GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu...

32
GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN MANUVER CEDERA PARU AKUT PADA ANAK BABI (Sus scrofa) SHINE RANI DIANSARI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu...

Page 1: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA

REKRUTMEN MANUVER CEDERA PARU AKUT PADA

ANAK BABI (Sus scrofa)

SHINE RANI DIANSARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang
Page 3: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Gambaran Elektrokardiogram

selama Rekrutmen Manuver Cedera Paru Akut pada Anak Babi (Sus Scrofa)

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir di skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Shine Rani Diansari

NIM B04100040

Page 4: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang
Page 5: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

ABSTRAK

SHINE RANI DIANSARI. Gambaran Elektrokardiogram selama Rekrutmen

Manuver Cedera Paru Akut pada Anak Babi (Sus Scrofa). Di bawah bimbingan

GUNANTI dan RIKI SISWANDI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran elektrokardiografi

(EKG) dari perlakuan rekrutmen maneuver pada cedera paru akut. Sepuluh ekor

anak babi berumur 1-1.5 bulan dan bobot 4.4-8.0 kg dibagi menjadi dua kelompok

rekrutmen manuver. Kelompok pertama terdiri atas 5 ekor babi yang tidak

dilakukan pembebatan dinding dada (RB) dan kelompok kedua terdiri atas 5 ekor

babi yang dilakukan pembebatan dinding dada (RBp). Rekrutmen manuver

dilakukan setelah paru dikumbah dengan menggunakan NaCl 0.9% hangat

kedalam parenkim paru sehingga paru mengalami cedera akut. Pengambilan

sampel dilakukan dua kali yaitu sebelum rekrutmen manuver dan setelah

rekrutmen manuver untuk kedua kelompok. Amplitudo bifasik ditemukan pada

kelompok RB dengan prevalensi 20.00%. Rekrutmen manuver berpengaruh

signifikan (p<0.05) terhadap amplitudo P pada kelompok RB. Peningkatan

amplitudo P disebabkan oleh edema pulmonum sehingga terjadi dilatasi atrium

kanan dan kegagalan jantung kiri.

Kata kunci: anak babi, cedera paru akut, elektrokardiografi, rekrutmen manuver

paru

Page 6: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

ABSTRACT

SHINE RANI DIANSARI. Representation of Electrocardiogram During

Maneuver Recruitment of Acute Lung Injury Case in Piglet (Sus scrofa). Under

supervision of GUNANTI and RIKI SISWANDI.

The aim of this study was to evaluate electrocardiograms (ECG) of two

maneuver recruitment protocols in case of acute lung injury. Ten piglets 1.0-1.5

months in age and 4.4-8.0 kgs body weight were divided into two groups of

maneuver recruitment protocol whereas each group consisted of five pigs. The

first group received maneuver recruitment without chest bandaging (RB). The

second group received maneuver recruitment with chest bandaging (RBp).

Maneuver recruitment was initiated after induced acute lung injury by lavage of

prewarmed 0.9% saline into lung parenchymal. ECGs were taken at pre-

recruitment and after maneuver recruitment for both groups. Biphasic of

amplitude P was found in RB group with prevalence 20.00%. There were

significant differences (p<0.05) in P amplitude of RB group. Increased of P

amplitude was caused by pulmonum oedema which induced dilatation of right

atrium and left congestive heart failure.

Keywords: acute lung injury, electrocardiography, lung maneuver recruitment,

piglets

Page 7: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

SHINE RANI DIANSARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA

REKRUTMEN MANUVER CEDERA PARU AKUT PADA

ANAK BABI (Sus scrofa)

Page 8: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang
Page 9: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

Judul Skripsi : Gambaran Elektrokardiogram selama Rekrutmen Manuver

Cedera Paru Akut pada Anak Babi (Sus scrofa)

Nama : Shine Rani Diansari

NIM : B04100040

Disetujui oleh

Dr Drh Gunanti, MS

Pembimbing I

Drh Riki Siswandi, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet

Wakil Dekan FKH-IPB

Tanggal Lulus:

Page 10: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi. Tema yang dipilih dalam penelitian

adalah “Gambaran Elektrokardiogram selama Rekrutmen Manuver Cedera Paru

Akut pada Anak Babi (Sus Scrofa)”. Penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas

Kedokteran Hewan.

Bimbingan dan arahan sangat diharapkan demi hasil penelitian yang lebih

baik. Penulis ucapkan terima kasih kepada Dr Drh Gunanti, MS selaku

pembimbing I dan Drh Riki Siswandi, MSi selaku pembimbing II, serta Dr Drh

Eko S Pribadi, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan

bimbingan, arahan dan nasihat dalam penyusunan skripsi ini. Ungkapan terima

kasih juga disampaikan kepada Mama (Drh Sri Mulyati), Papa (Dedih Hermawan,

SP, MM), kakak (Junita Naditia, SE, MM), bang Harris Darmawan, keluarga,

“mousters” (Shovia, Dini dan Amanda), Chiko, Intan, Abid dan Nafisatul atas

segala doa dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih terima kasih kepada Ririe

Fachrina Malisie, MspA(K) dan rekan-rekan satu tim penelitian (Riena, Hafizha,

Nunu, Ardi, Ryan dan Hanif) atas kerja samanya. Semoga penulis dapat

menghasilkan laporan yang bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi

pembaca.

Bogor, September 2014

Shine Rani Diansari

Page 11: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Cedera Paru Akut 2

Jantung 3

Elektrokardiografi (EKG) 4

Anak Babi 5

METODE PENELITIAN 6

Waktu dan Tempat Penelitian 6

Alat dan Bahan 6

Adaptasi Hewan Terhadap Lingkungan Baru 7

Tahap Perlakuan 7

Variabel yang Diamati 9

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Durasi P 9

Amplitudo P 10

Interval PR 11

Amplitudo R 12

Interval QRS 13

Interval QT 14

Segmen ST 15

Gelombang T 16

Frekuensi Jantung 16

KESIMPULAN 17

SARAN 17

DAFTAR PUSTAKA 17

RIWAYAT HIDUP 20

Page 12: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

DAFTAR TABEL

1 Rata-rata durasi P 9

2 Rata-rata amplitudo P 10

3 Rata-rata interval PR 11

4 Rata-rata amplitudo R 12

5 Rata-rata interval QRS 13

6 Rata-rata interval QT 14

7 Rata-rata segmen ST 15

8 Rata-rata gelombang T 16

9 Rata-rata frekuensi jantung 17

DAFTAR GAMBAR

1 Gambar 1 Grafik EKG 4

2 Gambar 2 Mesin elektrokardiografi (EKG) 6

3 Gambar 3 Mesin ventilator AVEA® bicore 7

4 Gambar 4 Babi (Sus scrofa) saat pembebatan 8

5 Gambar 5 Rekaman durasi P 10

6 Gambar 6 Rekaman amplitudo P 10

7 Gambar 7 Rekaman interval PR yang mengalami

perpanjangan interval PR pada kelompok RBp

12

8 Gambar 8 Rekaman amplitudo R 13

9 Gambar 9 Rekaman interval QRS 13

10 Gambar 10 Rekaman perpanjang interval QT pada

kelompok RB 14

11 Gambar 11 Rekaman elevasi segmen ST pada kelompok

RBp 15

12 Gambar 12 Rekaman depresi gelombang T pada kelompok

RBp 16

13 Gambar 13 Rekaman frekuensi jantung pada EKG 17

Page 13: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Paru-paru merupakan organ penting bagi tubuh dengan fungsi utama

sebagai alat pernapasan (respirasi). Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas

antara organisme dengan lingkungan yaitu pengambilan oksigen dan eliminasi

karbondioksida (Djojodibroto 2009). Salah satu penyakit pada organ respirasi

yang banyak menimbulkan kematian yaitu cedera paru akut. Kasus penderita

cedera paru akut dilaporkan sebanyak 17-34 orang dari 100 000 orang per tahun

(Lycock dan Rajah 2004). Cedera paru akut memiliki tingkat kematian yang

tinggi pada pediatric intensive care unit (PICU). Sebanyak 190 000 kasus cedera

paru akut per tahun dengan kematian diantaranya mencapai 75 000 kasus dan 3.6

juta hari rawatan di rumah sakit (Rubenfeld et al. 2005).

Menurut Laycock dan Rajah (2010), cedera paru akut adalah sebuah

perubahan klinis dan radiografi yang berlanjut serta mempengaruhi paru-paru,

ditandai dengan onset hipoksia akut, tidak berhubungan dengan hipertensi atrium

kiri dan terjadi pada usia berapapun. Menurut Anatriera (2009), hipoksia

merupakan keadaan terjadinya defisiensi oksigen, yang mengakibatkan kerusakan

sel akibat penurunan respirasi oksidatif aerob sel, sehingga menjadi penyebab

penting dan umum dari cedera dan kematian sel. Cedera paru akut menyebabkan

suatu respon inflamasi yang ditandai dengan kerusakan sel-sel epitel alveolar dan

pembuluh darah, gangguan pertukaran gas dan dapat mengakibatkan kegagalan

beberapa organ. Sebagian besar penderita meninggal disebabkan gagal multiorgan

dan bukan karena gagal pernapasan. Salah satu organ yang dipengaruhi akibat

cedera paru akut adalah jantung sehingga kerja jantung akibat hipoksia akan

tergangggu.

Ventilasi mekanik pada cedera paru akut berperan penting dalam upaya

pemenuhan pasokan oksigen ke berbagai organ dan merupakan satu-satunya

tatalaksana yang sudah terbukti dapat menurunkan mortalitas cedera paru akut

atau acute respiratory distress syndrome (CPA/ARDS) (Esteban et al. 2000; Goh

et al. 1998). Penggunaan rekrutmen manuver bertujuan mencegah kolaps alveoli,

dilakukan dengan meningkatkan tekanan transpulmoner (Sarget dan Talmor

2009). Konsep rekrutmen paru adalah untuk meningkatkan sebesar mungkin

alveoli yang terbuka dan mempertahankannya sehingga pertukaran gas pada

permukaan alveoli berlangsung efektif. Penggunaan ventilasi mekanik yang tidak

tepat dan seringkali iatrogenik dapat memperburuk kerusakan unit paru yang

sudah terjadi karena akan meningkatkan aktivitas sitokin dan mencetuskan

rangkaian kaskade sel inflamasi yang merusak struktur paru. Kondisi di atas

ternyata serupa dengan patogenesis cedera paru akut sehingga dinamakan

kerusakan paru yang diinduksi oleh ventilator (ventilatory-associated lung

injury/VALI). Ventilatory-associated lung injury (VALI) pada hewan

eksperimental dinamakan ventilatory-induced lung injury (VILI).

Salah satu metode diagnosa yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya

gangguan jantung akibat cedera paru akut adalah dengan menggunakan

elektrokardiografi (EKG). Elektrokardiografi (EKG) adalah rekaman grafik

aktivitas listrik yang menyertai kontraksi atrium dan ventrikel jantung (Sloane

Page 14: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

2

2004). Elektrokardiografi digunakan untuk melihat fungsi jantung melalui

aktivitas listrik jantung anak babi. Interpretasi elektrokardiogram terhadap hewan

model ditujukan untuk melihat perubahan grafik yang terjadi saat hewan model

diberikan kondisi cedera paru akut, seperti grafik PR, QRS, QT dan ST pada hasil

EKG.

Penelitian ini menggunakan hewan percobaan babi domestik (Sus scrofa)

dengan berbagai alasan. Salah satunya karena babi memiliki struktur anatomi

yang tidak jauh berbeda dengan manusia. Selain itu, babi juga mudah dijumpai

sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh

seorang dokter hewan.

Perumusan Masalah

Dengan latar belakang diatas, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai

berikut:

1. Apakah dampak perlakuan rekrutmen manuver dan pembebatan dinding

dada atau tidak dilakukan pembebatan dinding dada pada babi cedera

paru akut terhadap gambaran EKG jantung?

2. Bagaimanakah fungsi jantung cedera paru akut?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan aktivitas listrik jantung

yang mengkonduksi otot jantung (miokardium) pada hewan model cedera paru

akut saat diberi perlakuan pembebatan dinding dada atau tidak dilakukan

pembebatan dinding dada dan rektrutmen manuver.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan pengetahuan akan dampak rekrutmen

manuver pada penderita cedera paru akut terhadap kerja fungsi jantung yang

digambarkan oleh elektrokardiografi.

TINJAUAN PUSTAKA

Cedera Paru Akut

Cedera paru akut atau acute respiratory distress syndrome (ARDS)

merupakan penyakit yang mengancam jiwa pada pasien kritis di intensive care

unit (ICU). Kedua hal tersebut merupakan respon inflamasi akibat adanya

kelainan langsung atau tidak langsung pada paru. Menurut penelitian, angka

kejadian CPA/ARDS sekitar 32-34 kasus per 100 000 penduduk (Kisara et al

2012). Cedera paru akut adalah kumpulan gejala akibat inflamasi dan peningkatan

Page 15: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

3

permeabilitas, onset akut, yang memenuhi kriteria fisiologik dan radiologik dan

tidak disertai dengan hipertensi pulmoner (Johnson dan Matthay 2010). Tanda-

tanda terjadinya cedera paru akut dapat berupa hipoksia (PaO2/FIO2<300mmHg),

infiltrasi bilateral pada bagian thoraks saat X-Ray dan perubahan tekanan kapiler

<18 mm atau tidak adanya gejala klinis akibat peningkatan tekanan atrium kiri.

Acute respiratory distress syndrome (ARDS) merupakan bentuk komplikasi

cedera paru akut dimana hipoksia yang terjadi lebih buruk yaitu PaO2/FIO2<200

mmHg (Mahajan 2005). Sepsis dan pneumonia dapat memicu terjadinya

CPA/ARDS. Insiden sepsis menyebabkan ARDS berkisar antara 30-50% (Susanto

dan Fitrie 2012). Adapun penyebab langsung CPA/ARDS antara lain aspirasi

asam lambung, tenggelam, kontusio paru, pneumonia berat, emboli lemak, emboli

cairan amnion, inhalasi bahan kimia dan keracunan oksigen. Sedangkan penyebab

tidak langsung CPA/ARDS terdiri dari sepsis, trauma berat, shock hipovolemik,

transfusi darah berulang, luka bakar, pankreatitis, koagulasi intravaskular

diseminata dan anafilaksis (Kisara et al 2012).

Jantung

Sistem kardiovaskular terdiri atas jantung sebagai pompa darah ke seluruh

tubuh, pembuluh darah dan darah. Kerja sistem kardiovaskular diatur oleh syaraf

otonom. Jantung sebagai pemompa darah ke seluruh tubuh mempunyai peranan

yang sangat penting dalam menyalurkan oksigen, nutrisi dan mengekskresikan

hasil metabolisme yang tidak terpakai. Jantung terletak di dalam rongga thorax

sebelah kiri. Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, dari superfisial ke profundal

yaitu epikardium, miokardium dan endokardium. Jantung mempunyai 4 ruang

yaitu atrium kiri-kanan yang dipisahkan oleh septum intraatrial dan ventrikel kiri-

kanan yang dipisahkan oleh septum interventrikular. Dinding atrium lebih tipis

dibandingkan dengan dinding ventrikel. Atrium kanan berfungsi menerima darah

dari seluruh tubuh melalui vena cava, sedangkan atrium kiri berfungsi menerima

darah dari paru-paru melalui vena pulmonalis yang berisi darah mengandung O2.

Ventrikel memiliki dinding yang lebih tebal dibandingkan dengan atrium yang

berfungsi untuk memompa darah dari ventrikel kiri ke seluruh tubuh melalui

aorta. Sedangkan ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan, lalu

mengalirkan darah berisi CO2 ke paru-paru melalui arteri pulmonalis (Sloane

2004).

Jantung sebagai pemompa darah mengalami proses kontraksi (sistol)

mengeluarkan darah dari ruang jantung dan relaksasi (diastol) yang

mengakibatkan jantung mengendur dan terisi darah akibat adanya impuls atau

sistem konduksi yang dihantarkan ke seluruh otot jantung (miokardium). Sistem

konduksi jantung menurut Faiz dan Moffat (2004) adalah nodus sinoatriale (nodus

SA), nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His dan serabut Purkinje. Nodus

SA merupakan alat pacu jantung (pace maker) normal karena mengeluarkan

impuls paling cepat. Nodus SA terletak pada perbatasan vena cava cranialis dan

atrium kanan. Impuls dari nodus SA akan dihantarkan menuju nodus AV yang

terletak di posterior kanan septum intraatriale. Lalu, impuls dihantarkan ke serabut

His dan memberikan cabang kiri pada puncak septum interventrikulare dan

melanjutkan diri sebagai cabang kanan. Berkas cabang kiri bercabang menjadi

Page 16: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

4

fascikulus anterior dan posterior. Selanjutnya, cabang-cabang fascikulus berjalan

subendokardial menuruni septum dan berhubungan dengan serabut Purkinje

sehingga impuls akan tersebar ke seluruh miokardium ventrikel dan jantung

berkontraksi.

Elektrokardiografi (EKG)

Elektrokardiografi (EKG) adalah grafik yang mencatat aktivitas elektrik

jantung (Kabo 2008). Kegunaan elektrokardiografi antara lain untuk memonitor

fungsi jantung pasien dan bentuk gelombang yang dihasilkan akan digunakan

sebagai diagnosis abnormalitas yang spesifik. Grafik EKG terdiri dari beberapa

gelombang yaitu diawali oleh gelombang P dan diikuti dengan gelombang QRST,

sesuai dengan perjalanan impuls elektrofisiologi jantung. Pada hasil EKG normal,

gelombang P menunjukkan proses depolarisasi atrium, gelombang QRS

menunjukkan depolarisasi ventrikel, gelombang T menunjukkan repolarisasi

ventrikel, interval PR menunjukkan jarak antara gelombang P dan gelombang R,

serta interval QRS menunjukkan denyut jantung yang normal (Ronny dan Fatimah

2010). Menurut Sloane (2004), depolarisasi dan polarisasi otot jantung

menghasilkan daya potensial pada permukaan kulit yang dapat direkam melalui

sebuah polligraf atau osiloskop setelah melekatkan elektroda permukaan pada

lokasi yang tepat. Adapun posisi elektroda berhubungan satu sama lain dan

terhadap jantung disebut lead. Ada 12 lead konvensional yang dipakai untuk

merekam EKG, yaitu 3 lead tungkai standar meliputi lengan kanan terhadap

lengan kiri, lengan kanan terhadap tungkai kiri dan lengan kiri terhadap tungkai

kiri. Lead ini bipolar karena dapat mendeteksi variasi gelombang listrik sebagai

dua titik dan memperlihakan perbedaannya. Tiga lead tungkai modifikasi

diperkuat dengan hubungan listrik yang mengakibatkan defleksi peningkatan

amplitudo. Lead ini unipolar karena dapat mendata perubahan voltase disalah satu

titik (lengan kanan, lengan kiri atau tungkai kiri). Lead prekordial unipolar

merekam data pada 6 posisi di dada, yaitu V1 sampai V6.

Gambar 1 Grafik EKG (McGill 2013)

Page 17: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

5

Elektrokardiografi terdiri atas dua elemen yaitu kompleks dan interval.

Kompleks terdiri atas gelombang, kompleks QRS, gelombang T dan gelombang

U. Interval terdiri atas interval PR, interval QRS dan interval QT, sedangkan

segmen terdiri atas segmen PR dan segmen ST (Gambar 1). Gelombang terjadi

pada awal setiap kontraksi atrium atau merupakan defleksi positif pertama

sebelum kompleks QRS. Gelombang P terdiri atas durasi P dan amplitudo P.

Interval PR diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan defleksi garis

isoelektrik berikutnya. Interval adalah waktu yang diperlukan impuls listrik

dikonduksikan melalui atrium dan simpul AV mulai timbul depolarisasi ventrikel.

Kompleks QRS terdiri atas gelombang Q, R dan S. Gelombang R merupakan

defleksi positif pertama sesudah gelombang P. Gelombang S adalah defleksi

negatif yang menyertai gelombang R. Pengukuran kompleks QRS dimulai dari

permulaan gelombang Q (atau gelombang R jika Q tidak ada) sampai gelombang

S mencapai garis isoelektrik (atau tempat gelombang S akan mencapai garis

isoelektrik jika garis ini tidak melengkung ke dalam segmen ST). Gelombang

QRS terjadi pada awal setiap kontraksi ventrikel. Gelombang T yang normal

terlihat pada EKG yaitu ketika ventrikel secara elektris kembali ke keadaan

semula dan siap melakukan kontraksi berikutnya. Segmen ST adalah bagian garis

yang berlanjut dari ujung gelombang S sampai permulaan gelombang T.

Gelombang T adalah defleksi (dapat positif atau negatif) yang mengiringi segmen

ST. Gelombang U diperkirakan menggambarkan repolarisasi serabut Purkinje

(Shirley 2007; O’Keefe et al. 2008)

Anak Babi

Babi sebagai mamalia seringkali digunakan sebagai hewan coba dalam

bidang penelitian biomedik untuk beberapa kondisi dan penyakit manusia.

Persamaan antara manusia dan babi adalah sama-sama monogastrik dan

omnivora. Oleh karena itu, fungsi fisiologi gastrointestinal babi lebih mirip

dengan manusia dibandingkan dengan spesies lainnya. Selain itu, babi

mempunyai struktur anatomi kardiovaskular yang hampir sama dengan manusia.

Adapun klasifikasi babi sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Artiodactyla

Famili : Suidae

Genus : Sus

Spesies : Sus scrofa

Jantung babi memiliki morfologi yang sama dengan jantung manusia,

kecuali vena azygous sinistra (hemiazygous) yang mengandung darah sistemik

dari pembuluh darah intercostal yang masuk ke dalam sinus coronaria. Babi

dijadikan model utama untuk sistem kardiovaskular termasuk studi infark

miokardium, gagal jantung, aterosklerosis, cangkok vaskular, aneurisme,

perangkat interventional, pacu jantung (pacemaker) dan biomekanik katup jantung

(Smith and Swindle 2006).

Page 18: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

6

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian berlangsung dari tanggal 6 sampai dengan 16 Februari 2013.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Divisi Bedah dan Radiologi Departemen

Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Bogor.

Alat dan Bahan

Pemeriksaan jantung dilakukan dengan menggunakan alat

Elektrokardiografi (EKG) Cardisuny D300 Fukuda ME, peralatan dan bahan

bedah minor, endo tracheal tube (ETT), infus set, suction pump, mesin ventilator

mekanik AVEA® bicore (Carefusion, Yorba Linda-Amerika), bahan pembebatan

menggunakan manset yang tersambung dengan selang pompa, manometer air

raksa (spigmomanometer) dan larutan infus NaCl 0.9%. Induksi anastesi yang

digunakan yaitu ketamin (Ketamil inj., Ilium) dan xylazin (ilium xylazyl-20 10%,

Ilium). Premedikasi yang digunakan pada anak babi yaitu Atropine Sulphate

(Atropine, PT. Ethica). Maintenance menggunakan anastesi pompa mekanik dan

obat bius yang terdiri atas Propofol (Propofol-Lipuro 1%, PT. B. Braun Medical

Indonesia), Midazolam (Midazolam-hameln, Hameln) dan Fentanyl (Fentanyl

dihydrogenum citrate, Janssen Pharmaceutica Belgium). Paralitikum yang

diberikan selama rekrutmen manuver adalah Vecuronium (Ecron 10, Korean

United Pharm. Inc).

Gambar 2 Mesin Elektrokardiografi (EKG)

Page 19: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

7

Gambar 3 Mesin Ventilator AVEA® bicore

Adaptasi Hewan Terhadap Lingkungan Baru

Adaptasi babi dilakukan dalam lingkungan dan pakan baru untuk

membiasakan hewan dan mengurangi tingkat stres bagi babi. Hewan diberikan

pakan dan air minum pada pagi dan sore hari. Kandang hewan dibersihkan setiap

pagi dan sore hari. Anak babi juga menjalani skrining pra-penelitian meliputi

pemeriksaan fisik, pemeriksaan elektrokardiografi (EKG), pemberian antibiotik

oksitetrasiklin 6-11 mg/kg BB (im) dan pemberian obat cacing oxfendazol 5

mg/kg BB (oral).

Tahap Perlakuan

Populasi target penelitian ini adalah 10 ekor model hewan anak babi (Sus

scrofa) jantan atau betina berumur 1-1.5 bulan dengan berat badan 4.8-8.0 kg.

Anak babi (Sus scrofa) telah dinyatakan sehat oleh dokter hewan dan menjalani

fase isolasi selama 2 minggu. Anak babi dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok

pertama terdiri atas 5 ekor babi yang tidak dilakukan pembebatan dinding dada

(RB) dan 5 ekor babi yang dilakukan pembebatan dinding dada (RBp). Anak babi

ditempatkan di 2 kandang yang berbeda berdasarkan berat badannya.

Anak babi (Sus scrofa) yang digunakan pada penelitian jika memenuhi

syarat yaitu tidak mengalami komplikasi mekanik seperti pneumothoraks atau

emfisema pulmonum, memiliki hemodinamik yang stabil sehingga layak untuk

diberi perlakuan dan tidak mati sebelum seluruh prosedur penelitian selesai. Anak

babi diambil secara acak dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang

tidak diberi perlakuan pembebatan dinding dada (RB) dan kelompok perlakuan

diberi perlakuan pembebatan dinding dada (RBp).

Sebelum diberi perlakuan, model hewan diberikan premedikasi dengan

Atropine Sulphate (Atropine 0.25 mg/ml, PT. Ethica) secara intramuskular (IM)

0.04mg/kg BB. Kemudian, anak babi diinduksi dengan ketamin (Ketamil inj. 100

mg/ml, Ilium) dengan dosis 20 mg/kg BB dan xylazin (Ilium xylazyl-20 20

mg/ml, Ilium) dengan dosis 2 mg/kg BB secara intramuskular (IM) pada m.

Page 20: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

8

semimembranosus dan m. semitendinosus. Maintenance menggunakan anastesi

pompa mekanik dan obat bius yang terdiri atas Propofol (Propofol-Lipuro 1%,

PT. B. Braun Medical Indonesia) 4 mg/kg/jam dan Midazolam (Midazolam-

hameln 5 mg/ml, Hameln) 0.5mg/kg/jam, dan Fentanyl 2 ml (Fentanyl

dihydrogenum citrate, Janssen Pharmaceutica Belgium) 0.005 mg/kg/jam.

Paralitikum yang diberikan selama rekrutmen manuver adalah Vecuronium

(Ecron 10, Korean United Pharm. Inc) secara intravena (IV) 2-10µg/kg BB/menit.

Selanjutnya, hewan coba diberi perlakuan dasar berupa pemasangan kateter vena

perifer (vena aurikularis), akses vaskular di jalur arteri dan pemasangan ETT

ukuran 4.5-5.5 dengan menggunakan laryngoscope. Kemudian, model hewan

dikondisikan cedera paru akut dengan cara dikumbah bronkus menggunakan

larutan NaCl 0.9% sebanyak 300 ml dan cairan tersebut diisap kembali

menggunakan suction pump. Anak babi yang sudah dikondisikan cedera paru akut

dilakukan rekrutmen maneuver menggunakan ventilator mekanik dengan modus

pengaturan pressure control. Pada kelompok anak babi RBp diberikan

pembebatan pada dinding dada selama proses rekrutmen. Pada akhir penelitian,

model hewan dieuthanasi dalam keadaan tetap teranastesi dengan tujuan

memerhatikan animal welfare. Pengambilan sampel 1 dilakukan pada saat proses

sedasi dan intubasi dengan menggunakan alat EKG. Pengambilan sampel 2

dilakukan pada saat rekrutmen manuver untuk kelompok RB dan saat pembebatan

dinding dada untuk kelompok RBp.

Empat buah lead elektrokardiografi dipasangkan pada anak babi babi yaitu

RA untuk kaki depan kanan, LA untuk kaki depan kiri, RL untuk kaki belakang

kiri dan LL untuk kaki belakang kanan. Sebelum dipasang pada anak babi, EKG

dinyalakan terlebih dahulu dengan menekan tombol on/off, lalu diatur identitas

hewan coba, dipilih B CVR-R view dan ditunggu selama 30 detik lalu tombol

start ditekan untuk mencetak kertas elektrokardiogram.

Gambar 4 Babi (Sus scrofa) saat pembebatan

Page 21: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

9

Variabel yang Diamati

Variabel yang diamati berupa amplitudo, interval, durasi, segmen dan

gelombang. Amplitudo terdiri atas amplitudo P dan R. Interval terdiri atas interval

PR, QT dan RR (denyut jantung). Durasi terdiri atas durasi P dan QRS. Segmen

terdiri atas segmen ST. Gelombang terdiri atas gelombang T.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dinyatakan dalam rataan dan simpangan baku. Data

diolah menggunakan IBM SPSS Statistic 20 dan Microsoft Excel 2010. Data

variabel dianalisis secara statistik menggunakan metode one-way analyse of

variant (ANOVA), kemudian dilanjutkan dengan Duncan pada selang

kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Durasi P

Pengukuran durasi P dilakukan untuk mengetahui waktu depolarisasi atrium

(Conville dan Bassert 2002). Pengukuran durasi P pada EKG tidak menunjukkan

perbedaan nyata (p>0.05) pada kelompok RB dan RBp (Tabel 1). Menurut Richig

dan Sleeper (2014), rata-rata durasi P normal pada anak babi adalah 0.020-0.040

detik. Perbedaan yang tidak nyata pada durasi P menunjukkan tidak adanya

gangguan pada aktivitas atrium dan tanda-tanda hipertrofi atrium akibat

pembebatan dinding dada dan rekrutmen manuver (Widjaja 1990). Berdasarkan

kertas rekaman EKG pada sadapan II juga tidak ditemukan adanya kelainan

bentuk durasi P (Gambar 5), sehingga perbedaan nilai tersebut diduga sebagai

variasi normal.

Tabel 1 Rata-rata durasi P (detik)

Waktu pengamatan Kelompok perlakuan

RB RBp

Sebelum kumbah 0.0448 ± 0.0118ax

0.0442 ± 0.0085ax

Setelah kumbah dan rekrutmen 0.0500 ± 0.0045ax

0.0496 ± 0.0214ax

Keterangan: Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya

perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y)

yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata

(p<0.05) dalam kelompok perlakuan.

Page 22: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

10

Gambar 5 Rekaman durasi P

Amplitudo P

Menurut Conville dan Bassert (2002), pengukuran amplitudo P bertujuan

mengetahui besarnya depolarisasi atrium. Depolarisasi atrium menyebabkan

atrium berkontraksi sebagai pompa primer. Pompa primer berarti atrium akan

kontraksi terlebih dahulu sebelum ventrikel kontraksi. Atrium sebagai pompa

primer berfungsi mengalirkan darah ke dalam ventrikel (Haryati 2010).

Amplitudo P dapat menunjukkan kejadian pembesaran atrium pada jantung

(Widjaja 1990). Pembesaran atrium kanan mengakibatkan besarnya impuls nodus

SA yang dikeluarkan dan menjalar dari atrium ke nodus AV (Guyton dan Hall

2006). Menurut Richig dan Sleeper (2014), nilai amplitudo P normal anak babi

yaitu 0.1-0.3 mV.

Tabel 2 Rata-rata amplitudo P (mV)

Waktu pengamatan Kelompok perlakuan

RB RBp

Sebelum kumbah 0.1308 ± 0.0206ax

0.1746 ± 0.0465ax

Setelah kumbah dan rekrutmen 0.2250 ± 0.1588bx

0.0954 ± 0.0565ax

Keterangan: Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya

perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y)

yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata

(p<0.05) dalam kelompok perlakuan.

Gambar 6 Rekaman Amplitudo P

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat perbedaan nyata (p<0.05) antar

kelompok RB dan RBp setelah rekrutmen (Tabel 2), namun perbedaan nyata

tersebut masih dalam rentang normal amplitudo P. Peningkatan nilai amplitudo P

menunjukkan terjadinya dilatasi atrium kanan. Dilatasi atrium kanan terjadi akibat

adanya edema pulmonum yang dapat menyebabkan kegagalan jantung kiri

Page 23: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

11

(congestive heart failure/CHF). Cedera paru akut dapat menimbulkan edema

pulmonum. CHF kiri menyebabkan penurunan cardiac output (CO) sehingga

terjadi penurunan tekanan darah yang menstimulasi baroreceptor. Stimulasi pada

baroreceptor akan menurunkan perfusi ginjal yang berakibat pada konstriksi

arteriol efferen sehingga terjadi peningkatan absorpsi natrium dan H2O. Hal ini

menyebabkan peningkatan tekanan vena dan peningkatan volume darah sebelum

dipompa oleh jantung (preload) yang menyebabkan terjadinya edema dan efusi

pada tubuh. Selain itu, sinyal yang dikirim baroreceptor ke otak akan

meningkatkan pelepasan vasopresin sehingga terjadi vasokontriksi dan

mengakibatkan peningkatan volume darah setelah dipompa oleh jantung

(afterload) dan gangguan distribusi darah tubuh. Menurut Nelson dan Couto

(1998), kegagalan jantung kiri dapat disebabkan oleh volume aliran darah yang

berlebihan ke jantung dan biasa terjadi akibat gangguan primer pada pembuluh

darah dan katup seperti kebocoran katup dan abnormalitas sistemik jantung dan

paru, dimana dalam penelitian ini dapat berupa edema pulmonum. Hal ini

menyebabkan peningkatan tekanan akibat ventrikel bekerja lebih daripada sistolik

normal untuk memompa darah. Kondisi ini dapat menimbulkan terjadinya

kegagalan jantung kiri yang berimplikasi pada dilatasi atrium kanan.

Pada kelompok RBp setelah rekrutmen, nilai amplitudo yang sedikit

mengalami penurunan. Hal ini dapat menunjukkan mulai berkurangnya

kemampuan depolarisasi atrium jantung. Pada rekaman EKG hewan model babi

kelompok bebat setelah kumbah, ditemukan amplitudo P yang berbentuk bifasik

atau prevalensi sebesar 20.00% (Gambar 6). Amplitudo bifasik terjadi akibat

adanya atrioventricular (AV) block 1, sehingga gelombang P menyatu dengan

gelombang T.

Interval PR

Pengukuran interval PR dimulai dari permulaan gelombang P sampai

permulaan kompleks QRS. Interval PR menggambarkan perjalananan impuls

listrik dari nodus sinoatrium (nodus SA) melalui nodus atrioventrikular (nodus

AV), turun ke berkas His, cabang berkas dan berkas Purkinje. Interval PR

berfungsi mengukur waktu dari permulaan depolarisasi atrium sampai mulai

depolarisasi ventrikel

Tabel 3 Rata-rata interval PR (detik)

Waktu pengamatan Kelompok perlakuan

RB RBp

Sebelum kumbah 0.1048 ± 0.0189ax

0.1552 ± 0.1344ax

Setelah kumbah dan rekrutmen 0.1246 ± 0.0127ax

0.1018 ± 0.0684ax

Keterangan: Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya

perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y)

yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata

(p<0.05) dalam kelompok perlakuan.

Page 24: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

12

Gambar 7 Rekaman interval PR yang mengalami perpanjangan interval PR pada

kelompok RBp

Pada penelitian ini interval PR tidak menunjukkan perbedaan nyata

(p>0.05) pada kelompok RB dan RBp (Tabel 3). Menurut Bharati et al. (1991),

rata-rata interval PR anak babi yaitu 94 ± 27 milidetik (rataan ± standar deviasi)

(50-120 milidetik). Pada rekaman EKG tampak pemanjangan interval PR yang

ditandai dengan gelombang P yang bersatu dengan gelombang T (Gambar 7).

Apabila terjadi pemanjangan interval PR maka dipertimbangkan terjadi first-

degree atrioventricular (AV) block (O’Keefe et al. 2008; Thaler 2009).

Pemanjangan interval PR pada rekaman EKG merupakan akibat dari lamanya

konduksi dari atrium, nodus AV atau sistem His-Purkinje. First-degree AV block

ditandai dengan gelombang P dan kompleks QRS yang normal. Hal ini

disebabkan oleh gangguan pada nodus AV yang diinduksi oleh obat-obatan,

meningkatnya tonus vagal, myocarditis, ketidakseimbangan elektrolit, hipotermia

dan hipoksia (Vogler et al. 2012). Pada penelitian ini pemanjangan interval PR

diduga akibat ketidakseimbangan elektrolit, hipotermia dan hipoksia.

Percepatan interval PR dapat dilihat pada kelompok RBp sebelum dan

setelah kumbah, namun percepatan interval PR masih dalam batas rata-rata

normal interval PR. Percepatan interval PR dapat terjadi karena adanya aritmia

yang berhubungan dengan gangguan impuls pada jantung. Hal ini dapat terjadi

karena aktivitas prematur sebagian ventrikel jantung akibat perlakuan (Martin

2007).

Amplitudo R

Amplitudo R merupakan defleksi positif pertama dari kompleks QRS

(Gambar 8). Pengukuran amplitudo menggambarkan fase depolarisasi ventrikel.

Menurut Widjaja (1990), nilai amplitudo R dapat menandakan adanya hipertrofi

ventrikel dan gambaran amplitudo R menunjukkan tanda-tanda Bundle-Branch

Block (BBB). Nilai amplitudo R normal pada anak babi yaitu 0.0-1.0 mV (Richig

dan Sleeper 2014). Berdasarkan hasil penelitian, tidak ada perbedaan nyata

(p>0.05) pada kelompok RB dan RBp akibat pembebatan dinding dada (Tabel 4).

Tabel 4 Rata-rata amplitudo R (mV)

Waktu pengamatan Kelompok perlakuan

RB RBp

Sebelum kumbah 0.4960 ± 0.4068ax

0.4486 ± 0.1517ax

Setelah kumbah dan rekrutmen 0.3942 ± 0.3380ax

0.3714 ± 0.1580ax

Keterangan: Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya

perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y)

Page 25: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

13

yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata

(p<0.05) dalam kelompok perlakuan.

Gambar 8 Rekaman amplitudo R

Interval QRS

Interval QRS diukur mulai dari onset gelombang Q atau R (bila Q tidak

terlihat) sampai akhir gelombang S. Interval QRS menunjukkan jumlah waktu

yang diperlukan untuk depolarisasi ventrikel (Sastradipraja et al. 1989).

Pengukuran interval QRS dapat menunjukkan terjadinya hipertrofi jantung dan

Bundle-Branch-Block (BBB). Pemanjangan penyebaran impuls melalui berkas

cabang dikenal sebagai BBB akan melebarkan kompleks QRS. Hipertrofi

ventrikel akan meningkatkan amplitudo kompleks QRS karena penambahan

massa otot jantung (Sari 2005). Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan

nyata (p>0.05) interval QRS pada kelompok RB dan RBp baik sebelum dan

setelah kumbah (Tabel 9). Menurut Richig dan Sleeper (2014), nilai normal

interval QRS pada anak babi yaitu 0.030-0.050 detik.

Tabel 5 Rata-rata interval QRS (detik)

Waktu pengamatan Kelompok perlakuan

RB RBp

Sebelum kumbah 0.0488 ± 0.0079ax

0.0498 ± 0.0119ax

Setelah kumbah dan rekrutmen 0.0532 ± 0.0102ax

0.0574 ± 0.0205ax

Keterangan: Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya

perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y)

yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata

(p<0.05) dalam kelompok perlakuan.

Gambar 9 Rekaman interval QRS

Page 26: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

14

Interval QT

Interval QT merupakan jarak antara permulaan gelombang Q sampai akhir

gelombang T yang menggambarkan periode dari awal depolarisasi ventrikel

sampai repolarisasi ventrikel (Akers dan Denbow 2008). Kelainan pada interval

QT dapat berupa pemanjangan dan pemendekan interval QT. Menurut Mozkovitz

et al. (2013), pemanjangan interval QT seringkali disebabkan oleh kongenital,

induksi obat-obatan (seperti procainamid, quinidin dan phenothiazin),

antihistamin (terfenadin dan astemizol), peningkatan aktivitas sistem syaraf

simpatis dan abnormalitas elektrolit seperti hipokalsemia, hipokalemia dan

hipomagnesemia. Hipokalemia seringkali terjadi pada penderita dengan

hipomagnesemia.

Tabel 6 Rata-rata interval QT (detik)

Waktu Pengamatan Kelompok Perlakuan

RB RBp

Sebelum kumbah 0.2882 ± 0.0394ax

0.2698 ± 0.0236ax

Setelah kumbah dan rekrutmen 0.3766 ± 0.0602ax

0.3540 ± 0.1135ax

Keterangan: Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya

perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y)

yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata

(p<0.05) dalam kelompok perlakuan.

Gambar 10 Rekaman perpanjang interval QT pada kelompok RB

Perbedaan yang tidak nyata (p>0.05) ditemukan pada kedua kelompok

(Tabel 6). Interval QT terlihat semakin panjang ketika setelah rekrutmen manuver.

Interval QT normal pada anak babi yaitu 0.200-0.300 detik (Richig dan Sleeper

2014), sehingga pada penelitian ini diduga terjadi pemanjangan interval QT

(Gambar 10). Pada penelitian ini, pemanjangan interval QT pada kedua kelompok

diduga akibat induksi obat-obatan anastesi yang digunakan selama penelitian

berlangsung dan abnormalitas elektrolit seperti hipokalsemia dan hiperfosfatemia.

Penyebab hipokalsemia adalah adanya perubahan distribusi seperti

ketidakseimbangan asam-basa dan hipoalbuminemia (Thrall et al. 2004). Proses

kumbah paru yang menyebabkan cedera paru akut dapat menyebabkan

hipoalbunemia. Hipoalbunemia disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas

membran selama fase akut cedera paru sehingga masuknya cairan edema kaya

protein ke ruang alveolar (Johnson dan Matthay 2010).

Page 27: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

15

Segmen ST

Segmen ST merupakan garis lurus (isoelektrik) akhir kompleks QRS

dengan bagian awal gelombang T. Segmen ST menunjukkan ukuran waktu antara

akhir depolarisasi ventrikel sampai pada mulainya repolarisasi ventrikel. Kelainan

pada segmen ST merupakan kunci indikator terjadinya iskemik miokard, infark

dan nekrosis atau hipotermia apabila terjadi peningkatan (elevasi) atau penurunan

(depresi) segmen ST. Menurut O’Keefe et al. (2008) dan Thaler (2009), elevasi

adalah defleksi positif garis segmen ST dari baseline, sedangkan depresi adalah

defleksi negatif garis segmen ST dari baseline kertas rekaman EKG. Elevasi

segmen ST dapat disebabkan oleh terjadinya perikarditis akut, hipotermia,

hiperkalemia, cardiomyopathy, BBB (kiri dan kanan), hipertrofi ventrikel kiri,

repolarisasi dini dan aneurisme ventrikel kiri. Pada anjing, elevasi segmen ST

disebabkan oleh hipoksia miokardial, infark miokardial transmural dan efusi

perikardial. Depresi segmen ST disebabkan oleh BBB, hipertrofi ventrikel kiri,

efek digitalis, takikardia dan metabolisme (Brady 2006).

Tabel 7 Rata-rata segmen ST (mV)

Waktu Pengamatan Kelompok Perlakuan

RB RBp

Sebelum kumbah 0.1946 ± 0.0523ax

0.1702 ± 0.0435ax

Setelah kumbah dan rekrutmen 0.2614 ± 0.0629ax

0.2044 ± 0.1387ax

Keterangan: Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya

perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y)

yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata

(p<0.05) dalam kelompok perlakuan.

Gambar 11 Rekaman elevasi segmen ST pada kelompok RBp

Pada kelompok RB dan RBp tidak menunjukkan perbedaan nyata (p>0.05)

rata-rata segmen ST akibat perlakuan yang diberikan (Tabel 7). Namun pada

kertas rekaman EKG (Gambar 11) menunjukkan terjadinya elevasi segmen ST.

Elevasi segmen ST ditemukan pada satu ekor anak babi RB sebelum kumbah

sehingga prevalensinya sebesar 20.00%. Kejadian elevasi segmen ST diduga

akibat hipotermia, hiperkalemia dan repolarisasi dini.

Page 28: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

16

Gelombang T

Gelombang T pada rekaman gambar EKG terjadi karena repolarisasi

ventrikel setelah kontraksi. Gelombang T berbentuk panjang tetapi voltasenya

rendah. Kepentingan gelombang T antara lain untuk menandakan adanya iskemik,

infark, kelainan elektrolit dan lain-lain (Widjaja 1990). Dalam keadaan normal,

gelombang T agak asimetris dan melengkung ke atas. Hiperkalium akan

meninggikan dan mempertajam puncak gelombang T (Sari 2005).

Tabel 8 Rata-rata gelombang T

Waktu Pengamatan Kelompok Perlakuan

RB RBp

Sebelum kumbah 0.0674 ± 0.0132ax

0.0730 ± 0.0131ax

Setelah kumbah dan rekrutmen 0.0854 ± 0.0479ax

0.1214 ± 0.0529ax

Keterangan: Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya

perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y)

yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata

(p<0.05) dalam kelompok perlakuan.

Gambar 12 Rekaman depresi gelombang T pada kelompok RBp

Rata-rata nilai gelombang T pada kelompok RB dan RBp tidak

menunjukkan perbedaan nyata (p>0.05) (Tabel 8). Pada rekaman EKG (Gambar

12) dari empat anak babi kelompok RBp ditemukan beberapa gelombang yang

berbentuk negatif atau melengkung ke bawah, yaitu dengan prevalensi sebesar

80.00%. Namun, secara normal gelombang T pada anak babi dapat berbentuk

positif dan negatif (Richig dan Sleeper 2014).

Frekuensi Jantung

Denyut jantung diatur oleh sistem syaraf otonom pada nodus sinoatrial

(SA). Elektrokardiografi dapat menghitung frekuensi jantung melalui sinyal EKG

atau menggunakan persamaan interval RR yang dihasilkan pada rekaman EKG

(Gambar 13). Menurut Abedin dan Conner (2008), interval RR adalah jarak antara

gelombang R dengan gelombang R lainnya yang berdekatan, terukur dalam satuan

waktu (detik) dan digunakan untuk mengindikasi ventricular rate. Rata-rata

frekuensi jantung pada kelompok RB dan RBp tidak berbeda nyata (p>0.05) (tabel

9). Menurut Richig dan Sleeper (2014), rata-rata frekuensi jantung normal anak

babi adalah 70-140 per menit, sehingga frekuensi jantung babi pada penelitian ini

masih dalam batas normal.

Page 29: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

17

Tabel 9 Rata-rata frekuensi jantung

Waktu Pengamatan Kelompok Perlakuan

RB RBp

Sebelum kumbah 111.56 ± 22.0024ax

127.33 ± 18.2583ax

Setelah kumbah dan rekrutmen 103.87± 28.2419ax

93.38 ± 32.6469ax

Keterangan: Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya

perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y)

yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata

(p<0.05) dalam kelompok perlakuan.

Gambar 13 Rekaman frekuensi jantung pada EKG

KESIMPULAN

Pada rekaman EKG, kelompok RB menunjukkan amplitudo berbentuk

bifasik dengan prevalensi 20.00%. Rekrutmen manuver yang dilakukan setelah

kumbah hanya menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap amplitudo P.

Pada kelompok RB setelah rekrutmen terjadi peningkatan nilai amplitudo P

diduga disebabkan oleh edema pulmonum yang mengakibatkan dilatasi atrium

kanan dan kegagalan jantung kiri.

SARAN

Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut menggunakan anak babi dengan

bobot dan jenis kelamin yang seragam. Penelitian disarankan untuk menggunakan

anak babi yang lebih banyak. Selain itu, disarankan untuk menggunakan hewan

coba jenis lain selain babi.

DAFTAR PUSTAKA

Abedin Z, Conner R. 2008. ECG Intrepretation the Self-Assessment Approach.

Iowa (UK): Blackwell Publ.

Akers RM, Denbow DM. 2008. Anatomy and Physiology of Domestic Animals.

First edition. Blackwell Publ.

Page 30: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

18

Anatriera RA. 2009. Aktivitas spesifik katalase jaringan ginjal tikus yang

diinduksi hipoksia hipobarik akut berulang. [skripsi]. Jakarta (ID):

Universitas Indonesia.

Bharati S, Levine M, Huang SK, Handler B, Parr GV, Bauernfeind, Lev M. 1991.

The conduction system of the swine heart. Chest. 100(1): 207-12.

Brady WJ. 2006. ST segment and T wave abnormalities not caused by acute

coronary syndromes. Emerg Med Clin North Am. 24: 91-111.

Conville T, Bassert J. 2002. Clinical Anatomy and Physiology. Philadelphia (US):

Saunders.

Djojodibroto RD. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta (ID):

Kedokteran EGC.

Esteban A, Anzueto A, Alia I. 2000. How is mechanical ventilation employed in

the intensive care unit? an international utilization review. Am J Respir Crit

Care Med. 161:1450-8.

Goh AYT, Chan PWK, Lum LCS, Roziah M. 1998. Incidence of acute respiratory

distress syndrome: a comparison of two definitions. Archieves of Disease in

Childhood. 79: 256-9.

Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology. Ed ke-7.

Philadelphia (US): Saunders.

Haryati RAD. 2010. Profil Elektrokardiogram Pada Domba Lokal (Ovis Aries)

Setelah Penanaman Implan Semen Tulang Hidroksiapatit-Kitosan dan

Hidroksiapatit-Trikalsium Fosfat Pada Tulang Tibia. [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Johnson ER, Matthay MA. 2010. Acute lung injury: epidemiology, pathogenesis,

and treatment. J Aerosol Med Pulm Drug Deliv. 23(4): 243-252.

Kabo P. 2008. Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner Kesaksian

Seorang Ahli jantung dan Ahli Obat. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka

Utama.

Kisara A, Mohamad SH, Uripno B. 2012. Heparin intravena terhadap rasio PF

pada pasien acute lung injury (ALI) dan acute respiratory distress syndrome

(ARDS). JAI. 4(3): 135-144.

Laycock H, Rajah A. 2010. Acute lung injury and acute respiratory distress

syndrome: a review article. Bjmp. 3(2).

Mahajan. 2005. Acute lung injury: options to improve oxygenation. Contin Educ

Anaesth Crit Care Pain. 5(2): 52-55.

Martin MWS. 2007. Small Animal ECGs: An Introductory Guide. Ed ke-2. UK:

Blackwell Pub.

McGill. 2013. Electrocardiography [internet]. [diunduh 2013 Jan 23]. Tersedia

pada: http://www.medicine.mcgill.ca/physio/vlab/cardio/introecg.htm.

Faiz O, Moffat D. 2004. At A Glance Anatomi. Jakarta (ID): Erlangga.

Mozkovitz JB, Bryan DH, Joseph PM, Amal M, William JD. 2013.

Electrocardiographic implications of the prolonged QT interval. Am J

Emerg Med. 31: 866-871.

Nelson RW, Couto CG. 1998. Small Animal Internal Medicine. Ed ke-2.

Philadelphia (US): Mosby.

O’Keefe JH, Hammill SC, Freed MS, Pogwidz SM. 2008. The Complete Guide to

ECG’s A Comprehensive Study Guide to Improve ECG Intrepretation

Skills. Ed ke-3. Michigan (US): Physicians Pr.

Page 31: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

19

Richig JW, Sleeper MM. 2014. Electrocardiography of Laboratory Animals. San

Diego (US): Elsevier.

Ronny S, Fatimah S. 2010. Fisiologi Kardiovaskuler: Berbasis Masalah

Keperawatan. Jakarta (ID): EGC.

Rubenfeld GD, Caldwell E, Peabody E, Weaver J, Martin DP, Neff M, Stern EJ,

Hudson LD. 2005. Incidence and Outcomes of Acute Lung Injury. N Engl J

Med. 353: 1553-64.

Sarget T, Talmor D. 2009. Targetting Transpulmonary Pressure To Prevent

Ventilator Induced Lung Injury. Minerva anastesiol. 75293-9.

Sari SI. 2005. Nilai diagnostik beberapa kriteria hipertrofi ventrikel kiri secara

elektrokardiografik pada penderita hipertensi dibanding dengan

ekokardiografi. [tesis]. Semarang (ID): Undip.

Sastradipraja D, Sri HSS, Reviany W, Tonny U, Achmad M, Hamdani N, Regina

S, Razak H. 1989. Fisiologi Veteriner. Bogor (ID): IPB.

Shirley AJ. 2007. ECG Success: Exercise In ECG Intrepretation. Philadelphia

(US): FA David Company.

Sloane E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta (ID): EGC.

Smith AC, Swindle MM. 2006. Preparation of swine for the laboratory. Ilar J.

47(4): 358-363.

Susanto YS, Fitrie RS. 2012. Penggunaan ventilasi mekanis invasif pada acute

respiratory distress syndrome (ARDS). J Resp Ind. 32(1): 44-52.

Thaler MS. 2009. Satu-satunya Buku EKG yang Anda Perlukan. Jakarta (ID):

Penerbit Buku Kedokteran.

Thrall MA, Baker DC, Campbell TW, De Nicola D, Fettman MJ, Lassen ED,

Rebar A, Weiser G. 2004. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry.

Philadelphia (US): Lippincot Williams dan Wilkins.

Vogler J, Breithardt G, Eckaerdt L. 2012. Bradyarrythmias and Conduction

Blocks. Rev Esp Cardiol. 65(7): 656-67.

Widjaja S. 1990. Segi Praktik EKG. Jakarta (ID): Binarupa Aksara.

Page 32: GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM SELAMA REKRUTMEN … · sehingga pemeliharaan dan pelaksanaan suatu tindakan mudah dilakukan oleh seorang dokter hewan. Perumusan Masalah Dengan latar belakang

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Pekanbaru, Riau pada tanggal 31 Agustus 1992 dari Ayah

yang bernama Dedih Hermawan dan Ibu bernama Sri Mulyati. Penulis merupakan

putri kedua dari dua bersaudara. Penulis pernah bersekolah di SDN 019

Pekanbaru, SMPN 4 Pekanbaru, lulus dari SMAN 8 Pekanbaru tahun 2010 dan

pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI) di Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan penulis bergabung dalam beberapa

organisasi. Adapun organisasi yang diikuti yaitu Ikatan Kelompok Pelajar

Mahasiswa Riau sebagai anggota (2010-sekarang), Badan Eksekutif Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Hewan (BEM FKH) Kabinet Veternity sebagai anggota

PPSDM (2011-2012), Himpunan Minat dan Profesi Hewan Kesayangan dan

Satwa Akuatik-Eksotik sebagai bendahara divisi pendidikan (2012-2013) dan

mengikuti magang profesi serta beberapa kepanitiaan kegiatan kampus FKH IPB.