gangguan pencernaan blok 9 UKRIDA
-
Upload
paulwendydasilva -
Category
Documents
-
view
152 -
download
5
description
Transcript of gangguan pencernaan blok 9 UKRIDA
Gangguan Pencernaan
Wendy Yudija Limbong Allo
Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Alamat Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta
Barat 11530
Abstrak: Makan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Dengan makan
maka seseorang mendapatkan energi yang berpindah dari makanan ke dalam tubuhnya sehingga ia
dapat melakukan aktivitas. Unutk mengolah makanan yang dikonsumsi oleh manusia, dalam tubuh
manusia berlaku suatu sistem pencernaan atau digestifus, dimana sistem ini berfungsi memindahkan
zat gizi atau nutrien yang telah dimodifikasi, air dan elektrolit. Sistem ini pada dasarnya terdiri atas 4
tahapan yang memproses makanan sehingga dapat digunakan di dalam tubuh dalam bentuk atau
molekul yang sesuai, tahap itu terdiri dari motilitas, sekresi, pencernaan, dan penyerapan. Dalam
melakukan 4 tahapan itu sistem pencernaan memiliki salurannya sendiri yang disebut sebagai traktus
digestifus. Makanan yang masuk dalam tubuh melalui saluran ini dan menjalani 4 tahapan tersebut.
Kata kunci: motilitas, sekresi, pencernaan, dan penyerapan
Abstract: Eating is one of the basic human needs to be met. By eating the person getting the energy to
move from food into his body so that he can perform the activity. Fatherly process food consumed by
humans, the human body digestive system or apply a digestifus, where the system serves to move
nutrients or nutrients that have been modified, water and electrolytes. The system basically consists of
4 stages that processes food so the body can be used in the appropriate form or molecule, the stage
consists of motility, secretion, digestion, and absorption. In doing 4 stages of the digestive system has
its own channel called digestifus tract. Food that enters the body through these channels and undergo
4 stages.
Keywords: motility, secretion, digestion, and absorption
1
A. Struktur Makroskopik Saluran Cerna.
CAVUM ORIS
Mulai dari rima oris dan berakhir di isthmus faucium. Selain merupakan sistem
pencernaan, rongga mulut juga berfungsi sebagai rongga yang dilalui oleh udara pernapasan
dan juga penting untuk pembentukan suara.
Rongga mulut dibagi dalam :
1. Vestibulum oris
2. Cavum oris propium
KELENJAR-KELENJAR LUDAH
1. Glandula Parotis
Glandula parotis berbentuk piramida dan terletak di fossa retromandibulare antara os
mandibula dan m. Sternocleidomastoideus.
2. Glandula submandibularis
Pada glandula submandibulari dapat dibedakan 2 bagian : yang dangkal dan yang
dalam. Bagian yang dangkal terletak dibawah m. Mylohyoideus, antara m.
Stylohyoideus, m. Digastricus dan mandibula. Bagian yang dalam melalui tepi dorsal
m.mylohyoideus dan kelenjar ini membelok ke sisi atasnya.
3. Glandula sublingualis
Glandula sublingualis berbentuk memanjang dan terletak di dasar rongga mulut dekat
frenulum linguae, di antara m.geniohyoideus dan m.genioglossus sebelah medial dan
m.hyoglossus sebelah lateral.
OTOT – OTOT PENGUNYAH
Terdapat 4 otot pengunyah yang melekatkan mandibula pada basis cranii, ialah;
Otot yang dangkal : m.masster dan m.temporalis.
Otot yang dalam : m.pterygoideus lateralis/externus dan m. Pterygoideus
medialis/internus.
Persarafan otot-otot ini : n. Mandibularis (portio minor N. Trigemini V3)
2
PHARYNX
Pharynx adalah suatu pipa musculo-fascial yang contractil. Ia terbentang di antara basis
cranii sebelah kranial dan berakhir pada oesophagus disebelah kaudal setinggi vertebra
cervicalis ke-6. Pada sisi lateral, pharynx berbatasan dengan aa. Carotides communis et
internae, vv. Jugulares internae, cornu majus os hyoid dan lamina cartilago tyhyreoidea.
Fungsinya : sebagai tempat yang dilalui oleh aliran udara pernapasan dan makanan. Sesuai
dengan ruang-ruang yang terletak di depannya, pharynx terbagi dalam 3 bagian :
Nasopharyx ( pars nasalis pharyngis ), dorsal terhadap cavum nasi.
Oropharynx ( pars oralis pharyngis ), dorsal terhadap cavum oris.
Laryngopharynx ( pars laryngis pharyngis ), dorsal terhadap larynx.
OESOPHAGUS
Oesophagus adalah suatu pipa musculair sepanjang 25 cm, yang merupakan lanjutan
pharynx dan mulai di tepi bawah cartilago cricoidea setinggi vertebra C6, dan berakhir di
cardia ventriculi setinggi vertebra thorakal X-XI. Selama perjalanannya ke distal, ia mengikuti
lengkung-lengkung columna vertebralis, yang terletak tepat dibelakangnya. Pada oesophagus
dapat dibedakan 3 bagian : pars cervicalis, pars thoracalis, dan pars abdominalis.
Persarafan :
Simpatis : cabang-cabang truncus symphaticus pars thoracalis atas.
Parasimpatis : cabang-cabang N.vagus dan N.recurrens. Dibawah hilus pulmonalis, nn.
Vagi membentuk plexus pada dinding oesophagus ; yang kiri ke sisi depannya dan yang
kanan ke sisi belakangnya.
REGIO ABDOMEN
Abdomen merupakan bagian dari batang tubuh ( truncus ) yang terletak di sebelah caudal
thorax. Abdomen mempunyai cavum ( rongga ) besar yang disebut cavun abdominis yang
ditempati / diisi :
1. Cavum peritonei
2. Tractus digestivus
3. System urogenitalis ( ren, ureter )
4. Hepar, vesica fellea, pancreas dan lien.
5. Vasa, system lymphatica dan nervus.
3
Cavum abdominis dibedakan menjadi :
1. Cavum abdominis propius
2. Cavum pelvis
Kedua cavum tersebut dipisahkan oleh suatu bidang khayal yang melalui :
1. Promontorium ossis sacri
2. Linea terminalis
3. Crista pubica
Bidang pembatas ini juga disebut aditus pelvis atau apertura pelvis superior atau pintu atas
panggul ( PAP ). Dinding bagian dalam cavum abdominis dilapisi cavum peritonei yang
disebut peritonium parietale.
Abdomen terbagi menjadi beberapa regio oleh 2 bidang horizontal dan 2 bidang sagital.
Dengan kedua garis horizontal dan sagital maka pada abdomen terdapat 9 regio, yaitu :
1. Regio epigastrica
2. Regio hypochondrica dextra
3. Regio hypochondrica sinistra
4. Umbilicalis
5. Lumbalis dextra
6. Lumbalis sinistra
7. Regio hypogastrica
8. Ingunalis dextra
9. Ingunalis sinistra
ALAT – ALAT INTRA ABDOMEN
Alat – alat intra abdomen terbagi dua oleh mesocolon transversum menjadi :
1. Alat- alat supra mesocolica adalah alat-alat yang terletak antara diaphragma dan
mesocolon transversum, yang terdiri dari : gaster, duodenum, pancreas, hepar, vesica
fellea dan lien.
2. Alat- alat intra mesocolica adalah alat- alat yang terletak dibawah mesocolon
transversum atau alat-alat yang terletak antara mesocolon transversum dan linea
terminalis pada panggul, yaitu : intestinum tenuae ( usus halus ) dan intestinum
crassum ( usus besar ).
4
GASTER
Nama lain gaster : ventriculus atau lambung
Struktur anatomis gaster :
Mempunyai 2 muara : cardia ( oesophagus – gaster ) dan pylorus ( gaster –
duodenum ).
Mempunyai 2 tepi : curvatura minor ( cekung ke kanan atas ) dan curvatura major
( cembung ke kiri ).
Mempunyai 2 permukaan : facies anterior dan facies posterior.
Mempunyai 2 lekukan : incisura cardiaca ( peralihan oesophagus pada curvatura
major ) dan incisura angularis : batas bagian vertikal dan horizontal pada curvatura
minor.
Bagian – bagian gaster :
1. Fundus
2. Corpus
3. Pylorus ( pars pylorica vebtriculi ) dibedakan menjadi : anthrum pyloricum dan canalis
pyloris.
Pendarahan :
1. A. Gastrica sinistra
2. Aa. Gastricae berves, memperdarahi fundus ventriculi
3. A. Gastroepiploica ( gastro omentalis ) sinistra, memperdarahi curvatura major dan
omentum majus.
Vena mengikuti jalannya arteri.
1. Darah dari v. Gastrica dextra dan sinistra dialirkan ke dalam v.porta.
2. Darah dari v. Gastrica brevis. V. Gastroepiploica sinistra, dialirkan ke dalam v.
Lienalis yang bergabung dengan v. Mesenterica superior menuju v. Porta.
Getah bening : Nnll. Gastroomentalis.
Getah bening terdapat pada pembuluh nadi sepanjang curvaturamajor dan minor akan
dialirkan ke dalam nnll. Coeliaca.
Persarafan : oleh sistem saraf otonom.
1. Parasimpatis berasal dari N. X anterior dan posterior
2. Simpatis berasal dari nervi spinales T6-T9 melalui plexus coeliacus dan
mendistribusikan melalui anyaman saraf di sekitar a. Gastrica dan a. Gastroomentalis.
5
DUODENUM
Bentuk : tapal kuda, berjalan dari pylorus ke arah belakang. Panjang 25-28 cm. Bagian-
bagian duodenum :
Pars superior duodeni. Terletak pada bidang transpyloric. Pars superior duodeni
dimulai dari pylorus menuju ke belakang dan berakhir pada flexura duodenalis
superior. Panjang 5 cm.
Pars descendens duodeni. Bermula dari flexura duodeni superior beralih ke bawah
kemudian membelok ke kiri, disebut flexura duodeni. Panjang 10 cm.
Pars inferior duodeni. Terletak setinggi vertebra L3. Panjang 7,5 cm.
Pars ascendens duodeni. Terletak setinggi vertebra L2, kurang lebih 2,5 cm sebelah
kiri bidang tengah. Panjang 5 cm.
Pendarahan duodenum oelh a. Gastroduodenalis, a. Pancreaticoduodenalis superoir
( anterior dan posterior ), dan a. Pancreaticoduodenalis inferior ( cabang a. Mesenterica
superior ). Darah dari v. Pancreaticoduodenalis superior dialirkan ke v. Porta dan darah dari v.
Pancreaticoduodenalis inferior dialirkan ke v. Mesenterica superior ke v. Porta.
HEPAR
Hepar menempati sebagian besar rongga abdomen kanan atas. Konsistensi hati ; kenyal
seperti jeli. Berat hati bervariasi, rata-rata 1 ½ kg. Hepar dilapisi peritonium, kecuali bagian
belakang yang langsung melekat pada diaphragma dan disebut BARE AREA ( area nuda ).
Pada penampang sagital hepar, tampak bagian depan lebih rendah daripada bagian belakang.
Hepar dibedakan menjadi dua lobus, yaitu lobus kanan dan kiri. Batas lobus kanan dan kiri
adalah sebuah alur berbentuk huruf H yang ditempati oleh lig. Teres hepatis dan lig. Venosum
Arantii diselah caudal, dan lig. Falciforme hepatis disebelah cranial. Secar anatomis dan
fungsional batas lobus kanan dan kiri sesuai bidang yang melalui alur yang dibentuk oleh
kantung empedu dan v. Cava inferior ( tidak terlihat dari luar ). Lobus kanan terbagi menjadi
lobus caudatus dan quadratus oleh porta hepatis dan fossa sagitalis dextra.
Dari luar hepar terlihat sebagai berikut :
Bagian yang berhubungan dengan diafragma ( facies diaphragmatica )
Bagian yang menghadap cavum abdomen ( facies visceralis/ facies inferior)
Peralihan dari facies superior ke facies inferior di sebelah belakang tidak jelas, sedangkan
peralihan disebelah depan jelas sekali, yaitu pada tepi yang tajam atau margo anterior/ margo
inferior.
6
Pendarahan hepar :
Pembuluh nadi : a. Hepatica communis, a. Hepatica propia, a. Hepatica dextra dan
sinistra.
Pembuluh balik : menampung darah balik dari alat-alat tractus gastrointestinal
melalui v. Porta. V. Porta merupakan bagian dari pembuluh balik sistema portal
yang mengumpulkan darah dari alat-alat gastrointestinal untuk dialirkan ke hepar.
VESICA FELLEA
Sinonim : kantung empedu.
Letak : sesuai perpotongan batas lateral M. Rectus abdominis dan arcus costae dextra.
Vesica fellea diliputi peritonium, kecuali bagian yang melekat pada hepar. Bagian – bagian :
fundus vesica fellea, corpus vesica fellea dan collum vesica fellea. Saluran empedu : ductus
cysticus. Mucosa ductus cysticus mempunyai lipatan berbentuk spiral = valvula spiralis
Heisteri. Ductus cycsticus bersama-sama saluran empedu intrahepatal membentuk ductus
choledochus. Ductus choledochus berjalan dalam lig. Hepatoduodenale bersama-sama v.
Porta dan a. Hepatica propia. Pendarahan oleh a. Cystica.
LIEN
Sinonim : spleen, limpa. Konsistensi : kenyal, lebih lembek daripada hepar, dan dapat
berkontraksi. Warna merah keabu-abuan. Letak : intra peritoneal, pada regio hypochondrica
sinistr, setinggi iga 9,10,11. Sumbu panjang sesuai iga 10. Proyeksi pada dinding abdomen ;
kira-kira 4 cm sebelah kiri garis tengah dan setinggi ujung processus spinosus vertebra Th 9-
L1 sampai linea axillaris media sinistra.
Fungsi lien :
Membersihkan darah
Reservoir darah
Alat reticulo endothelial yang di dalamnya terdapat jaringan limfoid yang berbeda
dengan jaringan jaringan limfoid lain karena lien berhubungan dengan aliran
darah.
INTESTINUM
Intestinum dibedakan menjadi :
Intestinum tenue ( usus halus )
Intestinum crassum ( usus besar )
7
INTESTINUM TENUE
Intestinum tenue memiliki panjang 6-8 meter, dan terdiri dari :
2/5 bagian jejunum
3/5 bagian ileum
Intestinum tenue terletak intraperitoneal dan berkelok-kelok. Jejunum mengisi rongga
perut kiri atas sedangkan ileum mengisi rongga perut kanan bawah. Kelokan ileum mengisi
sampai ke pelvis minor untuk kemudian bermuara pada caecum ( kantung buntu ). Proyeksi
muara ileum pada coecum pada dinding abdomen disebut titik Mc. Burney yang dapat
ditentukan dengan :
Titik potong tepi lateral m. Rectus abdominis kanan dengan garis Monro ( garis
yang menghubungkan SIAS kanan dan umbilikus ).
1/3 lateral – 1/3 tengah garis Monro.
Besarnya penampang dari jejunum kearah ileum makin mengecil. Intestinum tenue
berhubungan dengan dinding belakang perut melalui lipatan peritonium yang disebut
mesostienium, mulai dari flexura duodenajejunalis setinggi vertebra L2 berjalan kearah kanan
miring ke bawah, menyilang garis tengah setinggi vertebra L3 di depan pars inferior duodeni
dan v. Cava inferior, berakhir ke bawah pada fossa iliaca dextra di depan articulatio
sacroiliaca.
Pendarahan usus halus : aa. Jejunales et ilei dan Vv. Jejunales et ilei dan V. Mesenterica
superior.
Pembuluh getah bening : melalui 3 kelompok ; nnll. Intestinales, nnll. mesentericus, nnll.
Superior. Getah bening dari ileum berakhir pada nnll. Ileocolica. Getah bening usus halus
dialirkan ke dalam truncus intestinalis – cysterna chyli.
Persarafan : simpatis ( n. Splanicus major dan minor ) dan parasimpatis ( N.X ).
INTESTINUM CRASSUM
Berbentuk seperti huruf U terbalik. Terdiri atas : coecum, colon ascendens, flexura coli
dextra/hepatica, colon transversum, flexura coli sinistra/lienalis, colon descendens, colon
sigmoideum, dan rectum-anus.
COECUM
Terletak pada fossa iliaca dextra dan diproyeksikan pada dinding abdomen pada
pertengahan garis SIAS kanan-symphysis pubis.
8
COLON ASCENDENS
Colon ascendens dimulai pada junctura ileocoecalis sampai flexura coli dextra.
Pendarahan oleh a. Colica dextra.
APPENDIX VERMIFORMIS
Appendix vermiformis sering dianggap bagian usus yang tidak mempunyai fungsi.
Appendix mempunyai lipatan peritonium yang disebut mesenteriolum. Pendarahan : aa.
Appendiculares.
COLON TRANSVERSUM
Terletak dibawah bidang transpyloric dan menyilang pars descendens duodeni,
melengkung di antara flexura coli dextra dan flexura coli sinistra. Pendarahan : a. Colica
media dan a. Colica sinistra.
COLON DESCENDENS
Pendarahan : a. Coli sinistra yang merupakan cabang a. Mesenterica inferior.
COLON SIGMOIDEUM
Colon sigmoideum berbentuk menyerupai huruf S dan memanjang dari crista iliaca sampai
vertebrae S2-3. Pendarahan : aa.sigmoideum (2-4 buah) yang merupakan cabang a.
Mesenterica inferior.
RECTUM
Panjang : 12-15 cm. Rectum merupakan lanjutan colon sigmoideum yang memanjang dari
vertebra S3 sampai anus. Setinggi vertebra S3 taenia colon sigmoideum berubah menjadi
lapisan otot polos longitudinal dan appendices epiploicae menghilang. Berbeda dengan colon,
rectum tidak mempunyai haustra, taenia, appendices epiploicae, mesocolon. Pendarahan : a.
Rectalis superior, a. Rectalis media, a. Rectalis inferior.
Persarafan : simpatis ( melalui saraf spinalis Nn splanchnicus lumbales dan plexus
hypogastricus/plexus pelvicus ) dan parasimpatis ( berasal dari nervus spinalis S2-4 melalui
N. Splanchnicus pelvicus, plexus hypogastricus inferior kanan dan kiri menuju plexus
rectalis/pelvicus )1.
9
B. Struktur Mikroskopik Saluran Cerna.
Mulut
Struktur histologis bagian-bagian yang terdapat disini:
• Labium oris
• Buccal
• Dent
• Gingivae
• Linguae
• Palatum molle & durum
Labium oris dapat dibagi dalam 3 area:
Area cutanea: Daerah permukaan bibir ini merupakan lanjutan kulit disekitar mulut.
Maka gambaran hstologisnya sebagai kulit pula. Paling luar dilapisi oleh epidermis yang
merupakan epitel gepeng berlapis berkeratin. Dibawah epidermis terdapat jaringan pengikat
yang disebut corium yang membentuk tonjolan-tonjolan ke arah epidermis yang disebut
sebagai papila corii. Sel-sel basal epidermis mengandung butir-butir pigmen. Seperti juga
pada struktur kulit lainnya pada permukaan kulit ini dilengkapi oleh alat-alat tambahan kulit
seperti glandula sudorifera, glandula sebacea dan folikel rambut.
Area merah bibir (area intermedia ): Epitelnya berlapis gepeng tidak bertanduk
epitelnya transparan (jernih) karena mengandung butir-butir eleidin. Papilla jaringan ikatnya
tinggi-tinggi dan mengandung banyak kapiler.
Area oral mukosa:
• Bagian ini mempunyai struktur histologis yang sama dengan pipi
• Epitelnya berlapis gepeng tidak bertanduk
• Lamina propianya agak kompak
• Pada tunika submukosa didapati kelenjar labialis yang bersifat seromukus
• Dibawah submukosa didapati otot lurik (M.orbicularis oris).
10
Oesophagus
dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Dalam submukosa terdapat
kelompokan kelenjar penghasil mukus kecil, yaitu kelenjar esofageal. Pada lamina propria
dekat lambung terdapat kelompokan kelenjar yang disebut kelenjar kardia esofagus yang juga
menghasilkan mukus. Pada ujung distal esofagus, lapisan ototnya terdiri atas serat otot polos,
pada bagian tengah terdapat campuran serat otot bergaris (rangka) dan serat otot polos, pada
ujung proksimal terdapat serat otot rangka. Hanya bagian esofagus dalam rongga peritoneum
yang ditutupi oleh serosa. Sisanya ditutupi lapisan jaringan ikat longgar yang disebut
adventisia.
1. Tunika mukosa
- Epitel berlpais gepeng tanpa lapisan tanduk
- T. M.M hanya satu lapis longitudinal
- Pada lamina propria didapati kelenjar mukus tubulosa kompleks (kel superfisial) yang
merupakan perluasan kelenjar kardia
2. Tunika submukosa
- terdapat kelenjar mukus tubulosa kompleks yang disebut kelenjar submukosa
(oesophageal glands)
3. Tunika muskularis
- Pada 1/3 proksimal terdiri dari otot lurik
- 1/3 tengah terdiri dari campuran otot polos dan lurik
- 1/3 distal seluruhnya otot polos.
Gaster
• Seluruh permukaan mukosa gaster terdapat gastric pits atau foveola gastrica
• Epitel mukosa selapis torak tanpa sel goblet
• 3 daerah: cardia, fundus, pilorus
• Lapisan otot tebal untuk menggiling/mencampur makanan
• Mensekresikan enzim-enzim dan asam untuk memulai pencernaan
• Dindingnya sangat berlipat yang dinamakan rugae
• Sitoplasma pada permukaan apikalnya mengandung musigen
• Intinya oval
• Pada lamina propria terdapat kelenjar di cardia, fundus maupun pilorus
• Kelenjar mulai dari dasar gastric pit meluas ke arah TMM.
11
Pankreas
• Merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin
• Epitel duktus ekskretorius bervariasi dari torak rendah bersel goblet ke sel kubus
• Duktus interklarisnya (isthmus) panjang-panjang dan epitelnya selapis gepeng
• Bentuk sel asinusnya lebih kecil dari sel asinus parotis
• Pars terminalisnya 100% terdiri serous dan di tengah pars terminal sering dijumpai
sel-sel sentroasini yang merupakan bagian dari isthmus
• Tidak ada sel myoepitel.
Hati
• Diliputi kapsula Glissoni
• Septa membagi hepar menjadi lobuli-lobuli
• Porta hepatis berisi: pebuluh limfe, pembuluh empedu, V.Portae dan A.Hepatika
• Unit fungsional hepar ialah 1 lobulus
• Bentuknya poligonal
• Bagian sentral lobulus hati: Vena sentralis
• Sel-sel hepar tersusun radier
• Segitiga kiernan berisi cabang A.hepatika, cabang Vena porta, duktus biliaris dan
pembuluh limfe
• Setiap sel hati pada salah satu permukaannya harus berhubungan dengan sistem
empedu dan pada permukaan yang lain harus berhadapan dengan pembuluh darah
• Sel hati berbentuk poligonal dengan inti ovoid, sitoplasma bergranula dengan banyak
mitokondria, mikrovili, glikogen, protein dan pigmen lipofuchsin
• Sel hati dikelilingi berkas serat retikulin yang dengan pewarnaan Bielschwosky
berwarna hitam
• Vasularisasi hati: A.hepatika dan V.porta-A/V interlobularis sinusoid hati
V.sentralis V.sublobularis V.hepatika V.cava inferior
• Sinusoid hati dibatasi oleh sel endotel sinus dan sel kupffer (termasuk RES)
• Sel kupffer ovoid, kromatin pucat, dengan pewarnaan tripan blue terbukti bersifat
fagositer.
Kantung Empedu
• Kanalikuli biliaris-preduktuli biliaris (saluran Hering) duktus biliaris-duktus
hepatikus vesika felea-duktus cysticus duktus koledokus
• Arah aliran empedu: dari sentral ke perifer hati
• Arah aliran darah: dari perifer ke sentral lobulus.
12
Usus Halus
• Dibagi dalam 3 bagian yaitu: duodenum, jejunum dan ileum
• Epitel terdiri dari selapis torak dan sel goblet
• Sel torak pada bagian apikalnya terdapat brush border/mikrovili memperluas
permukaan absorptif. Juga mengandung enzim-enzim pencernaan (alkaline fosfatase,
maltase, dan lain-lain)
• Sel goblet ke arah distal makin banyak
• Terdapat vili intestinal
• Vili di duodenum bentuknya lebar, di jejunum bundar seperti lidah dan pada ilem
berbentuk jari
• Plika Sirkularis Kerkringi: lipatan mukosa dan submukosa
• Pada jejunum plika kerkringi tinggi-tinggi
• Sepanjang membran mukosa terdapat kelenjar Intestinalis (cryptus Lieberkuhn),
tubulosa simpleks, yang bermuara di antara vili intestinalis
• Pada dasar cryptus terdapat sel paneth, di bagian apikalnya mengandung granula
eosinofilia
• Sel-sel cryptus menggantikan sel-sel epitel permukaan yang rusak.
Duodenum
Ciri khas: terdapat kelenjar Brunner, kompleks tubulosa bercabang, mukus.
Jejunum
• Tidak terdapat kelenjar Brunner ataupun agmina peyeri
• Plica sirkularis Kerckringi tinggi-tinggi.
Ileum
Terdapat agregat limfonodus atau Agmina Peyeri/Plaque Peyeri di lamina propria meluas
ke Tunika submukosa2.
13
Usus Besar
Colon
• Tunika mukosa tidak mengandung plica sirkularis dan vili intestinal
• Sel goblet banyak di antara sel epitel
• Cryptus Lieberkuhn ada
• Sel paneth dan sel argentafin sedikit sekali
• Terdapat limfonodus solitarius
• Tunika longitudinal membentuk 3 pita longitudianal taenia coli3.
Rektum
• Bagian sebelah bawah disebut Anal Canal
• Mukosa mempunyai lipatan longitudinal Rectal collumn (Anal column, Collumn of
Morgagni) berakhir kira2 ½ inchi dari orrificium anal
• Epitel selapis torak
• Terdapat cryptus
• Pertemuan rektum dengan anus disebut Linea Pectinata2,3.
C. Mekanisme Pencernaan
Di dalam mulut, makanan bercampur dengan saliva dan didorong ke dalam esofagus.
Gelombang peristaltik di esofagus menggerakkan makanan ke dalam lambung.
Pengunyahan ( mastikasi ) memecahkan partikel makanan besar dan mencampur makanan
dengan sekret kelenjar saliva. Aksi pembasahan dan homogenisasi ini membantu penelanan
dan pencernaan selanjutnya. Meskipun potongan makanan besar dapat dicerna, tetapi
menyebabkan kontraksi otot-otot esofagus yang kuat dan sering menyakitkan. Potongan
makanan yang kecil cenderung menyebar bila saliva sedikit dan juga menyebabkan proses
penelan menjadi sulit karena tidak membentuk bolus. Jumlah pengunyahan yang optimal
bergantung kepada jenis makanan, tetapi biasanya berkisar antara 20 dan 25.
Menelan ( deglutition ) adalah suatu respons refleks yang dicetuskan oleh impuls aferen N.
Trigeminus, glossofaryngeus, dan vagus. Impuls – impuls ini diintegrasi di nukleus traktus
soliatrius dan nukleus ambigus. Serat – serat eferen berjalan ke otot – otot farings dan lidah
melalui N. Trigeminus, facialis, dan hipoglossus. Menelan diawali oleh gerakan volunter
mengumpulkan isi mulut di lidah dan mendorongnya ke belakang menuju farings. Hal ini
mencetuskan serangkaian gelombang kontraksi involunter pada otot-otot farings yang
mendorong makanan ke dalam esofagus. Inhibisi pernapasan dan penutupan glotis merupakan
bagian dari respons refleks ini.
14
Dibatas faringoesofagus, terdapat segmen esofagus berukuran 3 cm yang tegangan dinding
istirahatnya tinggi. Segmen ini melemas secara refleks sewaktu menelan dan memungkinkan
benda yang ditelan masuk ke badan esofagus. Dibelakang benda yang ditelan akan terbentuk
kontraksi cincin peristaltik, yang kemudian mendorong benda turun dalam esofagus dengan
kecepatan sekitar 4 cm/detik. Pada manusia, dalam posisi berdiri cairan dan makanan
setengah padat umumnya turun akibat gaya tarik bumi ke esofagus bagian bawah mendahului
gelombang peristaltik. Apabila makanan masuk lambung, fundus dan bagian atas korpus
lambung melemas dan mengakomodasi makan yang masuk tanpa peningkatan tekanan yang
berarti relaksasi reseftif. Peristaltis lalu mulai dari bagian bawah korpus, mencampur dan
menggerus makanan dan memungkinkan sebagian yang telah setengah cair melewati pilorus
dan masuk duodenum. Relaksasi reseftif ini dikendalikan oleh vagus dan dicetuskan oleh
gerkan farings dan esofagus. Gelombang peristaltik diatur oleh BER dan langsung dimulai
untuk mendorong makanan ke arah pilorus. Kontraksi bagian distal lambung yang disebabkan
oleh tiap gelombang kadang-kadang disebut sistole antrum dan dapat berlangsung sampai 10
detik. Gelombang ini terjadi 3 s/d 4 kali per menit4,6.
KARBOHIDRAT
Pencernaan
Di dalam mulut, zat tepung dicerna oleh α-amilase saliva. Tetapi, pH optimal enzim ini
adalah 6,7, sehingga kerjanya dihambat oleh getah lambung yang asam bila makanan masuk
ke lambung. Di dalam usus halus, α-amilase saliva dan pankreas keduanya juga bekerja pada
polisakarida yang dimakan. Akibatnya, hasil akhir pencernaan α-amilase adalah oligosakarida
: maltosa (disakarida), maltitriosa ( trisakarida ) ; beberapa polimer yang sedikit lebih besar
dengan glukosa pada ikatan 1:4α, dan α-dekstrin, yaitu polimer molekul glukosa yang terdiri
atas rata-rata sekitar 8 molekul glukosa dengan ikatan 1:6α.
Penyerapan
Heksosa dan pentosa cepat diserap melalui dinding usus halus. Hal yang penting adalah
bahwa semua heksosa diserap sebelum sisa makanan mencapai bagian ujung ileum. Molekul
– molekul gula bergerak dari sel-sel mukosa ke dalam darah kapiler lalu masuk ke dalam vena
porta.
Transpor sebagian besar heksosa secara unik dipengaruhi oleh jumlah Na+ di dalam usus
halus ; konsentrasi Na+ yang tinggi pada permukaan mukosa sel mempermudah dan
konsentrasi yang rendah menghambat influks gula ke dalam sel-sel epitel. Ini disebabkan oleh
glukosa dan Na+ menggunakan kontransporter yang sama, atau simport, sodium-dependent
glucose transporter ( SGLT, kotransporter glukosa Na+ ). Kelompok transporter ini, SGLT 1
15
dan SGLT 2 menyerupai transporter glukosa yang berperan pada difusi terfasilitasi karena
dapat menembus membran sel 12 kali dan mempunyai terminal –COOH dan –NH2 pada sisi
sitoplasmik membran. Akan tetapi, tidak ada homologi terhadap transporter seri GLUT.
SGLT 1 dan SGLT 2 bertanggung jawab pada transpor glukosa keluar dari tubuli ginjal.
Oleh karena kadar Na+ intraseluler di dalam usus halus dan sel ginjal rendah, seperti juga
di dalam sel-sel lainnya, Na+ bergerak ke dalam sel sesuai dengan beda konsentrasinya.
Glukosa bergerak bersama Na+ dan dilepaskan di dalam sel. Na+ diangkut ke dalam ruang
interseluler lateral, dan glukosa diangkut oleh GLUT 2 ke dalam interstitium lalu masuk ke
dalam kapiler. Jadi, transpor glukosa merupakan contoh transpor aktif sekunder ; energi untuk
transpor glukosa diperoleh tidak langsung, melalui transpor aktif Na+ keluar sel. Ini akan
mempertahankan beda konsentrasi di kedua sisi batas sel luminal, sehingga lebih banyak Na+
dan akibatnya lebih banyak glukosa yang masuk .
Mekanisme transpor glukosa juga mengangkut galaktosa. Fruktosa menggunakan
mekanisme berbeda. Penyerapannya tidak bergantung pada Na+ atau transpor glukosa dan
galaktosa; transportnya dengan difusi fasilitasi dari lumen usus halus ke dalam enterosit
melalui GLUT 5 dan keluar dari enterosit masuk ke dalam interstitium melalui GLUT 2.
Sebagian fruktosa diubah menjadi glukosa di dalam sel-sel mukosa. Pentosa diserap dengan
difusi sederhana. Insulin sedikit berpengaruh pada transpor glukosa dalam usus. Sehubungan
dengan ini, penyerapan kembali glukosa dalam tubulus kontortus proksimal ginjal ; kedua
proses tidak memerlukan fosforilasi, dan keduanya normal pada diabetes tetapi dihambat oleh
obat florizin. Kecepatan absorpsi maksimal glukosa dari usus kira-kira 120g/jam.
PROTEIN DAN ASAM NUKLEAT
Pencernaaan Protein
Pencernaan protein dimulai di dalam lambung, di situ pepsin menguraikan beberapa ikatan
peptida. Pepsin menghidrolisis ikatan – ikatan antara asam amino romatik seperti fenillalanin
atau tirosin dan asam amino kedua, sehingga hasil pencernaan peptik adalah berbagai
polipeptida dengan ukuran yang sangat berbeda Oleh karena pH optimum untuk pepsin
adalah 1,6 – 3,2 kerjanya terhenti bila isi lambung bercampur dengan getah pankreas yang
alkali di duodenum dan jejunum. pH isi usus halus di bagian superior duodeni 2,0 – 4,0, tetapi
pada bagian lain ialah kira-kira 6,5. Di usus halus, polipeptida yang terbentuk melalui
pencernaan di lambung dicerna lebih lanjut oleh enzim-enzim proteolitik kuat yang berasal
dari pankreas dan mukosa usus halus. Jadi pencernaan akhir terhadap asam amino terjadi di 3
tempat : lumen usus halus, brush border, dan sitoplasma sel-sel mukosa.
16
Penyerapan
Ada paling sedikit 7 sistem transpor yyang berbeda yang mengangkut asam amino ke
dalam enterosit. Lima darinya memerlukan Na+ dan kotransport asam amino dan Na+ dengan
cara yang mirip dengan kotranspor Na+ dan glukosa. Dua dari 7 sistem transpor ini
membutuhkan Cl-. Pada 2 sistem, transpor tidak membutuhkan Na+.
Transpor di- dan tripeptida ke dalam enterosit dilakukan oleh sistem yang membutuhkan
H+ dan Na+. Sedikit sekali peptida berukuran besar yang diabsorpsi. Di dalam enterosit, asam
amino yang dilepaskan dari peptida oleh hidrolisis intrasel ditambah asam amino yang di
absorpsi dari lumen usus halus dan brush border akan diangkut keluar enterosit sepanjang tepi
basolateral melalui paling sedikit 5 sistem transpor. Dari sini, asam amino ini akan masuk
peredaran darah portal hepatik. Dua diantara sistem ini bergantung pada Na+, dan yang tidak.
Cukup banyak peptida kecil yang juga masuk ke dalam darah portal.
Penyerapan asam-asam amino di duodenum dan jejunum berlangsung cepat tetapidi dalam
ileum lambat. Hampir 50% protein yang dicerna berasal dari makanan yang dimakan, 25%
dari protein getah pencernaan, dan 25% dari deskuamasi sel-sel mukosa. Hanya 2-5 % protein
dalam usus halus lolos dari pencernaan dan penyerapan. Sebagian protein yang dimakan
masuk ke dalam kolon dan kemudian dicerna oleh kuman. Protein dalam feses tidak berasal
dari makanan tetapi dari kuman.
Asam Nukleat
Asam nukleat diuraikan menjadi nukleotida dalam usus halus oleh nuklease pankreas, dan
nukleotida itu diuraikan menjadi nukleosida dan asam fosfor oleh enzim-enzim yang terdapat
pada permukaan luminal sel-sel mukosa. Nukleosida kemudian diuraikan menjadi unsur gula
serta basa pirimidin dan purin. Unsur – unsur basa tersebut diserap dengan transport aktif.
LIPID
Pencernaan Lemak
Kebanyakan pencernaan lemak mulai di duodenum, dengan melibatkan salah satu enzim
terpenting, yaitu lipase pankreas. Kebanyakan kolesterol makanan berbentuk ester kolesteril,
dan ester kolesteril hidrolase menghidrolisis ester-ester ini di dalam lumen usus halus.
Lemak diemulsifikasi dengan halus didalam usus halus oleh kerja garam empedu, lesitin,
dan monogliserida. Bila konsentrasi garam empedu dalam usus halus tinggi, seperti setelah
kontraksi kandung kemih, lipid dan garam empedu berinteraksi spontan membentuk misel.
Agregat – agregat silindris ini mengikat lipid, dan meskipun konsentrasi lipidnya berbeda-
beda, umunya mengandung asam lemak, monogliserida, dan kolesterol pada pusat
hidrofobiknya. Pembentukan misel selanjutnya melarutkan lipid dan memungkinkan
17
mekanisme untuk transpornya ke enterosit. Jadi, misel bergerak ke konsentrasi yang lebih
rendah melalui lapisan statis ke brush border sel-sel mukosa. Lipid berdifusi keluar dari misel,
dan suatu larutan cair jenuh lipid dipertahankan kontaknya dengan brush border sel-sel
mukosa.
Penyerapan
Di dalam sel lipid – lipd ini akan mengalami esterifikasi cepat, sehingga gradien
konsentrasi yang memudahkan zat masuk ke sel dipertahankan. Berbeda dengan mukosa
ileum, kecepatan penyerapan garam empedu oleh mukosa jejunum rendah, dan sebagian besar
garam empedu tetap berada dalam lumen usus halus, dan dapat digunakan untuk
pembentukan misel baru.
Nasib asam lemak di enterosit bergantung pada ukurannya. Asam lemak yang atom
karbonnya kurang dari 10-12 dari sel mukosa langsung masuk kedarah portal, dan akan
ditransport sebagai asam lemak bebas ( tanpa esterifikasi ). Asam lemak yang atom
karbonnya lebih dari 10 – 12 mengalami esterifikasi kembali menjadi trigliserida dalam sel-
sel mukosa. Selain itu, sebagian kolesterol yang diserap diesterifikasi. Trigliserida dan ester
kolesteril kemudian dilapisi oleh lapisan protein, kolesterol, dan fosfolipid membentuk
kilomikron. Zat ini kemudian meninggalkan sel dan masuk ke peredaran limfatik.
Dalam sel-sel mukosa, sebagian besar trigliserida dibentuk oleh asilasi 2-monogliserida
yang diserap, terutama di dalam retikulum endoplasma halus. Akan tetapi, sebagian
trigliserida dibentuk dari gliserofosfat, yang adalah hasil katabolisme glukosa. Gliserofosfat
juga dikonversi menjadi gliserofosfolipid yang ikut berperan dalam pembentukan kilomikron.
Asilasi gliserofosfat dan pembentukan lipoprotein terjadi di dalam retikulum endoplasma
kasar. Bagian molekul karbohidrat ditambahkan pada protein dalam aparatus golgi, dan
kilomikron yang telah selesai dikeluarkan melalui eksositosis dari bagian basal atau lateral
sel.
Penyerapan asam lemak rantai panjang terutama di usus halus bagian atas, tetapi sejumlah
tertentu juga diserap dalam ileum. Pada masukan lemak sedang, 95% atau lebih lemak yang
dimakan diserap5,6.
Motilitas dan Sekresi Kolon
Gerakan mencampur ( haustrasi ).
Dimulai oleh ritmis otonom sel-sel otot polos kolon. Seperti gerakan segmentasi tetapi
sangat jarang ( interval antara 2 haustrasi mencapai 30 menit ). Letak haustra berubah yang
semula melemas akan berkontraksi dan sebaliknya, bersifat non propulsif/ tidak mendorong.
Gerakan maju mundur, mengaduk isi kolon sehingga semua terpapar ke mukosa absortif.
Gerakan ini dikontrol oleh refleks-refleks lokal yang melibatkan plexus intrinsik.
18
Gerakan Massa ( Mass Movement )
Gerakan mendorong isis kolon ke bagian distal usus besar. Dicetuskan oleh : refleks
gastroileum dan refleks gastrokolon. Refleks gastroileum ialah memindahkan isi usus halus
yang tersisa ke dalam usus besar. Refleks gastrokolon adalah gerakan mendorong isi kolon ke
dalam rektum yang memicu refleks defekasi. Diperantarai oleh gastrin dari lambung ke kolon
dan oleh saraf otonom ekstrinsik. Jelas terlihat setelah sarapan pagi dan sering diikuti oleh
keinginan kuat untuk segera defekasi. Gerakan massa dapat juga ditimbulkan oleh
perangsangan kuat sistem saraf parasimpatis atau peregangan yang berlebihan pada satu
segmen kolon.
Defekasi
Gerakan massa di kolon mendorong isi kolon ke rektum sehingga terjadi peregangan
rektum merangsang reseptor regang di dinding rektum sehingga memicu refleks defekasi.
Refleks disebabkan oleh : sfingter anus internus ( otot polos ) melemas dan rektum & kolon
sigmoid berkontraksi kuat.
Bila sfingter anus externus ( otot rangka ) melmas maka terjadi defekasi. Bila defekasi
ditunda, dinding rektum yang semula teregang akan melemas sehingga keinginan untuk
buang air besar mereda sampai gerakan massa berikutnya mendorong lebih banyak feses ke
rektum. Pada periode non aktif, kedua sfinter anus berkontraksi untuk memastikan tidak ada
pengeluaran feses4,5.
D. Enzim – enzim dan Hormon Pencerrnaan.
Peran hormon gastrointestinal ;
Gastrin
Bersumber dari sel-sel G di daerah kelenjar pilorus lambung. Stimulus utama untuk
sekresi prtein di lambung. Fungsi ; merangsang sel parietal dan sel utama,
meningkatkan motilitas lambung, merangsang motilitas ileum, melemaskan sfingter
ileosekum, menginduksi gerakan massa di kolon, dan bersifat trofik bagi mukosa
lambung dan usus halus.
Sekretin
Bersumber dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum. Stimulus untuk sekresi asam
di lumen duodenum. Berfungsi ; menghambat pengosongan lambung, menghambat
sekresi lambung, merangsang sekresi NaHCO3 encer oleh sel-sel duktus pankreas,
merangsang sekresi empedu kaya NaHCO3 oleh hati dan bersifat trofik bagi pankreas
eksokrin.
19
Kolesistokinin
Bersumber dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum. Stimulus utama untuk sekresi
nutrien di lumen duodenum, terutama produk lemak dan protein dengan tingkat yang
lebih rendah. Berfungsi sebagai penghambat pengosongan lambung, menghambat
sekresi lambung, merangsang sekresi enzim-enzim pencernaan oleh asinus pankreas,
menyebabkan kontraksi kandung empedu, menyebabkan relaksasi sfingter Oddi,
bersifat trofik bagi pankreas eksokrin, dapat menimbulkan perubahan-perubahan
adaptif jangka panjang proporsi enzim-enzim pankreas serta berperan dalam rasa
kenyang.
Gastric Inhibitory peptide ( GIP )
Sumber dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum. Stimulus utama untuk sekresi
lemak, asam, hipertonisitas, glukosa dan peregangan duodenum. Berfungsi untuk
menghambat pengosongan lambung, menghambat sekresi lambung dan menghambat
sekresi insulin oleh pankreas.
Enzim – enzim pencernaan ;
Kelenjar Saliva : α-amilase saliva, berfungsi untuk menghidrolisis ikatan molekul
glukosa menghasilkan dekstrin, maltotriosa, dan maltosa.
Kelenjar Lingualis : lipase lingual, untuk asam lemak dan 1,2-diasilgliserol.
Lambung : a. Pepsin (pepsinogen) berfungsi memecah ikatan peptida yang
berdekatan dengan asam amino aromatik. b. Lipase lambung untuk asam lemak dan
gliserol.
Eksokrin pankreas : a. Tripsin (tripsinogen) berfungsi memecah ikatan peptida di sisi
karboksil asam amino basa, b. Kimotripsin berfungsi memecah ikatan peptida di sisi
karboksil asam amino aromatik, c. Elastase (proelastase) berfungsi memecah ikatan di
sisi dengan karboksil asam amino karboksil alifatik, d. Karboksipeptidase berfungsi
memecah asam amino terminal yang mempunyai rantai samping, e. Kolipase
(prokolipase) berfungsi untuk memudahkan terbukanya bagian aktif lipase pankreas,
f. Lipase pankreas untuk monogliserida dan asam lemak, g. Ester kolesteril hidrolase
untuk kolesterol, h. α-amilase pankreas—sama seperti α-amilase saliva, i.
Ribonuklease & Deoksiribonuklease untuk nukleotida, j. Fosfolipase untuk
lisofosfolipid dan asam lemak.
20
Mukosa usus halus : a. Enteropeptidase untuk tripsin, b. Aminopeptidase untuk
memecah asam amino terminal dari peptida, c. Karboksipeptidase untuk memecah
terminal karboksil asam amino dari peptida, d. Endopeptidase untuk memecah antara
gugus residudi bagian tengah peptida, e. Dipeptidase untuk hidrolisa dua asam amino,
f. Maltase untuk memecah glukosa, g. Laktase --galaktosa dan glukosa, h. Sukrase –
fruktosa dan glukosa, i. α- dekstrinase –glukosa, j. Trehalase—glukosa5,6.
Kesimpulan
Sistem gastrointestinal merupakan pintu gerbang masuknya bahan makanan, vitamin, mineral
dan cairan ke dalam tubuh. Protein, lemak dan karbohidrat kompleks diuraikan menjadi unit-unit
yang dapat diserap / dicernakan , terutama di dalam usus halus. Pencernaan bahan makanan utama
merupakan proses yang teratur yang melibatkan sejumlah besar enzim pencernaan dan hormon
pencernaan.
Peregangan rektum oleh feses akan mencetuskan kontraksi refleks otot-otot rektum dan
keinginan buang air besar. Beberapa faktor yang mempengaruhi defekasi, terutama serat makanan.
Selulosa, hemiselulosa, dan lignin dalam makanan merupakan komponen penting dalam serat
makanan, yang berdasarkan definisi adalah semua makanan yang mencapai usus besar dalam
keadaan tidak mengalami perubahan mendasar. Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting
untuk memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa
dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari
pengairan feses.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Winami W, Kindangen K, Listiawati E : Tractus digestivus.edisi 2. Jakarta :Fakultas
kedokteran Universitas Kristen Krida wacana, 2010.
2. Junqueria LC, Carneiro J : Histologi dasar:teks & atlas, 10 ed. Jakarta :EGC, 2007.
3. Gunawijaya F, Kartawiguna E : Penuntun pratikum, kumpulan foto mikroskopik
histologi. Jakarta : universitas Trisakti, 2007.
4. Sherwood L : Fisiologi manusia:dari sel ke system, ed 2. Jakarta:EGC,2001.
5. Ganong WF: Fisiologi kedokteran, ed 20. Jakarta:EGC,2002: 450-89.
6. Guyton, arthur C : Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, ed 8.alih bahasa,
Petrus Adrianto. Jakarta:EGC, 2006.
22