gabungan

53
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Nyeri punggung bawah atau low back pain (LBP) didefinisikan sebagai nyeri yang dirasakan terbatas di regio diantara batas bawah iga ke-12 dan lipatan gluteal. LBP merupakan nyeri punggung yang paling sering ditemukan. Kira-kira 60-80% manusia pernah mengalami LBP di suatu saat dalam hidup mereka, yang sering di sebut juga sakit pinggang . 1 LBP merupakan penyebab utama terjadinya gangguan aktivitas dan absensi kerja di seluruh dunia. Hal ini mengakibatkan terjadinya beban ekonomi pada individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat. Sampai 10 tahun yang lalu, LBP dianggap sebagai masalah yang lebih sering ditemukan di negara-negara barat. Namun, seiring dengan banyak penelitian yang dilakukan, kini diketahui bahwa LBP juga menjadi masalah yang cukup besar di negara dunia kedua dan ketiga. 2 Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya LBP. Usia merupakan faktor yang paling sering ditemukan. Apakah jenis kelamin memengaruhi angka prevalensi LBP masih menjadi perdebatan. Indeks Massa Tubuh juga mempengaruhi terjadinya LBP. Selain itu, faktor kerja, termasuklah beban kerja dan posisi duduk, juga ikut mempengaruhi terjadinya LBP. 2 Selain itu, LBP juga mungkin terjadi akibat adanya trauma kumulatif, namun faktor ini juga masih banyak diperdebatkan. 2,3 1

description

contoh penelitian ikm

Transcript of gabungan

Bab I

Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Nyeri punggung bawah atau low back pain (LBP) didefinisikan sebagai nyeri yang

dirasakan terbatas di regio diantara batas bawah iga ke-12 dan lipatan gluteal. LBP

merupakan nyeri punggung yang paling sering ditemukan. Kira-kira 60-80% manusia pernah

mengalami LBP di suatu saat dalam hidup mereka, yang sering di sebut juga sakit pinggang .1

LBP merupakan penyebab utama terjadinya gangguan aktivitas dan absensi kerja di

seluruh dunia. Hal ini mengakibatkan terjadinya beban ekonomi pada individu, keluarga,

komunitas, dan masyarakat. Sampai 10 tahun yang lalu, LBP dianggap sebagai masalah yang

lebih sering ditemukan di negara-negara barat. Namun, seiring dengan banyak penelitian

yang dilakukan, kini diketahui bahwa LBP juga menjadi masalah yang cukup besar di negara

dunia kedua dan ketiga.2

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya LBP. Usia merupakan faktor

yang paling sering ditemukan. Apakah jenis kelamin memengaruhi angka prevalensi LBP

masih menjadi perdebatan. Indeks Massa Tubuh juga mempengaruhi terjadinya LBP. Selain

itu, faktor kerja, termasuklah beban kerja dan posisi duduk, juga ikut mempengaruhi

terjadinya LBP.2 Selain itu, LBP juga mungkin terjadi akibat adanya trauma kumulatif,

namun faktor ini juga masih banyak diperdebatkan.2,3

Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan antara faktor-faktor

resiko tersebut dengan terjadinya LBP. Walaupun begitu, sering kali ditemukan variabilitas

dalam hasil yang didapatkan. Hal ini mungkin terjadi akibat adanya beberapa perbedaan

pada sampel, ukuran sampel, definisi LBP, saat terjadinya LBP, cara pengumpulan data dan

metodologi penelitian yang digunakan.2

1

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, dirumuskan permasalahan penelitian sebagai

berikut :

1. LBP merupakan penyebab utama terjadinya gangguan aktivitas dan absensi kerja di

seluruh dunia. Kira-kira 60-80% manusia pernah mengalami LBP di suatu saat dalam

hidup mereka.

2. Penelitian oleh Louw et al menunjukkan, rata-rata lifetime prevalensi LBP adalah

36%, manakala rata-rata one-year prevalensi LBP adalah 33%, dan rata-rata point

prevalensi adalah 12%.

3. Penelitian di beberapa fasilitas kesehatan menunjukkan bahwa episode remisi dalam

masa satu tahun berkisar diantara 54% sampai 90%, angka rekurensi adalah 24%

sampai 80%.

4. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya LBP. Antara lain adalah

umur, jenis kelamin, IMT, beban kerja, trauma, dan posisi duduk. Sehingga saat ini,

telah banyak penelitian yang dilakukan bagi mencari hubungan antara faktor-faktor

resiko tersebut dengan terjadinya LBP. Namun begitu, sering kali ditemukan

variabilitas dalam hasil yang didapatkan.

5. Belum di ketahuinya berbagai faktor yang berhubungan dengan kejadian LBP pada

pengunjung Puskesmas Sukabumi Utara pada bulan Agustus 2015

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai faktor dengan kejadian LBP

pada pengunjung Puskesmas Sukabumi Utara, Jakarta Barat.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Diketahuinya sebaran kejadian LBP pada pengunjung Puskesmas Sukabumi

Utara, Jakarta Barat pada bulang Agustus 2015.

2. Diketahuinya sebaran umur, jenis kelamin, pekerjaan, IMT, posisi duduk , dan

trauma pada pengunjung Puskesmas Sukabumi Utara, Jakarta Barat.

3. Diketahuinya hubungan antara umur , jenis kelamin, pekerjaan, IMT, posisi

duduk, dan trauma terhadapt kejadian LBP pada pengunjung Puskesmas

Sukabumi Utara, Jakarta Barat.

2

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

2. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian LBP pada

pengunjung puskesmas.

3. Menerapkan ilmu pengetahuan tentang LBP yang telah diperoleh saat kuliah.

Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan penelitian.

4. Mengembangkan daya nalar, minat dan kemampuan dalam bidang penelitian.

1.4.2 Manfaat bagi Perguruan Tinggi

1. Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau tugas

perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian,

dan pengabdian masyarakat.

2. Mewujudkan UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang

kesehatan.

3. Meningkatkan saling pengertian dan saling kerja sama antara mahasiswa dan staf

pengajar.

4. Data awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

kejadian ikutan pasca imunisasi di masyarakat.

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

1. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dari Puskesmas Sukabumi

Utara dan Sukabumi Selatan.

2. Memperoleh pengetahuan dan informasi mengenai faktor faktor apa saja yang

berhubungan kejadian low back pain, sehingga meningkatkan kesadaran

pengunjung puskesmas terhadap faktor faktor tersebut dan mencegah terjadinya

low back pain.

1.5 Sasaran

Pengunjung puskesmas Sukabumi Utara, Jakarta Barat pada bulan Agustus 2015

3

Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Low Back Pain ( LBP )

LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan

nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri terasa di daerah lumbal atau

lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP

yang lebih dari 6 bulan disebut kronik.4

2.2 Faktor Risiko

Faktor risiko terjadinya low back pain adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk,

masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok,  skoliosis mayor

(kurvatura  >80o), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan

pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-

jam (posisi tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik

beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan. 1,10

2.3 Etiologi

Etiologi low back pain dapat berupa :5

1. Proses degeneratif, seperi spondilosis, HNP, stenosis spinalis, dan osteoartritis.

Perubahan pada vertebrata lumbosakral dapat terjadi pada arkus dan prosesus

artikularis serta ligamen yang menguhubungkan antar ruas tulang belakang.

Perubahan degeneratif juga dapat menyerang anulus fibrosus dari diskus

intervertebralis.

2. Penyakit inflamasi, seperti rheumatoid artritis yang sering timbul sebagain

penyakit akut dengan ciri persendian keempat anggota gerak terkena secara

serentak atau spondilitis ankilopoetika dengan keluhan sakit punggung dan

pinggang yang sifatnya pegal, kaku.

3. Osteoporosis, pada orang tua dan jompo terutama menyerang kaum wanita.

Sakit bersifat pegal, tajam dan radikuler.

4. Kelainan kongenital, yang diperlihatkan foto rontgen polos dari vertebra

lumbosakralis sering dianggap sebagai penyebab LBP.dan dapat menyerupai

HNP.

4

5. Gangguan sirkulasi, seperti aneurisma aorta abdominalis dapat menyebabkan

LBP yang hebat. Gangguan sirkulasi lain seperti trombosis aorta terminalis,

dengan gejala nyeri yang menjalar sampai bokong, belakang paha dan tungkai

kedua sisi

6. Tumor, dapat berupa tumor jinak seperti osteoma, Paget’s disease,

osteoblastoma, hemangioma, neurioma, meningioma, atau tumor ganas seperti

mieloma multipel, maupun sekunder

7. Infeksi akut, yang disebkam oleh kuman piogenik seperti streptococcus atau

staphylococcus, atau infeksi kronik seperti spondilitis tuberkulosis dan

osteomielitis

8. Psikoneuritik, seperti histeria, depresi.

2.4 Epidemiologi

LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara industri.

Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama

hidupnya. Prevalensi pertahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalence

rata-rata 30%. Di Amerika Serikat nyeri ini merupakan penyebab yang urutan paling

sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia <45 tahun, urutan kedua

untuk alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan kelima alasan perawatan di rumah

sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan operasi. Data epidemiologi

mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa

Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki

18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah

sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%.6

2.5 Gejala klinis

Gejala klinis yang utama pada LBP adalah nyeri. Nyeri punggung bawah dapat

bersifat sementara atau menetap dan lokal atau menjalar. Nyeri juga dapat bersifat

dangkal atau dalam. Hal ini bergantung pada penyebab dan jenis nyeri. Terdapat

berbagai jenis nyeri punggung:7,8

1. Nyeri lokal, terjadi di area tertentu di punggung bagian bawah, nyeri jenis ini

paling sering terjadi. Penyebabnya biasa karena terkilir atau keseleo atau

cedera lainnya. Nyeri biasanya menetap,atau terkadang hilang timbul. Nyeri

5

lokal dapat berkurang atau bertambah dengan perubahan posisi. Punggung

bawah dapat sakit saat dipegang, dapat terjadi spasme otot.

2. Nyeri yang menjalar, nyeri bersifat tumpul dan terasa menjalar dari punggung

bawah ke tungkai. Nyeri dapat diikuti dengan nyeri tajam, biasanya hanya

mengenai satu sisi tungkai daripada seluruh tungkai.

3. Nyeri dapat terasa sampai ke kaki atau hanya sampai lutut. Nyeri yang

menjalar biasanya menandakan adanya penekanan pangkal saraf, misalnya

karena HNP, osteoartritis atau stenosis tulang belakang. Batuk, bersin,

mengedan atau membungkuk sambil menjaga kaki agar tetap lurus dapat

memicu munculnya nyeri. Jika terdapat penekanan berat pada pangkal saraf,

atau jika korda spinalis tertekan, maka akan timbul rasa seperti ditusuk jarum,

atau bahkan mati rasa dan hilangnya fungsi pengendalian berkemih dan

pencernaan (inkontinensia).

4. Referred pain, nyeri dirasakan pada lokasi berbeda dari lokasi penyebab nyeri

sebenarnya. Misalnya, pada pasien dengan serangan jantung, nyeri dirasakan

pada lengan kiri. Nyeri jenis ini pada punggung bawah cenderung bersifat

sakit dan dalam, dan sulit untuk menentukan lokasi asal nyeri. Pergerakan

tidak memperberat nyeri tersebut

2.6 Penatalaksanaan

Jika penyebab spesifik terjadinya nyeri punggung bawah dapat diketahui, maka

perlu diatasi penyebab tersebut. Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk penyebab nyeri

muskuloskeletal. Tetapi terdapat beberapa tindakan yang dapat membantu,biasanya

tindakan ini juga dapat digunakan untuk mengatasi nyeri akibat penekanan tulang

belakang tindakan ini meliputi perbaiki aktifitas,menggunakan obat pereda nyeri, kompres

dingin pada daerah nyeri,dan olahraga.8

Untuk nyeri punggung bawah yang baru terjadi, penanganan dimulai dengan

mencegah aktivitas yang memberi stressor pada tulang belakang,misalnya mengangkat

benda berat dan membungkuk.

Penggunaan Acetaminophen terkadang dianjurkan untuk mengatasi nyeri. Jika

terdapat peradangan maka dapat digunakan obat NSAID yang dapat mengatasi nyeri dan

peradangan. Jika keduanya tidak dapat mengatasi nyeri yang ada,maka dapat digunakan

obat golongan Opioid.

6

Pemakaian relaksan otot seperti cyclobenzaprine, diazepam, atau methocarbamol,

terkadang diperlukan untuk mengatasi spasme otot, tapi kegunaannya sendiri masih

kontroversial. Obat obat ini tidak danjurkan oleh orang tua,karena lebih sering memberi

efek samping.8

2.7 Pencegahan

Cara yang paling efektif untuk mencegah nyeri punggung bawah adalah dengan

olahraga secara teratur. Latihan aerobik dan olahraga untuk meregangkan dan

mengencangkan otot sangat membantu. Aerobik, berenang, dan berjalan, memperbaiki

kebugaran tubuh secara menyeluruh dan juga memperkuat otot otot. Latihan tertentu

dapat meregangkan dan memperkuat otot-otot perut, bokong, dan punggung sehingga

dapat menstabilkan tulang punggung. Pada beberapa orang, latihan peregangan dapat

menambah nyeri punggung,untuk itu latihan perlu dilakukan secara hati-hati. Secara

umum,olahraga yang menimbulkan atau menambah nyeri harus dihentikan.9

2.8 Patofisiologi

Vertebra lumbal berfungsi sebagai tiang penyangga bagi tubuh khususnya, dan

seluruh vertebra umumnya. Bagian depan yang terdiri dari korpus vertebralis dan diskus

intervertebralis berfungsi sebagai pengemban yang kuat, tetapi cukup fleksibel serta tahan

terhadap tekanan-tekanan menurut porosnya. Tekanan tersebut ditahan oleh nukleus

pulposus. Fleksibilitas penyangga dipertahankan oleh ligamenta dan fasia kuat yang

mengikat dan membungkus corpora serta diskus intervertebralis. Fleksibilitas tersebut

dijamin oleh artikulus posterior superior dan inferior terhadap penekukan ke belakang dan

ke samping yang berlebihan, yang merupakan bagian belakang tiap ruas tulang belakang.

Bagian belakang ini terdiri dari pedikel, lamina, serta prosesus spinosus dan transversus.10

Otot-otot yang terdapat sekeliling tulang belakang mempunyai origo dan insersio

pada prosesus transversus atau spinosus. Stabilitas kolumna vertebralis dijamin oleh

ligamenta secara pasif dan oleh otot-otot tersebut secara aktif. Ujung serabut penghantar

impuls nyeri terdapat di ligamen, otot-otot, periostium, lapisan luar annulus fibrosus dan

sinovia articulus posterior. Bangunan peka nyeri (Gambar 1) mengandung reseptor

nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal,

kimiawi). 10

7

Gambar 1. Struktur Sensitisasi Nyeri

Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi

yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang

bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan.

Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan

iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan

terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi

primer pada sistem saraf.10

Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan.

Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya

nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan

sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya

karena pergerakan. Kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Perubahan

biomolekuler terjadi pada kondisi ini, di mana terjadi akumulasi saluran ion Natrium

dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang

sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Beberapa kondisi spinal yang

terdapat pada Gambar 2 dapat menjelaskan patofisiologi dari low back pain.10

8

Gambar 2. Beberapa Kondisi Spinal pada Low Back Pain

2.9 Dampak LBP

LBP merupakan keluhan yang paling umum pada penderita dengan

problem musculoskeletal. Permasalahan yang dapat timbul dari LBP antara

lain:

1. Sakit pada pinggang bawah

2. Keterbatasan lingkup gerak sendi trunk

3. Penurunan kemampuan aktifitas yang membutuhkan gerakan dari

pinggang. 11

Permasalahan yang timbul dari kondisi ini antara lain:

1. Adanya nyeri dan spasme otot-otot pinggang

2. Terbatasnya lingkup gerak sendi lumbal

3. Menurunnya kekuatan otot penggerak trunk

4. Tergangguanya aktifitas fungsional penderita.

2.10 Faktor faktor yang Berhubungan dengan LBP

2.10.1 Usia

Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan

keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun

terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi

jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada

tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko

orang tersebut tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi

9

pemicu timbulnya gejala LBP. Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai

dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Garg

dalam Pratiwi (2009) menunjukkan insiden LBP tertinggi pada umur 35-55 tahun

dan semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini diperkuat dengan

penelitian Sorenson dimana pada usia 35 tahun mulai terjadi nyeri punggung

bawah dan akan semakin meningkat pada umur 55 tahun.12

Menurut penelitian di rumah sakit Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto pada tahun 2010 menunjukkan bahwa pasien LBP paling banyak

terdapat pada usia > 54 tahun. Hal tersebut menunjukkan adanya kecenderungan

bahwa LBP merupakan masalah penyakit degeneratif. 13

2.10.2 Sex

Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita dibandingkan dengan

laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih sering izin untuk

tidak bekerja karena LBP . Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko

keluhan otot rangka. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot

wanita lebih rendah daripada pria. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan

prevalensi beberapa kasus musculoskeletal disorders lebih tinggi pada wanita

dibandingkan pada pria.12

Menurut penelitian di rumah sakit RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto jumlah pasien LBP yang berjenis kelamin perempuan 73% lebih

banyak daripada yang berjenis kelamin laki laki yaitu 27%.13

2.10.3 IMT

Indeks massa tubuh Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi

angka dari berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat

dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Panduan

terbaru dari WHO tahun 2000 mengkategorikan indeks masa tubuh untuk orang

Asia dewasa menjadi underweight (IMT < 18.5), normal range (IMT 18.5-22.9)

dan overweight (IMT ≥23.0). Overweight dibagi menjadi tiga yaitu at risk (IMT

23.0-24.9), obese 1 (IMT 25-29.9) dan obese 2 (IMT ≥ 30.0 ). Hasil penelitian

Purnamasari (2010) menyatakan bahwa seseorang yang overweight lebih berisiko

lima kali menderita LBP dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan

10

ideal. Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk

menerima beban yang membebani tersebut sehingga mengakibatkan mudahnya

terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu daerah

pada tulang belakang yang paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah

verterbrae lumbal.

Menurut penelitian di rumah sakit Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto pada tahun 2010. Dari 90 responden yang diteliti diperoleh data

tentang status gizi menunjukkan bahwa sebagian besar status gizi responden

adalah overweight yaitu sebanyak 65,6%.13

2.10.4 Pekerjaan

2.10.4.1 Beban kerja

Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang

diterima oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, sesuai

dengan kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja yang menerima beban

tersebut. Beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh

seseorang ataupun sekelompok orang, selama periode waktu tertentu dalam

keadaan normal. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar

akan memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligamen

dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan

otot, kerusakan otot, tendon dan jaringan lainnya. Penelitian Nurwahyuni

melaporkan bahwa persentase tertinggi responden yang mengalami keluhan

LBP adalah pekerja dengan berat beban lebih dari 25 kg.12

2.10.4.2 Posisi kerja

Posisi yang salah adalah posisi tubuh yang menyimpang secara

signifikan dari posisi tubuh normal saat melakukan pekerjaan. Bekerja

dengan posisi yang salah dapat meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan

dalam bekerja. Posisi yang salah dapat menyebabkan kondisi dimana transfer

tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah

menimbulkan kelelahan. Termasuk ke dalam posisi yang salah adalah

pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai, berputar,

memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang dalam posisi statis dan

menjepit dengan tangan. Posisi ini melibatkan beberapa area tubuh seperti

11

bahu, punggung dan lutut karena daerah inilah yang paling sering mengalami

cedera.12

2.10.4.3 Repetisi

Repetisi adalah pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama.

Frekuensi gerakan yang terlampau sering akan mendorong fatigue dan

ketegangan otot tendon. Ketegangan otot tendon dapat dipulihkan apabila ada

jeda waktu istirahat yang digunakan untuk peregangan otot. Dampak gerakan

berulang akan meningkat bila gerakan tersebut dilakukan dengan postur

janggal dengan beban yang berat dalam waktu yang lama. Frekuensi

terjadinya sikap tubuh terkait dengan berapa kali repetitive motion dalam

melakukan pekerjaan. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan

akibat beban terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.12

2.10.4.4 Durasi

Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko. Durasi

didefinisikan sebagai durasi singkat jika kurang dari 1 jam per hari, durasi

sedang yaitu 1-2 jam per hari dan durasi lama yaitu lebih dari 2 jam per hari.

Durasi terjadinya postur janggal yang berisiko bila postur tersebut

dipertahankan lebih dari 10 detik. Risiko fisiologis utama yang dikaitkan

dengan gerakan yang sering dan berulang-ulang adalah kelelahan otot.

Selama berkontraksi otot memerlukan oksigen, jika gerakan berulang-ulang

dari otot menjadi terlalu cepat sehingga oksigen belum mencapai jaringan

maka akan terjadi kelelahan otot.12

2.10.5 Trauma

Postur yang bervariasi dan abnormalitas kelengkungan tulang belakang

merupakan salah satu faktor risiko adanya keluhan LBP. Orang dengan kasus

spondylolisthesis akan lebih berisiko LBP pada jenis pekerjaan yang berat,

tetapi kondisi seperti ini sangat langka. Kelainan secara struktural seperti

spina bifida acculta dan jumlah ruas tulang belakang yang abnormal tidak

memiliki konsekuensi. Perubahan spondylitic biasanya memiliki nilai risiko

yang lebih rendah. Riwayat terjadinya trauma pada tulang belakang juga

merupakan faktor risiko terjadinya karena trauma akan merusak struktur

tulang belakang yang dapat mengakibatkan nyeri yang terus menerus.12

12

2.10.6 Aktivitas fisik

Pola hidup yang tidak aktif merupakan faktor risiko terjadinya

berbagai keluhan dan penyakit, termasuk di dalamnya LBP. Aktivitas fisik

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan aktivitas otot

pada periode waktu tertentu. Aktivitas fisik yang cukup dan dilakukan secara

rutin dapat membantu mencegah adanya keluhan LBP. Olahraga yang teratur

juga dapat memperbaiki kualitas hidup, mencegah osteoporosis dan berbagai

penyakit rangka serta penyakit lainnya. Olahraga sangat menguntungkan

karena risikonya minimal. Program olahraga harus dilakukan secara bertahap,

dimulai dengan intensitas rendah pada awalnya untuk menghindari cidera pada

otot dan sendi. Aktivitas fisik dikatakan teratur ketika aktvitas tersebut

dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu. Selain itu, di dalam aktivitas fisik

juga dilakukan streching guna meregangkan otot-otot yang sudah digunakan

dalam jangka waktu tertentu. Kurangnya aktivitas fisik dapat menurunkan

suplai oksigen ke dalam otot sehingga dapat menyebabkan adanya keluhan

otot. Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang

yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk istirahat

dan melakukan aktivitas fisik yang cukup.

Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh tingkat kesegaran

tubuh. Laporan NIOSH menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh

yang rendah maka risiko terjadinya keluhan adalah 8,1%, tingkat kesegaran

tubuh sedang adalah 3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8%.

Hal ini juga diperkuat dengan laporan Betti’e et al yang menyatakan bahwa

hasil penelitian terhadap para penebang menunjukkan bahwa kelompok

penebang dengan tingkat kesegaran tubuh yang tinggi mempunyai risiko

sangat kecil terhadap risiko cidera otot.12

2.10.7 Kebiasaan Merokok

13

World Health Organization (WHO) melaporkan jumlah kematian

akibat merokok akibat tiap tahun adalah 4,9 juta dan menjelang tahun 2020

mencapai 10 juta orang per tahunnya. Hubungan yang signifikan antara

kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan

yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok dapat

menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok

dapat pula menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada tulang

sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada

tulang. Penelitian yang dilakukan Tana melaporkan bahwa dari hubungan

antara perilaku merokok dengan nyeri pinggang didapatkan hasil responden

dengan perilaku merokok lebih banyak yang menderita low back pain daripada

yang tidak pernah merokok sama sekali.12

Kebiasaan merokok diukur dengan menggunakan indeks Brinkman

yaitu jumlah rata-rata rokok yang dihisap sehari dikalikan dengan lama

merokok (dalam tahun); bukan perokok (0), perokok ringan (1-399) dan

perokok berat (≥400).

Merokok dapat menyebabkan penurunan perfusi dan kekurangan gizi

otot dan tulang akibat kurangannya aliran darah ke jaringan. Selain itu,

merokok juga dapat menyebabkan jaringan tidak efisien untuk merespon stress

mekanik yang dapat menyebabkan keluhan nyeri punggung.12

Hasil penelitian terhadap 100 sampel menunjukan bahwa 43 pekerja

mengalami LBP, kejadian pada bukan perokok sebanyak 12 orang (27,9%),

perokok ringan sebanyak 26 orang (60,5%), dan perokok berat 5 orang

(11,6%). Berdasarkan hasil analisis uji statistik, diperoleh nilai p = 0,307.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara

kebiasaan merokok dengan kejadian low back pain. Setiap individu memiliki

respon tubuh yang berbeda terhadap agen penyakit. Hal ini disebabkan tiap

individu berbeda dari yang lain dalam hal susunan genetik dan interkasi

dengan lingkungan.12

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Kartana (2010) yang mendapatkan bahwa tidak ada hubungan

kebiasaan merokok dengan keluhan low back pain dengan nilai p = 0,734.

14

Berbeda dengan penelitian menemukan ada hubungan yang signifikan

antar kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk

pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok dapat

menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan.

Ketika seseorang kelebihan berat biasanya kelebihan berat badan akan

disalurkan pada daerah perut yang berarti menambah kerja tulang lumbal.

Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk menerima

beban tersebut sehingga mengakibatkan kerusakan dan bahaya pada stuktur

tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang belakang yang paling berisiko

akibat efek dari overweight adalah vertebra lumbal.12

2.10.8 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Di harapkan semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang,

kemungkinan untuk terjadinya LBP semakin rendah, sebaliknya jika

pengetahuan seseorang kemungkinan untuk terjadinya LBP semakin tinggi.

2.10.9 Kelainan bawaan

Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Kelainan-

kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya

setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat

menyebabkan timbulnya low back pain yang disertai dengan skoliosis ringan.

Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat

menjadi satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat lubang

di tulang vertebra dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina dan

keadaan ini dikenal dengan Spina Bifida. Penyakit spina bifida dapat

menyebabkan gejala-gejala berat sepert club foot, rudimentair foof, kelayuan

15

pada kaki, dan sebagainya.namun jika lubang tersebut kecil, tidak akan

menimbulkan keluhan.

Beberapa jenis kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir adalah:

I. Penyakit Spondylisthesis

Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus vertebrae,

dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebrae.

Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35

tahun baru menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri

pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur dan

akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan.

II. Penyakit Kissing Spine

Penyakit ini disebabkan karena dua atau lebih processus spinosus

bersentuhan. Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan tidak. Gejala

yang ditimbulkan adalah low back pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui

dengan pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral.

III. Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V

Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari vertebra

lumbal ke V melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau os ileum.

Kerangka teori

16

Usia

Kerangka konsep

17

Pengetauhan

Merokok

Aktivitas fisik

Trauma

Durasi

Repitisi Low Back Pain

Posisi kerja

Pekerjaan

Beban kerjaan

IMT

Sex

DAFTAR PUSTAKA

18

IMT

POSISI KERJA

BEBAN KERJA

TRAUMA

SEX

UMUR

PENGETAHUAN

1. Inmaculada Calvo, Gomes Antonia and sanchez Julio Meca. Prevalence of Low Back

Pain in Children and Adolescent. BMC Pediatrics. Januari 2013. Diunduh dari

www.proquest.com

2. Hoy D, Blyth F, Buchbinder R. The Epidemiology of Low Back Pain. Best Practice

and Research clinical Rheumatology . Agustus 2010. Diunduh dari

www.proquest.com

3. Marras William. The Case for Cumulative Trauma in Low Back Pain. The Spine

journal. Maret 2003. Diunduh dari www.proquest.com

4. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri punggung bawah. Dalam: Nyeri Neuropatik,

patofisioloogi dan penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS,

Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-167.

5. Bogduk N. Evidence-Based Clinical Guidelines for the Management of Acute Low

Back Pain. The National Muskuloskeletal Medicine Initiative. 1999.

6. Anderson GBJ. Epidemiological features of chronic low back pain. Lancet 1999;

354:581-5.

7. Adelia, R., 2007. Nyeri Pinggang/Low Back Pain. Available from:

http://www.fkunsri.wordpress.com/2007/09/01/nyeri-pinggang-low-backpain. di

unduh pada tangal 15 agustus 2015

8. Cianflocco, A.J., 2013. Low back pain. Available from:

http://www.merckmanuals.com/home/bone_joint_and_muscle_disorders/l

ow_back_and_neck_pain/low_back_pain.html. di unduh pada tangal 15 aguatus 2015

9. Advance Spine Care, 2010. Low Back Pain. Available from:

http://www.advancedspinecare.info/lowbackpain.html. diunduh pada tangal 15

agustus 2015

10. Sidharta P. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat. Jakarta. 2004.

8:202-5.

11. Eko Budi Prasetyo. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Low Back Pain Akibat

Kompresi Vertebra Lumbal Ii – V. 2010.

12. Andini F. Risk Factors Of Low Back Pain In Workers. Januari 2015. Diunduh dari

http://juke.kedokteran.unila.ac.id/

19

13. Tuti Marinus Lailani. Naskah Publikasi Hubungan Antara Peningkatan Indeks Massa

Tubuh Dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah Pada Pasien Rawat Jalan Di

Poliklinik Saraf Rsud Dokter Soedarso Pontianak. Maret 2013. Diunduh dari

juke.kedokteran.unila.ac.id, pada tanggal 10 agustus 2013

Bab III

20

Metodologi Penelitian

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan

pendekatan cross-sectional mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Low

Back Pain pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara pada bulanAgustus 2015.

3.2 Tempat dan Waktu

Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara pada bulan

Agustus 2015.

3.3 Sumber Data

Sumber data terdiri dari data primer yang diambil dari subjek penelitian dengan

menggunakan kuesioner dan wawancara yang dibagikan kepada pengunjung Puskesmas

Kelurahan Sukabumi Utara pada bulan Agustus 2015.

3.4 Populasi :

3.4.1 Target : Semua pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara.

3.4.2 Terjangkau : Pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara pada

bulan Agustus 2015.

3.5 Kriteria :

3.5.1 Inklusi :

3.5.1.1 Semua pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara.

3.5.1.2 Responden mampu mengisi kuesioner.

3.5.1.3 Usia responden 25 tahun sampai dengan 65 tahun.

3.5.2 Ekslusi :

3.5.2.1 Responden menolak mengisi kuesioner.

3.6 Sampel

3.6.1 Besar sampel :

21

Melalui rumus dibawah ini, didapatkan besar sampel penelitian sebagai berikut:

n1=(Zα )2 . p . q

L2

n2=n1+(10 % . n1)

Keterangan:

n1 : Jumlah sampel minimal

n2 : Jumlah sampel ditambah substitusi 10% (substitusi adalah persen responden

yang mungkin dropout)

zα : Nilai konversi pada tabel kurva normal, dengan nilai α = 5%didapatkan zα

pada kurva normal = 1,96

p : Proporsi variabel yang ingin diteliti sebesar 0,4nilai p diperoleh sebesar

40% (Sadeli HAdkk, 2001)

q : q = 1 – P = 1-0,4= 0,6

L : Derajat kesalahan yang masih dapat diterima sebesar 10 %.

n1=(Zα )2 . p . q

L2 =(1,96)² .0,4 .0,6

0,1 ²=¿92

n2=n1+(10 % . n1 )

n2=+ (10 %.92 )

= 101,2 dibulatkan 102

3.7 Tehnik pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah dengan non-probability sampling secara quota

sampling.

3.8 Indetifikasi Variabel

3.8.1 Variabel Dependen :

22

Low Back Pain

3.8.2 Variabel Independen

3.8.2.1 Umur

3.8.2.2 Jenis Kelamin

3.8.2.3 Indeks Massa Tubuh

3.8.2.4 Beban Kerja Fisik

3.8.2.5 Posisi Kerja

3.8.2.6 Trauma

3.8.2.7 Pengetahuan

3.9 Cara Kerja

3.9.1 Menghubungi Kepala puskesmas yang menjadi tempat penelitian untuk

melaporkan tujuan dan meminta ijin untuk mengadakan penelitian di

puskesmastersebut.

3.9.2 Menentukan sampel dengan teknik non-probability sampling yaitu Quota

Sampling. Sampel diambil berdasarkan populasi terjangkau yaitu pengunjung

Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara pada tanggal 27 sampai dengan 28 Agustus

2015.

3.9.3 Melakukan pengumpulan data-data dengan menggunakan instrumen penelitian

berupa kuesioner di Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara. Kuesioner

dibahagikan ke pengunjung puskesmas yang sudah di uji coba di Puskesmas

Kelurahan Sukabumi Selatan pada 25 Agustus 2015.

3.9.4 Melakukan pengolahan, analisis dan interpretasi data dengan program SPSS.

3.9.5 Penulisan laporan penelitian

3.9.6 Pelaporan penelitian

3.10 Pengumpulan Data

3.10.1 Tehnik pengumpulan data

23

Data diperoleh dari proses pengumpulan langsung di Puskesmas

Kelurahan Sukabumi Utara dengan kuesioner dan wawancara.

3.10.2 Instrumen Penelitian

Alat dan Bahan yang diperlukan:

Kuesioner

Alat tulis

Timbangan dan microtoa

3.11 Manajamen Data

3.11.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner.

3.11.2 Pengolahan Data

Terhadap data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukann

pengolahan berupa editing, verifikasi, dan coding. Selanjutnya dimasukkan

dan diolah dengan menggunakan program komputer SPSS.

3.11.3 Penyajian Data

Data yang didapat disajikan dengan tekstular dan tabular.

3.11.4 Analisis Data

Terhadap data yang telah diolah dilakukan analisis dengan cara

univariat dan bivariat denganuji non parametrik (chi square) dengan

menggunakan program SPSS.

3.11.5 Intepretasi Data

Data diinterpretasi secara deskriptif dan analisis asosiatif antara

variabel-variabel yang telah ditentukan.

3.11.6 Pelaporan Penelitian

Data disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang selanjutnya akan

dipublikasikan di hadapan staf pengajar KepaniteraanKlinik Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana pada

September 2015 dalam forum pendidikan Ilmu Kesehatan Komunitas FK

UKRIDA.

3.12 Definisi Operasional

3.12.1 Subjek Penelitian

24

Subjek penelitian adalah semua pengunjung Puskesmas Kelurahan

Sukabumi Utara dari tanggal 27sampai dengan 28 Agustus 2015.

3.12.2 Data Umum

3.12.2.1 Variabel Dependen

3.12.2.1.1 Low Back Pain (Nyeri Pinggang)

Definisi : Nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, yang dapat

merupakan nyeri lokal, maupun nyeri radikuler atau

keduanya, atau nyeri yang berasal dari punggung bawah yang

dapat menjalar ke daerah lain.

Alat ukur : Kuesioner

Skala data : Nominal

Koding : Kode 0 : Pernah/sedang mengalami nyeri pinggang.

Kode 1 : Tidak pernah mengalami nyeri pinggang.

3.12.2.2 Variabel Independen

3.12.2.2.1 Umur

Definisi : Umur adalah lamanya hidup seseorang dari dilahirkan sampai

saat penelitian dilakukan. Umur dihitung dari tanggal, bulan

dan tahun penelitian dikurangi tanggal, bulan dan tahun lahir

yang tertera di KTP yang masih berlaku. Bila terdapat

kelebihan, umur kurang dari enam bulan, dibulatkan ke

bawah.

Cara ukur : Tahun penelitian dikurangi tahun kelahiran.

Alat ukur : Kartu Tanda Penduduk

Skala data : Ordinal

Koding : Kode 0 : 56-65 tahun

Kode 1 : 35-55 tahun

Kode 2 : 25-34 tahun

3.12.2.2.2 Jenis Kelamin

Definisi : Jenis kelamin merupakan petanda gender seseorang yang

25

dibagi menjadi laki-laki dan perempuan.

Alat ukur : Kartu Tanda Penduduk

Skala data : Nominal

Koding : Kode 0 : Perempuan

Kode 1 : Laki-laki

3.12.2.2.3 Indeks Massa Tubuh

Definisi : Indeks massa tubuh (IMT) adalah alat pengukuran komposisi

tubuh yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB)

dan tinggi badan (TB) seseorang.

Alat ukur : Timbangan berat badan orang dewasa dan meteran dinding

Skala data : Interval

Cara kerja menentukan IMT: sampel diukur terlebih dahulu

berat badannya dengan timbangan kemudian diukur tinggi

badan dan dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini:

IMT= Berat badan (kg)

Tinggi badan2 (m)2

Kemudian hasil IMT di masukkan ke dalam tabel di atas dan

di kategorikkan.

Skala ukur terakhir: Ordinal

Koding : Kode 0 : IMT lebih (IMT ≥ 23)

Kode 1 : IMT normal (IMT 18,5 – 22,9)

Kode 2 : IMT kurang ( IMT < 18,5)

3.12.2.2.4 Beban KerjaFisik

Definisi : Beban kerja merupakan beban aktivitas fisikyang diterima

26

Klasifikasi IMT

Berat badan kurang < 18.5

Kisaran Normal 18.5-22.9

Berat Badan Lebih ≥ 23

oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu,

sesuai dengan kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja

yang menerima beban tersebut.

Alat ukur : Kuesioner

Skala data : Ordinal

Koding : Kode 0 : ≥25 kg

Kode 1 : <25kg

3.12.2.2.5 Trauma

Definisi : Trauma adalah kekerasan yang mengenai tubuh di

Daerah pinggang sehingga terjadi kerusakan/ gangguan pada

struktur dan fungsi jaringan.

Alat ukur : Kuesioner

Skala data : Nominal

Koding : Kode 0 : Pernah mengalami cedera pinggang.

Kode 1 : Tidak pernah mengalami sebarang kecederaan

pinggang.

3.12.2.2.6 Posisi Kerja

Definisi : Posisi tubuh saat melakukan perkerjaan.

Alat ukur : Kuesioner

Skala data : Nominal

Koding : Kode 0 : Duduk membungkuk

Kode 1 : Duduk tegap

Kode 2 : Berdiri

3.12.2.2.7 Pengetahuan

Definisi : Segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal nyeri

27

pinggang.

Alat ukur : Kuesioner

Cara Hitung :Total soal tujuh, dengan dua pilihan jawaban,

yaitu jawaban salah dan jawaban benar.

Skala data :Ordinal

Skoring :0-3 : Kurang

4-5 : Cukup

6-7 : Baik

3.13 EtikaPenelitian

Pada penelitian ini subyek penelitian diberikan jaminan bahwa data-data yang

mereka berikan dijamin kerahasiaannya dan berhak menolak menjadi sampel.

3.14 Sarana Penelitian

3.14.1 Tenaga

Penelitian dilakukan oleh 4 orang mahasiswa kepaniteraan Ilmu Kedokteran

Komunitas, dengan dibantu oleh 1 orang pembimbing yaitu dosen IKM.

3.14.2 Fasilitas

Fasilitas yang tersedia berupa ruang perpustakaan, ruang diskusi, lembar

kuisioner, timbangan injak, microtoa, komputer, printer, program SPSS, internet, dan

alat tulis.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

28

Hasil penelitian di Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara. Diambil sampel sebanyak

102 orang pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara.

Tabel 4.1 Sebaran Kejadian LBP pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi

Utara pada Agustus 2015.

LBP Frekuensi Persentase(%)

Ya 88 86.3

Tidak 14 13.7

Total 102 100.0

Gambar 1: Sebaran LBP pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara

29

Tabel 4.2 Sebaran Umur, Jenis Kelamin, Riwayat Trauma, Beban Kerja Fisik, Posisi

Kerja, IMT dan Pengetahuan LBP pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi

Utara pada Agustus 2015.

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Umur (Tahun)

56-65 14 13.7

35-55 57 55.9

25-34 31 30.4

Jenis Kelamin

Perempuan 60 58.8

Laki laki 42 41.2

IMT

Lebih (≥23) 56 54.9

Normal (18.5-22.9) 36 35.3

Kurang (<18.4) 10 9.8

Beban Kerja Fisik

≥25 kg 23 22.5

<25 kg 79 77.5

Riwayat Trauma

Pernah 10 9.8

Tidak pernah 92 90.2

Posisi Kerja

Duduk membungkuk 37 36.3

Duduk tegak 46 45.1

Berdiri 19 18.6

Pengetahuan

Kurang 37 36.3

Cukup 42 41.2

Baik 23 22.5

Tabel. 4. 5 Hubungan antara Umur, Jenis Kelamin, Riwayat Trauma, Beban Kerja

Fisik, Posisi Kerja, IMT dan Pengetahuan dengan Kejadian LBP pada Pengunjung

Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara pada Agustus 2015.

30

VariabelLBP

Uji P HoYa Tidak

Umur

56-65 13 1

Chi Square 0.421 Diterima35-55 47 10

25-34 28 3

Jenis Kelamin

Wanita 52 8 Chi Square 1.000 Diterima

Laki-laki 36 6

Riwayat Trauma

Pernah 10 0 Chi Square 0.350 Diterima

Tidak Pernah 78 14

Beban Kerja Fisik

≥25 20 3 Chi Square 1.000 Diterima

<25 68 11

Posisi Kerja

Duduk Membungkuk 37 0 Chi Square 0.001 Ditolak

Duduk Tegak 36 10

Berdiri 15 4

IMT

Lebih (≥23) 46 10 Chi Square 0.141 Diterima

Normal (18.5-22.9) 31 4

Kurang (<18.4) 11 0

Pengetahuan

Kurang 30 7 Chi Square 0.486 Diterima

Cukup 37 5

Baik 21 2

Bab V

Pembahasan

31

1.1 Sebaran Kejadian Low Back Pain di Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara,

Jakarta Barat Agustus 2015

Pada tabel 4.1 didapatkan bahwa sebaran kejadian Low Back Pain adalah

sebanyak 88 orang dengan persentase 86.3%, dan jumlah sebaran kejadian tidak Low

Back Pain adalah sebanyak 14 orang dengan persentase 13.7%. Jumlah Low Back Pain

mempunyai frekuensi yang lebih banyak dibandingkan jumlah kejadian tidak Low Back

Pain di Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara pada bulan Agustus 2015.

1.2 Analisis Univariat Umur, Jenis Kelamin, Indeks Massa Tubuh, Beban Kerja Fisik,

Trauma, Posisi Kerja, dan Pengetahuan di Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara,

Jakarta Barat Agustus 2015

Pada tabel 4.2, berdasarkan tabel umur, didapati distribusi terbanyak pada kategori

umur 35-55 tahun dengan jumlah 57 orang dengan persentase 55.9%, diikuti kategori

umur 25-34 tahun sebanyak 31 orang dengan persentase 30.4%, dan pada kategori umur

56-65 tahun sebanyak 14 orang dengan persentase 13.7%.

Pada tabel 4.2, berdasarkan tabel jenis kelamin, didapati distribusi terbanyak pada

wanita yaitu 60 orang dengan persentase 58.8% diikuti dengan distribusi laki-laki

sebanyak 42 orang dengan persentase 41.2%.

Pada tabel 4.2, berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), didapati distribusi IMT

terbanyak pada kategori berat badan lebih yaitu 56 orang dengan persentase 54.9%,

diikuti IMT dengan kategori normal sebanyak 36 orang dengan persentase 35.3%, dan

IMT dengan kategori kurang sebanyak 10 orang dengan persentasi 9,8%.

Pada tabel 4.2, berdasarkan tabel beban kerja fisik, didapati distribusi terbanyak

adalah beban kerja fisik <25 kg yaitu 79 orang dengan persentase 77.5% diikuti distribusi

beban kerja ≥ 25 kg yaitu sebanyak 23 orang dengan persentase 22.5%.

Pada tabel 4.2, berdasarkan tabel trauma, didapati distribusi terbanyak pada tidak

pernah trauma yaitu sebanyak 92 orang dengan persentase 90.2%, diikuti pernah trauma

yaitu 10 orang dengan persentase 9.8%.

32

Pada tabel 4.2, berdasarkan tabel posisi kerja, didapati bahwa posisi kerja dengan

kategori duduk tegak mempunyai distribusi terbanyak dengan jumlah 46 orang dengan

persentase 45.1% diikuti kategori duduk membungkuk sebanyak 37 orang dengan

persentase 36.3% dan kategori berdiri sebanyak 19 orang dengan persentase 18.6%.

Pada tabel 4.2, berdasarkan tabel pengetahuan, didapati pengetahuan dengan

kategori cukup mempunyai distribusi terbanyak dengan jumlah 42 orang dengan

persentase 41.2% diikuti pengetahuan dengan kategori kurang sebanyak 37 orang dengan

persentase 36.3% dan pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 23 orang dengan

persentase 22.5%.

1.3 Hubungan Antara Faktor Umur dengan Kejadian Low Back Pain di Puskesmas

Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat Agustus 2015

Hubungan antara faktorumur terhadap kejadian low back pain melalui uji Chi-

Square didapatkan X2= 0.421, karena p > 0,05 maka Ho diterima. Artinya, tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara umur yang dengan kejadian low back pain.

1.4 Hubungan Faktor Jenis Kelamin dengan Kejadian Low Back Pain di Puskesmas

Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat Agustus 2015

Hubungan antara faktor jenis kelamin terhadap kejadian low back pain melalui uji

Chi-Square didapatkan X2= 1.000, karena p > 0,05 maka Ho diterima. Artinya, tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara faktor jenis kelamin dengan kejadian low back

pain.

1.5 Hubungan Faktor Indeks Mass Tubuh dengan Kejadian Low Back Pain di

Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat Agustus 2015

Hubungan antara faktor indeks massa tubuhterhadap kejadian low back pain

melalui uji Chi-Square didapatkan X2= 0.141, karena p > 0,05 maka Ho diterima.

Artinya, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor indeks massa tubuh

dengan kejadian low back pain.

1.6 Hubungan Faktor Beban Kerja Fisik dengan KejadianLow Back Pain di Puskesmas

Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat Agustus 2015

33

Hubungan antara faktor beban kerja fisik terhadap kejadian low back pain melalui

uji Chi-Square didapatkan X2= 1.000, karena p > 0,05 maka Ho diterima. Artinya, tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara faktor beban kerja fisik dengan kejadian low

back pain.

1.7 Hubungan Faktor Trauma dengan Kejadian Low Back Pain di Puskesmas

Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat Agustus 2015

Hubungan antara faktor trauma terhadap kejadian low back pain melalui uji Chi-

Square didapatkan X2= 0.350, karena p > 0,05 maka Ho diterima. Artinya, tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara faktor trauma dengan kejadian low back pain.

1.8 Hubungan Faktor Posisi Kerja dengan Kejadian Low Back Pain di Puskesmas

Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat Agustus 2015

Hubungan antara faktor posisi kerja terhadap kejadian low back pain melalui uji

Chi-Square didapatkan X2= 0.001 , karena p < 0,05 maka Ho ditolak. Artinya, terdapat

hubungan yang bermakna antara faktor posisi kerja dengan kejadian low back pain.

1.9 Hubungan Faktor Pengetahuan dengan Kejadian Low Back Pain di Puskesmas

Kelurahan Sukabumi Utara Agustus 2015

Hubungan antara faktor pengetahuan terhadap kejadian low back pain melalui uji

Chi-Square didapatkan X2= 0.486, karena p > 0,05 maka Ho diterima. Artinya, tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara faktor pengetahuan dengan kejadian low back

pain.

Bab VI

Kesimpulan dan Saran

34

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai hubungan antara kejadian LBP dan faktor faktor

yang berhubungan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Kecamatan

Kebon Jeruk, Jakarta Barat, pada Agustus 2015, dapat diambil kesimpulan bahwa pada

total sampel sebesar 102 orang, didapatkan sebaran yang LBP sebesar 86,3%.

Dari usia didapatkan bahwa pengunjung puskesmas paling banyak dengan usia

yang LBP sebanyak 55,9% pada umur 35-55 tahun. Jenis kelamin paling banyak pada

perempuan sebanyak 58,8%. Riwayat trauma terbanyak pada yang tidak mengalami

trauma yaitu sebesar 90,2%. Dari beban kerja di dapatkan 77.5% yang beban kerjanya

<25 kg. Posisi kerja di dapatkan sebesar 45.1% yang bekerja dengan posisi duduk

tegak. IMT di dapatkan sebesar 54,9% pada IMT kategori lebih. Dari pengetahuan di

dapatkan sebesar 41,2 % pada kategori pengetahuan cukup.

Terdapat hubungan yang bermakna antara posisi kerja dan LBP pada

pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat pada bulan Agustus

2015. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamain, riwayat

trauma, beban kerja, IMT, dan pengetahuan terhadap kejadian LBP pada pengunjung

Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat pada bulan Agustus 2015 .

6.2 Saran

6.2.1 Puskesmas

Meningkatkan promosi kesehatan berupa kegiatan penyuluhan dan penyediaan

leaflet mengenai gambaran klinis serta pengertian mengenai LBP sehingga melalui

kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat akan LBP.

6.2.2 Peneliti lain

Pada penelitian selanjutnya dapat melakukan desain penelitian dengan tingkat

lebih tinggi seperti desain kohort retrospektif atau kasus kontrol, agar hubungan sebab

akibat antar variabel dapat lebih jelas terlihat.

35

36