Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam...

43
GAMBARAN REAKSI PENYESUAIAN TUJUAN IMAM DAN MANTAN IMAM KATOLIK OLEH SEPTIYANTO 802007058 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Transcript of Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam...

Page 1: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

GAMBARAN REAKSI PENYESUAIAN TUJUAN

IMAM DAN MANTAN IMAM KATOLIK

OLEH

SEPTIYANTO

802007058

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari

Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,
Page 3: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,
Page 4: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang

bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Septiyanto

NIM : 802007058

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

UKSW hak bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royalty freeright) atas

karya ilmiah saya yang berjudul:

GAMBARAN REAKSI PENYESUAIAN TUJUAN

IMAM DAN MANTAN IMAM KATOLIK

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan,

mengalihmedia/mengaliformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,

merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada tanggal : 29 Juni 2015

Yang menyatakan,

Septiyanto

Mengetahui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Jusuf Tj. Purnomo. MA., Psi. Rudangta A. Sembiring, M.Psi.

Page 5: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Septiyanto

NIM : 802007058

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :

GAMBARAN REAKSI PENYESUAIAN TUJUAN

IMAM DAN MANTAN IMAM KATOLIK

Yang dibimbing oleh:

1. Jusuf Tj. Purnomo, MA., Psi.

2. Rudangta A. Sembiring, M.Psi.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan

atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam

bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah

sebagai karya saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau

sumber aslinya.

Salatiga, 29 Juni 2015

Yang memberi pernyataan,

Septiyanto

Page 6: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN REAKSI PENYESUAIAN TUJUAN

IMAM DAN MANTAN IMAM KATOLIK

Oleh

Septiyanto

802007058

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui Pada Tanggal: 29 Juni 2015

Oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Jusuf Tj. Purnomo. MA., Psi. Rudangta A. Sembiring, M.Psi.

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 7: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

GAMBARAN REAKSI PENYESUAIAN TUJUAN

IMAM DAN MANTAN IMAM KATOLIK

Septiyanto

Jusuf Tj. Purnomo

Rudangta A. Sembiring

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 8: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

i

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran reaksi penyesuaian

tujuan antara Imam Katolik dengan mantan Imam Katolik. Subjek penelitian

hanya terdiri dari beberapa Imam dan beberapa mantan Imam Katolik. Dalam

penelitian ini, alat ukur yang dipergunakan adalah aspek penyesuaian tujuan dari

Miller, et al. (2003). Teknik sampling yang dipergunakan adalah teknik

snowballsampling. Hipotesisnya adalah terdapat adanya perbedaan dalam

melakukan disengagement goal dan reengagement goal antara Imam dengan

mantan Imam Katolik. Analisis data menggunakan statistik deskriptif GAS (Goal

Adjustment Scale) dari Miller, et al (2003). Hasil penelitian ini adalah terdapat

adanya perbedaan dalam melakukan penyesuaian tujuan. Pada tahap

disengagement goal, mantan Imam Katolik lebih mudah dalam melepas komitmen

dan Imam Katolik lebih mudah dalam mengurangi usaha pencapaian pada tujuan

yang sulit dicapai. Sedangkan pada tahap reengagement goal, mantan Imam

Katolik justru lebih mudah melakukan semuanya bila dibandingkan dengan Imam

Katolik. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat adanya perbedaan reaksi

dalam melakukan penyesuaian tujuan antara Imam dengan mantan Imam Katolik.

Kata kunci: Penyesuaian Tujuan, Imam Katolik, Mantan Imam Katolik

Page 9: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

ii

Abstract

The purpose of this study was to describe the purpose of the adjustment reaction

between Priest with former Catholic Priest. Subject study consists only of a few

Priest and former Catholic priest. In this study, measuring instruments used are

aspects adjustments purpose of Miller, et al (2003). The sampling technique used

is the snowball sampling technique. The hypothesis is that there are differences in

the reaction to make adjustments between the objectives Priest and former

Catholic Priest. The data analysis using descriptive statistics GAS (Goal

Adjustment Scale) from Miller, et al (2003). Results of this research is there any

difference in adjustment purposes. At this stage of disengagement goal, the former

Priest easier to remove the commitment and Priest easier to reduce efforts in

achieving the goal difficult to achieve. While on stage goal reengagement, former

Priest actually easier to do it all when compared with the Father. It shows that

there are any differences picture in adjusting objectives reaction between Priest

with the former Catholic Priest.

Keywords : goal adjustment, priest, the former catholic priest

Page 10: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

1

PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang sangat istimewa, yang

memiliki keunggulan luar biasa bila dibandingkan dengan makhluk lainnya

dimana dirinya memiliki akal budi (rasio) yang mampu membuat dirinya

memiliki daya cipta, rasa, karya dan karsa (Mardani, 2010). Dengan kesadaran

hidup yang dimilikinya, setiap manusia memiliki harapan atau impian untuk dapat

mencapai semua dambaan dan hasratnya, terlebih dalam mencapai suatu tujuan

hidup yang ingin dicapainya. Tujuan yang diinginkannya adalah merasakan

adanya kebahagiaan dalam hidupnya (Plato, dalam Sururudin, 2010). Dengan

merasakan adanya kebahagiaan dalam hidupnya, manusia dapat merasakan pula

rendahnya tingkat suasana hati yang negatif pada dirinya (Biswas, Diener &

Dean, 2007). Selain itu juga, dengan merasakan kebahagiaan manusia dapat

merasakan pula kesejahteraan diri yang optimal untuk menilai kepuasan hidup

serta keseimbangan positif dan negatif pada dirinya dimana hal tersebut dapat

berpengaruh pada berbagai hal yang dialami dalam kehidupannya (Thomas,

McCreight & Kyle, 2014). Sehingga hal inilah yang membuat alasan demi

merasakan kebahagiaan, menjadi idaman atau dambaan pada tujuan hidup yang

ingin didapatkan semua orang dalam menjalani hidupnya.

Untuk mendapatkan idaman atau dambaan yang diinginkan, secara umum

setiap manusia tidak serta merta mampu mendapatkan begitu saja dengan mudah

tanpa melakukan tindakan apa pun. Semua tentunya juga memerlukan usaha

intensif seseorang dalam mencapainya (Wrosch & Scheier, 2003). Misalnya,

seseorang perlu menggunakan kemampuan rasional yang dimilikinya sebaik

Page 11: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

2

mungkin agar dapat mengoptimalisasikan daya kognitif seseorang untuk mencari

suatu jalan atau cara yang tepat dalam melakukan usaha pencapaiannya (Mardani,

2010). Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Winne (dalam Arias, 2004) yang

menyatakan bahwa, dengan kemampuan rasional yang dimiliki maka juga dapat

menentukan strategi motivasional seseorang dalam melakukan tindakan.

Kemudian selain kemampuan rasional, Bandura dan Lӧcke (dalam Andrew,

Mikels & Lӧckenhoff, 2012) juga menambahkan bahwa keyakinan diri yang

stabil juga sangatlah dibutuhkan dalam menentukan cara yang tepat dalam

melakukan pencapaian tujuan merupakan usaha mental pada diri seseorang.

Apabila seseorang merasa ragu dalam menentukan suatu cara, maka dapat

berpengaruh pada tindakan yang akan dilakukan atau dimunculkan.

Secara umum, usaha pencapaian suatu tujuan memang sangatlah penting

untuk dilakukan oleh semua orang dalam menjalani kehidupannya. Menurut

Mardani (2010) hal ini disebabkan dengan adanya keinginan dalam mencapai

suatu tujuan maka dapat berpengaruh pada kebiasaan seseorang untuk selalu

mengevaluasi berbagai hal yang sudah dilakukan, dapat menilai kebenaran atau

ketepatan berbagai hal yang sudah dilakukan, serta dapat membedakan mengenai

apa yang dilakukan seseorang memang sebuah aktivitas produktif atau justru

sebaliknya. Selain itu juga, dengan adanya usaha seseorang dalam melakukan

pencapaian suatu tujuan maka dapat berpengaruh pula pada gaya hidupnya selama

melakukan pencapaian tujuan tersebut (Alwisol, 2005). Oleh karena itu, untuk

dapat mencapai suatu tujuan yang diinginkan maka seseorang membutuhkan

usaha maksimal dalam mencapainya (Wrosch & Scheier, 2003).

Page 12: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

3

Imam Katolik (Pastor) adalah sosok seseorang yang terikat oleh tahbisan suci

dan berstatus sebagai salah satu pemimpin agama Katolik yang sah, yang

berkedudukan di bawah Paus serta Uskup atau pimpinan suatu Tarekat (Nggagur,

2009). Dengan kata lain, apabila seseorang dikenal sebagai sosok seorang mantan

Imam Katolik (mantan Pastor) maka dirinya merupakan seseorang yang dulunya

pernah menjabat sebagai seorang pemimpin agama Katolik dan pada akhinya

kembali ke status sebagai kaum awam (laikalisasi) di Gereja (Kusumawanta,

2009). Dalam menjalani hidupnya, baik Imam maupun mantan Imam Katolik

tentunya juga memiliki tujuan hidup yang ingin dicapainya. Menurut

Kusumawanta (2009), tujuan yang ingin dicapai seorang Imam cenderung

mengarah kepada keinginannya untuk dapat menjadi sosok pemimpin agama yang

mampu mengabdikan dirinya bagi Gereja dan masyarakat. Sedangkan tujuan yang

ingin dicapai oleh mantan Imam sebagai seorang Ayah, tentunya juga seperti

tujuan yang diinginkan orang lain pada umumnya yaitu dapat menjadi sosok

kepala keluarga yang berwibawa dan mempertahankan serta melindungi

kehidupan keluarga (Nggagur, 2009).

Seperti yang sudah diungkapkan di atas, bahwa untuk dapat mencapai suatu

tujuan yang diinginkan maka seorang Imam maupun mantan Imam perlu berusaha

secara intensif dalam mencapainya. Untuk dapat menjadi pemimpin agama yang

mampu mengabdikan dirinya bagi Gereja dan juga masyarakat, usaha yang perlu

dilakukan oleh seorang Imam misalnya berusaha menyelaraskan dan berusaha

mengorganisasikan dirinya semaksimal mungkin untuk lebih mengedepankan

sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka, 2012). Dalam hal

Page 13: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

4

ini, dirinya harus mampu melakukan pelayanan dengan penuh kasih sayang secara

totalitas dan tanpa pamrih (Nggagur, 2009). Selain itu juga, usaha lain yang dapat

dilakukan oleh Imam dengan menjalankan kewajibannya untuk memimpin,

mengajar, serta menjadi perantara yang sah antara umat manusia dengan Tuhan

(Sutrisnaatmaka, 2012). Sedangkan salah satu usaha seorang mantan Imam

sebagai seorang Ayah, tentunya seperti orang lain pada umumnya dalam

memelihara keluarga yaitu berusaha memenuhi kebutuhan hidup keluarga dalam

hal ekonomi atau materi dan juga rohani atau mental (Kusumawanta, 2009).

Dalam hal ini, mantan Imam harus mampu berusaha mencari kerja dan

memberikan kasih sayang yang optimal kepada keluarga (Nggagur, 2009). Selain

itu juga, mantan Imam harus mampu mengambil peran yang baik sebagai

pemimpin dalam keluarga (Elia, 2000).

Namun pada kenyataannya dari berbagai usaha maksimal yang sudah

dilakukan Imam dan mantan Imam, hasil yang didapatkan juga belum tentu sesuai

dengan apa yang diinginkannya. Selama menjalani usaha pencapaian tujuan

tersebut, terdapat berbagai hal yang menjadi penyebab ketidak-sesuaian tersebut.

Sehingga secara tidak langsung, dapat menghentikan langkah mereka yang pada

akhirnya membuat mereka mengalami kegagalan dan menuntut mereka untuk

menyikapi atau memandang kegagalan tersebut. Hal tersebut tidak hanya

disebabkan oleh faktor intern pada diri Imam dan mantan Imam saja, melainkan

juga dapat disebabkan oleh faktor ekstern. Misalnya, faktor intern tersebut adalah

keadaan fisik (Miller, et al, 2003) dan faktor ekstern tersebut adalah peristiwa

kehidupan yang muncul tanpa disadari (Wrosch & Sabiston, 2013). Dalam hal

Page 14: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

5

keadaan fisik, dapat dibuktikan dari hasil penelitian Feichter (2001) yang

menyatakan bahwa apabila seorang Imam Katolik mengalami kondisi fisik yang

tidak baik yang disebabkan oleh faktor kesehatan yang semakin memburuk maka

dapat berpengaruh pada penurunan tingkat keaktifannya dalam melakukan

pelayanan kepada umat dan masyarakat umum. Kemudian dalam hal peristiwa

kehidupan, dapat dibuktikan dari hasil penelitian Eddington dan Foxwoth (2012)

yang menyatakan bahwa apabila seseorang dalam menanggapi peristiwa

kehidupan yang muncul tanpa disadari dengan baik dan cekatan maka dapat

berdampak pada masalah emosional dan fisiknya (seperti, depresi dan

kecemasan). Oleh karena itu, untuk dapat merespon kegagalan yang dialami

dalam pencapaian suatu tujuan yang diinginkan maka baik Imam Katolik dan

mantan Imam Katolik memerlukan adanya usaha melakukan penyesuaian tujuan.

Miller, et al. (2003), berpendapat bahwa penyesuaian tujuan adalah

kemampuan yang mencerminkan kecenderungan umum yang dilakukan seseorang

untuk dapat mengurangi usaha dalam mencapai suatu tujuan yang dirasa sulit

untuk dicapai (disengagement goal) dan meningkatkan usaha mencapai tujuan

baru yang lebih bermakna (reengagement goal). Kemudian menurut Wrosch dan

Sabiston (2013), penyesuaian tujuan merupakan kecenderungan umum seseorang

untuk mengurangi usaha dari tujuan yang sulit dijangkau (disengagement goal)

dan meningkatkan usaha kembali pada tujuan baru yang ingin dijangkau

(reengagement goal). Selain itu juga, Eddington dan Foxwoth (2012)

menambahkan bahwa penyesuaian tujuan adalah kemampuan adaptif seseorang

pada suatu tujuan yang ingin dicapai dengan cara melepaskan diri dari tujuan yang

Page 15: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

6

dirasa sulit untuk dicapai (disengagement goal) dan kembali melibatkan diri pada

tujuan baru yang ingin dicapai (reengagement goal). Dari ketiga pendapat tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa, penyesuaian tujuan merupakan kemampuan

adaptif seseorang yang mencerminkan adanya keinginan untuk mengurangi usaha

dalam mencapai tujuan yang dirasa sulit atau tidak dapat dicapai atau dijangkau

(disengagement goal) dan meningkatkan usaha dalam mencapai tujuan baru yang

ingin dicapai atau dijangkau (reengagement goal), dimana tujuan baru tersebut

dianggap lebih bermakna.

Dalam melakukan penyesuaian tujuan tentunya terdapat beberapa hal yang

dapat mempengaruhi jalannya proses penyesuaian tujuan yang dilakukan oleh

seseorang. Menurut Miller, et al (2003), diantaranya keadaan fisik atau biologis,

kemampuan afektif dan kognitif pada diri seseorang, serta struktur sosial.

Keadaan fisik atau biologis merupakan faktor individu yang dapat berpengaruh

pada kemampuan bereaksi pada diri seseorang dalam berbagai hal. Wrosch dan

Sabiston (2012) juga menambahkan, faktor ini merupakan strategi koping yang

efektif untuk melawan masalah yang berkaitan dengan gaya hidup. Selain itu juga,

hal ini secara umum juga berkaitan dengan keterlibatan aktif dan loyalitas tinggi

seseorang dalam mencapai tujuan (Senko & Harackiewicz, 2005). Sedangkan

kemampuan afektif dan kognitif, merupakan komponen penting pada diri

seseorang yang digunakan sebelum maupun sesudah menentukan pilihan dalam

melakukan penyesuaian tujuan. Saat sebelum menentukan suatu pilihan, faktor ini

dapat membantu mengendalikan dan menentukan cara berfikir seseorang

(Eddington & Foxwoth, 2012). Selain itu juga, Wrosch dan Sabiston (2012)

Page 16: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

7

menambahkan apabila faktor ini dapat membantu seseorang melakukan kontrol

emosi, relaksasi waktu dan berusaha memprediksi hasil sebelum menentukan

tindakan. Kemudian saat sesudahnya, apabila dapat menentukan suatu pilihan

dengan tepat maka dapat dijadikan sebagai strategi motivasional dalam

melakukan suatu tindakan (Winne, dalam Arias, 2004). Yang terakhir adalah

struktur sosial, dimana faktor tersebut dijadikan modal dalam menjalani pola

hubungan sosial antara individu dengan kelompok sosial yang dapat berpengaruh

pada kebiasaan dalam melakukan berbagai tindakan. Finkel dan Fitzsimons

(2001) menambahkan apabila hal ini juga dapat berpengaruh pada usaha

pencapaian tujuan dan usaha pengawasan (baik, pada usaha pencapaian maupun

kondisi lingkungan). Sehingga dapat mengetahui lebih jelas mengenai kesempatan

dalam melakukan pencapaian.

Untuk dapat melakukan penyesuaian tujuan dengan tepat, semua orang

tentunya harus dapat mengetahui dan memahami pokok pandangan sebagai

petunjuk. Dalam melakukan usaha disengagement goal, maka tindakan yang perlu

dilakukan seseorang adalah dengan melepaskan diri dari komitmen tujuan yang

sulit untuk dicapai dan kemudian mengurangi usaha dalam mencapainya (Wrosch

& Sabiston, 2013). Apabila seseorang mampu melakukan usaha ini dengan tepat,

maka dampak yang dirasakan adalah dapat mengurangi beban sumber daya

psikologis pada dirinya (Miller, et al., 2003). Sedangkan dalam melakukan usaha

reengagement goal, maka tindakan yang perlu dilakukan seseorang adalah dengan

mengidentifikasi tujuan baru yang ingin dicapai, kemudian berkomitmen pada

tujuan baru yang sudah ditentukan untuk dicapai dan pada akhirnya melaksanakan

Page 17: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

8

pencapaian tujuan baru tersebut (Wrosch & Sabiston, 2013). Apabila seseorang

mampu melakukan usaha tersebut, maka dampak yang dirasakan adalah dapat

semakin meningkatkan kesejahteraan hidup (Miller, et al., 2003).

Oleh karena itu dari berbagai penjelasan mengenai penyesuaian tujuan

tersebut, peneliti ingin mengetahui mengenai gambaran reaksi penyesuaian tujuan

antara Imam dan mantan Imam Katolik.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif dengan jenis

desain penelitian statistik deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah

penyesuaian tujuan, dimana dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan

adaptif seseorang yang mencerminkan adanya keinginan untuk mengurangi usaha

dalam mencapai tujuan yang dirasa sulit atau tidak dapat dicapai atau dijangkau

(disengagement goal) dan meningkatkan usaha dalam mencapai tujuan baru yang

ingin dicapai atau dijangkau (reengagement goal), dimana tujuan baru tersebut

dianggap lebih bermakna.

Partisipan

Partisipan terdiri dari dua orang Imam dan dua orang mantan Imam Katolik.

Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu snowball sampling,

dimana tekhnik tersebut awalnya dalam jumlah kecil yang kemudian mungkin

dapat membesar.

Page 18: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

9

Ciri-ciri sampel Imam Katolik dalam penelitian ini, yaitu :

a. Seorang Imam Katolik yang sedang bertugas di Gereja Katolik

b. Tidak ditentukan batas usia

c. Tidak ditentukan periode masa jabatan

d. Melakukan pelayanan hidup berpastoral

Ciri-ciri sampel mantan Imam Katolik dalam penelitian ini, yaitu:

a. Sudah menjadi kaum laikalisasi

b. Tidak ditentukan batas usia

c. Tidak ditentukan batas periode waktu meninggalkan kepastorannya

d. Saat ini sudah menjalani kehidupan berkeluarga

Instrumen

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur dari Miller, et al (2003)

yaitu GAS (Goal Adjustment Scale) dan didukung oleh hasil wawancara. GAS

digunakan untuk mengukur mengenai langkah-langkah reaksi penyesuaian tujuan

yang dilakukan subjek disaat mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan yang

diinginkan. Alat ukur tersebut terdiri atas 10 item pertanyaan, dimana 6 item

pertanyaan mengindikasikan pada aspek reengagement goal dan 4 item

pertanyaan mengindikasikan pada aspek disengagement goal. Kemudian hasil

wawancara yang didapatkan, digunakan untuk mendukung hasil analisis data dari

alat ukur yang digunakan.

Page 19: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

10

HASIL PENELITIAN

a. Data Subjek

1. Imam Katolik

Jumlah sampel pada penelitian ini terdapat 2 subjek, dimana subjek

A dan subjek B sama-sama seorang Imam Diosesan yang saat ini

menjalani kehidupan berpastoral dalam satu wilayah Gereja Katolik di

Keuskupan Surabaya.

Subjek A berasal dari kota Cepu dan saat ini sudah berusia 49 tahun.

Keinginan subjek A untuk menjadi Imam muncul sejak dirinya masih

kecil, dimana dirinya selalu aktif untuk menjadi Misdinar di Gereja

tempat tinggalnya. Hal ini disebabkan, saat dirinya melihat realita di

Gereja Katolik tempat tinggalnya. Selain itu juga, adanya peristiwa

buruk di tahun tujuhpuluhan saat munculnya aturan mengenai adanya

pembatasan tenaga missioner asing yang pada akhirnya memberikan

pengaruh negatif di Gereja Katolik tempat tinggalnya. Pada waktu itu

Gereja Katolik di tempat tinggalnya sempat kosong, dimana tidak ada

satu pun Imam yang berpastoral di Gerejanya. Setiap Perayaan Ekaristi

berlangsung, yang menjadi pemimpinnya adalah Imam dari Paroki lain

atau biasanya Uskup sendiri yang datang ke Gereja tempat tinggalnya.

Sehingga dari situlah, subjek A memiliki tujuan atau cita-cita penting

dalam hidupnya yaitu untuk menjadi Imam di Gereja Paroki. Keluarga

pun mendukung dan berusaha untuk selalu memotivasi diri subjek A

dalam mencapainya, terutama Ibu subjek melalui semangat dan juga doa.

Page 20: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

11

Periode waktu kehidupan berpastoral yang sudah dijalaninya sudah

cukup lama, dimana dirinya ditahbiskan sejak tahun 1994. Di dalam

Gereja tempat dirinya menjalani kehidupan berpastoral saat ini, peranan

yang dipegangnya adalah menjadi Imam Kepala.

Sedangkan subjek B, berasal dari kota Tuban dan saat ini berusia 51

tahun. Keinginan subjek B untuk menjadi seorang Imam muncul dan

secara tiba-tiba menghilang tanpa disadari begitu saja. Keinginan

tersebut pertama muncul tanpa disadari secara tiba-tiba saat subjek B

masih duduk di bangku SMP. Karena tidak ditanggapinya, secara

langsung pun menghilang begitu saja. Hal ini juga disebabkan, dirinya

memang tidak berasal dari keluarga yang memiliki tradisi Katolik yang

kuat. Kemudian yang kedua, keinginan tersebut muncul tanpa disadari

kembali secara tiba-tiba saat subjek B lulus SMA. Subjek B pun masih

merasa ragu untuk menanggapinya. Lalu pada akhirnya, muncul kembali

di tahun delapan puluh dua setelah subjek B memenangkan sebuah

kejuaraan bulutangkis di kota tempat tinggalnya. Lalu, dari situlah pada

akhirnya subjek B memilih untuk menanggapi panggilan tersebut.

Namun, tantangan yang dialami subjek B dalam mewujudkan

keinginannya adalah perbedaan pendapat dari kedua orang tua subjek. Di

satu sisi Ibu subjek mendukung, sedangkan Ayah subjek tidak

mendukung. Hal ini disebabkan Ayah subjek berbeda keyakinan dengan

Ibu dan juga subjek. Dari situlah, subjek B menjadi bingung dalam

menentukan pilihan. Sampai-sampai Ayah subjek pun, yang awalnya

Page 21: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

12

berbeda keyakinan menjadi sama. Periode waktu kehidupan berpastoral

yang dijalaninya masih tergolong belum lama, dimana dirinya menjabat

sebagai Imam pada tahun 2010. Dalam Gereja saat ini tempat dirinya

bertugas, peranan yang dipegangnya adalah sebagai Imam Rekan.

2. Mantan Imam Katolik

Jumlah sampel pada penelitian ini terdapat 2 subjek, dimana subjek

C dan subjek D sudah menjalani kehidupan berkeluarga. Mereka

dulunya sama-sama menjalani kehidupan sebagai Imam Diosesan.

Subjek C, berasal dari kota Surabaya dan saat ini berusia 54 tahun.

Dirinya menjabat sebagai Imam Katolik sejak tahun 1994 hingga tahun

1998. Keinginan subjek C meninggalkan kehidupan berpastoralnya

muncul saat subjek C terlalu sibuk dalam menjalani aktivitas berpastoral

serta terbawa dengan tanggung jawabnya dalam menyelesaikan tesisnya

mengenai pernikahan. Sehingga dampak yang dirasakan subjek C,

adalah mengalami adanya kekeringan rohani yang disebabkan dirinya

jarang melakukan adanya doa-doa pribadi serta memperkuat relasi

dengan sesama Imam Katolik. Selain itu juga, dirinya menjadi goyah

untuk meninggalkan kehidupan selibatnya. Sebelum subjek C

melakukan pengambilan keputusan mengenai masa depannya, dirinya

menjadi khawatir dan takut akan berbagai hal yang dirasakan Ibunya dan

juga adiknya yang saat itu baru menerima tahbisan sebagai seorang

Imam. Selain itu juga, dirinya mengalami kebingungan karena diselimuti

oleh perasaan takut dalam menghadapi realitas hidup di masyarakat yang

Page 22: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

13

nantinya dialami. Akhirnya seiring berjalannya waktu, subjek C pun

berusaha untuk memberanikan dirinya dalam menanggapi masalah yang

dialaminya tersebut. Dirinya berusaha untuk berani terbuka kepada Ibu

dan juga adiknya. Tanggapan yang muncul dari mereka awalnya

menyayangkan, namun pada akhirnya juga menyetujui keputusan yang

akan diambil subjek C. Selain itu juga, yang semakin memotivasi subjek

C dalam menentukan pilihan yang akan diambil adalah Rektor Seminari

Tinggi Giovanni. Beliau yakin bahwa subjek C dapat menjalani hidup di

luar dengan bahagia. Sehingga dari situlah, subjek C pada akhirnya

memilih untuk meninggalkan kehidupan berpastoralnya.

Sedangkan subjek D, juga sama-sama berasal dari kota Surabaya dan

saat ini berusia 52 tahun. Dirinya menjabat sebagai Imam Katolik sejak

tahun 1994 hingga tahun 2001. Keinginan subjek D meninggalkan

kehidupan berpastoralnya muncul secara tiba-tiba tanpa disadari subjek.

Sehingga dampak yang dirasakan subjek D adalah mengalami adanya

kesulitan dalam mengendalikan diri. Saat akan melakukan berbagai

tindakan (terutama, bersama umat di Gereja), dirinya merasa bingung.

Subjek D betul-betul khawatir bila berbagai hal yang dilakukannya

justru bukanlah suatu kebenaran atau hal yang tepat, namun justru

sebaliknya. Sehingga dengan realitas tersebut justru bukanlah adanya

keinginan untuk tetap berusaha mempertahankan panggilannya, namun

justru semakin membuat dirinya goyah. Kemudian dirinya pun berusaha

untuk selalu melakukan refleksi setiap ada waktu luang di malam hari.

Page 23: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

14

Namun, hasil yang didapatkan pun bukanlah suatu jalan penyelesaian

melainkan dirinya justru semakin bingung untuk menentukan langkah

terbaik yang harus dipilihnya. Akhirnya karena subjek D benar-benar

sudah tidak kuat, subjek D pun berusaha memberanikan dirinya untuk

berani terbuka kepada Imam Rekan di Gereja tempat dirinya menjalani

kehidupan berpastoral tersebut. Dari Imam Rekan tersebut subjek D

mendapatkan banyak hal dimana dirinya mendapatkan pencerahan pada

pikirannya, mendapatkan kekuatan hidup dalam imannya, serta memiliki

semangat yang tinggi dalam menjalani hidupnya. Kemudian setelah

mendapatkan pencerahan hidup dari Imam Rekan, subjek D juga

memberanikan dirinya untuk terbuka kepada keluarga. Tanggapan yang

muncul dari orangtua subjek, pada awalnya mereka marah dan betul-

betul kecewa karena tidak dapat menerima keputusan tersebut. Namun

pada akhirnya, mereka pun dapat menerima kenyataan yang terjadi pada

dirinya. Sehingga dari situlah, subjek D pada akhirnya memilih untuk

meninggalkan kehidupan berpastoralnya.

Page 24: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

15

b. Hasil Analisis Data Angket dan Wawancara

1. Disengagement Goal Imam dan mantan Imam Katolik

No. Item 1 3 6 8

Subjek A 2 1 5 2

Subjek B 1 1 2 1

Jumlah Skor 3 2 7 3

Rata-rata 1,5 1 3,5 1,5

Tabel 1.

Hasil Rata-rata Skor Disengagement Goal Imam

Dari tabel di atas pada item nomer 1 dan 3 menunjukkan mengenai

kemampuan Imam dalam melakukan pelepasan komitmen, sedangkan

pada item nomer 6 dan 8 menunjukkan mengenai kemampuan mereka

dalam mengurangi usaha. Pada item nomer 1 dan 3, hasil rata-rata skor

pada subjek A adalah 1,5 sedangkan subjek B adalah 1. Hasil ini

menunjukkan bahwa kedua Imam merasa sulit untuk melepaskan

komitmen pada tujuan yang dirasa sulit untuk dicapai. Kemudian pada

item nomer 6 dan 8, hasil rata-rata skor pada subjek A adalah 3,5

sedangkan subjek B adalah 1,5. Hasil ini menunjukkan adanya

persamaan antara subjek A dan subjek B dalam mengurangi usahanya.

Page 25: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

16

Subjek A menjelaskan bahwa tujuan yang dirasa sulit untuk

dicapai adalah menjadi Imam yang sesuai dengan keinginannya. Subjek

A merasa seperti itu karena dirinya menganggap bahwa setelah

ditahbiskan, tentu dirinya langsung bisa menjadi seorang Imam Paroki.

Namun, pada kenyataannya tidak. Setelah ditahbiskan justru dirinya

menjalani kehidupan berpastoral yang berbeda dari apa yang diharapkan.

Dalam menanggapi realitas tersebut, reaksi yang muncul dari subjek A

adalah dirinya tetap melakukan apa pun yang diinginkan oleh Uskup

walaupun dirinya tetap berkomitmen pada tujuan yang diinginkannya

sejak kecil yaitu untuk menjadi Imam Paroki.

- “..saya dipercaya Bapak Uskup yang seperti ini. Sebenarnya cita-cita

saya bukan menjadi Romo Seminari..”

Sedangkan subjek B, menjelaskan bahwa tujuan yang dirasa sulit

dicapai adalah melakukan pelayanan rohani yang mencakup berbagai

aspek kehidupan. Hal ini disebabkan, dirinya menganggap bahwa

adanya permasalahan internal maupun eksternal pada subjek B yang

pada akhirnya justru menjadi penghalang atau penghambat pencapaian

tujuan tersebut.

Secara internalnya, adalah :

- “..muncul kebosanan juga, secara fisik juga capek menghadapi

masalah-masalah yang biasanya masalah yang bagi saya sepertinya

sederhana tapi malah tidak selesai-selesai. Itu kadang-kadang.

Kemudian dari situ muncul emosi ya, emosi yang tidak terkendali.

Misalnya marah, sewot, seperti itu ya. Saya juga termasuk ee.., ya di

satu sisi tidak mudah diatur..”

Page 26: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

17

Secara eksternalnya, adalah :

- “..Tapi, berbeda. Dari culture keluarga tertentu mereka juga dari, dari

keluarga tertentu yang berbeda-beda..”

Dalam menanggapi realitas tersebut, reaksi yang muncul dari subjek B

adalah lebih memilih untuk menerima realitas tersebut dan berusaha

untuk mengontrol dirinya agar tidak keterlaluan dalam menyikapinya.

Subjek B mengatakan :

- ”..Namun justru karena dalam konteks pelayanan saya mencoba

untuk mengatur kecenderungan saya ini supaya tidak keterlaluan.

Dalam pelayanan, saya mencoba untuk setia melayani..”

No. Item 1 3 6 8

Subjek C 2 1 1 4

Subjek B 2 3 2 2

Jumlah Skor 4 4 3 6

Rata-rata 2 2 1,5 3

Tabel 2.

Hasil Rata-rata Skor Disengagement Goal Mantan Imam

Dari tabel di atas pada item nomer 1 dan 3, hasil rata-rata skor pada

subjek C adalah 1,5 sedangkan subjek D adalah 2,5. Hasil ini

menunjukkan bahwa kedua mantan Imam merasa sulit untuk melepaskan

komitmen pada tujuan yang dirasa sulit untuk dicapai. Kemudian pada

item nomer 6 dan 8, hasil rata-rata skor pada subjek C adalah 2,5

Page 27: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

18

sedangkan subjek B adalah 2. Hasil ini menunjukkan adanya persamaan

antara subjek C dan subjek D dalam mengurangi usahanya.

Subjek C menjelaskan bahwa tujuan yang dirasa sulit untuk dicapai

adalah mempertahankan kehidupan Imamatnya. Subjek C menganggap,

apabila yang menjadi penyebab kegagalannya adalah dirinya sendiri.

- “..intinya ada kekeringan rohani, dimana saya begitu terlibat aktif

dalam berpastoral. Karena saya terlalu sibuk dengan kegiatan

sehingga, ya.. doa-doa pribadi terus relasi sesama Imam itu menjadi

kering. Ditambah lagi waktu dalam keadaan kering itu, saya terbawa

dengan skripsi dan tesis saya tentang perkawinan..”

Dari situlah dirinya awalnya goyah. Hal ini disebabkan, dirinya

menganggap bahwa adanya permasalahan internal maupun eksternal

yang akan dirasakannya. Secara internalnya, karena dirinya juga dari

keluarga Jawa. Secara eksternalnya, karena takut pada kehidupan di

masyarakat dan terlebih kepada Ibunya. Dalam menanggapi realitas

tersebut, reaksi yang muncul dari subjek C pada akhirnya memilih untuk

melepaskan kehidupan Imamatnya karena sudah tidak kuat menahan

kegetiran pada dirinya.

Sedangkan subjek D, mengungkapkan bahwa tujuan yang dirasa

sulit dicapai sama seperti subjek C yaitu mempertahankan kehidupan

Imamatnya. Subjek D merasa keinginan tersebut muncul secara tiba-tiba

tanpa disadarinya dari suatu peristiwa yang dialaminya dan dari situlah

dirinya menjadi kecewa. Sehingga dari situlah, dirinya berusaha untuk

melakukan berbagai tindakan demi mendapatkan suatu solusi.

Page 28: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

19

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

1 3 6 8

Imam

Ex-Imam

Subjek D mengatakan :

- ”Kemudian saya langsung mencoba hampir setiap ada waktu luang

melakukan refleksi. Sekitar ya hampir satu tahun saya

melakukannya. Namun, bukanlah suatu jalan penyelesaian yang

saya peroleh dari Tuhan berdasarkan kekuatan iman saya..”

Selain itu juga, subjek D juga sudah mencoba untuk berani bersikap

terbuka pada Imam Rekan di Gereja Katolik tempat dirinya bertugas.

Ungkap subjek D :

- ”..saya juga mencoba untuk memilih bersikap berani terbuka dengan

Romo Rekan di Gereja Paroki tempat saya bertugas..”

Walaupun sudah dibantu dan mendapatkan jalan penyelesaian yang tepat

dari Imam Rekan, namun pada akhirnya subjek D tetap memilih

meninggalkan kehidupan Imamatnya.

Diagram 1.

Diagram Hasil Skor Disengagement Goal

Imam dan Mantan Imam Katolik

Page 29: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

20

Hasil skor pada tabel dan diagram di atas menunjukkan mengenai

tingkat kemampuan mengurangi usaha yang dilakukan oleh Imam dan

mantan Imam dalam mencapai tujuan yang dirasa sulit atau yang tidak

dapat dicapai atau dijangkau. Pada item 1 dan 3 menunjukkan mengenai

kemampuan mereka dalam melakukan pelepasan komitmen, sedangkan

pada item 6 dan 8 menunjukkan mengenai kemampuan mereka dalam

mengurangi usaha. Dari gambar di atas, pada item nomer 1 dan 3, hasil

skor rata-rata Imam adalah 2,5 sedangkan mantan Imam adalah 4. Hal

ini menunjukkan apabila Imam kurang mampu melakukan pelepasan

komitmen dengan mudah bila dibandingkan mantan Imam. Kemudian

pada item nomer 6 dan 8, hasil skor rata-rata Imam adalah 5 sedangkan

mantan Imam adalah 4,5. Hal ini menunjukkan bahwa Imam lebih

mampu mengurangi usaha dengan mudah bila dibandingkan mantan

Imam.

2. Reengagement Goal Imam dan mantan Imam Katolik

No. Item 2 4 5 7 9 10

Subjek A 2 1 2 4 4 2

Subjek B 2 4 4 2 4 4

Total 4 5 6 6 8 6

Rata-rata 2 2,5 3 3 4 3

Tabel 1.

Hasil Rata-rata Skor Reengagement Goal Imam

Page 30: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

21

Dari tabel di atas, pada item nomer 5 dan 7 menjelaskan mengenai

kemampuan mereka dalam mengidentifikasi pada tujuan baru yang ingin

dicapai. Pada item nomer 5 dan 7, hasil rata-rata skor subjek A adalah 3

sedangkan subjek B adalah 3. Hasil ini menunjukkan bahwa kedua Imam

sama-sama cukup mudah dalam mengidentifikasi tujuan baru. Kemudian

pada item nomer 2 dan 9, menjelaskan mengenai kemampuan mereka

dalam menjalin komitmen pada tujuan baru yang ingin dicapainya. Pada

item ini, hasil rata-rata skor subjek A adalah 2,5 sedangkan subjek B

adalah 4. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan kemampuan antara

kedua Imam dalam menjalin komitmen pada tujuan baru yang ingin

dicapainya. Kemudian pada item nomer 4 dan 10, menjelaskan mengenai

peningkatan usaha untuk memulai melakukan pencapaian tujuan baru

tersebut. Pada item ini, hasil rata-rata skor subjek A adalah 1,5

sedangkan subjek B adalah 4. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan

kemampuan antara kedua Imam dalam meningkatkan usahanya untuk

memulai melakukan pencapaian tujuan baru tersebut.

Tujuan baru yang ingin dicapai subjek A, adalah melaksanakan

Arah Dasar Keuskupan yang kemudian diaplikasikan dalam kehidupan

di Gereja. Subjek A memilih untuk mewujudkan tujuan tersebut,

disebabkan dirinya menyadari bahwa sebagai Imam Diosesan maka

harus menaati apa pun yang diinginkan Uskup dan terlebih lagi subjek A

berstatus sebagai Imam Kepala tentunya memiliki tanggung jawab yang

besar di dalam Gereja. Oleh karena itu, hal inilah yang membuat subjek

Page 31: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

22

A memutuskan untuk tidak lagi memikirkan mengenai tujuan baru

lainnya secara pribadi untuk dikejar dan lebih mementingkan tujuan

yang diinginkan Uskup (Arah Dasar Keuskupan).

Berikut, ungkapan subjek A :

- ”..sebagai seorang Imam yang ada di bawah Bapak Uskup ya yang

mengikuti bagaimana Arah Dasar Keuskupan. Bapak Uskup mau

apa, kita sebagai Imam yang melaksanakan. Menjadi Imam Projo

harus siap ditugaskan oleh Bapak Uskup apa pun tugasnya. Baru

berapa tahun saya ditugaskan di Paroki dan harus melaksanakan apa

yang menjadi amanat Bapak Uskup. Kalau menyambut program-

program apa pun juga bukan obsesi saya pribadi ya..”

Sedangkan subjek B, dalam hal ini juga ingin melakukan hal yang

tercantum dalam Arah Dasar Keuskupan. Subjek B mengungkapkan,

- ”Ya tujuannya itu kan, sebagaimana sudah dicanangkan dalam

ARDAS ya.”

Hal ini disebabkan, subjek B tidak ingin hidup hanya penuh dengan

pelayanan saja. Dirinya justru ingin dapat semakin dewasa dalam iman,

melakukan berbagai hal demi menciptakan kekompakan dan dapat pula

menjadi individu yang missioner.

Ini adalah ungkapannya :

- “Menjadi persekutuan murid-murid Kristus yang semakin dewasa

dalam iman, guyub, penuh pelayanan dan Missioner. Itu sajalah..

Nilai-nilai itu sajalah.. Terus disosialisasikan dan diwujudkan, saya

kira sudah cukup.”

Sehingga selain dirinya melakukan pelayanan kepada umat Gereja,

dirinya pun berusaha melakukan pelayanan di luar Gereja. Hal inilah

yang menunjukkan bahwa subjek B selalu ingin berfikir tentang aktifitas

baru lainnya untuk dilakukan demi mewujudkan tujuannya dan buktinya

Page 32: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

23

sampai saat ini sudah banyak kegiatan yang dilakukannya. Secara umum

dalam menentukan suatu tujuan yang ingin dijadikan sumber aktifitas

dalam hidup berpastoralnya, subjek B tidak pernah menentukan tujuan

yang dicari tersebut harus bermakna. Hal ini disebabkan subjek B hanya

ingin dapat membuat orang lain yang mendapatkan pelayanan hidup

darinya bisa guyub atau kompak.

Subjek B mengatakan :

- ”Cuma memang mesti ada ukuran tertentu dimana dapat melihat

sejauh mana sebenarnya itu manusia guyub atau kompak.”

Selain itu juga dalam menentukan tujuan baru, subjek B tidak yakin pada

dirinya bahwa tujuan baru yang dimiliki bermakna walaupun dirinya

tertarik untuk mencapainya.

No. Item 2 4 5 7 9 10

Subjek C 5 4 4 4 4 4

Subjek D 4 4 4 4 4 4

Total 9 8 8 8 8 8

Rata-rata 4,5 4 4 4 4 4

Tabel 2.

Hasil Rata-rata Skor Reengagement Goal Mantan Imam

Dari tabel di atas, pada item nomer 5 dan 7 hasil rata-rata skor pada

subjek C dan subjek D sama-sama 4. Hasil ini menunjukkan bahwa

Page 33: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

24

kedua mantan Imam sama-sama cukup mudah dalam mengidentifikasi

tujuan baru. Kemudian pada item nomer 2 dan 9, hasil rata-rata skor

subjek C dan subjek D sama-sama 4. Hasil ini juga menunjukkan apabila

kedua mantan Imam sama-sama cukup mudah dalam menjalin komitmen

pada tujuan baru yang akan dicapai. Selain itu juga pada item nomer 4

dan 10, hasil rata-rata skor subjek C dan subjek D sama-sama 4. Hasil ini

juga menunjukkan apabila kedua mantan Imam sama-sama memiliki

semangat yang cukup tinggi dalam berusaha untuk memulai melakukan

pencapaian tujuan yang baru.

Setelah memiliki waktu dalam melepaskan diri dari sifat spesifik

tujuan yang sulit dicapai, subjek C mulai berusaha berfikir untuk

mengejar tujuan baru yang lebih bermakna. Sehingga dapat

mengarahkan pikiran dan energi yang dimiliki oleh subjek C. Tujuan

baru tersebut adalah menanggapi panggilan Tuhan dalam menjalani

kehidupan berkeluarga.

- “Tetap menanggapi panggilan Tuhan dalam berkeluarga, berkembang

biaklah dan akhirnya berkeluarga..”

Subjek C tertarik pada tujuan baru tersebut untuk dicapai dan memiliki

keyakinan diri bahwa tujuan baru yang dimiliki bermakna, disebabkan

tujuan tersebut merupakan suatu arah hidup yang Tuhan kehendaki.

- “Tujuan hidup saya memang pertama-tama apa pun bentuknya, saya

mencoba dalam hidup saya itu menanggapi panggilan Tuhan.

Panggilan Tuhan waktu saya menjadi Romo, saya akan melaksanakan

itu. Terus sekarang keluar, maka saya akan melaksanakan panggilan

dalam keluarga ini dan tentunya dengan segala konsekuensinya..”

Page 34: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

25

Setelah subjek C menemukan tujuan baru yang bermakna ini,

dirinya menjadi memiliki pula keinginan untuk segera mengejar tujuan

tersebut. Misalnya, dalam mendidik anak.

Subjek C mengungkapkan :

- “..Kalau saya di keluarga, maka saya mendidik anak-anak supaya

nanti menjadi anak yang berguna.”

Selain itu juga subjek C menambahkan :

“..Bagi saya, saya tidak pernah menyuruh begini-begini. Tapi kegiatan

Gereja itu kok mengalir terus. Tapi tentunya, ya doa saya. Doa itu

kan pasangan pribadi untuk anak-anak dalam menghadapi persoalan

itu mengalir. Tuhan membimbing..”

Berdasarkan realitanya pun, saat ini anak-anaknya banyak yang

menjadi aktivis di dalam Gereja. Sedangkan tujuan baru yang saat ini

ingin dicapai subjek D, adalah mampu memberikan kehangatan bagi

keluarga yang dibangunnya.

- ”Ya..,saya lebih mengarah pada memberikan adanya kehangatan

hidup bagi keluarga saya..”

Sehingga, dari situlah dapat menunjukkan usaha subjek D dalam

menjaga keutuhan keluarga yang dibangunnya. Subjek D tertarik pada

tujuan baru tersebut untuk dicapai dan memiliki keyakinan diri bahwa

tujuan baru yang dimiliki bermakna, disebabkan tujuan tersebut dapat

membantu anak dan istri agar lebih mudah dalam menanggapi berbagai

hal yang dialami selama menjalani kehidupan.

Page 35: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

26

Subjek D mengatakan :

- ”..Karena dengan kehangatan hidup maka dapat memberikan segala

kemudahan yang akan dilakukan setiap manusia, terlebih keluarga

saya.”

Hal ini dapat dilihat dari berbagai upaya yang selalu dilakukan

subjek D kepada istri dan anaknya.

- “Ya, banyak ya. Saya berusaha untuk mengajarkan kepada istri dan

anak saya untuk dapat mengutamakan selalu mendekatkan diri

kepada Tuhan. Karena iman tentunya selalu menjadi pendukung

setiap manusia dalam melakukan berbagai hal. Kemudian

menanamkan pada diri saya untuk memiliki semangat yang tinggi

dalam menjalin komunikasi dengan anak dan juga istri dengan cara

berusaha untuk selalu menjadi tempat curahat hati mereka. Sehingga

dapat membantu mereka dalam menyelesaikan masalah hidupnya.

Terlebih lagi ya, berusaha untuk menjadi pribadi yang bertanggung-

jawab.”

Seperti halnya subjek C, setelah subjek D menemukan tujuan baru

yang bermakna ini dirinya pun memiliki pula keinginan untuk segera

mengejar. Selain itu, dirinya mendapat dukungan sosial dari keluarga

maupun berbagai Rekan Imamnya dulu. Dukungan keluarga tersebut,

didapatkan oleh subjek D dari Ibunya.

Subjek D mengatakan :

- ”Ya, tentunya pasti Ibu saya. Karena saya merasa lebih dekat

dengan dia. Berkat dia, saya selalu mendapatkan motivasi berupa

pengarahan yang bermanfaat bagi saya. Kemudian dari berbagai

Rekan Imam saya, tentunya juga Rekan Imam di Gereja Paroki yang

saya tempati dulu.”

Page 36: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

27

Diagram 2.

Diagram Hasil Skor Reengagement Goal

Imam dan Mantan Imam Katolik

Diagram di atas menunjukkan mengenai tingkat kemampuan Imam dan

mantan Imam Katolik dalam memaksimalkan usaha untuk dapat mencapai

tujuan baru yang ingin dicapai. Pada item 5 dan item 7, menunjukkan

mengenai kemampuan mereka dalam mengidentifikasi pada tujuan baru

yang ingin dicapai. Lalu pada item 2 dan item 9, menunjukkan mengenai

kemampuan mereka dalam menjalin komitmen pada tujuan baru tersebut.

Kemudian pada item 4 dan item 10, menunjukkan mengenai kemampuan

mereka dalam memulai melakukan pencapaian tujuan tersebut. Dari gambar

diagram di atas, pada item nomer 5 dan 7 hasil rata-rata skor Imam adalah 3

sedangkan mantan Imam adalah 4. Hal ini menunjukkan bahwa mantan

Imam lebih mampu mengidentifikasi tujuan yang baru untuk dicapai bila

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

2 4 5 7 9 10

Imam

Ex-Imam

Page 37: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

28

dibandingkan dengan Imam. Kemudian pada item nomer 2 dan 9 hasil rata-

rata skor Imam adalah 3 sedangkan hasil rata-rata skor mantan Imam adalah

4,25. Hal ini menunjukkan bahwa mantan Imam lebih mudah melakukan

usaha untuk menjalin komitmen pada tujuan baru yang ingin dicapai bila

dibandingkan dengan Imam. Kemudian pada item nomer 4 dan 10 hasil rata-

rata skor Imam adalah 2,75 sedangkan hasil rata-rata skor mantan Imam

adalah 4. Hal ini menunjukkan bahwa mantan Imam lebih mudah dalam

mengejar atau memulai usaha untuk mencapai tujuan baru bila dibandingkan

dengan Imam.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil data di atas, peneliti menggambarkan bahwa terdapat

adanya perbedaan reaksi antara Imam dengan mantan Imam Katolik dalam

melakukan penyesuaian tujuan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengambilan

data dari angket dan didukung dari hasil wawancara.

Pada tahap disengagement goal, hasil analisis data dari angket

menggambarkan bahwa Imam kurang mampu bereaksi dengan mudah dalam

melakukan pelepasan komitmen bila dibandingkan dengan mantan Imam.

Dalam hal ini, sangat berkaitan erat dengan komitmen hidup berupa janji

Imamatnya yaitu menyerahkan seluruh hidupnya untuk melayani Tuhan dan

juga sesama (Nggagur, 2009). Dalam hal ini, monomer-duakan atau bahkan

sampai menghilangkan kepentingan pribadi. Sedangkan mantan Imam, tidak

Page 38: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

29

harus mengutamakan komitmen dalam menjalani berbagai aktifitas selama

dirinya mampu memberikan kesejahteraan hidup bagi keluarga yang

dibangunnya (Elia, 2000). Sehingga hal ini dapat berpengaruh pada

kemampuan Imam dan mantan Imam dalam berusaha maksimal untuk

mencapai tujuan. Apabila dalam berusaha mencapai tujuan, umat di Gereja

maupun semua orang di tempat dirinya melakukan karya hidup berpastoral

merasa tidak menyetujui untuk tetap memaksimalkan usaha dalam mencapai

tujuan yang mereka diinginkan maka Imam harus bisa mengurangi usaha

untuk melakukan pencapaiannya. Sedangkan mantan Imam, justru

sebaliknya. Dirinya dapat menentukan berbagai tindakan sesuai dengan

keinginannya sendiri.

Pada tahap reengagement goal, hasil analisis data dari angket

menggambarkan bahwa Imam kurang mampu bereaksi dengan mudah dalam

melakukan berbagai hal ini bila dibandingkan dengan mantan Imam. Dalam

mengidentifikasi tujuan baru yang akan dipilih, tentunya tidak

mengutamakan pada kepentingan pribadi melainkan kepentingan sosial

(Nggagur, 2009). Sedangkan mantan Imam, secara umum dapat

mengutamakan kepentingan pribadinya. Kemudian dalam menjalin

komitmen pada tujuan baru tersebut, Imam juga kurang mampu bereaksi

dengan mudah seperti mantan Imam. Hal ini disebabkan dalam melakukan

berbagai tindakan (khususnya, dalam melakukan pelayanan), pola kehidupan

yang dijalaninya harus cenderung mengutamakan orang lain dan melibatkan

semua pihak (Sutrisnaatmaka, 2012). Sehingga dalam memutuskan suatu

Page 39: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

30

tindakan yang akan dilakukan selalu mementingkan keinginan bersama.

Dalam hal ini, umat di Gereja maupun semua orang di tempat dirinya

melakukan karya hidup berpastoral. Sedangkan mantan Imam, secara umum

pola kehidupan yang dijalaninya dapat sesuai dengan keinginan dirinya

tanpa ada yang mengatur. Lalu yang terakhir dalam melakukan proses

pelaksanaan, hasil analisis data dari angket juga menggambarkan bahwa

Imam kurang mampu bereaksi secara cepat bila dibandingkan dengan

mantan Imam. Hal ini semakin mengorientasikan bahwa Imam harus dapat

menunggu kesiapan dari umat maupun masyarakat, sehingga dampak yang

dirasakan dalam menjalankan karya kehidupan berpastoral berhasil, berguna

dan tepat sasaran bagi umat maupun masyarakat yang dilayaninya

(Sutrisnaatmaka, 2012). Sedangkan mantan Imam, secara umum dalam

menentukan waktu melaksanakan sesuai dengan keinginan diri mereka

masing-masing.

Dalam penelitian ini tentunya juga memiliki kelemahan, dimana

kelemahannya adalah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki

perbedaan periode waktu. Dalam hal ini, periode waktu Imam dalam

menjalani maupun mantan Imam dalam meninggalkan kehidupan

berpastoral sehingga dapat berpengaruh dalam bereaksi saat melakukan

penyesuaian tujuan. Dalam hal ini, pada mentalitas mereka dalam

menentukan cara atau tindakan yang dipilih dan dimunculkan dalam

melakukan penyesuaian tujuan.

Page 40: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

31

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat adanya perbedaan gambaran reaksi penyesuaian tujuan antara

Imam dengan mantan Imam Katolik. Dalam disengagement goal, Imam lebih sulit

melepaskan komitmen dan lebih mudah dalam mengurangi usaha. Sedangkan

mantan Imam justru sebaliknya, dimana mereka lebih mudah melepaskan

komitmen dan lebih sulit mengurangi usaha. Kemudian dalam melakukan

reengagement goal, baik dalam hal mengidentifikasi tujuan baru, menjalin

komitmen pada tujuan baru, maupun memulai usaha untuk melaksanakan tujuan

baru tersebut mantan Imam justru lebih mudah melakukannya bila dibandingkan

dengan Imam.

SARAN

Adapun saran yang diberikan peneliti sesuai dengan hasil penelitian yang

telah dilakukan, antara lain:

1. Imam Katolik

Dalam mencapai suatu tujuan, Imam tetap harus dapat memegang

komitmen tujuan demi mewujudkan tujuan hidup yang ingin dicapainya

tersebut dan dapat menjadi sosok pemimpin agama yang mampu

mengabdikan dirinya bagi Gereja serta masyarakat.

2. Mantan Imam Katolik

Dari hasil penelitian ini diharapkan bahwa mantan Imam tetap

memiliki semangat yang tinggi melakukan penyesuaian tujuan dalam

Page 41: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

32

hidupnya. Tidak boleh mengenal takut, khawatir atau malu untuk kembali

berkumpul dalam lingkup Gereja untuk mengenal orang lain.

3. Peneliti selanjutnya

Pada kesempatan selanjutnya dapat diteliti lebih lanjut tentang

motivasi Imam atau pun mantan Imam dalam mewujudkan suatu tujuan,

karena setiap manusia dalam mewujudkan suatu tujuan hidup yang baru

yang ingin dicapai tentu membutuhkan suatu motivasi pada dirinya.

Page 42: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

33

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2005). Psikologi kepribadian. Malang: Penerbit Universitas Malang.

Andrew, E.R., Mikels, J.A., & Lӧckenhoff, C.E. (2012). Choosing with

confidence: Self-efficacy and preferences for choice. Journal of Judgement

and Decision Making, 7, (2), 173-180.

Arias, J.F. (2004). Recent perspectives in the study of motivation: Goal

orientation theory. Electronic Journal of Research in Education Psychology,

2, (1), 35-62.

Biswas, M.A., Diener, E.D., & Dean, U. (2007). Personality, culture, and

subjective well-being: Emotional and cognitive evaluations of life. Annual

Revision Psychologycal Journal, 54, 403-425.

Eddington, K.M. & Foxwoth, T.E. (2012). Dysphoria and self-focused attention:

Effects of feedback on task strategy and goal adjustment. Journal of Social

and Clinical Psychology, 31, (9), 933-951.

Elia, H. (2000). Peran ayah dalam mendidik anak. Jurnal Teologi dan Pelayanan,

1, (1), 105-113.

Feichter, J.H. (2001). The dilemma of priest retirement. Journal of the Scientific

Study of Religion, 24, (1), 111-118.

Kusumawanta, D.G.B. (2009). Imam di ambang batas antara yang ilahi dan

manusiawi, yang surgawi dan duniawi. Yogyakarta: Kanisius.

Mardani, A.T. (2010). Dilarang menjadi pastor. Yogyakarta: Kanisius.

Miller, E.G., et al. (2003). Adaptive self-regulation of unattainable goals; Goals

disengagement, goal reengagement, and subjective well-being. The Society

for Personality and Sociality Psychology, 29, (12), 1494-1508.

Nggagur, F.S. (2009). Pastor di persimpangan harta-imamat-wanita. Jakarta:

Forum Kita.

Senko, C. & Harackiewicz, J.M. (2005). Regulation of achievement goal: The role

of competence feedback. Journal of Educational Psychology, 97, (3), 320-

336.

Sururudin. (2010). Konsep bahagia: Analisis terhadap pemikiran Plato. Jurnal

Media Akademika, 25, (2), 111-124.

Sutrisnaatmaka, A.M. (2012). Kepemimpinan dalam gereja dan masalahnya.

Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

Page 43: Gambaran Reaksi Penyesuaian Tujuan Imam dan Mantan Imam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8541/2/T1_802007058_Full... · sikap melayani dan berkorban demi orang lain (Sutrisnaatmaka,

34

Thomas, E.F., McCreight, A.K., & Kyle, R. (2014). Affective style, humor style

and happiness. Europe’s Journal of Psychology, 10, (3), 451-463.

Thompson, E.A., Woodward, J.T., & Stanton, A.L. (2011). Moving forward

during major goal blockage: situational goal adjustment in women facing

infertility. Journal of Behavioural Medic, 34, 275-287.

Wrosch, C., & Sabiston, C.M. (2013). Goal adjustment, physical and sedentary

activity, and well-being and health among breast cancer survivors. Journal

Psycho-Oncology, 22, 581-589.

Wrosch, C., & Scheier, M.F., (2003). Personality and quality of life: The

importance of optimism and goal adjustment. Journal Quality of Life

Research, 12, 59-72.