Gangguan Afektif Bipolar Dan Skizofrenia

download Gangguan Afektif Bipolar Dan Skizofrenia

of 24

Transcript of Gangguan Afektif Bipolar Dan Skizofrenia

Meet the Expert

Persamaan dan Perbedaan Skizofrenia dan Gangguan Afektif Bipolar

Oleh : Ifani Media Sari Emilia Nissa Khairani Gistin Husnul Khatimah RP 542 RP 607 RP 415

Pembimbing :

Dr. Heryezi Tahir, Sp.KJ

BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 2011

A. SKIZOFRENIA Definisi Adalah penyakit jiwa yang secara klinis adanya suatu syndrome psikotik yang ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran, afek yang tumpul atau afek tidak wajar, persepsi, tingkah laku atau perilaku yang bizarre. Istilah skizofrenia berasal dari bahasa Jerman, yaitu schizo (= perpecahan / split ) dan phrenos (=mind/ jiwa). Jadi skizofrenia diartikan sebagai suatu perpecahan pikiran, perilaku dan perasaan ( Eugen Bleuler ). Beberapa tokoh penting Emil Kraeplin ( 1856-1926), menyebut istilah dengan Dementia prekoks. Eugen Bleuler (1857-1938) memperkenalkan istilah skizofrenia pertama kali, dengan konsep 4 A : 1.Gejala primer : Asosiasi pikiran terganggu, Afek terganggu, Abulia (kemauan) terganggu, dan Autisme. 2. Gejala sekunder : Waham, halusinasi, katatonik. Gabriel Langfeldt membagi gejala psikotik menjadi 2 kelompok yaitu : True schizophrenia ( nuclear schizophrenia/ schizophrenia process) Schizophreniform ( schizophrenic-like psychosis) Kurt Schneider (1887 1967 ), membagi gejala skizofrenia menjadi dua bagian yaitu first symptoms dan second symptoms. First rank symptoms terdiri dari : Audible thought Voices arguing dan atau discussing Voices commenting Somatic passivity experiences Thought withdrawal and experiences of influenced thought

Thought broadcasting Delusional perception Second rank symptoms terdiri dari : Gangguan persepsi lain Ide bersifat waham tiba-tiba Kebingungan Perubahan mood depresi dan euforik Kemiskinan emosi Adolf meyer (1866-1950) seorang tokoh psikobiologi menjelaskan bahwa skizofrenia atau gangguan jiwa lainnya adalah akibat reaksi dari stress kehidupan. Dia mengemukakan istilah reaksi skizofrenia

Pedoman Diagnostik 1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): a. - Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau - Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan - Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umumnya mengetahuinya. b. - Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar atau

- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar atau - Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus). - Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat. c. Halusional Auditorik ; - Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien. - Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara atau - Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh. d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain) Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)

yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus. f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme. g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor. h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika. Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal), harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial. Perjalanan Gangguan Skizofrenik dapat diklasifikasi dengan menggunakan kode lima karakter berikut: F20.X0 Berkelanjutan, F20.X1 Episodik dengan kemunduran progresif, F20 X2 episodik dengan kemunduran stabil, F20.X3 Episode berulang , F20. X4 remisi tak sempurna, F20.X5 remisi sempurna, F20.X8. lainnya, F20.X9. Periode pengamatan kurang dari satu tahun. F.20 Skizofrenia Paranoid Pedoman diagnostik

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia 2. Sebagai tambahan: - Sebagai tambahan : Halusinasi dan/ waham arus menonjol; (a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing). (b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual , atau lainlain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol. (c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas; Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol. Diagnosa Banding : - Epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan - Keadaan paranoid involusional (F22.8) - Paranoid (F22.0) F20.1 Skizofrenia Hebefrenik Pedoman Diagnostik

- Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia - Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun). - Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini - Untuk meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta manerisme, ada kecenderungan untuk menyendiri (solitaris) dan perilaku menunjukan hampa tujuan dan hampa perasaan. Afek pasien yang dangkal (shallow) tidak wajar (inaproriate), sering disertai oleh cekikikan (gigling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum-senyum sendiri (self absorbed smiling) atau sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyerigai, (grimaces), manneriwme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakalI dan ungkapan dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases), dan proses pikir yang mengalamu disorganisasi dan pembicaraan yang tak menentu (rambling) dan inkoherens - Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir biasanya menonjol, halusinasi dan waham biasanya ada tapi tidak menonjol ) fleeting and fragmentaty delusion and hallucinations, dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determnation) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga prilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose) Tujuan aimless tdan tampa maksud (empty of puspose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal, dan bersifat dibuat-buar terhadap agama, filsafat, dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikirannya. F20.2 Skizofrenia Katatonik

Pedoman Diagnostik Memenuhi criteria umum untuk diagnosis skizofrenia Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya : a. Stupor ( amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme ( tidak berbicara) b. Gaduh gelisah ( tampak jelas aktifitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal) c. Menampilkan posisi tubuh tertentu ( secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh ) d. Negativisme ( tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakan kearah yang berlawanan ). e. rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan dirinya); f. fleksibilitas cerea / waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan g. gejala-gejala lain seperti command automatism (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimatkalimat. Pada pasien yang tidak koimunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katonik bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.

F20.3 Skizofrenia Tak terinci (undifferentiated ) Pedoman diagnostik :

(1) Memenuhi kriteria umu untuk diagnosa skizofrenia (2) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik. (3) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skiszofrenia F20 4 Depresi Pasca-skizofrenia Pedoman diagnostik : Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau : a. Pasien telah menderita skizofrenia selama 12 bulan terakhir ini b. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada ( tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya) c. Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memunuhi paling sedikit kriteria untuk episode depresif dan ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu. Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia, diagnosis menjadi episode depresif ( F32). Bila gejala sikzofrenia masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai F20.5 Skizofrenia Residual Pedoman diagnostik: Untuk suatu diagnostik yang menyakinkan , persyaratan berikut harus di penuhi semua: (a) Gejala Negatif dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik, aktifitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketidak adaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk, seperti ekspresi muka, kontak mata,

modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri, dan kinerja sosial yang buruk. (b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosa skizofrenia (c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia (d) Tidak terdapat dementia, atau penyakit/gangguan otak organik lainnya, depresi kronis atau institusionla yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut. F20.6 Skizofrenia Simpleks Pedoman diagnostik Skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan berlahan dan progresif dari: (1) gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik. Dan (2) disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial. Gangguan ini kurang jelas gejala psokotiknya dibanding dengan sub type skisofrenia lainnya. Prognosis Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10 tahun setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skiofrenia,

hanya kira-kira 10-20 % pasien dapat digambarkan memliki hasil yang baik.Lebih dari 50% pasien dapat digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan di rumah sakit yang berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri. Walaupun angka-angka yang kurang bagus tersebut, skizofrenia memang tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang buruk, dan sejumlah faktor telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Rentang angka pemulihan yang dilaporkan didialam literatur adalah dari 1060% dan perkiraan yang beralasan adalah bahwa 20-30% dari semua pasien skizofrenia mampu untuk menjalani kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-30% dari pasien terus mengalami gejala yang sedang,dan 40-60% dari pasien terus terganggu scara bermakna oleh gangguannya selama seluruh hidupnya. Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada: 1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk. 2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik. 3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik. 4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat. 5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik. 6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek. 7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek. 8. Keadaan sosial ekonomi : bila lebih jelek 8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.

Prognosis Baik late onset onset akut mempunyai faktor pencetus yang jelas memiliki riwayat pramorbid yang Baik dalam sosial, seksual, dan

Prognosis Buruk onset usia muda onset perlahan-lahan dan tidak jelas tidak ada faktor pencetus memiliki riwayat pramorbid jelek dijumpai perilaku menarik diri ataur autistik belum menikah/cerai memiliki riwayat keluarga skizofrenia memiliki sistem support buruk gambaran klinis adalam simpton

Pekerjaan dijumpai simptom depresi telah menikah memiliki riwayat keluarga dengan Ganguan mood mempunyai sistem support yang baik

Negatif/simpton neurologi memiliki riwayat trauma masa perinatal tida ada remisi selama 3 tahun pengobatan terjadinya banyak relaps memiliki riwayat skizofrenia sebelumnya

B. GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar karena penyakit kejiwaan ini

didominasi adanya fluktuasi periodik dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah tinggi yang tidak terkendali) dan depresi. GAMBARAN KLINIS Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Perbedaannya adalah pada gangguan bipolar I memiliki episode manik sedangkan pada gangguan bipolar II mempunyai episode hipomanik. Beberapa ahli menambahkan adanya bipolar III dan bipolar IV namun sementara ini yang 2 terakhir belum dijelaskan. Gangguan bipolar I dibagi lagi menjadi beberapa bagian menurut perjalanan longitudinal gangguannya. Namun hal yang pokok adalah paling tidak terdapat 1 episode manik di sana. Walaupun hanya terdapat 1 episode manik tanpa episode depresi lengkap maka tetap dikatakan gangguan bipolar I. Adapun episode-episode yang lain dapat berupa episode depresi lengkap maupun episode campuran, dan episode tersebut bisa mendahului ataupun didahului oleh episode manik. Gangguan bipolar II mempunyai ciri adanya episode hipomanik. Gangguan bipolar II dibagi menjadi 2 yaitu tipe hipomanik, bila sebelumnya didahului oleh episode depresi mayor dan disebut tipe depresi bila sebelum episode depresi tersebut didahului oleh episode hipomanik. Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, gangguan ini bersifat episode berulang yang menunjukkan suasana perasaan pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan serta pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah terdapat penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama. Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari masa kanak-kanak sampai tua. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini

seseorang menderita bipolar maka risiko penyakit akan lebih berat, kronik bahkan refrakter. Episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik. Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang perempuan yang sedang dalam masa ovulasi (estrus) atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta. Perasaan senang, sangat bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan seksual yang meningkat adalah beberapa contoh gejala hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik karena gejala-gejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi sosial. Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung tinggi dan terlalu optimis. Perasaan mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi. Tanda manik lainnya dapat berupa hiperaktifitas motorik berupa kerja yang tak kenal lelah melebihi batas wajar dan cenderung non-produktif, euforia hingga logorrhea (banyak berbicara, dari yang isi bicara wajar hingga menceracau dengan 'word salad'), dan biasanya disertai dengan waham kebesaran, waham kebesaran ini bisa sistematik dalam artian berperilaku sesuai wahamnya, atau tidak sistematik, berperilaku tidak sesuai dengan wahamnya. Bila gejala tersebut sudah berkembang menjadi waham maka diagnosis mania dengan gejala psikotik perlu ditegakkan.

DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe klasik ditandai dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar II ditandai dengan hipomanik dan depresi. PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami penderita.

Tabel 2. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III (F31)

F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan

F31 Gangguan Afektif Bipolar Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (yaitu sekurang-kurangnya dua) yang menunjukkan suasana perasaan (mood) pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan (mood) serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan (mood) serta pengurangan energi dan aktivitas depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode, dan insidensi pada kedua jenis kelamin kurang lebih sama dibanding dengan gangguan suasana perasaan (mood) lainnya. Dalam perbandingan, jarang ditemukan pasien yang menderita hanya episode mania yang berulang-ulang, dan karena pasien-pasien tersebut menyerupai (dalam riwayat keluarga, kepribadian pramorbid, usia onset, dan prognosis jangka panjang) pasien yang mempunyai juga episode depresi sekali-sekali, maka pasien itu digolongkan sebagai bipolar.

F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini hipomanik Pedoman diagnostik a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0) dan, b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau.

F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik Pedoman diagnostik a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1) dan, b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau. F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik Pedoman diagnostik a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2) dan, b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau. F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, episode kini Depresif Ringan atau Sedang Pedoman diagnostik Untuk mendiagnosis pasti : a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0) ataupun sedang (F32.1), dan b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau. Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya gejala somatik dalam episode depresif yang sedang berlangsung. F31.30 Tanpa gejala somatik F31.31 Dengan gejala somatik F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik Pedoman diagnostik Untuk mendiagnosis pasti :

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2), dan b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau.

F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala Psikotik Pedoman diagnostik Untuk mendiagnosis pasti : a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3), dan b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau. Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afeknya. F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran Pedoman diagnostik a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala

mania/hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu) dan b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau.

F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif

hipomanik, manik atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurangkurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran).

F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya

F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT

KRITERIA EPISODE DEPRESI F32 Episode Depresif Pada semua tiga variasi dari episode depresif khas yang tercantum di bawah ini, ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan berat (F32.2 dan F32.3), individu biasanya menderita suasana perasaan (mood) yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Biasanya ada rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja. Gejala lazim lainnya adalah : a. Konsentrasi dan perhatian berkurang b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang c. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode tipe ringan sekali pun) d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri f. Tidur terganggu g. Nafsu makan berkurang

F32.0 Episode Depresif Ringan Pedoman diagnosis

Suasana perasaan (mood) yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan, dan mudah menjadi lelah biasanya dipandang sebagai gejala dari depresi yang paling khas, dan sekurang-kurangnya dua gejala dari ini, ditambah sekurang-kurangnya dua gejala lain (untuk F32.-) harus ada untuk menegakkan diagnosis pasti. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya. Lamanya episode berlangsung ialah sekurangkurangnya sekitar 2 minggu. Individu yang mengalami episode depresif ringan biasanya resah tentang gejalanya dan agak sukar baginya untuk meneruskan pekerjaan biasa dan kegiatan sosial, namun mungkin ia tidak akan berhenti berfungsi sama sekali. Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan adanya sindrom somatik: F32.00 Tanpa gejala somatik Kriteria untuk episode depresif ringan telah dipenuhi, dan tidak ada atau hanya sedikit sekali gejala somatik. F32.01 Dengan gejala somatik Kriteria untuk episode depresif ringan telah dipenuhi, dan empat atau lebih gejala somatik juga ditemukan. (jika hanya dua atau tiga gejala somatik ditemukan tetapi luar biasa beratnya, maka penggunaan kategori ini mungkin dapat dibenarkan) F32.1 Episode Depresif Sedang Pedoman diagnosis Sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala paling khas yang ditentukan untuk episode depresif ringan (F32.0), ditambah sekurang-kurangnya tiga (dan sebaiknya empat) gejala lainnya. Beberapa gejala mungkin amat menyolok, namun tidak esensial apabila secara keseluruhan ada cukup banyak variasi gejalanya. Lamanya keseluruhan episode berlangsung ialah sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu. Individu yang mengalami episode depresif taraf sedang biasanya menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga.

Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan adanya sindrom somatik: F32.10 Tanpa gejala somatik Kriteria untuk episode depresif sedang telah dipenuhi, dan tidak ada atau hanya sedikit sekali gejala somatik. F32.11 Dengan gejala somatik Kriteria untuk episode depresif sedang telah dipenuhi, dan ada empat atau lebih gejala somatik juga ditemukan. (jika hanya dua atau tiga gejala somatik ditemukan tetapi luar biasa beratnya, maka penggunaan kategori ini mungkin dapat dibenarkan)

F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik Pada episode depresif berat, penderita biasanya menunjukkan ketegangan atau kegelisahan yang amat nyata, kecuali apabila retardasi mental merupakan ciri terkemuka. Kehilangan harga diri dan perasaan dirinya tak berguna mungkin mencolok, dan bunuh diri merupakan bahaya nyata terutama pada beberapa kasus berat. Anggapan disini ialah bahwa sindrom somatik hampir selalu ada pada episode depresif berat. Pedoman diagnosis Semua ketiga gejala khas yang ditentukan untuk episode depresif ringan dan sedang harus ada, ditambah sekurang-kurangnya empat gejala lainnya, dan beberapa di antaranya harus berintensitas berat. Namun, apabila gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi) menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara terinci. Dalam hal demikian, penentuan menyeluruh dalam subkategori episode berat masih dapat dibenarkan. Episode depresif biasanya seharusnya berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka mungkin dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu. Selama episode depresif berat, sangat tidak mungkin penderita akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

Kategori ini hendaknya digunakan untuk episode depresif berat tunggal tanpa gejala psikotik, untuk episode selanjutnya harus digunakan subkategori dari gangguan depresif berulang. F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik Pedoman diagnosis Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Wahamnya biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien dapat merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan suasana perasaan (mood). PROGNOSIS 1. Pasien dengan gangguan bipolar I mempunyai prognosis lebih buruk. Di dalam 2 tahun pertama setelah peristiwa awal, 40-50% tentang pasien mengalami serangan manik lain. 2. Hanya 50-60% pasien dengan gangguan bipolar I yang dapat diatasi gejalanya dengan lithium. 7% pasien ini, gejala tidak terulang. 45% Persen pasien mengalami lebih dari sekali kekambuhan dan lebih dari 40% mempunyai suatu gejala yang menetap. 3. Faktor yang memperburuk prognosis : Riwayat pekerjaan yang buruk/kemiskinan Disertai dengan penyalahgunaan alcohol Disertai dengan gejala psikotik Gejala depresi lebih menonjol Jenis kelamin laki-laki

4. Prognosis lebih baik bila : Masih dalam episode manic Usia lanjut

-

Sedikit pemikiran bunuh diri Tanpa atau minimal gejala psikotik Sedikit masalah kesehatan medis

C. Persamaan dan Perbedaan Skizofrenia dan Gangguan Afektif Bipolar Dalam PPDGJ-III, Gangguan Afektif Bipolar masuk kedalam kategori "Gangguan Suasana Perasaan ( Mood [Afektif])" dan dalam DSM-IV, Gangguan Afektif Bipolar masuk ke dalam kategori "Gangguan Mood". Sedangkan Skizofrenia, dalam PPDGJ-III masuk kedalam kategori "Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham". Sedangkan dalam DSM-IV masuk kedalam kategori "Skizofrenia dan Gangguan Psikotik Lain". Persamaan antara Gangguan Afektif Bipolar dan Skizofrenia dalam PPDGJ-III adalah, keduanya masuk ke dalam kategori "Gangguan Mental Psikotik". Definisi Gangguan Afektif Bipolar adalah gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala afek yang menonjol, baik itu manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup. Definisi Skizofrenia adalah gangguan alam pikir, perasaan dan perilaku yang mencolok sampai yang tersamar. Berasal dari kata "Scheizen" yang berarti pecah, dan "Phren" yang berarti jiwa. Gejala Gangguan Afektif Bipolar adalah perubahan afek secara ekstrem dari manik (keadaan mood yang meninggi) ke depresi (keadaan mood yang menurun). Gejala Skizofrenia terdiri dari gejala positif (delusi atau waham, halusinasi, kekacauan alam pikir, gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, dll.) dan gejala negatif (alam perasaannya tumpul dan datar, menarik diri dari lingkungan, kontak emosional yang miskin, sukar diajak bicara, dan pendiam, pasif, apatis, sulit dalam berpikir abstrak, pola pikir stereotipe, tidak ada dorongan kehendak, keinginan, tidak mau berupaya, kehilangan nafsu). Persamaan antara Gangguan Afektif Bipolar dan Skizofrenia berdasarkan penelitian, sama-sama bersifat genetik, adanya gangguan neurotransmiter pada otak, dan ada stressor psikososial.

Persamaan antara Bipolar dan Skizofrenia, sama-sama harus didiagnosis oleh ahli kejiwaan sehingga dapat diberikan terapi yang tepat. Obat yang biasa diberikan pada penderita Gangguan Afektif Bipolar adalah Mood Stabilizer (Lithium, Valproat, Lamotrigine) dan Antipsikotik untuk Gangguan Afektif Bipolar yang disertai gejala psikotik. Selain itu dapat diberikan anti depresan jika dibutuhkan. Obat yang biasa diberikan pada penderita Skizofrenia adalah Antipsikotik baik yang tipikal dan atipikal. Persamaan antara Gangguan Afektif Bipolar dan Skizofrenia adalah terapi farmakologi yang diberikan harus sepengetahuan dokter/psikiater. Sama-sama harus diminum secara rutin sesuai petunjuk dokter/psikiater. Dan mungkin akan tetap minum obat walaupun sudah sembuh untuk mencegah kekambuhan. Walau begitu, fakta membuktikan bahwa ada penderita Gangguan Afektif Bipolar dan Skizofrenia yang stabil dan tidak kambuh tanpa obat-obatan. Persamaan antara Gangguan Afektif Bipolar dan Skizofrenia, proses penyembuhan keduanya tidak hanya dengan obat. Tapi pengobatan holistik atau menyeluruh yang mencakup obat-obatan, psikoterapi, psikososial, dan psikoreligius.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta : Departemen Kesehatan ; 1995. 2. Kaplan, Harold I ; Sadock, Benjamin J ; Grebb, Jack A. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi Ketujuh. Jilid Dua. Jakarta : Binarupa Aksara ; 1997. 3. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Suplemen Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan I. Jakarta : Departemen Kesehatan ; 1995. 4. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDG-III. Cetakan I. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya ; 2001.