GAMBARAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN OBAT DI GUDANG …repositori.uin-alauddin.ac.id/12524/1/NURUL IWANAH...
Transcript of GAMBARAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN OBAT DI GUDANG …repositori.uin-alauddin.ac.id/12524/1/NURUL IWANAH...
i
GAMBARAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN OBAT DI GUDANG FARMASI
RSUD SYEKH YUSUF GOWA
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat Prodi Kesehatan Masyarakat
Pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar
Oleh
NURUL IWANAH HUSAIN
70200113002
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa (i) yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Nurul Iwanah Husain
NIM : 70200113002
Tempat/Tgl Lahir : Ujung Pandang/ 30 Juli 1995
Jurusan/Peminatan : Kesehatan Masyarakat / Administrasi Rumah Sakit
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Alamat : BTN. Gowa Sarana Indah Blok B2 No.17
Judul : Gambaran Pengelolaan Persediaan Obat di Gudang Farmasi
RSUD Syekh Yusuf Gowa
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran, bahwa skripsi ini
benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan
duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka
skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Samata-Gowa, November 2017
Penyusun,
Nurul Iwanah Husain
NIM. 70200113002
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan senantiasa memanjatkan Puji Syukur kehadirat Allah swt., karena
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dalam rangka penyelesaian pendidikan pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. “Laa
haula walaa quwwata illaa billahil ’aliyyil adzim (tidak ada daya dan kekuatan
kecuali dengan pertolongan Allah)”. Segala bentuk pertolongan yang diberikan Allah
disaat penulis mengalami kesulitan dan hambatan selama penyusunan skripsi. Dan
penulis yakin sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Allahu Akbar!
Upaya maksimal dalam menulis tentu banyak menguras tenaga, pikiran dan
waktu serta segenap potensi telah diupayakan dengan harapan kesempurnaan dari
penulisan ini. Namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa dengan segala
keterbatasan yang ada pada penulis, sehingga bentuk dan isi dari skripsi ini masih
jauh dari sempurna.
Penyelesaian skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini izinkanlah penulis menghaturkan
sembah sujud sedalam – dalamnya serta terima kasih dan penghargaan yang setinggi
– tingginya kepada kedua orangtua penulis yang tercinta dan sangat penulis sayangi
Ayahanda Alm. Drs. Husain Sulaiman, M.Ag dan Ibunda Sumiati Husain yang
telah melahirkan, membesarkan dan mendidik penulis dengan segala curah kasih
sayang dan doa yang terus mengalir dalam setiap darah, keringat dan air matanya
sejak dalam kandungan hingga detik ini, serta senantiasa memotivasi penulis
v
sepanjang menempuh pendidikan hingga akhirnya lulus sarjana tepat waktu seperti
janji penulis kepada beliau. Sungguh penulis tidak mampu membalasnya dengan
apapun juga.
Buat saudara-saudariku tercinta yaitu Husnul Arif Husain, SE., Fajrul Alim
Husain, SS., Nurhadyah Husain, SE., dan Ma’ruf Kamil Husain yang telah
banyak memberikan inspirasi, motivasi dan kritikan kepada penulis yang tentunya
sangat bermanfaat buat penulis dan menunjukkan arti cinta dan kasih sayang dari
mereka.
Dan tak lupa pula penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam –
dalamnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. M Fais Satrianegara, SKM., MARS selaku Pembimbing I dan Ibu
Syarfaini, SKM., M.Kes selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan
bimbingan, arahan dan pelajaran yang berharga kepada penulis.
2. Bapak Muhammad Rusmin, SKM., MARS selaku Penguji I dan Bapak Dr.
Muzakkir, M.Pd.I selaku Penguji II yang telah banyak memberikan dukungan dan
saran yang sangat berharga bagi penulis.
3. Bapak Prof. Dr. H. Musafir Pabbabari, M.Si selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
4. Bapak Dr. dr. H. Andi Armyn Nurdin, M.Sc selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar beserta jajarannya.
5. Bapak Hasbi Ibrahim, SKM., M.Kes selaku ketua Prodi Kesehatan Masyarakat dan
seluruh Staf Pengajar yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis
mengikuti pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin
Makassar.
vi
6. Ibu Tuti Maryati, S.Si., Apt selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUD Syekh Yusuf
Gowa beserta seluruh staf gudang farmasi yang telah bersedia menjadi informan
dalam penelitian ini serta memberikan banyak petunjuk dan bantuan selama proses
penelitian.
7. Untuk sahabat-sahabat tercinta Zakiyah Ramdlani Hamzah, Rezki Ramadhani
Usman, Putri Andini Muslimah, Diah Rismayani, SKM., Nurul Fajriyah
Daswar, Fitriani Azis, Ekawaty Hengki Utami, Sulfi Ekawati, Nurul Fitrah
Sabir dan Dewi Hardiyanti Amiq yang telah banyak membantu selama proses
perkuliahan dan penyelesaian studi, yang selalu ada disaat penulis membutuhkan
bantuan dan juga menemani penulis disaat suka maupun duka. Semoga persahabatan
kita tetap terjaga selamanya. Semangat ki menata hidup yang lebih baik kedepannya.
8. Untuk sahabat-sahabat tercinta Wahdaniyah Nurunnisa, A.Md TI., dan Nur
Fajrianty Amin, S.Ked yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis selama proses penyelesaian skripsi. Semoga persahabatan kita tetap terjaga
selamanya. Semangat ki menata hidup yang lebih baik kedepannya.
9. Untuk sahabat-sahabat tercinta Rismadayanti, Mutia Mayangsari, S.Pd, Nurul
Fadilla dan Maya Masita yang senantiasa memberikan memberikan dukungan dan
motivasi kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi. Semoga persahabatan
kita tetap terjaga selamanya. Semangat ki menata hidup yang lebih baik kedepannya.
10. Seluruh teman-teman angkatan “Dimension” 2013 dan teman-teman peminatan
Administrasi Rumah Sakit Dani, Sulfi, Hayati, Ifa, dan Fitri yang banyak
memberikan pelajaran dan pengalaman yang berharga selama proses perkuliahan.
vii
11. Seluruh teman-teman KKN Angakatan 2013 Kecamatan Bajeng dan teman-teman
posko KKN Desa Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa yang banyak
memberikan pelajaran dan pengalaman yang berharga selama proses perkuliahan
12. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang
tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan tanggapan, kritikan dan saran yang
sifatnya membangun guna melengkapi kekurangan demi penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dan pengembangan kesehatan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Samata-Gowa, November 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………….............. i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI…………………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI………………………………. iii
KATA PENGANTAR……………………………………………................... iv
DAFTAR ISI……………………………………………………….................. viii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………. xiii
ABSTRAK……………………………………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………….. 1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus………………………………….. 5
C. Rumusan Masalah………………………………………………………. 8
D. Kajian Pustaka………………………………………………………….. 9
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………………………………………. 13
1. Tujuan Penelitian………………………………………………....... 13
2. Kegunaan Penelitian……………………………………………….. 13
BAB II. TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Logisitik Obat……………….... 15
1. Pengertian Manajemen…………………………………………….. 15
2. Pengertian Logistik………………………………………………… 16
3. Pengertian Obat…………………………………………………… 19
B. Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Persediaan…………………….. 20
C. Fungsi-Fungsi Pengendalian Persediaan Obat di Rumah Sakit………... 22
1. Pemilihan…………………………………………………………… 22
ix
2. Perencanaan Kebutuhan……………………………………………. 23
3. Pengadaan………………………………………………………….. 25
4. Penerimaan………………………………………………………….. 27
5. Penyimpanan………………………………………………………… 28
6. Pendistribusian Obat………………………………………………… 30
7. Penghapusan Obat…………………………………………………… 32
8. Pengendalian Persediaan……………………………………………. 33
9. Pencatatan dan Pelaporan………………………………………........ 34
D. Tinjauan Umum Tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)………. 35
E. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit………………………………….. 39
F. Tinjauan islam Tentang Manajemen Obat dalam Kehidupan Manusia… 40
G. Kerangka Teori…………………………………………………………… 46
H. Kerangka Konsep………………………………………………………… 47
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian………………………………………………………… 48
1. Jenis Penelitian………………………………………………………. 48
2. Pendekatan Penelitian………………………………………………… 48
3. Lokasi Penelitian…………………………………………………….. 48
4. Waktu Penelitian……………………………………………………… 48
B. Informan Penelitian………………………………………………………. 48
C. Metode Pengumpulan Data………………………………………………. 49
D. Instrumen Penelitian……………………………………………………… 50
E. Validitas dan Reabilitas………………………………………………….. 51
F. Pengolahan dan Penyajian Data…………………………………………. 51
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian…………………………………….. 52
x
1. Sejarah RSUD Syekh Yusuf Gowa…………………………………. 52
2. Lokasi Penelitian…………………………………………………….. 54
3. Ketenagaan…………………………………………………………… 55
4. Struktur Organisasi……………………………………………………. 56
5. Visi dan Misi RSUD Syekh Yusuf Gowa……………………………. 57
6. Tujuan RSUD Syekh Yusuf Gowa…………………………………… 57
7. Motto…………………………………………………………………. 57
B. Hasil Penelitian…………………………………………………………… 58
1. Karakteristik Responden…………………………………………… 58
2. Pengelolaan Obat RSUD Syekh Yusuf Gowa…………………….. 59
a. Input……………………………………………………………… 59
b. Proses…………………………………………………………… 79
c. Output………………………………………………………….... 135
C. Pembahasan…………………………………………………………….. 140
1. Input…………………………………………………………………. 142
a. SDM……………………………………………………………… 143
b. Anggaran………………………………………………………… 145
c. Sarana dan Prasarana…………………………………………… 146
d. Prosedur…………………………………………………………. 148
2. Proses………………………………………………………………… 149
a. Pemilihan…………………………………………………………. 149
b. Perencanaan………………………………………………………. 151
c. Pengadaan…………………………………………………………. 154
d. Penerimaan……………………………………………………….. 157
e. Penyimpanan……………………………………………………… 159
f. Pendistribusian……………………………………………………. 161
g. Penghapuan dan Pemusnahan…………………………………….. 164
h. Pengendalian Persediaan………………………………………….. 166
xi
i. Pencatatan dan Pelaporan………………………………………… 167
3. Output………………………………………………………………… 169
a. Keamanan dan Ketersediaan Obat………………………………. 169
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………… 165
B. Saran……………………………………………………………………... 167
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pernyataan Peneliti
Lampiran 2 Daftar Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Matriks Hasil Wawancara
Lampiran 4 Surat Pengambilan Data Awal
Lampiran 5 Surat Pengantar BKPMD Kepada Bupati Gowa
Lampiran 6 Surat Pengantar Bupati Gowa Kepada Direktur RSUD Syekh Yusuf
Gowa
Lampiran 7 Surat Keterangan Telah Meneliti
Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kajian Pustaka……………………………………………………… 9
Tabel 4.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Pendidikan Terakhir, Lama Kerja
dan Jabatan………………………………………………………….. 58
Tabel 4.3 Distribusi Masalah………………………………………………….. 141
xiv
GAMBARAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN OBAT DI GUDANG
FARMASI RSUD SYEKH YUSUF GOWA TAHUN 2017
1Nurul Iwanah Husain, SKM.,
2Dr. M. Fais Satrianegara, SKM., MARS,
3Syarfaini, SKM.,M.Kes
1.2Bagian Administrasi Rumah Sakit Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar 3Bagian Gizi Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
ABSTRAK
Mutu pelayanan yang diberikan rumah sakit sangat berpengaruh terhadap citra
rumah sakit dan kepuasan pasien yang berkunjung ke rumah sakit tersebut. Salah satu
faktor yang berperan terhadap mutu pelayanan rumah sakit adalah pengelolaan obat
yang dilakukan di rumah sakit. Pengelolaan obat perlu untuk dilakukan untuk
mencegah terjadinya kekurangan obat (stock out), kelebihan obat (over stock), dan
pembelian obat secara cito. RSUD Syekh Yusuf Gowa pernah terjadi kekosongan
obat yang disebabkan oleh peningkatan jumlah pasien. Tujuan dalam penelitian ini
untuk mengetahui gambaran manajemen pengelolaan persediaan obat di Gudang
Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan Teknik Non Random (Non Probability) Sampling dengan metode
purposive sampling. Informan dalam penelitian ini terdiri dari Kepala Instalasi Farm
asi, Penanggung Jawab Sediaan Obat dan BMHP, Pengelola Obat dan Pengelola
BMHP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan persediaan obat di gudang
farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa sudah cukup efektif, tetapi ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi kekosongan obat. Hal ini terlihat dari beberapa komponen
Input (Sarana terutama gudang penyimpanan yang kurang representatif), Proses
(ketidakkonsistenan terhadap penggunaan sediaan, perencanaan yang kurang teliti,
suhu ruangan yang berubah-ubah mempengaruhi sediaan yang ada, keterlambatan
pelaporan sediaan yang kosong dan kelalaian petugas yang mengakibatkan sediaan
menjadi rusak dan expired) dan Output (sudah sesuai dengan kebutuhan). Diharapkan
kepada Kepala Instalasi Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa untuk
mempertimbangkan penambahan luas gudang farmasi yang dianggap belum cukup
memadai, pengadaan pendingin ruangan yang sesuai dengan standar dan diharapkan
kepada petugas gudang untuk lebih teliti dalam proses perencanaan sediaan untuk
meminimalisir sediaan yang terlupa.
Kata Kunci :Pengelolaan persediaan obat, Gudang Farmasi, Rumah Sakit.
xv
THE DESCRIPTION OF MEDICAL SUPPLIES MANAGEMENT AT
PHARMACEUTICAL WAREHOUSE OF SYEKH YUSUF GOWA
REGIONAL PUBLIC HOSPITAL IN 2017
1Nurul Iwanah Husain, SKM.,
2Dr. M. FaisSatrianegara, SKM., MARS,
3Syarfaini, SKM.,M.Kes
1.2Hospital Administration Division of Public Health Department,
Faculty of Medical and Health Sciences of UIN Alauddin Makassar 3Nutrient Division of Public Health Department,
Faculty of Medical and Health Sciencesof UIN Alauddin Makassar
ABSTRACT
The quality service provided by a hospital is very influential on hospital
image and patient satisfaction visiting the hospital. One of the contributing factors of
the quality service of a hospital is the drugmanagement conducted in the hospital.
Drug management needs to be done to prevent the occurrence of drug shortages
(stock out), excess drug (over stock), and the purchase of drugs in cito. A drug void
has experienced by Syekh Yusuf GowaRegional Public Hospital due to the increasing
number of patients. The study is aimed at determining the description of medical
supplies management at the Pharmaceutical Warehouse of Syekh Yusuf Gowa
Regional Public Hospital. The study is qualitative research with a case study
approach. Non Random (Non Probability) Sampling technique with purposive
sampling method is utilized in gathering the sample. Informants of the study consist
of the Head of Pharmacy Installation, the person in charge of the medicines and
BMHP, the Drug and BMHP Management. The results of the study reveal that the
management of medicalsupplies at the Pharmaceutical warehouse of Syekh Yusuf
GowaRegional Public Hospital is effective enough, yet there are several factors that
could affect the medicine void. This can be observed from some components of Input
(the means, particularly theless representativestorage warehouses), Process (the
inconsistency of using dosage, less careful planning, changing room temperature
affecting existing stocks, delaying of reporting the empty stock, and the negligence of
officers which resulted preparations become damaged and expired), and Output
(already in accordance with the needs). It is expected that the Head of Pharmacy
Installation of Syekh Yusuf GowaRegional Public Hospital to increase the
pharmaceuticalwarehouse area which is not sufficient enough, the standardized air
conditioner procurement, and to the warehouse officers to be more cautious in the
process of preparation plan to minimize the oblivious stock.
Keywords : Medical supplies management, Pharmaceutical Warehouse,
Hospital
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan masyarakat, salah satu di antaranya adalah dengan penyediaan obat yang
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Realisasi tujuan pembangunan di bidang
kesehatan adalah dengan menyediakan sarana pelayanan kesehatan salah satunya
adalah rumah sakit. Tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan di rumah sakit
semakin besar (Rohmani dkk, 2016).
Mutu pelayanan yang diberikan rumah sakit sangat berpengaruh terhadap citra
rumah sakit dan kepuasan pasien yang berkunjung ke rumah sakit tersebut. Salahsatu
faktor yang berperan terhadap mutu pelayanan rumah sakit adalah pengelolaan obat
yang dilakukan di rumah sakit. Pengelolaan obat perlu untuk dilakukan untuk
mencegah terjadinya kekurangan obat (stock out), kelebihan obat (over stock), dan
pembelian obat secara cito. Apabila pasien tidak memperoleh pengobatan
sebagaimana mestinya dikarenakan ketersediaan obat yang selalu tidak ada, maka
membuat pasien merasa tidak puas dan berdampak buruk dengan citra rumah sakit
tersebut (Haryanti dkk, 2015).
Menurut WHO di negara berkembang, biaya obat sebesar 24-66% dari total
biaya kesehatan. Belanja obat yang demikian besar tentunya harus dikelola dengan
efektif dan efisien. Perencanaan merupakan kegiatan dasar dari pengelolaan obat
untuk menentukan kebutuhan obat dan merupakan salah satu fungsi yang menentukan
keberhasilan kegiatan selanjutnya di instalasi farmasi yang nantinya akan bermanfaat
2
bagi kelancaran pelayanan di rumah sakit. Untuk mewujudkan perencanaan tersebut
adanya kegiatan pelaksanaan pada tahap ini dilakukan pengadaan obat untuk
memenuhi kebutuhan obat yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Apabila terjadi
kesalahan pada suatu tahap akibatnya akan mengacaukan siklus secara keseluruhan
yang menimbulkan dampak seperti pemborosan, tidak tersedianya obat, tidak
tersalurnya obat, obat rusak, dan lain sebagainya (Sasongko dan Okky, 2016).
Berdasarkan data Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan 2017 mengenai
instalasi farmasi kabupaten/kota yang telah melakukan manajemen pengelolaan obat
dan vaksin sesuai target, sebagian besar provinsi telah memenuhi target 60%, yaitu 26
provinsi, tetapi masih terdapat 8 provinsi yang belum mencapai target Renstra 2016
diantaranya Maluku, NTT, Banten, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Papua Barat,
Sulawesi Barat dan DKI Jakarta. Provinsi yang paling rendah ialah DKI Jakarta
dengan 53,67%.
Dalam Peraturan Kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentangStandar Pelayanan
Farmasi, menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalahsuatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan obat dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutukehidupan pasien.
Dalam Al-Qur’an dijelaskanbahwaAl-Qur’anmerupakanobatdanpenyembuh
bagi berbagai penyakit yang diderita manusia , baik penyakit medis, kejiwaan
maupun penyakit akibat gangguan jin dan sihir. Sesuai dengan firman Allah swt.QS.
Al Isra’ ayat 82:
ل وز ي ٱنقسءا ول ؤي نه ة وزح شفاء هى يا زد هٱنظ إل
٢٨خضازا
3
Terjemahnya:
“dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zalim selain kerugian”(Departemen Agama RI, 2012).
Ayat di atas menjelaskan Al-Qur’an mengandung penyembuh dan rahmat
danini tidak berlaku untuk semua orang namun hanya bagi kaum mukmininyang
membenarkan ayat-ayatNya dan berilmu dengannya. Adapun orang-orang dzalim
yang tidak membenarkan dan tidak mengamalkannya, maka ayat-ayattersebut
tidaklah menambah baginya kecuali kerugian. Karena, hujjah telahditegakkan
kepadanya dengan ayat-ayat itu. Penyembuhan yang terkandung dalamAl-Qur’an
bersifat umum meliputi penyembuhan hati dari berbagai syubhat,kejahilan, berbagai
pemikiran yang merusak, penyimpangan yang jahat, dan berbagaitendensi
yangbatil.Disampingitu,Al-Qur’an juga menyembuhkan jasmani dari berbagai
penyakit (Tafsir Al-Karim Ar-Rahma, Hal.465).
Hal ini serupa dengan firman Allah SWT. QS. An-Nahl:69
ثى يكم تٱكه س شسابصهكٱفنث تطىها ي خسج ذنل زتك صثم
ه خحهفأنى ۥي نكلةنقىوحفك سو فذ إ ٩٦فهشفاءنه اس
Terjemahnya:
“kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah
jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar
minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat
obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan” (Departemen Agama RI, 2012).
Dari Tafsir Quraish Shihab menjelaskan bahwa kemudian Allah memberi
petunjuk pada lebah untuk menjadikan buah-buahan dari berbagai jenis pohon dan
tumbuhan sebagai makanannya. Berkat petunjuk yang telah diberikan oleh Tuhan
4
itu, lebah menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan sangat mudah. Dari dalam
perut lebah keluar sejenis minuman beraneka warna dan berguna sekali bagi
kesehatan manusia. Dan sesungguhnya pada ciptaan yang unik itu terdapat pertanda
akan wujud sang Pencipta Yang Maha kuasa lagi Maha bijaksana. Orang-orang
yang berakal akan merenungkan hal itu sebagai cara untuk mendapatkan
kebahagiaan abadi. Madu merupakan jenis zat yang mengandung unsur glukosa dan
perfentous (semacam zat gula yang sangat mudah dicerna) dalam porsi cukup besar.
Melalui ilmu kedokteran modern didapat kesimpulan bahwa glukosa berguna sekali
bagi proses penyembuhan berbagai macam jenis penyakit melalui injeksi atau
dengan perantaraan mulut yang berfungsi sebagai penguat. Di samping itu, madu
juga memiliki kandungan vitamin yang cukup tinggi terutama vitamin B kompleks
(Shihab, 2009).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Pasal 3 ayat (2) menyebutkan bahwa
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
sebagaimana dimaksud meliputi: perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan (Pebrianti,
2015).
Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Pelayanan farmasi merupakan pelayanan
penunjang dan sekaligus merupakan revenue center utama. Hal tersebut mengingat
bahwa lebih dari 90% pelayanan kesehatan di Rumah Sakit menggunakan
5
perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan
habis pakai, alat kedokteran (Pebrianti, 2015).
Menurut Seto (2004), salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam
persediaan obat di rumah sakit adalah pengontrolan jumlah stok obat untuk
memenuhi kebutuhan. Jika stok obat terlalu kecil maka permintaan untuk
penggunaan seringkali tidak terpenuhi sehingga pasien atau konsumen tidak puas,
sehingga kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dapat hilang dan diperlukan
tambahan biaya untuk mendapatkan bahan obat dengan waktu cepat guna
memuaskan pasien atau konsumen. Jika stok terlalu besar maka menyebabkan
biaya penyimpanan yang terlalu tinggi, kemungkinan obat akan menjadi rusak atau
kadaluarsa dan ada resiko jika harga bahan atau obat turun.
Pada data sekunder yang diperoleh dari RSUD Syekh Yusuf Gowa, pada
tahun 2017 selama periode Januari-Juli 2017 terdapat 84 dari 205 jenis obat yang
mengalami kekosongan. Informan menyebutkan bahwa pada gudang farmasi,
kekosongan terjadi diakibatkan oleh peningkatan jumlah pasien yang secara
otomatis mempengaruhi jumlah permintaan obat dari setiap bulannya. Jika pada
bulan ini disediakan sekitar 500 stok obat dengan jenis tertentu, di bulan selanjutnya
stok obat tersebut ditambahkan jika dirasa perlu. Namun belum tentu dapat
memenuhi kebutuhan obat sebab peningkatan jumlah pasien sewaktu-waktu dapat
berubah.
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
1. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penelitian ini berfokus pada
Gambaran Pengelolaan Persediaan Obat di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf
6
Gowa yang meliputi Input (SDM, anggaran, sarana dan prasarana dan, prosedur),
Proses (perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian,
penghapusan, pengendalian persediaan obat) dan Output (Keamanan dan ketersediaan
obat).
2. Deskripsi Fokus
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber Daya Manusia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan
yang dilakukan oleh instalasi farmasi untuk menentukan jumlah obat-obatan yang
dibutuhkan di RSUD Syekh Yusuf Gowa.
b. Anggaran
Anggaran yang dimaksud dalam penelitian adalah dana yang disediakan oleh
pihak rumah sakit untuk menunjang kegiatan pengelolaan obat di Instalasi farmasi.
c. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana yang dimaksud dalam penelitian ini adalah fasilitas
yang digunakan untuk mendukung proses pengelolaan persediaan obat di instalasi
farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa.
d. Prosedur
Prodesur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pedoman yang
digunakan oleh instalasi farmasi RSUD Haji Makassar dalam pengelolaan persediaan
obat di instalasi farmasi seperti SOP dan Job des.
e. Pengelolaan Persediaan
Pengelolaan persediaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
rangkaian kegiatan yang mencakup pemilihan obat, perencanaan kebutuhan obat,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,
7
pengendalian dan pencatatan dan pelaporan, yang dikelola untuk menjamin
terpenuhinya kriteria obat yang tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien di
RSUD Syekh Yusuf Gowa.
f. Pemilihan
Pemilihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menetapkan sediaan farmasi sesuai dengan kebutuhandi RSUD
Syekh Yusuf Gowa.
g. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan yang
dilakukan oleh gudang farmasi untuk menentukan jumlah obat-obatan yang
dibutuhkan di RSUD Syekh Yusuf Gowa.
h. Pengadaan
Pengadaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan pembelian
yang dilakukan oleh gudang farmasi untuk persediaan obat-obatan sesuai dengan
yang telah direncanakan.
i. Penerimaan
Penerimaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, dan mutu obat.
j. Penyimpanan
Penyimpanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan yang
dilakukan oleh gudang farmasi untuk menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dirasa aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
8
k. Pendistribusian
Pendistribusian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan yang
dilakukan oleh gudang farmasi untuk menyalurkan obat-obatan di unit-unit tertentu di
rumah sakit untuk pelayanan individu.
l. Penghapusan dan penarikan
Penghapusan atau pemusnahan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
kegiatan yang dilakukan oleh gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa terhadap
obat-obatan yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, dan lain-lain.
m. Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan
dalam menjaga ketersediaan obat sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan
atau kekosongan obat di Gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa.
n. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan
yang dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran
kegiatan yang sudah berlalu.
o. Keamanan dan Ketersediaan Obat
Keamanan dan Ketersediaan obat yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah kondisi dimana tersedianya obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Haji
Makassar dengan kebutuhan yang meliputi tepat jumlah, tepat waktu dan tepat jenis.
C. Rumusan masalah
1. Bagaimana gambaran Input (SDM, anggaran, sarana dan prasarana dan
prosedur) pengelolaan persediaan obat di Gudang Farmasi RSUD Syekh
Yusuf Gowa?
9
2. Bagaimana gambaran Proses pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, penghapusan, pengendalian dan
pencatatan obat di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa?
3. Bagaimana gambaran Output pengelolaan persediaan obat yaitu ketersediaan
obat di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa?
10
D. Kajian Pustaka
No. Nama
Peneliti/Tahun Judul Lokasi Penelitian
Karakteristik Variabel
Variabel Jenis
Penelitian Hasil
1. Hasratna, Drs.
La Dupai M.Kes
dan Wa Ode
Sitti
Nurzalmariah
S.Kep., M.Kes
(2016)
Gambaran
Pengelolaan
Persediaan
Obat di
Instalasi
farmasi Rumah
Sakit Umum
daerah
kabupaten
Muna Tahun
2016
Instalasi Farmasi
Rumah Sakit
Umum daerah
Kabupaten Muna
Tahun 2016
Perencanaan,
pengadaan,
penyimpanan,
pendistribusian,
pemusnahan
obat dan
administrasi
Penelitian
kualitatif
dengan
pendekatan
deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa
perencanaan pengelolaan obat
berdasarkan metode kombinasi,
pengadaan obat menggunakan metode
tender, tempat penyimpanan obat masih
kurang memadai, pendistribusian obat
yang dilakukan baik di Apotik Rawat
Inap dan Rawat Jalan menggunakan
sistem resep perorangan, serta belum
diadakan pemusnahan obat sedangkan
untuk administrasi belum menerapkan
sepenuhnya sistem administrasi dimana
di Instalasi Farmasi baru menerapkan
sistem administarasi untuk pencatatan
dan pelaporan dan untuk pencatatan
dan pelaporan dilakukan setiap hari dan
dilaporkan sekali dalam sebulan.
2. Pebrianti (2015 Manajemen
Logistik Pada
Gudang
Farmasi Rumah
Sakit Umum
Daerah
Gudang Farmasi
Rumah Sakit
Umum Daerah
Kabelota
struktur
fasilitas,
transportasi,
pengadaan
persediaan,
komunikasi dan
Penelitian
Kualitatif
Manajemen Logistik pada gudang
farmasi Rumah Sakit Umum Daerah
Kabelota Donggala belum terlaksana
secara baik dan maksimal dengan
ditandai masih lemahnya pelaksanaan
dari komponen struktur fasilitas dan
11
Kabelota
Kabupaten
Donggala
Penanganan
dan
penyimpanan.
transportasi. Ketiga komponen lainnya
yaitu: pengadaan persediaan,
komunikasi dan penanganan dan
penyimpanan dapat dikatakan sudah
terpenuhi, walaupun masih ada hal-hal
yang harus dibenahi, sehingga
diharapkan kelima komponen tersebut
secara keseluruhan dapat terlaksana
secara efektif.
3. Nurlinda, Dian
Saputra
Marzuki,
Darmawansyah
(2016)
Studi Tentang
Manajemen
Pengelolaan
Obat Di
Instalasi
Farmasi Rumah
Sakit Umum
Daerah
Kabupaten
Pangkep Tahun
2016
Instalasi Farmasi
Rumah Sakit
Umum Daerah
Kabupaten
Pangkep
perencanaan,
pengadaan,
penyimpanan,
dan
pendistribusian
obat
Penelitian
kualitatif
dengan
pendekatan
deskriptif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perencanaan kebutuhan obat di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Pangkep
menggunakan metode konsumsi dan
morbiditas. Ketidaksesuaian
perencanaan obat dengan kebutuhan
diakibatkan oleh kekosongan obat di
distributor dan terlambatnya relasi
distributor dalam penyaluran. Proses
pengadaan obat dilakukan dengan
pembelian langsung atau lelang
12
4. Mahmud
Badaruddin
(2015)
Gambaran
Pengelolaan
Persediaan
Obat di
Gudang
farmasi Rumah
Sakit Umum
Daerah Kota
Sekayu
kabupaten
Musi Bayuasin
Palembang
Tahun 2015
Gudang farmasi
Rumah Sakit
Umum Daerah
Kota Sekayu
kabupaten Musi
Bayuasin
Palembang
Perencanaan,
pengadaan,
penyimpanan,
pendistribusian,
penghapusan,
pengendalian
Penelitian
kualitatif
dengan
pendekatan
deskriptif
ada pengaruh promotion effects
terhadap semua aspek switching
barriers (interpersonal relationship,
attractiveness of alternative, perceived
switching cost); ada pengaruh
promotion effects terhadap loyalitas
pasien; dan ada pengaruh aspek
switching barriers (perceived switching
cost dan attractiveness of alternative)
terhadap loyalitas pasien, kecuali aspek
interpersonal relationship.
5. Syarifah
mawaddah, St
Raodah,
Nurdiyanah S
(2016)
Gambaran
Manajemen
Logistik Obat-
Obatan di
Instalasi
Farmasi RS
Islam Faisal
Makassar
Tahun 2016
Instalasi Farmasi
RS Islam Faisal
Makassar
perencanaan
obat,
pengadaan
obat,
penerimaan
obat,
penyimpanan
obat, distribusi
obat,
pemusnahan
obat dan
pencatatan/pela
Penelitian
kualitatif
dengan
mengguna
kan
pendekatan
deskriptif
Hasil penelitian menunjukkan
perencanaan obat ditentukan dengan
metode konsumsi dan metode
epidemiologi dan dilaksanakan oleh
seluruh petugas Instalasi Farmasi
dengan diawasi oleh Panitia Farmasi
dan Terapi. Pengadaan obat dilakukan
setiap hari dengan pembelian secara
langsung dari Pedagang Besar Farmasi
dengan penentuan supplier berdasarkan
kesiapan supplier (Fuzzy Goal
Programming), kedatangan obat sering
13
poran obat.
terlambat. Penerimaan obat oleh
seluruh petugas instalasi farmasi sesuai
shift masing-masing dan untuk
penerimaan obat yang sub standar akan
langsung dikembalikan kepada pihak
supplier. Penyimpanan obat dilakukan
dengan metode FIFO dan FEFO
dengan diikuti kartu stock tiap item
obat. Distribusi obat pasien umum
rawat jalan dilakukan dengan cara
sistem resep perorangan dan distribusi
obat pasien rawat inap juga dilakukan
dengan sistem resep perorangan karena
masih kurangnya petugas apoteker.
Pemusnahan obat belum pernah
dilakukan sesuai standar operasional
prosedur RS Islam Faisal Makassar.
Pencatatan dilakukan secara manual di
buku stock obat dan secara digital di
komputer dengan menggunakan
aplikasi Microsoft excel, namun masih
ada petugas yang sering tidak
melakukan pencatatan obat keluar ,
obat masuk dan obat kadaluarsa
sehingga kekosongan obat terjadi.
14
Jadi, yang membedakan penelitian saya dengan penelitian terdahulu atau
sebelumnya yaitu variabel dan lokasi penelitian.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengelolaan Persediaan Obat di
GudangFarmasi RSUD Syekh Yusuf GowaTahun 2017.
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui gambaran Input (SDM, anggaran, sarana dan prasarana dan
prosedur) pengelolaan persediaan obat di Gudang Farmasi RSUD Syekh
Yusuf Gowa.
2) Mengetahui gambaran proses pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, penghapusan, pengendalian
persediaan dan pencatatan obat di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf
Gowa.
3) Mengetahui gambaran output pengelolaan persediaan obat yaitu
ketersediaan obat di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Ilmiah
Kajian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi pemikiranyang signifikan
di kalangan para pemikir dan intelektual dalammengembangkan sikap ilmiah serta
menambah dan memperkaya wawasan ilmu pengetahuan, mampu mendorong
pengembangan dan menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya.
15
b. Kegunaan Praktis
1) Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bahan masukan dan
sekaligus bahan rujukan bagi pembaca mengenai Gambaran
PengolaanPersediaan Obat di GudangFarmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa.
2) Sebagai tambahan studi pustaka di perpustakaan UIN Alauddin Makassar
khususnya Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan peminatan
Manajemen Rumah Sakit.
16
BAB II
TUNJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Logistik Obat-Obatan
1. Pengertian Manajemen
Menurut Siagian (2009), manajemen dapat didefinisikan sebagai
kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka
pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Istilah logistik bersumber
dari ilmu kemiliteran yang mengandung 2 aspek yaitu perangkat lunak dan
perangkat keras.Termasuk perangkat lunak adalah kegiatan-kegiatan yang meliput
perencanaan dan pelaksanaan dalam lingkup kegiatan-kegiatan produksi,
pengadaan, penyimpanan, distribusi, evaluasi termasuk kontruksi.Sedangkan yang
dimaksud perangkat keras adalah personil, persediaan dan peralatan (Mahmud,
2015).
The Liang Gie dalam Syarifah (2016) menjelaskan Manajemen adalah
unsur yang merupakan rangkaian perbuatan menggerakkan karyawan-karyawan
dan mengarahkan segenap fasilitas kerja agar organisasi yang bersangkutan benar-
benar tercapai. Adapun fungsi-fungsi Manajemen menurut George Terry :
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuandan
penyusunan langkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapaitujuan.
Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan, memperhitungkan
matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan merumuskanbentuk
pelaksanaan kegiatan yang bermaksud untuk mencapai tujuan.
16
17
b. Pengorganisasian (Organization)
Pengorganisasian (Organization) sebagai cara untuk mengumpulkan
orang- orang dan menempatkan mereka menurut kemampuan dan keahliannya
dalam pekerjaan yang sudah direncanakan.
c. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan (actuating) yaitu untuk menggerakan organisasi agar berjalan
sesuai dengan pembagian kerja masing-masing serta menggerakan seluruh sumber
daya yang ada dalam organisasi agar pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan bisa
berjalan sesuai rencana dan bisa mencapai tujuan.
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan (controlling) yaitu untuk mengawasi apakah gerakan dari
organisasi ini sudah sesuai dengan rencana atau belum. Serta mengawasi
penggunaan sumber daya dalam organisasi agar bisa terpakai secara efektif dan
efisien tanpa ada yang melenceng dari rencana.
2. Pengertian Logistik
Logistik adalah suatu ilmu mengenai pengadaan, pemeliharaan dan
penyediaan transportasi termasuk pelayanan persediaan dalam jumlah yang sangat
besar kepada banyak orang ditempat-tempat yang jaranknya berjauhan. Dalam
suplai mencakup semua aspek produsen, penyalur ke apotek, toko obat dan
sampai pada penggunaan obat dalam hal ini adalah pasien bersangkutan.
Menurut Aditama (2003) dalam Badaruddin (2015), kegiatan logistik
secara umum ada 3 (Tiga) tujuan yakni:
a. Tujuan operasional adalah agar supaya tersedia barang serta bahan dalam
jumlah yang tepat dan mutu yang memadai;
b. Tujuan keuangan meliputi pengertian bahwa upaya tujuan operasional dapat
terlaksanan dengan biaya yang serendah-rendahnya; dan
18
c. Tujuan pengamanan dimaksudkan agar persediaan tidak terganggu oleh
kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan
yang tidak wajar lainnya, serta nilai yang sesungguhnya dapat tercermin di
dalam sistem akuntansi;
Menurut Seto (2004) Kegiatan logistik di Rumah Sakit dilakukan
berdasarkan siklus yang berlangsung terus menerus secara berkesinambungan
untuk kepentingan produksi jaya pelayanan kesehatan yang bermutu. Fungsi-
fungsi tersebut tergambar dalam suatu siklus manajemen logistik yang satu sama
lain saling berkaitan dan sangat menentukan keberhasilan kegitaan logistik dalam
organisasi
Bagan 2.1. Pengelolaan Persediaan Obat Depkes RI, 2008
Sumber: Seto (2004)
Penganggaran
Pengadaan
Pemeliharaan
dan
Penyimpanan
Pengendalian dan
Persediaan
Perencanaan &
Peramalan Kebutuhan
Pendistribusian
Penghapusan
19
Sukses dan gagalnya pengelolaan logistik ditentukan oleh kegiatan di
dalam siklus tersebut yang paling lemah. Apabila lemah dalam perencanaan,
misalnya dalam penentuan suatu item barang yang seharusnya kebutuhannya di
dalam satu periode (misalnya 1 tahun) sebesar kurang lebih 1.000 unit, tetapi
direncanakan sebesar 10.000 unit. Akibatnya akan mengacaukan suatu siklus
manajemen logistik secara keseluruhan mulai dari pemborosan dalam
penganggaran, membengkaknya biaya pengadaan dan penyimpan, tidak
tersalurkannya obat atau barang tersebut sehingga barang bisa rusak, kadaluarsa
yang bagaimanapun baiknya pemeliharaan di gudang, tidak akan membantu
sehingga perlu dilakukan penghapusan yang berarti kerugian (Seto, 2004). Oleh
sebab harus dilakukan pengendalian pada setiap fungsi tersebut.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,
pengelolaan perbekalan farmasi berfungsi untuk:
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang
berlaku.
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian.
20
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit.
3. Pengertian Obat
Obat adalah benda yang bisa difungsikan untuk merawat penyakit,
membebaskan gejala atau memodifikasi proses kimia dalam tubung masing-
masing. Obat merupakan zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa
sakit dan mengobati atau mencegah peyakit yang terjadi atau dialami oleh
manusia maupun hewan.
Berdasarkan Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005.
Obat adalah paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam upaya penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi.
Apabila obat digunakan sbagaimana mestinya, sesuai dengan resep dan
anjuran dokter, atau anjuran Apoteker Pengelola Apotek (APA), maka obat yang
digunakan akan sangat bermanfaat utuk menciptakan pola kehidupan yang sehat,
terhindar dari penyakit sekaligus menyembuhkan berbagai jenis penyakit uang
mendera maisng-maisng individu, terlebih obat-obatan yang ada di apotek
sekarang dapat dikategoikan obat-obatan modern.
Dalam Hadits Riwayat Muslim: 4084, telah menceritakan kepada kami
[Harun bin Ma'ruf] dan [Abu Ath Thahir] serta [Ahmad bin 'Isa] mereka berkata;
Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Wahb]; Telah mengabarkan kepadaku
['Amru] yaitu Ibnu Al Harits dari ['Abdu Rabbih bin Sa'id] dari [Abu Az Zubair]
dari [Jabir] dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Setiap
penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit,
maka akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah 'azza wajalla."
21
Obat hanya akan berfungsi sebagai alat perantara untuk menyembuhkan
atau membebaskan masing-masing individu dari berbagai jenis penyakit yang
mendera keberadaannya jika digunakan secara tepat, baik secara waktu maupun
dosis dari obat itu sendiri. Sebaliknya, obat akan menjadi racun bagi tubuh
masing-masing individu jika dosis yang digunakan melampaui batas sewajarnya.
B. Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Persediaan
Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016 Pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan,
dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan
administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian. Pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang
efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan Pasal
15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan
Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem
satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu
berupa alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat
kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent.
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan
formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan
pasien melalui Instalasi Farmasi. Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit
merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi, sehingga tidak ada pengelolaan
22
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit
yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi
Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi sebagai
satu-satunya penyelenggara pelayanan kefarmasian, sehingga Rumah Sakit akan
mendapatkan manfaat dalam hal:
1. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
2. Standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai;
3. Penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai;
4. Pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai;
5. Pemantauan terapi Obat;
6. Penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);
7. Kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang akurat;
8. Peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan
9. Peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan
pegawai.
Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan Obat untuk
meningkatkan keamanan, khususnya Obat yang perlu diwaspadai (high- alert
medication).High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena
sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat
yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD).
23
C. Fungsi-Fungsi Pengendalian Persediaan Obat di Rumah Sakit
1. Pemilihan
Permenkes No. 72 Tahun 2016 Pemilihan adalah kegiatan untuk
menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai ini berdasarkan:
a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi;
b. Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
telah ditetapkan;
c. Pola penyakit;
d. Efektifitas dan keamanan;
e. Pengobatan berbasis bukti;
f. Mutu;
g. Harga; dan
h. Ketersediaan di pasaran.
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium
Nasional.Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf
medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh
Pimpinan Rumah Sakit.
Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis Resep,
pemberi Obat, dan penyedia Obat di Rumah Sakit.Evaluasi terhadap Formularium
Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan
kebutuhan Rumah Sakit.
Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:
a. Mengutamakan penggunaan Obat generik;
24
b. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan
penderita;
c. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
d. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
e. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
f. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;
g. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan
biaya langsung dan tidak lansung; dan
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based
medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang
terjangkau.
Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap formularium Rumah
Sakit, maka Rumah Sakit harus mempunyai kebijakan terkait dengan penambahan
atau pengurangan Obat dalam Formularium Rumah Sakit dengan
mempertimbangkan indikasi penggunaaan, efektivitas, risiko, dan biaya.
2. Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 perencanaan kebutuhan merupakan
kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan obat sesuaidengan
hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis,tepat
jumlah, tepat waktu danefisien.
Perencanaan dan penentuan kebutuhan merupakan aktivitas dalam
menerapkan sasaran, pedoman, pengukuran, penyelenggaraan bidang logistik.
Penentuan kebutuhan menyangkut proses memilih jenis dan menetapkan dengan
prediksi jumlah kebutuhan persediaan barang atau obat perjenis di apotek ataupun
di rumah sakit. Penentuan kebutuhan obat di rumah sakit harus berpedoman
kepada daftar obat esensial, formularium rumah sakit, standar terapi dan jenis
25
penyakit di rumah sakit dengan mengutamakan obat-obat generik.
Adapun tujuan dari perencanaan kebutuhan obat adalah untuk
mendapatkan:
a. Jenis dan jumlah yang tepat sesuai kebutuhan
b. Menghindari tejadinya kekosongan obat.
c. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
d. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:
a. Anggaran yang tersedia;
b. Penetapan prioritas;
c. Sisa persediaan;
d. Data pemakaian periode yang lalu;
e. Waktu tunggu pemesanan; dan
f. Rencana pengembangan.
Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan obat
di tiap unit pelayanan kesehatan adalah:
a. Metode Konsumsi
Metode konsumsi adalah dihitung berdasarkan data kebutuhan tahun
lalu,jumlah obat yang masih tersedia pada akhir tahun dan kecenderungan-
kecenderungan yang akan terjadi dimasa akan datang. Sehingga dibutuhkanlah
pengumpulan data, kemudian dilakukan analisis data yang hasilnya dapat
digunakan sebagai panduan perencanaan kebutuhan obat-obatan tahun
berikutnya lalu dilakukan perhitungan perkiraan kebutuhan obat-obatan
berdasarkan rumus, dapatlah di ketahui prakiraan kebutuhanobat.
b. Metode Epidemiologi
Metode epidemiologi adalah melihat jumlah kunjungan kasus perkasus
26
berdasarkan frekuensi penyakit. Perhitungan jumlah obat berdasarkan analisis
jumlah kunjungan kasus masing-masing penyakit tahun sebelumnya untuk
menjadi perkiraan tahun berikutnya dengan menggunakan rumus.
c. Metode Kombinasi
Metode kombinasi adalah merupakan kombinasi dari metode konsumsi
dengan metode epidemiologi. Metode ini biasanya digunakan disetiap rumah sakit
oleh karena kedua metode ini mempunyai keuntungan dankerugian masing-
masing dan adanya kemungkinan-kemungkinan yang diduga akan terjadi di masa
akan datang.
3. Pengadaan Obat
Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016 Pengadaan merupakan kegiatan
yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan.Pengadaan yang
efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga
yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang
berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan,
penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan
pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan
pembayaran.
Tujuan pengadaan obat adalah:
a. Tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuaidengan
kebutuhan pelayanankesehatan
b. Mutu obat terjamin
c. Obat dapat diperoleh pada saat dibutuhkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan obat antara lain:
a. Kriteria obat public dan perbekalan kesehatan
b. Persyaratan pemasok
27
c. Penentu waktu pengadaan dan kedatangan obat
d. Penerimaan dan pemeriksaan obat
e. Pemantauan status pesanan
Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah kekosongan stok
Obat yang secara normal tersedia di Rumah Sakit dan mendapatkan Obat saat
Instalasi Farmasi tutup.
Pengadaan dapat dilakukan melalui:
1) Pembelian
Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan
pengadaan barang dan jasa yang berlaku.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:
a) Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai,
yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu Obat.
b) Persyaratan pemasok.
c) Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
d) Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.
2) Produksi Sediaan Farmasi
Instalasi Farmasi dapat memproduksi sediaan tertentu apabila:
a) Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran;
b) Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri;
c) Sediaan Farmasi dengan formula khusus;
d) Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking;
e) Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan
28
f) Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat baru
(recenter paratus).
Sediaan yang dibuat di Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan mutu
dan terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di Rumah Sakit
tersebut.
3) Sumbangan/Dropping/Hibah
Instalasi Farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap
penerimaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sumbangan/dropping/ hibah.
Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dengan cara sumbangan/dropping/hibah harus disertai
dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat membantu pelayanan
kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di Rumah Sakit. Instalasi Farmasi
dapat memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit untuk
mengembalikan/menolak sumbangan/dropping/hibah Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak bermanfaat bagi kepentingan
pasien Rumah Sakit.
4. Penerimaan
Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016 Penerimaan merupakan kegiatan
untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan
dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang
diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan
baik.
29
5. Penyimpanan Obat
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan
sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas
dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan persyaratan kefarmasian.Persyaratan kefarmasian yang dimaksud
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai.
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dan
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman
dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.Tujuan
penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari
penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga ketersediaan, dan
memudahkan pencarian dan pengawasan (Dirjend Bina Kefarmasian dan alat
Kesehatan, 2010).
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut
bentuk sediaan dan alfabetis, dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO dan
disertai system informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi
sesuai dengan kebutuhan.
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi label
yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka,
tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk
kebutuhan klinis yang penting.
30
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada
area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang
kurang hati-hati.
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa
oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan secara
benar dan diinspeksi secara periodik.Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu:
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda
khusus bahan berbahaya.
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan
untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan
tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya.
Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi
keselamatan.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk
sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakzxai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired
First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi
manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike
Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus
untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat.
31
Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat
emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan.Tempat penyimpanan harus mudah
diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.
Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin:
a. Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah
ditetapkan;
b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain;
c. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;
d. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dan
e. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.
6. Pendistribusian Obat
Menurut standar pelayanan kefarmasian rumah sakit, distribusiobat
merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangkamenyalurkan/menyerahkan
obat dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengantetap
menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah sakitharus
menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananyapengawasan dan
pengendalian obat di unitpelayanan.
Distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan merupakan salah satutugas
utamapelayananfarmasidirumahsakit.Distribusimemegangperananpenting dalam
penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diperlukan keunit- unit
disetiap bagian farmasi rumah sakit termasuk kepadapasien.
Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016 sistem distribusi di unit pelayanan
dapat dilakukan dengan cara:
a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
32
1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh
Instalasi Farmasi.
2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan
kepada penanggung jawab ruangan.
4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
5) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan
interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.
b. Sistem Resep Perorangan
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui
Instalasi Farmasi.
c. Sistem Unit Dosis
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau
ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan
untuk pasien rawat inap.
d. Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b
atau b + c atau a + c.
33
Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk
pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat
dapat diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor
stock atau Resep individu yang mencapai 18%.
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh
pasien dengan mempertimbangkan:
a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan
b. Metode sentralisasi atau desentralisasi.
7. Penghapusan dan Penarikan Obat
Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan
farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi
standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada
pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku. Dalam Permenkes No 72
Tahun 2016 Tentang Standar pelayanan kefarmasian di Rumah sakit menyebutkan
bahwa penghapusan dilakukan untuk Obat-obatan, Alat kesehatan dan bahan
habis pakai jika:
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu.
b. Telah kadaluarsa
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dlam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan.
d. Dicabut izin edarnya.
Dalam Permenkes No 72 Tahun 2016 Tentang Standar pelayanan
kefarmasian di Rumah sakit juga menyebutkan beberapa tahapan penghapusan
obat terdiri dari:
a. Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan habis pakai yng
akan dimusnahkan.
34
b. Menyiapkan berita acara penghapusan.
c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait.
d. Menyiapkan tempat pemusnahan.
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
yang berlaku
8. Pengendalian Persediaan Obat
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapaianya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau kekosongan
obat di unit-unit pelayanan.Pengendalian persediaan bertujuan untuk menciptakan
keseimbangan antara persediaan dan permintaan.Oleh karena itu, hasil stok
opname harus seimbang dengan permintaan yang didasarkan atas satu tahun.
Menurut Badaruddin (2015), menyebutkan bahwa sistem persediaan
bertujuan untuk menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat,
dalam jumlah dan waktu yang tepat serta dapat meminimumkan biaya total
melalui penentuan apa, berapa dan kapan pesanan dilakukan secara optimal
Tujuan lain dari pengendalian persediaan adalah:
a. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan
b. Agar pembentukan persediaan stabil
c. Menghindari pembelian kecil-kecilan
d. Pemesanan yang ekonomis
Kegiatan pengendalian persediaan mencakup (Depkes RI, 2008):
a. Memperkirakan atau menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu.
b. Menentukan:
1) Stok optimum adalah stok obat ynag diserahkan kepada unit pelayanan
35
agar tidak mengalami kekurangan atau kekosongan .
2) Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah
terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya karena keterlambatan
pengiriman.
3) Menentukan waktu tunggu adalah wakyu yang diperlukan dari mulai
pemesanan sampai obat diterima.
Pengendalian persediaan sangat penting bagi semua perusahaan terutama
bagi rumah sakit atau apotek.Persediaan obat merupakan harta paling besar bagi
sebuah rumah sakit atau apotek.Karena begitu besar jumlah yang diinvestasikan
dalam persediaan, pengendalian persediaan obat yang tepat memiliki pengaruh
yang kuat dan langsung terhadap perolehan kembali atas investasi rumah sakit
atau apotek (Seto, 2004).
9. Pencatatan dan Pelaporan
Menurut permenkes No 72 Tahun 2016 Pencatatan dan pelaporan terhadap
kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan
penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam periode
waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau pertahun).
Dalam Islam kita sebaiknya melakukan sesuatu pekerjaan dengan
sungguh-sungguh seperti dalam melakukan pencatatan dalam proses pengelolaan
persediaan. Ini sesuai dengan Firman Allah swt. dalam QS. Al-Insyirah/ 94 ayat
7-8 yang berbunyi:
زتكف٧صةٱسغثففئذاف ٢زغةٱوإن
Terjemahnya:
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
36
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang laindan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (Kementrian Agama RI, 2009).
Berdasarkan ayat di atas, dalam melaksanakan pencatatan obat hendaknya
kita sungguh-sungguh dalam melaksanakan pekerjaan tersebut. Bukan hanya
dalam pencatatan saja tetapi dalam setiap pekerjaan hendaknya kita melakukannya
dengan bersungguh-sungguh.
Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan yang
berlaku.
Pencatatan dilakukan untuk:
a. persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM;
b. dasar akreditasi Rumah Sakit;
c. dasar audit Rumah Sakit; dan
d. dokumentasi farmasi.
Pelaporan dilakukan sebagai:
a. komunikasi antara level manajemen;
b. penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai kegiatan di Instalasi
Farmasi; dan
c. laporan tahunan.
D. Tinjauan Umum Tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Pasal 1 ayat (9) Instalasi Farmasi adalah
unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Pasal 3 ayat (2) menyebutkan bahwa
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
37
sebagaimana dimaksud meliputi: perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi
klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit
bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit
tersebut (Depkes RI, 2004).
Tugas utama IFRS adalah pengelolaan mulai dari perencanaan,
penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita sampai
dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan
dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat tinggal, rawat jalan maupun untuk
semua unit termasuk poliklinik rumah sakit. Berkaitan dengan pengelolaan
tersebut, IFRS harus menyediakan terapi obat yang optimal bagi semua penderita
dan menjamin pelayanan yang bermutu tertinggi dan yang paling bermanfaat
dengan biaya minimal.
Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016 Tugas Instalasi Farmasi, meliputi:
1. menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai
prosedur dan etik profesi;
2. melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien;
3. melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek
terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko;
38
4. melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta
memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien;
5. Berperan aktif dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan
Kefarmasian;
7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit.
Fungsi Instalasi Farmasi, meliputi:
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai
a. memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit;
b. merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai secara efektif, efisien dan optimal;
c. mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang
berlaku;
d. memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit;
e. menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku;
f. menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian;
g. mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit;
h. melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu;
39
i. melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari;
j. melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah memungkinkan);
k. mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
l. melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan;
m. mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai;
n. melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai.
2. Pelayanan Farmasi Klinik
a. mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau permintaan Obat;
b. melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c. melaksanakan rekonsiliasi Obat;
d. memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik berdasarkan Resep
maupun Obat non Resep kepada pasien/keluarga pasien;
e. mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
f. melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain;
g. memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya;
h. melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO)
1) Pemantauan efek terapi obat
2) Pemantauan efek samping obat
3) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
i. melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
40
j. melaksanakan dispensing sediaan steril
1) Melakukan pencampuran Obat suntik
2) Menyiapkan nutrisi parenteral
3) Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik
4) Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil
k. melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga kesehatan lain,
pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar Rumah Sakit;
l. melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
E. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit pasal 1 menyatakan bahwa rumah sakit institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat. Pelayanan
kesehatan paripurna adalah kesehatan yang meliputi peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitative) yang di laksanakan secara menyeluruh
terpadu, dan berkesinambungan.
Rumah sakit juga merupakan salah satu dari sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan.Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk
memelihata dan meningkatkan kesehatan, bertujuan menciptakan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat (Badaruddin, 2015).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 983/Menkes/SK/1992
tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya
guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan
pemeliharaan dan pencegahan derta melaksanakan rujukan.
41
Dalam Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
pasal 5 menjelaskan fungsi rumah sakit antara lain yaitu:
a. Menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai dengan kebutuhan medis.
c. Peneyelenggaraan pendidik dan pelatih sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Peneyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka pningkatan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Peraturan Menkes Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi
Rumah Sakit Umum Pasal 6, 10 dan 14, berdasarkan bentuk layanan kesehatan
dan kemampuan pelayanan adalah sebagai berikut:
a. Rumah Sakit kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 pelayanan medic spesialis dasar, 5 pelayanan
spesialispenunjang medik, 12 pelayanan medic spesialis lain dan 13 pelayanan
medik sub spesialis. Mempunyai tempat tidur minimal 400 tempat tidur.
b. Rumah Sakit kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar, 4 pelayanan spesialis
penunjang medik, 8 pelayanan medik spesialis lain dan 2 pelayanan medik sub
spesialis. Mempunyai tempat tidur minimal 200 tempat tidur
c. Rumah Sakit kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 2 pelayanan medik spesialis dasar, mempunyai tempat
tidur minimal 100 tempat tidur.
42
d. Rumah Sakit kelas D harus mempunyaifasilitas dan kemampuan pelayanan
medic paling sedikit 2 pelayanan medic spesialis dasar. Mempunyai tempat
tidur minimal 50 tempat tidur.
43
F. Kerangka Teori
Penelitian ini akan melihat Gambaran Pengelolaan Persediaan obat di
Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa. Penelitian ini menggunakan
pendekatan sistem yang terdiri dari 3 bagian yaitu input, proses dan output.
Pengelolaan Persediaan Obat
Bagan 2.2 Teori Pengelolaan Persediaan Obat oleh Permenkes RI (2016)
SDM
Anggaran
Sarana dan Prasarana
Prosedur
INPUT Perencanaan
Pemilihan
Perencanaan
Pengadaan
Penerimaan
Penyimpanan
Pendistribusian
Penghapusan
Pengendalian
Pencatatan
PROSES
Gambaran
Pengelolaan
Persediaan obat di
Instalasi Farmasi
RSUD Syekh Yusuf
Gowa
OUTPUT
44
G. Kerangka Konsep
H.
I.
Bagan 2.3 Kerangka Konsep Pengelolaan Persediaan Obat
SDM
Anggaran
Sarana dan Prasarana
Prosedur
INPUT
Pemilihan
Perencanaan
Pengadaan
Penerimaan
Penyimpanan
Pendistribusian
Penghapusan
Pengendalian
Pencatatan
PROSES
Gambaran
Pengelolaan
Persediaan obat di
Instalasi Farmasi
RSUD Syekh Yusuf
Gowa
OUTPUT
Gambaran Pengelolaan
Persediaan Obat di Gudang
Farmasi RSUD Syekh Yusuf
Gowa
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif yang merupakan penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi (gabungan), anaisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Dimana
pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui lebih mendalam mengenai Gambaran
Pengelolaan Persediaan Obat di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Study
Kasus yang bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Gambaran
Pengelolaan Persediaan Obat di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Gudang Farmasi Syekh Yusuf Gowa.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhitung sejak bulan Juni-September 2017.
B. Informan Penelitian
Informan yaitu orang yang dapat memberikan informasi mengenai hal
yang diperlukan dalam penelitian. Informan penelitian adalah pihak-pihak yang
memiliki wewenang dalam Pengelolaan Persediaan Obat di RSUD Syekh Yusuf
Gowa.
45
46
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Teknik
NonRandom (Non Probability) Sampling dengan metode purposive samplingyaitu
pengambilan sampel didasarkan atas pertimbangan tertentu yang dibuatoleh
peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat populasi tenaga apoteker ataupun tenaga
kesehatan di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa.
Adapun Informan dalam penelitian ini adalah:
1. Informan kunci (key informan), yaitu seseorang yang secara lengkapdan
mendalam mengetahui mengenai pengelolaan persediaan obat-obatandi
RSUD Syekh Yusuf Gowa. Informan kunci dalam penelitianini adalah
kepala Instalasi Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa.
2. Informan biasa, yaitu orang yang mengetahui pengelolaan
persediaanobat- obatan di RSUD Syekh Yusuf Gowa.Adapun kriteria
tersebut antara lain:
a. Lama Keja 3-5 Tahun
b. Pendidikan Terakhir S1 (Farmasi)
c. Berada di ruang lingkup Kefarmasian RSUD Syekh Yusuf Gowa.
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data atau informasi tentang proses Gambaran
Pengelolaan Persediaan Obar di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf
Gowa,dilakukan pengumpulan data sekunder, observasi , wawancara mendalam
dengan informan:
1. Pengumpulan data sekunder dari
Pengumpulan data sekunder terdiri dari:
a. Daftar Jenis obat yang ada di Gudang Farmasi RSUD Syekh
Yusuf Gowa
b. Daftar Penggunaan Obat Terbanyak di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf
47
Gowa.
2. Pengumpulan data primer
a. Observasi
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitianini.
Pertama-tama ialah dengan menempuh langkah observasi.Beberapa informasi
yang diperoleh dari hasil observasi lapangan ialahruang (tempat),
pelakukegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa,waktu dan perasaan
(saryono,2013: 60). Pelaksanaan metode ini dapatdilaukan dengan sederhana
yakni peneliti cukup memegang check-listuntuk mencatat informasi yang
dibutuhkan atau data yang sudahditetapkan (Soewadji, 2012: 160 ). Pada saat
melakukan observasi, alatpengumpulan data yang biasa di butuhkan ialah
seperti panduan observasi serta kamera, tape recorder dan bukucatatan.
b. Wawancara Mendalam
Wawancara dilakukan secara langsung antara pewawancara dengan
terwawancara. Selaku pewawancara dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri,
sedangkan terwawancara adalam informan yang diwawancarai dalam penelitian
ini adalah semua pengelola obat di RSUD Syekh Yusuf Gowa.
D. Intrumen Penelitian
Instrumen merupakan segala hal yang mendukung kemudahan dalam
penelitian. Kualitas instrument penelitian berkenaan dengan validitas dan
reabilitas instrumen. Adapun instrument penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Peneliti itu sendiri (human instrument) peneliti kualitatif sebagai Human
instrument menetapkan focus penelitian, memilih informansebagai sumber
data, melakukan pengumpulan data dan menilai kualitas data, analisis data,
menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
48
2. Buku catatan
3. Tape/sound recorder
4. Kamera
E. Validasi dan Reabilitas
Untuk menjamin derajat kepercayaan data yang dikumpulkan pada
penelitian ini digunakan triangulasi sumber yaitu dengan cara wawancara
mendalam (Indepth Interview) dengan tiga kategori sumber yang berbeda, yakni
informasi kunci, informan utama dan informan biasa.
F. Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan data penyajian data dilakukan dengan analisis isi (content
analysis) yaitu teknik yang digunakan untuk menarik keesimpulan melalui usaha
untuk menentukan karakteristik pesan secara objektif dan sistmatis, kemudian
diinterpretasikan dan disajikan dalam bentuk narasi. Tahap pertama dilakukan
reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Setelah data
direduksi, maka langkah selanjutnya adalah me-display-kan data. Penyajian data
dilakukan dengan teks yang bersifat naratif beserta analisisnyadengan
menggunakan fakta-fakta yang diperoleh di lapangan. Langkah selanjutnya adalah
penarikan kesimpulan.
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf
a. Periode tahun 1983 – 1986
Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa merupakan
rumah sakit milik Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Gowa yang didirikan
pada tahun 1982, pembngunan gedung perawatan, poliklinink dan P3K yang
digunakan untuk kegiatan rawat jalan, rawat inap dan pasien gawat darurat. Pada
tahun 1983 rumah sakit ini dioperasikan dan menjadi status Rumah Sakit Umum
Daerah Kelas D, yang di pimpin oleh seorang dokter umum yaitu dr. H. Rahman
Sulaiman. Pada masa kepemimpinan beliau sarana dan fasilitas masih agak
terbatas sesuai pula dengan jumlah kunjungan pasien yang belum terlalu banyak.
b. Periode 1987 -1992
Pada tahun 1987 sampai dengan tahun 1992, terjadi pergantian pimpinan
Rumah Sakit berdasarkan Surat Keputusan Kepala Daerah TK.I Gowa dari dr. H.
Rahman Sulaiman ke dr. Hj. Nadira Darmawan Mas’ud. Pada masa
kepemimpinannya sudah mulai banyak perkembangan baik jumlah kunjungan
maupun fasilitas yang dibutuhkan.
c. Periode Tahun 1993 –1998
Tahun 1993 kembal Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten
Gowa, mengadakan pergantian direktur berdasarkn Surat Keputusan Bupati
Gowa, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
beralih dari dr. Hj. Nadira Darmawan kepada dr. Hj. Muljana Boestan, dalam
masa jabatan beliau yakni tahun 1994 berdasarkan Surat Keputusan Menteri
49
50
Kesehatan tentang penempatan kelas RSU Daerah sebagai RSU pemerintah kelas
D dan berdasrkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk.I tahun 1995
tentang Organisasi dan Tata Kerja RSU Sungguminasa Kabupaten Gowa TK II
Gowa. Pada tahun 1996 mengalami kembali peningkatan kelas menjadi Rumah
Sakit Daerah C, berdasrkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit.
d. Periode Tahun 1999 – 2004
Pada 1999 RSUD Sungguminasa Kabupaten Gowa berganti Direktur,
yakni Dr. Hj Nuraeni Siradjuddin, Sp. A Beliau sehari-harinya bertugas sebagai
dokter Spesialis Anak pada di RSUD Sungguminasa Kabupaten Gowa. Dengan
menindaklanjuti Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan sejalan dengan
pemberlakuan otonomi daerah, maka Rumah Sakit Umum Daerah Sungguminasa
sebagai salah satu institusi yang harus mengikuti perkembangan otonomi daerah,
maka lahitlah perda tentang Stuktur Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan
Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah sungguminasa. Dan berdasrkan SUrat
Keputusan Bupati Gowa tahun 2003 Rumah Sakit Umum daerah Sungguminasa
mengalami perubahan nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa.
e. Periode Tahun 2004 – 2009
Tahun terjadi kembali pergantian direktur dari Dr. Hj. Nuraeni
Siradjuddin, S. A ke Dr. H Muhammad Rizal, MM. yang tugas sebelumnya sebagi
dokter pemeriksa di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.
Pada masa kepemimpinannya beliasu, Rumah Sakit Umum daerah Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa mengalami peningkatan kelas dari kelas C menjadi Kelas B
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008.
51
Dengan peningkatan kelas tumah sakit, amaka secara pertumbuhan rumah akit
juga mengalami peningkatan baik sarana, prasarana dan struktur kelembagaan.
f. Periode Tahun 2009 sampai sekarang
Pada tahun 2009 terjadi pergantian direktur dari dr. H. Muhammad Rizal,
MM kepada dr. H. Salahuddin, M.Kes yang sebelumnya menjabat sebagai kepala
puskesmas Bajeng di Limbung Kabupaten Gowa. Masa kepemimpinan direktur
terjadi perubahan susunan organisasi dan tata kerja, yang berdarkan Peraturan
Bupati Gowa tahun 2009 tentang Tugas Pokok Fungsi dan Rincian Tugas Jabatan
Strukturak Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.
2. Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa, merupakan
rumah sakit klasifikasi B yang terletak di ibukota Kabupaten Gowa ± 500 m ke
Timur dari jalan raya menghubungkan kota-kota yang berada di Sulawesi Selatan
± 10 Km dari arah Timur Kota Makassar yang luasnya 4,62 Ha dengan batas-
batasnya :
a. Sebelah Timur, berbatasan dengan Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Sungguminasa
b. Sebelah Barat, berbatasan dengan Jl. Dahlia Sungguminasa
c. Sebelah Utara, berbatasan dengan Jl. Perintis AMD Sungguminasa
d. Sebelah Selatan, berbatasan dengan JL. Kamboja Sungguminasa
Rumah sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tertelak di
jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo No. 48 Sungguminasa pada wilayah Kelurahan
Batangkaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, dengan Kode Pos 92111
Telp. 0411-866536 Fax. 0411-840892.
Wilayah cakupan Rumah Sakit Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
meliputi seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Gowa. Jumlah pasien sebagian
52
besar dari 4 (empat) Kecamatan yang terdekat dari 18 (delapan belas) Kecamatan
dengan radius 10 Km dari pusat kota dan terdapat pula pasien yang berasal dari
pingiran wilayah Kota Makassar.
3. Ketenagaan
Ketenagaan RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa Tahun 2016 berjumlah
396 orang dengan perincian sebagai berikut:
a. Struktural : 17 Orang
b. Dokter Umum : 13 Orang
c. Dokter Spesialis : 31 Orang
d. Dokter Gigi : 5 Orang
e. Perawat : 136 Orang
f. Perawat Gigi : 3 Orang
g. Bidan : 46 Orang
h. Analis Kesehatan : 17 Orang
i. Radiografer : 11 Orang
j. Nutrisionis : 12 Orang
k. Surveilans : 6 Orang
l. Farmasi : 21 Orang
m. Perekam Medik : 8 Orang
n. Fisioterapis : 7 Orang
o. ATEM : 7 Orang
p. Sanitarian : 3 Orang
q. Tanaga Administrasi : 49 Orang
r. Security : 3 Orang
s. Sopir : 1 Orang
4. Struktur Organisasi
53
Melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
537/Menkes/SK/VI/1996 tanggal 5 juli 1996, menjadi rumah sakit kelas C,
kemudian berubah menjadi Kantor Pelayanan Kesehatan berdasarkan Perda
Nomor 48 Tahun 2001, tanggal 31 desember 2001. Pada tahun 2003 melalui Surat
Keputusan Bupati Gowa Nomor 90/Tahun 2003 berubah nama dari Kantor
Pelayanan Kesehatan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf
kabupaten Gowa. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI. Nomor
995/Menkes/SK/X/2008 tanggal 29 Oktober 2008 mengalami Peningkatan dari
Kelas C menjadi Kelas B. berdasarkan Perda Kabupaten Gowa Nomor 7 Tahun
2009 tanggal 04 Mei 2009 tentang perubahan atas Perda Nomor 8 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Lembaga Tehnis Daerah Kabupaten Gowa, yang mempunyai fungsi
koordinasi dan perumusan kebihjakan pelaksanaan serta fungsi pelayanan
masyarakat yang dipimpin oleh seorang Direktur yang berada dan
bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Jumlah keseluruhan
sebanyak 17 orang ditambah sekelompok non structural, yakni sekelompok
Jabatan Fungsional dan Komite Medik. Dengan susunan organisasi sebagai
berikut:
a. Direktur
b. Wakil Direktur Administrasi Umum
c. Wakil Direktur Medik dan Keperawatan
d. Kelompok Jabatan Fungsional
e. Komite Medik
f. Instalasi
54
5. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa
a. Visi
“Terwujudnya Rumah Sakit\yang Berkualitas dan Berdaya Saing”
b. Misi
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif, bermutu yang
berorientasi pada keselamatan pasien.
2. Meningkatkan tata kelola administrasi rumah sakit yang akuntabel, efektif
dan efisien.
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang humanis
dan berdaya saing.
4. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai standar rumah sakit klasifikasi
B pendidikan.
6. Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, cepat, akurat dan aman
berorientasi pada kepuasan pelanggan.
b. Meningkatkan tata kelola administrasi rumah sakit yang akuntabel, efektif dan
efisien.
c. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang humanis dan
berdaya saing.
d. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai standar rumah sakit klasifikasi B
7. Motto
“Sipakalabbiti”(Saling Menghargai).
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Informan dalam penelitian ini terdiri dari 4 (empat) orang. Seorang staf
merupakan pengelola obat, seorang staf merupakan pengelolaBMHP (Bahan
55
Habis Pakai), seorang yang merupakan penanggung jawab pengelola farmasi dan
seorang kepala instalasi farmasi yang bertindak sebagai informan kunci. Informan
dalam penelitian ini minimal telah bekerja selama 3 tahun di Gudang farmasi
RSUD Syekh Yusuf Gowa. Hal ini dimaksudkan agar informasi yang diberikan
lengkap, atas dasar fakta sesuai dengan pengelolaan persediaan obat di Gudang
Farmasi RSUD Syekh Yusuf. Adapun daftar nama-nama yang menjadi informan
pada penelitian ini yaitu dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan
Terakhir, Lama Kerja dan Jabatan
No Informan Pendidikan
Terakhir
Lama Kerja Jabatan
1 R Apoteker 3 Tahun Pengelola Obat
2 B Apoteker 7 Tahun Pengelola BMHP
3 FA Apoteker 23 Tahun Penanggung Jawab
Pengelola Farmasi
4 TM Apoteker 6 Tahun Kepala Instalasi Farmasi
Sumber: Data Primer 2017
2. Pengelolaan Obat RSUD Syekh Yusuf Gowa
Pengelolaan perbekalan farmasi dilakukan di dalam ruang lingkup
Instalasi Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa. Pelaksanaan semua kegiatan
pengelolaan obat dilakukan di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa oleh
SDM yang ada di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa. Gudang farmasi
RSUD Syekh Yusuf Gowa berada di bawah tanggung jawab Apoterker Instalasi
Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa. Meskipun berada di bawah tanggung jawab
Apoteker, namun letak gudang farmasi terpisah dengan Apotek RSUD Syekh
Yusuf Gowa.
56
a. Input
Input merupakan masukan yang perlu disediakan atau harus tersedia untuk
melaksanakan suatu kegiatan atau proses. Input dari sistem pengelolaan
persediaan obat terdiri dari sumber daya manusia, anggaran, sarana dan prasarana,
prosedurpengelolaan.
1) Sumber Daya Manusia (SDM)
SDM yang ada di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa dikepalai
oleh apoteker sebagai penanggung jawab pengelola farmasi obat dan BMHPdan
penanggung jawab tersebut dibantu oleh pengelola obat yang dipegang oleh
apoteker dan pengelola BMHP yang dipegang oleh apoteker.
a) Orang-orang yang terlibat dalam pengelolaan persediaan obat di gudang
farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa
Sebagian besar informan mengatakan bahwa yang terlibat dalam proses
pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi adalah orang-orang yang berada di
gudang farmasi.
“Oo semuanya, semua staf gudang terlibat dalam pengelolaan
persediaannya”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Informan R mengatakan bahwa semua staf gudang terlibat dalam
pengelolaan persediaan obat di Gudang Farmasi. Jawaban dari informan R sejalan
dengan jawaban dari informan TM.
“oh pengelolaannya, orang gudang kayak penanggung jawab gudang,
penanggungjawab obat, BMHP intinyaa orang-orang gudang”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
“saya sebagai penanggungjawabnya obat dan BMHP. Ibu risma ibu
rifkah di obat pak basir pak adi di BMHP. Sama kepala instalasi farmasi”
57
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Informan TM dan FA mengatakan bahwa yang terlibat dalam pengelolaan
persediaan obat di gudang farmasi adalah orang-orang yang berada di Gudang
Farmasi seperti, ibu Risma yang bertugas sebagai pengelola obat yang dibantu
dengan ibu Rifkah selaku staf dari ibu Risma, pengelola BMHP, penanggung
jawab obat dan kepala instalasi farmasi. Adapula informan yang mengatakan
bahwa ada pihak lain yang juga terlibat dalam proses pengelolaan persediaan obat.
“kalau di farmasi khususnya di BMHP itu kita ada staf, terus dengan
masing-masing bagian logistic di ruangan. Klo untuk bagian obat yaa staf
di sini ada 1 staf ada kepala penanggungjawab 1staf instalasi terus ada
staf administrasi dan logistic. Terus kalo dibilang terlibat yaa semua juga
bagian logistic dari masing-masing depo, apotik toh.”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Informan B mengatakan bahwa selain petugas gudang, bagian logistik dari
masing-masing depo dan apotik juga terlibat dalam pengelolaan persediaan
obat.Hal ini dikarenakan bagian depo dan apotek juga terlibat dalam proses
pemilihan sediaan farmasi yang kemudian dilanjutkan ke bagian gudang untuk
perencanaan.
b) Peran petugas dalam pengelolaan persediaan obat
Peran petugas dilihat dari tanggung jawab mereka masing-masing dalam
proses pengelolaan persediaan obat. Menurut hasil wawancara mendalam yang
dilakukan
“Perannya yaa. Saya di sini yang merencanakan obat di sebelah pak basir
yang rencanakan masalah BMHP nya. Terus nanti diajukan mi ke bu Tuti
karena dia yang order. Kalau datang obatnya yaa bu Rifkah yang tulis
masuknya, yang susun. Baru keluar ke apotik mi”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
58
Informan R mengatakan bahwa peran beliau dalam pengelolaan persediaan
obat di Gudang Farmasi adalah merencanakan sedian obat. Pak Basir selaku
pengelola BMHP bertugas untuk merencanakan sediaan BMHP. Selanjutnya
setelah perencanaan telah rampung maka akan diteruskan kepada kepala instalasi
farmasi untuk melakukan pemesanan barang. Kemudian setibanya barang di
Gudang Farmasi, ibu Rifkah selaku staf pengelola obat akan melakukan
pencacatan sediaan yang masuk. Selanjutnya akan dilakukan distribusi obat ke
apotek-apotek atau depo-depo sesuai dengan permintaan kebutuhan. Ini sesuai
dengan pernyataan informan TM.
“kan masing-masing itu punya tugas, kan di gudang itu ada 2 ada BMHP
ada obat. Obat yaa mengurus obat, BMHP yaa mengurus BMHP
meskipun ada satu penanggungjawabnya itumi Ibu Fais toh”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Informan TM mengatakan bahwa di Gudang Farmasi mempunyai satu
penanggung jawab obat yang membawahi dua bagian. Pertama obat dan kedua
BMHP. Mereka memiliki peran masing-masing dalam pengelolaan persediaan
obat di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa. Pengelola obat
merencanakan jenis dan jumlah untuk sediaan obat sementara pengelola BMHP
bertugas untuk merencanakan sediaan untuk BMHP berdasarkan dengan
kebutuhan user di masing- masing depo. Ini sejalan dengan pernyataan informan
B.
“masing-masing yaa, kalau kepala-kepala instalasi , kepala-kepala depo
atau unit itu dia melihat persediaan kalau habis yaa dia laporkan ke sini
atau mereka bisa memberikan informasiobat apa yang paling banyak
dibutuhkan tiap bulannya atau tiap saat”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Informan B mengatakan bahwa kepala depo dan masing-masing unit juga
berperan dalam proses pengelolaan persediaan obat di Gudang Farmasi RSUD
59
Syekh Yusuf Gowa. Para penanggung jawab di depo dan unit melapor ke bagian
gudang farmasi jika sediaan farmasi habis di ruangan dan juga menginformasikan
obat-obatan yang paling banyak dibutuhkan tiap bulannya ataupun tiap saat.
c) Komposisi staf dengan pekerjaan yang ada
Sebagian informan mengatakan bahwa staf farmasi yang terdapat di
gudang farmasi sudah cukup menyelesaikan pekerjaan yang ada, tetapi untuk
tenaga pekarya masih kurang.
“iya kalau tenaga farmasinya mencukupiji yang kurang itu pekarya”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
“yaa secara umum sih sesuai tapi misalnya kan di sini banyak barang
yang berat, misalnya kayak cairan gitu sementara staf di gudang ini rata-
rata perempuan semua gitu biasanya kita butuh karyawan laki-laki. Jadi
biasa harus memerlukan tenaga dari luar, misalnya kita pake cleaning
service atau apa gitu. Klo misalnya kita ngeluh bilang tidak cukup
kayaknya tidaketis yaa pada dasarnya perempuan bisa kerja cuman
kurang ini aja kalo misalnya cairan sedos tidak masalah tapi kalau
misalnya 10 dos itu yang repot. Itu mestinya memang harus ada staf laki-
laki juga di bagian obat selama ini yang ada di logistic BMHP.”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Informan menyatakan bahwa staf yang dimiliki di bagian gudang farmasi
sudah cukup memadai hanya saja masih diperlukan petugas untuk mengangkut
barang-barang yang berat. Selama ini staf gudang biasanya meminta bantuan
kepada cleaning servise untuk membantu mengangkut barang-barang tersebut.
Sementara itu di gudang farmasi hanya memiliki satu staf laki-laki yang berada di
bagian logistik BMHP. Oleh karena itu dirasa masih perlunya penambahan tenaga
untuk hal tersebut. Adapula informan yang mengatakan bahwa perlunya
penambahan staf dibagian logistik obat
60
“Kalau dilihat masih mau tenaga di sini. Stafnya masih mau ditambah
kayaknya di sini untuk bantu Bu Rifkah . buat ada yang mencatat ada yang
menghitung”
(R, Perempuan, 39 Tahun, Agustus 2017)
Informan R mengatakan bahwa masih perlunya penambahan staf di bagian
logistik obat untuk membantu ibu Rifkah dalam hal mencatat masuk dan
keluarnya obat, melakukan pengecekan, dan menghitung.
d) Upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan terkait pengelolaan
persediaan obat
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
petugas di Gudang Farmasi adalah dengan cara mengikutkan petugas ketika ada
kegiatan pelatihan, ataupun seminar terkait masalah sediaan farmasi.
“iyaa pernahlah, pelatihan atau seminarlah itu pernah”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
“yaa kalau ada pelatihan kita ikutkan”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
“setiap saat sih iya pernah. Seperti bimbingan teknis kayak bagaimana
buat stok obat dan lain sebagainya”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Sebagian besar informan mengatakan bahwa staf di gudang farmasi pernah
diikutkan pelatihan ataupun seminar tentang sediaan farmasi yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan serta keterampilan mengenai pengelolaan persediaan
obat, staf juga pernah diikutkan bimbingan teknis tantang bagaimana cara
membuat stok obat dan lain sebagainya. Adapula informan yang mengatakan
bahwa dirinya tidak pernah ikut pelatihan.
61
“Oh selamaa, tidak pernah. Tapi selamaku saya di sini tidak pernah. Kan
seharusnya ada itu untuk peningkatan pengetahuanta”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Informan R mengatakan bahwa selama dirinya ditugaskan di gudang
farmasi, tidak pernah diadakan pelatihan. Informan mengatakan bahwa
seharusnya pelatihan tersebut bisa diadakan untuk peningkatan pengetahuan. Hal
ini terjadi mungkin karena masa kerja informan R baru menginjak 3 tahun dan
selama itupula memang tidak pernah dilakukan pelatihan.
2) Anggaran
Terkaitpendanaan atau sumber daya yang dimiliki oleh RSUD Syekh
Yusuf Gowa dalam pengelolaan persediaan obat berasal dari APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja daerah).
a) Dana khusus untuk pengelolaan persediaan obat di Gudang Farmasi
Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan terdapat dana khusus
untuk pengelolaan persediaan obat di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa.
“pastilah ada”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
“Dananya itu langsung dari rumah sakitji. Satuji. Ituji untuk seluruh
obat”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Informan TM mengatakan bahwa ada dana khusus untuk pengelolaan
persediaan obat di Gudang Farmasi. Lalu jawaban tersebut diperjelas dengan
jawaban informan R yang mengatakan bahwa dana untuk pengelolaan persediaan
obat bersal dari satu sumber saja. Namun dana tersebut dikelola oleh pihak
manajemen. Informasi mengenai pengelolaan dana tersebut diperjelas oleh
informan F
62
“Kitakan di sini hanya merencanakan yaa nanti kita kirim ke atas nanti
masalah keuangannya itu bagian atas yang mengatur. Kita cuma ajukan
perencanaan saja”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Dana untuk pengelolaan persediaan obat tersebut dikelola oleh pihak
manajemen dimana bagian gudang hanya melakukan perencanaan obat
selanjutnya diteruskan ke bagian manajemen untuk masalah penganggaran.
Jawaban serupa oleh informan FA terdapat pada jawaban informan B.
“Kalau dana kita tidak di sini, itu di pimpinan. Maksudnya kita di sini
cuman buat perencanaan dari barang habis”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Staf di gudang hanya melakukan perencanaan selanjutnya perencanaan
tersebut akan dikirim ke bagian atas dan masalah keuangan ataupun dana khusus
nanti akan di atur oleh bagian manajemen.
b) Sumber anggaran dan mekanisme pencairan anggaran
Anggaran yang digunakan untuk proses pengelolaan persediaan bersumber
dari dana APBD.
“Oh itu ada namanya panitia penganggaran. Ada langsung yang dari
pusat, APBD”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Dana untuk proses penganggaran berasal dari dana APBD ini sesuai
dengan jawaban dari informan FA yang mengatakan bahwa
“sumber anggarannya itukan dari APBD. Setauku saya itu karena kalau
masalah itu kayaknya bu tuti lebih tau”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
63
Informan FA juga mengatakan bahwa sumber anggarannya berasal dari
dana APBD dan informan FA tidak mengetahui bagaimana mekanisme pencairan
dana anggaran untuk proses pengelolaan persediaan obat.
“sumber anggarannya itu dari APBD karena kitakan rumah sakit daerah
toh. Pencairan anggaran kalau kita sudah belanja, selesaikan
administrasi dicairkan di daerah begitu”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
RSUD Syekh Yusuf Gowa merupakan rumah sakit yang berada di bawah
naungan pemerintah kabupaten gowa sehingga dana yang digunakan untuk proses
pengelolaan persediaan obat berasal dari dana APBN. Sementara itu mekanisme
pencairan anggaran dicairkan ketika telah melakukan pembelanjaan sediaan
farmasi setelah itu menyelesaikan admininistrasi kemudian dana tersebut akan
dicairkan di daerah. Adapula informan yang mengatakan bahwa tidak mengerti
dari mana sumber anggaran dan bagaimana mekanisme pencairannya.
“nggak ngerti kalo itu cuman di bagian manajemen”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Informan B beranggapan bahwa sumber anggaran dan mekanisme
pencairan anggaran hanya dilakukan oleh pihak atas atau bagian manajemen.
Sehingga petugas yang berada di gudang farmasi kurang mengetahui sumber
anggaran untuk pengelolaan persediaan obat dan mekanisme pencairan anggaran
tersebut.
c) Dana untuk kegiatan pengelolaan persediaan
Ada beberapa informan yang mengatakan bahwa mereka kurang
mengetahui dana yang keluar dipergunakan untuk kegiatan apa saja.
“Saya juga kurang tau masalah itu”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
64
“Ibu Tuti lebih tau kalau tentang masalah dananya. Karena kita di sinikan
cuman merencanakan”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Informan B dan FA mengatakan bahwa mereka kurang mengetahui dana
yang dikeluarkan tersebut untuk kegiatan apa saja. Informan mengatakan bahwa
yang lebih mengetahui tentang hal tersebut adalah kepala instalasi farmasi.
“Kegiatan yaa. Kayak persediaan obatnya toh. Tapi kalau mau tau
mekanisme itunya yang lebih tau itu bu Tuti”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Informan R juga mengatakan bahwa dana yang dikeluarkan dipergunakan
untuk persediaan obat. Tetapi kepala instalasi farmasi yang lebih mengetahui
bagaimana mekanismenya.
“yaa di rumah sakit itukan sudah ada namanya DPA, di DPA itu sudah
tertuang apa-apa yang mau dibelanja jadi kalo misalnya anggaran A
untuk belanja obat yaa kita harus belanja obat, B untuk belanja obat B,
anggaran C untuk pelatihan yaa harus digunakan untuk pelatihan. Itu
kayak sudah dipaket-paketkan begitu”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
RSUD Syekh Yusuf Gowa khususnya di bagian instalasi farmasi terdapat
DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) jadi dana yang ada digunakan sesuai
dengan apa yang telah tertuang di DPA. Terdapat dana untuk pembeliaan sediaan
farmasi, terdapat pula anggaran untuk kegiatan pelatihan, jadi semuanya itu sudah
tertuang dalam DPA.
d) Kendala dalam proses penganggaran
Seluruh informan mengatakan bahwa tidak ada kendala ataupun masalah
dalam proses penganggaran .
“Hmm tidak adaji”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
65
“Gak ada”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Sejauh ini belum ada kedala yang dirasakan oleh pihak gudang farmasi
tentang penganggaran untuk pengelolaan persediaan obat.
“Saya rasa ndaji nda adaji”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
“penganggarannya? Kendalanya? Tidak ada sih sesuai kebutuhan saja”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Kedua informan di atas juga menyatakan bahwa tidak terdapat kendala
dalam proses penganggaran. Dana yang dikeluarkan disesuai dengan kebutuhan.
3) Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang para petugas di gudang farmasi dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya, ketersediaan akan sarana dan prasarana merupakan
salah satu hal yang penting dan perlu diperhatikan.
a) Fasilitas yang digunakan dalam proses pengelolaan persediaan obat
Di gudang farmasi RSUD Syekh yusuf gowa memiliki beberapa fasilitas
yang digunakan untuk menunjang serta membantu dalam proses pengelolaan
persediaan obat di gudang farmasi.
“Fasilitas? Hmm apa yaa ituji kayak troli, rak-rak obat, lemari
penyimpanan obatnya”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
“yaa itu seperti rak-rak, lemari, troli”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
66
Informan R dan FA mengatakan bahwa fasilitas yang digunakan untuk
pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi adalah rak-rak obat, lemari sebagai
penyimpanan obat dan troli untuk distribusi obat.
“fasilitasnya yaa, paling tempat, troli, rak, komputer”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Selain rak-rak, lemari dan troli, fasilitas yang digunakan dalam proses
pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi adalah komputer. Hal serupa
ditemukan dalam pernyataan informan B.
“kalau namanya fasilitas yaa pastinya kita butuh komputer walaupun ada
kerjaan manual juga seperti kartu stok, terus kita butuh troli, rak-rak yang
bagus kita sama pallet-pallet juga harus yang standar”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Adapun komputer dan pallet-pallet juga merupakan fasilitas yang
digunakan dalam proses pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi. Dimana
komputer tersebut digunakan untuk membuat laporan pemasukan, distribusi obat
dan lain sebagainya.
b) Kecukupan fasilitas dalam melaksanakan proses pengelolaan obat
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa ketersediaan kelengkapan
dan kelayakan sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang kerja
petugas dalam pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi RSUD Syekh
Yusuf Gowa pada dasarnya sudah cukup baik
“untuk sementara yaa cukup”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Informan mengatakan bahwa fasilitas yang ada sekarang sudah cukup
memadai dalam melaksanakan proses pengelolaan persediaan obat di gudang
farmasi.
67
“kalau dianggap memadai yaa cukuplah tapi kalau kita mau yang ideal
kan kita maunya kayak pake sistem yang komputerisasi, gudang yang
memadai itu mungkin yang kurang tapi untuk melaksanakan pelayanan
kefarmasian yaa lumayan mi itu”
( TM, Perempuan, 46 Tahun, 2017)
Fasilitas yang berada di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf gowa
dianggap sudah cukup. Informan TM mengatakan bahwa gudang farmasi yang
ideal menggunakan sistem komputerisasi. Gudang yang tersedia dianggap belum
memadai, tetapi sudah dianggap cukup untuk melaksanakan pelayanan
kefarmasian.
“Ohiya belum, kan seharusnya itu di gudang ada troli besar, gudangnya
juga tidak memadaipi”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Informan R mengatakan bahwa fasilitas yang ada dianggap belum
memadai karena di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa belum memiliki
troli berukuran besar untuk kegiatan distribusi obat.
“iya sudah sih Alhamdulillah”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Lain halnya dengan penyataan informan B yang mengatakan bahwa
fasilitas yang ada sudah dianggap memadai untuk melaksanakan kegiatan
pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi.
c) Kondisi sarana dan prasana dalam kegiatan pengelolaan persediaan obat
Sebagian informan mengatakan bahwa sarana dan prasana yang dimiliki
gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa sudah cukup untuk digunakan dalam
kegiatan pengelolaan persediaan obat.
68
“Yaa baikji, ka baruji semua”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Informan FA mengatakan bahwa kondisi sarana dan prasarana yang
dimiliki gudang farmasi sudah baik untuk melaksanakan kegiatan pelayanan
kefarmasian.
“Hmm bagus, cuman ada 1 yang kurang, komputer mungkin baiknya
ditambah”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Sama halnya dengan pernyataan informan FA, informan B mengatakan
bahwa kondisi sarana dan prasarana yang ada dianggap sudah bagus untuk
melakukan pelayanan kefarmasian.Tapisebaiknya diadakan penambahan
komputer untuk lebih meningkatkan pelayanan kefarmasian.
“Lumayan bagus”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Informan TM mengatakan bahwa kondisi sarana dan prasarana yang
dimiliki di gudang farmasi dianggap sudah cukup bagus untuk digunakan dalam
kegiatan pengelolaan persediaan obat.
“Masih kurang yaa”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Lain halnya dengan beberapa informan sebelumnya, informan R
mengatakan bahwa kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki masih dianggap
kurang karena informan merasa gudang yang ada belum memadai untuk
melaksanakan kegiatan pengelolaan persediaan obat.
d) Kendala atau permasalahan berkaitan dengan sarana dan prasarana dalam
proses pengelolaan persediaan obat.
69
“Nda ji, nda adaji”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
“Kendala saya rasa tidak adaji”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Kedua informan ini mengatakan bahwa tidak terdapat kendala ataupun
permasalahan yang berkaitan dengan sarana dan prasarana dalam proses
pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa.
“Yaa itumi kurangnya alat bantu untuk mengangkut, mengangkut obat
dari sini ke pelayanan. Tempat untuk menyimpan obatnya juga”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Informan R mengatakan bahwa yang menjadi kendala yang berkaitan
dengan sarana dan prasarana adalah kurangnya alat bantu untuk mengangut
sediaan farmasi dari gudang ke masing-masing unit pelayanan. Tempat untuk
penyimpanan obat dianggap masih kurang.
“mmm paling luas gudangnya, karna kitakan rumah sakit pemerintah kita
kadang-kadang tender, tender itu yang satu kali dropping barang nah
kalau dia satu dropping barang kita tidak taumi mau simpan di mana
tempatnya beda kalau yang BLU, kalau BLU mereka itu belanja sedikit-
sedikit habis belanja habis dia tidak butuh tempat yang banyak.”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Informan TM mengatakan bahwa yang menjadi kendala adalah kondisi
gudang yang kurang luas. Mengingat RSUD Syekh Yusuf Gowa merupakan
rumah sakit yang berada di bawah naungan pemerinah kabupaten gowa, jadi
terkadang proses pengadaan barang menggunakan sistem tender. Sistem tender
merupakan sitem pengadaan sekali dropping sehingga gudang yang ada tidak
70
mampu menampung persediaan obat yang ada. Beda halnya dengan sistem BLU
yang proses pengadaannya tidak sekaligus seperti sistem dropping.
4) Prosedur
Prosedur merupakan dasar bagi petugas kefarmasian dalam melaksanakan
seluruh kegiatan operasional di rumah sakit. Dalam menjalankan suatu proses
kerja diperlukan standar atau prosedur yang digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan segala pekerjaan yang ada.
a) SOP dalam proses pengelolaan persediaan obat dan orang-orang yang terlibat
dalam pembuatan prosedur
SOP (Standar Operasional Pelayanan) merupakan suatu proses kerja yang
dibutuhkan dalam suatu instansi agarproses pengelolaan persediaan yang
dilakukan lebih terarah dan dapat menghasilkan output yang memuskan.
“Iya ada SOPnya”
“Yang terlibat itu kayak bu Tuti ji sama orang-orang apotik di depan”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Gudang farmasi memiliki standar operasional prosedur yang digunakan
sebagai acuan dalam proses pengelolaan persediaan obat. Berdasarkan hasil
wawancara mendalam yangdilakukann dengan informan R yang terlibat dalam
pembuatan prosedur adalah kepala instalasi farmasi dan orang-orang di bagian
apotek.
“Yang berperan dalam pembuatan SOPnya itu masing-masing
penanggung jawab terus sama bu tuti kepala instalasi farmasi”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
71
Lain halnya dengan pernyataan informan R, informan B mengatakan
bahwa yang tertanggung jawab dalam proses pembuatan prosedur adalah kepala
instalasi farmasi dan masing-masing penanggung jawab.
“Kepala instalasi farmasi dengan penanggungjawab masing-masing”
(FA, Perempuan, 60 Tahun,September 2017)
Hal serupa diucapkan oleh informan FA yang mengatakan bahwa yang
terlibat langsung dalam pembuatan prosedur adalah kepala instalasi dan masing-
masing penanggung jawab yang berkaitan dengan pelayanan kefarmasian.
“SPOnya yaa yang terlibat, kalau misalnya orang gudang yaa orang
gudang, penanggungjawabnya”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Orang-orang yang terlibat dalam pembuatan SOP sesuai dengan tanggung
jawab. Jika SOP tersebut terkait dengan gudang farmasi maka petugas di bagian
gudang farmasi terlibat dan turun tangan dalam proses pembuatan prosedur
tersebut.
b) Keefektifan prosedur dalam prosedur pengelolaan persediaan
Sebagian informan mengatakan bahwa pelaksanaan kegiatan pengelolaan
obat di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa juga sudah efektif dan sesuai
dengan SOP yang ada.
“Iya efektifmi”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
“Iya kalau menurut saya sudah lumayan efektif”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
“Yaa kalau menurut saya sudah efektif”
72
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Ketiga informan ini mengatakan bahwa prosedur yang ada sudah berjalan
efektif dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan di gudang farmas RSUD
Syekh Yusuf Gowa.
“efektif, hmm nda terlalu efektif yaa artinya kan manual itu masih sering
apa namanya misalkan dia ambil barang dia lupa catat seperti itu, kita
berikan berita acara kadang-kadang dia bilang ih saya tidak pernah minta
padahal kemarin dia ngambil gitu. Kalo mau yang efektif yaa yg pake SIM
yang sistem informasi klo itu udah gak bisa nyangkal jadi tidak usah
datang ke sini kita sudah tau dia minta apa gitu.”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Lain halnya dengan ketiga informan di atas. Informan B mengatakan
bahwa bahwa pelaksanaan prosedur dianggap belum efektif karena staf pelayanan
ketika mengambil obat di gudang farmasi terkadang lupa untuk mencatat obat
yang diambil. Informan B melanjutkan bahwa dapat dikatakan efektf ketika
pelayanan kefarmasian menggunakan Sistem Informasi Manajemen agar
semuanya bisa terkontrol dengan baik.
c) Pelaksanaan prosedur dalam setiap kegiatan kefarmasian.
Berdasarkan hasil wawancara dengan semua informan diketahui bahwa
pelaksanaan kegiatan pengelolaan obat di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf
Gowa juga sudah mengacu dan sesuai dengan SOP yang ada.
“Sudah cukup baikmi”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
“Iya sudah baik”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
73
Informan R dan FA mengatakan bahwa prosedur kerja yang ada sudah
dikerjakan dengan baik dan sesuai dalam pelaksanaan proses pengelolaan
persediaan obat.
“Kalau untuk SOP yang sekarang iyaa sudah baik, ada sih satu-satu tapi
kalo sifatnya cito kadang-kadang dia langgar SOP nya gitu tpi itu tidak
banyak sangat jarang jadi sudah lebih bagus”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Standar Operasional Prosedur sudah dijalankan dengan baik dalam setiap
kegiatannya di gudang farmasi, tetapi terkadang SOP tersebut dilanggar ketika
sifatnya cito. Tetapi hal tersebut sangat jarang terjadi.
“Pasti ada beberapa yang inilaaah yaa. Ada beberapa yang kadang-
kadang terlewat tapi secara umum yang prinsip yaah sudah bagus”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Sama halnya dengan pernyataan informan B, informan TM mengatakan
bahwa SOP yang ada sudah dilaksanakan dengan baik dalam setiap kegiatannya
tetapi terkadang ada beberapa prosedur yang terlewatkan.
d) Kendala yang menghambat pelaksanaan prosedur pengelolaan persediaan obat
Sebagian besar infroman mengatakan bahwa tidk terdapat kendala dalam
pelaksanaan prosedur pengelolaan logistik perbekalan farmasi.
“Nda adaji mungkin”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
“Nda adaa kalo kendala”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Kedua informan ini beranggapan bahwa tidak terdapat masalah ataupun
kendala yang dapat menghambat pelaksanaan prosedur dalam pengelolaan
persediaan obat di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa.
74
“saya rasa nda ji, ndada ji”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Sama halnya dengan infrorman sebelumnya, informan FA juga
mengatakan bahwa tidak ada kendala dalam pelaksanaan prosedur. Hal ini tidak
sejalan dengan pernyataan informan TM yang beranggapan bahwa terdapat
kendala dalam pelaksanaan prosedur.
“Yaa paling ininya sajaa apaa hmm sikap kadang-kadang kita nda care
yaa, teman-teman tidak care kadang-kadang lupaa kadang-kadang
dianggap sepele. Hmm misalkan prosedurnya harus dicatat sekarang ee
nantipi deeeh. Yaa kedisiplinan kayaknya yang biasanya kurang”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Menurut hasil wawancara mendalam dengan informan TM, informan
menganggap bahwa adanya sifat kurang disiplin dari staf kefarmasian terkadang
mereka lupa untuk mencatat obat yang keluar ataupun obat yang masuk.
b. Proses
Proses pengelolaan persediaan obat merupakan serangkaian kegiatan untuk
mengelola obat yang dilakukan dengan menggunakan input yang sudah
disediakan. Proses dalam penelitian ini mengenai gambaran pengelolaan
persediaan obat di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa, ini merupakan
elemen-elemen yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan. Variabel yang terdapat pada proses dalam penelitian ini adalah
proses pengelolaan persediaan obat yang terdiri dari pemilihan, perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, penghapusan,
pengendalian persediaan dan pencatatan dan pelaporan.
1) Pemilihan
Pemilihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menetapkan sediaan farmasi sesuai dengan kebutuhan di RSUD
75
Syekh Yusuf Gowa. Pemilihan dalam penelitian ini dilihat dari penanggung jawab
penetapan sediaan farmasi, cara penetapan sediaan farmasi, waktu pemilihan obat
dan kendala yang terdapat dalam proses pemilihan.
a) Penanggung jawab penetapan sediaan farmasi
Informasi tentang penanggung jawab penetapan sediaan farmasi bertujuan
untuk mengetahui siapa saja yang terlibat langsung dalam penetapan sediaan
farmasi. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh jawaban.
“pemilihannya? Hmm yang bertanggungjawab itu teman-teman di
gudang,”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Informan TM mengatakan bahwa yang terlibat dalam penetapan sediaan
farmasi adalah para staf yang berada di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf
Gowa.
“…jadi kalau dibilang siapa yang paling bertanggungjawab pertama
adalah user apotik, apoteker penanggungjawab, masing-masing depo yaa
terus diteruskan ke sini terus yang paling bertanggungjawab juga
mungkin bagian logistic di sini kalau dia salah memasukkan sediaan
berarti yang dipesan salah. Tapi kalau mau tau sediaan yang mana-mana
saja yang mau dipesan yaa itu dari pemakainya usernyaa.”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Yang paling bertanggung jawab dalam penetapan sediaan farmasi adalah
yang pertamauser apotek, penanggung jawab apotek dan penanggung jawab di
masing-masing depo. Kedua, bagian logistik di gudang farmasi karena staf
kefarmasian yang berada digudang merencanakan sediaan-sediaan farmasi apa
saja yang nantinya akan dipesan.
”kalau kita sebenarnya kan perencanaannya dari bawah dulu yang user
tiap-tiap depo itu lakukan permintaan terus di sini kita rencanakan baru
dilanjutkan ke bagian atas, tapi tidak semuanya juga bisa direalisasikan”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
76
Hal ini serupa dengan pernyataan informan B yang mengatakan bahwa
yang bertanggung jawab dalam penetapan sediaan farmasi adalah user-user dari
setiap depo melakukan permintaan selanjutnya bagian gudang farmasi yang
merencanakan permintaan tersebut dan diteruskan ke kepala instalasi farmasi
untuk melakukan pemesanan.
“Ibu Tuti kepala instalasi”
“… sebenarnya sih yang menentukan iya komite medic karna rapatki ,
rapatki dengan komite medic. Terdiri dari dokter, perawat dengan farmasi
kemudian itu yang menentukan obat apa-apa”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Lain halnya dengan pernyataan informan sebelumnya, informan R
beranggapan bahwa yang melakukan penetapan sediaan farmasi adalah bagian
komite medik yang melakukan rapat dengan doketr, perawat serta tenaga farmasi
terkait dengan penentuan sediaan farmasi.
b) Cara penetapan sediaan farmasi
Penetapan sediaan farmasi ditentukan dari pemakaian user dan kebutuhan
dari masing-masing depo.
“oiyaa kan biasanya di ruangan ada permintaan dokter tentang sediaan
farmasinya kan, terus nanti itu yang diteruskan ke kita terus kita
rencanakan lalu di teruskan ke kepala instalasi lalu nanti kepala
instalasinya yg lakukan pemesanan seperti itu”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Cara penetapan sediaan farmasi menurut informan B dimulai dari
permintaan dokter mengenai sediaan farmasi apa yang akan digunakan,
selanjutnya diterukan ke bagian gudang untuk merencanakan sediaan-sediaan apa
saja yang nantinya akan dipesan. Setelah itu perencanaan sediaan farmasi dikirim
ke kepala instalasi farmasi untuk dilakukan pemesanan.
77
“dari pemakaian tiap bulan, dilihat dari pemakaian di pelayanan nnti
kasih ke bagian gudang sini terus kita teruskan ke atas”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Sama halnya dengan pernyataan informan B, informan FA juga
mengatakan bahwa cara penentuan sediaan farmasi dilihat dari pemakain tiap
bulannya dari masing-masing depo atau unit, diajukan ke bagian gudang farmasi
untuk dilakukan perencanaan kemudian diteruskan ke kepala instalasi untuk
melakukan pemesanan sediaan farmasi yang telah direncanakan.
“Sesuai dengan permintaan kebutuhan, sesuai kebutuhan”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Pemilihan sediaan farmasi disesuaikan dengan permintaan dari masing-
masing depo dan sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari terjadinya
penumpukan obat.
“oiyaa di sini itu ada 2 dipake Formularium nasional dengan
formularium rumah sakit”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Selain dari kebutuhan user, penetapan sediaan farmasi juga merujuk pada
formularium nasional dan formularium rumah sakit.
c) Waktu pemilihan obat
Pemilihan obat dilakukan sejak dari awal tahun. Selain itu juga terkadang
pemilihan obat dilakukan ketika stok obat mulai menipis atau kosong.
“Kayaknya awal tahun”
(R, Perempuan, 39 tahun, September 2017)
“Awal tahun”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, Sepetember 2017)
78
Penetapan sediaan farmasi dilakukan pada awal tahun. Pemilihan sediaan
ini dilakukan untuk persiapan satu tahun.
“ada itu tadi yang kayak perencanaan toh di perencanaan di akhir tahun
sebelumnya kan kita sudah buat perencanaan, kemudian di awal tahun
sudah diberikan ke kepala instalasi nanti kepala instalasi yang teruskan ke
atasnya lagi, itu sudah terpilih jadi 1 tahun jadi kalau diakhir tahun kayak
gini kita sudah membuat memilah milah kan kita tiap bulan ada laporan
pemakaian yang mana yang banyak pemakaiannya apa jadi kita ada
metode konsumsinya”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, Seprember 2017)
Perencanaan sudah dilakukan mulai dari akhir tahun dengan memilih
sediaan apa saja yang akan dipesan dan juga dengan melihat pemakaian tertinggi.
Kemudian pada awal tahun perencaan tersebut diberikan kepada kepala instalasi
untuk dipertimbangkan dan melakukan pemesanan.
“Tergantung dari kekosongan obat, kalau lagi kosong yaa diorder”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Penetapan sediaan farmasi juga biasanya dilakukan ketika persediaan obat
mulai menipis atau mengalami kekosongan.
d) Kendala dalam proses pemilihan
Kendala yang dirasakan dari informan hampir sama yaitu terkadang
pemakaian user di pelayanan berubah.
“Kan kadang-kadang itu user berubah ubahkan kita rencanakan A di
pakai B, pas pakai B tiba-tiba berubah gitu”
“hmm solusinya jangan memesan barang yang apaa yang tidak pasti, kan
tidak semua misalnya dari 100 item barang mungkin hmm paling ada 5
yang usernya yang tidak jelas, yang berubah-ubah. Intinya jangan
memesan terlalu banyak”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Kendala yang dirasakan oleh informan TM adalah ketika user di bagian
pelayanan tidak konsisten dalam penggunaan sediaan. Terkadang user berubah-
79
ubah dalam pemakaian sediaan. Informan TM melanjutkan bahwa solusi untuk hal
tersebut adalah jangan memesan barang yang tidak pasti.
“kalau saya karena biasanya kalau sudah ditentukan obatnya ini yang
dipake sebentar hmm sebentar malah kurang pasiennya, obatnya kan
lancarji jalan. Atau misalkan sudah ditetapkan obat ini baru ternyata
dokternya tdak pakeji”
“...paling kita sarankan supaya dokternya supaya itu obatnya dipake”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Selain pernyataan tersebut, informan R juga mengatakan hal yang serupa.
Kendala yang dirasakan adalah ketika obat yang telah dipesan atau ditetapkan
nyatanya tidak terpakai oleh user. Solusinya adalah disarankan kepada user untuk
menggunakan obat yang telah dipesan.
“kalau dalam proses pemilihan tidak ada kendala yang kemungkinan ada
itu di sistem pengadaannya”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
“Nda adaji. Nda adaji masalah”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Berbeda halnya dengan pernyataan sebelumnya, informan FA dan B
mengatakan bahwa tidak terdapat kendala dalam proses pemilihan. Kemungkinan
terdapat kendala di proses pengadaan.
2) Perencanaan
Kegiatan perencanaan digudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa
mengacu kepada prosedur yang telah ditetapkan. Kegiatan perencanaan dan
penentuan kebutuhan obat di gudang farmasi menggunakan metode konsumsi.
Metode ini digunakan karena lebih mudah dalam penerapannya. Kegiatan
perencanaan diawali dengan melihat dan merekap obat bulan sebelumnya dan stok
akhir bulan kemudian memprediksi jumlah obat untuk kebutuhan dalam sebulan.
80
a) Proses perencanaan kebutuhan persediaan obat
Tahapan awal yang dilakukan pada proses perencanaan adalah melihat
pemakaian obat bulan sebelumnya di masing-masing unit atau depo.
“Tahapannya yaa dari masing-masing unit depo, apa yang dia butuhkan
berapa jumlahnya nah kemudian di sini kita rangkum terus dilihat juga
sebulannya pakai berapa gitu baru kita buat perencanaannya”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Perencanaan kebutuhan persediaan obat dimulai dari masing-masing depo
menyetor permintaan kebutuhan ke bagian gudang farmasi, selanjutnya staf
gudang merangkum permintaan dari masing-masing depo lalu mereka membuat
perencaan kebutuhan persediaan obat.
“Itumi dilihat dari pemakaian unit masing-masing. Misalnya dari unit
JKN berapa, dari perawatan berapa”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Sejalan dengan pernyataan informan sebelumnya, informan FA juga
mengatakan bahwa perencanaan yang dibuat tersebut disusun berdasarkan
pemakaian dari unit masing-masing.
“Perencanaannya yaa itu tadi dari depo ke gudang farmasi ke instalasi
farmasi. Kan mereka yang merencanakan nanti disesuaikan anggaran
juga, tidak semua yang mereka rencakan kita bisa eksekusi itukan harus
disesuaikan juga dengan anggaran yang ada”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Setelah perencaaan kebutuhan selesai dibuat oleh pengelola obat,
selanjutnya perencanaan tersebut di teruskan ke kepala instalasi farmasi untuk
dilakukan pemesanan, tetapi apa yang mereka rencanakan nantinya akan
disesuaikan dengan anggaran yang ada.
“ooh kalau itu biasanya tiap bulan, tiap bulan 1 kali kadang juga 3 bulan
baru 1 tahun”
81
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Perencanaan kebutuhan obat ini biasanya dilakukan setiap bulan, 3 bulan
dan terkadang juga 1 tahun.
b) Orang-orang yang terlibat dalam proses perencanaan
Yang terlibat dalam perencanaan persediaan obat adalah paran
penanggung jawab masing-masing sediaan dibantu dengan para stafnya.
“Kalo yang bikin perencanaan sayajii nanti saya teruskan ke ibu Tuti.
Kalo perencanaan tahunan. 1 bulan, 3 bulan, tahunan.”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Informan R mengatakan yang membuat perencanaan dalam proses
perencanaan tersebut adalah diriny sendiri karena beliau merupakan pengelola
obat di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa.
“Yang terlibat itu saya sama bu risma dengan bu tuti juga toh bagian
atas”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Informan FA pun terlibat dalam perencanaan kebutuhan obat di gudang
farmasi, karena beliau merupakan penanggung jawab obat dan BMHP . jadi segala
perencanaan yang dibuat berdasararkan persetujuan dari beliau.
“Yang terlibat itu yaa orang-orang gudang sama saya juga”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Yang terlibat dalam perencanaan kebutuhan obat di RSUD Syekh Yusuf
Gowa adalah orang-orang yang berada di gudang farmasi dan kepala instalasi
farmasi juga terlibat di dalamnya.
“kepala ruangan apotek-apotek , kepala penanggungjawab apotek plus
kita di sini bagian logistic di sini”
(B, Laki-laki- 43 Tahu, September 2017)
82
Menurut informan B kepala ruangan apotek-apotek dan kepala
penanggung jawab apotek juga terlibat dalam proses perencanaan kebutuhan.
c) Metode yang dipakai dalam proses perencanaan penentuan kebutuhan
Sebagian besar informan mengatakan bahwa metode yang dipakai dalam
proses perencanaan penentuan kebutuhan obat adalah metode konsumsi, walaupun
terkadang juga menggunakan metode epidemiologi.
“Metode yang berdasarkan pemakaiannya. Kalau nda salah itu metode
konsumsi”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
“Metodenyaa itu hmm pemakaian per bulan. Metode konsumsi”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Informan R dan FA mengatakan bahwa perencanaan penentuan kebutuhan
obat I RSUD Syekh Yusuf Gowa berdasarkan metode konsumsi. Metode
konsumsi merupakah metode penentuan kebutuhan obat yang melihat dari
pemakaian sebelumnya.
“Yang umum itu metode konsumsi plus kadang-kadang metode pola
penyakit, jadi misalnya bulan depan kayaknya musim hujan banyak diare
oiyaa obat diarenya yang dibanyakin gitu”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
“oiyaa itu tadi yang metode konsumsi dengan ini yang berdasarkan pola
penyakit”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Menurut informan B dan TM, selain menggunakan metode konsumsi,
RSUD Syekh Yusuf Gowa terkadang memakai metode epidomiologi dalam
proses penentuan kebutuhan. Dimana metode epidemiologi merupakan metode
penentuan kebutuhan berdasarkan dari pola penyakit.
83
d) Waktu perencanaan penentuan kebutuhan obat
Perencanaan obat dilakukan pertahun. Tetapi terkadang juga dilakukan
pertriwulan ataupun perbulan. Tergantung dari kebutuhan.
“Setiap minggu kita ada perencanaan mingguan kemudian sebenarnya
dari awalnya itu perencanaan tahunan, satu bulan, 3 bulan kayak gitu.
Klo misalnya tidak terpenuhi bisanya tiap minggu kita tetap bikin
perencanaan mingguan gitu kalaupun sebenarnya dari awal akhir tahun
kita sudah buat perencanaan untuk tahun depannya tapi gini misalnya kan
namanya juga rencana biasa tdak jalan semua nah kalo yg tidak jalan itu
kita bisa buat perencanaan manual, perencanaan singkat bisa untuk
semingguan”
(B, Laki-laki, 43 tahun, September 2017)
Informan B mengatakan bahwa setiap minggu diadakan perencanaan,
kemudian sebenarnya perencanaan dilakukan pertahun tetapi terkadang barang
yang ada tidak memenuhi kebutuhan sehingga dilakukan kembali perencanaan.
“Perencanaannya itu biasa pertahun”
(TM, Perempuan, 43 Tahun, September 2017)
“Pertahun biasanyaa tapi kadang-kadang juga kita lakukan per bulan”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Sejalan dengan pernyataan infroman sebelumnya, informan FA dan TM
mengatakan bahwa perencanaan penentuan kebutuhan obat di gudang farmasi
dilakukan pertahun, tetapi terkadang juga dilakukan perbulan.
“Mmm biasa awal tahun, tapi tegantungji iya sama kebutuhan. Terkadang
juga perbulan kita lakukan perencanaan”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Sama halnya dengan informan sebelumnya, informan R juga emngatakan
bahwa perencanaan kebutuhan obat direncanakan sejal awal tahun tetapi
84
tergantung dari kebutuhan. Terkadang juga dilakukan perencanaan kebutuhan per
bulan.
e) Keefektifan perencanaan kebutuhan obat
Seluruh informan mengatakan bahwa perencanaan penentuan kebutuhan
obat di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa dianggap sudah efektif.
“Hmm yaa lumayan efektif”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
“Iya sudah lumayan efektif”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Kedua informan ini mengatakan bahwa perencanaan kebutuhan oyang
selama ini dilakukan oleh pihak gudang farmasi sudah berjalan cukup efektif.
“Kalau perencanaan iya sudah efektif”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
“Iya sudah efektif”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Perencanaan penentuan kebutuhan yang selama ini dilakukan oleh pihak
gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa suah berjalan efektif karena sudah
sesuai dengan prosedur yang ada.
f) Kendala dalam proses perencanaan kebutuhan obat
Kendala ataupun masalah yang dapat mengahambat proses perencanaan
penentuan kebutuan di gudang farmasi bermacam-macam ada yang mengatakan
kendalam terdapat pada bagian pendanaan, kecepatan pemesanan dan terkadang
petugas lalai dalam penginputan sediaan farmasi.
“Kendalanya itu cuma di dana dengan kecepatan pemesanan”
“…kalau saya sih, kalau saya harus memang sesuai dengan pelayanan.
Pemesanan obat harus sesuai dengan pelayanan hanya ada juga
kendalanya , kendalanya yaitu misalnya kita banyak pesan barang ini toh
85
belum tentu itu banyak pasiennya malahan misalnya ada lagi itu obat
yang kurang, itu lagi dipake nah itu lagi berkurang toh itu lagi yang
menipis itu lagi yang terhambat. Tapi jarang2ji itu ada begituan di sini”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Informan R menganggap bahwa kendala dalam proses perencanaan
penentuan kebutuhan obat adalah kurangnya dana dan keterlambatan kedatangan
barang pesanan. Informan R melanjutkan solusi untuk hal tersebut adalah
perencanaan obat yang dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan.
“kalau dalam proses perencanaan hmmm ada sedikit-sedikit misalnya
mungkin ada teman yang maksudnya terlewatkan 1 item obat kayak
gitukan kita juga di sini jadi nda mesan tau-tau pemakaiannya jadi banyak
barangnya tiba-tiba jadi ada tapi tdak banyak yang seperti itu sih”
“..biasanya kita minta manual atau kita minta dokter untuk di subtitusi
untuk yang ada dulu”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Kendala ataupun masalah yang biasa terjadi dalam proses perencanaan
penentuan kebutuhan obat adalah ketika staf yang melakukan pencatatan
perencanaan lalai sehingga biasanya ada beberapa item yang terlewatkan.
“Nah itu tadi kendalanya yang tiba-tiba berubah toh, nda sesuai. Kadang-
kadang pola penyakitnya kita siapkan obat A ternyata kasusnya penyakit
B”
“Yaa kan tiap tahun itu ada anggaran perubahan. Kita sudah bisa trend,
oh ternyata nanti saya butuh tambahan obat B kita minta anggarannya”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Menurut informan TM kendala atau masalah dalam proses perencanaan
kebutuhan adalah kesalahan dalam metode perencanaan. Terkadang dilakukan
perencanaan untuk pola penyakit A ketika barang pesanan sudah sampai ternyata
pola penyakit yang banyak ada penyakit B.
86
“Nda adaji, nda adaji”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Lain halnya dengan pernyataan informan sebelumnya, informan FA
mengatakan bahwa tidak ada kendala dalam proses perencanaan penentuan
kebutuhan obat di gudang farmasi.
3) Pengadaan
Pengadaan merupakan salah satu kegiatan merealisasikan perencanaan dan
penentuan kebutuhan obat dirumah sakit. Dari hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti didapatkan bahwa proses pengadaan yang ada di RSUD Syekh Yusuf
Gowa dimulai dari pengajuan dari gudang farmasi ke kepala instalasi farmasi
sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan.
a) Proses pengadaan obat di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa
Proses pengadaan obat di gudang farmasi dimulai dari perencanaan yang
talah sampai ke kepala instalasi farmasi kemudian diteruskan ke bagian PPTK
yang bertugas untuk mengadakan sediaan farmasi yang telah direncanakan.
“gini kalau pengadaan itu semua bagiannya manajemen yaa, jadi
perencanaan kita sampai instalasi nanti instalasi itu yang melanjukan ke
ada istilahnya namanya PPTK”
“PPTK itu Petugas Pelaksana Teknis Kegiatan nah dari PPTK ini nanti
menyampaikan ke Unit Layanan Pengadaan atau disingkat biasa itu
ULP”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Proses pengadaan merupakan tanggung jawab dari bagian manajemen.
Selanjutnya pengadaan akan dilakukan oleh Petugas Pelaksanan Teknis Kegiatan,
setelah itu diteruskan kepada ULP atau Unit Layanan Pengadaan.
“oh kalau pengadaan itu bagiannya di atas kita di bawah ini cuman
merencanakan.. nanti kepala instalasi yang teruskan ke PPTKnya”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
87
Sama halnya dengan pernyataan informan sebelumnya, informan FA
mengatakan bahwa proses pengadaan merupakan tanggung jawab dari bagian
manajemen. Selanjutnya dari kepala instalasi kemudian diteruskan kepada PPTK.
“obatnya itu kita pengadaan obat e-Purchasing”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
“Pengadaan obatnya di sini itu pake itu hmm e-purchasing”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Dalam pelaksanaannya pengadaan obat di RSUD Syekh Yusuf Gowa
sudah menggunakan sistem e-purchasing secara online melalui web LKPP
(Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah). Hal ini untuk
mempermudah petugas dalam pemesanan.
b) Orang-orang yang terlibat dalam proses pengadaan
Pihak yang terlibat langsung dalam proses pengadaan obat di RSUD
Syekh Yusuf Gowa adalah kepala instalasi, PPTK dan ULP.
“Kepala instalasi, PPTK dengan ULP Unit Layanan Pengadaan”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
“Hmm itu bagian PPTK sama kepala Farmasi”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Informan B dan FA menjelaskan bahwa yang bertanggung jawab dalam
proses pengadaan obat di gudang farmasi dimulai dari pengajuan dari gudang
farmasi ke kepala instalasi farmasi sesuai dengan kebutuhan yang telah
ditetapkan, setelah itu kepala instalasi meneruskan ke bagian PPTK lalu
dilanjutkan ke bagian ULP.
“Yang bertanggungjawab itu yang jelas ada kepala instalasi, ada PPTK
sama ada pejabat pengadaan”
88
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Sejalan dengan pernyataan informan B, informan TM mengatakan bahwa
yang bertanggung jawab dalam proses pengadaan adalah kepala instalasi farmasi,
di teruskan ke bagian PPTK dan dilanjutkan kepada pejabat pengadaan.
“Pengadaan? Ohh itu yang di atas tahu itu, inikan di bawah, kalau itu
ada namanya tim pengadaan”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Pengadaan obat di RSUD Syekh Yusuf dilakukan oleh kepala instalasi
farmasi yang membuat surat pemesanan yang diketahui oleh Direktur.
c) Jenis dan jumlah obat yang diadakan
Jenis dan jumlah obat yang diadakan berdasarkan formularium yang telah
ditetapkan oleh rumah sakit. Sedian BMHP diadakan berdasarkan kebutuhan user.
“kita bicara tentang sediaan farmasi itu kan ada 2 ada obat ada BMHP
kalau dia obaat yaa sesuai kebutuhan ini sesuai formularium nasional,
formularium rumah sakit. Kalau BMHP sesuai permintaan ininya
kebutuhan usernya”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
“Kalau ngomong masalah jenis obatnya yaa kita merujuk ke permintaan
dari usernya, itu untuk BMHP. Kalau untuk obat setahu saya itu merujuk
ke formularium rumah sakit”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Informan TM dan B mengatakan bahwa sedian farmasi di gudang terbagi
atas 2 bagian, obat dan BMHP. Pengadaan obat di RSUD Syekh Yusuf Gowa
berdasarkan formularium nasional dan formularium yang telah ditetapkan rumah
sakit, sedangkan pengadaan BMHP di RSUD Syekh Yusuf Gowa berdasarkan
kebutuhan user.
“Berdasarkan formularium rumah sakit toh”
89
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
“Jenis obat? kalau itu yaaa merujuk ke itu tadi yang formunas sama
formularium rumah sakit”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Menurut Informan, obat yang diusulkan dalam proses pengadaan adalah
obat-obat yang sudah ada di formularium RSUD Syekh Yusuf Gowa.
d) Waktu pengadaan obat di RSUD Syekh Yusuf Gowa
Menurut sebagian informan pengadaan obat di RSUD Syekh Yusuf Gowa
biasanya dilakukan awal tahun, terkadang juga pengadaan dilakukan perbulan.
Tergantung dari kekosongan obat.
“Oh pengadaannya? Hmm biasa itu awal tahun tapi kadang-kadang juga
biasa itu perbulan. Yaa tergantunglah sama kebutuhannya”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Informan R mengatakan bahwa pengadaan obat yang dilakukan biasanya
awal tahun, terkadang juga dilakukan perbulan tergantung dari kebutuhan user.
Sejalan dengan pernyataan informan FA.
“Pengadaannya tergantung, biasanya awal-awal tahun, akhir tahun juga
begitu, tapi biasanya tergantung juga dari kekosongan obat. Kalau
obatnya habis misalnya tinggal berapa persen yaa kita ajukan”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Pengadaan yang dilakukan tergantung dari persediaan di gudang farmasi,
jika persediaan dianggap sudah menipis maka pihak gudang akan mengajukan
perencanaan kembali kepada kepala instalasi farmasi.
“Hmm harusnya sih awal tahun, hmm tapi kalau yang kita liat sekarang
sih mm tiap bulan ada”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
90
Informan B mengatakan bahwa pengadaan biasa dilakukan pada awal
tahun. Tetapi melihat kondisi sekarang ini, pengadaan biasanya dilakukan
perbulan.
“Pengadaannya itu biasanya awal tahun. Kita biasa bagi per triwulan,
trus kalau masalah berapalamanya itu hmm e-purchasing itu kadang-
kadang agak lama yaa, bisa sampai ini bulan juli kadang-kadang ada
barangnya belum masuk. Jadi kita pake cara manual hmm pemesanan
secara langsung, biasanya satu minggu, 3 hari.. tergantung
distributornya”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Sama halnya dengan informan sebelumnya yang mengatakatan bahwa
pengadaan dilakukan pada awal tahun, pejabat pengadaan biasanya membagi
pertriwulan. Pengadaan menggunakan sistem e-purchasing membutuhkan waktu
yang yang cukup lama sehingga terkadang pihak yang bertanggung jawab
melakukan pemesanan secara manual.
e) Hal yang perlu diperhatikan dalam pemesanan
Jenis dan jumlah obat yang dipesan harus sesuai dengan pemakaian dan
kebutuhan user. Pemesanan obat secara berlebihan bisa berakibat pada
penumpukan obat.
“Yang perlu diperhatikan pada saat pemesanan yaa, hmm yang pertama
itu jumlahnya kita harus pesan sesuai dengan kebutuhan kan, terus yang
kedua itu yaa sesuai kebutuhan aja obat yang banyak dipakai apa, yaa
seperti itu”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
“Pemesanan yang dilakukan itu harus sesuai dengan kebutuhan”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
91
Yang perlu diperhatikan pada saat pemesanan, pertama jumlah yang harus
dipesan sesuai dengan kebutuhan dan yang kedua jenis obat yang dipesan juga
harus sesuai dengan kebutuhan.
“Yang diperhatikan itu misalnya kayak obat-obat yang banyak dipakai.
Terus jumlahnya juga pada saat dipesan. Dipesan sama yang sesuai
kebutuhan saja. Karna kalau misalnya berlebih juga kan tidak baik,
mubazzir juga, nanti juga bisa terjadi penumpukan obat toh”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Hal serupa juga disampaikan oleh informan FA yang mengtakan bahwa
jenis dan jumlah obat yang dipesan harus sesuai dengan kebutuhan. Jika
pemesanan berlebih nantinya bisa terjadi penumpukan obat.
“Hmm obatnya apakah itu penting dipesan saat ini dari jumlahnya
apakah itu banyak pasiennya berarti harus banyak juga dipesan”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Pemesanan yang dilakukan harus melihat dari kebutuhan dan pemakaian
sebelumnya, selain itu juga melihat apakah obat yang dipesan penting atau tidak.
Jika permintaan user banyak, yang harus dipesan juga banyak.
f) Kendala dalam proses pengadaan
Kendala atau masalah yang dapat menghambat proses pengadaan obat di
RSUD Syekh Yusuf Gowa adalah ketika obat yang diorder pada distributor
tenyata kosong, Rumah Sakit biasanya mencari distributor lain ataupun meminjam
ke rumah sakit lain jika barang tersebut sifatnya urgent.
“Kendalanya banyak dek. Kalau misalnya barangnya tidak ada toh, yaa
cari tempat yang lain. Tidak ada tempat lain yaa kita cari cara lain entah
itu pinjam dari rumah sakit lain kah atau bagaimanakah yang penting
obat-obatnya terutama yang urgent itu tidak boleh sampai kosong intinya
seperti itu”
“Solusinya hmm itu tadi dek kita cari di distributor lain atau pinjam ke
rumah sakit lain boleh seperti itu”
92
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Informan TM menganggap bahwa kendala atau masalah dalam proses
pengadaan adalah ketika barang yang dipesan kosong, sementara obat tersebut
bersifat urgent, sehingga mengharuskan kepada pihak rumah sakit untul mencari
distributor lain atau melakukan peminjaman obat ke rumah sakit lain.
“Hmm kendalanya itu biasanya di bagian manajemennya misalnya gini
misalnya kita butuh obat merk A tapi distributor merk A itu dia cancel kita
karna kita masih ada utang gituu. Akhirnya merk A nda bisa masuk yang
masuk merk B gitu”
“…solusinya hmm pembayaran ke distributor itu harus dipercepat itu satu
terus yang kedua yaa itu tadi ke dokternya memberi tahu bahwa obat yang
ada adalah yang subtitusinya”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Sementara itu, informan B menganggap bahwa kendala ataupun masalah
yang terjadi pada proses pengadaan adalah jika distributor obat merk A
melakukan pengencancelan karena masih terdapat hutang obat yang belum
dibayarkan sehingga mengharuskan pihak rumah sakit menggunakan obat merk B.
Solusi untuk hal tersebut adalah yang pertaman, pihak rumah sakit harus
mempercepat pembayaran ke distributor. Kedua, menginformasikan kepada user
bahwa obat yang ada adalah subtitusinya.
“Kendalanya? Dalam proses pengadaan? Ituji semuaa kayak dana sama
waktu pemesanannya. Solusinya mungkin pengadaannya bisa lebih
diperhatikan”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Informan R menganggap bahwa kendala dalam proses pengadaan obat
yaitu anggaran yang kurang dan terlambatnya distributor dalam mendistribusikan
obat ke rumah sakit.
“Ya Alhamdulillah nda ji, tapi kalo misalnya itu ada barang yang dipesan
kosong”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
93
Sementara itu informan FA menganggap bahwa kendala dalam proses
pengadaan ada ketika obat yang dipesan tidak ada atau kosong di distributor,
sehingga harus memesan ke distributor lainnya atau dilakukannya pembelian cito
oleh pihak gudang.
4) Penerimaan Obat
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak
atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait
penerimaan barang harus tersimpan dengan baik
a) Catatan untuk penerimaan obat
Selain waktu pengadaan obat yang harus diperhatikan di Instalasi
FarmasiRSUD Syekh Yusuf Gowa. Hal yang perlu diperhatikan saat penerimaan
obatadalah expired date selain itu juga tersedianya catatan untuk penerimaan obat.
“iya ada”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
“iya ada itu”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
“ada pasti”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Seluruh informan mengatakan bahwa tersedia catatan untuk penerimaan
obat untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan
kondisi fisik yang diterima.
“Iya ada. Ada itu catatan untuk penerimaan obat”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
94
Sama halnya dengan pernyataan informan sebelumnya, informan R juga
mengatakan bahwa terdapat catatan untuk penerimaan obat untuk menjamin mutu
obat yang datang, mengecek expire date, mengecek jumlah obat yang dipesan
b) Alur penerimaan obat
Alur peneriman obat dari dilakukan oleh pihak RSUD Syekh Yusuf adalah
obat diterima langsung oleh panitia khusus yang telah dibentuk untuk menerima
datangnya barang.
“Barang itu diterima oleh tim penerima barang rumah sakit yaa kemudian
dia membuat berita acara dan dia menyerahkan kepada kita”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Barang yang datang diterima oleh tim penerima barang RSUD Syekh
Yusuf Gowa, kemudian mereka membuat berita acara dan menyerahkan kepada
pihak gudang farmasi.
“oh begini misalnya itu obatnya sudah datang nanti diterima sama ada itu
namanya Panitia Penerimaan Barang, terus nanti diteruskan ke
penanggungjawab gudang. Nanti dicatatmi sama ibu Rifkah”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Setelah barang yang datang diterima oleh Panitia Penerimaan Barang,
selanjutnya diteruskan ke penanggung jawab gudang. Kemudian barang yang
datang akan dicatat oleh staf gudang.
“dari supplier, hmm itu barang dari supplier diterima sama panitia
penerima, panitia yang dropping ke gudang nanti bagian gudang yang
menyimpan”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Hal serupa juga disampaikan oleh informan TM yang mengatakan bahwa
barang yang datang dari supplier diterima oleh pihak penerimaan barang yang
95
sudah dibentuk oleh rumah sakit. Selanjutnya barang tersebut diteruskan ke pihak
gudang farmasi untuk dilakukan pencatatan dan penyimpanan.
“oo sampai di sini? Di ataskan itu kepala instalasi yang memesan nanti
langsung dibawah ke sini. Yang terima ibu Rifkah saya yang tanda
tangan faktur, naik lagi di bu tuti nnti ibu lagi yang urus masalah
pembayaran selanjutnya”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Informan R mengatakan bahwa setelah dilakukan perencanaan di gudang
farmasi, perencanaan tersebut diteruskan ke kepala instalasi farmasi untuk
dilakukan pemesanan. Setelah barang datang dan diterima oleh tim penerimaan
barang kemudian barang yang ada di distribusi ke gudang farmasi dan diterima
oleh staf gudang. Selanjutnya pengelolan obat menandatangani faktur dan
meneruskan ke kepala instalasi farmasi untuk mengurus masalah pembayaran
selanjutnya
c) Kepanitiaan khusus dalam proses penerimaan barang
Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa membentuk panitia
khusus untuk menerima barang pesanan yang datang, selain dari menerima barang
panitia khusus juga bertugas untuk mengecek keadaan sediaan yang datang.
“iya ada panitia khususnya rumah sakit”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
“Iya ada. Panitia penerimaan barang namanya”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Informan B dan R mengatakan bahwa RSUD Syekh Yusuf Gowa
membentuk panitia khusus rumah sakit, Panitia Penerimaan Barang yang bertugas
menerima barang yang datang dari supplier.
96
“iya ada memang itu dibentuk di atas itumi tadi namanya Panitia
Penerimaan Barang toh”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Serupa dengan pernyataan 2 infroman sebelumnya, informan FA juga
mengatakan bahwa terdapat panitia khusus yang dibentuk oleh pihak rumah sakit
untuk menerima barang yang datang.
“Iya ada Panitia Penerima Barang namanya, Panitia Penerima dan
Pemeriksa barang”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Panitia khusus yang dibentuk tidak hanya bertugas menerima barang yang
datang tetapi bertugas mengecek keadaan barang yang datang.
d) Pengecekan barang yang kadaluarsa atau rusak
Mengecek barang yang datang merupakan suatu hal yang penting.
Mengecek barang yang kadaluarsa dan rusak dilakukan oleh tim penerimaan dan
pemeriksa barang
“iyalah pasti kita lakukan pengecekan dek”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
“oh pasti itu”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Informan TM dan B mengatakan Pengecekan barang yang kadaluarsa atau
rusak pasti dilakukan untuk menjaga dan mencegah sediaan yang ada agar teta
aman dan tidak terjadi kerugian.
“Iya pasti selalu dicek apalagi kalau untuk obat yang pemakaiannya
lama. Harus dicek memang”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
97
Serupa dengan pernyataan dari informan sebelumnya, informan FA
mengatakan bahwa tim penerimaan barang selalu melakukan pengecekan barang-
barang yang datang untuk menghindari sediaan yang rusak dan kadaluarsa apalagi
untuk obat yang pemakaiannya lama.
“Iya pastimi klo itu. Tugasnya ibu Rifkah itu yang terima barang”
(R, Perempuan, 39 Tahun, Septmber 2017)
Selain pemeriksaan yang dilakukan oleh tim penerimaan dan pemeriksa
barang, pihak gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa juga melakukan
pemeriksaan serta pencatatan obat yang datang.
e) Kendala dalam proses penerimaan obat
Kendala dalam proses penerimaan obat adalah lokasi gudang yang kurang
representative, terkadang ada mobil yang memarkir kendaraannya di depan pintu
masuk gudang farmasi ketika barang pesanan datang dan terkadang panitia
penerima barang tidak berada di tempat ketika barang datang.
“kendalanya iu lokasi gudang tidak representative jadi harusnya gudang
itu gampang diakses oleh mobil klo masuk kayak tadi, barang sedikit sih
gak masalah tapi kalau barangnya banyak. Sama ini yang parkiran sih itu
ajaah”
“…mm biasanya juga di sini tapi orang di sini tidak disiplin toh dipake
markir ambulance laah padahal itu kan jalur akses gudang gak boleh gini
“Solusinya, iya maksudnya kemarin kalau ada barang masuk yaa kita
minta untuk mobil-mobil disingkirkan atau kendaraan yang lain
disingkirkan yang kedua sih sudah banyak yang minta ke direktur untuk
dikasih ruangan yang lebih representative”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Informan B menganggap bahwa kendala dalam proses penerimaan barang
di RSUD Syekh Yusuf Gowa adalah lokasi gudang yang kurang representatif,
seharusnya gudang farmasi mudah diakses oleh kendaraan yang membawa
98
sediaan farmasi. Kurang disiplinnya sopir yang memarkir kendaraan di depan
gudang farmasi yang sebenarnya itu merupakan jalur untuk obat yang datang.
Lalu informan B melanjutkan bahwa biasanya jika hal tersebut terjadi, petugas
gudang meminta sopir untuk memindahkan kendaraan ambulance.
“Kendalanya itu kadang-kadang kalau panitianya tidak ada”
“Solusinya hmm biasanya kita kasih ke teman-teman yang farmasi, nanti
pada saat panitianya datang nanti mereka sisa mengecek lagi barangnya
yak benar, seperti itu”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Informan TM menganggap bahwa kendala atau masalah dalam proses
penerimaan barang adalah ketika panitia penerimaan barang tidak berada di
tempat. Hal yang biasa dilakukan ketika itu terjadi adalah tugas untuk menerima
barang diberikan kepada staf farmasi lainnya selanutnya akan dilakukan
pengecekan ulang ketika tim penerimaan sudah berada di tempat.
“Tidak adaji saya rasa”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
“Nda adaji masalah itu”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Lain halnya dengan informan sebelumnya, informan R dan FA
beranggapan bahwa tidak ada kendala dalam proses penerimaan barang di RSUD
Syekh Yusuf Gowa.
5) Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan
pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan
sediaan farmasi.
99
a) Proses penyimpanan di gudang farmasi
Proses penyimpanan obat di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa
dilakukan menurut abjad berdasarkan sediaan dan berdasarkan stabilitas sediaan.
“Sistem penyimpanan kalau obat kita atur abjad berdasarkan sediaan toh
misalnya sediaan injeksi sama injeksi, yang kedua berdasarkan stabilitas
yang stabilnya di ruangan dingin yaa di suhu dingin gitu”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Sistem penyimpanan yang dilakukan diatur menurut abjad berdasarkan
sediaan dan diatur berdasarkan stabilitas dari sediaan. Hal ini dilakukan untuk
menjamin kualitas sediaan yang ada.
“Proses penyimpanan itu berdasarkan ininya mm pertama itu kestabilan
toh, kalau dia butuh suhu yang rendah, kita harus simpan di tempat yang
ini toh yang cocok kemudian kalo dia obatnya di suhu ruangan yaa di
suhu ruangan penempatannnya”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Serupa dengan pernyataan informan sebelumnya, informan TM juga
mengatakan bahwa proses penyimpanan yang dilakukan berdasarkan kestabilan
sediaan, sediaan yang membutuhkan suhu rendah atau dingin harus di tempatkan
pada suhu yang sesuai, begitupun sebaliknya.
“Biasanya itu berdasarkan FIFO, berdasarkan abjad juga mm”
(FA, Perepmpuan, 60 Tahun, September 2017)
Sediaan farmasi yang ada di gudang farmasi disusun secara alphabet
dengan menggunakan prinsip First In First Out (FIFO).
“penyimpanan obat? Hanya datang terus obatnya nanti diletakkan
misalnya berdasarkan suhu, diatur di rak.”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
100
Obat yang datang di gudang farmasi disimpan berdasarkan suhu atau
kestabilan sediaan untuk menjaga sediaan tetap aman dan stabil.
b) Orang-orang yang terlibat dalam proses penyimpanan
Orang-orang yang bertanggung jawab dalam penyimpanan sediaan farmasi
di gudang dilakukan oleh staf gudang itu sendiri.
“staf gudang saja”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
“yaa teman-teman di gudang juga”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Staf gudang bertugas untuk melakukan penyimpanan berdasarkan
sediaannya. Sediaan obat dilakukan oleh petugas pengelola obat dan sediaan
BMHP dilakukan oleh petugas pengelola BMHP.
“di sini saya hanya bertugas berapa orang saja. saya, temanku cuti 1 dia
itu sebagai admin sama bu rifkah yg atur obatnya”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Di gudang farmasi khususnya bagian sediaan obat, pengelola obat dibantu
oleh 2 staf yang bertugas unjadi admin dan mengatur obat. sediaan tersebut
disusun berdasarkan alphabet atau aabjad agar memudahkan untuk pencarian
sediaan.
c) Metode penyimpanan obat
Metode penyimpanan yang dilakukan oleh pihak gudang farmasi
berdasarkan bentuk, sediaan dan jenis sediaan farmasi. Disusun secara alfabetis
dengan menerapkan pinsip FIFO dan FEFO.
101
“Hmm penyimpanan, klo di sini sesuai dengan alphabet sesuai juga
dengan kemarin kan itu ada aturan harus sesuai dengan alert hmm sama
jenisnya juga narkotik kan itu ada tempat khususnya, sesuai suhu juga”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa menerapkan metode dalam
penyimpanan disusun secara alfabet dan disesuaikan dengan alert, untuk sediaan
narkotika juga memiliki lokasi penyimpanan yang khusus.
“itu tadi kalau metode khusus tidak tapi berdasarkan stabilitas dan jenis
sediaannya”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Tidak terdapat metode khusus dalam proses penyimpanan di gudang
farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa hanya disesuaikan berdasarkan stabilitas obat
dan jenis sediaan.
“yaa itumi tadi yang saya bilang toh metodenya itu FIFO sama sesuai
abjad”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
“Metode itu FIFO, FIFO dan FEFO. Kombinasi iyaa, standarlah”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Penyimpanan obat di gudang farmasi menerapkan prinsip First In First
Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Dan disusun berdasarkan abjad
dari sedian yang bertujuan untuk memudahkan dalam pencarian sediaan farmasi.
d) Hal-hal yang mempengaruhi penyimpanan persediaan obat
Seluruh informan mengatakan bahwa suhu ruangan sangat berpengaruh
dalam penyimpanan sediaan farmasi di RSUD Syekh Yusuf Gowa.
“Menurutku saya suhunya ji dek”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
“penyimpanannya? Hmm banyak yaa suhu. Hmm salah satunya suhu”
102
(TM, Perempuan, 46 tahun, September 2017)
Suhu sangat berpengaruh dengan persediaan obat di gudang farmasi
RSUD Syekh Yusuf Gowa. Apabila suhu ruangan tidak sesuai dengan sediaan
yang membutuhkan kestabilan suhu yang cukup, sediaan farmasi akan menjadi
rusak.
“Saya rasa sih yang mempengaruhi itu hmm suhu, iya biasa suhu ruangan
itu mempengaruhi juga kan penyimpanan persediaannya”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Informan B menganggap bahwa yang mempengaruhi persediaan obat di
gudang farmasi adalah suhu ruangan. Staf gudang farmasi harus selalu
memperhatikan kestabilan suhu ruangan untuk menghindari kerusakan obat yang
tidak diinginkan.
“Yang mempengaruhi kayaknya nda adaji. Tapi biasa itukan juga dari
suhu ji. Kalau misalnya suhunya harus di suhu yang dingin yaa harus
disimpan di suhu dingin juga. Dengan anunya fungsi obatnya juga”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Serupa dengan pernyataan informan B, Informan B juga menganggap
bahwa hal-hal yang mempengaruhi proses penyimpanan persediaan obat di
gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf adalah suhu dang fungsi dari sediaan farmasi
tersebut.
e) Kondisi gudang tempat penyimpanan obat
Kondisi gudang tempat penyimpanan persediaan obat dianggap sudah
cukup sesuai hanya saja kekurangannya hanya terletak pada suhu ruangan yang
terkadang tidak stabil.
“Yaa lumayan sesuai lah, cuman itu tadi suhunyaa, yaa suhu ruangannya
ACnya belum terlalu memenuhi standar. Tapikan kita sudah ajukan
permintaan ke manajemen mudah-mudahan bisa dipenuhi”
103
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Kondisi gudang dianggap sudah cukup hanya saja pendingin ruangan yang
berada di gudang farmasi belum memenuhi standar. Kepala instalasi farmasi
sudah melakukan permintaan kepada pihak manajemen mengenai pengadaan
pendingin ruangan yang memenuhi standar.
“Lumayan sih sebenarnya sesuai banget tidak yaa cuma istilahnya tidak
buruk juga sudah bagus mm kalau yang sesuai banget itu kalau apa
namanya misalnya sistem suhu yaa karna di sini banyak obat yang
walaupun maksudnya harus stabil dalam suhu yang sejuklah begitu yang
tidak boleh kadang-kadang ac biasanya mati satu nda nyala paling itu
saja kalau kita punya rak segala macam itu bersih kalau nnti mau lihat
silahkan”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Sama halnya dengan informan sebelumnya, informan B juga menganggap
bahwa kondisi gudang sudah lumayan sesuai aturan tata ruang penyimpanan.
Informan B melanjutkan kebanyakan obat digudang farmasi membutuhkan suhu
yang sejuk, sedangkan terkadang pendingin ruangan ada yang mati.
“Kalau sudah sesuainya saya rasa sudah cukup”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Informan FA menganggap bahwa kondisi gudang yang ada sekarang
sudah sesuai dengan aturan tata ruang penyimpanan. Berdeba halnya dengan
informan R yang menganggap bahwa kondisi gudang belum sesuai dengan aturan
tata ruang penyimpanan.
“Menurutku saya sih masih kurang, masih kecil, tempat untuk narkotiknya
juga masih nda sesuai”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
104
Menurut informan R kondisi gudang penyimpanan obat di RSUD Syekh
Yusuf Gowa belum sesuai dan dianggap masih kurang, karena gudang farmasi
yang ada masih dianggap kecil, tempat untuk penyimpanan narkotika masih
belum sesuai.
f) Kendala dalam proses penyimpanan
Kendala dalam proses penyimpanan persediaan obat di gudang farmasi
adalah suhu ruangan yang dianggap masih kurang memadai.
“Kendalanya yaa itu tadi masalah suhu ruangannya. Solusinya mungkin
bisa ditambah ACnya”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
“… kendalanya di situ, kadang-kadang nda sesuai, suhu ruangan”
“…itu tadi dek ACnya kan belum memenuhi standar tapi kita sudah
ajukanmi permintaan”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Informan R dan TM menganggap bahwa kendala atau masalah yang dapat
menghambat proses penyimpanan di gudang farmasi adalah kestabilan suhu di
ruangan. Kepala instalasi farmasi telah mengajukan permintaan untuk
penambahan AC yang telah terstandar dengan baik di gudang farmasi.
“nda ada mm”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
“nda adaji”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Di sisi lain, informan B dan FA memiliki jawaban yang berbeda, mereka
berdua menganggap bahwa tidak ada kendala ataupun masalah yang dapat
105
menghampat proses penyimpanan obat di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf
Gowa.
6) Pendistibusian
Distribusi obat merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan obat dari gudang farmasi sampai kepada depo ataupun unit-unit
pelayanan atau pasien.
a) Proses distribusi obat di RSUD Syekh Yusuf Gowa
Proses pendistribusian obat yang dilakukan oleh gudang farmasi
RSUDSyekh Yusuf Gowa terbagi atas dua bagian pertama dengan cara resep dan
yang kedua dengan cara mengampra.
“…jadi distribusi obat itu ada 2 ada dengan cara per-resep ada dengan
cara meng-ampra. Diperawatan itu mereka tiap minggu mengampra obat,
ada permintaan khusus buatkan berita acara naah kalau dari pasien dia
berdasarkan resep kan berapa dokter resepkan itu yang dikeluarkan”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Distribusi obat yang dilakukan di RSUD Syekh Yusuf Gowa terbagi 2,
pertama dengan cara resep dan kedua dengan cara mengampa. Tiap minggu
petugas dari perawatan memiliki jadwal khusus untuk mengampra obat.
permintaan ditulis di dalam berita acara, sedangkan dari pasien distribusi yang
dimaksudkan dari dokter yang meresepkan kepada pasien.
“Yaa sebenarnya kita biasa gilir hmm setiap apotek itu punya waktu untuk
hmm untuk ngampra misalkan apotek di rawat inap itu ngampranya senin
apotek rawat jalan bpjs hari selasa apotek IRD hari rabu”
“…kalau ada tiba-tiba yang cito yaa ambil aja maksudnya tiba-tiba habis
apanya gitu. Tapi untuk tertibnya kita kasih jadwal”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
106
Masing-masing unit pelayanan diberi jadwal khusus untuk mengampra
obat di gudang farmasi. Pihak gudang farmasi membuat dan mengatur jadwal agar
pendistribusian obat lebih tertib, tapi jika barang yang dibutuhkan bersifat cito
diperbolehkan untuk langsung mengampra obat yang dibutuhkan.
“Distribusi obatnya itukan dari unit pelayanan, misalnya JKN diampra,
dia tulis dibuku ampranya terus dia berikan di gudang terus nanti bu
Rifkah yang layani. Terus itu masing-masing depo juga kayak ada jadwal
meng-ampranya perminggu, 2 kali seminggu kayaknya”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Distribusi obat yang dilakukan dimulai dari unit pelayanan yang
menuliskan list sediaan yang akan diampra di buku ampra, selanjutnya diberikan
kepada pihak gudang farmasi untuk dilayani dan diproses.
“Nah kalo masalah distribusinya itu, di sini itu kita buat jadwal untuk
mengampra. Biasa itu seminggu 2 kali jadi nanti dari depo itu kasih liat
kita ada memang itu bukunya apa-apa saja sediaan yang mereka
butuhkan”
(R, Perempuan, 39 tahun, September 2017)
Sama halnya dengan informan sebelumnya, informan R juga mengatakan
bahwa terdapat jadwal mengampra yang telah diatur oleh pihak gudang agar lebih
tertib. Penanggung jawab dari masing-masing unit pelayanan menuliskan sedian
sediaan yang akan diampra di buku ampra.
b) Orang-orang yang terlibat dalam pendistribusian obat
Orang-orang yang bertanggung jawab dalam proses pendistribusian
persediaan obat adalah para staf yang berada di gudang farmasi dan penanggung
jawab di masing-masing unit pelayanan.
“Apoteker penanggung jawab, penanggungjawab gudang, masing-masing
deponya, apotek”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
107
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses pendistribusian barang sampai ke
unit-unit pelayanan adalah apoteker penanggung jawab, penanggung jawab di
gudang farmasi, penanggung jawabdi masing-masing depo dan unit pelayanan.
“Penanggungjawab unit dengan penanggungjawab di gudang”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
“orang di gudang dengan ini mm teman-teman di pelayanan”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Informan FA dan TM mengatakan bahwa pendistribusian sediaan farmasi
dan BMHP sampai ke unit-unit pelayanan dilakukan oleh pihak-pihak yang
bertanggung jawab seperti penanggung jawab masing-masing unit pelayanan dan
penanggung jawab di gudang farmasi.
“Yang pertama adalah staf gudang di sini yang kedua itu adalah bagian
logistiknya di masing-masing depo”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, 2017)
Distribusi sediaan farmasi dan BMHP merupakan salah satu tugas utama
pelayanan farmasi rumah sakit. Staf gudang memiliki peran penting dalam
pendistribusian obat karena staf gudang yang menyiapkan sediaan-sediaan apa
yang dibutuhkan oleh masing-masing unit pelayanan. Selanjutnya pihak logistik
dari masing-masing unit pelayanan juga bertanggung jawab dalam pendistribusian
obat karena pihak logistik dari masing-masing unit pelayanan melakukan
pengampraan obat ke gudang farmasi untuk persediaan sediaan di pelayanan.
c) Sarana dan Prasarana dalam proses pendistribusian
Seluruh informan mengatakan bahwa alat yang digunakan untuk
pendistribusian obat ke unit pelayanan adalah troli.
“Hmm kita ada troli”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
108
“Pakai troli biasa”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
pendistribusian obat atau penyerahan obat sejak setelah sedian disiapkan
oleh instalasi farmasi, dihantarkan menggunakan troli kepada maing-masing unit
pelayanan yang membutuhkan.
“Hmm ituji troli di depan”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
“Sarananya apa yaah paling itu troli mm”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses pendistribusian
persediaan obat adalah troli. Penggunaan troli dimaksudkan untuk mempermudah
dalam pendistribusian barang. Pendistribusian sediaan farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dilekola oleh Instalasi
Farmasi dan didistribusi harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
d) Kendala dalam proses pendistribusian
Kendala yang dirasakan oleh beberapa informan dalam proses
pendistribusian persediaan obat berbeda-beda ada yang menganggap bahwa
kendalanya adalah ketika petugas yang berada di gudang adalah perempuan,
sedangkan sediaan yang diangkat bervolume berat. Adapula yang mengatakan
bahwa kegiatan distribusi obat yang dilakukan oleh petugas ke pasien, petugas
terkadang kewalahan melayani pasien yang terlalu banyak.
“adaa yaa itu tadi kalau misalnya petugas logistikya di depan mm
perempuan sementara yang mau diangkat berat, itu repot dan kita juga
nda punya staf laki-laki solusinya ya itu tadi pake cleaning service lah
kalau ada mahasiswa kita pake mahasiswa atau kita pinjam dari depo lain
misalnya ada cowok di depo IRD lagi jaga atau apaa itu bias kita minta
tolong. Kalau di wahidin itu kan dia ada kurir untuk ngambil obat”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
109
Informan B menganggap bahwa kendala atau masalah dalam proses
pendistribusian persediaan obat dan bahan medis habis pakai adalah ketika
puetugas logistik yang bertugas adalah perempuan sedangkan ada sediaan yang
harusnya diangkat berat. Solusinya terkadang petugas gudang meminta bantuan
kepada cleaning service yang berada disekitar gudang atau meminta bantuan pada
petugas laki-laki yang berada pada depo yang meminta sediaan.
“Hmm paling kalo itu dek apa kalo di depan ini distribusi terutama ke
pasien yang perorangan, kalau pasien terlalu banyak sementara kita
punya petugas nda gimana yaah biasakan itu butuh waktu yang lama,
pasien mengomel mi karna sudah lama menunggu. Nah itu kendalanya”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Menurut informan TM kendala yang dirasakan selama proses
pendistribusian obat dari petugas ke pasien, terkadang petugas kewalahan
melayani pasien yang terlalu banyak, sehingga ada beberapa yang biasa
melakukan komplen.
“Hmm ada iya. itu mi biasa ada staf yang sakit atau apa jadi itu
pelayanan juga nda berlangsung dengan baik. Biasa juga ituji kalo
terlambatki datang obat banyak yg mengeluh”
“...solusinya di’ hmm mungkin harus ada petugas pengganti begitu supaya
pelayanan tetap berjalan dengan bagus toh ”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Informan R menganggap bahwa kendala dala proses pendistribusian
adalah ketika ada petugas atau staf yang sakit atau izin sehingga pelayanan tidak
dapat berlangsung dengan baik. Informan R melanjutkan bahwa solusi untuk hal
tersebut adalah diharapkan ada petugas pengganti agar pelayanan pendistribusian
tidak terhambat.
“saya rasa ndaji”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
110
Berbeda dengan pernyataan informan sebelumnya, informan FA
beranggapan bahwa tidak terdapat kendala ataupun masalah yang dapat
menghambat proses pendistribusian persediaan obat di RSUD Syekh Yusuf
Gowa.
7) Penghapusan dan pemusnahan
Penghapusan dan pemusnahan merupakan penyelesaian terhadap
perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak ataupun mutu
yang tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan
perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang ada.
a) Proses pengahapusan dan pemusnahan obat yang kadaluarsa dan rusak
Proses penghapusan yang dilakukan di RSUD Syekh Yusuf Gowa sesuai
dengan prosedur yang ada. Penghapusan yang dilakukan melibatkan pihak ketiga
untuk membantu proses penghapusan perbekalan farmasi.
“kita ajukan ke manajemen, manajemen nanti yang menyurat ke kantor
daerah karna kita kan rumah sakit pemerintah toh baru bisa ini dilakukan
pemusnahannya”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Proses penghapusan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang
dilakukan adalah dengan mengajukan surat permohonan penghapusan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai, selanjutnya pihak manajemen akan
menyurat kepada pihak daerah, karena mengingat RSUD Syekh Yusuf Gowa
merupakan rumah sakit di bawah naungan pemerintah kabupaten gowa.
“hmm penghapusan obat itu sekarang kan jadi gini semua obat yang
expired atau yang rusak dari masing-masing depo itu dikumpul ke kita
terus kita buatkan semacam berita acara kemudian menunggu
penghapusan, penghapusan itu bukan cuman di sini sih tapi gabungan
dari unit lain jadi untuk sementara tidak ada penghapusan jadi kita
bekerja sama dengan pihak luar, pihak ketiga”
111
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Semua sediaan farmasi yang expired dan rusak dari masing-masing unit
pelayanan dikumpulkan kepada pihak gudang farmasi, selanjutnya pihak farmasi
membuat berita acara yang ditujukan ke pihak manajemen. Setelah itu pihak
gudang menunggu proses penghapusan. Penghapusan yang dilakukan di RSUD
Syekh Yusuf Gowa melibatkan pihak ketiga.
“itu hanya dilaporkan ke atas tapi klo untuk pemusnahannya saya belum
liat selama ini di sini. Hanya disimpanji dlu”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Menurut informan R, sediaan farmasi ataupun bahan medis habis pakai
yang kadaluarsa atau rusak terkadang dikumpul terlebih dahulu di gudang farmasi.
Informan R juga mengatakan bahwa selama beliau bekerja di gudang farmasi,
beliau tidak pernah melihat proses pemusnahan di RSUD Syekh Yusuf Gowa.
“oh biasanya itu langsung 1 kali penghapusan, dikumpul dulu itu semua
barang-barang yang kadaluarsa di sini terus nanti kita buatkanmi berita
acara, begitu, nanti diajukan mi ke bagian atas”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Berbeda dengan pernyataan dua informan sebelumnya, informan FA
mengatakan bahwa terkadang dilakukan satu kali penghapusan. Seluruh sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai yang telah kadaluarsa dan rusak baik kimia
maupun fisik akan diserahkan kembali kepada bagian gudang. Selanjutnya pihak
gudang farmasi akan membuat berita acara yang telah ditanda tangani oleh kepala
instalasi farmasi untuk diajukan pihak manajemen.
b) Orang-orang yang terlibat dalam penghapusan dan pemusnahan
Pihak-pihak yang terlibat dalam penghapusan obat di RSUD Syekh Yusuf
Gowa. RSUD Syekh Yusuf Gowa merupakan Rumah Sakit yang berada di bawah
112
naungan pemerintah kabupaten gowa, sehingga ketika RSUD Syekh Yusuf Gowa
melakukan penghapusan obat harus melibatkan pihak ketiga yaitu pihak
pemerintah kabupaten gowa.
“mm apa bagian farmasi, manajemen dengan ini, daerah. Kalau misalkan
dia narkotika kita butuh saksi dari balai POM dan dinas kesehatan”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Informan TM mengatakan bahwa pihak yang terlibat dalam proses
penghapusan di RSUD Syekh Yusuf Gowa adalah bagian kefarmasian, pihak
manajemen dan pemerintah daerah. Jika yang dilakukan pemusnahan narkotika
maka membutuhkan saksi dari balai POM dan Dinas Kesehatan.
“itu kepala instalasi farmasi.. sama penanggungjawab obat, dengan
kepala gudang”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Menurut informan FA pihak-pihak yang terlibat dalam penghapusan dan
pemusnahan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah kepala instalasi,
penanggung jawab obat dan kepala gudang, ini sesuai prosedur yang ada yaitu
membuat berita acara pemusnahan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
yang ditanda tangani oleh kepala instalasi farmasi dengan disaksikan oleh
Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian.
“satu kepala logistic dua kepala instalasi dengan panitia penghapusan”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Informan B mengatakan bahwa orang-orang yang terlibat dalam proses
penghapusan dan pemusnahan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
adalah kepala logistik, kepala instalasi farmasi dan panitia penghapusan.
“itumi dari apoteker sama ada 2 saksi”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
113
Pemusnahan ataupun penghapusan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai dilakukan ketika sediaan farmasi tidak memenuhi persyaratan mutu
meliputi, telah kadaluarsa, rusak secara fisik maupun kimia dan pihak yang
terlibat dalam penghapusan dan pemusnahan adalah pihak apoteker dan 2 saksi
dari tenaga teknis kefarmasian.
c) Kesesuaian prosedur dalam proses penghapusan dan pemusnahan
Proses penghapusan dan pemusnahan yang dilakukan di RSUD Syekh
Yusuf Gowa sudah sesuai dengan prosedur yang ada yaitu membuat berita acara
tentang pemusnahan obat dan meneruskan ke pihak manajemen.
“sudah sesuaimi dengan prosedur”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
“iya sudah sesuai sudah standar itu”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Informan B dan TM mengatakan bahwaproses penghapusan yang
dilakukan selama ini sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, di mana
proses penghapusan yang dilakukan terlebih dahulu harus membuat berita acara
yang ditanda tangani oleh kepala instalasi farmasi.
“iya sudah sesuai”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Sama halnya dengan pernyataan informan sebelumnya, informan FA juga
mengatakan bahwa proses penghapusan yang selama ini dilakukan di RSUD
Syekh Yusuf Gowa sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Lain halnya dengan
pernyataan informan R yang mengatakan
“kayaknya belum. Tapi itumi prosedurnya harus ada penanggungjawab 1
dengan 2 saksi iyaa setauku itu . dibuatkan berita acara terus dilaporkan
juga”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
114
Lain halnya dengan pernyataan informan R yang mengatakan bahwa
proses penghapusan dan pemusnahan di RSUD Syekh Yusuf Gowa belum
berjalan sesuai prosedur yang ada. Informan R melanjutkan bahwa prosedur
penghapusan dan pemusnahan adalah harus melibatkan satu penanggung jawab
dan dua saksi.
d) Kendala dalam proses penghapusan dan pemusnahan
Sebagian informan mengatakan bahwa tidak ada kendala dalam proses
penghapusan dan pemusnahan di RSUD Syekh Yusuf Gowa.
“hmm saya belum dapat itu kendalanya. Tidak adaji mngkin”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
“Tidak adaji”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Informan R mengatakan bahwa selama 3 tahun beliau bekerja di gudang
farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa beliau belum menemukan kendala dalam
proses penghapusan dan pemusnahan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai. Begitupula dengan pernyataan Informan B yang mengatakan bahwa tidak
ada kendala yang menghambat pross penghapusan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai.
“kalau kendalanya itukan harus menunggu”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Berbeda dengan informan sebelumnya, informan FA mengatakan bahwa
yang menjadi kendala adalah harus menunggu untuk melakukan penghapusan dan
pemusnahan.
“Hmm kendalanya sekarang itu dek karena kan kita tidak punya
insalator, bukan tidak punya, izinnya itu belum keluar jadi
115
penghapusannya itu kita nda boleh lakukan sendiri harus lewat pihak ke
3”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Kendala dalam proses penghapusan dan pemusnahan menurut informan
TMadalah izin penggunaan insulator belum keluar sehingga proses penghapusan
sediaan dan BMHP masih dilakukan oleh pihak ke 3.
8) Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan merupakan suatu kegiatan untuk memastikan
tercapaianya sasaran yang diinginkan sesuai dengan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau kekosongan obat
di unit-unit pelayanan.
a) Proses pengendalian persediaan obat
Proses pengendalian persediaan yang dilakukan digudang farmasi adalah
dengan cara memperhatikan stok obat yang kosong, dengan rutin membuat
laporan pemakaian.
“iyaaa. Pengendalian persediaan itu dengan apa stok, stok barang.
Barang yang keluar harus distok. Laporan tiap bulan, mereka harus buat
laporan pemakaian, mutasi, berapa yang dipake berapa yang ini selain itu
juga ada stock opnamenya toh ”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Informan TM mengatakan bahwa gudang farmasi melakukan pengendalian
persediaan dengan melihat stok barang yang ada dengan melakukan stock
opname. Membuat laporan setiap bulan seperti laporan pemakaian dan laporan
mutasi obat juga merupakan suatu proses dari pengendalian persediaan.
“oiyaa jadi kitakan ada laporan berkala terus sekarang juga karena
sistem canggih yaa kita bisa lewat sosmed yaa jadi kita kasih tau misalnya
di depo apaa ada persediaan apa jadi yang berlebih biasa kita ini kita
oper ke depo yang membutuhkan atau kalau misalnya persediaannya
banyak kita bisa sampaikan ke dokter misalnya obat yang banyak itu A”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
116
Sama halnya dengan pernyataan informan TM, informan B mengatakan
bahwa tersedia laporan berkala untuk mengendalikan sediaan. Selain itu informan
B menganggap bahwa karena sistem yang ada sekarang sudah semakin canggih
maka terkadang penginfoaan dan pengecekan sediaan di unit-unit pelayanan
hanya melalui social media. Ketika ada persediaan yang berlebih di unit
pelayanan akan dioper ke unit pelayanan yang membutuhkan atau jika persediaan
yang ada jumlahnya banyak terkadang penanggung jawab sediaan di depo atau
unit menyampaikan kepada dokter bahwa sediaan A persediaannya banyak.
“itu harus diperhatikan kalau kosong harus segera dilaporkan”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Informan R mengatakan bahwa proses pengedalian persediaan digudang
farmasi adalah dengan cara memperhatikan stok obat yang ada, jika stok telah
kosong harus segera dilaporkan secepatnya untuk menghindari terjadinya
kekosongan obat yang berkepanjangan.
“oh yaa itu kita harus melihat situasi kalau misalnya barangnya banyak,
tenaga tidak ampra. Intinya tergantung pemakaian”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Sedangkan menurut informan R proses pengendalian persediaan yang
dilakukan adalah dengan melihat situasi yang ada. Jika sediaan farmasi di unit
pelayanan masih banyak maka penanggung jawab tidak perlu melakukan
pengampraan, begitupun sebaliknya.
b) Orang-orang yang terlibat dalam proses pengendalian persediaan
Orang-orang yang terliat dalam proses pengendalian persediaa obat adalah
para penanggung jawab di unit-unit pelayanan, kepala instalasi farmasi, kepala
gudang dan para penanggung jawab di gudang farmasi.
117
“yaa penanggung jawabnya masing-masing. Setiap unit-depo itu kan ada
penanggungjawab”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Informan TM mengatakan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam
pengendalian persediaan adalah penanggung jawab di masing-masing unit
pelayanan, mereka bertugas untuk melaporkan sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai di masing-masing unit kepada pihak gudang farmasi.
“Masing-masing kepala unit dengan bagian logistik”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Serupa dengan pernyataan dari informan sebelumnya, informan B
mengatakan bahwa pihak yang terlibat dalam pengendalian persediaan obat di
gudang farmasi adalah masing-masing penanggung jawab di unit-unit pelayanan
dan staf logistik di gudang farmasi.
“Yaa bu risma sama bu rifkah. Tapi sebenarnya semuanya juga iya.
Kepala instalasi, kepala gudang”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Menurut informan FA yang terlibat dalam pengendalian persediaan obat di
gudang farmasi adalah pengelola obat beserta stafnya dibantu oleh kepala gudang
dan kepala instalasi farmasi.
“pelayanan dengan kita, kan bagian pelayanan yg melapor kalau ada
obat yang kosong dia laporakan ke kita. Kan itu alurnya dari pelayanan
ke gudang, gudang nanti yang sampai ke bagian atas”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Serupa dengan pernyataan beberapa informan sebelumnya, pihak yang
terlibat dalam proses pengendalian persediaan obat di gudang farmasi RSUD
Syekh Yusuf Gowa adalah penanggung jawab masing-masing unit pelayanan dan
pihak logistik gudang farmasi. Penanggung jawab dari masing-masing unit
118
pelayanan melakukan pelaporan sediaan kepada pihak gudang farmasi mengenai
stok persediaan yang ada. Hal ini bertujuan agar persediaan di unit dan digudang
dapat terkontrol dengan baik.
c) Metode dalam proses pengendalian persediaan
Seluruh informan mengatakan bahwa tidak ada metode khusus yang
digunakan dalam proses pengedalian persediaan obat di gudang farmasi. Pihak
gudang hanya mengacu kepada laporan pemakaian.
“Hmm tidak adaji”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
“kalau itunya tidak adaji”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Informan R dan informan FA mengatakan bahwa dalam melakukan
pengendalikan persediaan di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa, tidak ada
metode khusus yang digunakan dalam pelaksanaan tersebut.
“Gak ada metode yang dipake buat pengendalian persediannya cuman
melihat dari laporan aja”
(B, Laki-laki 43 Tahun, September 2017)
“Metode khusus tidak adaji kayaknya dek, ituji saja yang pelaporan”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Serupa dengan pernyataan informan sebelumnya, informan B dan TM juga
mengatakan bahwa dalam melaksanakan proses pengendalian persediaan tidak
ada metode khusus yang digunakan, hanya berdasarkan kepada laporan berkala,
laporan pemakaian dan laporan mutasi.
119
d) Kendala dalam proses pengendalian persedian
Kendala yang terdapat dalam proses pengendalian persediaan adalah cepat
lambatnya pelaporan dari unit pelayanan ke gudang famasi serta kelalaian petugas
yang tidak memperhatikan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di unit
pelayanan.
“ituji kadang cepat kadang lambat melapor. Jadi kalau seperti itu biasaki
terjadi kekosongan obat toh”
“…yaa solusinya harus cepat melapor harus lebih diperhatikan lagilah”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Informan R menganggap bahwa yang menjadi kendala dalam proses
pengendalian persediaan adalah terkadang penanggung jawab unit pelayanan
terlambat melaporkan kondisi sediaan di unit pelayanan sehingga terkadang
terjadi kekosongan obat. Informan R melanjutkan bahwa solusi untuk hal tersebut
adalah penanggung jawab dari masing-masing unit harus lebih memperhatikan
sediaan yang ada dan cepat melapor kepada pihak gudang.
“Ada misalnya kalau mereka lalai membiarkan obat tertinggal di situ yaa
bisa sampai expired”
“Solusinya yaa ituu biasanya kita sih ada evaluasi ke ruangan-ruangan
apa obat yang berlebih apa obat yang slow moving istilahnya yaa kalau
slow moving itu kita tarik”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Kendala dalam proses pengendalian persediaan menurut informan B
adalah terkadang pihak yang bertanggung jawab lalai membiarkan obat tertinggal
tanpa melaporkan kepada pihak gudang sampai akhirnya terkadang sediaan
tersebut menjadi rusak ataupun expired. Informan B menambahkan bahwa solusi
untuk hal tersebut adalah terkadang pihak gudang melakukan evaluasi ke ruangan
atau unit-unit pelayanan dengan melihat stok obat yang berlebih atau slow moving
maka akan dilakukan penarikan terhadap sediaan tersebut.
120
“Kendalanya cuman itu saja tadi dek kalau pasien banyak mereka harus
melayani mereka juga harus men-stok jadi kadang-kadang itu jadi
kendalanya”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Informan TM mengatakan bahwa yang menjadi kendala dalam proses
pengendalian persediaan adalah ketika petugas harus melayani pasien yang terlalu
banyak dan petugas juga harus men-stok sediaan.
“Kalau kendalanya tidak adaji selama ini”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Berbeda halnya dengan pernyataan informan sebelumnya, informan FA
menganggap bahwa tidak ada kendala atau masalah yang dapat menghambat
proses pengendalian persediaan di gudang farmasi.
9) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan yang dilakukan di gudang farmasi dilakukan secara rutin dan
teratur. Sebab pencatatan bertujuan agar diperoleh laporan mengenai pemakaian
sediaan dan bahan medis habis pakai di unit-unit pelayanan agar persediaan lebih
terkontrol.
a) Pencatatan obat keluar dan obat masuk
Seluruh informan serentak mengatakan bahwa kegiatan pencatatan obat
keluar dan obat masuk harus rutin dilakukan. Sebab melalui pencatatan
tersebutlah pengeluaran serta pemasukan obat-obatan dapat terkontrol.
“Iya kita kan bikin laporan jadi harus itu, apalagi pengeluarannya harus
sesuai dengan pelayanan”
(R, Perempuan, 39 Tahun, Septemver 2017)
121
Informan B menjelaskan bahwa proses pencatatan obat keluar dan obat
masuk harus dilakukan, apalagi pencatatan pada pengeluaran harus sesuai dengan
pelayanan yang dilakukan.
“iya sering kita lakukan itu pencatatan obat masuk sama obat yang
keluar”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
“iya pastimi itu dilakukan karena ada nanti pertanggung jawabannya”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Serupa dengan pernyataan informan sebelumnya, informan TM dan FA
juga mengatakan bahwa di gudang farmasi rutin dilakukan pencatatan obat masuk
dan obat keluar. Hal tersebut dilakukan agar sediaan dan bahan medis habis pakai
dapat dikendalikan, jumlah sediaan sesuai dengan kebutuhan di unit pelayanan.
“Karena di sini kita buat laporan kan jadi pencatatan obat itu harus terus
kita juga harus tertib gitu dalam pencatatannya”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Tidak jauh beda dengan pernyataan beberapa informan sebelumnya, proses
pencatatan obat yang masuk dan obat yang keluar menurut informan B dilakukan
secara rutin dan teratur. Pencatatan ini bertujuan agar diperoleh laporan mengenai
jumlah dan jenis obat apa saja yang masuk dan keluar setiap bulannya.
b) Pihak yang melakukan pencatatan stok obat
Pihak yang terlibat dalam pencatatan stok obat masuk dan keluar adalah
penanggung jawab sediaan famasi dan penanggung jawab bahan medis habis
pakai di gudang farmasi.
“Stok obatnya itu staf saya bu Rifkah saya sebagai pembuat laporannya”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
122
Informan R mengatakan yang melakukan pencatatan stok obat di gudang
farmasi adalah staf administrasi obat yang bertugas melakukan pencatatan
terhadap obat yang masuk dan obat yang keluar. Informan R yang berperan
sebagai pengelola obat di gudang farmasi bertugas membuat laporan pemakaian,
mutasi dan sebagainya.
“ibu Rifkah nanti dia berkoordinasi dengan bu Risma, karna bu Risma
yang buat laporannya toh”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Serupa dengan pernyataan dari informan sebelumnya, informan FA juga
menyebutkan bahwa yang melakukan pencatatan di gudang farmasi adalah ibu
Rifkah yang berperan sebagai staf adminitrasi obat yang nantinya akan
berkoordinasi dengan pengelola obat untuk proses pembuatan laporan.
“Ada stafnya, ada staf administrasi masing-masing. BMHP ada, obat
ada”
(B, Laki-laki, 43 Tahun,September 2017)
Pencatatan stok obat di gudang farmasi dilakukan oleh staf administrasi.
Informan B mengatakan yang melakukan pencatatan untuk stok obat masuk dan
keluar adalah staf administrasi obat serta pencatatan untul stok BMHP dilakukan
oleh staf administasi BMHP.
“Tenaga teknis kefarmasiannya. TTKnya toh. Kalau digudang itu ada staf
administrasinya untuk itu”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Informan TM mengatakan bahwa Tenaga Teknis Kefarmasian atau TTK
yang membantu petugas dalam melaksanakan tugas kefarmasian salah satunya
adalah pencatatan stok obat. Serupa dengan pernyataan beberapa informan
123
sebelumnya, informan TM juga mengatakan bahwa pencatatan di gudang farmasi
dilakukan oleh staf admnistrasi.
c) Kendala dalam pencatatan stok obat
Sebagian besar informan mengatakan bahwa kendala dalam pencatatan
adalah tterdapat kekeliruan dalam pencatatan stok obat masuk dan obat keluar,
terkadang ada sediaan yang terlupa untuk dicatat.
“Kendala-kendala harusnya tidak ada tapi kekeliruan pada saat
pencatatan itu mungkin ada”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Informan B menganggap bahwa seharusnya dalam proses pencatatan stok
obat tidak ada kendala yang dapat menghambat proses tersebut, tetapi informan B
melanjutkan bahwa kekeliruan dalam pencatatan stok obat mungkin saja terjadi.
“Yaa ituji biasa kan namanya juga manusia toh biasa ada juga yang
kelupaan dicatat”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Serupa dengan penyataan informan sebelumnya, informan FA juga
mengatakan bahwa kendala yang terdapat dalam proses pencatatan stok adalah
terkadang ada jenis sediaan yang lupa dicatat oleh staf administrasi.
“Iya ada misalkan dalam proses pencatatannya ada obat yg terlupa
dicatat. atau inikan sesuai dengan harga, kadang juga faktor manusianya
yg kurang teliti”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Tidak jauh beda dengan pernyataan beberapa informan sebelumnya.
Terkadang dalam proses pencatatan stok ada sediaan yang terlupa untuk dicatat.
Informan R melanjutkan bahwa pencatatan pemasukan serta pengeluaran
124
disesuaikan dengan harga terkadang staf administrasi kurang teliti dalam proses
pencatatan tersebut.
“paling kalau itu tadi yang pasien banyak mereka harus mencatat harus
melayani biasanya mereka prioritaskan melayani pasien dlu toh”
(TM, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Berbeda dengan pernyataan beberapa informan sebelumnya, informan TM
menganggap kendala dalam proses pencatatan stok obat yang dilakukan di unit
pelayanan adalah ketika staf kewalahan melayani pasien yang cukup banyak
sehingga mereka lebih memprioritaskan melayani pasien daripada mencatatan
stok sediaan.
d) Pencatatan stok obat kadaluarsa dan rusak
Pencatatan stok obat dilakukan agar dalam mengendalikan sediaan yang
ada. Pencatatan stok obat kadaluarsa dan rusak bertujuan agar menghindari
kejadian over stockdan penumpukan sedian.
“Iye dilakukan itu pencatatan obat masuk sama obat keluar supaya
sediaannya bisa dikontrol”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
“Pastimi kita lakukan kalau itu”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Informan B dan FA serentak mengatakan bahwa pencatatan stok obat
kadaluarsa dan rusak harus dilakukan. Pencatatan stok kadaluarsa dan rusak
dianggap sangat penting agar sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dapat
terkontrol dengan baik.
“iya pasti itu. Di buku catatan juga itu kalau ada obat masuk kita tulis
expired datenya kapan”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
125
Pencatatan obat kadalaursa dan rusak harus rutin dilakukan. Informan B
mengatakan bahwa staf administrasi rutin mencatat expired date dari sediaan yang
masuk di gudang farmasi ke buku catatan obat masuk.
“semuanya itu dilakukan pencatatan karena ada pertanggungjawabannya
masing-masing”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Informan R menjelaskan bahwa seluruh kegiatan obat yang masuk, obat
keluar, obat yang kadaluarsa dan obat yang rusak di lakukan pencatatan. Sebab
seluruh kegiatan yang dilakukan tersebut akan dipertanggung jawabkan dalam
bentuk laporan.
e) Pencatatan keuangan di gudang farmasi
Hasil wawancara mendalam mengenai pencatatan keuangan. Sebagian
informan mengatakan bahwa pencatatan keuangan tidak dilakukan di gudang
farmasi, proses pencatatan keuangan merupakan tanggung jawab dari pihak
manajemen yang bersangkutan. Sebagian informan lainnya mengatakan laporan
keuangan masuk pada laporan berkala yang dibuat oleh staf administrasi.
“Hmm kayaknya itu bagian atas mengenai pembiyaan”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
“Kalau kita di sini tidak pegang masalah uang, itu urusannya bagian
manajemen di atas”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Informan R dan FA mengatakan bahwa mereka tidak melakukan
pencatatan keuangan di gudang farmasi, sebab mereka tidak mengurus masalah
keuangan. Informan tersebut beranggapan bahwa yang melakukan pencatatan
keuangan adalah pihak manejemen.
“Hmm gini kalau kita buat laporan itu sudah plus dengan laporan
keuangannya jadi maksudnya gini kan kita tidak menjual tapi obat yang
126
keluar itu kita rupiahkan jadi ada harga obat masuknya berarti kita kasih
keluar obatnya berarti kita rupiahkan”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Berbeda dengan pernyataan informan sebelumnya, informan B
menganggap bahwa pencatatan keuangan dilakukan pada saat pengelola sediaan
membuat laporan. Informan B melanjutkan bahwa di gudang farmasi setiap obat
yang keluar akan dirupiahkan sehingga ketika ada harga obat yang masuk staf
tetap melakukan pencatatan mengenai harga sediaannya.
“Semua tempat mau di gudang mau di depo semua menghitung nilainya
toh”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Informan TM beranggapan bahwa di semua tempat, baik di gudang
farmasi maupun di unit-unit pelayanan semua melakukan pencatatan keuangan
dengan menghitung nilai dari sediaan farmasi.
Terjadi perbedaan pendapat sebab ada informan yang menganggap bahwa
pencatatan keuangan sudah termasukdalam perencanaanobat sementara informan
lain mengatakan bahwa pencatatan keuangan bukan menjadi bagian dari
wewenangnya.
f) Pihak gudang farmasi mengatur sendiri keuangan dan dilanjutkan untuk
pembelian obat yang dibutuhkan
Seluruh informan serentak mengatakan bahwa pihak gudang farmasi tidak
mengatur sendiri keuangan. Pihak gudang farmasi tidak memiliki kuasa untuk
melakukan pembeliaan sediaan yang dibutuhkan.
“Kalau itu urusannya bu tuti itu kalau di sini tidak tau menau tentang itu”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
127
Informan R beranggapan bahwa pihak gudang tidak mengatur sendiri
keuangan yang digunakan untuk pembelian sediaan, kegiatan tersebut merupakan
tanggung jawab dari kepala instalasi farmasi. Informan R mengatakan bahwa
tidak tahu-menahu mengenai proses tersebut.
“kalau masalah yang ngatur itu yaa bagian atas kan kepala farmasi juga
yang lakukan pembelian itu kan”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
“Iya tidak karna itukan bagian di atas yang atur, bagian manajemen. Kita
di sini cuman merencanakan. Nanti yang lakukan pembeliannya itu yaaa
bagian atas
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Tidak jauh berbeda dengan pernyataan informan sebelumnya, informan B
dan FA juga mengatakan bahwa yang mengatur keuangan adalah pihak majemen
yang bersangkutan dan kepala instalasi farmasi, mengingat kepala instalasi
farmasi juga yang melakukan pembeliaan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai.
“Oh tidak keuangan kita itu di sini diatur dengan bagian mm bagian PPK
itu yang mengendalikan keuangan, PPK namanya itu Pejabat Pembuat
Komitmen”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Informan TM mengatakan bahwa gudang farmasi tidak mengatur sendiri
keuangan untuk melakukan pembelian obat. Masalah keuangan diatur oleh bagian
PPK atau Pejabat Pembuat Komitmen yang bertanggung jawab atas pengadaan
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai.
c. Output
Output atau hasil dari pengelolaan persedian obat yang diharapkan di
gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa adalah ketersediaan obat dan bahan
medis habis pakai memenuhi kebutuhan pada unit-unit pelayanan yang
128
membutuhkan serta terhindarnya sediaan farmasi dari gangguan fisik serta kimia
yang dapat merusak mutu dari sediaan yang ada.
1) Ketersediaan dan Keamanan Obat di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf
Gowa
Berdasarkan hasil observasi di gudang farmasi terhadap obat- obatan yang
tersedia di gudang penyimpanan, diketahui bahwa secara garis besar ketersediaan
obat di gudang farmasi sudah sesuai dengan kebutuhan, akan tetapi terkadang
sediaan yang ada kurang terkontrol dengan baik.
“Masih kurang. Karna tidak terkontrolpi dengan baik. Kalau tentang
keamanannya kalau mau dibilang bagus sekali yaa tidakpi Cuma sedikit
bagusmi lah. Cukupmi”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Informan R beranggapan bahwa ketersediaan obat di gudang farmasi
RSUD Syekh Yusuf Gowa masih kurang, sebab informan merasa sediaan yang
ada belum terkontrol dengan baik. Sedangkan mengenai keamanan obat dianggap
sudah cukup baik.
“Kalau ketersediaan kan tergantung hmm itu tadi ada banyak yaa kayak
itu tadi sistem pengadaan kalau misalnya sistem pengadaan nya tersendat
obatnya akan tersendat semua karna kita perencanaannya sudah bagus.
Kalau keamanan yaa Alhamdulillah sih aman-aman saja karna setiap saat
terstok jadi kalau ada kurang satu kita sudah tau ini kurang”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Di sisi lain, informan B memiliki jawaban yang berbeda. Informan
tersebut mengatakan bahwa ketersediaan obat di gudang farmasi tergantung dari
sistem pengadaan yang dilakukan. Jika pengadaan barang sediaan tersendat atau
barang pesanan terlambat dikirimkan oleh distributor, hal ini berpengaruh
terhadap persediaan obat di gudang farmasi. Terkait dengan masalah keamanan
sediaan dianggap sudah aman.
129
“Selama ini aman-aman saja ji.. untuk obat narkotika juga kanada tempat
khususnya. Ketersediaannya juga yaa lumayan bagusmi”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
“Amanji iye. Doubleji juga kuncinya. Ketersediaannya juga yaa lumayan
mi lah”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2107)
Serupa dengan pernyataan informan sebelmnya, informan FA juga
mengatakan bahwa keamaan sediaan di gudang farmasi sudah dianggap aman dan
ketersediaan obat di gudang farmasi sudah cukup baik.
2) Harapan dari proses pengelolaan persediaan di Gudang Farmasi RSUD
Syekh Yusuf Gowa
Ketersediaan obat merupakan output utama dalam pengelolaan persediaan
obat di rumah sakit. Di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa, mengharapkan
ketersediaan selalu dijaga agar tetap dalam jumlah yang efektif dan efisien guna
memenuhi kebutuhan para user.
“Yaa harapan saya sih sebenarnya lancar aja sih tidak ada masalah
maksudnya persediaan selalu ada kayak begitu”
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
Informan B mengharapkan proses pengelolaan persediaan obat di gudang
farmasi berjalan dengan lancer tidak terjadi masalah penumpukan obat maupun
kekosongan obat. persediaan obat diharapkan selalu stabil.
“Harapanyaa tidak terjadi kekosongan obat, kan itu harapannya. Semua
obat yang dibutuhkan ada juga tidak terjadi over atau penumpukan iyee
tidak terjadi juga kadaluarsa. Seminimal mungkin. Ituji harapan”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Harapan dari informan TM tidak jauh berbeda dengan informan B yang
mengharapkan tidak terjadi kekosongan obat di gudang farmasi. Semua obat yang
130
dibutuhkan tersedia dan juga tidak terjadi penumpukan sediaan yang
mengakibatkan sediaan menjadi rusak dan kadaluarsa.
“Hmm ruangannya lebih diperluas lagi, mau ditambah fasilitasnya lagi,
kayak palletnya. Harusnya semua obat itu menyatu. Semua-muanya bagus
lah”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Menurut informan R, harapan terhadap proses pengelolaan persediaan
adalah gudang yang ada diharpkan untuk lebih diperluar. Selain itu, diharapkan
penambahan fasilitas seperti pallet. Informan R jug mengharapkan seluruh
kegiatan yang dilakukan di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa berjalan
dengan baik, persedian untuk user dapat terpenuhi dengan baik.
“Harapannya saya mungkin bisa diperlebar ruangannya supaya lebih
bagus lebih luas lagi, karena BMHPnya kan belum 1 tempat, masih ada
lagi gudang di belakang”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Informan FA juga mengatakan hal serupa seperti yang dikatakan informan
R. informan FA juga mengharapkan dilakukan perluasan gudang agar proses
pengelolaan persediaan dapat berjalan dengan baik. Informan FA melanjutkan
bahwa harapannya untuk gudang diperluas sebab ruangan untuk sediaan bahan
medis habis pakai terpisah dengan ruangan sediaan obat.
3) Output yang dihasilkan sudah sesuai dengan yang diharapkan
Hasil dari proses pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi dianggap
sudah cukup baik. Proses pengelolaan persediaan di gudang farmasi sudah
mengikuti prosedur yang ada. Walaupun output yang dihasilkan belum sesuai
dengan yang diharapkan.
“Pengelolaan sediaan yang dilakukan selama ini sudah cukup baik
menurut saya yaa. Tapi terkadang masih ada sedikit-sedikit kendala tapi
yaa cukup baikmi persediaannya”
131
(B, Laki-laki, 43 Tahun, September 2017)
“Iye cukupmilah kalau dibilang sesuai sekalipi tidak tompi juga toh.
Setidaknya sudah cukup memenuhimi kebutuhan user”
(R, Perempuan, 39 Tahun, September 2017)
Informan B beranggapan bahwa pengelolaan persediaan yang dilakukan di
gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa selama ini sudah cukup berjalan
dengan baik dan sudah cukup memebuhi kebutuhan user walaupun terkadang
masing ada sedikit kendala yang dapat menghambat proses pengelolaan
persediaan.
“Output yaa hmm sudah cukupmi tapi kalau dibilang sudah sesuai
harapan kayaknya belum ya, kan harapannya itu tadi toh tidak terjadi
kekosongan obat, obat-obat yang dibutuhkan juga ada. Yaa itu mngkin”
(TM, Perempuan, 46 Tahun, September 2017)
Proses pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi dianggap sudah
cukup. Informan TM mengaharapkan tidak ada lagi kejadian kekosongan obat dan
persediaan obat yang dibutuhkan selalu ada.
“Menurut saya bagusmi, iyee bagusmi sesuai mi juga tapi ituji tadi
masalah luas gudangnya kayaknya masih mau penambahan”
(FA, Perempuan, 60 Tahun, September 2017)
Tidak jauh berbeda dengan pernyataan informan-informan sebelumnya,
informan FA juga mengatakan bahwa output dari pengelolaan persediaan di
gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa sudah cukup baik, tetapi informan FA
mengharapkan adanya penambahan luas gudang agar kegiatan pengeloaan
persediaan dapat berjalan dengan baik.
132
C. Pembahasan
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
suatu siklus kegiatan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan
penghapusan, pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan
Pelayanan Kefarmasian. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir
dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali
biaya (Permenkes No. 72 Tahun 2017).
Pengelolaan perbekalan farmasi dilakukan di dalam ruang lingkup
Instalasi Farmasi. Pengelolaan persediaan obat yang baik tentunya memerlukan
manajemen yang baik pula. Namun hal tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor
yang yang mempengaruhinya. Sebagaimana disebutkan oleh Dirjend Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010 bahwa untuk melihat efektifitas dari
pengelolaan persediaan obat perlu diperhatikan faktor- faktor input sebagai
penunjang terlaksananya proses manajemen logistik dan proses pengelolaan itu
sendiri. Faktor input terdiri dari sumber daya manusia, anggaran, sarana dan
prasarana, dan prosedur. Sementara itu, proses dari pengelolaan persediaan obat
yang perlu diperhatikan mulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan,
pengadaanm penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, penghapusan dan
pemusnahan, pengendalian dan pencatatan dan pelaporan. Sedangkan outputnya
adalah ketersediaan obat yang efektif dan efisien. Sehingga bisa melihat sistem
pengelolaan obat yang dilaksanakan di gudang farmasi rumah sakit. Adapun
distribusi masalah yang ada di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
133
Tabel 4.3 Distribusi Masalah Pengelolaan Persediaan Obat di Gudang
Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa
NO Jenis Masalah Penyelesaian
1 Ketidakkonsistenan user terhadap
penggunaan sediaan.
Menginfokan kepada user yang
bersangkutan untuk menggunakan
sediaan yang telah disediakan.
2 Kelalaian petugas pada saat
melakukan perencanaan sediaan
Meningkatkan ketelitian pada saat
melakukan perencanaan agar
perencanaan yang dilakukan menjadi
tepat jenis dan tepat jumlah, serta sesuai
dengan kebutuhan rumah sakit
3 Stok obat yang dipesan pada
distributor kosong
Melakukan pemesanan kepada
distributor lain. Apabila sediaan yang
dibutuhkan bersifat cito, pihak rumah
sakit akan melakukan peminjaman obat
pada rumah sakit lain.
4 Kondisi gudang kurang
representatif:
a. Kendaraan yang parkir di
depan pintu utama
menghambat proses
penerimaan barang
b. Gudang obat dan gudang
farmasi masih terpisah.
a. Pemberian tanda dilarang parker di
depan pintu utama gudang farmasi
RSUD Syekh Yusuf Gowa
b. Penambahan luas gudang farmasi
agar gudang obat dan BMHP
berada dalam satu gedung.
5 Suhu ruangan yang tidak
menentu berakibat pada sediaan
pada gudang farmasi RSUD
Syekh Yusuf Gowa
Kepala instalasi farmasi telah
melakukan permintaan kepada direktur
berkaitan dengan penambahan
pendingin ruangan yang dianggap
memenuhi standar
6 Belum ada izin penggunaaan
insulator
Penghapusan dan pemusnahan
dilakukan di luar rumah sakit dengan
melibatkan pihak ketiga.
7 Lambatnya pelaporan mengenai
sediaan yang kosong
Lebih mengontrol sediaan dengan rutin
mencatat dan mengecek sediaan yang
ada
8 Kelalaian petugas yang
membuarkan sediaan tertinggal
Pihak gudang farmasi melakukan
evaluasi ke unit-unit pelayanan terkait
134
begitu saja sehingga dapat
mengakibatkan sediaan tersebut
menjadi expired atau rusak.
sediaan yang ada
Sumber: Data Primer, 2017
Peneliti menggali lebih dalam mengenai proses pengelolaan persediaan
obat yang dilakukan di gudang farmasi RSUD Syekh Yususf Gowa yang dimulai
dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, penghapusan dan pemusnahan, pengendalian persediaan dan
pencatatan dan pelaporan. Peneliti menggali persepsi informan dengan
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan pedoman wawancara agar dihasilkan
informasi yang mendalam tentang gambaran pengelolaan persediaan obat di
gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa.
1. Input Pengelolaan Obat
Menurut Azwar, 2010 dalam Badaruddin, 2015 mengatakan input
merupakan suatu elemen yang terdapat di dalam sistem dan merupakan elemen
yang sangat penting di dalam berfungsinya suatu sistem. Jika input tidak tersedia
dengan baik, maka dapat menghambat kegiatan yang terjadi dalam proses pada
suatu sistem. Bahkan tidak tersedianya input dapat menghambat suatusistem
dalam mencapai tujuannya. Begitu juga dalam penelitian ini, dalam kegiatan
pengelolaan obat, suatu rumah sakit harus menyediakan input dengan baik.
Adapun input pengelolaan obat di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa
adalah sebagai berikut:
a. Sumber Daya Manusia
Sumber manusia merupakan salah satu faktor penting yang beberapa
dalam pelaksanaan pengelolaan persediaan obat. berdasarkan hasil wawancara dan
observasi bahwa jumlah sumber daya manusia yang ada di gudang farmasi
135
berjumlah 5 orang. Satu orang sebagai penanggung jawab pengelola farmasi obat
dan BMHP, satu orang bertugas sebagai pengelola obat dibantu dengan seorang
staf administrasi, serta satu orang yang bertugas sebagai pengelola BMHP yang
dibantu dengan seorang staf administrasi. Seluruh petugas di gudang farmasi ini
berlatar belakang sarjanan farmasi dan apoteker sehingga ini memudahkan
petugas dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan persediaan obat di gudang
farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa. Selain itu, jumlah SDM yang ada di gudang
farmasi dianggap sudah menyelesaikan pekerjaan yang ada. Ada saatnya di mana
ketika ada barang yang masuk dalam jumlah banyak namun karena petugas pada
bagian gudang sebagian besar adalah perempuan mengakibatkan barang yang
datang harus diangkat oleh petugas perempuan tersebut. Pengelola BMHP
menjelaskan bahwa petugas gudang laki-laki masih dianggap kurang, seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya. Ketika hal tersebut terjadi terkadang petugas
meminta bantuan kepada Cleaning Service untuk membantu mengangkat sediaan
yang datang.
Berdasarkan Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010,
diketahui bahwa sumber daya manusia dalam pengelolaan persediaan obat di
gudang farmasi terdiri dari satu orang atasan kepala gudang, satu orang kepala
gudang, satu orang pengurus barang, dan satu orang pelaksana. Jika dibandingkan
dengan kebijakantersebut sumber daya manusia yang berperan dalam pengelolaan
persediaan obat di gudang farmasi sudah memadai. Walaupun kurangnya SDM
laki-laki di gudang farmasi terkadang membuat staf gudang meminta bantuan
kepada cleaning servise untuk membantu mengangkut barang-barang yang
dianggap berat, seperti cairan dalam jumlah banyak, mengingat di gudang farmasi
jumlah staf perempuan lebih banyak dan hanya memiliki seorang staf laki-laki.
136
Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan
dan keterampilan petugas kefarmasian di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf
Gowa dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan seminar terkait proses
pengelolaan persediaan obat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan serta prestasi kerja staf gudang farmasi.
Kesesuaian antara pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh SDM
pengelolaan obat di gudang farmasi dinilai sudah sesuai, meskipun memang
masih perlu diberikan pelatihan untuk petugas pelaksana yang ada di gudang
farmasi terkait dengan proses pengelolaan persediaan obat yang baik. Dalam
pelaksanaannya pun petugas gudang tidak merasa kesulitan untuk melaksanakan
tugasnya di gudang farmasi dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk belajar
mengenai kegiatan yang ada di gudang farmasi karena pada dasarnya
pendidikannya adalah apoteker.
Menurut Henriksen dan Dayton, 2006 dalam Yulia dkk, 2012 peningkatan
pengetahuan merupakan dampak yang diharapkan dari pelatihan mutu dan
keselamatan pasein. Pelatihan merupakan salah satu sarana menambah kebutuhan
akan pengetahuan baru untuk meningkatkan kinerja individu dan kinerja sistem.
Ini sejalan dengan penelitian Yulia dkk, 2012 yang berpendapat bahwa
pengetahuan awal ataf mengenai pekerjaannya dipengaruhi oleh banyak faktor
yang ada dalam suatu organisasi. Upaya membangun pengetahuan SDM yang
didukung oleh kebijakan merupakan salah satu cara inovasi atau pembaharuan
yang tepat untuk memungkinkan staf memiliki kemampuan dan tanggung jawab
sesuai tuntutan perubahan pada era globalisasi yang disertai dengan persaingan di
berbagai bidang
137
Sri, 2013 juga menyebutkan bahwa faktor-faktor pelatihan yang meliputi:
materi pelatihan, kemampuan pelatih, metode pelatihan mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap prestasi kerja karyawan.
Dalam mengerjakan suatu pekerjaan sebaiknya kita bekerja sesuai dengan
keahlian masing-masing seperti pada firman Allah SWT. pada QS. Al-Isra/17 ayat
84 yang berbunyi:
شاكهحهقم معه ع ۦكم صثلفستكىأعهىت ٢٨هىأهدي
Terjemahnya:
“Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing".
Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanNya”
(Kementrian Agama RI, 2009).
Berdasarkan ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa setiap individu
hendaklah bekerja sesuai dengan keadaannya masing-masing. Hal ini sesuai
dengan pernyataan di atas bahwa petugas di bagian gudang farmasi dan
kefarmasian di RSUD Syekh Yusuf Gowa rata-rata berlatarbelakang pendidikan
sarjana farmasi dan apoteker sehingga lebih memudahkan petugas dalam
melaksanakan pekerjaan yang terkait dengan proses pelaksanaan pengadaan obat
di RSUD Syekh Yusuf Gowa.
b. Anggaran
Anggaran merupakan salah satu input yang menunjang pelaksanaan dalam
proses pengelolaan obat di gudang farmasi. Berdasarkan hasil wawancara
diketahui bahwa terdapat dana khusus untuk pengelolaan persediaan obat di
gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa dan dana untuk pengelolaan
persediaan tersebut dikelola oleh pihak manajemen.
Sumber dana merupakan salah satu input yang mendukung terlaksananya
suatu proses. Proses akan berjalan sesuai dengan keinginan apabila didukung
penuh dari segi pendanaannya. Begitu juga dengan pelayanan yang ada di RSUD
138
Syekh Yusuf Gowa, pelayanan kesehatan akan berjalan dengan baik apabila
didukung oleh pendanaan yang memadai.
Dalam pedoman pengelolaan obat yang dibuat oleh Dirjend Bina Farmasi
dan Alat Kesehatan, 2010 menyebutkan bahwa salah satu input yang perlu
disediakan dalam pengelolaan obat adalah anggaran. Sesuai dengan hasil
wawancara peneliti yang menyebutkan bahwa anggaran yang ada di gunakan
untuk pembeliaan sediaan farmasi serta untuk kegiatan pelatihan yang berkaitan
dengan pengelolaan persediaan obat. Hal tersebut telah tertuang dalam Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) yang telah dibuat oleh pihak rumah sakit. Dokumen
Pelaksanaan Anggaran ini merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan
belanja obat di instalasi farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa.
Anggaran yang digunakan untuk pengelolaan persediaan obat di gudang
farmasi bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sebab
RSUD Syekh Yusuf Gowa merupakan rumah sakit yang berada di bawah naungan
pemerintah kabupaten gowa. Kepala Instalasi Farmasi menjelaskan bahwa
mekanisme pencairan anggaran dicairkan ketika telah melakukan pembelanjaan
sediaan, setelah itu menyelesaikan adniministrasi dengan pihak yang
bersangkutan, kemudian dana yang digunakan tersebut akan dicairkan oleh pihak
pemerintah daerah setempat. Ini sejalan dengan hasil penelitian Ingrid dkk, 2015
yang menjelaskan bahwa berdasarkan informasi dari semua informan, pembiayaan
anggaran belanja obat dibebankan pada Dana Alokasi Khusus (DAK) di bidang
kesehatan yang dibebankan pada APBN, Dana Alokasi Umum (DAU) yang
dibebankan pada APBD.
c. Sarana dan Prasarana
Kelengkapan fasilitas merupakan suatu faktor yang harus dipenuhi oleh
setiap wadah pemberi pelayanan kesehatan, dengan terlengkapinya fasilitas yang
139
digunakan dalam memberikan suatu pelayanan, maka pelayanan akan dapat
diberikan denganmaksimal. Begitu juga dengan fasilitas yang digunakan dalam
pengelolaan persediaan obat di RSUD Syekh Yusuf Gowa. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa, diketahui
bahwa fasilitas yang digunakan untuk pengelolaan persediaan obatsudah
mencukupi. Menurut hasil wawancara dan observari yang dilakukan fasilitas yang
digunakan dalam proses pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi RSUD
Syekh Yusuf Gowa adalah rak, lemari dan pallet yang digunakan dalam proses
penyimpanan sediaan. Dalam proses pendistribusiaan obat menggunakan troli,
pihak gudang farmasi memanfaatkan tempat tidur yang sudah tidak terpakai untuk
dijadikan troli. Selain itu, komputer juga merupakan sarana yang digunakan untuk
memudahkan pekerjaan seperti administrasi yang dilakukan oleh petugas gudang.
Fasilitas-fasilitas tersebut digunakan untuk mendorong terwujudnya pelayanan
kefarmasian di gudang farmasi dengan baik. Menurut Ermiati dan Sembiring,
2012 dalam Badaruddin, 2015 mengatakan bahwa fasilitas adalah penyedia
perlengkapan- perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada
penggunanya, sehingga kebutuhan-kebutuhan dari pengguna fasilitas tersebut
dapatdipenuhi.
Namun ada beberapa kendala yang ditemukan diantaranya kurang
memadainya kondisi luas gudang dan tata letak barang-barang sehingga terjadi
penumpukkan barang dilantai. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
diketahui bahwa luas gudang penyimpanan ini dinilai masih kurang mencukupi
untuk kegiatan penyimpanan obat di RSUD Syekh Yusuf Gowa. Hasil tersebut
sesuai dengan hasil penelitian Prihatiningsih (2012) yang menyebutkan bahwa
adanya hubungan antara luas gudang dengan kegiatan penyimpanan. Luas gudang
yang kurang memadai tentunya sangat menghambat petugas dalam melakukan
140
tugas penyimpanan obat di gudang farmasi. Dari hasil penelitian yang dilakukan
juga diketahui bahwa sistem tender yang digunakan dalam pengadaan barang
terkadang membuat banyak barang-barang yang tertumpuk dengan melihat
kondisi gudang farmasi yang kurang luas dan kurang dapat menampung sediaan
yang cukup banyak.
Lengkap atau tidaknya suatu fasilitas atau sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh rumah sakit akan mempengaruhi terhadap kegiatan pengelolaan
persediaan obat, sehingga dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang ada di
gudang farmasi, maka dapat dinilai apakah pengelolaan persediaan obat berjalan
dengan lancar atau tidak. Kegiatan akan terlaksana dengan baik jika segala
fasilitas atau sarana dan prasarana dilihat sudah cukup baik danlengkap.
d. Prosedur
Menurut Baridwan (2009:3) dalam Mamahit dkk, 2014 prosedur adalah
suatu urutan-urutan pekerjaan kerani (clerical), biasanya melibatkan beberapa
orang dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan
yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi.
Prosedur yang berkaitan dengan pengelolaan persediaan obat sudah ada dan
sudah digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan obat di gudang farmasi RSUD
Syekh Yusuf Gowa, meskipun petugas tidak mengingat seluruh prosedurnya
secara mendetail. Pengelola BMHP menjelaskan bahwa standar prosedur yang ada
sudah dijalankan dengan baik dalam setiap kegiatannya, tetapi terkadang SOP
tersebut dilanggar ketika sifatnya cito, tetapi hal ini sangat jarang terjadi. Selain
itu, prosedur yang ada sudah dianggap cukup efektif dalam menjalankan kegiatan
pengelolaan persediaan di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa. Berbeda
halnya dengan penelitian Mumek dkk, 2016 diketahui proses perencanaan dan
141
pengadaan obat di instalasi farmasi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado telah
mengikuti prosedur sesuai dengan standar yang ada di rumah sakit akan tetapi
belum efektif dalam penentuan beberapa jumlah atau volume yang direncanakan
dan yang diadakan, sehingga menyebabkan kekurangan bahkan kelebihan obat.
Pihak yang berperan atau terlibat dalam pembuatan Standar Operasional
Prosedur di instalasi farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa adalah kepala instalasi
farmasi, kepala gudang farmasi beserta stafnya dan penanggung jawab masing-
masing unit pelayanan. Standar Operasional Prosedur (SOP) dapat dijadikan
sebagai pedoman yang digunakan dalam proses pelaksanaan pengelolaan
persediaan obat, sehingga tujuan dari pengelolaan tercapai. Dengan adanya
prosedur setiap petugas dapat mengetahui tugas, wewenang dan tanggung jawab
pekerjaan yang haru dilakukan, sehingga dalam pengelolaan obat dapat berjalan
dengan baik dan terhindar dari kesalahan, keraguan dan dapat membuat
pekerjaanya lebih efisien
Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Tedjakusnadi, 2002 dalam
Badaruddin, 2015 bahwa prosedur merupakan pedoman yang disusun secara
tertulis dengan jelas dan mengambarkan urutan kegiatan yang dilakukan dan siapa
yang bertanggung jawab melaksanakan prosedur tersebut.
2. Proses
a. Pemilihan
Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016 Pemilihan adalah kegiatan untuk
menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai ini berdasarkan:
1) Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi;
2) Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
142
yang telah ditetapkan;
3) Pola penyakit;
4) Efektifitas dan keamanan;
5) Pengobatan berbasis bukti;
6) Mutu;
7) Harga; dan
8) Ketersediaan di pasaran.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat diketahui bahwa proses
pemilihan obat yang dilakukan oleh instalasi farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa
berdasarkan pada pemakaian perbulan dari tiap user pada unit-unit pelayanan,
selain itu juga dilihat dari permintaan dokter di ruangan mengenai sediaan farmasi
yang digunakan, selanjutnya diteruskan kepada bagian gudang farmasi untuk
dilakukan perencanaan sediaan-sediaan yang nantinya akan diadakan. Selain itu
pemilihan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai juga berlandaskan
kepada Formularium Rumah Sakit yang disusun berdasarkan Formularium
Nasional. Ini sejalan dengan hasil penelitian Nurlinda dkk, 2017 Pemilihan obat
harus disesuaikan dengan formularium rumah sakit yang berdasarkan formularium
nasional. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu informan diketahui
bahwa pemilihan obat yang akan diadakan disesuaikan dengan formularium
RSUD Kabupaten Pangkep.Sedangkan dalam penelitian Malinggas dkk, 2015
yang diketahui bahwa hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan
bahwapemilihan obat yang dilakukan oleh instalasi farmasi RSUD DR Sam
RatulangiTondano ialah berdasarkan pola penyakit, dengan berpatokan pada 10
penyakit terbanyak yang ada di rumah sakit dan berdasarkan pada formularium
nasional yang ditetapkan oleh menteri kesehatan dan e-katalog untuk pelayanan
kesehatan khususnya penggunaan obat di fasilitas kesehatan di rumah sakit.
143
Formularium nasiona l dan patokan 10 penyakit terbanyak yang ada di rumah
sakit ini menjadi pedoman untuk pemilihan obat karena RSUD DR Sam
Ratulangi Tondano belum memiliki formularium rumah sakit.
Namun adapun kendala yang dapat menghambat proses pemilihan sediaan
farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di RSUD Syekh Yusuf Gowa adalah ketika
user di bagian pelayanan tidak konsisten dalam penggunaan sediaan. Terkadang
user berubah-ubah dalam pemakaian sediaan. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan solusi untuk hal tersebut adalah dengan menyarankan ke dokter atau
user yang bersangkutan bahwa menggunakan sediaan yang telah disediakan.
b. Perencanaan
Perencanaan dan penetapan kebutuhan merupakan langkah awal dalam
proses pengelolaan obat. Dalam Permenkes No. 72 Tahun 2016 perencanaan
kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan
sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan
pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat
waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat
dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi dan
kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuiakan dengan anggaran
yang tersedia.
Menurut Dirjend Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian
Kesehatan tahun (2010) menyebutkan bahwa tujuan dari perencanaan kebutuhan
obat adalah untuk mendapatkan:
1) Jenis dan jumlah yang tepat sesuai kebutuhan
2) Menghindari terjadnya kekosongan obat.
3) Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
144
4) Meningkatkan efisiensi penggunaanobat.
Berdasarkan hasil penelitian di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa
perencanaan obat dibuat pertahun tetapi terkadang juga dilakukan perencanaan
perbulan tergantung dari kebutuhan. Perencanaan obat dilaksanakan oleh staf
pengelola sediaan farmasi di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa yang
disetujui oleh penanggung jawab sediaan farmasi dan kepala instalasi RSUD
Syekh Yusuf Gowa. Menurut Seto, 2004 dalam Fadhila, 2013 perencanaan
merupakan dasar tindakan manajer untuk dapat menyelesaikan tugas
pekerjaannya. Penetuan kebutuhan merupakan perincian dari fungsi perencanaan
menyangkut proses memilih jenis dan menetapkan dengan prediksi jumlah
kebutuhan persediaan barang atau obat perjenis di apotek ataupun di rumah sakit.
Penentuan kebutuhan obat di rumah sakit harus berpedoman kepada daftar obat
essensial, formularium rumah sakit, standar terapi dan jenis penyakit di rumah
sakit.
Quraish Shihab dalamnya tafsir “al-Misbah” nya, mengatakan dalam QS.
Al-Hashr/59 ayat 18 bahwa ayat tersebut berbicara mengenai perencanaan.
أها ٱ ن ر ٱج قىاٱءايىا ولل قد يثنغد ا فشي ٱج قىاٱونحظس لل ٱإ لل
هى اجع ت٨٢خثس
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Kementrian Agama RI, 2009).
Beliau mengatakan bahwa kata “waltandzur’ nafsumma koddamat
lighod”, mempunyai arti bahwa manusia harus memikirkan terhadap dirinya dan
merencanakan dari segala apa yang menyertai perbuatan selama hidupnya,
sehingga ia akan memperoleh kenikmatan dalam kehidupan ini. Ayat ini berkaitan
145
dengan proses perencanaan kebutuhan di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf
Gowa yang dilaksanakan oleh petugas gudang bahwa perencanaan yang dilakukan
harus berdasarkan kepada kebutuhan user serta prosedur yang telah ditetapkan
agar proses perencanaan dapat belangsung dengan baik.
Perencanaan kebutuhan obat di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa
dilakukan berdasarkan pada jumlah konsumsi obat atau jumlah pemakaian dari
masing-masing unit pelayanan terkadang perencanaan yang dilakukan juga
berdasarkan pola penyakit. Metode yang digunakan karena lebih mudah dalam
penerapannya. Pada tahan perencanaan obat-obatan yang akan dibuat dalam
perencanaan obat-obatan adalah obat-obatan yang ada di formularium rumah
sakit.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Hasratna, 2016 diketahui perencanaan
persedian obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
dilakukan satu kali satu tahun dan dilaksanakan setiap akhir tahun. Dalam
perencanan persediaan obat menggunakan metode kombinasi yaitu dengan cara
melihat konsumsi penggunaan tahun lalu dikombinasi dengan trend penyakit dan
permintaan dokter hal ini sudah menggunakan metode yaitu metode kombinasi
dimana dengan data-data tersebut obat-obat yang sudah direncanakan sudah
menjamin terpenuhinya kriteria tepat janis, tepat jumlah, dan tepat waktu untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Perencanaan kebutuhan di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa
direalisasikan sesuaikan dengan anggaran yang ada. Hal ini diperkuat dengan teori
Anshari, 2009 dalam Suryatini dkk, 2016 yang menjelaskan bahwa hal-hal yang
harus diperhatikan dalam perencanaan yaitu alokasi dana yang tersedia, harga per
item obat dan penentuan berapa besar serta kapan pemesanan harus dilakukan.
Apabila hal ini tidak sesuai, maka pengendalian perencanaan belum bisa dikatakan
146
efektif. Efektif yang dimaksud yaitu perencanaan yang mendapatkan jenis dan
jumlah obat yang tepat dan sesuai kebutuhan serta menghindari adanya
kekosongan obat. Perencanaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit
dalam periode tertentu secara tepat terhadap pemilihan jenis obat, jumlah dan
spesifikasi yang harus dipenuhi.
Masalah yang dihadapi dalam perencanaan obat di gudang farmasi adalah
pada saat proses perencanaan yang dilakukan terkadang ada item obat yang
terlupakan untuk dipesan sehingga ketika terjadi hal seperti itu biasanya dilakukan
pemesanan secara manual. Selain itu, masalah lainnya adalah persediaan obat
yang disediakan tidak sesuai dengan trend penyakit yang terjadi.
Dalam melakukan suatu perencanaan sebaiknya kita melakukannya dengan
matang dan itqan. Sebagaimana nabi telah bersabda:
إن اهلل ت على يحب إذا عمل أحدكم عمال أن ي تقنه “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu
pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, jelas, tuntas)” (HR.Thabrani).”
Ayat ini berkaitan dengan pernyataan sebelumnya, setiap apa yang
diperbuat oleh manusia maka ia harus mempertanggung jawabkannya. Agama
mengajarkan umatnya untuk membuat perencanaan yang matang dan itqan.
Adanya perencanaan yang baik serta dikerjakan dengan ketelitian yang baik maka
akan menimbulkan hasil yang baik juga sehingga akan disenangi oleh Allah SWT.
dan pihak Rumah Sakit juga tidak mengalami kerugian.
c. Pengadaan
Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016 pengadaan merupakan kegiatan
yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan
merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan
147
jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan
metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,
pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan, pengadaan dilakukan
dengan sistem e-purchasing dan sistem tender. Sistem e-purchasing dilakukan
agar mempermudah petugas dalam melakukan pembelian, karena barang atau obat
yang akan dibeli dalam e-catalog sudah memuat daftar, jenis, dan spesifikasi
termasuk harga obat tersebut. Dalam penelitian Sumangkut dan Jansen (2014)
menyebutkan hal yang sama yaitu pengadaan secara e- purchasing dilakukan
secara langsung kepada penyedia barang, pengadaan seperti ini untuk
mempermudah petugas dalam melakukan pemesanan barang kepada penyedia
barang.
Proses pengadaan obat dimulai dengan terlebih dahulu mengajukan
perencanaan yang telah disusun kepada kepala instalasi farmasi RSUD Syekh
Yusuf Gowa dilanjutkan kepada pihak Petugas Pelaksana Teknis Kegiatan
(PPTK) untuk disetujui dan pihak PPTK meneruskan kepada Unit Layanan
Pengadaan (ULP) untuk melakukan pengadaan barang.
148
Alur Pengadaan Obat di RSUD Syekh Yusuf Gowa
Bagan 4.4 Pengadaan Obat di RSUD Syekh Yusuf Gowa
Hasil ini sejalan dengan penelitian Heru dan Okky, 2016 proses pengadaan
obat di RSUD Kabupaten Sukoharjo dimulai dengan mengajukan terlebih dahulu
penggunaan anggaran yang telah diusulkan oleh bagian perencanaan di IFRS dan
disetujui oleh panitia anggaran kepada PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan)
kemudian ke PPKOM (Pejabat Pembuat Komitmen) yang akan dibantu oleh unit
perencanaan perbekalan farmasi di IFRS untuk meninjau ulang daftar perbekalan
farmasi yang akan diadakan, menentukan jumlah masing-masing item yang akan
dibeli dan menyesuaikan dengan situasi keuangan. Setelah semuanya disetujui lalu
bagian ULP (Unit Layanan Pengadaan) akan memilih metode pengadaan, memilih
149
rekanan, membuat syarat kontrak kerja, mengeluarkan surat pesanan dan memantau
pengiriman barang. Pengadaan di RSUD Kabupaten Sukoharjo dilakukan sebulan
sekali atau sesuai kebutuhan.
Untuk kegiatan pengadaan obat dilakukan satu tahun sekali yaitu pada
awal tahun, bahkan dapat dilakukan sebulan sekali pemesanan tergantung dengan
pergerakan obatnya. Ini sesuai dengan pernyataan semua informan yang
menyatakan bahwa pengadaan persediaan obat dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan yang diadakan pada awal tahun, akan tetapi tidak menutup
kemungkinan bahwa obat juga dapat diadakan sekali dalam sebulan, mengingat
permintaan kebutuhan yang tinggi.
Jenis serta jumlah obat yang diadakan merujuk kepada formularium rumah
sakit sedangkan jenis serta jumlah bahan medis habis pakai merujuk kepada
permintaan dan kebutuhan dari unit pelayanan. Menurut Permenkes No. 72 Tahun
2016 diketahui bahwa Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada
Formularium Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang
disepakati staf medis, disusun oleh Komite atau Tim Farmasi dan Terapi yang
ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemesanan adalah jumlah
sediaan yang dipesan harus sesuai dengan kebutuhan user di unit-unit pelayanan
hal ini dilakukan agar tidak terjadi penumpukan sediaan atau kekosongan obat.
Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016 pengadaan yang efektif harus menjamin
ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan
sesuai standar mutu.
Dalam proses pengadaan obat, kendala yang sering terjadi ketika
melakukan pembelian obat adalah ketika barang yang dipesan pada distributor
kosong, hal yang dilakukan oleh pihak rumah sakit adalah mencari distributor lain
150
atau tidak jarang rumah sakit melakukan pengadaan dengan meminjam sediaan ke
rumah sakit lain terutama pada obat-obatan yang dianggap urgent. Kendala
lainnya adalah terkadang distributor obat melakukan pengencelan sediaan
dikarenakan masih ada hutang yang belum diselesaikan, solusi yang dilakukan
untuk hal tersebut adalah dengan memesan sediaan pada distributor lain. Selain
itu, kendala yang sering terjadi ketika melalukan pembelian obat adalah distributor
yang sering terlambat dalam melakukan distribusi kerumah sakit atau obat yang
dipesan tidak ada sama distributor tersebut, dan pihak gudang farmasi melakukan
pemesanan dengan distributor lainnya. Waktu tunggu yang di berikan oleh pihak
gudang farmasi ditentukan oleh pihak gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa
maksimal dua hari setelah pemesanan ke supplier.
Di dalam Islam Allah SWT. telah memerintahkan untuk sebaik mungkin
memanfaatkan waktu yang ada agar tidak menjadi seorang yang merugi, Hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT. QS. Al-Ashr/103 ayat 1-2 yang berbunyi:
٨نعصسٱو ٱإ ض ٨نفخضسل
Terjemahnya:
“Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian” (Kementrian Agama RI, 2009)
Ayat di atas dimaksudkan sebagian orang yang mempersalahkan waktu
dalam kegagalan mereka. Tidak ada sesuatu yang dinamai masa sial atau masa
mujur, sebab yang berpengaruh adalah kebaikan dan keburukan usaha seseorang.
Kata khusr mempunyai arti, antara lain rugi, sesat, celaka, lemah dan sebagainya
yangs emuanya mengarah kepada makna-makna negatif yang tidak disenangi oleh
151
siapapun (Shihab, 2009).
Kaitannya ayat di atas dengan penelitan yang dilakukan adalah pentingnya
waktu dalam pengadaan obat di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa terjadi
keterlambatan waktu penginfoaan sediaan yang kosong sehingga kekosongan obat
terjadi. Hal ini menyebabkan kerugian bagi rumah sakit
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas bahwa proses pengadaan
persediaan obat berjalan dengan baik, karena setiap tahapan dari pengadaan harus
dilaksanakan sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam prosedur pengadaan
persediaan di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa.
d. Penerimaan
Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua
dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
Alur Penerimaan barang di RSUD Syekh Yusuf Gowa
152
Bagan 4.5 Penerimaan Obat di RSUD Syekh Yusuf Gowa
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, informan mengungkapkan
bahwa penerimaan sediaan yang datang dari distributor diterima oleh Panitia
Penerimaan Barang yang dibentuk khusus untuk menerima dan mengecek sediaan
farmasi dan Bahn Medis Habis Pakai yang datang. Tujuan dari dilakukannya
penerimaan barang ini adalah menjamin sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang diterima dari distributor dengan mengecek jumlah barang, jenis barang
serta mutu dari sediaan yang datang. Selain itu informan juga mengatakan bahwa
Panitia Khusus rutin melakukan pengecekan tanggal kadalaursa dari sediaan yang
diterima. Ini sejalan dengan hasil penelitian Malinggas dkk, 2015 hasil wawancara
dari semua informan menunjukkan bahwa obat-obat yang dipesan sebelum
dimasukkan di gudang farmasi, diterima oleh panitia penerimaan barang
kesesuaian akan jenis, jumlah, expired date, serta faktur yang ada untuk menjadi
dokumen pegangan oleh instalasifarmasi dan panitia penerimaan barang.
Berbeda halnya dengan penelitian Mawaddah dkk, 2016 Penerimaan obat
di Instalasi Farmasi RS Islam Fasial dilakukan dengan cara pengecekan status
pemesanan di komputer. Untuk bagian penerimaan di Instalasi Farmasi RS Islam
Faisal tidak ada panitia khusus.
Setelah barang yang datang diterima oleh Panitia Penerimaan Barang,
selanjutnya diteruskan ke penanggung jawab gudang dengan membuat berita acara
serah terima barang dengan penanggung jawab gudang farmasi. Kemudian
petugas gudang farmasi memasukkan barang ke tempat penyimpanan sesuai
dengan metode yang digunakan dalam proses penyimpanan. Proses penerimaan
sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang dilaksanakan sudah sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur yang ada di rumah RSUD Syekh Yusuf
153
Gowa.
Namun adapun kendala dalam proses penerimaan barang di gudang
farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa adalah lokasi gudang yang dianggap kurang
representative. Informan beranggapan gudang farmasi yang ada seharusnya lebih
mudah untuk diakses oleh kendaraan yang mengantar sediaan. Terkadang juga ada
beberapa kendaraan seperti ambulance yang memarkirkan kendaraannya tepat di
depan pintu gudang farmasi padahal itu merupakan jalur akses di gudang farmasi
RSUD Syekh Yusuf Gowa sehingga terkadang jika hal tersebut terjadi pihak
gudang meminta untuk kendaraan tersebut dipindahkan dan juga pihak gudang
farmasi sudah melakukan permohonan dengan meminta lokasi gudang yang lebih
representative kepada direktur RSUD Syekh Yusuf Gowa. Adapun kendala yang
lain adalah ketika panitia penerimaan barang tidak berada di tempat. Hal yang
biasa dilakukan ketika itu terjadi adalah tugas untuk menerima barang diberikan
kepada staf farmasi lainnya selanjutnya akan dilakukan pengecekan ulang ketika
tim penerimaan sudah berada di tempat. Ini sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur penerimaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di RSUD
Syekh Yusuf Gowa yang menyebutkan bahwa ketika panitia berhalangan maka
dapat diterima oleh petugas farmasi dan dalam waktu 2 x 24 jm diverifikasi oleh
Panitia Penerima Barang.
e. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dan
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman
dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan
penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari
penggunaan yang tidakbertanggung jawab, menjaga ketersediaan, dan
memudahkan pencarian dan pengawasan (Dirjend Bina Kefarmasian dan Alat
154
Kesehatan,2010).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa pelaksanaan kegiatan
penyimpanan obat di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa menggunakan
sistem FIFO dan FEFO. Artinya dalam penyusunan, obat-obatan yang baru datang
diletakkan di belakang dan obat-obatan yang lama diletakkan di bagian depan.
Selain menggunakan sistem FIFO dan FEFO, proses penyimpanan obat di gudang
farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa berdasarkan pada abjad dan kestabilan sediaan.
Artinya sediaan farmasi diatur berdasarkan abjad agar lebih memudahkan pada
saat pencarian sediaan, sedangkan penyimpanan berdasarkan kestabilan sediaan,
artinya sediaan yang seharusnya diletakkan di suhu ruangan yang dingin harus
diletakkan sebagaimana mestinya agar menghindari kerusakan obat. Ini sejalan
dengan penelitian Mongi dan Grace, 2015 diketahui Penyimpanan obat di
IFRSAD R.W. Mongisidi Manado menggunakan metode First In First Out
(FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan disusun di rak lemari
berdasarkan alfabet.
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi, perlu dilakukan penyimpanan
sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas
dan keamanan sediaan farmasi dan BMHP sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Persyarakat kefarmasian yang dimaksud meliputi stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan farmasi
dan BMHP. Sesuai. Hasil wawancara mendalam mengenai hal yang perlu
diperhatikan dalam penyimpanan sediaan farmasi adalah suhu ruangan. Alat
pendingin atau AC yang berada di gudang farmasi dianggap belum memadai
sebab AC yang ada terkadang kurang berfungsi dengan sehingga membuat suhu di
ruangan tidak stabil. Menurut Siregar, 2004 dalam Mawaddah, 2016 Obat-obatan
sebaiknya disimpan sesuai dengan syarat kondisi penyimpanan masing-masing
155
obat. Kondisi penyimpanan yang dimaksud antara lain adalah suhu atau
temperatur sekitar 20-25ºC, kelembaban dan atau paparan cahaya. Tempat
penyimpanan yang digunakan dapat berupa ruang atau gedung yang terpisah,
lemari, lemari terkunci, lemari es, freezer, atau ruangan sejuk. Tempat
penyimpanan tergantung pada sifat atau karakteristik masing-masing obat.
Selain itu, dalam proses penyimpanan suhu ruangan juga merupakan faktor
yang dapat menghambat proses tersebut. Informan mengatakan bahwa AC atau
pendingin ruangan yang digunakan di gudang farmasi belum memenuhi standar.
Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016 Suhu udara diruang bersih dan ruang steril,
dipelihara pada suhu 16 – 25° C. Namun terkadang salah satu pendingin ruangan yang
ada di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf tidak berfungsi. Kepala instalasi farmasi
RSUD Syekh Yusuf Gowa telah melakukan permintaan kepada pihak manajemen
untuk penambahan pendingin ruangan. `
f. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan
atau menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan atau pasien dengan
tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit
harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya
pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai di unit pelayanan.
Menurut BPOM RI, 2012 dalam Susanto dkk, 2017 tujuan utama
pelaksanaan distribusi obat yang baik adalah agar terselenggaranya suatu sistem
jaminan kualitas oleh distributor, mencakup terjamin penyebaran obat secara
merata dan teratur agar dapat diperoleh obat yang dibutuhkan pada saat
diperlukan, terlaksananya pengamanan lalu lintas dan penggunaan obat tepat
156
sampai kepada pihak yang membutuhkan secara sah untuk melindungi masyarakat
dari kesalahan penggunaan atau penyalahgunaan, terjamin keabsahan dan mutu
obat agar obat yang sampai ke tangan konsumen adalah obat yang efektif, aman
dan dapat digunakan sesuai tujuan penggunaannya, terjamin penyimpanan obat
yang aman dan sesuai kondisi yang dipersyarakan, termasuk selama transportasi.
Alur Pendistribusian Obat di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf
Gowa
Bagan 4.6 Pendistribusian Obat di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf
Gowa
Proses pendistribusian obat yang dilakukan di gudang farmasi RSUD
Syekh Yusuf Gowa melalui dua proses yaitu melalui peresepan dan pengampraan.
Pendistribusian obat dimulai dari gudang farmasi dengan menerima lembar
permintaan obat dari unit pelayanan, kemudian distribusi obat menyesuaikan
dengan persediaan yang ada di gudang farmasi. Pihak gudang farmasi memberi
jadwal pengampraan kepada penanggung jawab di unit pelayanan agar
pengampraan lebih teratur. Ini sejalan dengan penelitian Hiborang, 2016
157
pendistribusian obat dimulai dari Gudang Farmasi di Dinas Kesehatan Kota
Manado dengan menerima lembar permintaan obat dari Puskesmas, kemudian
didistribusi obat menyesuaikan dengan persediaan atau buffer stok, yang ada
digudang.
Mengingat obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu
bagian penting dalam terlaksananya proses kesehatan, maka pada instalasi farmasi
rumah sakit pendistribusian obat dan Bahan Medis Habis Pakai perlu dilakukan
secara baik dan merata. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan dan alat
kesehatan yang diperlukan oleh pasien rumah sakit serta meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit dalam melakukan pendistribusian obat-obatan dan BMHP.
Distribusi obat memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan kesehatan di
rumah sakit sebab dengan terlaksananya proses pendistribusian yang baik maka
obat-obatan dan BMHP akan tersampaikan kepada unit pelayanan dan pasien
secara tepat waktu dan dapat segera digunakan tanpa harus menunggu lama.
Distribusi sediaan farmasi dan BMHP merupakan salah satu tugas utama
pelayanan farmasi rumah sakit. Staf gudang memiliki peran penting dalam
pendistribusian obat karena staf gudang yang menyiapkan sediaan-sediaan apa
yang dibutuhkan oleh masing-masing unit pelayanan. Selanjutnya pihak logistik
dari masing-masing unit pelayanan juga bertanggung jawab dalam pendistribusian
obat karena pihak logistik dari masing-masing unit pelayanan melakukan
pengampraan obat ke gudang farmasi untuk persediaan sediaan di pelayanan.
Selain itu, proses pendistribusian sediaan dilakukan dengan menggunakan troli
untuk memudahkan pengangkutan barang ke unit-unit pelayanan. Menurut
penelitian Rusdiana dkk , 2016 untuk mendukung keberhasilan dalam hal
pendistribusian obat fasilitas dan peralatan yang ada harus mendukung.
158
Sementara itu, dalam proses pendistribusian seringkali mengalami
masalah. Berdasarkan informasi dari petugas gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf
Gowa, masalah yang terjadi adalah apabila petugas gudang ada yang sakit ataupun
izin sehingga proses distribusi obat dari gudang farmasi terlambat sampai ke unit-
unit pelayanan yang membutuhkan. Sehingga tidak banyak penanggung jawab
pada depo atau unit komplen terhadap keterlambatan obat yang datang. Menurut
Taxis, 1999 dalam Badaruddin, 2015menyatakan bahwa pengukuran kualitas
untuk semua sistem distribusi salah satunya dapat dilihat dengan mengetahui
seberapa besar terjadinya medication errors dan human errors.
g. Penghapusan dan Pemusnahan
Penghapusan dan pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP bertujuan untuk
menjamin persediaan farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat dikelola sesuai
dengan standar yang berlaku. Penghapusan dan pemusnahan merupakan suatu
kegiatan untuk menghapus atau memusnahkan sediaan farmasi yang sudah tidak
terpakai karena kadaluarsa atau rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara
membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada piha terkait sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
159
Alur Penghapusan dan Pemusnahan Obat di RSUD Syekh Yusuf Gowa
Bagan 4.7 Penghapusan dan Pemusnahan Obat di RSUD Syekh Yusuf Gowa
Pelaksanaan kegiatan penghapusan dan pemusnahan sediaan dan BMHP di
RSUD Syekh Yusuf Gowa dilakukan dengan cara seluruh sediaan yang telah
kadaluarsa ataupun rusak dikumpulkan pada gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf
Gowa, setelah itu pihak gudang farmasi membuat usulan berupa berita acara
penghapusan yang sebelumnya telah disetujui oleh kepala instalasi farmasi. Lain
halnya dengan penelitian Hasratna, 2016 diketahui di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna belum pernah diadakan pemusnahan obat dikarenakan laporan
untuk pelaksanaan pemusnahan obat belum di ACC oleh direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna sehingga penyimpanan sementara untuk obat
yang sudah kadaluwarsa atau rusak ditempatkan tersendiri agar tidak teracampur
dengan obat yang tidak rusak.
Selanjutnya, berita acara penghapusan dan pemusnahan tersebut diajukan
kepada pihak manajemen untuk dilanjutkan kepada pihak terkait. Proses
160
penghapusan dan pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP RSUD Syekh Yusuf
Gowa tidak dilakukan di dalam ruang lingkup rumah sakit, tetapi pihak rumah
sakit bekerjasama dengan pihak luar. Menurut hasil wawancara mendalam yang
dilakukan, informan mengatakan bahwa pihak yang terlibat dalam proses
penghapusan dan pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP di RSUD Syekh yusuf
adalah kepala instalasi farmasi, kepala logistik gudang, pihak manajemen dan
pihak luar yang terkait. RSUD Syekh Yusuf Gowa merupakan rumah sakit yang
berada di bawah naungan pemerintah kabupaten gowa sehingga proses
penghapusan dan pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP harus melibatkan pihak
pemerintah setempat, selain itu untuk pemusnahan sediaan narkotika juga
membutuhkan saksi dari pihak BPOM dan Dinas Kesehatan setempat.
Proses Penghapusan dan Pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai yang dilakukan oleh pihak RSUD Syekh Yusuf Gowa sejalan dengan
Permenkes No. 72 Tahun 2016 yang menyatakan bahwa tahapan pemusnahan
terdiri dari:
1) Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang akan dimusnahkan;
2) Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
3) Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait;
4) Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
5) Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku.
Berdasarkan hasil wawancara dan telaah dokumen yang dilakukan, proses
penghapusan dan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang dilakukan oleh pihak RSUD Syekh Yusuf Gowa sudah sesuai dengan
161
prosedur yang ada di rumah sakit. Ini juga sudah sesuai dengan pedoman yang
dibuat pada Pemenkes No. 72 Tahun 2016 yang menyebutkan bahwa melakukan
pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang
berlaku.
h. Pengendalian Persediaan
Menurut Aditama, 2007 dalam Badaruddin, 2015 Pengendalian persediaan
adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan
sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan atau kekosongan obat di unit-unit pelayanan.
Pengendalian persediaan bertujuan untuk menetapkan dan menjamin tersedianya
sumber daya yang tepat, dalam jumlah dan waktu yang tepat serta dapat
meminimumkan biaya total melalui penentuan apa, berapa, dan kapan pesanan
dilakukan secara optimal.
Untuk mengendalikan ketersediaan obat tersebut agar selalu dapat
memenuhi kebutuhan untuk setiap pasien merupakan suatu hal yang tidak mudah.
Dari hasil penelitian melalui wawancara dengan keempat informan dan observasi
di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa diketahui bahwa kegiatan
pengendalian yang dilakukan dengan melihat stock opname dan rutin melakukan
pencatatan. Menurut Dirjend Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2010 dalam
Febriawati, 2013 stock opname diperlukan untuk kebutuhan audit dan
perencanaan yang wajib dilaksanakan. Stock opname merupakan salah satu cara
menilai kelancaran kegiatan penyimpanan dan pencatatanya. Oleh karena itu hasil
stock opname harus sesuai antara data pencatatan dengan jumlah stok fisik di
gudang farmasi. Jika terdapat ketidaksesuaian harus segera dilakukan analisis
untuk mengetahui kerugiannya.
162
Selain itu juga, pengendalian persediaan obat di gudang farmasi dilakukan
dengan menggunakan kartu stok, Pengendalian persediaan dengan cara memonitor
jumlah stok obat setiap hari dengan pencatatan melalui kartu stok yang berisikan
keterangan tanggal dan jumlah obat masuk dan keluar, kemudian mencocokkan
jumlah obat yang tercatat pada kartu stok dengan jumlah fisik persediaan obat
pada rak penyimpanan di gudang farmasi.
Dalam pengendalian persediaan obat, gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf
Gowa belum mempunyai metode khusus untuk pengendalian persediaan, metode
dalam pengendalian merupakan tindakan yang sangat penting dalam menghitung
berapa jumlah optimaltingkat persediaan yang diharuskan, serta kapan saatnya
melaui mengadakan pemesanan kembali.
Menurut hasil wawancara dengan informan, informasi yang didapatkan
adalah ada beberapa masalah yang terdapat dalam proses pengendalian persediaan
obat diantaranya penanggung jawab obat pada unit-unit pelayanan terkadang
terlambat melaporkan ketika ada sediaan yang kosong ini dapat menyebabkan
terjadinya kekosongan obat di ruangan. Selain itu, petugas di unit pelayanan juga
terkadang membiarkan sediaan tertinggal hingga menjadi rusak atau kadaluarsa,
sehingga pihak gudang terkadang melakukan pengawasan dan evaluasi ke setiap
unit-unit dengan memperhatikan sediaan yang ada.
Dalam pandangan Islam menjadi syarat mutlak bagi pimpinan untuk lebih
baik dari anggotanya, sehingga control yang ia lakukan akan efektif. Allah SWT.
berfirman dalam QS. As-Shaaf/61 ayat 2 yang berbunyi:
أها ٱ ن ر يالجفعهى ٨ءايىانىجقىنى
Terjemahnya:
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan?” (Kementrian Agama RI, 2009).
163
Dalam pengendalian persediaan obat juga diperlukan pengawasan. Oleh
karena itu, melaksanakan pengendalian persediaan obat sebaiknya rutin dilakukan
pengawasan dan evaluasi agar tidak terjadi kerusakan pada sediaan yang dapat
menyebabkan kerugian bagi pihak Rumah Sakit.
i. Pencatatan dan Pelaporan Keuangan
Pencatatan stok obat merupakan rangkaian kegiatan dalam
penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat yang diterima, disimpan
maupun obat yang didistribusikan.Dilakukannya pencatatan dan pelaporan agar
supaya semua kegiatan yang menyangkut penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian obat dan obat yang digunakan di puskesmas dilaksanakan secara
tertib. Hal ini menjadi bukti bahwa pengelolaan obat telahdilakukan, dapat
menjadi sumber data untuk pembuatan laporan dan pengendalian obat.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam diketahui bahwa pencatatan obat
masuk dan obat keluar rutin dilakukan sebab melalui pencatatan yang dilakukan
tersebut pemasukan dan pengeluaran obat dapat terkontrol. Pencatatan yang
dilakukan juga harus sesuai dengan pelayanan kebutuhan di RSUD Syekh Yusuf
Gowa. Selain pencatatan stok obat yang masuk dan keluar, pihak gudang farmasi
juga melakukan pencatatan terhadap sediaan yang kadaluarsa ataupun rusak hal
ini bertujuan untuk mengendalikan sediaan yang ada. Menurut Permenkes No. 72
Tahun Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan
kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan,
pengembalian, pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan
Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester
atau pertahun).
164
Berdasarkan hasil wawancara mendalam diketahui yang melakukan proses
pencatatan stok obat di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa adalah staf
administrasi gudang untuk sediaan obat dan Bahan Meidis Habis Pakai,
selanjutnya pengelola obat dan pengelola Bahan Medis Habis Pakai bertanggung
jawab membuat laporan pemakaian sediaan. Ini sejalan dengan penelitian
Nurniati dkk, 2016 diketahui proses pencatatan stok obat yaitu dimulai dari
petugas melaporkan LPLPO masing-masing kepada penanggung jawab
puskesmas selaku petugas perekap pelaporan. Penanggung jawab gudang obat
merekap LPLPO yang kemudian hasil laporan tersebut ditandatangani oleh kepala
puskesmas yang akan diserahkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai laporan
bulanan.
Namun terkadang adapula masalah yang dapat menghambat proses
pencatatan stok obat. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
diketahui bahwa kendala yang terkadang menghambat proses pencatatan stok obat
adalah ketika petugas kurang teliti dalam pencatatan sediaan sehingga tidak jarang
ada obat yang terlupa untuk di catat. Menurut Taxis (1999) dalam jurnal
penelitiannya yang berjudul Hospital Drug Distribution Systems in the UK and
Germany menyatakan bahwa pengukuran kualitas untuk semua sistem distribusi
salah satunya dapat dilihat dengan mengetahui seberapa besar terjadinya
medication errors dan human errors. Banyak kesalahanyang dilakukan akibat
kelalaian petugas menyebatkan terganggunya proses pengelolaan persediaan obat
(Badaruddin, 2015).
Dalam melakukan suatu kegiatan seperti melakukan pencatatan, kita
sebaiknya harus teliti dalam mengerjakan hal tersebut agar tidak terjadi kesalahan
dalam pekerjaan yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT. dalam
QS. Al-Mulk/67 ayat 3 yang berbunyi:
165
فخهقٱن ر اجسي ي تطثاقا ى خهقصثعص ح فٱنس ىت ٱزجعيجف
يفطىزٱنثصس ٣همجسي
Terjemahnya:
“yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang
tidak seimbang?” (Kementrian Agama RI, 2009).
Hubungan ayat di atas dengan pencatatan adalah dengan adanya catatan dan
ketelitian maka tidak akan terjadi hal yang tidak seimbang, seperti ketika mencatat
kebutuhan dengan ketelitian obat yang dibutuhkan dengan obat yang dipesan akan
sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam diketahui bahwa pada gudang
farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa dilakukan pencatatan keuangan. Informan
beranggapan bahwa pencatatan keuangan dilakukan di semua tempat, baik di
gudang farmasi maupun di unit-unit pelayanan semua melakukan pencatatan
keuangan dengan menghitung nilai dari sediaan farmasi. Selain itu pencatatan
keuangan dilakukan pada saat pengelola sediaan membuat laporan, sebab setiap
obat yang keluar akan dirupiahkan sehingga ketika ada harga obat yang masuk
staf tetap melakukan pencatatan mengenai harga sediaannya. Pihak gudang
farmasi tidak mengatur sendiri keuangan untuk pembelian sediaan yang
dibutuhkan, sebab yang mengatur keuangan adalah kepala instalasi farmasi dan
bagian PPK atau Pejabat Pembuat Komitmen sebab pihak PPK lah yang
mengendalikan keuangan di rumah sakit. Ini sesuai dengan penelitian Malinggas
dkk, 2015 diketahui dasil wawancara yang didapat administrasi keuangan di
instalasi farmasi RSUD DR.Sam Ratulangi Tondano tidak dilakukan karena
instalasi farmasi tidak mengelolah keuangan sendiri.
166
3. Output
a. Ketersediaan dan Keamanan Obat di Gudang Farmasi
Tujuan dari pengelolaan persediaan obat adalah tersediaanya obat-obatan
dalam jumlah yang tepat dan mutu memadai serta waktu yang dibutuhkan dengan
biaya yang serendah-rendahnya dengan hasil yang optimal serta persediaan tidak
terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian,
penyusutan yang tidak wajar, serta nilai persediaan obat yang sesungguhnya.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ketersediaan obat di gudang
farmasi telah sesuai dengan kebutuhan, akan tetapi ada beberapa obat terkadang
tidak tersedia sehingga masih terjadi kekosongan obat di gudang farmasi, hal ini
disebabkan salah satunya oleh peningkatan jumlah pasien. Berdasarkan Pada data
sekunder yang diperoleh dari RSUD Syekh Yusuf Gowa, pada tahun 2017 selama
periode Januari-Juli 2017 terdapat 84 dari 205 jenis obat yang mengalami
kekosongan. Informan menyebutkan bahwa pada gudang farmasi, kekosongan
terjadi diakibatkan oleh peningkatan jumlah pasien yang secara otomatis
mempengaruhi jumlah permintaan obat dari setiap bulannya. Jika pada bulan ini
disediakan sekitar 500 stok obat dengan jenis tertentu, di bulan selanjutnya stok
obat tersebut ditambahkan jika dirasa perlu. Namun belum tentu dapat memenuhi
kebutuhan obat sebab peningkatan jumlah pasien sewaktu-waktu dapat berubah.
Menurut hasil penelitian Hasratna dkk, 2016 terdapat 36 dari 395 (3,95%)
jenis obat yang mengalami kadaluarsa atau rusak, serta ada 10% dari 395 (3,95 %
jenis obat yang mengalami kekosongan sehingga mengharuskan pasien untuk
membeli obat di luar apotek rumah sakit, hal ini disebabkan oleh keterlambatan
pemesanan barang.
Ketersediaan barang di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa dilihat
dari proses pengadaan yang dilakukan oleh pihak yang bertanggung jawab.
167
Menurut hasil wawancara pengadaan dengan sistem tender terkadang membuat
sediaan yang ada di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa menjadi
menumpuk mengingat kondisi gudang yang dianggap oleh sebagian informan
belum cukup memadai dan diharapkan untuk ada penambahan luas gudang
farmasi mengingat gudang obat dan BMHP masih terpisah. Selain kondisi
gudang, suhu di ruangan juga sangat berpengaruh terhadap sediaan yang ada,
menurut hasil wawancara diketahui bahwa pendingin ruangan di gudang farmasi
RSUD Syekh Yusuf Gowa dianggap belum memenuhi standar, selain itu
terkadang salah satu pendingin ruangan ada tidak berfungsi dengan baik. Kepala
instalasi farmasi telah mengajukan permohonan penambahan pendingin ruangan
yang sesuai dengan standar ke direktur RSUD Syekh Yusuf Gowa.
Menurut Tjandra, 2006 dalam Badaruddin. 2015 output adalah jumlah
barang atau jasa yang berhasil diserahkan kepada konsumen (diselesaikan) selama
periode pelaporan, dengan masih adanya obat yang mengalami kekosongan dan
kadaluarsa, gudang farmasi seharusnya dapat meningkatan pengelolaan
persediaan yang lebih efektif dan efisien agar kebutuhan obat di rumah sakit dapat
terpenuhi dengan baik dan rumah sakit tidak mengalami kerugian.
Dari hasil penelitian ini diperoleh informasi dari informan bahwa ouput
persediaan sudah dianggap cukup memadai dan sudah dianggap efektif sebab
kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan prosedur yang ada hanya saja
kekosongan obat dan kelebihan obat masih sulit dikendalikan, sebab ada beberapa
faktor yang mempengaruhi hal tersebut dapat terjadi, misalnya kelalaian dari
petugas dalam melakukan perencanaan yang terkadang tidak mencatatan beberapa
item yang diperlukan. Selain itu, terlambatnya penginformasian kekosongan obat
dari unit-unit pelayanan dapat memicu terjadinya kekosongan obat. Kekosongan
obat juga dapat terjadi akibat adanya peningkatan jumlah pasien di RSUD Syekh
168
Yusuf Gowa, sebab RSUD Syekh Yusuf Gowa merupakan pusat rujukan di
kabupaten Gowa.
Adapun harapan dari para informan adalah adanya penambahan luas
gudang farmasi agar gudang obat dan gudang BMHP berada dalam satu tempat,
selain itu juga diharapkan adanya penambahan pendingin ruangan yang memenuhi
standar. Kepala instalasi farmasi juga mengharapkan kejadian kekosongan dan
kelebihan obat dapat diminimalisir sebaik mungkin agar sediaan yang sesuai
dengan kebutuhan di rumah sakit.
169
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Input (sarana dan prasarana terutama gudang penyimpanan masih kurang
representatif)
2. Proses ( Ketidakkonsistenan terhadap penggunaan sediaan, perencanaan
kurang teliti sehingga mengakibatkan ada item obat yang terlupa untuk
direncanakan, suhu gudang yang berubah-ubah dapat mempengaruhi
sediaan yang ada, keterlambatan pelaporan sediaan yang kosong dan
kelalaian petugas yang mengakibatkan sediaan menjadi rusak dan expired)
3. Output (Sudah sesuai kebutuhan, tetapi seringkali juga terjadi kekosongan
obat yang disebabkan salah satunya oleh peningkatan jumlah pasien.
Harapan dari para informan adalah sediaan yang ada stabil dan dapat
memenuhi kebutuhan di RSUD Syekh Yusuf Gowa selain itu mereka
mengharapkan angka kekosongan obat dan kelebihan obat diminimalisir
sekecil mungkin)
B. Saran
Adapun saran dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada Kepala Instalasi Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa
untuk mempertimbangkan penambahan luas gudang farmasi yang
dianggap belum cukup memadai.
2. Diharapkan kepada Kepala Instalasi Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa
untuk pengadaan pendingin ruangan yang sesuai dengan standar.
169
170
3. Diharapkan kepada petugas gudang untuk lebih teliti dalam proses
perencanaan sediaan untuk meminimalisir sediaan yang terlupa.
4. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengkaji lebih dalam dan melihat
faktor-faktor yang lain sehingga dapat dibandingkan dengan penelitian ini
dan diperoleh hasil yang lebih variatif.
171
DAFTAR PUSTAKA
Badaruddin, Mahmud. 2015. Gambaran Pengelolaan Persediaan Obat di Gudang
farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sekayu kabupaten Musi
Bayuasin Palembang Tahun 2015. Skripsi. Jakarta. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2017. Menjamin Aksebilitas Obat dan
Alat Kesehatan di Daerah.
Fadhila, Rahmi. 2013. Studi Pengendalian Persediaan Obat Generik
MelaluiMetodeAnalisis ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan
Reorder Point (ROP) di GudangFarmasiRumahSakit Islam Asshobirin.
Skripsi.Jakarta. Universitas Islam SyarifHidayatullah.
Gassing, Qadir. 2013. Pedoman Penelitian Karya Tulis Ilmiah.
Makassar:Alauddin Press.
Hariyanti, Dwi.dkk. 2015. Perencanaan Obat Berdasarkan Analisis Always Better
Control (ABC) dan Economic Order Quantity (EOQ) di Instalasi Farmasi
RSUD Melawi Kabupaten Melawi Kalimantan Barat. Skripsi. Pontianak.
Universitas Tanjungpura.
Hasratna, dkk. 2016. Gambaran Pengelolaan Persediaan Obat di Instalasi
farmasi Rumah Sakit Umum daerah kabupaten Muna Tahun 2016.
Jurnal.. Kendari. Universitas Halu Oleo.
Hiborang, Sera S.dkk.2016. Gambaran Pelaksanaan Pengelolaan Obat di
Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado Tahun 2016. Jurnal. Manado.
Universitas Sam Ratulangi.
Kemenag RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta. 2009.
Malinggas, Novianned E.R. dkk. 2015. Analisis Manajemen Logistik Obat di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah DR Sam Ratulangi
Tondano. Jurnal. M ana do Universitas Sam Ratulangi.
Mawaddah, Syarifah.dkk. 2016. Gambaran Manajemen Logistik Obat-obatan di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Faisal Makassar Tahun 2016.
Jurnal.Makassar. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
172
Mongi. Jeaned an Grace D. Kandau. 2015. Implementasi Pelayanan Kefarmasian
di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Angkatan Darat Robert Wolter
Monginsidi Manado. Jurnal. Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Mumek, Vionita Martini. dkk, 2016. Evaluasi Perencanaan dan Pengadaan Obat
di Instalasi Farmasi RSUP Prof. DR. R.D Kandau Manado Berdasarkan
Analisis ABC-VEN. Jurnal. Manado. Universitas Sam Ratulangi.
Nurlinda.dkk. 2016. Studi Tentang Manajemen Pengelolaan Obat Di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pangkep. Jurnal.
Makassar. Universitas Hasanuddin.
Nurniati, Linta. dkk. 2016. Studi tentang Pengelolaan Obat di Puskesmas
Buranga Kabupaten Wakatobi Tahun 2016. Jurnal. Kendari. Universitas
Halu Oleo.
Pebrianti, 2016. Manajemen Logistik pada Gudang farmasi Rumah sakit Umum
daerah Kabelato Kabupaten Donggala.Tesis. Palu. Universitas Tadulako.
Permenkes No. 58 Tahun 2014. Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit
Permenkes No 72 tahun 2016.StandarPelayananKefarmasian di RumahSakit.
Ratnasari. Sri, Laanggeng. 2013. Pengaruh Faktor-Faktor Pelatihan Terhadap
Prestasi Kerja Karyawan Departemen Produksi PT.X Batam.
Jurnal.Batam.Universitas Batam.
Rohmani, Sholichah. dkk. 2016. Analisis Faktor Internal-Eksternal Terhadap
Pengelolaan Obat Di Instalasi Farmasi Rsud Dr. Moewardi Surakarta.
Jurnal.Yogyakarta.Universitas Gadjah Mada.
Rusdiana.Nita. dkk 2016. Alur Distribusi Obat dan Alat Kesehatan Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Malingping . Jurnal. Tanggerang.
Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Tanggerang.
Rumbay, Ingrid N. Dkk 2015. Analisis Perencanaan Obat di Dinas Kesehatan
Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal. Manado. Universitas Sam
Ratulangi Manado
Sasongko, Heru&Okky MO. 2016. Gambaran Pengelolaan Obat Pada Indikator
Procurement di RSUD Sukoharjo Jawa Tengah. Jurnal. Surakarta.
Universitas Sebelas Maret.
173
Seto,Soerjono. dkk. 2004. Manajemen Farmasi: Apotek, Farmasi Rumah Sakit,
Pedagang Besar Farmasi,dan Industri Farmasi. Airlangga University
Press.
Suryantini, Ni Luh. dkk. 2016. Evaluasi Perencanaan Dan Pengadaan Obat
Antibiotik Dengan Menggunakan Analisis Abc Terhadap Nilai Persediaan
Di Instalasi Farmasi Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal.
Manado Universitas Sam Ratulangi.
Susanto, Adi Kurniawan. dkk. 2017. Evaluasi Penyimpanan dan Pendistribusian
Obat di Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Advent Manado.Jurnal.
Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado.
174
L
A
M
P
I
R
A
N
175
LAMPIRAN 1
PERNYATAAN PENELITIAN
KepadaYth,
INFORMAN
Di- Tempat
Dengan Hormat,
Berkaitan dengan penelitian yang saya lakukan dalam rangka menyelesaikan studi
pada Program Sarjana Stara 1 Program Studi Kesehatan Jurusan Administrasi
Rumah Sakit Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar mengenai “Gambaran Pengelolaan Persediaan Obat di
Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2017”, maka saya mohon
kesediaan Bapak/Ibu untuk sekiranya dapat mengisi atau menjawab pertanyaan
pada penelitian ini.
Penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang bermanfaat dan oleh karena itu
dimohon kesediaannya untuk menjawab pertanyaan pada penelitian ini sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya, jawaban yang diberikan akan dijamin
kerahasiannya dan hanya akan digunakan untuk penelitian ilmiah.
Atas kerjasamanya dan kesungguhan Bapak/Ibu dalam mengisi atau menjawab
pertanyaan pada penelitian ini, saya ucapkan banyak terima kasih.
Peneliti
NURUL IWANAH HUSAIN
70200113002
176
LAMPIRAN 2
PEDOMAN WAWANCARA
GAMBARAN PENGELOLAHAN PERSEDIAAN OBAT
DI GUDANG FARMASI RSUD SYEKH YUSUF GOWA
TAHUN 2017
Hari/ Tanggal :
Waktu :
Lama wawancara :
A. KarakteristikInforman:
1. NamaInforman :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Jabatan :
5. MasaKerja :
177
PEDOMAN WAWANCARA
GAMBARAN PENGELOLAHAN PERSEDIAAN OBAT
DI GUDANG FARMASI RSUD SYEKH YUSUF GOWA
TAHUN 2017
A. Pemilihan Obat
1. Siapa yang bertanggung jawab dalam penetepan sediaan farmasi?
2. Bagaimana cara menetapkan sediaan farmasi?
3. Kapan pemilihan obat dilakukan?
4. Apakah ada kendala dalam proses pemilihan? Jika ada, bagaimana
solusinya?
B. Perencanaan Kebutuhan Obat
1. Bagaimana proses perencanaan kebutuhan persediaan obat yang
dilakukan oleh Instalasi Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa
2. Siapa saja yang terlibat dalam proses perencanaan tersebut?
3. Metode apa yang digunakan dalam proses perencanaan penentuan
kebutuhan obat?
4. Apakah ada metode khusus yang digunakan dalam perencanaan
penentuan kebutuhan obat?
5. Kapan perencanaan penentuan kebutuhan obat dilakukan? Jenis obat
apa saja yang termasuk dalam perencanaan?
6. Apakah perencanaan kebutuhan obat yang selama ini dilakukan oleh
pihak Instalasi Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa sudah efektif?
178
7. Adakah kendala dalam proses perencanaan kebutuhan obat? Jika ada,
bagaimana solusinya?
C. Pengadaan
1. Bagaimana proses pengadaan obat yang dilakukan oleh pihak Gudang
Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa?
2. Siapa saja yang terlibat langsung dan bertanggung jawab dalam proses
pengadaan tersebut?
3. Jenis obat apa saja yang diadakan dan berapa jumlah setiap kali
pengadaan?
4. Kapan pengadaan obat dilakukan dan berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk pengadaan obat?
5. Apakah ada kendala dalam proses pengadaan? Jika ada, bagaimana
solusinya?
D. Penerimaan Obat
1. Apakah tersedia catatan untuk penerimaan obat?
2. Bagaimana alur penerimaan obat dari supplier?
3. Apakah ada panitia khusus yang menerima datangnya obat?
4. Apakah petugas sering mengecek keadaan obat yang dating yaitu yang
kadalursa/rusak?
5. Apa saja hal yang perlu diperhatikan pada saat pemesanan?
6. Apakah ada kendala dalam proses penerimaan? Jika ada, bagaimana
solusinya?
E. Penyimpanan
179
1. Bagaimana proses penyimpanan yang dilakukan oleh petugas oleh
petugas gudang obat RSUD Syekh Yusuf Gowa?
2. Siapa saja yang terlibat dalam proses penyimpanan obat-obatan
tersebut?
3. Metode apa yang digunakan dalam proses penyimpanan?
4. Apa saja yang mempengaruhi proses penyimpanan persediaan obat?
5. Bagaimana pendapat anda mengenai kondisi gudang tempat
penyimpanan obat? Apakah sudah sesuai dengan aturan tata ruang
penyimpanan?
6. Apakah ada kendala dalam proses penyimpanan? Jika ada, bagaimana
solusinya?
F. Pendistribusian
1. Bagaimana proses distribusi obat di RSUD Syekh Yusuf Gowa?
2. Siapa saja yang terlibat langsung dan bertanggungjawab dalam proses
distribusi tersebut?
3. Sarana dan prasarana apa saja yang digunakan dalam proses distribusi
obat?
4. Apakah ada kendala yang terdapat pada proses pendistribusian obat?
Jika ada, bagaimana solusinya?
G. Penghapusan
1. Bagaimana proses penghapusan yang dilakukan oleh pihak gudang jika
ada obat-obatan yang mengalami kadaluarsa atau rusak?
180
2. Siapa saja yang terlibat dan bertanggungjawab dalam proses
penghapusan tersebut?
3. Apakah penghapusan sudah sesuai dengan prosedur yang ada?
4. Apakah ada kendala yang terdapat pada proses penghapusan? Jika
ada, bagaimana solusinya?
H. Pengendalian Persediaan
1. Apakah dilakukan pengendalian dan bagaimana proses pengendalian
persediaan yang dilakukan oleh Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf
Gowa?
2. Siapa saja yang terlibat langsung dan bertanggungjawab dalam proses
pengendalian persediaan obat?
3. Metode apa yang digunakan dalam proses pengendalian persediaan
obat? Apakah ada metode khusus dalam proses pengendalian tersebut?
4. Apakah ada kendala yang terdapat pada proses penghapusan? Jika ada,
bagaimana solusinya?
I. Pencatatan dan Pelaporan
1. Apakah sering dilakukan pencatatan obat keluar dan obat masuk?
2. Apakah pencatatan juga dilakukan dengan system komputer?
3. Siapakah yang melakukan pencatatan stock obat?
4. Apakah ada kendala-kendala dalam pencatatan obat?
5. Apakah dilakukan pencatatan stock yang habis dan kadaluarsa?
6. Apakah di Gudang Farmasi dilakukan pencatatan keuangan?
181
7. Apakah di Gudang Farmasi mengatur sendiri keuangan dan dilanjutkan
untuk pembelian obat yang dibutuhkan?
8. Laporan evaluasi:
Indikator:
a. Ketersediaan obat sesuai kebutuhan
b. Alokasi dana untuk pengadaan
c. Pengecekan obat yang kadaluarwa
182
LAMPIRAN 3
NO INFORMASI INFORMAN JAWABAN INFORMAN REDUKSI
1. Siapa saja yang
terlibat dalam
pengelolaan
persediaan obat di
Gudang Farmasi
RSUD Syekh Yusuf
Gowa
R
B
F
TM
Oo semuanya, semua staf gudang terlibat
dalam pengelolaan persediaannya
kalau di farmasi khususnya di BMHP itu
kita ada staf, trus dengan masing-masing
bagian logistic di ruangan. Klo untuk
bagian obat yaa staf di sini ada 1 staf
ada kepala penanggungjawab 1staf
instalasi terus ada staf administrasi dan
logistic. Terus kalo dibilang terlibat yaa
semua juga bagian logistic dari masing-
masing depo, apotik toh.
sayaa sebagai penanggungjawabnya
obat dan bhp. Ibu risma ibu rifkah di
obat pak basir pak adi di BMHP. Sama
kepala instalasi farmasi
oh pengelolaannya, orang gudang kayak
penanggungjawab gudang,
penanggungjawab obat, BMHP intinyaa
orang-orang gudang
Informan menyebutkan bahwa yang
terlibat dalam pengelolaan persediaan obat
di gudang farmasi adalah orang-orang
yang berada di Gudang Farmasi Syekh
Yusuf Gowa, ada pula yang mengatakan
semua bagian logistic dari masing-masing
depo dan apotik juga terlibat dalam
pengelolaan persediaan obat
2. Bagaimana peran R Perannya yaa. Saya di sini yang Informan menyebutkan bahwa peran
183
mereka dalam
pengelolaan
persediaan obat di
Gudang Farmasi
RSUD SYekh Yusuf
Gowa
B
F
TM
merencanakan obat toh di sebelah pak
basir yang rencanakan masalah BHP
nya. Terus nanti diajukan mi ke bu Tuti
karena dia yang order. Kalau datang
obatnya yaa bu Rifkah yang tulis
masuknya, yang susun. Baru keluar ke
apotik mi
masing-masing, yaaa kalo kepala-kepala
instalasi ee kepala-kepala depo atau unit
itu dia melihat persediaan kalau habis
yaa dia laporkan ke sini atau mereka
bisa memberikan informasi obat apa
yang paling banyak dibutuhkan tiap
bulannya atau tiap saat
sesuai dengan tanggung jawabnya
misalnya bu risma di obat trus pak basir
di bmhp
kan masing-masing itu punya tugas, kan
di gudang itu ada 2 ada BMHP ada obat.
Obat yaa mengurus obat, BHP yaa
mengurus BHP meskipun ada satu
penanggungjawabnya itumi Ibu Fais toh
mereka dalam pengelolaan persediaan obat
di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf
Gowa tergantung dari tanggung jawab
masing-masing
3. Dari segi jumlah,
apakah staf yang ada
R
Kalau, masih mau kalau dilihat masih
mau tenaga di sini. Stafnya masih mau
Informan menyebutkan bahwa staf yang
ada masih perlu penambahan untuk
184
sudah mencukupi dan
dapat menyelesaikan
semua pekerjaan
yang ada?
B
F
TM
ditambah kayaknya di sini untuk bantu
Bu Rifkah . buat ada yang mencatat ada
yang menghitung
yaa secara umum sih sesuai tapi
misalnya kan di sini banyak barang yang
berat, misalnya kayak cairan gitu
sementara staf di gudang ini rata-rata
perempuan semua gitu biasanya kita
butuh karyawan laki-laki. Jadi biasa
harus memerlukan tenaga dari luar,
misalnya kita pake cleaning service atau
apa gitu. Klo misalnya kita ngeluh bilang
nda cukup kayaknya nda etis yaa pada
dasarnya perempuan bisa kerja cuman
kurang ini ajaa kalo misalnya cairan
sedos nda masalah tapi klo misalnya 10
dos itu yg repot. Itu mestinya memang
harus ada staf laki-laki juga di bagian
obat selama ini yang ada di logistic
BMHP
untuk sementara yaa cukup karna kan
pengangkatan pegawai kan susah
iya kalau tenaga farmasinya mencukupiji
yang kurang itu pekarya
melakukan pencacatan, ada pula yang
mengatakan bahwa perlunya penambahan
karyawan laki-laki untuk mengangkut
bahan-bahan medis yang berat. Selain itu
ada pula yang mengatakan bahwa staf yang
ada sudah cukup menyelesaikan pekejaan
yang ada
185
2. Anggaran
NO INFORMASI INFORMAN JAWABAN INFORMAN REDUKSI
1 Apakah ada dana
khusus untuk
pengelolaan
persediaan obat di
Gudang Farmasi?
R
B
Dananya itu langsung dari rumah
sakitji. Satuji. Ituji untuk seluruh obat
kalo dana kita tidak di sini, itu di
pimpinan. Maksudnya kita di sini cuman
buat perencanaan dari barang habis.
Informan mengatakan bahwa terdapat dana
khusus untuk pengelolaan persediaan obat
di Gudang Farmasi.
4. Apakah pernah
dilakukan upaya
untuk meningkatkan
pengetahuan dan
keterampilan terkait
dengan pengelolaan
persediaan obat?
R
B
F
TM
Oh selamaa, tidak pernah. Tapi
selamaku saya di sini tidak pernah. Kan
seharusnya ada itu untuk peningkatan
pengetahuanta
eee setiap saat sih iya pernah. Seperti
bimbingan teknis kayak bagaimana buat
stok obat dan lain sebagainya.
yaa kalau ada pelatihan kita ikutkan
iyaa pernahlah, pelatihan atau
seminarlah itu pernah
Informan mengatakan bahwa upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan terkait
dengan pengelolaan persediaan obat seperti
bimbingan teknis mengenai pembuatan
stok obat, pelatihan dan seminar. Tapi ada
pula informan yang mengatakan bahwa
infroman tidak pernah ikut serta dalam hal
peningkatan pengetahuan dan
keterampilan.
186
F
TM
kitakan di sini hanya merencanakan yaa
nanti kita kirim ke atas nanti masalah
keuangannya itu bagian atas yang
mengatur. Kita Cuma ajukan
perencanaan saja
kitakan di sini hanya merencanakan yaa
nanti kita kirim ke atas nanti masalah
keuangannya itu bagian atas yang
mengatur. Kita Cuma ajukan
perencanaan saja
pastilah adaa
2 Darimana sumber
anggaran dan
bagaimana
mekanisme pencairan
anggaran tersebut?
R
B
F
TM
Oh itu ada namanya anu apa panitia
anggaran.ada langsung yang dari pusat
APBD ada yang dari daerah, jamkestis
nggak ngerti kalo itu cuman di bagian
manajemen
sumber anggarannya itukan dari apbd.
Setauku saya itu karna klau masalah itu
kayaknya bu tuti lebih tau
sumber anggarannya itu dari APBD
karna kitakan rumah sakit daerah toh.
Pencairan anggaran kalau kita sudah
Informan mengatakan bahwa anggaran
untuk pengelolaa persediaan obat
bersumber dari APBD dan APBN karena
rsud Syekh Yusuf merupakan Rumah Sakit
Pemerintah
187
belanja, selesaikan administrasi
dicairkan di daerah bgituu
3 Dana yang
dikeluarkan
dipergunakan untuk
kegiatan apa saja
dalam pengelolaan
persediaan obat?
R
B
F
TM
Kegiatan yaa. Kayak persediaan
obatnya toh. Tapi kalau mau tau
mekanisme itunya yang lebih tau itu bu
Tuti. Ibu Tuti mi tanya
Saya juga kurang tau masalah itu
Ibu Tuti lebih tau kalau tentang masalah
dananyaa. Karna kita di sinikan cuman
merencanakan
yaa di rumah sakit itukan sudah ada
namanya DPA, di DPA itu sudah
tertuang apa-apa yang mau dibelanja
jadi kalo misalnya anggaran A untuk
belanja obat yaa kita harus belanja obat,
B untuk belanja obat B, anggaran C
untuk pelatihan yaa harus digunakan
untuk pelatihan. Itu kayak sudah
dipaket-paketkan begitu
Informan mengatakan bahwa dana yang
dikeluarkan dipergunakan untuk hal-hal
yang berkaitan dengan persediaan obat.
Disisi lain beberapa informan mengatakan
bahwa kurang mengetahui terkait masalah
itu karena tugas mereka di Gudang hanya
merencanakan persediaan barang.
4 Apakah ada kendala
atau masalah dalam
proses
penganggaran?
R
B
Hmm tidak adaji
Gak ada
Informan mengatakan bahwa tidak ada
kendala dalam proses penganggaran
karena dana yang dikeluarkan sesuai
dengan kebutuhan
188
F
TM
Saya rasa ndaji nda adaji
penganggarannya? Kendalanya? Tidak
ada sih sesuai kebutuhan saja..
3. Sarana dan Prasarana
NO INFORMASI INFORMAN JAWABAN INFORMAN REDUKSI
1 Fasilitas apa saja
yang digunakan
dalam proses
pengelolaan
persediaan obat di
Gudang Farmasi
RSUD Syekh Yusuf
Gowa
R
B
F
TM
Fasilitas? Hmm apa yaa ituji kayak
troli, rak-rak obat, lemari penyimpanan
obatnya
kalo namanya fasilitas yaa pastinya kita
butuh computer walaupun ada kerjaan
manual juga seperti kartu stok, terus
kita butuh troli, rak-rak yang bagus kita
sama pallet-pallet juga harus yang
standar
yaa itu seperti rak-rak, lemari, troli
fasilitasnya yaa, paling tempat, troli,
rak, computer
Infroman mengatakan bahwa fasilitas yang
digunakan dalam proses pengelolaan obat
di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf
seperti troli, rak-rak obat, lemari, pallet dan
komputer.
2 Apakah fasilitas
tersebut sudah cukup
memadai dalam
R
Ohiya belum, kan seharusnya itu di
Gudang ada troli besar, gudangnya
juga tidak memadaipi
Informan mengatakan bahwa fasilitas yang
ada sudah cukup memadai dalam
melaksanakan proses pengelolaan
189
melaksanakan proses
pengelolaan obat?
B
F
TM
iyaa sudah sih Alhamdulillah
untuk sementara yaa cukup
kalau dianggap memadai yaa cukuplah
tapi kalau kita mau yang ideal kan kita
maunya kayak pake sistem yang
komputerisasi, gudang yang memadai
itu mungkin yang kurang tapi untuk
melaksanakan pelayanan kefarmasian
yaa lumayan mi itu..
persediaan obat. Adapula informan yang
mengatakan bahwa fasilitas yang ada belum
memadai karena tidak tersedianya troli
besar selain itu gudang yang ada juga
belum memadai.
3 Bagaimana kondisi
sarana dan prasarana
yang dimiliki dalam
kegiatan pengelolaan
persediaan obat?
R
B
F
TM
Masih kurang yaa
hmm bagus, cuman ada 1 yang kurang,
komputer mungkin baiknya ditambah
yaa baikji ka baruji semua
lumayan bagus
Informan mengatakan bahwa kondisi sarana
dan prasarana yang dimiliki masih kurang.
Adapula informan yang mengatakan
kondisi sarana dan prasarana sudah
lumayan bagus dalam kegiatan pengelolaan
obat. Selain itu ada juga informan yang
mengatakan bahwa sarana dan prasarana
yang ada sudah bagus tetapi sebaiknya
komputer yang ada ditambah lagi.
4 Apakah ada kendala
atau permasalahan
berkaitan dengan
sarana dan prasarana
yang dapat
R
Yaa itumi kurangnya alat bantu untuk
mengangkut, mengangkut obat dari sini
ke pelayanan. Tempat untuk menyimpan
obatnya juga
Informan mengatakan bahwa kendala atau
permasalahan berkaitan sarana dan
prasarana yang dapat menghambat proses
pengelolaan obat adalah luas gudang dan
kurangnya alat bantu untuk mengangkut.
190
meghambat proses
pengelolaan obat?
B
F
TM
Kendala saya rasa tidak adaji, tapi ituji
tadi mungkin baiknya ada penambahan
komputer lagi
nda ji nda adaji
mmm paling anunya dek apanya ee luas
gudangnya kita kadang-kadang nda ya
karna kitakan rumah sakit pemerintah
kita kadang-kadang tender, tender itu
yang satu kali dropping barang nah
kalau dia satu dropping barang kita
tidak taumi mau simpan di mana
tempatnya beda kalau yang BLU, kalau
BLU mereka itu belanja sedikit-sedikit
habis belanja habis dia tidak butuh
tempat yang banyak.
Adapula informan yang mengatakan bahwa
tidak ada kendala berkaitan sarana dan
prasarana yang dapat menghambat proses
pengelolaan obat.
4. Prosedur
NO INFORMASI INFORMAN JAWABAN INFORMAN REDUKSI
1 Apakah terdapat
prosedur kerja dalam
proses pengelolaan
R
Iya ada SOPnya.
Ya itumi tanyami bu Tuti bagian itu.
…kemarin waktu rumah sakit mau
Informan mengatakan bahwa terdapat
Standar Operasional Prosedur dalam
proses pengelolaan obat dan yang berperan
191
obat?dan siapa saja
yang berperan dalam
pembuatan prosedur
tersebut?
B
F
TM
akreditasi semua bagian itu harus ada
SOPnya. Tapi saya nda masukka dalam
MPO. Yang terlibat itu kayak bu Tuti ji
sama orang-orang apotik di depan
SOP yaa, kalau secara standar iyaa dari
awal kita udah punya standar taro aja
misalnya kayak gini kalo apotik mau
obat dia itu harus nulis di buku
permintaan kemudian di bawa ke
dugang gudang yang menyiapkan
kemudian kita buatkan berita acara dan
mereka harus tanda tangan bukti
pengambilannya
Yang berperan dalam pembuatan
SOPnya itu masing-masing penanggung
jawab terus sama bu tuti kepala instalasi
farmasi
adaa kalau SOPnya itu ada di atas, di bu
tuti itu
kepala instalasi farmasi dengan
penanggungjawab masing-masing toh
adaa, ada SOP nya
SPOnya yaa yang terlibat, kalau
misalnya orang gudang yaa orang
gudang, penanggungjawabnya
dalam pembuatan prosedur adalah kepala
instalasi farmasi dan masing-masing
penanggung jawab.
192
2 Apakah prosedur
yang ada sudah efektf
dalam proses
pengelolaan
persediaan obat?
R
B
F
TM
Iya efektifmi
efektif, hmm nda terlalu efektif yaa
artinya kan manual itu masih sering apa
namanya misalkan dia ambil barang dia
lupa catat seperti itu, kita berikan berita
acara kadang-kadang dia bilang ih saya
tidak pernah minta padahal kemarin dia
ngambil gitu. Kalo mau yang efektif yaa
yg pake SIM yang sistem informasi klo
itu udah gak bisa nyangkal jadi tidak
usah datang ke sini kita sudah tau dia
minta apa gitu.
Iya kalau menurut saya sudah lumayan
efektif
yaa kalau menurut saya sudah efektif
Informan mengatakan prosedur yang ada
sudah efektif dalam proses pengelolaan
persediaan obat
3 Apakah prosedur
kerja sudah
dilaksanakan dengan
baik untuk setiap
kegiatannya?
R
B
Sudah cukup baikmi
klo untuk yang SOP yang sekarang iyaa
sudah baik, ada sih satu-satu tapi kalo
sifatnya cito kadang-kadang dia langgar
SOP nya gitu tpi itu tdak banyak sangat
jarang jadi sudah lebih bagus
Informan mengatakan bahwa prosedur
yang dilaksanakan untuk setiap kegiatan
sudah cukup baik tapi kadang-kadang SOP
tersebut dilanggar jika sifarnya cito tetapi
hal tersebut sangat jarang terjadi.
193
F
TM
iya sudah baik, kan kalau SOP itu apa
yang kita kerjakan, lakukan apa yang ko
kerjakan, kerjakan apa yang kolakukan
yang ko tulis
pasti ada beberapa yang inilaaah yaa.
Ada beberapa yang kadang-kadang
terlewat tapi secara umum yang prinsip
yaah sudah bagus
4 Apakah ada kendala
yang menghambat
pelaksanakan
prosedur pengelolaan
persediaan obat?
R
B
F
TM
nda adaji mungkin
nda adaa kalo kendala
saya rasa nda ji, ndada jii
yaa paling ininya sajaa apaa eee apa
namanya itu yaa hmm sikap kadang-
kadang kita nda care yaa, teman-teman
tidak care kadang-kadang lupaa kadang-
kadang dianggap sepele. Hmm misalkan
prosedurnya harus dicatat sekarang ee
nantipi deeeh. Yaa kedisiplinan
kayaknya yang biasanya kurang
Informan mengatakan tidak ada kendala
yang menghambat pelaksanaan prosedur
pengelolaan persediaan obat. Selain itu
adapula informan yang mengatakan bahwa
kendala yang menghambat pelaksanaan
prosedur pengelolaan persediaan obat
adalah sikap tidak peduli serta kurangnya
kedisiplinan dalam pencatatan.
194
B. PROSES
1. Pemilihan Obat
NO INFORMASI INFORMAN JAWABAN INFORMAN REDUKSI
1 Siapa yang
bertanggung jawab
dalam penetapan
sediaan farmasi?
R
B
Ibu Tuti kepala instalasi
… sebenarnya sih yang menentukan iya
komite medic karna rapatki , rapatki
dengan komite medic. Terdiri dari
dokter, perawat dengan farmasi
kemudian itu yang menentukan obat
apa-apa
Bertanggungjawab yaa kepala logistic di
sini jadi artinya gini ee kan permintaan
dari rungan misalnya dari sana
mintanya cepotaksim injeksi yang kadar
0,5 bukan yg kadar 1, yaa jadi kita
pesannya yang 0,5 jangan yang 1. Jadi
kalau dibilang siapa yang paling
bertanggungjawab pertama adalah user
apotik, apoteker penanggungjawab
masing-masing depo yaa terus
diteruskan ke sini terus yang paling
bertanggungjawab juga mungkin bagian
logistic di sini kalau dia salah
memasukkan sediaan berarti yang
Informan mengatakan bahwa yang
bertanggung jawab dalam penetapan
sediaan farmasi adalah user apotek,
apoteker pananggung jawab, logistic
gudang . adapula yang mengatakan bahwa
yang bertanggung jawab dalam penetepan
sediaan farmasi adalah kepala instalasi
Farmasi yang melakukan rapat dengan
dokter, perawat serta staf farmasi untuk
menetukan sediaan farmasi.
195
FA
TM
dipesan salah. Tapi kalau mau tau
sediaan yang mana-mana saja yang mau
dipesan yaa itu dari pemakainya
usernyaa.
kalau kita sebenarnya kan
perencanaannya dari bawah dulu yang
user tiap-tiap depo itu lakukan
permintaan terus di sini kita rencanakan
baru dilanjutkan ke bagian atas, tapi
tidak semuanya juga bisa direalisasikan
pemilihannya? Hmm yang
bertanggungjawab itu ee teman-teman di
ini ee di gudang . iyaa
2 Bagaimana cara
menetapkan sediaan
farmasi?
R
B
oiyaa di sini itu ada 2 dipake
Formularium nasional dengan
formularium rumah sakit
oiyaa kan biasanya di ruangan ada
permintaan dokter tentang sediaan
farmasinya kan, terus nanti itu yang
diteruskan ke kita trus kita rencanakan
lalu di teruskan ke kepala instalasi lalu
nanti kepala instalasinya yg lakukan
pemesanan seperti itu
Informan menyebutkan bahwa cara
menetapkan sediaan farmasi berdasarkan
formularium nasional dan formularium
rumah sakit. Adapula yang mengatakan
bahwa cara menetapkan sediaan farmasi
berdasarkan dari permintaan dokter dan
permintaan dari tiap-tiap depo selanjutnya
direncakan oleh bagian gudang lalu
diteruskan ke kepala instalasi untuk
pemesanan. Selain itu ada juga yang
mengatakan bahwa penetapan sediaan
farmasi berdasarkan permintaan
196
F
TM
dari pemakaian tiap bulan, dilihat dari
pemakaian di pelayanan nnti kasih ke
bagian gudang sini terus kita teruskan ke
atas
sesuai dengan permintaan kebutuhan,
sesuai kebutuhan
kebutuhan.
3 Kapan pemilihan
obat dilakukan?
R
B
F
TM
Kayaknya awal tahun
ada itu tadi yang kayak perencanaan toh
di perencanaan di akhir tahun
sebelumnya kan kita sudah buat
perencanaan, kemudian di awal tahun
sudah diberikan ke kepala instalasi nanti
kepala instalasi yang teruskan ke
atasnya lagi. Itu sudah terpilih jadi 1
tahun jadi kalau diakhir tahun kayak
gini kita sudah membuat memilah milah
kan kita tiap bulan ada laporan
pemakaian yang mana yang banyak
pemakaiannya apa jadi kita ada metode
konsumsinya.
tergantung dari kekosongan obat, kalau
lagi kosong yaa diorder
awal tahun. Seleksi iyaa mm mm
Informan mengatakan bahwa pemilihan
obat dilakukan pada awal tahun. Adapula
yang mengatakan bahwa pemilihan obat
dilakukan tergantung dari kekosongan
obat.
197
4 Apakah ada kendala dalam proses
pemilihan? Jika ada,
bagaimana
solusinya?
R
hmm adaa iyaa kalo saya karna biasanya klo sudah
ditentukan obatnya ini yang dipake
sebentar hmm sebentar malah kurang
pasiennya, obatnya kan lancarji jalan.
Atau misalkan sudah adaaa peme apaaa
sudah ditetapkan obat ini baru ternyata
dokternya tdak pakeji .
Informan mengatakan bahwa kendala dalam proses pemilihan adalah ketika obat
yang telah ditetapkan tidak terpakai oleh
user
198
B
FA
TM
...paling kita sarankan supaya dokternya
supaya itu obatnya dipake
kalau dalam proses pemilhan tdak ada
kendala yang kemungkinan ada itu di
sistem pengadaannya
nda adaji. Nda adaji masalah
Kan kadang-kadang itu user berubah
ubahkan kita rencanakan A di pakai B,
pas pakai B tiba-tiba berubah gituu
hmm solusinya jangan memesan barang
yang apaa ee yang tidak pasti, kan tidak
semuaa misalnya dari 100 item barang
mungkin hmm paling ada 5 yang
usernya yang tidak jelas, yang berubah-
ubah. Intinya jangan memesan trlalu
banyak
2. Perencanaan
NO INFORMASI INFORMAN JAWABAN INFORMAN REDUKSI
1 Bagaimana proses R ooh kalo itu biasanya tiap bulan, tiap Informan mengatakan bahwa proses
199
perencanaan
kebutuhan persediaan
dilakukan oleh
Instalasi Farmasi
RSUD Syekh Yusuf
Gowa?
B
F
TM
bulan 1 kali kadang juga 3 bulan baru 1
tahun
tahapannya yaa dari masing-masing unit
dulu depo itu apa yang dia butuhkan
berapa jumlahnya nah kemudian di sini
kita rangkum terus dilihat juga
sebulannya make berapa gitu baru kita
buat perencanaannya
itumi dilihat dari pemakain unit masing-
masing. Misalnya dari unit JKN berapa
dari perawatan berapa
perencanaannya yaa itu tadi dari depo
ke gudang farmasi ke instalasi farmasi.
Kan mereka yang merencanakan nanti
disesuaikan anggaran juga, tidak semua
yang mereka rencakan kita bisa eksekusi
itukan harus disesuaikan juga dengan
anggaran yang ada
perencanaan kebutuhan persediaan obat
yang dilakukan di RSUD Syekh Yusuf
dimulai dari masing-masing depo
dilanjutkan ke Gudang Farmasi untuk
merencanakan, setelah itu diteruskan
kepada Kepala Instalasi Farmasi untuk
melakukan pemesanan.
2 Siapa saja yang
terlibat dalam proses
perencanaan
tersebut?
R
Kalo yang bikin perencanaan sayajii
nanti saya teruskan ke ibu Tuti. Kalo
perencanaan tahunan. 1 bulan, 3 bulan,
tahunan.
Informan mengatakan bahwa yang terlibat
dalam proses perencanaan kebutuhan obat
adalah orang-orang yang berada di Gudang
Farmasi dan kepala farmasi. Adapula yang
mengatakan bahwa kepala penanggung
200
B
F
TM
kepala ruangan apotek-apotek , kepala
penanggungjawab apotek plus kita di
sini bagian logistic di sini
yang terlibat itu saya sama bu risma
dengan bu tuti juga toh bagian atas
yang terlibat itu yaa orang-orang
gudang sama saya juga
jawab apotek juga terlibat dalam proses
perencanaan kebutuhan obat.
3 Metode apa yang
digunakan dalam
proses perencanaan
penentuan kebutuhan
obat?
R
B
F
TM
Metode yang berdasarkan
pemakaiannya. Kalo nda salah itu
metode konsumsi
yang umum itu metode konsumsi plus
kadang-kadang metode pola penyakit
jadi misalnya bulan depan kayaknya
musim hujan banyak diare oiyaa obat
diarenya yang dibanyakin giitu
metodenyaa itu hmm pemakaian per
bulan. Metode konsumsi iyaa metode
konsumsi karna menurut pemakaiannya
toh
oiyaa itu tadi yang metode konsumsi
dengan ini yang berdasarkan pola
penyakit
Informan mengatakan bahwa metode yang
digunakan dalam proses perencanaan
kebutuhan obat adalah metode konsumsi.
Adapula yang mengatakan metode yang
digunakan adalah metode konsumsi dan
metode epidemiologi.
201
4 Kapan perencanaan
penentuan kebutuhan
obat dilakukan?
R
B
F
TM
mmm biasa awal tahun, tapi tegantungji
iya sama kebutuhan. Terkadang juga
perbulan kita lakukan perencanaan
Setiap minggu kita ada perencanaan
mingguan kemudian sebenarnya dari
awalnya itu perencanaan tahunan satu
bulan 3 bulan kayak gitu. Klo misalnya
tidak terpenuhi bisanya tiap minggu kita
tetap bikin perencanaan mingguan gitu
kalopun sebenarnya dari awal awal
akhir tahun kita sudah buat perencanaan
untuk tahun depannya tapi gini misalnya
kan namanya juga rencana biasa tdak
jalan semua nah kalo yg tidak jalan itu
kita bisa buat perencanaan manual,
perencanaan singkat bisa untuk
semingguan
pertahun biasanyaa tapi kadang-kadang
juga kita lakukan per bulan
perencanaannya itu biasa pertahun
Informan mengatakan bahwa perencanaan
kebutuhan obat dilakukan pada awal bulan.
Adapula yang mengatakan bahwa
perencanaan kebutuhan biasa dilakukan
setiap minggu. Selain beberapa informan
mengatakan perencanaan kebutuhan obat
dilakukan pertahun.
5 Apakah perencanaan
kebutuhan obat yang
selama ini dilakukan
oleh pihak Gudang
R
B
mmm yaa lumayan efektif. Mm akhir2 ini
lumayan efektifmi
kalau perencanaan iyaa sudah efektif
Informan mengatakan bahwa perencanaan
kebutuhan obat yang selama ini dilakukan
oleh pihak Gudang Farmasi sudah berjalan
efektif.
202
Farmasi Syekh Yusuf
Gowa sudah berjalan
efektif?
F
TM
iyaah sudah efektif
iyaah sudah lumayan efektif
6 Apakah ada kendala
dalam proses
perencanaan
kebutuhan obat? Jika
ada, bagaimana
solusinya?
R
B
kendalanya itu Cuma di dana dengan
kecepatan pemesanan
…kalo saya sih, kalo saya harus
memang sesuai dengan pelayanan.
Pemesanan obat harus sesuai dengan
pelayanan hanya ada juga kendalanya ,
kendalanya yaitu misalnya kita banyak
pesan barang ini toh belum tentu itu
banyak pasiennya malahan misalnya
ada lagi itu obat yang kurang, itu lagi
dipake nah itu lagi berkurang toh itu
lagi yang menipis itu lagi yang
terhambat. Tapi jarang2ji itu ada
begituan di sini.
kalo dalam proses perencanaan hmmm
ada sedikit-sedikit misalnya mungkin
ada teman yang maksudnya terlewatkan
1 item obat kayak gitukan kita juga di
sini jadi nda mesan tau-tau
pemakaiannya jadi banyak barangnya
tiba-tiba jadi ada tapi tdak banyak yang
seperti itu sih.
Informan mengatakan bahwa kendala
dalam proses perencanaan kebutuhan obat
terkait masalah dana dan kecepatan
pemasanan. Adapula yang mengatakan
bahwa kendala dalam proses perencanaan
kebutuhan adalah ketikaada staf yang lalai
pada saat perencanaan sehingga pada saat
pemesanan ada satu item yang terlupa.
Selain itu adapula informan yang
mengatakan bahwa obat dipesan untuk
penyakit A ternyata kasus yang ada adalah
penyakit B
203
F
TM
..biasanya kita minta manual atau kita
minta dokter untuk di subtitusi untuk
yang ada dulu
nda adaji, nda adaji
nah itu tadi kendalanya yang tiba-tiba
berubah toh, nda sesuai. Kadang-
kadang pola penyakitnya kita siapkan
obat A ternyata kasusnya penyakit B
yaa kan tiap tahun itu ada anggaran
perubahan. Kita sudah bisa trend, oh
ternyata nanti saya butuh tambahan obat
B kita minta anggarannya
3. Pengadaan
NO INFORMASI INFORMAN JAWABAN INFORMAN REDUKSI
1 Bagaimana proses
pengadaan obat yang
dilakukan oleh pihak
Gudanf Farmasi
RSUD Syekh Yusuf
Gowa
R
B
pengadaan obatnya di’. Pengadaan
obatnya di sini itu pake itu hmm e-
purchasing
gini kalau pengadaan itu semua
bagiannya manajemen yaa, jadi
perencanaan kita sampai instalasi nanti
instalasi itu yang melanjukan ke ada
Informan mengatakan bahwa proses
pengadaan obat dilakukan dengan cara e-
purchasing.
204
F
TM
istilahnya namanya PPTK
PPTK itu Petugas Pelaksana Teknis
Kegiatan nah dari PPTK ini nanti
menyampaikan ke Unit Layanan
Pengadaan atau disingkat biasa itu ULP
oh kalau pengadaan itu bagiannya di
atas kita di bawah ini cuman
merencanakan.. nanti kepala instalasi
yang teruskan ke PPTKnya
obatnya itu kita pengadaan obat e-
Purchasing
2 Siapa saja yang
terlibat langsung dan
bertanggung jawab
dalam proses
pengadaan tersebut?
R
B
F
TM
pengadaan? Ohh itu yang diatas tau itu
inikan di bawah, klo itu ada namanya
tim pengadaan
Kepala instalasi, PPTK dengan ULP
Unit Layanan Pengadaan
hmm itu bagian PPTK sama kepala
Farmasi
yang bertanggungjawab itu ee yan jelas
ada kepala instalasi, ada PPTK sama
ada pejabat pengadaan
Informan mengatakan bahwa yang terlibat
langsung dan bertanggung jawab dalam
pengadaan obat adalah kepala instalasi
farmasi, PPTK dan ULP.
3 Jenis obat apa saja R jenis obat? ee kalo itu yaaa merujuk ke Informan mengatakan bahwa jenis obat
205
yang diadakan dan
berapa jumlah setiap
kali pengadaan?
B
F
TM
itu tadi yang formunas sama
formularium rumah sakit
kalo ngomong masalah jenis obatnya
yaaa kita merujuk ke permintaan dari
usernya, itu untuk BHP. Kalau untuk
obat setahu saya itu merujuk ke
formularium rumah sakit
berdasarkan formularium rumah sakit
toh
kita bicara tentang sediaan farmasi itu
kan ada 2 ada obat ada bhp kalau dia
obaat yaa sesuai kebutuhan ini sesuai
formularium nasional, formularium
rumah sakit. Kalau BHP sesuai
permintaan ininya ee kebutuhan usernya
yang diaadakan berdasarkan formularium
rumah sakit. Adapula informan yang
mengatakan bahwa jenis obat yang
diadakan dilihat dari sediaan farmasi, jika
itu terkait dengan pengadaan obat maka
merujuk kepada formularium nasional dan
formularium rumah sakit dan jikaitu
terkait dengan pengadaan BHP maka
disesuaikan dengan permintaan serta
kebutuhan user.
4 Kapan pengadaan
obat dilakukan dan
berapa lama waktu
yang dibutuhkan
untuk pengadaan
obat?
R
B
Oh pengadaannya? Hmm biasa itu awal
tahun tapi kadang-kadang juga biasa itu
perbulan. Yaa tergantunglah sama
kebutuhannya
hmm harusnya sih awal tahun, hmm tapi
kalau yang kita liat sekarang sih mm
tiap bulan ada
Informan mengatakan bahwa pengadaan
obat dilakukan pada awal tahun tapi
pengadaan obat juga terkadang dilakukan
perbulan tergantung dari kebutuhan.
Adapula informan yang mengatakan
bahwa pengadaan dilakukan awal tahun
dengan membagi per-triwulan. Pengadaan
obat secarae-purchasing terkadang
memerlukan waktu cukup lama. Jika
206
F
TM
pengadaannya tergantung, biasanya
awal-awal tahun, akhir tahun juga
begitu, tapi biasanya tergantung juga
dari kekosongan obat. Kalau obatnya
habis misalnya tinggal berapa persen
yaa kita ajukan
pengadaannya itu biasanya awal tahun.
Kita biasa bagi per triwulan, trus kalau
masalah berapalamanya itu hmm e-
purchasing itu kadang-kadang agak
lama yaa, bisa sampai ini bulan juli
kadang-kadang ada barangnya belum
masuk. Jadi kita pake cara manual hmm
apa pemesanan secara langsung,
biasanya satu minggu, 3
hari..tergantung distributornya.
barang yang dipesan belum masuk maka
dilakukan pemesanan secara manual.
5 Apa saja yang perlu
diperhatikan pada
saat pemesanan?
R
B
hmm obatnya apakah itu penting dipesan
saat ini eee dari jumlahnya apakah itu
banyak pasiennya berarti harus banyak
juga dipesan
yang perlu diperhatikan pada saat
pemesanan yaa, hmm yang pertama itu
jumlahnya kita harus pesan sesuai
dengan kebutuhan kan, terus yang kedua
itu yaa sesuai kebutuhan aja obat yang
Informan mengatakan hal yang perlu
diperhatikan pada saat memesan adalah
jenis dan jumlah obat harus sesuai dengan
kebutuhan.
207
F
TM
banyak dipakai apa, yaa seperti itu
yang diperhatikan itu misalnya kayak
obat-obat yang banyak dipakai. Terus
jumlahnya juga pada saat dipesan.
Dipesan sama yang sesuai kebutuhan
saja. Karna klo misalnya berlebih juga
kan nda baik, mubazzir juga nanti juga
bisa terjadi penumpukan obat toh
pemesanan yang dilakukan itu harus
sesuai dengan kebutuhan
6 Apakah ada kendala
dalam proses
pengadaan? Jika ada,
bagaimana
solusinya?
R
B
kendalanya? Dalam proses pengadaan?
Ituji semuaa kayak dana eee waktu
pemesanannya. Solusinya mungkin
pengadaannya bisa lebih diperhatikan
hmm kendalanya itu biasanya di bagian
manajemennya misalnya gini misalnya
kita butuh obat merk A tapi distributor
merk A itu dia cancel kita karna kita
masih ada utang gituu. Akhirnya merk A
nda bisa masuk yang masuk merk B gitu
…solusinya hmm pembayaran ke
distributor itu harus dipercepat itu satu
terus yang kedua yaa itu tadi ke
dokternya memberi anu bahwa obat
yang ada adalah yang subtitusinya
Informan mengatakan bahwa kendala
dalam proses pengadaan adalah
208
F
TM
ya Alhamdulillah nda ji, tapi kalo
misalnya itu ada barang yang dipesan
kosong kalau tidak, tidakji
kendalanya banyak dek. Kalau misalnya
barangnya tidak ada toh … yaa cari
tempat yang lain. Tidak ada tempat lain yaa kita cari cara lain entah itu pinjam
dari rumah sakit lain kah atau
bagaimanakah yang penting obat-
obatnya terutama yang urgent itu tidak
boleh sampai kosong intinya seperti itu.
Solusinya hmm itu tadi dek kita cari di
distributor lain atau pinjam ke rumah
sakit lain boleh seperti itu
4. Penerimaan Obat
NO INFORMASI INFORMAN JAWABAN INFORMAN REDUKSI
1 Apakah tersedia
catatan untuk
penerimaan obat?
R
B
iya ada. Ada itu catatan untuk
penerimaan obat
iyaa adaa
Informan mengatakan bahwa tersedia
catatan u ntuk penerimaan obat.
209
F
TM
iya adaa itu
adaaa pasti
2 Bagaimana alur
penerimaan obat dari
supplier?
R
B
F
TM
oo sampai di sini? Di ataskan itu kepala
instalasi yang memesan nanti langsung
dibawah ke sini. Yang terima ibu Rifkah
saya yang tanda tangan faktur, naik lagi
di bu tuti nnti ibu lagi yang urus
masalah pembayaran selanjutnya
ee barang itu diterima oleh tim penerima
barang rumah sakit yaa kemudian dia
membuat berita acara dan dia
menyerahkan kepada kita
oh begini misalnya itu obatnya sudah
datang nanti diterima sama ada itu
namanya Panitia Penerimaan Barang,
terus nanti diteruskan ke
penanggungjawab gudang. Nanti
dicatatmi sama ibu Rifkah
dari supplier, hmm itu barang dari
supplier diterima sama panitia
penerima, panitia yang dropping ke
gudang nanti bagian gudang yang
menyimpan.
Informan mengatakan bahwa alur
penerimaan obat dari supplier diterima
oleh Panitia Penerima Barang, selanjutnya
men-dropping ke bagian gudang, setelah
itu staf gudang akan melakukan
penyimpanan.
210
3 Apakah ada panitia
khusus yang
menerima datangnya
obat?
R
B
F
TM
iyaa ada. Panitia penerimaan barang
namanya
iyaa ada panitia khususnya rumah sakit
iyaa ada memang itu dibentuk di atas
itumi tadi namanya Panitia Penerimaan
Barang toh
iyaa ada Panitia Penerima Barang
namanya, ee Panitia Penerima dan
Pemeriksa barang
Informan mengatakan bahwa terdapat
Panitia Penerimaan Barang yang dibentuk
untuk menerima datangnya obat.
4 Apakah petugas
sering menegecek
keadaan obat yang
datang yaitu yang
kadaluarsa/rusak?
R
B
F
TM
iyaa pastimi klo itu. Tugasnya ibu Rifkah
itu yang terima barang
oh pasti itu
iyaa pasti selalu dicek apalagi kalau
untuk obat yang pemakaiannya lama.
Harus dicek memang
iyalah pasti kita lakukan pengecekan dek
Informan mengatakan bahwa petugas
selalu mengecek keadaan obat yang
datang.
5 Apakah ada kendala
dalam proses
penerimaan? Jika
ada, bagaimana
R
B
Tidak adaji saya rasa
kendala, iya kalo kendala itu ee, satu
lokasi gudang tidak representative jadi
Informan mengatakan bahwa kendala
dalam prose penerimaan adalah lokasi
gudang yang tidak representative. Adapula
yang mengatakan bahwa kendala alam
211
solusinya?
F
TM
harusnya gudang itu gampang diakses
oleh mobil klo masuk kayak tadi, barang
sedikit sih gak masalah tapi kalau
barangnya banyak. Sama ini yang
parkiran sih itu ajaah
…mm biasanya juga di sini tapi orang di
sini tidak disiplin toh dipake markir
ambulance laah padahal itu kan jalur
akses gudang gak boleh gini
Solusinya, iya maksudnya kemarin kalau
ada barang masuk yaa kita minta untuk
mobil-mobil disingkirkan atau
kendaraan yang lain disingkirkan yang
kedua sih sudah banyak yang minta ke
direktur untuk dikasih ruangan yang
lebih representative.
nda adaji masalah itu
Kendalanya itu kadang-kadang kalau
panitianya tidak ada
Solusinya hmm biasanya kita kasih ke
teman-teman yang farmasi, nanti pada
saat panitianya datang nanti mereka sisa
mengecek lagi barangnya yak benar,
seperti itu
proses penerimaan ialah ketika Panitia
sedang tidak berada di tempat ketika obat
masuk.
212
5. Penyimpanan
NO INFORMASI INFORMAN JAWABAN INFORMAN REDUKSI
1 Bagaimana proses
penyimpanan yang
dilakukan oleh
petugas gudang obat
RSUD Syekh Yusuf
R
B
F
TM
penyimpanan obat? Hanya datang terus
obatnya nnti diletakkan misalnya
berdasarkan suhu, diatur di rak.
sistem penyimpanan kalau obat kita atur
abjad berdasarkan sediaan toh misalnya
sediaan injeksi sama injeksi ee yang
kedua berdasarkan stabilitas yang
stabilnya di ruangan dingin yaa di suhu
dingin gitu
biasanya itu berdasarkan FIFO,
berdasarkan abjad juga mm
proses penyimpanan itu berdasarkan
ininya mm pertama itu kestabilan toh,
kalau dia butuh suhu yang rendah, kita
harus simpan di tempat yang ini toh
yang cocok kemudian kalo dia obatnya
di suhu ruangan yaa di suhu ruangan
penempatannnya
Informan mengatakan bahwa proses
penyimpanan yang dilakukan oleh petugas
Gudang Farmasi berdasarkan abjad, jenis
sedian dan kestabilitasan obat.
213
2 Siapa yang terlibat
dalam proses
penyimpanan obat-
obatan tersebut?
R
B
F
TM
di sini saya hanya bertugas berapa
orang saja. saya, temanku cuti 1 dia itu
sebagai admin sama bu rifkah yg atur
obatnya
ee staf gudang saja
yang terlibat itu bu Rifkah kan bu Rifkah
penanggungjawabnya toh. Ibu Rifkah
sama bu Risma
yaa teman-teman di gudang juga.
Informan mengatakan bahwa yang terlibat
dalam proses penyimpanan obat adalah
staf gudang.
3 Metode apa yang
digunakan dalam
proses penyimpanan
persediaan obat?
R
B
F
TM
hmm penyimpanan, klo di sini sesuai
dengan alphabet sesuai juga dengan
kemarin kan itu ada aturan harus sesuai
dengan alert hmm ada lagi itu 1.
Jenisnya juga narkotik kan itu ada
tempat khususnya, sesuai suhu juga.
itu tadi kalau metode khusus tidak tapi
berdasarkan stabilitas dan jenis
sediaannya
yaa itumi tadi yang saya bilang toh
metodenya itu FIFO sama sesuai abjad
metodee ituu FIFO, FIFO dan FEFO.
Informan mengatakan bahwa metode yang
digunakan dalam proses penyimpanan
berdasarkan abjad, stabilitas obat dan jenis
sediaan. Adapula infroman yang
mengatakan bahwa metode yang
digunakan adalah FIFO dan FEFO.
214
Kombinasi iyaa, standarlah
4 Apa saja yang
mempengaruhi
proses penyimpanan
persediaan obat?
R
B
FA
TM
Menurutku saya anu ee suhunya ji dek
Saya rasa sih yang mempengaruhi itu
hmm suhu, iya biasa suhu ruangan itu
mempengaruhi juga kan penyimpanan
persediaannya
yang mempengaruhi kayaknya nda adaji.
Tapi biasa itukan juga dari suhu ji.
Kalau misalnya suhunya harus di suhu
yang dingin yaa harus disimpan di suhu
dingin juga. Dengan anunya fungsi
obatnya juga
penyimpanannya? Hmm banyak yaa
suhu. Hem salah satunya suhu .
Informan mengatakan bahwa yang
mempengaruhi proses penyimpanan
persediaan obat adalah suhu.
5 Bagaimana pendapat
anda mengenai
kondisi gudang
tempat penyimpanan
obat? Apakah sudah
sesuai dengan aturan
tata ruang
penyimpanan?
R
B
menurutku saya sih masih kurang, masih
kecil, tempat untuk narkotiknya juga
masih nda sesuai
ee lumayan sih sebenarnya eee sesuai
banget tidak yaa cuma istilahnya tidak
buruk juga sudah bagus mm kalau yang
sesuai banget itu kalau apa namanya
misalnya sistem suhu yaa karna di sini
Informan mengatakan bahwa kondisi
gudang masih dianggap kecil, tempat
untuk penyimpanan obat narkotik masih
bekum sesuai. Adapula informan yang
mengatakan bahwa kodisi gudang sudah
lumayan baik, AC yang berada di gudang
farmasi belum memenuhi standar .
215
F
TM
banyak obat yang walaupun maksudnya
harus stabil dalam suhu yang sejuklah
begitu yang tidak boleh kadang-kadang
ac biasanya mati satu nda nyala paling
itu saja kalau kita punya rak segala
macam itu bersih kalau nnti mau lihat
silahkan
kalau sudah sesuainya saya rasa sudah
cukup
yaa lumayan sesuai lah, cuman itu tadi
ee dengan ininya apanya suhunyaa, yaa
suhu ruangannya ACnya belum terlalu
memenuhi standar. Tapikan kita sudah
ajukan permintaan ke manajemen
mudah-mudahan bisa dipenuhi
6 Apakah ada kendala
dalam proses
penyimpanan? Jika
ada, bagaimana
solusinya?
R
B
F
TM
Kendalanya yaa itu tadi masalah suhu
ruangannya. Solusinya mungkin bisa
ditambah ACnya
nda ada mm
nda adaji
… kendalanya di situ, kadang-kadang
nda sesuai, suhu ruangan.
Informan mengatakan bahwa kendala
dalam proses penyimpanan adalah suhu
ruangan.
216
…itu tadi dek ACnya kan belum
memenuhi standar tapi kita sudah
ajukanmi permintaan
6. Pendistribusian
NO INFORMASI INFORMAN JAWABAN INFORMAN REDUKSI
1 Bagaimana proses
distribusi obat di
RSUD Syekh Yusuf
Gowa?
R
B
Nah kalo masalah distribusinya itu, di
sini itu kita buat jadwal untuk
mengampra. Biasa itu seminggu 2 kali
jadi nanti dari depo itu kasih liat kita
ada memang itu bukunya apa-apa saja
sediaan yang mereka butuhkan.
yaa sebenarnya kita biasa gilir hmm
setiap apotek itu punya waktu untuk
hmm untuk ngampra misalkan apotek di
rawat inap itu ngampranya senin apotek
rawat jalan bpjs hari selasa apotek IRD
hari rabu
…kalau ada tiba-tiba yang cito yaa
ambil aja maksudnya tiba-tiba habis
apanya gitu. Tapi untuk tertibnya kita
kasih jadwal.
Informan mengatakan bahwa proses
pendistribusian obat yang dilakukan oleh
gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa
terbagi atas dua bagian pertama dengan
cara resep dan yang kedua dengan cara
mengampra dimana setiap apotek memiliki
jadwal untuk mengampra obat. adapula
informan yang mengatakan bahwa
217
FA
TM
distribusi obatnya itukan dari unit
pelayanan, misalnya JKN diampra, dia
tulis dibuku ampranya terus dia berikan
di gudang terus nanti bu Rifkah yang
layani. Terus itu masing-masing depo
juga kayak ada jadwal meng-ampranya
perminggu, 2 kali seminggu kayaknya
…jadi distribusi obat itu ada 2 ada
dengan cara per-resep ada dengan cara
meng-ampra. Diperawatan itu mereka
tiap minggu mengampa obat, ada
permintaan khusus buatkan berita acara
naah kalau dari pasien dia berdasarkan
resep kan berapa dokter resepkan itu
yang dikeluarkan
2 Siapa saja yang
terlibat langsung dan
bertanggung jawab
dalam proses
distribusi tersebut?
R
B
FA
eee apoteker penanggung jawab,
penanggungjawab gudang, masing-
masing deponya, apotik
eee yang pertama adalah staf gudang di
sini yang kedua itu adalah bagian
logistiknya di masing-masing depo
penanggungjawab unit dengan anu..
dengan penanggungjawab di gudang
Inforrman mengatakan bahwa pihak-pihak
yang terlibat dalam proses pendistribusian
barang sampai ke unit-unit pelayanan
adalah apoteker penanggung jawab,
penanggung jawab di gudang farmasi,
penanggung jawab di masing-masing depo
dan unit pelayanan.
218
TM orang di gudang dengan ini mm teman-
teman di pelayanan
3 Sarana dan prasarana
apa saja yang
digunakan dalam
proses distribusi
tersebut?
R
B
FA
TM
hmm ituji troli di depan. Troli hanya 2
itu
hmm kita ada troli mm
pakai troli biasa
sarananya apa yaah paling itu troli mm
Informan mengatakan bahwa alat yang
digunakan untuk pendistribusian obat ke
unit pelayanan adalah troli.
4 Apakah ada kendala
yang terdapat pada
proses
pendistribusian obat?
Jika ada, bagaimana
solusinya?
R
B
hmm ada iya. ee itu mi biasa ada staf
yang sakit atau apa jadi itu pelayanan
juga nda berlangsung dengan baik.
Biasa juga ituji kalo terlambatki datang
obat banyak yg mengeluh.
“...solusinya di’ hmm mungkin harus
ada petugas pengganti begitu supaya
pelayanan tetap berjalan dengan bagus
toh
adaa yaa itu tadi kalau misalnya petugas
logistikya di depan mm perempuan
sementara yang mau diangkat berat, itu
repot dan kita juga nda punya staf laki-
laki solusinya ya itu tadi pake cleaning
service lah kalau ada mahasiswa kita
Informan mengatakan bahwa kendala yang
dirasakan oleh beberapa informan dalam
proses pendistribusian persediaan obat
berbeda-beda ada yang menganggap
bahwa kendalanya adalah ketika petugas
yang berada di gudang adalah perempuan,
sedangkan sediaan yang diangkat
bervolume berat. Adapula yang
mengatakan bahwa kegiatan distribusi obat
yang dilakukan oleh petugas ke pasien,
petugas terkadang kewalahan melayani
pasien yang terlalu banyak.adapula yang
mengatakan bahwa tidak ada kendala
dalam proses pendistribusian obat
219
FA
TM
pake mahasiswa atau kita pinjam dari
depo lain misalnya ada cowok di depo
IRD lagi jaga atau apaa itu bias kita
minta tolong. Kalau di wahidin itu kan
dia ada kurir untuk ngambil obat
saya rasa ndaji
hmm paling kalo itu dek apa kalo di
depan ini distribusi terutama ke pasien
yang perorangan, kalau pasien terlalu
banyak sementara kita punya petugas
nda gimanayaah biasakan itu butuh
waktu yang lama, pasien mengomel mi
karna sudah lama menunggu. Nah itu
kendalanya
7. penghapusan
NO INFORMASI INFORMAN JAWABAN INFORMAN REDUKSI
1 Bagaimana proses
penghapusan yang
dilakukanoleh pihak
gudang jika ada obat-
obatan yang
mengalami
kadaluarsa atau
R
B
itu hanya dilaporkan ke atas tapi klo
untuk pemusnahannya saya belum liat
selama ini di sini. Hanya disimpanji dlu.
hmm penghapusan obat itu ee sekarang
kan jadi gini semua obat yang expired
atau yang rusak dari masing-masing
Informan mengatakan bahwa proses
penghapusan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai yang dilakukan adalah
sediaa farmasi dan bahan medis habis
pakasudah rusak dan expired akan
dibuatkan surat permohonan atau berita
acara selanjutnya mengajukan surat
220
rusak?
FA
TM
depo itu dikumpul ke kita terus kita
buatkan semacam berita acara kemudian
menunggu penghapusan, penghapusan
itu bukan cuman di sini sih tapi
gabungan dari unit lain jadi untuk
sementara tidak ada penghapusan jadi
kita bekerja sama dengan pihak luar.
Pihak ketiga
oh biasanya itu langsung 1 kali
penghapusan, dikumpul dulu itu semua
barang-barang yang kadaluarsa di sini
terus nanti kita buatkanmi berita acara,
begitu, nanti diajukan mi ke bagian atas
kita ajukan ke manajemen.. manajemen
nanti yang menyurat ke kantor daerah
karna kita kan rumah sakit pemerintah
toh baru bisa ini dilakukan
pemusnahannya
permohonan penghapusan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai, selanjutnya
pihak manajemen akan menyurat kepada
pihak daerah, karena mengingat RSUD
Syekh Yusuf Gowa merupakan rumah
sakit di bawah naungan pemerintah
kabupaten gowa.
2 Siapa saja yang
terlibat dan
bertanggung jawab
dalam proses
penghapusan
tersebut?
R
B
FA
itumi dari apoteker sama ada 2 saksi
satu kepala logistic dua kepala instalasi
dengan panitia penghapusan
itu kepala instalasi farmasi.. sama
penanggungjawab obat, dengan kepala
Informan mnegatakan bahwa yang terlibat
dalam proses penghapusan dan
pemusnahan adalah pihak apoteker isertai
2 orang saksi. Adapula yang mengatakan
bahwa kepala logostik, kepala instalasi
farmasi dan panitia penghapusan. Selain
itu adajuga yang mengatakan bahwa jika
221
TM
gudang
mm apa bagian farmasi, manajemen
dengan ini, daerah. Kalau misalkan dia
narkotika kita butuh saksi dari balai
POM dan dinas kesehatan
sediaan tersebut adalah narkotika
dbutuhkan saksi dari balai POM dan dinas
kesehatan
3 Apakah penghapusan
sudah sesuai dengan
prosedur yang ada?
R
B
FA
TM
kayaknya belum. Tapi itumi prosedurnya
harus ada penanggungjawab 1 dengan 2
saksi iyaa setauku itu . dibuatkan berita
acara terus dilaporkan juga
sudah sesuai mi dengan prosedur
iya sudah sesuai
iya sudah sesuai sudah standar itu
Informan mengatakan bahwa penghapusan
yang dilakukan sudah sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan.
4 Apakah ada kendala
yang terdapat dalam
proses penghapusan?
Jika ada, bagaimana
solusinya?
R
B
FA
TM
hmm saya belum dapat itu kendalanya.
Tdak adaji mngkin
Tidak adaji
kalau kendalanya itukan harus
menunggu
hmm kendalanya sekarang itu dek karna
kan kita tidak punya insalator, bukan
nda punya izinnya itu belum keluar jadi
Infroman mengatakan bahwa tidak ada
kendala dalam proses penghapusan.
Adapula yang mengatakan bahwa
kendalanyq adalah adalah pihak RSUD
Syekh Yusuf Gowa belum memiliki izin
penggunaan insulator sehingga proses
penghapusan dan pemusnahan dilakukan
diluar RSUD Syekh Yusuf Gowa dan
melibatkan pihak dari luar.
222
penghapusannya itu kita nda boleh
lakukan sendiri harus lewat pihak ke 3
8. Pengendalian Persediaan
NO INFORMASI INFORMAN JAWABAN INFORMAN REDUKSI
1 Apakah dilakukan
pengendalian dan
bagaimana proses
pengendalian
persediaan yang
dilakukan oleh
Gudang
FarmasiRSUD
SyekhYusuf Gowa?
R
B
FA
itu hrus diperhatikan klo kosong harus
segera dilaporkan
oiyaa jadi kitakan ada laporan berkala
terus sekarang juga karna sistem
canggih yaa kita bisa lewat sosmed yaa
jadi kita kasih tau misalnya di depo apaa
ada persediaan apa jadi yang berlebih
biasa kita ini kita oper ke ini atau kalau
misalnya persediaannya banyak kita bisa
sampaikan ke dokter misalnya obat yang
banyak itu A
oh yaa itu kita harus melihat situasi
kalau misalnya barangnya banyak,
tenaga tidak ampra. Intinya tergantung
pemakaian
Informan mengatakan bahwa proses
pengendaian persediaan dengan cara
memperhatikan stok obat yang kososng.
Adapula yang mengatakan bahwa
223
TM iyaaa. Pengendalian persediaan itu
dengan anu dek mm dengan apa stok,
stok barang. Barang yang keluar harus
distok. Laporan tiap bulan mereka harus
buat laporan pemakaian, mutasi, berapa
yang dipake berapa yang ini.
2 Siapa saja yang
terlibat langsung dan
bertanggung jawab
dalam proses
pengendalian
persediaan obat?
R
B
F
TM
pelayanan dengan kita. Kan bagian
pelayanan yg melapor kalauo ada obat
yang kosong dia laporakan ke kita. Kan
itu alurnya dari pelayanan ke gudang,
gudang nnti yang sampai ke bagian atas.
masing-masing kepala unit dengan
bagian logistic
yaa bu risma sama bu rifkah. Tapi
sebenarnya semuanya juga iya. Kepala
instalasi, kepala gudang.
yaa penanggungjawabnya masing-
masing. Setiap unit-depo itu kan ada
penanggungjawab
3 Metode apa yang
digunakan dalam
proses pengendalian
persediaan obat?
R
B
Hmm tidak adaji
Gak ada metode yang dipake buat
pengendalian persediannya cuman
224
F
TM
melihat dari lapran aja
kalo itunya nda adaji
metode khusus tidak adaji kayaknya dek,
ituji saja yang pelaporan
4 Apakah ada kendala
dalam proses
pengendalian
persediaan obat? Jika
ada, bagaimana
solusinya?
R
B
FA
TM
ituji kadang cepat kadang lambat
melapor. Jadi kalau seperti itu biasaki
terjadi kekosongan obat toh
…yaa solusinya harus cepat melapor
harus lebih diperhatikan lagilah
ada misalnya kalau mereka lalai
membiarkan obat tertinggal di situ yaa
bisa sampai expired
solusinya yaa ituu biasanya kitaa sih ada
evaluasi ke ruangan-ruangan apa obat
yang berlebih apa obat yang slow
moving istilahnya yaa kalau slow
moving itu kita tarik
kalau kendalanya tidak adaji selama ini
kendalanya cuman itu saja tadi dek ee
apa itu kalau pasien banyak mereka
harus melayani mereka juga harus men-
stok jadi kadang-kadang itu jadi
225
kendalanya
9. Pencatatan dan Pelaporan
NO INFORMASI INFORMAN JAWABAN INFORMAN REDUKSI
1 Apakah sering
dilakukan pencatatan
obat keluar dan obat
masuk?
R
B
F
TM
iyaa kita kan bikin laporan jadi harus
itu, apalagi pengeluarannya harus
sesuai dengan pelayanan
karena di sini kita buat laporan kan jadi
pencatatan obat itu harus terus kita juga
harus tertib gitu dalam pencatatannya
iya pastimi itu dilakukan karena ada
nanti pertanggung jawabannya
iya sering kita lakukan itu pencatatan
obat masuk sama obat yang keluar
2 Siapakah yang
melakukan
pencatatan stok obat?
R
B
stok obatnya itu staf saya bu Rifkah saya
sebagai pembuat laporannya
ada stafnya ada staf administrasi
masing-masing. BHP ada, obat ada
226
FA
TM
ibu Rifkaah nanti dia berkoordinasi
dengan bu Risma, karna bu Risma yang
buat laporannya toh..
eee tenaga teknis kefarmasiannya.
TTKnya toh. Kalau digudang itu ada staf
administrasinya untuk itu
3 Apakah ada kendala-
kendala dalam
pencatatan stok obat?
R
B
FA
TM
iyaa adaa misalkan dalam proses
pencatatannya ada obat yg terlupa
dicatat. Atau inikan sesuai dengan
harga, kadang juga faktor manusianya
yg kurang teliti
kendala-kendala harusnya tidak ada tapi
kekeliruan pada saat pencatatan itu
mungkin ada
yaa ituji biasa kan namanya juga
manusia toh biasa ada juga yang
kelupaan dicatat
paling kalau itu tadi yang pasien banyak
mereka harus mencatat harus melayani
biasanya mereka prioritaskan melayani
pasien dlu toh.
4 Apakah dilakukan R semuanya itu dilakukan pencatatan
227
pencatatan stok obat
yang habis dan
kadaluarsa?
B
FA
TM
karna ada pertanggungjawabannya
masing-masing
iya pasti itu. Di buku catatan juga itu
kalau ada obat masuk kita tulis expired
datenya kapan
pastimi kita lakukan kalau itu
Iye dilakukan itu pencatatan obat masuk
sama obat keluar supaya sediaannya
bisa dikontrol
5 Apakah di Gudang
Farmasi dilakukan
pencatatan
keuangan?
R
B
FA
hmm kayaknya itu bagian atas mengenai
pembiyaan
kita ndaa hmm gini kalau kita buat
laporan itu sudah plus dengan laporan
keuangannya jadi maksudnya gini kan
kita tidak menjual tapi obat yang keluar
itu kita rupiahkan jadi ada harga obat
masuknya berarti kita kasih keluar
obatnya berarti kita rupiahkan
kalau kita di sini tidak pegang masalah
uang, itu urusannya bagian manajemen
di atas.
228
TM
semuaa tempat mau di gudang mau di
depo semua menghitung nilainya toh
6 Apakah di Gudang
Farmasi mengatur
sendiri keuangan dan
dilanjutkan untuk
pembelian obat yang
dibutuhkan?
R
B
F
TM
kalau itu urusannya bu tuti itu kalau di
sini tidak tau menau tentang itu
kalau masalah yang ngatur itu yaa
bagian atas kan kepala farmasi juga
yang lakukan pembelian itu kan
iyaa tidak karna itukan bagian di atas
yang atur, bagian manajemen. Kita di
sini cuman merencanakan. Nanti yang
lakukan pembeliannya itu yaaa bagian
atas
oh tidak keuangan kita itu di sini diatur
dengan bagian mm bagian PPK itu yang
mengendalikan keuangan, PPK namanya
itu Pejabat Pembuat Komitmen.
229
C. OUTPUT
1. Keamanan dan Ketersediaan Obat
NO INFORMASI INFORMAN JAWABAN INFORMAN REDUKSI
1 Bagaimana
ketersediaan dan
keamanan obat yang
disimpan di Gudang
Farmasi RSUD
Syekh Yusuf?
R
B
F
TM
Masih kurang. Karna tidak terkontrolpi
dengan baik. Kalau tentang
keamanannya kalau mau dibilang bagus
sekali yaa tidakpi Cuma sedikit bagusmi
lah. cukupmi
kalau ketersediaan kan tergantung hmm
itu tadi ada banyak yaa kayak itu tadi
sistem pengadaan kalau misalnya sistem
pengadaan nya tersendat obatnya akan
tersendat semua karna kita
perencanaannya sudah bagus. Kalau
keamanan yaa Alhamdulillah sih aman-
aman saja karna setiap saat terstok jadi
kalau ada kurang satu kita sudah tau ini
kurang
selama ini aman-aman saja ji.. untuk
obat narkotika juga kana da tempat
khususnya. Ketersediaannya juga yaa
lumayan bagusmi
amanji iye. Doubleji juga kuncinya.
230
Ketersediaannya juga yaa lumayan mi
lah
2 Apakah yang
diharapkan dari
proses pengelolaan
obat di Gudang
Farmasi ini?
R
B
F
TM
Hmm ruangannya lebih diperluas lagi,
mau ditambah fasilitasnya lagi, kayak
palletnya. Harusnya semua obat itu
menyatu. Semua-muanya bagus lah
yaa harapan saya sih sebenarnya lancar
aja sih tidak ada masalah maksudnya
persediaan selalu ada kayak begitu
harapannya saya mungkin bisa
diperlebar ruangannya supaya lebih
bagus lebih luas lagi… karna BHPnya
kan belum 1 tempat, masih ada lagi
gudang di belakang
harapanyaa tidak terjadi kekosongan
obat, kan itu harapannya. Semua obat
yang dibutuhkan ada juga tidak terjadi
over atau penumpukan iyee tidak terjadi
juga kadaluarsa. Seminimal mungkin.
Ituji harapan
3 Bagaimana output
yang dihasilkan
selama ini? Apakah
R
Iye cukupmilah kalau dibilang sesuai
sekalipi tidak tompi juga toh. Setidaknya
sudah cukup memenuhimi kebutuhan
231
sesuai yang
diharapkan?
B
FA
TM
user
pengelolaan sediaan yang dilakukan
selama ini sudah cukup baik menurut
saya yaa. Tapi terkadang masih ada
sedikit-sedikit kendala tapi yaa cukup
baikmi persediaannya
Menurut saya anu ee bagusmi, iyee
bagusmi sesuai mi juga tapi ituji tadi
masalah luas gudangnya kayaknya
masih mau penambahan
Output yaa hmm sudah cukupmi tapi
kalau dibilang sudah sesuai harapan
kayaknya belumya. Kan harapannya itu
tadi toh tidak terjadi kekosongan obat,
obat-obat yang dibutuhkan juga ada.
Yaa itu mngkin
232
LAMPIRAN 4
233
234
235
LAMPIRAN 5
236
237
LAMPIRAN 6
238
239
LAMPIRAN 7
240
LAMPIRAN 8
Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Gambar 2. Wawancara dengan informan R Gambar 3. Wawancara
dengan informan B
241
Gambar 4. Wawancara dengan informan FA Gambar 5. Wawancara dengan informan TM
Gambar 6. Rak Obat Gambar 7. Gudang Narkotika Gambar 8. Lemari Pendingin
Gambar 9. Kondisi Gudang Penyimpanan
242
Gambar 10. Kartu Stok Obat Gambar 11. Berita Acara Gambar 12. TrolISerah Terima Barang
Gambar 13. Buku Catatan Obat Masuk
Gambar 14. Jalur utama Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa
243
Gambar 15. Penumpukan sediaan di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa
Gambar 16. Penyimpanan Obat secara Alfabetis
244
Gambar 17. Kondisi Gudang Penyimpanan
245
LAMPIRAN 9
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nurul Iwanah Husain merupakan anak keempat dari lima
bersaudara dari pasangan Alm. Drs. Husain Sulaiman,
M.Ag dan Sumiati. Penulis lahir di Ujung Pandang pada
tanggal 30 Juli 1995. Penulis memulai pendidikan di
Taman Kanak-Kanak Raudatul Athfal IAIN Alauddin
Makassar pada tahun 2000. Selanjutnya penulis
melanjutkan sekolah di SD Inpres Pa’bangiang pada tahun 2001 hingga 2007.
Penulis lalu melanjutkan sekolah di MTs Negeri Model Makassar dan lulus pada
tahun 2010. Setelah itu penulis masuk di MAN Model Makassar dan lulus pada
tahun 2013, penulis melanjutkan sekolah di Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar dengan mengambil jurusan Kesehatan Masyarakat. Setelah memasuki
semester V, penulis memilih Administrasi Rumah Sakit sebagai konsentrasi pada
jurusan penulis.