Gangguan Refraksi Mata

35
GANGGUAN REFRAKSI MATA

Transcript of Gangguan Refraksi Mata

Page 1: Gangguan Refraksi Mata

GANGGUAN REFRAKSI MATA

Page 2: Gangguan Refraksi Mata

DEFINISI

Gangguan refraksi adalah suatau keadaan dimana penglihatan terganggu karena terlalu pendek atau terlalu panjang bola mata sehingga mencegah cahaya terfokus dengan jelas pada retina ( Timby, Scherer dan Smith, 2000 )

Kelainan refraksi adalah penyimpangan cahaya yang lewat secara miring dari suatau medium ke medium lain yang berbeda densitasnya. Penyimpangan tersebut terjadi pada permukaan pembatas kedua medium tersebut yang dikenal sebagai permukaan refraksi ( Dorland, 1996; 1591 ).

Page 3: Gangguan Refraksi Mata

KLASIFIKASI

Ametropia Ametropi oksial

“terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih panjang atau pendek”

Ametropia refraktif“akibat kelainan system pembiasan sinar di dalam mata”

Ametropia kurvatur“akibat kelengkungan kornea atau lensa yang tidak normal”

Ametropia indeks“karena indeks bias abnormal di dalam mata”

Page 4: Gangguan Refraksi Mata

AMETROPIA DAPAT DITEMUKAN EMPAT BENTUK KELAINAN:

Myopia Hipermetropi Afakia Astigmatisme

Page 5: Gangguan Refraksi Mata

MYOPIA

Menurut bentuknya: Myopia refraktif Myopia aksial

Menurut derajat: Myopia ringan Myopia sedang Myopia berat atau tinggi

Menurut perjalanan: Myopia stasioner Myopia progresif Myopia maligna atau degeneratif

Page 6: Gangguan Refraksi Mata

HIPERMETROPI

Hipermetropi manifestasi Hipermetropi laten Hipermetropi total

Page 7: Gangguan Refraksi Mata

ASTIGMATISME

Astigmatisme reguler“memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang perlahan – lahan secara teratur dari satu meredian ke meredian berikutnya”

Astigmatisme irreguler“terjadi tidak mempunyai 2 meredian yang tegak lurus”

Page 8: Gangguan Refraksi Mata

PRESBIOPI

“Adalah gangguan akomodasi pada usia lanjut yang dpat terjadi akibat kelemahan otot akomodasi, lensa meta tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sclerosis lensa”

Page 9: Gangguan Refraksi Mata

ETIOLOGI KELAINAN REFRAKSI

Myopia Sumbu optik bola mata lebih panjang. Pembiasan media penglihatan kornea lensa yang

terlalu kuat.

• Hipermetropi Bola mata pendek atau sumbu anteropasterior yang

pendek. Kelengkungan kornea atau lensa kurang. Indeks bias kurang pada sistem optik mata.

• Afakia Tidak adanya lensa mata

Page 10: Gangguan Refraksi Mata

LANJUTAN...

• Astigmatisme Kelainan kelengkungan permukaan kornea. Kelainan pembiasan pada miridian lensa yang

berbeda. Infeksi kornea. Truma distrofi.

Presbiopi Kelemahan otot akomodasi. Lensa mata tidak kenyal atau berkurangnya

elastisitas akibat sklerosis lensa.

Page 11: Gangguan Refraksi Mata

PATOFISIOLOGI Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang

terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca dan panjangnya bola mata. Pada orangn normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan mata dibiaskan tepat di macula lutea. Mata normal disebut emetropia mata dengan kelainan refraksi mengakibatkan sinar normal tidak dapat terfokus pada macula. Hal ini disebabkan oleh kornea yang terlalu mendatar atau mencembung, bola mata lebih panjang atau pendek lensa berubah kecembungannyaatau tidak ada lensa mengakibatkan Ametropi dan bila di akibatkan oleh elastisitas lensa yang kurang atau kelemahan otot akomodasi mengakibatkan presbiopi.

Pada Ametropi apabila bola mata lebih panjang pembiasan kornea berlebihan atau lensa yang terlalu kuat mengakibatkan pembiasan terlalu kuat sehingga fokus terletak didepan retina dan penderita mengalami rabun jauh ( myopia )sebaliknya bila bola mata terlalu pendek, indeks bias kurangatau kelengkungan kornea atau lensa kurang maka pembiasan tidak cukup sehingga fokus dibelakang retina dan mengakibatkan rabun dekat ( hipermetropi ). Hipermetropi tinggi terjadi akibat mata tidak memiliki lensa ( Afakia ) apabila terjadi kelainan kelengkungan kornea, infeksi kornea, distrofi atau pembiasan lensa berbeda maka akan mengakibatkan bayangan ireguler ( Astigmatisme ).

Page 12: Gangguan Refraksi Mata

PATOFISIOLOGI Pada presbiopi elastisitas lensa yang berkurang atau kelemahan

otot akomodasi mengakibatkan daya akomodasi berkurang, sehingga lensa kurang mencembung dan pembiasan kurang kuat. Untuk melihat mata berakomodasi terus menerus sehingga terjadi ketegangan otot siliar yang mengakibatkan mata lelah, dan mata berair jika menekan kelenjar air mata.

Pada ametropi akomodasi juga dilakukan terus menerus agar mata dapat melihat. Hal ini mengakibatkan mata lelah atau sakit, mata esotropia atau mata juling ke dalam dan strabismus karena bola mata bersama – sama konvergensi, serta glaucoma sekunder karena hipertrofi otot siliar pada badan siliar mempersempit sudut bilik mata.

Rabun jauh atau myopia yang berjalan progresif akan mengakibatkan kebutaan dan hiperplasi pigmen epitei dan perdarahan, kebutaan dapat terjadi karena digenari macula dan retina perifer mengakibatkan atrofi lapis sensori retina dan degennerasi saraf optik. Hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan terjadi karena neovaskularisasi sub retina akibat ruptur membran bruch.

Page 13: Gangguan Refraksi Mata

MANIFESTASI KLINIS

Myopia Melihat jelas bila dekat dan melihat jauh kabur

( rabun jauh ). Sakit kepala sering disertai juling. Celah kelopak yang sempit. Astemopia konvergensi. Myopik kresen yaitu: gambaran bulan sabit yang

terlihat pada polos posterior fundus matamyopia yang terdapat pada daerah pupil saraf optik akibat tidak tertutupnya sklera oleh koroid.

Degenerasi macula dan retina bagian perifer.

Page 14: Gangguan Refraksi Mata

MANIFESTASI KLINIS

Hipermetropi Penglihatan dekat dan jauh kabur. Sakit kepala. Silau Diplopia atau penglihatan ganda. Mata mudah lelah. Sakit mata. Astenopia akomodatif. Ambiopia Kelelahan setelah membaca. Mata terasa pedas dan tertekan.

Page 15: Gangguan Refraksi Mata

MANIFESTASI KLINIS

Afakia Benda yang dilihat menjadi lebih besar 25%

dibandingm ukuran sebenarnya. Terdapat efek prisma lensa tebal sehingga benda

terlihat seperti melengkung. Bagian yang jelas terlihat hanya bagian sentral

sedangkan penglihatan tepi kabur.

Page 16: Gangguan Refraksi Mata

MANIFESTASI KLINIS

Astigmatisme Penurunan ketajaman mata baik jarak dekat

maupun jauh. Tidak teraturnya lekukan kornea.

Page 17: Gangguan Refraksi Mata

MANIFESTASI KLINIS

Presbiopi Kelelahan mata. Mata berair. Sering terasa pedas pada mata.

Page 18: Gangguan Refraksi Mata

KOMPLIKASI

• Strabismus.• Juling atau esotropia.• Perdarahan badan kaca.• Ablasi retina.• Glaukoma sekunder.• Kebutaan .

Page 19: Gangguan Refraksi Mata

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan ketajaman penglihatan Pemeriksaan kelainan refraksi Pemeriksaan presbiopia

Page 20: Gangguan Refraksi Mata

PENATALAKSANAAN

Non bedah“Gangguan refraksi harus diperbaiki agar cahaya adapat terfokus pada retina. Perbaikan ini dapat menggunakan sebuah lensa. jenis lensa yang digunakan tergantung dari jenis kelainan refraksi”

Myopia menggunakan lensa konkaf atau negatif. Hipermetropia menggunakan lensa konveks atau

positif. Presbiopia dapat menggunakan lensa konveks tetapi

jika pasien tidak dapat melihat jarak jauh, menggunakan lensa konkaf konveks atau lensa ganda.

Astigmatisma menggunakan lensa silinder

Page 21: Gangguan Refraksi Mata

Bedah“Radial keratotomy merupakan tindakan bedah untuk mengatasi myopia sedang 8 – 16 insisi diagonal dibuat melalui 90% pada periperal kornea. contac cornea tidak di insisi sehingga penglihatan tidak dipengaruhi insisi pada kornea yang mana menurunkan panjang antereposterior mata dan membantu gambaran terfokus pada retina. Komplikasi pada pembedahan ini diantaranya luka atau scar pada kornea jika insisi terlalu dalam dan kegagalan untuk mencapai kecukupan perbaikan jika insisi terlalu dangkal”

Page 22: Gangguan Refraksi Mata

ASUHAN KEPERAWATANPASIEN DENGAN GANGGUAN REFRAKSI

Page 23: Gangguan Refraksi Mata

PENGKAJIAN

Wawancara dasar sata pengkajian pasien

Aktifitas istirahat“Gejala: perubahan aktifitas berhubungan dengan

penglihatan lelah bila membaca”

Neurosensori“Gejala : gangguan penglihatan kabur atau tidak jelas , sinar terang yang menyebabkan silau”

Nyeri atau kenyamanan“Gejala: Nyeri pada mata dan sekitar mata, sakit kepala, pusing”

Page 24: Gangguan Refraksi Mata

pemeriksaan fisik Ispeksi:

1. Celah kelopak mata sempit2. Gambaran bulan sabit pada polos posterior fundus

mata3. Tidak teraturnya lekukan kornea4. Mata berair5. Juling

Page 25: Gangguan Refraksi Mata

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan adanya perubahan penerimaan sensor

Nyeri akut berhubungan dengan adanya agen cidera biologi.

Resiko tinggi cidera berhubungan dengan hilangnya keseimbangan.

Ansietas behubungan dengan adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi

Resiko tinggi infeksi berhubungnan dengan adanya prosedur infasif.

Page 26: Gangguan Refraksi Mata

INTERVENSI

Dx.1 Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan adanya perubahan penerimaan sensor

o Beri bantuan dalam pembelajaran dan penerimaan metode alternatif untuk menjalani hidup dengan kurangnya fungsi penglihatan.

o Manipulasi lingkungan sekitar pasien senyaman mungkin.

o Timngkatkan penglihatan pasien yang masih tersisa dengan mengoptimalkan pencahayaan.

o Jangan memindahkan barang – barang di dalam kamar pasien untuk mempermudah pasien menemukan barang yang dibutuhkan.

o Pastikan akses ke dan penggunaan alat bantu sensori seperti alat bantu dengar dan kacamata

Page 27: Gangguan Refraksi Mata

Dx.2 Nyeri akut berhubungan dengan adanya agen cidera biologi

o Observasi karakteristik nyeri ( penyebabnya, kualitasnya, skalanya, waktu terjadinya, arealnya dan frekuensinya )

o Kontrol kondisi lingkungan agar tercipta lingkungan yang nyaman ( suhu udara, kebisingan, kepadatan jumlah pengunjung )

o Dorong pasien untuk dapat mengontrol nyerinya sendiri saat nyeri menyerang dan menentukan tindakan yang tepat.

o Dorong pasien untuk banyak beristirahat guna mengurangi nyeri.

o Kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat – obatan anti nyeri.

Page 28: Gangguan Refraksi Mata

Dx.3 Resiko tinggi cidera berhubungan dengan hilangnya keseimbangan

o Identifikasi resiko yang meningkatkan kerentanan terhadap cidera.

o Hindara kegiatan yang menyebabkan cidera fisik.o Pantau faktor resiko perilaku pribadi dan lingkungan.o Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian

resiko.o Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko injuri.

Page 29: Gangguan Refraksi Mata

Dx. 4 Ansietas behubungan dengan adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi

o Denganrkan keluhan pasien dengan seksamao Ciptakan lingkungan yang dapat membina hubungan

saling percaya.o Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang dapat

menyebabkan peningkatan kecemasan.o kolaborasi medis dalam pemberian obat – obatan

penenang untuk mengurangi kecemasan.o ajarkan pasien teknik relaksasi untuk mengurangi

kecemasan.

Page 30: Gangguan Refraksi Mata

Dx. 5 Resiko tinggi infeksi berhubungnan dengan adanya prosedur infasif.

o Komunikasi dengan pasien untuk menjelaskan tentang penyakitnya

o Pertahankan tekhnik isolasi jika diperlukano Instruksikan pasien tentang perlunya cuci tangan o Cuci tangan sebelum dan sesudah aktifitas untuk

perlindungan tiap pasieno Ajari pasien tentang nafas dalam dan batuk efektifo Berikan terapi antibiotik secukupnyao Anjurkan pasien untuk menggunakan antibiotico Ajari pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala

infeksi o Pertahankan lingkungan dengan mengganti selang dan

bantal TPN

Page 31: Gangguan Refraksi Mata

EVALUASI

Dx.1 Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan adanya

perubahan penerimaan sensor

Pasien mampu mengidentifikasi diri sendiri. Pasien mampu mengidentifikasi orang lain. Pasien mampu mengidentifikasi tempat saat ini. Pasien mampu mengidentifikasi hari, bulan, tahun, dan

musim yang benar.

Page 32: Gangguan Refraksi Mata

Dx.2 Nyeri akut berhubungan dengan adanya agen cidera biologi

Frekuensi nyeri pasien berkurang. Ekspresi wajah pasien santai. Lama nyeri saat menyerang berkurang dari awal. Pasien melaporkan nyeri berkurang.

Page 33: Gangguan Refraksi Mata

Dx.3 Resiko tinggi cidera berhubungan dengan hilangnya keseimbangan

Pasien mampu mendeteksi penyebab dari kerusakan penglihatanya.

Pasien mampu menggunakanalat bantu penglihatan. Pasien mampu menggunakan obat –obatan untuk

mata. Pasien mampu memonitor penyebab terjadinya cidera

yang ada di lingkunganya. Pasien mampu melakukan aktifitas dengan lancar

dengan bantuan cahaya yang adekuat.

Page 34: Gangguan Refraksi Mata

Dx. 4 Ansietas behubungan dengan adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi

Pasien dapat mengontrol intensitas kecemasanya sendiri.

Pasien dapat menghilangkan tanda – tanda kecemasan pada dirinya.

Pasien mampu pengontrol kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan peningkatan kecemasan.

Pasien dapat mendemonstrasikan upaya mengontrol kecemasan pada dirinya .

Pasien dapat menemukan informasi atau hal yang dapat menghilanghkan cemas.

Page 35: Gangguan Refraksi Mata

Dx. 5 Resiko tinggi infeksi berhubungnan dengan adanya prosedur infasif.

Pasien terbebas dari tanda dan gejala infeksi. Pasien mampu mengidentifikasi higiene pribadi yang

adekuat. Paien mampu melaporkan bila terjadi tanda dan gejala

infeksi. Pasien mampu menggambarkan faktor yang

menunjang terjadinya infeksi.