Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

84
GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA KO-ASS MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA SAAT PEMOTRETAN FOTO RONTGEN MAKALAH Anne Agustina Suwargiani, drg NIP 132316882 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2007

description

JUGJ

Transcript of Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

Page 1: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA KO-ASS MENGENAI

PROTEKSI RADIASI PADA SAAT PEMOTRETAN FOTO RONTGEN

MAKALAH

Anne Agustina Suwargiani, drg

NIP 132316882

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2007

Page 2: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

DAFTAR ISI

ABSTRAK

Abstract

PRAKATA

DAFTAR ISI

DAFTAR GRAFIK

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

1.2 Identifikasi Masalah

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.4 Kegunaan Penelitian

1.5 Kerangka Pemikiran

1.6 Metode Penelitian

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

3.2 Teknik Pengambilan Sampel

3.2.1 Populasi dan Sampel yang digunakan

3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.2 Pembahasan

Page 3: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Page 4: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pada saat ini radiografi kedokteran gigi merupakan perangkat yang sering

digunakan dalam perawatan kedokteran gigi. Radiografi kedokteran gigi

memungkinkan untuk dapat melakukan diagnosis kondisi fisik pada kasus yang

sangat sulit dibedakan dan dari hasil radiografi dapat berguna dan bermanfaat

pasien. Bagaimanapun juga, prosedur penggunaan radiologi di bidang kedokteran

gigi harus dikelola dengan hati-hati, karena radiasi sinar X berpotensi

mengganggu kesehatan sel dan jaringan. Pengelolaan yang hati- hati dalam

penggunaaan sinar X ini dilakukan dengan cara proteksi radiasi terhadap pasien,

operator, dokter gigi dan masyarakat di lingkungan sekitar (Arpansa,2005).

Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran

pengetahuan mahasiswa Ko-Ass yang melakukan pemotretan di bagian radiologi

tentang proteksi radiasi pada saat pemotretan foto rontgen.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, dapat diidentifikasikan masalah

mengenai bagaimana gambaran pengetahuan mahasiswa Ko-Ass yang melakukan

pemotretan di bagian radiologi tentang proteksi radiasi pada saat pemotretan foto

rontgen

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini yaitu mengetahui gambaran dan tujuan penelitian ini

yaitu untuk mengetahui gambaran mengenai pengetahuan mahasiswa Ko-Ass

yang melakukan pemotretan di bagian radiologi tentang proteksi radiasi pada saat

pemotretan foto rontgen

Page 5: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

1.4 Kegunaan Penelitian

Mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa Ko-Ass mengenai proteksi

radiasi pada saat pemotretan foto rontgen, yang selanjutnya dapat digunakan

sebagai bahan masukan dan pertimbangan dan sebagai dasar pengembangan

pelayanan pima serta sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya di bagian

radiologi.

1.5 Kerangka Pemikiran

Radiasi adalah sesuatu yang menakutkan, karena sifat dari radiasi sendiri

yang tidak terlihat, tidak berwarna, tidak dapat dirasakan, tetapi dapat merusak

sel-sel tubuh kita, bahkan dapat menginduksi terjadinya kanker (Depkes, 2006).

Resiko primer dari radiografi dental adalah terjadinya kanker. Resiko kanker

terjadi pada manusia akibat paparan dengan dosis radiasi rendah yang sulit

diperkirakan dengan berbagai alasan. Pertama, jumlah kasus radiasi penyebab

kecil, dan dosis terlalu tinggi untuk interpolasi menjadi dosis rendah dengan

berbagai tingkat kebutuhan. Kedua, kanker adalah penyakit prevalensi. Setiap

orang beresiko terpapar dalam kehidupannya. Koran dan majalah biasanya

menerbitkan artikel tentang tingkatan resiko ini. Pertimbangan resiko potensial

yang berhubungan dengan radiografi dental, mungkin baik untuk diingat bahwa

resiko seseorang tersedak sampai mati adalah 13/1000000 dan kematian akibat

kecelakaan kapal 4,6/1000000. Resiko dari keduanya lebih besar dibanding resiko

dari prosedur radiografi intraoral. Dilain pihak, harus dipertimbangkan bahwa

resiko dari prosedur radiografik yang sama lebih besar dari resiko kematian akibat

serangan teroris (0,1/1000000), tertimpa reruntuhan pesawat yang jatuh

(0,1/1000000), atau terbunuh oleh hiu (0,003/1000000). Meski resiko pada

radiografi dental relatif kecil dibanding resiko lain yang mungkin terjadi dalam

kehidupan, tidak ada dasar statistik untuk mengganggap tidak ada resiko sama

sekali. Selain fakta bahwa radiasi diagnostik muncul sebagai karsinogen lemah,

resiko meningkat karena jumlah orang yang terpapar terlalu besar. Praktisi harus

menyimpulkan bahwa tanggung jawab mereka untuk menjaga pasien dari dosis

radiasi yang tidak perlu (white & pharoah, 2000).

Page 6: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

Persyaratan keselamatan yang dibutuhkan dalam radiografi gigi sama

dengan radiografi umum (BATAN,2002), persyaratan keselamatan dalam bidang

radiologi yaitu memaksimalkan fungsi proteksi radiasi yang juga dikenal dengan

istilah Health Physics. Health Physics (prinsip proteksi radiasi) adalah untuk

mencegah timbulnya efek deterministik dan efek stokastik dengan meminimalkan

paparan terhadap petugas dan pasien selama pemeriksaan radiografik (White &

Goaz, 1994).

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian deskriptif dengan

pengambilan sampel secara purposive sampling dengan sampel sebanyak 40

orang.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di bagian radiologi RSGM FKG UNPAD

dan waktu penelitian bulan desember 2006.

Page 7: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Praktisi radiologi yang mengatur radiasi pengionisasi haruslah mengenal

baik besarnya paparan radiasi yang dijumpai di bidang kedokteran dan kedokteran

gigi, resiko yang mungkin mendatangkan paparan dan metode-metode yang

digunakan untuk mempengaruhi paparan dan memperkecil dosis. Informasi ini

cukup dapat dijadikan acuan untuk menjelaskan kepada pasien mengenai

keuntungan-keuntungan dan bahaya–bahaya yang mungkin didapat akibat

penggunaan sinar x (White & Pharoah, 2000).

Radiasi yang digunakan untuk tujuan apapun dan sekecil apapun pasti

mengandung potensi bahaya bagi manusia, tetapi selama kita dapat

menmperhatikan ketentuan keselamatan radiasi, maka kita dapat memanfaatkan

radiasi untuk tujuan apapun dengan aman.

Keselamatan radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan

kondisi agar dosis radiasi pengion yang mengenai manusia dan lingkungan hidup

tidak melampaui nilai batas yang ditentukan. Akibat buruk dari radiasi pengion

dikenal sebagai efek somatik apabila diderita oleh orang yang terkena radiasi, dan

disebut efek genetik apabila dialami oleh keturunannya. (Depkes, 2006)

Dalam keselamatan radiasi dikenal istilah Health Physics (prinsip proteksi

radiasi) yaitu prinsip untuk mencegah timbulnya efek deterministik dan efek

stokastik dengan meminimalkan paparan terhadap petugas dan pasien selama

pemeriksaan radiografik.

Efek deterministik didefinisikan sebagai efek somatik yang meningkat

dalam keparahan penyakit akibat dosis radiasi yang melebihi ambang batas. Efek

ini berasal dari dosis radiasi yang cukup besar melebihi kebutuhan dalam

radiologi diagnostik, dapat timbul segera setelah paparan atau beberapa bulan atau

tahun setelah paparan. Contoh efek deterministik adalah katarak, eritema kulit,

fibrosis dan pertumbuhan dan perkembangan abnormal yang mengikuti paparan

pada uterus.

Efek stokastik didefinisikan sebagai sesuatu yang menyebabkan terjadinya

keparahan tanpa dipengaruhi oleh ambang. Efek stokastik menunjukan respon all

Page 8: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

or none, di modifikasi dengan faktor-faktor resiko individual. Efek ini dapat

timbul setelah paparan dengan dosis yang relative rendah seperti yang mungkin

terjadi dalam radiologi diagnostik. Kanker dan efek genetik merupakan efek

stokastik (White & Pharoah 2000).

PENGARUH RADIASI TERHADAP SISTIM BIOLOGI

DOSIS LIMIT

Pengenalan dari bahaya efek radiasi dan resiko yang mungkin terjadi

menyebabkan National Council on International Commission on Radiological

Protection (ICRP) untuk menetapkan tuntunan mengenai pembatasan jumlah

radiasi yang diterima oleh petugas dan masyarakat. Sejak ditetapkan tahun 1930,

dosis limit ini telah diperbaiki beberapa kali. Perbaikan ini hasil dari

meningkatnya pengetahuan yang diperoleh selama bertahun-tahun mengenai efek

membahayakan radiasi dan kemampuan untuk menggunakan radiasi secara

efisien. Dosis limit paparan karena pekerjaan ditetapkan untuk meyakinkan

kemungkinan terjadinya efek stokastik rendah dan menguntungkan secara

ekonomik.

Pelaksanaan dosis limit ini harus dipastikan bahwa pelaksanaan dosis limit

pada pekerja radiasi yang dapat menyebabkan kanker tidak lebih besar dari

pekerja non radiasi. Dosis limit pada masyarakat ditetapkan 10 % dari pekerja

radiasi. Dosis limit yang rendah ini diatur karena merupakan resiko yang tidak

perlu, variasi dalam resiko kematian dan tingkat paparan akibat radiasi alam serta

kisaran yang lebih luas dari orang yang sensitive terhadap radiasi ditemukan pada

masyarakat umum. Dosis individu yang dapat diabaikan, ditetapkan oleh NCRP

dipertimbangkan sebagai dosis paparan radiasi yang tidak membahayakan.

Berlawanan dengan persetujuan council mengenai hipotesis non ambang dengan

tujuan pengamanan radiasi, dipercaya bahwa pengaruh dari paparan radiasi yang

besar dapat diabaikan.

Prinsip dari proteksi radiasi harus dikenali oleh setiap orang. Hal ini

berdasarkan pada prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) yang

menyebutkan bahwa sekecil apapun dosis radiasi efek stokastik tetap dapat

Page 9: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

timbul. Data terbaru yang tersedia menyebutkan bahwa pekerja industri sesuai

dengan prinsip ini, selama dosis rata-rata individu sebesar 1,56 mSv, 3 % dari

dosis. Dosis limit ditetapkan oleh NCRP dan ICRP organisasi swasta non profit

yang tidak memiliki kekuatan hukum, maka setiap pengguna radiasi ionisasi harus

berkonsultai dengan biro pengontrol radiasi di negaranya untuk memperoleh

informasi penggunaan dan hukum terbaru Dosis limit paparan ini hanya berlaku

pada sumber radiasi buatan dan tidak berlaku pada radiasi alam atau paparan sinar

X yang diterima pasien pada prosedur radiografis saat tindakan medis dan dental

(White & Pharoah, 2000).

Nilai batas dosis yang ditetapkan oleh BAPETEN, berdasarkan Surat

Keputusan Kepala Bapeten No. 01/Ka-BAPETEN/V-99 yaitu mengenai

penerimaan dosis yang tidak boleh dilampaui oleh seorang pekerja radiasi dan

anggota masyarakat selama jangka waktu 1 tahun, tidak bergantung pada laju

dosis tetapi tidak termasuk penerimaan dosis dari penyinaran medis dan

penyinaran alam. Nilai batas dosis bukan batas tertinggi yang apabila dilampaui

seseorang akan mengalami akibat merugikan yang nyata. Meskipun demikian

setiap penyinaran yang tidak perlu harus dihindari dan penerimaan dosis harus

diusahakan serendah-rendahnya. Nilai batas dosis tersebut ditetapkan sebagai

berikut :

1). Nilai batas dosis bagi pekerja radiasi untuk seluruh tubuh 50 mSv per tahun

2). Nilai batas dosis untuk anggota masyarakat umum untuk seluruh tubuh 5 mSv

per tahun. Dalam penyinaran lokal pada bagian-bagian khusus dari tubuh, dosis

rata-rata dalam tiap organ atau jaringan yang terkena harus tidak lebih dari 50

mSv (Depkes, 2006).

PAPARAN PASIEN DAN DOSIS

Dosis pasien dari radiografi dental biasanya sebesar yang diterima organ

target, ukuran yang paling umum adalah paparan pada kulit atau permukaan.

Paparan permukaan yang diperoleh secara langsung merupakan cara paling mudah

untuk mencatat paparan pasien terhadap sinar X. Rincian jumlah yang kecil tetap

dipakai untuk menghitung dosis yang diterima oleh organ yang berada atau dekat

dengan titik pengukuran. Target organ lain umumnya termasuk sumsum tulang,

Page 10: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

kelenjar tiroid dan gonad. Dosis aktif sumsum tulang merpakan ukuran yang

penting karena merupakan target organ yang dipercaya bertanggung jawab atas

leukemia akibat radiasi. Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada paparan

berlebihan di tiroid adalah bahwa kelenjar ini mempunyai rata-rata kecenderungan

kanker yang tinggi. Dosis gonad penting karena respek genetik terhadap paparan.

DOSIS AKTIF SUMSUNG TULANG

Dosis aktif sumsung tulang berasal dari dosis jaringan spesifik yang sesuai

dengan efek stokastik sebagian, leukemia. Dosis akut sumsum tulang adalah dosis

radiasi rata-rata yang terdapat pada seluruh sumsum tulang aktif. Dosis sumsum

tulang aktif yang berasal dari survey intraoral seluruh mulut dengan sudut bundar

sekitar 0,142 mSv. Sekali terekspos dengan sudut rectangular hanya sekitar 0,06

mSv. Radiografik panoramik memberikan dosis sumsum tulang aktif sekitar 0,01

mSv/ film. Sebagai perbandingan dosis tulang aktif dalam 1 film thorax adalah

0,03 mSv.

DOSIS TIROID

Besarnya kelenjar tiroid merupakan faktor penting dalam menentukan

besarnya dosis yang diterima. Sebagai contoh pemeriksaan radiografi dari spina

servikal dapat menerima 4 paparan terpisah dari dosis total, yaitu sekitar 5,5 mGy.

Selama pemeriksaan, kelenjar tiroid berada di pusat radiasi. Disisi lain radiografi

thorax hanya memberi dosis tiroid sebesar 0,01 mGy, umumnya dari radiasi sinar

hambur. Beberapa studi melaporkan bahwa dosis tiroid dari radiografik oral relatif

rendah. Pemeriksaan mulut komplit dengan film A21 memberikan dosis tiroid

0,94 mGy, nilai ini 1/6 dari pemeriksaan radiografi sinar servikal. Dosis tiroid

dalam radiografi panoramik sekitar 74 µGy, 1% dari pemeriksaan spina servikal.

DOSIS GONAD

Radiografi pada abdomen memberikan dosis paling tinggi pada gonad;

radiografi pada kepala, leher dan ekstremitas menghasilkan dosis paling rendah.

Sebagai contoh radiografi pada ginjal, ureter dan empedu ( retrograde pyelogram )

dilaporkan memberikan dosis gonad 1,07 mGy pada wanita dan 0,08 mGy pada

Page 11: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

pria, ketika dosis radiografi tengkorak kurang dari 0,005 mGy pada keduanya.

Sebagai kategori umum, pemeriksaan sinar X dental hanya memberikan dosis

secara umum 1,0 µGy. Kontribusi ini hanya 0,003 % dari rata-rata paparan pada

umumnya.

DOSIS EFEKTIF

Penting untuk dibuat perbandingan langsung dari hal yang telah dibahas

sebelumnya untuk memperkirakan resiko yang mungkin terjadi, bagaimanapun

pernyataan yang menyebutkan satu radiografi periapikal dental memberikan lebih

dari 10x radiasi sinar thorax ( di bagian paparan permukaan, 217 dengan 16 mR )

tidak sepenuhnya benar karena perbedaan dalam area paparan dan organ kritis.

Perbedaan ini dapat digantikan dengan kalkulasi dari E, dimana paparan terhadap

seluruh tubuh membawa kemungkinan efek radiasi yang sama dengan paparan

sebagian tubuh dengan metode penghitungan ini survey mulut lengkap dari 20

film dengan dosis yang optimal ( misal film kecepatan E, sudut rectangular )

ditemukan memberikan jumlah radiasi ½ dari satu film thorax dan kurang dari 1%

jumlah studi Barium di intestinal

Metode Pengurangan Paparan dan Dosis Waspada terhadap resiko potensial berhubungan dengan penggunaan

radiasi ionisasi dan resikonya terhadap kesehatan adalah langkah pertama dalam

pengurangan paparan dan dosis dalam diagnostik radiografi. Langkah yang kedua

yaitu menggunakan teknik, material dan peralatan yang mengoptimalkan proses

radiasi. Optimalisasi proses radiologi merupakan cara terbaik untuk

memaksimalkan keuntungan pasien dengan meminimalkan paparan pada pasien

dan operator.

Pada bagian ini, metode pengurangan paparan dan dosis dijelaskan seperti

yang biasa digunakan untuk radiografi oral. Setiap bagiannya dimulai dengan

rekomendasi American Dental Association (ADA) Council on Dental Materials,

Instruments, and Equipments berdasarkan pada penggunaan optimal proses

radiologi. Hal ini diikuti dengan diskusi sehingga rekomendasi ini lebih

Page 12: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

memuaskan. Termasuk juga rekomendasi NCRP dan peraturan federal mengenai

penggunaan radiasi ionisasi.

Sebagai tambahan peraturan federal, negara memiliki hukum tersendiri

mengenai radiasi ionisasi. Meskipun kebanyakan sama dengan rekomendasi ADA

dan NCRP, seluruh praktisi harus berkonsultasi dengan lembaga pengontrol

radiasi dinegaranya untuk mendapat informasi terbaru.

Seleksi Pasien

Telah dilaporkan bahwa 3 dari 4 kasus ortodontis lebih percaya diri setelah

ada bukti radiografi. Pada beberapa instansi, kurang dari 1 % seluruh radiografi

tidak berpengaruh pada perawatan pasien. Laporan ini menyebabkan keraguan

atas penilaian profesional sebagai kriteria dasar bagi seleksi pasien. Diadakan dua

konferensi nasional untuk menyimpulkan implementasi dan pengembangan

kriteria seleksi radiografi yang lebih spesifik untuk membantu penilaian

profesional praktisi. Kriteria ini menyajikan keterangan yang jelas bagi seleksi

pasien, yang dapat mengurangi jumlah pemeriksaan radiografi yang tidak

produktif dan paparan pasien dari sinar x.

Kriteria seleksi radiografi yang juga dikenal sebagai highyield atau

referral criteria, adalah riwayat klinis dan historis yang menyediakan informasi

pengaruh pemeriksaan radiografi terhadap perawatan atau prognosis. The Dental

Patient Selection Criteria Panel ditetapkan oleh the Center for Devices and

Radiological Health of the Food and Drug Administration, bertanggung jawab

merumuskan kriteria seleksi bagi radiografi oral. Petunjuk ini menemukan 43%

radiograf digunakan untuk mendeteksi karies, 3,3% untuk mendeteksi lesi. Ketika

petunjuk ini digunakan, jumlah intraosseous yang hilang dan kondisi gigi tidak

diperhitungkan, memberikan variasi diantara klinisi dalam perawatan dan

diagnosis. Kebalikan dari temuan ini, survei melaporkan bahwa hanya 37% dokter

gigi yang memilih untuk selektif sesuai kebutuhan pasien.

Langkah –langkah Pemeriksaan

Ketika telah diputuskan pemeriksaan radiografi diperlukan, cara pemeriksaan

yang dilakukan mempengaruhi paparan pasien terhadap radiasi sinar x. Langkah

Page 13: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

pemeriksaan dapat dibagi menjadi pemilihan peralatan, teknik, operasi peralatan

dan proses serta interpretasi gambar radiografi.

Pemilihan Alat

Pemilihan alat termasuk seleksi penerima gambar, jarak titik fokus ke film, sudut,

filtrasi dan tipe apron dan kerah timbal.

Seleksi Reseptor Reseptor gambar intraoral. Pada 1920, film sinar x gigi biasa diperkenalkan oleh

Eastman Kodak Company. Gambar yang dihasilkan oleh film ini sangat bagus

untuk saat itu, tapi kecepatannya sangat rendah dimana radiografi untuk daerah

molar atas dewasa membutuhkan 9 detik paparan. Sejak saat itu, film yang lebih

cepat telah dikembangkan. Baru-baru ini, film sinar x dental intraoral tersedia

dalam 2 kelompok kecepatan D dan E. Secara klinis, kelompok E hampir 2x lebih

cepat dari film kelompok D dan sekitar 50x lebih cepat film biasa. Ini berarti

paparan 9 detik pada 1920 telah dikurangi menjadi sekitar 0,2 detik dengan

penggunaan film kecepatan E.

Film yang cepat diperlukan untuk mengurangi paparan. Kemungkinan

penurunan kualitas gambar yang berhubungan dengan peningkatan kecepatan,

peningkatan ukuran atau bentuk kristal halida perak dalam emulsi film juga harus

dipertimbangkan. Apabila waktu paparan yang lebih singkat meyebabkan kualitas

gambar menurun, tidak menguntungkan menggunakan film cepat. Tak lama

setelah film kecepatan E pada 1981 dilakukan studi untuk membandingkan film E

dan D dalam hal kualitas diagnostik gambar. Film E memiliki skala densitas yang

sama, kontras yang sedikit lebih baik dan kualitas gambar yang sama dengan film

D bila penanganan dan proses film diperhatikan dengan baik. Studi ini dan studi

lainnya membuktikan bahwa film E dapat digunakan untuk pemeriksaan

radiografik intraoral rutin tanpa mengorbankan informasi diagnostik.

Pada 1944 Eastman Kodak Company memperkenalkan film E yang telah

disempurnakan (Ektaspeed plus), emulsi yang berdasarkan pada teknologi tabular

grain yang mirip dengan film T-Mat. Ektaspeed plus lebih cepat dan lebih sensitif

pada kondisi saat proses, terlihat kurang berbutir dan memiliki kontras tinggi dan

paparan mirip dengan film D.Film E dengan kecepatan lain (M2Comfort, Agva-

Page 14: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

Gevaert, N.Y.) mirip dengan Ektaspeed Plus dalam mendeteksi karies. Meski

telah dilaporkan keuntungan menggunakan film E, 73%-89% dokter gigi tetap

menggunakan film D.

Pengurangan dosis pasien hingga 60% dibandingkan film E dan 77% film

D didapat bila menggunakan radiografi intraoral digital direct. Pengurangan yang

signifikan dosis pasien harus berbanding terbalik dengan penurunan resolusi

gambar yang berhubungan dengan penggambaran digital. Film radiografi

memiliki kemampuan menghasilkan setidaknya 20 pasang garis per milimeter,

dimana gambar digital hanya 11.

Layar penguat. Aslinya layar penguat digunakan pada radiografi extraoral

yang dibuat dari kristal kalsium tungstate yang mengeluarkan sinar biru ketika

berinteraksi dengan sinar x. Layar kalsium tungstate menggunakan elemen alam

gadolinium dan lanthanum. Fosfor alam yang langka ini mengeluarkan sinar hijau

saat berinteraksi dengan sinar x. Ketika dikombinasikan dengan film sensitif

hijau, layar ini menjadi 8x lebih sensitif terhadap sinar x dibandingkan layar

penguat konvensional yang menggunakan film sensitif biru, tanpa menurunkan

kualitas gambar. Sensitivitas yang lebih tinggi atau kecepatan kombinasi film

menghasilkan pengurangan paparan pasien. Dibandingkan dengan layar kalsium

tungstate, layar alam menurunkan paparan pasien pada 55% panoramik dan

cephalometrik.

Pengurangan paparan selama radiografi extraoral didapat dengan

penggunaan film T-grain. Dikeluarkan sebagai T-Mat oleh Eastman Kodak

Company pada 1983, film ini mengandung butiran perak halida yang berbentuk

tabung dan lebih datar. Dengan permukaan yang datar dapat meningkatkan

kemampuan memperoleh sinar dari layar penguat. Film T-grain dengan layar alam

2x lebih cepat dibanding kombinasi film dengan layar tungstate dan 1 1/3x lebih

cepat dari kombinasi film layar alam tanpa kehilangan kualitas gambar.

Film extraoral terbukti tidak hanya menurunkan dosis paparan tapi juga

ramah lingkungan. Pada 1990, Kodak memperkenalkan T-Mat/RA (Rapid

Access), emulsi yang dapat diproses secara kimia. Penemuan ini mengurangi

waktu proses hingga 45 detik juga menghasilkan proses kimia ramah lingkungan

yang lebih aman dengan memindahkan glutaraldehid.

Page 15: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

Film extraoral yang dipapar oleh layar penguat menghasilkan resolusi

gambar setengah dari paparan film intraoral langsung. Satu alasan degradasi pada

sistem extraoral adalah hilangnya ketajaman gambar dan resolusi akibat sinar

yang dikeluarkan oleh satu layar yang melewati film yang memapar sisi

berlawanan dari emulsi film.

Sistem film layar Ultra-Vision (Du Pont) dirancang untuk meminimalkan

efek penggunaan fosfor yang mengeluarkan sinar ultraviolet, yang kurang mampu

melewati film untuk memapar sisi berlawanan. Gambar yang dihasilkan sistem ini

memiliki resolusi lebih tinggi. Sistem ini dapat digunakan untuk pengurangan 505

paparan. Kodak juga mengeluarkan Ektavision yang dirancang untuk mencegah

crossover, tetapi dilaporkan meningkatkan paparan.

Mirip dengan intraoral, panoramik digital dilaporkan menghasilkan

pengurangan dosis hingga 79%. Resolusi gambar dengan sistem ini tampaknya

mendekati film T-Mat.

Jarak Titik Fokus ke Film

Dua standar jarak titik fokus ke film (FSFDs), satu 20 cm (8 inches) dan

41 cm (16 inches). Ketika tabung sinar x dioperasikan diatas 50 kVp, satu dari

jarak ini memenuhi peraturan federal yaitu jarak sumber sinar x ke kulit harus

lebih 18 cm (7 inches) ( diasumsikan 2,5 cm [1 inch] jarak dari permukaan kulit

ke film).

Tidak berbeda dengan hukum federal, keputusan untuk penggunaan

didasarkan pada FSFD menghasilkan paparan pasien yang rendah dan gambar

diagnostik terbaik. Satu studi pada paparan pasien dari pemeriksaan radiografik

intraoral membandingkan 20 cm FSFD dengan 40 cm FSFD pada dosis organ.

Hasilnya menunjukkan penurunan 38% dosis tiroid dengan jarak lebih jauh ketika

digunakan sinar sinar x 90 kVp dan penurunan 45% pada 70 kVp. Hasil ini

muncul pada penggunaan film cepat (D atau E) dan termasuk fakta bahwa

pemeriksaan intraotal dengan 40 cm FSFD terdiri dari 21 film dan 20 cm FSFD

hanya terdiri dari 18 film.

Page 16: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

Sebagai tambahan pada penurunan dosis tiroid yang diperoleh dengan

FSFD yang lebih panjang, penggunaan jarak yang lebih jauh diperkirakan

menghasilkan pengurangan 32% volume jaringan terpapar. Hal ini karena jarak

yang lebih besar, dan sudut sinar x yang kurang divergen (Gbr 3-3). Pengurangan

volume jaringan terpapar harus diikuti pengurangan E. Studi terbaru melaporkan

penurunan E akibat penggunaan 30-cm FSFD dibanding 20-cm FSFD pada

simulasi 19 film pemeriksaan mulut lengkap menggunakan film D. Penggunaan

FSFD yang lebih panjang juga memperlihatkan ukuran titik fokus dan karenanya

secara teoritis meningkatkan resolusi gambar radiografi. Gambaran klinis

pengaruh ukuran titik fokus pada resolusi gambar masih dipertanyakan.

Collimation Peraturan federal mengharuskan penggunaan sudut sinar diatur sehingga

daerah radiasi pada permukaan kulit pasien adalah “…memiliki diameter

lingkaran tidak lebih dari 7cm (2 ¾ inches)…” ketika tabung sinar dioperasikan

diatas 50 kVp. Pada film intraoral no.2 (3,2 x 4,1 cm), ukuran daerah hampir 3x

paparan pada film. Seharusnya, paparan pasien dapat dikurangi dengan membatasi

sudut sinar x lebih dari yang tertera dalam pernyataan diatas. Hasil ini tidak hanya

menurunkan paparan pasien tapi juga meningkatkan kualitas gambar. Jumlah

radiasi yang dihamburkan harus sebanding dengan area terpapar. Apabila radiasi

sinar hambur menurun, kabut pada film menurun dan kualitas gambar meningkat.

Juga, pengurangan sudut menghasilkan ketajaman gambar karena pengurangan

fenomena geometrik penumbra.

Pembatasan sudut dapat disempurnakan dengan satu atau kombinasi

beberapa metode. Pertama, rectangular position-indicating device (PID) dapat

terkait dengan tempat tabung radiografik (Gambar 3-40). Penggunaan rectangular

PID yang memiliki orifis 3,5x4,4 cm ( 1,38 x 1,34 inches) mengurangi area

permukaan kulit pasien yang terpapar 60% dibanding yang round (7 cm) PID

(Gambar 3-3, C). Menurut FSFD, penggunaan tabung rectangular dapat

menurunkan E sebesar 71%-80%, pengurangan yang signifikan. Tetapi

pengurangan sudut ini cukup sulit. Untuk menghindari kemungkinan

Page 17: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

ketidakpuasan radiografi (cone cutting), direkomendasikan penggunaan instrumen

pemegang film yang terletak di pusat tabung dekat film.

Kedua, pemegang film dengan collimator rectrangular digunakan bersama

round PIDs; alat-alat tesebut mengurangi paparan pasien sama dengan

rectrangular PIDs. Penelitian mengenai E yang diterima selama pemeriksaan

mulut lengkap yang dibuat dengan pemegang film menggunakan tabung

rectangular dan bundar, tabung rectangular mengurangi dosis pasien pada

pemeriksaan intraoral sekitar 60% (Tabel 3-4). Kedua instrumen presisi (Masel

Enterprises, Bristol, Penn.) dan instrumen XCP (Dentsply/Rinn, Elgin, Ill) dengan

Tabung rectangular terpasang pada ujung cincin (Gambar 3-7) dapat diharapkan

memberi hasil yang serupa.

Keuntungan tabung rectangular pada kualitas gambar dan paparan pasien

tidak terlihat pada praktek klinik. Hanya 5%-8% dokter gigi menggunakan tabung

rectangular.

Filtrasi Sinar sinar x yang dikeluarkan dari tabung radiografik tidak hanya terdiri

dari photons sinar x energi tinggi, tetapi juga banyak photons dengan energi relatif

rendah. Photons energi rendah, yang memiliki kekuatan penetrasi, akan diserap

oleh pasien dan tidak memberikan informasi apapun pada film. Tujuan dari filtrasi

konvensional adalah untuk memindahkan photons energi rendah ini dari sinar x.

Hasil ini menurunkan paparan pasien tanpa kehilangan informasi radiologik.

Efek menguntungkan filtrasi telah diketahui sejak lama. Ketika tabung

sinar x difiltrasi dengan 3 mm alumunium, paparan permukaan berkurang 20%.

Berhubungan hal ini, pemerintah federal merancang jumlah filter yang dibutuhkan

untuk mesin sinar x dental yang dioperasikan berbagai kilovolt. Jumlah ini

menunjukkan kualitas tabung (half-value layer [HVL]) terdapat di Tabel 3-5.

Sejalan dengan peraturan ini, pada 1993 Nation wide Evaluation of Sinar x Trends

(NEXT) mengeluarkan rata-rata HVL 2,3 mm alumuniun, setara dengan sekitar

73 kilovolt.

Studi menunjukkan paparan pasien dapat dikurangi dengan memindahkan

photons energi sinar x rendah dan tinggi dari tabung, meninggalkan photons

Page 18: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

energi midrange memapar film. Saran ini dihasilkan dari penemuan bahwa energi

sinar x paling efektif memproduksi gambar antara 35-55 keV. Filtrasi selektif dari

photon energi rendah dan tinggi ditunjukkan oleh samarium, erbium, yttrium,

niobium, gadolinium, terbium-activated gadolinium oxysulfide(Lanex, Eastman

Kodak), dan thulium activated lanthanum oxybromida (Quanta III, DuPont).

Penggunaan bahan ini dikombinasi dengan filtrasi alumunium mengurangi

paparan pasien 20%-80% dibanding filtrasi alumunium konvensional.

Bagaimanapun pengurangan paparan yang didapat dari filtrasi alam bukan tanpa

resiko. Penggunaan filter ini membutuhkan peningkatan waktu paparan (50%),

meningkatkan muatan tabung sinar x dan kemungkinan pergerakan pasien selama

paparan. Kualitas gambar juga dapat dipengaruhi penurunan kontras, ketajaman

dan resolusi.

Apron dan Kerah Timbal

Dosis gonad dari radiografi oral adalah minimal. Dasar perlindungan

radiasi dari prinsip ALARA menyebutkan bahwa tidak peduli sekecil apapun

dosis, efek merusak tetap ada. Setiap dosis yang dapat dikurangi tanpa kesulitan,

pengeluaran atau ketidaknyamanan harus dikurangi. Data terbaru menunjukkan

paparan pada film periapikal dental adalah 217 mR. Bila dosis gonad sama dengan

1/10000 dari total ambang paparan, dosis dari satu film periapikal dental

dikalkulasi menjadi 0,02 mR. Tidak peduli sekecil apaun, dosis ini tetap

menunjukkan ukuran kuantitas yang 2x dari dosis toleransi dan menurut ALARA

harus dikurangi jika mungkin. Solusi untuk hal ini adalah penggunaan apron

timbal, yang dapat mengurangi 98% radiasi sinar hambur ke gonad. Dengan

penggunaan alat ini, dosis gonad dari satu film periapikal dental dapat

dikalkulasikan menjadi 0,4 µR. Jumlah ini 60x lebih sedikit dari dosis yang

dihasilkan satu penerbangan pesawat.

Meski kalkulasi dan perbandingan menunjukkan bahwa dosis gonad relatif

kecil, tidak ada argumentasi yang valid untuk tidak menggunakan apron secara

rutin (Gbr 3-8). Argumen serupa berlaku bagi tiroid yang ditemukan dapat

mengurangi paparan terhadap kelenjar ini hingga 92% (Gbr 3-9). Penggunaan alat

Page 19: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

ini tidak sulit, tidak beresiko ataupun tidak nyaman, bahkan alat ini

memperhatikan kepentingan pasien.

Hal ini dan berbagai informasi berhubungan dengan dosis pada janin

selama prosedur radiografi oral dan rekomendasi NCRP mengenai paparan pada

janin embrio maka Dental Patient Selection Criteria Panel memutuskan bahwa

pemeriksaan radiografi bukan kontraindikasi pada kehamilan. Tetapi keputusan

menggunakan sinar x ketika pasien hamil tergantung individu. Pasien harus

waspada pada kebutuhan radiograf dan jumlah relatif paparan sebelum film

dibuat.

Pemilihan Teknik Intraoral

Tidak ada rekomendasi atau pengaturan yang spesifik mengenai teknik

radiografi intraoral. Oleh karena itu pemilihan teknik (bisektris atau paralel)

terserah pada praktisi. Apapun teknik yang dipilih, film holder harus digunakan.

Pengurangan yang signifikan terlihat ketika alat ini digunakan dibanding

dukungan manual dari pasien.

Keputusan teknik mana yang digunakan harus berdasar pada kualitas

diagnostik hasil radiografi, efisiensi penggunaan radiasi dan kenyamanan teknik.

Semakin efisien teknik, radiograf tidak perlu diulang dan paparan semakin sedikit.

Studi mengenai perbandingan efisiensi teknik bisektris dan paralel menyatakan

bahwa jumlah radiograf yang tidak terdiagnosis berkurang lebih dari setengahnya

ketika pemeriksaan lengkap intraoral dilakukan dengan teknik paralel. Bila

diasumsikan bahwa seluruh radiograf yang tidak terdiagnosis diulang, penggunaan

teknik bisektris mengarah pada peningkatan paparan yang signifikan. Studi ini

menggunakan instrumen Rinn XCP untuk penempatan film paralel, tapi laporan

mengenai efisiensi penggunaan instrumen Precision menunjukkan hasil yang

serupa. Instrumen Precision dengan sudut rectangular mengurangi paparan , meski

hasil serupa dapat diperoleh dengan Rinn XCP dan PID rectangular atau

Collimator rectangular yang dijepit ke cincin.

Page 20: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

Pengoperasian Alat

Pengoperasian peralatan sinar x termasuk seleksi terhadap faktor teknik

mesin yang memadai, kilovoltage dan miliampere-seconds.

Kilovoltage . Praktisi dapat memilih kilovoltage tinggi (90) atau rendah (70) yang

sesuai untuk keperluan diagnosis. Kilovoltage adalah faktor paparan yang

mengendalikan ambang energi sinar x. Bila kilovoltage menurun, ambang energi

sinar x yang efektif menurun dan kontras gambar radiografik meningkat. Dalam

teori kontras gambar yang tinggi lebih sesuai untuk menggambarkan perbedaan

besar densitas pada objek seperti karies atau kalsifikasi jaringan lunak.Tetapi

pengaruh kilovoltage terhadap keakuratan diagnosis karies tidak terlalu penting.

Bila kilovoltage meningkat, ambang energi sinar x meningkat dan kontras gambar

radiografi menurun. Gambar dengan kontras rendah memungkinkan visualisasi

perbedaan kecil densitas dalam objek. Tipe kontras gambar lebih berguna pada

diagnosis periodontal dimana perubahan dalam tulang harus dapat dideteksi.

Teknik kilovoltage tinggi menghasilkan kontras gambar rendah juga mengurangi

dosis efektif pada pemeriksaan intraoral. Dosis efektif yang berasal dari produksi

radiograf dengan densitas yang dapat dibandingkan berkurang 23% dengan

peningkatan kilovoltage dari 70 ke 90.

Pengenalan potensial tetap atau unit sinar x dental frekuensi tinggi

memungkinkan untuk menghasilkan radiograf berkualitas diagnosis dengan

kilovoltage rendah dan kadar pengurangan radiasi. Mesin Intrex (Keystone Sinar

x), yang dioperasikan pada 70 kVcp, dibandingkan dengan unit sinar x

konvensional self-rectified yang juga dioperasikan pada 70 kVp. Paparan

permukaan yang diperlukan untuk menghasilkan densitas radiografik lebih rendah

26% pada unit Intrex constant-voltage. Penemuan ini berasal dari fakta bahwa

ambang sinar x yang dihasilkan oleh mesin Intrex sama dengan energi photon

yang mendekati dengan yang dihasilkan unit self-rectified yang dioperasikan pada

80kVp.

Milliampere-seconds. Dari tiga kondisi teknis (voltage tabung, filtrasi dan waktu

paparan), waktu paparan merupakan faktor paling krusial yang mempengaruhi

kualitas diagnostik. Dalam hal paparan, kualitas gambar optimal adalah densitas

diagnostik, dan bukan overexposed (terlalu gelap) atau underexposed (terlalu

Page 21: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

terang). Keduanya merupakan paparan yang tidak perlu. Densitas gambar

dikendalikan oleh kuantitas sinar x yang dihasilkan, yang paling baik dikontrol

oleh kombinasi miliampereage dan waktu paparan yang disebut milliampere-

seconds (mAs).

Densitas diagnostik merupakan pilihan masing-masing sebagai petunjuk.

Paparan pasien secara langsung berhubungan dengan mAs. Tabel 3-6 mendata

kisaran nilai mAs yang diperlukan untuk memapar film intraoral sehingga didapat

densitas yang tepat. Secara umum radiograf dengan densitas tepat harus

memperlihatkan gambaran jaringan lunak yang kabur. Hal ini berhubungan

dengan densitas optikal sekitar 1,0 dalam email dan dentin. Tingkat densitas

gambar ini dapat diperoleh dengan menggunakan nilai yang ada dalm tabel,

setelah mempertimbangkan umur dan kondisi fisik pasien. Sebagai contoh, 2,2

mAs disarankan untuk dewasa ketika digunakan film E dan 90 kilovoltage. Nilai

ini didapat dengan menggunakan milliamperage 10 dan waktu paparan 0,22 detik

(13 impuls). Bila kilovoltage ditingkatkan untuk mengurangi kontras gambar,

mAs harus dikurangi atau film akan overexposed.

Waktu foto secara rutin digunakan pada beberapa prosedur radiografik

medis. Teknik ini menggunakan phototimer untuk mengukur jumlah radiasi yang

mencapai film dan secara otomatis memutuskan paparan setelah radiasi yang

mencapai film mencukupi untuk menghasilkan densitas yang tepat. Teknologi ini

tersedia pada beberapa mesin panoramik;kemampuan photodioda yang sangat

kecil memungkinkan tipe ini mengontrol paparan secara otomatis dalam radiografi

intraoral.

Pemrosesan Film

Sebab utama paparan radiasi pada pasien yang tidak perlu adalah

kelebihan paparan pada film yang disengaja. Overexposed adalah kompensasi dari

kegagalan pemrosesan film. Hal ini tidak hanya menyebabkan paparan yang tidak

perlu, tapi juga menghasilkan film yang yang tidak memenuhi kualitas diagnosis.

Sebaliknya paparan radiografi yang tepat menjadi tidak berguna bila tidak

memenuhi kualitas diagnostik akibat kesalahan prosedur pemrosesan. Sebuah

studi menyebutkan bahwa 6% dari radiograf dental yang diterima tidak memadai

Page 22: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

karena pemrosesan yang tidak tepat. Studi lain pada 500 foto panoramik

menemukan bahwa rata-rata film mengandung setidaknya satu kesalahan proses.

Waktu-temperatur proses, dan menjaga keadaan ruang gelap adalah cara terbaik

untuk memperoleh kualitas film optimal.

Penggunaan mesin untuk proses film dental semakin meluas. Sebanyak

93% dokter gigi dilaporkan telah menggunakan prosesor film dental. Prosesor

film dapat meningkatkan paparan pasien bila tidak dikendalikan secara tepat.

Suatu studi menunjukkan bahwa 30% dari pengulangan foto disebabkan oleh

densitas film tidak tepat yang secara langsung berhubungan dengan perubahan

prosesor. Pengenalan mengenai program pengendalian dapat mengurangi rata-rata

pengulangan, yang dapat mengurangi paparan pasien dan resiko operator.

Interpretasi Gambar

Radiograf paling baik dilihat dalam ruang agak gelap dengan sinar yang

mengarah langsung ke film; semua sinar dari luar harus dihilangkan. Radiograf

harus dipelajari dengan kaca pembesar untuk mendeteksi perubahan mendetil

densitas gambar. Berbagai intensitas sumber sinar juga harus tersedia. Hal ini

dapat menggantikan film overexposed atau underexposed atau film dengan

kesalahan proses. Banyak film dapat diselamatkan dengan cara ini, termasuk

menghindari pengulangan foto dan paparan radiasi tambahan ( Goaz, 1994).

MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

Menurut peraturan pemerintah no. 63 tahun 2000 setiap instalasi yang

menggunakan radiasi pengion wajib menerapkan Manajemen Keselamatan

Radiasi, yang meliputi (Depkes RI, 2006) :

1) Organisasi Proteksi Radiasi

Pengusaha/Instalasi yang menggunakan sumber radiasi pengion wajib

membentuk organisasi proteksi radiasi agar dalam pemanfaatan tenaga nuklir

semua persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilaksanakan sesuai

ketentuan.

Page 23: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

2) Pemantauan Dosis Radiasi dan Radioaktivitas

Untuk mengetahu besar dosis yang diterima oleh pekerja radiasi maka

dilakukan pemantauan dosis. Setiap pekerja radiasi wajib menggunakan

dosimeter perorangan baik yang dapat dibaca langsung maupun yang tidak

dapat dibaaca langsung sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan.

3) Peralatan Proteksi Radiasi

Pengusaha/Instalasi yang menggunakan sumber radiasi pengion harus

menyediakan dan mengusahakan peralatan proteksi radiasi, pemantauan dosis

perorangan, pemantauan daerah kerja dan pemantauan lingkungan yang dapat

berfungsi dengan baik sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan.

4) Pemeriksaan Kesehatan

Setiap orang yang akan bekerjaa sebagai pekerja radiasi harus sehat dan

minimal berusia 18 tahun. Pengusaha instalasi harus menyelenggarakan

pemeriksaan yang meliputi; pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,

pemeriksaan berkala selama masa kerja, dan pemeriksaan kesehatan pada

waktu pemutusan hubungan kerja. Apabila dipandang perlu dapat dilakukan

pemeriksaan khusus.

5) Penyimpanan Dokumentasi

Dokumentasi yang memuat catatan dosis, hasil pemantauan daerah kerja, hasil

pemantauan lingkungan, dan kartu kesehatan pekerja harus disimpan paling

tidak selama tiga puluh tahun terhitung sejak pekerja radiasi bekerja.

6) Jaminan Kualitas

Program jaminan kualitas harus dilakukan sejak dari perencanaan,

pembangunan, pengoperasian dan perawatan.

7) Pendidikan dan Pelatihan.

Setiap pekerja radiasi harus memperoleh pendidikan dan pelatihan tentang

keselamatan dan kesehatan kerja terhadap radiasi.

Page 24: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif sederhana,

dimana penelitian dilakukan dengan mengambil sampel dari suatu populasi

tertentu dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data (Singarimbun

dan Effendi, 1989).

3.2 Populasi dan Sampel yang digunakan

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah :

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ko-Ass di

lingkungan kerja RSGM FKG UNPAD

3.2.1 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ko-Ass yang

melakukan pemotreten di bagian radiologi. Sampel dalam penelitian

ini adalah 40 orang, diambil secara purposive sampling, dimana

pengambilan sampel berdasarkan kriteria/pertimbangan perseorangan

atau pertimbangan peneliti (sudjana,1996).

Kriteria yang dipakai dalam pengambilan sampel adalah :

1. Semua mahasiswa Ko-Ass yang melakukan pemotretan di bagian

radiologi

2. Sudah memasuki masa studi Ko-Ass bukan pra Ko-Ass

3.3 Tahap-tahap Penelitian

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuisioner

pada mahasiswa ko as yang melakukan pemotretan di bagian

radiologi RSGM FKG UNPAD.

Page 25: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

3.3.2 Pengisian kuesioner

Pengisian kuisioner oleh mahasiswa dengan kriteria responden

yang telah ditetapkan sebelumnya dan pengisian dilakukan pada

saat menunggu hasil pemotretan foto rontgen.

3.3.2 Pengolahan Kuisioner

Pengolahan Kuisioner dilakukan dengan mengelompokkan

jawaban yang sama dari setiap pertanyaan dan disajikan dalam

bentuk grafik kemudian dikategorikan berdasarkan skala linkert,

yaitu :

Kategori sangat baik 81 -100 %

Kategori Baik 61 - 80 %

Kategori Cukup Baik 41 - 60 %

Kategori Kurang Baik 21 - 40 %

Kategori Sangat Tidak Baik 0 - 20 %

3.5 Definisi Operasional

Health Physics (prinsip proteksi radiasi) adalah untuk mencegah

timbulnya efek deterministik dan efek stokastik dengan meminimalkan paparan

terhadap petugas dan pasien selama pemeriksaan radiografik.

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian screening RSGM FKG UNPAD. Waktu

penelitian dari tanggal 1 desember sampai 30 desember 2006.

Page 26: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh melalui kuisioner ini, dapat diketahui

sebagai berikut :

Grafik 4.1 Pengetahuan mengenai bahaya yang mungkin timbul dari pemotretan

gigi, menjawab tahu dan menyebutkan contoh bahayanya

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 35 orang responden, contoh

bahayanya yaitu mutasi gen, kanker, serostomia, mukositis, efek stokastik dan non

stokastik, radiasi, kematian jaringan, kecacatan pada janin, kerusakan sel-sel

kelenjar, osteoradionekrosis, sebanyak 2 orang responden yang menjawab tahu

tapi tidak menyebutkan contoh bahayanya dan 1 orang responden menjawab tidak

tahu mengenai bahaya yang mungkin timbul dari pemotretan gigi dan

menyebutkan contoh bahayanya.

0

5

10

15

20

25

30

35

tahu

kurang tahu

tidak tahu

Page 27: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

Grafik 4.2 Pengetahuan responden mengenai resiko pasien terkena dampak

bahaya tersebut diatas

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 37 orang responden menjawab

tahu dan 1 responden menjawab kurang tahu dan tidak ada responden menjawab

tidak tahu mengenai resiko pasien terkena dampak bahaya tersebut diatas.

Grafik 4.3 Pengetahuan responden mengenai prinsip ALARA

Dari grafik diatas, dapat dilihat tidak ada responden yang mengetahui

tentang prinsip ALARA dan sebanyak 19 responden menjawab kurang tahu dan

sebanyak 19 responden menjawab tidak tahu mengenai prinsip ALARA.

0

5

10

15

20

tahu

kurang tahu

tidak tahu

0

5

10

15

20

25

30

35

40

tahu

kurang tahu

tidak tahu

Page 28: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

Grafik 4.4 Pengetahuan responden mengenai prinsip proteksi radiasi

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 37 responden menjawab tahu, 1

orang responden menjawab kurang tahu dan tidak ada responden yang menjawab

tidak tahu prinsip proteksi radiasi.

Grafik 4.5 Pengetahuan responden mengenai dilakukannya foto rontgen

berdasarkan hasil pemeriksaan klinis yang diperlukan untuk

menunjang diagnosa

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 37 responden menjawab tahu, 1

orang responden menjawab kurang tahu dan tidak ada responden yang menjawab

tidak tahu mengenai dilakukannya foto rontgen berdasarkan hasil pemeriksaan

klinis yang diperlukan untuk menunjang diagnosa.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

tahu

kurang tahu

tidak tahu

0

5

10

15

20

25

30

35

40

tahu

kurang tahu

tidak tahu

Page 29: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

Grafik 4.6 Pengetahuan responden sebagai operator mengenai sinar rontgen yang

harus diatur sesuai kebutuhan, yang didasarkan atas diagnosa dokter

yang merujuk

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 32 responden menjawab tahu, 6

responden menjawab kurang tahu, tidak ada responden menjawab tidak tahu

mengenai sinar rontgen yang harus diatur sesuai kebutuhan, yang didasarkan atas

diagnosa dokter yang merujuk.

Grafik 4.7 Pengetahuan responden sebagai operator mengenai perlunya tubuh

pasien dan leher pasien tertutup apron untuk melindungi pasien dari

bahaya sinar rontgen pada tubuh dan kelenjar tiroid

Dari grafik diatas, dapat dilihat 35 responden menjawab tahu, 3 responden

menjawab kurang tahu dan tidak ada responden yang menjawab tidak tahu

mengenai perlunya tubuh pasien dan leher pasien tertutup apron untuk melindungi

pasien dari bahaya sinar rontgen pada tubuh dan kelenjar tiroid.

0

5

10

15

20

25

30

35

tahu

kurang tahu

tidak tahu

0

5

10

15

20

25

30

35

tahu

kurang tahu

tidak tahu

Page 30: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

Grafik 4.8 Pengetahuan responden sebagai operator pemeriksaan berkala alat

foto rontgen yang dilakukan Badan Pengawas Nuklir untuk mencegah

bahaya radiasi terhadap pasien, operator dan masyarakat sekitar

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 16 responden menjawab tahu, 12

responden menjawab kurang tahu, 4 responden menjawab tidak tahu mengenai

pemeriksaan berkala alat foto rontgen yang dilakukan oleh Badan Pengawas

Nuklir untuk mencegah bahaya radiasi terhadap pasien, operator dan masyarakat

sekitar.

Grafik 4.9 Pengetahuan responden sebagai operator mengenai alat foto rontgen

yang selalu diperiksa dan di uji kelayakan pakainya oleh Badan

Pengawas Tenaga Nuklir untuk menjaga pasien dari bahaya radiasi

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 20 responden menjawab tahu, 3

responden menjawab kurang tahu, 15 responden menjawab tidak tahu mengenai

alat foto rontgen yang selalu diperiksa dan di uji kelayakan pakainya oleh Badan

Pengawas Tenaga Nuklir untuk menjaga pasien dari bahaya radiasi.

0

5

10

15

20

25

30

35

tahukurang tahu

tidak tahu

0

5

10

15

20

tahu

kurang tahu

tidak tahu

Page 31: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

Grafik 4.10 Pengetahuan responden sebagai operator mengenai pengaturan waktu

penyinaran, tegangan/voltase alat dan titik-titik penetrasi sinar sesuai

dengan gigi yang akan di foto rontgen pada saat pemotretan

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 36 responden menjawab tahu, 2

responden menjawab kurang tahu dan tidak ada responden menjawab tidak tahu

mengenai pengaturan waktu penyinaran, tegangan/voltase alat dan titik-titik

penetrasi sinar sesuai dengan gigi yang akan di foto rontgen pada saat pemotretan.

Grafik 4.11 Pengetahuan responden sebagai operator mengenai harus adanya

jarak titik fokus ke film harus diatur supaya pasien mendapatkan

paparan sinar yang rendah tapi dapat diperoleh gambaran diagnostik

terbaik

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 32 responden menjawab tahu, 3

responden menjawab kurang tahu, 2 responden menjawab tidak tahu mengenai

harus adanya jarak titik fokus ke film harus diatur supaya pasien mendapatkan

paparan sinar yang rendah tapi dapat diperoleh gambaran diagnostik terbaik.

0

5

10

15

20

25

30

35

tahu

kurang tahu

tidak tahu

0

510

1520

25

3035

40

tahu

kurang tahutidak tahu

Page 32: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

Grafik 4.12 Pengetahuan responden sebagai operator mengenai sudut sinar yang

harus diatur sehingga daerah radiasi pada permukaan kulit pasien

hanya mendapat sedikit paparan tetapi memperoleh kualitas gambar

yang baik

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 34 responden menjawab tahu, 3

responden menjawab kurang tahu, 1 responden menjawab tidak tahu mengenai

sudut sinar yang harus diatur sehingga daerah radiasi pada permukaan kulit pasien

hanya mendapat sedikit paparan tetapi memperoleh kualitas gambar yang baik.

Grafik 4.13 Pengetahuan responden sebagai operator mengenai jenis film yang

cepat terpapar yang harus digunakan dalam pemotretan untuk

mengurangi paparan terhadap pasien dan kualitas terbaik dapat

diperoleh

0

5

10

15

20

25

30

35

tahu

kurang tahu

tidak tahu

0

5

10

15

20

25

30

tahu

kurang tahutidak tahu

Page 33: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 8 responden menjawab tahu, 26

responden menjawab kurang tahu, 4 responden menjawab tidak tahu mengenai

jenis film yang cepat terpapar yang harus digunakan dalam pemotretan untuk

mengurangi paparan terhadap pasien dan kualitas terbaik dapat diperoleh.

Grafik 4.14 Pengetahuan responden sebagai operator mengenai teknik pemotretan

yang dipakai harus disesuaikan dengan bentuk tabung yang dipakai

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 24 responden menjawab tahu, 13

responden menjawab kurang tahu, dan 1 responden menjawab tidak tahu

mengenai teknik pemotretan yang dipakai harus disesuaikan dengan bentuk

tabung yang dipakai.

Grafik 4.15 Pertanyaan kuisioner terakhir mengenai perlu/ tidaknya dipasang

poster mengenai keamanan saat foto rontgen

Dari grafik diatas, dapat dilihat semua responden menjawab perlu

dipasang poster mengenai keamanan tersebut.

0

5

10

15

20

25

tahukurang tahutidak tahu

0

5

1015

20

25

30

35

40

ya

tidak

Page 34: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

4.2 Pembahasan

Berdasarkan skala Linkert, dapat dikategorikan bahwa pengetahuan

mengenai bahaya yang mungkin timbul dari pemotretan gigi, sudah sangat baik

dimana disini hampir 92 % responden mengetahui ini begitu pula dengan

pengetahuan responden mengenai resiko pasien terkena dampak bahaya tersebut

diatas, hampir 99 % responden mengetahui bahaya tersebut dan mampu

menyebutkan contoh bahaya tersebut.

Pengetahuan responden mengenai prinsip ALARA, dapat dikategotikan

sangat kurang karena disini 50% responden menjawab kurang tahu dan 50 %

responden lagi menjawab tidak tahu mengenai apa itu prinsip ALARA.

Sedangkan pengetahuan responden mengenai prinsip proteksi radiasi, dapat

dikategorikan sangat baik karena hampir 99 % responden mengetahui prinsip

proteksi radiasi. Disini dapat terlihat kalau responden tidak tahu kalau prinsip

ALARA (As Low As Reasonably Achievable) adalah prinsip proteksi radiasi.

Pengetahuan responden mengenai dilakukannya foto rontgen berdasarkan

hasil pemeriksaan klinis yang diperlukan untuk menunjang diagnosa, dapat

dikategorikan sangat baik karena 99% responden mengetahuinya.

Pengetahuan responden sebagai operator tentang sinar rontgen yang harus

diatur sesuai kebutuhan, yang didasarkan atas diagnosa dokter yang merujuk,

dapat dikategorikan sangat baik karena 84 % responden mengetahuinya

Pengetahuan responden sebagai operator tentang perlunya tubuh pasien

dan leher pasien tertutup apron untuk melindungi pasien dari bahaya sinar rontgen

pada tubuh dan kelenjar tiroid, dapat dikategorikan sangat baik karena 84 %

responden mengetahuinya

Pengetahuan responden sebagai operator mengenai pemeriksaan berkala

alat foto rontgen yang dilakukan oleh Badan Pengawas Nuklir untuk mencegah

bahaya radiasi terhadap pasien, operator dan masyarakat sekitar, dapat

dikategorikan cukup baik karena hanya 42 % responden mengetahuinya

Pengetahuan responden sebagai operator mengenai alat foto rontgen yang

selalu diperiksa dan di uji kelayakan pakainya oleh Badan Pengawas Tenaga

Page 35: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

Nuklir untuk menjaga pasien dari bahaya radiasi dapat dikategorikan cukup baik

karena 52 % responden mengetahuinya

Pengetahuan responden sebagai operator mengenai pengaturan waktu

penyinaran, tegangan/voltase alat dan titik-titik penetrasi sinar sesuai dengan gigi

yang akan di foto rontgen pada saat pemotretan dapat dikategorikan sangat baik

karena 94 % responden mengetahuinya

Pengetahuan responden sebagai operator mengenai harus adanya jarak titik

fokus ke film harus diatur supaya pasien mendapatkan paparan sinar yang rendah

tapi dapat diperoleh gambaran diagnostik terbaik dapat dikategorikan sangat baik

karena 84 % responden mengetahuinya

Pengetahuan responden sebagai operator mengenai sudut sinar yang harus

diatur sehingga daerah radiasi pada permukaan kulit pasien hanya mendapat

sedikit paparan tetapi memperoleh kualitas gambar yang baik dapat dikategorikan

sangat baik karena 89 % responden mengetahuinya

Pengetahuan responden sebagai operator mengenai jenis film yang cepat

terpapar yang harus digunakan dalam pemotretan untuk mengurangi paparan

terhadap pasien dan kualitas terbaik dapat diperoleh dapat dikategorikan kurang

baik karena 21 % responden mengetahuinya

Pengetahuan responden sebagai operator mengenai teknik pemotretan

yang dipakai harus disesuaikan dengan bentuk tabung yang dipakai, dapat

dikategorikan baik karena 63 % responden mengetahuinya

Pertanyaan kuisioner terakhir mengenai perlu/ tidaknya dipasang poster

mengenai keamanan saat foto rontgen di pasang di sekitar ruangn radiologi

RSGM FKG Unpad semua responden menjawab perlu dipasang poster mengenai

keamanan tersebut, seluruh responden menjawab diperlukan poster mengenai

keamanan saat foto rontgen tersebut.

Page 36: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu :

1) Pengetahuan dan kesadaran mahasiswa Ko-Ass mengenai prinsip

dan teknik proteksi radiasi pada saat pemotretan dan bahaya yang

mungkin timbul dari pemotretan gigi secara umum baik, tetapi

pengetahuan mengenai prinsip proteksi radiasi yaitu mengenai

prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) dan

pengetahuan mengenai adanya perbedaan bentuk tabung pada saat

pemotretan foto rontgen antara teknik bisektris dengan teknik pararel

kurang baik.

2) Perlu dipasang poster mengenai keamanan saat foto rontgen di

pasang di sekitar ruangan radiologi RSGM FKG Unpad

5.2 Saran

Saran untuk bagian radiologi berdasarkan hasil penelitian ini, yaitu

mengenai :

1) Perlunya dilakukan pengawasan melekat mengenai prinsip dan

teknik proteksi radiasi pada mahasiswa Ko-Ass, karena hal ini

penting sebagai fungsi pengendali dalam mencegah bahaya radiasi

2) Perlunya ditingkatkan pengetahuan mahasiswa Ko-Ass mengenai

prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) sebagai prinsip

proteksi radiasi

3) Peningkatan pengetahuan mengenai adanya perbedaan bentuk tabung

pada saat pemotretan foto rontgen antara teknik bisektris dengan

teknik pararel.

Page 37: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

DAFTAR PUSTAKA

Arpansa. 2005. Radiation Protection Dentistry : Recomended Safety Procedurs for The Use For Dental X-ray Equipment. www. Arpansa.gov.au/pub/rps/rps10.pdf Pusat Kesehatan Kerja. 2006. Ketentuan Keselamatan Kerja dengan Radiasi.http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=137&ite. Depkes RI Badan Tenaga Atom Nasional.2002. Buku Pedoman Proteksi Radiasi di Rumah Sakit dan Praktek Umum Lainnya. Jawa Barat : Depkes Sastroamoro. 1995. Dasar-dasar Metologi Penelitian Klinis. Jakarta : Binarupa aksara Sudjana. 1996. Metoda statistika. Edisi 6. Bandung : Tarsito White & Goaz. 1994. Oral Radiology : Principles and Interpretation. Third edition. Philadelphia, sidney, toronto : Mosby White & Pharoah. 2000. Oral Radiology : Principles and Interpretation. Fourth edition. Philadelphia, sidney, toronto : Mosby

Page 38: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

ABSTRAK

Persyaratan keselamatan yang dibutuhkan dalam radiografi gigi sama

dengan radiografi umum, persyaratan keselamatan dalam bidang radiologi yaitu memaksimalkan fungsi proteksi radiasi yang dikenal dengan istilah Health Physics. Health Physics (prinsip proteksi radiasi) adalah untuk mencegah timbulnya efek deterministik dan efek stokastik dengan meminimalkan paparan terhadap petugas dan pasien selama pemeriksaan radiografik. Penelitian mengenai gambaran pengetahuan mahasiswa Ko-Ass mengenai proteksi radiasi pada saat pemotretan foto rontgen dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan mahasiswa Ko-Ass mengenai Prinsip Proteksi Radiasi yang sangat penting sebagai fungsi pengendali radiasi bagi mahasiswa Ko-Ass sebagai operator, pasien dan masyarakat.

Penelitian bersifat deskriptif sederhana dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dengan metode pengambilan data melalui kuisioner. Jumlah subjek penelitian 38 orang sampel yang memenuhi kriteria penelitian. Data hasil penelitian dikelompokkan berdasarkan kriteria pilihan jawaban dan dituliskan dalam bentuk grafik batang, kemudian dikategorikan berdasarkan skala Linkert. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan dan kesadaran mahasiswa Ko-Ass mengenai prinsip dan teknik proteksi radiasi pada saat pemotretan dari jawaban kuisioner termasuk dalam kategori dari kurang baik sampai kategori sangat baik, pengetahuan mengenai teknik dan prinsip proteksi radiasi termasuk kategori baik, hanya pengetahuan mengenai prinsip ALARA dan betuk tabung yang disesuaikan dengan teknik pemotretan gigi teermasuk kategori kurang baik. Kesimpulan penelitian bahwa pengetahuan dan kesadaran mahasiswa Ko-Ass mengenai prinsip dan teknik proteksi radiasi pada saat pemotretan dan bahaya yang mungkin timbul dari pemotretan gigi secara umum baik, tetapi pengetahuan mengenai prinsip proteksi radiasi yaitu mengenai prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) dan pengetahuan mengenai adanya perbedaan bentuk tabung pada saat pemotretan foto rontgen antara teknik bisektris dengan teknik pararel kurang baik.

Page 39: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

ABSTRACT

Page 40: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

LEMBAR PENGESAHAN JUDUL : GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA KO-ASS MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA SAAT PEMOTRETAN FOTO RONTGEN PENYUSUN : ANNE AGUSTINA SUWARGIANI, drg NIP : 132 316 882

Bandung, Februari 2007 Menyetujui :

Kepala Bagian Radiologi

Ria N Firman, drg., Sp. RKG NIP 131 410 897

Mengetahui, Guru Besar Bagian Radiologi

Prof. Dr. Suhardjo, drg., MS., Sp. RKG NIP 130 936 593

Page 41: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .......................................................................................... iii

ABSTRACT ........................................................................................ iv

DAFTAR ISI ....................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian.............................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah....................................................... 1

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian....................................... 1

1.4 Kegunaan Penelitian....................................................... 1

1.5 Kerangka Pemikiran....................................................... 2

1.6 Metode Penelitian........................................................... 3

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 4

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian............................................................... 21

3.2 Populasi dan Sampel yang digunakan............................ 21

3.2.1 Populasi................................................................. 21

3.2.2 Sampel................................................................... 21

3.3 Tahap-tahap Penelitian................................................... .21

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data................................... 21

3.3.2 Pengisian Kuisioner............................................. 22

3.3.3 Pengolahan Kuisioner.......................................... 22

3.4 Definisi Operasional...................................................... 22

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................... 22

Page 42: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian.................................................................... 23

4.2 Pembahasan......................................................................... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.......................................................................... 34

5.2 Saran.................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 35

LAMPIRAN.......................................................................................... 36

RIWAYAT AKADEMIK.................................................................... 39

Page 43: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

ABSTRACT

Health physics (Principal of protection radiation) is to preventing

Deterministic effect and stocastic effect with way minimizing radiation exposure

for operator and patient in radiographic examination. The observation about

description knowledge from dentistry co-assistant, that is very important for

controlling of radiation for them as operator, for patient and community around

there.

The observation has a simple descriptive characteristic with purposive

sampling technique and use quisioner as a tool for taken data. The number

observation are 38 person that fullfil the observation criteria. Data from

observation taken into groups according to the answer and written in chart form

and categorized according Linkert scale.

The observation result from quisioner has been shown that knowledge and

aware from dentistry co-assistant about principal and protection radiation

technique located at interval poor categorized to excellent categorized.

The summary of the observation shows that knowledge and protection

radiation technique of dentistry co-assistant include at excellent categorized, but

ALARA principal (As Low As Reasonably Achievable) include at poor categorized

knowledge.

Page 44: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

ABSTRAK

Health Physics (prinsip proteksi radiasi) adalah untuk mencegah

timbulnya efek deterministik dan efek stokastik dengan meminimalkan paparan

terhadap petugas dan pasien selama pemeriksaan radiografik. Penelitian mengenai

gambaran pengetahuan mahasiswa Ko-Ass mengenai proteksi radiasi pada saat

pemotretan foto rontgen dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan

mahasiswa Ko-Ass mengenai Prinsip Proteksi Radiasi yang sangat penting

sebagai fungsi pengendali radiasi bagi mahasiswa Ko-Ass sebagai operator, untuk

pasien dan masyarakat.

Penelitian bersifat deskriptif sederhana dengan teknik pengambilan sampel

purposive sampling dan metode pengambilan data melalui kuisioner. Jumlah

subjek penelitian 38 orang sampel yang memenuhi kriteria penelitian. Data hasil

penelitian dikelompokkan berdasarkan kriteria pilihan jawaban dan dituliskan

dalam bentuk grafik batang, kemudian dikategorikan berdasarkan skala Linkert.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan kesadaran

mahasiswa Ko-Ass mengenai prinsip dan teknik proteksi radiasi pada saat

pemotretan dari jawaban kuisioner termasuk dalam kategori kurang baik sampai

kategori sangat baik.

Kesimpulan penelitian bahwa pengetahuan dan kesadaran mahasiswa Ko-

Ass mengenai prinsip dan teknik proteksi radiasi pada saat pemotretan dan bahaya

yang mungkin timbul dari pemotretan gigi secara umum kategorinya baik, tetapi

pengetahuan mengenai prinsip proteksi radiasi yaitu mengenai prinsip ALARA

(As Low As Reasonably Achievable) kategorinya kurang baik.

Page 45: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

ABSTRAK

Karies gigi merupakan penyakit yang sering ditemukan pada setiap strata

sosial masyarakat Indonesia baik laki-laki maupun perempuan serta dewasa dan

anak-anak. Indonesia belum mempunyai angka spesifik mengenai penyakit gigi

secara nasional dan untuk memperoleh angka spesifik tersebut harus dimulai dari

strata pemerintahan yang paling rendah yaitu Desa. Penelitian mengenai indeks

karies yaitu dengan indeks pengukuran def-t dan DMF-T di Desa Cipondoh dan

Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang dilakukan untuk

mengetahui indeks karies sebagai patokan untuk perencanaan, pelaksanaan,

monitoring dan penilaian program kesehatan.

Penelitian bersifat deskriftif sederhana, dengan teknik pengambilan sampel

Multistage Random Sampling. Jumlah subjek penelitian untuk indeks def-t terdiri

dari 81 orang Laki-laki dan 122 orang perempuan, serta sampel penelitian untuk

indeks DMF-T terdiri dari 80 orang Laki-laki dan 91 orang Perempuan. Data hasil

penelitian dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan usia anak dan dewasa

dari masing-masing desa, kemudian dikategorikan berdasarkan kategori karies

menurut WHO.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks def-t Desa Mekarsari 3.98

termasuk kategori karies moderat, def-t Desa Cipondoh 6,02 termasuk kategori

karies tinggi. Indeks DMF-T Desa Mekarsari 2,61 termasuk kategori karies

rendah, DMF-T Desa Cipondoh 5,87 termasuk kategori karies tinggi

Page 46: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pada saat ini radiografi kedokteran gigi merupakan perangkat yang sering

digunakan dalam perawatan kedokteran gigi. Radiografi kedokteran gigi

memungkinkan untuk dapat melakukan diagnosis kondisi fisik pada kasus yang

sangat sulit dibedakan dan dari hasil radiografi dapat berguna dan bermanfaat

pasien. Bagaimanapun juga, prosedur penggunaan radiologi di bidang kedokteran

gigi harus dikelola dengan hati-hati, karena radiasi sinar X berpotensi

mengganggu kesehatan sel dan jaringan. Pengelolaan hati- hati dalam

penggunaaan sinar X ini dilakukan dengan cara proteksi radiasi terhadap pasien,

operator, dokter gigi dan masyarakat di lingkungan sekitar (Arpansa,2005).

Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran

pengetahuan mahasiswa Ko-Ass yang melakukan pemotretan di bagian radiologi

tentang proteksi radiasi.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, dapat diidentifikasikan masalah

mengenai bagaimana gambaran pengetahuan mahasiswa Ko-Ass yang melakukan

pemotretan di bagian radiologi tentang proteksi radiasi

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini yaitu mengetahui gambaran dan tujuan penelitian ini

yaitu untuk mengetahui gambaran mengenai pengetahuan mahasiswa Ko-Ass

yang melakukan pemotretan di bagian radiologi tentang proteksi radiasi

1.4 Kegunaan Penelitian

Mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa Ko-Ass mengenai proteksi

radiasi pada saat pemotretan foto rontgen, dan selanjutnya dapat digunakan

sebagai bahan masukan dan pertimbangan dan sebagai dasar pengembangan

Page 47: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

2

pelayanan prima serta sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya di bagian

radiologi.

1.5 Kerangka Pemikiran

Radiasi adalah sesuatu yang menakutkan, karena sifat radiasi sendiri tidak

terlihat, tidak berwarna, tidak dapat dirasakan, tetapi dapat merusak sel-sel tubuh

kita, bahkan dapat menginduksi terjadinya kanker (Depkes, 2006).

Resiko primer dari radiografi dental adalah terjadinya kanker. Resiko kanker

terjadi pada manusia akibat paparan dengan dosis radiasi rendah yang sulit

diperkirakan dengan berbagai alasan. Pertama, jumlah kasus radiasi penyebab

kecil, dan dosis terlalu tinggi untuk interpolasi menjadi dosis rendah dengan

berbagai tingkat kebutuhan. Kedua, kanker adalah penyakit prevalensi. Setiap

orang beresiko terpapar dalam kehidupannya. Koran dan majalah biasanya

menerbitkan artikel tentang tingkatan resiko ini. Pertimbangan resiko potensial

yang berhubungan dengan radiografi dental, mungkin baik untuk diingat bahwa

resiko seseorang tersedak sampai mati adalah 13/1000000 dan kematian akibat

kecelakaan kapal 4,6/1000000. Resiko dari keduanya lebih besar dibanding resiko

dari prosedur radiografi intraoral. Dilain pihak, harus dipertimbangkan bahwa

resiko dari prosedur radiografik yang sama lebih besar dari resiko kematian akibat

serangan teroris (0,1/1000000), tertimpa reruntuhan pesawat yang jatuh

(0,1/1000000), atau terbunuh oleh hiu (0,003/1000000). Meski resiko pada

radiografi dental relatif kecil dibanding resiko lain yang mungkin terjadi dalam

kehidupan, tidak ada dasar statistik untuk mengganggap tidak ada resiko sama

sekali. Selain fakta bahwa radiasi diagnostik muncul sebagai karsinogen lemah,

resiko meningkat karena jumlah orang yang terpapar terlalu besar. Praktisi harus

menyimpulkan bahwa tanggung jawab mereka untuk menjaga pasien dari dosis

radiasi yang tidak perlu (white & pharoah, 2000).

Persyaratan keselamatan yang dibutuhkan dalam radiografi gigi sama

dengan radiografi umum (BATAN,2002), persyaratan keselamatan dalam bidang

radiologi yaitu memaksimalkan fungsi proteksi radiasi yang dikenal dengan istilah

Health Physics. Health Physics (prinsip proteksi radiasi) adalah untuk mencegah

timbulnya efek deterministik dan efek stokastik dengan meminimalkan paparan

Page 48: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

3

terhadap petugas dan pasien selama pemeriksaan radiografik (White & Goaz,

1994).

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian deskriptif dengan

pengambilan sampel secara purposive sampling dengan sampel sebanyak 38

orang.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di bagian radiologi RSGM FKG UNPAD

dan waktu penelitian bulan desember 2006.

Page 49: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Praktisi radiologi yang mengatur radiasi pengionisasi haruslah mengenal

baik besarnya paparan radiasi yang dijumpai di bidang kedokteran dan kedokteran

gigi, resiko yang mungkin mendatangkan paparan dan metode-metode yang

digunakan untuk mempengaruhi paparan dan memperkecil dosis. Informasi ini

cukup dapat dijadikan acuan untuk menjelaskan kepada pasien mengenai

keuntungan-keuntungan dan bahaya–bahaya yang mungkin didapat akibat

penggunaan sinar x (White & Pharoah, 2000).

Radiasi yang digunakan untuk tujuan apapun dan sekecil apapun pasti

mengandung potensi bahaya bagi manusia, tetapi selama kita dapat

memperhatikan ketentuan keselamatan radiasi, maka kita dapat memanfaatkan

radiasi untuk tujuan apapun dengan aman.

Keselamatan radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan

kondisi agar dosis radiasi pengion yang mengenai manusia dan lingkungan hidup

tidak melampaui nilai batas yang ditentukan. Akibat buruk dari radiasi pengion

dikenal sebagai efek somatik apabila diderita oleh orang yang terkena radiasi, dan

disebut efek genetik apabila dialami oleh keturunannya (Depkes, 2006).

Dalam keselamatan radiasi dikenal istilah Health Physics (prinsip proteksi

radiasi) yaitu prinsip untuk mencegah timbulnya efek deterministik dan efek

stokastik dengan meminimalkan paparan terhadap petugas dan pasien selama

pemeriksaan radiografik.

Efek deterministik didefinisikan sebagai efek somatik yang meningkat

dalam keparahan penyakit akibat dosis radiasi melebihi ambang batas. Efek ini

berasal dari dosis radiasi cukup besar melebihi kebutuhan dalam radiologi

diagnostik, dapat timbul segera setelah paparan atau beberapa bulan atau tahun

setelah paparan. Contoh efek deterministik adalah katarak, eritema kulit, fibrosis

dan pertumbuhan dan perkembangan abnormal yang mengikuti paparan pada

uterus.

Efek stokastik didefinisikan sebagai sesuatu yang menyebabkan terjadinya

keparahan tanpa dipengaruhi oleh ambang. Efek stokastik menunjukan respon all

Page 50: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

5

or none, di modifikasi dengan faktor-faktor resiko individual. Efek ini dapat

timbul setelah paparan dengan dosis yang relative rendah seperti yang mungkin

terjadi dalam radiologi diagnostik. Kanker dan efek genetik merupakan efek

stokastik (White & Pharoah 2000).

PENGARUH RADIASI TERHADAP SISTIM BIOLOGI

Dosis Limit

Pengenalan dari bahaya efek radiasi dan resiko yang mungkin terjadi

menyebabkan National Council on International Commission on Radiological

Protection (ICRP) untuk menetapkan tuntunan mengenai pembatasan jumlah

radiasi yang diterima oleh petugas dan masyarakat. Sejak ditetapkan tahun 1930,

dosis limit ini telah diperbaiki beberapa kali. Perbaikan ini hasil dari

meningkatnya pengetahuan yang diperoleh selama bertahun-tahun mengenai efek

membahayakan radiasi dan kemampuan untuk menggunakan radiasi secara

efisien. Dosis limit paparan karena pekerjaan ditetapkan untuk meyakinkan

kemungkinan terjadinya efek stokastik rendah dan menguntungkan secara

ekonomik.

Pelaksanaan dosis limit ini harus dipastikan bahwa pelaksanaan dosis limit

pada pekerja radiasi yang dapat menyebabkan kanker tidak lebih besar dari

pekerja non radiasi. Dosis limit pada masyarakat ditetapkan 10 % dari pekerja

radiasi. Dosis limit yang rendah ini diatur karena merupakan resiko yang tidak

perlu, variasi dalam resiko kematian dan tingkat paparan akibat radiasi alam serta

kisaran yang lebih luas dari orang yang sensitive terhadap radiasi ditemukan pada

masyarakat umum. Dosis individu yang dapat diabaikan, ditetapkan oleh NCRP

dipertimbangkan sebagai dosis paparan radiasi yang tidak membahayakan.

Berlawanan dengan persetujuan council mengenai hipotesis non ambang dengan

tujuan pengamanan radiasi, dipercaya bahwa pengaruh dari paparan radiasi yang

besar dapat diabaikan.

Prinsip dari proteksi radiasi harus dikenali oleh setiap orang. Hal ini

berdasarkan pada prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) yang

menyebutkan bahwa sekecil apapun dosis radiasi efek stokastik tetap dapat

Page 51: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

6

timbul. Data terbaru yang tersedia menyebutkan bahwa pekerja industri sesuai

dengan prinsip ini, selama dosis rata-rata individu sebesar 1,56 mSv, 3 % dari

dosis. Dosis limit ditetapkan oleh NCRP dan ICRP organisasi swasta non profit

yang tidak memiliki kekuatan hukum, maka setiap pengguna radiasi ionisasi harus

berkonsultai dengan biro pengontrol radiasi di negaranya untuk memperoleh

informasi penggunaan dan hukum terbaru Dosis limit paparan ini hanya berlaku

pada sumber radiasi buatan dan tidak berlaku pada radiasi alam atau paparan sinar

X yang diterima pasien pada prosedur radiografis saat tindakan medis dan dental

(White & Pharoah, 2000).

Nilai batas dosis yang ditetapkan oleh BAPETEN, berdasarkan Surat

Keputusan Kepala Bapeten No. 01/Ka-BAPETEN/V-99 yaitu mengenai

penerimaan dosis tidak boleh dilampaui oleh seorang pekerja radiasi dan anggota

masyarakat selama jangka waktu 1 tahun, tidak bergantung pada laju dosis tetapi

tidak termasuk penerimaan dosis dari penyinaran medis dan penyinaran alam.

Nilai batas dosis bukan batas tertinggi yang apabila dilampaui seseorang akan

mengalami akibat merugikan yang nyata. Meskipun demikian setiap penyinaran

yang tidak perlu harus dihindari dan penerimaan dosis harus diusahakan serendah-

rendahnya. Nilai batas dosis tersebut ditetapkan sebagai berikut :

1). Nilai batas dosis bagi pekerja radiasi untuk seluruh tubuh 50 mSv per tahun

2). Nilai batas dosis untuk anggota masyarakat umum untuk seluruh tubuh 5 mSv

per tahun. Dalam penyinaran lokal pada bagian-bagian khusus dari tubuh, dosis

rata-rata dalam tiap organ atau jaringan yang terkena harus tidak lebih dari 50

mSv (Depkes, 2006).

Paparan Pasien dan Dosis

Dosis pasien dari radiografi dental biasanya sebesar yang diterima organ

target, ukuran yang paling umum adalah paparan pada kulit atau permukaan.

Paparan permukaan yang diperoleh secara langsung merupakan cara paling mudah

untuk mencatat paparan pasien terhadap sinar X. Rincian jumlah yang kecil tetap

dipakai untuk menghitung dosis yang diterima oleh organ yang berada atau dekat

dengan titik pengukuran. Target organ lain umumnya termasuk sumsum tulang,

kelenjar tiroid dan gonad. Dosis aktif sumsum tulang merpakan ukuran yang

Page 52: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

7

penting karena merupakan target organ yang dipercaya bertanggung jawab atas

leukemia akibat radiasi. Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada paparan

berlebihan di tiroid adalah bahwa kelenjar ini mempunyai rata-rata kecenderungan

kanker yang tinggi. Dosis gonad penting karena respek genetik terhadap paparan.

Dosis Aktif Sumsum Tulang

Dosis aktif sumsung tulang berasal dari dosis jaringan spesifik yang sesuai

dengan efek stokastik sebagian, leukemia. Dosis akut sumsum tulang adalah dosis

radiasi rata-rata pada seluruh sumsum tulang aktif. Dosis sumsum tulang aktif

berasal dari survey intraoral seluruh mulut dengan sudut bundar sekitar 0,142

mSv. Sekali terekspos dengan sudut rectangular hanya sekitar 0,06 mSv.

Radiografik panoramik memberikan dosis sumsum tulang aktif sekitar 0,01 mSv/

film. Sebagai perbandingan dosis tulang aktif dalam 1 film thorax adalah 0,03

mSv.

Dosis Tiroid

Besarnya kelenjar tiroid merupakan faktor penting dalam menentukan

besarnya dosis yang diterima. Sebagai contoh pemeriksaan radiografi spina

servikal dapat menerima 4 paparan terpisah dari dosis total, yaitu sekitar 5,5 mGy.

Selama pemeriksaan, kelenjar tiroid berada di pusat radiasi. Di sisi lain radiografi

thorax hanya memberi dosis tiroid sebesar 0,01 mGy, umumnya radiasi sinar

hambur. Beberapa studi melaporkan bahwa dosis tiroid radiografik oral relatif

rendah. Pemeriksaan mulut komplit dengan film A21 memberikan dosis tiroid

0,94 mGy, nilai ini 1/6 dari pemeriksaan radiografi sinar servikal. Dosis tiroid

dalam radiografi panoramik sekitar 74 µGy, 1% dari pemeriksaan spina servikal.

Dosis Gonad

Radiografi pada abdomen memberikan dosis paling tinggi pada gonad;

kepala, leher dan ekstremitas menghasilkan dosis paling rendah. Sebagai contoh

radiografi pada ginjal, ureter dan empedu ( retrograde pyelogram ) dilaporkan

memberikan dosis gonad 1,07 mGy pada wanita dan 0,08 mGy pada pria, ketika

dosis radiografi tengkorak kurang dari 0,005 mGy pada keduanya. Sebagai

Page 53: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

8

kategori umum, pemeriksaan sinar X dental hanya memberikan dosis secara

umum 1,0 µGy. Kontribusi ini hanya 0,003 % dari rata-rata paparan pada

umumnya.

Dosis Efektif

Penting untuk dibuat perbandingan langsung dari hal yang telah dibahas

sebelumnya untuk memperkirakan resiko yang mungkin terjadi, bagaimanapun

pernyataan yang menyebutkan satu radiografi periapikal dental memberikan lebih

dari 10x radiasi sinar thorax ( di bagian paparan permukaan, 217 dengan 16 mR )

tidak sepenuhnya benar karena perbedaan dalam area paparan dan organ kritis.

Perbedaan ini dapat digantikan dengan kalkulasi dari E, dimana paparan terhadap

seluruh tubuh membawa kemungkinan efek radiasi yang sama dengan paparan

sebagian tubuh dengan metode penghitungan ini survey mulut lengkap dari 20

film dengan dosis yang optimal ( misal film kecepatan E, sudut rectangular )

ditemukan memberikan jumlah radiasi ½ dari satu film thorax dan kurang dari 1%

jumlah studi Barium di intestinal

Metode Pengurangan Paparan dan Dosis

Waspada terhadap resiko potensial berhubungan dengan penggunaan

radiasi ionisasi dan resikonya terhadap kesehatan adalah langkah pertama dalam

pengurangan paparan dan dosis dalam diagnostik radiografi. Langkah kedua yaitu

menggunakan teknik, material dan peralatan yang mengoptimalkan proses radiasi.

Optimalisasi proses radiologi merupakan cara terbaik untuk memaksimalkan

keuntungan pasien dengan meminimalkan paparan pada pasien dan operator.

Pada bagian ini, metode pengurangan paparan dan dosis dijelaskan seperti

yang biasa digunakan untuk radiografi oral. Setiap bagiannya dimulai dengan

rekomendasi American Dental Association (ADA) Council on Dental Materials,

Instruments, and Equipments berdasarkan pada penggunaan optimal proses

radiologi. Hal ini diikuti dengan diskusi sehingga rekomendasi ini lebih

memuaskan. Termasuk juga rekomendasi NCRP dan peraturan federal mengenai

penggunaan radiasi ionisasi.

Page 54: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

9

Sebagai tambahan peraturan federal, negara memiliki hukum tersendiri

mengenai radiasi ionisasi. Meskipun kebanyakan sama dengan rekomendasi ADA

dan NCRP, seluruh praktisi harus berkonsultasi dengan lembaga pengontrol

radiasi dinegaranya untuk mendapat informasi terbaru.

Seleksi Pasien

Telah dilaporkan bahwa 3 dari 4 kasus ortodontis lebih percaya diri setelah

ada bukti radiografi. Pada beberapa instansi, kurang dari 1 % seluruh radiografi

tidak berpengaruh pada perawatan pasien. Laporan ini menyebabkan keraguan

atas penilaian profesional sebagai kriteria dasar bagi seleksi pasien. Diadakan dua

konferensi nasional untuk menyimpulkan implementasi dan pengembangan

kriteria seleksi radiografi yang lebih spesifik untuk membantu penilaian

profesional praktisi. Kriteria ini menyajikan keterangan yang jelas bagi seleksi

pasien, yang dapat mengurangi jumlah pemeriksaan radiografi yang tidak

produktif dan paparan pasien dari sinar x.

Kriteria seleksi radiografi juga dikenal sebagai highyield atau referral

criteria, adalah riwayat klinis dan historis yang menyediakan informasi pengaruh

pemeriksaan radiografi terhadap perawatan atau prognosis. The Dental Patient

Selection Criteria Panel ditetapkan oleh the Center for Devices and Radiological

Health of the Food and Drug Administration, bertanggung jawab merumuskan

kriteria seleksi bagi radiografi oral. Petunjuk ini menemukan 43% radiograf

digunakan untuk mendeteksi karies, 3,3% untuk mendeteksi lesi. Ketika petunjuk

ini digunakan, jumlah intraosseous yang hilang dan kondisi gigi tidak

diperhitungkan, memberikan variasi diantara klinisi dalam perawatan dan

diagnosis. Kebalikan dari temuan ini, survei melaporkan bahwa hanya 37% dokter

gigi yang memilih untuk selektif sesuai kebutuhan pasien.

Page 55: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

10

Langkah –langkah Pemeriksaan

Ketika telah diputuskan pemeriksaan radiografi diperlukan, cara pemeriksaan

yang dilakukan mempengaruhi paparan pasien terhadap radiasi sinar x. Langkah

pemeriksaan dapat dibagi menjadi pemilihan peralatan, teknik, operasi peralatan

dan proses serta interpretasi gambar radiografi.

Pemilihan Alat

Pemilihan alat termasuk seleksi penerima gambar, jarak titik fokus ke film, sudut,

filtrasi dan tipe apron dan kerah timbal.

Seleksi Reseptor Reseptor gambar intraoral. Pada 1920, film sinar x gigi biasa diperkenalkan oleh

Eastman Kodak Company. Gambar yang dihasilkan oleh film ini sangat bagus

untuk saat itu, tapi kecepatannya sangat rendah dimana radiografi untuk daerah

molar atas dewasa membutuhkan 9 detik paparan. Sejak saat itu, film yang lebih

cepat telah dikembangkan. Baru-baru ini, film sinar x dental intraoral tersedia

dalam 2 kelompok kecepatan D dan E. Secara klinis, kelompok E hampir 2x lebih

cepat dari film kelompok D dan sekitar 50x lebih cepat film biasa. Ini berarti

paparan 9 detik pada 1920 telah dikurangi menjadi sekitar 0,2 detik dengan

penggunaan film kecepatan E.

Film yang cepat diperlukan untuk mengurangi paparan. Kemungkinan

penurunan kualitas gambar yang berhubungan dengan peningkatan kecepatan,

peningkatan ukuran atau bentuk kristal halida perak dalam emulsi film juga harus

dipertimbangkan. Apabila waktu paparan yang lebih singkat meyebabkan kualitas

gambar menurun, tidak menguntungkan menggunakan film cepat. Tak lama

setelah film kecepatan E pada 1981 dilakukan studi untuk membandingkan film E

dan D dalam hal kualitas diagnostik gambar. Film E memiliki skala densitas yang

sama, kontras yang sedikit lebih baik dan kualitas gambar yang sama dengan film

D bila penanganan dan proses film diperhatikan dengan baik. Studi ini dan studi

lainnya membuktikan bahwa film E dapat digunakan untuk pemeriksaan

radiografik intraoral rutin tanpa mengorbankan informasi diagnostik.

Pada 1944 Eastman Kodak Company memperkenalkan film E yang telah

disempurnakan (Ektaspeed plus), emulsi yang berdasarkan pada teknologi tabular

Page 56: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

11

grain yang mirip dengan film T-Mat. Ektaspeed plus lebih cepat dan lebih sensitif

pada kondisi saat proses, terlihat kurang berbutir dan memiliki kontras tinggi dan

paparan mirip dengan film D.Film E dengan kecepatan lain (M2Comfort, Agva-

Gevaert, N.Y.) mirip dengan Ektaspeed Plus dalam mendeteksi karies. Meski

telah dilaporkan keuntungan menggunakan film E, 73%-89% dokter gigi tetap

menggunakan film D.

Pengurangan dosis pasien hingga 60% dibandingkan film E dan 77% film

D didapat bila menggunakan radiografi intraoral digital direct. Pengurangan yang

signifikan dosis pasien harus berbanding terbalik dengan penurunan resolusi

gambar yang berhubungan dengan penggambaran digital. Film radiografi

memiliki kemampuan menghasilkan setidaknya 20 pasang garis per milimeter,

dimana gambar digital hanya 11.

Layar penguat. Aslinya layar penguat digunakan pada radiografi extraoral

yang dibuat dari kristal kalsium tungstate yang mengeluarkan sinar biru ketika

berinteraksi dengan sinar x. Layar kalsium tungstate menggunakan elemen alam

gadolinium dan lanthanum. Fosfor alam yang langka ini mengeluarkan sinar hijau

saat berinteraksi dengan sinar x. Ketika dikombinasikan dengan film sensitif

hijau, layar ini menjadi 8x lebih sensitif terhadap sinar x dibandingkan layar

penguat konvensional yang menggunakan film sensitif biru, tanpa menurunkan

kualitas gambar. Sensitivitas yang lebih tinggi atau kecepatan kombinasi film

menghasilkan pengurangan paparan pasien. Dibandingkan dengan layar kalsium

tungstate, layar alam menurunkan paparan pasien pada 55% panoramik dan

cephalometrik.

Pengurangan paparan selama radiografi extraoral didapat dengan

penggunaan film T-grain. Dikeluarkan sebagai T-Mat oleh Eastman Kodak

Company pada 1983, film ini mengandung butiran perak halida yang berbentuk

tabung dan lebih datar. Dengan permukaan yang datar dapat meningkatkan

kemampuan memperoleh sinar dari layar penguat. Film T-grain dengan layar alam

2x lebih cepat dibanding kombinasi film dengan layar tungstate dan 1 1/3x lebih

cepat dari kombinasi film layar alam tanpa kehilangan kualitas gambar.

Film extraoral terbukti tidak hanya menurunkan dosis paparan tapi juga

ramah lingkungan. Pada 1990, Kodak memperkenalkan T-Mat/RA (Rapid

Page 57: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

12

Access), emulsi yang dapat diproses secara kimia. Penemuan ini mengurangi

waktu proses hingga 45 detik juga menghasilkan proses kimia ramah lingkungan

yang lebih aman dengan memindahkan glutaraldehid.

Film extraoral yang dipapar oleh layar penguat menghasilkan resolusi

gambar setengah dari paparan film intraoral langsung. Satu alasan degradasi pada

sistem extraoral adalah hilangnya ketajaman gambar dan resolusi akibat sinar

yang dikeluarkan oleh satu layar yang melewati film yang memapar sisi

berlawanan dari emulsi film.

Sistem film layar Ultra-Vision (Du Pont) dirancang untuk meminimalkan

efek penggunaan fosfor yang mengeluarkan sinar ultraviolet, yang kurang mampu

melewati film untuk memapar sisi berlawanan. Gambar yang dihasilkan sistem ini

memiliki resolusi lebih tinggi. Sistem ini dapat digunakan untuk pengurangan 505

paparan. Kodak juga mengeluarkan Ektavision yang dirancang untuk mencegah

crossover, tetapi dilaporkan meningkatkan paparan.

Mirip dengan intraoral, panoramik digital dilaporkan menghasilkan

pengurangan dosis hingga 79%. Resolusi gambar dengan sistem ini tampaknya

mendekati film T-Mat.

Jarak Titik Fokus ke Film

Dua standar jarak titik fokus ke film (FSFDs), satu 20 cm (8 inches) dan

41 cm (16 inches). Ketika tabung sinar x dioperasikan diatas 50 kVp, satu dari

jarak ini memenuhi peraturan federal yaitu jarak sumber sinar x ke kulit harus

lebih 18 cm (7 inches) ( diasumsikan 2,5 cm [1 inch] jarak dari permukaan kulit

ke film).

Tidak berbeda dengan hukum federal, keputusan untuk penggunaan

didasarkan pada FSFD menghasilkan paparan pasien yang rendah dan gambar

diagnostik terbaik. Satu studi pada paparan pasien dari pemeriksaan radiografik

intraoral membandingkan 20 cm FSFD dengan 40 cm FSFD pada dosis organ.

Hasilnya menunjukkan penurunan 38% dosis tiroid dengan jarak lebih jauh ketika

digunakan sinar sinar x 90 kVp dan penurunan 45% pada 70 kVp. Hasil ini

muncul pada penggunaan film cepat (D atau E) dan termasuk fakta bahwa

Page 58: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

13

pemeriksaan intraotal dengan 40 cm FSFD terdiri dari 21 film dan 20 cm FSFD

hanya terdiri dari 18 film.

Sebagai tambahan pada penurunan dosis tiroid yang diperoleh dengan

FSFD yang lebih panjang, penggunaan jarak yang lebih jauh diperkirakan

menghasilkan pengurangan 32% volume jaringan terpapar. Hal ini karena jarak

yang lebih besar, dan sudut sinar x yang kurang divergen (Gbr 3-3). Pengurangan

volume jaringan terpapar harus diikuti pengurangan E. Studi terbaru melaporkan

penurunan E akibat penggunaan 30-cm FSFD dibanding 20-cm FSFD pada

simulasi 19 film pemeriksaan mulut lengkap menggunakan film D. Penggunaan

FSFD yang lebih panjang juga memperlihatkan ukuran titik fokus dan karenanya

secara teoritis meningkatkan resolusi gambar radiografi. Gambaran klinis

pengaruh ukuran titik fokus pada resolusi gambar masih dipertanyakan.

Collimation Peraturan federal mengharuskan penggunaan sudut sinar diatur sehingga

daerah radiasi pada permukaan kulit pasien adalah “…memiliki diameter

lingkaran tidak lebih dari 7cm (2 ¾ inches)…” ketika tabung sinar dioperasikan

diatas 50 kVp. Pada film intraoral no.2 (3,2 x 4,1 cm), ukuran daerah hampir 3x

paparan pada film. Seharusnya, paparan pasien dapat dikurangi dengan membatasi

sudut sinar x lebih dari yang tertera dalam pernyataan diatas. Hasil ini tidak hanya

menurunkan paparan pasien tapi juga meningkatkan kualitas gambar. Jumlah

radiasi yang dihamburkan harus sebanding dengan area terpapar. Apabila radiasi

sinar hambur menurun, kabut pada film menurun dan kualitas gambar meningkat.

Juga, pengurangan sudut menghasilkan ketajaman gambar karena pengurangan

fenomena geometrik penumbra.

Pembatasan sudut dapat disempurnakan dengan satu atau kombinasi

beberapa metode. Pertama, rectangular position-indicating device (PID) dapat

terkait dengan tempat tabung radiografik (Gambar 3-40). Penggunaan rectangular

PID yang memiliki orifis 3,5x4,4 cm ( 1,38 x 1,34 inches) mengurangi area

permukaan kulit pasien yang terpapar 60% dibanding yang round (7 cm) PID

(Gambar 3-3, C). Menurut FSFD, penggunaan tabung rectangular dapat

menurunkan E sebesar 71%-80%, pengurangan yang signifikan. Tetapi

Page 59: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

14

pengurangan sudut ini cukup sulit. Untuk menghindari kemungkinan

ketidakpuasan radiografi (cone cutting), direkomendasikan penggunaan instrumen

pemegang film yang terletak di pusat tabung dekat film.

Kedua, pemegang film dengan collimator rectrangular digunakan bersama

round PIDs; alat-alat tesebut mengurangi paparan pasien sama dengan

rectrangular PIDs. Penelitian mengenai E yang diterima selama pemeriksaan

mulut lengkap yang dibuat dengan pemegang film menggunakan tabung

rectangular dan bundar, tabung rectangular mengurangi dosis pasien pada

pemeriksaan intraoral sekitar 60% (Tabel 3-4). Kedua instrumen presisi (Masel

Enterprises, Bristol, Penn.) dan instrumen XCP (Dentsply/Rinn, Elgin, Ill) dengan

Tabung rectangular terpasang pada ujung cincin (Gambar 3-7) dapat diharapkan

memberi hasil yang serupa.

Keuntungan tabung rectangular pada kualitas gambar dan paparan pasien

tidak terlihat pada praktek klinik. Hanya 5%-8% dokter gigi menggunakan tabung

rectangular.

Filtrasi Sinar sinar x yang dikeluarkan dari tabung radiografik tidak hanya terdiri

dari photons sinar x energi tinggi, tetapi juga banyak photons dengan energi relatif

rendah. Photons energi rendah, yang memiliki kekuatan penetrasi, akan diserap

oleh pasien dan tidak memberikan informasi apapun pada film. Tujuan dari filtrasi

konvensional adalah untuk memindahkan photons energi rendah ini dari sinar x.

Hasil ini menurunkan paparan pasien tanpa kehilangan informasi radiologik.

Efek menguntungkan filtrasi telah diketahui sejak lama. Ketika tabung

sinar x difiltrasi dengan 3 mm alumunium, paparan permukaan berkurang 20%.

Berhubungan hal ini, pemerintah federal merancang jumlah filter yang dibutuhkan

untuk mesin sinar x dental yang dioperasikan berbagai kilovolt. Jumlah ini

menunjukkan kualitas tabung (half-value layer [HVL]) terdapat di Tabel 3-5.

Sejalan dengan peraturan ini, pada 1993 Nation wide Evaluation of Sinar x Trends

(NEXT) mengeluarkan rata-rata HVL 2,3 mm alumuniun, setara dengan sekitar

73 kilovolt.

Page 60: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

15

Studi menunjukkan paparan pasien dapat dikurangi dengan memindahkan

photons energi sinar x rendah dan tinggi dari tabung, meninggalkan photons

energi midrange memapar film. Saran ini dihasilkan dari penemuan bahwa energi

sinar x paling efektif memproduksi gambar antara 35-55 keV. Filtrasi selektif dari

photon energi rendah dan tinggi ditunjukkan oleh samarium, erbium, yttrium,

niobium, gadolinium, terbium-activated gadolinium oxysulfide(Lanex, Eastman

Kodak), dan thulium activated lanthanum oxybromida (Quanta III, DuPont).

Penggunaan bahan ini dikombinasi dengan filtrasi alumunium mengurangi

paparan pasien 20%-80% dibanding filtrasi alumunium konvensional.

Bagaimanapun pengurangan paparan yang didapat dari filtrasi alam bukan tanpa

resiko. Penggunaan filter ini membutuhkan peningkatan waktu paparan (50%),

meningkatkan muatan tabung sinar x dan kemungkinan pergerakan pasien selama

paparan. Kualitas gambar juga dapat dipengaruhi penurunan kontras, ketajaman

dan resolusi.

Apron dan Kerah Timbal

Dosis gonad dari radiografi oral adalah minimal. Dasar perlindungan

radiasi dari prinsip ALARA menyebutkan bahwa tidak peduli sekecil apapun

dosis, efek merusak tetap ada. Setiap dosis yang dapat dikurangi tanpa kesulitan,

pengeluaran atau ketidaknyamanan harus dikurangi. Data terbaru menunjukkan

paparan pada film periapikal dental adalah 217 mR. Bila dosis gonad sama dengan

1/10000 dari total ambang paparan, dosis dari satu film periapikal dental

dikalkulasi menjadi 0,02 mR. Tidak peduli sekecil apaun, dosis ini tetap

menunjukkan ukuran kuantitas yang 2x dari dosis toleransi dan menurut ALARA

harus dikurangi jika mungkin. Solusi untuk hal ini adalah penggunaan apron

timbal, yang dapat mengurangi 98% radiasi sinar hambur ke gonad. Dengan

penggunaan alat ini, dosis gonad dari satu film periapikal dental dapat

dikalkulasikan menjadi 0,4 µR. Jumlah ini 60x lebih sedikit dari dosis yang

dihasilkan satu penerbangan pesawat.

Meski kalkulasi dan perbandingan menunjukkan bahwa dosis gonad relatif

kecil, tidak ada argumentasi yang valid untuk tidak menggunakan apron secara

rutin (Gbr 3-8). Argumen serupa berlaku bagi tiroid yang ditemukan dapat

Page 61: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

16

mengurangi paparan terhadap kelenjar ini hingga 92% (Gbr 3-9). Penggunaan alat

ini tidak sulit, tidak beresiko ataupun tidak nyaman, bahkan alat ini

memperhatikan kepentingan pasien.

Hal ini dan berbagai informasi berhubungan dengan dosis pada janin

selama prosedur radiografi oral dan rekomendasi NCRP mengenai paparan pada

janin embrio maka Dental Patient Selection Criteria Panel memutuskan bahwa

pemeriksaan radiografi bukan kontraindikasi pada kehamilan. Tetapi keputusan

menggunakan sinar x ketika pasien hamil tergantung individu. Pasien harus

waspada pada kebutuhan radiograf dan jumlah relatif paparan sebelum film

dibuat.

Pemilihan Teknik Intraoral

Tidak ada rekomendasi atau pengaturan yang spesifik mengenai teknik

radiografi intraoral. Oleh karena itu pemilihan teknik (bisektris atau paralel)

terserah pada praktisi. Apapun teknik yang dipilih, film holder harus digunakan.

Pengurangan yang signifikan terlihat ketika alat ini digunakan dibanding

dukungan manual dari pasien.

Keputusan teknik mana yang digunakan harus berdasar pada kualitas

diagnostik hasil radiografi, efisiensi penggunaan radiasi dan kenyamanan teknik.

Semakin efisien teknik, radiograf tidak perlu diulang dan paparan semakin sedikit.

Studi mengenai perbandingan efisiensi teknik bisektris dan paralel menyatakan

bahwa jumlah radiograf yang tidak terdiagnosis berkurang lebih dari setengahnya

ketika pemeriksaan lengkap intraoral dilakukan dengan teknik paralel. Bila

diasumsikan bahwa seluruh radiograf yang tidak terdiagnosis diulang, penggunaan

teknik bisektris mengarah pada peningkatan paparan yang signifikan. Studi ini

menggunakan instrumen Rinn XCP untuk penempatan film paralel, tapi laporan

mengenai efisiensi penggunaan instrumen Precision menunjukkan hasil yang

serupa. Instrumen Precision dengan sudut rectangular mengurangi paparan , meski

hasil serupa dapat diperoleh dengan Rinn XCP dan PID rectangular atau

Collimator rectangular yang dijepit ke cincin.

Page 62: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

17

Pengoperasian Alat

Pengoperasian peralatan sinar x termasuk seleksi terhadap faktor teknik

mesin yang memadai, kilovoltage dan miliampere-seconds.

Kilovoltage . Praktisi dapat memilih kilovoltage tinggi (90) atau rendah (70) yang

sesuai untuk keperluan diagnosis. Kilovoltage adalah faktor paparan yang

mengendalikan ambang energi sinar x. Bila kilovoltage menurun, ambang energi

sinar x yang efektif menurun dan kontras gambar radiografik meningkat. Dalam

teori kontras gambar yang tinggi lebih sesuai untuk menggambarkan perbedaan

besar densitas pada objek seperti karies atau kalsifikasi jaringan lunak.Tetapi

pengaruh kilovoltage terhadap keakuratan diagnosis karies tidak terlalu penting.

Bila kilovoltage meningkat, ambang energi sinar x meningkat dan kontras gambar

radiografi menurun. Gambar dengan kontras rendah memungkinkan visualisasi

perbedaan kecil densitas dalam objek. Tipe kontras gambar lebih berguna pada

diagnosis periodontal dimana perubahan dalam tulang harus dapat dideteksi.

Teknik kilovoltage tinggi menghasilkan kontras gambar rendah juga mengurangi

dosis efektif pada pemeriksaan intraoral. Dosis efektif yang berasal dari produksi

radiograf dengan densitas yang dapat dibandingkan berkurang 23% dengan

peningkatan kilovoltage dari 70 ke 90.

Pengenalan potensial tetap atau unit sinar x dental frekuensi tinggi

memungkinkan untuk menghasilkan radiograf berkualitas diagnosis dengan

kilovoltage rendah dan kadar pengurangan radiasi. Mesin Intrex (Keystone Sinar

x), yang dioperasikan pada 70 kVcp, dibandingkan dengan unit sinar x

konvensional self-rectified yang juga dioperasikan pada 70 kVp. Paparan

permukaan yang diperlukan untuk menghasilkan densitas radiografik lebih rendah

26% pada unit Intrex constant-voltage. Penemuan ini berasal dari fakta bahwa

ambang sinar x yang dihasilkan oleh mesin Intrex sama dengan energi photon

yang mendekati dengan yang dihasilkan unit self-rectified yang dioperasikan pada

80kVp.

Milliampere-seconds. Dari tiga kondisi teknis (voltage tabung, filtrasi dan waktu

paparan), waktu paparan merupakan faktor paling krusial yang mempengaruhi

kualitas diagnostik. Dalam hal paparan, kualitas gambar optimal adalah densitas

Page 63: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

18

diagnostik, dan bukan overexposed (terlalu gelap) atau underexposed (terlalu

terang). Keduanya merupakan paparan yang tidak perlu. Densitas gambar

dikendalikan oleh kuantitas sinar x yang dihasilkan, yang paling baik dikontrol

oleh kombinasi miliampereage dan waktu paparan yang disebut milliampere-

seconds (mAs).

Densitas diagnostik merupakan pilihan masing-masing sebagai petunjuk.

Paparan pasien secara langsung berhubungan dengan mAs. Tabel 3-6 mendata

kisaran nilai mAs yang diperlukan untuk memapar film intraoral sehingga didapat

densitas yang tepat. Secara umum radiograf dengan densitas tepat harus

memperlihatkan gambaran jaringan lunak yang kabur. Hal ini berhubungan

dengan densitas optikal sekitar 1,0 dalam email dan dentin. Tingkat densitas

gambar ini dapat diperoleh dengan menggunakan nilai yang ada dalm tabel,

setelah mempertimbangkan umur dan kondisi fisik pasien. Sebagai contoh, 2,2

mAs disarankan untuk dewasa ketika digunakan film E dan 90 kilovoltage. Nilai

ini didapat dengan menggunakan milliamperage 10 dan waktu paparan 0,22 detik

(13 impuls). Bila kilovoltage ditingkatkan untuk mengurangi kontras gambar,

mAs harus dikurangi atau film akan overexposed.

Waktu foto secara rutin digunakan pada beberapa prosedur radiografik

medis. Teknik ini menggunakan phototimer untuk mengukur jumlah radiasi yang

mencapai film dan secara otomatis memutuskan paparan setelah radiasi yang

mencapai film mencukupi untuk menghasilkan densitas yang tepat. Teknologi ini

tersedia pada beberapa mesin panoramik;kemampuan photodioda yang sangat

kecil memungkinkan tipe ini mengontrol paparan secara otomatis dalam radiografi

intraoral.

Proses Pengolahan Film

Sebab utama paparan radiasi pada pasien yang tidak perlu adalah

kelebihan paparan pada film yang disengaja. Overexposed adalah kompensasi dari

kegagalan pemrosesan film. Hal ini tidak hanya menyebabkan paparan yang tidak

perlu, tapi juga menghasilkan film yang yang tidak memenuhi kualitas diagnosis.

Sebaliknya paparan radiografi yang tepat menjadi tidak berguna bila tidak

memenuhi kualitas diagnostik akibat kesalahan prosedur pemrosesan. Sebuah

Page 64: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

19

studi menyebutkan bahwa 6% dari radiograf dental yang diterima tidak memadai

karena pemrosesan yang tidak tepat. Studi lain pada 500 foto panoramik

menemukan bahwa rata-rata film mengandung setidaknya satu kesalahan proses.

Waktu-temperatur proses, dan menjaga keadaan ruang gelap adalah cara terbaik

untuk memperoleh kualitas film optimal.

Penggunaan mesin untuk proses film dental semakin meluas. Sebanyak

93% dokter gigi dilaporkan telah menggunakan prosesor film dental. Prosesor

film dapat meningkatkan paparan pasien bila tidak dikendalikan secara tepat.

Suatu studi menunjukkan bahwa 30% dari pengulangan foto disebabkan oleh

densitas film tidak tepat yang secara langsung berhubungan dengan perubahan

prosesor. Pengenalan mengenai program pengendalian dapat mengurangi rata-rata

pengulangan, yang dapat mengurangi paparan pasien dan resiko operator.

Interpretasi Gambar

Radiograf paling baik dilihat dalam ruang agak gelap dengan sinar yang

mengarah langsung ke film; semua sinar dari luar harus dihilangkan. Radiograf

harus dipelajari dengan kaca pembesar untuk mendeteksi perubahan mendetil

densitas gambar. Berbagai intensitas sumber sinar juga harus tersedia. Hal ini

dapat menggantikan film overexposed atau underexposed atau film dengan

kesalahan proses. Banyak film dapat diselamatkan dengan cara ini, termasuk

menghindari pengulangan foto dan paparan radiasi tambahan ( Goaz, 1994).

MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

Menurut peraturan pemerintah no. 63 tahun 2000 setiap instalasi yang

menggunakan radiasi pengion wajib menerapkan Manajemen Keselamatan

Radiasi, yang meliputi (Depkes RI, 2006) :

1) Organisasi Proteksi Radiasi

Pengusaha/Instalasi yang menggunakan sumber radiasi pengion wajib

membentuk organisasi proteksi radiasi agar dalam pemanfaatan tenaga nuklir

semua persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilaksanakan sesuai

ketentuan.

2) Pemantauan Dosis Radiasi dan Radioaktivitas

Page 65: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

20

Untuk mengetahui besar dosis yang diterima oleh pekerja radiasi maka

dilakukan pemantauan dosis. Setiap pekerja radiasi wajib menggunakan

dosimeter perorangan baik yang dapat dibaca langsung maupun yang tidak

dapat dibaaca langsung sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan.

3) Peralatan Proteksi Radiasi

Pengusaha/Instalasi yang menggunakan sumber radiasi pengion harus

menyediakan dan mengusahakan peralatan proteksi radiasi, pemantauan dosis

perorangan, pemantauan daerah kerja dan pemantauan lingkungan yang dapat

berfungsi dengan baik sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan.

4) Pemeriksaan Kesehatan

Setiap orang yang akan bekerja sebagai pekerja radiasi harus sehat dan

minimal berusia 18 tahun. Pengusaha instalasi harus menyelenggarakan

pemeriksaan yang meliputi; pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,

pemeriksaan berkala selama masa kerja, dan pemeriksaan kesehatan pada

waktu pemutusan hubungan kerja. Apabila dipandang perlu dapat dilakukan

pemeriksaan khusus.

5) Penyimpanan Dokumentasi

Dokumentasi yang memuat catatan dosis, hasil pemantauan daerah kerja, hasil

pemantauan lingkungan, dan kartu kesehatan pekerja harus disimpan paling

tidak selama tiga puluh tahun terhitung sejak pekerja radiasi bekerja.

6) Jaminan Kualitas

Program jaminan kualitas harus dilakukan sejak dari perencanaan,

pembangunan, pengoperasian dan perawatan.

7) Pendidikan dan Pelatihan.

Setiap pekerja radiasi harus memperoleh pendidikan dan pelatihan tentang

keselamatan dan kesehatan kerja terhadap radiasi.

Page 66: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif sederhana,

dimana penelitian dilakukan dengan mengambil sampel dari suatu populasi

tertentu dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data (Singarimbun

dan Effendi, 1989).

3.2 Populasi dan Sampel yang digunakan

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah :

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ko-Ass di

lingkungan kerja RSGM FKG UNPAD

3.2.1 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ko-Ass yang

melakukan pemotretan di bagian radiologi. Sampel dalam penelitian

ini adalah 38 orang, diambil secara purposive sampling, dimana

pengambilan sampel berdasarkan kriteria/pertimbangan perseorangan

atau pertimbangan peneliti (sudjana,1996).

Kriteria yang dipakai dalam pengambilan sampel adalah :

1. Semua mahasiswa Ko-Ass yang melakukan pemotretan di bagian

radiologi

2. Sudah memasuki masa studi Ko-Ass bukan pra Ko-Ass

3.3 Tahap-tahap Penelitian

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuisioner

pada mahasiswa Ko Ass yang melakukan pemotretan di bagian

radiologi RSGM FKG UNPAD.

Page 67: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

22

3.3.2 Pengisian kuesioner

Pengisian kuisioner oleh mahasiswa dengan kriteria responden

yang telah ditetapkan sebelumnya dan pengisian dilakukan pada

saat menunggu hasil pemotretan foto rontgen.

3.3.2 Pengolahan Kuisioner

Pengolahan Kuisioner dilakukan dengan mengelompokkan

jawaban yang sama dari setiap pertanyaan dan disajikan dalam

bentuk grafik kemudian dikategorikan berdasarkan skala linkert

(Singarimbun,1989), yaitu :

Kategori sangat baik 81 -100 %

Kategori Baik 61 - 80 %

Kategori Cukup Baik 41 - 60 %

Kategori Kurang Baik 21 - 40 %

Kategori Sangat Tidak Baik 0 - 20 %

3.4 Definisi Operasional

Health Physics (prinsip proteksi radiasi) adalah untuk mencegah

timbulnya efek deterministik dan efek stokastik dengan meminimalkan paparan

terhadap petugas dan pasien selama pemeriksaan radiografik.

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian radiologi RSGM FKG UNPAD. Waktu

penelitian dari tanggal 1 desember sampai 30 desember 2006.

Page 68: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

.

23

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh melalui kuisioner ini, dapat diketahui

sebagai berikut :

Grafik 4.1 Pengetahuan mengenai bahaya yang mungkin timbul dari pemotretan

gigi, menjawab ya dan menyebutkan contoh bahayanya

Dari grafik di atas, dapat dilihat sebanyak 35 orang responden menjawab

ya (mengetahui) dengan contoh bahayanya yaitu mutasi gen, kanker, serostomia,

mukositis, efek stokastik dan non stokastik, radiasi, kematian jaringan, kecacatan

pada janin, kerusakan sel-sel kelenjar, osteoradionekrosis. Sebanyak 2 orang

responden menjawab ya (mengetahui) tapi tidak menyebutkan contoh bahayanya

dan 1 orang responden menjawab tidak mengetahui mengenai bahaya yang

mungkin timbul dari pemotretan gigi dan menyebutkan contoh bahayanya.

05

10152025303540

Ya(mengetahui)

Tidakmengetahui

Page 69: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

.

24

Grafik 4.2 Pengetahuan responden mengenai resiko pasien terkena dampak

bahaya tersebut diatas

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 37 orang responden menjawab

ya (mengetahui), 1 responden menjawab tidak mengetahui mengenai resiko pasien

terkena dampak bahaya tersebut diatas.

Grafik 4.4 Pengetahuan responden mengenai prinsip ALARA

Dari grafik diatas, dapat dilihat tidak ada responden menjawab ya

(mengetahui), sebanyak 38 responden menjawab tidak mengetahui mengenai

prinsip ALARA.

05

10152025303540

ya(mengetahui)

Tidakmengetahui

05

10152025303540

ya(mengetahui)

tidakmengetahui

Page 70: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

.

25

Grafik 4.4 Pengetahuan responden mengenai prinsip proteksi radiasi

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 37 responden menjawab ya

(mengetahui), 1 orang responden menjawab tidak mengetahui mengenai prinsip

proteksi radiasi.

Grafik 4.5 Pengetahuan responden mengenai dilakukannya foto Rontgen

berdasarkan hasil pemeriksaan klinis yang diperlukan untuk

menunjang diagnosa

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 37 responden menjawab ya

(mengetahui), 1 orang responden menjawab tidak mengetahui mengenai

dilakukannya foto rontgen berdasarkan hasil pemeriksaan klinis yang diperlukan

untuk menunjang diagnosa.

05

10152025303540

ya(mengetahui)

tidakmengetahui

05

10152025303540

ya(mengetahui)

tidakmengetahui

Page 71: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

.

26

Grafik 4.6 Pengetahuan responden sebagai operator mengenai sinar Rontgen yang

harus diatur sesuai kebutuhan, berdasarkan diagnosa rujukan dokter.

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 32 responden menjawab ya

(mengetahui), 6 responden menjawab tidak mengetahui mengenai sinar rontgen

yang harus diatur sesuai kebutuhan, yang berdasarkan diagnosa rujukan dokter.

Grafik 4.7 Pengetahuan responden sebagai operator mengenai perlunya tubuh

pasien dan leher pasien tertutup apron untuk melindungi dari

bahaya sinar rontgen pada tubuh dan kelenjar tiroid

Dari grafik diatas, dapat dilihat 35 responden menjawab ya (mengetahui),

3 responden menjawab tidak mengetahui mengenai perlunya tubuh pasien dan

leher pasien tertutup apron untuk melindungi dari bahaya sinar rontgen pada tubuh

dan kelenjar tiroid.

0

5

10

15

20

25

30

35

ya(mengetahui)

tidakmengetahui

0

5

10

15

20

25

30

35

ya(mengetahui)tidakmengetahui

Page 72: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

.

27

Grafik 4.8 Pengetahuan responden sebagai operator pemeriksaan berkala alat

foto Rontgen yang dilakukan Badan Pengawas Tenaga Nuklir untuk

mencegah bahaya radiasi terhadap pasien, operator dan masyarakat

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 16 responden menjawab ya

(mengetahui), 16 responden menjawab tidak mengetahui mengenai pemeriksaan

berkala alat foto rontgen yang dilakukan oleh Badan Pengawas Nuklir untuk

mencegah bahaya radiasi terhadap pasien, operator dan masyarakat sekitar.

Grafik 4.9 Pengetahuan responden sebagai operator mengenai alat foto rontgen

yang selalu diperiksa dan di uji kelayakan oleh Badan Pengawas

Tenaga Nuklir untuk menjaga pasien dari bahaya radiasi

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 20 responden menjawab ya

(mengetahui), 18 responden menjawab tidak mengetahui mengenai alat foto

rontgen yang selalu diperiksa dan di uji kelayakan oleh Badan Pengawas Tenaga

Nuklir untuk menjaga pasien dari bahaya radiasi.

0

2

46

8

10

12

1416

ya(mengetahui)tidakmengetahui

17

17.5

18

18.5

19

19.5

20

ya(mengetahui)

tidakmengetahui

Page 73: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

.

28

Grafik 4.10 Pengetahuan responden sebagai operator mengenai pengaturan waktu

penyinaran, tegangan/voltase alat dan titik-titik penetrasi sinar sesuai

dengan gigi yang akan difoto rontgen pada saat pemotretan

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 36 responden menjawab ya

(mengetahui), 2 responden menjawab tidak mengetahui mengenai pengaturan

waktu penyinaran, tegangan/voltase alat dan titik-titik penetrasi sinar sesuai

dengan gigi yang akan difoto rontgen pada saat pemotretan.

Grafik 4.11 Pengetahuan responden sebagai operator mengenai harus adanya

jarak titik fokus ke film harus diatur supaya pasien mendapatkan

paparan sinar yang rendah tapi dapat diperoleh gambaran diagnostik

terbaik

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 32 responden menjawab ya

(mengetahui), 6 responden menjawab tidak mengetahui mengenai harus adanya

0

5

10

15

20

25

30

35

ya(mengetahui)tidakmengetahui

05

10152025

303540

ya(mengetahui)tidakmengetahui

Page 74: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

.

29

jarak titik fokus ke film harus diatur supaya pasien mendapatkan paparan sinar

yang rendah tapi dapat diperoleh gambaran diagnostik terbaik.

Grafik 4.12 Pengetahuan responden sebagai operator mengenai sudut sinar yang

harus diatur sehingga daerah radiasi pada permukaan kulit pasien

hanya mendapat sedikit paparan tetapi memperoleh kualitas gambar

yang baik

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 34 responden menjawab ya

(mengetahui), 4 responden menjawab tidak mengetahui mengenai sudut sinar

yang harus diatur sehingga daerah radiasi pada permukaan kulit pasien hanya

mendapat sedikit paparan tetapi memperoleh kualitas gambar yang baik.

Grafik 4.13 Pengetahuan responden sebagai operator mengenai jenis film yang

cepat terpapar yang harus digunakan dalam pemotretan untuk

mengurangi paparan terhadap pasien dan kualitas yang diperoleh

tetap terbaik

0

5

10

15

20

25

30

35

ya(mengetahui)tidakmengetahui

0

5

10

15

20

25

30

ya(mengetahui)tidakmengetahui

Page 75: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

.

30

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 8 responden menjawab ya

(mengetahui), 30 responden menjawab tidak mengetahui mengenai jenis film

yang cepat terpapar yang harus digunakan dalam pemotretan untuk mengurangi

paparan terhadap pasien dan kualitas terbaik tetap diperoleh.

Grafik 4.14 Pengetahuan responden sebagai operator mengenai teknik pemotretan

yang dipakai harus disesuaikan dengan bentuk tabung yang dipakai

Dari grafik diatas, dapat dilihat sebanyak 24 responden menjawab ya

(mengetahui), 14 responden menjawab tidak mengetahui mengenai teknik

pemotretan yang dipakai harus disesuaikan dengan bentuk tabung yang dipakai.

Grafik 4.15 Pertanyaan kuisioner terakhir mengenai perlu/ tidaknya dipasang

poster mengenai keamanan saat foto Rontgen

Dari grafik diatas, dapat dilihat semua responden menjawab perlu

dipasangnya poster mengenai keamanan disekitar ruang radiologi.

0

5

10

15

20

25

tahutidak tahu

05

1015202530

3540

ya (perlu)

tidak perlu

Page 76: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

.

31

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian diatas, diprosentasekan dan dikategorikan berdasarkan

skala Linkert, sehingga dapat diperoleh pembahasan seperti terurai di bawah ini.

Pengetahuan mengenai bahaya yang mungkin timbul dari pemotretan gigi,

sudah sangat baik dimana 99 % responden mengetahuinya. Begitu pula dengan

pengetahuan responden mengenai resiko pasien terkena dampak bahaya tersebut

diatas, 99 % responden mengetahui bahaya tersebut dan mampu menyebutkan

contoh bahaya tersebut. Pengetahuan tersebut diatas berdasarkan skala Linkert

dapat dikategorikan sangat baik, hal ini terjadi karena di bagian radiologi sangat

ditekankan bahaya radiasi yang mungkin timbul saat pemotretan gigi dan juga

banyak pengumuman-pengumuman yang dipasang di sekitar ruang pemotretan

mengenai bahaya dari sinar rontgen.

Pengetahuan mengenai ALARA sangat kurang baik dimana hampir 100 %

responden tidak mengetahui, sedangkan pengetahuan responden mengenai prinsip

proteksi radiasi dapat dikategorikan sangat baik dimana 99 % responden

mengetahui prinsip proteksi radiasi. Disini dapat terlihat kalau responden tidak

mengetahui bahwa prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable)

merupakan prinsip proteksi radiasi. Hal ini dapat terjadi disebabkan kurang

disosialisasikan istilah ALARA dalam kegiatan pemotretan responden sehingga

mahasiswa tidak begitu mengenal dengan istilah tersebut, padahal prinsip

ALARA tersebut sudah responden lakukan. Responden hanya mengetahui tentang

istilah prinsip proteksi radiasinya.

Pengetahuan responden mengenai dilakukannya foto rontgen berdasarkan

hasil pemeriksaan klinis yang diperlukan untuk menunjang diagnosa, dapat

dikategorikan sangat baik dimana 99 % responden mengetahuinya. Pengetahuan

tersebut dapat dikategorikan sangat baik karena setiap bagian/klinik yang ada di

RSGM sering merujuk ke bagian radiologi untuk melakukan Roentgen foto

dimana hasil foto tersebut sangat membantu dalam menegakkan diagnosa dan

sesuai dengan kegunaan dari roentgen foto sebagai alat penunjang dan pelengkap

untuk menegakkan diagnosa (White & Pharoah,2000).

Page 77: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

.

32

Pengetahuan responden sebagai operator tentang sinar Rontgen yang

harus diatur sesuai kebutuhan, yang didasarkan atas diagnosa dokter yang

merujuk, dapat dikategorikan sangat baik dimana 84 % responden

mengetahuinya. Pengetahuan tersebut sangat baik disebabkan para responden

dapat melakukan pemotretan berdasarkan surat rujukan yang terlebih dahulu

ditandatangani oleh dokter dari bagian/ klinik yang melakukan pemeriksaan

dengan mencantumkan diagnosa klinisnya.

Pengetahuan responden sebagai operator tentang perlunya tubuh pasien

dan leher pasien tertutup apron untuk melindungi pasien dari bahaya sinar rontgen

pada tubuh dan kelenjar tiroid, dapat dikategorikan sangat baik dimana 84 %

responden mengetahuinya. Pengetahuan tersebut sangat baik dikarenakan staf

bagian radiologi selalu melakukan pengawasan mengenai pemasangan apron

sebelum pemotretan.

Pengetahuan responden sebagai operator mengenai pemeriksaan berkala

alat foto rontgen yang dilakukan oleh Badan Pengawas Nuklir untuk mencegah

bahaya radiasi terhadap pasien, operator dan masyarakat sekitar, dapat

dikategorikan cukup baik dimana 42 % responden mengetahuinya. Pengetahuan

responden sebagai operator mengenai alat foto rontgen yang selalu diperiksa dan

di uji kelayakan pakainya oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir untuk menjaga

pasien dari bahaya radiasi dapat dikategorikan cukup baik dimana 52 %

responden mengetahuinya. Pengetahuan tersebut cukup baik dikarenakan para

responden sering mengetahui mengenai adanya kunjungan Badan Pengawas

Tenaga Nuklir ke bagian radiologi untuk mengadakan pemeriksaan berkala dan

uji kelayakan serta adanya surat pengumuman dari Bapeten yang ditempel oleh

bagian radiologi di sekitar ruang pemotretan mengenai hal tersebut.

Pengetahuan responden sebagai operator mengenai pengaturan waktu

penyinaran, tegangan/voltase alat dan titik-titik penetrasi sinar sesuai dengan gigi

yang akan difoto rontgen pada saat pemotretan dapat dikategorikan sangat baik

dimana 94 % responden mengetahuinya. Pengetahuan responden sebagai operator

mengenai harus adanya jarak titik fokus ke film harus diatur supaya pasien

mendapatkan paparan sinar yang rendah tapi dapat diperoleh gambaran diagnostik

terbaik dapat dikategorikan sangat baik karena 84 % responden mengetahuinya.

Page 78: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

.

33

Pengetahuan responden sebagai operator mengenai sudut sinar yang harus diatur

sehingga daerah radiasi pada permukaan kulit pasien hanya mendapat sedikit

paparan tetapi memperoleh kualitas gambar yang baik dapat dikategorikan sangat

baik karena 89 % responden mengetahuinya. Hal ini dapat terjadi karena bagian

radiologi menerapkan peraturan dan pengawasan sangat ketat sebelum melakukan

pemotretan mengenai pengaturan waktu penyinaran, tegangan/voltase alat dan

titik-titik penetrasi sinar sesuai dengan gigi yang akan difoto dan hal tersebut di

atas juga sering ditekankan pada pembelajaran pre-klinik.

Pengetahuan responden sebagai operator mengenai jenis film cepat

terpapar (speed film) yang harus digunakan dalam pemotretan untuk mengurangi

paparan terhadap pasien dan kualitas terbaik dapat diperoleh dapat dikategorikan

kurang baik hanya 21 % responden mengetahuinya. Hal ini disebabkan jarang

disosialisasikannya jenis film pada saat melakukan pemotretan.

Pengetahuan responden sebagai operator mengenai teknik pemotretan

yang dipakai harus disesuaikan dengan bentuk tabung yang dipakai, dapat

dikategorikan baik di mana 63 % responden mengetahuinya. Hal ini disebabkan

sering diadakan responsi mengenai teknik pemotretan yang akan dilakukan oleh

responden.

Pertanyaan kuisioner terakhir mengenai perlu/ tidaknya dipasang poster

mengenai keamanan saat foto rontgen di pasang di sekitar ruangan radiologi

RSGM FKG Unpad, semua responden menjawab perlu dipasang poster mengenai

keamanan tersebut, hal ini berarti secara tidak langsung responden sadar mengenai

pentingnya proteksi radiasi saat pemotretan.

Page 79: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pengetahuan dan kesadaran mahasiswa Ko-Ass mengenai prinsip dan teknik

proteksi radiasi pada saat pemotretan dan bahaya yang mungkin timbul dari

pemotretan gigi secara umum dapat dikategorikan baik

5.1 Saran

Saran untuk bagian radiologi berdasarkan hasil penelitian ini, yaitu

mengenai :

1) Perlunya dilakukan pengawasan melekat mengenai prinsip dan

teknik proteksi radiasi pada mahasiswa Ko-Ass, karena hal ini

penting sebagai fungsi pengendali dalam mencegah bahaya radiasi

2) Perlunya ditingkatkan pengetahuan mahasiswa Ko-Ass mengenai

prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) sebagai prinsip

proteksi radiasi

3) Perlu dipasang poster mengenai keamanan saat pemotretan dengan

sinar rontgen

Page 80: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

35

DAFTAR PUSTAKA

Arpansa. 2005. Radiation Protection Dentistry : Recomended Safety Procedurs for The Use For Dental X-ray Equipment. www. Arpansa.gov.au/pub/rps/rps10.pdf Pusat Kesehatan Kerja. 2006. Ketentuan Keselamatan Kerja dengan Radiasi.http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=137&ite. Depkes RI Badan Tenaga Atom Nasional.2002. Buku Pedoman Proteksi Radiasi di Rumah Sakit dan Praktek Umum Lainnya. Jawa Barat : Depkes Sastroamoro. 1995. Dasar-dasar Metologi Penelitian Klinis. Jakarta : Binarupa aksara Singarimbun, M & Effendy. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES Sudjana. 1996. Metoda statistika. Edisi 6. Bandung : Tarsito White & Goaz. 1994. Oral Radiology : Principles and Interpretation. Third edition. Philadelphia, sidney, toronto : Mosby White & Pharoah. 2000. Oral Radiology : Principles and Interpretation. Fourth edition. Philadelphia, sidney, toronto : Mosby

Page 81: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

39

RIWAYAT AKADEMIK

Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Agustus 1980 di Bandung, Jawa Barat

Pada tahun 1986-1992 penulis mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar

Negeri Bojong Manggu 1 Pameungpeuk Bandung.

Pada tahun 1992-1995 penulis mengikuti pendidikan di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 1 Banjaran Bandung.

Pada tahun 1995-1998 penulis mengikuti pendidikan di Sekolah

Menengah Umum Negeri 11 Bandung.

Pada tahun 1998-2005 penulis mengikuti pendidikan di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung.

Pada tahun 2006 penulis sebagai staf Pengajar di Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Padjadjaran Bandung.

Page 82: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

vii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman

1 Kuisioner Penelitian ………………………………………………. 36

2 Surat Izin Penelitian……………………………………………….. 38

Page 83: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

36

Lampiran 1

Kuisioner Tentang Keamanan Saat Pemotretan/Rontgen Foto

1. Apakah anda mengetahui tentang bahaya yang timbul dari pemotretan dengan sinar rontgen ? a. Ya, Bila ya, sebutkan :

……………………………………………………………………………………………… b Tidak

2. Apakah anda mengetahui kalau pasien beresiko terkena dampak dari bahaya tersebut diatas ? a. Ya b. Tidak

3. Apakah anda sebagai operator mengetahui tentang Prinsip Alara ? a. Ya b. Tidak

4. Apakah anda sebagai operator mengetahui tentang prinsip proteksi radiasi terhadap pasien ? a. Ya b. Tidak

5. Apakah anda mengetahui kalau foto Rontgen dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, untuk menunjang diagnosa?

a. Ya b. Tidak

6. Apakah sebagai operator anda mengetahui bahwa sinar Rontgen yang diberikan pada pemotretan harus diatur sesuai dengan kebutuhan, berdasarkan diagnosa rujukan dokter?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah sebagai operator anda mengetahui bahwa tubuh pasien harus dilindungi apron untuk mencegah bahaya sinar Rontgen terhadap tubuh pasien sampai menutup leher untuk melindungi kelenjar tiroid ?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah anda mengetahui bahwa peralatan foto Rontgen secara berkala selalu diperiksa oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir untuk mencegah bahaya radiasi terhadap pasien, operator dan masyarakat?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah anda mengetahui kalau alat foto Rontgen selalu diperiksa dan di uji kelayakan oleh

Badan Pengawas Tenaga Nuklir, untuk menjaga pasien dari bahaya radiasi ? a. Ya b. Tidak

Page 84: Gambaran Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi

37

10. Apakah anda mengetahui bahwa pada saat pemotretan, harus memperhatikan waktu penyinaran, tegangan/voltase alat, titik penetrasi sinar sesuai dengan gigi yang akan di Rontgen ?

a. Ya b. Tidak

11. Apakah anda mengetahui bahwa jarak titik fokus ke film harus diatur supaya pasien mendapatkan

paparan rendah dan gambar diagnostik terbaik ? a. Ya b. Tidak

12. Apakah anda mengetahui bahwa kalau sudut sinar harus diatur supaya daerah radiasi pada permukaan kulit pasien hanya mendapat sedikit paparan dengan kualitas gambar lebih baik ?

a. Ya b. Tidak

13. Apakah anda mengetahui bahwa i jenis film cepat (speed film) harus digunakan dalam

pemotretan untuk mengurangi paparan terhadap pasien tapi kualitas yang diperoleh tetap terbaik? a. Ya b. Tidak

14. Apakah anda mengetahui bahwa teknik pemotretan yang dipakai harus disesuaikan dengan bentuk

tabung yang dipakai ? a. Ya b. Tidak

15. Apakah menurut anda perlu ada poster mengenai keamanan saat foto Rontgen dipasang di ruang pemotretan bagian radiologi RSGM FKG UNPAD ?

a. Ya b. Tidak

Terima kasih atas kesediaan anda mengisi kuisioner ini. Mudah-mudahan menjadi salah satu amal

kebaikan anda. amin