GAMBARAN KESEHATAN SPIRITUAL ISLAM PERAWAT DI...
Transcript of GAMBARAN KESEHATAN SPIRITUAL ISLAM PERAWAT DI...
GAMBARAN KESEHATAN SPIRITUAL ISLAM PERAWAT
DI RSUD KABUPATEN TANGERANG
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana (S.Kep)
Oleh:
RISKA DWI SEPTIA
NIM 1113104000002
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1438 H/2017 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Stara I Keperawatan di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehtan universitas Islam Negeri (UIN) syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukanlah hasil asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain , maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Juni 2017
Riska Dwi Septia
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul
GAMBARAN KESEHATAN SPIRITUAL ISLAM
PERAWAT DI RSUD KABUPATEN TANGERANG
Telah Disetujui dan Diperiksa oleh Pembimbing Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh
Riska Dwi Septia
NIM. 1113104000002
Pembimbing I Pembimbing II
Ita Yuanita, S,Kp, M.Kep Dwi Setiowati, S.Kep, Ns, M.kep
NIP. 19700122 200801 2 005 NIP. -
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
iv
PERNYATAAN PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul
GAMBARAN KESEHATAN SPIRITUAL ISLAM PERAWAT
DI RSUD KABUPATEN TANGERANG
Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:
Riska Dwi Septia
NIM. 1113104000002
Pembimbing I Pembimbing II
Ita Yuanita, S,Kp, M.Kep Dwi Setiowati, S.Kep, Ns, M.kep
NIP. 19700122 200801 2 005 NIP. –
Penguji I
Karyadi S.Kp., M.Kep., PhD
NIP. 19710903 200501 1 007
Penguji II
Jamaludin, S.Kp., M.Kep
NIP. 19680522 200801 1 007
Penguji III
Dwi Setiowati, S.Kep, Ns, M.kep
NIP. -
Penguji IV
Ita Yuanita, S,Kp, M.Kep
NIP. 19700122 200801 2 005
v
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI DENGAN JUDUL
GAMBARAN KESEHATAN SPIRITUAL ISLAM PERAWAT
DI RSUD KABUPATEN TANGERANG
Telah disusun :
Riska Dwi Septia
NIM. 1113104000002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc
NIP. 19790210 200501 2 002
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. H., Arif Sumantri, S.KM., M.Kes
NIP. 196 50808 198803 1002
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NEGERI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Mei 2017
Riska Dwi Septia, NIM 1113104000002
Gambaran Kesehatan Spiritual Islam Perawat Di RSUD Kabupaten
Tangerang
xvi+ 78 halaman + 11 tabel + 2 bagan + 5 lampiran
ABSTRAK
Tingkat pemenuhan kebutuhan spiritual pasien oleh perawat masih rendah,
dikarenakan perawat merasa kurang nyaman dengan spiritualitas pribadinya
dan kurang menganggap penting kesehatan spiritual. Selain hal tersebut
kesehatan spiritual perawat dirumah sakit umum belum pernah diteliti. Tujuan
pada penelitian ini untuk mengetahui gambaran kesehatan spiritual islam
perawat. Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain
deskriptif. Sampel penelitian adalah 151 perawat di RSUD Kabupaten
Tangerang, dengan cara proportionate stratifed random sampling. Hasil
penelitian menunjukkan responden memiliki kesehatan spiritual tinggi sebesar
(51,0%) dan yang memiliki kesehatan spiritual rendah sebesar (49,0%).
Kesehatan spiritual berdasarkan komponennya, menunjukkan responden
memiliki kesejahteraan spiritual tinggi sebesar (60,3 %) dan kesejahteraan
spiritual rendah sebesar (39,7%), lokus kontrol spiritual tinggi sebesar (51,0%)
dan lokus kontrol spiritual rendah sebesar (49,0%), serta pengalaman spiritual
tinggi sebesar (53,0%) dan pengalaman spiritual rendah sebesar (47,0%).
Kesimpulan : tingkat kesehatan spiritual perawat di ruang rawat inap RSUD
Kabupaten Tangerang sebagian sudah termasuk dalam kategori tinggi. Saran:
dapat dijadikan masukan untuk perawat agar lebih memperhatikan serta
meningkatkan kesehatan spiritual, hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan terhadap pasien.
kata kunci : kesehatan spiritual, kesejahteraan spiritual, lokus kontrol,
pengalaman spiritual, perawat
vii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Undergraduate Thesis, Mei 2017
Riska Dwi Septia, NIM 1113104000002
Description Nurse’s Spiritual Health Islam At RSUD Kabupaten
Tangerang
xvi+ 78 page + 11 table + 2 chart + 5 attachement
ABSTRACK
The patient's level of spiritual fulfillment by nurses is still low, because the
nurse feels uncomfortable with her personal spirituality and lacks important
spiritual health. In addition, the spiritual health nurses at public hospitals has
never been researched. The purpose of this research is to know in the
description of the Islamic spiritual health nurses. The method of this research is
quantitative research with descriptive design. The research sample is 151
nurses at the RSUD Kabupaten Tangerang, by means of proportionate stratifed
random sampling. The results showed respondents have high spiritual health
registration (51.0%) and has a low of spiritual health (49.0%). Spiritual health
based on its components, showed respondents have high spiritual well-being of
(60.3%) and a low of spiritual well-being (39.7%), high spiritual control of
locus (51.0%) and a low of spiritual locus of control (49.0%), as well as high of
spiritual experience (53.0%) and a low of spiritual experience (47.0%).
Conclusion: the nurse in patient care unit RSUD Kabupaten Tangerang have a
high spiritual health. Suggestions: it can be used as suggestion for nurses to
observed and improve a spiritual health, it’s to improve the quality of health
service given to patients.
Keywords : spiritual health, spiritual well-being, locus-control, spiritual
experience, nurse
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Riska Dwi Septia
Tempat Tanggal Lahir : Gumaawang, 27 September 1994
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Alamat : Tugu Harum 003/001, Belitang Madang
Raya, OKU TIMUR
Telepon : 08993643374
E-Mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. TK Aisyah : 2000 - 2001
2. SDN 1 GUMAWANG : 2001 - 2007
3. SMPN 1 BELITANG : 2007 - 2010
4. SMAN 1 BELITANG : 2010 - 2013
5. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2013 - 2017
Riwayat Organisasi
1. Anggota NURTYDEMA : 2014-2015
2. MRI UIN Jakarta : 2015-2016
3. Anggota Klub Tari Tradisional : 2015-2016
4. DEMA FKIK : 2016-2017
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
taufik dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Gambaran Kesehatan Spiritual Islam Perawat Di RSUD Kabupaten
Tangerang”. Shalawat serta salam senantiasa kita limpahkan kepada Rasul kita
Muhammad SAW.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan
serta tantangan yang peneliti jumpai, namun berkat rahmat dan hidayah-Nya serta
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar
–besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Arif Sumantri, M.Kes Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSc selaku Ketua Program Studi dan Ibu
Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp. KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ita Yuanita, S,Kp, M.Kep dan ibu Dwi Setiowati, S.Kep, Ns, M.kep selaku
Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah
x
meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada
saya selama proses pembuatan proposal penelitian ini.
4. Ibu Yenita Agus, SKp., Mkep., Sp.Mat., PhD selaku Dosen Pembimbing
Akademik, yang telah memberi motivasi dan masukan selama proses
perkuliahan.
5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) maupun dosen tamu
yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya selama perkuliahan.
6. Kedua Orang tua saya, ayahanda Arbain dan ibunda Sri Mulyati yang telah
mendidik, mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo’akan
keberhasilan, serta memberikan bantuan baik moril maupun materiil tak
terhingga kepada saya. Tak lupa, kakakku Dicky Beri Pratama, Indah Putri
Lestari dan seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat tanpa henti dan
putus asa.
7. Awang setiawan Ns. Amd.yang selalu memberikan dukungan, motivasi, saran
serta doa sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
8. Sahabat-sahabat terbaik Ashri nabilah putrie, Santi Puspitasari, Aulia Rahma,
Sabrina Salsabila, Lisnani Hamidah, Asmawati Mulya, yang selalu
menyemangati, menghibur, membantu serta memberi referensi terbaik bagi
penelitian ini.
9. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2013
yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Trimaksih atas motivasi,
semangat, nasehat,serta kebersamaan yang telah diberikan selama
pembelajaran kuliah maupun dalam proses kegiatan lainnya.
xi
Sangat besar harapan saya proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal
penelitian ini masih banyak kekurangan dan kelemahan.. Oleh karena itu penulis
berharap adanya kritik serta saran yang membangun dari semua pihak. Semoga
kita semua senantiasa diberikan petunjuk, limpahan rahmat, hidayah, serta inayah
yang tak terhingga oleh Allah SWT.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciputat, Januari 2017
Peneliti
xii
DAFTAR ISI
Lembar Pernyataan.................................................................................................. ii
Pernyataan Persetujuan .......................................................................................... iii
Pernyataan Pengesahan .......................................................................................... iv
Lembar Pengesahan ................................................................................................ v
Abstrak ................................................................................................................... vi
Abstrack ................................................................................................................ vii
Daftar Riwayat Hidup .......................................................................................... viii
Kata Pengantar ....................................................................................................... ix
Daftar Isi................................................................................................................ xii
Daftar Singkatan.................................................................................................... xv
Daftar Bagan ........................................................................................................ xvi
Daftar Tabel ........................................................................................................ xvii
Daftar Lampiran ................................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 7
1. Tujuan Umum ....................................................................................... 7
2. Tujuan Khusus ...................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 7
E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 9
A. Konsep Spiritualitas ............................................................................................. 9
1. Spiritualitas ........................................................................................... 9
2. Tahapan Perkembangan Spiritual ....................................................... 11
3. Konsep Yang Berhubungan Dengan Spiritual .................................... 13
4. Karakteristik Spiritual ......................................................................... 15
xiii
B. Konsep Kesehatan Spiritual ............................................................................... 16
1. Kesehatan spiritual .............................................................................. 16
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Spiritual ................... 17
3. Indikator Kesehatan Spiritual ............................................................. 21
4. Kesehatan Spiritual Perawat ............................................................... 22
5. Kegiatan Untuk Mencapai Kesejahteraan Spiritual ............................ 24
6. Kesehatan Spiritual Dalam Islam........................................................ 25
7. Tanda Sehat Spiritual Islam ................................................................ 25
8. Dimensi Kesehatan Spiritual Islam ..................................................... 27
9. Komponen Kesehatan Spiritual dalam Islam ...................................... 31
C. Penelitian Terkait ................................................................................................ 39
D. Kerangka Teori ................................................................................................... 43
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL ..................... 44
A. Kerangka Konsep ............................................................................................... 44
B. Definisi Operasional ........................................................................................... 45
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 48
A. Desain Penelitian ................................................................................................ 48
B. Tempat Dan Waktu Penelitian .......................................................................... 48
C. Populasi, Dan Sampel......................................................................................... 48
1. Populasi ............................................................................................... 48
2. Sampel................................................................................................. 49
D. Instrumen Penelitian ........................................................................................... 51
E. Validitas Dan Reliabilitas Kuisoner .................................................................. 52
F. Prosedur Pengambilan Data ............................................................................. 54
G. Pengolahan Data ................................................................................................. 55
H. Analisis Data ....................................................................................................... 56
I. Etika penelitian ................................................................................................ 58
xiv
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 60
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................ 60
B. Karakteristik Responden .................................................................................... 62
C. Kesehatan Spiritual Islam Perawat ................................................................... 63
D.Kesehatan Spiritual Islam Perawat Berdasarkan Karakteristik Responden..64
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 66
A. Pembahasan ......................................................................................................... 66
B. Keterbatasan Penelitian ...................................................................................... 76
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 77
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 77
B. Saran ..................................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 79
LAMPIRAN ......................................................................................................... 83
xv
DAFTAR SINGKATAN
UIN : Universitas Islam Negeri
WHO : World Health Organization
STK : Spiritualitas Ditempat Kerja
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
ILO : International Labour Organization
SIR : Sistem Informasi Rumah Sakit
BUK : Bina Upaya Kesehatan
xvi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 : Kerangka Teori 43
Bagan 3.1 : Kerangka Konsep 44
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Table 2.1 Perbandingan Religi dan Spiritualitas
Tabel 2.2 Tahap Perkembangan Spiritual
Table 2.3 Karakteristik Spiritualitas
Tabel 2.4 Indikator Kesehatan Spiritual
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Jumlah Sampek Peruangan
Tabel 4.2 Kisi- Kisi Kuisoner Penelitian
Tabel 4.3 Skor Perhitungan Statistik Kesehatan Spiritual Islam dan
Komponennya
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Demografi
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kesehata
Spiritual Dan Komponennya
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Data Demografi dan
Kesehatan Spiritual Islam
11
11
16
21
46
50
52
57
62
63
64
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 Kuisoner Penelitian
Lampiran 3 Hasil Olah Data Statistik Komputer
Lampiran 4 Validitas Dan Reliabilitas Kuisoner
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Judgement Expert
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan yang merupakan tempat
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh suatu tim multidisiplin
termasuk tenaga perawat. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang profesional,
dimana perawat memiliki peranan yang paling besar sebagai pemberi asuhan
keperawatan yang bersifat humanistik, caring dan holistik. Asuhan keperawatan
secara holistik yang dimaksud adalah peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan
dasar manusia baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial / kultural dan spiritual
yang utuh dan unik (Potter & Perry, 2013).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan seseorang yang
dikatakan sehat harus memenuhi empat unsur kesehatan yaitu, aspek fisik, psikis,
sosial dan spiritual (Potter & Perry, 2013). Aspek spiritual merupakan salah satu
faktor penting dalam kesehatan seseorang, namun masih seringkali diabaikan
dalam pemenuhannya. Oleh sebab itu pemenuhan kebutuhan spiritual dan
emosional dari pasien merupakan tugas dari perawat. Pemenuhan asuhan spiritual
secara holistik dengan pemahaman yang terbuka dan hubungan baik dengan
orang lain dapat dilakukan oleh seseorang yang memiliki spiritualitas yang tinggi.
Studi yang dilakukan oleh Hamid (2008) dan Dehghaninejad (2015) mengatakan
bahwa kesejahteraan spiritual perawat berhubungan dengan kualitas kinerja dan
2
sikap perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien (Azarsa,
Davoodi, Khorami Markani, Gahramanian, & Vargaeei, 2015).
Spiritualitas menurut Mickley ET all dalam Potter & Perry, (2013) yaitu
suatu yang bersifat multidimensi, yang terdiri dari dimensi ekstensial dan dimensi
agama. Dimensi ekstensial berfokus pada tujuan dan arti dari kehidupan,
sedangkan dimensi agama berfokus terhadap hubungan individu dengan
Tuhannya. Farran et al. (1989) dalam Potter & Perry (2013), menyampaikan
bahwa komitmen tertinggi dari individu yang merupakan suatu prinsip yang
komprehensif dari perintah, atau nilai final yaitu argumen yang sangat kuat yang
diberikan untuk pilihan dalam hidup kita. Makna spiritualitas sendiri dipengaruhi
oleh kultur, perkembangan, pengalaman hidup, dan ide- ide mereka tentang hidup
(Potter & Perry, 2013). Karakteristik pada spiritualitas yaitu pencarian makna dan
tujuan hidup seseorang, hubungan, serta transendensi. Pemenuhan kebutuhan
spiritual merupakan suatu hal penting dalam mencapai suatu kualitas hidup
seseorang. Sebagai seorang perawat yang memiliki tugas dalam pemenuhan
kebutuhan fisik, sosial, emosional serta spiritual pasien, tentunya akan
menimbulkan suatu krisis dan stres bagi perawat di tempat kerja. Studi yang
dilakukan oleh (Suhonen et al, 2012 dalam Azarsa et al., 2015) menunjukkan
bahwa situasi krisis pasien dan pemenuhan asuhan secara holistik terhadap pasien
adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap kesehatan spiritual perawat, serta
menyebabkan kepuasan hidup perawat yang rendah (Azarsa et al., 2015).
Kesehatan spiritual atau kesejahteraan spiritual menurut (Hungelmann et
all, 1985 dalam Potter & Perry, 2013) adalah suatu rasa keharmonisan dimana
3
merasa saling dekat dengan Tuhan, diri sendiri, alam, serta dengan orang lain.
Kesehatan spiritual menurut (Shojaei, 2011 dalam Abbas et al., 2016) merupakan
suatu pemeliharaan dan aktualisasi dalam berhubungan dengan Allah dan
merancang pribadi yang stabil dan dari pribadi stabil tersebut memiliki tujuan
hidup, jujur, mempunyai hubungan produktif yang sehat dengan diri sendiri dan
orang lain. Ekspresi dari spiritualisasi seseorang terhadap orang lain dapat dilihat
dari perasaan kegembiraan, tertawa, keterlibatan dalam keagamaan, melalui
persahabatan, tertawa, ampunan, harapan, melayani orang lain, serta memiliki rasa
empati terhadap orang lain (Kozier, 2010).
Kesehatan spiritual dalam prespektif islam dapat dimanifestasikan dengan
adanya hubungan keterkaitan individu dengan Allah sebagai dimensi vertikal dan
hubungan keterkaitan individu dengan mahluk hidup lainnya sebagai dimensi
horizontal. Namun saat ini hubungan dengan Allah, diri sendiri dan orang lain
diarah yang sama, hubungan dengan diri dan orang lain menjadi tindakan spiritual
ketika dikaitkan dengan perintah Allah. Beberapa tanda sehat spiritual dalam
pandangan islam yaitu; rasa cinta terhadap Allah, hidup berdasarkan tugas,
rasionalitas agama, percaya kehidupan setelah kematian, kenyamanan, serta
keseimbangan psikologis. Perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi
asuhan keperawatan harus dapat menjadi role model peran spiritual bagi kliennya.
Perawat yang sehat spiritualnya akan mempunyai pegangan terhadap keyakinan
spiritual yang dapat memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan arti dan tujuan
hidup, mencintai berhubungan, dan pengampunan. Taylor (1997) dalam Hamid,
(2008) menyatakan perawat yang sehat spiritual akan mempunyai pegangan
4
terhadap spiritual dalam mendapatkan arti hidup, meluangkan waktu untuk
memupuk kekuatan spiritual diri sendiri, menghargai keyakinan dan praktik
spiritual orang lain meskipun berbeda dengan keyakinan spiritual perawat
tersebut, serta menunjukkan perasaan damai, kekuatan batin, kehangatan,
keceriaan, kreativitas dalam berinteraksi dengan orang lain, serta memiliki
perilaku yang caring (Hamid, 2008). Ketika perawat sehat secara spiritual akan
menyebabkan tingginya kualitas kerja mereka dan penerimaan mereka terhadap
situasi dan suatu keterbatasan tertentu, sehingga mereka akan bekerja dengan
maksimal. Perawat yang sehat spiritualnya juga akan memiliki sikap yang ihklas,
memiliki tujuan hidup, empati serta caring terhadap orang lain. Penelitian
Rudolfsson, & Barbosa, (2014) didapatkan bahwa konsep spiritualitas dan caring
memiliki arti yang sama, dan jelas bahwa spiritualitas dan spiritual dalam konteks
keperawatan berkaitan erat dengan konsep caring.
Sebagai salah satu profesi yang lebih banyak menghabiskan waktu dalam
memberikan perawatan terhadap pasien akan berakibat terhadap kelelahan fisik,
stres dan tekanan psikologis pada tugas. Ketika seorang perawat tidak sehat secara
spiritual, akan menyebabkan ketidakmampuan perawat dalam mengatasi
kelelahan dan tuntutan kerja, yang dapat memperbesar resiko burnout. Tingginya
tingkat burnout akan berdampak terhadap turnover intention perawat. Dalam
penelitian Budiono (2010) didapatkan bahwa spiritualitas ditempat kerja, perawat
dirumah sakit islam Unisma Malang termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai
4,06, semakin tinginya spiritualitas seseorang ditempat kerja, maka semakin tinggi
komitmen organisasional yang akan menurunkan tingkat turnover intention
5
(Budiono & Alamsyah, 2014). Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh
Mulyono (2010) menyebutkan bahwa pengalaman spiritual yang diperoleh
perawat yang terfasilitasi di STK (Tingkat Spiritualitas Ditempat Kerja) dapat
memberikan dampak positif bagi dirinya dan menimbulkan kepercayaan terhadap
organisasi di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap (Mulyono, 2010) .
Berdasarkan studi literatur serta observasi yang dilakukan peneliti, belum
dipenuhinya kebutuhan spiritual pasien oleh perawat di RSUD Kabupaten
Tangerang, menurut Hamid (2008) alasan perawat tidak memberikan asuhan
keperawatan spiritual karena perawat merasa kurang nyaman dengan spiritualitas
pribadinya, serta kurang menganggap penting kebutuhan spiritual pasien. Selain
hal tersebut juga penelitian yang berkaitan dengan gambaran kesehatan
spiritualitas saat ini baru diteliti di rumah sakit islam. Penelitian yang dilakukan
oleh Cipta, (2015) didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki nilai
kesehatan spiritual yang tinggi yaitu sebesar 76%, sedangkan penelitian untuk
mengetahui gambaran kesehatan spiritual perawat dirumah sakit umum belum
dilakukan. Dari uraian di atas peneliti ingin mengetahui gambaran kesehatan
spiritual islam perawat di RSUD Kabupaten Tanggerang yang termasuk salah
satu rumah sakit yang bukan berbasis islam.
B. Rumusan Masalah
Peran perawat sebagai tenaga profesional adalah memberikan asuhan
keperawatan secara holistik. Pemenuhan asuhan secara holistik dan situasi krisis
pasien dapat berpengaruh terhadap kesehatan spiritual perawat, serta dapat
6
menyebabkan kepuasan hidup yang rendah. Padahal dalam pemberian asuhan
keperawatan, perawat harus menjadi role model peran spiritual bagi kliennya.
Penelitian yang dilakukan oleh Cipta dengan judul “Gambaran Kesehatan
Spiritual Perawat Di Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit Al-Islam Bandung”
didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki nilai kesehatan spiritual
yang tinggi yaitu sebesar 76%. Penelitian terkait gambaran kesehatan spiritual
perawat baru dilakukan dirumah sakit islam, sedangkan di rumah sakit umum
belum dilakukan penelitian. Perawat sebagai salah satu profesi yang lebih banyak
menghabiskan waktu dalam memberikan perawatan terhadap pasien, akan
berakibat pada kelelahan fisik, stres dan tekanan psikologis pada tugas yang akan
memperbesar resiko burnout perawat. Tingginya tingkat burnout akan berdampak
terhadap turnover intention perawat. Ketika seorang perawat sehat secara spiritual
akan menyebabkan tingginya kualitas kerja mereka, menerima setiap situasi dan
keterbatasan tertentu, sehingga mereka akan bekerja dengan maksimal. Perawat
yang sehat secara spiritual juga akan memiliki sikap yang ihklas, memiliki tujuan
hidup, serta memiliki rasa empati serta caring terhadap orang lain. Dari latar
belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran kesehatan
spiritual islam perawat, dan faktor - faktor yang mempengaruhi kesehatan
spiritual islam perawat di rumah sakit umum yang tidak berbasis islam khususnya
di RSUD Kabupaten Tanggerang.
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran kesehatan spiritual Islam perawat di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tanggerang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan,
masa kerja).
b. Mengetahui gambaran kesehatan spiritual Islam perawat di RSUD
Kabupaten Tanggerang.
c. Mengetahui gambaran kesehatan spiritual Islam perawat di RSUD
Kabupaten Tanggerang melalui tiga komponen yaitu: kesejahteraan
spiritual,pengalaman spiritual, lokus kontrol spiritual
d. Mengetahui distribusi proporsi kesehatan spiritual berdasarkan
karakteristik responden
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkaya
literatur yang berkaitan dengan spiritual ilmu. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan wawasan bagi perawat, sehingga dapat meningkatkan kesadaaran
perawat dalam menjaga kesehatan spiritual mereka, serta menjadi bahan
pertimbangan bagi institusi dalam memperhatikan kesehatan spiritual perawat
dengan memberikaan suatu fasilitas-fasilitas yang berhubungan dengan
spiritualitas.
8
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dengan jenis penelitian kuantitatif deskriptif,
dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuisoner. Penelitian ini
merupakan penelitian yang terkait dengan gambaran kesehatan spiritual perawat..
Penelitian akan dilakukan di rumah sakit umum kabupaten Tanggerang, dengan
populasi yang akan diambil untuk penelitian ini adalah perawat yang bertugas di
ruangan rawat inap.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Spiritualitas
1. Spiritualitas
Spiritualitas adalah suatu satu kesatuan tema yang ada didalam hidup kita dan
merupakan suatu keadaan hidup. Farran et al, (1989) dalam Potter Parry (2013)
mengatakan bahwa spiritual merupakan suatu komitmen tertinggi individu, dan
merupakan prinsip yang paling komprehensif dari perintah atau suatu nilai final
yaitu argumen yang sangat kuat yang diberikan dalam hidup kita. Watson (1999)
menggambarkan bahwa spiritualitas merupakan milik manusia yang
memungkinkan kesadaran diri, meningkatkan kesadaran, dan memberikan
kekuatan untuk melampaui diri dari biasanya (Chan, 2010). Mickley et al (1992)
dalam Hamid (2008) mengatakan bahwa spiritualitas sebagai suatu yang
multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama, dimana dimensi
eksistensial lebih berfokus terhadap tujuan dan arti dari kehidupan,sedangkan
dimensi agama lebih memandang pada hubungan seseorang dengan tuhan yang
maha esa (Hamid, 2008).
Spiritualitas adalah suatu yang multidimensi yang mengacu kepada hubungan
seseorang terhadap dirinya sendiri, dan berhubungan dengan orang lain, serta
hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi atau Tuhannya. Spiritualitas
dapat membantu seseorang dalam menentukan makna hidup dan tujuan hidup
mereka DeLaune (2011). Frankl (1985) dalam DeLaune (2011) menekankan
bahwa kebutuhan akan makna merupakan kekuatan utama dalam kehidupan
seseorang. Ketika seseorang mengajukan pertanyaan seperti “apa artinya ini” dan
“mengapa saya?” merupakan suatu usaha seseorang dalam menemukan suatu
makna. Frankl (1985) dalam DeLaune (2011) menyebutkan bahwa, orang yang
menemukan kebermaknaan dengan yang mereka ambil dari dunia, dan apa yang
telah mereka berikan kepada dunia, serta sikap mereka dalam menanggapi suatu
masalah (DeLaune & Ladner, 2011).
Banyak orang yang mengalami kesulitan dalam membedakan spiritualitas
dengan realigi. Kedua istilah berikut pastinya memiliki hubungan dimana
seseorang mengikuti suatu ritual atau praktik keagamaannya tentunya untuk
mengekspresikan spiritualitasnya, namun kedua istilah tersebut tidak sama.
Keyakinan spiritual merupakan suatu upaya seseorang dalam memahami tempat
seseorang didalam kehidupan, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya dalam
hubungannya dengan sesuatu yang lebih tinggi, diri sendiri, orang lain dan
lingkungan secara menyeluruh. Sedangkan religi berkaitan dengan “keadaan
melakukan” atau suatu sistem yang berkaitan dengan bentuk ibadah tertentu.
Emblem (1992) dalam Potter Perry (2013) mendefinisikan religi merupakan suatu
sistem keyakinan dan ibadah yang terorganisasi serta memiliki suatu aturan-aturan
tertentu yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari- hari untuk secara jelas
menunjukkan spiritualitas mereka (Potter & Perry, 2013). Perbandingan
spiritualitas dan agama dapat dilihat di tabel 2.1.
Sumber : DeLaune & Ladner, (2011)
2. Tahapan Perkembangan Spiritual
Proses perkembangan manusia tidak hanya terjadi perkembangan secara fisik,
kognitif, moral, namun mereka juga mengalami perkembangan spiritual.
Westerhoff (1976) dalam Berman (2008) menjelaskan bahwa spiritualitas
mengalami perkembangan yang sebelumnya cara berprilaku, kepercayaan masih
dipandu oleh orang tua dan orang lain selama masih bayi dan anak-anak dan
ketika mereka dewasa, keyakinan yang dimiliki akan berfungsi sebagai petunjuk
untuk melakukan sesuatu tindakan. Fowler membagi perkembangan spiritual ini
kedalam bebrapa tahapan dengan masing - masing karakteristiknya seperti yang
terdapat didalam tabel 2.2 (Kozier, Barbara J. Berman, 2008).
Tabel 2.2
Tahap Perkembangan Spiritual
Tahap perkembangan Karakteristik
0-3 Tahun
Neonatus dan balita memperoleh dasar-dasar
spiritual dari rasa percaya, kebersamaan,
keberanian, serta rasa cinta dan kasih sayang.
Transisi ketahap berikutnya dimulai ketika
pemikiran dan bahasa anak sudah dapat
memungkinkan menggunakan simbol-simbol
Anak masa pra- sekolah (3-7
tahun )
Merupakan fase fantasi, meniru dimana anak
dapat dipengaruhi oleh contoh- contoh,suasana
hati dan tindakan
Tabel 2.1
Perbandingan antara Religi Dan Spiritualitas
Religi Spiritualitas
a) Sesuatu didalam spiritualitas
b) Golongan agama
c) Kebiasaan ritual
d) Kognitif
e) Bersifat umum
Universal
umum
secara spontan
affectiv
private
Tahap perkembangan Karakteristik
Anak dapat menghubungkan antara intuisi
dengan kondisi terakhirnya melalui cerita-
cerita,gambar dan perasaan serta menjadikan
suatu keyakinan sebagai bentuk kejadian yang
nyata (misalnya : santa claus, dan tuhan
merupakan kakeknya yang berada dilangit)
Anak usia sekolah (7 – 12
tahun)
Anak sudah dapat menggunakan konsep secara
abstrak atau fantasi untuk menggambarkan
spirituallitas meraka serta anak sudah dapat
berfikir konkrit untuk menuntut bukti.
Anak sudah dapat menerima cerita dan arti dari
keyakinan, anak dapat diajak diskusi tentang
apa keyakinan mereka dan mengevaluasi
pikiran.
Remaja
Sudah menegtahui arti dan tujuan hidup,
kepercayaan dapat berkembang dan
memcobanya dalam kehidupan meraka serta
keyakinan spiritual dapat membantu
pemahaman mereka tentang lingkungan.
Menguji nilai kepercayaan orang tua mereka
dan dapat menolak atau menerimanya.
Umumnya kepercayaan mereka sesuai dengan
kepercayaan orang-orang yang ada di sekitar
mereka.
Dewasa muda (18 – 25 tahun)
Sudah mampu mengetahui identitas diri dan
dapat membedakan pandangan dunia, serta
mengembangkan agama dan kepercayaan
secara personal sebagai simbol agama dan
keimanan.
Dewasa pertengahan (25 – 38
tahun)
Pada usia ini seseorang sudah mampu
membedakan sesuatu yang salah dan benar,
sudah memiliki rencana kehidupan, dan
mengevaluasi kejadian terdahulu terhadap
kepercayaan dan nilai spiritualitasnya.
Dewas akhir (38 – 65 tahun) Pada tahap ini seseorang mengintropeksi diri
dan nilai spiritualitasnya
Lanjut usia ( 65 tahun sampai
meninggal)
Mulai membayangkan dan mempersiapkan
kematian, menurut Heber (1987) bahwa
seseorang yang spiritualitasnya baik dapat
melanjutkan kehidupannya secara baik pula,
serta dapat mmenerima kehidupan dan tidak
takut mati, sedangkan bagi seseorang yang
spiritualitasnya tidak baik menunjukkan
kurangnya tujuan hidup, tidak dicintai, dan takut
mati
Sumber : (Fowler, 1981 dalam Kozier, Barbara J & Berman 2008).
3. Konsep Yang Berhubungan Dengan Spiritual
Kozier dkk (2008) menyebutkan karena spiritualitas merupakan suatu refleksi
dari pengalaman batin yang diekspresikan secara personal atau individual maka
spiritualitas dapat banyak mempresentasikan berbagai aspek yang berada didalam
manusia, diantaranya adalah agama, iman, harapan, transendensi dan
pengampunan. Konsep yang berkaitan tersebut akan diuraikan secara singkat
sebagai berikut:
a. Agama
Agama merupakan suatu sistem dari keyakinan dan praktik - praktik ritual
yang terorganisir. Agama merupakan suatu cara dalam mengekspresikan nilai
spiritual seseorang dengan memberikan panduan bagi individu yang
mempercayainya dalam menanggapi pertanyaan dan tantangan kehidupan.
Banyak praktik atau ritual keagamaan tradisional yang sering ditemukan
diberbagai peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan seperti ritual
kelahiran, perkawinan, penyakit, kematian, dll yang biasanya dipengaruhi
oleh budaya, serta tradisi agama dapat juga diaplikasikan kedalam kehidupan
sehari-hari seperti cara berpakaian, makan, interaksi sosial, menstrusi dan
hubungan seksual. Perkembangan agama dapat sejajar atau mungkin tidak
sejajar dengan pengembangan spiritual. misalnya, seseorang yang mungkin
mengikuti praktik- praktik keagamaan tertentu namun tidak dapat mengambil
makna simbolik di balik praktik tersebut (Mahmoodishan, Alhani, Ahmadi, &
Kazemnejad, 2010).
b. Keimanan (Faith)
Kozier (2008) menyebutkan iman adalah percaya atau memiliki komitmen
terhadap sesuatu atau seseorang. Fowler (1981) menggambarkan bahwa
keimanan dapat ada pada individu yang beragama maupun tidak. Iman
kadang-kadang melibatkan kepercayaan terhadap zat yang lebih tinggi
kekuasaannya seperti Allah umtuk memberi tujuan dan makna dalam
kehidupan (Potter & Patricia., 2009). Keimanan dapat memberikan arti hidup,
memberikan kekuatan terhadap seseorang yang mengalami kesulitan dalam
hidupnya. Seseorang yang sedang sakit keimanan terhadap Allah yang berada
didalam dirinya maupun dari dalam diri setiap tim kesehatan atau kombinasi
dari keduanya akan memberikan kekuatan dan harapan. Iman seseorang akan
menjadi lebih kuat ketika mereka memandang bahwa penyakit dan kesulitan
yang ada sebagai kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik (Kozier,
Barbara J & Berman, 2008).
c. Harapan
Stephenson (1991), harapan merupakan suatu proses antisipasi terhadap
sesuatu yang menyebabkan interaksi berpikir, bertindak, perasaan yang
diarahkan untuk pemenuhan masa depan. Tidak adanya harapan seseorang
akan menyerah, kehilangan semangat, dan kemungkinan penyakit bertambah
parah (Kozier, Barbara J. Berman, 2008). Harapan merupakan dasar dari
kehidupan dan dimensi esensial terhadap keberhasilan dalam mengatasi
keadaan saat sakit maupun kematian (Miler 2007 dalam Syam, 2010).
d. Trensendensi
Merupakan presepsi individu tentang diri sendiri untuk melihat perspektif
yang lebih luas dari kehidupan dan keberadaannya. Trensendensi juga
merupakan suatu pengakuan individu bahwa terdapat sesuatu yang lain yang
lebih tinggi dari dirinya (Kozier, Barbara J. Berman, 2008). Trensendensi
memiliki sifat yang dinamis dimana pencarian terus menerus untuk
mendapatkan pengayaan melalui keterhubungan. Dalam penelitian L chung
2007, mereka menggunakan istilah spiritualitas untuk menunjukkan inti
terdalam dari kepribadian individu yang mencakup hubungan dengan diri
sendiri, orang lain dan Tuhan (Chung, Wong, & Chan, 2007).
e. Pengampunan
Konsep pengampunan mendapat perhatian yang lebih dari kalangan tenaga
kesehatan profesional. Bagi banyak klien yang sakit atau menderita kecacatan
membawa rasa malu atau perasaan bersalah. Keadaan tersebut ditafsirkan
sebagai suatu hukuman atas dosa- dosa di masa lalu. Klien yang akan
menghadapi kematian akan mencari pengampunan dari orang lain serta dari
Allah. Perawat memiliki peranan penting dalam membantu klien untuk
memahami proses pengampunan dan penerimaan terhadap penyakitnya
(Kozier, 2010).
4. Karakteristik Spiritual
Karakteristik spiritualitas seseorang dapat dilihat dengan bagaimana seseorang
berhubungan dengan dirinya sendiri, orang lain, lingkungan, serta dengan
Tuhannya, lihat tabel 2.3 (DeLaune & Ladner, 2011).
Table 2.3
Karakteristik Spiritualitas
Karakteristik Deskripsi
Hubungan dengan diri sendiri
Memiliki pengetahuan diri (siapa dirinya) dan
mengetahui kemampuan diri sendiri, serta
memiliki sikap percaya diri.
Hubungan dengan orang lain Caring tehadap orang lain ketika meraka
memerlukan bantuan
Memiliki sikap berbagi
Hubungan dengan lingkungan
Melesatarikan alam
Berkomunikasi dengan alam (contohnya:
bertanam dan berjalan kaki)
Hubungan dengan Tuhan Meditasi atau berdoa
Berpartisipasi dalam ritual ibadah
Sumber : (DeLaune & Ladner, 2011).
Penjelasan di atas dapat menyatakan secara ringkas bahwa seseorang terpenuhi
kebutuhan spiritualnya jika mampu:
a. Mengetahui makna dan arti personal yang positif tentang tujuan serta
keberadaannya di dunia
b. Mengembangkan arti suatu masalah atau penderitaan dan dapat
mengambil hikmah dari suatu kejadian tersebut
c. Menjalin hubungan positif, rasa percaya dan cinta teradap orang lain
serta mengembangkan hubungan dengan orang lain secara positif
d. Merasa diri berharga dan dapat membina integritas personal
e. Memiliki kehidupan yang terarah yang terlihat dari harapan (Hamid,
2008).
B. Konsep Kesehatan Spiritual
1. Definisi Kesehatan Spiritual
Kesehatan spiritual adalah rasa harmonis atau saling keterikatan antara diri
sendiri dengan orang lain, alam serta dengan kehidupan tertinggi. Seseorang dapat
memperoleh kesehatan spiritual dengan menemukan keseimbangan antara nilai -
nilai, tujuan, keyakinan dan hubungan mereka dengan orang lain. Seseorang yang
sehat secara spiritual akan mampu memaafkan diri sendiri dan orang lain, dapat
menerima suatu penderitaan atau kematian, memiliki kualitas hidup yang baik,
dan memiliki nilai positif terhadap fisik, dan memiliki kesejahteraan emosional
(Potter & Patricia A, 2009).
Sehat spiritual adalah suatu rasa keharmonisan antara diri dengan orang lain,
alam, dan kekuatan yang tertinggi (Allah) (Kozier, Barbara J. Berman, 2008).
Thomas (1999) dalam Amirsyam (2010) sehat spiritual merupakan suatu
kemampuan individu dalam membangun spiritualnya sehingga penuh dengan
potensi dan kemampuan untuk mengetahui tujuan hidup, belajar mencintai orang
lain, kasih sayang, kedamaian, kesejahteraan, serta dapat membantu diri sendiri
dan orang lain untuk dapat menerima potensi tertinggi yang dimiliki (Syam,
2010). Seseorang dilahirkan dalam keadaan spiritual yang sehat, dan kemuadian
mereka akan diajarkan religiusitas yang nantinya akan menentukan bagaimana
tingkat spiritualitas seseorang (Memaryan, Rassouli, & Mehrabi, 2016).
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Spiritual
Faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan spiritual seseorang menurut Ruth
(2009) adalah budaya, jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, krisis, isu moral
dan pemisahan dapat mempengaruhi perubahan kesehatan spiritual seseorang.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan spiritual menurut Hamid (2008)
adalah tahap perkembangan. Faktor – faktor tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut:
a. Budaya (Ruth, 2009)
Latar belakang sosial budaya seseorang akan mempengaruhi keyakinan,
sikap dan nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang akan mengikuti
dan mempelajari tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak akan belajar
pentingnya melaksanakan kegiatan keagamaan, termasuk nilai moral dari
hubungan keluarga serta peran dalam berbagai bentuk kegiatan keagaman.
Apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut seseorang, tetap
saja pengalaman spiritual merupakan hal yang unik bagi tiap individu. Namun
tidak semua orang akan mengikuti tradisi spiritual dan agama dari keluarga
asal meraka.
b. Jenis Kelamin
Spiritual akan bergantung dengan kepercayaan masyarakat dan kelompok
agama terhadap ajaran tentang jenis kelamin atau perilaku yang diharapkan
untuk pria dan wanita. Sebagai contoh, islam memerintahkan wanita untuk
menutup auratnya. Dalam beberapa kasus yang menjadi pemimpin spiritual
selalu laki-laki.
c. Pengalaman Hidup
Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi
tingkat spiritualitas seseorang dan hal tersebut juga dipengaruhi oleh
bagaimana seseorang mengartikan pengalaman tersebut secara spiritual.
Peristriwa yang terjadi dalam kehidupan sering dianggap sebagai suatu cobaan
yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguji keimanannya. Begitu
pula pengalaman hidup yang menyenangkan sekalipun, seperti pernikahan,
pelantikan kelulusan, kenaikan pangkat atau jabatan. Saat ini, kebutuhan
spiritual akan meningkat memerlukan kedalaman spiritual dan kemampuan
koping untuk memenuhinya.
d. Krisis Dan Perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan tingkat spiritualitas seseorang.
Krisis spiritual sering dialami seseorang ketika menghadapi penyakit,
penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian, khususnya
pada klien yang mengalami penyakit terminal atau prognosis yang buruk.
Perubahan kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan suatu
pengalaman spiritual.
e. Terpisah Dari Ikatan Spiritual
Klien yang menderita sakit, klien yang dirawat dirumah sakit atau dipanti
jompo sering membuat seseorang merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan
pribadi dan dukungan sosial. Klien mungkin merasa tidak aman dan merasa
terisolasi dalam ruangan yang asing baginya dan berubahnya kebiasaan hidup
sehari-hari. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual dapat berisiko terjadinya
perubahan fungsi spiritual.
f. Isu Moral Terkait Dengan Terapi
Kebanyakan agama, proses penyembuhan penyakit dianggap merupakan
sebagai cara Tuhan dalam menunjukkan kebesarannya, meskipun tidak sedikit
yang menolak intervensi pengobatan. Prosedur dalam dunia medis sering
sekali menjadi dilema karena dapat dipengaruhi oleh agama, misalnya
transplantasi organ, sirkumsisi, pencegahan kehamilan, sterilisasi. Adanya
konflik antara keyakinan agama dan prosedur medis sering dialami oleh klien
serta tenaga kesehatan.
g. Asuhan keperawatan yang tidak sesuai
Perawat diharapkan peka dan mengerti kebutuhan spiritual klien ketika
memberikan asuhan keperawatan, namun pada praktiknya perawat justru
menghindar dalam memberikan asuhan keperawatan spiritual, alasannya
perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya pribadi,
kurang menganggap penting kebutuhan spiritual klien, tidak memiliki atau
tidak mendapatkan pendidikan spiritual dalam keperawatan, atau merasa
bahwa dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien bukanlah tugasnya, namun
merupakan tanggung jawab dari pemuka agama. Isu yang mungkin timbul
antara perawat dan klien dalam memberiakan asuhan spiritual, antara lain:
1) Pluralisme: klien dan perawat menganut kepercayaan dan iman yang
berbeda dengan penerimaan terhadap kepercayaan yang berbeda.
2) Fear: ketidakmampuan mengatasi situasi, merasa melanggar privasi
klien, atau merasa bimbang atau tidak pasti dengan sistem kepercayaan
dan nilai yang ada didalam dirinya sendiri
3) Kesadaran tentang pertanyaan spiritual: apa yang memberikan arti,
tujuan, harapan dan merasakan cinta dalam kehidupan pribadi perawat
4) Bingung: bingung atau tidak dapat membedakan antara agama dan
konsep spiritual.
h. Tahap Perkembangan
Hamid (2008) menyatakan seorang anak seharusnya memiliki kemampuan
berpikir abstrak sebelum memahami spiritualitas yang ada didalam dirinya
untuk mengeksplorasi hubungan dengan kekuatan yang paling tinggi.
Berdasarkan penelitian hasil david heller terhadap anak - anak usia 4 sampai
12 tahun, dengan empat agama yang berbeda ditemukan mereka memiliki
presepsi terhadap Tuhan dan kegiatan ibadah yang berbeda menurut usia, jenis
kelamin, agama dan kepribadian anak. Anak-anak mendeskripsikan tentang
Tuhan yang bekerja melalui kedekatan dengan manusia dan saling terikat
dengan kehidupan, mempercayai tuhan terlibat dalam suatu
perubahan,mempercayai tuhan memiliki kekuatan. Anak- anak yang dewasa,
pengalaman hidup biasanya berpengaruh dengan kematangan keyakinan
spiritual.
3. Indikator Kesehatan Spiritual
Indikator seseorang dikatakan sehat spiritual menurut Kozier (2008)
ditujukkan pada tabel 2.4 sebagai berikut:
Tabel 2.4
Indikator Kesehatan Spiritual
a. Beriman
b. Berharap
c. Memiliki makna dan tujuan hidup
d. Perasaan damai
e. Kemampuan mencintai
f. Kemampuan untuk memaafkan
g. Kemampuan untuk berdoa
h. Kemampuan untuk ibadah
i. Memiliki pengalaman spiritual
j. Melakukan kegiatan ibadah dan membaca ayat-ayat
k. Berpartisipasi dalam meditasi
l. Berekspresi melalui lagu
m. Berekspresi melalui seni
n. Berekspresi melalui tulisan
o. Keterhubungan dengan diri sendiri
p. Keterhubungan dengan orang lain
q. Dapat berinteraksi dengan orang lain untuk berbagi pikiran , perasaan dan
keyakinan.
Sumber : Kozier, barbara J. berman, (2008)
4. Kesehatan Spiritual dan Perawat
Profesi keperawatan dibandingkan dengan tenga kesehatan lainnya, perawat
lebih menghabiskan banyak waktu dengan pasien, mereka membantu pasien
dalam menemukan makna hidup dan berusaha meningkatkan kesehatan mereka,
membantu menyelesaikan krisis penyakit, hospitalisasi, dan kehilangan orang
yang mereka cintai, perawat juga membantu meningkatkan hubungan pasien
dengan Allah melalui nilai - nilai dan kualitas hidup (Mauk, 2004). Penelitian
yang dilakukan oleh Abdollah Khorami-Markani (2015) menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kesehatan spiritual perawat dan presepsi mereka terhadap
pemenuhan asuhan keperawatan spiritual terhadap pasien. Perawat yang bekerja
pada ruangan onkologi memiliki kesehatan spiritual yang baik. Perawat
menyatakan bahwa ketika bekerja pada ruangan onkologi mereka melihat dirinya
lebih dekat dengan kematian, mereka bekerja tanpa memikirkan material yang
didapatkan, dimana mereka mendapatkan kedamaian dalam bekerja (Markani,
2015).
Profesi keperawatan adalah profesi yang sangat identik dengan sikap
caring. Profesi perawat memiliki fungsi yang tinggi terhadap kesehatan fisik,
mental, spiritual kliennya Potter & Perry (2009). Perawat memberikan asuhan
keperawatan yang tidak hanya aman, efektif tetapi juga memelihara kesehatan
dan kesejahteraan hidup, sewhingga perawat harus dapat mencapai keseimbangan
antara kehidupan profesional dan pribadi mereka. Perawat perlu memiliki waktu
untuk dapat merenungkan kesehatan fisik pribadi mereka, kesehatan mental,
sosial serta spiritual yang akan mempengaruhi pemenuhan asuhan keperawatan
terhadap klien. Ketika perawat sehat secara fisik, mental, sosial dan spiritual,
akan menyebabkan tingginya kualitas kerja mereka dan bermanfaat untuk orang
lain sera menerima setiap situasi dan keterbatasan (Mauk, 2004).
Banyaknya tuntutan pekerjaan perawat, serta meningkatnya kompleksitas
perawatan kesehatan meyebabkan tidak sedikit perawat yang mengalami rasa
frustasi, kelelahan dan kekecewaan terkait peran profesional. Figley (1995) dalam
Mauk, (2004) mengidentifikasi penyebab kelelahan mencakup semua hal, tidak
hanya melibatkan kelelahan fisik, tetapi juga kelelahan mental, sosial dan
kelelahan spiritual. Perawat memberikan banyak energi dari waktu kewaktu,
namun mereka tidak dapat mengembalikan keseimbangan energi pribadi mereka.
Stres dan tekanan psikologis pada tugas dapat menyebabkan kelelahan sehingga
beresiko untuk burnout. Sebaliknya, jika pengalaman menjadi perawat
memberikan kepuasan, ketika perawat memiliki tujuan dalam memberikan asuhan
keperawatan mereka akan mendapatkan rasa puas. Hal ini akan meningkatkan
kepercayaan diri mereka, memiki kekuatan, dan memiliki spiritualitas yang baik
(Mauk, 2004).
5. Kegiatan Untuk Mencapai Kesejahteraan Spiritual
Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai kesejahteraan spiritual antara lain:
a. Mengikuti Pengajian/ Kegiatan Keagamaan
Berpartisipasi dalam komunitas keagamaan dapat memberikan banyak
manfaat dan dapat memperkaya jiwa. Ritual ibadah menjadi sumber seseorang
untuk mendapatkan kenyamanan.
b. Berdoa
Berdoa, menghabiskan waktu sendirian untuk bermeditasi, adalah suatu
kegiatan atau latihan yang berguna. Seseorang dapat berdoa dengan doa yang
sesederhana mungkin untuk meminta bantuan atau memohon rahman terhadap
Allah.
c. Dukungan Spiritual
Dukungan spiritual dapat datang dari berbagai bentuk, ada yang
mendapatkan dukungan spiritual dari suatu komunitas yang dijadwalkan
secara rutin di mesjid. Cara lain yang sering digunakan seseorang untuk
mendapat dukungan spiritual adalah mencari guru spiritual, atau pembimbing
spiritual.
d. Energi spiritual yang dapat dari perawat
Keperawatan merupakan suatu profesi yang mencakup seni dan bakat.
Seorang perawat harusnya dapat memberikan asuhan keperawatan spiritul
terhadap klien, sehingga klien dapat menangkap atau mengambil energi
spiritual dari perawat tersebut (Mauk, 2004).
6. Kesehatan Spiritual Dalam Islam
Islam secara harfiah berarti “menyerah” dengan apapun kehendak Allah.
Dalam ajaran islam yang terdapat didalam Al-Quran dan hadist, tidak ada
perbedaan antara agama dan spiritualitas. Dalam konteks islam, tidak ada
spiritualitas tanpa pengalaman dan praktik keagamaan; agama akan memberikan
jalan spiritual untuk keselamatan dan jalan hidup seseorang. Seorang muslim akan
merangkul Allah dan mencari makna, tujuan dan kebahagiaan dalam kehidupan
dunia dan akhirat (Abbas et al., 2016).
Kesehatan spiritual menurut Mesbah (2012) dalam Abbas et al., (2016)
mengatakan bahwa kesehatan spiritual merupakan suatu situasi dengan beberapa
tahapan yang berbeda, dimana pengetahuan, sikap dan kemampuan akan
diaktualisasikan dalam semangat yang akan menyebabkan keterkaitan dengan
Allah, diri sendiri, masyarakat dan alam. Shojaei (2011) menyatakan kesehatan
spiritual yaitu suatu aktualisasi individu sebagai fitrah untuk terhubung secara
kuat dengan Allah sehingga individu tersebut memiliki pribadi yang stabil,
memiliki tujuan hidup, jujur, dan hubungan produktif dengan dirinya sendiri dan
orang lain. Kesehatan spiritual dalam islam merupakan serangkaian tindakan dan
langkah-langkah yang diambil untuk mengembangkan jiwa sehingga seperti sifat
sang pencipta (Allah).
7. Tanda Sehat Spiritual Islam
Menurut (Abbas et al., 2016), mencintai sang pencipta (Allah), tugas berbasis
kehidupan, agama yang rasional, psikologis yang seimbang, percaya terhadap
akhirat, dan memiliki moral yang baik yang merupakan karakteristik atau tanda
sehat secara spiritual dalam islam. Abbas (2016) menjelaskan poin –poin diatas
sebagai berikut:
a. Cinta sang pencipta
Rasa keterhubungan dengan Allah, individu lainnya dan alam
semesta. Karena Allah lah yang menciptakan manusia, maka Allah
mengetahui apa yang terbaik untuk kehidupan umatnya. Individu menyembah
dan berdoa serta mematuhi setiap perintah-Nya, dan apapun yang ia kerjakan
hanya untuk Allah.
b. Psikologis yang seimbang
Seorang yang yang beriman terhadap Allah tidak akan mengalami
stres, kecewaan yang berlebihan serta depresi. Mereka memiliki rasa damai,
harapan, kepercayaan, memiliki makna, tujuan hidup serta kepuassan
spiritual. Seeorang yang memiliki kesehatan spiritual percaya bahwa tidak
akan ada sesuatu yang buruk dapat terjadi dan yang menyakiti kita kecuali
atas kehendak Allah. Hal ini menyebabkan keseimbangan psikologis.
c. Hidup berdasarkan tugas
Ketika seseorang mengakui dan percaya bahwa Allah merupakan
satu- satunya Tuhan Tugas dalam kehidupan mengharuskan seseorang untuk
memahami dan memenuhi semua tanggung jawab dan tugas sehingga
menjadi lebih dekat kepada Allah. Kehidupan berdasarkan tugas memiliki
tiga sub kategori diantaranya: etika, upaya untuk suci, dan adil. Seseorang
yang berhubungan baik terhadap orang lain, mencoba untuk bertindak dengan
cara yang benar sesuai tugasnya berdasarkan perintah Allah. Dengan ini ia
akan menjadi individu yang penyayang dan penuh perhatian terhadap semua
mahluk, bersifat jujur yang menjadi dasar mengingat Allah. Menghilangkan
perasaan marah dan dendam, hal ini akan menyebabkan seseorang memiliki
sikap alturisne. Alturisme berarti membantu orang lain dengan tulus, bahkan
jika hal tersebut tidak akan membawa keuntungan untuk diri sendiri. Adil
berarti tidak akan menghilangkan hak-hak orang lain.
d. Percaya akhirat
Percaya terhadap suatu kehidupan setelah kematian merupakan tanda
atau karakteristik individu yang sehat spiritualnya. Individu dengan dengan
kesehatan spiritual yang baik akan mengetahui akhirat adalah suatu
kehidupan yang lebih baik dan hidup kekal. Dengan demikian, seseorang
harus dapat memafaatkan sepenuhnya potensi yang diberikan kepada mereka
untuk mencari ridha Allah. Kesehatan spiritual seseorang dapat diukur
dengan beberapa kriteria berikut: tidak menyakiti orang lain, tenang dan
damai, dekat dengan Allah, sabar, menghindari larangan Allah, mencari
progresif dan pengetahuan agama, menjalankan kewajiban agama (Abbas et
al., 2016).
8. Dimensi Kesehatan Spiritual Islam
Menurut Potter & Perry, (2013) kesehatan spiritual terdiri dari 2 dimensi,
yaitu dimensi vertikal dimana adanya hubungan antara individu dengan kekuatan
yang lebih tinggi atau Allah, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan
positif antara individu dengan orang lain, lingkungan dan lainnya (Potter & Perry,
2013).
a. Hubungan individu dengan Allah (Habluminallah)
Habluminallah merupakan suatu hubungan antara makluk dengan Allah
yang menciptakannya. Hubungan antara Allah dan mahluk-Nya diistilahkan
dalam islam dengan “Tauhid”. Tauhid berasal dari kata wahaya, yuwahidu,
tauhidan, artinya keesaan atau mengesakan Allah (Gholib, 2011). Dasar dari
hubungan ini dapat dilihat dalam Al-Quran surah Az-Dzaariat ayat 56:
Artinya : “aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mengabdi kepada-Ku”.
Ayat diatas jelas dikatakan bahwa tujuan Allah menciptakan manusia
dan jin adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT. Kata mengabdi diartikan
sebagai semua tindakan atau aktivitas dalam hidupnya hanya untuk Allah
SWT (Kurniawan, n.d.) Kodrat dari setiap mahluk, baik jin dan manusia
untuk mengabdikan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Ayat Al –
Quran yang menjelaskan tentang tujuan manusia juga terdapat dalam QS Al-
fatihah 1:5 yang berbunyi:
Artinya: “ kepada-Mu kami menyembah dan kepada-Mu kami memohon
perlindungan”
Hubungan manusia dengan Allah dapat dilakukan dengan cara beriman
kepada Allah, dan meyakini keesaan-Nya yang disempurnakan dengan ibadah
yang tulus ikhlas. Ibadah menjadi suatu implementasi yang dilakukan oleh
manusia sebagai suatu sarana penghubung dengan Allah, sebagai contoh
adalah pelaksanaan rukun islam yaitu membaca 2 kalimat syahadat,
melaksanakan salat, membayar zakat, puasa dibulan ramdhan, dan naik haji.
Ibadah yang dilakukan tidak hanya terbatas pada kegiatan ritual saja, tapi juga
harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Kurniawan, n.d.). Muhammad
Quth dalam Gholib, (2011) menjelaskan bahwa tauhid uluhiyyah
dimanisfestasikan dengan
1) Mahabbatullah / mencintai Allah dengan penuh ikhlas,
2) Berdoa, bertawakkal dan berharap hanya kepadanya
3) Memiliki tujuan hidup hanya untuk mencari keridhaan-Nya
b. Hubungan manusia dengan manusia (Habluminnas)
Habluminnas adalah ibadah yang berupa hubungan manusia dengan
manusia lainnya, dan semua makhluk ciptaan Allah, seperti binatang, dan
alam (Wiyono, 2006). Habluminannas mengacu pada fitrah manusia sebagai
mahluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan, misalnya
memberi salam (menyapa), tolong menolong, serta peduli terhadap orang lain
Afsar (2015) dalam Wijayati, (2016). Sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya: “hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan
bersuku-suku, supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah, ialah orang yang paling bertaqwa
diantara kamu, sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS Al-Hujuraat 49:13)
Artinya: “ dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya allah amat berat siksanya.”
(QS Al-Maidah (5): 2)
Allah SWT menciptakan segala sesuatu yang ada dilangit dan dibumi
memiliki manfaat bagi kita. Manusia diciptakan Allah memiliki akal pikiran
dan dijadikan sebagai Khalifah dimuka bumi ini. Manusia diperintahkan
Allah untuk memakmurkan dan memanfaatkan apa saja yang ada dialam
dengan sebaik-baiknya (Kurniawan, n.d.). Allah SWT berfirman:
Artinya: Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh
berkata: "Hai kaum ku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan
selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan
kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian
bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya)
lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)" (QS hud: 61).
9. Komponen Kesehatan Spiritual dalam Islam
Kesehatan spiritual memiliki tiga komponen pendukung menurut Shorkey,
(2008) dalam Gray, (2010) diantaranya, pengalaman spiritual, kesejahteraan
spiritual, serta lokus kontrol spiritual. Seseorang yang sehat secara spiritual akan
memiliki tujuan hidup, dimana tujuan hidupnya dapat dipengaruhi oleh bagaimana
pengalaman-pengalaman yang pernah dialami seseorang dimasa lalu. Dengan
menjalankan kehidupan yang mereka pilih dengan keyakinan yang mereka miliki
akan menimbulkan suatu keharmonisan sehingga dapat memperoleh kesejahteraan
spiritual. Tingkat kesejahteraan spiritual seseorang dapat dipengaruhi oleh
bagaimana presepsi individu tersebut dalam menerima kehidupannya sehingga
akan mempengaruhi tingkat kesehatan spiritual seseorang (Gray, 2010).
Komponen kesehatan spiritual dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kesejahteraan Spiritual
Seseorang yang memiliki kesejahteraan spiritual akan merasa terhubung
dengan orang lain dan mampu menemukan makna dan tujuan hidup untuk
membawa ke keadaan sehat spiritual (Potter & Patricia A, 2009). Seseorang
yang memiliki kesejahteraan spiritual dapat terlihat melalui perasaan damai
dalam dirinya, adanya perasaan kasih sayang terhadap sesama, dapat
menghargai setiap kehidupan yang dijalani, selalu bersyukur atas apa yang
dimiliki, serta memiliki sikap positif dalam menjalankan suatu masalah
(Kozier, Barbara J. Berman, 2008). Fehring dalam (Fisher, 2011)
menyebutkan bahwa kesejahteraan spiritual merupakan suatu indikasi dari
kualitas hidup seseorang dalam dimensi spiritual atau suatu indikasi dari
kesehatan spiritual.
Kesejahteraan spiritual sering digambarkan sebagai dua dimensi, yaitu
dimensi vertikal dimana mengambarkan hubungan antara individu dengan
kekuatan yang lebih tinggi, sedangkan dimensi horizontal menggambarkan
hubungan positif antara individu dengan orang lain, lingkungan dan lainnya
(Potter & Patricia A, 2009). Hubungan antara individu dengan kekuatan yang
lebih tinggi dalam islam disebut habluminallah, sedangkan hubungan individu
dengan orang lain disebut habluminannas. Habluminallah diartikan percaya
dengan keesaan Allah dan setiap tindakan yang dilakukan oleh individu
berpedoman dengan Al-Quran dan Hadis, misalnya; sholat, membayar zakat,
puasa, dan melakukan ibadah lain yang diperintahkan Allah untuk mengikat
hubungan baik dengan Allah. Yakin dengan keesaan Allah dijelaskan dalam
kalimat syahadat yang memiliki arti “aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah”. Seseorang
yang meyakini keesaan allah SWT akan selalu yakin bahwa dimananpun kita
berada akan dilihat oleh Allah, sehingga dia tidak berani dalam melakukan
kemaksiatan (Gholib. 2011) Habluminannas ditunjukkan dengan hubungan
baik individu dengan lingkungan sosial, misalnya dengan mengucapkan salam
ketika bertemu seseorang, saling menolong atau peduli dengan sesama
(Urdan, 1995 dalam Wijayati, 2016). Abu Dzar Al Ghifari radhiallahu’anhu,
Rasulullah SAW bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu
berada, dan hendaknya setelah melakukan perbuatan buruk, engkau
melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan orang
lain dengan ahlak yang baik.” (HR. AT Tirmidzi).
Shorkery et al (2008) dalam Gray (2010) menyatakan kesejahteraan
spiritual adalah suatu keharmonisan dan keselarasan yang dirasakan seseorang
dengan dunianya, serta seberapa besar tujuan dan makna hidup mereka.
Karakteristik umum dari spiritualitas antara lain, pencarian makna dan tujuan
hidup, hubungan dan transendensi. Burkhardt (1989) menjelaskan bahwa
pencarian makna dan tujuan hidup suatu hal yang penting, jika seseorang tidak
dapat menemukan makna dan tujuan dari hidupnya akan mudah terpengaruh
dan merasakan kekosongan (Markani, 2012). Al- Quran telah menjelaskan
tentang tujuan hidup manusia dengan sangat jelas yaitu untuk beribadah
kepada Allah SWT. “ dan tidaklah kami ciptakan jin dan manusia, kecuali
untuk beribadah kepada ku (ad-dzariyat:56). Ibadah menurut pandangan islam
bukanlah mengisolasi diri dari kehidupan dan keseangan dunia, namun sebuah
harmonisasi antara shalat, puasa, zakat serta seluruh aktivitas manusia, baik
perbuatan, perkatan, kreativitas dan interaksi sosialnya bertujuan untuk ibadah
kepada Allah (Bahammam.2015). Manusia akan menghadapi tantangan dan
ujian dalam melaksanakan misi hidupnya, namun dengan ujian tersebut akan
menyebabkan hidup seseorang akan menjadi bermakna (Tasmara, 2002).
Makna hidup dalam pandangan islam adalah berserah diri kepada Allah SWT.
Berserah diri kepada Allah dilakukan dengan menjalankan segala perintah
allah yang bersifat ‘ubudiyyah dan menjauhi larangannya (Rahmat, 2003).
Allah berfirman dalam Al-Quran sebagai berikut:
Artinya: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa
diantara kamu yang lebih baik amalnya dan Dia maha perkasa lagi maha
pengampun. (QS Al-Mulk 672)
Artinya : Sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang
apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun" QS Al-Baqarah 2(155-156)
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan hidup manusia adalah
sebagai pengabdi kepada Tuhannya, dan salah satu bentuk pengabdiannya
adalah hubungannya dengan alam sekitar. Manusia diberi tugas sebagai
khalifah Allah dimuka bumi dengan tugas utamnaya memakmurkan bumi yang
melipti: Al-Intifa yaitu mengambil manfaat dan mendayagunakan alam sebaik-
baiknya, Al-I’tiba yaitu; mengambil pelajaran, mensyukuri dan menggali
rahasia-rahasia dibalik alam ciptaan allah, Al-Islah yaitu memelihara dan
menjaga kelesatrian alam yakni untuk kemakmuran manusia, serta tetap
terjaganya harmoni kehidupan dengan alam ciptaan Allah (Nur, 2014).
b. Pengalaman Spiritual
Pengalaman spiritual menurut Shorkey et al, (2008) dalam Gray, (2010)
adalah suatu makna yang diambil seseorang terhadap suatu kejadian yang
pernah terjadi didalam hidupnya. Pengalaman spiritual dapat diperoleh dari
hubungan transenden seseorang dalam memaknai proses kehidupannya
dengan kedekatan mereka terhadap Tuhan. Persepsi seseorang terhadap
kehidupan pribadi dan tingkat kualitas hubungan seseorang dengan tuhannya
akan menghasilakan emosi, kognisi, yang positif dan perilaku yang berkaitan
dengan diri sendiri, orang lain, alam serta Tuhan akan menghasilkan
kesejahteraan. Underwood & Teresi (2002) dalam Rahmawati (2016)
menyebutkan bahwa pengalaman spiritual memiliki dua aspek yaitu: persepsi
tentang adanya hubungan yang bersifat transenden dan presepsi tentang
peristiwa transenden. Persepsi tentang adanya hubungan transenden yaitu
ketika seseorang merasa bahwa Tuhan ada dalam kehidupannya, merasa
bahagia, terbebas dari masalah dan selalu meminta bantuan kepada tuhannya
dalam kehidupan sehari-hari. Presepsi tentang peristiwa transenden dimana
individu merasa bahwa peristiwa spiritualnya memberian dampak positif
terhadap kehidupan sehari hari dengan rasa syukur dalam beribadah terhadap
Tuhannya (Underwood & Teresi 2002 dalam Rahmawati.2016). Heydari
(2016) menyatakan bahwa tingkat kesehatan spiritual seseorang tergantung
pada beberapa banyak seseorang yang mengalami musibah atau sakit, namun
tetap dekat dengan Allah bahkan mereka memaknai penyakit atau kesulitan
yang terjadi sebagai suatu refleksi kedekatan dengan Allah (Abbas et al.,
2016).
c. Lokus Kontrol Spiritual
Shorkey et al. (2008) dalam Gray, (2010) berpendapat bahwa locus of
control merupakan suatu presepsi individu terhadap sumber yang
mempengaruhi dan menerima tanggung jawab dari suatu kejadian dalam
kehidupannya. Lokus kontrol dapat dibagi menjadi 2 yaitu lokus kontrol
internal merupakan suatu presepsi seseorang yang mengacu kepada suatu
kejadian baik positif maupun negatif dipengaruhi oleh tindakan atau
karakteristik diri mereka yang cenderung menetap. Lokus kontrol eksternal
adalah suatu presepsi individu dimana suatu kejadian positif maupun negatif
tidak berhubungan langsung dengan diri sendiri atau dipengaruhi oleh faktor
ekstenal dari dirinya seperti: keberuntungan, kesempatan, nasib serta kuasa
Tuhan (Christina & Brahmana, 2009).
Lee (1990) dalam (Rahayuningsih, 2015) menyatakan bahwa lokus kontrol
internal adalah suatu keyakinan seseorang bahwa didalam dirinya memiliki
potensi besar untuk dapat menentukan nasib sendiri. Seseorang dengan lokus
kontrol internal yang tinggi akan memiliki etos kerja yang tinggi, sabar dalam
menghadapi segala macam kesulitan. Lee (1990) dalam (Rahayuningsih,
2015) juga menyatakan bahwa seseorang yang memiliki lokus kontrol
eksternalnya tinggi akan mudah pasrah dan menyerah ketika terjadi suatu
masalah yang sulit, bahkan mereka memandang masalah yang sulit suatu
ancaman bagi dirinya. Individu dengan lokus kontrol eksternal yang tinggi,
ketika mereka tidak mampu atau mengalami kegagalan dalam menyelesaikan
suatu persoalan mereka akan menilai kegagalan sebagai suatu nasib yang
mendorong seseorang untuk lari dari persoalan. (Lee, 1990 dalam
Rahayuningsih, 2015). Crider (1983) dalam (Rahayuningsih, 2015)
meyebutkan perbedaan karakteristik anatara lokus kontrol internal dan lokus
kontrol eksternal. Karakteristik dari lokus kontrol internal antara lain; bekerja
keras, memiliki inisiatif yang tinggi, selalu berusaha menyelesaikan masalah,
memiliki presepsi apabila ingin berhasil harus dengan usaha. Karakteristik
dari lokus kontrol eksternal antara lain; kurang inisiatif, mudah menyerah,
kurang mencari informasi, mudah dipengaruhi.
Islam memandang bahwa keyakinan dalam diri sendiri sangatlah penting,
karena dengan adanya keyakinan seseorang akan mampu mengarahkan semua
tindakannya. Islam mengajarkan bahwa seorang muslim harus bersikap
optimis terhadap kemampuan yang dimilikinya (Sukma, 2005), sebagaimana
firman Allah:
Artinya : “Bagi manusia ada malaikat- malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, dimuka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada dalam mereka sendiri, dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (QS
Ar-ra’ad ayat 11).
Artinya: “ hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf
dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmad Allah, melainkan
kaum yang kafir” (QS. Yusuf : 87).
Artinya: “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a):
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami
tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum
kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak
sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan
rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap
kaum yang kafir”.
Berdasarkan ayat tersebut, dapat kita simpulkan bahwa manusia harus
bersikap optimis, sehingga akan membuat individu senantiasa tegar,dan tidak
berputus asa dalam menghadapai suatu masalah. Allah telah berfirman bahwa
tidak akan membebani hambanya melebihi dari kemampuannya, artinya
setiap masalah yang diberikan Allah kepada seseorang telah diukur oleh-Nya
sesuai dengan kemampuan seseorang. Individu yang berorientasi pada lokus
kontrol internal memiliki karakteristik tidak mudah menyerah, giat, dan
optimis dengan kemampuannya sendiri serta mampu menyelesaikan masalah
(Sukma, 2005).
C. Penelitian Terkait
1. Kesehatan Spiritual Perawat Di Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit Al-
Islam Bandung.
Cipta (2015) melakukan penelitian yang berjudul Gambaran Kesehatan.
Spiritual Perawat Di Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit Al-Islam Bandung.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan desain cross-
sectional. Pengambilan data menggunakan kuisoner kepada 47 perawat diruang
intensif Rumah Sakit Al-islam Bandung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sebagian besar perawat di RS islam Bandung memiliki kesehatan spiritual yang
tinggi yaitu sebesar 76,6%. Berdasarkan komponen yang mempengaruhi
kesehatan spiritual sebagian besar responden memiliki pengalaman spiritual yang
rendah (69.6). Komponen lokus kontrol spiritual masih rendah (69.9), dan untuk
kesejahteraan spiritual responden dikategorikan tinggi (78.63). Penelitian ini
berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah tempat
dilakukannya penelitian yaitu di Rumah Sakit Umum, dan populasi yang akan
dijadikan penelitian yaitu perawat rawat inap yang beragama islam, seta jumlah
sampel sebesar 141 responden .
2. Kesehatan Spiritual Di Keperawatan Dari Sudut Pandang Islam.
Heydari (2016) melakukan penelitian yang berjudul Spiritual Health in
Nursing From the Viewpoint of Islam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memperjelas makna dan hakikat konsep kesehatan spiritual dalam konteks praktek
islam terhadap pasien Iran. Penelitian ini dilakukan terhadap 9 peserta yang
terpilih dengan metode wawancara dan observasi yang dilakukan secra berkala
untuk mengumpulkan data. Hasil dari penelitian ini didapatkan tanda kesehatan
spiritual menurut islam yaitu; cinta Sang Pencipta, hidup berdasarkan tugas-,
rasionalitas agama, keseimbangan psikologis, dan perhatian ke alam baka.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah tempat
dilakukannya penelitian, dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
yang akan diteliti adalah penelitian kuantitatif.
3. Kesehatan Spiritual Perawat Onkologi
Abdollah (2015) melakukan penelitian tentang Oncology Nurses Spiritual
Health Experience: A Qualitative Content Analysis. Penelitian ini menggunkan
metode kualitatif fenomenologis. Pengambilan data dilakukukan dengan
wawancara semi-tersruktur dan dua pertemuan kelompok 16 perawat dengan
cukup usia,dan keragaman jenis kelamin. Hasil dari penelitian didapatkan perawat
onkologi memiliki kesehatan spiritual seperti percaya kepada tuhan, al-quran,
nabi, dan hari pembalasan, serta mencari pertolongan dan menyembah tuhan,
(kesehatan agama). Memiliki kesehatan sempurna ; memiliki kepuasan hidup dan
kerja yang tinggi, serta mencari makna dan tujuan hidup (kesehatan eksistensial).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tempat
dilakukannya penelitian,serta jenis penelitian,dimana pada penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kuantitatif.
4. Kesejahteraan Spiritual Perawat
Azarsa (2015) melakukan penelitian tentang Spiritual wellbeing, Attitude
toward Spiritual Care and its Relationship with Spiritual Care Competence
among Critical Care Nurses. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi kesejahteraan spiritual perawat serta sikap terhadap perawatan
spiritual dan hubungannya dengan kompetensi perawatan spiritual. penelitian ini
menggunakan metode deskriptif korelasi yang dilakukan terhadap 109 perawat
yang bekerja di unit perawatan intensif di rumah sakit Imam Reza dan rumah sakit
madani Iran. Penelitian ini menggunakan tiga kuisoner yaitu, spiritual wellbeing
skala, spiritualitas dan skala perawatan spiritual. Hasil penelitian didapatkan
kesejahteraan spiritual perawat tinggi sebesar 94,45 (14,84), perspektif perawatan
spiritual adalah 58,77 (8,67), dan kompetensi perawatan spiritual adalah 98,51
(15,44). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
tempat dilakukannya penelitian dan serta populasi yang akan dijadikan responden.
Responden pada penelitian ini adalah perawat di ruang intensif sedangkan pada
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah perawat yang bekerja diruang
rawat inap yang beragama islam. Pada penelitian yang akan diteliti, mengunakan
sampel sebesar 141 responden.
43
D. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Sumber: (Ruth, 2009) (Hamid, 2008) (Gray, 2010)
Komponen kesehatan spiritual
pengalaman spiritual, kesejahteraan spiritual, lokus kontrol spiritual.
(Gray, 2010)
Faktor yang mempengaruhi kesehatan
spiritual
a. Pengalaman hidup
b. Jenis kelamin
c. Budaya
d. Krisis dan perubahan
e. Terpisah dari ikatan spiritual
f. Isu moral terkait dengan terapi
g. Asuhan keperawatan yang tidak
sesuai
h. Tahap perkembangan
(Ruth, 2009)
Dimensi kesehatan spiritual islam
Habluminallah
Habluminannas
44
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang memudahkan peneliti
menyusun teori dan menghubungkan hasil penelitian dengan teori dari sebuah
penelitian, serta merupakan refleksi dari keterkaitan antar variabel yang akan
diteliti, yang bertujuan untuk mengarahkan penelitian serta panduan dalam
analisis dan intervennsi (Nursalam 2008).
Diagram dibawah dapat menjelaskan bahwa tingkat kesehatan spiritual
seseorang dapat dinilai melalui tiga dimensi penting dari kesehatan spiritual yaitu:
pengalaman spiritual, lokus kontrol serta kesejahteraan spiritual.
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Komponen sehat spiritual islam
perawat
Kesejahteraan Spiritual
Pengalaman Spiritual
Lokus Kontrol Spiritual
B. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati. Dapat diamati diartikan dimana peneliti dapat melakukan observasi atau
pengukuran dengan cermat terhadap fenomena yang nantinya dapat diulangi oleh
peneliti lain (Nursalam. 2010). Definisi operasional merupakan suatu definisi
dengan cara mengubah konsep konsep yang akan diteliti dengan kata – kata yang
dapat menggambarkan prilaku yang dapat diamati dan dapat diuji, sehingga
peneliti dapat mengobservasi suatu gejala atau objek (Budiantara. 2014).
46
Tabel 3.1
DEFINISI OPERASIONAL
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
ukur
Kesehatan Spiritual
Islam Perawat
Aktualisasi individu sebagai fitrah untuk
terhubung secara kuat dengan Allah
sehingga individu tersebut dapat
mencapai kesejahteraan spiritual,
pengalaman spiritual, serta memiliki
presepsi positif dalam menerima
kehidupannya.
Skala likert
Menggunakan Kuisoner
spiritual health inventory
Gray (2010) yang telah
dimodifikasi, terdiri dari 30
pertanyaan
1. Tinggi (skor jawaban ≥
median 134)
2. Rendah (skor jawaban ≤
median 134)
Skala
ordinal
Kesejahteraan
Spiritual,
Sikap atau suatu perasaan harmonis
antara habluminallah dan habluminnas
Skala likert Menggunakan Kuisoner
spiritual health inventory
Gray (2010) yang telah
dimodifikasi, terdiri dari 12
pertanyaan
1. Tinggi (skor jawaban ≥
median 55)
2. Rendah (skor jawaban ≤
median 55)
Skala
ordinal
Pengalaman Spiritual Suatu peristiwa spiritual yang
memberian makna dan dampak positif
terhadap kehidupan sehari-hari dengan
rasa syukur dalam beribadah kepada
Allah SWT.
Skala likert Menggunakan Kuisoner
spiritual health inventory
Gray (2010) yang telah
dimodifikasi terdiri dari 13
pertanyaan
1. Tinggi (skor jawaban ≥
median 57)
2. Rendah (skor jawaban ≤
median 57).
Skala
ordinal
Lokus Kontrol
Spiritual.
presepsi individu dalam menyakini
kekuatan internal dan eksternal yang
mempengaruhi suatu kejadian dalam
kehidupannya.
Skala likert Menggunakan Kuisoner
spiritual health inventory
Gray (2010) yang telah
dimodifikasi, terdiri dari 5
pertanyaan
3. Tinggi (skor jawaban ≥
median 23)
4. Rendah (skor jawaban ≤
mesian 23)
Skala
ordinal
47
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
ukur
Usia Lamanya tahun yang dilalui oleh
responden dihitung sejak dari responden
lahir sampai dilakukannya penelitian
- Kuisoner demografi 1. Dewasa muda 18-25 thn
2. Dewasa pertengahan
25-38 thn
3. Dewasaa akhir 38-65
thn
Fowler (1981) dalam Kozier,
Barbara J. Berman, (2008).
Nominal
Jenis Kelamin Satatus gender yang dibawa dari sejak
lahir
- Kuisoner demografi 1. laki-laki
2. perempuan
(Ruth, 2009)
Nominal
Pendidikan Pendidikan formal terakhir yang pernah
diikuti oleh responden
- Kuisoner demografi 1. SPK
2. D3
3. S1
Ordinal
Masa Kerja Lamanya waktu kerja yang dilalui oleh
responden
- Kuisoner demografi 1. > 5 tahun
2. 1-5 tahun
3. < 1 tahun
nominal
48
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan proporsi atau rerata
suatu variabel (Dahlan, 2013). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran kesehatan spiritual islam perawat.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten
Tangerang. Penelitian dilakukan pada bulan April 2017.
C. Populasi, Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah sekelompok elemen (individu, objek, peristiwa) yang
berhubungan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulannya (Hamdi, 2014). Pada penelitian ini populasi perawat
islam di RSUD Kabupaten Tangerang yang bekerja diruang rawat inap pada
periode 30 November adalah 217. Jumlah populasi peruangan dibagi sebagai
berikut: di ruang Edelweiss sebanyak 10 perawat, di ruang Cempaka, Kemuning
Bawah, Mawar, dan Anyelir Atas masing-masing sebanyak 14 perawat, di ruang
Dahlia dan Kenanga masing-masing sebanyak 16 perawat, di ruang Kemuning
49
Atas sebanyak 15 perawat, di ruang NICU, Flamboyan, Soka, dan Hemodialisa
masing-masing sebanyak 13 perawat, di ruang Perinatologi Atas sebanyak 22
perawat, di ruang Seruni sebanyak 12 perawat, di ruang Thalasemia sebanyak 9
perawat, diruang Kemoterapi 5 perawat serta di ruang Kemoterapi Anak sebanyak
4 perawat.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian subjek yang dapat mewakili dari populasinya yang
ciri-cirinya diselidiki atau diukur (Sumantri, 2011). Sampel pada penelitian ini
adalah perawat yang beragama islam dan bekerja di ruangan rawat inap.
Pengambilan sampel mengacu pada kriteria inkulsi dan eskulsi yang ditetapkan
oleh peneliti. Kriteria inkulsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: perawat
yang beragama islam, perawat yang bekerja diruang rawat inap, bersedia menjadi
responden, sedangkan kriteria esklusi yang digunakan adalah: responden cuti sakit
dan melahirkan.
a. Tehnik Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam peneltian ini adalah
propability sampling dengan proportionate stratifed random sampling, alasan
peneliti mengambil metode ini karena jumlah perawat yang disetiap ruangan
tidak homongen serta metode ini lebih mudah dalam mengambil responden.
b. Jumlah Sampel
Peneliti menggunakan rumus Slovin, pada penelitian ini untuk menetukan
jumlah sampel (Hamdi, 2014).
𝑛 =N
1 + N (e)2
50
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan : 5% (0,05)
𝑛 =217
1 + 217(0,05)2
𝑛 =217
1,5425
𝑛 = 140,68
n = 140,68 (dibulatkan menjadi 141 orang)
Untuk mengantisi responden yang dropout, maka total sampel yang
diambil sebanyak 141 orang ditambah 10%, sehingga sampel penelitian
sebanyak 156 orang. Penyebaran data perawat disetiap ruangan menggunakan
rumus sebaran data pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Jumlah Sampel Peruangan
1. Jumlah perawat di ruang Pavilium Edelweiss =10x156
217= 7 orang
2. Jumlah perawat di ruang Pavilium Cempaka =14x156
217= 10 orang
3. Jumlah perawat di ruang Pavilium Dahlia =16x156
217= 12 orang
4. Jumlah perawat di ruang Pavilium Flamboyan =13x156
217= 9 orang
5. Jumlah perawat di ruang Pavilium Kenanga =16x156
217= 12 orang
6. Jumlah perawat di ruang Pavilium Kemuning Atas =15x156
217= 11 orang
7. Jumlah perawat di ruang Pavilium Kemuning Bawah =14x156
217= 10 orang
8. Jumlah perawat di ruang Pavilium Mawar =14x156
217= 10 orang
9. Jumlah perawat di ruang Pavilium NICU =13x156
217= 9 orang
10. Jumlah perawat di ruang Pavilium Anyelir Atas =14x156
217= 10 orang
11. Jumlah perawat di ruang Pavilium Perinatologi Atas =22x156
217= 16 orang
12. Jumlah perawat di ruang Pavilium Seruni =12x156
217= 9 orang
51
13. Jumlah perawat di ruang Pavilium Soka =13x156
217= 9 orang
14. Jumlah perawat di ruang Pavilium Thalasemia =9x156
217= 6 orang
15. Jumlah perawat di ruang Pavilium Hemodialisa =13x156
217= 9 orang
16. Jumlah perawat di ruang Pavilium Kemoterap =5x156
217= 4 orang
17. Jumlah perawat di ruang Pavilium Kemoterapi Anak =4x156
217= 3 orang
Pada saat pengambilan data terdapat responden yang drop out sebanyak 5
(lima)morang dikarenakan tidak mengisi penuh kuisoner, sehingga jumlah
sampel menjadi 151 responden. Sampel yang drop out terdapat dua orang di
ruangan kemuning bawah, 1 orang di kemuning atas, dan 2 orang di anyelir
atas.
D. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisoner, kuisoner dalam
penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu; kuisoner bagian I berupa pertanyaan
tentang demografi yang berjumah 4 item pertanyaan terbuka. Pertanyaan tersebut
mengenai usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama masa kerja. Kuisoner
bagian II yang berisi pertanyaan untuk mengetahui tingkat kesehatan spiritual
perawat. Peneliti menggunakan kuisoner spiritual health inventory dari Grey
(2010) dalam Cipta (2015) yang telah dimodifikasi dan sudah dilakukan uji
validitas judgemnt exspert dan uji validitas dan reliabilitas responden. Kuisoner
terdiri dari 3 sub variabel diantaranya : kesejahteraan spiritual yang terdiri dari 12
pertanyaan, pengalaman spiritual yang terdiri dari 13 pertanyaan dan lokus
kontrol spiritual yang terdiri dari 5 pertanyaan.
52
Tabel: 4.2
Kisi- Kisi Kuisoner Penelitian
Komponen kesehatan
spiritual
Favorable Unfavorable Jumlah
Kesejahteraan spiritual 1, 2, 4, 13, 17, 19, 20,
23, 26, 28, 33
15 12
Lokus kontrol spiritual 10, 12, 30, 32 5, 5
pengalaman spiritual 6, 9, 11, 14, 18, 22, 24,
25, 2, 29, 31
3, 8, 13
Total 26 4 30
Pertanyaan- pertanyaan yang dibuat digunakan untuk memperoleh data
tentang gambaran kesehatan spiritual islam perawat dalam bentuk skala linkert
dengan memberi bobot pada setiap jawaban istrumen. Penelitian ini menggunakan
sakala 1-5 dengan kategori: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (RR),
Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Kuisoner terdiri dari pertanyaan
favorabel 1,2,3,4,5 dimulai dari (sangat setuju,setuju, ragu-ragu,tidak setuju,dan
sangat tidak setuju) sedangkan pertanyaan unfavorable 5,4,3,2,1 dimulai dari
(sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu, setuju, sangat setuju).
E. Validitas Dan Reliabilitas Kuisoner
Validitas adalah sebuah tes yang dilakukan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur bedasarkan situasi dan kondisi
tertentu (Swarjana, 2016). Penelitian ini menggunakan uji validitas judgement
expert dengan meminta masukan pakar ahli spiritual yaitu Prof. Dr. H. M.
Ridwan Lubis dengan dua kali pertemuan dan Dr. Yuli Yasin, Lc., M.A dengan
satu kali pertemuan. Hasil uji judgement expert didapatkan pertanyaan nomor
53
1,2,16,17,30 direvisi sesuai dengan saran yang diberikan oleh expert. kuisoner
disarankan lebih aplikatif, sehingga peneliti merubah dan menambahkan
pertanyaan nomor 4,7,23,26,28,30. Setelah dilakukan uji judgement expert,
peneliti melakukan uji validitas responden di RSUD Kabupaten Tangerang di
instalasi Wijayakusuma sebanyak 30 responden. Penelitian ini menggunakan uji
validitas dengan rumus Pearson Product Moment, dimana suatu pertanyaan
dianggap valid jika nilai r hitung > r tabel, sedangkan pertanyaan yang dianggap
tidak valid maka nilai r hitung < r tabel (0,361) pada n= 30 (Hastono, 2006). Hasil
uji validitas berdasarkan statistik pada instrumen kesehatan spiritual perawat dari
33 pertanyaan, hanya 29 pertanyaan yang valid, namun secara konten sudah
mendukung isi dari penelitian serta sudah diuji judgement expert, maka
pertanyaan yang tidak valid tetap dimasukkan dalam pertanyaan instrumen.
Reliabilitas adalah sejauh mana alat ukur yang kita gunakan mampu
menghasilkan pengukuran yang tetap konsisten meskipun dilakukan pengukuran
lebih dari satu kali pada objek yang sama (Swarjana, 2016). Uji reliabilitas pada
penelitian ini menggunkan cronbach’s alpha. Instrumen dikatakan reliabilitas
apabila memiliki cronbach’s alpha > 0,6 (Hamdi, 2014). Hasil uji reabilitas
instrumen kesehatan spiritual islam adalah 0,728. Pada penelitian ini kevalidan
dan reabilitas instrumen dilakukan analisis dan pengukuran kembali, dan
didapatkan dari 33 pertanyaan terdapat 3 pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor
7,16,21. Pertanyaan yang tidak valid dieliminasi karena pertanyaan yang lain
sudah mewakili indikator penelitian.
54
F. Prosedur Pengambilan Data
1. Sumber data
Data primer yang diperoleh peneliti adalah langsung dari responden melalui
kuisoner yang diberikan oleh peneliti. Responden diminta utuk mengisi sendiri
kuisoner yang telah diberikan dan tidak boleh diwakilkan.kuisoner yang telah diisi
langsung dikumpulkan kepada peneliti.
2. Prosedur Pengambilan Data
Proses dalam pengambilan data pada penelitian ini melalui beberapa tahap
yaitu antara lain:
a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti memodifikasi
kuisoner dari Gray (2010).
b. Kuisoner diuji dengan judgement expert oleh ahli agama yaitu Prof. Dr. H.
M. Ridwan Lubis dan Dr. Yuli Yasin, Lc., M.A
c. Selanjutnya pengambilan data dilakukan setelah mendapatkan surat
permohonan izin penelitian dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
d. Menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada bagian diklat RSUD
Kabupaten Tanggerang.
e. Setelah mendapatkan izin dari pihak rumah sakit, peneliti menjelaskan
penelitian yang akan dilakukan terkait tujuan dan manfaat penelitian kepada
calon responden.
55
f. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani
oleh para calon respomden apabila mereka setuju menjadi objek
penelitian.
g. Memberikan penjelasan kepada responden dalam tata cara pengisian
kuisoner.
h. Memberikan waktu kepada responden untuk dapat mengisi kuisoner
i. Memberikan kesempatan bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak
jelas dalam kuisoner
j. Mengingatkan responden untuk memriksa kembali kuisoner yang telah
diisi untuk memastikan semua item telah diisi dengan baik.
k. Responden memberikan lagi kuisoner yang telah diisi kepada peneliti
untuk diperiksa
l. Mengolah data dan menganalisa data sesuai uji statistik yang telah
ditetapkan oleh peneliti
G. Pengolahan Data
Sutanto (2006) mengatakan pengolahan data adalah suatu rangkaian dari
kegiatan penelitian yang dilakukan setelah pengumpulan data. Data yang yang
masih mentah harus diolah menjadi suatu informasi yang nantinya dapat
digunakan dalam menjawab tujuan penelitian. Proses pengolahan data tersebut
dapat dialakukan dengan beberapa tahan yaitu; tahap editing, coding, prosesing,
cleaning (Hastono, 2006).
56
1. Editing
Editing merupakan suatu proses pemeriksaan data yang telah dikumpulkan
melalui instrumen penelitian. Umumnya pada proses ini peneliti melakukan
ppemeriksaan pada data yang telah terkumpul misalnya, menjumlahkan
lembar pertanyaan,apakah semua pertanyaan sudah terisi dan apakah
tulisannya cukup jelas, apakah jawaban yang ditulis releven dengan
pertanyaan, apakah anatara beberapa pertanyaan jawabannya konsisten.
2. Codding
Coding merupakan kegiatan yang dilakukan merubah data yang berbentuk
huruf atau kata menjadi bentuk angka atau bilangan. Misalnya untuk variabel
pendidikan diberikan koding 1= SD, 2= SMP, 3= SMU dan, 4= PT. Proses
koding ini berguna untuk mempermudah peneliti pada saat menganalisis data
dan mempercepat pada saat entry data.
3. Processing
Pemrosesan data dilakukan dengan cara mengentry data yang sudah
diubah dalam bentuk kode kedalam program atau software komputer.
4. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekkan kembali data data yang telah
di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak.
H. Analisis Data
Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis univariat untuk
mengetahui gambaran kesehatan spiritual perawat. Analisis data univariat yang
57
digunakan adalah analisis proporsi atau presentase dari setiap variabel. Analisis
univariat digunakan untuk mendeskripsikan setiap karakteristik variabel yang
akan diteliti Sutanto (2006). Karakteristik responden antara lain, usia, jenis
kelamin, pendidikan, lama kerja, sedangkan variabel kesehatan spiritual meliputi
pengalaman spiritual, lokus kontrol spiritual dan kesejahteraan spiritual.
Penelitian ini menggunakan cut of point sebagai nilai tengah untuk mengetahui
skor kesehatan spiritual, sehingga dilakukan uji normalitas. Uji normalitas data
dilakukan dengan menggunakan pembagian antara nilai skewness dibagi standar
error menghasilkan angka diantara -2 sampai 2 (Sopiyudin,2012). Perhitungan
statistik kesehatan spiritual dan komponennya (kesejahteraan spiritual, lokus
kontrol, pengalaman spiritual) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Skor Perhitungan Statistik Kesehatan Spiritual Islam Dan Komponennya
Mean Median Mode Skewnwss Standar Error
Kesehatan spiritual 133,14 134 143 -0,752 0,197
Kesejahteraan spiritual 54,96 55 56 -0,663 0,197
Lokus kontrol spiritual 22,30 23,0 23 -0,442 0,197
Pengalaman spiritual 55,87 57 59 -0,909 0,197
Tabel 4.3 diatas didapatkan bahwa data mengenai kesehatan spiritual,
kesejahteraan spiritual, lokus kontrol spiritual dan pengalaman spiritual tidak
berdistribusi normal. Hal ini dikarenakan hasil pembagian nilai skewnws dan
standart error berturut-turut adalah (-3,82) (-3,36) ( -2,24) (-4,61) dengan nilai
standar errornya (0,197). Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada
penelitian ini data tidak berdistribusi normal. Data yang tidak berdistibusi normal
menggunakan nilai median sebagai nilai batas tengah atau Cut Of Point.
58
Tabel 5.2 diatas didapatkan bahwa nilai COP untuk kesehatan spiritual adalah
134 dimana dikatakan kesehatan spiritual tinggi apabila skor hitung ≥ 134 dan
dikatan rendah apabila skor hitung ≤ 134. Kesejahteraan spiritual memiliki nilai
COP 55, dimana dikatakan kesejahteraan spiritual tinggi apabila skor hitung ≥ 55
dan dikatan rendah apabila skor hitung ≤ 55. Lokus kontrol spiritual memiliki
nilai COP 23 dimana dikatakan lokus kontrol spiritual tinggi apabila skor hitung ≥
23 dan dikatan rendah apabila skor hitung ≤ 23. Pengalaman spiritual memiliki
nilai COP 57 , dimana dikatakan pengalaman spiritual tinggi apabila skor hitung ≥
57 dan dikatan rendah apabila skor hitung ≤ 57.
I. Etika penelitian
Prinsip etika dalam penelitian / pengumpulan data yang dapat dipahami oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Peneliti perlu dalam mempertimbangkan hak subjek dalam
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan jalannya penelitian.
Mempersiapkan formulir informed concent dalam menghormati harkat dan
martabat manusia yang terdiri atas:
a. Menjelaskan manfaat penelitian
b. Penjelasan resiko yang mungkin muncul serta ketidakamanan
c. Persetujuan peneliti dapat menjawab pertanyaan yang diajukan
subjek berkaitan dengan prosedur penelitian
d. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri kapan saja
59
2. Menghormati privasi dan kerahasian subjek penelitian (respect for privacy
and confidentiality)
Peneliti akan memperhatikan kerahasian data individu, karena
tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain.
Dalam pelaksanaanya, peneliti tidak boleh menampilkan informasi
mengenai identitas baik nama maupun alamat dalam kuisoner serta alat
ukur apapun dalam menjaga anonimitas dan kerahasian identitas subjek.
Peneliti dapat menggunakan koding sebagai pengganti identitas
3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)
Prinsip keadilan dan keterbukaan dalam penelitian. Penelitian
dilakukan secara jujur, hati- hati, profesional, berperikemanusiaan, dan
memperhatikan faktor-faktor ketepatan, kesaksamaan, kecermatan,
intimitas, psikologis serta perasaan religius dari subjek penelitian. Prinsip
keterbukaan mencangkup kejelasan prosedur penelitian. Prinsip keadilan
menekankan sejauh mana penelitian membagikan keuntungan dan beban
secara merata.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harm and benefits)
Peneliti akan melakukan penelitian sesuai dengan proses dan
prosedur penelitian untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal
mungkin bagi subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan dalam tingkat
populasi (Sumantri, 2011).
60
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil RSUD Kabupaten Tangerang
RSUD kabupaten Tangerang merupakan rumah sakit umum milik
pemerintah daerah Kabupaten Tangerang, yang berlokasi di Jalan Ahmad
Yani nomor 9 Tangerang. RSUD kabupaten Tangerang merupakan salah satu
tipe Rumah sakit B pendidikan. RSUD kabupaten Tangerang memiliki
berbagai fasilitas seperti: jumlah tempat tidur sebanyak 440 tempat tidur,
memiliki ruang emergency 24 jam, memiliki rawat jalan dengan 27 pelayanan
spesifik dan 7 sub spesifik, memiliki medikal cek up, 12 kamar operasi,
kamar bersalin dangen 22 tempat tidur, terdapat ruang hemodialisa dengan 18
tempat tidur, pusat thalassemia, ruang ICU/ICCU, rehabilitasi medik, ruang
isolasi, klinik bougenville, pelayuanan penunjang medis seperti laboratorium,
radiologi, farmasi, CT-Scan, PA, USG, EEG, Spirometri serta penunjang
lainnya seperti ambulance, kereta jenazah dan lain-lain.
2. Visi, Misi, Motto RSUD Kabupaten Tangerang
a. Visi RSUD Kabupaten Tangerang
Visi RSUD Kabupaten Tangerang adalah “Rumah Sakit Modern, Unggul
dan Terpercaya”. Makna dari visi tersebut adalah dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat RSUD Kabupaten Tangerang
diharapkan menjadi pusat pelayanan rujukan medik dengan fungsi utama
menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat kuratif
dan rehabilitatif bagi pasien yang sesuai dengan kebutuhan dan terjangkau
oleh masyarakat luas.
b. Misi RSUD Kabupaten Tangerang
1) Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia pada semua lini
pelayanan Rumah Sakit dalam rangka memberikan pelayanan
kesehatan perorangan yang professional, santun dan mempunyai
daya saing yang tinggi
2) Menyediakan bangunan yang atraktif, fungsional dan nyaman yang
berwawasan lingkungan
3) Mengembangkan manajemen modern berbasis informasi teknologi
melalui system informasi manajemen Rumah Sakit
4) Memberikan pelayanan unggulan yang didukung dengan peralatan
canggih untuk antisipasi tuntutan lingkungan dan perkembangan
penyakit di Kabupaten dan Kota Tangerang
5) Menyelenggarakan pelayanan pendidikan kedokteran dan pendidikan
kesehatan lainnya
6) Menekan angka kematian ibu dan bayi di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang dalam rangka peran aktif mendukung MDG’s
sesuai dengan RPJMD Kabupaten Tangerang
c. Motto RSUD Kabupaten Tangerang
Motto RSUD Kabupaten Tangerang adalah “BERTEMU KASIH” yaitu
singkatan dari Bersih, Tertib, Bermutu dan Kasih Sayang
B. Karakteristik Responden
Pengelompokan responden berdasarkan kategori Jenis Kelamin, usia,
pendidikan terakhir, lama masa kerja digambarkan pada tabel berikut:
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin, Usia,
Pendidikan Terakhir, Lama Masa Kerja Di RSUD Kabupaten Tangerang
Karakteristik responden Frekuensi Presentase
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
27
124
17,9 %
82,1 %
Usia
Dewasa muda ( 18-25 tahun)
Dewasa pertengahan (25-38
tahun)
Dewasa akhir (38-65 tahun)
35
75
41
23,2 %
49,7 %
27,2%
Pendidikan terakhir
SPK
D3
S1
2
116
33
1,3%
76,8%
21,9%
Masa kerja
>5tahun
1-5 tahun
< 1 tahun
77
55
19
51,0%
36,4%
12,6%
Total 151 100%
Tabel 5.1 menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan
sebanyak 124 responen (82,1%). Kategori usia yang menjadi responden pada
penelitian ini sebagian besar yaitu dewasa pertengahan (25-38 tahun) dengan
jumlah 75 responden (49,7%). Sebagian besar pendidikan terakhir responden
pada penelitian ini adalah Diploma (D3) yaitu sebanyak 116 responden (76,8%).
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah bekerja di
RSUD kabupaten Tangerang lebih dari 5 (lima) tahun sebanyak 77 responden
(51,0%).
C. Kesehatan Spiritual Islam Perawat
Hasil penelitian dari gambaran spiritual islam perawat di RSUD kabupaten
Tangerang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kesehatan Spiritual Dan
Komponennya (Kesejahteraan Spiritual, Lokus Kontrol Spiritual,
Pengalaman Spiritual)
Tinggi Rendah Total
Frekuensi Presentase Frekuensi presentase
Kesehatan spiritual
islam
77
51,0 %
74 49,0 % 151 (100%)
a. Kesejahteraan
spiritual
91 60,3 % 60 39,7 % 151 (100%)
b. Lokus kontrol 77 51,0 % 74 49,0% 151 (100%)
c. Pengalaman
spiritual
80 53,0 % 71 47,0 % 151 (100%)
Tabel 5.2 menggambarkan bahwa sebagian besar perawat memiliki tingkat
kesehatan spiritual tinggi sebanyak 77 responden (51,0%), sedangkan responden
dengan tingkat kesehatan spiritual rendah hanya memiliki selisih 2 % atau
sebanyak 74 responden (49,0%). Responden yang memiliki tingkat kesejahteraan
spiritual tinggi yang merupakan salah satu komponen dari kesehatan spiritual
sebanyak 91 responden (60,3%), sedangkan responden dengan tingkat
kesejahteraan spiritual rendah hanya memiliki selisih 20,6% atau sebanyak 60
responden (39,7%). Sebagian besar responden yang memiliki tingkat lokus
kontrol spiritual tinggi sebanyak 77 responden, (51,0%), sedangkan responden
dengan tingkat lokus kontrol spiritual rendah hanya memiliki selisih 2% atau
sebanyak 74 responden (49,0%). Sebagian besar responden yang memiliki
pengalaman spiritual tinggi sebanyak 80 responden, (53,0%), sedangkan
responden dengan tingkat pengalaman spiritual rendah hanya memiliki selisih
16,6% atau sebanyak 71 responden (47,0%).
D. Kesehatan Spiritual Islam Perawat Berdasarkan Karakteristik Responden
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Kesehatan Spiritual
Islam
Karakteristik Kesehatan Spiritual Islam Total
Jenis kelamin
Tinggi Rendah
Laki-laki
Perempuan
14 (51,9%)
63 (50,8 %)
13 (48,1%)
61 (49,2 %)
27 (100%)
124 (100%)
Usia
Dewasa muda ( 18-25 tahun)
Dewasa pertengahan (25-38
tahun)
Dewasa akhir (38-65 tahun)
13 (37,1 %)
37 (49,3%)
27 (65,9%)
22 (62,9%)
38 (50,7%)
14 (34,1%)
35 (100%)
75 (100%)
41 (100%)
Pendidikan terakhir
SPK
D3
S1
2 (100%)
58 (50,0%)
17 (51,5%)
0 (0,0%)
58 (50,0%)
16 (48,5%)
2 (100%)
116 (100%)
33 (100%)
Masa kerja
>5 tahun
>1-5tahun
<1tahun
47 (61,0%)
24 (43,6%)
6 (31,6%)
30 (39,0%)
31 (56,4%)
13 (68,4%)
77 (100%)
55 (100%)
19 (100%)
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa kesehatan spiritual islam perawat
berdasarkan karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia,
pendidikan terakhir, lama masa kerja. Distribusi proporsi kesehatan spiritual
berdasarkan jenis kelamin diapatkan bahwa laki-laki yang memiliki tingkat
kesehatan spiritual islam yang tinggi sebanyak 14 responden (51,9%) sedangkan,
perempuan yang memiliki tingkat kesehatan spiritual islam yang tinggi sebanyak
63 responden (50,8%).
Kesehatan spiritual islam perawat berdasarkan usia responden didapatkan
responden dengan kategori usia dewasa akhir (38-65 tahun) memiliki tingkat
kesehatan spiritual islam yang paling tinggi sebanyak 27 responden (65,9%),
sedangkan responden dengan kategori usia dewasa muda (18-25 tahun) memiliki
tingkat kesehatan spiritual islam yang tinggi paling sedikit yaitu sebanyak 13
responden (37,1%).
kesehatan spiritual islam perawat berdasarkan jenjang pendidikan terakhir
responden. Responden dengan jenjang pendidikan terakhir SPK memiliki tingkat
kesehatan spiritual islam yang tinggi yaitu sebanyak 2 responden (100%).
Responden dengan dengan jenjang pendidikan terakhir D3 memiliki tingkat
kesehatan spiritual islam yang tinggi sebanyak 58 responden (50,0%), sedangkan
responden dengan dengan jenjang pendidikan terakhir S1 memiliki tingkat
kesehatan spiritual islam yang tinggi sebanyak 17 responden (51,5%).
Kesehatan spiritual islam perawat berdasarkan lamanya bekerja di RSUD
Kabupaten Tangerang. Responden dengan lama kerja >5tahun memiliki tingkat
kesehatan spiritual islam yang tinggi yaitu sebanyak 47 responden (61,0%).
sedangkan responden dengan dengan lama kerja <1tahun hanya memiliki tingkat
kesehatan spiritual islam yang tinggi sebanyak 6 responden (31,6%).
66
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan hasil dari penelitian dan keterbatasan penelitian.
Penelitian dilakukan pada bulan maret-april 2017 di RSUD Kabupaten Tangerang.
Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang akan dikaitkan
dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan penelitian
akan memaparkan beberapa keterbatasan yang terjadi selama pelaksanaan
penelitian.
A. Pembahasan
Sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah perawat yang berjenis
kelamin perempuan sebesar (82,1%), sedangkan responden dengan jenis kelamin
laki-laki sebesar (17,9%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Utami (2009) didapatkan jumlah perawat yang perempuan lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah perawat laki-laki yaitu sebanyak 57,1%.
Apabila dilihat dari sejarah perkembangan keperawatan dengan adanya
perjuangan Florence Nightingale yang menerapkan prinsip “mother instink”
sehingga keperawatan sangat identik dengan pekerjaan perempuan (Utami, 2009).
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan temuan International Labour Organization
(ILO) di Indonesia menyebutkan bahwa proporsi perempuan yang bekerja
dibidang profesional terbanyak adalah sebagai guru dan perawat yang secara
tradisi memang sudah didominasi oleh perempuan (ILO, 2015).
Perawat perempuan memiliki tingkat kesehatan spiritual tinggi sebesar
(50,8%), sedangkan laki-laki memiliki tingkat kesehatan spiritual tinggi sebesar
(51,9%). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada beda antara
kesehatan spirititual laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nandari (2014) dimana tidak terdapat perbedaan
antara tingkat kesehatan spiritual pria dan wanita lansia. Hasil penelitian Rich
(2012) juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
tingkat spiritualitas antara laki-laki dan perempuan, namun ada perbedaan cara
mengekspresikan spiritualnya antara perempuan dan laki-laki. (Rich, 2012).
Al-Quran telah menyebutkan dalam (QS. An-Nahl ayat 97) yang artinya
“barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki- laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. (QS. An-Nahl
ayat 97). Surat al-ahzab ayat 35 juga menjelaskan “sesungguhnya laki-laki dan
perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan
yang tetap ada ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusuk, laki-laki dan
perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang yang memelihara
kehormatannya, laki-laki perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar (QS. Al-ahzab:35).
Kedua ayat tersebut menyebutkan bahwa baik perempuan maupun laki-laki
memiliki potensi memiliki spiritualitas yang sama, dan tidak memunculkan
adanya nilai lebih yang dimiliki dari laki-laki dan perempuan. Keduanya akan
dihargai allah sesuai dengan amal perbuatan yang dikerjakan.
Mayoritas responden berusia dewasa pertengahan (25-38 tahun) sebanyak 75
orang (49,7 %), sedangkan paling sedikit usia responden yang berusia dewasa
muda sebanyak 35 orang (23,2%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Utami (2009) dimana jumlah perawat usia antara 25-30 tahun
memiliki jumlah terbanyak yaitu sebesar 25,5%. Usia pertengahan adalah dimana
seseorang memiliki aktualisasi diri sehingga memiliki semangat kerja dan
menggunakan kemampuan yang dia miliki untuk menghasilkan sesuatu,
mengembangkan kreativitas serta memiliki usaha yang tekun dalam menjalani
karier (Lohmay & Ramli, 2017).
Responden usia dewasa akhir yang memiliki kesehatan spiritual islam paling
tinggi sebanyak 27 responden (65,9%), sedangkan responden dengan usia dewasa
muda hanya memiliki tingkat kesehatan spiritual sebesar 13 responden (37,1%).
Hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa semakin meningkat usia seseorang
maka semikin meningkat pula spiritualitasnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Jalaludin (2015) menyebutkan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara tingkat usia dengan pertumbuhan fisik dan
spiritual manusia. Fowler dalam Kozier (2008) menyebutkan bahwa seseorang
dengan usia dewasa muda sudah dapat mengetahui identitas diri, dan dapat
mengembangkan agama dan kepercayaan secara personal sebagai simbol
keimanan dan agama. Seseorang dengan usia dewasa pertengahan (25-38 tahun)
sudah dapat membedakan konsep salah dan benar, sudah dapat merencanakan
sesuatu dalam kehidupan, serta sudah mampu mengevaluasi sesuatu yang telah
dikerjakannya sebelumnya dengan kepercayaan dan nilai spiritualitas, sedangkan
seseorang dengan usia dewasa akhir sudah mampu mengintropeksi diri dan
spiritualitasnya.
Hadist H.R Tirmidzi menyebutkan bahwa “Allah SWT. telah
berfirman:“Apabila hamba-Ku mencapai usia 40 tahun, aku menyelamatkannya
dari tiga macam penyakit, yaitu: gila, lepra dan sopak (belang). Apabila mencapai
usia 50 tahun, aku menghisab nya dengan hisab yang ringan. Apabila mencapai
usia 60 tahun, aku membuatnya suka bertobat. Apabila mencapai 70 puluh tahun,
para malaikat menyukainya. Apabila mencapai usia 80 tahun, Aku mencatat
semua kebaikannya dan membuang semua keburukannya. Apabila mencapai usia
90 tahun,para malaikat berkata: “orang ini adalah tawanan Allah di bumi-Nya,
Allah telah mengampuni dosanya yang terdahulu dan yang akan datang, serta
dapat memberi syafa’at kepada keluarganya.” (H.R.Tirmidzi). Hadist tersebut
menjelaskan bahwa pada usia 60 tahun, manusia akan cenderung kembali kenilai-
nilai fitrah yaitu dengan upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT (Jalaludin,
2015). Dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya usia seseorang maka
semakin tinggi juga kesadaran dan perhatian terhadap aspek spiritualnya.
Perawat di RSUD Kabupaten Tangerang mayoritas dengan tingkat
pendidikan terakhir D3 sebanyak 76,8% sedangkan perawat dengan tingkat
pendidikan paling sedikit adalah SPK. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ariani (2015) bahwa didapatkan jumlah perawat
dengan pendidikan D3 lebih bnyak yaitu sebesar 69,5%. Hasil penelitian lain
yang dilakukan oleh Malik (2014) juga didapatkan bahwa jumlah perawat yang
bekerja di RSD Kalisat sebagian besar adalah D3 sebesar 74,4%. Hasil diatas
sesuai dengan data menurut Dirjen Bina Upaya Kesehatan (BUK) berdasarkan
sistem informasi rumah sakit (SIR tahun 2000) sebanyak 80 % perawat yang
bekerja di rumah sakit berpendidikan D3, D IV 0,5%, S1 11%, dan yang
berpendidikan SPK 7% hal ini belum sesuai dengan standar profesi keperawatan
sebagai pemberi asuhan keperawatan profesional (DEPKES RI, 2011).
Perawat dengan tingkat pendidikan SPK memiliki tingkat kesehatan spiritual
islam paling tinggi yaitu sebesar (100%), sedangkan responden dengan tingkat
pendidikan terakhir S1 memiliki nilai kesehatan spiritual sebesar (22,1%). Hasil
penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan
dengan tingkat kesehatan spiritual islam perawat. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ariani (2015) dimana tingkat pendidikan perawat
dengan spiritualitas tidak memiliki hubungan yang bermakna. Penelitian ini tidak
sejalan dengan teori Young & Koopsen (2007 dalam Cipta 2015) menyatakan
bahwa perawat yang memiliki pendidikan yang baik akan mampu mencapai
tujuan hidup sesuai dengan nilai dan keyakinan, yang menyebabkan perawat
cenderung memiliki kedamaian dan perasaan harmonis, sehingga berpotensi
memiliki kesehatan spiritual yang baik. Perbedaan hasil pada penelitian ini dapat
dipengeruhi oleh kurangnya responden perawat dengan pendidikan SPK dan S1,
sehingga variasi jawaban kecil/ sedikit.
Mayoritas responden memiliki lama masa kerja >5tahun sebanyak 77
responden (51,0%), sedangkan jumlah perawat dengan masa kerja <1 tahun paling
sedikit yaitu 12,6%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arini
(2015) didapatkan bahwa mayoritas perawat dengan lama masa kerja >5tahun
banyak 61,0%. Semakin lama seseorang bekerja akan semakin banyak
pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya sehingga akan meningkatkan
kinerjanya (Nurhidayah 2006 dalam Setyaningsih, 2013).
Hasil penelitian ini menunjukkan (61,0%) responden dengan masa kerja lebih
dari lima tahun yang memiliki nilai kesehatan spiritualitas yang tinggi, sedangkam
perawat yang masa kerjanya < 1tahun memiliki kesehatan spiritual yang tinggi
hanya (31,6%). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara lama masa kerja dengan kesehatan spiritual. Lamanya masa kerja akan
memberikan pengalaman bagi seseorang, dimana pengalaman tersebut akan
mempengaruhi kesehatan spiritualitasnya. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
Rozulaina (2008) dalam (Arini, 2015) bahwa semakin lama masa kerja seseorang
maka akan semakin tinggi juga pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya.
Pernyataan lain juga disebutkan Hamid (2008) yang menjelaskan bahwa
pengalaman hidup baik positif atau negatif yang terjadi pada seseorang akan
mempengaruhi spiritualitasnya, hal itu juga dipengaruhi oleh bagaimana dia
memaknai pengalaman yang didapat secara spiritual. Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Tammeh & Ehsani, 2016) dimana kesejahteraan perawat
berkorelasi signifikan dengan pengalaman kerja mereka. Selain itu perawat
dengan spiritual tinggi akan berpengaruh dengan tingkat kepuasan kerja perawat
yang menyebabkan komitmen kerja terhadap organisasinya. Budiono (2014)
(Budiono & Alamsyah, 2014) didapatkan bahwa semakin tinginya spiritualitas
seseorang ditempat kerja, maka semakin tinggi komitmen organisasional. Dalam
penelitian Imron (2016) juga disebutkan bahwa spiritualitas berpengaruh positif
terhadap komitmen organisasi.
Hasil dari penelitian ini menggambarkan kesehatan spiritual islam perawat
di RSUD Kabupaten Tangerang dari 151 responden didapatkan bahwa responden
yang memiliki kesehatan spiritual tinggi sebesar (51,0%) dan yang rendah sebesar
(49,0%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian lain yang dilakukan oleh
Ariani (2015) didapatkan bahwa tingkat spiritualitas perawat sangat baik sebesar
(50,8%). Penelitian lain yang dilakukan oleh Cipta, (2015) didapatkan bahwa
sebagian besar responden memiliki nilai kesehatan spiritual yang tinggi yaitu
sebesar 76%. Penelitian ini sejalan dengan pernyataan Rossuli (2016) yang
menyatakan setiap orang dilahirkan memiliki kesehatan spiritual yang sehat, dan
kemuadian mereka akan diajarkan religiusitas yang nantinya akan menentukan
bagaimana tingkat spiritualitas seseorang (Memaryan et al., 2016). Apabila dilihat
dari proporsi perawat yang memiliki kesehatan spiritual yang tinggi dan rendah
hanya memiliki selisih (2%). Rendahnya kesehatan spiritual perawat tersebut
dapat disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah budaya. Apabila dilihat
dari visi dan misinya, RSUD Kabupaten Tangerang belum menggunakan nilai-
nilai pendekatan islam, sehingga budaya yang diciptakan di RSUD Tangerang
bukan budaya islami. Hal ini sesuai dengan teori Ruth (2009) dimana budaya akan
mempengaruhi keyakinan, sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang yang
nantinya akan mempengaruhi kesehatan spiritual.
Faktor lain yang dapat menyebabkan rendahnya kesehatan spiritual adalah
kurang terfasilitasinya kesehatan spiritual untuk perawat di rumah sakit, serta
masih kurangnya pelatihan spiritual yang diberikan kepada perawat, padahal
kesehatan spiritualitas dapat dikembangkan di tempat kerja yang terfasilitasi.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyono (2011) menyebutkan
bahwa organisasi yang terfasilitasi merupakan faktor yang berkontribusi terhadap
tumbuhnya spiritualitas di tempat kerja. Penelitian yang dilakukan Agustin (2013)
dalam Sari (2015) juga menyebutkan bahwa tingkat spiritualitas yang baik
dipengaruhi oleh adanya sarana tempat ibadah serta adanya kegiatan pelatihan
kerohaniaan dapat meningkatkan spiritualitas. Fasilitasi yang rendah akan
memperkecil peluang perawat memperoleh pengalaman spiritual di rumah sakit,
sehingga perawat lebih berpeluang mendapatkan spiritual di luar rumah sakit
dengan ritual ibadah. Sesuai dengan teori Abbas et al., (2016) islam menyebutkan
bahwa spiritual tidak dapat di pisahkan dari agama serta tidak ada spiritualitas
tanpa pengalaman dan praktik ritual ibadah (Abbas et al., 2016).
Kesehatan spiritual islam memiliki tiga komponen ysng terdiri dari
kesejahteraan spiritual, lokus kontrol, pengalaman spiritual. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan kesehatan spiritual pada komponen kesejahteraan spiritual
termasuk dalam kategori tinggi sebesar 91 responden (60,3 %). Lebih dari
setengah dari responden memiliki kesejahteraan spiritual yang tinggi. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2016) dimana tdari 75
responden didapatkan 100% memiliki kesejahteraan spiritual yang tinggi.
Tingginya kesejahteraan spiritual perawat di RSUD Kabupaten Tangerang dapat
dilihat dari sebagian besar perawat menyetujui bahwa mereka memiliki makna
dan tujuan hidup, serta meyakini bahwa semua kegiatan yang dilakukan hanya
untuk beribadah kepada Allah. Hal ini akan menyebabkan perawat merasa
harmoni terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Shorkery et al (2008) dalam Gray (2010) bahwa kesejahteraan
spiritual adalah suatu keharmonisan dan keselarasan yang dirasakan seseorang
dengan dunianya, serta seberapa besar tujuan dan makna hidup mereka. Al-Quran
menyebutkan tentang tujuan hidup manusia dengan sangat jelas yaitu untuk
beribadah kepada Allah SWT. “ dan tidaklah kami ciptakan jin dan manusia,
kecuali untuk beribadah kepada ku (Ad-Dzariyat:56). Ibadah dalam islam
bukanlah mengisolasi diri dari kehidupan dan keseangan dunia, namun sebuah
harmonisasi antara ritual ibadah serta seluruh aktivitas manusia, baik perbuatan,
perkatan, kreativitas dan interaksi sosialnya bertujuan untuk ibadah kepada Allah
(Bahammam.2015).
Sementara itu, kesehatan spiritual berdasarkan komponen lokus kontrol
termasuk dalam kategori tingggi sebesar (51,0 %). Tingginya tingkat lokus
kontrol perawat pada penelitian ini disebabkan oleh keyakinan perawat bahwa
didalam dirinya memiliki potensi dalam menetukan masa depannya, hal ini dapat
dilihat bahwa sebagian besar perawat menyetujui bahwa dirinya memiliki
dukungan dan kekuatan didalam dirinya, serta responden percaya bahwa Allah
tidak akan merubah nasib seseorang kecuali mereka berusaha, sehingga mereka
akan selalu bersyukur atas apapun yang telah mereka kerjakan. Perawat dengan
lokus kontrol internal yang tinggi cenderung memiliki semangat kerja yang tinggi,
tidak mudah menyerah, giat, dan optimis dengan kemampuannya sendiri serta
sabar dalam menghadapi segala macam kesulitan. (Sukma, 2005).
Islam sendiri mengajarkan bahwa seorang muslim harus bersikap optimis
terhadap kemampuan yang dimilikinya. Allah SWT berfirman : “Bagi manusia
ada malaikat- malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan
dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada dalam mereka sendiri, dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia” (QS Ar-ra’ad ayat 11).
Kesehatan spiritual berdasarkan komponen pengalaman spiritual termasuk
dalam kategori tingggi sebesar (53,0%). Tingginya pengalaman spiritual dapat
diperoleh dari bagaimana seseorang dapat memaknai suatu peristiwa dalam
hidupnya sebagai suatu refleksi kedekatannya dengan Allah SWT, sehingga
memberian dampak positif terhadap kehidupan sehari hari dengan rasa syukur
dalam beribadah terhadap Tuhannya (Abbas et al., 2016). Tingginya pengalaman
spiritual ditunjukkan dengan sebagian besar perawat menyetujui bahwa mereka
merasakan pengalaman spiritual yang paling kuat ketika mereka membatu orang
lain. Intensitas perawat dalam memberikan bantuan atau merawat pasien selama
24 jam dapat menjadi salah satu kondisi dimana perawat merasa dekat dengan
Allah, sehingga dapat berpengaruh terhadap tingkat pengalaman spiritual perawat
tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian (Markani, 2015) bahwa perawat
merasakan pengalaman dalam merawat pasien di ruang onkologi membuat mereka
dekat denga Allah. Teori lain juga menyebutkan bahwa perawat memiliki potensi
dalam mendapatkan pengalaman spiritual saat merawat pasien. (Asmadi.2008).
B. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini
adalah jumlah proporsi yang tidak sama antar karakteristik demografi yang
menyebabkan hasil analisis tidak beragam.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Karakteikristik responden di RSUD kabupaten Tangerang dalam penelitian
ini yaitu, usia responden paling banyak pada kategori usia dewasa
pertengahan sebanyak 49,7%. Sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 82,1%. Presentasi pendidikan terakhir terbanyak di
RSUD Kabupaten tangerang adalah D3 sebanyak 76,8%, dan presentase lama
masa kerja paling banyak adalah diatas 5 tahun 51,0%.
2. Kesehatan spiritual islam perawat di ruang rawat inap RSUD Kabupaten
Tangerang sebagian besar termasuk tinggi (51,0%), sedangkan perawat yang
memiliki kesehatan spiritual yang rendah (49,0%), hal ini dapat dikatakan
bahwa sebagian besar perawat yang bekerja di ruang rawat inap RSUD
Kabupaten Tangerang telah memiliki kesadaran yang baik terhadap kesehatan
spiritual pribadinya.
3. Komponen kesejahteraan spiritual menunjukkan (60,3%) perawat yang
memiliki tingkat kesejahteraan spiritual tinggi, dan (39,7%) memiliki
kesejahteraan spiritual rendah. Komponen lokus kontrol yang termasuk dalam
kategori tingggi sebesar (51,0 %), dan (49,0%) perawat memiliki tingkat
lokus kontrol rendah. Komponen pengalaman spiritual termasuk dalam
kategori tingggi (53,0%), dan (47,0%) perawat memiliki pengalaman spiritual
rendah.
B. Saran
1. Bagi instansi pelayanan kesehatan, hasil ini dapat menjadi masukan bagi
instansi rumah sakit untuk memperhatikan kesehatan spiritual perawat, hal
ini sesuai dengan masih banyaknya perawat yang memiliki kesehatan
spiritual rendah. Rumah sakit dapat memfasilitasi perawat melakukan
pelatihan spiritual serta memfasilitasi perawat dengan sarana dan prasasrana
ibadah, sehingga hal ini dapat mempengaruhi spiritualitas perawat.
Tingginya kesehatan spiritual perawat akan berpengaruh terhadap kualitas
pelayanan yang mereka berikan.
2. Bagi profesi perawat, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk
perawat agar lebih memperhatikan serta meningkatkan kesehatan spiritual,
hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang
diberikan terhadap pasien.
3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian kesehatan spiritual
perawat dengan jumlah sampel yang lebih banyak, mengidentifikasi faktor -
faktor yang berhubungan dengan kesehatan spiritual islam, serta dampak
kesehatan spiritual islam terhadap kepuasan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, H. ., Khorashadizadeh, F., Nabavi, F. H., & Mazlom, S. R. (2016).
Spiritual Health in Nursing From the Viewpoint of Islam,
18(6).https://doi.org/10.5812/ircmj.24288.Review
Arini. (2015). Hubungan Spiritualitas Perawat dan Kompetensi Asuhan Spiritual,
10 No. 2, 130–140.
Asmadi. (2008). Tehnik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Azarsa, T., Davoodi, A., Khorami Markani, A., Gahramanian, A., & Vargaeei, A.
(2015). Spiritual wellbeing, attitude toward spiritual care and its
relationship with spiritual care competence among critical care nurses.
Journal of caring sciences, 4(4), 309–20.
https://doi.org/10.15171/jcs.2015.031
Budiono, S., & Alamsyah, A. (2014). Pengaruh Spiritualitas di Tempat Kerja
terhadap Turnover Intention Perawat melalui Komitmen Organisasional di
Rumah Sakit Islam Unisma Malang, (66).
http://jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/article/view/714
Chan, M. F. (2010). Factors Affecting Nursing Staff In Practising Spiritual Care.
Journal of Clinical Nursing, 19(15–16), 2128–2136.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2702.2008.02690.x
Christina, V., & Brahmana, S. S. (2009). Hubungan Locus of Control Dengan
Komitmen Organisasi Dosen Universitas Widyatama, 2, 1–5. Retrieved from
http://www.dlib.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/1177
Chung, L. Y. F., Wong, F. K. Y., & Chan, M. F. (2007). Relationship of nurses’
spirituality to their understanding and practice of spiritual care. Journal of
Advanced Nursing, 58(2), 158–170. https://doi.org/10.1111/j.1365-
2648.2007.04225.x
Cipta, i. R. (2015). Gambaran Kesehatan Spiritual Perawat Di Ruang Perawatan
Intensif Rumah Sakit Al-Islam Bandung Nurses g.
http://repository.unpad.ac.id/23155/
Dahlan, M. S. (2013). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel (3rd ed.).
Jakarta: Salemba Medika.
DeLaune, S. C., & Ladner, P. K. (2011). Standards & Practice.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
DEPKES RI. (2011). Perawat Mwndominasi Tenaga Kesehatan.
http://www.depkes.go.id/article/view/1505/perawat-mendominasi-tenaga-
kesehatan.html
Dino, E., & Sari, G. (2015). Hubungan antara Tingkat Spiritualitas Dengan
Kesiapan Lanjut Usia Dalam Menghadapi Kematian Di Desa Pucangan
Kecamatan Kartasura Naskah. http://eprints.ums.ac.id/36682/
Fisher, J. W. (2011). spiritual health: its nature and place. melbourne: custom
books center.
Gholib, achmad. (2011). Studi Islam II (akidah akhlak). Jakarta: FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Press.
Gray, M. A. (2010). Spiritual Health Inventory Scores and Abstinence. Spiritual
Health Inventory Scores And Abstinence. Retrieved from http://remote-
lib.ui.ac.id:2073/docview/848427834/444D71EFDB3E4BB8PQ/3?accountid
=17242
Hamdi, A. S. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Deepublish.
Hamid, P. Achir Yani S. (2008). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta:
EGC
Hastono, S. (2006). Analisis Data, 1–212.
ILO. (2015). Tren Tenaga Kerja dan Sosial di Indonesia 2014 - 2015 Memperkuat
dayasaingdanproduktivitas.http://www.ilo.org/jakarta/whatwedo/publication
s/WCMS_381565/lang--en/index.htm
Imron. (2016). Kinerja Guru Dilihat Dari Spiritualitas , Komitmen Organisasi ,
Modal Psikologis , dan Perilaku Kewargaorganisasian, 1(2).
Jalaludin. (2015). Tingkat Usia dan Perkembangan Spiritualitas serta Faktor yang
Melatarbelakanginya di Majelis Tamasya Rohani Riyadhul Jannah
Palembang, 21(2), 165–183.
Kozier, Barbara J. Berman, A. (2008). Fundamentals Of Nursing : Concepts,
Process, And Practice (8th ed.). USA: Pearso n Education , Inc., Upper
Saddle River, New Jersey 07458.
Kozier, B. (2010). Fundamental Of Nursing (7th ed.). Jakarta: EGC.
Kurniawan, B. (n.d.). Pendidikan Agama Islam PT. Jakarta: GWI.
Lohmay, F., & Ramli, M. (2017). Keefektifan Panduan Pelatihan Berbasis
Appreciative Inquiry Terhadap Peningkatan Kematangan Karier Siswa Smp,
65–72.
Mahmoodishan, G., Alhani, F., Ahmadi, F., & Kazemnejad, A. (2010). Iranian
Nurses’ Perception Of Spirituality and Spiritual Care: a Qualitative Content
Analysis Study. Journal Of Medical Ethics & History of medicine, 3(1), 1–8.
Retrievedfrom.http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=a9h&
AN=74559359&site=ehost-live
Markani, A. K. (2015). Oncology Nurses Spiritual Health Experience: A
Qualitative Content Analysis, 1(January 2014), 24–34.
Mauk, kristen L. & nola A. (2004). Spiritual Care In Nursing Practice. New
york: Lippincott Wiliams & Wilkins.
Memaryan, N., Rassouli, M., & Mehrabi, M. (2016). Spirituality Concept by
Health Professionals in Iran: A Qualitative Study. Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine, 2016.
https://doi.org/10.1155/2016/8913870
Mulyono, W. A. (2010). Laporan Penelitian Hubungan Spiritualitas Di Tempat
Kerja ( Stk ) Dengan Komitmen Organisasi Peraw at Diajukan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Keperawatan.
http://jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/article/view/714
Nandari, Y. (2013). Perbandingan Kesehatan Spiritual Pria Dan Wanita Lanjut
Usia Di Gampong Beurawe Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh Tahun
2013. Retrieved from
http://etd.unsyiah.ac.id/index.php?p=show_detail&id=8868
Potter, P. A., & Perry, Anne Grifin. (2013). Fundamentals Of Nursing (9th ed.).
USA: ELSEVIER.
Potter & Patricia A. (2009). Fundamentals Of Nursing (7 th). Mosby: Elsevier.
Rahayuningsih, S. (2015). , Analisis Pengaruh Locus Of Control Dan Self
Efficacy terhadap Kinerja dengan Etika Kerja Islam sebagai Variabel
Moderating (Study Empiris pada Perawat di Rumah Sakit Islam Sultan
AgungSemarang).https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe10/article/dow
nload/4130/1161
Rich, A. (2012). Gender and Spirituality: Are Women Really More Spiritual?
http://digitalcommons.liberty.edu/honors/281/
Rozulaina, A. (2008). Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Kinerja Perawat
Dalam Asuhan Keperawatan di BRSD RAA Soewondo Kabupaten Pati,
30(September), 2007.
Rudolfsson, G., Berggren, I., & Barbosa, A. (2014). Experiences of Spirituality
and Spiritual Values in the Context of Nursing – An Integrative Review, 64–
70.Retrievedfromhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4293736/pd
f/TONURSJ-8-64.pdf
Ruth, F. craven. (2009). Fundamental Of Nursing: Human Health And Fuction
(6th ed.). USA: lipponcott williams & wilkins.
Sukma, R. T. (2005). Hubungan Antara Locus of Control Internal Dengan Stres
kerja karyawan di CV. Duta malang.
Setyaningsih, A., Wuryanto, E., Sakit, R., Muhammadiyah, R., & Kunci, K.
(2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat
Melanjutkan Pendidikan Ke Jenjang S1 Keperawatan Di Rumah Sakit
Roemani Muhammadiyah Semarang Tahun 2012, 6(2), 119–138.
Sumantri, A. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Suryani & Abdullah, A. Z. (2016). Pengaruh Kesejahteraan Spiritual (Spiritual
Well Being) Dan Letak Kendali (Locus Of Control) Terhadap Burnout Kerja
Perawat Di Rs Unhas Makassar, 6(2), 162–171.
Swarjana, I. ketut. (2016). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: ANDI.
Syam, A. (2010). Hubungan Antara Kesehatan Spiritual Dengan Kesehatan Jiwa
Pada Lansia Muslim Di Sasana Tresna Werdha Kbrp Jakarta Timur
lib.ui.ac.id/file?file=digital/20282452-T%20Amir%20Syam.pdf
Tammeh, M. A., & Ehsani, S. R. (2016). The Concept Of Spiritual Well-Being
From The Viewpoint Of Nurses Caring For Heart Disease Patients. 3(1),
2109–2116. https://www.ijhcs.com/index.php/ijhcs/article/view/2391/2283.
Utami, Y. W. (2009). Sikap Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
Pasien DI BRSUD SUKOHARJO. Berita Ilmu Keperawatan, 2 No
2(February).
Wijayati, F. L. (2016). How Spiritual Value and Spiritual Wellbeing From Islamic
Perspective, 4, 107–117.
Wiyono, S. (2006). Manajemen Potensi Diri (Rev). Jakarta: Grasindo.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
PERMOHONAN PARTISIPASI PENELITIAN
Kepada Yth. :
Teman sejawat
Assalamu'alaikum Wr. Wb.,
Penelitian ini merupakan penelitian yang berkaitan dengan pengalaman
yang dirasakan, dilihat dan didengar oleh teman sejawat selama bekerja di RSUD
Kabupaten Tangerang khususnya di unit tempat anda bekerja. Pada penelitian ini
teman sejawat diharapkan menjawab semua pertanyaan dan pernyataan-
pernyataan dengan jujur dan benar sehingga penelitian ini dapat menggambarkan
kondisi yang sebenarnya. Informasi yang diberikan teman sejawat dapat
bermanfaat untuk pengembangan profesi keperawatan di rumah sakit ini.
Identitas teman sejawat dan jawaban teman sejawat terhadap pernyataan-
pernyataan dibawah ini akan dijaga kerahasiaanya oleh peneliti dan hanya
dipergunakan untuk kepentingan penelitian.
Saya mengucapkan terima kasih banyak atas partisipasi teman sejawat dalam
penelitian ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, dan saya akan memberikan
jawaban dengan sebenar-benarnya.
Partisipan
(……………………..)
A. KUESIONER DATA DEMOGRAFI
Petunjuk Pengisian :
Isilah titik-titik (.....) dengan tulisan dan berilah chek list (√) pada tempat yang
tersedia
Tanggal pengamnilan data :
Kode responden : (diisi oleh peneliti)
Usia : .................. Tahun
Jenis kelamin : ( )laki-laki ( ) perempuan
Pendidikan terkhir : ( )SPK
( ) D3
( ) S1
Lama bekerja jadi perawat : ( ) >5 tahun
( ) 1-5 tahun
( ) <1 tahun
Jabatan : ( ) kepala ruangan
( ) ketua tim
( ) perawat pelaksana
B. KUISONER KESEHATAN SPIRITUAL PERAWAT
Beri tanda Chek list (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi
Bapak/Ibu saat ini.
Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
RR : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan Jawaban
SS S RR TS STS
1. Saya meyakini bahwa hidup saya memiliki arti
2. Saya meyakini ke Esaan Allah SWT
No Pernyataan Jawaban
SS S RR TS STS
3. Saya tidak pernah memohon ampunan kepada Allah SWT
atas kesalahan yang pernah saya lakukan.
4. Saya meyakini bahwa semua aktivitas yang saya lakukan
adalah bentuk ibadah kepada Allah SWT
5. Saya tidak yakin bahwa ada hal yang dapat dilakukan untuk
membangun kesehatan spiritual saya
6. Saya mempunyai pengalaman spiritual yang membuat saya
lebih menerima/ mengenal diri saya
7. Saya tidak pernah mengalami kedamaian dalam diri saya
atau dengan orang lain
8. Saya melakukan sholat wajib lima kali sehari sesuai dengan
perintah Allah SWT.
9. Saya yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik
pada saya atas apa yang telah saya lakukan
10. Saya memiliki pengalaman spiritual yang sangat bermakna
11. Saya memiliki dukungan/ kekuatan spiritual dalam diri saya
untuk menghadapi penyakit atau masalah-masalah lainnya.
12. saya merasakan keselarasan/ keharmonisan dengan alam
dan lingkungan sekitar
13. Saya melakukan puasa ramadhan sebulan penuh sesuai
dengan perintah Allah SWT
14. Saya tidak meyakini bahwa ada kesehatan spiritual
15. Berdasarkan pengalaman saya, bahwa mengembangkan dan
memelihara kesehatan spiritual membutuhkan usaha dan
upaya
16. Saya merasakan kehadiran Allah SWT dalam hidup saya.
17. Saya bersyukur kepada Allah atas semua yang sudah saya
dapatkan dalam hidup ini
18. Saya merasa takjub ketika saya memikirkan kehidupan dan
seluruh alam semesta ciptaan Allah ini.
19. Sebagian besar pengalaman spiritual saya berasal dari
membaca dan merenung
20. saya memberikan bantuan kepada orang lain tanpa
membeda-bedakan status dan latar belakang orang tersebut
21. Pengalaman-pengalaman spiritual saya membuat saya perlu
melakukan perubahan pada diri dan hidup saya
22. Sebagian besar pengalaman spiritual saya berasal dari
hubungan saya dengan Allah dan alam
23. Saya menyakini bahwa semua yang saya lakukan adalah
atas ijin Allah SWT
No Pernyataan Jawaban
SS S RR TS STS
24. Pengalaman spiritual dapat membantu saya menghadapi
masalah-masalah kesehatan atau masalah hidup lainnya
25. Saya percaya bahwa apapun yang saya lakukan disaksikan
oleh Allah SWT
26. Sebagian besar pengalaman spiritual saya berasal dari
kegiatan ritual ibadah
27. Semua masalah dalam kehidupan saya adalah atas izin
Allah SWT.
28. Saya merasakan pengalaman spiritual paling kuat atau
merasa dekat dengan Allah saat saya membantu orang lain
29. Saya menghargai orang lain yang membantu saya
menghadapi masalah
30. Saya berhubungan baik dan dapat bekerjasama dengan
orang-orang disekitar saya
(Kuisoner Modifikasi Dari Gray, 2010)
Lampiran 3
Hasil Olahan SPSS
Statistics
jenis_kelamin
pendidikan_tra
khir masa_kerja kat_us
N Valid 151 151 151 151
Missing 0 0 0 0
A. Jenis Kelamin
jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 27 17,9 17,9 17,9
perempuan 124 82,1 82,1 100,0
Total 151 100,0 100,0
B. Pendidikan terakhir
pendidikan_terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SPK 2 1,3 1,3 1,3
D3 116 76,8 76,8 78,1
S1 33 21,9 21,9 100,0
Total 151 100,0 100,0
C. Masa kerja
masa_kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid >5 tahun 77 51,0 51,0 51,0
1-5 tahun 55 36,4 36,4 87,4
<1 tahun 19 12,6 12,6 100,0
Total 151 100,0 100,0
E. uji normalitas data
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
totalksjpbaru 151 100,0% 0 0,0% 151 100,0%
totallkbaru 151 100,0% 0 0,0% 151 100,0%
totalpglm1 151 100,0% 0 0,0% 151 100,0%
totalseluruh1 151 100,0% 0 0,0% 151 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
totalksjpbaru Mean 54,96 ,265
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 54,44
Upper Bound 55,48
5% Trimmed Mean 55,10
Median 55,00
Variance 10,598
Std. Deviation 3,256
Minimum 43
Maximum 60
Range 17
Interquartile Range 4
Skewness -,663 ,197
Kurtosis ,531 ,392
totallkbaru Mean 22,30 ,157
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 22,00
Upper Bound 22,61
5% Trimmed Mean 22,38
D. usia
kat_usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid dewasa muda 35 23,2 23,2 23,2
dewasa pertengahan 75 49,7 49,7 72,8
dewasa akhir 41 27,2 27,2 100,0
Total 151 100,0 100,0
Median 23,00
Variance 3,707
Std. Deviation 1,925
Minimum 15
Maximum 27
Range 12
Interquartile Range 3
Skewness -,442 ,197
Kurtosis ,387 ,392
totalpglm1 Mean 55,87 ,475
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 54,94
Upper Bound 56,81
5% Trimmed Mean 56,21
Median 57,00
Variance 34,097
Std. Deviation 5,839
Minimum 37
Maximum 65
Range 28
Interquartile Range 7
Skewness -,909 ,197
Kurtosis ,543 ,392
totalseluruh1 Mean 133,14 ,816
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 131,53
Upper Bound 134,75
5% Trimmed Mean 133,61
Median 134,00
Variance 100,654
Std. Deviation 10,033
Minimum 95
Maximum 150
Range 55
Interquartile Range 15
Skewness -,752 ,197
Kurtosis ,569 ,392
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
totalksjpbaru ,115 151 ,000 ,950 151 ,000
totallkbaru ,151 151 ,000 ,952 151 ,000
totalpglm1 ,123 151 ,000 ,934 151 ,000
totalseluruh1 ,095 151 ,002 ,954 151 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
Frequency Table
Tingkat kesejahteraan spiritual
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tinggi 91 60,3 60,3 60,3
rendah 60 39,7 39,7 100,0
Total 151 100,0 100,0
Tingkat lokus kontrol spiritual
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tinggi 77 51,0 51,0 51,0
rendah 74 49,0 49,0 100,0
Total 151 100,0 100,0
Tingkat Pengalaman spiritual
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tinggi 80 53,0 53,0 53,0
rendah 71 47,0 47,0 100,0
Total 151 100,0 100,0
Tingkat kesehatan spiritual
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tinggi 77 51,0 51,0 51,0
rendah 74 49,0 49,0 100,0
Total 151 100,0 100,0
Proporsi Distribusi Karakteristik Responden Terhadap Kesehatan Spiritual
jenis_kelamin * kesehatanspt Crosstabulation
kesehatanspt
Total tinggi rendah
jenis_kelamin laki-laki Count 14 13 27
% within jenis_kelamin 51,9% 48,1% 100,0%
perempuan Count 63 61 124
% within jenis_kelamin 50,8% 49,2% 100,0%
Total Count 77 74 151
% within jenis_kelamin 51,0% 49,0% 100,0%
pendidikan_trakhir * kesehatanspt Crosstabulation
kesehatanspt
Total tinggi rendah
pendidikan_trakhir SPK Count 2 0 2
% within
pendidikan_trakhir 100,0% 0,0% 100,0%
D3 Count 58 58 116
% within
pendidikan_trakhir 50,0% 50,0% 100,0%
S1 Count 17 16 33
% within
pendidikan_trakhir 51,5% 48,5% 100,0%
Total Count 77 74 151
% within
pendidikan_trakhir 51,0% 49,0% 100,0%
masa_kerja * kesehatanspt Crosstabulation
kesehatanspt
Total tinggi rendah
masa_kerja >5 tahun Count 47 30 77
% within masa_kerja 61,0% 39,0% 100,0%
1-5 tahun Count 24 31 55
% within masa_kerja 43,6% 56,4% 100,0%
<1 tahun Count 6 13 19
% within masa_kerja 31,6% 68,4% 100,0%
Total Count 77 74 151
% within masa_kerja 51,0% 49,0% 100,0%
kat_us * kesehatanspt Crosstabulation
kesehatanspt
Total tinggi rendah
kat_us dewasa muda Count 13 22 35
% within kat_us 37,1% 62,9% 100,0%
dewasa pertengahan Count 37 38 75
% within kat_us 49,3% 50,7% 100,0%
dewasa akhir Count 27 14 41
% within kat_us 65,9% 34,1% 100,0%
Total Count 77 74 151
% within kat_us 51,0% 49,0% 100,0%
Lampiran 4
Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas (n=30)
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 total
p1 Pearson
Correlation 1 ,557** ,447* ,389* ,164 ,253 ,149 -,157 ,523** ,232 ,246 ,102 ,351 ,557** ,286 ,259 ,134 ,024 ,557** ,267 -,016 ,053 ,089 ,157 ,248 ,342 ,293 ,126 ,194 ,477** ,111 ,050 ,342 ,481**
Sig. (2-tailed) ,001 ,013 ,034 ,387 ,177 ,432 ,407 ,003 ,217 ,190 ,591 ,057 ,001 ,125 ,167 ,481 ,899 ,001 ,154 ,932 ,783 ,640 ,407 ,187 ,065 ,116 ,506 ,305 ,008 ,559 ,792 ,065 ,007
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p2 Pearson
Correlation ,557** 1 ,415* ,371* ,302 ,053 -,083 -,087 ,473** -,106 ,289 ,057 ,294 1,000** ,232 ,557** ,199 ,284 1,000** ,284 -,145 -,088 ,174 ,212 -,034 ,337 ,008 ,473** -,180 ,629** -,093 -,112 ,337 ,373*
Sig. (2-tailed) ,001 ,023 ,043 ,105 ,781 ,663 ,646 ,008 ,578 ,121 ,765 ,115 ,000 ,217 ,001 ,293 ,129 ,000 ,129 ,444 ,644 ,359 ,260 ,856 ,069 ,967 ,008 ,341 ,000 ,626 ,556 ,069 ,042
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p3 Pearson
Correlation ,447* ,415* 1 ,447* ,220 ,382* ,280 -,030 ,877** -,085 ,256 ,137 ,424* ,415* ,140 ,149 ,120 ,293 ,415* ,293 -,022 ,212 ,239 ,150 ,291 ,388* ,356 ,121 ,399* ,291 ,000 -,067
,388*
,550**
Sig. (2-tailed) ,013 ,023 ,013 ,244 ,037 ,134 ,875 ,000 ,655 ,171 ,471 ,019 ,023 ,462 ,432 ,529 ,116 ,023 ,116 ,909 ,262 ,203 ,428 ,119 ,034 ,053 ,524 ,029 ,119 1,000 ,723 ,034 ,002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p4 Pearson
Correlation ,389* ,371* ,447* 1 ,246 ,380* ,447* -,067 ,294 ,349 ,164 ,026 ,000 ,371* ,039 ,111 ,367* ,400* ,371* ,400* -,330 ,158 ,301 ,067 ,371* ,512** ,545** ,325 ,485** ,228 ,167 ,264
,512**
,548**
Sig. (2-tailed) ,034 ,043 ,013 ,191 ,039 ,013 ,724 ,115 ,059 ,387 ,894 1,000 ,043 ,838 ,559 ,046 ,028 ,043 ,028 ,075 ,405 ,106 ,724 ,043 ,004 ,002 ,080 ,007 ,226 ,379 ,159 ,004 ,002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p5 Pearson
Correlation ,164 ,302 ,220 ,246 1 ,344 ,017 -,226 ,193 -,079 ,071 ,312 ,299 ,302 ,404* ,038 ,005 -,091 ,302 -,008 ,273 ,089 ,146 ,201 ,144 ,092 ,074 ,346 ,256 ,034 ,057 ,125 ,092 ,439*
Sig. (2-tailed) ,387 ,105 ,244 ,191 ,063 ,929 ,230 ,308 ,678 ,709 ,093 ,109 ,105 ,027 ,843 ,979 ,634 ,105 ,966 ,144 ,639 ,440 ,288 ,448 ,628 ,696 ,061 ,172 ,857 ,766 ,510 ,628 ,015
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p6 Pearson
Correlation ,253 ,053 ,382* ,380* ,344 1 ,382* -,249 ,251 ,253 ,432* ,349 ,300 ,053 ,422* ,095 ,457* ,290 ,053 ,394* -,021 ,539** -,076 ,249 ,317 ,269 ,406* ,200 ,718** ,148 ,380* ,172
,494**
,717**
Sig. (2-tailed) ,177 ,781 ,037 ,039 ,063 ,037 ,185 ,180 ,178 ,017 ,059 ,107 ,781 ,020 ,618 ,011 ,120 ,781 ,031 ,913 ,002 ,689 ,185 ,088 ,150 ,026 ,288 ,000 ,434 ,039 ,364 ,006 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p7 Pearson
Correlation ,149 -,083 ,280 ,447* ,017 ,382* 1 ,150 ,088 ,255 ,147 ,000 -,141 -,083 -,175 -,149 ,299 ,293 -,083 ,488** -,415* ,296 ,239 -,211 ,415* ,811** ,694** -,170 ,607** -,233 ,447* ,135
,388*
,387*
Sig. (2-tailed) ,432 ,663 ,134 ,013 ,929 ,037 ,428 ,645 ,174 ,440 1,000 ,456 ,663 ,356 ,432 ,109 ,116 ,663 ,006 ,023 ,112 ,203 ,264 ,023 ,000 ,000 ,370 ,000 ,216 ,013 ,477 ,034 ,035
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 total
p8 Pearson
Correlation -,157 -,087 -,030 -,067 -,226 -,249 ,150 1 ,013 ,115 ,072 -,165 -,319 -,087 -,121 ,067 -,036 -,015 -,087 -,015 -,319 -,032 ,036 ,131 -,275 ,217 ,020 -,113 -,065 -,114 -,067 ,172 ,058 -,102
Sig. (2-tailed) ,407 ,646 ,875 ,724 ,230 ,185 ,428 ,945 ,545 ,707 ,384 ,086 ,646 ,525 ,724 ,850 ,939 ,646 ,939 ,086 ,867 ,850 ,489 ,142 ,249 ,918 ,552 ,732 ,549 ,724 ,362 ,760 ,590
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p9 Pearson
Correlation ,523** ,473** ,877** ,294 ,193 ,251 ,088 ,013 1 -,037 ,249 ,120 ,465** ,473** ,145 ,196 ,026 ,171 ,473** ,171 ,053 ,093 ,170 ,251 ,064 ,247 ,140 ,042 ,190 ,370* -,196 -,015 ,247 ,430*
Sig. (2-tailed) ,003 ,008 ,000 ,115 ,308 ,180 ,645 ,945 ,845 ,184 ,527 ,010 ,008 ,443 ,299 ,891 ,366 ,008 ,366 ,782 ,626 ,368 ,182 ,738 ,188 ,461 ,824 ,314 ,044 ,299 ,938 ,188 ,018
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p10 Pearson
Correlation ,232 -,106 -,085 ,349 -,079 ,253 ,255 ,115 -,037 1 ,265 ,272 ,200 -,106 -,030 ,021 ,229 -,097 -,106 ,318 -,074 ,330 ,406* ,269 ,247 ,285 ,343 ,216 ,332 ,074 ,190 ,373*
,435*
,444*
Sig. (2-tailed) ,217 ,578 ,655 ,059 ,678 ,178 ,174 ,545 ,845 ,157 ,146 ,288 ,578 ,876 ,912 ,224 ,611 ,578 ,087 ,696 ,075 ,026 ,151 ,188 ,127 ,064 ,251 ,073 ,697 ,314 ,043 ,016 ,014
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p11 Pearson
Correlation ,246 ,289 ,256 ,164 ,071 ,432* ,147 ,072 ,249 ,265 1 ,339 ,324 ,289 ,358 ,655** ,471** ,483** ,289 ,572** ,046 ,233 ,186 ,369* ,061 ,181 ,141 ,297 ,222 ,491** ,471** ,290
,568**
,674**
Sig. (2-tailed) ,190 ,121 ,171 ,387 ,709 ,017 ,440 ,707 ,184 ,157 ,067 ,081 ,121 ,052 ,000 ,009 ,007 ,121 ,001 ,809 ,216 ,325 ,045 ,749 ,339 ,458 ,111 ,238 ,006 ,009 ,120 ,001 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p12 Pearson
Correlation ,102 ,057 ,137 ,026 ,312 ,349 ,000 -,165 ,120 ,272 ,339 1 ,645** ,057 ,634** -,068 -,020 -,134 ,057 -,022 ,389* ,290 ,123 ,474** ,057 ,048 ,180 ,216 ,237 ,060 ,026 ,185 ,048 ,528**
Sig. (2-tailed) ,591 ,765 ,471 ,894 ,093 ,059 1,000 ,384 ,527 ,146 ,067 ,000 ,765 ,000 ,721 ,915 ,481 ,765 ,907 ,034 ,120 ,518 ,008 ,765 ,800 ,342 ,253 ,206 ,754 ,894 ,329 ,800 ,003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p13 Pearson
Correlation ,351 ,294 ,424* ,000 ,299 ,300 -,141 -,319 ,465** ,200 ,324 ,645** 1 ,294 ,432* ,176 ,106 ,000 ,294 ,115 ,463** ,200 ,211 ,425* ,073 ,125 ,066 ,257 ,123 ,309 ,132 ,000 ,125 ,565**
Sig. (2-tailed) ,057 ,115 ,019 1,000 ,109 ,107 ,456 ,086 ,010 ,288 ,081 ,000 ,115 ,017 ,353 ,578 1,000 ,115 ,545 ,010 ,291 ,262 ,019 ,700 ,512 ,728 ,171 ,519 ,097 ,488 1,000 ,512 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p14 Pearson
Correlation ,557**
1,000**
,415* ,371* ,302 ,053 -,083 -,087 ,473** -,106 ,289 ,057 ,294 1 ,232 ,557** ,199 ,284 1,000** ,284 -,145 -,088 ,174 ,212 -,034 ,337 ,008 ,473** -,180 ,629** -,093 -,112 ,337 ,373*
Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,023 ,043 ,105 ,781 ,663 ,646 ,008 ,578 ,121 ,765 ,115 ,217 ,001 ,293 ,129 ,000 ,129 ,444 ,644 ,359 ,260 ,856 ,069 ,967 ,008 ,341 ,000 ,626 ,556 ,069 ,042
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p15 Pearson
Correlation ,286 ,232 ,140 ,039 ,404* ,422* -,175 -,121 ,145 -,030 ,358 ,634** ,432* ,232 1 ,156 -,005 ,051 ,232 -,034 ,376* ,148 -,073 ,383* -,094 -,142 ,046 ,245 ,167 ,269 ,039 ,224 ,043 ,490**
Sig. (2-tailed) ,125 ,217 ,462 ,838 ,027 ,020 ,356 ,525 ,443 ,876 ,052 ,000 ,017 ,217 ,410 ,978 ,788 ,217 ,858 ,041 ,436 ,701 ,036 ,620 ,456 ,810 ,191 ,379 ,150 ,838 ,235 ,821 ,006
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p16 Pearson
Correlation ,259 ,557** ,149 ,111 ,038 ,095 -,149 ,067 ,196 ,021 ,655** -,068 ,176 ,557** ,156 1 ,356 ,509** ,557** ,509** -,098 ,053 ,089 ,157 -,062 ,079 ,014 ,307 -,065 ,477** ,389* ,050
,604**
,386*
Sig. (2-tailed) ,167 ,001 ,432 ,559 ,843 ,618 ,432 ,724 ,299 ,912 ,000 ,721 ,353 ,001 ,410 ,053 ,004 ,001 ,004 ,607 ,783 ,640 ,407 ,745 ,679 ,942 ,099 ,734 ,008 ,034 ,792 ,000 ,035
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p17 Pearson
Correlation ,134 ,199 ,120 ,367* ,005 ,457* ,299 -,036 ,026 ,229 ,471** -,020 ,106 ,199 -,005 ,356 1 ,700** ,199 ,700**
-
,486** ,316 ,071 ,126 ,105 ,432* ,375* ,318 ,415* ,165 ,367* ,040
,590**
,480**
Sig. (2-tailed) ,481 ,293 ,529 ,046 ,979 ,011 ,109 ,850 ,891 ,224 ,009 ,915 ,578 ,293 ,978 ,053 ,000 ,293 ,000 ,006 ,089 ,708 ,508 ,579 ,017 ,041 ,086 ,023 ,383 ,046 ,833 ,001 ,007
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 total
p18 Pearson
Correlation ,024 ,284 ,293 ,400* -,091 ,290 ,293 -,015 ,171 -,097 ,483** -,134 ,000 ,284 ,051 ,509** ,700** 1 ,284 ,683** -,352 ,103 ,029 -,132 -,020 ,327 ,302 ,130 ,296 ,227 ,400* ,099
,499**
,377*
Sig. (2-tailed) ,899 ,129 ,116 ,028 ,634 ,120 ,116 ,939 ,366 ,611 ,007 ,481 1,000 ,129 ,788 ,004 ,000 ,129 ,000 ,057 ,587 ,878 ,486 ,915 ,078 ,105 ,494 ,112 ,227 ,028 ,604 ,005 ,040
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p19 Pearson
Correlation ,557**
1,000**
,415* ,371* ,302 ,053 -,083 -,087 ,473** -,106 ,289 ,057 ,294 1,000** ,232 ,557** ,199 ,284 1 ,284 -,145 -,088 ,174 ,212 -,034 ,337 ,008 ,473** -,180 ,629** -,093 -,112 ,337 ,373*
Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,023 ,043 ,105 ,781 ,663 ,646 ,008 ,578 ,121 ,765 ,115 ,000 ,217 ,001 ,293 ,129 ,129 ,444 ,644 ,359 ,260 ,856 ,069 ,967 ,008 ,341 ,000 ,626 ,556 ,069 ,042
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p20 Pearson
Correlation ,267 ,284 ,293 ,400* -,008 ,394* ,488** -,015 ,171 ,318 ,572** -,022 ,115 ,284 -,034 ,509** ,700** ,683** ,284 1 -,458* ,310 ,321 ,015 ,182 ,499** ,576** ,130 ,465** ,227 ,582** ,263
,843**
,598**
Sig. (2-tailed) ,154 ,129 ,116 ,028 ,966 ,031 ,006 ,939 ,366 ,087 ,001 ,907 ,545 ,129 ,858 ,004 ,000 ,000 ,129 ,011 ,096 ,084 ,939 ,335 ,005 ,001 ,494 ,010 ,227 ,001 ,160 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p21 Pearson
Correlation -,016 -,145 -,022 -,330 ,273 -,021 -,415* -,319 ,053 -,074 ,046 ,389* ,463** -,145 ,376* -,098 -
,486** -,352 -,145 -,458* 1 -,231 -,003 ,204 -,077
-
,489** -,305 ,005 -,104 ,165 -,085 ,026
-
,373*
,057
Sig. (2-tailed) ,932 ,444 ,909 ,075 ,144 ,913 ,023 ,086 ,782 ,696 ,809 ,034 ,010 ,444 ,041 ,607 ,006 ,057 ,444 ,011 ,219 ,986 ,280 ,685 ,006 ,101 ,978 ,584 ,383 ,653 ,892 ,042 ,767
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p22 Pearson
Correlation ,053 -,088 ,212 ,158 ,089 ,539** ,296 -,032 ,093 ,330 ,233 ,290 ,200 -,088 ,148 ,053 ,316 ,103 -,088 ,310 -,231 1 -,063 ,159 ,659** ,261 ,298 ,077 ,569** -,123 ,315 ,071
,410*
,521**
Sig. (2-tailed) ,783 ,644 ,262 ,405 ,639 ,002 ,112 ,867 ,626 ,075 ,216 ,120 ,291 ,644 ,436 ,783 ,089 ,587 ,644 ,096 ,219 ,740 ,401 ,000 ,164 ,110 ,686 ,001 ,517 ,090 ,708 ,024 ,003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p23 Pearson
Correlation ,089 ,174 ,239 ,301 ,146 -,076 ,239 ,036 ,170 ,406* ,186 ,123 ,211 ,174 -,073 ,089 ,071 ,029 ,174 ,321 -,003 -,063 1 -,126 ,174 ,358 ,297 ,224 ,052 ,226 -,033 ,262 ,358 ,334
Sig. (2-tailed) ,640 ,359 ,203 ,106 ,440 ,689 ,203 ,850 ,368 ,026 ,325 ,518 ,262 ,359 ,701 ,640 ,708 ,878 ,359 ,084 ,986 ,740 ,508 ,359 ,052 ,111 ,233 ,786 ,229 ,861 ,162 ,052 ,072
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p24 Pearson
Correlation ,157 ,212 ,150 ,067 ,201 ,249 -,211 ,131 ,251 ,269 ,369* ,474** ,425* ,212 ,383* ,157 ,126 -,132 ,212 ,015 ,204 ,159 -,126 1 -,162 -,005 ,037 ,368* ,091 ,333 -,101 ,233 ,154 ,422*
Sig. (2-tailed) ,407 ,260 ,428 ,724 ,288 ,185 ,264 ,489 ,182 ,151 ,045 ,008 ,019 ,260 ,036 ,407 ,508 ,486 ,260 ,939 ,280 ,401 ,508 ,391 ,978 ,847 ,045 ,631 ,072 ,596 ,215 ,417 ,020
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p25 Pearson
Correlation ,248 -,034 ,291 ,371* ,144 ,317 ,415* -,275 ,064 ,247 ,061 ,057 ,073 -,034 -,094 -,062 ,105 -,020 -,034 ,182 -,077 ,659** ,174 -,162 1 ,337 ,358 ,020 ,522** -,097 ,371* -,007 ,337 ,419*
Sig. (2-tailed) ,187 ,856 ,119 ,043 ,448 ,088 ,023 ,142 ,738 ,188 ,749 ,765 ,700 ,856 ,620 ,745 ,579 ,915 ,856 ,335 ,685 ,000 ,359 ,391 ,069 ,052 ,916 ,003 ,611 ,043 ,971 ,069 ,021
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p26 Pearson
Correlation ,342 ,337 ,388* ,512** ,092 ,269 ,811** ,217 ,247 ,285 ,181 ,048 ,125 ,337 -,142 ,079 ,432* ,327 ,337 ,499**
-
,489** ,261 ,358 -,005 ,337 1 ,618** ,124 ,382* ,021 ,315 ,024
,441*
,485**
Sig. (2-tailed) ,065 ,069 ,034 ,004 ,628 ,150 ,000 ,249 ,188 ,127 ,339 ,800 ,512 ,069 ,456 ,679 ,017 ,078 ,069 ,005 ,006 ,164 ,052 ,978 ,069 ,000 ,515 ,037 ,914 ,090 ,901 ,015 ,007
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p27 Pearson
Correlation ,293 ,008 ,356 ,545** ,074 ,406* ,694** ,020 ,140 ,343 ,141 ,180 ,066 ,008 ,046 ,014 ,375* ,302 ,008 ,576** -,305 ,298 ,297 ,037 ,358 ,618** 1 -,107 ,772** -,142 ,440* ,310
,618**
,569**
Sig. (2-tailed) ,116 ,967 ,053 ,002 ,696 ,026 ,000 ,918 ,461 ,064 ,458 ,342 ,728 ,967 ,810 ,942 ,041 ,105 ,967 ,001 ,101 ,110 ,111 ,847 ,052 ,000 ,575 ,000 ,454 ,015 ,096 ,000 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 total
p28 Pearson
Correlation ,126 ,473** ,121 ,325 ,346 ,200 -,170 -,113 ,042 ,216 ,297 ,216 ,257 ,473** ,245 ,307 ,318 ,130 ,473** ,130 ,005 ,077 ,224 ,368* ,020 ,124 -,107 1 -,052 ,374* -,081 -,057 ,252 ,393*
Sig. (2-tailed) ,506 ,008 ,524 ,080 ,061 ,288 ,370 ,552 ,824 ,251 ,111 ,253 ,171 ,008 ,191 ,099 ,086 ,494 ,008 ,494 ,978 ,686 ,233 ,045 ,916 ,515 ,575 ,783 ,042 ,670 ,764 ,179 ,032
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p29 Pearson
Correlation ,194 -,180 ,399* ,485** ,256 ,718** ,607** -,065 ,190 ,332 ,222 ,237 ,123 -,180 ,167 -,065 ,415* ,296 -,180 ,465** -,104 ,569** ,052 ,091 ,522** ,382* ,772** -,052 1 -,202 ,485** ,292
,565**
,673**
Sig. (2-tailed) ,305 ,341 ,029 ,007 ,172 ,000 ,000 ,732 ,314 ,073 ,238 ,206 ,519 ,341 ,379 ,734 ,023 ,112 ,341 ,010 ,584 ,001 ,786 ,631 ,003 ,037 ,000 ,783 ,285 ,007 ,117 ,001 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p30 Pearson
Correlation ,477** ,629** ,291 ,228 ,034 ,148 -,233 -,114 ,370* ,074 ,491** ,060 ,309 ,629** ,269 ,477** ,165 ,227 ,629** ,227 ,165 -,123 ,226 ,333 -,097 ,021 -,142 ,374* -,202 1 -,098 -,020 ,328 ,365*
Sig. (2-tailed) ,008 ,000 ,119 ,226 ,857 ,434 ,216 ,549 ,044 ,697 ,006 ,754 ,097 ,000 ,150 ,008 ,383 ,227 ,000 ,227 ,383 ,517 ,229 ,072 ,611 ,914 ,454 ,042 ,285 ,608 ,918 ,076 ,047
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p31 Pearson
Correlation ,111 -,093 ,000 ,167 ,057 ,380* ,447* -,067 -,196 ,190 ,471** ,026 ,132 -,093 ,039 ,389* ,367* ,400* -,093 ,582** -,085 ,315 -,033 -,101 ,371* ,315 ,440* -,081 ,485** -,098 1 ,264
,512**
,457*
Sig. (2-tailed) ,559 ,626 1,000 ,379 ,766 ,039 ,013 ,724 ,299 ,314 ,009 ,894 ,488 ,626 ,838 ,034 ,046 ,028 ,626 ,001 ,653 ,090 ,861 ,596 ,043 ,090 ,015 ,670 ,007 ,608 ,159 ,004 ,011
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p32 Pearson
Correlation ,050 -,112 -,067 ,264 ,125 ,172 ,135 ,172 -,015 ,373* ,290 ,185 ,000 -,112 ,224 ,050 ,040 ,099 -,112 ,263 ,026 ,071 ,262 ,233 -,007 ,024 ,310 -,057 ,292 -,020 ,264 1 ,202 ,340
Sig. (2-tailed) ,792 ,556 ,723 ,159 ,510 ,364 ,477 ,362 ,938 ,043 ,120 ,329 1,000 ,556 ,235 ,792 ,833 ,604 ,556 ,160 ,892 ,708 ,162 ,215 ,971 ,901 ,096 ,764 ,117 ,918 ,159 ,284 ,066
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p33 Pearson
Correlation ,342 ,337 ,388* ,512** ,092 ,494** ,388* ,058 ,247 ,435* ,568** ,048 ,125 ,337 ,043 ,604** ,590** ,499** ,337 ,843** -,373* ,410* ,358 ,154 ,337 ,441* ,618** ,252 ,565** ,328 ,512** ,202 1 ,715**
Sig. (2-tailed) ,065 ,069 ,034 ,004 ,628 ,006 ,034 ,760 ,188 ,016 ,001 ,800 ,512 ,069 ,821 ,000 ,001 ,005 ,069 ,000 ,042 ,024 ,052 ,417 ,069 ,015 ,000 ,179 ,001 ,076 ,004 ,284 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
total Pearson
Correlation ,481** ,373* ,550** ,548** ,439* ,717** ,387* -,102 ,430* ,444* ,674** ,528** ,565** ,373* ,490** ,386* ,480** ,377* ,373* ,598** ,057 ,521** ,334 ,422* ,419* ,485** ,569** ,393* ,673** ,365* ,457* ,340
,715**
1
Sig. (2-tailed) ,007 ,042 ,002 ,002 ,015 ,000 ,035 ,590 ,018 ,014 ,000 ,003 ,001 ,042 ,006 ,035 ,007 ,040 ,042 ,000 ,767 ,003 ,072 ,020 ,021 ,007 ,001 ,032 ,000 ,047 ,011 ,066 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,726 34
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
p1 292,10 274,024 ,466 ,722
p2 292,03 276,585 ,364 ,724
p3 292,17 272,006 ,534 ,720
p4 292,20 271,545 ,531 ,719
p5 292,57 266,461 ,394 ,716
p6 292,80 262,234 ,695 ,709
p7 292,17 274,075 ,367 ,722
p8 292,23 280,806 -,132 ,730
p9 292,13 273,982 ,413 ,722
p10 292,30 271,183 ,418 ,719
p11 292,73 260,892 ,645 ,708
p12 292,80 267,545 ,499 ,716
p13 293,00 267,103 ,538 ,715
p14 292,03 276,585 ,364 ,724
p15 292,93 265,375 ,449 ,714
p16 292,10 274,990 ,370 ,723
p17 292,47 270,947 ,456 ,719
p18 292,30 273,183 ,352 ,721
p19 292,03 276,585 ,364 ,724
p20 292,30 269,734 ,580 ,717
p21 294,07 278,133 -,027 ,733
p22 293,50 261,293 ,471 ,711
p23 292,53 273,430 ,306 ,722
p24 292,43 271,978 ,397 ,720
p25 293,13 269,154 ,381 ,718
p26 292,23 272,047 ,465 ,720
p27 292,97 264,102 ,535 ,712
p28 292,43 271,013 ,360 ,719
p29 292,83 259,937 ,643 ,708
p30 292,27 272,754 ,337 ,721
p31 292,20 272,786 ,437 ,721
p32 292,27 273,926 ,316 ,722
p33 292,23 268,737 ,702 ,716
total 148,50 69,707 1,000 ,844
Reabilitas dan validitas (n=151)
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 151 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 151 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
p1 284,06 379,723 ,337 ,725
p2 283,94 383,363 ,166 ,728
p3 284,11 378,002 ,258 ,725
p4 284,30 366,211 ,633 ,715
p5 284,70 375,344 ,315 ,723
p6 284,77 367,402 ,560 ,716
p7 284,14 383,734 ,020 ,729
p8 284,38 374,878 ,365 ,722
p9 284,09 377,231 ,326 ,724
p10 284,07 377,196 ,483 ,723
p11 284,88 360,812 ,708 ,711
p12 284,59 369,577 ,556 ,718
p13 284,87 366,756 ,626 ,716
p14 284,44 375,901 ,288 ,723
p15 284,66 379,294 ,159 ,726
p16 284,30 380,171 ,135 ,727
p17 284,69 379,949 ,246 ,726
p18 284,06 377,336 ,481 ,723
p19 284,05 375,871 ,490 ,722
p20 284,20 375,000 ,486 ,722
p21 286,93 396,148 -,270 ,741
p22 285,55 368,116 ,328 ,719
p23 284,28 377,485 ,356 ,724
p24 284,58 368,018 ,678 ,716
p25 284,71 362,675 ,624 ,713
p26 284,34 364,041 ,697 ,713
p27 284,66 361,345 ,703 ,711
p28 284,09 377,866 ,420 ,724
p29 284,76 365,796 ,497 ,716
p30 284,38 364,558 ,677 ,714
p31 284,86 360,187 ,624 ,711
p32 284,46 376,903 ,350 ,723
p33 284,38 379,397 ,244 ,725
total 144,45 96,169 1,000 ,853
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,728 34