Gas Rumah Kaca

14
NAMA : SICILYA RUTH YUDHIKA NIM : 140405092 A. Efek Rumah Kaca efek rumah kaca merupakan proses pemanasan dari permukaan suatu benda langit atau diangkasa yang disebabkan oleh komposisi serta keadaan atmosfernya. Benda-benda langit yang dimaksudkan terutama adalah planet maupun satelit. Sebenarnya efek rumah kaca hampir ada diberbagai planet di tata surya seperti Mars, Venus, dan benda-benda langit lainnya, namun pembahasa penuhnya adalah efek rumah kaca di planet Bumi yang kita tinggali ini. Istilah ini sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1824 oleh seorang fisikawan asal Perancis bernama Jean Baptise Joseph Fourier. Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca Sinar matahari memanaskan laut dan daratan. Permukaan bumi yang memanas, kemudian meradiasikan panas dalam bentuk sinar inframerah keruang angkasa. Sebagian sinar inframerah tersebut diserap oleh gas-gas rumah kaca yang terdapat di atmosfer, seperti uap air dan karbon dioksida. Dengan demikian panas terperangkap, tidak dapat lepas keruang angkasa, sehingga suhu permukaan bumi naik. Jika efek rumah kaca tidak ada, suhu permukaan bumi akan menjadi 33 derajat celcius lebih rendah dibandingkan sekarang, sehingga berada dibawah titik beku air. Jadi dalam kondisi normal, efek rumah kaca ini sebenarnya diperlukan, agar bumi menjadi nyaman untuk dihuni. Kadar alami karbon dioksida di atmosfer ini, dikendalikan oleh interaksi yang berlangsung antara atmosfer, lautan dan biospher, yang dikenal sebagai

description

Tugas pengetahuan lingkugan

Transcript of Gas Rumah Kaca

NAMA: SICILYA RUTH YUDHIKANIM: 140405092

A. Efek Rumah Kacaefek rumah kacamerupakan proses pemanasan dari permukaan suatu benda langit atau diangkasa yang disebabkan oleh komposisi serta keadaan atmosfernya. Benda-benda langit yang dimaksudkan terutama adalah planet maupun satelit. Sebenarnya efek rumah kaca hampir ada diberbagai planet di tata surya seperti Mars, Venus, dan benda-benda langit lainnya, namun pembahasa penuhnya adalah efek rumah kaca di planet Bumi yang kita tinggali ini. Istilah ini sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1824 oleh seorang fisikawan asal Perancis bernama Jean Baptise Joseph Fourier.Proses Terjadinya Efek Rumah KacaSinar matahari memanaskan laut dan daratan. Permukaan bumi yang memanas, kemudian meradiasikan panas dalam bentuk sinar inframerah keruang angkasa. Sebagian sinar inframerah tersebut diserap oleh gas-gas rumah kaca yang terdapat di atmosfer, seperti uap air dan karbon dioksida. Dengan demikian panas terperangkap, tidak dapat lepas keruang angkasa, sehingga suhu permukaan bumi naik.Jika efek rumah kaca tidak ada, suhu permukaan bumi akan menjadi 33 derajat celcius lebih rendah dibandingkan sekarang, sehingga berada dibawah titik beku air. Jadi dalam kondisi normal, efek rumah kaca ini sebenarnya diperlukan, agar bumi menjadi nyaman untuk dihuni.Kadar alami karbon dioksida di atmosfer ini, dikendalikan oleh interaksi yang berlangsung antara atmosfer, lautan dan biospher, yang dikenal sebagai daur geokimia karbon. Aktifitas manusia yang melepaskan karbon berlebihan, telah mengganggu daur karbon ini. Akibatnya kadar karbondioksida di atmosfer bertambah tinggi, yang selanjutnya meningkatkan efek rumah kaca tersebut6 Gas rumah kaca, yaitu:a) Uap AirGas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktifitas manusia tidak secara langsung mempengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal. Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca; yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2. Perubahan dalam jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak langsung melalui terbentuknya awan.

b) Karbon dioksida (CO2)Karbon dioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan gunung berapi, hasil pernafasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbon dioksida); dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan). Manusia telah meningkatkan jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan baker fosil, limbah padat, dan kayu untuk menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbon dioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.Karbon dioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya. Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbon dioksida di atmosfer, aktifitas manusia yang melepaskan karbon dioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya.

c) Nitrous Oksida (N2O)Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida.HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur hexafluoride) .

d) Metana (CH4)Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan ke atmosfir selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam danminyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan.

e) Hidrofluorokarbon (HFCs)Hidrofluorokarbon (HFC) akan mengganti HCFC dengan dasarnya tidak ada perusakan ozon (walaupun ketiga kelompok halocarbons adalah gas rumah kaca yang kuat). DuPont mulai memproduksi hidrofluorokarbon sebagai alternatif Freon pada 1980-an. Ini termasuk pendingin Suva dan propelan Dymel. Alam refrigeran yang ramah iklim solusi yang menikmati dukungan meningkat dari perusahaan-perusahaan besar dan pemerintah yang tertarik dalam mengurangi emisi pemanasan global dari pendingin dan pendingin udara. Hidrofluorokarbon termasuk dalam Protokol Kyoto karena sangat tinggi Pemanasan Global panggilan Potensi dan menghadap ke diatur melalui Protokol Montreal [ragu-ragu - mendiskusikan] karena pengakuan halocarbon kontribusi terhadap perubahan iklim.f) Perfluorocarbons (PFCs)Perfluorocarbon merupakan jenis bahan kimia yang banyak digunakan pada produk panci anti-lengket dan pengemas makanan yang bersifat menolak air dan lemak. Perfluorocarbon adalah Zat PFC. Biasanya zat ini masuk ke dalam tubuh melalui makanan, uap atau debu yang ada disekitar ruangan rumah sehingga Anda pasti tidak akan menyadarinya. Menurut penelitian, paparan PFC dalam tubuh manusia khususnya di kalangan perempuan sangat erat kaitannya dengan menopause atau percepatan penuaan yang lebih dini.g) sulphur hexafluoride (SF6)Sulfurheksafluorida(SF6) adalahgasrumah kacaanorganiktidak berwarna, tidak berbau, dantidak mudah terbakar.SF6memilikigeometrioktahedral, yang terdiri darienam atomfluormelekat pada sebuah atombelerangpusat.Iniadalah molekulhypervalent.Khasuntuk gasnonpolar, adalahkurang larut dalam airtetapilarut dalam pelarut organik nonpolar.Hal ini umumnyadiangkutsebagai gasterkompresicair.Ia memilikikerapatan6,12g /L padakondisipermukaan laut,yang jauhlebih tinggi darikepadatanudara.B. Rantai makananRantai makananadalah perpindahan energimakanandari sumber daya tumbuhan melalui seriorganismeatau melalui jenjang makan. Rantai makanan merupakan bagian darijaring-jaring makanan, di mana rantai makanan bergerak secara linear dari produsen ke konsumen teratas. Panjang rantai makanan ditentukan dari seberapa banyak titik yang menghubungkan antar tingkatan trofik.[1][2]Pada setiap tahap pemindahan energi, 80%90%energi potensialkimia hilang sebagaipanas, karena itu langkah-langkah dalam rantai makanan umumnya terbatas 4-5 langkah saja. Dengan perkataan lain, semakin pendek rantai makanan semakin besar pula energi yang tersedia.[3]Rantai makanan pertama kali diperkenalkan oleh ilmuwan ArabAl-Jahizpadaabad ke-9, yang lalu dipopulerkan kembali olehCharles Sutherland Eltonpada tahun1927. Dalam rantai makanan terdapat tiga macam "rantai" pokok yang menghubungkan antar tingkatan trofik, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit. Ada dua tipe dasar rantai makanan:1. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain), yaitu rantai makanan yang diawali dari tumbuhan pada trofik awalnya.2. Rantai makanan sisa/detritus (detritus food chain), yaitu rantai makanan yang tidak dimulai dari tumbuhan, tetapi dimulai daridetritivor.Padakomunitas laut dalam, banyak organisme yang hidup dari runtuhan materi organik ("salju lautan") yang merupakan akumulasi feses dan/atau sisa tubuh hewan yang hidup dekat permukaan laut. Rantai makanan di tempat tersebut umumnya relatif pendek.Pada ekosistem yang unik, misal diventilasi hidrotermal, produsen merupakanbakteri kemosintetikyang mampu mengubahhidrogen sulfidamenjadi energi kimia dan bersimbiosis dengancacing tabung. Cacing lalu dimakankepitingyang kemudian dimakan olehgurita.Secara umum, rantai makanan berperan penting dalam analisis kesehatan ekologi. Akumulasi polutan dan dampaknya pada hewan dapat ditelusuri melalui rantai makanan di dalam ekologi. Ada juga jaring jaring makanan. Perbedaan rantai makanan dengan jaring jaring makanan:1. Pada rantai makanan organisme hanya memakan satu jenis organisme saja, sedangkan pada jaring jaring makanan organisme memakan organisme lainnya yang tidak hanya satu jenis saja.2. Jaring jaring makanan akan menimbulkan banyak rantai makanan yang terhubung satu sama lain dalam bentuk jaring laba laba.

C. Ilmu yang Berkembang karena adanya gas rumah kacaDunia kini sedang menghadapi ancaman global yang sangat besar, yaitu perubahan iklim. Perubahan iklim disebabkan berbagai kegiatan manusia yang menghasilkan terlalu banyak emisi gas rumah kaca (GRK), terutama karbon dioksida. Kebanyakan emisi GRK itu hasil dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara dan minyak saja, tapi juga karena penebangan hutan, sampah, dan pertanian yang tidak berkesinambungan. Gas ini tidak bisa keluar atmosfir sehingga terjadilah apa yang disebut dengan efek rumah kaca, yang menyebabkan pemanasan global atau global warming. Beberapa dampak perubahan iklim di antara lain adalah kenaikan permukaan laut, meningkatnya penyakit tropis, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Dampak perubahan iklim akan sangat parah di negara-negara Asia tenggara.Jika kita mau mencegah akibat-akibat perubahan iklim yang terparahkan akibat emisi karbon dioksida tersebut, maka perlu bersegera memangkas emisinya hingga setidaknya 50% pada tahun 2050 dan 30% pada tahun 2030 secara global. Kesepakatan ini dibuat pemimpin-pemimpin dunia dan diformalkan dalam Protokol Kyoto. Akhir tahun ini akan ada pertemuan mereka berikutnya, yang itu sangat penting karena akan membahas apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan pemangkasan emisi secara global setelah tahun 2012, kapan Protokol Kyoto berakhir. Kalau kamu sudah baca komik kita, kamu akan tahu bahwa menurut Greenpeace, banyak hal akan tergantung pada hasil pertemuan ini!Memang emisi karbon dari pengoperasian PLTN jauh lebih kecil daripada emisi dari PLTU batu baru atau minyak, tapi kalau kita memperhitungkan emisi yang disebabkannya mulai dari pertambangan, pemrosesan, pengayaan uranium, transport, hingga pembongkaran PLTN, maka emisi karbonnya akan terbukti jauh lebih tinggi dari yang dikeluarkan tenaga angin atau panas bumi. Jadi jelaslah, dalam upaya pengurangan emisi, kontribusi nuklir amatlah kecil.Saat ini 436 reaktor nuklir memasok sekitar 16% listrik global, yang hanya mewakili 6,5% konsumsi energi keseluruhan. Skenario global dari Badan Energi Internasional (IEA), yang diterbitkan pada bulan Juni 2008, menunjukkan; Bahkan jika kapasitas nuklir digandakan empat kali pada tahun 2050, kontribusinya hanya 6% terhadap upaya menurunkan emisi karbon - dari sektor energi - sampai setengahnya pada tahun 2050 tersebut.Ekspansi nuklir seperti yang diinginkan industrinya juga tugas yang mustahil. Sejak tahap perencanaan, tahap pembangunan sampai pengoperasian rata-rata butuh waktu sepuluh tahun. Itu berarti bahwa listrik yang dihasilkan baru dapat dinikmati jauh setelah tahun 2020, yaitu pada saat di mana dunia seharusnya sudah jauh mengurangi emisi gas rumah kaca. Di samping itu, PLTN tersebut akan terus menimbulkan bahaya besar dari limbah yang dihasilkan, radiasi zat radioaktif, dan kemungkinan kecelakaan serta bencananya.D. DEKLARASI STOCKHOLM 1972Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm, Swedia pada tahun 1972, adalah konferensi yang sangat bersejarah, karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup yang diprakarsai oleh PBB. Diselenggarakan pada tanggal 5 sampai 16 Juni 1972. Dengan peserta 113 negara, 21 organisasi PBB, 16 IGO dan 258 NGO.Adapun topik pembahasan dalam konferensi ini adalah ;1. Pemukiman Manusia.2. Pengelolaan Sumber Daya Alam.3. Identifikasi Zat Pencemaran.4. Pendidikan dan Informasi.5. Pembangunan dan Lingkungan.6. Implikasi Keorganisasian.Topik pembahasan tersebut dibahas oleh masing-masing komisi, yaitu ;a. Komisi I membahas topik nomor 1 (satu) dan 4 (empat).b. Komisi II membahas topik nomor 2 (dua) dan 5 (lima).c. Komisi III membahas topik nomor 3 (tiga) dan 6 (enam).Pembahasan topik dalam konferensi ini dibagi dalam 3 (tiga) tahapan pelaksanaan, yaitu ;1. Pleno Pembuka.2. Pertemuan Komisi dengan kelompok kerja.3. Pleno Penutup.Setelah diadakan pembahasan dalam waktu yang sudah ditentukan, konferensi ini mendapatkan hasil, hasilnya adalah ;1. Deklarasi Stockholm, terdiri dari ; Preambule. 26 Asas2. 109 Rencana Aksi.3. Rekomendasi Kelembagaan dan Keuangan, terdiri dari ; Dewan Pengurus. Sekretariat. Dana Lingkungan Badan Kordinasi.Kemudian, konferensi ini menyepakati beberapa hal, yaitu ;1. Dibentuknya UNEP(United Nation Environment Programme) .2. Ditetapkannya 5 Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia.Itulah beberapa poin penting dari serangkaian Konferensi Stockholm mengenai Lingkungan Hidup Internasional dan hasilnya di ratifikasi kembali oleh negara-negara peserta untuk diundangkan secara nasional.

E. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca 26%-41%Pada tahun 2009, Presiden Yudhoyono berjanji untuk mengurangi emisi gas rumah kaca Indonesia sampai 26 persen dari tingkatbusiness as usualpada tahun 2020, dan sampai 41 persen dengan bantuan internasional. Norwegia bersedia membantu dengan memberikan dana 1 miliar dolar AS untuk membantu Indonesia mencapai target tersebut, dan pada bulan Mei yang lalu pemerintah mengeluarkan moratorium berlaku selama dua tahun yang membatasi pengeluaran ijin pembuatan konsesi- hutan baru.Konferensi Hutan Indonesia, yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 27 September, akan memberikan kesempatan bagi berbagai lembaga swadaya masyarakat, lembaga-lembaga usaha, dan berbagai kementerian negara untuk mendiskusikan tantangan ini. Konferensi ini juga akan meninjau berbagai kesempatan yang tersedia untuk mengurangi laju deforestasi, sementara pada waktu yang sama juga dapat memperluas produksi pertanian guna menjamin target keamanan pangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.Setiap sektor yang tercakup dalam RAN-GRK diberikan proporsi terhadap kontribusi mereka terhadap target pengurangan emisi menyeluruh sebesar 26%/41% sebagai berikut:1. Pertanian: 0,008 Gigaton CO2e (26%) dan 0,011 Gigaton CO2e (41%)2. Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut: 0,672 Gigaton CO2e (26%) dan 1.039 Gigaton CO2e (41%)3. Energi dan Transpor: 0,0038 Gigaton CO2e (26%) dan 0,056 Gigaton CO2e (41%)4. Industri: 0,001 Gigaton CO2e (26%) dan 0,005 Gigaton CO2e (41%)5. Bidang Pengelolaan Limbah: 0,048 Gigaton CO2e (26%) dan 0,078 Gigaton CO2e (41%)

F. Reboisasi dan Deforestasi di IndonesiaReboisasiPemerintah Indonesia melalui Departemen Kehutanan mengeluarkan beberapa kebijakan (policy) yang diharapkan mampu menyelamatkan kekayaan alam berupa hutan tropis yang tersebar di seluruh penjuru nusantara. Salah satu kebijakannya adalah tentang upaya penyelamatan hutan mangrove yang selanjutnya pada tahun 1992 dibentuk Pusat Informasi Mangrove (Mangrove Information Center).

Mangrove Information Center (MIC) merupakan proyek kerjasama antara Pemerintah Indonesia melalui Proyek Pengembangan Pengelolaan Hutan Mangrove Lestari dan Pemerintah Jepang melalui Lembaga Kerjasama Internasional Pemerintah Jepang melalui Japan International Corporation Agency (JICA).

Proyek kerjasama ini terdiri dari beberapa tahapan. Tahap pertama dimulai pada tahun 1992 dan berakhir tahun 1997. Pada tahapan ini, Pemerintah Jepang mengirim team untuk melakukan identifikasi hal-hal apa saja yang dibutuhkan dan dilakukan. Dari hasil identifikasi ini, dibentukalan team bersama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang dan selanjutnya sepakat untuk membangun Proyek Pengelolaan Hutan Mangrove Lestari. Proyek ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengekplorasi teknik-teknik reboisasi yang bisa dilakukan untuk pemulihan (recovery) kondisi hutan mangrove yang sudah mengalami kerusakan. Teknik yang ditemukan adalah tentang bagaimana cara persemaian bibit dan penanaman mangrove. Selain itu, diterbitkan juga buku panduan penanaman mangrove. Hasil yang dicapai pada tahap ini adalah penentuan model pengelolaan hutan mangrove lestari, penerbitan beberapa buku seperti; buku panduan (guide book) persemaian bibit dan penanaman mangrove, buku-buku yang berkaitan dengan mangrove, dan reboisasi atau penanaman mangrove seluas 253 hektar di kawasan Taman Hutan Raya (TAHURA).

Usaha reboisasi hutan mangrove yang telah dilakukan oleh The Mangrove Information Center memiliki arti yang sangat penting bagi masyarakat di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung karena persediaan untuk konsumsi oksigen sudah tersedia di tempat ini dan meningkatkan rasa aman dari bencana tsunami bagi masyarakat yang berdekatan dengan hutan mangrove tersebut. Selain itu, kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya pelestarian hutan mangrove semakin meningkat. Ini dibuktikan dengan semakin banyaknya sekolah-sekolah (dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi) dan industri pariwisata dengan secara sukarela untuk ikut serta menanam pohon mangrove di beberapa tempat seperti di kawasan konservasi The Mangrove Information Center dan Pulau Serangan yang bibit-bibit pohon mangrovenya disediakan oleh pihak The Mangrove Information Center. Usaha lain yang dilakukan oleh The Mangrove Information Center untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan adalah dengan membuka kegiatan wisata alam (ecotourism) sehingga masyarakat dapat melihat, menikmati dan berinteraksi dengan lingkungan secara langsung di kawasan hutan mangrove tersebut.

DeforestasiIndonesia memiliki 10% hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan Indonesia memiliki 12% dari jumlah spesies binatang menyusui atau mamalia, pemilik 16% spesies binatang reptil dan amphibi, 1.519 spesies burung dan 25% dari spesies ikan dunia. Sebagian diantaranya adalah endemik atau hanya dapat ditemui di daerah tersebut. Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72%. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektare per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektare per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektare hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektare berada dalam kawasan hutan.Pada abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-18, hutan alam di Jawa diperkirakan masih sekitar 9 juta hektare. Pada akhir tahun 1980-an, tutupan hutan alam di Jawa hanya tinggal 0,97 juta hektare atau 7 persen dari luas total Pulau Jawa. Saat ini, penutupan lahan di pulau Jawa oleh pohon tinggal 4 %. Pulau Jawa sejak tahun 1995 telah mengalami defisit air sebanyak 32,3 miliar meter kubik setiap tahunnya. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan terganggu akibat terjadinya pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada semakin seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanah longsor di musim penghujan. Pada akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadap kondisi perekonomian masyarakat. Industri perkayuan di Indonesia memiliki kapasitas produksi sangat tinggi dibanding ketersediaan kayu. Pengusaha kayu melakukan penebangan tak terkendali dan merusak, pengusaha perkebunan membuka perkebunan yang sangat luas, serta pengusaha pertambangan membuka kawasan-kawasan hutan. Sementara itu rakyat digusur dan dipinggirkan dalam pengelolaan hutan yang mengakibatkan rakyat tak lagi punya akses terhadap hutan mereka. Dan hal ini juga diperparah dengan kondisi pemerintahan yang korup, dimana hutan dianggap sebagai sumber uang dan dapat dikuras habis untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Penebangan hutan di Indonesia yang tak terkendali telah dimulai sejak akhirtahun 1960-an, yang dikenal dengan banjir-kap, dimana orang melakukan kayu secara manual. Penebangan hutan skala besar dimulai pada tahun 1970. Dan dilanjutkan dengan dikeluarkannya izin-izin pengusahaan hutan tanaman industri di tahun 1990, yang melakukan tebang habis (land clearing). Selain itu, areal hutan juga dialihkan fungsinya menjadi kawasan perkebunan skala besar yang juga melakukan pembabatan hutan secara menyeluruh, menjadi kawasan transmigrasi dan juga menjadi kawasan pengembangan perkotaan.Di tahun 1999, setelah otonomi dimulai, pemerintah daerah membagi-bagikan kawasan hutannya kepada pengusaha daerah dalam bentuk hak pengusahaan skala kecil. Di saat yang sama juga terjadi peningkatan aktivitas penebangan hutan tanpa izin yang tak terkendali oleh kelompok masyarakat yang dibiayai pemodal (cukong) yang dilindungi oleh aparat pemerintah dan keamanan.