GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN LUKA DM...
Transcript of GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN LUKA DM...
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG
PENCEGAHAN LUKA DM PADA ANGGOTA
KELUARGA PASIEN DM DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PISANGAN, CIPUTAT TIMUR
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
OLEH:
SUCI RAHMA WARDANI
NIM: 1111104000034
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015 M
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCESSCHOOL OF NURSINGSYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OFJAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2015
Suci Rahma Wardani, NIM: 1111104000034
Representation of Knowledge about Diabetic Wound Prevention in theMember of Family of Diabetes Mellitus’s Patient
xvii + 78 pages + 16 tables + 2 schemes + 7 attachments
ABSTRACT
Diabetic wounds is one of the complications of diabetes that require optimal careand high costs for patients and families. So family members is important to knowabout the prevention of diabetic wounds in diabetic patients. Family ties inIndonesian people is very closely and make a familiar source of family support tobe easily obtained diabetic patients. Many studies that discuss the prevention ofdiabetic wounds in diabetic patients. However, little has been researching on theprevention of injuries diabetes mellitus from the viewpoints of family members ofpatients with diabetes mellitus, because a family member has a vital role in themanagement of diabetes in the family. The prevalence of diabetes is increasingevery year indirectly increase the prevalence of diabetic wounds in diabeticpatients. But knowledge about the prevention of family members of diabeticwounds is still minimal. The aim of this study is expected to provide an overviewof knowledge about the prevention of diabetic wounds in diabetic patients familymembers. This study uses a questionnaire made by researchers in 50 respondentsin family members of diabetic patient. This study design using quantitativedescriptive research. The results obtained based on demographic data indicate thatthe majority of adult age is 40 people (80%), female gender 34 people (68%),family members with consanguinity relationships as many as 41 people (82%),high school education of 31 people (62%), and the status of the respondents whoworked as many as 28 people (56%), in which the respondent with goodknowledge categories are as many as 30 people (60%).
Keywords: diabetic wounds, diabetes wound prevention, diabetic foot, familysupport.
References: 81 (years 1995 – 2014)
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2015
Suci Rahma Wardani, NIM: 1111104000034
Gambaran Pengetahuan tentang Pencegahan Luka DM: pada AnggotaKeluarga Pasien DM
xvii + 78 halaman + 16 tabel + 2 bagan + 7 lampiran
ABSTRAK
Luka diabetes merupakan salah satu komplikasi diabetes yang memerlukanperawatan optimal dan biaya yang tinggi bagi pasien dan keluarga. Sehinggaanggota keluarga penting untuk mengetahui tentang pencegahan luka diabetespada pasien DM. Ikatan kekeluargaan di Indonesia sangat erat dan akrab membuatsumber dukungan keluarga akan mudah diperoleh pasien DM. Banyak penelitianyang membahas pencegahan luka diabetes pada pasien DM. Namun masih sedikityang meneliti tentang pencegahan luka DM dari sudut pandang anggota keluargapasien DM, karena anggota keluarga memiliki peran vital dalam pengelolaan DMdi keluarga. Prevalensi DM yang setiap tahunnya terus meningkat secara tidaklangsung meningkatkan prevalensi luka diabetes pada pasien DM. Namunpengetahuan anggota keluarga tentang pencegahan luka diabetes masih minim.Tujuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengetahuantentang pencegahan luka diabetes pada anggota keluarga pasien DM. Penelitianini menggunakan kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti pada 50 oranganggota keluarga pasien DM sebagai responden penelitian. Desain penelitian inimenggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Hasil yang diperolehberdasarkan data demografi menunjukkan bahwa mayoritas usia dewasa sebanyak40 orang (80%), jenis kelamin perempuan 34 orang (68%), anggota keluargadengan hubungan pertalian darah sebanyak 41 orang (82%), pendidikan SMAsebanyak 31 orang (62%), dan status responden yang bekerja sebanyak 28 orang(56%), dimana responden dengan kategori pengetahuan baik adalah sebanyak 30orang (60%).
Kata Kunci: luka diabetes, pencegahan luka dibetes, kaki diabetes, dukungan
keluarga
Referensi : 81 (tahun 1995 – 2014
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : SUCI RAHMA WARDANI
Tempat, tanggal lahir : Kamang, 08 Maret 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jorong Kampung Tangah Magek Kec.Kamang Magek Kab. Agam Sumatera Barat
HP : +6281267001121
E-mail : [email protected]
Fakultas/ Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/
Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. TK Pertiwi Magek 1998 – 19992. Sekolah Dasar Negeri 02 Surau Panjang Magek 1999 – 20053. MTsN 1 Model Bukittinggi 2005 – 20084. SMA Negeri 1 Kamang Magek 2008 – 20115. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 – Sekarang
ORGANISASI
1. Pramuka 2005 – 2006
2. OSIS SMA 2008 – 20093. BEM PSIK 2013 – 2014
ix
KATA PENGANTAR
Allhamdulillahirabbil ‘aalamiin... Segala puji hanya milik Allah SWT
yang telah memberikan penulis nikmat dan karunia sehingga dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Gambaran Pengetahuan tentang Pencegahan Luka DM
pada Anggota Keluarga Pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan,
Ciputat Timur”.
Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna
mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama
kuliah.
Salam dan terima kasih penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah
mendukung dan membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua, Ibunda Adismar dan Ayahanda Aditiawarman yang telah
menyayangi, mendidik, dan selalu mendo’akan serta memberikan
dukungan moril dan materil kepada penulis, sehingga penulis mampu
sampai pada tahap ini. Selanjutnya adikku Novsal Yoga Eka Putra, dan
seluruh keluarga besar yang telah memberi dukungan dan do’a kepada
penulis.
2. Prof. Dr. Dede Rosyada, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc selaku Ketua Program Studi dan
Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Karyadi, M.Kep., Ph.D dan Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku
Dosen Pembimbing. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu yang telah
x
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan
serta semangat kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini.
6. Ns. Uswatun Khasanah, MNS., Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB., dan
Karyadi, M.Kep., Ph.D., selaku dosen penguji skripsi. Terima kasih
sebesar-besarnya atas saran dan kritik yang membangun demi tercapainya
skripsi yang baik.
7. Nia Damiati, S.Kp., MNS selaku Dosen Pembimbing Akademik. Terima
kasih Ibu telah membimbing dan memberi motivasi selama 4 tahun duduk
di bangku kuliah.
8. Teman-teman dan kawan-kawan PSIK (Susi, Dina, Tristi, Wiwi, Ratna,
Rifka, dan Ita), serta teman kotsan yang telah membantu, memberi
masukan, canda tawa selama proses tersebut.
9. Segenap Staf Pengajar dan Karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Segenap jajaran Staf dan Karyawan Akademik serta Perpustakaan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan yang telah banyak memudahkan penulis dalam urusan
administrasi dan pengadaan referensi sebagai bahan rujukan skripsi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis berusaha semaksimal mungkin agar
tulisan ilmiah ini memberikan informasi yang tepat dan bernilai guna. Namun
apabila terdapat salah dan kurang didalamnya, penulis menerima saran dan kritik
dari pembaca dengan tangan terbuka. Demikian penulis sampaikan dan terima
kasih.
Ciputat, Juli 2015
Suci Rahma Wardani
xi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Judul .......................................................................................... i
Lembar Keaslian Karya .......................................................................... ii
Abstract ................................................................................................... iii
Abstrak .................................................................................................... iv
Lembar Persetujuan ................................................................................ v
Lembar Pengesahan ................................................................................ vi
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................. viii
Kata Pengantar ........................................................................................ ix
Daftar Isi ................................................................................................. xi
Daftar Singkatan ..................................................................................... xiv
Daftar Tabel ............................................................................................ xv
Daftar Bagan ........................................................................................... xvi
Daftar Lampiran....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan ................................................................................ 11
1. Definisi Pengetahuan ............................................................ 11
2. Pengetahuan Keluarga tentang Pengelolaan DM dan
Pencegahan Luka .................................................................. 11
B. Keluarga....................................................................................... 13
1. Definisi Keluarga .................................................................. 13
xii
2. Tipe Keluarga ....................................................................... 13
3. Fungsi Keluarga .................................................................... 14
4. Dukungan Sosial ................................................................... 14
C. Diabetes Melitus (DM) ............................................................... 15
1. Definisi DM .......................................................................... 15
2. Etiologi .................................................................................. 15
3. Faktor Resiko ........................................................................ 16
4. Tanda dan Gejala .................................................................. 18
5. Diagnosis DM ....................................................................... 19
6. Komplikasi ............................................................................ 20
7. Penanganan DM .................................................................... 21
D. Pencegahan Luka Diabetes ......................................................... 23
E. Penelitian Terkait ........................................................................ 29
F. Kerangka Teori ........................................................................... 31
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ........................................................................ 32
B. Definisi Operasional ................................................................... 33
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................ 35
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 35
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 36
D. Instrumen Penelitian ................................................................... 39
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ........................................... 41
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ................................................ 45
G. Pengolahan Data ......................................................................... 46
H. Analisa Data ................................................................................ 48
I. Etika Penelitian ........................................................................... 48
J. Penyajian Data ............................................................................ 49
xiii
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Data Demografi Responden Penelitian di Wilayah
Kerja Puskesmas Pisangan .......................................................... 50
B. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka DM di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan... 53
C. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka DM berdasarkan sub-variabel
Pengetahuan................................................................................. 53
D. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka DM berdasarkan Data Demografi................... 54
BAB VI PEMBAHASAN
A. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka DM berdasarkan Data Demografi .................. 58
B. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka DM berdasarkan sub-variabel Pengetahuan... 64
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 74
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 76
B. Saran ........................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN
DM : Diabetes melitus
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
IDF : International Diabetes Federation
WHO : World Health Organization
BPS : Badan Pusat Statistik
PERSI : Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia
RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
PERKENI : Perhimpunan Endokrinologi Indonesia
IRNA : Instalansi Rawat Inap
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
UU : Undang-undang
QOL : Quality of Life
FPG : Fasting Plasma Glukose
NDDG : National Data Group of the USA
2 jam pp : 2 jam post prandial
TTGO : Tes Toleransi Gula Oral
P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Klasifikasi dan Etiologi DM 16
3.2 Definisi Operasional 31
4.1 Pernyataan Penyusun Kuisioner 39
4.2 Interpretasi Koefisien Alfa 42
5.1 Karakteristik Anggota keluarga berdasarkan Usia 53
5.2 Karakteristik Anggota keluarga berdasarkan Jenis Kelamin 54
5.3 Karakteristik Anggota keluarga berdasarkan Hubungan
Responden yang Tinggal Bersama dengan Pasien DM
54
5.4 Karakteristik Anggota keluarga berdasarkan Tingkat
Pendidikan
55
5.5 Karakteristik Anggota keluarga berdasarkan Status Pekerjaan 55
5.6 Gambaran Pengetahuan tentang pencegahan luka DM: pada
Anggota Keluarga Pasien DM
56
5.7 Gambaran Pengetahuan berdasarkan Sub-Variabel Pengetahuan 56
5.8 Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka berdasarkan Usia
57
5.9 Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka berdasarkan Jenis Kelamin
57
Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka berdasarkan Jenis Kelamin
5.10 Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka berdasarkan Hubungan Responden yang
Tinggal Bersama dengan Pasien DM
58
5.11 Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka berdasarkan Tingkat Pendidikan
58
5.12 Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka berdasarkan Status Pekerjaan
59
xvi
DAFTAR BAGAN
Halaman
2.2 Kerangka Teori 33
3.1 Kerangka Konsep 34
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian pada Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian pada Dinas Kesehatan
Tangerang Selatan
Lampiran 3. Surat Pemberian Izin Dinas Kesehatan Tangerang Selatan
Lampiran 4. Permohonan Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6. Kuisioner Penelitian
Lampiran 7. Hasil Olah Software Statistik
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronik dan tidak
menular dengan resiko tinggi yang menimbulkan masalah serius diseluruh
dunia (Liu et.al, 2009; Jain, 2012). Sedangkan menurut Riskesdas (2013)
DM adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan
meningkatnya kadar gula di dalam darah (hiperglikemia) yang disebabkan
oleh gangguan fungsional pankreas untuk memproduksi insulin atau
kualitas insulin itu sendiri yang kurang baik untuk melakukan fungsinya.
DM menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang terus
meningkat di seluruh dunia. Diperkirakan pada tahun 2025 meningkat dua
kali lipat dibandingkan pada tahun 2003 yaitu sekitar 180 juta orang
menjadi 330 juta orang (Yokoyama et.al, 2007; Jain, 2012). Menurut
Federasi Diabetes Internasional (IDF) Indonesia masuk dalam urutan
ketujuh negara dengan prevalensi diabetes tertinggi (Aditama, 2013).
Sedangkan menurut WHO prevalensi DM di Indonesia meningkat dari 8,4
juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan data
BPS jumlah pasien diabetes meningkat dengan prevalensi 14,7% untuk
daerah urban dan 7,2% untuk daerah rural (Pdpersi, 2011). Riskesdas
(2013) menambahkan bahwa peningkatan tersebut terjadi sesuai dengan
bertambahnya umur, namun mulai umur ≥65 tahun cenderung menurun,
cenderung lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki, dan lebih tinggi
2
di perkotaan daripada di perdesaan. Federasi Diabetes Internasional
menyatakan insiden tersebut secara tidak langsung meningkatkan
prevalensi luka diabetes 1-4% pada pasien DM (Saad et.al, 2013).
Peningkatan kejadian luka DM disebabkan oleh penanganan
diabetes yang tidak baik, dimana beresiko terjadinya kerusakan syaraf,
yang menuju pada kerusakan aliran darah dan menyebabkan mati rasa
pada kaki. Bagi penderita yang sudah lama mengidap diabetes, memiliki
kecendrungan masalah sirkulasi yang lebih serius karena kerusakan aliran
darah yang melalui arteri kecil. Hal ini menambah kerentanan terhadap
luka-luka di kaki yang memerlukan waktu lama untuk disembuhkan dan
bahaya infeksi (D’Adamo dan Whitney, 2006; Misnadiarly, 2006).
Luka diabetes merupakan komplikasi diabetes yang membutuhkan
perawatan optimal di rumah sakit akibat ulkus, infeksi dan gangren yang
menyebabkan beban biaya yang berat bagi pasien dan keluarga, serta
pasien dapat mengalami amputasi (Kruse and Edelman, 2008; Liu et al,
2009; Dubsky et al, 2012). Rowe, et.al (2014) dan Chrisman (2010)
menambahkan bahwa kejadian 15% pada penderita diabetes menyebabkan
ulkus kaki dan 12-24% penderita diabetes dengan ulkus pada kaki berakhir
dengan amputasi. Luka di kaki (ulkus diabetik) termasuk masalah yang
umum dan merupakan komplikasi serius yang terjadi pada pasien DM.
Selain komplikasi yang terjadi pada ginjal, mata dan kardiovaskular (Liu
et.al, 2009).
Menurut pakar diabetes Em Yunir, di Indonesia ulkus diabetik
merupakan kasus yang paling banyak dirawat di rumah sakit. Angka
3
kematian yang disebabkan berkisar sebanyak 17-23%, sedangkan angka
amputasi 15-30% (PdPersi, 2011). Pakar biokimia dan biomedis Australia
mengatakan Indonesia memiliki populasi penderita diabetes terbesar
keempat di dunia dan radang kaki diabetes (diabetic foot ulcer) menjangkit
hampir 25% pasien diabetes yang menyebabkan 85% dari seluruh
amputasi diabetes (Kedutaan Besar Australia Indonesia, 2013).
Data di RSCM pada tahun 2003 menunjukkan bahwa masalah
ulkus diabetik merupakan masalah serius, dimana menyebabkan sebagian
besar pasien diabetes harus dirawat. Angka kematian dan angka amputasi
masih cukup tinggi, masing-masing sekitar 32,5% dan 23,5%. Pasien
diabetes pasca amputasi sebanyak 14,3% akan meninggal dalam setahun
dan 37% akan meninggal dalam 3 tahun (PERKENI, 2006).
Decroli dkk (2008) menjelaskan bahwa komplikasi kaki diabetik
seperti kejadian ulkus merupakan penyebab tersering amputasi
berdasarkan kejadian non-traumatik. Resiko amputasi 15-40 kali lebih
sering pada pasien DM dibandingkan non-DM, sehingga menyebabkan
lama rawat menjadi lebih panjang. Studi klinis yang dilakukan oleh
Pecoraro pada tahun 1990 menunjukkan tingginya kejadian luka diabetes
dengan presentase 84% yang mengalami amputasi ekstremitas non-
traumatik pada individu diabetes (Turns, 2013).
Menurut Saad, et.al (2013) strategi pengelolaan untuk merawat
luka diabetes adalah dengan mencegah tekanan dan kaki jatuh kedepan.
Penerapan kerangka kerja dalam perawatan luka diabetik dikenal dengan
TIME (tissue management, inflamasi, infection control, moisture balance,
4
and ephitelial (edge) advancement). Selain itu selalu memonitor kadar
gula darah pasien dan memperhatikan penyebab yang dapat menyebabkan
trauma minor pada kaki yang tidak terlihat seperti pembentukan kallus
akibat menggunakan alas kaki yang tidak sesuai (Holt, 2013; Saad et.al,
2013).
UU No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan menjelaskan bahwa
kegiatan keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan keperawatan
kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat, baik dalam kondisi
sakit maupun sehat. Suhaemi (2004); Peeple and Seley (2007); Asmadi
(2008) menjelaskan proses keperawatan yang baik itu dijalankan oleh
perawat-perawat profesional yang memiliki kemampuan berfikir kritis
dalam pemberian perawatan kepada pasien untuk membantu pasien (dari
level individu sampai masyarakat) mencapai derajat kesehatan yang
optimal melalui layanan keperawatan, sehingga peran perawat sangat
essensial.
Jain (2012) dan Torres, et.al (2014) menambahkan bahwa kegiatan
perawat juga memperbaiki dan mengembangkan strategi perawatan baru
demi perawatan yang lebih baik, serta memberikan edukasi kesehatan
informal bagi pasien untuk mengontrol dan mencegah komplikasi. Wu,
et.al (2014) dan Chesla, et.al (2013) menambahkan fokus perhatian pada
kondisi psikologis pasien dan sebagai alat untuk memperbaiki dukungan
keluarga, sehingga pasien dan keluarga bersama menemukan solusi dalam
menyelesaikan masalah.
5
Survey yang dilakukan oleh Sunarmi tahun 2007 pada keluarga
pasien DM di IRNA C RSUP Dr. M. Djamil Padang ditemukan bahwa
enam dari tujuh keluarga penderita gangren diabetes tidak memeriksa kaki
secara rutin, enam dari tujuh keluarga tidak menganjurkan lansia untuk
menggunakan sandal atau sepatu di rumah, dan lima dari tujuh keluarga
membawa pasien ke rumah sakit setelah kaki mengalami luka lebih dari
tujuh hari dan telah mengalami infeksi, yang ditandai dengan adanya pus.
Lima dari tujuh keluarga mengatakan tidak pernah mendapat informasi
tentang gangren diabetes maupun upaya pencegahannya.
Upaya pencegahan oleh keluarga menjadi penting terhadap
timbulnya luka pada pasien DM karena peran keluarga sangatlah vital
dalam mengelola penyakit tersebut (Sunarmi, 2010). Suatu penyakit dalam
keluarga dapat mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya juga
mempengaruhi jalannya suatu penyakit, sehingga keluarga perlu dibekali
dengan pengetahuan tentang pencegahan luka diabetes (Friedman, 1998;
Sunarmi, 2010).
Susanti dan Sulistyarini, (2013); Ferawati dkk, (2014) menjelaskan
bahwa sebagai orang terdekat, keluarga memiliki peranan yang sangat
penting bagi pasien diabetes. Perilaku pengelolaan penyakit DM yang baik
oleh pasien perlu dilakukan terus menerus dan dibutuhkan adanya peran
serta dari keluarga untuk memberikan dukungan agar pasien termotivasi
melalukannya.
Menurut Wu, et.al (2014); Torres, et.al (2014) motivasi diri
diperlukan pasien dalam mengelola stres akibat penyakit. Pengelolaan
6
stres pada pasien diabetes menjadi penting karena setelah mengetahui
bahwa mereka didiagnosa penyakit diabetes, maka pasien sering
memunculkan reaksi negatif, seperti pengungkapan ketidakpuasan yang
menetap berhubungan dengan kesulitan pasien dalam menyesuaikan diri
dengan kegiatan rutinnya terkait penyakit.
Secara substansial ulkus dan amputasi mengurangi kualitas hidup
dan menyebabkan tingginya angka kematian (Turns, 2013). Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Isa and Baiyewu (2006) terhadap 251
responden, DM diyakini dapat memberikan efek yang kurang baik
terhadap kualitas hidup (QOL). Dalam penelitian Robinson (2006)
menyimpulkan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor yang paling
utama untuk mempertahankan metabolik kontrol yang akan
mempengaruhi kualitas hidup pasien. Sehingga keluarga perlu memiliki
pengetahuan tentang pencegahan luka diabetes (Sunarmi, 2010; Yusra,
2010).
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,
pendidikan, ikatan/ hubungan dengan pasien DM, dan pekerjaan
(Notoadmodjo, 2003; Friedman et.al, 2010). Sehingga penting untuk
mengkaji karakteristik tersebut untuk mengetahui gambaran pengetahuan
anggota keluarga tentang pencegahan luka DM. Karakteristik tersebut juga
dapat digunakan untuk memperbaiki pengetahuan keluarga tentang
pencegahan luka DM agar kejadian luka diabetes dapat berkurang.
Survei awal yang peneliti lakukan pada 5 orang anggota keluarga,
diperoleh dua orang anggota keluarga pasien DM memiliki pengetahuan
7
yang baik tentang pencegahan luka DM dan 3 responden lainnya memiliki
pengetahuan yang kurang. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin
mengetahui gambaran pengetahuan tentang pencegahan luka DM: pada
anggota keluarga pasien DM.
B. Rumusan Masalah
Meningkatnya angka kejadian diabetes menyebabkan kejadian luka
diabetes juga meningkat. Di Indonesia pun angka kejadian diabetes terus
meningkat. Chrisman (2010) mengatakan pasien DM memerlukan peran
keluarga dalam memberikan dukungan agar pasien DM dapat
mempertahankan motivasi dan respon yang positif untuk mempertahankan
kualitas hidup pasien serta mencegah komplikasi seperti munculnya luka
diabetes. Crane & Marshall (2006) menyebutkan banyak penelitian belum
menggambarkan pentingnya peran kritis keluarga dalam pengelolaan DM
untuk mencegah luka diabetes. Hasil studi beberapa penelitian, peneliti
memperoleh bahwa masih jarangnya penelitian yang menjadikan fokus
penelitian adalah keluarga pasien DM. Berdasarkan data kunjungan pasien
DM ke Puskesmas Pisangan selama tahun 2014 adalah sekitar 111 orang,
yang terdiri dari pasien lama sebanyak 42 orang dan pasien baru sebanyak
69 orang. Namun puskesmas belum memiliki gambaran pengetahuan
keluarga tentang pencegahan luka diabetes baik pasien DM ataupun
keluarga. Berdasarkan data tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui
gambaran pengetahuan tentang pencegahan luka DM: pada anggota
keluarga pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Ciputat Timur.
8
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah untuk mengidentifikasi
pengetahuan tentang pencegahan luka DM pada anggota keluarga
pasien DM.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian adalah:
a. Mengidentifikasi data demografi keluarga pasien DM
meliputi usia, jenis kelamin, hubungan dengan pasien
DM, pendidikan, dan status pekerjaan.
b. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang
pencegahan luka DM.
c. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan keluarga
tentang pencegahan luka DM berdasarkan data
demografi meliputi usia, jenis kelamin, hubungan
dengan pasien DM, pendidikan, dan status pekerjaan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti,
keperawatan, rumah sakit, dan pemerintah.
a. Manfaat bagi responden
Setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan
luka diabetes diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
9
tentang pencegahan luka DM pada anggota keluarga pasien
DM.
b. Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
pengetahuan tentang pencegahan luka DM: pada anggota
keluarga pasien DM. Sehingga gambaran tersebut dapat
menjadi acuan peneliti, institusi terkait dan ataupun penelitian
selanjutnya dalam meningkatkan pengetahuan keluarga tentang
pencegahan luka DM.
c. Manfaat bagi keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam
keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan dan tanggung
jawab perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang
optimal.
d. Manfaat puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
bagi tenaga kesehatan, khususnya di Puskesmas Pisangan
mengenai gambaran pengetahuan tentang pencegahan luka DM
pada anggota keluarga pasien DM.
e. Manfaat bagi institusi pendidikan
Penelitian ini diharapkan menjadi sumber referensi penelitian
selanjutnya.
10
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan keluarga
tentang pencegahan luka DM: pada anggota keluarga pasien DM. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan
kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Mei 2015. Dimana responden penelitian ini adalah
anggota keluarga pasien DM yang tinggal bersama dengan pasien DM
yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Pisangan Ciputat Timur.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka ini akan membahas beberapa konsep terkait dengan
konsep pengetahuan, diabetes melitus, pencegahan luka, penelitian terkait, dan
kerangka teori, yang akan diuraikan dibawah ini:
A. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil
dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
baik melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya prilaku seseorang.
2. Pengetahuan Keluarga tentang Pengelolaan DM dan Pencegahan Luka
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronik yang tidak
dapat disembuhkan (Rintala et.al, 2013; Susanti dan Sulistyarini,
2013). Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik pada
pasien DM. Pemahaman yang baik tentang DM dan komplikasi
kroniknya serta perawatan luka yang adekuat merupakan faktor yang
sangat mempengaruhi keberhasilan terapi bahkan pencegahan luka
ataupun kecacatan (PERKENI, 2009).
Pengelolaan kaki diabetes sudah dimulai saat seseorang
dinyatakan DM meski belum timbul luka, yang disebut dengan
penyaringan atau deteksi dini (PERKENI, 2009). Pengelolaan DM dan
12
pencegahan luka dilakukan bersama-sama oleh individu diabetes dan
keluarga. Keluarga sebagai sarana atau sistem perawatan kehidupan
individu, berfungsi sebagai sumber informasi, sumber kepercayaan,
dan pemahaman bagi individu. (Ali, 2006).
Menurut Qamar (2014) strategi untuk mencegah komplikasi
diabetes seperti luka pada kaki diabetes adalah dengan menjaga kadar
gula darah dalam rentang normal. Faktor lingkungan berkontribusi
terhadap pencegahan kejadian luka diabetes seperti trauma minor serta
memberikan perawatan yang sesuai apabila pasien DM mengalami
luka untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Chrisman (2010) menjelaskan perlunya diskusi antara individu
diabetes dengan keluarga untuk menentukan tujuan dan perawatan
yang sesuai untuk mendukung kualitas hidup pasien guna mencapai
harapan yang realistis. Pengetahuan yang kurang akan mempengaruhi
motivasi individu dan keluarga untuk ikut berpartisipasi dalam
pendidikan kesehatan, penurunan terhadap dukungan sosial dan
keluarga (Wu et.al, 2014).
Anggota keluarga mengalami frustasi karena tidak tahu dan
bingung bagaimana manajemen diri pasien diabetes, pengetahuan
tentang kondisi yang berhubungan dengan diabetes, dukungan yang
secara langsung mempengaruhi manajemen diri pasien diabetes, dan
penerapan kemampuan/ aktivitas pasien DM untuk mengontrol kadar
gula darah. Sehingga timbul konflik dan keluarga tidak mampu
memenuhi kebutuhan anggota keluarga dengan DM (Hodge et.al,
13
2012; Burns et.al, 2013). Kesulitan meninggalkan pasien DM akibat
kegiatan sehari-hari dan kesulitan merawat pasien DM yang dengan
jenis kelamin yang berbeda. Mereka merasa tidak nyaman saat harus
memberikan kebutuhan personal pasien DM (Liu et.al, 2009).
B. Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh
kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi
dirinya sebagai bagian dari keluarga. Definisi ini mencakup berbagai
hubungan, termasuk di dalamnya keluarga yang tidak ada hubungan
darah, pernikahan, atau adopsi dan tidak hanya terbatas pada
keanggotaan dalam suatu rumah tangga (Friedman et.al, 2010).
2. Tipe Keluarga
Friedman et.al (2010) menjelaskan tipe-tipe keluarga:
a. Keluarga inti terkait dengan pernikahan
Merupakan keluarga yang terbentuk karena pernikahan, peran
sebagai orang tua, atau kelahiran: terdiri atas suami, istri, dan
anak-anak mereka baik secara biologis, adopsi, atau keduanya.
b. Keluarga orientasi (keluarga asal)
Merupakan unit keluarga tempat seseorang dilahirkan.
c. Extended family
Keluarga yang terdiri dari keluarga inti dan keluarga terkait
lainnya (oleh hubungan darah), yang biasanya merupakan
14
anggota keluarga asal dari salah satu pasangan keluarga inti.
Keluarga ini terdiri atas nenek, kakek, bibi, paman, keponakan,
dan sepupu.
3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman, et.al (2010) terdapat lima fungsi dasar keluarga:
a. Fungsi afektif (fungsi mempertahankan kepribadian)
Memfasilitasi stabilitasi kepribadian orang dewasa, memenuhi
kebutuhan psikologis anggota keluarga
b. Fungsi sosialisasi dan status sosial
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menajdikan
anak sebagai anggota masyarakat yang produktif, serta
memberikan status pada anggota keluarga.
c. Fungsi reproduktif
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa
generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi
efektifnya.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik, seperti makanan, pakaian, tempat
tinggal, perawatan kesehatan.
4. Dukungan sosial
Individu yang termasuk dalam memberikn dukungan sosial
meliputi pasangan (suami/ istri), orang tua, anak, sanak keluarga,
15
teman, tim kesehatan, atasan, dan konselor (Nursalam, 2007).
Dukungan dari keluarga merupakan bagian terpenting dalam
membantu individu menyelesaikan masalah. Dengan adanya
dukungan rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk
menghadapi masalah juga meningkat (Stuart dan Sundeen, 1995).
C. Diabetes Melitus (DM)
1. Definisi DM
Diabetes mellitus (DM) adalah kelainan metabolik yang ditandai
hiperglikemia kronis dan dapat mempegaruhi metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak (Gibney, 2009). Diabetes juga sering disebut dengan
istilah kencing manis. Karena kadar glukosa dalam darah meningkat dan
kelebihan ini dibuang melalui urin (Soegondo dan Sukardji, 2008).
2. Etiologi
Diabetes terjadi karena produksi insulin yang kurang (defisiensi
insulin) atau insulin yang tidak efektif (insulin yang resiten). Fungsi
insulin adalah memasukkan glukosa kedalam sel tubuh sehingga bisa
diubah menjadi energi. Ketika insulin tidak mampu memasukkan glukosa
kedalam sel maka jumlah glukosa didalam darah akan meningkat yang
nantinya akan menyebabkan hiperglisemia (Leslie et.al, 2012).
Menurut Tandra (2008); Gibney, et.al (2009); Leslie, et.al (2012)
ada dua tipe utama diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2.
16
Tabel 2.1 Klasifikasi dan etiologi DM
Klasifikasi etiologi kelainan glikomia
(diabetes mellitus)
Tipe 1
(tipe tergantung
insulin)
Ditandai dengan kegagalan produksi insulin
yang parsial atau total oleh sel-sel beta
pangkreas. Faktor penyebab masih belum
jelas, tetapi beberapa virus, penyakit
autoimun, dan faktor-faktor genetik dapat
menjadi penyebab. Diabetes tipe 1 dapat
terjadi pada anak dan dewasa. Penangannya
dengan injeksi insulin untuk mengontrol
kadar glukosa dalam darah.
Tipe 2 (tidak
tergantung
insulin)
Ditandai dengan resistensi insulin ketika
hormon insulin diproduksi dengan jumlah
yang tidak memadai atau dengan bentuk yang
tidak efektif. Faktor genetik yang kuat dan
obesitas dapat berperan dalam proses
terjadinya penyakit dan biasanya terjadi pada
orang dewasa. Diabetes tipe 2 dapat
dikendalikan dengan diet dan latihan, dan
penggunaan obat diabetes.
3. Faktor Resiko
Proses timbulnya penyakit diabetes disebabkan oleh berbagai
faktor yang dipengaruhi oleh komponen genetik dan lingkungan yang
memberikan kontribusi sama kuatnya terhadap munculnya penyakit
tersebut. Sebagian faktor tersebut dapat dimodifikasi melalui perubahan
gaya hidup, sementara sebagian yang lainnya tidak dapat dirubah
(Gibney et.al, 2009).
17
Menurut Gibney, et.al (2009); Yusra (2012), berikut faktor
resiko yang dapat menyebabkan munculnya DM:
a) Faktor genetik
DM dapat diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga
menderita DM. Hal tersebut menyebabkan kelainan gen yang
mempengaruhi produksi insulin. Komponen genetik turut
memberikan pengaruh terhadap timbulnya penyakit diabetes. Hal
tersebut dapat terlihat dari prevalesi DM yang tinggi pada anak-
anak yang diturunkan dari orang tua yang menderita diabetes, dan
prevalensi DM yang tinggi pada kelompok etnis tertentu.
b) Faktor usia
Perubahan fisiologis yang menurun dengan cepat pada
umumnya terjadi sejalan dengan pertambahan usia. Penurunan
tersebut dapat terjadi setelah usia 40 tahun. DM sering muncul
setelah usia lanjut terutama setelah berusia 45 tahun.
c) Faktor kegemukan/ obesitas
Faktor kegemukan yang ikut andil dalam kejadian DM:
1) Perubahan gaya hidup dari tradisional ke gaya hidup barat
Stres kronik cendrung membuat seseorang untuk
mengkonsumsi makanan yang manis dan berlemak tinggi
untuk meningkatkan kadar serotonin otak. Serotonin
memberikan efek penenang sementara untuk menurunkan
stres, namun gula dan lemak yang berlebihan dapat berakibat
fatal dan beresiko terjadinya DM.
18
2) Makan berlebihan
Obesitas disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi
makanan yang manis dan kaya lemak, serta mengkonsumsi
makanan yang terlalu banyak karena jumlah yang disimpan di
dalam tubuh terlalu banyak dan berlebihan.
3) Faktor demografi
a. Jumlah penduduk meningkat
b. Urbanisasi
c. Penduduk berusia diatas 40 tahun menigkat
d. Kurang gizi
e. Jarang melakukan aktivitas fisik
f. faktor-faktor makanan/ nutrisi
4. Tanda dan Gejala
Keluhan umum pada pasien seperti rasa haus yang berlebihan
(polidipsia), sering buang air kecil (poliuria) terutama malam hari, dan
sering merasa lapar (polifagia).
a) Poliuria
Kadar glukosa plasma puasa normal atau toleransi glukosa
setelah makan tidak dapat dipertahankan akibat defisiensi insulin.
Sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat (hiperglikemia)
dan jika melebihi ambang batas ginjal akan menyebabkan
glikosuria. Hal ini mengakibatkan diuresis osmotik yang
meningkatkan pengeluaran urin.
19
b) Polidipsia
Glikosuria yang mengakibatkan diuresis osmotik
menyebabkan pasien sering merasa haus dan banyak minum.
c) Polifagia
Glikosuria menyebabkan glukosa hilang bersama urin,
sehingga pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat
badan berkurang. Akibat kehilangan kalori mungkin menyebabkan
rasa lapar dan mudah lelah serta mengantuk pada pasien.
Misnadiarly (2006); Gibney et.al, (2009); Riskesdas,
(2013); menyebutkan gejala kronik yang dapat muncul pada pasien
DM:
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau tertusuk-tusuk jarum
c. Rasa tebal di kulit sehingga ketika berjalan terasa seperti di
atas bantal atau kasur
d. Kram
e. Mudah lelah
f. Mudah mengantuk
g. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata
h. Luka sulit sembuh
i. Penyakit kulit akibat jamur dibawah lipatan kulit
5. Diagnosis DM
Diabetes ditandai dengan jumlah atau konsentrasi glukosa di
dalam darah melebihi keadaan normal. Konsentrasi gula darah
20
dikatakan normal, bila dalam keadaan puasa pagi hari tidak melebihi
100 mg/dL (Soegondo dan Sukardji, 2008).
Gibney, et.al (2009) menjelaskan standardisasi kriteria untuk
penegakan diagnosis dan klasifikasi DM yang diusulkan oleh the
National Diabetes Data Group of the USA (NDDG) dan komite pakar
WHO menghasilkan keseragaman hingga taraf tertentu bagi berbagai
penelitian global terhadap kelainan metabolik tersebut.
Cara penegakan diagnosis DM adalah:
a) Gejala DM seperti poliuria, podipsi dan polifagi serta hasil
pemeriksaan glukosa sewaktu ≥200 mg/dl (11,1 mmol/l)
b) atau glukosa plasma puasa (FPG) ≥126 mg/dl (7,0 mmol/l)
c) atau glukosa plasma 2 jam setelah makan (2 jam pp) ≥200 mg/dl
(11,1 mmol/l) selama pelaksanaan TTGO (Tes Toleransi Gula
Oral)
d) untuk keperluan skrining pada populasi dapat digunakan kriteria
kadar glukosa puasa atau 2 jam pp sesudah pemberian per oral 75
gram glukosa.
6. Komplikasi
Komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi pada kedua tipe
diabetes adalah pada pembuluh darah, ginjal, mata, dan syaraf. Diabetes
mellitus merusak sistem saraf perifer, termasuk komponen sensorik dan
motorik divisi somatik dan otonom. Dimana komplikasi tersebut
merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian (Corwin, 2009;
Leslie et.al, 2012).
21
Komplikasi diabetes mempengaruhi pembuluh darah besar yang
menyebabkan penyakit kardiovaskular, stroke, dan penyakit
vaskularisasi perifer. Diabetes juga mempengaruhi sistem
mikrovaskular tubuh, yang menyebabkan retinopati, nefropati, dan
neuropati. Terjadinya penyempitan pada pembuluh darah yang dikenal
dengan angiopati diabetik (Misnadiarly, 2006; Holt, 2013).
7. Penanganan DM
Menurut (Ferawati, 2014) prilaku pengelolaan penyakit DM
yang tidak baik meliputi prilaku diet, prilaku olahraga/ aktivitas fisik,
prilaku pengobatan, prilaku dalam mengontrol gula darah, serta prilaku
pencegahan komplikasi oleh pasien dan keluarga serta tenaga
kesehatan.
Jain (2012) pendidikan kesehatan tentang pengelolaan diet,
latihan dan perawatan kaki bertujuan untuk mengontrol dan mencegah
terjadinya komplikasi diabetes. Menurut Gibney et.al (2008); Corwin
(2009); Torres et.al (2014) penanganan DM meliputi:
a) Terapi gizi mencakup modifikasi diet
Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga
tentang pengetahuan diet bagi pasien diabetes. Regimen diet
bergantung pada kebutuhan pertumbuhan, penurunan berat badan
yang diinginkan (biasanya untuk penderita diabetes tipe 2) dan
tingkat aktivitas. Pembagian kalori biasanya 50-60% dari
karbohidrat kompleks, 20% dari protein, dan 30% dari lemak,
serta kebutuhan akan vitamin dan mineral. Untuk membatasi diet
22
makan makanan yang dapat memperburuk penyakit pasien serta
perubahan gaya hidup pasien.
Tujuan terapi ini adalah:
1) Untuk mencapai outcome metabolik yang optimal dan
mempertahankannya. Outcome metabolik yang optimal
meliputi:
a. kadar glukosa yang normal
b. keberadaan lipid yang menguntungkan
c. tingkat tekanan darah yang dapat diterima untuk
mengurangi resiko penyakit pada pembuluh darah
makro serta mikro.
2) Untuk mencegah dan mengatasi komplikasi DM yang
kronis dengan mengubah asupan nutrien dan pola hidup
sebagai pencegahan serta penanganan obesitas,
dislipidemia, penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan
nefropati.
3) Untuk memperbaiki kesehatan melalui pemilihan makanan
yang sehat.
4) Beberapa komponen neuropati diabetik dapat dicegah
dengan gula darah yang terkontrol, sedangkan yang lainnya
tidak.
b) Aktivitas fisik
Program olahraga yang digabung dengan penurunan berat
badan menunjukkan peningkatan sensitivitas insulin dan
23
menurunkan kebutuhan terhadap intervensi farmakologik. Untuk
kedua tipe diabetes, olahraga terbukti dapat meningkatkan
pemakaian glukosa oleh sel sehingga kadar glukosa darah turun.
Namun bagi penderita diabetes tipe 1 harus mennjadi perhatian
sewaktu berolahraga karena dapat terjadi penurunan glukosa
darah yang mencetuskan hipoglikemia. Terutama terjadi apabila
pemberian insulin tidak disesuaikan dengan program olahraga.
c) Perawatan kaki
Perawatan kaki digunakan untuk melakukan pencegahan
untuk terjadinya luka-luka di kaki. Setiap hari kaki pasien
diabetes harus diperiksa dengan seksama minimal satu kali untuk
menemukan luka-luka secara dini atau perubahan warna kulit
seperti kemerah-merahan yang disebabkan oleh sepatu yang
sempit tepat pada waktunya (Soegondo dan Sukardji, 2008):
D. Pencegahan Luka Diabetes
Menurut Holt (2013) luka kaki diabetes dikategorikan sebagai luka
kronik yang tidak akan sembuh sendiri, melainkan dengan perawatan aktif.
Komplikasi – komplikasi diabetes penyebab memburuknya ulkus diabetik
adalah penyakit pembuluh darah perifer, neuropati perifer, dan infeksi
(Saad et.al, 2013).
Pencegahan komplikasi diabetes meliputi luka diabetes penting
sekali dilakukan yang dapat dicapai dengan kontrol gula darah, pengetahuan
tentang faktor resiko untuk berkembangnya ulkus kaki diabetik, dan
24
menginspeksi kaki secara teratur. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi luka
dan memberikan perawatan tepat pada waktunya (Holt, 2013).
Pada kaki yang masih normal ataupun sudah ada gangguan neuropati
atau neuroiskemi namun belum ada luka, penatalaksanaan lebih ditekankan
pada deteksi dini. Deteksi dini masuk dalam pencegahan sekunder yang
bertujuan mencegah terjadinya komplikasi kaki diabetes pada pasien DM.
Seorang pasien DM yang baru didiagnosis, deteksi dini sudah dilakukan
untuk mencegah resiko infeksi ataupun kelainan bentuk kaki (PERKENI,
2009).
Deteksi dini diawali dengan deteksi adanya resiko ulserasi atau tukak
pada pasien DM. Resiko terjadinya tukak dibagi menjadi dua golongan
besar yaitu resiko sistemik dan resiko total. Resiko sistemik meliputi
hiperglikemia yang tidak terkontrol, lamanya diabetes, penyakit pembuluh
darah perifer, gangguan penglihatan, penyakit ginjal kronik, dan usia tua.
Sedangkan resiko total meliputi neuropati perifer, kelainan struktur kaki,
bentuk sepatu yang tidak sesuai, adanya kalus. ada riwayat amputasi karena
tukak, tekanan yang berlebihan dalam jangka waktu yang lama dan gerakan
sendi yang terbatas (Misnadiarly, 2006; PERKENI, 2009).
Smeltzer dan Bare (2002); Misnadiarly (2006); Soegondo dan
Sukardji (2008); PERKENI (2009); Holt (2013) menjelaskan beberapa
tindakan preventif untuk mencegah timbulnya luka dan gangren diabetik:
a. Pengendalian glukosa darah
Kontrol gula darah sangat penting untuk menghindari penurunan
resistensi terhadap infeksi dan mencegah neuropati diabetik.
25
b. Penggunaan alas kaki
Penggunaan sepatu pada pasien DM tidak boleh sembarangan.
Pemilihan sepatu dilakukan dengan hati-hati, dimana sepatu tersebut
mengikuti bentuk kaki pasien untuk mencegah trauma pada kaki.
Tinggi hak sepatu sebaiknya dibawah 5 cm. Penggunaan sandal dan
sepatu secara bergantian, sandal dapat dipakai saat berada di dalam
rumah dan memakai sepatu saat bepergian ke luar. Menggunakan
ukuran sepatu yang tepat (tidak terlalu sempit ataupun terlalu longgar)
yang bertujuan untuk mencegah trauma gesekan. Lama penggunaan
sepatu baru yang bertahap untuk mencegah trauma akibat lepuh.
c. Merawat kuku kaki
Perawatan kuku kaki pasien DM sebaiknya setelah mandi, sehingga
saat memotong kuku, kuku menjadi lebih lembut. Hindari memotong
kuku dengan alat-alat tajam dan berhati-hati saat memotong kuku
kaki, karena rasa nyeri di kaki dapat berkurang. Hindari mengikir
kuku terlalu pendek atau terlalu dalam pada daerah tepi kiri dan kanan
kuku. Apabila penglihatan pasien diabetes sudah kurang, mintalah
bantuan orang lain.
d. Perawatan kaki
Perawatan kaki meliputi perhatian dan pemeriksaan pada kondisi kaki
pasien DM serta pemakaian pelindung kaki agar kaki tidak ada lepuh,
kemerahan, fisura, kalus, atau ulserasi akibat terkena trauma. Kaki
harus dicuci bersih setiap hari. Kemudian dikeringkan terutama pada
sela-sela jari kaki untuk mencegah akumulasi air. Mencuci kaki
26
dengan air biasa karena kaki ambang rasa pada kaki berkurang. Pasien
DM harus menghindari berjalan dengan kaki telanjang/ tanpa
menggunakan alas kaki, serta menghindari membersihkan kallus
sendiri. Apabila kedinginan pasien DM dapat menggunakan kaos kaki
yang menyerap keringat.
Selalu memperhatikan kondisi kaki untuk melihat:
1) Kaki yang mengalami bengkak supaya bisa kembali mengecil dan
aliran darah kembali lancar,
2) Adanya jamur yang dapat mengakibatkan sela-sela jari kaki
pecah-pecah ataupun terluka. Apabila ditemukan kaki berjamur
segera konsultasikan dengan dokter untuk diobati.
3) Peredaran darah yang terganggu
Untuk menangani peredaran darah kaki yang terganggu,
pasienDM dapat melakukan beberapa hal:
a) Latihan jalan (konsultasikan dengan dokter Anda)
b) Berhenti merokok, jika Anda seorang perokok
e. Pertolongan pertama (P3K)
Pertolongan pertama dimaksudkan agar luka tidak terifeksi. Apabila
kaki terluka, bersihkan luka dibawah air mengalir. Kemudian oleskan
krim antiseptik dan balut dengan perban atau balutan. Sehingga
diperlukan untuk selalu menyimpan kotak P3K di rumah yang berisi
balutan steril, tip, perban, dan krim antiseptik.
f. Pasien harus mendapatkan penyuluhan untuk mengurangi faktor
resiko, seperti konseling tentang kebiasaan merokok dan kenaikan
27
lemak darah yang dapat mempengaruhi timbulnya kelainan vaskuler
perifer.
g. Melakukan senam kaki
Senam kaki adalah latihan atau gerakan-gerakan yang
dilakukan oleh kedua kaki secara bergantian atau bersamaan untuk
memperkuat atau/ dan melenturkan otot-otot di daerah tungkai bawah
terutama pada kedua pergelangan kaki dan jari-jari kaki. Senam kaki
untuk membantu memperkuat otot-otot kecil kaki. Karena syaraf kaki
yang terganggu atau rusak akibat diabetes.
Langkah-langkah senam kaki:
Posisi awal: duduklah dengan posisi tegak diatas sebuah kursi (jangan
bersandar)
i) Latihan ke-1 (10 kali)
a) Gerakkan jari-jari kedua kaki seperti bentuk cakar, dan
b) Luruskan kembali.
ii) Latihan ke-2 (10 kali)
a) Angkat ujung kaki, tumit tetap diletakkan diatas lantai
b) Turunkan ujung kaki, kemudian angkat tumitnya dan
turunkan kembali.
iii) Latihan ke-3 (10 kali)
a) Angkat kedua ujung kaki Anda
b) Putar kaki pada pergelangan kaki, kearah samping
c) Turunkan kembali ke lantai dan gerakkan ke arah tengah.
28
iv) Latihan ke-4 (10 kali)
a) Angkat kedua tumit Anda
b) Putar kedua tumit ke arah samping
c) Turunkan kembali ke lantai dan gerakkan ke tengah.
v) Latihan ke-5 (masing-masing kaki 10 kali)
a) Angkat salah satu lutut, dan
b) Luruskan kaki Anda
c) Gerakkan jari-jari kaki Anda ke depan
d) Turunkan kembali kaki Anda, bergantian ke kiri dan
kanan.
vi) Latihan ke-6 (masing-masing kaki 10 kali)
a) Luruskan salah satu kaki Anda di atas lantai
b) Kemudian angkat kaki tersebut
c) Gerakkan ujung-ujung jari ke arah muka Anda
d) Turunkan kembali tumit Anda ke lantai.
vii) Latihan ke-7 (10 kali)
Seperti latihan sebelumnya, tetapi kali ini dengan kedua kaki
secara bersamaan.
viii)Langkah ke-8 (10 kali)
a) Angkt kedua kaki Anda, luruskan dan pertahankan posisi
tersebut
b) Gerakkan kaki Anda pada pergelangan kaki, ke depan
dan ke belakang.
29
ix) Latihan ke-9 (masing-masing 10 kali)
a) Luruskan salah satu kaki Anda dan angkat
b) Putar kaki Anda pada pergelangan kaki
c) Tuliskanlah di udara dengan kaki Anda angka 0 s/d 9.
x) Latihan ke-10 (sekali)
a) Selembar koran dilipat-lipat dengan kaki menjadi bentuk
bulat seperti bola. Kemudian dilicinkan kembali dengan
menggunakan kedua kaki, dan setelah itu disobek-sobek.
b) Kumpulkan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki
dan letakkan di atas lembaran koran lainnya. Terakhir
bungkuslah semuanya dengan kedua kaki menjadi
bentuk bola.
E. Penelitian Terkait
1. Peran Dukungan Sosial dalam Pengelolaan Diri Pasien Diabetes
Melitus pada Populasi Hispanik Amerika
Seiring dengan meningkatnya insiden diabetes melitus
menyebabkan DM menjadi fokus utama kesehatan di Hispanik
Amerika. Karena jumlah tersebut menunjukkan rata-rata komplikasi
yang tinggi pada populasi Hispanik penderita DM. Di dalam penelitian
ini disebutkan bahwa dukungan sosial merupakan fator yang memiliki
hubungan yang relevan dalam pengelolaan diri pasien diabetes.
30
2. Kehidupan Sehari-hari Keluarga dengan Pasien Dewasa Penderita
Diabetes Tipe 1
Penelitian ini menjelaskan bahwa keluarga memiliki peran
penting dalam memberikan dukungan kepada anggota yang menderita
diabetes karena banyak masalah yang berbeda yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari yang mempengaruhi individu diabetes dalam
manajemen diri. Penderita diabetes bertanggung jawab dalam
mengelola dirinya, sehingga pendidikan kesehatan dan dukungan sosial
diperlukan untuk manajemen diri individu diabetes.
3. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Jakarta
Dukungan keluarga diperlukan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Untuk
mencegah timbulnya komplikasi diabetes melitus, diperlukan
pengontrolan ynag teraupetik melalui perubahan gaya hidup pasien
DM. Hal tersebut memerlukan dukungan keluarga sebagai faktor
penting dalam kepatuhan manajemen panyakit kronik.
31
E. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan sebagai dasar acuan dalam penelitian ini meliputi diabetes melitus yang dijelaskan oleh Gibney (2009),
Leslie (2012), Riskesdas (2013) dan Saad, dkk (2013) memiliki dampak berupa berbagai macam komplikasi diantaranya luka diabetes.
Maka diperlukan pengetahuan bagi keluarga untuk mencegah timbulnya luka tersebut. Berikut skema yang dapat diberikan:
Bagan 2.2 Kerangka teori modifikasi dari; Smeltzer & Bare (2002); Misnadiarly (2006); Soegondo & Sukardji (2008); Corwin, 2009; Gibney (2009)
Liu et.al, 2009; PERKENI, (2009); Friedman, et.al (2010); Leslie (2012); Riskesdas (2013); Saad, et.al (2013); Holt (2013)
32
BAB III
KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan
dengan masalah dalam studi penelitian yang direfleksikan melalui
hubungan variabel-variabel dengan teori yang sudah disusun (Hidayat,
2011; Swarjana, 2012).
Variabel adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati dari
suatu objek dimana nilainya bervariasi antara satu objek dengan objek
yang lain (Hastono & Sabri, 2011). Penelitian ini memiliki satu variabel
yaitu pengetahuan tentang pencegahan luka DM.
Bagan 3.1 Kerangka konsep modifikasi dari Misnadiarly (2006); Soegondo &
Sukardji (2008); Corwin (2009); Gibney (2009); Leslie, et.al (2012); Yusra
(2012); Rintala, et.al (2013); Riskesdas (2013); Susanti& Sulistyarini (2013)
33
B. Definisi Operasional
Tabel 3.2Definisi Operasional Variabel
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur/ Hasil Ukur Kategori Skala1 Pengetahuan tentang
pencegahan lukadiabetes
Pengetahuan tentang pencegahanluka DM meliputi deteksi awal,penggunaan alas kaki, merawatkuku kaki, perawatan kakidiabetes, dukungan keluarga,perubahan sensorik, latihan
Kuisioner bagian II, 1. Pengetahuan baik, jika≥ mean
2. Pengetahuan kurang,jika < mean
Ordinal
2 Demografia) Usia
b) Jenis kelamin
Satuan waktu yang digunakanuntuk mengukur sejak seseorangdilahirkan sampai waktu saatpenghitungan.
Perbedaan fisik antara laki-lakidan perempuan.
Kuisioner bagian I, formatisian;a. Usia remaja (18-20 tahun)b. Usia dewasa (21-63
tahun)Piaget (dalam Dahar, 2011;dalam Nurjannah, 2013)
Kuisioner bagian I, formatisian;a. Laki-lakib. Perempuan(Hungu, 2007)
Dibagi menjadi dua 2kategori:1. Usia remaja (jawaban a)2. Usia dewasa (jawaban b)
Dikategorikan menjadi 2:1. Laki-laki (jawaban a)2. Perempuan (jawaban b)
Nominal
Nominal
34
c) Anggotakeluarga
d) Pendidikan
e) Pekerjaan
Ikatan/ hubungan yang timbulkarena pernikahan, pertaliandarah, ataupun ikatan keluargalainnya.
Usaha seseorang untukmeningkatkan pengetahuan danketerampilan untuk mencapaitujuannya.
Kegiatan sehari-hari yangdilakukan.
Kuisioner bagian I, formatisian;a. Pernikahanb. Pertalian darahc. Keluarga terkait(Friedman et.al, 2010)
Kuisioner bagian I, formatisian;a. SD/ MIb. SMP/ MTsc. SMA/ MA/ SMK/ MAKd. PT(UU No. 20 tahun 2003)
Kuisioner bagian I, formatisian;a. Bekerjab. Tidak bekerja
Dibagi menjadi 3 kategori:1. Pernikahan (jawaban a)2. Pertalian darah
(jawaban b)3. Keluarga terkait
(jawaban c)
Dibagi menjadi 3 kategori:1. Pendidikan dasar
(jawaban a & b)2. Pendidikan menengah
(jawaban c)3. Pendidikan tinggi
(jawaban d)
Dibagi menjadi 2 kategori:1. Bekerja (jawaban a)2. Tidak bekerja (jawaban
b)
Nominal
Ordinal
Nominal
35
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berfungsi
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti
melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan
analisis, dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono,
2012). Rancangan penelitian ini akan digunakan untuk mengidentifikasi
pengetahuan tentang pencegahan luka DM pada anggota keluarga pasien
DM.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan,
Ciputat Timur. Alasan peneliti memilih tempat tersebut adalah
berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan diperoleh bahwa
pengetahuan anggota keluarga pasien DM tentang pencegahan luka masih
kurang. Tahun 2014 setiap bulannya data kunjungan pasien DM ke
puskesmas selalu bertambah, baik itu pasien kunjungan lama maupun
pasien kunjungan baru. Namun data tersebut tidak ditindaklanjuti,
sehingga kenaikan atau penurunan dari kunjungan pasien DM tidak
nampak jelas dan ataupun pelaksanaan dari program-program terkait tidak
ada untuk menindaklanjuti kejadian tersebut. Dari hal tersebut peneliti
tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang pencegahan luka
36
DM yang dimiliki oleh keluarga pasien DM. Penelitian ini dilakukan pada
bulan April – Mei 2015.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari unit atau subjek yang mempunyai
karakteristik sesuai dengan kriteria penelitian yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2008; Hidayat, 2011; Hastono & Sabri, 2011). Pada penelitian
ini yang menjadi populasi adalah anggota keluarga dari pasien DM yang
telah didata datang ke Puskesmas Pisangan yang berjumlah 70 orang.
Sampel adalah bagian populasi atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki populasi yang akan dipergunakan sebagai
subjek penelitian (Nursalam, 2008; Hidayat, 2011). Sampel dalam
penelitian ini adalah anggota keluarga dari pasien DM yang berkisar 70 –
140 orang. Penentuan kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi serta cara pengambian sampel
yang ditetapkan oleh peneliti.
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik atau kriteria subjek penelitian
mewakili sampel penelitian yang akan diteliti (Nursalam, 2008).
Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah:
Anggota keluarga dari pasien DM yang melakukan kunjungan
ke Puskesmas Pisangan
Anggota keluarga tinggal bersama dengan pasien DM
Anggota keluarga pasien DM berusia 18 tahun keatas
Anggota keluarga pasien DM bersedia menjadi responden
37
Anggota keluarga mampu membaca dan menulis.
b. Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi merupakan kriteria penentuan subjek penelitian yang
tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai
sampel penelitian (Hidayat, 2011).
Kriteria ekslusi yang ditetapkan adalah:
Anggota keluarga yang sedang bepergian lama/ liburan
Pada penelitian ini, semua populasi/ sampel yang masuk ke
dalam kriteria inklusi diberi kode berupa angka. Kemudian peneliti
melanjutkan dengan pemberian lembar persetujuan menjadi responden
untuk diisi oleh sampel penelitian. Selanjutnya pengambilan data
dengan kuisioner. Waktu pengisian kuisioner selama kurang lebih 15
menit untuk masing-masing responden. Sedangkan untuk proses
pengambilan data dilakukan selama satu bulan.
c. Cara pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total
sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh
anggota populasi sebagai sampel (Sugiyono, 2009). Jumlah populasi
yang sedikit menjadi pertimbangan peneliti untuk mengambil seluruh
populasi menjadi sampel penelitian karena sampel yang besar
cendrung memberikan atau lebih dapat mewakili populasi yang akan
diteliti (Danim, 2002). Jumlah sampel dalam penelitian ini merupakan
seluruh populasi yang diperoleh peneliti melalui data kunjungan
pasien DM ke puskesmas yang diberikan oleh penanggungjawab
38
kejadian penyakit DM di wilayah kerja Puskesmas Pisangan
sebanyak70 orang.
Pengambilan sampel pada anggota keluarga pasien DM
dilakukan maksimal dua orang anggota keluarga pasien DM. Menurut
Budiarto (2002) pengambilan sampel dua orang dewasa untuk
mencegah terjadinya bias bila keluarga terdapat lebih dari satu orang
dewasa yang tinggal bersama pasien. Pengambilan sampel tersebut
juga untuk menghindari kesalahan dalam pemilihan unit dasar, yaitu
unit dasar yang berbeda dengan tujuan penelitian. Dimana nantinya
dapat mempengaruhi hasil penelitian. Untuk itu peneliti memilih
anggota keluarga yang paling dekat dengan pasien dan selalu
mengurusi/ merawat pasien. Sehingga perolehan sampel berkisar 70 –
140 orang.
Selama proses pengambilan data, peneliti hanya memperoleh
responden penelitian yaitu anggota keluarga pasien DM sebanyak 50
orang. Peneliti sudah melakukan kunjungan kepada seluruh pasien
DM yang berjumlah 70 orang sesuai dengan alamat yang peneliti
dapatkan sebagai proses pengambilan data pada responden yaitu
anggota keluarga pasien DM. Namun perolehan responden penelitian
yang peneliti dapatkan hanya 50 orang. Jumlah tersebut berasal dari
30 orang pasien DM yang bersedia terlibat dalam penelitian ini.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perolehan tersebut, seperti
responden yang tidak terdaftar oleh Ketua RT setempat, responden
sudah pindah dari alamat yang peneliti miliki, responden tidak
39
berkenan menjadi responden penelitian meskipun peneliti sudah
memberikan penjelasan.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan unutk
mengumpulkan data dalam rangka memperoleh data yang sesuai (Danim,
2002). Pada penelitian ini menggunakan jenis instrumen berupa kuisioner
untuk mengukur pengetahuan tentang pencegahan luka DM pada anggota
keluarga pasien DM.
Jenis kuisionernya adalah kuisioner yang diisi oleh responden
sesuai dengan pernyataan yang berada pada lembar kuisioner. Bentuk
pernyataan dari kuisioner adalah close ended item dimana responden
diberi kebebasan untuk memilih satu diantara dua jawaban tentang
kebenaran suatu pernyataan (Notoatmodjo, 2012). Jenis skala pengukuran
yang digunakan adalah skala Guttman. Menurut Hidayat (2011) skala
Guttman merupakan skala yang dibuat seperti checklist bersifat tegas dan
konsisten dalam memberikan jawaban dari pertanyaan/ pernyataan: ya dan
tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah.
Peneliti menggunakan kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti.
Pada bagian I (pertama) berkaitan dengan data demografi responden yang
berisi inisial responden, usia, jenis kelamin, anggota keluarga pasien DM,
pendidikan terakhir, dan status pekerjaan. Sedangkan pada bagian II
(kedua) berisi pengetahuan keluarga tentang pencegahan luka DM yang
terdiri dari tujuh sub pengetahuan terkait fakta dan pernyataan tentang
pencegahan luka DM. Pernyataan terdiri dari 30 butir pernyataan positif
40
(pernyataan no. 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 17, 20, 21, 24, 25, 26,
27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 39) dengan jawaban benar
bernilai 1 dan jawaban salah bernilai 0 dan 9 butir pernyataan negatif
(pernyataan no. 6, 8, 13, 15, 18, 19, 22, 23, 33) dengan jawaban benar
bernilai 0 dan jawaban salah bernilai 1. Berikut tabel pembagian
pernyataan penyusun kuisioner yang terdiri dari tujuh sub pengetahuan.
Tabel 4.1 pernyataan penyusun kuisioner pengetahuan tentang pencegahanluka DM
Tabel diatas merupakan pernyataan penyusun kuisioner terkait
dengan pengetahuan tentang pencegahan luka DM berdasarkan sub
pengetahuan. Peneliti menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov
test untuk mengetahui distribusi data, dimana diperoleh nilai p=0,057.
Nilai p>0,05 membuktikan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
Sehingga pengkategorian pengetahuan menggunakan mean=30,34.
Pengetahuan responden dikatakan baik apabila ≥ mean(30,34), dan
pengetahuan responden dikatakan kurang apabila < mean(30,34).
Pengetahuan tentang pencegahan lukaDM
Jumlah
Deteksi awal 6
Penggunaan alas kaki 7
Perawatan kuku kaki 4
Perawatan kaki diabetes 10
Dukungan keluarga 6
Perubahan sensorik 2
Latihan kaki 4
41
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Validitas
Validitas berbicara mengenai sejauh mana instrumen dapat
dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas berkaitan
dengan ketepatan alat ukur. Dengan instrumen yang valid akan
menghasilkan data yang valid pula. Uji validitas kuisioner yang
digunakan dalam penelitian ini adalah content validity.
Menurut Kelana (2011) content validity (validitas isi)
menunjukkan kemampuan item pertanyaan dalam instrumen mewakili
semua unsur dimensi konsep yang sedang diteliti. Sugiyono (2007) dan
Widoyoko (2013) mengatakan bahwa untuk menguji kemampuan
instrumen tersebut dapat digunakan pendapat para ahli. Jumlah para
ahli yang digunakan minimal tiga orang. Untuk penelitian tugas akhir
kuliah (skripsi), tenaga ahlinya adalah pembimbing. Pada penelitian ini
content validity instrumen penelitian dilakukan oleh dosen
pembimbing sebanyak dua orang, sehingga item pertanyaan/
pernyataan dalam instrumen dapat mewakili konsep yang sedang
diteliti.
Proses pembuatan instrumen penelitian, peneliti membuat
daftar pernyataan terkait pencegahan luka DM diperoleh sebanyak 40
pernyataan. Selanjutnya peneliti berkonsultasi dengan pembimbing,
diperoleh 39 pernyataan dan perubahan redaksional yang mengacu
pada pola kalimat Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Untuk
mengukur isi instrumen agar dapat mewakili konsep yang sedang
42
diteliti, peneliti melakukan content validity yang dilakukan oleh dua
orang dosen pembimbing penelitian. Sehingga diperoleh kuisioner
yang dapat mengukur pengetahuan responden tentang pencegahan luka
DM.
Kelana (2011) & Widoyoko (2013) menjelaskan validitas
konstruk akan menggambarkan bahwa instrumen memiliki item-item
pernyataan yang disusun secara rasional berdasarkan konstruk (konsep
dari suatu teori). Sehingga instrumen pada penelitian ini dapat
mengukur pengetahuan responden, baik untuk kategori pengetahuan
baik ataupun pengatahuan kurang. Setelah pengujian validitas diatas
dilanjutkan uji coba di lapangan dengan sampel uji coba minimal 30
orang.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 35 orang. Sampel
tersebut merupakan warga yang termasuk ke dalam wilayah kerja
Puskesmas Pisangan, namun sampel tersebut diluar responden
penelitian. Peneliti memperoleh sampel tersebut dengan
mengumpulkan data posbindu yang dibawahi oleh Puskesmas
Pisangan yang diperoleh sebanyak 4 posbindu (Flamboyan, Kenanga,
Nusa Indah, dan Rosela). Selanjutnya peneliti meminta izin puskesmas
untuk mendatangi posbindu tersebut. Setelah mendapatkan izin,
peneliti mendatangi kader posbindu untuk mendapatkan perizinan
melakukan penelitian pada anggota keluarga pasien DM. Peneliti
berhasil mengumpulkan data pasien DM di wilayah posbindu
Puskesmas Pisangan sebanyak 35 orang sampel selama 2 minggu dari
43
6 – 19 April 2015 dan diperoleh bahwa sampel dapat memahami
kuisioner penelitian.
2. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan kemampuan instrumen dalam
memberikan hasil pengukurannya selalu tetap atau dapat dipercaya.
Reliabilitas biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, disebut
koefisien. Koefisien yang tinggi menunjukkan reliabilitas yang tinggi.
Penelitian ini menggunakan sistem pemberian skor (scoring system)
instrumen. Metode analisa reliabilitas penelitian adalah instrumen skor
diskrit. Dimana nominal atau pilah adalah instrumen yang skor
jawaban/ responnya hanya dua jawaban yaitu benar dan salah.
Sehingga tingkat reliabilitas penelitian dapat dicari dengan rumus K-R
20 (Dempsey, 2002&Widoyoko, 2013).
Rumus K-R 20 ditemukan oleh Kuder dan Richardson yang
kemudian dikenal dengan Kuder dan Richardson Formula 20. Rentang
nilainya berada diantara 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati 1
maka semakin reliabel. Rumus ini dapat digunakan untuk instrumen
dengan:
a. Bentuk pertanyaan hanya terdiri dari atas dua pilihan jawaban,
misal ya dan tidak, benar dan salah
b. Jumlah butir pertanyaan ganjil, sehingga tidak dapat dibelah.
Dengan rumus:
44
dimana:
r11= reliabilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan
Vt = varians total
p = proporsi subjek yang menjawab betul (proporsi subjek yang
mendapat skor 1), dapat ditulis:
p =
q = 1 – p
Tabel 4.1 Tabel interpretasi koefisien reliabilitas 0-1, denganinterpretasi:
Nilai alfa 1 artinya sangat sempurna
Nilai alfa 0,8 artinya Sangat bagus
Nilai alfa 0,6 artinya Bagus
Nilai alfa 0,4 artinya Cukup
Nilai alfa < 0,4 artinya Jelek
Sumber: Umar, 2002 & Budiharto, 2008.
Hasil uji reliabilitas yang dilaksanakan selama dua minggu
berturut-turut dari tanggal 6 – 19 April 2015 di Kel. Pisangan dan Kel.
Cirendeu diperoleh nilai α (alfa) sebesar 0,6659909 dibulatkan
menjadi α=0,67. Berdasarkan nilai tersebut, pernyataan pada variabel
pengetahuan tentang pencegahan luka DM pada anggota keluarga
pasien DM dianggap reliabel.
45
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah dalam prosedur pengumpulan data adalah sebagai
berikut:
1) Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Dinas Kesehatan Tangerang Selatan.
2) Setelah peneliti mendapatkan izin penelitian, peneliti menyerahkan
surat permohonan izin tersebut kepada Kepala Puskesmas Pisangan
dan Ketua RT/ RW setempat untuk mendapatkan data warga dengan
DM yang datang dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pisangan
serta survei awal pada anggota keluarga yang tinggal bersama pasien
DM di wilayah Pisangan.
3) Setelah peneliti mendapatkan izin untuk melakukan penelitian dari
Ketua RT/ RW setempat, selanjutnya peneliti terlebih dahulu
melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen selama 14 hari (6 –
19 April 2015).
4) Setelah instrumen penelitian dinyatakan valid dan reliabel, peneliti
melakukan penyeleksian terhadap calon responden penelitian
berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya.
5) Peneliti menentukan jumlah responden penelitian dengan
menggunakan teknik total sampling.
6) Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan, peneliti melakukan informed consent terhadap calon
responden. Jika calon responden bersedia menjadi responden
46
penelitian, maka mereka dapat membaca lembaran persetujuan dan
kemudian menandatanganinya. Setelah itu informed consent
diserahkan kembalikepada peneliti.
7) Setelah peneliti menerima lembar persetujuan yang menunjukkan
bahwa calon responden setuju untuk menjadi responden penelitian.
Selanjutnya peneliti akan memberi penjelasan kepada responden
mengenai cara pengisian kuisioner dan responden dianjurkan bertanya
apabila ada pernyataan yang kurang jelas.
8) Pengisian kuisioner dilakukan selama kurang lebih 15 menit untuk
masing-masing responden, sedangkan untuk pengambilan
datadilakukan selama 6 hari (5 – 11 Mei 2015). Responden diharapkan
menjawab seluruh pernyataan di bagian jawaban di dalam kuisioner.
9) Apabila responden sudah selesai mengisi lembar kuisioner maka
lembar tersebut dikembalikan kepada peneliti.
10) Peneliti memeriksa kembali kuisioner yang sudah diisi oleh responden
untuk memeriksa kelengkapan pengisian kuisioner.
11) Kuisioner yang telah diisi selanjutnya diolah dan dianalisa oleh
peneliti.
G. Pengolahan Data
Menurut Budiarto (2002) dan Hidayat (2011) dalam proses
pengolahan data terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh meliputi
editing, coding, entry data, dan analiting. Berikut penjelasannya:
47
1) Editing
Editing merupakan langkah untuk memeriksa kembali
kebenaran data, seperti daftar pertanyaan yang diperoleh atau
dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data
atau setelah data terkumpul.
2) Coding
Coding merupakan langkah pemberian kode numerik (angka)
pada data yang sudah dikumpulkan yang terdiri atas beberapa kategori.
Pemberian kode ini akan memudahkan peneliti dalam pengolahan dan
menganalisa data menggunakan komputer. Dan penelitian ini
menggunakan kode tiap item kuisioner. Selanjutnya kode-kode
tersebut dikembalikan lagi pada variabel aslinya.
3) Entry data
Entry data merupakan langkah memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel
kontingensi. Program yang digunakan untuk menganalisa data pada
penelitian ini adalah software statistik.
4) Analysing
Peneliti menganalisa data penelitian menggunakan ilmu
statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dianalisis. Analysing adalah langkah selanjutnya setelah data
dimasukkan ke dalam database komputer dan kemudian dianalisa.
48
H. Analisa Data
Penelitian ini menggunakan analisa data univariat. Analisa
univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang
pencegahan luka DM sebagai variabel yang diteliti. Pada umumnya
analisis ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dan proporsinya saja.
Analisa univariat pada penelitian ini dilakukan pada variabel penelitian
yang meliputi: 1) Karakteristik anggota keluarga yang terdiri dari umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan; 2) Pengetahuan anggota
keluarga tentang pencegahan luka DM.
I. Etika Penelitian
1) Informed concent
Informed concent merupakan lembar persetujuan untuk
menjadi responden. Informed concent bertujuan agar responden
mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.
Jika responden bersedia maka responden harus menandatangani
lembar persetujuan dan jika tidak bersedia, maka peneliti harus
mengormati keputusan tersebut.
2) Anonimity (Tanpa nama)
Anonimity adalah tidak mencantumkan nama responden pada
lembar pengumpulan data tersebut. Dengan tujuan untuk memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian.
49
3) Confidentiality (Kerahasiaan)
Semua data dan masalah-masalah responden yang telah
dikumpulkan akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian
(Hidayat, 2011).
J. Penyajian Data
Penyajian data dimaksudkan agar memudahkan pengamat
memahami data yang disajikan dengan mudah. Penelitian ini akan
disajikan dalam bentuk tabulasi yang kemudian akan dijabarkan dalam
bentuk tulisan.
50
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Data Demografi Responden Penelitian di Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan
Gambaran data demografi responden pada penelitian ini
merupakan gambaran demografi anggota keluarga yang tinggal bersama
dengan pasien DM, yang akan diuraikan sebagai berikut, yaitu
berdasarkan usia, jenis kelamin, hubungan dengan pasien DM, tingkat
pendidikan, dan status pekerjaan. Data penelitian ini akan disajikan dalam
bentuk tabel yang terdiri dari frekuensi dan persentase.
1. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Usia
Tabel 5.1 Karakteristik Anggota Keluarga Pasien DM berdasarkanUsia
Usia (th) Frekuensi (n) Persentase (%)
Remaja (18-20) 10 20Dewasa (21-63) 40 80
Total 50 100
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa persentase terbanyak adalah
usia dewasa (21 – 63 tahun) yaitu 40 orang (80%). Sedangkan
persentase usia remaja (18 – 20 tahun) sebanyak 10 orang (20%).
Dengan usia responden penelitian termuda adalah 18 tahun dan usia
tertua adalah 63 tahun.
51
2. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Karakteristik Anggota Keluarga Pasien DM berdasarkanJenis Kelamin
Jenis kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-laki 16 32Perempuan 34 68
Total 50 100
Pada tabel 5.2 dapat dilihat bahwa persentase responden
perempuan lebih besar sebanyak 34 orang (68%) dibandingkan
persentase responden laki-laki sebanyak 16 orang (32%).
3. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Responden yang
Tinggal Bersama dengan Pasien DM
Tabel 5.3 Karakteristik Anggota Keluarga Pasien DMberdasarkan Hubungan Responden yang Tinggal Bersama dengan
Pasien DMHubungan Frekuensi (n) Persentase (%)Pernikahan 7 14
Pertalian darahKeluarga terkait
412
824
Total 50 100
Pada tabel 5.3 diperoleh bahwa hubungan pertalian darah
(anak) memiliki persentase terbesar yaitu 41 orang (82%). Sedangkan
persentase terkecil adalah keluarga terkait sebanyak 2 orang (4%).
Pada penelitian ini, responden yang termasuk kedalam hubungan
keluarga terkait adalah kakak.
52
4. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Tabel 5.4 Karakteristik Anggota Keluarga Pasien DM berdasarkanTingkat Pendidikan
Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)
SD-SMPSMA
PT
10319
206218
Total 50 100
Pada tabel 5.4 dapat dilihat persentase tingkat pendidikan
terbesar adalah tingkat pendidikan adalah SMA/ sederajat yaitu
sebanyak 31 orang (62%), kemudian persentase SD-SMP sebanyak 10
orang (20%) dan persentase PT (Perguruan Tinggi) sebanyak 9 orang
(18%).
5. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Status
Pekerjaan
Tabel 5.5 Karakteristik Anggota Keluarga Pasien DM berdasarkanStatus Pekerjaan
Status pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)
Bekerja 22 44Tidak bekerja 28 56
Total 50 100
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa responden yang tidak bekerja
memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan responden yang
bekerja yaitu 44% sebanyak 22 orang.
53
B. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka DM di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan
Tabel 5.6 Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DMtentang Pencegahan Luka DM
Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)Baik 30 60
Kurang 20 40
Total 50 100
Pada tabel 5.6 diperoleh bahwa persentase terbesar adalah
responden dengan kategori pengetahuan baik sebanyak 30 orang
(60%).
C. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka DM berdasarkan sub-variabel Pengetahuan
Tabel 5.7 Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DMtentang Pencegahan Luka DM berdasarkan Sub-Variabel Pengetahuan
Sub-VariabelPengetahuan
Kategori PengetahuanBaik Kurang
(n) (%) (n) (%)Deteksi awal 19 38 31 62
Penggunaan alas kaki 34 68 16 32Merawat kuku kaki 34 68 16 32
Perawatan kakidiabetes
29 58 21 42
Dukungan keluarga 32 64 18 36Perubahan sensorik 16 32 34 68
Latihan 42 84 8 16Total Responden 50
Tabel 5.7 dapat diperoleh bahwa persentase pengetahuan baik
responden lebih besar untuk sub-variabel pengetahuan penggunaan
alas kaki sebanyak 34 orang (68%), merawat kuku kaki sebanyak 34
orang (68%), perawatan kaki diabetes sebanyak 29 orang (58%),
54
dukungan keluarga sebanyak 32 orang (64%), latihan sebanyak 42
orang (84%). Dan kategori pengetahuan kurang untuk sub-variabel
pengetahuan deteksi awal sebanyak 31 orang (62%) dan perubahan
sensorik sebanyak 16 orang (32%).
D. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka DM berdasarkan Data Demografi
a. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM
tentang Pencegahan Luka DM berdasarkan Usia
Tabel 5.8 Gambaran Pengetahuan berdasarkan Usia
Usia (tahun)Kategori Pengetahuan TotalBaik Kurang
n % n % n %Remaja (18-20) 7,00 70,0 3,00 30,0 10,0 100Dewasa (21-63) 23,0 57,5 17,0 42,5 40,0 100
Total 50,0 100
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa usia remaja memiliki
persentase pengetahuan baik lebih besar (70,0%) sebanyak 7
orang dibandingkan persentase usia dewasa dengan kategori
pengetahuan baik yaitu sebanyak 23 orang (46,0%).
b. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM
tentang Pencegahan Luka DM berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.9 Gambaran Pengetahuan berdasarkan Jenis Kelamin
Jeniskelamin
Kategori Pengetahuan Total
Baik Kurang
n % n % n %Laki-laki 7 43,8 9 56,3 16 100
Perempuan 23 67,6 11 32,4 34 100
Total Responden 100
55
Pada tabel 5.9 diperoleh bahwa perempuan memiliki
pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan laki-laki
dengan persentase 67,6% sebanyak 23 orang.
c. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM
tentang Pencegahan Luka DM berdasarkan Responden
yang Tinggal Bersama dengan Pasien DM
Tabel 5.10 Gambaran Pengetahuan berdasarkan HubunganResponden yang Tinggal Bersama dengan Pasien DM
HubunganKategori Pengetahuan TotalBaik Kurang
n % n % n %Pernikahan 2 28,6 5 71,4 7 100
Pertalian darah 26 63,4 15 36,6 41 100Keluaga terkait 2 100 0 0 2 100
Total 50 100
Pada tabel 5.10 dapat diketahui bahwa persentase
hubungan keluarga terkait memiliki persentase terbesar yaitu
100% sebanyak 2 orang untuk kategori pengetahuan baik
berdasarkan karakteristik responden yang tinggal bersama
dengan pasien DM.
56
d. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM
tentang Pencegahan luka DM berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Tabel 5.11 Gambaran Pengetahuan berdasarkan TingkatPendidikan
PendidikanKategori Pengetahuan TotalBaik Kurang
n % n % n %SD – SMP
SMAPT
4206
4064,566,7
6113
6035,533,3
10319
100100100
Total 50 100
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa pendidikan tinggi
memiliki persentase terbesar untuk kategori pengetahuan baik
sebanyak 6 orang (66,7%) dibandingkan persentase pendidikan
SMA dan pendidikan dasar (SD–SMP) masing-masing
sebanyak 20 orang (64,5%) dan 4 orang (40%).
e. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM
tentang Pencegahan luka DM berdasarkan Status
Pekerjaan
Tabel 5.12 Gambaran Pengetahuan berdasarkan StatusPekerjaan
Statuspekerjaan
Kategori Pengetahuan TotalBaik Kurang
n % n % n %Bekerja 14 63,6 8 36,4 22 100Tidak
bekerja16 57,1 12 42,9 28 100
Total 50 100
57
Pada tabel 5.12 dapat diperoleh bahwa persentase
responden yang bekerja memiliki pengetahuan baik yang lebih
banyak (63,6%) dibandingkan responden yang tidak bekerja
(57,1%).
58
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan makna hasil penelitian gambaran
pengetahuan tentang pencegahan luka DM pada anggota keluarga pasien DM di
wilayah kerja Puskesmas Pisangan Ciputat Timur. Dalam pembahasan ini yang
akan dilakukan adalah membandingkan hasil penelitian dengan konsep teoritis
dan penelitian sebelumnya. Selanjutnya bab ini juga akan menjelaskan
keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan.
A. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka DM berdasarkan Data Demografi
1. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka DM berdasarkan Usia
Gambaran pengetahuan responden penelitian berdasarkan usia,
diperoleh bahwa usia remaja (18 – 20 tahun) memiliki pengetahuan
dengan kategori pengetahuan baik terbanyak yaitu 70% dibandingkan
usia dewasa (21 – 63 tahun) dengan persentase pengetahuan baik
sebanyak 57,5%. Berdasarkan data penelitian dan pengamatan peneliti
sendiri, usia remaja dan sebagian besar usia dewasa merupakan anak
dari pasien DM.
Hasil penelitian Burns, et.al (2013) diperoleh bahwa rentang
usia anggota keluarga pasien DM adalah 31 – 57 yang diperoleh
bahwa sebanyak 37,1% anggota keluarga mengalami kebingungan
dalam merawat dan membantu pasien DM. Usia tersebut
59
menunjukkan bahwa usia responden termasuk kedalam usia dewasa.
Namun pada penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Pisangan diperoleh bahwa rentang usia anggota keluarga pasien DM
adalah 18 – 63 tahun yang terbagi menjadi usia remaja dan usia
dewasa.
Penelitian Yusra (2010) menyebutkan dalam hasil
penelitiannya bahwa secara normal seiring bertambahnya usia
seseorang terjadi perubahan baik, fisik, psikologis bahkan intelektual.
Hal ini dikarenakan usia remaja berada pada puncak
perkembangannya, dibuktikan dengan hasil penelitian menunjukkan
bahwa usia remaja memiliki pengetahuan baik terbesar (70%).
Stanley & Beare, (2006) menambahkan bahwa individu
mengalami proses penuaan. Teori biologis menjelaskan bahwa terjadi
perubahan pada proses fisik penuaan dan psikologis. Hal ini sesuai
dengan perolehan hasil penelitian dimana responden usia dewasa
memiliki pengetahuan baik lebih rendah (57,5%) dibandingkan usia
remaja.
2. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka DM berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden
berdasarkan jenis kelamin terbanyak dengan kategori pengetahuan
baik adalah perempuan sebanyak 23 orang (67,6%). Sedangkan
persentase jenis kelamin laki-laki dengan kategori pengetahuan baik
60
sebanyak 7 orang (43,8%) lebih kecil dibandingkan persentase jenis
kelamin laki-laki dengan kategori pengetahuan kurang sebanyak 9
orang (56,3 %).
Senada dengan hasil tersebut, Burns, et.al (2013) dalam hasil
penelitiannya juga mengatakan bahwa dari 2057 anggota keluarga
yang dilakukan survei, diperoleh dua pertiga responden penelitiannya
adalah perempuan. Liu, et.al (2009) mengatakan bahwa anggota
keluarga perempuan lebih memiliki toleransi terhadap semua kesulitan
dalam menghadapi pasien DM tanpa keluhan karena keyakinan
mereka bahwa merawat pasien DM merupakan tugas keluarga.
Rintala et.al (2013) mengatakan bahwa perempuan lebih
bertanggung jawab terhadap kegiatan rutin keluarga dan mereka
mungkin berpengalaman tentang manajemen diri pasien DM.
Berdasarkan hal tersebut responden perempuan lebih memiliki
toleransi terhadap perawatan pasien DM dan pencegahan komplikasi
dibandingkan responden laki-laki. Sehingga mereka akan berusaha
mencari informasi terkait DM dan pencegahan komplikasinya. Data
penelitian menunjukkan bahwa responden tersebut berusaha
mendapatkan informasi dari tim kesehatan yang mereka temui. Oleh
karena itu pengetahuan anggota keluarga perempuan tentang
pencegahan luka diabetes lebih baik dibandingkan anggota keluarga
laki-laki.
61
3. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka DM berdasarkan Responden yang Tinggal
bersama dengan Pasien DM
Secara umum hasil penelitian yang didapat menunjukkan
bahwa persentase responden berdasarkan hubungan anggota keluarga
yang tinggal bersama dengan pasien DM kategori pengetahuan baik
terbanyak adalah keluarga terkait sebanyak 2 orang (100%), lalu
persentase berdasarkan hubungan pertalian darah sebanyak 26 orang
(63,4%), dan persentase hubungan pernikahan sebanyak 2 orang
(28,6%).
Indonesia memiliki kekerabatan keluarga yang erat yang
dibuktikan dengan adanya kebiasaan salah satu anggota keluarga
menemani anggota keluarganya yang sakit (Damayanti dkk, 2014).
Hal ini sesuai hasil penelitian yang diperoleh dimana anggota keluarga
terkait pasien DM memiliki pengetahuan yang baik tentang
pencegahan luka diabetes.
Hasil penelitian Ferawati (2014) diperoleh bahwa hubungan
anggota keluarga terbanyak adalah berasal dari pasangan baik suami/
istri (pernikahan) sebanyak 22 orang dari 38 orang responden.
Sedangkan pada penelitian ini diperoleh hasil yang berbeda, yaitu
anggota keluarga terkait yang merupakan kakak pasien DM memiliki
pengetahuan yang lebih baik dibandingkan hubungan keluarga
lainnya.
62
Pengetahuan baik tersebut dipengaruhi oleh perasaan anggota
keluarga terkait pasien DM terhadap rasa saling memiliki sebagai
saudara kandung dan tanggung jawab sebagai saudara yang lebih tua
dari pasien DM. Sehingga hal ini memotivasi anggota keluarga terkait
untuk memiliki informasi yang mereka butuhkan terkait DM dan
pencegahan luka diabetes. Hal ini dipermudah oleh salah satu
responden, dimana responden tersebut merupakan kader puskesmas.
Karena sumber informasi yang mereka dapatkan langsung dari tim
kesehatan dari puskesmas.
4. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka DM berdasarkan Tingkat Pendidikan
Persentase terbesar tingkat pendidikan dengan kategori
pengetahuan baik adalah responden dengan pendidikan perguruan
tinggi sebanyak 6 orang (66,7%). Sedangkan persentase berdasarkan
tingkat pendidikan kategori pengetahuan kurang terbesar adalah
pendidikan dasar (SD – SMP) sebanyak 6 orang (60%).
Hasil Penelitian yang diperoleh oleh Burns et.al (2013)
diperoleh bahwa anggota keluarga dengan perguruan tinggi sebanyak
53,5%. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang diperoleh bahwa
anggota keluarga dengan pendidikan perguruan tinggi memiliki
pengetahuan yang lebih baik (66,7%) dibandingkan pendidikan dasar
dan pendidikan menengah.
63
Yusra (2010) menambahkan bahwa pendidikan dan
pengetahuan yang dimiliki akan memberikan kecendrungan terhadap
pengontrolan gula guna mencegah komplikasi. Hal ini sesuai dengan
hasil yang diperoleh bahwa anggota keluarga dengan pendidikan
tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan
anggota keluarga dengan pendidikan dasar. Sehingga responden
anggota keluarga pasien DM dengan kemampuan kognitif yang baik
akan memiliki konsep pencegahan luka yang lebih baik pula untuk
mencegah terjadinya luka diabetes.
5. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM
berdasarkan Status Pekerjaan
Hasil penelitian gambaran pengetahuan responden tentang
pencegahan luka DM berdasarkan status pekerjaan diperoleh bahwa
responden yang bekerja memiliki persentase dengan kategori
pengetahuan baik yang lebih besar yaitu 14 orang (63,6%)
dibandingkan persentase responden yang tidak bekerja sebesar 57,1%
sebanyak 16 orang.
Keluarga yang mampu dalam hal ekonomi akan dapat
memberikan fasilitas yang diinginkan pasien DM, memberikan
motivasi dalam menjalankan terapi. Anggota keluarga yang bekerja
akan dapat memperbaiki ekonomi, sehingga dapat memberikan
fasilitas yang dibutuhkan pasien DM dalam perawatannya (Susanti &
Sulistyarini, 2013).
64
Hasil penelitian yang diperoleh selaras dengan penelitian
tersebut. Dimana anggota keluarga yang bekerja akan mampu
memenuhi kebutuhan pasien DM dibandingkan anggota keluarga
pasien DM yang tidak bekerja. Hal tersebut akan meningkatkan
pengetahuan anggota keluarga karena kebutuhan informasi yang
mereka butuhkan untuk menyediakan fasilitas dan motivasi serta
terapi yang akan diberikan kepada pasien DM guna mencegah
terjadinya luka diabetes. Dan anggota keluarga yang bekerja
berkesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain, baik tim
kesehatan, keluarga pasien DM lainnya yang akan menambah
informasi anggota keluarga terkait DM dan pencegahan luka diabetes.
B. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Pasien DM tentang
Pencegahan Luka DM di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan
Secara umum pengetahuan responden tentang pencegahan luka
DM termasuk kedalam kategori pengetahuan baik yaitu sebanyak 30 orang
(60%) dan 20 orang (40%) diantaranya termasuk kedalam kategori
pengetahuan kurang. Pada penelitian ini pengetahuan tentang pencegahan
luka DM meliputi pengetahuan tentang deteksi awal, penggunaan alas
kaki, merawat kuku kaki, perawatan kaki diabetes, dukungan keluarga,
perubahan sensorik, dan latihan.
Penyakit DM yang tidak dapat dikendalikan akan menyebabkan
berbagai komplikasi yang fatal, termasuk amputasi pada penyakit kaki
diabetes atau dikenal juga dengan luka DM/ gangren DM. Namun dengan
65
penanganan yang baik dan teratur dapat mengurangi serta mencegah
timbulnya komplikasi (Misnadiarly, 2006). Sehingga pengetahuan tentang
pencegahan luka pada pasien DM penting diketahui oleh anggota keluarga.
Dimana pada penelitian ini pengetahuan anggota keluarga tentang
pencegahan luka cukup baik yaitu sebanyak 60%.
Berdasarkan penelitian Sunarmi pada tahun 2007 didapatkan
bahwa 6 dari 7 keluarga belum mengetahui tentang upaya pencegahan
gangren diabetes. Berbeda dengan hasil penelitian yang diperoleh dari
responden anggota keluarga di wilayah kerja Puskesmas Pisangan dimana
responden dengan pengetahuan baik lebih banyak (60%) dibandingkan
responden dengan pengetahuan kurang (40%).
Hasil penelitian tersebut selaras dengan hasil penelitian yang
diperoleh bahwa pengetahuan anggota keluarga dengan kategori kurang
(40%) di wilayah kerja Puskesmas Pisangan. Hal ini dibuktikan dengan
anggota keluarga yang berfikir bahwa pasien DM yang tidak memiliki luka
tidak memerlukan pencegahan luka diabetes. Pemikiran tersebut akan
mempengaruhi anggota keluarga dalam manajemen DM dan pencegahan
luka pada pasien DM, salah satunya kontrol gula darah.
Notoadmojo (2005) mengatakan bahwa salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi pengetahuan adalah informasi. Informasi mengenai
DM dapat diperoleh melalui edukasi DM. Dan edukasi DM termasuk
kedalam salah satu dari empat pilar penatalaksanaan DM (PERKENI,
2006; Waspadji, 2007). Berdasarkan hal tersebut anggota keluarga pasien
66
DM juga penting untuk mengetahui informasi dan meningkatkan
pengetahuan mereka terkait DM dan pencegahan timbulnya luka DM.
1. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga berdasarkan sub-
variabel Deteksi Awal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden
tentang deteksi awal kategori pengetahuan baik sebanyak 19 orang
(38%). Dan 31 orang (62%) diantaranya dengan kategori pengetahuan
kurang. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan anggota keluarga
tentang pencegahan luka DM berdasarkan sub-variabel deteksi awal
adalah kurang.
Deteksi dini/ deteksi awal masuk kedalam pencegahan
sekunder yang bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi luka
diabetes pasien DM. Kontrol metabolik merupakan salah satu
pencegahan sekunder, meliputi kontrol gula darah (PERKENI, 2009).
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan saraf dan
pembuluh darah (MedlinePlus, 2014). Sehingga anggota keluarga
perlu untuk mengetahui deteksi awal pada pasien DM sebagai langkah
awal untuk mencegah terjadinya komplikasi DM yang berakibat fatal
seperti amputasi pada luka kaki diabetes.
Penelitian Sunarmi (2010) diperoleh bahwa 5 dari 7 anggota
keluarga membawa pasien DM ke rumah sakit setelah kaki mengalami
luka lebih dari tujuh hari dan telah mengalami infeksi, yang ditandai
dengan adanya pus. Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang
diperoleh bahwa pengetahuan responden baik lebih sedikit (38%)
67
dibandingkan responden dengan pengetahuan kurang tentang deteksi
awal.
Hodge et.al (2012) yang mengatakan bahwa keluarga
mengalami kebingungan akibat ketidaktahuan anggota keluarga terkait
informasi yang akan mereka berikan kepada pasien DM. Hal ini juga
terjadi pada anggota keluarga pasien DM di wilayah kerja Puskesmas
Pisangan dimana anggota keluarga merasa kebingungan tentang
deteksi awal yang harus mereka temukan pada pasien DM. Anggota
keluarga beranggapan bahwa deteksi awal tidak penting dilakukan
karena pasien DM tidak memiliki luka. PERKENI (2009) mengatakan
bahwa deteksi awal pada pasien DM dilakukan pada kaki normal
ataupun dengan gangguan neuropati atau neuroiskemi namun belum
ada luka. Sehingga peluang untuk terjadinya luka diabetes dapat
diminimalisir atau dicegah sejak dini oleh anggota keluarga pasien
DM.
2. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga berdasarkan sub-
variabel Penggunaan Alas Kaki
Pengetahuan responden tentang penggunaan alas kaki
diperoleh bahwa sebanyak 34 orang (68%) termasuk kedalam kategori
pengetahuan baik dan 16 orang (32%) termasuk kedalam kateori
pengetahuan kurang. Secara umum pengetahuan responden tentang
pencegahan luka diabetes berdasarkan sub-variabel penggunaan alas
kaki dapat dikatakan baik.
68
Hasil penelitian diatas sejalan dengan hasil penelitian yang
diperoleh oleh Washilah (2014) yang menyebutkan bahwa
pengetahuan pasien DM tentang penggunaan alas kaki tergolong
baik, dimana responden dapat menjawab dua dari tiga pernyataan
dengan benar masing-masing 88,9% dan 86,7%.
Penggunaan alas kaki yang baik bertujuan untuk mencegah
trauma pada kaki pasien diabetes akibat tekanan dalam jangka
waktu yang lama dan sebagai tindakan preventif untuk mencegah
luka diabetes (Misnadiarly, 2006; Soegondo & Sukardji, 2008).
Berdasarkan perolehan hasil penelitian pengetahuan anggota
keluarga tentang penggunaan alas kaki tergolong baik, sehinggan
akan membantu mencegah timbulnya luka diabetes pada pasien
DM.
Namun berbeda dengan hasil penelitian yang diperoleh oleh
Hastuti (2008) yang menyebutkan proporsi penggunaan alas kaki
yang tidak tepat pada kasus (86,1%) lebih besar dibandingkan
kontrol (44,4%). Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja
Puskesmas Pisangan pengetahuan kurang anggota keluarga tentang
penggunaan alas kaki disebabkan oleh kurangnya informasi
tentang hal tersebut. Sehingga diharapkan anggota keluarga yang
memiliki pengetahuan baik tentang penggunaan alas kaki
diharapkan akan dapat memberikan informasi dan motivasi untuk
mencegah luka diabetes.
69
3. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga berdasarkan sub-
variabel Merawat Kuku Kaki
Hasil penelitian yang diperoleh tentang pengetahuan
responden tentang pencegahan luka diabetes berdasarkan sub-
variabel merawat kuku kaki diperoleh pengetahuan baik sebanyak
34 orang (68%) dan pengetahuan kurang sebanyak 16 orang
(32%).
Pengetahuan tentang merawat kuku kaki adalah untuk
mencegah luka akibat penggunaan alat pemotong kuku. Hal ini
dikarenakan ketidakmampuan kaki untuk merasakan sakit saat
kaki terluka akibat kerusakan saraf dan pembuluh darah
(Misnadiarly, 2006; MedlinePlus, 2014). Berdasarkan hasil
penelitian ditemukan bahwa anggota keluarga dapat membantu
pasien DM dalam merawat kuku kaki.
Hasil penelitian Washilah (2013) menunjukkan bahwa
jawaban benar pasien DM tentang merawat kuku kaki dari dua
pernyataan diperoleh persentase dengan masing-masing 66,7% dan
51,1%. Senada dengan hasil penelitian yang diperoleh dari anggota
keluarga di wilayah kerja Puskesmas Pisangan bahwa pengetahuan
pasien DM dalam merawat kuku kaki sudah baik.
Pengetahuan pasien DM tentang merawat kuku kaki perlu
didukung oleh pengetahuan anggota keluarga yang baik agar
pasien DM dapat selalu mendapatkan dukungan untuk menjaga
kebersihan dan kesehatan kuku kaki dengan baik. Sehingga pasien
70
DM dapat mempertahankan kondisi kuku kaki mereka tetap bersih
dan sehat agar tidak timbul luka diabetes.
4. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga berdasarkan sub-
variabel Perawatan Kaki Diabetes
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan
responden tentang pencegahan luka berdasarkan sub-variabel
perawatan kaki diabetes kategori pengetahuan baik sebanyak 29
orang (58%), sedangkan pengetahuan dengan kategori kurang
sebanyak 21 orang (42%).
Hasil penelitian yang diperoleh Hastuti (2008)
menunjukkan bahwa proporsi perawatan kaki buruk pada
responden kasus (88,9%) lebih besar dibandingkan responden
kontrol (52,8%). Namun pada penelitian ini diperoleh persentase
pengetahuan anggota keluarga pasien DM kategori baik lebih besar
dibandingkan anggota keluarga dengan pengetahuan kurang.
Hasil penelitian serupa juga diperoleh Washilah (2013)
yang diperoleh bahwa perawatan kaki diabetes masih kurang pada
pasien DM. Waspadji (2006) menyebutkan bahwa luka diabetes
dapat dicegah diantaranya dengan melakukan perawatan kaki.
Pengetahuan anggota keluarga yang kurang tentang perawatan kaki
akan mempengaruhi pasien DM dalam mencegah timbulnya luka
diabetes. Karena anggota keluarga pasien DM dapat memberikan
71
pengaruh positif kepada pasien DM. Perawatan kaki menjadi
penting dilakukan pada pasien DM agar tidak terjadi luka diabetes.
5. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga berdasarkan sub-
variabel Dukungan Keluarga
Hasil penelitian tentang pencegahan luka diabetes
berdasarkan sub-variabel dukungan keluarga yang diterima pasien
DM diperoleh bahwa kategori pengetahuan baik sebanyak 32 orang
(64%) dan kategori pengetahuan kurang sebanyak 18 orang (36%).
Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian Burns et.al
(2013) diperoleh bahwa satu dari tiga responden (37,1%) merasa
frustasi karena kebingungan dalam memberikan informasi kepada
pasien DM. Yetti & Budiyani (2011) mengatakan bahwa dukungan
keluarga yang berasal dari usaha-usaha anggota keluarga yang
dirasakan pasien DM seperti bantuan keuangan, semangat, kasih
sayang, hiburan, serta motivasi merupakan sumber dorongan oleh
pasien DM. Damayanti, dkk (2014) menambahkan bahwa
dukungan keluarga dapat membantu pasien DM mencegah
terjadinya komplikasi akut dan komplikasi jangka panjang.
Penelitian tersebut membuktikan bahwa dukungan keluarga
yang diterima pasien DM dapat mencegah timbulnya luka diabetes.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh anggota keluarga
sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang dukungan keluarga
bagi pasien DM. Hal ini diperlukan anggota keluarga karena pasien
72
DM membutuhkan dukungan keluarga mereka. Sehingga keluarga
perlu mengetahui dukungan apa saja yang akan mereka berikan
kepada anggota keluarga dengan DM. Dukungan dapat berupa
informasi, saran, sugesti, instrumen dan lainnya. Sehingga anggota
keluarga dapat memahami saat pasien DM membutuhkan tindakan
lanjut atau perawatan agar pasien DM dapat terhindar dari
timbulnya luka diabetes.
6. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga berdasarkan sub-
variabel Perubahan Sensorik
Hasil penelitian tentang pengetahuan anggota keluarga
berdasarkan perubahan sensorik diperoleh bahwa pengetahuan
responden dengan kategori baik sebanyak 16 orang (32%) dan
pengetahuan kurang sebanyak 34 orang (68%).
Tandra (2008) mengatakan perubahan sensorik terjadi
akibat kadar glukosa darah yang tinggi akan mengganggu
mikrosirkulasi. Berkurangnya aliran nutrisi pada saraf
menyebabkan kerusakan saraf yang dikenal dengan neuropati
diabetik. Hastuti (2010) & Tandra (2008) menambahkan bahwa
neuropati dapat mengakibatkan sensasi rasa yang berkurang atau
hilang, serta rasa tebal pada kaki dan tidak dapat merasakan nyeri.
Sehingga kontrol gula dan perawatan menjadi penting untuk
mencegah luka dan infeksi yang mungkin terjadi.
73
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan anggota
keluarga tentang perubahan sensorik yang terjadi masih kurang.
Berdasarkan teori perubahan sensorik berpotensi terhadap kejadian
luka diabetes. Oleh karena itu pengetahuan anggota keluarga
tentang perubahan sensorik menjadi penting dan perlu untuk
ditingkatkan agar pasien DM dapat terhindar dari luka diabetes.
7. Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga berdasarkan sub-
variabel Latihan
Hasil penelitian yang peneliti peroleh menunjukkan bahwa
pengetahuan anggota keluarga tentang pencegahan luka DM
berdasarkan sub-variabel latihan dengan kategori pengetahuan baik
sebanyak 42 orang (84%) dan kategori kurang sebanyak 8 orang
(16%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
responden adalah baik.
Hastuti (2008) mencantumkan bahwa aktivitas fisik
(olahraga) memiliki manfaat untuk meningkatkan sirkulasi darah,
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap
insulin, sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah. Glukosa
darah yang terkendali akan mencegah terjadinya luka diabetes.
Almatsier (2004) manambahkan bahwa olahraga merupakan bagian
dari kebiasaan pasien DM untuk mendapatkan kontrol gula darah
yang baik. Pengetahuan keluarga tentang pencegahan luka diabetes
74
berdasarkan latihan sudah baik, dibuktikan dengan perolehan hasil
penelitian (84%).
Persentase yang diperoleh sudah menunjukkan bahwa
anggota keluarga memiliki pengetahuan baik tentang latihan bagi
pasien DM. Sehingga anggota keluarga diharapkan mampu
menyampaikan informasi terkait pentingnya latihan pada pasien
DM dan mempengaruhi pasien untuk melakukan latihan tersebut.
Pengetahuan anggota keluarga yang kurang akan mempengaruhi
pelaksanaan latihan pada pasien DM. Karena pasien DM tidak
mendapatkan dukungan untuk melakukannya. Dengan latihan
tersebut diharapkan dapat memperbaiki metabolisme dan kontrol
gula darah pada pasien DM guna mencegah timbulnya luka
diabetes.
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam pelaksanaan, proses, dan pengolahan data
penelitian ini meliputi:
1. Penelitian ini mengalami pengurangan jumlah responden karena faktor
responden itu sendiri. Dimana beberapa responden tidak mau ikut
berpastisipasi meskipun peneliti sudah memberikan penjelasan terkait
penelitian tersebut. Kemudian juga karena responden yang sudah
pindah ke alamat baru atau responden yang tidak dapat ditemukan
melalui alamat responden yang peneliti miliki meskipun sudah dibantu
pihak RT setempat.
75
2. Uji validitas instrumen content validity hanya dilakukan oleh dua
orang yaitu dosen pembimbing penelitian.
3. Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup sehingga jawaban
yang diperoleh hanya ‘benar’ dan ‘salah’. Jawaban tersebut
memungkinkan belum terwakilinya pengukuran pengetahuan
responden tentang pencegahan luka diabetes.
76
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab-bab sebelumnya, berikut kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah:
1. Gambaran karakteristik anggota keluarga pasien DM yang menjadi
responden penelitian ini yaitu: usia berkisar antara 18 – 63 tahun,
persentase jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan masing-masing
32% dan 68%, mayoritas responden penelitian berdasarkan responden yang
tinggal bersama dengan pasien DM adalah anak (hubungan pertalian
darah), dan persentase terbesar berdasarkan tingkat pendidikan responden
adalah pendidikan SMA/ sederajat, serta persentase status pekerjaan
responden penelitian baik bekerja dan tidak bekerja masing-masing
sebanyak 44% dan 56%.
2. Pengetahuan tentang pencegahan luka DM: pada anggota keluarga pasien
DM di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Ciputat Timur dengan kategori
baik sebanyak 60%.
3. Pengetahuan tentang pencegahan luka DM: pada anggota keluarga pasien
DM di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Ciputat Timur dengan kategori
kurang sebanyak 40%.
77
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan dapat
disarankan hal-hal berikut ini:
1. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai cerminan untuk memperbaiki
dan meningkatkan kinerja program yang ada terkait penyakit DM di
wilayah kerja Puskesmas Pisangan. Sehingga nantinya dapat
meningkatkan pengetahuan anggota keluarga pasien DM tentang
pencegahan luka diabetes melalui program – program tersebut.
2. Bagi Ilmu Keperawatan
Perawat perlu meningkatkan pengetahuan dan perannya sebagai ‘edukator’
dalam rangka meningkatkan pengetahuan anggota keluarga tentang
pencegahan luka.
3. Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) diharapkan dapat melanjutkan
kerjasama dengan puskesmas, terkait program akademik mahasiswa
seperti praktek praklinik dimana dalam pelaksanaan program puskesmas
ke masyarakat mahasiswa PSIK juga ikut andil, seperti pelaksanaan
pendidikan kesehatan saat acara bulanan rutin puskesmas terkait program
kesehatan.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas area penelitian,
tidak hanya melihat gambaran pengetahuan saja, tetapi mampu
mengembangkan hubungan antar variabel pendukung seperti faktor
78
genetik dan faktor predisposisi pada responden terkait penyakit DM, serta
pengalaman merawat pasien DM dan lamanya menderita DM pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Y. T. Indonesia Peringkat ke-7 Dunia dengan Pengidap DiabetesTertinggi (http://health.liputan6.com/read/682094/indonesia-peringkat-ke-7-dunia-dengan-pengidap-diabetes-tertinggi diakses pada 21 Desember2013)
American Diabetes Association. (2013) Autonomic Neurophaty(http://www.diabetes.org/living-with-diabetes/complications/neuropathy/autonomic-neuropathy.html diaksespada 21 Desember 2014)
Ali, Zaidin. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC, 2010.
Asmadi. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC, 2008.
Almatsier, S. Penuntun Diet. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi. 2004.
Bauer, J. D., Isenring, E., dan Waterhouse, M. “The effectiveness of a specialisedoral nutrition supplement on outcomes in patients with chronic wounds: apragmatic randomised study.” Journal of Human Nutrition and Diabetics,no. 26 (2013), p. 452-458.
Brockopp, D. Y. Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Penerjemah Yasmin Asih,Aniek Maryunani. Jakarta: EGC, 2000.
Budiarto, Eko. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: EGC, 2002.
Budiharto. Metodologi Penelitian Kesehatan Dengan Contoh Bidang IlmuKesehatan Gigi. Jakarta: EGC, 2008.
Burns, K. K., et.al. “Research: Educational and psychological Issues DiabetesAttitudes, Wishes and Needs second study (DAWN2TM): Cross-nationalBenchmarking Indicators for Family Member Living with People withDiabetes.” Diabetic Medicine, (2013), p. 778-788.
Chesla, C. A., et.al. “Testing the Efficacy of Culturally Adapted Coping SkillsTraining for Chinese American Immigrants with Type 2 Diabetes UsingCommunity-Based Participatory Research.” Research in Nursing &Health, no. 36 (2013), p. 359-372.
Chrisman, C. “Care of chronic wounds in palliative care and end-of-life patients.”International Wound Journal VII, no. 4 (2010), p. 214-235.
Corwin, E. J. Buku Saku PATOFISIOLOGI ed. 3. Alih bahasa Nike BudhiSubekti. Jakarta: EGC, 2009.
Crane, D. R., Marshall, E. S. Handbook of Families and Health: InterdisciplinaryPerspective. London: Sage Publication, Inc., 2006.
D’Adamo, P. J., Whitney C. Diabetes: Penemuan Baru Memerangi DiabetesMelalui Diet Golongan Darah. Penerjemah Theresia Elvien Setyadhini,Yogyakarta: B-first, 2006.
Damayanti, dkk. “Dukungan Keluarga pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dalamMenjalankan Self-Management Diabetes.” Jurnal Fakultas KeperawatanUniversitas Padjajaran II, no. 1 (2014), h. 43-51.
Danim, Sudarwan. Riset Keperawatan: Sejarah Dan Metodologi. Jakarta: EGC,2002.
Decroli, Eva, dkk. Majalah Kedokteran Indonesia Vol: 58, No: 1. 2008.
Dubsky, M., et.al. “Risk factors for recurrence of diabetic foot ulcers: prospectivefollow up analysis in the Eurodiale subgroup.” International WoundJournal, (2012), p. 555-561.
Ferawati, dkk. Hubungan Dukungan Keluarga dan Perilaku Pengelolaan PenyakitDiabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas PurnamaKecamatan Pontianak Selatan Kota Pontianak. Naskah Publikasi FakultasKedokteran, Universitas Tanjungpura. 2014.
Friedman, M.M. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktek. Jakarta: EGC.1998.
Friedman, M. M., et,al. Family Nursing: Research, theory and practice 5 th ed.New Jersey. 2010.
Gibney, M. J., et.al. Gizi Kesehatan Masyarakat. Penerjemah Andry Hartono.Jakarta: EGC, 2009.
Hastono, S. P. dan Sabri, L. Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers. 2011.
Hastuti, R. T. Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika pada Penderita DiabetesMelitus (Studi Kasus di RSUD Dr. Moerwardi Surakarta). NaskahPublikasi Prodi Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana UniversitasDiponegoro Semarang. 2008.
Hidayat, A. Aziz. Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik AnalisisData. Jakarta: Salemba Medika, 2011.
Hodge, C. D. S., et.al. “Family Diabetes Matters: A View from the Other Side.” JG Intern Med XXVIII, no. 3 (2012), p. 428-35.
Holt, P. “Assessment and management of patients with diabetic foot ulcers."Nursing Standard XXVII, no. 27 (2013), p. 49-55.
Hungu. Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta: Grasindo, 2007.
Isa, B. A., and Baiyewu, O. “Quality of life patient with diabetes mellitus in aNigerian Teaching Hospital.” Hongkong Journal Psychiatry, no. 16(2006), p. 27-33.
Jain, P. K. “Knowledge & Attitude of Diabetic Patients Regarding Diabetic Diet,Exercise and Foot Care.” International Journal of Nursing Education IV,no. 2 (2012), p. 141-145.
Kedutaan Besar Australia Indonesia. (2013) Mengelola Luka Diabetes DenganTeknologi Mutakhir(http://www.indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/RS130306.htmldiakses pada 25 Desember 2014).
Kreig, et.al. “The Role of Social Support in Self-Management of DiabetesMellitus Among a Hispanic Population.” Public Health Nursing BlackwellPublishing XIX, no. 3 (2002), p. 215-222.
Kruse, I. and Edelman, S. “Evaluation and Treatment of Diabetic Foot Ulcers.”Clinical Diabetes XXIV, no. 2 (2006), p. 91-93.
Leslie, R. David, et.al. Diabetes. London: Manson Publishing Ltd., 2012.
Liu, K. H., et.al. “The needs of Chinese_Australian Family carers who care forolder relatives with with diabetes.” Journal GERIATRIC AUTUMNXXVII, no. 1 (2009), p. 5-16.
MedlinePlus. (2014) Diabetic Foot(http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/diabeticfoot.html, diakses pada 5Juni 2015)
Misnadiarly. Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenal Gejala,Menanggulangi dan Mencegah Komplikasi. Jakarta: Pustaka PopulerObor, 2006.
NHS Diabetes. (2012) Foot Care for People with Diabetes in The NHS inEngland: The Economic Case for Change, England(https://www.diabetes.org.uk/upload/News/Factsheet%20Footcare%20for%20people%20with%20diabetes.pdf diakses pada 30 November 2014)
Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. JakartaL Rineka Cipta.2003.
Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.2007.
Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.2005.
Nurjannah, A. (2013) Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget(https://amalianurjannah.files.wordpress.com/2013/05/7-teori-perkembangan-kognitif-dari-jean-piaget.pdf, diakses pada 3 Maret 2015).
Nursalam. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta:Salemba Medika. 2007.
Nursalam. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu KeperawatanPedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Ed. 2.Jakarta: Salemba Medika, 2008.
Peeples, M. and Seley, J. J. “Diabetes Care: The Need for Change.” AmericanJournal of Nursing 107, no. 6 (2007), p. 14-19.
PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 diIndonesia. Jakarta. 2006.
PERKENI. Pedoman Penatalaksanaan Kaki Diabetik. Jakarta: PB PERKENIDivisi Metabolik Endokrinologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.2009.
PDPersi (Pusat Data & Informasi Persi). (2011) RI Rangking Keempat JumlahPenderita Diabetes Terbanyak Dunia(http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=5&catid=23&nid=618,diakses pada 3 Maret 2015).
Presiden RI. (2014) Undang-undang Republik Indonesia No. 38 tentangKeperawatan, Republik Indonesia(http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_uu/UU%20No.%2038%20Th%202014%20ttg%20Keperawatan.pdf diakses pada 30 November 2014).
Qamar, A. M. Z. “Knowledge and Practice of Foot Self-care Among Jordanianwith Diabetes: An Interview-based Survey Study.” Journal of Wound CareXXIII, no. 5 (2014), p. 247-254.
Rintala, et.al. “Everyday Life of a Family with Diabetes as Described by Adultswith Type 1 Diabetes.” John Willey & Sons X, no. 3 (2013), p. 86-90.
Riskesdas. (2013) Riset Kesehatan Dasar, Kementrian Kesehatan RI(http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf diakses pada 30 November 2014)
Robinson, V. M. “The Relative Roles of Family and Peer Support in MetabolicControl and Quality of Life for Adolescent with Type I Diabetes.”Published Thesis, The University of Edinburgh.2008.
Rowe, V. L. (2014) Diabetic Ulcer, Emedicine(http://emedicine.medscape.com/article/460282-overview#showall diakses30 November 2014)
Saad, A. Z. M., et.al. “Wound Bed Preparation for Chronic Diabetic Foot Ulcers.”Department of Reconstructive Sciences, Shcool of Medical Sciences,University Sains Malaysia, 2013.
Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner&Suddarth vol 2 ed.8. Jakarta: EGC.
Soegondo, S dan Sukardji, K. Hidup secara Mandiri dengan Diabetes MelitusKencing Manis Sakit Gula. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008.
Stanley, M., dan Beare, P. G. Buku Ajar Keperawatan Gerontik ed 2. Jakarta:EGC. 2006.
Stuart and Sundeen. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis:Mosby Year Book. 1995.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2012.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2007.
Sugiyono. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 2012.
Suhaemi. Etika Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik. Jakarta: EGC, 2004.
Sunarmi. Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Lansia yang MenderitaGangren Diabetes tentang Upaya Pencegahan Gangren Diabetes di IRNAC Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. Naskah Publikasi,Universitas Keperawatan Andalas. 2010.
Susanti, M. L. dan Sulistyarini, T. “Dukungan Keluarga Meningkatkan KepatuhanDiet Pasien Diabetes Mellitus Di Ruang Rawat Inap Rs. Baptis Kediri.”Jurnal STIKES VI, no. 1 (2013), h. 1-10.
Swarjana, I. K. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI, 2012.
Tandra, H. Segala sesuatu yang harus Anda ketahui tentang Diabetes PanduanLengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes dengan Cepat dan Mudah.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Tim Penyusun. Pedoman Akademik Program Strata 1 2011/2012. Jakarta:Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Torres, H. C., et.al. “Home Visit: an Educational Health Strategy for Self-Care inDiabetes.” Acta Paulista de Enfermagem XXVII, no. 1 (2014), p. 23-28.
Turns, M. Diabetic Foot Ulcer Management: The Podiatrist’s Perspective.” BritishJournal of Community Nursing, (2013), p. S14-S19.
Umar, H. Metode Riset Bisnis Panduan Mahasiswa untuk Melaksanakan RisetDilengkapi Contoh Proposal dan Hasil Riset Bidang Manajemen danAkuntansi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Washilah, W. Hubungan Lama Mederita Diabetes dengan PengetahuanPencegahan Ulkus Diabetik di Puskesmas Ciputat Tahun 2013. NaskahPublikasi, Prodi Ilmu Keperawatan FKIK UIN Syarif HidayatullahJakarta. 2014.
Waspadji, S.S. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: IPD FKUI.2007.
Waspadji, S.S. Kaki Diabetik Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed IV. Jakarta: IPDFKUI. 2006.
Widoyoko, S. E. P. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2013.
Wu, S. F. V., et.al. “Differences in The Perceptions of Self-Care, HealthEducation Barriers and Educational Needs Between Diabetes Patients andNurses.” Contemporary Nurse XXXXVI, no. 2 (2014), p. 187-196.
Yetti, K., dan Budiyani, K. “Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Minum Obatpada Orang dengan Diabetes Melitus.” PSYCHO IDEA ix, no. 2 (2011), h.47-59.
Yokoyama, H., et.al. “Diabetic Neurophaty is Closely Associated with ArterialStiffening and Thickness in Type 2 Diabetes.” Diabetic Medicine XXIV,no. 12 (2007), p. 1329-1335.
Yusra, A. “Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup PasienDiabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Penyakit dalam Rumah Sakit UmumPusat Fatmawati Jakarta.” Disertasi Fakultas Ilmu Keperawatan,Universitas Indonesia, 2012.
LAMPIRAN
Lampiran 4
PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Bapak/ Ibu/ Sdr/i Responden
Assalamu’alaikum wr. wb
Nama : Suci Rahma Wardani
NIM : 1111104000034
Saya adalah mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif HidayatullahJakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi IlmuKeperawatan yang sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsisebagai tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan sebagai SarjanaKeperawatan (S.Kep).
Berkaitan dengan penelitian yang akan saya lakukan, saya mohon bantuandan kesediaan waktu untuk mengisi daftar pertanyaan berikut ini dengan sejujur-jujurnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuantentang pencegahan luka DM pada anggota keluarga pasien DM. PartisipasiBapak/ Ibu/ Sdr/i akan sangat berarti terhadap penelitian saya. Kerahasiaanjawaban dan identitas Bapak/ Ibu/ Sdr/i akan dijaga dan hanya diketahui olehpeneliti.
Saya mengucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi Bapak/ Ibu/Sdr/i dalam pengisian kuisioner ini.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Hormat saya,
Peneliti
Lampiran 5
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama :
Alamat :
No. HP :
Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yangdilakukan oleh,
Nama : Suci Rahma Wardani
NIM : 1111104000034
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul penelitian : Gambaran Pengetahuan tentang Pencegahan Luka DMpada Anggota Keluarga Pasien DM di Wilayah KerjaPuskesmas Pisangan, Ciputat Timur.
Saya akan memberikan jawaban sesuai dengan keyakinan saya untukmembantu penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya buat secara sukarela dantanpa unsur paksaan dari siapapun.
Ciputat, ....................................
(...........................................................)
Lampiran 6
KUISIONER
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN LUKA DMPADA ANGGOTA KELUARGA PASIEN DM DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PISANGAN, CIPUTAT TMUR
Tujuan:
Kuisioner ini dirancang untuk mengidentifikasi Pengetahuan tentang PencegahanLuka DM pada Anggota Keluarga Pasien DM di Wilayah Kerja PuskesmasPisangan, Ciputat Timur.
Petunjuk:
1. Bacalah pertanyaan dengan hati-hati sehingga dapat dimengerti.2. Setiap pertanyaan dimohon untuk dapat memberikan jawaban yang
jujur.3. Harap mengisi pertanyaan yang ada dalam kuisioner ini, pastikan tidak
ada yang terlewat.4. Beri tanda ceklist (V) pada kotak jawaban Bapak/ Ibu/ Sdr/i.5. Jika Bapak/ Ibu/ Sdr/i salah dalam mengisi jawaban, coret/ silang
jawaban tersebut dan beri tanda ceklist pada jawaban yang dianggapbenar.
6. Apabila Bapak/ Ibu/ Sdr/i mengalami kesulitan dalam mengisikuisioner, silahkan bertanya langsung pada peneliti.
A. Data Demografi/ Identitas1. Nomor responden : (diisi oleh peneliti)2. Inisial responden :3. Usia : tahun4. Jenis kelamin : L/ P5. Hubungan dengan pasien DM : 1. 2. 3.6. Pendidikan terakhir :7. Bekerja : Ya/ Tidak
NB: 1 = pernikahan; 2 = pertalian darah (anak); 3 = keluarga terkait
*beri tanda centang (v) pada pilihan Anda
B. KUISIONER/ ANGKET
Petunjuk pengisian:
Berilah tanda ceklist (V) pada kolom jawaban sesuai dengan jawaban Anda.
No. PertanyaanJawaban
Benar Salah1 Pasien kencing manis memeriksa kaki setiap hari
2 Pemeriksaan kaki bertujuan untuk menemukan luka seawalmungkin
3 Pasien kencing manis mengontrol kadar gula darah untukmencegah luka akibat penyakit gula
4 Pasien kencing manis selalu memperhatikan kondisi kaki
5 Pasien memeriksakan kaki yang mengalami bengkak ke dokter
6 Kaki yang bengkak disebabkan oleh aliran darah yang lancar
7 Pasien kencing manis menggunakan sepatu dengan ukuran yangtepat dengan kaki pasien untuk mencegah luka
8 Pasien kencing manis menggunakan sepatu yang memiliki tumit/hak sepatu
9 Pasien kencing manis menggunakan alas kaki sepanjang hari
10 Pasien kencing manis menggunakan kaos kaki bila kakikedinginan dan saat tidur
11 Pasien kencing manis memeriksa sepatu untuk membuang kerikilatau pasir yang ada di dalam sepatu
12 Pasien memeriksa bagian dalam sepatu untuk meraba bagianyang kasar sebelum memakai sepatu
13 Pasien kencing manis menggunakan sepatu dengan penutup jarikaki yang runcing
14 Pasien kencing manis memotong kuku setelah mandi agar kukulebih lembut
15 Pasien kencing manis memotong kuku kaki terlalu pendek atauterlalu dalam pada daerah tepi kiri dan kanan
16 Pasien menggunakan alat pemotong kuku untuk memotong kukukaki pasien
17 Keluarga membantu pasien kencing manis memotong kuku kakijika mengalami kesulitan
18 Pasien berjalan tanpa menggunakan alas kaki
19 Pasien kencing manis membersihkan sendiri kapalan di kaki
20 Keluarga membantu pasien kencing manis memotong kuku kakijika penglihatan mereka sudah berkurang
21 Pasien kencing manis membersihkan kaki dengan air bersih
22 Pasien kencing manis menggunakan air panas untuk merendamkaki
23 Pasien mencuci kaki, kemudian dibiarkan kering dengansendirinya
24 Pasien memberikan pelembab untuk mencegah kulit kering
25 Pasien memeriksa sela-sela jari kaki untuk melihat luka
26 Luka di kaki juga dapat disebabkan oleh jamur
27 Pasien dan keluarga menyimpan kotak P3K di rumah yang berisibalutan steril, perban, tip, dan krim antiseptik
28 Pasien dan keluarga bekerjasama untuk mencegah timbulnyaluka
29 Keluarga dapat memberikan pengaruh positif pada pasienkencing manis
30 Keluarga memberikan motivasi kepada pasien agar berperanaktif dalam deteksi awal timbulnya luka
31 Deteksi awal termasuk kedalam pencegahan luka
32 Keluarga segera membawa pasien kencing manis ke dokter jikaterjadi luka untuk diobati
33 Kondisi pasien kencing manis cukup diketahui oleh keluargatanpa melibatkan pasien
34 Pasien kencing manis mengalami perubahan terhadap rasa panas,sehingga kurang dapat merasakan rasa panas
35 Pasien diabetes dapat mengalami penurunan rasa nyeri
36 Pasien kencing manis menggunakan senam kaki untukmemperkuat otot-otot kecil kaki
37 Senam kaki adalah gerakan-gerakan yang dilakukan oleh keduakaki secara bergantian dan/ atau bersamaan
38 Senam kaki memperbaiki aliran darah di kaki pasien kencingmanis
39 Pasien kencing manis melakukan latihan kaki seperti senam kakidan berjalan
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA
Lampiran 7
Hasil Olah Software Statistic
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
pengetahuan
total
N 50
Normal Parametersa,b Mean 30,34
Std. Deviation 4,298
Most Extreme Differences
Absolute ,188
Positive ,110
Negative -,188
Kolmogorov-Smirnov Z 1,333
Asymp. Sig. (2-tailed) ,057
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Statistics
kategoriP
NValid 50
Missing 0
Statistics
pengetahuan total
NValid 50
Missing 0
Mean 30,34
Median 31,00
Mode 31
Std. Deviation 4,298
Minimum 22
Maximum 38
Sum 1517
kategoriP
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
baik 30 60,0 60,0 60,0
kurang 20 40,0 40,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Statistics
p1-p6
NValid 50
Missing 0
Mean 1,38
Median 1,00
Mode 1
Std. Deviation ,490
Minimum 1
Maximum 2
Sum 69
p1..6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
baik 19 38,0 38,0 38,0
kurang 31 62,0 62,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Statistics
p7-p13
NValid 50
Missing 0
Mean 4,94
Median 5,00
Mode 6
Std. Deviation 1,570
Minimum 1
Maximum 7
Sum 247
p7.13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
baik 34 68,0 68,0 68,0
kurang 16 32,0 32,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Statistics
p14-p17
NValid 50
Missing 0
Mean 2,92
Median 3,00
Mode 4
Std. Deviation 1,140
Minimum 0
Maximum 4
Sum 146
p14.17
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
baik 34 68,0 68,0 68,0
kurang 16 32,0 32,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Statistics
p18-p27
NValid 50
Missing 0
Mean 7,50
Median 8,00
Mode 8
Std. Deviation 1,502
Minimum 3
Maximum 10
Sum 375
p18.27
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
baik 29 58,0 58,0 58,0
kurang 21 42,0 42,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Statistics
p28-p33
NValid 50
Missing 0
Mean 5,50
Median 6,00
Mode 6
Std. Deviation ,839
Minimum 2
Maximum 6
Sum 275
p28.33
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
baik 32 64,0 64,0 64,0
kurang 18 36,0 36,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Statistics
p34-p35
NValid 50
Missing 0
Mean 1,04
Median 1,00
Mode 1
Std. Deviation ,781
Minimum 0
Maximum 2
Sum 52
p34.35
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
baik 16 32,0 32,0 32,0
kurang 34 68,0 68,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Statistics
p36-p39
NValid 50
Missing 0
Mean 3,76
Median 4,00
Mode 4
Std. Deviation ,591
Minimum 2
Maximum 4
Sum 188
p36.39
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
baik 42 84,0 84,0 84,0
kurang 8 16,0 16,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
crosstab
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usia * kategori pengetahuan 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
usia * kategori pengetahuan Crosstabulation
kategori pengetahuan Total
baik kurang
usia
remajaCount 7 3 10
% within usia 70,0% 30,0% 100,0%
dewasaCount 23 17 40
% within usia 57,5% 42,5% 100,0%
TotalCount 30 20 50
% within usia 60,0% 40,0% 100,0%
jenis kelamin * kategori pengetahuan Crosstabulation
kategori pengetahuan Total
baik kurang
jenis kelamin
Laki-lakiCount 7 9 16
% within jenis kelamin 43,8% 56,3% 100,0%
PerempuanCount 23 11 34
% within jenis kelamin 67,6% 32,4% 100,0%
TotalCount 30 20 50
% within jenis kelamin 60,0% 40,0% 100,0%
hubungan responden yang tinggal bersama dg pasien DM * kategori pengetahuan Crosstabulation
kategori pengetahuan Total
baik kurang
hubungan responden yang
tinggal bersama dg pasien
DM
pernikahan
Count 2 5 7
% within hubungan
responden yang tinggal
bersama dg pasien DM
28,6% 71,4% 100,0%
pertalian darah
Count 26 15 41
% within hubungan
responden yang tinggal
bersama dg pasien DM
63,4% 36,6% 100,0%
keluarga terkait
Count 2 0 2
% within hubungan
responden yang tinggal
bersama dg pasien DM
100,0% 0,0% 100,0%
Total
Count 30 20 50
% within hubungan
responden yang tinggal
bersama dg pasien DM
60,0% 40,0% 100,0%
Tingkat pendidikan * kategori pengetahuan Crosstabulation
kategori pengetahuan Total
baik kurang
tingkat pendidikan
SD-SMPCount 4 6 10
% within tingkat pendidikan 40,0% 60,0% 100,0%
SMACount 20 11 31
% within tingkat pendidikan 64,5% 35,5% 100,0%
PTCount 6 3 9
% within tingkat pendidikan 66,7% 33,3% 100,0%
TotalCount 30 20 50
% within tingkat pendidikan 60,0% 40,0% 100,0%
status pekerjaan * kategori pengetahuan Crosstabulation
kategori pengetahuan Total
baik kurang
status pekerjaan
BekerjaCount 14 8 22
% within status pekerjaan 63,6% 36,4% 100,0%
Tidak bekerjaCount 16 12 28
% within status pekerjaan 57,1% 42,9% 100,0%
TotalCount 30 20 50
% within status pekerjaan 60,0% 40,0% 100,0%