Gambaran Umum

37
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1. Sejarah PT Pertamina (Persero) Berdasarkan UU No. 19 Tahun 1960 Tentang Pendirian Perusahaan Negara dan UU No. 44 Tahun 1960 Tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, maka pada tahun 1961 dibentuk perusahaan negara sektor minyak dan gas bumi, PN Pertamina dan PN Permina, yang bergerak dalam usaha eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, serta pemasaran. Pada tahun 1971 kemunculan UU No. 8 Tahun 1971 menetapkan penggabungan kedua perusahaan tersebut menjadi PN Pertamina, sebagai pengelola tunggal dalam pemenuhan kebutuhan minyak dan gas bumi negara. Sebagai upaya Pertamina dalam memenuhi kebutuhan minyak bumi, yang semakin meningkat tiap tahunnya, maka pada tahun 1974 dibangunlah kilang minyak yang dirancang untuk mengolah bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan tujuan selain untuk mendapatkan produk BBM juga untuk mendapatkan bahan dasar minyak pelumas dan aspal. Kemudian mengikuti UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, maka status PN Pertamina diubah menjadi Perusahaan Perseroan, yang sesuai dengan PP No. 31 Tahun 2003. PT Pertamina (Persero) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Pendirian perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang

description

Gambaran Umum

Transcript of Gambaran Umum

BAB IIGAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah PT Pertamina (Persero)Berdasarkan UU No. 19 Tahun 1960 Tentang Pendirian Perusahaan Negara dan UU No. 44 Tahun 1960 Tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, maka pada tahun 1961 dibentuk perusahaan negara sektor minyak dan gas bumi, PN Pertamina dan PN Permina, yang bergerak dalam usaha eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, serta pemasaran. Pada tahun 1971 kemunculan UU No. 8 Tahun 1971 menetapkan penggabungan kedua perusahaan tersebut menjadi PN Pertamina, sebagai pengelola tunggal dalam pemenuhan kebutuhan minyak dan gas bumi negara.Sebagai upaya Pertamina dalam memenuhi kebutuhan minyak bumi, yang semakin meningkat tiap tahunnya, maka pada tahun 1974 dibangunlah kilang minyak yang dirancang untuk mengolah bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan tujuan selain untuk mendapatkan produk BBM juga untuk mendapatkan bahan dasar minyak pelumas dan aspal. Kemudian mengikuti UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, maka status PN Pertamina diubah menjadi Perusahaan Perseroan, yang sesuai dengan PP No. 31 Tahun 2003.PT Pertamina (Persero) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Pendirian perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 "Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Negara (Pertamina) Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)".Sesuai akta pendiriannya, maksud dari perusahaan perseroan adalah untuk menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut.

Adapun tujuan dari perusahaan perseroan adalah untuk: 1. Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perseroan secara efektif dan efisien. 2. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, perseroan melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta hasil olahan dan turunannya. 2. Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang ada pada saat pendiriannya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang telah mencapai tahap akhir negosiasi dan berhasil menjadi milik perseroan.3. Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquified Natural Gas (LNG) dan produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG 4. Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam nomor 1, 2, dan 3.

Unit-unit pengolahan minyak dan gas bumi yang dikelola oleh PT Pertamina (Persero) terbagi atas tujuh lokasi, yaitu:1. Refinery Unit I Pangkalan Brandan (Sumatra Utara), kapasitas 5.000 BPSD*.2. Refinery Unit II Dumai dan Sungai Pakning (Riau), kapasitas 170.000 BPSD*. 3. Refinery Unit III Plaju dan Sungai Gerong (Sumatra Selatan), kapasitas 132.500 BPSD*.4. Refinery Unit IV Cilacap (Jawa Tengah), kapasitas 348.000 BPSD*.5. Refinery Unit V Balikpapan (Kalimantan Timur), kapasitas 253.500 BPSD*.6. Refinery Unit VI Balongan (Jawa Barat), kapasitas 125.000 BPSD*.7. Refinery Unit VII Kasim (Papua Barat), kapasitas 10.000 BPSD*.

*dengan BPSD adalah barrel per stream day.

Gambar 2.1. Peta Lokasi PT Pertamina (Persero)(Sumber: PT Pertamina (Persero))

2.2. Visi dan Misi PT Pertamina (Persero)2.2.1. Visi PT Pertamina (Persero)Visi dari PT Pertamina (Persero) adalah:Menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia.

2.2.2. Misi PT Pertamina (Persero)Misi dari PT Pertamina (Persero) adalah:Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru yang terbarukan secara terintegrasi berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.

2.3. Logo PT Pertamina (Persero)

Gambar 2.2. Logo Lama PT Pertamina (Persero) (Sumber: PT Pertamina (Persero))

Gambar 2.3. Logo Baru PT Pertamina (Persero)(Sumber: PT Pertamina (Persero))

Keterangan Gambar 2.3. :1. Biru : Melambangkan kehandalan, dapat dipercaya dan bertanggungjawab.Sumber daya manusia sebagai mitra kerja yang loyal serta memiliki komitmen untuk berdedikasi.2. Hijau : Melambangkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan.Sumber daya lingkungan sebagai mitra kerja yang berorientasi pada pelayanan masyarakat.3. Merah : Melambangkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam keadaan. Sumber daya manusia sebagai sebagai mitra kerja yang tangguh dan pantang menyerah. Pemikiran perubahan Logo sudah dimulai sejak 1976 setelah terjadi krisis Pertamina pada saat itu. Pemikiran tersebut dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya dan diperkuat melalui Tim Restrukturisasi Pertamina tahun 2000 (Tim Citra) termasuk kajian yang mendalam dan komprehensif sampai pada pembuatan TOR dan perhitungan biaya. Akan tetapi, program tersebut tidak sempat terlaksana karena adanya perubahan kebijakan/pergantian Direksi. Wacana perubahan logo tetap berlangsung sampai dengan terbentuknya PT Pertamina (Persero) pada tahun 2003. Pertimbangan yang mendorong adanya pergantian logo adalah untuk dapat membangun semangat/spirit baru, mendorong perubahan Corporate Culture bagi seluruh pekerja, mendapatkan image yang lebih baik diantara global oil & gas companies serta mendorong daya saing perusahaan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi, antara lain : Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi Perseroan. Perubahan strategi perusahaan untuk menghadapi persaingan paska PSO serta semakin banyak terbentuknya entitas bisnis baru dibidang Hulu dan Hilir.Dengan adanya perubahan logo PT Pertamina (Persero) sekaligus meluncurkan slogan (band driver) SEMANGAT TERBARUKAN. Dengan slogan tersebut cita-cita untuk menjadi penyedia energi global dapat diwujudkan melalui percepatan perubahan dan langkah nyata transformasi, guna menggapai visi menjadi perusahaan nasional kelas dunia.2.4. PT Pertamina (Persero) RU-IV CilacapPT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap merupakan Unit Operasi Direktorat Pengolahan tebesar dan terlengkap, dilihat dari hasil produksinya, di Indonesia. Kilang ini bernilai strategis karena memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau 60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa. Selain itu kilang ini menjadi satu-satunya kilang di Indonesia yang memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur Indonesia.Tujuan pembangunan kilang minyak di Cilacap adalah untuk memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi masyarakat Pulau Jawa, mengingat secara geografis posisi kilang Cilacap di sentra Pulau Jawa atau dekat dengan konsumen terpadat penduduknya di Indonesia. Di samping itu juga untuk mengurangi ketergantungan impor BBM dari luar negeri dan sebagai langkah efisiensi karena memudahkan suplai dan distribusi.PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap mempunyai suatu landasan yang disebut dengan Tata Nilai Budaya. Nilai dan budaya tersebut dikenal dengan 6C, yaitu:1. Clean (Bersih)2. Competitive (Kompetitif)3. Confident (Percaya Diri)4. Customer Focused (Fokus pada Pelanggan)5. Commercial (Komersial)6. Capable (Berkemampuan)

PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap berlokasi di Jalan. MT.Haryono Nomor 77, Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah Indonesia 53221. Kilang RU-IV dibangun di Cilacap dengan luas area total 526,71 Ha. Tata letak kilang minyak Cilacap beserta sarana pendukung yang ada adalah sebagai berikut :1.Area Kilang Minyak dan Kantor: 203,19ha2.Area Terminal dan Pelabuhan: 50,97ha 3.Area Pipa Track dan Jalur Jalan: 12,77ha 4.Area Perumahan dan Sarananya: 100,80ha5.Area Rumah sakit dan Lingkungannya: 10,27ha6.Area Lapangan Terbang: 70ha 7.Area Paraxylene: 9ha 8.Sarana Olah Raga / Rekreasi: 69,71ha + Total 526,71 ha Beberapa pertimbangan dipilihnya Cilacap sebagai lokasi kilang adalah :1. Studi kebutuhan BBM menunjukkan bahwa konsumen terbesar adalah penduduk pulau Jawa.2. Daerah Cilacap dan sekitarnya telah direncanakan oleh pemerintah sebagai pusat pengembangan produksi untuk wilayah Jawa bagian selatan.3. Terdapat jaringan pipa Maos - Jogjakarta dan Cilacap - Padalarang sehingga penyaluran produksi bahan bakar minyak menjadi lebih mudah.4. Tersedianya sarana pelabuhan alami yang sangat ideal karena lautnya cukup dalam dan tenang karena terlindung Pulau Nusakambangan.

Gambar 2.4. Peta Lokasi Pabrik PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Gambar 2.5. Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Gambar 2.6. Lokasi PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap (Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Gambar 2.7. Tata Letak Kilang PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap (Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

2.5. Visi dan Misi PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap2.5.1. Visi PT Pertamina (Persero) RU-IV CilacapVisi dari PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap adalah:Menjadi kilang minyak yang unggul di Asia Tenggara dan kompetitif pada tahun 2015.

2.5.2. Misi PT Pertamina (Persero) RU-IV CilacapMisi dari PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap adalah:Mengolah minyak bumi menjadi produk BBM dan NBM, dan petrokimia untuk memberikan nilai tambah bagi perusahaan dengan tujuan memuaskan stakeholder melalui peningkatan kinerja perusahaan secara profesional, berstandar internasional, dan berwawasan lingkungan.

2.6. Deskripsi Kegiatan PT Pertamina (Persero) RU- IV CilacapPT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap merupakan salah satu unit operasi dari Direktorat Hilir Pertamina. Dalam kegiatannya membawahi kilang minyak dan kilang Paraxylene. Kilang minyak Cilacap yang saat ini memiliki kapasitas 348.000 barrel/hari dibangun dalam 2 tahap, yaitu pada tahun 1974 dan 1981, sedangkan kilang Paraxylene dibangun pada tahun 1990. Saat ini tengah dibangun kilang RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) untuk meningkatkan produksi gasoline, LPG dan propylene. Pertamax yang saat ini telah diproduksi PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap, produksinya akan lebih efisien.Gambar 2.8. Konfigurasi Kilang Minyak PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)Kilang utama disebut dengan Fuel Oil Complex (FOC) dan kilang pelumas disebut dengan Lube Oil Complex (LOC). Bahan baku (minyak mentah) diolah di FOC untuk menghasilkan bahan bakar minyak (BBM) sebagai produk utama dan long residue sebagai bahan baku untuk LOC untuk diolah dan menghasilkan bahan dasar minyak pelumas (Lube Oil Base Stock [LOBS]) dan asphalt component.

Tabel 2.1. Proses-Proses Utama Kilang PT Pertamina (Persero) RU-IV CilacapNo. Jenis ProsesUnit ProsesTujuan Proses

1.PersiapanDesalterMenurunkan air, menurunkan garam

2.PemisahanCrude Distilling Unit (CDU)High Vacuum Unit (HVU)Pemisahan primer berdasar titik didih

3.TreatingHydrotreating dan demetalisasi (HDS, ARHDM, DHDT), Amine AbsorberPemurnian

4.KonversiHydrocracker, Fluid Catalytic Cracking (FCC), RFCC, Delayed Coker, Visbreaker, Platforming, H2 plantPerengkahan, pembentukan (reforming)

5.Perbaikan kualitasHydotreater (HDS)Perbaikan kualitas

6.Proses lainPolimerisasi, Isomerisasi (Penex, Totaray), WaxPolimerisasi, aromatisasi, filtrasi

(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

2.6.1. Kilang Minyak I (FOC I dan LOC I)Kilang yang beroperasi sejak 24 April 1974 ini awalnya berkapasitas 100.000 BPSD. Kemudian karena adanya peningkatan kebutuhan konsumen maka pada tahun 1996 melalui Debottlenecking Project Cilacap kapasitasnya ditingkatkan menjadi 118.000 BPSD. Kilang ini dirancang untuk mengolah bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah dengan maksud selain mendapatkan produk BBM sekaligus untuk mendapatkan produk NBM yaitu bahan dasar minyak pelumas (lube oil base) dan aspal yang sangat dibutuhkan di dalam negeri. Minyak dari Timur Tengah dipilih karena karakter minyak dalam negeri yang tidak bisa menghasilkan bahan dasar pelumas dan aspal.Dalam perkembangan selanjutnya, kilang ini tidak hanya mengolah Arabian Light Crude (ALC) tetapi juga Iranian Light Crude (ILC) dan Basrah Light Crude (BLC). Kilang Minyak I PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap meliputi:1. Fuel Oil Complex (FOC I), untuk memproduksi BBM (Premium, Kerosene, ADI/IDO, dan IFO).2. Lube Oil Complex (LOC I), menghasilkan produk non BBM (LPG, base oil, Minarex, Slack Wax, Parafinic, dan aspal).3. Utilities Complex (UTL), menyediakan semua kebutuhan dari unit-unit proses seperti steam, listrik, angin instrumen, air pendingin serta fuel system.4. Offsite FacilitiesGambar 2.9. Diagram Blok FOC I dan LOC (I, II,dan III)(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Unit-unit proses pada FOC I (Area 10) meliputi:1. Unit 11: Crude Distilling Unit (CDU) I2. Unit 12: Naphta Hydrotreater I3. Unit 13: Hydro Desulphurizer Unit (HDS)4. Unit 14: Platformer Unit5. Unit 15: Propane Manufacturer Unit (PMF)6. Unit 16: Meroxtreater Unit7. Unit 17: Sour Water Stripper Unit (SWS)8. Unit 18: Nitrogen Plant9. Unit 19: CRP Unit (Hg Removal)

Unitunit proses pada LOC I (Area 20) meliputi:1. Unit 21: High Vacuum Unit (HVU) I2. Unit 22: Prophane Deasphalting Unit (PDU) I3. Unit 23: Fulfural Extraction Unit (FEU) I4. Unit 24: Methyl Ethyl Keton (MEK) Dewaxing Unit (MDU) I5. Unit 25: Hot Oil System I

Tabel 2.2. Kapasitas FOC IUnitKapasitas Desain

TPSDBPSD

CDU I16.126118.000

NHT I2.80525.600

Hydrodesulfurizer2.30017.000

Platformer I1.65014.900

Propane Manufacturing43,5-

Merox Treater2.11615.700

Sour Water Stripper780-

(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Tabel 2.3. Kapasitas LOC IUnitKapasitas Desain (TPSD)

HVU2.574

PDU538

FEU478-573

MDU226-337

Hydrotreating Unit-

(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Tabel 2.4. Produksi Kilang I (FOC I dan LOC I)UnitFeedProduk

FOC I Arabian Light Crude Iranian Light Crude Basrah Light Crude Refinery Fuel Gas Kerosene/Avtur Industrial Diesel Oil Gasoline/Premium Automotif Diesel Oil Industrial Fuel Oil

LOC I Long Residu FOC I HVI 60 HVI 95 Slack Wax Asphalt Minarex A Minarex B

(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

2.6.2. Kilang Minyak II (FOC II dan LOC II)Kilang ini dibangun pada tahun 1981 dengan pertimbangan untuk dapat memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri yang terus meningkat. Kilang yang mulai beroperasi 4 Agustus 1983 ini berkapasitas awal 200.000 BPSD, yang kemudian ditingkatkan menjadi 238.000 BPSD setelah Debottlenecking Project Cilacap. Kilang ini mengolah minyak cocktail yaitu minyak campuran dari dalam maupun luar negeri.Minyak mentah dalam negeri, yang memiliki kadar sulfur lebih rendah dari Arabian Light Crude (ALC), merupakan campuran dengan komposisi 80% Arjuna Crude dan 20% Attaka Crude yang pada perkembangan selanjutnya menggunakan crude oil lain dengan komposisi yang menyerupai rancangan awal. Perluasan kilang dirancang oleh Universal Oil Product (UOP) untuk fuel oil complex, Shell International Petroleum Maatschappij (SIPM) untuk lube oil complex dan Fluor Eastern, Inc. untuk offsite facilities.Unit-unit proses pada FOC II (Area 01) meliputi:1. Unit 008: Caustic and Storage Unit2. Unit 009: Nitrogen Plant3. Unit 011: Crude Distillation Unit (CDU) II4. Unit 012: Naphta Hydrotreater Unit (NHT) II5. Unit 013: Aromatic Hydrogenation (AH) Unibon Unit6. Unit 014: Continous Catalytic Regeneration (CCR) Platformer Unit7. Unit 015: Liquified Petroleum Gas (LPG) Recovery Unit8. Unit 016: Minimize Alkalinity Merchaptan Oxidation (Minalk Merox) Treater Unit9. Unit 017: Sour Water Stripper (SWS) II10. Unit 018: Thermal Distillate Hydrotreater Unit11. Unit 019: Visbreaker Thermal Cracking Unit

Unit-unit proses pada LOC II (Area 02) meliputi:1. Unit 021: High Vacuum Unit (HVU) II2. Unit 022: Prophane Deasphalting Unit (PDU) II3. Unit 023: Fulfural Extraction Unit (FEU) II4. Unit 024: Methyl Ethyl Keton (MEK) Dewaxing Unit (MDU) II5. Unit 025: Hot Oil System II

Gambar 2.10. Diagram Blok FOC II(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Tabel 2.5. Kapasitas FOC IIUnitKapasitas Desain

TPSDBPSD

CDU II30.680230.000

NHT II2.44120.000

AH Unibon3.08423.000

Platformer II2.44120.000

LPG Rec636-

Naphta Merox1.31111.100

SWS2.410-

THDT1.80213.200

Visbreaker8.39055.600

(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Tabel 2.6. Kapasitas LOC IIUnitKapasitas Desain (TPSD)

HVU3.883

PDU784

FEU1.786-2.270

MDU501-841

Hydrotreating Unit-

(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Tabel 2.7. Produksi Kilang II (FOC II dan LOC II)UnitFeedProduk

FOC II Arjuna Crude Attaka Crude Minas Crude SLC LPG Naphtha Gasoline/Premium Kerosene HDO/LDO IFO

LOC II Long Residu FOC I HVI 95 HVI 160S HVI 650 Asphalt Minarex H Slack Wax

(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Selain itu terdapat Kilang III dengan bahan baku distilat LOC I dan LOC II yang menghasilkan produk HVI 650, Propane Asphalt, Minarex, dan Slack Wax.

Tabel 2.8. Kapasitas LOC IIIUnitKapasitas Desain (TPSD)

HVU-

PDU784

FEU-

MDU501-841

Hydrotreating Unit1.700

(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

2.6.3. Kilang Paraxylene ComplexBerdasarkan pertimbangan adanya bahan baku Naphta dan sarana pendukung seperti tangki, dermaga, dan utilities, maka pada 1988 dibangunlah Kilang Paraxylene Complex (KPC) guna memenuhi kebutuhan bahan baku kilang PTA (Purified Terephtalic Acid) di Plaju, sekaligus sebagai usaha meningkatkan nilai tambah produk kilang BBM. Kilang yang beroperasi sejak 20 Desember 1990 ini menghasilkan produk NBM dan Petrokimia.Kapasitas produksi KPC adalah 590.000 ton/tahun. Naptha yang kemudian diolah menjadi paraxylene 270.000 ton, LPG 17.000 ton, raffnate 92.000 ton, heavy aromat 10.000 ton, fuel gas/excess 81.000 ton/tahun. Produk paraxylene sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku ke pusat aromatic Plaju dan sebagian lagi untuk diekspor. Sedangkan produk benzene keseluruhannya diekspor dan produk yang lain digunakan untuk keperluan dalam negeri dan keperluan sendiri.Unit-unit proses KPC (Area 80) meliputi:1. Unit 81: Nitrogen Plant Unit2. Unit 82: Naphta Hydrotreating Unit3. Unit 84: CCR Platformer Unit4. Unit 85: Sulfolane Unit5. Unit 86: Tatoray Unit6. Unit 87: Xylene Fractionation Unit7. Unit 88: Paraxylene Extractination Unit8. Unit 89: Isomar Unit

Gambar 2.11. Diagram Blok Kilang Paraxylene Complex(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Tabel 2.9. Kapasitas Kilang Paraxylene ComplexUnitKapasitas Desain (TPSD)

NHT1.791

CCR Platformer1.791

Sulfolane1.100

Tatoray1.730

Xylene Fractionator4.985

Parex4.440

Isomar3.590

(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Tabel 2.10. Produksi Kilang ParaxyleneUnitFeedProduk

Paraxylene Naphtha Paraxylene Benzene LPG Toluene

(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

2.6.4. Kilang LPG dan Sulphur Recovery Unit (SRU)Kilang yang beroperasi sejak 27 Februari 2002 ini bertujuan untuk mendukung komitmen perusahaan terhadap lingkungan serta untuk memenuhi peraturan UU No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan Proyek Langit Biru. Kilang ini terdiri dari unit proses dan fasilitas penunjang. Proyek ini dapat mengurang emisi gas dari kilang Refinery Unit IV Cilacap, khususnya SO2 yang dapat direduksi menjadi sulfur sehingga emisi yang dibuang ke udara akan lebih ramah terhadap lingkungan. Dibangunnya kilang SRU dapat meningkatkan off gas sebagai refinery fuel gas maupun flare gas sehingga dapat dijadikan bahan baku LPG dan Naphta (condensate) selain menghasilkan sulfur cair.

Gambar 2.12. Diagram Blok Kilang Sulphur Recovery Unit (Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Unit-unit proses kilang ini (Area 90) meliputi:1. Unit 90: Utilities Complex2. Unit 91: Gas Treating Unit3. Unit 92: LPG Recovery Unit4. Unit 93: Sulphur Recovery Unit5. Unit 94: Tail Gas Unit6. Unit 95: Refrigerant Unit

2.6.5. Debottlenecking Project Cilacap (DPC)Debottlenecking Project Cilacap (DPC) digagas untuk meningkatkan kapasitas operasional PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap dengan modernisasi instrumentasi kilang yang meliputi unit pada FOC I, FOC II, Utilities I, Utilities II, LOC I, dan LOC II. Modernisasi ini termasuk pengoperasian Utilities IIA yang dihubungkan dengan Utilities I dan Utilities II serta beroperasinya LOC III.Proyek peningkatan kapasitas kilang minyak secara keseluruhan termasuk Kilang Paraxylene Complex dan pembuatan sarana pengolahan pelumas baru (LOC III) yang selesai pada Maret 1999. Proyek ini bertujuan untuk mengingkatkan kapasitas pengolahan FOC I dari 100.000 BPSD menjadi 118.000 BPSD, FOC II dari 200.000 BPSD menjadi 230.000 BPSD, LOC I dan LOC II dari 225.000 TPSD menjadi 286.800 TPSD, serta unit baru LOC III dapat memproduksi 141.200 TPSD lube base untuk semua grade. Proyek ini membuat total kapasitas kilang BBM naik dari 300.000 BPSD menjadi 348.000 BPSD, produksi bahan baku minyak pelumas (lube base oil) naik dari 255.000 TPSD menjadi 428.000 TPSD atau sebesar 69%, sedangkan produksi aspal naik dari 512.000 TPSD menjadi 720.000 TPSD atau sebesar 40,63%. Dengan TPSD adalah ton per stream day.Pendanaan Debottlenecking Project Cilacap (DPC) berasal dari pinjaman dari 29 bank dunia yang dikoordinir oleh CITICORP dengan penjamin US Exim Bank. Dana yang dipinjam sebesar US$ 633 juta. Sedangkan sistem penyediaan dananya adalah Non Recourse Financing, di mana pengembalian pinjaman berasal dari hasil penjualan produk yang dihasilkan oleh proyek sehingga dana pinjaman tersebut tidak membebani anggaran Pemerintah maupun cash flow PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap.

2.6.6. Sarana PenunjangSarana-sarana penunjang dalam mendukung kelancaran dari operasi kilang, baik kilang yang memproduksi BBM, Non BBM maupun Paraxylene antara lain:1. UtilitiesUtilities, yang menyediakan tenaga linstrik, uap, dan air untuk kebutuhan industri maupun perkantoran, perumahan, rumah sakit, dan fasilitas lainnya. Untuk PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap kapasitasnya sebagai berikut:a. Generator (pembangkit tenaga listrik): 102 MWb. Boiler: 730 ton/jamc. Sea water desalination (desalinasi air laut): 450 ton/jam

2. LaboratoriumLaboratorium yang telah mendapatkan sertifikat spesifikasi SNI 19-17025 berfungsi sebagai pengontrol spesifikasi dan kualitas bahan baku serta produk antara maupun produk akhir. Laboratorium ini dilengkapi dengan fasilitas penelitian dan pengembangan sehingga produk yang dihasilkan senantiasa terjaga kualitasnya agar tetap mampu bersaing di pasaran.3. Bengkel pemeliharaanFasilitas bengkel dilengkapi dengan peralatan untuk melakukan perawatan permesinan dan lain-lain. Fungsi bengkel ini tidak hanya sebagai sarana perbaikan peralatan, tetapi juga sebagai sarana pembuatan suku cadang pengganti yang diperlukan. Di samping itu juga melayani perbaikan dan pemeliharaan sarana permesinan bagi industri lainnya. 4. Pelabuhan khususBahan baku minyak mentah PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap seluruhnya didatangkan melalui fasilitas kapal tanker. Hasil produksinya dijual tidak hanya melalui fasilitas perpipaan, mobil tangki dan tangki kereta api, tetapi juga melalui kapal. Pada saat ini PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap memiliki fasilitas pelabuhan dengan kapasitas 250.000 DWT yang terdiri dari pelabuhan untuk bongkar minyak mentah dan membuat produk-produk kilang untuk tujuan domestik maupun manca negara lainnya.5. Tangki penimbunTangki-tangki dibangun untuk menampung bahan baku minyak mentah, produk antara, produk akhir maupun untuk menampung air bersih. Semua ini untuk keperluan operasional. Jenis-jenis tangki yang dipakai:a. Floating roof, untuk menyimpan minyak ringan dan mentah.b. Fixed dome roof, untuk menyimpan minyak yang mempunyai flash point kurang dari 160F.c. Fixed cone roof, untuk menyimpan minyak yang mempunyai flash point lebih dari 160F.d. Bola, untuk menyimpan gas terutama LPG.

6. Sistem informasi dan komunikasiMendukung kelancaran operasional kilang, sistem informasi, dan komunikasi, PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap. Di instalasi kilang telah dilakukan otomatisasi dengan melengkapi sistem komputerisasi seperti OCS, MySAP, dan lain-lain. Untuk mempermudah komunikasi dipasang sarana radio, Public Automatic Branch Exchange (PABX), dan peralatan elektronika lainnya.

2.7. Health Safety and Environment (HSE) PT Pertamina (Persero) RU-IV CilacapUnit ini bertugas menjaga keselamatan dan kesehatan karyawan dalam bidang Health Safety and Environment (HSE). Bidang HSE bertanggung jawab langsung kepada General Manager PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. HSE memiliki tugas dan fungsi utama, yaitu:1. Sebagai advisor body dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja, kebakaran (peledakan) dan pencemaran lingkungan.2. Mengkoordinir kegiatan pengawasan dan monitoring lingkungan kerja untuk tercapainya kondisi operasi perusahaan yang aman, nyaman dan berwawasan lingkungan3. Mengkoordinir pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat dalam hal kebakaran, tumpahan minyak, kegagalan tenaga (black out) secara cepat dan tepat untuk meminimize kerugian.4. Mengkoordinir kegiatan pelatihan dan pembinaan aspek HSE untuk seluruh pekerja dan mitra kerja, dan pembinaan karir / kompetensi pekerja fungsi HSE melalui kursus/pelatihan, safety talk, operation talk, dsb.5. Menjalin kerjasama dengan Instansi/Institusi Pemerintah dalam hal penerapan peraturan Lindungan Lingkungan dan Keselamatan & Kesehatan Kerja.6. Merencanakan dan menentukan garis kebijakan program PROPER, SMKP, SMK3, SMKK, SMT dan AMDAL sebagai bahan untuk pengambil keputusan oleh Top Manajemen.7. Mengkoordinir tindakan penyelidikan kejadian yang berakibat fatal / lost time accident bersama dengan bidang / fungsi terkait.

Dalam melaksanakan tugasnya, bidang HSE dibagi menjadi tiga bagian.

2.7.1. Fire Insurance (Penanggulangan Kebakaran)Fungsi unit Penanggulangan Kebakaran adalah mengkoordinasikan, mengawasi, mengevaluasi serta memimpin kegiatan pencegahan dan penanggulangan resiko serta tertib administrasi secara efektif dan efisien sesuai standar kualitas yang ditetapkan untuk mendukung keamanan dan kehandalan operasi kilang. Tugas dan fungsi Fire Insurance adalah:1. Mencegah dan menanggulangi kebakaran/peledakan sekitar daerah operasi PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.2. Meningkatkan kehandalan sarana untuk penanggulangan kebakaran.3. Meningkatkan kesiapsiagaan sarana untuk penanggulangan kebakaran.4. Menyelidiki (fire investigation) setiap kasus terjadinya kebakaran.5. Melaksanakan risk survey dan kegiatan pemantauan terhadap rekomendasi asuransi.6. Melakukan fire inspection secara rutin dan berkala terhadap sumber bahaya yang berpotensi terhadap resiko kebakaran.

2.7.2. Safety (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)Fungsi bagian ini adalah merencanakan, mengatur, menganalisis dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan kecelakaan dan penyakit akibat kerja guna tercapainya kondisi kerja yang sama, sesuai norma kesehatan untuk meminimalkan kerugian perusahaan. Adapun tugas dan fungsi Safety adalah:1. Mencegah dan menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.2. Meningkatkan kehandalan sarana dan prasarana untuk pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja.3. Meningkatkan kesiapsiagaan personil dalam menghadapi setiap potensi terjadinya kebakaran.4. Menyelidiki (accident investigation) setiap kasus terjadinya kecelakaan.5. Melaksanakan pengawasan terhadap cara kerja aman melalui ijin kerja, inspeksi KK, gas test, dsb.6. Memantau dan mengukur kualitas lingkungan kerja.7. Menangani hazard, yang mencakup bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomis.8. Menyediakan dan mendistribusikan alat-alat pelindung diri (APD).9. Melaksanakan pembinaan aspek HSE, safety talk, safety meeting, dsb.10. Menerapkan Manajemen Keselamatan Proses (MKP) dan Sistem Manajemen Kesehatan Kerja (SMKK).

Dalam melaksanakan tugasnya, bagian Safety dibagi menjadi:1. Occupational Health (Kesehatan Lingkungan Kerja [Keslingker])2. Unit pemenuhan regulasi dan kesisteman KK3. Safety Inspector

2.7.3. Environment (Lindungan Lingkungan)Fungsi bagian ini adalah mengkoordinasikan, mengawasi, dan memimpin kegiatan operasional, meliputi pemantauan/pengelolaan lingkungan, B3, kegiatan house keeping dan pertamanan/penghijauan untuk menunjang tercapainya lingkungan kerja yang bersih, aman, nyaman, serta meminimalkan dampak lingkungan akibat operasional kilang guna mematuhi ketentuan/standar yang telah diterapkan pemerintah. PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap merupakan salah satu pelopor Green Factory di Indonesia, hal ini ditunjukkan dengan diperolehnya sertifikasi ISO 14001 yang mengedepankan Sistem Manajemen Lingkungan.Tanggung jawab Environmental Section antara lain adalah:a. Mengkoordinir perencanaan dan usulan : Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), ABI dan melaksanakan ABO serta memantau realisasinya.b. Menyetujui hasil analisis study, evaluasi terhadap sarana & prasarana serta metode yang digunakan untuk pemantauan dan penanggulangan pencemaran.c. Mengkoordinir pelaksanan analisis dan evaluasi penentuan lokasi titik pengambilan sample serta frekwensi monitoring yang dilakukan untuk masing-masing parameter, sistem, metode dan alat yang digunakan untuk pemantauan lingkungan serta penanggulangan pencemaran.d. Menyetujui hasil analisis dan evaluasi penentuan lokasi titik pengambilan sample serta frekwensi monitoring yang dilakukan untuk masing-masing parameter,mengkoordinir hasil pemantauan serta mengeluarkan rekomendasi sebagai masukan pengelolaan lingkungan lebih lanjut guna peningkatan optimalisasi sistem pengelolaan / pengolahan limbah.e. Mengevaluasi dan menyetujui yang berkaitan dengan pemantauan lingkungan dalam usaha memenuhi daya dukung lingkungan Menyetujui hasil penghitungan beban pencemaran berikut analisis sistem, metode dan alat yang digunakan.f. Mengkoordinir pelaksanan analisis dan evaluasi sistem, metode dan alat yang digunakan untuk pemantauan lingkungan serta penanggulangan pencemaran.g. Menyetujui hasil analisis dan evaluasi penentuan lokasi titik pengambilan sample serta frekuensi monitoring yang dilakukan untuk masing-masing parameter yang berkaitan dengan pemantauan lingkungan dalam usaha memenuhi daya dukung lingkunganh. Mengkoordinir hasil pemantauan serta mengeluarkan rekomendasi sebagai masukan pengelolaan lingkungan lebih lanjut guna peningkatan optimalisasi sistem pengelolaan /pengolahan limbah.i. Mengkoordinir pelaksanan analisis dan evaluasi sistem, metode dan alat yang digunakan untuk pemantauan lingkungan serta penanggulangan pencemaran.j. Menyetujui : hasil analisis dan evaluasi penentuan lokasi titik pengambilan sample serta frekwensi monitoring yang dilakukan untuk masing-masing parameter, hasil penghitungan beban pencemaran berikut analisis sistem, metode dan alat yang digunakan, hasil investigasi dan evaluasi setiap kejadian yang menimbulkan pencemarank. Mengkoordinir hasil pemantauan serta mengeluarkan rekomendasi sebagai masukan pengelolaan lingkungan lebih lanjut guna peningkatan optimalisasi sistem pengelolaan / pengolahan limbah.l. Mengevaluasi dan menyetujui : pembuatan sarana proteksi paparan hazardous material serta mengevaluasi untuk memastikan sistem pemantau limbah berfungsi baik dan optimal, yang berkaitan dengan pemantauan lingkungan dalam usaha memenuhi daya dukung lingkungan.m. Mereview, menganalisis, mengevaluasi,mengkoordinir dan up-dating AMDAL (Analisis Masalah Dampak Lingkungan) seperti ANDAL, RKL dan RPL, Mengkoordinir merencanakan, pengawasan, analisis study dan evaluasi terhadap pelaksanaan pemantauan lingkungan dari aspek BIOGEOFISKIM (Biologi, Geologi, Fisika dan Kimia) dan SOSEKBUD (Sosial, Ekonomi dan Budaya) baik internal maupun dengan pihak eksternal (lembaga penelitian / study lingkungan dan sebagainya)n. Mengkoordinasikan pelaksanaan / pengawasan kegiatan dan monitoring lingkungan kerja Environmental Section untuk tercapainya kondisi operasi perusahaan yang aman dan nyaman,mengkoordinasikan pendistribusian, updating dan sosialisasi perundangan / peraturan aspek lingkungan terkait serta implementasinya serta mengkoordinasikan dan mengevaluasi pelaksanaan Kegiatan Hari Lingkungan, Forum Lingkungan, Seminar Lingkungan, baik yang sifatnya internal maupun eksternal.o. Mengkoordinasikan, mengevaluasi ,mengimplementasikan semua program di lingkungan kerja Environmental Section.

Upaya yang dilakukan adalah dengan menyediakan sarana lindungan lingkungan antara lain:1. Sour water stripper: sarana untuk memindahkan gas-gas beracun dari air bekas proses sebelum dibuang ke laut.2. Corrugated plate interceptor: sarana untuk mengurangi dan memisahkan minyak yang terbawa dalam air buangan.3. Holding Basin dan Waste Water Treatment (WWT): sarana mengembalikan atau memperbaiki kualitas air buangan, terutama mengembalikan kandungan oksigen dan menghilangkan kandungan minyak untuk mengurangi kadar minyak dalam air buangan. 4. Stack (cerobong asap) yang tinggi untuk mengurangi pencemaran udara sekitar.5. Silencer: sarana untuk mengurangi kemungkinan pencemaran air buangan.6. Groyne: sarana pelindung pantai dari kikisan gelombang laut.

Departemen Health Safety Environment dikepalai oleh seorang Manager HSE yang dibantu oleh Section Head tiap bagian. Struktur organisasi Departemen HSE ditunjukkan oleh Gambar 2.13.

Gambar 2.13. Struktur Organisasi Departemen HSE(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

2.8. Struktur Organisasi dan Manajemen PT Pertamina (Persero) RU-IV CilacapPertamina dikelola oleh suatu Dewan Direksi Perusahaan dan diawasi oleh suatu Dewan Komisaris Pemerintah untuk Pertamina (DKPP). Pelaksanaan kegiatan PT Pertamina (Persero) diawasi oleh seperangkat pengawas yaitu lembaga negara, pemerintah maupun dari unsur internal PT Pertamina (Persero) sendiri. Berikut ini adalah jajaran manajemen PT Pertamina (Persero) yang dibawahi langsung oleh Direktur Utama:1. Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Resiko2. Direktur Hulu3. Direktur Pengolahan4. Direktur Pemasaran dan Niaga5. Direktur Umum6. Direktur Sumber Daya Manusia7. Direktur KeuanganDirektur Utama juga membawahi Kepala Internal Audit dan Kepala Jasa Korporat. Direktur Hulu membawahi Deputi Direktur bidang Hulu, sedangkan Direktur Hilir membawahi Deputi Direktur bidang Pengolahan, Deputi Direktur bidang Pemasaran dan Niaga, dan Deputi Direktur Bidang Perkapalan.Direktur Pengolahan PT Pertamina (Persero) membawahi unit-unit pengolahan yang ada di Indonesia. Kegiatan utama operasi kilang di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap adalah:1. Kilang Minyak (BBM dan Non BBM)2. Kilang Petrokimia

General Manager RU-IV Cilacap membawahi :a. Manager Engineering and Development b. Manager Legal and General Affairc. Manager Health and Safety Environmentald. Manager Procurement e. Manager Reliabilityf. Senior Manager Operation and Manufacturingg. OPI Coordinatorh. Manager Refinery Internal Audit Cilacapi. Manager Marine Region IVj. Manager Refinery Finance Offsite Support Region IIk. Manager Human Resources Areal. IT RU IC Cilacap Area Managerm. Director of Pertamina Hospital Cilacap

Sedangkan Senior Manager Operation and Manufacturing membawahi 6 manager, yaitu: Manager Production I, Manager Production II, Manager Refinery Planning and Optimization, Manager Maintenance Planning and Support, Manager Maintenance Execution, dan Manager Turn Around.

Berikut ini adalah struktur organisasi PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap: (coba tanya Mas Wahyu versi yang paling update (GM pak nyoman)Gambar 2.14. Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Manager HSE

Fire & Insurance Section Head

Safety Section Head

Occupational Health Section Head

Environmental Section Head

Insurance Coordinator

Fire Maintenance Supervisor

T & B HSE Supervisor

Fireman & Officer

Fireman & Environmental Officer

Operation Fire Shift Supervisor

Lead of Fire Operation

Accru Health Control Supervisor

Industrial Hygiens Supervisor

Safety Officer Non Process

Safety Officer Process

Impl.N. Reg & System Supervisor

Monitoring & Evaluation Supervisor

Control Supervisor

Regulation & System Environmental Section