GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DALAM …repository.poltekkes-kdi.ac.id/572/1/KTI KETUT ARMA...
-
Upload
truongkhanh -
Category
Documents
-
view
242 -
download
0
Transcript of GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DALAM …repository.poltekkes-kdi.ac.id/572/1/KTI KETUT ARMA...
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
DI WISMA SEGAR PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA MINAULA KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan PendidikanProgram Diploma III Keperawatan
KETUT ARMA DINATA
P00320015027
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... iLEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iiLEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iiiKATA PENGANTAR .................................................................................... ivDAFTAR ISI ................................................................................................... vDAFTAR TABEL ........................................................................................... viDAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang ...................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................. 4C. Tujuan Studi Kasus ............................................................... 4D. Manfaat Studi Kasus ............................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Pemenuhan
Kebutuhan Istirahat Dan Tidur............................................... 7B. Konsep Istirahat Dan Tidur Pada Lansia .............................. 15
BAB III METODE STUDI KASUSA. Jenis / Desain/ Rancangan Studi Kasus ................................ 32B. Subjek Studi Kasus ................................................................ 33C. Fokus Studi Kasus ................................................................. 33D. Definisi Operasional............................................................... 34E. Instrument Studi Kasus .......................................................... 36F. Metode Pengumpulan Data ................................................... 37G. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus ............................................ 37H. Analisa Data Dan Penyajian Data ......................................... 37I. Etika Studi Kasus .................................................................. 38
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASANA. Hasil Studi kasus ................................................................... 39B. Pembahasan ........................................................................... 57C. Keterbatasan Sudi Kasus ....................................................... 61
BAB IV PENUTUPA. Kesimpulan ............................................................................ 62B. Saran....................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
ABSTRAK
Ketut Arma Dinata (P00320015027)”Gambaran Asuhan Keperawatan PadaLansia Dalam Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur Di Wisma Segar PantiSosial Tresna Werdha Minaulan Kendari”Pembimbing I: AsminarsihZ.P.M.Kep.Sp.Kom, Pembimbing II: Nurfantri,S.Kep.Ns.MSc. Asuhankeperawatan gerontik pada Tn.husen dengan masalah gangguan pemenuhankebutuhan istirahat dan tidur di wisma segar panti sosial tresna werdha minaulakendari. Pengkajian: keluhan utama klien mengatakan sulit untuk tidur cepat dimalam hari, Klien mengatakan pusing dan tiba-tiba sakit kepala ketika bangunpada pagi hari, Klien mengatakan tidur malam jam 23.30 – 03.00 dan sulit untuktertidur kembali, Tidur siang 12.00 – 13.00 wita. Data objektif : ada are gelapsekitar mata, kunjungtiva anemis, Klien tampak lelah, Klien menguap, klien tidurjam 23.30 dan bagun jam 03.00 dan sulit untuk tertidur lagi, TTV : TD :140/80mmhg, S : 36,5 0C, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit. Diagnose keperawatan :Insomia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik dan menganuk secaraberlebihan. Perencanaan yang di buat untuk menyelesaikan masalah klienberdasarkan diagnosa keperawatan yang sesuai kondisi klien. Implementasi : padatahap pelaksanaan secara umum penulis dapat merealisasikan rencana yang telahdi susun berdasarkan masalah yang muncul pada kien. Evaluasi : pada tahapevaluasi berdasarkan tujuan dan kareteria hasil yang di tegakan maka penulismenganallisa bahwa semua masalah yang di alami klien sudah teratasi.
Kata Kunci : Asuhan keperawatan, lansia, Istirahat dan Tidur
KATA PENGANTAR
Angayu bagia penulis panjat kanatas Asung Kerta WaraNugraha Ida SangHyang
Widhi Wasa (Tuhan Yang MahaEsa), sehingga penulis diberikan kesehatan dalam
menyelesaikan penulisan karyatulis ilmiah disusun untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaika npendidikan Di Politeknik Kesehatan Kendari dengan
judul :“ Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Istirahat Dan Tidur Di Wisma Segar Panti Social Tresna Werdha
Minaulan Kendari” Rasa terimakasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan
kepada pembimbing yang terhormat ibu Asminarsih Z.P.M.Kep.Sp.Kom
selakupembimbing I dan ibu Nurfantri,S.Kep.Ns.MSc selaku pembimbing II
yang telah rela, iklas serta sabar dalam membimbing dan meluangkan waktu
untuk memberikan pengarahan serta perbaikan kepada penulis selama penyusunan
studi kasus.
Dalam penulisan studi kasus ini penulis telah banyak menemukan
hambatan dan kesulitan, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya
penyusunan Karya TulisI lmiah ini.
Oleh sebab itu dengan kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terimakasih
yang setulusnya kepada :
1. IbuAskrening,SKM. M,Kes selaku direkturPoliteknikKesehatanKendari
2. Indriono hadi. S.Kep.Ns,M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kendari.
3. Fitri Wijayanti, S.Kep.,M.Kep (selaku penguji 1) yang telah banyak
memberikan pendidikan di saran dan perbaikan untuk kesempurnaan Studi
kasus ini.
4. Seluruh dosen dan staf pengajar Politeknik Kesehatan Kendari yang telah
membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan selama penulis mengikut
ipendidikan di politeknik kesehatan Kendari
5. Kepala Panti Solial Tresna Werdha Minaula Kendari yang telah memberikan
data dan informasi terkait penelitian ini.
6. Terkhusus dan Terhorma tuntuk ayah (I Made Arsika) dan ibu (Ni Ketut
Tarini),sertasa udara-saudara, dan, Ni Made Maetri S.Si tersayang yang senan
tiasa memberikan doa restu serta dorong anmoril, semangat dan doa yang
tiada hentinya.
7. Teman-teman prodi D3 keperawatan yang senang tiasa membantu saya.
Semoga segala yang telah mereka berikan senantiasa mendapatkan Rahmat serta
balasan dari Ida Sang HyangWidhiWasa (Tuhan Yang MahaEsa). Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat .Dalam
penyusunan skripsi ini tentu masih banyak terdapat kekurangan, oleh sebab itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
perbaikan skripsi ini, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih baik, Akhir
kata penulis ucapkan banyak terimakasih.
Kendari, juli 2018
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization) lanjut usia (lansia)
adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Secara
global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih
dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan
jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia
harapan hidup (WHO,2013). Berdasarkan Susenas tahun 2014, jumlah lansia
di Indonesia mencapai 20,24 juta orang atau sekitar 8,03% dari seluruh
penduduk Indonesia. Data tersebut menunjukkan peningkatan jika
dibandingkan dengan hasil sensus penduduk tahun 2010 yaitu 18,1 juta
orang atau 7,6% dari total jumlah penduduk. Berdasrkan data proyeksi
penduduk , pada tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di
indonesia atau sekitar 9,03% (Depkes, 2017).
Setiap manusia memiliki kebutuhan khusus yang harus dipenuhi,
baik secara fisiologis maupun psikologis. Terdapat banyak kebutuhan
fisiologis manusia, salah satunya adalah istirahat dan tidur. Tidur merupakan
suatu kebutuhan yang sangat penting untuk kesehatan manusia. Tidur
merupakan suatu mekanisme yang memperbaiki tubuh dan fungsinya untuk
mempertahankan energi dan kesehatan, tetapi masih banyak orang yang
sedikit mengerti tentang pentingnya tidur demi sesuatu hal yang harus
diselesaikan (Maryam, 2016).
1
Proses penuaan berhubungan dengan perubahan tidur obyektif dan
subyektif. Keluhan tidur adalah keluhan berulang mulai usia lansia dan
tampaknya akan mempengaruhi lebih dari 30% dari populasi berusia di atas
65 tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang
wajar, kulit sudah tidak kencang, otot-otot yang sudah mengendor, dan
organ-organ tubuhnya kurang berfungsi dengan baik (Maryam, 2016).
Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan
pada lansia. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa
melaporkan gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan
tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia tergolong tinggi
yaitu sekitar 67% (Stenley, 2007).
Insomnia adalah salah satu gangguan utama dalam memulai dan
mempertahankan tidur di kalangan lansia. Insomnia didefinisikan sebagai
suatu keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan oleh satu
dari sulit memasuki tidur, sering terbangun malam kemudian kesulitan untuk
kembali tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak. Insomnia
dapat dibagi menjadi dua yaitu insomnia sekunder dan primer.
Insomnia sekunder adalah insomnia yang disebabkan oleh faktor medis,
psikiatri atau substansi, sedangkan insomnia primer merupakan insomnia
yang disebabkan oleh faktor psikologis. Sebuah diagnosa pada insomnia
dikonfirmasi jika ada keluhan tidur atau masalah siang hari terkait
penyebab dari stres atau penurunan fungsional minimal selama 1 bulan
(Syarif. 2016).
Kualitas tidur pada lansia yang buruk tidak lepas dari faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Dengan bertambahnya usia juga terdapat
penurunan dalam kualitas tidur. Kebutuhan tidur setiap orang
berbeda-beda, usia lanjut membutuhkan waktu tidur 6-7 jam per hari.
Penyebab insomnia pada lansia dibagi menjadi empat kelompok yaitu
penyakit fisik atau gejala: seperti nyeri jangka panjang, kandung kemih
atau masalah prostat, penyakit sendi seperti arthritis atau bursitis, dan
gastroesophageal reflux; lingkungan/ factor perilaku, penggunaan obat-
obatan, seperti kafein, alkohol, atau resep obat untuk penyakit kronis;
penyakit mental atau gejala, seperti kecemasan, depresi, kehilangan identitas
pribadi, atau persepsi status kesehatan yang buruk (Padila, 2013). Menurut
National Sleep Foundation ada sebelas kondisi kesehatan yang disertai oleh
rasa nyeri dan ketidaknyamanan dapat menyebabkan gangguan tidur.
Keadaan tersebut adalah tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke,
diabetus mellitus, arthritis, penyakit paru, kanker, depresi, gangguan
memori, osteoporosis, dan hipertropi prostat (Avidan, 2018).
Berdasarkan data dari hasil studi pendahuluan di Panti sosial tresna
Werdha Minaula Kendari bahwa jumlah lansia saat ini yang tinggal
sebanyak 87 orang jumlah wanita 53 orang dan laki-laki 34 orang. Dari
hasil obsevasi seluruh panti dibagi menjadi 10 wisma, setiap wisma ada
beberapa kamar dan dalam satu kamar ada jumlah lansia 2 atau 3 orang,
wawancara singkat terhadap 5 orang lansia yang tinggal di panti wisma
segar didapatkan bahwa yang mengeluhkan adanya gangguan tidur berupa
kesulitan untuk memulai tidur, sering terbangun pada saat malam dan
kesulitan untuk tidur kembali.
Berdasarkan masalah-masalah diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian kepada lansia yang tinggal di Wisma Segar Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kendari tentang Gambaran Asuhan Keperawatan Pada
Lansia Dalam Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas bahwa
pada lanjut usia banyak yang mengalami insomnia, maka permasalahan
dalam study kasus ini dirumuskan sebagai berikut bagaimana ” Bagaimana
Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Istirahat Dan Tidur Di Wisma Segar Panti Sosial tresna Werdha Minaula
Kendari Tahun 2018 ?”
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada
lansia dengan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur di Wisma Segar
Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada lansia
dengan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur di Wisma Segar
Panti Sosial Tresna Werdha Manaula Provinsi Sulawesi Tenggara .
b. Mampu menegakkan diagnosa asuhan keperawatan pada lansia
dengan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur Wisma Segar Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Provinsi Sulawesi Tenggara.
c. Mampu menyusun atau merencanakan tindakan asuhan keperawatan
pada lansia dengan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur di
Wisma Segar Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Provinsi
Sulawesi Tenggara .
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana asuhan
keperawatan pada lansia dengan pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidur Wisma Segar Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Provinsi
Sulawesi Tenggara.
e. Mampu melaksanakan evaluasi hasil tindakan keperawatan pada
lansia dengan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur di Wisma
Segar Panti Sosial tresna Werdha Minaula Provinsi Sulawesi
Tenggara.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan studi kasus ini dapat memperkaya bahan kepustakaan
dan mampu memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu
keperawatan khususnya manajemen asuhan keperawatan dengan kasus
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada lansia di Wisma Segar
Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Bagi Panti Sosial Kresna Werdha
Sebagai bahan masukan dan tambahan referensi pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur.
3. Bagi Perawat
Mengetahui bagaimana cara membuat asuhan keperawatan yang
komprehensif dan memberikan perawatan yang maksimal pada pasien
dengan kasus pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur.
4. Bagi Penulis
Menambah pengalaman dan wawasan penulis dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur dan bisa membandingkan antara teori dan kenyataan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Pemenuhan Kebutuhan
Istirahat dan Tidur
1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap
dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan
dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial
maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga
kegiatan,yaitu pengumpulan data,analisis data,dan penentuan masalah
kesehatan serta keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2010).
a. Pengumpulan data
Tujuan :
Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan
yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang
harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut
aspek fisik,mental,sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang
mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah di
analisis.
Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang
diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan
pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.
Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi:
1) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
7
2) Pola koping sebelumnya dan sekarang
3) Fungsi status sebelumnya dan sekarang
4) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
5) Resiko untuk masalah potensial
6) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
Pengkajian kebutuhan aktivitas dan istirahat tidur
1) Dalam aktivitas sehari-hari apakah menggunakan alat bantu?
Sebelum MSR : Selama MRS :
Jenis alat bantu : Jenis alat bantu :
2) Dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara ?
Sebelum MSR : pasif/aktif
Selama MRS : pasif/aktif
3) Apakah ada kelainan sendi ?
Sebelum MRS : Selama MRS :
4) Berapa lama melakukan kegiatan sehari-hari?
Sebelum MRS : Selama MRS :
5) Apakah klien memiliki keterampilan kuhusus ?
6) Pola tidur
Sebelum MRS : Selama MRS :
Siang siang
Pukul s/d ( jam) Pukul s/d ( jam)
Malam malam
Pukul s/d ( jam) Pukul s/d ( jam)
7) Kegiatan yang biasa di lakukan untuk pengantar tidur?
Sebelum MRS : Selama MRS :
8) Kebiasaan meminum obat stimulan/penenang/lain-lain?
Sebelum MRS : Selama MRS :
9) Kondisi yang dapat menganggu tidur?
Sebelum MRS : Selama MRS :
10) Aktivitas yang dilakukan setelah bangun tidur?
Sebelum MRS : Selama MRS :
b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan
kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu
pengetahuan.
c. Perumusan Masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat irumuskan beberapa
masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat
diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan)
tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis.
Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas.
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan
segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan
menimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu
misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus
segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah
atau kematian. Prioritas masalah juga dapat d itentukan
berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan
yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan,
persepsi tentang kesehatan dan keperawatan (Tarwoto &
Wartonah, 2010).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
(Tarwoto & Wartonah, 2010). Perumusan diagnosa keperawatan :
a. Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan
data klinik yang ditemukan.
b. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi
jika tidak di lakukan intervensi.
c. Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data
tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
d. Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sajetrah tertetu ketinkat
sajetera yang lebih tinggi.
e. Syndrom : diagnose yang terdiri dari kelompok
diagnosa keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan
muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu (Huda &
Kusuma, 2016).
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari gangguan pola
istirahat tidur diantaranya yaitu :
a) Insomia berhubungan dengan ketidanyamanan fisik dan mengantuk
b) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kerusakan transfer
oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh
obat, imobilisasi, nyeri pada kaki, takut operasi, lingkungan yang
mengganggu.
c) Cemas berhubungan dengan ketidak mampuan untuk tidur, henti
nafas saat tidur, (sleep apnea) dan ketidak mampuan mengawasi
prilaku.
d) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan insomnia.
e) Gangguan pertukaran gas berhubungan henti nafas saat tidur.
f) Gangguan konsep diri berhubungan dengan penyimpangan tidur
hipersomia. (Tarwoto & Wartonah, 2010)
3. Perencanaan Keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang di
uraikan dalam hasil yang di harapkan (Huda & Kusuma, 2016).
Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana
perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat
mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan
keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas
asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil,
semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan
yang berkualitas tinggi dan konsisten.
Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran
informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana
perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang
(Huda & Kusuma, 2016).
Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC
Intervensi Keperawatan :
NIC
Dx.Insomia
berhubungan
dengan
ketidaka
nyamanan fisik
dan mengantuk
secara berlebih
Rest : Extent and Pattern
Sleep : Extent an Pattern
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
pencapaian kebutuhan
istirahat dan tidur dapat
terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a. Jumlah Jam Tidur Dalam
Batas Normal 6-8
Jam/Hari
b. Pola Tidur, Kualitas
Dalam Batas Normal
c. Perasaan Segar Sesudah
Sleep Enhancement (
peningkatan tidur)
a. Fasilitas untuk
mempertahankan
aktivitas sebelum tidur
(mendengar musik)
b. Ciptakan lingkungan
yang nyaman
c. Instruksikan untuk
memonitor tidur pasien
d. Monitor waktu makan
dan minum dengan
waktu tidur (Huda &
Kusuma, 2016).
Tidur Atau Istirahat
4. Implementasi Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut :
Tahap 1: Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat
untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap
perencanaan.
Tahap 2: Intervensi
Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan
dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan
tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,
dependen,dan interdependen.
Tahap 3: Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu
kejadian dalam proses keperawatan.
5. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah di rumuskan sebelumnya.Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:
a. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang
telah disusun.
b. Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan kriteria keberhasilan
yang telah dirumuskan dalam rencana evaluasi.
Hasil evaluasi
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
a. Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan perbaikan /
kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
c. Tujuan tidak tercapai,apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah
baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih
mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan
faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak
tercapainya tujuan (Huda & Kusuma, 2016).
B. Konsep istirahat dan tidur pada lansia
1. Pengertian Istirahat Dan Tidur
a. Istirahat
Istirahat Suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada stres
emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak
melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau
berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat.
Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka
sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang
selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh
karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan
lingkungan atau suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi
klien/pasien. Terdapat enam kondisi seseorang dapat beristirahat:
1) Merasa segala sesuatu berjalan normal
2) Merasa diterima
3) Merasa diri mengerti apa yang sedang berlangsung
4) Bebas dari perlukaan dan ketidaknyamanan
5) Merasa puas telah melakukan aktifitas-aktifitas yang berguna
6) Mengetahui bahwa mereka akan mendapat pertolongan bila
membutuhkannya ( Padila 2016 ).
b. Tidur
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi
dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau menghilang,
dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang
cukup (Azizah. 2014). Tidur juga disebut sebagai kondisi tidak
sadar di mana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau
sensoris yang sesuai atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan
penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu
urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas
yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat
perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respons
terhadap rangsangan dari luar. Tidur juga bisa didefinisikan
sebagai suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status
keadaan yang terjadi selama periode tertentu. (Tamher &
Noorkasiani. 2011).
Sebagian besar lansia berisiko tinggi mengalami gangguan
tidur akibat beberapa faktor. Selama penuaan, terjadi perubahan
fisik dan mental yang diikuti dengan perubahan pola tidur yang
khas yang membedakan dari orang yang lebih muda. Perubahan-
perubahan itu mencakup kelatenan tidur, terbangun pada dini hari,
dan peningkatan jumlah tidur siang (Tamher & Noorkasiani. 2011).
Kurang tidur berkepanjangan dan sering terjadi dapat
mengganggu kesehatan fisik maupun psikis. Kebutuhan tidur setiap
orang berbeda-beda, usia lanjut membutuhkan waktu tidur 6-7 jam
per hari. Walaupun mereka menghabiskan lebih banyak waktu di
tempat tidur, tetapi usia lanjut sering mengeluh terbangun pada
malam hari, memiliki waktu tidur kurang total, mengambil lebih
lama tidur, dan mengambil tidur siang lebih banyak. Sebagai
contoh seorang lansia yang mengalami artritis mempunyai kesulitan
tidur akibat nyeri sendi. Kecenderungan tidur siang meningkat
secara progresif dengan bertambahnya usia. Peningkatan waktu
siang hari yang dipakai untuk tidur dapat terjadi karena seringnya
terbangun pada malam hari. Dibandingkan dengan jumlah waktu
yang dihabiskan ditempat tidur menurun sejam atau lebih
(Azizah, 2014).
Pada usia lanjut menunjukkan berkurangnya jumlah tidur
gelombang lambat, sejak dimulai tidur secara progresif menurun
dan menaik melalui stadium 1 ke stadium IV, selama 70-100 menit
yang diikuti oleh letupan REM. Periode REM berlangsung kira-
kira 15 menit dan merupakan 20% dari waktu tidur total.
Umumnya tidur REM merupakan 20-25% dari jumlah tidur,
stadium II sekitar 50% dan stadium III dan IV bervariasi. Jumlah
jam tidur total yang normal berkisar 5-9 jam pada 90% orang
dewasa. Pada usia lanjut efisiensi tidur berkurang, dengan waktu
yang lebih lama di tempat tidur namun singkat dalam keadan tidur.
1) Fisiologi Tidur
a) Fisiologi Secara Umum
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur
oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara
bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak
agar agar dapat tidur dan bangun. Pusat pengaturan tidur
terdapat pada medula oblongata (Hidayat, 2008).
Berdasarkan gambaran EGG tidur dapat dibagi menjadi dua
fase yaitu non rapid eye movement (NREM) dan rapid eye
movement (REM). Pada awal tidur didahului oleh fase
NREM yang terdiri dari tiga stadium NREM dan satu REM.
b) Tidur Stadium 1 (N1)
Stadium ini merupakan antara tahap terjaga dan tahap
awal tidur.Saat seseorang mulai mengantuk, perlahan-lahan
kesadaran mulai meninggalktan dirinya.Stadium ini juga
disebut dengan downiness, yaitu tahap ketika pikiran kita
melayang-layang tak menentu tetapi masih menyadari
kondisi disekeliling sehingga merasa belum tidur. Stadium
ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah ekali
dibangunkan. Gambaran EKG biasanya terdiri dari
gelombang campuran alfa, beta, dan kadang gelombang
teta dengan amplitude yang rendah. Tidak didapatkan
adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K.
c) Tidur Stadium 2 (N2)
Setelah stadium N1, maka akan semakin dalam
tertidur dan masuk ke tidur fase stadium N2. Gelombang
otak lambat masih menjadi latar, tetapi sesekali muncul
gelombang khas berupa gelombang sleep spindle. Pada
stadium ini, tidur semakin sulit bangunpanggilan berulang-
ulang karena merupakan tahap tidur terbanyak, kira-kira 50
% dari total tidur satu malam.
d) Tidur Stadium 3 (N3 )
Setelah kira-kira 10 menit dalam tahap N2, maka akan
masuk ke stadium tidur yang lebih dalam, yaitu tahap
stadium 3 (N3) atau sering disebut tidur slow wave karena
gelombang otak semakin melambat dengan frekuensi
yang lebih rendah. Pada gambaran EEG terdapat lebih
banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta
tampak gelombang sleep spindle. Dalam stadium ini
hormone pertumbuhan (growth hormon) dan prolaktin
dikeluarkan oleh tubuh untuk pertumbuhan pada bayi dan
perbaikan untuk mempertahankan keutuhan maupun
kemudaan jaringan tubuh.Sementara prolaktin adalah
hormon yang banyak terdapat pada ibu menyusui maka
semakin tinggi pula produksi prolaktin. Namun fungsi pada
saat tidur belum dapat dijelaskan.
e) Tahap Tidur REM
Dari tahap N3 biasanya akan terus meningkat dan
kembali pada tahap N2. EEG akan menunjukkan aktivitas
otak yang meningkat secara drastis, yang pertanda
seseorang memasuki tahap tidur R (REM) atau hanyut
dalam mimpi. Tahap ini tubuh tidak bisa menerima
rangsangan apa pun, karena tubuh tidak merespon aktivitas
otak yang menimbulkan lumpuh sesaat.
Pada lansia yang sering terbangun dan kembali tidur,
maka tahap 1 akan dimulai kembali. Dalam pola tidur
normal, sekitar 70 sampai 90 menit setelah awitan tidur.
Konsekuensi dari terbangun pada malam hari dapat
menimbulkan efek buruk pada fisiologis dan fungsi mental
pada usia lanjut (Stanley, 2007).
2) Fisiologi Tidur Pada Lansia
Jumlah tidur total tidak berubah sesuai dengan
pertambahan usia. Akan tetapi, kualitas tidur kelihatan menjadi
berubah pada kebanyakan usia lanjut. Episode tidur REM
cenderung memendek.Terdapat penurunan yang progresif pada
tahap tidur NREM 3 dan 4. Beberapa usia lanjut tidak memiliki
tahap 4 atau tidur dalam. Seorang usia lanjut yang terbangun
lebih sering pada malam hari, dan membutuhkan banyak waktu
untuk jatuh tidur. Tetapi pada lansia yang berhasil beradaptasi
terhadap perubahan fisiologis dan psikologis dalam
penuaan lebih mudah mempertahankan tidur REM (Stanley,
2007).
2. Gangguan Istirahat Tidur Pada Usia Lanjut
Beberapa sumber yang mengemukan tentang gangguan tidur
pada lansia. Kemudian didapatkan gangguan tidur pada usia lanjut terdiri
dari insomnia, hipersomnia, enuresis, narkolepsi, dan apnea tidur.
(Tamher & Noorkasiani. 2011).
a. Insomnia
Insomnia adalah bukan bagian normal dari penuaan, tapi
gangguan tidur malam hari pada dewasa yang lebih tua, yang
menyebabkan kantuk di siang hari yang berlebihan.
Insomnia dapat berupa kesulitan untuk tetap tidur atau pun
seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa belum cukup
tidur .Menurut (Tamher & Noorkasiani. 2011) insomnia dibagi
menjadi tiga jenis yaitu:
1) Insomnia initial, yang merupakan ketidakmampuan untuk
jatuh atau mengawali tidur.
2) Insomnia intermiten, yang merupakan ketidakmampuan
memepertahankan tidur atau keadaan sering terjaga dari tidur.
3) Insomnia terminal, yang merupakan ketidakmampuan untuk
tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari.
Sedangkan menurut Stanley (2007), insomnia dibagi menjadi
1) Jangka pendek
Berakhir beberapa minggu dengan muncul akibat
pengalaman stress yang bersifat sementara seperti kehilangan
orang yang dicintai, tekanan di tempat kerja.
2) Sementara
Biasanya disebabkan oleh perubahan-perubahan lingkungan
seperti konstruksi bangunan yang bising atau pengalaman yang
menimbulkan ansietas.
3) Kronis
Berlangsung selama 3 minggu atau seumur hidup.Disebabkan
kebiasaan tidur yang buruk, masalah psikologis, penggunaan
obat tidur yang berlebihan, penggunaan alkohol yang
berlebihan.Empat puluh persen insomnia kronis disebabkan
oleh masalah fisik seperti apnea tidur, sindrom kaki gelisah,
atau nyeri kronis.
b. Hipersomnia
Hipersomnia dicirikan dengan tidur lebih dari 8 atau 9 jam per
periode 24 jam, dengan keluhan tidur berlebihan (Stanley, 2007).
Biasanya disebabkan oleh masalah psikologis, depresi, kecemasan,
dan gaya hidup yang membosankan (Tamher & Noorkasiani.
2011) Dengan pada ciri mengantuk di siang hari yang persisten,
mengalami serangan tidur.
c. Enuresis
Enuresis yaitu kencing yang tidak disengaja atau mengompol,
paling banyak terjadi pada laki-laki. Pada pria lansia dapat terjadi
hipertrofi kelenjar prostat yang menyebabkan tekanan pada leher
kandung kemih sehingga sering berkemih. Selain itu, hipertrofi
prostat dapat mengakibatkan kesulitan memulai dan
mempertahankan aliran urine. Wanita lansia, terutama wanita
yang memiliki anak, dapat mengalami inkontinensia stress, yaitu
terjadi pelepasan urine involunter saat batuk, bersin, atau pun saat
tidur tanpa disadari mereka akan mengompol sehingga
menyebabkan terbangun hal ini disebabkan karena melemahnya
otot kandung kemih pada lansia (Tamher & Noorkasiani. 2011)
d. Narkolepsi
Merupakan keinginan yang tidak terkendali untuk tidur atau
serangan mengantuk mendadak, sehingga dapat tertidur pada
setiap saat di mana serangan tidur itu datang. Serangan mendadak
yang dialami pada siang hari tidak bisa dihindari, biasanya
berlangsung 10-20 menit atau kurang dari 1 jam. Gambaran tidur
pada narkolepsi ini menunjukkan penurunan fase REM 30-70 %.
Terdapat empat gejala klasik penderita narkolepsi yaitu rasa kantuk
berlebihan (EDS), melemasnya otot secara mendadak (katapleksi),
dan sleep paralysis (keadaan ketika akan tidur atau bangun tidur
merasa sesak napas seperti tercekik, dada sesak, sulit berteriak, dan
badan sulit bergerak) (Azizah, 2014).
e. Apnea Tidur
Apnea tidur merupakan henti napas saat tidur atau
mendengkur (Stanley, 2007). Yang disebabkan oleh rintangan
terhadap pengaliran udara di hidung dan di mulut. Pangkal lidah
yang menyumbat saluran napas sering terjadi pada usia lanjut
karena otot-otot di bagian belakang mengendur lalu bergetar jika
dilewati udara pernapasan. Telah dilaporkan apnea napas terjadi
pada 11% sampai 62% pada usia lanjut. Sebagian besar penderita
apnea tidur ini adalah pria, dengan keluhan sering terbangun di
malam hari, banyak tidur di siang hari, mendengkur,dan nyeri
kepala pada saat bangun (Tamher & Noorkasiani. 2011)
3. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur
Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia. Akan
tetapi kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan lansia.
Episode tidur REM cenderung memendek. Terdapat penurunan yang
progresif pada tahap tidur NREM 3 dan 4, beberapa lansia hamoir tidak
memiliki tahap 4 atau tidur yang dalam. Seorang lansia terbangun lebih
sering dimalam hari dan membutuhkan banyak waktu untuk jatuh
tertidur.
Keragaman dalam perilaku tidur lansia adalah umum. Keluhan
tentang kesulitan tidur waktu malam seringkali terjadi antara lansia.
Seringkali akibat keberadaan penyakit kronik yang lain. Perubahan pola
tidur pada lansia disebabkan SSP yang mempengaruhi pengaturan tidur.
Kerusakan sensorik, umum dengan penuaan, dapat mengurangi sensivitas
terhadap waktu yang mempertahankan irama sirkadian.
Kualitas tidur merujuk pada kemampuan seseorang untuk dapat
tidur dan mendapatkan tidur REM dan NREM yang tepat. Kualitas tidur
adalah jumlah total waktu tidur seseorang. Faktor yang mempengaruhi
kualitas dan kuantitas tidur, yaitu :
a. Lingkungan
Lingkungan dapat mendukung dan menghambat tidur. Temperatur,
ventilasi, penerangan ruangan dan kondisi kebisingan sangat
berpengaruh terhadap tidur seseorang.
b. Kelelahan
Kelelahan akan berpengaruh terhadap pola tidur seseorang semakin
lelah seseorang maka akan semakin pendek tidur REMnya.
c. Penyakit
Sakit menyebabkan nyeri dapat menimbulkan masalah tidur.
Seseorang yang sedang sakit membutuhkan waktu tidur lebih lama
dari keadaan normal. Sering sekali pada orang sakit pola tidurnya
juga akan terganggu karena penyakitnya seperti rasa nyeriyang
ditimbulkan oleh luka.
d. Gaya hidup
Orang yang bekerja shift dan sering berubah shiftnya harus
mengatur kegiatan agar dapat tidur pada waktu yang tepat. Keadaan
rileks sebelum istirahat merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap seseorang untuk dapat tidur.
e. Obat-obatan dan alcohol
Beberapa obat-obatan berpengaruh terhadap kualita tidur. Obat-
obatan yan mengandung diuretic menyebabkan insomnia, anti
depresan akan memsupresi REM. Orang yang minum alcohol terlalu
banyak sering kali mengalami gangguan tidur.
f. Merokok
Nicotine mempunyai efek menstimulasi tubuh dan perokok
seringkali mempunyai lebih banyak kesulitan untuk bisa tidur
dibandingkan dengan yang tidak perokok. Dengan menahan tidak
merokok setalah makan malam orang biasanya akan tidur lebih baik.
Banyak perokok melaporkan pola tidurnya menjadi lebih baik ketika
mereka berhenti merokok (Syarif. 2016).
4. Edukasi Pada Penderita Ganguan Istirahat Dan Tidur
a. Mengedukasi cara mengontrol lingkungan
1) Tutup pintu kamar klien jika diperlukan.
2) Jaga agar pintu area kerja di unit tersebut ditutup ketika sedang
digunakan.
3) Kurangi volume telepon yang terdekat dan peralatan yang
berbunyi.
4) Gunakan sepatu beralas karet, hindari pemakaian sepatu beralas
kayu.
5) Matikan oksigen di samping tempat tidur dan peralatan lain
yang tidak digunakan.
6) Matikan alarm dan bunyi pada alat monitor di samping tempat
tidur.
7) Matikan teelevisi dan radio dalam kanmar kecuali jika klien
menyukai musik yang lembut.
8) Hindari bunyi keras yang tiba-tiba seperti menyiram toilet atau
menggeser tempat tidur.
9) Lakukan percakapan yang diperlukan dengan suara rendah
terutama di malam hari.
10) Lakukan percakapan dan pelaporan di ruangan khusus yang jauh
dari kamar klien.
b. Edukasi Peningkatan Rutinitas Menjelang Tidur
1) Rutinitas menjelang tidur merilekskan klien dalam persiapan
untuk tidur. Penting bagi seeseorang untuk pergi tidur pada saat
mereka merasa letih atau mengantuk.
2) Pada bayi aktivitas yang diperlukan tenang seperti
menggendongnya dalam selimut, menyanyi atau berbicara
dengan lembut, menimang dengan lembut, membantu bayi
tertidur, rutinitas menjelang tidur misalnya kudapan atau
aktivitas.
3) Toodler dan anak pra sekolah terlalu begmbira dan penuh energi
untuk tidur seperti membaca cerita membiarkan anak untuktidur
dipangkuan orang tuanya sambil mendengarkan musik, atau
mendengarkan doa .
4) Orang dewasa perlu menghindari stimulasi mental berlebihan
sesaat menjelang tidur seperti membaca novel ringan,
menonoton program televisi yang merilekskan, atau
mendengarkan musik membantu seseorang untuk rileks.
c. Edukasi Meningkatkan Kenyamanan
1) Lakukan tindakan hygiene bagi klien yang tirah birang.
2) Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang longgar.
3) Singkirkan atau ganti adanya iritan pada kulit klien seperti
balutan yang lembab atau selang drainase.
4) Pososikan dan topang bagian tubuh yang menggantung untuk
melindungi titik tekan dan membantu relaksasi otot.
5) Berikan topi dan kaus kaki untuk klien lansia dan klien yang
cenderung kedinginan.
6) Anjurkan klien berkemih sebelum tidur
7) Berikan analgesik atau sedatif sekitar 30 menit sebelum tidur
8) Berikan masase tepat sesaat sebelum klien pergi tidur.
9) Berikan matras yang nyaman dan jaga agar tempat tidur tetap
bersih dan kering.
d. Edukasi Pengendalian Gangguan Fisiologis
1) Menbantu klien mengendalikan gejala-gejala yang menggangu
tidur seperti klien dengan abnormalitas pernapasan harus tidur
dengan dua bantal atau dengan posisi semi duduk untuk
mempermudah pernapasan.
2) Perawat membantu klien dalam memenuhi aktivitas tidur seperti
mencegah gangguan tidur, menganjurkan klien memakan
makanan kecil beberapa jam sebelum tidur dengan posisi semi
duduk.
3) Untuk mencegah klien dengan nyeri, mual, atau gejala
kambuhan lainnya, perawat harus menganjurkan klien untuk
mendapatkan obat mengurangi gejala sehingga obat tersebut
dapat efektif pada saat klien tertidur.
e. Edukasi Menetapkan Periode Istirahat dan Tidur
1) Membantu klien untuk tetap aktif secara fisik dan siang hari
sehingga mereka cenderung tidur di malam hari.
2) Menyediakan waktu istirahat dan tidur untuk klien.
3) Membuat rencana asuhan agar tidak membangunkan klien untuk
tugas-tugas yang tidak penting seperti jadwal pengkajian,
pengobatan, prosedur dan rutinitas di saat klien terjaga.
f. Edukasi Pengurangan Stres
1) Perawat membantu pasien untuk bangun dan melakukan
aktivitas yang merilekskan seperti menjahit dan membaca.
2) Usapkan punggung pasien yang berguna untuk membantu klien
rileks
g. Edukasi Kudapan Menjelang Tidur
1) Perawat harus menganjurkan klien untuk mencoba menahan diri
dari meminum atau mengkonsumsi kafein sebelum tidur.
2) Pada bayi anjurkan untuk memberi makanan ( susu atau ASI)
terakhir semalam mungkin dan jangan berikan bayi susu botol di
tempat tidur.
h. Edukasi Pendekatan Farmakologis Untuk Meningkatkan Tidur
1) Perawat dapat membantu klien menggunakan prilaku dan
tindakan hygiene tidur yang tepat untuk membuat pola tidur
yang tidak memerlukan penggunaan obat.
2) Perawat harus memberikan pemahaman mengenai kemungkinan
efek samping dari obat tidur kepada klien.
3) Pantau respon klien secara rutin terhadap obat tidur yang
diberikan.
i. Promosi Kesehatan Melalui Penyuluhan Klien
1) Ajarkan pasien mengenai tehnik-tehnik yang meningkatkan
tidur dan dan kondisi-kondisi yang mengganggu tidur.
2) Perawat harus memperingatkan klien untuk tidak meminum obat
lebih dari yang diresepkan terutama jika obat tersebut tampak
kurang efektif setelah penggunaan awal (Husna. 2018)
BAB III
METODE STUDI KASUS
A. Jenis /Desain/Rancangan Studi Kasus
Desain penelitian adalah suatu rencana tentang bagaimana
mengumpulkan dan mengolah data agar penelitian yang diharapkan dapat
tercapai (Sujarweni, 2014 : 26). Setiap tipe penelitian empiris
mempunyai desain penelitian yang emplisit, jika tidak biasa eksplisit. Pada
tingkat yang paling sederhana, desain merupakan kaitan logis antara data
empiris dengan pertanyaan awal penelitian dan konklusi-konklusinya.
Ciri-ciri yang membedakan dengan metode penelitian yang lain adalah
menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata,batas-batas antara
fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan multi sumber bukti
dimanfaatkan (Nursalam. 2011).
Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus.
Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu
unit penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok,
komunitas atau institusi (Nursalam, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk
mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur di Wisma Segar Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kendari. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
30
B. Subyek Studi Kasus
Subyek penelitian merupakan sasaran yang akan diteliti oleh peneliti
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Lansia usia ≥ 60
b. Terdaftar di Wisma Segar Panti Sosial Tresna Werdha Minaula
Kendari
c. Mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
d. Lansia Kooperatif
e. Bersedia dijadikan responden
2. Kriteria Ekslusi
a. Lansia tidak bisa berbahasa Indonesia
b. Lansia tidak bersedia menjadi responden.
C. Fokus Studi
Fokus Penelitian ini adalah Gambaran Asuhan Keperawatan Pada
Lansia Dalam Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur Di Wisma Segar
Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2018 . Dalam
penelitian ini diharapkan ada perubahan pola istirahat dan tidur pada lansia
sebelum dan sesudah dilakukan asuhan keperawatan.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2014 : 181).
Untuk mempermudah dalam memahami proses penelitian ini, maka penulis
membuat penjelasan sebagai berikut :
1. Asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur.
Interaksi antara peneliti dengan lansia yang mengalami gangguan
pemenuhan istirahat dan tidur, untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan
tidur pada lansia terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, dan evaluasi.
a. Pengkajian
Melakukan pengumpulan data pada lansia dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkajian
kebutuhan aktifitas dan istirahat tidur.
b. Diagnosa keperawatan
Menegakan masalah keperawatan yang di temukan pada lansia
terkait masalah gangguan pemenuhan istirahat dan tidur yaitu
insomnia jika memenuhi batasan karakteristik sebagai berikut:
1) Kesulitan untuk memulai tidur
2) Ketidakpuasan tidur
3) Menyatakan tidak merasa cukup istirahat
4) Bangun terlalu dini
5) Penurunan kemampuan berfungsi
6) Perubahan pola tidur normal
7) Sering terjaga tanpa jelas penyebabnya
Diagnosa keperawatan menggunakan format analisis data
(terlampir).
c. Intervensi keperawatan
Rencana tindakan keperawatan untuk mengetahui masalah
gangguan pola tidur yang terdiri dari tujuan, NOC dan NIC.
Tujuan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
gangguan istirahat dan tidur tidak terjadi.
NOC adalah rest (kuantitas dan kualitas ) dan sleep (pola dan
karakteristik).
NIC adalah perbaikan tidur (sleep enhancement).
Intervensi keperawatan menggunakan format intervensi keperawatan
(terlampir)
d. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan
dengan menggunakan format implementasi keperawatan. (terlampir)
e. Evaluasi
Penilaian ektifitas tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah
gangguan pola tidur dengan melakukan penilaian pada pola kualitas
istirahat dan tidur. Pada penelitian ini ada masalah evaluasi ada 2 hal
yaitu kuantitas tidur dan kualitas tidur.
1. Kuantitas tidur
Jumblah tidur pasien dalam sehari jam tidur siang di
tambah (+) tidur malam.
Keterangan:
Kurang jika < 6 jam
Cukup jika jam tidur 6 – 8 jam
2. Kualitas tidur
Terhadap lembar obsevasi fisik dan tehadap fisiologi.
Keterangan:
Kurang jika nilainya > 50 %
Cukup jika nilainya < 50 %
Istirahat dan tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan
menggunakan format evaluasi tindakan keperawatan (terlampir).
2. Lansia dengan gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
Seseorang yang telah berusia ≥ 65 di diagnosa dokter mengalami
gangguan insomnia atau mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen studi kasus adalah peneliti dengan beberapa alat pengumpul
data, sehingga penelitian memerlukan waktu yang lama (Sujarweni,2014).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lembar kuisioner dan format
pengkajian asuhan keperawatan. Ciri-ciri untuk mengukur kebutuhan istirahat
dan tidur : peneliti akan menggunakan instrumen tambahan berupa pedoman
wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi.
F. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan
proses karakteristik subyek yang diperlukan untuk melihat alat ukur
pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian. Metode
pengumpulan data dengan wawancara dan dokumentasi askep
(Sujarweni,2014).
G. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus
Studi kasus ini dilakukan kepada klien yang mengalami gangguan
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur / insomnia di Wisma Segar Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari, pengumpulan data di lakukan pada
tanggal 1 juli 2018 sampai 4 Juli 2018.
H. Analisa Data Dan Penyajian Data
Analisis data dilakukan sejak penelitian di lapangan. Dalam tahap ini
data diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Analisis data
dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan
dengan teori yang ada kemudian dituangkan dalam opini pembahasan
(Notoadmodjo, 2010 : 174).
Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-
jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara
mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah
penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti
dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya
diinterprestasikan dan dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan
untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
I. Etika Studi Kasus
Dalam melakukan penelitian ini, etika yang harus diperhatikan oleh
peneliti yaitu :
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan
(Notoadmodjo, 2010). Sebelum memberikan lembar persetujuan peneliti
akan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan
serta dampak yang mungkin akan terjadi selama dan sesudah
pengumpulan data. Jika responden menolak maka peneliti tidak akan
memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.
2. Beneficence
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian
untuk mendapatkan hasil yang maksimal mungkin baik bagi responden
dan rumah sakit dalam upaya meningkatkan keselamatan pasien. Selama
proses penelitian dengan pengisian kuisioner telah memberikan manfaat
berupa kesadaran (awareness) pada reponden terhadap keselamatan
pasien. Ini bermanfaat bagi responden yaitu memberikan kesadaran
(awareness) dalam pelaksaanan keselamatan pasien.
3. Confidientially (kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan
oleh peneliti, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan di jamin kerahasiannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan diperoleh pada hasil riset.
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. HASIL STUDI KASUS
Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Tn.H Dengan Pemenuhan
Kebutuhan Istirahat dan Tidur di Wisma Segar Panti Sosial
Tresna Werdha Minaula Kendari
1. FORMAT PENGKAJIAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Nama : Tn.H
b. Tempat /Tahun : Boro-boro / 1939 (79 Tahun)
c. Jenis Kelamin : Laki – laki
d. Status Perkawinan : Menikah
e. Agama : Islam
f. Suku : Tolaki
g. Tanggal pengkajian : 1 juli 2018
2. Keluarga atau orang lain yang penting/dekat yang dapat dihubungi
a. Nama : Tn. I
b. Alamat : Boro-boro
c. Hubungan dengan klien : 082271208359
3. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
a. Pekerjaan saat ini : Petani
b. Pekerjaan sebelumnya : Petani
c. Sumber pendapatan : Diri sendiri
d. Kecukupan pendapatan : Cukup
37
4. Riwayat Keluarga
a. Saudara Kandung
Nama Keadaan Saat ini Keterangan1. Tn. Y Sehat Saudara laki-laki2. Ny. H Sehat Saudara perempuan
b. Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)
1) Nama : -
2) Umur : -
3) Penyebab Kematian : -
c. Kunjungan keluarga
Klien mengatakan anaknya sering datang menjenguk klien
sebulan sekali.
B. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Nutrisi
Klien mengatakan setiap hari klien makan 3x sehari, nafsu makan
klien baik tidak mengalami gangguan. Jenis makanannya yaitu nasi,
lauk pauk, susu, dan sayuran. Kebiasaan klien sebelum makan yaitu
klien minum. Klien mengatakan menyukai semua jenis makanan,
klien tidak mempunyai alergi terhadap makanan. Klien mempunyai
pantangan makanan seperti, makanan yang diawetkan, ikan asin,
karena memiliki penyakit hipertensi. Tidak ada keluhan yang
berhubungan dengan makan.
2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi BAK 4-5 kali sahari ,warna kuning jernih dan klien
tidak mengalami keluhan BAK.
b. BAB
Frekuensi BAB klien 1x sehari, konsistensinya lembek. Klien
tidak ada keluhan BAB.
3. Personal Higiene
Klien mandi sehari 2x selalu memakai sabun mandi, gosok gigi juga
sehari 2x dengan menggunakan pasta gigi sedangkan keramas
dilakukan 1 minggu sekali dengan menggunakan shampo, kuku dan
tangan klien selalu bersih karena rajin cuci tangan menggunakan
sabun sedangkan klien selalu melakukan gunting kuku 1x dalam
seminggu.
4. Istirahat dan Tidur
Istirahat tidur klien tidak tentu kadang tidur dari jam 23.30-03.00
Wita (3 jam 30 menit) pada malam hari dan istirahat pada siang hari
klien dari jam 12.00-13.00 Wita (1 jam).
5. Kebiasaan mengisi waktu luang
Klien biasanya mengisi waktu luang dengan membersihkan wisma
dan menonton televisi di panti.
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan:
Klien mengatakan merokok 1 hari menghabiskan 3-4 batang ,jenis
rokoknya sampurna, klien mengatakan merokok hanya setelah
makan, berhenti minum-minuman keras sejajak memiliki istri dan
tidak ada ketergantungan terhadap obat.
7. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari
Jenis Kegiatan Lama Kegiatan/Jam
Bangun pagi
Shalat tahajut
Shalat subuh
Makan pagi
Olahraga
Bersih – bersih
Nonton tv
Makan siang
Tidur siang
Menonton tv
Mandi dan mencuci pakaian
Makan malam
Menonton tv
Tidur malam
03.00 Wita
1 jam
½ jam
½ jam
1 jam
2 jam
3 jam
½ jam
1 jam
3 jam
1 jam
½ jam
3 jam
23.30 Wita
C. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terahir
Klien mengatakan pusing dan tiba-tiba sakit kepala ketika
bangun pada pagi hari.
b. Gejala yang dirasakan
Pusing yang dirasakan Tn.H seperti mutar-mutar. Pusing
bertambah apabila klien kurang tidur dan berkurang jika klien
banyak istirahat seperti tiduran.
c. Faktor Pencetus
kurang istirahat maka klien akan merasakan pusing di kepala.
d. Timbulnya Keluhan
Pusing dirasakan Tn. H pada pagi hari setelah bangun tidur.
e. Waktu mulai timbulnya keluhan
Pusing yang dirasakan Tn.H pada saat klien bangun tidur dan
saat klien ingin tidur.
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah di derita
Klien mengatakan pernah mengalami sakit hipertensi.
b. Riwayat Alergi (obat, makanan, binatang, debu dan lain-lain)
Tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan,
binatang, debu, dan lain-lain.
c. Riwayat Kecelakaan
Klien pernah mengalami jatuh di panti pada saat klien ke kamar
mandi.
d. Riwayat dirawat di rumah sakit
Klien mengatakan pernah di rawat di Rumah Sakit dikarenakan
klien pernah sakit hipertensi.
3. Pengkajian/pemeriksaan fisik
(observasi, pengukuran, panjang, auskultasi, perkusi, dan palpasi)
a. Keadaan umum : Kompos mentis
b. BB/TB : BB : 53, TB : 161
c. TD/N/S/RR : 140/80 Mmhg / 80 x/Menit / 36,50C
/ 20 x/Menit
d. Rambut : Putih
e. Mata : Gangguan fungsi penglihatan dan
ada area gelap di sekitar mata.
f. Telinga : Simetris tidak ada nyeri tekan.
g. Abdomen : Tidak ada pembesaran dan tidak ada
nyeri tekan.
h. Dada : Simetris kiri dan kanan.
i. Kulit : Tidak ada luka pada bagian kulit.
j. Ekstremitas atas : Normal.
k. Ekstremitas bawah : Normal.
D. Lingkungan Tempat Tinggal
1. Kebersihan dan Kerapian Ruangan
Kebersihan kamar cukup baik dan rapi, ruangan tampak tertata.
2. Penerangan
Penerangan baik, cahaya masuk ke dalam ruangan.
3. Sirkulasi udara
Lingkungan tempat tinggal klien baik.
4. Keadaan kamar mandi dan WC
Keadaan kamar mandi bersih, terdapat pegangan pada tembok
dikarenakan lantai licin.
5. Pembuangan air kotor
Pembuangan air kotor ada di tempat mencuci baju dan piring.
6. Sumber air minum
Sumber air mineral/galon.
7. Pembuangan sampah
Tiap pagi hari sampah dibuang oleh petugas kebersihan.
8. Sumber pencemaran
Tidak terdapat sumber pencemaran di lingkungan rumah.
9. Penataan halaman (kalau ada)
Halaman tertata rapi dan bersih.
10. Privasi
Klien menjaga privasinya dengan baik terlihat dengan klien selalu
menutup pintu ketika berganti pakaian maupun pada saat klien
shalat.
11. Risiko injury
Resiko cedera bisa terjadi saat lantai licin
E. Sistem Nilai Kepercayaan
1. Aktivitas Keagamaan yang Dilakukan di Panti
Klien mengatakan selalu mengikuti pengajian setiap malam Jumat
dan tiap dini hari klien melaksanakan shalat sunat tahajud serta pagi
klien melaksanakan shalat dhuha dan sesudah shalat klien
mengatakan sering bertasbih.
2. Pengetahuan Tentang Praktik Keagamaan
Pada saat dilakukan pengkajian klien sangat taat dalam
melaksanakan ibadah, selain shalat wajib, Tn.H juga sering
melaksanakan ibadah shalat sunah. Saat bulan Ramadhan tiba klien
selalu ikut shalat tarawih berjamaah di mushola panti.
3. Kegiatan Keagamaan yang Ingin Dilakukan Selama di Panti
Klien mengatakan selalu ikut kegiatan mengaji.
4. Kepercayaan Tentang Kematian
Klien mempercayai bahwa semua makhluk Tuhan akan kembali
kepada-Nya.
F. Data Demografi
Jawablah pertanyaan ini sesuai gambaran situasi / keadaan bapak atau ibu
selama di panti.
Observasi Kualitas Tidur Berdasarkan tanda fisik
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Area gelap di skitar mata
2. Bengkak di kelopak mata
3. Konjungtiva berwarna kemerahan
4. Mata cekung
5. Kantuk yang berlebihan yang sering di tandai
dengan seringkali nya menguap
6. Tidak mampu untuk berkonsentrasi
7. Selalu merasa murung
8. Penglihatan kabur
9. Sering merasa mual
10. Sering merasa pusing
Jumlah 5 5
G. Observasi Kualitas Tidur Berdasarkan Tanda Psikologis
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Menarik diri
2. Apatis
3. Respon menurun
4. Bingung
5. Daya ingat berkurang
6. Halusinasi
7. Halusinasi pendengaran
8. Halusinasi penglihatan
9. Kurang mampu memberikan pertimbangan
10. Kurang mampu memberikan keputusan
Jumlah 5 5
H. Kuantitas Tidur Berdasarkan Jumlah Jam Tidur Siang Hari
1. Jam berapa bapak/ibu mulai tidur siang : jam 12.00 - 13.00 Wita
2. Berapa lama bapak/ibu tidur siang : 1 jam
Malam Hari
1. Jam berapa bapak/ibu mulai tidur malam : 23.30 Wita - 03.00 Wita
2. Berapa lama bapak/ibu tidur malam: 03.30 jam
B. Analisa data
No Data Etiologi Problem
1. S : - Klien mengatakan sulit untuk tidur cepat
pada malam hari.
- Klien mengatakan pusing dan tiba-tiba
sakit kepala ketika bangun pada pagi hari
- Klien bangun terlalu dini.
- Klien mengatakan tidur malam jam 23.30
– 03.00 WITA dan sulit untuk tertidur
kembali.
- Tidur siang 12.00 – 13.00 WITA.
O : - Terdapat area gelap di sekitar mata
- Konjungtiva anemis
- Klien tampak lelah
- Klien menguap
- Klien tidur jam 23.30 WITA dan bagun
jam 03.00 WITA dan sulit untuk tertidur
lagi.
- TTV
TD : 140/80 mmhg S : 36,50C
N : 80 x/menit R : 20 x/menit
-ketidak
nyamanan
fisik.
mengantuk
berlebih
Insomia
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Insomia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik dan mengantuk secara
berlebihan.
D. INTERVENSI
No. Dx. Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Dx. Insomia berhubungan
dengan ketidaknyamanan
fisik dan mengantuk
secara berlebihan.
S - Klien mengatakan sulit
untuk tidur cepat pada
malam hari.
- Klien mengatakan pusing
dan tiba-tiba sakit kepala
ketika bangun pada pagi
hari.
- Klien mengatakan tidur
malam jam 23.30 – 03.00
Wita dan sulit untuk
tertidur kembali.
- Klien mengatakan tidur
Setelah di lakukan tindakan
3 x 24 jam di harapkan
gangguan istirahat dan tidur
terjadi.
Noc :
Sleep : Extent ang patter
Kreteria hasil :
1. Klien tampak rileks dan
lebih segar.
2. Ttv dalam batas normal.
3. Klien dapat tidur 6-8 jam
setiap malam.
4. Keadaan tempat tidur
yang nyaman, bersih dan
bantal yang nyaman
5. Bunyi telepon dan
Nic : sleep Enhancemen
1. Fasilitas untuk
mempertahankan
aktivitas sebelum tidur
(mendengarkan musik).
2. Ciptakan lingkungan
yang bersih, tempat tidur
dan bantal yang nyaman.
3. Lakukan persiapan untuk
tidur malam seperti tidur
jam 21.00-04.00.
4. Monitor waktu makan
dan minum 1 jam
sebelum tidur.
1. Untuk merelaksasi
dan mengurangi
aktivitas menonton
televisi terlalu lama.
2. Lingkungan yang
nyaman dapat
meningkatkan
kualitas tidur dan
mengurangi
gangguan tidur.
3. Untuk mendapatkan
tidur dalam batas
normal 6 – 8 jam.
4. Makan dan minum
tepat waktu dapat
mengurangi gangguan
tidur.
siang 12.00 – 13.00
Wita.
O: - Keadaan umum baik
- Ada area gelap
disekitar mata
- Kunjungtiva anemis
- Klien tampak lelah
- Klien menguap
- Klien tidur jam 23.30
Wita dan bangun jam
03.00 Wita dan sulit
untuk tertidur lagi
- TTV :
TD :140/80 mmhg
S : 36,5 0C
N : 80 x/menit
televisi di kecilkan.
6. Tutup jendela /pintu jika
perlu.
7. Tingkatkan aktivitas
sehari-hari dan kurangi
kegiatan sebelum tidur.
8. Pengetahuan kesehatan
:jadwal tidur mengurangi
stres, cemas dan latihan
relaksasi.
9. Kualitas tidur terhadap
fisik dan fisiologi. Ket:
kurang jika nilainya
> 50 % Cukup jika
nilainya < 50 %.
R : 20 x/menit
E. IMPLEMENTASI
NoHari/Tanggal
/ Jam
DIAGNOSA
KEPERAWATANIMPLEMENTASI EVALUASI
1. Senin,
2/7/ 2018
Jam 20.00
Insomnia
berhubungan dengan
ketidaknyamanan
fisik dan mengantuk
secara berlebihan
1. Mengfasilitas untuk mempertahankan
aktivitas sebelum tidur (mendengarkan
musik).
Hasil : klien mengatakan belum bisa tidur
dengan cepat.
2. Menciptakan lingkungan yang bersih, tempat
tidur dan bantal yang nyaman.
Hasil : Tempat tidur klien nampak masih
berantakan dan sarung bantal nampak kotor.
3. Melakukan persiapan untuk tidur malam
seperti tidur jam 21.00-04.00.
Hasil: klien nampak belum paham dengan
keadaan yang di deritanya
4. Memonitor waktu makan dan minum 1 jam
sebelum tidur.
Hasil : klien mengatakan makan setelah 1
S. - Klien mengatakan belum
bisa tidur dengan cepat.
O - Kuantitas tidur malam 3
Jam 30 menit, tidur siang
1 jam, total 4 jam 30
menit.
- Kualitas tidur fisik
50% kategori kurang
dan psikologis 50%
kategori kurang.
A. - Masalah belum teratasi
P. - Interpensi di lanjutkan
1,2,3 dan 4
jam sebelum tidur.
NoHari/tanggal
/ jam
DIAGNOSA
KEPERAWATANIMPLEMENTASI EVALUASI
2. Selasa,
3/7/2018
Jam 22.00
Insomnia
berhubungan dengan
ketidaknyamanan
fisik dan mengantuk
secara berlebihan
1. Mengfasilitas untuk mempertahan kan
aktivitas sebelum tidur (mendengarkan
musik).
Hasil : klien mengatakan belum bisa tidur
dengan cepat.
2. Menciptakan lingkungan yang
bersih,tempat tidur dan bantal yang nyaman.
Hasil : nampak tempat tidur klien sudah
nyaman seprai dan bantal sudah bersih.
3. Melakukan persiapan untuk tidur malam
seperti tidur jam 21.00-04.00.
Hasil : klien nampak mulai paham.
4. Memonitor waktu makan dan minum 1 jam
sebelum tidur.
S.- Klien mengatakan belum bisa
tidur dengan cepat.
O - Kuantitas tidur malam 4 Jam
45 menit, tidur siang 1 jam,
total 5 jam 45 menit.
- Kualitas tidur fisik 50%
kategori kurang dan
psikologis 50% kategori
kurang.
A. Masalah belum teratasi
P. Interpensi di lanjutkan 1,2,3
dan 4
Hasil : klien mengatakan makan setelah 3
jam sebelum tidur.
NoHari/tanggal
/ jam
DIAGNOSA
KEPERAWATANIMPLEMENTASI EVALUASI
3. Rabu,
4/7/2018
Jam 21.00
Insomnia
berhubungan dengan
ketidaknyamanan
fisik dan mengantuk
secara berlebihan
1. Mengfasilitas untuk mempertahankan
aktivitas sebelum tidur (mendengarkan
musik).
Hasil : klien mengatakan mulai bisa tidur
cepat.
2. Menciptakan lingkungan yang bersih,
tempat tidur dan bantal yang nyaman.
Hasil : nampak tempat tidur klien sudah
nyaman seprai dan bantal sudah bersih.
3. Melakukan persiapan untuk tidur malam
seperti tidur jam 21.00-04.00.
Hasil : klien nampak mulai paham dengan
penyakitnya.
S-Klien mengatakan mulai bisa
tidur cepat.
O- Kuantitas tidur malam 5 Jam
10 menit, tidur siang 1 jam,
total 6 jam 10 menit.
- Kualitas tidur fisik 40%
kategori cukup dan
psikologis 40% kategori
cukup.
A. Masalah teratasi sebagian
P. interpensi di pertahankan 1,2,3
4. Memonitor waktu makan dan minum 1 jam
sebelum tidur.
Hasil : klien mengatakan makan setelah 3
jam.
dan 4.
B. PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang gambaran asuhan
keperawatan pada lansia dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur di
Wisma Segar Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari. Dengan
pendekatan proses asuhan keperawatan gerontik yang terdiri dari beberapa
tahap yaitu pengkajian diagnose keperawatan, perencanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematik dari
pengumpulan,verifikasi dan komunikasi tentang data klien. Fase proses
keperawatan ini mencangkup dua langkah yaitu data dari sumber primer
(klien), dan data sekunder (keluarga dan tenaga kesehatan) dan analisis
data sebagai dasar diagnose keperawatan (Nursalam,2011). Pengkajian
merupakan komponen dasar dalam proses keperawatan dengan
pengkajian yang tepat akan menentukan langkah berikutnya.
Penulis mengumpulkan data dengan pengkajian di lakukan pada
tanggal pada 1 juni 2018 dan di dapatkan data pasien bernam Tn.H ,usia
70 Tahun , alamat Ranomeeto, pekerjaan petani, pendidikan terakhir
SMA. Berdasarkan pengakuan pasien bahwa Tn.H sudah tinggal selama
5 tahun bersama istrinya di Panti Sosial Tresna Werdha Kendari.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan, data subjektif, Klien
mengatakan sulit untuk tidur cepat pada malam hari, Klien mengatakan
pusing dan tiba-tiba sakit kepala ketika bangun pada pagi hari, klien
bangun terlalu dini, klien mengatakan tidur malam jam 23.30 – 03.00
WITA dan sulit untuk tertidur kembali, serta tidur siang 12.00 – 13.00
WITA. Data objektif: Keadaan umum baik, terdapat area gelap di sekitar
mata, kunjungtiva anemis, klien tampak lelah, klien nampak menguap
dan sulit untuk tertidur lagi, TTV tekanan darah 140/80, nadi 80x/menit,
suhu 36,5 °C, pernapasan 20x/menit.
Pengkajian status kesehatan saat ini klien tidak mengkonsumsi
obat-obatan secara rutin, klien tidak mempunyai riwayat alergi makanan,
obat-obatan dan suhu. Selama berada di Panti Sosial Tresna Werdha
klien selalu di hidangkan makanan dan klien sangat menyukai semua
makanan yang di hidangkan setiap harinya. Klien mengaku tidak
mengetahui makanan yang harus dihindari pada usianya saat ini. Klien
makan 3 kali sehari habis 1 porsi tanpa bantuan orang lain . Status
kesehatan masalalu ,status kesehatan keluarga seperti mengkonsumsi
alcohol, mengidap penyakit jantung, gastritis, asma, dan penyakit
menular seksual tidak di temukan oleh penulis.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan
respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang
mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi untuk mencapai
hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. (Nursalam, 2011)
Dari hasil pengkajian tanggal 1 juni 2018 pukul 08.00 WITA di
dapatkan diagnosa Insomia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik
dan mengantuk secara berlebihan. Data-data yang mendukung untuk
mengangkat diagnosa tersebut yaitu sulit memulai tidur, bangun terlalu
dini dan kesulitan tidur nyenyak.
3. Perencanaan
Untuk mengatasi masalah keperawatan insomnia maka di perlukan
rencana tindakan keperawatan gangguan tidur.
NOC yaitu:
a. Rest : Extent and pattern/ kualitas tidur dan kuantitas tidur
Kepuasan seseorang terhadap tidur,sehingga seseorang tersebut tidak
memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu
dan apatis, kehitaman di sekitar mata, bengkak, konjungtiva merah,
mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering
menguap atau mengantuk.
b. Sleep : Extent an pattern/perbaikan tidur
Faktor usia dan kesibukan menyebabkan rutinitas tidur dapat
berubah dengan mudah. Kurangnya waktu tidur malam dan
digantikan dengan digantikan tidur di siang hari adalah salah satu
contoh perubahan pola tidur, dan hal ini dapat menyebabkan tubuh
tidak bekerja secara optimal. Pola tidur normal adalah waktu tidur 6
hingga 8 jam pada waktu malam hari, dan sisanya di habiskan
dengan terjaga. Pola tidur 6-8 jam di malam hari mungkin terlalu
sulit di ikuti bagi beberapa orang. Namun hal yang perlu di
perhatikan dalam membentuk rutinitas tidur adalah membuat diri
klien senyaman mungkin.
Intervensi pada teori dan kasus ini adalah sebagai berikut :
Berdasarkan NIC (NANDA 2016), perencanaan yang dapat dilakukan
yaitu determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur, jelaskan
pentingnya tidur yang adekuat, fasilitasi untuk mempertahankan aktifitas
sebelum tidur (mendengarkan musik), ciptakan lingkungan yang nyaman,
kolaborasi pemberian obat tidur, diskusikan dengan pasien dan keluarga
tentang tehnik tidur pasien, instruksikan untuk monitor tidur pasien,
monitor waktu makan dan minum dengan waktu tidur, monitor atau catat
kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam. Namun yang dapat dilakukan
penulis berdasarkan kasus diatas yaitu fasilitas untuk memmpertahankan
aktivitas sebelum tidur (mendengarkan musik), ciptakan lingkungan yang
nyaman, intruksikan untuk monitor tidur pasien, monitor waktu makan
dan minum dengan waktu tidur.
4. Pelaksanaan tindakan keperawatan
Dalam melakukan asuhan keperawatan gerontik, penulis bekerja
sama dengan klien dan perawat di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula
Kendari dalam mencapai tujuan yang di harapkan dari diagnosa
keperawatan yang muncul untuk masalah istirahat dan tidur .Tindakan
yang dapat di lakukan oleh penulis adalah melaksanakan tindakan
berdasarkan rencana keperawatan yang telah di susun.
Faktor pendukung yaitu adanya kerjasama yang baik antara klien
dan petugas panti kepada mahasiswa praktek untuk melakukan tindakan
keperawatan pada klien yang menjadi kelolaannya.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan penilaian dan tolak ukur
keberhasilan asuhan keperawatan yang mengacu pada tujuan dengan
kriteria. Pada peneltian ini masalah evaluasi terhadap 2 hal yaitu kualitas
tidur dan kuantitas tidur.
a. Kuantitas tidur
Pada penelitian kuantitas tidur di dapatkan data sebagai berikut :
Kuantitas tidur Tidur Siang Tidur malam Total Jam Tidur
Hari I 1 jam 3 jam 30 Menit 4 jam 30 menit
Hari II 1 jam 4 jam 45 Menit 5 jam 45 menit
Hari III 1 jam 5 jam 10 Menit 6 jam 10 menit
b. Kualitas tidur
Pengkajian terhadap kualitas tidur di dapatkan sebagai berikut :
Kualitas tidur Hari I Hari II Hari III
Fisik
Psikologis
Jumlah Ket. Jumlah Ket. Jumlah ket.
5
5
50%
50%
5
5
50%
50%
4
4
40%
40%
Keterangan :
> 50% kategori kurang
< 50% kategori cukup
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik pada klien Tn. H dengan
masalah Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
berhubungan dengan kurang kontrol tidur (insomnia) di Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kendari tanggal 1 Juni – 3 Juni 2018, penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut.
A. Kesimpulan
Dari uraian penulis tentang pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik
pada Tn.H dengan masalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur
akibat faktor eksternal berhubungan dengan kurang kontrol tidur (insomnia)
dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Nama klien Tn.H berusia 79 Tahun. Keluhan utama klien yaitu klien
mengatakan pusing dan tiba-tiba sakit kepala ketika bangun pada pagi
hari dan klien bangun terlalu dini. Kejadian ini sudah berlangsung selama
3 bulan belakangan. Selain itu klien sering merasa tidak nyaman saat
tidur karena keadaan tempat tidur yang tidak bersih. Tn.H hanya bisa
tidur selama 3-4 jam saja dan hal itu sering kali membuatnya mudah
lelah dan merasa pusing. TTV: Tekanan Darah 140/80,Nadi 80 X/Menit,
Suhu 36,5 C ,Pernapasan 20x/Menit.
2. Diagnosa yang muncul pada kasus ini berdasarkan respon klien yaitu
Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik dan mengantuk
secara berlebihan.
59
3. Perencanaan keperawatan yang di tegakan adalah meliputi NOC : tidur
(kuantitas dan kualitas tidur), NIC yang di tetapkan adalah sleep
Enhancement (fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
seperti mendengarkan musik, ciptakan lingkungan yang nyaman, monitor
waktu makan dan minum dengan waktu tidur dan catat kebutuhan tidur
pasien setiap hari dan jam).
4. Pelaksanaan pada pengelolaan kasus gangguan kualitas dan kuantitas
tidur pada klien harus selalu disesuaikan dengan kondisi dan keluhan
klien, lingkungan serta kemampuan klien dengan melibatkan peran
perawat sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.
5. Evaluasi yang di peroleh terhadap NOC yang di tetapkan adalah setelah
di lakukan pengkajian di dapatkan peningkatan kuantitas tidur sekitar 1
jam 40 menit sejak hari pertama hingga hari ketiga. Sedangkan kualitas
tidur mengalami peningkatan sebesar 20 % untuk kualitas tidur fisik dan
10% untuk kualitas tidur psikologis sejak hari pertama hingga hari
ketiga.
B. Saran
1. Bagi lahan praktek Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
Sebaiknya bekerja sama antar perawat dan klien lebih ditingkatkan dan
meningkatkan kinerja petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada penerima manfaat yang membutuhkan informasi
masalah kesehatan yang dialami, serta dalam pemberian pelayanan
kepada klien disiapkan fasilitas-fasilitas yang memadai untuk menunjang
pemeriksaan dan tindakan keperawatan terutama pada klien dengan
masalah gangguan istirahat dan tidur.
2. Bagi penulis
Penulis supaya terus mengembangkan pengetahuan yang telah didapat
tentang gangguan istirahat dan tidur pada lansia serta menginformasikan
pada orang lain atau lansia sehingga tindakan pencegahan dan
pengobatan gangguan istirahat dan tidur dapat dilakukan secara optimal.
Sebaiknya penulis juga harus lebih mempersiapkan peralatan dan
mengatur waktu dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
3. Bagi institusi
Istitusi akademik diharapkan agar terus mengembangkan dan menambah
referensi buku untuk para mahasiswa tentang gangguan istirahat dan
tidur pada lansia, untuk memudahkan bagi penulis atau peneliti.
Selanjutnya untuk mendapatkan sumber-sumber referensi buku dan
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Lampiran 1
SURAT PERNYATAAN MPERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMEN CONCENT)
Saya bertanda tangan di bawah ini tidak keberatan untuk menjadi responden
dalam penelitian yang di lakukan oleh mahasiswa politehnik kesehatan kendari
jurusan keperawatan an. : Ketut Arma Dinata (P0032015027) dengan judul ’’
“Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Istirahatdan Tidur di Wisma Sentosa Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kendari”, dan saya memahami bahwa data ini bersipat
rahasia.
Demikian pernyataan ini dibuat denagan suka rela tampa paksaan dari pihak
manapun, semoga dapat dipergunakan sebagai mana mestinya
Kendari, Juli 2018
Responden,
(...........................................)Nama lengkap dan tanda tangan
Lampiran 2
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth
Bapak /ibu . . .
Di -
PSTW Minaula Kota Kendari
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, maka saya :
Nama : Ketut Arma Dinata
Nim : P0032015027
Sebagai mahasiswa politeknik kesehatan kemenkes kendari jurusan
keperawatan, bermaksud akan melakukan penelitian “Gambaran Asuhan
Keperawatan Pada Lansia Dalam Pemenuhan Kebutuhan Istirahatdan
Tidur Di Wisma Sentosa Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari”.
Sehubungan dengan hal ini, mohon bersedia bapak/ibu untuk meluangkan
waktu menjadi responden dalam penelitian ini.anda berhak untuk menyetujui atau
menolak menjadi responden menjadi responden. Apa bila setuju,maka bapak atu
ibu menandatangani surat persetujuan responden ini.
Atas kesediaan berpartisipasi dalam penelitian ini, sebelumnya di ucapkan
terimakasi.
Kendari, Juli 2018
Penelitian
KETUT ARMA DINATA
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI
Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Istirahatdan Tidur Di Wisma Sentosa Panti Sosial
Tresna Werdha Minaula Kendari
A. Data Demograpi
Jawablah pertanyaan ini sesuai gambaran situasi / keadaan bapak atau ibu
selama di di panti.
Umur : 79 Tahun
Jenis kelamin : laki – laki Perempuan
B. Oservasi Kualitas Tidur Berdasarkan tanda fisik
No. pertanyaan Ya Tidak
1. Area gelap di skitar mata
2. Bengkak di kelopak mata
3. Kunjungtiva berwarna kemerahan
4. Mata cekung
5. Kantuk yang berlebihan yang sering di tandai dengan
seringkali nya menguap
6. Tidak mampu untuk berkonsentrasi
7. Selalu merasa murung √
8. Pengelihatan kabur
9. Sering merasa mual
10. Sering merasa pusing
Jumblah 5 5
Sumber: Dimodivikasi dari hidayat dalam segala (2011)
C. Observasi Kualitas Tidur Berdasarkan Tanda Psikologis
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Menarik diri
2. Apatis
3. Respon menurun
4. Bingung
5. Daya ingat berkurang
6. halusinasi
7. Halusinasi pendegaran
8. Halusinasi pengelihatan
9. Kurang mampu memberikan pertimbangan
10. Kurang mampu memberikan keputusan
Jumblah 4 6
D. Kualitas Tidur Berdasarkan Jumlah Jam Tidur Siang Hari
3. Jam berapa bapak/ibu mulai tidur siang : jam 12.00 - 13.00 wita
4. Berapa lama bapak/ibu tidur siang : 1 jam
Malam Hari
3. Jam berapa bapak/ibu mulai tidur malam : 23.30 -03.00
4. Berapa lama bapak/ibu tidur malam: 03.30 jam
Lampiran 4
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
h. Nama :
i. Tempat /Tahun :
j. Jenis Kelamin :
k. Status Perkawinan :
l. Agama :
m. Suku :
n. Tanggal pengkajian :
2. Keluarga atau orang lain yang penting/dekat yang dapat dihubungi
d. Nama :
e. Alamat :
f. Hubungan dengan klien :
3. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
e. Pekerjaan saat ini :
f. Pekerjaan sebelumnya :
g. Sumber pendapatan :
h. Kecukupan pendapatan :
4. Aktivitas Rekreasi
a. Hobi :
b. Bepergian/wisata :
5. Riwayat Keluarga
a. Saudara Kandung
Nama Keadaan Saat Ini Keterangan
b. Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)
a) Nama :
b) Umur :
c) Penyebab Kematian :
c. Kunjungan keluarga :
B. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Nutrisi
2. Eliminasi
a. BAK
b. BAB
3. Personal Higiene
4. Istirahat dan Tidur.
5. Kebiasaan mengisi waktu luang
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan:
7. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari
Jenis kegiatan Lama keegiatan
Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terahir
b. Gejala yang dirasakan
c. Faktor Pencetus
d. Timbulnya Keluhan
e. Waktu mulai timbulnya keluhan
2. Riwayat Kesehatan MasaLalu
a. Penyakit yang pernah di derita
b. Riwayat Alergi (obat,makanan,binatang,debu dan lain-lain)
c. Riwayat Kecelakaan
d. Riwayat dirawat di rumah sakit
3. Pengkaji/pemeriksaan fisik Keadaan umum :
a. BB/TB :
b. TD/N/S/RR :
c. Rambut :
d. Mata :
e. Telinga :
f. Abdomen :
g. Dada :
h. Kulit :
i. Ekstremitas atas :
j. Ekstremitas bawah :
Lampiran 4.
PENGKAJIAN KATZ INDEKS
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
Nama Klien : Tn. Husen
Wisma : Segar
SKORE KRITERIA
AKemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi.
BKemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut.
CKemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali mandi dan
satu fungsi tambahan.
DKemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan.
EKemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
FKemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
LAIN-
LAIN
Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F
Hasil :
Hasil dari pengkajian katz indeks adalah klien mampu melakukan aktivitas
secara mandiri dalam hal mandi, makan, ke kamar kecil, berpindah, dan
berpakaian.
Lampiran 5
BARTHEL INDEKS
MODIFIKASI INDEKS KEMANDIRIAN KATZ
No Aktivitas Mandiri(Nilai 1)
Tergantung(0)
1 Mandi dikamar mandi(menggosok, membersihkan,dan mengeringkan badan).
1
2. Menyiapkan pakaian,membuka, danmengenakannya.
1
3. Memakan makanan yangtelah disiapkan.
1
4. Memelihara kebersihan diriuntuk penampilan diri(menyisir rambut, mencucirambut, menggosok gigi,mencukur kumis).
1
5. Buang air besar di WC(membersihkan danmengeringkan daerahbokong).
1
6. Dapat mengontrolpengeluaran feses (tinja).
1
7. Buang air kecil di kamarmandi (membersihkan danmengeringkan daerahkemaluan).
1
8. Dapat mengontrolpengeluaran air kemih
1
9. Berjalan di lingkungantempat tinggal atau keluarruangan tanpa alat bantuseperti tongkat
0
10. Menjalankan ibadah sesuaiagama dan kepercayaan yangdianutnya
1
11. Melakukan pekerjaan sepertimerapikan tempat tidur,mencuci pakaian, memasak,dan membersihkan ruangan.
1
12. Berjalan untuk kebutuhansendiri atau kebutuhankeluarga.
1
13. Pengelolaan keuangan(menyimpan danmenggunakan uang sendiri.
0
14. Menggunakan saranatransportasi umum untukbepergian.
0
15. Menyiapkan obat dan minumobat sesuai dengan aturan(takaran obat dan waktuminum obat yang tepat).
0
16. Merencanakan danmengambil keputusan untukkepentingan keluarga dalamhal pengunaan uang, aktivitassosial yang dilakukan dankebutuhan akan pelayanankesehatan.
0
17. Melakukan aktivitas diwaktuluang (kegiatan keagamaan,sosial, rekreasi, olahraga danmenyalurkan hobi)
0
Jumlah nilai 13
ANALISIS HASIL :
NILAI 13 – 17 : MANDIRI
NILAI 0 – 12 ` : KETERGANTUNGAN
Lampiran 6.
Pengkajian Status Mental Gerontik (SPSMQ)
Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Potable
Mental Status Questioner (SPSMQ)
Intruksi :
Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.
BENAR SALAH N0 PERTANYAAN
01. Tanggal berapa hari ini ?
16 Mei 2018
02. Hari apa sekarang ?
Rabu
03. Apa nama tempat ini ?
Wisma Segar
04. Dimana alamat anda ?
Boro-boro
05. Berapa umur anda ?
79 Tahun
06. Kapan anda lahir ? (minimal tahun lahir)
1939
07. Siapa presiden Indonesia sekarang ?
Jokowi
08. Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
SBY
09. Siapa nama ibu anda ?
Endak
10. Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari tiap
angka baru semua secara menurun.
20 , 17, 14, 11
Score total
Interprestasi data
1. Salah 0 – 2 : Fungsi intelektual utuh
2. Salah 3 – 4 : Kerusakan intelektual ringan
3. Salah 5 – 7 : Kerusakan intelektual sedang
4. Salah 8 – 10 : Kerusakan intelektual berat
10
Lampiran 7.
Pengkajian MMSE (Mini Mental Status Exam)
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi metal dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam) yaitu Orientasi, Registrasi, Perhatian, Kalkulasi, Mengingat
kembali, dan Bahasa.
N0ASPEK
KOGNITIF
NILAI
MAKS
NILAI
KLIENKRITERIA
1. Orientasi 5 5
Menyebutkan dengan benar
1. Tahun : 2018
2. Musim : hujan
3. Tanggal : 16
4. Hari : Rabu
5. Bulan : Mei
2. Orientasi 5 5
Dimana kita sekarang berada ?
1. Negara : Indonesia
2. Provinsi : Sulawesi Tenggara
3. Kota : Kendari
4. PSTW : Minaula Kendari
5. Wisma : Segar
3. Registrasi 3 3
Sebutkan nama 3 objek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan
masing-masing objek. Kemudian
tanyakan kepada klien 3 objek tadi
(untuk disebutkan)
1. Objek 1 : Meja
2. Objek 2 : Kursi
3. Objek 3 : Televisi
4.Perhatian dan
kalkulasi5 5
Minta klien untuk memulai dari angka
100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kali atau tingkat
1. 93
2. 84
3. 79
4. 71
5. 65
5. Mengingat 3 3
Minta klien untuk mengulangi ketiga
objek pada No.2 (Registrasi) tadi. Bila
benar, 1 point untuk masing-masing
objek.
1. Objek 1 : Meja
2. Objek 2 : Televisi
6. Bahasa 9 9
a. Tunjukkan pada klien suatu
benda dan tanyakan namanya
pada klien (Misal jam tangan,
pensil) 2 angka)
b. Minta klien untuk mengulang
kata berikut “jika tidak dan
atau tapi” (Bila benar 1 point)
c. Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri
dari 3 langkah
“Ambil kertas ditangan anda,
lipat dua dan taruh dilantai”
1. Ambil kertas ditangan anda
2. Lipat dua
3. Taruh di lantai ( 2 angka )
d. Perintahkan pada klien untuk
hal berikut (bila aktivitas
sesuai perintah point 1 )
“pejamkan mata anda”.
e. Perintahkan pada klien untuk
menulis satu kalimat menyalin
gambar (1 angka)
Interpretasi hasil :
24 – 30 : Normal
17 – 23 : Probable gangguan kognitif
0 – 16 : Definitif gangguan kognitif
Lapiran 8.
(TINNETI,ME,DAGINTER,SF,1998)
Penkajian keseimbangan di nilai dari dua komponen utama dalam bergerak, dari
kedua komponen tersebut dibagi lagi dalam beberapa gerakan yang perlu di
observasi oleh perawat. Kedua komponen tersebut adalah:
a. Perbahan posisi ata gerakan keseimbangan
Beri nilai 0 (nol) jika klien tidak menunjukan kondisi di bawah ini,atau beri
niali 1(satu) jika klien menunjukan salah satu kondisi di bawah ini
1. Bangun dari korsi (di masukan dalam analisisis)
Tidak bangun dari duduk dan duduk denga 1 kali gerakan,tetapi
mendorong tubuhnya ke atas denagan tangan atau bergerak kebagian
depan kursi terlebih dahulu,tidak stabil pada saat berdiri pertama kali.(0)
2. Duduk di kursi (di masukan dalm analisis),menjatuhkan diri kekursi ,tidk
duduk di tengah kursi. Keteranagn (*) kursi yang keras dan tampa
lenagan.(1)
3. Menahan dorongan pada pada sternum (pemeriksa pendorong sternum
perlahan – lahan sebanyak 3 kali.(0)
4. Klien menggerakan kaki ,memegang objek untuk dukuan,kaki tidk
menyentuh sisi – sisinya. (0)
5. Mata tertutup(lakukan pemeriksaan seperti di atas tetapi klien di suruh
menutup mata).(1)
6. Perputan kaki dan leher
Menggerakan kaki,menggenggam objek untuk dukungan; kaki tidak
menyentuh sisinya ;keluahn vertigo, pusing atau keadaantidak stabil.(1)
7. Gerakan menggapai sesuatu menggampai
Tidak mampu untuk enggampai sesuatu denagan bahu fleksi sepenuhnya
sementara berdiri pada ujung-ujung kaki,tidak stabil,memgang suatu utuk
dukungan . (0)
8. Membungkuk
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek kecil (misal
pulpen) dari latai,memegang objek untuk bisa berdiri lagi,memerlukan
usaha-usha multipel untuk bangun. (0)
b. Komponen gaya berjalan atau gerakan
Beri nilai 0 (nol) jika klien tidak menunjukan kondisi di bawah ini ,atau beri
nilai 1 (satu) jika klen menunjukan salah satu dari kondisi di bawah ini.
1. Minta klien untuk berjalan ke tempat yang di tentukan.ragu-
ragu,tersandung,memegang objek untk dukungan. (0)
2. Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah )
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser ataumenyeret
kaki mengangkat kaki terlalu tinggi (>5cm).(1)
3. Kontuinitas langkah kaki (lebih baik di observasi dari samping klien)
Setelah langkah-langkah awal,langkah awal,langkah menjadi tidak
konsisten,memulai mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain
menyentuh lantai.(1)
4. Kesimetrisan langkah (lebih baik di observasi dari samping pasien)
Tidak berjaln dalm garis lurus,bergelombang dari sisi kesisi.(1)
5. Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik di observasi dari
belakang klien )
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi.(1)
6. Berbalik
Berhenti sebelum memulai berbalik, Jalan sempoyongan ;
bergoyang,memegang objek untuk dukungan (1)
Intepretasi hasil
Jumblahkan semua nilai yang di peroleh klien,dan tempat interestasi sebagai
berikut:
a. 0 – 5 : Resiko jatuh rendah
b. 6 – 10 : Resiko jatuh sedang
c. 11 – 15 : Resiko jatuh tinggi
Lampiran 9.
PENGKAJIAN LINGKUNGAN PADA LANSIA
1. Berapa buahkah kamar khusus untuk lansia?
Kamar tidur : Ya
Kamar mandi : Ya
WC : Ya
Dapur : Tidak
Ruang tamu : Ya
2. Berapa jumlah ruangan yang ada di rumah/wisma lansia? 5 kamar
3. Apakah penderita harus turun naik tangga bila masuk atau keluar rumah?
Tidak
4. Apakah lingkungan sekitar rumah cukup aman? Iya
5. Bagaimana kebersihan rumah tersebut? Baik
6. Apakah rumah cukup berventilasi? Iya
7. Apakah terlihat tanda-tanda kurang di urus ?
a. makanan basi di lemari makan / lemari es? Tidak
b. Alat makan yang tidak dicuci ? Iya
c. Tumpukan pakaian kotor ? Iya
8. Daftar keamanan ? tidak
a. Apakah penderita dapat :
1. Membuka/mengunci pintu? Iya
2. Mencapai sakelar lampu ? Tidak
3. Mencari pertolongan bila perlu ? Iya
4. Berjalan dalam rumah dengan aman (WC, kamar mandi, meja
makan, ruang tamu, dll) ? Iya
9. Apakah terdapat bahaya yang jelas/nyata
1. Fitting lampu yang bertumpuk-tumpuk ? Tidak
2. Kabel listrik yang telanjang ? Tidak
3. Penyinaran yang tidak terang ? Tidak
4. Perabotan yang berserakan ? Tidak
5. Perabotan/mebel yang tak aman (mudah patah) ? Tidak
10. Daftar bahaya / penyebab jatuh :
a. Lingkungan rumah, pastikan bahwa hal berikut ini terpasang dengan
baik :
1) Lantai dan karpet dalam keadaan baik dan tidak menonjol disana
sini, yang mungkin menyebabkan terpeleset/jatuh.
2) Pencahayaan cukup terang dan tidak silau
3) Penempatan lampu cukup baik, terutama di dekat tangga atau tempat
lalu antara tempat tidur dan kamar mandi. Sakelar lampu di tempat
beresiko tinggi kalau perlu dari jenis yang bisa berpendar.
4) Telepon ditempatkan sedemikian sehingga tidak perlu harus
bergegas untuk menjawab panggilan.
5) Kabel listrik tidak terletak di lantai. Bila perlu harus diperpendek dan
di pakukan ke dinding.
6) Tidak terdapat barang berserakan di jalan tempat lampu.
b. Kamar mandi :
1) Terdapat ril pegangan di daerah toilet dan bak madi dan mudah
dicapai bila di perlukan.
2) Permukaan lantai pancuran atau bak rendam tak licin. Bila
mempergunakan pelapis bak rendam harus dari kualitas baik.
3) Belakang kesed harus berlapis karet yang tak bisa licin.
4) Drainase air harus baik hingga mencegah lantai licin setelah dipakai
mandi.
c. Kamar tidur :
1) Kased tidak merupakan hambatan yang memungkinkan terpeleset
atau tergelincir terutama dijalan lalu ke kamar mandi.
2) Terdapat meja disamping tempat tidur untuk meletakkan kaca mata
atau barang lain sehingga tidak diletakan di lantai di samping tempat
tidur.
d. Dapur :
1) Lantai terbuat dari bahan tak licin.
2) Tumpahan-tumpahan cepat di bersihkan untuk mencegah terpeleset
3) Bahan untuk membersihkan dan memasak diletakkan ditempat yang
tak terlalu tinggi (sehingga orang yang agak pendek tak perlu
memanjat) atau terlalu pendek (untuk orang yang sering merasa
pusing setelah membungkuk).
4) Disediakan kursi tinggi untuk keperluan mencuci tangan.
5) Tersedia tempat pijakan yang stabil untuk mencapai barang yang
letaknya agak tinggi.
e. Kamar duduk :
1) Kesed-kesed tidak terletak diatas karper atau berserakan sana sini.
2) Mebel/perabotan diletakan sedemikian sehingga jalan lalu cukup
besar.
3) Tinggi kursi dan sofa cukup sehingga mudah bagi lansia untuk
duduk atau bangkit.
f. Tangga :
1) Terdapat ril pegangan yang kuat di kedua sisi anak tangga, termasuk
anak tangga ke lantai dasar.
2) Lantai anak tangga tidak licin.
3) Bahan/barang-barang tidak diletakan di lantai anak tangga terbawah
atau lantai anak tangga teratas.
4) Bila mungkin, anak tangga terbawah dan teratas diwarnai dengan
warna terang untuk menandai awal dan akhir tangga.
g. Di luar rumah :
1) Pintu masuk depan dan belakang dalam keadaan baik. Pada musim
hujan tersedia pasir untuk mencegah lantai menjadi licin.
2) Jalan lalu harus bebas dari lumpur atau air di musim hujan, sehingga
mencegah terpeleset/jatuh.
3) Anak tangga/ril pegangan harus terpasang kuat/baik.
Lampiran10.
SATUAN ACARA PENYULUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT
DAN TIDUR PADA LANSIA
A. LatarBelakang
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus
dipenuhi oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup, tubuh
baru dapat berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki
makna yang berbeda pada setiap individu. Secara umum, istirahat berarti
suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional, dan bebas dari
perasaan gelisah Jadi, beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas
sama sekali. Terkadang berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai
suatu bentuk istirahat.
Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi
dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan
dengan aktifitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi,
perubahan proses fsiologis tubuh dan penurunan respon terhadap stimulus
eksternal. Hampir sepertiga dari waktu kita digunakan untuk tidur. Hal
tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau
mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stress dan
kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi saat
hendak melakukan aktivitas sehari-hari.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit, peserta dapat
memahami pentingnya istirahat dan tidur.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta mampu :
a. Menyebutkan pengertian istirahat
b. Menyebutkan lama waktu istirahat yang baik
c. Menyebutkan manfaat istirahat
d. Menyebutkan defenisi tidur
e. Menyebutkan cara dan poisi tidur yang benar
f. Menyebutkan waktu yang diperlukan untuk tidur
g. Menyebutkan tanda-tanda klinis kurang istirahat dan tidur
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Pokok bahasan : pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada lansia
2. Sub pokok bahasan : pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada
lansia
3. Sasaran : lansia
4. Penyuluh : Ketut Arma Dinata
5. Tempat : Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari (Wisma Segar)
6. Hari/Tanggal : Senin/ 18 Juni 2018
7. Waktu : 15.00 WITA
D. Metode
Ceramah dan tanya jawab
E. Media
Leaflet
G. Kegiatan Penyuluhan
No. TAHAP WAKTU KEGIATAN MEDIA
1. Pembukaan 3 menit 1. Salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan tujuan
penyuluhan
2. Pelaksanaan 20 menit Memberi penyuluhan tentang :
1. Pengertian istirahat
2. Lama waktu ibu istirahat
pada malam hari
3. Manfaat istirahat
4. Defenisi tidur
5. Cara dan posisi tidur yang
benar
6. Waktu yang diperlukan
untuk tidur?
7. Tanda-tanda klinis kurang
istirahat dan tidur?
leflet
3. Evaluasi 2 menit 1. Membuka sesi tanya jawab
kepada peserta
2. Peserta dapat mengulang
kembali apa yang telah
dijelaskan tadi
Tanya jawab
diskusi
Penutup 1. Mengakhiri pertemuan
2. Pembicaraan mengucapkan
terima kasih atas perhatian
peserta
3. Mengucapkan salam
penutup
Ceramah
H. Evaluasi :
1. Jelaskan tentang pengertian istirahat?
2. Sebutkan lama waktu lansia istirahat?
3. Jelaskan Manfaat istirahat ?
4. Jelaskan defenisi tidur?
5. Sebutkan Cara dan posisi tidur yang benar?
6. Jelaskan waktu yang diperlukan untuk tidur?
7. Sebutkan tanda-tanda klinis kurang istirahat dan tidur?
MATERI
Konsep Istirahat dan Tidur Pada Lansia
Lansia : 19% kesulitan tidur, 21% tidur terlalu sedikit, 24% kesulitan tidur
mengantuk berlebihan di siang hari. Kaplan dan Sadock melaporkan kurang lebih
40 – 50% dari populasi lanisia menderita gangguan tidur.
A. ISTIRAHAT
1. Defenisi
Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan
emosional dan bebas dari kegelisahan (ansientas).
2. Lama waktu lansia istirahat dan tidur
Lama waktu lansia istirahat dan tidur yaitu 6 - 8 jam pada malam
hari.
3. Manfaat istirahat
Manfaat istirahat yang cukup bagi lansia merupakan salah satu
herbal dan faktor untuk mendapatkan kondisi tubuh yang segar bugar dan
terbebas penyakit.
4. Relaksasi musik
Kesimpulan ini adalah relaksasi otot progresif dengan musik
dapat meningkatkan kualitas tidur lansia.
5. Syarat yang harus dilakukan untuk melakukan relaksasi atau alat yang di
butuhkan untuk relaksasi musik antara lain :
a. Lemaskan seluruh otot-otot tubuh, termasuk otot-otot wajah
b. Pusatkan pikiran anda pada irama musik atau pada hal-hal yang
menenangkan
c. Pilih posisi relaksasi yang menurut anda paling menyenangkan
d. Alat : laptop dan lagu khusus
6. Waktu untuk melakukan relaksasi
Waktu terbaik untuk melakukan relaksasi adalah malam sewaktu
mau tidur.
B. TIDUR
1. Defenisi tidur
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang dialami seseorang
yang dapat di bangunkan kembali dengan indra / rangsangan yang cukup.
Tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran yang
bervariasi. Perubahan-perubahan proses fisiologis tubuh dan penurunan
respon terhadap rangsangan dari luar.
2. Tujuan
Tujuan tidur secara jelas tidak diketahui namun diyakini tidur
diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional dan
kesehatan.
3. Waktu yang diperlukan untuk tidur
a. Tidur siang
Tidur siang menguntungkan dan baik untuk kesehatan. Tidur
siang dilakukan kurang lebih selama 2 jam dan dilakukan lebih
sering. Tidur siang dilakukan setelah makan siang tetapi tidak
langsung tidur beri waktu 5-10 menit untuk tidur. Tidur siang
dilakukan untuk mengistirahatkan tubuh dan fisik serta pikiran.
f. Tidur malam
Lansia hendaknya lebih banyak tidur pada malam hari selama
± 6-8 jam. Lansia sebaiknya tidur lebih awal dan jangan tidur terlalu
malam.
4. Tempat tidur
Saat lansia hendaknya jangan tidur pada tempat tidur yang terlalu
tinggi agar tidak mempersulit pada saat lansia naik ke tempat tidur.
Tempat tidur diusahakan senyaman mungkin misalnya menggunakan
kasur yang tidak terlalu keras.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ISTIRAHAT DAN
TIDUR
1. Umur
Semakin bertambahnya umur manusia semakin berkurang total
waktu kebutuhan tidur terutama pada lansia. Hal ini dikarenakan
terjadinya degenerasi sel dan organ yang mempengaruhi fungsi dan
mekanisme tidur.
2. Sakit
Orang sakit membutuhkan lebih banyak tidur lebih dari normal dan
siklus normal untuk tidur. Nyeri dapat menghalangi tidur atau
membangunkan yang tertidur.
3. Lingkungan
Lingkungan dapat mendukung atau mengganggu tidur. Orang
sering menjadi biasa pada suara, lampu, kehadiran stimulus aneh dapat
membuat orang terjaga dari tidur.
4. Lelah
Kelelahan dapat mengakibatkan pada pola tidur. Ketika orang
beristirahat tahapan tidur menjadi lebih panjang.
5. Cemas
Kecemasan dan gangguan emosional mengakibatkan gangguan
kemampuan seseorang untuk tidur.
6. Obat
Obat khususnya hipnotis dan obat penenang berakibat pada pola
tidur.
7. Alkohol
Alkohol menekan tingkat tidur normal. Daya tahan pada alkohol
dapat menghasilkan insomnia (susah tidur) dan mudah marah.
D. TANDA-TANDA KLINIS KURANG ISTIRAHAT DAN TIDUR
Ada beberapa tanda klinis yang perlu diketahui lansia terhadap tanda-
tanda kurang istirahat atau tidur, yaitu :
1. Pasien mengungkapkan rasa capek
2. Pasien mudah tersinggung dan kurang santai
3. Warna kehitam-hitaman disekitar mata, konjungtiva merah
4. Sering kurang perhatian
5. Pusing
6. Mual
Apabila gangguan tidur atau kurang istirahat ini berlangsung lama,
maka dapat terjadi gangguan tubuh. Beberapa tanda gangguan tidur yang
perlu diperhatikan :
a. Perubahan kepribadian
b. Rasa capek meningkat
c. Gangguan persepsi
d. Halusinasi gangguan atau pendengaran
e. Bingung dan disorientasi terhadap tempat dan waktu
f. Koordinasi menurun
g. Bicara tidak jelas
1) Upaya-upaya lansia untuk mangatasi sulit tidur :
a) Jika lansia sulit tidur karena memikirkan masalahnya, langkah pertama
untuk mengatasinya adalah mencari pokok penyebab permasalahan dan
mengatasi masalah tersebut, menceritakan masalah tersebut kepada orang
terdekatnya, misaklnya : istri, keluarga, teman ataupun perawat dan jika
permasalahanya belum dapat diselesaikan, maka bisa berkonsultasi
dengan psikolog atau psikiater
b) Mendengarkan musik klasik atau slow
c) Membaca buku dan bacaan lainnya
d) Minum susu sebelum tidur
e) Berendam di air hangat adan pijat untuk merilekskan otot
2) Ada dua macam tidur yaitu REM (Rapid Eye Movement = gerakan mata
cepat) dan tidur NREM (Non Eye Mevement = gerakan mata tidak cepat).
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial yang
ditandai dengan :
a) Mimpi yang bermacam-macam
b) Otot-otot kendor
c) Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur, sering lebih cepat
d) Perubahan tekanan darah
e) Gerakan otot tidak teratur
f) Gerakan mata cepat
g) Pembesaran steroid
h) Sekresi lambung meningkat
Saraf-saraf simpatetik berkerja selama tidur REM. Dalam tidur REM
diperkirakan terjadi proses penyimpanan secara mental yang digunakan
sebagai pelajaran, adaptasi psikologis dan memori. Tidur NREM merupakan
tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang pendek karena gelombang
otak selama NREM lebih lambat daripada gelombang alfa dan beta pada
orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur. Tanda-tanda orang tidur
NREM :
a) Mimpi berkurang
b) Keadaan istirahat
c) Tekanan darah turun
d) Kecepatan pernafasan turun
e) Metabolisme turun
f) Gerakan mata turun
Tidur NREM mempunyai 4 tahap ditandai dengan gelombang otak.
1) Tahap 1
Merupakan tahap transisi berlangsung selama 5 menit yang mana
seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa kabur dan
relaks, mata bergerak ke kanan dan kiri, kecepatan jantung dan pernafasan
turun secara jelas. Gelombang alpha sewaktu seseorang masih sadar berganti
dengan gelombang beta yang lebih lambat. Pada tahap ini seseorang mudah
dibangunkan.
2) Tahap 2
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menerus menurun.
Mata masih bergerak-gerak, kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan
jelas, suhu tubuh dan metabolism menurun. Gelombang otak ditandai dengan
“Sleep Spindles” dan gelombang K Kompleks. Tahap II berlangsung pendek
dan berakhir dalam waktu
3) Tahap 3
Pada tahap ini kecepatan jantung, pernafasan serta proses tubuh
berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistim saraf para simpatik.
Seorang menjadi lebih baik dibangunkan. Gelombang otak menjadi lebih
teratur dan terdapat penambahan gelombang delta yang lambat.
4) Tahap 4
Merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan predominasi
gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernafasan turun.
Seseorang dalam keadaan rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan.
Selama tidur seseorang mengalami empat sampai enam kali siklus tidur
dalam waktu 7-8 jam. Siklus tidursebagian besar merupakan tidur NREM dan
berakhir dengan tidur REM.
EVALUASI
1. Pengertian istirahat
2. Lama waktu lansia istirahat
3. Manfaat istirahat
4. Defenisi tidur
5. Cara dan posisi tidur yang benar
6. Waktu yang diperlukan untuk tidur?
7. Tanda-tanda klinis kurang istirahat dan tidur?
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
“Terapi Musik”
Mata Kuliah : Intensif
Kompetensi : Pemberian Terapi Musik
Pengertian : Pemanfaatan kemampuan musik dan elemen musik oleh
terapis kepada klien
Tujuan : Memperbaiki kondisi fisik, emosional, dan kesehatan spiritual
pasien.
Persiapan alat dan bahan
1. Hanpohone /radio
2. Musik klasik/lagu keagamaan
3. Headset
PROSEDUR :
Pre interaksi
1. Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)
2. Siapkan alat-alat
3. Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi
4. Cuci tangan
Tahap orientasi
5. Beri salam dan panggil klien dengan namanya
6. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga
Tahap kerja
7. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
8. Menanyakan keluhan utama klien
9. Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
10. Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan
seperti relaksasi, stimulasi konsentrasi dan mengurangi rasa seakit.
11. Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.
12. Identipikasi pemilihan musik klien.
13. Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman dalam musik.
14. Pilih musik yang mewakili pilihan musik klien.
15. Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman.
16. Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan
telepon selama mendengarkan musik.
17. Dekatkan tipe musik yang mau di dengarkan oleh klien.
18. Pastikan tipe musik yang mau di dengarkan dalam kondisi baik
19. Nyalahkan musik dan lakukan terapi musik.
20. Pastikan polume kusik tidak terlalu keras.
21. Hindari menghidupkan musik dan meninggalkannya dalam waktu yang lama.
22. Fasilitasi jika klien ingin berpartisipasi aktif seperti memainkan alat musik
atau bernyanyi.
23. Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.
24. Identipikasi pilihan musik klien
Terminasi
26. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
27. Simpulkan hasil kegiatan
28. Berikan umpan balik positif
29. Kontrak pertemuan selanjutnya
30. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
31. Bereskan alat-alat
32. Cuci tangan
Dokumentasi
33. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
- Nama Px, Umur, Jenis kelamin, Nama perawat, Respon pasien.
- Keluhan utama
- Tindakan yang dilakukan (terapi musik)
- Lama tindakan
- Jenis terapi music yang diberikan
- Reaksi selama, setelah terapi pemberian terapi musik, tanggal
pemeriksaan.
STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR TERAPI PIJAT KAKI
No. Tindakan
1. Cuci tangan perawat
2. Beritahukan klien untuk mencuci tangan dan kaki terlebih dahulu
3. Keringkan kaki klien
4. Posisikan klien senyaman mungkin
5. Ambil minyak zaitun secukupnya dan usapkan pada seluruh bagian tangan
perawat dan kaki klien
6. Gunakan pangkal lengan untuk memijat telapak kaki klien dari arah atas ke
bawah. Lakukan sebanyak 30 kali
7. Kepalkan tangan dan pijat kaki klien dari atas ke bawah. Lakukan sebanyak
30 kali
8. Pijat punggung kaki klien dengan pangkal tangan sebanyak 30 kali
9. Remas kaki klien dari pergelangan kaki sampai ujung kaki klien sebanyak 30
kali
10. Tarik satu persatu jari kaki klien (1 jari 3 kali tarikan). Penarikan tidak
boleh mengeluarkan bunyi
11. Tekan menggunakan 8 jari dari pergelangan kaki sampai lutut klien
sebanyak 5x
12. Pijat dari pergelangan kaki sampai lutut klien sebanyak 5x balikan
13. Cuci kaki klien dan keringkan