Gangguan Haid

19
1. Memahami dan menjelaskan anatomi reproduksi wanita Anatomi makroskopis

Transcript of Gangguan Haid

Page 1: Gangguan Haid

1. Memahami dan menjelaskan anatomi reproduksi wanita

Anatomi makroskopis

Page 2: Gangguan Haid

Anatomi mikroskopis

2. Memahami dan menjelaskan fisiologi siklus haid

Haid (menstruasi) ialah perdarahan yang siklik dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungan menunaikan faalnya. Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid yang baru. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus haid yang normal atau siklus dianggap sebagai siklus yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya selalu tidak sama. Lebih dari 90% wanita mempunyai siklus menstruasi antara 24 sampai 35 hari.

Lama haid biasanya antara 3–6 hari, ada yang 1–2 hari dan diikuti darah sedikit sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7–8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap. Kurang lebih 50% darah menstruasi dikeluarkan dalam 24 jam pertama. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc. Cairan menstruasi terdiri dari autolisis fungsional, exudat inflamasi, sel darah merah, dan enzym proteolitik.

Page 3: Gangguan Haid

Siklus menstruasi normal pada manusia dapat dibagi menjadi dua segmen : siklus ovarium dan siklus uterus. Siklus ovarium lebih lanjut dibagi menjadi fase folikel dan fase luteal, mengingat siklus uterus juga dibagi sesuai phase proliferasi dan sekresi.

Siklus ovarium Siklus ovarium dibagi menjadi dua fase

A. Fase folikel, umpan balik hormonal menyebabkan matang folikel pada tengah siklus dan mempersiapkan untuk ovulasi. Kurang lebih panjang fase folikel antara 10-14 hari.

B. Fase luteal, waktu dari ovulasi sampai awal menstruasi. Kurang lebih 14 hari.

Pada setiap saat sepanjang siklus, sebagian dari folikel primer mulai tumbuh. Namun, folikel-folikel tersebut hanya tumbuh selama fase folikel, pada saat lingkungan hormonal tepat untuk mendorong pematangan mereka. Selama perkembangan folikel, sewaktu oosit primer sedang melaksanakan sintesis dan menyimpan berbagai bahan untuk digunakan kemudian jika dibuahi, terjadi perubahan-perubahan penting di sel-sel yang mengelilingi oosit reaktif sebagai persiapan untuk pelepasan telur dari ovarium.

Pertama, selapis sel-sel granulosa di folikel primer berploriferasi untuk membentuk beberapa lapisan membentuk beberapa lapisan mengelilingi oosit. Sel-sel granulosa ini mengeluarkan bahan kental mirip gel yang membungkus oosit dan memisahkannya dari sel-sel granulosa di sekitarnya. Membran penghalang ini dikenal sebagai zona pelusida. Pada saat yang sama, sel-sel jaringan ikat khusus di ovarium di tepi folikel yang sedang tumbuh berproliferasi dan berdiferensiasi untuk membentuk suatu lapisan luar, yaitu sel-sel teka. Sel teka dan sel granulosa secara kolektif disebut sel folikel, berfungsi sebagai satu kesatuan untuk mensekresi estrogen. Dari 3 estrogen yang penting secara fisiologis (estradiol, estron dan estriol) estradiol adalah estrogen utama dari ovarium.

Lingkungan hormonal yang terdapat selama fase folikel mendorong pembesaran dan perkembangan sekretorik sel-sel folikel, mengubah folikel primer menjadi folikel sekunder atau antrum yang mampu menghasilkan estrogen. Stadium perkembangan folikel ini ditandai oleh pembentukan antrum yang berisi cairan di bagian tengah sel-sel granulosa. Sewaktu sel-sel folikel mulai menghasilkan estrogen, sebagian dari hormon ini disekresikan ke dalam darah untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Akan tetapi, sebagian estrogen berkumpul di cairan antrum yang kaya akan hormon.

Oosit telah mencapai ukuran maksimum pada saaat antrum mulai terbentuk. Pergeseran menjadi folikel antrum memicu periode pertumbuhan folikel meningkat dari garis tengah < 1mm menjadi 12-16 mm sesaat sebelum ovulasi. Sebagian pertumbuhan folikel ini disebabkan oleh proliferasi terus menerus sel-sel granulosa dan teka, tetapi sebagian besar

Page 4: Gangguan Haid

disebabkan oleh ekspansi antrum yang drastis. Sewaktu folikel tumbuh, jumlah estrogen yang diproduksi juga meningkat. Salah satu folikel biasanya tumbuh kebih cepat daripada folikel-folikel lain, berkembang menjadi folikel matang (praovulasi, tersier atau de graaf) dalam waktu sekitar 14 hari setelah permulaan perkembangan folikel. Antrum menempati sebagian besar ruang di folikel matang. Oosit yang dikelilingi oleh zona pelusida dan selapis sel granulosa, tergeser secara asimetris ke salah satu sisi folikel yang sedang tumbuh dalam suatu gundukan kecil yang menonjol ke dalam antrum.

Folikel matang yang sangat berkembang tersebut menonjol dari permukaan ovarium, membentuk suatu daerah tipis yang pecah untuk menegluarkan oosit pada saat ovulasi. Ruptur folikel dipermudah oleh pengeluaran enzim-enzim dari sel-sel folikel yang mencerna jaringan ikat di dinding folikel. Dengan demikian, dinding yang menonjol diperlemah sehingga semakin menonjol sampai suatu saat ketika dinding tidak lagi dapat menahan isinya yang tumbuh pesat.

Sesaat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan pembelahan meiosis pertamanya. Ovum (oosit sekunder), yang masih dikelilingi oleh zona pelusida dan sel-sel granulosa (sekarang disebut korona radiata), disapu keluar folikel yang pecah ke dalam rongga abdomen oleh cairan antrum yang bocor. Ovum yang dikeluarkan dengan cepat disedot ke dalam oviduktus, tempat pembuahan mungkin akan terjadi.

Ruptur folikel pada saat ovulasi merupakan tanda berakhirnya fase folikel dan mulainya fase luteal. Folikel yang ruptur dan tertinggal di ovarium setelah ovum keluar mengalami perubahan cepat. Sel-sel granulosa dan teka yang terdapat di folikel tersebut mula-mula kolaps ke dalam ruang antrum yang sebagian terisi oleh bekuan darah. Sel-sel folikel tua ini kemudian mengalami transformasi struktual drastis untuk membentuk korpus luteum. Sel-sel folikel yang berubah menjadi sel luteal mengalami hipertrofi dan diubah menjadi jaringan steroidogenik (penghasil hormon steroid) yang sangat aktif.

Perubahan-perubahan ini sesuai dengan fungsi korpus luteum, yaitu mengeluarkan progesteron dalam jumlah besar dan estrogen dalam jumlah sedikit ke dalam darah. Korpus luteum mulai berfungsi penuh dalam empat hari setelah ovulasi, tetapi terus membesar selama empat atau lima hari berikutnya.

Jika ovum yang dilepaskan tidak dibuahi dan tidak tertanam, korpus luteum berdegenerasi dalam empat belas hari setelah pembentukannya. Sel-sel luteal berdegenerasi dan difagositosis, pembuluh darah berkurang dan jaringan ikat dengan cepat terisi oleh massa jaringan fibrosa yang dikenal sebagai korpus albikans. Fase luteal sudah berakhir dan satu siklus ovarium selesai.

Apabila terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum terus tumbuh serta menghasilkan progesteron dan estrogen dalam jumlah yang semakin meningkat. Struktur ovarium yang sekarang disebut korpus luteum kehamilan, yang menetap sampai akhir kehamilan dan dipelihara oleh hormon Chorion Gonadotropin (HcG) yang dihasilkan oleh sinsiotrofoblas dari korion.

Siklus endometrium

1. Fase menstruasi atau deskuamasi Pada masa ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai dengan

perdarahan. Hanya lapisan tipis (stratum basale) yang tinggal, stadium ini berlangsung 4 hari. Dengan haid itu keluar darah, potongan potongan endometrium dan lendir dari cervik. Darah tidak membeku karena adanya fermen yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan potongan mukosa. Hanya kalau banyak darah keluar maka fermen tersebut tidak mencukupi hingga timbul bekuan bekuan darah dalam darah haid.

2. Fase post menstruasi atau stadium regenerasi

Page 5: Gangguan Haid

Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan endometrium secara berangsur angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel sel epitel kelenjar endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium ± 0,5 mm, stadium sudah mulai waktu stadium menstruasi dan berlangsung ± 4 hari.

3. Fase intermenstruum atau stadium proliferasi Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm. Fase ini berlangsung

dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari siklus haid. Fase proliferasi dapat dibagi dalam 3 subfase yaitu:

4. Fase pramenstruasi atau stadium sekresi Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke 14 sampai ke 28. Pada

fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk keluk dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. Memang tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium menerima telur yang dibuahi.

Pengaruh HormonalKelenjar hipofisis tidak dapat membentuk dan mengeluarkan hormon gonadotropin

sendiri, tetapi harus dipengaruhi oleh hipotalamus. Hipotalamus sendiri juga dipengaruhi oleh korteks serebri dan faktor faktor ekstern. Suatu konsep mengatakan bahwa dengan jalan transducer pengaruh ekstren disalurkan melalui serabut serabut saraf tertentu dari berbagai sentrum dalam otak yang lebih tinggi ke hipotalamus dan kemudian ke hipofisis.

Hipotalamus mempengaruhi adenohipofisis dengan mengeluarkan zat yang disebut dengan releasing factor (RF) atau releasing hormon (RH). Disamping itu hipotalamus juga mengeluarkan zat yang menghambat adenohipofisis yang disebut dengan inhibiting factor (IF) atau inhibing hormon (IH). Sampai saat ini telah ditemukan sebanyak 6 hormon yang dihasilkan hipotalamus yakni :

1. Thyrotropin-releasing hormon (TRH) yang menyebabkan pengeluaran Thyroid stimulating hormon (TSH)

2. Luteinzing hormon-releasing hormon (LH-RH) yang mengeluarkan follicle stimulating hormone (FSH) maupun luteinzing hormone (LH).

3. Corticotropin-releasing factor (CRF) yang menyebabkan pengeluaran adrenocorticotropic hormone (ACTH).

4. Growth hormone-releasing faktor (SRF) yang mengeluerkan growth hormone (GH).5. Prolactin – inhibiting factor (PIF) yang menghmabat sekresi prolaktin. 6. Melanophore inhibitng factor yang menghambat pengeluaran Melanophore

stimulating hormone.

Fungsi hipofisis Dibawah pengaruh releasing hormone, adenohipofisis mengeluarkan hormone tropik.

Hormon ini terdiri dari : o Thyroid stimulating hormone (TSH) o Adrenocorticotrophin hormone (ACTH) o Growth hormone (GH) o Melanocyt stimulating hormone (MSH) o Follicle stimulating hormone (FSH) o Luteinzing hormone (LH) o Prolaktin

Page 6: Gangguan Haid

Hormon ovarium : Ovarium membentuk tiga macam hormon steroid (estrogen, progesteron, androgen).Estrogen

Estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan ciri ciri kelamin sekunder dan mempunyai pengaruh terhadap psikologi perkembangan kewanitaan. Efek utama estrogen adalah pertumbuhan alat genital wanita dan kelenjar mamma. Vulva dan vagina berkembang di bawah pengaruh estrogen, hormone ini mempengaruhi jaringan epitel, otot polos, dan merangsang pembuluh darah alat alat tersebut. Estrogen juga menyebabkan proliferasi epitel vagina, penimbunan glikogen dalam sel epitel yang oleh basil doderlein diubah menjadi asam laktat sehingga menyebabkan pH vagina menjadi rendah. Disamping itu estrogen mempunyai fungsi :

1. mempengaruhi hormone lain. a. menekan produksi hormone FSH dan menyebabkan sekresi LH b. merangsang pertumbuhan follikel didalam ovarium, sekalipun tidak ada FSH.

2. menimbulkan proliferasi dari endometrium baik kelenjarnya maupun stromanya. 3. mengubah uterus yang yang infantile menjadi matur. 4. merangsang pertumbuhan dan menambah aktifitas otot otot tuba fallopi. 5. servik uteri menjadi lembek, ostium uteri terbuka disertai lendir yang bertambah

banyak, encer, alkalis dan aselluler dengan pH yang bertambah sehingga mudah dilalui spermatozoa.

6. menyebabkan pertumbuhan sebagian lobuli alveoli dan saluran glandula mamma.

Fungsi Progesteron 1. Menyiapkan endometrium untuk implantasi blastokist.

Endometrium yang sudah dipengaruhi estrogen karena pengaruh progesterone berubah menjadi desidua dengan timbunan glikogen yang makin bertambah yang sangat penting sebagai bahan makanan dan menunjang ovum.

2. Mencegah kontraksi otot otot polos terutama uterus dan mencegah kontraktilitas uterus secara spontan karena pengaruh oksitosin.

3. Servik uteri menjadi kenyal, ostium uteri tertutup disertai dengan lendir yang kental, sedikit, lekat, seluler dan banyak mengandung lekosit sehingga sukar dilalui spermatozoa.

4. Mempengaruhi tuba fallopi. a. Glikogen dan vitamin C tertimbun banyak didalam mukosa tuba b. Peristaltik menjadi lemah

5. Bersifat termogen, yaitu menaikkan suhu basal. 6. Merangsang pertumbuhan asini dan lobuli glandula mamma pada fase luteal, sedang

estrogen mempengaruhi epitel saluran. 7. Merangsang natriuresis dan sebaliknya menambah produksi aldosteron. 8. Merangsang pusat pernafasan sehingga respirasi bertambah. 9. Mungkin menambah sekresi LH. 10. Tidak menekan produksi FSH dan tidak berkhasiat dalam menghilangkan gejala

gejala vasomotor pada masa menopause.

Dalam proses terjadinya ovulasi harus ada kerjasama antara korteks serebri, hipotalamus, hipofisis, ovarium, glandula tiroidea, glandula supra renalis dan kelenjar kelenjar endokrin lainnya. Yang memegang peranan penting dalam proses tersebut adalah hubungan antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium (hyopothalamic-pituitary-ovarian axis).

Page 7: Gangguan Haid

Tidak lama sesudah haid mulai, pada fase folikuler dini, beberapa folikel berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya folikel, produksi estrogen meningkat dan ini menekan produksi FSH. Pada saat ini LH juga meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan estrogen dalam folikel. Perkembangan folikel berahir setelah kadar estrogen dalam plasma meninggi.

Pada awalnya estrogen meninggi secara berangsur angsur, kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Ini memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik dan dengan mendadak terjadi puncak pelepasan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus yang mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira kira 24 jam dan menurun pada fase luteal. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan LH menurun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan perubahan morfologik pada follikel atau mungkin juga akibat umpan balik negatif yang pendek dari LH terhadap hipotalamus. LH-surge yang cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi; follikel hendaknya pada tingkat yang matang agar dapat dirangsang untuk brovulasi. Pecahnya folikel terjadi antara 16 – 24 jam setelah LH-surge.

Pada fase luteal, setelah ovulasi sel sel granulosa membesar membentuk vakuola dan bertumpuk pigmen kuning (lutein), follikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam lapisan granulose juga bertambah dan mencapi puncaknya pada hari 8–9 setelah ovulasi . Luteinized granulose cells dalam korpus luteum membuat progesterone banyak, dan luteinized theca cells membuat pula estrogen yang banyak sehingga kedua hormon itu meningkat pada fase luteal. Mulai 10–12 hari setelah ovulasi korpus luteum mengalami regresi berangsur angsur disertai dengan berkurangnya kapiler kapiler dan diikuti oleh menurunnya sekresi progesterone dan estrogen.

Masa hidup korpus luteum pada manusia tidak bergantung pada hormon gonadotropin. Pada kehamilan hidupnya korpus luteum diperpanjang oleh adanya rangsangan dari Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yang dibuat oleh sinsiotrofoblast. Rangsangan ini dimulai pada puncak perkembangan korpus luteum (8 hari pasca ovulasi), waktu yang tepat untuk mencegah terjadinya regresi luteal. HCG memelihara steroidogenesis pada korpus luteum hingga 9 – 10 minggu kehamilan. Kemudian fungsi ini diambil alih oleh plasenta.

Page 8: Gangguan Haid

Hubungan antara kadar hormon dan perubahan siklus ovarium dan uterus.

Selama fase folikel (paruh pertama siklus ovarium), folikel ovarium mengeluarkan estrogen di bawah pengaruh FSH, LH, dan estrogen itu sendiri. Kadar estrogen yang rendah tetapi harus meningkat tersebut menghambat sekresi FSH, yang menurun selama bagian terakhir fase folikel, dan secara inkomplit menekan sekresi LH yang terus meningkat selama fase folikel. Pada saat pengeluaran estrogen mencapai puncaknya, kadar estrogen yang tinggi memicu lonjakan sekresi LH pada pertengahan siklus. Lonjakan LH, menyebabakan ovulasi yang matang. Sekresi estrogen merosost sewaktu folikel mati pada ovulasi.

Sel-sel folikel lama diubah menjadi korpus luteum, yang mengeluarkan progesteron serta estrogen selama fase luteal (paruh terakhir siklus ovarium). Progesteron sangat menghambat FSH dan LH yang terus menerus selama fase luteal. Korpus luteum berdegenerasi dalam waktu sekitar 2 minggu apabila ovum yang dikeluarkan tidak dibuahi dan tidak tertanam di uterus. Kadar progesteron dan estrogen menurun secara tajam pada saaat korpus luteum berdegenerasi, sehingga pengaruh inhibitorik pada saat sekresi FSH dan LH lenyap. Kadar kedua hormon hipofisis anterior kembali meningkat dan merangsang berkembangnya baru seiring dengan dimulainya fase folikel.

Fase-fase diuterus terjadi pada saat yang bersamaan mencerminkan pengaruh hormon-hormon ovarium pada uterus. Pada awal fase folikel, lapisan endometrium yang kaya dengan akan nutrien dan pembuluh darah terlepas (fase haid uterus). Pelepasan ini terjadi akibat merosotnya estrogen dan progesteron ketika korpus luteum tua berdegenerasi pada akhir fase luteal. Pada akhir fase folikel kadar estrogen yang meningkat menyebabkan endometrium menebal (fase proliferasi uterus). Setelah ovulasi, progesteron dari korpus luteum menimbulkan perubahan vaskuler dan sekretorik di endometrium yang telah dirangsang oleh estrogen untuk menghasilkan lingkungan yang ideal untuk implantasi (fase sekretorik, atau progestasional, uterus) sewaktu korpus luteum berdegenerasi, dimulailah fase folikel dan fase haid uterus yang baru

Page 9: Gangguan Haid

3. Memahami dan menjelaskan gangguan haidKlasifikasi Kelainan haid

Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam :1. Kelainan dalam banyaknya darah (Normalnya darah haid = ±80ml):

Hipermenorea Hipomenorea

2. Kelainan lama haid (Normalnya lama haid  3–7 hari): Menoragi (memanjang) jika lama haid lebih 7 hari Brakimenore (memendek) jika lama haid kurang dari 3 hari

3. Kelainan panjang siklus (N=21-35hr)o Polimenorea o Oligomenorea o Amenorea

4. Perdarahan di luar haid Metroragia

5. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid Pre menstrual tension (ketegangan pra haid) Mastodinia atau Mastalgia Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi) Dismenorea

Hipermenorea atau menoragiaMenorrhagia adalah pengeluaran darah haid yang terlalu banyak atau lebih lama dari

normal (lebih dari 8 hari) dan biasanya disertai dengan pada siklus yang teratur. Menorrhagia biasanya berhubungan dengan nocturrhagia yaitu suatu keadaan dimana menstruasi mempengaruhi pola tidur wanita dimana waita harus mengganti pembalut pada tengah malam. Menorrhagia juga berhubungan dengan kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan. Penderita juga sering merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang selama haid.Etiologi menorrhagia dikelompokan dalam 4 kategori yaitu :

1. Gangguan Pembekuan Walaupun keadaan perdarahan tertentu seperti ITP dan penyakit von willebrands

berhubungan dengan peningkatan menorrhagia, namun efek kelainan pembekuan terhadap individu bervariasi. Pada wanita dengan tromboitopenia kehilangan darah berhubungan dengan jumlah trombosit selama haid.

2. Disfunctional Uterine Bleeding (DUB)Pada dasarnya peluruhan saat haid bersifat self limited karena haid berlangsung secara

simultan di seluruh endometrium serta jaringan endometrium yang terbentuk oleh estrogen dan progesterone normal bersifat stabil. Pada DUB, keadaan ini sering terganggu.

DUB dapat terjadi disertai ovulasi maupun anovulasi. Pada keadaan terjadinya ovulasi, perdarahan bersifat lebih banyak dan siklik hampir sesuai dengan siklus haid. Pada keadaan anovulasi, perdarahan bersifat namun dengan siklus yang tidak teratur sehingga sering disebut menometrorrhagia.

3. Gangguan pada organ dalam pelvisMenorrrhagia biasanya berhubungan dengan fibroid pada uterus, adenommiosis,

infeksi pelvis, polips endometrial, dan adanya benda asing seperti IUD. Wanita dengan perdarahan haid melebihi 200 cc 50% mengalami fibroid. 40% pasien dengan adenomiosis mengalami perdarahan haid melebihi 800cc. Menorrhagia pada retrofleksi disebabkan karena bendungan pada vena uterus sedangkan pada mioma uteri,

Page 10: Gangguan Haid

menorrhagia disebabkan oleh kontraksi otot yang kurang kuat, permukaan endometrium yang luas dan bendungan vena uterus.

4. Gangguan medis lainnyaGangguan medis lainnya yang dapat menyebabkan menorrhea diantaranya hipotiroid

dan sindrom cushing, dapat juga terjadi pada hipertensi, dekompsatio cordis dan infeksi dimana dapat menurunkan kualitas pembuluh darah. Menorrhagia dapat terjadi pada orang asthenia dan yang baru sembuh dari penyakit berat karena menyebabkan kualitas miometrium yang jelek.

TerapiTerapi menorrhagia sangat tergantung usia pasien, keinginan untuk memiliki anak,

ukuran uterus keseluruhan, dan ada tidaknya fibroid atau polip. Spektrum pengobatannya sangat luas mulai dari pengawasan sederhana, terapi hormon, operasi invasif minimal seperti pengangkatan dinding endometrium (endomiometrial resection atau EMR), polip (polipektomi), atau fibroid (miomektomi) dan histerektomi (pada kasus yang refrakter).

Dianjurkan juga pemberian suplemen besi untuk mengganti besi yang hilang melalui perdarahan. Vitamin yang diberikan adalah vitamin A karena wanita dengan kehilangan darah hebat biasanya mengalami penurunan kadar vitamin A dan K yang dibutuhkan untuk pembekuan darah. Vitamin C, zinc dan bioflavinoids dibutuhkan untuk memperkuat vena dan kapiler.Prognosis

Prognosis pada semua ketidakteraturan adalah baik bila diterapi dari awal.

HipomenoreaHipomenorrhea adalah suatu keadan dimana jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc)

atau haid yang lebih pendek. Dapat disebabkan oleh stenosis pada himen, servik atau uterus. Sebab-sebabnya dapat terletak pada konstitusi penderita, pada uterus (misalnya sesudah miomektomi), pada gangguan endokrin. Pasien dengan obat kontrasepsi kadang memberikan keluhan ini. Hal ini juga dapat terjadi pada hipoplasia uteri dimana jaringan endometrium sedikit. Adanya hipomenorea tidak mengganggu fertilitas.

Polimenorea Kelainan haid dimana siklus haid lebih pendek (kurang dari 21 hari). Perdarahan

kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa.Etiologi

Bila siklus pendek namun teratur ada kemungkinan stadium proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau kedua stadium memendek. Yang paling sering dijumpai adalah pemendekan stadium proliferasi. Bila siklus lebih pendek dari 21 hari kemungkinan melibatkan stadium sekresi juga dan hal ini menyebabkan infertilitas. Siklus yang tadinya normal menjadi pendek biasanya disebabkan pemendekan stadium sekresi karena korpus luteum lekas mati. Hal ini sering terjadi pada disfungsi ovarium saat klimakterium, pubertas atau penyakit kronik seperti TBC.Terapi

Keadaan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan terapi hormonal. Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan estrogen dan stadium sekresi dapat diperpanjang dengan kombinasi estrogen-progesteron.

Oligomenorea Oligomenorrhea disebut juga sebagai haid jarang atau siklus panjang, lebih dari 35

hari. Darah haid biasanya berkurang.

Page 11: Gangguan Haid

EtiologiOligomenorrhea biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga disebabkan

kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofise-hipotalamus, dan menopouse atau sebab sistemik seperti kehilangan berat badan berlebih.

Oligomenorrhea sering terdapat pada wanita astenis. Dapat juga terjadi pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada keadaan ini dihasilkan androgen yang lebih tinggi dari kadara pada wanita normal. Oligomenorrhea dapat juga terjadi pada stress fisik dan emosional, penyakit kronis, tumor yang mensekresikan estrogen dan nutrisi buruk. Oligomenorrhe dapat juga disebabkan ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal pubertas. Oligomenorrhea yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium folikular, perpanjangan stadium luteal, ataupun perpanjang kedua stadium tersebut. Bila siklus tiba-tiba memanjang maka dapat disebabkan oleh pengaruh psikis atau pengaruh penyakit.Gejala

Beberapa wanita dengan oligomenorrhea mungkin sulit hamil. Bila kadar estrogen yang menjadi penyebab, wanita tersebut mungkin mengalami osteoporosis dan penyakit kardiovaskular. Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk mengalami kanker uterus.Pengobatan

Pengobatan oligomenorrhea tergantung dengan penyebab. Pada oligomenorrhea dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati menopouse tidak memerlukan terapi. Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki keadaan oligomenorrhea. Oligomenorrhea sering diobati dengan pil KB untuk memperbaiki ketidakseimbangan hormonal. Pasien dengan sindrom ovarium polikistik juga sering diterapi dengan hormonal. Bila gejala terjadi akibat adanya tumor, operasi mungkin diperlukan. Pengobatan alternatif lainnya dapat menggunakan akupuntur atau ramuan herbal. Komplikasi

Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan stress emosional pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya kelainan haid lebih lanjut. Prognosis

Prognosa akan buruk bila oligomenorrhea mengarah pada infertilitas atau tanda dari keganasan.

AmenoreaKeadaan dimana tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Dibagi

atas amenorea primer (usia 18 tahun ke atas tidak dapat haid) dan sekunder penderita pernah mendapat haid dan kemudian tidak haid lagi). Istilah kriptomenorea merupakan keadaan dimana tidak tampak adanya haid karena darah tidak keluar berhubung ada yang menghalangi, seperti pada himen yang nggak berlubang, penutupan saluran servikis, dan lain-lain. Selanjutnya ada juga amenorea fisiologik, yang terdapat dalam masa sebelum pubertas, masa kehamilan, masa laktasi dan sesudah menopause.Klasifikasi

1. Amenorea Primer : jika seorang perempuan belum mengalami haid setelah usia 16 tahun tetapi telah terdapat tanda-tanda seks sekunder atau tidak terjadi haid sampai 14 tahun tanpa adanya tanda-tanda seks sekunder. Amenorrhea biasanya terjadi pada wanita muda dengan underweight atau pada aktivitas berat dimana cadangan lemak mempengaruhi untuk memacu pelepasan hormon.

2. Amenorea Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche (pertama kali haid) atau pernah mengalami haid tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan. Amenorrhea sekunder berarti telah terjadi haid, tetapi haid terhenti untuk masa tiga siklus atau lebih dari enam bulan.

Page 12: Gangguan Haid

EtiologiAmenorrhea dapat terjadi akibat gangguan pada komponen yang berperan pada proses

haid. Komponen tersebut antara lain : Lingkungan Kompartemen IV : SSP, Hipotalamus Kompartemen III GnRH : Hipofise anterior Kompartemen II FSH LH : Ovarium Kompartemen I progesteron estrogen : Uterus

Sebab-sebab pada amenorea primer dan sekunder : Gangguan organik pusat Gangguan kejiwaan : syok emosional, psikosis, pseudosiesis (hamil palsu) Gangguan poros hipotalamus – hipofisis : sindrom amenorea - galaktorea, sindrom

Stein - Leventhal, amenorea hipotalamik Gangguan hipofisis: sindrom Sheehan, penyakit Simmonds, tumor Gangguan gonad : Kelainan kongenital, Menopause prematur, penghentian fungsi

ovarium karena operasi, radiasi, radang dan sebagainya. Gangguan glandula suprarenalis : Sindrom adrenogenital, Sindrom crushing, penyakit

Addison Gangguan glandula tiroidea : Hipotiroidea, hipertiroidea, kretinisme Gangguan pankreas Gangguan uterus dan vagina Penyakit-penyakit umum

Diagnosis Anamnesis

Untuk mengetahui apakah amenorea itu primer atau sekunder Apakah ada hubungan antara amenorea dan faktor-faktor yang menimbulkan

gangguan emosional Apakah ada kemungkinan kehamilan Apakah penderita menderita penyakit akut atau menahun Apakah ada gejala-gejala penyakit metabolik

Pemeriksaan fisiko Apakah berat badan sesuai dengan tingginyao Apakah ciri-ciri kelamin sekunder bertumbuh dengan baik atau tidako Apakah ada tanda hirsutisme (rambut abnormal)

Pemeriksaan ginekologik Dapat diketahui berbagai jenis ginatresi Adanya aplasia vaginae Keadaan klitoris Aplasia uteri Adanya tumor, ovarium, dan sebagainya.

Pemeriksaan penunjango Foto Rontgen dari thorak terhadap tuberkulosis pulmonum dan dari sella tursika

untuk mengetahui apakah ada perubahan pada sella tersebut.o Pemeriksaan sitologi vagina untuk mengetahui adanya estrogen o Tes toleransi glukosa untuk mengetahui adanya diabetes melituso Pemeriksaan mata untuk mengetahui keadaan retina, dan luasnya lapangan visus jika

ada kemungkinan tumor hipofisis

Page 13: Gangguan Haid

o Pemeriksaan metabolisme basal pemeriksaan T3 dan T4 untuk mengetahui fungsi glandula tiroidea

o Laparoskopi : untuk mengetahui adanya hipoplasia uteri yang berat, aplasia uteri, disgenesis ovarium, tumor ovarium, ovarium polikistik (Sindrom Dtein-Leventhal)

o Pemeriksaan kromatin seks o Pembuatan kariogramo Pemeriksaan kadar hormon untuk mengetahui fungsi glandula tiroid.

Ya Tidak

Ya Tidak

Ya Tidak

Ya Tidak

Wiknjosastro, Hanifa. dkk. 2011. Ilmu Kandungan edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Gangguan haid

Anamnesis dan pemeriksaan

Gangguan kehamilan

Tatalaksana gangguan kehamilan Penyebab iatrogenik

Stop penyebab iatrogenik Penyakit sistemik

medikamentosa Patologi pada panggul

Pendarahan uterus disfungsi

Penanganan pendarahan uterus abnormal