GAMBARAN HYGIENE PERORANGAN PADA PENDERITA DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENU-BENUA KENDARI TAHUN...

download GAMBARAN HYGIENE PERORANGAN PADA PENDERITA DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENU-BENUA KENDARI TAHUN 2013

of 20

description

contoh proposal mengenai hygiene perorangan pada penderita diare

Transcript of GAMBARAN HYGIENE PERORANGAN PADA PENDERITA DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENU-BENUA KENDARI TAHUN...

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangTujuan Pembangunan Kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2005). Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 10, untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, maka diselenggarakan pelayanan kesehatan dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Depkes RI,2007).Kebersihan lingkungan merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemari lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui perantara. Sampai saat ini penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis masih merupakan masalah di Indonesia (Sanusi, 2011).Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit diare adalah disebabkan oleh kuman melalui koordinasi makanan atau minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan penderita, sedangkan faktor-faktor lainnya meliputi faktor perilaku dan lingkungan (Direktorat Jendral PPM dan PL, 2009).Penyakit diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan juga dipengaruhi oleh keadaan kebersihan baik perorangan (personal hygiene) maupun kebersihan lingkungan perumahan, sanitasi yang baik dan memenuhi syarat kesehatan serta didukung oleh personal hygiene yang baik akan bisa mengurangi resiko munculnya suatu penyakit termasuk diantaranya penyakit diare.Rapat umum perserikatan bangsa-bangsa menetapkan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) yang pertama diselenggarakan pada tanggal 15 Oktober2008. Ini merupakan perwujudan seruan tentang perlunya upaya untuk meningkatkan praktek personal hygiene dan sanitasi di seluruh dunia. HCTPS yang diperingati oleh banyak negara di dunia, merupakan upaya untuk meningkatkan budaya CTPS secara global, sehingga penyebaran penyakit yang disebabkan oleh lingkungan dan perilaku manusia seperti penyakit diare, yang dapat berakibat fatal, dapat dikurangi (Depkes RI,2009).Menurut kutipan WHO permasalahan diare dinegara-negara berkembang khususnya indonesia dapat dikurangi dengan perilaku hidup sehat yaitu(CTPS).Personal hygiene adalah kebersihan dan kesehatan perorangan yang bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain (Tarwoto dan Wartonah, 2006). Personal hygiene menjadi penting karena personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk (portal of entry) mikroorganisme yang ada dimana-mana dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit (Saryono, 2010). Personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit, seperti penyakit kulit yaitu skabies, penyakit infeksi, penyakit mulut dan gigi, dan penyakit saluran cerna atau bahkan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya kulit (Sudarto, 1996).Permasalahan kesehatan yang sering dijumpai pada balita yaitu penyakit infeksi. Penyakit infeksi yang masih perlu diwaspadai menyerang balita adalah diare atau gastroenteritis (Widjaja, 2003). Diare ialah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran buang air besar, Kekerapan yang dianggap masih normal adalah sekitar 1 3 kali dan banyaknya 200-250 gr sehari. Beberapa penderita mengalami peningkatan kekerapan dan keenceran buang air besar walaupun jumlahnya kurang dari 250 gr dalam kurun waktu sehari ( Sudoyo A, Setiyohadi B, Ahwi I, 2006 ).Diare dan muntah merupakan gejala khas bagi penyakit gastro-intestinal. Diare mengurangi jumlah makanan yang dapat diserap oleh karena terdapat transit time (waktu perjalanan ) yang memendek. Selain itu terdapat ekskresi air dan mineral seperti natrium, kalium dan klorida. Kehilangan demikian 2 harus dikembalikan secepatnya, gangguan pencernaan dan penyerapan merupakan penyebab diare tersebut. Berbagai pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk mencari penyebabnya (Pudjiadi, 2000).Menurut World Health Organization (WHO) 1999 dalam Widodo (2004), diare menempati urutan ketiga kematian di dunia, sekitar empat miliar kasus diare setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 menyatakan bahwa 11% anak dibawah umur lima tahun mengalami diare. Angka ini serupa dengan yang ditemukan dalam SDKI 1994 dan 1997 (masing-masing 9% dan 12%). Anak yang sumber air minumnya berupa air permukaan, cenderung mengalami diare daripada anak yang sumber air minumnya berupa perpipaan dan sumur.Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat, pada tahun 2006 jumlah kasus diare sebanyak 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52 %). Secara keseluruhan diperkirakan angka kejadian diare pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000 sampai 400.000 balita. Pada survei tahun 2000 yang dilakukan oleh Depkes RI melalui Ditjen P2MPL di 10 provinsi didapatkan hasil bahwa dari 18.000 rumah tangga yang disurvey diambil sampel sebanyak 13.440 balita, dan kejadian diare pada balita yaitu 1,3 episode kejadian diare per tahun (Soebagyo, 2008).Setiap tahun rata-rata di Indonesia 100.000 anak meninggal dunia karenadiare. Diare menjadi penyebab kematian kedua terbesar di Indonesia setelah malnutrisi. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran tersebut disebabkna oleh tingkat pengetahuan yang kurang tentang diare, serta pencegahannya. Diare yang disertai gejala buang air terus-menerus muntah dan kejang perut kerap dianggap dapat sembuh dengan sendirinya tanpa perlu pertolongan medis (Hartono, 2010).Berdasarkan data 20 besar penyakit Puskesmas Benu-benua tahun 2013 , penyakit diare menempati urutan ke-11 dari 20 penyakit dengan jumlah penderita sebanyak 579 penderita. Dan pada tahun 2014 yaitu pada bulan Januari hingga Maret 2014 penyakit diare kembali masuk dalam 20 besar penyakit di Puskesmas Benu-benua. Pada bulan Januari jumlah penderita diare sebanyak 58 penderita,pada bulan Februari jumlah penderita sebanyak 30 penderita dan pada bulan Maret sebanyak 38 penderita. Walaupun mengalami penurunan namun penyakit ini harus tetap diantisipasi. (Profil Kesehatan Puskesmas Benu-benua 2013- Maret 2014).Oleh karena itu , peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran hygiene perorangan pada penderita diare di wilayah kerja puskesmas Benu-benua tahun 2013.B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana gambaran hygiene perorangan pada penderita diare di wilayah kerja puskesmas Benu-benua tahun 2013 ?C. TujuanTujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran hygiene perorangan pada penderita diare di wilayah kerja puskesmas Benu-benua tahun 2013.

D. Manfaat 1. Manfaat PraktisSebagai sumber informasi tentang gambaran hygiene perorangan pada penderita diare di wilayah kerja puskesmas Benu-benua tahun 2013.2. Manfaat IlmiahSebagai bahan masukan bagi pihak Dinas Kesehatan Kota Kendari dan masyarakat terkait gambaran hygiene perorangan pada penderita diare di wilayah kerja puskesmas Benu-benua tahun 2013.3. Manfaat Bagi PenelitiSebagai tambahan pengalaman, wawasan, serta pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian tentang gambaran hygiene perorangan pada penderita diare di wilayah kerja puskesmas Benu-benua tahun 2013.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Umum Tentang Diare1. Pengertian DiareDiare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Simadibrata 2006).Diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3 tahun, yang volume tinjanya sudah sama dengan orang dewasa, volume >200 g/kg/24 jam disebut diare. Frekuensi dan konsistensi bukan merupakan indikator untuk volume tinja (Boyle 2000).2. EtiologiMenurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab: 1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus3.Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis. 4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll. (Simadibrata, 2006).3. Cara Penularan dan faktor resikoCara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).Faktor risiko terjadinya diare adalah: 1. Faktor perilaku antara lain: a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis .2. Faktor lingkungan antara lain: a.Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK) b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak (Kemenkes RI, 2011).4. KlasifikasiTerdapat beberapa pembagian diare :1. Berdasarkan lamanya diare: a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut. (Suraatmaja, 2007).2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik: a. Diare sekresi (secretory diarrhea) b. Diare osmotic (osmotic diarrhea) .(Suraatmaja, 2007)5. ManifestasiInfeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya. Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).6. Pencegahan Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006) adalah sebagai berikut:1. Pemberian ASI ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare (Depkes RI, 2006).Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Depkes RI, 2006).2. Pemberian Makanan Pendamping ASI Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian (Depkes RI, 2006).3. Menggunakan air bersih yang cukup Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2006).4. Mencuci Tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006).5.Menggunakan Jamban Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga harus buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006).B. Tinjuan Umum Tentang Hygiene Perorangan1. Pengertian Hygiene PeroranganPersonal higiene atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis ( Wahit Iqbal,2008)Perilaku kebersihan diri dapat dipengaruhi oleh nilai serta kebiasaan yang dianut individu di samping faktor budaya,sosial, norma keluarga, tingkat pendidikan , status ekonomi dan lain sebaginya. Adanya masalah pada kebersihan diri akan berdampak pada kesehatan seseorang. Saat seseorang sakit, salah satu penyebabnya mungkin adalah kebersihan diri yang kurang . ini harus menjadi perhatian kita bersama,sebab kebersihan merupakan faktor penting dalam mempertahankan derajat kesehatan individu (Taylor,1989).2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hygiene perorangana. Budaya. Sejumlah mitos yang berkembang di masyarakat menjelaskan bahwa saat individu sakit ia tidak boleh dimandikan karena dapat mempengaruhi penyakitnya.b. Status sosial-ekonomi. Untuk melakukan higiene perorangan yang baik dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai , seperti kamar mandi,peralatan mandi,serta perlengkapan mandi yang cukup misalnya sabun,sikat gigi, sampoo,dll) (Nancy Roper,2002).c. Agama . agama juga berpengaruh pada keyakinan individu dalam melksanakan kebiasaan sehari-hari.d. Tingkat pengetahuan atau perkembangan individu. Kedewasaan seseorang akan memberi pengaruh tertentu pada kualitas diri orang tersebut,salah satunya adalah pengetahuan yang lebih baik. Pengethuan itu penting dalam meningkatkan status kesehatan individu. e. Status kesehatan. Kondisi sakit atau cedera akan menghambat kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri.f. Kebiasaan. Ini ada kaitannya dengan kebiasaan individu dalam menggunakan produk-produk tertentu dalam melaksanakan perawatan diri,mislanya menggunakan showers,sabun padat,sabun cair,shampoo,dll. (Taylor,1989).g. Cacat jasmani/mental bawaan.Berdasarkan hasil penelitian Megaria,dkk (2013) menunjukkan bahwa pada anak-anak SD yang mencuci tangan pakai sabu saat sebelum makan dan setelah BAB tidak mengalami diare. Sehingga menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan (personal higene) terhadap kejadian diare.Hasil penelitian Irawati, dkk (2004), menunjukan bahwa murid SD masih belum dapat memilih makanan jajanan yang sehat dan bersih, hal tersebut tercermin dari makanan jajanan yang dikonsumsi murid SD di sekolah banyak mengadung pewarna sintetik, logam berat, bakteri patogen dan lain-lain. Selain itu murid SD juga belum terbiasa mencuci tangan sebelum menjamah makanan.C. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep Penelitian1. Kerangka TeoriDiare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit diare adalah disebabkan oleh kuman melalui koordinasi makanan atau minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan penderita, sedangkan faktor-faktor lainnya meliputi faktor perilaku dan lingkungan (Direktorat Jendral PPM dan PL, 2009).

Faktor ResikoPerilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)Sanitasi LingkunganHygiene PeroranganKonsumsi/ Jajan sembarangKebiasaan cuci tangan

Penyakit Diare

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian2. Kerangka Konsep

Penyakit DiareBerdasarkan kerangka teori di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Hygiene Perorangan

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

BAB IIIMETODE PENELITIANA. Desain PenelitianJenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan survei. Menurut Van Dallen dalam Budiman (2011) survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status), fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang gambaran hygiene perorangan pada penderita diare di wilayah kerja puskesmas Benu-benua tahun 2013.B. Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini di laksanakan di Kelurahan Punggaloba Kecamatan Kendari Barat Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan April tahun 2014.C. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diare di puskesmas Benu-benua tahun 2013 yang berjumlah 579 penderita.2. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang terpilih sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau wakil dari penderita penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Benu-benua tahun 2013 yang terpilih sebagai sampel. Cara penentuan besar sampel menggunakan formula penentuan besar sampel pada penelitian survei dengan populasi yang diketahui, seperti berikut (Riyanto, 2011) :

Keterangan:n= besar sampel minimumN= besar populasi (579)Z1-/2= nilai sebaran normal baku yang besarnya tergantung tingkat kepercayaan (TK 90% = 1,64)P= proporsi kejadian, jika tidak diketahui dianjurkan 0,5d= besar penyimpangan yang bisa diterima (0,1) (Riyanto, 2011)Dengan rumus tersebut, maka sampel dalam penelitian ini (n) adalah:n = 579 x( 1,64)2 x 0,5 x (1 0,5)579 (0,1)2 + (1,64)2 x 0,5 x (1 0,5)

n = 579 (2,68) x 0,25 579 (0,01) + (2,68 x 0,25)

n = 387,93 6,46

n = 60,051

n = 60Berdasarkan perhitungan d

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus tersebut, maka diperoleh total sampel sebesar 60 penderita dari populasi sebesar 579 penderita diare. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan Simple Random Sampling karena di dalam pengambilan sampelnya peneliti membuat undian sebanyak 579 dan mengundi undian tersebut sebanyak 60 undian dan 60 undian tersebut yang akan dijadikan sampel oleh peneliti.D. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang berisikan pertanyaan tentang identitas responden dan variabel yang diteliti yaitu hygiene perorangan.E. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data1. Data primerData primer berupa data gambaran hygiene perorangan. Data tersebut diperoleh dengan cara menanyakan secara langsung kepada responden melalui kuesioner mengenai hygiene perorangan penderita . 2. Data sekunder Data sekunder dikumpulkan berupa profil kesehatan dan data 20 besar penyakit di wilayah kerja puskesmas Benu-benua tahun 2013 dan tahun 2014 periode januari-maret serta studi kepustakaan dengan mengumpulkan buku-buku dan jurnal-jurnal yang berhubungan dengan penelitian ini.F. Variabel Penelitian1. Variabel bebas yaitu hygiene perorangan2. Variabel terikat yaitu kejadian/penyakit diare.

G. Definisi Operasional dan Kriteria ObjektifTabel 1. Definisi Operasional dan Kriteria ObjektifNoVariabelDefinisi OperasionalCara PengukuranSkala

1DiareDiare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.Data kasus diare yang diambil dari Puskesmas Bebu-benua tahun 2013 dan periode januari-maret tahun 2014.Nominal

2Hygiene peroranganKebiasaan seseorang membersikan diri guna menjaga kesehatannya.1. Cukup , jika jawaban yang benar 92. Kurang , jika jawaban yang benar < 9.Nominal

H. Teknik Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data1. Teknik Pengolahan DataPengolahan data dilakukan dengan menggunakan kalkulator dan komputer dan disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan penjelasan. 2. Analisis dataAnalisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif univariat yang dilakukan dengan program SPSS versi 16,0 diare di wilayah kerja puskesmas Benu-benua tahun 2013.3. Penyajian DataPenyajian data dilakukan secara deskriptif dalam bentuk tabel persentase yang disertai dengan narasi.

19