Fungsi Dan Peran HMI
-
Upload
andi-tri-sutrisno -
Category
Documents
-
view
198 -
download
0
description
Transcript of Fungsi Dan Peran HMI
Fungsi dan Peran HMI
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Semenjak terlahir ditanah pertiwi, HMI merupakan salah satu organisasi yang peduli
antar sesama bahkan satu-satunya organisasi yang slalu berkomitmen untuk menyuarakan
kebenaran dan membela masyarakat lemah
Dan selama itu pula HMI telah banyak mengoreskan tinta-tinta emasnya perjuanganya
lewat para kader-kadernya melalui kekuatan fisiknya saat mempertahankan NKRI dari para
komunis, kolonialis dan antek-anteknya hingga gagasan-gagasan baru para kader dalam
menjawab permasalahan sosial yang melanda masyarakat. Oleh karna itulah, fungsi dan peran
HMI yang sangat vital dalam masalah keislaman, keumatan, kekebangsaan.
Nampak dari fungsi dan perannya selama ini dalam masalah keislaman yang ditandai
dengan munculnya ideologi-ideologi perjuangan HMI. Tercatat HMI telah memiliki 11 naskah
atau dokumen sebagai ideologi doktrin perjuangan, dari 11 dokumen naskah NDP(nilai-nilai
dasar perjuangan) lahir sebagai ideologi doktrin perjuangan sebagai pegangan kader HMI yang
merupakan perwujudan dasar-dasar keislaman dalam setiap perjuangan. Dalam masalah
keumatan, HMI telah membuktikan dirinya sebagai sebagai wadah yang menciptakan kader-
kader yang peduli sesama makhluk ciptaan, yang sesuai dengan fitrah nya. Dalam masalah
kebangsaan, HMI ikut serta dalam mempertahankan NKRI dari antek-antek kolonialis, komunis
dan kawan-kawanya.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis membatasi ruang masalah agar lebih terarah.
Pembatasan tersebut ialah
1. Bagaimana fungsi dan Peran kader HMI sejak dulu hingga sekarang
2. Prospek HMI ke depan
BAB 2
PEMBAHASAN
“ FUNGSI dan PERAN KADER HMI dalam MENJAWAB TANTANGAN
ZAMAN”
1. FUNGSI HMI
HMI berfungsi sebagai Organisasi Kader (pasal 8 AD HMI)
HMI sebagai organisasi kader adalah organisasi mahasiswa yang berorientasikan Islam yang
melakukan perkaderan, dimana seluruh aktivitas yang dilakukan pada dasarnya merupakan
proses kaderisasi, sehingga HMI berfungsi dan hanya selalu membentuk kader-kader muslim
intelektual yang profesional.
Dalam Anggaran Dasar, Pasal 8 dikatakan bahwa "HMI berfungsi sebagai organisasi kader".
Dalam pedoman perkaderan dikatakan bahwa, Kader adalah sekelompok orang yang terorganisir
secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar. Hal ini
dijelaskan dalam ciri-ciri komulatif seorang kader HMI, yaitu: Pertama, seorang kader bergerak
dan terbentuk dalam organisasi, mengenal aturan-aturan main organisasi dan tidak bermain
sendiri sesuai dengan selera pribadi. Dari segi nilai, aturan itu adalah NDP, sedang dari segi
operationalisasi organisasi adalah AD/ART HMI, pedoman perkaderan, dan pedoman serta
ketentuan organisasi lainnya. Kedua, seorang kader memiliki komitmen yang terus menerus
(permanen), tidak mengenal semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah (konsisten) dalam
memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran. Ketiga, seorang kader memiliki bobot yang dan
kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang mampu menyangga kesatuan komunitas
manusia yang lebih besar. Jadi fokus penekanan kaderisasi adalah pada aspek kualitas. Keempat,
seorang kader memiliki visi dan perhatian yang serius dalam merespon dinamika sosial
lingkungannya dan mampu melakukan social engineering.
Sedang dalam Pasal 9 Anggaran dasar disebutkan "HMI berperan sebagai organisasi
perjuangan". Sebagaimana di atas, baik secara organisatoris maupun etis adalah kewajiban bagi
kader HMI untuk komit terhadap Islam dan HMI adalah alatnya, alat perjuangan untuk
mentransformasikan nilai-nilai ke-Islaman yang membebaskan (liberation force), dan memiliki
keberpihakan yang jelas terhadap kaum miskin (dhu’afa) dan kaum tertindas (mustradzafin).
Perubahan bagi HMI merupakan keharusan, demi tercapainya idealisme ke-Islaman, maka HMI
bertekad menjadikan Islam sebagaiu doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara
integralistik, transendental, humanis, dan inklusif. Dengan demikian Kader-kader HMI harus
berani menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilanserta prinsip-prinsip demokrasi tanpa
melihat perbedaan keyakinan dan mendorong terciptanya penghargaan Islam sebagai sumber
kebenaran yang paling hakiki.
Jelaslah kiranya bahwa dalam rumusan tujuan HMI yang tadi kita katakan terbagi dua yakni
"insan cita" dan "masyarakat cita" secara eksplisit berbicara tentang fungsi perkaderan dan peran
perjuangan. Dan tujuan HMI tidak akan pernah tercapai bila dalam prosesnya tidak sinambung
antara keduanya. Fungsi dan peran adalah dua sisi mata koin (two side of coin) tujuan. Bahwa
mustahil ada perubahan ke arah yang benar, kalau kesalahan berpikir masih menjebak benak
kita. maka akan terasa hambar berbicara sosial jika masalah personal masih saja menggerogoti
kita. Dalam bahasa kita sehari hari, internalisasi dahulu baru ekternalisasi atau obyektifikasi,
pengabdian mengharap ridho-Nya.
Dan akhirnya, tujuan jelas diperlukan oleh suatu organisasi sehingga setiap usahanya yang
dilakukannya dapat dilaksanakan secara terencana, teratur, terarah dan sistematis. Bahwa tujuan
suatu organisasi dipengaruhi oleh motivasi dasar pembentukannya, status, sifat, fungsi dan
perannya secara integral dalam totalitas dimana ia berada.
Islam bagi HMI adalah sebagai sumber nilai, motivasi, inspirasi. Keyakinan akan kebenaran
Islam menjadikan HMI secara sadar memilih Islam sebagai asasnya (vide Pasal 3 AD). Oleh
karenanya Islam bagi HMI merupakan pijakannya dalam menetapkan tujuan. Status HMI sebagai
organisasi mahasiswa (vide Pasal 7 AD) memberi petunjuk dimana HMI berspesialisasi.
Spesialisasi inilah yang disebut dengan fungsi HMI yakni sebagai organisasi kader (vide Pasal 8
AD), karena mahasiswa adalah kelompok elit dalam totalitas generasi muda yang harus
mempersiapkan diri dalam menerima tongkat estafet kepemimpinan bangsa dan generasi yang
akan datang. Maka fungsi kaderisasi mahasiswa merupakan fungsi yang paling pokok. Sebagai
kelompok elit, mahasiswa memiliki tanggung jawab yang besar, karena itu dengan sifat dan
wataknya yang kritis, mahasiswa kemudian berperan sebagai moral force yang senantiasa
melaksanakan fungsi social control. Untuk itu, mahasiswa harus bersikap independent dan hanya
berpihak pada kebenaran dan keadilan serta obyektifitas. HMI yang melakukan fungsi kaderisasi
mahasiswa pun harus menjiwai dan dijiwai sifat independen (vide Pasal 6 AD). Fungsi kaderisasi
dalam membentuk apa yang disebut HMI sebagai insan cita (insan kamil ala HMI) tidak lain
adalah upaya untuk mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan fitrahnya, yakni kehidupan yang
seimbang dan terpadu antara jasmani dan ruhani, akal dan kalbu, individu dan masyarakat, iman
dan ilmu, demi mencapai kebahagiaan di dunia dan ukhrowi. Demi mencapai kehidupan yang
sesuai dengan fitrahnya itu, maka dibutuhkan sebuah kerja kemanusiaan (amal shaleh), yang
tertuang dalam peran HMI sebagai organisasi perjuangan (vide Pasal 9 AD), yakni peran yang
diemban dalam melakukan internalisasi, eksternalisasi maupun obyektifikasi nilai-nilai ke-
Islaman. Dan kerja kemanusiaan ini akan terlaksana dengan benar dan sempurna apabila dibekali
dan didasari oleh iman dan ilmu pengetahuan. Karena inilah hakekat tujuan HMI tidak lain
adalah pembentukan manusia yang beriman dan berilmu serta mampu menunaikan tugas kerja
kemanusiaan (amal shaleh). Pengabdian dalam bentuk kerja kemanusiaan inilah hakekat tujuan
hidup manusia, sebab dengan melalui kerja kemanusiaan, manusia mendapatkan kebahagiaan.
2. PERAN HMI
HMI berperan sebagai Organisasi Perjuangan (pasal 9 AD HMI)
HMI sebagai organisasi perjuangan adalah organisasi yang selalu berjuang melakukan dan
membentuk kader bangsa yang muslim, intelektual, dan profesional dimana outputnya ditujukan
untuk kepentingan bangsa secara keseluruhan, sehingga insan HMI siap dan dapat bermanfaat
bagi seluruh golongan yang ada di masyarakat selama tidak bertentangan dengan koridor misi
HMI.
Dalam perjuangannya hmi terbagi dalam beberapa fase.
A. HMI dalam Fase Perjuangan Fisik
HMI ikut berjuang dalam perjuangan fisik ketika terjadi pemberontakan PKI di Madiun pada
tahun 1948. Pemberontakan tersebut bertujuan mengambil alih kekuasaan pemerintahan yang
sah dan ingin mendirikan “Soviet Republik Indonesia”. Menghadapi hal tersebut, HMI
menggalang seluruh kekuatan mahasiswa dengan membentuk Corps Mahasiswa. Selama waktu
krisis tersebut anggota HMI terpaksa meninggalkan bangku kuliah untuk mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pengkhianatan PKI, selain itu HMI pun terlibat dalam
perjuangan fisik menghadapi agresi militer Belanda. Sebagai nak umat dan anak bangsa, HMI
selalu ikut dalam perjuangan fisik demi mempertahankan negara Republik Indonesia. Dalam
mempertahakan NKRI, anggota-anggota HMI mengganti pena dengan memanggul senjata, HMI
merasa ikut bertanggung jawab dalam mempertahankan kedaulatan NKRI. HMI berkeyakinan
bahwa dalam masyarakat yang berdaulat dan merdeka akan tercipta keadilan dan kesejahteraan
rakyat. Oleh karena itu HMI selalu berusaha untuk memperthankan dan mempersatukan bangsa.
B. HMI dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa
Saat HMI baru saja berdiri, terjadi pemberontakan PKI di Madiun yang merupakan ancaman
terhadap kedaulatan bangsa, umat Islam, dan HMI sendiri. Kekuatan PKI ini makin memuncak
pada era 60-an, PKI menjadi salah satu kekuatan sosial politik besar di Indonesia. Posisi HMI
saat itu adalah menentang ajaran komunis dan mengajak semua pihak yang ada untuk menentang
komunis. Persoalan komunis bukan hanya persoalan bangsa dan negara, tetapi juga persoalan
HMI, akibat sikap HMI tersebut maka PKI menempatkan HMI sebagai salah satu musuh utama
yang harus diberangus. HMI menggalang konsolidasi dengan semua pihak yang non komunis,
karena komunis bertentangan dengan dasar negara, yaitu Pancasila. Selain itu PKI selalu
berusaha untuk merebut pemerintahan dan kekuasaan yang sah. Untuk menghadapi pemilu 1955,
HMI mengadakan Konferensi Akbar di Kaliuarang Yogyakarta paa tanggal 9 – 11 April 1955,
keputusan yang diambil adalah :
1) Menyerukan kepada khalayak ramai untuk memilih partai-partai Islam dalam pemilu yang akan
datang
2) Menyerukan kepada partai-partai Islam supaya mengurangi keruncingan keruncingan, tidak
saling menyerang
3) Kepada warga dan anggota HMI supaya :
a) Wajib aktif dalam pemilu
b) Wajib aktif memilih salah satu partai Islam
c) Mempunyai hak dan kebebasan untuk membantu dan memilih partai Islam yang disenangi
Dalam menghadapi sidang pleno Majelis Konstituante, PB HMI mengirimkan seruan kepada
seluruh anggota fraksi partai-partai Islam di konstituante agar dapat memikul amanah umat Islam
di Indonesia. Ketika Demokrasi Terpimpin berjalan, HMI mendapat tekanan kuat, karena ada
tuduhan bahwa HMI kontra revolusi, dan lain-lain. Oleh karena itu HMI menggelar Musyawarah
Nasional Ekonomi HMI se-Indonesia di Jakarta pada tahun 1962. Ada beberapa pertanyaan yang
diajukan kepada HMI saat itu menyangkut sikap yang diambil HMI, yaitu
(1) Apakah HMI mendukung Manipol/Usdek atau tidak ?
(2) HMI setuju pancasila atau tidak ? dan
(3) HMI setuju sosialisme Indonesia atau tidak ?
Munas memberikan jawaban sebagai berikut :
1) Ya, HMI mendukung Manipol/ Usdek sebagai haluan negara yang ditetapkan oleh MPRS
2) Ya, HMI setuju Pancasila yang merupakan rancangan kesatuan dengan Piagam Jakarta
3) Ya, HMI setuju sosialisme Indonesia, yaitu masyarakat adil makmur yang diridhoi Tuhan
Yang Maha Esa Dengan melakukan pendekatan-pendekatan itu maka HMI dapat terselamatkan,
isu dan tuduhan yang dilancarkan terhadap HMI tidak berhasil untuk mengubur HMI dalam
percaturan sejarah.
C. HMI dalam Transisi Orde Lama dan Orde Baru
Tahun 1965, HMI mengalami tantangan yang berat, HMI terancam dibubarkan, dan lagi-lagi
HMI lulus dalam ujian sejarah sehingga HMI dapat mempertahankan eksistensinya hingga saat
ini (entah esok hari, entah lusa nanti, entah……). HMI adalah salah satu komponen bangsa yang
menentang faham dan ajaran komunis, sedangkan PKI saat itu merupakan kekuatan sosial politik
yang besar di negara Republik Indonesia. PKI berkeinginan untuk membubarkan HMI karena
merupakan salah satu musuh utamanya, usaha untuk membubarkan HMI dilakukan PKI dengan
gencar (Kalau tidak mampu membubarkan HMI, lebih baik pakai sarung saja), apalagi
menjelang Gestapu atau Gestok (istilah Pemimpin Besar Revolusi Soekarno). Masalah
pembubaran HMI bukan hanya menjadi masalah internal, tapi lebih jauh daripada itu, hal
tersebut merupakan masalah umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya. Puncak dari
usaha PKI untuk merebut kekuasaan dan kedaulatan negara Republik Indonesia adalah dengan
melakukan pemberontakan Gerakan 30 Sepetember/PKI tahun 1965. Pemberontakan tersebut
dimulai melalui cara penculikan terhadap para perwira tinggi TNI-AD (kecuali Pangkostrad
yang merupakan jabatan strategis,), dan menghabisi para perwira itu. Menyikapi hal ini, HMI
mengutuk Gestapu dan menyatakan bahwa gerakan tersebut dilakukan oleh PKI (pernyataan
bahwa G30S/PKI diotaki oleh PKI pertama kali dilontarkan oleh HMI –sumber Agussalim
Sitompul), HMI ikut membantu pemerintah dalam menumpas G30S/PKI dan kerelaan HMI
untuk membantu sepenuhnya ABRI. Setelah turunnya Soekarno dan naiknya Soeharto sebagai
Presiden Republik Indonesia, HMI bersikap mendukung pemerintahan baru yang ingin
menjalankan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dan HMI ikut dalam usaha-
usaha untuk menumpas sisa-sisa PKI serta organisasi underbouw PKI.
D. HMI dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa
Berdasarkan tujuan HMI, maka kader HMI harus memiliki kualitas insan cita, yang karenanya
akan tercipta kader yang memiliki intelektual tinggi yang dilandasi oleh iman serta diabdikan
kepada umat dan bangsa. Pengabdian para kader ini akan dapat dijadikan penopang dalam
pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Peran HMI dalam pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Partisipasi dalam pembentukan situasi dan iklim
2) Partisipasi dalam pemberian konsep
3) Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan Dalam menjalani peran tersebut, banyak halangan dan
rintangan yang justru sebenarnya lebih dominan faktor internal, misalnya pergeseran nilai yang
berdampak pada hilangnya ruh perjuangan HMI. Selain itu faktor eksternal memaksa HMI untuk
terbawa pusaran kekuasaan, misal masalah asas tunggal yang mengakibatkan perpecahan HMI
menjadi dua yaitu HMI yang bermarkas di Diponegoro dan HMI yang menamakan dirinya
Majelis Penyelamat Organisasi.
E. HMI dan Fase Pasca Orde Baru
Setelah runtuhnya Orde Baru, dimulailah babak baru perjalanan bangsa yang dikenal dengan
sebutan Reformasi. Namun ternyata sampai saat ini reformasi masih berupa angan yang belum
dapat terealisir, ironisnya kehilangan arah, karena banyak komponen bangsa yang ingin
merasakan sesuatu yang instan, tetapi dengan harapan berumur panjang. Peran HMI dalam
reformasi banyak dipertanyakan orang, analisa sementara ini diakibatkan penempatan peran HMI
yang “salah” pada fase pembangunan. Bahkan gerakan mahasiswa di luar HMI seringkali
menempatkan HMI sebagai common enemy.
BAB 3
PROSPEK HMI KE DEPAN
Telah sering di gambarkan bahwa masa depan hmi cerah dan gemilang. Hal ini beralasan karna
berbagai fakto pendukung, seperti misalnya bangunan jaringan hmi, alumni-alumninya yang
sudah mapan menempati posisi kenegaraan, jumlah anggota yang banyak dan banyak memiliki
peran dan berkiprah aktif sejak awal berdiri. Berdasarkan pengalaman itu disadari bahwa
kegemilangan hmi dilakukan denan perjuangan yang keras dan pantang menyerah. Seluruh
anggota dan pengurus bersatu padu memajukan hmi, mulai dari tingkat komisariat hinga tingkat
pengurus besar termasuk para alumninya. Dengan demikian bila kita menginginkan HMI tetap
eksis dan memberikan kontribuksi yang bermakna terhadap kehidupan manusia , umat, bangsa
dan islam maka kita harus bekerja keras, tekun, tabah, ulet, terencana, dan teratur. Prospek hmi
ke depan tetap cerah secerah terik matahari. Namun demikian smuanya harus ilakukan dengan
kerja keras.
Guna mencapai masa depan cerah nan gemilang yang harus dilakukan HMI menurut drs.
Solichin di dalam bukunya ” hmi candradimuka mahasiswa,” adalah:
1) Membina dan menegakkan orisinalitas sejarah dan pemikiran HMI
2) Membiasakan berfikir secara otonom HMI
3) Melakukan konsolidasi organisasi secara berkesinambungan
4) Membentuk kader yang tangguh dan tanggap
5) Berprestasi dalam bidang studi
6) Mau melakukan instropeksi
7) Bekerja sama dengan pihak lain
8) Tidak cepat puas terhadap capain yang ada
9) Motivasi harus lurus, artinya masuk HMI adlah untuk pengapdian dan perjuangan yang
didedikasikan utuk umat, bangsa, islam, dan mahasiswa.
Selain melakukan hal-hal tersebut, HMI harus perlu memperhatikan faktor-faktor strategis yaitu:
a. Perkuat Basis (Back to Campus)
Harus disadari oleh segenap kader HMI bahwa basis organisasi HMI adalah dikampus dalam
bentuk komisariat sebagai ujung tombak perjuangan HMI. Karena itu perkaderan harus di
tingkatkan, baik dari segikualitas maupun kuantitasnya, di kampus-kampus. Sistem perkaderan
juga harus ditata ulang dengan memperhatikan lingkungan strategis yang berpengaruh, yaitu:
Demokratisasi.
Kompetisi
Sistem pendidikan
Informasi
Citra
Staus, fungsi, dan peranan organisasi
b. Alih Paradigma: Ideologis dan Profesional
HMI yang didesain untuk menciptakan insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan
islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
SWT, harus menyadari untuk segera merubah paradigmanya, yaitu: sekaligus idealogis dan
profofesionalisme. Untuk itu, hmi harus mampu mengaktualisasikan tujuanya sesuai kebutuhan
zaman di samping mampu menciptakan instrumen-instrumen yang penunjangnya. Sehubungan
dengan pardigma profesionalisme, ada tiga hal yang perlu dibangun dan dibenahi. Yaitu
bagaimana kader hmi mampu menguasai secara mendalam ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta memiliki ketrampilan atau skill yang dibutuhkan oleh zamanya.
Kaitanya dengan alih paradigma ini, maka lembaga pengembangan profesi (LPP) dalam HMI
harus diperkuat karena lembaga LPP mampu mewadahi dan mengarahkan berbagai minat
mahasiswa menjadi tenaga-tenaga terampil yang siap berkompetisi dalam setiap medan dan
tantangan. Selain itu LPP ini juga diharapkan mampu menjadi solusi terhadap upaya
perampingan struktur organisasi HMI sehingga dapat bergerak lebih gesit dan responsif.
c. Konsolidasi
Konsolidasi organisasi adalah masalah besar sepanjang masa yang di maksud sebagai upaya
memperkuat organisasi HMI dalam berbagai aspek. Konsolidasi dapat dilakukan dengan cara
mempererat tali silaturahmi sesama kader HMI baik yang masih aktif maupun tidak ataupun
kader yang sudah alumni. Untuk menyamakan persepsi dan kemauan membangun isu besar
yang strategis untuk kepentingan HMI dalam upaya reexsistence HMI. Insya Allah dengan
konsolidasi ini tidak akan munculnya benih konflik apalagi tumbuh konflik. Gantinya adalah
semangat persaudaraan senasib sepenanggungan dan seperjuangan menuju tujuan yang
diciptakan.
Dalam hubungan ini dapat dirumuskan lima atau panca tugas organisasi, yaitu memelihara dan
menciptakan sumber potensi, mengolah potensi menjadi kekuatan, memelihara dan
mempertinggi kualitas kekuatan, meyediakan kekuatan setiap waktu diperlukan organisasi,
hingga merupakan kekuatan yang siap dipakai.
d. Tingkatkan Kinerja
Kinerja yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik. Agar HMI mampu mencapai hasil yang
baik dari masa ke masa sebelumnya maka HMI harus meningkatkan kinerjanya. Tentu saja
kinerja yang ditunjukan oleh HMI berfokus pada bidang kemahasiswaan, keislaman, keumatan/
kebangsaan.
Dalam upaya meningkatkan kinerja, HMI harus memiliki ukuran-ukuran, baik dari segi output
maupun outcome. Dengan ukuran-ukuran yang jelas dengan ini langkah HMI enjadi lebih tertata
dan sistematis.
BAB 4
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi kesimpulan dari pembahasan diatas bahwa fungsi dan peran HMI di setiap zaman
berbeda-beda mengikuti perkembangan zaman.
SARAN
Dikarnakan fungsi dan peranan HMI yang sangat vital di negeri ini. Diharapkan para kader-
kader HMI sebagai penurus tongkat estafet kepemimpinan diharapkan untuk terus melakukan
terobosan-terobosan baru dalam menjawab tantangan zaman ini. Dan dikarnakan oleh itu kita
sebagai kader HMI turut wajib dan senantiasa berkomitmen untuk terus membangun bumi
persada ini.