Gastrointestinal Geriatri 2015 Kel 1

27
BAB I TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Medik 1. Definisi Ageing proses (proses menua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri-menganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita ( Darmojo, 2004 hal 7) Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia. proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi di mulai sejak permulaan kehidupan. (Nugroho, 2008 hal 11) 2. Proses menua pada sistem Gastrointestinal Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolism di sel lainya. Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan komposisi tubuh. Salah satunya perubahan fisiologis pada penuaan dalam sistem gastrointestinal antara lain: a) Rongga mulut 1

description

Gastro

Transcript of Gastrointestinal Geriatri 2015 Kel 1

BAB ITINJAUAN TEORITISA. Konsep Medik

1. Definisi

Ageing proses (proses menua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri-menganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita ( Darmojo, 2004 hal 7)

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia. proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi di mulai sejak permulaan kehidupan. (Nugroho, 2008 hal 11)

2. Proses menua pada sistem Gastrointestinal

Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolism di sel lainya. Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan komposisi tubuh. Salah satunya perubahan fisiologis pada penuaan dalam sistem gastrointestinal antara lain:

a) Rongga mulut

Gigi banyak yang mulai tanggal disamping juga terjadi kerusakan gusi karena degenereasi. Kedua hal ini sangat mempengaruhi proses mastikasi makanan. Lansia mulai sukar kemudian lama kelamaan mulai makan makanan berkonsistensi makanan keras.Kelenjar saliva mulai menurun produksinya.Pengecap di ujung lidah menurun jumlahnya terutama pada rasa asin. (Martono & Pranarka, 2010)Tanggalnya gigi bukan suatu konsekuensi dasar dari proses penuaan, banyak lansia mengalami penanggalan gigi sebagai akibat dari hilangnya tulang penyokong pada permukaan periosteal dan periodontal. Hilangnya sokongan tulang ini juga berkaitan dengan penyediaan sokongan gigi yang adekuat dan stabil pada usia lanjut. Gigi-gigi yang tersisa pada usia setelah 70 tahun sering menimbulkan perasaan nyilu pada permukaan pengunyahan. Penyusutan dan fibrosis pada akar halus bersama-sama dengan retraksi gusi juga berkontribusi terhadap penanggalan gigi pada penyakit periodontal.Mukosa mulut tampak merah dan berkilat pada lansia karena adanya atrofi.Bibir dan gusi tampak tipis karena epitelium telah menyusut dan menjadi lebih mengandung keratin.Vaskularisasi mukosa mulut menurun dan gusi yang tampak pucat karena akibat menurunnya suplai darah.(Stanley& Beare, 2007)b) Faring dan Esophagus

Banyak lansia memiliki kelemahan otot polos sehingga proses menelan sering sukar. Kelemahaan otot esophagus sering menyebabkan proses patologi yang disebut herniahiatus. (Martono & Pranarka, 2010)Motilitas esophagus tetap normal meskipun esophagus mengalami sedikit dilatasi seiring penuaan.Sfingter esophagus bagian bawah (kardiak) kehilangan tonus. Reflek muntah pada lansia akan melemah. Kombinasi dari faktor-faktor ini meningkatkan risiko terjadinya aspirasi pada lansia. (Stanley & Beare, 2007)c) Lambung

Terjadi atrofi mukosa sel kelenjar terjadi pada sel pariental chief akan menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin dan faktor intrinsik berkurang, kemudian ukuran pada lambung menjadi kecil sehingga daya tampung makanan menjadi berkurang karena sekresi asam lambung berkurang sehingga rangsang rasa lapar berkurang. (Martono & Pranarka, 2010)Kesulitan dalam mencerna makanan adalah akibat dari atrofi mukosa lambung dan penurunan motilitas lambung.Atrofi mukosa lambung merupakan akibat dari penurunan sekresi asam hidrokorik (hipoklorhidria), dengan pengurangan absobsi zat besi, kalsium, dan vitamin B12.Motilitas gaster biasanya menurun, dan melambatnya gerakan dari sebagian makanan yang dicerna keluar dari lambung dan terus melalui usus halus dan usus besar. (Stanley & Beare, 2007)

d) Usus halus

Mukosa usus halus juga mengalami atrofi, sehingga luas permukaan berkurang, jumlah villi berkurang, dan selanjutnya menurunkan proses absorbsi. Di daerah duodenum enzim yang dihasilkan oleh pangkreas dan empedu juga menurun, sehingga metabolisme karbohidrat,protein dan lemak menjadi tidak sebaik sewaktu muda. Keadaan seperti ini menyebabkan gangguan yang disebut sebagai malbigesti dan malabsorbsi. (Martono & Pranarka, 2010)e) Usus Besar dan Rektum

Pada usus besar kelokan-kelokan pembuluh darah membesar sehingga motilitas kolon menjadi berkurang keadaan ini akan menyebabkan absorbsi air dielektrolit meningkat (pada kolon sudah tidak terjadi absorbsi makanan), feses menjadi lebih keras, sehingga keluhan sulit buang air merupakan keluhan yang sering terdapat pada lansia. Konstipasi juga disebabkan karena periltastik kolon yang melemah gagal mengosongkan rectum. Proses defekasi yang seharusnya dibantu oleh kontraksi dinding abdomen juga sering kali tidak efektif karena dinding abdomen sudah melemah. (Martono & Pranarka, 2010)f) Pankreas

Produksi enzim amilase, tripsin dan lipase akan menurun sehingga kapasitas metabolisme karbohidrat, protein dan lemak juga akan menurun. Pada lansia sering terjadi pankreatitis yang dihubungkan dengan batu empedu. Batu empedu yang menyumbat ampula Vateri akan menyebabkan ototdigesti parenkim pankreas oleh enzim elastase dan fosfolipase-A yang diaktifkan oleh tripsin dan/ atau asam empedu (Darmojo & Martono, 2006).g) Hati dan EmpeduHati berfungsi sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Disamping juga memegang peranan besar dalam proses detoksikasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin, konjugasi billirubin dan lain sebagainya. Dengan meningkatnya usia, secara histologik dan anatomik akan terjadi perubahan akibat atrofi sebagian besar sel, berubah bentuk menjadi jaringan fibrous. Hal ini akan menyebabkan penurunan fungsi hati (Darmojo & Martono, 2006). Proses penuaan telah mengubah proporsi lemak empedu tanpa perubahan metabolisme asam empedu yang signifikan. Faktor ini memengaruhi peningkatan sekresi kolesterol. Banyak perubahan-perubahan terkait usia terjadi dalam sistem empedu yang juga terjadi pada pasien-pasien yang obesitas (Stanley, 2007). h) Imunitas gastro-intestinal pada lanjut usia

Sistem imun mucosal pada traktus gastro-intestinal merupakan salah satu alat pertahanan primer tubuh manusia terhadap faktor lingkungan yang masuk melalui mulut.Setiap saat epitel saluran makan harus mengatasi antigen yang menggangu fungsi tubuh.Seolah olah sebagai suatu pagar yang menggangu fungsi tubuh.Seolah-olah sebagai pagar yang sangat selektif yang harus mampu memilh substansi pathogen dan antigen asing untuk segera ditolak, tetapi tetap menyerap bahan nutrisi yang diperlukan.Sistem imunitas ini berbedan dengan sitem imunitas sistemik.Factor terpenting yang sangat berpengaruh pada sistem imunitas terhadap infeksi pada organ tua adalah nutrisi.Nutrisi yan kurang baik menyebabkan penderita menjadi lebih rentan terhadap infeksi. (Martono & Pranarka, 2010)

3. Pengukuran status gizi pada usia lanjut.Indeks massa Tubuh (IMT) atau biasa dikenal dengan Body Mass Index merupakan alat ukur yang sering digunakan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan berat badan seseorang. Laporan FAO/WHO/UNU dalam Arisman (2004) menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Maa Index (BMI).Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

IMT= Berat badan (kg)

Tinggi badan (m)Klasifikasi Indeks Massa Tubuh

katerogiIMT

Kurang

Normal

lebih< 18,5

18,5 25,0

>25,0

Sumber : Depkes dalam Nurrachmah (2001)Dalam mengidentifikasi satus gizi dapat juga menggunakan Lingkar Lengan Atas (LLA). Bistrian dan Blackburn (dalam Murray, 1986, Clinical Method in antropometri : Dinamic of Nutrition support Assessment Implementation) yang kemudian dikutip oleh Indriaty (2010) dalam bukunya mengenai Antropometri. Klasifikasi nilai Lingkar Lengan Atas (LLA) sebagaiberikut :

1) LLA < 21 = buruk

2) LLA 21 sampai 22 = sedang

3) LLA > 22 = baik/normal

B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

a. Presepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

Kaji riwayat penyakit atau masalah kesehatan saat ini.b. Pola nutrisi metabolikKaji kemampuan mengunyah dan menelan, asupan diet, anoreksia, tidak dapat mencerna,mual, muntah, keadaan gigi, rahang dan rongga mulut.Kaji status gizi: tanda-tanda yang mengidentifikasi kurang gizi antara lain terjadinya radang bibi ( keilosis) dan stomatitis, mulut kering dan perubahan turgor kulir, kulit kendur.

c. Eliminasi

Kaji adanya konstipasi atau diare.d. Tidur dan istirahat

Kaji pola tidur, waktu tidur dan kesulitan tidur.e. Pola aktifitas dan latihan

Kaji kemampuan aktivitas dan latihan.f. Pola kognitif

Kaji adanya nyeri pada area mulut dan epigastrik, serta kemapuan untuk menelan.Observasi :

Inpseksi keadaan gigi, rahang dan rongga mulut.

Palpasi kemampuan pasien dalam menelan.

Auskultasi bising usus.

Palpasi apakah perut kembung dan adanya masa diabdomen.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan menelan atau mencerna makanan.b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan motilitas traktus gastrointestinal.c. Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan neuromuskuler (penurunan reflek menelan, penurunan kekuatan otot yang terlibat dalam proses mengunyah, dan paralisis wajah).d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal.e. Diare berhubungan dengan malabsobsi dan proses infeksi.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Dp. 1.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mamampuan menelan atau mencerna makanan. Hasil yang diharapkan: Pasien dapat memenuhi status nutrisi yang adekuat ditandai dengan kemampuan asupan makanan dan cairan, berat badan meningkat dalam waktu 7 hari masa perawatan. Rencana Intervensi Keperawatan:

1. Observasi kemampuan untuk menelan dan mencerna makanan.

R/ Mengetahui kemampuan pasien dalam menelan dan mencerna makanan.

2. Pantau asupan makanan atau cairan.

R/mengetahui keadekuatan asupan makanan dan cairan serta kemampuan menelan makanan dan minuman.3. Pantau program diet untuk memenuhi kebutuhan gizi harian.

R/ Memenuhi kebutuhan gizi pasien yang adekuat.

4. Sajikan makanan dalam bentuk yang menarik dan menyenangkan baik segi warna, bentuk, dan variasi.

R/ pasien dapat termotivasi untuk makan.

5. Dorong pasien untuk memilih makanan semilunak jika produksi saliva yang sedikit mengganggu proses menelan.

R/ Makanan yang lunak lebih mudah ditelan.

6. Beri makanan tinggi protein, tinggi kalori, bergizi tinggi dan siap dikonsumsi.R/ memenuhi kebutuhan status gizi pasien..

7. Lakukan perawatan mulut sebelum makan, jika perlu.

R/ mulut yang bersih memberi kenyamanan pada saat pasien makan.

8. Bantu klien mengubah posisi duduk sebelum makan.

R/ Mencegah pasien tersedak dan memudahkan untuk proses menelan.

9. Kolaborasi dengan ahli gizi.

R/ Menentukan jumlah kalori dan nutrisi pasien.

10. Kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan NGT.

R/ memenuhi kebutuhan asupan gizi klien jika tidak dapat mentoleransi aupan makanan melalui oral.

11. Ajarkan pada pasien dan keluarganya tentang program diet.

R/ meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarganya dalam pengaturan diet pada saat perawatan dirumah.

Dp 2: Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan motilitas traktus gastrointestinal.

Hasil yang diharapkan: Klien tidak terjadi dehidrasi ditandai dengan membran mukosa lembab, urin dalam batas normal (0,5-1 cc/Kg BB/jam), rasa haus abnormal tidak ada dalam waktu 2-3 hari masa perawatan. Rencana Intervensi Keperawatan:

1. Observasi tanda-tanda dehidrasi pada klien.

R/ Sebagai data dasar keadaan klinis klien.

2. Kaji kemapuan makan dan minum klien.

R/ mengetahui keadekuatan asupan nutrisi dan cairan klien.

3. Catat intake dan output cairan klien dalam waktu 24 jam.

R/ mengetahui keseimbangan intake dan output klien dalam waktu 24 jam.

4. Anjurkan klien untuk minum minuman dalam keadaan hangat.R/ mencegah terjadinya mual dan muntah.

5. Anjurkan klien minum sedikit tapi sering (1-2 L/24 Jam) bila tidak ada indikasi.

R/ memenuhi kebutuhan cairan klien dalam 24 Jam.

6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena.

R/ memenuhi kebutuhan cairan melalui parenteral.

DP 3: Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan neuromuskuler (penurunan reflek menelan, penurunan kekuatan otot yang terlibat dalam proses mengunyah, dan paralisis wajah). Hasil yang diharapkan: Klien tidak terjadi aspirasi ditandai dengan tidak tersedak pada saat makan dan minum, asupan makan dan cairan adekuat, pasien tidak lemas, turgor kulit elastis, berat badan meningkat dalam waktu 7 hari perawatan. Rencana Intervensi keperawatan:

1. Kaji kemapuan untuk menelan.

R/ mengetahui kemampuan pasien dalam menelan dn identifikasi resiko aspirasi.

2. Posisikan klien secara nyaman pada posisi tegak lurus dengan kepala sedikit fleksi.R/ Posisi yang nyaman membuat pasien rileks dan mempermudah dalam proses menelan makanan dan minuman.

3. Ciptakan lingkungan yang aman (perlengkapan pengisap tersedia).

R/ Mengantisipasi pasien tersedak dan resiko aspirasi.4. Periksa mulut klien untuk mengetahui adanya mucus dan lakukan pengisapan jika perlu.

R/ pasien dapat menelan makanan dengan nyaman dan tanpa gangguan.

5. Anjurkan klien untuk memakan hanya sedikit gigitan makanan dalam satu waktu.R/ Makan dengan tenang dan tidak tergesa-gesa mengurangi resiko tersedak.

6. Ganti cairan dengan makanan padat jika klien menoleransi cairan.

R/ mencegah resiko aspirasi.

7. Letakkan makanan di gigi molar belakang klien. Letakkan disisi yang tidak sakit jika klien mengalami hemiplegia.

R/ memberi kenyamanan pada saat mengunyah dan menelan makanan.

8. Instruksikan klien untuk mengatupkan bibirnya, bantu klien jika perlu.

R/ Membatu otot mulut dalam proses menelan.

9. Periksa untuk melihat jika klien mendiamkan makanan dipipi.

R/ mencegah aspirasi dan menjaga kebersihan mulut.10. Jika tersedak tempelkan dagu klien pada dinding dada dan fleksikan tubuhnya pada bagian pinggang. Isap makanan dengan alat pengisap dari mulut klien.

R/ mengatasi keluhan tersedak dan mengamankan jalan napas.

11. Tinggalkan klien pada posisi duduk tegak selama 30 menit setelah makan.

R/ mencegah resiko muntah dan absorbsi makanan dapat adekuat.

Dp5: Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal. Hasil yang diharapkan: Pasien dapat bab dalam rentang normal ditandai dengan feses lunak dan berbentuk, mengeluarkan feses dengan mudah, tidak ada keluhan bab keras. Rencana intervensi keperawatan:

1. Kaji kebiasaan babpada pasien.

R/ mengetahui adanya keluhan konstipasi pada pasien.

2. Pantau defekasi.

R/ Mengobservasi kemampuan defekasi pada pasien.

3. Anjurkan pasien atau keluarga memantau dan mencatat warna, volume, frekuensi, serta konsistensi feses.

R/ Mengetahui perkembangan defekasi pada pasien.

4. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi serat.

R/ makanan tinggi serat dapat membantu mempermudah proses defekasi.

5. Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih (bila tidak ada batasan cairan).R/ cairan yang cukup dapat melunakkan feses.

6. Beri informasi pada pasien keluargatentang makanan tertentu yang mebingkatkan keteraturan defekasi, pentingnya banyak minum, dan pentingnya latihan fisik untuk mengatasi masalah konstipasi.

R/pengetahuan yang adekuat akan membantu pasien dan keluarga dalam penanganan masalah konstipasi.

7. Kolaborasi dengan dokter untuk penggunaan terapi suppositoria bila bab keras dan sulit dikeluarkan.

R/ Memberi kenyamanan dean mengatasi masalah konstipasi.

Dp 6: Diare berhubungan dengan malabsobsi dan proses infeksi.Hasil yang diharapkan: Pasien dapat defekasi dengan normal ditandai dengan feses lunak dan padat, bising usus normal (5-35x/mnt), pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan (1-2 hari) dalam waktu 3 hari perawatan.

Rencana Intervensi Keperawatan:

1. Kaji adanya keluhan bab cair, disertai darah atau lender, defekasi dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari.

R/ Mengetahui permasalahan utama pada pasien sebagai data dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

2. Catat warna, volume, frekuensi, dan konsistensi feses.R/ sebagai data kondisi emilinasi pasien.3. Identifikasi faktor yang dapat menyebabkan diare.R/ Mengetahui penyebab diare.

4. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam sekali.

R/ Mengatahui keadaan umum pasien.

5. Auskultasi bising usus tiap 4 jam sekali.

R/ mengetahui adanya bising usus yang hiperaktif.

6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan amuba dalam tinja.R/ mengetahu penyebab diare dan menentukan terapi pengobatan.

7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan infus.

R/ Mencegah dehidrasi akibat kehilangan banyak cairan melalui feses.

8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibotik.

R/ Mengatasi masalah diare yang disebabkan karena amuba.

9. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pengaturan diet pasien.

R/ memenuhi status gisi pasien dan menjaga toleransi asupan yang adekuat.

10. Ajarkan pada pasien dan keluarga untuk pencegahan diare dan faktor-faktor yang dapat memperburuk diare.R/ Meningkatkan pengetahuan pasien dalam pencegahan dan penanganan diare.

BAB II

TINJAUAN KASUS

Kasus Sistem Gastrointestinal

Seorang lansia perempuan bernama ny. B berusia 67 thn, tinggal dipanti werdha.Klien memiliki kifosis, sehingga sulit diukur tinggi badannya. Pada akhirnya, perawat dipanti menghitung bahwa IMT klien dibawah batas normal ( IMT klien 15,9 ). Klien selalu makan teratur.Klien mengatakan tidak memiliki kesulitan makan, hanya saja terkadang klien mengalami penurunan nafsu makan yang membuatnya menjadi malas makan. Klien mangatakan ia BAB 1 kali sehari. klien dapat mengontrol buang air besarnya dengan baik.

Pemeriksaan fisik:

a. Tidak memiliki gigi secara lengkap lagi, hanya tersisa 2 gigi graham bawah.

b. BB 40 kg

Pertanyaan

1 . Sistim tubuh apakah yang utama terganggu pad any. B ?

Jawab : system gastrointestinal, alasan IMT ny. B dibawah batas normal ( 15,9 ), pasien mengalami penurunan nafsu makan yang membuatnya malas makan.

2 . Pengkajian yang perlu ditambahkan

Jawab :

Berapa porsi yang dihabiskan ny. B setiap kali makan.

Bagaimana cara menghidangkan makanan ny. B

Makanan yang disukai ny. B

3 . Jelaskan cara mengukur tinggi badan ny. B

Jawab : Tinggi badan dihitung dengan rumus perkiraan atau estimasi tinggi badan dengan memakai tinggi lutut berdasarkan rumus WHO. ( TB Wanita = 75+ ( 1,91x knee height ) ( 0,17 x umur ).

4 . Jelaskan bagaimana cara mengukur IMT klien?

Jawab :

Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

IMT= Berat badan (kg)

Tinggi badan (m)

Klasifikasi Indeks Massa Tubuh

katerogiIMT

Kurang

Normal

lebih< 18,5

18,5 25,0

>25,0

Sumber : Depkes dalam Nurrachmah (2001)

Dalam mengidentifikasi satus gizi dapat juga menggunakan Lingkar Lengan Atas (LLA). Bistrian dan Blackburn (dalam Murray, 1986, Clinical Method in antropometri : Dinamic of Nutrition support Assessment Implementation) yang kemudian dikutip oleh Indriaty (2010) dalam bukunya mengenai Antropometri. Klasifikasi nilai Lingkar Lengan Atas (LLA) sebagaiberikut :

1) LLA < 21 = buruk

2) LLA 21 sampai 22 = sedang 3) LLA > 22 = baik/normal

5 . Jelaskan penyebab perubahan yang terjadi pada klien

Jawaban : Penuaan ditandai dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolisme di sel lainya. Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan komposisi tubuh.

6 . Masalah keperawatan apa yang mungkin muncul pada ny. B ( sebutkan semuanya )

Jawab :

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh gigi hanya tersisa 2 gigi graham bawah dan anoreksia

Resti aspirasi b.d gigi hanya tersisa gigi graham bawah

Resti konstipasi

Resti penurunan daya tahan tubuh.

7 . Apakah pengkajian yang masih penting dilakukan pada ny. B untuk dapat menentukan masalah yang tepat?

Jawab :

Apakah ada gangguan menelan

Apakah ada makanan kesukaan klien

Bagaimana cara menghidangkan makanan klien

Bagaimana lingkungan klien saat makan

Dukungan keluarga

8 . Apakah tujuan asuhan keperawatan Ny. B?

Jawab : memenuhi kebutuhan nutrisi klien

9 . Intervensi apakah yang penting dilakukan untuk menyelesaikan masalah keperawatn ny. B

Jawab :

Kaji kemampuan untuk menelan dan mencerna makanan.

R/ Mengetahui kemampuan pasien dalam menelan dan mencerna makanan.

Pantau asupan makanan atau cairan.

R/mengetahui keadekuatan asupan makanan dan cairan serta kemampuan menelan makanan dan minuman.

Pantau program diet untuk memenuhi kebutuhan gizi harian.

R/ Memenuhi kebutuhan gizi pasien yang adekuat.

Sajikan makanan dalam bentuk yang menarik dan menyenangkan baik segi warna, bentuk, dan variasi.

R/ pasien dapat termotivasi untuk makan.

Dorong pasien untuk memilih makanan semilunak jika produksi saliva yang sedikit mengganggu proses menelan.

R/ Makanan yang lunak lebih mudah ditelan.

Beri makanan tinggi protein, tinggi kalori, bergizi tinggi dan siap dikonsumsi.

R/ memenuhi kebutuhan status gizi pasien..

Lakukan perawatan mulut sebelum makan, jika perlu.

R/ mulut yang bersih memberi kenyamanan pada saat pasien makan.

Bantu klien mengubah posisi duduk sebelum makan.

R/ Mencegah pasien tersedak dan memudahkan untuk proses menelan10 . Apakah latihan yang tepat yang dapat diberikan bagi ny.B

Jawab : latihan menelan dan mengunyah.

DAFTAR PUSTAKA

Martono, H.Hadi & Pranarka, Kris.(2010). Buku Ajar Geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut).Edisi 4.B Jakarta: FKUI

Stanley, Mickey & Beare, Patricia Gauntlett.(2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi II .Jakarta:EGC

Nugroho, W. (2008) Keperawatan Gerontik.Edisi 2.Jakarta:EGC

Stockslager, L Jaime L. dan Schaeffer Liz Buku. (2008). Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi II. Jakarta: EGC. Herdman Hather T. (2011). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klarifikasi 2009-2011.Jakarta : EGC

Azizah Lilik Marifatul (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogjakarta : Graha IlmuMass Meridean L dkk.(2011). Asuhan Keperawatan Geriatrik: Diagnosis NANDA, Kriteria Hasil NOC & Intervensi NIC. Jakarta : EGCNugroho Wahyudi. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGChttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani-6619-3-babii.pdfdiunduh pada hari kamis, 5 maret 2015 pkl 09.32 WIBhttp://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6589/Pengukuran%20Status%20Gizi%20pada%20Lanjut%20Usia.pdf?sequence=1oleh S.Syahrul (2013 )diunduh pada hari Jumat,65 maret 2015 pkl 17.00 WIB

1