GAMBARAN UMUM KELURAHAN BANJAR TENGAH ii baru.pdf · nama daerah yang sepi itu menjadi Jembrana....
Transcript of GAMBARAN UMUM KELURAHAN BANJAR TENGAH ii baru.pdf · nama daerah yang sepi itu menjadi Jembrana....
19
BAB II
GAMBARAN UMUM KELURAHAN BANJAR TENGAH
2.1 Letak Geografi Kelurahan Banjar Tengah
Secara administratif Kelurahan Banjar Tengah termasuk wilayah
pemerintahan Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Kelurahan
ini terletak dekat dengan pusat Kota Negara. Untuk mencapai Kelurahan ini
setidaknya ada jalan alternatif yang dapat dilalui, baik melalui jalan besar
Denpasar-Gilimanuk atau melalui jalan di pusa kota. Kelurahan ini merupakan
daerah dataran rendah yang memanjang, membujur dari timur ke barat dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kelurahan Baler Bale Agung
- Sebelah Selatan : Kelurahan Lelateng
- Sebelah Timur : Sungai / Tukad Ijogading
- Sebelah Barat : Sungai / Tukad Kaliakah
Letak Orbitasi Kelurahan Banjar Tengah sangat dekat dengan pusat pemerintahan
dan pusat-pusat kegiatan ekonomi di Kabupaten Jembrana, diantaranya jarak
Kelurahan Banjar Tengah dengan:
- Ibu Kota Propinsi Bali : 96 Km
- Ibu Kota Kabupaten Jembrana : 01 Km
- Ibu Kota Kecamatan Negara : 01 Km
- Bandara Udara Ngurah Rai : 114 Km
- Pelabuhan Padang Bai : 151 Km
- Pelabuhan Gilimanuk : 33 Km
20
- Pasar Umum Negara : 01 Km
- Terminal Bus / Umum Negara : 01 Km
Keseluruhan jalan ini ditempuh dengan jalan aspal, dengan demikian Kelurahan
Banjar Tengah memiliki sarana transportasi dan komunikasi yang baik dan lancer
dalam menunjang pembangunan.
Secara kedinasan, Kelurahan Banjar Tengah dibagi menjadi dua
lingkungan yaitu, Lingkungan Tinyeb dan Lingkungan Tengah. Lingkungan
Tinyeb berkawasan dari batas wilayah kelurahan barat Sungai atau Tukad
Kaliakah ke timur sampai Pasar Sore, kemudian disebrang jalan Pasar sore yaitu
Puri Negara ke arah timur sampai batas wilayah Kelurahan Banjar Tengah bagian
timur Sungai atau Tukad Ijogading adalah kawasan Lingkungan Tengah. Untuk
lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut :
Gambar 2.1
Peta Kelurahan Banjar Tengah
( Sumber : www.google.co.id/maps )
20
- Pasar Umum Negara : 01 Km
- Terminal Bus / Umum Negara : 01 Km
Keseluruhan jalan ini ditempuh dengan jalan aspal, dengan demikian Kelurahan
Banjar Tengah memiliki sarana transportasi dan komunikasi yang baik dan lancer
dalam menunjang pembangunan.
Secara kedinasan, Kelurahan Banjar Tengah dibagi menjadi dua
lingkungan yaitu, Lingkungan Tinyeb dan Lingkungan Tengah. Lingkungan
Tinyeb berkawasan dari batas wilayah kelurahan barat Sungai atau Tukad
Kaliakah ke timur sampai Pasar Sore, kemudian disebrang jalan Pasar sore yaitu
Puri Negara ke arah timur sampai batas wilayah Kelurahan Banjar Tengah bagian
timur Sungai atau Tukad Ijogading adalah kawasan Lingkungan Tengah. Untuk
lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut :
Gambar 2.1
Peta Kelurahan Banjar Tengah
( Sumber : www.google.co.id/maps )
20
- Pasar Umum Negara : 01 Km
- Terminal Bus / Umum Negara : 01 Km
Keseluruhan jalan ini ditempuh dengan jalan aspal, dengan demikian Kelurahan
Banjar Tengah memiliki sarana transportasi dan komunikasi yang baik dan lancer
dalam menunjang pembangunan.
Secara kedinasan, Kelurahan Banjar Tengah dibagi menjadi dua
lingkungan yaitu, Lingkungan Tinyeb dan Lingkungan Tengah. Lingkungan
Tinyeb berkawasan dari batas wilayah kelurahan barat Sungai atau Tukad
Kaliakah ke timur sampai Pasar Sore, kemudian disebrang jalan Pasar sore yaitu
Puri Negara ke arah timur sampai batas wilayah Kelurahan Banjar Tengah bagian
timur Sungai atau Tukad Ijogading adalah kawasan Lingkungan Tengah. Untuk
lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut :
Gambar 2.1
Peta Kelurahan Banjar Tengah
( Sumber : www.google.co.id/maps )
21
Keterangan :
: Lingkungan Tengah
: Lingkungan Tinyeb
: Batas Kelurahan
: Sungai / Tukad
- - - - : Batas Lingkungan
Secara geografis, keadaan tanah di Kelurahan Banjar Tengah baik tanah
perumahan maupun tanah persawahan dan perkebunan pada umumnya cukup baik
dan mempunyai struktur yang halus dan berpasir, sehingga cukup baik untuk
bercocok tanam. Kelurahan Banjar Tengah memiliki luas keseluruhan 460 hektar,
luas keseluruhan tersebut dibagi untuk kebutuhan tertentu diantaranya :
- Luas Pemukiman : 221,5 Hektar
- Luas Persawahan : 46,5 Hektar
- Luas Pekarangan : 99,15 Hektar
- Luas Taman : 5,5 Hektar
- Luas Perkantoran : 10,3 Hektar
- Luas Prasarana Umum : 77,05 Hektar
Kelurahan Banjar Tengah memiliki curah hujan cukup baik yaitu rata-rata
35.800 mm, dalam keadaan normal distribusinya adalah 8 bulan basah dan 4 bulan
kering. Suhu rata-rata harian adalah 26,4 °C dengan kelembaban 86 %, tinggi
daratan dari permukaan laut adalah 23,65 mdl. Melihat keadaan tanah dan iklim
tersebut meskipun luas pemilikan tanah untuk keperluan pertanian relative kecil
namun masih ada peluang dalam kegiatan sektor pertaniannya dalam rangka
22
mendukung Perkembangan ekonomi rakyat atau masyarakat Kelurahan Banjar
Tengah (Sumber : Profil Kelurahan Banjar Tengah Tahun 2012).
2.2 Sejarah Kelurahan Banjar Tengah
Pada tahun 1343 seluruh Bali dikuasai oleh seorang Raja yang bernama
Arya Aji Dalem Kresna Kepakisan yang berkedudukan di Samprangan
(Klungkung). Pada saat itu diberbagai tempat di Bali ditempatkan seorang Patih /
Arya, diantaranya wilayah Utara Bali, wilayah Timur Bali dan wilayah Barat Bali.
Arya yang ditempatkan di wilayah bagian Barat Bali tersebut bernama Arya
Melela Cengkong. Setelah beberapa tahun lamanya Arya Melela Cengkong
berkuasa di Bali Barat, pada tahun 1400 kekuasaan tersebut diberikan pada kedua
anak Arya Melela Cengkong. Kedua putranya yang merupakan kakak dan adik
tersebut membagi wilayah kekuasaannya masing- masing yaitu pada wilayah:
1. Di pesisir pulau Bali Bagian Barat yang merupakan tempat yang penuh
ditumbuhi pohon bakung, wilayah ini dikuasai oleh putranya yang bergelar
I Gusti Ngurah Bakungan.
2. Dari wilayah Bakungan 35 Km ke arah timur adalah suatu tempat yang
banyak sekali hidup burung bangau (angak), karena itu putranya yang
berkuasa disana diberi gelar I Gusti Ngurah Pecangakan.
Pada tahun 1475 Raja Bakungan mengadakan upacara adat secara besar-
besaran di kerajaan bakungan. Oleh sebab itu, bakungan mengundang saudaranya
yang menjadi raja di Pecangakan. Karena ada undangan yang diberikan oleh
saudaranya, Raja Pecangakan dengan menunggangi kuda putih menghadiri
23
upacara adat tersebut. Setelah Raja Pecangakan beserta pengiringnya tiba di
Bakungan, kuda putih yang ditunggangi Raja Pecangakan ditambatkan di dekat
tempat bekas orang menyembelih kerbau, sapi, kambing dan babi untuk keperluan
upacara.
Tidak lama setelah itu, tanpa seorangpun mengetahui penyebabnya kuda
tersebut meringkik-ringkik serta meronta-ronta pada tempat bekas penyembelihan
hewan. pada tempat itu banyak terdapat sisa darah-darah hewan yang sudah
disembelih, entah karena ketakutan kuda itu melihat darah atau karena kegirangan
di upacara besar itu. Kuda tersebut yang meronta-ronta mengenai sisa darah
hewan sembelihan, sehingga seluruh tubuh kuda dipenuhi dengan lumuran darah.
Akibat dari kuatnya kuda meronta-ronta tali pengikat kuda itu putus. Pada
akhirnya kuda terlepas dan berlari kembali ke Kerajaan Pecangakan.
Saat itu rakyat Kerajaan Pecangakan menyaksikan hal tersebut, mereka
mengira undangan yang diberikan Raja Bakungan kepada Raja Pecangakan itu
hanyalah tipu muslihat yang sangat licik agar dapat dengan mudah
membinasakan Raja Pecangakan beserta pengiringnya. Oleh sebab itu timbul
dugaan jika Raja Pecangakan telah terbunuh di Kerajaan Bakungan, Karena
dugaan tersebut rakyat Kerajaan Pecangakan pergi ke Kerajaan Bakungan
dengan bersenjatakan keris, pedang, kapak dan senjata tajam lain tanpa ada
pemimpinnya.
Setibanya di Kerajaan Bakungan rakyat Kerajaan Pecangakan langsung
saja menyerbu membabi buta tanpa mengenal kawan maupun lawan sehingga
pada akhirnya kedua raja wafat dalam pertempuran dan rakyat dari Kerajaan
24
Pecangakan habis total. Dengan demikian tamatlah sudah Kerajaan Bakungan dan
Kerajaan Pecangakan akibat dari perang kedua kerajaan tersebut.
Pada tahun 1150 Raja Sira Aji Dalem Kepakisan yang berkedudukan di
Samprangan (Klungkung) digantikan oleh seorang Raja yang bergelar Dalem
Watu Renggong. Kekuasaan Raja Dalem Watu Renggong meluas sampai di Pulau
Jawa yaitu daerah Belambangan. Sebagai rajanya Dalem Watu Renggong
mengangkat seorang raja yang bernama I Gusti Ngurah Basang Tamiyang yang
ditempatkan di Bali bagian Barat. I Gusti Ngurah Basang Tamiyang diberi gelar I
Gusti Ngurah Berambang Murti. Tidak lama kekuasaan yang dipegang Raja I
Gusti Ngurah Berambang Murti, kekuasaan itu diberikan kepada keturunannya
yang bernama I Gusti Ngurah Tapa. Awal dari masa pemerintahan I Gusti Ngurah
Tapa di Kerajaan Berambangan, Raja Berambangan mengadakan upacara
ngeluwur (melepas sukma) yang daging sucinya menggunakan daging naga. Oleh
sebab itu, dicarikanlah naga. pada akhirnya ditemukanlah 2 ekor naga di hutan
yang sedang bertapa, kemudian kedua naga tersebut dibunuh oleh I Gusti Ngurah
Tapa.
Beberapa tahun kemudian tepatnya pada tahun 1690, Kerajaan
Berambangan musnah karena bencana alam (erosi). Bencana itu merupakan
kutukan dari Dewata atas terbunuhnya dua ekor naga oleh I Gusti Ngurah Tapa.
Setelah Kerajaan Berambang Musnah, Raja Mengwi ingin meluaskan daerah
kekuasaannya kearah barat, untuk itu Raja Mengwi berangkat kearah barat
bersama 400 prajurit yang dipimpin oleh putranya yang bernama I Gusti Ngurah
Tamakung. Setibanya pada suatu kota yang sangat sepi, mereka berhenti sejenak
25
dan bertanya kepada salah satu orang yang merupakan warga disana, mereka
bertanya penyebab dari daerah itu sangat sepi. Warga tersebut menceritakan
bahwa daerah itu bekas sebuah kerajaan, namanya kerajaan pecangakan tetapi
sudah musnah dikarenakan kudanya.
Dengan kata lain lina ban jaran atau jaran bane lina (mati karena kuda).
Jadi kalimat jaran bane lina disebut menjadi jaran bane sehingga muncullah
nama daerah yang sepi itu menjadi Jembrana. Ketika Raja Mengwi mendatangi
daerah sepi itu tanpa memiliki Raja, maka dengan mudah saja Raja Mengwi
menguasai Jembrana.
Pada tahun 1715 Raja Mengwi mendirikan sebuah kerajaan di sebelah
selatan bekas kerajaan Pecangakan dengan nama Puri Gede Jembrana. Raja
Mengwi mengangkat putranya yang bernama I Gusti Ngurah Tamakung sebagai
raja di Puri Gede Jembrana, putranya tersebut diberi gelar Anak Agung Ngurah
Jembrana. Setelah beberapa tahun Anak Agung Ngurah Jembrana berkuasa,
sebagai rajanya Anak Agung Ngurah Jembrana mengangkat putranya untuk
menggantikan posisinya sebagai raja. Putranya yang bernama Anak Agung
Ngurah Seloka. Pada masa pemerintahannya, beliau mendengar berita bahwa
kurang lebih 3 km disebelah barat Pecangakan pernah ada sebuah kerajaan
bernama Kerajaan Berambang yang telah musnah karena kutukan dewata akibat
rajanya membunuh 2 ekor naga yang sedang bertapa di hutan.
Pada tahun 1790 pusat pemerintahan dipindahkan ke bagian barat, kurang
lebih 2 km dari Puri Gede Jembrana. Disebelah barat sebuah sungai besar
dibangun sebuah puri yang diberi nama Puri Ageng Negara. Kata Negara diambil
26
dari kata Naga-Ro yang berarti 2 ekor naga. Pada saat pembangunnan Puri Ageng
Negara, dibagian selatan puri tersebut banyak tumbuh pohon kayu yang
menyebabkan prajurit dari Kerajaan Mengwi gatal-gatal . pohon kayu itu adalah
pohon lateng. Karena banyaknya tumbuh pohon lateng, daerah itu dinamakan
Desa Lelateng. Bersamaan dengan membangun puri, dibangun pula temat
persembahyangan di bagian utara puri yang diberi nama Pura Puseh Bale Agung,
lengkap dengan balai kul-kulnya. Untuk mengawal Pura Puseh Bale Agung dan
balai kul-kulya dibuatlah 2 patung naga di balai kul-kulnya sebagai symbol dari 2
naga (gambar 2.2) yang dibunuh oleh Raja Berambang, sekaligus sebagai symbol
nama Negara yang berasal dari kata Naga-Ro.
Gambar 2.2
Simbol Nama Negara (Naga-Ro)
(Sumber : Ayu Dyanesca,2014)
Pura Puseh Bale Agung terletak di bagian utara puri, oleh sebab itu daerah
sebelah utara puri dinamakan Desa Baler Bale Agung. Pada bagian timur dari puri
terdapat sungai besar. Sungai itu sepanjang tahun terus mengalir,
disepanjangsungai tebingnya ditumbuhi pohon dengan daun yang rimbun
27
menghijau, akar-akar dari pepohonan mengenai aliran sungai sehingga
menimbulkan warna kekuningan pada aliran sungai. Nampak sungai yang hijau
dengan dedaunan yang rimbun dan air yang kekuningan, sehingga sungai tersebut
dinamakan sungai ijogading.
Berbeda dengan daerah sebelah barat dari puri, kurang lebih 1 km jauhnya
terdapat daerah yang tanahnya lembek dan berair. Tanah itu disebut sebagai tanah
geduh atau rawa. Setiap hujan turun, air selalu mengalir dari gunung disebelah
utara melalui tanah lembek itu yang lama-kelamaan jadilah sebuah sungai yang
cukup besar. Sungai tersebut dinamakan Sungai Berawah / Tukad Berawah, kata
berawah berasal dari kata rawa yang artinya tanah lembek yang berair.
Secara kebetulan tempat dibangunya Puri Ageng Negara letaknya berada
ditengah-tengah antara Desa Lelateng dan Desa Baler Bale Agung, diberilah nama
Desa Banjar Tengah. Pada tahun 1995 Desa Banjar Tengah di rubah statusnya
menjadi Kelurahan Banjar Tengah. Dengan demikian sejarah singkat Desa /
Kelurahan Banjar Tengah, seperti yang dipaparkan di atas bahwa Desa /
Kelurahan Banjar Tengah memiliki peranan yang penting dalam terbentuknya
Kota Negara (Sumber : Profil Pelaksanaan 10 Program Pokok PKK Kelurahan
Banjar Tengah 2006-2007).
2.3 Sejarah Gong Kebyar Kelurahan Banjar Tengah
Kegiatan peribadatan untuk agama hindu khususnya, berkaitan erat dengan
kegiatan kesenian. Dalam pelaksanaanya, agama hindu di pura biasanya
menggunakan iringan music tradisional. Salah satunya adalah kesenian gamelan
28
gong. Di Kelurahan Banjar Tengah dalam bidang keseniannya cukup berkembang,
terutama dalam kesenian tradisional.
Berawal dari upacara ngelawang, ngelawang sebuah istilah dalam bahasa
Bali yang berarti pertunjukan yang berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah
lain, atau dari satu desa ke desa yang lain. Pertunjukan seperti ini biasa dilakukan
pada waktu hari - hari raya besar seperti Galungan dan Kuningan. Di tempat-
tempat tertentu ngelawang juga diadakan apabila disuatu desa terjadi wabah
penyakit (http://www.babadbali.com/seni/drama/tk-ngelawang.htm). Upacara
ngelawang dalam pelaksanaanya diiringi dengan musik tradisional rindik
(bambu).Upacara yang dilakukan setiap ada acara keagamaan besar memberikan
inspirasi untuk membuat kelompok gamelan bagi pemain musiknya (laki-laki).
Dari awal itulah kelompok pemain musik dibuat dan berkembang. Kelompok
pemain musik itu atau disebut sekaa berniat mengumpulkan uang untuk membeli
peralatan gamelan yang terbuat dari perunggu. Tetapi karena minimnya biaya dan
perunggu masih mahal pada saat itu, sekaa meminta bantuan kepada Puri Ageng
Negara untuk memberikan bantuan baik berupa uang ataupun alat musiknya.
Berhubung puri juga tidak memiliki dana dan peralatan musik, mereka meminta
bantuan dari Tuan Beber yang merupakan warga negara Belanda yang tinggal di
desa sebelah barat Desa Banjar Tengah yaitu Desa Baluk. Tuan Beber ini
memiliki sebuah gong besar, maka dimintalah gong tersebut untuk kepentingan
perkembangan musik tradisional yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan.
Setelah diberikan gong ke Puri Ageng Negara, diberikanlah kepada sekaa.
Oleh sekaa, gong dilebur menjadi perangkat gong, walaupun belum lengkap
29
setidaknya ada sarana yang dapat digunakan untuk mengiringi kegiatan upacara
keagamaan. Pada tahun 1931 terjadi pencurian peralatan gong. tidak ada yang
tahu dimana peralatan gong tersebut dan siapa yang mengambilnya. Dari kejadian
itu, seorang warga yang biasa disebut atau dipanggil Pak Sorden, membangun
kembali sekaa yang sempat berhenti bermusik setelah putus asa karena peralatan
gongnya yang dicuri. Setelah berdirinya sekaa baru, seiring berjalanya waktu
baik bermain musik unruk keperluan upacara keagamaan dan juga lomba-lomba
gong yang kemudian menghasilkan uang, dilengkapilah peralatan gongnya.
Seiring perkembangannya, pada tahun 2006 berawal dari ketertarikan ibu-
ibu PKK terhadap kesenian musik tradisional gong, atas pengajuan diri ibu-ibu
terbentuklah sekaa baru bernama Sekaa Gong Istri Dharma Laksana. Dari sinilah
mereka belajar kesenian gong kebyar sampai mahir memainkan musiknya, hingga
pembagian tugas baik sekaa laki-laki maupun sekaa wanitanya dalam
kepentingan utamanya yaitu kepentingan keagamaan. Kelompok musik ibu-ibu ini
juga mengikuti lomba-lomba gong kebyar baik tingkat kecamatan maupun
kabupaten. Pada tahun 2012, mereka berencana mengikuti perlombaan tingkat
kecamatan, salah seorang dari pemain musiknya sulit menghafal irama lagu yang
dibuat pelatihnya untuk perlombaan dan kebetulan pada saat latihan banyak anak-
anak dari ibu-ibu tersebut yang menonton karena tertarik pada kesenian itu juga,
maka dicobalah digantikan pemain-pemain yang kurang mahir dalam memainkan
musiknya dengan anak –anak muda yang mau menggantikan. Dari awal itulah
beberapa anak muda ini bergabung dengan ibu-ibu dan berkelanjutan bemain
musik tradisional tersebut hingga saat ini.
30
2.4 Pemerintahan Kelurahan Banjar Tengah
Seperti yang dipaparkan sejarah Kelurahan Banjar Tengah di atas, status
kelurahannya baru saja diperoleh kurang lebih sekitar 19 tahun (sejak tahun
1995). Kelurahan Banjar Tengah merupakan unit dari Pemerintahan Republik
Indonesia, maka dalam melaksanakan tugas pemerintahannya langsung berada di
bawah Kecamatan Negara. Struktur pemerintahan yang ada, tidak kalah
pentingnya dan juga lembaga-lembaga maupun organisasi yang ada di Kelurahan
Banjar Tengah tumbuh dan berkembang secara baik. Pemerintahan Kelurahan
Banjar Tengah merupakan perangkat daerah Kabupaten Jembrana dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Camat Negara. Susunan organisasi
(struktur kepemerintahan) Kelurahan Banjar Tengah berdasarkan peraturan Bupati
Jembrana No. 30 Tahun 2007, terdiri dari :Kepala Lurah, Sekretaris Lurah, Seksi
Pemerintahan, Seksi Pemberdayaan Masyarakat, Seksi Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat, Seksi Pendidikan dan Kesehatan, Kelompok Jabatan Fungsional,
Kelian dinas dan adat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut:
31
Bagan 2.1 Struktur Kepemerintahan Kelurahan Banjar Tengah
Keterangan:
……………………………………………. (Garis koordinasi)
(Garis komando)
(Sumber : Profil Kelurahan Banjar Tengah Tahun 2012)
Kepala LurahBanjarTengah
SeksiPemb.
Masyarakat
SeksiPemerint
ahan
Bendahara
Sekretaris
LPMSekretaris
Kasinoman
Petengen
Penyarikan
BendesaAdatBanjar Tengah
SeksiKeamanan
danketertiban
masyarakat
Seksipendidikan danKesehatan
Banjar AdatKesari
Banjar AdatTengah
LingkunganTinyeb
LingkunganTengah
Banjar Adat
Ijo Gading
32
Dalam menjalankan pemerintahannya aparat Kelurahan Banjar Tengah di
dukung fasilitas kantor lurah seperti tampak pada gambar 2.3 berikut:
Gambar 2.3
Kantor Lurah Banjar Tengah
(Sumber : Dokumentasi Ayu Dyanesca, 2014)
2.4 Demografi
2.4.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Dalam komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok
umurnya, berdasarkan data statistik Kelurahan Banjar Tengah, pada akhir tahun
2011 tercatat jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2072 jiwa dan jumlah
penduduk wanita 1983 jiwa. Sementara pada akhir tahun 2012 tercatat jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 2084 jiwa dan jumlah penduduk wanita 1978 jiwa.
Disini Nampak terjadi peningkatan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-
laki dan penurunan jumlah penduduk wanita. Untuk lebih jelasnya tabel 2.1
berikut menunjukkan presentase penaikan dan penurunan jumlah penduduk di
Kelurahan Banjar Tengah menurut jenis kelamin pada tahun 2011-2012.
33
Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Kelurahan Banjar Tengah Menurut Jenis Kelamin
Tahun
Jenis Kelamin
Laki-Laki Wanita
Jumlah Penduduk 2011 2072 Jiwa 1983 Jiwa
Jumlah Penduduk 2012 2084 Jiwa 1978 Jiwa
Presentase Perkembangan 0,28 % -0,12 %
(Sumber : Profil Kelurahan Banjar Tengah Tahun 2012)
Dari data pada Tabel 2.1 dapat kita lihat jumlah penduduk laki – laki pada
tahun 2012 terjadi peningkatan sebesar 12 jiwa atau 0,28 % dari tahun 2011.
Berbeda halnya dengan jumlah penduduk wanita. Pada tabel tersebut jumlah
penduduk wanita menurun, dari tahun 1983 jiwa pada tahun 2011 menjadi 1987
jiwa pada tahun 2012. Di sini penduduk wanita mengalami penurunan sebanyak 5
jiwa atau setara dengan -0,12 %. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
jumlah penduduk Kelurahan Banjar Tengah berdasarkan jenis kelamin cukup
stabil dalam perkembangannya.
Jumlah penduduk yang besar akan sangat berpengaruh terhadap
pembangunan desa / kelurahan. Pembangunan akan berjalan lancar apabila
masyarakat menyadari akan pentingnya pendidikan bagi generasi berikutnya.
Demikian pula sebaliknya, apabila kesadaran akan pentingnya pendidikan masih
rendah akan menjadi beban berat bagi pemerintah (Pariasih, 2007:42).
Pembangunan desa / kelurahan dan masyarakat sebuah desa / kelurahan akan
dipengaruhi pula oleh kelompok umur pada komposisi penduduknya. Apabila
kelompok umur potensi kerja cukup besar, maka pembangunan desa / kelurahan
34
akan mudah dilaksanakan. Selain itu kelompok umur sekolah juga akan turut
berpengaruh terhadap pembangunan desa / kelurahan di masa yang akan datang.
Selanjutnya akan ditampilkan tabel komposisi penduduk Kelurahan Banjar
Tengah berdasarkan kelompok umur pada tahun 2012.
Tabel 2.2 Komposisi Penduduk Kelurahan Banjar Tengah Menurut KelompokUmur
NO Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 0 – 4 251 4,84
2 5 – 14 731 14,10
3 15 – 24 763 14,72
4 25 – 44 1463 28,225 45 – 65 1478 28,52
6 66 Tahun ke atas 496 9,60
Jumlah 5182 100
(Sumber : Profil Kelurahan Banjar Tengah Tahun 2012)
Data di atas menunjukkan bahwa kelompok usia produktif memiliki
jumlah yang cukup besar. Kelompok umur 25-44 tahun sejumlah 1.463 jiwa
(28,23%) dan kelompok umur 45-65 tahun sejumlah 1478 jiwa (28,52%). Kedua
kelompok umur ini dapat dikategorikan sebagai kelompok potensi kerja sehingga
saat ini pembangunan Kelurahan Banjar Tengah bisa berjalan dengan baik. Untuk
kelompok usia sekolah juga cukup tinggi. Kelompok umur 5-14 tahun sejumlah
731 jiwa (14,10%) dan kelompok umur 15-24 tahun sejumlah 763 jiwa (14,72%).
Kedua kelompok umur ini sangat berpotensi untuk pengembangan Kelurahan
Banjar Tengah pada periode 5 sampai 20 tahun ke depan.
2.4.2 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Secara geografis kondisi lingkungan alam di Kelurahan Banjar Tengah
sangat mempengaruhi mata pencaharian penduduk setempat. Berada di pusat kota
35
di Kabupaten Jembrana, maka mata pencaharian penduduk mayoritas sebagai
pegawai, namun tidak tertutupkemungkinan bagi penduduk untuk membuka usaha
sendiri atau bekerja sebagai buruh. Berhubung Negara adalah kota kecil yang
masih berkembang, lapangan pekerjaan juga masih sulit. Lebih dari sepermpat
penduduk Kelurahan Banjar Tengah merantau ke kota lain sebagai pegawai
swasta, berikut dapat dilihat pada tabel 2.3 rincian dari komposisi penduduk
Kelurahan Banjar Tengah menurut mata pencahariannya.
Tabel 2.3 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Petani 29 0,81
2 Buruh 788 22,12
3 Jasa 39 1,1
4 Wiraswasta 908 25,48
5 Pegawai Negeri 244 6,85
6 Pegawai Swasta 1266 35,53
7 Dokter/ Bidan/ Paramedis 71 1,99
8 TNI/Polri 218 6,12
Jumlah 3563 100
( Sumber : Profil Kelurahan Banjar Tengah Tahun 2012 )
Dalam tabel di atas dapat dilihat sebagian besar masyarakat Kelurahan
Banjar Tengah bekerja sebagai pegawai, pegawai swasta sebesar 1.266 jiwa
dengan persentase 35,53% dan pegawai negeri sebesar 244 atau setara dengan
6,85% kemudian diikuti oleh penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta sebesar
908 jiwa dengan persentase 25,48%. Kemudian jumlah mata pencaharian terbesar
berikutnya adalah buruh yaitu sebesar 788 jiwa atau setara dengan 22,12%. Tidak
36
sedikit juga penduduk di Kelurahan ini memilih pekerjaan sebagai TNI/Polri yaitu
sebanyak 218 jiwa atau 6,12%. Dalam bidang paramedisada 71 jiwa atau setara
dengan 1,99%, jasa lainnya sebanyak 39 jiwa atau 1,1%. Berhubung lingkungan
alam di Kelurahan Banjar Tengah sudah merupakan pusat kota dan tidak banyak
terdapat sawah dan perkebunan, untuk mata pencaharian sebagai petani sangat
sedikit yaitu sebanyak 29 jiwa atau 0,81%.
Dari data tersebut membuktikan bahwa keadaan alam sangat
mempengaruhi penduduk setempat dalam bidang mata pencaharian. Kelurahan
Banjar Tengah merupakan bagian dari pusat kota di kabupaten Jembrana, oleh
sebab itu dpat dilihat dari data di atas mayoritas pekerjaan yang dipilih adalah
pegawai, wirausaha dan buruh. Hal ini terjadi karena pusat kota cenderung banyak
usaha-usaha pribadi yang membentuk lapangan pekerjaan, sehingga banyak
pegawai swasta yang dibutuhkan di kota. Selain itu di pusat pemerintahan
kabupaten jembrana juga terdapat di pusat kota, maka penduduk Kelurahan Banjar
Tengah juga bermata pencaharian sebagai pegawai negeri sebagian. Begitu juga
dengan buruh, Kota Negara merupakann kota berkembang, maka dalam bidang
pendidikan pun juga masih berkembang. Pendidikan juga mempengaruhi jenis
mata pencaharian. Tidak dapat dipungkiri sebagian dari penduduk Kelurahan
Banjar Tengah juga masih memilih menjadi buruh, selain karena faktor
lingkungan alam atau terdapat pusat pasar dekat dengan Kelurahan Banjar Tengah
juga faktor pendidikan yang masih berkembang tersebut.
2.4.3 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh dalam
proses pembangunan dan pengembangan masyarakat. Dengan pendidikan,
37
seseorang mampu memahami dan menyelesaikan permasalahan dalam hidupnya.
Dalam pembukaan UUD 1945 telah tertuang dengan jelas bahwa tujuan pendirian
NKRI salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu cara
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah melalui pendidikan. Bahkan saat
ini pemerintah sedang mencanangkan program wajib belajar 12 tahun dari
sebelumnya hanya 9 tahun. Mengenai tingkat pendidikan di Kelurahan Banjar
Tengah, disajikan dalam Tabel 2.4 sebagai berikut;
Tabel 2.4 Komposisi Penduduk Kelurahan Banjar Tengah Menurut Pendidikandan Jenis Kelamin
No Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin
(jiwa)
Jumlah
(jiwa)
Persentase
(%)
Total
Presentase
(%)L P L P
1 Tidak Pernah Sekolah 5 7 12 0,11 0,15 0,26
2 Tidak Tamat SD 17 8 25 0,37 0,17 0,54
3 Tamatan SD 679 419 1.098 14,71 9,08 23,79
3 Tamatan SMP 529 524 1053 11,46 11,35 22,81
4 Tamatan SMA/ Sederajat 767 687 1454 16,61 14,89 31,50
5 Tamatan Diploma 220 374 594 4,77 8,10 12,87
6 Tamatan Perguruan Tinggi 213 167 380 4,61 3,62 8,23
Total 2430 2186 4.616 52,64 47,36 100
( Sumber : Profil Kelurahan Banjar Tengah Tahun 2012 )
Tabel 2.4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kelurahan
Banjar Tengah pernah mengenyam pendidikan formal minimal Sekolah Dasar.
Tamatan sekolah dasar sejumlah 1.098 jiwa (23,79%). Tamatan SMP dan
SMA/Sederajat secara berturut-turut sebanyak 1053 jiwa (22,81%) dan 1454 jiwa
(31,50%). Sementara jenjang pedidikan pasca SMA sudah cukup lumayan yaitu
594 orang (12,87%) untuk diploma dan 380 orang (8,23%) untuk perguruan
38
tinggi. Angka putus sekolah terutama pada sekolah dasar masih ada 25 jiwa
(0,54%) dan tidak pernah sekolah 12 jiwa (0,26%).
Dari data tersebut dapat disimpulkan, untuk pendidikan di Kelurahan
Banjar Tengah ini sudah cukup berkembang, walaupun masih terdapat angka
putus sekolah bahkan tidak sekolah. Hal itu juga dipengaruhi oleh fasilitas dan
program pemerintah setempat. Perkembangan ini dapat terbantu dengan adanya
program pemerintah dalam bidang pendidikan (sekolah gratis) untuk menekan
angka putus sekolah. Pada tabel dapat kita lihat angka putus sekolah sebagian
besar adalah penduduk yang kini sudah berumur atau penduduk yang menempuh
pendidikan sebelum adanya program bantuan pendidikan. Begitu juga dengan
fasilitas pendidikan formal. Fasilitas juga merupakan salah satu hal yang
berpengaruh penting dalam pengembangan pendidikan di Kelurahan Banjar
Tengah. Pendidikan yang didominasi dengan fasilitas yang berkualitas juga dapat
memberikan kwalitas pendidikan yang baik. Berikut Tabel 2.5 menyajikan
fasilitas pendidikan di Kelurahan Banjar Tengah.
Tabel 2.5 Fasilitas Pendidikan Kelurahan Banjar Tengah
(Sumber : Profil Kelurahan Banjar Tengah Tahun 2012)
Berdasarkan Tabel 2.5 di atas dapat dilihat bahwa sarana penunjang
pendidikan yang ada di Kelurahan Banjar Tengah kurang memadai. Terdapat
No Sarana Pendidikan Jumlah
1 Taman Kanak-kanak 1
2 Sekolah Dasar 3
3 SMP 0
4 SMA 2
Jumlah 6
39
sebuah Taman Kanak-Kanak di Lingkungan Tengah. Untuk sekolah dasar
sejumlah 3 buah yang ketiganya terdapat di Lingkungan Tinyeb. Kemudian untuk
Sekolah Menengah Pertama di Kelurahan Banjar Tengah belum memilikinya.
Sedangkan untuk Sekolah Menengah Atas terdapat 2 buah, yang keduanya
terletak di Lingkungan Tinyeb.
Walaupun demikian, minimnya fasilitas di Kelurahan Banjar Tengah tidak
menghalangi penduduknya untuk menuntut ilmu. Untuk TK, berhubung kelurahan
ini berada di tengah-tengah antara kelurahan lainnya, maka tidaklah sulit untuk
mencari TK lainnya di lelurahan lain. Begitu juga dengan SMP, di Kelurahan
Lelateng (terletak di selatan Kelurahan Banjar Tengah) terdapat beberapa SMP
yang tidak terlalu jauh untuk penduduk Banjar Tengah menuntut ilmu. Begitu
juga dengan SD dan SMA. Untuk perguruan tinggi sekitar tahun 2000an baru
dibangun beberapa perguruan tinggi (berbarengan dengan program pemerintah
dalam pengembangan pendidikan Jembrana) di beberapa wilayah Kota Negara.
Sehingga tidak sulit lagi penduduk Kelurahan ini jika ingin melanjutkan studinya
perguruan tinggi. Memang pilihan untuk perguruan tingginya tidak banyak,
karena itu masih tidak menutup kemungkinan masih banyak penduduk yang
keluar kota untuk melanjutkan studinya. Hal ini juga yang menyebabkan
banyaknya penduduk yang merantau demi melanjutkan pendidikannya. Begitu
juga pekerjaan, berhubung Jembrana adalah daerah yang masih berkembang,
pilihan pekerjaan juga masih minim. Tidak sedikit juga penduduk Kelurahan ini
mencari kerja keluar kota.
40
2.4.4 Komposisi Penduduk Menurut Agama
Kelurahan Banjar Tengah merupakan salah satu tempat yang penting bagi
sejarah munculnya Kota Negara. Seperti yang dipaparkan di atas pada sejarah
Kelurahan Banjar Tengah, di kelurahan inilah simbol dari Kota Negara dibuat.
Simbol tersebut berada di Pura Puseh kelurahan ini, hal ini menunjukan bahwa di
Kelurahan ini menganut sistem kepercayaan atau agama hindu. Tetapi dalam
perkembangannya, sistem kepercayaan lainpun juga terdapat di kelurahan ini.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6 Komposisi Penduduk Kelurahan Banjar Tengah Menurut Agama
NO Agama Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Islam 831 16,04
2 Hindu 3915 75,55
3 Budha 108 2,09
4 Kristen 200 3,87
5 Katolik 127 2,45
Jumlah 5182 100
(Sumber : Profil Kelurahan Banjar Tengah Tahun 2012
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kelurahan
Banjar Tengah memeluk agama Hindu yaitu sebesar 3.915 jiwa (75,55%).
Sementara pemeluk Islam sebesar 831 jiwa (16,04%). Penduduk yang memeluk
agama Kristen 200 jiwa (3,87%). Penduduk yang memeluk agama katolik 127
jiwa (2,45%) dan Budha 108 jiwa (2,09%). Secara umum bisa dikatakan bahwa
kehidupan keagamaan di Kelurahan Banjar Tengah cukup beragam. Mayoritas
penduduknya memang memeluk agama hindu, tetapi tidak sedikit juga
41
penduduknya memeluk agama lain. Hal ini terjadi karena penduduk tidak semua
asli berasal dari kelurahan tersebut. Banyak pendatang yang menetap dan menjadi
warga di Kelurahan Banjar Tengah.
Tempat peribadatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam menjalankan ajaran agama masing-masing. Meski di Kelurahan Banjar
Tengah dihuni oleh 5 kelompok agama, namun tempat peribadatan di kelurahan
ini tidak selengkap kelompok agamanya. Untuk lebih jelasnya, sarana peribadatan
yang terdapat di Kelurahan Banjar Tengah dapat dirinci sebagai berikut:
Tabel 2.7 Jenis dan Jumlah Sarana PeribadatanDi Kelurahan Banjar
Tengah
No Jenis Sarana Peribadatan Jumlah
1 Pura 1
2 Masjid -
3 Wihara 1
4 Gereja Katolik 1
5 Gereja Kristen 1
(Sumber : Profil Kelurahan Banjar Tengah Tahun 2012)
Dari data pada tabel di atas, dapat dilihat sarana peribadatan di
Kelurahan ini masih sangat minim. Pemeluk agama dan sarana peribadatan tidak
berimbang. Hal itu disebabkan karena faktor lokasi Kelurahan Banjar Tengah
yang berada di tengah-tengah dari kelurahan lainnya. Sehingga untuk tempat
beribadah umat Islam yang paling dekat masih mampu dijangkau, karena di
Kelurahan Lelateng (sebelah selatan Kelurahan Banjar Tengah) terdapat beberapa
42
masjid. Begitu juga dengan tempat beribadah lainnya, masih ada alternatif di
kelurahan lainnya yang dekat dengan Kelurahan Banjar Tengah