Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

46
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri". Pada umumnya penyandang autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial ( pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya ). Pemakaian istilah autis kepada penyandang diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943 berdasarkan pengamatan terhadap 11 penyandang yang menunjukkan gejala kesulitan berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa dan cara berkomunikasi yang aneh (Judarwanto, 2006 ). Ada 1

description

Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

Transcript of Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

Page 1: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang

ditujukan pada seseorang yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya

sendiri". Pada umumnya penyandang autisma mengacuhkan suara, penglihatan

ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini

tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka

menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial ( pandangan mata,

sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya ).

Pemakaian istilah autis kepada penyandang diperkenalkan pertama

kali oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic

Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943 berdasarkan pengamatan

terhadap 11 penyandang yang menunjukkan gejala kesulitan berhubungan dengan

orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa dan cara berkomunikasi

yang aneh (Judarwanto, 2006 ). Ada banyak definisi yang diungkapkan para ahli.

Chaplin menyebutkan: “Autisme merupakan cara berpikir yang dikendalikan oleh

kebutuhan personal atau oleh diri sendiri, menanggapi dunia berdasarkan

penglihatan dan harapan sendiri, dan menolak realitas, keasyikan ekstrem dengan

pikiran dan fantasi sendiri”.

Autis dapat terjadi pada semua kelompok masyarakat kaya miskin, di

desa dikota, berpendidikan maupun tidak serta pada semua kelompok etnis dan

budaya di dunia. Sekalipun demikian anak-anak di negara maju pada umumnya

memiliki kesempatan terdiagnosis lebih awal sehingga memungkinkan

tatalaksana yang lebih dini dengan hasil yang lebih baik.

Jumlah anak yang terkena autis makin bertambah. Di Kanada dan

Jepang pertambahan ini mencapai 40 persen sejak 1980. Di California sendiri

1

Page 2: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

pada tahun 2002 disimpulkan terdapat 9 kasus autis per-harinya. Dengan adanya

metode diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang

ditemukan terkena Autisme akan semakin besar. Jumlah tersebut di atas sangat

mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih misterius

dan menjadi bahan perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia. Di Amerika

Serikat disebutkan autis terjadi pada 60.000 - 15.000 anak dibawah 15 tahun.

Kepustakaan lain menyebutkan prevalens autisme 10-20 kasus dalam 10.000

orang, bahkan ada yang mengatakan 1 diantara 1000 anak. Di Inggris pada awal

tahun 2002 bahkan dilaporkan angka kejadian autisma meningkat sangat pesat,

dicurigai 1 diantara 10 anak menderita autis. Perbandingan antara laki dan

perempuan adalah 2,6 - 4 : 1, namun anak perempuan yang terkena akan

menunjukkan gejala yang lebih berat. Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta,

hingga saat ini belum diketahui berapa persisnya jumlah penyandang namun

diperkirakan jumlah anak austima dapat mencapai 150 - 200 ribu orang

(Judarwanto, 2006 ).

Berdasarkan data tersebut, maka penyusun tertarik membuat makalah

tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan pada pasien autis.

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui definisi dari Autis

2. Mengetahui etiologi dari Autis

3. Mengetahui tanda dan gejala dari Autis

4. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada Autis

5. Mengetahui terapi medis untuk penderita Autis

6. Mengetahui patofisiologis dari Autis

7. Mengetahui asuhan keperawatan pada penderita autis

2

Page 3: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Autisme adalah suatu sindroma gangguan pasti pada fungsi sosial,

komunikasi ferbal dan non ferbal, dan fleksibilitas perilaku (Mariyunani,2002).

Autisme merupakan suatu kumpulan sindrom akibat kerusakan saraf.

Penyakit ini mengganggu perkembangan anak. Diagnosisnya diketahui dari

gejala-gejala yang tampak, ditunjukan dengan adanya penyimpangan

perkembangan (Danuatmaja,2003).

Jadi dapat disimpulkan dari pengertian diatas bahwa autisme adalah

suatu gangguan sindrom akibat kerusakan saraf yang menyebabkan gangguan

pasti pada fungsi sosial, komunikasi ferbal dan non ferbal, dan fleksibilitas

perilaku.

B. Etiologi

Penyebab dari autisme antara lain :

1. Faktor genetik

Faktor genetik diperkirakan menjadi penyebab utama dari kelainan autism,

walaupun bukti konkrit masih sulit ditemukan. Memang ditengarai adanya

kelainan kromosom pada anak autism, namun kelainan itu tidak selalu berada

pada kromosom yang sama.

2. Bakat atau keturunan

3. Bahan kimia yaitu pengawet makanan, penyedap rasa

4. Timbul akibat kelainan perkembangan sel-sel otak selama bayi berada dalam

uterus disebabkan oleh infeksi virus, infeksi tokso plasma,infeksi jamur,

perdarahan maupun keracunan(Mariyunani,2002).

3

Page 4: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

5. Faktor resiko gangguan autis.

Faktor resiko disusun oleh para ahli berdasarkan banyak teori penyebab autis

yang telah berkembang. Terdapat beberapa hal dan keadaan yang membuat

resiko anak menjadi autis lebih besar. Dengan diketahui resiko tersebut

tentunya dapat dilakukan tindakan untuk mencegah dan melakukan intervensi

sejak dini pada anak yang beresiko. Adapun beberapa resiko tersebut dapat

diikelompokkan dalam beberapa periode, seperti periode kehamilan,

persalinan dan periode usia bayi.

a. Periode Kehamilan

Perkembangan janin dalam kehamilan sangat banyak yang

mempengaruhinya. Pertumbuhan dan perkembangan otak atau sistem

susunan saraf otak sangat pesat terjadi pada periode ini, sehingga segala

sesuatu gangguan atau gangguan pada ibu tentunya sangat berpengaruh.

Gangguan pada otak inilah nantinya akan mempengaruhi perkembangan

dan perilaku anak kelak nantinya, termasuk resiko terjadinya autisme.

Beberapa keadaan ibu dan bayi dalam kandungan yang harus lebih

diwaspadai dapat berkembang jadi autism adalah infeksi selama

persalinan terutama infeksi virus. Peradarahan selama kehamilan harus

diperhatikan sebagai keadaan yang berpotensi mengganggu fungsi otak

janin. Perdarahan selama kehamilan paling sering disebabkan karena

placental complications, diantaranya placenta previa, abruptio placentae,

vasa previa, circumvallate placenta, and rupture of the marginal sinus.

Kondisi tersebut mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan nutrisi

ke bayi yang mengakibatkan gangguan pada otak janin. Perdarahan awal

kehamilan juga berhubungan dengan kelahiran prematur dan bayi lahir

berat rendah. Prematur dan berat bayi lahir rendah tampaknya juga

merupakan resiko tinggi terjadinya autis perilaku lain yang berpotensi

4

Page 5: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

membahayakan adalah pemakaian obat-obatan yang diminum, merokok

dan stres selama kehamilan terutama trimester pertama. Adanya Fetal

Atopi atau Maternal Atopi, yaitu kondisi alergi pada janin yang

diakibatkan masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu. Menurut

pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat adanya Gerakan bayi gerakan

refluks oesefagial (hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam

kandungan terutama terjadi malam hari. Diduga dalam kedaaan tersebut

bayi terpengaruh pencernaan dan aktifitasnya oleh penyebab tertentu

termasuk alergi ataupun bahan-bahan toksik lainnya selama kehamilan.

Infeksi saluran kencing, panas tinggi dan Depresi. Wilkerson dkk

telah melakukan penelitian terhadap riwayat ibu hamil pada 183 anak

autism dibandingkan 209 tanpa autism. Ditemukan kejadian infeksi

saluran kencing, panas tinggi dan depresi pada ibu tampak jumlahnya

bermakna pada kelompok ibu dengan anak autism.

b. Periode Persalinan

Persalinan adalah periode yang paling menentukan dalam

kehidupan bayi selanjutnya. Beberapa komplikasi yang timbul selama

periode ini sangat menentukan kondisi bayi yang akan dilahirkan. Bila

terjadi gangguan dalam persalinan maka yang paling berbahaya adalah

hambatan aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh bayi termasuk

otak. Organ otak adalah organ yang paling sensitif dan peka terhadap

gangguan ini, kalau otak terganggu maka sangat mempengaruhi kualitas

hidup anak baik dalam perkembangan dan perilaku anak nantinya.

Gangguan persalinan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya

autism adalah : pemotongan tali pusat terlalu cepat, Asfiksia pada bayi

(nilai APGAR SCORE rendah < 6 ), komplikasi selama persalinan,

lamanya persalinan, letak presentasi bayi saat lahir dan erat lahir rendah

( < 2500 gram).

5

Page 6: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

c. Periode Usia Bayi

Dalam kehidupan awal di usia bayi, beberapa kondisi awal atau gangguan

yang terjadi dapat mengakibatkan gangguan pada optak yang akhirnya

dapat beresiko untuk terjadinya gangguan autism. Kondisi atau gangguan

yang beresiko untuk terjadinya autism adalah prematuritas, alergi

makanan, kegagalan kenaikan berat badan, kelainan bawaan : kelainan

jantung bawaan, kelainan genetik, kelainan metabolik, gangguan

pencernaan : sering muntah, kolik, sulit buang air besar, sering buang air

besar dan gangguan neurologI/saraf : trauma kepala, kejang, otot atipikal,

kelemahan otot.

C. Tanda gejala

Gejala autisme pada bayi dan anak yaitu

1. Bayi cenderung menghindari kontak mata, meskipun dengan ibunya

2. Bayi senang melihat mainan yang berputar dan digantung diatas tempat tidur

3. Bayi terlambat bicara dan bahasanya tidak dimengerti orang lain

4. Bayi dan anak malas menengok bila dipanggil namanya, dan cenderung tidak

mempunyai rasa empati

5. Bayi dan anak suka tertawa, menangis, marah tanpa sebab yang nyata

6. Bayi dan anak tidak merasa nyaman apabila memakai pakaian dari bahan

yang kasar

Tanda – tanda autis pada anak:

1. Tidak peduli pada lingkungan sosialnya

2. Tidak bereaksi normal dalam pergaulan sosial

3. Perkembangan bahasa dan bicara tidak normal serta adanya reaksi terhadap

lingkungan terbatas (Mariyunani,2002).

Tanda dan gejala yang dikelompokan pada gangguan dan keterlambatan dalam

bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan, interaksi sosial.

6

Page 7: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal

a. Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak

dapat berbicara. Menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya

dengan arti yang lazim digunakan.

b. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat

berkomunikasi dalam waktu singkat.

c. Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain (“bahasa planet”)

d. Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang

sesuai.

e. Ekolalia (meniru atau membeo), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa

tahu artinya.

f. Bicaranya monoton seperti robot

g. Bicara tidak digunakan untuk komunikasi

h. Mimik datar

2. Gangguan dalam bidang interaksi social

a. Menolak atau menghindar untuk bertatap muka

b. Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli

c. Merasa tidak senang atau menolak dipeluk

d. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat

dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya

e. Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain

f. Saat bermain bila didekati malah menjauh

7

Page 8: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

g. Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan orang lain dan

mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya.

3. Gangguan dalam bermain

a.  Bermain sangat monoton dan aneh misalnya menderetkan sabun menjadi

satu deretan yang panjang, memutar bola pada mainan mobil dan

mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama.

b. Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau

guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi.

c. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya.

d. Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai benda yang kurang

menarik seperti botol, gelang karet, baterai atau benda lainnya

e. Tidak spontan / reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak

dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang

bersifat pura pura.

f. Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau

angin yang bergerak.

g. Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit mengubah rutinitas sehari hari,

misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila

bepergian harus melalui rute yang sama.

4. Gangguan perilaku

a. Sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan

barang tertentu pada tempatnya

b. Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang

baru pertama kali ia datang, ia akan membuka semua pintu, berjalan

kesana kemari, berlari-lari tak tentu arah.

8

Page 9: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

c. Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan tangannya seperti

burung terbang). Ia juga sering menyakiti diri sendiri seperti memukul

kepala atau membenturkan kepala di dinding

d. Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam), duduk diam

bengong dengan tatap mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk akal.

Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun

orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke

orang lain atau dirinya sendiri.

e. Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.

5. Gangguan perasaan dan emosi

a. Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata

b. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak

mendapatkan sesuatu yang diinginkan

c. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum)bila keinginannya tidak

didapatkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.

d. Tidak dapat berbagi perasaan (empati) dengan anak lain

6. Gangguan dalam persepsi sensoris

a. Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa

(lidah) dari mulai ringan sampai berat.

b. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja

c. Bila mendengar suara keras, menutup teling

d. Menangis setiap kali dicuci rambutnya

e. Meraskan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu

f. Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering merosot atau

melepaskan diri dari pelukan.

D. Pemeriksaan Diagnostik

9

Page 10: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

1. ELEKTROENSEFALOGRAM (EEG): EEG untuk memeriksa gelombang

otak yang mennujukkan gangguan kejang, diindikasikan pada kelainan tumor

dan gangguan otak..

2. SKRENING METABOLIK: Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan

darah dan urine untuk melihat metabolisme makanan di dalam tubuh dan

pengaruhnya pada tumbuh kembang anak. Beberapa spectrum autism dapat

disembuhkan dengan diet khusus.

3. MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI) DAN COMPUTER

ASSITED AXIAL TOMOGRAPHY (CAT SCAN): MRI atau CAT Scans

sangat menolong untuk mendiagnosis kelainan struktur otak, karena dapat

melihat struktur otak secara lebih detail

4. PEMERIKSAAN GENETIK: Pemeriksaan darah untuk melihat kelainan

genetik, yang dapat menyebabkan gangguan perkembangan. Beberapa

penelitian menunjukkkan bahwa penderita autism telah dapat ditemukan pola

DNA dalam tubuhnya.

E. Terapi Medis

1. Terapi medika mentosa

Terapi ini dilakukan dengan obat-obatan yang bertujuan memperbaiki

komunikasi, memperbaiki respon terhadap lingkungan, dan menghilangkan

perilaku aneh serta diulang-ulang (Danuatmaja, 2003).

2. Terapi biomedis

Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki metabolisme tubuh melalui diet dan

pemberian suplemen. Terapi ini dilakukan berdasarkan banyaknya gangguan

fungsi tubuh, seperti gangguan pencernaan, alergi, daya tahan tubuh rentan,

dan keracunan logam berat. berbagai gangguan fungsi tubuh ini akhirnya

mempengaruhi fungsi otak (Danuatmaja, 2003).

Terapi vitamin atau suplemen untuk penderita autis :

10

Page 11: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

a. Vitamin B6 dan Magnesium

Hasil analisis Cochrane, yang berhasil mengumpulkan penelitian

kecil sebelum tahun 2002 yang menilai peranan vitamin B6 dan

Magnesium sebagai terapi autism, menyatakan bahwa masih dibutuhkan

pembuktian lagi untuk penggunaannya karena kebanyakan penelitian

jumlah pasiennya kecil dan bermasalah dalam kualitas dan metodologi

penelitian. Namun demikian dari hasil kebanyakan penelitian sejak tahun

1965, dosis vitamin B6 yang disarankan adalah dosis besar 0,2 – 1 gram

perhari, dan yang banyak digunakan adalah 500 mg/hari.

b. N-Dimethylglycine

Meski tidak berbeda bermakna, penelitian berskala kecil yang

pernah dipublikasikan hasilnya secara kuantitatif efektif.

c. Asam Folat

Penting sebagai zat esensial untuk memperbaiki proses

metabolisme, dengan dosis 0,5 – 0,7 mg/kgbb/hari.

d. Kalsium

Kalsium dan magnesium sangat rendah kadarnya dalam tubuh pasien

autis.

e. Vitamin B3

f. Vitamin C

Dapat dipakai sebagai antioksidan, memperbaiki jalur biosintesis

kofaktor dan enzzim yang penting untuk system neurotransmitter. Makin

tinggi dosis, makin bermanfaat mengurangi gejala autis. Hasil studi awal

menunjukan bahwa dosis yang memberikan manfaat adalah 8

gram/70kgbb/hari.

g. Zinc/seng

11

Page 12: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

Penting untuk pemeliharaan fungsi otak, system gastrointestinal

dan system imun pasien autis. Dosis: 2 mg/kgBB/hari, maksimum 50

mg/hari.

h. Asam Lemak Esensial

DHA, Omega 3 dan omega 6 juga telah dibuktikan dapat

memperbaiki gejala pasien autis.

i. Vitamin A

Digunakan untuk perbaikan jaringan baik di usus, otak dan

berbagai jaringan yang lain.

j. Selenium

Dosis yang dianjurkan adalah 1-4 mcg/kg/hari, terutama dalam

bentuk L-selenomethionine.

k. Melatonin

Melatonin juga bias diberikan sebelum tidur, dengan dosis 0,1

mg/kgbb jika sulit tidur.

3. Terapi wicara

Terapi ini menjadi keharusan bagi anak autis karena mereka mengalami

keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa (Danuatmaja, 2003).

4. Terapi perilaku

Terapi ini bertujuan agar anak autis dapat mengurangi perilaku tidak wajar

dan menggantinya dengan perilaku yang bisa diterima dimasyarakat

(Danuatmaja, 2003).

5. Terapi okupasi

Terapi ini bertujuan membantu anak autis yang mempunyai perkembangan

motorik kurang baik, antara lain gerak geriknya kasar dan kurang luwes.

12

Page 13: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

Terapi okupasi akan menguatkan, memperbaiki koordinasi, dan keterampilan

otot halus anak (Danuatmaja, 2003).

6. Terapi Sosial

Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang

komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan

dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama

ditempat bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan

fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan

mengajari cara-caranya.

7. Terapi Bermain

Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan

pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna

untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain

bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.

8. Terapi Perkembangan

Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention)

dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya,

kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan

kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan

berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan

ketrampilan yang lebih spesifik.

9. Applied Behavioral Analysis (ABA)

ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian

dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah

memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive

13

Page 14: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat

ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.

10. Terapi Fisik

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara

individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik

kasarnya. Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang

kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi

sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan

memperbaiki keseimbangan tubuhnya.

11. Terapi Visual

Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual

thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode

belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode PECS

(Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga

dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.

F. Patofisiologi

1. Faktor genetika diperkirakan menjadi penyebab utama dari kelainan autism,

walaupun bukti konkrit masih sulit ditemukan. Memang ditengarai adanya

kelainan kromosom pada anak autism, namun kelainan itu tidak selalu berada

pada kromosom yang sama.

2. Kelainan anatomis otak khususnya di lobus parietalis, serebelum serta pada

system limbiknya. Sekitar 43% penyandang autism mempunyai kelainan di

lobus parietalis otaknya, yang menyebabkan anak tampak acuh terhadap

lingkungannya. Kelainan juga ditemukan pada otak kecil (serebelum),

terutama pada lobus ke VI dan VII. Otak kecil bertanggung jawab atas proses

sensoris, daya ingat, berfikir, belajar berbahasa dan proses atensi (perhatian).

Jumlah sel Purkinya di otak kecil juga didapatkan sangat sedikit, sehingga

14

Page 15: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

terjadi gangguan keseimbangan serotonin dan dopamine, menyebabkan

gangguan atau kekacauan lalulintas impuls di otak. Ditemukan pula kelainan

khas di daerah system limbic yang disebut hipokampus dan amigdala.

Akibatnya terjadi gangguan fungsi control terhadap agresi dan emosi. Anak

kurang dapat mengendalikan emosinya, sering terlalu agresif atau pasif.

Amigdala juga bertanggung jawab terhadap berbagai rangsang sensoris seperti

pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, rasa cemas dan rasa takut.

Hipokampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan daya ingat.

Terjadi kesulitan penyimpangan informasi baru. Perilaku diulang-ulang yang

aneh dan hiperaktif juga disebabkan gangguan hipokampus.

3. Disfungsi metabolic, terutama hubungannya dengan kemampuan memecah

komponen asam amino phenolik.

Amino phenolik banyak ditemukan di berbagai makan, dan

dilaporkan bahwa komponen utamanya dapat menyebabkan terjadinya

gangguan tingkah laku pada pasien autis. Makanan yang mengandung amino

phenolik itu adalah : terigu (gandum), jagung, gula, coklat, pisang, apel.

Sebuah publikasi dari Lembaga Psikiatri Biologi menemukan bahwa anak

autis mempunyai kapasitas rendah untuk menggunakan berbagai komponen

sulfat sehingga anak-anak tersebut tidak mampu memetabolisme komponen

amino phenolik. Komponen amino phenolik merupakan bahan baku

pembentukan neurotransmitter, jika komponen tersebut tidak dimetabolisme

baik akan terjadi akumulasi katekolamin yang toksik bagi saraf.

4. Infeksi kandidiasis

Ditemukan beberapa strain Candida di saluran pencernaan dalam

jumlah sangat banyak saat menggunakan antibiotic yang nantinya akan

menyebabkan terganggunya flora normal anak. Laporan menyebutkan bahwa

infeksi Candida albicans berat bias dijumpai pada anak yang banyak

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat, karena pada

15

Page 16: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

makanan tersebut Candida dapat tumbuh subur. Makanan jenis ini dilaporkan

menyebabkan anak menjadi autis. Penelitian sebelumnya menemukan adanya

hubungan antara beratnya infeksi Candida albicans dengan gejala-gejala

menyerupai autis, seperti gangguan berbahasa, gangguan tingkah laku dan

penurunan kontak mata (Adams and Conn, 1997). Tetapi Dr Bernard, seorang

peneliti terkemuka di bidang autis, mengatakan bahwa sampai sekarang

hubungan antara keduanya kemungkinannya masih sangat kecil.

5. Teori kelebihan oploid dan hubungan antara diet protein kasein dan gluten.

Teori ini mengatakan bahwa pencernaan anak autis terhadap

kasein dan gluten tidak sempurna. Kedua protein ini hanya terpecah samapai

polipeptida. Polipeptida dari kedua protein tersebut terserap ke dalam aliran

darah dan menimbulkan efek morfin di otak anak. Di membrane saluran cerna

kebanyakan pasien autis ditemukan pori-pori yang tidak lazim, yang diikuti

dengan masuknya peptide ke dalam darah.

Hasil metabolisme gluten adalah protein gliadin. Gliadin akan

berikatan dengan reseptor oploid C dan D. Reseptor tersebut berhubungan

dengan mood dan tingkah laku. Diet sangat ketat bebas gluten dan kasein

menurunkan kadar peptida oploid serta dapat mempengaruhi gejala autis pada

anak. Dengan demikian implementasi diet merupakan terobosan yang baik

untuk memperoleh kesembuhan pasien.

Protein gluten terdapat pada terigu, sereal, gandum yang biasa

dipakai dalam pembuatan bir serta gandum hitam sedangkan protein kasein

ditemukan mempunyai aktivitas oploid saat protein tidak dapat dipecah.

Dari penelitian Whiteley, Rodgers, Savery dan Shattock (1999), 22

anak autis mendapat diet bebas gluten selama 5 bulan dibandingkan dengan 5

anak autis yang tetap diberi diet mengandung gluten dan 6 pasien autis yang

digunakan sebagai kelompok kontrol. Setelah 3 bulan, pada diet bebas gluten

terjadi perbaikan verbal dan komunikasi non verbal, pendekatan afektif,

16

Page 17: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

motorik, dan kemampuan anak untuk perhatian serta tidur jadi lebih baik.

Sedangkan pada kelompok makanan yang masih mengandung gluten justru

semuanya memburuk. Meskipun penelitian ini masih menggunakan jumlah

pasien yang sangat kecil, tapi cukup bias diterima sampai sekarang.

G. Pathway

17

Faktor Genetik Faktor Infeksi Faktor Metabolisme Faktor Resiko

Disfungsi Metabolisme

Infeksi Candidiasis

Kelainan kromosom

Periode Kehamilan

Periode Persalinan

Periode Usia Bayi

Kelainan anatomisotak

BRAIN DAMAGE

Page 18: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

Terhambat-nya perkembangan otak (lambatnya perkembangan hamper semua area)

Autis

( Gangguan social

Komunikasi dan

Sulit berpikir )

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

An. K usia 5 tahun, anak dari pasangan Tn.A dan Ny. I yang beralamat di Desa

Monggo Kerso Rt 2 Rw 3.An. K di bawa kedokter karena dia mulai nampak

adakelainan ketika ia berusia dua tahun, dari hasil pemeriksaan di dapatkan data S 36

C, N 80x/ menit, Rr 25x/mnt, TD 120/80 mmHg. An. K mengalami kesulitan dalam

berbicara, tidak suka bergaul dengan teman sebaya, lebih suka menyendiri, lebih

hipereaktif dari anak yang lain sehingga dokter mendiagnosa An. K menderita

penyakit autis.

A. Pengkajian

1. Identitas Data

Nama : an K

Alamat : Ds. Monggo kerso, Rt2 Rw3

18

HIPERAKTIF

Page 19: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

Tempat/ tgl lahir :15 Januari 2007

Agama : islam

Usia : 5 tahun

Suku bangsa : indonesia

Nama ayah/ibu : Tn. A/ Ny. I

Pendidikan ayah : SMA

Pekerjaan ayah : Buruh pabrik

Pendidikan ibu : SMP

Pekerjaan ibu : ibu rumah tangga

2. Keluhan Utama

Ibu klien mengatakan bahwa An.K mengalami kesulitan bicara.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

An. K di bawa kedokter karena dia mulai nampak ada kelainan ketika ia

berusia dua tahun, dari hasil pemeriksaan di dapatkan data S 36 C,

N:80x/menit, TD 120/80 mmHg. An. K mengalami kesulitan dalam berbicara,

tidak suka bergaul dengan teman sebaya, lebih suka menyendiri, lebih

hipereaktif dari anak yang lain sehingga dokter mendiagnosa An. K menderita

penyakit autis.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Penyakit pada waktu kecil

Ibu klien mengatakan jika klien pada waktu bayi pernah sakit diare, batuk,

flu dan demam.

b. Pernah dirawat di RS

Ibu klien mengatakan jika klien belum pernah di rawat di rumah sakit

sebelumnya.

19

Page 20: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

c. Obat-obatan yang digunakan

d. Tindakan (operasi)

Ibu klien mengatakan jika klien belum pernah di lakukan tindakan operasi.

e. Riwayat imunisasi

Ibu klien mengatakan jika klien sudah mendapatkan imunisasi lengkap

seperti campak, BCG, polio dan lain-lain.

f. Alergi

g. Kecelakaan

5. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

a. Kemandirian dan bergaul : Klien lebih suka menyendiri

b. Motorik halus : klien mengalami keterlambatan dalam bicara

c. Kognitf dan bahasa : klien sulit berbahasa dan bicara

d. Motorik kasar : klien hiperaktif

e. Kesimpulan perkembangan anak : mengalami keterlambatan dalam

berbicara.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam keluarga An. K tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan

An.K

Keterangan : : laki-laki

: perempuan

20

Page 21: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

: klien

........ : tinggal dalam 1 rumah

7. Pola Kesehatan Fungsional Menurut Gordon

a. Pola persepsi kesehatan manajemen : kesehatan cukup baik

b. Pola metabolisme nutrisi : nafsu makan menurun

c. Pola eliminasi : BAB dan BAK lancar

d. Pola aktifitas latihan : klien hiperaktif

e. Pola istirahat tidur : tidur cukup

f. Pola persepsi kognitif :

g. Pola persepsi diri :Ketidakmampuan untuk memisahkan kebutuhan

fisiologis dan emosi diri sendiri dengan orang lain

h. Pola hubungan sosial :Ketidakmampuan untuk membedakan batas-batas

tubuh diri sendiri dengan orang lain

i. Pola seksual :

j. Pola pemecahan masalah mengatasi stres :

k. Sistem kepercayaan nilai-nilai :

8. Keadaan Kesehatan saat ini

a. Diagnosa medik : autis

b. Tindakan operasi : tidak dilakukan tindakan operasi

c. Status nutrisi : nutrisi klien terpenuhi

d. Status cairan :tidak ada gangguan

e. Obat-obatan :

f. Aktifitas : lebih suka menyendiri

g. Tindakan keperawatan :

h. Hasil laboratorium :

21

Page 22: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

i. Hasil rontgen :

j. Data tambahan :

9. Pemeriksaan Fisik

a. Temperatur : hangat

b. Denyut jantung/nadi : 80x/mnt

c. Respiratori rate : 25x/mnt

d. Tekanan darah : 120/80 mmHg

e. Pertumbuhan : lambat

f. Keadaan umum : klien lebih suka menyendiri, tidak suka bergaul, Menarik

diri dan tidak responsif terhadap orang tua, Memiliki sikap menolak

perubahan secara ekstrem, Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan

objek, Perilaku menstimulasi diri, Pola tidur tidak teratur

g. Lingkar kepala : normal

h. Mata : pandangan kosong

i. Hidung : tidak ada pembesaran polip

j. Mulut : reflek menghisap buruk, Kemampuan bertutur kata menurun,

Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus

k. Telinga : Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu

pembicaraan.

l. Dada : simetris

m. Jantung : tidak ada pembesaran jantung

n. Paru : normal tidak ada ronkhi

o. Perut : datar

p. Punggung : sedikit membungkuk

q. Genetalia : tidak ada kelainan

r. Ekstremitas : hangat

s. Kulit : lembab

22

Page 23: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

B. Diagnosa Keperawatan

1. Hambatan komunikasi yang berhubungan dengan kebingungan terhadap

stimulus.

2. Risiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan

rawat inap di rumah sakit.

3. Risiko Perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan gangguan

sosialisasi.

C. Intervensi

1. Hambatan komunikasi yang berhubungan dengan kebingungan terhadap

stimulus.

Hasil yang diharapkan :

Anak mengkomunikasikan kebutuhannya dengan menggunakan kata-kata atau

gerakan tubuh yang sederhana, konkret; bayi dengan efektif dapat

mengkomunikasikan kebutuhannya (keinginan akan makan, tidur,

kenyamanan, dsb).

Intervensi :

a. Ketika berkomunikasi dengan anak, bicaralah dengan kalimat singkat yg

terdiri atas 1 hingga 3 kata, dan ulangi perintah sesuai yang diperlukan.

Minta anak untuk melihat kepada anda ketika anda berbicara dan pantau

bahasa tubuhnya dengan cermat.

b. Gunakan irama, musik dan gerakan tubuh untuk membantu perkembangan

komunikasi sampai anak dapat memahami bahasa.

c. Bantu anak mengenali hubungan antara sebab dan akibat dengan cara

menyebutkan perasaannya yang khusus dan mengidentifikasi penyebab

stimulus bagi mereka.

23

Page 24: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

d. Ketika berkomunikasi dengan anak, bedakan kenyataan dengan fantasi,

dalam pernyataan yang singkat dan jelas.

e. Sentuh dan gendong bayi, tetapi semampu yang dapat ditoleransi.

2. Risiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan

rawat inap di rumah sakit.

Hasil yang diharapkan :

Anak memperlihatkan penurunan kecenderungan melakukan kekerasan atau

perilaku merusak diri sendiri, yang ditandai oleh frekuensi tantrum dan sikap

agresi atau destruksi berkurang, serta peningkatan kemampuan mengatasi

frustasi.

Intervensi :

a. Sediakan lingkungan kondusif dan sebanyak mungkin rutinitas sepanjang

periode perawatan di rumah sakit.

b. Lakukan intervensi keperawatan dalam sesi singkat dan sering. Dekati anak

dengan sikap lembut, bersahabat, dan jelaskan apa yang anda akan

lakukan dengan kalimat yang jelas dan sederhana. Apabila dibutuhkan,

demonstrasikan prosedur kepada orang tua.

c. Gunakan restrain fisik selama prosedur ketika membutuhkannya, untuk

memastikan keamanan anak dan untuk mengalihkan amarah dan

frustasinya.

d. Gunakan teknik modifikasi perilaku yang tepat untuk menghargai perilaku

positif dan menghukum perilaku yang negatif.

e. Ketika anak berperilaku destruktif, tanyakan apakah ia mencoba

menyampaikan sesuatu.

3. Risiko Perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan gangguan

sosialisasi.

24

Page 25: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

Hasil yang diharapkan :

Orang tua mendemonstrasikan keterampilan peran menjadi orang tua yang

tepat yang ditandai oleh ungkapan kekhawatiran mereka tentang kondisi anak

dan mencari nasihat serta bantuan.

Intervensi :

a. Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran

mereka.

b. Rujuk orang tua ke kelompok pendukung autisme setempat dan ke sekolah

khusus jika diperlukan.

c. Anjurkan orang tua untuk mengikuti konseling (bila ada).

D. Implementasi

N

o

Dx.

Keperawatan

Tgl/Jam Implementasi Respon Paraf

1 Hambatan

komunikasi

yang

berhubungan

dengan

kebingungan

terhadap

stimulus.

Menganjurkan

keluarga dalam

berkomunikasi

dengan anak,

menggunakan

kalimat singkat yg

terdiri atas 1 hingga 3

kata, dan ulangi

perintah sesuai yang

diperlukan.

Menggunakan irama,

musik dan gerakan

tubuh untuk

S : keluarga klien

kooperatif

O : keluarga

menggunakan

bahasa yang

singkat dan jelas

saat berkomunikasi

S : -

O : klien tampak

mendengarkan

25

Page 26: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

membantu

perkembangan

komunikasi sampai

anak dapat

memahami bahasa.

Membantu anak

mengenali hubungan

antara sebab dan

akibat dengan cara

menyebutkan

perasaannya yang

khusus dan

mengidentifikasi

penyebab stimulus

bagi klien.

S : -

O : tampak

menolak

2 Risiko

membahayaka

n diri sendiri

atau orang lain

yang

berhubungan

dengan rawat

inap di rumah

sakit.

Menyediakan

lingkungan kondusif

dan sebanyak

mungkin rutinitas

sepanjang periode

perawatan di rumah

sakit.

Melakukan

pendekatan anak

dengan sikap lembut,

bersahabat.

Menggunakan teknik

modifikasi perilaku

S : -

O : tampak

hiperaktif

S : -

O : tampak

menolak

S : -

O :

26

Page 27: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

yang tepat kepada

klien untuk

menghargai perilaku

positif dan

menghukum perilaku

yang negatif.

3 Risiko

Perubahan

peran orang

tua yang

berhubungan

dengan

gangguan

sosialisasi.

Menganjurkan orang

tua untuk

mengekspresikan

perasaan dan

kekhawatiran mereka.

Merujuk orang tua ke

kelompok pendukung

autisme setempat dan

ke sekolah khusus.

Menganjurkan orang

tua untuk mengikuti

konseling

S : Orang tua

mengatakan

kebingungan dalam

menghadapi sikap

anaknya

O : Tampak

bingung

S : orang tua

mengatakan

bersedia

O :

S : orang tua

kooperatif

O : orang tua

tampak mengikuti

konseling

E. Evaluasi

No Tgl/Jam Dx Keperawatan Perkembangan Paraf

27

Page 28: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

1 Hambatan

komunikasi yang

berhubungan

dengan

kebingungan

terhadap stimulus.

S : Ibu klien mengatakan bahwa An.K

masih mengalami kesulitan bicara

O : tampak diam

A : Masalah belum teratasi

P : Pertahankan intervensi

2 Risiko

membahayakan

diri sendiri atau

orang lain yang

berhubungan

dengan rawat inap

di rumah sakit.

S : ibu klien mengatakan An. K

memiliki sikap menolak perubahan

secara ekstrem,

O : tampak hiperaktif

A : Masalah belum teratasi

P : Pertahankan intervensi

3 Risiko Perubahan

peran orang tua

yang

berhubungan

dengan gangguan

sosialisasi.

S : orang tua mengatakan kebingungan

dalam menghadapi sikap anaknya

O : orng tua tampak bingung

A : Masalah belum teratasi

P : Pertahankan intervensi

28

Page 29: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Autisme adalah suatu gangguan sindrom akibat kerusakan saraf yang

menyebabkan gangguan pasti pada fungsi sosial, komunikasi ferbal dan non

ferbal, dan fleksibilitas perilaku. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia

lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif.

Penyebab autis belum diketahui pasti, tetapi faktor genetik atau keturunan,

kelainan anatomis otak, factor infeksi, dan faktor resiko yang memungkinkan

menyababkan anak autis diantaranya periode kehamilan, periode persalinan, dan

periode usia bayi.

Karakteristik anak dengan autis adalah 6 gangguan dalam bidang;

komunikasi verbal maupun nonverbal, bidang interaksi sosial, bermain, perilaku,

perasaan dan emosi, dan persepsi sensoris. Dari sekian gangguan tersebut

memunculkan masalah keperawatan sebagai berikut ; Hambatan komunikasi,

Risiko membahayakan diri sendiri atau orang lain, Risiko Perubahan peran orang

tua.

Untuk itu perlu penangan khusus pada penderita autis dan ada berbagai

terapi yang bisa digunakan antara lain; Terapi medika mentosa, Terapi biomedis,

Terapi wicara, Terapi perilaku, Terapi okupasi, Terapi Sosial, Terapi Bermain,

Terapi Perkembangan, Applied Behavioral Analysis (ABA), dan Terapi Fisik.

B. Saran

29

Page 30: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

Dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan klien dengan penyakit

autisme, hendaknya : 

1. Klien diberi support agar dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan baik.

2. Memberi perawatan dan perhatian kepda klien dalam proses perawatan.

3. Peningkatan dan penyedian sarana dan prasarana serta kerja sama antara pihak

rumah sakit dengan keluarga.

4. Diharapkan kepada keluarga kiranya dapat merawat klien apabila dilakukan

perawatan dirumah.

30

Page 31: Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak Autis

DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, Anik 2002, Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan, Trans infomedia,

Jakarta.

Danuatmaja, Bonni 2003, Terapi Anak Autis Dirumah, Puspa Swara, Jakarta.

Children, Indonesian 2010, Cara Mengetahui Diagnosis Autis Sejak Dini, dilihat 24

Februari 2012, < http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2010/11/10/cara-

mengetahui-diagnosis-autis-sejak-dini/ >.

Fortinash, Katherine M ect 2000, Fortin Psychiatric Mental Health Nursing, Masby,

Phiadelpa.

Peeters, Theo 2004, Autisme Hubungan Pengetahuan Teoritis dan Intervensi

Pendidikan Bagi Penyandang Autis, Dian Rakyat, Jakarta.

Autis.info 2012, 10 Jenis Terapi Autisme, dilihat 24 Februari 2012,

<http://www.autis.info/index.php/terapi-autisme/10-jenis-terapi-autisme>.

Judarwanto, Widodo 2006, Pencegahan Autis Pada Anak, dilihat 24 Februari 2012,

<http://puterakembara.org/archives10/00000056.shtml>.

Sari, Intan Diana 2009, Nutrisi pada Pasien Autis, Kalbe Farma, Jakarta.

31