gamelan jawa sebagai sumber ide dalam penciptaan karya seni grafis
Transcript of gamelan jawa sebagai sumber ide dalam penciptaan karya seni grafis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
GAMELAN JAWA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS
PENGANTAR TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Seni Rupa Murni
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh :
PRIMA BUDI HASTUTI
C0606017
JURUSAN SENI RUPA MURNI
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN
GAMELAN JAWA SEBAGAI SUMBER IDE
DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS
Disusun Oleh :
PRIMA BUDI HASTUTI
C0606017
Telah disetujui oleh :
Pembimbing I
_____Drs. Rusmadi_____ NIP 194604171979031001
Pembimbing II
Drs. Agus Nur Setyawan, M.Hum NIP 195603121987031001
Mengetahui
Ketua Jurusan Seni Rupa Murni
Drs. Arfial Arsad Hakim, M.Sn. NIP 195007111981031001
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
GAMELAN JAWA SEBAGAI SUMBER IDE
DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS
Disusun oleh:
PRIMA BUDI HASTUTI
C0606017
Telah disetujui oleh Tim Penguji Tugas Akhir Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Tanggal 4 Oktober 2010
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua : Drs. Sunarto, M.Sn. ………………. NIP. 194708301980031002
Sekretaris : Drs. Agustinus Sumargo, M.Sn ……………….. NIP.195103221985031001
Penguji I : Drs. Rusmadi ……………….. NIP 194604171979031001
Penguji II : Drs. Agus Nur Setyawan, M.Hum ……………….. NIP 195603121987031001
Mengetahui
Dekan
Fakultas Sastra Dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Drs. Sudarno, M.A. NIP. 195303141985061001
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN Karya ini Kupersembahkan untuk Papa Drs. Lugtyastyono Budi Nugroho M.Pd, Mama AKP. Endang Sri Hastuti yang tercinta, dan Hari Kristanto S.Ikom kekasih yang kusayangi, serta sahabat-sahabatku dan almamater yang kubanggakan.
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Nama : Prima Budi Hastuti NIM : C0606017
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir berjudul Gamelan Jawa Sebagai Sumber Ide Dalam Penciptaan Karya Seni Grafis adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan gelar yang diperoleh dari Tugas Akhir tersebut.
Surakarta, 4 Oktober 2010
Yang membuat pernyataan
( Prima Budi Hastuti )
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“For this is the love of God, that we keep his commandments, and his commandments are not burdensome”
“Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya,
Perintah-perintah-Nya itu tidak berat”(1 Yohanes 5:3)
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang
berjudul “Gamelan Jawa Sebagai Sumber Ide Dalam Penciptaan Karya Seni
Grafis”. Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat kelulusan pada
Program Strata-1 jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Adapun keberhasilan penulisan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:
1. Drs. Sudarno, M.A., Dekan fakultas Sastra Dan Seni Rupa,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusmadi, selaku dosen pembimbing I sekaligus Penguji yang
telah memberi bimbingan dan arahan dalam pembuatan karya,
sehingga terselesaikannya karya dalam Tugas Akhir ini.
3. Drs. Agus Nur Setyawan, M.Hum., selaku dosen pembimbing II
yang selalu menyempatkan diri disela-sela kesibukannya untuk
memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Dewan penguji Tugas Akhir Fakultas Sastra Dan Seni Rupa,
Jurusan Seni Rupa Murni, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Seluruh Dosen Jurusan Seni Rupa Murni yang telah mendidik
penulis selama duduk di bangku kuliah. Ilmu yang penulis terima
semoga akan selalu berguna.
6. Orang Tua tercinta Papa, Mama, terima kasih atas doa dan
dukungannya.
7. Hari, seseorang yang telah memberi dorongan dan perhatian, serta
segala pengertiannya.
8. Seluruh teman-teman di program studi Seni Rupa Murni,
khususnya angkatan 2006, Yudi, Cerly, Ervan, Wahyu, Indah,
Tyas, Arum, Fitri, atas bantuan dan partisipasinya.
9. Budi, Galih, Basuki, Kaka, yang selalu bersedia membantu di
dalam setting tempat untuk presentasi.
10. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, terima
kasih atas bantuan serta saran maupun kritikannya.
Tugas Akhir ini masih banyak kekurangannya, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi sempurnanya tulisan
ini. Akhir kata semoga Tugas Akhir yang sederhana ini dapat bermanfaat
bagi yang membacanya.
Surakarta, 4 Oktober 2010
Penulis
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…….…….………..………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………….…………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN………………….......................................... iii
PERSEMBAHAN…………...…………………………………………….. iv
PERNYATAAN …………………………………………………………... v
MOTTO…………….……..…………………………………………..…… vi
KATA PENGANTAR………..……..……………………………….……. viii
DAFTAR ISI…………………………..……………...…………………… ix
DAFTAR GAMBAR…………………….…………...…………………… xi
ABSTRAK……………………………..……………...………………….. xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….…… 1
B. Batasan Masalah ………………………………………….………… 2
C. Rumusan Masalah …………………………………………………... 2
E. Tujuan Penulisan….…………………………………………………. 3
F. Manfaat Penulisan…….……………………………………………… 3
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Gamelan Jawa
1. Pengertian Gamelan…...…………….…………………............... 4
2. Macam-Macam Gamelan Jawa.........……………….…………… 7
B. Komponen Dan Unsur Karya Seni………………………………...... 13
C. Pengertian Abstrak, Abstraksi, Dan Distorsi………………………... 17
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Halaman
D. Seni Grafis........................................................................................... 18
1. Ragam Teknik Seni Grafis……………………………………….. 19
a. Cetak Tinggi.............................................................................. 19
b. Cetak Dalam............................................................................. 19
c. Cetak Datar............................................................................... 20
d. Cetak Saring.............................................................................. 20
e. Cetak Digital............................................................................. 21
BAB III. METODOLOGI PENCIPTAAN
A. Implementasi Teoritis……………………………………………….. 25
B. Implementasi Visual………………………………………………… 26
1. Konsep Bentuk………………………………………………….. 26
2 Proses Penggarapan……………………………………………… 28
a. Medium……………………………………………………… 28
b. Teknik……………………………………………………….. 29
3. Penyajian………………………………………………………… 30
4. Diskripsi Karya………………………………………………….. 31
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan………………..…………………………………… 41
DAFTAR PUSTAKA ………………....…………………..…………… 43
LAMPIRAN Karya Lama Studio IV
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bonang…………………………………………………………. 8
Gambar 2. Celempung……………………………………………………… 8
Gambar 3. Gambang……………………………………………………….. 9
Gambar 4. Gender………………………………………………………….. 10
Gambar 5. Gong……………………………………………………………. 10
Gambar 6. Kemanak………………………………………………………... 11
Gambar 7. Kendhang……………………………………………………….. 11
Gambar 8. Kenong…………………………………………………………. 12
Gambar 9. Kethuk-Kempyang……………………………………………… 12
Gambar 10. Rebab………………………………………………………….. 13
Gambar 11. Saron…………………………………………………………... 13
Gambar 12. Slenthem………………………………………………………. 14
Gambar 13. Suling………………………………………………………….. 14
Gambar 14. Celempung Tak Berdawai…………………………………….. 31
Gambar 15. Broken Gender………………………………………………… 32
Gambar 16. Rebab In Technic Colour II..…………………………………. 33
Gambar 17. Rebab In Technic Colour I..…………………………………… 34
Gambar 18. Gong Ageng…………………………………………………… 35
Gambar 19. Slenthem Of Java……………………………………………… 36
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 20. Kendang Gila………………………………………………….. 37
Gambar 21. Bonang boncel………………………………………………… 38
Gambar 22. Tetes Kemanak………………………………………………... 39
Gambar 23. Kethuk-Kempyang…………………………………………….. 40
Gambar 24. Lapar…………………………………………………………… 45
Gambar 25. Bertingkah……………………………………………………... 46
Gambar 26. Menatap Sayu…………………………………………………. 47
Gambar 27. Tatapan Penuh Misteri ……………………………………….. 48
Gambar 28. Tertidur Pulas…………………………………………………. 49
Gambar 29. Berlari…………………………………………………………. 50
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns c.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di daerah Klaten dimana tempat penulis tinggal, karawitan masih cu
eksis dan signifikan di dunia kesenian klaten. Dentang suara yang merdu
suara yang indah ini tercipta dari karawitan. Karawitan sendiri tercipta
instrumen musik yang biasa disebut dengan gamelan ketika dimainkan o
sekelompok orang dalam membawakan sebuah gending.
Instrumen musik gamelan terdiri dari Kendang, Bonang, Bonang Pene
Demung, Saron, Peking, Kenong & Kethuk, Slenthem, Gender, Gong, Gamba
Rebab, Siter, dan Suling. Seluruh Instrumen Gamelan biasa dimainkan o
beberapa orang, dan jarang dimainkan secara individu. Maka dari itu p
kebersamaan dan kekompakan dalam memainkan gamelan. Instrumen/alat mu
gamelan sangatlah menarik, karena bentuknya yang unik dan sangat k
Contohnya saja gong, gong mempunyai bentuk yang unik, ciri–cirinya ada
bulat besar dan ditengahnya ada tonjolan, jika tonjolan itu dipukul maka a
berbunyi “gong” dengan nada yang besar. Gong sering dibunyikan saat ak
ketukan, setelah bunyi kenong, kempul dan alat instrumen gamelan
dimainkan. Jadi gong sering mengakhiri/menutup irama alunan karawitan da
sebuah permainan gamelan.
1
.a
kup
dan
dari
leh
rus,
ng,
leh
erlu
sik
has.
lah,
kan
hir
lain
lam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Alunan musik gamelan musiknya terasa mendayu–dayu, kalem, dan enak
didengar, makin lama mendengar makin terasa selaras dan bisa membuat kantuk
seseorang karena alunan nadanya.
Dari keunikan bentuk gamelan, dan spirit kebersamaan dalam memainkan
gamelan, penulis terinspirasi dan selanjutnya mengangkat gamelan sebagai tema
karya-karya penciptaan seni grafis penulis dalam proyek tugas akhir ini
B. Batasan Masalah
Dalam masalah ini, penulis membatasi masalah Gamelan Jawa sebagai
sumber ide penciptaan karya seni grafis dalam teknik digital
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik bentuk gamelan Jawa?
2. Bagaimana konsep karya seni grafis dengan sumber ide gamelan Jawa?
3. Bagaimana visualisasi karya seni grafis dengan teknik digital?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
D. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan karakteristik bentuk gamelan Jawa.
2. Merumuskan konsep karya seni grafis dengan sumber ide gamelan Jawa.
3. Memvisualisasikan karya seni grafis dengan teknik digital
E. Manfaat Penulisan
1. Menjadi landasan konsep karya sebagai suatu proses kreatif dalam karya seni
grafis yang penulis ciptakan.
2. Memberikan pengantar kepada pembaca untuk dapat memahami karya seni
grafis digital dengan sumber ide gamelan Jawa.
3. Dapat memberikan sumbangan data kepustakaan khususnya dalam bidang seni
grafis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Gamelan Jawa
1. Pengertian Gamelan
Bagi masyarakat Jawa khususnya, gamelan bukanlah sesuatu yang asing
dalam kehidupan kesehariannya. Dengan kata lain, masyarakat tahu benar mana
yang disebut gamelan atau seperangkat gamelan. Mereka telah mengenal istilah
gamelan, namun barangkali masih banyak yang belum mengetahui bagaimana
sejarah perkembangan gamelan itu sendiri.
Menurut Sumarsam, gamelan diperkirakan lahir pada saat budaya luar dari
Hindu–Budha (sic) mendominasi Indonesia . Walaupun pada perkembangannya
ada perbedaan dengan musik India, tetapi ada beberapa ciri yang tidak hilang,
salah satunya adalah cara “menyanyikan” lagunya. Penyanyi pria biasa disebut
sebagai wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana (Sumarsam 2003:
35)
Menurut kamus bahasa Indonesia Purwodarminto, gamelan adalah
seperangkat alat musik yang digunakan untuk mengiringi sebuah pertunjukan.
Menurut buku yang berjudul Mengenal Secara Mudah Dan Lengkap
Kesenian Karawitan Gamelan Jawa dari Farabi Ferdiansyah (2010: 23) Gamelan
berasal dari kata nggamel (dalam bahasa jawa)/gamel yang berarti
memukul/menabuh, diikuti akhiran “an” yang menjadikannya sebagai kata
benda. Sedangkan istilah gamelan mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat
musik yang dimainkan bersama.
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Gamelan merupakan satu kesatuan utuh berbagai unsur alat musik yang
diwujudkan dan dibunyikan bersama (http://www.visitsemarang.com). Gamelan
juga merupakan alat musik yang biasa dipakai dalam pertunjukan wayang Jawa
(http://www.seasite.niu.edu).
Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon,
gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada
instrumennya/alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang
diwujudkan dan dibunyikan bersama (http://ruddabby.wordpress.com).
Gamelan adalah musik yang tercipta dari paduan bunyi gong, kenong dan alat
musik Jawa lainnya. Irama musik yang lembut dan mencerminkan keselarasan
hidup orang Jawa akan segera menyapa dan menenangkan jiwa begitu didengar
(Yunanto Wiji Utomo 2006, http://www.yogyes.com)
Penggunaan istilah gamelan dan karawitan sudah mulai sama dengan
yang diberlakukan di Indonesia , terutama oleh para praktisi maupun para
akademisi yang telah berhubungan lebih jauh atau akrab dengan dunia musik
gamelan, dunia karawitan.
Menurut wikipedia gamelan, kata nggamel (dalam bahasa Jawa) dapat
berarti memukul. Itulah kemungkinannya mengapa gamelan dianggap sebagai
satu perangkat musik pukul atau perkusi (ansambel atau orkes, yang nama dan
jenisnya tergantung dari jenis, jumlah atau komposisi ricikan-ricikan yang
digunakan serta fungsinya di masyarakat), walau pada kenyataannya perangkat
gamelan juga melibatkan alat-alat musik non perkusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Berkaitan dengan perkembangan jaman, perkembangan fungsi kesenian,
selera jaman, berikut ini adalah beberapa nama perangkat gamelan yang pernah
ada dan sampai sekarang masih ditabuh dan berfungsi :
1. Gamelan Kodhok Ngorek, berfungsi sebagai pengiring acara hajatan atau
peristiwa pernikahan. Karena gamelan Kodhok Ngorek berlaras slendro
maka wajar, enak, dan tidak ada kejanggalan sama sekali bila pada
perangkat gamelan tersebut melibatkan gender dan gambang gangsa
slendro. Alasan lain yang digunakan untuk menguatkan pendapatnya,
Pak Martapangrawit menyebutkan bahwa kehadiran slenthem pada
perangkat gamelan ageng bermain dengan menggunakan nada 4 (pelog)
dan 3 (dhadha), jarak tersebut pada dasarnya adalah sama dengan
interval slendro, seperti layaknya interval nada lima ke dhadha slendro.
2. Gamelan Monggang, fungsi dan kegunaannya untuk kelengkapan
berbagai acara dan upacara dilingkungan keraton/kadipaten dan
kabupaten pada masa itu, seperti memberi tengara pada upacara
penobatan dan jumenengan raja, mengiringi latihan perang prajurit
bertombak atau acara sodoran, serta sebagai pengiring kelahiran bayi
laki-laki dari keluarga raja, dan sebagainya.
3. Gamelan Cara Balen, berfungsi untuk menghormati kedatangan tamu,
baik dalam upacara keluarga, kerajaan, ataupun kemasyarakatan.
Misalnya, pasar malam sekatenan, fair, mantenan, khitanan, syukuran,
dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
4. Gamelan Sekaten, dibunyikan setiap setahun sekali selama seminggu, dari
tanggal 5 s/d 12 setiap bulan Mulud (menurut kalender Jawa), pada
setiap bulan kelahiran Nabi Muhammad S.A.W.
5. Gamelan Ageng, berfungsi hampir setiap hari untuk keperluan
kemasyarakatan seperti, hiburan seni, campur sari, pagelaran wayang
kulit, dan sebagainya.
2. Macam-Macam Gamelan Jawa
Dari buku yang berjudul hayatan gamelan dan gamelan yang ditulis oleh
Sumarsan maka penulis dapat menguraikan lebih lanjut macam-macam
instrumen gamelan. Komponen utama susunan alat-alat musik gamelan adalah
bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam
pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama
musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik
dihiasi oleh irama gending.
Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa macam instrumen antara lain :
a. Bonang
Bonang terbagi dari 3 macam yaitu bonang barung, bonang
panembung, dan bonang penerus. Bonang mempunyai bentuk seperti
“ceret” atau “pot” yang ditempatkan secara horizontal ke string dalam
bingkai kayu, baik satu atau dua baris lebar. Semua ceret memiliki bos
pusat/tonjolan di tengahnya. Dan jika bos pusat tersebut dipukul akan
menimbulkan bunyi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Gambar 1. Bonang
(Sumber gambar : penulis)
b. Celempung
Celempung adalah instrumen kawat petik, yang dibingkai pada
semacam gerobongan (juga berfungsi sebagai resonator) yang berkaki dua
pasang, bentuknya hampir mirip seperti belalang. Dan di atasnya terdapat
kawat–kawat vertikal membentuk seperti sikat gigi. Kawatnya terdiri dari
tiga-belas pasang, ditegangkan antara paku untuk melaras (di atas) dan
paku-paku kecil (di bawah). Kepingan metal diletakkan di sisi atas
gerobongan, sebagai jembatan pemisah kawat-kawat. Celempung
dimainkan dengan jari jempol tangan kiri dan kanan, sedangkan jari yang
tangan lainnya dipakai sebagai penutup kawat-kawat yang tidak dipetik.
Gambar 2. Celempung
(http://orgs.usd.edu)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
c. Gambang
Gambang merupakan instrumen yang terbuat dari bilah-bilah kayu
yang dibingkai pada gerobongan yang juga berfungsi sebagai resonator.
Bentuknya hampir mirip batu nisan di makam-makam Jawa. Dan terdapat
bilah-bilah kayu di atasnya. Bilahnya berjumlah tujuh-belas sampai dua-
puluh bilah. Gambang dimainkan dengan tabuh berbentuk bundar dengan
tangkai panjang biasanya dari tanduk, dan ditabuhkan di atas bilah-bilah
kayu tersebut.
Gambar 3. Gambang
(Sumber gambar: penulis)
d. Gender
Gender merupakan instrumen yang terdiri dari bilah-bilah metal
yang ditegangkan dengan tali di atas bumbung-bumbung resonator.
Bumbung resonator ini tercipta dari bambu-bambu yang bentuknya
silinder yang ditata secara sejajar horisontal. Jika dilihat dari sisi muka
bentuknya berupa persegi panjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Gambar 4. Gender
(Sumber gambar: penulis)
e. Gong
Gong merupakan instrumen yang digantung, berposisi vertikal.
Bentuk gong bulat dan berukuran besar atau sedang. Di tengahnya terdapat
bos pusat/tonjolan, yang biasa ditabuh di bagian tengah-tengah bos
pusatnya itu, dengan tabuh bundar berlapis kain.
Gambar 5. Gong
(Sumber gambar: penulis)
f. Kemanak
Kemanak adalah instrumen yang berbentuk seperti sendok. Sendok
yang terbuat dari kuningan. Bentuknya simple, enteng, dan mudah
dibunyikan. Cara membunyikannya dengan saling mengetukkan/saling
dipukulkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Gambar 6. Kemanak
(http:orgs.usd.edu/nmm/Gamelan/9893/Kemanak9893.html.)
g. Kendhang
Kendhang mempunyai bentuk simetris, yang bentuknya seperti
tabung, dengan bersisi dua dengan sisi kulitnya ditegangkan dengan tali
dari kulit atau rotan ditata dalam bentuk “Y”, yang diletakkan di atas
bingkai kayu (plankan) pada posisi horisontal.
Gambar 7. Kendhang
(Sumber gambar : penulis)
h. Kenong
Kenong adalah satu set instrumen jenis gong yang bentuknya
hampir mirip dengan bonang, yang bentuknya seperti ceret dan
ditengahnya terdapat bos pusat/tonjolan. Namun yang berbeda adalah
jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan bonang. Kenong berposisi
horisontal yang ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai
kayu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Gambar 8. Kenong
(Sumber gambar: penulis)
i. Kethuk-Kempyang
Kethuk-Kempyang adalah dua instrumen jenis gong yang
berukuran kecil. Namun bentuknya juga seperti bonang dan kenong, bulat
dan di tengahnya terdapat bos besar/ tonjolan, jika dipukul akan
menghasilkan bunyi. Kethuk lebih kecil dbanding kenong ukurannya,
namun lebih tinggi. Sedangkan kempyang agak besar pendek dan melebar.
Ditempatkan pada posisi horisontal, ditumpangkan pada tali yang
ditegangkan pada bingkai kayu.
Gambar 9. Kethuk-Kempyang
(Sumber gambar: penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
j. Rebab
Rebab merupakan instrumen kawat gesek dengan 2 kawat yang
ditegangkan pada selajur kayu dengan badan bentuk hati. Badan yang
berbentuk hati itu terbuat dari tempurung kelapa. Yang kemudian ditutup
dengan membran (kulit tipis) dari babad sapi.
Gambar 10 . Rebab
(http://www.pasarjava.com/senibudaya/gamelan/rebab.jpg)
k. Saron
Saron merupakan instrumen yang berbentuk bilahan dengan enam
atau tujuh bilah, yang ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga
berfungsi sebagai resonator. Instrumen ini ditabuh dengan tabuh yang
dibuat dari kayu dan tanduk. Dan tabuhnya berbentuk seperti palu.
Gambar 11. Saron
(Sumber gambar : penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
l. Slenthem
Menurut konstruksinya, slenthem termasuk keluarga gender,
malahan kadang-kadang ia dinamakan gender panembung. Tetapi
slenthem mempunyai bilah sebanyak bilah saron yaitu 7 bilah. Slenthem
mempunyai bentuk seperti kijing makam yang berwarna kuning emas.
Gambar 12. Slenthem
(http:orgs.usd.edu/nmm/Gamelan/9858/Slenthem9858.html)
m. Suling
Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu.
Instrumen Suling berupa potongan bambu yang pendek dan di tubuhnya
terdapat lubang-lubang yang dapat menghasilkan suara jika ditutup salah
satunya secara bergantian sambil ditiup di bagian ujungnya.
Gambar 13. Suling
(http://id.wikipedia.org/wiki/Suling)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
B. Komponen dan Unsur Karya Seni
1. Subject Matter
Subject Matter dalam Seni berasal dari kesatuan kualitatif hasil
pengolahan batiniah seniman terhadap hal-hal atau apa saja yang
dianggap hakiki pada obyek lain yang bersifat aktual maupun yang
ideal. Waktu dan kondisi lingkungan beserta situasi psikis seniman
sangat menentukan tepatnya subject matter dan karya (Suryo Suradjijo
2000: 66).
2. Bentuk
Bentuk adalah suatu totalitas, keseluruhan kesatuan hubungan
organisasi dari seluruh unsur-unsur yang mendukungnya. Unsur-unsur
pendukung elemen-elemen dasar itu, meliputi warna, garis,
shape/bidang, tekstur, dan value (Suryo Suradjijo 2000:19).
a. Warna
Warna dapat dibedakan dalam 2 pengertian warna sebagai
fenomena dan warna sebagai bahan yang berasal dari pigmen
warna, warna merupakan salah satu unsur ekspresif karena
kualitasnya begitu mempesona langsung kepada emosi
penghayatannya. Rata-rata penghayat karya seni tidak akan
mempermasalahkan warna secara rasional, apabila warna itu
menstimulus secara tiba-tiba yang akan bereaksi sikap
emosionalnya. Warna cenderung berhubungan dengan wilayah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
ataktif dan kognitif. Herbert Read membedakan penggunaan warna
cara heraldis, harmonis, dan murni. Cara heraldis hanya digunakan
pada penggambaran yang bersifat simbolisme. Misalnya lukisan
pada abad tengah dimana penggunaan warna banyak ditentukan
oleh kaidah-kaidah gereja (Suryo Suradjijo 2000: 73).
b. Garis
Garis dinilai dari sebuah titik merupakan jejak yang ditimbulkan
oleh titik-titik yang digerakkan atau merupakan sederetan titik-titik
yang berhimpitan juga merupakan suatu goresan/sapuan yang
sempit dan panjang sehingga membentuk benang/pita. Fisik suatu
garis mempunyai karakter tertentu, misalnya panjang atau
pendeknya garis, tebal tipisnya garis, dan arah suatu garis maupun
lokasi suatu garis (Arfial Arsad Hakim 1999: 35).
c. Shape/Bidang
Shape adalah suatu bidang yang terbatas baik secara teratur atau
tidak dibatasi oleh garis ataupun warna (P.Mulyadi 1997: 6).
d. Tekstur
Tekstur dibatasi sebagai rasa permukaan dari suatu bidang objek
atau penggambaran dari sifat permukaan disebut aktual apabila
rasa permukaan itu secara nyata apabila diraba (Suryo Suradjijo
2000: 72). Selain testur aktual didapatkan semu atau sering disebut
juga simulated texture atau tekstur buatan. Tekstur jenis ini
didapatklan bukan karena permukaan yang rata atau tidak tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
disebabkan karena gambaran-gambaran garis atau mungkin juga
permainan pola gelap terang yang diciptakan oleh permukaan
tekstur. Semua merupakan usaha seniman untuk menipu
penghayatan, sehingga mengesankan adanya sifat permukaan
tertentu (Suryo Suradjijo 2000: 72).
3. Isi
Isi adalah kualitas arti yang ada dalam suatu karya seni dan merupakan
final statement mood (suasana hati) atau penghayat. Isi merupakan
artian esensial daripada bentuk dan seringkali dinyatakan sejenis
emosi, aktivitas intelektual/asosiasi yang bisa dilakukan terhadap suatu
karya seni (P.Mulyadi 2000: 16).
C. Pengertian Abstrak, Abstraksi dan Distorsi
Menurut kamus filsafat dari Lorens Bagus, abstrak adalah sifat
pemahaman mengenai sebuah kualitas atau hubungan itu kurang lebih bersifat
umum yang berada di luar data yang ada di depan kita. Pemahaman bersifat
abstrak kalau tidak ada di depan kita. Pemahaman bersifat abstrak kalau tidak ada
kaitan dengan intuisi inderawi. Penyajian-penyajian pemahaman bersifat abstrak
kalau tidak ada kaitan dengan intuisi inderawi. Penyajian-penyaian pemahaman
itu menghubungkan objek tanpa ciri-ciri individual. Karena itu, representasi
abstrak dapat disebut sebagai konsep penyandang (subjek) dan suatu bentuk
(misal manusia). Representasi abstrak dapat juga disebut konsep formal. Konsep
semacam ini menggambarkan bentuk tanpa penyandang (misalnya kemanusiaan,
kepribadian). Lorens Bagus 2002: 29)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Sedangkan abstraksi menurut Kamus Lorens Bagus merupakan sebuah
proses yang ditempuh pikiran untuk sampai pada konsep yang bersifat universal.
Proses ini berangkat dari pengetahuan mengenai objek, individual yang bersifat
spasiotemporal (ruang dan waktu). Pikiran melepaskan sifat individual dari objek
dan bentuk konsep universal (Lorens Bagus 2002: 20).
Distorsi mempunyai arti, yaitu penggambaran bentuk yang menekankan
pada pencapaian karakter, dengan cara menyangatkan wujud-wujud tertentu pada
benda atau objek yang digambar (Dharsono Sony Kartika 2004: 42).
Sedangkan menurut Suryo Suradjijo dalam buku pegangan kuliahnya
mengatakan bahwa distorsi adalah pengubahan bentuk yang bertujuan untuk lebih
menonjolkan karakteristik visual objek, sehingga mendapatkan bentuk menjadi
sempurna atau mungkin mendapatkan bentuk lain yang sesuai dengan konsep
estetik senimannya (Suryo Suradjijo 1996 : 77).
D. Seni Grafis
Dalam wikipedia seni rupa disebutkan, seni rupa adalah cabang seni yang
membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan
dengan rabaan. Grafis sendiri berasal dari bahasa Yunani, graphein, yang berarti
menulis atau menggambar. (http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_rupa). Dalam
penerapannya, seni grafis meliputi semua karya seni dengan gambaran orisinal
apapun atau desain/rancangan yang dibuat oleh seniman untuk direproduksi
dengan berbagai proses cetak (Marianto, 1998:15).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Seni grafis memiliki keunikan dalam proses kreasinya, merupakan seni
gandaan. yang tidak hanya sekedar memperbanyak karya melalui metode jamak.
Melainkan juga menyebar nilai orisinalitas di dalam setiap lembar cetakannya.
Prinsip dasar tersebut yang membedakan seni grafis dengan cabang ilmu seni
murni lainnya.
Seni grafis merupakan salah satu cabang seni rupa yang memiliki
komponen yang sama dengan cabang seni rupa lainnya. Dalam menciptakan
sebuah karya tidak lepas dari komponen-komponen yang menjadi kerangka karya
seni, yaitu komponen seni, karena antara satu dengan yang lain saling
mendukung. Yang termasuk komponen seni yaitu, subject matter/tema, bentuk,
dan isi.
1. Ragam Teknik Seni Grafis
a. Cetak Tinggi
Cetak tinggi disebut demikian karena permukaan acuan cetak atau klise
yang akan menerima tinta berada paling tinggi. Pencetakan pada umumnya
dilakukan dengan gosokan. Yang termasuk dalam cetak tinggi ini antara lain,
cukilan kayu (woodcut), cukilan lino (linocut), dan torehan kayu (wood
engraving). Ciri khas karya cukilan kayu terletak pada pemanfaatan efek serat
kayu (tekstur).
b. Cetak Dalam
Prinsip cetak ini kebalikan dari cetak tinggi. Tinta yang akan dipindah ke
atas kertas berada di bagian dalam acuan cetaknya (tembaga). Pencetakan
dilakukan dengan mesin khusus, mesin etsa. Dari segi proses, cetak dalam dibagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
atas dua bagian, yaitu yang menggunakan asam: etsa (etching) serta akuatin
(aquatint), dan yang tanpa asam: goresan langsung (drypoint), torehan logam
(engraving) dan mezotin (mezzotint).
Ciri khas karya etsa terletak pada kelembutan dan keluwesan garis, akuatin
berciri keragaman nada warna dan tekstur, goresan langsung berciri kekasaran
garis, torehan logam berciri keragaman garis, dan mezotin berciri kepekatan nada
warna yang hampir serupa dengan karya akuatin.
c. Cetak Datar
Cetak datar disebut demikian karena acuan cetakannya (batu lito,
alumunium, ofset) tidak mengalami peninggian atau pendalaman seperti pada
proses cetak tinggi atau dalam. Proses ini berangkat dari pemanfaatan suatu
kenyataan bahwa air dan minyak tidak dapat bersatu. Lithografi merupakan satu-
satunya teknik yang mengandalkan teknik ini. Dalam hal ini, pencetakan
tergantung pada suatu reaksi kimiawi yaitu sifat berlawanan antara lemak dan air.
Sket digambar dengan krayon berlemak pada sebuah batu lithografis atau
lempengan logam yang menarik tinta. Sedang bagian-bagian yang tidak
tergambari dibiarkan sehingga menolak tinta. Percetakan dilakukan dengan
menggunakan alat penekan lithografis. Kertas ditaruh diatas acuan dan siap
dicetak. Bagian yang berlemak adalah bagian yang menyerap tinta dan
menghasilkan lukisan (Ensiklopedia Nasional Indonesia jilid 6,1989: 221-222).
d. Cetak Saring
Cetak Saring yang paling sederhana, cetakannya terbuat dari kertas atau
plastik. Kertas atau plastik dilubangi dengan cutter kemudian ditaburi tinta diatas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
permukaannya. Kertas putih diletakan di bawahnya, ditekan-tekan dengan
bantalan busa dan diangkat maka jadilah hasil cetak tersebut.
Cetak stensil, klisenya terbuat dari kertas sheet. Proses penggambarannya
dan pencetakkannya sama dengan proses cetak saring di atas, hanya bantalan busa
diganti dengan kuas yang besar. Pada masa sekarang untuk cetak ini orang lebih
banyak menggunakan stensil.
Cetak saring yang paling popular sekarang ini adalah cetak sablon (screen
printing). Bahan klisenya terbuat dari kain sutra yang halus dan mempunyai
ukuran pori-pori yang berbeda. Ukuran-ukuran itu membedakan penyablonan
pada kain, kertas, kulit, plastik dan bahan lainnya.
Proses pembuatan klise menggunakan obat afdruk dan dilakukan di kamar
gelap atau tidak terkena sinar matahari. Pencetakannya menggunakan rakel
dengan bahan pewarna selain tinta juga menggunakan cat sablon (Karmas
Sumarna 2002: 27)
e. Cetak Digital
Cetak digital adalah metode pencetakan menggunakan teknik digital di
mana data dan gambar yang dicetak langsung dari komputer ke kertas, termasuk
yang dikembangkan untuk printer komputer seperti inkjet atau printer laser.
Digital printing mempunyai beberapa kelebihan dibanding dengan teknik cetak
yang lain, kelebihannya antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1. Setiap cetakannya bisa berbeda-beda/macam-macam, karena pelat cetak
tidak diperlukan, seperti dalam metode tradisional.
2. Limbah kimia dan kertas lebih sedikit, karena tidak perlu mencetak
gambar/sket dalam kertas.
3. Tinta atau toner tidak menembus substrat, seperti halnya tinta
konvensional, tapi membentuk lapisan tipis di permukaan dan mungkin di
beberapa sistem menjadi tambahan melekat pada substrat dengan
menggunakan cairan fuser dengan proses panas (toner) atau UV curing
proses (tinta).
Jenis dan Macam Kertas Untuk Digital Printing :
1. Canvas Paper
Jenis kertas ini jika biasa gunakan untuk mencetak foto akan menghasilkan
cetakan dengan sentuhan canvas, layaknya sebuah lukisan. Hasil akhir cetakan
akan menampilkan foto yang persis dengan kertas canvas.
2. Premium Glossy Photo Paper
Kertas jenis ini biasa disebut oleh para penggunanya dengan sebutan high
glossy, kertas jenis ini mampu menghasilkan cetakan dengan efek yang lebih
mengkilap. Kertas jenis glossy photo paper ini sangat cocok untuk mencetak
photo dengan resolusi tinggi. Walaupun harga kertas ini lebih mahal tetapi jika
kita gunakan, akan menghasilkan cetakan photo yang maksimal dan lebih cerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3. Double-Side Paper
Jenis kertas ini mampu digunakan untuk cetak foto pada kedua sisinya
(depan dan belakang). Kualitas foto yang dihasilkan juga cukup bagus, tidak
terlalu mengkilap dan cenderung doff. Jenis kertas ini cocok digunakan untuk
mencetak pamflet yang biasanya digunakan untuk sarana promosi, sehingga para
konsumen dapat melihat dikedua sisinya.
4. Laster Photo Paper
Laster photo paper biasanya digunakan untuk keperluan dokumenter
karena jenis kertas ini sangat awet bahkan bisa bertahan hingga puluhan tahun,
tidak mudah pudar, mampu menghasilkan efek doff, dan sangat cocok untuk photo
dengan resolusi tinggi. Permukaan kertas yang mirip kulit jeruk adalah ciri khas
dari Laster photo paper untuk membedakan dengan jenis kertas lain adalah
ketahanan hasil cetakan membuat para konsumen puas, mungkin jenis ini bisa
menjadi pertimbangan jika kita ingin serius didunia digital photo printing.
5. Glossy Photo Paper
Kertas ini merupakan jenis standar cetak foto. Dengan jenis kertas yang
mengkilap dan putih mampu menghasilkan cetakan yang cemerlang. Dapat
digunakan untuk foto resolusi tinggi dan harga kertas yang relatif murah (standar
cetak photo).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
6. Sticker Glossy Photo Paper
Sering kita menjumpai sticker yang menampilkan foto dengan warna dasar
kertas putih dan mengkilap, jenis ini sangat cocok untuk keperluan pembuatan
sticker serta mampu mencetak foto beresolusi tinggi.
7. Inkjet Paper
Kertas ini kurang cocok untuk keperluan digital photo printing, jenis
kertas inkjet paper ini biasanya digunakan untuk keperluan grafis, seperti
mencetak sketsa gambar, proof arsitektur rumah, grafik bar, dan sebagainya.
Kualitas kertasnya lebih bagus dari jenis HVS karena serapan pada tinta lebih
bagus dan cepat kering.
8. Sublim Paper (Transfer Paper)
Kertas jenis ini bukan digunakan untuk mencetak foto sebagai pajangan
dirumah, didompet atau untuk dibingkai tetapi kertas ini digunakan sebagai
mediator (media perantara, transfer paper) gambar ke t-shirt (kaos). Jadi bila kita
ingin sebuah gambar dipindahkannya ke t-shirt (kaos) maka gunakanlah jenis
Sublim Paper karena kertas ini mampu memindahkan tinta dengan maksimal ke t-
shirt.
9. Poster Lamination (poster laminasi)
Laminating dalam kertas poster menambah kedalaman dan detail untuk
image/gambar. Warnanya juga terlihat lebih bersemangat meningkatkan tampilan
dan gambar tampak lebih tajam. Di samping itu dengan poster ditambah laminasi,
akan awet selama bertahun-tahun dan tidak luntur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
BAB III
GAMELAN JAWA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS
A. Implementasi Teoritis
Gamelan Jawa adalah satu set alat musik yang terdiri dari berbagai macam
variasi bentuk dan ukuran, serta mempunyai bunyi yang berbeda-beda. Cara
memainkannya pun ada bermacam-macam, namun kebanyakan di antaranya
dipukul/ditabuh. Gamelan Jawa antara lain adalah gong, kempul, kenong, kethuk-
kempyang, celempung, suling, kemanak, kendhang, rebab, saron, dan slenthem.
Jika dimainkan secara bersamaan, senada dan selaras akan menghasilkan bunyi
yang sangatlah indah dan merdu didengar. Karena setiap ketukannya akan
menghasilkan suara beraneka ada yang melengking dan ada yang kedengarannya
sangat mendentum. Permainan gamelan tersebut biasa disebut dengan karawitan.
Gamelan Jawa merupakan instrumen yang sangat digemari oleh orang-orang
Jawa. Permainan Gamelan Jawa sangatlah populer dikalangan orang-orang Jawa,
karena itu sudah menjadi tradisi turun temurun dari kakek nenek moyang jaman
dahulu. Permainan gamelan Jawa mempunyai beberapa fungsi dalam kehidupan
adat istiadat Jawa, misalnya saja acara hajatan atau peristiwa pernikahan, upacara
keraton, khitanan, syukuran, serta hiburan masyarakat lainnya, seperti, hiburan
seni, campur sari, pagelaran wayang kulit, dan ada juga permainan gamelan
dipakai sebagai pengisi acara di gereja kristen Jawa, dan sebagainya. Permainan
gamelan Jawa juga dapat dipadukan dengan berbagai instrumen modern,
contohnya saja instrumen keyboard. Perpaduan keyboard dengan permainan
gamelan Jawa menghasilkan karya yang populer disebut dengan musik
campursari.
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Maka dari itu setelah penulis merenung, mendengar, dan berfikir, terbesit
sebuah keinginan untuk membuat sebuah karya seni yang berkaitan dengan
instrumen gamelan. Gagasan penulis berasal dari instrumen gamelan yang mampu
menghasilkan dentingan suara.
Dalam menciptakan karya seni, penulis memperoleh ide yang berasal dari
hasil pengalaman dalam mendengarkan gamelan serta melihat bentuk gamelan
yang menurut penulis sangat unik, kemudian melalui proses perenungan
kemudian timbul gagasan/ide untuk menciptakan karya seni grafis Digital yang
berupa karya Distorsi bertitik tolak dari bentuk gamelan Jawa dalam berbagai
judul dan bersumber ide gamelan Jawa.
Sumber ide gamelan Jawa tersebut dapat menarik minat penulis untuk
mengembangkan kreativitasnya. Dan dapat menjadi atau dijadikan sebagai
pengamatan studi seninya. Pada akhirnya suatu ide menjadi pegangan tentang apa
saja yang disampaikan. Atau diamanatkan oleh seniman melalui karya-karya
seninya.
B. Implementasi Visual
1. Konsep Bentuk Dalam proses pembuatan karya ini, penulis melakukan langkah-langkah
eksplorasi untuk mengembangkan bentuk dasar instrumen gamelan Jawa dalam
perwujudan karya cetak digital, komposisinya diolah dengan mempermainkan/
mengembangkan unsur-unsur garis, bidang, tekstur dan warna untuk mewujudkan
gagasan penulis sehingga menghasilkan karya yang penuh variasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Bentuk yang dibuat penulis merupakan kombinasi-kombinasi warna yang
melapisi bentuk instrumen gamelan. Variasi warna sangat dominan bagi
penciptaan karya visual ini, karakter instrumen gamelan akan terlihat dari warna-
warna yang dihasilkan. Garis juga sangat dominan dalam pembuatan karya ini
karena garis akan menonjolkan suatu bentuk yang terlihat tegas.
Konsep bentuk yang penulis buat menghasilkan karya yang tidak sama
persis dengan bentuk aslinya, karena sudah adanya eksplorasi tadi. Terciptanya
ide-ide kreatif tersebut dari melihat langsung instrumen gamelan, serta
mendengarkan suaranya. Sehingga munculah ekspresi diri untuk mengembangkan
bentuknya yang unik itu.
Pengubahan bentuk dalam karya ini sangat ditonjolkan oleh penulis, karena
dengan mengubah dan mengembangkan wujud gamelan justru akan sekaligus
menonjolkan karakter bentuk barunya.
Karya-karya penulis ini merupakan abstraksi dari bentuk instrumen
musik gamelan Jawa. Abstraksi berasal dari kata abstrak. Abstrak adalah sifat
pemahaman mengenai sebuah kualitas atau hubungan itu kurang lebih bersifat
umum yang berada di luar data yang ada di depan kita. Pemahaman bersifat
abstrak kalau tidak ada di depan kita. Pemahaman bersifat abstrak kalau tidak ada
kaitan dengan intuisi inderawi. Penyajian-penyajian pemahaman bersifat abstrak
kalau tidak ada kaitan dengan intuisi inderawi. Penyajian-penyaian pemahaman
itu menghubungkan objek tanpa ciri-ciri individual.
Sedangkan abstraksi merupakan sebuah proses yang ditempuh pikiran
untuk sampai pada konsep yang bersifat universal. Proses ini berangkat dari
pengetahuan mengenai objek, individual yang bersifat spasiotemporal (ruang dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
waktu). Pikiran melepaskan sifat individual dari objek dan bentuk konsep
universal.
Proyek Tugas Akhir karya seni ini berupa karya dua dimensi yang bertitik
tolak dari instrumen gamelan yang telah mengalami distorsi.
2. Proses penggarapan
a. Medium
Penulis memilih menggunakan media komputer grafis karena untuk
keperluan perancangan. Penggunaan komputer dijaman teknologi maju sekarang
tidak dapat terlepas dari kehidupan sehari-hari.
Komputer grafis adalah suatu teknik pengolahan gambar dengan
menggunakan software-software ditambah pengolahan gambar/rancangan seperti
corel draw, adobe photoshop, freehand, dan lain sebagainya. Kebutuhan manusia
akan perancangan telah terjawab dengan banyak pilihan software yang dapat
digunakan untuk mewujudkan keinginan dalam penggarapan suatu karya.
Penulis menggunakan media digital dengan komputer sebagai alatnya,
dikarenakan dalam menggunakan media ini, penulis merasa lebih tertantang dan
juga dapat berekspresi tanpa batas, karena dengan menggunakan komputer semua
pekerjaan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dalam program yang digunakan
penulis, terdapat banyak tool yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang
keinginan penulis, sehingga karya yang diharapkan dapat terselesaikan dengan
baik. Tool adalah sekumpulan icon yang di dalamnya terdapat gambar yang
berfungsi untuk membuat desain obyek, memberi warna obyek dan memanipulasi
image.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
b. Teknik
Dalam seni grafis terdapat banyak teknik yang dapat digunakan dalam
mewujudkan sebuah karya seni rupa. Namun kali ini penulis memilih sebuah
teknik untuk mewujudkan karya-karya grafis yang diinginkan. Sebut saja digital
printing teknik ini hampir 99% adalah memanfaatkan teknologi digital komputer.
Tujuan penulis memilih teknik ini adalah agar dapat menampilkan seni grafis
digital sesuai dengan yang diinginkan sebagai karya seni rupa.
Proses berkarya melalui teknik ini yaitu, diawali dengan membuat kerangka
konsep tulisan mengenai karya yang ingin dibuat. Setelah konsep tersebut selesai
tahap berikutnya adalah pencarian atau pengumpulan materi fitur image yang
diinginkan sesuai dengan konsep, gambar atau image ini dapat diperoleh melalui
jepretan kamera foto ataupun hasil pencarian melalui internet. Setelah semua
materi didapatkan langkah selanjutnya adalah memasukkan image tersebut ke
dalam perangkat komputer, setelah image/gambar ditransfer ke dalam komputer
proses berikutnya adalah, pengolahan gambar dengan program grafis, kali ini
penulis menggunakan perangkat lunak atau software adobe photoshop dan corel
draw. Program ini dipilih karena perangkat lunak/software ini merupakan
pengolah image atau gambar berbasis bitmap di mana tampilan bitmap ini terdiri
dari titik-titik dan titik-titik ini mempunyai pixel tersendiri yang intensitas serta
ketajamannya dapat diubah-ubah sesuai selera. Pada media dan teknik ini, Adobe
Photoshop adalah pilihan yang paling tepat untuk menciptakan karya grafis digital
melalui pengolahan image gambar. Karena begitu banyak tersedianya tool yang
dapat membuat kreasi digital sesuai selera dan keinginan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Pengolahan dilakukan kembali ke dalam perangkat lunak Adobe Photoshop
beberapa image/gambar yang telah disiapkan kemudian diolah kembali.
Pengolahan ini menggunakan teknik penggabungan, kolase juga memainkan
blanding mode yang ada pada layar photoshop, serta pemberian warna,
pengaturan warna, juga pemberian efek-efek tertentu dengan menggunakan
fasilitas filter yang tersedia.
3. Penyajian
Karya ini adalah karya seni rupa, yang mana tujuan dari karya ini adalah
untuk keperluan kelengkapan tugas TA dan disertai keinginan/hasrat penulis
untuk membuat karya, maka penyajian karya akan diberi pigura sesuai dengan
ukuran karya masing-masing, karya ini rata-rata berukuran A2 seperti layaknya
karya seni rupa dua dimensional.
Karya ini, penulis cetak ke atas kertas poster laminasi doff, yang memiliki
karakteristik yang halus, tidak bertekstur, yang membuat kertas tidak bertekstur
tersebut adalah laminasi doff dan laminasi doff tersebut supaya terlihat tidak
membayang jika nanti akhirnya disajikan di dalam ruangan (in door).
Dan untuk penyajian akhir, masing-masing karya dibingkai dengan
menggunakan pigura dengan ukuran 56cm x 76cm. Pigura yang dipakai meng-
gunakan frame dengan warna kuning keemasan, yang mendukung keharmonisan
dan kedinamisan sehingga karya menjadi lebih terlihat manis dan indah. Dalam
penyajian akhir pigura ini akan diberi kaca, untuk mendukung penampilan karya.
Kaca yang digunakan adalah kaca doff (non reflection), sehingga terlihat tidak
mengkilap dari gangguan pantulan cahaya dan karya bisa terlihat lebih jelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
4. Deskripsi Karya
Karya No 1: Celempung Tak Berdawai Gambar 14. Celempung Tak Berdawai
Terciptalah judul yang cocok untuk karya dua dimensi ini yaitu,
Celempung Tak Berdawai. Karena dalam karya ini dawai Celempung terlihat
maya/tidak nyata. Pembuatan dari karya ini, Celempung Tak Berdawai diawali
dengan foto celempung yang diberi backgrond warna putih, yang kemudian
ditumpuk dengan warna-warna cerah seperti biru, merah, kuning, pink, hijau, ser-
ta orange. Eksplorasi warna dalam karya ini sangat ditonjolkan. Karena dengan
mengeksplorasi warna-warna tersebut menghasilkan gambaran karya yang
berkesan penuh warna. Tekstur kasar yang menyelimuti dalam karya ini, yang
berupa garis-garis vertikal patah-patah yang merupakan garis geometris, namun
dapat membentuk suatu garis miring. Karya ini mempunyai ukuran sebesar
42,5cmx60cm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Karya No.2: Gender Remuk
Gambar 15. Gender Remuk
Gender Remuk, atau dalam bahasa Indonesia bisa disebut gender yang
pecah atau rusak. Penulis tertarik mengambil judul ini karena, karya yang
dihasilkan penulis terinspirasi dari suara-suara dari instrumen gender yang
bergetar dan Gender Remuk melengking, yang memberi kesan gender itu sendiri
rapuh karena suaranya. Pewarnaan dalam karya ini dibuat penulis dengan warna
natural alami dari gender, yaitu kuning bambu namun agak ke emas, dan kayu
dengan warna coklat sebagai penyangga resonator gender tersebut. Karya ini
mempunyai ukuran sebesar 40,5cm x 59cm.
Karya No. 3: Rebab in Technic Colour II
Karya nomer 3 ini diberi judul oleh penulis Rebab in Technic Colour II,
karena selanjutnya akan ada Rebab in Tech-nic Colour I juga. karya dua
dimensional ini men-ceritakan tentang gam-baran bagaimana bentuk instrumen
rebab, namun hanya diambil bidang yang sangat menarik dari rebab, yaitu
tempurung-nya. Penulis sangat terta-
Gambar 16. Rebab in Technic Colour II rik karena tempurung tersebut
sangat unik, lain daripada yang lain, dan karena suara yang dapat dihasilkan dari
tempurung tersebut menciptakan imajinasi bagi penulis untuk mengubah
tempurung yang sebenarnya warnanya hanya coklat dan datar, menjadi berwarna-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
warni dan terkesan meriah. Ukiran-ukiran di dalam tempurung aslinya ditambah
dengan efek kasar menghasilkan garis tegas yang memunculkan bidang sehingga
terbentuk bidang timbul yang menonjol keluar. Seakan-akan rebab itu hidup
keluar dari backgroud. Ukuran karya ini sebesar 59cm x 41,5cm
Karya No.4: Rebab in Technic Colour I
Karya ke-4 ini, hampir sama dengan karya yang ketiga, karena bentuknya
yang hampir mirip. Namun lebih sedikit berbeda karena dalam karya ini diberi
efek blur dan membuat karya lebih terkesan seperti angin yang berputar. Penulis
ber- imajinasi bahwa suara yang dihasilkan tem-purung itu juga serasa
Gambar 17. Rebab in Technic Colour I bagai angin yang dasyat.
Karya dua dimensi ini menceritakan tentang bagaimana tempurung rebab yang
telah didistorsi dan didominasi oleh warna-warna cerah, yang kemudian
menghasilkan eksplorasi warna yang harmonis dan selaras. Warna hitam mem-
beri efek gambar angin/asap supaya lebih terkesan lebih tegas dari warna angin/
asap. Karya ini berukuran 60cm x 42cm.
Karya No.5: Gong Ageng
Gambar 18. Gong Ageng
Gong Ageng atau biasa disebut dalam bahasa Indonesia gong besar. Gong ini
dinamakan gong besar karena bentuknya paling besar di antara gong-gong
lainnya. Setiap bentuk karya ini juga mengandung arti, antara lain, motif sulur
yang menghiasi sekitar backgroud gong tersebut menggambarkan tentang
bagaimana bunyi yang dihasilkan gong aslinya yang begitu menggelegar. Disini
penulis mengambil backgroud warna hitam, karena dalam filosofi, warna hitam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
menceritakan tentang pribadi yang keras. Warna hijau, melambangkan tentang
jalan terus, contohnya saja dalam lampu traficlight, kalau hijau pasti kita akan
jalan terus, layaknya gong dalam suatu permainan gamelan gong menjadi
komando dalam permainan sebuah gendhing. Warna merah dalam karya ini,
melambangkan tentang keberanian. Dan warna coklat merupakan kesederhanaan.
Karya ini mempunyai ukuran sebesar 42cm x 60cm.
Karya No.6: Slenthem of Java
Gambar 19. Slenthem of Java
Slenthem of Java, disini penulis mengambil judul karya ini dengan
Slenthem of Java karena instrumen slenthem berasal dari Jawa. Bentuk slenthem
sangat unik, terdiri dari 7 bilah lempengan besi dan resonator yang dapat
menghasilkan suara yang bermacam-macam pula. Maka dari itu penulis kemudian
mendapatkan inspirasi dan menciptakan imajinasi yang berupa gambaran-
gambaran suara melengking yang dihasilkan oleh slenthem tersebut jika
dibunyikan. Penulis memilih background hitam dalam karya ini, supaya obyek
lebih terlihat menonjol dan tidak mati dalam karya tersebut. Warna yang dibuat
juga bervariasi, dari merah, biru, kuning, hijau pink, ungu, serta gradasi warnapun
juga dimasukkan dalam karya ini. Sehingga tampak artistik dan bervariasi seperti
halnya suara slenthem yang juga bervariasi dan tidak monoton. Karya ini
berukuran 42cm x 60cm.
Karya No.7: Kendang Gila
Gambar 20. Kendang Gila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Karya ke-7 ini penulis namakan dengan Kendang Gila karena karya dua
dimensi ini menceritakan tentang bagaimana dahsyatnya permainan kendang saat
dimainkan, hingga suaranya yang menggetar jika dipukul. Hingar bingar dari
ketukan suara yang dihasilkan oleh kendang membuat kendang terasa menjadi
sebuah alat yang sangat meriah. Setiap ketukan-ketukannya menghasilkan bunyi
yang selaras dan bervariasi. Bentuknya yang unik seperti tabung itu dan ukiran-
ukiran yang ada disekitar tubuh kendang, membuat dirinya semakin menjadi
sebuah alat yang pantas dijadikan obyek dalam pembuatan suatu karya. Disini
warna yang ditampilkan lebih ke gelap karena karakteristik instrumen kendang
sendiri terasa keras dan menghentak. Warna orange dan biru dalam karya ini
hanya sebagai variasi saja seperti pulasan-pulasan kuas yang memperlihatkan
kendang dalam kegelapan menjadi lebih terlihat jelas. Karya ini berukuran
42cmx60cm.
Karya No.8: Bonang BoncelGambar 21. Bonang Boncel
Karya ini dinamakan penulis Bonang Boncel, karena bentuknya yang
kecil-kecil dan tertata rapi secara sejajar yang membentuk keselarasan, seperti
juga menggambarkan suara bonang tersebut, yang selaras, serasi, dan seimbang
jika didengar. Eksplorasi warnanya pun sangat berani dari warna background
hitam yang kemudian ditutup dengan warna merah, biru, ungu, hijau, kuning,
ungu dan putih. karya ini juga ditutup dengan efek-efek yang sekiranya membantu
menunjukkan karakter dari bentuk bonang tersebut, yaitu walaupun bentuknya
sama/hampir mirip, namun suara yang dihasilkan berbeda-beda/ bervariasi. Dalam
karya ini juga menceritakan tentang bagaimana kebersamaan dalam kehidupan
manusia, walaupun manusia diciptakan berbeda-beda baik ras, agama, golongan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
gender dan sebagainya, namun jika disatukan akhirnya tujuannya juga akan sama,
yaitu ke Tuhan Yang Maha Esa. Karya ini mempunyai ukuran 41,5cm x 59cm.
Karya No.9: Tetes Kemanak
Gambar 22. Tetes Kemanak
Karya 2 dimensi dinamakan penulis dengan Tetes Kemanak karena
bentuknya yang seperti gelombang-gelombang air yang berupa tetesan air dengan
air, yang pertamanya hanya sekumpulan gelembung terpisah namun kemudian
hampir mau menjadi 1 unit, seperti halnya kemanak saat dibunyikan. karya ini
tercipta pertama dari sebuah foto instrumen kemanak, yang kemudian didistorsi
dan menghasilkan berbagai macam bentuk. Karya dengan judul Tetes Kemanak
ini dibuat penulis dengan warna black and white. Warna hitam sangat dominan,
karena warna hitam melambangkan kekuatan baik bunyi dan alat dari kemanak.
Karya ini mempunyai ukuran sebesar 42cm x 60cm.
Karya No.10: Kethuk-Kempyang
Gambar 23. Kethuk-Kempyang
Kethuk-kempyang merupakan satu kesatuan alat musik gamelan dimana 2
bentuk yang berbeda namun tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya. Alat ini sebenarnya 2, namun dijadikan 1 unit. Karya ini juga sangat unik
dan menarik, karena, karya dua dimensi ini sangat berani dalam memainkan
warnanya. Warna yang diekslpor begitu nyata dan terlihat sangat cerah. Dari
warna merah yang berani namun kemudian ditumpuk dengan warna kuning yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
memberi kesan tekstur kalem. Tekstur titik-titik karya ini membantu membentuk
bentuk aslinya agar karakternya terlihat. Karya ini mempunyai ukuran besar
42,5cm x 60cm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seiring perkembangan jaman yang lebih modern instrumen gamelan saat ini
mulai berkembang tak hanya di pedesaan namun di sekolah juga diajarkan
pelajaran gamelan, yaitu permainanya sering disebut dengan karawitan. Gamelan
Jawa terdiri dari gong, kenong, kethuk-kempyang, gender, celempung, saron,
kemanak, slenthem, rebab dan seruling. Perpaduan bunyi instrumen gamelan
tersebut jika dibunyikan/dimainkan akan menghasilkan keselarasan, keserasian,
dan keseimbangan. Warna-warna suara yang bervariasi dapat teratur dengan
ketukan-ketukan yang dimainkan oleh permainan tersebut. Bunyinya lamban,
namun terkesan nglaras dalam bahasa Jawanya. Membuat semua telinga tak mau
henti-hentinya mendengarkan suara gamelan tersebut.
Gamelan merupakan alat-alat musik yang dapat mencerminkan ciri orang
Jawa yang begitu kalem, sifat musik yang dihasilkannya sangat menenangkan dan
mendayu-dayu jika didengar. Maka dari itu sudah menjadi tradisi saat ada acara-
acara besar/hajatan orang nikah, sunatan, dan sebagainya, menggunakan
instrumen tersebut.
Gamelan juga dapat melambangkan semangat kebersamaan antar sesama,
karena permainan gamelan tidak hanya dimainkan oleh perorang saja, melainkan
banyak orang. Dengan kebersamaan dalam memainkan gamelan tentunya akan
menghasilkan suara yang selaras dan enak didengar.
Dari proses penulisan dan penciptaan karya ini, penulis tidak ragu untuk
menjadikan gamelan sebagai tema dalam karya seni grafis. Penulis beranggapan
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
bahwa dengan ide-ide dan kreatifitas, gamelan menjadi karya seni yang berbeda
dari yang sudah ada. Dan gamelan merupakan bahan apresiasi dalam penciptaan
karya seni grafis yang sangat unik. Melalui media seni grafis ini penulis ingin
memvisualisasikan gamelan dengan teknik digital printing sebagai media
ekspresinya.
Dengan teknik ini diharapkan penulis mampu berkarya secara maksimal,
karena dengan media digital banyak tool yang dapat mengolah image sesuai
selera dan keinginan yang dikehendaki. Dan hasil karya tersebut akan dapat
dinikmati oleh penikmat seni agar dapat mengenal seni grafis lewat karya penulis
ini.