GANGGUAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS

37
BAB I PENDAHULUAN Setiap individu akan mengalami suatu proses perkembangan sehingga tercipta suatu pribadi yang ada pada saat ini. Proses perkembangan manusia ini terdiri dari beberapa fase, termasuk di dalamnya adalah fase perkembangan anak-anak. Pada setiap tahapan perkembangan anak terdapat beberapa aspek perkembangan yang mengalami tumbuh kembang secara kompleks, memiliki karakterisitk yang berbeda sesuai dengan tahapan usia masing-masing. Aspek- aspek tersebut meliputi perkembangan fisik atau biologis, perkembangan kognitif, dan perkembangan sosio-emosional. Hambatan yang terjadi pada salah satu aspek tidak hanya berdampak pada aspek tertentu tersebut di kemudian hari namun dapat juga menghambat perkembangan aspek lainnya. Gangguan perkembangan psikologis menurut PPADAGJ III merupakan suatu gangguan pada diri seseorang yang memiliki gambaran seperti onset munculnya gejala bervariasi selama masa bayi atau anak, adanya hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi yang berlangsung erat dengan kematangan biologis dari susunan sistem saraf pusat serta berlangsung secara terus menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa. 1

description

psikologi

Transcript of GANGGUAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS

BAB IPENDAHULUAN Setiap individu akan mengalami suatu proses perkembangan sehingga tercipta suatu pribadi yang ada pada saat ini. Proses perkembangan manusia ini terdiri dari beberapa fase, termasuk di dalamnya adalah fase perkembangan anak-anak. Pada setiap tahapan perkembangan anak terdapat beberapa aspek perkembangan yang mengalami tumbuh kembang secara kompleks, memiliki karakterisitk yang berbeda sesuai dengan tahapan usia masing-masing. Aspek-aspek tersebut meliputi perkembangan fisik atau biologis, perkembangan kognitif, dan perkembangan sosio-emosional. Hambatan yang terjadi pada salah satu aspek tidak hanya berdampak pada aspek tertentu tersebut di kemudian hari namun dapat juga menghambat perkembangan aspek lainnya. Gangguan perkembangan psikologis menurut PPADAGJ III merupakan suatu gangguan pada diri seseorang yang memiliki gambaran seperti onset munculnya gejala bervariasi selama masa bayi atau anak, adanya hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi yang berlangsung erat dengan kematangan biologis dari susunan sistem saraf pusat serta berlangsung secara terus menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi dan KlasifikasiGangguan psikologis berdasarkan definisi PPDGJ-III merupakan suatu gangguan pada diri seseorang yang memiliki gambaran seperti onset munculnya gejala bervariasi selama masa bayi atau kanak, adanya hendaya atau kelambatan perkembangan fungsi yang berhubungan erat dengan kematangan biologis dari susunan saraf pusat serta berlangsung secara terus menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa. Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruhi termasuk bahasa, ketrampilan visuo-spasial dan/atau koordinasi motorik.Dalam PPDGJ-III gangguan perkembangan psikologis dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

F80. Gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa

F81. Gangguan perkembangan belajar khas

F82. Gangguan perkembangan motorikF83. Gangguan perkembangan khas campuran

F84. Gangguan perkembangan pervasifF88. Gangguan perkembangan psikologis lainnya

F89. Gangguan perkembangan psikologis ytt.

EpidemiologiBerdasarkan suatu studi prevalensi di Amerika Serikat ditemukan sekitar 4% anak usia sekolah mengalami gangguan membaca. Anak laki-laki tiga hingga empat kali lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan. Anak dengan gangguan membaca memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami masalah perhatian, gangguan perilaku yang menggangu dan gangguan depresif pada anak yang lebih tua. Sebuah data juga menunjukkan sekitar 25% anak dengan gangguan membaca juga memiliki ADHD (Saddock, 2010). Berdasarkan beberapa penelitian saat ini menunjukkan hasil tidak didapatkan adanya perbedaan signifikan antara anak laki-laki dibandingkan perempuan terhadap gangguan membaca. Untuk gangguan lainnya seperti prevalensi gangguan motorik diperkirakan sekitar 5% pada anak usia sekolah. Rasio laki-laki terhadap perempuan didapatkan 4:1. Sedangkan prevalensi anak gangguan berbahasa dan berbicara didapatkan 3-5% pada anak usia sekolah. Menurut DSM IV, gangguan ini sebesar 15% pada anak berusia 3 tahun. Untuk gangguan autistic angka kejadian diperkirakan sebesar 5% kasus per 10.000 anak dan lebih sering ditemukan pada laki-laki. Onset ditemukan paling tinggi pada anak sebelum usia 3 tahun, meskipun beberapa kasus gangguan ini tidak dikenali hingga anak berusia tua (Saddock, 2010). Etiologi

Penyebab dari gangguan perkembangan psikologis bergantung pada jenis gangguannya itu sendiri. Untuk penyebab spesifik gangguan bahasa ekspresif masih belum diketahui secara pasti. Diduga penyebabnya adalah adanya kerusakan otak yang samar serta keterlambatan pematangan perkembangan otak didalilkan sebagai penyebab yang mendasari. Beberapa penelitian menyebutkanadanya factor genetic juga memainkan peran dalam gangguan perkembangan berbahasa seseorang.

Dalam gangguan belajar etiologi masih belum dapat diidentifikasi .Akan tetapi dari beberapa hasil penelitian adanya factor genetik, lingkungan dan factor perkembangan dapat berperan dalam perkembangan gangguan belajar. Sebuah studi menunjukkan 35-40% anak dengan gangguan membaca memiliki derajat tertentu hendaya membaca. Beberapa penelitian saat ini mengesankan bahwa pemahaman fonologis terkait dengan kromosom 6 serta kemampuan identifikas kata terkait dengan kromosom 15. Faktor psikososial, keluarga, imunologis, perinatal, neuroanatomi serta biologis dapat mempengaruhi perkembangan pervasif seorang anak. Beberapa anak dengan austik dapat sangat sensitive dengan perubahan kecil dalam lingkuagan kelurga maupun sekitarnya (Saddock, 2010). Beberapa studi juga menunjukkan bahwa volume otak akan meningkat pada anak dengan gangguan pervasif, meskipun beberapa anak yang memiliki austik dengan retardasi mental yang berat memiliki kepala yang lebih kecil. Peningkatan volume otak disebabkan oleh beberapa hal yaitu: meningkatya neurogenesis, menurunnya kematian neuron dan meningkatnya produksi jaringan otak non-neuronal seperti sel glia atau pembuluh darah. Pada anak dengan autistic juga didapatkan peningkatan asam homovanilat didalam cairan serebrospinal. Adanya factor perinatal juga berperan terhadap perkembangan gangguanan akautistik terutama pada kasus dan perdarahan kehamilan ibu setelah trisemester pertama. Penyebab gangguan koordinasi motoric masih belum diketahui. Faktor resiko yang turut berperan mencakup prematuritas, hipoksia, malnutrisi perinatal dan berat bayi lahir rendah. Masalah gangguan motoric sering ditemukan pada anak dengan hiperaktivitas dan gangguan belajar.

Berdasarkan beberapa penyebab spesfiik yang telah dijabarkan, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penyebab gangguan perkembangan psikologis pada seseorang disebabkan oleh banyak faktor. Khas pada gangguan perkembangan terdapat riwayat keluarga dengan gangguan yang sama atau sejenisnya dan ada bukti faktor genetik memainkan peran penting dalam etiologi pada banyak kasus. Faktor lingkungan sering mempengaruhi fungsi perkembangan yang terganggu tetapi pada sebagian besar kasus tidak merupakan pengaruh penting. Walaupun secara umum terdapat keserasian konsep gangguan pada bagian ini, tetapi etiologi pada sebagian besar kasus tidak diketahui dan tetap terdapat ketidakpastian mengenai batasan dan subdivisi dari gangguan perkembangan ini (Saddock, 2010). Kriteria Diagnostik dan Gejala Klinis

Masing-masing gangguan perkembangan mempunyai gejala klinis serta kriteria diagnostik tersendiri, yang meliputi (Maslim, 2013; Saddock, 2010):Gangguan yang termasuk dalam kategori F80-f89 mempunyai gambaran:

1. Onset bervariasi selama masa bayi atau anak

2. Hendaya/kelambatan perkembangan fungsi yang berhub erat dengan kematangan biologis SSP

3. Berlangsung terus menerus tanpa remisi & kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa

Fungsi yang dipengaruhi termasuk :

Bahasa

Keterampilan visuo-spesial

Koordinasi motorik

Yang khas ialah hendaya berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia anak (defisit lebih ringan sering menetap sampai dewasa)

Riwayat penyakitnya ialah suatu kelambatan atau hendaya yang sedini mungkin dapat dideteksi, tanpa didahului masa perkembangan yang normal.

Anak laki-laki lebih sering daripada anak perempuan

F80.O Gangguan artikulasi berbicara khas

Gangguan perkembangan khas yang ditandai oleh penggunaan suara bicara dari anak berada dibawah tingkat yang sesuai untuk usia mentalnya, sedangkan tingkat kemampuan bahasanya normal.

Pedoman diagnostik ditegakkan hanya jika keparahan gangguan artikulasi diluar batas variasi normal bagi usia mental anak; sedangkan intelegensia nonverbal, kemampuan berbahasa expresif dalam batas normal; kelainan artikulasi tidak langsung diakibatkan oleh suatu kelainan sensorik, struktur atau neurologik; dan salah-ucap jelas abnormal dalam konteks pemakaian bahasa percakapan sehari-hari di lingkungan budaya anak

Termasuk : Gangguan. Perkembangan Artikulasi, Gangguan. Perkembangan Fonetik, Dislalia, Gangguan. Artikulasi Fungsional, Bahasa Bayi (Lalling).

F80.1 Gangguan Berbahasa expresif

Gangguan perkembangan Khas dengan kemampuan anak dalam mengexpresikan bahasa lisan/ucapan dibawah rata-rata usia mentalnya, namun pengertian bahasa dalam batas normal, dengan atau tanpa gangguan artikulasi

Pedoman Diagnostik. Tidak adanya kata atau beberapa kata yang muncul pada usia 2 tahun dan ketidak mampuan dalam mengerti kata majemuk sederhana pada usia 3 tahun. Kesulitan yang tampak belakangan termasuk :

Perkembangan kosakata yang terbatas

Kesulitan memilih & mengganti kosakata yang tepat

Penggunaan berlebihan dari sekelompok kecil kata-kata umum memendekkan ucapan yang panjang

Struktur kalimat yang mentah

Kesalahan kalimat (Syntatical)

Kehilangan awalan atau akhiran yang khas

Salah atau gagal dalam menggunakan aturan tata bahasa seperti kata penghubung, kata ganti, artikel dan kata kerja dan kata benda yang terinfleksi (berubah)

Dapat dijumpai generalisasi berlebihan yang tdk tepat dari aturan tata bahasa, seperti kekurangan dalam pengucapan kalimat dan kesulitan mengurut kejadian yang telah lewat

Ketidakmampuan dalam bahasa lisan sering disertai dengan keterlambatan atau abnormalitas dalam bunyi kata yang dihasilkan.

Diagnosis ditegakkan hanya jika tingkat keparahan dari keterlambatan dalam perkembangan berbahasa expresif telah melewati batas variasi normal dari umur mental anak, namun kemampuan pengertian bahasa dalam batas normal (meski dapat juga dibawah rata)

Termasuk : Disfasia atau apraksia, tipe ekpresif

F.80.2 Gangguan berbahasa reseptif

Gangguan perkembangan Khas dengan kemampuan anak untuk mengerti bahasa dibawah rata-rata usia mentalnya. Dalam hampir semua kasus, bahasa expresif jelas terganggu dan lazim ada abnormalitas.A. Pedoman Diagnostik

Ketidakmampuan dalam :

Memberi respon terhadap nama benda yang umum (tanpa benda itu) pada ulang tahun yang pertama.

Identifikasi beberapa objek yang sederhana dalam usia 18 bulan.

Atau kegagalan dalam mengikuti instruksisederhana pada usia 2 tahun dapat dianggap sebagai tanda dari keterlambatan. Kesulitan di masa mendatang termasuk pengertian strukturtata bahasa (bentuk kalimat negatif, pernyataan, perbandingan, dsb) dan kurang mengerti aspek kehalusan bahasa (nada suara, gerakan tubuh, dsb). Diagnosis ditegakkan hanya jikatingkat keterlambatan dalam bahasa reseptif berada di luar batas variasi normal rata usia mental anak, dan jika tidak dijumpai gangguan perkembangan pervasif.

Termasuk : Congenital Auditory Imperception, afasia atau Disafasia, Tipe Reseptif, Afasia Wernicke, Tuli Kata (Word Deafness)

F.80.3 Afasia yang di dapat dengan Epilepsi (Sindariom Landau-Klefner) satu Gangguan :

Didahului dengan perkembangan Bahasa yang normal

Kemudian kehilangan kedua kemampuan berbahasa ekspresif dan reseptif

Tetap normal dalam intelegensia umum

Onset gangguan disertai dengan abnormalitas paroximal pada EEG (hampir selalu Lobus Temporalis, biasanya bilateral, sering meluas)

Kebanyakan kasus disertai kejang Epileptik

Onset usia 3-7 tahun, bisa lebih awal atau lebih lambat

Kehilangan berbahasa bisa perlahan dalam beberapa bulan, bisa mendadak dalam beberapa hari atau minggu

Hubungan waktu antara onset kejang dengan kehilangan berbahasa bernariasi, biasanya beberapa bulan sampai 2 tahun

Yang khas adl hendaya berbahasa reseptif yang sangat berat disertai kesulitan dalam pengertian melalui pendengaran yang sering mrpkn manifestasi pertama dari kondisi ini

Beberapa anak membisu, lainnya mengeluarkan kata ulang tak berarti, beberapa kekuranglancaran berbahasa dan ucapannya sering ada misartikulasi

Beberapa kasus kualitas suara terganggu, hilang alunan suara yang normal

Terkadang kemampuan berbahasatimbul hilang dalam fase awal dari gangguan ini

Gangguan emosional dan prilaku sering menyusul beberapa bulan setelah gangguan berbahasa, tapi cenderung membaik setelah anak mampu berkomunikasi

Penyebab kondisi ini secara klinis diperkirakan oleh radang otak

Perjalanan penyakit ini cukup bervariasi 2/3 dari anak-anak akan tetap kurang mampu dalam bahasa reseptif, 1/3 nya dapat sembuh sempurna

F80.8 Gangguan perkembangan Berbicara dan berbahasa lainnya

Termasuk : Pelat (Lisping)

F80.9 Gangguan perkembangan Berbicara dan berbahasa YTT

Termasuk: Gangguan berbahasa YTT F81 Gangguan Perkembangan Belajar Khas

Pedoman Diagnostik

Secara klinis terdapat hendaya yang bermakna dalam keterampilan skolastik tertentu. Keparahan kelainan ditentukan berdasarkan istilah, misalnya keterampilan yang diharapkan adalah < 3% anak sekolah, beratnya gangguan yang mendahului (didahului oleh keterlambatan atau penyimpangan dalam perkembangan terutama dalam berbicara atau berbahasa pada usia pra sekolah), pada masalah yang terkait (minat , aktivitas >>, gangguan emosional atau kelainan tingkah laku), pada pola, dan pada respons.

Hendayanya harus khusus, bukan karena adanya retardasi mental atau hendaya ringan pada intelegensia umum. Pedoman klinis yang sederhana yaitu tingkat pencapaian anak harusjauh dibawah prestasi yang diharapkan pada anak berumur mental yang sebaya

Hendaya harus dalam perkembangannya, harus sudah ada pada anak usia sekolah dan tidak didapatkan kemudian dalam proses perjalanan pendidikan. Riwayat prestasi sekolah anak harus mendukung data ini.

Harus tidak ada faktor luar yang menjadi alasan untuk kesulitan skolastik. Diagnosis harus benar berdasarkan bukti gangguan secara klinis yang nyata dalam prestasi skolastik, yang berhubungan dengan faktor intrinsik dalam perkembangan anak.

Tidak langsung disebabkan oleh hendaya visus atau pendengaran yang tak terkoreksi.

F81.0 Gangguan membaca khas

Pedoman Diagnostik

Kemampuan membaca anak harus secara bermakna lebih rendah tingkatannya daripada kemampuan yang diharapkan pada usianya, intelegensia umum, penempatan sekolahnya. Kemampuan ini terbaik dinilai dengan alat tes kemampuan ketepatan baca dengan pengertian yang baku

Mungkin ada beberapa kesalahan dalam kemampuan membaca secara lisan seperti yang digambarkan dengan pada akhir masa kanak dan usia dewasa, kesulitan mengeja lebih parah daripada kesulitan membaca.

Gangguan perkembangan khas membaca biasanya didahului oleh riwayat gangguan perkembangan Berbicara atau berbahasa.

Pada masa usia sekolah biasanya disertai gangguan emosional, dan/atau perilaku. Masalah emosional biasanya lebih banyak pada tahun pertama sekolah. Sindariom hiperaktif hampir selalu ada pada akhir masa kanak dan remaja, sering dijumpai rasa rendah diri dan kesulitan penyesuaian disekolah dan hubungan dengan teman sebaya.

*Termasuk : membaca terbalik, disleksia perkembangan, retardasi membaca yang khas, kesulitan mengeja yang berhubungan dengan gangguan membaca Dihilangkannya, digantinya, distorsi, atau imbuhan kata atau suku kata.

Kecepatan membaca yang lamban.

Salah mengawali, keraguan yang lama, atau kehilangan bagian dari teks dan tidak tepat menyusun kalimat.

Memutar-balikkan kata dalam kalimat atau huruf dalam kata.

Ketidakmampuan mengucapkan kembali isi bacaan.

Ketidakmampuan menyimpulkan dari materi bacaan.

Mempergunakan pengetahuan umum sebagai latar belakang informasi dari informasi yang berasal dari cerita tertentu, untuk menjawab pertanyaan dari cerita yang baru dibacakan.

F81.1 Gangguan mengeja khas

Pedoman Diagnostik

Kemampuan mengeja anak harus secara bermakna dibawah tingkat yang seharusnya sesuai usianya, intelegensia umum, dan tingkat sekolahnya, dan terbaik dinilai dengan cara pemeriksaan yang baku

Kemampuan membaca anak harus dalam batas normal dan tidak ada riwayat sebelumnya yang bermakna tentang kesulitan membaca.

Kesulitan dalam mengeja bukan sebagai akibat cara pengajaran yang tdk adewkuat atau kekurangan daya penglihatan, pendengaran atau fungsi neurologis, dan bukan didapat sebagai akibat gangguan neurologis, psikiatrik lainnya.

*Termasuk : retardasi mengeja khas tanpa gangguan membaca

F81.2 Gangguan berhitung khas

Pedoman Diagnostik

Kemampuan berhitung anak harus secara bermakna lebih rendah dari tingkat yang seharusnya dicapaisesuai dengan usianya, intelegensia umum, tingkat sekolahnya, dan terbaik dinilai dengan cara pemeriksaan untuk kemampuan berhitung yang baku.kesulitan dalam berhitung bukan karena pengajaran yang tidak adekuat, gangguan penglihatan, pendengaran, atau fungsi neurologis, dan tidak disebabkan gangguan neurologis, psikiatrik atau lainnya.

Mempunyai daya persepsi pendengaran dan kemampuan verbal yang normal, tetapi hendaya kemampuan pengenalan ruang dan persepsi visual, beberapa bermasalah perilaku sosio-emosiaonal, kesulitan interaksi sosial cukup banyak ditemukan.

Beragam kesulitan berhitung : sulit mengerti konsep perhitungan yang mendasari, tidak mengerti istilah dan lambang matematika, tidak mengenal angka, kesulitan mengaksara kan upaya penghitungan dasar, kesulitan mengenal angka yang terkait dengan soal berhitung, kesulitan dalam menjajarkan angka yang sesuai atau meletakkan titik desimal atau lambang dalam berhitung, tidak pandai mengatur ruang dalam perhitungan matematika dan tidak mampu untuk menghafal perkalian secara memuaskan.

*Termasuk : akalkulia perkembangan, gangguan perkembangan berhitung, sindariom gerstmann.

F81.3 Gangguan belajar campuran

Ini merupakan kategori sisa gangguan yang batasannya tdk jelas; konsep yang tidak adekuat (tetapi perlu) dengan hendaya pada kemampuan berhitung, membaca atau mengejasecara bermakna, tetapi tidak dapat dijelaskan sebagai akibat dari retardasi mental atau pengajaran yang tidak adekuat. Ini harus dipergunakan untuk gangguan yang memenuhi kriteria pada F81,2, F81.0, atau F81.1.

F81.8 Gangguan perkembangan belajar lainnya

Termasuk : gangguan perkembangan menulis expresif

F81.9 Gangguan perkembangan belajat YTT

Kategori ini harus dihindarkan sebisa mungkin dan dipergunakan hanya untuk gangguan yang tdk khas dengan disabilitas yang bermakna tentang belajar yang tidak disebabkan oleh retardasi mental, masalah ketajaman penglihatan atau pengajaran yang tdk adekuat

*Termasuk : disabilitas memperoleh pengetahuan YTT, disabilitas belajar YTT, gangguan belajar YTT

F82 Gangguan perkembangan motorik khas

Gambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya berat dalam perkembangan koordinasi motorik yang tdk semata disebabkan oleh retardasi intelektual umum atau kelainan kongenital atau gangguan neurologik yang didapat (kecuali satu yang implisit dalam kelainan koordinasi). Kelambanan motorik sering dihubungkan dengan hendaya dalam kemampuan melaksanakan tugas kognitif visuo-spasial.

Pedoman Diagnostik

Koordinasi motorik anak, dalam gerak halus atau kasar, harus secara bermakna dibawah rata-rata kemampuan anak dalam usia mentalnya berupa intelegensia umumnya.

Kesulitan koordinasi harus tampak dalam fase perkembangan awal, bukan akibat langsung dari gangguan penglihatan atau pendengaran atau dari neurologis lainnya.

Meliputi koordinasi motorik halus dan kasar sangat luas, pola hendaya motorik bervariasi sesuai usia.

Tahap perkembangan motorik dapat terlambat dan dapat terjadi kesulitan berbicara (khususnya gangguan artikulasi).

Anak tampak aneh berjalannya, lambat belajar berlari, meloncat dan naik turun tangga.

Kesulitan belajar mengikat tali sepatu, memasang dan melepaskan kancing, melempar dan menangkap bola.

Lamban dalam gerak halus dan gerak kasar, benda yang dipegang mudah jatuh, terjatuh, tersandung, menabrak tulisan tangan buruk.

Tak pandai menggambar, biasanya sulit mengerjakan permaianan jigzaw, menggunakan peralatan konstruksional, menyusun bentuk bangunan, membangun model, main bola serta menggambar dan mengerti peta.

Pada pemeriksaan klinis yang teliti kebanyakan kasus menunjukkan kelambatan perkembangan neurologis seperti gerakan koreoform, koordinasi motorik halus dan kasar (biasanya disebut sebagai soft neurological signs, lokasi lesi`tidak jelas, refleks tendon atau secara bilateral.

Beberapa anak mengalami kesulitan bersekolah kadang tarafnya sangat berat, dalam beberapa kasus terdapat masalah prilaku sosio-emosional.

Tidak dijumpai kelainan neurologis yang nyata, pada beberapa kasus dapat ditemui riwayat komplikasi perinatal, sepertiberat lahir rendah atau lahir prematur. *Termasuk : Clumsy Child Syndariome, gangguan perkembangan Koordinasi, dispraksia perkembangan.

F83 Gangguan Perkembangan Khas Campuran

Merupakan sisa kategori gangguan yang batasannya tak jelas, konsepnya inadekuat dengan perkembangan khas campuran dari berbicara dan berbahasa, keterampilan akademik, dan/atau fungsi motorik, tetapi tidak ada satu gejala cukup dominan untuk dibuat sebagai diagnosis utama. Sering dihubungkan dengan hendaya dalam fungsi kognitif, dan kategoricampuran ini hanya digunakan jika terjadi tumpang tindih yang jelas. Jadi kategori II harus digunakan jika dipenuhi kriteria dari dua atau lebih pada F80.-, F81.-, dan F82.

F84 Gangguan Perkembangan Pervasif

Kelompok gangguan ini ditandai oleh abnormalitas kualitatif dalam interaksi sosial dan pola komunikasi, kecenderungan minat dan meskipun gambaran gerakan terbatas, stereotiptik, berulang, abnormalitas kualitatif ini merupakan gambaran yang meluas (pervasif) dari fungsi individu dalam segala situasi, meskipun dapat berbeda dalam derajat keparahannya (Malhotra, 2010; Eigsti et al, 2010). Sering terdapat riwayat perkembangan yang abnormal sejak masa bayi, kebanyakan kondisinya nyata dalam 5 tahun pertama. Dapat terjadi hendaya kognitif umum tapi gangguannya batasan umum sebagai prilaku yang menyimpang dalam hal hubungan dengan usia mental (tak peduli individu retardasi atau tidak).

F84.0 Autisme pada anak

Pedoman Diagnostik

Perkembangan abnormal tampak sebelum usia 3 tahun.

Hendaya kualitatif dalam interaksi sosial, tiadanya apresiasi adekuat terhadap isyarat sosio-emosional.

Terdapat hendaya kualitatif dalam komunikasi. Kurangnya kemampuan berbahasa; hendaya dalam permainan imaginatif dan imitasi sosial; buruknya keserasian dan kurangnya interaksi timbal-balik dalam percakapan; buruknya fleksibilitas dalam bahasa expresif dan relatif kurang dalam kreativitas dan fantasi dalam proses fikir; kurangnya respon emosional terhadap ungkapan verbal dan non verbal orang lain; hendaya dalam menggunakan variasi atau tekanan modulasi komunikatif; dan kurangnya isyarat tubuh untuk menekankan atau mengartikan komunikasi lisan

Semua tingkatan IQ dapat ditemukan dalam hubunganya dengan autisme, tetapi ditemui retardasi mental yang bermakna pada kasus

Sebagai tambahan dari gambaran diagnosis yang khas ini, anak autistik sering menunjukkan beberapa masalah tak khas, seperti ketakutan/fobia, gangguan tidur dan makan, mengadat (temper tantrum) dan agresivitas.

Atau dalam tata ruang kondisi ini juga ditandai oleh prilakuminat dan kegiatan yang terbatas, pengulangan dan stereotiptik. Cenderung berikap kaku dan rutin dalam kehidupan sehari-hari, biasnya berlaku untuk kegiatan baru atau kebiasaan kebiasan sehari-hari yang rutin dan pola bermain, penolakan terhadap perubahan dari rutinitas dari lingkungan pribadi (sulit menerima perubahan).

*Termasuk : Gangguan autistik, Autisme infantil, Psikosis infantil, Sindariom kanner.

F84.1 Autisme tak khas

Gangguan perkembangan pervasif yang dibedakan dari autisme dalam usia awalnya atau dari tidak terpenuhinya ketiga kriteria diagnostik. Abnormalitas dan/atau hendaya perkembangan baru timbul pertama kali setelah berusia diatas 3 tahun, tidak cukup menunjukkan abnormalitas dalam satu atau dua dari tiga psikopatologiyang dibutuhkan untuk diagnostik untuk diagnosis autisme (interaksi sosial timbal balik, komunikasi, dan prilaku terbatas, stereotiptik, dan berulang) meskipun terdapat abnormalitas yang khas dalam bidang lain. Sering muncul dengan retardasi mental yang berat, juga tampak pada individu dengan gangguan perkembangan yang khas berbahasa reseptif yang berat. Maka secara bermakna merupakan kondisi yang terpisah dari autisme.

*Termasuk : Psikosis masa kanak yang tak khas, Retardasi mental dengan gambaran autistic

F84.2 Sindrom Rett

Suatu kondisi yang belum diketahui sebabnya, hanya dilaporkan terjadi pada anak perempuan

Pedoman Diagnostik

Onset biasanya terjadi pada usia 7-24 bulan.

Gejala khas paling menonjol adalah hilangnya kemampuan gerakan tangan yang bertujuan dan keterampilan motorik manipulatif yang telah terlatih.

Kehilangan atau hambatan seluruh atau sebagian kemampuan berbahasa, gerakan seperti mencuci tangan yang stereotiptik, dengan fleksi lengan didepan atau dagu, membasahi tangan secara stereotiptik dengan saliva, hambatan dalam fungsi mengunyah makanan, sering terjadi episode hiperventilasi, selalu gagal dalam pengaturan BAB dan BAK, sering terdapat penonjolan lidah dan air liur menetes, kehilangan hubungansosial

Cara berdiri dan berjalan cenderung melebar, otot hipotonik, koordinasi gerak tubuh memburuk, skoliosis atau kifoskoliosis yang berkembang kemudian.

Atrofi spinal dengan hendaya motorik berat muncul pada saat remaja atau dewasa + 50% kasus.

Kemudian muncul spastisitas dan rigiditas, ekstrimitas bawah > ekstrimitas atas.

Serangan epileptik mendadak biasanya dalam bentuk kecil, onset serangan < usia 8 tahun.

F84.3 Gangguan disintegratif masa kanak lainnya.Pedoman Diagnostik Diagnosis ditegakkan berdasarkan suatu perkembangan normal sampai usia minimal 2 tahun, diikuti kehilangan yang nyata dari keterampilan yang terlatih disertai dengan abnormalitas yang kualitatif dari fungsi sosial.

Terjadi regresi yang jelas atau kehilangan kemampuan berbicara, bermain, keterampilan sosial dan prilaku sosial penyesuaian diri, sering dengan hilangnya pengendalian fungsi BAB dan BAK, terkadang dengan deteriorasi pengendalian fungsi motorik.

Yang khas adalah hilangnya secara menyeluruh perhatian terhadap lingkungan, adanya manerisme dan stereotiptik. Serta hendaya dalam interaksi sosial dan komunikasi yang mirip autisme.

*Termasuk : demensia infantil, psikosis disintegratif, sindariom heller, psikosis simbiotik. F84.4 Gangguan aktivitas berlebih yang berhubungan dengan retardasi mental dan gerakan stereotiptik

Ini adalah suatu gangguan yang tak jelas batasannya dengan validitas nosologis yang belum pasti.

Pedoman Diagnostik Diagnostik tergantung pada kombinasi antara perkembangan yang tdk serasi dari :

Overaktivitas yang berat.

Stereotiptik motorik dan

Retardasi mental berat

Ketiganya harus ada untuk menegakkan diagnosis. Bila kriteria diagnostik untuk F84.0, F84.1 atau F84.2 dipenuhi, maka kondisi itu harus didiagnosis.

F84.5 Sindrom Asperger

Suatu gangguan dengan validitas nosologis yang belum pasti, ditandai oleh abnormalitas yang kualitatif sama seperti autisme, yaitu hendaya dalam interaksi sosial yang timbal balik, disertai dengan keterbatasan perhatian dan aktivitas yang sifatnya stereotiptik dengan pengulangan yang sama. Tidak ada keterlambatan atau retardasi umum kemampuan berbahasa atau perkembangan kognitif. Sebagian besar mempunyai intelegensia rata-rata normal, tapi sering bersikap canggung/kikuk; laki dan perempuan dengan rasio 8 : 1. Terdapat kecenderungan kuat bahwa abnormalitas berlangsung sampai masa remaja dan dewasa.

Pedoman Diagnostik Diagnosis berdasarkan kombinasi antara :

Keterlambatan berbahasa atau perkembangan kognitif,

Defisiensi kualitatif fungsi interaksi sosial yang timbal-balik dengan pola prilaku dan perhatianyang terbatas, berulang dan stereotiptik

Termasuk :

Psikopati Autistik

Gangguan Skizoid masa anak

F84.8 Gangguan Perkembangan Pervasif lainnya

F84.9 Gangguan Perkembangan Pervasif YTT

Ini merupakan kategori diagnosis sisa yang harus dipergunkan untuk gangguan yang tdk dapat memenuhi deskripsi umum gangguan perkembangan pervasif, tetapi terdapat informasi yang tdk memadai, atau adanya hal yang kontradiktif yang tdk memenuhi kriteria untuk kode F84 lainnya

F84.4 Ganggguan Aktivitas Berlebih Yang Berhubungan Dengan Retardasi Mental Dan Gerakan Stereotipik

Pedoman Diagnostik

Diagnosis ditentukan oleh kombinas antara perkembangan yang tak serasi dari overeaktivitas yang berat, streotipik motorik, dan retardasi mental berat;

Ketiga hal tersebut harus ada untuk menegakkan diagnosis. Bila criteria diagnostic untuk F84.0, F84.1, ata F84.2 terpenuhi, keadaan tersebut harus didiagnosis sesuai kriterianya. F84.8 Gangguan Perkembangan Pervasif Lainnya

F84.9 Gangguan Perkembangan Pervasif YTT

F88 Gangguan Psikologis LainnyaF89 Gangguan Perkembangan Psikologis YTT

Assesment PsikologisAsesmen dalam psikologi klinis merupakan suatu teknik pengumpulan informasi untuk digunakan sebagai dasar bagi keputusan-keputusan yang akan disampaikan oleh penilai. Uji psikologis tidak selalu diperlukan untuk mengkaji gejala psikiatri tetapi bernilai di dalam menentukan tingkat perkembangan seorang anak, fungsi intelektual, serta kesulita akademik.Beberapa assessment dan uji atau tes yang biasa digunakan untuk mendeteksi gangguan perkembangan psikologis meliputi (Sadock, 2010):

1. Uji Perkembangan untuk Bayi dan Anak Prasekolah

Gessell Infant Score, Cattell Infant Intelligance Score, Bayley Scales of Infant Development, dan Denver Development Secaraeening Test. Jika uji ini digunakan pada anak yang masih sangat kecil, tes ini berfungsi untuk menilai sensorimotor dan respons sosial terhadap berbagai objek dan interaksi. Pada anak prasekolah, lebih menekankan kepada penilaian bahasa. 2. Uji Intelegensi untuk Anak Usia Sekolah dan Remaja

Uji Intelegensi yang paling luas digunakan untuk anak usia sekolah dan remaja adalah edisi ketiga Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC-III). Uji ini dapat diberikan pada anak dari usia 6 hingga 17 tahun, menghasilkan IQ verbal, IQ kinerja, dan gabungan IQ skala penuh (Neel et al, 2011).3. Uji Persepsi dan Motorik Persepsi

Bender Visual Motor Gestalt Test dapat diberikan pada anak antara usia 4 hingga 12 tahun. Tes ini terdiri dari serangkaian gambar terkait ruang yang diminta kepada anak untuk ditiru. Selain itu terdapat Movement Assessment Battery for Children yang menunjukkan keterkaitan antara gangguan membaca dengan gangguan motorik (Vuijk et al, 2011).4. Uji KepribadianUji Kepribadian tidak banyak berguna di dalam menegakkan diagnosis dan kurang memuaskan daripada uji intelegensi lainnya dalam hal norma, realibilitas dan validitasnya. Namun dapat digunakan Childrens Apperception Test yang merupakan adaptasi dari Thematic Apperception Test.5. Uji Pendidikan

Uji pencapaian mengukur perolehan pengetahuan dan ketrampilan dakam kurikulum akademik tertentu. Wide Range Achievement Test-Revised terdiri atas uji pengetahuan dan keterampilan serta kinerja membaca, mengeja, dan matematik yang diukur dengan waktu (Sayegh et al, 2014). Uji ini digunakan pada anak dari usia 5 tahun hingga usia dewasa.Tatalaksana Tatalaksana untuk gangguan perkembangan psikologis dapat berbeda sesuai dengan gangguan masing-masing, dapat dibagi menjadi (Sadock, 2010):1. Terapi retardasi mental

Retardasi mental dikaitkan dengan berbagai gangguan psikiatri komorbid dan salah satu kebutuhan utama bagi penderita retardasi mental adalah berbagai dukungan psikososial. Terapi orang dengan retardasi mental didasari pada penilaian akan kebutuhan sosial dan lingkungan serta perhatian terhadap keadaan komorbidnya. Terapi optimal dibagi menjadi pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Semakin banyak data yang menyokong penggunaan berbagai obat psikotropik untuk pasien dengan gangguan jiwa dan juga retardasi mental.

2. Terapi gangguan membaca

Terapi untuk gangguan bicara yang efektif dimulai dengan mengajari anak tersebut untuk membuat hubungan yang akurat antara huruf dan bunyi. Setelah hal tersebut dikuasai, dapat dilanjutkan dengan menargetkan komponen membaca yang lebih besar seperti suku kata dan kata, yang kemudian dilanjutkan dengan menyatukan unit-unit tersebut menjadi sebuah kalimat. Program terapi remedial membaca yang banyak diterapkan adalah program Merill, SRA Basic Reading Program, dan Bridging Reading Program yang mengajarkan anak membaca dengan bantuan visual (Neel et al, 2011; Saddock, 2010).

3. Terapi gangguan ekspresi tertulis

Terapi remedial untuk gangguan ekspresi tertulis mencakup praktik langsung mengeja dan menulis kalimat, serta mengkaji ulang aturan tata bahasa. Pemberian terapi menulis kreatif dan ekspresif yang intensif, berkelanjutan dan dirancang khusus secara individual dan satu-satu tampak memberikan hasil yang baik (Neel et al, 2011; Sadock, 2010).

4. Terapi gangguan koordinasi perkembangan

Terapi gangguan koordinasi perkembangan umumnya mencakup berbagai versi program integrasi sensorik dan pendidikan jasmani yang dimodifikasi. Program integrasi sensorik biasanya diberikan oleh ahli terapi okupasional dan terdiri atas aktivitas-aktivitas fisik yang meningkatkan kesiagaan fungsi motorik dan sensorik.

5. Terapi gangguan bahasa ekspresif

Terapi ini melibatkan intervensi langsung dari ahli patologi bahasa dan bicara yang bekerja langsung dengan anak. Intervensi yang diperantarai, dengan professional bicara dan bahasa yang mengajarkan guru atau orang tua anak untuk meningkatkan teknik bahasa terapeutik juga efektif. Terapi bahasa sering ditujukan untuk memperbaiki strategi komunikasi dan juga interaksi sosial, dengan menggunakan kata-kata. Psikoterapi juga dapat diterapkan untuk meningkatkan kepercayaan diri anak tersebut.

6. Terapi gangguan bahasa reseptif-ekspresif

Sebelum dimulai terapi perlu dilakukan evaluasi bahasa dan bicara yang komprehensif terlebih dahulu. Anak dengan gangguan bahasa reseptif-ekspresif sering mendapatkan keuntungan dari lingkungan pendidikan khusus yang memungkinkan mereka belajar secara lebih khusus. Psikoterapi dapat membantu anak dengan gangguan ini dengan cara memperbaiki masalah emosional dan perilaku.

7. Terapi gangguan fonologis

Terapi bicara yang dilakukan oleh seorang ahli terapi bahasa dan bicara dianggap sebagai terapi yang paling berhasil untuk dilakukan pada pasien dengan gangguan fonologis. Terapi bicara diindikasikan jika pemahaman artikulasi anak sangat buruk dan jika anak yang mengalaminya berusia lebih dari 8 tahun serta menimbulkan masalah pada citra diri maupun dengan lingkungan sekitar.

8. Terapi Gagap

Terapi pada gagap meliputi latihan pernafasan, teknik relaksasi, serta terapi bicara untuk membantu anak memperlambat laju bicara serta mengatur volume bicara. Intervensi psikofarmakologik seperti terapi dengan haloperidol (Haldol) telah digunakan dalam upaya untuk mencetuskan peningkatan keadaan relaksasi.

9. Terapi gangguan autistik

Tujuan terapi untuk anak dengan gangguan autistik adalah untuk meningkatkan perilaku psikososial serta perilaku yang secara sosial dapat diterima, untuk mengurangi gejala perilaku yang aneh, dan untuk memperbaiki komunikasi verbal serta nonverbal. Perbaikan bahasa dan akademik juga sangat diperlukan.

Pemberian obat antipsikotik dapat mengurangi agresi atau perilaku mencederai diri. Agonis serotonin-dopamin memiliki risiko rendah dalam menimbulkan efek samping ekstrapiramidal. Obat-obatan golongan ini mencakup risperidone, olanzapine, quetiapine, clozapine dan ziprasidone (Saddock, 2010).

10. Terapi gangguan Rett

Terapi ditujukan pada intervensi gejala. Fisioterapi memberikan keuntungan untuk disfungsi otot, dan terapi antikonvulsan biasanya diperlukan untuk mengendalikan bangkitan. Terapi perilaku bersama dengan terapi obat dapat membantu untuk mengendalikan perilaku berbahaya.11. Terapi gangguan Asperger

Terapi bergantung pada tingkat fungsi adaptif pasien. Beberapa teknik yang digunakan untuk gangguan autistik cenderung memberikan keuntungan pada pasien gangguan Asperger dengan hendaya sosial yang berat.

BAB III

PENUTUPGangguan psikologis berdasarkan definisi PPDGJ-III merupakan suatu gangguan pada diri seseorang yang memiliki gambaran seperti onset munculnya gejala bervariasi selama masa bayi atau kanak, adanya hendaya atau kelambatan perkembangan fungsi yang berhubungan erat dengan kematangan biologis dari susunan saraf pusat serta berlangsung secara terus menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa. Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruhi termasuk bahasa, ketrampilan visuo-spasial dan/atau koordinasi motorik. Masing-masing dari gangguan perkembangan psikologi mempunyai etiologi spesifik tersendiri serta kriteria diagnostik yang berbeda sehingga diperlukan tatalaksana yang berbeda untuk setiap gangguan tersebut.

DAFTAR PUSTAKAEigsti IM, Marchena AB, Schuh JM, et al. 2010. Language acquisitiom in autisme spectrum disorders: A developmental review. [online]. Available from: www.researchgate.net. Accessed on: 23 April 2015.Malhotra S dan Vikas A. Pervasive Developmental Disorders. Journal of Indian Association for Child and Adolecent. [online]. Available from: www.jiacam.org/0103/Jiacam05_3_5.pdf. Accessed on: 23 April 2015.Maslim R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III dan DSM 5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.

Neel L, Johnson A, Shahidullah JD. 2011. Reading and writing disorders: Research-based assessment and intervention. American Psychological Association. [online]. Available from: www.apadivisions.org/division-16/publications/newsletters/science/2011/10/reading-writing-disoders.aspx. Accessed on: 23 April 2015.

Sadock, BJ. Sinopsis Psikiatri Kaplan & Sadock Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.

Sadock BJ and Sadock VA. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Hlm. 597-601. Jakarta: EGC.Sayegh P, Arentoft A, Thaler NS, et al. 2014. Quality of Education Predicts Performance on the Wide Range Achievement Test 4th Edition Word Reading Subtest. Archives of Clicincal Neuropsychology. [online]. Available from: www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25404004. Accessed on: 23 April 2015.Vuijk PJ, Hartman E, Mombarg R, et al. 2011. Associations between academic and motor performance in a heterogeneous sample of children with learning disabilities. Journal of Learning Disabilities. [online]. Available from: www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21521869. Accessed on: 23 April 2015.

23