GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA...

106
GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan ( S.Kep ) Disusun oleh: Indah Dwi Pusparani NIM.1111104000038 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2016 M

Transcript of GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA...

Page 1: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITAHIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA

KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATENBOGOR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Keperawatan ( S.Kep )

Disusun oleh:

Indah Dwi Pusparani

NIM.1111104000038

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2016 M

Page 2: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR
Page 3: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

SCHOOL OF NURSINGSYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OFJAKARTA

Undergraduate Thesis, January 2016

Indah Dwi Pusparani, NIM: 1111104000038

Lifestyle picture in Patients with Hypertension in the sub-district PuskesmasCiangsana Gunung Putri Bogor District 2015

xvii + 90 pages + 16 tables + 2 schemes + 9 attachments

ABSTRACT

Hypertension is strongly influenced by an unhealthy lifestyle. There are severalthings that cause hypertension, such as smoking habits, frequency of consumptioneat salty, fatty food consumption frequency, the frequency of consumption ofcaffeinated beverages, physical activity, and a state of stress. The purpose of thisstudy is to describe the lifestyle of people with hypertension. This type of researchis quantitative descriptive research design. Samples were 40 adults in thecommunity health center Ciangsana Gunung Putri, Bogor Regency hypertensionwith total sampling sampling method. The collection of data by using a structuredquestionnaire. Analysis of the data used are univariate. The results showed thatgender is more dominant hypertensive women was 60.0%, an overview history ofdescent of 57.5%, of respondents have an unhealthy lifestyle by 100%, the imageof smoking of 42.5%, a picture frequency of food consumption salted by 40.0%with a frequency of more than once a day, the picture of the frequency ofconsumption of fatty foods by 30.0% with a frequency of once a day, the pictureof the frequency of consumption of caffeinated beverages amounted to 35.0%with a frequency of once a day, the picture of physical activity for 10.0% have ahabit of physical activity and 12.5% of patients with hypertension who are activeleisure activities, description of the state of stress of 57.5%. Suggested to theHealth Center staff Ciangsana to increase health promotion related to theprevention and treatment of hypertension.

Keywords: Lifestyle, People With Hypertension, Adult Society

Reference: 90 (years 1982-2013)

Page 4: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Januari 2016

Indah Dwi Pusparani, NIM: 1111104000038

Gambaran Gaya Hidup pada Penderita Hipertensi di Puskesmas CiangsanaKecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015

xvi + 90 halaman + 16 tabel + 2 bagan + 9 lampiran

ABSTRAK

Penyakit hipertensi sangat dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Adabeberapa hal yang menyebabkan terjadinya hipertensi, diantaranya kebiasaanmerokok, frekuensi konsumsi makan asin, frekuensi konsumsi makan berlemak,frekuensi konsumsi minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan stres. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran gaya hidup penderita hipertensi.Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Sampelpenelitian adalah 40 masyarakat dewasa di Puskesmas Ciangsana KecamatanGunung Putri Kabupaten Bogor yang menderita hipertensi dengan metodepengambilan sampel total sampling. Pengumpulan data dengan menggunakankuesioner terstruktur. Analisis data yang digunakan adalah univariat. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin penderita hipertensi lebih dominanperempuan sebesar 60,0 %, gambaran riwayat keturunan sebesar 57,5 %,responden memiliki gaya hidup yang tidak sehat sebesar 100%, gambarankebiasaan merokok sebesar 42,5%, gambaran frekuensi konsumsi makan asinsebesar 40,0% dengan frekuensi lebih dari satu kali sehari, gambaran frekuensikonsumsi makan berlemak sebesar 30,0% dengan frekuensi satu kali sehari,gambaran frekuensi konsumsi minuman berkafein sebesar 35,0% dengan frekuensi

satu kali sehari, gambaran aktivitas fisik sebesar 10,0% yang memiliki kebiasaanaktifitas fisik dan sebesar 12,5% penderita hipertensi yang aktif melakukanaktivitas di waktu luang, gambaran keadaan stres sebesar 57,5%. Disarankankepada petugas Puskesmas Ciangsana agar meningkatkan promosi kesehatanterkait pencegahan dan penanganan penyakit hipertensi.

Kata kunci: Gaya Hidup, Penderita Hipertensi, Masyarakat DewasaReferensi: 90 (tahun 1982-2013)

Page 5: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR
Page 6: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR
Page 7: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR
Page 8: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Indah Dwi Pusparani

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Agustus 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 21 Tahun

Agama : Islam

Alamat : Komp. TNI-AL Blok D1 No.1 RT.06/ RW.19

Ciangsana-Bogor

Status : Belum Menikah

Telpon : 083815115878

E-mail : [email protected]

Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program

Studi Ilmu Keperawatan

Riwayat Pendidikan : - TK Al-Falah (1998-1999)

- SDN 02 Ciangsana (1999-2005)

- SMPN 3 GunungPutri (2005-2008)

- SMAN 1 Cileungsi (2008-2011)

- S1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta (2011-sekarang)

Page 9: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT,

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan baginda nabi besar

Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat beserta pengikutnya hingga akhir

zaman. Atas kekuasaan dan izin Allah SWT skripsi dengan judul “Gambaran

Gaya Hidup Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Ciangsana Kecamatan

Gunung Putri Kabupaten Bogor” telah selesai. Dalam penulisan skripsi ini tidak

luput dari kekurangan dan kelemahan. Namun, dengan bantuan berbagai pihak

proposal skripsi ini dapat terselesaikan, oleh karena itu tiada ungkapan yang lebih

pantas diucapkan kecuali ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Arief Sumantri, S.KM., M. Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Kepala Program Studi dan

Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB.selaku Sekretaris Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Ns. Uswatun Khasanah, MNS Selaku Dosen Pembimbing pertama dan

Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB. selaku Dosen Pembimbing kedua

yang senantiasa dengan sabar, tekun, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu,

tenaga, dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran–

saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.

5. Ibu Nia Damiati, S.Kp., MSN. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

senantiasa memberikan saran dan masukan selama penulis melakukan

studi di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah

memberikan ilmu yang sangat berguna untuk perbekalan penulis.

Page 10: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

x

7. Ayah (Iwan Rachmat Setiawan), ibu (Dra. Kuswandari) dan kakak

tersayang (Wilson Rahmatdhika Wardana) yang selalu sabar

mendengarkan keluh kesah, serta memberi nasehat dan motivasi yang

sangat membantu.

8. Untuk yang tersayang (Panji Kurnianto, Laila Muthohharoh, Syahdah

Dinuriah, dan Ita Samtasiyah) yang telah banyak memberikan motivasi,

dukungan, masukan kepada penulis baik selama mengikuti perkuliahan

maupun dalam penulisan skripsi.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis menyerahkan segalanya

dengan harapan semoga amal baik yang telah dicurahkan guna membantu

penyusunan skripsi ini mendapat balasan. Aamiin. Penulis menyadari bahwa

penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis

menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan yang membangun demi

perbaikan di masa mendatang.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Jakarta, Januari 2016

Indah Dwi Pusparani

Page 11: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

xi

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ......................................................................................................... i

Pernyataan Keaslian Karya .................................................................................... ii

Abstract ................................................................................................................. iii

Abstrak .................................................................................................................. iv

Pernyataan Persetujuan .......................................................................................... v

Lembar Pengesahan .............................................................................................. vi

Daftar Riwayat Hidup ..........................................................................................viii

Kata Pengantar .....................................................................................................ix

Daftar Isi ..............................................................................................................xi

Daftar Tabel ........................................................................................................ xv

Daftar Bagan.........................................................................................................xvi

Daftar Lampiran...................................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................6

C. Pertanyaan Peneliti..............................................................................6

D. Tujuan Penelitian................................................................................7

E. Manfaat Penelitian .............................................................................7

F. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi..........................................................................................10

1. Definisi Hipertensi.......................................................................10

Page 12: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

xii

2. Penyebab Hipertensi.....................................................................11

3. Cara Pengukuran Tekanan Darah.................................................11

4. Gajala Hipertensi..........................................................................13

5. Patofisiologi Hipertensi................................................................13

6. Komplikasi Hipertensi.................................................................15

7. Penatalaksanaan Hipertensi..........................................................17

8. Gaya Hidup..................................................................................20

a. Kebiasaan Merokok.................................................................23

b. Frekuensi Konsumsi Makanan Asin........................................24

c. Frekuensi Konsumsi Makanan Berlemak................................25

d. Frekuensi Konsumsi Minuman Berkafein...............................26

e. Aktivitas Fisik..........................................................................26

f. Keadaan Stres...........................................................................29

B. Kerangka Teori.................................................................................31

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN

HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep..............................................................................32

B. Definisi Operasional.........................................................................33

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian..............................................................................39

B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................39

C. Populasi dan Sampel.........................................................................40

D. Instrumen Penelitian.........................................................................40

E. Pengumpulan Data............................................................................41

F. Uji Validitas dan Reabilitas..............................................................42

1. Uji Validitas................................................................................42

2. Uji Reabilitas..............................................................................44

G. Pengolahan Data...............................................................................45

1. Editing Data.................................................................................46

2. Coding Data.................................................................................46

Page 13: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

xiii

3. Sortir Data....................................................................................47

4. Entry Data....................................................................................47

5. Cleaning.......................................................................................47

H. Analisis Data.....................................................................................47

1. Analisis Univariat.........................................................................47

I. Etika Penelitian.................................................................................47

1. Inform Consent.............................................................................48

2. Anonimity....................................................................................48

3. Confidentiality..............................................................................48

4. Self Determination.......................................................................49

5. Protection from discomfort..........................................................49

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Tempat Penelitian.............................................................50

1. Gambaran Umum.........................................................................50

2. Program Puskesmas.....................................................................51

B. Karakteristik Responden...................................................................52

1. Umur Responden.........................................................................52

2. Jenis Kelamin Responden............................................................53

3. Riwayat Keturunan Hipertensi.....................................................53

4. Gaya Hidup..................................................................................54

5. Kebiasaan Merokok.....................................................................54

6. Frekuensi Kebiasaan Makanan Asin............................................55

7. Frekuensi Kebiasaan Makanan Berlemak....................................55

8. Frekuensi Minuman Berkafein.....................................................56

9. Aktivitas Fisik..............................................................................57

10. Keadaan Stres...............................................................................58

BAB VI PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden.....................................................................59

1. Umur Responden..........................................................................59

B. Jenis Kelamin Responden............................................................60

Page 14: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

xiv

C. Riwayat Keturunan Hipertensi.....................................................61

D. Kebiasaan Merokok.....................................................................61

E. Frekuensi Kebiasaan Makanan Asin............................................62

F. Frekuensi Kebiasaan Makanan Berlemak....................................64

G. Frekuensi Minuman Berkafein.....................................................65

H. Aktivitas Fisik..............................................................................66

I. Keadaan Stres...............................................................................67

J. Keterbatasan Penelitian................................................................68

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan......................................................................................70

B. Saran.................................................................................................71

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................73

LAMPIRAN

Page 15: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah....................................................................10

Tabel 2.2 Skor Perhitungan Kuesioner Aktivitas Fisik..........................................28

Tabel 2.3 Pengelompokkan Hasil Pengukuran Indeks Aktivitas Fisik..................28

Tabel 3.1 Definisi Operasional..............................................................................33

Tabel 4.1 Penjelasan Isi Kuesioner........................................................................41

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur.............................52

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin................53

Tabel 5.3 Riwayat Keturunan Hipertensi Dalam Keluarga...................................53

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gaya Hidup...................54

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok......54

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan Asin.55

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan

Berlemak................................................................................................55

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Minuman

Berkafein...............................................................................................56

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Aktivitas Fisik....57

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Aktivitas Waktu

Luang.....................................................................................................57

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keadaan Stres.............58

Page 16: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori.....................................................................................31

Bagan 3.1 Kerangka Konsep..................................................................................32

Page 17: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Izin Pengambilan Data dan Penelitian

Lampiran 2. Permohonan Partisipasi Penelitian

Lampiran 3. Informed Consent

Lampiran 4. Kuesioner

Lampiran 5. Hasil Olah SPSS

Lampiran 6. Hasil Olah Mc.Excel dan Mc.Word

Page 18: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun

menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Di

Indonesia, hipertensi cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data

Riskesdas (2007), prevalensi hipertensi pada usia dewasa sebesar 31,7%,

dan data WHO (World Health Organization) (2008), menyebutkan

prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi yaitu sebesar 41%.

Proporsi penyebab kematian oleh penyakit menular (PM) di

Indonesia telah menurun sepertiganya dari 44% menjadi 28%, sedangkan

akibat penyakit tidak menular (PTM) mengalami peningkatan yang cukup

tinggi dari 42% menjadi 60% (Depkes, 2008). Berdasarkan data PTM

dalam Riskesdas (2013), meliputi: (1) asma; (2) penyakit paru obstruksi

kronis (PPOK); (3) kanker; (4) diabetes melitus; (5) hipertiroid; (6)

hipertensi; (7) jantung koroner; (8) gagal jantung; (9) stroke; (10) gagal

ginjal kronis; (11) batu ginjal; (12) penyakit sendi/ rematik. Salah satu

penyakit degeneratif yang perlu diwaspadai adalah hipertensi. Hipertensi

adalah penyebab kematian utama ketiga di Indonesia untuk semua umur

6,8%, setelah stroke 15,4% dan tuberculosis 7,5% (Depkes, 2008).

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur

palingtidak pada tiga kesempatan yang berbeda. (Corwin, 2009). Diketahui

sembilan dari sepuluh orang yang menderita hipertensi tidak dapat

diidentifikasi penyebab penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki

Page 19: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

2

pembunuh diam-diam atau silent killer, sebab seseorang dapat mengidap

hipertensi selama bertahun-tahun tanpa menyadarinya sampai terjadi

kerusakan organ vital yang cukup berat yang bahkan dapat menyebabkan

kematian. Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika

telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan

gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi ginjal,

gangguan fungsi kognitif atau stroke (Saraswati, 2009).

Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai

hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial merupakan

95% dari seluruh kasus hipertensi. Sisanya adalah hipertensi sekunder,

yaitu tekanan darah tinggi yang penyebabnya dapat diklasifikasikan,

diantaranya adalah kelainan organik seperti penyakit ginjal, kelainan pada

korteks adrenal, pemakaian obat-obatan sejenis kortikosteroid, dan lain-

lain (Yogiantoro, 2006).

Hipertensi bukan merupakan penyakit dengan faktor penyebab

tunggal, tetapi disebabkan oleh banyak faktor yaitu kegemukan, pola

makan yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, keadaan stress

psikologis, kebiasaan minum alkohol, pola konsumsi kopi dan kebiasaan

merokok (Dhianningtyas et al., 2006). Hipertensi mempunyai gejala

umum yang akan di timbulkan seperti pusing, sakit kepala, rasa berat

ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang (Soeparman, 2003).

Sesungguhnya gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat

mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat, dapat

Page 20: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

3

menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, misalnya; makanan, aktifitas

fisik, stres, dan merokok (Puspitorini, 2009).

Meningkatnya kejadian hipertensi cenderung terjadi pada orang

dengan faktor risiko; orang dengan usia diatas 18 tahun, jenis kelamin,

orang yang memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi, serta pada orang

dengan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok (Depkes, 2006).

Umumnya pada usia produktif seseorang kurang memiliki motivasi untuk

memperhatikan pola makan dan kesehatannya. Walaupun 90% dari

penyebab hipertensi adalah riwayat keluarga, namun faktor lain seperti

pola makan, aktivitas fisik dan gaya hidup turut mempengaruhi kejadian

hipertensi (Pritasari, 2006).

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor resiko yang tidak dapat

diubah yang berpengaruh terhadap penyakit hipertensi (Cahyono, 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan menggunakan data Riskesdas tahun

2007, prevalensi hipertensi pada perempuan lebih besar dibandingkan

dengan laki-laki yaitu 50,3% dan 49,7% (Rahajeng dan Tuminah, 2009).

Hal berbeda ditunjukan dari hasil penelitian yang dilakukan di Pakistan.

Penelitian tersebut menunjukkan sebesar 51,91% laki-laki menderita

hipertensi dan sebesar 48,09% pada perempuan (Humayun et al., 2009).

Riwayat hipertensi keluarga berhubungan dengan kejadian

hipertensi yang ditunjukan oleh penelitian Respati tahun 2007. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah saat bekerja dan

beristirahat lebih tinggi pada responden yang salah satu atau kedua

orangtuanya tidak hipertensi (Tanjung, 2009).

Page 21: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

4

Hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok

yang dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin

dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah

(Dalimartha et al., 2008). Menurut Sitorus (2005), yang menyatakan

bahwa merokok sebatang setiap hari meningkatkan tekanan darah sistolik

10-25 mmHg serta menambah detak jantung 5-20 kali/menit.

Perilaku konsumsi makanan asin juga diyakini berkontribusi dalam

penyakit hipertensi (Kothcen et al., 2006). Dari penelitian Sugihartono

(2007), didapatkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi asin berisiko

menderita hipertensi sebesar 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak

mempunyai kebiasaan mengkonsumsi asin.

Beberapa fakta dalam studi epidemiologi menunjukkan bahwa

terdapat hubungan bermakna antara tingginya asupan lemak jenuh dengan

hipertensi (Kotchen et al., 2006). Konsumsi lemak jenuh meningkatkan

resiko kenaikan berat badan yang merupakan faktor resiko hipertensi.

Asupan lemak jenuh yang kemudian menyebabkan hipertensi (Irza, 2009).

Menurut penelitian eksperimental Winkelmayer et al., (2005),

kafein akan meningkatkan konsentrasi hormon stres seperti epinefrin,

norepinefrin, dan kortisol yang dapat menyebabkan hipertensi (Saleh,

2011). Seseorang yang tidak terbiasa minum kopi memiliki tekanan darah

lebih rendah jika dibandingkan dengan seseorang yang mengkonsumsi

kopi 1-3 cangkir per hari. Pria yang mengkonsumsi kopi 3-6 cangkir per

hari memiliki tekanan darah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan

yang mengkonsumsi kopi 1-3 cangkir per hari (Uiterwaal et al., 2007).

Page 22: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

5

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak

menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan

perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan

melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus

melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.

Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko hipertensi karena bertambahnya

risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung

mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus

bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung

harus memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri yang

dapat menyebabkan hipertensi (Rohaendi, 2008).

Stres sering dihubungkan dengan hipertensi. Pada keadaan stres,

tubuh akan memproduksi hormon adrenalin yang menyebabkan denyut

jantung meningkat, sehingga meningkatkan tekanan darah (Irza, 2009).

Prevalensi stres terus meningkat di kalangan masyarakat. Globalisasi

diduga merupakan salah satu pemicunya. Dunia bergerak dan berubah

semakin cepat dan bagi yang tidak siap menghadapinya akan terjebak pada

situasi penuh pertentangan, sehingga gejala yang muncul adalah stres

secara fisik maupun psikologis (Dwiyono, 2008).

Berdasarkan data tiga bulan terakhir yaitu pada bulan Januari-

Maret tahun 2015 di Puskesmas Ciangsana, didapatkan 40 orang jumlah

penderita hipertensi primer/essensial usia dewasa. Laporan hasil studi

pendahuluan yang dilakukan pada bulan November 2014, didapatkan 10

dari 15 responden yang mempunyai tekanan darah tinggi dan 5 orang yang

Page 23: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

6

mempunyai tekanan darah normal bahkan rendah. Rata-rata sistolik yang

ditemukan sebesar 130 mmHg dan rata-rata diastolik yang ditemukan 100

mmHg serta dengan konsumsi obat antihipertensi. Belum diketahuinya

gambaran gaya hidup pada pasien hipertensi di Puskesmas Ciangsana

Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015.

Melihat dari permasalahan–permasalahan diatas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Gambaran Gaya Hidup

Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Ciangsana Kecamatan

Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang ditemukan peneliti dalam studi

pendahuluan dan berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis

merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Gaya Hidup

Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung

Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015.

C. Pertanyaan Peneliti

Bagaimana gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di

Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun

2015 berdasarkan jenis kelamin, riwayat keturunan, kebiasaan merokok,

frekuensi konsumsi makan asin, frekuensi konsumsi makan berlemak,

frekuensi konsumsi minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan stres ?

Page 24: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

7

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di

Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor

Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

1) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di

Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor

Tahun 2015 berdasarkan jenis kelamin.

2) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di

Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor

Tahun 2015 berdasarkan riwayat keturunan.

3) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di

Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor

Tahun 2015 berdasarkan kebiasaan merokok.

4) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di

Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor

Tahun 2015 berdasarkan frekuensi konsumsi makan asin.

5) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di

Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor

Tahun 2015 berdasarkan frekuensi konsumsi makan berlemak.

6) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di

Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor

Tahun 2015 berdasarkan frekuensi konsumsi minuman berkafein.

Page 25: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

8

7) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di

Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor

Tahun 2015 berdasarkan aktivitas fisik.

8) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di

Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor

Tahun 2015 berdasarkan keadaan stres.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai pengetahuan dan wawasan serta pengalaman berharga bagi

penulis untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh

dibangku kuliah sehingga dapat bermanfaat untuk melakukan asuhan

keperawatan pada pasien-pasien hipertensi.

2. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Salah satu wujud Tridharma Perguruan Tinggi (akademik,

penelitian, dan pengabdian masyarakat) dalam bidang keperawatan dan

menjadi bahan masukan untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi

masyarakat dalam menjaga kesehatannya dan dapat meningkatkan

kesadaran terhadap penyakit hipertensi sehingga dapat dilakukan

pencegahan dini.

Page 26: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

9

4. Bagi Puskesmas Ciangsana

Sebagai bahan informasi untuk kebijakan dimasa depan, seperti

memberikan penyuluhan/informasi yang terkait dengan hipertensi

dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dan perhatian dalam

upaya pencegahan penyakit degeneratif, sehingga dapat menurunkan

prevalensi hipertensi dikawasan tersebut.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran gaya hidup

pada penderita hipertensi di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung

Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015. Penelitian ini dilakukan oleh

mahasiswi Program Studi Keperawatan UIN pada bulan Mei 2015 di

Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor dan

yang diteliti adalah para penduduk penderita hipertensi yang berdomisili di

wilayah tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode cross

sectional dengan pengambilan sampel secara total sampling. Penelitian ini

dilakukan pada satu waktu untuk mengetahui gambaran gaya hidup pada

penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin, riwayat keturunan,

kebiasaan merokok, frekuensi konsumsi makan asin, frekuensi konsumsi

makan berlemak, frekuensi konsumsi minuman berkafein, aktivitas fisik,

dan keadaan stres di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri

Kabupaten Bogor Tahun 2015.

Page 27: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan

angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Basha,

2004).

Menurut Joint National Commitee (JNC) VII tahun 2003, Hipertensi

adalah tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg dan

tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg atau

mengkonsumsi obat anti hipertensi (Guyton, 2007).

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi Sistolik

(mmHg)

Diastolik

(mmHg)

Normal 90 - 119 60 – 79

Prehipertensi 120 - 139 80 – 89

Hipertensi Tahap I 140 - 159 90 – 99

Hipertensi Tahap II 160 100

Isolated Systolic Hypertension 140 < 90

Sumber : JNC VII (2003)

Page 28: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

11

2. Penyebab Hipertensi

a. Hipertensi Primer (Essential Hypertension)

Hipertensi esensial, juga disebut hipertensi primer atau idiopatik,

adalah hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90% kasus

hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Kelainan hemodinamik utama

pada hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer. Penyebab

hipertensi esensial adalah mulitifaktor, terdiri dari faktor genetik dan

lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya

riwayat penyakit kardiovaskuler dari keluarga. Faktor predisposisi genetik

ini dapat berupa sensitivitas pada natrium, kepekaan terhadap stress,

peningkatan reaktivitas vaskular (terhadap vasokonstriktor), dan resistensi

insulin. Paling sedikit ada tiga faktor lingkungan yang dapat menyebabkan

hipertensi yakni, makan garam (natrium) berlebihan, stress psikis, dan

obesitas (Setiawati dan Bustami, 2005).

b. Hipertensi Sekunder (Secondary Hypertension)

Penyebab paling sering dari hipertensi sekunder adalah kelainan

dan keadaan dari sistem organ lain seperti ginjal (gagal ginjal kronik,

glomerulus nefritis akut), kelainan endokrin (tumor kelenjar adrenal,

sindroma cushing) serta bisa diakibatkan oleh penggunaan obat-obatan

(kortikosteroid dan hormonal) (Sustrani, 2006).

3. Cara Pengukuran Tekanan Darah

Menurut Sustrani (2006), ada beberapa hal yang harus diperhatikan

sebelum mengukur tekanan darah yaitu :

Page 29: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

12

a. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran

dilakukan.

b. Duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan

tangan sejajar dengan jantung (istirahat).

c. Pakailah baju lengan pendek.

d. Buang air kecil dulu sebelum diukur, karena kandung kemih yang penuh

dapat mempengaruhi hasil pengukuran.

Ukuran manset harus sesuai dengan lengan penderita yaitu paling

sedikit 80% lebar manset harus dapat menutupi lingkar lengan. Pasien di

ukur dalam posisi duduk atau berbaring dengan posisi lengan hampir

mendatar/setinggi jantung ke posisi hampir vertikal. Rabalah denyut nadi

radialis pada sisi lateral dan kembangkan karet sfigmomanometer secara

bertahap sampai tekanan sistolik 20 mmHg diatas titik dimana denyut nadi

radialis menghilang. Auskultasi pada arteri brakialis dan kempiskan karet

kurang lebih dua mmHg per detik, catat titik pertama pulsasi yang terdengar

(korotkoff 1) yang merupakan tekanan darah sistolik dan titik di mana bunyi

pulsasi menghilang (korotkoff 5) yaitu tekanan diastolik. Dilakukan setelah

pasien istirahat selama 5 menit, dilakukan 2 kali dengan jarak 5-10 menit.

Semua orang dewasa harus mengukur tekanan darahnya secara teratur

setidaknya setiap lima tahun sampai umur 80 tahun. Jika hasilnya berada

pada nilai batas normal, pengukuran perlu dilakukan setiap tiga sampai 12

bulan (Gray, 2005). Menurut Lany (2005), dalam pengukuran tekanan darah

sebaiknya tekanan darah diukur 2 atau 3 kali berturut-turut, dan pada

Page 30: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

13

detakan yang terdengar tegas pertama kali mulai dihitung. Jika hasilnya

berbeda maka nilai yang dipakai adalah nilai yang terendah.

4. Gejala Hipertensi

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak

memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah

diamati antara lain gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala, sering

gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga

berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata

berkunang-kunan dan mimisan (keluar darah dari hidung). Namun, menurut

Crea (2008), gejala hipertensi adalah sakit kepala bagian belakang dan kaku

kuduk, sulit tidur dan gelisah atau cemas dan kepala pusing, dada berdebar-

debar dan lemas, sesak nafas, berkeringat, dan pusing.

5. Patofisiologi Hipertensi

Patofisiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor yang saling

berhubungan terlibat dalam peningkatan tekanan darah pada pasien

hipertensi esensial. Namun, pada sejumlah kecil pasien penyakit ginjal atau

korteks adrenal (2% dan 5%) merupakan penyebab utama peningkatan

tekanan darah (hipertensi sekunder) namun selebihnya tidak terdapat

penyebab yang jelas pada pasien penderita hipertensi esensial. Beberapa

mekanisme fisiologi turut berperan aktif pada tekanan darah normal dan

yang terganggu. Hal ini mungkin berperan penting pada perkembangan

penyakit hipertensi esensial. Terdapat banyak faktor yang saling

berhubungan terlibat dalam peningkatan tekanan darah pada pasien

hipertensi (Crea, 2008).

Page 31: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

14

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di

toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,

yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,

dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut

bisa terjadi (Crea, 2008).

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.

Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah

menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

Page 32: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

15

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi (Crea, 2008).

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan

struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab

pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan

tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya

menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume

sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan

tahanan perifer (Rohaendi, 2008).

6. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbagai penyakit

diantaranya adalah stroke hemorragik, penyakit jantung hipertensi, penyakit

arteri koronaria anuerisma, gagal ginjal, dan ensefalopati hipertensi (Shanty,

2011).

1) Stroke

Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena

berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak

yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang

pula stroke disebut dengan CVA(cerebrovascular accident). Hipertensi

Page 33: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

16

menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah,

sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah

rentan pecah. Namun demikian, hemorrhagic stroke juga dapat terjadi pada

bukan penderita hipertensi. Pada kasus seperti ini biasanya pembuluh darah

pecah karena lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba karena

suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan atau faktor

emosional. Pecahnya pembuluh darah di suatu tempat di otak dapat

menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan

nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan

nutrisi dan akhirnya mati. Darah yang tersembur dari pembuluh darah yang

pecah tersebut juga dapat merusak sel-sel otak yang berada disekitarnya.

2) Penyakit Jantung

Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi

terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sebagai akibatnya terjadi

hipertropi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Kebutuhan

oksigen oleh miokardium akan meningkat akibat hipertrofi ventrikel, hal ini

mengakibat peningkatan beban kerja jantung yang pada akhirnya

menyebabkan angina dan infark miokardium. Disamping itu juga secara

sederhana dikatakan peningkatan tekanan darah mempercepat aterosklerosis

dan arteriosklerosis.

3) Penyakit Arteri Koronaria

Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit

arteri koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plak terbentuk pada

Page 34: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

17

percabangan arteri yang ke arah aterikoronaria kiri, arteri koronaria kanan

dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah kedistal dapat

mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan

olehakumulasi plak atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di

sekitar obstruksiarteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi

ke miokardium. Kegagalan sirkulasikolateral untuk menyediakan suplai

oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri

koronaria.

4) Aneurisme

Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada yang

terpisah sehingga memungkinkan darah masuk. pelebaran pembuluh darah

bisa timbul karena dinding pembuluh darah aorta terpisah atau disebut aorta

disekans. kejadian ini dapat menimbulkan penyakit aneurisma diamana

gejalanya adalah sakit kepala yang hebat, sakit di perut sampai ke pinggang

belakang dan di ginjal. aneurisme pada perut dan dada penyebab utamanya

pengerasan dinding pembuluh darah karena proses penuaan (aterosklerosis)

dan tekanan darah tinggi memicu timbulnya aneurisme.

7. Penatalaksanaan Hipertensi

a. Penatalaksanaan Farmakologi

1) Diuretik

Diuretik adalah obat antihipertensi yang efeknya membantu

ginjal meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air (Setiawati, 2005).

Meningkatkan ekskresi natrium pada ginjal akan mengurangi volume

Page 35: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

18

cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah (Sheps,

2005).

2) Penghambat Adrenergik

Menurut Sheps (2005), penghambat adrenergik merupakan

sekelompok obat yang terdiri dari alfa-bloker, beta-bloker, dan alfa-

beta-bloker (abetol). Penghambat adrenergik berguna untuk

menghambat pelepasan renin, angiotensin juga tidak akan aktif.

Angiotensin I tidak akan dibentuk dan angiotensin II juga tidak akan

berubah. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam

menaikkan tekanan darah (Setiawati, 2005).

3) Vasodilator

Vasodilator adalah obat-obat antihipertensi yang efeknya

memperlebar pembuluh sarah dan dapat menurunkan tekanan darah

secara langsung (Setiawati, 2005).

4) Penghambat Enzim Konversi Angiotensin

Penghambat enzim konversi angiotensin mengurangi

pembentukan angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan

sekresi aldosteron yang menyebabkan terjadinya eksresi natrium dan

air, serta retensi kalsium. Akibatnya terjadi penurunan tekanan darah

pada penderita hipertensi (Setiawati, 2005).

5) Antagonis Kalsium

Menurut Sheps (2005), cara bekerja antagonis kalsium hampir

sama dengan vasodilator. Antagonis kalsium adalah obat antihipertensi

yang memperlebar pembuluh darah.

Page 36: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

19

b. Penatalaksanaan Nonfarmakologi

1) Berhenti Merokok

Rokok dapat mempengaruhi kerja beberapa obat antihipertensi.

Dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat (Sheps,

2005).

2) Diet

Untuk mengendalikan hipertensi, kita harus membatasi asupan

natrium, mengurangi makanan berlemak, makan lebih banyak biji-

bijian, buah-buahan, sayuran dan produk susu rendah lemak dengan

begitu akan meningkatkan kesehatan kita secara menyeluruh dan

memberikan manfaat khusus bagi penderita tekanan darah tinggi

(Sheps, 2005).

3) Olahraga teratur

Olah raga teratur mampu menurunkan jumlah lemak serta

meningkatkan kekuatan otot terutama otot jantung. Berkurangnya

lemak dan volume tubuh, berarti mengurangi resiko hipertensi (Sheps,

2005).

4) Penanganan Stres

Hormon epinefrin dan kortisol yang dilepaskan saat stres

menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan menyempitkan

pembuluh darah dan meningkatkan denyut jantung. Besarnya

peningkatan tekanan darah tergantung pada beratnya stres, koping yang

adekuat dapat berpengaruh baik terhadap penurunan tekanan darah

(Sheps, 2005).

Page 37: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

20

B. Gaya Hidup

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan

dalam aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan

keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya

(Sakinah, 2002). Menurut Lisnawati (2006), gaya hidup sehat

menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya

memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan positif.

Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat

badan, tidak merokok atau minum-minuman beralkohol, berolahraga secara

teratur dan terampil dalam mengelola stres yang dialami.

Sejalan dengan pendapat Lisnawati, Notoatmojo (2005),

menyebutkan bahwa perilaku sehat (healthy behavior) adalah perilaku-

perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai gaya hidup

yang sehat diperlukan pertahanan yang baik dengan menghindari kelebihan

dan kekurangan yang menyebabkan ketidakseimbangan yang menurunkan

kekebalan dan semua yang mendatangkan penyakit. Hal ini juga didukung

oleh pendapat Maulana (2009) yang menyebutkan bahwa untuk

mendapatkan kesehatan yang prima jalan terbaik adalah dengan merubah

gaya hidup yang terlihat dari aktifitasnya dalam menjaga kesehatan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan gaya hidup adalah pola perilaku individu sehari-hari yang

diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya untuk mempertahankan

Page 38: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

21

hidup sedangkan gaya hidup sehat dapat disimpulkan sebagai serangkaian

pola perilaku atau kebiasaan hidup sehari-hari untuk memelihara dan

menghasilkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit serta

melindungi diri untuk sehat secara utuh. Gaya hidup dapat memicu

terjadinya hipertensi. Ini dikarenakan gaya hidup menggambarkan pola

prilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik,

mental dan sosial yang meliputi kebiasaan tidur, mengkonsumsi makanan

yang tidak sehat, merokok atau bahkan minum-minuman beralkohol

(Lisnawati, 2011).

“Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan

upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatannya.”(Becker, 1979 dalam Notoatmodjo, 2012). Notoatmodjo,

2005 (dalam Yanti 2008) mendefinisikan perilaku kesehatan (health

behavior) sebagai respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang

mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan,

minuman, dan pelayanan kesehatan.Perilaku kesehatan pada dasarnya

adalah respon seseorang (organisasi) terhadap stimulus yang berkaitan

dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta

lingkungan (Notoatmodjo, 1993 dalam Agustin, 2006).Berdasarkan uraian

di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku sehat adalah tindakan-tindakan

yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatannya.

Page 39: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

22

Sesungguhnya gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat

mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat, dapat

menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, misalnya; Makanan, aktifitas

fisik, stres, dan merokok (Puspitorini, 2009). Jenis makanan yang

menyebabkan hipertensi yaitu makanan yang siap saji yang mengandung

pengawet, kadar garam yang terlalu tinggi dalam makanan, kelebihan

konsumsi lemak (Susilo, 2011).

Untuk mengendalikan dan mencegah hipertensi, selain pola makan

sehat juga harus melakuan gaya hidup sehat, ini sangat penting karna gaya

hidup sehat akan membuat kita sehat keseluruhan dengan, melakukan

olahraga teratur, berhenti merokok juga berperan untuk mengurangi

hipertensi, dan mengendalikan pola kesehatan secara keseluruhan, termasuk

mengendalikan kadar kolestrol, diabetes, berat badan dan pemicu penyakit

lainnya (Susilo, 2011).

Gaya hidup masa kini menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi

ini memicu berbagai penyakit seperti penyakit kepala, sulit tidur, maag,

jantung dan hipertensi. Saat seseorang merasa tertekan, tubuhnya tubuhnya

melepaskan adrenalin dan kortison, sehingga menyebabkan tekanan

darahnya meningkat. Tubuh menjadi lebih siaga menghadapi bahaya. Bila

kondisi ini berlarut-larut, tekanan darahnya akan tetap tinggi. Gaya hidup

modern cendrung membuat berkurangnya aktivitas fisik (olahraga),

konsumsi alkohol tinggi, minum kopi dan merokok. Semua prilku tersebut

merupakan pemicu tekanan darah tinggi ( Sutomo, 2009).

Page 40: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

23

Perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan adalah mengatur pola

makan, olahraga secara teratur, dan menghindari konsumsi alkohol atau

rokok. Adapun beberapa jenis diet, yakni diet rendah garam, diet rendah

kolestrol dan lemak terbatas, diet tinggi serat, dan diet kalori. Diet yang

diterapakan bisa disesuikan dengan kondisi hipertensi. Dengan mengatur

makanan yang tepat, tekanan darah bisa turun dengan lebih cepat (sutomo,

2009).

Tekanan darah juga di pengaruhi oleh aktifitas fisik, gaya hidup yang

tidak aktif(kurang gerak) bisa memicu terjadinya hipertensi bagi orang-

orang memiliki kepekaan yang di turunkan. kurang aktivitas berpengaruh

terhadap kerja detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus

bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung

harus memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri

(Rohaendi, 2008)

a. Kebiasaan Merokok

Hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok

yang dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin

dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah

(Dalimartha et al., 2008). Menurut Sitorus (2005), yang menyatakan

bahwa merokok sebatang setiap hari meningkatkan tekanan darah sistolik

10-25 mmHg serta menambah detak jantung 5-20 kali/menit. Sitepu

(2012), menyatakan bahwa orang yang mempunyai kebiasaan merokok

memiliki resiko 5,320 kali lebih besar untuk terjadiya hipertensi.

Page 41: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

24

Risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang

dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali

lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat

kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui

rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel

pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan

hipertensi (Marliani, 2007).

Senyawa kimia yang terkandung dalam satu batang rokok sangat

berbahaya, terutama nikotin dan karbon monoksida. Zat kimia tersebut

dihisap dan kemudian masuk ke dalam aliran darah. Zat beracun tersebut

dapat merusak pembuluh darah yang akan menyebabkan aterosklerosis

yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang akan menyebabkan

tekanan dalam dinding arteri meningkat. Jika merokok dimulai usia muda,

berisiko mendapat serangan jantung menjadi dua kali lebih sering

dibanding tidak merokok. Serangan sering terjadi sebelum usia 50 tahun

(Depkes, 2008).

Bahaya efek langsung dari merokok yaitu hubungan langsung

dengan aktifitas berlebih saraf simpatik, yang meningkatkan kebutuhan

oksigen pada miokardial yang kemudian diteruskan dengan peningkatan

pada tekanan darah, denyut jantung, dan kontraksi miokardinal (Kaplan,

2011).

b.Frekuensi Konsumsi Makan Asin

Garam (NaCl) diyakini berkontribusi dalam meningkatkan tekanan

darah pada dinding arteri. Hal ini dibuktikan melalui sejumlah penelitian

Page 42: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

25

eksperimental dengan model simpanse, yang secara genetik mendekati

manusia. NaCl disuntikkan ke dalam makanan mereka selama 20 bulan.

Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa asupan NaCl meningkatkan

tekanan darah simpanse tersebut. Tekanan darah akan meningkat tajam,

pada asupan NaCl yang berlebih, dan pada studi asupan NaCl tertinggi,

dilaporkan bahwa tekanan sistolik dan diastolik akan meningkat 33 dan 10

mmHg, sedangkan pada manusia, dampak asupan NaCl pada tekanan

darah akan meningkatkan resiko hipertensi bersamaan dengan faktor lain

seperti usia atau riwayat keluarga (Kothchen et al., 2006).

Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur dalam

jumlah normal dapat membantu tubuh mempertahankan keseimbangan

cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Namun natrium dalam jumlah

yang berlebih dapat menahan air (retensi), sehingga meningkatkan volume

darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya

dan tekanan darah menjadi naik (Sustrani, 2006). Hasil penelitian

Sugiharto (2007), yang membuktikan bahwa ada hubungan antara

konsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi dan meyatakan bahwa

seseorang yang terbiasa mengkonsumsi makanan asin akan berisiko 3,95

kali dibandingkan orang yang tidak terbiasa konsumsi makanan asin.

c. Frekuensi Konsumsi Makan Berlemak

Beberapa fakta dalam studi epidemiologi menunjukkan bahwa

terdapat hubungan bermakna antara tingginya asupan lemak jenuh dengan

tekanan darah, dan pada beberapa populasi dengan tekanan darah dibawah

rata-rata mengkonsumsi lemak total dan asam lemak jenuh rendah

Page 43: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

26

(Kotchen et al., 2006). Selain itu, konsumsi lemak jenuh meningkatkan

resiko kenaikan berat badan yang merupakan faktor resiko hipertensi.

Asupan lemak jenuh yang kemudian menyebabkan hipertensi (Irza, 2009).

Keberadaan lemak jenuh yang berlebih dalam tubuh akan menyebabkan

penumpukan dan pembentuk plak di pembuluh darah sehingga pembuluh

darah menjadi semakin sempit dan elastisnya berkurang (Almatsier, 2003).

d. Frekuensi Konsumsi Minuman Berkafein

Konsumsi kopi yang berlebihan dalam jangka yang panjang dan

jumlah yang banyak diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit

Hipertensi atau penyakit Kardiovaskuler. Beberapa penelitian menunjukan

bahwa orang yang mengkonsumsi kafein (kopi) secara teratur sepanjang

hari mempunyai tekanan darah rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan

didalam 2-3 gelas kopi (200-250 mg) terbukti meningkatkan tekanan

sistolik sebesar 3-14 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 4-13 mmHg

pada orang yang tidak mempunyai hipertensi (Crea, 2008).

Mengkonsumsi kafein secara teratur sepanjang hari mempunyai

tekanan darah rata-rata lebih tinggi di bandingkan dengan kalau mereka

tidak mengkonsumsi sama sekali. Kebiasaan mengkonsumsi kopi dapat

meningkatkan kadar kolesterol darah dan meningkatkan risiko terkena

penyakit jantung (Sustrani, 2006).

e. Aktivitas Fisik

Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan

lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika

beristirahat (Armilawati, 2007). Hasil penelitian Dalimartha, dkk (2005),

Page 44: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

27

yang menyatakan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan

kejadian hipertensi, dan individu yang kurang aktif mempunyai resiko

menderita hipertensi sebesar 30-50%. Penelitian dari Farmingharm Study

menyatakan bahwa aktivitas fisik sedang dan berat dapat mencegah

kejadian stroke. Selain itu, dua meta-analisis yang telah dilakukan juga

menyebutkan hal yang sama. Hasil analisis pertama menyebutkan bahwa

berjalan kaki dapat menurunkan tekanan darah pada orang dewasa sekitar

2% (Kelley 2001).

Menurut Depkes (2006), seseorang yang dikatakan olahraga

apabila melakukan olahraga selama >30 menit dan 3-4 kali/minggu. Indeks

aktivitas fisik responden pada waktu melakukan pekerjaan, olahraga dan

pada waktu luang. Kuesioner Aktivitas fisik ini terdiri dari 14 pertanyaan

dan setiap pertanyaan memiliki penilaian yang berbeda-beda, berikut

rincian pertanyaan kuesioner :

- No.1 dengan pilihan jawaban ya/ tidak

- No.2 dan 5 dengan pilihan jawaban Intensitas rendah/sedang/tinggi

- No.3 dan 6 dengan pilihan jawaban < 1 jam/ 1-2 jam/ 3-4 jam/ > 4 jam/

2-3 jam

- No.4 dan 7 dengan pilihan jawaban < 1 bulan/ 1-3 bulan/ 4-6 bulan/ 7-9

bulan/ > 9 bulan

- No.8 dengan pilihan jawaban Jauh lebih sedikit/ Lebih sedikit/ sama/

Lebih banyak/ Jauh lebih banyak

- No.9-14 dengan pilihan jawaban Tidak pernah/ Jarang/ Kadang-kadang/

Sering/ Sangat sering

Page 45: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

28

Berikut tabel skor perhitungan kuesioner aktivitas fisik:

Tabel 2.2 Skor Perhitungan Kuesioner

Pilihan Jawaban Skor

Intensitas Rendah 0,76

Intensitas Sedang 1,26

Intensitas Tinggi 1,76

< 1 jam 0

1-2 jam 1,5

2-3 jam 2,5

3-4 jam 3,5

>4 jam 4,5

< 1 bulan 0,04

1-3 bulan 0,17

4-6 bulan 0,42

7-9 bulan 0,67

>9 bulan 0,92

Pertanyaan nomor delapan sampai 14 memiliki skor 1 sampai 5.

Skor tersebut kemudian digolongkan sesuai dengan skala Likert

menjadi lima golongan yang kemudian dikelompokkan kembali

menjadi sebagai berikut :

Tabel 2.3 Pengelompokan Hasil Pengukuran Indeks Aktivitas Fisik

Status AktivitasFisik

(Skala Likert)

Skor IndeksAktivitas Fisik Saat

Berolahraga

Skor IndeksAktivitas Fisik Saat

Waktu Luang

PengelompokanHasil

PengukuranSangat Aktif 4,5 5 Aktif

Aktif 3,5 4 Aktif

Cukup Aktif 2,5 3 Aktif

Kurang Aktif 1,5 2 Tidak Aktif

Sangat Kurang Aktif 0,5 1 Tidak Aktif

(Baecke et al., 1982).

Page 46: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

29

Pada saat melakukan intensitas latihan, tekanan darah yang

meninggi adalah sistolik, sedangkan diastolik tidak tergantung intensitas

latihan. Apabila latihan terus dilanjutkan, maka secara bertahap tekanan

darah sistolik akan turun sebagai reaksi dari peningkatan dilatasi arteriola

di dalam otot yang aktif saat latihan. Olahraga yang dilakukan secara

teratur, menyebabkan jantung akan bekerja lebih efisien, denyut jantung

berkurang dan menurunkan tekanan darah (Tremblay, 2006 dalam Respati,

2007).

f. Keadaan Stres

Suheni (2007), yang menyatakan bahwa responden yang

mengalami stres memiliki resiko terkena hipertensi sebesar 9,333 kali

lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki stres.

Dalam Cahyono (2008), stres adalah respon fisiologik, psikologis, dan

perilaku seseorang individu dalam menghadapi penyesuaian diri terhadap

tekanan yang bersifat internal maupun eksternal. Menurut Hawari (2001),

stress adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap

tuntutan beban atasnya (stresor psikososial) yang berdampak pada sistem

kardiovaskuler. Stresor Psikososial itu sendiri terdiri dari: perkawinan,

orangtua, antar pribadi, pekerjaan, lingkungan, keuangan, hukum,

perkembangan, penyakit fisik, faktor keluarga, dan trauma.

Stress dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengatur

fungsi saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan denyut jantung,

menyempitkan pembuluh darah, dan meningkatkan retensi air dan garam

(Syaifuddin, 2006).

Page 47: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

30

Menurut Depkes RI (2006) dan Sutanto (2010), stres atau

ketegangan jiwa (rasa murung, tertekan, marah, dendam, takut dan

bersalah). Ketika otak menerima sinyal bahwa seseorang sedang stres,

perintah untuk meningkatkan sistem simpatetik berjalan dan

mengakibatkan hormon stres dan adrenalin meningkat. Liver melepaskan

gula dan lemak dalam darah untuk menambah bahan bakar. Nafas menjadi

lebih cepat sehingga jumlah oksigen bertambah. Sehingga menyebabkan

kerja jantung menjadi semakin cepat sehingga meningkatkan tekanan

darah.

Sutanto (2010), menjelaskan bahwa pelepasan hormon adrenalin

oleh anak ginjal sebagai akibat stres berat akan menyebabkan naiknya

tekanan darah dan meningkatkan kekentalan darah yang membuat darah

mudah membeku atau menggumpal. Adrenalin juga dapat mempercepat

denyut jantung, menyebabkan gangguan irama jantung dan mempersempit

pembuluh darah koroner.

Page 48: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

31

C. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Lisnawati (2011), Puspitorini (2009), Shanty (2011), Sheps (2005),

Sutanto (2009)

Hipertensi

Gaya Hidup: Kebiasaan Merokok,Perilaku Konsumsi Makanan Asin,

Perilaku Konsumsi MakananBerlemak, Perilaku Konsumsi

Minuman Berkafein, Aktivitas Fisik,dan Keadaan Stres [Lisnawati

(2011), Puspitorini (2009)]

Penatalaksanaan:1. Farmakologi

- Diuretik- Penghambat Adrenergik- Vasodilator- Antagonis Kalsium

2. Nonfarmakologi- Berhenti Merokok- Diet- Olahraga teratur- Penanganan Stres

(Sheps, 2005).

Komplikasi: stroke hemorragik,penyakit jantung hipertensi,penyakit arteri koronariaanuerisma, gagal ginjal, danensefalopati hipertensi (Shanty,2011).

Gejala Klinis: gejala ringan sepertipusing atau sakit kepala, seringgelisah, wajah merah, tengkuk terasapegal, mudah marah, telingaberdengung, sukar tidur, sesaknapas, rasa berat ditengkuk, mudahlelah, mata berkunang-kunan danmimisan (keluar darah dari hidung)(Sutanto, 2009).

Page 49: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

32

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Gaya Hidup Penderita Hipertensi:

- Kebiasaan Merokok

- Perilaku Konsumsi Makanan Asin

- Perilaku Konsumsi Makanan Berlemak

- Perilaku Konsumsi Minuman Berkafein

- Aktivitas Fisik

- Keadaan Stres

Berdasarkan bagan diatas, peneliti hanya ingin mengetahui variabel

gaya hidup pada penderita hipertensi berdasarkan data demografi (nama

responden, usia responden, jenis kelamin responden, dan hasil ukur tekanan

darah responden, dan riwayat keturunan), kebiasaan merokok, perilaku konsumsi

makanan asin, perilaku konsumsi makanan berlemak, perilaku konsumsi

minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan stres. Faktor usia tidak

dimasukan karena sudah ditentukan dalam karasteristik sampel yaitu responden

yang berusia 26-45 tahun karasteristik ini mengikuti kriteria usia Depkes RI

(2009).

Page 50: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

33

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Page 51: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

34

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain

deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang didalamnya tidak

ada analisis hubungan antara variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat,

bersifat umum yang membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak,

siapa dan analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif (Morton, 2008).

Penelitian deskriptif ini didasarkan pada tujuan penelitian, yaitu untuk

mengetahui gambaran gaya hidup penderita hipertensi usia dewasa di

Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun

2015.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Ciangsana

Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015.

2. Waktu Penelitian

Dilaksanakan pada bulan Juni-Desember 2015.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Page 52: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

35

Populasi adalah keseluruhan dari unit didalam pengamatan yang

akan dilakukan (Sabri, 2008). Populasi studi dalam penelitian ini adalah

penderita hipertensi yang terdata di Puskesmas Ciangsana yang berusia 26-

45 tahun yaitu berjumlah 40 orang. Karakteristik usia sampel yakni 26-45

tahun, karakteristik usia ini mengikuti data yang didapat dari puskesmas

dan data kependudukan dari kelurahan setempat.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/karakteristiknya

diukur dan yang nantinya dipakai untuk menduga karakteristik dari

populasi (Sabri, 2008). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel

dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan

mengambil total sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah

populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel

penelitian semuanya.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Instrumen penelitian yang

digunakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Alat Spyghmomanometer aneroid dan stetoskop, digunakan untuk

pengukuran penyakit hipertensi atau penentuan nilai tekanan darah (sistole

dan diastole).

2. Kuesioner, isi dari kuesioner yang dibuat yaitu:

Page 53: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

36

a. Data Demografi (nama responden, usia responden, jenis kelamin

responden, dan hasil ukur tekanan darah responden)

b. Berisi sejumlah pertanyaan mengenai, usia, jenis kelamin, riwayat

keturunan, kebiasaan merokok, perilaku konsumsi makanan asin,

perilaku konsumsi berlemak, perilaku konsumsi minuman berkafein,

aktivitas fisik, dan keadaan stres.

Tabel. 4.1 Penjelasan Isi Kuesioner

Variabel Jumlahpertanyaan

NomorPertanyaan

Riwayat Keturunan 1 1

Kebiasaan Merokok 1 2

Kebiasaan Makanan dan Minuman 3 2-5

Aktivitas Fisik 14 1-14

Keadaan Stres 20 1-20

E. Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer, yakni hasil pengisian kuesioner oleh responden mengenai

jenis kelamin, riwayat keturunan, perilaku konsumsi makanan asin,

perilaku konsumsi berlemak, perilaku konsumsi minuman berkafein,

aktivitas fisik, dan keadaan stres.

2. Data Sekunder, yakni data wilayah, penduduk RT/RW dan posyandu

Tahun 2013, laporan bulanan penduduk Desa Ciangsana bulan Oktober

2014 dari Kelurahan Ciangsana dan Arsip Puskesmas Ciangsana berupa

Laporan Jenis penyakit berdasarkan jumlah kasus.

F. Uji Validitas dan Reabilitas

Page 54: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

37

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari

instrumen yang dgunakan dalam pengumpulan data yang diperoleh dengan

cara mengkorelasi setiap skor variable jawaban dibandingkan dengan total

skor masing-masing variable, kemudian hasil korelasi dibandingkan

dengan nilai mutlak pada taraf signifikan 0,05 dan 0,01 (Arikunto, 2010).

Studi pilot merupakan pengumpulan data diawali dengan uji coba

instrumen penelitian pada sekelompok masyarakat yang merupakan bagian

dari populasi yang bukan sampel. Jumlah responden yang digunakan yaitu

30 responden (Sugiyono, 2013). Instrumen pada penelitian ini terdiri dari

dua macam skala pengukuran yaitu skala Gutmann dan skala Likert.

Pengukuran uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan dengan cara

berbeda (Hidayat, 2008). Uji validitas dengan menggunakan rumus

Korelasi Point Biserial diaplikasikan untuk menguji valid sebuah hasil uji

coba tes (instrumen) hasil belajar dalam hal ini soal pilihan ganda. Dalam

bentuk jawaban benar = 1, dan salah = 0.Uji validitas dengan rumus

Korelasi Point Biserial, secara umum (Sugiyono, 2013):

Page 55: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

38

Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner skala Gutman, nilai r pbis > r

tabel pada 12 pertanyaan didapatkan 10 pertanyaan yang dinyatakan valid

dan didapatkan 2 pertanyan yang dinyatakan tidak valid. Pernyataan yang

tidak valid yaitu “apakah anda merasa tegang, cemas, atau kuatir” dengan

nilai 0,4324 dan “apakah anda mengalami rasa tidak enak diperut” dengan

nilai 0,1695 dipertahankan karena kuesioner ini merupakan kuesionaer

baku.

Uji validitas untuk skala likert menggunakan pearson product moment,

rumus tersebut digunakan untuk jenis data ordinal atau yang mempunyai

rentang. Seluruh item yang mencapai koefisien korelasi rxy ≥0,30

dianggap sebagai item yang valid (Sugiyono, 2013). Rumus yang

digunakan yaitu:

keterangan :

rhitung = Koefisien korelasi

Xi = Jumlah skor item

Yi = Jumlah skor total (seluruh item)

n = jumlah responden

Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner skala Likert dengan

pengukuran menggunakan point product moment dari 12 pernyataan

delapan dikatakan valid dan empat dikatakan tidak valid karena

Page 56: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

39

mempunyai nilai korelasi < 0,3. Pernyataan yang tidak valid yaitu “saat

waktu luang saya berolahraga” dengan nilai 0,095, “saat waktu luang saya

berkeringat” dengan nilai 0,247, “saat waktu luang saya menonton tv”

dengan nilai 0,261, dan “saat waktu luang saya berjalan” dengan nilai

0,154 dipertahankan karena kuesioner ini merupakan kuesionaer baku.

Uji coba instrumen dilakukan pada bulan April 2015. Uji coba

dilakukan terhadap 30 masyarakat di daerah Puskesmas Ciangsana yang

mempunyai karakteristik demografi yang hampir sama dengan wilayah

Puskesmas Ciangsana, dengan kriteria bahwa responden tersebut adalah

masyarakat dewasa yang tinggal di daerah Puskesmas Ciangsana yang

menderita hipertensi.

2. Uji Reabilitas

Reabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran ini tetap konsisten bila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan

menggunakan alat ukur yang sama (Arikunto, 2010). Penelitian ini

menggunakan formula Kuder Richardson 20 (KR 20) untuk menguji

reliabilitas instrumen dengan skala Gutmann. Adapun rumus sebagai

berikut:

Page 57: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

40

Uji reliabilitas yang digunakan pada instrumen ini untuk skala Likert

yaitu rumus aplha coronbach. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut

(Sugiyono, 2013):

Keterangan:

Nilai acuan untuk uji reliabilitas KR20 maupun alpha coronbach yaitu,

jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna, jika alpha antara 0,70 – 0,90

maka reliabilitas tingg, jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas

moderat, dan jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan hasil KR20 > 0,6 yaitu

0,7997 hasil tersebut menandakan instrumen pada penelitian ini memiliki

nilai reliabel yang tinggi sedangkan pada pengukuran dengan

menggunakan aplha cronbach, didapatkan nilai alpha > 0,6, yaitu 0,688,

instrumen pada penelitian ini dikatakan reliable.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau

data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan

menggunakan rumusan tertentu sehingga menghasilkan informasi yang

Page 58: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

41

diperlukan (Setiadi,2007). Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh

peneliti dalam pengolahan data dibagi menjadi enam tahap, yaitu

1. Editing data (pemeriksaan data)

Tahap ini yaitu data yang diperoleh berupa daftar pertanyaan, pada

kegiatan ini peneliti memeriksa data dengan cara mengumpulkan atau

menjumlahkan dan melakukan koreksi pada hasil kuesioner (Budiarto,

2008). Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memeriksa kembali

kuesioner dengan maksud mengecek, apakah semua kuesioner telah diisi

sesuai dengan petunjuk sebelumnya (Mardalis, 2008).

2. Coding data (pemberian kode)

Mengklasifikasi jawaban dari responden kedalam kategori,

biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode

berbentuk angka pada masing–masing jawaban (Budiarto, 2008). Kode

yang digunakan untuk penilaian gaya hidup yaitu “(1) untuk gaya hidup

tidak sehat dan (2) untuk gaya hidup sehat” (Notoatmodjo, 2005). Kode

yang digunakan untuk penilaian perilaku konsumsi makanan asin,

berlemak dan minuman berkafein yaitu “(1) untuk Lebih dari 1 kali sehari,

(2) untuk 1 kali sehari, (3) untuk 3-6 kali seminggu, (4) untuk 1-2 kali

seminggu, (5) untuk kurang 1 kali seminggu, dan (6) untuk tidak pernah”

(Aisyiyah, 2009). Kode yang digunakan untuk penilaian aktivitas fisik

yaitu “(1) untuk tidak aktif dan (2) untuk Aktif“ (Baecke, 1982). Kode

yang digunakan untuk penilaian keadaan stres yaitu “ (1) untuk stres dan

(2) untuk tidak stres” (Depkes, 2008).

Page 59: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

42

3. Sortir data

Mensortir adalah dengan memilih atau mengelompokkan data

menurut jenis yang dikehendaki.

4. Entry data

Pada tahap ini jawaban–jawaban yang sudah diberi kode kategori

kemudian dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi

data.

5. Cleaning

Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengecekan kembali data yang

sudah dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan data telah bersih

dari kesalahan sehingga data siap dianalisis (Hidayat, 2008).

H. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis jenis variabel yang dinyatakan

dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam

bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Data dari setiap responden akan

dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisis data yang diperoleh

dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan software statistik

(Dahlan, 2010).

I. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan

Page 60: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

43

(Hidayat, 2007). Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain

sebagai berikut:

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari

Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian,

dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika subjek tidak bersedia maka

peneliti harus menghormati hak pasien.

2. Anonimity (Tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti. Peneliti akan manjamin kerahasiaan identitas responden,

dimana data-data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan

penelitian dan apabila telah selesai maka data tersebut akan dimusnahkan.

Page 61: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

44

Beberapa prinsip etik menurut Polit (2006), yaitu:

1. Self Determination, yaitu responden diberi kebebasan untuk

menentukan apakah bersedia atau tidak mengikuti kegiatan penelitian

dengan sukarela, setelah semua informasi yang berkaitan dengan

penelitian dijelaskan dengan menandatangani informed consent yang

telah disediakan.

2. Protection from discomfort, kenyamanan responden selama penelitian

dijamin. Peneliti menekankan apabila responden merasa tidak aman

atau nyaman selama mengikuti kegiatan penelitian sehingga

menimbulkan masalah baik fisik maupun psikologis, maka peneliti

mempersiapkan responden untuk menghentikan partisipasinya.

Page 62: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

45

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian

gambaran gaya hidup pada pasien hipertensi di Puskesmas Ciangsana

Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan

dengan menyebarkan kuesioner secara total sampling kepada setiap

pengunjung yang berobat di puskesmas dan melakukan kunjungan rumah

kepada pasien yang telah terdiagnosis hipertensi dan masuk kedalam

kategori usia dewasa yaitu laki-laki atau perempuan yang berusia 25-45

tahun.

A. Gambaran Tempat Penelitian

1. Gambaran Umum

Puskesmas Ciangsana beralamat di Kp. Cikeas Hilit Nrt 5/3 Desa

Ciangsana Kec. Gunung Putri dan berdiri tahun 1984. Puskesmas

Ciangsana merupakan satu-satunya puskesmas yang ada di wilayah

Kelurahan Ciangsana, letak berbatasan dengan :

a. Sebelah utara : Perbatasan desa Bojong Kulur

b. Sebelah Selatan : Berbatasan Desa Nagrak

c. Sebelah Barat : Berbatasan Kel. Jatirangga/ Kali Cikeas

d. Sebelah Timur : Berbatasan Desa Limusnunggal/ Kali Cileungsi

1. Program Puskesmas

Page 63: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

46

Puskesmas Ciangsana memiliki beberapa program Kesehatan

dasar, pengembangan wajib, dan pengembangan pilihan.

1) Pengembangan kesehatan dasar meliputi:

a. Promosi kesehatan

b. Kesehatan Lingkungan

c. Kesehatan ibu dan anak

d. Perbaikan gizi

e. Pengobatan

2) Pengembangan wajib meliputi:

a. Usaha Kesehatan Sekolah

b. Lansia

3) Pengembangan pilihan meliputi:

a. Laboratorium

Untuk program puskesmas yang fokus pada penyakit hipertensi

lebih di titik beratkan pada program kuratifnya karena lebih

terprogram. Setiap satu bulan sekali atau setidaknya jika obat

antihipertensinya sudah habis, pasien hipertensi diwajibkan untuk

kontrol ke puskesmas. Sementara untuk promotif dan preventif sudah

berjalan namun kurang digalakkan. Program promotif dan preventif

dilakukan oleh para kader saat Posbindu dengan cara penyuluhan

kesehatan. Peserta penyuluhan tidak hanya peserta posbindu namun

diberikan pula kepada para remaja. Selain itu menurut pengamatan

penulis, setiap pasien yang berobat ke puskesmas selalu dilakukan

pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan pengobatan, walaupun

Page 64: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

47

pasien tersebut tidak berobat untuk hipertensi. Dari pemeriksaan awal

tersebut akan didapatkan tekanan darah pasien sehingga jika pasien

pada saat itu memiliki tekanan darahnya tinggi dapat pula diberikan

informasi agar pasien tersebut tidak terkena hipertensi.

B. Karakteristik Responden

1. Umur Responden

Karakteristik umur responden mengikuti kategori umur Depkes

RI Tahun 2009. Responden dalam penelitian ini merupakan pasien

hipertensi yang datang berobat di Puskesmas Ciangsana, Kecamatan

Gunung Putri Kabupaten Bogor. Jumlah responden adalah sebanyak

40 orang. Sebagian kecil responden dalam rentang dewasa awal yang

memiliki umur 26-35 tahun, yaitu 7 orang (17,5 %), sedangkan yang

paling banyak adalah responden yang berumur 36-45 tahun, yaitu 33

orang (82,5 %). Responden dengan umur termuda yaitu 26 tahun dan

responden dengan umur tertua yaitu 45 tahun.

Berikut ini distribusi responden berdasarkan umur dalam tabel

berikut ini :

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Umur

(Tahun)

Frekuensi Presentase

(%)

Dewasa Awal (26-35) 7 17,5

Dewasa Akhir (36-45) 33 82,5

Jumlah 40 100

2. Jenis Kelamin Responden

Page 65: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

48

Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan jenis kelamin

responden :

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

(%)

Laki-laki 16 40,0

Perempuan 24 60,0

Total 40 100

Data di atas menunjukkan sebagian besar responden mempunyai jenis

kelamin perempuan, yaitu sebanyak 24 responden (60,0 %). Sedangkan

laki-laki sebanyak 16 responden (40,0%) .

3. Riwayat Keturunan Hipertensi dalam Keluarga

Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan riwayat hipertensi

yang ada dalam keluarga responden :

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat

Keturunan Hipertensi dalam Keluarga

Keturunan Hipertensi Frekuensi Presentase

(%)

Ya 23 57,5

Tidak 17 42,5

Total 40 100

Data di atas menunjukkan sebagian besar responden mempunyai riwayat

keturunan hipertensi dalam keluarganya, yaitu sebanyak 23 responden

(57,5 %). Sedangkan 17 responden (42,5 %) tidak memiliki riwayat

keturunan hipertensi dalam keluarganya.

Page 66: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

49

4. Gaya Hidup

Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan gaya hidup:

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gaya Hidup

Gaya Hidup Frekuensi Presentase

(%)

Gaya hidup tidak

sehat

40 100

Gaya hidup sehat 0 0

Total 40 100

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa seluruh responden

mempunyai gaya hidup tidak sehat, yaitu sebanyak 40 responden (100%).

5. Kebiasaan Merokok

Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan kebiasaan

merokok:

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan

Merokok

Kebiasaan Merokok Frekuensi Presentase

(%)

Merokok 17 42,5

Tidak Merokok 23 57,5

Total 40 100

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian kecil responden yang

mempunyai kebiasaan merokok, yaitu sebanyak 17 responden (42,5%).

Sedangkan 23 responden (57,5%) tidak memiliki kebiasaan merokok.

6. Frekuensi Kebiasaan Makan Asin

Page 67: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

50

Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan kebiasaan makan

asin:

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan

Makan Asin

Kebiasaan Makan Asin Frekuensi Presentase

(%)

Lebih dari 1 kali sehari 16 40,0

1 kali sehari 14 35,0

3-6 kali seminggu 6 15,0

1-2 kali seminggu 4 10,0

Total 40 100

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

yang mempunyai kebiasaan makan asin lebih dari satu kali sehari, yaitu

sebanyak 16 responden (40,0%). Sedangkan responden yang memiliki

kebiasaan makan asin 1-2 kali seminggu sebanyak 4 responden (10,0%).

7. Frekuensi Kebiasaan Makan Berlemak

Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan kebiasaan makan

asin:

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan

Makan Berlemak

Kebiasaan Makan

Berlemak

Frekuensi Presentase

(%)

Lebih dari 1 kali sehari 11 27,5

1 kali sehari 12 30,0

3-6 kali seminggu 12 30,0

1-2 kali seminggu 5 12,5

Total 40 100

Page 68: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

51

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

yang mempunyai kebiasaan makan berlemak satu kali sehari dan 3-6 kali

seminggu, yaitu sebanyak 12 responden (30,0%). Sedangkan responden

yang memiliki kebiasaan makan berlemak 1-2 kali seminggu sebanyak 5

responden (12,5%).

8. Frekuensi Minuman Berkafein

Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan kebiasaan

minuman berkafein:

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan

Minuman Berkafein

Kebiasaan Minuman

Berkafein

Frekuensi Presentase

(%)

Lebih dari 1 kali sehari 12 30,0

1 kali sehari 14 35,0

3-6 kali seminggu 8 20,0

1-2 kali seminggu 4 10,0

Tidak Pernah 2 5,0

Total 40 100

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

yang mempunyai kebiasaan minuman berkafein satu kali sehari, yaitu

sebanyak 14 responden (35,0%). Sedangkan responden yang tidak pernah

memiliki kebiasaan minuman berkafein sebanyak 2 responden (5,0%).

Page 69: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

52

9. Aktivitas Fisik

Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan status aktivitas

fisik dan status aktivitas waktu luang, yaitu sebagai berikut:

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status

Aktivitas fisik

Aktivitas Fisik Frekuensi Presentase

(%)

Aktif 4 10,0

Tidak Aktif 36 90,0

Total 40 100

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak

mempunyai kebiasaan aktivitas fisik, yaitu sebanyak 36 responden

(90,0%). Sedangkan responden yang memiliki kebiasaan aktivitas fisik

sebanyak 4 responden (10,0%).

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status

Aktivitas Waktu Luang

Aktivitas Fisik Frekuensi Presentase

(%)

Aktif 5 12,5

Tidak Aktif 35 87,5

Total 40 100

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

yang tidak mempunyai kebiasaan aktivitas waktu luang, yaitu sebanyak

35 responden (87,5%). Sedangkan responden yang memiliki kebiasaan

aktivitas waktu luang sebanyak 5 responden (12,5%).

Page 70: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

53

10. Keadaan Stres

Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan keadaan stres:

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keadaaan

Stres

Keadaan Stres Frekuensi Presentase

(%)

Stres 23 57,5

Tidak Stres 17 42,5

Total 40 100

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

yang mengalami keadaan stres yaitu sebanyak 23 responden (57,5%).

Sedangkan responden yang tidak mengalami keadaan stres sebanyak 17

responden (42,5%).

Page 71: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

54

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan pembahasan yang meliputi interpretasi dari hasil

penelitian, keterbatasan penelitian dan selanjutnya akan dibahas tentang

bagaimana implikasi dari hasil penelitian yang akan dibandingkan dua hal

pokok yaitu antara lain kerangka teori dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan mengenai gambaran gaya hidup pada pasien hipertensi berdasarkan

jenis kelamin, riwayat keturunan, kebiasaan merokok, frekuensi konsumsi

makan asin, frekuensi konsumsi makan berlemak, frekuensi konsumsi

minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan stres di Puskesmas

Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.

A. Karakteristik Responden

1. Umur Responden

Pada penelitian gambaran gaya hidup pada pasien hipertensi di

Puskesmas Ciangsana diperoleh sebanyak 40 responden yang sesuai

dengan sampel yang direncanakan. 40 responden yang diteliti adalah

responden dengan umur di antara 26-45 tahun yang merupakan

termasuk usia dewasa dalam kategori usia menurut Depkes RI (2009).

Hal ini didukung oleh data yang didapatkan dari Riskesdas (Riset

Kesehatan Dasar) tahun 2007, prevalensi hipertensi pada usia dewasa di

Indonesia sebesar 31,7% dan data dari Depkes (Departemen Kesehatan)

tahun 2006 yang menyatakan, bahwa meningkatnya kejadian hipertensi

Page 72: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

55

cenderung terjadi pada orang dengan usia diatas 18 tahun. Berdasarkan

hasil studi pendahuluan ditemukan bahwa kategori usia dewasa dengan

responden terbanyak yaitu rentang 26-45 tahun, sehingga penelitian ini

mengambil sampel dengan rentang usia tersebut. Hal tersebut didukung

oleh pernyataan Pritasari (2006), yang menyatakan bahwa pada usia

produktif umumnya seseorang kurang memiliki motivasi untuk

memperhatikan pola makan dan kesehatannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penderita hipertensi usia

dewasa disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Hal ini didukung

oleh pernyataan Nisa (2012), Gaya hidup merupakan faktor risiko

penting timbulnya hipertensi pada seseorang termasuk usia dewasa

muda (21-40 tahun). Meningkatnya hipertensi dipengaruhi oleh gaya

hidup yang tidak sehat. Hal-hal yang termasuk gaya hidup tidak sehat,

antara lain merokok, kurang olahraga, mengonsumsi makanan yang

kurang bergizi, dan stres.

Ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi menurut

peringkatan usia dan biasanya pada usia >40 tahun. pada pasien umur

20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) (Sharma, 2008).

Resiko hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya umur, hal ini

disebabkan oleh adanya perubahan struktur pada pembuluh darah besar

sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah

menjadi lebih kaku. Sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah

sistolik (Muhammadun, 2010).

Page 73: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

56

2. Jenis Kelamin

Pada penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden

mempunyai jenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 24 responden

(60,0 %). Sedangkan laki-laki sebanyak 16 responden (40,0%). Hasil

analisis gambaran antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi dapat

diketahui bahwa presentase kejadian hipertensi di subjek penelitian lebih

banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Hasil dari penelitian

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan menggunakan data

Riskesdas tahun 2007, prevalensi hipertensi pada perempuan lebih besar

dibandingkan dengan laki-laki yaitu 50,3% dan 49,7% (Rahajeng dan

Tuminah, 2009).

Wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi

daripada pria pada usia tersebut (Perry & Potter 2005, h. 798). Wanita

lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding pria, hal ini

disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita. Menurut

Cortas (2008), prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan

wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum

menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh

hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar HDL. Kadar

kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam

mencegah terjadinya proses aterosklerosis.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pernyataan Dalimartha

(2008) yang menyebutkan bahwa tingkat kejadian hipertensi akan lebih

tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Perbedaan hasil penelitian

Page 74: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

57

ini disebabkan oleh perbandingan jumlah subjek penelitian laki-laki dan

perempuan yang tidak proporsional dimana jumlah subjek penelitian

perempuan hampir dua kali jumlah subjek penelitian laki-laki.

3. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Riwayat Keturunan

Hipertensi dalam Keluarga

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Individu dengan

orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk

menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga

dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus

hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Rohaendi

dalam Irza, 2009).

Hasil ini didukung dengan pernyataan Black & Hawks (2005) yang

mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensi akan mempunyai risiko yang lebih besar mengalami

hipertensi. Hal ini terjadi karena seseorang yang mempunyai riwayat

keluarga dengan hipertensi, beberapa gennya akan berinteraksi dengan

lingkungan dan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Adanya

faktor genetik pada keluaraga tertentu akan menyebabkan

keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini

berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan

rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang

tua menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai

keluarga dengan riwayat hipertensi (Wade, 2003).

Page 75: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

58

Pada penelitian ini dengan responden berusia 26-45 tahun,

didapatkan hasil sebesar 57,5% responden yang menderita hipertensi

memiliki riwayat hipertensi pada orang tuanya, dan sebesar 42,5%

responden yang menderita hipertensi tidak memiliki riwayat hipertensi

pada orang tuanya. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar

penderita hipertensi itu memiliki riwayat keturunan hipertensi dari

kedua orangtua, kakek atau bahkan neneknya. Hal ini senada dengan

hasil penelitian Irza (2009), dimana Irza yang mengambil sampel semua

responden tanpa melihat apakah responden merokok serta apakah

responden tersebut telah terdiagnosis hipertensi menyatakan bahwa

faktor riwayat keluarga sangat berpengaruh terhadap kemungkinan

terjadinya hipertensi.

B. Gambaran Gaya Hidup Responden Berdasarkan Faktor Pemberat

Hipertensi

1. Gambaran Gaya Hidup Responden Berdasarkan Kebiasaan

Merokok

Senyawa kimia yang terkandung dalam satu batang rokok sangat

berbahaya, terutama nikotin dan karbon monoksida. Zat kimia tersebut

dihisap dan kemudian masuk ke dalam aliran darah. Zat beracun

tersebut dapat merusak pembuluh darah yang akan menyebabkan

aterosklerosis yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang

akan menyebabkan tekanan dalam dinding arteri meningkat. Jika

merokok dimulai usia muda, berisiko mendapat serangan jantung

Page 76: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

59

menjadi dua kali lebih sering dibanding tidak merokok. Serangan

sering terjadi sebelum usia 50 tahun (Depkes, 2008).

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian kecil responden

yang mempunyai kebiasaan merokok, yaitu sebanyak 17 responden

(42,5%). Hasil penelitian ini berbeda dari Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Irza (2009) juga menunjukkan hasil yang sama. Dalam

penelitian Irza yang mengambil sampel responden yang merokok dan

uang tidak merokok dengan mengabaikan berapa jumlah batang rokok

yang dikonsumsi dalam sehari dan apakah responden telah terdiagnosis

hipertensi atau tidak hasilnya menyatakan bahwa faktor merokok atau

tidaknya responden berhubungan dengan kejadian hipertensi.

Hal ini disebabkan karena sebagian besar subjek penelitian yang

saat ini adalah perempuan 57,5% yang umumnya bukan perokok,

sedangkan responden laki-laki yang merokok lebih sedikit yaitu

sebesar 42,5%. Penderita hipertensi pada penelitian ini sebagian besar

tidak merokok, tetapi untuk faktor merokok berisiko terhadap kejadian

hipertensi.

2. Gambaran Gaya Hidup Responden Berdasarkan Frekuensi

Kebiasaan Makan Asin

Natrium (Na) bersama klorida (Cl) dalam garam dapur (NaCl)

bermanfaat bagi tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan

tubuh dan mengatur tekanan darah. Namun, natrium yang masuk

dalam darah secara berlebihan dapat menahan air, sehingga

meningkatkan volume darah. Peningkatan volume darah

Page 77: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

60

mengakibatkan tekanan pada dinding pembuluh darah meningkat,

sehingga kerja jantung dalam memompa darah juga semakin

meningkat. Kelebihan natrium dalam darah juga berdampak buruk

bagi dinding pembuluh darah dan mengikis pembuluh darah tersebut

hingga terkelupas. Kotoran akibat pengelupasan ini dapat menyumbat

pembuluh darah (Widharto 2007, hh. 10-12).

Berdasarkan hasil penelitian ini, frekuensi kebiasaan makan asin

didapatkan bahwa penderita hipertensi yang mengkonsumsi makanan

asin lebih dari satu kali sehari, yaitu sebanyak 16 responden (40,0%).

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sugiharto (2007), yang

membuktikan bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan asin

dengan kejadian hipertensi dan meyatakan bahwa seseorang yang

terbiasa mengkonsumsi makanan asin akan berisiko 3,95 kali

dibandingkan orang yang tidak terbiasa konsumsi makanan asin.

Penelitian ini menyatakan bahwa semakin sering seseorang

mengkonsumsi makanan asin maka akan semakin besar pula peluang

untuk terkena penyakit hipertensi. Hal ini didukung oleh penelitian

yang dilakukan Beevers (2002), pada orang kembar yang dibesarkan

secara terpisah atau bersama dan juga terdapat anak-anak bukan

adopsi telah dapat mengungkapkan seberapa besar tekanan darah

dalam keluarga yang merupakan akibat kesamaan dalam gaya hidup.

Berdasarkan penelitian tersebut merupakan akibat dari faktor genetika

dan separuhnya lagi merupakan akibat dari faktor pola makan sejak

awal kanak-kanak.

Page 78: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

61

3. Gambaran Gaya Hidup Responden Berdasarkan Frekuensi

Kebiasaan Makan Berlemak

Konsumsi pangan tinggi lemak juga dapat menyebabkan

penyumbatan pembuluh darah yang dikenal dengan aterosklerosis.

Lemak yang berasal dari minyak goreng tersusun dari asam lemak

jenuh rantai panjang. Keberadaanya yang berlebih di dalam tubuh

akan menyebabkan penumpukan dan pembentukkan plak di pembuluh

darah. Pembuluh darah akan menjadi semakin sempit dan

elastisitasnya berkurang. Kandungan Lemak atau minyak yang dapat

mengganggu kesehatan jika jumlahnya berlebih lainnya adalah:

kolesterol, trigliserida, low density lopoprotein (LDL). Jeroan (usus,

hati, babat, lidah, jantung, otak, dan paru), santan dan semua minyak

lainnya seperti minyak jagung, minyak kedelai yang mendapat

pemanasan tinggi atau dipanaskan berulang-ulang banyak

mengandung asam lemak jenuh berupa koleterol. (Almatsier, 2003).

Hasil penelitian ini, dimana penderita hipertensi memiliki

kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak satu kali sehari dan 3-6

kali seminggu, yaitu sebanyak 12 responden (30,0%). Sedangkan

responden yang memiliki kebiasaan makan berlemak 1-2 kali

seminggu sebanyak 5 responden (12,5%). Hasil ini sama dengan hasil

penelitian Irza (2009) yang menyatakan bahwa faktor konsumsi lemak

berhubungan dengan hipertensi yaitu makin sering mengkonsumsi

makanan dengan tinggi lemak, maka tekanan darah juga akan semakin

tinggi. Aisyiyah (2009) juga menyatakan hal yang sama hal ini karena

Page 79: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

62

konsumsi jeroan berlebih dapat menimbulkan penimbunan kolesterol

dan meningkatkan penyempitan pembuluh darah. Persamaan hasil

penelitian ini disebabkan oleh persamaan kriteria subjek penelitian

yang digunakan yaitu individu dengan hipertensi.

4. Gambaran Gaya Hidup Responden Berdasarkan Frekuensi

Minuman Berkafein

Mengkonsumsi kafein secara teratur sepanjang hari mempunyai

tekanan darah rata-rata lebih tinggi di bandingkan dengan kalau

mereka tidak mengkonsumsi sama sekali. Kebiasaan mengkonsumsi

kopi dapat meningkatkan kadar kolesterol darah dan meningkatkan

risiko terkena penyakit jantung (Sustrani, 2006). Pernyataan tersebut

selaras dengan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden yang mempunyai kebiasaan minuman berkafein satu kali

sehari, yaitu sebanyak 14 responden (35,0%).

Penelitian ini didukung oleh pernyataan menurut penelitian

eksperimental Winkelmayer et al. (2005) kafein akan meningkatkan

konsentrasi hormon stres seperti epinefrin, norepinefrin, dan kortisol

yang dapat meningkatkan tekanan darah. Beberapa peneliti

menyatakan bahwa kafein dapat membuat pembuluh darah menyempit

karena kafein dapat memblokir efek adenosine yaitu hormon yang

menjaga agar pembuluh darah tetap lebar. Kafein juga merangsang

kelenjar adrenal untuk melepas lebih banyak kartisol dan adrenalin

yang dapat memicu tekanan darah menjadi meningkat (Sheps, 2005).

Page 80: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

63

Berbagai penelitian mengenai hubungan konsumsi minuman

berkafein dengan kejadian hipertensi telah dilakukan dan

menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan

oleh Shaleh (2011) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi.

Sementara itu, hasil berbeda ditunjukkan dalam penelitian Fitriani

(2010) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara pola konsumsi kafein dengan kejadian hipertensi.

Perbedaan pada ketiga penelitian ini disebabkan oleh perbedaan

dalam mengkategorikan konsumsi kafein. Pada Penelitian yang

dilakukan oleh Shaleh (2011) konsumsi kafein dikategorikan dalam

iya dan tidak. Pada penelitian Fitriani (2010), konsumsi kafein

dikategorikan menjadi >2 gelas/hari dan ≤ 2 gelas/hari. Sedangkan

pada penelitian ini peneliti memkategorikan dalam bentuk frekuensi

konsumsi kafein dengan kategori lebih dari 1 kali sehari, 1 kali sehari,

3-6 kali seminggu, 1-2 kali seminggu, kurang 1 kali seminggu dan

tidak pernah.

5. Gambaran Gaya Hidup Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik

Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa penderita hipertensi yang

tidak memiliki kebiasaan melakukan aktivitas fisik 90,0% dan

penderita hipertensi yang tidak aktif melakukan aktivitas di waktu

luang sebesar 87,5%. Dapat disimpulkan bahwa responden penelitian

ini kurang aktif dalam aktivitas olahraga. Kejadian hipertensi ini

dipengaruhi oleh faktor kebiasaan subjek penelitian yang tidak rutin

Page 81: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

64

dalam hal aktivitas fisik. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian Dalimartha, dkk (2005), yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi, dan

individu yang kurang aktif mempunyai resiko menderita hipertensi

sebesar 30-50%.

Aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan resiko kegemukkan

yang juga merupakan salah satu faktor resiko dari hipertensi dan

penyakit degeneratif lainnya. Aktivitas fisik seperti olahraga yang

teratur akan menurunkan tahanan perifer untuk menunjukkan tekanan

darah. Selain itu, olahraga yang teratur melatih otot jantung dalam

pekerjaan berat di kondisi tertentu, sehingga jantung akan terbiasa

dengan kondisi tersebut. Orang dengan aktivitas fisik yang kurang

cenderung memiliki frekuensi denyut nadi yang lebih tinggi, sehingga

otot jantung memompa darah lebih keras dan sering. Hal ini akan

menyebabkan tekanan pada dinding arteri semakin besar (Price&Lang,

2006). Olahraga atau aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur,

menyebabkan jantung akan bekerja lebih efisien, denyut jantung

berkurang dan menurunkan tekanan darah (Tremblay, 2006 dalam

Respati, 2007).

6. Gambaran Gaya Hidup Responden Berdasarkan Keadaan Stres

Hasil penelitian ini yaitu bahwa sebagian besar responden yang

mengalami keadaan stres yaitu sebanyak 23 responden (57,5%). Dari

hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kejadian hipertensi ini

dipengaruhi oleh keadaan stres subjek penelitian. Hal ini sejalan

Page 82: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

65

dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2012), yang

menyatakan bahwa stres mempunyai hubungan bermakna dengan

kejadian hipertensi.

Pernyataan diatas didukung juga dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Suheni (2007), yang menyatakan bahwa responden

yang mengalami stres memiliki resiko terkena hipertensi sebesar 9,333

kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki

stres.

Stres mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat

kejadian hipertensi. Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh

darah perifer dan keluaran jantung. Stres dapat memicu pengeluaran

hormon kortisol dan epinefrin yang berhubungan dengan

imunosupresi, aritmia, dan peningkatan tekanan darah dan denyut

jangtung (Davis, 2004). Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat

menimbulkan berbagai penyakit yang salah satunya adalah hipertensi

(Hahn & Payne, 2003).

Persamaan hasil penelitian ini disebabkan karna faktor persamaan

subjek penelitian yaitu khusus penderita hipertensi. Subjek dalam

penelitian ini mempunyai koping stres yang mungkin tidak efektif

namun tidak secara khusus diteliti dalam penelitian ini. Hasil

penelitian ini juga menunjukkan bahwa subjek penelitian mempunyai

kebiasaan aktivitas yang tidak rutin atau kurang aktif dimana aktivitas

fisik atau olahraga merupakan salah satu mekanisme koping stres yang

efektif untuk mengurangi stres.

Page 83: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

66

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis masih memiliki keterbatasan penelitian.

Keterbatasan penelitian yang dimaksud diantaranya mendapat kendala

dalam mencari teori-teori yang terbaru yang terkait dengan penelitian ini,

sehingga peneliti hanya dapat melakukan penelitian kuantitatif dan tidak

dapat mengeksplor lebih dalam tentang gaya hidup penderita hipertensi

berdasarkan jenis kelamin, riwayat keturunan, kebiasaan merokok,

frekuensi konsumsi makan asin, frekuensi konsumsi makan berlemak,

frekuensi konsumsi minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan stres.

Selain itu dalam cara mengkategorikan hasil penelitian tentang

kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar lemak dan garam tinggi,

peneliti juga memiliki kekurangan sumber bacaan sehingga ditakutkan

hasilnya akan bias karena antara kuantitas dan kualitas makanan yang

dikonsumsi tidak dikaji lebih lanjut. Kemudian pada indeks aktivitas fisik

msih belum menemukan sumber yang terbaru.

Page 84: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

67

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Penderita hipertensi terbanyak yang terdata di Puskesmas Ciangsana

tahun 2015 adalah pada rentang umur 26-45 tahun sebanyak 40 orang.

2. Jenis kelamin penderita hipertensi yang terdata oleh puskesmas

Ciangsana tahun 2015 lebih dominan perempuan sebesar 60,0 %.

3. Gambaran riwayat keturunan pada penderita hipertensi di Puskesmas

Ciangsana tahun 2015 yaitu sebesar 57,5 % yang memiliki riwayat

keturunan hipertensi.

4. Gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di Puskesmas

Ciangsana tahun 2015 yaitu seluruh responden memiliki gaya hidup

yang tidak sehat sebesar 100%.

5. Gambaran kebiasaan merokok pada penderita hipertensi di Puskesmas

Ciangsana tahun 2015 adalah sebesar 42,5% yang memiliki kebiasaan

merokok.

6. Gambaran frekuensi konsumsi makan asin pada penderita hipertensi di

Puskesmas Ciangsana tahun 2015 adalah sebesar 40,0% yang memiliki

kebiasaan makan asin lebih dari satu kali sehari.

7. Gambaran frekuensi konsumsi makan berlemak pada penderita

hipertensi di Puskesmas Ciangsana tahun 2015 adalah sebesar 30,0%

Page 85: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

68

yang memiliki kebiasaan makan berlemak satu kali sehari.

8. Gambaran frekuensi konsumsi minuman berkafein pada penderita

hipertensi di Puskesmas Ciangsana tahun 2015 adalah sebesar 35,0%

yang memiliki kebiasaan minuman berkafein satu kali sehari.

9. Gambaran aktivitas fisik pada penderita hipertensi di Puskesmas

Ciangsana tahun 2015 adalah sebesar 10,0% yang memiliki kebiasaan

aktifitas fisik dan sebesar 12,5% penderita hipertensi yang aktif

melakukan aktivitas di waktu luang.

10. Gambaran keadaan stres pada penderita hipertensi di Puskesmas

Ciangsana tahun 2015 adalah sebesar 57,5% yang mengalami keadaan

stres.

B. Saran

1. Bagi klien dan masyarakat

Diharapkan kepada masyarakat untuk mengubah gaya hidupnya ke

arah yang lebih sehat, terutama mengurangi atau bahkan bahkan

berhenti merokok, mengurangi frekuensi konsumsi makan asin,

mengurangi frekuensi konsumsi makan berlemak, mengurangi

frekuensi konsumsi minuman berkafein, melakukan aktivitas fisik dan

aktivitas di waktu luang yang rutin dan lebih mengontrol keadaan

stresnya secara baik serta meningkatkan motivasi untuk melakukan

pemeriksaan sedini mungkin dan pengobatan rutin bagi penderita

hipertensi.

Page 86: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

69

2. Kepada Pihak Puskesmas Ciangsana

Diharapkan Puskesmas Ciangsana lebih meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan terutama terhadap penderita hipertensi, lebih

meningkatkan upaya pelayanan kesehatan yang lebih utama adalah

upaya preventif untuk mengendalikan faktor resiko hipertensi, dan

lebih meningkatkan upaya kuratif untuk kelompok yang beresiko

tinggi terhadap hipertensi.

3. Kepada peneliti lain

Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif oleh karena itu,

diharapkan kepada peneliti selanjunya untuk melakukan penelitian

sejenis dengan mengeksplor lebih dalam terkait gaya hidup penderita

hipertensi dengan jenis penelitian kualitatif.

Page 87: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

70

DAFTAR PUSTAKA

Adger, W.N., Kelly, P.M. and Ninh, N.H., editors : Living with environmental

change: social vulnerability, adaptation and resilience in Vietnam. London:

Routledge. 2001.

Agustin, Mubiar. Profil Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini Di TK Laboratorium

Universitas Pendidikan Indonesia, Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 4, No.2.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 2006.

Alimul Aziz, H. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta:

Salemba Medika. 2008.

Armilawaty. Hipertensi dan Faktor Risikonya Dalam Kajian Epidemiologi. 2007.

Diunduh pada tanggal 30 Mei 2012 melalui

www.ridwanuddin.wordpress.com

Arikunto, S. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi).

Jakarta : Rineka Cipta. 2010.

Azwar, Syaifuddin. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

2006.

Baecke, JAH. Burema J Frijters ER. A short questionnaire for the measurement of

habitual physical activity in epidemiological studies. Am J Clin Nutr. 1982

Basha, Adnil. Hipertensi. 2004 Dari : http://www.PJNHK.go.id [18 Juni 2008]

Beevers, DG. Seri Kesehatan-Bimbingan Dokter Pada Tekanan Darah: Apa Yang

Dimaksud Dengan Hipertensi?: Gejala Hipertensi. Jakarta: Dian Rakyat,

Hal. 3-4. 2002.

Budiharto. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu

Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC. 2008.

Page 88: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

71

Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Rineka Cipta. 2000.

Cahyono, Suharjo. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Jakarta : Kanisius. 2008.

Cardiology Channel. Hypertension (High Blood Pressure);http://www.

Cardiologychannel.com [diakses tanggal 10 Agustus 2008].

Chandra, B. Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta: EGC. 1995.

Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black H.R., Cushman W.C., Green L.A., Izzo

J.L., Jr., et al. The seventh report of the Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure:

The JNC 7 Report. JAMA;289:2560-72. 2003.

Corwin, Elizabeth J. Buku Saku: Patofisiologi. Jakarta:EGC. 2009.

Crea, M.. Hypertension. Jakarta: Medya. 2008.

Dadang, Hawari. Manajemen, Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta:UI Press. 2006.

Dahlan Sopiyudin, M. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalamPenelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.2010.

Dalimartha. S. Care Your Self Hipertensi. Jakarta : Penebar Plus. 2008.

Departemen Kesehatan RI. Hasil riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007,

Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Dep Kes RI, 2008

______. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka. 2003.

______. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. 2009.

______. PrinsipDasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2001.

______. Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit Hipertensi.

Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Depkes RI. 2006.

______. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia Tahun

2007. Jakarta: Balitbangkes Depkes RI. 2008.

Page 89: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

72

______. Panduan Promosi Perilaku Tidak Merokok. Jakarta: Pusat Promosi

Kesehatan Depkes RI. 2008.

______. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba

Medika. 2008.

Dhianningtyas, Yunita & Hendrati, Lucia Y. Risiko Obesitas, kebiasaan merokok,

dan konsumsi garam terhadap kejadian hipertensi pada usia produktif. The

Indonesian Journal of Public Health Vol. 2 No. 3. 2006.

Fahmida, Umi dan Drupadi HS Dillon. Handbook Nutritional Assessment.

Jakarta: SEAMEO-TROPMED RCCN UI. 2007.

Gray, Huon. Kardiologi Edisi IV. Jakarta: Erlangga. 2005.

Guyton A.C. and J.E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:

EGC. 2007.

Hawari, D. Manajemen stress, cemas, dan depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. 2001.

Hidayat, A.A.A. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:

Salemba Medika. 2007.

________, Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba

Medika. 2008.

Humayun, Anjum et al. Relation of Hypertension With Body Mass Index and Age

in Male and Female Population of Peshawar, Pakistan. J Ayub Med Coll

Abbottabad 2009 (21); 63-65. Diunduh pada hari Jumat, 13 Januari 2012

jam 11.00 dari: http://www.ayubmed.edu.pk/JAMC/PAST/21-3/. 2009.

Irza, Syukraini. Analisis Faktor-Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat

Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat. Skripsi.

Page 90: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

73

http://www.digilibusu.or.id. Fakultas Farmasi USU. Diakses tanggal 4 Juli

2010, pukul 15.00 WIB. 2009.

Kaplan, Norman M. Smoking and Hypertension. Diakses pada hari Senin, 5 Maret

2012 jam 14.30 dari: http//uptodate.com/patients/content/topic.do. 2011.

Kotchen, Theodore A et al. Nutrition, Diet, and Hypertension. Modern Nutrition

in Health and Disease (2). Phidelphia: Lippincot Williams & Wilkins. 2006.

Lany Gunawan. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi, Kanisius, Jakarta. 2005.

Lisnawati, L. Generasi Sehat Melalui Imunisasi, Trans Info Media, Jakarta. 2011.

Mansjoer Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aesculaplus.

Jakarta. 2001.

Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Profosal. Jakarta : PT. Bumi

Aksara. 2008.

Marliani, L. 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo Gramedia. 2007.

Maulana, H. D., Sos, S. & Kes, M. Promosi Kesehatan. EGC. 2009.

Morton, C. C. MRSA bacteria is common and handwasing is important preventivemeasure. 2008. Http://www.hsph.harvard.edu/now/20080314/mrsa-bacteria-handwasing.html, diperoleh tanggal 24 April 2009.

Ningsih, F. Hubungan Karakteristik Individu, Asupan Zat Gizi dan Gaya Hidup

Terhadap Kejadian Hipertensi pada orang Dewasa di Depok Tahun 2008.

Skripsi tidak diterbitkan: FKM UI. 2008.

Notoadmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta. 2003.

_________. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 2005.

Polit D.F & Beck C.T. Nursing Research Methods, Appraisal, and Utilizationa

(6th Ed.). Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. 2006.

Page 91: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

74

Price, Wilson. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC. 2006.

Pritasari. Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta:

PT Primamedia Pustaka. 2006.

Puspitorini, Myra. Hipertensi Cara Mudah Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.

(Cetakan 3). Yogyakarta: Image Press. 2009.

Rahajeng, Ekowati., Tuminah, Sulistyowati. Prevalensi Hipertensi dan

Determinannya di Indonesia. 2009. Dalam: Majalah Kedokteran

Indonesia, Volume: 59 Nomor 12. Jakarta: Pusat Penelitian Biomedis dan

Farmasi Badan Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Available

from:http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/.../700/69

9 [Accesed 2 Desember 2012]

Respati, Anung. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Hipertensi Ringan Pada Laki-

laki Usia 20-40 Tahun di Kota Pariaman Tahun 2007. Tesis. Depok;

FKMUI. 2007.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul

Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI, 2007

Rohaendi. Hipertensi. 2008. Diambil tanggal 16 September 2009 dari

http://dimasmis.blogspot.com/html.

Sabri, L., Hastono, SP. Statistik Kesehatan.Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

2008. See more at: http://statistik-kesehatan.blogspot.com/2011/03/statistik-

parametrik-dan-non-parametrik.html#sthash.Cv1KPzeI.dpuf

Sakinah. Media Muslim Muda. Solo. Alfata. 2002.

Page 92: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

75

Saleh, Asep Jalaludin. Faktor-faktor Resiko Kejadian Hipertensi pada Dewasa

Pedesaan di Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011.

Skripsi. Depok: FKMUI. 2011.

Saraswati, S. DIET SEHAT untuk penyakit asam urat, diabetes, hipertensi, dan

stroke. Jogjakarta: A Plus Books, Cetakan I. 2009.

Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

2007.

Setiawati, A. dan Bustami. Farmakologi dan Terapi, Edisi 4. Jakarta: Universitas

Indonesia Press. 2005.

Sevilla, Consuelo et, Al. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Universitas

Indonesia Press. 1993.

Shanty, M. Penyakit yang Diam-diam Mematikan. Yogyakarta: Javalitera. 2011.

Sheps, Sheldon G. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.

Jakarta: PT Intisari Mediatama. 2005.

Siagian, Albiner. Epidemiologi Gizi. Jakarta: Erlangga. 2010.

Sihombing M. Hubungan prilaku merokok, konsumsi makanan/minuman, dan

aktivitas fisik dengan penyakit hipertensi pada responden obes usia dewasa

di Indonesia. Maj Kedokt Indon. 60(9):406-412. 2010.

Siswono. http://www.republika.co.id. Diakses Tanggal 12 Mei 2008.

Sitepu, Rahmadani. Pengaruh Kebiasaan Merokok dan Status Gizi Terhadap

Hipertensi pada Pegawai kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi

Sumatera Utara. Tesis. Universitas Sumatera Utara. 2012.

Page 93: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

76

Sitorus, Ronald H. Gejala Penyakit dan Pencegahannya. Bandung: Yrama

Wiidya. 2005.

Smet, Bart. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia. 1994.

Soeparman. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI. 2003.

Sugihartono, Aris. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat

(Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar). 2007 Tesis.

http://eprints.undip.ac.id. Program Studi Magister Epidemiologi Pasca

Sarjana UNDIP, Semarang. Diakses tanggal 16 Agustus 2010, pukul 14.44

WIB.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.

. 2007

________. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R & D. Bandung: Alfabeta. 2013.

Suhardjono. Hipertensi pada Usia Lanjut dalam Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III

Edisi IV. Depok: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

2006.

Suheni, Yuliana. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian

Hipertensi pada Laki-laki Usia 40 Tahun ke Atas Di Badan Rumah Sakit

Daerah Cepu. Skripsi. Fakultas Ilmu Olahraga Jurusan Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Negeri Semarang. 2007.

Sumiati, Ati. Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Remaja Obes Di

SMP Islam Al Azhar 12 Rawamangun. Skripsi. Jakarta:Poltekes Jakarta II.

2008.

Page 94: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

77

Susanto. Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta : CV. Andi.

2010.

Susilo, Yekti dan Wulandari Ari. (2011). Cara Jitu Mengatasi

Hipertensi. Yogyakarta : Andi.

Sustrani, Lisnawati. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2006.

Sutanto. Awas 7 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Paradigma Indonesia. 2009.

Sutomo, Budi. Menu.Sehat.Penakluk.Hipertensi. Jakarta. 2009.

Tanjung, Novi Dewi. Hubungan Antara Gaya Hidup, Asupan Gizi, Pola Minum,

dan Indeks Massa Tubuh dengan Hipertensi pada Pra lansia dan Lansia

Posbindu Kelurahan Rangkepan Jaya Depok Tahun 2009. Skripsi. Depok;

FKMUI. 2009.

Tremblay, Angelo and Fanny Therrien. Phisial Activity and Body Functionality

Implications for Obesity Prevention and Treatment.Can J of Physiol

Pharmacol: 84;288: 149-156. 2006. Dalam Respati, Anung. 2007.

Hubungan Aktifitas Fisik dengan Hipertensi Ringan Pada Laki-laki Usia

20-40 Tahun Di Kota Pariaman Tahun 2007. Tesis. Depok: FKMUI.

Uiterwaal, Cuno SPM et al. Coffe Intake and Incidence of Hypertension. Am J

Clin Nutr 2007 Vol 85: 718-723. 2007. Diunduh pada hari Jumat, 13

Januari 2012 jam 11.00. dari: www.ajcn.org.

Winkelmayer, W. C., Stampler, M. J., & Willett, W. C. Habitual Caffeine Intake

and the Risk of Hypertension in Woman. JAMA, 294 (18). 2330-2335.

2005. Diunduh pada, Februari, 21, 2012. http://jama.ama-

Page 95: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

78

assn.org/content/294/18/2330.full.pdf+html?sid=787a8688-3173-4c87-

8007-8517ae3412ce.

World Health Organization. International Society of Hypertension WritingGroup,

World Health Organization-Internasional Society of hypertension statement

of Management of Hypertension, 108-17. 2008.

Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.

Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.

Page 96: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

79

LAMPIRAN

Page 97: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

80

Rekapitulasi Hasil Penelitian Aktifitas Fisik:

p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 IAO Status IAWL status1 A A A A A A 1 2 2 4 4 3 2 1,2 TA 4,2 A1 B B A B B A 2 2 2 4 3 2 2 1,5 A 2,2 A1 B B D B B D 3 4 4 4 3 2 2 3,4 A 2,2 A1 B B B B B B 2 3 3 3 2 2 2 2,2 A 2,2 A1 B B B B B B 2 3 3 4 3 2 3 2,2 A 2,5 A2 A A A A A A 1 2 2 5 3 1 2 1,2 TA 1,7 A1 C B D C B D 3 2 2 2 2 2 2 2,6 A 2,5 A1 B C D B C D 3 3 3 3 3 3 3 3,3 A 5,2 A1 B C C B C C 2 2 2 4 4 4 3 4,1 A 7,7 A1 A A A A A A 3 3 4 3 3 3 2 2,5 A 2,7 A1 A A A A A A 3 3 3 4 3 3 3 2,3 A 4,2 A2 A B A A B A 2 3 3 3 2 2 2 2,1 A 2,2 A2 A A A A A A 3 3 4 5 2 2 1 2,5 A 1,5 TA1 A B A A B A 2 3 3 2 2 2 1 2,1 A 2,2 A1 B B A B B A 3 3 3 3 1 3 1 2,4 A 2 A1 B B A B B A 3 2 2 4 2 2 2 2 A 2 A2 A A A A A A 2 3 3 3 1 1 1 2 A 1,5 TA1 A B A A B A 1 3 3 3 2 2 2 1,8 A 2,2 A2 A A A A A A 1 2 2 5 3 1 1 1,3 TA 1,5 TA1 A B A A B A 3 3 4 3 4 3 2 2,6 A 3 A1 B C D B C D 3 3 4 2 4 3 2 6,7 A 3,2 A2 A A A A A A 3 3 3 3 2 3 1 2,5 A 2,2 A1 C C D C C D 4 3 4 4 4 3 2 8,6 A 2,7 A1 C B C C B C 2 3 3 4 3 2 1 4,2 A 2 A1 B C D B C D 3 3 3 3 4 2 3 6,5 A 3 A2 A A A A A A 1 2 2 4 2 1 1 1,3 TA 1,5 TA1 B B D B B D 2 3 2 4 2 2 2 4,3 A 2 A1 C C B C C B 3 3 3 3 4 3 4 3,7 A 3,5 A1 B C D B C D 3 3 4 4 3 3 3 6,7 A 2,7 A1 A B A A B A 2 2 3 4 2 2 2 1,8 A 2,2 A1 B C D B C D 3 3 4 3 3 4 3 6,7 A 3,2 A1 A B A A B A 3 3 3 4 2 3 3 2,3 A 2,5 A2 A A A A A A 2 2 3 4 2 2 1 1,8 A 1,7 A1 B C C B C C 4 4 2 3 2 4 3 5,1 A 3 A1 B B D B B D 3 3 3 4 3 2 1 4,8 A 2 A1 B C B B C B 4 4 4 3 4 3 3 4 A 3,2 A1 A B A A B A 3 4 2 3 4 2 2 2,3 A 2,7 A2 A A A A A A 2 2 3 4 3 1 1 1,8 A 1,7 A2 A A A A A A 2 2 4 4 2 1 1 2 A 1,5 TA1 B C C B C C 3 3 4 4 3 2 3 5,1 A 2,5 A

Page 98: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR
Page 99: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR
Page 100: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR
Page 101: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR
Page 102: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR
Page 103: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR
Page 104: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR
Page 105: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR
Page 106: GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI … · 2018-01-11 · GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR