Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin
-
Upload
vera-faradilla -
Category
Documents
-
view
87 -
download
0
Transcript of Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin
GAMBARAN STATUS KEPESERTAAN JAMKESMAS BERDASARKAN KRITERIA MISKIN
BADAN PUSAT STATISTIKA (BPS) DI RSUD BANJARBARU PERIODE JULI-SEPTEMBER 2013
Karya Tulis IlmiahDiajukan guna memenuhi sebagian syarat
untuk memperoleh derajat Sarjana Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
OlehGusti Vera Faradilla
I1A110012
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATFAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYRAKATBANJARBARU
Desember, 2013
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Banjarbaru, 27 Desember 2013
Gusti Vera Faradilla
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul “GAMBARAN STATUS KEPESERTAAN JAMKESMAS
BERDASARKAN KRITERIA MISKIN BADAN PUSAT STATISTIKA
(BPS) DI RSUD BANJARBARU PERIODE JULI-SEPTEMBER TAHUN
2013” tepat pada waktunya.
Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna
memperoleh derajat sarjana kesehatan masyarakat di Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Dalam kesempatan ini Penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
Dekan Fakultas Kedokteran Prof. DR. Dr. H. Ruslan Muhyi, Sp.A(K) yang
telah memberi kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian.
Ketua Program Studi Kesehatam Masyarakat Lenie Marlinae, SKM, MKL
yang telah memberi kepercayaan dan kesempatan dalam pelaksanaan penelitian.
Kedua Pembimbing Nurul Awliya, SKM, M.Kes dan Fauzie Rahman,
SKM, MPH yang berkenan memberikan bimbingan, saran, dan arahan dalam
penyelesaian karya tulis ilmiah ini serta telah memacu dan membantu penulis
dengan sabar dan tulus.
Kedua orang tua, keluarga dan teman-teman saya yang selalu memberikan
doa, dukungan, semangat dan kepercayaan.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi dunia
ilmu pengetahuan. Amin.
Banjarbaru, Desember 2013
Peneliti
ABSTRAK
GAMBARAN STATUS KEPESERTAAN JAMKESMAS BERDASARKAN KRITERIA MISKIN
BADAN PUSAT STATISTIKA (BPS) DI RSUD BANJARBARU PERIODE JULI-SEPTEMBER 2013
Gusti Vera Faradilla
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. peserta terdiri dari yang memiliki kartu dan tidak memiliki kartu. Peserta yang memiliki kartu adalah masyarakat miskin dan tidak mampu yang ditentukan berdasarkan kriteria miskin dari Badan Pusat Statistik (BPS). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kesesuaian status kepesertaan pasien Jamkesmas berdasarkan kriteria miskin BPS di RSUD Banjarbaru periode Juli-September tahun 2013. Rancangan penelitian menggunakan pendekatan deskriptif dengan jumlah populasi penelitian yaitu 227 orang dan sampel sebesar 145 orang yang didapatkan dengan rumus slovin. Pengumpulan data melalui wawancara terpimpin dengan menggunakan lembar kuesioner terhadap responden. Hasil penelitian menunjukan persentase karakteristik responden berdasarkan umur mayoritas berusia produktif 31 orang (78,62%), jenis kelamin perempuan 78 orang (53,79%) serta dari Kecamatan Cempaka 61 orang (42,06%). Kesesuaian pasien peserta Jamkesmas berdasarkan kriteria BPS yaitu, luas bangunan 130 orang (89,66%), jenis lantai 136 orang (93,80%), jenis dinding 136 orang (93,80%), fasilitas buang air 8 orang (5,52%),sumber penerangan 1 orang (0,69%), sumber mata air 132 orang (91,04%), bahan bakar memasak 130 orang (89,65%), mengkonsumsi daging/susu/ayam 140 orang (96,55%), kesanggupan membeli stel pakaian 125 orang (86,20%), kemampuan konsumsi makanan 15 orang (10,35%), kesanggupan membayar biaya pengobatan sendiri 136 orang (93,80%), penghasilan 117 orang (80,69%), pendidikan 91 orang (62,75%), memiliki barang berharga 135 orang (93,10%) dan status kepesertaan Jamkesmas yang sesuai kriteria miskin BPS sebesar 94 orang (64,8%). Dapat disimpulkan bahwa didapatkannya peserta jamkesmas yang tidak tepat sasaran karena tidak sesuai dengan kriteria miskin BPS sehingga berpengaruh terhadap ketidakefektifan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama bagi masyarakat miskin.
Kata-kata kunci: Status, kepesertaan Jamkesmas, kriteria BPS
ABSTRACT
OVERVIEW MEMBERSHIP STATUS OF JAMKESMAS BASED ON FOOR STATISTICS CENTRAL CRITERIA IN BANJARBARU HOSPITAL PERIOD
OF JULY-AUGUST 2013
Gusti Vera Faradilla
Community Health Insurance (Assurance) is a social assistance program for health care for the poor and can not afford. Program participants JAMKESMAS consists of having the card and do not have a card. Participants who have a card is poor and can not afford the criteria specified by the poor from the Central Statistics Agency (BPS). The purpose of this study to determine the membership status of the patient's poor health card based on the criteria of BPS in hospitals Banjarbaru July-September period in 2013. The study design used a descriptive approach, the number of reaserch population is 227 pepople with a sample of 145 people obtained which is a health participants who utilize health services in hospitals by using with inclusion. The results showed the percentage of respondents based on the formula solvin and incluxi=sian criteria of productive old age majority (78.62%), female gender (53.79%) as well as from the District Cempaka (42.06%). The suitability of the patient, based on the criteria of BPS JAMKESMAS ie, building area (89.66 %), type of floor (93.80%), the type of wall (93.80%), waste water facilities (5.52%), the source of illumination (0,69%), water resources (91.04 %), cooking fuel (89.65%), meat / milk / chicken (96.55 %), buy a set of clothes ( 86.20 %), consuming food (10.35%), ability to pay their own medical expenses ( 93.80 %), income (80.69%), education (62.75%), having valuable goods (93.10%) and corresponding membership status jamkesmas BPS criteria for poor (64.8%). Based on this research can be concluded that the acquisition of a health participants which are not effective because it does not fit the criteria that affect the poor BPS ineffectiveness in improving the welfare of the community, especially for the poor. Therefore, the need improvement mechanism for setting the poor and underprivileged so that public health insurance program implemented on target.
Keywords: status , membership JAMKESMAS , BPS criteria
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ iii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
ABSTRACT ................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
E. Keaslian Penelitian…………………………………………….. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Jamkesmas ............................................................................. 7
B. Tujuan Jamkesmas ................................................................. 7
C. Tata Laksana Kepesertaan Jamkesmas .................................... 8
D. Cakupan Kepesertaan Jamkesmas ........................................... 12
E. Administrasi Kepesertaan Jamkesmas ....................................... 12
F. Definisi Miskin .......................................................................... 13
G. Kriteria Orang Miskin Peserta Jamkesmas …………………… 16
BAB III LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori.......................................................................... 18
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ................................................................ 20
B. Populasi dan Sampel.................................................................. 20
C. Instrumen Penelitian .................................................................. 21
D. Variabel Penelitian .................................................................... 21
E. Definisi Operasional .................................................................. 21
F. Prosedur Penelitian .................................................................... 27
G. Teknik Pengumpulan Data......................................................... 28
H. Cara Analisis Data..................................................................... 28
I. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 28
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden.......................................................... 29
B. Kriteria Miskin BPS ............................................................... 31
C. Luas Bangunan........................................................................ 31
D. Jenis Lantai ............................................................................. 32
E. Jenis Dinding .......................................................................... 34
F. Fasilitas Buang Air.................................................................. 35
G. Sumber Penerangan................................................................. 37
H. Sumber Mata Air..................................................................... 38
I. Bahan Bakar Memasak Sehari-hari.......................................... 40
J. Kemampuan Konsumsi Daging/ayam/susu.............................. 42
K. Membeli Stel Pakaian Dalam 1 tahun ...................................... 43
L. Kemampuan Makan Dalam 1 hari ........................................... 44
M. Kesanggupan Membayar Biaya Pengobatan Sendiri ................ 45
N. Penghasilan ............................................................................. 46
O. Pendidikan Kepala Keluarga ................................................... 47
P. Memiliki Barang Berharga ...................................................... 49
Q. Status Kepesertaan Jamkesmas................................................ 50
R. Keterbatasan Penelitian ........................................................... 57
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................. 58
B. Saran ....................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1.1 Beberapa Penelitian yang Berhubungan dengan Jamkesmas.... 5
5.1 Umur Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013................................................ 29
5.2 Jenis Kelamin Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013................................................. ... 30
5.3 Kecamatan Tempat Tinggal Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.................................. 30
5.4 Luas Bangunan Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.................................. 31
5.5 Jenis Lantai Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.................................. 32
5.6 Jenis Dinding Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.................................. 34
5.7 Fasilitas Buang Air Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.................................. 36
5.8 Sumber Penerangan Rumah Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013...................... 37
5.9 Sumber Mata Air yang Digunakan Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013... 38
5.10 Jenis Bahan Bakar Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.................................. 40
5.11 Konsumsi Daging/Ayam/Susu Dalam Seminggu Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.......................................................................................... 42
5.12 Kemampuan Membeli Pakaian/Tahun Pasien Peserta
Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.................................................................................. 43
5.13 Kemampuan Konsumsi Makan Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013...................... 44
5.14 Kesanggupan Membayar Biaya Pengobatan Sendiri Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013......................................................................... 45
5.15 Penghasilan Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013................................................... 46
5.16 Pendidikan Kepala Keluarga Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013..................... 47
5.17 Barang Berharga Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013................................ 49
5.18 Status Kepesertaan Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013................................ 51
5.19 Kategori Miskin Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013................................. 52
5.20 Status Kepesertaan Pasien Peserta Jamkesmas Perkecamatan di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.................. 52
5.21 Urutan ketidaksesuaian kriteria miskin BPS pasien peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru periode Juli-September 2013................................................................................... 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian gambaran Status
Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin Badan Pusat statistika (BPS) Di Rsud Banjarbaru Periode Juli - September 2013........................................................ 19
5.1 Luas Bangunan Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli - September 2013......................... 32
5.2 Jenis Lantai Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli - September 2013.......................... 33
5.3 Jenis Dinding Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli - September 2013.......................... 35
5.4 Fasilitas Buang Air Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli - September 2013............... 37
5.5 Sumber Penerangan Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli - September 2013............... 38
5.6 Sumber Mata Air Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013................. 40
5.7 Bahan Bakar Memasak Sehari-hari Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013............................................................................... 41
5.8 Bahan Bakar Memasak Sehari-hari Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013............................................................................... 41
5.9 Kepemilikan Barang Berharga Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013................. 50
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Persetujuan Penelitian di RSUD Banjarbaru
2. Data Jumlah Masyarakat Miskin dan Tidak Mampu Per Provinsi/Kabupaten/Kota untuk Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2011
3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden.
4. Kuesioner
5. Data Responden Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin dan tidak mampu yang secara nasional bertujuan mewujudkan
pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Program ini
diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melalui penugasan kepada PT.Askes
(Persero) dengan jumlah sasaran tahun 2013, yaitu 86,4 juta jiwa di seluruh
Indonesia (1).
Peserta program Jamkesmas terdiri dari yang memiliki kartu dan tidak
memiliki kartu. Peserta Jamkesmas yang memiliki kartu adalah masyarakat
miskin dan tidak mampu berdasarkan kriteria miskin dari Badan Pusat Statistik
(BPS), sedangkan yang tidak memiliki kartu adalah orang yang tidak berdasarkan
oleh kriteria miskin BPS yang terdiri dari peserta jampersal, thalassemia mayor,
program keluarga harapan (PKH), gelandangan dan pengemis (gepeng), orang
terlantar dan tahanan. Kelompok tersebut tidak terdaftar di database peserta
Jamkesmas namun tetap dibiayai oleh Jamkesmas dengan membawa surat rujukan
dari instansi badan sosial (2).
Mekanisme penetapan masyarakat yang mendapatkan kartu Jamkesmas,
yaitu setiap ketua rumah tangga (RT) mendata masyarakat yang secara finansial
dianggap miskin dan tidak mampu, kemudian data tersebut direkapitulasi
perkelurahan selanjutnya perkecamatan, data perkecamatan direkapitulasi di
Dinas Kesehatan selanjutnya diberikan kepada BPS untuk dipantau langsung oleh
tim survei dari BPS. Hasil survei peserta miskin dari BPS tersebut diberikan ke
Dinas Kesehatan untuk pengelolaan database masyarakat miskin, kemudian
diberikan ke walikota untuk dibuatkan surat keputusan. Database masyarakat
miskin kemudian diserahkan ke PT.Askes untuk pencetakan kartu Jamkesmas dan
kemudian diberikan ke Dinas Kesehatan untuk pendistribusian kartu Jamkesmas
(3).
Jumlah penduduk di Kalimantan Selatan sebesar ±151.005 jiwa dan angka
pertumbuhan penduduk sebesar 1% pertahun menurut BPS tahun 2007. Sasaran
peserta Jamkesmas tahun 2008 di Kalimantan Selatan, rumah tangga miskin
berjumlah 245.948 keluarga dengan anggota rumah tangga miskin berjumlah
843.837 jiwa. Rumah tangga miskin di Banjarbaru yang menjadi sasaran peserta
Jamkesmas berjumlah 7070 dengan anggota rumah tangga miskin berjumlah
29.161 jiwa. Pasien peserta Jamkesmas di RSUD adalah pasien rujukan tingkat
lanjut dari puskesmas selain pasien gawat darurat. Di Banjarbaru pada tahun 2012
pasien peserta Jamkesmas berjumlah 1736 peserta, 857 pasien peserta jamkesmas
rawat inap dan 879 pasien peserta rawat jalan (4).
Berdasarkan data kepesertaan Dinas Kesehatan Banjarbaru, penerima
Jamkesmas tahun 2013 di Banjarbaru berjumlah 29.161 jiwa. Berdasarkan data
kepesertaan tersebut setidaknya ada 838 kartu Jamkesmas yang bermasalah
dengan perincian, 5 kartu Jamkesmas untuk warga mampu, 128 kartu Jamkesmas
beralamat tidak jelas, 533 kartu Jamkesmas yang penerimanya sudah pindah
alamat dan 138 kartu Jamkesmas yang penerimanya meninggal dan 28 kartu
Jamkesmas bagi pegawai negeri sipil (5).
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti tertarik meneliti
tentang Jamkesmas untuk mengetahui gambaran status kepesertaan Jamkesmas
berdasarkan kriteria miskin BPS di RSUD Banjarbaru periode Juli-September Tahun
2013.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini yaitu bagaimanakah kesesuaian status kepesertaan Jamkesmas
berdasarkan kriteria miskin BPS di RSUD Banjarbaru periode Juli-September Tahun
2013?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui kesesuaian status kepesertaan Jamkesmas berdasarkan
kriteria miskin BPS di RSUD Banjarbaru periode Juli-September tahun 2013.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, dan
kecamatan tempat tinggal responden.
b. Menilai kesesuaian status pasien peserta Jamkesmas yang datang ke RSUD
Banjarbaru dengan melihat pada 14 kriteria BPS yaitu luas bangunan, jenis
lantai, jenis dinding, fasilitas buang air (WC), sumber penerangan, sumber
mata air, bahan bakar memasak sehari-hari, kemampuan mengkonsumsi
ayam/daging/susu, kemampuan membeli stel pakaian dalam 1 tahun,
konsumsi makanan dalam 1 hari, kesanggupan membayar biaya pengobataan
sendiri, penghasilan, pendidikan kepala keluarga, dan kepemilikan barang
berharga.
c. Mengetahui gambaran status kepesertaan Jamkesmas berdasarkan kriteria
miskin BPS pada pengguna kartu Jamkesmas di RSUD Banjarbaru.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan, wawasan secara nyata dan aplikatif tentang
permasalahan kepesertaan Jamkesmas di RSUD Banjarbaru berdasarkan kriteria
BPS sehingga dapat dijadikan bahan referensi untuk pemahaman yang nyata dari
permasalahan terkait kepesertaan Jamkesmas.
2. Bagi pemerintah daerah
Sebagai bahan masukan dan rekomendasi bagi pemerintah daerah untuk
perbaikan mekanisme penetapan masyarakat miskin dan kurang mampu sehingga
akan memudahkan pendistribusian jaminan kesehatan secara tepat sasaran.
3. Bagi Badan Pusat Statistik (BPS)
Selaku pihak yang memutuskan dan menetapkan masyarakat miskin
berdasarkan kriteria BPS yang berhak memperoleh Jaminan Kesehatan
Masyarakat, Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi bahan evaluasi ketepatan
peserta jaminan kesehatan di masa datang.
4. Bagi PSKM FK UNLAM
Sebagai sumbangsih dokumen hasil aplikasi untuk mengembangkan keilmuan
dan bahan perbandingan penelitian selanjutnya. Selain itu, sebagai tambahan
referensi terkait permasalahan kepesertaan jamkesmas berdasarkan kenyataan
dilapangan.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian dengan topik gambaran status kepesertaan Jamkesmas menurut
kriteria miskin BPS di RSUD Banjarbaru periode Juli-September tahun 2013, belum
pernah dilakukan penelitian sebelumnya namun ada beberapa penelitian terdahulu
yang melakukan penelitian tentang Jamkesmas antara lain:
Tabel 1.1 Keaslian penelitian yang berhubungan dengan Jamkesmas
No Nama Peneliti
Judul Variabel Perbedaan
1 Rizky Novrianto (2011)
Analisis Pelayanan Bagi Peserta Jamkesmas Dengan Indeks Kepuasan Masyarakat di Puskesmas Prambon Sidoarjo
Jamkesmas Pelayanan petugas kesehatan, empati pelayanan, profesional kerja petugas kesehatan
Desain: Kuantitatif deskriptifHasil: Kinerja unit pelayanan di Puskesmas Prambon Sidoarjo memiliki kategori yang baik.
2 Hana Abdullah (2011)
Analisis Kegiatan Pengelolaan Rekam Medis Rawat Inap Pasien Kanker Payudara Program Jamkesmas untuk Mendukung Pengelolaan Pembiayaan Kesehatan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
Pengetahuan pihak rumah sakit mengenai sistem pembayaran klaimjamkesmas, data rekam medis
Desain: Survei deskriptif kualitatifHasil: Tahapan kegiatan pengelolaan rekam medis rawat inap pasien kanker payudaraJamkesmas telah dilaksanakan sesuai prosedur namun perihal pencatatan data pelayanan masih terjadiketidaklengkapan.
No Nama Peneliti
Judul Variabel Perbedaan
3 Nilam Suryaningrum (2011)
Akuntabilitas Kinerja Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Jamkesmas di RSUD Kabupaten Sidoarjo
Sistem prosedur, sumber daya manusia, dan sarana prasarana
Desain: KualitatifHasil: Kinerjapelayanan kesehatan bagi peserta Jamkesmas di RSUD Kabupaten Sidoarjodilakukan dengan baik, adanya informasi terbuka, jelas serta pertanggung jawaban yang sudah dilakukan sesuaiperaturan berlaku.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Jamkesmas
Jamkesmas merupakan singkatan dari Jaminan Kesehatan Masyarakat dan
merupakan bagian dari pengentasan kemiskinan yang bertujuan agar akses dan
mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dapat ditingkatkan sehingga
tidak ada lagi masyarakat miskin yang kesulitan memperoleh pelayanan kesehatan
karena alasan biaya (10).
Jamkesmas adalah bentuk bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi
fakir miskin dan tidak mampu serta peserta lainnya yang iuran nya dibayar oleh
Pemerintah. Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi
silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi
masyarakat miskin. Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap peserta
menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban
memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal (11).
B. Tujuan Jamkesmas
1. Meningkatkan akses dan mutu kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin
dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal
secara efektif dan efisien.
2. Meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu mendapat
pelayanan kesehatan Rumah Sakit.
3. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.
4. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel (12).
C. Tata laksana kepesertaan Jamkesmas
1. Peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh Pemerintah.
2. Peserta Program Jamkesmas adalah masyarakat miskin dan orang yang tidak
mampu dan peserta lainnya yang iurannya dibayari oleh Pemerintah sejumlah
76,4 juta jiwa. Jumlah kuota data sasaran Jamkesmas 2011 adalah sama
dengan jumlah kuota tahun 2010.
3. Peserta yang dijamin dalam program Jamkesmas tersebut meliputi:
a. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah ditetapkan dengan keputusan
Bupati/Walikota mengacu pada:
Data masyarakat miskin sesuai dengan data BPS 2008 dari Pendataan
Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang telah lengkap dengan nama dan
alamat yang jelas (by name by address).
Sisa kuota: total kuota dikurangi data BPS 2008 untuk kabupaten/kota
setempat yang ditetapkan sendiri oleh kabupaten/kota setempat lengkap
dengan nama dan alamat (by name by address) yang jelas.
b. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin yang
tidak memiliki identitas.
c. Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang tidak memiliki kartu
Jamkesmas.
d. Masyarakat miskin yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1185/Menkes/SK/XII/2009 tentang Peningkatan
Kepesertaan Jamkesmas bagi Panti Sosial, Penghuni Lembaga
Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara serta Korban Bencana Pasca
Tanggap Darurat. Tata laksana pelayanan diatur dengan petunjuk teknis
(Juknis) tersendiri sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1259/Menkes/SK/XII/2009 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan
Jamkesmas Bagi Masyarakat Miskin Akibat Bencana, Masyarakat Miskin
Penghuni Panti Sosial, dan Masyarakat Miskin Penghuni Lembaga
Pemasyarakatan serta Rumah Tahanan Negara, sebagaimana terlampir.
e. Ibu hamil dan melahirkan serta bayi yang dilahirkan (sampai umur 28 hari)
yang tidak memiliki jaminan kesehatan. Tata laksana pelayanan mengacu
pada Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan.
f. Penderita Thalassaemia Mayor yang sudah terdaftar pada Yayasan
Thalassaemia Indonesia (YTI) atau yang belum terdaftar namun telah
mendapat surat keterangan Direktur RS sebagaimana diatur dalam Petunjuk
Teknis Jaminan Pelayanan Pengobatan Thalassaemia.
g. Apabila masih terdapat masyarakat miskin dan tidak mampu yang tidak
termasuk dalam keputusan Bupati/Walikota maka jaminan kesehatannya
menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah (Pemda) setempat. Cara
penyelenggaraan jaminan kesehatan daerah seyogyanya mengikuti kaidah-
kaidah pelaksanaan Jamkesmas.
h. Peserta Jamkesmas ada yang memiliki kartu sebagai identitas peserta dan ada
yang tidak memiliki kartu.
i. Peserta yang memiliki kartu adalah peserta sesuai Surat Keputusan
Bupati/Walikota.
j. Peserta yang tidak memiliki kartu terdiri dari:
1) Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar serta penghuni panti
sosial pada saat mengakses pelayanan kesehatan dengan menunjukkan
surat rekomendasi dari Dinas Sosial setempat.
2) Penghuni Lapas dan Rutan pada saat mengakses pelayanan kesehatan
dengan menunjukkan rekomendasi dari Kepala Lapas/Rutan.
3) Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang tidak memiliki kartu
Jamkesmas pada saat mengakses pelayanan kesehatan dengan
menunjukkan kartu PKH.
4) Bayi dan anak yang lahir dari pasangan (suami dan istri) peserta
Jamkesmas setelah terbitnya SK Bupati/Walikota, dapat mengakses
pelayanan kesehatan dengan menunjukkan akte kelahiran/surat kenal
lahir/surat keterangan lahir/pernyataan dari tenaga kesehatan, kartu
Jamkesmas orang tua dan Kartu Keluarga orangtuanya. Bayi yang lahir
dari pasangan yang hanya salah satunya memiliki kartu jamkesmas tidak
dijamin dalam program ini.
5) Korban bencana pasca tanggap darurat, kepesertaannya berdasarkan
keputusan Bupati/Walikota setempat sejak tanggap darurat dinyatakan
selesai dan berlaku selama satu tahun.
6) Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan yaitu: ibu hamil, ibu
bersalin/ibu nifas dan bayi baru lahir.
7) Penderita Thalassaemia Mayor.
4. Terhadap peserta yang memiliki kartu maupun yang tidak memiliki kartu
sebagaimana tersebut di atas, PT. Askes (Persero) wajib menerbitkan Surat
Keabsahan Peserta (SKP) dan membuat pencatatan atas kunjungan pelayanan
kesehatan. Khusus untuk peserta Jaminan Persalinan dan penderita
Thalassaemia Mayor non peserta Jamkesmas diterbitkan Surat Jaminan
Pelayanan (SJP) oleh Rumah Sakit, tidak perlu diterbitkan SKP oleh PT.
Askes (Persero).
5. Bila terjadi kehilangan kartu Jamkesmas, peserta melapor kepada PT. Askes
(Persero) untuk selanjutnya dilakukan pengecekan database kepesertaannya
dan PT. Askes (Persero) berkewajiban menerbitkan surat keterangan yang
bersangkutan sebagai peserta.
6. Bagi peserta yang telah meninggal dunia maka haknya hilang dengan
pertimbangan akan digantikan oleh bayi yang lahir dari pasangan peserta
Jamkesmas sehingga hak peserta yang meninggal tidak dapat dialihkan
kepada orang lain.
7. Penyalahgunaan terhadap hak kepesertaan dikenakan sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan (13).
D. Cakupan Kepesertaan Jamkesmas
Seluruh peserta Jamkesmas yang memiliki kartu Jamkesmas atau yang dicatat
di database yang berjumlah 76,4 juta jiwa termasuk di dalamnya sasaran khusus
dengan proyeksi (14):
a. Ibu Hamil : 1.571.548
b. Ibu Bersalin : 1.500.114
c. Ibu Nifas : 1.428.680
d. Bayi : 1.428.680
e. Anak Balita : 6.058.520
E. Administrasi Kepesertaan Jamkesmas
Peserta Program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak mampu
yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
Jumlah sasaran peserta sebesar 19,1 juta rumah tangga miskin (RTM) atau sekitar
76,4 juta jiwa. Jumlah tersebut berdasarkan data BPS tahun 2006, yang dijadikan
dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara nasional oleh Menkes.
Berdasarkan jumlah sasaran nasional tersebut Menteri Kesehatan membagi
alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota. Bupati/Walikota wajib menetapkan peserta
Jamkesmas Kabupaten/Kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat
peserta dalam bentuk Keputusan Bupati/Walikota. Administrasi kepesertaan
Jamkesmas meliputi: registrasi, penerbitan dan pendistribusian kartu kepada
peserta. Untuk administrasi kepesertaan Depkes menunjuk PT Askes (Persero),
dengan kewajiban melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry oleh
PT Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan di Kabupaten/Kota.
b. Entry data setiap peserta.
c. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dan
didistribusikan kepada peserta.
d. PT Askes (Persero) menyerahkan kartu peserta kepada yang berhak,
mengacu kepada penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yang
ditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta; dan
e. PT. Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada
Bupati/Walikota, Gubernur, Depkes, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi
dan Kabupaten/Kota serta rumah sakit setempat (14).
F. Definisi Miskin
Definisi miskin menurut beberapa sumber antara lain
1. Miskin menurut Badan Pusat Statistika (BPS) (2000) adalah tingkat
kemiskinan didasarkan pada jumlah rupiah konsumsi berupa makanan yaitu
kurang dari 2100 kalori per hari (dari 52 jenis komoditi yang dianggap
mewakili pola konsumsi penduduk yang berada dilapisan bawah) dan
konsumsi non makanan (dari 45 jenis komoditi makanan sesuai kesepakatan
nasional dan tidak dibedakan antara wilayah pedesaan dan perkotaan).
Patokan kecukupan 2100 kalori ini berlaku untuk susunan umur, jenis
kelamin dan perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat badan, serta perkiraan
status fisiologis penduduk, sedangkan untuk kriteria orang miskin menurut
BPS disebutkan dengan ciri yang lebih spesifik baik secara fisik maupun
pendapatan rumah tangga yang terdiri dari 14 kriteria (15).
2. Miskin menurut Sayogno (2000) adalah tingkat kemiskinan didasarkan
jumlah rupiah pengeluaran rumah tangga yang disertakan dengan jumlah
kilogram konsumsi beras per-4 orang per tahun dan dibagi diwilayah
pedesaan dan perkotaan (16)
Menurut Sayogyo (2000), kategori desa adalah suatu kesatuan hukum
dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri. Tingkat
kemiskinan untuk daerah pedesaan adalah:
a. Miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 320 kg nilai tukar
beras per orang per tahun.
b. Miskin sekali, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 240 kg nilai
tukar beras per orang per tahun.
c. Paling miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 180 kg nilai
tukar beras per orang per tahun.
Definisi perkotaan menurut Daldjoeni (2003) adalah suatu tempat dengan:
a. Kepadatan penduduknya lebih dari kondisi pada umumnya.
b. Pencaharian utama penduduknya bukan merupakan aktifitas ekonomi
primer/pertanian.
c. Tempatnya merupakan pusat daripada budaya, administrasi atau pusat
kegiatan ekonomi wilayah sekitarnya.
Menurut Sayogyo kategori miskin untuk daerah perkotaan adalah:
a. Miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 480 kg nilai tukar
beras per orang per tahun.
b. Miskin sekali, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 380 kg nilai
tukar beras per orang per tahun.
c. Paling miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 280 kg nilai
tukar beras per orang per tahun (17).
3. Miskin menurut Bank dunia adalah mengukur garis kemiskinan berdasarkan
pada pendapatan seseorang kurang dari US$1 per hari.
4. Miskin menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
adalah mengukur kemiskinan berdasarkan kriteria keluarga Pra Sejarah (Pra
KS) dan keluarga 1(KS 1). Kriteria keluarga Pra KS yaitu keluarga yang tidak
mempunyai kemampuan untuk menjalankan perintah agama dengan baik,
minimum makan dua kali sehari, membeli lebih dari stel pakaian per orang
per tahun, lantai rumah bersemen lebih dari 80%, dan berobat kepuskesmas
bila sakit. Kriteria Keluarga Sejahtera 1 (KS 1) yaitu keluarga yang tidak
berkemampuan untuk melaksanakan perintah agama dengan baik, minimal
satu kali per minggu makan daging/telor/ikan, membeli pakaian satu stel per
tahun, rata-rata luas lantai rumah 8 meter² per anggota keluarga, tidak ada
anggota keluarga umur 10 sampai 60 tahun yang buta huruf, semua anak
berumur 5-15 tahun bersekolah, satu dari anggota keluarga mempunyai
penghasilan rutin atau tetap, dan tidak ada yang sakit selama 3 bulan (17).
G. Kriteria Orang Miskin Peserta Jamkesmas
Menurut BPS, ada 14 kriteria untuk menentukan keluarga/rumah tangga
miskin, yaitu:
1. Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m² per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga
lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air
hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak
tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam 1 kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli 1 stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan 1 atau 2 kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 500 m²,
buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan
lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,- (enam ratus ribu rupiah)
per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala keluarga: tidak bersekolah/tidak tamat SD/hanya
SD.
14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp.
500.000,- (lima ratus ribu rupiah), seperti sepeda motor kredit/non-kredit,
emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
Berdasarkan 14 kriteria yang ditetapkan, apabila 9-12 kriteria terpenuhi
maka termasuk dalam kategori miskin dan apabila 13-14 kriteria terpenuhi
termasuk kedalam kategori sangat miskin, kedua kategori ini berhak menjadi
peserta Jamkesmas. Apabila dari 14 kriteria ≤ 8 kriteria yang terpenuhi maka
orang tersebut tidak memenuhi kriteria miskin dan tidak berhak menjadi peserta
Jamkesmas. Jika jumlah sasaran peserta jamkesmas sesuai dengan kriteria miskin
BPS maka program Jamkesmas sebagai pelayanan kesehatan dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat miskin dan tidak mampu (14).
BAB III
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) adalah program pemerintah
untuk masyarakat yang bertujuan memberi kepastian sejumlah perlindungan
kesejahteraan sosial, agar setiap penduduk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
menuju terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia
termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu (18).
Pelayanan Jamkesmas terdiri dari pelayanan tingkat dasar yang dilakukan di
puskesmas dan pelayanan tingkat lanjut yang dilayani dirumah sakit. Peserta
Jamkesmas yang memiliki kartu bisa dilayani apabila menunjukan kartu peserta
Jamkesmas (18).
Peserta jamkesmas yang memiliki kartu adalah masyarakat miskin
berdasarkan 14 kriteria miskin BPS. Dari 14 kriteria apabila 9-12 kriteria
terpenuhi maka termasuk dalam kategori miskin dan apabila 13-14 kriteria
terpenuhi termasuk kedalam kategori sangat miskin, kedua kategori ini berhak
menjadi peserta Jamkesmas. Apabila dari 14 kriteria ≤ 8 yang terpenuhi maka
orang tersebut tidak memenuhi kriteria miskin dan tidak berhak menjadi peserta
Jamkesmas. Jika jumlah sasaran peserta jamkesmas sesuai dengan kriteria miskin
BPS maka program Jamkesmas sebagai pelayanan kesehatan dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat miskin dan tidak mampu (17).
Kerangka konsep dari penelitian ini adalah :
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak Diteliti
Gambar 3.1. Skema Kerangka Konsep Penelitian tentang Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin BPS di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September tahun 2013.
Pasien peserta Jamkesmas yang memiliki kartu di RSUD Banjarbaru
Tidak sesuai kriteria miskin BPS (terpenuhi ≤ 8)
Sesuai kriteria miskin BPS (terpenuhi 9-14
kriteria)
Status Kepesertaan Jamkesmas berdasarkan 14 kriteria miskin BPS :
1. Luas bangunan tempat tinggal.2. Jenis lantai tempat tinggal.3. Jenis dinding tempat tinggal.4. Fasilitas buang air besar.5. Sumber penerangan rumah tangga.6. Sumber air minum.7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari.8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.10. Hanya sanggup makan satu/dua kali dalam sehari.11. Kesanggupan membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.12. Sumber penghasilan kepala keluarga.13. Pendidikan tertinggi kepala keluarga.14. Tabungan/barang yang mudah dijual.
Jamkesmas
Peningkatan pelayanan kesehatan
Pasien Rumah Sakit
Umum
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan rancang
bangun poin time approach survey dan subyek diobservasi dengan pendekatan
wawancara serta pengumpulan data pada suatu saat (19).
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan objek yang akan diteliti
yaitu semua pasien peserta Jamkesmas yang datang berobat di RSUD Banjarbaru
baik rawat jalan ataupun rawat inap pada bulan Juli-September 2013 di RSUD
Banjarbaru. Pada penelitian ini populasi berdasarkan data jumlah pasien
jamkesmas periode Juli-September tahun 2012 yaitu 227 jiwa (20).
Sampel penelitian yang diambil berdasarkan data jumlah pasien Jamkesmas
periode Juli-September tahun 2012 dengan menggunakan rumus Slovin yaitu (20):
=____N_____ (1+N.E²) = ___227____ (1+227.0,05²) = 144,81 ≈ 145 responden
Kriteria inklusi yang digunakan untuk menentukan sampel penelitian adalah:
1. Pasien peserta Jamkesmas yang memiliki kartu dan datang berobat di RSUD
Banjarbaru
2. Peserta Jamkesmas yang berdomisili di Banjarbaru.
3. Pasien yang bukan penderita gangguan jiwa
4. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani inform concent sebelum
menjawab pertanyaan yang ada pada lembar kuesioner.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan wawancara terpimpin
untuk mengetahui gambaran status kepesertaan Jamkesmas menurut kriteria miskin
BPS di RSUD Banjarbaru periode Juli-September tahun 2013.
D. Variabel Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep, variabel penelitian ini adalah status
kepesertaan Jamkesmas sesuai dengan 14 kriteria miskin dari BPS.
E. Definisi Operasional
1. Karakteristik responden adalah identitas dari responden penelitian yang
diteliti yaitu:
a) Umur, meliputi usia produktif yaitu responden yang berusia 15-64 tahun dan
usia tidak produktif yaitu responden yang berusia dibawah 15 tahun ataupun
diatas 64 tahun dengan skala data nominal.
b) Jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan dengan skala data nominal
c) Kecamatan tempat tinggal
Kecamatan tempat tinggal adalah lokasi tempat tinggal dari responden
penelitian yang tersebar pada kecamatan di Kota Banjarbaru yang meliputi
Kecamatan Cempaka, Banjarbaru Utara, Banjarbaru Selatan, Landasan Ulin,
Liang Anggang
Skala data : Nominal
2. Miskin adalah keadaan masyarakat yang dilihat berdasarkan kriteria miskin
BPS, dikategorikan miskin apabila memenuhi ≥ 8 kriteria dari 14 kriteria
miskin BPS:
a. Miskin : Miskin apabila memenuhi ≥ 8 kriteria dari 14
kriteria miskin BPS
b. Tidak Miskin : Tidak miskin apabila memenuhi ≤ 8
kriteria dari 14 kriteria miskin BPS
Skala data : Nominal
3. Berdasarkan 14 kriteria yang ditetapkan, apabila 9-12 kriteria terpenuhi maka
termasuk dalam kategori miskin dan apabila 13-14 kriteria terpenuhi
termasuk kedalam kategori sangat miskin, kedua kategori ini berhak menjadi
peserta Jamkesmas. Apabila dari 14 kriteria ≥ 8 kriteria yang terpenuhi maka
orang tersebut tidak memenuhi kriteria miskin dan tidak berhak menjadi
peserta Jamkesmas. Adapun 14 kriteria miskin BPS, yaitu:
a. Luas bangunan tempat tinggal adalah luas rumah panjang x lebar yang
dimiliki peserta jamkesmas.
1) Sesuai : Jika <8 m²/orang
2) Tidak sesuai : Jika >8 m²/orang
Skala data : Nominal
b. Jenis lantai tempat tinggal adalah jenis bahan yang digunakan peserta
jamkesmas dalam kontruksi lantai rumah.
1) Sesuai : Jika tidak permanen (tanah, bambu, kayu
murahan)
2) Tidak sesuai : Jika permanen
Skala data : Nominal
c. Jenis dinding tempat tinggal adalah jenis bahan yang digunakan peserta
Jamkesmas dalam kontruksi dinding rumah.
1) Sesuai : Jika tidak permanen (bambu, rumbia, kayu berkualitas
rendah, tembok tanpa diplester)
2) Tidak sesuai : Jika permanen
Skala data : Nominal
d. Fasilitas buang air adalah sarana sanitasi berupa fasilitas buang air besar yang
dimiliki peserta Jamkesmas.
1) Sesuai : Jika tidak memiliki/menggunakan bersama-sama dengan
rumah tangga lain
2) Tidak sesuai : Jika milik pribadi
Skala data : Nominal
e. Penerangan rumah tangga adalah sumber penerangan yang digunakan peserta
Jamkesmas dalam rumah tangga untuk kehidupan sehari-hari.
1) Sesuai : Jika tidak menggunakan listrik
2) Tidak sesuai : Jika menggunakan listrik
Skala data : Nominal
f. Sumber air minum adalah sumber air yang digunakan peserta Jamkesmas
dalam keperluan sehari-hari.
1) Sesuai : Jika tidak menggunakan PDAM
2) Tidak sesuai : Jika menggunakan PDAM
Skala data : Nominal
g. Bahan bakar adalah suatu materi yang bisa diubah menjadi energi,
mengandung energi panas yang digunakan dalam proses pembakaran untuk
keperluan memasak sehari-hari oleh peserta Jamkesmas.
1) Sesuai : Jika menggunakan kayu bakar/arang/minyak tanah
2) Tidak sesuai : Jika menggunakan gas/listrik
Skala data : Nominal
h. Konsumsi makanan adalah kemampuan ekonomi peserta Jamkesmas dalam
membeli daging/susu/ayam untuk dikonsumsi.
1) Sesuai : Jika sanggup mengkonsumsi
daging/susu/ayam tidak lebih
1x dalam seminggu
2) Tidak sesuai : Jika sanggup mengkonsumsi
daging/susu/ayam lebih dari 1x dalam seminggu
Skala data : Nominal
i. Membeli stel pakaian baru dalam setahun adalah kesanggupan peserta
Jamkesmas dalam kemampuan ekonomi untuk membeli jumlah stel baju
dalam satu tahun.
1) Sesuai : Jika sanggup membeli pakaian tidak lebih dari
1x/tahun
2) Tidak sesuai : Jika sanggup membeli pakaian lebih dari 1x/tahun
Skala data : Nominal
j. Jumlah makan dalam sehari adalah kemampuan ekonomi peserta Jamkesmas
untuk memenuhi kebutuhan jumlah makannya dalam 1 hari
1) Sesuai : Jika sanggup makan maksimal 2x dalam sehari
2) Tidak sesuai : Jika sanggup makan > 2x dalam sehari
Skala data : Nominal
k. Kesanggupan membayar biaya pengobatan adalah kesanggupan ekonomi
peserta jamkesmas dalam membayar biaya pengobatan di puskesmas/
poliklinik.
1) Sesuai : Jika tidak sanggup membayar pengobatan
2) Tidak sesuai : Jika sanggup membayar pengobatan
Skala data : Nominal
l. Sumber penghasilan kepala keluarga adalah jumlah penghasilan kepala
keluarga peserta Jamkesmas dengan pekerjaan seperti petani dengan luas
lahan 500 m², buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan
atau pekerjaan lainnya.
1) Sesuai : Jika penghasilan < Rp.600.000,-
2) Tidak sesuai : Jika Penghasilan > Rp.600.000,-
Skala data : Nominal
m. Pendidikan tertinggi kepala keluarga adalah tingkat pendidikan terakhir
kepala keluarga peserta Jamkesmas.
1) Sesuai : Jika tidak bersekolah/tidak tamat SD/hanya SD.
2) Tidak sesuai : Jika pendidikan lebih dari SD
Skala data : Nominal
n. Tidak memiliki tabungan/barang adalah peserta Jamkesmas tidak memiliki
tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,-
seperti sepeda motor kredit/non-kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang
modal lainnya
1) Sesuai : Jika memiliki tabungan/barang senilai < Rp.500.000,-
2) Tidak sesuai : Jika memiliki tabungan/barang senilai > Rp.500.000,-
Skala data : Nominal
4. Status Kepesertaan Jamkesmas
Status kepesertaan Jamkesmas adalah keadaan pasien yang datang ke
RSUD Banjarbaru dengan kartu Jamkesmas dan dinilai berdasarkan kriteria
miskin menurut BPS yang terdaftar sebagai peserta Jamkesmas.
1) Sesuai : Sesuai apabila dari 14 kriteria BPS telah terpenuhi 9
sampai 14 kriteria
2) Tidak sesuai : Tidak sesuai apabila dari 14 kriteria BPS terpenuhi kurang
dari 9 kriteria
Skala data : Nominal
F. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan diawali dengan pembuatan surat izin penelitian dan survei
pendahuluan yang bertujuan untuk melakukan penelitian dilakukan dengan
observasi awal di RSUD Banjarbaru.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari pihak
rumah sakit dengan langsung ketempat penelitian yaitu RSUD Banjarbaru khusus
di bidang Pelayanan Jaminan Kesehatan masyarakat untuk mengumpulkan data.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner, sebelumnya
responden mengisi inform concent kesediaan untuk wawancara. Wawancara
dilakukan secara terpimpin terhadap responden penelitian. Pada penelitian ini,
peneliti juga melakukan observasi kebeberapa rumah responden yang status
kepesertaannya sesuai atau tidak sesuai untuk melihat gambaran secara nyata
kondisi yang dijabarkan pada saat wawancara serta kebeberapa ketua RT untuk
melakukan wawancara singkat terkait pendataan BPS.
3. Tahap pelaporan
Setelah data dikumpulkan, kemudian data diolah dan dianalisis secara
deskriptif selanjutnya dibuat laporan dari hasil-hasil yang telah didapatkan selama
penelitian dilakukan.
G. Teknik Pengumpulan Data
a. Data primer
Data Primer adalah data yang didapatkan melalui wawancara dengan
menggunakan lembar kuisioner kepada pasien peserta Jamkesmas yang memiliki
kartu dan datang berobat ke RSUD Kota Banjarbaru.
b. Data sekunder
Data Sekunder adalah data yang didapat dari Dinas Kesehatan Banjarbaru
berupa data penggantian peserta program Jamkesmas tahun 2013, data RSUD
Banjarbaru berupa data jumlah sasaran peserta Jamkesmas Banjarbaru dan data
kunjungan peserta Jamkesmas tahun 2012.
H. Cara Analisa Data
Analisis difokuskan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang
diajukan. Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa hasil wawancara
berdasarkan kuesioner yang kemudian dibuat persentase dan dianalisis secara
deskriptif dengan studi referensi dan menggunakan fakta yang ditemukan. Setelah
tahap ini selesai dilakukan, peneliti mulai menyusun data akhir berupa
kesimpulan, dituangkan ke dalam bentuk karya tulis ilmiah (KTI).
I. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2013 di RSUD Kota
Banjarbaru.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan terhadap 145 responden Jamkesmas di RSUD
Banjarbaru, berdasarkan hasil wawancara didapatkan karakteristik responden
pasien peserta Jamkesmas, sebagai berikut.
1. Berdasarkan umur
Berdasarkan hasil penelitian kepada 145 responden pasien peserta
Jamkesmas diperoleh distribusi frekuensi umur yang disajikan pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Distribusi Umur Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Umur Jumlah (orang) Persentase (%)Umur tidak produktif 31 21,38%Umur produktif (15-64 tahun) 114 78,62%Jumlah 145 100%
Tabel 5.1 menunjukkan umur pasien peserta Jamkesmas yang berobat di
RSUD Banjarbaru sebagian besar tergolong umur produktif yaitu sebanyak 114
(78,62%) dari total 145 responden. Usia produktif adalah usia yang ditandai
dengan seseorang aktif dalam beraktifitas. Beban pekerjaan yang berat sehingga
menimbulkan kelelahan kerja yang berakibat penyakit kerja serta intensitas
bertemu dengan banyak orang ditempat kerja yang memungkinkan terjadinya
penularan penyakit menyebabkan orang dengan umur produktif lebih rentan
terhadap penyakit (21).
2. Berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian kepada 145 responden jamkesmas diperoleh
distribusi frekuensi jenis kelamin yang disajikan pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Distribusi Jenis Kelamin Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)Laki-laki 67 46,20%Perempuan 78 53,80%Jumlah 145 100%
Dari tabel 5.2 menunjukkan bahwa distribusi jenis kelamin pasien peserta
Jamkesmas sebagian besar perempuan yaitu berjumlah 78 orang (53,80%).
3. Berdasarkan kecamatan
Berdasarkan hasil penelitian kepada 145 responden jamkesmas diperoleh
distribusi frekuensi berdasarkan kecamatan yang disajikan pada tabel 5.3.
Tabel 5.3 Distribusi Kecamatan Tempat Tinggal Pasien Peserta Jamkesmas diRSUD Banjarbaru periode Juli-September 2013
Kecamatan Jumlah (orang) Persentase (%)Cempaka 61 42,06%
Banjarbaru Utara 20 13,78%Banjarbaru selatan 27 18,61%Landasan Ulin 17 11,71%Liang anggang 20 13,78%Jumlah 145 100%
Tabel 5.3 menunjukkan sebagian besar responden berasal dari Kecamatan
Cempaka yaitu 42,06%.
B. Kriteria Miskin BPS
Berdasarkan hasil penelitian kepada 145 responden jamkesmas didapatkan
hasil dari 14 kriteria miskin BPS, sebagai berikut:
a. Luas bangunan
Hasil wawancara didapatkan luas bangunan yang dimiliki responden
berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4 Luas Bangunan Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Luas Lantai Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 130 89,66 %Tidak Sesuai 15 10,34%Total 145 100%
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa luas bangunan rumah pasien peserta
Jamkesmas yang memenuhi kriteria tidak lebih dari 8 meter² yang artinya sesuai
dengan kriteria BPS adalah sebanyak 130 responden (89,66%). Salah satu acuan
dari Departemen Kesehatan menentukan bahwa suatu rumah dapat dikatakan
memenuhi salah satu persyaratan sehat jika luas lantai rumah per kapitanya
minimal 8 meter².
Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan
menyebabkan kepadatan penghuni (overcrowded). Hal ini tidak sehat, disamping
menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, bila salah satu anggota keluarga
terkena penyakit infeksi akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.
Rentannya terhadap suatu penyakit berpengaruh terhadap produktifitas kerja
sehingga berimbas pada rendahnya perekonomian yang menggambarkan
kemiskinan suatu rumah tangga serta perekonomian yang rendah sehingga
memiliki keterbatasan lahan, rumah tinggal dibangun sesuai dengan keinginan
dan kemampuan pemukim tanpa mempertimbangkan faktor keamanan, kesehatan
dan persyaratan-persyaratan lingkungan permukiman yang layak untuk hunian
(22,23).
Gambar 5.1 Luas Bangunan Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Gambar 5.1 adalah salah satu rumah pasien peserta Jamkesmas yang tidak
sesuai dengan kriteria BPS karena luas bangunan rumah lebih dari 8 meter².
b. Jenis lantai
Hasil wawancara didapatkan jenis lantai yang dimiliki responden
berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5 Jenis Lantai Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.
Jenis Lantai Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 136 93,80%Tidak Sesuai 9 6,20%Total 145 100%
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa jenis lantai rumah pasien peserta
Jamkesmas yang memenuhi kriteria yaitu tidak permanen (tanah, bambu, kayu
murahan) dan berarti sesuai dengan kriteria BPS adalah sebanyak 136 responden
(93,80%). Salah satu kriteria miskin BPS yaitu jenis lantai yang ditempati oleh
keluarga dari bahan baku tidak permanen seperti tanah, bambu, rumbia atau kayu
murahan yang bisa diartikan rumah dengan bahan bangunan tersebut adalah
rumah yang tidak memenuhi persyaratan rumah sehat.
Menurut Sanropie (1989), lantai tanah sebaiknya tidak digunakan lagi,
sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan
gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Karena itu perlu dilapisi dengan
lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik untuk mencegah
masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai ditinggikan ± 20 cm dari
permukaan tanah (22).
Kemampuan perekonomian yang terbatas berakibat terhadap
ketidakmampuan memiliki jenis lantai berdasarkan dengan kriteria rumah sehat,
sehingga berpotensi sebagai penyebab penyakit yang akan berdampak terhadap
prodektifitas. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai indikator dalam
menggambarkan kemiskinan.
Gambar 5.2 Jenis Lantai Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Gambar 5.2 adalah salah satu rumah pasien peserta Jamkesmas yang sesuai
dengan kriteria BPS karena jenis lantai yang digunakan termasuk dalam jenis
lantai tidak permanen karena menggunakan kayu murahan.
c. Jenis dinding
Hasil wawancara didapatkan jenis dinding yang dimiliki responden
berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 5.6 Jenis Dinding Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.
Jenis Dinding Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 136 93,80%Tidak Sesuai 9 6,20%Total 145 100%
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa jenis dinding rumah pasien peserta
Jamkesmas yang memenuhi kriteria yaitu tidak permanen (bambu, rumbia, kayu
berkualitas rendah, tembok tanpa diplester) yang artinya sesuai dengan kriteria
BPS adalah sebanyak 136 responden (93,80%). Dinding adalah bagian dari
bangunan yang dipasang secara vertikal dengan fungsi sebagai pemisah antar
ruang dalam rumah dengan ruang luar rumah. Salah satu kriteria miskin BPS,
yaitu jenis dinding yang ditempati oleh keluarga dari bahan baku tidak permanen
seperti bambu, rumbia, kayu berkualitas rendah, tembok tanpa plester
menandakan rumah dengan bahan bangunan tersebut tidak memenuhi persyaratan
rumah sehat.
Dinding rumah yang sehat menggunakan tembok yang terbuat dari batako
dan sudah diplester, pada rumah tangga miskin kebanyakan berdinding papan,
kayu dan bambu, hal ini akan mempersulit untuk dibersihkan sehingga
menyebabkan penumpukan debu dan menjadi media yang baik untuk
perkembangan bakteri seperti bakteri penyebab ISPA. Ketidaksanggupan
memenuhi persyaratan dinding sehat menggambarkan ketidakmampuan dalam
bidang ekonomi sehingga hal ini dapat dijadikan salah satu indikator untuk
menggambarkan kemiskinan suatu keluarga (24).
Gambar 5.3 Jenis Dinding Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Gambar 5.3 adalah salah satu rumah pasien peserta Jamkesmas yang sesuai
dengan kriteria BPS karena jenis dinding yang digunakan termasuk dalam jenis
dinding tidak permanen karena menggunakan kayu murahan.
d. Fasilitas buang air (WC)
Hasil wawancara didapatkan fasilitas buang air (WC) yang dimiliki
responden berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat dilihat pada
tabel 5.7.
Tabel 5.7 Fasilitas Buang Air Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.
Fasilitas Buang Air (WC)
Jumlah (orang) Persentase (%)
Sesuai 8 5,52%Tidak Sesuai 137 94,48%Total 145 100%
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa rumah pasien peserta Jamkesmas tidak
memiliki fasilitas buang air sendiri dan artinya sesuai dengan kriteria BPS adalah
sebanyak 8 responden (5,52%). Ketersediaan jamban menjadi salah satu fasilitas
rumah sehat yang sangat penting dalam mendukung pola hidup sehat. BPS
menetapkan salah satu kriteria miskin, yaitu penggunaan fasilitas buang air
bersama. Orang yang menggunakan fasilitas buang air besar bersama diasumsikan
mereka tidak memiliki biaya/lahan dalam pembangunan fasilitas buang air besar
sendiri.
Pada persyaratan rumah sehat jarak antara septic tank dengan sumber mata
air rumah tangga minimal 10 m untuk menghindari pencemaran sumber air akibat
resapan air septic tank yang kotor dan tidak baik untuk kesehatan. Sempitnya
lahan yang dimiliki warga miskin menyebabkan tidak terpenuhinya syarat sehat
sumber mata air. Hal ini menjadikan alasan BPS dalam menentukan salah satu
kriteria miskin karena keadaan tersebut dapat menggambarkan rendahnya
perekonomian keluarga (24).
Gambar 5.4 Fasilitas Buang Air (WC) Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Gambar 5.4 adalah salah satu rumah pasien peserta Jamkesmas yang tidak
sesuai dengan kriteria BPS karena memiliki fasilitas buang air (WC) milik
sendiri/pribadi.
e. Sumber penerangan
Hasil wawancara didapatkan sumber penerangan yang dimiliki responden
berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat dilihat pada tabel 5.8.
Tabel 5.8 Sumber Penerangan Rumah Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.
Sumber Penerangan
Jumlah (orang) Persentase (%)
Sesuai 1 0,69%Tidak Sesuai 144 99,31%Total 145 100%
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa menunjukan bahwa rumah pasien peserta
Jamkesmas tidak menggunakan listrik sebagai sumber penerangan yang artinya
sesuai dengan kriteria BPS adalah sebanyak 1 responden (0,69%).
Kemiskinan seseorang dapat terlihat pada caranya mendapatkan sumber
penerangan karena sumber penerangan sangat penting bagi semua rumah tangga.
Sumber penerangan yang sesuai dan memenuhi salah satu kriteria miskin BPS
yaitu tidak menggunakan listrik dari PLN karena untuk penggunaan PLN
seseorang harus membayar beban penyaluran dan beban lainnya. Sehingga
mereka yang menggunakan listrik merupakan mereka yang dianggap mempunyai
perekonomian yang lebih baik sehingga tidak bisa menggambarkan
ketidakmampuan perekonomian suatu keluarga (25).
Gambar 5.5 Sumber Penerangan Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Gambar 5.5 adalah salah satu rumah pasien peserta Jamkesmas yang tidak
sesuai dengan kriteria BPS karena menggunakan sumber penerangan dari PLN.
f. Sumber mata air
Hasil wawancara didapatkan sumber mata air yang dimiliki responden
berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat dilihat pada tabel 5.9.
Tabel 5.9 Sumber Mata Air yang Digunakan Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Sumber Mata Air Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 132 91,04%Tidak Sesuai 13 8,96%Total 145 100%
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa menunjukan rumah pasien peserta
jamkesmas tidak menggunakan sumber mata air dari PDAM yang artinya sesuai
dengan kriteria BPS adalah sebanyak 132 responden (91,04%). Penyediaan air
minimum setiap rumah pada dasarnya harus memenuhi persyaratan. Air yang
akan dipergunakan untuk air minum harus berdasarkan rekomendasi dari PDAM
atau instansinya yang berwenang.
Ketersediaan fasilitas air bersih sebagai sumber air minum untuk kebutuhan
sehari-hari rumah tangga merupakan indikator rumah sehat dan salah satu
indikasi dari kemiskinan. Air yang bersumber dari air kemasan/ledeng/PDAM
adalah sumber mata air yang tidak sesuai dengan kriteria BPS dimana dalam
penggunaan mata air tersebut dikenakan beban biaya bulanan. Air bersih yang
sesuai dengan kriteria BPS karena penentuan rumah tangga miskin adalah air
yang bersumber dari mata air yang tidak diberikan beban biaya dalam
pemakaiannya seperti sumur bor, sumur gali, sumber mata air tidak terlindungi
sehingga mereka yang menggunakan sumber mata air tersebut rentan terhadap
penyakit yang diakibatkan oleh kualitas air yang tidak memenuhi syarat air
bersih. Rentannya terhadap suatu penyakit berpengaruh terhadap rendahnya
produktifitas sehingga menurunkan kemampuan perekonomian suatu keluarga
(25).
Gambar 5.5 Sumber Mata Air Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Dapat dilihat dari gambar 5.5 bahwa terdapat salah satu dari pasien peserta
Jamkesmas yang menggunakan sumber mata air PDAM yang artinya resonden ini
tidak sesuai dengan kriteria miskin BPS.
g. Bahan bakar memasak sehari-hari
Hasil wawancara didapatkan bahan bakar memasak sehari-hari yang
dimiliki responden berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat
dilihat pada tabel 5.10.
Tabel 5.10 Jenis Bahan Bakar Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Bahan Bakar Memasak Sehari-hari Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 130 89,65%Tidak Sesuai 15 10,35%Total 145 100%
Tabel 5.10 menunjukkan bahwa menunjukan bahwa pasien peserta
jamkesmas menggunakan kayu bakar /arang/minyak tanah untuk memasak sehari-
hari yang artinya sesuai dengan kriteria BPS adalah sebanyak 130 responden
(89,65%). Salah satu kriteria BPS dalam penentuan status miskin yaitu
menggunakan bahan bakar untuk memasak dengan menggunakan kayu
bakar/arang/minyak tanah.
Rendahnya status ekonomi juga dapat dilihat dari bahan bakar yang
digunakan oleh suatu keluarga. Dari segi kesehatan pun orang yang menggunakan
kayu bakar dalam memasak sehari-hari dapat menyebabkan gangguan pernapasan
dan kesehatan mata. Sehingga orang yang menggunakan kayu bakar lebih rentan
terserang penyakit akibatnya semakin berpengaruh terhadap rendahnya
perekonomian suatu keluarga (26).
Gambar 5.6 Bahan Bakar Memasak Sehari-hari Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Gambar 5.7 Bahan Bakar Memasak Sehari-hari Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Pada gambar 5.6 adalah salah satu contoh pasien peserta jamkesmas yang
tidak sesuai dengan kriteria miskin BPS karena menggunakan kompor gas dalam
memasak sehari-hari, sedangkan pada gambar 5.7 adalah contoh pasien peserta
jamkesmas yang sesuai dengan kriteria miskin BPS karena menggunakan kayu
bakar untuk memasak sehari-hari.
h. Kemampuan konsumsi daging/susu/ayam dalam seminggu
Hasil wawancara didapatkan kemampuan konsumsi daging/susu/ayam
dalam seminggu yang dimiliki responden berdasarkan dengan kriteria miskin
BPS Banjarbaru dapat dilihat pada tabel 5.11.
Tabel 5.11 Kemampuan Konsumsi Daging/Ayam/Susu Dalam Seminggu Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Mengkonsumsi Daging/susu/ayam dalam seminggu
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Sesuai 140 96,55%Tidak Sesuai 5 3,45%Total 145 100%
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi
daging/ayam/susu 1 kali dalam seminggu yang artinya sesuai dengan kriteria BPS
adalah sebanyak 140 responden (96,55%). Keseragaman pangan adalah
kemampuan rumah tangga secara periodik untuk memenuhi sejumlah pangan
yang cukup melalui kombinasi pangan dalam konsumsi sehari-hari.
Salah satu kriteria miskin yaitu mengkonsumsi daging/susu/ayam tidak
lebih dari 1 kali/minggu. Keseragaman pangan diartikan sebagai kemampuan daya
beli rumah tangga untuk menjangkau harga pangan pokok yang tersedia di pasar
sehingga keluarga yang hanya sanggup mengkonsumsi daging/ayam/susu tidak
lebih dari 1 kali/minggu menggambarkan rendahnya perekonomian keluarga (25).
i. Membeli stel pakaian dalam 1 tahun
Hasil wawancara didapatkan membeli stell pakaian dalam 1 tahun yang
dimiliki responden berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat
dilihat pada tabel 5.12.
Tabel 5.12 Kemampuan Membeli Pakaian/tahun Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Membeli Stell Pakaian dalam 1 Tahun Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 125 86,20%Tidak Sesuai 20 13,80%Total 145 100%
Tabel 5.12 menunjukkan bahwa pasien peserta jamkesmas yang kemampu
membeli pakaian tidak lebih dari 1 stell pertahun yang artinya sesuai dengan
kriteria BPS adalah sebanyak 125 responden (86,20%). Pakaian merupakan
kebutuhan tersier. Salah satu kriteria dalam penentuan status miskin berdasarkan
BPS yaitu tidak membeli lebih dari 2 stell pakaian setiap tahunnya. Apabila
seseorang mampu membeli baju berarti mereka sudah mampu untuk mencukupi
kebutuhan primer dan sekundernya sehingga orang yang mampu membeli pakaian
lebih dari 2 stell setiap tahunnya merupakan orang yang memiliki tingkat ekonomi
yang lebih baik (26).
j. Kemampuan konsumsi makanan dalam 1 hari
Hasil wawancara didapatkan kemampuan konsumsi makanan dalam 1 hari
yang dimiliki responden berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru
dapat dilihat pada tabel 5.13.
Tabel 5.13 Kemampuan Konsumsi Makan Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Makan satu/dua kali dalam sehari Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 15 10,35%Tidak Sesuai 130 89,65%Total 145 100%
Tabel 5.13 menunjukkan bahwa pasien peserta jamkesmas yang hanya
sanggup makan tidak lebih dari 2x sehari dan artinya sesuai dengan kriteria BPS
adalah sebanyak 15 responden (10,35%). Jumlah konsumsi makan dalam 1 hari
yang ditetapkan BPS dalam menentukan salah satu kriteria miskin lainnya adalah
dilihat dari jumlah konsumsi makan hanya sanggup makan tidak lebih dari 2 kali
sehari dikarenakan keterbatasan dalam kesanggupan membeli pangan.
Ketersediaan pangan suatu keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
keluarga tersebut. Konsumsi digunakan dalam menghitung jumlah penduduk
miskin dengan alasan, yaitu (27):
1. Pada pelaksanaan survei, terutama bagi masyarakat miskin yang mempunyai
pendapatan tidak tetap, lebih mudah menanyakan jenis barang (termasuk
makanan) dan jasa yang telah dikonsumsi atau dibelanjakannya.
2. Dengan diketahuinya jenis makanan yang dikonsumsi maka akan menjadi jauh
lebih mudah untuk mengkonversinya menjadi tingkat kalori yang dikonsumsi.
Informasi mengenai tingkat kalori yang dikonsumsi menjadi penting karena
tingkat kemiskinan dihubungkan dengan seberapa besar kalori yang
dikonsumsi. Untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan ditetapkan 2100 kilo
kalori per orang perhari sebagai batas kemiskinan.
3. Dalam kenyataannya, terutama bagi penduduk miskin yang tidak mempunyai
tabungan, dalam jangka menengah tingkat pendapatan akan sama dengan
tingkat konsumsi (belanja).
4. Rendahnya derajat kesehatan, untuk bisa melakukan pekerjaan yang optimal
membutuhkan fisik yang sehat. Fisik yang sehat hanya akan terjadi jika asupan
gizi cukup. Asupan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan
tubuh yang pada akhirnya akan berakibat pada rendahnya produktivitas kerja
sehingga akan menjadikan pendapatan menurun (27).
k. Kesanggupan membayar biaya pengobatan sendiri
Hasil wawancara terkait kesanggupan membayar biaya pengobatan sendiri
yang dimiliki responden berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru
dapat dilihat pada tabel 5.14.
Tabel 5.14 Kesanggupan Membayar Biaya Pengobatan Sendiri Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Kesanggupan membayar biaya pengobatan sendiri
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Sesuai 136 93,80%Tidak Sesuai 9 6,20%Total 145 100%
Tabel 5.14 menunjukkan bahwa pasien peserta jamkesmas yang tidak
mampu membayar biaya pengobatan sendiri tanpa jaminan kesehatan yang
artinya sesuai dengan kriteria BPS adalah sebanyak 136 responden (93,80%).
Biaya kesehatan di Indonesia relatif mahal. Status kemiskinan seseorang
salah satunya dapat dilihat dari kesanggupan seseorang membayar biaya
kesehatannya dengan menggunakan uang pribadi tanpa bantuan dari orang lain
ataupun bantuan biaya dari pemerintah. Ketidaksanggupan membayar biaya
kesehatan dijadikan salah satu penentu kriteria miskin karena telah
menggambarkan rendahnya kemampuan perekonomian suatu keluarga (27).
l. Penghasilan
Hasil wawancara terkait penghasilan yang dimiliki responden berdasarkan
dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat dilihat pada tabel 5.15.
Tabel 5.15 Penghasilan Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Penghasilan Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 117 80,69%Tidak Sesuai 28 19,31%Total 145 100%
Tabel 5.15 menunjukkan bahwa pasien peserta jamkesmas dengan
penghasilan tidak lebih dari Rp.600.000.00/bulan yang artinya sesuai dengan
kriteria BPS adalah sebanyak 117 responden (80,69%).
Responden yang sesuai dengan kriteria BPS yaitu penghasilan tidak lebih
dari Rp.600.000.00/bulan rata-rata bekerja sebagai pendulang dan buruh harian
lepas yang pekerjaannya tidak menetap. Dari hasil wawancara peneliti terhadap
responden yang bekerja sebagai pendulang bahwa penghasilan mereka hanya
Rp.6000,00-Rp.15.000,00/harinya bahkan terkadang mereka sama sekali tidak
mendapatkan gajih apabila tidak mendapatkan hasil dari mendulang serta dari
hasil wawancara dengan pekerja buruh harian lepas bahwa dalam sehari belum
tentu mereka mendapatkan penghasilan karena tidak ada yang memerlukan jasa
mereka.
Penghasilan menjadi salah satu indikator tingkat kesejahteraan yang dapat
mencerminkan kondisi sosial ekonomi suatu rumah tangga. Kriteria BPS
menetapkan salah satu kriteria miskin adalah penghasilan dalam suatu keluarga
tidak lebih dari Rp.600.000,00. Alasan dijadikannya penghasilan sebagai salah
satu kriteria miskin oleh BPS, yaitu:
1) Faktor penghasilan dalam persoalan gizi pada suatu keluarga. Ketersediaan
pangan suatu keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga
tersebut. Rendahnya pendapatan merupakan satu hambatan yang menyebabkan
daya beli menurun sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah
yang besar dan mutu yang diperlukan, sehingga menurunkan kualitas gizi
anggota keluarga yang menyebabkan mereka lebih rentan terhadap penyakit.
2) Faktor penghasilan dapat menjadi sebab rendahnya peran serta masyarakat
terhadap upaya kesehatan. Mereka dari keluarga yang berpendapatan rendah
memiliki resiko menderita kesakitan dan kematian lebih tinggi daripada
mereka yang berpenghasilan lebih tinggi (28).
m. Pendidikan kepala keluarga
Hasil wawancara terkait pendidikan kepala keluarga yang dimiliki
responden berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat dilihat pada
tabel 5.16.
Tabel 5.16 Pendidikan Kepala Keluarga Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Pendidikan Kepala Keluarga Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 91 62,75%Tidak Sesuai 54 37,25%Total 145 100%
Tabel 5.16 menunjukkan bahwa menunjukan bahwa pasien peserta
jamkesmas yang berpendidikan tidak tamat SD yang artinya sesuai dengan
kriteria BPS adalah sebanyak 91 responden (62,75%).
Pendidikan sangat berperan dalam mempengaruhi angka kemiskinan. BPS
menetapkan salah satu kriteria miskin yaitu kepala keluarga maksimal hanya
berpendidikan SD. Dikarenakan orang yang berpendidikan lebih baik akan
mempunyai peluang yang lebih rendah menjadi miskin dan kebanyakan orang
yang tergolong miskin cenderung berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan
kepala keluarga berhubungan nyata dengan kebiasaan merencanakan anggaran
biaya (29).
Tingkat pendapatan yang baik juga memungkinkan anggota keluarga untuk
memperoleh yang lebih baik, misalnya di bidang pendidikan, kesehatan,
pengembangan karir dan sebagainya. Demikian pula sebaliknya jika pendapatan
rendah maka ak an ada hambatan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut.
Keadaan ekonomi atau penghasilan memegang peranan penting dalam
meningkatkan status kesehatan keluarga, apabila penghasilan tinggi maka
pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga akan lebih besar,
dibandingkan dengan penghasilan rendah akan berdampak pada kurangnya
pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya
beli obat maupun biaya transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan
kesehatan (29).
n. Memiliki barang berharga
Hasil wawancara didapatkan memiliki barang berharga yang dimiliki
responden berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat dilihat pada
tabel 5.17.
Tabel 5.17 Barang Berharga Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.
Memiliki Barang Berharga Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 135 93,10%Tidak Sesuai 10 6,90%Total 145 100%
Tabel 5.17 menunjukkan bahwa pasien peserta jamkesmas tidak memiliki
tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,00 yang
artinya sesuai dengan kriteria BPS adalah sebanyak 135 responden (93,10%).
Rata-rata responden yang tidak sesuai dengan kriteria memiliki barang berharga
yaitu kulkas, televisi, sepeda motor dan perhiasan seperti gelang, kalung dan
cincin.
Sumberdaya keluarga ditinjau dari sudut pandang ekonomi merupakan alat
atau bahan yang tersedia dan diketahui fungsinya untuk memenuhi kebutuhan atau
tujuan keluarga. Salah satu kriteria miskin dari BPS yaitu masyarakat tidak
memiliki tabungan/barang/aset berharga yang dapat dijual dengan nilai minimal
Rp.500.000,00 Tabungan/barang berharga/aset dapat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu sebagai berikut:
1) Aset lancar, yaitu barang-barang kekayaan yang relatif cepat dapat diuangkan
misalnya emas, perhiasan, dan uang tunai.
2) Aset tidak lancar, yaitu barang-barang kekayaan yang relatif agak lama jika
diuangkan misalnya tanah, rumah, mobil, kebun, dan surat-surat berharga (30).
Apabila seseorang memiliki tabungan/barang berharga/aset dengan harga
jual melebihi Rp.500.000,00 maka orang tersebut dikatakan tidak memenuhi salah
satu kriteria miskin dari BPS.
Gambar 5.8 Kepemilikan Barang Berharga Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.
Gambar 5.8 adalah salah satu kepemilikan barang berharga pasien peserta
Jamkesmas yang tidak sesuai dengan kriteria BPS.
C. Status kepesertaan jamkesmas
Berdasarkan hasil penelitian terkait 14 kriteria miskin menurut BPS untuk
mengetahui status kepesertaan pasien peserta jamkesmas di RSUD Banjarbaru
periode Juli-September dapat dilihat pada tabel 5.18 di bawah ini.
Tabel 5.18 Status Kepesertaan Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Status Kepesertaan Jamkesmas Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 94 64,82%Tidak Sesuai 51 35,17%Total 145 100%
Data hasil penelitian yang diperoleh untuk status kepesertaan Jamkesmas
yang sesuai kriteria BPS sebanyak 94 responden (64,82%).
Penentuan kategori layak dan tidak layak tersebut adalah jika pasien peserta
Jamkesmas memenuhi minimal 9 variabel yang terdapat dalam kriteria miskin
yang ditentukan BPS maka dapat dikatakan layak memperoleh Jaminan
Kesehatan Masyarakat, dan sebaliknya jika pasien peserta Jamkesmas tidak
memenuhi minimal 9 variabel yang terdapat dalam kriteria miskin yang
ditentukan BPS maka dapat dikatakan tidak layak memperoleh Jaminan
Kesehatan Masyarakat. Dalam penelitian ini untuk kategori tidak layak, pasien
dikatakan tidak layak karena hanya memenuhi kurang dari 9 variabel pada kriteria
miskin berdasarkan BPS.
Kriteria miskin BPS terbagi 2 yaitu miskin dan sangat miskin yang
keduanya berhak untuk menjadi peserta jamkesmas. Dari 14 kriteria apabila 9-12
kriteria terpenuhi maka termasuk dalam kategori miskin dan apabila 13-14
kriteria termasuk dalam kategori sangat miskin. Hasil wawancara didapatkan
kategori miskin dapat dilihat pada tabel 5.19 dibawah ini (14):
Tabel 5.19 Kategori Miskin Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013
Data hasil wawancara menunjukkan bahwa terdapat 14 responden (14,48%)
responden dalam kategori sangat miskin yang memenuhi 13-14 kriteria miskin
BPS.
Berdasarkan hasil penelitian 145 responden jamkesmas diperoleh distribusi
frekuensi status kepesertaan jamkesmas perkecamatan yang disajikan pada tabel
5.20.
Tabel 5.20 Status kepesertaan pasien peserta Jamkesmas perkecamatan di RSUD Banjarbaru periode Juli-September 2013
No Kecamatan Status Kepesertaan
Sesuai Persentase Tidak Sesuai
Persentase
1 Cempaka 45 31,03% 16 11,03%2 Banjarbaru Utara 9 6,20% 11 7,58%3 Banjarbaru Selatan 15 10,34% 12 8,27%4 Landasan Ulin 12 8,27% 5 3,44%5 Liang Anggang 13 8,96% 7 4,82%
Jumlah 94 64,8% 51 35.12%
Tabel 5.20 menunjukkan bahwa lebih banyak responden jamkesmas yang
sesuai dengan kriteria BPS berada di Kecamatan Cempaka yaitu sebesar 31,03%.
Mayoritas responden jamkesmas bekerja sebagai pendulang yang rata-rata
memiliki tingkat pendidikan, penghasilan, luas bangunan, jenis dinding, jenis
lantai, kepemilikan barang berharga, ketidak sanggupan membayar biaya
Kategori Miskin Jumlah (orang) Presentase (%)Miskin 80 85,11%Sangat Miskin 14 14,89%Total 94 100%
pengobatan, sumber mata air, bahan bakar untuk memasak sehari-hari sesuai
dengan kriteria miskin BPS.
Banyaknya pasien peserta Jamkesmas yang berasal dari kecamatan
Cempaka menandakan bahwa jumlah peserta Jamkesmas di kecamatan tersebut
lebih banyak dari pada kecamatan yang lain, serta menunjukan bahwa tingginya
angka kesakitan di Kecamatan Cempaka sehingga menyebabkan tingginya angka
kunjungan di rumah sakit.
Adapun urutan kriteria yang paling banyak tidak sesuai pada 94 responden
pasien peserta Jamkesmas yang sesuai dengan kriteria miskin dapat dilihat pada
tabel 5.21.
Tabel 5.21 Urutan ketidaksesuaian kriteria miskin BPS pasien peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru periode Juli-September 2013
No Tingkat Kriteria Miskin BPS Jumlah (orang)
Persentase
1 Sumber penerangan 94 100%2 Jenis lantai 92 97,87%3 Jenis dinding 91 96,81%4 Fasilitas buang air (WC) 79 84,04%5 Kemampuan konsumsi makanan dalam 1 hari 76 80,85%6 Luas bangunan 71 75,53%7 Memiliki barang berharga 57 60,64%8 Pendidikan 40 42,55%9 Penghasilan 12 12,76%
10 Membeli stell pakaian dalam 1 tahun 5 5,32%11 Sumber mata air 5 5,32%12 Bahan bakar memasak sehari hari 4 4,25%13 Kemampuan konsumsi daging/susu/ayam dalam
seminggu 3 3,19%
14 Kesanggupan membayar biaya pengobatan sendiri 3 3,19%
Tabel 5.21 menunjukkan bahwa kriteria BPS yang paling banyak tidak
sesuai dengan rakyat miskin adalah sumber penerangan, yaitu sebanyak 94 orang
(100%). Mayoritas masyarakat di Kota Banjarbaru memiliki sumber penerangan
dengan menggunakan listrik. Hal ini dikarenakan listrik sudah dianggap salah satu
kebutuhan penting dalam menunjang aktifitas sehari-hari. Hasil observasi kepada
rumah pasien peserta Jamkesmas dan ditemukan bahwa semua rumah tangga yang
sesuai dengan kriteria miskin BPS namun tidak satupun dari mereka yang tidak
menggunakan listrik, sehingga salah satu kriteria miskin BPS ini tidak jadi
masalah yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah lagi.
Sementara kriteria miskin BPS yang paling banyak tidak sesuai dengan
rakyat miskin yaitu kemampuan konsumsi daging/susu/ayam dalam seminggu
sebanyak 3 orang (3,19%) dan kesanggupan membayar biaya pengobatan sendiri
sebanyak 3 orang (3,19%). Pada kriteria kemampuan konsumsi daging/susu/ayam
dalam seminggu merupakan jenis konsumsi yang daya belinya dianggap mahal
sehingga dalam konsumsi sehari-hari rakyat miskin lebih memilih menkonsumsi
makanan yang harganya lebih terjangkau tanpa memperhatikan nilai gizi makanan
yang dikonsumsinya, sedangkan untuk kesanggupan membayar biaya pengobatan
sendiri mayoritas responden mengatakan kalau mereka tidak sanggup membayar
biaya kesehatan sendiri tanpa bantuan dari jaminan kesehatan. Penghasilan yang
rendah serta waktu sakit yang tidak bisa diperkirakan menjadi salah satu alasan
rakyat miskin sangat memerlukan jaminan kesehatan.
Hasil observasi dari 145 responden pengguna kartu jamkesmas terdapat 2
orang responden di Kecamatan Banjarbaru Utara, 1 orang responden memiliki
kartu askes dan 1 orang yang lain mempunyai kartu Jamkesda. Menurut hasil
wawancara dengan responden yang memiliki kartu askes menuturkan bahwa,
”Saya tidak mengetahui sama sekali alasan kenapa saya mendapatkan kartu jamkesmas yang dibagikan oleh ketua RT, padahal saya sudah memiliki kartu askes karena saya adalah pensiunan pegawai dinas pertanian”
(Responden 1)
Sedangkan hasil wawancara dengan responden jamkesmas yang memiliki
kartu jamkesda menuturkan bahwa,
“Kartu jamkesmas yang saya miliki tidak bisa digunakan karena nama pada kartu jamkesmas berbeda dengan nama yang ada di kartu keluarga maupun kartu tanda penduduk kami sehingga saya hanya bisa menggunakan kartu jamkesda jika ingin berobat. Saya sudah melaporkannya kepuskesmas setempat untuk menindak lanjuti permasalahan kartu jamkesmas saya namun sampai sekarang masih tidak mendapatkan hasil”. (Responden 2)
Wawancara juga dilakukan pada ketua rumah tangga (RT) di 2 kelurahan
yaitu Kecamatan Cempaka menuturkan bahwa,
“Saya selaku ketua RT yang lebih mengetahui bagaimana keadaan masyarakatnya tidak pernah diminta oleh pihak BPS atau pun pihak lain yang bersangkutan dalam rekomendasi penentuan masyarakat miskin didesa mereka. Saya hanya diminta oleh pihak puskesmas cempaka untuk membagikan kartu jamkesmas yang sudah selesai dbuat kepada nama-nama yang sudah tertera dikartu tersebut. Sehingga masih banyak masyarakat miskin lain yang seharusnya berhak menjadi peserta jamkesmas tidak mendapatkannya dan sebaliknya ada beberapa keluarga yang perekonomiannya lebih baik malah mendapatkan kartu jamkesmas”.
Sementara wawancara juga dilakukan peneliti kepada salah satu ketua RT di
Kelurahan Guntung Paikat Kecamatan Banjarbaru Utara yang menuturkan bahwa,
“Pihak dinas kesehatan ataupun BPS tidak pernah minta rekomendasi warga saya yang tergolong miskin, warga yang mendapatkan kartu jamkesmas adalah hanya mereka yang pernah membuat kartu keterangan tidak mampu ditempat saya, sementara ada 1 dari warga saya dengan pekerjaan pensiunan pegawai negeri yang sudah memiliki kartu askes malah mendapatkannya kartu jamkesmas, padahal masih banyak warga saya yang lain yang tergolong miskin dan berhak mendapatkan kartu jamkesmas tetapi tidak mendapatkannya”.
Dari hasil wawancara di beberapa ketua RT membuktikan bahwa tidak
berjalannya prosedur penetapan peserta jamkesmas dengan benar. Mekanisme
penetapan masyarakat yang mendapatkan kartu Jamkesmas, yaitu setiap ketua
rumah tangga (RT) mendata masyarakat yang secara finansial dianggap miskin
dan tidak mampu, kemudian data tersebut direkapitulasi perkelurahan selanjutnya
perkecamatan, data dari perkecamatan direkapitulasi di Dinas Kesehatan
selanjutnya diberikan kepada BPS untuk dipantau langsung oleh tim survei dari
BPS. Hasil survei peserta miskin dari BPS tersebut diberikan ke Dinas Kesehatan
untuk pengelolaan database masyarakat miskin, kemudian diberikan ke walikota
untuk dibuatkan surat keputusan. Database masyarakat miskin kemudian
diserahkan ke PT.Askes untuk pencetakan kartu Jamkesmas dan kemudian
diberikan ke Dinas Kesehatan untuk pendistribusian kartu Jamkesmas diberikan
disetiap puskesmas (31).
Pengamatan secara langsung yang telah dilakukan oleh peneliti mendapatkan
beberapa alasan yang menjadi kemungkinan penyebab adanya peserta yang tidak
memenuhi kriteria miskin yang telah ditentukan oleh BPS, penyebabnya yaitu:
1. Ketidaktepatan pendataan yang dilakukan oleh perangkat desa dalam mendata
masyarakat miskin dsekitar lingkungannya.
2. Adanya hubungan kerabat antara pemilik kartu dengan perangkat oknum
pendataan.
3. Updating data dilakukan terlalu lama yaitu selama 5 tahun, sehingga tidak
mampu meng-update keadaan ekonomi masyarakat yang berhak memperoleh
jaminan kesehatan masyarakat
4. Paradigma yang salah mengenai peruntukan kartu Jamkesmas, dikatakan
bahwa kartu jamkesmas hanya diperuntukan masyarakat tidak mampu sesuai
dengan kriteria miskin BPS namun kenyataan dilapangan masyarakat
beranggapan jika mereka sakit lalu merasa tidak mampu berobat maka mereka
berhak memperleh Jamkesmas sekalipun mereka tidak sesuai dengan kriteria
miskin BPS.
D. Keterbatasan Penelitian
1. Informasi yang diberikan responden dikhawatirkan ada yang ditutup-tutupi
sehingga data sekunder bias upaya yang dilakukan untuk meminimalkan data
bias oleh peneliti adalah dengan melakukan observasi langsung di lapangan.
2. Periode penelitian yang hanya dilakukan 3 bulan di rumah sakit, sehingga tidak
bisa menggambarkan secara lingkup kota tetapi hanya pada lingkup rumah
sakit.
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
1. Karakteristik responden berdasarkan umur yaitu usia produktif sebanyak 31
responden (78,62%), berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 67
responden (42,75%) dan perempuan sebanyak 78 responden (53,79%) serta
berdasarkan kecamatan yaitu Cempaka sebanyak 61 responden (42,06%),
Banjarbaru Utara sebanyak 20 responden (13,78%), Banjarbaru Selatan
sebanyak 27 responden (18,61%), Landasan Ulin sebanyak 17 responden
(11,72%) dan Liang Anggang sebanyak 20 responden (13,78%).
2. Pasien peserta Jamkesmas yang sesuai dengan kriteria miskin BPS adalah luas
bangunan sebanyak 130 responden (89,66%), jenis lantai sebanyak 136
responden (93,80%), jenis dinding sebanyak 136 responden (93,80%), fasilitas
buang air sebanyak 8 responden (5,52%), sumber penerangan sebanyak 1
responden (0,69%), sumber mata air sebanyak 132 responden (91,04%), bahan
bakar memasak sebanyak 130 responden (89,65%), mengkonsumsi
daging/susu/ayam sebanyak 140 responden (96,55%), membeli stel pakaian
sebanyak 125 responden (86,20%), kesangupan konsumsi makanan sebanyak
15 responden (10,35%), kesanggupan membayar biaya pengobatan sendiri
sebanyak 136 responden (93,80%), penghasilan sebanyak 117 responden
(80,69%), pendidikan sebanyak 91 responden (62,75%), memiliki barang
berharga sebanyak 135 responden (93,10%)
3. Pasien peserta Jamkesmas yang sesuai dengan kriteria BPS sebanyak 94
responden (64,82%)
B. Saran
1. Bagi Badan Pusat Statistik (BPS)
a. Mengupdate kembali kriteria miskin yang digunakan dalam menentukan
status miskin sesuai dengan keadaan masyarakat miskin sekarang.
b. Evaluasi yang telah menjadi tugas dari tim koordinasi sebaiknya dilakukan
secara rutin dan berkelanjutan guna memantau status kemiskinan
masyarakat karena status kemiskinan naik mengikuti harga barang dan jasa
yang dikonsumsi.
2. Bagi Dinas Kesehatan
Dinas kesehatan kota Banjarbaru agar lebih berperan aktif atau bertindak
sebagai pengawas kepesertaan program jaminan kesehatan masyarakat
sehingga program jaminan kesehatan dapat berjalan secara efektif dalam
meningkatkan kesejahteraan terutama bagi masyarakat miskin.
3. Pemerintah Daerah.
a. Pemerintah Kota Banjarbaru agar lebih memperbaiki mekanisme penetapan
masyarakat miskin dan kurang mampu sehingga program jaminan kesehatan
terlaksana tepat sasaran.
b. Alokasi anggaran pembiayaan kesehatan yang perlu ditingkatkan untuk
masyarakat miskin dan tidak mampu yang tidak terdaftar sebagai peserta
Jamkesmas karena keterbatasan kuota daerah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Kumpulan tanya-jawab program-program penanggulangan kemiskinan. Jakarta, 2012.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 149 Tentang Kepesertaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI, 2013
3. Zakaria A. Penerapan metode promethee dalam penentuan peserta jamkesmas. Skripsi. Gorontalo: Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo, 2012.
4. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2012. Banjarbaru: Pemerintah Kota Banjarbaru, 2012.
5. Badan Pusat Statistika. Perkembangan beberapa indikator utama sosial-ekonomi indonesia. Jakarta, 2012.
6. Dinas Kesehatan. Data pelaporan pengembalian kartu jamkesmas. Dinas Kesehatan Banjarbaru, 2013.
7. Novrianto R. Analisis pelayanan bagi peserta jamkesmas dengan indeks kepuasan masyarakat di Puskesmas Prambon Sidoarjo. Skripsi. Surabaya: Fakultas Ilmu Social dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional, 2011.
8. Abdullah H. Analisis kegiatan pengelolaan rekam medis rawat jalan inap pasien kanker payudara program jamkesmas untuk mendukung pengelolaan pembiayaan kesehatan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013 ; 2 (1) hal 19-25.
9. Suryaningrum N. Akuntabilitas kinerja pelayanan kesehatan bagi peserta jamkesmas di RSUD Kabupaten Sidoarjo. Skripsi. Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional, 2011.
10. Usman S. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat lanjutan bagi peserta Jamkesmas. Jurnal Ilmiah. Malang: Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2013.
11. Peraturan Meneteri Kesehatan Republik Indonesia: Nomor 903/Menkes/Per/V/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.
12. Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas). Yogyakarta, 2009.
13. Permatasari R. Kualitas pelayanan kesehatan dalam tinjauan pengguna Jamkesmas. Skripsi. Palembang: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Sriwijaya, 2012.
14. Kementerian Kesehatan RI. Data dan Informasi. Jakarta, 2011
15. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Departemen Kesehatan RI, 2008.
16. Hastuti. Pengentasan kemiskinan dan pembangunan berwawasan lingkungan. Diajukan pada Seminar Nasional Manajemen Dampak Pergeseran Iklim Global Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup, 23 Mei 2007. Yogyakarta: Pendidikan Geografi Uiversitas Negeri Yogyakarta, 2007.
17. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Rencana aksi nasional program penanggulangan kemiskinan tahun 2012-2014. Jakarta, 2012.
18. Asri Y, Hastuti, Syaikhu U, dkk. Kajian cepat terhadap pendataan program perlindungan sosial (PPLS) 2011. Lembaga Penelitian Jakarta. Semeru :2012.
19. Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D. Bandung; Alfabeta 2012.
20. Robert K. Studi Kasus Desain & Kasus. Jakarta: PT. Rajagravindo Persada, 2009.
21. Pemerintah Provinsi, Usia produktif. Dinas Pekerjaan Umum. Jakarta, 2013.
22. Maimun S, Telaah dan beberapa strategi penanggulangan kemiskinan.Skripsi. Yogyakarta: Fakultas ilmu social dan ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2008.
23. Ahda M, Kajian luas rumah tingal masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan pusat kota. Skripsi. Palu: Fakultas teknik, Universitas Tadulako
24. Hadim, Dinamika kemiskinan rumah tangga di pedesaan. Skripsi. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2009.
25. Moira M, Godwin L, dkk. Menuju kesejahteraan pemantauan kemiskinan dimalinau Indonesia. Bogor: Center for internasional foresty research, 2007.
26. Kementrian Komunikasi dan informatika RI. Program penanggulangan kemiskinan kabinet Indonesia bersatu II, 2011
27. Tulus A. Faktor-faktor lingkungan fisik rumah yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Kawungan Kabupaten Cilacap. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2008.
28. Agustina P, Analisis tingkat kepuasan pasien jamkesmas terhadap pelayanan di RSUD Kabupaten Sukaharjo. Tugas akhir. Surakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, 2010.
29. Satria R, Keragaman pemenuhan pangan dan perumahan sebagai indicator kesejahteraan keluarga nelayan di daerah rawan bencana. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2006.
30. Badan Pusat Statistika. Analisis dan perhitungan tingkat kemiskinan, Jakarta, 2008.