Gangguan Afektif Bipolar

51
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR Disusun oleh: Yuli Triretno 2010730118 Pembimbing : Tommy Hermansyah, dr., Sp.KJ SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA RSUD R. SYAMSUDIN SUKABUMI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2015 1

description

mnmnm

Transcript of Gangguan Afektif Bipolar

Page 1: Gangguan Afektif Bipolar

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

Disusun oleh:

Yuli Triretno 2010730118

Pembimbing :

Tommy Hermansyah, dr., Sp.KJ

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWARSUD R. SYAMSUDIN SUKABUMI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2015

1

Page 2: Gangguan Afektif Bipolar

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan

karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Ilmu Kedokteran Jiwa

dengan judul “ Gangguan Afektif Bipolar ”.

Tugas ini saya susun sebagai tugas dalam menempuh kepaniteraan klinik di

bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran UMJ/RSUD R. Syamsyudin

Sukabumi.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Tommy

Hermansyah, dr., Sp.KJ selaku Kepala SMF Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD R.

Syamsyudin.

Penulis menyadari bahwa dalam tugas ini, masih banyak kekurangan dan

kekeliruan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca

sangat kami harapkan demi perbaikan penulisan tugas ini. Semoga apa yang telah

penulis susun dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan menjadi bahan informasi.

Sukabumi, Oktober 2015

Penulis

2

Page 3: Gangguan Afektif Bipolar

DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................4

B. Tujuan Penulisan.................................................................................4

C. Manfaat Penulisan ..............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pndahuluan ........................................................................................7

B. Definisi................................................................................................7

C. Etiopatofisiologi..................................................................................8

D. Epidemiologi.......................................................................................8

E. Gambaran Klinis...............................................................................10

F. Diagnosis dan Klasifikasi..................................................................11

G. Komorbid..........................................................................................25

H. Penatalaksanaan................................................................................26

I. Prognosis............................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA 33

3

Page 4: Gangguan Afektif Bipolar

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Gangguan suasana perasaan (gangguan mood/afektif) merupakan sekelompok

penyakit yang biasanya mengarah ke depresi atau elasi(suasana perasaan yang

meningkat). Pasien dengan mood yang meninggi menunjukkan sikap meluap-luap,

gagasan yang meloncat-loncat,penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri dan

gagasan kebesaran. Pasien dengan mood yang terdepresi merasakan hilangnya energi

dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan,

pikiran tentang kematian dan bunuh diri (Andra, 2011)

Keadaan afek yang meningkat dengan peningkatan aktivitas fisik dan mental

yang berlebihan serta perasaan gembira luar biasa yang secara keseluruhan tidak

sebanding dengan peristiwa yang terjadi merupakan karakteristik dari mania. Bentuk

mania yang lebih ringan disebut hipomania.

Mania dan hipomania agak sulit ditemukan karenakegembiraan jarang

mendorong seseorang untuk berobat ke dokter. Pada penderita mania sebagian besar

tidak menyadari adanya sesuatu yang salah dengan kondisi mental maupun

perilakunya (Atmaji, 2011)

Secara sederhana, depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan dan

perasaan tidak ada harapan lagi. Pada saat ini, depresi menjadi gangguan kejiwaan

yang sangat mempengaruhi kehidupan, baik hubungan dengan orang lain maupun

dalam hal pekerjaan. WHO memprediksikan pada tahun 2020, depresi akan menjadi

salah satu penyakit mental yang banyak dialami masyarakat dunia (Anonim, 2011)

4

Page 5: Gangguan Afektif Bipolar

Gangguan manik depresi atau yang lebih dikenal dengan gangguan bipolar

adalah gangguan mood yang mempengaruhi sekitar 5.700.000 orang Amerika.

Gangguan ini memiliki ciri episode depresi dan manic yang bergantian. Gejala

gangguan bipolar sangat bervariasi dan sering mempengaruhi keseharian individu

dan hubungan interpersonal. Gangguan bipolar memiliki resiko bunuh diri yang

besar (Widiodiningrat, 2011).

Sindrom mania disebabkan oleh tingginya kadar serotonin pada celah sinaps

neuron khususnya pada sistem limbik. Sedangkan pada sindrom depresi terjadi

defisiensi dari salah satu atau beberapa neurotransmitter aminergic pada celah sinap

neuron khususnya di sistem limbik sehingga aktivitas reseptor serotonin menurun.

Mekanisme kerja obat antidepresan adalah dengan menghambat reuptake

neurotransmitter aminergic dan menghambat penghancuran

neurotransmiter aminergic oleh enzim monoamine oxydase (Kaplan, 1997).

Episode mania atau hipomania pada gangguan bipolar dapat diobati dengan

cara yang sama dengan mania akut. Pada penderita gangguan bipolar sebaiknya

diberikan obat yang dapat menstabilkan suasana hati misalnya lithium. Episode

depresi diobati dengan cara yangsama pada depresi. Sebagian besar obat

antidepresan bisa menyebabkanperubahan depresi menjadi hipomania atau mania.

Obat-obat tersebutdigunakan hanya untuk jangka pendek dan efeknya terhadap

suasana hatiharus diawasi secara ketat. Jika terdapat tanda-tanda hipomania atau

maniamaka obat antidepresan segera dihentikan. Psikoterapi bisa dilakukansecara

individu maupun dalam suatu kelompok. Terapi kelompokmembantu penderita dan

pasangannya atau keluarganya untuk memahamipenyakit yang dialami penderita dan

mengahadapi penyakit tersebutdengan lebih baik (Atmaji, 2011).

Hampir pada semua kasus, gangguan bipolar mengalami kekambuhan.

Terkadang perubahan suasana perasaan dari depresi kemania atau sebaliknya tanpa

melalui periode suasana hati yang normal terlebih dahulu. Sekitar 15% penderita,

terutama wanita, mengalami empat episode atau lebih setiap tahunnya. Penderita

yang sering mengalami kekambuhan, lebih sulit untuk diobati. Tidak ada cara yang

pasti untuk mencegah gangguan bipolar. Namun dengan mendapatkan perawatan

secara dini pada awal gangguan kesehatan mental dapat membantu mencegah

gangguan bipolar atau kondisi kesehatan mental yang lebih buruk (Atmaji, 2011)

5

Page 6: Gangguan Afektif Bipolar

1.2 TUJUAN

Tujuan penulisan refrat ini adalah untuk mengetahui diagnosis dan

penatalaksanaan Gangguan Afektif Bipolar

1.3 MANFAAT

Manfaat penulisan refrat ini adalah memberi pengetahuan kepada penulis dan

pembaca mengenai diagnosis dan penatalaksanaan Gangguan Afektif Bipolar.

6

Page 7: Gangguan Afektif Bipolar

BAB II

GANGGUAN SUASANA PERASAAN

I. PENDAHULUAN

Suasana alam perasaan (mood) bervariasi, bisa normal, menurun taupun

meningkat dan individu dapat mengkontrol suasana alam perasaannya.

Gangguan afektif bipolar adalah kondisi umum yang dijumpai, dan diantara

gangguan mental menempati posisi kedua terbanyak sebagai penyebab

ketidakmampuan/disabilitas. Depresi bipolar sama pada kelompok pria dan wanita

dengan angka kejadian sekitar 5 per 1000 orang. Penderita depresi bipolar dapat

mengalami bunuh diri 15 kali lebih banya dibandingkan dengan penduduk umum.

Bunuh diri pertama-tama sering terjadi ketika tekanan pada pekerjaan, studi, tekanan

emosional dalam keluarga terjadi pada tingkat yang paling berat. Pada risiko bunuh

diri dapat meningkat selama menopause (Widiodiningrat, 2011).

Kebanyakan pasien dengan gangguan afektif bipolar secara potensial dengan

terapi yang optimal dapat kembali fungsi yang normal. Dengan pengobatan yang

kurang optimal hasilnya kurang baik dan dapat kambuh untuk melakukan bunuh diri

lagi. Data menunjukkan bahwa pengobatan sering kurang optimal (Widiodiningrat,

2011)

Studi longitudinal bahwa pasien dengan kecenderungan bunuh diri pada

kasus dengan afektif bipolar 50% dapat dikurangi dengan terapi

maintenance/pemeliharaan dan terapi depresi yang tepat (Widiodiningrat, 2011)

Kondisi tidak normal itu bisa terjadi hanya beberapa minggu sampai 2-3

bulan.Setelah itu kembali ''normal'' untuk jangka waktu relatif lama, namun di

kesempatan lain muncul kembali (Andra, 2011)

II. DEFINISI

Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu

gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada

suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar karena penyakit kejiwaan ini

didominasi adanya fluktuasi periodik dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah

7

Page 8: Gangguan Afektif Bipolar

tinggi yang tidak terkendali) dan depresi (Atmaji, 2011)

III. ETIOPATOFISIOLOGI

Dahulu virus sempat dianggap sebagai penyebab penyakit ini. Serangan virus

pada otak berlangsung pada masa janin dalam kandungan atau tahun pertama

sesudah kelahiran. Namun, gangguan bipolar bermanifestasi 15-20 tahun kemudian.

Telatnya manifestasi itu timbul karena diduga pada usia 15 tahun kelenjar timus dan

pineal yang memproduksi hormon yang mampu mencegah gangguan psikiatrik sudah

berkurang 50% (Andra, 2011)

Penyebab gangguan Bipolar multifaktor. Mencakup aspek bio-psikososial.

Secara biologis dikaitkan dengan faktor genetik dan gangguan neurotransmitter di

otak. Secara psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kana-kanak, stres yang

menyakitkan, stres kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan banyak lagi faktor

lainnya (Anonim, 2011)

Didapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) tipe bipolar (adanya

episode manik dan depresi) memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya,

berdasar etiologi biologik. 50% pasien bipolar mimiliki satu orangtua dengan

gangguan alam perasaan/gangguan afektif, yang tersering unipolar (depresi saja).

Jika seorang orang tua mengidap gangguan bipolar maka 27% anaknya memiliki

resiko mengidap gangguan alam perasaan. Bila kedua orangtua mengidap gangguan

bipolar maka 75% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan.

Keturunan pertama dari seseorang yang menderita gangguan bipolar berisiko

menderita gangguan serupa sebesar 7 kali. Bahkan risiko pada anak kembar sangat

tinggi terutama pada kembar monozigot (40-80%), sedangkan kembar dizigot lebih

rendah, yakni 10-20% (Andra, 2011)

Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar

dengan kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari

kromosom tersebut yang benar-benar terlibat. Beberapa diantaranya yang telah

diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24, 18 sentromer, 18q22, 18q22-q23, dan 21q22.

Yang menarik dari studi kromosom ini, ternyata penderita sindrom Down (trisomi

21) berisiko rendah menderita gangguan bipolar (Andra, 2011)

Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala bipolar,

peneliti mulai menduga adanya hubungan neurotransmiter dengan gangguan bipolar.

Neurotransmiter tersebut adalah dopamine, serotonin, dan noradrenalin. Gen-gen

8

Page 9: Gangguan Afektif Bipolar

yang berhubungan dengan neurotransmiter tersebut pun mulai diteliti seperti gen

yang mengkode monoamine oksidase A (MAOA), tirosin hidroksilase, catechol-O-

metiltransferase (COMT), dan serotonin transporter (5HTT) (Andra, 2011)

Penelitian terbaru menemukan gen lain yang berhubungan dengan penyakit

ini yaitu gen yang mengekspresi brain derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF

adalah neurotropin yang berperan dalam regulasi plastisitas sinaps, neurogenesis dan

perlindungan neuron otak. BDNF diduga ikut terlibat dalam mood. Gen yang

mengatur BDNF terletak pada kromosom 11p13. Terdapat 3 penelitian yang mencari

tahu hubungan antara BDNF dengan gangguan bipolar dan hasilnya positif (Andra,

2011)

Kelainan pada otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini.

Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar.

Melalui pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-emission

tomography (PET), didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang

berkurang pada korteks prefrontal subgenual. Tak hanya itu, Blumberg dkk dalam

Arch Gen Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang kecil pada amygdala dan

hipokampus. Korteks prefrontal, amygdala dan hipokampus merupakan bagian dari

otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan afek) (Andra, 2011)

Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang pada

otak penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan membran

myelin yang membungkus akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi

antar saraf. Bila jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi

antar saraf tidak berjalan lancar (Andra, 2011)

IV. EPIDEMIOLOGI

Dapat dikatakan insiden gangguan bipolar tidak tinggi, berkisar antara 0,3-

1,5%. Namun, angka itu belum termasuk yang misdiagnosis. Risiko kematian terus

membayangi penderita bipolar. Biasanya kematian itu dikarenakan mereka

mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri. Risiko bunuh diri meningkat pada penderita

bipolar yang tidak diterapi yaitu 5,5 per 1000 pasien. Sementara yang diterapi hanya

1,3 per 1000 pasien (Andra, 2011)

Gangguan pada lelaki dan perempuan sama, umumnya timbul di usia remaja

atau dewasa. Hal ini paling sering dimulai sewaktu seseorang baru menginjak

dewasa, tetapi kasus-kasus gangguan bipolar telah didiagnosis pada remaja dan

9

Page 10: Gangguan Afektif Bipolar

bahkan anak-anak (Anonim, 2011)

V. GAMBARAN KLINIS

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar

dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Perbedaannya adalah pada

gangguan bipolar I memiliki episode manik sedangkan pada gangguan bipolar II

mempunyai episode hipomanik. Beberapa ahli menambahkan adanya bipolar III dan

bipolar IV namun sementara ini yang 2 terakhir belum dijelaskan (Hilary, 2011)

Gangguan bipolar I dibagi lagi menjadi beberapa bagian menurut perjalanan

longitudinal gangguannya. Namun hal yang pokok adalah paling tidak terdapat 1

episode manik di sana. Walaupun hanya terdapat 1 episode manik tanpa episode

depresi lengkap maka tetap dikatakan gangguan bipolar I. Adapun episode-episode

yang lain dapat berupa episode depresi lengkap maupun episode campuran, dan

episode tersebut bisa mendahului ataupun didahului oleh episode manik (Hilary,

2011)

Gangguan bipolar II mempunyai ciri adanya episode hipomanik. Gangguan

bipolar II dibagi menjadi 2 yaitu tipe hipomanik, bila sebelumnya didahului oleh

episode depresi mayor dan disebut tipe depresi bila sebelum episode depresi tersebut

didahului oleh episode hipomanik. (Hilary, 2011)

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)

III, gangguan ini bersifat episode berulang yang menunjukkan suasana perasaan

pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu

terdiri dari peninggian suasana perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas

(mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan

serta pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah terdapat

penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-

tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, sedangkan depresi

cenderung berlangsung lebih lama (Hilary, 2011)

episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari masa kanak-kanak sampai

tua. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini

seseorang menderita bipolar maka risiko penyakit akan lebih berat, kronik bahkan

refrakter (Hilary, 2011)

Episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu

hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik.

10

Page 11: Gangguan Afektif Bipolar

Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang perempuan yang sedang dalam masa

ovulasi (’estrus’) atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta. Perasaan senang, sangat

bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan seksual yang meningkat adalah

beberapa contoh gejala hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik

karena gejala-gejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi sosial (Andra, 2011)

Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir

seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung tinggi dan terlalu

optimis. Perasaan mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi

(Andra, 2011)

Tanda manik lainnya dapat berupa hiperaktifitas motorik berupa kerja yang

tak kenal lelah melebihi batas wajar dan cenderung non-produktif, euphoria hingga

logorrhea (banyak berbicara, dari yang isi bicara wajar hingga menceracau dengan

'word salad'), dan biasanya disertai dengan waham kebesaran, waham kebesaran ini

bisa sistematik dalam artian berperilaku sesuai wahamnya, atau tidak sistematik,

berperilaku tidak sesuai dengan wahamnya. Bila gejala tersebut sudah berkembang

menjadi waham maka diagnosis mania dengan gejala psikotik perlu ditegakkan

(Widiodiningrat, 2011)

VI. DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar

dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe

klasik ditandai dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan

gangguan bipolar II ditandai dengan hipomanik dan depresi. PPDGJ III membaginya

dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami penderita

(Hilary, 2011)

F30 episode Manik

Ciri khas episode manik yaitu suasana perasaan meningkat dimana

peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, ekspansif dan

iritabel.

F30.0 Hipomania

Derajatnya lebih ringan daripada manik,kelainan suasana perasaan (mood)

dan perilakunya selalu menetap dan menonjol,namun tidak disertai halusinasi atau

11

Page 12: Gangguan Afektif Bipolar

waham.

Selain itu terjadi peningkatan ringan dari suasana perasaan(mood) yang

(sekurang-kurangnya selama beberapa hari berturut-turut),peningkatan energi dan

aktivitas,dan biasanya perasaan sejahtera yang mencolok dan efisiensi baik fisik

maupun mental. Sering ada peningkatan kemampuan untuk bergaul, bercakap,

keakraban yang belebihan, peningkatan energi seksual, dan pengurangan kebutuhan

tidur;namun tidak sampai menjurus kepada kekacauan berat dalam pekerjaan atau

penolakan oleh masyarakat. Kadang-kadang lekas marah, sombong, dan perilaku

yang tidak sopan dan mengesalkan (bualan dan lawakan murah yang berlebihan).

Konsentrasinya dan perhatiannya berkurang,kurang bisa duduk dengan

tenang untuk bekerja,atau untuk bersantai dan menikmati hiburan; tetapi ini tidak

dapat mencegah timbulnya minat dalam usaha dan aktivitas baru, atau sifat agak suka

menghamburkan uang.

Pedoman Diagnostik

Sifat-sifat tersebut diatas,seharusnya ada selama sekurang-kurangnya

beberapa hari berturut-turut.

Kriteria Diagnosik

Peningkatan mood yang dirasakan sebagai tidak normal dipertahankan sekurang-

kurangnya 4 hari berturut-turut.

a. Setidaknya terdapat tiga dari tanda-tanda dibawah ini yang secara nyata

mempengaruhi fungsi kehidupannya sehari-hari :

(1). Peningkatan aktivitas atau agitasi

(2). Peningkatan pembicaraan

(3). Perhatian yang mudah teralih atau sulit berkonsentrasi

(4). Pengurangan kebutuhan tidur

(5). Peningkatan energi sekuel

(6). Belanja sedikit berlebihan atau perilaku lain yang tidak bertanggung

jawab atau tidak hati-hati

(7). Sosialisasi atau pergaulan yang berlebihan

b. episode ini tidak memenuhi kriteria mania, gannguan afektif bipolar, episode

depresif, sklotimia atau anoreksia nervosa

c. petunjuk eksklusi yang sering digunakan : episode ini tidak disebabkan oleh

12

Page 13: Gangguan Afektif Bipolar

penggunaan zat psikoakif atau gangguan mental organik

Diagnosis Banding

Siklotimia dan manik.Aktivitas yang meningkat dan kegelisahan(dan sering

kali juga penurunan berat badan)harus dibedakan dari gejala sama yang dapat timbul

pada hipertiroidi dan anoreksia nervosa;masa dini dari ‘depresi agitatif”,khususnya

pada usia pertengahan,dapat sekedar menyerupai hipomanik jenis iritabel.Pasien

dengan gejala obsesif berat mungkin aktif pada malamnya, untuk melaksanakan

ritual pembersihan rumah,akan tetapi afeknya bisa berlawanan dengan apa yang

dikemukakan disini.Apabila periode singkat hipomanik muncul sebagai fase sesudah

keadaan manik,biasanya tak berbeda dengan manik.

F.30.1 Manik Tanpa Gejala Psikotik

Suasana perasaan(mood) meninggi tidak sepadan dengan keadaan individu,

dan dapat bervariasi antara keriangan (seolah- olah bebas dari masalah apapun)

sampai keadaan eksitasi yang hampir tak terkendali.Elasi(suasana perasaan yang

meningkat) itu disertai dengan energi yang meningkat,sehingga terjadi aktivitas

berlebihan,percepatan dan kebanyakan bicara, dan berkurangnya kebutuhan tidur.

Pengendalian yang normal dalam kelakuan social terlepas, perhatian yang

terpusat tak dapat dipertahankan,dan sering kali perhatian mudah sekali

dialihkan.Harga diri membumbung, dan pemikiran yang serba hebat dan terlalu

optimis dinyatakan dengan bebas.Mungkin terjadi gangguan persepsi,seperti

apresiasi warna terutama yang menyala/amat cerah dan biasanya indah, keasyikan

(mengingat perhatian) pada rincian sehalus-halusnya mengenai permukaan dan

penampilan barang, dan hiperakusis subjektif.Individu itu mungkin mulai dengan

berbagai rencana yang tidak praktis dan boros, membelanjakan uang secara

serampangan, atau menjadi agresif, bersifat cinta kasih, atau berkelakar dalam yang

tidak tepat.

Suasana perasaan (mood) yang tampil pada beberapa episode manik lebih

banyak mudah tersinggung dan curiga, daripada elasi.Serangan pertama paling

banyak muncul pada usia antara 15 dan 30 tahun, namun dapat terjadi pada setiap

usia antara akhir masa kanak sampai dasawarsa ketujuh atau kedelapan.

13

Page 14: Gangguan Afektif Bipolar

Pedoman Diagnostik

Harus berlangsung sekurang-kurangnya satu minggu dan cukup berat sehingga

mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan biasa aktivitas

social.Perubahan suasana perasaan (mood) seharusnya disertai dengan energi yang

meninggi dan beberapa gajala tersebut diatas (khususnya percepatan berbicara,

kebutuhan tidur yang berkurang, dan terlalu optimis).

Kriteria diagnostik

a. Mood harus secara dominan meningkat, meluas atau iritabel dan dinilai

abnormal bagi orang lain. Perubahan mood harus menetap atau dipertahankan

selama setidaknya satu minggu ( kecuali sangat berat memerlukan perawatan

rumah sakit)

b. Setidaknya 3 gejala dibawah ini harus ada (4 bila hanya da mood yang

iritabel) yang secara nyata mempengaruhi fungsi kehidupannya sehari-hari:

(1). Peningkatan aktifitas atau agitasi

(2). Penigkatan pembicaraan

(3). Lompat gagasan atau individu secara subyektif merasakan percepatan

pikiran

(4). Hilangnya batasan normal sosial, yang berakibatpada perilaku tidak

sesuai dalam lingkungannya

(5). Penurunan kebutuhan tidur

(6). Peningkatan self esteem atau rasa kebesaran

(7). Perubahan terus menerus dari aktifitas atau rencana

(8). Perilaku yang tidak bijaksana dan tidak hati-hati yang resikonya tidak

disadari oleh penderita, seperti pemakaian uang berlebihan, rencana-rencana

besar yang tidak matang , berkendara secara tidak gati-hati

(9). Peningkatan energi seksual atau tidak hati-hati secara seksual

c. Tidak terdapat halusinasi mapun delusi walaupun dapat terjadi gangguan

persepsi seperti misalnya perasaan subyektif hiperakusis, apresiasi terhadap

warna secara dramatis

c. Petunjuk eksklusi yang sering digunakan : episode ini tidak disebabkan oleh

penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental organik

14

Page 15: Gangguan Afektif Bipolar

F30.2 Manik dengan Gejala Psikotik

Gambaran klinisnya lebih berat dari manik dengan gejala psikotik.Harga diri

yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham, dan

iritabilitas.Pada kasus berat, waham kebesaran atau religius tentang identitas dan

peranan diri akan terlihat mencolok, dan gagasan yang takabur dan percepatan

berbicaranya mengakibatkan individu tak dapat dipahami lagi.

Aktivitas dan eksitasi fisik yang hebat dan terus-menerus dapat menjurus kepada

agresi dan kekerasan; pengabaian makan, minum, dan kesehatan pribadi dapat

berakibat keadaan dehidrasi dan kelalaian diri yang berbahaya.Jika diperlukan

waham dan halusinasi dapat dibedakan menjadi yang serasi atau yang tidak serasi

dengan suasana perasaan (mood).”Tidak serasi” hendaknya diartikan meliputi

waham dan halusinasi yang afektif netral, misalnya waham rujukan tanpa perasaan

bersalah atau menuduh, atau suara-suara yang berbicara dengan individu tentang

peristiwa yang tidak mengandung arti emosional khusus.

Diagnosis Banding

Skizofrenia, terutama bila fase perkembangannya melalui hipomanik dan pasien

dijumpai hanya pada puncak penyakitnya.Waham yang banyak, pembicaraan kacau

dan eksitasi kekerasan mengaburkan gangguan dasar afektif. Pasien`yang menderita

manik akibat medikasi neuroleptika dapat menjadi masalah diagnosis pada masa

mereka pulih.

Pada aktivitas fisik dan mental masih berwaham dan berhalusinasi.Halusinasi

dan waham yang timbul sekali-sekali seperti pada skizofrenia, dapat juga

digolongkan sebagai sesuatu tidak serasi dengan afek, akan tetapi jika gejala ini

mencolok dan menetap, maka diagnosis gangguan skizoafektif adalah lebih tepat.

Kriteria diagnosis

a. Episode yang memenuhi kriteria mania tanpa gejala psikotik dengan

pengecualian pada kriteria c

b. Episode ini tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia, atau gangguan

skizoafektif , tipe mania

c. Terdapat halusinasi dan delusi yang tidak seperti pada skizofrenia (bersifat

sangat tidak mungkin dan tidak sesuai dengan latar belakang kulturnya, dan

bukan halusinasi sebagai orang ketiga serta sedang dikomentari). Paling

15

Page 16: Gangguan Afektif Bipolar

sering bersifat kebesaran, terpusat pada dirinya sendiri, erotik atau berisikan

kecaman

d. Petunjuk eksklusi yang sering digunakan : episode ini tidak disebabkan oleh

penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental organik

F30.8 Episode Manik Lainnya

F30.9 Episode Manik YTT , termasuk Manik YTT.

F31 Gangguan Afektif Bipolar

Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (yaitu sekurang-kurangnya dua)

yang menunjukkan suasana perasaan (mood) pasien dan tingkat aktivitasnya jelas

terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana

perasaan (mood) serta peningkatan enersi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan

pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan (mood) serta pengurangan

enersi dan aktivitas depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan

sempurna antar episode, dan insidensi pada kedua jenis kelamin kurang lebih sama

dibanding dengan gangguan suasana perasaan (mood) lainnya. Dalam perbandingan,

jarang ditemukan pasien yang menderita hanya episode mania yang berulang-ulang,

dan karena pasien-pasien tersebut menyerupai (dalam riwayat keluarga, kepribadian

pramorbid, usia onset, dan prognosis jangka panjang) pasien yang mempunyai juga

episode depresi sekali-sekali, maka pasien itu digolongkan sebagai bipolar (DepKes,

2003)

F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini hipomanik

Pedoman diagnostic

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0)

dan,

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau

campuran di masa lampau (Sylvia, 2010)

F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik

Pedoman diagnostic

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala

psikotik (F30.1) dan,

16

Page 17: Gangguan Afektif Bipolar

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau

campuran di masa lampau (Sylvia, 2010)

F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik

Pedoman diagnostic

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala

psikotik (F30.2) dan,

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau

campuran di masa lampau (Sylvia, 2010)

F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, episode kini Depresif Ringan atau Sedang

Pedoman diagnostik. Untuk mendiagnosis pasti :

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif

ringan (F32.0) ataupun sedang (F32.1), dan

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau

campuran di masa lampau. Karakter kelima dapat digunakan untuk

menentukan ada atau tidaknya gejala somatic dalam episode depresif yang

sedang berlangsung (Sylvia, 2010)

F31.30 Tanpa gejala somatic

F31.31 Dengan gejala somatic

F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik

Pedoman diagnostik.

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat

tanpa gejala psikotik (F32.2), dan

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau

campuran di masa lampau. (Sylvia, 2010)

F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala

Psikotik.

Pedoman diagnostic :

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat

17

Page 18: Gangguan Afektif Bipolar

dengan gejala psikotik (F32.3), dan

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau

campuran di masa lampau. Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat

ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afeknya (Sylvia, 2010)

F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran

Pedoman diagnostic

a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik dan

depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat gejala

mania/hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar dari

episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2

minggu) dan

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau

campuran di masa lampau.

F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi

Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan

terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif

hipomanik, manik atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya

satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) (Sylvia, 2010)

F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya

F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT

F32 Episode Depresif

Pada semua tiga variasi dari episode depresif khas yang tercantum di bawah

ini, ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan berat (F32.2 dan F32.3), individu biasanya

menderita suasana perasaan (mood) yang depresif, kehilangan minat dan

kegembiraan, dan berkurangnya enersi yang menuju meningkatnya keadaan mudah

lelah dan berkurangnya aktivitas. Biasanya ada rasa lelah yang nyata sesudah kerja

sedikit saja.

Gejala lazim lainnya adalah : (Sylvia, 2010)

a. Konsentrasi dan perhatian berkurang

b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

18

Page 19: Gangguan Afektif Bipolar

c. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode

tipe ringan sekali pun)

d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

f. Tidur terganggu

g. Nafsu makan berkurang

Gejala somatik :

a. Kehilangan minta atau kesenangan terhadap kegiatan yang biasanya dapat

dinikmati

b. Tidak bereaksi emosional terhadaplingkungan atau peristiwa yang biasanya

menyenangkan

c. Bangun pagi lebih awal 2 jam atau lebih dari biasanya

d. Depresi lebih parah pada pagi hari

e. Bukti obyektif dari retardasi atau agitasi psikomotor yang nyata

f. Kehilangan nafsu makan secara mencolok

g. Penurunan berat badan (5% atau lebih dariberat badan bulan terakhir)

h. Penurunan libido

F32.0 Episode Depresif Ringan

Pedoman diagnosis

Suasana perasaan (mood) yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan,

dan mudah menjadi lelah biasanya dipandang sebagai gejala dari depresi yang paling

khas, dan sekurang-kurangnya dua gejala dari ini, ditambah sekurang-kurangnya dua

gejala lain (untuk F32.-) harus ada untuk menegakkan diagnosis pasti. Tidak boleh

ada gejala yang berat diantaranya. Lamanya episode berlangsung ialah sekurang-

kurangnya sekitar 2 minggu (Sylvia, 2010)

Individu yang mengalami episode depresif ringan biasanya resah tentang

gejalanya dan agak sukar baginya untuk meneruskan pekerjaan biasa dan kegiatan

sosial, namun mungkin ia tidak akan berhenti berfungsi sama sekali (Sylvia, 2010)

F32.00 Tanpa gejala somatic

Kriteria untuk episode depresif ringan telah dipenuhi, dan tidak ada atau hanya

sedikit sekali gejala somatik (Sylvia, 2010)

19

Page 20: Gangguan Afektif Bipolar

F32.01 Dengan gejala somatic

Kriteria untuk episode depresif ringan telah dipenuhi, dan empat atau lebih gejala

somatik juga ditemukan. (jika hanya dua atau tiga gejala somatik ditemukan tetapi

luar biasa beratnya, maka penggunaan kategori ini mungkin dapat dibenarkan)

(Sylvia, 2010)

F32.1 Episode Depresif Sedang

Pedoman diagnosis

Sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala paling khas yang

ditentukan untuk episode depresif ringan (F32.0), ditambah sekurang-kurangnya tiga

(dan sebaiknya empat) gejala lainnya. Beberapa gejala mungkin amat menyolok,

namun tidak esensial apabila secara keseluruhan ada cukup banyak variasi gejalanya.

Lamanya keseluruhan episode berlangsung ialah sekurang-kurangnya sekitar 2

minggu (Sylvia, 2010)

Individu yang mengalami episode depresif taraf sedang biasanya menghadapi

kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah

tangga. Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan adanya sindrom

somatik.

F32.1.10 Tanpa gejala somatic

Kriteria untuk episode depresif sedang telah dipenuhi, dan tidak ada atau

hanyasedikit sekali gejala somatik (Sylvia, 2010)

F32.11 Dengan gejala somatic

Kriteria untuk episode depresif sedang telah dipenuhi, dan ada empat atau

lebih gejala somatik juga ditemukan. (jika hanya dua atau tiga gejala somatik

ditemukan tetapi luar biasa beratnya, maka penggunaan kategori ini mungkin dapat

dibenarkan) (DepKes, 2003)

F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik

Pada episode depresif berat, penderita biasanya menunjukkan ketegangan

atau kegelisahan yang amat nyata, kecuali apabila retardasi mental merupakan ciri

terkemuka. Kehilangan harga diri dan perasaan dirinya tak berguna mungkin

20

Page 21: Gangguan Afektif Bipolar

mencolok, dan bunuh diri merupakan bahaya nyata terutama pada beberapa kasus

berat. Anggapan disini ialah bahwa sindrom somatik hampir selalu ada pada episode

depresif berat (DepKes, 2003)

Pedoman diagnosis

Semua ketiga gejala khas yang ditentukan untuk episode depresof ringan dan

sedang harus ada, ditambah sekurang-kurangnya empat gejala lainnya, dan beberapa

di antaranya harus berintensitas berat. Namun, apabila gejala penting (misalnya

agitasi atau retardasi) menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu

untuk melaporkan banyak gejalanya secara terinci. Dalam hal demikian, penentuan

menyeluruh dalam subkategori episode berat masih dapat dibenarkan.

Episode depresif biasanya seharusnya berlangsung sekurang-kurangnya 2

minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka mungkin

dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu

(DepKes, 2003)

Selama episode depresif berat, sangat tidak mungkinpenderita akan mampu

meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf

yang sangat terbatas (DepKes, 2003)

Kategori ini hendaknya digunakan untuk episode depresif berat tunggal tanpa

gejala psikotik, untuk episode selanjutnya harus digunakan subkategori dari

gangguan depresif berulang (DepKes, 2003)

F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik

Pedoman diagnosis

Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas,

disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Wahamnya biasanya melibatkan ide

tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien dapat

merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya

berupa suara yang menghina atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi

psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham atau

halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan suasana perasaan

(mood) (DepKes, 2003)

21

Page 22: Gangguan Afektif Bipolar

F33 Gangguan Depresif Berulang

Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari depresi sebagaimana

dijabarkan dalam episode depresif ( ringan, sedang, atau berat) , tanpa riwayat

adanya episode tersendiri dari peninggian suasana perasaan (mood) dan

hipereaktifitas yang memenuhi kriteria mania . Namun, kategori ini tetap harus

digunakan jika ternyata ada episode singkat dari peningkatan suasana perasaan

(mood) dan hipereaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania segera sesudah

suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh tindakan

pengobatan depresi). Usia dari onset keparahan, lamanya berlangsung, dan frekuensi

episode dari depresi, semuanya sangat bervariasi. Umumnya episode pertama terjadi

pada usia lebih tua dibanding dengan gangguan bipolar, dengan usia onset rata-rata

lima puluhan. Episode masing-masing juga lamanya antara 3 dan 12 bulan (rata-rata

lamanya sekitar 6 bulan) akan tetapi frekuensinya lebih jarang. Pemulihan keadaan

biasanya sempurna diantara episode, namun sebagian kecil pasien mungkin

mendapat depresi yang akhir). Episode masing-masing, dalam pelbagai tingkat

keparahan, sering kali dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stres, dalam

pelbagai budaya, baik episode tersendiri maupun depresi menetap dua kali lebih

banyak terjadi pada wanita daripada pria.

Bagaimanpun seringnya seseorang pasien gangguan depresif berulang

mengalami episode depresif sebagai penderitaan, tidak mustahil baginya akan

mengalami episode maniak. Jika ternyata terjadi episode maniak, maka diagnosis

seharusnya diubah menjadi gangguan afektif bipolar.

Epsiode depresif berulang boleh dibagi lagi sebagaimana tertera yang

dibawah, dengan menentukan pertama-tama tipe episode yang sedang berlangsung,

dan kemudian (jika tersedia cukup informasi) tipe yang dominan dalam semua

episode.

F33.0. Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan

Pedoman diagnostic, Untuk diagnostik pasti :

a. kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode

sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan dan

b. sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama

minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan

suasana perasaan (mood) yang bermakna.

22

Page 23: Gangguan Afektif Bipolar

Kalau tidak, maka diagnosis seharusnya gangguan suasana perasaan (mood

{afektif}) berulang lainnya .

F33.1. Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang

Pedoman diagnostic, Untuk diagnostik pasti :

a. kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode

sekarang harus memenuhi kriteria untuj episode depresif sedang

b. sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama

minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan

suasana perasaan (mood) yang bermakna.

F33.2. Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Tanpa Gejala Psikotik

Pedoman diagnostic, Untuk diagnosis pasti :

a. kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode

sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala

psikotik.

b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama

minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa suasana perasaan

(mood) yang bermakna.

F33.3. Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Dengan Gejala Psikotik

Pedoman diagnostik, Untuk diagnosis pasti :

a. kriteria gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode sekarang

harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik.

b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama 2

minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa suasana perasaan (mood)

yang bermakna.

F33.4. Gangguan Depresif Berulang, Kini Dengan Remisi

Pedoman diagnostik:

a. kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi di masa lampau,

tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk episode

depresif dengan derajat keparahan apa pun atau gangguan lain apa pun.

23

Page 24: Gangguan Afektif Bipolar

b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama 2

minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan suasana perasaan

(mood) yang bermakna.

Kalau tidak, maka diagnosis seharusnya gangguan suasana perasaan

(mood{afektif} berulang lainnya.

Kategori ini tetap dapat digunakan jika pasien sedang menerima pengobatan untuk

mengurangi risiko akan episode berikut.

F33.8 Ganggguan Depresif Berulang lainnya

F33.9. Gangguan Depresif Berulang YTT

F34. Gangguan Suasana Perasaan (Mood {Afektif}) Menetap

Merupakan gangguan suasana perasaan yang menetap dan biasanya

berfluktuasi, namun masing-masing episodenya jarang atau tidak pernah cukup parah

atau disebut hipomanik/depresi ringan.

Dapat berlangsung bertahun - tahun bahkan kadang sebagian masa hidup

dewasa seseorang sehingga menyebabkan penderitaan subyektif dan ketidak

mampuan.

Gangguan afektif menetap diklasifikasikan bersama dengan gangguan kepribadian

Dapat diobati sebagai gangguan perasaan dengan hasil yang sama.

Ada 2 bentuk yaitu Siklotimia dan Distimia yang beronset dini dan lambat.

F34.0. Siklotimia

Ketidakstabilan perasaan yang menetap berupa banyak episode depresi ringan

dan elasi ringan.Dapat berlangsung dini pada seseorang dewasa dan berlangsung

kronis. Individu memandang alunan perasaannya tidak berkaitan dengan peristiwa

hidup. Sukar luput dari perhatian medis karena gangguan perasaannya relatif ringan

dan mungkin bersifat menyenangkan bagi individu tersebut

Ciri esensial ialah ketidakstabilan menetap suasana perasaan yang meliputi

banyak periode depresi ringan dan elasi ringan

Siklotimia termasuk : Gangguan kepribadian afektif, Kepribadian sikloid,

kepribadian siklotimik

Diagnosa banding : Gangguan afektif bipolar dan Gangguan depresif berulang

24

Page 25: Gangguan Afektif Bipolar

F34.1. Distimia

Depresi kronis dari suasana yang pada saat sekarang tidak memenuhi

gangguan depresif berulang ringan, sedang, ataupun berat. Keparahannya

berlangsung setiap episode

Kebanyakan penderiya distimia merasa lelah dan tertekan karena segala

pengalaman hidupnya merupakan upaya yang berat dan tak ada yang dinikmati

Pasien ini juga sering mengeluh, tidak dapat tidur nyenyak tapi masih dapat

mengurus keperluannya sehari-hari

Ciri esensial ialah depresi perasaan yang berlangsung sangat lama yang tak

pernah atau jarang sekali cukup [parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif

berulang ringan,sedang

Termasuk : Neurosis depresif, gangguan kepribadian depresif, depresi neurotik,

depresi anxietas menetap

Tak termasuk : Depresi anxietas tidak menetap, reaksi berkabung, skizofrenia

residual

F38. Gangguan perasaan (afektif) menetap lainnya

F38.0 Gangguan suasana perasaan tunggal

Episode afektif campuran : berlangsung selamam 2 minggu yang bersifat

campuran atau pergantian cepat antara gejala hipomanik,manik,depresif.

F38.1 Gangguan suasana perasaan (afektif) berulang

Gangguan depresif singkat berulang : muncul kira-kira sekali sebulan

selama setahun yang lampau,barlangsung selama 2 minggu yang khas 2-3

hari dengan pemulihan sempurna.

VII. KOMORBID

Sebagian besar penderita bipolar tidak hanya menderita bipolar saja tetapi

juga menderita gangguan jiwa yang lain (komorbid). Penelitian oleh Goldstein BI

dkk, seperti dilansir dari Am J Psychiatry 2006, menyebutkan bahwa dari 84

penderita bipolar berusia diatas 65 tahun ternyata sebanyak 38,1% terlibat dalam

25

Page 26: Gangguan Afektif Bipolar

penyalahgunaan alkohol, 15,5% distimia, 20,5% gangguan cemas menyeluruh, dan

19% gangguan panik (Andra, 2011)

Sementara itu, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) menjadi

komorbid yang paling sering didapatkan pada 90% anak-anak dan 30% remaja yang

bipolar (Andra, 2011)

VIII. PENATALAKSANAAN

Prinsip umum :

Keamanan pasien harus dijamin

Pemeriksaan diagnostik yang langkap harus dilakukan

Rencana pengobatan harus disususn untuk mengatasi semua gejala yang

diperkirakan akan muncul.

Terapi harus menurunkan jumlah dan keparahan stresor pada pasien.

Strategi pengobatan harus disampaikan kepada keluarga pasien.

Pengobatan yang paling efektif adalah kombinasi farmakoterapi dan

psikoterapi

Indikasi Rawat

Perlu prosedur Diagnostik

Ada resiko bunuh diri atau membunuh

Ada penurunan kemampuan dasar yang jelas

Riwayat gejala yang berkembang dengan pesat dan hancurnya sistem

pendukung pasien.

Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yang dapat dilakukan adalah terapi

kognitif, terapi interpersonal, dan terapi perilaku

Terapi psikososial

a. Terapi kognitif

Untuk menghilangkan atau meringankan episode depresif dan mencegah

timbulnya episode tersebut dengan mengenali pola pikir irasional,

mengembangkan alternatif pola berpikir rasional dan fleksibel kemudian

melatih kembali pola berpikir serta respon perilaku yang baru

26

Page 27: Gangguan Afektif Bipolar

b. Terapi interpersonal

Difokuskan pada problrm interpersonal yang ada

- Akar terjadi disfungsi hubungan interpersonal

- Berperan terjadi gejala depresi

Biasanya sesi berlangsung 12-16 minggu dan ditadai dengan terapeutik aktif

c. Terapi perilaku

Diharapkan pasien belajar berprilaku yang menimbulkan perbaikan dari

respon lingkungan

d. Terapi berorientasi psikoanalitik

Ditujukan pada psikoterapi yang menimbulkan perubahan struktur

kepribadian dan tidak semata menghilangkan gejala depresi. Tujuan untuk

mencapai kepercayaan dalam hubungan interpersonal, keintiman, mekanisme

penyesuaian, kapasitas dalam merasakan kesedihan, serta kemampuan

merasakan perubahan emosional.

e. Terapi keluarga

Dilakukan bila penderita membahayakan hubungan perkawinannya atau

fungsi dalam keluarga

Sedikit data yang menguatkan keunggulan salah satu pendekatan psikoterapi

dibandingkan yang lain dalam terapi gangguan mood masa anak-anak dan remaja.

Tetapi, terapi keluarga adalah diperlukan untuk mengajarkan keluarga tentang

gangguan mood serius yang dapat terjadi pada anak-anak saat terjadinya stres

keluarga yang berat. Pendekatan psikoterapetik bagi anak terdepresi adalah

pendekatan kognitif dan pendekatan yang lebih terarah dan lebih terstruktur

dibandingkan yang biasanya digunakan pada orang dewasa. Karena fungsi

psikososial anak yang terdepresi mungkin tetap terganggu untuk periode yang lama,

walaupun setelah episode depresif telah menghilang, intervensi keterampilan sosial

jangka panjang adalah diperlukan. Pada beberapa program terapi, modeling dan

permainan peran dapat membantu menegakkan keterampilan memecahkan masalah

yang baik. Psikoterapi adalah pilihan utama dalam pengobatan depresi (Kaplan,

1997)

Farmakoterapi

27

Page 28: Gangguan Afektif Bipolar

Depresi mayor

- Gol Trisiklik

- Gol SSRI : fluoxetine, paroxetin, sertraline, bupropion

- Alternatif : ECT

Gangguan Bipolar 1

- Lithium

- Anti konvulsan : Valproat dan carbamazepin

Gangguan bipolar 2

- Pemberian anti depresan pada episode depresif bisa timbul episode manik

Fluoxetin (prozac) telah digunakan dengan suatu keberhasilan pada remaja

dengan gangguan depresif barat. Karena beberapa anak dan remaja yang menderita

depresif akan mengalami gangguan bipolar, klinisi harus mencatat gejala hipomanik

yang mungkin terjadi selama pemakaian fluoxetin dan anti depresan lain. Pada kasus

tersebut medikasi harus dihentikan untuk menentukan apakah episode hipomanik

selanjutnya menghilang. Tetapi, respon hipomanik terhadap antidepresan tidak selalu

meramalkan bahwa gangguan bipolar telah terjadi (Kaplan, 1997)

Gangguan bipolar pada masa anak-anak dan remaja adalah diobati dengan

lithium (Eskalith) dengan hasil yang baik. Tetapi, anak-anak yang memiliki

gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas) dan selanjutnya mengalami gangguan bipolar

pada awal masa remaja adalah lebih kecil kemungkinannya untuk berespon baik

terhadap lithium dibandingkan mereka yang tanpa gangguan perilaku (Kaplan, 1997)

Pasien dengan gangguan bipolar membutuhkan dorongan untuk mencari dan

mempertahankan pengobatan dan tindak lanjutnya dengan segala keterbatasannya

lithium merupakan pengobatan untuk gangguan bipolar yang telah lama digunakan

meskipun banyak obat-obat generasi baru yang ditemukan, namun efektifitas

pencegahan bunuh diri masih belum jelas (Widiodiningrat, 2011), (Kaplan, 1997)

Garam Lithium (carbonate) merupakan antidepresan yang dianjurkan untuk

gangguan depresi bipolar (terdapatnya episode depresi dan mania) dan penderita

gangguan depresi. Lithium tidak bersifat sedative, depresan ataupun eforian, inilah

yang membedakannya dari antidepresan lain (Andra, 2011)

Mekanis aksi lithium mengendalikan alam perasaan belum diketahui, diduga

28

Page 29: Gangguan Afektif Bipolar

akibat efeknya sebagai membrana biologi. Sifat khas ion lithium dengan ukuran yang

amat kecil tersebar melalui membrana biologik, berbeda dari ion Na dan K. Ion

lithium menggantikan ion Na mendukung aksi potensial tunggal di sel saraf dan

melestarikan membrana potensial itu. Masih belum jelas betul makna interaksi antara

lithium (dengan konsentrasi 1 mEq per liter) dan transportasi monovalent atau

divalent kation oleh sel saraf (Andra, 2011)

Aksi lithium disusunan saraf pusat dispekulasikan merobah distribusi ion

didalam sel susunan saraf pusat, perhatian terpusat pada efek konsentrasi ionnya

yang rendah dalam metabolisme biogenik amin yang berperanan utama dalam

patofisiologi gangguan alam perasaan (Andra, 2011)

Sudah lebih dari 50 tahun lithium digunakan sebagai terapi gangguan bipolar.

Keefektivitasannya telah terbukti dalam mengobati 60-80% pasien. ‘Pamornya”

semakin berkibar karena dapat menekan ongkos perawatan dan angka kematian

akibat bunuh diri (Andra, 2011)

Tapi bukan berarti lithium tanpa cela. Terdapat orang-orang yang kurang

memberi respon terhadap lithium di antaranya penderita dengan riwayat cedera

kepala, mania derajat berat (dengan gejala psikotik), dan yang disertai dengan

komorbid. Bila penggunaanya dihentikan tiba-tiba, penderita cepat mengalami

relaps.

Selain itu, indeks terapinya sempit dan perlu monitor ketat kadar lithium

dalam darah. Gangguan ginjal menjadi kontraindikasi penggunaan lithium karena

akan menghambat proses eliminasi sehingga menghasilkan kadar toksik. Di samping

itu, pernah juga dilaporkan lithium dapat merusak ginjal bila digunakan dalam

jangka lama. Karena keterbatasan itulah, penggunaan lithium mulai ditinggalkan

(Andra, 2011)

Antipsikotik mulai digunakan sebagai antimanik sejak tahun 1950-an.

Antipsikotik lebih baik daripada lithium pada penderita bipolar dengan agitasi

psikomotor. Perhatian ekstra harus dilakukan bila hendak merencanakan pemberian

antipsikotik jangka panjang terutama generasi pertama (golongan tipikal) sebab dapat

menimbulkan beberapa efek samping seperti ekstrapiramidal, neuroleptic malignant

syndrome, dan tardive dyskinesia (Andra, 2011)

Valproat menjadi pilihan ketika penderita bipolar tidak memberi respon

terhadap lithium. Bahkan valproat mulai menggeser dominasi lithium sebagai

regimen lini pertama. Salah satu kelebihan valproat adalah memberikan respon yang

29

Page 30: Gangguan Afektif Bipolar

baik pada kelompok rapid cycler. Penderita bipolar digolongkan rapid cycler bila

dalam 1 tahun mengalami 4 atau lebih episode manik atau depresi. Efek terapeutik

tercapai pada kadar optimal dalam darah yaitu 60-90 mg/L. Efek samping dapat

timbul ketika kadar melebihi 125 mg/L, di antaranya mual, berat badan meningkat,

gangguan fungsi hati, tremor, sedasi, dan rambut rontok. Dosis akselerasi valproat

yang dianjurkan adalah loading dose 30 mg/kg pada 2 hari pertama dilanjutkan

dengan 20 mg/kg pada 7 hari selanjutnya (Andra, 2011)

Pencarian obat alternatif terus diupayakan. Salah satunya adalah lamotrigine.

Lamotrigine merupakan antikonvulsan yang digunakan untuk mengobati epilepsi.

Beberapa studi acak, buta ganda telah menyimpulkan, lamotrigine efektif sebagai

terapi akut pada gangguan bipolar episode kini depresi dan kelompok rapid cycler.

Sayangnya, lamotrigine kurang baik pada episode manik (Andra, 2011)

Selain itu pengobatan dengan antidepresan, terutama yang mengandung agen

serotonergik seperti sertraline (zoloft 50 mg/hari). Beberapa pasien memberikan

respon yang cukup bagus dengan pemberian obat psikostimulan dalam dosis kecil

seperti amfetamin 5-15 mg/ hari. Dalam semua kasus harus ada kombinasi kedua hal

tadi (Andra, 2011)

Gangguan bipolar harus diobati secara kontinu, tidak boleh putus. Bila putus,

fase normal akan memendek sehingga kekambuhan semakin sering. Adanya fase

normal pada gangguan bipolar sering mengakibatkan buruknya compliance untuk

berobat karena dikira sudah sembuh. Oleh karena itu, edukasi sangat penting agar

penderita dapat ditangani lebih dini (Andra, 2011)

IX. PROGNOSIS

a. Pasien dengan gangguan bipolar I mempunyai prognosis lebih buruk. Di

dalam 2 tahun pertama setelah peristiwa awal, 40-50% tentang pasien

mengalami serangan manik lain (Soref, 2011).

b. Hanya 50-60% pasien dengan gangguan bipolar I yang dapat diatasi

gejalanya dengan lithium. 7% pasien ini, gejala tidak terulang. 45% Persen

pasien mengalami lebih dari sekali kekambuhan dan lebih dari 40%

mempunyai suatu gejala yang menetap (Soref, 2011)

c. Faktor yang memperburuk prognosi

30

Page 31: Gangguan Afektif Bipolar

BAB III

KESIMPULAN

Gangguan suasana perasaan (gangguan mood/afektif) merupakan sekelompok

penyakit yang biasanya mengarah ke depresi atau elasi(suasana perasaan yang

meningkat). Pasien dengan mood yang meninggi menunjukkan sikap meluap-luap,

gagasan yang meloncat-loncat,penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri dan

gagasan kebesaran. Pasien dengan mood yang terdepresi merasakan hilangnya energi

dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan,

pikiran tentang kematian dan bunuh diri (Andra, 2011)

Sindrom mania disebabkan oleh tingginya kadar serotonin pada celah sinaps

31

Page 32: Gangguan Afektif Bipolar

neuron khususnya pada sistem limbik. Sedangkan pada sindrom depresi terjadi

defisiensi dari salah satu atau beberapa neurotransmitter aminergic pada celah sinap

neuron khususnya di sistem limbik sehingga aktivitas reseptor serotonin menurun.

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar

dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Perbedaannya adalah pada

gangguan bipolar I memiliki episode manik sedangkan pada gangguan bipolar II

mempunyai episode hipomanik.

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)

III, gangguan ini bersifat episode berulang yang menunjukkan suasana perasaan

pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu

terdiri dari peninggian suasana perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas

(mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan

serta pengurangan energi dan aktivitas (depresi).

Pengobatan yang diberikan pada gangguan bipolar berupa psikososial dan

farmakologi. Hampir pada semua kasus, gangguan bipolar mengalami kekambuhan.

Terkadang perubahan suasana perasaan dari depresi kemania atau sebaliknya tanpa

melalui periode suasana hati yang normal terlebih dahulu. Sekitar 15% penderita,

terutama wanita, mengalami empat episode atau lebih setiap tahunnya.

32

Page 33: Gangguan Afektif Bipolar

DAFTAR PUSTAKA

Andra, 2011. Memahami Kepribadian Dua Kutub. http://www.majalah-farmacia.com

[diakses 26 Agustus 2011]

Anonim, 2011. Gangguan Kejiwaan dan Macamnya.

http://www.ikhwah.informe.com [diakses 27 Agustus 2011] . Gangguan Afektif,

Depresi dan Gangguan Bipolar. http://www.redrop.wordpress.com [diakses 26

Agustus 2011]

Atmaji W, 2011. Gangguan Bipolar Sering berakhir Bunuh Diri.

http://www.suaramerdeka.com [diakses 26 Agustus 2011]

Depkes RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, 1993. Pedoman Penggolongan dan

Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta. Departemen Kesehatan. 145-156.

Elvira, Sylvia D. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI

Hilary, 2011. Bipolar Disorder. http://hilary.wordpresss.com [diakses 27 Agustus

2011.

Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA, 1997. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan

Perilaku Psikiatri Klinis Edisi Ketujuh Jilid Dua. Jakarta. Binarupa Aksara.

1997.809-816

Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.

Jakarta : FK Unika Atma Jaya

Soref S, 2011. Bipolar Affective Disorder. http://www.emedicine.com [diakses 26

Agustus 2011] © Files of DrsMed – FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk

33

Page 34: Gangguan Afektif Bipolar

Widiodiningrat R, 2011. Membangun Kesadaran-Mengurangi Resiko gangguan

Mental dan Bunuh Diri. http://pdpersi.co.id [diakses 26 Agustus 2011]

34