3. Menganalisa data yang terdapat dalam tiap puisi dengan menerapkan

pendekatan stilistika.

4. Mencatat larik-larik yang menyatakan penggunaan gaya bahasa.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri maupun oranglain.17

Nasution menyatakan bahwa analisis data dalam

penelitian kualitatif telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,

sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil

penelitian.18

Adapun proses analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah model analisis data mengalir.19

Sejumlah langkah analisis terdapat dalam

model ini, yakni.

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan.20

Pengumpulan data dimulai dengan

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Data tersebut

kemudian dibaca, dipelajari, dicatat dan ditelaah.

2. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.21

Reduksi data dilakukan selama

penelitian berlangsung, bahkan dilakukan sebelum data benar-benar

17Sugiyono, op.cit., h. 244.

18

Ibid., h. 245.

19FITK UIN Syarif Hidayatullah, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah, 2013), h. 69.

20

Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h. 21.

21

Sugiyono, op.cit., h. 247.

Page 54: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

41

dikumpulkan. Dalam reduksi data ini, data-data yang dipilih adalah hanya data

yang berkaitan dengan masalah yang akan dianalisis, yaitu gaya bahasa yang

terdapat dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono

yang kata kuncinya adalah hujan.

3. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan

sejenisnya.22

Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian adalah dengan teks yang bersifat naratif.23

Namun, untuk teks naratif

tertentu ada yang dialihkan menjadi bentuk gambar, bagan, dan tabel guna

memperkuat data deskriptif dan mempermudah pembaca dalam memahami isi

penelitian. Dengan penyajian data akan memudahkan untuk memahami apa

yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami tersebut.

Dalam penelitian ini, penulis menyajikan data dalam bentuk teks yang

bersifat naratif. Setiap puisi yang dipilih sebagai sampel akan dianalisis gaya

bahasa yang terdapat di dalamnya.

4. Penarikan Kesimpulan

Langkah terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan atau

verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.24

22Ibid., h. 249.

23

Ibid.

24

Ibid., h. 252.

Page 55: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

42

Apabila dikaitkan dengan penelitian stilistika, langkah-langkah analisis yang

perlu dilakukan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Pertama, bisa menetapkan unit analisis,misalkan berupa bunyi, kata,

frase, kalimat, bait, dan sebagainya.

2. Dalam puisi memang analisis dapat berhubungan dengan pemakaian

aliterasi, asonansi, rima,dan variasi bunyi yang digunakan untuk

mencapai efek estetika.

3. Analisis diksi memang sangat penting karena ini tergolong wilayah

kesastraan yang sangat mendukung makna dan keindahan bahasa. Kata

dalam pandangan simbolis tentu akan memuat lapis-lapis makna. Kata

akan memberikan efek tertentu dan menggerakkan pembaca.

4. Analisis kalimat ditekankan pada variasi pemakaian kalimat dalam

setiap kondisi.

5. Kajian makna gaya bahasa juga perlu mendapat tekanan tersendiri.

Kajian makna hendaknya sampai pada tingkat majas, yaitu sebuah

figuratif language yang memiliki makna bermacam-macam.25

25Endaswara, op.cit., h. 75.

Page 56: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

43

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Temuan Penelitian

Pada 25 puisi yang dipilih sebagai objek penelitian ini, ditemukan

penggunaan beberapa macam gaya bahasa. Berikut adalah temuan penelitian yang

penulis peroleh.

1. Gaya Bahasa Perbandingan

a. Perumpamaan

1) sendiri, “Ke mana pula burung-burung itu (yang bahkan/tak

pernah kaulihat, yang menjelmasemacam nyanyian,/ semacam

keheningan) terbang; ke mana pula suit daun yang berayun jatuh

dalam setiap impian?”//1

2) lembut bagai bianglala//2

3) Atau memimpikan semacam suku kata yang akan mengantarmu

tidur//3

Larik-larik tersebut termasuk ke dalam gaya bahasa perumpamaan

karena membandingkan dua hal yang padahakikatnya berlainan tapi

dianggap sama. Kata yang digunakan untuk membandingkan dalam

larik-larik tersebut adalah kata semacam yang memiliki kesamaan arti

dengan seperti atau bagaikan.

b.Metafora

1) perempuan mengirim air matanya/ke tanah-tanah cahaya, ke

kutub-kutub bulan/ke landasan cakrawala; kepalanya di atas

bantal/4

2) Sewaktu tertimbun sebuah dunia yang tak habisnya bercakap/

3) kupandang kelam yang merapat ke sisi kita;/5

1Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013), h. 47.

2Ibid., h. 32.

3Ibid., h. 36.

4Ibid., h. 32.

5Ibid., h. 30.

Page 57: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

44

4) Kausebut kenanganmu nyanyian (dan bukan matahari/6

5) yang pelahan mengendap di udara) kausebut

cintamu/penghujanpanjang, yang tak habis-habisnya/7

6) bahkan dalam igauanku?” Dan kausebut/hidupmu sore hari(dan

bukan siang/8

7) ada yang berdenyut//dalam diriku:/menembus tanah basah,/9

8) “Dimanakah sorgaku itu: nyanyian/10

9) Ia membayangkan rahang-rahang laut dan rahang-rahang bunga/11

10) Terjatuh di lantai; di tengah malam itu ia nampak begitu

dingin/dan fana/12

11) Pandangmu adalah seru butir air tergelincir dari duri/mawar

(begitu nyaring?”); swaramu adalah kertap bulu/burung yang

gugur (begitu hening?)//13

12) Berkilauan serbuk dalam kabut-nafasmu adalah goyang

anggrek/hutan yang mengelopak (begitu tajam?)14

13) dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman/15

14) doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau/16

15) dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang/17

16) magrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat/18

17) dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang/19

6Ibid., h. 47.

7Ibid.

8Ibid., h.47-48.

9Ibid., h. 91.

10Ibid., h. 47.

11Ibid., h. 59.

12Ibid., h. 56.

13Ibid., h. 47.

14Ibid., h. 80.

15Ibid.

16Ibid., h. 109.

17Ibid.

18Ibid.

19Ibid..

Page 58: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

45

18) Tak bisa kutolak matahari/memaksaku menciptakan bunga-

bunga//20

Larik-larik tersebut dikategorikan ke dalam gaya bahasa metafora

karena menggunakan kata-kata yang bukan arti sebenarnya, melainkan

sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan.

c. Personifikasi

1) Sewaktu tertimbun sebuah dunia yang tak habisnya bercakap/

di bawah bunga-bunga menua, matahari yang senja//21

2) Alangkah angkuhnya langit/alangkah angkuhnya pintu yang

akan menerima kita/22

3) “Apakah yang kau tangkap dari swara hujan, dari daun-daun

bugenvil basah yang teratur mengetuk jendela?23

4) “Tak ada. Kecuali bayang-bayangmu sendiri yang di balik pintu

memimpikan ketukan itu, memimpikan sapa pinggir hujan,

memimpikan bisik yang membersit dari titik air menggelincir

dari daun dekat jendela itu.Atau memimpikan semacam suku

kata yang akan mengantarmu tidur.24

5) Apakah yang kita harapkan dari hujan? Mula-mula ia di udara

tinggi, ringan, dan bebas; lalu mengkristal dalam dingin;

kemudian melayang jatuh ketika tercium bau bumi; dan

menimpa pohon jambu itu, tergelincir dari daun-daun,

melenting di atas genting, tumpah di pekarangan rumah, dan

kembali ke bumi.25

6) Apakah yang kita harapkan? Hujan juga jatuh di jalan yang

panjang, menyusurnya, dan tergelincir masuk selokan kecil,

20

Ibid., h. 91. 21

Ibid., h. 16. 22

Ibid. 23

Ibid., h. 36 24

Ibid. 25

Ibid., h. 37.

Page 59: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

46

mericik swaranya, menyusur selokan, terus mericik sejak sore,

mericik juga di malam gelap ini, bercakap tentang lautan.26

7) Kausebut kenanganmu nyanyian (dan bukan matahari

yangmenerbitkan debu jalanan, yang menajamkanwarna-warni

bunga yang dirangkaikan) yang menghapus jejak-jejak kaki,

yang senantiasa berulang27

8) (Dan bukan kemarau yang membersihkan langit,yang pelahan

mengendap di udara) kausebutcintamupenghujan panjang, yang

tak habis-habisnyamembersihkan debu, yang bernyanyi di

halaman.28

9) hujan rinai waktu musim berdesik-desik pelan//29

10) hidupmu sore hari (dan bukan siang yang bernafas dengan

sengit/30

11) matahari menggeliat/berpusing dipedih lautan//31

12) Kini matahari merindukanku, mengangkat kabut pagi

pelahan/dendam yang dihamilkan hujan dan cahaya

matahari.//32

13) Angin begitu ringan dan bisa meluncur ke mana pun dan

bisa/menggoda laut sehabis menggoda bunga tetapi ia bukan

angin/33

14) Ada yang terpekik di balik semak dan gemanya

menyentuhsekuntum/bunga lalu tersangkut pada angin dan

terbawasampai/

15) Hujan, yang mengenakan mantel,sepatu panjang, dan lampu

jalan,/“Tutup matamu dan tidurlah.//Biar kujagamalam.”//34

26

Ibid. 27

Ibid., h. 47. 28

Ibid. 29

Ibid., h. 18. 30

Ibid., h. 48. 31

Ibid., h. 52. 32

Ibid., h.91. 33

Ibid., h. 59. 34

Ibid., h. 65.

Page 60: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

47

16) “Kau hujan memang sukaserba kelamserbagaib serba suara

desah; asalmu dari laut, langit, dan bumi;

kembalilah,/janganmenggodaku tidur./Aku sahabat

manusia./35

17) sepasang sepatu tua tergeletak di sudut sebuah gudang, berdebu

yang kiri terkenang akan aspal meleleh, yang kanan teringat

jalan berlumpur sehabis hujan – keduanya telah jatuh cinta

kepada sepasang telapak kaki itu//yang kiri menerka

mungkin besok mereka dibawa ke tempat sampah dibakar

bersama seberkas surat cinta,/sepasang sepatu tua saling

membisikkan sesuatu yang hanya bisa mereka pahami

berdua//36

18) angin berbisik kepada daun jatuh yang tersangkut kabel telpon

itu, “aku rindu, aku ingin mempermainkanmu?”//37

19) kabel telpon memperingatkan anginyang sedang memungut

daun itu dengan jari-jarinya gemas, “jangan brisik,

mengganggu hujan?”//38

20) hujan meludah di ujung gang lalu menatap angin dengan

tajam, hardiknya, “lepaskan daun itu?”//39

21) Hujan mengenal baik pohon,/Hujan, yang tahu benar

membeda-bedakan,/menyihirmu/40

22) tak ada yang lebih tabah/dari hujan bulan juni/dirahasiakan

rintik rindunya/41

23) tak ada yang lebih bijak/dari hujan bulan juni/dihapusnya

jejak-jejak kakinya/yang ragu-ragu di jalan itu//42

35

Ibid. 36

Ibid., h.70. 37

Ibid., h.79. 38

Ibid. 39

Ibid. 40

Ibid., h.97. 41

Ibid., h. 104. 42

Ibid.

Page 61: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

48

24) tak ada yang lebih arif/dari hujan bulan juni/dibiarkannya

yang tak terucapkan/diserap akar pohon bunga itu//43

25) Hujan turun semalaman.Paginya/ jalak berkicau dan daun jambu

bersemi;/mereka tidak mengenal gurindam/dan peribahasa,tapi

menghayati/adat kita yang purba,/ tahu kapan harus berbuat

sesuatu. Mereka/tidak pernah bisa menguraikan/hakikat kata-

kata mutiara,tapi tahu/kapan harus berbuat sesuatu,agar kita/44

26) terbantun menjelma gema. Malam sibuk di luar suara//45

27) kemudian daun bertahan pada tangkainya//46

28) kupandang kelam yang merapat ke sisi kita;/

29) kenalkah ia padamu, desakmu (kemudian sepi/terbata-bata

menghardik berulang kali)47

30) nanti hujan yang mengepung kita akan menidurkan kita dan/

menyelimuti kita dengan kain putih panjang lalu

mengunci/pintu kamar ini?”//48

Larik-larik tersebut mengandung gaya bahasa personifikasi karena

menyamakan benda-benda tak bernyawa dengan manusia. Benda mati

seolah-olah mempunyai kegiatan, maksud dan nafsu seperti manusia.

Personifikasi memberikan kejelasan gambaran atau memberikan

bayangan agar konkrit sehingga membuat puisi lebih hidup.

d. Alegori

1) membayangkan hubungan gaib antara tanah dan

hujan,/membayangkan rahasia daun basah serta ketukan yang

berulang.//49

2) Apakah yang kita harapkan dari hujan?50

43

Ibid 44

Ibid., h.116. 45

Ibid., h. 24. 46

Ibid 47

Ibid. 48

Ibid., h. 62. 49

Ibid., h.36. 50

Ibid., h. 37.

Page 62: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

49

3) dan tik-tok jam itu kita indera kembali akhirnya/terpisah dari

hujan//51

4) sepasang sepatu tua tergeletak di sudut sebuah gudang, berdebu

yang kiri terkenang akan aspal meleleh, yang kanan teringat

jalan berlumpur sehabis hujan – keduanya telah jatuh cinta

kepada sepasang telapak kaki itu52

5) Kuhentikan hujan53

6) Hujan bulan juni54

7) perempuan mengirim air matanya/ke tanah-tanah cahaya, ke

kutub-kutub bulan/ke landasan cakrawala; kepalanya di atas

bantal/lembut bagai bianglala//55

8) lelaki tak pernah menoleh/dan di setiap jejaknya: melebat hutan-

hutan,/hibuk pelabuhan-pelabuhan;/di pelupuknya sepasang

matahari/keras dan fana//56

9) dan serbuk-serbuk hujan/tiba dari arah mana saja (cadar/bagi

rahim yang terbuka, udara yang jenuh)/ketika mereka berjumpa.

Di ranjang ini//57

Larik-larik di atas mengandung metafora yang diperluas atau

dapat juga disebut sebagai alegori karena menggunakan simbol-simbol

atau lambang.

2. Gaya Bahasa Pertentangan

a. Hiperbola

1) itu pernah menyaksikan rahang-rahang laut dan rahang-

rahang/bunga terkam-menerkam.58

2) Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak

mengamuk/memecahkan cermin membakar tempat tidur.59

51

Ibid., h. 38. 52

Ibid., h. 70. 53

Ibid., h. 91. 54

Ibid., h. 104. 55

Ibid., h. 32. 56

Ibid. 57

Ibid. 58

Ibid., h. 59.

Page 63: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

50

Dalam larik tersebut mengandung gaya bahasa hiperbola karena

menyatakan sesuatu yang berlebihan.

b. Litotes

1) Masih patutkah kuhitung segala milikku/selembar celana dan

selembar baju/60

Larik di atas melukiskan sesuatu secara berlawanan dengan

maksud untuk memperhalus.

c. Paradox

1) Hujan bulan juni

2) Kuhentikan hujan. Kini matahari/

3) Masih patutkah kuhitung segala milikku/selembar celana dan

selembar baju/

4) Tak bisa kutolak matahari/memaksaku menciptakan bunga-

bunga//61

5) tiada apa pun di antara Kita: dingin/semakin membara sewaktu

berhembus angin/62

Gaya bahasa paradoks terdapat dalam larik-larik tersebut karena

mengandung suatu pernyataan yang bertentangan.

d. Klimaks

1) Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak

mengamuk/memecahkan cermin membakar tempat tidur. Ia hanya

ingin/

Kedua larik tersebut memberikan gambaran urutan pikiran yang

semakin lama semakin memberikan penekanan yang disebut sebagai

gaya bahasa klimaks.

e. Antiklimaks

1) Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis

sambilberjalan/ tunduk sepanjang lorong itu. Ia ingin pagi itu

59

Ibid., h. 75. 60

Ibid., h. 2. 61

Ibid., h.91. 62

Ibid.,h. 24.

Page 64: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

51

hujan turun/ rintik-rintik dan lorong sepi agar ia bisa berjalan

sendiri saja/ sambil menangis dan tak ada orang bertanya

kenapa.//

Larik-larik tersebut disebut antiklimaks karena berisi gagasan-

gagasan yang diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan

yang kurang penting.

f. Hipalase

l) hidupmu sore hari (dan bukan siang/ yang bernafas dengan

sengit/

Pada larik di atas menggunakan gaya bahasa yang merupakan

kebalikan darisuatu hubungan alamiah antara dua komponen gagasan.

Larik tersebut menjelaskan bahwa yang bernafas dengan sengit adalah

“hidupmu” bukan “sore hari (dan bukan siang”. Inilah yang disebut

sebagai gaya bahasa hipalase. Selain itu, larik ini juga mengandung

gaya bahasa personifikasi.

3. Gaya Bahasa Pertautan

a. Sinekdoke totum pro parte

1) sewaktu tertimbun sebuah dunia yang tak habisnya bercakap/

Larik tersebut adalah bagian dari puisi yang berjudul Sehabis

Mengantar jenazah, “dunia” yang dimaksud dalam larik tersebut

adalah jenazah yang telah dikubur, artinya “dunia”menyebut

keseluruhan untuk menegaskan sebagian, yang dalam hal ini

jenazah.Dalam stilistika ini disebut sinekdoke totum pro parte.

Sinekdoke pars prototo

1) sepasang sepatu tua tergeletak di sudut sebuah gudang,

berdebuyang kiri terkenang akan aspal meleleh, yang kanan

teringat jalan berlumpur sehabis hujan – keduanya telah jatuh

cinta kepada sepasang telapak kaki itu//

Larik tersebut merupakan bagian dari puisi yang berjudul

“Sepasang Sepatu Tua” yang menjelaskan bahwa telah “jatuh cinta

Page 65: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

52

kepada sepasang telapak kaki” telapak kaki dalam larik tersebut

menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan.

b. Erotesis

l) Apakah yang kita harapkan dari hujan?/Apakah yang

kitaharapkan?/Apakah?//

2) sendiri, Ke mana pula burung-burung itu (yang bahkan/tak

pernah kaulihat, yang menjelma semacam nyanyian,/semacam

keheningan) terbang; ke mana pula suit daun/yang berayun jatuh

dalam setiap impian?”//

3) sendiri, “Di mana pula sekawanan kupu-kupu itu,/menghindar

dari pandangku; di mana pula/(ah, tidak!) rinduku yang

dahulu?”

Gaya bahasa yang terkandung dalam larik-larik tersebut adalah

erotesis karena berupa pertanyaan-pertanyaan yang tidak

memerlukan jawaban dan bertujuan untuk mencapai efek yang lebih

mendalam dan penekanan yang wajar.

d. Elipsis

1) masih adakah?

2) Apakah yang kita harapkan?/Apakah?//

3) dan menyesakkan udara dan ...”// 63

Larik-larik tersebut memiliki kontruksi sintaksis yang tidak

lengkap sehingga masuk ke dalam kategori elipsis.

4. Gaya Bahasa Perulangan

a. Aliterasi

1) kabut yang likat dan kabut yang pupur/64

2) pandangmu adalah seru butir air tergelincir dari duri/65

3) Kausebut kenanganmu nyanyian (dan bukan

matahari/yangmenerbitkan debu jalanan, yangmenajamkan/

63

Ibid., h. 62. 64

Ibid., h. 52. 65

Ibid., h. 80.

Page 66: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

53

Larik-larik tersebut mengulang wujud konsonan yang sama

sehingga disebut sebagai gaya bahasa aliterasi.

b. Asonansi

1) kupandang kelam yang merapat ke sisi kita/

2) aku terjaga di kursi ketika cahaya bulan jatuh di wajahku dari/66

Larik-larik tersebut mengulang wujud vokal yang sama sehingga

disebut sebagai gaya bahasa asonansi.

c. Epizeukis

1) alangkah angkuhnya pintu yang akan menerima kita/seluruhnya,

seluruhnya kecuali kenangan/

Larik tersebut termasuk ke dalam epizeukis karena mengulang

langsung kata yang dianggap penting secara berturut-turut.

d. Anafora

1) Apakah yang kita harapkan dari hujan?/Apakah yang kita

harapkan?/Apakah?//

2) seperti engkau berbicara diujung jalan/seperti engkau

memanggil-manggil di kelokan itu/seperti engkau yang memberi

tanda tanpa lampu-lampu,/67

3) tat kala angin basah tak ada bermuat debu/tat kala tak ada yang

merasa diburu-buru.68

4) Ke mana pula burung-burung itu (yang bahkan/tak pernah

kaulihat, yang menjelma semacam nyanyian,/semacam

keheningan) terbang; ke mana pula suit daun/yang berayun jatuh

dalam setiap impian?”

5) sendiri, “Di mana pula sekawanan kupu-kupu itu,/menghindar

dari pandangku; di mana pula(ah, tidak!) rinduku yang

dahulu?”69

66

Ibid., h. 56 . 67

Ibid., h. 29. 68

Ibid., h. 18. 69

Ibid., h. 47.

Page 67: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

54

6) yang bernafas dengan sengit/yang tiba-tiba mengeras di bawah

matahari) yang basah/yang meleleh dalam senandung hujan/yang

larut./70

7) kupandang ke sana: Isyarat-isyarat dalam cahaya/kupandang

semesta/71

Dalam setiap larik tersebut mengulang kata pertama pada setiap

barisnya.

e. Mesodilopsis

1) tak ada yang menolaknya./tat kala angin basah tak ada bermuat

debu/tat kala tak ada yang merasa diburu-buru//72

2) yang menerbitkan debu jalanan, yang menajamkan/ warna-warni

bunga yang dirangkaikan)yang menghapus/jejak-jejak kaki,yang

senantiasa berulang dalam hujan. Kau di beranda,/73

3) Kecuali bayang-bayangmu sendiri yang di balik/pintu

memimpikan ketukan itu, memimpikan sapa pinggir

hujan,/memimpikan bisik yang membersit dari titik air

menggelincir dari/daun dekat jendela itu./Atau memimpikan

semacam suku kata/ yang akan mengantarmu tidur.”//

4) Kau hujan memang suka serba kelamserbagaib serba suara

desis;/74

5) Alangkah angkuhnya langit/alangkah angkuhnya pintu yang

akan menerima kita/

6) (malam berkabut seketika); barangkali menjemputku/barangkali

berkabar penghujan itu//75

Larik-larik tersebut mengulang kata atau frase di tengah baris atau

beberapa kalimat beruntun sehingga disebut gaya bahasa

mesodiplosis.

70

Ibid., h. 48. 71

Ibid., h. 24. 72

Ibid., h. 18. 73

Ibid., h. 47. 74

Ibid.,h. 65. 75

Ibid., h. 30.

Page 68: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

55

f. Epanalepsis

1) dan menyesakkan udara dan ...”/

2) jangan pejamkan matamu: aku ingin tinggal di hutan yang

gerimis-/pandangmu adalah seru butir air tergelincir dari

duri/…/jangan pejamkan matamu://76

Kata pertama larik-larik tersebut juga menjadi kata terakhir, ini

berarti larik-larik tersebut mengandung gaya bahasa epanalepsis.

B. Hasil Analisis Data

Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil sebagai berikut.

1. Gaya bahasa perbandingan yang ditemukan dalam objek penelitian ini

sebanyak 60 gaya bahasa atau 60% dari jumlah keseluruhan sebanyak 100

gaya bahasa, dengan rincian: 3 gaya bahasa perumpamaan, 18 gaya bahasa

metafora, 30 gaya bahasa personifikasi, dan 9 gaya bahasa alegori.

2. Gaya bahasa pertentangan ditemukan sebanyak 11 gaya bahasa atau 11%

dari jumlah keseluruhan dengan rincian: 2 gaya bahasa hiperbola, 1 gaya

bahasa litotes, 5 gaya bahasa paradoks, 1 gaya bahasa klimaks, 1 gaya

bahasa antiklimaks,dan 1 gaya bahasa hipalase.

3. Gaya bahasa pertautan ditemukan sebanyak 8 gaya bahasa atau 8% dari

jumlah keseluruhan dengan rincian: 3 gaya bahasa erotesis, 1 gaya bahasa

sinekdoke totem pro parte,1 gaya bahasa sinekdoke pars prototo dan 3

gaya bahasa ellipsis.

4. Gaya bahasa perulangan ditemukan sebanyak 21 gaya bahasa atau 21%

dari jumlah keseluruhan dengan rincian: 3 gaya bahasa aliterasi, 2 gaya

bahasa asonansi, 1 gaya bahasa epizeukis, 7 gaya bahasa anafora, 6 gaya

bahasa mesodiplosis, dan 2 gaya bahasa epanalepsis.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa yang paling sering

muncul dalam objek penelitian ini adalah gaya bahasa perbandingan. Gaya bahasa

tersebut didominasi oleh gaya bahasa personifikasi dan metafora. Selanjutnya,

gaya bahasa perulangan juga banyak ditemukan dari pada gaya bahasa

pertentangan dan pertautan.

76

Ibid., h.80.

Page 69: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

56

C. Penafsiran dan Uraian Penelitian

Objek penelitian ini memiliki kecenderungan menggunakan gaya bahasa

perbandingan dengan persentase sebanyak 60%, yang didominasi oleh gaya

bahasa personifikasi, metafora, dan alegori. Gaya bahasa perbandingan atau

Fananie menyebutnya sebagai gaya bahasa kiasan adalah gaya bahasa yang

digunakan untuk menyatakan ungkapan yang berisi perbandingan atau

persamaan.77

Perbandingan dan persamaan tersebut umumya didasarkan pada ciri-

ciri yang dipunyai oleh sesuatu yang dibandingkan atau disamakan. Perbandingan

itu sendiri merupakan salah satu cara dalam memahami sekaligus menampilkan

aspek-aspek kehidupan secara berbeda. Selain itu juga dapat menjadikan puisi

memiliki rasa bahasa yang kuat dan lebih hidup.

Sajak-sajak Sapardi merupakan sajak yang lembut dan sederhana.

Kekuatannya terletak dalam kesederhanaan liris dalam menyajikan masalah

manusia yang universal. Kata-kata biasa, sehari-hari, ditangan Sapardi

menghasilkan metafor baru, juga imaji lembut dan indah. Inilah yang menjadi

kekhasan Sapardi, dengan gaya bahasa yang digunakannya Sapardi mampu

menyajikan adegan-adegan dramatis karena benda-benda yang biasa kita pandang

sebagai benda mati bisa melakukan dialog dan tindakan. Seperti yang terdapat

dalam puisinya yang berjudul Percakapan Malam Hujan. Gaya bahasa

personifikasi yang digunakan dalam puisi ini sangat menarik. Hal ini senada

dengan apa yang ditulis oleh Soemanto, yaitu.

Puisi lain yang menarik itu, antara lain, berjudul Percakapan Malam

Hujan.Larik pertama sajak ini sangat menarik: “Hujan, yang mengenakan

mantel, sepatu panjang, dan payung, berdiri di samping tiang listrik”.

Tampak sekali di sini Sapardi bermain-main dengan makna, yang

menjadikan puisi ini tidak masuk akal”.Bagaimana mungkin hujan

mengenakan mantel, sepatu, dan bahkan, membawa payung.Bukankah

barang-barang itu seharusnya digunakan oleh manusia untuk menghadapi

hujan dan bukan hujan yang malah memakainya?Gaya personifikasi ini

aneh dan tidak biasa.Akan tetapi, justru di sini letak daya pikat dan

kekuatan puisi ini.Ini yang menempatkan Sapardi dipandang sebagai

penyair terkemuka papan atas. Dengan kata lain, puisi-puisi dengan

77

Zainuddin Fananie, Telaah Sastra, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002), h. 37.

Page 70: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

57

gayabahasa aneh seperti ini menjadikannya suatu dunia tersendiri, yang

memberikan pengalaman batin secara unik kepada pembacanya.78

Gaya bahasa personifikasi yang menimbulkan efek lebih hidup juga terdapat

dalam puisi yang berjudul Puisi Cat Air untuk Rizki. Secara keseluruhan larik

yang terdapat dalam puisi ini menggunakan gaya bahasa personifikasi yangsangat

menarik dan memberikan efek emotif. Pada larik pertama dikatakan “angin

berbisik kepada daun jatuh” kemudian “kabel telepon yang memperingatkan angin

yang sedang memungut/daun itu dengan jari-jarinya gemas,”Jangan brisik

mengganggu hujan!’’ dan diakhiri dengan larik “ hujan meludah di ujung gang

lalu menatap angin dengan tajam, hardiknya, “lepaskan daun itu!”

Hujan Bulan Juni merupakan kumpulan puisi yang banyak mengolah hujan.

Bagi Sapardi, hujan merupakan fenomena alam yang luar biasa. Aspahani

mengatakan bahwa bagi para penikmat sajak harus mengakui bahwa Sapardi

adalah “hantu” penggemar hujan.79

Hujan kerap dijadikan metafor utama dalam

sajak-sajaknya. Dalam menciptakan metafora, penyair dipengaruhi oleh

lingkungannya karena persepsi penyair terhadap gejala alam dan gejala sosial

tidak dapat lepas dari lingkungannya juga. Berikut adalah beberapa judul puisi

yang menjadikan hujan sebagai metafor utama, yaitu: Hujan Dalam Komposisi,1,

Hujan Dalam Komposisi, 2, Hujan Dalam Komposisi, 3, Percakapan Malam

Hujan, dan Puisi Cat Air untuk Rizki.

Hujan Dalam Komposisi,1, Hujan Dalam Komposisi, 2, dan Hujan Dalam

Komposisi,3 merupakan puisi-puisi yang menggunakan gaya bahasa perbandingan

seperti alegori, metafora, dan personifikasi. Metafora yang digunakan dalam

ketiga puisi tersebut adalah metafora yang diperluas sehingga menjadi bentuk

alegori. Hujan digunakan sebagai simbol atau lambang untuk mendeskripsikan

sebuah proses atau siklus kehidupan. Secara denotatif puisi-puisi tersebut

membicarakan tentang hujan itu sendiri akan tetapi hujan ini juga memiliki makna

konotatif yang menjadikannya terasa sangat dalam.

78

Bakdi Soemanto, Sapardi Djoko Damono Karya dan Dunianya, (Jakarta: PT Grasindo, 2006),

h.120. 79

Riris K. Toha-Sarumpaet dan Melani Budianta, Membaca sapardi, (Jakarta: Yayasan Pustaka

Obor Indonesia, 2010), h. 255.

Page 71: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

58

Berikut adalah interpretasi penulis untuk puisi Hujan Dalam Komposisi,1.

Hujan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai titik-titik air yang

berjatuhan dari udara karena proses pendinginan. Dengan begitu dapat dikatakan

bahwa hujan adalah sebuah proses atau dalam ilmu pengetahuan alam hujan

dijelaskan sebagai sebuah siklus. Penulis mencoba menerjemahkan puisi ini

dengan menghubungkan makna dari hujan yang berarti siklus dengan sebuah

siklus yang lain yang memiliki kesamaan esensi. Kalau hujan adalah sebuah siklus

yang diawali dari proses penguapan di bumi akibat panas matahari, sehingga uap

terkumpul di udara lalu mengalami pemadatan kemudian membentuk awan lalu

bergerak akibat hembusan angin dan selanjutnya membeku hingga pada akhirnya

mengalami presipitasi yang disebut jatuhnya air ke bumi dan terjadi hujan. Maka

penulis menghubungkan siklus tersebut dengan siklus kehidupan yang seperti roda

berputar.Kadang posisinya di atas kadang di bawah.Sama halnya dengan hujan

yang berawal dari bumi kemudian mengudara dan kembali lagi ke bumi.Jadi

pokok persoalan dari puisi ini sebenarnya adalah hujan itu sendiri yang kemudian

penulis hubungkan dengan kehidupan atau dengan kata lain hujan di sini adalah

simbol dari kehidupan.

Kehidupan yang dimaksud di sini adalah kehidupan yang teratur atau mapan

seperti yang tersirat dalam larik yang berbunyi “daun-daun bugenvil basah yang

teratur mengetuk jendela.”Larik selanjutnya yang berbunyi “Apakah yang kau

tangkap dari bau tanah, dari ricik air yang turun di selokan?” mengandung makna

lapisan masyarakat karena tanah itu sendiri dalam KBBI berarti permukaan bumi

atau lapisan bumi yang di atas sekali maka boleh jadi tanah di sini berarti lapisan

masyarakat.ricik air yang turun di selokan melambangkan sebuah keadaan yang

mengalir mungkin maksudnya adalah aliran kehidupan yang awalnya berada di

atas namun karena sesuatu hal air/hujan (kehidupan) tersebut mengalir sampai ke

selokan atau jatuh sampai pada tempat yang paling rendah.

“Ia membayangkan hubungan gaib antara tanah dan hujan, membayangkan

rahasia daun basah serta ketukan yang berulang” maksud dari larik tersebut adalah

“ia” membayangkan atau memikirkan tentang adanya campur tangan dari yang

gaib (Tuhan) terhadap kehidupan manusia baik susah ataupun senang.”Ia” juga

Page 72: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

59

membayangkan sebuah kehidupan yang teratur. “Tak ada. Kecuali bayang-

bayangmu sendiri yang di balik pintu memimpikan ketukan itu, memimpikan sapa

pinggir hujan, memimpikan bisik yang membersit dari titik air menggelincir dari

daun dekat jendela itu. Atau memimpikan semacam suku kata yang akan

mengantarmu tidur.” Barangkali sudah terlalu sering ia mendengarnya, dan tak

lagi mengenalnya. Larik tersebut bermakna bahwa sebenarnya “ia yang memiliki

harapan-harapan dalam hidupnya.Berharap hidup yang teratur dan berharap

adanya petunjuk atau semacam nasihat yang dapat menguatkan agar “ia” bisa

tenang dan terus berharap. Tapi pada akhirnya “ia” merasa lelah dengan harapan-

harapan tersebut karena keadaan yang juga tak kunjung berubah.

Demikian hujan diolah dan dijadikan simbol oleh Sapardi dalam puisi-

puisinya. Simbol menurut kamus Webster adalah “sesuatu yang berarti atau

mengacu pada sesuatu yang berdasarkan hubungan nalar, asosiasi, konvensi,

kebetulan ada kemiripan... tanda yang dapat dilihat dari sesuatu yang tak terlihat.80

Simbol digunakan untuk menampilkan gagasan dan emosi agar tampak nyata.

Simbol berwujud detail-detail konkret dan faktual dan memiliki kemampuan

untuk memunculkan gagasan dan emosi dalam pikiran pembaca.81

Bentuk gaya

bahasa perbandingan lainnya yang juga menggunakan simbol dapat ditemukan

dalam puisi-puisi yang berjudul Sehabis Mengantar Jenazah, Hujan Turun

Sepanjang Jalan, Sepasang Sepatu Tua, Kuhentikan Hujan, danKupandang

Kelam yang Merapat Kesisi Kita. Dalam “Kupandang Kelam yang Merapat ke

Sisi Kita” “kelam” dipersonifikasi hingga mengemukakan suatu gagasan metafor.

Bait pertama puisi tersebut berbunyi “kupandang kelam yang merapat ke sisi kita;/

siapa itu di sebelah sana, tanyamu tiba-tiba/(malam berkabut seketika); barangkali

menjemputku/ barangkali berjabar penghujan itu//.” “Kelam” di sini merujuk pada

maksud kematian. Kematian yang disambut dengan ketenangan atau kepasrahan

seperti yang dijelaskan pada bait berikutnya, “bayang-bayangnya pun hampir

sampai di sini; jangan/ ucapkan selamat malam; undurlah pelahan/ (pastilah sudah

gugur hujan/ di hulu sungai itu); itulah Saat itu, bisikku//.”

80

Albertine Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2005), h. 54. 81

Robert Stanton, Teori Fiksi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 64.

Page 73: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

60

Begitu pula dengan “Sepasang Sepatu Tua”, larik-lariknya banyak

mengandung personifikasi, seperti “sepasang sepatu tua tergeletak di sudut sebuah

gudang, berdebu/ yang kiri terkenang akan aspal meleleh, yang kanan teringat

jalan/ berlumpur sehabis hujan---keduanya telah jatuh cinta/ kepada sepasang

telapak kaki itu//yang kiri menerka mungkin besok mereka dibawa ke tempat

sampah dibakar bersama seberkas surat cinta,/sepasang sepatu tua saling

membisikkan sesuatu yang hanya bisa mereka pahami berdua//”.Selain itu,

“Sepasang Sepatu Tua” juga mengandung alegori. Simbol untuk sepasang kekasih

yang menua bersama. Mereka melalui pahit manisnya hidup dengan rasa syukur

bukan dengan keluhan. Keduanya teringat akan masa lalunya yang penuh

perjuangan dan kegetiran seperti yang terdapat dalam larik-larik “yang kiri

terkenang akan aspal meleleh, yang kanan teringat jalan/ berlumpur sehabis

hujan” sepasang sepatu tua juga telah jatuh cinta kepada “sepasang telapak

kaki”yang telah menjadikannya bermakna. “sepasang telapak kaki” ini

mengandung gaya bahasa sinekdoke pars prototo yang menyebutkan nama bagian

sebagai pengganti nama keseluruhan. Telapak kaki adalah bagian dari anggota

tubuh manusia. Manusia di sini dimetaforkan sebagai kehidupan yang telah

memberikan hidup kepada sepasang sepatu sampai tua.

Di masa tuanya “Sepasang Sepatu Tua” berserah diri kepada “sepasang

telapak kaki” mereka mencoba menerka nasib, akan berujung seperti apakah nasib

mereka nanti, apakah akan berakhir dengan kematian yang begitu cepat dengan

membawa amal kebaikan yang dimetaforkan sebagai “surat cinta” atau berakhir

dengan kematian yang pelahan dan keduanya saling menguatkan dengan saling

berbisik seperti yang terdapat dalam larik “yang kiri menerka mungkin besok

mereka dibawa ke tempat sampah dibakar bersama seberkas surat cinta, yang

kanan/mengira mungkin besok mereka diangkut truk sampah itu/dibuang dan

dibiarkan membusuk bersama makanan sisa/ sepasang sepatu tua saling

membisikkan sesuatu yang hanya bisa mereka pahami berdua//.”

Selain gaya bahasa perbandingan, pemakaian gaya bahasa repetisi dalam puisi

Sapardi juga menduduki persentase yang tinggi dibanding dengan yang lainnya.

Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 21% penggunaan gaya bahasa repetisi.

Page 74: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

61

Perulangan atau repetisi adalah gaya bahasa yang mengandung perulangan bunyi,

suku kata, kata atau frase, ataupun bagian kalimat yang dianggap penting untuk

memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.82

Berikut adalah beberapa

puisi yang menggunakan gaya bahasa repetisi, yaitu: Kartu Pos Bergambar:

Jembatan Golden Gate, San Fransisco; Di Beranda Waktu Hujan; Hujan dalam

Komposisi, 1; Hujan dalam komposisi, 2; Percakapan Malam Hujan; dan Lirik

untuk Lagu Pop.

Aliterasi ditemukan dalam larik-larik berikut “kabut yang likat dan kabut

yang pupur/”, “pandangmu adalah seru butir air tergelincir dari duri/” dan

“Kausebut kenanganmu nyanyian (dan bukan matahari/yang menerbitkan debu

jalanan, yang menajamkan”.Gaya bahasa repetisi lain yang dominan yaitu anafora

dan mesodiplosis. Anafora ditemukan dalam larik-larik berikut “Apakahyang kita

harapkan dari hujan?/Apakah yang kita harapkan?/Apakah?//”, “seperti engkau

berbicara di ujung jalan/seperti engkau memanggil-manggil di kelokan itu/seperti

engkau yang memberi tanda tanpa lampu-lampu,/”, “tat kala angin basah tak ada

bermuat debu/tat kala tak ada yang merasa diburu-buru.//”, “Ke mana pula

burung-burung itu (yang bahkan/tak pernah kaulihat, yang menjelma semacam

nyanyian,/semacam keheningan) terbang; ke mana pula suit daun/yang berayun

jatuh dalam setiap impian?”, “sendiri, “Di mana pula sekawanan kupu-kupu

itu,/menghindar dari pandangku; di mana pula(ah, tidak!) rinduku yang dahulu?”,

“yang bernafas dengan sengit/yang tiba-tiba mengeras di bawah matahari) yang

basah/yang meleleh dalam senandung hujan/yang larut./”, “kupandang ke sana:

Isyarat-isyarat dalam cahaya/kupandang semesta/”.

Mesodiplosis terdapat dalam larik-larik “tak ada yang menolaknya./tat kala

angin basah tak ada bermuat debu/tat kala tak ada yang merasa diburu-buru//”,

“yang menerbitkan debu jalanan, yang menajamkan/ warna-warni bunga yang

dirangkaikan)yang menghapus/jejak-jejak kaki, yang senantiasa berulang dalam

hujan. Kau di beranda,/” “Kecuali bayang-bayangmu sendiri yang di balik/pintu

memimpikan ketukan itu, memimpikan sapa pinggir hujan,/ memimpikan bisik

yang membersit dari titik air menggelincir dari/daun dekat jendela itu./Atau

82

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Gaya Bahasa, (Bandung: Angkasa Bandung, 2009), h.175.l

Page 75: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

62

memimpikan semacam suku kata/ yang akan mengantarmu tidur.”//” “Kau hujan

memang suka serba kelam serba gaib serba suara desis;/” “Alangkah angkuhnya

langit/alangkah angkuhnya pintu yang akan menerima kita/” “(malam berkabut

seketika); barangkali menjemputku/barangkali berkabar penghujan itu//”

Gaya bahasa pertentangan juga digunakan oleh Sapardi, meskipun jumlahnya

tidak banyak. Dalam penelitian ini, penulis menemukan 11% penggunaan gaya

bahasa pertentangan. Adapun efek yang ditimbulkan dari penggunaan gaya bahasa

ini adalah memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk

memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya. Seperti yang terdapat dalam

puisi yang berjudul Pada Suatu Pagi Hari, dalam lariknya yang kelima dan

keenam dikatakan “Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak

mengamuk/memecahkan cermin membakar tempat tidur.../. Begitu pula yang

terdapat dalam puisi Hujan Bulan Juni yang juga menjadi judul dari kumpulan

puisi ini.

Hujan Bulan Juni dapat dipandang sebagai isyarat bahwa pertentangan atau

paradoks bagi Sapardi Djoko Damono juga menjadi kekuatannya yang khas. Hal

ini tercermin dari pemakaian kata-katanya yang begitu sederhana, namun

menyimpan makna yang begitu mendalam. Dalam puisi ini, makna denotatif dan

konotatif mempunyai kualitas sejajar dengan peranan yang sama pentingnya.

Hujan Bulan Juni adalah sebuah paradoks. Mengapa demikian? Berikut adalah

tafsiran sederhana makna denotatifnya. Secara tekstual hujan bulan Juni adalah

hujan yang turun di bulan Juni. Di Indonesia, bulan Juni adalah bukan musim

penghujan, melainkan musim kemarau (meskipun untuk saat ini, hal ini bisa saja

terjadi karena adanya efek global warming), tapi mengapa bulan yang tidak

produktif dengan hujan malah disebut Hujan Bulan Juni? Inilah letak paradoks

itu, di mana terdapat pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.

Secara konotatif, Hujan Bulan Juni adalah simbol, penggunaan gaya bahasa

semacam itu dalam stilistika disebut sebagai alegori. Alegori yaitu gambaran

secara kias tentang satu pengertian atau dapat juga dikatakan semacam metafora

tetapi ungkapannya hanya sebagai simbol. Hujan Bulan Juni dapat ditafsirkan

Page 76: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

63

sebagai sebuah kerinduan seseorang terhadap seseorang atau sesuatu. Mengenai

hal ini Mahayana menerjemahkannya sebagai berikut.

“Hujan Bulan Juni,” “rintik rindu,” “pohon berbunga,” adalah kata-

kata simbolik. Di dalamnya, mendekam sejumlah makna. Kini, coba

bayangkanlah, ketika kita dilanda perasaan cinta atau rindu atau perasaan

lain yang ingin ditumpahkan. Dengan segala kesabaran (tabah), kita

menunggu saat yang tepat untuk menumpahkannya.Ternyata, seringkali

kita merasakannya tidaklah mudah sebagaimana yang dibayangkan. Selalu

ada perasaan lain yang mengganggu: cemas, takut, khawatir, was-was, dan

entah perasaan apalagi.

Begitulah, ketika kita menyentuh makna konotatif, ternyata puisi itu

tidaklah sederhana, bahkan sangat problematik dan melibatkan persoalan

psikologis yang rumit dan kompleks. Kerinduan hujan sesungguhnya

merupakan problem kita, problem kemanusiaan yang paling

fundamental.Maka rindu hujan pada pohon, boleh dimaknai dengan

berbagai penafsiran.Boleh jadi itu simbolisasi perasaan cinta antar-dua

manusia, rindu pada masa lalu, atau rindu pada negeri leluhur ketika kita

berada entah di mana, jauh dari sanak keluarga.83

Paradoks lain ditemukan dalam puisi “Sajak Desember” yang terdapat dalam

larik “masih patutkah kuhitung segala milikku/selembar celana dan selembar

baju/’’ larik tersebut juga menunjukkan gaya bahasa litotes karena

mempertentangkan sesuatu dengan tujuan untuk memperhalus. Larik “tiada apa

pun di antara Kita: dingin/semakin membara sewaktu berhembus angin/” dalam

puisi “Dalam Doa”. Larik “Kuhentikan hujan. Kini matahari/” dan “Tak bisa

kutolak matahari/memaksaku menciptakan bunga-bunga/” dalam “Kuhentikan

Hujan”. Di samping paradoks juga terdapat gaya bahasa hipalase yang terkandung

dalam larik “hidupmu sore hari (dan bukan siang/ yang bernafas dengan sengit/”.

Larik tersebut menjelaskan bahwa yang bernafas dengan sengit adalah “hidupmu”

bukan “sore hari (dan bukan siang”.

Gaya bahasa pertautan juga penulis temukan dalam penelitian ini, yaitu

sebanyak 8%. Gaya bahasa tersebut terdapat dalam puisi Sehabis Mengantar

Jenazah,Hujan Dalam Komposisi, 2, dan Di Beranda Waktu Hujan. Gaya bahasa

yang sering muncul adalah erotesis. Ada pula penggunaan gaya bahasa sinekdoke

totem pro parte seperti yang terdapat dalam bait pertama puisi yang berjudul

83

Sarumpaet, op. cit., h. 160-161.

Page 77: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

64

Sehabis Mengantar Jenazah. Pada larik kedua bait pertama disebut “Hujan pun

sudah selesai”. Hujan, yang merupakan fenomena alam yang sangat berpengaruh

pada hidup kepenyairan Sapardi, telah berhenti persis saat penguburan itu

rampung. Pada bait ini, jenazah, yang disebut pada judul sajak tidak lagi disebut

pada larik ketiga, tetapi diganti dengan “dunia yang tak habisnya/bercakap.” Cara

pengucapan demikian ini dalam stilistika disebut sebagai sinekdoke totem pro

parte. Maksudnya menyebut keseluruhan, dalam hal ini dunia, untuk menegaskan

sebagian, yang dalam hal ini jenazah. Secara tidak langsung ini juga menunjukkan

gejala penggunaan gaya bahasa metafora karena kata “jenazah” disamakan artinya

dengan “dunia”. Interpretasi lebih luas dijelaskan oleh Soemanto sebagai berikut.

Gaya bahasa sinekdoke tampaknya cocok untuk Sapardi yang

memandang puisi sebagai alat ucap kecil dalam rangka meraih penyajian

pengalaman yang lebih besar. Sebaliknya, dalam puisi juga bisa dihadirkan

gambaran besar untuk menegaskan yang kecil. Dengan kata lain, jenazah

tidak hanya bisa kita pandang sebagai jenazah seseorang, tetapi merupakan

wakil dari suatu kehidupan yang berangkat tua dan mati. Pada bait kedua,

si aku diminta untuk pulang “dengan payung di tangan, tertutup’. Anak-

anak pun beriang-ria, “bermain di jalanan basah”, suatu pertanda bahwa

hidup kembali normal. Bahkan, seperti dikatakan Teeuw, gairah hidup pun

mulai tumbuh setelah terdengar “kuda-kuda meringkik di bukit-bukit yang

jauh”. Dalam situasi yang demikian ini, “tak perlu tua dalam tanda tanya”.

Namun, seperti diungkapkan pada bait ketiga, pertanyaan-pertanyaan

itu terus saja bermunculan pertanyaan “masih adakah?” Hal ini sesuai

dengan salah satu konsep puisi seperti yang dikatakan oleh Sapardisendiri,

yakni bahwa sajak merupakan pertanyaan yang dijawab dengan pertanyaan

pula. Pertanyaan itu muncul karena hidup ternyata berhadapan dengan

“Alangkah angkuhnya langit/ angkuhnya pintu yang akan menerima kita/

seluruhnya, seluruhnya...”, yakni bahwa maut, ternyata tidak terlalu akrab.

Di samping itu, seperti ditegaskan pada baris terakhir bait ketiga itu,

akhirnya manusia mengalami kesendirian lagi: “pada sebuah gua yang

menjadi sepi tiba-tiba”.84

D. Implikasi Terhadap Pembelajaran Sastra

Pengajaran sastra di sekolah menengah pada dasarnya bertujuan agar siswa

memliki rasa peka terhadap karya sastra yang berharga sehingga merasa terdorong

dan tertarik untuk membacanya. Dengan membaca karya sastra diharapkan siswa

memperoleh pengertian yang baik tentang manusia dan kemanusiaan, mengenal

84

Soemanto, op. cit., h. 105- 106.

Page 78: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

65

nilai-nilai, dan mendapatkan ide-ide baru. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa tujuan pokok pengajaran sastra adalah untuk memcapai kemampuan

apresiasi kreatif. Apresiasi kreatif menurut J.Grace adalah berupa respon

sastra.85

Respon ini menyangkut aspek kejiwaan, terutama berupa perasaan,

imajinasi, dan daya kritis. Dengan memiliki respon sastra, siswa diharapkan

mempunyai bekal untuk mampu merespon kehidupan ini secara artistik imajinatif,

karena sastra itu sendiri muncul dari pengolahan tentang kehidupan ini secara

artistik dan imajinatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Dalam pembelajaran sastra di sekolah khususnya puisi, siswa diminta untuk

dapat mengapresiasi puisi. Mengapresiasi puisi berarti kesanggupan dalam

mengenal, memahami, menghargai, menilai, dan memberi makna terhadap puisi

yang dibaca. Mengenai tingkatan apresiasi puisi Djojosuroto membaginya dalam

lima tingkatan yaitu: penikmatan, penghargaan, pamahaman, panghayatan, dan

aplikasi.86

Pada tingkatan awal apresiasi puisi di sekolah, barulah berupa

pengenalan dengan mendengarkan pembacaan puisi. Misalnya, siswa diminta

untuk mendengarkan pembacaan puisi baik itu dibacakan langsung oleh guru

maupun penyair melalui tayangan video. Hal ini ditujukan agar siswa mengenal,

senang dan tertarik untuk dapat menikmati puisi. Pada tingkatan kedua siswa

diminta untuk menanggapi pembacaan puisi (KD. 13.1). Tingkatan ini disebut

sebagai tingkat penghargaan. Selanjutnya untuk sampai ditingkat pemahaman

siswa diminta untuk memahami puisi melalui identifikasi unsur-unsur bentuk

puisi, baik fisik maupun batin (KD. 5.1 dan KD. 15.2). Setelah itu, berlanjut pada

tingkat penghayatan, pada tahap ini siswa diminta untuk merefleksikan isi puisi

(KD. 13.2). Kemudian sebagai tingkatan akhir, yaitu tingkat aplikasi siswa

diharapkan mampu menulis puisi dengan pilihan kata yang sesuai dan juga

memperhatikan unsur persajakan (KD.16.1).

85

M. Atar Semi, Rancangan Pengajaran Bahasa & Sastra Indonesia, (Bandung: Angkasa, 1989),

h.152- 153. 86

Kinayati Djojosuroto dan Noldy Pelenkahu, Teori dan Pemahaman Apresiasi Puisi,

(Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009), h. 102.

Page 79: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

66

Setiap tingkatan dalam apresiasi puisi tersebut hanya dapat dicapai bila guru

yang mengajarkan dapat menumbuhkan kecintaan siswa kepada karya sastra

khususnya puisi. Untuk menumbuhkan kecintaan tersebut guru harus mampu

menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik. Selain itu,

penguasaan guru terhadap materi yang diajarkan juga mutlak diperlukan. Hal ini

tentu tidak terlepas dari pemilihan bahan ajar yang tepat untuk digunakan dalam

proses pembelajaran. Jika dikaitkan dengan kumpulan puisi Hujan Bulan Juni

karya Sapardi Djoko Damono, guru dapat menjadikan buku ini sebagai bahan ajar.

Puisi-puisi yang terdapat dalam kumpulan puisi ini kaya akan penggunaan gaya

bahasa. Dengan demikian diharapkan siswa mampu mengerti dan memahami

penggunaan gaya bahasa yang terdapat dalam karya sastra khususnya puisi

sehingga dapat memudahkan siswa untuk bisa sampai pada tingkatan apresiasi

yang berupa aplikasi seperti mampu menulis puisi bebas dengan menggunakan

pilihan kata yang sesuai (KD. 16.1) dan menganalisis struktur fisik maupun batin

puisi pada materi mengenali ciri-ciri umum puisi dari buku antologi puisi (KD.

15.2).

Page 80: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

67

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis penggunaan gaya bahasa pada 25 puisi yang

terdapat dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni, dapat diambil simpulan sebagai

berikut.

1. Gaya bahasa yang sering muncul dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni

karya Sapardi Djoko Damono adalah gaya bahasa perbandingan. Gaya

bahasa tersebut didominasi oleh gaya bahasa personifikasi dan metafora.

Efek yang ditimbulkan dari penggunaan gaya bahasa tersebut adalah

membuat gagasan dan emosi lebih nyata. Selanjutnya, gaya bahasa

perulangan juga banyak ditemukan dari pada gaya bahasa pertentangan

dan pertautan. Secara keseluruhan gaya bahasa yang digunakan sebanyak

sembilan belas gaya bahasa, yaitu metafora, personifikasi, alegori,

hiperbola, litotes, paradoks, klimaks, antiklimaks, hipalase, erotesis,

elipsis, sinekdoke, aliterasi, asonansi, epizeukis, anafora, mesodiplosis,

dan epanalepsis.

2. Gaya bahasa yang terdapat dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya

Sapardi Djoko Damono memiliki implikasi terhadap pembelajaran sastra.

Kumpulan puisi ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan rujukan bagi

pembelajaran apresiasi puisi di sekolah karena kaya akan penggunaan gaya

bahasa. Dengan demikian diharapkan siswa mampu mengerti dan

memahami penggunaan gaya bahasa yang terdapat dalam karya sastra

khususnya puisi sehingga dapat memudahkan siswa untuk bisa sampai

pada tingkatan apresiasi yang berupa aplikasi seperti mampu menulis puisi

bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai (KD.16.1) dan

menganalisis struktur fisik maupun batin puisi pada materi mengenali ciri-

ciri umum puisi dari buku antologi puisi (KD. 15.2)

Page 81: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

68

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dijelaskan, maka saran yang dapat diberikan

adalah sebagai berikut.

1. Diharapkan kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko

Damono ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran apresiasi puisi di

sekolah.

2. Guru sebaiknya memberikan materi khusus mengenai gaya bahasa dengan

menambahkan indikator pada salah satu kompetensi dasar. Indikator dapat

berupa ketercapaian siswa untuk mampu mengerti dan memahami tentang

berbagai macam gaya bahasa dan penggunaanya dalam pembelajaran

maupun kehidupan sehari-hari.

3. Kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini

hendaknya menjadi salah satu buku yang harus ada di perpustakaan

sekolah.

Page 82: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.

Semarang: IKIP Semarang Press. 1995.

Atmazaki. Ilmu Sastra Teori dan Terapan. Padang: Angkasa Raya. 1990.

Bahtiar, Ahmad. Metode Penelitian Sastra. Jakarta: Pustaka Mandiri. 2011.

Damono, Sapardi Djoko. Hujan Bulan Juni, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama. 2013.

Djojosuroto, Kinayati dan Noldy Pelenkahu. Teori Pemahaman dan Apresiasi

Puisi. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. 2009.

________ dan M.L.A. Sumaryati. Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan

Sastra. Bandung: Nuansa. 2010

Endaswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi, Model, Teori,

dan Aplikasi. Yogyakarta: MedPress. 2008.

Fananie, Zainuddin. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

2002.

FITK UIN Syarif Hidayatullah. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah. 2013.

Hanum, Zulfa. Metode Penelitian Kesusastraan. Tangerang: PT Pustaka Mandiri.

2012.

Minderop, Albertine. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia. 2005.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya. 2010.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1988.

Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press. 2005.

Poerwadarminta, W.J.S.. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka. 1995.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Ensiklopedi Sastra Indonesia

Modern. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009.

Page 83: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari

Strukturalisme Hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009.

_______, Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. 2009.

Sarumpaet, Riris K. Toha dan Melani Budianta (ed.). Membaca Sapardi. Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2010.

Semi, M. Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. 1998.

Skripsi. Fakultas Sastra UNS Surakarta. 2004.

Soemanto, Bakdi. Sapardi Djoko Damono Karya dan Dunianya. Jakarta: PT

Grasindo. 2006.

Stanton, Robert. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

2009.

Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa Bandung.

2009.

Waluyo, Herman J. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga. 1995.

Tim Penyusun: Jurusan Bahasa Indonesia UNJ, Modul Pendidikan dan Latihan

Profesi Guru Rayon 9 UNJ, Jakarta: UNJ. 2011.

Page 84: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

Nama

NIM

Jurusan

Fakultas

Judul Skripsi

LEMBAR UJI REFERENSI

: TRI WINDUSARI

:1811013000015

: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

: Ilmu Keguruan dan TarbiYah

'. "Gaya Bahasa Kumpulan Puisi Hujan Bulan Juni Karya

Sapardi Djoko Damono dan Implikasinya terhadap

Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Pertama'"

' Memahami Bahasa dalam

Karya Sastra. Semarang: IKIP SemarangPress' 1995'

aon TeraPan' Padang: Angkasa

Raya. 1990.

Penelitian Sastra' Jakarta:

Pujangga Rabani Press. 2012.

an Bulan Juni, Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama. 2013

@aun Noldy pelenkahu. Teori

Pemahaman dan Apresiasi Puisi' Yogyakarta: Pustaka Book

Publisher.2009

D--tojosoroto, rinuyuti dan M'L.A. Sumaryati' Prinsip-

Bandung:prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra'

Nuansa. 2010.

Endaswara, Suwardi.

Epistemologi, Model,

MedPress.2008.

Metodologi Penelitian Sastra

Teori, dan Aplikasi. YogYakarta:

Page 85: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

8. Fananie, Zanuddin. Telaah Sastra. Surakarta:

Muhammadiyah University Press. 2002. 39. FITK UIN Syarif Hidayatullah. Pedoman Penulisan Slvipsi.

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah- 2013. x10. Hanum, Zulfa. Metode Penelitian Kesusqstraqn Tangerang:

PT Pustaka Mandiri. 2012.

a")

4ll Minderop, Albertine. Metode Karalderisasi Telaah Fil$i.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2005.9-,/)

t2. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi

Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2010.?/)

13. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia lndonesia.

1988. 314. Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press. 2005. x15. Poerwadarminta" W-J-S.. Kamus Umum Bahasa Indonesiq-

Jakarta: Balai Pustaka. 1995. 416. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Ensiklopedi

Sastra Indonesia Modern. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.2AD9.&

17. Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik

Penelitian Sastra dari Struhuralisme Hingga

Postrukturalisme Perspeloif Wacano Naratif, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. 2009.

L18. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastrq, dan

Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009. 419. Sarumpaet, Riris K. Toha dan Melani Budianta. Membaca

Sapardi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2010. E20. Semi, M. Atar. Anqtomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

1998. \27. Skipsi. Fakultas Sastra IINS Surakarta.2004. 4

Page 86: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

22. Soemanto, Bakdi. Sapardi Djoko Damono Karya dan

Dunianya. Jakarta: PT Grasindo. 2006. /123. Stanton, Robert. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2007. fr24. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitotif Kualitatd dan

R&D. Bandung: Alfabeta, 2009. E25. Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung:

Angkasa Bandung. 2009. A26. Tim Penyusun: Jurusan Bahasa Indonesia IJNJ, Modul

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 9 UNJ, Jakarta:

uNJ.201l. \27. Waluyo, Herman J. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta:

Erlangga. 1995. \

Mengetahui,Pembimbing skripsi

NrP. 1 9760 1182009121002

Page 87: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama sekolah : MTs.Ar-Rasyidiyyah

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : VIII (Delapan)

Semester : 1I (Dua)

Aspek : Menulis

A. STANDAR KOMPETENSI

16. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas.

B. KOMPETENSI DASAR

16.1 Menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.

C. INDIKATOR

1. Kognitif

a. Produk: menulis puisi

b. Proses:

1) Mengamati gambar atau objek, kemudian mendaftar topik/objek yang

akan diangkat sebagai puisi.

2) Mendeskripsikan objek dalam larik-larik yang bersifat puitis.

3) Menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai.

4) Menulis puisi dengan menggunakan gaya bahasa.

5) Menyunting sendiri pilihan kata yang terdapat di dalam puisi yang

ditulis agar bersifat puitis.

2. Psikomotor

1) Menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai

berdasarkan objek yang didata.

2) Menulis puisi dengan gaya bahasa.

3) Menyunting pilihan kata puisi yang ditulis.

Page 88: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

3. Afektif

a. Perilaku berkarakter

1) Rasa hormat dan perhatian

2) Tekun

3) Mandiri

b. Keterampilan sosial

1) Bertanya dengan bahasa yang baik dan benar.

2) Menyumbang ide

3) Membantu teman yang mengalami kesulitan

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Kognitif

a. Produk

Siswa dapat menulis puisi

b. Proses:

1) Siswa dapat mengamati objek dan mendata objek yang akan

dijadikan bahan menulis puisi dari gambar atau pengamatan

langsung.

2) Siswa dapat mendaftar topik/objek yang akan diangkat sebagai puisi.

3) Siswa dapat mendeskripsikan objek dalam larik-larik yang bersifat

puitis dari puisi yang ditulis.

4) Siswa dapat menyunting sendiri pilihan kata yang terdapat di dalam

puisi yang ditulis agar bersifat puitis.

5) Siswa dapat mendeskripsikan objek dalam larik-larik yang bersifat

puitis.

6) Siswa dapat menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang

sesuai.

7) Siswa dapat menulis puisi dengan menggunakan gaya bahasa.

8) Siswa dapat menyunting sendiri pilihan kata yang terdapat di dalam

puisi yang ditulis agar bersifat puitis.

Page 89: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

2. Psikomotor

1) Siswa dapat menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang

sesuai berdasarkan objek yang didata.

2) Siswa dapat menulis puisi dengan menggunakan gaya bahasa.

3) Siswa dapat menyunting pilihan kata puisi yang ditulis.

4) Siswa dapat memberikan tanggapan atau penilaian dari puisi yang

ditulis teman

3. Afektif

a. Perilaku berkarakter

Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperhatikan

kemajuan dan berperilaku seperti,

1) Rasa hormat dan perhatian

2) Tekun

3) Mandiri

b. Keterampilan sosial

Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memerhatikan kemajuan

seperti,

1) Bertanya dengan bahasa yang baik dan benar.

2) Menyumbang ide.

3) Membantu teman yang mengalami kesulitan.

E. MATERI PEMBELAJARAN

a. Gambar peristiwa

b. Unsur intrinsik puisi

c. contoh-contoh puisi yang terdapat dalam kumpulan puisi Hujan Bulan

Juni

F. ALOKASI WAKTU : 2 X 40 menit

G. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN

a. Pendekatan : CTL

b. Model pembelajaran : Pemodelan dan koperatif

c. Metode pembelajaran : Diskusi, penugasan, ceramah

Page 90: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

1. Kegiatan awal (10 menit)

a. Mempersiapkan siswa belajar.

b. Guru melakukan apersepsi dengan meminta siswa untuk melihat

gambar peristiwa/tayangan yang mengharukan.

c. Guru dan siswa bertanya jawab tentang proses penyusunan puisi yang

pernah dialami atau dikenal siswa.

d. Menyampaikan tujuan pembeljaran yang akan dicapai.

e. Memotivasi siswa bahwa menulis puisi itu mudah dan dapat dilakukan

oleh siapapun.

f. Memberikan keterangan tentang pilihan kata yang sesuai pada puisi.

2. Kegiatan inti (60 menit)

a. Guru dan siswa bertanya jawab tentang pengalaman siswa menulis

puisi. (eksplorasi)

b. Guru memfasilitasi siswa mengamati berbagai penulisan puisi

berdasarkan pada gambar atau yang dilihat berdasarkan pilihan kata

yang tepat. (eksplorasi)

c. Guru melibatkan siswa mencari informasi yang luas dan dalam

tentang topik/tema materi yang akan dipelajari. (eksplorasi)

d. Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa serta antara

siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.

e. Siswa berkelompok menjadi dua kelompok, kelompok satu menyusun

puisi dari gambar, kelompok menyusun puisi dengan pengamatan

lingkungan sekolah. (elaborasi)

f. Setiap kelompok menyajikan puisinya di papan tulis. Kelompok yang

lain mengomentari puisis dari segi kesesuaian dengan gambar/obyek

yang diamati. (elaborasi)

g. Guru memberikan format penilaian kinerja, siswa mengacu format

asesmen kinerja pada LP 2 untuk digunakan membahas hasil kerja

kelompok.

Page 91: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

h. Beberapa orang siswa dari perwakilan kelompok membahas hasil kerja

kelompok. (konfirmasi)

i. Siswa membahas hasil kerja kelompok melalui kegiatan tanya jawab

dengna menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ketika ada

anggota kelompok sedang mempresentasikan hasil kerja kelompok,

siswa lain mendengarkan dengan penuh apresiasi. (konfirmasi)

j. Siswa lain menanggapi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang

baik dan benar selanjutnya mereka saling bertukar saran dengan bahasa

yang santun (konfirmasi)

k. Secara individual siswa menulis puisi dengan mengamati gambar atau

lingkungan sekolah dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai

dalam lembar kerja siswa yang dapat dijadikan penilaian akhir

kemampuan siswa. (elaborasi).

l. Siswa menampilkan hasilnya di papan tulis/ dinding kelas. (elaborasi)

m. Siswa lain memberikan komentar.

n. Siswa mengambil hasil karya yang ditempelkan di papan tulis/dinding

kelas dan menyunting puisi berdasarkan komentar yang diterimanya.

(elaborasi)

o. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk

lisan, tulisan, isyarat maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa.

(konfirmasi)

3. Kegiatan akhir (10 menit)

a. Siswa membuat rumusan simpulan terhadap butir-butir pembelajaran

yang sudah diikutinya.

b. Siswa menyampaikan kesan dengan menggunakan bahasa yang baik

dan benar terhadap pembelajaran yang dilaksanakan secara konsisten

sebagai kegiatan refleksi.

c. Guru memberikan penguatan terhadap simpulan oleh para siswa untuk

menumbuhkan kebanggaan oleh rasa percaya diri siswa.

d. Guru memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum

berpartisipasi aktif.

Page 92: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

I. MEDIA/ ALAT/ BAHAN/ SUMBER BELAJAR

1. Laptop, LCD

2. Lembar kerja siswa

3. Gambar

4. Contoh-contoh puisi dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni

5. Buku bahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VIII, penerbit Erlangga

6. Pengajaran gaya bahasa Henry Guntur Tarigan

J. PENILAIAN

1. Lembar Penilaian 1 (LP 1) = Kognitif (penilaian produk)

2. Lembar Penilaian 2 (LP 2) = Kognitif (penilaian proses)

3. Lembar Penilaian 3 (LP 3) = Psikomotor

4. Lembar Penilaian 4 (LP 4) = Afektif (penilaian perilaku berkarakter)

5. Lembar Penilaian 5 (LP 5) = Afektif (penilaian perlaku sosial)

Jenis tagihan:

1. Tugas individu : menggunakan LP 1, LP 4, dan LP 5

2. Tugas kelompok : menggunakan LP 2, dan LP 3

Bentuk instrumen

1. Uraian bebas

2. Jawaban singkat

3. Lembar pengamatan

Mengetahui, Jakarta, Desember 2014

Kepala sekolah Guru mata pelajaran bahasa Indonesia

H. Achmad Habibi HR., S.Pd. Tri windusari, S.Pd

Page 93: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

Lembar Penilaian 1

Tulislah beberapa obyek yang kalian amati dari gambar yang disediakan !

Lembar Penilaian 2

Tulislah sebuah puisi berdasarkan obyek yang telah ditulis dengan

menggunakan pilihan kata yang sesuai!

Rubrik penilaian:

No. Aspek Skor Nilai

1.

2.

3.

4.

Keunikan puisi

Keindahan kata

Gaya bahasa

Kesesuaian isi puisi

2

3

2

3

Jumlah skor maksimum 10

Hari/ tanggal :

Siswa, Paraf guru,

Lembar Penilaian 3

1. Suntinglah puisi kalian agar menjadi lebih puitis!

2. Cermatilah komentar gurumu atau temanmu untuk perbaikan puisi

yang kamu hasilkan!

Rubrik penilaian:

No. Aspek Skor Nilai

1.

2.

3.

4.

Keunikan puisi

Keindahan kata

Gaya bahasa

Kesesuaian isi puisi

2

3

2

3

Jumlah skor maksimum 10

Hari/ tanggal :

Siswa, Paraf guru,

Page 94: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

Lembar penilaian 4

Petunjuk:

Berikan penilaian atas setiap perilaku berkarakter siswa dengan

menggunakan skala berikut:

A= sangat baik

B= memuaskan

C= menunjukkan kemajuan

D= memerlukan perbaikan

Format pengamatan perilaku berkarakter

No. Rincian

Tugas

Kinerja

(RTK)

Memerlukan

perbaikan

(D)

Menunjukkan

kemajuan

(C)

Memuaskan

(B)

Sangat

Baik

(A)

1.

Cermat

2. Sungguh-

sungguh

3. Mandiri

Hari/ tanggal :

Siswa, Paraf guru,

Lembar Penilaian 5

Petunjuk:

Berikan penilaian atas setiap perilaku berkarakter siswa dengan

menggunakan skala berikut:

A= sangat baik

B= memuaskan

C= menunjukkan kemajuan

D= memerlukan perbaikan

Page 95: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

Format pengamatan keterampilan sosial

No. Rincian Tugas

Kinerja

(RTK)

Memerlukan

perbaikan

(D)

Menunjukkan

kemajuan

(C)

Memuaskan

(B)

Sangat

Baik

(A)

1.

Menyumbang

kan ide

2. Menggunakan

bahasa

Indonesia

yang baik dan

benar

3. Membantu

teman yang

mengalami

kesulitan

Hari/ tanggal :

Siswa, Paraf guru,

Page 96: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

LEMBAR KERJA SISWA

Nama siswa :……………………………………………………………..

Kelas :……………………………………………………………..

A. Standar Kompetensi : Menulis

16. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas.

B. Kompetensi Dasar

16.2 Menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat mendata objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi.

2. Siswa dapat menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang

sesuai.

3. Siswa dapat menulis puisi bebas dengan menggunakan gaya bahasa.

4. Siswa dapat menyunting sendiri puisi yang ditulisnya

BERPUISI YUK!

Pada pembelajaran sebelumnya kalian sudah memelajari karya sastra

berbentuk puisi. Tentunya kalian sudah mengenali ciri-ciri umum sebuah

puisi. Sekarang, mari kita berlatih menulis sebuah puisi dengan terlebih

dahulu mendata dan memilih/menentukan objek yang akan kalian jadikan

bahan menulis puisi bebas!

1. Lakukan pengamatan terhadap suatu objek yang menarik di lingkungan

sekolahmu, hasil pengamatan dapat ditulis dalam kolom seperti contoh

berikut:

Objek pengamatan Pembatasan waktu Fokus pengamatan

Kantin sekolah Pagi hari Suasana kantin di sekolah

waktu jam istirahat pagi

hari

2. Daftarlah beberapa objek yang menarik di lingkungan sekolah kalian yang

dapat dipilih sebagai objek penulisan puisi!

3. Amatilah salah satu objek yang sudah disepakati oleh semua siswa dan

tetapkan fokus pengamatan kalian!

4. Tulislah kalimat-kalimat puitis berdasarkan objek yang kalian amati!

5. Susunlah kalimat-kalimat yang puitis tersebut menjadi puisi dengan

memerhatikan pilihan kata yang sesuai dan menggunakan gaya bahasa!

6. Suntinglah sendiri pilihna kata yang kurang tepat dan kurang puitis dalam

puisi yang ditulis tersebut!

Page 97: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

7. Tukarkan puisimu dengan hasil puisi temanmu dan berikan penilaian

dengan format berikut!

Rubrik penilaian

No. Aspek penilaian indikator skor Nilai

1. Pengembangan pilihan kata dan

gaya bahasa

Kekreativitasan

pengembangan dari

kata ke kata yang

dipilih:

Kreatif

Kurang kreatif

Tidak kreatif

5

4

3

2. Keutuhan makna puisi dengan

memerhatikan pilihan kata

yang sesuai

Kesinambungan

antar bait atau lirik:

Semua

berkesinambungan

Sebagian ada yang

tidak

berkesinambungan

Banyak yang tidak

berkesinambungan

5

4

3

Jumlah skor 10

8. Perbaikilah puisi kalian, tulis kembali atau ketik dengan rapi, kemudian

tempelkan di dinding kelas!

D. Tanggapan pengajar

..………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

Hari/ tanggal :

Skor Paraf guru, Paraf orang tua,

Page 98: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

MATERI PUISI

Puisi adalah hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat-

syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dari kata-kata. Keindahan puisi

terlihat dari pilihan kata-kata yang sarat makna. Sebelum memahami sebuah

puisi, kita harus mengenal dahulu unsur intrinsik yang terdapat dalam puisi.

Unsur-unsur tersebut meliputi:

1. Tema

Merupakan gagasan pikiran yang dikemukakan oleh penyair.

2. Suasana

Merupakan ungkapan perasaan dan pemikiran penyair terhadap suatu hal atau

masalah.

3. Nada

Merupakan cara penyair mengungkapkan puisinya baik dengan cara

menyindir, memuja, merayu, dan sebagainya.

4. Amanat

Merupakan pesan yang disampaikan penyair melalui puisinya baik secara

tersirat atau tersurat yang dapat dipetik oleh pembaca.

5. Diksi

Merupakan pilihan kata untuk menyampaikan gagasan, situasi, dan perasaan

penyair secara tepat yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dapat

menimbulkan efek keindahan dan menghidupkan imajinasi pembaca.

6. Citraan

Merupakan gambaran angan yang muncul di benak pembaca puisi. Wujud

gambaran atau citraan terdiri atas:

a. Citraan penglihatan

b. Citraan pendengaran

c. Citraan penciuman

Page 99: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

7. Gaya bahasa

Gaya bahasa digunakan untuk menghasilkan puisi yang indah, hidup, dan

bernilai seni. Macam-macam gaya bahasa antara lain: perbandingan,

pertentangan, pertautan, perulangan. Jenis-jenis dari macam-macam gaya

bahasa tersebut dapat dilihat dibuku Henry Guntur Tarigan.

8. Irama

Irama dalam puisi tergantung dari banyaknya bunyi suku kata, baik pada kata,

frasa maupun kalimat dalam tiap baris.

Contoh-contoh puisi yang terdapat dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni dan

gaya bahasa yang digunakannya.

Puisi I

HUJAN DALAM KOMPOSISI, 2

Apakah yang kita harapkan dari hujan? Mula-mula ia di udara

tinggi, ringan, dan bebas; lalu mengkristal dalam dingin;

kemudian melayang jatuh ketika tercium bau bumi; dan

menimpa pohon jambu itu, tergelincir dari daun-daun,

melenting di atas genting, tumpah di pekarangan rumah,

dan kembali ke bumi.

Apakah yang kita harapkan? Hujan juga jatuh di jalan yang

panjang, menyusurnya, dan tergelincir masuk selokan

kecil, mericik swaranya, menyusur selokan, terus mericik

sejak sore, mericik juga di malam gelap ini, bercakap

tentang lautan.

Apakah? Mungkin ada juga hujan yang jatuh di lautan.

Selamat tidur.

(1969)

Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi tersebut antara lain.

a. Personifikasi

Apakah yang kita harapkan dari hujan? Mula-mula ia di udara tinggi,

ringan, dan bebas; lalu mengkristal dalam dingin; kemudian melayang

jatuh ketika tercium bau bumi; dan menimpa pohon jambu itu,

tergelincir dari daun-daun, melenting di atas genting, tumpah di

pekarangan rumah dan kembali ke bumi.

Page 100: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

Apakah yang kita harapkan? Hujan juga jatuh di jalan yang panjang,

menyusurnya, dan tergelincir masuk selokan kecil, mericik swaranya,

menyusur selokan, terus mericik sejak sore, mericik juga di malam gelap

ini, bercakap tentang lautan.

b. Erotesis, terdapat dalam larik.

Apakah yang kita harapkan dari hujan?/Apakah yang kita

harapkan?/Apakah?//

Puisi II

SEPASANG SEPATU TUA

sepasang sepatu tua tergeletak di sudut sebuah gudang, berdebu

yang kiri terkenang akan aspal meleleh, yang kanan teringat jalan

berlumpur sehabis hujan – keduanya telah jatuh cinta

kepada sepasang telapak kaki itu

yang kiri menerka mungkin besok mereka dibawa ke tempat

sampah dibakar bersama seberkas surat cinta, yang kanan

mengira mungkin besok mereka diangkut truk sampah itu

dibuang dan dibiarkan bersama makanan sisa

sepasang sepatu tua saling membisikkan sesuatu yang hanya bisa

mereka pahami berdua

Puisi III

PUISI CAT AIR UNTUK RIZKI

angin berbisik kepada daun jatuh yang tersangkut kabel telpon

itu, "aku rindu, aku ingin mempermainkanmu!"

kabel telpon memperingatkan angin yang sedang memungut

daun itu dengan jari-jarinya gemas, "jangan brisik,

mengganggu hujan!"

hujan meludah di ujung gang lalu menatap angin dengan

tajam, hardiknya, 'lepaskan daun itu!"

Page 101: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

SAJAK DESEMBER

kutanggalkan mantel serta topiku yang tua

ketika daun penanggalan gugur

lewat tengah malam. kemudian kuhitung

hutang-hutangku pada-Mu

mendadak terasa: betapa miskinnya diriku;

di luar hujan pun masih kudengar

dari celah-celah jendela. ada yang terbaring

di kursi letih sekali

masih patutkah kuhitung segala milikku

selembar celana dan selembar baju

ketika kusebut berulang nama-Mu; taram

temaram bayang, bianglala itu

(1961)

SEHABIS MENGANTAR JENAZAH

masih adakah yang akan kautanyakan

tentang hal itu? hujan pun sudah selesai

sewaktu tertimbun sebuah dunia yang tak habisnya bercakap

di bawah bunga-bunga menua, matahari yang senja

pulanglah dengan payung di tangan, tertutup

anak-anak kembali bermain di jalanan basah

seperti dalam mimpi kuda-kuda meringkik di bukit-bukit jauh

barangkali kita tak perlu tua dalam tanda tanya

masih adakah? alangkah angkuhnya langit

alangkah angkuhnya pintu yang akan menerima kita

seluruhnya, seluruhnya kecuali kenangan

pada sebuah gua yang menjadi sepi tiba-tiba.

(1967)

Page 102: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

HUJAN TURUN SEPANJANG JALAN

hujan turun sepanjang jalan

hujan rinai waktu musim berdesik-desik pelan

kembali bernama sunyi

kita pandang: pohon-pohon di luar basah kembali

tak ada yang menolaknya. Kita pun mengerti, tiba-tiba

atas pesan yang rahasia

tat kala angin basah tak ada bermuat debu

tat kala tak ada yang merasa diburu-buru

(1967)

DALAM DOA: 1

kupandang ke sana: Isyarat-isyarat dalam cahaya

kupandang semesta

ketika Engkau seketika memijar dalam Kata

terbantun menjelma gema. Malam sibuk di luar suara

kemudian daun bertahan pada tangkainya

ketika hujan tiba. Kudengar bumi sediakala

tiada apa pun di antara Kita: dingin

semakin membara sewaktu berhembus angin

(1968)

GERIMIS KECIL DI JALAN JAKARTA MALANG

seperti engkau berbicara diujung jalan

(waktu dingin, sepigrimis tiba-tiba

seperti engkau memanggil-manggil di kelokan itu

untuk kembali berduka)

untuk kembali kepada rindu

panjang dan cemas

seperti engkau yang memberi tanda tanpa lampu-lampu

supaya menyahutmu, Mu

(1968)

Page 103: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

KUPANDANG KELAM YANG MERAPAT

KE SISI KITA

kupandang kelam yang merapat ke sisi kita;

siapa itu di sebelah sana, tanyamu tiba-tiba

(malam berkabut seketika); barangkali menjemputku

barangkali berkabar penghujan itu

kita terdiam saja di pintu, menunggu

atau ditunggu, tanpa janji terlebih dahulu;

kenalkah ia padamu, desakmu (kemudian sepi

terbata-bata menghardik berulang kali)

bayang-bayangnya pun hampir sampai di sini; jangan

ucapkan selamat malam; undurlah pelahan

(pastilah sudah gugur hujan

di hulu sungai itu); itulah Saat itu, bisikku

kukecup ujung jarimu; kau pun menatapku:

bunuhlah ia, suamiku (kutatap kelam itu

bayang-bayang yang hampir lengkap mencapaiku

lalu kukatakan: mengapa Kau tegak di situ)

(1968)

PERTEMUAN

perempuan mengirim air matanya

ke tanah-tanah cahaya, ke kutub-kutub bulan

ke landasan cakrawala; kepalanya di atas bantal

lembut bagai bianglala

lelaki tak pernah menoleh

dan di setiap jejaknya: melebat hutan-hutan,

hibuk pelabuhan-pelabuhan; di pelupuknya sepasang matahari

keras dan fana

dan serbuk-serbuk hujan

tiba dari arah mana saja (cadar

bagi rahim yang terbuka, udara yang jenuh)

ketika mereka berjumpa. Di ranjang ini

(1968)

Page 104: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

HUJAN DALAM KOMPOSISI, 1

“Apakah yang kautangkap dari swara hujan, dari daun-daun

bugenvil basah yang teratur mengetuk jendela? Apakah yang

kautangkap dari bau tanah, dari ricik air yang turun di selokan?”

“Ia membayangkan hubungan gaib antara tanah dan hujan,

membayangkan rahasia daun basah serta ketukan yang berulang.

“Tak ada. Kecuali bayang-bayangmu sendiri yang di balik

pintu memimpikan ketukan itu, memimpikan sapa pinggir hujan,

memimpikan bisik yang membersit dari titik air menggelincir dari

daun dekat jendela itu. Atau memimpikan semacam suku kata

yang akan mengantarmu tidur.”

“Barangkali sudah terlalu sering ia mendengarnya, dan tak lagi

mengenalnya.

(1969)

HUJAN DALAM KOMPOSISI, 2

Apakah yang kita harapkan dari hujan? Mula-mula ia di udara

tinggi, ringan, dan bebas; lalu mengkristal dalam dingin;

kemudian melayang jatuh ketika tercium bau bumi; dan

menimpa pohon jambu itu, tergelincir dari daun-daun,

melenting di atas genting, tumpah di pekarangan rumah,

dan kembali ke bumi.

Apakah yang kita harapkan? Hujan juga jatuh di jalan yang

panjang, menyusurnya, dan tergelincir masuk selokan

kecil, mericik swaranya, menyusur selokan, terus mericik

sejak sore, mericik juga di malam gelap ini, bercakap

tentang lautan.

Apakah? Mungkin ada juga hujan yang jatuh di lautan.

Selamat tidur.

(1969)

HUJAN DALAM KOMPOSISI, 3

dan tik-tok jam itu kita indera kembali akhirnya

terpisah dari hujan

(1969)

Page 105: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

DI BERANDA WAKTU HUJAN

Kausebut kenanganmu nyanyian (dan bukan matahari

yang menerbitkan debu jalanan, yang menajamkan

warna-warni bunga yang dirangkaikan) yang menghapus

jejak-jejak kaki, yang senantiasa berulang

dalam hujan. Kau di beranda,

sendiri, “Ke mana pula burung-burung itu (yang bahkan

tak pernah kaulihat, yang menjelma semacam nyanyian,

semacam keheningan) terbang; ke mana pula suit daun

yang berayun jatuh dalam setiap impian?”

(Dan bukan kemarau yang membersihkan langit,

yang pelahan mengendap di udara) kausebut cintamu

penghujan panjang, yang tak habis-habisnya

membersihkan debu, yang bernyanyi di halaman.

Di beranda kau duduk,

Sendiri, “Di mana pula sekawanan kupu-kupu itu,

menghindar dari pandangku; di mana pula

(ah, tidak!) rinduku yang dahulu?”

Kau pun di beranda, mendengar dan tak mendengar

kepada hujan, sendiri,

“Di manakah sorga itu: nyanyian

yang pernah mereka ajarkan padaku dahulu

kata demi kata yang pernah kuhafal

bahkan dalam igauanku?” Dan kausebut

hidupmu sore hari (dan bukan siang

yang bernafas dengan sengit

yang tiba-tiba mengeras di bawah matahari yang basah,

yang meleleh dalam senandung hujan,

yang larut.

Amin.

(1970)

KARTU POS BERGAMBAR:

JEMBATAN GOLDEN GATE, SAN FRANCISCO

kabut yang likat dan kabut yang pupur

lekat dan grimis pada tiang-tiang jembatan

matahari menggeliat dan kembali gugur

tak lagi di langit! Berpusing di pedih lautan

(1971)

Page 106: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

CAHAYA BULAN TENGAH MALAM

aku terjaga di kursi ketika cahaya bulan jatuh di wajahku dari

genting kaca

adakah hujan sudah reda sejak lama?

masih terbuka koran yang tadi belum selesai kubaca

terjatuh di lantai; di tengah malam itu ia nampak begitu dingin

dan fana

(1971)

CATATAN MASA KECIL 2

Ia mengambil jalan lintas dan jarum-jarum rumput

berguguran oleh langkah-langkahnya. Langit belum berubah juga.

ia membayangkan rahang-rahang laut dan rahang-rahang bunga

lalu berpikir apakah burung yang tersentak dari ranting lamtara

itu pernah menyaksikan rahang-rahang laut dan rahang-rahang

bunga terkam-menerkam. Langit belum berubah juga. Angin

begitu ringan dan bisa meluncur ke mana pun dan bisa

menggoda laut sehabis menggoda bunga tetapi ia bukan angin

dan ia kesal lalu menyepak sebutir kerikil. Ada yang terpekik di

balik semak. Ia tak mendengarnya.

Ada yang terpekik di balik semak dan gemanya menyentuh sekuntum

bunga lalu tersangkut pada angin dan terbawa sampai

ke laut tetapi ia tak mendengarnya dan i a membayangkan

rahang-rahang langit kalau hari hampir hujan. Ia sampai di

tanggul sungai tetapi mereka yang berjanji menemuinya ternyata

tak ada. Langit sudah berubah. Ia memperhatikan ekor srigunting

yang senantiasa bergerak dan mereka yang berjanji mengajaknya

ke seberang sungai belum jug a tiba lalu menyaksikan butir-butir

hujan mulai jatuh ke air dan ia memperhatikan

lingkaran-lingkaranitu melebar dan ia membayangkan mereka

tiba-tiba mengepungnya dan melemparkannya ke air.

Ada yang memperhatikannya dari seberang sungai tetapi ia

tak melihatnya. Ada.

(1971)

Page 107: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

SAJAK, 1

Begitulah, kami bercakap sepanjang malam; berdiang pada suku

kata yang gosos-menggosok dan membara. “Jangan diam,

nanti hujan yang mengepung kita akan menidurkan kita dan

menyelimuti kita dengan kain putih panjang lalu mengunci

pintu kamar ini”

Baiklah kami pun bercakapa sepanjang malam: “Tetapi begitu

cepat kata demi kata menjadi abu dan mulai beterbangan

dan menyesakkan udara dan...”

(1973)

PERCAKAPAN MALAM HUJAN

Hujan, yang mengenakan mantel, sepatu panjang, dan payung,

berdiri di samping tiang listrik. Katanya kepada lampu jalan,

“Tutup matamu dan tidurlah. Biar kujaga malam.”

“Kau hujan memang suka serba kelam serba gaib serba suara desah;

asalmu dari laut, langit, dan bumi; kembalilah, jangan

menggodaku tidur. Aku sahabat manusia. Ia suka terang.”

(1973)

SEPASANG SEPATU TUA

sepasang sepatu tua tergeletak di sudut sebuah gudang, berdebu

yang kiri terkenang akan aspal meleleh, yang kanan teringat jalan

berlumpur sehabis hujan – keduanya telah jatuh cinta

kepada sepasang telapak kaki itu

yang kiri menerka mungkin besok mereka dibawa ke tempat

sampah dibakar bersama seberkas surat cinta, yang kanan

mengira mungkin besok mereka diangkut truk sampah itu

dibuang dan dibiarkan bersama makanan sisa

sepasang sepatu tua saling membisikkan sesuatu yang hanya bisa

mereka pahami berdua

(1973)

Page 108: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

PADA SUATU PAGI HARI

Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil berjalan

tunduk sepanjang lorong itu. Ia ingin pagi itu hujan turun

rintik-rintik dan lorong sepi agar ia bisa berjalan sendiri saja

sambil menangis dan tak ada orang bertanya kenapa.

Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk

memecahkan cermin membakar tempat tidur. Ia hanya ingin

menangis lirih saja sambil berjalan sendiri dalam hujan rintik-

rintik di lorong sepi pada suatu pagi.

(1973)

PUISI CAT AIR UNTUK RIZKI

angin berbisik kepada daun jatuh yang tersangkut kabel telpon

itu, "aku rindu, aku ingin mempermainkanmu!"

kabel telpon memperingatkan angin yang sedang memungut

daun itu dengan jari-jarinya gemas, "jangan brisik,

mengganggu hujan!"

hujan meludah di ujung gang lalu menatap angin dengan

tajam, hardiknya, 'lepaskan daun itu!"

(1975)

LIRIK UNTUK LAGU POP

jangan pejamkan matamu: aku ingin tinggal di hutan yang gerimis---

pandangmu adalah seru butir air tergelincir dari duri

mawar (begitu nyaring); swaramu adalah kertap bulu

burung yang gugur (begitu hening)

aku pun akan memecah pelahan dan bertebaran dalam hutan;

berkilauan serbuk dalam kabut--- nafasmu adalah goyang anggrek

hutan yang mengelopak (begitu tajam)

aku akan berhamburan dalam grimis dalam seru butir air dalam

kertap bulu burung dalam goyang anggrek---ketika hutan

mendadak gaib

jangan pejamkan matamu:

(1975)

Page 109: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

KUHENTIKAN HUJAN

Kuhentikan hujan. Kini matahari

merindukanku, mengangkat kabut pagi pelahan

ada yang berdenyut

dalam diriku:

menembus tanah basah,

dendam yang dihamilkan hujan

dan cahaya matahari.

Tak bisa kutolak matahari

memaksaku menciptakan bunga-bunga.

(1980)

SIHIR HUJAN

Hujan mengenal baik pohon,jalan,

dan selokan – swaranya bisa dibeda-bedakan;

kau akan mendengarnya meski sudah kaututup pintu

dan jendela. Meskipun sudah kaumatikan lampu.

Hujan yang tahu benar membeda-bedakan, telah jatuh

di pohon, jalan, dan selokan –

menyihirmu agar sama sekali tak sempat mengaduh

waktu menangkap wahyu yang harus kau rahasiakan.

(1981)

Page 110: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

HUJAN BULAN JUNI

tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan juni

dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak

dari hujan bulan juni

dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif

dari hujan bulan juni

dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu

(1989)

HUJAN, JALAK, DAN DAUN JAMBU

Hujan turun semalaman. Paginya

jalak berkicau dan daun jambu bersemi;

mereka tidak mengenal gurindam

dan peribahasa, tapi menghayati

adat kita yang purba,

tahu kapan harus berbuat sesuatu

agar kita manusia, merasa bahagia. Mereka

tidak pernah bisa menguraikan

hakikat kata-kata mutiara, tapi tahu kapan harus berbuat sesuatu, agar kita

merasa tidak sepenuhnya sia-sia.

(1992)

Page 111: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

DALAM DOAKU

dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman

tak memejamkan mata, yang meluas bening siap

menerima cahaya pertama, yang melengkung heningkarena

akan menerima suara-suara

ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam

doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau

senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan

muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana

dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang

mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di

ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang

tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga

itu

maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat

pelahan dari nun di sana, bersijingkat di jalan kecil itu,

menyusup dicelah-celah jendela dan pintu, dan menyentuh-

nyentuhkan pipi dan bibirnya

di rambut, dahi, dan bulu-bu

lu mataku

dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang

dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah

batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia, yang

tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku

aku mencintaimu. Itu sebabnya aku takkan pernah selesai

mendoakan keselamatanmu

(1989)

Page 112: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis lahir di Jakarta, 21 September

1978 dengan nama lengkap Tri Windusari,

mengawali pendidikan formal di TK Aisiyah

kemudian melanjutkan studi di SDN 24

petang, lalu SMPN 23I, dan menamatkan

pendidikan di SMAN 83 Jakarta Utara pada

tahun 1996. Ibu dari dua anak perempuan

yang bernama Salma Mernissie dan Naialya

Khanza Batuta ini sangat menyukai senja,

petualangan, dan juga mencintai dunia yang

ditekuni saat ini yakni menjadi seorang guru.

Bagi penulis menjadi guru adalah panggilan

jiwa dan merupakan cita-cita sejak kecil.

Profesi tersebut ditekuni sejak tahun 2006. Saat itu, penulis mendapatkan

kesempatan untuk menjadi guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia.

Inilah yang menjadi awal kecintaan penulis kepada dunia bahasa dan sastra,

hingga akhirnya tertarik untuk mendalaminya. Seperti peribahasa hendak ulam

pucuk menjulai, pada tahun 2011 penulis mendapat beasiswa dari kantor

Kementrian Agama untuk mengikuti pendidikan di UIN Syarif Hidayatulah

Jakarta Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan.

Menapaki dunia yang baru ini membuat penulis merasa tersesat di jalan

yang benar. Meskipun mangalami kendala, namun tetap bersyukur karena bisa

mengenal sastra lebih jauh dan menganggap ini adalah sebuah keberuntungan.

Bagi penulis mengenal sastra memberikan banyak manfaat, tidak hanya

menghibur tetapi juga membuatnya merasa lebih dekat dengan Tuhan.

Salah satu keinginan penulis saat ini adalah ingin menjadi guru yang

professional dan berharap bisa menginspirasi anak didik serta menularkan

kegemaran membaca karya sastra karena di dalam karya sastra banyak terkandung

nilai kemanusiaan yang sangat penting diketahui oleh peserta didik sebagai upaya

pembentukan watak baik.

Page 113: GAYA BAHASA KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN JUNI …