Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

4
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Gangguan keseimbangan cairan Dalam keadaan normal, cairan tubuh berada dalam keseimbangan. Oleh karena suatu sebab, keseimbangan cairan tubuh dapat mengalami gangguan. Secara garis besar, gangguan keseimbangan cairan tubuh terbagi dua yakni edema (hipervolemik) dan dehidrasi (hipovolemik). a. Edema (hipervolemik) Edema adalah penimbunan cairan berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di dalam berbagai rongga tubuh (Robbins dan Kumar 1995). Edema disebut juga dengan efusi, asites. Penamaan penimbunan cairan ini bergantung pada lokasi di mana edema itu terjadi. Edema dapat terjadi secara lokal maupun umum. Edema lokal disebut juga edema pitting, sedangkan edema umum disebut edema anasarka. Edema diakibatkan oleh peningkatan tenaga yang memindahkan cairan dari intravaskuler ke interstitial. Perpindahan cairan secara normal, menurut hukum Starling, diatur oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik didalam dan diluar vaskuler. Bersarnya tekanan hidrostatik pada ujung arteriola sekitar 35 mmHg, sedangkan pada ujung venula sekitar 12-15 mmHg. Tekanan osmotik koloid plasma sebesar 20-25 mmHg. Tekanan hidrostatik kapiler dipengaruhi antara lain oleh besarnya tekanan dari jantung dan jumlah cairan di intravaskuler. Sedangkan tekanan osmotik koloid ditentukan oleh albumin. Tekanan hidrostatik bersifat mendorong cairan keluar melintasi membran kapiler. Sifat tekanan osmotik koloid adalah menarik air dari luar. Tekanan hidrostatik intravaskuler dan tekanan osmotik koloid interstitial cenderung menggerakan cairan keluar melalui dinding kapiler, sedangkan tekanan hidrostatik interstitial dan tekanan osmotik koloid intravaskuler cenderung menggerakan cairan masuk kedalam. Pada kondisi normal, Tekanan hidrostatik dikapiler terus-menerus cenderung memaksa cairan dan zat terlarut didalamnya keluar melalui pori-pori kapiler masuk ke dalam ruang interstitial. Tetapi sebaliknya, tekanan osmotik koloid cenderung menyebabkan gerakan cairan dengan osmosis dari ruang interstitial kedalam darah. Tekanan osmotik koloid inilah yang mencegah keluarnya volume cairan secara terus menerus dari darah kedalam ruang interstitial.

description

cairan elektrolit

Transcript of Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

Page 1: Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Gangguan keseimbangan cairan

Dalam keadaan normal, cairan tubuh berada dalam keseimbangan. Oleh karena suatu sebab, keseimbangan cairan tubuh dapat mengalami gangguan. Secara garis besar, gangguan keseimbangan cairan tubuh terbagi dua yakni edema (hipervolemik) dan dehidrasi (hipovolemik).

a. Edema (hipervolemik)Edema adalah penimbunan cairan berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di dalam berbagai rongga tubuh (Robbins dan Kumar 1995). Edema disebut juga dengan efusi, asites. Penamaan penimbunan cairan ini bergantung pada lokasi di mana edema itu terjadi. Edema dapat terjadi secara lokal maupun umum. Edema lokal disebut juga edema pitting, sedangkan edema umum disebut edema anasarka.

Edema diakibatkan oleh peningkatan tenaga yang memindahkan cairan dari intravaskuler ke interstitial. Perpindahan cairan secara normal, menurut hukum Starling, diatur oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik didalam dan diluar vaskuler. Bersarnya tekanan hidrostatik pada ujung arteriola sekitar 35 mmHg, sedangkan pada ujung venula sekitar 12-15 mmHg. Tekanan osmotik koloid plasma sebesar 20-25 mmHg.

Tekanan hidrostatik kapiler dipengaruhi antara lain oleh besarnya tekanan dari jantung dan jumlah cairan di intravaskuler. Sedangkan tekanan osmotik koloid ditentukan oleh albumin. Tekanan hidrostatik bersifat mendorong cairan keluar melintasi membran kapiler. Sifat tekanan osmotik koloid adalah menarik air dari luar. Tekanan hidrostatik intravaskuler dan tekanan osmotik koloid interstitial cenderung menggerakan cairan keluar melalui dinding kapiler, sedangkan tekanan hidrostatik interstitial dan tekanan osmotik koloid intravaskuler cenderung menggerakan cairan masuk kedalam. Pada kondisi normal, Tekanan hidrostatik dikapiler terus-menerus cenderung memaksa cairan dan zat terlarut didalamnya keluar melalui pori-pori kapiler masuk ke dalam ruang interstitial. Tetapi sebaliknya, tekanan osmotik koloid cenderung menyebabkan gerakan cairan dengan osmosis dari ruang interstitial kedalam darah. Tekanan osmotik koloid inilah yang mencegah keluarnya volume cairan secara terus menerus dari darah kedalam ruang interstitial.

Edema akan terjadi apabila tekanan hidrostatik intravaskuler meningkat, tekanan osmotik koloid plasma menurun, dan gangguan aliran limfe. Ketiga keadaan tersebut merupakan penyebabprimer edema yang bukan disebabkan oleh reaksi radang.

54

Page 2: Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

Bikarbonat (HCO3-), dan sebagainya. Elektrolit dikelompokkan menjadi dua yaitu kation dan

anion. Kation adalah ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan (Horne dan Swearingen 2001). Elektrolit kation diantaranya adalah natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca2+), dan magnesium (Mg2+). Kerja ion-ion kation ini mempengaruhi transmisi neurokimia dan transmisi neuromuskular, yang mempengaruhi fungsi otot, irama dan kontraktilitas jantung, perasaan (mood) dan perilaku, serta fungsi saluran pencernaan (Potter dan Perry 2006). Sedangkan anion adalah ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan (Horne dan Swearingen 2001). Anion utama adalah klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3

-), dan fosfat (PO3-). Kerja ion-ion anion memengaruhi keseimbangan dan fungsi cairan, elektrolit, dan asam basa (Potter dan Perry 2006).

Elektrolit dalam tubuh pun tidak selalu dalam keadaan seimbang. Ada kalanya elektrolit mengalami ketidakseimbangan. Ada beberapa contoh ketidakseimbangan elektrolit yang sering ditemukan antara lain :

a. Natrium/SodiumNatrium merupakan kation penting dalam ekstraseluler dimana jumlah cairan ekstraseluler dikontrol oleh jumlah natrium yang terdapat di dalamnya. Natrium sebagai besar direabsorbsi dari tubulus renalis, yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Natrium diekskresikan dalam bentuk keringat. Oleh karenanya, natrium banyak yang terbuang bila banyak keringat yang keluar, sehingga kebutuhan natrium menjadi lebih besar.1) Defisit natrium (hiponatremia)

Konsentrasi normal dari natrium dalam tubuh sekitar 138-145 mEq/I. Bila natrium hilang dari cairan tubuh, maka cairan menjadi hipotonis. Kehilangan natrium dari kompartemen intravaskuler dapat menyebabkan cairan dari darah berdifusi keruang interstitial. Akibatnya natrium di interstitial dicairkan. Kehilangan natrium dapat terjadi pada orang berkeringat berlebihan karena suhu lingkungan, demam, olahraga, muntah, diare, pengeluaran cairan melalui saluran gastrointestinal, dan sebagainya. Gejala yang muncul pada klien yang mengalami hiponatremia diantaranya sakit kepala, kelemahan otot, fatigue, apatis, mual, muntah, kejang perut, shock, kekacauan mental, dan koma.

2) Kelebihan natrium (hipernatremia)Natrium dalam serum lebih dari 145 mEq/I dikenal sebagai hipernatremia. Hipernatremia terjadi karena tubuh lebih banyak kehilangan air daripada kehilangan natrium, kebanyakan intake natrium, terlalu banyak makan tablet garam, dan infus NaCl yang terlalu cepat.

57

Page 3: Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

Seseorang yang mengalami hipernatremia akan menunjukan gejala-gejala klinis antara lain : selaput lendir kering lengket, output urine sedikit, turgor kulit keras seperti karet, kegelisahan mental, takikardia, dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Hipernatremia akan menekan fungsi jantung dimana menyebabkan kontraksi jantung meningkat sehingga menyebabkan takikardi.

b. Kalium/PotasiumKalium merupakan kation utama dari sel yang diperlukan untuk mempertahankan volume cairan intraseluler. Kadar normal kalium dalam serum sekitar 3,5-5,0 mEq/I pengaturan konsentrasi kalium dalam tubuh dilakukan oleh ginjal yang dipengaruhi oleh aldesteron, apabila terjadi hiperkalemia, makan konsentrasi aldesteron meningkat yang mempengaruhi ginjal untuk mengekskresi lebih banyak. Sebaliknya apabila hipokalemia maka aldesteron yang diekskresipun sedikit akibatnya ginjal akan meretensi kalium sehingga kalium yang dibuang melalui ginjal berkurang. Natrium diabsorbsi oleh tubulus ginjal sedangkan kalium diekskresi oleh ginjal sementara tubuh masih memerlukannya.1) Defisit kalium (hipokalemia)

Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/I dikenal sebagai hipokalemia. Penyebabnya kekurangan kalium antara lain intake kalium yang kurang peningkatan aktifitas, kehilangan kalium lewat traktusgastrointestinal, kehilangan akibat di euretik dan sebagainya.

2) HiperkalemiaKadar dalam serum lebih daro 5,0 mEq/I disebut hiperkalemia. P;enyebabnya anatara lain intake kalium yang berlebihan, gagal ginjal, kalium masuk kealiran darah dari sel yang cedera dan asidosismetabolik.