GALERI ANIMASI SEMARANG DENGAN KONSEP ...VI PERSEMBAHAN Landasan Program Perencanaan dan Perancangan...

157
GALERI ANIMASI SEMARANG DENGAN KONSEP ARSITEKTUR FUTURISTIK LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Tugas Akhir Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Program Studi Teknik Arsitektur Oleh Afif Fahrul Ramadhan NIM. 5112413045 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN 2018

Transcript of GALERI ANIMASI SEMARANG DENGAN KONSEP ...VI PERSEMBAHAN Landasan Program Perencanaan dan Perancangan...

  • GALERI ANIMASI SEMARANG DENGAN KONSEP

    ARSITEKTUR FUTURISTIK

    LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

    ARSITEKTUR

    Tugas Akhir

    Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

    Sarjana Arsitektur Program Studi Teknik Arsitektur

    Oleh

    Afif Fahrul Ramadhan

    NIM. 5112413045

    PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    TAHUN 2018

  • II

  • III

  • IV

    KATA PENGANTAR

    Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat

    menyelesaikan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

    (LP3A) dengan judul “Galeri Animasi Semarang Dengan Konsep Arsitektur

    Futuristik” ini dengan baik dan lancar tanpa terjadi suatu halangan apapun yang

    mungkin dapat mengganggu proses penyusunan LP3A ini.

    LP3A ini disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan akademik di

    Universitas Negeri Semarang serta landasan dasar untuk merencanakan desain

    Galeri Animasi nantinya. Judul Proyek Akhir Arsitektur yang penulis pilih adalah

    “Galeri Animasi Semarang Dengan Konsep Arsitektur Futuristik”.

    Dalam penulisan LP3A ini tidak lupa penulis untuk mengucapkan

    terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing serta

    mengarahkan sehingga penulisan LP3A ini dapat terselesaikan dengan baik.

    Ucapan terimakasih saya tujukan kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri

    Semarang.

    2. Bapak Dr. Nur Qudus, M.T., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri

    Semarang.

    3. Bapak Aris Widodo S,Pd., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas

    Negeri Semarang.

    4. Bapak Teguh Prihanto, S.T., M.T., selaku Kepala Program Studi Teknik

    Arsitektur S1 Universitas Negeri Semarang sekaligus pembimbing yang

    memberikan masukan, arahan dan ide-ide nya selama bimbingan.

    5. Penguji Proyek Akhir Arsitektur Ir. Didik Nopianto Agung N. ,M.T dan Lulut

    Indrianingrum, S.T., M.T. yang memberikan arahan dan masukan dalam

    penyusunan Proyek Akhir Arsitektur Galeri Animasi Semarang ini

    6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Arsitektur UNNES yang memberikan bantuan arahan

    dalam penyusunan LP3A ini.

    7. Kedua orang tua, kerabat dan saudara-saudara saya, Terimakasih untuk semua

  • V

  • VI

    PERSEMBAHAN

    Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A)

    dengan judul “Galeri Animasi Semarang Dengan Konsep Arsitektur

    Futuristik” ini penulis persembahkan kepada:

    Bapak Sukamto (Ayahanda), Ibu Romdlonah (Ibunda), Fadilah Fatikah Sari

    (Adik) yang telah memberikan wejangan-wejangan, nasehat, serta hiburan

    dalam penulisan Proyek Akhir Arsitektur Galeri Animasi Semarang ini

    Ketua Jurusan Teknik Sipil Aris Widodo S,Pd., M.T. yang telah memberikan

    ijin bagi penulis untuk melaksanakan Proyek Akhir Galeri Animasi

    Semarang.

    Kaprodi S1 Arsitektur Teguh Prihanto, S.T., M.T., selaku pembimbing yang

    memberikan arahan dalam program Proyek Akhir Arsitektur ini sehingga

    memperlancar proses penulisan LP3A Galeri Animasi Semarang ini

    Penguji Proyek Akhir Arsitektur Ir. Didik Nopianto Agung N. ,M.T dan

    Lulut Indrianingrum, S.T., M.T. yang memberikan arahan dan masukan

    dalam penyusunan Proyek Akhir Arsitektur Galeri Animasi Semarang ini

    Seluruh Bapak/Ibu Dosen Arsitektur UNNES yang memberikan bantuan

    arahan dalam penyusunan Proyek Akhir Arsitektur ini

    Novia Fatmawati, Nessyana Hartono dan teman-teman seperjuangan

    Proyek Akhir Arsitektur terimakasih atas bantuan dan kerja samanya selama

    Proyek Akhir Arsitektur ini.

    Adek angkatan Arsitektur yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu

    persatu yang telah memberikan kontribusinya dalam membantu Proyek

    Akhir Arsitektur.

    Semua teman-teman Arsitektur UNNES 2010-2016 yang telah memberikan

    dukungan.

  • VII

    ABSTRAK

    Afif Fahrul Ramadhan

    5112413045

    “Galeri Animasi Semarang Dengan Konsep Arsitektur Futuristik”

    Dosen Pembimbing

    Teguh Prihanto, S.T., M.T.

    Prodi S1 Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitan Negeri Semarang

    Pada era kepemimpinan Jokowi 5 tahun belakang, industri semakin

    mendapat prioritas dalam kebijakan pemerintah. Melalui Peraturan Pemerintah

    Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 Tendang Badan Ekonomi Kreatif,

    Presidan Jokowi membentuk lembaga baru non kementerian bernama badan

    ekonomi kreatif (bekraf). Ada 16 sub sektor industri kreatif yang ditetapkan oleh

    Badan Ekonomi Kreatif meliputi, aplikasi dan game developer, arsitektur, desain

    interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, film, animasi, dan video,

    fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa,

    dan televisi dan radio. Semarang yang dulunya mempunyai julukan sebagi kota

    transit akan berubah menjadi kota wisata seperti yang diupayakan oleh pemerintah

    kota Semarang dan wali kota Semarang Hendar Prihadi. Menjadi salah satu tujuan

    wisata di indonesia memiliki beragam potensi yang dapat memunculkan para

    pelaku industri kreatif. Salah satu industri kreatif yang sedang berkembang saat ini

    adalah industri keatif animasi. Perkembangan ini ditandai dengan banyaknya

    festival film animasi yang bergelar dalam beberapa tahun terakhir. Banyaknya

    komunitas animasi, studio animasi, dan individu pembuat animasi menunjukkan

    bahwa minat dan perhatian masyarakat terhadap animasi meningkat. Semarang

    Animation Gallery meruapakan saran yang dipentukkan untuk meningkatkan

    kualitas sumber daya manusia yang kreatif sebagai tempat berkumpul komunitas

    kreatif, pelatihan dan pembelajaran, klinik desain, bisnis, worksop, gelar karya,

    seminar dan kompetisi. Melalui pendekatan arsitektur futuristik, karya arsitektur

    Semarang Animation Gallery dibangun dengan unsur modern sebagai perwujudan

    dari perkembangan industri animasi yang selalu berkembang dimana segi fungsi

    dan rasionalisasi sebagai bagian dari modernisme juga terpenuhi.

    Kata Kunci : Industri Kreatif; Animasi; Galeri; Arsitektur Futuristik; Kota

    Semarang

  • VIII

    DAFTAR ISI

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... II

    PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. III

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... IV

    PERSEMBAHAN ................................................................................................ VI

    ABSTRAK .......................................................................................................... VII

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... VIII

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... XIII

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. XX

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Permasalahan ............................................................................ 3

    1.3 Tujuan dan Sasaran ................................................................................... 4

    1.3.1 Tujuan ............................................................................................... 4

    1.3.2 Sasaran .............................................................................................. 4

    1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................................... 4

    1.4.1 Subjektif ............................................................................................ 4

    1.4.2 Objektif ............................................................................................. 4

    1.5 Lingkup Pembahasan ................................................................................. 5

    1.5.1 Lingkup Subtansial ........................................................................... 5

    1.5.2 Lingkup Spasial ................................................................................. 5

    1.6 Metode Pembahasan................................................................................... 5

    1.7 Sistematika Dan Pembahasan ................................................................... 7

    1.8 Alur Pikir..................................................................................................... 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 10

    2.1 Tinjauan Galeri......................................................................................... 10

    2.1.1 Fungsi Galeri ................................................................................... 10

    2.1.2 Jenis-jenis Galeri ............................................................................. 11

    2.1.3 Jenis Kegiatan pada Galeri .............................................................. 12

    2.1.4 Aktifitas Galeri ................................................................................ 13

  • IX

    2.1.5 Fasilitas Galeri ................................................................................ 14

    2.1.6 Prinsip Perancangan Ruang Galeri.................................................. 14

    2.2 Tinjauan Animasi ..................................................................................... 28

    2.2.1 Pengertian Animasi ......................................................................... 28

    2.2.2 Proses Pembuatan Animasi ............................................................. 29

    2.3 Tinjauan Galeri Animasi ......................................................................... 33

    2.3.1 Pengertian Galeri Animasi .............................................................. 33

    2.3.2 Tujuan dan Fungsi Galeri Animasi ................................................. 34

    2.3.3 Pengguna dan Kegiatan Galeri Animasi ......................................... 34

    2.3.4 Prinsip Galeri Animasi .................................................................... 38

    2.3.5 Persyaratan Galeri Animasi............................................................. 38

    2.3.6 Program Ruang Galeri Animasi ...................................................... 40

    2.3.7 Kebutuhan Ruang Dalam Galeri Animasi....................................... 41

    2.4 Tinjauan Arsitektur Futiristik ................................................................ 75

    2.4.1 Pengertian Arsitektur Futuristik ...................................................... 75

    2.4.2 Karakteristik Arsitektur Futuristik .................................................. 76

    2.5 Studi Banding ............................................................................................ 78

    2.5.1 SMK Raden Umar Said Kudus ....................................................... 78

    2.5.2 Pixar Studio ..................................................................................... 84

    2.5.3 Milwaukee Art Museum ................................................................. 92

    BAB III TINJAUAN LOKASI ............................................................................ 98

    3.1 Tinjauan Umum Kota Semarang ............................................................ 98

    3.1.1 Letak Geografis Kota Semarang ..................................................... 98

    3.1.2 Pembagian Administratif ................................................................ 99

    3.1.3 Kondisi Topografis ....................................................................... 101

    3.1.4 Kondisi Klimatologi ...................................................................... 103

    3.2 Kebijakan Tata Guna Lahan................................................................. 104

    3.3 Tinjauan Lokasi Perencanaan ............................................................... 106

    3.3.1 Kriteria Lokasi Perencanaan ......................................................... 106

    3.3.2 Pendekatan Lokasi dan Pemilihan Tapak ..................................... 107

    3.4 Pemilihan Tapak ..................................................................................... 107

  • X

    3.4.1 Kriteria Pemilihan Tapak .............................................................. 108

    3.4.2 Alternatif Tapak ............................................................................ 109

    3.4.3 Skoring Tapak ............................................................................... 117

    3.4.4 Tapak Terpilih ............................................................................... 120

    BAB IV PENDEKATAN PERUMUSAN KONSEP PERENCANAAN DAN

    PERANCANGAN .............................................................................................. 123

    4.1. Pendekatan Fungsional .......................................................................... 123

    4.1.1. Tujuan Perencanaan ...................................................................... 123

    4.1.2. Analisa Pelaku Kegiatan ............................................................... 124

    4.1.3. Analisa Aktivitas Pelaku dan Kebutuhan Ruang .......................... 125

    4.1.4. Analisa Kebutuhan Ruang............................................................. 130

    4.1.5. Analisa Hubungan Ruang ............................................................. 132

    4.1.6. Analisa Besaran Ruang ................................................................. 132

    4.2. Pendekatan Kontekstual ........................................................................ 143

    4.2.1. Tapak Terpilih ............................................................................... 143

    4.2.2. Analisa Aksesibilitas ..................................................................... 144

    4.2.3. Analisa Klimatologi ...................................................................... 147

    4.2.4. Analisa Topografi.......................................................................... 149

    4.2.5. Analisa View ................................................................................. 152

    4.3. Pendekatan Teknis ................................................................................. 155

    4.3.1. Pendekatan Sistem Modul ............................................................. 155

    4.3.2. Pendekatan Sistem Struktur .......................................................... 156

    4.4. Pendekatan Kinerja ................................................................................ 159

    4.4.1. Sistem Pencahayaan ...................................................................... 159

    4.4.2. Sistem Penghawaan ....................................................................... 161

    4.4.3. Sistem Transportasi Vertikal ......................................................... 163

    4.4.4. Sistem Pemadam Kebakaran ......................................................... 165

    4.4.5. Sistem Jaringan Listrik .................................................................. 170

    4.4.6. Sistem Penangkal Petir .................................................................. 171

    4.4.7. Sistem Jaringan Air Bersih ........................................................... 173

    4.4.8. Sistem Jaringan Air Kotor ............................................................. 175

  • XI

    4.4.9. Sistem Pengolahan Sampah .......................................................... 178

    4.4.10. Sistem Telekomunikasi dan Internet ......................................... 180

    4.4.11. Sistem Keamanan ...................................................................... 181

    4.5. Pendekatan Arsitektural ........................................................................ 182

    4.5.1. Pendekatan Arsitektur Futuristik................................................... 182

    BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

    ARSITEKTUR ................................................................................................... 185

    5.1 Lokasi Perencanaan ............................................................................... 185

    5.1.1 Lokasi Tapak ................................................................................. 185

    5.1.2 Desain Tapak ................................................................................. 189

    5.2 Konsep Keruangan ................................................................................. 192

    5.2.1 Kelompok dan kebutuhan ruang ................................................... 192

    5.2.2 Program Ruang ............................................................................. 195

    5.2.3 Organisasi Ruang .......................................................................... 198

    5.2.4 Hubungan Ruang ........................................................................... 198

    5.2.5 Sirkulasi Ruang ............................................................................. 199

    5.2.6 Zonning Ruang .............................................................................. 201

    5.2.7 Konsep Siteplan ............................................................................ 203

    5.3 Konsep Arsitektural ............................................................................... 204

    5.3.1 Pendekatan Arsitektur Futuristik................................................... 204

    5.3.2 Konsep Fasad Bangunan ............................................................... 204

    5.3.3 Konsep Gubahan Massa ................................................................ 207

    5.3.4 Konsep Sinergitas Bangunan dengan Alam .................................. 209

    5.4 Konsep Struktural .................................................................................. 209

    5.4.1 Struktur Bawah ............................................................................. 209

    5.4.2 Struktur Tengah ............................................................................. 210

    5.4.3 Struktur Atas ................................................................................. 210

    5.5 Konsep Sistem Kinerja ........................................................................... 212

    5.5.1 Sistem Pencahayaan ...................................................................... 212

    5.5.2 Sistem Penghawaan ....................................................................... 214

    5.5.3 Sistem Transportasi Vertikal ......................................................... 215

  • XII

    5.5.4 Sistem Pemadam Kebakaran ......................................................... 216

    5.5.5 Sistem Jaringan Listrik .................................................................. 217

    5.5.6 Sistem Penangkal Petir .................................................................. 217

    5.5.7 Sistem Jaringan Air Bersih dan Ari Kotor .................................... 218

    5.5.8 Sistem Jaringan Limbah ................................................................ 218

    5.5.9 Sistem Pengelolahan Sampah ....................................................... 219

    5.5.10 Sistem Telekomunikasi dan Internet ............................................. 219

    5.5.11 Sistem Keamanan .......................................................................... 220

    5.5.12 Sistem Drainase ............................................................................. 220

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 222

  • XIII

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Alur Pikir ................................................................................... 9

    Gambar 2.1 Vitrine Dinding ................................................................................. 16

    Gambar 2.2 Vitrine Tengah................................................................................... 16

    Gambar 2.3 Vitrine Sudut ..................................................................................... 17

    Gambar 2.4 Lima Teknik Pendistribusian Cahaya ............................................... 20

    Gambar 2.5 Pola Jalur Sequential Circulation ...................................................... 23

    Gambar 2.6 Pola Jalur Random Circulation ......................................................... 24

    Gambar 2.7 Pola Jalur Ring Circulation ............................................................... 24

    Gambar 2.8 Pola Jalur Linier Bercabang .............................................................. 25

    Gambar 2.9 Struktur Organisasi Galeri Animasi .................................................. 35

    Gambar 2.10 Aktifitas Pengunjung Galeri ............................................................ 37

    Gambar 2.11 Aktifitas Pengelola Galeri .............................................................. 38

    Gambar 2.12 Pembagian Ruang Menurut Sifat Ruang ......................................... 41

    Gambar 2.13 Lobi Modern .................................................................................... 42

    Gambar 2.14 Penggunaan Pertunjukan Hologram ................................................ 42

    Gambar 2.15 Contoh Ruang Pameran URA Centre.............................................. 43

    Gambar 2.16 Toy Town London ........................................................................... 43

    Gambar 2.17 Ruang pameran 2D dan cara pandang ............................................. 44

    Gambar 2.18 Ruang pameran 3D dan cara pandang ............................................. 44

    Gambar 2.19 Pencahayaan ruang .......................................................................... 45

    Gambar 2.20 Pujasera (Foodcourt) ....................................................................... 51

    Gambar 2.21 Standar Ergonomi ............................................................................ 51

    Gambar 2.22 Standar ergonomi orang memasak .................................................. 52

    Gambar 2.23 Panggung Arena Bentuk “U” .......................................................... 52

    Gambar 2.24 Bagian Bagian Panggung Proscenium ............................................ 53

    Gambar 2.25 Contoh Bioskop ............................................................................... 53

    Gambar 2.26 Standar Ukuran Kursi penonton ...................................................... 54

    Gambar 2.27 Desain Bentuk Kursi penonton ....................................................... 55

    Gambar 2.28 Denah Auditorium dan Stage .......................................................... 55

  • XIV

    Gambar 2.29 Bentuk Penataan Auditorium Satu Level ........................................ 56

    Gambar 2.30 Bentuk Penataan Auditorium Dua Level ........................................ 57

    Gambar 2.31 Tampak Penataan Auditorium dengan Balkon................................ 57

    Gambar 2.32 Standar Penataan Auditorium ......................................................... 58

    Gambar 2.33 Ruang Directur ................................................................................ 59

    Gambar 2.34 Ruang Directur Modern .................................................................. 60

    Gambar 2.35 Ruang Rapat .................................................................................... 61

    Gambar 2.36 Ruang Kerja Bersama...................................................................... 62

    Gambar 2.37 Ruang Gambar 2D ........................................................................... 62

    Gambar 2.38 Ruang Storyboard Pixar .................................................................. 63

    Gambar 2.39 Ruang Modeling .............................................................................. 64

    Gambar 2.40 Ruang Kerja Semi Terbuka ............................................................. 65

    Gambar 2.41 Proses Texturing and Shading ......................................................... 65

    Gambar 2.42 Proses Pembuantan Environmental Effect ...................................... 66

    Gambar 2.43 Ruang Kerja Pribadi ........................................................................ 67

    Gambar 2.44 Rendering Room ............................................................................. 68

    Gambar 2.45 Ruang Kerja Semi Tertutup dan Tertutup ....................................... 69

    Gambar 2.46 Contoh Layout Studio Musik .......................................................... 70

    Gambar 2.47 Contoh Layout Ruang Arsip ........................................................... 72

    Gambar 2.48 Contoh Layout Ruang Tunggu ........................................................ 73

    Gambar 2.49 Taman .............................................................................................. 74

    Gambar 2.50 Lokasi SMK RUS ........................................................................... 78

    Gambar 2.51 Mini Studio SMK RUS ................................................................... 79

    Gambar 2.52 Dubbing Room SMK RUS .............................................................. 80

    Gambar 2.53 Modeling Room SMK RUS ............................................................ 80

    Gambar 2.54 Perpustakaan SMK RUS ................................................................. 81

    Gambar 2.55 Rendering Room SMK RUS ........................................................... 81

    Gambar 2.56 Ruang Kelas SMK RUS .................................................................. 82

    Gambar 2.57 Ruang Penunjang SMK RUS .......................................................... 82

    Gambar 2.58 Ruang Tunggu SMK RUS............................................................... 83

    Gambar 2.59 Ruang Bilyard SMK RUS ............................................................... 83

  • XV

    Gambar 2.60 Ruang Motion Capture SMK RUS ................................................. 84

    Gambar 2.61 Ruang Studio SMK RUS ................................................................ 84

    Gambar 2.62 Pixar Animation Studio ................................................................... 85

    Gambar 2.63 Pixar Studio Headquarter ................................................................ 86

    Gambar 2.64 Atrium Pixar Studio ........................................................................ 87

    Gambar 2.65 Loby Pixar Studio............................................................................ 88

    Gambar 2.66 Ruang tunggu Pixar Studio ............................................................. 89

    Gambar 2.67 Theater Pixar Studio ........................................................................ 90

    Gambar 2.68 Cafe ................................................................................................. 90

    Gambar 2.69 Pixar Icon dan Amphitheater........................................................... 91

    Gambar 2.70 Pantry dan Mini Bar ........................................................................ 91

    Gambar 2.71 Meeting Room ................................................................................. 92

    Gambar 2.72 Working Room ................................................................................ 92

    Gambar 2.73 Pixar Gallery ................................................................................... 92

    Gambar 2.74 Milwaukee Art Museum.................................................................. 93

    Gambar 2.75 Milwaukee Art Museum brise-soleil ............................................... 95

    Gambar 2.76 Milwaukee Art Museum Font Bridge ............................................. 97

    Gambar 2.77 MAM Sun Shading Terbuka dan Tertutup ...................................... 97

    Gambar 2.78 Pemandangan dari dalam MAM ..................................................... 97

    Gambar 2.79 MAM Canopy ................................................................................. 97

    Gambar 3.1 Peta Kota Semarang .......................................................................... 98

    Gambar 3.2 Peta Rencana Pembagian BWK Kota Semarang ............................ 106

    Gambar 3.3 Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang ....................... 107

    Gambar 3.4 Alternatif Tapak 1 ........................................................................... 110

    Gambar 3.5 Aksesibilitas Alternatif Tapak 1 ...................................................... 111

    Gambar 3.6 Kondisi Lahan Alternatif Tapak 1 ................................................... 112

    Gambar 3.7 Sarana Prasarana Alternatif Tapak 1 ............................................... 113

    Gambar 3.8 Alternatif Tapak 2 ........................................................................... 114

    Gambar 3.9 Aksesibilitas Alternatif Tapak 2 ...................................................... 115

    Gambar 3.10 Kondisi Lahan Alternatif Tapak 2 ................................................ 116

  • XVI

    Gambar 3.11 Keadaan Lingkungan Alternatif Tapak 2 ...................................... 117

    Gambar 3.12 Site Terpilih ................................................................................... 120

    Gambar 3.13 Situasi Site Terpilih ....................................................................... 121

    Gambar 3.14 Bangunan di sekitar tapak ............................................................. 121

    Gambar 3.15 Potongan Jalan Imam Bonjol ........................................................ 122

    Gambar 3.16 Jalan Imam Bonjol ........................................................................ 122

    Gambar 4.1 Sirkulasi Pengelola Galeri Animasi ................................................ 130

    Gambar 4.2 Sirkulasi Pegawai Galeri Animasi .................................................. 131

    Gambar 4.3 Sirkulasi Servis Galeri Animasi ...................................................... 131

    Gambar 4.4 Sirkulasi Pengunjung ...................................................................... 131

    Gambar 4.5 Hubungan Ruang Galeri Animasi ................................................... 132

    Gambar 4.6 Tapak Perencanaan .......................................................................... 144

    Gambar 4.7 Jalan Imam Bonjol .......................................................................... 145

    Gambar 4.8 Jalan Kapten Piere Tandean ............................................................ 145

    Gambar 4.9 Analisa Aksesibitas ......................................................................... 146

    Gambar 4.10 Analisa Penentuan ME, SE dan Exit ............................................. 147

    Gambar 4.11 Analisa Matahari ........................................................................... 148

    Gambar 4.12 Pembelokan Arah Angin ............................................................... 149

    Gambar 4.13 Sun Shading .................................................................................. 149

    Gambar 4.14 Kondisi Topografi ......................................................................... 150

    Gambar 4.15 Analisa Topografi .......................................................................... 151

    Gambar 4.16 Konsep Topografi .......................................................................... 151

    Gambar 4.17 Analisi Batas Site .......................................................................... 152

    Gambar 4.18 Analisi View to Site ...................................................................... 153

    Gambar 4.19 Analisi View from Site .................................................................. 153

    Gambar 4.20 Peletakan Signage ......................................................................... 154

    Gambar 4.21 Output Analisa View ..................................................................... 154

    Gambar 4.22 Modul Vertikal .............................................................................. 155

    Gambar 4.23 Modul Horizontal .......................................................................... 156

    Gambar 4.24 Pondasi Batu Kali dan Pondasi Foot Plat ...................................... 157

  • XVII

    Gambar 4.25 Struktur Bata Ringan ..................................................................... 158

    Gambar 4.26 Struktur Beton Bertulang .............................................................. 158

    Gambar 4.27 Struktur Baja ................................................................................. 159

    Gambar 4.28 Struktur Rangka Baja .................................................................... 159

    Gambar 4.29 Ilustrasi Pencahayaan Alami ......................................................... 160

    Gambar 4.30 Ilustrasi Pencahayaan Langsung ................................................... 161

    Gambar 4.31 Ilustrasi Penghawaan Alami .......................................................... 162

    Gambar 4.32 Ilustrasi Penghawaan Buatan ........................................................ 163

    Gambar 4.33 Standar Tangga dan Contoh .......................................................... 163

    Gambar 4.34 Standar Ramp dan Contoh ............................................................ 164

    Gambar 4.35 Standar Lift dan Contoh ................................................................ 165

    Gambar 4.36 Alur Fire Detector ......................................................................... 166

    Gambar 4.37 Alur Fire Fighting Sistem Sprinkler .............................................. 167

    Gambar 4.38 Fire Fighting Sistem Hydrant ........................................................ 169

    Gambar 4.39 Tangga dan Pintu Darurat ............................................................. 170

    Gambar 4.40 Alur Distribusi Listrik ................................................................... 171

    Gambar 4.41 Sistem Faraday .............................................................................. 172

    Gambar 4.42 Sistem Radioaktif .......................................................................... 173

    Gambar 4.43 Sistem Jaringan Air Bersih ............................................................ 173

    Gambar 4.44 Sistem Rain Harvesting ................................................................. 174

    Gambar 4.45 Sistem Tanki Atap dan Sambungan Langsung ............................. 175

    Gambar 4.46 Air Kotor Dari Wc dan Air Bekas Pakai ....................................... 176

    Gambar 4.47 Sistem Grase Trap ......................................................................... 177

    Gambar 4.48 Biofilter Anaerob Aerob................................................................ 177

    Gambar 4.49 Bio Septictank ............................................................................... 178

    Gambar 4.50 Pengolahan Sampah ...................................................................... 180

    Gambar 4.51 Sistem Jaringan PABX .................................................................. 181

    Gambar 4.52 Sistem CCTV ................................................................................ 182

    Gambar 4.53 Pondasi Batu Kali dan Pondasi Foot Plat ...................................... 209

    Gambar 4.54 Standar Tangga dan Contoh .......................................................... 215

    Gambar 4.55 Standar Ramp dan Contoh ............................................................ 216

  • XVIII

    Gambar 4.56 Standar Lift dan Contoh ................................................................ 216

    Gambar 5.1 Peta Kota Semarang ........................................................................ 185

    Gambar 3.2 Peta Rencana Pembagian ................................................................ 185

    Gambar 5.3 Bangunan di sekitar tapak ............................................................... 186

    Gambar 5.4 Kondisi Eksisting ............................................................................ 186

    Gambar 5.5 Potongan Jl. Imam Bonjol ............................................................... 189

    Gambar 5.6 Pola sirkulasi pada tapak ................................................................. 190

    Gambar 5.7 Respon desain .................................................................................. 190

    Gambar 5.8 Penggunaan Material Masif dan Vegetasi ....................................... 191

    Gambar 5.9 Respon bangunan terhadap view to site .......................................... 191

    Gambar 5.10 Organisasi ruang ............................................................................ 198

    Gambar 5.11 Hubungan Ruang ........................................................................... 199

    Gambar 5.12 Sirkulasi Ruang Pengelola ............................................................ 199

    Gambar 5.13 Sirkulasi Ruang Animasi ............................................................... 200

    Gambar 5.14 Sirkulasi Ruang Film ..................................................................... 200

    Gambar 5.15 Sirkulasi Ruang Pameran .............................................................. 201

    Gambar 5.16 Sirkulasi Pengunjung..................................................................... 201

    Gambar 5.17 Zonning Ruang .............................................................................. 201

    Gambar 5.18 Optimalisasi KDH ......................................................................... 203

    Gambar 5.19 Green Mobility .............................................................................. 203

    Gambar 5.20 Ide Dasar Fasad ............................................................................. 204

    Gambar 5.21 Material Fasad Bangunan .............................................................. 205

    Gambar 5.22 Aplikasi pada Desain ..................................................................... 205

    Gambar 5.23 Aplikasi pada Desain ..................................................................... 206

    Gambar 5.24 Penerapan Vertical Garden............................................................ 207

    Gambar 5.25 Konsep Sinergitas Bangunan dengan Alam .................................. 209

    Gambar 5.26 Struktur Baja Konvensional .......................................................... 211

    Gambar 5.27 Penutup Atap Polikarbonat............................................................ 212

    Gambar 5.28 Talang Alumunium ....................................................................... 212

    Gambar 5.29 Ilustrasi Pencahayaan Downlight dan Wall Washer ..................... 214

  • XIX

    Gambar 5.30 Sistem Pemadam Kebakaran ......................................................... 217

    Gambar 5.31 Konsep Sistem Pemadam Kebakaran ............................................ 217

    Gambar 5.32 Konsep Sistem Jaringan Listrik..................................................... 217

    Gambar 5.33 Konsep Sistem Jaringan Air Bersih dan Air Kotor ....................... 218

    Gambar 5.34 Konsep Bioseptictank ................................................................... 219

    Gambar 5.35 Konsep Pengolahan Sampah ......................................................... 219

    Gambar 5.36 Konsep Sistem Jaringan Telekomunikasi dan Internet ................. 220

    Gambar 5.37 Konsep Sistem Keamanan ............................................................. 220

    Gambar 5.38 Sistem Drainase Pada Bangunan ................................................... 221

  • XX

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Sirkulasi Pencapaian ............................................................................. 25

    Tabel 2.2 Hubungan Jalur dan Ruang ................................................................... 26

    Tabel 2.3 Ruang Pembentuk Sirkulasi .................................................................. 27

    Tabel 2.4 Ukuran dan jarak minimal yang dianjurkan untuk rak perpustakaan. .. 46

    Tabel 2.5 Ukuran dan jarak minimal orang terhadap rak perpustakaan ............... 47

    Tabel 2.6 Standar Perpustakaan menurut Jurnal IDEALOGI 2016 ...................... 48

    Tabel 2.7 Dimensi Kursi Penonton ....................................................................... 54

    Table 3.1 Administratif Kota Semarang ............................................................... 99

    Tabel 3.2 Ketinggian Wilayah Kota Semarang................................................... 102

    Tabel 3.3 Curah Hujan Kota Semarang .............................................................. 104

    Tabel 3.4 Skoring Tapak ..................................................................................... 118

    Tabel 4.1 Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang Pengelola Utama ................... 125

    Tabel 4.2 Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang Department ............................ 126

    Tabel 4.3 Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang Pegawai ................................. 127

    Tabel 4.4 Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang Pengunjung ............................ 129

    Tabel 4.5 Jumlah Pengelola ................................................................................ 132

    Tabel 4.6 Jumlah Pegawai Tiap Bagian .............................................................. 133

    Tabel 4.7 Presentase Sirkulasi............................................................................. 135

    Tabel 4.8 Analisa Besaran Ruang Area Parkir.................................................... 136

    Tabel 4.9 Analisa Besaran Ruang Lobby ............................................................ 137

    Tabel 4.10 Analisa Besaran Area Pengelola ....................................................... 137

    Tabel 4.11 Analisa Besaran Ruang Area Pameran ............................................. 138

    Tabel 4.12 Analisa Besaran Studio Animasi....................................................... 139

    Tabel 4.13 Analisa Jumlah Besaran Ruang Studio Animasi............................... 140

    Tabel 4.14 Analisa Besaran Ruang Area Penunjang .......................................... 140

    Tabel 4.15 Analisa Jumlah Besaran Ruang Area Penunjang .............................. 141

    Tabel 4.16 Analisa Besaran Ruang Area Utilitas................................................ 141

    Tabel 4.17 Analisa Besaran Ruang Area Servis ................................................. 142

  • XXI

    Tabel 4.18 Analisa Jumlah Besaran Ruang Area Servis ..................................... 143

    Tabel 4.19 Analisa Jumlah Besaran Ruang Area Servis ..................................... 143

    Tabel 4.20 Analisa Kelebihan dan Kekurangan Alternatif Enterance ................ 146

    Tabel 5.1 Analisa Aksesibilitas ........................................................................... 187

    Tabel 5.2 Kelompok dan Kebutuhan Ruang ....................................................... 192

    Tabel 5.3 Program Ruang ................................................................................... 195

    Tabel 5.4 Konsep Gubahan Massa ...................................................................... 207

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

    Pada era kepemimpinan Presiden Jokowi saat ini, industri kreatif

    semakin mendapat prioritas dalam kebijakan pemerintah Melalui Peraturan

    Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi

    Kreatif, Presiden Joko Widodo membentuk lembaga baru non kementerian

    bernama Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Badan ini bertanggung jawab

    terhadap perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia Bekraf bertugas

    membantu presiden dalam merumuskan menetapkan, mengoordinasikan, dan

    sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi kreatif.

    Ada 16 sub sektor industri kreatif yang ditetapkan oleh Badan Ekonomi

    Kreatif meliputi arsiteklur, desain interior, desain komunikasi visual, desain

    produk, fesyen, film, animasi dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik,

    aplikasi dan game developer penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni

    rupa, serta televisi dan radio.

    Kreatif secara hakikat berarti sebuah kemampuan untuk membuat

    sesuatu yang baru namun membutuhkan “ekosistem pendorong" untuk

    melakukannya dan bersifat individual. Perkembangan suatu kota tidak terlepas

    dan kualitas sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif yang diciptakan

    dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan maupun produk industri kreatif.

    Kebijakan dan strategi permerintah tentang pengembangan industri

    kreatif, secara tidak langsung hal itu berkaitan dengan visi Kota Kreatif

    (Creative City) yang saat ini juga menjadi salah satu isu visi kota yang

    berkembang saat ini yang dimaksud. Kota Kreatif adalah Kota yang memiliki

    berbagai ekosistem kreatif yang mampu memicu sebuah kota untuk

    menggerakkan sumber daya manusia (individu) yang ada didalamnya untuk

    memiliki kemampuan dalam membuat sesuatu yang baru baik dalam bidang

    seni, budaya, teknologi, desain, arsitektur, ketukangan, hingga industri kreatif

    yang kemudian diwadahi dan dikembangkan.

  • 2

    Kota Semarang yang dulunya di kenal sebagai kota transit sekarang

    menjadi kota pariwisata berkat upaya dari pemerintah kota Semarang dan juga

    walikota Semarang Hendar Prihadi. Pembangunan sektor pariwisata dinilai

    dapat menaikan perekonomian di kota Semarang. Menjadi salah satu tujuan

    wisata di Indonesia memiliki beragam potensi yang dapat memunculkan para

    pelaku industri kreatif. Beberapa individu maupun badan usaha kreatif mulai

    bermunculan di berbagai bidang. Sedangkan di Semarang sendiri memiliki

    bidang industri kreatif lokal yang juga harus dikembangkan dan diperlihatkan

    kepada masyarakat umum.

    Semarang merupakan kawasan dengan segudang potensi ekonomi

    kreatif. Potensi tersebut terentang mulai dari sumber daya manusia hingga tata

    letak geogafis yang ada di Semarang. Semarang merupakan salah satu kota

    yang memiliki potensi membentang mulai dari gunung hingga laut sehingga

    sumber daya alam dapat dimanfaatkan dengan lebih maksimal. Meskipun

    demikian, banyak sumber daya alam yang belum terekspos menjadi kurang

    dikenal oleh masyarakat umum. Dukungan oleh keberadaan kelompok-

    kelompok minoritas kreatif yang memiliki literasi dan keilmuan tinggi menjadi

    sangat membantu. Tersebar di beberapa fasilitas pendikan berbagai disiplin

    keilmuan di 20 kampus, didukung oleh kalangan innovator muda di bidang

    industri kreatif berbasis kampus.

    Semarang mempunyai industri kreatif yang di dirikan tahun 2017 namun

    baru terealisaikan pada 26 Mei 2018. Pendirian Galeri Industri Kreatif

    Semarang ini merupakan salah satu implementasi dari Nota Kesepahaman yang

    ditandatangani pada tahun 2017 antara Kemenperin dengan PT. PPI, dan

    Pemerintah Kota Semarang tentang Pengembangan IKM melalui

    Pemberdayaan Rumah Produksi di Kota Lama Semarang. Galeri itu awalnya

    adalah gudang milik PT PPI yang telah direvitalisasi. Saat ini, Galeri Industri

    Kreatif Semarang diisi oleh puluhan pelaku IKM Kota Semarang, yang di

    antaranya dari sektor kerajinan, fesyen, logam, furnitur, dan kuliner.

    Dari lingkup 16 industri kreatif yang disebut oleh BEKRAF, industri

    kreatif yang sedang difokuskan di kota Semarang di antaranya dari sektor

  • 3

    fesyen, kerajinan dan kuliner. Dengan adanya beberapa bidang tersebut maka

    dapat diketahui sektor industri kreatif lain yang perlu dikembangkan antara lain

    : animasi, film, game developer dan seni pertunjukan. Maka dari itu perlu

    adanya tempat untuk mewadahi dan mengembangkan industri kreatif

    Semarang yang sedang bergerak dan berkembang.

    Pengembangan industri kreatif di Semarang memerlukan sinergisitas dari

    berbagai stakeholder. Pemenintah, Akademisi, Penyedia modal, sosiasi

    pengusaha, dan para pelaku industri kreatif harus selalu bersinergi agar target-

    target pengembangan industri kreatif di Semarang dan dicapai. Selain

    sinergitas dari berbagai stakeholder, kota Semarang memerlukan sebuah

    Gallery, yaitu tempat yang dapat menjadi ruang pelatihan maupun inkubator

    bisnis dari para pelaku industri kreatif di Semarang.

    Semarang Animation Gallery (SAG) merupakan sebuah tempat yang

    akan mewadahi dan mengembangkan industri kreatif pada sub sektor animasi,

    film, game developer dan seni pertunjukan, melalui kegiatan pelatihan dan

    pembelajaran, worksop, seminar dan kompetisi. Fasilitas utama yang

    dihadirkan antara lain; (1)studio animasi dan film; (2)auditorium dan kelas

    diskusi; (3)creative store, (4)teater, (5)perpustakaan; (6)kantor. Diharapkan

    dengan adanya Semarang Animation Gallery innovator dan kreator Semarang

    dapat menyalurkan potensi industri kreatif mereka dan dapat mengembangkan

    dan menularkan semangat dalam meningkatkan kualitas SDM Semarang.

    Semarang Animation Gallery didesain dengan konsep arsitektur futuristik.

    Arsitektur futuristik merupakan perpaduan dari arsitektur Neo Modern dengan

    penerapan High Tech pada perancangan bangunan.

    1.2 Rumusan Permasalahan

    Dari latar belakang di atas muncul permasalahan seperti, bagaimana

    wujud perencanaan dan perancangan Galeri Animasi Semarang berupa tempat

    pembelajaran animasi untuk masyarakat yang menyediakan fasilitas berupa

    studio, galeri, tempat pertunjukan, hiburan, restoran serta taman, dengan

    menggunakan konsep arsitektur futuristik sebagai upaya mewujudkan

    perkembangan animasi di masa yang akan datang untuk mengangkat citra

  • 4

    bangunan dengan mempertimbangkan kesesuaian suhu dan kondisi iklim

    tropis Indonesia, memadukan material baru dan material lokal namun tetap

    menekankan pada konsep bangunan modern.

    1.3 Tujuan dan Sasaran

    1.3.1 Tujuan

    Terwujudnya landasan perencanaan dan perancangan Galeri

    Animasi Semarang dengan konsep arsitektur futuristik.

    1.3.2 Sasaran

    a. Terwujudnya pemahaman mengenai pengertian dan esensi Galeri

    Animasi Semarang.

    b. Terwujudnya konsep programatik dalam Galeri Animasi Semarang.

    c. Terwujudnya Galeri Animasi yang sesuai dengan konsep arsitektur

    futuristik sebagai perwujudan dari perkembangan industri animasi.

    1.4 Manfaat Penulisan

    1.4.1 Subjektif

    a. Memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh Proyek Akhir

    Arsitektur sebagai penentu kelulusan Sarjana Strata 1 (S1) pada Jurusan

    Teknik Sipil Prodi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik UNNES.

    b. Sebagai landasan dan acuan dalam penyusunan desain proyek akhir

    arsitektur.

    1.4.2 Objektif

    a. Memberi masukan dan pengalaman dalam mengenal potensi dan

    permasalahan yang ada di lapangan sehingga bisa menjadi alternatif

    landasan perancangan Galeri Animasi Semarang bagi mahasiswa lain.

    b. Dapat bermanfaat sebagai pengetahuan dan menambah wawasan

    pembaca pada umumnya dan mahasiswa arsitektur pada khususnya

    yang akan mengajukan Proyek Akhir Arsitektur.

  • 5

    1.5 Lingkup Pembahasan

    1.5.1 Lingkup Subtansial

    Lingkup pembahasan meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan

    Semarang Animation Gallery yang terdiri dari 3 sektor industri kreatif

    yaitu ; animasi, film dan game developer.

    1.5.2 Lingkup Spasial

    Secara administratif lokasi beradi di Semarang BWK I yaitu kecamatan

    Semarang Tengah sebagai pusat pelayanan skala kota berfungsi sebagai

    pusat pelayanan pemerintahan kota dan pusat kegiatan perdagangan dan

    jasa.

    1.6 Metode Pembahasan

    Metode pembahasan yang digunakan dalam penyusunan program dasar

    perencanaan dan konsep perancangan arsitektur dengan judul Galeri Animasi

    adalah metode deskriptif. Metode ini memaparkan, menguraikan dan

    menjelaskan mengenai persyaratan desain dan ketentuan desain terhadap

    perencanaan dan perancangan galeri animasi.

    Berdasarkan persyaratan desain dan ketentuan desain inilah nantinya

    akan ditelusuri data yang diperlukan. Data yang terkumpul kemudian akan

    diAnalisa lebih mendalam sesuai dengan kriteria yang akan dibahas. Dari hasil

    pengAnalisaan inilah nantinya akan didapat suatu kesimpulan batasan dan juga

    anggapan secara jelas mengenai perencanaan dan perancangan Galeri Animasi

    Semarang.

    Hasil kesimpulan keseluruhan nantinya merupakan konsep dasar yang

    digunakan dalam perencanaan dan perancangan Galeri Animasi sebagai

    landasan dalam desain grafis arsitektur.

    Dalam pengumpulan data, akan diperoleh data yang kemudian akan

    dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu:

    a. Data primer

    1) Observasi lapangan

    Dilakukan dengan cara pengamatan langsung di wilayah lokasi tapak

    serta studi banding.

  • 6

    2) Wawancara

    Wawancara yang dilakukan dengan pihak yang terkait dalam studio

    animasi dan galeri.

    b. Data Sekunder

    Studi literatur melalui buku dan sumber-sumber tertulis mengenai

    perencanaan dan perancangan Galeri Animasi, serta peraturan-peraturan

    yang berkaitan dengan studi kasus perencanaan dan perancangan Galeri

    Animasi.

    Berikut ini akan dibahas persyaratan desain dan ketentuan desain

    yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan galeri animasi.

    1) Pemilihan Lokasi dan Tapak

    Pembahasan mengenai pemilihan lokasi dan tapak dilakukan

    terlebih dahulu mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penentuan

    suatu lokasi dan tapak yang layak sebagai perencanaan dan

    perancangan Galeri Animasi di Semarang, adapun data yang

    dimaksudkan adalah sebagai berikut:

    a) Data tata guna lahan/peruntukan lahan pada wilayah perencanaan

    dan perancangan Galeri Animasi di Semarang.

    b) Data potensi fisik geografis, topografi, iklim, persyaratan

    bangunan yang dimiliki oleh lokasi dan tapak itu sendiri dan juga

    terhadap lingkungan sekitarnya yang menunjang terhadap

    perencanaan dan perancangan sebuah Galeri Animasi.

    Setelah memperoleh data dari beberapa alternatif tapak,

    kemudian diAnalisa dengan menggunakan nilai bobot terhadap kriteria

    lokasi dan tapak yang telah ditentukan untuk kemudian memberi nilai

    terhadap kriteria x nilai bobot, dan tapak yang terpilih diambil dari nilai

    yang terbesar.

    2) Program Ruang

    Pembahasan mengenai program ruang dilakukan dengan

    pengumpulan data mengenai pelaku ruang itu sendiri beserta

    kegiatannya, dilakukan dengan observasi lapangan baik studi kasus

  • 7

    maupun dengan studi banding, serta dengan standar atau literatur

    perencanaan dan perancangan Galeri Animasi.

    3) Penekanan Desain Arsitektur

    Pembahasan mengenai penekanan desain arsitektur dilakukan

    dengan observasi lapangan melalui studi banding pada galeri dan studio

    animasi serta dengan standar literatur yang mengenai perencanaan dan

    perancangan galeri animasi kaitannya dengan persyaratan bangunan

    tersebut.

    Adapun data yang dimaksud adalah sebagai berikut :

    a) Aspek kontekstual pada lokasi dan tapak terpilih dengan

    pertimbangan keberadaan bangunan disekitarnya.

    b) Literatur atau standar perencanaan dan perancangan galeri animasi.

    Setelah memperoleh data tersebut, kemudian mengAnalisa antara

    data yang diperoleh dari studi banding dengan standar perencanaan

    dan perancangan galeri animasi sehingga akan diperoleh

    pendekatan arsitektural yang akan digunakan.

    4) Pendekatan Desain

    Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan

    landasan program perencanaan dan perancangan Galeri Animasi.

    Dengan metode pendekatan diharapkan perencanaan dan perancangan

    dapat mencapai hasil yang optimal dalam memenuhi fungsi, estetika,

    persyaratan ruang dalam tampilan arsitektur secara keseluruhan. Dasar-

    dasar pendekatan yang digunakan pada pendekatan site, fungsional,

    kontekstual, teknis, kinerja, dan arsitektural.

    1.7 Sistematika Dan Pembahasan

    Secara garis besar, sistematika dalam penyusun Landasan Program

    Perencanaan dan Perancangan galeri animasi di kota Semarang adalah :

    BAB I PENDAHULUAN

    Berisi tentang latar belakang permasalahan, tujuan, manfaat, ruang

    lingkup pembahasan, serta sistematika dan pembahasan.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  • 8

    Berisi tentang uraian umum mengenai galeri animasi, studi banding,

    serta referensi tentang sistem pengelolaan dan persyaratan teknis.

    BAB III TINJAUAN LOKASI

    Membahas tentang gambaran umum pemilihan tapak berupa data

    fisik dan non fisik, potensi dan kebijakan tata ruang pemilihan

    tapak, gambaran khusus berupa data tentang batas wilayah dan

    karakteristik tapak terpilih.

    BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN

    PERANCANGAN

    Berisi penjelasan mengenai Analisa pelaku, kegiatan, dan ruang.

    Analisa pemilihan lokasi bangunan, Analisa transformasi

    karakter bangunan, utilitas serta Analisa struktur dan konstruksi

    yang terkait dengan pendekatan desain yang digunakan.

    BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

    ARSITEKTUR

    Berisi tentang konsep perencanaan dan perancangan Galeri

    Animasi yang ditarik berdasarkan Analisa yang telah dilakukan.

  • 9

    1.8 Alur Pikir

    Gambar 1.1 Alur Pikir

    Sumber : Analisa Penulis 201

    Latar Belakang

    Pada era kepemimpinan Presiden Jokowi saat ini, industri kreatif semakin mendapat prioritas dalam kebijakan pemerintah Melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi Kreatif, Presiden Joko Widodo membentuk lembaga baru non kementerian bernama Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

    Tujuan pembahasan

    Mengadakan penyusunan data dan mengAnalisa potensi-potensi lingkungan untuk dijadikan

    landasan konseptual dan program dasar perencanaan dan perancangan galeri animasi sesuai

    dengan pedoman teknis yang ada. Dengan adanya galeri animasi dengan konsep modern

    futurism di Semarang diharapkan industri kreatif animasi menjadi lebih maju dan masyarakat

    umum yang ingin mempelajari animasi dapat belajar dengan mudah.

    Studi Pustaka :

    - Tinjauan Galeri Animasi

    - Tinjauan Studio Animasi

    - Tinjaun Kota Semarang

    - Tinjauan Arsitektur Analogi

    Studi Lapangan

    - Tinjauan Tapak Perencanaan

    - Studi Fasilitas Galeri

    Studi Banding

    - Tinjauan SMK Raden Umar Said

    - Tinjauan 3D Art

    Galeri

    Analisa Analisa antara tinjauan pustaka dan data untuk memperoleh pendekatan

    aspek fungsional ,kontekstual ,teknis dan kinerja program perencanaan dan

    citra (konsep) perancangan galeri animasi di kota Semarang.

    Konsep Dasar dan Program Perencanaan

    dan Perancangan Galeri Animasi di Kota

    Semarang

    FE

    ED

    BA

    CK

    Aktualita

    Kemenperin mencatat, jumlah IKM furnitur sebanyak 159 ribu unit usaha dengan menyerap tenaga kerja lebih dari 500 ribu orang. Selanjutnya, jumlah IKM fesyen tercatat 927 ribu unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 2,2 juta orang, serta IKM logam ada sekitar 158 ribu dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 490 ribu orang.

    Urgensi

    Pemerintah Semarang dan Walikota Semarang mendorong pembangunan tempat wisata

  • 10

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Galeri

    Menurut arti bahasanya, pengertian galeri dapat dijelaskan sebagai

    berikut :

    a. Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, (2003) : Galeri

    adalah selasar atau tempat; dapat pula diartikan sebagai tempat yang

    memamerkan karya seni tiga dimensional karya seorang atau sekelompok

    seniman atau bisa juga didefinisikan sebagai ruangan atau gedung tempat

    untuk memamerkan benda atau karya seni.

    b. Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary, A.S Hornby, edisi

    kelima, Great Britain: Oxford University Press, (1995) : “Gallery: A room

    or building for showing works of art”.

    c. Menurut Kamus Inggris - Indonesia, An English-Indonesian

    Dictionary,(1990) : “Galeri: Serambi, balkon, balai atau gedung kesenian”.

    Menurut Encyclopedia of American Architecture (1975), Galeri

    diterjemahkan sebagai suatu wadah untuk menggelar karya seni rupa. Galeri

    juga dapat diartikan sebagai tempat menampung kegiatan komunikasi visual di

    dalam suatu ruangan antara kolektor atau seniman dengan masyarakat luas

    melalui kegiatan pameran. Sebuah ruang yang digunakan untuk menyajikan

    hasil karya seni, sebuah area memajang aktifitas publik, area publik yang

    kadangkala digunakan untuk keperluan khusus (Dictionary of Architecture and

    Construction, 2005).

    Menurut Djulianto Susilo seorang arkeolog, Galeri berbeda dengan

    museum. Galeri adalah tempat untuk menjual benda / karya seni, sedangkan

    Museum tidak boleh melakukan transaksi karena museum hanya merupakan

    tempat atau wadah untuk memamerkan koleksi benda-benda yang memiliki

    nilai sejarah dan langka (Koran Tempo, 2013).

    2.1.1 Fungsi Galeri

  • 11

    Galeri memiliki fungsi utama sebagai wadah / alat komunikasi

    antara konsumen dengan produsen. Pihak produsen yang dimaksud

    adalah para seniman sedangkan konsumen adalah kolektor dan

    masyarakat. Fungsi galeri menurut Kakanwil Perdagangan antara lain :

    a. Sebagai tempat promosi barang-barang seni.

    b. Sebagai tempat mengembangkan pasar bagi para seniman.

    c. Sebagai tempat melestarikan dan memperkenalkan karya seni dan

    budaya dari seluruh Indonesia.

    d. Sebagai tempat pembinaan usaha dan organisasi usaha antara

    seniman dan pengelola.

    e. Sebagai jembatan dalam rangka eksistensi pengembangan

    kewirausahaan.

    f. Sebagai salah satu obyek pengembangan pariwisata nasional.

    2.1.2 Jenis-jenis Galeri

    Jenis-jenis galeri dapat dibedakan sebagai berikut :

    a. Galeri di dalam museum

    Galeri ini merupakan galeri khusus untuk memamerkan benda benda

    yang dianggap memiliki nilai sejarah ataupun kelangkaan.

    b. Galeri Kontemporer

    Galeri yang memiliki fungsi komersial dan dimiliki oleh perorangan.

    c. Vanity Gallery

    Galeri seni artistik yang dapat diubah menjadi suatu kegiatan

    didalamnya, seperti pendidikan dan pekerjaan.

    d. Galeri Arsitektur

    Galeri untuk memamerkan hasil karya-karya di bidang arsitektur

    yang memiliki perbedaan antara 4 jenis galeri menurut karakter

    masing-masing.

    e. Galeri Komersil

    Galeri untuk mencari keuntungan, bisnis secara pribadi untuk

    menjual hasil karya. Tidak berorientasi mencari keuntungan

    kolektif dari pemerintah nasional atau lokal.

  • 12

    2.1.3 Jenis Kegiatan pada Galeri

    Jenis kegiatan pada galeri dapat dibedakan menjadi beberapa bagian

    tugas, yaitu :

    a. Pengadaan

    Hanya beberapa benda yang dapat dimasukan ke dalam galeri, yaitu

    hanya benda-benda yang memiliki nilai budaya, artistic dan estetis.

    Serta benda yang dapat diidentifikasi menurut wujud, asal, tipe,

    gaya, dan hal-hal lainnya yang mendukung identifikasi.

    b. Pemeliharaan

    Terbagi menjadi dua aspek, yaitu:

    1) Aspek Teknis

    Dijaga serta dirawat supaya tetap awet dan tercegah dari

    kemungkinan kerusakan.

    2) Aspek Administrasi

    Benda-benda koleksi harus mempunyai keterangan tertulis yang

    membuatnya bersifat monumental.

    c. Konservasi

    Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah,

    konservasi berasal dari bahasa Inggris “Conservation” yang artinya

    pelestarian atau perlindungan.

    d. Restorasi

    Restorasi merupakan pengembalian atau pemulihan kepada keadaan

    semula atau bisa disebut juga dengan pemugaran. Restorasi yang

    dilakukan berupa perbaikan ringan, yaitu mengganti bagian-bagian

    yang sudah usang/termakan usia.

    e. Penelitian

    Bentuk dari penelitian terdiri dari dua macam, yaitu:

    1) Penelitian Intern adalah penelitian yang dilakukan oleh kurator

    untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan.

    2) Penelitian Ekstern adalah penelitian yang dilakukan oleh

    peneliti atau pihak luar, seperti pengunjung, mahasiswa, pelajar

  • 13

    dan lain-lain untuk kepentingan karya ilmiah, skripsi dan lain-

    lain.

    f. Pendidikan

    Kegiatan ini lebih ditekankan pada bagian edukasi tentang

    pengenalan-pengenalan materi koleksi yang dipamerkan.

    g. Rekreasi

    Rekreasi yang bersifat mengandung arti untuk dinikmati dan

    dihayati oleh pengunjung dan tidak diperlukan konsentrasi yang

    menimbulkan keletihan dan kebosanan.

    h. Bisnis

    Bisnis juga dapat dilakukan di dalam galeri, karena galeri merupakan

    wadah atau tempat untuk memperjualbelikan bendabenda langka

    atau benda-benda yang dipamerkan di dalam galeri tersebut.

    2.1.4 Aktifitas Galeri

    a. Aspek Pengunjung

    Pengunjung akan melakukan pendaftaran yang dilakukan di

    receptionist dan mendapatkan pengarahan.

    Pengunjung datang dengan maksud untuk melakukan

    rekreasi/refreshing.

    Pengunjung datang hanya untuk mendapatkan informasi dari

    karya yang dipamerkan.

    b. Aspek Kurator

    Kurator adalah pengurus atau pengawas institusi warisan budaya

    atau seni, misalnya museum, pameran seni, galeri foto, dan

    perpustakaan. Kurator bertugas untuk memilih dan mengurus objek

    museum atau karya seni yang dipamerkan.

    Menjaga dan memelihara semua koleksi.

    Mengumpulkan benda-benda yang akan dipamerkan.

    Mempublikasikan dan memasarkan benda-benda yang

    dipamerkan di dalam galeri.

  • 14

    Membantu mempertimbangkan tata pameran tetap, sistem

    pendokumentasian dan kebijakan pengelolaan koleksi.

    2.1.5 Fasilitas Galeri

    Sebuah galeri memiliki fasilitas, antara lain :

    a. Exhibition Room / Tempat untuk memamerkan karya

    b. Workshop / Tempat untuk membuat/memperbaiki sebuah karya.

    c. Stock Room / Tempat untuk menampung / meletakkan karya

    d. Restoration Room / Tempat untuk memelihara karya

    e. Auction Room / Tempat untuk mempromosikan karya dan sebagai

    tempat jual beli sebuah karya.

    f. Sebagai wadah tempat berkumpulnya pecinta / penggemar karya

    seni tersebut.

    2.1.6 Prinsip Perancangan Ruang Galeri

    A. Persyaratan Umum

    Menurut Neufert (1996), Ruang pamer pada galeri sebagai

    tempat untuk memamerkan atau mendisplay karya seni harus

    memenuhi beberapa hal yaitu: Terlindung dari kerusakan, pencurian,

    kelembaban, kekeringan, cahaya matahari langsung dan debu.

    Persyaratan umum tersebut antara lain :

    1) Pencahayaan yang cukup

    2) Penghawaan yang baik dan kondisi yang stabil

    3) Tampilan display disbuat semenarik mungkin dan dapat dilihat

    dengan mudah

    B. Tata Cara Display Koleksi Galeri

    Terdapat tiga macam penataan atau display benda koleksi

    menurut Patricia Tutt dan David Adler (The Architectural Press,

    1979), yaitu :

    1) In show case

    Benda koleksi mempunyai dimensi kecil maka diperlukan suatu

    tempat display berupa kotak tembus pandang yang biasanya

    terbuat dari kaca. Selain untuk melindungi, kotak tersebut

  • 15

    terkadang berfungsi untuk memperjelas atau memperkuat tema

    benda koleksi yang ada.

    2) Free standing on the floor or plinth or supports

    Benda yang akan dipamerkan memiliki dimensi yang besar

    sehingga diperlukan suatu panggung atau pembuatan ketinggian

    lantai sebagai batas dari display yang ada. Contoh: patung,

    produk instalasi seni, dll.

    3) On wall or panels

    Benda yang akan dipamerkan biasanya merupakan karya seni 2

    dimensi dan ditempatkan di dinding ruangan maupun partisi

    yang dibentuk untuk membatasi ruang. Contoh: karya seni lukis,

    karya fotografi, dll.

    Ada beberapa syarat tentang cara pemajangan benda koleksi

    seni yang ada antara lain adalah dengan cara berikut :

    1) Random Typical Large Gallery

    Penataan benda yang dipamerkan disajikan dengan acak,

    biasanya terdapat pada galeri yang berisi benda-benda non

    klasik dan bentuk galeri yang asimetris, ruang-ruang yang ada

    pada galeri dibentuk mempunyai jarak atau lorong pembatasan

    oleh pintu. Jenis dan media seni yang ada dicampur dan

    menguatkan kesan acak. Contoh: menggabungkan display

    benda 2 dimensi dan 3 dimensi seperti seni lukis dan seni

    patung.

    2) Large Space With An Indroductory Gallery

    Pengolahan ruang pamer dengan pembagian area pamer

    sehingga memperjelas tentang benda apa yang dipamerkan

    didalamnya, pembagian dimulai pada suatu ruang utama

    kemudian dengan memperkenalkan terlebih dahulu benda apa

    yang dipajang didalamnya.

    Vitrine merupakan salah satu lemari untuk menata dan

    memamerkan benda-benda koleksi. Bentuk vitrine harus sesuai

  • 16

    dengan ruangan yang akan ditempatu oleh vitrine tersebut. Menurut

    penempatannya, vitrine dibagi menjadi :

    1) Vitrine Dinding

    Vitrine yang diletakkan berhimpit dengan dinding, Dapat dilihat

    dari sisi samping dan depan.

    Gambar 2.1 Vitrine Dinding

    Sumber : google.com/images

    2) Vitrine Tengah

    Diletakkan di tengah dan tidak berhimpit dengan dinding. Isinya

    harus terlihat dari segala arah, sehingga keempat sisinya terbuat dari

    kaca.

    Gambar 2.2 Vitrine Tengah

    Sumber : google.com/images

    3) Vitrine Sudut

    Terletak di sudut ruangan yang hanya dapat dilihat dari satu arah saja,

    yaitu dari sisi depan saja, sisi lain melekat pada dinding.

  • 17

    Gambar 2.3 Vitrine Sudut

    Sumber : google.com/images

    4) Vitrine Lantai

    Terletak di bawah pandangan mata dan biasanya diletakkan untuk

    menata benda-benda kecil dan harus dilihat dari dekat.

    5) Vitrine Tiang

    Diletakkan disekitar tiang, sama seperti vitrine tangah karena dapat

    dilihat dari berbagai sisi.

    C. Elemen Interior

    1) Elemen Lantai

    Lantai merupakan elemen horizontal pembentuk ruang.

    Menurut DK. Ching (1979), elemen horizontal suatu ruang

    dapat dipertegas dengan cara meninggikan maupun

    menurunkan bidang lantai dan lantai dasar. Dengan demikian

    akan terbentuk kesatuan ruang dan kesatuan visual pada ruang

    pamer akibat adanya penurunan dan peninggian elemen lantai.

    2) Elemen Ceiling

    Menurut Gardner (1960), langit-langit/ceiling yang sesuai untuk

    ruang pamer (exibition hall) adalah langit-langit yang sebagian

    dibiarkan terbuka untuk keperluan ekonomis dan memberikan

    kemudahan untuk akses terhadap peralatan yang digantung pada

    langit-langit/ceiling. Ceiling merupakan faktor yang penting

    yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakan komponen yang

    terkait dengan pencahayaan.

    3) Elemen Fleksibilitas

  • 18

    “Flexibilitas can definded as : eaxily changed to suit new

    condition” (Homby,1987) dan dalam Bahasa Indonesia artinya

    mudah disesuaikan dengan kondisi yang baru. Elemen

    flexibilitas berarti elemen pembentuk ruang yang dapat diubah

    untuk menyesuaikan dengan kondisi berbeda dengan tujuan

    kegiatan baru yang diwadahi seoptimal mungkin pada ruang

    yang sama.

    D. Sistem Pencahayaan

    Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002,

    pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang

    diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Dengan

    adanya cahaya pada lingkungan ruang dalam yang bertujuan

    menyinari berbagai bentuk elemen-elemen yang ada di dalam ruang,

    sehingga ruangan menjadi teramati dan dapat dirasakan suasana

    visualnya (Honggowidjaja, 2003). Pencahayaan pada galeri

    memberikan kontribusi yang besar tentang bagaimana menampilkan

    benda yang dipamerkan agar lebih memiliki kekuatan dan menarik

    sesuai tema yang ada, selain itu pencahayaan juga dapat memberikan

    fokus yang lebih menonjol dibandingkan dengan suasana galeri

    secara keseluruhan. Berdasarkan sumber dan fungsinya

    pencahayaan dibagi menjadi :

    1) Pencahayaan Alami (Natural Lighting)

    Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh

    sumber cahaya alami yaitu matahari. Pencahayaan alami dapat

    diperoleh dengan membuat jendela atau ventilasi atau bukaan-

    bukaan yang besar.

    2) Pencahayaan Buatan (General Artificial Lighting)

    Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh

    sumber listrik. Apabila pencahayaan alami tidak memadai atau

    posisi ruang sukar untuk dicapai oleh pencahayaan alami, maka

  • 19

    dapat digunakan pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan

    sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :

    Mempunyai intensitas yang cukup sesuai dengan jenis

    kegiatan.

    Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang

    berlebihan pada ruang.

    Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap

    menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan

    dan tidak menimbulkan bayang-bayang yang dapat

    mengganggu kegiatan.

    Sistem pencahayaan merupakan salah satu faktor penting

    yang harus dipertimbangkan dalam proses mendesain. Untuk

    menciptaka suasana yang dinginkan pada sebuah ruang,

    dibutuhkan jenis sistem pencahayaan dalam ruangan. Teknik

    pendistribuasian cahaya, dibedakan menjadi (Industrial

    Hygiene Engineering, 1998) :

    Direct Lighting

    Jenis pencahayaan langsung yang hampir seluruh

    pencahayaannya dipancarkan pada bidang kerja, dapat

    dirancang menyebar/terpusat. Pada sistem ini 90-100%

    cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu

    diterangi.

    Semi Direct Lighting

    Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada

    benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan

    ke langit-langit dan dinding.

    General Difus Lighting

    Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada

    benda yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan

    ke langit-langit dan dinding. Dalam pencahayaan sistem ini

    termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan

  • 20

    setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem

    ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.

    Semi Indirect Lighting

    Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit

    dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke

    bagian bawah. Pada sistem ini masalah bayangan praktis

    tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.

    Indirect Lighting

    Indirect Lighting disebut juga sebagai pencahayaan tidak

    langsung. Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke

    langit-langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan

    untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-

    langit dapat menjadi sumber cahaya perlu diberikan

    perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem

    ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan

    sedangkan kerugiannya mengurangi efisien cahaya total

    yang jatuh pada permukaan kerja.

    Gambar 2.4 Lima Teknik Pendistribusian Cahaya

    Sumber : Philips Methods of light dispersement

    Sistem Pencahayaan buatan menurut cakupan cahaya dapat

    dibedakan menjadi :

    General Lighting

    Pencahayaan merata pada ruangan & dimaksudkan untuk

    memberi kesan merata agar tidak terlalu gelap.

    Ambience Lighting

  • 21

    Pencahayaan tidak langsung yang di pantulkan plafon &

    dinding, lampu dapat digantung pada dinding atau menyatu

    dengan perabot.

    Task Lighting

    Jenis pencahayaan yang hanya terdapat pada tempat & area

    sekelilingnya yang terkena cahaya.

    Accent Lighting

    Jenis pencahayaan yang digunakan pada obyek tertentu.

    Decorative Lighting

    Pencahayaan dengan lampu sebagai object untuk dilihat.

    Sistem Pencahayaan buatan menurut arah pencahayaan

    dapat dibedakan menjadi (Ruang Artistik Dengan Pecahayaan,

    2006:26) :

    Downlight (Arah cahaya ke bawah)

    Arah pencahayaan ini berasal dari atas dengan tujuan untuk

    memberikan cahaya pada obyek di bawahnya.

    Uplight (Arah cahaya ke atas)

    Pencahayaan datang dari bawah ke atas. Uplight umumnya

    berperan untuk dekoratif dengan kesan megah, dramatis,

    dan memunculkan dimensi. Contoh aplikasi pencahayaan

    ini misalnya pada kolom rumah yang biasanya memakai

    lampu halogen.

    Backlight (Arah cahaya dari belakang)

    Arah pencahayaan berasal dari belakang obyek untuk

    memberi aksentuasi pada obyek seperti menimbulkan

    siluet. Jenis pencahayaan memberikan pinggiran cahaya

    yang menarik pada obyek dan bentuk obyek menjadi lebih

    terlihat.

    Sidelight (Arah cahaya dari samping)

    Arah cahaya datang dari samping sehingga memberikan

    penekanan pada elemen interior tertentu, memberikan

  • 22

    aksen pada obyek. Biasanya digunakan pada benda-benda

    seni untuk menonjolkan nilai seninya.

    Frontlight (Arah cahaya dari depan)

    Arah cahaya datang dari depan obyek dan biasanya

    diaplikasikan pada obyek dua dimensi seperti lukisan atau

    foto.

    E. Sistem Penghawaan

    Sistem penghawaan memnberikan kenyamanan thermal bagi

    pengunjungnya. Kenyamanan fisik dapat dicapai pada kondisi

    temperatur rata-rata 23°C. Pencapaian kondisi kenyamanan ini

    tergantung dari banyaknya bukaan jendela, kondisi lingkungan,

    jumlah manusia dan dimensi ruang. Untuk mengatasinya dapat

    dicapai dengan banyaknya bukaan jendela atau menggunakan

    penghawaan seperti Air Conditioner atau Fan. Berikut adalah

    beberapa jenis Air Conditioner yang dijelaskan menurut

    peletakannya:

    1) Mounted type

    Ditanam didalam dinding atau didalam plafond ruangan.

    2) Ceiling type

    Ditanam di atas atau dipasang di langit-langit ruangan.

    3) Custom floor type

    Diletakkan di atas lantai tanpa ada pemasangan khusus.

    4) Wall mounted type

    Ditanam didalam dinding.

    Di pasaran pada umumnya kita mengenal 3 jenis Air

    Conditioner (Suptandar, 1982: 150), yaitu :

    1) AC Window

    Umumnya dipakai pada perumahan dan dipasang pada pada

    salah satu dinding ruang dengan batas ketinggian yang

    terjangkau dan penyemprotan udara tidak mengganggu si

    pemakai.

  • 23

    2) AC Central

    Biasanya digunakan pada unit-unit perkantoran, hotel,

    supermarket dengan pengontrolan pengendalian yang dilakukan

    dari satu tempat.

    3) AC Split

    Memiliki bentuk yang hampir sama dengan AC window,

    bedanya hanya terletak pada konstruksi dimana alat kondensator

    terletak di luar ruangan.

    F. Sirkulasi Ruang

    Sirkulasi dalam galeri adalah mengantarkan pengunjung untuk

    memberikan kelayakan dalam memamerkan hasil karya. Sirkulasi

    pergerakan jalur dalam suatu kegiatan ruang pameran perlu

    dilakukan agar memberikan kenyamanan antara objek dengan

    pengunjung. Menurut De Chiara dan Calladar (Time Saver

    Standards for Building Types, 1973), tipe sirkulasi dalam suatu

    ruang yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

    1) Sequential Circulation

    Sirkulasi yang terbentuk berdasarkan ruang yang telah dilalui dan

    benda seni yang dipamerkan satu persatu menurut ruang pamer

    yang berbentuk ulir maupun memutar sampai akhirnya kembali

    menuju pusat entrance area galeri.

    Gambar 2.5 Pola Jalur Sequential Circulation

    Sumber : De Chiara and Calladar, 1973

  • 24

    2) Random Circulation

    Sirkulasi yang memberikan kebebasan bagi para pengunjungnya

    untuk dapat memilih jalur jalannya sendiri dan tidak terikat pada

    suatu keadaan dan bentuk ruang tertentu tanpa adanya batasan

    ruang atau dinding pemisah ruang.

    Gambar 2.6 Pola Jalur Random Circulation

    Sumber : De Chiara and Calladar, 1973

    3) Ring Circulation

    Sirkulasi yang memiliki dua alternatif, penggunaannya lebih

    aman karena memiliki dua rute yang berbeda untuk menuju

    keluar suatu ruangan.

    Gambar 2.7 Pola Jalur Ring Circulation

    Sumber : De Chiara and Calladar, 1973

    4) Linier Bercabang

  • 25

    Sirkulasi pengunjung jelas dan tidak terganggu, pembagian

    koleksi teratur dan jelas sehingga pengunjung bebas melihat

    koleksi yang dipamerkan.

    Gambar 2.8 Pola Jalur Linier Bercabang

    Sumber : De Chiara and Calladar, 1973

    Menurut DK. Ching (2000), faktor yang berpengaruh dalam

    sirkulasi eksterior maupun interior yaitu pencapaian, konfigurasi

    jalur, hubungan jalur dan ruang, bentuk ruang sirkulasi. Dapat

    dijelaskan sebagai berikut :

    1) Pencapaian

    Pencapaian merupakan jalur yang ditempuh untuk

    mendekati/menuju bangunan.

    Tabel 2.1 Sirkulasi Pencapaian

    No. Pencapaian Keterangan Gambar

    1 Pencapaian

    langsung

    Pendekatan

    yang mengarah

    langsung ke

    suatu tempat

    masuk melalui

    sebuah jalan

    lurus yang

    segaris dengan

    alur sumbu

    bangunan

  • 26

    2 Pencapaian

    tersamar

    Pendekatan

    yang samar

    meningkatkan

    efek perspektif

    pada fasad dan

    bangunan

    3 Pencapaian

    berputar

    Jalur berputar

    memperpanjang

    urutan

    pencapaian

    Sumber : Ching, 2000:231

    2) Konfigurasi jalur

    Konfigurasi jalur yaitu tata urutan pergerakan pengunjung sampai

    titik pencapaian akhir.

    3) Hubungan Jalur dan Ruang

    Hubungan Jalur dan Ruang dapat difungsikan sebagai

    fleksibilitas ruang-ruang yang kurang strategis.

    Tabel 2.2 Hubungan Jalur dan Ruang

    No. Hubungan

    Jalur

    Keterangan Gambar

    1 Melalui

    ruang

    Kesatuan tiap

    ruang

    Konfigurasi jalan

    yang fleksibel

    Menghubungkan

    jalan dengan ruang

    2 Menemb

    us ruang

    Jalan dapat

    menembus sebuah

    ruang menurut

    sumbunya

    Dapat

    menimbulkan

    ruang istirahat

  • 27

    3 Berakhir

    dalam

    ruang

    Lokasi ruang

    menentukan ruang

    Fungsional dan

    simbolis

    Sumber : Ching, 2000:231

    4) Bentuk Ruang Sirkulasi

    Bentuk ruang sirkulasi lebih mengutamakan pada interior

    bangunan yang dapat menampung gerak pengunjung waktu

    berkeliling, berhenti sejenak, beristirahat, atau menikmati

    sesuatu yang dianggapnya menarik.

    Tabel 2.3 Ruang Pembentuk Sirkulasi

    No. Ruang

    sirkulasi

    Keterangan Gambar

    1 Tertutup Membentuk koridor

    pribadiyang

    berkaitan dengan

    ruang-ruang yang

    dihubungkan

    melalui pintu masuk

    2 Terbuka

    pada

    salah

    satu

    sisinya

    Memberikan balkon

    yang memberikan

    kesan komunitas

    visual

    3 Terbuka

    pada

    kedua

    sisinya

    Membentuk deretan

    kolom untuk jalan

    lintas yang menjadi

    sebuah perluasan

    fisik dari ruang yang

    ditembusnya

    Sumber : Ching, 2000:231

    G. Sistem Keamanan

    Masalah keamanan sangatlah penting dalam display karena

    objek koleksi tersebut sangat menarik bagi pengunjung terutama

  • 28

    kolektor, sehingga keamanan harus terjamin. Seperti, pencatatan

    identitas benda koleksi, pemeriksaan tentang penyakit atau cacat

    objek. Pemotretan kondisi koleksi baik sebelum dan sesudah

    konservasi. Keselamatan benda-benda koleksi harus diperhatikan,

    unsur-unsur yang dapat menimbulkan kerusakan antara lain,

    tumbuhan, kotoran, dan bahkan manusia.

    2.2 Tinjauan Animasi

    2.2.1 Pengertian Animasi

    Dalam buku Pengetahuan Dasar Film Animasi Indonesia

    (Prakosa, 2010), dijelaskan bahwa Animasi berasal dari bahasa Latin,

    anima, yang artinya jiwa, hidup, nyawa dan semangat. Animasi adalah

    gambar dua dimensi yang seolah-olah bergerak. Animasi ialah suatu

    seni untuk memanipulasi gambar menjadi seolah-olah hidup dan

    bergerak, yang terdiri dari animasi 2 dimensi dan 3 dimensi. Animasi

    pada awalnya hanya berupa potongan-potongan gambar ilustrasi atau

    fotografi yang kemudian digerakkan sehingga menjadi seolah-olah

    hidup. Animasi dapat dikatakan sebagai simulasi pergerakan yang

    dibuat dengan menampilkan gambar-gambar berurutan atau frames.

    Dalam Kamus Oxford, animasi berarti film yang seolah hidup,

    terbuat dari fotografi, gambaran, boneka, dan sebagainya dengan

    perbedaan tipis antar frames, untuk memberi kesan pergerakan saat

    diproyeksikan, animate yang merupakan kata kerja dari bahasa Inggris

    berarti memberi nyawa.

    A. Teknik Menciptakan Animasi

    Ada beberapa cara dalam membuat animasi, dari