GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN …eprints.ums.ac.id/68277/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...

15
GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN INSIDENSI KASUS GIGI IMPAKSI DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA PERIODE 2013-2017 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada jurusan Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Oleh: RUWAEDA QUTBI J520140058 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Transcript of GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN …eprints.ums.ac.id/68277/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...

Page 1: GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN …eprints.ums.ac.id/68277/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · impaksi paling banyak terjadi pada perempuan dan pada rentang usia 20-29 tahun,

GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN

INSIDENSI KASUS GIGI IMPAKSI DI RSUD DR MOEWARDI

SURAKARTA PERIODE 2013-2017

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

jurusan Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Oleh:

RUWAEDA QUTBI

J520140058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN …eprints.ums.ac.id/68277/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · impaksi paling banyak terjadi pada perempuan dan pada rentang usia 20-29 tahun,

i

Page 3: GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN …eprints.ums.ac.id/68277/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · impaksi paling banyak terjadi pada perempuan dan pada rentang usia 20-29 tahun,

ii

Page 4: GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN …eprints.ums.ac.id/68277/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · impaksi paling banyak terjadi pada perempuan dan pada rentang usia 20-29 tahun,

iii

Page 5: GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN …eprints.ums.ac.id/68277/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · impaksi paling banyak terjadi pada perempuan dan pada rentang usia 20-29 tahun,

1

GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN

INSIDENSI KASUS GIGI IMPAKSI DI RSUD DR MOEWARDI

SURAKARTA PERIODE 2013-2017

Abstrak

Gigi impaksi merupakan keadaan patologis dimana gigi tidak berhasil erupsi pada

posisi yang normal. Faktor penyebab terjadinya impaksi adalah karena kekurangan

ruang, kista, gigi supernumerary, retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomali dan

kondisi sistemik. Populasi dapat mempengaruhi prevalensi dan insidensi gigi

impaksi di setiap Negara. Untuk mengetahui data sosiodemografi serta prevalensi

dan insidensi kasus impaksi gigi di RSUD Dr.Moewardi, Surakarta periode 2013-

2017. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif dengan cross

sectional study design. Subyek penelitian yaitu data sekunder berupa rekam medis

pasien yang terdiagnosa gigi impaksi tahun 2013 sampai dengan 2017. Dari 5548

rekam medis didapatkan prevalensi gigi impaksi tahun 2013-2017 (13,2%) dan

insidensi paling banyak pada tahun 2014 (7,5%). Sedangkan untuk data

sosiodemografi, dari 200 rekam medis didapatkan hasil impaksi lebih banyak

ditemukan pada perempuan (53%), dan paling banyak pada usia 20-29 tahun

(33,5%). Gigi impaksi paling sering terjadi pada rahang bawah (54%) sedangkan

gigi yang paling banyak terkena impaksi adalah gigi molar ketiga. Prevalensi gigi

impaksi paling banyak terjadi pada perempuan dan pada rentang usia 20-29 tahun,

sedangkan lokasi terjadi impaksi paling banyak pada rahang bawah dan gigi yang

paling sering terkena impaksi adalah gigi molar ketiga.

Kata Kunci : Gigi impaksi, Prevalensi, Insidensi

Abstrack

Impacted teeth is a pathological condition were the theeth fail to erupt in normal

position. Factors that cause impacted teeth are due to lack of space, cysts,

supernumerary teeth, retention of deciduous teeth, infection, trauma, anomalies

and systemic conditions. The population may affect the prevalence and incidence

of impacted teeth in each country. To know the sociodemographic data and

prevalence and incidence of impacted teeth in RSUD Dr.Moewardi, Surakarta

period 2013-2017. This study was using a retrospective descriptive method with

cross sectional study design. Research subjects are secondary data in the form of

medical records of patients who was diagnosed with impacted teeth in 2013 until

2017. From 5548 medical records obtained prevalence of impacted teeth period

2013-2017 (13,2%) and the most incidence in 2014 (7,5%). In sociodemographic

data, from 200 medical records found more impacted teeth occur in women (53%),

and the most in the age of 20-29 years (33,5%). Impacted teeth most often occurs

in the lower jaw (54%) while the most affected teeth was third molar. The most

prevalent of impacted teeth is occur in women and in 20-29 year old, while the

location of most impacted teeth on the lower jaw and the most affected teeth is the

third molar.

Keywords: Impacted teeth, Prevalence, Incidence

Page 6: GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN …eprints.ums.ac.id/68277/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · impaksi paling banyak terjadi pada perempuan dan pada rentang usia 20-29 tahun,

2

1. PENDAHULUAN

Impaksi merupakan gagalnya erupsi gigi secara keseluruhan pada posisi yang

normal dikarenakan kurangnya ruang pada lengkung gigi, terhalang oleh gigi lain

atau perkembangan pada posisi yang tidak normal dan gigi impaksi bisa terjadi

secara penuh atau total maupun sebagian (Iman, 2008; Sadeta, 2013). Kasus

impaksi sering terjadi di masyarakat, namun tingkat prevalensinya berbeda disetiap

rahang (Sheikhi, 2017). Gigi yang paling sering mengalami impaksi adalah gigi

molar ketiga rahang bawah maupun rahang atas karena merupakan gigi yang paling

terahir tumbuh, ruangan yang dibutuhkan untuk tumbuh kurang adekuat, sedangkan

gigi impaksi terbanyak kedua adalah gigi kaninus rahang atas, di ikuti oleh gigi

premolar dan gigi insisivus (Anindita, 2015; Fobia, 2011; Nadershah, 2016).

Tanda dan gejala yang paling umum terjadinya gigi impaksi adalah rasa sakit

disekitar gusi atau rahang, pada telinga serta kepala dengan durasi yang lama, susah

untuk membuka mulut, perikoronitis, resorpsi gigi tetangga karena posisi benih gigi

yang tidak normal, kista dan fraktur rahang (Siagian, 2011; Zarrouq et al., 2017).

Beberapa peneliti sebelumnya dari berbagai negara yang telah melakukan

penelitian mengenai prevalensi dan insidensi gigi impaksi diantaranya penelitian

yang dilakukan pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Gigi Universitas Bahria,

Karachi tahun 2012-2013 menunjukkan prevalensi impaksi gigi molar ketiga

sebesar 26%, di Rumah Sakit Universitas Sultan Qaboos di Muscat, Oman

menunjukkan prevalensi gigi impaksi sebesar 54,3% dan penderitanya lebih banyak

dari kalangan perempuan dibandingkan dengan laki-laki, di Fakultas Kedokteran

gigi Universitas Sarajevo tahun 2013 menunjukkan insidensi gigi impaksi sebesar

89,7% (Hosni et al., 2014; Amanat et al., 2014; Sadeta et al., 2013).

Penelitian lainnya yaitu di Indonesia sendiri pernah dilakukan di BP-RSGM

kota Manado menunjukkan 96,56% gigi impaksi dan kasus impaksi lebih banyak

terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki dengan kelompok umur 18-

27 tahun (Chandha, 2007). Penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan pada yang

suku Bugis dan Toraja tahun 2007 menunjukkan hasil bahwa 83,33% orang dengan

jenis kelamin perempuan pada suku Bugis dan 89,85% orang perempuan pada suku

Toraja mengalami gigi impaksi molar ketiga rahang bawah serta pada laki-laki

Page 7: GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN …eprints.ums.ac.id/68277/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · impaksi paling banyak terjadi pada perempuan dan pada rentang usia 20-29 tahun,

3

terdapat 86,05% pada suku Bugis dan 82,61% pada suku Toraja yang mengalami

gigi impaksi molar ketiga rahang bawah (Winata et al., 2011).

Berdasarkan hasil-hasil penelitian diatas, terlihat prevalensi dan insidensi dari

kasus impaksi cukup tinggi, selain itu berdasarkan survey yang dilakukan oleh

penulis bahwa kasus gigi impaksi di RSUD Dr.Moewardi juga merupakan kasus

terbanyak kedua yang ditemukan pada bagian bedah mulut dikarenakan RSUD

Dr.Moewardi merupakan rumah sakit rujukan di Surakarta, sehingga penulis ingin

melakukan penelitian tentang tingkat prevalensi dan insidensi kasus gigi impaksi

untuk mengetahui data terbaru tentang prevalensi dan insidensi kasus gigi impaksi

di Indonesia khususnya di kota Surakarta.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif dengan cross

sectional study design. Penelitian dilakukan di ruang rekam medik RSUD

Dr.Moewardi Surakarta pada bulan januari sampai dengan bulan maret tahun 2018.

Subyek pada penelitian ini adalah data sekunder berupa rekam medis pasien yang

terdiagnosa gigi impaksi dari tahun 2013 sampai dengan 2017.

Data sosiodemografi didapatkan dari rekam medis pasien dan dilakukan

dengan cara manual. Data yang telah di peroleh dari rekam medis kasus impaksi

gigi dari tahun 2013 sampai dengan 2017 selanjutnya diolah dengan menggunakan

SPSS 23.0 (Statistical Package for the Social Science) dan hasil dari data tersebut

disajikan dalam bentuk tabel serta diagram batang dan dianalisis secara deskriptif.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Distribusi kasus gigi impaksi berdasarkan jenis kelamin di RSUD

Dr.Moewardi Surakarta

Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase

Laki-laki 94 47%

Perempuan 106 53%

Total 200 100%

Hasil dari tabel 1 kasus gigi impaksi berdasarkan jenis kelamin dari 200 rekam

medis lebih banyak ditemukan pada perempuan sebanyak 106 (53%) orang

disbanding pada laki-laki yaitu sebanyak 94 (47%) orang. Beberapa penelitian

sebelumnya juga mendapatkan hasil yang serupa bahwa gigi impaksi lebih sering

Page 8: GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN …eprints.ums.ac.id/68277/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · impaksi paling banyak terjadi pada perempuan dan pada rentang usia 20-29 tahun,

4

pada perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Fardi et al. (2011) menunjukkan

hasil dari 170 pasien terdapat 92 (54,1%) pada perempuan dan 78 (45,9%) pada

laki-laki, di Indonesia penelitian yang dilakukan oleh Winata et al. (2011) frekuensi

perempuan yang terkena gigi impaksi lebih tinggi dibandingkan laki-laki dengan

jumlah 189 (62,17%) perempuan dan 115 (37,82%) laki-laki (Fardi et al., 2011;

Winata et al., 2011).

Tingginya frekuensi pada perempuan dikarenakan adanya perbedaan masa

pertumbuhan antara laki-laki dan perempuan dimana perempuan biasanya berhenti

pertumbuhannya ketika molar ketiga baru erupsi sedangkan pada laki-laki

pertumbuhan rahang masih berlangsung selama masa erupsi molar ketiga sehingga

memberikan ruang untuk gigi tersebut erupsi (Bereket et al., 2011). Selain itu

beberapa faktor penyebab seperti daya tekanan akibat pengunyahan, bentuk

makanan, proporsi besar gigi dan rahang dan tekanan kunyah laki-laki cenderung

lebih besar dibandingkan dengan perempuan sehingga akan berpengaruh pada

tumbuh kembang rahang nantinya, bentuk makanan juga dapat berpengaruh pada

perkembangan dimana perempuan lebih suka makan makanan yang lembut dan

tidak membutuhkan tenaga atau tekanan kunyah yang besar dibandingkan dengan

laki-laki (Fardi et al., 2011).

Tabel 2. Distribusi kasus gigi impaksi berdasarkan usia di RSUD Dr.Moewardi

surakarta

Kelompok usia Jumlah (orang) Persentase

≤19 19 9,5%

20-29 67 33,5%

30-39 66 33,0%

40-49 31 15,5%

50-59 12 6,0%

≥60 5 2,5%

Total 200 100%

Tabel 2 di atas mengenai distribusi gigi impaksi berdasarkan kelompok usia

dari 200 rekam medis yaitu paling banyak ditemukan pada rentang usia 20-29 tahun

berjumlah 67 orang dengan persentase 33,5% sedangkan paling sedikit adalah pada

usia 60 tahun ke atas berjumlah 5 orang dengan persentase 2,5%.

Page 9: GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN …eprints.ums.ac.id/68277/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · impaksi paling banyak terjadi pada perempuan dan pada rentang usia 20-29 tahun,

5

Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Muhamad et al. (2016) bahwa kelompok usia yang paling banyak

terkena impaksi adalah kelompok usia 21-30 tahun dengan jumlah 48 (50,0%) dari

206 pasien. Berdasarkan hasil penelitian ini semakin tinggi usia maka semakin

rendah angka kejadian gigi impaksi molar ketiga, hal ini dilihat dari pasien dengan

kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 31 orang atau 15,5%, kelompok usia 50-59

tahun sebanyak 12 orang atau 6,0% dan usia ≥60 tahun sebanyak 5 kasus orang atau

2,5% (Hashemipour et al., 2013). Beberapa penelitian menjelaskan mungkin ini

dikarenakan meningkatnya kesadaran tentang kesehatan gigi dan mulut serta

pengangkatan perawatan untuk impaksi sudah lebih awal dilakukan (Hassan, 2010).

Tabel 3. Distribusi kasus gigi impaksi berdasarkan lokasi rahang di RSUD

Dr.Moewardi Surakarta

Lokasi Jumlah (orang) Persentase

Maksila 25 12,5%

Mandibula 108 54,0%

Maksila dan mandibula 67 33,5%

Total 200 100%

Tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa distribusi gigi impaksi berdasrakan lokasi

rahang dari 200 rekam medis paling banyak ditemukan pada mandibula berjumlah

108 kasus dengan persentase 54,0% dan pada maksila dan mandibula berjumlah 67

kasus dengan persentase 33,5%, paling sedikit ditemukan pada maksila berjumlah

25 kasus dengan persentase 12,5%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dilakukan oleh

Hashemipour et al. (2013) di negara Iran bagian tenggara dengan hasil paling

banyak terdapat pada mandibula dibandingkan dengan maksila maupun keduanya

yaitu 336 (28,8%) pada maksila, 640 (54,9%) pada mandibula dan 189 (16,3%)

pada kedua rahang, penelitian oleh Hassan didapatkan kasus impaksi paling banyak

terdapat pada mandibula dibandingkan dengan maksila sebanyak 306 (53,1%), pada

mandibula dan 184 (31,8%) pada maksila (Muhamad et al., 2016; Rehman, 2012).

Mandibula lebih banyak terjadi impaksi karena perkembangan ruang

retromolar. Perkembangan ramus mandibula memiliki relasi dengan resorpsi

permukaan anterior dan deposisi terjadi gigi impaksi pada mandibula karena tidak

mendapatkan ruang yang cukup untuk erupsi. Mandibula merupakan tulang

Page 10: GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN …eprints.ums.ac.id/68277/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · impaksi paling banyak terjadi pada perempuan dan pada rentang usia 20-29 tahun,

6

terkeras dan sangat kuat pada wajah, sehingga pada proses pertumbuhan gigi geligi

dapat terjadi obstruksi atau terhambat pada tempat tumbuhnya gigi yang

mengakibatkan gigi mengalami impaksi (Anindita, 2015; Spiotto et al., 2013).

Tabel 4. Distribusi kasus gigi impaksi berdasarkan elemen gigi di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta

Elemen gigi Kasus Persentase

Gigi 18 73 17,5%

Gigi 28 61 14,6%

Gigi 38 134 32,1%

Gigi 48 109 26,1%

Gigi 17 3 0,7%

Gigi 27 3 0,7%

Gigi 37 8 1,9%

Gigi 47 3 0,7%

Gigi 16 2 0,5%

Gigi 26 2 0,5%

Gigi 46 2 0,5%

Gigi 15 3 0,7%

Gigi 35 2 0,5%

Gigi 45 1 0,2%

Gigi 13 4 1,0%

Gigi 23 2 0,5%

Gigi 22 1 0,2%

Gigi 32 1 0,2%

Gigi 11 1 0,2%

Gigi 21 2 0,5%

Total 417 100%

Tabel 4 distribusi gigi impaksi berdasarkan elemen gigi yang paling banyak

terjadi pada gigi molar ketiga mandibula dengan jumlah 243 (58,2%) dari 200

rekam medis dan yang paling sedikit ditemukan pada insisivus lateral maksila

maupun mandibula sebanyak 1 (0,2%). Afify dan Zamawi pada tahun 2012 di Saudi

Arabia bagian barat dalam penelitiannya menemukan hasil dimana dari 186 total

Page 11: GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN …eprints.ums.ac.id/68277/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · impaksi paling banyak terjadi pada perempuan dan pada rentang usia 20-29 tahun,

7

gigi impaksi terdapat 140 gigi molar ketiga yang impaksi baik pada maksila

maupun mandibula, mereka juga menemukan impaksi pada gigi caninus maksila

sebanyak 29 gigi impaksi, pada premolar mandibula sebanyak 5 kasus dan pada

gigi lainnya terdapat 12 kasus impaksi.

Penelitian yang dilakukan oleh Winata et al. (2011) di RSGM Universitas Sam

Ratulangi bahwa gigi yang paling banyak terkena impaksi adalah gigi molar ketiga

maksila 367 (50,34%) dan mandibula 337 (46,22%). Hal ini menunjukkan dari

beberapa penjabaran hasil penelitian sebelumnya bahwa baik pada maksila maupun

mandibula, molar ketiga merupakan gigi yang paling sering mengalami impaksi,

ini dikarenakan ada beberapa faktor penyebab seperti yang dikemukakan oleh Paul

dalam Winata antara lain lokasi erupsi terlalu sempit yang diakibatkan oleh

overcrowded gigi atau proposrsi lengkung rahang dengan besar gigi tidak sesuai

misalnya lengkung rahang yang terlalu kecil dibandingkan dengan ukuran gigi yang

ada dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya impaksi. Pada penelitian ini,

penulis tidak melakukan pemerikasaan secara komprehensif dimana penulis hanya

melihat rekam medik pasien sehingga analisis penyebab impaksi tidak dapat

dipaparkan lebih lanjut (Afify dan Zawawi, 2012; Winata et al., 2011).

Jumlah pasien yang memiliki kasus gigi impaksi di RSUD Dr.Moewardi

Surakarta dari tahun 2013 sampai dengan 2017 adalah 5548 dan total populasi dari

semua pasien di RSUD Dr. Moewardi sebanyak 1.778.152 orang. Prevalensi dari

jumlah kasus tersebut dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Angka prevalensi =jumlah kasus gigi impaksi

jumlah pasien di RS Moewadi× K

=5548

1.778.152×10000%

=13,2%

Angka prevalensi selama lima tahun yaitu dari tahun 2013 hingga 2017 terdapat

13,2% kasus gigi impaksi di setiap 10.000 orang dari total populasi dengan jumlah

1.778.152 orang.

Penelitian Alsehaimy et al. (2014) di Jeddah mendapatkan tingkat prevalensi

pasien impaksi sebanyak 19,2% dari 2000 subyek. Syed et al. (2011) di wilayah

Asir dalam penelitiannya mengungkapkan tingkat prevalensi sebesar 18,8% dari

Page 12: GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN …eprints.ums.ac.id/68277/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · impaksi paling banyak terjadi pada perempuan dan pada rentang usia 20-29 tahun,

8

3800 subyek. hasil penelitian ini termasuk rendah dibandingkan dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan di negara lain, Perbedaan prevalensi dari penelitian

tersebut dikarenakan beberapa faktor seperti karakteristik dari populasi yang diteliti

atau desain penelitian dan ukuran sampel juga mempengaruhi hasil dari setiap

penelitian (Alsehaimy et al., 2014; Syed et al., 2013).

Gambar 1. Distribusi jumlah kasus baru gigi impaksi di RSUD Dr.Moewardi

Surakarta dari tahun 2013 sampai dengan 2017

Gambar 2. Distribusi angka insidensi kasus gigi impaksi di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta dari tahun 2013 sampai dengan 2017

Berdasarkan gambar 1 dan 2 di atas dapat dideskripsikan bahwa jumlah pasien

yang terdiagnosa memiliki gigi impaksi pada setiap tahun tidak selalu mengalami

kenaikan dari tahun 2013 sampai dengan 2017 dan insiden kasus impaksi yang

paling banyak terjadi pada tahun 2014, dari data di atas dapat diketahui juga angka

insidensi pada setiap tahun dan total populasi pasien RSUD Dr.Moewardi tahun

1057

1742

1374

573802

0

500

1000

1500

2000

2013 2014 2015 2016 2017

jum

lah k

asus

Tahun

Distribusi jumlah kasus baru gigi impaksi di RSUD Dr.

Moewardi dari tahun2013 sampai dengan 2017

5.9%

7.9% 7.7%

3.2%4.5%

0

2

4

6

8

10

2013 2014 2015 2016 2017

Tahun

Distribusi angka insidensi kasus gigi impaksi di RSUD Dr.

Moewardi dari tahun 2013 sampai 2017

Page 13: GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN …eprints.ums.ac.id/68277/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · impaksi paling banyak terjadi pada perempuan dan pada rentang usia 20-29 tahun,

9

2013 hingga 2017 berjumlah 1.778.152 orang, sehingga dapat dihihitung dengan

rumus : Angka insidensi =jumlah kasus baru gigi impaksi (2013−2017)

jumlah pasien di RS Moewardi (2013−2017) × k

Angka insidensi tahun 2013 = 1057

1.778.152× 10.000% = 5,9%

Angka insidensi tahun 2014 = 1742

1.778.152× 10.000% = 7,9%

Angka insidensi tahun 2015 = 1374

1.778.152× 10.000% = 7,7%

Angka insidensi tahun 2016 = 573

1.778.152× 10.000% = 3,2%

Angka insidensi tahun 2017 = 802

1.778.152× 10.000% = 4,5%

Hasil dari perhitungan tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dari

tahun 2013 hingga 2017 kasus gigi impaksi yang paling banyak terjadi pada tahun

2014 yaitu terdapat 7,9% kasus baru gigi impaksi pada setiap 10.000 orang dari

total populasi yang berjumlah 1.778.152 orang.

Tingkat insidensi kasus gigi impaksi setiap tahun tidak selalu mengalami

kenaikan dimana insidensi kasus gigi impaksi dari tahun 2013 sampai dengan 2017

yang paling banyak mengalami insiden impaksi adalah pada tahun 2014 dengan

jumlah 1742 (7,9%) kasus dan pada tahun 2016 mengalami penurunan yang sangat

drastis yaitu dengan jumlah 573 (3,2%) kasus. Penelitian ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Anwar di Malaysia, menunjukkan insidensi kasus

impaksi selam 6 tahun yaitu dari tahun 2000 sampai dengan 2005, pada tahun 2000

terdapat 2 (0,8%) kasus, tahun 2001 terdapat 20 (7,6%) kasus, tahun 2002 terdapat

34 (12,9%) kasus, tahun 2003 terdapat 50 (18,9%) kasus, tahun 2004 terdapat 77

(29,2%) kasus, dan pada tahun 2005 terdapat 81 (51,5%) kasus. Hal ini terlihat

bahwa setiap tahun kasus impaksi di rumah sakit Penang Malaysia selalu

mengalami peningkatan yang signifikan (Anwar et al., 2008).

Penyebab angka insidensi kasus gigi impaksi pada tahun 2016 menurun

mungkin dikarenakan sudah dilakukan pemeriksaan dan sudah dilakukan

perawatan dari tahun sebelumnya, RSUD Dr.Moewardi juga merupakan penyedia

pelayanan kesehatan tingkat ketiga salah satunya penyebab turun drastis pada tahun

2016 karena pasien tidak perlu melakukan pemeriksaan mengenai gigi impaksi

Page 14: GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN …eprints.ums.ac.id/68277/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · impaksi paling banyak terjadi pada perempuan dan pada rentang usia 20-29 tahun,

10

dikarenakan sudah dilakukan dan ditangani di penyedia pelayanan kesehatan

tingkat pertama dan kedua.

4. PENUTUP

Prevalensi kasus gigi impaksi berdasarkan jenis kelamin lebih banyak terjadi pada

perempuan, berdasarkan usia yang paling banyak terjadi pada rentang usia 20-29

tahun, sedangkan untuk elemen gigi dan lokasi rahang yang paling banyak terkena

impaksi adalah molar ketiga dan impaksi paling banyak terjadi pada mandibula,

untuk prevalensi kasus gigi impaksi keseluruhan dari tahun 2013-2017 adalah 5548

dengan angka prevalensi 13,2% sedangkan tingkat insidensi kasus gigi impaksi dari

tahun 2013-2017 tidak selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya dan insiden

kasus impaksi paling banyak yaitu pada tahun 2014 dengan angka insidensi 7,9%.

5. DAFTAR PUSTAKA

Afify, A.R., dan Zawawi, K.H., 2012. The Prevalence of Dental Anomalies in the

Western Region of Saudi Arabia, ISRN Dentistry, 1–5.

Alsehaimy, M., Ahmed, M.A.J., Mokhtar, H., Jadu, F.M.,2014. Prevalence of

Impacted Third Molars in Jeddah, Saudi Arabia: A Retrospective Study.

Journal of American Science.10(10s), 1–4.

Al-Anqudi, S. M., Al-Sudairy, S., Al-Hosni, A., dan Al-Maniri, A., 2014.

Prevalence and Pattern of Third Molar Impaction: A Retrospective Study of

Radiographs in Oman. Sultan Qaboos University Medical Journal, 14(3),1–6.

Amanat, N., Mirza, D., Rizvi, K.F., 2014. Pattern of Third Molar Impaction :

Frequency and Types Among Patients Attending Urban Teaching Hospital of

Karachi. Pakistan Oral & Dental Journal, 34(1), 1–4.

Anindita, P.S., Sahetapy, T., 2015. Prevalensi Gigi Impaksi Molar Tiga Partial

Erupted Pada Masyarakat Desa Totabuan. Jurnal E-Gigi, 3(2), 2–7.

Anwar, N., Khan, A. R., Narayan, K. A., Manan, A., 2008. A Six-year Review of

the Third Molar Cases Treated in The Dental Department of Penang Hospital

in Malaysia. Dental Research Journal. 5(2), 53–60.

Bayoumi, A.M., Baabdullah, R.M., Bokhari, A.F., dan Nadershah, M., 2016. The

Prevalence Rate of Third Molar Impaction Among Jeddah Population.

International Journal of Dentistry and Oral Health Citation: Bayoumi AM Int

J Dent Oral Health, 2(4), 1-5.

Bereket, C., Çakir-Özkan, N., Şener, I., Kara, I., Aktan, A. M., Arici, N., 2011.

Retrospective Analysis of Impacted First and Second Permanent Molars in

The Turkish Population: A Multicenter Study. Medicina Oral, Patologia Oral

y Cirugia Bucal, 16(7), 12–16.

Chandha, M.H., dan Zahbia , Z.N., 2007. Pengaruh Bentuk Gigi Geligi Terhadap

Terjadinya Impaksi Gigi Molar Ketiga Rahang Bawah. Dentofasial Jurnal

Kedokteran Gigi, 2(6), 65–65.

Fardi, A., Kondylidou-Sidira, A., Bachour, Z., Parisis, N., Tsirlis, A., 2011.

Page 15: GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SERTA PREVALENSI DAN …eprints.ums.ac.id/68277/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · impaksi paling banyak terjadi pada perempuan dan pada rentang usia 20-29 tahun,

11

Incidence of Impacted and Supernumerary Teeth - A Radiographic Study in a

North Greek Population. Medicina Oral, Patologia Oral y Cirugia Bucal,

16(1), e56–61.

Fobia, S.W., dan Rahardjo, B.D., 2011. Pengambilan Gigi Kaninus dan Gigi

supernumerary yang terpendam pada maksila. Maj Ked Gi, 167–172.

Hashemipour, M.A., Tahmasbi-Arashlow, M., Fahimi-Hanzaei, F., 2013. Incidence

of Impacted Mandibular and Maxillary Third Molars: A Radiographic Study

in a Southeast Iran Population. Medicina Oral, Patologia Oral y Cirugia

Bucal, 18(1), 1–6.

Hassan, A. H., 2010. Pattern of Third Molar Impaction in a Saudi Population.

Clinical, Cosmetic and Investigational Dentistry, 2, 109–113.

Iman, T., dan Firmansyah, D., 2008. Fraktur Patologis Mandibula Akibat

Komplikasi Odontektomi Gigi Molar 3 Bawah. Indonesian Journal of

Dentistry. 15(4), 192-195.

Winata, L., Umboh, J.M.L., dan Riwudjeru, D.J., 2011. Gambaran Gigi Impaksi

Pasien Yang Berkunjung Di Bp-Rsgm Universitas Sam Ratulangi Pada Tahun

2011, 189.

Muhamad, A., Nezar, W., Azzaldeen, A., 2016. Prevalence of Impacted Mandibular

Third Molars in Population of Arab Israeli : A Retrospective Study. IOSR

Journal of Dental and Medical Sciences, 15(1), 1–10.

Rehman, A.U., Ayaz, H., 2012. Pattern of Impacted Mandibular Third Molar in

Patients Reporting to Department of Oral and Maxillofacial Surgery, Khyber

College of Dentistry, Peshawar. JKCD, 2(2), 50–53.

Sadeta, S., Prohic, S., komsic, S., Vukovic, A., S., 2013. Incidence of impacted

Mandibular third molars in population of Bosnia and Herzegovina: a

retrospective radiographic study. Journal of Health Sciences, 3(2), 151–158.

Sheikhi, M. Sheikhi, M., Kheir, M.K., dan Sadeghi, M.A., 2017. Epidemiological

Status of Third Molars in an Iranian Population. Avicenna J Dent Res, 9(1), 1–

5.

Siagian, K. V., 2011. Penatalaksanaan Impaksi Gigi Molar Ketiga Bawah Dengan

Komplikasinya Pada Dewasa Muda. Jurnal Biomedik, 3(3), 186–194.

Spiotto, M. T., Juodzbalys, G., Daugela, P., 2013. Mandibular Third Molar

Impaction: Review of Literature and a Proposal of a Classification. Journal of

Oral and Maxillofacial Research, 4(2), 1–12.

Syed, K. B., Kota, Z., Ibrahim, M., Bagi, M. A., Assiri, M. A., 2013. Prevalence of

Impacted Molar Teeth among Saudi Population in Asir Region, Saudi Arabia

- A Retrospective Study of 3 Years. Journal of International Oral Health, 5(1),

43–47.

Zarrouq, S.A., Karrar, M.A., dan Awooda, E.M., 2017. Evaluation of the

Symptoms and Pattern of Impaction of Mandibular Third Molars among

undergraduate dental Students from the University of Medical Sciences and

Technology (UMST), Sudan. Scholars Journal of Dental Sciences (SJDS),

4(1), 22-26