GAMBAR ANAK GIFTED : KAJIAN BENTUK EKSPRESI, …
Transcript of GAMBAR ANAK GIFTED : KAJIAN BENTUK EKSPRESI, …
i
GAMBAR ANAK GIFTED : KAJIAN BENTUK EKSPRESI,
KECENDERUNGAN KECERDASAN VISUAL, DAN PROSES
PEMBELAJARAN PADA KOMUNITAS PSGGC DI
YOGYAKARTA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Pendidikan
Oleh :
Ardiyawan
0204515016
PROGRAM STUDI PEDIDIKAN SENI
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya
nama : Ardiyawan
nim : 0204515016
program studi : Pendidikan seni (S2)
menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis yang berjudul “Gambar Anak Gifted :
Kajian Bentuk Ekspresi, Kecenderungan Kecerdasan Visual, dan Proses
Pembelajaran pada Komunitas PSGGC di Yogyakarta” ini benar-benar karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain atau pengutipan dengan cara-cara yang
tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah. Atas pernyataan ini saya secara pribadi siap
menanggung resiko/sanksi hukum yang dijatuhkan apabila ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini.
Semarang, 01 Mei 2019
Yang membuat pernyataan,
Ardiyawan
ditempeli
meterai
Rp. 6.000
iv
MOTTO
“Keindahan yang paling indah dalam hidup adalah sabar, syukur, dan ikhlasmu”
(Ardiyawan)
PERSEMBAHAN
Karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan untuk :
1. Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang,
2. Program Studi Pendidikan Seni (S2).
v
ABSTRACT
Ardiyawan, 2016. “The Gifted Children in drawing: Expression verses, willingness
of visual astuteness, and Learning process of PSGGC community in
Yogyakarta”. Thesis. S2 Art Department. Postgraduate Program. Semarang
State University. The 1st adviser Dr. Muh. Ibnan Syarif, S.Pd.M.Sn., The 2nd
adviser Dr. Triyanto, M.A., i-590 pages
Key words: gifted children in drawing, expression verses, willingness of visual
astuteness, PSGGC community
Gifted children in drawing is the form of children’s visual astuteness which appears
because of their mind and feeling influenced by their environment. The purpose of
this research is examining the form of gifted children’s astuteness of PSGGC
community through the result of drawing works which they have. This research
uses Qualitative Approach by centralising to Field Research Method that
comprehend and describe the form of gifted children’s astuteness of PSGGC
community in Yogyakarta. The data which appears on this research takes from
observation, interview, and documentation. The research of expression of gifted
children in drawing of PSGGC community indicates some result as follows, first
the form of gifted children’s work of PSGGC community produce picture of white
and black sketch, coloured sketch, black and white hatching in sketching, coloured
hatching in sketching with figure object of cartoon, robot, animal, and some objects
in their daily life and abstract form related to their imagination. The form in
drawing of gifted children of PSGGC community is as visualization of an idea or
concept from their selves which is influenced by their mind, feeling and
surroundings. Second, the work of gifted children in drawing of PSGGC
community indicates the form of their visual astuteness expressions as children’s
sensitivity toward some unsure of visual principle, ability of knowing object, and
ability of measuring the distance and measurement. Third, PSGGC community take
place their selves as informal community with free learning system without using
certain curriculum, ongoing everywhere, and delivered by gifted children parents
or resource person from many realms.
vi
ABSTRAK
Ardiyawan. 2016. ‘’Gambar Anak Gifted : Kajian Bentuk Ekspresi, Kecenderungan
Kecerdasan Visual, dan Proses Pembelajaran pada Komunitas PSGGC di
Yogyakarta’’. Tesis. Program Studi Pendidikan Seni S2. Program
Pascsarjana. Universitas Negeri semarang. Pembimbing I Dr. Muh. Ibnan
Syarif S.Pd., M. Sn., Pembimbing II Dr. Triyanto, M.A., i-590 hal.
Kata Kunci: gambar anak gifted, bentuk ekspresi, kecenderungan kecerdasan
visual, komunitas PSGGC di Yogyakarta
Gambar anak gifted merupakan wujud kecerdasan visual anak yang muncul dari
pikiran dan perasaan anak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar anak. Penelitian ini
bertujuan mengkaji wujud kecerdasan anak gifted komunitas PSGGC melalui hail
karya gambar yang dimiliki anak.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan memusatkan pada metode field reseach (riset lapangan) yaitu memahami
dan mendiskripsikan wujud kecerdasan visual gambar anak gifted komunitas
PSGGC di Yogyakarta. Data yang disajikan dalam penelitian ini berasal dari
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian mengenai ekspresi gambar
anak gifted komunitas PSGGC menunjukan hasil sebagai berikut, pertama wujud
karya anak gifted komunitas PSGGC menghasilkan gambar berupa sketsa hitam
putih, sketsa berwarna, gambar arsir hitam putih, dan gambar arsir berwarna dengan
objek gambar tokoh kartun, robot, hewan, dan benda-benda dalam kehidupan
sehari-hari serta wujud abstrak sesuai imajinasi anak. Wujud karya gambar anak
gifted komunitas PSGGC tersebut merupakan Visualisasi ide atau gagasan dari
dalam diri anak yang dipengaruhi oleh pikiran, perasaan dan lingkungan sekitar
anak . Kedua, karya gambar anak gifted komunitas PSGGC menunjukan bentuk
ekspresi kecerdasan visual yang dimiliki anak berupa kepekaan anak terhadap
unsur-unsur dan prinsip visual, kemampuan dalam mengenali objek, serta
kemampuan dalam mengukur jarak dan ukuran. Ketiga, komunitas PSGGC
menempatkan diri mereka sebagai sebuah komunitas non formal dengan system
pembelajaran yang bebas tanpa menggunakan kurikulum tertentu, berlangsung
dimanapun, dan disampaikan oleh orang tua anak-anak gifted maupun
mendatangkan narasuber dari berbagai kalangan.
vii
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas ridha dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Gambar Anak Gifted
: Kajian Bentuk Ekspresi, Kecenderungan Kecerdasan Visual, dan Proses
Pembelajaran pada Komunitas PSGGC di Yogyakarta”. Tesis ini disusun sebagai
salah satu persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Seni Pascasarjana Universitas Negeri Semarang. Shalawat dan salam
disampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, mudah-mudahan kita
semua mendapatkan safaatNya di yaumil akhir nanti, Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian tesis ini tidak
terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan penelitian ini. Ucapan
terima kasih peneliti sampaikan petama kali kepada para pembimbing: Dr. Muh.
Ibnan Syarif S.Pd., M.Sn (Pembimbing I) dan Dr. Triyanto MA (Pembimbing II)
yang selalu memberi bimbingan dan ilmu kepada penulis, sehingga penulis lebih
paham dan mengerti dalam menyelesaikan tesis ini.
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang
telah mebantu selama proses penyelesaian studi, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Rektor Program Pascasarjana Unnes Prof. Dr. Achmad Slamet, M.Si, yang telah
memberikan kesempatan dalam menempuh pendidikan.
viii
2. Dr. Triyanto MA, Koordinator Program Studi Pendidikan Seni Program
Pascasarjana Unnes yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam
penulisan tesis ini.
3. Tim Penguji Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang, sebagai penguji dari
tahap seminar proposal tesis, sampai pada tahap ujian tesis yang senantiasa
memberikan kritik dan arahan pada penulisan tesis ini.
4. Teman-teman Komunitas PSGGC Yogyakarta atas dukungan dan fasilitas
dalam penelitian.
5. Teman-teman mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Seni Pascasarjana
Unnes angkatan 2015, sebagai teman berbagi rasa dalam suka dan duka atas
segala bantuan dan kerja samanya sejak mengikuti studi sampai penyelesaian
penelitian dan penulisan tesis ini.
6. Teman-teman guru SMK Negeri 1 Girisubo Gunung Kidul yang telah memberi
dukungan dalam penelitian.
7. Teman-teman guru MI Muhammadiyah Karanggan Manisrenggo Klaten yang
telah memberi dukungan dalam penelitian.
8. Ayahanda Sukardiyana dan Ibunda Suwarti tercinta, yang tak henti-hentinya
memberi dorongan do’a, pengertian, dan kesabarannya dalam mendampingi
dan menunggu sejak awal studi hingga selesainya tesis ini.
9. Istriku Emi Nur Arbiyanti yang selalu memberi dukungan semangat untuk
segera menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini.
10. Adik Ardyatama, yang selalu memberi dukungan semangat untuk segera
menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini.
ix
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Peneliti sadar bahwa dalam tesis ini mungkin masih terdapat kekurangan,
baik isi maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak sangat peneliti harapkan. Semoga penelitian ini bermanfaat dan
merupakan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Semarang, 24 Januari 2019
Ardiyawan
x
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................ iii
LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................. iv
ABSTRACT ..................................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
PRAKATA ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xxxi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian ........................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 11
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 12
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 12
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS
2.1. Kajian Pustaka ............................................................................ 14
2.2. Kerangka Teoretis ....................................................................... 30
2.2.1. Bentuk Visual Ekspresi Gambar Anak .................................... 30
2.2.2. Kecerdasan ............................................................................... 49
2.2.3. Anak Gifted dan Kecenderungan Perilakunya ......................... 54
2.2.4. Pembelajaran Seni Rupa .......................................................... 58
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian ................................................................. 70
3.2. Sasaran dan Lokasi Penelitian .................................................... 71
3.2.1. Lokasi Penelitian ...................................................................... 71
3.3. Data dan Sumber Data ................................................................ 71
xi
3.4. Teknik Pembumpulan Data......................................................... 72
3.4.1. Teknik Observasi ..................................................................... 72
3.4.2. Wawancara ............................................................................... 73
3.4.3. Teknik Dokumentasi ................................................................ 74
3.5. Pengabsahan Data ....................................................................... 74
3.6. Teknik Analisis Data ................................................................... 76
3.6.1. Reduksi Data ............................................................................ 77
3.6.2. Penyajian Data ......................................................................... 78
3.6.3 Verifikasi Data .......................................................................... 78
BAB 4 PROFIL KOMUNITAS PSGGC DI YOGYAKARTA
4.1. Aspek Historis Komunitas PSGGC ............................................ 80
4.2. Visi dan Misi ............................................................................... 85
4.3. Tujuan ......................................................................................... 86
4.4. Program Kegiatan ....................................................................... 88
4.5. Keanggotaan Komunitas PSGGC ............................................... 92
4.6. Peran Komunitas PSGGC Yogyakarta ....................................... 94
BAB 5 ANALISIS BENTUK DAN STRUKTUR EKSPRESI VISUAL GAMAR
ANAK KOMUNITAS PSGGC DI YOGYAKARTA
5.1. Gagasan Berkarya ....................................................................... 99
5.2. Media Berkarya ........................................................................... 101
5.3. Teknik Pembuatan Karya Gambar Anak .................................... 114
5.4. Karya Gambar Anak-anak Komunitas PSGGC .......................... 126
5.4.1. Analisis Estetik Karya Gambar Avris Anak Komunitas PSGGC
di Yogyakarta ........................................................................... 127
5.4.2. Analisis Estetik Karya Gambar Lala Anak Komunitas PSGGC
di Yogyakarta ........................................................................... 160
5.4.3. Analisis Estetik Karya Gambar Dio Anak Komunitas PSGGC
di Yogyakarta ........................................................................... 190
xii
5.4.4. Analisis Estetik Karya Gambar Wilang Anak Komunitas
PSGGC di Yogyakarta ............................................................. 223
5.4.5. Analisis Estetik Karya Gambar Felis Anak Komunitas PSGGC
di Yogyakarta ........................................................................... 253
5.4.6. Analisis Estetik Karya Gambar Amas Anak Komunitas PSGGC
di Yogyakarta ........................................................................... 284
5.4.7. Analisis Estetik Karya Gambar David Anak Komunitas PSGGC
di Yogyakarta ........................................................................... 313
5.4.8. Analisis Estetik Karya Gambar Cedrik Anak Komunitas PSGGC
di Yogyakarta ........................................................................... 347
5.5. Kreatif dan Detail : Ekspresi Visual Gambar Anak Gifted
komunitas PSGGC di Yogyakarta .............................................. 395
BAB 6 KECENDERUNGAN KECERDASAN GAMBAR ANAK GIFTED
KOMUNITAS PSGGC DI YOGYAKARTA
6.1. Kecerdasan Visual Gambar Anak ............................................... 399
6.1.1. Kepekaan Unsur Visual (Garis, Warna, Bentuk, dan Ruang)
Avris ......................................................................................... 400
6.1.2. Kepekaan Unsur Visual (Garis, Warna, Bentuk, dan Ruang)
Lala .......................................................................................... 416
6.1.3. Kepekaan Unsur Visual (Garis, Warna, Bentuk, dan Ruang)
Dio............................................................................................ 432
6.1.4. Kepekaan Unsur Visual (Garis, Warna, Bentuk, dan Ruang)
Wilang ...................................................................................... 448
6.1.5. Kepekaan Unsur Visual (Garis, Warna, Bentuk, dan Ruang)
Felis .......................................................................................... 464
6.1.6. Kepekaan Unsur Visual (Garis, Warna, Bentuk, dan Ruang)
Amas ........................................................................................ 480
xiii
6.1.7. Kepekaan Unsur Visual (Garis, Warna, Bentuk, dan Ruang)
David ........................................................................................ 496
6.1.8. Kepekaan Unsur Visual (Garis, Warna, Bentuk, dan Ruang)
Cedrik ....................................................................................... 512
6.2. Kemampuan Mengenali Identitas Objek .................................... 528
6.2.1. Kemampuan Mengenali Identitas Objek Avris........................ 529
6.2.2. Kemampuan Mengenali Identitas Objek Lala ......................... 533
6.2.3. Kemampuan Mengenali Identitas Objek Dio .......................... 537
6.2.4. Kemampuan Mengenali Identitas Objek Wilang ..................... 541
6.2.5. Kemampuan Mengenali Identitas Objek Felis ......................... 545
6.2.6. Kemampuan Mengenali Identitas Objek Amas ....................... 549
6.2.7. Kemampuan Mengenali Identitas Objek David ....................... 553
6.2.8. Kemampuan Mengenali Identitas Objek Cedrik ...................... 557
6.3. Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran ................................. 561
6.3.1. Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Avris .................... 562
6.3.2. Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Lala ...................... 566
6.3.3. Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Dio ....................... 570
6.3.4. Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Wilang ................. 574
6.3.5. Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Felis ..................... 578
6.3.6. Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Amas .................... 582
6.3.7. Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran David ................... 586
6.3.8. Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Cedrik .................. 590
BAB 7 PROSES PEMBELAJARAN SENI PADA KOMUNITAS PSGGC DI
YOGYAKARTA
7.1. Sistem Pembelajaran ................................................................... 610
7.2. Tujuan dan Sasaran Pmbelajaran ................................................ 614
7.3. Metode Pembelajaran.................................................................. 617
7.4. Evaluasi Pembelajaran ................................................................ 619
xiv
BAB 8 PENUTUP
8.1. Kesimpulan ............................................................................... 623
8.2. Implikasi ................................................................................... 624
8.3 Saran ......................................................................................... 625
8.4 Saran Untuk Orang Tua dan Guru ............................................. 625
8.5 Saran Untuk Pemerintah ............................................................ 626
8.6 Saran Untuk Peneliti Lain.......................................................... 626
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 627
LAMPIRAN ..................................................................................................... 634
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1. Kertas HVS dan Sketch Book sebagai Media Utama Kegiatan
Menggambar ............................................................................... 107
Gambar 5.2. Pensil sebagai Alat Utama Kegitan Menggambar ....................... 108
Gambar 5.3. Pena sebagai Alat Utama Kegiatan Menggambar ....................... 109
Gambar 5.4. Spidol sebagai Alat Utama Kegiatan Menggambar .................... 110
Gambar 5.5. Pensil Warna sebagai Media Warna Utama Kegiatan Menggambar
.................................................................................................... 111
Gambar 5.6.Crayon sebagai Media Warna Utama Kegiatan Menggambar ..... 112
Gambar 5.7. Penghapus sebagai Alat pendukung Kegiatan Menggambar ...... 113
Gambar 5.8. Peraut Pensil sebagai Alat Pendukung Kegiatan Menggambar .. 113
Gambar 5.9. Penggaris sebagai Alat Pendukung Kegiatan Menggambar ....... 114
Gambar 5.10. Foto Anak sedang Bermain dan Mengamati Lingkungan Sekitar
.................................................................................................... 115
Gambar 5.11. Foto Anak sedang Menyiapkan Media dan Alat Gambar ......... 116
Gambar 5.12. Foto Anak sedang Asyik Menggambar ..................................... 117
Gambar 5.13. Foto Anak Mewarna Gambar .................................................... 118
Gambar 5.14. Karya Gambar Sketsa Hitam Putih ........................................... 119
Gambar 5.15. Karya Gambar Sketsa Berwarna ............................................... 120
Gambar 5.16. Karya Gambar Arsir Hitam Putih.............................................. 121
Gambar 5.17. Karya Gambar Berwarna ........................................................... 122
Gambar 5.18. Analisis Estetik Gambar 1 Avris ............................................... 128
Gambar 5.19. Analisis Unsur Garis Gambar 1 Avris....................................... 129
Gambar 5.20. Analisis Unsur Raut Gambar 1 Avris ........................................ 130
Gambar 5.21. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 1 Avris ...................... 133
Gambar 5.22. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 1 Avris ................................ 134
Gambar 5.23. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 1 Avris ................................ 136
Gambar 5.24. Analisis Estetik Gambar 2 Avris ............................................... 137
xvi
Gambar 5.25. Analisis Unsur Garis Gambar 2 Avris....................................... 138
Gambar 5.26. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 2 Avris ...................... 141
Gambar 5.27. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 2 Avris ................................ 142
Gambar 5.28. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 2 Avris ................................ 143
Gambar 5.29. Analisis Estetik Gambar 3 Avris ............................................... 144
Gambar 5.30. Analisis Unsur Garis Gambar 3 Avris....................................... 145
Gambar 5.31. Analisis Unsur Raut Gambar 3 Avris ........................................ 146
Gambar 5.32. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 3 Avris ...................... 149
Gambar 5.33. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 3 Avris ................................ 150
Gambar 5.34. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 3 Avris ................................ 151
Gambar 5.35. Analisis Estetik Gambar 4 Avris ............................................... 152
Gambar 5.36. Analisis Unsur Garis Gambar 4 Avris....................................... 153
Gambar 5.37. Analisis Unsur Raut Gambar 4 Avris ........................................ 154
Gambar 5.38. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 4 Avris ...................... 157
Gambar 5.39. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 4 Avris ................................ 158
Gambar 5.40. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 4 Avris ................................ 159
Gambar 5.41. Analisis Estetik Gambar 1 Lala ................................................. 161
Gambar 5.42. Analisis Unsur Garis Gambar 1 Lala ........................................ 162
Gambar 5.43. Analisis Unsur Raut Gambar 1 Lala ......................................... 163
Gambar 5.44. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 1 Lala ........................ 166
Gambar 5.45. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 1 Lala .................................. 167
Gambar 5.46. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 1 Lala .................................. 168
Gambar 5.47. Analisis Estetik Gambar 2 Lala ................................................. 169
Gambar 5.48. Analisis Unsur Garis Gambar 2 Lala ........................................ 170
Gambar 5.49. Analisis Unsur Raut Gambar 2 Lala ......................................... 171
Gambar 5.50. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 2 Lala ........................ 174
Gambar 5.51. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 2 Lala .................................. 175
Gambar 5.52. Analisis Estetik Gambar 3 Lala ................................................. 176
xvii
Gambar 5.53. Analisis Unsur Garis Gambar 3 Lala ........................................ 177
Gambar 5.54. Analisis Unsur Raut Gambar 3 Lala ......................................... 178
Gambar 5.55. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 3 Lala ........................ 180
Gambar 5.56. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 3 Lala .................................. 181
Gambar 5.57. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 3 Lala .................................. 182
Gambar 5.58. Analisis Estetik Gambar 4 Lala ................................................. 183
Gambar 5.59. Analisis Unsur Garis Gambar 4 Lala ........................................ 184
Gambar 5.60. Analisis Unsur Raut Gambar 4 Lala ......................................... 185
Gambar 5.61. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 14Lala ....................... 187
Gambar 5.62. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 4 Lala .................................. 188
Gambar 5.63. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 4 Lala .................................. 189
Gambar 5.64. Analisis Estetik Gambar 1 Dio .................................................. 191
Gambar 5.65. Analisis Unsur Garis Gambar 1 Dio ......................................... 192
Gambar 5.66. Analisis Unsur Raut Gambar 1 Dio........................................... 193
Gambar 5.67. Analisis Unsur Warna Gambar 1 Dio ....................................... 194
Gambar 5.68. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 1 Dio ......................... 196
Gambar 5.69. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 1 Dio ................................... 197
Gambar 5.70. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 1 Dio ................................... 198
Gambar 5.71. Analisis Estetik Gambar 2 Dio .................................................. 199
Gambar 5.72. Analisis Unsur Garis Gambar 2 Dio ......................................... 200
Gambar 5.73. Analisis Unsur Raut Gambar 2 Dio........................................... 201
Gambar 5.74. Analisis Unsur Warna Gambar 2 Dio ....................................... 202
Gambar 5.75. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 2 Dio ......................... 204
Gambar 5.76. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 2 Dio ................................... 205
Gambar 5.77. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 2 Dio ................................... 206
Gambar 5.78. Analisis Estetik Gambar 3 Dio .................................................. 207
Gambar 5.79. Analisis Unsur Garis Gambar 3 Dio ......................................... 208
Gambar 5.80. Analisis Unsur Raut Gambar 3 Dio........................................... 209
xviii
Gambar 5.81. Analisis Unsur Warna Gambar 3 Dio ....................................... 210
Gambar 5.82. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 3 Dio ......................... 212
Gambar 5.83. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 3 Dio ................................... 213
Gambar 5.84. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 3 Dio ................................... 214
Gambar 5.85. Analisis Estetik Gambar 4 Dio .................................................. 215
Gambar 5.86. Analisis Unsur Garis Gambar 4 Dio ......................................... 216
Gambar 5.87. Analisis Unsur Raut Gambar 4 Dio........................................... 217
Gambar 5.88. Analisis Unsur Warna Gambar 4 Dio ....................................... 218
Gambar 5.89. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 4 Dio ......................... 220
Gambar 5.90. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 4 Dio ................................... 221
Gambar 5.91. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 4 Dio ................................... 222
Gambar 5.92. Analisis Estetik Gambar 1 Wilang ............................................ 224
Gambar 5.93. Analisis Unsur Garis Gambar 1 Wilang .................................... 225
Gambar 5.94. Analisis Unsur Raut Gambar 1 Wilang ..................................... 226
Gambar 5.95. Analisis Unsur Warna Gambar 1 Wilang .................................. 227
Gambar 5.96. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 1 Wilang ................... 229
Gambar 5.97. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 1 Wilang ............................. 230
Gambar 5.98. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 1 Wilang ............................. 231
Gambar 5.99. Analisis Estetik Gambar 2 Wilang ............................................ 232
Gambar 5.100. Analisis Unsur Garis Gambar 2 Wilang .................................. 233
Gambar 5.101. Analisis Unsur Raut Gambar 2 Wilang ................................... 234
Gambar 5.102. Analisis Unsur Warna Gambar 2 Wilang ................................ 235
Gambar 5.103. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 2 Wilang ................. 237
Gambar 5.104. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 2 Wilang ........................... 238
Gambar 5.105. Analisis Estetik Gambar 3 Wilang .......................................... 239
Gambar 5.106. Analisis Unsur Garis Gambar 3 Wilang .................................. 240
Gambar 5.107. Analisis Unsur Raut Gambar 3 Wilang ................................... 241
Gambar 5.108. Analisis Unsur Warna Gambar 3 Wilang ................................ 242
xix
Gambar 5.109. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 3 Wilang ................. 244
Gambar 5.110. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 3 Wilang ........................... 245
Gambar 5.111. Analisis Estetik Gambar 4 Wilang .......................................... 246
Gambar 5.112. Analisis Unsur Garis Gambar 4 Wilang .................................. 247
Gambar 5.113. Analisis Unsur Raut Gambar 4 Wilang ................................... 248
Gambar 5.114. Analisis Unsur Warna Gambar 4 Wilang ................................ 249
Gambar 5.115. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 4 Wilang ................. 251
Gambar 5.116. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 4 Wilang ........................... 252
Gambar 5.117. Analisis Estetik Gambar 1 Felis .............................................. 254
Gambar 5.118. Analisis Unsur Garis Gambar 1 Felis ...................................... 255
Gambar 5.119. Analisis Unsur Raut Gambar 1 Felis ....................................... 256
Gambar 5.120. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 1 Felis ..................... 258
Gambar 5.121. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 1 Felis ............................... 259
Gambar 5.122. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 1 Felis ............................... 260
Gambar 5.123. Analisis Estetik Gambar 2 Felis .............................................. 261
Gambar 5.124. Analisis Unsur Garis Gambar 2 Felis ...................................... 262
Gambar 5.125. Analisis Unsur Raut Gambar 2 Felis ....................................... 263
Gambar 5.126. Analisis Unsur Warna Gambar 2 Felis .................................... 264
Gambar 5.127. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 2 Felis ..................... 266
Gambar 5.128. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 2 Felis ............................... 267
Gambar 5.129. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 2 Felis ............................... 268
Gambar 5.130. Analisis Estetik Gambar 3 Felis .............................................. 269
Gambar 5.131. Analisis Unsur Garis Gambar 3 Felis ...................................... 270
Gambar 5.132. Analisis Unsur Raut Gambar 3 Felis ....................................... 271
Gambar 5.133. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 3 Felis ..................... 273
Gambar 5.134. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 3 Felis ............................... 274
Gambar 5.135. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 3 Felis ............................... 275
Gambar 5.136. Analisis Estetik Gambar 4 Felis .............................................. 276
xx
Gambar 5.137. Analisis Unsur Garis Gambar 4 Felis ...................................... 277
Gambar 5.138. Analisis Unsur Raut Gambar 4 Felis ....................................... 278
Gambar 5.139. Analisis Unsur Warna Gambar 4 Felis .................................... 279
Gambar 5.140. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 4 Felis ..................... 281
Gambar 5.141. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 4 Felis ............................... 282
Gambar 5.142. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 4 Felis ............................... 283
Gambar 5.143. Analisis Estetik Gambar 1 Amas ............................................ 285
Gambar 5.144. Analisis Unsur Garis Gambar 1 Amas .................................... 286
Gambar 5.145. Analisis Unsur Raut Gambar 1 Amas ..................................... 287
Gambar 5.146. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 1 Amas ................... 289
Gambar 5.147. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 1 Amas .............................. 290
Gambar 5.148. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 1 Amas .............................. 291
Gambar 5.149. Analisis Estetik Gambar 2 Amas ............................................ 292
Gambar 5.150. Analisis Unsur Garis Gambar 2 Amas .................................... 293
Gambar 5.151. Analisis Unsur Raut Gambar 2 Amas ..................................... 294
Gambar 5.152. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 2 Amas ................... 296
Gambar 5.153. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 2 Amas .............................. 297
Gambar 5.154. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 2 Amas .............................. 298
Gambar 5.155. Analisis Estetik Gambar 3 Amas ............................................ 299
Gambar 5.156. Analisis Unsur Garis Gambar 3 Amas .................................... 300
Gambar 5.157. Analisis Unsur Raut Gambar 3 Amas ..................................... 301
Gambar 5.158. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 3 Amas ................... 303
Gambar 5.159. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 3 Amas .............................. 304
Gambar 5.160. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 3 Amas .............................. 305
Gambar 5.161. Analisis Estetik Gambar 4 Amas ............................................ 306
Gambar 5.162. Analisis Unsur Garis Gambar 4 Amas .................................... 307
Gambar 5.163. Analisis Unsur Raut Gambar 4 Amas ..................................... 308
Gambar 5.164. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 4 Amas ................... 310
xxi
Gambar 5.165. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 4 Amas .............................. 311
Gambar 5.166. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 4 Amas .............................. 312
Gambar 5.167. Analisis Estetik Gambar 1 David ............................................ 314
Gambar 5.168. Analisis Unsur Garis Gambar 1 David .................................... 315
Gambar 5.169. Analisis Unsur Raut Gambar 1 David ..................................... 316
Gambar 5.170. Analisis Unsur Warna Gambar 1 David .................................. 317
Gambar 5.171. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 1 David ................... 319
Gambar 5.172. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 1 David ............................. 320
Gambar 5.173. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 1 David ............................. 321
Gambar 5.174. Analisis Estetik Gambar 2 David ............................................ 322
Gambar 5.175. Analisis Unsur Garis Gambar 2 David .................................... 323
Gambar 5.176. Analisis Unsur Raut Gambar 2 David ..................................... 324
Gambar 5.177. Analisis Unsur Warna Gambar 2 David .................................. 325
Gambar 5.178. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 8 David ................... 327
Gambar 5.179. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 2 David ............................. 328
Gambar 5.180. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 2 David ............................. 329
Gambar 5.181. Analisis Estetik Gambar 3 David ............................................ 330
Gambar 5.182. Analisis Unsur Garis Gambar 3 David .................................... 331
Gambar 5.183. Analisis Unsur Raut Gambar 3 David ..................................... 332
Gambar 5.184. Analisis Unsur Warna Gambar 3 David .................................. 334
Gambar 5.185. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 3 David ................... 335
Gambar 5.186. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 3 David ............................. 336
Gambar 5.187. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 3 David ............................. 337
Gambar 5.188. Analisis Estetik Gambar 4 David ............................................ 338
Gambar 5.189. Analisis Unsur Garis Gambar 4 David .................................... 339
Gambar 5.190. Analisis Unsur Raut Gambar 4 David ..................................... 340
Gambar 5.191. Analisis Unsur Warna Gambar 4 David .................................. 342
Gambar 5.192. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 4 David ................... 344
xxii
Gambar 5.193. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 4 David ............................. 345
Gambar 5.194. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 4 David ............................. 346
Gambar 5.195. Analisis Estetik Gambar 1 Cedrik ........................................... 348
Gambar 5.196. Analisis Unsur Garis Gambar 1 Cedrik................................... 349
Gambar 5.197. Analisis Unsur Raut Gambar 1 Cedrik .................................... 350
Gambar 5.198. Analisis Unsur Warna Gambar 1 Cedrik................................. 351
Gambar 5.199. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 1 Cedrik .................. 353
Gambar 5.200. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 1 Cedrik ............................ 354
Gambar 5.201. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 1 Cedrik ............................ 355
Gambar 5.202. Analisis Estetik Gambar 2 Cedrik ........................................... 356
Gambar 5.203. Analisis Unsur Garis Gambar 2 Cedrik................................... 357
Gambar 5.204. Analisis Unsur Raut Gambar 2 Cedrik .................................... 358
Gambar 5.205. Analisis Unsur Warna Gambar 2 Cedrik................................. 359
Gambar 5.206. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 2 Cedrik .................. 361
Gambar 5.207. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 2 Cedrik ............................ 362
Gambar 5.208. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 2 Cedrik ............................ 363
Gambar 5.209. Analisis Estetik Gambar 3 Cedrik ........................................... 364
Gambar 5.210. Analisis Unsur Garis Gambar 3 Cedrik................................... 365
Gambar 5.211. Analisis Unsur Raut Gambar 3 Cedrik .................................... 366
Gambar 5.212. Analisis Unsur Warna Gambar 3 Cedrik................................. 367
Gambar 5.213. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 3 Cedrik .................. 369
Gambar 5.214. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 3 Cedrik ............................ 370
Gambar 5.215. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 3 Cedrik ............................ 371
Gambar 5.216. Analisis Estetik Gambar 4 Cedrik ........................................... 372
Gambar 5.217. Analisis Unsur Garis Gambar 4 Cedrik................................... 373
Gambar 5.218. Analisis Unsur Raut Gambar 4 Cedrik .................................... 374
Gambar 5.219. Analisis Unsur Warna Gambar 4 Cedrik................................. 375
Gambar 5.220. Analisis Prinsip Keseimbangan Gambar 4 Cedrik .................. 377
xxiii
Gambar 5.221. Analisis Prinsip Proporsi Gambar 4 Cedrik ............................ 378
Gambar 5.222. Analisis Prinsip Gerakan Gambar 4 Cedrik ............................ 379
Gambar 6.1. Analisis Kepekaan Garis Gambar 1 Avris .................................. 400
Gambar 6.2. Analisis Kepekaan Warna Gambar 1 Avris ................................ 401
Gambar 6.3. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 1 Avris ............................... 402
Gambar 6.4. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 1 Avris................................. 403
Gambar 6.5. Analisis Kepekaan Garis Gambar 2 Avris .................................. 404
Gambar 6.6. Analisis Kepekaan Warna Gambar 2 Avris ................................ 405
Gambar 6.7. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 2 Avris ............................... 406
Gambar 6.8. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 2 Avris................................. 407
Gambar 6.9. Analisis Kepekaan Garis Gambar 3 Avris .................................. 408
Gambar 6.10. Analisis Kepekaan Warna Gambar 3 Avris .............................. 409
Gambar 6.11. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 3 Avris ............................. 410
Gambar 6.12. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 3 Avris............................... 411
Gambar 6.13. Analisis Kepekaan Garis Gambar 4 Avris ................................ 412
Gambar 6.14. Analisis Kepekaan Warna Gambar 4 Avris .............................. 413
Gambar 6.15. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 4 Avris4 ........................... 414
Gambar 6.16. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 4 Avris............................... 415
Gambar 6.17. Analisis Kepekaan Garis Gambar 1 Lala .................................. 416
Gambar 6.18. Analisis Kepekaan Warna Gambar 1 Lala ................................ 417
Gambar 6.19. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 1 Lala ............................... 418
Gambar 6.20. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 1 Lala ................................ 419
Gambar 6.21. Analisis Kepekaan Garis Gambar 2 Lala .................................. 420
Gambar 6.22. Analisis Kepekaan Warna Gambar 2 Lala ................................ 421
Gambar 6.23. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 2 Lala ............................... 422
Gambar 6.24. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 2 Lala ................................ 423
Gambar 6.25. Analisis Kepekaan Garis Gambar 3 Lala .................................. 424
Gambar 6.26. Analisis Kepekaan Warna Gambar 3 Lala ................................ 425
xxiv
Gambar 6.27. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 3 Lala ............................... 426
Gambar 6.28. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 3 Lala ................................ 427
Gambar 6.29. Analisis Kepekaan Garis Gambar 4 Lala .................................. 428
Gambar 6.30. Analisis Kepekaan Warna Gambar 4 Lala ................................ 429
Gambar 6.31. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 4 Lala ............................... 430
Gambar 6.32. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 4 Lala ................................ 431
Gambar 6.33. Analisis Kepekaan Garis Gambar 1 Dio ................................... 432
Gambar 6.34. Analisis Kepekaan Warna Gambar 1 Dio ................................. 433
Gambar 6.35. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 1 Dio ................................ 434
Gambar 6.36. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 1 Dio ................................. 435
Gambar 6.37. Analisis Kepekaan Garis Gambar 2 Dio ................................... 436
Gambar 6.38. Analisis Kepekaan Warna Gambar 2 Dio ................................. 437
Gambar 6.39. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 2 Dio ................................ 438
Gambar 6.40. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 2 Dio ................................. 439
Gambar 6.41. Analisis Kepekaan Garis Gambar 3 Dio ................................... 440
Gambar 6.42. Analisis Kepekaan Warna Gambar 3 Dio ................................. 441
Gambar 6.43. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 3 Dio ................................ 442
Gambar 6.44. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 3 Dio ................................. 443
Gambar 6.45. Analisis Kepekaan Garis Gambar 4 Dio ................................... 444
Gambar 6.46. Analisis Kepekaan Warna Gambar 4 Dio ................................. 445
Gambar 6.47. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 4 Dio ................................ 446
Gambar 6.48. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 4 Dio ................................. 447
Gambar 6.49. Analisis Kepekaan Garis Gambar 1 Wilang ............................. 448
Gambar 6.50. Analisis Kepekaan Warna Gambar 1 Wilang ........................... 449
Gambar 6.51. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 1 Wilang........................... 450
Gambar 6.52. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 1 Wilang ............................ 451
Gambar 6.53. Analisis Kepekaan Garis Gambar 2 Wilang ............................. 452
Gambar 6.54. Analisis Kepekaan Warna Gambar 2 Wilang ........................... 453
xxv
Gambar 6.55. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 2 Wilang........................... 454
Gambar 6.56. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 2 Wilang ............................ 455
Gambar 6.57. Analisis Kepekaan Garis Gambar 3 Wilang ............................. 456
Gambar 6.58. Analisis Kepekaan Warna Gambar 3 Wilang ........................... 457
Gambar 6.59. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 3 Wilang........................... 458
Gambar 6.60. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 3 Wilang ............................ 459
Gambar 6.61. Analisis Kepekaan Garis Gambar 4 Wilang ............................. 460
Gambar 6.62. Analisis Kepekaan Warna Gambar 4 Wilang ........................... 461
Gambar 6.63. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 4 Wilang........................... 462
Gambar 6.64. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 4 Wilang ............................ 463
Gambar 6.65. Analisis Kepekaan Garis Gambar 1 Felis ................................. 464
Gambar 6.66. Analisis Kepekaan Warna Gambar 1 Felis ............................... 465
Gambar 6.67. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 1 Felis .............................. 466
Gambar 6.68. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 1 Felis ................................ 467
Gambar 6.69. Analisis Kepekaan Garis Gambar 2 Felis ................................. 468
Gambar 6.70. Analisis Kepekaan Warna Gambar 2 Felis ............................... 469
Gambar 6.71. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 2 Felis .............................. 470
Gambar 6.72. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 2 Felis ................................ 471
Gambar 6.73. Analisis Kepekaan Garis Gambar 3 Felis ................................. 472
Gambar 6.74. Analisis Kepekaan Warna Gambar 3 Felis ............................... 473
Gambar 6.75. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 3 Felis .............................. 474
Gambar 6.76. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 3 Felis ................................ 475
Gambar 6.77. Analisis Kepekaan Garis Gambar 4 Felis ................................. 476
Gambar 6.78. Analisis Kepekaan Warna Gambar 4 Felis ............................... 477
Gambar 6.79. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 4 Felis .............................. 478
Gambar 6.80. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 4 Felis ................................ 479
Gambar 6.81. Analisis Kepekaan Garis Gambar 1 Amas ................................ 480
Gambar 6.82. Analisis Kepekaan Warna Gambar 1 Amas .............................. 481
xxvi
Gambar 6.83. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 1 Amas ............................. 482
Gambar 6.84. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 1 Amas .............................. 483
Gambar 6.85. Analisis Kepekaan Garis Gambar 2 Amas ................................ 484
Gambar 6.86. Analisis Kepekaan Warna Gambar 2 Amas .............................. 485
Gambar 6.87. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 2 Amas ............................. 486
Gambar 6.88. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 2 Amas .............................. 487
Gambar 6.89. Analisis Kepekaan Garis Gambar 3 Amas ................................ 488
Gambar 6.90. Analisis Kepekaan Warna Gambar 3 Amas .............................. 489
Gambar 6.91. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 3 Amas ............................. 490
Gambar 6.92. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 3 Amas .............................. 491
Gambar 6.93. Analisis Kepekaan Garis Gambar 4 Amas ................................ 492
Gambar 6.94. Analisis Kepekaan Warna Gambar 4 Amas .............................. 493
Gambar 6.95. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 4 Amas ............................. 494
Gambar 6.96. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 4 Amas .............................. 495
Gambar 6.97. Analisis Kepekaan Garis Gambar 1 David ............................... 496
Gambar 6.98. Analisis Kepekaan Warna Gambar 1 David ............................. 497
Gambar 6.99. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 1 David............................. 498
Gambar 6.100. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 1 David ............................ 499
Gambar 6.101. Analisis Kepekaan Garis Gambar 2 David ............................. 500
Gambar 6.102. Analisis Kepekaan Warna Gambar 2 David ........................... 501
Gambar 6.103. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 2 David........................... 502
Gambar 6.104. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 2 David ............................ 503
Gambar 6.105. Analisis Kepekaan Garis Gambar 3 David ............................. 504
Gambar 6.106. Analisis Kepekaan Warna Gambar 3 David ........................... 505
Gambar 6.17. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 3 David............................. 506
Gambar 6.108. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 3 David ............................ 507
Gambar 6.109. Analisis Kepekaan Garis Gambar 4 David ............................. 508
Gambar 6.110. Analisis Kepekaan Warna Gambar 4 David ........................... 509
xxvii
Gambar 6.111. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 4 David........................... 510
Gambar 6.112. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 4 David ............................ 511
Gambar 6.113. Analisis Kepekaan Garis Gambar 1 Cedrik ............................ 512
Gambar 6.114. Analisis Kepekaan Warna Gambar 1 Cedrik .......................... 513
Gambar 6.115. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 1Cedrik .......................... 514
Gambar 6.116. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 1 Cedrik .......................... 515
Gambar 6.117. Analisis Kepekaan Garis Gambar 2 Cedrik ............................ 516
Gambar 6.118. Analisis Kepekaan Warna Gambar 2 Cedrik .......................... 517
Gambar 6.119. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 2 Cedrik ......................... 518
Gambar 6.120. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 2 Cedrik .......................... 519
Gambar 6.121. Analisis Kepekaan Garis Gambar 3 Cedrik ............................ 520
Gambar 6.122. Analisis Kepekaan Warna Gambar 3 Cedrik .......................... 521
Gambar 6.123. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 3 Cedrik ......................... 522
Gambar 6.124. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 3Cedrik............................ 523
Gambar 6.125. Analisis Kepekaan Garis Gambar 4 Cedrik ............................ 524
Gambar 6.126. Analisis Kepekaan Warna Gambar 4 Cedrik .......................... 525
Gambar 6.127. Analisis Kepekaan Bentuk Gambar 4 Cedrik ......................... 526
Gambar 6.128. Analisis Kepekaan Ruang Gambar 4 Cedrik .......................... 527
Gambar 6.129. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 1 Avris ..................... 529
Gambar 6.130. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 2 Avris ..................... 530
Gambar 6.131. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 3 Avris ..................... 531
Gambar 6.132. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 4 Avris ..................... 532
Gambar 6.133. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 1 Lala....................... 533
Gambar 6.134. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 2 Lala....................... 534
Gambar 6.135. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 3 Lala....................... 535
Gambar 6.136. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 4 Lala....................... 536
Gambar 6.137. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 1 Dio ........................ 537
Gambar 6.138. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 2 Dio ........................ 538
xxviii
Gambar 6.139. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 3 Dio ........................ 539
Gambar 6.140. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 4 Dio ........................ 540
Gambar 6.141. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 1 Wilang .................. 541
Gambar 6.142. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 2 Wilang .................. 542
Gambar 6.143. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 3 Wilang .................. 543
Gambar 6.144. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 4 Wilang .................. 544
Gambar 6.145. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 1 Felis ...................... 545
Gambar 6.146. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 2 Felis ...................... 546
Gambar 6.147. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 3 Felis ...................... 547
Gambar 6.148. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 4 Felis ...................... 548
Gambar 6.149. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 1 Amas .................... 549
Gambar 6.150. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 2 Amas .................... 550
Gambar 6.151. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 3 Amas .................... 551
Gambar 6.152. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 4 Amas .................... 552
Gambar 6.153. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 1 David .................... 553
Gambar 6.154. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 2 David .................... 554
Gambar 6.155. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 3 David .................... 555
Gambar 6.156. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 4 David .................... 556
Gambar 6.157. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 1 Cedrik ................... 557
Gambar 6.158. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 2 Cedrik ................... 558
Gambar 6.159. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 3 Cedrik ................... 559
Gambar 6.160. Kemampuan Mengenali Objek Gambar 4 Cedrik ................... 560
Gambar 6.161. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 1
Avris ......................................................................................... 562
Gambar 6.162. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 2
Avris ......................................................................................... 563
Gambar 6.163. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 3
Avris ......................................................................................... 564
xxix
Gambar 6.164. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 4
Avris ......................................................................................... 565
Gambar 6.165. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 1
Lala ........................................................................................... 566
Gambar 6.166. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 2
Lala ........................................................................................... 567
Gambar 6.167. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 3
Lala ........................................................................................... 568
Gambar 6.168. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 4
Lala ........................................................................................... 569
Gambar 6.169. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 1
Dio ............................................................................................ 570
Gambar 6.170. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 2
Dio ............................................................................................ 571
Gambar 6.171. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 3
Dio ............................................................................................ 572
Gambar 6.172. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 4
Dio ............................................................................................ 573
Gambar 6.173. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 1
Wilang ...................................................................................... 574
Gambar 6.174. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 2
Wilang ...................................................................................... 575
Gambar 6.175. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 3
Wilang ...................................................................................... 576
Gambar 6.176. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 4
Wilang ...................................................................................... 577
Gambar 6.177. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 1
Felis .......................................................................................... 578
Gambar 6.178. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 2
Felis .......................................................................................... 579
Gambar 6.179. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 3
Felis .......................................................................................... 580
Gambar 6.180. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 4
Felis .......................................................................................... 581
xxx
Gambar 6.181. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 1
Amas ......................................................................................... 582
Gambar 6.182. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 2
Amas ......................................................................................... 583
Gambar 6.183. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 3
Amas ......................................................................................... 584
Gambar 6.184. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 4
Amas ......................................................................................... 585
Gambar 6.185. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 1
David ........................................................................................ 586
Gambar 6.186. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 2
David ........................................................................................ 587
Gambar 6.187. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 3
David ........................................................................................ 588
Gambar 6.188. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 4
David ........................................................................................ 589
Gambar 6.189. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 1
Cedrik ....................................................................................... 590
Gambar 6.190. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 2
Cedrik ....................................................................................... 591
Gambar 6.191. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 3
Cedrik ....................................................................................... 592
Gambar 6.192. Analisis Kemampuan Mengukur Jarak dan Ukuran Gambar 4
Cedrik ....................................................................................... 593
Gambar 7.1. Proses Pembelajaran .................................................................... 611
Gambar 7.2. Proses Pembeajaran ..................................................................... 612
Gambar 7.3. Proses Pembelajaran .................................................................... 613
Gambar 7.4. Proses Pembelajaran .................................................................... 618
Gambar 7.5. Evaluasi Pembelajaran ................................................................ 621
xxxi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Matrik Media dan Alat untuk membuat karya seni gambar Anak-anak
gifted pada komunitas PSGGC di Yogyakarta ................................ 102
Tabel 5.2. Matrik Karya Gambar Anak PSGGC.............................................. 123
Tabel 5.3. Matrik Rekap Analisis Estetik Karya Gambar Anak PSGGC ........ 380
Tabel 6.1. Matrik Rekap Kecenderungan Kecerdasan Karya Gambar Anak
PSGGC ............................................................................................ 594
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Menurut Rohidi (2016 : 70-71) kebudayaan merupakan pedoman yang berfungsi
operasional bagi manusia untuk beradaptasi dengan/dan menghadapi lingkungan
tertentu (alam-fisik dan sosial-budaya) agar mereka dapat melangsungkan
kehidupannya dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya (primer,
sekunder, dan integrative). Kebudayaan dalam pengertiannya senantiasa
terkandung tiga aspek penting, yaitu bahwa: (1) kebudayaan dialihkan dari satu
generasi ke generasi lainnya, (2) kebudayaan dipelajari, bahkan dialihkan dari
keadaan jasmaniah menusia yang bersifat genetik, dan (3) kebudayaan dihayati dan
dimiliki bersama oleh para warga masyarakat pendukungnya. Dalam pengertian ini
tersirat bahwa pengalihan kebudayaan senantiasa melalui pendidikan. Kebudayaan
diperoleh manusia melalui pendidikan formal, nonformal, maupun informal,
berlangsung di sekolah, masyarakat, atau keluarga dengan melakuakan peniruan-
peniruan dan mengabsorbsikannya ke dalam pengetahuan, baik secara sadar
maupun tidak sadar.
Triyanto (2017 : 83-84) mengatakan sementara itu, seni sebagai salah satu
unsur kebudayaan memiliki kontribusi dalam membentuk peradaban bangsa.
Bahkan, dalam banyak kasus, ketika orang bicara peradaban, perbincangan itu akan
mengarah pada produk-produk karya seni yang memiliki keunggulan kualitas yang
tinggi. Fakta ini menunjukan bahwa peran seni tidak dapat diabaikan dalam
2
kehidupan budaya atau peradaban bangsa. Lebih lanjut Triyanto (2017 : 86-87)
menyatakan ketika seni dijadikan instrumen (pranata) pendidikan, maka perilaku
ekspresif artistik dan estetik dalam bentuk aktivitas kreatif dan apresiatif dengan
segala perwujudannya harus dihadirkan dalam prosesnya. Dengan kata lain subjek
didik, siapapun orangnya harus dikondisikan melalui dua kegiatan itu oleh
pendidiknya. Hal ini, memang sejalan dengan spirit dan orientasi pendidikan seni
itu sendiri, yakni membentuk pribadi manusia yang kreatif dan apresiatif. Sebagai
instrumen, pendidikan seni dapat dilaksanakan melalui dua pendekatan, yaitu
pendekatan melalui seni (education through art) dan pendekatan dalam seni
(education in art). Pendekatan pendidikan melalui seni diselenggarakan di sekolah-
sekolah umum. Sementara itu, pendekatan pendidikan dalam seni diselenggarakan
di sekolah-sekolah khusus kejuruan (vokasi).
Menurut Li ( 2018: 13) Seni menjadi saluran bagi anak untuk
mengekspresikan ide-ide mereka secara visual. Pendidikan seni berbasis isu
didasarkan pada kerangka besar pendidikan seni budaya visual kritis dan
memperluas diskusi kelas yang melampaui seni rupa dan menggabungkan berbagai
karya seni kontemporer layaknya aktivis seni. Menurut McMahon (2015 : 16)
Implementasi program berbasis seni yang berkualitas membutuhkan perhatian
khusus terhadap masalah-masalah seperti sumber daya fisik, fungsionalitas (dalam
hal ini terkait seni) dari ruang yang disediakan dan waktu yang dialokasikan untuk
kegiatan seni dalam jam 'blok' dan panjang program yang disediakan untuk
memastikan kemampuan siswa untuk terlibat dalam karya artistik otentik.
3
Menurut Punzalan (2018 : 121) seni sebagai Metode Pembelajaran bagi anak
mengajak mereka belajar melalui permainan dan eksperimen. Menggunakan seni
visual di bidang pembelajaran yang berbeda membantu siswa untuk berpartisipasi
dan mengembangkan kepercayaan diri mereka. Anak-anak dalam proses membuat
karya seni namun tanpa sadar pengetahuan dan kemampuan mereka juga
meningkat. Seni dapat digunakan untuk kegiatan belajar seperti kegiatan
menggambar, belajar konsep sains melalui seni (cahaya, warna dan pencampuran
warna, dll), belajar konsep matematika melalui seni (ruang, perspektif, sudut,
bentuk, dll), belajar tentang masyarakat dan konsep lingkungan melalui seni dan
kerajinan (pakaian, gaya hidup, perumahan, dll).
Triyanto, (2016 : 7) pendidikan seni memiliki fungsi yang amat penting
sebagai sarana atau alat untuk mengembangkan kesadaran atau kepekaan estetik,
mengembangkan daya cipta atau kreativitas, serta menjadi sarana bagi anak
untuk mengungkapkan (ekspresi) diri dan lingkungannya. Dalam konteks ini,
sesungguhnya pendidikan seni mengarah kepada dua hal, yaitu sebagai media
pendidikan estetik (pengembangan daya apresiasi) dan sebagai media pendidikan
kreatif (pengembangan daya cipta dan ekspresi). Dengan demikian, pendidikan seni
memiliki fungsi ganda, yaitu pertama dalam pengertian pendidikan estetik
(apresiasi) ia berfungsi sebagai media pelestarian dan pewarisan nilai-nilai tradisi
sosial budaya dan dalam pengertian pendidikan kreatif, ia berfungsi sebagai media
untuk mengembangkan kreativitas budaya. Murtiningrum, dkk (2013:289)
menjelaskan reativitas merupakan kemampuan siswa untuk memunculkan ide-
ide baru dan berdaya cipta. Hal ini merupakan potensi yang perlu mendapatkan
4
apresisasi oleh guru melalui penerapan metode dan penggunaan media
pembelajaran. Siswa yang kreatif memiliki ciri antara lain keingintahuan yang
berlebih, daya kreasi dan imajinasi yang tinggi pula. Sehingga siswa yang
kreatif mampu memahami hal-hal yang bersifat kongkret dan abstrak.
Sofyan (2012:2) mengatakan pendidikan seni budaya di sekolah seyogyanya
diperuntukkan dan diikuti oleh seluruh siswa, baik siswa perempuan maupun siswa
laki-laki, yang berminat maupun yang tidak berminat, yang berbakat maupun tidak
berbakat. Suherman (2014 :162 menjelaskan indikator layanan efektif bagai anak
berbakat adalah sukses akademik dan non-akademik. Artinya anak berbakat dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Hal ini tidak mungkin terjadi jika
proses pembelajarannya tidak bermutu. Oleh karena itu, meningkatkan mutu dan
relevansi pendidikan dasar adalah tantangan besar yang dihadapi banyak pihak saat
ini, baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat.
Menurut Pamadi (2012 : 156) pendidikan seni memiliki peran terhadap
perkembangan mental dan pikiran anak. Pelajaran seni di beberapa Negara Eropa
seperti Perancis dan Belanda diajarkan filsafat dan psikologi. Dasar kedua ilmu ini
mengintregrasi ke dalam pembelajaran. Filsafat memberikan pandangan kritis
terhadap setiap penciptaan, dan psikologi memberikan kemampuan dan dorongan
mengungkapkan pendapat. Kemampuan dapat diartikan sebagai sebuah kecerdasan
yang dimiliki individu dan akan berbeda-beda antara manusia satu dengan manusia
lainnya. Sugihartono, dkk (2007 : 41) menjelaskan bahwa perbedaan kecerdasan
dapat dipahami dari perbedaan skor IQ yang dihasilkan dari tes kecerdasan.
Pengukuran kecerdasan manusia mengikuti suatu distribusi normal. Skor tes
5
kecerdasan bergerak dari mendekati 0 sampai 200, dengan rata-rata 100. Sebagian
kecil populasi manusia mendapatkan anugerah kecerdasan yang cukup tinggi
sehingga bisa disebut very superior. Anak dengan tingkat kecerdasan very superior
juga sering disebut sebagai anak gifted.
Anak gifted memiliki perbedaan dengan anak normal karena mereka memiliki
intelegensi, kreativitas, dan komitmen yang sangat tinggi dalam dirinya. Kuswanti
(2015:7) menjelaskan bahwa anak gifted mengalami lompatan perkembangan yang
berakibat pada perbedaan kecerdasan dengan anak normal seusianya. Lompatan
perkembangan ini bisa berupa lompatan dalam keterampilan motorik kasar seperti
tidak melewati fase merangkak, ataupun jenis keterampilan yang lain seperti
berbicara, membaca ataupun menggambar. Beberapa anak gifted tidak mengalami
masalah yang berarti dengan adanya lompatan perkembangan ini, bila jarak
ketidaksinkronan lompatan tidak terlalu besar. Meskipun demikian, mereka tetap
mengalami masalah bila terpaksa berkembang dalam suatu sistem yang didesain
untuk anak-anak normal. Anak-anak ini kemudian dikategorikan ke dalam
kelompok gifted harmoni. Kelompok lainnya adalah kelompok anak yang
mengalami lompatan perkembangan dengan jarak lompatan yang cukup besar
sehingga masalah yang ditimbulkan semakin kompleks. Masalah bisa berwujud
dalam ketidakharmonisan perkembangan anak di beberapa area intelegensia,
namun bisa juga terjadi pada ketidakharmonisan perkembangan bicara, motorik,
sensoris dan emosi, serta berbagai aspek tumbuh kembang lainnya. Anak-anak
inilah yang dikategorikan ke dalam kelompok gifted disinkroni. Menurut
Sarouphim ( 2010: 78) Orang tua, guru, dan pejabat sekolah perlu disadarkan akan
6
karakteristik bakat dan sifat anak karena akan berperan sebagai pendukung anak
mencari bakatnya, selalu waspada terhadap kemampuan-kemampuan yang belum
ditunjukan. Sebuah Pertimbangan penting dalam proses ini adalah untuk
mengadopsi pandangan luas tentang konsep pengetahuan dan bakat yang melebihi
kinerja akademik yang tinggi dan mencakup berbagai kemampuan. Yahya dan
kristika (2015:48) menyatakan kemampuan koping dan pemberdayaan Guru
Bimbingan dan Konsling secara efektif serta dukungan sosial yang kuat dari orang
tua anak, warga sekolah, lingkungan masyarakat, yang memberikan kekuatan
bagi Guru Bimbingan dan Konseling untuk mendapatkan makna yang
mendalam dan melukis harapan baru saat menangani Anak Berkebutuhan
Khusus.
Mendidik dan mengajar anak pada jenjang sekolah dasar merupakan hal
yang tidak mudah. Apalagi ketika anak tersebut masih berusia sangat muda
saat memasuki awal sekolah di sekolah dasar. Karena kebiasaan bermain masih
sangat kental pada diri anak-anak. Oleh karena itu sebagai seorang pendidik
harus mampu untuk mengkondisikan dan membuat suasana belajar mengajar
menjadi menyenangkan, Febrianto (2014:147). Kenyataannya, beberapa anak
gifted tidak menunjukkan prestasi yang gemilang dibidang akademik meskipun
memiliki skor yang tinggi di dalam tes IQ. Prestasinya justru berbanding terbalik
dengan stempel yang melekat pada dirinya sebagai sosok anak dengan kecerdasan
di atas rata-rata. Kuswanti (2015 : 14) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang
mempengaruhi hal ini, diantaranya adalah gaya berpikir. Sekitar dua per tiga anak
7
gifted memiliki gaya berfikir Visual Spasial Learner (VSL) yaitu anak yang
cenderung belajar melalui gambar (visual).
Perkembangan kecerdasan visual spasial artinya perkembangan kemampuan
pandang ruang yang didukung oleh kemampuan melihat suatu dimensi atau ruang
melalui pencandraan melalui mata kemudian diintegrasi secara detail dan prespektif
di dalam otak dan disimpan dalam memori jangka panjang. Kemampuan pandang
ruang ini kelak akan mempunyai fungsi yang mengantarkan seorang anak
mempunyai kemampuan pemecahan masalah. Fungsi ini merupakan fungsi
terpenting dan akan menjadi karakteristik utama seorang anak cerdas istimewa (de
Groot & Pagman) dalam Van Tiel & Widyorini, (2014:60-61).
Kuswanti (2015 : 228-229) mengatakan belum banyak orang mengerti
tentang anak gifted (cerdas istimewa) dan mereka berfikir bahwa mereka adalah
anak yang akan selalu dapat mengatasi masalahnya sendiri. Masalah yang dihadapi
anak gifted sebenarnya sangat kompleks berkisar dengan persoalan akademik,
hambatan komunikasi, dan sosialisasi. Orang tua anak-anak gifted menyadari
bahwa anak mereka butuh dukungan dari banyak pihak agar dapat menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi anak mereka. Berdasarkan kesadaran akan kebutuhan
anak-anak mereka yang kompleks dan berbeda maka para orang tua anak gifted
sering mencari informasi menegnai penanganan yang baik bagi anaknya melalui
psikolog, instansi maupun komunitas yang dapat membantunya memecahkan
permasalahan. Komunitas PSGGC (Parents Support Group for Gifted Children)
adalah contoh komunitas yang mensuport anak-anak gifted di Yogyakarta. PSGGC
dibuat untuk bisa menyatukan orang tua dan anak-anak gifted di Yogyakarta
8
terutama untuk saling berbagi dan belajar bersama-sama mengenai dunia anak
gifted. Kelompok ini juga terbuka bagi para pendidik, pemerhati masalah anak-
anak, dan siapa saja yang memang mempunyai perhatian akan keberadaan dan
permasalah anak-anak gifted.
Anak-anak selalu lekat dengan ekspresi visual (gambar anak) yang berfungsi
sebagai tempat mencurahkan pikiran dan perasaan mereka. Ekspresi gambar anak
memiliki keunikan tersendiri dan akan berbeda antara satu anak dengan yang lainya
tergantung pada pengaruh lingkungan atau faktor dalam diri anak itu sendiri.
Menurut Waridha, dkk (257 : 2017) Gambar bisa saja menjadi media yang dapat
membantu anak untuk melancarkan komunikasi verbalnya dengan meminta anak
untuk menceritakan gambar yang mereka buat sehingga pada akhirnya dapat
memahami ide dan perasaan mereka. Menurut Tobroni (2013:226-227)
menggambar dapat memengaruhi aspek motorik anak. Ketika melukis atau
menggambar dibutuhkan gerak seperti gerak tangan dengan memadukan indra
pendengaran serta emosi perasaan. Sehingga dengan gerak tersebut dapat melatih
motorik anak untuk tetap berkembang. Sehingga anakperlu dilatih sejak sedini
mungkin untuk belajar berekspresi lewat sebuah gambaran atau lukisan. Davido
menjelaskan (2:2016) Sebuah gambar tidak mampu mengungkapkan segalanya.
Oleh karena itu, kita perlu berhati-hati dan tidak tergesa-gesa dalam menarik
kesimpulan sebuah gambar tanpa kita mengenal si pembuatnnya. Penafsiran
gambar memerlukan seorang ahli karena pekerjaan ini tidak hanya membutukan
intuisi dan kepekaan, tetapi juga memerlukan pengetahuan yang mendalam.
9
Menurut Nurfatoni (2013 :14) Tipe dan gaya gambar pada masing-masing
anak bermacam-macam jenisnya dan memiliki karakter tersendiri. Namun hal
tersebut dapat diketahui dan diklasifikasikan berdasarkan tingkatan usia anak
dan kecenderungan perasaan atau logika yang digunakan. Pengaruh dari luar
yang meliputi pengalaman estetik yang diperoleh anak dalam interaksinya
dengan lingkungan membuahkan sesuatu yang baru berkaitan dengan ekspresi
kreatifnya. Anak akan mengungkapkan ide atau gagasan yang dipikirkannya
setelah proses mengamati secara langsung apa yang ada di alam. Kegiatan
bermain dengan teman - temannya dan rasa ingin tahu anak adalah faktor utama
dalam perkembangan mental dan kreativitasnya. Setiawan (2017:114) mengatakan
kreativitas dapat dibicarakan sebagai suatu bentuk kebaruan, inovasi, dan ragam
pemikiran anak-anak yang muncul pada karya gambar ekspresi. Kreativitas
merupakan wujud akhir dari hasil pengamatan yang telah dilakukan anak-anak,
karena tanpa pengamatan, kreativitas tersebut nyaris tidak ada.
Adapun salah satu penelitian yang berkaitan gambar anak adalah penelitian
yang dilakukan oleh Sugiarto (2012) berjudul “Ekspresi Gambar Anak:
Representasi Interaksi Anak Dengan Lingkungan ”. Penelitian ini berisi mengenai
ekspresi gambar anak yang dikaitkan dengan lingkungan anak itu sendiri.
Hubungan dengan lingkungan anak dapat mempengaruhi hasil gambar mereka baik
anak di pedesaan, pesisir, maupun perkotaaan. Dapat disimpulkan dalam penelitian
ini bahwa gambar anak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitarnya yang
menciptakan ciri khas pada wujud gambar pada anak.
10
Penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto diatas dapat digunakan sebagai
sebuah acuan bahwa gambar anak dipengaruhi beberapa factor baik dari dalam diri
anak maupun lingkungan disekitar mereka. Factor yang mungkin mempengaruhi
ekspresi gambar dapat berupa adanya perbedaan tingkat kecerdasan dalam diri
anak. Anak dengan tingkat kecerdasan diatas 130 atau sering disebut cerdas
istimewa (gifted) sebagai manusia pada dasarnya sama dengan anak normal
seusianya yang memiliki kebutuhan berekspresi visual (gambar anak) untuk
mencurahkan pikiran dan perasaan mereka. Berbagai penelitian mengenai gambar
anak banyak dilakukan oleh para ilmuwan mengingat pentingnya hal ini untuk
menjadi perhatian.Hal tersebut sesuai dengan venomena yang ditemukan peneliti
dilapangan dalam pengamatan praobservasi bahwa anak-anak gifted memiliki
karya gambar, khususnya anak gifted pada komunitas PSGGC di Yogyakarta.
Berdasarkan temuan venomena di lapangan ini peneliti tergerak untuk mengamati
lebih mendalam mengenai gambar anak gifted di komunitas PSGGC yang pada
dasarnya anak-anak ini memiliki tingkat kecerdasannya diatas rata-rata
dibandingkan dengan anak-anak normal seusianya sehingga memungkinkan
terdapat perbedaan bentuk ekspresi gambar dan kecenderungan ekspresi
gambarnya. Tingkat kecerdasan anak gifted yang cukup tinggi ditunjang stamina
mereka yang banyak menimbulkan perilaku berbeda dalam berbagai hal termasuk
cara belajar mereka yang membutuhkan perlakuan kusus, sehingga peneliti merasa
perlu membahas pula mengenai proses pembelajaran seni anak-anak gifted sebagai
sebuah masalah dalam satu rangkaian yang utuh dengan masalah sebelumnya.
11
Dengan demikian perlu kiranya ekspresi gambar anak gifted (sebagai salah
satu konten pendidikan seni) dipahami melalui kacamata psikologi, dalam hal ini
kecerdasan yang dimiliki anak gifted mungkin dapat berpengruh pada ekspresi
gambar anak sehingga perlu dilakukan penelitian tentang gambar anak gifted
berkaitan dengan bentuk visual, struktur visual, kecenderungan ekspresi gambar
anak, dan proses pembelajaran seni anak gifted. Fokus penelitian ini adalah
“Gambar Anak Gifted Sebagai Kajian Bentuk Ekspresi, Kecenderungan
Kecerdasan Visual, Dan Proses Pembelajaran Pada Komunitas PSGGC Di
Yogyakarta”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, permasalahan dalam penelitian ini secara umum
mempersoalkan “Bagaimana wujud ekspresi gambar anak gifted di Yogyakarta
sebagai bentuk ekspresi kecerdasan visualnya?” Berdasarkan permasalahan umum
tersebut, fokus masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana bentuk dan struktur ekspresi visual gambar anak gifted komunitas
PSGGC di Yogyakarta?
2. Bagaimana kecenderungan kecerdasan visual di balik wujud gambar anak
gifted komunitas PSGGC di Yogyakarta?
3. Bagaimana proses pembelajaran seni rupa anak gifted komunitas PSGGC di
Yogyakarta?
12
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Ingin menganalisis bentuk dan struktur ekspresi visual gambar anak gifted
komunitas PSGGC di Yogyakarta.
2. Ingin mengidentifikasi kecenderungan kecerdasan visual di balik wujud
gambar anak gifted komunitas PSGGC di Yogyakarta.
3. Ingin menjelaskan proses pembelajaran seni rupa anak gifted komunitas
PSGGC di Yogyakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoretis maupun praktis yaitu sebagai
berikut.
Manfaat Praktis :
1. Dunia akademik, menjadi sebuah sumbangan informasi mengenai anak gifted
berkaitan dengan bentuk ekspresi visual, kecenderungan kecerdasan visual dan
siatem pembelajaran seni pada komunitas PSGGC di Yogyakarta.
2. Pendidikan seni, penelitian ini menjadi sebuah sumber informasi atau sebuah
acuan untuk memahami ekspresi kecerdasan anak gifted melalui gambar
sehingga dapat menentukan model, metode, dan materi pembelajaran seni rupa
yang tepat bagi mereka.
3. Masyarakat, sebagai tambahan informasi mengenai bentuk ekspresi visual anak
gifted komunitas PSGGC di Yogyakarta.
13
Manfaat Teoretis : Hasil penelitian ini adalah sebagai sumbangan dalam
pengembangan dunia pendidikan seni dan psikologi. Hasil penelitian ini dapat
memperkaya ilmu pengetahuan kasanah seni pada anak gifted sebagai modal untuk
membimbing anak-anak gifted.
14
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan uraian-uraian tentang penelitian yang relevan dengan
rumusan masalah yang dikaji, yang telah dilakukan oleh peneliti lain. Fungsinya
untuk menentukan letak posisi penulis dengan melihat dari sudut pandang lain.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Gunadi (2012) berjudul
“Kemampuan Memvisualisasikan Teks Verbal Dalam Bentuk Gambar”. Penelitian
ini berisi mengenai kemampuan anak mengungkapkan tema dalam bentuk teks
yang diwujudkan dalam bentuk gambar. Dalam hal ini guru harus mampu
memfasilitasi siswa dalam mengungkapkan pikiran dan perasaanya menjadi sebuah
ungkapan verbal berupa teks. Ungkapan perasaan dan pikiran anak berupa teks
verbal nantinya akan divisualisasikan dalam wujud gambar. Penelitian ini
dilakukan di SD Negeri 2 Banjarejo Grobogan dengan subjek penelitian siswa kelas
6 yang berjumlah 30 anak yang sasaran penelitiannya adalah tentang identifikasi
teks, dan kemampuan visualisasi gambar. Dalam penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan isi penelitian berupa analisis mengenai peran guru untuk memfasilitasi
pengungkapan teks verbal anak yang nantinya akan divisualisasikan melalui wujud
ekspresi berupa gambar.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Drake (2012) berjudul “Children
gifted in drawing: The incidence of precocious realism”. Penelitian ini berisi
mengenai gambar anak berbekat (realis prekoks). Penelitian ini secara umum
15
berusaha menjabarkan pertama, kemampuan menggambar kurang dihargai dalam
budaya kita daripada kemampuan dalam domain lain semacam seperti matematika.
Kedua, anak-anak tidak diskrining secara rutin karena pemanfaatan kemampuan
mereka adalah untuk kemampuan akademis. Ketiga, bakat musik lebih cenderung
diperhatikan karena anak-anak Sering mengambil pelajaran musik, tapi jarang
mengambil pelajaran menggambar. Kesimpulan penelitian ini adalah kemampuan
anak dalam menggambar secara realisme pada usia dini merupakan sebuah
penyelidikan kejadian realisme dewasa sebelum waktunya dalam a populasi non-AS.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Sayekti (2013) berjudul
“Permasalahan Anak Berbakat Di Indonesia”. Penelitian ini berisi mengenai
permasalahan yang dihadapi anak cerdas istimewa berbakat (gifted) dalam
kehidupannya. Adapun factor yang mempengaruhi adalah factor dalam diri anak
dan factor lingkungan. Sekolah atau institusi pendidikan merupakan satu factor
yang sangat berpengaruh bagi perkembangan anak. Banyak sekolah di Indonesia
berusaha memberikan fasilitas untuk anak-anak berbakat ini seperti program
akselerasi di sekolah namun belum dapat makimal untuk mengatasi permasalahan
keberbakatan ini. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah keberbakatan anak gifted
merupakan sebuah potensi yang jika dimaksimalkan akan menghasilkan manusia
dengan kualitas tinggi. Penanganan keberbakatan ini harus menyeluruh serta
disesuaikan dengan kebutuhan anak dan budaya Indonesia agar anak dapat
mencapai kemampuan maksimalnya.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Idrus (2013) berjudul “Layanan
Pendidikan bagi Anak Gifted”. Penelitian ini berisi mengenai bagaimana
16
seharusnya peran pendidikan dalam mengoptimalkan keberbakatan anak gifted.
Diagnosis dan pelayanan yang salah akan mengakibatkan frustasi pada diri anak
dan meruntuhkan keberbakatan mereka. Selain itu lingkungan juga harus
mendukung mereka agar mereka bisa menunjukan kemampuan mereka yang
maksimal. Kesimpulan penelitian ini adalah orang tua sebagai pendidik pertama
harus mengenali karakteristik anak mereka yang memiliki kecenderungan berbakat
sehingga dapat menentukan perlakuan, pendidikan, dan pola pengasuhan kepada
anak mereka. Selain orang tua guru sebagai pendidik di sekolah harus mampu
memberikan banyak kontribusi untuk memunculkan bakat anak. Selanjutnya teman
dan masyarakat juga harus memiliki peran terhadap upaya pemunculan bakat pada
anak gifted bukan malah menghakimi mereka yang akan membuat keberbakatanya
hilang atau tidak muncul.
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Mitchell (2015 : 3) berjudul
“Examining Practice in Secondary Visual Arts Education”. Penelitian ini berisi
mengenai pembelajaran kelas seni visual sekunder. Dalam penelitian ini
menganalisis potensi penerapan kerangka berbasis praktik digunakan untuk
mempelajari ruang kelas seni visual sekunder dipertimbangkan dalam kaitannya
dengan penelitian empiris yang dilakukan dengan guru sebagai peneliti bersama.
Keenam, Penelitian Pranungsari (2010 : 50) yang berjudul “Kecerdasan dan
prefeksionisme pada anak gifted kelas akselerasi”. Penelitian ini membahas
hubungan antara kecerdasan dengan perfeksionis anak gifted di kelas akselerasi.
Hasil penelitian ini menjelaskan tidak ada hubungan antara kecerdasan dengan
perfeksionisme anak gifted di kelas akselerasi. Tingginya kecerdasan tidak diikuti
17
dengan tingginya perfeksionisme, dan rendahnya kecerdasan tidak diikuti dengan
rendahnya perfeksionisme.
Ketujuh, penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono (2016:30) yang berjudul
“Bimbingan Konseling Bagi Siswa Cerdas dan Berbakat”. Penelitian ini membahas
mengenai bimbingan konseling terhadap anak cerdas dan berbakat (gifted) dalam
menghadapi rintangan pribadi dan sosialnya. Siswa cerdas dan berbakat individu
(pembelajar) yang tergolong sebagai klasifikasi atas memiliki tingkat kecerdasan
diatas rata-rata. Kemampuan mereka diatas rata-rata membuat mereka memiliki
kebutuhan khusus dan karakteristik. Penting untuk menangani konseling untuk
menyediakan solusi menghindari rintangan pada siswa sendiri atau melawan teman
mereka. Dengan bantuan konseling, para siswa diberikan bantuan melalui program
dan teknik yang sesuai untuk berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya.
Kedelapan, Penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Trisnawati (2017 :1)
yang berjudul “Identifikasi Anak Underachievement (Underachiever Dan Gifted
Underachiever). Penelitian ini membahas mengenani kesenjangan pada anak
underachievement yang memiliki kecerdasan yang tinggi namun prestasinya
cenderung rendah. Underachiever dan Gifted Underachiever merupakan istilah
yang sama bagi anak yang mengalami pencapaian prestasi dibawah kadar
(Underachievement) dan pembedanya adalah skor dan kategori dalam pontensi
inteligensinya. Anak berbakat memiliki beberapa kerentanan yang menyebabkan
munculnya hambatan dan bahkan kegagalan anak dalam menjalani proses
belajar serta meraih prestasi belajar yang maksimal. Terdapat dua set utama
yang mempengaruhi performa underachievement, yaitu (a) faktor emosi dan
18
motivasi, dan (b) faktor yang berhubungan dengan strategi belajar. McClelland dan
rekannya percaya bahwa ketika faktorfaktor pada kedua set tersebut
berkombinasi dan saling berinteraksi, bisa menjadi konsekuensi yang paling
kuat untuk mencegah anak menjadi underachievement.
Kesembilan, penelitian yang dilakukan oleh Wulan (2011:276) berjudul
“Peran Pemahaman Karakteristik Siswa Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa
(Cibi) Dalam Merencanakan Proses belajar Yang Efektif Dan Sesuai Kebutuhan
Siswa”. Penelitian ini membahas mengenai kemampuan anak dalam memahami
perencanaan proses pembelajaran di sekolah. pemahaman dan penghayatan
karakteristik siswa CIBI dengan kebutuhan khusus, merupakan hal utama yang
menjadi kualifikasi guru yang akan memfasilitasi proses belajar siswa CIBI. Hal ini
terkait dengan perencanaan kegiatan belajar yang akan dilaksanakan yang sesuai
dengan kebutuhan dan mampu memberikan proses belajar yang efektif dan tepat
bagi siswa CIBI, sehingga tujuan pendidikan untuk dapat memberikan proses
belajar yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki individu dapat terlaksana.
Kesepuluh, penelitian yang dilakukan oleh Hastiani, dkk (2014 : 4-5) berjudul
“Guidance And Counseling Teacher And Subject Teacher Collaboration Model
Increasing The Interpersonal Communication Skill Of Special Intelligent Students”.
Penelitian ini membahas mengenai kolaborasi guru bk dengan guru mata pelajaran
untuk memberikan pembelajaran khusus bagi anak cerdas istimewa SMA Negeri 3
Pontianak. Kondisi siswa Cerdas Istimewa dari sisi waktu berbeda dengan siswa
reguler, siswa reguler menempuh proses belajar dari pagi hingga siang hari namun
siswa Cerdas Istimewa dari pagi ditambah dengan kegiatan enrichment hingga sore
19
hari. Ditemukan model kolaborasi guru BK dengan guru mata pelajaran untuk
meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa Cerdas Istimewa.
Model final kolaborasi guru BK dengan guru mata pelajaran untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi interpersonal siswa Cerdas Istimewa meliputi : Model
final kolaborasi guru BK dengan guru mata pelajaran untuk keterampilan
komunikasi interpersonal siswa Cerdas Istimewa SMA Negeri 3 Pontianak,
meliputi : (a) Rasional, (b) Visi dan Misi, (c) Pengertian, (d) Tujuan, (e) Asumsi,
(f) Prinsip kolaborasi, (g) Mekanisme kolaborasi, (h) Target Pengembangan, (i)
Materi Kolaborasi, (j) Kegiatan kolaborasi.
Kesebelas, penelitian yang dilakukan oleh van Tiel (2009 :128-146) berjudul
“Permasalahan Deteksi dan Penanganan Anak Cerdas Istimewa Dengan
Gangguan Perkembangan Bicara dan Bahasa Ekspresif (Gifted Visual-spatial
Learner)”. Penelitian ini membahas mengenai cara mendeteksi anak berbakat
istimewa atau sering disebut gifted dengan berbagai gangguan perkembangan.
Gangguan perkembangannya bisa berupa gangguan perkembangan berbicara atau
bahasa ekspresi yang dimiliki anak. Anak-anak ini di Indonesia belum banyak
diperhatikan atau dibahas sehingga banyak salah diaknosa mengenai kategori anak
cerdas isstimewa (gifted) sehingga salah dalam penanganan. Kesalahan penangan
karena adanya salah diaknosis dapat membuat perkembangan anak terganggu dan
potensi yang dimilikinya tidak muncul bahkan bisa mengakibatkan anak frustasi.
Keduabelas, penelitian yang dilakukan oleh Diana (2006 :123-131) berjudul
“Setiap Anak Cerdas! Setiap Anak Kreatif! Menghidupkan Keberbakatan dan
Kreativitas Anak”. Penelitian ini membahas mengenai kecerdasan ganda anak-anak
20
serta respon yang semestinya dilakukan guru dan orang tua. Dalam penelitian ini
dijelaskan bahwa setiap anak itu cerdas dan kreatif. Guru dan orang tua harus dapat
memahami kecerdasan dan kreativitas anak lalu memberikan respon yang tepat agar
tidak membuat fisik atau psikis mereka terlukai sehingga potensi optimal anak akan
dapat dimunculkan.
Ketigabelas, penelitian yang dilakukan oleh Yumnah (2016 :22-34) berjudul
“Kecerdasan Anak Dalam Pengenalan Potensi Diri”. Penelitian ini membahas
mengenai anak berbakat dengan potensi yang perlu diberikan pelayanan pendidikan
yang tepat. Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan - kemampuan
yang tinggi, mereka memiliki potensi dan kemampuan kognitif jauh lebih tinggi
dari anak-anak pada umumnya. Bakat ada yang diwariskan dari orangtuanya,
tetapi ada bakat yang muncul karena sering dilatih, para orangtua, guru dapat
mengenali dan menggali potensi kecerdasan anak.Tujuan paling utama dari
pendidikan anak bernakat adalah mengembangkan dan mematangkan seluruh
potensinya,sehinggapotensinya dapat dijadikan alat atau sarana meraih prestasi dan
masa depan yang cerah kedepannya.Anak berbakat perlu perlakuan istimewa,
tetapi bukan suatu perlakuan yang berlebihan, tetapi khusus. Apabila tidak
diistimewakan seperti mutiara dalam lumpur. Seharusnya mutiara diangkat dan
digosok, agar sinarnya bisa memancar dan terlihat oleh semua orang, mereka
memang berbeda dari anak lain, dan justru keistimewaannya akan tampak.
Keempatbelas, penelitian yang dilakukan oleh Setyaningrum (2017 : 42-55)
berjudul “Ekspresifitas Pembelajaran Seni Lukis Dengan Media Cat Air Pada
Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Pekuncen 01”. Penelitian ini membahas
21
mengenai pembelajaran seni lukis menggunakan media cat air pada siswa kelas V
SD N Pekuncen 01. Pembelajaran seni lukis pada siswa kelas VSD N Pekuncen
01 bejalan lancar dan terbukti dapat menumbuhkan kreativitas sekaligus sebagai
sarana pendidikan karakter anak seperti tertib, berbagi, dan kerjasama.
Pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan usia anak sekolah dasar yang mulai
berfikir realis, menyadari warna background, menyadari prespektif . Melalui
kegiatan melukis anak akan bebas mengekspresikan pikiran dan perasaanya.
Kelimabelas, penelitian yang dilakukan oleh Awwad (2015 : 46-64) berjudul
“Urgensi Layanan Bimbingan Dan Konseling Bagi Anak Berkebutuhan Khusus”.
Penelitian ini membahas dan mendeskripsikan karakter dan jenis anak
berkebutuhan khusus disertai problem-probem psikologis yang dapat dialaminya.
Selain itu, penelitian ini juga mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya
cacat fisik dan psikis pada anak berkebutuhan khusus dan bentuk-bentuk layanan
bimbingan dan konseling yang dapat diberikan bagi anak berkebutuhan khsusus.
Keenambelas, penelitian yang dilakukan oleh Hidayatulloh (2014 : 140-153)
berjudul “Lingkungan Menyenangkan dalam Pendidikan Anak Usia Dini:
Pemikiran Montessori”. Penelitian ini membahas mengenai lingkungan
menyenangkan bagi anak usia dini menurut metode Montessori. Lingkungan yang
baik bagi anak menurut montesori adalah sebuah lingkungan PAUD sebaiknya
menyediakan perlengkapan yang mudah terjangkau oleh anak ketika dibutuhkan.
Anak juga tidak seharusnya dibiarkan merasa terkungkung dalam ruangan yang
serba terbatas. Luangkan waktu bagi anak untuk bersinggungan dengan dunia
nyata dan alami, bukan bentukan manusia yang terlempar dari kesan natural,
22
apalagi abstrak. Biarkan anak melatih kemandirian dan tanggung jawabnya, yaitu
jauh dari intervensi yang tidak perlu dari orang dewasa. Tempat belajar yang
sederhana, indah, dan selaras lebih baik bagi anak, daripada tempat yang glamour
atau dipenuhi dengan gemerlapnya hiasan.
Ketujuhbelas, penelitian yang dilakukan oleh Nurlailla,dkk (2017 : 52-58)
berjudul “Peran Guru dalam Menstimulasi Kemampuan Menggambar pada Anak
Usia Dini di Raudhatul Athfal Kuningan Jawa Barat”. Penelitian ini membahas
mengenai meningkatkan kreatifitas dalam pengembangan seni dan motorik halus
anak. Penelitian ini menunjukan bahwa peran guru dalam menstimulasi
kemampuan menggambar pada anak yaitu sebagai sumber belajar, pengelola,
fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator, evaluator, mediator.
Terbukti dari hasil penilaian guru dari pengawas dengan keterangan baik, penilaian
tersebut diperoleh dari proses pembelajaran sehari-hari guru yang telah diamati
oleh pengawas madrasah. Proses kegiatan menggambar pada anak mendapatkan
hasil dengan baik dalam bidang kompetensi seni. Dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya peran guru yang sesuai maka akan tercapainya tingkat capaian
perkembangan anak khususnya dalam proses kegiatan menggambar pada aspek
perkembangan seni, motorik terhadap apa yang dilihat dan diketahui yang akan
diekspresikan melalui seni gambar pada anak usia dini
Kedelapanbelas, penelitian yang dilakukan oleh Suhaya (2016 : 1-15)
berjudul “Pendidikan Seni Sebagai Penunjang Kreatifitas”. Penelitian ini
membahas mengenai konsep pendidikan seni di Sekolah Dasar diarahkan pada
pembentukan sikap, sehingga terjadi keseimbangan intelektual dan sensibilitas,
23
rasional dan irasional, akal pikiran dan kepekaan emosi. Belajar tidak lepas
dari faktor yang bersal dari dalam siswa itu sendiri berupa kemampuan yang
dimilikinya, seperti minat perhatian, motivasi belajar, sosial ekonomi, fisik dan
psikis Hasil belajar dipengeruhi lingkungan belajar anak baik efektifitas
pembelajaran atau kemampuan guru dalam mengajar.
Kesembilanbelas, penelitian yang dilakukan oleh Manizar HM (2016 : 1-15)
berjudul “Mengelola Kecerdasan Emosi”. Penelitian ini membahas mengenai
pengelolaan kecerdasan emosi anak usia dini. Kecerdasan emosional perlu didikan
semenjak anak masih usia dini melalui naskah pengelolah emosi yang sehat, oleh
karena itu pembelajaran yang berhasil haruslah menciptakan emosi yang positif
pada diri anak. Untuk menciptakan emosi yang positif, diantaranya,
mengajarkan nilai-nilai budaya dimana anak itu berada, mengembangkan dan
mengasah emosi anak yang menonjol, memperkenalkan kepada anak tentang emosi
dengan cara verbal dan non verbal, disiplin yang konsisten, ajarkan apa anak
ekspresi emosi yang dapat diterima oleh lingkungan, menunjukkan prilaku yang
baik dapat ditiru secara langsung dan memupuk rasa empati tehadap orang lain.
Keduapuluh, penelitian yang dilakukan oleh Fatwikiningsih (2014 : 239-240)
berjudul “Peningkatan Kemampuan Berbahasa Melalui Metode Berkomunikasi
Dengan Gambar Pada Anak Dengan Ciri Gangguan Pemusatan Perhatian Dan
Hiperaktivitas”. Penelitian ini membahas mengenai metode berkomunikasi dengan
gambar berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berbahasa ekspresif dan
reseptif anak usia pra sekolah yang mempunyai ciri GPPH sub tipe kurang
konsentrasi. Subjek yang mendapatkan intervensi metode berkomunikasi dengan
24
gambar menunjukkan peningkatan skor kemampuan berbahasa reseptif dan
ekspresif yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol meskipun
kelompok kontrol juga mengalami sedikit peningkatan dalam kemampuan
berbahasa reseptif dan ekspresif. Peningkatan rata-rata jumlah kosakata yang
mampu anak ucapkan (ekspresif) dan anak pahami (reseptif) yang paling banyak
pada sampel mainan.
Keduapuluh satu, penelitian yang dilakukan oleh Jatmika (2005 : 98) berjudul
“Pemanfaatan Media Visual dalam Menunjang Pembelajaran Pendidikan Jasmani
di Sekolah Dasar”. Penelitian ini membahas mengenai metode pembelajaran
pendidikan jasmani di sekolah dasar dengan menggunkan bantuan media visual
akan memudahkan penyampaian materi atau pesan dari guru kepada peserta didik.
Media visual yang dipilih atau diciptakan sebaiknya lebih memperhatikan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, keterbatasan sarana prasarana
sekolah, dan tingkat kesulitan materi. Media visual yang telah dipilih atau
diciptakan dapat ditampilkan dalam bentuk yang menarik, sederhana,
jelas,ekonomis, dan inovatif untuk menghindari kesalahan persepsi oleh peserta
didik terhadap materi atau pesan yang disampaikan oleh guru.
Keduapuluh dua, penelitian yang dilakukan oleh Indira (2015 : 165 ) berjudul
“Asesmen Psiko-Edukasional Sebagai Dasar Penanganan Anak Berkebutuhan
Khusus”. Penelitian ini membahas mengenai penanganan anak berkebutuhan
khusus yang ada di Indonesia. Kebijakan di Indonesia telah berupaya
mengakomodasinya, tetapi sistematika penanganan di lapangan masih
membutuhkan banyak perbaikan. Tulisan ini mengusulkan tahapan asesmen
25
psiko-edukasional sebagai dasar penanganan bagi anak berkebutuhan khusus,
berikut dipaparkan tantangan aplikasinya.
Keduapuluh tiga, penelitian yang dilakukan oleh Fatmala,dkk (2015 :53)
berjudul “Efektivitas Social Skill Training (Sst) Dalam Meningkatkan Kemampuan
Penyesuaian Sosial Siswa Sd Kelas Akselerasi”. Penelitian ini membahas mengenai
peningkatan kemempuan penyesuaian dengan stimulus Social Skill Training (Sst).
Hasil penelitian ini menunjukan tidak terdapat perbedaan tingkat kemampuan
penyesuaian sosial antara kelompok eksperimen dan kontrol sebelum SST
diberikan. Berikutnya terdapat perbedaan tingkat penyesuaian sosial antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberikan SST.
Keduapuluh empat, penelitian yang dilakukan oleh Aisyah (2014 :83)
berjudul “Karya Visual Anak Usia Dini”. Penelitian ini membahas mengenai
gambar dapat dijadikan sebagai media yang membantu mengembangkan
keterampilan berbahasa pada anak. Agar dapat menghasilkan karya visual yang
kaya dengan cerita asli khas anak-anak, banyak langkah yang perlu dilakukan untuk
memberi stimulus. Menciptakan karya visual adalah salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mengembangkan berbagai komponen kecerdasan pada anak usia
dini. Selain untuk mengembangkan kecerdasan visual-spasial pada anak,
menciptakan karya visual dapat dilakukan sebagai salah satu cara pengembangan
kreativitas berbahasa. Menggunakan karya visual membuat anak–anak lebih
terbantu dalam bercerita mengenai suatu hal. Menggambarkan hal yang dialami
oleh anak kemudian menceritakannya adalah merupakan salah satu jalan bagi
mereka mengekspresikan perasaannya terhadap sesuatu. Dengan demikian, melalui
26
pengembangan karya visual, guru dapat meningkatkan kemampuan anak dalam
berkomunikasi serta peningkatan kemampuan berpikirnya.
Keduapuluh lima, penelitian yang dilakukan oleh Ma’sum,dkk (2018 :83)
berjudul “Arts Education in Pesantren (Islamic Boarding School) : an Aesthetic
Expression of Students’ Drawing in MTs Al Asror Semarang”. Penelitian ini
membahas mengenai wujud karya gambar anak-anak pesantren di MTS Al Asror
Semarang. Wujud karya gambar anak-anak dimungkinkan dipengeruhi oleh
lingkungan sekitar anak yang dalam hal ini adalah pesantren MTS Al Asror
Semarang. Dalam penelitian ini menjelaskan mangenai unsur-unsur visual dan
prinsip - prinsip visual, serta pengeruh lingkungan sekolah pesantren terhadap
karya gambar anak-anak di Semarang.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dipaparkan di atas, kiranya ada
kesinambungan sebagai bahan acuan dalam penalitian ini. Pengkajian yang
mengkususkan pembahasan tentang gambar anak gifted dalam konteks kecerdasan
visual, nampaknya memberi posisi tersendiri bagi pengkajian penelitian ini. Lebih
jelas lagi bahwa, pembahasan kecerdasan visual gambar anak gifted mencoba
mengupas tentang bentuk dan struktur ekspresi visual, kecenderungan kecerdasan
ekspresi visual, dan sistem pembelajaran seni rupa pada komunitas PSGGC di
Yogyakarta.
27
Tabel 2.1
Tabel Kajian Pustaka
No
Nama
Penulis/Tahu
n
Judul Artikel Nama
Jurnal Substansi Isi Redaksi
1 Gunadi (2012) Kemampuan
Memvisualisasik
an Teks Verbal
Dalam Bentuk
Gambar
Chatarsis
Jurnal of arts
education
Visualisasi teks
menjadi sebuah
karya gambar
Universitas
Negeri
Semarang
2 Drake (2012) Children Gifted
in Drawing: The
Incidence of
Precocious
Realism
Jurnal Gifted
Education
International
Analisa Lompatan
Perkembangan
Gambar Anak
Gifted
Gifted
Education
International
3 Sayekti (2013) Permasalahan
Anak Berbakat
Di Indonesia
Majalah
Ilmiah
Pawiyawan
Permsalahan yang
dhadapi anak
gifted
FIP IKIP
Veteran
Semarang
4 Idrus (2013 Layanan
Pendidikan bagi
Anak Gifted
Jurnal
Bimbingan
dan
konseling
Psikopedago
gia
Pengobtimalan
keberbakatan
anak gifted
Program Studi
Bimbingan
dan Konseling
FKIP UAD
5. Mitchell
(2015)
Examining
Practice in
Secondary
Visual Arts
Education
International
Journal of
Education &
the Arts
Pembelajaran seni
di kelas sekunder
Charles Sturt
University,
Australia
6. Pranungsari
(2010)
Kecerdasan dan
prefeksionisme
pada anak
gifted kelas
akselerasi
Humanitas Hubungan
kecerdasan
dengan
perfeksionisme
anak
Universitas
Ahmad
Dahlan
Yogyakarta
7. Wicaksono
(2016)
Bimbingan
Konseling Bagi
Siswa Cerdas
dan Berbakat
Jurnal
Pembelajara
n Prospektif
Konseling
terhadap anak
cerdas berbakat
Universitas
Tanjungpura
Pontianak
8. Dewi dan
Trisnawati
(2017)
Identifikasi
Anak
Underachievem
ent
(Underachiever
Dan Gifted
Underachiever)
Jurnal
Pendidikan :
Early
Childhood
Analisa mengenai
anak dengan
kategori
Underachiever
Universitas
Muhammadiy
ah
Tasikmalaya
9. Wulan (2011) Peran
Pemahaman
Karakteristik
Siswa Cerdas
Istimewa
Berbakat
Istimewa (Cibi)
Humaniora Pemahaman
tentang
karakteristik anak
cibi sebagai
modal guru
merencanakan
pembelajaran
Universitas
Bina
Nusantara
28
Dalam
Merencanakan
Proses belajar
Yang Efektif
Dan Sesuai
Kebutuhan
Siswa
10. Hastiani,dkk
(2014)
Guidance And
Counseling
Teacher And
Subject Teacher
Collaboration
Model
Increasing The
Interpersonal
Communication
Skill Of Special
Intelligent
Students
Jurnal
Bimbingan
Konseling
kolaborasi guru
bk dengan guru
mata pelajaran
untuk
memberikan
pembelajaran
khusus bagi anak
cerdas istimewa
SMA Negeri 3
Pontia
Universitas
Negeri
Semarang
11. van Tiel
(2009)
Permasalahan
Deteksi dan
Penanganan
Anak Cerdas
Istimewa
Dengan
Gangguan
Perkembangan
Bicara dan
Bahasa
Ekspresif
(Gifted Visual-
spatial Learner
Psikobuana Cara mendeteksi
anak berbakat
istimewa atau
sering disebut
gifted dengan
berbagai
gangguan
perkembangan
Pharos
Nederland
12. Diana (2006) Setiap Anak
Cerdas! Setiap
Anak Kreatif!
Menghidupkan
Keberbakatan
dan Kreativitas
Anak
Jurnal
Psikologi
kecerdasan ganda
anak-anak serta
respon yang
semestinya
dilakukan guru
dan orang tua
Universitas
Diponegoro
13 Yumnah
(2016)
Kecerdasan
Anak Dalam
Pengenalan
Potensi Diri
Jurnal Studi
Islam
Mengenali
kecerdasan anak
untuk menentukan
pengelolaan
potensi anak
Sekolah
Tinggi Agama
Islam
Pancawahana
Bangil
14. Setyaningrum
(2017)
Ekspresifitas
Pembelajaran
Seni Lukis
Dengan Media
Cat Air Pada
Siswa Kelas V
Sekolah Dasar
Negeri
Pekuncen
Jurnal
Dialektika
Pembelajaran seni
lukis
menggunakan
media cat air pada
siswa kelas V SD
N Pekuncen 01
Universitas
Ahmad
Dahlan
Yogyakarta
29
15. Awwad
(2015)
Urgensi
Layanan
Bimbingan Dan
Konseling Bagi
Anak
Berkebutuhan
Khusus
Al-Tazkiah Karakter dan
jenis anak
berkebutuhan
khusus disertai
problem-probem
psikologis yang
dapat dialaminya
Institut Agama
Islam Negeri
Mataram
16. Hidayatulloh
(2014)
Lingkungan
Menyenangkan
dalam
Pendidikan
Anak Usia Dini:
Pemikiran
Montessori
Nadwa :
Jurnal
Pendidikan
ISlam
Lingkungan
menyenangkan
bagi anak usia
dini menurut
metode
Montessori.
IAIN
Walisongo
17. Nurlailla,dkk
(2017)
Peran Guru
dalam
Menstimulasi
Kemampuan
Menggambar
pada Anak Usia
Dini di
Raudhatul
Athfal Kuningan
Jawa Barat
Journal Of
SECE
(Studies in
Early
Childhood
Education)
Penmeningkatkan
kreatifitas dalam
pengembangan
seni dan motorik
halus anak
IAIN Syekh
Nurjatri
Cirebon
18. Suhaya (2016) Pendidikan Seni
Sebagai
Penunjang
Kreatifitas
Jurnal
pendidikan
dan kajian
seni
Konsep
pendidikan seni di
Sekolah Dasar
pada
pembentukan
sikap, sehingga
terjadi
keseimbangan
intelektual dan
sensibilitas,
rasional dan
irasional, akal
pikiran dan
kepekaan emosi
Universitas
Sultan Ageng
Tirtayasa
19. Manizar HM
(2016)
Mengelola
Kecerdasan
Emosi
Tadrib pengelolaan
kecerdasan emosi
anak usia dini
UIN Raden
Fatah
Palembang
20. Fatwikiningsih
(2014)
Peningkatan
Kemampuan
Berbahasa
Melalui Metode
Berkomunikasi
Dengan
Gambar Pada
Anak Dengan
Ciri Gangguan
Pemusatan
Perhatian Dan
Hiperaktivitas
Jurnal Sains
dan Praktik
Psikologi
Metode
berkomunikasi
dengan gambar
berpengaruh
terhadap
peningkatan
kemampuan
berbahasa
ekspresif dan
reseptif anak usia
pra sekolah yang
mempunyai ciri
GPPH sub tipe
Universitas
Muhammadiy
ah Malang
30
kurang
konsentrasi
21. Jatmika
(2005)
Pemanfaatan
Media Visual
dalam
Menunjang
Pembelajaran
Pendidikan
Jasmani di
Sekolah Dasar
Jurnal
Pendidikan
Jasmani
Indonesia
Metode
pembelajaran
pendidikan
jasmani di
sekolah dasar
dengan
menggunkanbantu
an media visual
akan
memudahkan
penyampaian
materi atau pesan
dari guru kepada
peserta didik.
Universitas
Negeri
Yogyakarta
22. Indira (2015) Asesmen Psiko-
Edukasional
Sebagai Dasar
Penanganan
Anak
Berkebutuhan
Khusus
Jurnal
Noetic
Psikology
Penanganan anak
berkebutuhan
khusus yang ada
di Indonesia
Universitas
Kristen
Kridawacana
23. Fatmala,dkk
(2015)
Efektivitas
Social Skill
Training (Sst)
Dalam
Meningkatkan
Kemampuan
Penyesuaian
Sosial Siswa Sd
Kelas Akselerasi
Jurnal
Pemikiran &
Penelitian
Psikologia
Peningkatan
kemempuan
penyesuaian
dengan stimulus
Social Skill
Training (Sst)
Universitas
Sumatera
Utara
24. Aisyah (2014) Karya Visual
Anak Usia Dini
Jurnal
Pendidikan
gambar sebagai
media membantu
mengembangkan
keterampilan
berbahasa pada
anak
Universitas
Terbuka
25. Ma’sum,dkk
(2018)
Arts Education
in Pesantren
(Islamic
Boarding
School) : an
Aesthetic
Expression of
Students’
Drawing in MTs
Al Asror
Semarang
Catharsis wujud karya
gambar anak-anak
pesantren di MTS
Al Asror
semarang
Universitas
Negeri
Semarang
31
2.2 Kerangka Teoretis
2.2.1 Bentuk Visual Ekspresi Gambar Anak
Seni sering kali dihubungkan dengan ekspresi jiwa dan perwujudan keindahan. Ki
Hadjar Dewantara memaknai seni sebagai hasil keindahan yang dapat
menggerakkan perasaan indah orang yang melihatnya. Sedangkan seni rupa suatu
cabang seni yang berkaitan dengan rangsangan visual baik berupa garis, bidang,
warna, ruang, dan gelap terang. Seni rupa terbagi menjadi dua kategori menurut
media karyanya. Seni rupa dua dimensi (lukisan, gambar, foto, batik, dsb). Seni
rupa tiga dimensi (patung, relief, prabot interior, dsb), lihat Purwanto (2016: 1921).
Menurut Jenson Kim (2018 :78-79) melalui pengamatan seorang anak dapat
merenungkan apa yang mereka anggap menyenangkan dan estetis lalu
merefleksikannya sehingga berpengaruh positif dalam perjalanan artistic mereka
sendiri melalui suatu inspirasi. Dalam mendukung pengembangan estetika mereka
diperlukan apresiasi dan keterbukaan terhadap ide-ide baru yang akan menjadikan
manfaat saat mereka mulai mengenali apa yang menyenangkan bagi mereka secara
estetis sehingga mereka akan merenungkanya pikiran mereka secara kritis.
Menurut Ocvirk, dkk (2002 : 11-12) Subjek, bentuk, dan isi (konten) selalu
menjadi tiga komponen dasar sebuah karya seni. Namun, dalam beberapa tahun
terakhir, komponen ini seringkali sulit untuk diidentifikasi, dibedakan, dan
didefinisikan dalam karya-karya tertentu. Secara tradisional subjek sebuah karya
seni bisa diartikan sebagai seseorang, objek atau tema, tetapi subjek juga bisa
diartikan sebagai sebuah konfigurasi elemen seni tertentu dan terkadang memberi
catatan energi dan pergerakan seorang seniman. Subyek pada waktu tertentu dapat
32
bebenturan dengan bentuk karya seni yang umumnya dipahami sebagai wujud atau
organisasi kerja. Definisi konten telah kilang atau dirubah dari makna aslinya.
Secara konvensional, konten mengacu pada keseluruhan tekanan kerja yang
dikembangkan oleh seniman dan ditafsirkan oleh penikmat seni. Konten biasanya
berasal dari pengalaman pribadi seorang seniman.
Ocvirk,dkk (2002:29) menyatakan seniman menggunakan berbagai media
untuk menerapkan unsur-unsur seni : garis, bentuk, nilai, teksture, dan warna.
Unsur-unsur ini adalah konstituen mendasar dan esensial dari setiap karya seni.
Unsur-unsur dasar ini dianggap sangat diperlukan untuk mendasari seni yang
masing-masing akan diperiksa secara individual.
Adapun unsur-unsur visual pada sebuah karya seni rupa (gambar) adalah
sebagai berikut.
1. Garis
Kalau kita menyentuhkan alat gambar atau penggores yang lain dan
berusaha menggerakkannya pada tafril/bidang maka akan meninggalkan bekas.
Bekas itu disebut goresan atau garis. Disebut demikian karena bentuknya yang kecil
memanjang. Akan tetapi, sekali lagi perlu dipahami bahwa arti kecil dalam hal ini
tetaplah nisbi. Dengan demikian, tidak peduli apakah alat penggoresnya kecil
runcing, tumpul besar, gepeng lebar seperti kuas gepeng lebar, semua hasil
goresannya digolongkan sebagai garis. Garis dapat kita artikan sebagai suatu
goresan nyata, batas atau limit suatu benda, batas sudut ruang, batas warna, bentuk
massa, dan lain-lain yang disebut garis atau maya, Sanyoto (2009 : 85-87).
33
Menurut Ocvirk, dkk (2002 : 90-93) garis menciptakan representasi pada
tingkat abstrak dan realistis. Dalam perannya sebagai symbol gagasan dan
ungkapan perasaan gerakan garis dan kehidupan berdenyut dengan emosi yang
signifikan. Pada seni visual, garis menjadi sarana untuk menuliskan bahasa
ekspresif gagasan dan emosi. Garis disini menggambarkan tepi atau kontur bentuk,
diagram siluet, mencakup ruang dan semua area sedemikian rupa untuk menutupi
makna. Garis tidak digunakan secara ekslusif untuk mengekspresikan emosi dan
pengalaman mendalam dengan cara ini melainkan hanya menggabarkan fakta saja,
seperti garis pada gambar arsitektur atau peta untuk menggambarkan bangunan,
sungai, dan jalan. Selain kemampuannya menggambarkan fakta dengan presisi,
garis dapat mngekspresikan tindakan dalam arti “gestural”. Sikap dalam karya
grafis menyiratkan gerak masa lalu, sekarang, dan masa depan subjek yang ditarik
serta menciptakan kesan yang unik. Apa pun expresi penekanan emosi manusia,
penggambaran tindakan atau komunikasi factual informasi garis akan menjadi
eleman yang penting bagi seniman untuk digunakan.
2. Raut
Raut menurut Ocvirk, dkk (2002 : 99) adalah garis yang melingkupi suatu
daerah atau area atau area nilai, teksture, warna, serta garis visual. Dalam seni
bergambar, bentuknya datar atau dua dimensi. Dalam bentuk tiga dimensi, bentuk
lebih sering digambarkan sebagai padatan atau massa. Bentuk dalam seni gambar
biasanya berupa batas pasti atau betas semu yang sangat samar sehingga ujungnya
tidak bisa ditentukan dengan tingkat ketepatan. Bentuk dapat bervareasi mulai dari
yang objektif sampai subjektif, dari tersirat samapai hayal, berbeda ukuran, posisi,
34
keseimbangan, warna, nilai, dan teksture, dan nampaknya berkontraksi atau meluas
tergantung bagaimana penggunaannya oleh seniman.
3. Tekstur
Teksture menurut, Ocvirk (2002 : 134-135) merupakan permukaan material
yang bisa dirasakan melalui sentuahn langsung dengan tangan atau sebuah ilusi
kesan permukaan suatu benda. Teksture dihasilkan oleh kekuatan alam atau melalui
manipulasi yang dilakukan seniman terhadap unsur-unsur seni. Teksture ini unik
diantara unsur seni karena mengaktifkan duap proses sensorik. Teksture lebih akrab
dan dramatis diketahui melalui sentuhan, tapi kita bisa melihat teksture secara tidak
langsung dan meramalkan nuansanya. Dlam sebuah gambar kita bisa mengamati
benda-benda dengan reaksi terhadap kesan yang dibuat seniman dari karakter
benda-benda itu.
4. Warna
Warna dapat didefinisikan secara objektif/fisik sebagai sifat cahaya yang
dipancarkan, atau secara subjektif/Psikologi sebagai bagian dari pengalaman indra
pengelihatan. Warna menurut kejadiannya dapat diartikan sebagai warna additive
dan subtractive. Warna additive adalah warna-warna dari cahaya atau yang disebut
spectrum. Warna subtractive adalah warna-warna yang berasal dari pigmen. Warna
pokok cahaya terdiri atas merah (red), hijau (green), dan biru (blue) atau RGB,
yang juga disebut sebagai additive color system. Percampuran ketiga warna tersebut
akan menghasilkan berbagai warna lain. Warna pokok pigmen/bahan terdiri dari
sian (cyan), magenta, dan kuning (yellow), atau disebut CMY. Dengan cara
mencampur warna-warna pokok ini dalam pelbagai kemungkinan kombinasi, kita
35
dapat memperoleh warna-warna lain diluar ketiganya. Warna bahan dibagi menjadi
empet, yaitu warna primer, sekunder dan tersier, kuarter, Ocvirk (2002 : 148-149).
Menurut Kapti, dkk (2013 :169) bermain dengan mewarnai merupakan suatu
kegiatan yang bertujuanuntuk menghilangkan ketegangan dan memperoleh
kesenangan pada anakyang mengalami hospitalisasi dengan cara
memberikanintervensi berupa coertan warna pada gambar. pemberian intervensi ini
akan memberika efek relaksasi pada tubuh serta dapat memberikan rangsangan
emosi di system ;limbic, sehingga terjadi pengontrolan perilaku maladaptif di
hipotamalus.
5. Ruang
Ruang merupakan suatu tempat dimana bentuk-bentuk berada. Dikarenakan
suatu bentuk dapat dua dimensi atau tiga dimensi, maka ruang pun meliputi ruang
dua dimensi (dwimatra) dan tiga dimensi (trimatra). Ruang dwimatra dapat berupa
tafril/bidang datar, yang hanya berdimensi memanjang dan melebar. Ruang
trimatra berupa alam semesta/awing-awung/ruang rongga yang mempunyai tiga
dimensi, yaitu panjang, lebar, dan dalam. Diantara ruang dwimatra dan trimatra
terdapat ruang semu, yaitu merupakan ruang datar tetapi secara imajinatif
mengesankan dimensi ketiga, yaitu kedalaman atau ilusi ruang, Sanyoto
(2009:127).
Lebih lanjut Ocvirk (2002 : 34) menyatakan elemen visual pada sebuah
karya seni perlu dikontrol dan integrasikan. Seniman mengelola ini melalui prinsip
penyatuan : harmoni, variasi, keseimbangan, proporsi, dominasi, dan pergerakan.
Prinsip-prinsip komposisi ini menciptakan ruang dan total cahaya, dengan asumsi
36
rencana sang seniman berhasil, sama dengan kesatuan. Persatuan dalam hal ini
berarti kesatuan, sebuah organisasi bagian yang sesuai dengan urutan keseluruhan
dan menjadi penting.
1. Harmoni
Harmoni dapat dianggap sebagai factor kohesi berkaitan dengan berbagai
bagian gambar. Ini menarik kekuatan kontras pada bagian gambar dengan
memberi semua elemen umum : warna, tekstur,nilai dan sebagainya.
Pengulangan dari elemen yang sama menjadikan kesesuaian pada kontra antar
elemen. Rhythm juga tercipta ketika elemen visual diatur berulang. Entah
tercipta dengan pengulangan atau irama, keharmonisan bisa menciptakan rasa
bosan atau monoton saat penggunaanya ekstrem. Tapi jika diterapkan dengan
benar, harmoni adal unsur penting suatu kesatuan, Ocvirk (2002 : 35).
2. Variasi
Pemisahan (variasi) dapat dicapai dengan menggunakan kontras dan elaborasi.
Kontras terjadi ketika elemen diulang dengan cara membuat mereka tampak
tidak terkait seperti beberapa garis lebar di tempat yang sempit. Kontras
dilebih-lebihkan ketika elemen berlawanan atau bagiannya disandingkan,
seperti warna merah dan hijau. Karena kontrasnya meningkat, daerah ini
menjadi krang harmonis namun meningkat secara proporsional dalam
visualnya. Melalui pengenalan kontras yang meningkat, daerah, citra, atau
bentuk dapat dibuat untuk menjadi dominan. Sedangkan elaborasi adalah
keragaman sebagai kontras di letakkan pada tempat yang kurang menonjol atau
kurang diminati. Ini bisa dilakuan dengan penambahan detail atau ornament
37
pada daerah tertentu. Peningkatak permukaan dengan informasi yang halus
atau kontradiktif meningkatkan daya Tarik. Elaborasi dan kontras mungkin
terdengar seperti pengulangan, maksudnya bukan untuk meningkatkan
ketrekaitan namun untuk secara bertahap memperkenalkan perbedaan visual
atau oposisi, Ocvirk (2002 : 52-53).
3. Keseimbangan
Kita berurusan dengan keseimbangan setiap hari seperti yang kita ketahui atau
harapkan berfungsi dengan gaya grafitasi. Grafitasi adalah pengalaman yang
dirasakan secara universal dan intuitif. Berjalan, berdiri dengan satu kaki, atau
kembali kebelakang. Bila kita tidak seimbang, kita memiliki antisipasi bahwa
grafitasi akan menyelesaikan dilema (yaitu kita akan jatuh). Demikian pula,
dalam karya seni kita berhadapan dengan harapan menangkal gaya grafitasi.
Sebagian karya senu dilihat dalam orientasi vertical dalam hal bagian atas,
samping dan bawah. Gravitasi kemudian bisa mempengaruhi komponen visual,
Ocvirk (2002 : 53).
4. Proporsi
Proporsi berhubungan dengan rasio masing-masing bagian satu dan yang lain.
Dalam karya seni, hubungan elemen sulit dibandingkan dengan akurasi karena
proporsi sering menjadi masalah pertimbangan pribadi. Bagian proporsioanal
dipertimbangkan dalam kaitanya dengan keseluruhan, dan bila terkait, bagian
menciptakan harmoni dan keseimbangan, Orvic (2002 : 61).
38
5. Dominasi
Setiap karya berusaha mendapatkan daya Tarik harus menunjukan perbedaan
yang menekankan pada tingkat kepentingan berbagai bagiannya. Perbedaan ini
diakibatkan oleh prtimbangan medium dan komposisi. Jika kita mengamati
istilah kontras untuk perbedaan, kita dapat melihat bahwa hal-hal berikut ini
antara lain dapat digunakan untuk mencapai dominasi : (1) isolasi atau
pemisahan bagian satu dengan bagian lain ; (2) penempatan “ceter stage”
paling sering digunakan, namun posisi lain dpat dominan, tergantung pada
lingkungannya ; (3) arah-gerakan yang kontras dengan yang lain menarik
perhatian ; (4) sekala ukuran yang lebih besar biasnya mendominasi ; (5)
karakter perbedaan signifikan pada penampilan umum sangat mencolok.
Kontras dalam warna, nilai, dan tekstur juga membantu dalam menghasilkan
daya Tarik, Orvic (2002 : 68).
6. Gerakan
Banyak pengamat tidak menyadari bahwa, dalam melihat sebuah karya seni,
mereka sedang “diajak naik” atau tur. Sang seniaman membua perjalanan mata
nyaman dan informative dengan menyediakan jalan raya dan pemberhentian
istirahat. Jalan raya menuju pemberhentian memiliki batas kecepatan tertentu
yang ditetapkan dan sisanya berhenti pada durasi yang telah ditentukan. Jalan
raya seniman sebenarnya adalah transisi antara berhenti atau unit optic.
Gerakan mata yang didektekan oleh transisi ini dihasilkan oleh garis, bentuk
tepi, dan motif yang dalam kesamaanya menyebabkan kita menghubungkan
satu sama lain, Orvic (2002:69).
39
Menurut Chauchan Bijender Singh (2015 : 37-40) pengalaman kreatif
melalui seni visual menawarkan kepuasan dan dipenuhinya estetika persepsi.
Proses kreatif tidak dapat dialami hanya dengan membuat sesuatu dengan materi
seni, juga tidak dapat dicapai hanya dengan mengetahui informasi tentang seni
visual. Kreativitas adalah fokus pada proses bukan pada produk. Itu adalah
perjalanan dan mempertahankan rasa petualangan saat kita terus berjalan. Orang
yang menciptakan gambar visual bermakna dalam karyanya melakukan karena
kemampuan dalam menghubungkan dirinya dengan hal-hal yang dilihatnya,
gagasan-gagasan yang telah dia dengar, dan bahan yang ia gunakan untuk
memberikan bentuk estetika pada idenya sendiri. Menurut Majid ( 2016:2)
Berkarya seni merupakan salah satu perwujudan proses kreatif manusia. Proses
dalam berkarya seni memiliki beberapa tahapan. Tahapan yang pertama kali
dilakukan oleh penulis adalah memunculkan ide, gagasan atau inspirasi
menggunakan perasaannya dan melihat dokumentasi dari kejadian-kejadian yang
telah lalu.
Menurut Handayani (:92) hal yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan kreatifitas keberbakatan anak, yakni pendidik dapat
menerimanya sebagaimana adanya, tanpa sayarat, dengan segala ketentuan dan
kelemahanya serta memberi kepercayaan kepadanya bahwa pada dasarnya ia
baik dan mampu, mengusahakan suasana dimana anak tidak merasa dinilai oleh
orang lain, memberi pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan,
dan prilaku anak yang dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan melihat dari
sudut pandang anak.
40
Purwanto (2016:75-77) menyatakan bahwa perkembangan ilmu
pengetahuan tidak lepas dari gambar. Salah satu indikasi menunjukan sejarah
perkembangan huruf pada awalnya berupa symbol-simbol visual semacam gambar-
gambar sederhana hingga ditemukan huruf seperti sekarang ini. Hal tersebut
menunjukan gambar sejak mulanya telah digunakan manusia untuk berbagai
keperluan. Bukan sekerdar kegiatan iseng pengisi waktu senggang, namun
merupakan pemenuhan kebutuhan ekspresi mendasar, dorongan berkomunikasi,
pengembangan pengetahuan, dan berbagai keperluan ritual lain. Konon, maestro
seni sekaligus genius kreatif Leonardo da Vinci, memiliki jurnal kreatif yang berisi
ide-ide dan gagasan ilmiahnya dalam bentuk gambar. Dari desain prabot rumah
tangga sederhana hingga mesin-mesin modern dan canggih yang saat itu tentu saja
belum ada.
Drawing/ gambar pada garis besarnya memiliki tiga kegunaan. Tingkat
pertama, gambar merupakan notasi(catatan) tentang benda atau situasi pada saat
tertentu yang dianggap menarik oleh si penggambar. Catatan, notasi maupun sketsa
sebagai hasil gambar umumnya bermuatan garis yang sekaligus gambaran sekilas
dan dikerjakan dalam tempo cepat, acapkali dilanjutkan pada tahap berikutnya.
Kedua, gambar hadir dan membuktikan dirinya sebagai karya seni yang utuh dan
berdiri sendiri. Pada fungsi ini gambar telah memperlihatkan kelengkapan
pernyataan seniman, relative tak butuh tahapan berikutnya. Perlakuan gambar
dalam fungsi ini kadang kerap pula dipadu dengan inovasi teknik lainnya, ketika
gambar berpadu dengan cerita/ sastra menjadi komik, drawing dengan sastra dan
teknologi menjadi animasi, maupun menjadi ilustrasi (baik sebagai gambaran cerita
41
sampai”pengganjal” tulisan) serta berfungsi meramaikan demonstrasi-demonstrasi
di jalan. Ketiga, gambar berfungsi sebagai media studi yang melandasi pekerjaan
berikutnya seperti melukis, patung, arsitektur, ilmu pengetahuan atau lainnya.
Pengaruh gambar pada fungsi ini sampai pula sebagai pembuka cakrawala ilmu
pengetahuan.
Berkaitan dengan seni rupa anak Pamadhi dan Sukardi (2008:117)
menjelaskan bahwa seni rupa anak adalah karya rupa yang mengandung hasil
pemikiran dan perasaan anak tentang diri dan lingkungannya. Anak dalam berkarya
rupa baik menggambar maupun membuat benda-benda sebagai sebuah kegiatan
bermain. Kegiatan bermain sangat berarti penting bagi anak karena didalam
bermain anak dapat membayangkan atau berimajinasi dengan bebas bahkan hingga
ke masa depan. Seni rupa anak merupakan alat untuk memainkan ide serta pikiran
yang penuh dengan gagasan. Menurut Sunarto (2018:110) dalam pelaksanaan
pembelajaran diasumsikan setiap peserta didik memiliki perilaku yang mampu
berkembang berdasarkan potensi alami dan sentuhan emosional artistik oleh
guru. Hal ini dilandasi sebuah pameo bahwa berkesenian merupakan industri
kreatif . Pengertian ini mendasarkan setiap penciptaan karya seni berisikan
pelatihan, pengembangan dan mengeksplorasi kreativitas siswa. Untuk itu selalu
diperhatikan model-model pembelajaran yang cocok untuk siswa karena setiap
siswa mempunyai pikiran, gaya belajar dan tangkapan estetika yang berbeda-beda.
Ariyanti (2016:58) menyatakan usia keemasan merupakan masa di mana
anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya
pendidikan dari lingkungannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Pada
42
masa peka inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga siap
merespon dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang diharapkan
muncul pada pola perilakunya sehari-hari. Menurut Elyana (2018:90) masa usia
dini menjadi tolok ukur keberhasilan penanaman konsep diri pada anak. Anak
mengenal dan memahami dirinya sendiri diawali dengan hal-hal yang sederhana
dan berada pada lingkungan sekitarnya. Begitupun dalam proses pembelajaran
di sekolah harus diperhatikan gaya belajar anak. Saurina (2016:95) menyatakan
media pembelajaran untuk anak usia dini merupakan alat bantu yang digunakan
untuk mengenalkan tema-tema sebagai bahan ajaran atau yang sering disebut
dengan kurikulum untuk anak usia dini. Semakin banyak alat indra yang terlibat
dalam proses belajar maka semakin besar kemungkinan anak paham pada materi
yang disampaikan oleh pengajar atau guru.
Purwanto (2016 : 79) mengatakan anak-anak tidak bisa dipisahkan dengan
gambar. Gambar memberi energi untuk berimajinasi, gambar memberi keberanian
untuk berekspresi, gambar mengajarkan berbagai macam emosi, dan gambar
memberi ide untuk menyelesaikan banyak permasalahan hidup anak. Gambar yang
dibuat dengan warna-warna yang memikat selalu mengajak anak-anak bertamasya
kedunia imajiner. Dunia yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan
kecerdasannya pada masa mendatang dan dunia yang memberi gambaran konkrit
setiap informasi verbal yang diterimanya.
Lowenfeld & Britain (1964 : 260-262) membagi ekspresi gambar anak
menjadi 2 tipe kreativitas yaitu tipe visual dan tipe haptik. Keberadaan dua jenis
kreatifitas yang berbeda tersebut, berdasarkan dua reaksi yang berbeda terhadap
43
dunia pengalaman , dilaporkan dalam The Nature of Creative Activity. Dalam
program studi ini ditemukan bahwa aktivitas imajinatif, termasuk kemampuan
untuk memberikan referensi tujuan untuk kreasi dari imajinasi, tidak berarti
tergantung pada kapasitas untuk observasi perseptif. Selanjutnya, ketidakmampuan
inspectively untuk melihat objek visual bukan merupakan faktor penghambat dalam
kegiatan kreatif. Sebaliknya, fakta tidak memperhatikan tayangan visual dapat
menjadi dasar dari kreativitas spesifik jenis haptik. Gejala ini penting dipahami bagi
pendidik seni, terutama bagi mereka yang masih peduli dengan rangsangan visual
saja. Seorang individu visual berpikiran akan terganggu dan terhambat jika ia hanya
dirangsang dengan cara tayangan haptic, yaitu, jika ia diminta untuk tidak
menggunakan mata tapi untuk mengorientasikan dirinya hanya dengan cara
sentuhan, perasaan tubuh, sensasi otot, dan fusi kinestetik.
1. Tipe Visual
Tipe visual (pengamat) biasanya mendekati sesuatu berdasarkan
penampilan mereka dan merasa sebagai penonton. Faktor penting dalam
pengamatan visual adalah kemampuan pertama untuk melihat kesan secara
keseluruhan tanpa kesadaran rincian, kemudian menganalisis kesan
keseluruhan ini menjadi tayangan rinci atau parsial, dan akhirnya untuk
mensintesis bagian tersebut baru ke seluruh. Orang tipe visual pertama akan
melihat bentuk umum dari pohon, kemudian daun tunggal, ranting, cabang,
batang, dan akhirnya semuanya tergabung dalam sintesis seluruh pohon.
Tipe visual memulai pengamatan dengan garis besar umum lalu melihatnya
secara rinci baru menginterpretasikan secara utuh dan menyeluruh. Dengan
44
demikian, kita akan melihat bahwa jenis visual yang biasanya dimulai
dengan garis besar objek dan memperkaya bentuk dengan rincian sebagai
analisis visual mampu menembus lebih dalam ke sifat objek. penetrasi
visual berhubungan terutama dengan dua faktor: pertama, dengan analisis
karakteristik bentuk dan struktur dari objek itu sendiri; dan kedua, dengan
efek perubahan bentuk dan struktur ditentukan oleh cahaya, bayangan,
warna, suasana, dan jarak.
2. Tipe Haptic
Perantara utama untuk jenis haptic individu adalah sensasi tubuh diri otot,
pengalaman kinestetik, menyentuh tayangan, dan semua pengalaman yang
menempatkan diri dalam hubungan nilai ke dunia luar. Dalam seni diri
haptic diproyeksikan sebagai aktor sejati gambar yang karakteristik
formalnya adalah hasil dari sintesis tubuh, emosi, dan pemahaman
intelektual dari bentuk. Jenis haptic terutama jenis subjektif. Tipe Haptic
tidak mengubah pengalaman kinestetik dan sentuhan menjadi lebih visual
tetapi benar-benar puas dengan sentuhan atau kegiatan kinestetik itu sendiri.
Jika seseorang tipe haptic ditempatkan pada keadaan gelap gulita untuk
mempersepsikan objek yang ada ia tetap puas dengan sentuhan atau
pengalaman kinestetik dari struktur permukaan atau dengan tayangan
parsial bagian-bagian yang telah disentuh. Sejak melakukan sentuhan
individu haptic akan tiba di sebuah sintesis dari kesan-kesan parsial hanya
bila ia menjadi emosional tertarik pada obyek itu sendiri. Tipe haptic
biasanya tidak akan membangun sintesis tersebut dan akan tetap puas
45
dengan pengalaman haptic nya. Karena jenis haptic menggunakan diri
sebagai proyektor sejati pengalamannya, representasi gambar nya sangat
subjektif, proporsinya adalah proporsi dari nilai.
Lowenfeld dan Britain (1964 : 93-217) membagi masa perkembangan gambar
anak sebagai berikut.
Tabel 2.2
Perkembangan Gambar Anak
No. Masa Perkembangan Usia
1. Masa coreng-moreng 2-4 Tahun
2. Masa pra bagan 4-7 Tahun
3. Masa bagan 7-9 Tahun
4. Masa awal realism 9-12 Tahun
5. Masa naturalisme semu
12-14 Tahun
(pseudo naturalistic)
6. Masa Dewasa
14-17 Tahun
(adaleccent art,the periode of
decision)
1. Periode Coreng Moreng (Scribbling stage)
Periode ini berlaku bagi anak berusia 2 sampai 4 tahun (masa prasekolah).
Gambar yang dibuat anak pada masa coreng moreng ini dibuat tanpa makna,
hanya sebauah aktifitas meniru orang lain tetapi merupkan latihan gerak
46
motoric dari koordinasi gerakan tangan dan mata. Gambar yang dihasilkan
berupa goresan tebal tipis dengan arah yang belum terkendali. Periode ini
terdiri dari tiga fase singkat sehingga dianggap sebagai satu fase.
a. Goresan tak beraturan
Gambar yang dihasilkan adalah goresan tanpa makna karena anak hanya
meniru orang lain. Anak belum dapat membuat coretan berupa lingkaran
atau bentuk lain dan aktifitas ini merupakan latihan gerak motorik antara
mata dengan gerak tangan. Bentuk garis yang dihasilkan anak cenderung
sembarangan dan bersemangat dilakukan tanpa melihat ke arah kertas.
Fase ini merupakan yang paling awal dalam tahap perkembangan
menggambar anak.
b. Goresan terkendali
Goresan terkendali berbeda dengan fase pertama yang tidak beraturan,
pada tahap ini menghasilkan goresan-goresan tegak, mendatar, lengkung
bahkan lingkaran yang dilakukan anak secara berulang-ulang. anak mulai
memerlukan kendali visual terhadap coretan yang dibuatnya, disini
koordinasi antara perkembangan visual (gerak mata) dengan gerak motoric
(tangan).
c. Goresan bermakna
Fase ke tiga anak mulai melakukan goresan yang memiliki makna.
Pengalaman anak dalam membuat goresan semakin lengkap, gambar anak
mulai terwujud menjadi satu kesatuan dengan semakin banyak variasi
bentuk. Anak mulai memberi nama pada hasil coretannya dan mulai
47
menggunakan warna. Dalam menggambar, anak belum mempunyai tujuan
untuk menggambar sesuatu, karena fase ini lebih didasari oleh
perkembangan fisik dan jiwa anak.
2. Periode Pra Bagan (Pre Scematic Stage)
Periode pra bagan berlaku bagi anak berusia 4-7 tahun (taman kanak-kanak).
Peningkatan perkembangan anak sejalan dengan bertambahnya pengalaman
dan ruang lingkup sosial yang makin luas. Periode ini memungkinkan anak
berkesempatan mencipta, bereksperimen, menjelajah, dan melakukan berbagai
hal baru yang erat dengan perkembangan jiwa, rasa maupun emosinya. Anak
mulai mengenal dunia baru, mengenal sekolah, teman sebaya, guru, dan
lingkungan baru. Anak mulai menggambar bentuk-bentuk yang berhubungan
dengan dunia sekitar mereka. Rumah, manusia pohon dan lingkungan
sekitarnya menjadi obyek yang menarik perhatian anak. Unsur warna kurang
diperhatikan pada masa ini, anak lebih tertuju pada hubungan antara gambar
dan obyek gambar. Warna menjadi subyektif karena tidak mempunyai
hubungan dengan obyek.
3. Periode Bagan ( Schematic Stage)
Periode ini berlaku bagi anak berusia 7 sampai 9 tahun. Tahap ini anak sudah
mulai menggambar obyek dalam suatu hubungan yang logis dengan gambar
lain. Konsep ruang mulai nampak dengan adanya pengaturan antara hubungan
obyek dengan ruang, gambar mulai realistis, mulai mengarah ke bentuk-bentuk
yang mendekati kenyataan. Ciri utama gambar anak pada fase ini adalah
adanya garis dasar tempat obyek atau benda-benda berdiri. Muncul gejala yang
48
disebut “folding over”, yaitu cara menggambar obyek tegak lurus pada garis
dasar meskipun obyek akan nampak terbalik. Ciri lain pada periode ini adalah
gambar yang disebut X-ray, yaitu gambar yang berisi benda atau obyek lain
dalam suatu ruang yang sebenarnya tidak kelihatan sehingga menimbulkan
effek transparan. Anak mulai menyadari hubungan antara warna dengan objek.
4. Periode Awal Relaisme (Early Realism Stage)
Periode ini berlaku bagi anak berusia 9 sampai 12 tahun (kelas IV SD-VI SD).
Bentuk-bentuk gambar anak mulai mengarah ke bentuk realistis tetapi nampak
kaku dikarenakan perkembangan sosialnya yang meningkat. Anak lebih
memikirkan bentuk gambar yang dapat diterima oleh lingkungannya sehingga
spontanitas goresan mereka berkurang. Ekspresi gambar anak mulai mengarah
pada objek gambar dengan karakter lelaki atau wanita secara jelas..
Karakteristik warna mulai diperhatian, walaupun belum adanya penampilan
dalam hal perubahan efek warna dalam terang dan bayangan. Dalam gambar
adanya penemuan penggambaran bidang dasar sebagi tempat pijakan (ground)
benda dan obyek gambar. Adanya garis horizon, walaupun fungsinya belum
dimengerti, sehingga kesan perspektif akan kelihatan janggal. Terlihat adanya
menghias (mendekorasi) obyek gambar.
5. Periode Naturalistik Semu (Peseudo Naturalistic Stage)
Periode ini berlaku bagi anak berusia 12 sampai 14 tahun. Periode ini gambar
yang dibuat anak sesuai dengan obyek yang dilihatnya, sehingga timbul minat
terhadap naturalisme, terutama pada anak yang bertipe visual. Anak menjadi
kritis terhadap karyanya sendiri dan mulai memperhitungkan kualitas tiga
49
dimensi (perspektif). Mereka mampu menyerap apa yang mereka lihat, baik
secara langsung maupun tidak langsung, seperti dari buku-buku komik,
kalender, bahkan dari media visual lainnya (televisi, majalah, Koran dan lain-
lain). Masa ini orang tua sebaiknya mau mengambil langkah pertama, membuat
suatu perubahan dalam membebaskan kreatifitas anak. Membebaskan anak
menggambar sama dengan membebaskan anak dalam menuangkan imajinasi
dan mengungkapkan dirinya melalui gambar. Melalui menggambar anak tanpa
sadar dapat belajar memecahkan persoalan yang dihadapi. Dengan
menggambar anak dapat bermain dan berekspresi dengan sepuas-puasnya.
Tugas guru dan orang tua di masa ini sebaiknya tidak mengajarkan konsep
pendidikan seperti di masa lalu ketika anak dianggap lemah dan serba tidak
tau. tugas orang dewasa hanyalah mengembangkannya secara alami.
2.2.2 Kecerdasan
Menurut Sugihartono, dkk (2007 : 40) kemampuan sering diartikan secara
sederhana sebagai kecerdasan. Para peneliti tentang perbedaan individual dalam
belajar mengasumsikan bahwa kecerdasan adalah kemampuan dalam belajar.
Kemampuan/kecerdasan umum di definisikan sebagai prestasi koparatif individu
dalam berbagai tugas, termasuk memecahkan masalah dengan waktu yang terbatas.
Lebih lanjut dari itu kemampuan/kecerdasan juga meliputi kapasitas individu untuk
memahami tugas, dan untuk menemukan strategi pemecahan masalah yang cocok,
serta prestasi individu dalam sebagian tugas-tugas belajar.
50
Baru-baru ini saja para peneliti mulai benar-benar memahami bahwa kita
masing-masing adalah individu yang unik dengan kecenderungan bawaan dan cara
unik untuk memahami dan berinteraksi dengan dunia. Peneliti pendidikan yang
tertarik pada reformasi pendidikan telah berfokus pada pelajar atau siswa, menjadi
anak kecil di prasekolah atau orang dewasa yang bertekad memperoleh
keterampilan baru. Ini mengklarifikasi untuk memiliki fokus seperti itu dan,
memang, segala upaya reformasi pasti akan gagal kecuali mereka berkonsentrasi
pada sifat dan potensi masing-masing peserta didik. Multiple Intelligence telah
mengambil bagian dari fokus umum ini; untuk menumbuhkan berbagai kekuatan
intelektual pada siswa, V Amitha dan Vijayalaxmi (2017:325).
Gardner (2003 :33) memandang sebuah usaha besar manusia sebagai
kecerdasan majemuk (Multiple Intelegences atau MI). Seperti yang dicerminkan
dalam namanya, kami yakin bahwa kompetensi kognitif (belajar, memahami)
manusia lebih baik diuraikan dalam arti kumpulan kemampuan, bakat, atau
keterampilan mental, yang kita sebut “kecerdasan”. Semua individu normal
mempunyai masing-masing keterampilan ini sampai jumlah tertentu ; individual
berbeda dalam derajat keterampilan dan dalam sifat kombinasinya. Kami percaya
teori kecerdasan ini mungkin lebih manusiawi dan lebih dapat dipercaya ketimbang
pandangan alternative mengenai keerdasan dan bahwa teori ini lebih mencerminkan
secara memadai data mengenai tingkah laku “kecerdasan” manusia.
Gardner dalam Sugihartono, dkk (2007 : 59-60) mengemukakan delapan
macam kecerdasan jamak (multiple intelegences), yaitu : kecerdasan verbal-
51
linguistik, logis-matematik, berirama-musik ,visual-spasial, jasmaniah-kinestetik,
interpersonal, intrapersonal, dan naturalistic.
1. Kecerdasan linguistic verbal (sensitive terhadap kata-kata). Mnggunakan
aktivitas yang meliputi mendengarkan, berbicara, bersilat lidah, humor,
membaca keras maupun membaca dalam hati, dokumentasi, menulis kreatif,
mengeja, menulis puisi, jurnal.
2. Kecerdasan logika matematika (mampu memberikan penjelasan-penjelasan
dan mengenali pola atau cara yang digunakan ilmuwan). Menggunakan
aktivitas-aktivitas yang meliputi symbol atau formula abstrak, bagan, grafik,
urutan angka, menghitung, menguraikan kode-kode, dan memecahkan
masalah.
3. Kecerdasan musikal (sensitive terhadap titi nada, melodi, irama, dan nada
dalam suatu komposisi music/lagu). Menggunakan aktivitas-aktivitas yang
meliputi tape audio, resitalmusik, menyanyi, bersiul, bersenandung, suara-
suara lingkungan, vibrasi perkusi, pola irama, komposisi music, serta pola
nada.
4. Kecerdasan visual-spasial (memahami dunia dengan tepat dan mencoba untuk
mengubah aspek-aspek dunia seperti seorang pemahat atau pilot pesawat).
Menggunakan aktivitas-aktivitas seperti seni, gambar, patung, lukisan, peta
pikiran, pola/desain, skema warna, imajinasi aktif, tamsil.
5. Kecerdasan body-kinestetik (dapat menggunakan anggota tubuh dengan cakap
dan dapat menangani objek dengan tangkas, seperti seorang atlet atau penari).
Menggunakan aktivitas-aktivitas seperti bermain peran, bahasa tubuh, drama,
52
berpura-pura, menangkap bola, permainan olah raga, latihan fisik, gerak tubuh,
dan menari. Orang dengan tipe ini memilih belajar dengan melakukan dan
sering bergerak, mengetuk, atau melenkah ketika belajar.
6. Kecerdasan interpersonal (memahami orang dengan hubungan seperti penjual
atau guru). Menggunakan aktivitas-aktivitas seperti proyek kelompok,
merasakan kebutuhan orang lain, menerima atau memberikan umpan balik,
serta keterampilan-keterampilan bekerjasama.
7. Kecerdasan intrapersonal (memiliki akses terhadap kehidupan emosional
seeorang sebagai cara untuk memehami diri sendiri dan orang lain dengan
pandangan-pandangan yang akurat terhadap diri mereka sendiri).
Menggunakan aktivitas yang meliputi pemrosesan emosi, refleksi diri, strstegi
berpikir, keterampilan konsentrasi, praktek pemusatan, teknik-teknik meta
kognitif.
8. Kecerdasan naturalis (berhubungan dengan seluk beluk alam, seperti Charles
Darwin, Meriwether Lewis, dan Clark Flame). Menggunakan Aktivitas-
aktivitas seperti keluar dari kelas, berhubungan dengan dunia alam, dan
mengamati kehidupan hutan.
Amstrong (2014:14) menyatakan kecerdasan spasial adalah
untukmemahami dunia visual secara akurat, untuk melakukan transformasi dan
modifikasi terhadap persepsi awal seseorang, dan dapat menciptakan kembali aspek
pengalaman visual seseorang (bahkan tanpa adanya stimulus fisik yang relevan).
Contohnya mencakup arsitek, pembuat peta, surveyor, penemu, dan seniman grafis.
53
Kemampuan navigasi mengelilingi pulau tanpa instrument merupakan
sebuah kecerdasan visual-spasial. Orang dengan kecerdasan visual-spasial hanya
melihat posisi bintang, ketika dilihat diberbagai pulau, pola cuaca, dan warna air
sebagai petunjuk navigasi. Dalam perjalanan navigasi sesungguhnya navigator
harus membayangkan dalam hati pulau rujukan saat dia melewatinya di bawah
bintang tertentu dan dari situ dia menghitung jumlah segmen yang sudah
diselesaikan, proporsi perjalanan yang masih harus dilalui, dan koreksi apa pun
yang diperlukan, Gardner(2003 : 42).
Sholeh,dkk (2016 : 27) anak yang cerdas dalam visual-spasial (1) memiliki
kepekaan terhadap warna, garis-garis, bentuk-bentuk, ruang, dan bangunan ;
memiliki kemampuan membayangkan sesuatu, melahirkan ide secara visual dan
spasial (2) memiliki kemampuan mengenali identitas objek tersebut ada dari sudut
pandang yang berbeda (3) mampu memikirkan jarak dan ukuran keberadaan dirinya
dengan sebuah objek.
Yaumi dan Ibrahim (2013 : 84) menyatakan bahwa kecerdasan visual-
spasial biasanya dikaji secara bersama-sama dalam hubungannya dengan
pandangan, meskipun penentuan kemampuan spasial dan ketajaman visual sangat
berbeda-beda. Misalnya, orang buta masih dapat mengidentifikasi bentuk,
meskipun ketidakmampuan untuk melihat. Walaupun terdapat hubungan antara
kecerdasan visual dan spasial, tetapi masing-masing komponen tersebut berbeda
dari setiap kecerdasan seseorang.
Adapun karakteristik kecerdasan visual Spasial dapat dijabarkan sebagai
berikut.
54
1. Selalu menggambarkan ide-ide menarik
2. Senang mengatur dan menata ruang
3. Senang menciptakan seni dengan menggunakan media yang bermacam-macam
4. Menggunakan grapic organizer sangat membantu dalam belajar dan
mengingat sesuatu
5. Merasa puas ketika mampu memperlihatkan kemampuan seni
6. Senang menggunakan spreadsheet ketika membuat grafik, diagram, dan table
7. Menyukai teka-teki tiga dimensi
8. Music video memberikan motivasi dan inspirasi dalam belajar dan bekerja
9. Dapat mengingat kembali berbagai peristiwa melalui gambar-gambar
10. Sangat mahir membaca peta dan denah
Menurut Permana (2015:113) Salah satu aspek dalam kecerdasan yang
harus dikembangkan oleh anak usia dini adalah warna. Mereka harus
mengenal berbagai jenis warna yang ada. Hal ini harus dilatih untuk
mempersiapkan anak usia dini masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya. Selain
itu, pen genalan warna untuk anak usia dini juga dapat mendeteksi dan
mengidentifikasi buta warna pada anak. Hal ini sangatlah penting untuk
kelanjutan kehidupan anak dan pendidikan yang akan orang tua berikan kepada
anak.
2.2.3 Anak Gifted dan Kecenderungan Perilakunya
Menurut Van Tiel & Widyorini ( 2014 : 2) kata “cerdas istimewa “ baru kita kenal
di tahun-tahun terakhir. Cerdas istimewa adalah kata yang digunakan bagi
55
seseorang yang mempunyai kecerdasan luar biasa. Maksudnya, kecerdasannya
berada diatas rata-rata. Dalam bahasa inggris cerdas istimewa menggunakan istilah
gifted sebagai istilah yang lebih menyeluruh berhubungan dengan bahasan lain
yaitu anak berbakat.
Rezzuli dalam Sugihartono dkk, (2007 :41) mengatakan bahwa, giftedness
(kecerdasan istimewa) terdiri dari tiga dimensi yang saling berkaitan, yaitu
kecerdasan kognitif diatas rata-rata, kreativitas, komitmen pada tugas.
Jadi, untuk disebut gifted, seseorang harus memenuhi ketiga ketentuan
tersebut, yaitu kecerdasan kognitif di atas rata-rata (ditandai dengan IQ>130 bila
diukur dengan alat tes yang dikembangkan oleh wechler, atau >140 bila diukur
dengan menggunakan alat tes yang dikembangkan oleh stanford-binet), memiliki
kreativitsa yang tinggi, serta berkomitmen pada tugas. Kuswanti dkk (2015 : 4).
Menurut Van tiel & Widyorini (2014 : 76) kita perlu mengenali anak-anak
cerdas istimewa bukan hanya dari pengukuran intelegensi melalui IQ-nya saja,
bukan dariprestasinya saja, namun dapat dengan memahami gaya belajarnya
(cognitive style), perilaku dan kepribadiannya.
Menurut Sugiharto dkk dalam buku psikologi pendidikan (2007 :44), anak-
anak gifted perlu mendapatkan perhatian. Pendidikan yang direncanakan harus
sesuai dengan kebutuhan mereka. Yaitu memusatkan pada kekuatan, minat, dan
kapasitas intelektual mereka yang superior. Bagi mereka yang mengalami kesulitan
belajar perlu untuk menggunakan strategi – strategi kompensasi. Strategi ini dapat
meliputi teknologi dan komunikasi yang bervareasi. Siswa yang kesulitan dalam
ingatan jangka pendek dapat menggunakan strategi belajar untuk mengingat.
56
Beberapa jenis pengayaan dapat dirancang untuk mengembangkan kekuatan dan
minat serta untuk memberikan tantangan bagi siswa. Selain itu juga dibutuhkan
program-program yang dapat menjaga jangan sampai kekurangan mereka
menghambat pengembangan dan ekspresi bakat mereka. Ishartiwi (2009 :1)
menjelaskan pengembangan potensi peserta didik melalui pendidikan secara
optimal merupakan langkah nyata layanan pendidikan yang mengedepankan
perbedaan individual. Salah satu bentuknya berupa layanan khususbagi siswa
cerdas istimewa/berbakat istimewa (gifted).
Van Tiel (2011 : 244) menyatakan pola perkambangan seorang anak gifted
bisa kitapahami melalui penampilannya oleh berbagai ahli psikologi perkambangan
dan psikiater yang mempelajari perkembangan anak gifted. Pola Perkembangan itu
adalah sebagai berikut :
1. Perkembangan memiliki skala yang besar (dabrowski’s theory)
Perkembangan dengan skala besar ini dikemukakan oleh seorang psikiater
Polandia terkenal bernama Kazimierz Dabrowski yaitu The Theory of
Positive Disintegration tahun 1960. Dalam teorinya itu dabrowski
menjelaskan tentang perkembangan yang overexcitibility berbagai aspek
tumbuh kembang individu gifted, yangmeliputi aspek : psikomotor, sensual,
intelektual, imajinasi, dan emosi (Van Tiel, 2011 : 245).
a. Psikomotor
Anak gifted umumnya mempunyai perkembangan psikomotor yang
besar. Selalu banyak bergerak dan banyak energy, cepat dan banyak
bicara, serta membutuhkan jam tidur yang lebih sedikit daripada
57
anak normal. Perkembangan psikomotor yang besar diikuti dengan
perkembangan rasa ingin tahu yang juga besar menyebabkan anak-
anak ini sangat tinggi aktivitasnya.
b. Sensual
Overexcibilities sensual ini sering ditandai dengan “cut the label out
of shirt”(menghendaki agarlabel baju digunting dan dibuang),
menyukai hal-hal yang sensoris seperti misalnya tekstur, bau-bauan,
dan rasa; tetapi juga bereaksi sangat kuat terhadap input yangnegatif
(bau tidak enak, suara gaduh, dsb). Ia sensitive terhadap cahaya dan
suarayang keras. Tetapi, ia juga mempunyai kesadaran yang kuat
terhadap estetika, kecantikan, keindahan, atau
menangismendengarkan lagu sendu. Perkembangan sensifitas yang
berlebihan ini akan mengenai berbagai indra, yaitu pengecapan,
pengelihatan, pendenganra, penciuman, dan perabaan sehingga pada
masa perkembangan inderanya akan menyulitkan guru maupun
orang tuanya.
c. Imajinasi
Perkembangan imajinasi yang besar ditandai dengan kemampuan
berpuisi yang dalam dengan bahasa yang indah, selalu memimpikan
sesuatu, kuat dalam berfikir visual, dan banyak menggunakan
bahasa yangbermetafora. Suka melamun, sangat ingat akan mimpi-
mimpinya saat malam hari dan bereaksi sangat kuat terhadap mipi-
mimpinya itu, serta sangat menyukai cerita-cerita dongeng.
58
d. Intelektual
Perkembangan intelektual yang besar sering digunakan untuk
keperluan pendefinisian giftedness, anak dengan perkembanga
“logical imperative”, yaitu anak yang suka dengan latihan otak dan
puzzle, menyukai untuk mengikuti penjelasan yang kompleks serta
menyukai berbagai penjelaan.Kemampuan membaca dan
berhitungnya dikuasai sebelum anak-anak lain bisa melakukannya.
Perkembangan dimensinya sudah lengkap sebelum anak-anak llain
mampu mempelajari ruang, namun anak-anak ini sudah mengalami
lompatan perkembangan. Perkembangan ini ditandai dengan
lompatan pada perkembangan kemampuan menggambar pada
bentuk tiga dimensi.
e. Emosional
Anak gifted, selain ia mempunyai perkembangan emosi dengan
intensitas yang kuat, ia juga mempunyai perkembangan emosi
dengan range yang luas, dalam, sangat empeti dan mudahmerasa
iba. Anak-anak ini menjdi anak-anak yang sangat sensitive.
2. Mempunyai Lompatan Perkembangan
Anak gifted dengan kecerdasan yang di atas rata-rata dimungkinkan mengalami
lompatak kecerdasan dari satu fase ke fase yang lain. lompatan perkembangan
anak gifted ini agaknya memeng tidak dapat dikatakan sebagai perpindahan
perkembangan yang mulus dari satu fae ke fae yang lain. ia benar-benar
59
mengalami lompatan, yang terkadang ada satu fase yang dilewatinya sangat
cepat. Sebagai contoh dalam menggambar. Apabila seorang anak normal
menggambar dimulai usia empat tahun, secara bertahap mencapai
perkembangan yang lengkap berupa kemampuan tiga dimensi sampai usianya
yang keenam. Anak gifted tidak melalui perkembangan itu. Ia lompat langsung
pada perkembangan tiga dimensi. Ia dapat langsung menggambar apa yang
dilihatnya secara tiga dimensional (Van tiel, 2011 :254-256).
2.2.4 Pembelajaran Seni Rupa
Menurut Soehardjo (2012 : 3) istilah pendidikan seni itu diadopsi dari istilah asing
art education yang berasal dari Amerika. Dengan makna tertentu, bukan upaya
untuk mengantarkan peserta didik yang terkait dengan kompetensi kesenimanwan,
tetapi dengan kompetensi individu. Yang pertama merupakan pemahaman umum
yang lazim dijumpai di masyarakat, sedangkan konsep yang kedua merupakan
pemahaman baru yang tidak lazim dikenali masyarakat. Setidaknya merupakan
pemahaman elit, karena sebelum kedatangan art education, konsep itu sudah
menjadi bagian dari pendidikan taman siswa.
Menurut Achdiyat (2017 : 235) Pendidikan yang baik akan menciptakan
sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi, cakap, dan terampil.
Di Indonesia pendidikan merupakan kegiatan utama yang dilakukan untuk
menciptakan generasi masa depan yang unggul dan bermutu. Hal tersebut sejalan
dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum pada Pasal 3, UU
No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional:
60
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
danmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Peraturan pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan
bahwa kompetensi adalah seperangkat sikap, pengetahuan,dan keterampilan yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh peserta didik setelah mempelajari suatu
muatan pembelajaran, menamatkan suatu program, atau menyelesaikan satuan
pendidikan tertentu, Machali (2014 : 37). Pendidikan seni atau pendidikan kesenian
dalam konteks pembangunan budaya Indonesia, sebenarnya sangat relevan untuk
diketengahkan. Karena, berangkat pada pandangan kesejarahan, kesenian Indonesia
diakuai sebagai local genious. Oleh karenanya, pendidikan kesenian senantiasa
dikaitkan dengan sejarah, Pamadi (2012 : 8).
Triyanto (2017 :79) menyatakan pendidikan seni dapat dimaknai sebagai
suatu proses untuk membudayakan manusia menuju kedewasaanya agar dapat
hidup mandiri dan berkontribusi dalam membangun kehidupan masyarakat secara
bertanggung jawab. Sebagai proses budaya, pendidikan memiliki misi, sekurang-
kurangnya dua sisi, yaitu menjaga kelestarisn kebudayan di satu sisi, dan di sisi
yang lain, pada saat yang sama memiliki mengembangkan kebudayaan sesuai
dengan dinamika perkembangan zamn.
61
Rohidi (2016 : 146) menyatakan Pendidikan seni adalah pendidikan yang
menggunakan seni sebagai media dan metodenya (Art Education and Art-in-
education), baik dalam bentuk formal, informal maupun non formal, dan
berlangsung di berbagai tempat (sekolah, keluwarga, dan masyarakat). Perlu
ditegaskan bahwa kebudayaan dan kesenian sesungguhnya merupakan komponen
asasi dari suatu pendidikan untuk mengembangkan individu secara utuh dan
menyeluruh. Pendidikan seni memiliki posisi yang setrategis karena memberikan
pengalaman serta tumbuhnya apresiasi dan pengetahuan tentang seni yang
memungkinkan berkembangnya suatu cara pandang yang unik tentang sesuatu
dalam konteks yang luas; cara pandang yang tidak dapat ditempuh dengan cara-cara
dalam pendidikan lainya, yaitu kebenaran imaginasi, emosi, spiritual, dan instingtif
dari kebutuhan manusia yang mendasar.
Menurut Triyanto (2017 : 86-95) pendidikan seni sebagai instrument
(pranata) pendidikan harus menghadirkan perilaku ekspresif artistic dan estetik
dalam bentuk aktivitas kreatif dan apresiatif dengan segala perwujudannya.
Terdapat dua pendekatan dalam pendidikan seni yaitu pendidikan melalui seni
(education through art) dan pendidikan didalam seni (educatioan in art). Pertama,
pendidikan di sekolah umum dimaknai sebagai education through art (pendidikan
melelui seni) mengandung arti bahwa seni diajadikan sebagai media untuk
mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya bukan kepentingan seni
itu sendiri. Artinya pendidikan seni merupakan bagian dari pendidikan yang melelui
berbagai proses pengajaran dan pembelajarannya diharapkan memacu peserta didik
kearah kedewasaan sebagai manusia. Dengan pendidikan seni juga diharapkan
62
tercapai martabat yang utuh dan luhur, yaitu dengan cara memberi perlakuan yang
merangsang potensi kreatif dan kepekaan estetik peserta didik agar tercipta
keseimbangan kehidupan. Kegiatan pendidikan melalui seni merupakan penciptaan
system lingkungan yang diorganisasi oleh guru dalam upaya membantu
perkembangan emosional anak agar mereka dapat mengekspresiakan pengalaman
sehingga mendorong munculnya perilaku (ekspresi-artistik) dan perilaku apresiatif
(ekspresif estetik) secara utuh dan bertanggung jawab. Pendidikan seni bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan personal, memelihara kesadaran social, dan
menyalurkan warisan budaya. Dalam pernyatan ini tersirat seni sebagai pendidikan
harus menjadi sarana pengajaran serta pembelajaran yang dapat memupuk,
menimba, dan mengembangkan secara menyeluruh potensi manusia sebagai
mahluk individu sehingga dapat mengembangkan kemampuan pikir maupun rasa
secara harmonis. Tujuan pendidikan seni disisni lebih menekankan pada proses
daripada hasil. Sasaran belajar pendidikan seni disekolah umum tidak untuk
menjadikan anak didik pandan sebagai perupa, pemusik, penari atau peteater,
melainkan sebagai penciptaan wahana bagi terjadinya situasi yang memunculkan
pengalaman sensasi untuk berimajinasi dan berekspresi berupa kegiatan berkreasi
dan berapresiasi. Kedua, pendidikan seni di sekolah kusus(kejuruan atau vokasi)
dimaknai sebagai pembentuk penyelenggaraan pendidikan dalam seni, makna ini
mengandung maksud pendidikan seni pelaksanannya dengan praktik melalui proses
kegiatan kreatif dan apresiatif, namun orientasi tujuannya berbeda dengan
pendidikan seni di sekolah umum, yaitu memberi pengajaran serta pembelajaran
sebagai bekal keterampilan dalam menciptakan karya seni.
63
Robert Orstein dalam Baharuddin (2016 :182-183),menjelaskan bahawa ada
lima system pembelajaran primer, yaitu emosional, social, kognitif, fisik, dan
reflektif. Jika guru memahami bagaimana system primer itu berfungsi, mereka akan
mengajar dengan lebih efektif dan merasakan kegembiraan lebih besar dalam
mengajar. Menurut Raihana dan Wulandari (2016:69) variabel yang dapat
dikaitkan dengan perkembangan moral anak pra sekolah adalah: peran guru,
sekolah (kebijakan, kurikulum, metode pembelajaran anak), pengaruh teman
sebaya, interaksi sosial anak, dan variabel lainnya.
Menurut Tafsir (2015 : 51) ada tiga factor yang mempengaruhi belejar,
yaitu sebagai berikut. (1)factor individual adalah factor internal siswa, seperti
kondisi jasmani dan rohani, (2)factor social adalah factor eksternal siswa, seperti
kondisi lingkungan, (3)factor structural adalah pendekatan belajar meliputi strategi
dan metode yang digunakan siswa dan pengajar dalam melakukan kegiatan
pembelajaran.
Ketiga factor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
Pendidikan sebagai sebuah system terdiri atas berbagai komponen atau factor
pendidikan. Muhadjir mengajukan tiga hal untuk menyistemkan sebuah pendidikan
sebagai berikut. (1)bertolak dari lima unsur dasar pendidikan, meliputi yang
memberi, yang menerima, tujuan baik, cara atau jalan yang baik, dan konteks
positif. (2)bertolak dari empat komponen pokok pendidikan, yaitu kurikulum,
subjek didik, personifikasi pendidik, dan konteks belajar mengajar. (3)bertolak dari
tiga fungsi pendidikan, yaitu pendidikan kreativitas, pendidikan moralitas, dan
pendidikan produktivitas.
64
Dalam Sugiharto, dkk (2007 :80-84) pemebelajaran menurut Sudjana
merupakan setiap upaya yang dilakuakan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat
menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Gulo mendefinisikan
pembelajran sebagai usaha untuk menciptakan system lingkungan yang
mengoptimalkan kegiatan belajar. Nasution mendefinisikan pembelajran sebagai
suatu aktiviatas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan
dalam hal ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juag meliputi guru, alat peraga,
perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar
siswa. Diyanti, dkk (2014 : 67) menyatakan konsep sekolah ramah anak adalah
sebuah konsep terutama elemen fisik yang memperhatikan karakteristik dan
kebutuhan mendasar anak. kriteria konsep sekolah ramah anak didapat dari
komparasi teori adalah keamanan, kenyamanan, dan stimulasi.
Menurut Pamadi (2012 : 195) dalam pendidikan seni, sasaran pembelajaran
seni adalah memahami estetika (verstehen) dan mengungkapkan kembali estetika
dalam bentuk karya seni. Memahami merupakan peristiwa memasukkan estetika
melalui penginderaan rasa dan pikir untuk mengobjektivikasi. Sedangkan,
menjelaskan adalah peristiwa menuangkan gagasan tentang estetika. Didalam hal
ini peserta didik belajar seni dengan membuat pertanyaan sendiri tentang :
mengapa, bagaimana, seperti apa prinsip senitersebut. Proses belajar seni adalah
menjawab pertanyaan epistemology dan ontology tentang keberadaan estetika
dalam objek. Jadi karya seni merupakan jawaban atas pertanyaan yang dibuat oleh
peserta didik sendiri.
65
Menurut Sugiharto, dkk (2007 :80-84) pembelajaran merupakan upaya yang
dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan,
mengorganisasi, dan menciptakan system lingkungan dengan berbagai metode
sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta
dengan hasil optimal. Pendidik (guru) dalam pembelajaran dapat menggunakan
berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan konteks pembelajaran,
diantaranya sebagai berikut.
1. Metode ceramah
Metode ceramah merupakan metode penyampaian materi dari guru kepada
siswa dengan cara guru menyampaikan materi melalui bahasa lisan baik verbal
maupu non verbal. Metode ceramah murni cenderung pada bentuk komunikasi satu
arah. Dalam hal ini kedudukan siswa adalah sebagai penerima materi pelajaran dan
guru sebagai sumber belajar. Metode ini banyak menuntut keaktifan guru. Guru
dituntut menyampaikan materi dengan kalimat yang mudah dipahami anak didik.
Keberhasilan metode ceramah ini tidak semata-mata karena kehebatan guru dalam
bermain kata-kata atau kalimat, tetapi didukung oleh alat-alat pembantu lain seperti
gambar-gambar, potret, benda, barang tiruan, film, peta, dan sebagainya.
2. Metode latihan
Metode latihan merupakan metode penyampaian materi melalui upaya
penenaman terhadap kebiasaan-kebiasaan tertentu. Melalui penenaman terhadap
kebiasaan-kebiasaan tertentu ini diharapkan siswa dapat menyerap materi secara
lebih optimal.
66
3. Metode karyawisata
Metode karyawisata nerupakan metode penyampaian materi dengan cara
membawa langsung anak didik langsung ke objek diluar kelas atau dilingkungan
kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati atau mengelami langsung. Metode ini
menjadikan bahan yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dari
kebutuhan yang ada di masyarakat.
4. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran dengan cara
memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkaitan dengan
bahan pelajaran. Metode ini menghendaki guru lebih aktif daripada anak didik.
Dapat dilakukan dalam bentuk guru memperlihatkan suatu preoses dan kerja suatu
benda atau siswa melakukan demonstrasi baik secara individual atau kelompok
dengan bimbingan guru. Metode ini dapat membantu siswa memehami dengan jelas
jalannya suatu proses atau kerja suatu benda melalui pengamatan dan contoh
konkrit.
5. Metode eksperimen
Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran dalam bentuk
pemberian kesempatak kepada siswa untuk melakukan seuatu proses atau
percobaan. Dengan metode ini siswa diharapkan dapat sepenuhnya terlibat dalam
perencanaan eksperimen, pengumpulan fakta, pengendalian variable, dan upaya
dalam menghadapi masalah secara nyata.
Guru dalam pembelajaran memiliki peran yang sangat penting dan
kompleks. Guru tidak sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepeda anak
67
didiknya, akan tetapi guru juga dituntut memainkan berbagai peran yang bertujuan
untuk mengembangkan potensi anak didiknya sevara optimal. Adapun peran guru
dalam pembelajaran menurut Djamarah dalam Sugiharto, dkk (2007:85-87) yaitu
guru sebagai korektor, inspiratory, informatory, organisator, motivator, inisiator,
fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervesiaor,
hingga evaluator. Peran guru ini juga menyesuaikan pada konteks pmbelajaran
dengan metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan.
Dalam pendidikan terdapat satu proses untuk mengukur kemampuan siswa
setelah dilakukan proses pembelajaran, yaitu yang disebut dengan penilaian.
Menurut Khalifah dan Qusthub (2009 :129-141) penilaian/evaluasi adalah sebuah
proses metodologi yang tersusun rapi untuk mengumpulkan beberapa keterangan
dan menafsirkan bukti-bukti guna melahirkan suatu keputusan yang berhubungan
denhan para murid atau program pendidikan. Hal itu juga akan membantu dalam
menunjukan kinerja pengajaran dan pengambilan beberapa langkah yang sesuai
untuk proses pendidikan selanjutnya.
Sugihartono, dkk (2007 : 143-144) menyatakan banyak para ahli
mengemukakan fungsi evaluasi hasil belajar menurut klaifikasinya. Menurut
Suryabrata fungsi evaluasi hasil belajar dibedakan menjadi tiga yaitu fungsi
psikologis, fungsi didaktis dan fungsi administrative. Sedandkan menurut wuradji
fungsi evaluasi hasil belajar dibedakan untuk kepentingan murid, kepentingan
pendidik, dan kepentingan lembaga pendidikan. Lain halnya menurut thorndike dan
hagen, tujuan dan kegunaan evaluasi hasil belajar diarahkan untuk mengambil
keputusan yang menyangkut : pengajaran, hasil belajar, diagnosis, dan perbaikan,
68
penempatan, seleksi, bimbingan dan konseling, kurikulum, dan penilaian
kelembangaan.
Banyak objek evaluasi dalam pendididkan itu sifatnya abstrak, misalnya
kemampuan, sikap, minat, dan sebagainya. Karena itu penilaian pendidikan bersifat
tak langsung, kuantitatif, relative, dan menggunakan unit-unit yang tetap. Penilaian
pendidikan akan mencapai sasaranya bila dalam mengevaluasi memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Evaluasi harus kontinyu, artinya evaluasi harus dilaksanakan secara terus
menerus pada masa tertentu. Sesuai dengan tujuannya ada dua macam evaluasi
yaitu evaluasi fonnatif dan evaluasi surnatif.
2. Evaluasi harus komprehensif, artinya mampu memahami keseluruhan aspok
pola tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan.
3. Evaluasi harus dilaksanakan secara objektif, artinya dalam menilai harus sesuai
dengan kenyataanya, atau hanya ada satu intepretasi.
4. Dalam mengadakan evalusai harus menggunakan alat yang baik, artinya alat
tersebut harus memenuhi persyaratan validitas, reliabilitas dan daya pembeda.
Alat evaluasi disebut juga alat pengukur. Untuk dapat mengukur dengan tepat harus
menggunakan alat pengukur yang baik dalam arti memenuhi persyaratan. Alat
pengukur hasil belajar pada garis besarnya dibedakan menjadi dua yaitu alat
pengukur berupa tes dan non tes.Berdasarkan konsep-konsep sebagaimana yang
dikemukakan di atas, dibawah ini dapat digambarkan kerangka konseptual
penelitian sebagai berikut.
69
Kerangka Teoretis diatas secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pola kehidupan sosial budaya masyarakat atau kebudayaan dalam konteks ini hadir
sebagai pendidikan yang dipengaruhi oleh kebutuhan berkesenian manusia dan
lingkungan. Tidak jarang langakah manusia dalam memenuhi kebutuhan
berkesenian mereka menggunakan fungsi lingkungan yang memunculkan wujud
ikatan sosial yang unik seperti terciptanya sebuah komunitas berdasarkan kesamaan
yang terdapat pada diri mereka. Komunitas PSGGC di Yogyakarta merupakan
sebuah komunitas yang terbentuk berdasarkan kesamaan anggotanya yang memilki
anak dengan kecerdasan istimewa atau anak gifted. Anak gifted komunitas PSGGC
Bentuk Visual
Gambar Anak
Gambar Anak
Kecenerungan
Eksperesi gambar
anak
Proses
Pembelajaran
Seni Rupa
Struktur Visual
Gambar Anak
Kebutuhan
Berkesenian
Lingkungan
Anak Gifted
Komunitas
PSGGC
Pendidikan dalam Perspektif
Kebudayaan
70
sama dengan anak normal pada umumnya yang menyukai kegiatan menggambar
terlebih mereka yang memilki gaya berfikir visual spasial learner (VSL), sehingga
beberapa diantara mereka memiliki karya gambar. Karya gambar anak gifted
memuat informasi berkaitan dengan ekspresi gamabar anak sebagai bentuk
kecerdasan visual anak yang dapat dilihat melalui bentuk visual dan struktur visual
ekapresi gambar anak, kecenderungan kecerdasan ekspresi gambar anak serta pada
sistem pembelajaran seni rupa pada komunitas PSGGC di Yogyakarta.
623
BAB 8
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
wujud karya gambar anak gifted komunitas PSGGC di Yogyakarta adalah sebagai
berikut. Pertama, Anak-anak gifted komunitas PSGGC di Yogyakarta memiliki
karya gambar berbentuk skets hitam putih, skets berwarna, dan gambar berwarna
yang digambar menggunakan berbagai macam alat gambar. Gambar anak-anak
gifted komunitas PSGGC di Yogyakarta memiliki tema gambar yang bervareasi
mulai dari tokoh kartun, robot, kendaraan besar, serta konsep abstrak hasil dari
pemikiran anak. Karya gambar anak-anak gifted komunita PSGGC di Yogyakarta
menunjukan berbagai unsur-unsur visual dan prinsip-prinsip visual gambar yang
dikomposisikan dengan sangat baik dalam sebuah karya gambar. Anak-anak gifted
komunitas PSGGC di Yogyakarta mampu menggunakan unsur-unsur visual sesuai
dengan sifat dan karakteristik unsur sehingga dalam suatu karya gambar dapat
dimunculkan kesan atau nuansa yang sesuai.
Kedua, Gambar anak-anak gifted komunitas PSGGC adalah sebuah
representasi diri anak yang dipengaruhi kecerdasan dan lingkungan sekitar anak.
Komunitas PSGGC memiliki kecenderungan kecerdasan yang nampak pada karya
gambar yang mereka buat berupa kepekaan terhadap unsur-unsur visual karya
gambar, mampu mengenali identitas objek dengan baik, dan mampu mengukur
jarak serta ukuran. Anak-anak gifted komunitas PSGGC mampu mengenali objek
dengan sangat baik yang nempak pada cara menggambar objek dengan posisi
624
tertentu, membedakan bagian-bagian objek, dan mengenali sifat karakter objek
yang digambar. Kemampuan mengukur jarak dan ukuran anak-anak gifted
komunitas PSGGC di Yogyakarta terlihat dari cara anak menggambarkan objek
yang sudah mempertimbangkan ukuran bidang gambar dengan objek gambar,
pertimbangan proporsi bagian-bagian objek gambar, dan cara penggunaan unsur-
unsur visual seperti garis, raut dan warna untuk menciptakan gambar memiliki
kesan 3 dimensi.
Ketiga, proses pembelajaran pada komunitas PSGGC di Yogyakarta guna
mendukung dan memfadilitasi anak-anak gifted di Yogyakarta sadalh sebagai
berikut. Pembelajaran pada komunitas PSGGC di Yogyakarta diselenggarakan oleh
para pengurus komunitas yang tidak lain adalah para orang tua anak-anak gfted.
Pengajar anak-anak gifted komunitas PSGGC bisa dilakukan oleh para pengurus
komunitas, mendatangkan nara sumber, atau partisipan yang sukarela berbagi
materi dengan anggota komunitas PSGGC. Tempet pembelajaran bisa berada
dimana saja baik dirumah salah satu anggota atau tempat umum seperti café dan
restaurant. Materi yang disampaikan tidak dibatasi menyesuaikan dengan
kebutuhan dan minat anak.
8.2 Implikasi
Pembahasan mengenai kajian bentuk ekspresi anak gifted sebagai kecenderungan
kecerdasan visual dan proses pembelajaran pada komunitas PSGGC di Yogyakarta
tentunya memberikan kontribusi bagi komunitas PSGGC sebagai sebuah referensi
mengenai kecerdasan visual yamg dimiliki anak sehingga orang tua dapat
625
menentukan metode dan pola pengasuhan yang tepat untuk pembelajaran anak
mereka. Anggota komuniatas PSGGC pun mendapatkan tambahan pegertahuan
megenai kecerdasan visual yang dimiliki anak gifted melalui gambar yang mereka
buat. Bagi lembaga pendidikan mendapatkan tambahan informasi mengenai
keberadaan anak gifted dan bentuk ekspresi kecerdasan yang dimiliki sehingga
dapat menentukan metode pembelajaran disekolah khususnya dalam pembelajaran
pendidikan seni.
8.3 Saran
Belum banyak orang mengerti mengenai anak gifted dan banyak orang berfikir
mereka adalah anak yang akan mampu mengatasi masalahnya sendiri. Kenyataan
yang berbeda dilihat peneliti saat terjun langsung kelapangan dalam proses mencari
data penelitian ini. Anak-anak gifted kenyataanya mengalami berbagai maslah yang
sangat komplek mulai dari hambatan komunikasi, sosialisasi, serta persoalan
akademik. Berangkat dari keprihatinan yang dilihat peneliti di lapangan maka perlu
kirannya adaa kerjasama dari banyak pihak baik dari pemerintah, peneliti,
pemerhati, psikolog, orang tua dan pihk-pihak lain yang dapat membantu anak-anak
gifted untuk dapat mencapai potensi keberbakatan mereka secara optimal.
8.4 Saran Untuk Orang Tua dan Guru
Orang tua dan guru memiliki peran penting dalam pendidikan anak yang
akan menentukan tumbuh kembang anak. Pendidikan dan perlakuan yang tepat
terhadap anak akan membantu anak menuju pada kemampuan yang optimal yang
626
ia miliki sehingga anak dapat menentukan arah dan tujuan yang ingin dia capai
untuk nantinya menghadapi tantangan dalam kehidupan.
8.5 Saran untuk Pemerintah
Anak-anak gifted merupakan aset berharga bagi suatu bangsa dengan
anugerah kecerdasan dan kreativitas yang mereka miliki. Potensi yang dimiliki
anak-anak gifted sangat sayang untuk dilewatkan maka dari itu diharapkan adanya
perhatian khusus bagi anak-anak gifted dari pemerintah agar mereka dapat
mencapai potensi yang optimal. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti dengan dinas terkait di Negara kita belum ada instansi pemerintah yang
mewadahi anak-anak gifted secara spesifik dengan berbagai masalah yang mereka
hadapi.
8.6 Saran untuk Peneliti lain
Dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, kepada peneliti lain
diharapkan untuk mengadakan penelitian sejenis lebih lanjut dengan mengambil
sudut kajian yang berbeda.keberadaan zaman yang selalu berkembang akan
menimbulkan berbagai aspek permasalahan terkait ekspresi kecerdasan visual
anak-anak gifted. Pengkajian lebih spesifik tentu akan menghasilkan penelitian
yang lebih tajam dan akurat.
627
627
DAFTAR PUSTAKA
Achdiyat, Maman dan Rido Utomo. 2017.’’Kecerdasan Visual Spasial, Kemampuan
Numerik, dan Prestasi Belajar Matematika.’’ Jurnal Formatif. 7(3):234-245.
Aisyah, Siti. 2014.’’ Karya Visual Anak Usia Dini Developing Art in Early
Childhood.’’ Jurnal Pendidikan. Volume 15, Nomor 2.
Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ariyanti, Tatik. 2016. ‘’Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini bagi Tumbuh
Kembang Anak.’’ Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar. Volume 8, No. 1,
hal:50-58.
Armstrong, T. 2014. Kecerdasan Jamak Dalam Membaca dan Menulis, Jakarta: PT
Indeks.
Awwad, Muhammad. 2015. ‘’Urgensi Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus.’’ Al-Tazkiah. Volume 7, No. 1.
Baharuddin, 2016. Pendidikan & Psikologi Perkembangan. Jogjakarta : AR-RUZZ
Media
Barton, Georgina. 2015. ‘’Art-based Educational Research in the Early Years.
International Research in Early Childhood Education.’’ Vol. 6, No.1, page 62.
Chauchan, Bijender Singh. 2015. ‘’Creativity in Visual Art’’. Inernational Journal of
Research-Granthaalayah. Vol.3(Iss.1).
Davido, R. 2012. Mengenal Anak melalui Gambar, Jakarta: Salemba Humanika.
Dewi, Rikha Surtika dan Mery Trisnawati. 2017.’’ Identifikasi Anak
Underachievement.’’ Jurnal Pendidikan: Early Childhood. Vol. 1, No. 2.
Diana, R. Rachmy. 2006. ‘’Setiap Anak Cerdas! Setiap Anak Kreatif! Menghidupkan
Keberbakatan dan Kreativitas Anak.’’ Jurnal Psikologi.Vol. 3, No. 2.
Diyanti, Ayu Oktia, dkk. 2014. ‘’Lingkungan Ramah Anak pada Sekolah Taman
Kanak-Kanak.’’ Jurnal Ruas. Volume 12, No. 2.
628
Drake, Jennifer. E. 2012.’’ Children Gifted in Drawing: The Incidence of Precocious
Realism’’. Jurnal Gifted Education International 29(2) 125-139.
Elyana, Luluk. 2018. ‘’Pengenalan Konsep Diri Anak Melalui Visual Learning di TK
Annida Ya Fatima Jepat Lor Tayu Pati, Jawa Tengah.’’ Journal of SECE
(Studies in Early Childhood Education). ISSN: 2615 – 5389.
Fatmala, Kiki, dkk. 2016. ‘’Efektivitas Social Skill Trainning (SST) dalam
Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Sosial Siswa SD Kelas Akselerasi.’’
Psikologia: Jurnal Pemikiran & Penelitian Psikologi. Vol. 11, No. 1.
Fatwikiningsih, Nur. 2014. “Peningkatan Kemampuan Berbahasa Melalui Metode
Berkomunikasi dengan Gambar pada Anak dengan Ciri Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas.’’ Jurnal Sains dan Praktik
Psikologi. Volume 2, No. 3.
Febrianto, M. F. B. 2014. ‘’Penerapan Media dalam Bentuk Pop Up Book pada
Pembelajaran Unsur-Unsur Rupa Untuk Siswa Kelas 2 SDNU Kanjeng Sepuh
Sidayu Gresik.’’ Jurnal Pendidikan Seni Rupa. Volume 2, Nomor 3.
Gardner, Howard. 2003. Multiple Intelegences (Kecerdasan Majemuk Teori Dalam
Praktek), Batam : Interaksara.
Gunadi. 2012.’’ Kemampuan Memvisualisasikan Teks Verbal dalam Bentuk Gambar’’.
Chatarsis Journal of arts education.
Handayani, Puri. 2017. ‘’Pengembangan Kreatifitas Keberbakatan di Paud Griya
Bermain Pangkalpinang Bangka.’’ Jurnal Pendidikan Anak. Vol. 3 (1).
Hastiani, dkk. 2014. ‘’Guidance and Conseling Teacher and Subject Teacher
Collaboration Model Increasing the Interpersonal Communication Skill of
Special Intelligent Students.’’ Jurnal Bimbingan Konseling. Vol. 3 (1).
Hidayatulloh, M. Agung. 2014. ‘’Lingkungan Menyenangkan dalam Pendidikan anak
Usia Dini: Pemikiran Montessori.’’ Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 8, Nomor
1.
Idrus, Muhammad. 2013. Layanan Pendidikan bagi Anak Gifted. Jurnal Bimbingan
dan Konseling ‘’PSIKOPEDAGOGIA’’. Voll II, No. 2.
629
Indira, Pinkan. M. 2015. ‘’Assesmen Psiko-Edukasional sebagai Dasar Penanganan
Anak Berkebutuhan Khusus.’’ Jurnal NOETIC Psychology. Volume 5, Nomor
2.
Ishartiwi. 2009. ‘’Model Inklusif Layanan Khusus Pembinaan Siswa Cerdas Istimewa
Berbakat Istimewa Berbasis Sumber Daya Daerah.’’ Jurnal Pendidikan.
Vol.5, No. 2.
Jatmiko, Herka Maya. 2005. “Manfaat Media Visual dalam Penunjang Pembelajaran
Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar.’’ Jurnal Pendidikan Jasmani
Indonesia. Volume 3, No. 1.
Jenson, Kim. 2018. “Early Childhood: Learning Through Visual Art.” He Kupu the
Word. International Kindergarten. Volume 5, Number 3.
Kapti, Rinik Eko, dkk. 2013.” Pengaruh Bermain dengan Mewarnai Terhadap
Penurunan skor Perilaku Maladaptif anak Usia Pra Sekolah (3-5 tahun) yang
Mengalami Hospitalisasi di Rumah Sakit Kabupaten Kediri.’’ Jurnal Ilmu
Keperawatan. Volume 1, No. 2.
Khalifah, Mahmud & Quthub, Usamah. 2009. Menjadi Guru yang Dirindu
(Bagaimana Menjadi Guru yang Memikat dan Profesional), Surakarta : Zizad
Visi Media.
Kurniawan, Andri dan Isnaini Saddi. 2014. Keistimewaan lingkungan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah mada University Press.
Kuswanti, Herlina Dyah,dkk. 2015. Menyiangi petang, Yogyakarta : Ladang Kata.
Li, Dan.2018. ‘’Using Issues-based Arts Education to Facilitate Middle School
Students Learning in Racial Issues.” International Journal of Education and
the Arts. Volume 19, Number 12.
Lowenfeld, Viktor & Lambert W. Brittain. (1964). Creative and Mental Growth.
New York: The MacMillan Publishing Company.
Ma’sum, Aziz, dkk. 2018. “Arts Education in Pesantren (islamic Boarding School):
an Aesthetic Expression of Students Drawing in MTS Al Asror Semarang.’’
Catharsis. Vol. 7, No. 2.
Machali, Imam. 2014. ‘’ Dimensi Kecerdasan Majemuk dalam Kurikulum 2013.’’
Insania. Vol. 19, Nomor 1.
630
Majid, Bandung Ibnu. 2016. ‘’Refleksi Diri sebagai Inspirasi Karya Tulis.’’ Journal
of Visual Arts. Vo.5 (1).
Manizar, Ely. 2016. “Mengelola Kecerdasan Emosi.” Tadrib. Vol. 11, No. 2.
McMahon, Anne, dkk. 2015. ‘’Excellence in Arts Based Education-One School’s
Story.’’ International Journal of Education and the arts. Volume 16, Number
5.
Miles, H B. dan Heberman A M. 1992. Analisis Data Kualitatif (terj. Rohidi). Jakarta:
UI Press.
Mitchell, Donna Mathewson. 2015.’’Examining Practice in Secondary Visual Arts
Education.’’ International Journal of Education and the Arts. Volume 16,
Number 17.
Murtiningrum, Tri, dkk. 2013.’’Pembelajaran Kimia dengan Problem Solving
Menggunakan Media E-Learning dan Komik Ditinjau dari Kemampuan
Berfikir Abstrak dan Kreativitas Siswa.’’ Jurnal Inkuiri. Vol. 2, No. 3.
Nurfatoni, Septian, dkk. 2013. ‘’Kajian Gambar Ekspresi Karya Siswa Tingkat
Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Analitik Terhadap Karakteristik Gambar
Karya Siswa Kelas 3 SD N 01 Gandrungmangu Kabupaten Cilacap).’’ Jurnal
Edukasi. Volume 1, Nomor 3.
Nurlailla, dkk. 2017. ‘’Peran Guru dalam Menstimulasi Kemampuan Menggambar
pada Anak Usia dini di Raudhatul Athfal Kuningan Jawa Barat.’’ Jurnal of
SECE (Studies in Early Chillhood Education). ISSN: 2615-5397.
Ocvrirk, O. T, dkk. 2002. Art Fundamentals (Theory and Practice), New Jersey: Mc
Graw Hill.
Pamadi,hajar Evan Sukardi .S. 2008. Seni keterampilan anak. Jakarta: Universits
Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.
Pamadi,hajar.2012. Pendidikan Seni (Hakikat Kurikulum Pendidikan seni, Habitus
seni, dan Pengajaran Seni Anak. Yogyakarta : UNY Press.
Permana, Silvester. D. H. 2015. ‘’Pembangunan Aplikasi Game Android Pengenalan
Pola Warna pada Paud Posdaya.’’ Jurnal Infotoel. Vol. 7, No. 2.
631
Pranungsari, Dessy. 2010. ‘’Kecerdasan dan Perfeksionisme pada Anak Gifted di
Kelas Akeselerasi.’’ Humanitas. Vol. VII, No. 1.
Punzalan, F. Jovita, dkk. 2018. ‘’The Impact of Visual Arts in Student’s Academic
Performance’’. International Journal of Education and Research.Vol. 6 No.7.
Purwanto, setyoadi. 2016. Pendidikan Karakter Melalui Seni, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Raihana, Permata. A dan Wiwik Wulandari. 2016. ‘’ Status Ibu dan Pengaruhnya
dalam Kecersadan Moral Anak Pra-Sekolah.’’ Jurnal Indigeneus. Vol. 1, No.
2.
Rohidi, Tjetjep Rohendi 2011. Metodologi Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima
Nusantara.
Saifudin, A, F. 2005. Antropologi Kontemporer : Suatu Pengantar Kritis Mengenai
Paradigma. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Sanyoto, Sadjiman ebdi. 2009. Nirmana Elemen-Elemen Seni dan Desain, Yogyakarta
: Jalasutra.
Sarouphin, Ketty. M. 2010. ‘’A Model for the Education of Gifted Learners in
Lebanon.’’ International Journal of Special Education. Vol. 25, No.1.
Saurina, Nia. 2016. ‘’ Pengembangan Media Pembelajaran untuk Anak Usia Dini
Menggunakan Augmented Reality.’’ Jurnal IPTEK. Vol. 20, N0. 1.
Sayekti, Sri. 2013. Permasalahan Anak Berbakat di Indonesia. Vol. XX, No.3.
Setiawan, Deni. 2017. ‘’Tipologi Karya Gambar Ekspresi di SD N 02 Wonotirto
Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung.’’ Jurnal Kreatif.
Setyaningrum, Feri. 2017.’’ Ekepresifitas Pembelajaran Seni Lukis dengan Media
Cat Air pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Pekuncen 01.’’ Jurnal
Dialektika. Vol. 7, No. 1.
Shokiyah, Nunuk Nur. 2014. ‘’Analisis Hubungan Antara Kegiatan Melukis dengan
Kebutuhan Psikologis pada Remaja.’’ Acintya Jurnal Penelitian Seni Budaya.
Volume 6, No. 2.
Sholeh. K, dkk. 2016. Kecerdasan Majemuk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
632
Sofyan, Abu. 2012. ‘’Konsep Pembelajaran Seni Budaya Berpekspektif Gender (studi
Kasus Bidang Studi Seni Tari pada SMP di Kabupaten Kudus Propinsi Jawa
Tengah.’’ Journal of Arts Education. Vol. 1, No. 1.
Sugiarto, Eko. 2014. ‘’Ekspresi Visual Anak: Representasi Interaksi Anak dengan
Lingkungan dalam Konteks Ekologi Budaya’’. Chatarsis. Volume 1 Nomor 1
hal 1-6.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Majalah Ilmiah Pawiyatan. Yogyakarta
: UNY Press.
Suhardjo, A.J. 2012. Pendidikan Seni Dari Konsep Sampai Program, Malang :
Bayumedia publishing.
Suhaya. 2016. ‘’Pendidikan Seni Sebagai Penunjang Kreatifitas.’’ Jurnal Pendidikan
dan Kajian Seni. Vol. 1, No. 1.
Suherman, Yuyus. 2014. ‘’Akselerasi Inklusi Dalam Perspektif Layanan Efektif Anak
Berbakat.’’ Perspektif Ilmu Pendidikan. Vol. XII, No. 2.
Sunarto. 2018.’’ Pengembangan Kreativitas Inovatif dalam Pendidikan Seni Melalui
Pembelajaran Mukidi. ‘’ Jurnal Refleksi Edukatika. Vol. 8, No. 2.
Susanto, Mikke. 2012. Diksi Rupa. Yogyakarta: Kanisius.
Syarif, Ibnu M, dkk. 2018. “Fungsi Iluminasi pada Naskah Jawa Skriptorium
Keraton.” Jurnal Imajinasi. Vol XII, No.2.
Tabroni, Muhammad Imam. 2013. “Menggali Kreativitas Seni Pada Anak
Berkebutuhan Khusus.’’ Humaniora. Vol. 4, No. 1.
Tafsir. 2015. Paradigma Baru Sistem Pembelajaran. Bandung: Pustaka Setia.
Triyanto. 2016. ‘’Paradigma Humanistik dalam Pendidikan Seni.’’ Jurnal Imajinasi.
Vol. X. No.1.
Triyanto. 2016. “Paradigma Humanistik Dalam Pendidikan Seni.’’ Jurnal Imajinasi.
Vol. X, No. 1.
Triyanto. 2016. Pendidikan Seni Isu dan Paradigma. Semarang: Cipta Prima
Nusantara.
Triyanto. 2017. Spirit Ideologis Pendidikan Seni, Semarang : Prima Nusantara
633
V, Amitha dan Vijayalaxmi.2017. ‘’Multiple Intellegence Approach in the School
Curriculum: A review Article’’.International Jurnal of Home Science. 3(3),
324-327.
Van Tiel, Julia Maria & Endang Widyorini. 2014. Deteksi dan Penanganan Anak
Cerdas Istimewa (Anak Gifted) Melelui Pola Alamiah Tumbuh Kembangnya,
Jakarta : Prenada Media Group.
Van Tiel, Julia Maria. 2009. ‘’Permasalhan Deteksi dan Penanganan Anak Cerdas
Istimewa dengan Gangguan Perkembangan Bicara dan Bahasa Ekspresif
(Gifted Visual-spatial Leaner).’’ Psikobuana. Vol. 1, No. 2.
Van Tiel, Julia Maria. 2011. Pendidikan Anakku Terlambat Bicara, Jakarta : Prenada
Media Group.
Waridha, I.R, dkk. 2017. “Kajian Jurnal Bergambar Sebagai Media Komunikasi Anak
Kepada Orang Dewasa Di Sekitarnya” Jurnal Sosioteknologi, Vol. 16, No. 13
Hal 257.
Wicaksosno, Luhur. 2016. “Bimbingan Konseling Bagi Siswa Cerdas dan Berbakat.”
Jurnal Pembelajaran Prospektif. Vol. 1, No. 1.
Wulan, Dwi Kencana. 2011. “Peran Pemahaman Karakteristik Siswa Cerdas
Istimewa Berbakat (CIBI) Dalam Merencanakan Proses Belajar yang Efektif
dan Sesuai Kebutuhan Siswa.” Humaniora. Vol. 2, No.1.
Yahya dan Siti Kristika. 2015. “Pengalaman Guru Bimbingan dan Konseling Dalam
Menangani Anak Kebutuhan Khusus.” Konseli: Jurnal Bmbingan dan
Konseling. Vol. 2, No. 2.
Yaumi, Muhammad. Ibrahim, Nurdin. 2013. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan
Jamak (Multiple Intelligences), Jakarta : Prenada Media Group.
Yumnah. 2016. “Kecerdasan Anak Dalam Pengenalan Potensi Diri.” Jurnal Studi
Islam.” Volume II, No. 2.
GLOSARIUM
Additive : Warna yang di hasilkan dari cahaya
Apresiatif : Kemampuan mengamati dan menanggapi sebuah karya seni
Art Education : Pendidikan seni
Artistik : Indah atau berhubungan dengan wujud yang indah
Berkontraks : Adanya penegangan
CMY : Model Warna pigmen dalam komputer
Demonstrasi : memperagakan sesuatu
Dominasi : Bagian yang terdapat penekanan suatu komposisi
Eksklusif : Kusus
Ekstrem : Mengarah pad satu hal yang menantang
Elaborasi : Penggarapan secara cermat
Estetis : Hal yang terkait dengan keindahan
Experimen : Percobaan
Fase : Tahapan
Formal : Keadaan yang resmi
Gestural : Isyarat sikap
Gifted : Anak cerdas istimewa berbakat
Gifted Disinkroni : Anak cerdas istimewa berbakat dengan gangguan
perkembangan
Gifted Harmoni : Anak cerdas istimewa berbakat tanpa gangguan perkembangan
Grafitasi : Daya Tarik Bumi
Grapic Organizer : Organisasi Gambar
Haptic : Rabaan
Harmoni : Tatanan atau proporsi yang dianggap seimbang dan memiliki
keserasian
Ilustrasi : Seni gambar dengan maksud atau tujuan visual
Informal : Kekeluargaan
Integrative : Sistem yang mengalami pembauran hingga menjadi suatu
kesatuan yang utuh
Intelegensi : Tingkat kecerdasan
Intuitif : Berdasarkan perasaan
IQ : Tingkat kecerdasan
Kinestetik : Gerak Tubuh
Konten : Informasi yan tersedia dari berbagai media
Kontras : Bagian yang berlawanan dengan baigan lainnya
Kontribusi : sumbang sih
Konvensional : Sesuai dengan adat atau lazim digunakan
Linguistic : Ilmu mengenai kajian bahasa
Maestro : Orang yang ahli di bidang seni
Material : Bahan pembuatan karya seni
Motoric : Kemampuan Gerak Tubuh
Motorik : Kemempuan gerak tubuh
Navigasi : Panduan
Nonformal : Keadaan Tidak Resmi
Objektif : Pandangan umum
Penetrasi : Memasukan dengan paksaan
Pigmen : Warna yang terbuat dari bahan
Potlot : Alat tulis
Prespektif : Sudut pandang
Proporsi : hubungan ukuran atar bagian dan bagian, serta bagian dan
kesatuan keseluruhannya
RGB : Model warna cahaya dalam computer
Rhythm : Menyangkut persoalan warna, komposisi, garis, maupun
lainnya
Spreadsheet : Program aplikasi tabulasi dan pengolahan data pada komputer
Subjektif : Pandangan individu
Substraktive : Warna yang di hasilkan dari pikmen
Surveyor : Orang yang melakukukan survei atau meninjau
Tafril : Bidang gambar
Teksture : Barik
Universal : Umum
Vareasi : Penganekaragaman atau serba beraneka macam sebagai usaha
untuk menawarkan alternative baru yang memiliki perbedaan
Verbal : Kemampuan bahasa
Vertical : Posisi tengak lurus keatas dan kebawah
Very Superior : Sangat unggul
Visual Spasial : Kecerdasan Gambar
Visual Spasial Learner : Anak dengan model belajar visual
Visualisasi : Pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan
menggunakan gambar
Warna Sekunder : Warnna purunan warna primer
Warna Primer : Warna dasar dari wana-warna lain
X-ray : Jenis gambar