GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS...

63
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Oleh : Wa Ode Yudiana PSW.B.2013.IB.0154 YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA KABUPATEN MUNA 2016

Transcript of GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS...

Page 1: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYAPADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU

TAHUN 2016

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan

di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Oleh :

Wa Ode Yudiana

PSW.B.2013.IB.0154

YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE

AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA

KABUPATEN MUNA

2016

Page 2: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda Bahaya pada Masa Nifasdi Wilayah Kerja Puskesmas Katobu

Tahun 2016

Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah

Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Raha, Agustus 2016Pembimbing I Pembimbing II

La Ode Muhlisi,A.Kep.,M.Kes Bd. Rahmaniar Meirani, S.Keb

Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes

Page 3: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

TIM PENGUJI

1. Sutriawati, SKM., M.Kes (……………………………….)

2. La Ode Muhlisi,A.Kep.,M.Kes (……………………………….)

3. Bd. Rahmaniar Meirani, S.Keb (……………………………….)

Raha, Juli 2016Pembimbing I Pembimbing II

La Ode Muhlisi,A.Kep.,M.Kes Bd. Rahmaniar Meirani, S.Keb

Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes

Page 4: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Wa Ode Yudiana

NIM : PSW.B.2013.IB.00154

Tempat / Tanggal Lahir : Raha, 07 Agustus 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku / Bangsa : Muna / Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl Poros Kolaka – Kendari, Keamatan Tirawuta,

kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara

PENDIDIKAN

1. SD : SDN 1 Poni-poniki 2006

2. SMP : SMPN 1 Tirawuta 2009

3. SMA : SMAN 1 Tirawuta 2012

4. Sejak tahun 2013 mengikuti Pendidikan Diploma III Kebidanan di Akademi

Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna yang direncanakan selesai pada

tahun 2016.

Page 5: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

limpahan berkat, hidayat dan karunia serta anugerah-Nya sehingga Karya Tulis

Ilmiah (KTI) dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya

Pada Masa Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Tahun

2016”.

Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang tiada henti ingin penulis

hantarkan kepada Bapak La Ode Muhlisi,A.Kep.,M.Kes selaku pembimbing 1

sekaligus Ketua Yayasan Pendidikan Sowite Kabupaten Muna

danBd.Rahmaniar,S.Keb selaku pembimbing II atas segala bimbingan, waktu,

motivasi, dukungan moral maupun materil serta nasehat yang tidak ternilai harganya

bagi penulis.

Penulisan KTI ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini dengan segala kerendehan hati perkenankan penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan

Paramata Raha Kabupaten Muna.

2. Ibu Sutriawati, S.KM., M.Kes selaku penguji Karya Tulis Ilmiah atas bimbingan

yang sangat berharga, keikhlasan, petunjuk dan semangat yang Ibu berikan,

semuanya sungguh sangat berguna bagi penulis.

3. Seluruh jajaran dosen dan staff Akademi Kebidanan Paramata Raha yang telah

memberikan petunjuk dan bimbingan selama mengikuti pendidikan dan

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Orang tua tercinta Ayah Laode Raisi Dabu dan Ibu Rida, A.Ma,Pd, saudara-

saudariku yang telah memberikan segala dukungan baik moral maupun materil,

doa, pengorbanan, ketulusan, pengertian serta cinta kasih yang tidak pernah

Page 6: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

berhenti kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga Karya Tulis Ilmiah

ini dapat penulis selesaikan.

5. Sahabatku Nure, yanni, erah, ima,ihsan dan semua pihak yang tidak mungkin

penulis sebutkan satu persatu ,terimakasih atas dukungan berupa motivasi selama

menempuh perkuliahan di Akbid paramata Raha.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu, tegur, sapa dan saran demi perbaikan dan

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini senan tiasa dan akan penulis terima dengan

senang hati. Sebagai Akhir, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Raha, Agustus 2016

Penulis

Page 7: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………………. i

Lembar Persetujuan……………………………………………………………. ii

Lembar Pengesahan……………………………………………………………. iii

Riwayat Hidup…………………………………………………………………. iv

Kata Pengantar…………………………………………………………………. v

Daftar Isi……………………………………………………………………….. vi

Daftar Tabel……………………………………………………………………. vii

Daftar Gambar………………………………………………………………….viii

Pernyataan……………………………………………………………………......ix

Intisari…………………………………………………………………………... x

BAB I Pendahuluan..................................................................................... … 1

A. Latar Belakang .............................................................................. … 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... … 4

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... … 4

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ … 5

BAB II Tinjauan Pustaka............................................................................. .... 6

A. Telaah Pustaka .............................................................................. … 6

B. Landasan Teori.............................................................................. … 29

C. Kerangka Konsep .......................................................................... … 30

D. Pertanyaan Penelitian ................................................................... … 30

BAB III Metode Penelitian............................................................................ … 31

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................... … 31

B. Subjek Penelitian........................................................................... … 31

C. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... … 31

D. Identifikasi Variabel Penelitian..................................................... …32

E. Defenisi Operasional ..................................................................... … 32

F. Instrumen Penelitian...................................................................... … 33

Page 8: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

G. Cara Analisis Data......................................................................... …33

H. Jalannya Penelitian............................................................................. 35

BAB IV Hasil Penelitian………………………………………………………. 36

A. Gambaran Lokasi Penelitian……………………………………….. 36

B. Hasil Penelitian…………………………………………………….. 38

C. Pembahasan………………………………………………………… 43

BAB VKesimpulan dan Saran……………………………………………….. 50

A. Kesimpulan………………………………………………………… 50

B. Saran……………………………………………………………….. 51

Daftar Pustaka………………………………………………………………… 52

Lampiran

Page 9: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi, disepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah dan tulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Raha, Agustus 2016

Penulis

Page 10: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

INTISARI

Wa Ode yudiana (PSW.B.2013.IB.00154) “Gambaran Pengetahuan Ibu NifasTentang Tanda Bahaya Pada Masa Nifas Di wilayah Kerja Puskesmas KatobuTahun 2016” dibawah bimbingan La Ode Muhlisi,A.Kep.,M.Kes dan Bd.Rahmaniar Meirani, S.KebLatar Belakang: Berdasarkan survey awal pada Ibu- ibu nifas diwilayah kerjaPuskemas Katobu banyak yang tidak mengetahui dengan baik perawatan pada masanifas, misalnya saja tindakan ibu nifas yang membungkus perutnya dengan stagendengan alasan agar perut ibu tidak melar dikemudian hari padahal hal tersebut dapatmengganggu kontraksi uterusnya, lalu membatasi ibu untuk mengkonsumsi ikandengan alasan dapat menimbulkan alergi atau luka jahitan akan bau amis padahalikan banyak mengandung protein yang sangat baik untuk perbaikan jaringan- jaringanyang rusak akibat proses persalinan. Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Munatahun 2016 di wilayah kerja Puskesmas Katobu ibu nifas sebanyak 610 orang (DinkesKab. Muna, 2016)Metode Penelitian: Menggunakan jenis penelitian Deskriptif yaitu penelitian yangdilakukan untuk menggambarkan suatu kondisi atau fenomena yang terjadi padasuatu kelompok subjek tertentu, tanpa membuat kesimpulan yang bersifat sebabakibat. Pengambilan sampel menggunakan acidental SamplingHasil Penelitian: Tingkat tahu terbanyak pada pengetahuan kategori kurang sebesar54,84%,tingkat paham terbanyak pada pengetahuan kategori kurang sebesar43,33%,tingkat aplikasi terbanyak pada pengetahuan kategori kurang sebesar 13responden (43,33%).Kesimpulan: Gambaran pengetahuan Ibu nifas tentang tanda bahaya pada masa nifasdi wilayah kerja Puskemas Katobu tahun 2016 yang mempunyai pengetahuanberdasarkan tingkat tahu terbanyak pada pengetahuan kategori kurang sebesar54,84%, berdasarkan tingkat paham terbanyak pada pengetahuan kategori kurangsebesar 43,33%, berdasarkan tingkat aplikasi terbanyak pada pengetahuan kategorikurang sebesar 43,33%.

Kata kunci: pengetahuan ibu nifas,pengetahuanKepustakaan : 10 kepustakaan (2009-2014).

Page 11: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian dan kesakitan akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas

saat ini di dunia masih sangat tinggi. Pada tahun 2007 setiap 1 menit di dunia

seorang ibu meninggal dunia. Dengan demikian dalam 1 tahun ada sekitar 600.000

orang ibu meninggal saat melahirkan. Sedangkan di Indonesia dalam 1 jam terdapat

2 orang ibu meninggal karena komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas (Ide

Bagus, 2009).

Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu pasca melahirkan

(sarwono prawirohardjo,2009). Masa nifas merupakan masa yang rawan karena ada

beberapa risiko yang mungkin terjadi pada masa nifas, antara lain : tanda bahaya pada

masa nifas, pre-eklampsia/eklampsia, perdarahan post partum, depresi masa nifas,

dan infeksi masa nifas. Diantara resiko tersebut ada dua yang paling sering

mengakibatkan kematian pada ibu nifas, yakni infeksi dan perdarahan. Adapun

penyebab langsung yang berkaitan dengan kematian ibu adalah komplikasi pada

kehamilan, persalinan, dan nifas tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu.

Kematian ibu pada masa nifas biasanya disebabkan oleh infeksi nifas (10%), ini

terjadi karena kurangnya perawatan pada luka, perdarahan (42%) (akibat robekan

jalan lahir, sisa placenta dan atonia uteri), eklampsi (13%), dan komplikasi masa

nifas (11%) (Siswono, 2009). Banyak ibu nifas yang mengalami masalah bahaya

masa nifas, yang tidak diketahui atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan. Penyebab

Page 12: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

tidak di ketahuinya masalah bahaya masa nifas yaitu kurangnya pengetahuan ibu

nifas. Dimana yang mempengaruhi pengetahuan dari ibu nifas yaitu faktor

(pendidikan, usia, pekerjaan, informasi, pengalaman, lingkungan, sosial ekonomi,

sosial budaya) dan juga konseling dari tenaga kesehatan selama kehamilan dan

setelah persalinan (Notoadmodjo, 2009).

Agar tidak terjadi masalah pada saat masa nifas petugas kesehatan seharusnya

melakukan pengawasan yang intensif pada pasien pasca melahirkan apabila pasien

tersebut masih dalam perawatan di rumah sakit seperti melakukan kunjungan ulang 2-

6 jam pasca melahirkan untuk mendeteksi adanya perdarahan dan komplikasi lainnya

yang berhubugan dengan masa nifas, namun apabila pasien telah diperbolehkan

pulang, petugas kesehatan memberikan penyuluhan kepada pasien tentang tanda-

tanda bahaya masa nifas agar pasien dapat mengerti dan memahami bahwa hal

tersebut harus membutuhkan tindakan segera di Rumah sakit, serta menganjurkan

pasien kontrol sesuai dengan jadwal yang ditentukan untuk mengetahui sub involusi

telah berjalan dengan baik serta untuk mendeteksi secara dini adanya suatu

komplikasi.

Asuhan masa nifas sangat di perlukan dalam periode masa nifas karena masa

nifas merupakan masa kritis untuk ibu dan bayi. Dengan demikian di perlukan suatu

upaya untuk mencegah terjadinya suatu masalah tanda bahaya masa nifas. Untuk itu

di perlukan suatu peran serta dari masyarakat terutama ibu nifas untuk memiliki

pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas. Selain itu juga di perlukan peran

serta dari tenaga kesehatan dengan memberikan konseling selama kehamilan, setelah

Page 13: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

persalinan, dan melakukan kunjungan rumah yaitu KN.1 dan KN.2 sesuai standart

pelayanan. Dari upaya tersebut di harapkan dapat mengetahui dan mengenal secara

dini tanda-tanda bahaya masa nifas, sehingga bila ada kelainan dan komplikasi dapat

segera terdeteksi (Prawirohardjo, 2009).

Kemudian ibu juga sering mengalami masalah-masalah pada masa nifas yang

timbul akibat ketidaktahuannya, misalnya ibu menahan urinenya karena takut akan

robek kembali jahitan pada alat genetalianya, nyeri pada abdomen yang kadang-

kadang ibu beranggapan bahwa hal tersebut abnormal padahal nyeri tersebut akibat

involusi uterus, pembengkakan mamae sehingga menjadi mastitis oleh karena

ketidaktahuan ibu tentang teknik menyusui ataupun perawatan mammae pada masa

nifas, selain itu rendahnya tingkat pendapatan ekonomi dan pendidikan keluarga dan

masih banyak praktek lokal yang sangat merugikan ibu seperti memiliki pantang

makanan tertentu seperti ikan, telur, cumi-cumi, udang, kepiting yang sebenarnya

sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk proses metabolisme ibu serta sebagai cadangan

energi untuk proses persalinan dan laktasi. (Rukiah A.Y, 2011) .

Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Muna tahun 2016 di wilayah kerja

Puskesmas Katobu ibu nifas sebanyak 610 orang (Dinkes Kab. Muna, 2016)

Berdasarkan survey awal pada Ibu- ibu nifas diwilayah kerja Puskemas

Katobu banyak yang tidak mengetahui dengan baik perawatan pada masa nifas,

misalnya saja tindakan ibu nifas yang membungkus perutnya dengan stagen dengan

alasan agar perut ibu tidak melar dikemudian hari padahal hal tersebut dapat

mengganggu kontraksi uterusnya, lalu membatasi ibu untuk mengkonsumsi ikan

Page 14: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

dengan alasan dapat menimbulkan alergi atau luka jahitan akan bau amis padahal

ikan banyak mengandung protein yang sangat baik untuk perbaikan jaringan- jaringan

yang rusak akibat proses persalinan.

Berdasarkan uraian menunjukan bahwa masih rendahnya tingkat pengetahuan

ibu tentang tanda bahaya masa nifas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Gambaran pengetahuan Ibu nifas tentang tanda bahaya pada masa

nifas di wilayah kerja Puskemas Katobu tahun 2016”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian “Bagaimanakah pengetahuan ibu nifas tentang tanda

bahaya pada masa nifas di wilayah kerja Puskemas Katobu tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya pada masa

nifas di wilayah kerja Puskemas Katobu tahun 2016

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas berdasarkan tingkat tahu

tentang tanda bahaya pada masa nifas diwilayah kerja Puskesmas Katobu

tahun 2016

b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas berdasarkan tingkat

paham tanda bahaya pada masa nifas diwilayah kerja Puskesmas Katobu

tahun 2016

Page 15: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

c. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifasberdasarkan tingkat

aplikasi tentang tanda bahaya pada masa nifas diwilayah kerja Puskesmas

Katobu tahun 2016

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu sumber informasi dalam

memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dan bahan kepustakaan sekaligus

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan D3 kebidanan dan

merupakan proses belajar untuk mengetahui tanda bahaya pada masa nifas

b. Manfaat Bagi Institusi

Manfaat bagi institusi adalah sebagai bahan acuan untuk memberikan penilaian

akhir kepada mahasiswa yang akan menyelesaikan studi, khususnya di akademi

kebidanan paramata.

c. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai salah satu bahan referensi bagi peneliti selanjutnya

d. Manfaat bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi kepada masyarakat terutama masalah tanda bahaya

pada masa nifas

Page 16: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telah Pustaka

1. Masa Nifas

a. Pengertian

Nifas (Puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran placenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu. Masa nifas

(puerperium) adalah di mulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat –

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira – kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2009).

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Prawirohardjo (2009), tujuan asuhan masa nifas :

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian masa nifas kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat.

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.

Page 17: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

c. Periode Masa Nifas

Menurut Rukiyah Ai(2011), nifas di bagi dalam 3 periode :

1) Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh

bekerja setelah 40 hari.

2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia

yang lamanya 6-8 minggu.

3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,

bulanan, atau tahunan.

d. Perubahan-Perubahan Fisiologis masa nifas

1) Perubahan uterus

Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi

umbilicus, setelah 4 minggu masuk panggul, setelah 2 minggu kembali pada

ukuran sebelum hamil) (Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2006)

2) Lochea

Adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina selama

puerperium,ada beberapa jenis lochea, yakni :

1. Lochea Rubra ( Cruenta)

Lochea ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, selsel darah

desidua (Desidua yakni selaput tenar rahim dalam keadaan hamil), venix

Page 18: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

caseosa (yakni palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam

noda dan sel-sel epitel yang mnyelimuti kulit janin), lanugo (yakni bulu

halus pada anak yang baru lahir), dan mekonium (yakni isi usus janin

cukup bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus dan air ketuban

berwarna hijau).

2. Lochea Sanguinolenta

Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-

7 pasca persalinan

3. Lochea Serosa

Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14

pasca persalinan.

4. Lochea Alba

Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu.

5. Lochea Purulenta

Ini terjadi karena infeksi, keluarnya cairan seperti nanah berbau busuk.

6. Locheohosis

Lochea yang tidak lancar keluarnya.

3) Perubahan vagina dan perineum

a) Vagina

Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul vugae (lipatan-lipatan atau

kerutan-kerutan) kembali.

Page 19: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

b) Perlukaan vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan perineum tidak sering

dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering

terjadi akibat ekstrasi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus

diputar, robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada

pemeriksaan speculum.

c) Perubahan pada perineum

Terjadi robekan perineum hampir pada semua persalinan pertama dan tidak

jarang juga pada persalinan berikutnya.Robekan perineum umumnya terjadi di

garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat,

sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu

bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dan pada sirkumfarensia

suboksipito bregmatika.Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomy

(penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi)

lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik Perubahan pada sistem

pencernaan

Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak.Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan

yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang

berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, hemorroid,

laserasi jalan lahir.Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit

atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila

Page 20: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan

pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain

(Eny Retna Ambarwati, Diah Wulandari, 2009,p.80).

d) Perubahan sistem perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung

pada 1) keadaan/status sebelum persalinan 2) Lamanya partus kalla II yang

dilalui 3) Bersarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan

(Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009, p.80).

e) Perubahan tanda-tanda vital

1) Suhu badan

Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu tubuh mungkin naik sedikit,

antara 37,2ºC-37,5°C. Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari

aktivitas payudara.Bila kenaikan mencapai 38°C pada hari kedua sampai

hari-hari berikutnya, harus diwaspadai infeksi atau sepsis nifas.

2) Denyut nadi

Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 kali per menit, yakni

pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini

terjadi utamanya pada minggu pertama postpartum.

3) Tekanan darah

Tekanan darah <140/90 mmHg.Tekanan darah tersebut bisa meningkat

dari pra persalinan pada 1-3 hari postpartum.

Page 21: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

4) Respirasi

Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal.tidak lain karena ibu

dalam kedaan pemulihan/dalam kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat

postpartum (>30x per menit) mungkin karena ikutan tandatanda syok

(Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati (2009)

f) Perubahan-perubahan psikis ibu nifas

Perubahn peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.Tanggung

jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir.Dorongan serta perhatian

anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam

menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai

berikut (Suherni,Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009,

1) Fase taking in

Yaitu periode ketergantungan.Periode ini berlangsung dari hari pertama

sampai kedua setelah melahirkan.Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama

pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan

yang dialaminya dari awal sampai akhir

2) Fase taking hold

Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada

fase ini ibu timbul rasa kawatir akan ketidakmampuan dan tanggung jawab

dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif mudah

tersinggung dan gampang marah.

Page 22: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

3) Fase letting go

Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini

berlangsung 10 hari setelah melahirkan.Ibu sudah mulai menyesuaikan diri

dengan ketergantungan bayinya.

e. Kunjungan Masa Nifas

Menurut Prawirohadjo (2009) paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas

dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi dan untuk mencegah, mendeteksi dan

menangani masalah-masalah yang terjadi.

1) 6 - 8 jam setelah melahirkan

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk bila

perdarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal.

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

2) 6 (enam) hari setelah melahirkan (persalinan)

a) Memastikan involusi uterus berjalan baik (normal) uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

Page 23: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-

tanda penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari.

3) 2 (dua) minggu setelah persalinan

a) Memastikan involusi uterus berjalan baik (normal) uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-

tanda penyuIit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari.

4) 6 (enam) minggu setelah persalinan

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ibu atau bayi alami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

2. Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas

Adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya/

komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau

tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Prawirohardjo, 2009)

Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut :

Page 24: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

a) Perdarahan Post Partum

Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa

24 jam setelah anak lahir (Prawirohardjo, 2009)

Menurut waktu terjadinya di bagi atas 2 bagian :

1) Perdarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorrhage) yang

terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia

uteri, retensio placenta, sisa placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak

dalam 2 jam pertama.

2) Perdarahan post partum sekunder (Late Post Partum Hemorrhage) yang

terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15 post

partum. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa placenta

(Prawirohardjo, 2009).

Menurut Manuaba (2009), perdarahan post partum merupakan penyebab

penting kematian maternal khususnya di negara berkembang.

Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah :

1) Grandemultipara.

2) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun.

3) Persalinan yang di lakukan dengan tindakan : pertolongan kala uri sebelum

waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun,persalinan dengan tindakan

paksa, persalinan dengan narkosa.

Page 25: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

b) Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)

Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa

nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir

waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas melekatnya

placenta).

Lochea dibagi dalam beberapa jenis (Rukiyah A.Y, 2011) :

1) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-

sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca

persalinan.

2) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke

3-7 pasca persalinan.

3) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14

pasca persalinan.

4) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

5) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

6) Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya

Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan di atas

kemungkinan adanya :

1) Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena kontraksi uterus yang kurang

baik.

2) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra lebih banyak

karena kontraksi uterus dengan cepat.

Page 26: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

3) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih lama

mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau amis.

Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut bagian bawah

kemungkinan diagnosisnya adalah metritis. Metritis adalah infeksi uterus setelah

persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila

pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis,

syok septik (Rustam Mochtar, 2009).

c) Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)

Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat

rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg 6 minggu

kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut sub-involusi

(Bahiyatun, 2009).

Faktor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus,

endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2009). Pada pemeriksaan

bimanual di temukan uterus lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya, fundus

masih tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat pula

perdarahan (Prawirohardjo, 2009).

Pengobatan di lakukan dengan memberikan injeksi Methergin setiap hari di

tambah dengan Ergometrin per oral. Bila ada sisa plasenta lakukan kuretase.

Berikan Antibiotika sebagai pelindung infeksi (Prawirohardjo, 2009).

Page 27: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

d) Nyeri pada perut dan pelvis

Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi nifas

seperti : Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada peritonium, peritonitis

umum dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian karena infeksi.

Menurut Walyani Elisabeth (2009) gejala klinis peritonitis dibagi 2 yaitu :

1) Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis

Tanda dan gejalanya demam, nyeri perut bagian bawah tetapi keadaan umum

tetap baik, pada pemeriksaan dalam kavum daugles menonjol karena ada

abses.

2) Peritonitis umum

Tanda dan gejalanya: suhu meningkat nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan,

pucat muka cekung, kulit dingin, anorexsia, kadang-kadang muntah.

e) Pusing dan lemas yang berlebihan

Menurut Manuaba (2009), pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada

nifas, pusing bisa disebabkan oleh karena tekanan darah rendah (Sistol 160

mmHg dan distolnya 110 mmHg. Pusing dan lemas yang berlebihan dapat juga

disebabkan oleh tanda bahaya pada masa nifas bila kadar haemoglobin.

Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya, dimana

keadaan lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori

sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah (sistol)

Page 28: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

f) Suhu Tubuh Ibu > 38 0C

Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik

antara 37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim dan

mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu adalah

normal.

Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 380C beturut-turut selama

2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan yang

mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Ambarwati

E, 2010).

3. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil rasa keingintahuan

manusia terhadap sesuatu dan hasrat untuk meningkatkan harkat hidup

sehingga kehidupan menjadi lebih baik dan nyaman yang berkembang

sebagai upaya untuk memenuhi kebutuha manusia baik dimasa sekarang

maupun dimasa depan. Pengetahuan hanya sekedar menjawab pertanyaan

what misalnya apa alam, apa manusia, apa air dan lainnya (Putri Ariani, A,

2014)

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif yang mempunyai 6 tingkatan yaitu :

Page 29: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

1) Know (Tahu)

Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di

pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu

merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang di pelajari antara lain

dengan menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan

sebagainya (Puti Ariani, 2014)

2) Comprehension (Memahami)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterpretaskan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya (Puti Ariani, 2014)

3) Application (Aplikasi)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya (Puti Ariani, 2014)

Page 30: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

4) Analysis (Analisis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi/objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya (Puti Ariani, 2014)

5) Synthesis (Sintesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan/menghubungkan bagan-bagan didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada. Misalnya, dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan,

menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan

yang telah ada (Puti Ariani, 2014)

6) Evaluation (Evaluasi)

Evaluasi iniberkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi/penilaian terhadap suatu materi/objek. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau mengguankan

kriteria - kriteria yang telah ada (Puti Ariani, 2014)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara/angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di

Page 31: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

ukur dari subjek penelitian/responden. Kedalaman pengetahuan yang

ingin kita ketahui/kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-

tingkatan diatas. (Puti Ariani, 2014)

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional atau non

ilmiah yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah

yakni melalui proses penelitian. Lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari:

a) Cara coba – salah ( Trial and Error)

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorangmenghadapi

persoalan atau masalah upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-

coba. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan

tersebut tidakberhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah

tersebut dapat terpecahkan(Puti Ariani, 2014)

b) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan.

c) Cara kekuasaan atau otoritas

Page 32: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan dan

tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan seperti ini bukan hanya

terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada

masyarakat modern. Kebiasaan ini seolah diterima dari sumbernya

sebagai kebenaran yang mutlak.

Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka agama,

pemegang pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan kata lain,

pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegangotoritas,

yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baiktradisi, otoritas

pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan

atau ilmuwan(Puti Ariani, 2014)

d) Berdasarkan pengalaman sendiri

Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah. Pepatah

ini mengandung maksud bahwa pengalaman itumerupakan sumber

pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman

pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal

ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa

yang lalu(Puti Ariani, 2014)

Page 33: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

e) Cara akal sehat ( common sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan

teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah dan hukuman

merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk

mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan(Puti Ariani, 2014)

f) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang

diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima

dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari

apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini

diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil

usaha penalaran atau penyelidikan manusia.

g) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepatsekali

melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau

berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya

karena kebenaran ini tidak menggunakan cara yang rasional dan yang

sistematis.

h) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan perkembangan kebudayaan umat

manusia cara manusia berfikir ikut berkembang. Dari sini manusia

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.

Page 34: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan

pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang

dikemukan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui

pernyataan-pernyataan yang khusus kepada yang umum dinamakan

induksi sedangkan deduksia adalah pembuatan kesimpulan dari

pernyataan-pernyataan umum ke khusus(Puti Ariani, 2014)

i) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini

berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut

berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra

kemudian disimpulkan kedalam suatu konsep yang memungkinkan

seseorang untuk memahami suatu gejala.

j) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berpikir deduksiberlaku

bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum padakelas tertentu,

berlaku juga kebenarannya pada semua persitiwa yang terjadi pada setiap

yang termasuk dalam kelas itu.

2) Cara ilmiah atau modern

Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasaini lebih

sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau

Page 35: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

metodologi penelitian (research metodology). Cara ini dikembangkan oleh

Francis Bacon yang mengembangkan metode berpikir induktif kemudian

dikembangkan oleh Deobold van Dallen yang menyatakan bahwa dalam

memperoleh kesimpulandilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan

membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek

yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok :

a) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat

dilakukan pengamatan.

b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada

saat dilakukan pengamatan.

c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala yang

berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

d) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

(1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk

menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan

cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun

Page 36: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin

banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut

akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa

seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan

rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di

pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non

formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung

dua aspek yaitu aspek positif dan negatif.

Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan perilaku

seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari

obyek yangdiketahui, akan menumbuhkan perilaku makin positif

terhadap obyek tersebut (Puti Ariani, 2014)

(2) Mass media / informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan.

Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa

yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

Page 37: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian

informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-

pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

(3) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial

ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

(4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun social. Lingkungan berpengaruh terhadap

proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam

lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik

ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

(5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

Page 38: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

masalalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan

memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman

belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil

keputusan yang merupakanmanifestasi dari keterpaduan menalar secara

ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

(6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam

masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan

demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang

usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.

Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal

dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini

3) Pengukuran Pengetahuan

Menurut Arikunto, 2006 penetahuan seseoarng dapat diketahui dan di

interpresatsikan dengan skala yang bersifat yaitu kualitatif :

a) Pengetahuan baik, jika persenatse jawaban 76% - 100%

b) Pengetahuan cukup, jika persenatse jawaban 56% - 75%

Page 39: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

c) Pengetahuan kurang, jika persenatse jawaban < 55% (Putri Ariani, A,

2014)

B. Landasan Teori

Tanda-tanda bahaya masa nifasadalah suatu tanda yang abnormal yang

mengindikasikan adanya bahaya/ komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas,

apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.

Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan

yang telah di terima.

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterpretaskan materi tersebut secara

benar.

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan

sebagai aplikasi atau pengunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya.Dengan pengukuran pengetahuan :

a. Pengetahuan baik, jika persenatse jawaban 76% - 100%

b. Pengetahuan cukup, jika persenatse jawaban 56% - 75%

c. Pengetahuan kurang, jika persenatse jawaban < 55% (Putri Ariani, Ayu, 2014)

Page 40: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

C. Kerangka Konsep

Gambar I. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel yang diteliti (Variabel Independent)

: Variabel Dependent

: Hubungan antar Variabel

D. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu nifas berdasarkan tingkat tahu tentang

tanda bahaya pada masa nifas diwilayah Kerja Puskesmas Katobu tahun 2016?

2. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu nifas berdasarkan tingkat paham tentang

tanda bahaya pada masa nifas diwilayah Kerja Puskesmas Katobu tahun 2016?

3. gambaran pengetahuan ibu nifas berdasarkan tingkat aplikasi tentang tanda

bahaya pada masa nifas diwilayah Kerja Puskesmas Katobu tahun 2016?

Tahu

Memahami Ibu nifas

Aplikasi

Page 41: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rencana Penelitian

Jenis Penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif yaitu

suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran tentang

suatu keadaan secara objektif.

B. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas di Wilayah kerja

Puskesmas Katobu bulan Agustus tahun 2016 sebanyak 52 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah Ibu nifas yang di Wilayah kerja Puskesmas

Katobu tahun 2016sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan teknik Acidental sampling . Sampel penelitian menggunakan data

primer dan Data sekunder. Data primer yaitu data ibu nifas yang akan dikunjungi

oleh penulis berdasarkan data primer. Data primer yaitu data ibu nifas di wilayah

kerja Puskesmas Katobu tahun 2016 yang tertulis di register ibu KIA

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2016

Page 42: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

2. Tempat

Penelitian telah dilaksanakan di Puskesmas Katobu,Kabupaten Muna

D. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Ibu nifas . Sedangkan varabel

independen adalah pengetahuan ibu berdasarkan tingkat tahun, paham, aplikasi

E. Defenisi Operasional dan kriteria Obyektif

Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif dapat disajikan dalam bentuk tabel 1

Tabel 1.Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif

No Variabel DefinisiOperasional

Kriteria Obyektif Alatukur

Skala

1. DependentIbu nifas

Ibu – ibu nifasyang tercatat dibuku register ibunifas

2 IndependentTingkat tahu

Apabila ibusekedar tahu atauhanya mengingattentang tandabahaya masa nifas

Baik : jika persentase 76–100 %Cukup : jika persentase56–75 %Kurang : jika prosentase <56 %

Kuisioner Ordinal

Tingkatpemahaman

Apabila ibu tahudan dapatmenjelaskandengan benartentangTandabahaya masa nifas

Baik : jika persentase 76–100 %Cukup : jika persentase56–75 %Kurang : jikaprosentase < 56 %

Kuisioner Ordinal

Tingkataplikasi

Apabila ibu dapatmengaplikasikantentangTandabahaya masa nifas

Baik : jika persentase76–100 %Cukup : jika persentase56–75 %Kurang : jika prosentase <56 %

Kuisioner Ordinal

Page 43: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

F. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuisioner

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Proses pengolahan data (data processing) ini terdiri dari 3 (tiga) jenis kegiatan,

yakni :

a. Memeriksa data (Editing Data)

Memeriksa data hasil pengumpulan data, yang berupa daftar

pertanyaan, kartu, buku dan lain-lain. Kegiatan ini meiputi hal-hal berikut:

1) Perhitungan dan penjumlahan

Adalah menghitung lembaran-lembaran kuisioner atau daftar

pertanyaan yang telah diisi dan kembali. Kegiatan ini dimaksudkan untuk

mengetahui apakah jumlahnya telah sesuai dengan jumlah yang disebarkan

atau ditentukan.

2) Koreksi

Yang termasuk kegiatan koreksi ini adalah untuk melihat hal-hal

sebagai berikut :

a) Memeriksa kelengkapan data

b) Memeriksa kesinambungan data

c) Memeriksa keseragaman data

Page 44: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

b. Memberi Kode (Coding Data)

Untuk memudahkan pengolahan data, maka semua jawaban atau data

hasil penelitian dianggap sangat perlu untuk disederhanakan agar supaya pada

saat pengolahan data dapat dilakukan dengan mudah. Salah satu cara untuk

menyederhanakan data hasil penelitian tersebut adalah dengan memberikan

simbol-simbol tertentu untuk masing-masing data yang sudah diklasifikasikan.

c. Tabulasi Data (tabulating)

Yang dimaksud dengan tabulasi data, yakni menyusun dan

mengorganisir data sedemikian rupa, sehingga akan dapat dengan mudah

untuk dilakukan penjumlahan, disusun dan disajikan dalam bentuk tabel atau

grafik. Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara manual

elektronis/komputerisasi (Putri Ariani, A, 2014)

2. Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat yaitu untuk

mendeskripsikan kategori sampel terkait dengan variabel penelitian dalam bentuk

presentase dengan menggunakan rumus statistik:

P = fn x 100%Keterangan :

P = Persentase

f = Jumlah jawaban yang benar

n = Jumlah soal (Putri Ariani, A, 2014)

Page 45: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

H. Jalannya Penelitian

a. Tahap Persiapan

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mempersiapkan/mengurus izin penelitian

kepada institusi dan melaporkannya sebelum memulai kegiatan pengumpulan data

di lapangan.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaannya dimulai dengan mencatat semua hasil dari data yang diperoleh di

lapangan dengan menggunakan teknik accidental sampling.

c. Tahap Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan kemudian diolah, dianalisis dan disajikan secara

deskriptid sederhana dalam bentuk narasi, tabel dan gambar.

d. Tahap Penulisan Laporan

Pada tahap ini disajikan laporan sebagai tahap akhir penulisan ini.

Page 46: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum letak geografis

1. Letak Geografis

Secara astronomis Puskesmas Katobu terletak dibagian Selatan Muna.

Secara geografis katobu terletak dibagian selatan garis khatulitistiwa, memanjang

dari Utara ke Selatan di antara 4,490 – 4500 lintang Selatan dan membentang dari

Barat ke Timur diantara masyarakat di Kecamatan Katobu

1) Letak teritorial

a) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Laiworu

b) Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Buton

c) Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Duruka

d) Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan watopute

2) Wilayah kerja

Wilayah kerja puskesmas meliputi kelurahan Raha I, Kelurahan Laende,

Kelurahan Raha II, Kelurahan Mangga Kuning, Kelurahan Butung – Butung,

Kelurahan Watonea, Kelurahan Wamponiki, dan Kelurahan Raha III dengan

Luas daratan 12,88 km2

2. Demografis

Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Katobu tahun 2015 sebesar

7.771 jiwa terdiri dari 14,299 jiwa laki – laki, dan 15.735 jiwa perempuan.

Adapun sarana pelayanan dan tenaga kesehatan sebagi berikut :

Page 47: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

1) Sarana pelayanan

Sarana pendukung pelayanan kesehatan di Puskesmas katobu terdiri

dari Puskesmas Pembantu 1 buah, posyandu 29 pos, kendaraan roda 4 1 unit,

dan kendaraan roda dua ada 6 unit.

2) Tenaga kesehatan

Pelaksana pelayanan kesehatan di Puskesmas katobu memiliki

beberapa tenaga kesehatan berbagai profesi seperti tenaga medis, paramedis

perawat, paramedis non perawat, tata usaha dan sopir. Tenaga medis terdiri

dari 3 orang dokter Umum dan 2 orang dokter Gigi. Tenaga paramedis

perawat 9 orang bidan, perawat 20 orang dan gizi 4 orang. Tenaga paramedis

non perawat terdiri dari kesling 3 orang, analisis 3 orang, lulusn SPK 3 orang,

farmasi 2 orang, dan lulusn FKM 4 orang. Tenaga tata usaha terdiri dari

tenaga ahli computer 4 orang dan sopir 1 orang.

3. Karakteristik Responden

a. Pendidikan Responden

Distribusi responden menurut pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas

Katobu Kabupaten Muna tahun 2016 dilihat pada grafik berikut.

Page 48: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

Sumber: Data Primertus Agustus, 2016Gambar 2. Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu di

Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna tahun 2016

Berdasarkan gambar 2, responden terbanyak berpendidikan SMA sebesar

(40%), selanjutnya pendidikan SMP sebesar (30%), dan responden dengan

pendidikan terendah SD sebesar (17%), pendidikan perguruan tinggi sebesar

(12%).

b. Umur responden

Distribusi responden menurut umur di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu

Kabupaten Muna tahun 2016 dilihat pada grafik berikut.

30%

17%40%

13%SD

SMP/Sederajat

SMA/Sederajat

Perguruan Tinggi

Page 49: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

Sumber: Data Primer Agustus, 2016Gambar 3. Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu di

Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna tahun 2016

Berdasarkan gambar 3, responden terbanyak berumur antara 21-30 tahun

yaitu sebesar (47%), selanjutnya umur 30 -40 tahun sebesar (43%), dan responden

berumur >40 tahun yang sebesar (7%), dan responden berumur < 20 tahun yang

sebesar (3%)

c. Pekerjaan responden

Distribusi responden menurut pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu

Kabupaten Muna tahun 2016 dilihat pada grafik berikut.

3%

47%43%

7%

<20

21-30

31-40

>40

Page 50: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

Sumber: Data Primer, 2016Gambar 4. Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu di

Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna tahun 2016

Berdasarkan gambar 4 , pekerjaan responden terbanyak pada IRT sebesar

(50%) selanjutnya pekerjaan wiraswasta sebesar (33%), dan responden dengan

pekerjaan honorer sebesar (10%) dan PNS sebesar (7%)

C. Hasil Penelitian

Setelah data primer tersebut di kumpulkan kemudian di lakukan

pengelompokan sesuai dengan tujuan penulisan selanjutnya disajikan dalam

bentuk analisis univariat.

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan semua variabel yang di

teliti dengan cara mendiskripsikan tiap variabel penelitian yang selengkapnya

disajikan dalam bentuk tabel.

50%

7%10%

33%IRT

PNS

Honorer

Wiraswasta

Page 51: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

1) Tingkat Tahu

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat tahu responden tentang Gambaran

pengetahuan Ibu nifas tentang tanda bahaya pada masa nifas di wilayah kerja

Puskemas Katobu tahun 2016hal ini dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Tahuterhadap Tanda Bahaya Masa Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu

Tahun 2016

Tingkat tahu Frekuensi (f) Persentase ( % )

Kategori baik 5 16,67%Kategori cukup 10 33,33%Kurang 15 50%

Jumlah(n) 30 100 %

Sumber : Data primer, Agustus2016

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 30responden yang

mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat tahu terbanyak pada pengetahuan

kategori kurang sebesar 15 responden (50%), pengetahuan kategori cukup sebesar

10 responden (33,33%) dan pengetahuan kategori baik sebesar 5 responden

(16,67%).

2) Tingkat Paham

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat paham responden tentang

Gambaran pengetahuan Ibu nifas tentang tanda bahaya pada masa nifas di

wilayah kerja Puskemas Katobu tahun 2016 hal ini dapat dilihat pada Tabel 3

Page 52: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan TingkatPaham terhadap Tanda Bahaya Masa Nifas di Wilayah Kerja

Puskesmas KatobuTahun 2016

Tingkat Paham Frekuensi (f) Persentase ( % )

Kategori baik 7 23,33%Kategori cukup 10 33,33%Kurang 13 43,34%

Jumlah(n) 30 100

Sumber : Data primer, Agustus 2016

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang

mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat paham terbanyak pada pengetahuan

kategori kurang sebesar 13 responden (43,33%), pengetahuan kategori cukup

sebesar 10 responden (33,33%) dan pengetahuan kategori baik sebesar 7

responden (23,33%).

3) Tingkat Aplikasi

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat aplikasi responden tentang

Gambaran pengetahuan Ibu nifas tentang tanda bahaya pada masa nifas di

wilayah kerja Puskemas Katobu tahun 2016 hal ini dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Tahuterhadap Tanda bahaya masa nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu

Tahun 2016

Tingkat Aplikasi Frekuensi (f) Persentase ( % )

Kategori baik 6 20%Kategori cukup 11 36,67%Kurang 13 43,33%

Jumlah(n) 30 100

Sumber : Data primer, Agustus 2016

Page 53: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang

mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat aplikasi terbanyak pada

pengetahuan kategori kurang sebesar 13 responden (43,33%), pengetahuan

kategori cukup sebesar 11 responden (36,67%) dan pengetahuan kategori baik

sebesar 6 responden (20%).

B. Pembahasan

1. Tingkat Tahu

Hasil dari penelitian menunjukkan Tabel 2 bahwa dari 30responden yang

mempunyai berdasarkan tingkat tahu terbanyak pada pengetahuan kategori kurang

sebesar 15 responden (54,84%), pengetahuan kategori cukupsebesar 10 responden

(33,33%) dan pengetahuan kategori baik sebesar 5 responden (16,67%).

Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif yang mempunyai 6 tingkatan salah satunya adalah tingkat tahu di artikan

sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk

kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima.

Oleh sebab itu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa responden tahu tentang apa yang di pelajari antara lain

dengan menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

Agar tidak terjadi masalah pada saat masa nifas petugas kesehatan seharusnya

melakukan pengawasan yang intensif pada pasien pasca melahirkan apabila pasien

tersebut masih dalam perawatan di rumah sakit seperti melakukan kunjungan ulang 2-

Page 54: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

6 jam pasca melahirkan untuk mendeteksi adanya perdarahan dan komplikasi lainnya

yang berhubugan dengan masa nifas, namun apabila pasien telah diperbolehkan

pulang, petugas kesehatan memberikan penyuluhan kepada pasien tentang tanda-

tanda bahaya masa nifas agar pasien dapat mengerti dan memahami bahwa hal

tersebut harus membutuhkan tindakan segera di Rumah sakit, serta menganjurkan

pasien kontrol sesuai dengan jadwal yang ditentukan untuk mengetahui sub involusi

telah berjalan dengan baik serta untuk mendeteksi secara dini adanya suatu

komplikasi.

Hal ini sesuai dengan hasil yang penelitian yang didapat oleh peneliti

bahwa pengetahuan yang terbanyak pada kategori kurang sebesar (50%).

Kemudian dilihat dari pendidikan responden kebanyakan memiliki pendidikan

terakhir hanya sampai SMA.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Putri Ariani(2014) bahwa salah

satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,yaitu kebiasaan. Faktor

kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah

yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah

pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

Selain itu juga menurut Notoadmojo (2007) bahwa yang mempengauhi

pengetahuan adalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin

tinggi pendidikan seeresponden makin mudah responden tersebut untuk menerima

Page 55: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk

mendapatkan informasi, kategori baik dari responden lain maupun dari media

massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan

yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan

pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka

responden tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu

ditekankan bahwa seresponden yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Wulandari

(2010) dengan judul pengetahun ibu tentang persiapann persalinan di BPS Iken

Hara Banten.Dari hasil penelitian bahwa dari 40 rsponden sebagian besar

berpengetahunkurang (43,33%), pengetahuan kategori cukup (26,67%) dan

pengetahuan kategori baik (16,67%).

2. Tingkat paham

Hasil penelitian dari tabel 3 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang

mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat paham terbanyak pada pengetahuan

kategori kurang sebesar 13 responden (43,33%), pengetahuan kategori cukup

sebesar 10 responden (33,33%) dan pengetahuan kategori baik sebesar 7

responden (23,33%).

Berdasarkan teori yang di kemukakan oleh Tri Kurniati (2012) memahami

diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

di ketahui dan dapat menginterpretaskan materi tersebut secara benar. Responden

Page 56: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tingkat pemhmn

terbanyak pada kategori kurang yaitu 13 responden (43,33%) hal ini dikarenakan

informasi – informasi yang didapat dari Puskesmas Katobu, responden masih

kurang paham yang berkaitan dengan tanda bahaya masa nifas.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pemhmn seseorang, menurut

Notoadmojo (2007), yaitu usia. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan

pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya

semakin memkategori baik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif

dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan

demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu

respondenusia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk

membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal

dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

Namun dari hasil yang didapatkan peneliti tidak sejalan dengan teori yang

dikemukakan karena hasil penelitian berdasarkan umur 21-30 tahun yaitu sebesar

(47%), selanjutnya umur 30-40 tahun sebesar (43%), dari umur responden

sebenarnya merupakan umur yang bisa memberikan pengetahuan yang baik untuk

tanda bahaya masa nifas sesuai yang dikemukakan oleh Notodamodjo (2007)

namun yang didapat oleh peneliti terbanyak pada pengetahuan kategori kurang

Page 57: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

sebesar 13 responden (43,33%). Hal ini juga disebabkan oleh pendidikan

responden yang kebanyakan hanya sampai pada SMA.

Menurut Notoadmojo (2007) bahwa yang mempengauhi pengetahuan

adalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung

seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan

seeresponden makin mudah responden tersebut untuk menerima informasi.

Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan

informasi, kategori baik dari responden lain maupun dari media massa. Semakin

banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat

tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka responden tersebut akan

semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa responden

yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

3. Tingkat Aplikasi

Hasil dari penelitian tabel 4 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang

mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat aplikasi terbanyak pada

pengetahuan kategori kurang sebesar 13 responden (43,33%), pengetahuan

kategori cukup sebesar 11 responden (36,67%) dan pengetahuan kategori baik

sebesar 6 responden (20%).

Berdasarkan teori yang di kemukakan oleh Putri Ariani (2014) bahwa

aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

Page 58: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau pengunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip

dan sebagainya.

Berdasarkan teori yang dikemukakan Cahyonoputra (2009) bahwa salah

satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden adalah informasi.

Informasi yang diperoleh kategori baik dari pendidikan formal maupun nonformal

dapat memberikan mempengaruhi jangka pendek (Immediate impact) sehingga

mengahasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan berbagai media massa

untuk seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain – lain mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan responden.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti

(2015) dengan judul pengetahun ibu tentang tanda bahaya masa nifas di BPM

Grobogan.

Page 59: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bersasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di paparkan sebelumnya

maka, dapat disimpulkan bahwa :

1. Gambaran pengetahuan Ibu nifas tentang tanda bahaya pada masa nifas di

wilayah kerja Puskemas Katobu tahun 2016yang mempunyai pengetahuan

berdasarkan tingkat tahu terbanyak pada pengetahuan kategori kurang sebesar

54,84%, pengetahuan kategori cukupsebesar 33,33% dan pengetahuan kategori

baik sebesar 16,67%.

2. Gambaran pengetahuan Ibu nifas tentang tanda bahaya pada masa nifas di

wilayah kerja Puskemas Katobu tahun 2016yang mempunyai pengetahuan

berdasarkan tingkat paham terbanyak pada pengetahuan kategori kurang sebesarr

43,33%, pengetahuan kategori cukup sebesar 33,33% dan pengetahuan kategori

baik sebesar 23,33%.

3. Gambaran pengetahuan Ibu nifas tentang tanda bahaya pada masa nifas di

wilayah kerja Puskemas Katobu tahun 2016yang mempunyai

pengetahuanberdasarkan tingkat aplikasi terbanyak pada pengetahuan kategori

kurang sebesar 13 responden (43,33%), pengetahuan kategori cukup sebesar

36,67% dan pengetahuan kategori baik sebesar 20%.

Page 60: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi tenaga kesehatan

Kepada petugas kesehatan Puskesmas Katobu lebih meningkatkan lagi edukasi

kepada ibu hamil untuk lebih mengetahui tentang tanda bahaya masa nifas. Di

harapkan kepada peneliti selanjutnya agar penelitian ini di jadikan pedoman dan

perlu adanya sosialisasi atau informasi tentang masa nifas kepada setiap

responden (sampel).

2. Bagi masyarakat

Bagi masyarakat khususnya ibu hamil diharapkan untuk meningkatkan

pengetahuannya secara mandiri tidak hanya bergantung pada tenaga kesehatan,

yaitu dengan cara mencari informasi tentang tanda bahaya masa nifas dasar pada

media cetak seperti buku, majalah, dan lain-lain ataupun media elektronik dan

bisa juga bertanya pada responden yang tua atau responden yang lebih

pengalaman.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi pihak yang tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut diharapkan

agar bisa mengkaji lebih dalam mengenai sikap dan perilaku ibu berdasarkan

tingkat pengetahuanya agar dapat dikategorikan apakah tingkat pengetahuanya

kategori baik di ikuti pula oleh sikap patuh dalam setiap penyuluhan yang

diadakan oleh puskesmas

Page 61: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016

DAFTAR PUSTAKA

Ariani putri (2014)AplikasimetodologipenelitianKebidanandanKesehatanReproduksi.Jakarta :NuhaMedika

Bagus, I.(2009). Komplikasi Nifas.Jakarta : EGC Elisabeth W. (2009). Buku Ajar Bidan1 . Jakarta: Trans Info Media

Elisabeth W. (2009).Buku Ajar Bidan 1 . Jakarta: Trans Info Media

Manuaba, SuryasaputraSKD.,Manuaba, Chandaranita., Manuaba, Fajar., Manuaba,IBG. (2010) Buku Ajar Ginekologi.Jakarata : EGC

Nugroho, T. (2010) Buku Ajar Ginekologi. Yogyakarta: NuhaMedika

Nursalam, (2016) MetodologiPenelitianIlmukeperawatan.Jakarta :SalembaMedika

Prawiroharjdo, S (2009). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Rukiyah, AY. (2011) AsuhanKebidanan III Nifas.Jakarta : Trans Info Media

Siswono, (2009).Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Suherni, dkk.(2006). Asuhan Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Page 62: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016
Page 63: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2016