Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

76
GAMBARAN STATUS KEPESERTAAN JAMKESMAS BERDASARKAN KRITERIA MISKIN BADAN PUSAT STATISTIKA (BPS) DI RSUD BANJARBARU PERIODE JULI-SEPTEMBER 2013 Karya Tulis Ilmiah Diajukan guna memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Oleh Gusti Vera Faradilla I1A110012 UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYRAKAT BANJARBARU Desember, 2013

Transcript of Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Page 1: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

GAMBARAN STATUS KEPESERTAAN JAMKESMAS BERDASARKAN KRITERIA MISKIN

BADAN PUSAT STATISTIKA (BPS) DI RSUD BANJARBARU PERIODE JULI-SEPTEMBER 2013

Karya Tulis IlmiahDiajukan guna memenuhi sebagian syarat

untuk memperoleh derajat Sarjana Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

OlehGusti Vera Faradilla

I1A110012

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATFAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYRAKATBANJARBARU

Desember, 2013

Page 2: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Banjarbaru, 27 Desember 2013

Gusti Vera Faradilla

Page 3: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan

karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang

berjudul “GAMBARAN STATUS KEPESERTAAN JAMKESMAS

BERDASARKAN KRITERIA MISKIN BADAN PUSAT STATISTIKA

(BPS) DI RSUD BANJARBARU PERIODE JULI-SEPTEMBER TAHUN

2013” tepat pada waktunya.

Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna

memperoleh derajat sarjana kesehatan masyarakat di Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Dalam kesempatan ini Penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

Dekan Fakultas Kedokteran Prof. DR. Dr. H. Ruslan Muhyi, Sp.A(K) yang

telah memberi kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian.

Ketua Program Studi Kesehatam Masyarakat Lenie Marlinae, SKM, MKL

yang telah memberi kepercayaan dan kesempatan dalam pelaksanaan penelitian.

Kedua Pembimbing Nurul Awliya, SKM, M.Kes dan Fauzie Rahman,

SKM, MPH yang berkenan memberikan bimbingan, saran, dan arahan dalam

penyelesaian karya tulis ilmiah ini serta telah memacu dan membantu penulis

dengan sabar dan tulus.

Kedua orang tua, keluarga dan teman-teman saya yang selalu memberikan

doa, dukungan, semangat dan kepercayaan.

Page 4: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi dunia

ilmu pengetahuan. Amin.

Banjarbaru, Desember 2013

Peneliti

Page 5: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

ABSTRAK

GAMBARAN STATUS KEPESERTAAN JAMKESMAS BERDASARKAN KRITERIA MISKIN

BADAN PUSAT STATISTIKA (BPS) DI RSUD BANJARBARU PERIODE JULI-SEPTEMBER 2013

Gusti Vera Faradilla

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. peserta terdiri dari yang memiliki kartu dan tidak memiliki kartu. Peserta yang memiliki kartu adalah masyarakat miskin dan tidak mampu yang ditentukan berdasarkan kriteria miskin dari Badan Pusat Statistik (BPS). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kesesuaian status kepesertaan pasien Jamkesmas berdasarkan kriteria miskin BPS di RSUD Banjarbaru periode Juli-September tahun 2013. Rancangan penelitian menggunakan pendekatan deskriptif dengan jumlah populasi penelitian yaitu 227 orang dan sampel sebesar 145 orang yang didapatkan dengan rumus slovin. Pengumpulan data melalui wawancara terpimpin dengan menggunakan lembar kuesioner terhadap responden. Hasil penelitian menunjukan persentase karakteristik responden berdasarkan umur mayoritas berusia produktif 31 orang (78,62%), jenis kelamin perempuan 78 orang (53,79%) serta dari Kecamatan Cempaka 61 orang (42,06%). Kesesuaian pasien peserta Jamkesmas berdasarkan kriteria BPS yaitu, luas bangunan 130 orang (89,66%), jenis lantai 136 orang (93,80%), jenis dinding 136 orang (93,80%), fasilitas buang air 8 orang (5,52%),sumber penerangan 1 orang (0,69%), sumber mata air 132 orang (91,04%), bahan bakar memasak 130 orang (89,65%), mengkonsumsi daging/susu/ayam 140 orang (96,55%), kesanggupan membeli stel pakaian 125 orang (86,20%), kemampuan konsumsi makanan 15 orang (10,35%), kesanggupan membayar biaya pengobatan sendiri 136 orang (93,80%), penghasilan 117 orang (80,69%), pendidikan 91 orang (62,75%), memiliki barang berharga 135 orang (93,10%) dan status kepesertaan Jamkesmas yang sesuai kriteria miskin BPS sebesar 94 orang (64,8%). Dapat disimpulkan bahwa didapatkannya peserta jamkesmas yang tidak tepat sasaran karena tidak sesuai dengan kriteria miskin BPS sehingga berpengaruh terhadap ketidakefektifan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama bagi masyarakat miskin.

Kata-kata kunci: Status, kepesertaan Jamkesmas, kriteria BPS

Page 6: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

ABSTRACT

OVERVIEW MEMBERSHIP STATUS OF JAMKESMAS BASED ON FOOR STATISTICS CENTRAL CRITERIA IN BANJARBARU HOSPITAL PERIOD

OF JULY-AUGUST 2013

Gusti Vera Faradilla

Community Health Insurance (Assurance) is a social assistance program for health care for the poor and can not afford. Program participants JAMKESMAS consists of having the card and do not have a card. Participants who have a card is poor and can not afford the criteria specified by the poor from the Central Statistics Agency (BPS). The purpose of this study to determine the membership status of the patient's poor health card based on the criteria of BPS in hospitals Banjarbaru July-September period in 2013. The study design used a descriptive approach, the number of reaserch population is 227 pepople with a sample of 145 people obtained which is a health participants who utilize health services in hospitals by using with inclusion. The results showed the percentage of respondents based on the formula solvin and incluxi=sian criteria of productive old age majority (78.62%), female gender (53.79%) as well as from the District Cempaka (42.06%). The suitability of the patient, based on the criteria of BPS JAMKESMAS ie, building area (89.66 %), type of floor (93.80%), the type of wall (93.80%), waste water facilities (5.52%), the source of illumination (0,69%), water resources (91.04 %), cooking fuel (89.65%), meat / milk / chicken (96.55 %), buy a set of clothes ( 86.20 %), consuming food (10.35%), ability to pay their own medical expenses ( 93.80 %), income (80.69%), education (62.75%), having valuable goods (93.10%) and corresponding membership status jamkesmas BPS criteria for poor (64.8%). Based on this research can be concluded that the acquisition of a health participants which are not effective because it does not fit the criteria that affect the poor BPS ineffectiveness in improving the welfare of the community, especially for the poor. Therefore, the need improvement mechanism for setting the poor and underprivileged so that public health insurance program implemented on target.

Keywords: status , membership JAMKESMAS , BPS criteria

Page 7: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ............................................................................ iii

ABSTRAK ................................................................................................. iv

ABSTRACT ................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Rumusan Masalah...................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian....................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4

E. Keaslian Penelitian…………………………………………….. 5

Page 8: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Jamkesmas ............................................................................. 7

B. Tujuan Jamkesmas ................................................................. 7

C. Tata Laksana Kepesertaan Jamkesmas .................................... 8

D. Cakupan Kepesertaan Jamkesmas ........................................... 12

E. Administrasi Kepesertaan Jamkesmas ....................................... 12

F. Definisi Miskin .......................................................................... 13

G. Kriteria Orang Miskin Peserta Jamkesmas …………………… 16

BAB III LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori.......................................................................... 18

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ................................................................ 20

B. Populasi dan Sampel.................................................................. 20

C. Instrumen Penelitian .................................................................. 21

D. Variabel Penelitian .................................................................... 21

E. Definisi Operasional .................................................................. 21

F. Prosedur Penelitian .................................................................... 27

G. Teknik Pengumpulan Data......................................................... 28

H. Cara Analisis Data..................................................................... 28

Page 9: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

I. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 28

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden.......................................................... 29

B. Kriteria Miskin BPS ............................................................... 31

C. Luas Bangunan........................................................................ 31

D. Jenis Lantai ............................................................................. 32

E. Jenis Dinding .......................................................................... 34

F. Fasilitas Buang Air.................................................................. 35

G. Sumber Penerangan................................................................. 37

H. Sumber Mata Air..................................................................... 38

I. Bahan Bakar Memasak Sehari-hari.......................................... 40

J. Kemampuan Konsumsi Daging/ayam/susu.............................. 42

K. Membeli Stel Pakaian Dalam 1 tahun ...................................... 43

L. Kemampuan Makan Dalam 1 hari ........................................... 44

M. Kesanggupan Membayar Biaya Pengobatan Sendiri ................ 45

N. Penghasilan ............................................................................. 46

O. Pendidikan Kepala Keluarga ................................................... 47

P. Memiliki Barang Berharga ...................................................... 49

Q. Status Kepesertaan Jamkesmas................................................ 50

R. Keterbatasan Penelitian ........................................................... 57

BAB VI PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................. 58

Page 10: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

B. Saran ....................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman1.1 Beberapa Penelitian yang Berhubungan dengan Jamkesmas.... 5

5.1 Umur Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013................................................ 29

5.2 Jenis Kelamin Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013................................................. ... 30

5.3 Kecamatan Tempat Tinggal Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.................................. 30

5.4 Luas Bangunan Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.................................. 31

5.5 Jenis Lantai Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.................................. 32

5.6 Jenis Dinding Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.................................. 34

5.7 Fasilitas Buang Air Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.................................. 36

5.8 Sumber Penerangan Rumah Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013...................... 37

5.9 Sumber Mata Air yang Digunakan Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013... 38

5.10 Jenis Bahan Bakar Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.................................. 40

5.11 Konsumsi Daging/Ayam/Susu Dalam Seminggu Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.......................................................................................... 42

5.12 Kemampuan Membeli Pakaian/Tahun Pasien Peserta

Page 12: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.................................................................................. 43

5.13 Kemampuan Konsumsi Makan Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013...................... 44

5.14 Kesanggupan Membayar Biaya Pengobatan Sendiri Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013......................................................................... 45

5.15 Penghasilan Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013................................................... 46

5.16 Pendidikan Kepala Keluarga Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013..................... 47

5.17 Barang Berharga Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013................................ 49

5.18 Status Kepesertaan Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013................................ 51

5.19 Kategori Miskin Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013................................. 52

5.20 Status Kepesertaan Pasien Peserta Jamkesmas Perkecamatan di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.................. 52

5.21 Urutan ketidaksesuaian kriteria miskin BPS pasien peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru periode Juli-September 2013................................................................................... 53

Page 13: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian gambaran Status

Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin Badan Pusat statistika (BPS) Di Rsud Banjarbaru Periode Juli - September 2013........................................................ 19

5.1 Luas Bangunan Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli - September 2013......................... 32

5.2 Jenis Lantai Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli - September 2013.......................... 33

5.3 Jenis Dinding Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli - September 2013.......................... 35

5.4 Fasilitas Buang Air Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli - September 2013............... 37

5.5 Sumber Penerangan Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli - September 2013............... 38

5.6 Sumber Mata Air Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013................. 40

5.7 Bahan Bakar Memasak Sehari-hari Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013............................................................................... 41

5.8 Bahan Bakar Memasak Sehari-hari Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013............................................................................... 41

5.9 Kepemilikan Barang Berharga Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013................. 50

Page 14: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Persetujuan Penelitian di RSUD Banjarbaru

2. Data Jumlah Masyarakat Miskin dan Tidak Mampu Per Provinsi/Kabupaten/Kota untuk Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2011

3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden.

4. Kuesioner

5. Data Responden Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru.

Page 15: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi

masyarakat miskin dan tidak mampu yang secara nasional bertujuan mewujudkan

pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Program ini

diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melalui penugasan kepada PT.Askes

(Persero) dengan jumlah sasaran tahun 2013, yaitu 86,4 juta jiwa di seluruh

Indonesia (1).

Peserta program Jamkesmas terdiri dari yang memiliki kartu dan tidak

memiliki kartu. Peserta Jamkesmas yang memiliki kartu adalah masyarakat

miskin dan tidak mampu berdasarkan kriteria miskin dari Badan Pusat Statistik

(BPS), sedangkan yang tidak memiliki kartu adalah orang yang tidak berdasarkan

oleh kriteria miskin BPS yang terdiri dari peserta jampersal, thalassemia mayor,

program keluarga harapan (PKH), gelandangan dan pengemis (gepeng), orang

terlantar dan tahanan. Kelompok tersebut tidak terdaftar di database peserta

Jamkesmas namun tetap dibiayai oleh Jamkesmas dengan membawa surat rujukan

dari instansi badan sosial (2).

Mekanisme penetapan masyarakat yang mendapatkan kartu Jamkesmas,

yaitu setiap ketua rumah tangga (RT) mendata masyarakat yang secara finansial

dianggap miskin dan tidak mampu, kemudian data tersebut direkapitulasi

perkelurahan selanjutnya perkecamatan, data perkecamatan direkapitulasi di

Page 16: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Dinas Kesehatan selanjutnya diberikan kepada BPS untuk dipantau langsung oleh

tim survei dari BPS. Hasil survei peserta miskin dari BPS tersebut diberikan ke

Dinas Kesehatan untuk pengelolaan database masyarakat miskin, kemudian

diberikan ke walikota untuk dibuatkan surat keputusan. Database masyarakat

miskin kemudian diserahkan ke PT.Askes untuk pencetakan kartu Jamkesmas dan

kemudian diberikan ke Dinas Kesehatan untuk pendistribusian kartu Jamkesmas

(3).

Jumlah penduduk di Kalimantan Selatan sebesar ±151.005 jiwa dan angka

pertumbuhan penduduk sebesar 1% pertahun menurut BPS tahun 2007. Sasaran

peserta Jamkesmas tahun 2008 di Kalimantan Selatan, rumah tangga miskin

berjumlah 245.948 keluarga dengan anggota rumah tangga miskin berjumlah

843.837 jiwa. Rumah tangga miskin di Banjarbaru yang menjadi sasaran peserta

Jamkesmas berjumlah 7070 dengan anggota rumah tangga miskin berjumlah

29.161 jiwa. Pasien peserta Jamkesmas di RSUD adalah pasien rujukan tingkat

lanjut dari puskesmas selain pasien gawat darurat. Di Banjarbaru pada tahun 2012

pasien peserta Jamkesmas berjumlah 1736 peserta, 857 pasien peserta jamkesmas

rawat inap dan 879 pasien peserta rawat jalan (4).

Berdasarkan data kepesertaan Dinas Kesehatan Banjarbaru, penerima

Jamkesmas tahun 2013 di Banjarbaru berjumlah 29.161 jiwa. Berdasarkan data

kepesertaan tersebut setidaknya ada 838 kartu Jamkesmas yang bermasalah

dengan perincian, 5 kartu Jamkesmas untuk warga mampu, 128 kartu Jamkesmas

beralamat tidak jelas, 533 kartu Jamkesmas yang penerimanya sudah pindah

Page 17: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

alamat dan 138 kartu Jamkesmas yang penerimanya meninggal dan 28 kartu

Jamkesmas bagi pegawai negeri sipil (5).

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti tertarik meneliti

tentang Jamkesmas untuk mengetahui gambaran status kepesertaan Jamkesmas

berdasarkan kriteria miskin BPS di RSUD Banjarbaru periode Juli-September Tahun

2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini yaitu bagaimanakah kesesuaian status kepesertaan Jamkesmas

berdasarkan kriteria miskin BPS di RSUD Banjarbaru periode Juli-September Tahun

2013?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui kesesuaian status kepesertaan Jamkesmas berdasarkan

kriteria miskin BPS di RSUD Banjarbaru periode Juli-September tahun 2013.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, dan

kecamatan tempat tinggal responden.

b. Menilai kesesuaian status pasien peserta Jamkesmas yang datang ke RSUD

Banjarbaru dengan melihat pada 14 kriteria BPS yaitu luas bangunan, jenis

lantai, jenis dinding, fasilitas buang air (WC), sumber penerangan, sumber

mata air, bahan bakar memasak sehari-hari, kemampuan mengkonsumsi

Page 18: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

ayam/daging/susu, kemampuan membeli stel pakaian dalam 1 tahun,

konsumsi makanan dalam 1 hari, kesanggupan membayar biaya pengobataan

sendiri, penghasilan, pendidikan kepala keluarga, dan kepemilikan barang

berharga.

c. Mengetahui gambaran status kepesertaan Jamkesmas berdasarkan kriteria

miskin BPS pada pengguna kartu Jamkesmas di RSUD Banjarbaru.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi penulis

Untuk menambah pengetahuan, wawasan secara nyata dan aplikatif tentang

permasalahan kepesertaan Jamkesmas di RSUD Banjarbaru berdasarkan kriteria

BPS sehingga dapat dijadikan bahan referensi untuk pemahaman yang nyata dari

permasalahan terkait kepesertaan Jamkesmas.

2. Bagi pemerintah daerah

Sebagai bahan masukan dan rekomendasi bagi pemerintah daerah untuk

perbaikan mekanisme penetapan masyarakat miskin dan kurang mampu sehingga

akan memudahkan pendistribusian jaminan kesehatan secara tepat sasaran.

3. Bagi Badan Pusat Statistik (BPS)

Selaku pihak yang memutuskan dan menetapkan masyarakat miskin

berdasarkan kriteria BPS yang berhak memperoleh Jaminan Kesehatan

Masyarakat, Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi bahan evaluasi ketepatan

peserta jaminan kesehatan di masa datang.

Page 19: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

4. Bagi PSKM FK UNLAM

Sebagai sumbangsih dokumen hasil aplikasi untuk mengembangkan keilmuan

dan bahan perbandingan penelitian selanjutnya. Selain itu, sebagai tambahan

referensi terkait permasalahan kepesertaan jamkesmas berdasarkan kenyataan

dilapangan.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan topik gambaran status kepesertaan Jamkesmas menurut

kriteria miskin BPS di RSUD Banjarbaru periode Juli-September tahun 2013, belum

pernah dilakukan penelitian sebelumnya namun ada beberapa penelitian terdahulu

yang melakukan penelitian tentang Jamkesmas antara lain:

Tabel 1.1 Keaslian penelitian yang berhubungan dengan Jamkesmas

No Nama Peneliti

Judul Variabel Perbedaan

1 Rizky Novrianto (2011)

Analisis Pelayanan Bagi Peserta Jamkesmas Dengan Indeks Kepuasan Masyarakat di Puskesmas Prambon Sidoarjo

Jamkesmas Pelayanan petugas kesehatan, empati pelayanan, profesional kerja petugas kesehatan

Desain: Kuantitatif deskriptifHasil: Kinerja unit pelayanan di Puskesmas Prambon Sidoarjo memiliki kategori yang baik.

2 Hana Abdullah (2011)

Analisis Kegiatan Pengelolaan Rekam Medis Rawat Inap Pasien Kanker Payudara Program Jamkesmas untuk Mendukung Pengelolaan Pembiayaan Kesehatan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

Pengetahuan pihak rumah sakit mengenai sistem pembayaran klaimjamkesmas, data rekam medis

Desain: Survei deskriptif kualitatifHasil: Tahapan kegiatan pengelolaan rekam medis rawat inap pasien kanker payudaraJamkesmas telah dilaksanakan sesuai prosedur namun perihal pencatatan data pelayanan masih terjadiketidaklengkapan.

Page 20: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

No Nama Peneliti

Judul Variabel Perbedaan

3 Nilam Suryaningrum (2011)

Akuntabilitas Kinerja Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Jamkesmas di RSUD Kabupaten Sidoarjo

Sistem prosedur, sumber daya manusia, dan sarana prasarana

Desain: KualitatifHasil: Kinerjapelayanan kesehatan bagi peserta Jamkesmas di RSUD Kabupaten Sidoarjodilakukan dengan baik, adanya informasi terbuka, jelas serta pertanggung jawaban yang sudah dilakukan sesuaiperaturan berlaku.

Page 21: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Jamkesmas

Jamkesmas merupakan singkatan dari Jaminan Kesehatan Masyarakat dan

merupakan bagian dari pengentasan kemiskinan yang bertujuan agar akses dan

mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dapat ditingkatkan sehingga

tidak ada lagi masyarakat miskin yang kesulitan memperoleh pelayanan kesehatan

karena alasan biaya (10).

Jamkesmas adalah bentuk bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi

fakir miskin dan tidak mampu serta peserta lainnya yang iuran nya dibayar oleh

Pemerintah. Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi

silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi

masyarakat miskin. Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap peserta

menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban

memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal (11).

B. Tujuan Jamkesmas

1. Meningkatkan akses dan mutu kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin

dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal

secara efektif dan efisien.

2. Meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu mendapat

pelayanan kesehatan Rumah Sakit.

Page 22: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

3. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

4. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel (12).

C. Tata laksana kepesertaan Jamkesmas

1. Peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang membayar iuran atau

iurannya dibayar oleh Pemerintah.

2. Peserta Program Jamkesmas adalah masyarakat miskin dan orang yang tidak

mampu dan peserta lainnya yang iurannya dibayari oleh Pemerintah sejumlah

76,4 juta jiwa. Jumlah kuota data sasaran Jamkesmas 2011 adalah sama

dengan jumlah kuota tahun 2010.

3. Peserta yang dijamin dalam program Jamkesmas tersebut meliputi:

a. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah ditetapkan dengan keputusan

Bupati/Walikota mengacu pada:

Data masyarakat miskin sesuai dengan data BPS 2008 dari Pendataan

Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang telah lengkap dengan nama dan

alamat yang jelas (by name by address).

Sisa kuota: total kuota dikurangi data BPS 2008 untuk kabupaten/kota

setempat yang ditetapkan sendiri oleh kabupaten/kota setempat lengkap

dengan nama dan alamat (by name by address) yang jelas.

b. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin yang

tidak memiliki identitas.

c. Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang tidak memiliki kartu

Jamkesmas.

Page 23: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

d. Masyarakat miskin yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1185/Menkes/SK/XII/2009 tentang Peningkatan

Kepesertaan Jamkesmas bagi Panti Sosial, Penghuni Lembaga

Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara serta Korban Bencana Pasca

Tanggap Darurat. Tata laksana pelayanan diatur dengan petunjuk teknis

(Juknis) tersendiri sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 1259/Menkes/SK/XII/2009 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan

Jamkesmas Bagi Masyarakat Miskin Akibat Bencana, Masyarakat Miskin

Penghuni Panti Sosial, dan Masyarakat Miskin Penghuni Lembaga

Pemasyarakatan serta Rumah Tahanan Negara, sebagaimana terlampir.

e. Ibu hamil dan melahirkan serta bayi yang dilahirkan (sampai umur 28 hari)

yang tidak memiliki jaminan kesehatan. Tata laksana pelayanan mengacu

pada Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan.

f. Penderita Thalassaemia Mayor yang sudah terdaftar pada Yayasan

Thalassaemia Indonesia (YTI) atau yang belum terdaftar namun telah

mendapat surat keterangan Direktur RS sebagaimana diatur dalam Petunjuk

Teknis Jaminan Pelayanan Pengobatan Thalassaemia.

g. Apabila masih terdapat masyarakat miskin dan tidak mampu yang tidak

termasuk dalam keputusan Bupati/Walikota maka jaminan kesehatannya

menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah (Pemda) setempat. Cara

penyelenggaraan jaminan kesehatan daerah seyogyanya mengikuti kaidah-

kaidah pelaksanaan Jamkesmas.

Page 24: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

h. Peserta Jamkesmas ada yang memiliki kartu sebagai identitas peserta dan ada

yang tidak memiliki kartu.

i. Peserta yang memiliki kartu adalah peserta sesuai Surat Keputusan

Bupati/Walikota.

j. Peserta yang tidak memiliki kartu terdiri dari:

1) Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar serta penghuni panti

sosial pada saat mengakses pelayanan kesehatan dengan menunjukkan

surat rekomendasi dari Dinas Sosial setempat.

2) Penghuni Lapas dan Rutan pada saat mengakses pelayanan kesehatan

dengan menunjukkan rekomendasi dari Kepala Lapas/Rutan.

3) Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang tidak memiliki kartu

Jamkesmas pada saat mengakses pelayanan kesehatan dengan

menunjukkan kartu PKH.

4) Bayi dan anak yang lahir dari pasangan (suami dan istri) peserta

Jamkesmas setelah terbitnya SK Bupati/Walikota, dapat mengakses

pelayanan kesehatan dengan menunjukkan akte kelahiran/surat kenal

lahir/surat keterangan lahir/pernyataan dari tenaga kesehatan, kartu

Jamkesmas orang tua dan Kartu Keluarga orangtuanya. Bayi yang lahir

dari pasangan yang hanya salah satunya memiliki kartu jamkesmas tidak

dijamin dalam program ini.

5) Korban bencana pasca tanggap darurat, kepesertaannya berdasarkan

keputusan Bupati/Walikota setempat sejak tanggap darurat dinyatakan

selesai dan berlaku selama satu tahun.

Page 25: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

6) Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan yaitu: ibu hamil, ibu

bersalin/ibu nifas dan bayi baru lahir.

7) Penderita Thalassaemia Mayor.

4. Terhadap peserta yang memiliki kartu maupun yang tidak memiliki kartu

sebagaimana tersebut di atas, PT. Askes (Persero) wajib menerbitkan Surat

Keabsahan Peserta (SKP) dan membuat pencatatan atas kunjungan pelayanan

kesehatan. Khusus untuk peserta Jaminan Persalinan dan penderita

Thalassaemia Mayor non peserta Jamkesmas diterbitkan Surat Jaminan

Pelayanan (SJP) oleh Rumah Sakit, tidak perlu diterbitkan SKP oleh PT.

Askes (Persero).

5. Bila terjadi kehilangan kartu Jamkesmas, peserta melapor kepada PT. Askes

(Persero) untuk selanjutnya dilakukan pengecekan database kepesertaannya

dan PT. Askes (Persero) berkewajiban menerbitkan surat keterangan yang

bersangkutan sebagai peserta.

6. Bagi peserta yang telah meninggal dunia maka haknya hilang dengan

pertimbangan akan digantikan oleh bayi yang lahir dari pasangan peserta

Jamkesmas sehingga hak peserta yang meninggal tidak dapat dialihkan

kepada orang lain.

7. Penyalahgunaan terhadap hak kepesertaan dikenakan sanksi sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan (13).

Page 26: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

D. Cakupan Kepesertaan Jamkesmas

Seluruh peserta Jamkesmas yang memiliki kartu Jamkesmas atau yang dicatat

di database yang berjumlah 76,4 juta jiwa termasuk di dalamnya sasaran khusus

dengan proyeksi (14):

a. Ibu Hamil : 1.571.548

b. Ibu Bersalin : 1.500.114

c. Ibu Nifas : 1.428.680

d. Bayi : 1.428.680

e. Anak Balita : 6.058.520

E. Administrasi Kepesertaan Jamkesmas

Peserta Program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak mampu

yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.

Jumlah sasaran peserta sebesar 19,1 juta rumah tangga miskin (RTM) atau sekitar

76,4 juta jiwa. Jumlah tersebut berdasarkan data BPS tahun 2006, yang dijadikan

dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara nasional oleh Menkes.

Berdasarkan jumlah sasaran nasional tersebut Menteri Kesehatan membagi

alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota. Bupati/Walikota wajib menetapkan peserta

Jamkesmas Kabupaten/Kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat

peserta dalam bentuk Keputusan Bupati/Walikota. Administrasi kepesertaan

Jamkesmas meliputi: registrasi, penerbitan dan pendistribusian kartu kepada

peserta. Untuk administrasi kepesertaan Depkes menunjuk PT Askes (Persero),

dengan kewajiban melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

Page 27: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

a. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry oleh

PT Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan di Kabupaten/Kota.

b. Entry data setiap peserta.

c. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dan

didistribusikan kepada peserta.

d. PT Askes (Persero) menyerahkan kartu peserta kepada yang berhak,

mengacu kepada penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yang

ditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta; dan

e. PT. Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada

Bupati/Walikota, Gubernur, Depkes, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi

dan Kabupaten/Kota serta rumah sakit setempat (14).

F. Definisi Miskin

Definisi miskin menurut beberapa sumber antara lain

1. Miskin menurut Badan Pusat Statistika (BPS) (2000) adalah tingkat

kemiskinan didasarkan pada jumlah rupiah konsumsi berupa makanan yaitu

kurang dari 2100 kalori per hari (dari 52 jenis komoditi yang dianggap

mewakili pola konsumsi penduduk yang berada dilapisan bawah) dan

konsumsi non makanan (dari 45 jenis komoditi makanan sesuai kesepakatan

nasional dan tidak dibedakan antara wilayah pedesaan dan perkotaan).

Patokan kecukupan 2100 kalori ini berlaku untuk susunan umur, jenis

kelamin dan perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat badan, serta perkiraan

status fisiologis penduduk, sedangkan untuk kriteria orang miskin menurut

Page 28: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

BPS disebutkan dengan ciri yang lebih spesifik baik secara fisik maupun

pendapatan rumah tangga yang terdiri dari 14 kriteria (15).

2. Miskin menurut Sayogno (2000) adalah tingkat kemiskinan didasarkan

jumlah rupiah pengeluaran rumah tangga yang disertakan dengan jumlah

kilogram konsumsi beras per-4 orang per tahun dan dibagi diwilayah

pedesaan dan perkotaan (16)

Menurut Sayogyo (2000), kategori desa adalah suatu kesatuan hukum

dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri. Tingkat

kemiskinan untuk daerah pedesaan adalah:

a. Miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 320 kg nilai tukar

beras per orang per tahun.

b. Miskin sekali, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 240 kg nilai

tukar beras per orang per tahun.

c. Paling miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 180 kg nilai

tukar beras per orang per tahun.

Definisi perkotaan menurut Daldjoeni (2003) adalah suatu tempat dengan:

a. Kepadatan penduduknya lebih dari kondisi pada umumnya.

b. Pencaharian utama penduduknya bukan merupakan aktifitas ekonomi

primer/pertanian.

c. Tempatnya merupakan pusat daripada budaya, administrasi atau pusat

kegiatan ekonomi wilayah sekitarnya.

Menurut Sayogyo kategori miskin untuk daerah perkotaan adalah:

Page 29: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

a. Miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 480 kg nilai tukar

beras per orang per tahun.

b. Miskin sekali, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 380 kg nilai

tukar beras per orang per tahun.

c. Paling miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 280 kg nilai

tukar beras per orang per tahun (17).

3. Miskin menurut Bank dunia adalah mengukur garis kemiskinan berdasarkan

pada pendapatan seseorang kurang dari US$1 per hari.

4. Miskin menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

adalah mengukur kemiskinan berdasarkan kriteria keluarga Pra Sejarah (Pra

KS) dan keluarga 1(KS 1). Kriteria keluarga Pra KS yaitu keluarga yang tidak

mempunyai kemampuan untuk menjalankan perintah agama dengan baik,

minimum makan dua kali sehari, membeli lebih dari stel pakaian per orang

per tahun, lantai rumah bersemen lebih dari 80%, dan berobat kepuskesmas

bila sakit. Kriteria Keluarga Sejahtera 1 (KS 1) yaitu keluarga yang tidak

berkemampuan untuk melaksanakan perintah agama dengan baik, minimal

satu kali per minggu makan daging/telor/ikan, membeli pakaian satu stel per

tahun, rata-rata luas lantai rumah 8 meter² per anggota keluarga, tidak ada

anggota keluarga umur 10 sampai 60 tahun yang buta huruf, semua anak

berumur 5-15 tahun bersekolah, satu dari anggota keluarga mempunyai

penghasilan rutin atau tetap, dan tidak ada yang sakit selama 3 bulan (17).

Page 30: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

G. Kriteria Orang Miskin Peserta Jamkesmas

Menurut BPS, ada 14 kriteria untuk menentukan keluarga/rumah tangga

miskin, yaitu:

1. Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m² per orang.

2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas

rendah/tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga

lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air

hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak

tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam 1 kali dalam seminggu.

9. Hanya membeli 1 stel pakaian baru dalam setahun.

10. Hanya sanggup makan 1 atau 2 kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12. Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 500 m²,

buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan

lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,- (enam ratus ribu rupiah)

per bulan.

Page 31: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

13. Pendidikan tertinggi kepala keluarga: tidak bersekolah/tidak tamat SD/hanya

SD.

14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp.

500.000,- (lima ratus ribu rupiah), seperti sepeda motor kredit/non-kredit,

emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Berdasarkan 14 kriteria yang ditetapkan, apabila 9-12 kriteria terpenuhi

maka termasuk dalam kategori miskin dan apabila 13-14 kriteria terpenuhi

termasuk kedalam kategori sangat miskin, kedua kategori ini berhak menjadi

peserta Jamkesmas. Apabila dari 14 kriteria ≤ 8 kriteria yang terpenuhi maka

orang tersebut tidak memenuhi kriteria miskin dan tidak berhak menjadi peserta

Jamkesmas. Jika jumlah sasaran peserta jamkesmas sesuai dengan kriteria miskin

BPS maka program Jamkesmas sebagai pelayanan kesehatan dapat meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat miskin dan tidak mampu (14).

Page 32: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

BAB III

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) adalah program pemerintah

untuk masyarakat yang bertujuan memberi kepastian sejumlah perlindungan

kesejahteraan sosial, agar setiap penduduk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

menuju terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia

termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu (18).

Pelayanan Jamkesmas terdiri dari pelayanan tingkat dasar yang dilakukan di

puskesmas dan pelayanan tingkat lanjut yang dilayani dirumah sakit. Peserta

Jamkesmas yang memiliki kartu bisa dilayani apabila menunjukan kartu peserta

Jamkesmas (18).

Peserta jamkesmas yang memiliki kartu adalah masyarakat miskin

berdasarkan 14 kriteria miskin BPS. Dari 14 kriteria apabila 9-12 kriteria

terpenuhi maka termasuk dalam kategori miskin dan apabila 13-14 kriteria

terpenuhi termasuk kedalam kategori sangat miskin, kedua kategori ini berhak

menjadi peserta Jamkesmas. Apabila dari 14 kriteria ≤ 8 yang terpenuhi maka

orang tersebut tidak memenuhi kriteria miskin dan tidak berhak menjadi peserta

Jamkesmas. Jika jumlah sasaran peserta jamkesmas sesuai dengan kriteria miskin

BPS maka program Jamkesmas sebagai pelayanan kesehatan dapat meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat miskin dan tidak mampu (17).

Page 33: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Kerangka konsep dari penelitian ini adalah :

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Gambar 3.1. Skema Kerangka Konsep Penelitian tentang Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin BPS di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September tahun 2013.

Pasien peserta Jamkesmas yang memiliki kartu di RSUD Banjarbaru

Tidak sesuai kriteria miskin BPS (terpenuhi ≤ 8)

Sesuai kriteria miskin BPS (terpenuhi 9-14

kriteria)

Status Kepesertaan Jamkesmas berdasarkan 14 kriteria miskin BPS :

1. Luas bangunan tempat tinggal.2. Jenis lantai tempat tinggal.3. Jenis dinding tempat tinggal.4. Fasilitas buang air besar.5. Sumber penerangan rumah tangga.6. Sumber air minum.7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari.8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.10. Hanya sanggup makan satu/dua kali dalam sehari.11. Kesanggupan membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.12. Sumber penghasilan kepala keluarga.13. Pendidikan tertinggi kepala keluarga.14. Tabungan/barang yang mudah dijual.

Jamkesmas

Peningkatan pelayanan kesehatan

Pasien Rumah Sakit

Umum

Page 34: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan rancang

bangun poin time approach survey dan subyek diobservasi dengan pendekatan

wawancara serta pengumpulan data pada suatu saat (19).

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan objek yang akan diteliti

yaitu semua pasien peserta Jamkesmas yang datang berobat di RSUD Banjarbaru

baik rawat jalan ataupun rawat inap pada bulan Juli-September 2013 di RSUD

Banjarbaru. Pada penelitian ini populasi berdasarkan data jumlah pasien

jamkesmas periode Juli-September tahun 2012 yaitu 227 jiwa (20).

Sampel penelitian yang diambil berdasarkan data jumlah pasien Jamkesmas

periode Juli-September tahun 2012 dengan menggunakan rumus Slovin yaitu (20):

=____N_____ (1+N.E²) = ___227____ (1+227.0,05²) = 144,81 ≈ 145 responden

Kriteria inklusi yang digunakan untuk menentukan sampel penelitian adalah:

1. Pasien peserta Jamkesmas yang memiliki kartu dan datang berobat di RSUD

Banjarbaru

2. Peserta Jamkesmas yang berdomisili di Banjarbaru.

Page 35: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

3. Pasien yang bukan penderita gangguan jiwa

4. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani inform concent sebelum

menjawab pertanyaan yang ada pada lembar kuesioner.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan wawancara terpimpin

untuk mengetahui gambaran status kepesertaan Jamkesmas menurut kriteria miskin

BPS di RSUD Banjarbaru periode Juli-September tahun 2013.

D. Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep, variabel penelitian ini adalah status

kepesertaan Jamkesmas sesuai dengan 14 kriteria miskin dari BPS.

E. Definisi Operasional

1. Karakteristik responden adalah identitas dari responden penelitian yang

diteliti yaitu:

a) Umur, meliputi usia produktif yaitu responden yang berusia 15-64 tahun dan

usia tidak produktif yaitu responden yang berusia dibawah 15 tahun ataupun

diatas 64 tahun dengan skala data nominal.

b) Jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan dengan skala data nominal

c) Kecamatan tempat tinggal

Kecamatan tempat tinggal adalah lokasi tempat tinggal dari responden

penelitian yang tersebar pada kecamatan di Kota Banjarbaru yang meliputi

Kecamatan Cempaka, Banjarbaru Utara, Banjarbaru Selatan, Landasan Ulin,

Liang Anggang

Page 36: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Skala data : Nominal

2. Miskin adalah keadaan masyarakat yang dilihat berdasarkan kriteria miskin

BPS, dikategorikan miskin apabila memenuhi ≥ 8 kriteria dari 14 kriteria

miskin BPS:

a. Miskin : Miskin apabila memenuhi ≥ 8 kriteria dari 14

kriteria miskin BPS

b. Tidak Miskin : Tidak miskin apabila memenuhi ≤ 8

kriteria dari 14 kriteria miskin BPS

Skala data : Nominal

3. Berdasarkan 14 kriteria yang ditetapkan, apabila 9-12 kriteria terpenuhi maka

termasuk dalam kategori miskin dan apabila 13-14 kriteria terpenuhi

termasuk kedalam kategori sangat miskin, kedua kategori ini berhak menjadi

peserta Jamkesmas. Apabila dari 14 kriteria ≥ 8 kriteria yang terpenuhi maka

orang tersebut tidak memenuhi kriteria miskin dan tidak berhak menjadi

peserta Jamkesmas. Adapun 14 kriteria miskin BPS, yaitu:

a. Luas bangunan tempat tinggal adalah luas rumah panjang x lebar yang

dimiliki peserta jamkesmas.

1) Sesuai : Jika <8 m²/orang

2) Tidak sesuai : Jika >8 m²/orang

Skala data : Nominal

b. Jenis lantai tempat tinggal adalah jenis bahan yang digunakan peserta

jamkesmas dalam kontruksi lantai rumah.

Page 37: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

1) Sesuai : Jika tidak permanen (tanah, bambu, kayu

murahan)

2) Tidak sesuai : Jika permanen

Skala data : Nominal

c. Jenis dinding tempat tinggal adalah jenis bahan yang digunakan peserta

Jamkesmas dalam kontruksi dinding rumah.

1) Sesuai : Jika tidak permanen (bambu, rumbia, kayu berkualitas

rendah, tembok tanpa diplester)

2) Tidak sesuai : Jika permanen

Skala data : Nominal

d. Fasilitas buang air adalah sarana sanitasi berupa fasilitas buang air besar yang

dimiliki peserta Jamkesmas.

1) Sesuai : Jika tidak memiliki/menggunakan bersama-sama dengan

rumah tangga lain

2) Tidak sesuai : Jika milik pribadi

Skala data : Nominal

e. Penerangan rumah tangga adalah sumber penerangan yang digunakan peserta

Jamkesmas dalam rumah tangga untuk kehidupan sehari-hari.

1) Sesuai : Jika tidak menggunakan listrik

2) Tidak sesuai : Jika menggunakan listrik

Skala data : Nominal

f. Sumber air minum adalah sumber air yang digunakan peserta Jamkesmas

dalam keperluan sehari-hari.

Page 38: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

1) Sesuai : Jika tidak menggunakan PDAM

2) Tidak sesuai : Jika menggunakan PDAM

Skala data : Nominal

g. Bahan bakar adalah suatu materi yang bisa diubah menjadi energi,

mengandung energi panas yang digunakan dalam proses pembakaran untuk

keperluan memasak sehari-hari oleh peserta Jamkesmas.

1) Sesuai : Jika menggunakan kayu bakar/arang/minyak tanah

2) Tidak sesuai : Jika menggunakan gas/listrik

Skala data : Nominal

h. Konsumsi makanan adalah kemampuan ekonomi peserta Jamkesmas dalam

membeli daging/susu/ayam untuk dikonsumsi.

1) Sesuai : Jika sanggup mengkonsumsi

daging/susu/ayam tidak lebih

1x dalam seminggu

2) Tidak sesuai : Jika sanggup mengkonsumsi

daging/susu/ayam lebih dari 1x dalam seminggu

Skala data : Nominal

i. Membeli stel pakaian baru dalam setahun adalah kesanggupan peserta

Jamkesmas dalam kemampuan ekonomi untuk membeli jumlah stel baju

dalam satu tahun.

1) Sesuai : Jika sanggup membeli pakaian tidak lebih dari

1x/tahun

2) Tidak sesuai : Jika sanggup membeli pakaian lebih dari 1x/tahun

Page 39: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Skala data : Nominal

j. Jumlah makan dalam sehari adalah kemampuan ekonomi peserta Jamkesmas

untuk memenuhi kebutuhan jumlah makannya dalam 1 hari

1) Sesuai : Jika sanggup makan maksimal 2x dalam sehari

2) Tidak sesuai : Jika sanggup makan > 2x dalam sehari

Skala data : Nominal

k. Kesanggupan membayar biaya pengobatan adalah kesanggupan ekonomi

peserta jamkesmas dalam membayar biaya pengobatan di puskesmas/

poliklinik.

1) Sesuai : Jika tidak sanggup membayar pengobatan

2) Tidak sesuai : Jika sanggup membayar pengobatan

Skala data : Nominal

l. Sumber penghasilan kepala keluarga adalah jumlah penghasilan kepala

keluarga peserta Jamkesmas dengan pekerjaan seperti petani dengan luas

lahan 500 m², buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan

atau pekerjaan lainnya.

1) Sesuai : Jika penghasilan < Rp.600.000,-

2) Tidak sesuai : Jika Penghasilan > Rp.600.000,-

Skala data : Nominal

m. Pendidikan tertinggi kepala keluarga adalah tingkat pendidikan terakhir

kepala keluarga peserta Jamkesmas.

1) Sesuai : Jika tidak bersekolah/tidak tamat SD/hanya SD.

2) Tidak sesuai : Jika pendidikan lebih dari SD

Page 40: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Skala data : Nominal

n. Tidak memiliki tabungan/barang adalah peserta Jamkesmas tidak memiliki

tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,-

seperti sepeda motor kredit/non-kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang

modal lainnya

1) Sesuai : Jika memiliki tabungan/barang senilai < Rp.500.000,-

2) Tidak sesuai : Jika memiliki tabungan/barang senilai > Rp.500.000,-

Skala data : Nominal

4. Status Kepesertaan Jamkesmas

Status kepesertaan Jamkesmas adalah keadaan pasien yang datang ke

RSUD Banjarbaru dengan kartu Jamkesmas dan dinilai berdasarkan kriteria

miskin menurut BPS yang terdaftar sebagai peserta Jamkesmas.

1) Sesuai : Sesuai apabila dari 14 kriteria BPS telah terpenuhi 9

sampai 14 kriteria

2) Tidak sesuai : Tidak sesuai apabila dari 14 kriteria BPS terpenuhi kurang

dari 9 kriteria

Skala data : Nominal

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan diawali dengan pembuatan surat izin penelitian dan survei

pendahuluan yang bertujuan untuk melakukan penelitian dilakukan dengan

observasi awal di RSUD Banjarbaru.

Page 41: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari pihak

rumah sakit dengan langsung ketempat penelitian yaitu RSUD Banjarbaru khusus

di bidang Pelayanan Jaminan Kesehatan masyarakat untuk mengumpulkan data.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner, sebelumnya

responden mengisi inform concent kesediaan untuk wawancara. Wawancara

dilakukan secara terpimpin terhadap responden penelitian. Pada penelitian ini,

peneliti juga melakukan observasi kebeberapa rumah responden yang status

kepesertaannya sesuai atau tidak sesuai untuk melihat gambaran secara nyata

kondisi yang dijabarkan pada saat wawancara serta kebeberapa ketua RT untuk

melakukan wawancara singkat terkait pendataan BPS.

3. Tahap pelaporan

Setelah data dikumpulkan, kemudian data diolah dan dianalisis secara

deskriptif selanjutnya dibuat laporan dari hasil-hasil yang telah didapatkan selama

penelitian dilakukan.

G. Teknik Pengumpulan Data

a. Data primer

Data Primer adalah data yang didapatkan melalui wawancara dengan

menggunakan lembar kuisioner kepada pasien peserta Jamkesmas yang memiliki

kartu dan datang berobat ke RSUD Kota Banjarbaru.

b. Data sekunder

Data Sekunder adalah data yang didapat dari Dinas Kesehatan Banjarbaru

berupa data penggantian peserta program Jamkesmas tahun 2013, data RSUD

Page 42: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Banjarbaru berupa data jumlah sasaran peserta Jamkesmas Banjarbaru dan data

kunjungan peserta Jamkesmas tahun 2012.

H. Cara Analisa Data

Analisis difokuskan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang

diajukan. Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa hasil wawancara

berdasarkan kuesioner yang kemudian dibuat persentase dan dianalisis secara

deskriptif dengan studi referensi dan menggunakan fakta yang ditemukan. Setelah

tahap ini selesai dilakukan, peneliti mulai menyusun data akhir berupa

kesimpulan, dituangkan ke dalam bentuk karya tulis ilmiah (KTI).

I. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2013 di RSUD Kota

Banjarbaru.

Page 43: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Penelitian dilakukan terhadap 145 responden Jamkesmas di RSUD

Banjarbaru, berdasarkan hasil wawancara didapatkan karakteristik responden

pasien peserta Jamkesmas, sebagai berikut.

1. Berdasarkan umur

Berdasarkan hasil penelitian kepada 145 responden pasien peserta

Jamkesmas diperoleh distribusi frekuensi umur yang disajikan pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Umur Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Umur Jumlah (orang) Persentase (%)Umur tidak produktif 31 21,38%Umur produktif (15-64 tahun) 114 78,62%Jumlah 145 100%

Tabel 5.1 menunjukkan umur pasien peserta Jamkesmas yang berobat di

RSUD Banjarbaru sebagian besar tergolong umur produktif yaitu sebanyak 114

(78,62%) dari total 145 responden. Usia produktif adalah usia yang ditandai

dengan seseorang aktif dalam beraktifitas. Beban pekerjaan yang berat sehingga

menimbulkan kelelahan kerja yang berakibat penyakit kerja serta intensitas

bertemu dengan banyak orang ditempat kerja yang memungkinkan terjadinya

penularan penyakit menyebabkan orang dengan umur produktif lebih rentan

terhadap penyakit (21).

2. Berdasarkan jenis kelamin

Page 44: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Berdasarkan hasil penelitian kepada 145 responden jamkesmas diperoleh

distribusi frekuensi jenis kelamin yang disajikan pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Jenis Kelamin Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)Laki-laki 67 46,20%Perempuan 78 53,80%Jumlah 145 100%

Dari tabel 5.2 menunjukkan bahwa distribusi jenis kelamin pasien peserta

Jamkesmas sebagian besar perempuan yaitu berjumlah 78 orang (53,80%).

3. Berdasarkan kecamatan

Berdasarkan hasil penelitian kepada 145 responden jamkesmas diperoleh

distribusi frekuensi berdasarkan kecamatan yang disajikan pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Kecamatan Tempat Tinggal Pasien Peserta Jamkesmas diRSUD Banjarbaru periode Juli-September 2013

Kecamatan Jumlah (orang) Persentase (%)Cempaka 61 42,06%

Banjarbaru Utara 20 13,78%Banjarbaru selatan 27 18,61%Landasan Ulin 17 11,71%Liang anggang 20 13,78%Jumlah 145 100%

Tabel 5.3 menunjukkan sebagian besar responden berasal dari Kecamatan

Cempaka yaitu 42,06%.

Page 45: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

B. Kriteria Miskin BPS

Berdasarkan hasil penelitian kepada 145 responden jamkesmas didapatkan

hasil dari 14 kriteria miskin BPS, sebagai berikut:

a. Luas bangunan

Hasil wawancara didapatkan luas bangunan yang dimiliki responden

berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Luas Bangunan Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Luas Lantai Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 130 89,66 %Tidak Sesuai 15 10,34%Total 145 100%

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa luas bangunan rumah pasien peserta

Jamkesmas yang memenuhi kriteria tidak lebih dari 8 meter² yang artinya sesuai

dengan kriteria BPS adalah sebanyak 130 responden (89,66%). Salah satu acuan

dari Departemen Kesehatan menentukan bahwa suatu rumah dapat dikatakan

memenuhi salah satu persyaratan sehat jika luas lantai rumah per kapitanya

minimal 8 meter².

Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan

menyebabkan kepadatan penghuni (overcrowded). Hal ini tidak sehat, disamping

menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, bila salah satu anggota keluarga

terkena penyakit infeksi akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.

Rentannya terhadap suatu penyakit berpengaruh terhadap produktifitas kerja

sehingga berimbas pada rendahnya perekonomian yang menggambarkan

kemiskinan suatu rumah tangga serta perekonomian yang rendah sehingga

Page 46: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

memiliki keterbatasan lahan, rumah tinggal dibangun sesuai dengan keinginan

dan kemampuan pemukim tanpa mempertimbangkan faktor keamanan, kesehatan

dan persyaratan-persyaratan lingkungan permukiman yang layak untuk hunian

(22,23).

Gambar 5.1 Luas Bangunan Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Gambar 5.1 adalah salah satu rumah pasien peserta Jamkesmas yang tidak

sesuai dengan kriteria BPS karena luas bangunan rumah lebih dari 8 meter².

b. Jenis lantai

Hasil wawancara didapatkan jenis lantai yang dimiliki responden

berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Jenis Lantai Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.

Jenis Lantai Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 136 93,80%Tidak Sesuai 9 6,20%Total 145 100%

Page 47: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa jenis lantai rumah pasien peserta

Jamkesmas yang memenuhi kriteria yaitu tidak permanen (tanah, bambu, kayu

murahan) dan berarti sesuai dengan kriteria BPS adalah sebanyak 136 responden

(93,80%). Salah satu kriteria miskin BPS yaitu jenis lantai yang ditempati oleh

keluarga dari bahan baku tidak permanen seperti tanah, bambu, rumbia atau kayu

murahan yang bisa diartikan rumah dengan bahan bangunan tersebut adalah

rumah yang tidak memenuhi persyaratan rumah sehat.

Menurut Sanropie (1989), lantai tanah sebaiknya tidak digunakan lagi,

sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan

gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Karena itu perlu dilapisi dengan

lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik untuk mencegah

masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai ditinggikan ± 20 cm dari

permukaan tanah (22).

Kemampuan perekonomian yang terbatas berakibat terhadap

ketidakmampuan memiliki jenis lantai berdasarkan dengan kriteria rumah sehat,

sehingga berpotensi sebagai penyebab penyakit yang akan berdampak terhadap

prodektifitas. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai indikator dalam

menggambarkan kemiskinan.

Gambar 5.2 Jenis Lantai Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Page 48: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Gambar 5.2 adalah salah satu rumah pasien peserta Jamkesmas yang sesuai

dengan kriteria BPS karena jenis lantai yang digunakan termasuk dalam jenis

lantai tidak permanen karena menggunakan kayu murahan.

c. Jenis dinding

Hasil wawancara didapatkan jenis dinding yang dimiliki responden

berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Jenis Dinding Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.

Jenis Dinding Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 136 93,80%Tidak Sesuai 9 6,20%Total 145 100%

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa jenis dinding rumah pasien peserta

Jamkesmas yang memenuhi kriteria yaitu tidak permanen (bambu, rumbia, kayu

berkualitas rendah, tembok tanpa diplester) yang artinya sesuai dengan kriteria

BPS adalah sebanyak 136 responden (93,80%). Dinding adalah bagian dari

bangunan yang dipasang secara vertikal dengan fungsi sebagai pemisah antar

ruang dalam rumah dengan ruang luar rumah. Salah satu kriteria miskin BPS,

yaitu jenis dinding yang ditempati oleh keluarga dari bahan baku tidak permanen

seperti bambu, rumbia, kayu berkualitas rendah, tembok tanpa plester

menandakan rumah dengan bahan bangunan tersebut tidak memenuhi persyaratan

rumah sehat.

Dinding rumah yang sehat menggunakan tembok yang terbuat dari batako

dan sudah diplester, pada rumah tangga miskin kebanyakan berdinding papan,

kayu dan bambu, hal ini akan mempersulit untuk dibersihkan sehingga

Page 49: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

menyebabkan penumpukan debu dan menjadi media yang baik untuk

perkembangan bakteri seperti bakteri penyebab ISPA. Ketidaksanggupan

memenuhi persyaratan dinding sehat menggambarkan ketidakmampuan dalam

bidang ekonomi sehingga hal ini dapat dijadikan salah satu indikator untuk

menggambarkan kemiskinan suatu keluarga (24).

Gambar 5.3 Jenis Dinding Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Gambar 5.3 adalah salah satu rumah pasien peserta Jamkesmas yang sesuai

dengan kriteria BPS karena jenis dinding yang digunakan termasuk dalam jenis

dinding tidak permanen karena menggunakan kayu murahan.

d. Fasilitas buang air (WC)

Hasil wawancara didapatkan fasilitas buang air (WC) yang dimiliki

responden berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat dilihat pada

tabel 5.7.

Page 50: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Tabel 5.7 Fasilitas Buang Air Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.

Fasilitas Buang Air (WC)

Jumlah (orang) Persentase (%)

Sesuai 8 5,52%Tidak Sesuai 137 94,48%Total 145 100%

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa rumah pasien peserta Jamkesmas tidak

memiliki fasilitas buang air sendiri dan artinya sesuai dengan kriteria BPS adalah

sebanyak 8 responden (5,52%). Ketersediaan jamban menjadi salah satu fasilitas

rumah sehat yang sangat penting dalam mendukung pola hidup sehat. BPS

menetapkan salah satu kriteria miskin, yaitu penggunaan fasilitas buang air

bersama. Orang yang menggunakan fasilitas buang air besar bersama diasumsikan

mereka tidak memiliki biaya/lahan dalam pembangunan fasilitas buang air besar

sendiri.

Pada persyaratan rumah sehat jarak antara septic tank dengan sumber mata

air rumah tangga minimal 10 m untuk menghindari pencemaran sumber air akibat

resapan air septic tank yang kotor dan tidak baik untuk kesehatan. Sempitnya

lahan yang dimiliki warga miskin menyebabkan tidak terpenuhinya syarat sehat

sumber mata air. Hal ini menjadikan alasan BPS dalam menentukan salah satu

kriteria miskin karena keadaan tersebut dapat menggambarkan rendahnya

perekonomian keluarga (24).

Page 51: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Gambar 5.4 Fasilitas Buang Air (WC) Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Gambar 5.4 adalah salah satu rumah pasien peserta Jamkesmas yang tidak

sesuai dengan kriteria BPS karena memiliki fasilitas buang air (WC) milik

sendiri/pribadi.

e. Sumber penerangan

Hasil wawancara didapatkan sumber penerangan yang dimiliki responden

berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8 Sumber Penerangan Rumah Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.

Sumber Penerangan

Jumlah (orang) Persentase (%)

Sesuai 1 0,69%Tidak Sesuai 144 99,31%Total 145 100%

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa menunjukan bahwa rumah pasien peserta

Jamkesmas tidak menggunakan listrik sebagai sumber penerangan yang artinya

sesuai dengan kriteria BPS adalah sebanyak 1 responden (0,69%).

Page 52: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Kemiskinan seseorang dapat terlihat pada caranya mendapatkan sumber

penerangan karena sumber penerangan sangat penting bagi semua rumah tangga.

Sumber penerangan yang sesuai dan memenuhi salah satu kriteria miskin BPS

yaitu tidak menggunakan listrik dari PLN karena untuk penggunaan PLN

seseorang harus membayar beban penyaluran dan beban lainnya. Sehingga

mereka yang menggunakan listrik merupakan mereka yang dianggap mempunyai

perekonomian yang lebih baik sehingga tidak bisa menggambarkan

ketidakmampuan perekonomian suatu keluarga (25).

Gambar 5.5 Sumber Penerangan Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Gambar 5.5 adalah salah satu rumah pasien peserta Jamkesmas yang tidak

sesuai dengan kriteria BPS karena menggunakan sumber penerangan dari PLN.

f. Sumber mata air

Hasil wawancara didapatkan sumber mata air yang dimiliki responden

berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat dilihat pada tabel 5.9.

Page 53: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Tabel 5.9 Sumber Mata Air yang Digunakan Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Sumber Mata Air Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 132 91,04%Tidak Sesuai 13 8,96%Total 145 100%

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa menunjukan rumah pasien peserta

jamkesmas tidak menggunakan sumber mata air dari PDAM yang artinya sesuai

dengan kriteria BPS adalah sebanyak 132 responden (91,04%). Penyediaan air

minimum setiap rumah pada dasarnya harus memenuhi persyaratan. Air yang

akan dipergunakan untuk air minum harus berdasarkan rekomendasi dari PDAM

atau instansinya yang berwenang.

Ketersediaan fasilitas air bersih sebagai sumber air minum untuk kebutuhan

sehari-hari rumah tangga merupakan indikator rumah sehat dan salah satu

indikasi dari kemiskinan. Air yang bersumber dari air kemasan/ledeng/PDAM

adalah sumber mata air yang tidak sesuai dengan kriteria BPS dimana dalam

penggunaan mata air tersebut dikenakan beban biaya bulanan. Air bersih yang

sesuai dengan kriteria BPS karena penentuan rumah tangga miskin adalah air

yang bersumber dari mata air yang tidak diberikan beban biaya dalam

pemakaiannya seperti sumur bor, sumur gali, sumber mata air tidak terlindungi

sehingga mereka yang menggunakan sumber mata air tersebut rentan terhadap

penyakit yang diakibatkan oleh kualitas air yang tidak memenuhi syarat air

bersih. Rentannya terhadap suatu penyakit berpengaruh terhadap rendahnya

produktifitas sehingga menurunkan kemampuan perekonomian suatu keluarga

(25).

Page 54: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Gambar 5.5 Sumber Mata Air Rumah Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Dapat dilihat dari gambar 5.5 bahwa terdapat salah satu dari pasien peserta

Jamkesmas yang menggunakan sumber mata air PDAM yang artinya resonden ini

tidak sesuai dengan kriteria miskin BPS.

g. Bahan bakar memasak sehari-hari

Hasil wawancara didapatkan bahan bakar memasak sehari-hari yang

dimiliki responden berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat

dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10 Jenis Bahan Bakar Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Bahan Bakar Memasak Sehari-hari Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 130 89,65%Tidak Sesuai 15 10,35%Total 145 100%

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa menunjukan bahwa pasien peserta

jamkesmas menggunakan kayu bakar /arang/minyak tanah untuk memasak sehari-

hari yang artinya sesuai dengan kriteria BPS adalah sebanyak 130 responden

Page 55: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

(89,65%). Salah satu kriteria BPS dalam penentuan status miskin yaitu

menggunakan bahan bakar untuk memasak dengan menggunakan kayu

bakar/arang/minyak tanah.

Rendahnya status ekonomi juga dapat dilihat dari bahan bakar yang

digunakan oleh suatu keluarga. Dari segi kesehatan pun orang yang menggunakan

kayu bakar dalam memasak sehari-hari dapat menyebabkan gangguan pernapasan

dan kesehatan mata. Sehingga orang yang menggunakan kayu bakar lebih rentan

terserang penyakit akibatnya semakin berpengaruh terhadap rendahnya

perekonomian suatu keluarga (26).

Gambar 5.6 Bahan Bakar Memasak Sehari-hari Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Gambar 5.7 Bahan Bakar Memasak Sehari-hari Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Page 56: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Pada gambar 5.6 adalah salah satu contoh pasien peserta jamkesmas yang

tidak sesuai dengan kriteria miskin BPS karena menggunakan kompor gas dalam

memasak sehari-hari, sedangkan pada gambar 5.7 adalah contoh pasien peserta

jamkesmas yang sesuai dengan kriteria miskin BPS karena menggunakan kayu

bakar untuk memasak sehari-hari.

h. Kemampuan konsumsi daging/susu/ayam dalam seminggu

Hasil wawancara didapatkan kemampuan konsumsi daging/susu/ayam

dalam seminggu yang dimiliki responden berdasarkan dengan kriteria miskin

BPS Banjarbaru dapat dilihat pada tabel 5.11.

Tabel 5.11 Kemampuan Konsumsi Daging/Ayam/Susu Dalam Seminggu Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Mengkonsumsi Daging/susu/ayam dalam seminggu

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Sesuai 140 96,55%Tidak Sesuai 5 3,45%Total 145 100%

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi

daging/ayam/susu 1 kali dalam seminggu yang artinya sesuai dengan kriteria BPS

adalah sebanyak 140 responden (96,55%). Keseragaman pangan adalah

kemampuan rumah tangga secara periodik untuk memenuhi sejumlah pangan

yang cukup melalui kombinasi pangan dalam konsumsi sehari-hari.

Salah satu kriteria miskin yaitu mengkonsumsi daging/susu/ayam tidak

lebih dari 1 kali/minggu. Keseragaman pangan diartikan sebagai kemampuan daya

beli rumah tangga untuk menjangkau harga pangan pokok yang tersedia di pasar

Page 57: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

sehingga keluarga yang hanya sanggup mengkonsumsi daging/ayam/susu tidak

lebih dari 1 kali/minggu menggambarkan rendahnya perekonomian keluarga (25).

i. Membeli stel pakaian dalam 1 tahun

Hasil wawancara didapatkan membeli stell pakaian dalam 1 tahun yang

dimiliki responden berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat

dilihat pada tabel 5.12.

Tabel 5.12 Kemampuan Membeli Pakaian/tahun Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Membeli Stell Pakaian dalam 1 Tahun Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 125 86,20%Tidak Sesuai 20 13,80%Total 145 100%

Tabel 5.12 menunjukkan bahwa pasien peserta jamkesmas yang kemampu

membeli pakaian tidak lebih dari 1 stell pertahun yang artinya sesuai dengan

kriteria BPS adalah sebanyak 125 responden (86,20%). Pakaian merupakan

kebutuhan tersier. Salah satu kriteria dalam penentuan status miskin berdasarkan

BPS yaitu tidak membeli lebih dari 2 stell pakaian setiap tahunnya. Apabila

seseorang mampu membeli baju berarti mereka sudah mampu untuk mencukupi

kebutuhan primer dan sekundernya sehingga orang yang mampu membeli pakaian

lebih dari 2 stell setiap tahunnya merupakan orang yang memiliki tingkat ekonomi

yang lebih baik (26).

j. Kemampuan konsumsi makanan dalam 1 hari

Hasil wawancara didapatkan kemampuan konsumsi makanan dalam 1 hari

yang dimiliki responden berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru

dapat dilihat pada tabel 5.13.

Page 58: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Tabel 5.13 Kemampuan Konsumsi Makan Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Makan satu/dua kali dalam sehari Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 15 10,35%Tidak Sesuai 130 89,65%Total 145 100%

Tabel 5.13 menunjukkan bahwa pasien peserta jamkesmas yang hanya

sanggup makan tidak lebih dari 2x sehari dan artinya sesuai dengan kriteria BPS

adalah sebanyak 15 responden (10,35%). Jumlah konsumsi makan dalam 1 hari

yang ditetapkan BPS dalam menentukan salah satu kriteria miskin lainnya adalah

dilihat dari jumlah konsumsi makan hanya sanggup makan tidak lebih dari 2 kali

sehari dikarenakan keterbatasan dalam kesanggupan membeli pangan.

Ketersediaan pangan suatu keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan

keluarga tersebut. Konsumsi digunakan dalam menghitung jumlah penduduk

miskin dengan alasan, yaitu (27):

1. Pada pelaksanaan survei, terutama bagi masyarakat miskin yang mempunyai

pendapatan tidak tetap, lebih mudah menanyakan jenis barang (termasuk

makanan) dan jasa yang telah dikonsumsi atau dibelanjakannya.

2. Dengan diketahuinya jenis makanan yang dikonsumsi maka akan menjadi jauh

lebih mudah untuk mengkonversinya menjadi tingkat kalori yang dikonsumsi.

Informasi mengenai tingkat kalori yang dikonsumsi menjadi penting karena

tingkat kemiskinan dihubungkan dengan seberapa besar kalori yang

dikonsumsi. Untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan ditetapkan 2100 kilo

kalori per orang perhari sebagai batas kemiskinan.

Page 59: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

3. Dalam kenyataannya, terutama bagi penduduk miskin yang tidak mempunyai

tabungan, dalam jangka menengah tingkat pendapatan akan sama dengan

tingkat konsumsi (belanja).

4. Rendahnya derajat kesehatan, untuk bisa melakukan pekerjaan yang optimal

membutuhkan fisik yang sehat. Fisik yang sehat hanya akan terjadi jika asupan

gizi cukup. Asupan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan

tubuh yang pada akhirnya akan berakibat pada rendahnya produktivitas kerja

sehingga akan menjadikan pendapatan menurun (27).

k. Kesanggupan membayar biaya pengobatan sendiri

Hasil wawancara terkait kesanggupan membayar biaya pengobatan sendiri

yang dimiliki responden berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru

dapat dilihat pada tabel 5.14.

Tabel 5.14 Kesanggupan Membayar Biaya Pengobatan Sendiri Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Kesanggupan membayar biaya pengobatan sendiri

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Sesuai 136 93,80%Tidak Sesuai 9 6,20%Total 145 100%

Tabel 5.14 menunjukkan bahwa pasien peserta jamkesmas yang tidak

mampu membayar biaya pengobatan sendiri tanpa jaminan kesehatan yang

artinya sesuai dengan kriteria BPS adalah sebanyak 136 responden (93,80%).

Biaya kesehatan di Indonesia relatif mahal. Status kemiskinan seseorang

salah satunya dapat dilihat dari kesanggupan seseorang membayar biaya

kesehatannya dengan menggunakan uang pribadi tanpa bantuan dari orang lain

Page 60: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

ataupun bantuan biaya dari pemerintah. Ketidaksanggupan membayar biaya

kesehatan dijadikan salah satu penentu kriteria miskin karena telah

menggambarkan rendahnya kemampuan perekonomian suatu keluarga (27).

l. Penghasilan

Hasil wawancara terkait penghasilan yang dimiliki responden berdasarkan

dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat dilihat pada tabel 5.15.

Tabel 5.15 Penghasilan Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Penghasilan Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 117 80,69%Tidak Sesuai 28 19,31%Total 145 100%

Tabel 5.15 menunjukkan bahwa pasien peserta jamkesmas dengan

penghasilan tidak lebih dari Rp.600.000.00/bulan yang artinya sesuai dengan

kriteria BPS adalah sebanyak 117 responden (80,69%).

Responden yang sesuai dengan kriteria BPS yaitu penghasilan tidak lebih

dari Rp.600.000.00/bulan rata-rata bekerja sebagai pendulang dan buruh harian

lepas yang pekerjaannya tidak menetap. Dari hasil wawancara peneliti terhadap

responden yang bekerja sebagai pendulang bahwa penghasilan mereka hanya

Rp.6000,00-Rp.15.000,00/harinya bahkan terkadang mereka sama sekali tidak

mendapatkan gajih apabila tidak mendapatkan hasil dari mendulang serta dari

hasil wawancara dengan pekerja buruh harian lepas bahwa dalam sehari belum

tentu mereka mendapatkan penghasilan karena tidak ada yang memerlukan jasa

mereka.

Page 61: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Penghasilan menjadi salah satu indikator tingkat kesejahteraan yang dapat

mencerminkan kondisi sosial ekonomi suatu rumah tangga. Kriteria BPS

menetapkan salah satu kriteria miskin adalah penghasilan dalam suatu keluarga

tidak lebih dari Rp.600.000,00. Alasan dijadikannya penghasilan sebagai salah

satu kriteria miskin oleh BPS, yaitu:

1) Faktor penghasilan dalam persoalan gizi pada suatu keluarga. Ketersediaan

pangan suatu keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga

tersebut. Rendahnya pendapatan merupakan satu hambatan yang menyebabkan

daya beli menurun sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah

yang besar dan mutu yang diperlukan, sehingga menurunkan kualitas gizi

anggota keluarga yang menyebabkan mereka lebih rentan terhadap penyakit.

2) Faktor penghasilan dapat menjadi sebab rendahnya peran serta masyarakat

terhadap upaya kesehatan. Mereka dari keluarga yang berpendapatan rendah

memiliki resiko menderita kesakitan dan kematian lebih tinggi daripada

mereka yang berpenghasilan lebih tinggi (28).

m. Pendidikan kepala keluarga

Hasil wawancara terkait pendidikan kepala keluarga yang dimiliki

responden berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat dilihat pada

tabel 5.16.

Tabel 5.16 Pendidikan Kepala Keluarga Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Pendidikan Kepala Keluarga Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 91 62,75%Tidak Sesuai 54 37,25%Total 145 100%

Page 62: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Tabel 5.16 menunjukkan bahwa menunjukan bahwa pasien peserta

jamkesmas yang berpendidikan tidak tamat SD yang artinya sesuai dengan

kriteria BPS adalah sebanyak 91 responden (62,75%).

Pendidikan sangat berperan dalam mempengaruhi angka kemiskinan. BPS

menetapkan salah satu kriteria miskin yaitu kepala keluarga maksimal hanya

berpendidikan SD. Dikarenakan orang yang berpendidikan lebih baik akan

mempunyai peluang yang lebih rendah menjadi miskin dan kebanyakan orang

yang tergolong miskin cenderung berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan

kepala keluarga berhubungan nyata dengan kebiasaan merencanakan anggaran

biaya (29).

Tingkat pendapatan yang baik juga memungkinkan anggota keluarga untuk

memperoleh yang lebih baik, misalnya di bidang pendidikan, kesehatan,

pengembangan karir dan sebagainya. Demikian pula sebaliknya jika pendapatan

rendah maka ak an ada hambatan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut.

Keadaan ekonomi atau penghasilan memegang peranan penting dalam

meningkatkan status kesehatan keluarga, apabila penghasilan tinggi maka

pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga akan lebih besar,

dibandingkan dengan penghasilan rendah akan berdampak pada kurangnya

pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya

beli obat maupun biaya transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan

kesehatan (29).

Page 63: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

n. Memiliki barang berharga

Hasil wawancara didapatkan memiliki barang berharga yang dimiliki

responden berdasarkan dengan kriteria miskin BPS Banjarbaru dapat dilihat pada

tabel 5.17.

Tabel 5.17 Barang Berharga Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.

Memiliki Barang Berharga Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 135 93,10%Tidak Sesuai 10 6,90%Total 145 100%

Tabel 5.17 menunjukkan bahwa pasien peserta jamkesmas tidak memiliki

tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,00 yang

artinya sesuai dengan kriteria BPS adalah sebanyak 135 responden (93,10%).

Rata-rata responden yang tidak sesuai dengan kriteria memiliki barang berharga

yaitu kulkas, televisi, sepeda motor dan perhiasan seperti gelang, kalung dan

cincin.

Sumberdaya keluarga ditinjau dari sudut pandang ekonomi merupakan alat

atau bahan yang tersedia dan diketahui fungsinya untuk memenuhi kebutuhan atau

tujuan keluarga. Salah satu kriteria miskin dari BPS yaitu masyarakat tidak

memiliki tabungan/barang/aset berharga yang dapat dijual dengan nilai minimal

Rp.500.000,00 Tabungan/barang berharga/aset dapat dibedakan menjadi dua

jenis yaitu sebagai berikut:

1) Aset lancar, yaitu barang-barang kekayaan yang relatif cepat dapat diuangkan

misalnya emas, perhiasan, dan uang tunai.

Page 64: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

2) Aset tidak lancar, yaitu barang-barang kekayaan yang relatif agak lama jika

diuangkan misalnya tanah, rumah, mobil, kebun, dan surat-surat berharga (30).

Apabila seseorang memiliki tabungan/barang berharga/aset dengan harga

jual melebihi Rp.500.000,00 maka orang tersebut dikatakan tidak memenuhi salah

satu kriteria miskin dari BPS.

Gambar 5.8 Kepemilikan Barang Berharga Pasien Peserta Jamkesmas RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013.

Gambar 5.8 adalah salah satu kepemilikan barang berharga pasien peserta

Jamkesmas yang tidak sesuai dengan kriteria BPS.

C. Status kepesertaan jamkesmas

Berdasarkan hasil penelitian terkait 14 kriteria miskin menurut BPS untuk

mengetahui status kepesertaan pasien peserta jamkesmas di RSUD Banjarbaru

periode Juli-September dapat dilihat pada tabel 5.18 di bawah ini.

Page 65: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Tabel 5.18 Status Kepesertaan Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Status Kepesertaan Jamkesmas Jumlah (orang) Persentase (%)Sesuai 94 64,82%Tidak Sesuai 51 35,17%Total 145 100%

Data hasil penelitian yang diperoleh untuk status kepesertaan Jamkesmas

yang sesuai kriteria BPS sebanyak 94 responden (64,82%).

Penentuan kategori layak dan tidak layak tersebut adalah jika pasien peserta

Jamkesmas memenuhi minimal 9 variabel yang terdapat dalam kriteria miskin

yang ditentukan BPS maka dapat dikatakan layak memperoleh Jaminan

Kesehatan Masyarakat, dan sebaliknya jika pasien peserta Jamkesmas tidak

memenuhi minimal 9 variabel yang terdapat dalam kriteria miskin yang

ditentukan BPS maka dapat dikatakan tidak layak memperoleh Jaminan

Kesehatan Masyarakat. Dalam penelitian ini untuk kategori tidak layak, pasien

dikatakan tidak layak karena hanya memenuhi kurang dari 9 variabel pada kriteria

miskin berdasarkan BPS.

Kriteria miskin BPS terbagi 2 yaitu miskin dan sangat miskin yang

keduanya berhak untuk menjadi peserta jamkesmas. Dari 14 kriteria apabila 9-12

kriteria terpenuhi maka termasuk dalam kategori miskin dan apabila 13-14

kriteria termasuk dalam kategori sangat miskin. Hasil wawancara didapatkan

kategori miskin dapat dilihat pada tabel 5.19 dibawah ini (14):

Page 66: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Tabel 5.19 Kategori Miskin Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru Periode Juli-September 2013

Data hasil wawancara menunjukkan bahwa terdapat 14 responden (14,48%)

responden dalam kategori sangat miskin yang memenuhi 13-14 kriteria miskin

BPS.

Berdasarkan hasil penelitian 145 responden jamkesmas diperoleh distribusi

frekuensi status kepesertaan jamkesmas perkecamatan yang disajikan pada tabel

5.20.

Tabel 5.20 Status kepesertaan pasien peserta Jamkesmas perkecamatan di RSUD Banjarbaru periode Juli-September 2013

No Kecamatan Status Kepesertaan

Sesuai Persentase Tidak Sesuai

Persentase

1 Cempaka 45 31,03% 16 11,03%2 Banjarbaru Utara 9 6,20% 11 7,58%3 Banjarbaru Selatan 15 10,34% 12 8,27%4 Landasan Ulin 12 8,27% 5 3,44%5 Liang Anggang 13 8,96% 7 4,82%

Jumlah 94 64,8% 51 35.12%

Tabel 5.20 menunjukkan bahwa lebih banyak responden jamkesmas yang

sesuai dengan kriteria BPS berada di Kecamatan Cempaka yaitu sebesar 31,03%.

Mayoritas responden jamkesmas bekerja sebagai pendulang yang rata-rata

memiliki tingkat pendidikan, penghasilan, luas bangunan, jenis dinding, jenis

lantai, kepemilikan barang berharga, ketidak sanggupan membayar biaya

Kategori Miskin Jumlah (orang) Presentase (%)Miskin 80 85,11%Sangat Miskin 14 14,89%Total 94 100%

Page 67: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

pengobatan, sumber mata air, bahan bakar untuk memasak sehari-hari sesuai

dengan kriteria miskin BPS.

Banyaknya pasien peserta Jamkesmas yang berasal dari kecamatan

Cempaka menandakan bahwa jumlah peserta Jamkesmas di kecamatan tersebut

lebih banyak dari pada kecamatan yang lain, serta menunjukan bahwa tingginya

angka kesakitan di Kecamatan Cempaka sehingga menyebabkan tingginya angka

kunjungan di rumah sakit.

Adapun urutan kriteria yang paling banyak tidak sesuai pada 94 responden

pasien peserta Jamkesmas yang sesuai dengan kriteria miskin dapat dilihat pada

tabel 5.21.

Tabel 5.21 Urutan ketidaksesuaian kriteria miskin BPS pasien peserta Jamkesmas di RSUD Banjarbaru periode Juli-September 2013

No Tingkat Kriteria Miskin BPS Jumlah (orang)

Persentase

1 Sumber penerangan 94 100%2 Jenis lantai 92 97,87%3 Jenis dinding 91 96,81%4 Fasilitas buang air (WC) 79 84,04%5 Kemampuan konsumsi makanan dalam 1 hari 76 80,85%6 Luas bangunan 71 75,53%7 Memiliki barang berharga 57 60,64%8 Pendidikan 40 42,55%9 Penghasilan 12 12,76%

10 Membeli stell pakaian dalam 1 tahun 5 5,32%11 Sumber mata air 5 5,32%12 Bahan bakar memasak sehari hari 4 4,25%13 Kemampuan konsumsi daging/susu/ayam dalam

seminggu 3 3,19%

14 Kesanggupan membayar biaya pengobatan sendiri 3 3,19%

Tabel 5.21 menunjukkan bahwa kriteria BPS yang paling banyak tidak

sesuai dengan rakyat miskin adalah sumber penerangan, yaitu sebanyak 94 orang

Page 68: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

(100%). Mayoritas masyarakat di Kota Banjarbaru memiliki sumber penerangan

dengan menggunakan listrik. Hal ini dikarenakan listrik sudah dianggap salah satu

kebutuhan penting dalam menunjang aktifitas sehari-hari. Hasil observasi kepada

rumah pasien peserta Jamkesmas dan ditemukan bahwa semua rumah tangga yang

sesuai dengan kriteria miskin BPS namun tidak satupun dari mereka yang tidak

menggunakan listrik, sehingga salah satu kriteria miskin BPS ini tidak jadi

masalah yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah lagi.

Sementara kriteria miskin BPS yang paling banyak tidak sesuai dengan

rakyat miskin yaitu kemampuan konsumsi daging/susu/ayam dalam seminggu

sebanyak 3 orang (3,19%) dan kesanggupan membayar biaya pengobatan sendiri

sebanyak 3 orang (3,19%). Pada kriteria kemampuan konsumsi daging/susu/ayam

dalam seminggu merupakan jenis konsumsi yang daya belinya dianggap mahal

sehingga dalam konsumsi sehari-hari rakyat miskin lebih memilih menkonsumsi

makanan yang harganya lebih terjangkau tanpa memperhatikan nilai gizi makanan

yang dikonsumsinya, sedangkan untuk kesanggupan membayar biaya pengobatan

sendiri mayoritas responden mengatakan kalau mereka tidak sanggup membayar

biaya kesehatan sendiri tanpa bantuan dari jaminan kesehatan. Penghasilan yang

rendah serta waktu sakit yang tidak bisa diperkirakan menjadi salah satu alasan

rakyat miskin sangat memerlukan jaminan kesehatan.

Hasil observasi dari 145 responden pengguna kartu jamkesmas terdapat 2

orang responden di Kecamatan Banjarbaru Utara, 1 orang responden memiliki

kartu askes dan 1 orang yang lain mempunyai kartu Jamkesda. Menurut hasil

wawancara dengan responden yang memiliki kartu askes menuturkan bahwa,

Page 69: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

”Saya tidak mengetahui sama sekali alasan kenapa saya mendapatkan kartu jamkesmas yang dibagikan oleh ketua RT, padahal saya sudah memiliki kartu askes karena saya adalah pensiunan pegawai dinas pertanian”

(Responden 1)

Sedangkan hasil wawancara dengan responden jamkesmas yang memiliki

kartu jamkesda menuturkan bahwa,

“Kartu jamkesmas yang saya miliki tidak bisa digunakan karena nama pada kartu jamkesmas berbeda dengan nama yang ada di kartu keluarga maupun kartu tanda penduduk kami sehingga saya hanya bisa menggunakan kartu jamkesda jika ingin berobat. Saya sudah melaporkannya kepuskesmas setempat untuk menindak lanjuti permasalahan kartu jamkesmas saya namun sampai sekarang masih tidak mendapatkan hasil”. (Responden 2)

Wawancara juga dilakukan pada ketua rumah tangga (RT) di 2 kelurahan

yaitu Kecamatan Cempaka menuturkan bahwa,

“Saya selaku ketua RT yang lebih mengetahui bagaimana keadaan masyarakatnya tidak pernah diminta oleh pihak BPS atau pun pihak lain yang bersangkutan dalam rekomendasi penentuan masyarakat miskin didesa mereka. Saya hanya diminta oleh pihak puskesmas cempaka untuk membagikan kartu jamkesmas yang sudah selesai dbuat kepada nama-nama yang sudah tertera dikartu tersebut. Sehingga masih banyak masyarakat miskin lain yang seharusnya berhak menjadi peserta jamkesmas tidak mendapatkannya dan sebaliknya ada beberapa keluarga yang perekonomiannya lebih baik malah mendapatkan kartu jamkesmas”.

Sementara wawancara juga dilakukan peneliti kepada salah satu ketua RT di

Kelurahan Guntung Paikat Kecamatan Banjarbaru Utara yang menuturkan bahwa,

“Pihak dinas kesehatan ataupun BPS tidak pernah minta rekomendasi warga saya yang tergolong miskin, warga yang mendapatkan kartu jamkesmas adalah hanya mereka yang pernah membuat kartu keterangan tidak mampu ditempat saya, sementara ada 1 dari warga saya dengan pekerjaan pensiunan pegawai negeri yang sudah memiliki kartu askes malah mendapatkannya kartu jamkesmas, padahal masih banyak warga saya yang lain yang tergolong miskin dan berhak mendapatkan kartu jamkesmas tetapi tidak mendapatkannya”.

Page 70: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

Dari hasil wawancara di beberapa ketua RT membuktikan bahwa tidak

berjalannya prosedur penetapan peserta jamkesmas dengan benar. Mekanisme

penetapan masyarakat yang mendapatkan kartu Jamkesmas, yaitu setiap ketua

rumah tangga (RT) mendata masyarakat yang secara finansial dianggap miskin

dan tidak mampu, kemudian data tersebut direkapitulasi perkelurahan selanjutnya

perkecamatan, data dari perkecamatan direkapitulasi di Dinas Kesehatan

selanjutnya diberikan kepada BPS untuk dipantau langsung oleh tim survei dari

BPS. Hasil survei peserta miskin dari BPS tersebut diberikan ke Dinas Kesehatan

untuk pengelolaan database masyarakat miskin, kemudian diberikan ke walikota

untuk dibuatkan surat keputusan. Database masyarakat miskin kemudian

diserahkan ke PT.Askes untuk pencetakan kartu Jamkesmas dan kemudian

diberikan ke Dinas Kesehatan untuk pendistribusian kartu Jamkesmas diberikan

disetiap puskesmas (31).

Pengamatan secara langsung yang telah dilakukan oleh peneliti mendapatkan

beberapa alasan yang menjadi kemungkinan penyebab adanya peserta yang tidak

memenuhi kriteria miskin yang telah ditentukan oleh BPS, penyebabnya yaitu:

1. Ketidaktepatan pendataan yang dilakukan oleh perangkat desa dalam mendata

masyarakat miskin dsekitar lingkungannya.

2. Adanya hubungan kerabat antara pemilik kartu dengan perangkat oknum

pendataan.

3. Updating data dilakukan terlalu lama yaitu selama 5 tahun, sehingga tidak

mampu meng-update keadaan ekonomi masyarakat yang berhak memperoleh

jaminan kesehatan masyarakat

Page 71: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

4. Paradigma yang salah mengenai peruntukan kartu Jamkesmas, dikatakan

bahwa kartu jamkesmas hanya diperuntukan masyarakat tidak mampu sesuai

dengan kriteria miskin BPS namun kenyataan dilapangan masyarakat

beranggapan jika mereka sakit lalu merasa tidak mampu berobat maka mereka

berhak memperleh Jamkesmas sekalipun mereka tidak sesuai dengan kriteria

miskin BPS.

D. Keterbatasan Penelitian

1. Informasi yang diberikan responden dikhawatirkan ada yang ditutup-tutupi

sehingga data sekunder bias upaya yang dilakukan untuk meminimalkan data

bias oleh peneliti adalah dengan melakukan observasi langsung di lapangan.

2. Periode penelitian yang hanya dilakukan 3 bulan di rumah sakit, sehingga tidak

bisa menggambarkan secara lingkup kota tetapi hanya pada lingkup rumah

sakit.

Page 72: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

1. Karakteristik responden berdasarkan umur yaitu usia produktif sebanyak 31

responden (78,62%), berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 67

responden (42,75%) dan perempuan sebanyak 78 responden (53,79%) serta

berdasarkan kecamatan yaitu Cempaka sebanyak 61 responden (42,06%),

Banjarbaru Utara sebanyak 20 responden (13,78%), Banjarbaru Selatan

sebanyak 27 responden (18,61%), Landasan Ulin sebanyak 17 responden

(11,72%) dan Liang Anggang sebanyak 20 responden (13,78%).

2. Pasien peserta Jamkesmas yang sesuai dengan kriteria miskin BPS adalah luas

bangunan sebanyak 130 responden (89,66%), jenis lantai sebanyak 136

responden (93,80%), jenis dinding sebanyak 136 responden (93,80%), fasilitas

buang air sebanyak 8 responden (5,52%), sumber penerangan sebanyak 1

responden (0,69%), sumber mata air sebanyak 132 responden (91,04%), bahan

bakar memasak sebanyak 130 responden (89,65%), mengkonsumsi

daging/susu/ayam sebanyak 140 responden (96,55%), membeli stel pakaian

sebanyak 125 responden (86,20%), kesangupan konsumsi makanan sebanyak

15 responden (10,35%), kesanggupan membayar biaya pengobatan sendiri

sebanyak 136 responden (93,80%), penghasilan sebanyak 117 responden

(80,69%), pendidikan sebanyak 91 responden (62,75%), memiliki barang

berharga sebanyak 135 responden (93,10%)

Page 73: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

3. Pasien peserta Jamkesmas yang sesuai dengan kriteria BPS sebanyak 94

responden (64,82%)

B. Saran

1. Bagi Badan Pusat Statistik (BPS)

a. Mengupdate kembali kriteria miskin yang digunakan dalam menentukan

status miskin sesuai dengan keadaan masyarakat miskin sekarang.

b. Evaluasi yang telah menjadi tugas dari tim koordinasi sebaiknya dilakukan

secara rutin dan berkelanjutan guna memantau status kemiskinan

masyarakat karena status kemiskinan naik mengikuti harga barang dan jasa

yang dikonsumsi.

2. Bagi Dinas Kesehatan

Dinas kesehatan kota Banjarbaru agar lebih berperan aktif atau bertindak

sebagai pengawas kepesertaan program jaminan kesehatan masyarakat

sehingga program jaminan kesehatan dapat berjalan secara efektif dalam

meningkatkan kesejahteraan terutama bagi masyarakat miskin.

3. Pemerintah Daerah.

a. Pemerintah Kota Banjarbaru agar lebih memperbaiki mekanisme penetapan

masyarakat miskin dan kurang mampu sehingga program jaminan kesehatan

terlaksana tepat sasaran.

b. Alokasi anggaran pembiayaan kesehatan yang perlu ditingkatkan untuk

masyarakat miskin dan tidak mampu yang tidak terdaftar sebagai peserta

Jamkesmas karena keterbatasan kuota daerah.

Page 74: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

DAFTAR PUSTAKA

1. Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Kumpulan tanya-jawab program-program penanggulangan kemiskinan. Jakarta, 2012.

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 149 Tentang Kepesertaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI, 2013

3. Zakaria A. Penerapan metode promethee dalam penentuan peserta jamkesmas. Skripsi. Gorontalo: Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo, 2012.

4. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2012. Banjarbaru: Pemerintah Kota Banjarbaru, 2012.

5. Badan Pusat Statistika. Perkembangan beberapa indikator utama sosial-ekonomi indonesia. Jakarta, 2012.

6. Dinas Kesehatan. Data pelaporan pengembalian kartu jamkesmas. Dinas Kesehatan Banjarbaru, 2013.

7. Novrianto R. Analisis pelayanan bagi peserta jamkesmas dengan indeks kepuasan masyarakat di Puskesmas Prambon Sidoarjo. Skripsi. Surabaya: Fakultas Ilmu Social dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional, 2011.

8. Abdullah H. Analisis kegiatan pengelolaan rekam medis rawat jalan inap pasien kanker payudara program jamkesmas untuk mendukung pengelolaan pembiayaan kesehatan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013 ; 2 (1) hal 19-25.

9. Suryaningrum N. Akuntabilitas kinerja pelayanan kesehatan bagi peserta jamkesmas di RSUD Kabupaten Sidoarjo. Skripsi. Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional, 2011.

10. Usman S. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat lanjutan bagi peserta Jamkesmas. Jurnal Ilmiah. Malang: Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2013.

11. Peraturan Meneteri Kesehatan Republik Indonesia: Nomor 903/Menkes/Per/V/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Page 75: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

12. Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas). Yogyakarta, 2009.

13. Permatasari R. Kualitas pelayanan kesehatan dalam tinjauan pengguna Jamkesmas. Skripsi. Palembang: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Sriwijaya, 2012.

14. Kementerian Kesehatan RI. Data dan Informasi. Jakarta, 2011

15. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Departemen Kesehatan RI, 2008.

16. Hastuti. Pengentasan kemiskinan dan pembangunan berwawasan lingkungan. Diajukan pada Seminar Nasional Manajemen Dampak Pergeseran Iklim Global Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup, 23 Mei 2007. Yogyakarta: Pendidikan Geografi Uiversitas Negeri Yogyakarta, 2007.

17. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Rencana aksi nasional program penanggulangan kemiskinan tahun 2012-2014. Jakarta, 2012.

18. Asri Y, Hastuti, Syaikhu U, dkk. Kajian cepat terhadap pendataan program perlindungan sosial (PPLS) 2011. Lembaga Penelitian Jakarta. Semeru :2012.

19. Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D. Bandung; Alfabeta 2012.

20. Robert K. Studi Kasus Desain & Kasus. Jakarta: PT. Rajagravindo Persada, 2009.

21. Pemerintah Provinsi, Usia produktif. Dinas Pekerjaan Umum. Jakarta, 2013.

22. Maimun S, Telaah dan beberapa strategi penanggulangan kemiskinan.Skripsi. Yogyakarta: Fakultas ilmu social dan ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2008.

23. Ahda M, Kajian luas rumah tingal masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan pusat kota. Skripsi. Palu: Fakultas teknik, Universitas Tadulako

24. Hadim, Dinamika kemiskinan rumah tangga di pedesaan. Skripsi. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2009.

Page 76: Gambaran Status Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Kriteria Miskin

25. Moira M, Godwin L, dkk. Menuju kesejahteraan pemantauan kemiskinan dimalinau Indonesia. Bogor: Center for internasional foresty research, 2007.

26. Kementrian Komunikasi dan informatika RI. Program penanggulangan kemiskinan kabinet Indonesia bersatu II, 2011

27. Tulus A. Faktor-faktor lingkungan fisik rumah yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Kawungan Kabupaten Cilacap. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2008.

28. Agustina P, Analisis tingkat kepuasan pasien jamkesmas terhadap pelayanan di RSUD Kabupaten Sukaharjo. Tugas akhir. Surakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, 2010.

29. Satria R, Keragaman pemenuhan pangan dan perumahan sebagai indicator kesejahteraan keluarga nelayan di daerah rawan bencana. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2006.

30. Badan Pusat Statistika. Analisis dan perhitungan tingkat kemiskinan, Jakarta, 2008.