GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU...

171
i GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU PENJUAL TAHU MENGENAI TAHU BERFORMALIN DI PASAR DAERAH SEMANAN JAKARTA BARAT TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh: AWALIYAH RIZKA SAFITRI NIM : 1111101000013 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015

Transcript of GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU...

Page 1: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

i

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU PENJUAL

TAHU MENGENAI TAHU BERFORMALIN DI PASAR DAERAH

SEMANAN JAKARTA BARAT TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:

AWALIYAH RIZKA SAFITRI

NIM : 1111101000013

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015

Page 2: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

ii

Page 3: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESEHATAN LINGKUNGAN

Skripsi, Juni 2014

AWALIYAH RIZKA SAFITRI, NIM: 1111101000013

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU PENJUAL

TAHU MENGENAI TAHU BERFORMALIN DI PASAR DAERAH

SEMANAN JAKARTA BARAT TAHUN 2015

(XIV + 134 Halaman, 15 tabel, 7 Diagram, 2 Bagan, 23 Lampiran)

ABSTRAK

Tahu berformalin masih banyak dijual dipasaran. Padahal formalin pada

makanan telah dilarang sejak tahun 1982. Larangan formalin pada tahu

dikarenakan dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan, diantaranya keracunan,

muntah-muntah, iritasi lambung, kerusakan ginjal, kanker, bahkan kematian.

Keberadaan formalin pada tahu terkait dengan faktor pengetahuan, sikap, dan

perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap yang negatif dapat

mendukung terjadinya perilaku penjualan tahu berformalin.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran dari pengetahuan, sikap

dan perilaku penjual tahu mengenai tahu berformalin di Pasar Daerah Semanan

Jakarta Barat tahun 2015. Jenis penelitian ini deskriptif-kuantitatif dengan

pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini sebanyak 34 penjual tahu di

Pasar Daerah Semanan. Pengambilan sampel penjual tahu (responden) dilakukan

dengan total sampel (seluruh populasi). Sedangkan pengambilan sampel tahu

dilakukan secara Accidental Sampling. Instrumen penelitian yang digunakan

kuesioner. Uji laboratorium dilakukan dengan Food Security Kit Formaldehyde

untuk membuktikan tahu berformalin secara kualitatif. Analisis data secara

univariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 38,2% tingkat pengetahuan

responden rendah dan 35,3% sikap responden negatif. Kemudian sebanyak 46,6%

tahu ditemukan mengandung formalin dan 73,5% melakukan penjualan tahu

berformalin. Pengetahuan yang belum optimum pada beberapa item pertanyaan

dan juga sikap yang cenderung tertutup menjadi penyebab masih adanya perilaku

penjualan tahu berformalin. Dengan ditemukannya tahu berformalin, diharapkan

masyarakat lebih cermat dalam mengenali ciri fisik tahu berformalin. Perlunya

penyuluhan petugas kesehatan terhadap penjual tahu terkait larangan penjualan

tahu berformalin disertai dampak kesehatannya. Perlu peran petugas kesehatan

dan juga Pemda antar daerah dalam mengawasi peredaran tahu berformalin.

Kata Kunci : Tahu, Formalin, Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Penjual Tahu

Daftar Bacaan : 67 (1991-2015)

Page 4: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

iv

FACULTY OF MEDICICAL AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY OF ENVIRONMENTAL HEALTH SCIENCE

Undergraduated Thesis, June, 2015

AWALIYAH RIZKA SAFITRI, NIM: 1111101000013

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF

TOFU SELLER ABOUT FORMALINED TOFU IN SEMANAN LOCAL

MARKET, WEST JAKARTA IN 2015

(XIV +134 pages, 15 tables, 7 diagrams, 2 charts, 23 appendix)

ABSTRACT

Formalined tofu is still available in market, although formalined tofu has

been banned from 1982. The prohibition in tofu is based on the fact that it can

cause some health effects, such as poisoning, vomiting, inflaming, gastric

irritation, kidney damaging, cancer, and even death. The formaline in tofu is

related with some factors, such as knowledge, attitude, and behavior of tofu seller.

A lack of knowledge and negative attitude could contribute to a behavior of

formalined tofu sales.

The purpose of this research is to find out the outlook of the knowledge,

attitude, and behavior of formalined tofu sales in Semanan Local Market, West

Jakarta in 2015. The type of this research is a descriptive- quantitative with an

approximation cross sectional methode. The population of this research is 34 tofu

sellers in Semanan Local Market. The samples were taken by total samples (all

population). Whereas, the tofu samples that sold by the respondents was done by

accidental sampling. The research instrumental was using questionnaire. The

laboratory samples was done qualitatively with Food Security Kit Formaldehyde

to prove whether the tofu contains formaline or not. The data. analysis is done by

univariat.

The result of this research shows that 38,2% respondents’s level

knowledge are low and 35,3% respondent’s attitude are negative (disagree). Then,

46,6% tofu found to contains formaline and 73,5% are doing a formalined tofu

sales. A knowledge that has not yet optimum in some questions and also the

attitude that tend to have a closed personality becomes a cause of the existence of

formalined tofu sales. As the formalined tofu has been found, the community

should be smarter in knowing the physical characteristics of formalined tofu. It

needs a counseling from health workers to tofu sellers related to the prohibition of

formalined tofu sales as also the health effect that being caused by that. It also

need a health worker’s role and also Pemda interregional to keeping an eye on

formalined tofu cycles.

Key Words: Tofu, Formaline, Knowledge, Attitude, Behavior, Tofu Seller

Reading List: 67 (1991-2015)

Page 5: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

v

Page 6: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

vi

Page 7: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Awaliyah Rizka Safitri

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Maret 1994

Warganegara : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Daan Mogot Km.18 Kp.Asem RT.06/05 No.173

Semanan Kalideres Jakarta barat 11850

Telepon : 0896-9424-2827 / 0896-9977-9460

Email : [email protected]

Pendidikan Formal:

1. SD NEGERI SEMANAN 05 PAGI JAKARTA 1999-2005

2. MTs NEGERI 8 JAKARTA 2005-2008

3. MA NEGERI 12 JAKARTA 2008-2011

4. KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN

KESEHATAN LINGKUNGAN UIN SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

2011-2015

Page 8: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.

Terimakasih atas karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Penjual tahu Mengenai

Tahu Berformalin di Pasar Daerah Semanan Jakarta Barat Tahun 2015”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW,

keluarganya dan sahabatnya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, khususnya kepada:

1. Ayahanda Taufik Hidayat, Ibunda Romlah sebagai orangtua saya yang

mendidik saya dari buaian hingga saat ini, semoga Allah meridhai Ayah dan

Ibu. Serta adik-adik (Fika, Faiz, Farhan, Thoifur) yang selalu mendukung dan

menyayangi saya dan selalu menemani saya dalam pembuatan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM. M.Kes selaku dekan FKIK UIN Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D selalu ketua Prodi Kesehatan

Masyarakat yang sangat berperan dalam terselenggaranya sidang.

4. Dosen Pembimbing Skripsi saya, Ibu Dewi Utami Iriani. M. Kes, Ph.D dan

Ibu Febrianti M.Si, yang telah memberikan ilmu dan waktunya dalam

membimbing saya mengerjakan skripsi ini.

5. Dosen penguji 1. Ibu Fase Badriah, M.Kes, Ph.D, Penguji 2. Ibu Hoirun Nisa,

M.Kes, Ph.D dan Penguji 3. Ibu Julie Rostina, SKM, MKM, yang telah

memberikan banyak saran pada sidang munaqosyah saya.

6. Pak Ajib selaku staf prodi yang senantiasa memberi semangat untuk saya.

7. Guru-guru saya dari TK Nurul Huda, SDN 05 Pagi, MTs N 8 Jakarta, MAN

12 Jakarta, dosen FKIK UIN Jakarta, serta guru ngaji saya atas ilmu yang

telah diberikan kepada saya, semoga bermanfaat untuk saya dan orang-orang

disekitar saya.

8. Sahabat terbaik Sarah Ajeng, Rachmatika, dan Abdul Karim, yang senantiasa

memberi semangat tiada henti, memberi inspirasi dan sharing ilmu.

9. Sahabat hidup sekaligus kakak terbaik Ahmad Ridwan atas dukungan dan

waktu luangnya dalam memberikan ilmu dan waktunya demi

terselesaikannya skripsi ini.

10. Sahabat seperjuangan (2011), kakak dan adik kelas di Peminatan Kesehatan

Lingkungan UIN Jakarta, dan teman RISMAULA.atas dukungannya.

Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis memohon maaf

jika terdapat kesalahan pengetikan maupun rangkaian kata dalam skripsi ini.

Jakarta, Juni 2015

Penulis

Page 9: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

ix

DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan ....................................................................................................... ii

Abstrak ........................................................................................................................ iii

Abstrack ...................................................................................................................... iv

Lembar Persetujuan ...................................................................................................... v

Lembar Penguji ........................................................................................................... vi

Daftar Riwayat Hidup ................................................................................................ vii

Kata Pengantar .......................................................................................................... viii

Daftar Isi ...................................................................................................................... ix

Daftar Tabel ............................................................................................................... xiii

Daftar Diagram ......................................................................................................... xiv

Daftar Bagan ............................................................................................................. xiv

Daftar Lampiran ........................................................................................................ xiv

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................... 1-10

1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................................................ 6

1.3. Pertanyaan Penelitian.......................................................................................... 7

1.4. Tujuan ................................................................................................................. 8

1.4.1. Tujuan Umum ......................................................................................... 8

1.4.2. Tujuan Khusus ........................................................................................ 8

1.5. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 9

1.5.1. Manfaat Bagi Pemerintah ....................................................................... 9

1.5.2. Manfaat Bagi Lembaga Konsumen ........................................................ 9

1.5.3. Manfaat Bagi Masyarakat ....................................................................... 9

1.5.4. Manfaat Bagi Peneliti ............................................................................. 9

1.5.5. Manfaat Bagi FKIK ................................................................................ 9

1.6. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................. 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 11-46

2.1. Tahu .................................................................................................................. 11

Page 10: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

x

2.1.1. Syarat Kualitas Tahu ............................................................................. 11

2.1.2. Jenis Tahu ............................................................................................. 13

2.2. Ciri Tahu Mengandung Formalin ..................................................................... 15

2.3. Formalin ............................................................................................................ 15

2.3.1. Pengertian Formalin .............................................................................. 15

2.3.2. Kegunaan Formalin ............................................................................... 17

2.3.3. Akibat Pemaparan Formalin ................................................................. 18

2.3.4. Cara Mengidentifikasi Keberadaan Formalin Pada Tahu ..................... 21

2.4. Konsep Perilaku ................................................................................................ 21

2.5. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ............................................................... 23

2.6. Faktor Predisposisi ........................................................................................... 24

2.6.1. Pengetahuan .......................................................................................... 24

2.6.2. Sikap ..................................................................................................... 31

2.6.3. Persepsi ................................................................................................. 36

2.6.4. Nilai ...................................................................................................... 38

2.7. Faktor Pemungkin ............................................................................................. 40

2.7.1. Ketersediaan Fasilitas dan SDM ........................................................... 40

2.7.2. Keterampilan Petugas ........................................................................... 41

2.7.3. Komitmen Pemerintah .......................................................................... 42

2.8. Faktor Penguat .................................................................................................. 43

2.8.1. Teman Pedagang ................................................................................... 43

2.8.2. Akses ke Produsen ................................................................................ 44

2.8.3. Keluarga ................................................................................................ 44

2.8.4. Pengawasan Petugas Kesehatan ............................................................ 45

2.9. Kerangka Teori ................................................................................................. 46

BAB III : KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .......... 47-53

3.1. Kerangka Konsep.............................................................................................. 47

3.2. Definisi Operasional ......................................................................................... 50

BAB IV : METODE PENELITIAN .................................................................. 54-69

4.1. Desain Studi ...................................................................................................... 54

Page 11: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

xi

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 54

4.3. Populasi ............................................................................................................ 55

4.4. Sampel .............................................................................................................. 55

4.5. Pengumpulan Data ............................................................................................ 56

4.6. Instrumen Penelitian ......................................................................................... 57

4.7. Cara Pengambilan Sampel Tahu ....................................................................... 60

4.8. Cara Uji Laboratorium Pada Tahu .................................................................... 61

4.9. Pengolahan Data ............................................................................................... 63

4.10. Analisis ............................................................................................................. 65

4.10.1. Univariat ............................................................................................... 65

4.11. Uji Validitas dan Reabilitas .............................................................................. 66

BAB V : HASIL PENELITIAN ......................................................................... 70-89

5.1. Karakteristik Responden ................................................................................... 70

5.1.1. Usia ....................................................................................................... 70

5.1.2. Jenis Kelamin ........................................................................................ 71

5.1.3. Pendidikan ............................................................................................ 71

5.1.4. Lama Berjualan Tahu ............................................................................ 72

5.1.5. Jumlah Jenis Tahu yang Dijual ............................................................. 73

5.1.6. Distribusi Tahu Berdasarkan Jenisnya .................................................. 74

5.2. Hasil Analisa Univariat..................................................................................... 74

5.2.1. Hasil Uji Kandungan Formalin Pada Tahu ........................................... 75

5.2.2. Hasil Uji Kandungan Formalin Pada Tahu Berdasarkan Jenis Tahu .... 75

5.2.3. Gambaran Pengetahuan Penjual Tahu Terhadap Formalin .................. 76

5.2.3.1.Pengetahuan Berdasarkan Pertanyaan Kuesioner ................................. 77

5.2.3.2.Pengetahuan Tentang Ada Tidaknya Kandungan

Formalin Pada Tahu yang Dijual .......................................................... 78

5.2.4. Gambaran Sikap Penjual Tahu Terhadap Informasi Bahaya Formalin 79

5.2.4.1.Gambaran Sikap Penjual Tahu Terhadap Informasi

Bahaya Formalin Berdasarkan Item Pernyataan ................................... 81

5.2.5. Gambaran Perilaku Penjual Tahu ........................................................ 82

5.2.5.1.Identifikasi Perilaku Penjual Tahu Mengenai Tahu Berformalin ......... 83

Page 12: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

xii

5.2.5.1.1. Kesamaan Tahu yang Dijual dan Dikonsumsi ........................... 84

5.2.5.1.2. Asal Tahu .................................................................................... 84

5.2.5.1.3. Kategori Daerah Supplier ............................................................ 85

5.2.5.1.4. Daya Tahan Tahu ........................................................................ 86

5.2.5.1.5. Perlakuan Jika Tahu Bersisa ........................................................ 86

5.2.5.1.6. Teman yang Mengajak Berjualan Tahu ...................................... 87

5.2.5.1.7. Perilaku Menjual Tahu Jika Sebenarnya Telah

Mengetahui Tahu Tersebut Berformalin ..................................... 88

BAB VI : PEMBAHASAN ............................................................................... 90-123

6.1.Keterbatasan Penelitian ........................................................................................ 90

6.2.Temuan Formalin Pada Tahu ............................................................................... 91

6.3.Pengetahuan Penjual Tahu Mengenai Formalin ................................................. 94

6.3.1. Pengetahuan Mengenai Golongan Formalin Menurut

Peraturan Pemerintah ............................................................................... 102

6.3.2. Pengetahuan Mengenai Ciri Tahu Berformalin ....................................... 104

6.3.3. Pengetahuan Mengenai Dampak Kesehatan Akibat

Mengkonsumsi Tahu Formalin ................................................................ 106

6.4.Sikap Penjual Tahu Terhadap Informasi Bahaya Formalin ............................... 109

6.5.Perilaku Penjual Tahu ....................................................................................... 115

6.5.1. Identifikasi Perilaku Penjual Tahu Mengenai Tahu Berformalin ............ 119

BAB VII : SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 123-127

7.1. Simpulan ......................................................................................................... 123

7.2. Saran ............................................................................................................... 123

7.2.1. Saran Bagi Masyarakat ............................................................................ 123

7.2.2. Saran Bagi Pemerintah ............................................................................ 124

7.2.3. Saran Bagi Lembaga Konsumen ............................................................. 125

7.2.4. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya .............................................................. 126

7.2.5. Saran Bagi FKIK ..................................................................................... 126

Daftar Pustaka .......................................................................................................... 127

Page 13: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

xiii

DAFTAR TABEL

3.1. Definisi Operasional……………………………………………….. 50

5.1. Distribusi Usia Penjual Tahu di Pasar Daerah Semanan Tahun

2015………………………………………………………………… 70

5.2. Distribusi Lama Penjual Tahu Berjualan di Pasar Daerah Semanan

Tahun 2015………………………………………………………… 73

5.3. Distribusi Jenis Tahu yang Dijual Penjual Tahu di Pasar Daerah

Semanan Tahun 2015……………………………………………… 73

5.4. Distribusi Tahu Berdasarkan Jenis di Pasar Daerah Semanan

Tahun 2015………………………………………………………… 74

5.5. Distribusi Hasil Uji Kandungan Formalin Pada Tahu di Pasar

Daerah Semanan Tahun 2015……………………………………… 75

5.6. Distribusi Uji Kandungan Formalin Pada Tahu Berdasarkan Jenis

Tahu di Pasar Daerah Semanan Tahun 2015………………………. 76

5.7. Distribusi Pengetahuan Penjual Tahu Terhadap Formalin di Pasar

Daerah Semanan Tahun 2015……………………………………… 76

5.8. Distribusi Pengetahuan Penjual Tahu Berdasarkan Pertanyaan

Kuesioner di Pasar Daerah Semanan Tahun 2015…………………. 77

5.9. Distribusi Sikap Penjual Tahu Terhadap Informasi Bahaya

Formalin Pada Tahu di Pasar Daerah Semanan Tahun 2015………. 80

5.10. Distribusi Sikap Penjual Tahu Terhadap Informasi Bahaya

Formalin Berdasarkan Item Pernyataan Pada Tahu di Pasar Daerah

Semanan Tahun 2015………………………………………………. 81

5.11. Distribusi Perilaku Penjualan Tahu Berformalin Di Pasar Daerah

Semanan Tahun 2015………………………………………………. 83

5.12. Distribusi Kesamaan Tahu yang Dijual dan Dikonsumsi Penjual

Tahu di Pasar Daerah Semanan Tahun 2015………………………. 84

5.13. Distribusi Pengakuan Penjual Tahu Terkait Faktor Teman yang

Mengajak Berjualan Tahu di Pasar Daerah Semanan Tahun 2015… 88

5.14. Distribusi Perilaku Penjual Tahu Jika Telah Mengetahui Tahu

Tersebut Berformalin di Pasar Daerah Semanan Tahun 2015……... 88

Page 14: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

xiv

DAFTAR DIAGRAM

5.1. Distribusi Jenis Kelamin Penjual Tahu di Pasar Daerah Semanan

Tahun 2015………………………………………………………….. 71

5.2. Distribusi Pendidikan Penjual Tahu di Pasar Daerah Semanan Tahun

2015………………………………………………………………….. 72

5.3. Distribusi Pengetahuan Tentang Ada Tidaknya Kandungan Formalin

Pada Tahu yang Dijual di Pasar Daerah Semanan Tahun 2015………. 79

5.4. Distribusi Asal Tahu yang Dijual Penjual Tahu di Pasar Daerah

Semanan Tahun 2015……………………………………………….. 85

5.5. Distribusi Kategori Daerah Supplier Yang Mensuplai Tahu Kepada

Para Penjual Tahu di Pasar Daerah Semanan Tahun 2015………….. 85

5.6. Distribusi Pengakuan Penjual Tahu Tentang Daya Tahan Tahu yang

Dijualnya di Pasar Daerah Semanan Tahun 2015……………………. 86

5.7. Distribusi Perlakuan Penjual Tahu Jika Tahu Bersisa di Pasar Daerah

Semanan Tahun 2015…………………………………………………. 87

DAFTAR BAGAN

2.1 Kerangka Teori……………………………………………………. 45

3.1 Kerangka Konsep………………………………………………….. 48

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Kuesioner

2. Form Hasil Uji Kualitatif Formalin Pada Tahu di Pasar Daerah Semanan Tahun 2015

3. Dokumentasi

4. Hasil SPSS

Page 15: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 33 tahun

2012 tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP), salah satu bahan pengawet

yang dilarang penggunaannya pada makanan adalah formalin atau

folmaldehyde. Formalin dilarang ada pada makanan karena dapat

membahayakan kesehatan. Formalin merupakan salah satu pengawet non

pangan yang biasanya digunakan dalam pengawetan mayat (Sartono, 2001).

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) saat ini

kenyataannya formalin disalahgunakan sebagai pengawet salah satunya pada

produk makanan seperti tahu (BPOM, 2006). Formalin pada makanan telah

dilarang oleh US-EPA (Environmental Protection Agency) dan International

Programme on Chemical Safety / IARC karena formalin merupakan zat yang

probable human carcinogen (Hastuti, 2010). Pemerintah Indonesia juga telah

melarang penggunaan formalin sebagai bahan pengawet pangan sejak tahun

1982 melalui Permenkes No. 472/1996 tentang Pengamanan Bahan

Berbahaya Bagi Kesehatan.

Larangan formalin pada makanan karena dapat menimbulkan dampak

kesehatan. Menurut ajaran islam, dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 168

manusia diperintahkan makan makanan yang halal dan baik (Departemen

Agama RI, 2006). Ayat ini menjadi pedoman dasar bagi manusia untuk

memilih makanan yang tidak hanya halal namun juga baik. Baik bukan hanya

Page 16: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

2

dari kondisi fisik namun baik dalam segi manfaat dari makanan tersebut bagi

kesehatan. Namun pada kenyataannya saat ini marak beredar makanan yang

mengandung zat berbahaya bagi kesehatan.

Salah satu makanan yang terbukti mengandung zat berbahaya bagi

kesehatan adalah tahu yang mengandung formalin. Tahu merupakan makanan

populer di kalangan masyarakat Indonesia karena harganya yang tejangkau

dan juga bergizi. Tahu dapat dengan mudah di dapat baik di pasar tradisional

maupun di swalayan dengan harga yang cukup murah (Tjiptaningdyah, 2010).

Formalin pada tahu berfungsi sebagai pengawet untuk

mempertahankan kualitas tahu dan meningkatkan daya simpan tahu. Dengan

adanya formalin pada tahu maka perlu dikhawatirkan dampaknya, baik akut

maupun akumulatif yang tidak langsung terlihat. Dampak akut tersebut

seperti iritasi lambung, muntah, diare, kencing bercampur darah. Sedangkan

dampak akumulatif tersebut seperti kerusakan ginjal, kanker, mutagen, dan

bahkan kematian (Anwar dan Khomsan, 2008).

Menurut Environmental Protection Agency (EPA) ambang batas

formalin yang boleh masuk ke dalam tubuh (NOAEL) dalam bentuk makanan

untuk orang dewasa sebesar 15mg/kg per hari (EPA, 1991). Dampak akut

dapat muncul setelah mengkonsumsi makanan mengandung formalin dengan

dosis diatas 15 mg/kg/hari. Berdasarkan uji klinis, dosis toleransi tubuh

manusia pada pemakaian terus-menerus/ reference dose (RfD) untuk formalin

adalah sebesar 0,2 mg/kg/day selama 30 tahun, dan dapat menimbulkan

resiko kesehatan seperti kerusakan ginjal. Karena dampak akumulatif dari

pajanan formalin dapat berbahaya bagi kesehatan maka formalin tidak

Page 17: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

3

diizinkan sama sekali ada pada makanan. Hal ini sesuai dengan Standar

Nasional Indonesia (SNI) 01-0222-1995 lampiran II yang menyebutkan

bahwa zat kimia berbahaya seperti formalin tidak boleh ada di makanan.

Data keberadaan formalin pada tahu di Indonesia menurut BPOM

(2006) sebesar 33,45%. Data tersebut didapat dari beberapa sampel yang

diambil di kota-kota besar di Indonesia seperti kota Jakarta, Bandung, Bandar

Lampung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Mataram, dan Makasar.

Kemudian BPOM juga menyatakan bahwa temuan tahu berformalin relatif

tinggi di Jakarta yakni 77,85% (BPOM, 2006). Sedangkan di daerah lainnya,

BPOM menemukan ratusan tahu berformalin di Ciputat Tangerang Selatan

(Banpos, 2014). Kemudian di Sidoarjo, ditemukan 62,85% tahu putih

berformalin di pasar tradisional dan 77,77% tahu berformalin di pasar modern

(Tjiptaningdyah, 2010).

Pada tingkat produsen juga ditemukan pabrik tahu yang menggunakan

formalin yakni seperti di daerah Palmerah dan Jelambar Jakarta Barat

(Widiastuti, 2009). Penjualan tahu berformalin juga ditemukan di pasar

daerah Semanan-Jakarta Barat. Hal ini dibuktikan dengan hasil studi

pendahuluan pada bulan Desember 2014 dari 10 (sepuluh) sampel tahu 8

(delapan) diantaranya mengandung formalin.

Sementara itu, diketahui terdapat sebanyak 8.986 pengerajin tahu-tempe

di DKI Jakarta. Pada tahun 2008, Jakarta Barat merupakan daerah kedua

terbesar sebagai daerah penghasil tahu-tempe di DKI Jakarta yakni sebanyak

2.481 orang (Republika, 2008). Sedangkan daerah sebagai penghasil tahu

tempe terbesar di DKI Jakarta yakni daerah Semanan-Jakarta Barat (Keteng,

Page 18: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

4

2013). Di daerah Semanan terdapat sebanyak 300 pengerajin tahu beserta

tempe, 100 pengerajin tahu yang tersebar di 9 pabrik tahu di KOPTI Semanan

Jakarta Barat, dan 34 penjual tahu yang tersebar di pasar daerah Semanan.

Jumlah pedagang tersebut lebih banyak jika dibandingkan dengan pasar

ciputat sebesar 19 penjual tahu dan pasar anyar tangerang sebanyak 17

penjual tahu (Gatra, 2013).

Dengan ditemukannya tahu berformalin tersebut, hal ini juga

menunjukkan bahwa terjadi pelanggaran terhadap keamanan konsumen.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mencatat sepanjang tahun

2012 terdapat 620 kasus permasalahan konsumen. Kasus permasalahan

konsumen juga masih terjadi hingga tahun 2013 dengan ditemukannya

makanan berformalin seperti tahu berformalin (Purbolaksono, dkk, 2014). Hal

tersebut tidak hanya merugikan keselamatan konsumen, namun juga

merugikan konsumen secara finansial. Padahal pemerintah telah mengatur

hak konsumen mendapatkan makanan yang aman serta hak dan kewajiban

pelaku usaha dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

(Padmono, 2014).

Dalam penjualan tahu berformalin terdapat faktor perilaku penjual tahu

yang dapat mempengaruhi masih adanya tahu berformalin di pasaran. Faktor

perilaku tersebut ditentukan oleh 3 faktor utama yakni faktor predisposisi,

faktor pemungkin, dan faktor penguat. Faktor predisposisi merupakan faktor

yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Faktor predisposisi antara

lain pengetahuan dan sikap. Pengetahuan merupakan domain yang sangat

Page 19: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

5

penting dalam terbentuknya tindakan seseorang. Sedangkan sikap merupakan

komponen yang penting dalam melakukan tindakan (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Habsah (2012), faktor yang

terkait penjualan makanan berformalin pada makanan adalah pengetahuan

dari pedagang yang menjual makanan tersebut. Kurangnya pengetahuan

terkait bahan tambahan pangan (BTP) akan cenderung membuat kebiasaan

menjual makanan yang mengandung BTP yang tidak baik. Faktor yang sama

juga diteliti oleh Permanasari (2010), didapatkan hasil 56,67% pengetahuan

pedagang kurang, 53,33% memiliki sikap negatif, dan 50% terbukti

melakukan praktik perdagangan makanan berformalin.

Kemudian pada penelitian Nugrahiningtyas (2010) di pasar tradisional

dan supermarket kota Jember menunjukkan bahwa masih minimnya

pengetahuan responden terkait tahu berformalin sebesar 60,7% di pasar

tradisional dan sebesar 53,6% di supermarket menyebabkan masih

ditemukannya penjualan tahu berformalin. Dengan demikian masih minimnya

pengetahuan dapat menyebabkan penjualan tahu berformalin masih ada di

pasaran.

Mengingat dari hasil studi pendahuluan menunjukkan adanya tahu yang

berformalin, maka hal tersebut membuktikan bahwa para penjual tahu masih

ada yang menjual tahu yang mengandung formalin. Padahal pemerintah telah

melarang formalin sebagai pengawet dalam SNI-01-0222-1995, karena dapat

menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.

Page 20: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

6

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku penjual tahu mengenai

tahu berformalin di pasar daerah Semanan Jakarta Barat tahun 2015.

1.2. Perumusan Masalah

Formalin adalah pengawet non pangan yang biasa digunakan dalam

pengawetan mayat. Pemerintah melarang penggunaan formalin sebagai

bahan pengawet pangan sejak tahun 1982 melalui SNI 01-0222-1995

lampiran II, mengingat bahaya serius yang akan dihadapi jika formalin

masuk ke dalam tubuh manusia. Resiko kesehatan seperti kerusakan ginjal

dapat terjadi secara akumulatif akibat mengkonsumsi formalin sebesar 0,2

mg/kg/day selama 30 tahun (EPA, 1991). Namun kenyataannya makanan

yang mengandung formalin masih dijual oleh beberapa pedagang/penjual

yang tidak bertanggung jawab.

Berdasarkan operasi pasar oleh BPOM yang dilakukan di Pasar yang

ada di DKI Jakarta ditemukan sebesar 77,85% tahu berformalin (BPOM,

2006). Penjualan tahu berformalin juga ditemukan di pasar daerah

Semanan-Jakarta Barat. Hal ini dibuktikan dengan hasil studi pendahuluan

yakni dari 10 (sepuluh) sampel tahu 8 (delapan) diantaranya mengandung

formalin.

Sementara itu, Daerah Semanan-Jakarta Barat merupakan daerah

penghasil tahu terbesar di DKI Jakarta (Keteng, 2013). Terdapat 100

pengerajin tahu yang tersebar di 9 pabrik tahu di KOPTI Semanan Jakarta

Barat dan 34 penjual tahu yang tersebar di pasar daerah Semanan. Jumlah

penjual tersebut lebih banyak jika dibandingkan dengan pasar ciputat

Page 21: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

7

sebesar 19 penjual tahu dan pasar anyar tangerang sebanyak 17 pedadang

tahu (Gatra, 2013).

Mengingat dari hasil studi pendahuluan menunjukkan adanya tahu

yang berformalin, maka hal tersebut membuktikan bahwa para penjual tahu

masih ada yang menjual tahu yang mengandung formalin dan hal tersebut

menunjukkan telah terjadi pelanggaran terhadap keamanan konsumen.

Padahal pemerintah telah melarang formalin sebagai pengawet dalam SNI-

01-0222-1995, karena dampak negatifnya bagi kesehatan. Disertai dengan

penelitian sebelumnya yang juga menunjukkan bahwa keberadaaan tahu

berformalin dapat dipengaruhi oleh minimnya pengetahuan dan sikap dari

pedagang. Maka perlu dilakukan penelitian terkait gambaran pengetahuan,

sikap, dan perilaku penjual tahu mengenai tahu berformalin di Pasar daerah

Semanan Jakarta Barat.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1) Berapa persentase tahu yang berformalin di pasar daerah Semanan

Jakarta Barat?

2) Bagaimana karakteristik penjual tahu di daerah Semanan Jakarta Barat?

3) Bagaimana tingkat pengetahuan penjual tahu di pasar daerah Semanan

Jakarta Barat tentang ciri tahu berformalin, golongan formalin

berdasarkan PP, dan dampak formalin yang ada di tahu bagi kesehatan?

4) Bagaimana sikap penjual tahu di pasar daerah Semanan Jakarta Barat

terhadap informasi bahaya formalin?

Page 22: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

8

5) Bagaimana perilaku penjual tahu mengenai tahu formalin di pasar

daerah Semanan Kalideres?

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku penjual tahu mengenai

tahu berformalin di pasar daerah Semanan Jakarta Barat tahun 2015.

1.4.2. Tujuan Khusus

1) Mengetahui persentase tahu berformalin di jual di pasar daerah

Semanan Jakarta Barat tahun 2015.

2) Mengetahui karakteristik penjual tahu di daerah Semanan Jakarta

Barat Tahun 2015.

3) Mengetahui tingkat pengetahuan penjual tahu di pasar daerah

Semanan Jakarta Barat tentang ciri tahu berformalin, golongan

formalin berdasarkan peraturan pemerintah (PP), dan dampak

formalin yang ada di tahu bagi kesehatan.

4) Mengetahui sikap penjual tahu terhadap informasi bahaya

formalin di pasar daerah Semanan Kalideres.

5) Mengetahui perilaku penjual tahu mengenai tahu formalin di

pasar daerah Semanan Kalideres.

Page 23: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

9

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Bagi Pemerintah

Sebagai masukan bagi BPOM, Dinkes setempat, Departemen

Perindustrian dan Perdagangan, agar melakukan pembinaan dan

pengawasan terhadap peredaran tahu berformalin secara

berkesinambungan .

1.5.2. Manfaat Bagi Lembaga Konsumen

Sebagai masukan dan informasi bagi YLKI demi perlindungan

konsumen dari dampak negatif kesehatan akibat tahu berformalin.

1.5.3. Manfaat Bagi Masyarakat

Sebagai informasi bagi masyarakat dalam memilih makanan

olahan yang aman untuk dikonsumsi dan lebih cermat dalam memilih

tahu yang beredar di pasaran.

1.5.4. Manfaat Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam mengaplikasikan ilmu

yang telah di dapat selama pembelajaran di perkuliahan.

1.5.5. Manfaat Bagi FKIK

Sebagai masukan bagi FKIK yang dapat menjadi dasar untuk

melakukan advokasi terkait dampak kesehatan bagi masyarakat jika

tahu berformalin terus beredar dipasaran.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berjudul “gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku

penjual tahu mengenai tahu berformalin di pasar daerah Semanan Jakarta

Page 24: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

10

Barat tahun 2015”. Subjek penelitian ini adalah pedagang/penjual tahu yang

ada di pasar daerah Semanan Jakarta Barat Tahun 2015. Penelitian ini telah

dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015 di Pasar Daerah Semanan Jakarta

Barat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan,

sikap, dan perilaku penjual tahu mengenai tahu berformalin di pasar daerah

Semanan Jakarta Barat tahun 2015.

Penelitian ini bersifat deskriptif-kuantitatif dengan pendekatan cross

sectional. Populasi penelitian ini sebanyak 34 penjual tahu. Total sample

(seluruh populasi) diambil sebagai sampel untuk mengantisipasi kehilangan

sampel. Sampel tahu diambil secara Accidental Sampling. Pengumpulan

data terkait pengetahuan, sikap, dan perilaku menggunakan kuesioner,

wawancara, dan observasi. Sedangkan untuk mengetahui tahu tersebut

berformalin atau tidak serta untuk membuktikan perilaku menjual tahu

berformalin maka dilakukan uji kualitatif menggunakan alat “Food Security

Kit Formaldehyde” dari Laboratorium Kesehatan Lingkungan FKIK UIN

Jakarta. Kemudian analisis data dilakukan secara univariat.

Page 25: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tahu

Menurut Suprapti (2005), tahu merupakan salah satu jenis makanan

yang dibuat dari kedelai dengan jalan memekarkan protein kedelai dan

mencetaknya melalui proses pengendapan protein pada titik isoelektrisnya,

dengan atau tanpa penambahan unsur-unsur lain yang diizinkan. Dalam

pembuatan tahu harus sesuai dengan syarat dan kualitas yang telah di tetap

kan oleh pemerintah.

2.1.1. Syarat Kualitas Tahu

Dalam SNI 01-3142-1998 tentang tahu, tidak disebutkan

tentang syarat mutu formalin pada tahu. Hal tersebut dikarena

formalin dilarang ada dalam makanan apapun termasuk tahu,

larangan tersebut telah disebutkan dalam SNI-01-0222-1995 tentang

bahan tambahan makanan Lampiran II.

Tujuan penggunaan bahan tambahan kimia dalam proses

pengolahan atau pengawetan makanan adalah untuk meningkatkan

kualitas makanan yang dihasilkan. Dalam hal ini terkait dengan

pembuatan tahu, digunakan beberapa macam bahan tambahan kimia

berikut (Suprapti, 2005):

Page 26: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

12

a. Bahan penggumpal

Ada tiga jenis bahan kimia yang berfungsi sebagai bahan

penggumpal protein pada proses pembuatan tahu. Ketiga jenis

bahan tambahan kimia tersebut adalah sebagai berikut:

1) Asam Cuka (CH3COOH)

Asam cuka atau asam asetat yang terdapat di pasaran

merupakan asam asetat dalam kondisi pekat.

2) Batu Tahu (CaSO4)

Agar dapat digunakan sebagai bahan penggumpal, batu

tahu yang semula mirip dengan pecahan kaca harus dibakar

terlebih dahulu dengan waktu yang tidak terlalu lama hingga

hancur menjadi bubuk putih (tepung gips).

3) Cairan Sisa (Whey)

Cairan whey dapat digunakan lagi sebagai bahan

penggumpal dalam proses penggumpalan selanjutnya.

b. Bahan pelunak kedelai

Dapat menggunakan soda abu yang dicampurkan ke dalam

air rendaman kedelai dengan dosis 0,3 gram/ 10 liter dari air

rendaman. Disamping itu, dapat digunakan pula soda kue dengan

dosis 0,5 gram/10 liter air rendaman.

c. Bahan Pewarna

Produk tahu biasanya berwarna kuning. Pewarna kuning

dapat menggunakan pewarna alami atau pewarna buatan/sintetik

Page 27: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

13

makanan yang diizinkan penggunaannya. Pewarna alami yakni

kunyit/kunir (turmeric).

d. Bahan Pengawet

Bahan kimia pengawet tahu yang dapat digunakan, salah

satunya sebagai berikut:

1) Natrium (sodium) benzoat, dengan dosis 0,1%

2) Nipagin (para amino benzoic acid/ PABA), dengan dosis

0,08%.

3) Asam propionat, dengan dosis 0,3%

4) Garam (NaCl), dengan dosis 2,5%.

e. Flavor Sintesis

Flavour digunakan untuk memperbaiki cita rasa tahu, flavor

ayam atau daging biasanya ditambahkan dalam proses pembuatan

tahu. Penggunaannya sebanyak 5% dari bakal tahu yang akan

digunakan (Suprapti, 2005).

2.1.2. Jenis Tahu

Dengan berbagai variasi, bentuk dan nama tahu di

perdagangkan di pasaran. Berdasarkan variasi tampilannya, tahu

dibedakan menjadi 3 jenis yakni:

a. Tahu Putih

Tahu putih atau tahu cina, berwarna putih dan bertekstur

lembut. Teksturnya lebih padat, halus, kenyal, mudah hancur

dibandingkan tahu lain. Ukurannya sekitar 12cm x 12cm x 8cm.

Page 28: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

14

Ukuran dan bobot tahu relatif seragam karena proses

pembuatannya dicetak dan dipres dengan mesin. Dalam

pemuatannya, digunakan sioko (kalsium sulfat) sebagai bahan

penggumpal protein sari kedelainya (Saragih dan Sarwono, 2003).

b. Tahu Kuning

Tahu kuning biasanya adalah tahu bandung. Warna kuning

dari tahu ini berasal dari kunyit. Berbentuknya persegi (kotak),

tekstur agak keras dan kenyal, warna kuning karena sebelumnya

telah direndam air kunyit. Tahu digoreng dengan mengoleskan

sedikit minyak di wajan. Tahu ini lebih enak dikonsumsi dengan

lalap cabai rawit (Saragih dan Sarwono, 2003).

Namun ada juga tahu kuning mirip tahu cina, yang sudah di

potong kecil atau sebagian orang menyebutnya tahu serpong.

Bentuknya tipis dan lebar. Warna kuning disebabkan sepuhan atau

larutan sari kunyit. Tahu ini banyak digunakan dalam masakan cina

(Saragih dan Sarwono, 2003).

c. Tahu Coklat

Tahu coklat biasanya disebut juga tahu kulit. Tahu ini sudah

digoreng terlebih dahulu sehingga warnanya cokelat dan bagian

luarnya seperti kulit. Setelah di goreng biasanya tahu ini direndam

dalam air. Biasa digunakan untuk membuat tahu isi. Bentuknya ada

yang segitiga maupun persegi dan ukurannya umumnya berukuran

kecil (Saragih dan Sarwono, 2003).

Page 29: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

15

2.2. Ciri Tahu Mengandung Formalin

Tahu merupakan bahan makanan atau pangan yang sangat mudah

rusak sehingga digolongkan sebagai high perishable food. Secara

organoleptik tanda-tanda yang dapat digunakan untuk mengetahui telah

terjadinya kerusakan tahu antara lain adalah rasa asam, bau masam sampai

busuk, permukaan tahu berlendir, tekstur menjadi lunak, kekompakan

berkurang, dll (Astawan, 2009).

Karena tahu mudah mengalami kerusakan, maka beberapa produsen

yang tidak bertanggung jawab menggunakan formalin sebagai pengawet

tahu. Salah satu cara mengidentifikasi tahu berformalin yakni dengan

mengetahui ciri-ciri tahu yang mengandung formalin yakni sebagai berikut

(BPOM RI, 2006):

a. Tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar (25C)

b. Bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10C)

c. Tahu terlampu keras namun tidak padat

d. Bau agak menyengat, bau formalin (dengan kandungan formalin 0,5-1

ppm).

2.3. Formalin

2.3.1. Pengertian Formalin

Formalin merupakan suatu zat yang biasanya mengandung 37%

formaldehid dalam pelarut air dan mengandung 10% metanol.

Katakteristik formalin yakni tidak berwarna, bau yang keras dan

mempunyai berat jenis 1,09kg/l dalam suhu 20 derajat Celcius (Sari,

Page 30: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

16

2008). Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal, atau

formalin), merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO, yang

berbentuk gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan

yang dikenal sebagai paraformaldehyde atau trioxana (Ratnaningtyas,

2012). Paraformaldehid juga digunakan untuk memberi kekuatan

terhadap air pada kertas atau kain, dan juga sebagai perekat plywood

dan papan kayu yang lain. Paraformaldehid, kadang-kadang

mengandung formaldehid bebas. Batas paparan formaldehid 2 ppm,

dan dosis fatal formalin 60-90ml (Sartono, 2001).

Formalin merupakan salah satu pengawet non pangan yang

sekarang banyak digunakan untuk mengawetkan makanan. Menurut

Sartono (2001), formaldehid biasa digunakan sebagai antiseptika,

desinfektan, deodoran, dan sebagai larutan untuk membalsem mayat.

Formaldehid yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid

bervariasi antara 20%-40% (Sitiopan, 2012). Dipasaran, formalin

dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yakni dengan kadar

formaldehidnya 40, 30, 20, 10 persen serta dalam bentuk tablet yang

beratnya masing-masing 5 gram (Cahanar et al, 2006). Alasan

penyalahgunaan formalin sebagai pengawet makanan karena harga

formalin yang relatif lebih murah yakni berkisar antara Rp. 5000-

Rp.7000 per liternya (Saparinto dan Hidayati, 2006). Menurut

Hendaryani (2012) harga formalin saat ini sangat murah yakni

Rp.8000/liter, sedangkan harga pengawet makanan seperti kitosan

cukup mahal yakni Rp.170.000 per kilogram, itulah mengapa

Page 31: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

17

pedagang makanan yang tidak bertanggung jawab lebih memilih

menggunakan formalin dibanding kitosan.

2.3.2. Kegunaan Formalin

Formalin biasa berfungsi sebagai obat untuk pengawet mayat.

Namun di masyarakat, formalin digunakan secara luas sebagai obat

antiparasit. Formalin efektif digunakan untuk membunuh berbagai

macam parasit dan bakteri yang menempel pada ikan hias. Selain itu

kadang-kadang formalin yang diencerkan digunakan sebagai

desinfektan dipeternakan (Sari, 2008).

Menurut BPOM (2006), formalin digunakan untuk pembunuh

kuman sehingga banyak dimanfaatkan sebagai pembersih lantai,

kapal, gudang dan pakaian; pembasmi lalat dan berbagai serangga

lain; bahan untuk pembuatan sutra buatan, zat pewarna, pembuatan

gelas dan bahan peledak; dalam dunia fotografi biasanya digunakan

untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas; bahan untuk pengawet

mayat; bahan pembuatan pupuk lepas lambat (slow- release fertilizer)

dalam bentuk urea formaldehid; bahan untuk pembuatan parfum;

bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku; pencegah

korosi untuk sumur minyak; bahan untuk insulasi busa; bahan perekat

untuk produk kayu lapis (plywood); dalam konsentrasi yang sangat

kecil (< 1%) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai produk

konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring,

pelembut, perawat sepatu, shampo mobil, lilin dan pembersih karpet.

Page 32: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

18

2.3.3. Akibat Pemaparan Formalin

Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi

kesehatan manusia. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan

bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga

menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang

menyebabkan keracunan pada tubuh (Cahanar et al, 2006). Formalin

dapat masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi akibat uap formalin,

selain itu dapat terserap oleh kulit ataupun secara ingesti (tertelan).

Jika sampai tertelan (ingesti) maka orang tersebut harus segera

diminumkan banyak air dan segera dimintakan untuk memuntahkan

isi lambungnya (Sari, 2008).

Pemajanan formalin ke dalam tubuh dapat terjadi melalui ingesti

saat seseorang mengkonsumsi formalin pada makanan. Biasanya

terjadi pada makanan-makanan seperti tahu, daging ayam, dan mie

basah. Karena komoditas pangan tersebut relatif sering di konsumsi

masyarakat namun cepat mengalami pembusukan dan tidak tahan

lama sehingga beberapa produsen tidak bertanggung jawab memberi

tambahan pengawet formalin (Anwar dan Khomsan, 2009). Padahal

seharusnya formalin dilarang digunakan pada makanan mengingat

dampak buruk akibat penggunaan dari zat beracun tersebut (Sari,

2008).

Formalin diketahui sebagai zat beracun, yang dapat

menyebabkan dampak kesehatan baik secara langsung (akut) maupun

akumulatif. Dampak akut dapat muncul ketika seseorang

Page 33: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

19

mengkonsumsi formalin dengan dosis mulai dari 15 mg/kg/hari,

adapun dampak tersebut yakni sakit kepala, radang hidung kronis

(rhinitis), mual-mual, (Sari, 2008). Selain itu dapat juga menyebabkan

muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, bahkan

kematian akibat kegagalan peredaran darah (Cahanar et al, 2006).

Sedangkan dampak akumulatif berupa kerusakan ginjal dapat terjadi

jika terus mengkonsumsi makanan berformalin dengan dosis

0,2mg/kg/hari setiap harinya, dampak tersebut akan terlihat setelah

paparan dalam kurun waktu 30 tahun (EPA, 1991).

Konsumsi formalin pada manusia secara ingesti (tertelan) dapat

menyebabkan kanker mulut dan tenggorokan. Pada wanita dapat

menyebabkan gangguan mentruasi dan infertilitas (kemandulan) (Sari,

2008). Seseorang mungkin hanya mampu bertahan 48 jam setelah

mengkonsumsi dosis fatal formalin (60-90ml) (Anwar dan Khomsah,

2008).

Menurut Sartono (2001), keracunan formaldehid juga dapat

terjadi melalui inhalasi menyebabkan iritasi pada saluran nafas, selain

itu juga merangsang mata. Gejala lain yang dapat timbul pada

konsumsi rendah, antara lain edema laring, dan reaksi sensitivitas

pada kulit seperti urtikaria. Penelitian pada binatang menunjukkan

bahwa formalin dapat menyebabkan kanker kulit dan kanker paru.

Formalin juga dapat merusak sistem syaraf tubuh manusia dan dikenal

sebagai zat yang bersifat racun untuk persyarafan tubuh kita

(neurotoksik), seperti mengakibatkan gangguan persyarafan berupa

Page 34: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

20

susah tidur, sensitif, mudah lupa, sulit berkonsentrasi. Selain itu,

berdasarkan penelitian Heryani, dkk (2011), diketahui bahwa paparan

formalin menyebabakan penurunan sel spermatogenik pada mencit.

Selain itu pemberian formalin peroral dosis bertingkat selama 12

minggu menyebabkan terjadinya histopatologis gaster tikus wistar.

Perubahan yang terlihat berupa deskuamasi epitel, erosi epitel dan

ulseri epitel (Katerina, 2012).

Menurut Environmental Protection Agency (EPA, 1991)

ambang batas formalin yang boleh masuk ke dalam tubuh (No

Observed Adverse Effect Level/ NOAEL) dalam bentuk makanan

untuk orang dewasa sebesar 15 mg/kg per hari. Namun berdasarkan

uji klinis, dosis toleransi tubuh manusia pada pemakaian terus

menerus/ reference dose (RfD) untuk formalin sebesar 0,2 mg/kg/day

(EPA, 1991).

Dampak formalin secara inhalasi menurut EPA telah terbukti

dapat menimbulkan kanker dalam jangka kurun waktu 70 tahun. Data

dosis respon untuk resiko kanker pajanan secara inhalasi menunjukkan

bahwa pada dosis 5,6 mg/kg/hari pada manusia dapat menimbulkan

insiden kanker pada 2/153 orang sedangkan pada dosis 14,3

mg/kg/hari dapat menimbulkan insiden kanker sebesar 94/140 orang

dalam kurun waktu 70 tahun (EPA, 1991).

Page 35: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

21

2.3.4. Cara Mengidentifikasi Keberadaan Formalin Pada Tahu

Keberadaan formalin pada tahu hanya bisa dibuktikan dengan

uji laboratorium. Metode yang dilakukan salah satunya dengan cara

pengujian menggunakan food security kit- formaldehyde 1 (dengan

meneteskan reagent). Dikatakan positif jika kerta test field berwarna

keunguan sedangkan jika negatif tidak berubah warna

(Tjiptaningdyah, 2010).

2.4. Konsep Perilaku

Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010), perilaku

merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan

serta respon. Perilaku dilihat dari aspek biologis merupakan kegiatan atau

aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku

merupakan tindakan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat

dipelajari.

Menurut Notoadmodjo (2012), pada dasarnya bentuk perilaku dapat

diamati melalui sikap dan tindakan. Namun tidak berarti bentuk perilaku

hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakan saja. Perilaku bisa saja bersifat

potensial yaitu dari bentuk penelitian, motivasi dan persepsi. Pada

pelaksanaannya perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon seseorang

terhadap rangsangan dari luar subjek. Respon ini berbentuk tindakan.

Selanjutnya, berbentuk perilaku aktif yakni tindakan yang dapat diobservasi

secara langsung dengan mata, sedangkan yang pasif yaitu yang terjadi di

dalam diri manusia seperti berfikir, tanggapan atau sikap batin dan

Page 36: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

22

pengetahuan. Adapun bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan

menjadi tiga jenis yaitu:

1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan yaitu dengan mengetahui situasi

rangsangan dari luar berupa segala hal dan kondisi baru yang perlu

diketahui dan dikuasai dirinya.

2. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan

atau rangsangan dari luar atau lingkungan dari subyek yang terdiri dari:

a. Lingkungan fisik yaitu lingkungan alam sehingga alam itu sendiri

akan membentuk perilaku manusia yang hidup di dalamnya sesuai

dengan sikap dan keadaan lingkungan tersebut

b. Lingkungan sosial budaya (non-fisik) mempunyai pengaruh yang

kuat terhadap pembentukan perilaku manusia, lingkungan ini adalah

keadaan masyarakat yang segala budidayanya dimana manusia itu

lahir dan mengembangkan perilakunya.

3. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit yakni berupa

tindakan (action) terhadap suatu rangsangan dari luar (Notoatmodjo,

2007).

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni

dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan

beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat

dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau

kegiatan responden (Notoatmodjo, 2007).

Page 37: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

23

2.5. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Perilaku seseorang dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik

dari dalam maupun dari luar subjek. Faktor yang menentukan perilaku

disebut determinan. Menurut Green (1991), kesehatan individu/masyarakat

dipengaruhi oleh dua faktor pokok yakni faktor perilaku dan faktor di luar

perilaku (non-perilaku).

Selanjutnya Lawrence Green (1991) menganalisis, bahwa faktor

perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:

1) Faktor-faktor predisposisi (disposing factors)

Faktor-faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah

terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap,

keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.

2) Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau

yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan

faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk

terjadinya perilaku kesehatan.

3) Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau

memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun orang tahu

dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya.

Contohnya sikap dan perilaku petugas dan tokoh masyarakat.

Menurut Notoatmodjo (2007), upaya peraturan pemerintah termasuk

dalam kategori Enforcement (tekanan) yang bertujuan untuk mengubah

Page 38: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

24

perilaku masyarakat agar berperilaku sehat dengan cara tekanan melalui

UU, PP, dan Intruksi pemerintah. Biasanya upaya dengan pendekatan

tersebut lebih cepat mengubah perilaku namun tidak langgeng (sustainable),

karena perubahan perilaku yang dihasilkan dengan cara ini tidak didasari

oleh pengertian dan kesadaran yang tinggi terhadap tujuan perilaku tersebut.

Dalam terjadinya perubahan perilaku, dapat dipengaruhi oleh

penyuluhan dengan komunikasi dua arah. Komunikasi persuasi dua arah

dalam penyuluhan kesehatan dibutuhkan guna mengubah pengetahuan,

sikap dan perilaku kesehatan secara langsung terkait rantai kausal yang

sama (Mc guire dalam Fitriani, 2011).

2.6. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

2.6.1. Pengetahuan

2.6.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses

sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu (Sunaryo,

2004). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Bloom dalam

Notoadmodjo (2010), menurutnya pengetahuan adalah hasil

penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui

indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dsb). Dengan sendirinya,

saat penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata).

Page 39: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

25

Menurut Mubarak (2007), pengetahuan itu sendiri dapat

dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat

hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan

pendidikan yang tinggi maka seseorang akan semakin luas

pengetahuannya. Akan tetapi bukan berarti seseorang yang

berpendidikan rendah akan mutlak memiliki pengetahuan rendah, sebab

pengetahuan tidak mutlak diperoleh melalui pendidikan formal saja

melainkan dapat di peroleh melalui pendidikan non formal atau hasil

penginderaan terhadap informasi yang berasal dari media massa.

Televisi merupakan salah satu media massa yang menyajikan

pesan-pesan pembelajaran secara audio visual dengan disertai unsur

gerak. Televisi tergolong ke dalam media massa. Kelebihan televisi salah

satunya adalah medium yang menarik, modern, menyajikan informasi

visual dan lisan secara simultan yang mudah diterima panca indera, serta

sifatnya langsung dan nyata. Namun televisi memiliki kelemahan yakni

sifat komunikasinya hanya satu arah, sehingga kurang efektif untuk

penyuluhan yang membutuhkan pendekatan mendalam kepada responden

(Mubarak, dkk, 2007)

Pengetahuan mengenai suatu objek juga dapat berasal dari lama

pengalaman yang terkait objek tersebut. Semakin lama pengalaman atau

kejadian yang dialami oleh seseorang maka akan semakin banyak

pengalaman yang didapatkannya, sehingga pengetahuannya bertambah

(Mubarak, dkk, 2007).

Page 40: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

26

Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007), sebelum orang

mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni:

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.

Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi.

4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Faktor yang menjadi penentu pengetahuan seseorang selain

pendidikan adalah usia. Dengan bertambahnya usia seseorang maka akan

terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan

pada aspek fisik mematangkan perkembangan organ sedangkan aspek

psikologis atau mental mempengaruhi taraf berfikir seseorang sehingga

semakin dewasa dan matang. Namun, dengan meningkatnya usia, maka

kemampuan otak untuk menangkap pengetahuan akan semakin menurun

(Mubarak, dkk, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

Page 41: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

27

seseorang (overt behaviour). Dari pengalaman dan penelitian ternyata

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih melekat dari pada

perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan yang cukup di

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai recall atau mengingat memori yang

sebelumnya telah diamati. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa

orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

Ketidaktahuan masyarakat tentang formalin dapat diketahui apabila

mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin.

2) Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi harus dapat

menginterpretasikan secara benar objek yang diketahui tersebut.

Seseorang dinyatakan telah memahami formalin apabila dapat

menjelaskan secara lengkap meliputi bahan kandungan, kerugian

akibat mengkonsumsi makanan berformalin dan lainnya.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek dapat

mengaplikasikan prinsip yang diketahuinya tersebut pada situasi

lain. Seseorang anggota masyarakat pada tingkat aplikasi dapat

menerapkan teori dengan memperhatikan dan tidak mengkonsumsi

makanan yang mengandung formalin.

4) Analisis (analysis)

Page 42: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

28

Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai

tingkat analisis adalah jika orang tersebut telah dapat membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, membuat bagan terhadap

pengetahuan atas objek tersebut. Kemampuan masyarakat dalam

menganalisis keberadaan formalin, kerugian dan akibat dalam

mengkonsumsinya.

5) Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain

seseorang mampu menyusun formulasi baru dari formulasi yang

telah ada. Seseorang pada tingkatan ini diharapkan mampu

menghubungkan teori tentang kerugian dalam penggunaan formalin

bagi kesehatan.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam

tingkat ini seseorang dapat melakukan penilaian terhadap keberadaan

Page 43: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

29

dan pemakaian formalin dalam makanan kemudian tidak

mengkonsumsinya (Notoatmodjo, 2010).

Kemudian, untuk meningkatkan pengetahuan diperlukan

penyuluhan kesehatan dalam upaya menjembatani adanya kesadaran

perilaku tidak menjual tahu berformalin dengan pemberian dan

peningkatan pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan. Dengan

adanya penyuluhan kesehatan diharapkan responden dapat memiliki

tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatan dan, keselamatan

lingkungan dan masyarakatnya, khususnya keamanan pangan terkait

makanan berformalin (Mubarak, dkk, 2007).

Menurut Fitriani (2011), penyuluhan kesehatan yang berisi promosi

dan pendidikan kesehatan sangat berperan dalam peningkatan pengetahuan

mengenai dampak akibat formalin tersebut. Penggunaan media seperti

video perjalanan dari pemaparan awal formalin hingga terjadinya penyakit

serta target organ dari formalin dapat membantu menjelaskan betapa

bahayanya formalin pada makanan jika terus dikonsumsi.

Berdasarkan hasil penelitian Permanasari (2010) tentang hubungan

pengetahuan dan sikap pedagang dengan praktik penggunaan formalin

pada produk ikan basah di Yogyakarta, menunjukkan bahwa sebagian

besar pedagang memiliki pengetahuan kurang yakni sebesar 56,67%,

melakukan praktik perdagangan makanan berformalin sebesar 50%. Selain

itu, berdasarkan penelitian Habibah (2013) di Semarang, menyatakan

bahwa pengetahuan pedagang tentang bahan tambahan makanan dan

Page 44: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

30

formalin pada jenis makanan ikan asin masih kurang yakni sebesar 81,1%,

kemudian sebesar 21,9% sampel yang diuji positif mengandung formalin.

2.6.1.2. Cara Menilai Pengetahuan

Cara untuk mengukur pengetahuan seseorang dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui

pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket dan kuesioner. Indikator

pengetahuan kesehatan seseorang adalah “tingginya pengetahuan”

responden tentang kesehatan, atau besarnya persentase kelompok

responden tentang variabel-variabel atau komponen-komponen kesehatann

(Notoatmodjo, 2010).

Dalam hal ini pengukuran pengetahuan menggunakan kuesioner,

dengan penilaiannya menggunaan skor. Setiap jawaban benar dari item

pertanyaan pengetahuan diberikan skor 1 dan bila salah diberi skor 0,

sehingga setiap pedagang tahu mempunyai total skor pengetahuan yang

kemudian dilakukan perhitungan proporsi benar yang dinyatakan dalam

persentase (%).

Kriteria pengetahuan menurut Wijaya et al (2013) dengan kategori

sebagai berikut:

1) Tinggi : Jika nilai lebih besar dari pada mean apabila berdistribusi

normal. Jika tidak berdistribusi normal maka nilai lebih besar dari

pada median.

Page 45: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

31

2) Rendah : Jika nilai lebih rendah dari pada mean apabila berdistribusi

normal. Jika tidak berdistribusi normal maka nilai lebih rendah dari

pada median.

2.6.2. Sikap

2.6.2.1. Definisi Sikap

Menurut Koentjaraningrat dalam Maulana (2009) sikap merupakan

reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau

objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan.

Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu

untuk berkelakukan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat

pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut. Sedangkan menurut

Notoadmodjo (2010), sikap juga merupakan respons tertutup seseorang

terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor

pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak

setuju, baik-tidak baik, dsb).

Menurut Zuriah (2006), sikap dikategorikan menjadi sikap positif

dan sikap negatif, yakni sebagai berikut:

a. Sikap positif merupakan kecenderungan tindakan yang mendekati,

menenangi, menghadapkan objek tertentu yang baik.

b. Sikap negatif merupakan kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai objek tertentu yang baik.

Secara ringkas, sikap positif artinya perilaku baik yang sesuai

dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang berlaku dalam

Page 46: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

32

masyarakat. Sedangkan sikap negatif adalah sikap yang tidak seseuai

dengan nilai dan norma-norma kehidupan yang berlaku dalam masyarakat

atau bahkan bertentangan (Purwanto, 1998).

Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2010), sikap terdiri dari 3

komponen pokok, yaitu:

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya,

bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap

objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek. Artinya,

bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang

tersebut terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Artinya, sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan

atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau

perilaku terbuka (tindakan)

Menurut Waluyo (2000), sikap juga terbentuk dari 3 komponen yakni

komponen afektif (perasaan), kognitif (pemikiran), dan perilaku. Seperti

halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan berdasarkan

intensitasnya (Notoatmodjo, 2007), yakni sebagai berikut:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi

dapat dilihat dari kesadaran dan perhatioan orang itu terhadap ceramah-

ceramah tentang gizi terutama mengenai makanan berformalin.

Page 47: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

33

b. Menanggapi atau merespon (responding)

Menanggapi yakni memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Karena ada usaha untuk

mengerjakan tugas yang diberikan atau menjawab pertanyaan tersebut.

Misalnya sikap seseorang menyikapi dan menanggapi tentang

pemakaian formalin pada tahu.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap. Misalnya seseorang pedagang tahu

mengajak pedagang tahu lainnya (tetangganya) untuk mengikuti

ceramah dan mendengarkan atau mendiskusikan tentang keamanan

pangan. Hal ini adalah suatu bukti bahwa pedagang tersebut telah

mempunyai sikap positif terhadap kemanan pangan terutama pengawet

makanan.

d. Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seseorang

pedagang tahu mau menjadi akseptor dalam penjualan tahu berformalin,

meskipun mendapat tantangan dari orang lain (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian Permanasari (2010) tentang hubungan

pengetahuan dan sikap pedagang dengan praktik penggunaan formalin pada

produk ikan basah di Yogyakarta, menunjukkan bahwa sebagian besar

pedagang memiliki sikap kurang yakni sebesar 53,33%, melakukan praktik

perdagangan makanan berformalin sebesar 50%. Kemudian, penelitian

Page 48: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

34

Habibah (2013) di Semarang, menyatakan bahwa masih terdapat penjual

yang memiliki sikap negatif terhadap penggunaan formalin pada makanan

yakni sebanyak 1 orang sedangkan yang memiliki sikap positif sebanyak 7

orang, kemudian sebesar 21,9% sampel yang diuji positif mengandung

formalin.

2.6.2.2. Cara Menilai Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak

langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang

bersangkutan. Pertanyaan secara langsung dapat dilakukan dengan cara

memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” dan “tidak

setuju” terhadap pertanyaan-pertanyaan mengenai objek tertentu. Namun

menurut skala Lickert, penilaian sikap terbagi mejadi 5 kategori: sangat

setuju; setuju; ragu-ragu; tidak setuju; sangat tidak setuju, kemudian untuk

keperluan analisis diberi skor (Sugiyono, 2009).

Adapun teknik perhitungan hasil skala lickert pada instrument

kuesioner atau angket, dapat dengan menganalisis data interval dengan

menghirung rata-rata jawaban berdasarkan skoring setiap jawaban

responden. Misalnya instrument itu diberikan kepada 100 orang karyawan

yang diambil sampel. Dari 100 orang tersebut setelah dilakukan analisis

pada salah satu pernyataan misalnya:

Jumlah skor untuk 25 orang menjawab SS = 25x5 =125

Jumlah skor untuk 40 orang menjawab ST = 40x4 =160

Page 49: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

35

Jumlah skor untuk 5 orang menjawab RG = 5x 3 = 15

Jumlah skor untuk 20 orang menjawab TS = 20x1 =20

Jumlah skor untuk 10 orang menjawab STS = 10x1 =10

Jumlah total = 350

Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item adalah 5x 100 = 500

(seandainya semua menjawab SS). Jumlah skor yang diperoleh penelitian =

350. Jadi berdasarkan data itu maka tingkat persetujuan terhadap pernyataan

tersebut = (350:500)x 70% dari yang diharapkan (100%).

Namun, secara kontinum dapat juga digambarkan sebagai berikut:

STS TS RG ST SS

100 200 300 350 400 500

Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden maka

rata-rata 350 terletak pada daerah setuju.

Cara pengukuran sikap selain menggunakan skala lickert adalah

dengan pengkategorian antara positif dan negatif. Positif jika jumlah

jawaban benar lebih dari setengah jumlah soal mengenai sikap, sedangkan

negatif jika jawaban benar kurang dari setengah jumlah soal mengenai sikap

(Habibah, 2013).

Page 50: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

36

2.6.3. Persepsi

2.6.3.1. Definisi Persepsi

Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui

melalui persepsi. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda,

meskipun mengamati terdahap objek yang sama (Notoatmodjo, 2007).

Pepsepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali dengan

proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra,

kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru

kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi.

Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan

lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam

diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2004).

Menurut Sunaryo (2004), syarat-syarat terjadinya persepsi adalah

sebagai berikut:

a. Adanya objek yang dipersepsi

b. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu

persiapan dalam mengadakan persepsi

c. Adanya alat indera/ reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus

d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang

kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.

Selain itu, menurut Thoha (2003) proses terbentuknya persepsi

didasari pada beberapa tahapan, yaitu:

a. Stimulus atau Rangsangan

Page 51: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

37

Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu

rangsangan yang hadir dari lingkungannya.

b. Registrasi

Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah

mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang

berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat

mendengarkan atau melihat informasi yang terkirim padanya,

kemudian mendatar semua informasi yang terkirim kepadanya.

c. Interpretasi

Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang

sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang

diterimanya. Proses interpretasi tersebut tergantung pada cara

pendalaman, motivasi, dan kepribadian seseorang.

Dalam proses persepsi terdapat 3 komponen utama yaitu:

a. Seleksi yakni proses penyaringan oleh indera terhadap rangsagangan

dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak maupun sedikit.

b. Interpretasi (penafsiran), yaitu proses mengorganisasikan informasi

sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi

oleh berbagai faktor seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang

dianut, motivasi, kepribadiaan, dan kecerdasan. Interpretasi juga

bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan

pengkategorian informasi yang diterimanya, itu proses mereduksi

informasi yang kompleks menjadi sederhana.

Page 52: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

38

c. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk

tingkah laku, yang merupakan reaksi yaitu bertindak sehubungan

dengan apa yang telah di serap yang terdiri dari reaksi tersembunyi

sebagai pendapat/sikap dan reaksi terbuka sebagai tindakan yang

nyata sehubungan dengan tindakan yang tersembunyi (pembentukan

kesan) (Sobur, 2009).

Sama halnya dengan pengukuran sikap, pengukuran persepsi dapat

menggunakan skala likert (Notoatmodjo, 2010). Namun menurut

Sugiyono (2009), pengukuran persepsi dengan skala Likert yakni: angat

setuju; setuju; ragu-ragu; tidak setuju; sangat tidak setuju.

2.6.4. Nilai

Nilai dapat diartikan sebagai hal-hal yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan (Poewadarminta, 1984 dalam Hidayat, 2007). Nilai

merupakan padanan kata dalam bahasa inggris yakni “value”. Sedangkan

value sendiri artinya “quality of being useful or desireable” (Hornby, 1982

dalam Hidayat, 2007). Light, Keller & Calhoun (1989) dalam Hakim

(2012) memberikan batasan nilai sebagai berikut : “Value is general idea

that people share about what is good or bad, desirable or undesirable.

Value transcend any one particular situation. ... Value people hold tend to

color their overall way of life”. (Nilai merupakan gagasan umum orang-

orang, yang berbicara seputar apa yang baik atau buruk, yang diharapkan

atau yang tidak diharapkan. Nilai mewarnai pikiran seseorang dalam

Page 53: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

39

situasi tertentu. ....Nilai yang dianut cenderung mewarnai keseluruhan

hidup mereka) (Hakim, 2012).

Nilai tak hanya dijadikan rujukan untuk bersikap dan berbuat dalam

masyarakat, tetapi juga dijadikan sebagai ukuran benar tidaknya suatu

fenomena perbuatan dalam masyarakat itu sendiri. Apabila ada suatu

fenomena sosial yang bertentangan dengan sistem nilai yang dianut oleh

masyarakat, maka perbuatan tersebut dinyatakan bertentangan dengan

sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, dan akan mendapatkan

penolakan dari masyarakat tersebut (Hakim, 2012). Nilai yang berlaku di

dalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Nilai-nilai

tersebut, ada yang menunjang dan ada yang merugikan kesehatan

(Notoatmodjo, 2010).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan sesuatu

yang diyakini kebenarannya dan dianut serta dijadikan sebagai acuan dasar

individu dan masyarakat dalam menentukan sesuatu yang dipandang baik,

benar, bernilai maupun berharga. Nilai merupakan bagian dari kepribadian

individu yang berpengaruh terhadap pemilihan cara maupun tujuan tindakan

dari beberapa alternatif serta mengarahkan kepada tingkah laku dan

kepuasan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai merupakan daya pendorong

dalam hidup, yang memberi makna dan pengabsahan pada tindakan

seseorang. Oleh karena itu, nilai dalam setiap individu dapat mewarnai

kepribadian kelompok atau kepribadian bangsa (Hakim, 2012).

Nilai terbagi menjadi beberapa jenis salah satunya yakni nilai

keagamaan, nilai keagamaan ini terkait dengan nilai-nilai ibadah yang di

Page 54: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

40

dalamnya mengajarkan pada manusia agar dalam setiap perbuatannya

senantiasa dilandasi hati yang ikhlas guna mencapai ridha Allah.

Pengalaman konsep nilai-nilai ibadah akan melahirkan manusia-manusia

yang adil, jujur, dan suka membantu sesamanya (Hakim, 2012).

Nilai-nilai keagamaan terkait perilaku menjual tahu berformalin yakni

terkait kejujuran dari si penjual tahu dalam menjual tahu berformalin atau

tidak. Jika nilai keagamaannya tinggi, maka apabila si penjual tersebut

mengetahui bahwa tahu yang akan dijualnya mengandung formalin dan

berbahaya bagi kesehatan, dia tidak akan menjual tahu berformalin karena

takut dengan perbuatan yang tidak jujur dan takut tidak mendapat ridha

Allah (Hakim, 2012).

2.7. Fakor Pemungkin (Enabling Factors)

2.7.1. Ketersediaan Fasilitas dan SDM

Ketersediaan fasilitas adalah salah satu faktor pemungkin perilaku

yang mendukung suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Misalnya untuk

terjadinya perilaku penjualan makanan berformalin selain dari

pengetahuan dan sikap juga diperlukan fasilitas toko-toko yang menjual

formalin (Notoatmodjo, 2010). Terkait keberadaan formalin pada makanan

tersebut, BPOM telah menemukan 20 perusahaan di Jakarta yang diduga

menyalahgunakan formalin, Perusahaan tersebut rata-rata memproduksi

tidak kurang 4 ribu ton formalin per bulan, yang 1000 ton-nya dijual ke

pasar untuk perorangan, toko kimia dan industri (Yunita, 2006).

Page 55: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

41

Selain itu, diperlukan ketersediaan SDM seperti tenaga kesehatan

untuk melakukan pemeriksaan berkala terkait masalah kesehatan termasuk

keamanan pangan untuk makanan berformalin yang beredar di masyarakat.

Pengetahuan dan sikap saja belum menjamin terjadinya perilaku, masih

diperlukan sarana atau fasilitas untuk memungkinkan atau mendukung

perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2010). Ketersediaan dan kecukupan

sumber daya merupakan faktor penentu yang penting dalam mekanisme

pengawasan dan pengendalian. Semakin kecil sumber daya maka akan

semakin sulit melaksanakan kegigatan pengawasan dan pengendalian

terutama terkait penyalagunaan formalin (Hartati, 2007).

2.7.2. Keterampilan Petugas

Keterampilan adalah kemampuan praktis untuk mengaplikasikan

pengetahuan teoritis dalam situasi tertentu. Proses perubahan pada

keterampilan seseorang melibatkan hal-hal seperti persepsi, kesiapan,

respon terpimpin, mekanisme, respons yang tampak komplek, penyesuaian

dan penciptaan. Keterampilan petugas dalam hal ini terkait dengan

keterampilan mendeteksi kandungan formalin yang ada di dalam makanan

seperti tahu. Keterampilan dapat terus meningkat apabila suatu kegiatan

tersebut dilakukan berulang-ulang sebagian petugas kesehatan memiliki

kemampuan yang baik dalam mendeteksi kandungan formalin pada

makanan karena mereka dituntut untuk dapat melakukan pengawasan

keamanan pangan untuk masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Keterampilan

petugas mendeteksi formalin telah dibuktikan dengan terdeteksinya

Page 56: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

42

kandungan formalin pada saat dilakukan operasi pasar. BPOM (2006)

melalui operasi pasar menemukan 77,85% tahu mengandung formalin.

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Hartati (2007), menunjukkan

bahwa keterampilan untuk mendeteksi formalin pada makanan sangat

penting dan sangat dipengaruhi oleh pelatihan untuk keterampilan tersebut.

Diketahui bahwa petugas pengawasan formalin telah mendapatkan pelatihan

untuk dapat menjalankan tugas tersebut. Namun petugas dengan latar

belakang pendidikan sanitasi merasa perlu pelatihan khusus untuk

melakukan pengawasan dan pengendalian formalin. Hal tersebut penting

karena berpengaruh terhadap kinerja petugas wasdal sesuai dengan hasil

penelitian sebelumnya. Sanitarian yang tidak pernah mengikuti pelatihan

cenderung menampilkan kinerja butuk 2,1 kali lebih besar dari pada yang

pernah mengikuti pelatihan (Hartati, 2007).

2.7.3. Komitmen Pemerintah

Komitmen pemerintah dalam hal ini yakni dengan dukungan

pemerintah dalam pembuatan kebijakan terkait penggunaan formalin.

Kebijakan tersebut tertuang dalam Permenkes nomor

472/Menkes/Per/V/1996 tentang Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi

Kesehatan, kemudian pada Permenkes Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988

yakni larangan penggunaan bahan kimia berbahaya seperti formalin dalam

makanan (BPOM, 2006). Selain itu Kepmen Perindustrian dan Perdagangan

nomor 254/MPP/Kep/7/2000 tentang tata cara perniagaan formalin.

Page 57: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

43

Komitmen pemerintah juga terlihat dengan diadakannya operasi pasar

melalui BPOM.

Selain itu, Menteri Perdagangan (Permendag) No. 08/M-

DAG/PER/3/2006 membuat peraturan tentang distribusi dan pengawasan

bahan berbahaya. Impor zat formalin hanya dapat dilakukan oleh para

importir produsen yang diakui Dirjen Perdagangan Luar Negeri. Menurut

Menteri Perindustrian, ada empat langkah yang akan dilakukan pemerintah

berhubungan dengan penyalahgunaan formalin yaitu: pertama, penyuluhan

pada masyarakat, produsen khususnya UKM, dan produsen besar pemakai

formalin. Kedua, pengawasan peredaran, produksi yang ditujukan kepada

produsen dan importir. Ketiga, tindakan hukum terhadap para pelanggar.

Keempat, melindungi industri kecil menengah dari penyalahgunaan zat

berbahaya bukan hanya formalin (Tjahajana, 2006).

2.8. Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

2.8.1. Teman Pedagang

Teman terkadang menjadi bagian penting dari faktor-faktor yang

memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu

dan mampu melakukan perilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Hal

yang sama juga terjadi pada perilaku penjualan tahu berformalin, kadang-

kadang meskipun pedagang mengetahui dan mampu melakukan perilaku

menjual tahu berformalin, tetapi tidak melakukannya karena teman

pedagang yang lain tidak menjual tahu berformalin (Notoatmodjo, 2010).

Page 58: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

44

2.8.2. Akses ke Produsen

Akses ke produsen terkait dengan akses geografis dan juga akses

sosial. Akses geografis yakni jarak dan waktu ke lokasi layanan. Dalam

hal ini, akses geografis yakni jarak dan waktu ke produsen tahu.

Sedangkan akses sosial mengandung 2 pengertian yaitu yang bisa diterima

dan bisa dijangkau. Akses yang mudah diterima lebih mengarah pada

faktor psikologis, sosial budaya, sedangkan yang lebih mudah dijangkau

lebih kearah finansial dan ekonomi (Nurwening, 2012).

2.8.3. Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama

atau yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi dan kelahiran

yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,

meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial

individu yang ada di dalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan

ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai

tujuan umum (Suprajitno, 2004).

Dalam hal ini keluarga sangat berfungsi karena dapat memberikan

dukungan. Adapun dukungan keluarga dapat berupa dukungan emosional

yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan memperhatikan dan memahami

kondisi emosional. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini

merasa tentram, aman damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan

berbahagia. Dalam hal ini yakni dukungan keluarga yang bermanfaat

secara emosional dan memberikan pengaruh positif untuk jujur dalam

Page 59: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

45

mencari nafkah seperti menjual tahu yang tidak berformalin (Suprajitno,

2004).

2.8.4. Pengawasan Petugas Kesehatan

Sebagaimana diketahui bahwa faktor penguat merupakan faktor-

faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Maka dalam

hal ini, terjadinya perilaku menjual tahu berformalin dapat dipengaruhi

oleh ada tidaknya pengawasan dari petugas kesehatan terkait peredaran

makanan berformalin dipasaran. Dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan di kabupaten Tangerang oleh Hartati (2007), menyatakan bahwa

peran dinas kesehatan sangat penting khususnya dalam pengawasan dan

pengendalian penggunaan bahan B3 salah satunya formalin. Formalin

dapat menjadi masalah jika disalahgunakan menjadi bahan pengawet

makanan sebab dapat berbahaya bagi kesehatan. Dari hasil penelitian

tersebut diketahui bahwa secara umum sumber daya pengawasan dan

pengendalian penggunaan formalin masih terbatas sehingga berimplikasi

pada pelaksanakan wasdal (pengawasan dan pengendalian) yang tidak

optimal (Hartati, 2007).

Pengawasan dan pengendalian oleh petugas kesehatan terkait

penggunaan formalin pada makanan merupakan faktor yang penting

karena kebutuhan makanan yang meningkat diikuti dengan kebutuhan

teknologi pengawetan makanan yang efisien dan meningkat pula. Tanpa

adanya pengawasan oleh petugas kesehatan, industri dan pengolah

makanan cenderung menggunakan bahan pengawet yang berbahaya seperti

Page 60: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

46

formalin. Penggunaan bahan berbahaya tersebut dapat disebabkan oleh

ketidaktahuan tentang dampak bahan pengawet dalam bentuk keracunan

kronis akibat dosis kecil yang kumulatif atau keracunan akut dalam dosis

besar (Hartati, 2007).

2.9. Kerangka Teori

Mengacu pada tinjauan pustaka diatas, maka kerangka teori dalam

penelitian ini adalah:

Bagan 2.1. Kerangka Teori

Sumber: Lawrence W. Green (1991). Health Education Planning, A Diagnostic

Approach, Permanasari (2010), dan Habibah (2013)

Fakor Predisposisi (disposing factors):

1. Pengetahuan

2. Sikap

3. Persepsi

4. Nilai

Fakor Pemungkin (enabling factors):

1. Ketersediaan Fasilitas

2. SDM yang mengawasi

3. Keterampilan petugas

4. Komitmen pemerintah

Fakor Penguat (reinforcing factors):

1. Teman Pedagang

2. Akses ke produsen

3. Keluarga

4. Pengawasan Petugas kesehatan

Perilaku

Page 61: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

47

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka bahwa “perilaku” dipengaruhi oleh

beberapa faktor yakni predisposisi, pemungkin dan penguat sesuai dengan

teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green (1991).

Dalam penelitian ini, kerangka konsep yang dibuat peneliti

menggunakan variabel penelitain seperti karakteristik responden yang terdiri

dari jenis kelamin, umur, pendidikan, dan lama berjualan. Kemudian

perilaku penjual tahu terkait tahu berformalin yang dibuktikan dengan

adanya kandungan formalin pada tahu, hal ini dilakukan dengan uji

laboratorium menggunakan food security kit- formaldehyde.

Selain itu, pengetahuan penjual tahu tentang ciri tahu berformalin,

golongan formalin menurut PP, dampak formalin jika dikonsumsi bagi

kesehatan. kemudian, sikap penjual tahu terhadap informasi bahaya

formalin. Pengetahuan dan sikap diteliti karena dapat dilakukan pengukuran

melalui kuesioner dan terdapat indikator untuk mengukur variabel tersebut.

Sedangkan variabel yang tidak diteliti pada penelitian ini yakni persepsi dan

nilai dari faktor predisposisi, kemudian faktor pemungkin dan faktor

penguat.

Persepsi tidak diteliti karena persepsi bersifat abstrak dan

merupakan cara pandang terhadap objek yang diamati, persepsi dapat

tergambar melalui pertanyaan pengetahuan dan sikap mengenai penjualan

Page 62: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

48

tahu berformalin. Kemudian nilai, nilai tidak diamati karena bersifat

abstrak, namun nilai dijadikan rujukan untuk bersikap di masyarakat dan

merupakan ukuran benar atau jujurnya suatu perbuatan, sehingga nilai dapat

dilihat dengan konsistensi jawaban pada pertanyaan sikap dan bukti hasil uji

laboratorium terhadap sampel tahu.

Selain faktor diatas, faktor pemungkin seperti ketersediaan fasilitas,

SDM yang mengawasi, keterampilan petugas, dan komitmen pemerintah

tidak diteliti. ketersediaan fasilitas tidak diteliti karena fasilitas/ sarana

menjual tahu dapat diketahui saat observasi dilakukan. Ketersediaan fasilitas

ini dapat mempengaruhi pedagang untuk melakukan penjualan atau tidak,

termasuk penjualan tahu berformalin dan tidak. Kemudian SDM yang

mengawasi dan keterampilan petugas tidak diteliti dikarenakan merupakan

faktor eksternal diluar fokus penelitian. Selain itu, komitmen pemerintah

juga merupakan faktor eksternal sehingga tidak teliti, akan tetapi komitmen

pemerintah telah tertuang dalam kebijakan berupa peraturan

pemerintahKemudian faktor penguat terkait teman pedagang, akses ke

produsen, keluarga, dan pengawasan petugas kesehatan juga tidak diteliti.

Teman pedagang, akses ke produsen dan keluarga tidak diteliti karena

variabel ini dapat didefinisikan secara operasional dengan pengakuan dari

pedagang tentang ada atau tidaknya faktor tersebut dalam dirinya.

Sedangkan pengawasan petugas kesehatan tidak diteliti karena pemerintah

biasanya telah menjadwalkan kegiatan wasdal (pengawasan dan

pengendalain) terkait penyalahgunaan formalin pada makanan saat operasi

pasar.

Page 63: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

49

Berikut variabel dalam penelitian ini:

Bagan 3.1. Kerangka Konsep

Pengetahuan penjual tahu tentang ciri

tahu berformalin, golongan formalin

pada tahu berdasarkan PP, dan dampak

formalin yang dikonsumsi bagi

kesehatan

Sikap penjual tahu terhadap informasi

bahaya formalin

Perilaku penjual tahu

Jenis Kelamin

Usia

Lama Berjualan

Pendidikan

Page 64: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

50

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Jenis Kelamin Ciri fisik yang dibawa

sejak lahir dan dapat di-

identifikasi dari

responden.

Menggunakan satu item

pertanyaan yang

terdapat pada kolom A.

Karekteristik responden

Kuesioner 1. Laki-Laki

2. Perempuan

Nominal

2. Usia Masa hidup yang

dihitung sejak ia lahir

sampai dengan ulang

tahun terakhir.

Menggunakan satu item

pertanyaan yang

terdapat pada kolom A.

Karekteristik responden

Kuesioner Usia dalam tahun Interval

3. Pendidikan Pendidikan formal yang

telah di ikuti responden

hingga tamat.

Menggunakan satu item

pertanyaan yang

terdapat pada kolom A.

Karekteristik responden

Kuesioner 1. Tidak Sekolah

2. Tamat SD

3. Tamat SMP/MTs

4. Tamat SMA/MA

5. Tamat Perguruan Tinggi

Ordinal

Page 65: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

51

4. Lama Berjualan

Tahu

Waktu dari mulai

pertama kali berjualan

tahu hingga saat

penelitian dilakukan.

Menggunakan satu item

pertanyaan yang

terdapat pada kolom A.

Karekteristik responden

Kuesioner Lama berjualan tahu

dinyatakan dalam tahun

Interval

5. Pengetahuan

penjual tahu

tentang ciri tahu

berformalin,

golongan

formalin

berdasarkan PP,

dan dampak

formalin bagi

kesehatan

Kemampuan penjual tahu

dalam menjawab

pertanyaan mengenai

ciri-ciri tahu berformalin,

golongan formalin

berdasarkan PP , dan

dampak formalin jika

dikonsumsi bagi

kesehatan.

Wawancara

menggunakan sepuluh

item pertanyaan yang

terdapat pada kolom B.

Pengetahuan

Kuesioner

No. B1-

B10

1. Tinggi : Jika jawaban

benar (>median*)

2. Rendah : Jika jawaban

benar (<median*)

*Karena tidak berdistribusi

normal

Ordinal

Page 66: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

52

6. Sikap penjual

tahu terhadap

informasi bahaya

formalin

Tanggapan emosional

yang ditunjukkan penjual

tahu terhadap informasi

bahaya formalin, berupa

gradasi respon dari sangat

setuju, setuju, ragu-ragu,

tidak setuju, bahkan

sangat tidak setuju.

Kemudian dikategorikan

berdasarkan skoring

antara yang sikap positif

dan negatif

Wawancara

menggunakan sepuluh

item pertanyaan yang

terdapat pada kolom C.

Sikap.

Pengisian kuesioner

dengan memilih

jawaban*:

1. SS : Sangat Setuju

2. ST : Setuju

3. RG : Ragu-Ragu

4. TS : Tidak Setuju

5. STS: Sangat Tidak

Setuju

*menggunakan skala

Likert (Sugiyono, 2009)

Kuesioner

No. C1-

C.10

1. Sikap Positif : Jika tidak

setuju dengan penjualan

tahu berformalin dan skor

melebihi nilai (>median*)

2. Sikap Negatif : Jika

setuju dengan penjualan

tahu berformalin dan skor

kurang dari (<median*)

*Karena tidak berdistribusi

normal

Ordinal

Page 67: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

53

7. Perilaku Penjual

Tahu

Wujud dari sikap yang

berupa aktivitas menjual

tahu (berfomalin dan

tidak),yang kemudian,

dibuktikan melalui uji

laboratorium dengan

menggunakan Food

Security Kit-

Formaldehyde.

Jika warna kertas uji:

1 = Tidak berubah warna

(tidak mengandung

formalin)

2= Berubah warna

menjadi keunguan

(mengandung formalin)

Wawancara

menggunakan item

pertanyaan yang

terdapat pada kolom D.

Perilaku

Kuesioner

dan Uji

Lab.

1. Ya (Salah satu dari

beberapa jenis tahu yang

dijual mengandung formalin)

2. Tidak (semua jenis tahu

yang dijual tidak

mengandung formalin)

Ordinal

Page 68: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

54

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Studi

Penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriprif-kuantitatif untuk

mendeskripsikan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku dari penjual tahu

terkait tahu yang berformalin. Studi deskriptif memberikan manfaat yakni

dapat untuk membuat penilaian terhadap kondisi di masa sekarang, untuk

memberikan rekomendasi perbaikan terkait masalah tersebut. Pendekatan

yang digunakan adalah cross sectional.

Rancangan cross sectional dipilih karena pendekatannya suatu waktu

dan tidak diikuti terus menerus selama kurun waktu tertentu. Penelitian ini

dimaksudkan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang pengetahuan,

sikap, dan perilaku penjulan tahu berfomalin, untuk kemudian dapat

dilakukan analisis dan informasi yang dihasilkan dapat digunakan dalam

proses pengambilan keputusan (Murti, 1997).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Provinsi DKI Jakarta, Kotamadya

Jakarta Barat, Kecamatan Kalideres, di beberapa pasar daerah kelurahan

Semanan. Sedangkan untuk tempat pengujian keberadaan formalin pada

tahu dilakukan di Laboratorium Kesehatan Lingkungan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Waktu

penelitian telah dilakukan pada bulan Mei-Juni 2015.

Page 69: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

55

4.3. Populasi

Populasi adalah keseluruhan unit analisis yang memiliki karakteristik

yang secara umum dapat diamati yang akan dijadikan sasaran penelitian

nantinya (Hastono dan Sabri, 2010). Adapun populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh penjual tahu yang berjualan menetap di pasar yang tersebar

di daerah Kelurahan Semanan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan,

diketahui terdapat sebanyak 34 penjual tahu yang menetap dan tersebar di

pasar di daerah Semanan.

4.4. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau

diukur (Hastono dan Sabri, 2010). Sampel dalam penelitian ini yaitu penjual

tahu yang berjualan di pasar-pasar daerah Semanan Jakarta Barat. Teknik

pengambilan sampel dilakukan secara Non Probability Sampling, hal

tersebut dikarenakan jumlah populasi yang relatif kecil (Hermawanto,

2010). Adapun besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan

menggunakan perhitungan rumus berikut (Lemeshow et al, 1990):

𝑛 =𝑍21 − 𝛼/2 𝑃 1 − 𝑃 𝑁

𝑑2 𝑁 − 1 + 𝑍21 − 𝛼/2 𝑃 1 − 𝑃

Keterangan:

n = Besar sampel minimal yang dibutuhkan

𝑍21 − 𝛼/2 = 1,96 pada tingkat kepercayaan 95%

𝑑 = Derajat presisi yang diinginkan sebesar 10%

𝑁 = Besar Populasi (sebesar 34 pedagang tahu)

Page 70: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

56

𝑃 = Perkiraan proporsi sebesar 77,85% (0,7785) berdasarkan

hasil penelitian BPOM tahun 2006 di DKI Jakarta.

Sehingga didapatkan perhitungan sebagai berikut:

𝑛 =1,962 0,7785 1 − 0,7785 34

0,12 34 − 1 + 1,96² 0,7785 1 − 0,7785

= 22,6944923 Responden (Penjual Tahu)

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, didapatkan jumlah sampel

minimal yang diambil sebanyak 23 penjual tahu. Namun untuk

mengantisipasi adanya faktor-faktor yang tidak diinginkan yang dapat

menghilangkan sampel, maka teknik pengambilan sampel menggunakan

total sampel (seluruh populasi) yakni sebanyak 34 penjual tahu. Total

Sampel atau sampling jenuh, yaitu penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan atau diambil sebagai sampel (Sugiyono, 2009). Hal

tersebut dikarenakan jumlah populasi relatif kecil dan peneliti ingin

membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

4.5. Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini terdiri dari data primer. Data primer

merupakan data yang diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung.

Data primer dalam penelitan ini merupakan data pengetahuan penjual tahu

tentang ciri makanan berformalin, golongan formalin menurut PP, dan

dampak formalin jika dikonsumsi bagi kesehatan. Selain itu sikap penjual

tahu terkait keberadaan formalin pada tahu yang didapatkan dengan

kuesioner disertai wawancara. Kemudian, data perilaku penjual tahu terkait

tahu berformalin dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Selain itu

Page 71: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

57

untuk mengetahui keberadaan formalin pada tahu maka dilakukan uji

laboratorium menggunakan Food Securiy Kit-Formaldehyde terhadap

sampel tahu. Uji laboratorium juga bertujuan untuk membuktikan perilaku

penjualan tahu berformalin atau tidak.

4.6. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang

sebelumnya telah di uji validitas dan reabilitasnya, terdiri dari pertanyaan

tentang :

a. Karakteristik Responden

Dalam kuesioner ini pertanyaan mengenai karakteristik responden

terdapat pada variabel jenis kelamin, usia, pendidikan, dan lama

berjualan tahu yang terdapat pada kolom “A. Karakteristik Responden”

nomor A1-A5.

b. Pengetahuan

Dalam kuesioner ini pertanyaan mengenai variabel pengetahuan

terdapat pada kolom “B. Pengetahuan” nomor B1-B10. Untuk variabel

pengetahuan dikatakan “Tinggi” Jika jawaban benar melebihi median

(>7). Sedangkan pengetahuan dikatakan “rendah” jika jawaban benar

responden tidak lebih besar dari nilai median (<7). Tambahan B11 untuk

mengetahui pengetahuan mengenai tanda kerusakan tahu (basi), yang

nantinya akan berkaitan dengan pertanyaan perilaku terkait daya tahan

tahu yang dijual. Dan tambahan 1 pertanyaan B12 tentang “apakah

sebenarnya penjual telah mengetahui bahwa tahu yang dijualnya

Page 72: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

58

mengandung formalin”. Untuk mengetahui sebenarnya responden

mengetahui atau tidak tahu yang dijualnya mengandung formalin. Jika

mereka tahu maka akan digali lebih dalam alasan mereka menjual tahu

tsb padahal mereka sudah mengetahui bahwa tahu tersebut mengandung

formalin.

c. Sikap

Dalam kuesioner ini pertanyaan mengenai variabel sikap terdapat

pada kolom “C. Sikap” nomor C1-C10. Variabel sikap diukur

menggunakan skala ukur “Likert”. Dari setiap jawaban pertanyaan sikap

pada instrumen penelitian ini mempunyai gradasi dari yang sangat positif

sampai sangat negatif. Pada penelitian ini gradasi pengukuran

menggunakan standar yang diberi skor untuk analisis kuantitatif, yakni

sebagai berikut untuk gradasi pernyataan positif:

SS= “Sangat Setuju” diberi skor 5

ST=”Setuju” diberi skor 4

RG=”Ragu-Ragu” diberi skor 3

TS= “Tidak Setuju” diberi skor 2

STS= “Sangat Tidak Setuju” diberi skor 1

Atau sebaliknya untuk gradasi pertanyaan negatif:

STS= “Sangat Tidak Setuju”, diberi skor = 5

TS = “Tidak Setuju”, diberi skor = 4

RG = “Ragu-Ragu”, diberi skor = 3

ST= “Setuju” diberi skor = 2

SS = “Sangat Setuju” diberi skor = 1

Page 73: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

59

Kemudian dari seluruh responden akan dilihat kecenderungan sikap

responden (positif atau negatif). Sikap dikatakan “positif” jika memiliki

nilai melebihi median (>40), dan sikap dikatakan “negatif” jika nilai skor

yang didapatkan tidak lebih besar dari median (<40).

Kemudian untuk melihat kecenderungan per-pernyataan maka

dilakukan analisis tiap pernyataan, dengan menganalisis data interval dan

melihat kecenderungan jawabannya. Misalnya instrument dengan gradasi

pertanyaan negatif itu diberikan kepada 34 penjual tahu yang diambil

sampel. Dari 34 responden tersebut setelah dilakukan analisis pada salah

satu pernyataan negatif (C7) misalnya:

Jumlah skor untuk 0 orang menjawab SS = 0x1 =0

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab ST = 1x2 =2

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab RG = 1x3 =3

Jumlah skor untuk 23 orang menjawab TS = 23x4 =92

Jumlah skor untuk 9 orang menjawab STS = 9x5 =45

____________________________________________

Jumlah total = 142

Kemudian untuk melihat kecenderungan sikap secara kontinum

dapat digambarkan sebagai berikut:

STS TS RG ST SS

34 68 102 136 142 170

Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 34 responden maka rata-

rata 142 terletak pada daerah setuju menuju sangat setuju.

Page 74: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

60

d. Perilaku

Di dalam kuesioner ini pertanyaan mengenai variabel perilaku

terdapat pada kolom “D. Perilaku” nomor D1-D6. Pertanyaan D1-D6

merupakan pertanyaan untuk menggali indikasi-indikasi perilaku

penjualan tahu berformalin. Kemudian, untuk mengetahui benar dan

tidaknya responden menjual tahu berformalin, maka dilakukan uji

laboratorium terhadap sampel tahu. Untuk variabel perilaku, jika “Ya”

berarti salah satu sampel tahu yang diuji terbukti mengandung formalin.

Dan jika “Tidak”, semua dari sampel tahu yang di uji terbukti tidak

mengandung formalin.

4.7. Cara Pengambilan Sampel Tahu

Pada penelitian ini, pengambilan sampel tahu secara Accidental

Sampling. Accidental Sampling adalah cara pengambilan sampel yang

kebetulan ada atau tersedia pada lokasi penelitian (Sugiyono, 2009). Cara

pengambilan contoh sampel ini sesuai cara pengambilan contoh SNI 19-

0428-1989. Jika sampel yang kebetulan ada jumlahnya 10 (sepuluh) maka

kesepuluhnya diambil. Namun, Jika sampel yang kebetulan ada jumlahnya

banyak lebih dari 30, maka dari tiap drum tahu diambil sampel 1/3 dari

jumlah yang ada. Kemudian sampel di haluskan bersamaan untuk kemudian

diambil 5 gram untuk di uji laboratorium. Sampel diambil pada hari Senin

sampai dengan Jum’at karena pengujian di laboratorium kesling UIN

Jakarta hanya bisa dilakukan pada hari kerja (Senin s.d. Jum’at).

Page 75: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

61

4.8. Cara Uji Laboratorium Pada Tahu

Setelah sampel dari tiap penjual tahu didapatkan. Kemudian sampel

langsung dibawa untuk di uji ke laboratorium. Cara uji sampel sesuai

dengan SNI 01-2891-1992, mengikuti cara uji makanan dan minuman,

untuk contoh padatan terdapat pada butir 4.2 yakni sebagai berikut: “Ambil

contoh dengan sistem diagonal, kumpulkan hingga diperoleh contoh yang

homogen. Buat menjadi bentuk persegi panjang, kemudian bagi dalam 2

diagonal menjadi empat bagian. Ambil dua bagian yang saling berhadapan,

kemudian bagi empat lagi dan selanjurnya lakukan seperti pengerjaan

diatas, sehingga diperoleh jumlah yang cukup untuk analisis. Apabila

bentuk contoh tidak halus, gilinglah contoh tersebut hingga halus.”

Kemudian, sampel yang telah halus diambil sebanyak 5 gram dan

diuji keberadaan kandungan formalinnya secara kualitatif dengan Food

Security Kit Formaldehyde. Food Security Kit Formaldehyde merupakan

alat yang berfungsi untuk menguji ada tidaknya kandungan formalin yang

terdapat dalam makanan. Berdasarkan pedoman laboratorium kesehatan

lingkungan UIN Jakarta, berikut Alat dan Bahan yang digunakan:

a. Tahu (Sampel)

b. Reagen

c. Cawan petri

d. Mortal

e. Gelas ukur

f. Beaker gelas

g. Tabung Reaksi

Page 76: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

62

h. Pipet tetes

i. Corong

j. Kertas Saring

k. Kertas Tes Stick (Food Security Kit Formaldehyde)

Berikut cara kerja Penggunaan alat Food Security Kit Formaldehyde :

a. Timbang sampel tahu yang telah dihaluskan dengan neraca analitik

masing-masing 5gr

b. Tambahkan air sebanyak 15 mL yang diukur dengan gelas ukur

c. Aduk hingga rata

d. Saring dengan corong dan kertas saringan, kemudian tampung di beaker

dan masukan ke dalam tabung reaksi

e. Bilas tabung reaksi dengan sample kemudian masukkan sampel tahu

hingga batas tera (5ml) yang tertera pada tabung reaksi

f. Tambahkan 10 tetes formaldehyde-1 dan kocok

g. Ambil test stik sebanyak yang dibutuhkan kemudian segera tutup

kembali tabung tersebut setelah digunakan. Jangan sampai memegang

area test.

h. Celupkan test stik ke dalam tabung reaksi yang mengandung sample

selama 1 detik, keringkan selama 1 menit dengan cara menggoyangkan

test stik tersebut.

i. Bandingkan dengan indikator konsentrasi test field dengan warna pada

kertas, jika berubah menjadi keunguan berarti positif mengandung

formalin.

Page 77: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

63

j. Bersihkan alat dengan cara membilasnya menggunakan air suling,

kemudian keringkan

k. Simpan kembali test stik pada tempatnya,tutup dengan rapat dan

hindarkan dari sinar matahari dan kelembaban. Simpan test stik pada

suhu kering dibawah suhu 30C

4.9. Pengolahan Data

Setelah uji keberadaan formalin pada tahu dan pengumpulan data

survey pada penjual tahu terkait pengetahuan, sikap, dan perilaku penjual

tahu mengenai tahu berformalin di dapat, kemudian diolah dengan tahap

berikut:

1. Data Editing

Tahap ini merupakan tahap penyuntingan data sebelum dilakukan

proses pemasukan data. Proses editing ini dilakukan peneliti setelah data

terkumpul untuk pengecekan isian semua kuesioner apakah sudah

lengkap, jelas, relevan, dan konsisten. Pengecekan dilakukan dengan

tujuan jika ada data yang salah atau meragukan dan kurang, dapat

ditelusuri kembali pada responden/informan yang bersangkutan.

2. Data Coding

Tahap ini merupakan kegiatan mengklasifikasikan data dan

memberikan kode untuk masing-masing kelas sesuai dengan tujuan

dikumpulkannya data. Peneliti membuat kode untuk setiap jawaban dari

pertanyaan pada kuesioner. Pada penelitian ini coding dilakukan saat

seluruh responden telah mengisi kuesioner. Koding dilakukan terhadap

Page 78: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

64

pertanyaan pengetahuan, sikap, dan perilaku. Koding untuk pertanyaan

pengetahuan, jika menjawab (a) maka dikategorikan 1, (b) dikategorikan

2, (c) dikategorikan 3, (d) dikategorikan 4. Kemudian jika pertanyaan

benar mendapat skor 1 dan salah mendapat skor 0. Setelah itu, yang

benar diberi kode 2 sedangkan yang salah di beri kode 1.

Koding untuk pernyataan sikap dibedakan terkait gradasi

pernyataannya antara yang positif dan negatif. Pernyataan gradasi positif

dari C1 sampai C5, jika menjawab SS diberi kode 5, jika ST diberi kode

4, RG diberi kode 3, TS diberi kode 2, dan STS diberi kode 1. Sedangkan

untuk pernyataan gradasi negatif dari C6-C10, jika menjawab STS diberi

kode 5, TS diberi kode 4, RG diberi kode 3, ST diberi kode 2, STS diberi

kode 1. Kemudian setelah mengetahui seluruh skor hasil kali,

dikategorikan lagi sikap yang positif dan sikap yang negatif. Sikap positif

jika tidak setuju dengan penjualan tahu berformalin dan skor melebihi

nilai median (>40) diberi kode 2 dan sikap negatif jika setuju dengan

penjualan tahu berformalin dan skor tidak melebihi median (<40) diberi

kode 1 berarti negatif.

Koding untuk pertanyaan perilaku terkait indikasi penjualan tahu

berformalin, jika menjawab (a) maka dikategorikan 1, (b) dikategorikan

2, (c) dikategorikan 3, (d) dikategorikan 4. Kemudian perilaku penjualan

tahu berformalin juga dibuktikan dengan hasil uji lab jika salah satu dari

tahu mengandung formalin maka dikategorikan menjual dan diberi kode

2. Sedangkan jika sebaliknya maka diberi kode 1.

Page 79: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

65

3. Data Structure

Pada tahap data structure dikembangkan sesuai dengan analisis

yang dilakukan dan disesuaikan dengan jenis perangkat lunak yang

digunakan.

4. Data Entry

Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan dimasukkan (entry) ke

dalam program pengolah data. Adapun data yang dimasukkan yakni

diantaranya data terkait usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan,

sikap, tindakan/perilaku penjual tahu terkait penjualan tahu berformalin.

5. Data Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan tahap pengecekan

kembali data yang sudah di entry untuk mengetahui ada atau tidaknya

kesalahan pada hasil entry data. Selain itu pembersihan data ini dilakukan

dengan melihat distribusi frekuensi.

4.10. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis univariat, yakni sebagai berikut:

4.10.1. Univariat

Analisis univariat yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan

untuk mendapatkan gambaran pada masing-masing variabel yang

telah diteliti. Data disampaikan dalam bentuk distribusi frekuensi

menurut masing-masing variabel yang diteliti. Variabel penelitian

ini yaitu pengetahuan penjual tahu tentang ciri makanan berformalin,

Page 80: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

66

golongan formalin berdasarkan PP, serta dampak kesehatan jika

mengkonsumsi tahu berformalin. Kemudian, sikap penjual tahu

terkait informasi bahaya formalin pada tahu dan perilaku penjual

tahu terkait tahu berformalin yang dibuktikan test keberadaan

kandungan formalin pada tahu dengan uji laboratorium.

4.11. Uji Validitas dan Reabilitas

Validitas yang dimaksud dalam pengukuran adalah apakah

pengukuran yang dilakukan benar-benar mengukur apa yang sebenarnya

ingin diukur. Dengan kata lain apakah ada kesesuaian antara metode yang

digunakan dengan alat ukur yang digunakan dan objek yang diukur.

Sedangkan reliabilitas adalah konsistensi atau stabilitas atau keajegan suatu

pengukuran artinya nilai yang dihasilkan dalam pengukuran suatu variabel

jika dilakukan berulang kali akan menghasilkan nilai yang sama atau serupa

(Hermawanto, 2010).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam

kategori validitas logik atau validity by definition dan termasuk dalam aspek

validitas internal. Validitas tersebut digunakan karena jenis instrumen dalam

penelitian ini instrumen yang berbentuk test untuk mengukur pengetahuan

yang jawabannya benar dan salah. Selain itu instrument dalam bentuk non

test untuk mengukur sikap dan perilaku yakni positif atau negatif, bukan

instrument ilmu alam seperti meteran dan timbangan. Validitas internal

adalah bila data yang dihasilkan merupakan fungsi dari rancangan dan

instrument yang digunakan atau merupakan kesahihan inferensi induktif

Page 81: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

67

sampel pada populasi sasaran, artinya jika ingin mengukur pengetahuan

tentang formalin akan menghasilkan data pengetahuan tentang formalin

bukan data pengetahuan tentang bahan pewarna makanan (Murti, 1997).

Dalam penelitian ini validitas internal juga harus memenuhi dimensi

validitas kontruksi dan validitas muka. Validitas konstruksi adalah jika

instrument itu dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang

didefinisikan teori (Sugiyono, 2009). Sedangkan validitas muka yaitu

kebenaran yang mempersoalkan kemampuan model pertanyaan dalam suatu

instrumen (misalnya: kuesioner atau daftar pertanyaan) untuk merefleksikan

variabel yang hendak diukur dan untuk dapat ditafsirkan atau dimengerti

oleh responden dengan benar (Murti, 1997). Validitas kontruksi dan

validitas muka merupakan validitas yang harus dipenuhi dalam instrumen

test (pengetahuan) dan non test (sikap dan perilaku) dalam penelitian ini.

Uji validitas dilakukan pada populasi lain yang memiliki ciri yang

sama dengan populasi yang akan diteliti. Populasi untuk validitas ini

menggunakan penjual tahu di pasar Anyar Kota Tangerang. Berdasarkan

hasil uji validitas, terdapat satu pertanyaan yang tidak memenuhi validitas

muka yakni pertanyaan yang kurang dimengerti untuk ditafsirkan responden

secara benar yakni B.2 tentang “apakah contoh-contoh makanan yang

mengandung formalin?”. Sebagian responden yang mengetahui formalin

dilarang digunakan pada makanan menanyakan apa maksud dari pertanyaan

tersebut. Sehingga pertanyaan diperbaiki sampai dimengerti oleh responden

menjadi “apakah contoh makanan yang mungkin dapat mengandung

formalin?”.

Page 82: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

68

Selain itu, pertanyaan D.3 tentang “Jika tahu hari ini tidak habis

dijual, apakah akan dijual lagi keesokan harinya?”. Banyak responden yang

tidak mengerti dan kurang menggambarkan tentang indikasi perilaku

penjualan tahu berformalin berdasarkan definisi teori. Sehingga pertanyaan

diganti dengan: “Biasanya tahu yang Bapak/Ibu jual tahan berapa hari?”,

untuk mengetahui indikasi penjualan tahu berformalin, agar sesuai dengan

validitas konstruksi atau sesuai definisi teori.

Setelah validitas tidak ada masalah hal yang perlu diperhatikan

selanjutnya adalah reabilitas. Uji reabilitas meliputi dua aspek yakni

stabilitas dan kesamaan. Stabilitas adalah konsistensi hasil satu pengukuran

ke pengukuran lainnya oleh seorang pengamat, terhadap subjek penelitian

yang sama dan dengan instrumen yang sama. Sedangkan kesamaan adalah

konsistensi antara hasil pengukuran seorang pengamat dan hasil pengukuran

oleh pengamat lainnya, terhadap subjek penelitian yang sama dan dengan

instrumen yang sama (Murti, 1997).

Keajekan antara satu pengukuran dengan pengukuran lainnya dapat

diukur dengan ukuran yang disebut koefisien reabilitas. Keajekan

pengukuran dites melalui suatu uji coba dilakukan pada populasi studi

sebelum penelitian yang sesungguhnya dilakukan, tetapi dapat juga

dilakukan pada sampel lainnya yang mempunyai karakteristik sama dengan

populasi studi. Uji reabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan cara

melihat nilai r pada kolom “Cronbach’s Alpha”, jika nilai r hitung lebih

besar dari pada r tabel (r hitung > r tabel) maka dapat dikatakan instrumen

tersebut reliabel (Hastono, 2001). Uji validitas dan reabilitas dilakukan

Page 83: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

69

terhadap 50% dari jumlah sampel minimum yang telah dihitung yakni 12

responden. Dimana sampel yang dipilih merupakan sampel yang memiliki

cirri yang sama dengan sampel penelitian, yakni di Pasar Anyar Kota

Tangerang.

Hasil uji reabilitas terhadap 27 poin pertanyaan pengetahuan, sikap,

dan perilaku menunjukkan hasil reliabel. Diketahui bahwa nilai alpha

sebesar 0,573. Kemudian mencari r-tabel dengan mengetahui nilai N=12

sehingga df (N-2)=10 dan distribusi r-tabel signifikansi 5% (0,05), diperoleh

nilai r-tabel sebesar 0,4973. Kesimpulannya alpha=0,573> r-tabel=0,4973

artinya item-item kuesioner ini masih dapat dikatakan reliabel atau

terpercaya sebagai alat pengumpul data dalam penelitian karena melebihi

nilai r-tabel.

Page 84: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

70

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1.Karakteristik Responden

Responden dari penelitian ini adalah penjual tahu, yang berada di pasar-

pasar daerah Semanan Jakarta Barat. Berikut karakteristik responden yang

meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, lama berjualan tahu, jumlah jenis

tahu yang dijual, dan distribusi tahu berdasarkan jenisnya.

5.1.1. Usia

Berikut distribusi usia penjual tahu di Pasar Daerah Semanan

yang menjadi responden pada penelitian ini:

Tabel 5.1. Distribusi Usia Penjual Tahu di Pasar Daerah

Semanan Tahun 2015

Usia* Jumlah Persentase

17-25 th (Remaja) 2 5,8%

26-45 th (Dewasa) 16 47,1%

46-65 th (Lansia) 16 47,1%

Total 34 100%

*kategori usia depkes (2009)

Berdasarkan tabel 5.1 diatas, diketahui bahwa usia responden di

Daerah Pasar Semanan persentasenya sama antara dewasa dan lansia

yakni sebesar 47,1%. Sedangkan yang paling sedikit yaitu yang

berusia kurang dari 25th yakni sebesar 5,8%. Usia termuda

responden adalah 22 tahun dan usia tertua responden yakni 63 tahun.

Page 85: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

71

5.1.2. Jenis Kelamin

Berikut distribusi jenis kelamin penjual tahu di Pasar Daerah

Semanan yang menjadi responden dalam penelitian ini:

Diagram 5.1. Distribusi Jenis Kelamin Penjual Tahu di Pasar

Daerah Semanan Tahun 2015

Berdasarkan diagram 5.1 diatas diketahui bahwa antara penjual

tahu laki-laki dan perempuan persentasenya sama sebesar 50% (17

responden).

5.1.3. Pendidikan

Berikut distribusi pendidikan penjual tahu di Pasar Daerah

Semanan yang menjadi responden dalam penelitian ini:

50%50%Laki-laki

Perempuan

Page 86: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

72

Diagram 5.2. Distribusi Pendidikan Penjual Tahu di Pasar

Daerah Semanan Tahun 2015

Berdasarkan diagram 5.2 terlihat bahwa tamat Sekolah

Menengah Pertama (SMP) adalah pendidikan terakhir terbanyak

yang disandang oleh responden dengan persentase sebesar 41,2%.

Sedangkan yang paling sedikit disandang oleh responden yakni

perguruan tinggi sebanyak 2,9%.

5.1.4. Lama Berjualan Tahu

Berikut distribusi lama penjual tahu berjualan di Pasar daerah

Semanan yang menjadi responden dalam penelitian ini:

Tidak Sekolah

Tamat SDTamat SMP

Tamat SMA

Tamat Perguruan

Tinggi

Persentase 5,9% 35,3% 41,2% 14,7% 2,9%

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

30,0%

35,0%

40,0%

45,0%P

ers

en

tase

Pendidikan

Page 87: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

73

Tabel 5.2. Distribusi Lama Penjual Tahu Berjualan di Pasar

Daerah Semanan Tahun 2015

Lama Jualan Tahu Jumlah Persentase

1-5 th 18 52,9%

6-10 th 5 14,7%

10-20 th 8 23,5%

>20 th 3 8,8%

Total 34 100%

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa lama berjualan tahu para

responden yakni 1-5 tahun yakni sebesar 52,9%. Sedangkan lama

berjualan tahu yang paling sedikit yakni lebih dari 20 tahun yakni

sebesar 8,8%. Responden penjual tahu terlama berjualan yakni 33

tahun dan yang terbaru berjualan 1 tahun.

5.1.5. Jumlah Jenis Tahu yang Dijual

Berikut distribusi jumlah jenis tahu yang dijual oleh penjual tahu

di Pasar Daerah Semanan yang menjadi responden pada penelitian

ini:

Tabel 5.3. Distribusi Jenis Tahu yang Dijual Penjual Tahu di

Pasar Daerah Semanan Tahun 2015

Jumlah Jenis Tahu yang Dijual Jumlah Persentase

1 Jenis Tahu 10 29,4%

2 Jenis Tahu 11 32,4%

3 Jenis Tahu 13 38,2%

Total 34 100%

Page 88: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

74

Berdasarkan Tabel 5.3. terlihat bahwa distribusi banyak jenis

tahu yang dijual responden paling banyak 3 jenis tahu (Tahu Putih,

Tahu Kuning, Tahu Coklat) yakni sebesar 38,2%.

5.1.6. Distribusi Tahu Berdasarkan Jenisnya

Berikut distribusi jenis tahu berdasarkan jenisnya yang dijual

di Pasar Daerah Semanan yang menjadi responden dalam penelitian

ini:

Tabel 5.4. Distribusi Tahu Berdasarkan Jenis di Pasar Daerah

Semanan Tahun 2015

Jenis Tahu Jumlah Persentase

Tahu Putih 25 34,2%

Tahu Kuning 26 35,6%

Tahu Coklat 22 30,1%

Total 73 100%

Pada tabel 5.4. terlihat bahwa jenis tahu yang paling banyak

dijual yakni jenis tahu kuning sebanyak 35,6%. Sedangkan yang

paling sedikit dijual yakni jenis tahu coklat yakni sebesar 30,1%.

5.2. Hasil Analisa Univariat

Analisis dalam penelititan ini hanya sampai analisis univariat. Analisis

univariat merupakan analisis yang dilakukan untuk melihat gambran pada

masing-masing variabel yang telah diteliti. Analisis ini dilakukan pada

variabel hasil uji laboratorium terhadap tahu, pengetahuan, sikap, dan

perilaku penjual tahu di Pasar Daerah Semanan.

Page 89: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

75

5.2.1. Hasil Uji Kandungan Formalin Pada Tahu

Berikut hasil uji kandungan formalin pada tahu di Pasar

Daerah Semanan :

Tabel 5.5. Distribusi Hasil Uji Kandungan Formalin Pada Tahu

di Pasar Daerah Semanan Tahun 2015

Hasil Uji Lab Jumlah Persentase

Negatif 39 53,4%

Positif 34 46,6%

Total 73 100%

Berdasarkan hasil uji statistik yang tertera pada tabel 5.5.

terlihat bahwa bahwa persentase tahu yang positif mengandung

formalin sebanyak 46,6%. Sedangkan yang negatif mengandung

formalin sebanyak 53,4%.

5.2.2. Hasil Uji Kandungan Formalin Pada Tahu Berdasarkan Jenis

Tahu

Berikut hasil uji statisik antara kandungan formalin pada tahu

dengan jenis tahu di Pasar Daerah Semanan :

Page 90: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

76

Tabel 5.6. Distribusi Uji Kandungan Formalin Pada Tahu

Berdasarkan Jenis Tahu di Pasar Daerah Semanan Tahun 2015

Jenis Tahu

Hasil Uji Laboratorium

Negatif Positif Total

N % n % n %

Tahu Putih 8 20,5 17 50 25 34,2

Tahu Kuning 17 43,6 9 26,5 26 35,6

Tahu Coklat 14 35,9 8 23,5 22 30,1

Total 39 100 34 100 73 100

Berdasarkan tabel 5.6. diketahui bahwa jenis tahu yang paling

banyak positif mengandung formalin yakni tahu putih sebanyak 17

tahu (50%). Dan yang paling sedikit mengandung formalin yakni jenis

tahu coklat atau tahu goreng yakni sebanyak 8 tahu (23,5%).

5.2.3. Gambaran Pengetahuan Penjual Tahu Terhadap Formalin

Berikut gambaran pengetahuan penjual tahu yang menjadi

responden dalam penelitian ini, terhadap kandungan formalin pada

tahu di Pasar Daerah Semanan :

Tabel 5.7. Distribusi Pengetahuan Penjual Tahu Terhadap

Formalin di Pasar Daerah Semanan Tahun 2015

Pengetahuan Jumlah Persentase

Rendah 13 38,2%

Tinggi 21 61,8%

Total 34 100%

Page 91: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

77

Pada tabel 5.7. diketahui bahwa sebanyak 21 responden

(61,8%) responden memiliki kategori pengetahuan tinggi mengenai

ciri tahu berformalin, golongan formalin menurut PP, dan dampak

formalin bagi kesehatan. Sedangkan responden yang memiliki

kategori pendidikan rendah sebesar 38,2%.

5.2.3.1. Pengetahuan Berdasarkan Pertanyaan Kuesioner

Berikut distribusi pengetahuan penjual tahu berdasarkan

pertanyaan kuesioner di Pasar Daerah Semanan yang menjadi

responden dalam penelitian ini:

Tabel 5.8. Distribusi Pengetahuan Penjual Tahu Berdasarkan

Pertanyaan Kuesioner di Pasar Daerah Semanan Tahun 2015

No Pertanyaan Salah Benar

n % n %

B1 Apakah formalin itu? 8 23,5 26 76,5

B2 Contoh makanan yang mungkin mengandung formalin? 9 26,5 25 73,5

B3 Ciri tahu berformalin? 13 38,2 21 61,8

B4 Apakah formalin berbahaya bagi kesehatan? 3 8,8 31 91,2

B5 Mengapa formalin berbahaya? 15 44,1 19 55,9

B6 Menurut PP, formalin termasuk golongan apa? 24 70,6 10 29,4

B7 Bolehkah menjual tahu berformalin? 2 5,9 32 94,1

B8 Mengapa tahu berformalin tidak boleh dijual? 3 8,8 31 91,2

B9 Adakah akibat setelah seseorang mengkonsumsi tahu

berformalin?

5 14,7 29 85,3

B10 Apa dampak dan gejala akibat mengkonsumsi tahu

berfomalin ?

16 47,1 18 52,9

Page 92: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

78

Pada tabel 5.8. terlihat kategori pengetahuan seluruh responden

dari setiap pertanyaan kuesioner. Dari kesepuluh pertanyaan

tersebut, responden paling banyak menjawab salah pada pertanyaan

B6 terkait “formalin termasuk golongan apa dalam PP”, sebesar

70,6%. Dan responden paling banyak menjawab benar pada

pertanyaan B7 terkait “Boleh atau tidaknya menjual tahu

berformalin”, sebesar 94,1%.

Responden juga banyak menjawab salah sebesar 47,1% untuk

pertanyaan “apa dampak dan gejala akibat mengkonsumsi tahu

berformalin?”. Selain itu, responden juga banyak menjawab salah

pada pertanyaan “Mengapa formalin berbahaya bagi kesehatan jika

dikonsumsi?” yakni sebesar 44,1%. Dan responden responden juga

banyak menjawab salah sebesar 38,2% pada pertanyaan “Ciri tahu

berformalin?”

5.2.3.2. Pengetahuan Tentang Ada Tidaknya Kandungan Formalin

Pada Tahu yang Dijual

Berikut distribusi pengetahuan penjual tahu tentang kandungan

formalin pada tahu yang dijual di Pasar Daerah Semanan yang

menjadi responden dalam penelitian ini :

Page 93: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

79

Diagram 5.3. Distribusi Pengetahuan Tentang Ada Tidaknya

Kandungan Formalin Pada Tahu yang Dijual di Pasar Daerah

Semanan Tahun 2015

Berdasarkan tabel 5.3 telihat bahwa responden paling banyak

menjawab tidak tahu terkait ada tidaknya kandungan formalin pada

tahu yang dijual yakni sebesar 88,2%. Tidak ada satupun responden

yang mengakui mengetahui tahunya berformalin.

5.2.4. Gambaran Sikap Penjual Tahu Terhadap Informasi Bahaya

Formalin

Berikut gambaran sikap penjual tahu yang menjadi responden

dalam penelitian ini, terhadap informasi bahaya formalin pada tahu

di Pasar Daerah Semanan :

0%

88,20%

11,80%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Tahu

Tidak Tahu

Ragu-Ragu

Page 94: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

80

Tabel 5.9. Distribusi Sikap Penjual Tahu Terhadap Informasi

Bahaya Formalin Pada Tahu di Pasar Daerah Semanan Tahun

2015

Sikap Jumlah Persentase

Negatif 12 35,3%

Positif 22 64,7%

Total 34 100%

Pada tabel 5.9. diketahui bahwa sebanyak 22 responden

(64,7%) responden memiliki sikap positif terhadap kandungan

formalin pada tahu. Sedangkan sebanyak 12 responden (35,3%)

memiliki sikap negatif.

Page 95: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

81

5.2.4.1.Gambaran Sikap Penjual Tahu Terhadap Informasi Bahaya Formalin Berdasarkan Item Pernyataan

Berikut gambaran sikap penjual tahu terhadap informasi bahaya formalin berdasarkan item pernyataan pada tahu di Pasar

Daerah Semanan yang menjadi responden dalam penelitian ini:

Tabel 5.10. Distribusi Sikap Penjual Tahu Terhadap Kandungan Formalin Berdasarkan Item Pernyataan Pada Tahu di

Pasar Daerah Semanan Tahun 2015

No Pertanyaan Sikap SS (x5) ST (x4) RG (x3) TS (x2) STS (x1) Total Hasil

Kali

Kecenderungan

Sikap n % n % n % n % n % n %

Pernyataan Gradasi Positif

C1 Tahu makanan sehat, bergizi, harganya

terjangkau

19 55,9 15 44,1 0 0 0 0 0 0 34 100 155 Sangat Setuju

C2 Tahu terbuat dari kedelai 22 64,7 12 35,3 0 0 0 0 0 0 34 100 158 Sangat Setuju

C3 Tahu menguntungkan untuk dijual

karena banyak masyarakat suka

6 17,6 26 76,5 1 2,9 1 2,9 0 0 34 100 139 Setuju

C4 Tahu dapat bertahan kurang dari 3 hari

pada suhu ruangan

2 5,9 27 79,4 2 5,9 2 5,9 1 2,9 34 100 129 Setuju

C5 Penggunaan bahan pengawet dapat

meningkatkan kualitas tahu

1 2,9 9 26,5 6 17,6 17 50 1 2,9 34 100 94 Ragu-Ragu

Pernyataan Gradasi Negatif

No Pertanyaan Sikap SS (x1) ST (x2) RG (x3) TS (x4) STS (x5) Total Hasil

Kali

Kecenderungan

Sikap n % n % n % n % n % n %

C6 Pengawet yang diizinkan pemerintah

salah satunya formalin

0 0 0 0 3 8,8 25 73,5 6 17,6 34 100 139 Tidak Setuju

C7 Penggunaan formalin pada tahu

diperbolehkan

0 0 1 2,9 1 2,9 23 67,6 9 26,5 34 100 142 Tidak Setuju

C8 Tahu yang mengandung formalin lebih

bagus, kenyal, enak, sehingga tidak

masalah untuk dijual

0 0 9 26,5 0 0 18 52,9 7 20,6 34 100 125 Tidak Setuju

C9 Formalin tidak berbahaya bagi

kesehatan

0 0 0 0 2 5,9 20 58,8 12 35,3 34 100 146 Tidak Setuju

C10 Makan tahu berformalin baik untuk

kesehatan

0 0 0 0 1 2,9 21 61,8 12 35,3 34 100 147 Tidak Setuju

Page 96: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

82

Berdasarkan 5.10. terlihat bahwa tingkat sikap untuk

pertanyaan C5 tentang “penggunaan bahan pengawet dapat

meningkatkan kualitas tahu” cenderung ragu-ragu dengan total nilai

hasil kali lickert 94 yakni dari ragu-ragu menuju tidak setuju dan

sebesar 50% tidak setuju. Sedangkan tingkat sikap terkait

“penggunaan formalin pada tahu diperbolehkan” (C7) cenderung

tidak setuju dengan nilai hasil kali lickert 142 dan sebanyak 67,6%

tidak setuju. Kemudian sebanyak 61,8% menjawab tidak setuju

dengan pernyataan “makan tahu berformalin baik untuk kesehatan”

(C10). Selain itu sebesar 26,5% setuju pada pernyataan C8 jika tahu

yang mengandung formalin lebih bagus, kenyal, enak, sehingga

tidak masalah untuk dijual, namun hasil kali lickert menunjukkan

hasil 125 yang berarti kecenderungan sikap keseluruhan responden

terhadap pertanyaan C8 tidak setuju.

5.2.5. Gambaran Perilaku Penjual Tahu

Berikut gambaran perilaku penjual tahu yang menjual tahu

berformalin di Pasar Daerah Semanan dari salah satu tahu yang

dijual responden teridentifikasi mengandung formalin :

Page 97: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

83

Tabel 5.11. Distribusi Perilaku Penjual Tahu Di Pasar Daerah

Semanan Tahun 2015

Perilaku Penjual

Tahu

Jumlah Persentase

Ya 25 73,5%

Tidak 9 26,5%

Total 34 100%

Berdasarkan tabel 5.11. telihat bahwa perilaku penjual tahu

yang menjual tahu berformalin sebesar 73,5%. Sedangkan yang

tidak menjual tahu berformalin sebanyak 26,5%. Dikategorikan

perilaku menjual tahu berformalin karena salah satunya

mengandung formalin dan dikategorikan perilaku tidak menjual

tahu berformalin jika seluruh tahunya tidak mengandung formalin.

5.2.5.1.Identifikasi Perilaku Penjual Tahu Mengenai Tahu Berformalin

Identifikasi terhadap perilaku penjualan tahu di Pasar Daerah

Semanan bertujuan untuk mengetahui indikasi penjualan tahu

berformalin. Berikut identifikasi perilku dilakukan terhadap kesamaan

tahu yang dijual dan di konsumsi penjual, asal tahu yang dijual, daerah

supplier, daya tahan tahu yang dijual, perlakuan jika tahu bersisa, teman

sebagai motivasi berjualan tahu, dan perilaku menjual tahu jika penjual

tahu tersebut telah mengetahui tahu tersebut mengandung formalin.

Page 98: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

84

5.2.5.1.1. Kesamaan Tahu yang Dijual dan Dikonsumsi

Berikut distribusi kesamaan tahu yang dijual penjual tahu

dengan yang dikonsumsi penjual tahu di Pasar Daerah Semanan

yang menjadi responden dalam penelitian ini:

Tabel 5.12. Distribusi Kesamaan Tahu yang Dijual dan

Dikonsumsi Penjual Tahu di Pasar Daerah Semanan Tahun

2015

Tahu yang Dijual Berbeda

Dengan yang Dikonsumsi

Jumlah Persentase

Ya 6 17,6%

Tidak 28 82,4%

Total 34 100%

Berdasarkan tabel 5.12. terlihat bahwa tidak ada perbedaan

(sama) antara tahu yang dijual penjual tahu dengan yang dikonsumsi

oleh penjual tahu sebesar 82,4%.

5.2.5.1.2. Asal Tahu

Berikut distribusi asal tahu yang dijual oleh penjual di Pasar

Daerah Semanan yang menjadi responden dalam penelitian ini:

Page 99: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

85

Diagram 5.4. Distribusi Asal Tahu yang Dijual Penjual Tahu di

Pasar Daerah Semanan Tahun 2015

Berdasarkan diagram 5.4 terlihat bahwa tahu yang dijual oleh

penjual tahu di Pasar Daerah Semanan berasal dari supplier yakni

sebesar 91,2%. Sedangkan yang membuat sendiri hanya 8,8%.

5.2.5.1.3. Kategori Daerah Supplier

Berikut distribusi kategori daerah supplier tahu yang

mensuplai tahu kepada para penjual tahu di Pasar Daerah Semanan

yang menjadi responden dalam penelitian ini :

Diagram 5.5. Distribusi Kategori Daerah Supplier Yang

Mensuplai Tahu Kepada Para Penjual Tahu di Pasar Daerah

Semanan Tahun 2015

*Kopti Semanan: Kompleks Pembuat Tahu & Tempe Indonesia daerah Semanan

8,8%

91,2%

Buat Sendiri

Dari Supplier

0,0% 20,0% 40,0% 60,0% 80,0% 100,0%

Asa

l Tah

u

Persentase

45,2%

54,8%

Kopti Semanan

Tangerang

0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0%

Dae

rah

Persentase

Page 100: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

86

Berdasarkan diagram 5.5. terlihat bahwa kategori daerah

supplier yang mensuplai tahu kepada para penjual tahu di Pasar

Daerah Semanan kebanyakan berasal dari daerah Tangerang yakni

sebesar 54,8%.

5.2.5.1.4. Daya Tahan Tahu

Berikut distribusi pengakuan penjual tahu tentang daya tahan

tahu yang mereka jual di Pasar Daerah Semanan yang menjadi

responden dalam penelitian ini :

Diagram 5.6. Distribusi Pengakuan Penjual Tahu Tentang Daya

Tahan Tahu yang Dijualnya di Pasar Daerah Semanan Tahun

2015

Berdasarkan diagram 5.6 terlihat bahwa pengakuan penjual

tahu tentang daya tahan tahu yang dijualnya di Pasar Daerah

Semanan hanya 1-2 hari, yakni sebanyak 91,2%.

5.2.5.1.5. Perlakuan Jika Tahu Bersisa

Berikut distribusi perlakuan penjual tahu jika tahu bersisa di

Pasar Daerah Semanan yang menjadi responden dalam penelitian

ini.

91,2%

8,8%

0,0% 20,0% 40,0% 60,0% 80,0% 100,0%

1-2 hari

Lebih dari 2 hari

Persentase

Day

a Ta

han

Page 101: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

87

Diagram 5.7. Distribusi Perlakuan Penjual Tahu Jika Tahu

Bersisa di Pasar Daerah Semanan Tahun 2015

Berdasarkan diagram 5.7. terlihat bahwa perlakuan penjual

tahu jika tahu bersisa di Pasar Daerah Semanan yakni di buang

sebanyak 38,2%. Namun paling banyak menjawab lainnya (seperti :

di olah kembali atau diberikan ke tetangga/warteg) yakni sebesar

44,1%.

5.2.5.1.6. Teman yang Mengajak Berjualan Tahu

Berikut distribusi pengakuan penjual tahu terkait faktor

teman yang mengajak berjualan tahu di Pasar Daerah Semanan

yang menjadi responden dalam penelitian ini:

14,7%

38,2%

44,1%

2,9%

0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0%

Dikembalikan ke supplier

Dibuang

Lainnya

Tidak Pernah Bersisa

Persentase

Pe

rlak

uan

Page 102: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

88

Tabel 5.13. Distribusi Pengakuan Penjual Tahu Terkait Faktor

Teman yang Mengajak Berjualan Tahu di Pasar Daerah

Semanan Tahun 2015

Faktor Teman yang Mengajak

Berjualan

Jumlah Persentase

Ya 12 35,3%

Tidak 22 64,7%

Total 34 100%

Berdasarkan Tabel 5.13. terlihat bahwa 64,7% penjual tahu

mengaku bahwa mereka menjual tahu tidak diajak oleh teman yang

mengajak mereka menjual tahu. Sedangkan 35,3% penjual tahu,

berjualan tahu karena diajak teman.

5.2.5.1.7. Perilaku Penjual Tahu Jika Sebenarnya Telah Mengetahui

Tahu Tersebut Berformalin

Berikut distribusi perilaku menjual tahu jika telah mengetahui

tahu tersebut berformalin di Pasar Daerah Semanan yang menjadi

responden dalam penelitian ini:

Tabel. 5.14. Distribusi Perilaku Penjual Tahu Jika Telah

Mengetahui Tahu Tersebut Berformalin di Pasar Daerah

Semanan Tahun 2015

Jika Tahu Ini Berformalin

Apa Akan Tetap Dijual

Jumlah Persentase

Ya 8 23,5%

Tidak 26 76,5%

Total 34 100%

Page 103: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

89

Berdasarkan Tabel 5.14. terlihat bahwa perilaku penjual tahu

di Pasar Daerah Semanan, jika seandainya mereka telah mengetahui

tahu tersebut berfomalin maka tidak akan dijual sebanyak 26

responden (76,5%).

Page 104: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

90

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, terdapat keterbatasan penelitian

yaitu:

1. Penelitian ini hanya mengidentifikasi kandungan formalin pada tahu

secara kualitatif, yaitu hanya menjelaskan ada tidaknya kandungan

formalin pada tahu. Uji kuantitatif untuk mengidentifikasi kadar

formalin yang terdapat dalam tahu tidak dilakukan karena biaya yang

dibutuhkan untuk menguji kadar formalin cukup besar sehingga peneliti

hanya sampai pada uji kualitatif saja.

2. Karena luasnya cakupan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya

perilaku, maka pada penelitian ini hanya menganalisis faktor perilaku

yang berkaitan dengan pengetahuan dan sikap terkait perilaku penjualan

tahu berformalin.

3. Peneliti tidak dapat mengetahui sedalam apa kejujuran jawaban dari

responden, peneliti hanya mengamati mimik responden untuk

mengetahui kejujuran responden saat melakukan wawancara.

4. Desain studi cross sectional deskriptif hanya memberikan informasi

karakteristik dari variabel tanpa melihat hubungan antara variabel.

5. Penelitian ini hanya bertujuan mengetahui penjual tahu berformalin

tidak sampai mengetahui produsen yang mensuplai tahu. Sehingga tidak

Page 105: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

91

dapat menggali lebih dalam siapakah sebenarnya produsen yang

menggunakan formalin.

6.2. Temuan Formalin Pada Tahu

Kini marak beredar tahu berformalin di pasaran. Sifat tahu yang

lembut mudah mengalami kerusakan, menyebabkan beberapa oknum tidak

bertanggung jawab menambahkan formalin pada tahu dengan tujuan agar

tahu dapat bertahan lama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak

34 sampel tahu (46,6%) dari 73 sampel yang berasal dari 34 penjual tahu di

Pasar Daerah Semanan mengandung formalin. Pada tahun (2006), BPOM

juga telah menemukan sebanyak 33,45% tahu berformalin di beberapa pasar

kota besar di Indonesia, sedangkan di Jakarta sebanyak 77,85% (BPOM,

2006). Dengan ditemukannya tahu berformalin hingga saat ini menunjukkan

bahwa masih terjadi masalah keamanan pangan nasional.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari ketiga jenis tahu (tahu

putih, tahu kuning, tahu coklat), tahu putih merupakan jenis tahu yang

paling banyak mengandung formalin, yakni sebesar 50%-nya dari total

sampel yang mengandung formalin. Penelitian Tjiptaningdyah (2010) di

Pasar Sidoarjo juga menunjukkan hasil yang serupa yakni sebanyak 62,85%

tahu putih di pasar tradisional mengandung formalin dan di pasar modern

mencapai 77,77%.

Kecenderungan tahu putih yang paling banyak mengandung formalin

disebabkan karena tahu putih lebih cenderung berukuran lebih besar, lebih

lembut, lebih rentan hancur dan tidak diberi pengawet seperti kunyit atau

Page 106: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

92

digoreng terlebih dahulu (Saragih dan Sarwono, 2003). Sehingga tahu putih

lebih mudah rusak dibanding tahu lainnya. Hal tersebut yang mungkin

menyebabkan beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab menggunakan

formalin pada tahu putih untuk meningkatkan daya tahan tahu tersebut.

Padahal penggunaan formalin dalam makanan sebenarnya telah dilarang

oleh pemerintah sejak tahun 1982.

Adapun peraturan yang melarang tentang hal tersebut yakni

Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/88 tentang bahan tambahan makanan.

Formalin merupakan zat pengawet yang dilarang penggunaannya pada

makanan. Akan tetapi formalin banyak disalahgunakan sebagai pengawet

makanan seperti ikan, tahu, mie basah, daging ayam, maupun kikil (Anwar

dan Khomsah, 2009). Menurut Saparinto dan Hidayati (2006) harga

formalin relatif lebih murah dibanding pengawet lain sehingga sering

disalahgunakan sebagai pengawet makanan. Dengan murahnya harga

formalin dan karena sifatnya yang dapat mengawetkan, maka formalin

disalahgunakan oleh beberapa pihak untuk mengawetkan makanan seperti

tahu.

Larangan penggunaan formalin dikarenakan formalin merupakan

bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungannya

dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di

dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang

menyebabkan keracunan pada tubuh. Efek akut dapat terjadi jika

mengkonsumsi makanan berformalin mulai dari dosis 15 mg/kg/hari. Efek

aku tersebut seperti mual-mual, muntah, diare bercampur darah (Cahanar et

Page 107: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

93

al, 2006). Selain itu, formalin juga dapat menimbulkan dampak akumulatif.

Dampak akumulatif salah satunya kerusakan fungsi ginjal dapat terlihat

dalam kurun waktu 30 tahun jika mengkonsumsi tahu berformalin hal ini

didasarkan dengan adanya reference dose (RfD) sebesar 0,2mg/kg/hari yang

dikeluarkan oleh EPA (1991). Sedangkan dosis fatal formalin yang dapat

menyebabkan kematian adalah 60-90 ml (Sartono, 2001).

Larangan penggunaan formalin pada makanan juga didasarkan karena

formalin menyebabkan makanan menjadi tidak baik dan dapat menimbulkan

banyak mudharat bagi kesehatan manusia. Dalam ajaran islam juga telah

dijelaskan dalam Al-Qur’an pada surat Al-Baqarah: 168 yang artinya :

“…Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang

terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan,

karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata

bagimu…”(Depatemen Agama RI, 2006).

Tahu sebenarnya tergolong makanan yang halal karena terbuat dari

unsur kedelai dan tidak memiliki kandungan babi, darah, maupun bangkai.

Tahu juga tergolong makanan yang baik karena bergizi dan sehat. Namun

jika tahu mengandung formalin maka tahu tergolong dalam makanan yang

tidak baik dan berbahaya karena ada beberapa mudharat (dampak

kesehatan) yang dapat ditimbulkan jika mengkonsumsinya.

Namun dengan masih ditemukannya tahu berformalin di dalam

penelitian ini, hal tersebut menunjukkan bahwa pengawasan keamanan

pangan terkait formalin belum optimal. Menurut Hartati (2007) pengawasan

pemerintah merupakan faktor penguat yang dapat menentukan terjadinya

Page 108: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

94

perilaku penjualan makanan berformalin atau tidak. Tanpa adanya

pengawasan oleh pemerintah dan petugas kesehatan, beberapa oknum tidak

bertanggung jawab cenderung menambahkan bahan-bahan berbahaya agar

kualitas makanan yang dijualnya lebih tahan lama dan mendapatkan

keuntungan yang besar. Pengawasan dengan sidak ke beberapa pasar

tertentu yang telah menjadi kegiatan rutin pemerintah, ternyata tidaklah

cukup untuk menghentikan peredaran makanan berformalin. Perlu

pengawasan dan kesadaran berbagai pihak terutama masyarakat untuk dapat

membatu dalam menghentikan penjualan makanan berformalin.

6.3. Pengetahuan Penjual Tahu Mengenai Formalin

Pada variabel pengetahuan dalam penelitian ini, data dikumpulkan

melalui wawancara dengan instrumen kuesioner. Menurut Notoatmodjo

(2010) Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden).

Wawancara juga dapat membantu dalam observasi. Tujuan dari wawancara

bukan sekedar memperoleh angka lisan melainkan juga untuk memperoleh

kesan langsung dari responden, menilai kebenaran responden, membaca

mimik responden, menjelasakan pertanyaan jika tidak dimengerti dan

memancing jawaban yang macet.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 61,7% memiliki

pengetahuan tinggi dan 38,2% memiliki pengetahuan rendah terkait

formalin, ciri tahu berfomalin, golongan formalin menurut PP, dan dampak

Page 109: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

95

penggunaan formalin bagi kesehatan. Walaupun pengetahuan sebagian

responden tinggi, namun masih ditemukan sebesar 46,6% tahu mengandung

formalin. Penelitian Habibah (2013) menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan responden berbanding terbalik dengan praktik penjualan

makanan berformalin. Responden dengan tingkat pengetahuan kurang justru

tidak melakukan penjualan makanan berformalin. Sedangkan yang

berpengetahuan baik, melakukan praktik penjualan makanan berformalin.

Penelitian Yuniati, dkk (2008) juga menunjukkan bahwa responden dengan

tingkat pengetahuan baik sebesar 78,6% justu melakukan praktik penjualan

makanan berformalin sebesar 78,6%. Dengan demikian pengetahuan yang

tinggi tentang makanan berformalin tidak berarti menunjukkan tidak adanya

makanan berformalin yang dijual, karena banyak faktor yang dapat

mempengaruhi perilaku seseorang selain pengetahuan.

Menurut (Rogers dalam Notoatmodjo, 2007), pengetahuan dapat

menjadi dasar bagi seseorang sebelum orang tersebut mengadopsi perilaku.

Sehingga pengetahuan merupakan salah satu bagian penting yang perlu

diketahui dalam analisis perilaku seseorang. Selain itu, menurut Mubarak,

dkk (2007), pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor seperti pendidikan

formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana

diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan

semakin luas pengetahuannya. Jika melihat dari distribusi pendidikannya,

pendidikan sebagian besar responden dapat dikatakan tergolong sedang

menuju rendah karena lebih banyak tamatan SMP dan tamatan SD (diagram

5.2).

Page 110: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

96

Walaupun responden dalam penelitian ini tamatan SMP dan SD,

namun hasil jawaban responden terhadap kuesioner menunjukkan secara

keseluruhan pengetahuan responden tinggi. Tetapi jika diamati tiap item

pertanyaan, masih banyak responden yang salah dalam menjawab di

beberapa pertanyaan tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan

responden memang sudah cukup tinggi namun pengetahuan tersebut belum

optimal.

Pengetahuan yang belum optimal dapat dipengaruhi oleh domain

kognitif. Terbentuknya pengetahuan oleh domain kognitif mempunyai 6

tingkatan, yakni: tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi

(application), analisis (analysis), Sintesis (synthesis), dan evaluasi

(evaluation) (Notoatmodjo, 2010). Responden dalam penelitian ini banyak

yang salah dalam menjawab pertanyaan tertentu yang akan dijelaskan dalam

sub-bab berikutnya dalam bab ini. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan sebagian responden baru sampai tingkat tahu (Know). Padahal

tahap “Tahu (know)” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah,

karena responden hanya bisa menyebutkan, menguraikan sedikit,

mendefinisikan, dan menanyakan. Responden belum sampai pada tingkat

menyimpulkan dan tingkat pemecahan masalah.

Sunaryo (2004) menambahkan bahwa pengetahuan juga merupakan

hasil dari penginderaan manusia terhadap objek tertentu yang dipengaruhi

intensitas, terutama dipengaruhi oleh indera pendengaran dan penglihatan.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang tinggi

tidak mutlak dipengaruhi pendidikan formal melainkan dapat juga

Page 111: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

97

disebabkan oleh proses penginderaan dengan terpaparnya responden pada

informasi-informasi terkait keamanan pangan khususnya makanan

berformalin melalui media massa.

Dari hasil wawancara dengan responden, kebanyakan responden yang

berpengetahuan tinggi lebih banyak mendapatkan informasi terkait formalin

dari berita-berita di televisi dan juga mendengar kabar beberapa bulan lalu

pernah terjadi penggerebekan dan penyegelan salah satu pabrik makanan di

daerah Semanan oleh polisi karena terbukti menggunakan formalin sebagai

pengawet makanannya. Hal ini di dukung oleh penelitian Habsah (2009)

yang menyatakan bahwa penjual yang berpengetahuan baik cenderung lebih

sering melihat tayangan televisi seputar formalin sehingga pengetahuan

yang dimilikinya mengenai formalin dapat dikatakan cukup memadai.

Sedangkan responden yang berpengetahuan rendah, cenderung jarang

melihat media massa terutama berita terkait formalin sehingga berdampak

pada ketidaktahuannya mengenai dampak formalin bagi kesehatan.

Televisi adalah media yang digunakan responden untuk menangkap

informasi. Menurut Mubarak, dkk (2007), televisi merupakan media yang

menyajikan pesan-pesan pembelajaran secara audio visual dengan disertai

unsur gerak. Televisi tergolong ke dalam media massa. Kelebihan televisi

salah satunya adalah medium yang menarik, modern, menyajikan informasi

visual dan lisan secara simultan yang mudah diterima panca indera, serta

sifatnya langsung dan nyata. Namun televisi memiliki kelemahan yakni sifat

komunikasinya hanya satu arah, sehingga kurang efektif untuk penyuluhan

yang membutuhkan pendekatan mendalam kepada responden.

Page 112: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

98

Berita di televisi terkait penemuan makanan berformalin hanya

memberikan informasi satu arah mengenai adanya temuan makanan

berformalin di daerah tertentu dan informasi terkait ciri-ciri makanan

berformalin. Karena sifatnya tersebut televisi tidak dapat menjawab

pertanyaan dari setiap penontonnya, sehingga responden yang ingin

mengetahui informasi mengenai peraturan mengenai formalin tidak dapat

menanyakannya. Selain itu, televisi hanya memberikan visualisasi atau

gambar tahu berformalin, tanpa mencontohkan benda aslinya langsung. Hal

ini kemungkinan yang menyebabkan responden hanya sekedar mengetahui

ciri tahu berformalin tanpa bisa membedakannya secara langsung.

Komunikasi dua arah hanya dapat dilakukan melalui penyuluhan

secara langsung (tatap-muka), hal ini dapat dilakukan oleh petugas

puskesmas setempat. Menurut responden tidak pernah ada penyuluhan

berupa promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh

puskesmas setempat tentang makanan berformalin dan larangan keberadaan

formalin pada makanan. Kemungkinan karena kurangnya penyuluhan

tersebut, para responden tidak mengetahui peraturan pemerintah yang

melarang formalin ada pada makanan. Menurut Mubarak, dkk, (2007)

penyuluhan kesehatan sangat penting dalam upaya untuk menjembatani

adanya kesadaran perilaku tidak menjual tahu berformalin dengan

pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan.

Dengan adanya penyuluhan kesehatan diharapkan responden dapat memiliki

tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatan, keselamatan lingkungan

Page 113: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

99

dan masyarakatnya, khususnya keamanan pangan terkait makanan

berformalin.

Untuk menggali terkait ada tidaknya penyuluhan, maka peneliti

menanyakan apakah sebenarnya para responden ikut tergabung dalam

asosiasi pengusaha tahu. Kemungkinan jika responden mengikuti asosiasi

tersebut, responden akan lebih mengetahui informasi terkait bahan

berbahaya yang tidak boleh ada pada tahu dan juga dapat mengetahui

tentang resep pembuatan tahu. Mayoritas menjawab tidak karena mereka

hanya penjual bukan produsen, mereka mengakui bahwa hanya bos mereka

(produsen tahu) yang tergabung dalam asosiasi tersebut. Berdasarkan

informasi yang didapat dari beberapa penjual tahu, ada dua asosiasi tahu-

tempe, yakni IKAPTI (Ikatan Pengusaha Tempe Tahu Indonesia) dan

PRIMKOPTI (Asosiasi Produsen Tahu Tempe Indonesia). Menurut

responden, asosiasi tersebut lebih mengupdate harga bahan baku pembuatan

tahu seperti kedelai dan pasokan jumlah kedelai ketimbang bahan berbahaya

yang dilarang digunakan pada tahu dan tempe.

Kemungkinan lain yang menyebabkan masih adanya responden yang

memiliki tingkat pengetahuan rendah karena kurangnya konsentrasi

responden dalam menjawab pertanyaan dikarenakan adanya pembeli yang

datang saat wawacara dilakukan. Ketika sedang dilakukan wawancara, tidak

sedikit pembeli yang datang, sehingga wawancara harus ditunda beberapa

kali dikarenakan penjual harus melayani pembelinya. Penundaan

wawancara juga agar tidak mengganggu proses jual-beli dan juga agar

pembeli kecil kemungkinannya mendengar isi wawancara tersebut.

Page 114: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

100

Pengetahuan yang rendah juga kemungkinan disebabkan karena ada

rasa takut pada diri beberapa responden ketika diwawancarai seputar

formalin, sehingga responden lebih memilih untuk menjawab seadanya. Hal

ini ditunjukkan oleh mimik responden saat pertama kali peneliti meminta

kesediaannya untuk di wawancara seputar tahu dan juga formalin, beberapa

responden ada yang menunjukkan respon keberatan untuk diwawancarai

dan menyuruh orang lain untuk di wawancarai. Akan tetapi setelah

dijelaskan bahwa tidak akan dipublikasikan namanya, penjual tersebut

akhirnya bersedia untuk diwawancarai.

Pengetahuan juga dapat dipengaruhi oleh usia. Depkes RI (2009),

mengkategorikan usia ke dalam 9 kategori yakni masa balita (0-5th), Masa

kanak-kanak (5-11th), Masa Remaja Awal (12-16th), Masa Remaja Akhir

(17-25th), Masa Dewasa Awal (26-35th) Masa Dewasa Akhir (36-45th),

Masa Lansia Awal (46-55th), Masa Lansia Akhir (56-65th), dan Masa

Manula (65 tahun ke atas). Sedangkan penelitian ini lebih menyempitkan

kategori usia ke dalam tiga kategori yakni 17-25 tahun dikategorikan remaja,

26-45 tahun dikategorikan dewasa, dan usia 46-65 tahun dikategorikan lansia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden mayoritas adalah

dewasa dan lansia dengan persentase yang sama yakni 47,1%.

Dengan bertambahnya usia seseorang maka akan terjadi perubahan

pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada aspek fisik

mematangkan perkembangan organ sedangkan aspek psikologis atau mental

mempengaruhi taraf berfikir seseorang sehingga semakin dewasa dan matang.

Namun, dengan meningkatnya usia, maka kemampuan otak untuk menangkap

Page 115: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

101

pengetahuan akan semakin menurun (Mubarak, dkk, 2007). Hasil tersebut

menunjukkan bahwa usia responden telah mengalami kematangan sehingga

dapat mempengaruhi taraf berfikir, namun kemampuannya untuk menangkap

atau menyerap pengetahuan dapat semakin menurun. Kategori usia dalam

penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam pertimbangan untuk

pembuatan program intervensi dan penentuan media penyuluhan terkait

masalah penjualan tahu berformalin.

Dalam kaitan pengetahuan tentang formalin ini dengan jenis kelamin,

diketahui bahwa jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan persentasenya

sama yakni 50%. Dengan demikian diketahui bahwa telah terjadi kesetaraan

gender terkait penjualan tahu. Berdasarkan kesamaan persentase antara laki-

laki dan perempuan tsb maka jika akan dilakukan pembinaan maupun

penyuluhan terkait formalin, sebaiknya menggunakan media yang dapat

diterima oleh laki-laki maupun perempuan.

Beberapa item pertanyaan akan dibahas untuk menggambarkan sedalam

apa pengetahuan responden tentang formalin. Item pertanyaan tersebut yakni

B6 terkait “Formalin termasuk golongan apa menurut peraturan pemerintah”.

Kemudian B3 tentang “ciri tahu berformalin”, dan B10 tentang “apa dampak

dan gejala akibat mengkonsumsi tahu berformalin”.

6.3.1. Pengetahuan Mengenai Golongan Formalin Menurut Peraturan

Pemerintah

Peraturan pemerintah terkait golongan formalin dan larangan

keberadaan formalin pada makanan sebenarnya merupakan wujud

Page 116: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

102

komitmen pemerintah dalam mencegah peredaran makanan berformalin

agar tidak terjadi dampak kesehatan di masyarakat. Hasil menunjukkan

bahwa responden paling banyak menjawab salah pada pertanyaan B6 terkait

“Formalin termasuk golongan apa menurut peraturan pemerintah” yakni

sebesar 70,6%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

responden sebenarnya belum optimal terkait formalin.

Banyak dari responden yang menyatakan tidak mengetahui dan

sebagian bingung, sebenarnya formalin diperbolehkan ada pada makanan

atau hanya boleh digunakan sebagai pengawet mayat. Pada sub-bab

sebelumnya telah dijelaskan beberapa tingkatan pengetahuan. Bahwa

tingkatan pertama dalam pengetahuan adalah tahu (Know). Tahu (Know)

diartikan sebagai recall atau mengingat memori yang sebelumnya telah

diamati (Notoatmodjo, 2010). Responden cenderung tidak mengetahui

terkait pertanyaan B6 dikarenakan kurang mengamati peraturan pemerintah

yang mengatur tentang larangan formalin pada makanan.

Padahal larangan keberadaan formalin pada makanan telah ditegaskan

pada peraturan SNI-01-0222-1995 tentang bahan tambahan makanan

Lampiran II. Kemudian Permenkes, nomor 472/Menkes/Per/V/1996 tentang

Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan. Kemudian, Permenkes

Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 yakni Larangan penggunaan bahan kimia

berbahaya seperti formalin dalam makanan. Menurut Tjahajana (2006),

peraturan pemerintah terkait larangan keberadaan formalin pada makanan

ini bertujuan untuk melindungi konsumen dari dampak kesehatan akibat

makanan tersebut

Page 117: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

103

Menurut teori Notoatmodjo (2007), upaya peraturan pemerintah

tersebut termasuk dalam kategori Enforcement (tekanan) yang bertujuan

untuk mengubah perilaku masyarakat agar berperilaku sehat dengan cara

tekanan melalui UU, PP, dan Intruksi pemerintah. Biasanya upaya dengan

pendekatan tersebut lebih cepat mengubah perilaku namun tidak langgeng

(sustainable), karena perubahan perilaku yang dihasilkan dengan cara ini

tidak didasari oleh pengertian dan kesadaran yang tinggi terhadap tujuan

perilaku tersebut. Responden dalam penelitian ini mungkin sebagian

mengetahui peraturan pemerintah yang melarang formalin pada makanan

namun mereka hanya sekedar mengetahui dan belum sadar akan bahayanya.

Selain itu, hanya dengan mengetahui peraturan pemerintah mengenai

larangan formalin dan golongan formalin, tidak dapat mengubah perilaku

secara langgeng (sustainable), sehingga perlu penyadaran dengan dilakukan

penyuluhan kesehatan terkait hal tersebut agar perilaku yang dihasilkan

langgeng.

Salah satu hal yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang

terkait peraturan pemerintah adalah pendidikan formal. Hal ini tergambar

dalam item pernyataan B6 ini, karena salah satu dari responden yang lulusan

perguruan tinggi mengetahui peraturan pemerintah terkait larangan

penggunaan formalin dan formalin termasuk golongan apa. Mayoritas

responden dalam penelitian ini tamatan SMP, sehingga pengetahuan mereka

mungkin belum mendalam mengenai peraturan pemerintah tentang

formalin. Responden yang tidak mengetahui peraturan tentang formalin

mungkin juga dipengaruhi karena kurangnya pengetahuan terkait bahan

Page 118: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

104

tambahan makanan, hal ini juga nantinya terkait pertanyaan sikap C5 terkait

pengawet, karena hasil kali lickert menunjukkan kecenderungan sikap

responden ragu terhadap C5.

6.3.2. Pengetahuan Mengenai Ciri Tahu Berformalin

Hasil penelitian terkait item pertanyaan B3 tentang “ciri tahu

berformalin” menunjukkan masih ditemukannya pengetahuan yang kurang

karena sebesar 38,2% salah menjawab. Menurut, BPOM RI (2006), ciri-ciri

tahu yang mengandung formalin antara lain tidak rusak sampai 3 hari pada

suhu ruangan (25C) dan bertahan lebih dari 15 hari pada lemari es, tahu

telampau keras namun tidak padat, bau agak menyengat. Pengetahun

tentang ciri tahu berformalin ini menjadi sangat penting untuk dapat

mencegah penjualan tahu berformalin. Responden mayoritas hanya

mengetahui teori tentang ciri-ciri tahunya saja dan belum pernah

membandingkan langsung antara ciri-ciri tahu berformalin dan tidak.

Sehingga mereka bingung dalam menjawab dan menyebabkan sebagian

jawaban dari responden salah.

Komunikasi persuasi dua arah dalam penyuluhan kesehatan

dibutuhkan guna mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan

secara langsung terkait rantai kausal yang sama (Mc guire dalam Fitriani,

2011). Dalam hal ini komunikasi persuasi dua arah perlu dilakukan terhadap

responden yang pengetahuannya rendah dan tidak dapat membedakan ciri

tahu berformalin. Hal tersebut bertujuan agar tingkatan pengetahuan

responden tentang ciri tahu berformalin sampai pada tingkatan ke 6 yakni

Page 119: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

105

evaluasi (evaluation) atau berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Dengan demikian, maka kemungkinan penjualan tahu berformalin dapat

semakin dicegah.

Bagi pembeli maupun peneliti membuktikan ciri-ciri tahu berformalin

yang beredar di pasaran tidaklah mudah. Faktanya dilapangan, ciri-ciri tahu

berformalin sulit diketahui jika tahu belum dibeli, sebab sebagian tahu di

kemas oleh plastik dan tidak boleh dibuka plastiknya, di tekan atau di

pegang-pegang apalagi dicium baunya sebelum membelinya. Sekalipun ada

tahu yang tidak di kemas dengan plastik, dan diizinkan untuk di pegang dan

dicium, terkadang melalui penciuman saja tidak terdeteksi, karena kondisi

pasar tradisional terkadang lebih bau sehingga tidak tercium bau menyengat

formalin itu. Penjual tahu juga menuturkan bahwa mereka jarang bahkan

tidak pernah mencium salah satu sampel tahu yang dijualnya saat mereka

terima dari produsen. Sehingga dibutuhkan tools atau alat pendeteksi

formalin atau uji laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya kandungan

formalin.

Pengetahuan mengenai ciri tahu berformalin juga dapat berasal dari

pengalaman lama berjualan tahu. Hasil menunjukkan bahwa responden

mayoritas berjualan 1-5 tahun dengan persentase sebanyak 52,9%. Dengan

demikian, pengalaman dapat dikatakan baru dalam berjualan tahu.

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman dapat

menimbulkan kesan sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan

Page 120: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

106

seseorang dan hal tersebut yang akhirnya dapat membentuk sikap baik

positif maupun negatif seseorang. Semakin lama pengalaman atau kejadian

yang dialami oleh seseorang maka akan semakin banyak pengalaman yang

didapatkannya (Mubarak, dkk, 2007). Namun karena mayoritas responden

dalam penelitian ini belum lama berjualan tahu, kemungkinan pengalaman

mereka dalam mendapati tahu yang mengandung formalin cenderung lebih

sedikit dibandingkan dengan yang sudah berpuluh-puluh tahun berjualan

tahu. Sehingga hal tersebut mempengaruhi pengetahun mereka tentang ciri

tahu berformalin.

Mayoritas responden dalam penelitian ini juga tidak membuat tahunya

melainkan dari supplier, ketika ditanyakan terkait apakah memang

penambahan formalin itu adalah resep, kebanyakan menjawab tidak tahu,

karena mereka hanya sebagai penjual bukan produsen pembuat. Sedangkan

responden yang membuat sendiri mengakui bahwa mereka tidak

menambahkan formalin dan formalin bukanlah resep keluarga. Namun tidak

diketahui sedalam apa kejujuran mereka terkait hal ini, karena peneliti tidak

mengikuti tahap proses pembuatan tahu.

6.3.3. Pengetahuan Mengenai Dampak Kesehatan Akibat Mengkonsumsi

Tahu Berformalin

Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan formalin dapat

menimbulkan dampak kesehatan jika dikonsumsi. Hasil menunjukkan

bahwa pengetahuan responden terkait pertanyaan B4 “apakah formalin

berbahaya bagi kesehatan” sebanyak 91,2% menjawab benar. Namun saat

Page 121: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

107

ditanyakan pertanyaan B5 tentang “mengapa formalin berbahaya” sebesar

44,1% menjawab salah. Sama halnya seperti pertanyaan B9 terkait “adakah

akibat setelah mengkonsumsi tahu berformalin”, responden sebesar 85,3%

menjawab benar. Namun saat ditanya pertanyaan B10 tentang “apa dampak

dan gejala akibat mengkonsumsi tahu berformalin” sebanyak 47,1% salah

menjawab. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan responden

mengenai dampak formalin bagi kesehatan belum optimal.

Berdasarkan dampak serius formalin terhadap kesehatan, maka

penelitian ini berusaha untuk mengetahui bagaimana persentase

pengetahuan responden terkait dampak kesehatan jika mengkonsumsi tahu

formalin. Dampak kesehatan akibat mengkonsumsi makanan berformalin

antara lain muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah,

bahkan kematian akibat kegagalan peredaran darah (Cahanar et al, 2006).

Formalin juga diketahui sebagai zat beracun, karsinogen (penyebab kanker),

mutagen (penyebab perubahan sel, jaringan tubuh), korosif dan iritatif. Pada

wanita konsumsi makanan mengandung formalin dapat menyebabkan

gangguan mentruasi dan infertilitas (kemandulan) (Sari, 2008).

Diketahui bahwa pengetahuan responden mengenai dampak formalin

bagi kesehatan belum optimal. Hal ini mungkin karena tingkatan dalam

pengetahuan belum dipenuhi. Menurut Notoatmodjo (2010) ada beberapa

tingkatan dalam pengetahuan yang nantinya mempengaruhi terbentuknya

tindakan/perilaku. Tingkatan pertama yakni tahu (know) yakni mengingat

memori yang sebelumnya telah diamati. Kemudian yang kedua yakni

memahami (comprehension). Memahami suatu objek bukan sekedar tahu

Page 122: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

108

objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi harus dapat

menginterpretasikan secara benar objek yang diketahui tersebut. Responden

dalam penelitian ini belum sampai pada tahap memahami (comprehension),

yakni mereka belum mampu menjelaskan mengapa formalin itu berbahaya

dan apa akibatnya

Berdasarkan penelitian Heryani, dkk (2011), diketahui bahwa paparan

formalin menyebabkan penurunan sel spermatogenik pada mencit. Selain itu

pemberian formalin peroral dosis bertingkat selama 12 minggu

menyebabkan terjadinya histopatologis gaster tikus wistar, perubahan yang

terlihat berupa deskuamasi epitel, erosi epitel dan ulseri epitel (Katerina,

2012). Kemudian, penggunaan jangka panjang formalin pada manusia juga

dapat menyebabkan kanker mulut dan tenggorokan (Sartono, 2001). Selain

itu seseorang mungkin hanya mampu bertahan 48 jam setelah

mengkonsumsi dosis fatal formalin yakni 60-90ml (Anwar dan Khomsah,

2008). Mengingat dampaknya yang tidak langsung terlihat tersebut,

sehingga sebagian responden menganggap bahwa dampak dari

mengkonsumsi tahu berformalin tidak perlu dikhawatirkan, hal tersebut juga

terlihat dari mimik responden saat diwawancara. Sehingga sebagian dari

responden mengaku tidak masalah jika tahunya ada yang mengandung

formalin.

Pentingnya peningkatan pengetahuan terkait dampak kesehatan akibat

mengkonsumsi tahu berformalin, agar para penjual tahu mengetahui dan

sadar bahwa formalin merupakan zat berbahaya yang dapat merugikan

pengkonsumsinya dalam jangka panjang. Menurut Fitriani (2011),

Page 123: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

109

penyuluhan kesehatan yang berisi promosi dan pendidikan kesehatan sangat

berperan dalam peningkatan pengetahuan mengenai dampak akibat formalin

tersebut. Penggunaan media seperti video perjalanan dari pemaparan awal

formalin hingga terjadinya penyakit serta target organ dari formalin dapat

membantu menjelaskan betapa bahayanya formalin pada makanan jika terus

dikonsumsi. Hal penting lain yang dapat membantu untuk mencegah

peredaran makanan berformalin selain peningkatan pengetahuan dan

kesadaran adalah penyediaan tools atau alat untuk mendeteksi formalin

dengan harga yang murah, sehingga para penjual tahu dapat dengan mudah

mengecek apakah tahu yang akan dijualnya mengandung formalin.

6.4. Sikap Penjual Tahu Terhadap Informasi Bahaya Formalin

Sikap merupakan variabel yang perlu diamati karena sikap dapat

menjadi dasar untuk terbentuknya perilaku. Berdasarkan skala lickert

penilaian pendapat sikap terbagi menjadi 5 kategori yakni: sangat setuju;

setuju; ragu-ragu; tidak setuju; dan sangat tidak setuju (Sugiyono, 2009).

Pada kuesioner ini sikap diukur menggunakan skala lickert dengan gradasi

pertanyaan dari yang sangat positif menuju ke yang sangat negatif. Sikap

positif artinya perilaku baik yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma

kehidupan yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan sikap negatif adalah

sikap yang tidak seseuai dengan nilai dan norma-norma kehidupan yang

berlaku dalam masyarakt atau bahkan bertentangan (Purwanto, 1998).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang cenderung

memiliki sikap positif sebanyak 64,7%, sedangkan yang memiliki sikap

Page 124: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

110

negatif sebesar 35,3%. Namun kenyataanya masih ditemukan sebesar 46,6%

tahu mengandung formalin. Dengan demikian sikap positif belum tentu

menghasilkan tindakan positif atau baik. Penelitian Habibah (2013), juga

menunjukkan hal yang sama bahwa sikap positif justru menjual makanan

berformalin, dan sebaliknya sikap negatif justru tidak menjual.

Sikap menurut Notoatmodjo (2007), merupakan respon yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus tetapi melibatkan faktor pendapat dan

emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, positif-

negatif, dsb). Perbedaan antara sikap dan perilaku dari responden dapat

disebabkan oleh adanya suatu reaksi tertutup responden terhadap peneliti

sehingga informasi yang didapat mungkin kurang dapat menggambarkan

keadaan yang sebenarnya. Kemungkinan para responden bersikap positif

untuk menutupi perilaku penjualan tahu berformalin yang dilakukannya.

Jika dilihat dari item pernyataan sikap tertentu, akan tergambar pernyataan

mana yang sebenarnya masih belum diketahui responden.

Respon tertutup yang mungkin menyebabkan sebagian responden

tidak jujur dalam menjawab mungkin terkait dengan nilai, salah satunya

nilai keagamaan. Menurut Hakim (2012), nilai tak hanya dijadikan rujukan

untuk bersikap dan berbuat, tapi juga dijadikan ukuran benar tidaknya suatu

fenomena perbuatan dalam masyarakat. Salah satu nilai yang terkait dengan

sikap yang dapat mempengaruhi perilaku adalah nilai keagamaan, yang

dalam hal ini berkaitan dengan kejujuran responden. Jika nilai

keagamaannya tinggi maka apabila si penjual tahu mengetahui bahwa tahu

berformalin berbahaya bagi kesehatan maka tidak akan di jual.

Page 125: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

111

Selain itu sikap juga terbentuk dari 3 komponen yakni komponen

afektif (perasaan), kognitif (pemikiran), dan perilaku (Waluyo, 2000).

Dalam penelitian ini responden cenderung memiliki sikap positif yakni tidak

setuju keberadaan formalin, dapat dikarenakan komponen afektif (perasaan)

ketakutan jika respon tertutupnya diketahui kebenarnanya, sehingga

menyebabkan responden berfikir untuk menutupinya dengan sikap positif.

Menurut Fitriani (2011), sikap terdiri dari beberapa tingkatan yakni

menerima (receiving), merespon (responding), menghargai (valuing), dan

bertanggungjawab (responsible). Dalam penelitian ini, responden telah

mencapai tingkatan kedua yakni merespon (responding), karena responden

mau memberikan jawaban saat ditanya, dan mengisi kuesioner saat diminta

mengisinya. Namun saat diajak mendiskusikan terkait formalin, responden

cenderung tertutup dan menolak, sehingga belum sampai pada tingkatan

menghargai (valuing), yakni bersedia mendiskusian suatu masalah.

Pada pernyataan C5 tentang “penggunaan bahan pengawet dapat

meningkatkan kualitas tahu”, skor hasil kali skala lickert menunjukkan hasil

94 yakni cenderung dari ragu-ragu mengarah ke tidak setuju. Kemudian

sebesar 50% responden tidak setuju jika penggunaan bahan pengawet dapat

meningkatkan kualitas tahu. Padahal menurut teori Suprapti (2005), tujuan

penggunaan bahan tambahan pengawet makanan adalah untuk

meningkatkan kualitas tahu yang dihasilkan, namun bahan pengawet itu

sendiri haruslah bahan pengawet yang diizinkan penggunaannya

berdasarkan SNI-01-0222-1995.

Page 126: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

112

Pada penelitian ini, responden cenderung ragu-ragu mengarah ke tidak

setuju dengan penggunaan bahan pengawet, karena mereka menganggap

bahwa penggunaan bahan pengawet tidaklah baik. Saat ditanya tentang hal

tersebut kebanyakan dari responden menganggap bahan pengawet adalah

unsur kimia yang tidak baik bagi kesehatan jika di konsumsi, jadi tidak

boleh ada dalam makanan seperti tahu. Menurut Suprapti (2005),

sebenarnya bahan pengawet ada yang alami seperti garam atau kunyit dan

juga ada pengawet sintesis yang diizinkan penggunaannya pada makanan

dengan dosis yang telah ditentukan, sehingga bahan pengawet dapat

membantu dalam meningkatkan kualitas tahu. Responden juga mengakui

tidak mengerti tentang bahan tambahan makanan karena mereka tidak

pernah mendengar berita tentang itu dan juga tidak pernah mengikuti

pelatihan tentang bahan tambahan makanan. Hal tersebut yang mungkin

menyebabkan mereka tidak mengetahui sebenarnya sebagian pengawet ada

yang diperbolehkan penggunanannya.

Kemudian sikap responden terkait pernyataan C7 tentang

“penggunaan formalin pada tahu di perbolehkan” menunjukkan hasil tidak

setuju sebanyak 67,6% dengan skor hasil kali skala likert sebesar 142

menunjukkan tidak setuju mengarah ke sangat tidak setuju. Hal ini sesuai

dengan larangan yang telah di sebutkan dalam SNI-01-0222-1995 tentang

bahan tambahan makanan Lampiran II yang melarang keberadaan formalin

pada makanan. Tetapi kenyataanya, dalam penelitian ini masih ditemukan

sebesar 46,6% tahu mengandung formalin. Penelitian Habibah (2013) juga

menunjukkan hal yang serupa yakni para responden yang setuju bahwa

Page 127: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

113

formalin tidak diperbolehkan memiliki sikap yang berbanding terbalik

dengan praktik yang dilakukan. Pada penelitian tersebut responden yang

memiliki sikap positif justru menjual makanan berformalin.

Dari yang peneliti amati, ada sebagian responden yang ekspresi saat

ditanya tentang formalin menjawab santai, tetap ramah, dan tenang,

mungkin karena mereka memang tidak mengetahui tahu yang mereka jual

mengandung formalin atau tidak. Akan tetapi ada sebagian juga yang seperti

merasa ketakutan, tidak santai, dan langsung berubah ekspresi wajahnya

menjadi acuh dan menjawab agak sinis, mungkin karena sebenarnya

sebagian dari mereka mengetahui bahwa tahu yang mereka jual berformalin

namun mereka berusaha menutupinya.

Selain itu, sikap responden terkait pertanyaan C10 tentang “makan

tahu berformalin baik untuk kesehatan” menunjukkan hasil tidak setuju

sebanyak 61,8%, dengan skor hasil kali skala likert sebesar 147

menunjukkan tidak setuju mengarah ke sangat tidak setuju. Hal ini sesuai

dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa mengkonsumsi

formalin dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Formalin juga

diketahui sebagai zat beracun dan karsinogen (menyebabkan kanker) (Sari,

2008).

Sikap responden cenderung tidak setuju mengarah ke sangat tidak

setuju terhadap pernyataan “makan tahu berfomalin baik untuk kesehatan”,

menunjukkan hal yang baik. Mereka bersikap demikian mungkin karena

sebelumnya telah mengetahui bahwa ada dampak jika mengkonsumsi

makanan berformalin. Namun sebagian besar dari mereka belum

Page 128: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

114

mengetahui secara mendalam dampaknya seperti apa dan seberapa

berbahayanya. Hal tersebut memang karena disebabkan dampaknya yang

akumulatif, jadi tidak langsung terlihat.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, formalin merupakan bahan

berbahaya yang dilarang penggunaannya pada makanan. Sikap yang

seharusnya dimiliki oleh seseorang terhadap formalin adalah tidak

menjualnya atau menolak penggunaan formalin pada makanan. Sehingga

dapat diasumsikan dalam penelitian ini sikap tidak setuju terhadap

keberaaan formalin pada makanan adalah sikap yang harus ditanamkan

dalam diri masyarakat. Dengan adanya sikap tidak setuju pada diri

seseorang akan membuat dirinya menjauhi atau tidak menjual tahu

berformalin.

Sesuai dengan teori Maulana (2009) sikap merupakan reaksi yang

masih tertutup terhadap suatu objek yang merupakan kecenderungan untuk

berkelakukan (berperilaku) dengan pola-pola tertentu, terhadap objek. Sikap

merupakan respon dalam bentuk abstrak yang belum dapat dilihat, sehingga

masih memungkinkan untuk responden berbohong. Dalam penelitian ini,

jika seseorang memiliki sikap positif yang berasal dari pengetahuan dan

kesadaran akan bahaya suatu zat, maka kemungkinan akan mempengaruhi

orang tersebut untuk berperilaku baik. Perilaku yang diharapkan dari sikap

positif dan pengetahuan yang baik adalah tidak menjual tahu berformalin

agar terhindar dari dampak negatif bagi kesehatan.

Page 129: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

115

6.5.Perilaku Penjual Tahu

Pada variabel ini, dilakukan wawancara dengan menggunakan

kuesioner untuk mengetahui indikasi perilaku penjualan tahu berformalin.

Menurut Notoadmodjo (2012), pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan

pengukuran perilaku secara tidak langsung. Pengukuran perilaku secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan

yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall).

Selain wawancara juga dilakukan uji laboratorium terhadap sampel

tahu yang dijual untuk membuktikan responden menjual tahu berformalin

atau tidak. Sehingga hasil yang didapatkan dari varibel perilaku tidak hanya

berasal dari kuesioner responden melainkan juga dari hasil uji laboratorium.

Jika satu dari ketiga jenis tahu (tahu putih, tahu kuning, tahu coklat) yang

diambil sebagai sampel mengandung formalin maka dikategorikan perilaku

menjual tahu berformalin. Sedangkan jika semua dari tahu yang dijual tidak

mengandung formalin, maka tidak dikategorikan menjual tahu berformalin.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 73,5% termasuk

kedalam kategori menjual tahu berformalin. Sedangkan yang benar-benar

tidak menjual tahu berformalin hanya sebanyak 26,5%. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian Habibah (2013), yang menunjukkan bahwa

responden yang berpengetahuan baik dan memiliki sikap positif justru

melakukan praktik penjualan makanan berformalin. Namun, hal tersebut

bertentangan jika dibandingkan dengan penelitian Permanasari (2010) dan

Habsah (2012) yang menunjukkan bahwa pengetahuan yang kurang dan

Page 130: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

116

sikap yang negatif dapat menyebabkan praktik penggunaan dan penjualan

makanan berformalin.

Menurut teori Lawrence Green (1991) faktor perilaku dipengaruhi

oleh faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Adapun

faktor predisposisi dalam hal ini yakni pengetahuan dan sikap. Menurut

Notoadmodjo (2012), pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati melalui

sikap dan tindakan. Namun tidak berarti perilaku hanya dapat dilihat dari

sikap dan tindakan saja. Perilaku bisa saja bersifat potensial yaitu dari

bentuk penelitian, motivasi dan persepsi. Dengan persepsi individu

menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di

sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang

bersangkutan (Sunaryo, 2004). Ada 3 komponen utama dalam proses

persepsi yakni seleksi, interpretasi (penafsiran), dan diterjemahkan kepada

bentuk tingkah laku (Sobur, 2009). Persepsi dalam penelitian ini tergambar

dari pertanyaan pengetahuan dan sikap, berdasarkan pengetahuan terlihat

bahwa dari beberapa item pertanyaan tertentu seperti formalin golongan apa

menurut PP masih banyak salah menjawab dan sikap terkait penambahan

bahan pengawet pada makanan kebanyakan responden cenderung ragu-ragu

kea rah tidak setuju. Padahal sebenarnya ada pengawet yang diperbolehkan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa persepsi pada tahap interpretasi

(penafsiran) responden belum sepenuhnya benar. Sehingga hal ini

menimbulkan perbedaan dengan perilaku.

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui perilaku sebenarnya dari

responden juga dilakukan uji laboratorium yang bertujuan untuk

Page 131: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

117

membuktikan jawaban dari kuesioner dan hasil wawancara. Hasil uji

laboratorium merupakan fakta dari keadaan sebenarnya yang dilakukan oleh

seseorang, sehingga dapat menjadi dasar untuk membuktikan perilaku

seseorang.

Kemungkinan terjadi perbedaan jawaban kuesioner dengan hasil uji

laboratorium dikarenakan tahu yang dijual tidak dibuat sendiri oleh penjual

melainkan berasal dari supplier. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

tahu yang mengandung formalin tersebut seluruhnya berasal dari penjual

tahu yang tidak memproduksinya sendiri. Namun, ada satu yang

memproduksi sendiri yang juga terbukti mengandung formalin. Berdasakan

hasil (diagram 5.4) menunjukkan 91,2% berasal dari supplier dan 8,8%

membuat sendiri. Ketidaktahuan responden tentang ada atau tidaknya

kandungan formalin pada tahu yang dijualnya, dapat disebabkan karena

belum terjadi proses Awareness (kesadaran) dalam diri responden terkait hal

tersebut. Menurut Notoatmodjo (2007), Awareness (kesadaran) merupakan

tahap dimana seseorang menyadari atau mengetahui terlebih dahulu

terhadap stimulus (objek).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan daerah supplier tahu yang dapat

membantu dalam pencarian akses geografis ke sumber tahu berformalin

yang sebenarnya. Hasil menunjukkan bahwa supplier tahu berasal dari

daerah Kopti Semanan dan juga daerah Tangerang (diagram 5.5). Terlihat

bahwa supplier tahu kebanyakan berasal dari daerah Tangerang jika

dibandingkan dari Kopti (komplek pembuat tahu & tempe indonesia) daerah

Semanan. Menurut Hartati (2007), akses geografis menjadi penting untuk

Page 132: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

118

diketahui agar dikemudian hari dapat ditindaklanjuti oleh pihak yang

berwenang seperti petugas kesehatan dan pemerintah setempat.

Akses geografis yakni jarak ke produsen telah digambarkan dalam

penelitian ini, karena wilayah supplier tahu berasal dari radius yang tidak

jauh yakni berasal dari daerah setempat yakni Kopti Semanan dan daerah

Kota Tangerang. Daerah Semanan Jakarta Barat, merupakan daerah yang

berbatasan langsung dengan daerah Kota Tangerang, sehingga sebagian

supplier tahu yang menyuplai ke Pasar Daerah Semanan juga berasal dari

daerah Tangerang. Menurut Nurwening (2012), akses ke supplier tahu atau

produsen ditentukan oleh akses geografis dan akses sosial. Akses geografis

yakni jarak dan waktu ke lokasi layanan. Dalam hal ini, akses geografis

yakni jarak dan waktu ke produsen tahu. Sedangkan akses sosial

mengandung dua pengertian yakni bisa diterima dan dijangkau. Akses yang

mudah diterima lebih mengarah pada faktor psikologis dan sosial budaya,

sedangkan dapat dijangkau lebih ke arah finansial dan ekonomi.

Dengan diketahui bahwa daerah supplier juga dari kota lain yang

masih dekat jaraknya dengan lokasi penelitian, hal ini menunjukkan bahwa

perbatasan geografis wilayah tidak menyebabkan terbatasnya interaksi antar

masyarakat antar daerah. Sehingga peran Pemerintah Daerah (PEMDA)

antar daerah dalam pengawasan keamanan pangan khususnya peredaran

tahu berformalin menjadi faktor penting untuk mengawasi peredaran

makanan berformalin. Menurut Hartati (2007), peran pemerintah seperti

dinas kesehatan setempat, sangat dibutuhkan untuk mengawasi peredaran

makanan berformalin.

Page 133: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

119

Indikasi penjualan tahu berformalin penting untuk diketahui karena

dapat menjadi dasar dalam mengungkap penjualan makanan berformalin.

Kesamaan antara tahu yang dijual dan dikonsumsi keluarga responden, daya

tahan tahu yang dijual, perlakuan jika tahu bersisa, dan adakah teman yang

mengajak berjualan tahu merupakan pertanyaan yang dapat membantu

untuk mengetahui indikasi penjulan tahu berformalin.

6.5.1. Identifikasi Perilaku Penjual Tahu Mengenai Tahu Berformalin

Jika dilihat berdasarkan identifikasi antara kesamaan jenis tahu yang

dijual dan dikonsumsi responden, diketahui bahwa sebanyak 82,4%

menyatakan tidak ada perbedaan antara tahu yang dijual dengan yang

dikonsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa tahu yang responden makan

dengan yang responden jual sama. Hal tersebut dapat terjadi karena

sebelumnya telah diketahui bahwa mayoritas responden tidak membuatnya

sendiri. Sehingga selain pembeli yang terpapar formalin, kemungkinan

sebagian penjual dan keluarganya juga ada yang terpapar formalin karena

tahu yang dijual mengandung formalin.

Menurut Suprajitno (2004), keluarga merupakan faktor penguat bagi

seseorang dalam melakukan suatu tindakan, karena keluarga berfungsi dapat

memberikan dukungan emosisonal dan keluarga juga terkadang menjadi

latar belakang dari baik buruknya suatu perbuatan. Hal tersebut yang

menyebabkan peneliti menggunakan pertanyaan kesamaan tahu yang dijual

dengan yang di konsumsi keluarga, untuk mengetahui indikasi penjualan

tahu berformalin. Biasanya seorang yang telah mengetahui, tahu yang

Page 134: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

120

dijualnya mengandung formalin, akan cenderung melindungi keluarga untuk

tidak memakan tahu yang dijualnya. Sehingga pertanyaan ini dapat

digunakan untuk mengetahui indikasi penjualan tahu berformalin.

Responden yang menjawab “sama”, mungkin memang tidak

mengetahui bahwa tahunya mengandung formalin. Tapi mungkin juga

karena ada sebagian responden yang sengaja tidak jujur dalam pertanyaan

ini, agar tidak diketahui bahwa dia menjual tahu berformalin. Sedangkan

sebagian responden yang menyatakan berbeda antara tahu yang dikonsumsi

dan tahu yang dijual, menimbulkan kecurigaan indiaksi penjualan tahu

berformalin.

Berdasarkan identifikasi dari daya tahan tahu, sebanyak 91,2%

responden mengakui tahunya bertahan hanya 1-2 hari. Namun pada

kenyataannya, ada beberapa sisa sampel tahu yang peneliti letakan di luar

lemari pendingin (suhu ruangan) karena lemari pendingin kapasitasnya

penuh, tetap bertahan hingga hari ke tiga bahkan ada yang bertahan hingga

hari ke empat. Selain itu, kondisi tahu masih terlihat segar, tidak berlendir,

tidak bau asam, teksturnya masih padat, dan tidak ada jamur. Padahal

berdasarkan teori yang dikemukakan BPOM (2006), tahu hanya dapat

bertahan kurang dari 3 hari artinya hanya bertahan maksimal 2 hari pada

suhu kamar. Hal ini terjadi mungkin disebabkan karena rendahnya

pengetahuan tentang tanda kerusakan tahu (basi), sehingga ada sebagian

tahu yang belum mengalami kerusakan tetapi dinyatakan telah rusak (basi)

oleh responden.

Page 135: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

121

Hasil juga menunjukkan bahwa 50% responden salah dalam

menjawab pertanyaan tanda kerusakan tahu (basi). Hal tersebut

membuktikan bahwa sebenarnya masih ada sebagian responden yang

berpengetahuan rendah terkait tanda kerusakan tahu (basi). Menurut

Astawan (2009), tahu sebenarnya merupakan bahan makanan yang sangat

rentan rusak sehingga digolongkan sebagai high perishable food. Secara

organoleptik tanda-tanda yang dapat digunakan untuk mengetahui telah

terjadinya kerusakan tahu antara lain adalah rasa asam, bau masam sampai

busuk, permukaan tahu berlendir, tekstur menjadi lunak, kekompakan

berkurang, dll.

Indikasi lain yang diidentifikasi yakni perilaku yang dilakukan jika

tahu bersisa. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 44,1% menjawab

“lainnya”, artinya di olah kembali atau diberikan ke orang lain seperti

tetangga dan warteg dekat rumah. Tetapi sebanyak 14,7% menyatakan

dikembalikan lagi ke supplier. Responden yang menjawab dikembalikan

lagi ke supplier mengaku tidak mengetahui tahu yang bersisa itu akan di

buat apa oleh supplier, sehingga menimbulkan indikasi kecurigaan diolah

kembali tahu tersebut mengandung formalin dan akan dijual kembali.

Indikasi selanjutnya yakni faktor teman yang mengajak berjualan

tahu. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 35,3% menyatakan berjualan

tahu karena ada ajakan teman. Menurut Notoatmodjo (2010), teman menjadi

faktor penguat terjadinya perilaku. Jika temannya tidak menjual tahu

berformalin kemungkinan responden juga tidak melakukannya karena tidak

Page 136: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

122

ada faktor penguatnya. Responden akan cenderung takut jika ternyata hanya

sendiri dalam melakukan penjualan tahu berformalin.

Peneliti juga mengidentifikasi perilaku penjual tahu yang akan

dilakukan responden seandainya mereka telah mengetahui tahu yang

dijualnya berformalin, apa akan tetap dijual. Hasil menunjukkan sebanyak

23,5% menjawab iya dan sebanyak 76,5% menjawab tidak. Responden yang

menjawab tidak menunjukkan keinginan untuk tidak menjual tahu

berformalin, jika dikaitkan dengan jawaban sikap berbanding lurus, Sikap

responden cenderung tidak setuju dengan penggunaan formalin. Responden

yang menjawab iya tetap akan dijual menimbulkan indikasi mendukung

penjualan tahu berformalin, hal ini merupakan perilaku yang tidak baik.

Selain itu, peneliti mencoba untuk mengetahui apakah benar ciri tahu

berformalin baunya itu menyengat, maka peneliti mencium beberapa tahu

yang berdasarkan hasil uji mengandung formalin, dan ternyata sebagian

besar memang benar memiliki bau menyengat seperti bau menyengat cat

dan juga teksturnya tidak padat tapi keras, ketika dibanting tidak mudah

hancur seperti jelly. Namun jika tahu bersebut dibelah secara diagonal

menjadi 4 bagian, bagian tengah tahu yang mengandung formalin terkadang

mudah hancur, hal tersebut menunjukkan kemungkinan formalin belum

menyerap ke bagian tengah tahu. Pada sebagian tahu khususnya tahu kuning

dan coklat, bau formalin tidak terlalu menyengat dan terkadang sulit

diketahui cirinya berdasarkan bau, dari teksturnya pun sulit diketahui, hanya

dapat dibuktikan dengan uji laboratorium.

Page 137: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

123

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

1) Tahu yang dijual di Pasar Daerah Semanan sebanyak 46,6%

mengandung formalin.

2) Pengetahuan penjual tahu di pasar daerah Semanan Jakarta Barat

terhadap formalin berada pada kategori rendah sebesar 38,2% dan

kategori tinggi sebesar 61,8%. Dengan persentase 38,2% salah

menjawab tentang ciri tahu berformalin. Kemudian sebesar 70,6% salah

menjawab pertanyaan golongan formalin pada tahu menurut PP, dan

sebesar 47,1% salah menjawab pada pertanyaan dampak formalin yang

ada di tahu bagi kesehatan.

3) Sikap penjual tahu 35,5% negatif dan 64,7% positif. Selain itu,

sebanyak 67,6% menyatakan tidak setuju terhadap keberadaan formalin

(C7) pada tahu di Pasar Daerah Semanan Kalideres

4) Perilaku penjualan tahu berformalin sebanyak 73,5% menjual tahu

berformalin, karena salah satu dari jenis tahu yang dijual menunjukkan

hasil positif mengandung formalin saat di tes di laboratorium.

7.2. Saran

7.2.1. Saran Bagi Masyarakat

a. Dengan ditemukannya tahu yang mengandung formalin, diharapkan

masyarakat dapat lebih cermat dalam mengenali mana tahu yang

Page 138: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

124

berformalin berdasarkan ciri fisiknya dan baunya. Usahakan

membeli tahu yang tidak di bungkus kemasan plastik dan belilah

pada penjual yang mengizinkan jika tahunya di pegang dan cium

baunya terlebih dahulu. Selain itu, jika masyarakat mendapati

tahunya mengandung formalin, sebaiknya masyarakat melaporkan

kasus tersebut ke YLKI untuk mendapatkan haknya sebagai

konsumen dengan mendapatkan makanan yang aman.

b. Diharapkan bagi para penjual tahu lebih cerdas dalam mengenali ciri

tahu berformalin dan memperbolehkan konsumen memilih,

memegang tahu serta mencium tahu yang akan dibelinya.

c. Diharapkan bagi para produsen tahu untuk lebih menambah

pengetahuan bahwa formalin merupakan bahan pengawet yang

dilarang karena bahayanya bagi kesehatan, agar tidak merugikan

penjual tahu dan juga konsumen tahu khususnya dari segi kesehatan.

7.2.2. Saran Bagi Pemerintah

a. Sebaiknya BPOM dan dinkes setempat memberikan sangsi tegas

dengan menyita tahu yang terbukti berformalin dari penjual tahu.

b. Perlu penyelidikan lebih lanjut oleh pihak kepolisian ke produsen

yang memproduksi tahu berformalin. Kemudian berikan sanksi tegas

jika terbukti menggunkan formalin dalam produksi tahunya.

c. BPOM RI perlu meningkatkan pengawasan terhadap keamanan

makanan langsung ke setiap pasar, khususnya bagi makanan yang

tingkat konsumsi di masyarakatnya tinggi seperti tahu.

Page 139: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

125

d. Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag) perlu

mengawasi penjualan formalin agar tidak disalahgunakan untuk

mengawetkan makanan.

e. Perlu pengawasan antar PEMDA, dalam mengawasi peredaran

makanan berformalin, sebab walau secara batas geografis terpisah

daerah tetapi interaksi jual-beli masyarakat tidak dapat dipisahkan.

f. Perlu adanya pengawasan dari pihak Dinkes setempat untuk

menyelidiki keamanan pangan di wilayahnya khususnya pangan

jenis tahu yang mengandung formalin. Dan memberikan penyuluhan

kepada penjual tahu serta masyarakat mengenai dampak akumulatif

yang serius jika makanan berformalin terus dikonsumsi. Kemudian

memberikan penyuluhan langsung ke penjual tahu dengan

menunjukkan perbedaan langsung antara tahu berformalin

g. BPOM dan Dinkes setempat perlu mensosialisasikan tools atau alat

pendeteksi formalin yang sederhana, mudah digunakan dan murah,

agar penjual tahu dapat mengecek tahu yang di supply bebas dari

formalin / tidak.

7.2.3. Saran Bagi Lembaga Konsumen

YLKI sebaiknya membantu dalam mempertegas hak

perlindungan konsumen mengingat dampak negatif yang

membahayakan kesehatan akibat tahu berformalin.

Page 140: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

126

7.2.4. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat melihat kadar formalin

secara kuantitatif yang ada dalam tahu dan melihat dampak

keterpaparan formalin pada individu yang mengkonsumsinya.

b. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat melakukan pendekatan

mendalam (sering bertatap-muka dan berbincang) dengan para

responden, sehingga dapat benar-benar menggali sikap dari

responden. Hal tersebut bertujuan untuk membuka peluang

mendapatkan rasa simpati dari para responden sehingga sikap yang

dihasilkan merupakan benar-benar perwujudan emosional dari diri

responden.

c. Diharapkan penelitian selanjutnya meneliti tentang penggunaan

formalin pada tingkat produsen tahu.

d. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengamati penjualan

makanan berformalin lain seperti kikil, ikan, dan mie.

7.2.5. Saran Bagi FKIK

a. Dapat menjadi dasar untuk melakukan advokasi kepada para penjual

tahu terkait keamanan dan dampak kesehatan jika tahu berformalin

terus beredar dipasaran.

b. Dapat menjadi pertimbangan untuk FKIK untuk melakukan

pengabdian masyarakat dan pembinaan terkait keamanan pangan di

daerah Semanan.

Page 141: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

127

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Faisal dan Khomsan, Ali. 2008. Sehat itu Mudah, Wujudkan Hidup Sehat

dengan Makanan Tepat. Jakarta: Penerbit Hikmah.

Anwar, Faisal dan Khomsan, Ali. 2009. Makan Tepat Badan Sehat. Jakarta: PT

Mizan Publika.

Astawan, Made. 2009. Sehat Dengan Hidangan Kacang & Biji-Bijian. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Banpos. 2014. BPOM Sita Tahu Berformalin dari Pasar Ciputat Pedagang

Pasrah Tanpa Pengganti. Diakses pada tanggal 06 Oktober 2014 dari:

http://www.bantenposnews.com/berita-14859-bpom-sita-tahu-berformalin-

dari-pasar-ciputat-.html

BPOM. 2006. Bahan Berbahaya Yang Dilarang Untuk Pangan. Diakses pada

tanggal 02 Desember 2014.

BPOM. 2006. Keterangan Pers Badan POM Nomor: KH.00.01.1.241.002

Tentang Penyalahgunaan Formalin Untuk Pengawet Mie Basah, Tahu, Dan

Ikan. Diakses pada tanggal 16 Februari 2015.

BSN (Badan Standarisasi Nasional). 1992. SNI 01-2891-1992 Cara Uji Makanan

dan Minuman. Di download pada tanggal 05 Mei 2015.

BSN (Badan Standarisasi Nasional). 1998. SNI-01-4852-1998. Di download pada

tanggal 20 Desember 2014.

BSN. 1995. SNI-01-0222-1995 Bahan Tambahan Makanan. Di download pada

tanggal 7 Desember 2014.

BSN. 1998. SNI-01-3142-1998 Tahu. Di download pada tanggal 19 Desember

2014.

Page 142: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

128

Cahanar, P, dkk. 2006. Makan Sehat Hidup Sehat. Jakarta: Penerbut Buku

Kompas.

CDC (The Centers for Disease Control and Prevention). 2014. CDC and Food

Safety. Di akses pada tanggal 19 Desember 2014 dari :

http://www.cdc.gov/foodsafety/cdc-and-food-safety.html

Chandra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Deny. 2014. 30 kg Tahu Berformalin Disita. Diakses pada tanggal 19 Desember

2014 dari: http://m.poskotanews.com/2014/07/01/30-kg-tahu-berformalin-

disita/?wpmp_switcher=mobile

Departemen Agama RI. 2006. Al-Qur’an Dan Terjemah. Tangerang: Magfirah

Pustaka.

Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Republik

Indonesia.

EPA (Environmental Protection Agency). 1991. Formaldehyde (CASRN 50-00-0).

Diakses pada tanggal 03 Mei 2015 dari:

http://www.epa.gov/iris/subst/0419.htm

Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Gatra. 2013. Gita Wirjawan Temui Sentra Pengrajin Tahu Tempe Kalideres.

Diakses pada tanggal 03 mei 2015 dari: http://www.gatra.com/ekonomi-

1/38334-gita-wirjawan-temui-sentra-pengrajin-tahu-tempe-kalideres.html

Green, Lawrence and Keuter, Marshall W. 1991. Health Promotion Planning, An

Educational and Ecological Approach. University of Texas Health Science

Center at Houston US, Mayfield Publishing Co. Diakses pada tanggal 17

Februari 2015 dari: http://lgreen.net/books.htm

Page 143: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

129

Habibah, Tristya Putri Zahra. 2013. Identifikasi Penggunaan Formalin Pada Ikan

Asin dan Faktor Perilaku Penjual di Pasar Tradisional Kota Semarang.

Jurnal: Unnes Journal of Public Health. Jurusan Ilmu Kesehatan

Masyarakat: Universitas Negeri Semarang.

Habsah. 2012. Gambaran Pengetahuan Pedagang Mi Basah Terhadap Perilaku

Penambahan Boraks dan Formalin Pada Mi Basah Di Kantin-Kantin

Universitas X Depok Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesia.

Hakim, Lukman. 2012. Internalisasi Nilai-Nilai Agama Islam Dalam

Pembentukan Sikap dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-

Muttaqin Kota Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim vol.

10 No.1-2012. Universitas Pendidikan Indonesia.

Hartati, Hendri. 2007. Analisis Manajemen Pengawasan dan Pengendalian

Penyalahgunaan Formalin di Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Jurnal

Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 2, No. 2, Oktober 2007.

Hastono, Sutanto Priyo dan Sabri, Luknis. 2010. Statistik Kesehatan. Jakarta:

Rajawali Pers.

Hastono, Sutanto Priyono. 2001. Modul Analisis Data. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia.

Hastuti, Sri. 2010. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Formaldehid Pada Ikan

Asin di Madura.Jurnal: AGROINTEK Vol. 4, No. 2. Universitas Trunojoyo.

Hendaryani, Koes. 2012. Formalin dan Bahayanya. Diakses pada tanggal 17

Februari 2015 dari: http://www.teenage-corner.com/2012/07/formalin-dan-

bahayanya.html

Hermawanto, Hery. 2010. Biostatistik Dasar. Jakarta: Trans Info Media

Page 144: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

130

Heryani, dkk. 2011. Paparan Formalin Menghambat Proses Spermatogenesis

Pada Mencit. Jurnal Veteriner Sepetember 2011 Vol. 12 No.3: 214-220.

Universitas Udayana: Fakultas Kedoteran Hewan

Hidayat, Dudung Rahmat, dkk. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung:

PT. Imperial Bhakti Utama.

Katerina, Sherly. 2012. Pengaruh Formalin Peroral Dosis Bertingkat Selama 12

Minggu Terhadap Gambaran Histopatologis Gaster Tikus Wistar. Jurnal

Media Medika Muda. Universitas Diponegoro: Fakultas Kedokteran.

Keteng, Andi Muttya. 2013. Pengerajin Tahu Tempe DKI Mogok Produksi, Apa

Kata Ahok?. Diakses pada tanggal 03 mei 2015 dari:

http://news.liputan6.com/read/688365/perajin-tahu-tempe-dki-mogok-

produksi-apa-kata-ahok

Maulana, Heri D. J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses

Belajar Mengajar dalam Pendidikan.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Murti, Bisma. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Page 145: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

131

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta.

Nugrahiningtyas, Shanty. 2010. Analisis Kandungan Formalin Dalam Tahu Putih

Yang Dijual Di Pasar Tradisional Dan Supermarket Di Wilayah Kota

Jember. Skripsi. Universitas Jember: Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Nurwening, Wisnu Sri. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh

Terhadap Pemanfaatan Poli Obat Tradisional Indonesia Di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya. Depok: Universitas Indonesia.

Padmono, Darmawan Febri. 2014. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen

Atas Penjaminan Mutu Makanan yang Beredar di Pasaran Oleh Balai

Besar Pengawas Obat dan Makanan Daerah Istimewa Yogyakarta Ditinjau

Dari Undang-Undungan Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlingungan

Konsumen. Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum: UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

Permanasari, Meilyna. 2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pedagang

dengan Praktik Penggunaan Formalin Pada Produk Ikan Basah di

Beberapa Pasar Tradisional di Yogyakarta. Tesis: Universitas Diponegoro.

Permenkes RI No. 33 Tahun 2012 tentang “Bahan Tambahan Pangan”. DI

download pada tanggal 10 Desember 2014.

Purbalaksono, Arfianto, dkk. 2014. Update Indonesia Tinjauan Bulanan Ekonomi,

Hukum, Keamanan, Politik, dan Sosial. Vol. VIII, No. 06-Januari 2014. The

Indonesian Institute.

Purwanto, Heri. 1998. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta:

EGC.

Ratnaningtyas, Rully Rista. 2012. Pirolisis Pembuatan Asam Cair Dari Bonggol

Jagung Sebagai Pengawet Alami Pengganti Formalin. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Page 146: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

132

Republika. 2008. Subsidi Pembelian Kedelai Macet. Diakses pada tanggal 03 mei

2015 dari: http://www.republika.co.id/berita/shortlink/9328

Saparinto, Cahyo dan Hidayati, Diana. 2006. Bahan Tambahan Pangan.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Saragih Y.P dan Sarwono, B. 2003. Membuat Aneka Tahu. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Sari, Reni Wulan. 2008. Dangerous Junk Food. Yogyakarta: O2.

Sartono. 2001. Racun & Keracunan. Jakarta: Widya Medika.

Sitiopan, Henny Putri. 2012. Studi Identifikasi Formalin Pada Ikan Pindang Di

Pasar Tradisional Dan Modern Kota Semarang. Jurnal Kesehatan

Masyarakat Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 983-994. FKM

UNDIP.

Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia Bandung.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik.

Jakarta: EGC.

Suprapti, Lies. 2005. Pembuatan Tahu. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Tjahajana, Agus. 2006. Penyalahgunaan Formalin dan Peran Pemerintah.

Jakarta: Departemen Perindustrian.

Tjiptaningdyah, Restu. 2010. Studi Keamanan Pangan Pada Tahu Putih Yang

Beredar di Pasar Sidoardjo (Kajian dari Kandungan Formalin). Jurnal:

Page 147: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

133

Berk. Panel Hayati 2010: 15 (159-164). Fakultas Pertanian Universitas DR.

Soetomo Surabaya.

Toha, Miftah. 2003. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Waluyo, Agung. 2000. Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk Perawatan &

Profesional Kesehatan Lain E/2. Jakarta: EGC.

Widiastuti, Rina. 2009. Pabrik Mi dan Tahu Berformalin di Cengkareng Akan

Ditinjau. Diakses Pada tanggal 19 Desember 2014 dari:

http://www.tempo.co/read/news/2009/04/03/083168157/Pabrik-Mi-dan-

Tahu-Berformalin-di-Cengkareng-Akan-Ditinjau

Wijaya et al. 2013. Jurnal Magister Kedokteran Keluarga. Vol 1, No 1, (38 - 48).

Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Motivasi Kader Kesehatan Dengan

Aktivitasnya Dalam Pengendalian Kasus Tuberkulosis Di Kabupaten

Buleleng. Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Yuniati, Fiona. dkk. 2008. Pengetahuan dan Sikap Produsen Ikan Asin tetang

Formalin dan Keberadaan Formalin Pada Ikan Asin di TPI Tambak Lorok

Semarang. Skripsi: Universitas Muhamadiyah Semarang.

Yunita, Ken. 2006. BPOM Temukan 20 Perusahaan Salah Gunakan Formalin.

Diakses pada tanggal 06 Oktober 2014 dari:

http://news.detik.com/read/2006/01/03/124533/511288/10/bpom-temukan-

20-perusahaan-salah-gunakan-formalin?nd771104bcj

Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori dan

Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Padmono, Darmawan Febri. 2014. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen

Atas Penjaminan Mutu Makanan yang Beredar Di Pasaran Oleh BPOM DI

Yogyakarta Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Page 148: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

134

Perlindungan Konsumen. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga:

Fakultas Syari’ah dan Hukum.

Purbolaksono, Arfianto. 2014. Update Indonesia, Tinjauan Bulanan Ekonomi,

Hukum, Kemanan, Politik, dan Indonesia. Volume VII, No. 06-Januari

2014. The Indonesian Institute Center For Public Policy Research.

Page 149: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

1

LAMPIRAN I

KUESIONER

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Assalamualaikum. Wr. Wb

Perkenalkan nama Saya Awaliyah Rizka Safitri mahasiswi peminatan kesehatan lingkungan program studi kesehatan masyarakat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya bermaksud melakukan penelitian skripsi mengenai “Pengetahuan, Sikap, Perilaku Penjualan Tahu

Berformalin Di Pasar Daerah Semanan Tahun 2015”. Penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir dalam penyelesaian studi saya.

Saya berharap Bapak/Ibu bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini dimana akan dilakukan pengisian kuesioner yang

terkait dengan penelitian. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan terjamin kerahasiaannya. Jika Bapak/Ibu bersedia, maka saya

mohon untuk menandatangani lembar persetujuan ini.

Peneliti

(Awaliyah Rizka Safitri)

Responden

(.............................................)

Nomor

Page 150: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

1

*)Pilih salah satu

B. Pengetahuan

Pilihlah jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling benar (a, b atau c) dengan

checlist/tanda silang/membulati!

B.1

Menurut Bapak/Ibu, apakah formalin itu?

a. Pembunuh serangga, pengawet mayat, bahan tambahan makanan

yang diperbolehkan

b. Pengawet mayat, pembunuh kuman, bahan tambahan yang dilarang

digunakan pada makanan

c. Pengawet mayat, pengawet serangga, pengawet makanan, bahan

tambahan yang diperbolehkan

d. Tidak Tahu

B.2

Apakah contoh makanan yang mungkin mengandung formalin yang

bapak/ ibu ketahui?

a. Tahu, bakso, mie, ikan asin, daging ayam, dan kikil

b. Tahu, mie, ikan asin, kikil, dan buah-buahan, dan kain

c. Tahu, sayur-sayuran, kikil, mie, baso ikan asin, daging ayam

d. Tidak Tahu

B.3

Apakah Bapak/Ibu mengetahui ciri-ciri tahu yang berformalin?

a. Teksturnya terlampau keras, kenyal tapi tidak padat, tidak rusak

sampai 3 hari pada suhu kamar.

b. Teksturnya lebih empuk dan kenyal, bau menyengat, mudah rusak

dalam waktu 3 hari pada suhu kamar.

c. Teksturnya terlampau kenyal tapi mudah hancur, tidak rusak sampai

15 hari pada lemari es, bau menyengat.

d. Tidak Tahu

Nomor

A. Karakteristik Responden

A.1 Nama

A.2 Usia

A.3 Jenis Kelamin* 1. Laki-laki

2. Perempuan

A.4 Pendidikan*

1. Tidak Sekolah

2. Tamat SD

3. Tamat SMP

4. Tamat SMA

5. Tamat Perguruan Tinggi

A.5 Lama Berjualan Tahu

No. Telp/Hp (aktif)

Tanda Tangan/ Paraf

Page 151: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

2

B.4

Apakah formalin berbahaya bagi kesehatan?

a. Ya

b. Tidak (jika jawaban Anda “tidak” lanjut ke nomor B.6)

c. Tidak Tahu

B.5

Mengapa formalin berbahaya jika di konsumsi?

a. Dapat menyebabkan keracunan, muntaber, iritasi lambung, kanker,

kematian.

b. Dapat menyebabkan gatal-gatal pada kulit, diare, kanker paru,

kematian

c. Dapat menyebabkan muntaber, pusing, iritasi kulit, kanker, kematian.

d. Tidak tahu

B.6

Menurut peraturan pemerintah, formalin termasuk golongan apa?

a. Golongan bahan pengawet makan dan pengeyal

b. Golongan bahan tambahan pangan yang dilarang

c. Golongan bahan pengawet mayat dan pengawet makanan

d. Tidak Tahu

B.7

Menurut Bapak/Ibu bolehkah menjual tahu yang berformalin?

a. Boleh (jika jawaban Anda “boleh” lanjut ke nomor B.9)

b. Tidak boleh

c. Tidak tahu

B.8

Mengapa makanan berformalin tidak boleh di jual?

a. Karena dapat menimbulkan kelangkaan formalin di pasaran

b. Karena dapat merugikan pembeli dan menimbulkan efek kesehatan

jika dikonsumsi

c. Karena pengawet mayat dan dapat menyebabkan karat

d. Tidak tahu

B.9

Apakah ada akibat yang dapat terjadi setelah seseorang mengkonsumsi

tahu yang mengandung formalin?

a. Ada

b. Tidak Ada (jika jawaban Anda “tidak” lanjut ke nomor B.11)

c. Tidak Tahu

B.10 Apakah dampak dan gejala yang akan terjadi setelah seseorang

mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin?

a. Mual-mual, muntah, sakit kepala, diare, kanker

b. Kejang, muntah darah, gatal-gatal, iritasi kulit

c. Sakit perut, muntaber, pusing, gatal-gatal, iritasi kulit

d. Tidak tahu

B.11

Apakah tanda kerusakan pada tahu?

a. rasa asin, bau busuk, permukaan tahu berlendir, tekstur menjadi

lunak, kekompakan berkurang

b. rasa asam, bau busuk, permukaan tahu berlendir, tekstur menjadi

keras, kekompakan bertambah

c. rasa asam, bau masam sampai busuk, permukaan tahu berlendir,

tekstur menjadi lunak, kekompakan berkurang

d. Tidak tahu

Page 152: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

3

B. 12.

Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa tahu yang Bapak/Ibu jual

mengandung formalin?

a. Tahu (Jika Bapak/Ibu “Tahu”, isilah kolom D.7)

b. Tidak Tahu

c. Ragu-ragu

C. Sikap (pilihlah dengan menceklis/menyilang salahs atu pilihan jawaban)

Apakah Bapak/Ibu setuju dengan pernyataan-pernyataan berikut:

Keterangan: SS= Sangat Setuju TS= Tidak Setuju

ST= Setuju STS= Sangat Tidak Setuju

RG= Ragu-ragu

Pernyataan SS ST RG TS STS

C.1 Tahu merupakan jenis makanan yang

sehat, begizi dan harganya terjangkau

C.2 Tahu merupakan salah satu jenis

makanan yang dibuat dari kedelai

C.3

Tahu merupakan makanan yang

menguntungkan untuk dijual karena

banyak masyarakat yang menyukainya

C.4 Tahu dapat bertahan kurang dari 3 hari

pada suhu ruangan

C.5 Penggunaan bahan pengawet dapat

meningkatkan kualitas tahu

C.6

Pengawet yang diizinkan pemerintah

untuk digunakan pada makanan salah

satunya adalah formalin

C.7 Penggunaan formalin pada tahu

diperbolehkan

C.8

Tahu yang mengandung formalin

terlihat lebih bagus, rasanya lebih enak

dan teksturnya lebih kenyal sehingga

tidak masalah untuk di jual dipasaran

C.9 Menurut saya formalin tidak

berbahaya bagi kesehatan

C.10 Memakan tahu yang mengandung

formalin baik untuk kesehatan

Page 153: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

4

D. Perilaku

Pilihlah jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling benar (a atau b) dengan

checlist/tanda silang/membulati!

D.1

Apakah tahu yang keluarga Bapak/Ibu konsumsi berbeda dengan yang

Bapak/Ibu jual?

a. Ya

b. Tidak

D.2

Berasal dari mana tahu yang Bapak/Ibu jual?

a. Buat Sendiri

b. Dari Suplier di daerah ....................................................

D.3

Biasanya tahu yang Bapak/Ibu jual tahan berapa hari?

a. 1-2 hari

b. Lebih dari 2 hari

D.4

Jika tahu tidak habis dijual (bersisa), apakah yang Bapak/Ibu lakukan?

a. Dikembalikan ke suplier

b. Dibuang

c. Lainnya……………………………………………………………

d. Tidak pernah bersisa

D.5

Apakah Bapak/Ibu menjual tahu karena ada teman/rekan yang mengajak

untuk berjualan tahu?

a. Ya

b. Tidak

D.6

Jika tahu ini ternyata mengandung formalin, apa Bapak/ Ibu akan tetap

menjualnya?

a. Ya

b. Tidak

D.7

(Lanjutan Pertanyaan B. 12 jika menjawab “a”)

Jika Bapak/Ibu mengetahui tahu ini mengandung formalin, apa alasan

Bapak/Ibu untuk tetap menjualnya?

____________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASINYA

SELURUH INFORMASI ANDA TERJAMIN KERAHASIAANNYA

Page 154: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

5

LAMPIRAN II

FORM HASIL UJI KUALITATIF FORMALIN PADA TAHU DI PASAR

DAERAH SEMANAN TAHUN 2015

No Kode Pedagang Jenis Tahu Perubahan Warna

Kandungan

Formalin

1 Pedagang 01 Tahu Kuning Tidak Berubah -

2 Pedagang 02 Tahu Putih Keunguan sangat muda (samar) +

3

Pedagang 03

Tahu Putih Keunguan sangat muda (samar) +

4 Tahu Kuning Keunguan sangat muda (samar) +

5 Tahu Coklat Keunguan sangat muda (samar) +

6

Pedagang 04

Tahu Putih Keunguan sangat muda (samar) +

7 Tahu Kuning Tidak Berubah -

8 Tahu Coklat Tidak Berubah -

9 Pedagang 05 Tahu Putih Tidak Berubah -

10 Pedagang 06 Tahu Coklat Tidak Berubah -

11 Pedagang 07 Tahu Putih Tidak Berubah -

12

Pedagang 08

Tahu Putih Keunguan sangat muda (samar) +

13 Tahu Kuning Tidak Berubah -

14 Tahu Coklat Tidak Berubah -

15

Pedagang 09

Tahu Kuning Tidak Berubah -

16 Tahu Coklat Keunguan sangat muda (samar) +

17

Pedagang 10

Tahu Putih Keunguan sangat muda (samar) +

18 Tahu Kuning Tidak Berubah -

19 Tahu Coklat Tidak Berubah -

20 Pedagang 11 Tahu Putih Keunguan sangat muda (samar) +

21 Pedagang 12 Tahu Putih Keunguan sangat muda (samar) +

Page 155: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

6

22 Tahu Kuning Keunguan sangat muda (samar) +

23 Tahu Coklat Tidak Berubah -

24

Pedagang 13

Tahu Putih Keunguan sangat muda (samar) +

25 Tahu Kuning Tidak Berubah -

26 Tahu Coklat Keunguan Jelas +

27

Pedagang 14

Tahu Kuning Tidak Berubah -

28 Tahu Coklat Keunguan Jelas +

29 Pedagang 15 Tahu Coklat Keunguan sangat muda (samar) +

30

Pedagang 16

Tahu Putih Keunguan sangat muda (samar) +

31 Tahu Coklat Keunguan sangat muda (samar) +

32

Pedagang 17

Tahu Kuning Keunguan sangat muda (samar) +

33 Tahu Coklat Tidak Berubah -

34

Pedagang 18

Tahu Putih Keunguan sangat muda (samar) +

35 Tahu Kuning Keunguan sangat muda (samar) +

36 Tahu Coklat Tidak Berubah -

37

Pedagang 19

Tahu Putih Keunguan sangat muda (samar) +

38 Tahu Kuning Tidak Berubah -

39 Tahu Coklat Keunguan sangat muda (samar) +

40

Pedagang 20

Tahu Putih Keunguan sangat muda (samar) +

41 Tahu Kuning Tidak Berubah -

42

Pedagang 21

Tahu Putih Keunguan sangat muda (samar) +

43 Tahu Kuning Keunguan sangat muda (samar) +

44 Tahu Coklat Tidak Berubah -

45

Pedagang 22

Tahu Putih Tidak Berubah -

46 Tahu Kuning Tidak Berubah -

47 Tahu Coklat Tidak Berubah -

Page 156: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

7

48

Pedagang 23

Tahu Putih Keunguan sangat muda (samar) +

49 Tahu Kuning Tidak Berubah -

50 Tahu Coklat Tidak Berubah -

51

Pedagang 24

Tahu Kuning Keunguan sangat muda (samar) +

52 Tahu Coklat Tidak Berubah -

53

Pedagang 25

Tahu Putih Tidak Berubah -

54 Tahu Kuning Tidak Berubah -

55 Tahu Coklat Keunguan sangat muda (samar) +

56

Pedagang 26

Tahu Putih Keunguan sangat muda (samar) +

57 Tahu Kuning Keunguan sangat muda (samar) +

58

Pedagang 27

Tahu Putih Tidak Berubah -

59 Tahu Kuning Keunguan sangat muda (samar) +

60

Pedagang 28

Tahu Putih Keunguan sangat muda (samar) +

61 Tahu Kuning Tidak Berubah -

62 Tahu Coklat Tidak Berubah -

63

Pedagang 29

Tahu Kuning Tidak Berubah -

64 Tahu Coklat Tidak Berubah -

65

Pedagang 30

Tahu Putih Tidak Berubah -

66 Tahu Kuning Tidak Berubah -

67 Pedagang 31 Tahu Putih Keunguan sangat muda (samar) +

68

Pedagang 32

Tahu Kuning Tidak Berubah -

69 Tahu Coklat Tidak Berubah -

70 Pedagang 33 Tahu Kuning Tidak Berubah -

71

Pedagang 34

Tahu Putih Tidak Berubah -

72 Tahu Kuning Tidak Berubah -

73 Tahu Coklat Keunguan sangat muda (samar) +

Page 157: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

8

LAMPIRAN III

DOKUMENTASI

Page 158: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

9

Page 159: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

10

LAMPIRAN IV

HASIL SPSS

Hasil Uji Reabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.573 27

Distribusi

Jika sampel kurang dari 50 lihat Shapiro-Wilk, Jika lebih dari 50 lihat

Kolmogorov

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

A2_Usia .117 34 .200* .966 34 .350

A3_JK .338 34 .000 .638 34 .000

A4_Pddkn .208 34 .001 .894 34 .003

A5_Lama_Jualan .205 34 .001 .820 34 .000

B1_Apa_formalin_itu .434 34 .000 .649 34 .000

B2_Contoh_makanan_berfor

malin .443 34 .000 .598 34 .000

B3_Ciri_tahu_berformalin .375 34 .000 .704 34 .000

B4_Apa_formalin_bahaya_b

agi_kes .532 34 .000 .322 34 .000

B5_Mengapa_formalin_berb

ahaya_jk_dikonsumsi .356 34 .000 .730 34 .000

B6_MenurutPP_formalin_gol

_apa .251 34 .000 .854 34 .000

B7_Bolehkah_jual_tahu_for

malin .538 34 .000 .255 34 .000

B8_Mengapa_tidak_boleh_di

jual .527 34 .000 .322 34 .000

B9_Apa_ada_akibat_setelah

_konsumsi_tahu_formalin .512 34 .000 .424 34 .000

B10_Apa_dampak_setelah_

konsumsi_tahu_formalin .340 34 .000 .733 34 .000

B11_Apa_tanda_kerusakan_

tahu .294 34 .000 .838 34 .000

B12_Apa_Anda_mengetahui

_tahu_yang_dijual_berformal

in

.523 34 .000 .378 34 .000

Page 160: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

11

C1_Tahu_bergizi_sehat_har

ga_terjangkau .368 34 .000 .633 34 .000

C2_Tahu_dibuat_dari_kedel

ai .414 34 .000 .606 34 .000

C3_Tahu_makanan_mengun

tungkan_utk_dijual_karena_

banyak_masy_suka

.385 34 .000 .633 34 .000

C4_Tahu_dapat_bertahan_k

urang_dari_3_hari .458 34 .000 .583 34 .000

C5_Pengawet_dapat_menin

gkatkan_kualitas_tahu .310 34 .000 .820 34 .000

C6_Pengawet_yang_diizinka

n_salahsatunya_formalin .392 34 .000 .689 34 .000

C7_Penggunaan_formalin_p

ada_tahu_diperbolehkan .346 34 .000 .697 34 .000

C8_Tahu_formalin_lebihbag

us_kenyal_tidak_masalah_di

jual

.352 34 .000 .763 34 .000

C9_Formalin_tidak_berbaha

ya_bagi_kesehatan .341 34 .000 .740 34 .000

C10_Tahu_berformalin_baik

_untuk_kesehatan .374 34 .000 .699 34 .000

D1_Apa_tahu_yang_anda_k

onsumsi_berbeda_dg_yg_dij

ual

.499 34 .000 .464 34 .000

D2_Berasal_dari_mana_tahu

_yang_dijual .532 34 .000 .322 34 .000

D3_Tahu_yang_dijual_tahan

_berapa_hari .532 34 .000 .322 34 .000

D4_Jika_tahu_ini_bersisa_a

pa_yg_anda_lakukan .269 34 .000 .837 34 .000

D5_Apa_anda_jual_tahu_kar

ena_ada_teman_yang_ajak .414 34 .000 .606 34 .000

D6_Jika_tahu_ini_berformali

n_apa_akan_tetap_dijual .472 34 .000 .527 34 .000

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Karakteristik Responden

Statistics

Tingkat_Usia

N Valid 34

Missing 0

Page 161: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

12

Statistics

A2_Usia

N Valid 34

Missing 0

Mean 43.06

Median 43.00

Minimum 22

Maximum 63

kategori_usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 17-25th 2 5.9 5.9 5.9

26-45th 16 47.1 47.1 52.9

46-65th 16 47.1 47.1 100.0

Total 34 100.0 100.0

Statistics

A3_JK

N Valid 34

Missing 0

A3_JK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-Laki 17 50.0 50.0 50.0

Perempuan 17 50.0 50.0 100.0

Total 34 100.0 100.0

Statistics

A4_Pddkn

N Valid 34

Missing 0

Page 162: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

13

A4_Pddkn

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak_Sekolah 2 5.9 5.9 5.9

Tamat_SD 12 35.3 35.3 41.2

Tamat_SMP 14 41.2 41.2 82.4

Tamat_SMA 5 14.7 14.7 97.1

Tamat_Perguruan_Tinggi 1 2.9 2.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

Lama Jual Tahu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1-5 18 52.9 52.9 52.9

6-10 5 14.7 14.7 67.6

10-20 8 23.5 23.5 91.2

>20 3 8.8 8.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

Jenis_Tahu_yang_Dijual

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 10 29.4 29.4 29.4

2 11 32.4 32.4 61.8

3 13 38.2 38.2 100.0

Total 34 100.0 100.0

Hasil Uji Laboratorium Terhadap Tahu

Statistics

Hasil_uji_lab

N Valid 73

Missing 0

Mean 1.47

Page 163: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

14

Hasil_uji_lab

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Negatif 39 53.4 53.4 53.4

Positif 34 46.6 46.6 100.0

Total 73 100.0 100.0

Distribusi Jenis Tahu

Jenis_Tahu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tahu Putih 25 34.2 34.2 34.2

Tahu Kuning 26 35.6 35.6 69.9

Tahu Coklat 22 30.1 30.1 100.0

Total 73 100.0 100.0

Hasil Crosstab antara Jenis Tahu dengan Hasil Uji Laboratorium

Jenis_Tahu * Hasil_uji_lab Crosstabulation

Hasil_uji_lab

Total Negatif Positif

Jenis_Tahu Tahu Putih Count 8 17 25

% within Hasil_uji_lab 20.5% 50.0% 34.2%

Tahu Kuning Count 17 9 26

% within Hasil_uji_lab 43.6% 26.5% 35.6%

Tahu Coklat Count 14 8 22

% within Hasil_uji_lab 35.9% 23.5% 30.1%

Total Count 39 34 73

% within Hasil_uji_lab 100.0% 100.0% 100.0%

Page 164: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

15

Pengetahuan

Karena tidak berdistribusi normal maka menggunakan median.

Statistics

Total_benar_dari_B1_B10

N Valid 34

Missing 0

Mean 7.09

Median 7.00

Minimum 3

Maximum 10

Tingkat_Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Rendah 13 38.2 38.2 38.2

Tinggi 21 61.8 61.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

B1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah 8 23.5 23.5 23.5

Benar 26 76.5 76.5 100.0

Total 34 100.0 100.0

B2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah 9 26.5 26.5 26.5

Benar 25 73.5 73.5 100.0

Total 34 100.0 100.0

B3

Statistics

Tingkat_Pengetahuan

N Valid 34

Missing 0

Page 165: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah 13 38.2 38.2 38.2

Benar 21 61.8 61.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

B4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah 3 8.8 8.8 8.8

Benar 31 91.2 91.2 100.0

Total 34 100.0 100.0

B5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah 15 44.1 44.1 44.1

Benar 19 55.9 55.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

B6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah 24 70.6 70.6 70.6

Benar 10 29.4 29.4 100.0

Total 34 100.0 100.0

B7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah 2 5.9 5.9 5.9

Benar 32 94.1 94.1 100.0

Total 34 100.0 100.0

B8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah 3 8.8 8.8 8.8

Benar 31 91.2 91.2 100.0

Total 34 100.0 100.0

Page 166: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

17

B9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah 5 14.7 14.7 14.7

Benar 29 85.3 85.3 100.0

Total 34 100.0 100.0

B10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah 16 47.1 47.1 47.1

Benar 18 52.9 52.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

B11 Tanda tahu basi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah 17 50.0 50.0 50.0

Benar 17 50.0 50.0 100.0

Total 34 100.0 100.0

B12_Apa_Anda_mengetahui_tahu_yang_dijual_berformalin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Tahu 30 88.2 88.2 88.2

Ragu-Ragu 4 11.8 11.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

Page 167: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

18

Sikap

sikap_positif_negatif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid negatif 12 35.3 35.3 35.3

positif 22 64.7 64.7 100.0

Total 34 100.0 100.0

C1_Tahu_bergizi_sehat_harga_terjangkau

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ST 15 44.1 44.1 44.1

SS 19 55.9 55.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

C2_Tahu_dibuat_dari_kedelai

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ST 12 35.3 35.3 35.3

SS 22 64.7 64.7 100.0

Total 34 100.0 100.0

Statistics

Total_Sikap

N Valid 34

Missing 0

Mean 40.41

Median 40.00

Minimum 36

Maximum 46

Page 168: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

19

C3_Tahu_makanan_menguntungkan_utk_dijual_karena_banyak_masy_s

uka

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TS 1 2.9 2.9 2.9

RG 1 2.9 2.9 5.9

ST 26 76.5 76.5 82.4

SS 6 17.6 17.6 100.0

Total 34 100.0 100.0

C4_Tahu_dapat_bertahan_kurang_dari_3_hari

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid STS 1 2.9 2.9 2.9

TS 2 5.9 5.9 8.8

RG 2 5.9 5.9 14.7

ST 27 79.4 79.4 94.1

SS 2 5.9 5.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

C5_Pengawet_dapat_meningkatkan_kualitas_tahu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid STS 1 2.9 2.9 2.9

TS 17 50.0 50.0 52.9

RG 6 17.6 17.6 70.6

ST 9 26.5 26.5 97.1

SS 1 2.9 2.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

C6_Pengawet_yang_diizinkan_salahsatunya_formalin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid RG 3 8.8 8.8 8.8

TS 25 73.5 73.5 82.4

STS 6 17.6 17.6 100.0

Total 34 100.0 100.0

Page 169: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

20

C7_Penggunaan_formalin_pada_tahu_diperbolehkan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ST 1 2.9 2.9 2.9

RG 1 2.9 2.9 5.9

TS 23 67.6 67.6 73.5

STS 9 26.5 26.5 100.0

Total 34 100.0 100.0

C8_Tahu_formalin_lebihbagus_kenyal_tidak_masalah_dijual

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ST 9 26.5 26.5 26.5

TS 18 52.9 52.9 79.4

STS 7 20.6 20.6 100.0

Total 34 100.0 100.0

C9_Formalin_tidak_berbahaya_bagi_kesehatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid RG 2 5.9 5.9 5.9

TS 20 58.8 58.8 64.7

STS 12 35.3 35.3 100.0

Total 34 100.0 100.0

C10_Tahu_berformalin_baik_untuk_kesehatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid RG 1 2.9 2.9 2.9

TS 21 61.8 61.8 64.7

STS 12 35.3 35.3 100.0

Total 34 100.0 100.0

Page 170: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

21

Perilaku

Salah_satu_tahu_yg_dijual_mengandung_formalin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 9 26.5 26.5 26.5

Ya 25 73.5 73.5 100.0

Total 34 100.0 100.0

D1_Apa_tahu_yang_anda_konsumsi_berbeda_dg_yg_dijual

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 6 17.6 17.6 17.6

Tidak 28 82.4 82.4 100.0

Total 34 100.0 100.0

D2_Berasal_dari_mana_tahu_yang_dijual

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Buat Sendiri 3 8.8 8.8 8.8

Dari Supplier 31 91.2 91.2 100.0

Total 34 100.0 100.0

D2B_Kategori_daerah_Suplier

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kopti Semanan 14 41.2 45.2 45.2

Tangerang 17 50.0 54.8 100.0

Total 31 91.2 100.0

Total 34 100.0

D3_Tahu_yang_dijual_tahan_berapa_hari

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1-2hari 31 91.2 91.2 91.2

lebih dari 2 hari 3 8.8 8.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

D4_Jika_tahu_ini_bersisa_apa_yg_anda_lakukan

Page 171: GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37551/1/AWALIYAH... · perilaku dari penjual tahu. Pengetahuan yang kurang dan sikap

22

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Dikembalikan ke suplier 5 14.7 14.7 14.7

Dibuang 13 38.2 38.2 52.9

Lainnya 15 44.1 44.1 97.1

Tidak Pernah Bersisa 1 2.9 2.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

D5_Apa_anda_jual_tahu_karena_ada_teman_yang_ajak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 12 35.3 35.3 35.3

Tidak 22 64.7 64.7 100.0

Total 34 100.0 100.0

D6_Jika_tahu_ini_berformalin_apa_akan_tetap_dijual

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 8 23.5 23.5 23.5

Tidak 26 76.5 76.5 100.0

Total 34 100.0 100.0