Gambar 3.1 Alur Penelitian - Perpustakaan Digital · PDF fileAlur Penelitian Kerangka berfikir...
-
Upload
truongxuyen -
Category
Documents
-
view
222 -
download
1
Transcript of Gambar 3.1 Alur Penelitian - Perpustakaan Digital · PDF fileAlur Penelitian Kerangka berfikir...
42
3. METODOLOGI PENELITIAN
Bab 3 akan menjelaskan mengenai metodologi penelitian untuk menyelesaikan
masalah penelitian dan uraian langkah serta tahapan pemecahan masalah.
3.1. Alur Penelitian
Kerangka berfikir pada penelitian ini telah dilihat dalam gambar 2.3, selanjutnya
penelitian akan dilakukan dengan jalur yang dapat dilihat dalam gambar 3.1.
Gambar 3.1 Alur Penelitian
43
3.2. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
berdasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis
(Sugiyono, 1999). Metode penelitian juga dapat diartikan sebagai cara ilmiah
untuk mendapatkakn data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan,
dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan
untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.
Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut tujuan, pendekatan, tingkat
eksplanasi, dan analisis serta jenis data (tabel 3.1). Dengan mengetahui jenis
penelitian, diharapkan peneliti dapat memilih metode yang paling efektif dan
efisien untuk mendapatkan informasi yang akan digunakan untuk memecahkan
masalah.
Tabel 3.1 Jenis-Jenis Penelitian Menurut Tujuan, Metode, Tingkat Eksplanasi
dan Jenis Data
Tujuan Metode Tingkat
Eksplanasi
Analisis dan Jenis
Data
• Murni
• Terapan
• Survei
• Ex Post Facto
• Eksperimen
• Naturalistik
• Policy Research
• Action Research
• Evaluasi
• Sejarah
• Deskriptif
• Komparatif
• Asosiatif
• Kuantitatif
• Kualitatif
• Gabungan
Sumber: Sugiyono, 1999
Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder dan primer. Sumber data
sekunder didapatkan dari studi literatur pada tahap penyusunan kerangka teoritis
yang berasal dari tulisan populer, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang terpercaya
dan lain sebagainya. Sementara data primer didapatkan dari hasil survey lapangan.
Dari tiga metode pengumpulan data yang paling utama dalam penelitian survey
44
yaitu wawancara, kuesioner dan observasi (Sekaran 2003), penelitian kali ini
memakai metoda wawancara dan pembagian kuesioner untuk mengumpulkan data
primernya. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini juga dilakukan dengan
cara alamiah, yaitu di pedesaan yang dipilih sebagai sampel dan responden yang
sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya
Mempertimbangkan tahap peningkatan pengetahuan yang ingin dilakukan dalam
penelitian ini, maka metode yang akan digunakan adalah metode survey berupa
penelitian deskriptif confirmatory. Penelitian-penelitian mengenai telepon
pedesaan sejauh ini banyak membahas tentang pengaruh telepon di pedesaan bagi
pembangunan pedesaan, seperti pada penelitian Bayes (2001) dan CIDA (2000)
pada telepon pedesaan di Bangladesh dan Hudson (1990) serta Hardy (1980)
tentang pengaruh telepon pedesaan di Amerika Serikat. Penelitian mengenai
telepon pedesaan yang dilakukan oleh Siswanto (2006) membahas tentang model
bisnis telepon pedesaan dengan model dasar Village Phone dari Grameen
Telecom. Sementara Langi (2006) membahas telepon pedesaan dan inovasi
teknologi R-GNG.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana perilaku masyarakat
pedesaan terhadap layanan telekomunikasi. Pengumpulan data dilakukan dengan
mengumpulkan data primer dan sekunder. Cara atau tehnik yang dilakukan untuk
memperoleh data primer terdiri dari kuesioner dan wawancara terhadap responden
masyarakat pedesaan yang pernah menggunakan telepon untuk memenuhi
kebutuhan berkomunikasi. Sementara itu, data sekunder didapatkan melalui studi
pustaka yang berasal dari tulisan-tulisan populer maupun ilmiah yang berhubungan
dengan tema yang dibahas. Data sekunder didapatkan dari laporan tahunan
statistik, buku-buku referensi mengenai perilaku konsumen, sosiologi pedesaan,
inovasi, manajemen dan strategi pemasaran, metode dan pengolahan data
penelitian serta jurnal-jurnal yang berkaitan dengan tema penelitian.
45
3.2.1. Tempat Penelitian
Untuk melakukan analisis perilaku penggunaan fasilitas telekomunikasi di wilayah
pedesaan, dilakukan survey dengan menggunakan instrumen kuesioner ke wilayah
pedesaan di Jawa Barat yang telah terjangkau dengan layanan telekomunikasi baik
itu berupa fixed line maupun celuler. Desa yang dipilih sebagai tempat penelitian
tersebar di beberapa Kabupaten yang berbatasan dengan Kota Bandung. Desa yang
dipilih tidak berada jauh dari kota kecamatan dengan asumsi bahwa warga desa
disekitar kota kecamatan akan memiliki karateristik yang kurang lebih serupa.
3.2.2. Penelitian Survei
Penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpulan data yang pokok disebut dengan penelitian survei
(Singarimbun, 1989). Survei dapat digunakan untuk maksud (1) penjajagan, (2)
deskriptif, (3) penjelasan, (4) evaluasi, (5) prediks, (6) penelitian operasional dan
(7) pengembangan indikator-indikator sosial.
Penelitian penjajagan atau eksploratif bersifat terbuka dan masih mencari-cari.
Pada tahap ini, pengetahuan peneliti tentang masalah yang akan diteliti masih
terlalu tipis untuk dapat melakukan studi deskriptif. Peneitian deskriptif
dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu,
misalnya pengangguran, keadaan gizi, preferensi terhadap politik, dsb. Peneliti
mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tapi tidak melakukan pengujian
hipotesis. Apabila untuk data yang sama peneliti menjelaskan hubungan kausal
antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa, maka penelitian tersebut tidak
lagi dinamakan penelitian deskriptif, melainkan penelitian pengujian hipotesa atau
penelitian penjelasan (explanatory research). Jadi perbedaan pokok antara
penelitian deskriptif dan penelitian penjelasan tidak terletak pada sifat datanya,
melainkan pada sifat analisanya.
46
Kegunaan lain dari penelitian survai adalah untuk mengadakan evaluasi, baik itu
evaluasi formatif maupun evaluasi summatif. Hasil survai dapat pula digunakan
untuk mengadakan prediksi mengenai fenomena sosial tertentu seperti pendapat
umum mengenai tingkat popularitas presiden, pendapat umum mengenai hukuman
tertentu, dsb. Penelitian survai juga banyak digunakan untuk berbagai penelitian
operasional dimana pusat perhatian adalah variabel-variabel yang berkaitan
dengan aspek operasional suatu program. Setelah diidentifikasikan hambatan
operasionalnya, penelitian dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan
tersebut. Survei berkala juga dapat menghasilkan indikator-indikator sosial, seperti
yang biasa dilakukan oleh biro pusat statistik.
Dalam penelitian yang menggunakan metode survei, tidaklah selalu perlu untuk
meneliti semua individu dalam populasi, karena di samping memakan biaya yang
sangat besar juga membutuhkan waktu yang lama. Dengan meneliti sebagian dari
populasi, peneliti mengharapkan bahwa hasil yang diperoleh akan menggambarkan
sifat populasi bersangkutan. Pengambilan sampel (sampling) adalah proses
memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap
sampel dan pemahaman tentang sifat atau karateristik yang akan membuat peneliti
dapat menggeneralisasikan sifat atau karateristik tersebut pada elemen populasi.
Untuk dapat mencapai tujuan ini, maka cara-cara pengambilan sebuah sample
harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey
dengan jenis penelitian explanatory. Penelitian ini dinyatakan sebagai penelitian
explanatory karena selain menjelaskan secara deskriptif, peneliti juga melakukan
analisis mengenai hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian
hipotesa.
47
3.2.3. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian merupakan sumber data, akan tetapi
populasi tidak terbatas luasnya bahkan ada yang tidak dapat dihitung jumlah dan
besarannya sehingga tidak mungkin untuk diteliti kalaupun akan diteliti
memerlukan biaya, tenaga, waktu yang sangat mahal dan tidak praktis. Oleh
karena itu perlu dipilih sebagian saja asal memiliki sifat-sifat yang sama dengan
populasinya (Sudjana N, 2003).
Populasi
Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau minat yang
ingin diinvestigasi oleh peneliti dan satu anggota populasi dinamakan elemen
(Sekaran, 2003), sehingga populasi juga dapat dikatakan sebagai kumpulan dari
unit-unit elementer (Nazir, 2005). Hampir serupa dengan pernyataan Sekaran,
Sugiyono (1993) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti dan ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya
sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tapi meliputi
seluruh karateristik/sifat yang dimiliki subjek atau objek itu. Nazir (2005)
menyatakan bahwa sebuah populasi dengan jumlah individu tertentu dinamakan
populasi finit, sedangkan jika jumlah individu dalam kelompok tidak mempunyai
jumlah yang tetap, maka disebut populasi infinit.
Dalam penelitian ini, objek penelitian yang ingin diteliti adalah perilaku
masyarakat pedesaan terhadap layanan telekomunikasi atau telepon. Mengingat
keterbatasan peneliti, maka penelitian ini juga akan mengambil populasi
masyarakat pedesaan di wilayah Provinsi Jawa Barat yang telah dijangkau oleh
layanan telekomunikasi. Berdasarkan data resmi yang diperoleh dari Bapeda
Provinsi Jawa Barat, sampai dengan tahun 2007, terdapat 5.217 desa. Namun tidak
diketahui jumlah persis pedesaan yang telah memiliki layanan telekomunikasi dan
48
belum memiliki layanan telekomunikasi. Dengan demikian, maka populasi dari
penelitian ini adalah masyarakat pedesaan di Jawa Barat yang telah memiliki akses
terhadap layanan telekomunikasi yang ditawarkan oleh berbagai operator telepon.
Sementara istilah desa yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
pasal 1 yang menyatakan bahwa desa atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut dengan desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentinganm masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi.
Bila populasi besar, maka karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Apa yang dipelajari dari
sampel dapat disimpulkan dan hasil dari kesimpulannya dapat diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu maka sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (Sugiyono, 1999). Sampel ditentukan oleh peneliti berdasarkan
masalah, tujuan, hipotesis, metode dan instrumen penelitian, disamping
pertimbangan waktu, tenaga dan pembiayaan. Besarnya sampel untuk mengadakan
estimasi terhadap populasi harus diperhatikan ketika peneliti melaksanakan survei
sampel. Survei sampel adalah suatu prosedur dimana hanya sebagian dari populasi
saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang
dikehendaki populasi (Nazir M, 2005).
Pada dasarnya, terdapat dua macam metode pengambilan sampel yaitu:
1. Pengambilan sample secara acak (random) atau dikenal dengan random
sampling dan probability sampling. Pada tehnik ini elemen dari populasi
memiliki probabilitas yang diketahui untuk dipilih sebagai subjek sampel dan
49
digunakan apabila representatives dari sampel dinilai penting agar dapat
dilakukan generalisasi. Terdapat dua bentuk desain pada probability
sampling, yaitu:
• Unristricted/simple Random Sampling
Pada desain sampling ini setiap elemen populasi memiliki probabilitas
yang sama dan diketahui untuk dipilih sebagai subjek sampel.
• Restricted/Complex Probability Sampling
Desain sampling ini lebih efektif daripada simple random sampling
karena untuk jumlah sampel yang sama dapat dihasilkan lebih banyak
informasi. Jenis teknik complex probability sampling yang paling umum
digunakan adalah systematic sampling, stratefied random sampling,
cluster sampling, area sampling.
2. Pengambilan sampel yang bersifat tidak acak (non probability sampling). Pada
pengambilan sampel ini, elemen dari populasi tidak memiliki suatu
probabilitas yang diketahui untuk dipilih sebagai subjek sampel. Apabila
waktu atau faktor lain dianggap; lebih penting daripada generalizability, maka
digunakan desain ini. Terdapat 2 bentuk desain non probability sampling,
yaitu:
a. Convenience Sampling
Pada desain ini, informasi didapatkan dari elemen populasi yang
bersedia/ tersedia untuk memberikan informasi tersebut.
b. Purposive Sampling
Pada desain sampling ini, informasi yang diinginkan berdasarkan target
yang spesifik, yaitu kepada orang tertentu yang dapat memberikan
informasi yang diinginkan, sesuai dengan informasi yang dimiliki dan
kriteria yang diinginkan.
50
Terdapat 2 jenis purposive sampling, yaitu:
1. Judgement Sampling, tehnik ini dilakukan dengan memilih subjek mana yang
paling tepat untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Desain sampling
ini digunakan apabila hanya sekelompok orang tertentu yang memiliki
informasi yang diinginkan tersebut
2. Quota sampling, tehnik ini dilakukan dengan menentukan proporsi elemen
yang akan dijadikan sampel dari setiap kelompok yang ada.
Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik purposive
sampling dimana informasi didapat dari satu target responden yang spesifik yang
dianggap mampu mewakili populasi. Responden dipilih berdasarkan kriteria
sebagai berikut:
• Responden berdomisili di desa di wilayah Jawa Barat yang telah tersambung
dengan jaringan telekomunikasi baik itu fixed line maupun seluler
• Responden mengetahui adanya layanan teknologi telekomunikasi di desanya
Ukuran sampel sebagai sumber data ditentukan dengan persamaan untuk populasi
yang diketahui (1) dan persamaan untuk jumlah populasi yang tidak diketahui (2)
(Bungin M B, 2006).
1d N
N n
2 +⋅= ..................................................................................................... (1)
2
2α
e
.σZ
n
= ..................................................................................................... (2)
Dimana:
n - jumlah sampel
N - jumlah populasi
D - tingkat ketelitian
51
σ - standar deviasi populasi
Z - standar error yang dihasilkan oleh distribusi normal pada tingkat kepercayaan
yang diinginkan
e - error atau tingkat kesalahan, perbedaan maksimum yang dimungkinkan antara
proporsi sampel dan proporsi populasi yang dapat diterima pada tingkat
kepercayaan yang diinginkan
Karena tidak diketahui dengan persis berapa jumlah elemen dalam populasi
masyarakat pedesaan di Jawa Barat yang telah tersambung dengan layanan
telekomunikasi, maka jumlah sampel penelitian dihitung dengan rumus (2).
Dengan tingkat kepercayaan 95 % dan tingkat ketelitian 5% serta deviasi standar
populasi diperkirakan 0.25 dan error estimasi 0.05, maka jumlah sampel penelitian
ini adalah sebagai berikut:
96.040.05
0.251.96
e
.σZ
n
22
2α
=
⋅=
=
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka besarnya sampel yang harus diperoleh
minimal adalah 97 responden. Jumlah responden berdasarkan perhitungan di atas
telah lebih besar dari jumlah sampel minimum yang harus dipenuhi dalam
penelitian menggunakan The Theory of Planned Behavior (Francis, et al., 2004)
sebanyak 80 orang responden.
Perhitungan lain yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah sampel minimun
adalah perhitungan sample Cohen (A. Bachrudin dan H.L. Tobing, 2003). Dengan
5,0=α , 95,0=β , dan perkiraan korelasi kecil ( )ρ sebesar 0,31. Perkiraan
korelasi minimum yang dipakai diambil dari tingkat korelasi Kaplan (1993) yang
juga digunakan dalam perhitungan validasi. Hasil sampel minimum adalah sebagai
berikut:
52
Iterasi Pertama:
3U
)Z(Zn
2'p
2β1α1
1 ++
=−− , ................................................................................... (3)
dengan
0.3205450.31
0.31ln
21
ρ1
ρ1ln
21U '
p =
−
+=
−
+= ......................................... (4)
129.482830.330545
1.645)(1.96n
2
2
1 =++
=
Iterasi Kedua:
3U
)Z(Zn
2''p
2β1α1
2 ++
=−− , ................................................................................... (5)
dengan
0.3217521)2(129.4828
0.3
0.31
0.31ln
21
1)2(n
ρ
ρ1
ρ1ln
21U
1
''p =
−+
−
+=
−+
−
+= ... (6)
128.536130.321752
1.645)(1.96n
2
2
2 =++
=
Iterasi Ketiga:
0.3217611)2(128.5361
0.3
0.31
0.31ln
21
1)2(n
ρ
ρ1
ρ1ln
21U
2
''p =
−+
−
+=
−+
−
+=
128.529130.321761
1.645)(1.96n
2
2
3 =++
=
Dari hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa n2 dan n3 memiliki nilai yang
mendekati atau sama, maka proses iterasi dihentikan. Dengan demikian didapatkan
sampel minimum untuk kecukupan data adalah sebanyak 129 responden.
53
3.3. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel adalah apapun yang dapat membedakan dan membawa variasi pada nilai
(Sekaran, 2003). Sugiyono (1999) menyatakan bahwa variabel penelitian pada
dasarnya adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh inspirasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Sugiyono juga menyimpulkan bahwa variabel adalah suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Sugiyono (1999) membedakan variabel berdasarkan hubungannya dengan variabel
yang lain menjadi:
a. Variabel Independen (bebas), sering juga disebut menjadi variabel
stimulus, prediktor dan anticendent. Variabel ini merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel independen (terikat).
b. Variabel Dependen (terikat), sering disebut sebagai variabel output,
kriteria, konsekuen. Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
c. Variabel Moderator, adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat
atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dan dependen.
Variabel ini disebut juga sebagai variabel independen ke dua.
d. Variabel Intervening, adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
(memperlemah dan memperkuat) hubungan antara variabel independen
dan dependen tapi tidak dapat diamati dan diukur.
e. Variabel Kontrol, adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak
dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.
54
Selain macam-macam variabel di atas, Hair et al (2006) membagi variabel menjadi
dua jenis yaitu Variabel Laten dan Variabel Manifest. Variabel laten adalah
variabel yang mewakili suatu konsep satu dimensi dalam bentuk aslinya dimana
mewakili suatu konsep yang abstrak dan tidak dapat diukur langsung dan dapat
diukur langsung oleh satu atau lebih variabel indikator/ manifest. Variabel
manifest dapat juga disebut sebagai variabel indikator yang mengukur variabel
laten. Variabel manifest juga merupakan hasil pengukuran dari pertanyaan yang
spesifik hasil observasi dan jawaban dari responden
Pada bagian penyusunan kerangka teoritis, masing-masing variabel telah
ditetapkan dalam penelitian. Agar variabel dapat diukur maka variabel harus
dijelaskan kedalam konsep operasional variabel. Sekaran menyatakan bahwa
mengoperasionalisasikan variabel dilakukan dengan melihat pada dimensi
perilaku, aspek atau sifat yang ditunjukan oleh konsep. Menurut Nazir M (2005)
operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel
dengan memberikan arti atau menspesifikasi kegiatan ataupun memberikan suatu
operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.
Operasional variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2, berdasarkan
operasional variabel ini kemudian disusun daftar pertanyaan atau pernyataan untuk
menjelaskan perilaku masyarakat pedesaan dalam membeli atau menggunakan
layanan telepon. Skala yang biasa digunakan untuk menjelaskan penelitian
mengenai perilaku dapat digunakan pada penelitian berdasarkan pada TPB, seperti
misalnya skala Likert, skala Thurstone dan skala Guttman (Ajzen, 2006). Pada
penelitian ini, skala yang akan digunakan adalah skala Likert, karena skala ini
telah banyak digunakan dalam penelitian motivasi dan perilaku, dan skala ini juga
dianggap lebih baik dibandingkan dengan skala Thurstone (Nazir, 2005) karena:
• Dalam skala Thurstone, item-item tidak jelas menunjukan hubungan
dengan sikap yang sedang diteliti sehingga masih dapat dimasukkan
skala
55
• Skala Likert lebih mudah dibuat
• Skala Likert memiliki Reliabilitas yang tinggi dibandingkan dengan skala
Thurstone untuk jumlah item yang sama. Skala Likert dapat
memperlihatkan ite yang dinyatakan dalam beberapa responsi alternatif
tentang senang dan tidak senang terhadap suatu item, sedangkan skala
Thurstone hanya membuka dua alternatif saja.
• Jangka responsi yang lebih besar membuat Skala Likert dapat memerikan
keterangan yang lebih nyata dan jelas tentang sikap atau pendapat
responden.
• Selain kelebihan, kelemahan dari skala Likert yang harus menjadi
perhatian peneliti adalah ukuran ordinal yang digunakan dalam skala ini.
Kategori jawaban pada skala Likert dalam penelitian ini antara 1 sampai
5 untuk masing-masing variabel, alternatif jawaban terendah diberi skor
1 dan tertinggi 5.
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Variabel Konstruk
Behavioral Beliefs (b) Attitude toward
Behavior (AB)
keyakinan tentang akibat dari suatu
perilaku dan evaluasi dari akibat perilaku
tersebut Outcome Evaluations (e)
Normative Beliefs (n) Subjective Norms
(SN)
keyakinan tentang harapan normatif
orang lain dan motivasi untuk mencapai
harapan tersebut Motivation to Comply (m)
Control Beliefs (c) Perceived Behavior
Control (PBC)
keberadaan faktor-faktor yang dapat
mendukung atau menghambat terjadinya
perilaku dan seyakin apa seseorang dapat
berprilaku dengan hambatan yang ada Perceived Power (p)
Intension (I) Niat seseorang untuk berperilaku Generalized Intension
Behavior (B)
Perilaku seseorang dilihat dari tujuan
(Target), tindakan (Action), konteks
(Context) dan waktu (Time). Dalam
penelitian ini, perilaku adalah tindakan
masyarakat desa membeli atau
menggunakan teknologi telekomunikasi
(telepon)
Behavior Statement
56
3.4. Instrumen Pengumpulan Data
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu
kualitas instrument penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen
penelitian berkenaan dengan validitas dan reabilitas instrumen dan kualitas
pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan dalam
pengumpulan data. Instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya belum
tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliable jika instrumen tersebut tidak
digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya (Sugiyono 1999). Lebih lanjut
dinyatakan bahwa pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,
berbagai sumber dan berbagai cara, mulai dari setting alamiah sampai dengan
laboratorium. Jika dilihat dari sumber datanya, maka dapat menggunakan sumber
primer dan sekunder, sedangkan jika dilihat dari tehnik pengumpulan data, maka
dapat dilakukan dengan wawancara, kuesioner, observasi dan gabungan ketiganya.
Instrumen
Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Alat ini
harus dipilih sesuai dengan jenis data yang diinginkan. Instrumen sebagai alat
pengumpulan data pada hakekatnya adalah mengukur variabel penelitian. Sebagai
alat pengumpulan data, instrumen sangat penting peranannya sebab tanpa
instrumen yang baik tidak dapat diperoleh data yang betul-betul dapat dipercaya
sehingga bisa mengakibatkan kesimpulan penelitian yang salah. Instrumen yang
dibuat peneliti dan belum baku maka diuji coba untuk melihat validitas dan
reliabilitasnya (Sudjana N, 2003).
Pada penelitian survei, penggunaan kuesioner merupakan hal yang pokok dalam
pengumpulan data. Hasil kuesioner akan menjelma dalam angka-angka, tabel-
tabel, analisa statistik dan uraian dan kesimpulan hasil penelitian. Tujuan pokok
pembuatan kuesioner adalah untuk (a) memperoleh informasi yang relevan dengan
57
tujuan survai, dan (b) memperoleh informasi dengan validitas dan reliabilitas
setinggi mungkin.
Data yang terhimpun melalui kuesioner hanya merupakan satu dimensi dari
penelitian sosial. Perlu disadari bahwa hasil kuesioner senantiasa terbatas,
mengingat kompleksnya fenomena sosial dan juga rumitnya motivasi para
responden yang diteliti. Untuk memperkaya penelitian peneliti tentang fenomena
sosial dan proses sosial, diperlukan juga berbagai informasi lainnya. Disamping
data sekunder yang relevan, informasi yang diperoleh dengan cara lain seperti
wawancara bebas, observasi perpartisipasi, studi kasus dan lain-lain akan sangat
membantu.
Isi pertanyaan dari Kuesioner dapat berupa:
1. Pertanyaan tentang fakta. Seperti umur, pendidikan, agama dan status
perkawinan
2. Pertanyaan tentang pendapat dan sikap. Ini menyangkut perasaan dan sikap
responden tentang sesuatu
3. Pertanyaan tentang informasi. Pertanyaan ini menyangkut apa yang diketahui
oleh responden dan sejauh mana hal tersebut diketahuinya
4. Pertanyaan tentang persepsi diri. Responden menilai perilakunya sendiri dalam
hubungannya dengan yang lain.
Cara pemakaian kuesioner:
1. Kuesioner digunakan dalam wawancara tatap muka dengan responden.
2. Kuesioner diisi sendiri oleh kelompok
3. Wawancara melalui telepon
4. Kuesioner diposkan, dilampiri amplop yang dibubuhi perangko, untuk
dikembalikan oleh responden setelah diisi
5. Kuesioner elektronik (email)
58
Jenis pertanyaan dalam kuesioner adalah sebagai berikut:
1. Pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang kemungkinan jawabannya sudah
ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan untuk
memberikan jawaban lain
2. Pertanyaan terbuka, yaitu pertanyaan yang kemungkinan jawabannya tidak
ditentukan terlebih dahulu dan responden bebas memberikan jawaban
3. Kombinasi tertutup dan terbuka. Jawabannya sudah ditentkan tapi kemudian
disusul dengan pertanyaan terbuka
4. Pertanyaan semi terbuka. Pada jenis ini, jawabannya sudah tersusun tapi
masih memungkinkan untuk menyertakan tambahan jawaban
Gambar 3.2 Prinsip Desain Kuesioner
Sumber: Sekaran 2003
59
Petunjuk untuk membuat pertanyaan:
1. Gunakan kata-kata yang sederhana dan dimengerti oleh semua responden.
Hindarkan istilah yang hebat tetapi kurang atau tidak dimengerti oleh
responden.
2. Pertanyaan harus jelas dan khusus
3. Hindarkan pertanyaan yang memiliki lebih dari satu pengertian
4. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti
5. Pertanyaan harus berlaku bagi semua responden
Pengukuran dan Penyusunan Skala
Dalam penelitian sosial, proses pengukuran adalah rangkaian dari empat
aktifitas; (1) menentukan dimensi konsep penelitian, (2) menentukan rumusan
untuk masin-masing dimensi, (3) menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan
dankemudian (4) menentukan tingkat validitas dan reliabilitas dari alat ukur
(Soffian, 2006). Lebih lanjut dinyatakan bahwa pengukuran tidak lain dari
penunjukan angka-angka pada suatu variabel menurut aturan yang telah
ditentukan. Tingkat pengukuran yang luas digunakan dalam penelitian sosial
adalah yang dikembangkan oleh SS. Steven yang membagi ukuran ke dalam empat
kategori yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio.
Nominal
Ukuran nominal adalah tingkat pengukuran yang paling sederhana. Pada ukuran
ini tidak ada asumsi tentang jarak mapupun ukuran antara kategori-kategori dalam
ukuran itu. “Angka” yang ditunjukan untuk suatu kategori tidak merefleksikan
bagaimana kedudukan kategori itu terhadap kategori lainnya, tetapi hanya sekedar
label atau kode. Dengan tingkta ukuran nominal ini, peneliti dapat
mengelompokan respondenya ke dalam dua kategori atau lebih menurut variable
tertentu misalnya jenis kelamin, status pekerjaan, agama dan variabel lainnya yang
sejenis.
60
Ordinal
Ukuran ordinal memungkinkan peneliti untuk mengukur respondennya dari
tingkatan “paling rendah” ke tingkatan “paling tinggi” menurut atribut tertentu.
Ukuran ordinal banyak digunakan dalam penelitian untuk mengukur kepentingan,
sikap atau persepsi. Melalui pengukuran ini, peneliti dapat membagi responden ke
dalam ukuran ranking berdasarkan sikapnya pada objek atau tindakan tertentu.
Interval
Seperti ukuran ordinal, ukuran interval mengurutkan orang atau objek berdasarkan
atribut. Selain itu ukuran ini juga memberikan informasi tentang interval antara
satu orang atau objek dengan orang atau objek lainnya. Interval atau jarak yang
sama pada pada skala interval dipandang mewakili jarak atau interval yang sama
pada skala yang lain.
Rasio
Ukuran rasio adalah suatu bentuk interval yang jaraknya tidak dinyatakan sebagai
perbedaan nilai antar responden, tetapi antara seorang responden dengan nilai yang
absolute. Karena memiliki titik nol, maka perbandingan rasio dapat ditentukan.
Berdasarkan atribut dan karateristik di atas, data yang dikumpulkan oleh peneliti
dapat dikatagorikan menjadi data nonmetrik (kualitatif) dan data metric
(kuantitatif). Untuk program computer, nilai yang dimiliki suatu data hanya angka,
namun mengetahui dan membedakan jenis data metric dan nonmetrik memiliki
dampak yang besar pada apa yang digambarkan oleh data tersebut dan bagaimana
data tersebut dapat dianalisa.
Kuesioner yang dipakai sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini
disusun dari operasionalisasi variabel pada tabel 3.2. Menurut Nazir M (2005)
kuesioner (angket) adalah sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan
dengan masalah penelitian dan tiap pertanyaan merupakan jawaban yang
61
mempunyai makna dalam menguji hipotesis. Tiap pertanyaan harus merupakan
bagian dari hipotesis yang ingin diuji, sehingga isi kuesioner adalah pertanyaan
tentang fakta-fakta yang dianggap dikuasai oleh responden tentang suatu keadaan
atau orang-orang yang dikenal responden.
Penyusunan kuesioner ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (Francis, et.al.
2004):
a) Lakukan studi pendahuluan
• Ambil sampel sebanyak 25 orang dari populasi yang telah ditetapkan
untuk penelitian
• Gunakan kuesioner terbuka untuk mengetahui pendapat mereka dengan
mempersilahkan para responden untuk memberikan jawaban pada
pertanyaan yang diajukan
• Analisis jawaban responden dengan mengelompokannya sesuai dengan
tema. Jika memungkinkan, sebaiknya hal ini dilakukan oleh dua peneliti
yang melakukan penelitian masing-masing secara independen. Susun
jawaban responden dalam sebuah daftar, dari jawaban yang paling sering
ke jawaban yang paling jarang disebutkan.
b) Susun pokok-pokok kuesioner yang dapat menggambarkan behavioral beliefs
• Pilih jawaban yang paling sering disebutkan dan ubah jawaban tersebut
kedalam bentuk pertanyaan. Pernyataan yang dibuat harus mampu
mewakili beliefs yang mungkin mempengaruhi perilaku populasi. Beliefs
dari populasi dapat terwakili dari 75% jawaban yang didapatkan dari para
responden. Karena keterbatasan, waktu, tenaga dan biaya, maka hanya
akan ada satu orang peneliti yang melakukan seluruh tahapan
penyusunan kuesioner.
• Lakukan test percobaan pada kira-kira 5 orang elemen dari populasi yang
relevan untuk menjawab pertanyaan dan memberikan komentar apakah
mereka kesulitan dalam menjawabnya. Lakukan pemeriksaan terhadap
62
pemahaman dan kejelasan, jika dibutuhkan, maka dapat dilakukan
modifikasi dari susunan kata-kata.
c) Susun kuesioner untuk mengukur outcomes evaluations
Ubah setiap pernyataan beliefs menjadi kalimat yang tidak lengkap. Responden
dapat menyertakan pendapatnya dengan melengkapi kalimat tersebut sesuai
dengan format yang telah disediakan.
Sesuai dengan tahapan di atas, maka dilakukan penyebaran kuesioner
pendahuluan. Di dalam kuesioner akan ditanyakan pendapat responden tentang
perilaku yang sesuai dengan prinsip TACT (Target, Action, Context and Time),
yaitu perilaku masyarakat pedesaan (Target) membeli dan menggunakan (Action)
layanan telekomunikasi (Context) setiap kali (Time) mereka membutuhkannya.
Daftar pertanyaan terbuka untuk kuesioner pendahuluan dapat dilihat pada tabel
3.3.
Tabel 3.3 Daftar pertanyaan terbuka untuk kuesioner pendahuluan
Variabel Pertanyaan Pendahuluan
Attitude
Toward
Behavior
• Menurut anda apa saja manfaat dari membeli dan menggunakan
layanan telekomunikasi ?
• Menurut anda apa kerugian dari membeli dan menggunakan
layanan telekomunikasi ?
• Apakah anda memiliki pendapat lain tentang membeli dan
menggunakan layanan telekomunikasi?
Subjective
norms
• Apakah ada seseorang atau sekelompok orang yang akan setuju jika
anda membeli dan menggunakan layanan telekomunikasi ?
• Apakah ada seseorang atau sekelompok orang yang akan
menentang atau tidak setuju jika anda membeli dan menggunakan
layanan telekomunikasi ?
• Apakah anda memiliki pendapat lain mengenai pandangan orang
lain jika anda membeli dan menggunakan layanan telekomunikasi ?
63
Variabel Pertanyaan Pendahuluan
Perceived
Behavioral
Controls
• Faktor atau keadaan apa yang mendukung anda untuk membeli dan
menggunakan layanan telekomunikasi ?
• Faktor atau keadaan apa yang akan menghalangi anda untuk
membeli dan menggunakan layanan telekomunikasi ?
• Apakah ada hal lain yang anda ingat di kepala anda ketika anda
memikirkan untuk membeli dan menggunakan layanan
telekomunikasi?
Untuk mengidentifikasi keyakinan (beliefs) yang dimiliki oleh populasi yang
dimaksud, maka dilakukan penelitian pendahuluan yang dilakukan kepada sampel
yang sesuai dengan objek penelitian. Penelitian pendahuluan dilakukan selama tiga
hari di dua desa yaitu Desa Cikadut dan Desa Mekarmanik Kecamatan Cimenyan
Kabupaten Bandung kepada 30 orang responden.
Dalam kuesioner pendahuluan, terdapat 10 pertanyaan yang mewakili 3 variabel
yaitu Attitude Towards Behavior Beliefs, Subjective Norms Beliefs dan Perceived
Behavior Control Beliefs. Pertanyaan terdiri dari petanyaan terttup dan terbuka.
Pertanyaan tertutup terdapat pada isian data pribadi dan pertanyaan terbuka yang
disertai dengan pilihan bebas terdapat pada bagian pengukuran beliefs. Petanyaan
dalam kuesioner pendahuluan sedianya merupakan pertanyaan terbuka untuk
menggali pendapat responden awal dan bersifat eksploratif, namun untuk
memudahkan para responden di pedesaan yang merasa kesulitan untuk menjawab
pertanyaan terbuka, maka peneliti memberikan pilihan jawaban dengan tetap
menyertakan tempat pengisian terbuka untuk menampung pendapat atau jawaban
lain dari responden untuk pertanyaan yang diajukan.
Peneliti mendampingi responden dalam menjawab setiap pertanyaan dan diajukan
serta menjelaskan jika dalam pengisisnnya, responden merasa kurang jelas dengan
pertanyaan yang diajukan. Pada beberapa responden, peneliti juga langsung
melakukan wawancara dengan panduan lembar kuesioner yang telah disiapkan.
64
Responden pada penelitian pendahuluan terdiri dari para petani dan peternak di
Desa Cikadut dan Desa Mekarmanik Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung.
terdiri dari beberapa orang ulama, ibu rumah tangga, buruh penambang batu dan
wiraswasta. Jawaban yang berhasil dikumpulkan kemudian ditabulasi, jika 75%
responden menyetujui sebuah pernyataan yang diajukan, maka pernyataan jawaban
tersebut dapat diikutsertakan dalam kuesioner untuk mengukur beliefs.
Tabel 3.4 memperlihatkan pernyataan yang disetujui oleh responden pada
penelitian pendahuluan melalui kuesioner yang untuk mengetahui konstruk dari
masing-masing beliefs atau keyakinan. Hasil penelitian pendahuluan kemudian
diolah dan disusun menjadi kuesioner penelitian. Pertanyaan-pertanyaan untuk
masing-masing beliefs dapat kita lihat dalam tabel 3.5 sementara pertanyaan
Tabel 3.4 Rekapitulasi Pernyataan yang disetujui oleh mayoritas responden
pada penelitian pendahuluan
Beliefs Pernyataan
Telepon memudahkan urusan saya untuk menghubungi keluarga,
teman dan rekan bisnis
Telepon menghemat waktu saya ketika ingin menghubungi keluarga,
teman dan rekan bisnis
Telepon menghemat uang saya untuk biaya transportasi ketika anda
ingin menghubungi keluarga, teman dan rekan bisnis
Attitude
Toward
Behavior
Memiliki telepon membuat saya lebih percaya diri
Saran dan pendapat keluarga mempengaruhi pilihan saya dalam
memilih dan membeli telepon Subjective
Norm Saran dan pendapat teman mempengaruhi pilihan saya dalam memilih
dan membeli telepon
Ketersediaan uang atau dana membatasi saya untuk memilih dan
membeli telepon Perceived
Behavioral
Control Jauhnya tempat pembelian telepon dan pulsa membatasi saya untuk
membeli telepon dan pulsa isi ulang
65
Skala yang digunakan dalam kuesioner adalah skala Likert dengan range 5 poin.
Panjangnya skala yang digunakan lebih pendek dari yang disarankan Aizen yang
biasanya memiliki range dari 1 s/d 7. Skala ini memiliki jenis data ordinal. Hal ini
dilakukan peneliti karena masyarakat pedesaan akan menemui kesulitan untuk
membedakan dan menyatakan penilainyanya dalam skala yang dengan rentang
poin yang lebih panjang. Biasanya seorang peneliti meginginkan range yang cukup
besar sehingga informasi yang dikumpulkan lebih lengkap. Namun jenjang mana
yang cocok untuk digunakan tergantung dari populasi penelitian. Bila populasi
penelitian adalah kelompok masyarakat yang terdidik sehingga mampu
membedakan pendapatnya secara lebih tajam, maka dapat digunakan jawaban
yang berjenjang lebih besar. Pada masyarakat pedesaan, jawaban yang berjenjang
5 atau 3 adalah lebih sesuai (Efendi, 1989).
Menguji Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung tertutup
dengan menggunakan skala pengukuran ordinal, karena instrumen tersebut disusun
berdasarkan operasional variabel sehingga perlu dilakukan studi pendahuluan
terhadap instrumen tersebut. Studi pendahuluan dilakukan dengan cara
menyebarkan angket kepada beberapa orang masyarakat pedesaan yang memiliki
karateristik sesuai dengan populasi termaksud sebagai responden. Hasil jawaban
responden tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya, dalam hal ini menggunakan
bantuan software SPSS. Jika belum valid dan reliabel maka angket tersebut harus
diperbaiki untuk kemudian disebarkan kembali kepada beberapa responden
sebagai sampel dan jawabannya diuji lagi validitas dan reliabilitasnya. Jika sudah
valid dan reliabel maka angket disebarkan kepada responden masyarakat pedesaan
yang memiliki karateristik sesuai dengan populasi termaksud dalam penelitian
minimal sejumlah besarnya sampel yang ditetapkan.
66
Pengumpulan Data
Angket yang disebarkan kepada responden, setelah diisi oleh responden ketika
pengembalian angket tersebut peneliti harus memeriksa apakah sudah diisi secara
lengkap. Jika belum maka diminta untuk melengkapinya, akan tetapi jika
responden menolak maka angket responden yang bersangkutan dipisahkan dan
dinyatakan angket yang batal diolah.
Angket yang dijawab secara lengkap kemudian dikumpulkan dan direkap masing-
masing jawaban responden dari setiap item pertanyaan atau pernyataan dan
disusun dalam bentuk matriks.
3.5. Analisis Data Statistik
3.5.1. Analisis Validitas
Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun
dilakukan berkali-kali dan dimana-mana sehingga akan meningkatkan bobot
kebenaran data yang diinginkan peneliti. (Bungin M B, 2006).
Pengujian validitas data menggunakan pengujian validitas isi (content validity)
dimana setiap instrumen dilakukan analisis item dengan menghitung korelasi
antara skor butir instrumen dengan skor total (Sugiyono, 1999). Hal ini
dimaksudkan untuk melihat sejauh mana tingkat ketepatan data dalam mengukur
apa yang hendak diukur.
67
Tabel 3.5 Opersionalisasi Variabel Setelah Penelitian Pendahuluan
Variabel Penelitian Pertanyaan No Sumber
Behavioral
Beliefs (b)
1. Keyakinan bahwa penggunaan telepon memudahkan untuk menghubungi
keluarga, teman dan rekan bisnis
2. Keyakinan bahwa penggunaan telepon menghemat waktu penyampaian informasi
3. Keyakinan bahwa penggunaan telepon dapat menghemat uang untuk biaya
transportasi
4. Keyakinan bahwa menggunakan telepon membuat lebih percaya diri
5 s/d 8
Behavior
Beliefs
AB = iieb∑
Outcomes
evaluation(e)
1. Pentingnya kemudahan dalam menghubungi keluarga, teman dan rekan bisnis
2. Pentingnya menghemat waktu
3. Pentingnya menghemat biaya transportasi
4. Pentingnya merasa lebih percaya diri
1 s/d 4
Survei
Pendahuluan
Attitude toward Behavior Beliefs
(ABD)
1. Telepon menguntungkan
2. Telepon menimbulkan perasaan senang
3. Telepon adalah hal yang baik
9 s/d 11
Nasco, et al,
2007,
McCarthy,2002
Normative
Beliefs (n)
1. Keyakinan tentang pengaruh pendapat keluarga dalam membeli telepon
2. Keyakinan tentang pengaruh pendapat teman dalam membeli telepon
3. Keyakinan tentang pengaruh pendapat keluarga dalam membeli kartu telepon
4. Keyakinan tentang pengaruh pendapat teman dalam membeli kartu telepon
14 s/d 17 Normative
Beliefs
SN = ii mn∑ Motivation to
Comply (m)
1. Pentingnya saran dan pendapat keluarga
2. Pentingnya saran dan pendapat teman 12 & 13
Survei
Pendahuluan
Subjective Norms (SND)
1. Keinginan orang-orang yang penting bagi mereka agar mereka memiliki telepon
2. Tuntutan untuk memiliki telepon (dari orang-orang yang mereka anggap penting)
3. Pentingnya ijin untuk membeli telepon (dari orang-orang yang mereka anggap
penting)
4. Pentingnya ijin untuk membeli kartu dan pulsanya (dari orang-orang yang mereka
anggap penting)
18 s/d 21
Nasco, et al,
2007
McCarthy,2002
68
Variabel Penelitian Pertanyaan No Sumber
Control
beliefs (c)
1. Keyakinan mengenai harga telepon yang mahal
2. Keyakinan tentang harga pulsa telepon yang mahal
3. Keyakinan mengenai jarak untuk membeli telepon yang jauh
4. Keyakinan mengenai tempat membeli kartu dan pulsa telepon yang jauh
5. Keyakinan tentang informasi mengenai telepon dan layanannya (produk layanan
dari operator telekomunikasi) yang masih terbatas
22 s/d 26 Perceived
Beliefs
TPB= ii pc∑
Perceived
Power (p)
1. Kemampuan untuk membeli telepon jika harganya mahal
2. Kemampuan untuk membeli pulsa jika harganya mahal
3. Kemampuan untuk membeli telepon jika jaraknya jauh
4. Kemampuan untuk membeli pulsa jika jaraknya jauh
5. Kemampuan untuk membeli telepon jika informasinya terbatas
6. Kemampuan untuk membeli kartu telepon dan layanannya jika informasinya
terbatas
27 s/d 32
Francis et, al
2004
Survei
Pendahuluan
Perceived Behavior Control
(PBCD)
1. Memiliki telepon adalah hal yang mudah
2. Tidak ada halangan untuk memilik telepon
3. Jika menginginkan telepon pasti memilikinya
31 s/d 35 Nasco, et al, 2007
Intention (I) 1. Niat untuk memiliki telepon
2. Usaha untuk memiliki telepon
3. Komitmen untuk memiliki telepon
36 & 38 Nasco, et al, 2007
McCarthy,2002
69
Pengujian dilakukan dengan uji korelasi pearson product moment, dimana setiap
jawaban responden diuji, yang menghasilkan koefisien korelasi rhitung. Apakah
koefisien korelasi tersebut signifikan atau tidak, perlu dibandingkan dengan nilai
koefisien korelasi rtabel yang didapatkan pada tabel r product moment (Sugiyono,
1999). Menurut Sitinjak TJR dan Sugiarto (2005) keterandalan nilai r yang
diperoleh, sangat tergantung pada besarnya sampel, semakin besar ukuran
sampelnya akan diperoleh r dengan keterandalan yang semakin tinggi. Kuat
lemahnya hubungan pada penelitian sosial ekonomi dapat digunakan pedoman
umum tentang kriteria hubungan berdasarkan nilai r yang diperoleh, yang dapat
dilihat pada tabel 3.6. Item pertanyaan yang mempunyai korelasi positif dengan
skor total serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai
validitas tinggi pula.
Tabel 3.6 Kriteria Hubungan
Nilai [r] Kriteria Hubungan
0 Tidak ada korelasi
0 – 0.5 Korelasi lemah
0.5 – 0.8 Korelasi sedang
0.8 – 1 Korelasi kuat
1 Korelasi sempurna
Sumber: Sitinjak & Sugiarto (2005)
Rumus uji korelasi pearson product moment dapat dilihat pada persamaan:
))Y()Y).(n()X()X(n(
)Y)(X()YXn(
r
2n
1ii
n
1i
2i
2n
1iij
n
1i
2ij
n
1ii
n
1iiji
n
1iij
xy
∑∑∑∑
∑∑∑
====
===
−−
−
= ............................................(7)
Dimana:
r - angka korelasi
n - Jumlah responden
70
Xij - Skor pernyataan j dan reponden ke-i
Yi - Skor total responden ke-i
Jika rhitung > rtabel, maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan valid.
Selanjutnya dengan cara yang sama untuk setiap butir pertanyaan. rtabel didapat dari
tabel r product moment, n = jumlah sampel, α = 5%.
3.5.2. Analisis Reliabilitas
Mendesain instrumen penelitian yang reliabel adalah tujuan yang ingin dicapai
oleh peneliti, karena instrumen penelitian (khususnya angket) adalah wakil satu-
satunya peneliti di lapangan sehingga keterpercayaan instrumen penelitian sebagai
alat yang betul-betul mewakili peneliti benar-benar tidak dapat diabaikan. Oleh
karena itu alat ukur yang dipakai haruslah memiliki sensivitas (kepekaan) yang
tinggi terhadap data yang dihadapi artinya alat ukur harus reliabel. Reliabilitas alat
ukur adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur sehingga alat ukur tersebut
dapat dipercaya atau diandalkan. Untuk mencapai tingkat kepekaan dan reliabilitas
alat ukur yang diharapkan maka perlu mengetahui apa yang sesungguhnya yang
akan diukur, metode pengumpulan datanya, perlu dimengerti serta memperhatikan
aspek ketepatan, kemantapan dan homogenitas alat ukur. Kemantapan alat ukur
dimaksud bahwa apabila alat ukur itu dipakai untuk mengukur sesuatu berulang
kali, alat ukur tersebut akan akan menghasilkan hasil ukuran yang sama, tidak
terjadi perubahan kondisi di setiap pengukuran. Alat ukur dikatakan memiliki
ketepatan apabila alat ukur tersebut jelas, mudah dimengerti dan terperinci. Alat
ukur memiliki aspek homogenitas dimaksud bahwa alat ukur haruslah memiliki
keterkaitan satu dengan lainnya (Bungin M B, 2006)
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu
hasil pengukuran relatif konsisten, apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih.
Pengujian dilakukan dengan internal consistency, dengan cara mencobakan
instrumen sekali saja, kemudian dianalisis dengan teknik tertentu untuk
71
memprediksi realibilitas instrumen (Sugiyono, 1999). Reliabilitas alat ukur
menunjukkan pada peneliti tentang sifat suatu alat ukur dalam pengertian apakah
suatu alat ukur cukup akurat, stabil atau konsisten dalam mengukur apa yang ingin
diukur (Nazir M, 2005).
Metode untuk menguji keandalan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode Alpha Cronbach. Nilai koefisien yang didapat nantinya akan
dibandingkan dengan nilai tabel r product moment, dengan n = jumlah sampel dan
α = 5%.
Rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach yang digunakan adalah sebagai
berikut (Sugiyono, 1999) dapat dilihat pada persamaan berikut:
−⋅
−=
∑=
2
n
1i
2
iSt
Si
11)(k
kr ....................................................................................(8)
Sedangkan rumus untuk varians total dan varians item dapat dilihat pada
persamaan berikut berturut-turut:
2
2n
1it
n
1i
2t
2t
n
x
n
x
S
−=
∑∑== .......................................................................................(9)
2
si2i
n
JK
n
JKS −= ...............................................................................................(10)
Dimana:
k - banyaknya item
ΣSi2 - banyaknya varians item
St2
- varians total
JKi - jumlah kuadrat seluruh skor item
JKs - jumlah kuadrat subjek
Jika rhitung > rtabel - maka alat ukur yang digunakan telah reliabel
72
Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukan oleh suatu angka yang
disebut koefisien reliabilitas. Walaupun secara teoritis besarnya koefisien
reliabilitas berkisar antara 0.00 – 1.00, akan tetapi pada kenyataannya koefisien
sebesar 1.00 tidak pernah dicapai dalam pengukuran, karena manusia sebagai
subjek pengukuran psikologis merupakan sumber error yang potensial. Disamping
itu walaupun koefisien korelasi dapat bertanda positif (+) atau negatif (-), akan
tetapi dalam hal reliabilitas, koefisien yang besarnya kurang dari nol (0.00) tidak
ada artinya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu kepada koefisien yang
positif. Apabila hasil penyebaran kuesioner kepada beberapa responden
jawabannya valid dan reliabel maka kuesioner tersebut bisa disebarkan kepada
responden yang terpilih sebagai sampel sebanyak yang dibutuhkan.
3.5.3. Transformasi data melalui Method of Succesive Interval
Data yang dikumpulakan oleh peneliti pada tahap pengambilan data berasa dari
kuesioner yang memiliki skala ordinal (Likert), sementara syarat untuk mengolah
data menggunakan tehnik pengolahan data parametrik mensyaratkan jenis data
metrik minimal berskala interval. Oleh karena itu, maka data mentah dari
kuesioner terlebih dahulu siubah atau ditransformasikan ke dalam skala interval
dengan menggunakan Method of Successive Interval (Hays dalam Koncara, 2004).
Adapun tahapan metode ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk setiap pertanyaan, hitung frekwensi jawaban setiap kategori (pilihan
jawaban)
2. Berdasarkan frekwensi setiap kategori hitung proporsinya
3. Dari proporsi yang diperoleh, hitung proporsi kumulatf untuk setiap kategori
4. Tentukan nilai batas Z untuk setiap kategori
5. Hitung scale value (nilai interval rata-rata) untuk setiap kategori melalui
persamaan berikut :
73
limitlower under arealimitunder area
limitupper at densitiy -limit lower at density Value Scale
−= ................................(11)
6. Hitung score (nilai hasil transformasi) untuk setiap kategori melalui
persamaan berikut :
1min.Value Scale - Value Scale Score += ......................................................(12)
Proses ini dilakukan untuk setiap pertanyaan, sehingga jika kita mempunyai 20
pertanyaan dalam satu kuesioner, maka 20 kali pula kita lakukan perhitungan
yang sama.
3.5.4. Analisis Faktor
Menurut Hair JF, et.al (2006) analisis faktor adalah metode statistik multivariat
yang tujuan utamanya untuk mereduksi data dan secara umum merupakan teknik
analitik untuk merangkum sejumlah informasi yang dihasilkan dari variabel
pengamatan menjadi faktor baru tanpa menghilangkan informasi pentingnya,
informasi yang terserap kedalam faktor tertentu dianggap sangat signifikan jika
faktor loadingnya lebih besar dari 0.4. Serangkaian data penelitian dapat dianalisis
dengan mnggunakan analisis faktor jika memiliki Bartlett's Test of Sphericity yang
signifikan (sig. > 0.05) dan masing-masing variabel individual memiliki nilail
measure of sampling adequacy (MSA) lebih dari 0.5.
Menurut Supranto J (2004) maksud melakukan analisis faktor ialah mencari
variabel baru yang disebut faktor yang saling tidak berkorelasi, bebas satu sama
lainnya, lebih sedikit jumlahnya dari variabel asli, akan tetapi bisa menyerap
sebagian besar informasi yang terkandung di dalam variabel asli atau yang bisa
memberikan sumbangan terhadap varian seluruh variabel, misalnya lebih besar
dari 75%. Namun Hair (2006) menyatakan bahwa untuk penelitian sosial dimana
informasi yang didapatkan seringkali tidak setepat dalam ilmu dasar eksak, maka
jumlah variansi yang dapat dijelaskan dianggap memadai meskipun total variansi
74
yang dapat dijelaskan kurang dari 60%. Analisis faktor merupakan nama umum
yang menunjukan suatu kelas prosedur, utamanya dipergunakan untuk mereduksi
data atau meringkas dari variabel yang banyak diubah menjadi sedikit variabel,
misalnya dari 15 variabel yang lama diubah menjadi 4 atau 5 variabel baru yang
disebut faktor dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam
variabel asli (original variable).
Analisis faktor dipergunakan didalam situasi (Supranto J, 2004) sebagai berikut:
1. Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari (underlying
dimension) atau faktor, yang menjelaskan korelasi antara suatu set variabel
2. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak
berkorelasi (independent) yang lebih sedikit jumlahnya untuk mengggantikan
suatu set variabel asli yang saling berkorelasi didalam analisis multivariat
selanjutnya, misalnya analisis regresi berganda dan analisis diskriminan
3. Mengenali dan mengidentifikasi suatu set variabel yang penting dari suatu set
variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan didalam analisis
multivariat selanjutnya.
Ada dua cara atau metode yang bisa dipergunakan dalam analisis faktor,
khususnya untuk menghitung timbangan atau koefisien skor faktor, yaitu principal
component analysis dan common factor analysis. Di dalam principal component
analysis, jumlah varian dalam data dipertimbangkan. Diagonal matrik korelasi
terdiri dari angka satu dan full variance dibawa ke dalam matriks faktor. Principal
component analysis direkomendasikan kalau hal yang pokok ialah menentukan
banyaknya faktor harus minimum dengan memperhitungkan varian maksimum
dalam data untuk dipergunakan didalam analisis multivariat lebih lanjut dan
faktor-faktor tersebut dinamakan principal components. Sedangkan di dalam
common factor analysis, faktor diestimasi hanya didasarkan pada common
variance, communalities dimasukkan di dalam matriks korelasi. Metode ini
dianggap tepat kalau tujuan utamanya ialah mengenali/mengidentifikasi dimensi
75
yang mendasari dan common variance yang menarik perhatian. Metode ini dikenal
sebagai principal axis factoring.
Beberapa prosedur yang bisa disarankan dalam menentukan jumlah faktor
(Supranto J, 2004) yaitu:
1. Penentuan a priori.
2. Upayakan untuk menyarikan (to extract) berhenti, setelah banyaknya faktor
yang diharapkan sudah didapat, misalnya cukup 4 faktor saja.
3. Penentuan berdasarkan Eigenvalues.
4. Dalam pendekatan ini, hanya faktor dengan Eigenvalue lebih besar dari satu
(1) yang dipertahankan, kalau kurang dari satu faktornya tidak diikutsertakan
dalam model karena tidak lebih baik dari variabel asli, sebab variabel asli
telah dibakukan (standardized) yang berarti rata-ratanya nol dan variannya
satu. Suatu eigenvalue menunjukan besarnya sumbangan dari faktor terhadap
varian seluruh variabel asli.
5. Penentuan berdasarkan Scree Plot.
6. Scree Plot merupakan suatu plot dari eigenvalue sebagai fungsi banyaknya
faktor, didalam upaya untuk esktraksi (mengambil saripatinya). Bentuk Scree
Plot dipergunakan untuk menentukan banyaknya faktor, Scree Plot seperti
garis yang patah-patah.
7. Penentuan didasarkan pada persentasi varian.
8. Banyaknya faktor yang diekstraksi ditentukan sedemikian rupa sehingga
kumulatif prosentase varian yang diekstraksi oleh faktor mencapai suatu level
tertentu yang memuaskan, dalam hal ini ekstraksi faktor dihentikan kalau
kumulatif persentasi varian sudah mencapai paling sedikit 60% atau 75% dari
seluruh varian variabel asli.
9. Penentuan berdasarkan Split-Half Reliability.
76
10. Analisis faktor dilakukan pada masing-masing bagian sampel tersebut. Hanya
faktor dengan faktor loading yang sesuai pada kedua sub sampel yang
dipertahankan, maksudnya faktor-faktor yang dipertahankan memang
mempunyai faktor loading yang tinggi pada masing-masing bagian sampel.
11. Penentuan berdasarkan uji signifikan.
12. Dimungkinkan untuk menentukan signifikansi statistik untuk eigenvalues
yang terpisah dan dipertahankan faktor-faktor yang memang berdasarkan uji
statistik eigenvaluenya signifikan pada α = 5% atau 1%.
Output yang penting dari analisis faktor ialah apa yang disebut matrik faktor pola
(factor pattern matrix). Matrik faktor berisi koefisien yang dipergunakan untuk
mengekspresikan variabel yang dibakukan (standardized) dinyatakan dalam
faktor. Koefisien ini yang disebut factor loading, mewakili korelasi antar faktor
dan variabel, jika koefisien dengan nilai mutlak yang besar menunjukan bahwa
faktor dan variabel berkorelasi (terkait) sangat kuat dan bisa dipergunakan untuk
menginterpretasikan faktor. Variabel-variabel yang berkorelasi kuat (nilai factor
loading yang besar) dengan faktor tertentu akan memberikan inspirasi nama faktor
yang bersangkutan. Jika faktor berkorelasi dengan banyak variabel maka
dilakukan rotasi untuk mengubah (mentranformasi) matric factor menjadi matrix
yang lebih sederhana yang lebih mudah untuk diinterpretasikan. Metode yang
paling banyak dipergunakan adalah varimax procedure, yang menghasilkan factor
orthogonal, faktor yang tidak berkorelasi, bebas dari multicollinearity. Apabila
faktor sangat kuat berkorelasi dalam populasi oblique rotation bisa dipergunakan.
Matrix factor yang dirotasi membentuk dasar untuk menginterpretasi faktor.
3.5.5. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda adalah teknik statistik yang dapat digunakan untuk
menganalisa hubungan antara satu variabel dependent dengan beberapa variabel
independen (Hair, 2006). Dengan kemampuannya yang luas, tehnik ini digunakan
untuk banyak tujuan. Jika dikelompokan berdasarkan masalah penelitian, maka
tujuan tersebut dapat dibagi menjadi dua. Yang pertama adalah, tehnik analisis
77
regresi berganda digunakan untuk meramalkan kemampuan variansi beberapa
variabel independen dalam meramalkan variabel dependen. Kedua, teknik ini
dapat digunakan untuk menjelaskan koefisien regresi (kekuatan, tanda dan
signifikansi statistik) setiap variabel independent dan cenderung menggunakan
alasan teoritis untuk menjelaskan pengaruh variabel independent. Analisis regresi
berganda dapat digunakan baik itu untuk masing-masing kelompok, maupun
untuk dua kelompok masalah penelitian yang akan diteliti.
Dalam tenik analisis regresi berganda, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan
pada tahap awal:
1. Besarnya sample. Dalam tehnik ini, besarnya sampel akan mempengaruhi
statistical power dan signifikansi statistik/praktis yang dibutuhkan oleh
peneliti. Hair (2006) menyebutkan bahwa ketentuan umum banyaknya sampel
minimum untuk tehnik ini adalah rasio 5:1, yang berarti terdapat minimal 5
sample untuk setiap variabel yang diteliti. Lebih jauh dinyatakan bahwa
meskipun minimal rasio adalah 5:1, namun untuk mendapatkan level yang
diinginkan, disarankan rasio ini dinaikan menjadi 15 sampai dengan 20:1
untuk setiap variabel yang terdapat di dalam penelitian. Untuk mendapatkan
statistical power 0.8, maka minimum sampel yang dibutuhkan sebanyak 50
dan akan lebih baik jika mencapai 100 sampel.
2. Elemen yang unik pada hubungan dependence. Meskipun variabel bebas
diasumsikan memiliki skala metrik dan memilii hubungan linear dengan
variabel terikat, kedua asumsi ini dapat dilonggarkan dengan membentuk
variabel tambahan untuk menghadirkan aspek hubungan yang lebih khusus.
3. Sifat dasar ariabel bebas. Analisis regresi berganda mengakomodir variabel
bebas metrik yang diasumsikan sesuai dengan sifat aslinya seperti pada
komponen acak.
Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat juga dipengaruhi oleh
variabel lainnya. Situasi ini disebut sebagai efek moderator, yang terjadi ketika
78
terdapat variabel moderator yang mengubah bentuk hubungan antara variabel
bebeas dan variabel terikat. Dalam analisis multiple regression, variabel moderator
dapat ditambahkan dengan cara menghadirkan variabel lain yang merupakan
perkalian dari variabel bebas dengan variabel moderator ke dalam persamaan
regresi. Pengubahan skala variabel maupun penambahan variabel dalam
persamaan regresi harus dikembalikan dan disesuaikan dengan teori yang
melatarbelakanginya. Sehingga model persamaan regresi dapat mencapai
signifikansi fungsional dan statistiknya.
Setelah peneliti menentukan tujuan dari penggunaan analisis regresi berganda,
menentukan variabel bebas dan varabel terikatnya, menunjukan masalah
penelitian, dan memperbaiki vaiabel agar sesuai dengan asumsi penelitian, maka
tahap selanjutnya adalah merancang model regresi dan menilai ketepatan dari
model tersebut. Hal yang harus dilakukan dalam tahap ini adalah memilih metode
untuk membuat model regresi, menghitung signifikansi statistik atas keseluruhan
model dalam meramalkan variabel terikat dan memutuskan apakah terdapat
observasi yang menyebabkan pengaruh yang tidak semestinya.