Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

26
Gangguan Tidur pada Manusia dan Penatalaksanaannya Ricky Sunandar 10.2012.227 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 [email protected] ______________________________________________________________ _____________ I. Pendahuluan Banyak orang dewasa mengalami insomnia atau gangguan tidur pada satu waktu atau lain dalam kehidupan mereka. Diperkirakan 30% - 50% dari populasi umum dipengaruhi oleh insomnia, dan 10% menderita insomnia kronis.Secara luas gangguan tidur pada usia lanjut dapat dibagi menjadi: kesulitan masuk tidur (sleep onset problems), kesulitan mempertahaan tidur nyenyak (deep maintenance problem), dan bangun terlalu pagi (early morning awakening/EMA). Gejala dan tanda yang muncul sering kombinasi ketiganya, muncul ada yang sementara atau kronik. Gangguan tidur ini dapat dikarenakan juga oleh insomnia (gangguan tidur) itu sendiri,depresi atau demensia. Insomnia adalah gejala bukan merupakan diagnosis penyakit tunggal. Menurut definisi, insomnia adalah "kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, atau keduanya" atau persepsi 1 | Page

description

insomnia, medical, health, medicine, susah tidur, kedokteran, kesehatan, pengobatan, prognosis

Transcript of Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

Gangguan Tidur pada Manusia dan PenatalaksanaannyaRicky Sunandar10.2012.227Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat [email protected]___________________________________________________________________________I. PendahuluanBanyak orang dewasa mengalami insomnia atau gangguan tidur pada satu waktu atau lain dalam kehidupan mereka. Diperkirakan 30% - 50% dari populasi umum dipengaruhi oleh insomnia, dan 10% menderita insomnia kronis.Secara luas gangguan tidur pada usia lanjut dapat dibagi menjadi: kesulitan masuk tidur (sleep onset problems), kesulitan mempertahaan tidur nyenyak (deep maintenance problem), dan bangun terlalu pagi (early morning awakening/EMA). Gejala dan tanda yang muncul sering kombinasi ketiganya, muncul ada yang sementara atau kronik. Gangguan tidur ini dapat dikarenakan juga oleh insomnia (gangguan tidur) itu sendiri,depresi atau demensia.Insomnia adalah gejala bukan merupakan diagnosis penyakit tunggal. Menurut definisi, insomnia adalah "kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, atau keduanya" atau persepsi kualitas tidur yang buruk. Insomnia itu mungkin karena mutu yang tidak memadai atau kuantitas tidur. Insomnia tidak didefinisikan oleh sejumlah tertentu dari jam tidur yang sseseorang dapatkan, karena individu sangat bervariasi dalam kebutuhan tidur mereka.Insomnia mempengaruhi semua kelompok umur. Di antara orang dewasa, insomnia mempengaruhi perempuan lebih sering daripada pria. Insiden cenderung meningkat dengan usia. Hal ini biasanya lebih umum pada orang pada kelompok sosial ekonomi (pendapatan) rendah, alkoholik kronis, dan pasien kesehatan mental. Stres yang paling sering memicu insomnia jangka pendek atau akut. Jika tidak cepat didiagnosis, insomnia dapat berkembang menjadi insomnia kronis.1

II. PembahasanAnamnesisAnamnesis merupakan sejarah lengkap yang teringat dan diceritakan oleh pasien. Diagnosis dapat ditegakkan dengan mengumpulkan riwayat medis, riwayat tidur, pemeriksaan fisik, dan sebuah studi tidur (jika penyebab insomnia tidak jelas). Riwayat medis Sebuah riwayat medis digunakan untuk menilai risiko mengembangkan insomnia dan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab. Sejarah ini mempertimbangkan banyak faktor: Masalah kesehatan yang baru atau sedang berlangsung (termasuk penyakit seperti arthritis) Nyeri luka Penggunaan suplemen, dan obat-obatan, termasuk kafein, tembakau, dan alkohol Perubahan kebiasaan kerja atau rekreasi (misalnya, perjalanan, rutinitas latihan, perubahan shift di tempat kerja) Stres atau tekanan emosional lainnya

Riwayat tidur Riwayat tidur yang membantu menilai kebiasaan tidur. Sebuah diary tidur atau sleep log sering digunakan untuk merekam kebiasaan tidur. Riwayat tidur juga biasanya mencakup pertanyaan tentang gejala-gejala yang mungkin terkait dengan insomnia. Dokter mungkin bertanya tentang berfungsi siang hari, kelelahan, gangguan konsentrasi dan perhatian, tidur siang, dan gejala umum lain insomnia.2 Kebiasaan dievaluasi dalam sejarah tidur adalah sebagai berikut: Frekuensi dan durasi insomnia. Tidur dan waktu terbangun selama seminggu dan akhir pekan. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tertidur, seberapa sering terbangun di malam hari terjadi, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tidur kembali. Apakah mendengkur dan sebagaimana keras dan apakah sering. Setiap gejala bangun terengah-engah atau merasa kehabisan napas. Kelelahan sepanjang hari Seberapa sering "tertidur" atau mengalami kesulitan untuk tetap terjaga selama tugas-tugas rutin, terutama mengemudi. Khawatir tentang jatuh tertidur, tinggal tidur, atau mendapatkan cukup tidur Diet (cair dan padat) Obat-obatan yang dikonsumsi sebelum tidur Rutinitas menjelang saat tidur Tingkat kebisingan, pencahayaan, dan suhu Gangguan (misalnya, televisi)

Sebuah Sleep Log dapat membantu untuk diagnosa gangguan tidur. Cara tersbut adalah cara yang paling efisien bagi pasien dan dokter untuk mengevaluasi pasien yang sulit tidur. Setiap pasien yang mengalami gangguan medis gangguan tidur, diharapkan mempunya sleep log. Kemungkinan besar, dokter akan meminta pasien untuk mengisi sleep log untuk jangka waktu beberapa minggu; sudah menyelesaikannya log ini dapat mempercepat diagnosis dan pengobatan. Kebanyakan ahli merekomendasikan untuk mempertahankan sleep log selama 2-4 minggu berturut-turut. Sleep log tersebut diharapkan untuk dibawa ke dokter atau spesialis tidur pada saat konsultasi.

Gambar 1. Sleep Log

Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pertama-tama ialah melihat keadaan umum, dan kesadaran pasien. Lalu memeriksa tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, suhu, dan frekuensi pernafasan). Lalu dilakukan pemeriksaan yang meliputi, inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dengan tujuan untuk mencari kelainan organik lainnya yang bisa saja menyebabkan insomnia. Tanda fisikMelihat ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan (sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian), terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.Tanda psikologisMenarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung, sulit berkonsentrasi, timbul halusinasi, dan gangguan penglihatan atau pendengaran. Kemampuan memberikan pertimbangan dan keputusan juga menurun.Untuk mengetahui tingkat kantuk (sleepiness) secara kuantitatif dari seseorang, klinisi dapat menggunakan suatu skala pengukuran yaitu The Epworth Sleepiness Scale.

Gambar 2. The Epworth Sleepiness Scale (Sumber: www.epworthsleepinesssclae.com)Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan LaboratoriumTes darah digunakan untuk mendeteksi masalah tiroid atau kondisi lain yang dapat menyebabkan masalah tidur. Pemeriksaan RadiologiTes diagnostik lainnya dapat dilakukan sebagai bagian dari evaluasi untuk insomnia, meskipun mungkin tidak diperlukan pada semua pasien dengan insomnia.Polysomnography memberikan informasi mengenai tidur / bangun otak, dan merupakan 'standar emas' untuk penilaian diagnostik. Kendali polysomnography (PSG) terdiri electroencephalography (EEG), electrooculography (EOG), dagu dan tibialis anterior Elektromiografi (EMG), upaya pernapasan, aliran udara, oksimetri dan elektrokardiografi (EKG). Sebagian besar penilaian adalah berbasis laboratorium dan malam pertama rekaman biasanya dibuang sebagai artefak yang terdiri dari hal-hal baru karena prosedur dan lingkungan. Anda mungkin mengatakan prinsip-prinsip kontrol stimulus diakui dalam praktek. Karena orang-orang tidur dengan cara yang berbeda di laboratorium, dan mungkin attributions berbeda tentang tidur mereka, rumah PSG telah dikembangkan sebagai naturalistik alternatif. PSG portabel pertama rekaman digambarkan pada 1970-an tapi sejak itu rumah perekaman telah menjadi lebih sederhana dan lebih handal. Dalam penelitian insomnia, sangat penting bahwa orang tidur di / tempat tidurnya sendiri. PSG adalah penting untuk diagnosis dalam kasus-kasus yang kompleks, dan untuk memantau dampak intervensi, seperti hidung tekanan udara kontinu (nCPAP), dimana tingkat kejenuhan oksigen / desaturation, kejadian apnea dan arousal dari tidur sering harus dinilai sebelum dan selama pengobatan.Actigraphy adalah tes lain yang lebih objektif yang mungkin dilakukan dalam situasi tertentu tetapi tidak secara rutin bagian dari evaluasi untuk insomnia. Actigraph adalah sebuah detektor gerakan gerakan indera seseorang saat tidur dan terjaga. Hal ini dipakai mirip dengan jam tangan selama berhari-hari ke minggu, dan data pergerakan dicatat dan dianalisa untuk menentukan pola tidur dan gerakan. Tes ini mungkin berguna dalam kasus gangguan insomnia primer, gangguan irama sirkadian, atau kesalahpahaman tidur negara.3

Gejala KlinisInsomnia mencakup beberapa kelainan berbeda yang didominasi oleh kesulitan untuk tertidur atau mempertahankan keadaan tidur atau masalah kesulitan bangun awal di pagi hari sebelum tidur yang adekuat didapatkan. Definisi dari tidur yang adekuat berbeda pada setiap individu, dengan beberapa cukup dengan 5 jam dan beberapa merasa bahwa tidur yang tidak terganggu sama sekali selama 8 atau 9 jam diperlukan untuk istirahat dan bangun untuk hari berikutnya.Dalam insomnia psiko-fisiologis, pasien mungkin mengeluh perasaan cemas, tegang, khawatir, atau mengingat secara terus-menerus masalah-masalah di masa lalu atau di masa depan karena mereka berbaring di tempat tidur terlalu lama tanpa tertidur. Pada insomnia akut, dimungkinkan ada suatu peristiwa yang memicu, seperti kematian atau penyakit yang menyerang orang yang dicintai. Hal ini dapat dikaitkan dengan timbulnya insomnia. Pola ini dapat menjadi tetap dari waktu ke waktu, dan pasien dapat mengalami insomnia, berulang terus-menerus. Semakin besar usaha yang dikeluarkan dalam mencoba untuk tidur, tidur menjadi lebih sulit diperoleh. Menonton jam saat setiap menit dan jam berlalu hanya meningkatkan perasaan terdesak dan usaha untuk tertidur. Tempat tidur akhirnya dapat dipandang sebagai medan perang, dan tidur lebih mudah dicapai dalam lingkungan yang asing.4Working DiagnosisInsomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur. Biasanya disebabkan oleh gangguan di dalam waktu dan mekanisme tidur, hal ini biasanya diperberat dengan perilaku yang tidak sehat, seperti tidak teratur jam tidur, seringnya bergadang dan penggunaan kafein. Insomnia adalah sebagian dari gangguan tidur, tetapi keluhan ini adalah keluhan yang paling sering dari gangguan tidur.5Insomnia dikelompokkan menjadi: Insomnia primer, yaitu insomnia menahun dengan sedikit atau sama sekali tidak berhubungan dengan berbagai stres maupun kejadian Insomnia sekunder, yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh nyeri, kecemasan, obat, depresi atau stres yang hebat.Insomnia bisa disebabkan oleh sejumlah alasan yang berbeda. Penyebab ini dapat dibagi menjadi faktor-faktor situasional, kondisi-kondisi medis atau psikiatris, atau masalah tidur utama.5Differential DiagnosisBanyak penyebab insomnia sementara dan jangka pendek yang sama dan mereka termasuk: 6 Jet lag, perubahan dalam kerja shift, kebisingan yang berlebihan atau tidak menyenangkan, suhu ruangan tidak nyaman (terlalu panas atau terlalu dingin), stres situasi kehidupan (persiapan ujian, kehilangan orang yang dicintai, pengangguran, perceraian, atau perpisahan), akibat penyakit medis, bedah yang akut atau rumah sakit, efek samping dari obat, alkohol, obat penenang, atau obat perangsang, Insomnia yang berhubungan dengan ketinggian tinggi (gunung).Insomnia jangka panjang atau kronis. Mayoritas penyebab insomnia jangka panjang atau kronis biasanya dikaitkan dengan kondisi jiwa yang mendasari atau fisiologis (medis).6 Insomnia terkait Psikologis. Masalah-masalah psikologis yang paling umum yang dapat menyebabkan insomnia mencakup: kecemasan, stres, skizofrenia, mania (bipolar disorder), dan depresi. Bahkan, insomnia mungkin merupakan indikator depresi. Banyak orang akan memiliki insomnia selama fase penyakit mental akut. Insomnia terkait Fisiologis. Span fisiologis dari gangguan ritme sirkadian (gangguan terhadap jam biologis), ketidakseimbangan tidur-bangun, untuk berbagai kondisi medis. Berikut ini adalah kondisi medis yang paling umum yang memicu insomnia: Sindrom nyeri kronik, sindrom kelelahan kronis, gagal jantung kongestif, angina (nyeri dada) waktu malam dari penyakit jantung, Acid reflux disease (GERD), Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), Asma Nokturnal (asma dengan gejala pernapasan waktu malam), Apnea tidur obstruktif, penyakit degeneratif, seperti penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer (sering insomnia merupakan faktor penentu untuk penempatan panti jompo), Tumor otak, stroke, atau trauma pada otak.

Kelompok berisiko tinggi untuk insomnia. Selain kondisi-kondisi medis di atas, kelompok-kelompok tertentu mungkin pada risiko tinggi untuk mengembangkan insomnia, seperti : pelancong, pekerja shift yang sering berubah, manula, siswa dewasa muda atau remaja, wanita hamil, dan wanita menopause. Insomnia terkait Obat. Obat-obatan tertentu juga telah dikaitkan dengan insomnia, diantaranya adalah: Preparat pencegah asma dan flu. Resep obat tertentu yang mungkin juga mengandung stimulan, dengan demikian menghasilkan efek yang sama pada tidur. Pengobatan tekanan darah tinggi tertentu yang juga dikaitkan dengan kurang tidur. Beberapa obat yang dipakai untuk mengobati depresi, kecemasan, dan skizofrenia. Insomnia karena penyebab lain.7 Stimulan umum yang terkait dengan kurang tidur termasuk kafein dan nikotin. Anda harus mempertimbangkan tidak hanya membatasi penggunaan kafein dan nikotin dalam jam segera sebelum tidur, tetapi juga membatasi asupan harian total. Orang sering menggunakan alkohol untuk membantu mendorong tidur, sebagai minuman, namun, itu adalah pilihan yang buruk. Alkohol berhubungan dengan gangguan tidur dan menciptakan rasa tidur yang tidak segar di pagi hari. Partner tempat tidur yang mendengkur keras atau gerakan kaki secara berkala yang dapat mengganggu kemampuan Anda untuk mendapatkan tidur malam yang baik.EtiologiInsomnia dapat disebabkan oleh berbagai penyebab yang berbeda. Penyebab dapat dibagi menjadi faktor situasional, kondisi medis atau psikiatris, atau gangguan tidur primer. Insomnia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan lama gejala yaitu, transient, jangka pendek atau kronis. Insomnia transient biasanya berlangsung kurang dari tujuh hari, insomnia jangka pendek biasanya berlangsung selama sekitar satu sampai tiga minggu, dan insomnia kronis berlangsung selama lebih dari tiga minggu.8Banyak penyebab insomnia transien dan jangka pendek adalah sama dan beberapa termasuk: Jet lag Perubahan shift kerja Bisingan berlebihan atau tidak menyenangkan Suhu kamar yang kurang nyaman (terlalu panas atau terlalu dingin) Situasi Stres dalam kehidupan (persiapan ujian, kehilangan yang dicintai, perceraian, pengangguran, atau perpisahan dengan seseorang) Adanya penyakit medis atau bedah akut; atau rawat inap Penarikan dari obat, alkohol, obat penenang, atau obat perangsang Gejala fisik yang tidak terkendali (sakit, demam, masalah pernapasan, hidung tersumbat, batuk, diare, dll) juga dapat menyebabkan seseorang untuk menderita insomnia. Mengontrol gejala ini dan penyebab mereka dapat menghasilkan resolusi insomnia. Penyebab Insomnia kronis atau Jangka Panjang Mayoritas penyebab insomnia kronis atau jangka panjang biasanya dikaitkan dengan kondisi jiwa atau fisiologis yang mendasari (medis). Penyebab Psikologi Insomnia Masalah yang paling umum yang dapat menyebabkan insomnia meliputi: Cemas Depresi Stres (mental, emosional, situasional, dll) Skizofrenia, dan / atau Mania (gangguan bipolar) Insomnia dapat merupakan indikator depresi. Banyak orang akan menderita insomnia selama fase akut dari penyakit mental. Seperti yang disebutkan sebelumnya, depresi dan kecemasan yang berkaitan erat dengan insomnia. Dari semua penyebab medis dan psikologis sekunder insomnia lain, kecemasan dan depresi adalah yang paling umum. Penyebab Fisiologis Insomnia Penyebab fisiologis mulai dari gangguan ritme sirkadian (gangguan jam biologis), ketidakseimbangan tidur-bangun, ke berbagai kondisi medis. Berikut ini adalah kondisi medis yang paling umum yang memicu insomnia: 8 Sindrom sakit kronis Sindrom kelelahan kronis Gagal jantung kongestif Angina pada malam hari (nyeri dada) dari penyakit jantung Penyakit refluks asam (GERD) Penyakit paru obstruktif kronis (COPD) Nocturnal asma (asma dengan gejala pernapasan malam waktu) Obstructive sleep apnea Penyakit degeneratif, seperti penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer (Sering, insomnia merupakan faktor penentu untuk penempatan panti jompo.) Tumor otak, stroke, atau trauma ke otakEpidemiologiDi amerika serikat kurang lebih sepertiga penduduknya memiliki gangguan tidur. Di Indonesia gangguan tidur bervariasi, tergantung pekerjaan yang dimiliki, pekerjaan-pekerjaan yang terganggunya siklus tidur seperti perawat, dokter, satpam sangat besar menimbulkan gangguan tidur pada individu tersebut. Ada penelitian yang membuktikan bahwa 70% dari perawat di Jakarta mengalami insomnia. Insomnia lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria dengan rasio 3 : 2. Dengan bertambahnya usia bertambah pula angka.7PatofisiologiInsomnia adalah keadaan dimana Anda mulai mengeluh dengan sulitnya tidur di malam hari, atau Anda sering terbangun di tengah malam. Banyak disebutkan bahwa stress sering dikaitkan dengan insomnia. Stres menyebabkan insomnia. Setiap permasalahan kehidupan yang manimpa pada diri seseorang (stresor psikososial) dapat mengakibatkan gangguan fungsi/faal organ tubuh, reaksi yang dialami oleh tubuh ini dikatakan stres. Hal itu terjadi karena sistem saraf Anda sedang dipersiapkan untuk selalu berpikir bahkan saat Anda sedang tidur. Saat stress terjadi tubuh akan berespon terhadap stress tersebut. Hipotalamus-Pituitari- Aksis (HPA) adalah sekelompok sumbu yang berperan dalam memberi respon terhadap stress, yang mana melibatkan otak hipofisis dan kelenjar adrenal. Pertama, hipotalamus (bagian sentral otak) akan melepaskan senyawa yang disebut corticotrophin releasing factor (CRF). CRF kemudian perjalanan ke kelenjar hipofisis, di mana akan memicu pelepasan hormon, adrenocorticotrophic (ACTH). ACTH dilepaskan ke dalam aliran darah dan menyebabkan korteks kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon stres, terutama kortisol, yang merupakan hormon kortikosteroid. Kortisol meningkatkan ketersediaan pasokan bahan bakar tubuh (karbohidrat, lemak, dan glukosa), yang diperlukan untuk merespon stres. Namun, jika kadar kortisol tetap tinggi dalam jangka waktu terlalu lama, maka otot akan rusak, terjadinya penurunan respons terhadap peradangan, dan penurunan sistem imun (pertahanan) . Kortikosteroid juga dapat menyebabkan retensi cairan dan tekanan darah tinggi.Oleh karena itu, penting bahwa respon terhadap kortikosteroid secara hati-hati dikendalikan (dimodulasi). Kontrol ini biasanya dilakukan dengan mekanisme umpan balik yang meningkatkan kadar kortisol makan kembali ke hipotalamus dan hipofisis mematikan produksi ACTH. Selain itu, sangat tinggi tingkat kortisol dapat menyebabkan depresi dan psikosis, yang menghilang ketika kembali ke tingkat normal.Karena adanya hubungan ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan stress akan mendahului peningkatan insomnia. Bila Anda stress sistem yang dapat membuat Anda seharusnya tertidur akan menjauh dari Anda. penyebab insomnia terkait erat dengan lelah, konsentrasi terganggu, memori terganggu, sakit kepala, mudah marah dan mengantuk di siang hari.9Pusat-pusat tidur di otakIrama tidur - jaga yang merupakan pola tingkah laku agaknya berhubungan dengan interaksi di dalam sistim aktivasi reticular. Perangsangan daerah formasio retikularis akan menyebabkan kondisi jaga/waspada pada hewan di laboratorium. Sedangkan perusakan pada daerah itu menyebabkan hewan mengalami kondisi koma menetap. Kita mengetahui bahwa sistim aktivas retikular bekerjanya diatur oleh kontrol dan nukleus raphe dan locus coeruleus. Di mana sel-sel dan nucleus raphe mensekresi serotonin dan locus coeruleus mensekresi epinephrine. Jika nukleus raphe dirusak atau sekresinya dihambat, dapat menimbulkan kondisi tidak tidur/berkurangnya jam tidur pada hewan percobaan yang mirip dengan kejadian insomnia. Sedangkan bila locus coeruleus yang dirusak, akan terjadi penurunan atau hilangnya tidur REM, sedangkan tidur non REM tak berubah. Sistim limbik, yang kita kenal sebagai pusat emosi, agaknya juga berhubungan dengan kewaspadaan/jaga. Mungkin hal inilah yang menyebabkan mengapa kondisi ansietas dan gangguan emosi lainnnya dapat mengganggu tidur, dan menyebabkan insomnia.9PenatalaksanaanNon-medikamentosaSemua pasien dengan insomnia, baik sementara atau kronis, harus dididik tentang tidur dan unsur-unsur kebersihan tidur yang baik. Kebersihan tidur sleep hygiene adalah kegiatan sehari-hari dan kebiasaan yang konsisten dengan dan / atau mempromosikan pemeliharaan kualitas tidur yang baik dan kewaspadaan di siang hari penuh. Unsur-unsur kebersihan tidur yang baik adalah sebagai berikut:10 Mengembangkan kebiasaan tidur yang teratur. Ini berarti menjaga waktu tidur yang teratur dan waktu bangun. Waktu tidur harus berlangsung selama yang diperlukan untuk merasa segar pada hari berikutnya, dan waktu ekstra di tempat tidur di luar apa yang dibutuhkan harus dihindari. Lambat bawah dan bersantai sebelum tidur (dimulai setidaknya 30 menit sebelum tidur). Sebuah makanan ringan dapat membantu. Jauhkan gelap kamar tidur, tenang, dan pada suhu yang nyaman. Latihan harian. Hal ini sebaiknya dilakukan pada sore hari atau sore hari (tetapi tidak lebih dari 7-8 pm). Jangan memaksa diri untuk tidur. Jika tidak dapat jatuh tertidur dalam waktu 15-30 menit, meninggalkan tempat tidur dan lakukan sesuatu yang rileks sampai mengantuk, seperti mendengarkan musik atau membaca bacaan ringan. Jangan mengkonsumsi alkohol selama 4-6 jam sebelum tidur. Kafein dan penggunaan tembakau juga harus dihindari sebelum tidur. Tidur pada siang hari biasanya harus dihindari. Jangan terlibat dalam kegiatan mental atau fisik yang berat sesaat sebelum tidur. Jangan mengambil masalah seseorang untuk tidur.MedikamentosaDalam mengobati gejala gangguan tidur, selain dilakukan pengobatan secara kausal, juga dapat diberikan obat golongan sedatif hipnotik. Pada dasarnya semua obat yang mempunyai kemampuan hipnotik merupakan penekanan aktifitas dari reticular activating system (ARAS) diotak. Hal tersebut didapatkan pada berbagai obat yang menekan susunan saraf pusat, mulai dari obat anti anxietas dan beberapa obat anti depres. Obat hipnotik selain penekanan aktivitas susunan saraf pusat yang dipaksakan dari proses fisiologis, juga mempunyai efek kelemahan yang dirasakan efeknya pada hari berikutnya (long acting) sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Begitu pula bila pemakain obat jangka panjang dapat menimbulkan over dosis dan ketergantungan obat. Sebelum mempergunakan obat hipnotik, harus terlebih dahulu ditentukan jenis gangguan tidur misalnya, apakah gangguan pada fase latensi panjang (NREM) gangguan pendek, bangun terlalu dini, cemas sepanjang hari, kurang tidur pada malam hari, adanya perubahan jadwal kerja/kegiatan atau akibat gangguan penyakit primernya. Walaupun obat hipnotik tidak ditunjukkan dalam penggunaan gangguan tidur kronik, tapi dapat dipergunakan hanya untuk sementara, sambil dicari penyebab yang mendasari. Dengan pemakaian obat yang rasional, obat hipnotik hanya untuk mengkoreksi dari problema gangguan tidur sedini mungkin tanpa menilai kondisi primernya dan harus berhati-hati pada pemakaian obat hipnotik untuk jangka panjang karena akan menyebabkan terselubungnya kondisi yang mendasarinya serta akan berlanjut tanpa penyelesaian yang memuaskan.Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah mengidentifikasi dari problem gangguan tidur sedini mungkin tanpa menilai kondisi primernya danharus berhati-hati pada pemakain obat hipnotik untuk jangka panjang karena akan menyebabkan terselubungnya kondisi yang mendasarinya serta akan berlanjut tanpa penyelesaian yang memuaskan. Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya atau obat hipnotik adalah sebagai pengobatan tambahan. Pemilihan obat hipnotik sebaiknya diberikan jenis obat yang bereaksi cepat (short action) dgnmembatasi penggunaannya sependek mungkin yang dapat mengembalikan pola tidur yang normal.Lamanya pengobatan harus dibatasi 1-3 hari untuk transient insomnia, dan tidak lebih dari 2 minggu untuk short term insomnia. Untuk long term insomnia dapat dilakukan evaluasi kembali untuk mencari latar belakang penyebab gangguan tidur yang sebenarnya. Bila penggunaan jangka panjang sebaiknya obat tersebut dihentikan secara berlahan-lahan untuk menghindarkan withdraw terapi.

Antara obat yang digunakan untuk penyakit insomnia adalah :1. Benzodiazepines: Merupakan obat golongan hinotik-sedatif. Efektif digunakan untuk mengobati masalah tidur seperti berjalan dalam tidur dan malam teror. Namun, obat ini dapat menyebabkan Anda merasa mengantuk pada siang hari dan juga dapat menyebabkan ketergantungan, yang berarti anda dapat selalu perlu obat tidur2. Non-BenzodiazepineYang termasuk golongan ini adalah seperti zolpidem, zaleplon, zopiclone dan ecszopiclone. Obat-obat masih baru dalam golongan hipnotik-sedatif. Mekanisma kerjanya hampir sama dengan golongan benzodiazepein yaitu bekerja pada resepto GABA3. AntidepressantsBeberapa antidepresan turut mengandungi efek sedatif yang kuat sebagi contoh amitriptiline, doxepin, mirtazapin dan tradazon. Namun karena mempunyai jalur kerja yang lebar, efek sampingnya meningkat. Insomnia adalah gejala umum dari depresi. Dengan demikian, beberapa obat antidepresan, seperti trazodone (Desyrel), sangat efektif dalam mengobati kesulitan tidur dan kecemasan yang disebabkan oleh depresi.4. MelatoninHormon dan suplemen melatonin efektif pada beberapa tipe insomnia. Melatonin telah digunakn dalam pil pembantu tidur, zopiclone. Manfaat dari melatonin adalah mampu mengobati insomnia tanpa mengubah corak tidur seseorang.5. AntihistaminAntihistamn difenhidramin digunakan meluas. Mereka umumnya bekerja baik, tetapi dapat menyebabkan pusing keesokan harinya. Mereka cukup aman untuk dijual tanpa resep. Namun, jika anda sedang mengambil obat lain yang juga mengandung antihistamin, kelebihan dosis bisa terjadi.11KomplikasiTidur sama pentingnya dengan makanan yang sehat dan olahraga yang teratur. Insomnia dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik. Komplikasi insomnia meliputi:9 Kanker prostat pada pria (berhubungan dengan kadar melatonin yang menurun apabila terjadi insomnia) Gangguan dalam pekerjaan atau di sekolah. Saat berkendara, reaksi reflex akan lebih lambat. Sehingga meningkatkan reaksi kecelakaan. Masalah kejiwaan, seperti kecemasan atau depresi Kelebihan berat badan atau kegemukan Daya tahan tubuh yang rendah Meningkatkan resiko dan keparahan penyakit jangka panjang, contohnya tekanan darah yang tinggi, sakit jantung, dan diabetes.PrognosisInsomnia tidak diobati berpotensi konsekuensi serius, termasuk meningkatnya risiko kecelakaan kendaraan bermotor, gangguan kinerja sekolah atau pekerjaan, dan tingginya tingkat ketidakhadiran kerja. Untungnya, insomnia dapat dirawat dengan sangat efektif pada kebanyakan pasien. Perawatan menggunakan kombinasi pendekatan biasanya paling efektif.Untuk insomnia jangka pendek, prognosis sangat baik. Untuk pertama insomnia kronis yang mendasari faktor penyebab perlu diidentifikasi. Pasien juga perlu didukung dengan hypnotik dan terapi perilaku. Insomnia yang resisten, sulit untuk ditangani, dapat secara bertahap diatasi dengan ketekunan dan kesabaran. Bentuk terapi perilaku poros dari manajemen insomnia seperti ini akan membantu untuk mengubah atau memperkuat pola tidur.9PencegahanSaran berikut ini untuk membantu mengantisipasi dan memodifikasi situasi mungkin terkait dengan insomnia. Mereka tidak sangat mudah, tidak akan mereka menjaga pasien dari konsekuensi kurang tidur setelah telah terjadi.3Insomnia dari Stress :(1) Stres bisa positif atau negatif, dan kekhawatiran tentang tidur mungkin bervariasi. Banyak stres akan hilang dengan dukungan dan jaminan. (2) Pendidikan tentang pentingnya kebiasaan tidur yang baik juga sangat membantu. (3) Beberapa orang mungkin memerlukan pengobatan jangka pendek dengan obat-obatan. Seorang dokter akan sering bekerja terhadap dosis efektif terendah dengan obat penenang short-acting untuk mencapai tidur yang tepat.Rekomendasi umum untuk mencegah insomnia meliputi: Bekerja untuk meningkatkan kebiasaan tidur. Belajar untuk bersantai. Self-hypnosis, biofeedback dan relaksasi pernapasan sering membantu. Kontrol lingkungan. Hindari cahaya, kebisingan, dan suhu yang berlebihan. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur dan menghindari menggunakannya untuk membaca dan menonton TV. Aktivitas seksual adalah pengecualian. Menetapkan waktu tidur rutin. Perbaiki waktu bangun. Hindari makan besar, asupan cairan yang berlebihan, dan latihan berat sebelum tidur dan mengurangi penggunaan stimulan termasuk kafein dan nikotin. Jika tidak tertidur dalam waktu 20 sampai 30 menit, coba kegiatan yang santai seperti mendengarkan musik yang menenangkan atau membaca. Batasi tidur siang sampai kurang dari 15 menit, kecuali diarahkan oleh dokter. Hal ini umumnya lebih baik untuk menghindari tidur siang bila memungkinkan untuk membantu mengkonsolidasikan tidur malam. Ada gangguan tidur tertentu, bagaimanapun, bahwa akan manfaat dari tidur siang. Diskusikan masalah ini dengan dokter.III. KesimpulanSekarang, banyak sekali orang yang mengalami insomnia. Hal ini disebabkan faktor stress akan pekerjaan ataupun yang lainnya. Insomnia sendiri adalah gangguan tidur yang mengakibatkan aktivitas beberapa orang terganggu. Hal ini disebabkan mereka tidak bisa mendapatkan waktu tidur yang adekuat pada malam hari dan menyebabkan mereka sering mengantuk pada siang hari. Insomnia dapat diobati dengan menggunakan obat hipnotik sedatif dan juga dapat dilakukan dengan mengubah pola hidup sebelum tidur. Mengubah pola hidup juga dapat mencegah terjadinya insomnia pada manusia.

IV. Daftar Pustaka1. Maramis WF. Gangguan tidur. Dalam: Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press; 1994.h. 102-3.2. Anonim. Insomnia. January 2011. Diunduh tanggal 14 Januari 2015. Diunduh dari: http://www.medicinenet.com/insomnia/page3.htm.3. Sateia M, Carskadon MA. Insomnia. Dalam: Sleep Medicine. Philadelphia: Hanley & Belfus Inc.;2002. Hal 153-9.4. Goetz CG. Textbook of clinical neurology. Chicago: Elsevier Health Sciences;2007.h.29.5. Wiguna IMS. dkk. Synopsis psikiatri. Jilid 2. Ciputat tangerang ; 2010.6. Guze B, Richeimer S, Siegel DJ. Psikiatrik. Jakarta; EGC ; 19977. Rafknowledge. Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Jakarta: PT. Gramedia;20048. Anonim. Insomnia. January 25, 2011 [25 Jan, 2011] Diunduh dari: http://www.emedicinehealth.com/insomnia/article_em.htm.9. Fauci, Braunwald., Kasper., Hauser., Longo., Jameson., Loscalzo. 2008. Harrison's Principles of Internal Medicine 17th Edition.Vol II. United States of America: McGraws Hill. pp: 2711-272310. Toy EC. Approach to primary insomnia. Dalam: Psychiatry. Edisi 2. New York: Lange Medical Books/McGraw Hill; 2007; hal. 150-3.11. Goodman and Gilmans. The Pharmacological basis of therapeutics. 11th ed, 2005: 361-398.1 | Page