Gang AM
description
Transcript of Gang AM
Gangguan AfekPosted on Juli 22, 2009 by yumizone
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kelainan fundamental dari kelompok gangguan ini adalah perubahan suasana perasaan (mood) atau afek,
biasanya kearah depresi, atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat). Gangguan afektif
merupakan sekelompok penyakit yang bervariasi beratnya. Gejala utamanya adalah perubahan mood yang
secara periodik berganti – ganti antara mania dan depresi, biasanya diikuti oleh gejala – gejala yang khas
(Shaw).1
Gangguan mood seperti gangguan afektif bipolar memiliki resiko tersendiri. Dikarenakan mereka mengambil
jalan pintas untuk bunuh diri. Resiko bunuh diri meningkat pada penderita bipolar yang tidak diterapi yaitu
5,5 per 1000 pasien. Sementara yang diterapi hanya 1,3 per 1000 pasien. Gangguan depresi juga banyak
ditemui pada wanita sebesar 10-25%.
Pasien dengan mood yang meninggi (elevated)(mania)menunjukkan sikap meluap – luap, gagasan yang
meloncat – loncat, penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri dan gagasan kebesaran. Pasien
dengan mood yang terdepresi merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan
berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran tentang kematian dan bunuh diri. 1
Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi. Penurunan reseptor serotoninn setelah pemaparan
jangka panjang dengan antidepresdan yang menurunkan jumlah tempat ambilan kembali serotonin dan
suatu peningkatan konsentrasi serotonin telah ditemukan postmortem pada otak korban bunuh diri.1
Mekanisme obat anti depresi adalah menghambat “re – uptake aminergic neurotransmitter” dan
menghambat penghancuran oleh enzim “monoamine oxidase”. Sehingga terjadi peningkatan jumlah
“aminergic neurotransmitter” pada celah sinaps neuron tersebut yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor
serotonin.
Pemilihan obat antidepresi tergantung pada toleransi pasien terhadap efek samping dan penyesuaian efek
samping terhadap kondisi pasien.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Afek adalah ekspresi eksternal dari isi emosional saat itu. Sedangkan Mood adalah keadaan emosi internal
yang meresap dari seseorang.1
1. ETIOLOGI
Faktor Biologis :
Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan mood adalah berhubungan
dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik. Dari amin biogenik, norepinefrin dan serotonin
merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Penurunan
serotonin dapat mencetuskan depresi, dan beberapa pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit
serotonin dalam cairan serebrospinalis yang rendah dan konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah
di trombosit, seperti yang diukur oleh imipramin yang berikatan dengan trombosit. 1,2
Faktor Genetika :
Data genetik menyatakan bahwa suatu faktor penting di dalam perkembanagan gangguan mood adalah
genetika. Terdapat komponen genetika yang lebih kuat untuk transmisi gangguan bipolar I daripada untuk
transmisi gangguan depresif berat. Pada kembar monozigot 74%, kembar dizigot 19%. Keluarga keturunan
pertama 20%1,2
Faktor Psikososial :
Beberapa klinisi sangat mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memainkan peranan primer dalam
depresi. Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kahidupan yang paling berhubungan
dengan perkembangan depresi adalah kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun. Stresor lingkungan
yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan. 1,2
1. MACAM – MACAm GaNgGUAn AFEK
Keadaan Afek yang cenderung meninggi ( Hyperthymia ) :
– Euphoria : perasaan gembira yang berlebihan
– Elasi : seperti euphoria tapi disertai tingkah laku motorik yang agak berlebihan, labil dan menjurus
mudah tersinggung
– Eksaltasi : peninggian kehidupan afektif yang sangat menonjol disertai perbuatan dan pikiran yang
serba meninggiu dan berlebihan, tidak dapat tinggal diam untuk jangka pendek
– Ekstasi : seringkali berkaitan dengan hal – hal religius dan identifikasi dengan kekuatan kosmik.5
Keadaan Afek yang cenderung merendah ( Hypothymia ) :
– Depresi : menggambarkan segala bentuk keadaan sedih atau murung. Biasanya disertai hambatan di
bidang aktifitas baik pikiran, perbuatan maupun perasaan.
– Dukacita ( Grief ) : merupakan episode kesedihan yang mendalam yang harus dibedakan dengan
depresi.5
Gangguan Afektif lain :
– Dysthimia : perasaan tidak menyenangkan
– Poikilothymia : perasaan yang berubah – ubah.5
Gangguan afektif dibedakan menurut :
– Episode tunggal atau multiple
– Tingkat keparahan gejala :
– Mania dengan gejala psikotik, mania tanpa gejala psikotik (hipomania)
– Depresi ringan, sedang, berat tanpa gejala psikotik, berat dengan psikotik
– Dengan atau tanpa gejala somatik.3
1. Manifestasi klinik dan diagnosis
Gangguan mood yang utama :
1. I. Gangguan Depresif
Episode Depresi :
Gejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat ) :
– Afek depresif
– Kehilangan minat dan kegembiraan
– Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata
sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya :
– Kosentrasi dan perhatian berkurang
– Harga diri dan kepercayaan berkurang
– Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
– Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
– Gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau bunuh diri.
– Tidur terganggu
– Nafsu makan berkurang
Episode Depresif Ringan
Sekurang – kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi ditambah sekurang – kurangnya 2
dari gejala lainnya. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu.
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.
Episode Depresif Sedang
Sekurang – kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi ditambah sekurang – kurangnya 3 (
dan sebaiknya 4 ) dari gejala lainnya.
Lamanya seluruh episode berlangsung minimunm sekitar 2 minggu
Menghadapi kesulitan nyata untuk menruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah
tangga.
Episode Depresif Berat Tanpa gejala Psikotik :
Semua 3 gejala utama dari depresi harus ada
Ditambah sekurang – kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan diantaranya harus berintensitas berat.
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor ) yang mencolok, maka pasien
mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci.
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurangnya 2 minggu, bila gejala sangat berat dan
beronset sangat cepat maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam waktu kurang
dari 2 minggu.
Sangat tidak mungkin bagi pasien meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah
tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
Episode Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik :
Memenuhi kriteria eposode depresi berat
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa,
kemiskinan, atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab akan hal
itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau
bau kotoran atau daging membusuk
Reteardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor
Jika diperlukan, waham tau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan
afek ( mood congruent )
Gangguan Depresif Berulang
Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari : episode depresif ringan, episode depresif
sedang, episode depresif berat.
Episode masing – masing rata – rata lamanya sekitar 6 bulan akan tetapi frekuensinya lebih jarang
dibandingkan dengan gangguan afektif bipolar.
Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peningkatan afek dan hiperaktivitas yang memenuhi
kriteria mania. Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat dari
peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania segera sesudah suatu
episode depresif.
Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode namun sebagian kecil pasien mungkin
mendapat depresi yang akhirnya menetap terutama pada usia lanjut.
Episode masing – masing dalam berbagai tingkat keparahan seringkali dicetuskan oleh peristiwa
kehidupan yang penuh stress dan trauma mental lain.
Gangguan depresif berulang episode kini ringan :
Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi
kriteria untuk episode depresif ringan.
Gangguan depresif berulang episode kini sedang :
Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi
kriteria untuk episode depresif sedang.
Gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala psikotik :
Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi
kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik.
Gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala psikotik :
Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi
kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik.
Gangguan depresif berulang kini dalam remisi :
Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus pernah dipenuhi masa lampau tetapi keadaan
sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk episode depresif dengan derajat keparahan
apapun atau gangguan lain apapun.
Pada semua episode, sekurangnya ada dua episode telah berlangsung masing – masing selama minimal 2
minggu dengan ada waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
1. II. Gangguan Bipolar – I
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang ( sekurang – kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan
tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penmabhan
energi dan aktivitas ( mania atau hipomania ), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai
pengurangan energi dan aktivitas ( depresi ) . Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan
sempurna antar episode.
Episode manik biasanya mulai dengan tiba – tiba dan beralngsung antara 2 minggu sampai 4 – 5 bulan,
episode depresi cenderung berlangsung lebih lama ( rata – rata sekitar 6 bulan ) meskipun jarang melebihi 1
thun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terajdi setelah peristiwa hidup yang
penuh stres atau trauma mental lain ( adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis).
Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik
Episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania
Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala Psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik
Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala Psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhu kriteria untuk mania dengan gejala psikotik.
Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau sedang
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan ataupun sedang
Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik
Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala
psikotik
Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran
Episode yang sekarang menunjukkan gejala – gejala manik, hipomani, dan depresif yang
tercampur atau bergantian dengan cepat ( gejala mania/hipomania dan depresi sama – sama
mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung
sekurang – kurangnya 2 minggu )
Pada semua episode harus ada sekurang – kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif atau campuran) di masa lampau.
Gangguan afektif bipolar episode kini dalam remisi :
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini, tetapi
pernah mengalami sekurangnya 1 episode afektif dimasa lampau dan ditambah sekurangnya 1
episode lainnya..
1. III. Gangguan Afektif Menetap
Siklotimia :
Ciri esensial adalah ketidakstabilan menetap dari afek meliputi banyak episode depresi ringan dan
hipomania ringan diantaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup lama untuk memenuhi
kriteria gangguan afektif bipolar atau gangguan depresif berulang.
Setiap episode afektif tidak memenuhi kriteria untuk manapun yang disebut dalam episode manik
atau episode depresif.
Distimia :
Ciri esensial adalah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak pernah atau jarang
sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif berulang ringan dan sedang.
Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurangnya beberapa tahun,
kadang untuk jangkla waktu tidak terbatas. Jika onsetnya pada usia lanjut gangguan ini seringkali
merupakan kelanjutan suatu episode depresif tersendiri dan berhubungan dengan masa
berkabung atau stres lain yang tampak jelas.
1. IV. Episode Manik
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan
aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu episode
manik tunggal ( yang pertama ), termasuk gangguan afektif bipolar, episode manik tunggal.
Hipomania
Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek yang meninggi atau berubah disertai
peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang – kurangnya beberapa hari berturut – turut, pada
suatu derajat intensitas dan yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia, dan
tidak disertai halusinasi atau waham.
Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai dengan diagnosis
hipomania, akan tetapi bila kakacauan itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis mania harus
ditegakkan
Mania Tanpa Gejala Psikotik
Episode harus berlangsung sekurang – kurangnya 1 minggu, dan cukup berat sampai
mengacaukan seluruh atay hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
Perubahan afek harus disertai dengan energiu yang bertambah sehingga terjadi aktivitas
berlabihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide – ide perihal
kebesaran/ “grandiose ideas” dan terlalu optimistik.
Mania Dengan Gejala Psikotik
Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari mania tanpa gejala psikotik.
Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham kejar
( delusion of grandeur ), iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar ( delusion of persecution ).
Waham dan halusinasi “sesuai” dengan keadaan afek tersebut ( mood congruent ).3
1. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Episode Depresif :
Deskripsi umum : Retradasi psikomotor menyeluruh merupakan gejala yang paling umum,
walaupun agitasi psikomotor juga sering ditemukan khususnya pada pasien lansia. Secara klasik,
seorang pasien depresi memiliki postur yang membungkuk tidak terdapat pergerakan spontan,
pandangan mata yang putus asa dan memalingkan pandangan.
Mood, afek dan perasaan : Pasien tersebut sering kali dibawa oleh anggota keluarganya atau
teman kerjanya karena penarikan sosial dan penurunan aktifitas secara menyeluruh.
Bicara : Banyak pasien terdepresi menunjukkan suatu kecepatan dan volume bicara yang
menurun, berespon terhadap pertanyaan dengan kata tunggal dan menunjukkan yang lambat
terhadap suatu pertanyaan.
Gangguan Persepsi : Pasien terdepresi dengan waham atau halusinasi dikatakan menderita
episode depresi berat dengan ciri psikotik. Waham sesuai mood pada pasien terdepresi adalah
waham bersalah, memalukan, tidak berguna, kemiskinan, kegagalan, kejar, dan penyakit somatik
terminal.
Pikiran : Pasien terdepresi biasanya memiliki pandangan negatif tentang dunia dan dirinya sendiri.
Isi pikiran mereka sering kali melibatkan perenungan tentang kehilangan, bersalah, bunuh diri, dan
kematian. Kira – kira 10% memiliki gejala jelas gangguan berpikir, biasanya penghambatan pikiran
dan kemiskinan isi pikiran.
Sensorium dan Kognisi : Daya ingat, kira – kira 50 – 70% dari semua pasien terdepresi memiliki
suatu gangguan kognitif yang sering kali dinamakan pseudodemensia depresif, dengan keluhan
gangguan konsentrasi dan mudah lupa.
Pengendalian Impuls : Kira – kira 10 – 15% pasien terdepresi melakukan bunuh diri dan kira – kira
dua pertiga memiliki gagasan bunuh diri. Resiko meninggi untuk melakukan bunuh diri saat mereka
mulai membaik dan mendapatkan kembali energi yang diperlukan untuk merencanakan dan
melakukan suatu bunuh diri (bunuh diri paradoksikal / paradoxical suicide).
Reliabilitas : Semua informasi dari pasien terlalu menonjolkan hal yang buruk dan menekankan
yang baik.
Episode Manik :
Deskriksi Umum : Pasien manik adalah tereksitasi, banyak bicara, kadang – kadang mengelikan
dan sering hiperaktif. Suatu waktu mereka jelas psikotik dan terdisorganisasi, memerlukan
pengikatan fisik dan penyuntikan intra muskular obat sedatif.
Mood, afek dan perasaan : Pasien manik biasanya euforik dan lekas marah. Mereka memiliki
toleransi frustasi yang rendah, yang dapat menyebabkan perasaan kemarahan dan permusuhan.
Secara emosional adalah labil, beralih dari tertawa menjadi lekas marah menjadi depresi dalam
beberapa menit atau jam.
Bicara : Pasien manik tidak dapat disela saat mereka bicara dan sering kali rewel dan penganggu
bagi orang – orang disekitarnya. Saat keadaan teraktifitas meningkat pembicaraan penuh gurauan,
kelucuan, sajak, permainan kata – kata dan hal – hal yang tidak relefan. Saat tingkat aktifitas
meningkat lagi, asosiasi menjadi longgar, kemampuan konsentrasi menghilang, menyebabkan
gagasan yang meloncat – loncat (flight of idea), gado – gado kata dan neologisme. Pada
kegembiraan manik akut pembicaraan mungkin sama sekali inkoheren dan tidak dapat
membedakan dari pembicaraan skizofrenik.
Gangguan Persepsi : Waham ditemukan pada 75% dari semua pasien manik. Waham sesuai
mood seringkali melibatkan kesehatan, kemampuan atau kekuatan yang luar biasa. Dapat juga
ditemukan waham dalam halusinasi aneh yang tidak sesuai mood.
Pikiran : Isi pikirannya termasuk tema kepercayaan dan kebesaran diri, sering kali perhatiannya
mudah dialihkan. Fungsi kognitif ditandai oleh aliran gagasan yang tidak terkendali cepat.
Sensorium dan Kognisi : Secara kasar orientasi dan daya ingat adalah intak walaupun beberapa
pasien manik mungkin sangat euforik sehingga mereka menjawab secara tidak tepat. Gejala
tersebut disebut “mania delirium” (delirious mania) oleh Emil Kraepelin.
Pengendalian Impuls : Kira – kira 75% pasien manik adalah senang menyerang atau mengancam.
Perimbangan dan Tilikan : Gangguan pertimbangan merupakan tanda dari pasien manik. Mereka
mungkin melanggar peraturan dengan kartu kredit, aktifitas seksual dari finansial, kadang
melibatkan keluarganya dalam kejatuhan finasial.
Reliabilitas : Pasien manik terkenal tidak dapat dipercaya dalam informasinya.5
1. pErJalanan penyakit
Hasil penelitian gannguan mood cenderung memiliki perjalanan penyakit yang panjang dan pasien
cenderung mengalami kekambuhan. Stresor psikososial sebagai penyebab awal timbulnya gangguan mood.
Kira – kira 50 persen dari pasien di dalam episode pertama gangguan depresif berat mangalami gejala
depresif yang bermakna sebelum episode pertama yang dididentifikasi. episode depresif yang tidak diobati
berlangsung 6 sampai 13 bulan. Kira – kira 5 – 10 persen pasien dengan diagnosis awal gangguan depresif
berat menderita suatu episode manik 6 sampai 10 tahun setelah episode depresif awal. Gangguan bipolar I
paling sering dimulai dengan depresi ( 75% pada wanita, 57% pada laki – laki ) dan merupakan gangguan
yang rekuren. Sebagian besar pasien mengalami episode depresif maupun manik, walaupaun 10 – 20
persen hanya mengalami episode manik. Episode manik biasanya memiliki onset yang cepat (beberapa jam
atau hari), tetapi dapat berkembang lebih dari satu minggu. Episode manik yang tidak diobati berlangsung
kira – kira tiga bulan; dengan demikian, klinisi tidak boleh menghentikan obat sebelum waktu tersebut. 1,2
1. terapi
Pengobatan bertujuan untuk :
– Menjamin keamanan pasien
– Pemeriksaaan diagnostik yang lengkap pada pasien
– Suatu rencana pengobatan harus dimulai yang menjawab bukan hanya gejala tetapi juga kesehatan
pasien selanjutnya.1
Perawatan di Rumah Sakit
Indikasi untuk perawatan di Rumah Sakit adalah
– Perlu prosedur diagnostik
– Resiko bunuh diri atau membunuh
– Penurunan jelas kemampuan pasien untuk mendapatkan makanan atau tempat berlindung
– Riwayat gejala yang berkembang dengan cepat
– Hancurnya sistem pendukung pasien.1
Terapi psikososial
Tiga jenis psikoterapi jangak pendek yaitu : terapi kognitif, terapi interpersonal, dan terapi perilaku. 1
Tujuan terapi kognitif adalah menghilangkan episode depresif dan mencegah rekurennya dengan
membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negatif; mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel,
dan positif; dan melatih kembali respon kognitif dan perilaku yang baru.
Terapi interpersonal efektif di dalam pengobatan gangguan depresif berat. Program tersebut terdiri dari 12-
16 sesi mingguan. Terapi ditandai dengan pendekatan terapetik aktif .
Terapi perilaku didasarkan pada hipotesisi bahwa pola perilaku maladaptif menyebabkan seseorang
mendapatkan sedikit umpan balik positif dari masyarakat dan kemungkinan penolakan yang palsu. Dengan
demikian pasien belajar untuk berfungsi di dunia dengan cara tertentu di mana mereka mendapatkan
dorongan positif.
Farmakoterapi
Penggunaan farmakoterapi spesifik kira – kira menggandakan kemungkinan bahwa seorang pasien yang
terdepresi akan pulih dalam satu bulan.1 Obat – obat anti depresi digolongkan dalam5 :
1. Obat anti depresi Trisiklik = Amitriptylin, Imipramine, Clomipramine, Tianeptin.
2. Obat anti depresi Tetrasiklik = Maprotilin, Mianserin, Amoxapine
3. Oabat anti depresi MAOI – Reversible = Moclobemide
4. Obat anti depresi SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) = Sertraline, Paroxetine,
Fluvoxamine, Fluoxetine, Duloxetine, Citalopram.
5. Obat Anti depresi “Atypical” = Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine
Mekanisme obat anti depresi adalah menghambat “re – uptake aminergic neurotransmitter” dan
menghambat penghancuran oleh enzim “monoamine oxidase”. Sehingga terjadi peningkatan jumlah
“aminergic neurotransmitter” pada celah sinaps neuron tersebut yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor
serotonin.
Pemilihan obat antidepresi tergantung pada toleransi pasien terhadap efek samping dan penyesuaian efek
samping terhadap kondisi pasien.
Urutan (step care) pemilihan obat anti depresi :
Step 1 = Golongan SSRI
Step 2 = Golongan Trisiklik
Step 3 = Golongan Tetrasiklik, Atypical, MAOI reversible.
Pertimbangkan juga bahwa pergantian SSRI ke MAOI atau sebaliknya membutuhkan waktu 2-4 minggu
istirahat untuk “wash out period” guna mencegah timbulnyah “Serotonin Malignant Syndrom”. Yaitu suatu
gejala yang timbul akibat dari interaksi obat SSRI+MAOI dengan gejala : gastrointestinal distress (mual,
muntah, diare), agitasi (mudah marah, ganas), gelisah, gerakan kedutan otot, dll. 4
Pengaturan dosis perlu dipertimbangkan:
Onset efek primer : sekitar 2-4 minggu.
Onset efek sekunder : sekitar 12-24 jam
Waktu paruh : 12-48 jam (pemberian 1-2x perhari)
Proses dalam pengaturan dosis :
1. Initiating dosage (test dose); untuk mencapai dosis anjuran selama 1 minggu.
2. Titrating dosage (optimal dose); mulai dosisi anjuran sampai mencapai dosis efektif (dosis optimal)
3. Stabilizing dosage (stabilization dose); dosis op[timal yang dipertahankan selaam 2-3 bulan.
4. Maintaining dosage (maintenance dose); selama 3-6 bulan. Biasanya dosis pemeliharaan = ½
dosis optimal.
5. Tappering dosage (tappering dose); selama 1 bulan. Kebalikan dari proses “initiating dosage”.
Dengan demikian obat anti depresi dapat diberhentikan total. Jika kemudian sindrom depresi kambuh lagi,
proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya.
1. prognosis
Prognosa baik apabila :
– Episodenya ringan, tidak ada gejala psikotik
– Perawatan di rumah sakit hanya singkat
– Selama masa remaja, pasien mempunyai hubungan psikososial yang baik
– Tidak ada gangguan psikiatri komorbiditas
– Tidak ada gangguan kepribadian.5
Prognosa buruk apabila :
– Adanya penyerta gangguan distimik
– Penyalahgunaan NARKOBA
– Gejala gangguan cemas
– Riwayat lebih dari satu episode depresi
– Laki – laki lebih sering menjadi kronis dan mengganggu dibandingkan perempuan.5
Gangguan depersif berat bukan merupakan gangguan yang ringan. Keadaan ini cenderung merupakan
gangguan kronis, dan pasien cenderung mengalami relaps. Pasien dengan gangguan bipolar I memiliki
prognosis yang lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan depresif berat. Sepertiga dari semua
pasien gangguan bipolar I memiliki gejala kronis dan bukti – bukti penurunan sosial yang bermakna. 1
bab iii
kesimpulan
Gangguan afektif merupakan sekelompok penyakit yang bervariasi beratnya. Gejala utamanya adalah
perubahan mood yang secara periodik berganti – ganti antara mania dan depresi, biasanya diikuti oleh
gejala – gejala yang khas. Faktor penyebab gangguan depresi yang berperan penting adalah gangguan
biologis, faktor genetika, dan psikososial. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi. Penurunan
reseptor serotonin setelah pemaparan jangka panjang dengan antidepresdan yang menurunkan jumlah
tempat ambilan kembali serotonin dan suatu peningkatan konsentrasi serotonin telah ditemukan
postmortem pada otak korban bunuh diri.
Mekanisme obat anti depresi adalah menghambat “re – uptake aminergic neurotransmitter” dan
menghambat penghancuran oleh enzim “monoamine oxidase”. Sehingga terjadi peningkatan jumlah
“aminergic neurotransmitter” pada celah sinaps neuron tersebut yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor
serotonin. Pemilihan obat antidepresi tergantung pada toleransi pasien terhadap efek samping dan
penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien.
Gangguan depersif cenderung merupakan gangguan kronis, dan pasien cenderung mengalami relaps.
Adanya ciri psikotik mencerminkan penyakit yang parah dan merupakan indikator prognostik yang buruk.
Pasien dengan gangguan bipolar I memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan pasien dengan
gangguan depresif berat. Sepertiga dari semua pasien gangguan bipolar I memiliki gejala kronis dan bukti –
bukti penurunan sosial yang bermakna.
daftar pustaka
1. Kaplan & Saddock, Harlock 1, Kaplan MD, Benjamin D, Saddock.” Sinopsis Psikiatri, Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis”.Gangguan Mood, bab 15. Jilid I .Ed. VII, Jakarta. Binarupa
Aksara, 1997.H; 777-857.
2. Morgan H.G, Morgan M.H. “Segi Praktis Psikiatri”. “Gangguan Afek”. Jakarta. Binarupa Aksara,
1991. H; 53-71.
3. Maslim Rusdi, Dr.”Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III”. Pedoman
Diagnostik : F 30-39 : gangguan suasana perasaan/mood (gangguan afektif). Jakarta, Bagian Ilmu
Kedokteran jiwa FK – Unika Atmajaya. 2001. H; 58-69.
4. Maslim Rusdi, Dr. “Panduan praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik”. Obat Anti depresi. Ed III.
Jakarta, Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK – Unika Atmajaya. 2007. H; 23-30
5. http.//www.geocities.com.fkupn.Diunduh: 19 Mei 2008.
6. Maramis, WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya, Airlangga University Press. 1994.